Proposal Inovasi Pelayanan Publik 2016
Proposal Inovasi Pelayanan Publik 2016
1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inisiatif ini? Uraikan situasi yang ada
sebelum inisiatif ini dimulai, paling banyak 500 kata; Apa saja masalah utama yang perlu
diselesaikan?
Kelompok sosial mana saja, misalnya kelompok miskin, buta huruf, penyandang cacat,
manula, imigran, perempuan, pemuda, minoritas etnis, yang terpengaruh; dan dalam hal
apa?
Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota Banjarbaru telah berupaya untuk menanggulangi
permasalahan sanitasi yang tidak layak pada lingkungan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR). Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah sebutan untuk
keluarga/ rumah tangga yang mempunyai penghasilan maksimun Rp. 1,5 juta pertahun.
Program Kementerian Pekerjaan Umum “Menuju 100-0-100 pada Tahun 2019” (100%
akses masyarakat terhadap air bersih, 0% pemukiman kumuh dan 100% akses masyarakat
terhadap sanitasi layak) menjadi PR besar bagi Pemerintah Kota dalam mewujudkannya.
Pasalnya, pada tahun 2014 menurut survey BPS, hanya terdapat 87,20% rumah tangga di
Jumlah infrastruktur yang terbangun dari tahun ke tahun tidak terlalu signifikan,
dikarenakan kesulitan pembebasan lahan. Alasan yang sering muncul dari penolakan
warga adalah mereka takut apabila infrastruktur sanitasi yang terbangun nantinya akan
menimbulkan bau serta warga menuntut ganti rugi untuk setiap lahan yang mereka
sumbangkan untuk infrastruktur sanitasi.
Sehingga sebelum inisiatif ini dimulai, jumlah unit infrastruktur yang terbangun cenderung
kurang merata di Kota Banjarbaru.
No. Tahun Jumlah Lokasi Penyebaran Infrastruktur
1 2009 4 kecamatan
2 2010 3 kecamatan
3 2011 5 kecamatan
4. 2012 4 kecamatan
Jumlah kecamatan di Kota Banjarbaru = 5 kecamatan
Selain itu Pemerintah Kota juga dihadapkan pada sulitnya perolehan data teknis di
lapangan mengenai rumah tangga mana saja yang belum memiliki sanitasi yang layak.
Sehingga setiap tahun Pemerintah Kota kesulitan memutuskan lokasi MBR mana saja
yang menjadi prioritas utama.
Dari data yang diambil pada tahun 2014, terdapat sekurangnya 8.447 rumah dari 58.525
rumah di Banjarbaru yang tidak bersanitasi layak. Disebut tidak bersanitasi layak karena
warga tersebut tidak memiliki WC sendiri, masih menggunakan WC cubluk, melakukan
BAB di kebun ataupun sungai/jamban.
No. Uraian Jumlah KK (Rumah)
1. Tidak memiliki WC sendiri 1.469
2. WC cubluk (bukan leher angsa) 406
3. BAB di kebun 389
4. BAB di sungai/jamban 6.183
Total 8.447
2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah
memecahkan masalah tersebut? Paling banyak 600 kata, ringkasan inisiatif ini tentang apa
dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah yang dihadapi; dan Uraikan
strategi yang telah dilakukan, termasuk tujuan utama dan kelompok sasarannya.
Berkaca dari masalah pembebasan lahan tersebut, pada tahun 2013 Dinas Pekerjaan
Umum melalui Bidang Cipta Karya, Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan
berinisiatif untuk mereplikasi inovasi Kecamatan Landasan Ulin, “Jalan Besar Tanpa
Bayar”. Inovasi Kecamatan Landasan Ulin ini sempat dinominasikan dalam Top 9 Inovasi
Pelayanan Publik Kementerian PAN Tahun 2013. Serta mereplikasi program Kementerian
Pekerjaan Umum yaitu sanitasi berbasis masyarakat. Kedua inovasi ini diramu dan terus
disesuaikan mengikuti karakter masyarakat MBR yang majemuk.
Inisiatif pertama yang dilakukan adalah berupa pendekatan secara informal dengan
melakukan silaturrahmi langsung (blusukan), simulasi dan ajakan permainan bersama
masyarakat dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, Ketua
RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(LKM), dan aparat kelurahan.
Pada tahun 2014 Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru juga melakukan inisiatif kedua
untuk memecahkan persoalan di lapangan dalam menentukan skala prioritas lokasi MBR
yang akan didirikan lokasi infrastruktur sanitasi. Yaitu perancangan sistem penentuan
skala prioritas berupa pengumpulan data rumah MBR yang sudah/belum bersanitasi
layak.
RINGKASAN INISIATIF
1. Pencetus Inisiatif : Ir. JAYA KRESHNA (Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kota Banjarbaru)
MURIANI, ST (Kepala Bidang Cipta Karya)
M. ADI MAULANA, ST, MT (Kasi Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan)
2. Minimnya anggaran - Penyampaian informasi - Agar warga tidak menuntut Kepala Keluarga
pembebasan lahan pada yang transparan mengenai pembebasan lahan
Pemerintah Kota anggaran pembebasan
lahan yang terbatas
- Pendekatan secara
personal dengan tokoh
agama/masyarakat
setempat, Ketua RT/RW,
LPM dan LKM
3. Warga sulit diajak kerjasama - Pendekatan persuasif - Agar warga menerima Seluruh warga
dan sulit menerima kepada warga dengan cara dengan terbuka
perubahan simulasi dan permainan pembangunan
infrastruktur sanitasi dan
tidak ada masalah yang
timbul dikemudian hari.
4. Penyebaran MBR yang tidak - Pengolahan peta dan data - Agar warga yang benar- Pemerintah Kota
merata menyebabkan penyebaran MBR dan benar membutuhkan Banjarbaru
sulitnya penentuan prioritas rumah/KK bersanitasi sanitasi layak dapat
utama pembangunan layak/tidak dijangkau secara
infrastruktur sanitasi keseluruhan berdasarkan
skala prioritas.
Dengan pendekatan strategi pemecahan masalah seperti diatas, maka sedikit demi sedikit
warga mulai menerima dan mau bekerjasama menghibahkan tanahnya untuk didirikan
WC, MCK atau MCK+.
3. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif? Paling banyak 200 kata, ilustrasikan apa
yang menjadikan inisiatif ini unik; Bagaimana inisiatif ini telah menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang baru dan berbeda; dan Sebutkan pendekatan-pendekatan kreatif
dan inovatif yang membuat inisiatif ini berhasil.
Alih-alih menjelaskan informasi secara panjang lebar yang bersifat menggurui dan
membosankan tentang pentingnya hidup bersih, para inovator lebih memilih untuk
melakukan simulasi dan permainan. Melalui kegiatan ini warga diminta aktif menentukan
lokasi infrastruktur sanitasi mereka sendiri.
Pendekatan kreatif ini dinilai berhasil apabila terlihat dalam beberapa tolak ukur yang
dijelaskan berikut ini:
1. Tolak ukur pertama dari kesuksesan inovasi ini adalah warga yang memiliki tanah
kosong dengan sukarela menyumbangkan sebagian lahannya untuk didirikan
bangunan WC/MCK+.
2. Tolak ukur kesuksesan kedua dari inovasi ini adalah apabila masyarakat sukarela dan
bermufakat membentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di tempat tinggal
mereka, menunjuk beberapa orang warga yang mereka percayai untuk dijadikan
ketua, sekretaris dan bendahara pada LKM tersebut dan pengurus/koordinator LKM
ini menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
3. Tolak ukur ketiga yang merupakan kesuksesan terbesar dari inovasi ini adalah apabila
LKM mampu untuk menggerakkan warga untuk bergotong royong membangun
infrastruktur tersebut (swakelola) dan bersama-sama merawat serta memberdayakan
infrastruktur tersebut.
4. Bagaimana strategi ini dilaksanakan? Paling banyak 600 kata, uraikan unsur-unsur rencana
aksi yang telah dikembangkan untuk melaksanakan strategi ini, termasuk perkembangan
dan langkah-langkah kunci, kegiatan-kegiatan utama serta kronologinya; dan Unggah
rencana pelaksanaan anda (ukuran file maksimum 2MB atau kurang dari 5 halaman).
2. Memutuskan skala - Setelah daftar lokasi rencana didapat, - Kantor Dinas Pekerjaan
prioritas/ranking titik lokasi mulailah membuat urutan/ranking dari Umum
pembangunan infrastruktur daftar tersebut.
sanitasi (Sumber daftar: kumpulan data dan hasil
musrenbang)
Parameter pengambilan keputusan
ranking didasarkan pada:
Jumlah rumah yang tidak memiliki WC
pribadi
Jumlah rumah yang masih
menggunakan WC cubluk bukan leher
angsa
Jumlah rumah yang masih BAB di
kebun,jamban dan sungai
Jumlah rumah yang tidak memiliki
pembuangan air limbah sendiri
Jumlah rumah yang jarak septic tank-
nya kurang dari 7 meter.
3. Memulai pendekatan - Melakukan temu janji untuk menemui - Rumah Ketua RT/RW, dan
informal ke masyarakat Ketua RT setempat. atau Kantor
Kelurahan/Kecamatan.
- Pada pertemuan tersebut dijelaskan
program pembangunan infrastruktur
berbasis hibah tanah.
5. Folow up pasca pertemuan - Pengurus LKM yang telah resmi akan - Rumah warga
informal berperan sebagai mitra Dinas PU dalam
kegiatan/pertemuan selanjutnya.
5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? Paling banyak 300
kata, sebutkan siapa saja yang telah berkontribusi untuk desain dan/atau pelaksanaan
inisiatif ini, termasuk pegawai negeri yang relevan, instansi pemerintah, organisasi, warga
masyarakat, LSM, sektor swasta dan lain-lain.
Adapun pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi diuraikan dalam
tabel berikut:
No. Nama Pihak Peran Langkah yang Diambil
1. DPRD Kota Banjarbaru Pengambil Keputusan Memutuskan persetujuan anggaran
untuk pembangunan infrastruktur santasi
3. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Penggagas, Penggerak , Advisor Melaksanakan aksi di lapangan mulai dari
Kadis PU dan Inovator penentuan lokasi rencana sampai serah
Kabid Cipta Karya terima hibah kepada warga.
Kasi Air Bersih & Penyehatan
Lingkungan
Staf Pelaksana Seksi Air Bersih &
Penyehatan Lingkungan
5. Dinas PU Pemprov Kalsel Pembina dan advisor Memberikan saran dan masukan
6. Camat dan Lurah Penggerak dan Advisor Mendampingi , mitra kerja Dinas PU
sebagai inovator.
10. Tokoh agama dan masyarakat Mitra Kerja Inovator Mendampingi , mitra kerja Dinas PU
sebagai inovator.
Terdapat 586 orang Ketua RT yang terlibat dalam inovasi ini. Mereka semua berkontribusi
dalam memberikan data sanitasi sebanyak 58.525 KK/rumah di lingkungan mereka. Selain
LKM, para Ketua RT ini juga memberikan masukan, saran dan membujuk warga dalam
upaya penyediaan lahan secara hibah bagi proyek infrastruktur sanitasi ditempat mereka.
Meskipun penyediaan akses sanitasi merupakan bagian dari urusan wajib Pemerintah Kota
Banjarbaru, hal ini juga merupakan bagian dari visi dan misi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Banjarbaru untuk mewujudkan permukiman yang layak huni.
6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu
dimobilisasi? Paling banyak 500 kata, sebutkan biaya untuk sumber daya keuangan, teknis
dan manusia yang berkaitan dengan inisiatif ini; dan Bagaimana proyek ini dibiayai dan
siapa yang mendukung pembiayaan tersebut?
Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru
Proyek pembangunan infrastruktur sanitasi dibiayai oleh APBD Kota Banjarbaru. Berikut
petikan alokasi anggaran sanitasi:
- Pendekatan persuasif
Tidak ada perhitungan secara pasti berapa biaya yang telah dikeluarkan pada saat
digelar pertemuan warga dengan Ketua RT dan pihak Kelurahan. Karena biaya ini
ditanggung secara swadaya oleh RT masing-masing.
Sedangkan perkiraan jumlah nominal apabila dikonversikan terhadap nilai uang dari
lahan hibah warga adalah sekitar Rp. 790.000.000,- (US $ 56.428)
Perkiraan Harga Perkiraan Harga
Jumlah Unit Luas Total Tanah
Tahun Tanah per meter Tanah yang
Terbangun Dihibahkan per unit
persegi (Rp.) Dihibahkan (Rp.)
2009 6 unit 5 m x 10 m 200.000 60.000.000
2010 7 unit 5 m x 10 m 200.000 70.000.000
2011 13 unit 5 m x 10 m 200.000 130.000.000
2012 11 unit 5 m x 10 m 200.000 110.000.000
2013 10 unit 5 m x 10 m 200.000 100.000.000
2014 14 unit 5 m x 10 m 200.000 140.000.000
2015 18 unit 5 m x 10 m 200.000 180.000.000
Jumlah 79 unit 3.950 m2 790.000.000
- Pengumpulan Data
Mengingat pentingnya data ini sebagai tool dalam pengambilan keputusan
pembangunan sanitasi, Pemerintah Kota Banjarbaru pada Tahun Anggaran 2014
melalui dana APBD memasukkan Kegiatan penyusunan data rumah MBR tanpa tempat
BAB dan/tanpa tangki septik yang dikontraktualkan kepada pihak Konsultan, namun
dalam pengumpulan datanya melibatkan pihak Kelurahan, Ketua RT/RW, LPM dan
LKM.
7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil? Paling banyak 400 kata, sebutkan paling
banyak lima keluaran konkrit yang mendukung keberhasilan inisiatif ini?
a) Dengan partisipasi masyarakat melalui hibah tanah diperoleh luas lahan yang sudah
di bangun sejak tahun 2009 s/d 2015 adalah 3.950 m2
8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan?
Paling banyak 400 kata, uraikan bagaimana anda memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan strategi ini?
Pelaksanaan strategi ini harus diawasi secara berkala atau terus menerus, agar
pemanfaatan bangunan sanitasi yang telah terbangun dapat terus dimanfaatkan oleh
warga. Ada dua fungsi yang dijalankan pada inovasi pelayanan sanitasi ini, yaitu fungsi
pengaturan/pengawasan (regulator) dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan fungsi
pelaksanaan (operator) yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Fungsi
pengawasan dilakukan dengan cara peninjauan secara berkala terhadap bangunan sanitasi
yang telah terbangun dan pemanfaatan laporan pengurus LKM yang mengawasi, merawat
dan memberdayakan bangunan sanitasi di tempat mereka.
Sedangkan inovasi pengumpulan data rumah MBR tanpa tempat BAB dan/tanpa tangki
septik selain menjadi acuan penyusunan rencana tindak Dinas Pekerjaan Umum Kota
Banjarbaru juga akan digunakan untuk memantau pencapaian pemanfaatan prasarana
dan sarana sanitasi yang telah dibangun. Data tersebut juga akan direview tiap tahun
untuk mengevaluasi pencapaian dalam upaya Kota Banjarbaru memberikan akses sanitasi
layak 100% bagi masyarakatnya.
9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi?
Paling banyak 300 kata, uraikan masalah utama yang dihadapi selama pelaksanaan serta
cara penanggulangan dan penyelesaiannya.
2. BAPAK PARHAN
Beliau adalah Ketua LPM Kecamatan Cempaka sekaligus Koordinator LKM Cempaka
Maju Kelurahan Cempaka. Senada dengan Bapak Ichsanudin yang telah dijelaskan
diatas, Bapak Parhan juga awalnya ragu akan program ini. Apalagi karakter sebagian
warganya tidak suka akan adanya perubahan. Dengan pendekatan secara persuasif,
warga di Kelurahan Cempaka mau menerima program ini.
10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini? Paling banyak 700 kata, uraikan
dampak dari inisiatif ini; Berikan beberapa contoh konkrit bagaimana inisiatif ini berhasil
membuat perubahan dalam penyelenggaraan publik; Uraikan bagaimana perbaikan
pelayanan publik tersebut telah memberikan dampak positif kepada masyarakat; dan
Jelaskan bagaimana dampak tersebut diukur.
12. Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? Paling banyak 500 kata, uraikan
bagaimana inisiatif ini sedang dilanjutkan (misalnya, dalam hal berkelanjutan secara
keuangan, sosial dan ekonomi, budaya, lingkungan, kelembagaan dan peraturan); dan
Jelaskan apakan inisiatif ini sedang direplikasi atau didiseminasi untuk seluruh pelayanan
publik di tingkat nasional dan/atau bagaimana inisiatif ini dapat direplikasi.
Inovasi ini dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahun hingga Kota Banjarbaru mampu
memberikan akses sanitasi layak 100% bagi masyarakatnya, melalui rencana kerja Dinas
Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru periode tahun 2015-2019 dengan melaksanakan
pembangunan MCK+ 5-7 unit/tahun dan pembangunan tangki septik komunal 6-10 paket
(1 paket=15 Sambungan Rumah)/tahun.
Pengumpulan data rumah MBR tanpa tempat BAB dan/tanpa tangki septik sedang
direplikasi untuk sektor air minum melalui Inventarisir Pengguna Air Bersih/Air Minum di
Kota Banjarbaru.
Seluruh inovasi yang terkait dalam pembangunan sanitasi dapat direplikasi dengan cara
mengaktifkan forum/kelembagaan RT/RW di daerah masing-masing, pertemuan rutin
antar Ketua RT dan Lurah setempat sehingga hal-hal yang terkait dengan perencanaan
pembangunan sarana dan prasarana sanitasi yang berbasis masyarakat dapat berjalan
dengan lancar. Hal paling pokok dan mendasar dari kegiatan berbasis masyarakat adalah
keterlibatan warga secara langsung sehingga mereka dapat merasakan manfaat sebesar-
besarnya.
13. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? Paling bayak 500 kata, uraikan pengalaman
umum yang anda peroleh dalam melaksanakan inisiatif ini, pembelajarannya serta
rekomendasi untuk masa depan.
Pembelajaran pertama yang dapat dipetik dalam inisiatif ini ialah pentingnya data dasar
untuk menjadi acuan dan tolak ukur menghitung pencapaian serta keberhasilan dalam
upaya Pemerintah Daerah memberikan standar pelayanan bagi masyarakatnya.
Pembelajaran kedua ialah keterlibatan aktif struktur pemerintahan pada tingkatan paling
bawah yakni aparat Kelurahan dan Ketua RT sangat membantu dalam upaya sosialisasi,
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan serta manfaat dari
program/kegiatan Pemerintah Daerah. Pembelajaran terakhir adalah keterlibatan aktif
masyarakat menjadi faktor kunci untuk memecahkan permasalahan/kendala dalam
menjalankan program/kegiatan Pemerintah Daerah.
Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Daerah (Susenasda) yang diadakan oleh BPS
pada tahun 2013, hanya terdapat 88,65% rumah tangga di Kota Banjarbaru yang memiliki
santisasi layak. Ini artinya terdapat proporsi sekitar 11,35% masyarakat yang belum
mempunyai akses berkelanjutan terhadap sanitasi yang layak. Proporsi rumah tangga
tersebut sebagian besar merupakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota
Banjarbaru yang hidupnya terintegrasi dengan sungai. Menurut Kementerian Pekerjaan
Umum, Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah sebutan untuk keluarga/
rumah tangga yang mempunyai penghasilan maksimun Rp. 1,5 juta pertahun.
Permasalahan yang sering dihadapi di lapangan adalah sulitnya perolehan lahan yang akan
didirikan proyek pembangunan sanitasi. Minimnya anggaran pembebasan lahan pada
Pemerintah Kota Banjarbaru dan kerjasama dengan masyarakat yang belum maksimal
terlaksana menyebabkan beberapa proyek menghadapi kendala, diantaranya masalah
hak kepemilikan tanah untuk pelaksanaan proyek sanitasi ini. Skala prioritas
pembangunan juga sulit ditentukan mengingat penyebaran Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) tidak merata di KotaBanjarbaru.
Masalah lain adalah adanya ketidaksinkronan perolehan data proyek sanitasi yang telah
terbangun antara BPS dan Dinas Pekerjaan Umum. Meskipun proyek sanitasi telah rutin
dilaksanakan setiap tahun (dimulai sejak 2009) oleh Pemerintah Kota Banjarbaru, tetapi
data statistik BPS menunjukkan bahwa rumah tangga yang tidak terlayani sanitasi layak
tetap menunjukkan angka dikisaran 11%.
Terdapat 586 orang Ketua RT yang terlibat dalam inovasi ini. Mereka semua berkontribusi
dalam memberikan data sanitasi sebanyak 58.525 KK di lingkungan mereka. Mereka juga
memberikan masukan, saran dan membujuk warga dalam upaya penyediaan lahan secara
hibah bagi proyek sarana dan pasarana sanitasi ditempat mereka.
Kesukarelaan warga dalam menghibahkan lahan untuk proyek sanitasi dan untuk
penyusunan database ini dipandang sebagai inisiatif yang unik apabila dibandingkan
dengan daerah lain yang perlu menganggarkan dana yang relatif besar dalam pembebasan
lahan untuk dijadikan proyek sarana dan prasarana sanitasi. Bahkan, dari pendekatan
persuasif yang dilakukan, Pemerintah Kota Banjarbaru berhasil melibatkan warga dalam
pembangunan proyek sanitasi yang dilakukan.
Permasalahan:
Munculnya inisiatif
penyusunan database
Pengambilan data di
lapangan
Pembuatan database
Selesai