Anda di halaman 1dari 103

STUDI ANALISIS HISAB AWAL BULAN KAMARIAH

DALAM KITAB AL-IRSYAAD AL-MURIID

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari’ah
Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah

Oleh:
Kitri Sulastri
72111065

FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
Drs. H. Eman Sulaeman, MH
Jl. Tugurejo No. A2 Rt 02/Rw 01 Tugurejo
Tugu Semarang

Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH


Perum Korpri No. 28
Jl. Tugurejo Rt 05/Rw 05
Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdri. Kitri Sulastri

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari’ah
IAIN Walisongo

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Setelah saya mengoreksi dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama


ini saya kirim naskah skripsi saudara :
Nama : Kitri Sulastri
NIM : 072111065
Judul Skripsi : Studi Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam
Kitab al-Irsyaad al-Muriid
Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudara tersebut dapat segera
dimunaqosyahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Eman Sulaeman, MH Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH


NIP. 19650605 199203 1003 NIP. 19800120 200312 1001

ii
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS SYARI’AH
Alamat : Jalan Raya Boja Ngaliyan KM. 3 Semarang 50159 telp. (024) 7601297

PENGESAHAN

Nama : Kitri Sulastri


NIM : 072111065
Fakultas / Jurusan : Syari’ah / Al-Ahwal Al-Syahsiyah
Judul Skripsi : Studi Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam
Kitab al-Irsyaad al-Muriid

Telah dimunaqosyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama


Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal :
Senin, 20 Juni 2011
dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan
studi Program Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar
Sarjana dalam Ilmu Syari’ah.
Semarang, 29 Juni 2011
Dewan Penguji,
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,

Drs. Miftah AF, M.Ag Drs. H. Eman Sulaeman, MH


NIP. 19530515 198403 1001 NIP. 19650605 199203 1003

Penguji I, Penguji II,

Drs. H. Slamet Hambali, M.Si H. Abdul Ghofur, M.Ag


NIP. 19540805 198003 1004 NIP. 19670117 199703 1001

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Eman Sulaeman, MH Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH


NIP. 19650605 199203 1003 NIP. 19800120 200312 1001

iii
MOTTO

“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah
kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu
ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari
pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung”
(Q.S al Baqarah 2 ayat 189)

iv
PERSEMBAHAN
Dalam perjuangan mengarungi samudra Ilahi tanpa batas, dengan keringat
dan air mata kupersembahkan karya tulis skripsi ini teruntuk orang-orang yang
selalu hadir dan berharap keindahan-Nya. Kupersembahkan bagi mereka yang
tetap setia berada di ruang dan waktu kehidupan ku khususnya buat:

o Syukurku kehadirat Allah SWT yang senantiasa mengabulkan doaku.


Dan hanya dialah yang mampu mengubah dan mewujudkan semua ini.
o Bapak dan Mamak ku tercinta. Yang telah mengenalkan ku pada
sebuah kehidupan dengan sebuah kasih sayang yang tak bertepi.
Ridlamu adalah semangat hidup ku, doamu adalah Penjaga langkahku.
o Kakak dan adikku tersayang (Mbak Iin, Adhe, Wahid, Fandi) serta
kakek ku (Muhadi) dan seluruh keluargaku tercinta, semoga kalian
temukan istana kebahagiaan di dunia serta akhirat, semoga semuanya
selalu berada dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.

v
DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung


jawab, penulis menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang telah
pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini
tidak berisi satupun pemikiran-
pemikiran orang lain, kecuali informasi
yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.

Semarang,

DEKLARATOR

Kitri Sulastri

vi
ABSTRAK
Di Indonesia terjadi perkembangan ilmu hisab dengan pesat seiring
dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan kecanggihan teknologi
serta meningkatnya peradaban dan sumber daya manusia, hisab juga mengalami
perkembangan dan kemajuan. Bermula sebatas hisab urfi atau hisab istilahi, lalu
muncul generasi hisab hakiki takribi, kemudian hisab hakiki tahkiki, lalu hisab
Kontemporer.
Kitab al-Irsyaad al-Muriid merupakan kitab yang tergolong menggunakan metode
kontemporer. Dalam hal ini, kitab al-Irsyaad al-Muriid akan dibandingkan
dengan hisab sistem hisab kontemporer yang lain seperti Ephemeris dan Jean
Meeus. Standar perbandingannya adalah karena sistem-sistem tesebut
menggunakan metode kontemporer sehingga hal ini memungkinkan keduanya
untuk dibandingkan. Dalam penentuan awal Syawal 1427 H, ketinggian hilal kitab
al-Irsyaad al-Muriid berbeda dengan sistem kontemporer yang lain. Al-Irsyaad
al-Muriid 0˚ 43' 52" dan Ephemeris 0˚ 44' 35".
Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui metode yang
digunakan oleh KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah dalam menentukan
awal bulan kamariah sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dari metode
hisab yang lainnya, (2) Untuk mengetahui eksistensi kitab al-Irsyaad al-Muriid,
(3) Untuk mengetahui kelebihan maupun kelemahan yang terdapat dalam kitab al-
Irsyaad al-Muriid.
Metodologi yang digunakan (1) Jenis penelitian ini adalah penelitian
kualitatif; kategori fungsionalnya penelitian ini termasuk kedalam penelitian
kepustakaan (library research). (2) Jenis data yaitu : data primer (al-Irsyaad al-
Muriid dan hasil wawancara) dan data sekunder (dokumen dan buku yang terkait
dengan objek penelitian). (3) metode pengumpulan data menggunakan metode
dokumentasi dan wawancara. (4) Metode analisis data menggunakan metode
analisis isi yaitu analisis metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab al-
Irsyaad al-Muriid.
Hasil penelitian menunjukkan pertama, bahwa sistem dan metode hisab
kitab al-Irsyaad al-Muriid karangan KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah
menggunakan metode hisab kontemporer. Hasil perhitungannya benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiyah. Hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid sudah
dapat disandingkan dengan perhitungan kontemporer lainnya untuk keperluan
penentuan awal bulan kamariah. Kedua, Meski terdapat klasifikasi sistem hisab
yang bermacam-macam, hal tersebut tidak lantas bersifat saling menghilangkan
dan saling menegaskan eksistensi yang dimiliki oleh masing-masing sistem.
Demikian pula dengan sistem yang digunakan oleh kitab al-Irsyaad al-Muriid,
sistem yang digunakan oleh kitab al-Irsyaad al-Muriid tidak lantas
menghilangkan sistem yang digunakan oleh kitab lain. Ketiga, Berangkat dari
keakurasian hasil garapan kitab al-Irsyaad al-Muriid, kiranya tidak berlebihan
jika dikatakan bahwa sistem kitab tersebut sudah up to date dan relevan bila
dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam hisab awal bulan kamariah era
sekarang ini. Karena pada kenyataannya kelebihan yang dimiliki kitab al-Irsyaad
al-Muriid mengalahkan kekurangannya.
Kata kunci : al-Irsyaad al-Muriid, KH. Ahmad Ghozali, Awal Bulan Kamariah.

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah sang raja manusia yang maha pengasih dan
penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW kekasih Allah sang pemberi syafa’at beserta seluruh keluarga,
sahabat dan para pengikutnya.
Skripsi yang berjudul “Studi Analisis Hisab Awal Bulan
Kamariah dalam Kitab al-Irsyaad al-Muriid”, ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas
Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak
mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan baik moral maupun spiritual dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sedalamnya
terutama kepada :
1. DR. Imam Yahya, M. Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.dan
memberikan fasilitas belajar dari awal hingga akhir.
2. Drs. H. Eman Sulaeman, MH selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ahmad Syifaul Anam, SHI, MH., selaku Pembimbing II atas bimbingan
dan pengarahan yang diberikan dengan sabar dan tulus ikhlas.
4. Dosen wali yang selalu meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis
selama belajar dari awal hingga akhir.
5. Ketua Jurusan dan sekretaris jurusan Ahwal Al syakhsiyah serta Para
Dosen Pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, yang
telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi

viii
6. Pimpinan Perpustakaan Institut yang telah memberikan izin dan layanan
kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Kedua orang tuaku beserta segenap keluarga, atas segala do’a, perhatian,
dukungan, kelembutan dan curahan kasih sayang yang tidak dapat penulis
ungkapkan dalam untaian kata-kata.
8. Maz, seseorang yang selalu mendampingi dalam perjalanan suka dan duka
9. Keluarga besarku di Tugumulyo Sumsel, Palembang Sumsel, Sukaraja
Sumsel, dan Jember Jawa Timur.
10. Keluarga Besar PP. Nurul Huda Sukaraja dan PP Daarun Najaah Jerakah
Tugu Semarang Khususnya kepada Alm. KH. Sholeh Hasan, KH. Afandi,
BA., KH. Sirodj Khudhori dan Ust Ahnad Izzuddin, M.Ag yang telah
menularkan banyak ilmunya kepada penulis.
11. Keluarga Besar PP Pondok Pesantren Al-Mubarok Lanbulan Sampang
Madura atas wawancaranya.
12. Semua teman-teman di Konsentrasi Ilmu Falak atas segala dukungan dan
persaudaraan yang terjalin.
13. Keluarga Genk Star '07 adalah sebuah inspirasi, tempat bercerita, tempat
berbaur dalam suka-duka. Semua itu tak akan pernah terlupa, kalian adalah
bagian besar dalam hidupku. Akan selalu merindukan kalian Genk.
14. Keluarga kecil Genk Star (Ayuk "yoyok", Beka "sarblebek", Anip "anop",
Yuyun "menyon", Pipit "pipuut"). Entah kata apa yang pantas terucap,
namun semua yang terjadi akan menjelma sebagai sebuah memori
terindah.
15. Guse, yang telah memberi bantuan banyak dalam misi penyelesaian skripsi
ini. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang dapat penulis berikan,
semoga senantiasa bermanfaat.

Harapan dan do’a penulis semoga semua amal kebaikan dan jasa-
jasa dari semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
skripsi ini diterima Allah SWT. serta mendapatkan balasan yang lebih baik
dan berlipat ganda.

ix
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis mengharap saran dan kritik konstruktif dari pembaca
demi sempurnanya skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat nyata bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Semarang, 29 Juni 2011

Kitri Sulastri

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
HALAMAN PENGESAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
HALAMAN MOTTO . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
HALAMAN PERSEMBAHAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
HALAMAN DEKLARASI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vi
HALAMAN ABSTRAK . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . vii
HALAMAN KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . viii
HALAMAN DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Rumusan Masalah . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
C. Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
D. Telaah Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
E. Metode Penelitian . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
F. Sistematika Penulisan . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

BAB II : METODE HISAB RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL


BULAN KAMARIAH
A. Pengertian Hisab Rukyah .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
B. Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . 27
1. Dasar Hukum al-Qur'an .. .. .. .. .. .. .. .. .. . . . . . . . . . . . . 28
2. Dasar Hukum Hadis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
C. Sejarah Hisab Rukyah.. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 31
D. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia . . . . . . . 36
1. Metode Rukyah bi al-Fi'li . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . 36
2. Metode Perhitungan Astronomi .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37

xi
BAB III : HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB AL-
IRSYAAD AL-MURIID
A. Biografi KH. Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah . . . . . . . . 44
1. Riwayat Hidup . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
2. Kitab al-Irsyaad al-Muriid Karya KH. Ahmad Ghazali
Muhammad Fathullah. . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .... . . . . . . . . 47
B. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Kitab al-Irsyaad
al-Muriid . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 51

BAB IV : STUDI ANALISIS TERHADAP HISAB AWAL BULAN


KAMARIAH DALAM KITAB AL-IRSYAAD AL-MURIID
A. Analisis Metode Hisab awal Bulan Kamariah dalam Kitab al-
Irsyaad al-Muriid . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55
1. Teori Yang Membangun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57
2. Sumber Data Yang Digunakan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
3. Ta'dil (Koreksi) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59
4. Ketinggian Hilal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61
5. Markas . . . . . . . . . . . . . .. . ... .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66

B. Eksistensi Kitab al-Irsyaad al-Muriid . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70


C. Kelebihan Dan Kelemahan Dalam Kitab al-Irsyaad al-Muriid ..72
1. Kelebihan-kelebihan dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid . . 72
2. Kelemahan-kelemahan dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid 73

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 74
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 76
C. Penutup . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah realitas yang tak bisa dipungkiri bahwa secara tehnis

penentuan awal bulan kamariah1 merupakan persoalan yang lebih

berpotensi terjadi perbedaan (Ikhtilaf2),3 apapun landasan fiqih yang

digunakan atau metode perhitungan yang dipakai.4 Tidak lain

penyebabnya5 adalah sistem perhitungan yang digunakan dalam penentuan

awal bulan kamariah. Dapat dikatakan juga sering terjadinya perselisihan

cara yang dipakai. Satu pihak ada yang mengharuskan dengan rukyah saja

dan pihak lain mengharuskan dengan hisab saja. Masing-masing

1
“Kamariah” adalah 1. Berkenaan dengan Bulan; 2. Dihitung menurut peredaran Bulan
(tt kalender, penanggalan). Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi IV (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), hlm. 611. Bandingkan dengan
“Qamariah” dalam kamus ilmu falak Muhyidin khazin, adalah sistem penanggalan yang
didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Lihat dalam Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu
Falak, cet I, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 67.
2
Ikhtilaf artinya berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu hal yang ada
hubungannya dengan kemaslahatan Islam. Perbedaan pendapat antara pemikir Islam (Ulama)
merupakan rahmat bagi umat Islam, jika dilandasi oleh tuntutan pengabdian pada Allah dengan
ikhlas. Lihat M. Shodiq, Kamus Istilah Agama “Memuat Berbagai Istilah Agama Bersumber Al-
Qur’an dan Hadis dll”, (Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991), hlm. 134.
3
Dalam makalah yang disampaikan oleh Ahmad Izzudin pada Pendidikan Keterampilan
Khusus Bidang Hisab-Rukyah Tahun Anggaran 2007 dengan tema “Lestarikan Tradisi Ulama
Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab Rukyah” Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok
Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Agama RI. Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok
Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Agama RI, Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Khusus
Bidang Hisab Rukyah “Lestarikan Tradisi Ulama Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab
Rukyah”, (Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah, 2007), hlm. 1.
4
Hamzah, Pluralisme dalam Menentukan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal Sebuah
Realitas,hlm. 1. http://www.badilag.net/data/hisab%20rukyah/Hisab%20Rukyah-ikhtilaf.pdf, 23-
04-2010.
5
Permasalahan penentuan awal Bulan kamariah tersebut berkisar pada : Perbedaan hasil
hisab dan hasil rukyah, Perbedaan sistem perhitungan, Perbedaan sistem rukyah, Perbedaan
kriteria penentuan awal Bulan, Perbedaan data/ sumber hisab, kurang adanya pengembangan
observasi lapangan, kurang sosialisasi. Ibid. hlm. 2.

1
2

menggunakan argumentasi dan dalil-dalilnya sendiri. Baik dalam al-

Qur’an atau dalam Hadis.6

Pada dasarnya ada dua sistem bulan yang digunakan untuk

menentukan waktu yaitu bulan Kamariah (Lunar Month) dan bulan

Syamsiyah (solar Month, bulan Matahari). Agama Islam menggunakan

dua sistem tersebut untuk kepentingan ritualitasnya. Beberapa rukun Islam

penentuannya menggunakan dua sistem tersebut. Misalnya, puasa

Ramadan7 dan Ibadah Haji. Sementara itu ibadah salat8 terikat dengan

waktu, ditentukan oleh peredaran Matahari (dauratusy syams). Zuhur,

Asar, Magrib, Isya, dan Subuh tidak dapat dilaksanakan tanpa mengenal

sistem peredaran Matahari, atau yang akrab dikenal dengan “waktu”.

Waktu merupakan syarat sah salat.9

Terkait dengan peredaran Bulan dan Matahari sebagai sarana untuk

menentukan waktu ibadah bagi umat Islam maka untuk mempermudah

pamahaman, dalam diskursus penanggalan hijriah dikenal dua istilah

hisab, yaitu hisab Urfi10 dan hisab Hakiki11.

6
Susiknan Azhari, Hisab & Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kabersamaan di
Tengah Perbedaan”, cet I (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2007), hlm. 97.
7
Ramadan adalah Bulan ke-9 tahun Hijriah (29 ayau 30 hari), pada Bulan ini orang Islam
yang sudah akil balig diwajibkan berpuasa. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar
bahasa Indonesia, op.cit. hlm. 1136.
8
Salat adalah rukun islam kedua, berupa ibadah kepada Allah swt., wajib dilakukan oleh
setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, salat jua diartikan doa kepada Allah. Ibid, hlm. 1208.
9
Susiknan Azhari. Hisab & Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kabersamaan di
Tengah Perbedaan”, op. cit. hlm. 96.
10
Hisab urfi adalah sistem perhitungan kalender yang didasarkan pada peredaran rata-
rata Bulan mengelilingi Bumi dan ditetapkan secara konvensional. Baca Depag RI, Pedoman
Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, cet II (Jakarta: Ditbinbapera, 1995), hlm. 7. Sistem hisab ini
3

Menurut sistem hisab urfi, umur bulan Sya’ban dan Ramadan

selalu tetap yaitu 29 hari untuk Sya’ban dan 30 hari untuk Ramadan.12

Padahal menurut kenyataannya tidaklah demikian yakni bulan tidaklah

pasti berumur 29 hari untuk Sya’ban dan 30 hari untuk Ramadan,

melainkan umur bulan itu konstan. hal ini sangat bertentangan dengan

ilmu astronomi modern dan juga bertentangan dengan sabda Nabi

Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam Bukhari yang berbunyi: 13

‫وسلمذكر‬
 ً‫علي‬
 ‫اهلل‬
 ً‫صل‬
 ‫اهلل‬
 ‫رسىل‬
 ‫ان‬
 ‫عىهما‬
 ‫اهلل‬
 ‫رضي‬ ‫عمر‬
 ‫به‬ ‫عبداهلل‬
 ‫عه‬
 ‫وافع‬
 ‫عه‬

‫غمعليكم‬
 ‫فان‬
 ‫تروي‬
 ً‫حت‬
 ‫تفطروا‬
 ‫وال‬
 ‫الهالل‬
  ً‫حت‬
‫تروا‬  ‫تصىمىا‬
 ‫ال‬
 ‫فقال‬
 ‫رمضان‬
 

) ‫روايالبخاري‬
 ( ً‫ل‬
 ‫فاقدروا‬
 

Artinya : “Dari Nafi’ dari Abdillah bin Umar bahwasanya Rasulullah


SAW. menjelaskan bulan Ramadhan kemudian beliau bersabda :
janganlah kamu berpuasa sampai kamu melihat hilal dan (kelak)
janganlah kamu berbuka sebelum melihatnya lagi. Jika tertutup
awan maka perkirakanlah”. (HR Bukhari)
Sementara menurut sistem hisab hakiki, umur tiap bulan tidaklah

konstan dan juga tidak beraturan, melainkan tergantung posisi hilal14 pada

dimulai sejak ditetapkan oleh khalifah Umar bin Khattab ra (17 H) sebagai acuan untuk menyusun
kalender Islam abadi. Penjelasan selengkapnya tentang alasan mengapa Umar bin Khattab ra
menetapkan peristiwa hijrah sebagai landasan hitungan. Baca dalam Nourouzzaman Shiddiqi,
Jeram-jeram Peradaban Muslim, cet I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 81-86.
11
Hisab hakiki adalah sistem hisab yang didasarkan pada peredaran Bulan dan Bumi
sebenarnya. Lihat dalam Susiknan Azhari. Hisab & Rukyah “Wacana Untuk Membangun
Kebersamaan di Tengah Perbedaan ”, op. cit. hlm. 4.
12
Ibid. hlm. 3.
13
Al Bukhari, Muhammad ibn Isma’il, Shohih Bukhari, (Juz III, Beirut: Dar al Fikr, tt.)
14
Hilal atau Bulan sabit yang dalam astronomi dikenal dengan nama Cressent adalah
bagian Bulan yang tampak terang dari bumi sebagai akibat cahaya matahri yang dipantulkan
olehnya pada hari terjadinya ijtima’ sesaat setelah Matahari terbenam. Hilal ini dapat dipakai
sebagai pertanda pergantian Bulan kamariah. Apabila setelah Matahari terbenam hilal tampak
4

setiap awal bulan. Artinya, bahwa boleh jadi dua bulan berturut-turut

umurnya adalah 29 hari atau 30 hari. Bahkan bergantian seperti sistem

hisab urfi.15

Di Indonesia, Hisab Hakiki dapat digolongkan menjadi beberapa

generasi:16

1. Hisab Hakiki Takribi. Termasuk dalam generasi ini kitab Sullam al-

Nayyirain karya Mansur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri el-

Betawi dan Kitab Fathu al-Rauf al-Mannan karya Abu Hamdan Abdul

Jalil.

2. Hisab Hakiki Tahkiki. Termasuk dalam kepompok ini, seperti kitab al-

Khulasoh al-Wafiyah karya KH. Zubaer Umar al-Jaelani Salatiga,

kitab Badi’ah al-Mitsal karya K.H Ma’shum Jombang, dan Hisab

Hakiki karya KRT Wardan Diponingrat17.

3. Hisab Hakiki Kontemporer. Termasuk dalam generasi ketiga ini,

seperti The New Comb, Astronomical Almanac,18 Islamic Calendar

maka malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal satu Bulan berikutnya. Muhyidin
Khazin. Kamus Ilmu Falak, op. cit. hlm. 30.
15
Ibid, hlm. 4.
16
Ibid.
17
Muhammad Wardan adalah tokoh muslim Indonesia yang oleh banyak kalangan disebut-
sebut sebagai penggagas awal munculnya konsep wujudul hilal. Lihat dalam Susiknan Azhari.
Hisab & Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan”, op. cit, hlm.
5.
18
Astronomical Almanac (Nautical Almanac) adalah sejenis buku yang memuat daftar
posisi Matahari, Bulan, planit dan bintang-bintang penting pada saat-saat tertentu tiap hari dan
malam sepanjang tahun. Maksudnya ialah mempermudah posisi-posisi kapal. Dalam buku tersebut
dimua pula, pukul berapa G.M.T benda-benda langit itu mencapai Kulminasi atas, bagi setiap
meridian bumi. Deklinasi dan Ascension Recta benda-benda langit, perata waktu, koreksi sextant
kearena pembiasan sinar dank arena pengukuran kehorizon kodrat itu dimuat pula. Lihat P.
5

karya Muhammad Ilyas, dan Mawaqit karya Dr. Ing. Khafid19 dan

kawan-kawan.

Dilihat dari penggolongan kita-kitab hakiki, dapat dinyatakan

bahwa sistem Hisab Hakiki telah dikenal manusia sejak jaman dahulu.20

Terutama kitab-kitab klasik yang menumental yang telah memberikan

kontribusi terhadap khazanah keilmuan Islam.

Penentuan awal bulan kamariah merupakan hal yang sangat

penting bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam

yang pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah.21 Bahkan

karena pentingnya, pengetahuan tentang waktu menjadi salah satu faktor

penentu sah dan tidaknya ibadah-ibadah tersebut. Bagi umat Islam ada

aturan ibadah yang didasarkan pada ketentuan hari, seperti puasa senin

kamis dan salat jum’at.

Begitu pula kaitannya dengan ibadah lainnya seperti salat, puasa,

zakat, haji berjalan sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan oleh

Syari’at. Contohnya dalam hal ibadah salat lima waktu ini terdapat dalam

QS. an-Nisa’ (4) ayat 103:22

Simamora, Ilmu Falak (Kosmografi) “Teori, Perhitungan, Keterangan, dan Lukisan”, cet XXX
(Jakarta: C.V Pedjuang Bangsa, 1985), hlm. 66.
19
Dr. Ing. Khafidz adalah seorang ahli geodesi yang sekarang aktif di BAKOSURTANAL
(Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional).
20
Di Indonesia dapat terlihat sejak lahirnya kita-kitab yang menggunakan sistem
perhitungan hisab hakiki.
21
Disampaikan dalam Temu Kerja Evaluasi Hisab Rukyah Suwito Suprayogi, Antara
Wukuf dan Arafah “Pengertian dan Aplikasinya”, (Bogor: 27-29 Pebruari 2008).
22
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, tt,) hlm.
73.
6

       

         

    

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah


Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.
Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.
Dalam surat al-Baqarah (2) Ayat 43:23

       

Artinya: Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta


orang-orang yang ruku’.
Di dalam al-Quran Allah juga telah menerangkan bahwa adanya

pergantian siang dan malam adalah tanda kebesaran dan kekuasan-Nya.

Diciptakannya siang agar manusia dapat mengambil manfaatnya,

kemudian diciptakannya malam agar manusia dapat beristirahat

didalamnya. Hal ini tertuang dalam firman-Nya QS. Al-Isra’ ayat 12:24

         

        

      

23
Ibid.
24
Ibid.
7

Artinya: Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami
hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang itu terang,
agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu
mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. dan segala
sesuatu Telah kami terangkan dengan jelas.

Telah jelas bahwa meskipun terdapat beberapa model penanggalan

untuk mengetahui waktu, namun untuk ummat Islam peristiwa

keagamaannya menggunakan sistem penanggalan kamariah (lunar

calendar). Penanggalan kamariah atau lunar calendar adalah perhitungan

kalender yang didasarkan kepada peredaran Bulan. Perubahan fase Bulan

secara periodik digunakan untuk menentukan perhitungan penanggalan

bulan kamariah.

Oleh karena itu, syara’ telah memberikan petunjuk dan pedoman

dalam menentukan awal dan akhir bulan kamariah seperti yang terdapat

dalam dalil-dalil al-Quran dan al-Hadis.

Pedoman-pedoman tersebut dalam garis besarnya terbagi menjadi

dua bagian, yaitu:

1. Dengan cara rukyah bi al-fi’li dan istikmal

Ulama yang mengikuti cara ini berpendapat bahwa penentuan

awal bulan kamariah dilakukan dengan rukyah atau melihat hilal

dengan mata kepala berdasarkan kesaksian satu atau dua orang yang

adil.
8

2. Dengan cara perhitungan astronomi

Ulama yang berpegang pada cara ini berpendapat bahwa

penentuan awal bulan kamariah tidak hanya dengan rukyah saja, tetapi

ada alternativ lain yaitu dengan hisab.

Hisab adalah menghitung perjalanan Matahari dan Bulan pada

bola langit. Dengan hisab orang dapat mengetahui dan memperkirakan

kapan awal dan akhir bulan kamariah tanpa harus melihat hilal.25 Hisab

inilah yang dijadikan sebagai pembantu dan pemandu dalam

pelaksanaan rukyah, Karena tujuannya adalah perkiraan terhadap

posisi hilal, maka sifat dan hasil hisab adalah Dzan (perkiraan).

Namun dalam prakteknya kadang-kadang antara cara rukyah

dengan cara hisab tidak dapat berjalan seiring, tidak saling mendukung

dan menguatkan antar satu dengan lainnya, bahkan keduanya berbeda

dalam menyimpulkan dan menentukan awal bulan kamariah.

Jika ditelaah lebih lanjut ternyata dalam hasil perhitungan hisab

antara satu dengan yang lain terjadi perbedaan walaupun hanya kecil.

Misalnya dalam menentukan ketinggian hilal. Perbedaan inilah yang

mengakibatkan perbedaan penentuan awal bulan kamariah juga. Terlebih

lagi bila hilal dalam posisi yang kritis yakni masih dekat dengan horizon

(ufuk).

25
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab Rukyah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996),
hlm. 29
9

Perbedaan tersebut disebabkan karena dalam hisab terdapat

berbagai macam metode atau sistem menghitung ijtima’ dan tinggi hilal

yang dijadikan batas antara dua bulan kamariah. Perbedaan internal hisab

diantaranya disebabkan oleh perbedaan data yang diambil, paradigma

yang membangun teori dan rumus-rumus yang digunakan. Akhirnya,

perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan hasil perhitungan.

Perbedaan hasil perhitungan ini menjadi besar pengaruhnya jika posisi

hilal dalam kenyataan empiris berada dalam posisi yang dekat dengan

horizon (ufuk).

Sebagaimana yang pernah terjadi pada penentuan awal syawal

pada tahun 1427 H. Dimana Salah satu kitab yang tergolong ke dalam

hisab hakiki tahkiki yang dijadikan sebagai pedoman adalah Kitab Ittifaq

Dzatil Bain karya dari KH. Moh. Zubair Abdul Karim. Kitab karangan

dari beliau merupakan dikategorikan kedalam hisab hakiki tahkiki, akan

tetapi dalam perhitungannya dalam penetapan awal bulan syawal 1427 H

tersebut, hasil perhitungan ketinggian hilal yaitu lebih dari 2 derajat.

Ketinggian hilal tersebut memberikan persepsi bahwa hilal

mungkin untuk dapat dilihat (Imkanur rukyah). Dengan ketinggian

tersebut maka perhitungan tersebut mengindikasikan bahwa pada bulan

ramadhan tersebut berumur 29 hari saja. Akan tetapi jika kita melihat hasil

perhitungan pada kitab-kitab yang lain yang juga dikategorikan kedalam

hakiki tahkiki, dari kitab-kitab tersebut diperoleh hasil perhitungan yaitu


10

ketinggian hilal masih dibawah 1 derajat sehingga harus mengistikmalkan

umur ramadhan menjadi 30 hari.

Ketinggian hilal dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid yang

notabenenya tergolong kedalam hisab kontemporer telah menggunakan

rumus segi tiga bola dengan koreksi-koreksi gerak Bulan maupun

Matahari. Koreksi-koreksi tersebut sangat teliti dan juga sudah dapat

menentukan letak terbenamnya Matahari maupun hilal yang akan

dijadikan pedoman dalam penentuan awal bulan hijriyah. Oleh karena itu,

dalam pelaksanaan rukyah al-hilal, hisab hakiki bit tahkik ini sangat

representatif dijadikan sebagai alat bantu dalam pelaksanaannya, sebab

dengan sistem hisab ini para perukyah diajak untuk memperhatikan satu

daerah titik dimana hilal dimungkinkan untuk muncul.

Kitab karangan dari KH. Ahmad Ghozali ini merupakan kitab yang

dikategorikan kedalam hisab kontemporer. Sebuah sistem atau metode

hisab dapat dikategorikan kedalam hisab kontemporer jika memenuhi

beberapa indikasi sebagai berikut:26

a. Perhitungan dilakukan dengan sangat cermat dan banyak proses yang

harus dilalui.

b. Rumus-rumus yang digunakan lebih banyak menggunakan rumus

segitiga bola.

26
Disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Hisab Rukyat Nasional Pondok Pesantren
se-Indonesia anggaran 2007 yang diselenggarakan oleh P.D. Pontren Kemenag RI di Masjid
Agung Jawa Tengah.
11

c. Data yang digunakan merupakan hasil penelitian terakhir dan

menggunakan matematika yang telah dikembangkan.

d. Sistem koreksi lebih teliti dan kompleks.

Metode hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid telah memenuhi kriteria

diatas sehingga dapat digolongkan kedalam hisab kontemporer. Dengan

demikian, pada perhitungan awal Syawal pada tahun-tahun dimana

ketinggian hilal masih dibawah ufuk akan menghasilkan data hilal

dibawah ufuk. Hasil ketinggian hilal dibawah ufuk tersebut sama dengan

sistem hisab kontemporer yang lain seperti Ephemeris, Jean Meeus.

Sebagaimana pada perhitungan penentuan awal Syawal pada tahun1427

H, 1428 H, 1432 H. Berikut ini hasil perhitungan ketinggian hilal pada

tahun-tahun tersebut:

Ijtima' Tinggi
Bulan Metode/Sistem Hari/Tanggal Jam Hilal
Syawal Al-Irsyaad al-Muriid Ahad, 22-10-2006 12: 15 0˚ 43' 52"
1427 H Ephemeris sda 12: 16 0˚ 44' 35"
Jean Meeus sda 12: 32 0.00 (6)

Syawal Al-Irsyaad al-Muriid Kamis,11-10-2007 12: 02 0˚ 32' 56"


1428 H Ephemeris sda 12: 03 0˚ 34' 55"
Jean Meeus sda 12: 06 0˚ 00' (8)

Syawal Al-Irsyaad al-Muriid Senin, 29-8-2011 10: 04 2° 4' 29


1432 H Ephemeris Sda 10: 05 2˚ 05' 28"
Jean Meeus sda 10: 04 0.01 (25)
* Jika besar cahaya hilal adalah 0.00 berarti hilal masih dibawah ufuk dan jika lebih dari
0.00 maka hilal sudah diatas ufuk.
12

Berangkat dari latar belakang yang telah penulis bahas

sebelumnya, maka penulis dengan kemampuan yang ada tertarik untuk

mengetahui dan menganalisa metode kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam

meng-hisab awal bulan kamariah. Studi tersebut penulis angkat dalam

skripsi dengan judul: “Studi Analisis Hisab Awal Bulan Kamariah dalam

Kitab al-Irsyaad al-Muriid”.

B. Rumusan Masalah

Dengan sedikit pemaparan yang penulis ungkapkan pada latar

belakang, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab al-

Irsyaad al-Muriid dalam menentukan awal bulan kamariah?

2. Bagaimana eksistensi hasil hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid?

3. Apa saja kelebihan maupun kelemahan yang terdapat dalam kitab al-

Irsyaad al-Muriid?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam panulisan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui metode yang digunakan oleh KH. Ahmad Ghozali

Muhammad Fathullah dalam menentukan awal bulan kamariah


13

sehingga mempunyai karakteristik tersendiri dari metode hisab yang

lainnya.

2. Untuk mengetahui eksistensi hasil hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid.

3. Untuk mengetahui kelebihan maupun kelemahan yang terdapat dalam

kitab al-Irsyaad al-Muriid.

D. Telaah Pustaka

Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, belum ditemukan

tulisan secara khusus dan mendetail yang membahas tentang studi hisab

awal bulan kamariah dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid karya KH. Ahmad

Ghazali Muhammad Fathullah. Meski demikian, terdapat tulisan-tulisan

yang sedikit banyak membahas mengenai hisab.

Diantara tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan Susiknan Azhari

dalam Pembaharuan Pemikiran Hisab Di Indonesia yang menerangkan

sejarah hisab rukyah di Indonesia dengan mengangkat tokoh utama

Sa'aduddin Djambek .27 Selanjutnya adalah tulisan beliau dalam buku

Hisab & Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah

Perbedaan” yang didalamnya memberikan inspirasi bagi mereka yang

aktiv dan simpati terhadap persoalan hisab dan rukyah sehingga

diharapkan dapat membangun kebersamaan di tengah perbedaan,

khususnya dalam menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah.

Selain itu, juga Almanak Sepanjang Masa karya Slamet Hambali yang

27
Susiknan, Azhari, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas Pemikiran
Saadoe’ddin Djambek), cet. I, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002).
14

menerangkan sistem penanggalan, baik penanggalan Hijriyah, Syamsiyah

maupun Jawa.28

Kemudian skripsi Ahmad Izzuddin yang berjudul Kritik tentang

Hisab Awal Bulan Qomariyah dalam Kitab Sulamun Nayyirain yang

menguraikan hisab awal bulan kamariah menurut kitab Sulamun

Nayyirain. Juga tesisnya yang kemudian dijadikan sebuah buku yang

berjudul Fiqh Hisab Rukyah Di Indonesia (Sebuah upaya penyatuan

madzhab rukyah dengan madzhab hisab) yang memberikan deskripsi

tentang kedua madzhab dalam term hisab rukyah beserta upaya

penawaran penyatuan antara hisab dan rukyah dengan menggunakan

kriteria Imkan al-Rukyah29 dalam menentukan awal bulan hijriyah.

Juga penelitian individual beliau tentang pemikiran tokoh falak

Zubaer Umar al-Jaelany Dalam Sejarah Pemikiran Hisab Rukyah di

Indonesia30 yang memberikan sebuah kajian problematika dan historisitas

wacana hisab rukyah.

Skripsi Ahmad Syifa'ul Anam yang berjudul Studi Tentang Hisab

Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab Khulashotul Wafiyah Dengan

Metode Hakiki Bit Tahqiq31 yang menguraikan bagaimana hisab awal

bulan dengan metode kitab Khulashotul Wafiyah. Juga skripsi Yusuf

28
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang: Fakultas Syari'ah IA1N
Walisongo, tt).
29
Ahmad Izzudin, Fiqh Hisab Rukyah Di Indonesia (Sebuah upaya penyatuan madzhab
rukyah dengan madzhab hisab), (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004).
30
Ahmad Izzuddin, Zubaer Umar al-Jaeelany Dalam Sejarah Pemukiran Hisab Rukyah di
Indonesia, (Laporan Penelitian Individual, Proyek PTA/IAIN Walisongo Semarang, 2002).
31
Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab
Khulashotul Wafiyah Dengan Metode Hakiki Bit Tahkik, (Skripsi Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang, 1997).
15

Nachuri dengan judul Studi Analisis Terhadap Sistem Penentuan Awal

Bulan Qomariyah Di Indonesia yang menerangkan berbagai metode

dalam penentuan awal bulan kamariah.32

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan Kamus Ilmu Falak

karya Muhyiddin Khazin 33, serta karya Susiknan Azhari yang berjudul

Ensiklopedi Hisab Rukyah34 yang digunakan untuk mengetahui istilah-

istilah yang menggunakan bahasa asing yang terkait dengan persoalan

hisab rukyah, dan juga menggunakan Ensiklopedi Singkat Astronomi

dan Ilmu yang Bertautan 35 karya Iratius Radiman dkk, yang digunakan

untuk membantu penulis dalam mencari kata-kata yang berkaitan

dengan astronomi murni dan ilmu-ilmu yang berkaitan.

Selain itu juga tulisan tentang 100 Masalah Hisab Dan Rukyah

“Telaah Syari’ah, Sains dan Teknologi” 36 karya Farid Ruskanda, yang

didalamnya terdapat 100 pertanyaan tentang pemahaman dasar awal

bulan kamariah dan penjelasan-penjelasan lain mengenai hisab-rukyah.

Selain karya-karya tersebut, penulis juga menelaah kumpulan

materi pelatihan hisab rukyah baik yang penulis ikuti sendiri maupun

dari sumber-sumber yang terkait.

32
Yusuf Nachuri, Studi Analisis Terhadap Sistem Penentuan Awal Bulan Qomariyah Di
Indonesia, (Skripsi Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijogo, Yogyakarta, 1995).
33
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005).
34
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
35
Iratius Radiman et al., Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan,
(Bandung: ITB Bandung, 1980).
36
Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab Rukyah “Telaah Syari’ah, Sains, dan Teknologi”,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996).
16

Dalam telaah pustaka tersebut, menurut penulis belum ada

tulisan yang membahas secara spesifik tentang hisab awal bulan

kamariah dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid karya KH. Ahmad Ghazali

Muhammad Fathullah.

E. Metode Penulisan

Dalam penelitian berikutnya, metode yang akan penulis gunakan

adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari pendekatan analisisnya, jenis penelitian ini termasuk

kedalam jenis penelitian kualitatif karena data yang diambil diperoleh

dengan cara pendekatan kualitatif. Dan jika dilihat dari karakter

permasalahan berdasarkan kategori fungsionalnya penelitian ini termasuk

kedalam penelitian kepustakaan (library research) yakni penulis

melakukan analisis terhadap sumber data primer yaitu kitab al-Irsyaad

al-Muriid.

Disamping itu penulis juga menganalisis kitab-kitab, buku-

buku, tulisan-tulisan, dan pendapat para pakar falak/hisab yang

berkaitan dengan permasalahan skripsi ini. Serta melakukan

wawancara (interview) 37 kepada pengarang yakni KH. Ahmad

Ghazali Muhammad Fathullah.

37
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, (Jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Press), 1986), hlm. 67.
17

2. Jenis Data

Adapun dalam penelitian ini terdapat dua jenis data, yaitu : data

primer dan data sekunder. Dalam hal ini data primer adalah data yang

diperoleh dari kitab al-Irsyaad al-Muriid38 dan hasil wawancara kepada

pengarang yaitu Kyai Ahmad Ghozali, sedangkan data sekundernya

adalah seluruh dokumen dan buku-buku yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

3. Metode Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian

ini, maka metode yang penulis pergunakan adalah metode dokumentasi39

dan wawancara.

4. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data-data, setelah data terkumpul, metode yang

digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh

tersebut adalah metode Kualitatif.40 Metode ini penulis gunakan

dikarenakan data yang akan dianalisis berupa data yang didapat dengan

cara pendekatan Kualitatif.

38
Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah, Al-Irsyaad al-Muriid, (Jember: Yayasan An-
Nuriyah, 1997).
39
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung pada subjek
penelitian namun melalui dokumen. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Cet I (Bogor: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 87.
40
Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika
ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5,
2004, hlm. 5.
18

Analisis yang digunakan adalah content analisis41 atau yang lebih

dikenal dengan istilah "analisis isi" yang dalam hal ini adalah metode

penentuan awal bulan Hijriyah yang tertuang dalam kitab al-Irsyaad al-

Muriid. Analisis ini diperlukan untuk menguji apakah metode hisab yang

tertuang dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid sesuai dengan kebenaran

ilmiah astronomi modern. Sehingga pemikiran KH. Ahmad Ghozali

dalam menentukan awal bulan Hijriyah dapat digunakan sebagai

pedoman dalam penentuan awal bulan Hijriyah.

Penulis juga menggunakan analisis komparasi untuk menguji

tingkat akurasi hasil perhitungan dengan metode perhitungan yang

setingkat dengan kitab al-Irsyaad al-Muriid.

F. Sistematika Penulisan

Secara garis besar, penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab,

didalam setiap bab terdapat sub-sub pembahasan.

BAB I : Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II : Metode Hisab Rukyah dalam Penentuan Awal Bulan

Kamaraiah. Dalam bab ini terdapat berbagai sub pembahasan yakni

41
Analisis isi (Content analysis) secara sederhana dapat diartikan sebagai metode untuk
mengumpulkan dan menganalisis muatan dari sebuah "teks". Teks tersebut dapat berupa kata-
kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema dan bermacam-macam bentuk pesan yang dapat
dikomunikasikan. Analisis isi berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik,
tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah teks, dan
memperoleh pemahaman terhadap pesan yang dipresentasikan.
http://www.ar.itb.ac.id/ekomadyo/media/Analisis_Isi_Jurnal_Itenas_No.2.Vol.10_Agustus_2006.
pdf. 24-6-2011
19

meliputi pengertian hisab rukyah, dasar hukum hisab rukyah, sejarah

hisab rukyah dan macam-macam cara menentukan awal bulan kamariah

secara umum.

BAB III : Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab al-Irsyaad

al-Muriid. Bab ini mencakup berbagai hal diantaranya biografi KH.

Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah, gambaran umum tentang

sistematika kitab dan kajian terhadap metode penentuan awal bulan

kamariah menurut kitab al-Irsyaad al-Muriid.

BAB IV : Analisis Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam

Kitab al- Irsyaad al-Muriid. Dalam bab ini analisis dilakukan dengan

menganalisis metode hisab awal bulan kamariah dalam kitab al-Irsyaad

al-Muriid dalam menentukan awal bulan kamariah, eksistensi kitab al-

Irsyaad al-Muriid, serta kelebihan dan kekurangan dalam kitab al-

Irsyaad al-Muriid.

BAB V : Penutup, bab ini memuat kesimpulan, saran, dan

penutup.
BAB II

METODE HISAB RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN

KAMARAIAH

A. Pengertian Hisab Rukyah

Istilah hisab rukyah merupakan permasalahan mengenai waktu-

waktu ibadah umat Islam. Adapun waktu-waktu tersebut meliputi penentuan

awal dan akhir bulan, penentuan arah kiblat, perhitungan gerhana, dan awal

waktu sholat.

1
Kata hisab berasal dari bahasa Arab yaitu yang

artinya menghitung. Dalam Bahasa Inggris kata ini disebut Arithmatic yaitu

ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan.2

Hisab sendiri dalam al-Qur‟an memiliki bermacam-macam arti,

antara lain tertuang dalam beberapa surat berikut ini:

1. Perhitungan, sebagaimana Firman Allah dalam surat an-Nisa‟ ayat 87.

              

 

Artinya : “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah


penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah
(dengan serupa). Sesungguhnya Allah selalu membuat
perhitungan atas segala sesuatu”(Q.S al Nisa‟: 87) َ3

1
Loewis Ma‟luf, al-Munjid, cet. 25, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1975), hlm. 132.
2
Badan Hisab Rukyah Depag RI, Almanak Hisab Rukyah, (Jakarta: Proyek Pembinaan
Badan Peradilan Agama Islam, 1981), hlm. 14.
3
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Madinah: Mujamma Khadim al-Haramain al-
Syafi‟i, tt), hlm. 73.

20
21

2. Memeriksa, sebagaimana Firman Allah dalam surat al-Insyiqaq ayat 8.

    

Artinya : “Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah”(Q.S


al-Insyiqoq: 8)4

3. Pertanggungjawaban, sebagaimana firman Allah dalam surat al-An‟am

ayat 69.

         

  

Artinya : “ Dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang


yang bertaqwa terhadap dosa mereka, akan tetapi kewajiban
mereka telah mengingatkan mereka agar mereka
bertaqwa.”)Q.S al An‟am: 69)5

Para ulama‟ dalam memberikan definisi terhadap hisab sangat

bervariasi. Namun jika diteliti labih lanjut dari beragam definisi tersebut,

ternyata terdapat beberapa kesamaan terutama dalam objek kajiannya. Dalam

hal ini penulis akan mengungkapkan beberapa pendapat mereka tentang ilmu

hisab.

Moedji Raharto memberikan definisi terhadap ilmu hisab dalam arti

khusus yaitu cara penentuan awal bulan Islam atau cara memprediksi

4
Ibid., hlm. 471.
5
Ibid., hlm. 108.
22

fenomena alam lainnya seperti gerhana bulan dan gerhana matahari melalui

perhitungan posisi, gerak bulan, dan matahari.6

Berbeda dari Moedji, dalam Almanak Hisab Rukyah, Ichtiyanto

memberi warna berbeda dalam pendefinisian hisab, bahwa hisab adalah suatu

ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan yang

dalam bahasa inggris disebut arithmatic. Ilmu falak dan ilmu faraidl7

termasuk ke dalam ilmu hisab. Demikian itu karena hal yang paling dominan

dalam kedua ilmu tersebut adalah menghitung, melakukan perhitungan-

perhitungan.8

Dari definisi tersebut jelas kiranya bahwa ilmu hisab dan ilmu faraidl

keduanya termasuk dalam ilmu hisab. Dari sini pula dapat kita simpulkan

bahwa ilmu falak adalah ilmu hisab, akan tetapi ilmu hisab belum tentu ilmu

falak. Namun yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini khususnya

masyarakat Indonesia mengenal ilmu falak sebagai ilmu hisab. Bahkan ada

yang beranggapan bahwa ilmu falak adalah nama lain dari ilmu hisab.

Penamaan tersebut dengan alasan bahwa ilmu pengetahuan tersebut memiliki

objek yang disebut falak (lintasan bintang-bintang). Juga dinamakan hisab

karena dominan aktivitas didalamnya adalah melakukan perhitungan –

perhitungan.

6
Moedji Raharto,” Astronomi Islam dalam Perspektif Astronomi Modern” dalam Moedji
Raharto (ed), Gerhana Kumpulan Tulisan Moedji Raharto, (Lembang: Pendidikan dan Pelatihan
Hisab Rukyah Negara-Negara MABIMS, 2000), hlm. 105.
7
Ilmu faraidl adalah suatu disiplin ilmu dalam Agama Islam yang khusus mempelajari
tentang bagian-bagian ahli waris dan cara-cara melakukan perhitungan dan pembagian harta
warisan.
8
Ichtiyanto, et. al., Alamanak Hisab Rukyah, (Jakarta: Badan Hisab Rukyah,, 1981), hlm
229.
23

Sedangkan “Rukyah” juga berasal dari Bahasa Arab yaitu

artinya melihat.9 Maksudnya yaitu melihat Bulan secara fisik dengan mata.10

Rukyah dilaksanakan pada tanggal 29 bulan kamariah pada saat matahari

terbenam. Hal ini terkait dengan pemahaman bahwa masuknya bulan baru

adalah jika ijtima‟11 terjadi sebelum saat matahari terbenam, maka sejak

matahari terbenam itulah awal bulan baru sudah mulai masuk tanpa

mempertimbangkan apakah hilal sudah diatas ufuk atau belum.

Seiring dengan berkembangnya jaman, istilah Hisab Rukyah juga

sering disebut Ilmu Falak,12 yaitu sebuah ilmu pengetahuan yang didalamnya

mempelajari benda-benda langit tentang fisik, ukuran dan segala sesuatu yang

berhubungan dengannya.13

Dalam kamus al-Munjid disebutkan bahwa ilmu falak adalah :

Artinya: “Ilmu yang mempelajari tentang keadaan benda-benda langit”. 14

9
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1996),
hlm. 460.
10
Suara Muhammadiyah, Hisab Bulan Kamariah, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2008), h. 1.
11
Ijtima‟ adalah suatu keadaan dimana posisi bumi, bulan dan matahari berada dalam
satu garis lurus (bujur astronomi), lihat juga Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta:
Buana Pustaka, 2005), hlm. 32.
12
Ilmu falak, berasal dari dua kata yaitu ilmu yang berarti pengetahuan atau kepandaian,
dan falak yang berarti lengkung langit, lingkaran langit, cakrawala, dan juga dapat berarti
pengetahuan mengenai keadaan (peredaran, perhitungan, dan lain sebagainya) bintang, ilmu
perbintangan (astronomi), lihat dalam Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 325
13
Badan Hisab Rukyah RI, op.cit, hlm. 22.
14
Loewis Ma‟luf. al-Munjid, op.cit, hlm. 594.
24

Adapun benda-benda langit yang dipelajari dalam ilmu falak15 adalah

matahari, bumi dan bulan. Hal ini disebabkan karena sebagian perintah ibadah

keabsahannya ditentukan oleh benda-benda tersebut.

Secara etimologis kata falak berasal dari bahasa Arab yang mempunyai

persamaan arti kata madar16 atau kata orbit17 (bahasa inggris) dan dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “lingkaran langit atau

cakrawala”18. Kata falak dalam al-Qur‟an diungkap sebanyak dua kali, yaitu

pada surat al-Anbiya‟ ayat 33 dan surat Yaasin ayat 40. Masing-masing ayat

tersebut mengartikannya sebagai garis edar19 atau orbit.20

            

Artinya: Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis
edarnya.(Q.S. al-Anbiya‟: 33)21

15
Adapun yang termasuk pada wilayah ilmu falak seperti yang dijelaskan oleh Drs. P.
Simamora yaitu meliputi pengetahuan tentang letak, pergerakan dan sifat-sifat matahari, bulan,
bintang, planit (termasuk bumi kita), dan sebagainya disebut Astronomi (aster=bintang). Sedang
peramalan nasib peruntungan manusia, sesuatu bangsa atau Negara dan sebagainya dengan
memperhatikan letak benda-benda langit itu (pada hakekatnya adalah tahayyul), dinamai
Astrologi. Para ahli astrologi di babilinia mendapat kedudukan terhormat di kalangan bangsanya,
berkat kecakapan mereka menujumkan hal-hal yang bakal terjadi. Ajaran mengenai asal mula
terjadinya seluruh benda-benda langit ataupun alam semesta, yang umumnya berhubungan erat
dengan filsafat, kepercayaan (agama) dinamai Kosmogoni. Mengenai hal ini ada ratusaan
dongengnya yang isinya tiada serupa. Baru pada abab ke 18 mulai diselidiki orang lebih
mendalam. Misalnya “teori kabut” Kant-Laplace mengenai terjadinya susunan mata-hari
(Zonnestelsel, bahasa Belanda = Solar System, Bahasa Inggris). P. Simamora, Ilmu Falak
(Kosmografi), (Jakarta: CV. Pedjuang Bangsa, 1985), hlm. 3.
16
Achmad Warson Munawwir. Kamus al-Munawir, op. cit, hlm. 1152.
17
Munir Ba‟albaki, Al-Munawwir A Modern English-Arabic Dictionary, cet. III, (Beirut:
Dar al-Ilm li al-Malayin, 1970), hlm. 637.
18
Departemen P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke 2 cet. IX, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1999), hlm. 274.
19
Depag RI. Al-Qur’an Dan Terjemahan, op. cit, hlm. 499.
20
Susiknan Azhari, Ilmu Falak “Perjumpaan Khazanah Islam dan Sians Modern”, cet II,
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), hlm. 1.
21
Depag RI. al-Qur’an Dan Terjemahan, op.cit, hlm. 257.
25

              

 

Atinya: Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun


tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.(Q.S. Yaasin: 40)22

Adapun secara terminologi dapat dikemukakan beberapa pengertian

ilmu falak sebagai berikut:23

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan mengenai keadaan (peredaran,

perhitungan, dan sebagainya) bintang-bintang.24

2. Ensiklopedi Islam

Ilmu Falak adalah suatu ilmu yang mempelajari benda-benda langit,

matahari, bulan,bintang dan planet-planet lainnya.25

3. Ensiklopedi Hukum Islam

Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari benda-benda

langit, tentang fisiknya, ukurannya, geraknya, dan segala sesuatu yang

berhubungan dengannya.26

4. Almanak Hisab Rukyat

Ilmu Falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan-lintasan

benda-benda langit, seperti Matahari, Bulan, bintang-bintang, dan benda-


22
Ibid. hlm. 353.
23
Ibid. hlm. 2.
24
Departemen P & K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit. hlm. 239.
25
Hafidz Dasuki, Ensiklopedi Islam, jilid I, (Jakarta: Ichtiar van Hove, 1994), hlm. 330.
26
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, cet. I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeven, 1997), jilid I, hlm. 304.
26

benda lainnya, dengan tujuan untuk mengetahui posisi dari benda-benda

langit itu serta kedudukannya dari benda-benda langit yang lain.27

Dalam beberapa literatur, ilmu falak juga sering disebut dengan ilmu

hisab,28 miqat, rasd, dan hai’ah.29 Studi ilmu falak terutama diarahkan untuk:30

1. Membantu meningkatkan akurasi penentuan posisi atau arah kiblat secara

tepat dari berbagai penjuru bagi umat Islam yang berada jauh dari mekah.

2. Menentukan waktu-waktu salat.

3. Menentukan awal bulan hijriah

4. Menentukan gerhana.

Ilmu falak atau ilmu hisab pada garis besarnya dapat dibedakan

menjadi 2 macam, yaitu:31

1. Ilmu falak „ilmiy (Theoritical Astronomy), adalah ilmu falak yang

membahas teori serta konsep-konsep benda langit seperti:

a. Cosmogoni adalah cabang dari astronomi yang mempelajari

tentang asal mula kejadian benda-benda langit serta perkembangan

selanjutnya.32

b. Cosmologi adalah cabang dari astronomi yang mempelajari tentang

bentuk dan tata himpunan benda-benda langit.33

27
Ichtiyanto, Alamanak Hisab Rukyah, op. cit, hlm. 245.
28
Fakhruddin al-Razi, at-Tafsir al-Kabir, (Beirut Dar al-Fikr, 1983 H), juz 5, hlm. 479.
29
Tanthawi Jauhari, Al-Jawahir fi Trsir al-Qur’anul Karim, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), juz
9, hlm. 166.
30
Susiknan Azhari. Ilmu Falak “Perjumpaan Khazanah Islam dan Sians Modern”,
op.cit. hlm. 3.
31
Muhyidin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek “Perhitungan Arah Kiblat,
Waktu Shalat, Awal Bulan dan Gerhana”, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004), hlm. 4.
32
Ibid, hlm. 16.
33
Muhyidin Khazin, loc.cit.
27

c. Cosmografi adalah cabang dari astronomi yang mempelajari

tentang gambaran peredaran benda-benda langit serta kelompok-

kelompok bintang.34

d. Astrometik adalah cabang dari astronomi yang mempelajari

ukuran-ukuran benda-benda langit serta jarak antara satu dengan

lainnya. Astrometik juga merupakan dasar bagi penentuan system

koordinat astronomi, lintasan dan gerak benda langit.35

e. Astromekanik adalah cabang dari astronomi yang mempelajari

tentang gerak benda-benda langit serta gaya tarik antara satu

dengan lainnya.36

f. Astrofisika adalah cabang dari astronomi yang mempelajari tentang

sifat dan unsur-unsur yang terdapat pada benda-benda langit dari

fisika. Astrofisika terutama bersandar kepada telaah pancaran yang

diterima dari benda-benda langit.37

2. Ilmu falak „amaliy38 (Practical Astronomy), yaitu ilmu yang

melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan

benda-benda langit antara satu dengan lainnya.

B. Dasar Hukum Metode Hisab Rukyah

Ada beberapa dalil (argumen) baik dalil naqli maupun dalil aqli

yang dijadikan sebagai landasan hukum hisab rukyah:

34
Muhyidin Khazin, loc.cit.
35
Ibid, hlm. 9.
36
Muhyidin Khazin, loc.cit.
37
Ibid, hlm. 8.
38
Ilmu falak „amaly ini yang oleh mesyarakat umum dikenal dengan ilmu falak atau ilmu
hisab. Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, loc.cit.
28

1. Dasar Hukum al-Qur‟an, antara lain:

a. Surat al-Baqarah ayat 189

          


Atinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah:
"Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadat) haji…...” (Q.S. al-Baqarah: 189)39

b. Surat al-Yunus ayat 5

        

    


Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-
tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu)… (Q.S. al-Yunus:
5)40

c. Surat al-Israa‟ ayat 12

          

         


Artinya: Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu
kami hapuskan tanda malam dan kami jadikan tanda siang
itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan
supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan
perhitungan. (Q.S. al-Israa‟: 12)41

d. Surat al-Nahl ayat 16

     

39
Depag RI. Al-Qur’an Dan Terjemahan, op.cit, hlm. 23.
40
Ibid, hlm. 166.
41
Ibid, hlm. 226.
29

Atinya: Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). dan dengan


bintang-bintang Itulah mereka mendapat petunjuk. (Q.S. al-
Nahl: 16)42

e. Surat al-Taubah ayat 36

            

  


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua
belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia
menciptakan langit dan bumi, (Q.S. al-Taubah: 36)43

f. Surat al-Hijr ayat 16

       


Artinya: Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan gugusan
bintang-bintang (di langit) dan kami Telah menghiasi langit
itu bagi orang-orang yang memandang (nya), (Q.S al-Hijr:
16)44

g. Surat al-Anbiya‟ ayat 33

          

 
Artinya: Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. masing-masing dari keduanya itu
beredar di dalam garis edarnya. (Q.S al-Anbiyaa‟: 33)45

42
Ibid, hlm. 214.
43
Ibid, hlm. 155.
44
Ibid, hlm. 209.
45
Ibid, hlm. 259.
30

2. Dasar Hukum Hadis, antara lain:

a. Hadis riwayat Muslim dari ibn Umar

‫عه ابه عمس زضي اهلل عىٍما قال قال زسُل اهلل صلّ اهلل عليً َسلم اوما‬
‫الشٍس تسع َعشسَن فال تصُمُا حتي تسَي َال تفطسَا حتي تسَي فان غم‬
)‫عليكم فاقدزَالً (زَاي مسلم‬

Artinya : “Dari Ibnu Umar ra. Berkata Rasulullah saw bersabda satu
bulan hanya 29 hari, maka jangan kamu berpuasa sebelum
melihat bulan, dan jangan berbuka sebelum melihatnya dan
jika tertutup awal maka perkirakanlah. (HR. Muslim)

b. Hadis riwayat Bukhari

ً‫عه وافع عه عبداهلل به عمس زضي اهلل عىٍما ان زسُل اهلل صلّ اهلل علي‬
‫ ال تصُمُا حتّ تسَا الٍالل َال تفطسَا حتّ تسَي‬: ‫َسلم ذكس زمضان فقال‬
)ِ‫فان غم عليكم فاقدزَالً (زَاي البخاز‬

Artinya : “Dari Nafi‟ dari Abdillah bin Umar bahwasanya Rasulullah


saw menjelaskan bulan Ramadan kemudian beliau
bersabda: janganlah kamu berpuasa ssampai kamu melihat
hilal dan (kelak) janganlah kamu berbuak sebelum
melihatnya lagi.jika tertutup awan maka perkirakanlah (HR
Bukhari)

c. Hadis riwayat Bukhari

‫حدثىا سعيد به عمسَ اوً سمع ابه عمس زضي اهلل عىٍما عه الىبّ صلّ اهلل‬
ّ‫عليً َسلم اوً قال اوا امت اميت الوكتب َالوحسب الشٍس ٌكرا ٌَكرا يعى‬
)ِ‫مسةتسعت َعشسَن َمسة ثالثيه (زَاي البخاز‬

Artinya : “ Dari Said bin Amr bahwasanya dia mendengar Ibn Umar
ra dari Nabi saw beliau bersabda : sungguh bahwa kami
adalah umat yang Ummi tidak mampu menulis dan
menghitung umur bulan adalah sekian dan sekian yaitu
kadang 29 hari dan kadang 30 hari. (HR Bukhari)

46
Abu Husain Muslim bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I, (Beirut: Dar al Fikr, tt), hlm.
481.
47
Muhammad ibn Isma‟il al Bukhari, Shohih Bukhari, Juz III, (Beirut: Dar al Fikr, tt),
hlm. 34.
48
Ibid.
31

C. Sejarah Hisab Rukyah

Dalam catatan sejarah, penemu ilmu astronomi adalah Nabi Idris.49

Namun sekitar abad ke-28 sebelum masehi embrio ilmu falak baru mulai

nampak sebagaimana digunakan dalam penentuan waktu pada penyembahan

berhala seperti yang terjadi di mesir untuk menyembah dewa Orisis, Isis dan

Amon, serta di Babilonia dan Mesopotamia untuk menyembah dewa Astoroth

dan Baal.50

Tetapi pengetahuan tentang nama- nama hari dalam satu minggu baru

ada pada 5000 tahun Sebelum masehi yang masing – masing diberi nama

dengan nama- nama benda langit. Yaitu Matahari untuk hari Ahad, Bulan

untuk hari Senin, Mars untuk hari Selasa, Mercurius untuk hari Rabu, Yupiter

untuk hari Kamis, Venus untuk hari Jum‟at dan Saturnus untuk hari Sabtu.51

Pada masa sebelum masehi, perkembangan ilmu ini dipengaruhi oleh

teori Geosentris52 Aristoteles. Kemudian teori ini dipertajam oleh Aristarchus

dari Samos (310-230 SM) dengan hasil pengukuran jarak antara bumi dan

matahari, kemudian Eratosthenes dari Mesir juga sudah dapat menghitung

keliling bumi.

Setelah Masehi perkembangan ilmu ini ditandai dengan temuan

Claudius Ptolomeus (140 M) berupa catatan tentang bintang – bintang yang

49
Sebagaimana sering dijumpai dalam muqadimah kitab-kitab falak seperti dalam Zubair
Umar al Jailany, al-Khulasoh al-Wafiyah, (Surakarta: Melati, tt,) hlm. 5.
50
Thantawi al-Jauhari. Al-Jawahir fi Trsir al-Qur’anul Karim, op. cit, hlm. 16–17.
51
Ibid .
52
Teori geosentris adalah teori yang yang berasumsi bahwa bumi adalah sebagi pusat
peredaran benda-benda langit.
32

diberi nama Tibril Magesthi dan berasumsi bahwa bentuk semesta alam adalah

Geosentris.53

Pada masa permulaan Islam, ilmu astronomi belum begitu masyhur

dikalangan umat Islam. Hal ini tersirat dari hadits nabi yang diriwayatkan oleh

Bukhari inna ummatun ummiyatun la naktubu wa la nahsibu54, Namun

demikian mereka telah mampu mendokumentasikan peristiwa- peristiwa pada

masa itu dengan memberikan nama-nama tahun sesuai dengan peristiwa yang

paling monumental.55

Wacana mengenai hisab rukyah baru muncul pada masa pemerintahan

Khalifah Umar Bin Khattab ra, beliau menetapakan kalender hijriyah sebagai

dasar melaksanakan ibadah bagi umat Islam. Penetapan ini terjadi pada tahun

17 H. Tepatnya pada tanggal 20 Jumadil Akhir 17 H56 dan di mulai sejak Nabi

hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Perhitungan tahun hijriyah dilatarbelakangi oleh pengangkatan

beberapa gubernur pada masa pemerintahan Umar, diantaranya pengangkatan

Abu Musa al-Asy‟ari sebagai gubernur Basrah. Surat pengangkatannya

berlaku mulai Sya‟ban tetapi tidak jelas tahunnya. Karena tidak diketahui

tahunnya secara pasti, maka Umar merasa perlu menghitung dan menetapkan

tahun Islam. Kemudian umar mengundang para sahabat untuk bermusyawarah

53
Ahmad Izzuddin. Fiqh Hisab Rukyah Indonesia: Sebuah Upaya Penyatuan Madzhab
Rukyah Dengan Madzhab Hisab, op.cit, hlm. 43.
54
Lihat hadits selengkapnya dalam dasar hukum hisab rukyah dari hadits.
55
Hal ini dapat kita temukan dalam literatur sejarah Islam dimana kita mengenal istilah
tahun gajah karena ketika nabi lahir terjadi penyerangan oleh pasukan bergajah, tahun ijin karena
merupakan tahun diijinkannya hijrah ke madinah , tahun amr dimana umat Islam diperintahkan
untuk menggunakan senjata. Selain itu juga ada tahun jama‟ah, dan sebagainya.
56
Slamet Hambali, Almanak Sepanjang Masa, (Semarang: IAIN Walisongo, tt.), hlm. 5.
33

tantang masalah ini. dan kemudian disepakati kalender hijriyah sebagai

kalender negara.

Perkembangan hisab rukyah mencapai titik keemasan pada masa

pemerintahan dinasti Abbasyiah masa keemasan itu ditandai dengan adanya

penerjemahan kitab Sindihind dari india pada masa pemerintahan Abu Ja‟far

al-Manshur.57 Selanjutnya pada masa al Makmun di Baghdad didirikan

observatorium pertama yaitu Syammasiyah 213 H/ 828 M yang di pimpin oleh

dua ahli astronomi termashur Fadhl ibn al-Naubakht dan Muhammad ibn

Musa al-Khawarizmi58 yang kemudian diikuti dengan serangkaian

observatorium yang dihubungkan dengan nama ahli astronomi seperti

observatorium al-Battani di Raqqa dan Abdurrahman al-Shufi di Syiraz.59

Puncak dari zaman keemasan astronomi ini dicapai pada abad 9 H/15

M ketika Ulugh Beik cucu Timur Lenk mendirikan observatoriummya di

Samarkand bersamaan dengan observatorium Istambul, keduanya dianggap

sebagai penghubung lembaga ini ke dunia barat.60

Tokoh- tokoh astronomi yang hidup pada masa keemasan antara lain

adalah al-Farghani, Maslamah ibn al-Marjit di Andalusia yang telah

mengubah tahun masehi menjadi tahun hijriyah, Mirza Ulugh bin Timur Lenk

57
Muh Farid Wajdi, Dairotul Ma’arif, juz VIII, Cet II, (Mesir: tp,1342 H), hlm. 483.
58
Observatorium pada masa ini telah meninggalkan teori yunani kuno dan membuat teori
sendiri dalam menghitung kulminasi matahari dan menghasilkan data-data dari kitab Sindihind
yang di sebut dengan Table of Makmun dan oleh orang eropa di kenal dengan astronomos/
astronomy. Lihat dalam Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat:
Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam,Terj. Joko S Kalhar, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996),
hlm. 230-233.
59
Sayyed Hossein Nasr, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,Terj J Muhyidin, (Bandung:
Penerbit Pustaka, 1986), hlm. 62-63.
60
Ibid.
34

yang terkenal dengan Ephemerisnya, Ibn Yunus, Nasirudin, Ulugh Beik yang

terkenal dengan landasan ijtima‟ dalam penentuan awal bulan kamariah.61

Setelah Islam menampakkan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan

dengan terjadinya ekspansi intelektualitas ke Eropa melalui Spanyol,

muncullah Nicolas Capernicus (1473-1543) yang membongkar teori

Geosentris yang dikembangkan oleh Ptolomeus dengan mengembangkan teori

Heliosentris.62

Di Indonesia, sejak zaman kerajaan-kerajaan Islam, umat Islam sudah

terlibat dalam pemikiran hisab rukyah yang ditandai dengan penggunaan

kalender hijriyah sebagai kalender resmi. Sekalipun setelah adanya penjajahan

Belanda, terjadi pergeseran penggunaan kalender resmi pemerintah yang

semula kalender hijriyah diganti dengan penggunaan kalender masehi. Meski

demikian umat Islam terutama yang ada di daerah- daerah tetap menggunakan

kalender hijriyah.

Hal yang demikian ini tidak dilarang oleh pemerintah kolonial bahkan

penerapannya diserahkan kepada penguasa kerajaan Islam masing-masing

terutama yang menyangkut masalah peribadatan seperti tanggal 1 Ramadan, 1

Syawal dan 10 Dzulhijjah.63

61
Jamil Ahmad, Seratus Muslim terkemuka,Terj. Tim penerjemah Pustaka al Firdaus, Cet
I, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987), hlm. 166-170.
62
Teori Heliosentris adalah teori yang merupakan kebalikan dari teori geosentris. Teori
ini mengemukakan bahwa Matahari sebagai pusat peredaran benda- benda langit. Akan tetapi
menurut lacakan sejaarah yang pertama kali melakukan kritikk terhadap teori geosentris adalah al
Biruni yang berasumsi tidak mungkin langit yang begitu besar beserta bintang-bintangnya yang
mengelilingi bumi. Lihat dalam Ahmad Baiquni, al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi,
Cet IV, (Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996), hlm. 9.
63
Badan Hisab Rukyah RI. Almanak Hisab Rukyah, op.cit, hlm. 22.
35

Wacana hisab rukyah di Indonesia paling bersejarah yang terjadi pada

masa pemerintahan kerajaan Islam adalah dengan diberlakukannya kalender

hijriyah sebagai kalender resmi menggantikan tahun Saka.64

Perkembangan hisab rukyah pada awal abad 17 sampai 19 bahkan

awal abad 20 tidak bisa lepas dari pemikiran serupa di negara Islam yang lain.

Hal ini seperti tercermin dalam kitab al-Sullam al-Nayyirain65 yang masih

terpengaruh oleh sistem Ulugh Beyk.

Namun dengan semakin canggihnya teknologi dan ilmu pengetahuan

maka wacana hisab rukyah pun mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Data Bulan dan Matahari menjadi semakin akurat dengan adanya sistem

Ephemeris, Almanak Nautika dan sebagainya yang menyajikan data per-jam.

Sehingga akurasi perhitungan bisa semakin tepat. Sampai sekarang,

hazanah (kitab-kitab) hisab di Indonesia dapat dikatakan relatif

banyak apalagi banyak pakar hisab sekarang yang menerbitkan

(menyusun) kitab falak dengan cara mencangkok kitab-kitab yang

sudah lama ada di masyarakat di samping adanya kecanggihan teknologi

yang dikembangkan oleh para pakar Astronomi dalam mengolah data -

data kontemporer berkaitan dengan hisab rukyah

64
Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokro Kusuma, raja
kerajaan Islam Mataram II (1613 – 1645)
65
Sullamun Nayyirain adalah kitab kecil unruk mengetahui konjungsi matahari, bulan
berdasarkan metode Ulugh Beik al Samarqondy yang di susun oleh KH. Muh Mansur bin KH
Abdul Hamid bin Muh Damiry al Batawy. Di mana kitab tersebut berisi rissalah untuk ijtima‟,
gerhana bulan daan matahari. Lihat dalam Ahmad Izzuddin , Analisis Kritis tentang Hisab Awal
Bulan Kamariah dalam kitab Sullamun Nayyirain, Skripsi Sarjana, (Semarang: Fakultas Syari‟ah
IAIN Walisongo, 1997), hlm. 8.
36

Melihat fenomena tersebut pemerintah mendirikan Badan Hisab

Rukyah yang berada di bawah naungan Kementrian Agama. Pada

dasarnya kehadiran Badan Hisab Rukyah untuk menjaga persatuan dan

Ukhuwah Islamiyyah khususnya dalam beribadah. Hanya saja dalam

dataran realistis dan etika praktis, masih belum terwujud. Hal ini dapat

dilihat dengan seringkali terjadi perbedaan puasa Ramadan maupun hari

raya Idul Fitri.

D. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia

Sebagaimana telah penulis ungkapkan bahwa syara‟ telah

memberikan pedoman dalam menentukan awal bulan kamariah seperti

yang tercantum dalam al-Quran dan al-Hadis. Pedomaan tersebut secara

garis besar ada dua macam cara.

1. Metode Rukyah bi al-Fi‟li

Istilah ini berarti upaya melihat atau mengamati hilal dengan mata

ataupun dengan teleskop pada saat matahari terbenam menjelang bulan

baru kamariah.66 Apabila hilal berhasil di lihat maka malam itu dan

keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal 1 (satu) untuk bulan baru.

Sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat karena gangguan cuaca maka

tanggal satu bulan baru ditetapkan pada malam hari berikutnya atau bulan

di istikmalkan 30 hari.

Rukyah bi al-Fi‟li adalah sistem penentuan awal bulan kamariah

yang telah dilakukan sejak zaman nabi dan sahabat, tabi‟in, tabi‟ al-tabi‟in,

66
Ibid, hlm. 130.
37

bahkan sekarangpun masih banyak umat Islam yang menggunakan cara

atau metode ini. Terutama untuk hal penentuan awal bulan ramadhan,

Syawal dan Dzulhijjah, namun sistem ini tidak bisa untuk menyusun

kalender.

2. Metode Perhitungan Astronomi (Hisab)

Untuk menentukan awal bulan kamariah dengan menggunakan

cara hisab pada garis besarnya diklasifikasikan menjadi dua macam67

yaitu:

1. Hisab Urfi atau Istilahi

Hisab ini adalah sistem perhitungan penanggalan yang

didasarkan pada perdaran rata-rata bulan mengelilingi bumi dan

ditetapkan secara konvensional. Sistem ini tidak berbeda dengan

kalender masehi. Bilangan hari pada tiap bulan berjumlah tetap kecuali

pada tahun-tahun tertentu yang jumlahnya lebih panjang satu hari.

Sistem hisab ini tidak dapat digunakan dalam menentukan awal bulan

kamariah untuk pelaksanaan ibadah, karena menurut sistem ini umur

bulan Sya‟ban dan Ramadan adalah tetap yaitu 29 hari untuk bulan

Sya‟ban dan 30 hari untuk bulan Ramadan.68

Hisab urfi juga disebut sebagai hisab Jawa Islam, karena

hisab ini menetapkan satu daur (siklus) terdiri dari delapan tahun yang

disebut windu. Setiap satu windu terbagi menjadi dua macam tahun,

67
Nur Muhaimin, et. al., Pedoman Penghitungan Awal Bulan Qomariyah, (Jakarta:
Ditbinbapera Departemen Agama R.I., 1983), hlm. 7.
68
Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat "Wacana untuk Membangun Kebersamaan di
Tengah Perbedaan", (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 3.
38

pertama tahun kabisat (wuntu atau panjang yang jatuh pada tahun ke-

2, 4 dan 8) panjang umur setiap tahun adalah 355 hari. Kedua tahun

basithah (wastu atau pendek yang jatuh pada tahun yang ke-1, 3, 5, 6

dan 7) jumlah hari setiap tahun 354 hari.

Umur bulan ditetapkan 30 hari untuk bulan ganjil dan 29 hari

untuk bulan genap kecuali pada bulan besar pada tahun-tahun kabisat

berumur 30 hari. Pada setiap 120 tahun mengalami pengunduran 1 hari

yaitu dengan menghitung bulan yang besar yang mestinya berumur 30

hari dihitung 29 hari.

Nama-nama bulan dalam hisab urfi adalah sebagai berikut:

1. Suro 7. Rejeb

2. Sapar 8. Ruwah

3. Mulud 9. Poso

4. Bakdo Mulud 10. Sawal

5. Jumadil Awal 11. Dzulkangidah (Apit)

6. Jumadil Akhir 12. Besar

Sedangkan tahun-tahun dalam setiap windu diberi lambang

dengan huruf alif abjadiyah berturur-turut sebagai berikut:

1. Alif 5. Dal

2. Ehe 6. Be

3. Jimawal 7. Wawu

4. Ze 8. Jimakhir
39

Hisab urfi jawa Islam yang dipaparkan ini peranannya sama

dengan hisab urfi yang telah diuraikan di atas sehingga untuk

menentukan awal bulan kedua konsep itu tidak dapat dipakai.

b. Hisab Hakiki

Hisab hakiki adalah penentuan awal bulan kamariah dengan

perhitungan yang berdasarkan bulan dan bumi yang sebenarnya.

Jumlah hari dalam setiap bulannya tidaklah tetap dan tidak beraturan,

umurnya 29 hari atau 30 hari atau kadang-kadang pula bergantian

seperti menurut perhitungan hisab urfi.

Sistem hisab ini dianggap lebih sesuai dengan syara‟ sebab

dalam prakteknya memperhitungkan kapan hilal tampak/wujud dengan

menggunakan data akurat yang diambil dari gerakan peredaran

matahari, bulan, dan bumi serta mempergunakan kaidah-kaidah ilmu

segi tiga bola (spherical trigonometri). Dalam perkembangannya

sistem ini telah bergerak lebih jauh, terbagi atas sistem hisab hakiki

takribi, hisab hakiki tahkiki, dan hakiki kontemporer.69

Hisab hakiki takribi adalah sistem hisab yang menggunakan

data astronomi dari daftar ephimeris (zij) yang disusun oleh Ulugh

Beyk (W854), yang kemudian dipertajam dengan beberapa koreksi

yang sederhana. Dalam menghitung ketinggian bulan pada saat

69
Istilah “Ilmu Hisab Hakiii dan Pengelompokannya “ menjadi tiga macam kategori
tersebut muncul pertama kali pada acara Seminar Sehari Hisab & Rukyat Departemen Agama RI
pada tanggal 27 April 1992 M. di Tugu Bogor (Jawa Barat). Pengelompokan tersebut
dikemukakan oleh KH. Noor Ahmad ibn. Shadiq ibn. Saryani (pengasuh Pondok Pesantren Jepara)
dan Drs. H. Taufiq SH. http://paramujaddida.wordpress.com/2010/04/17/ensiklopedia-ilmu-falak-
rumus-rumus-hisab-falak/. 22-6-2011.
40

terbenam matahari pada tanggal terjadinya ijtima‟ sistem seperti ini

dengan cara membagi dua selisih waktu saat terjadi ijtima‟ dari saat

matahari terbenam.

Tentu saja dengan cara seperti ini, maka produk perhitungan

masih begitu „kurang-lebih” hisab seperti ini termasuk yang kategori

ini adalah Sullam an-Nayyiran karya K.H.Muhammad Mansur bin

Abdul Hamid, Fathu al-Rauf al-Mannan karya K.H. Abu Hamdan

Abdul Jalil dan al-Quwa‟id al-Falakiyyah karya Abd al-Fattah al-

Tukhi.70

Sedangkan hisab hakiki tahkiki adalah hisab yang didasarkan

pada peredaran bulan dan bumi yang sebenarnya. Menurut sistem ini

umur bulan tidaklah konstan dan juga tidak beraturan melainkan

bergantung posisi hilal setiap bulan. Sehingga umur bulan bisa jadi

berturut-turut 29 hari atau 30 hari bahkan boleh jadi bergantian

sebagaimana dalam hisab urfi.71

Dalam melakukan perhitungan, hasil hisab tersebut kurang

halus hal ini dikarenakan adanya pembulatan-pembulatan angka invers

dari daftar logaritma serta ketidaktepatan pembagian menit dan detik.

Dalam menghitung ketinggian hilal sistem ini memperhatikan

sistem observasi lintang tempat nyata. Deklinasi bulan dan sudut

waktu dan asensiorekhta, bahkan lebih lanjut diperhitungkan pula

pengaruh Refraksi (pembiasan sinar). Parallaks (beda lihat), dip


70
Abd. Salam Nawawi, Algoritma Hisab Ephimeris, (Semarang: Pendidikan dan
Pelatihan Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006), hlm. 1
71
Ibid, hlm. 65.
41

(kerendahan ufuk72) dan setengah diameter bulan. Hisab ini mampu

memberikan tentang informasi waktu terbenamnya matahari, saat

terjadinya ijtima‟ dan ketinggian hilal, azimuth matahari dan bulan

untuk suatu tempat observasi.73

Oleh karena itu dalam kaitaannya dengan pelaksanaan rukyat

al-hilal, hisab hakiki tahkiki ini sangat representatif sebagai alat

bantunya, sebab dengan sistem ini para pe-rukyah diajak untuk

memperhatikan satu daerah dimana hilal dimungkinkan akan terlihat

oleh mata.

Sistem hisab hakiki kontemporer yaitu sistem hisab yang

menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika

yang telah dikembangkan. Metodenya sama dengan metode hisab

hakiki tahkiki, hanya saja sistem koreksinya lebih teliti dan kompleks,

sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.74

Sebagaimana diketahui perbedaan dalam menentukan awal

bulan kamariah juga disebabkan berbedanya pemahaman tentang

masuknya permulaan bulan baru, dari kapankah hari itu dihitung. Dari

sinilah kemudiaan timbul berbagai aliran mengenai penentuan awal

bulan.

72
Yang dimaksud dengan ufuk adalah lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi
dua bagian yang besarnya sama. Ufuk disebut juga horizon, kaki langit, cakrawala, batas pandang.
73
Nur Muhaimin, et. al., Pedoman Penghitungan Awal Bulan Qomariyah, op. cit, hlm.
105-106.
74
Susiknan Azhari. Hisab & Rukyat "Wacana untuk Membangun Kebersamaan di
Tengah Perbedaan", op.cit, hlm. 4.
42

Pada garis besarnya ada dua golongan, yaitu yang

berpedoman pada ijtima’ dan ada yang berpedoman pada posisi hilal di

atas ufuk saat matahari terbenam.75

a. Golongan Ijtima‟

Golongan ini berpendapat bahwa ijtima‟ adalah pemisah

antara dua bulan kamariah. Namun dalam wilayah empiris, jarang

sekali ditemukan golongan yang berpegang pada aliran ijtima‟

semata. Karena golongan ini justru berkembang sehingga terbagi

atas golongan-golongan kecil yaitu:

a. Ijtima’ qobla al-ghurub yaitu apabila ijtima’ terjadi sebelum

matahari terbenam maka pada malam harinya sudah di anggap

sebagai bulan baru.

b. Ijtima’ qobla al-fajri yaitu apabila ijtima’ terjadi sebelum terbit

fajar maka pada malam itu sudah di anggap sudah masuk awal

bulan baru.

c. Ijtima’ qabla al-zawal yaitu apabila ijtima‟ terjadi sebelum

zawal maka hari itu sudah memasuki awal bulan baru.

Namun dari golongan - golongan tersebut yang masih

banyak di pegang oleh ulama adalah ijtima’ qoblal ghurub dan

ijtima’ qoblal fajri. Sedangkan golongan yang lain tidak banyak di

kenal secara luas oleh masyarakat.

75
Ibid, hlm. 8-9.
43

b. Golongan yang berpedoman pada posisi hilal diatas ufuk

Sebenarnya golongan ini masih berkaitan dengan golongan

ijtima‟. Namun fokus golongan ini lebih kepada posisi hilal di atas

ufuk saat matahari terbenam setelah terjadi ijtima‟. Jadi jelasnya

walaupun terjadi ijtima‟ sebelum matahari terbenam, belum tentu

dipastikan sebagai awal bulan, tetapi terlebih dahulu mengetahui posisi

hilal diatas ufuk. Jika hilal pada saat matahari terbenam sudah berada

di atas ufuk (dalam perhitungan hasilnya positif) maka sejak saat itu

dimulai bulan baru. Dan jika hilal masih di bawah ufuk (hasil

perhitungannya negatif) maka saat itu termasuk bulan yang lama.

Dari uraian diatas dapat diketahui adanya perbedaan dari

berbagai sistem dan aliran dalam menentukan awal bulan kamariah

akibatnya terjadi banyak macam perhitungan dan hasil yang berbeda-

beda.
BAB III

HISAB AWAL BULAN KAMARIAH DALAM KITAB

AL-IRSYAAD AL-MURIID

A. Biografi KH. Ahmad Ghazali Muhammad Fathullah

1. Riwayat Hidup

KH. Ahmad Ghozali memiliki nama lengkap yaitu H.Ahmad

Ghozali bin Muhammad bin Fathullah bin Sa'idah al-Samfani al-

Maduri. Ahmad Ghozali lahir pada 07 Januari 1959 M di kampung

Lanbulan Desa Baturasang Kec.Tambelangan Kab. Sampang Prop.

Jawa Timur dari pasangan KH. Muhammad Fathulloh dan Ibu Nyai

Hj. Zainab Khoiruddin pendiri Pondok Pesantren Al-Mubarok

Lanbulan Sampang Madura.1

KH. Ahmad Ghozali menikah pada tahun 1990 M dengan

seorang wanita bernama Hj. Asma binti Abul Karim. Dalam

pernikahan Kyai Ghozali dan Nyai Asma dikaruniai sembilan orang

anak (5 putra dan 4 putri), yaitu Nurul Bashiroh, Afiyah, Aly, Yahya,

Salman, Muhammad, Kholil, A'isyah, dan Sofiyah.2

Masa kecil Kyai Ghozali banyak dihabiskan dikampungnya

Lanbulan, Sampang. Kyai Ghozali pernah mengenyam pendidikan

Sekolah Dasar (SD) di kampungnya, namun hanya sampai kelas 3.

Kyai Ghozali lalu melanjutkan ngaji di Madrasah dan Pondok

1
Hasil wawancara dengan Bpk. Abdul Mu'id Zahid (Staf Litbang LFNU Gresik) pada
tanggal 21 Januari 2011.
2
Hasil wawancara dengan KH. Ahmad Ghozali melalui email pada tanggal 4 Februari
2011 .

44
45

Pesantren al-Mubarok yang di asuh ayahnya. Di pondok tersebut Kyai

Ghozali merguru kepada ayahnya KH. Muhammad, dan kepada

kedua kakaknya KH. Kurdi Muhammad (alm) dan KH. Barizi

Muhammad.

Pada pertengahan tahun 1976 M Kyai Ghozali diangkat

sebagai salah satu guru di Madrasah al-Mubarok. Kyai Ghozali adalah

sosok yang sangat haus akan ilmu, hal ini terbukti selama Bulan

Ramadhan tepatnya pada tahun 1977 Kyai Ghozali mengaji sebulan

penuh kepada KH. Maimun Zubair Sarang Rembang. Hal tersebut

dilakukan setiap tahun selama 3 tahun berturut-turut sampai tahun

1980. Selama 3 tahun itu selain mengaji dan mengajar di pondok

ayahnya, Kyai Ghozali menyempatkan mengaji pada KH. Hasan Iraqi

(alm) di Kota Sampang setiap Hari Selasa dan Sabtu. Kemudian pada

tahun 1981 M Kyai Ghozali melanjutkan belajar di Makkah pada

beberapa ulama besar di sana yakni di Pesantren Syeikh Ismail al-

Yamani, Kyai Ghozali belajar di pesantren tersebut kurang lebih

selama 15 tahun.3

KH. Ahmad Ghozali dikenal sebagai orang yang arif, gigih,

tekun, giat, cerdas, sederhana, dan sangat demokratis serta penuh

kewibawaan. Kyai Ghozali juga dikenal sebagai sosok yang haus

dalam hal mencari Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu hisab, tidak

mengenal berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mencapainya.

3
Ibid
46

Disamping itu Kyai Ghozali juga terkenal sebagai orang yang sangat

memahami fiqh dalam berbagai madzhab.

KH. Ahmad Ghozali Banyak menimba ilmu kepada guru-guru

besar. Kyai Ghozali juga pernah belajar ilmu falak kepada Syekh

Mukhtaruddin al-Flimbani (alm) di Mekkah, lalu kepada KH. Nasir

Syuja'i (alm), kepada KH. Kamil Hayyan (alm), kepada KH. Hasan

Basri Sa'id (alm), kepada KH. Zubair Abdul Karim (alm) dll.

Kyai Ghozali juga aktif di Lembaga Sosial Keagamaan

Nahdlatul Ulama’ Wilayah Jawa Timur yaitu menjabat sebagai Wakil

Ketua Syuriyah NU di Kab. Sampang, Ketua Syuriyah NU di Kec.

Tambelangan. Penasehat LFNU Jatim, Anggota BHR Jatim, anggota

Hisab dan Ru'yat Kementrian Agama RI.

Karya-karya yang tercipta dari tangan dingin KH. Ahmad

Ghozali telah banyak. Namun kitab-kitab tersebut (khususnya kitab

falak) hanya dicetak untuk kalangan sendiri, yaitu untuk materi

pembelajaran di Pondok Pesantren al-Mubarok Lanbulan, Baturasang,

Sampang, Madura. Beberapa kitab tersebut memiliki konsen

pembahasan berbeda-beda serta menggunakan metode hisab yang

berbeda pula, seperti kitab Tsamarat al-Fikar. Kitab tersebut

membahas tentang waktu shalat, hilal, dan gerhana dengan metode

hisab hakiki tahkiki.

Kitab al-Irsyaad al-Muriid sendiri disusun sebagai

penyempurnaan dari kitab-kitab beliau sebelumnya. Karena buku


47

(kitab) hisab KH. Ahmad Ghozali yang terdahulu ternyata pada

kenyataanya kurang presisi. Kitab-kitab tersebut masih menggunakan

sistem hisab hakiki takribi dan hakiki tahkiki, seperti kitab al-

Taqyidat al-Jaliyah, al-Faidl al-Karim, al-Bughyah al-Rofiq, al-Anfa'

al-Wasilah, al-Tsamaroh al-Fikar.4

Disamping itu Kyai Ghozali juga mengungkapkan bahwa

penyusunan kitab al-Irsyaad al-Muriid ini juga berdasarkan keinginan

Kyai Ghozali untuk ikut memasyarakatkan ilmu falak di kalangan

umat Islam pada umumnya dan para santri pada khususnya. Oleh

karena itu kitab al-Irsyaad al-Muriid disusun dengan bahasa yang

sederhana dan singkat sehingga mudah dipahami serta dapat

dikerjakan dengan alat hitung modern.5

2. Kitab al-Irsyaad al-Muriid Karya KH. Ahmad Ghozali

Muhammad Fathullah

Kitab al-Irsyaad al-Muriid mulai dipublikasikan pada

Pelatihan Aplikasi Hisab Falak yang diadakan oleh Forum Lajnah

Falakiyah dan UIN Malang. Secara global dapat diterangkan bahwa

kitab al-Irsyaad al-Muriid yang tebalnya 238 halaman ini terdiri atas

dua bagian, yaitu bagian utama dan bagian lampiran.

Dalam bagian Kitab al-Irsyaad al-Muriid berisikan :

 Pengantar

4
Ibid
5
Ibid
48

 Pendahuluan

 Bagian Pertama : Kiblat

a. Hukum mempelajari dalil-dalil tentang kiblat

b. Hukum menghadap kiblat

c. Hukum diperbolehkan tidak menghadap kiblat

d. Arah kiblat

e. Jam rashdul kiblat

 Bagian kedua : Waktu shalat

a. Waktu dzuhur

b. Waktu ashar

c. Waktu maghrib

d. Waktu isya'

e. Waktu shubuh

f. Waktu imsak

g. Waktu terbit

h. Perhitungan waktu-waktu shalat

 Bagian ketiga : Penanggalan

a. Pendahuluan

b. Penanggalan masehi

c. Penanggalan hijriyah

d. Bulan-bulan penanggalan hijriyah

e. Hari dan pasaran

f. Tahwil penanggalan hijriyah-masehi secara urfi


49

g. Tahwil penanggalan masehi-hijriyah secara urfi

 Bagian keempat : Pembahasan tentang hilal

a. Hukum melihat hilal (ru'yatul hilal)

b. Ru'yatul hilal yang diterima (al-mu'tabaroh)

c. Hilal tidak terlihat namun hisab menetapkan awal bulan

berdasarkan rukyah

d. Ikhbar dalam rukyatul hilal

e. Memberikan ikhbar rukyatul hilal

f. Penolakan kesaksian rukyatul hilal

g. Hisab hakiki dan hisab isthilahi

h. Kewajiban syariat untuk memberi penetapan hukum terhadap

rukyatul hilal

i. Batasan imkanur rukyah

j. Tahun-tahun dimana Rasulullah saw berpuasa

k. Tabel-tabel data observasi wujudul hilal

l. Langkah-langkah dalam perhitungan ijtima'

m. Langkah-langkah perhitungan hilal

n. Perhitungan terbenam bulan dan matahari secara tahkiki

 Bagian kelima: Gerhana bulan dan matahari

a. Kata Khusuf dan Kusuf dari ayat al-Quran

b. Hukum mempelajari gerhana bulan dan matahari

c. Hal-hal yang disunahkan ketika terjadi gerhana


50

d. Sholat khusufaini

e. Gerhana bulan dan matahari pada masa Rasulullah saw

f. Perhitungan gerhana bulan dan matahari

Kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam penulisan tanda operasi

bilangan seperti pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian

sudah menggunakan tanda yang umum atau yang lazim. Dalam

menandai operasi bilangan tersebut kitab ini menggunakan: (+) untuk

pertambahan, (-) untuk pengurangan, (x) untuk perkalian dan (/)untuk

pembagian.

Dalam kitab ini permulaan hari dihitung mulai hari pertama

Hari Ahad, hari kedua Hari Senin, hari ketiga Hari Selasa dan

seterusnya. Sedangkan pasaran dimulai dari Kliwon dan seterusnya.

Rumus yang digunakan kitab al-Irsyaad al-Muriid sudah

sangat modern. Hal tersebut memang wajar karena diantara rujukan

kitab al-Irsyaad al-Muriid adalah Astronomical Formula For

Calculator, Astronomical Algorithms, Astronomi With Personal

Computer dan lain-lain yang diramu dengan sedemikian rupa oleh

Kyai Ghozali sehingga menjadi rumus yang mudah digunakan oleh

para pengguna kitab al-Irsyaad al-Muriid.6

6
Salah satu rumus yang diramu oleh Kyai Ghozali adalah rumus untuk mencari gerak
matahari yang terdapat dalam buku Astronomical Algorithms. Berikut ini rumusnya M =
357.52910 + 35999.05030 x T maka dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid menjadi m = Frac
((357.52910 + 35999.05030 x T) / 360) x 360. Jean Meeus, Astronomical Algorithms, (Virginia:
Willman–Bell, Inc, 1991), hlm. 151.
51

B. Metode Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Kitab al-Irsyaad al-

Muriid

Kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam menentukan awal bulan

kamariah hanya memuat satu metode saja, yaitu metode hisab

kontemporer. Hal ini tentunya berbeda dengan metode hisab yang

digunakan pada kitab-kitab lain. Kitab-kitab yang membahas tentang hisab

awal bulan kamariah, dalam meng-hisab biasanya diawali dengan

menggunakan hisab hakiki takribi. Metode tersebut dipakai untuk dasar

pijakan dalam mengerjakan hisab hakiki tahkiki. Dengan kata lain, untuk

mengerjakan hisab tahkiki harus mangerjakan hisab takribi lebih dahulu.

Metode tersebut seperti terdapat dalam kitab al-Khulasoh al-Wafiyah dan

kitab Ittifaq Dzatil Bain.

Kitab al-Irsyaad al-Muriid termasuk ke dalam hisab dengan

metode kontemporer. Metodenya kurang lebih sama dengan metode hisab

kontemporer pada umumnya. Akan tetapi, di dalam proses hisab tersebut

terdapat beberapa perbedaan pada perhitungan-perhitungannya. Dalam

kitab al-Irsyaad al-Muriid menghitung ijtima' telah melalui proses yang

panjang serta koreksi-koreksi terhadap gerak posisi matahari dan bulan.

Seperti pada koreksi bulan, yakni dilakukan sampai tiga belas kali.

Sedangkan dalam menghitung ketinggian hilal harus melalui empat belas

kali koreksi Bulan. Hal ini menandakan bahwa benar adanya jika kitab ini

digolongkan kepada kitab yang menggunakan metode hisab kontemporer.


52

Metode hisab kontemporer memiliki tingkat akurasi lebih tinggi

dari hisab hakiki tahkiki. Meski hisab hakiki tahkiki adalah hisab yang

perhitungannya berdasarkan data astronomis yang diolah dengan

spherical trigonometri (ilmu ukur segi tiga bola) dengan koreksi-koreksi

gerak Bulan maupun Matahari yang sangat teliti,7 namun dalam meng-

hisab belum melakukan koreksi (ta'dil)8 sekompleks metode hisab

kontemporer. Dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid koreksi titik simpul

Matahari-Bulan dilakukan empat kali.

Koreksi-koreksi (ta'dil) ini dilakukan karena orbit bumi, bulan, dan

benda-benda langit lainnya yang memiliki bentuk elips, sementara gaya

tarik benda-benda langit mengganggu gerak bumi dan bulan. Sehingga

gerak bumi dan bulan tidak selalu rata. Akibatnya gerak matahari (gerak

semu) di bola langit sebagai akibat gerak bumi dan bulan juga tidak rata.

Dari sini maka posisi rata-rata matahari dan bulan perlu dikoreksi (ta’dil).9

Posisi matahari dan bulan dapat dibedakan menjadi posisinya

terhadap titik perigeenya10, yang disebut dengan khashah (geraknya

disebut dengan anomali), dan posisinya terhadap titik vernal equinox,11

7
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm.
78.
8
Ta'dil adalah koreksi atau penyelarasan terhadap posisi suatu benda langit agar berada
pada posisi yang sebenarnya. Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka,
2005), hlm. 78.
9
Ibid, hlm. 78.
10
Yang dimaksud Perigee/Nuqthatu ar-Ra'si: Disebut juga Hadhidh, yaitu titik terdekat
pada peredaran (orbit) benda langit dari benda langit yang diedarinya. Dalam bahasa latin disebut
Perihelion atau dalam bahasa inggris disebut Perigee. Ibid. hlm. 163.
11
Vernal equinox kadang-kadang disebut titik pertama Aries, merupakan perpotongan
antara ekliptika dengan equator. Dalam bahasa Arab disebut al-I'tidal ar Rabiiy atau Matali min
awwal al-Haml. Di vernal equinox matahari berpindah dari Selatan ke Utara ekuator (lawannya
53

yang disebut dengan wasat. Oleh karena orbit bumi berbentuk ellips maka

untuk menemukan posisi hakiki matahari di bola langit harus dikoreksi

sebagai akibat bentuk orbit yang ellips tersebut, dengan koreksi yang

disebut koreksi pusat.12

Sementara bulan sebagai satelit bumi yang bersama-sama dengan

bumi mengitari matahari, maka geraknya banyak mengalami gangguan

dari berbagai gaya gravitasi benda langit lainnya. Oleh karena itu, untuk

menemukan posisi bulan hakiki perlu dikoreksi yang lebih banyak

terhadap posisi rata-rata bulan. Sehingga koreksi bulan lebih banyak dan

lebih kompleks.

Koreksi-koreksi terhadap bulan secara global adalah sebagai

berikut:

1. Koreksi perata tahunan, sebagai akibat gerak tahunan bulan bersama-

sama dengan bumi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk

ellips. Koreksi (ta'dil) tersebut diambilkan dari angka yang diperoleh

khahshah matahari.

2. Variasi yang mengakibatkan bulan baru atau bulan purnama tiba

terlambat atau lebih cepat.

ialah Autumnal Equinox). Oleh karena adanya presesi, titik vernal equinox selalu bergeser ke
Barat. Pada 300 tahun yang akan datang vernal equinox akan mencapai batas akuarius (sekarang
masih di Pisces). Ibid. hlm.226.
12
Ahmad Syifa'ul Anam, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam Kitab
Khulashotul Wafiyah Dengan Metode Hakiki Bit Tahkik, (Skripsi Fakultas Syariah IAIN
Walisongo Semarang, 1997), hlm. 57.
54

3. Koreksi variasi yang besarnya diambil dari hasil angka selisih thul13

matahari dengan wasat14 bulan yang telah terkoreksi.

4. Koreksi variasi yang besarnya diambil dari hasil angka selisih thul

matahari dengan wasat bulan yang telah terkoreksi.

5. Koreksi lain untuk mengoreksi wasat bulan antara lain koreksi yang

diambil dari hasil angka khashshah bulan yang telah terkoreksi.

Dengan demikian wasat bulan didapatkan dengan cara mengoreksi

wasat rata-rata dengan koreksi pertama, ke-dua, ke-tiga, dan koreksi

ke-empat.

6. Disamping itu, juga ada koreksi perata pusat sebagai bentuk ellips

orbit bulan, yang besarnya diambil dari khashshah bulan yang telah

terkoreksi.

Setelah diperoleh data matahari dan data bulan pada waktu ghurub,

maka proses selanjutnya adalah tahap menghitung ketinggian hilal hakiki

dan proses panjang yang harus dilalui sehingga menghasilkan data awal

bulan kamariah. Perhitungan awal bulan Ramadhan 1432 H akan dibahas

pada pembahasan selanjutnya.

13
Dalam astronomi disebut Ecliptic Longitude yaitu busur sepanjang lingkaran akliptika
yang diukur dari titik Aries ke arah timur sampai bujur astronomi yang melewati benda langit yang
bersangkutan. Ibid. hlm. 83.
14
Wasath adalah busur sepanjang ekliptika yang diukur dari bulan hingga ke titik Aries
sesudah bergerak. Ibid. hlm. 91.
BAB IV

STUDI ANALISIS TERHADAP HISAB AWAL BULAN KAMARIAH

DALAM KITAB AL-IRSYAAD AL-MURIID

A. Analisis Metode Hisab Awal Bulan Kamariah dalam Kitab al-

Irsyaad al-Muriid

Di Indonesia terjadi perkembangan ilmu hisab dengan pesat seiring

dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan kecanggihan

teknologi serta meningkatnya peradaban dan sumber daya manusia, hisab

juga mengalami perkembangan dan kemajuan. Bermula sebatas hisab urfi

atau hisab istilahi, lalu muncul generasi hisab hakiki takribi, kemudian

hisab hakiki tahkiki, lalu hisab kontemporer.

Banyak ulama’ di Indonesia yang telah mengarang kitab-kitab

falak / hisab dengan berbagai macam sistem dan bervariasi markas,

seperti: Sullam al-Nayyirain oleh Muhammad Mansur Bin Abdul Hamid

Muhammad Damiri al-Batawi, Fathu al-Ro’uf al-Mannan oleh Abu

Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid Kudus, Nur al-Anwar oleh Noor

Ahmad SS Jepara, al-Khulashoh al-Wafiyah oleh Zubair Umar al-Jailani

Salatiga, Kitab al-Irsyaad al-Muriid karya KH. Ahmad Ghozali Surabaya.

Kitab al-Irsyaad al-Muriid merupakan kitab yang tergolong

menggunakan metode kontemporer.1 Perhitungan yang didasarkan pada

1
Sistem hisab ini menggunakan hasil penelitian terakhir dan menggunakan matematika
yang telah dikembangkan. Metodenya sama dengan metode hisab hakiki tahkiki, hanya saja
sistem koreksinya lebih teliti dan kompleks, sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.
Selengkapnya lihat Taufik, "Perkembangan Ilmu Hisab di Indonesia", hlm 22. Lihat juga Susiknan
Azhari, Hisab dan Rukyat "Wacana untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan",
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 4.

55
56

metode tersebut memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi daripada

metode hakiki tahkiki. Namun, sampai saat ini pun belum ada kitab yang

menggunakan metode kontemporer selain kitab al-Irsyaad al-Muriid.

Meski demikian, di Indonesia sudah dikenal beberapa metode perhitungan

yang menggunakan metode kontemporer.

Pada pembahasan sebelumnya sudah sedikit penulis singgung

tentang hisab yang termasuk kedalam metode kontemporer. Hisab tersebut

tertuang dalam beberapa model. Beberapa hisab tertuang dalam bentuk

tabel seperti Astronomical Almanac dan Ephemeris. Sedangkan yang lain

dalam sebuah program komputer seperti Mawaqiit karya Khafid.

Hasil perhitungan yang dihasilkan oleh hisab-hisab tersebut

berbeda meski tidak terlalu jauh. Hal ini salah satu penyebabnya adalah

sumber data yang diambil oleh masing-masing hisab. Dalam hal ini, kitab

al-Irsyaad al-Muriid akan dibandingkan dengan hisab Ephemeris. Standar

perbandingannya adalah karena keduanya menggunakan metode

kontemporer sehingga hal ini memungkinkan keduanya untuk

dibandingkan.

Perbedaan yang sangat mencolok dari keduanya adalah bahwa

sumber data yang diambil untuk malakukan perhitungan berbeda.

Maksudnya jika Ephemeris memiliki tabel untuk mendapatkan data Bulan-

Martahari yang sudah diprogram dalam komputer. Maka, kitab al-Irsyaad

al-Muriid tidak memiliki tabel-tabel semacam itu. Kitab al-Irsyaad al-

Muriid dalam memperoleh data Bulan-Matahari langsung mencari


57

menggunakan rumus yang sudah tertuang dalam bentuk matematika

kontemporer. Seperti rumus untuk menghasilkan data gerak rata-rata

Matahari/al-Wasat al-Syams (S)2 dalam perhitungan penentuan awal

Ramadhan 1432 H:

S = Frac((280.46645+36000.76983 x T) /360) x 360

= 128˚42' 50"

Ket:

S : al-Wasat al-Syams (Bujur astronomi matahari)

T : al-Juz al-Ashl al-Milady (Asal masehi)

Dalam penentuan awal Ramadhan 1432 H, hasil perhitungan dari

kitab al-Irsyaad al-Muriid berbeda dengan yang sejenis dengannya

(Ephemeris, jean meeus). Sehingga dengan terjadinya perbedaan hasil

perhitungan tersebut penulis ingin menguak lebih lanjut faktor-faktor

penyebab perbedaan antara kitab al-Irsyaad al-Muriid dengan metode

perhitungan lainnya yang notebenenya sama-sama tergolong kedalam

hisab kontemporer.

1. Teori Yang Membangun

Kitab al-Irsyaad al-Muriid yang muncul setelah generasi hisab

hakiki takribi dan juga hisab hakiki tahkiki, berpangkal pada teori

yang dikemukakan oleh Copernicus (1473-1543) yakni teori

2
Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah, al-Irsyaad al-Muriid, (Jember: Yayasan al-
Nuriyah, 2005), hlm. 128.
58

Heliocentris.3 bahkan telah menyerap Hukum Keppler4 tentang bentuk

lintasan orbit bumi dan hukum gravitasi lain sebagainya.

Menurut teori Heliosentris bahwa yang menjadi pusat Tata

surya ini bukanlah bumi, melainkan Mataharilah sebagai pusat Tata

surya. Jadi komet, planet-planet (termasuk bumi), dan satelit-satelit

dari planet tersebut (termasuk Bulan sebagai satelit dari bumi) berputar

mengelilingi Matahari. Dan juga menurut Hukum Keppler menyatakan

bahwa bentuk lintasan dari orbit planet-planet yang mengelilingi

Matahari tersebut berbentuk ellips. Oleh karena itu, kitab tersebut

dalam menghitung posisi Bulan dan Matahari melakukan koreksi-

koreksi hingga beberapa kali berdasarkan gerak Bulan dan Matahari

yang tidak rata.

Kitab al-Irsyaad al-Muriid adalah kitab yang muncul pada

tahun 2005. Kitab ini memang tergolong kitab baru yang tentunya

dalam penyusunannya tidak terlepas dari kitab-kitab terdahulu.

Sebagaimana telah penulis ungkapkan pada pembahasan sebelumnya

bahwa kitab al-Irsyaad al-Muriid disusun guna menyempurnakan

kitab-kitab Kyai Ghozali sebelumnya.

Kitab-kitab Kyai Ghozali yang terdahulu merupakan kitab yang

masih tergolong kedalam metode hisab hakiki takribi dan hisab hakiki

3
Teori heliosentris merupakan teori yang menempatkan Matahari sebagai pusat tatasurya.
Lihat dalam Susiknan Azhari, Ilmu Falak "Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern",
(Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), hlm.15-16.
4
Penemu hukum ini yaitu John Kepler. Lihat dalam P. Simamora. Ilmu Falak
(Kosmografi) “Teori, Perhitungan, Keterangan, dan Lukisan”, cet XXX, (Jakarta: C.V Pedjuang
Bangsa, 1985), hlm. 46. Lihat juga M.S.L. Toruan, Pokok-Pokok Ilmu Falak (kosmografi), Cet IV,
(Semarang: Banteng Timur, tt.), hlm. 104.
59

tahkiki. Sehingga kitab terkini Kyai Ghozali yaitu al-Irsyaad al-Muriid

menggunakan metode Kontemporer yang diharapkan lebih teliti dan

akurat hasil perhitungannya.

2. Sumber Data Yang Digunakan

Data-data yang dipakai dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid tidak

menggunakan tabel sebagaimana kitab-kitab yang lain. Melainkan

menggunakan rumus matematika dengan memasukkan angka

(absolut).

3. Ta'dil (koreksi)

Kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam menghitung ijtima' telah

melalui proses yang panjang serta koreksi-koreksi terhadap gerak

posisi Matahari dan Bulan. Seperti pada koreksi Bulan, yakni

dilakukan sampai tiga belas kali. Sedangkan dalam menghitung

ketinggian hilal harus melalui empat belas kali koreksi.

Koreksi-koreksi tersebut dilakukan untuk mendapatkan hasil

data yang lebih akurat dibanding sistem hisab yang lain (hakiki

tahkiki). Hal tersebut terbukti dari adanya koreksi yang dilakukan oleh

sistem hakiki tahkiki lebih sedikit daripada sistem hisab Kontemporer.

Berikut ini koreksi-koreksi yang dilakukan kitab-kitab lain:

1. Kitab al-Nur al-Anwar yang menggunakan sistem hisab hakiki

tahkiki melakukan koreksi sebanyak sembilan kali.

2. Kitab al-Khulasoh al-Wafiyyah yang menggunakan sistem hisab

hakiki tahkiki melakukan koreksi sebanyak enam kali.


60

3. Kitab al-Tsamarah al-Fikar yang menggunakan sistem hisab

hakiki tahkiki melakukan koreksi sebanyak sembilan kali.

Koreksi yang dilakukan dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid

dilakukan demi mendapatkan hasil yang akurat. Karena kitab al-

Irsyaad al-Muriid menggunakan sistem hisab kontemporer, maka

koreksi yang dilakukan haruslah lebih banyak dan lebih kompleks.

Proses koreksi yang panjang dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid

dilakukan juga karena adanya keterkaitan terhadap teori yang

digunakan oleh kitab ini. Dimana kitab al-Irsyaad al-Muriid telah

menggunakan teori Sistem Copernicus yaitu sistem yang

menempatkan Matahari sebagai pusat Tata surya.5

Berpangkal dari teori tersebut bumi bergerak lambat, teratur

daripada sumbu perputaran bumi terhadap kutub Ekliptika. Bidang

ekuator bumi tetap mempunyai kemiringan 23,5˚ terhadap Ekliptika.

Tetapi perpotongan kedua bidang itu bergeser. Jadi poros bumi

berputar dalam suatu lingkaran berpusat pada kutub Ekliptika, dengan

jejari 23,5˚. Periode yang diperlukan 26 000˚ atau 50s busur tiap tahun.

Penemu gejala Presesi tersebut adalah Hipparchus pada pertengahan

abad ke-2 SM.6

Setelah melalui gejala Presesi maka bumi mengalami gejala

Nutasi dimana bumi mengalami perubahan presesi sumbu rotasi bumi

5
Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyah, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005),
hlm. 193.
6
Iratius Radiman dkk, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan,
(Bandung: ITB Bandung, 1980), hlm. 76.
61

secara berkala. Perubahan tersebut disebabkan oleh gangguan Bulan.

Periode Nutasi adalah 18,6 tahun dan menggerakkan titik equinok7

maksimal sekitar 17 menit di depan atau di belakang harga rata-rata

mail kully. Gejala Nutasi ini ditemukan oleh Bradly pada tahun 1747.8

Dari gejala-gejala di ataslah koreksi-koreksi yang dilakukan

dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid sangat kompleks agar mendapatkan

data yang akurat.

4. Ketinggian Hilal

Ketinggian hilal merupakan hal yang sangat urgen dalam

penentuan awal bulan kamariah. Ketinggian hilal sendiri terbagi

menjadi dua, yaitu tinggi hilal hakiki dan tinggi hilal mar’i.

Tinggi hilal hakiki didasarkan pada posisi ketinggian hilal yang

dihitung dari ufuq hakiki, sedangkan tinggi hilal mar’i merupakan

ketinggian hilal yang dihitung dari ufuq mar’i.

Perhitungan ketinggian hilal yang dilakukan oleh kitab al-

Irsyaad al-Muriid telah memperhitungkan koreksi-koreksi. Adapun

koreksi-koreksi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Refraksi (pembiasan cahaya)

Refraksi dalam bahasa arab disebut daqo’iq al-ikhtilaf

sedangkan dalam bahasa indonesia disebut dengan pembiasan cahaya.

Adapun yang dimaksud dengan refraksi yaitu perbedaan antara tinggi

7
Titik equinok kadang-kadang disebut titik pertama Aries, merupakan perpotongan antara
ekliptika dengan equator. Susiknan azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyah, op.cit. hlm. 226.
8
Muhyidin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), hlm. 42.
62

suatu benda langit yang terlihat dengan tinggi benda langit itu yang

sebenarnya sebagai akibat adanya pembiasan sinar.9

Pembiasan tersebut terjadi karena sinar yang dipancarkan

benda tersebut datang kemata melalui lapisan-lapisan atmosfir yang

berbeda-beda tingkat kerenggangan udaranya; sehingga posisi setiap

benda langit itu terlihat labih tinggi dari posisi sebenarnya. Benda

langit yang sedang menempati titik zenit refraksinya 0˚.10

Jalannya cahaya benda langit mengalami pembelokan dalam

atmoster bumi, sehingga arahnya ketika mencapai mata sipengamat

tidak sama arah semula. Berikut ini daftar nilai refraksi :

H (ketinggian) Refraksi

0 34' 50"
1 24' 22"
2 28' 06"
3 14' 13"
4 11' 37"
5 9' 45"
6 8' 23"
7 7' 19"
Sumber : Badan Hisab Rukyah, Almanak Hisab Rukyah

b. Kerendahan Ufuq (Dip)

Kerendahan ufuq adalah perbedaan antara ufuq hakiki dan ufuq

mar’i yang disebabkan pengaruh ketinggian tempat sipeninjau.

9
NN, Pedoman Perhitugan Awal Bulan Qamariyah, (Jakarta: Proyek Pembinaan
Administrasi Hukum dan Peradilan Agama, tt), hlm. 12. Lihat juga dalam Abdur Rachim, Ilmu
falak, (Yogyakarta: Liberty, 1983), hlm. 27.
10
Susiknan Azhari. Ensiklopedi Hisab Rukyat, op.cit. hlm. 180.
63

Semakin tinggi kedudukan sipeninjau maka semakin besar pula nilai

kerendahan ufuq ini akibatnya semakin rendahlah ufuq mar’i

tersebut.11

Untuk menghitung kerendahan ufuq dalam kitab al-Irsyaad al-

Muriid dipergunakan rumus sebagai berikut: 12

Dip = (1.76 x 60) x TT (5)

= 0˚ 03' 56.13"

c. Paralaks

Paralaks atau yang dalam bahasa arab disebut dengan ikhtilaf

al-mandzar merupakan sudut yang terjadi antara dua garis yang ditarik

dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang ditarik dari benda

langit ke mata si peninjau.13

Paralaks ini timbul karena pengamat berada di permukaan

bumi, sedangkan posisi benda langit menurut perhitungan ditentukan

dari titik pusat bumi.

Perhatikan gambar dibawah ini :

Bulan

11
Saa’doeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, (Jakarta: Tintamas, 1976), hlm.19. Lihat
juga Abdur Rachim. Ilmu falak, op.cit, hlm. 29.
12
Ahmad Ghozali. al-Irsyaad al-Muriid, op.cit, hlm. 134.
13
NN. Pedoman Perhitugan Awal Bulan Qamariyah, op.cit. hlm. 12.
64

Paralaks bagi benda langit yang berada di posisi horison disebut

Horisontal paralax (HP). Harga horisontal paralax bulan berubah-

ubah karena jarak dari bulan ke bumi selalu berubah-ubah.

Untuk mengetahui besar nilai paralaks dalam kitab al-Irsyaad

al-Muriid maka dapat digunakan rumus:14

HP = 0.950 / p'

= 0˚ 54' 43.16"

d. Elongasi

Elongasi (Elongation) atau juga biasa disebut Angular

Distance adalah jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Elongasi 0˚

berarti konjungsi,15 180˚ diberi nama oposisi16 dan 90˚ diberi nama

kuadratur (at-tarabi').17 Berikut ini adalah gambar sudut elongasi yang

ditinjau dari bumi.18

14
Ahmad Ghozali. al-Irsyaad al-Muriid, op.cit. hlm. 147.
15
Konjungsi juga biasa disebut Ijtima'. Pengertian ijtima' jika dikaitkan dengan bulan
baru kamariah adalah suatu peristiwa saat bulan dan matahari terletak pada posisi garis bujur yang
sama, bila dilihat dari arah timur ataupun arah barat. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 93.
16
Oposisi atau Istiqbal marupakan suatu fenomena saat matahari dan bulan sedang
bertentangan, yaitu apabila keduanya mempunyai selisih bujur astronomi sebesar 180 derajat atau
pada saat itu bulan berada pada fase purnama (full moon). Ibid, hlm. 104
17
Ibid, hlm. 61.
18
Pada saat ijtima` bulan hampir berada diantara bumi dan matahari sehingga d=180 dan
E=0. Ketika bulan mencapai titik oposisi (bertolak belakang dengan ijtima`) maka d=0 dan E=180.
65

matahari

d bulan

matahari

E
bumi

Sudut elongasi yang ditinjau dari bumi

Gambar Konjungsi Gambar Oposisi

Elongasi dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid dicari

menggunakan rumus:19

EL = Cos-1 (cos (Mo – S') x Cos L')

= Cos-1 (Cos(135˚ 52' 22" - 127˚ 53' 51") x Cos -4˚ 05' 14.35")

= 8˚ 57' 20.24"

Ket:

Mo = al-Thul al-Qamar (Apparent Longitud)

S' = al-Thul al-Syams (Ecliptic Longitude)

L' = al-Ardl al-Qamar (Lintang Bulan)

19
Ahmad Ghozali. al-Irsyaad al-Muriid, op.cit, hlm. 151.
66

Pada dasarnya Ephemeris juga telah memperhitungkan

koreksi-koreksi terhadap hilal. Namun, ada hal mencolok yang

membedakan diantara beberapa koreksi yaitu koreksi elongasi.

Dalam perhitungan awal bulan kamariah menggunakan

Ephemeris juga dapat diperhitungkan elongasi (jarak sudut), namun

pada kenyatannya pada perhitungan-perhitungan yang sering

dilakukan tidak dicantumkan perhitungan elongasi. Sedangkan dalam

kitab al-Irsyaad al-Muriid dengan jelas telah memperhitungkan

elongasi (al-Zawiyah al-Isthitholah).

5. Markas

Kitab-kitab hisab/falak dalam membuat data Matahari dan

Bulan sebagai markasnya sangat variatif. Pada umumnya markas kitab

disesuaikan dengan tempat ia mengarang.

Kitab al-Irsyaad al-Muriid menjadikan Kota Surabaya sebagai

markasnya. Sedangkan Ephemeris tidak memiliki markas tetap karena

ia tidak berupa kitab, namun ada sebuah buku yang setiap tahunnya

dikeluarkan oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan

Syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama RI.

Buku tersebut berjudul Ephemeris Hisab Rukyat. Didalamnya

memuat data matahari dan bulan secara lengkap. Selain itu disertai

daftar gerhana matahari dan bulan, waktu ijtima' dan tinggi hilal, data

posisi matahari dan bulan, serta lampiran-lampiran yang terdiri dari

contoh pengukuran arah kiblat, contoh perhitungan waktu salat,


67

contoh perhitungan awal bulan, Fatwa MUI No. 2 Tahun 2004, daftar

refraksi, daftar kerendahan ufuk, Keputusan Presiden RI. Nomor 41

Tahun 1987 tentang Pembagian Wilayah RI menjadi 3 (tiga) Wilayah

Waktu dan Magnetic Variation Epoch tahun 2005. 20

Di antara tempat-tempat lain yang dijadikan markas kitab falak

lainnya yaitu:

a. Semarang, kitab-kitab yang bermarkas di Semarang antara lain:

1. Tadzkirah al-Ikhwan oleh KH. Dahlan al-Semarangi

2. Fathu al-Rauf al-Mannan oleh Abu Hamdan Abdul Jalil bin

Abdul Hamid al-Kudusi

3. Risalat al-Qamaraini oleh KH. Noor Ahmad bin Shadiq bin

al-Saryani al-Jepara

b. Surabaya, kitab-kitab yang bermarkas di Surabaya antara lain:

1. Al-Syamsu Wa al-Qamar oleh Ustadz Anwar Katsir al-

Malangi

2. Ittifaqi Dzati al-Baini olah KH. Zubair Abdul Karim al-Gresiki

3. al-Irsyaad al-Muriid oleh KH. Ahmad Ghozali Muhammad

Fathullah

c. Jakarta, kitab-kitab yang bermarkas di Jakarta antara lain:

1. Sullam al-Nayyiraini oleh Muhammad Mansyur bin Abdul

Hamid bin Muhammad damiri al-Betawi

20
Direktorat Urusan agama Islam dan Pembinaan syariah Ditjen Bimbingan Masyarakat
Islam Departemen Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2010, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2010), hlm. i.
68

Dan masih banyak lagi tempat-tempat yang dijadikan markas seperti

Jepara, Yogyakarta, Kediri, Pasuruan bahkan Mesir.

Sebenarnya berbeda markas tidak menyebabkan terjadinya

perbedaan hasil perhitungan, jika dikerjakan dengan menggunakan

sistem dan metode yang sama. Dan bila terjadi perbedaan, maka

perbedaan itu tidak begitu signifikan karena terlalu kecil nilainya.

Namun hal yang perlu diteliti adalah pengambilan data lintang

suatu markas. Karena terkadang terjadi ketidaktepatan dan

ketidakteraturan data lintang tersebut. Hal inilah yang menjadi faktor

perbedaan hasil perhitungan.

Data lintang-bujur Makkah terbaru yaitu 21˚ 25' 14.7" LU dan

Makkah 39˚ 49' 40" BT.21 Sedangkan kitab al-Irsyaad al-Muriid telah

menggunakan data Lintang-Bujur Makkah terbaru tersebut yakni ф

21˚ 25' 14.7" dan λ 39˚ 49' 40".

Dari sinilah kiranya dapat dimengerti hasil perhitungan kitab

al-Irsyaad al-Muriid nilai keakurasiannya lebih unggul karena

menggunakan data-data yang lebih valid dan lebih akurat.

Salah satu hal yang turut menyebabkan terjadinya perbedaan

hasil perhitungan adalah proses pembulatan angka. Dalam melakukan

perhitungan, kitab al-Irsyaad al-Muriid menggunakan rumus untuk

tiga jenis kalkulator yaitu kalkulator Casio FX-350 HB, Casio FX 95

MS, dan Casio FX 4500.


21
Berdasarkan hasil penelitian Nabhan Saputra pada tahun 1994 dengan menggunakan
Global Positioning System (GPS). Sedangkan hasil penelitian Sa'adoddin Djambek adalah 21˚ 25'
LU 39˚ 50' BT.
69

Padahal dalam prakteknya tidak semua pengguna kitab al-

Irsyaad al-Muriid dapat menggunakan atau memiliki kalkulator jenis-

jenis tersebut. Jika ada, itu pun tidak sama persis. Hal ini yang

menyebabkan berbeda pembulatan angka. Jika pembulatan dilakukan

ke atas saja atau ke bawah saja maka tentu hasil bilangan yang didapat

akan berbeda dengan bilangan yang sebenarnya. Bahkan dalam

akumulasi pembulatan-pembulatan yang banyak sekali, hasil akhir

bilangan akan berbeda jauh dengan bilangan sebenarnya.

Dari faktor-faktor yang membedakan sistem hisab kitab al-Irsyaad

al-Muriid dan sistem hisab Ephemeris yang telah penulis ungkapkan

diatas maka dapat ditarik benang merah. Telah jelas bahwa metode

pengambilan data yang digunakan keduanya berbeda, kitab al-Irsyaad al-

Muriid tidak memiliki sumber data (tabel) sebagaimana yang dimiliki

oleh Ephemeris.

Hal lain yang membedakan keduanya adalah tentang koreksi

(ta'dil). Dimana kitab al-Irsyaad al-Muriid melakukan koreksi sampai

beberapa kali untuk menghasilkan data yang akurat. Sedangkan

Ephemeris juga melakukan koreksi namun tidak sekompleks kitab al-

Irsyaad al-Muriid. Koreksi yang dilakukan Ephemeris hanya meliputi

data yang tidak ditemukan dalam tabel Ephemeris maka data tersebut

dikoreksi dengan rumus sebagai berikut:22

22
Direktorat Pendidikan Diniyah Dan Pondok Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Agama
RI, Kumpulan Materi Pelatihan Ketrampilan Khusus Bidang Hisab Rukyah “Lestarikan Tradisi
Ulama Salaf Kembangkan Keterampilan Hisab Rukyah”, (Semarang: Masjid Agung Jawa Tengah,
2007), hlm. 3.
70

A = A1 + k (A2 – A1)

Ket:

A1 = Data satu

k = Selisih

A2 = Data dua

Dari beberapa hal yang membedakan tersebut maka wajar jika

keduanya menghasilkan data yang berbeda. Meski demikian keduanya

sudah dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk pelaksanaan rukyah.

B. Eksistensi Hasil Hisab Kitab al-Irsyaad al-Muriid

Telah diterangkan pada bab II bahwa hisab yang berkembang di

Indonesia mempunyai tipologi dan sistem yang bervariasi. Ada yang

menggunakan sistem hisab hakiki takribi, hakiki tahkiki, dan juga hisab

hakiki kontemporer. Dilihat dari sistem yang digunakan kitab al-Irsyaad

al-Muriid termasuk kedalam kategori hisab hakiki kontemporer.

Meski terdapat klasifikasi sistem hisab yang bermacam-macam,

hal tersebut tidak lantas bersifat saling menghilangkan dan saling

menegaskan eksistensi yang dimiliki oleh masing-masing sistem. Dengan

demikian hasil perhitungan dari masing-masing sistem dianggap oleh para

penggunanya sebagai hasil yang benar (truth claim). Dengan kata lain,

setiap sistem berhak menyatakan hasil perhitungannya benar.

Anggapan tersebut didasarkan pada pemahaman bahwa semua

proses yang dilakukan yakni dari mulai pemahaman dasar-dasar hisab,

baik dari al-Qur'an dan al-Hadis, dan ilmu pengetahuan yang lain, serta
71

melakukan perhitungan dengan suatu metode yang nanti hasilnya dapat

digunakan pertimbangan menentukan waktu-waktu syar'i adalah

merupakan bagian dari ijtihad.

Oleh karena itu, eksistensi yang dimiliki oleh sebuah sistem yang

dianut oleh sebuah kitab tidak dapat dirusak oleh eksistensi yang lain.

Sebagaimana kaidah Ushul Fiqh:23

‫باإلجتهاد‬ ‫اإلجتهاد ال‬

Artinya: Ijtihad satu tidak bisa dirusak dengan ijtihad yang lain.

Selanjutnya, pada bab III yakni pada hasil perhitungan awal

Ramadhan 1432 H ternyata sudah cukup akurat. Dimana hasil

perhitungannya tidak berbeda jauh dengan hasil perhitungan Ephemeris

(Kontemporer). Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa sistem kitab

al-Irsyaad al-Muriid sudah dapat digunakan sebagai pedoman untuk

menghitung awal atau akhir bulan kamariah.

Dari data-data perhitungan yang cukup akurat inilah maka

Kementrian Agama RI dan lembaga sosial keagamaan seperti Nahdlatul

Ulama'24 menggunakan kitab ini sebagai salah satu kitab hisab yang

menjadi pedoman dalam rangka untuk membantu dan memandu

pelaksanaan rukyah agar dapat dilakukan dengan benar dan tepat. 25

23
Abdul Hamid Hakim, al-Sulaam, (Jakarta: Sa'addiyah Putra), hlm. 62.
24
Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama' Kabupaten Gresik dalam menentukan awal-akhir
bulan kamariah menggunakan kitab al-Irsyaad al-Muriid dengan peng-hisab Ibnu Zahid abdo el-
Moeid.
25
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama', Pedoman Rukyah dan Hisab, (Jakarta: Lajnah
Falakiyah, 1994), hlm. 62.
72

C. Kelebihan Dan Kelemahan Dalam Kitab al-Irsyaad al-Muriid

1. Kelebihan-kelebihan dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid:

a. Dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid, teori dan sistem yang digunakan

setara dengan sistem yang digunakan oleh metode hisab

kontemporer yang lain. Oleh karena itu, perhitungan yang

dihasilkan sudah akurat. Sebagaimana telah penulis cantumkan

pada pembahasan tentang perbedaan sumber data antara al-Irsyaad

al-Muriid dengan Ephemeris.

b. Data-data yang dipakai dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid sudah

akurat, teliti, dan lengkap. Bahkan data gerak Matahari dan Bulan

diukur dalam satuan detik. Data tersebut lebih up to date

dibandingkan data kitab generasi sebelumnya (sistem hisab hakiki

takribi ataupun hisab hakiki tahkiki).

c. Rumus-rumus yang dipakai dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid

sudah didasarkan pada rumus astronomi modern. Rumus-rumus

tersebut bahkan bisa dikembangkan menjadi lebih efektif, sehingga

mempermudah bagi yang ingin mempelajarinya.

d. Dalam penentuan saat terjadinya Ijtima', kitab al-Irsyaad al-Muriid

sudah menggunakan sistem hisab hakiki tahkiki. Sehingga hasilnya

sudah akurat.

2. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid

a. Dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid tidak memiliki data (tabel) yang

digunakan untuk menghitung. Para pengguna kitab tidak dapat


73

langsung mengambil data matang, melainkan harus mencari

menggunakan rumus yang telah disediakan didalam kitab sehingga

perhitungan memakan waktu cukup lama.

b. Kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam menguraikan perhitungan terlalu

panjang sehingga perhitungan tersebut terkesan sulit.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah dilakukan pada

beberapa bab yang terdahulu, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai

jawaban akhir dari pokok-pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Bahwa Sistem dan metode hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid karangan

KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah menggunakan metode hisab

kontemporer. Hasil perhitungannya benar dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiyah. Hisab kitab al-Irsyaad al-Muriid dapat

disandingkan dengan perhitungan kontemporer lainnya untuk keperluan

penentuan awal bulan kamariah. Karena dalam hal ini kitab al-Irsyaad

al-Muriid dibandingkan dengan perhitungan Ephemeris, maka

perbedaan hasil ketinggian hilal yang terjadi pada penetapan awal

Ramadhan 1432 H disebabkan karena kitab al-Irsyaad al-Muriid tidak

menggunakan tabel data seperti halnya Ephemeris dan Jean Meeus.

2. Meski terdapat klasifikasi sistem hisab yang bermacam-macam, hal

tersebut tidak lantas bersifat saling menghilangkan dan saling

menegaskan eksistensi yang dimiliki oleh masing-masing sistem.

Demikian pula dengan sistem yang digunakan oleh kitab al-Irsyaad al-

Muriid, sistem yang digunakan oleh kitab al-Irsyaad al-Muriid tidak

lantas menghilangkan sistem yang digunakan oleh kitab lain. Dengan

74
75

demikian hasil perhitungan dari masing-masing sistem dianggap oleh

para penggunanya sebagai hasil yang benar (truth claim). Dengan kata

lain, setiap sistem berhak menyatakan hasil perhitungannya benar.

3. Berangkat dari keakurasian hasil garapan kitab al-Irsyaad al-Muriid,

kiranya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sistem kitab tersebut

dapat dinyatakan up to date dan relevan bila dijadikan sebagai salah

satu pedoman dalam hisab awal bulan kamariah era sekarang ini.

Karena pada kanyataannya kelebihan dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid

mengalahakan kekurangan yang terdapat dalam kitab tersebut. Diantara

kelebihan yang dimiliki oleh kitab al-Irsyaad al-Muriid adalah teori

dan sistem yang digunakan lebih maju dan lebih teliti bila dibandingkan

dengan sistem hisab hakiki takribi ataupun hakiki tahkiki, data-data

yang dipakai dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid sudah lebih teliti, akurat,

dan lengkap sehingga dapat disandingkan dengan metode hisab

kontemporer yang lain. Sedangkan diantara kelemahan yang terdapat

dalam kitab al-Irsyaad al-Muriid adalah bahwa kitab al-Irsyaad al-

Muriid tidak memiliki data (tabel) yang digunakan untuk menghitung,

Kitab al-Irsyaad al-Muriid dalam menguraikan perhitungan terlalu

panjang sehingga perhitungan tersebut terkesan sulit.


76

B. Saran

1. Kitab al-Irsyaad al-Muriid yang menjadi salah satu rujukan dalam

perhitungan hisab di Indonesia di era yang serba canggih seperti

sekarang ini hendaknya lebih diperhatikan. Apalagi kitab al-Irsyaad al-

Muriid adalah satu-satunya kitab yang menggunakan metode

Kontemporer. Karena pada kenyataannya, hanya hisab (bukan dalam

bentuk kitab) Kontemporer yang dipelajari/digunakan untuk penentuan

awal bulan kamariah.

2. Pemerintah melalui Kementrian Agama sudah seharusnya memiliki

tanggung jawab terhadap permasalahan hisab rukyat ini dengan bekerja

sama dengan para ulama’ dan pakar falak dalam upaya penentuan awal

bulan kamariah agar tidak terjadi perselisihan ditengah masyarakat

menyangkut persoalan penentuan awal bulan kamariah, terutama

terhadap penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

3. Ilmu Falak, termasuk penentuan awal bulan kamariah didalamnya,

merupakan salah satu ilmu yang langka karena tidak banyak orang yang

mempelajari dan menguasainya. Oleh karena itu hendaknya ilmu ini

tetap dijaga eksistensinya dengan melakukan pengembangan dan

pembelajaran baik bersifat personal maupun institusi pendidikan formal

seperti PTAI maupun informal seperti pondok pesantren, bahkan

dijadikan kurikulum di sekolah-sekolah maupun di madrasah-madrasah.

Hal ini dipandang perlu karena telah kita ketahui bersama bahwa ilmu

ini memiliki peranan sangat penting terhadap pelaksanaan ibadah-


77

ibadah agama Islam, dan juga hukum dalam mempelajari ilmu Falak

adalah Fardhu Kifayah.

C. Penutup

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT

yang telah melimpahkan kesehatan, dan juga karunia kepada penulis.

penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur karena telah menyelesaikan

skripsi ini. Meskipun telah berupaya dengan optimal, penulis yakin masih

ada kekurangan dan kelemahan skripsi ini dari berbagai sisi. Namun

demikian, penulis berdo’a dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi

penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Atas saran dan kritik yang bersifat konstruktif untuk kebaikan dan

kesempurnaan tulisan ini, penulis ucapkan terima kasih.

Wallahu a’lam bi al-shawab


DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Jamil, Seratus Muslim Terkemuka,Terj. Tim Penerjemah Pustaka al
Firdaus, Cet I, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1987.

Anam, Ahmad Syifa'ul, Studi Tentang Hisab Awal Bulan Qomariyah Dalam
Kitab Khulashotul Wafiyah Dengan Metode Haqiqi Bit Tahkik, Skripsi
Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 1997.

Anwar, Syamsul, Hari Raya dan Problematika Hisab-Rukyah, Yogyakarta: Suara


Muhammadiyah, 2008.

Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,


2005.

______________, Ilmu Falak "Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern",


Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

______________, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia (Studi atas


Pemikiran Saadoe’ddin Djambek), cet. I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2002.

______________, Hisab dan Rukyah “Wacana Untuk Membangun Kebersamaan


di Tengah Perbedaan”, cet. I, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5, 2004.

Ba’albaki, Munir, Al-Munawwir a Modern English-Arabic Dictionary, cet. III,


Beirut: Dar al-Ilm li al-Malayin, 1970.

Badan Hisab Dan Rukyah Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyah, Jakarta:
Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Baiquni, Ahmad, Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Cet IV,


Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1996.

Bukhari, Muhammad ibn Isma’il, Shohih Bukhari, Juz III,Beirut: Dar al Fikr, tt.

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, cet. I, Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeven, 1997.

Dasuki, Hafidz, Ensiklopedi Islam, jilid I, Jakarta: Ichtiar van Hoeve, 1994.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV


Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya


Toha Putra, tt.
, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah, cet II,
Jakarta: Ditbinbapera, 1995.

Direktorat Urusan agama Islam dan Pembinaan syariah Ditjen Bimbingan


Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Ephemeris Hisab Rukyat 2010,
Jakarta: Departemen Agama RI, 2010.

Djambek, Saa’doeddin, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tintamas, 1976.

Ghazali, Ahmad, al-Irsyaad al-Muriid, Jember: Yayasan An-Nuriyah, 1997.

Hakim, Abdul Hamid, al-Sulaam, Jakarta: Sa'addiyah Putra, tt.

Hambali, Slamet, Almanak Sepanjang Masa, Semarang: IAIN Walisongo, tt.

Hasan, Ibrahim, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Awal Bulan Ramadhan, Syawal
Dan Dzulhijjah, Mimbar Hukum No. 6, Tahun III, 1992.

Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Cet I,


Bogor: Ghalia Indonesia, 2002.
Izzuddin, Ahmad, Analisis Kritis Tentang Hisab Awal Bulan Qamariyah Dalam
Kitab Sullamun Nayyirain, Skripsi Sarjana, Seamarang: Fakultas Syari’ah
IAIN Walisongo, 1997.

_______________, Fiqh Hisab Rukyah Di Indonesia (sebuah upaya penyatuan


madzhab rukyah dengan madzhab hisab), Yogyakarta: Logung Pustaka,
2004.

, Zubaer Umar al-Jaeelany Dalam Sejarah Pemukiran Hisab


Rukyah di Indonesia, Laporan Penelitian Individual, Proyek PTA/IAIN
Walisongo Semarang, 2002.

Jauhary, Thantawy, Tafsir al Jawahir, Juz VI, Mesir: Mustafa al Babi al Halabi,
1346 H.

Jailany, Zubair Umar, al-Khulasoh al Wafiyah, Surakarta: Melati, tt.

Khazin, Muhyiddin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta : Buana Pustaka, 2005.

Meeus, Jean, Astronomical Algorithms, (Virginia: Willman–Bell, Inc, 1991.

Muhaimin, Nur, et. Al., Pedoman Penghitungan Awal Bulan Qomariyah, Jakarta:
Ditbinbapera Departemen Agama R.I., 1983.

Munawwir, Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap,


cet. I, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1984.
Muslim, Abu Husain bin al Hajjaj, Shohih Muslim, Jilid I,Beirut: Dar al Fikr, tt,

Nachuri, Yusuf, Studi Analisis Terhadap Sistem Penentuan Awal Bulan


Qomariyah Di Indonesia, Skripsi Fakultas Syari'ah IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 1995.

Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual Barat: Deskripsi


Analisis Abad Keemasan Islam,Terj. Joko S Kalhar, Surabaya: Risalah
Gusti, 1996.

NN, Pedoman Perhitugan Awal Bulan Qamariyah, Jakarta: Proyek Pembinaan


Administrasi Hukum dan Peradilan Agama, tt.

Nasr, Hossein, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban,Terj J. Muhyidin, Bandung:


Penerbit Pustaka, 1986.
Nawawi, Abd. Salam, Algoritma Hisab Ephimeris, Semarang: Pendidikan dan
Pelatihan Nasional Pelaksanaan Rukyah Nahdotul Ulama, 2006.

Rachim, Abdur, Ilmu falak, Yogyakarta: Liberty, 1983.

Radiman, Iratius dkk, Ensiklopedi Singkat Astronomi dan Ilmu yang Bertautan,
Bandung: ITB Bandung, 1980.

Raharto, Moedji, (ed), Gerhana, Kumpulan Tulisan Moedji Raharto, Lembang:


Pendidikan dan Pelatihan Hisab Rukyah Negara-Negara MABIMS, 2000.

Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, cet II, Semarang: RaSAIL,

2006.
Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab Rukyah “Telaah Syari’ah, Sains, dan
Teknologi”, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Shiddiqi, Nourouzzaman, Jeram-jeram Peradaban Muslim, cet I Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 1996.

Shodiq, M, Kamus Istilah Agama “Memuat Berbagai Istilah Agama Bersumber


Al-Qur’an dan Hadis dll”, Jakarta: Bonafida Cipta Pratama, 1991.

Simamora, P, Ilmu Falak (Kosmografi) “Teori, Perhitungan, Keterangan, dan


Lukisan”, cet XXX, Jakarta: C.V Pedjuang Bangsa, 1985.

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cet. III, Jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.

Suprayogi, Suwito, Antara Wukuf dan Arafah “Pengertian dan Aplikasinya”,


Jakarta 26 Pebruari 2008.
Suara Muhammadiyah, Hisab Bulan Kamariah, Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2008.

Toruan, M.S.L., Pokok-Pokok Ilmu Falak (kosmografi), Cet IV, Semarang:


Banteng Timur, tt.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi,


Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2008.

Wajdi, Muh Farid, Dairotul Ma’arif, juz VIII, Cet II, Mesir: tp 1342 H.
Wawancara dengan Bpk. Abdul Mu'id Zahid (Staf Litbang LFNU Gresik) pada
tanggal 21 Januari 2011.
Wawancara dengan KH. Ahmad Ghozali Muhammad Fathullah pada tanggal 4
Februari 2011.
http//:www.badilag.net/data/hisab%20rukyah/Hisab%20Rukyah-ikhtilaf.pdf,
Akses internet pada tanggal 23-04-2010.
http://www.ar.itb.ac.id/ekomadyo/media/Analisis_Isi_Jurnal_Itenas_No.2.Vol.1_
Agustus_2006.pdf. Akses internet pada tanggal 24-6-2011
http://paramujaddida.wordpress.com/2010/04/17/ensiklopedia-ilmu-falak-rumus-
rumus-hisab-falak/. Akses internet pada tanggal 22-6-2011.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

KEPADA KYAI GHOZALI MUHAMMAD FATHULLAH

1. Siapakah nama lengkap Kyai Ghozali? H.Ahmad Ghozali bin Muhammad


bin fathulloh bin sa'idan Al-samfani Al- maduri.
2. Dimana dan kapan beliau lahir? 07-01-1959 M d kamp. Lanbulan desa
baturasang kec.tambelangan kab. Sampang jawa timur.
3. Kapan beliau menikah? Siapa nama istri? Pd thn 1990 M nama istri Hj.asma
bnt abul karim
4. Berapakah putra beliau? Siapa saja nama putra-putra beliau? 5 putra 4 putri
= 9.scara berurutan, nurul bashiroh, afiyah, aly,yahya,salman,Muhammad,
kholil, a'isyah,sofiyah.
5. Siapakah nama orangtua beliau? Ayah KH.muhammad fathulloh,ibu ny. Hj
zainab khoiruddin.
6. Apakah orangtua beliau juga menguasai ilmu falak? Tdk.beliau
kh.muhammad seorang ulama shufi, ahli nahwu,fiqh.
7. Bagaimana karakteristik beliau?
8. Apa saja jenjang pendidikan yang telah beliau lalui? Pernah di sekolah sd di
kampungnya, hanya sampai kls 3 lalu ngaji di madrosah dan pondok al-
mubarok yg di asuh ayahandanya pd ayahandany kh. Muhammad,dan
kakanya alm kh. Kurdi muhammad,jg pd kakaknya kh.barizi muhammad,
sktar thn 1976 M di angkat sbagai salah satu guru di madrosah trsebut,pd
th 1977 ngaji romadonan slama bln puasa pd kh. Maimun zubair sarang
rembang,itu di lakukan tiap bulan puasa slama 3 thn sampai thn
1980,slama 3thn itu selain ngaji dn mengajar di pondok ayahnya,
disempatkan ngaji pad alm, kh. Hasan Iraqi di kota sampang tiap hari
sabtu,selasa,thn 1981 M ngaji di mekkah pd bbrp ulama besar di sana …..
9. Apakah beliau pernah mondok? Dimana? Sudah terjawab
10. Ilmu apa saja yang beliau tekuni? Selain Ilmu Falak Beliau juga menekuni
ilmu faro'id fiqh dan juga pernah mencicipi ilmu keagaman yang lain.
11. Kepada siapa saja beliau menuntut ilmu? Khusunya ilmu falak? Blajar falak
Pd syekh mukhtaruddin al flimbani(alm) di mekkah,kh. Nasir syuja'i(alm)
kh.kamil hayyan(alm) kh,hasan basri sa'id(alm) kh,zubair abdul karim(alm)
dll.
12. Apa saja peran beliau dalam organisasi kemasyarakatan? Wkl.ket.syuriyah
NU d kab. Sampang,ketua syuriyah NU d kec. Tambelangan,
13. Apa saja jabatan yang pernah beliau emban? penasehat LF NU jatim,anggt
BHR jatim,angt hsb n ru'yat depag RI,
14. Apa saja karya-karya beliau? Baik yang dicetak atau tidak. 1. Azharul
Bustan (Fiqh), 2. An-Nujumun Nayyiroh (Hadits), 3. Dow'ul Badr (Jawaban2
Mas'alah Fiqh), 4. Az-Zahrotul Wardiyah (Faro'id), 5. Bughyatul Wildan
(Tajwid), 6. Al- Qowlul Mukhtashor (Mustolah Hadits), 7. Tuhfatur Rowy
(Tarojim), 8. Tuhfatul Arib (Tarojim), 9. At- Taqyidatul Jaliyah (Falak), 10.
Faidul karim (Falak), 11. Bughyatur Rofiq (Falak), 12. Anfa'ul Wasilah
(Falak), 13. Tsamarotul Fikar (Falak), 14. Irsyadul Murid (Falak), 15. Al-
Futuhatur Robbaniyah (Mada'ih Nabawiyah), 16. Al- Fawakihusy Syahiyyah
(Khutbah Minbariyah), 17. Bughyatul Ahbab (Fil Awrod Wal Ahzab), 18.
Majmaul Fado'il (Fil Ad'iyyah Wan Nawafil), 19. Irsyadul Ibad (Fil Awrod)
dan masih banyak lagi yang belum dicetak.
15. Bagaimanakah latar belakang penyusunan kitab irsyadul murid? Latar
belakang penyusunan kitab irsyadul murid adalah keinginan penulis untuk
ikut memasyarakatkan ilmu falak di kalangan umat islam pada umumnya
dan para santri pada khususnya dgn bahasa yg
sederhana,singkat,sehingga mudah dipahami serta dapat dikerjakan dgn
alat hitung modern.
16. Apakah kitab irsyadul murid merupakan sebuah kitab kesatuan? Maaf kami
tdk faham maksud pertanayaan ini.
17. Apakah ada data/tabel yang menjadi rujukan kitab irsyadul murid? Diantara
rujukan kitab irsyadul murid 1. astronomical formula for calculator,2.
astronomical algorithms, 3.astronomi with personal computer dll yg diramu
oleh penulis.
HAROKAT MATAHARI DAN BULAN PADA HARI : Ahad Pahing, 22 Oktober 2006

MARKAS & TAHUN HAROKAT MATAHARI HAROKAT BULAN

Bulan Hijriyah 9 Wasat 210° 43' 33,22" Wasat 214° 2' 13,70"
Tahun Hijriyah 1427 Khoshshoh 287° 40' 17,44" Khoshshoh 213° 44' 29,48"
Tambah Hari 0 Uqdah 353° 24' 0,633" Chishoh Urdli 220° 38' 1,501"
Kota SEMARANG Tashhih Awal 0° 0' -2,03" Fadllul Wasti 3° 18' 42,53"
Negara INDONESIA Tashhih Tsani 0° 0' -1,11" Ta'dil 1 -3° -29' -35,3"
Bujur 110° 24' 0" BT Tashhih Tsalits 0° 0' 9,081" Ta'dil 2 0° 34' 50,40"
Lintang 7° 0' 0" LS Tashhih Robi' 0° 0' 0,261" Ta'dil 3 0° 4' 33,37"
Time Zone 7 BWD : 105 Mail Kulli 23° 26' 27,60" Ta'dil 4 0° 11' 50,37"
Tinggi 5 Meter Ta'dil -1° -50' -13,6" Ta'dil 5 0° 10' 36,47"

Thuul 208° 52' 55,93" Ta'dil 6 0° -6' -47,2"

IJTIMAK AKHIR BULAN Mail -11° -4' -40,5" Ta'dil 7 0° -3' -5,16"
ROMADLON 1427 Matholi' Mustaqimah 206° 50' 38,13" Ta'dil 8 0° -2' -26,1"

Hari Ahad Pahing Daqoiqut Tafawut 0° 15' 31,67" Ta'dil 9 0° -2' -4,35"
Tanggal 22 Oktober 2006 Nisfu Qotr 0° 16' 6,186" Ta'dil 10 0° 2' 41,94"
HY 1427,749985 Inkhifadul Ufuq (Dip) 0° 3' 56,12" Ta'dil 11 0° -2' -22,2"
K 213 Irtifak 0° -54' -32,3" Ta'dil 12 0° 0' -7,22"
T 0,1775 Simtul Irtifa' 258° 43' 21,39" Ta'dil 13 0° -1' -8,60"
JD 2454030,667 Nisf Qous Nahar 92° 18' 40,25" Ta'dil 14 0° 0' -53,0"
MS 287° 23' 58,38" Jam Ghurub GLMT 17 : 53 : 43 Majmu'atut Ta'dilat -2° -43' -56,7"
MQ 210° 10' 58,85" Jam Ghurub WD 17 : 32 : 7, Thuul 211° 17' 53,32"

F 217° 2' 2,592" Khoshshoh Mu'adilah 214° 34' 29,74"


Ta'dil 1 0° -9' -55,4" Ardlul Qomar -3° -2' -8,55"
Ta'dil 2 0° 0' -4,31" Mail Tsani -12° -41' -37,5"
Ta'dil 3 0° 12' 16,28" Khishotul Bu'di -15° -43' -46,1"
Ta'dil 4 0° 0' 50,37" KETERANGAN Bu'd an Mudaril I'tidal -14° -46' -15,0"
Ijtimak akhir bulan ROMADLON 1427 terjadi pada hari
Ta'dil 5 0° 0' 1,439" Ahad Pahing Tgl. 22 Oktober 2006 Jam 12:14:49 LT Matholi' Mustaqimah 208° 3' 43,53"
Ta'dil 6 0° 0' 36,00" Tinggi Hilal Mar'I pada hari Ahad Pahing, 22 Oktober Fadllud Dair 91° 5' 34,86"
2006 masih dibawah ufuq. Data Observasi Hilal sa'at
Ta'dil 7 0° 0' -12,3" Maghrib 17:32:7,01. Hari Ahad Pahing, 22 Oktober Irtifak Hilal Haqiqi 0° 43' 52,69"
2006
Ta'dil 8 0° 0' -25,9" Bu'dul Haqiqi Ardl-Qomar 402150,76739 Km

Ta'dil 9 0° 0' 0,036" Ihtilaful Mandhor Lil Qomar 1 0° 54' 31,45"

Ta'dil 10 0° 0' -0,79" Umur Hilal 5 : 17 : 17,3 Jam Nisfu Qotr 0° 14' 51,41"
Ta'dil 11 0° 0' 2,093" Tinggi Hilal Haqiqi 0° 43' 52,69" Ihtilaful Mandhor Lil Qomar 2 0° 54' 31,19"
Ta'dil 12 0° 0' -2,49" Tinggi Hilal Mar'I Dibawah ufuq Inkisarusy Syi'a' 0° 26' 37,01"
Ta'dil 13 0° 0' -0,38" Lama Hilal 0 : 1 : 58,4 Jam Irtifak Hilal Mar'i 0° -10' -38,4"
MT 0° 3' 4,456" Azimut Hilal 255° 12' 26,3" Simtul Irtifa' 255° 12' 26,38"
JD Ijtimak 2454031,219 Azimut Hilal dari barat 14° 47' 33,6" > S Bu'dul Hilal Minassy Syamsi 3° 30' 55,00"
Universal Time 5 : 14 : 49 Azimut Matahari 258° 43' 21,3" Muktsul Hilal Fauqol Ufuq 0 : 4 : 52,35
Waktu Daerah 12 : 14 : 49 Azimut Mthr dari barat 11° 16' 38,6" > S AL 3° 35' 25,84"
A 2454044 Jarak Hilal -- Matahari 3° 30' 55,00" Samkul Hilal 0,02916258 M
B 2455568 Posisi Hilal Selatan Matahari Zawiatul Istitholah 3° 52' 44,49"
C 6722 Keadaan Hilal Dibawah ufuq Nurul Hilal 176° 7' 15,50"
D 2455210 Nurul Hilal jari Nol jari Nurul Hilal 0,11454446 %
E 11 Nurul Hilal % Nol persen Ghurubul Hilal 17 : 36 : 59,3 menit
Ghurub Hilal Haqiqi 17 : 34 : 5,47 Jarak Bumi - Matahari 0,9951817215 AU
Terbit Hilal Haqiqi 5 : 1 : 6,39 Jarak Bumi - Matahari 148877065,80 Km

Terbit Matahari 5 : 14 : 4,09

Jarak Bumi - Bulan 402150,76739 Km

Jarak Bumi - Matahari 148877065,80 Km


HISAB AWAL BULAN KAMARIAH SISTEM EPHEMERIS TAHUN 1427 H/2006 M

Φ : -7˚
λ : 110˚ 24’
h : 5m

δ 11 : -11˚ 05’ 06” HPo10 : 0˚ 54' 26"


δ10 : -11˚ 04’ 13” Ref : H = 0˚ 45' = 0˚ 26,4"
e11 : 0˚ 15’ 32” = 0˚ 42' = 0˚ 26,8"
e10 : 0˚ 15’ 31” = 0˚ 26' 24,48"
FI 11 : 0.00126
ho : -0˚ 53’ 56,13” FI 10 : 0.00108
to : 92˚ 18’ 06,41” Lama( : 0˚ 02' 58,3"
6˚ 09’ 12,43” Paralax : 0˚ 54' 25,73"
Trbnm : 17: 32: 4,43 Ku (Dip) : 0˚ 03' 56,13"
δ hq : -11˚ 04’ 41,33” h( mar'i : 0˚ 20' 29,43"
e hq : 0˚ 15’ 31,53” Az( : -75˚ 10' 03,76"
to hq : 92˚ 18’ 03,19” 255˚ 10' 03"
Trbnm hq : 17: 32: 25,2 Posisi( : -3˚ 33' 21,45"
Azo : -78˚ 43’ 25,2” Cahaya( : 0˚ 00' 04,23"
258˚ 43’ 25,2” 1,175 %
ARAo11 : 206˚ 51’ 46”
ARAo10 : 206˚ 49’ 24”
= 206˚ 50’ 30”
ARA(11 : 208˚ 16’ 33”
ARA(10 : 207˚ 48’ 16”
= 208˚ 03’ 23”
t( : 91˚ 05’ 10”
δ( 11 : -14˚ 54’ 34”
δ( 10 : -14˚ 41’ 57”
= -14˚ 48’ 41,72”
h( : 0˚ 44’ 34,54”
HPo11 : 0˚ 54' 26"
HISAB AWAL BULAN KAMARIAH SISTEM JEAN MEEUS 1427 H/2006 M
A. Menentukan ijtima'
Waktu A B C
2000 5.598 7 560 893
6 23.794 64 379 779
Okt 22.306 808 717 704
Jumlah 51.694 879 656 379
240 -0.007
Koreksi A =
223 = -0.007
879 1500 (a) 3000 (b)
870 -0.129 -0.125
880 -0.121 -0.117

Data a = -0.129 + (9/10) x (-0.121 – (-)


0.129) = -0.1218
Data b = -0.125 + ()9/10 x (-0.117 – (-)
0.125) = -0.1178
Data 879 = -0.1218 + ((2006 – 1500) /
1500) x (-0.1178 – (-)0.1218)
= -0.120450

Koreksi B =
658 NM
650 0.345
660 0.358

658 = 0.449

Koreksi C =
376 NM
360 0.008
380 0.007
376 = 0.002

Koreksi D =
535 NM
520 0.001
540 0.001

376 = 0.001

Koreksi E =
223 NM
220 -0.007
Ijitima' = 51.698 + (-)120450 + 0.449 + 0.002 + 0.001 + -0.007
52.02255
= 52 – 30 = 22 hari
= 0.02255 x 24
= 0.5412 atau 0: 32: 28,32
Jadi ijtima' pada bulan Oktober 2006 jatuh pada tanggal 22 Oktobet 2006 pada pukul 00:32: 28,32.

B. Menentukan besar cahaya hilal

A B C D
2000 998 357 264 810
6 3 515 874 194
Okt 736 908 582 245
22 60 798 692 745
11 1 17 14 16
Jumlah 798 595 426 010

D 33
A 798 I 6
B 595 II -20
C 426 III -13
D 010 IV 6

d = 6 maka k = 0.00 yang berarti hilal masih dibawah ufuk.


DAFTAR ISTILAH

NO. ISTILAH DEFINISI*

1. al-Wasath al-Syams (Ecliptic Longitude) Bujur astronomi matahari

2. al-Khosoh al-Syams Busur matahari sepanjang

ekliptika dari titik aries sebelum

bergerak

3. al-'uqdah al-Syams Titik (simpul) perpotongan

matahari

4. Mail al-Kully (Mail A'dhom) Deklinasi terjauh yaitu

kemiringan ekliptika dari equator

5. Mail al-Syams/al-Qamar Deklinasi matahari/bulan

6. al-Mathali' al-Mustaqymah Li al-Syams Asensio Rekta

7. al-Nishfu al-Quthri al-Syams/al-Qamar Semi diameter matahari/bulan

8. al-Inkhofadh al-Ufuqi Kerendahan ufuk (Dip)

9. al-Nishfu al-Qous al-Nahar Li al-Syams Sudut waktu matahari (t)

10. al-Thul al-Syams/al-Qamar Bujur astronomi matahari/bulan

11. al-Ikhtilaf al-Mandzar al-Qamar I Horizontal Paralax I

12. al-Nishfu al-Quthri al-Qamar Jari-jari piringan bulan (s.d.b)

13. al-Ikhtilaf al-Ufuq Kerendahan ufuk

14. al-Irtifa' al-Hilal al-Mar'i Ketinggian hilal mar'i

15. al-fadhlu al-Dair Li al-Qamar Sudut waktu bulan (tc)

5. al-Samtu al-Irtifa' al-Syams 'inda al-Ghurub Arah atau posisi matahari ketika
matahari terbenam

6. al-Samtu al-Irtifa' al-Hilal Posisi hilal

7. al-Bu'du al-Hilal min al-Syams 'inda Ghurubiha Jarak hilal dari matahari ketika

terbenam

8. al-Muktsu al-Hilal Fauqo al-Ufuq Lama hilal diatas ufuk

9. al-Samak al-Hilal Jarak hilal dalam satuan meter

10. al-Zawiyah al-Isthitholah Elongasi

11. al-Nur al-Hilal Cahaya hilal

12. al-Ghurub al-Hilal Terbenam hilal

13. al-Bu'du Baina Nuqthah al-Markaz al-Ardl wa Jarak antara titik aries bumi dan

Nuqthah al-Markaz al- Syams matahari

* Definisi dari istilah-istilah tersebut di ambil dari Kamus Ilmu Falak karya Muhyidin Khazin,

Ensiklopedi Hisab Rukyat karya Dr. Susiknan Azhari, M.A, serta buku-buku falak yang lain.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kitri Sulastri


Tempat tanggal lahir : Rotan Mulya, 09 Desember 1989
Alamat asal : SP-3 Rotan Mulya Kec. Mesuji Raya Kab. Ogan
Komering Ilir, Sumatera Selatan
Alamat sekarang : PP. Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang

Jenjang Pendidikan :
a. Pendidikan Formal :
1. TK Dharma Wanita Rotan Mulya, Rotan Mulya Sumsel lulus tahun 1994
2. SD Negeri Rotan Mulya, Rotan Mulya Sumsel lulus tahun 2000
3. MTS Nurul Huda, Sukaraja OKU-Timur Sumsel lulus tahun 2004
4. MA Nurul Huda, Sukaraja OKU-Timur Sumsel lulus tahun 2007
b. Pendidikan Non Formal :
1. Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja Kec Buaymadang Kab OKU-
Timur tahun 2000-2007
2. Pondok Pesantren Daarun Najaah Tugu Semarang 2007-sekarang

Semarang,………..
Hormat saya,

Kitri Sulastri
NIM. 072111065

Anda mungkin juga menyukai