Anda di halaman 1dari 90

BANGUNAN AIR

Semester Genap 2019/2020

REVIEW BAHAN UAS

Yiniarti Eka Kumala


Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan
Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung
Jalan PKH Hasan Mustapa No. 23 Bandung, Telp. 7272215
1
Elevasi Mercu Bendung Tetap
◼ Cara penentuan elevasi mercu:
• Muka air pada Bangunan Bagi 1 El. + ….. m
• Kehilangan energi alat ukur ….. m
• Kehilangan energi saluran L x i saluran …... m
• Kehilangan energi bangunan bilas …... m
• Kehilangan energi penangkap sedimen ….. m
• Kehilangan energi bangunan pengambil ….. m
________________
Muka air normal (kebutuhan) MAN ………… m
• Faktor keamanan (angin & gelombang) 0,10 m
_______________
• Elevasi mercu El. + ……… m
Langkah Perhitungan Mercu
 Lebar bruto ( Bb): Bns < Bb < 1,2 Bns
 Lebar netto (Bn): Bn = Bb – n Bp
❑ Lebar efektif (Beff): Bef = Bn – 2 (nKp – Ka) H

Q = Cd . 2 2 1, 5
g . Be . H
3 3 Cd = C0. C1. C2
1

Tinggi air (h): H = h + v2/2g

Q2
H = hu +
(hu + p ) Bb  2 g
2
Koefisien pilar & tembok pangkal
◼ Nilai koefisien pilar (Kp)
• Pilar persegi: Kp = 0,02
• Pilar bulat Kp = 0,01
• Pilar runcing Kp = 0
◼ Nilai koefisien tembok pangkal (Ka)
• Bersudut 900 Ka = 0,2
• Bersudut bulat 0,5 H > r > 0,15 H Ka = 0,1
• Bersudut miring 450 dengan r > 0,5 H Ka = 0
Nilai Koefisien C0
Nilai koefisien C1
Nilai koefisien C2
Peredam Energi Tipe Vlugter
H H'
hc = 2/3 H
Z

R
1 R
1
D
2a t
a

Bentuk hidraulik : pertemuan penampang miring, lengkung & lurus


Bentuk & ukuran hidraulik ruang olak akan dipengaruhi :
Tinggi muka air udik di atas mercu : H
Perbedaan muka air udik & hilir : z
Digunakan pada :
Tanah dasar aluvial, sungai tidak membawa batu-batuan besar
Bendung relatif rendah z ≤ 5 m

Kelemahan tipe ini adalah penurunan lantai yang besar mengakibatkan penggalian yang dalam
Peredam Energi Tipe Schoklitsch

p/2 W

W
aW

pW
S
EW

0.6

0.5 0.6

 Panjang ruang olakan L = α W (α  0.4


= 0,5 - 1) 0.5


 Tinggi ambang hilir S = ß q½ ( w/g)¼
0.3 0.4

0.2 0.3
(min 0.1 W) 0.1
0.2
 Parameter  = f ( ε ) ,  = 0,03 - 0,080.0
0.1
0.05 0.1
 ρ umumnya = 0,15 0.0

0.05 0.1

Peredam energi jenis MDO
Peredam energi jenis MDO
Peredam energi jenis MDO
Peredam energi jenis MDS
Peredam Energi Tipe USBR
Tipe ini dikembangkan di Laboratorium Hidraulika :
United States Bureau of Reclamation (USBR), ditentukan
berdasar nilai bilangan Froude di kaki bidang hilir bendung
Peredam energi USBR dapat dilengkapi dengan balok
muka/miring/ambang hilir, dengan fungsi masing2 bagian:
1. Balok miring (chute blocks): untuk menaikkan
pancaran dari lantai ruang olakan dan menstabilkan
loncatan air.
2. Balok tengah (floor blocks/baffle blocks): membantu
memecah pancaran yang menabraknya dan
menambah kekasaran lantai.
3. Ambang hilir (end sill): mengurangi panjang lantai,
untuk kecepatan tinggi masih dapat memecah sisa
pancaran yang sampai pada ambang ini.
Ruang olakan dengan balok muka, balok lantai ambang
bergigi tidak cocok untuk sungai yang mengangkut batu.
Peredam Energi Tipe USBR
Peredam Energi Tipe USBR
Peredam Energi ini kurang sesuai untuk peredam energi
bendung yang relatif rendah, karena:
◼ Lokasi perhitungan loncatan awal (kedalaman konjugasi)

tidak selalu terletak pada kaki bidang miring tubuh


bendung,
◼ Untuk bendung yang relatif rendah lokasi loncatan awal

sangat dipengaruhi oleh kedalaman air sungai (tail water)


◼ Peredam energi yang dilengkapi dengan balok muka dan
balok miring sering bermasalah dengan batu/kerikil yang
terbawa aliran sungai.
◼ Pengaruh degradasi dasar sungai dan pengaruh bentuk

tembok sayap hilir tidak diperhitungkan dalam desain.


→ Peredam energi USBR lebih dianjurkan diterapkan pada
pelimpah bendungan yang relatif tinggi.
Peredam energi cekung masif (bak tenggelam)

hc
H
Peredam energi cekung masif

R min
hc

H
hc
Peredam energi cekung masif
Peredam energi jenis MDL
Peredam energi jenis MDL
Peredam energi jenis MDL
Peredam energi jenis MDL
Bangunan Pengambil & Pembilas

• Bangunan Pengambil/Penyadap:
– menyadap air sesuai
kebutuhan
– dilengkapi pintu/pilar dan
tembok banjir

• Bangunan Pembilas (Bawah):


– mengendalikan/mengelak
kan sedimen (dasar)
– dilengkapi pintu/pilar,
dengan atau tanpa tembok
banjir
Tata Letak Bangunan Pembilas & Pengambil
Bangunan Pembilas Bendung
Pedoman menentukan lebar pembilas:
▪ Lebar pembilas + lebar bilas (Bp) ≈ 1/6 – 1/10 Lebar bruto
bendung (untuk B sungai < 100 )
▪ Lebar pembilas ≈ 60% lebar pengambil
▪ Lebar 1 pintu ≤ 2,50 m (untuk kemudahan operasi) dan
jumlah pintu ≤ 3 buah
❑ Panjang dan tinggi dinding pemisah:
▪ Panjang dinding pemisah ditentukan berdasar: lebar
bangunan pengambil (0,5 m ke arah udik) dan kondisi aliran
merata ke arah bangunan pengambil (≈ 450 – 700)
▪ Tinggi dinding pemisah 0,5 – 1,0 m di atas mercu (agar
selama operasi pembilasan sedimen tidak masuk ke
bangunan pembilas)
Bangunan Pembilas Bawah

2m > T ≥ 1/3 hw
T ≥ 1,5d
T ≥ 1m
→ tinggi lubang & elevasi bagian atas pelat pada umumnya
dibuat 1,50 m dari lantai.
Bangunan Pembilas Bawah
Keuntungan pintu di bagi 2 (pintu atas & bawah):
▪ pengoperasian pintu lebih ringan, karena pada saat akan
membilas sedimen hanya pintu bawah yang dioperasikan dengan
cara menaikkan pintu sesuai kebutuhan.
▪ sedangkan pada saat akan membuang benda apung pintu atas
dioperasikan dengan cara menurunkan pintu.
▪ air yang terbuang ke hilir pada saat perlu dilakukan pembuangan
benda apung lebih sedikit, karena hanya pintu atas yang
diturunkan.
Kerugian pintu di bagi 2 (pintu atas & bawah):
▪ biaya pembuatan pintu lebih mahal,
▪ kadang-kadang terjadi kebocoran, apabila pemasangan antara
pintu atas dan pintu bawah kurang baik.
Bangunan Pembilas Bendung
Bangunan Pembilas Samping
❑ Pembilas samping: bangunan pembilas bawah yang
penempatannya di luar bentang bersih bendung dan atau
di luar tembok pangkal bendung.
❑ Pembilas tipe ini berbentuk melengkung dan tidak menjadi
penghalang aliran jika terjadi banjir, sehingga pilar dan
bangunan pembilas terhindar dari benturan batu gelundung
atau kayu yang terbawa hanyut pada waktu banjir.
❑ Manfaat tambahan pembilas samping: kapasitas
pelimpahan bendung lebih besar, karena lebar bruto tidak
berkurang oleh adanya pilar pembilas dan seluruh bentang
bendung dapat melimpahkan debit banjir sungai.
Bangunan Pembilas Samping
Bangunan Pengambil
Tata Letak :
▪ Sebaiknya dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as
bendung atau bendung gerak.
▪ Guna memperkecil masuknya sedimen, lokasi bangunan
pengambil lebih dianjurkan jika pengambilan ditempatkan di
ujung tikungan luar sungai atau pada ruas luar, pada lokasi
kurang lebih ¼ jari-jari tikungan, dengan memanfaatkan prinsip
terjadinya aliran helicoidal pada tikungan sungai.
Selain dari pada pemilihan lokasi pengambilan tersebut, masuknya
sedimen juga dipengaruhi antara lain oleh:
▪ Arah / sudut antara pengambilan dan sumbu sungai,
▪ Ketinggian ambang pengambilan,
▪ Kecepatan aliran masuk yang diijinkan.
ARAH BANGUNAN PENGAMBIL
Parameter Desain Bangunan Pengambil

• Qdesain = 1,2 Qkebutuhan irigasi

Q desain = m.b.a 2.g.z


dengan:
• m : koefisien debit, biasa diambil = 0,8 untuk bangunan
pengambil irigasi
• b : lebar bukaan bangunan pengambil, m
• a : tinggi bukaan bangunan pengambil, m
• g : percepatan gravitasi, m/s2
• z : kehilangan tinggi energi pada bukaan, m
• Kecepatan aliran masuk v = 1,0 ~ 2,0 m / s
Debit Desain Bangunan Pengambil

▪ Debit desain perlu ditambah 20% (dikalikan 1,2)


apabila:
ada bangunan penangkap sedimen dengan 1
kompartemen

▪ Debit sesuai debit desain (tidak perlu dikalikan 1,2)


apabila:
▪ tidak ada bangunan penangkap sedimen
▪ ada bangunan penangkap sedimen dengan
kompartemen lebih dari 1
Dimensi Bangunan Pengambil
Ambang Pengambil Bebas

a = (MAN – z + t ) – El. Ambang a = (MAN – z - n ) – El. Ambang


Bangunan Pengambil
Penentuan bukaan pintu pengmbilan (a):
❑ Kondisi hidraulik aliran pada pintu pengambilan:
aliran bebas (tidak tenggelam) yang tidak dipengaruhi oleh
fluktuasi muka air di hilir pintu pengambilan (a) atau,
aliran tenggelam yang dipengaruhi oleh fluktuasi muka air di
hilir pintu pengambilan (b).
❑ Muka air normal di depan pintu pengambilan
❑ Elevasi ambang pengambilan
▪ ta ≈ 0,5 m untuk lanau.
▪ ta ≈ 1m untuk pasir & kerikil.
▪ ta ≈ 1,5m untuk batu bongkah, undersluice.
Bangunan Pengaman Gerusan

1) Rip-rap (batu/beton)
2) Bronjong
3) Lempengan beton (concrete slab)
4) Balok beton (concrete beam)
5) Pelat pancang (sheet pile)
6) Pengendali dasar sungai
Pemasangan Rip-Rap
Penempatan Rip-rap
Rip-rap Beton
BRONJONG
BALOK BETON BERKOTAK
Penerapan sebagai ruang olakan ke dua bendung-bendung
lama (Barugbug & Tajum), dengan maksud:
o mengamankan bangunan dari gerusan lokal & degradasi
dasar sungai yang terjadi,
o mengurangi gaya tekan air ke atas (uplift pressure), agar
kerusakan bangunan lama (pecahnya lantai) dapat
dicegah
Spesifikasi:
o bentuk dibuat berkotak-kotak,
o bersifat lulus air (permeable),
o terdiri dari balok-balok beton bersilang memanjang-
melintang,
o kotak-kotak diisi batu lepas Φ 20 cm
BALOK BETON BERKOTAK
PEREDAM ENERGI GANDA
Lokasi bangunan pengendali dasar
sungai
Perencanaan Struktur Bawah

17.852

13.50 4.00 3.25 4.102 6.50

+137.00 +137.00

10.00
1 : 1

1
Lapisan tahan aus, beton k - 225

:1
Besi L 50. 50. 10 diangker
4.00 4.00 4.00
6.352 +133.50
+133.00 1.768 4.584
+132.60 Rib bertangga

1 : 1
+131.869

1 : 1
Rib bertangga
1 : 1

R=1.25
Water stop dilatation
0.707 +129.90

0
2.5
R=
+129.00 +129.00 1 : 5
+128.90

0
1.0
Water stop dilatation 1.50

1.50
R=
0.50
+128.20 +127.70
+128.00
Rip Rap Batu Ø 0.40 +126.90

1.50
1.00

2.50
Buis Beton + Beton Cyclop Ø 0.8m, Geosynthetic clay liner
L= 2m dipasang dibawah setiap rib +125.90

0.50
+125.20

1.40
+124.10

:1
+123.90

1
Buis Beton + Beton Cyclop Beton Cyclop + tulangan praktis Buis Beton + Beton Cyclop Ø 0.8m,
0.60 3.00 0.50 4.25 0.50 3.00 L= 2m dipasang dibawah setiap rib
Ø 0.8m, L= 3m dipasang rapat.
0.40

0.50
1.25 1.50 1.50 3.00 1.10 8.252
1.00
1.00

12.25 1.25 17.852 10.00 5.00

POTONGAN A - A

0 1 5m
SKALA :

Gambar desain umum (lantai udik, struktur utama, lantai hilir dan sayap)
Desain Struktur Bawah Bendung

o Bendung dalam sistem sungai → h.


o Di atas permukaan tanah (sebagai aliran permukaan)
→ diatasi dengan berbagai tipe peredam energi
o Di bawah permukaan tanah → aliran bawah bangunan
→ melalui tanah tiris (poreus) → tekanan pada butir-
butir tanah dan tekanan air ke atas (uplift pressure).
o Sepanjang jalan yang ditempuh, energi yang timbul
akibat perbedaan tinggi tekan ini akan berkurang.
o Jalan dengan hambatan terkecil adalah bidang kontak
antara bangunan dan tanah, yang disebut jalur
rembesan (creep line).
Desain Struktur Bawah Bendung

o Apabila hambatan < menimbulkan gejala


likuifaksi di hilir bangunan.
o Jadi likuifaksi adalah butiran yang mulai bergerak
di hilir bangunan, sebagai akibat aliran bawah
bangunan.
o Akibatnya kalau hambatan berkurang jalur
rembesan menjadi pendek dan tekanan
bertambah besar.
Tekanan Aliran Air Bawah

o Bangunan Utama (bendung tetap/bendung


gerak) harus diperiksa stabilitasnya terhadap:
• Erosi bawah tanah
• Bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave)
• Rekahnya pangkal hilir bangunan
o Metode-metode yang digunakan:
• Metode Bligh (Empiris)
• Metode Lane (Empiris)
• Jaringan aliran (Flow Net Analysis)
• Metode Khosla (coba-coba)
• Analog listrik
• Metode relaxasi
• Model matematik (a.l. Plaxis)
Perlindungan thd Erosi Bawah Bangunan

Usaha-usaha untuk memperpanjang jalur rembesan


(menambah hambatan):
• membuat lantai muka,
• membuat dinding halang (koperan),
• membuat pelat pancang halang (sheet pile).
Metode Bligh

h-b

h-n

Lv4

Lv3
Lv1

Lh3 Lv2

Lh2 Lh1

• Persamaan umum :

CB =
L
SF (1,5) =
 L + L
v h

h C B xh
Metode Lane

h-b

h-n

Lv4

Lv3
Lv1

Lh3 Lv2

Lh2 Lh1

• Persamaan umum :

1
Lv +  3 Lh
CL =
h
Metode Lane

o Bidang miring > 45o dianggap vertikal dan yang ≤ 45o dianggap horizontal.
o Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran 3 x lebih kuat
dari pada jalur horisontal.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)

Berdasarkan perhitungan teoritis dari persamaan


Laplace dengan anggapan:
o Tanah bersifat homogeneous: mempunyai
karakteristik sama pada semua bagian;
o Tanah merupakan tanah yang isotropis:
permeabilitas sama pada semua arah.
o Kalau permeabilitas berbeda → lakukan
transformasi
• Arah vertikal ditentukan dan arah horizontal
diatur
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)

Nf
q = k .h.
Ne
dengan:

q = debit aliran bawah bangunan (m3/s/m)


k = koefisien permeabilitas (m/s)
h = tinggi tekan (m)
Nf = jumlah garis aliran
Ne = jumlah garis ekipotensial.
Metode Jaring Aliran (Flow-net analysis)
Pelat pancang (sheet pile)
Pelat pancang efektif untuk memperpanjang jalur rembesan, krn:
Posisi vertikal
Jalur yang ditempuh 2 x panjang pelat
Namun mahal & apabila terdapat batu besar/kerikil, tidak dapat
diterapkan.
Tanah yang sesuai:
Tanah berbutir halus
Tanah berlapis horizontal
Agar gaya tekan ke atas dapat dikurangi, lokasi yang sesuai untuk
pelat pancang:
Di pangkal (awal) lantai udik
Di bawah bagian depan tubuh bendung
Penempatan pelat pancang (sheet pile) di ujung hilir bangunan
akan memperbesar tekanan ke atas (uplift pressure), apabila
ditempatkan di hilir, maka sebaiknya pelat pancang dibuat pendek
saja, hanya berfungsi untuk melindungi bangunan terhadap
gerusan setempat di hilir.
Perbedaan bendung dari pasangan vs beton

1) Pasangan
• Sukar untuk membuat penghubung (joint) → satu kesatuan
(monolith) → struktur dianggap sebagai satu kesatuan
sepanjang pondasi atau
• Apabila tanah fundasi jelek (lempung/lumpur)
ganti lapisan lunak dengan tanah yang lebih kompak
(replacement)

2) Beton
• Dapat dibuat penghubung (joint)→ dua/tiga bagian
→ struktur dibuat terpisah → masing-masing harus stabil
• Apabila tanah fundasi jelek → buat fundasi tiang pancang
Bangunan Penangkap Sedimen

o Fungsi
l mengendalikan sedimen
yang masuk ke jaringan
pengairan sesuai kebutuhan
( fraksi & jumlah)

o Prinsip Kerja:
• mengendapkan sedimen pada tempat
tertentu - mengurangi kecepatan aliran
dengan memperdalam dan
memperlebar penampang
• menampung sedimen pada tempat
tertentu (kantong)
• membilas sedimen pada waktunya
Cara Pembilasan
◼ Cara-cara pembilasan yang mungkin dilakukan:
• pembilasan hidraulik yang mengandalkan
energi air (tinggi tekan yang tersedia),
• penggalian/pembuangan endapan dalam
keadaan kantong kering yang dapat dilakukan
dengan tenaga manusia atau tenaga
mekanik/mesin,
• penggalian/pembuangan endapan dalam
keadaan kantong basah yang dapat dilakukan
dengan pompa hisap atau kapal keruk,
Syarat Pembilasan Hidraulik
◼ Tinggi tekan (perbedaan muka air antara udik dan
hilir bangunan) yang tersedia cukup untuk melakukan
operasi pembilasan. Apabila tinggi tekan yang
tersedia kurang, dapat dipertimbangkan kemungkinan
untuk menaikkan elevasi mercu bendung.
◼ Elevasi dasar/lantai saluran pembuang harus lebih
tinggi daripada elevasi dasar sungai hilir,
◼ Tersedianya debit bilas (kebutuhan debit bilas
minimum 120% dari kebutuhan pengambilan)
◼ Tersedianya tempat untuk pembuangan endapan di
sungai bagian hilir,
◼ Tidak terjadi turbulensi selama operasi pembilasan.
Dimensi Hidraulik - Luas bidang pengendapan

Q desain
L .B =
w
L B8
Dibagi dalam beberapa kompartemen →

L B'  8
Kecepatan endap – Diameter butir
Kecepatan endap – Efisiensi statis
Keuntungan Dibagi 2 Kompartemen atau lebih

a) Layanan debit ke jaringan irigasi tidak terhenti, bisa


dialirkan lewat kompartemen yang tidak dibilas, walau
dengan jumlah yang berkurang, karena pembilasan
dilakukan bergantian.
b) Pembilasan dapat dilakukan dengan debit yang lebih kecil
Contoh untuk kebutuhan irigasi sebesar Qi = 12 m3/s
Apabila didesain 2 kompartemen: Q bilas = ½ x 12 x 120% = 7,2 m3/s
Apabila didesain 3 kompartemen: Q bilas = 1/3 x 12 x 120% = 4,8 m3/s
Apabila didesain 4 kompartemen: Q bilas = 1/4 x 12 x 120% = 3,6 m3/s.
c) Daya bilas lebih besar, karena dengan debit bilas yang lebih
kecil, muka air di hilir bangunan bilas menjadi lebih rendah,
sehingga tinggi tekan lebih besar.
Konfigurasi penangkap pasir tipe PUSAIR

C
9
8
12
2 3 4
F G
H

Bi
E B'
B
t Bsp
11 ke sungai

10

E F L G H
+40.50

5 6
D D 13

1
A
Konfigurasi penangkap pasir tipe PUSAIR
Dinding Pemisah

Pengarah Arus

6
POTONGAN F - F

7 5
8

1 2 3
4

5
POTONGAN A - B
Pemeriksaan Kinerja dan Nilai Fungsi
◼ Efisiensi pengendapan bangunan penangkap
sedimen adalah kemampuan untuk mereduksi
konsentrasi endapan dalam kantong.
• Grafik Camp
• Kriteria Shinohara Tsubaki
• Vlugter
◼ Efektivitas pembilasan bangunan penangkap
sedimen adalah kemampuan untuk membilas
endapan yang ada dalam kantong endapan.
• Grafik Shield
• Kriteria Shinohara Tsubaki
Grafik Shield
Bangunan Pengambil Bebas (Free Intake)
Harus dibuat pada lokasi yang tepat, air cukup dengan
sedimen minimum.
Lokasi yang baik: ujung tikungan luar sungai.
Persyaratan yang harus dipenuhi:
o Debit andalan sungai > debit kebutuhan irigasi, air baku /

kebutuhan lain
o Muka air normal /andalan sungai > muka air kebutuhan

o Kehilangan energi sepanjang bangunan irigasi cukup

o Adanya kepastian jalur air kecil mendekat dan masuk ke

bangunan pengambil
o Jalur air tetap (sungai tidak berjalin/berliku)

o Sedimen yang masuk ke bangunan pengambil teratasi (a.l.

membuat bangunan penangkap sedimen yang dibilas manual /


hidraulik)
o Tidak terjadi degradasi dasar sungai
Bangunan Pengambil Bebas
Sering direncanakan pada ruas sungai bagian atas
dengan
o kemiringan dasar yang cukup terjal dan
o dasar/tebing yang relative stabil.
Parameter yang mempengaruhi banyaknya sedimen
yang masuk:
o Arah/besar sudut antara bangunan pengambil
dan sumbu sungai
o Tinggi ambang (skimming wall)

o Kecepatan aliran masuk yang diijinkan

o Penentuan tata letak, kriteria, dimensi hidraulik dll


→ = bangunan pengambil bendung
Sebaiknya diselidiki dengan uji model fisik
Bangunan Saringan Bawah (Tyroll)
Fungsi
menyadap air dari dasar sungai,
menghemat tinggi tanggul,
dapat diterapkan pada sungai
berliku/berjalin

Contoh:
• Saringan Bawah Cawitali
• Saringan Bawag Danawarih
• Saringan Bawah Tapak Menjangan
Saringan Bawah (Tyrol - Bottom Intake)

Bangunan saringan bawah →


o dibangun melintang alur sungai,

o tinggi mercu relatif rendah, untuk menghindari


benturan batu dan meminimalkan gangguan
angkutan muatan sedimen sungai
o menyadap air langsung dari dasar sungai

o penyadapan air dilakukan melalui saringan

yang dipasang pada mercu bangunan


Tyrol – nama suatu daerah di Austria (tempat
asal mulai diterapkan).
Peredam Energi Bangunan Tyrol
◼ Bentuk tubuh bangunan bagian hilir saringan dapat
dibuat tegak, miring dengan kemiringan tertentu.
◼ Untuk mencegah penggerusan setempat seperti
halnya pembuatan peredam energi pada bendung;
peredam energi bangunan tipe Tyrol dapat dipilih antara
lain tipe cekung, dengan memperhitungkan :
• debit desain untuk bangunan peredam energi;
• tinggi terjunan;
• penggerusan setempat;
• degradasi dasar sungai yang akan terjadi;
• benturan dan abrasi angkutan batu gelundung;
◼ Bangunan Tyrol dapat juga dibuat tanpa peredam
energi, jika dibangun di atas batuan keras atau pada
kondisi sungai dengan batuan yang sangat besar.
Bagian-bagian bangunan pengambil Tyrol

Tembok sayap udik


A

Tubuh Bendung
Saringan
Tembok pangkal Tembok sayap hilir
Pintu pengatur debit
A
Penangkap pasir
De na h
Bagian-bagian bangunan pengambil Tyrol
Puncak
Penangkap pasir

Tembok pangkal Bagian awal Bagian akhir

Pintu pengatur debit


Potongan Memanjang

Mercu Saringan
Lantai udik

Batu bongkah
Tubuh bendung

Potongan melintang
Bendung Gerak (Barrage)
❑ Bendung Gerak

• pintu sorong atau radial


• bukaan pintu dapat
dioperasikan diatur pada
kondisi muka air yang
diinginkan

❑ Masalah :
• harus ada petugas yang
jaga selama 24 jam,
• harus ada listrik & flood
warning system,
• operasi pintu yang salah
mengakibatkan gerusan di
hilir
Bendung Gerak (Barrage)
Bendung gerak pada umumnya dibangun di daerah
pedataran, dengan maksud:
o Mengurangi daerah genangan di udik,

o Mendapatkan tanggul yang rendah,

o Bangunan-bangunan yang ada tidak terganggu (antara

lain jalan raya/jalan kereta api, jembatan,


perumahan/kawasan industri).
Bendung Gerak (Barrage)
Keuntungan penerapan bendung gerak pada sistem sungai:
o Sedimentasi di udik lebih sedikit,

o Degradasi di hilir bendung berkurang

o Dibandingkan dengan bendung tetap, maka perubahan

morfologi sungai berkurang.


Contoh beberapa bendung gerak yang telah dibangun antara lain:
o Bendung gerak Walahar di Krawang, Jawa Barat.

o Bendung gerak Rentang Baru di Cirebon, Jawa Barat

o Bendung gerak Pamarayan di Banten,

o Bendung gerak Serayu di Purwokerto, Jawa Tengah,

o Bendung gerak Lodoyo di Jawa Timur.


Bendung Karet (Rubber Dam)
Bendung karet merupakan bendung yang dapat dikategorikan
sebagai bendung gerak, di mana tubuh bendung terbuat dari
bahan karet, dapat mengembang sebagai sarana operasi
pembendungan air dan mengempis sebagai sarana
peniadaan pembendungan air.
Perbedaan utama, bendung karet tidak dapat dioperasikan
pada bukaan sebagian seperti bendung gerak, karena
bendung karet hanya bisa dalam kondisi mengembang penuh
atau mengempis.
Bendung karet dapat berisi udara atau air sebagai media
pengisi tabung karet.
Cara kerja (fungsi utama)
bendung karet
o Meninggikan muka air dalam kondisi bendung karet
mengembang (inflate),
o Melimpahkan debit banjir pada saat diperlukan dengan
kondisi bendung karet mengempis (deflate) sambil
melakukan pembilasan,
o Mencegah intrusi air laut pada saat air laut pasang
dengan mengembangkan kembali badan bendung karet.
Bendung Karet (Rubber Dam)
Bendung Karet
o bahan karet
o hanya dapat dioperasikan pada
keadaan mengembang/mengempis
penuh
o Berisi udara / air
Contoh penerapan:
o Bend. Karet Rambatan – Indramayu
o Bend. Karet Kumpul Kista - Cirebon
o Bend. Karet Menturus - Jatim
o Bendung Karet Jatimlerek – Jatim
Potongan Memanjang Bendung Karet
Bendung Karet (Rubber Dam)
Bendung karet kurang cocok diterapkan di Indonesia, karena:
Lokasi Indonesia yang berada pada garis katulistiwa
menyebabkan cuaca/iklim dengan suhu panas yang tinggi,
sehingga bendung karet dapat meletus.
Sungai-sungai di Indonesia pada umumnya masih alami
dengan membawa batu-batu dan batang-batang pohon,
sehingga sering kali merusak bendung karet.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
memelihara infra struktur yang telah dibangun dengan
merusak bendung karet.
Apabila terjadi kerusakan pada bendung karet, membutuhkan
waktu perbaikan yang lama dan biaya yang relative mahal.
Bendung Gergaji
Bendung gergaji: bendung tetap dengan tata letak mercu pelimpah
menyerupai gigi gergaji guna memperoleh lebar efektif pelimpah
yang lebih panjang.
Pelimpah / Bendung Gergaji
Fungsi
• mendapatkan kapasitas
pelimpahan lebih besar,
• mendapatkan tinggi
tekan yang lebih stabil
akibat perubahan debit

Digunakan sebagai:
• alternatif bendung gerak,
• pelimpah bendungan.
◼ Contoh penerapan:
• bendung Ciwadas - Krawang
• bendung Pejompongan - DKI
• bendung Tami & Kalibumi –Papua
Pompa - pengambilan/pengendali banjir

◼ Fungsi
mengendalikan
muka air saat aliran
terhambat karena
muka air hilir lebih
tinggi.
◼ Masalah:
• gaya hidrostatik
dan hidrodinamik
• sifat-sifat air laut,
• sifat buruk air di
kolam pompa.
Selamat Menempuh Ujian

RAIH NILAI SEMAKSIMAL MUNGKIN

Masa depan di tangan anda

Anda mungkin juga menyukai