Anda di halaman 1dari 13

JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No.

2 Desember 2017

INDEKS KARIES GIGI DITINJAU DARI PENYAKIT UMUM DAN


SEKRESI SALIVA PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR
NEGERI 30 PALEMBANG 2017
Listrianah
Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Gigi
Diterima:2 Desember 2017 Direvisi: 30 Desember 2017 Disetujui: 2 Februari 2018

ABSTRAK
Karies gigi adalah kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh karbohidrat
jenis sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri menjadi asam. Salah satu
faktor penyebab karies adalah saliva. Saliva berperan penting dalam menjaga
integritas gigi. Berkurangnya aliran saliva hingga mencapai 0,7 ml/menit akan
meningkatkan laju pertumbuhan karies. Penurunan aliran saliva dapat disebabkan
karena beberapa faktor terutama penyakit dan konsumsi obat-obatan. Penelitian ini
berjudul gambaran angka kejadian karies dengan sekresi saliva dan penyakit umum
pada anak sekolah dasar negeri 30 Palembang tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran angka kejadian karies dengan sekresi saliva dan
penyakit umum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Metode dengan
pendekatan survei. Jumlah sampel sama dengan populasi sebanyak 495 anak. Analisa
data yang digunakan adalah univariate. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor
DMF-T 0,7 dengan kriteria sangat rendah dan skor def-t3, 4 dengan kriteria sedang
sedangkan untuk kriteria sekresi saliva tertinggi dengan kategori normal sebanyak 319
anak dan 11 anak memliki penyakit umum dengan kategori sedang gangguan fungsi
fisk dan motorik dan gangguan penglihatan (rabun). Kesimpulan dalam penelitian ini
adalah bahwa rata-rata anak sekolah dasar negeri 30 Palembang tahun 2017
mempunyai karies gigi dengan criteria tinggi, sekresi saliva dengan criteria normal
dan penyakit umum dengan kriteria sedang. Saran dari hasil penelitian ini adalah perlu
dilakukan upaya promotif dan preventif oleh petugas kesehatan melalui UKGS agar
siswa dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.

Kata Kunci : Karies, Sekresi Saliva dan Penyakit Umum

PENDAHULUAN mulut menyerang hampir setiap orang.


Kesehatan gigi atau sekarangdisebut (Sriyono, 2011).
se ba gai ke se ha ta n mulut adalah Penyakit pada gigi dan rongga
kesejahteraan rongga mulut termasuk gigi mulut merupakan salah satu jenis penyakit
geligi dan struktur serta jaringan-jaringan yang banyak diderita oleh sebagian
pendukungnya bebas dari penyakit, dan besar masyarakat didunia, terutama pada
mulut serta jaringan-jaringan orang-orang yang memiliki kebersihan
pendukungnya berfungsi secara optimal, rongga mulut yang buruk. Penyakit gigi
yang akan menjadikan percaya diri serta terbanyak adalah karies dan rusaknya
hubungan interpersonal dalam tingkatan jaringan periodontal gigi. Salah satu
paling tinggi. Dengan demikian, kesehatan penyebab karies gigi adalah plak. Plak
mulut yang baik berarti gigi dan mulut adalah lapisan lembut yang terbentuk dari
bebas dari penyakit, rasa sakit dan campuran antara makrofag, leukosit,
berfungsi secara optimal. Statistik enzim, komponen anorganik, matriks
menunjukkan bahwa penyakit gigi dan esktraseluler, epitel rongga mulut sisa-sisa
makanan serta bakteri yang melekat

136 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017

dipermukaan gigi. Bakteri yang berperan karies gigi yang semakin meninggi
penting dalam pembentukan plak gigi (Tarigan, 2012).
adalah bakteri streptococcus mutans yang Penelitian ini bertujuan mengetahui
ditemukan dalam jumlah besar pada gambaran karies gigi ditinjau dari penyakit
penderita karies (Dewi, 2011). umum dan sekresi saliva pada anak
Kejadian karies gigi di seluruh kelasII-V Sekolah Dasar Negeri 30
dunia memiliki angka yang cukup tinggi Palembang Tahun2017.
yaitu, 80-90% pada anak dibawah 18
tahun. Anak usia 6 sampai 12 tahun Tinjauan Pustaka
senang mengkonsumsi makanan Karies adalah hasil interaksi dari
cepatsajiatau jajanan yang kurang terjaga bakteri di permukaan gigi, plak atau
kebersihannya, terbukti pada angka biofilm, dan diet (khususnya komponen
kejadian karies gigi yaitu, 76,62%. Target karbohidrat yang dapat difermentasikan
yang ditetapkan oleh WHO adalah 90% oleh bakteri plak menjadi asam, terutama
anak umur 5 tahun bebas karies (Winda, asam latat dan asetat) sehingga terjadi
dkk, 2015) demineralisasi jaringan keras gigi dan
Berdasarkan survey dari memerlukan cukup waktu untuk
RISKESDAS pada tahun 2013 indeks kejadianya. ( Putri dkk, 2013).
DMF-T Indonesia sebesar 4,6 dengan nilai Karies merupakan suatu penyakit
masing-masing D (1,6), M (2,9), F (0,8), jaringan keras gigi,yaituemail,dentin,dan
dimana pada Provinsi Sumatera Selatan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas
terdapat indeks DMF-T sebesar (5,3) suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
dengan nilai masing-masing D (1,9), M yang dapat diragikan. Tandanya adalah
(3,3), F (0,09). Hal ini menunjukkan suatu adanya demineralisasi jaringan keras gigi
keadaan kerusakan gigi yang hampir tanpa yang kemudian diikuti oleh kerusakan
penanganan ( RISKESDAS, 2013). bahan organiknya. Akibatnya, terjadi
Saliva adalah suatu cairan oral yang invasi bakteri dan kematian pulpa
kompleks terdiri atas campuran sekresi serta penyebaran infeksinya ke
dari kelenjar ludah besar dan kecil yang jaringan periapeks yang dapat
ada pada mukosa oral. Pada individu yang menyebabkan nyeri. Walaupun demikian,
sehat, gigi geligi secara terus-menerus mengingat mungkinnya remineralisasi
terendam dalam saliva (resting saliva) terjadi, pada stadium yang sangat dini
yang akan membantu melindungi gigi, penyakit ini dapat dihentikan (Kidd,
lidah dan membrane mukosa mulut. 2013).
Secara teori saliva dapat mempengaruhi
proses karies dengan cara aliran saliva 1. Faktor Penyebab Karies Gigi
dapat menurunkan akumulasi plak pada a. Host (Tuan rumah)
permukaan gigi dan juga menaikkan Ada bebera pahal yang dihubungkan
tingkat pembersihan karbohidrat dari dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap
rongga mulut (Kidd, 2013). karies gigi (ukuran dan bentuk gigi),
Sekresi air ludah yang sedikit atau struktur enamel (email), dan saliva.
tidak ada sama sekali, misalnya karena Kawasan-kawasan yang mudah diserang
aprialismus, terapi radiasi kanker ganas karies adalah pit dan fissure pada
dan xerostomia, memiliki persentase permukaan oklusal molar dan premolar.

ISSN:2579-5325 137
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017

Permukaan gigi yang kasar juga dapat Frekuensi yang terkena kariogenik
menyebabkan plak yang mudah melekat (asam) akan mempegaruhi pembangunan
dan membantu perkembangan karies gigi karies. Setelah makan atau makanan
(Sihotang, 2010). ringan, bakteri di mulut mengubah
b. Agen atau mikroorganisme memetabolisme gula, menghasilkan asam-
produk yang menurunkan pH. Sesuai
Plak gigi merupakan deposit lunak
dengan perjalanan waktu pH kembali
yang melekat erat pada permukaan gigi,
normal karena kapasitas buffering dari air
terdiri atas mikroorganisme yang
liur dan kandungan mineral terlarut dari
berkembang biak dalam suatu matrik
permukaan gigi. Setiap paparan
interseluler jika seseorang melalaikan
lingkungan asam, bagian dari kandungan
kebersihan gigi dan mulutnya. Plak gigi
mineral anorganik pada permukaan gigi
tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara
larut dan dapat tetap terlarut selama dua
berkumur ataupun semprotan air dan
jam. Sejak gigi rentan selama periode
hanya dapat dibersihkan secara sempurna
asam, perkembangan karies gigi sangat
dengan cara mekanis. Bakteri yang
bergantung pada frekuensi paparan asam
terdapat di dalam plak memegang
(Hongini, 2012)
peranan penting dalam terjadinya
kerusakan gigi. Bakteri penyebab utama 2. Proses terjadinya karies
terjadinya karies adalah bakteri Plak yang melekat erat pada
Streptococcus Mutans karena permukaan gigi dan gingiva danberpotensi
mempunyai sifat asidogenik dan asidurik cukup besar untuk menimbulkan penyakit
(Putri, dkk2013) pada jaringan keras gigi. Keadaan ini
c. Substrat(Diet) disebabkan karna plak mengandung
Orang yang banyak mengkonsumsi berbagai macam bakteri dengan berbagai
karbohidrat terutama sukrosa cenderung macam hasil metabolisme nya. Bakteri
mengalami kerusakan gigi.Karbohidrat stroptococusdan lactobacillus yang terdapat
mampu menyediakan substrat untuk dalam plak yang melekat pada gigi akan
pembuatan asam bagi bakteri. Dengan memetabolisme sisa makanan yang bersifat
demikian, dapat disimpulkan bahwa kariogenik terutama yang berasal dari jenis
karbohidrat pada makanan dan minuman karbohidrat yang dapat difermentasi,
akan menurunkan pH plak dengan cepat seperti sukrosa, glukosa, fruktosa dan
sampai pada level yang menyebabkan maltosa. Gula ini mempunyai molekul yang
demineralisasi email. kecil dan berat sehingga mudah meresap dan
d. Waktu di metabolisme oleh bakteri.
Secara umum, karies dianggap Asam yang terbentuk dari metabolisme
sebagai penyakit kronis pada manusia ini dapat merusak gigi, juga dipergunakan
yang berkembang dalam waktu beberapa oleh bakteri untuk mendapat energi. Asam
bulan atau tahun. Adanya kemampuan ini akan dipertahankan oleh plakdi
saliva untuk mendepositkan kembali permukaan email dan mengakibatkan
mineral selama berlangsungnya proses turunya pH Di dalam plak. Plak akan tetap
karies, menandakan bahwa proses karies bersifat asam selama beberapa waktu dan
tersebut terdiri atas perusakan dan untuk kembali ke pH normal dibutuhkan
perbaikan yang silih berganti (Kidd, waktu 30 sampai 60 menit.
2013). Oleh karena itu, jika seseorang sering
dan terus menerus mengkonsumsi gula,
138 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017

pHnya akan tetap dibawah pH normal dan c. Kelas IV adalah karies yang sudah
mengakibatkan terjadinya demineralisasi mengenai bagian aproksimal dan
dari permukaan email yang rentan, yaitu meluas ke bagian incisal gigi
terjadinya pelarutan dari kalsium yang anterior.
menyebabkan terjadinya kerusakan email d. Kelas V adalah karies yang
sehingga terjadi karies (Putri,dkk 2013). mengenai bagian servikal gigi

4. Indeks Karies Gigi


Indeks karies gigi adalah angka
yang menunjukkan klinis penyakit
karies gigi. Indeks karies yang bisa
3. Klasifikasi Karies dipakai adalah :
a. Karies Berdasarkan Stadium a. Indeks DMF-T(DMF-TTeeth)
(Kedalaman) D=Decay : - Gigi karies yang masih
I. Karies Superfisialis (KME) dapat ditambal
Karies Superfisialis merupakan - Karies sekunder yang t
karies yang baru mengenai atau e rja di pada gi gi
mencapai bagian terluar gigi (Enamel) dengan tambalan
dan belum mengenai dentin. - Gigi dengan tambalan
II. Karies Media (KMD) sementara
Karies media merupakan karies M = Missing : - Gigi tetap yang dicabut
yang telah mengenai atau mencapai karena karies
dentin tetapi belum mengenai setengah - Gigi karies dengan
dentin. indikasi pencabutan
III. Karies Profunda (KMP) F=Filling : - Gigi dengan
Karies Profunda merupakan karies
yang telah mengenai atau mencapai tambalan tetap
setengah dentin bahkan hingga
kepulpa (Sihotang, 2010). T = Teeth : yaitu total gigi yang ada
b. Karies Berdasarkan Lokalisasi Angka DMF - T mengg
Menurut Parkin dalam G.V. Black ambarkan banyaknya
bahwa klasifikasi karies gigi dapat karies yang diderita
dibagi atas 5 kelas, yaitu : seseorang dari dulu
a. Kelas I adalah karies sampai sekarang.
yang mengenai permukaan
oklusal gigi posterior.Kelas II b. Indeks def-t (def-tteeth)
adalah karies gigi yang sudah d = decay : - Gigi karies yangmasih
mengenai permukaan oklusal dan dapat ditambal
bagian aproksimal gigi
- Karies sekunder yang
posterior.
te rj adi pada gi gi
b. Kelas III adalah karies dengan tambalan
yang mengenai bagian - Gigi dengan tambalan
aproksimal gigi sementara
anterior. e = extraksi : - Gigi susu yang dicabut
ISSN:2579-5325 139
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017

karena karies yang menyebabkan obstruktif paru


- Gigi karies dengan dengan timbulnya sesak nafas dan batuk.
indikasi pencabutan Hal tersebut sangat berhubungan dengan
f=filling : - Gigi dengan tambalan hiper-reaktivitas bronchus terhadap
tetap berbagai rangsang (umumnya merupakan
Kekurangan indeks def-t reaksi alergi). Pada anak- anak yang
terkena asma biasanya bernafas melalui
e = extraksi, seharusnya dapat
mulut yang dapat mengarah pada
menunjukkan jumlah gigi yang dicabut
gingi vitis dan pe m be sa ra n j
karena karies. Pada gigi susu kadang-
a ri nga n gi n gi va l (hipertropi) bagian
kadang gigi yang tidak ada disebabkan
anterior (Rusdi, 2013)
lepas dengan sendirinya karena faktor
b. Gangguan Penglihatan
fisiologis tersebut extraksi, bukan
karena karies tetapi seorang anak Penglihatan merupakan salah satu
biasanya bingung dan tidak mengerti saluran informasi yang sangat penting bagi
manusia selain pendengaran, pengecap,
apakah gigi yang hilang karena karies
atau extraksi. (Sriyono, 2011) pembau, dan perabaan. Pengalaman manusia
kira- kira 80 persen dibentuk berdasarkan
A. Penyakit Umum informasi dari penglihatan. Di
1. Pengertian Penyakit bandingkan dengan indera yang lain indera
Penyakit adalah gangguan penglihatan mempunyai jangkauan yang
kesehatan yang disebabkan oleh lebih luas. Pada saat seseorang melihat
bakteri, virus, atau kelainan sistematau sebuah mobil maka ada banyak informasi
jaringan pada organ tubuh/pada yang sekaligus diperoleh seperti misalnya
makhluk hidup Penyakit adalah suatu warna mobil, ukuran mobil, bentuk mobel,
keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran dan lain- lain termasuk detail bagian-
yang menyebabkan ketidaknyamanan, bagiannya. Informasi semacam itu tidak
disfungsi atau kesukaran terhadap mudah diperoleh dengan indera selain
orang yang dipengaruhinya. Gangguan penglihatan.
Kehilangan indera penglihatan berarti
kesehatan mulut berdampak lebih luas
kehilangan saluran informasi visual. Sebagai
daripada sekadar gangguan lokal mulut
akibatnya penyandang kelainan penglihatan
dan sekitarnya. Keadaan sistemik dapat
akan kekuarangan atau kehilangan
mempengaruhi keadaan rongga mulut,
informasi yang bersifat visual.
dan sebaliknya. Sehingga kejadian pada
Seseorang yang kehilangan atau
rongga mulut tidak dapat dipisahkan
mengalami kelainan penglihatan, sebagai
dengan keadaan sistemik.(Sandi, 2011)
kompensasi, harus berupaya untuk
meningkatkan indera lain yang masih
1. Penyakit yang Berhubungan dengan berfungsi.
Karies Meskipun mengalami keterbatasan
a. Kelainan Sistem Pernapasan penglihatan, tidak berarti bahwa seorang
(Asthma) tersebut kehilangan segalanya. Oleh karena
Pasien dengan kelainan system ketajaman ingatan dan ketajaman fungsi
pernapasan yang sering datang ke indera pendengaran dan perabaannya
praktek dokter gigi adalah asma. Asma kadang- kadang melebihi orang yang normal.
merupakan penyakit kronik bronulus Dalam hal perawatan dan pemeliharaan gigi
140 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017

anak rabun terutama yang tunanetra, demineralisasi hingga terbentuk kavitas


biasanya memerlukan seorang atau lubang gigi. Anak-anak berkebutuhan
pendamping yang membantu khusus atau dalam merupakan kelompok
pembelajarannya sampai mereka beresiko tinggi terhadap masalah kesehatan
mampu untuk mandiri dalam upaya gigi dan mulut sehingga membutuhkan
pelihara dirinya.(Sunanto,2012). bantuan dan kerjasama dengan orang lain
c. Gangguan Fungsi Fisik dan untuk m e nda pa t ka n dan m e m e l i hara
Motorik (Cidera Tangan) kesehatan gigi dan mulut.
Gangguan fisik dan motorik adalah
anak yang menggalami kelainan atau cacat B. Saliva
1. Pengertian Saliva
yang menetap pada alat gerak ( tulang,
sendi, otot) sedemikian rupa sehingga Saliva adalah cairan oral yang
memerlukan peleyanan pendidikan kompleks yang terdiri atas campuran
khusus jika mengalami gangguan gerakan dari sekresi dari kelenjar ludah besar
karena kelayuhan pada fungsi otak dan kecil yang ada pada mukosa oral.
(Handayani, 2015) Saliva yang terbentuk dirongga mulut,
sekitar 90% nya dihasilkan oleh
Tuna daksa atau hambatan fisik
kelenjar submaksiler dan kelenjar
motorik adalah anak yang mengalami
parotis, 5% oleh kelenjar sublingualdan
kelainan cacat yang menetap pada alat
5% lagi oleh kelenjar-kelenjar ludah
gerak (tulang, sendi, dan otot),
yang kecil. Sebagian besar saliva ini (lk
sedemikian rupa sehingga memerlukan
90 persen) dihasilkan pada saatmakan,
pelayanan pendidikan khusus. Karena
sebagai reaksi atas rangsang yang
hambatan fisik, maka anak dengan
berupa pengecapan dan pengunyahan
hambatan ini mengalami kendala utama
makanan. Pada saat sedang tidak
dalam hal mobilitas dan penyelesaian
makan, walaupun aliran saliva ini
tugas-tugas yang harus menggunakan
sangat sedikit, saliva merupakan hal
anggota tubuh. Jika mereka dapat
yang sangat penting. Pada individu yang
mengerjakan pun, tetapi tidak secepat
sehat, gigi geligi secara terus menerus
anak-anak yang normal.
terendam dalam saliva (resting saliva )
Anak-anak dengan kekurangan
sampai sebanyak 0,5 ml yang akan
fisik gangguan kesehatan lainya adalah
membantu melindungi gigi, lidah,
mereka yang memiliki keterbatasan fisik
membran mukosa mulut, dan orofaring.
atau masalah kesehatannya mengganggu
Peneluaran saliva akhirnya akan
kegiatan belajar atau sekolah sehingga
berhenti pada saat tidur sebab pada
membutuhkan pelayanan, pelatihan,
manusia kelenjar liur tidak berproduksi
peralatan, material, atau fasilitas-fasilitas
jika dirangsang. (Kidd,2013).
khusus (supena, 2012)
Gangguan fungsi fisik dan Gambar 1. Kelenjar Air Ludah
motorik baik sebagian maupun totaldan
pada anggota tubuh seperti tangan dan
kaki dapat membatasi dalam melakukan
pembersihan gigi yang optimal.
Sehingga terjadilah penumpukan plak
pada gigi yang dapat menyebabkan
penurunan pH plak dan terjadi proses
ISSN:2579-5325 141
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017
Sumber : kevin, 2010 mengandung antibody spesifik juga
mengandung lysozyme, lactoferin, dan
2. Fungsi Saliva laktoperoksidase.
a. Membentuk lapisan mucus 1. Komposisi Saliva
pelindung pada membrane mukosa Kandungan air di dalam saliva
yang akan bertindak sebagai barrier mencapai 99% , sementara isinya
terhadap iritan dan akan mencegah berupa komponen yang tersusun atas
kekeringan. bahan organik, bahan anorganik, dan
b. Membantu membersihakan mulut molekul-molekul makro,termasuk
dari makanan, debris sel, dan bakteri bahan-bahan anti mikroba. Komponen-
komponen tersebut berfungsi untuk
menjaga integritas jaringan di dalam
yang akhirnya akan menghambat rongga mulut. Komposisi dari masing-
masing komponen penyususn saliva
pembentukan plak.
berbeda-beda pada setiap individu ,
c. Mengatur PH rongga mulut karena bergantung pada jenis kelenjar yang
mengandung birkabonat, fosfat dan menghasilkannya, macam, lama dan
jenis rangsang, kecepatan aliran saliva,
protein amfoter. Peningkatan makanan, ritme biologi, obat-obatan dan
kecepatan sekresinya biasanya beberapa penyakit tertentu yang dapat
berakibat pada peningkatan PH dan mempengaruhi saliva (Riskayanti,
kapasitas buffernya. Oleh karena itu 2013)
membrane mukosa akan terlindung
dari asam yang ada pada makanan dan 2. Mekanisme Sekresi Saliva
pada waktu muntah. Selain itu, Saliva disekresi sekitar 1 sampai1,5
penurunan pH plak ,sebagai akibat liter setiap hari tergantung pada tingkat
ulah organisme yang asidogenik, perangsangan. Kecepatan aliran saliva
akan dihambat. bervariasi dari 0,1-0,4 ml/menit. Pada
d. Membantu menjaga integritas gigi kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95%
dengan berbagai cara karena saliva di sekresi oleh kelenjar parotis
kandungan kalsium dan fosfatnya. dan kelenjar submandibularis, sisanya
Saliva membantu menyediakan disekresi oleh kelenjar sublingual dan
mineral yang dibutuhkan oleh email kelenjar saliva minor. Sekresi saliva
yang belum sempurna terbentuk pada yang bersifat spontan di sebabkan oleh
saat-saat awal setelah erupsi stimulasi konstan saraf pari simpatis dan
(membantu maturasi pasca erupsi ). berfungsi menjaga agar mulut serta
Pelarutan gigi dihindari atau tenggorokan tetap basah setiap waktu.
dihambat, dan mineralisasi dirangsang (Kidd,2013)
dengan memperbanyak aliran saliva.
Lapisan gluko protein terbentuk oleh 3. Cara mengukur volume saliva dan
saliva pada permukaan gigi (acquired Kriteria Sekresi saliva
pellicle) juga akan melindungi gigi Cara menghitung saliva yaitu
dengan menghambat keausan karena jumlah volume saliva yang di ambil
abrasi danerosi. dibagi dengan waktu pengambilan.
e. Mampu melakukan aktifitas anti f. Masing-masing responden
bakteri dan anti virus karena selain diberi satu buah gelas sampel

142 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017
Tabel 1 Kriteria sekresi saliva
yang sudah diberi keterangan Kriteria Jumlah Saliva Tanpa
Dirangsang
(nama). Sekresi saliva normal >1,1 ml/menit
g. Peneliti menginstruksikan Sekresi saliva rendah 0,9 – 1,1 ml.menit
responden untuk berludah di Sekresi saliva sangat 0,5 - <0,9 ml/menit
rendah
dalam gelas selama 3 menit. Xerostomia <0,5 ml/menit
h. Setelah 3 menit ,volume saliva Sumber : Bratthal,dkk,2004
yang tertampung di ukur
METODE PENELITIAN
dengan disposible.
i. Cara menghitung saliva yaitu Metode yang digunakan adalah
jumlah volume saliva yang metode penelitian survei deskriptif. Survei
diambil dibagi dengan waktu deskriptif dilakukan terhadap sekumpulan
pengambilan. Adapun rumus objek yang biasanya bertujuan untuk
menghitung saliva adalah melihat gambaran fenomena (termasuk
sebagai berikut: kesahatan) yang terjadi di dalam suatu
populasi tertentu. Analisis data secara
jumlah salivayangdidapat
Volume Saliva(ml/menit=
waktu(3menit)
univariat dalam mendeskripsikan
Bratthal, 2004. karakteristik setiap variable penelitian

j. Peneliti melakukan HASIL


pemeriksaan oral secara Berdasarkan penelitian yang
langsung untuk dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 30
mengumpulkan data DMF-T Palembang pada bulan Maret 2017
dan def-t dari setiap responden
yang diperiksa.
k. Peneliti mencatat hasil dengan 495 anak mengenai gambaran
pemeriksaan sampai jumlah indeks karies gigi ditinjau dari penyakit
sampel yang ditentukan umum dan sekresi saliva yang dilakukan
l. Merapikan dan membersihkan selama ± satu bulan dengan pemeriksaan
alat dan bahan karies gigi, pengambilan daftar pertanyaan
penyakit umum dan sekresi saliva. Data
yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Distribusi Kejadian Karies pada Anak Kelas II – V SDN 30 Palembang Tahun 2017

Kejadian Karies N Persentase

Karies 428 86,5 %


Tidak Karies 67 13,5 %
Jumlah 495 100 %
Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 4 menunjukkan bahwa mengalami karies disebabkan karena


pada anak kelas II-V SDN 30 Palembang kurangnya perhatian dan pengetahuan
Tahun 2017 terdapat 428 anak yang mengenai kesehatan gigi dan mulut.

ISSN:2579-5325 143
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017

Tabel 3 . Distribusi Rata-rata Indeks Karies Gigipada Anak Kelas II – V SDN 30 Palembang
Tahun 2017

Kejadian Indeks Karies Gigi


Karies N D M F DMF-T d e f def-t
Karies 428 348 9 2 359 1542 114 8 1664
Tidak Karies 67 0 6 3 9 0 16 5 21
Jumlah 495 348 15 5 368 1542 130 13 1685
Rata-rata 0,7 3,4
Sumber : Data primer 2017

yang mengalami karies. Halini


Dari tabel 4 menunjukkan bahwa
dikarenakan gigi susu lebih cepat
rata-rata def-t lebih tinggi dari rata-rata
tumbuhnya dibanding gigi permanen dan
DMF-T pada anak kelas II - V SDN 30
kurangnya bimbingan dan perhatian dari
Palembang Tahun 2017 sebesar 1664
orangtua tentang kesehatan gigi dan mulut.
dengan rata-rata def-t 3,4 yang artinya
setiap anak memiliki 3 sampai 4 gigi susu
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kriteria Sekresi Saliva pada Anak Kelas II – VSDN 30 Palembang
Tahun 2017

Kriteria Sekresi Saliva


N Sangat
Normal % Rendah % % Xerostomia %
Rendah

495 319 64% 155 32% 21 4% 0 0%

Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 6 menunjukkan bahwa menunjukan karena pada sekolah tersebut


frekuensi kriteria sekresi saliva pada anak tidak ada yang mengalami penyakitumum
kelasII-VSDN30 PalembangTahun2017 yang mengharuskan makan obat dalam
dengan kriteria normal berjumlah 319 jangka panjang karena xerostomia adalah
orang dengan persentase 64% dan kriteria suatu kondisi dimana sekresi saliva kering
xerostomia 0 orang dengan persentase 0% diakibatkan sering makan obat tertentu.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Penyakit Umum pada Anak Kelas II - V SDN 30 Palembang
Tahun 2017

Kriteria Penyakit Umum


N
Rendah % Sedang % Tinggi %
495 484 97% 11 3% 0 0%

Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 7 menunjukkan bahwa frekuensi kriteria penyakit umum pada anak
kelasII– V SDN 30 Palembang Tahun 2017 dengan criteria rendah berjumlah 484 orang
dengan persentase 97% bahwa keadaan anak kelas II – V di SDN 30
144 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017

Palembang Tahun 2017 tidak mempunyai penyakit yang memerlukan


makan obat dalam jangka panjang.

Tabel 6. Distribusi Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Sekresi Saliva pada Anak Kelas II - V SDN
30 Palembang Tahun 2017

Rata- Rata-
Kriteria Karies N D M F DMF-T d e f def-t
Sekresi Rata rata
Saliva

Normal 319 199 11 0 210 0,4 1228 83 12 1323 2,7


Rendah 155 126 2 4 132 0,2 266 41 1 308 0,6
Sangat Rendah 21 23 2 1 26 0,1 48 6 0 54 0,1
Xerostomia 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 495 348 15 5 368 0,7 1542 130 13 1685 3,4
Sumber : Data primer 2017
Dari tabel 8 menunjukkan bahwa kurangnya bimbingan dan perhatian dari
gambaran indeks karies ditinjau dari orang tua tentang kesehatan gigi danmulut
serta pada sekolah tersebut tidak ada yang
sekresi saliva pada anak kelas II - V SDN
mengalami penyakit yang mengharuskan
30 Palembang Tahun2017 dengan kriteria
sekresi saliva normal berjumlah 319 orang makan obat dalam jangka panjang karena
xerostomia adalah suatu kondisi dimana
dengan rata-rata DMF-T sebesar 0,4 dan
rata-rata def-t sebesar 2,7.Halini sekresi saliva kering diakibatkan seting
dikarenakan gigi susu lebih cepat makan obat tertentu.
tumbuhnya dibanding gigi permanen dan

Tabel 7. Distribusi Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum pada Anak Kelas II - V
SDN 30 Palembang Tahun 2017

Rata- Rata-
Karies N D M F DMF-T d e f def-t
Kriteria Rata rata
Penyakit
Umum
Rendah 484 320 10 4 334 0,6 1496 128 13 1637 3,3
Sedang 11 28 5 1 34 0,1 46 2 0 48 0,1
Tinggi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 495 348 15 5 368 0,7 1542 130 13 1685 3,4

Sumber : Data primer 2017

Dari tabel 9 menunjukkan bahwa 484 orang dengan rata-rata DMF-T sebesar
gambaran indeks karies gigi ditinjau dari 0,6 dan rata-rata def-t sebesar 3,3. Hal ini
penyakit umum pada anak kelas II – V dikarenakan gigi susu lebih cepat
SDN 30 Palembang Tahun 2017 dengan tumbuhnya dibanding gigi permanen dan
kriteria penyakit umum rendah berjumlah kurangnya bimbingan dan perhatian dari
ISSN:2579-5325 145
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017

orang tua tentang kesehatan gigi danmulut dengan persentase 97% dan kriteria
serta menunjukkan bahwa keadaan anak sedang berjumlah 11 orang dengan
kelas II – V di SDN 30 Palembang Tahun persentase 3%. Gambaran indeks karies
2017 tidak mempunyai penyakit yang gigi ditinjau dari penyakit umum pada
memerlukan makan obat dalam jangka anak kelas II-VSDN 30 Palembang Tahun
panjang. 2017 dengan kriteria rendah berjumlah
484 orang dengan rata- rata DMF-T yaitu
PEMBAHASAN 0,6 dan rata-rata def-t yaitu 3,3.
Dari hasil penelitian menunjukkan Sedangkan dengan kriteria sedang
rata-rata DMF-T pada anak kelas II – berjumlah 11 orang dengan rata-rata
VSDN30 Palembang Tahun 2017 sebesar DMF-T yaitu 0,1 dan rata-rata def-t yaitu
0,7 dan rata-rata def-t sebesar 3,4. Data di 0,1. Dari tabel diatas kriteria penyakit
atas menunjukkan ada 1 gigi permanen rendah didapat rata – rata DMF-T0,6 yang
yang karies pada anak dan ada 3 gigi susu berarti setiap anak ada 1 gigi permanen
yang karies setiap anak. Hal ini yang karies dan rata – rata def-t 3,3 yang
disebabkan karena pada anak usia sekolah berarti setiap anak ada 3 gigi susu yang
dasar kurang memahami perlunya karies. Sedangkan kriteria penyakitsedang
menjaga kesehatan gigi dan mulut, didapat rata–rata DMF-T 0,1yang berarti
dimana pola makan murid sekolah dasar setiap anak ada1gigi permanen yang
yang lebih menyukai makanan yang karies dan rata–rata def-t 0,1 yang berarti
manis (permen, coklat, dan lain-lain) serta setiap anak ada 1 gigi susu yang karies.
kuragnya kesadaran orang tua untuk Hal ini berarti adanya penyakit umum
membawa anaknya memeriksakan gigi. yang secara tidak langsung mempengaruhi
Karies gigi yang tidak dirawat akan karies atau kondisi lain yang dapat
menyebabkan kelainan jaringan pulpa menyebabkan resiko karies lebih tinggi
dan periapikal dan waktu tanggal. Hal ini serta tidak ada perawatan khusus
disebabkan pengetahuan tentang mengenai kesehatan gigi dan mulut yang
pentingnya merawat gigi sulung yang diberikan kepada responden. Namun
rusak masih kurang. Sehingga banyak pada anak yang lebih berusia akan lebih
yang membiarkan gigi tersebut semakin terbiasa atau lebih mampu untuk
rusak dan tanggal dengan sendirinya. memelihara kesehatan gigi dan mulut
Kesadaran untuk menerapkan karena kemampuannya akan semakin
kebiasaan yang positif dalam memelihara bertambah dengan bertambahanya usia.
kebersihan gigi dan mulut sehari-hari Pada kriteria penyakit sedang,
pada anak sangat penting, sehingga untuk responden memiliki penyakit gangguan
meningkatkan kesadaran tersebut penglihatan yaitu rabun. Responden yang
dibutuhkan pendidikan kesehatan yang menderita penyakit tersebut memerlukan
mencakup adanya proses komunikasi, seorang pendamping yang membantu
motivasi dan instruksi dan orang tua yang pembelajarannya sampai mereka mampu
memadai (Kiswaluyo, 2010). untuk mandiri dalam upaya pelihara
Berdasarkan hasil penelitian dirinya terutama dalam pemeliharaan
menunjukkan bahwa frekuensi kriteria kesehatan gigi dan mulut seperti menyikat
penyakit umum pada anak kelas II-V gigi karena faktor penglihatan yang
SDN 30 Palembang Tahun 2017 dengan kurang jelas untuk melihat apakah kondisi
kriteria rendah berjumlah 484 orang gigi dan mulutnya sudah bersih.
146 ISSN:2579-5325
Listrianah, Indeks Karies Gigi Ditinjau Dari Penyakit Umum Dan Sekresi Saliva Pada Anak
Di Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat berj umla h 155orang dengan persentase
terlihat bahwa gambaran sekresi saliva 32%, dan kriteria sangat rendah berjumlah
anak kelas II-V SDN 30 Palembang 21 orang dengan persentase 4%. Kriteria
Tahun 2017 sebagian besar memiliki penyakit umum pada anak Sekolah Dasar
kriteria sekresi saliva normal dengan Negeri 30 Palembang tahun 2017
persentase 64% dari 495 orang yang menunjukkan kriteria rendah berjumlah 484
diteliti. Gambaran indeks karies gigi orang dengan persentase 97% dan kriteria
ditinjau dari sekresi saliva anak kelas II - sedang berjumlah 11 orang dengan
V SDN 30 Palembang Tahun 2017 dengan persentase 3%. Karies ditinjau dari sekresi
kriteria normal 319 orang dengan rata-rata saliva menunjukkan kriteria sekresi
DMF-T yaitu 0,4 dan rata-rata def-t yaitu saliva normalberjumlah 319 orang dengan
2,7. Dari tabel diatas kriteria sekresi rata-rata DMF-T sebesar 0,4 dan rata-rata
normal didapat rata – rata DMF-T 0,4 def-t sebesar 2,7. Karies ditinjau dari
yang berarti setiap anak ada 1 gigi penyakit umum menunjukkan kriteria
permanen yang karies dan rata–ratadef-t penyakit umum rendah dengan rata-rata
2,7 yang berarti setiap anak ada 2 gigi DMF-T sebesar 0,6 dan rata-rata def-t
susu yang karies. Hal ini menunjukkan sebesar3,3.Sedangkandengankriteria
bahwa saliva sangat diperlukan dalam penyakit umum sedang dengan rata-rata
rongga mulut karena berfungsi sebagai DMFT-T sebesar 0,1 dan rat-rata def-T
remineralisasi gigi. Adanya gangguan sebesar 0,1.Perlu di adakan Program UKGS
fungsi saliva terutama berkurangnya (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) untuk
sekresi saliva dapat meningkatkan me nam bah pe nge ta hua n serta
resiko terjadinya karies. Jika seseorang keterampilan menjaga kesehatan gigi dan
pasien menderita xerostomia, konsultasi mulut pada anak-anak sekolah dasar agar
dengan dokter dianjurkan untuk mereka mampu memelihara kesehatan gigi
mengidentifikasi perubahan dalam dan mulutnya Serta Penyuluhan Pada
perawatan yang diakibatkan sedikitnya Orangtua
aliran saliva. Stimulan saliva (permen
karet, lilin parafin, atau pengganti saliva
seperti sialogen atau cervimeline) juga DAFTAR PUSTAKA
dapat diresepkan pada pasien dengan
fungsi saliva yang lemah. Bratthal dan Petersson. 2004.
Cariogram Manual Internet Version
KESIMPULAN 2004.Sweden.
Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata
Dewi, Reska. 2011. Pengaruh Pasta Gigi
indeks karies pada anak Sekolah Dasar
Dengan Kandungan BuahApel (Pyrus
Negeri 30 Palembang tahun 2017 yaitu DM
Malus) Terhadap Pembentukan P
F-T menunjukkan kriteria sangat rendah
(http://eprints.undip.ac.id/37137/1/Re
sebesar 0,7dan rata- rata Def-T
ska_Ayu.pdf), diakses 2 Januari
menunjukkan kriteria sedang sebesar
2017.
3,4.Kriteria Sekresi saliva pada anak
Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang tahun Hongini dan Aditiawarman. 2012.
2017 yaitu DMF-T m e nunjukka n Kesehatan Gigi &Mulut. Jawa
krite ria normal berjumla h 319orang Barat:Pustaka RekaCipta.
dengan persentase 64%, kriteria rendah
ISSN :25795325 147
JPP (Jurnal Kesehatan Palembang) Volume 12 No. 2 Desember 2017
e/1 23456789/8344), diakses 6
Januari 2017.
Handayani, Melly.2015. Anak
Bergangguan Fisik Dan Motorik. Rusdi, Rahma. 2013. Pembesaran
(http://mellyhandayanicyrus.wordpr Gingiva.PeriodontologyfortheDental
es s.com/2015/5/16/anak- Hygienist3rded.Missourl:112.(http:/
bergangguan- fisik-dan- motorik/), /www. respositori.usu.ac.id),
diakses 5 Januari 2017. diakses 4Januari 2017.

Indah dan Intan. 2013. Penyakit Gigi, Sandi, Basmaro. 2011. Pengaruh
Mulut dan THT. Yogyakarta:Nuha Kondisi Kesehatan Gigi Dan Mulut
Medika. Terhadap Kesehatan Secara
Menyeluruh.(http://basmorosandifk
Kevin, Bintang Muda. 2010. Macam-
g05.web.unair.a c.id.html), diakses
Macam Kesehatan Gigi dan Mulut. 3 Januari2017.
Jakarta: Bukune
Sihotang, 2010. Pengertian Karie
Kiswaluyo.2010.Jurnal Hasil Penelitian Gigi.(http://repository.usu.ac.id/pdf
pada siswa Sekolah Dasar di Desa ),diakses 3 Januari2017
Kemar Sari, Januari-Juni2010.
Sriyono dan Sudibyo. 2011. Ilmu
Kidd dan Bechal. 2013. Dasar-Dasar KesehatanOral.Yogyakarta:FKIK.
Karies.Jakarta:EGC.
Sunanto. 2012 . Anak Dengan G a n
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010 . g g uan Penglihatan.
Metodologi Penelitian Kesehatan. (http://file.upi.edu/...SUNANTO/anak
Jakarta: Rienika Cipta. dgn_gangguan_penglihatan.pdf),
diakses 5Januari 2017.
Putri, dkk. 2013. Ilmu Pencegahan
Penyakit Jaringan Keras Dan Supena. 2012. Pengertian, Penyebab Dan
Jaringan Pendukung Gigi. Penanganan Gangguan Fisik
Jakarta:EGC. Terhadap Anak.
(http://asuhananak.blogspot.co.id),dia
Rahmadhan, Gilang Ardyan. 2010. Serba-
Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. kses 5 Januari 2017
Jakarta:
Susanti, Lila. 2011. Perawatan Gigi Dan Mulut
Bukune Riset Kesehatan Dasar Bagi Anak Berkebutuhan
Indonesia2013. Laporan Nasional. Khusus.(file:///C:/Users/acer/Documen
ts/html), diakses 4 Januari 2017.
(https://www.depkes.go.id/resourc
es/download/general/hasil%20Risk Tarigan. 2015. Karies Gigi. Jakarta : Jakarta
esdas%202013.pdf), diakses 3 Hipokrates.
Januari2017.
Winda, dkk. 2015. Jurnal Gambaran Karies
Riskayanti. 2013. Profil Kandungan Rampan Pada Siswa Pendidikan Anak
Unsur Anorganik Saliva Pada Usia Usia Dini di Desa Pineleng II
Lanjut Indah.Vol2No1,Januari-juni 2015.
(http://repository.unhas.ac.id/handl

148 ISSN:2579-5325

Anda mungkin juga menyukai