Anda di halaman 1dari 15

Proposal Inovasi Pelayanan Publik

“PEMBANGUNAN SANITASI LAYAK BAGI MASYARAKAT


BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA BANJARBARU”

A. Analisis Masalah (5%)

1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inisiatif ini? Uraikan situasi yang ada
sebelum inisiatif ini dimulai, paling banyak 500 kata; Apa saja masalah utama yang perlu
diselesaikan?

Kelompok sosial mana saja, misalnya kelompok miskin, buta huruf, penyandang cacat,
manula, imigran, perempuan, pemuda, minoritas etnis, yang terpengaruh; dan dalam hal
apa?

Pertumbuhan penduduk di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan yang begitu cepat


terutama di wilayah perkotaan memberikan dampak yang sangat serius terhadap
penurunan daya dukung lingkungan.

Sejak tahun 2009, Pemerintah Kota Banjarbaru telah berupaya untuk menanggulangi
permasalahan sanitasi yang tidak layak pada lingkungan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR). Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah sebutan untuk
keluarga/ rumah tangga yang mempunyai penghasilan maksimun Rp. 1,5 juta pertahun.

Meskipun kegiatan pembangunan MCK, MCK+ ataupun WC di lingkungan MBR


dianggarkan setiap tahun oleh Pemerintah Kota, masih ada pokok masalah yang dihadapi
yaitu sulitnya perolehan lahan yang akan didirikan proyek pembangunan sanitasi. Hal
tersebut terkendala:
a. minimnya anggaran pembebasan lahan pada Pemerintah Kota;
b. karakter sebagian masyarakat MBR yang sulit diajak bekerjasama dan sulit menerima
perubahan;
c. masyarakat yang belum teredukasi dengan baik mengenai pentingnya sanitasi yang
layak; dan
d. penyebaran MBR yang tidak merata di Kota Banjarbaru.

Program Kementerian Pekerjaan Umum “Menuju 100-0-100 pada Tahun 2019” (100%
akses masyarakat terhadap air bersih, 0% pemukiman kumuh dan 100% akses masyarakat
terhadap sanitasi layak) menjadi PR besar bagi Pemerintah Kota dalam mewujudkannya.
Pasalnya, pada tahun 2014 menurut survey BPS, hanya terdapat 87,20% rumah tangga di

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Kota Banjarbaru memiliki santisasi layak. Sedangkan sisanya 11,20% masyarakat belum
mempunyai akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak. Meskipun angka ini relatif kecil,
hal ini tetap menjadi momok bagi Pemerintah Kota.
Berikut adalah uraian perbedaan keadaan sebelum adanya inisiatif:
No. Tahun Jumlah Infrastruktur
sanitasi terbangun
1. 2009 6 unit
2. 2010 7 unit
3. 2011 11 unit
4. 2012 11 unit

Jumlah infrastruktur yang terbangun dari tahun ke tahun tidak terlalu signifikan,
dikarenakan kesulitan pembebasan lahan. Alasan yang sering muncul dari penolakan
warga adalah mereka takut apabila infrastruktur sanitasi yang terbangun nantinya akan
menimbulkan bau serta warga menuntut ganti rugi untuk setiap lahan yang mereka
sumbangkan untuk infrastruktur sanitasi.

Sehingga sebelum inisiatif ini dimulai, jumlah unit infrastruktur yang terbangun cenderung
kurang merata di Kota Banjarbaru.
No. Tahun Jumlah Lokasi Penyebaran Infrastruktur
1 2009 4 kecamatan
2 2010 3 kecamatan
3 2011 5 kecamatan
4. 2012 4 kecamatan
Jumlah kecamatan di Kota Banjarbaru = 5 kecamatan

Selain itu Pemerintah Kota juga dihadapkan pada sulitnya perolehan data teknis di
lapangan mengenai rumah tangga mana saja yang belum memiliki sanitasi yang layak.
Sehingga setiap tahun Pemerintah Kota kesulitan memutuskan lokasi MBR mana saja
yang menjadi prioritas utama.

Dari data yang diambil pada tahun 2014, terdapat sekurangnya 8.447 rumah dari 58.525
rumah di Banjarbaru yang tidak bersanitasi layak. Disebut tidak bersanitasi layak karena
warga tersebut tidak memiliki WC sendiri, masih menggunakan WC cubluk, melakukan
BAB di kebun ataupun sungai/jamban.
No. Uraian Jumlah KK (Rumah)
1. Tidak memiliki WC sendiri 1.469
2. WC cubluk (bukan leher angsa) 406
3. BAB di kebun 389
4. BAB di sungai/jamban 6.183
Total 8.447

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Kelompok sosial yang akan merasakan manfaat dari inovasi ini adalah kelompok
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang berada di wilayah Kota Banjarbaru dan
Pemerintah Kota Banjarbaru itu sendiri dalam hal kepemilikan bangunan infrastruktur
sanitasi layak/memadai di wilayah mereka dan edukasi hidup bersih bagi warga MBR.

B. Pendekatan Strategis (25%)

2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inisiatif ini telah
memecahkan masalah tersebut? Paling banyak 600 kata, ringkasan inisiatif ini tentang apa
dan bagaimana inisiatif ini telah memecahkan masalah yang dihadapi; dan Uraikan
strategi yang telah dilakukan, termasuk tujuan utama dan kelompok sasarannya.

Berkaca dari masalah pembebasan lahan tersebut, pada tahun 2013 Dinas Pekerjaan
Umum melalui Bidang Cipta Karya, Seksi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan
berinisiatif untuk mereplikasi inovasi Kecamatan Landasan Ulin, “Jalan Besar Tanpa
Bayar”. Inovasi Kecamatan Landasan Ulin ini sempat dinominasikan dalam Top 9 Inovasi
Pelayanan Publik Kementerian PAN Tahun 2013. Serta mereplikasi program Kementerian
Pekerjaan Umum yaitu sanitasi berbasis masyarakat. Kedua inovasi ini diramu dan terus
disesuaikan mengikuti karakter masyarakat MBR yang majemuk.

Inisiatif pertama yang dilakukan adalah berupa pendekatan secara informal dengan
melakukan silaturrahmi langsung (blusukan), simulasi dan ajakan permainan bersama
masyarakat dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, Ketua
RT/RW, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Keswadayaan Masyarakat
(LKM), dan aparat kelurahan.

Pada tahun 2014 Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru juga melakukan inisiatif kedua
untuk memecahkan persoalan di lapangan dalam menentukan skala prioritas lokasi MBR
yang akan didirikan lokasi infrastruktur sanitasi. Yaitu perancangan sistem penentuan
skala prioritas berupa pengumpulan data rumah MBR yang sudah/belum bersanitasi
layak.

RINGKASAN INISIATIF
1. Pencetus Inisiatif : Ir. JAYA KRESHNA (Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kota Banjarbaru)
MURIANI, ST (Kepala Bidang Cipta Karya)
M. ADI MAULANA, ST, MT (Kasi Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan)

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


2. Pelaksana Inisiatif : M. ADI MAULANA, ST, MT (Kasi Air Bersih dan
Penyehatan Lingkungan)
Para Staf Teknis/Pengawas Lapangan Seksi Air
Bersih dan Penyehatan Lingkungan
3. Tahun Inisiatif I : 2013 (pendekatan informal-persuasif)
4. Tahun Inisiatif II : 2014 (pembuatan database)

GARIS BESAR INISIATIF


Kelompok
No. Masalah Strategi Pemecahan Tujuan
Sasaran
1. Warga takut akan - Warga didekati dan dibujuk - Agar warga MBR tidak
pencemaran udara dari secara persuasif melalui merasa keberatan dengan
Kepala keluarga,
WC/MCK+ yang dibangun kegiatan informal di berdirinya infrastruktur
ibu rumah tangga,
lingkungan setempat. sanitasi di lingkungan
anggota keluarga
mereka.
lainnya sebagai
- Mengedukasi warga - Mengurangi jumlah warga
anggota pengajian,
tentang keutamaan hidup BAB dan membuang
yasinan atau
bersih atau bersanitasi limbah di jamban/sungai
karang taruna
layak dan kebun

2. Minimnya anggaran - Penyampaian informasi - Agar warga tidak menuntut Kepala Keluarga
pembebasan lahan pada yang transparan mengenai pembebasan lahan
Pemerintah Kota anggaran pembebasan
lahan yang terbatas

- Pendekatan secara
personal dengan tokoh
agama/masyarakat
setempat, Ketua RT/RW,
LPM dan LKM

3. Warga sulit diajak kerjasama - Pendekatan persuasif - Agar warga menerima Seluruh warga
dan sulit menerima kepada warga dengan cara dengan terbuka
perubahan simulasi dan permainan pembangunan
infrastruktur sanitasi dan
tidak ada masalah yang
timbul dikemudian hari.

4. Penyebaran MBR yang tidak - Pengolahan peta dan data - Agar warga yang benar- Pemerintah Kota
merata menyebabkan penyebaran MBR dan benar membutuhkan Banjarbaru
sulitnya penentuan prioritas rumah/KK bersanitasi sanitasi layak dapat
utama pembangunan layak/tidak dijangkau secara
infrastruktur sanitasi keseluruhan berdasarkan
skala prioritas.

Dengan pendekatan strategi pemecahan masalah seperti diatas, maka sedikit demi sedikit
warga mulai menerima dan mau bekerjasama menghibahkan tanahnya untuk didirikan
WC, MCK atau MCK+.

3. Dalam hal apa inisiatif ini kreatif dan inovatif? Paling banyak 200 kata, ilustrasikan apa
yang menjadikan inisiatif ini unik; Bagaimana inisiatif ini telah menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang baru dan berbeda; dan Sebutkan pendekatan-pendekatan kreatif
dan inovatif yang membuat inisiatif ini berhasil.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Ketika inovasi I dijalankan (blusukan), warga yang awalnya enggan dan tak acuh, dalam
waktu singkat mulai tertarik dan akhirnya aktif dalam kegiatan tersebut. Hal ini
mengindikasikan inovasi tersebut bersifat kreatif/unik (mampu merebut hati warga).

Alih-alih menjelaskan informasi secara panjang lebar yang bersifat menggurui dan
membosankan tentang pentingnya hidup bersih, para inovator lebih memilih untuk
melakukan simulasi dan permainan. Melalui kegiatan ini warga diminta aktif menentukan
lokasi infrastruktur sanitasi mereka sendiri.

Pendekatan kreatif ini dinilai berhasil apabila terlihat dalam beberapa tolak ukur yang
dijelaskan berikut ini:
1. Tolak ukur pertama dari kesuksesan inovasi ini adalah warga yang memiliki tanah
kosong dengan sukarela menyumbangkan sebagian lahannya untuk didirikan
bangunan WC/MCK+.

2. Tolak ukur kesuksesan kedua dari inovasi ini adalah apabila masyarakat sukarela dan
bermufakat membentuk Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) di tempat tinggal
mereka, menunjuk beberapa orang warga yang mereka percayai untuk dijadikan
ketua, sekretaris dan bendahara pada LKM tersebut dan pengurus/koordinator LKM
ini menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

3. Tolak ukur ketiga yang merupakan kesuksesan terbesar dari inovasi ini adalah apabila
LKM mampu untuk menggerakkan warga untuk bergotong royong membangun
infrastruktur tersebut (swakelola) dan bersama-sama merawat serta memberdayakan
infrastruktur tersebut.

C. Pelaksanaan dan Penerapan (30%)

4. Bagaimana strategi ini dilaksanakan? Paling banyak 600 kata, uraikan unsur-unsur rencana
aksi yang telah dikembangkan untuk melaksanakan strategi ini, termasuk perkembangan
dan langkah-langkah kunci, kegiatan-kegiatan utama serta kronologinya; dan Unggah
rencana pelaksanaan anda (ukuran file maksimum 2MB atau kurang dari 5 halaman).

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


PEMETAAN RENCANA AKSI

No. Strategi Uraian Detil Rencana Aksi Lokasi Kegiatan


1. Merencanakan Lokasi - Melihat kumpulan data penyebaran - Kantor Dinas Pekerjaan
Infrastruktur Sanitasi rumah/KK yang bersanitasi tidak Umum
layak/kurang layak yang dimiliki

- Menampung aspirasi masyarakat di - Musrenbang di Kantor


lokasi pembangunan infrastruktur yang Kecamatan dan Kelurahan
akan dilaksanakan

2. Memutuskan skala - Setelah daftar lokasi rencana didapat, - Kantor Dinas Pekerjaan
prioritas/ranking titik lokasi mulailah membuat urutan/ranking dari Umum
pembangunan infrastruktur daftar tersebut.
sanitasi (Sumber daftar: kumpulan data dan hasil
musrenbang)
Parameter pengambilan keputusan
ranking didasarkan pada:
 Jumlah rumah yang tidak memiliki WC
pribadi
 Jumlah rumah yang masih
menggunakan WC cubluk bukan leher
angsa
 Jumlah rumah yang masih BAB di
kebun,jamban dan sungai
 Jumlah rumah yang tidak memiliki
pembuangan air limbah sendiri
 Jumlah rumah yang jarak septic tank-
nya kurang dari 7 meter.

- Memutuskan lokasi pembangunan - Kantor Dinas Pekerjaan


berdasarkan urutan/ranking dan Umum
menyesuaikan jumlahnya dengan
anggaran Pemerintah Kota Banjarbaru

3. Memulai pendekatan - Melakukan temu janji untuk menemui - Rumah Ketua RT/RW, dan
informal ke masyarakat Ketua RT setempat. atau Kantor
Kelurahan/Kecamatan.
- Pada pertemuan tersebut dijelaskan
program pembangunan infrastruktur
berbasis hibah tanah.

- Apabila Ketua RT/RW sepakat pada


pertemuan ini maka akan dijadwalkan
pertemuan lanjutan dengan warga.

- Apabila Ketua RT/RW tidak sepakat,


maka akan diadakan pertemuan
selanjutnya dengan melibatkan
Koordinator LPM, Lurah/Camat sampai
adanya titik temu.

4. Pendekatan Informal - Tim akan mengadakan pertemuan - Rumah Warga


lanjutan dengan warga untuk
menyampaikan langsung rencana ini.

- Simulasi dan permainan akan dilakukan


pada pertemuan ini atau pertemuan
selanjutnya.

- Simulasi dan permainan berupa:


 Warga diminta menggambarkan
sendiri denah lokasi rumah mereka,
lengkap dengan tanda rumah mana
yang belum memiliki WC sendiri
 Warga diminta untuk menuliskan
kekurangan, kelemahan dan
kebutuhan sanitasi di wilayah mereka.
 Warga diminta untuk mengikuti

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


No. Strategi Uraian Detil Rencana Aksi Lokasi Kegiatan
permainan lingkaran “siapa yang lebih
dekat dengan mereka?” untuk
menentukan pihak mana yang lebih
mereka segani (apakah ketua RT/RW,
tokoh agama, tokoh masyarakat, dll)
 Apabila memungkinkan, warga diminta
untuk menempel hasil simulasi dan
permainan ini di dinding.

- Setelah simulasi dan permainan selesai,


mereka akan diminta untuk menentukan
sendiri titik lokasi rencana lahan yang
mereka pilih dan jenis infrastrukturnya.

- Kesediaan penghibahan tanah akan


diminta pada pertemuan ini atau
pertemuan lanjutan dengan melibatkan
tokoh yang disegani yang dipilih warga
pada permainan diatas.

- Apabila telah dicapai persetujuan hibah,


maka pertemuan akan dilanjutkan
dengan pembentukan LKM dan
pemilihan pengurusnya.

5. Folow up pasca pertemuan - Pengurus LKM yang telah resmi akan - Rumah warga
informal berperan sebagai mitra Dinas PU dalam
kegiatan/pertemuan selanjutnya.

- Merekalah yang akan menggalang


swakelola warga apabila warga ingin
terlibat dalam pembangunan
infrastruktur tsb sekaligus terus
mensosialisasikan hidup bersih dan
sehat kepada warganya.

- Mereka juga yang akan mengelola


infrastruktur sekaligus
memberdayakannya utnuk kepentingan
warga mereka sendiri.

Setelah tahapan aksi dilaksanakan, pekerjaan fisik dan pengawasan pekerjaan


dilaksanakan sebagaimana pekerjaan proyek infrastruktur biasa yaitu menggunakan
penyedia jasa.

Apabila LKM berhasil menggerakkan warga untuk mengerjakan pembangunan


infrastruktur sanitasi secara swakelola, maka merekalah yang bertindak sebagai penyedia
jasa. Ketentuan dan syarat-yarat mengenai swakelola oleh warga akan mengacu kepada
Peraturan Penyedia Barang dan Jasa yang berlaku.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan? Paling banyak 300
kata, sebutkan siapa saja yang telah berkontribusi untuk desain dan/atau pelaksanaan
inisiatif ini, termasuk pegawai negeri yang relevan, instansi pemerintah, organisasi, warga
masyarakat, LSM, sektor swasta dan lain-lain.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Program ini adalah sebuah gagasan positif untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat khususnya dibidang sanitasi dan pembangunan infrastruktur perkotaan
dengan melibatkan peran serta masyarakat.

Adapun pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi diuraikan dalam
tabel berikut:
No. Nama Pihak Peran Langkah yang Diambil
1. DPRD Kota Banjarbaru Pengambil Keputusan Memutuskan persetujuan anggaran
untuk pembangunan infrastruktur santasi

2. Walikota Banjarbaru Pengambil Kebijakan Memberikan dukungan, perlindungan


dan pembinaan kebijakan dan inovasi

3. Dinas Pekerjaan Umum (PU) Penggagas, Penggerak , Advisor Melaksanakan aksi di lapangan mulai dari
Kadis PU dan Inovator penentuan lokasi rencana sampai serah
Kabid Cipta Karya terima hibah kepada warga.
Kasi Air Bersih & Penyehatan
Lingkungan
Staf Pelaksana Seksi Air Bersih &
Penyehatan Lingkungan

4. Bappeda Advisor Memberikan saran dan masukan

5. Dinas PU Pemprov Kalsel Pembina dan advisor Memberikan saran dan masukan

6. Camat dan Lurah Penggerak dan Advisor Mendampingi , mitra kerja Dinas PU
sebagai inovator.

7. Lembaga Pemberdayaan Mitra Kerja Inovator Mendampingi , mitra kerja Dinas PU


Masyarakat (LPM) sebagai inovator.

8. Lembaga Keswadayaan Mitra Kerja Inovator Mendampingi , mitra kerja Dinas PU


Masyarakat (LKM) sebagai inovator di lapangan.

9. Ketua RT/RW Mitra Kerja Inovator Mendampingi , mitra kerja Dinas PU


sebagai inovator.

10. Tokoh agama dan masyarakat Mitra Kerja Inovator Mendampingi , mitra kerja Dinas PU
sebagai inovator.

Terdapat 586 orang Ketua RT yang terlibat dalam inovasi ini. Mereka semua berkontribusi
dalam memberikan data sanitasi sebanyak 58.525 KK/rumah di lingkungan mereka. Selain
LKM, para Ketua RT ini juga memberikan masukan, saran dan membujuk warga dalam
upaya penyediaan lahan secara hibah bagi proyek infrastruktur sanitasi ditempat mereka.

Meskipun penyediaan akses sanitasi merupakan bagian dari urusan wajib Pemerintah Kota
Banjarbaru, hal ini juga merupakan bagian dari visi dan misi Dinas Pekerjaan Umum Kota
Banjarbaru untuk mewujudkan permukiman yang layak huni.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inisiatif ini dan bagaimana sumber daya itu
dimobilisasi? Paling banyak 500 kata, sebutkan biaya untuk sumber daya keuangan, teknis
dan manusia yang berkaitan dengan inisiatif ini; dan Bagaimana proyek ini dibiayai dan
siapa yang mendukung pembiayaan tersebut?
Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru
Proyek pembangunan infrastruktur sanitasi dibiayai oleh APBD Kota Banjarbaru. Berikut
petikan alokasi anggaran sanitasi:

Alokasi Anggaran u/ Persentase Alokasi Anggaran


Tahun Total APBD (Rp.)
Air Limbah (Rp.) thd Total APBD (%)
2010 686.654.950 403.911.764.705 0,17
2011 1.782.933.820 542.042.272.727 0,33
2012 1.645.112.000 645.921.481.481 0,25
2013 1.878.737.350 679.614.033.595 0,28
2014 1.959.845.600 932.919.628.425 0,21
2015 2.669.898.300 1.026.666.062.660 0,26

- Pendekatan persuasif
Tidak ada perhitungan secara pasti berapa biaya yang telah dikeluarkan pada saat
digelar pertemuan warga dengan Ketua RT dan pihak Kelurahan. Karena biaya ini
ditanggung secara swadaya oleh RT masing-masing.
Sedangkan perkiraan jumlah nominal apabila dikonversikan terhadap nilai uang dari
lahan hibah warga adalah sekitar Rp. 790.000.000,- (US $ 56.428)
Perkiraan Harga Perkiraan Harga
Jumlah Unit Luas Total Tanah
Tahun Tanah per meter Tanah yang
Terbangun Dihibahkan per unit
persegi (Rp.) Dihibahkan (Rp.)
2009 6 unit 5 m x 10 m 200.000 60.000.000
2010 7 unit 5 m x 10 m 200.000 70.000.000
2011 13 unit 5 m x 10 m 200.000 130.000.000
2012 11 unit 5 m x 10 m 200.000 110.000.000
2013 10 unit 5 m x 10 m 200.000 100.000.000
2014 14 unit 5 m x 10 m 200.000 140.000.000
2015 18 unit 5 m x 10 m 200.000 180.000.000
Jumlah 79 unit 3.950 m2 790.000.000

- Pengumpulan Data
Mengingat pentingnya data ini sebagai tool dalam pengambilan keputusan
pembangunan sanitasi, Pemerintah Kota Banjarbaru pada Tahun Anggaran 2014
melalui dana APBD memasukkan Kegiatan penyusunan data rumah MBR tanpa tempat
BAB dan/tanpa tangki septik yang dikontraktualkan kepada pihak Konsultan, namun
dalam pengumpulan datanya melibatkan pihak Kelurahan, Ketua RT/RW, LPM dan
LKM.

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil? Paling banyak 400 kata, sebutkan paling
banyak lima keluaran konkrit yang mendukung keberhasilan inisiatif ini?

a) Dengan partisipasi masyarakat melalui hibah tanah diperoleh luas lahan yang sudah
di bangun sejak tahun 2009 s/d 2015 adalah 3.950 m2

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


b) Dengan harga permeter persegi Rp. 200.000,- maka terjadi partisipasi sebesar Rp.
790.000.000,- (tujuh ratus sembilan puluh juta rupiah) hal ini berdampak pada
efisiensi anggaran .
c) Jumlah warga yang menghibahkan tanah adalah sebanyak 79 jiwa.
d) Hasil dari pengumpulan data dapat dipetakan rumah-rumah yang masih belum
memiliki tempat BAB dan/tanpa tangki septik dan upaya mengatasi permasalahan
tersebut. Pengambilan keputusan berdasarkan data ini menghemat waktu dan tenaga
dan mengurangi pengambilan keputusan/kebijakan yang berpihak pada salah satu
pihak/golongan.
e) Berhasil terbukanya kerjasama secara langsung dan bertatap muka langsung dengan
586 orang Ketua RT dan bekerja sama dengan 58.525 KK se Kota Banjarbaru.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi kegiatan?
Paling banyak 400 kata, uraikan bagaimana anda memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan strategi ini?

Pelaksanaan strategi ini harus diawasi secara berkala atau terus menerus, agar
pemanfaatan bangunan sanitasi yang telah terbangun dapat terus dimanfaatkan oleh
warga. Ada dua fungsi yang dijalankan pada inovasi pelayanan sanitasi ini, yaitu fungsi
pengaturan/pengawasan (regulator) dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, dan fungsi
pelaksanaan (operator) yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Fungsi
pengawasan dilakukan dengan cara peninjauan secara berkala terhadap bangunan sanitasi
yang telah terbangun dan pemanfaatan laporan pengurus LKM yang mengawasi, merawat
dan memberdayakan bangunan sanitasi di tempat mereka.

Sedangkan inovasi pengumpulan data rumah MBR tanpa tempat BAB dan/tanpa tangki
septik selain menjadi acuan penyusunan rencana tindak Dinas Pekerjaan Umum Kota
Banjarbaru juga akan digunakan untuk memantau pencapaian pemanfaatan prasarana
dan sarana sanitasi yang telah dibangun. Data tersebut juga akan direview tiap tahun
untuk mengevaluasi pencapaian dalam upaya Kota Banjarbaru memberikan akses sanitasi
layak 100% bagi masyarakatnya.

9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat diatasi?
Paling banyak 300 kata, uraikan masalah utama yang dihadapi selama pelaksanaan serta
cara penanggulangan dan penyelesaiannya.

Kendala utamanya adalah masyarakat enggan menyumbangkan tanahnya karena masih


takut kalau kegiatan ini tidak akan terwujud.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


- Kepercayaan masyarakat tehadap aparatur pemerintah cenderung menurun karena
track record masa lalu tentang aparatur yang kurang bagus.
- Adanya Tokoh Masyarakat yang menjadi panutan masyarakat cenderung menjadi juru
bicara terhadap ketidaksetujuan program yang akan dilaksanakan.

Menyelenggarakan program yang melibatkan masyarakat sebagai aktor utama tidak


pernah mudah, selalu ada kendala dan masalah seperti saat sosialisasi dan meminta
persetujuan warga, dalam menentukan lokasi tanah yang akan dibangun infrastruktur
sanitasi, akan tetapi dengan pendekatan yang persuasif dan sosialisasi yang intensif
akhirnya masyarakat menyadari akan pentingnya program ini, sehingga masyarakat
dengan suka rela mau menghibahkan tanah yang terkena rencana pembangunan
infrastruktur sanitasi. Beberapa contoh masyarakat yang menjadi agen program antara
lain adalah:
1. BAPAK ICHSANUDIN
Beliau adalah Koordinator LKM Amanah Kelurahan Landasan Ulin Utara. Pada awal
tercetusnya inisiatif, Bapak Ichsanudin merupakan tokoh masyarakat yang awalnya
kurang yakin akan keberhasilan inisiatif ini. Setelah dijelaskan secara terperinci
maksud dan tujuan dari inisiatif ini, beliau akhirnya menerima dan akhirnya setelah
melalui rembug warga, dibentuklah LKM di Kelurahan Landasan Ulin Utara di tempat
tinggal beliau yang bernama LKM Amanah. LKM Amanah merupakan salah satu LKM
tersukses yang mengantarkan warganya agar mampu diberdayakan secara swakelola
mengerjakan pembangunan infrastruktur sanitasi. Bukti sukses gebrakan LKM
Amanah dapat dilihat pada pembangunan infrastruktur sanitasi berupa IPAL Komunal.

2. BAPAK PARHAN
Beliau adalah Ketua LPM Kecamatan Cempaka sekaligus Koordinator LKM Cempaka
Maju Kelurahan Cempaka. Senada dengan Bapak Ichsanudin yang telah dijelaskan
diatas, Bapak Parhan juga awalnya ragu akan program ini. Apalagi karakter sebagian
warganya tidak suka akan adanya perubahan. Dengan pendekatan secara persuasif,
warga di Kelurahan Cempaka mau menerima program ini.

D. Dampak dan Berkelanjutan (40%)

10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inisiatif ini? Paling banyak 700 kata, uraikan
dampak dari inisiatif ini; Berikan beberapa contoh konkrit bagaimana inisiatif ini berhasil
membuat perubahan dalam penyelenggaraan publik; Uraikan bagaimana perbaikan
pelayanan publik tersebut telah memberikan dampak positif kepada masyarakat; dan
Jelaskan bagaimana dampak tersebut diukur.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


a. Dengan adanya inovasi ini, kondisi infrastruktur sanitasi saat ini dalam kondisi baik.
Pembuangan air limbah mayoritas tidak lagi mengotori sungai/guntung dan kawasan
permukiman tumbuh dan berkembang cukup pesat sehingga terjadi pemerataan
pembangunan.
b. Terbangunnya infrastruktur sanitasi baru maka berdampak pada meningkatnya
perekonomian warga karena sebagian besar LKM mampu untuk merawat dan
memberdayakannya. Perkembangan perekonomian Kota Banjarbaru pada setiap
tahun menunjukkan arah yang positif, salah satunya dapat dilihat dari laju
pertumbuhan ekonomi yang setiap tahun mengalami peningkatan. 2010 (5,85%),
2011(5,99%), 2012 (6,18%).
c. Kota Banjarbaru memiliki data primer yang akan menjadi acuan serta tolak ukur
keberhasilan dalam upaya memberikan akses sanitasi layak 100% bagi
masyarakatnya. Keterlibatan pihak Kelurahan, Ketua RT serta masyarakat dalam
pengumpulan data tersebut secara aktif memberikan dampak positif akan
pemahaman mereka tentang pentingnya sanitasi yang layak. Hal tersebut menjadi
pendorong positif bagi masyarakat untuk kesediaan mereka menghibahkan lahan
atau pemanfaatan lahan fasilitas umum bagi pembangunan sarana dan prasarana
sanitasi.

11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi? 700 kata

No. Sebelum Inovasi Sesudah Inovasi


1. Warga tidak memiliki WC atau tempat Warga memiliki WC atau tempat pembuangan limbah sendiri
pembuangan limbah sendiri
2. Tidak memiliki LKM Memiliki LKM
3. Warga sering BAB di tempat yang tidak BAB di WC/MCK yang telah dibangun
semestinya
4. Taraf hidup belum meningkat Taraf hidup meningkat
5. Sebagian warga di lokasi infrastruktur ada Oleh LKM diberdayakan, diberikan pekerjaan pada saat
yang tidak bekerja pembangunan infrastruktur sehingga warga tsb akhirnya
memiliki keahlian sebagai tukang bangunan.
6. Wilayah sebagian masih terisolir Akses sanitasi membuka akses air minum bagi warga. Dan juga
akses jalan baru.
7. Gotong royong belum terlalu maksimal Gotong royong perawatan dan pembersihan WC/MCK/IPAL
dilakukan secara rutin.
8. Pendidikan warga tentang manajemen kurang Dengan adanya kepengurusan LKM, warga belajar tentang
memadai manajemen keuangan, pembukuan sederhana dan
perencanaan pemeliharaan bangunan sanitasi.

12. Apakah inisiatif ini berkelanjutan dan direplikasi? Paling banyak 500 kata, uraikan
bagaimana inisiatif ini sedang dilanjutkan (misalnya, dalam hal berkelanjutan secara
keuangan, sosial dan ekonomi, budaya, lingkungan, kelembagaan dan peraturan); dan
Jelaskan apakan inisiatif ini sedang direplikasi atau didiseminasi untuk seluruh pelayanan
publik di tingkat nasional dan/atau bagaimana inisiatif ini dapat direplikasi.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Tentu saja inisiatif ini dapat berjalan terus menerus dan dapat direplikasi pada kegiatan
lain yang berbasis masyarakat ataupun direplikasi oleh daerah lain. Hibah lahan warga
untuk pembangunan proyek sanitasi sebagai hasil dari pendekatan secara persuasif dapat
dijadikan contoh nyata kerjasama pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan.

Inovasi ini dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahun hingga Kota Banjarbaru mampu
memberikan akses sanitasi layak 100% bagi masyarakatnya, melalui rencana kerja Dinas
Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru periode tahun 2015-2019 dengan melaksanakan
pembangunan MCK+ 5-7 unit/tahun dan pembangunan tangki septik komunal 6-10 paket
(1 paket=15 Sambungan Rumah)/tahun.

Pengumpulan data rumah MBR tanpa tempat BAB dan/tanpa tangki septik sedang
direplikasi untuk sektor air minum melalui Inventarisir Pengguna Air Bersih/Air Minum di
Kota Banjarbaru.
Seluruh inovasi yang terkait dalam pembangunan sanitasi dapat direplikasi dengan cara
mengaktifkan forum/kelembagaan RT/RW di daerah masing-masing, pertemuan rutin
antar Ketua RT dan Lurah setempat sehingga hal-hal yang terkait dengan perencanaan
pembangunan sarana dan prasarana sanitasi yang berbasis masyarakat dapat berjalan
dengan lancar. Hal paling pokok dan mendasar dari kegiatan berbasis masyarakat adalah
keterlibatan warga secara langsung sehingga mereka dapat merasakan manfaat sebesar-
besarnya.

13. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik? Paling bayak 500 kata, uraikan pengalaman
umum yang anda peroleh dalam melaksanakan inisiatif ini, pembelajarannya serta
rekomendasi untuk masa depan.

Pembelajaran pertama yang dapat dipetik dalam inisiatif ini ialah pentingnya data dasar
untuk menjadi acuan dan tolak ukur menghitung pencapaian serta keberhasilan dalam
upaya Pemerintah Daerah memberikan standar pelayanan bagi masyarakatnya.
Pembelajaran kedua ialah keterlibatan aktif struktur pemerintahan pada tingkatan paling
bawah yakni aparat Kelurahan dan Ketua RT sangat membantu dalam upaya sosialisasi,
memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang tujuan serta manfaat dari
program/kegiatan Pemerintah Daerah. Pembelajaran terakhir adalah keterlibatan aktif
masyarakat menjadi faktor kunci untuk memecahkan permasalahan/kendala dalam
menjalankan program/kegiatan Pemerintah Daerah.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


RANGKUMAN

Menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional Daerah (Susenasda) yang diadakan oleh BPS
pada tahun 2013, hanya terdapat 88,65% rumah tangga di Kota Banjarbaru yang memiliki
santisasi layak. Ini artinya terdapat proporsi sekitar 11,35% masyarakat yang belum
mempunyai akses berkelanjutan terhadap sanitasi yang layak. Proporsi rumah tangga
tersebut sebagian besar merupakan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kota
Banjarbaru yang hidupnya terintegrasi dengan sungai. Menurut Kementerian Pekerjaan
Umum, Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah sebutan untuk keluarga/
rumah tangga yang mempunyai penghasilan maksimun Rp. 1,5 juta pertahun.

Permasalahan yang sering dihadapi di lapangan adalah sulitnya perolehan lahan yang akan
didirikan proyek pembangunan sanitasi. Minimnya anggaran pembebasan lahan pada
Pemerintah Kota Banjarbaru dan kerjasama dengan masyarakat yang belum maksimal
terlaksana menyebabkan beberapa proyek menghadapi kendala, diantaranya masalah
hak kepemilikan tanah untuk pelaksanaan proyek sanitasi ini. Skala prioritas
pembangunan juga sulit ditentukan mengingat penyebaran Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) tidak merata di KotaBanjarbaru.

Masalah lain adalah adanya ketidaksinkronan perolehan data proyek sanitasi yang telah
terbangun antara BPS dan Dinas Pekerjaan Umum. Meskipun proyek sanitasi telah rutin
dilaksanakan setiap tahun (dimulai sejak 2009) oleh Pemerintah Kota Banjarbaru, tetapi
data statistik BPS menunjukkan bahwa rumah tangga yang tidak terlayani sanitasi layak
tetap menunjukkan angka dikisaran 11%.

Terdapat 586 orang Ketua RT yang terlibat dalam inovasi ini. Mereka semua berkontribusi
dalam memberikan data sanitasi sebanyak 58.525 KK di lingkungan mereka. Mereka juga
memberikan masukan, saran dan membujuk warga dalam upaya penyediaan lahan secara
hibah bagi proyek sarana dan pasarana sanitasi ditempat mereka.

Kesukarelaan warga dalam menghibahkan lahan untuk proyek sanitasi dan untuk
penyusunan database ini dipandang sebagai inisiatif yang unik apabila dibandingkan
dengan daerah lain yang perlu menganggarkan dana yang relatif besar dalam pembebasan
lahan untuk dijadikan proyek sarana dan prasarana sanitasi. Bahkan, dari pendekatan
persuasif yang dilakukan, Pemerintah Kota Banjarbaru berhasil melibatkan warga dalam
pembangunan proyek sanitasi yang dilakukan.

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru


Mulai

Permasalahan:

Belum adanya database yang


memberikan informasi secara cepat
dan akurat mengenai lokasi/titik
pengguna air minum/air bersih dan
sanitasi layak

Munculnya inisiatif
penyusunan database

Koordinasi dengan Lurah,


Ketua RT dan Ketua RW

Pengambilan data di
lapangan

Pembuatan database

Selesai

Dinas Pekerjaan Umum Kota Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai