Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Perawat Profesional

Volume 2 Nomor 2, Mei 2020


e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP

POTENSI DAUN SERAI SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER PADA


SELULITIS
Nursilri Meidania*, Jihan Nur Pratiwi
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No.1, Gedong
Meneng, Kec. Rajabasa, Kota Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 35145
*nmeidania@gmail.com (+6281297552800)

ABSTRAK
Selulitis merupakan penyakit infeksi yang terjadi di kulit, baik itu dermis maupun jaringan
subkutan. Gejala klinis yang muncul dapat berupa gejala akut yaitu eritema, nyeri, edema,
inflamasi supurasi, serta gejala sistemik berupa malaise, demam, menggigil, dan nyeri lokal.
Penyebab utama selulitis yaitu bakteri kokus gram positif seperti Streptococcus spp. atau
Staphyloccocus aureus. Serai mengandung antimikroba dan antiinflamasi yang baik untuk
membantu mengatasi selulitis. Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk melaporkan
temuan ilmiah terbaru tentang peran kandungan Serai dalam menngatasi selulitis dengan
kandungannya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab selulitis dan meredakan
gejala peradangan dengan sifat antiinflamasinya. Metode yang digunakan dalam artikel berjenis
tinjauan pustaka ini adalah literature searching method melalui database NCBI dan Google
Scholar. Tahun penerbitan sumber pustaka adalah dari tahun 1999 sampai tahun 2019 dengan
21 sumber pustaka dan 11 sumber yang digunakan dalam menjelaskan mekanisme kandungan
Serai. Tema yang dikumpulkan terkait dengan kandungan Serai dalam mengatasi selulitis. Hasil
dari sintesis artikel yang telah ditemukan yaitu serai bermanfaat dalam mengatasi selulitis.

Kata kunci: antimikroba, daun serai, selulitis

THE POTENTION OF LEMONGRASS AS COMPLEMENTER THERAPY IN


CELLULITIS

ABSTRACT
Cellulitis is an infectious disease that occurs in the skin, both skin and subcutaneous tissue.
Clinical symptoms that appear can be in the form of acute symptoms such as erythema, pain,
edema, inflammation suppuration, and systemic symptoms consisting of malaise, fever, chills,
and local pain. The main cause of cellulitis is gram-positive cocci such as Streptococcus spp. or
Staphyloccocus aureus. Lemongrass contains antimicrobial and anti-inflammatory which is
good for helping to overcome cellulitis. The purpose of this literature assessment is to report the
latest scientific findings about the role of collection. The method used in this article is a
literature search method through the NCBI database and Google Scholar. The year of library
resource contributions is from 1999 to 2019 with 21 library sources and 11 sources used in
describing the Serai Theme resources collected related to Serai content in overcoming cellulitis.
The results of the synthesis of articles that have been found that Lemongrass is useful in
overcoming cellulitis.

Keywords: antimicroba, cellulitis, lemongrass

PENDAHULUAN subkutan (Sullivan dan Bara, 2018).


Selulitis secara sederhana didefinisikan Selulitis adalah infeksi pada dermis
sebagai infeksi akut pada kulit yang dalam dan jaringan subkutan, disertai
melibatkan dermis dan jaringan

163
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

dengan eritema yang luas, hangat, dan Faktor resiko terjadinya selulitis yang
bengkak (JAMA, 2016). paling umum adalah edema, terutama
lymphedema karena cairan limfatik
Selulitis relatif umum, dan paling sering dianggap memfasilitasi pertumbuhan
terjadi pada orang dewasa dan lanjut bakteri. Faktor lain seperti usia,
usia. Antara pria dan wanita tidak ada obesitas, insufisiensi vena, tinea pedis,
perbedaan yang signifikan secara trauma, dermatitis, dan lainnya
statistik dalam kejadian selulitis (Pavlotsky, 2004).
insidensi selulitis 2 diperkirakan 24,6
kasus per 1.000 pasien pertahun. Tatalaksana selulitis dibagi menjadi
Mcnamara, 2007. Didapatkan kasus dua. Pasien dengan infeksi kulit dan
selulitis sebanyak 48 kasus (1,4%) pada jaringan lunak purulen seperti abses
RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun harus mengambil sampel melalui insisi
2008-2011 Berdasarkan jenis kelamin dan drainase. Sampel digunakan untuk
dan jumlah pasien, selulitis lebih biakan bakteri dan pertimbangan
banyak diderita oleh laki-laki bila pemberian antibiotik pada pasien
dibandingkan perempuan dengan rasio dengan tanda infeksi sistemik. Infeksi
1,2:1 (36 pria banding 29 wanita) kulit dan jaringan lunak non-purulen
dengan kelompok usia terbanyak umumnya memerlukan pengobatan
ditemukan pada 45-65 tahun (35,4%) dengan antimikroba sistemik. Terapi
(Novarina, 2015). antimikroba oral cukup untuk pasien
tanpa tanda infeksi sistemik dan tanpa
Selulitis biasanya muncul sebagai area komorbiditas (selulitis derajat I),
eritema yang akut, menyebar, dan beberapa pasien selulitis derajat II
berbatas tidak tegas. Temuan kulit pada diberikan antibiotik oral atau terapi
selulitis mengikuti tanda klasik awal intravena (IV) baik di rumah sakit
peradangan yakni dolor (nyeri), kalor atau melalui rawat jalan. Agen intravena
(panas), rubor (eritema), dan tumor harus digunakan untuk mereka yang
(pembengkakan). Gambaran klinis memiliki bukti infeksi sistemik (selulitis
lainnya yaitu edema dan pelebaran kelas III dan IV) atau mereka yang tidak
limfatik kulit yang menyebabkan berespon terhadap terapi oral awal.
penampilan peau d'orange (seperti kulit Pasien dengan infeksi yang dalam atau
jeruk), terbentuknya bula, atau nekrosis harus melakukan konsultasi
limfangitis (Borschitz, 2015). bedah segera untuk pertimbangan
debridemen (Stevens et al., 2014).
Penyebab utama selulitis yaitu bakteri
kokus gram positif seperti Pengetahuan secara ilmiah tentang
Streptococcus spp. atau Staphyloccocus metabolit meningkat dengan adanya
aureus (Benneth et al., 2010). Selulitis pencarian agen terapeutik baru dari
pada orang dewasa yang sumber tanaman yaitu metabolit
imunokompeten biasanya diduga sekunder yang merupakan sumber
disebabkan oleh streptokokus grup A utama zat bioaktif, hal ini disebabkan
(Streptococcus pyogenes), dengan karena perkembangan resistensi
Staphylococcus aureus sebagai mikroorganisme penyebab penyakit
penyebab utama tetapi kurang umum meningkat terhadap sebagian besar obat
(Steven et al., 2014). antimikroba yang saat ini digunakan
(Mbosso et al., 2010). Untuk itu
diperlukan tinjauan mengenai

164
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

penggunaan tanaman sebagai terapi mengatasi selulitis. Tahun penerbitan


tambahan pada tatalaksana sumber pustaka dalam penulisan artikel
farmakologis. ini adalah 1999 hingga tahun 2019.

Salah satu sumber tanaman yang HASIL


mengandung antibakterial adalah Serai. Menurut beberapa penelitian yang
Serai atau Cymbopogon citratus adalah didapatkan, kandungan pada Serai dapat
salah satu herbal yang paling umum bermanfaat terhadap selulitis,
digunakan dalam pengobatan tradisional diantaranya memiliki berbagai aktivitas
karena sifatnya anti-inflamasi dan farmakologi seperti antimikroba,
antioksidan karena mengandung kaya antiinflamasi, antifungal, dan
akan senyawa fenolik berupa flavonoid antioksidan (Shah, Richa, Vivek et al.,
dan tannin (Garcia et al., 2015). Selain 2011).
itu telah terdapat beberapa studi yang
menyebutkan pula bahwa Serai Perannya sebagai antimikroba yaitu
memiliki sifat antiamuba, antibakteri, memiliki menghambat pertumbuhan
antidiare, antifilaria, dan antijamur yang bakteri gram positif dan gram negatif
berkaitan dengan minyak atsiri yang seperti diantaranya yaitu
mengandung Citral α, Citral β, Nerol Staphylococcus aureus dan Candida
Geraniol, Citronellal, Terpinolene, albicans yang memiliki nilai hambat
Geranyl acetate, Myrecene dan Terpinol sebesar 0,06% (Hammer et al., 1999.
Methylheptenone pada Serai (Shah et Adapun menurut penelitian Silva et al.,
al., 2011). Adapun tujuan tinjauan daya hambat dan bakterisidal minyak
pustaka ini dilakukan adalah untuk Serai berpengaruh terhadap bakteri
mengetahui manfaat kandungan Serai Salmonella enterica, Proteus mirabilis,
sebagai terapi komplementer pada Citrobacter freundii, Aeromonas
Selulitis. hydrophila sebesar 0,016 hingga 0,5%
(Silva et al., 2017).
METODE
Metode yang digunakan adalah Sementara pada penelitian Naik et al.,
literature searching. Sumber pustaka mengungkapkan bahwa minyak Serai
yang digunakan dalam artikel ini justru efektif terhadap bakteri gram
berjumlah 21 pustaka dan 11 jurnal positif dibandingkan gram negatif. Pada
yang dipakai dalam menjelaskan studi yang dilakukannya, Pseudomonas
manfaat dan mekanisme Serai sebagai aeruginosa memiliki resistensi yang
antiinflamasi dan antimikroba serta tinggi, sementara pada S. aures dan B.
beberapa manfaat lainnya yang cereus didapatkan sangat sensitif dan
bermanfaat terhadap selulitis, baik yang Serai memiliki daya hambat sebesar
berasal dari buku, jurnal nasional atau 0,03% dan 0,6% pada keduanya. Pada
internasional, maupun website. bakteri B. Subtilis dan E. Coli dapat
Penelusuran sumber pustaka dalam dihambat pada konsentrasi sebesar
artikel ini melalui database NCBI dan 0,06% dan 0,12% (Naik et al., 2010)
Google Scholar dengan kata kunci
Antimicroba, Cellulitis, Lemongrass. Hal ini dapat bermanfaat dalam
Pemilihan artikel sumber pustaka menghambat bakteri penyebab selulitis
dilakukan dengan melakukan yaitu bakteri kokus gram positif seperti
peninjauan pada judul dan abstrak yaitu Streptococcus spp. atau Staphyloccocus
membahas tentang potensi Serai dalam aureus (Benneth et al., 2010). Selain itu

165
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

Serai mengandung senyawa lain yaitu subkutan, atau otot dan gejala sistemik
terpene hidrokarbon, alkohol, keton, berupa malaise, demam, menggigil, dan
ester dan terutama aldehida. Minyak nyeri lokal (Lipworth et al., 2012).
atsiri pada Serai (0,2-0,5%) terdiri dari
citral. Citral adalah campuran dua Selulitis paling sering disebabkan oleh
aldehida stereoisomerik monterpene; bakteri, pada dewasa yaitu
isomer trans geranial (40-62%) dan Staphylococcus aureus dan
isomer cis neral (25-38%) (Rauber et Streptokokus beta hemolitikus grup A
al., 2005). sedangkan pada anak yaitu
Haemophilus influenza tipe b (Hib),
Kandungan tersebut, terutama citral, Streptokokus beta hemolitikus grup A,
berperan sebagai antiinflamasi yang dan Staphylococcus aureus. Pada
bermanfaat terhadap peradangan yang dewasa yang mengalami gangguan
menjadi tanda klinis pada selulitis. imunitas, biasa disebabkan oleh
Kandungan fenolik yaitu tanin dan Streptococcus pyogenes dan
flavonoid yang dikandung bermanfaat Staphylococcus aureus (Concheiro et
mengurangi edema dengan mekanisme al., 2009).
menghambat sintesis dan pengeluaran
media inflamasi dan aktivitas Menurut derajat keparahannya, selulitis
antioksidannya, seperti penelitian yang diklasifikasikan menurut modifikasi
dilakukan oleh Figueirinha et al., Dundee yaitu; pada derajat satu, tidak
dimana edema pada kaki tikus yang ada atau terdapat komorbiditas yang
diinduksi Carrageenan dapat berkurang terkontrol, kondisi sistemik baik, tidak
dengan pemberian infus daun Serai ada sepsis, dan standar nilai peringatan
dengan presentasi hambatan edema awal atau SEWS <4. Derajat dua,
sebesar 70.80 and 82.30% (Figueirinha komorbiditas tidak terkontrol namun
et al., 2010). keadaan sistemik baik ataupun
sebaliknya, tidak terdapat sepsis, SEWS
Citral juga telah dilaporkan dapat <4. Derajat tiga, terdapat respon
menekan tumor necrosis factor (TNF)-α inflamasi atau komorbiditas tidak
yang diinduksi neutrofil pada terkontrol, sepsis, namun SEWS <4.
konsentrasi 0,1% (Cassia, 2013). Selain Derajat empat, syok sepsis dengan
itu, Citral dapat menghambat induksi SEWS lebih dari sama dengan 4
nitric oxide synthase (iNOS), produksi (Sullivan et al., 2014).
nitric oxide (NO) dan jalur lain yang
diinduksi lipopolisakarida (LPS), dan Diagnosis selulitis didasarkan pada
menghambat peradangan jaringan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
secara oral dan topikal (80-90%) Anamnesis berdasarkan keluhan pasien
(Oladeji, 2019). berupa keluhan lokal peradangan dan
gejala prodormal, pemeriksaan fisik
PEMBAHASAN selulitis didapatkan makula eritematous,
Selulitis merupakan penyakit infeksi tepi tidak tinggi, batas tidak jelas,
yang terjadi di kulit, baik itu dermis edematosa, infiltrat, teraba hangat,
maupun jaringan subkutan. Gejala klinis disertai limfangitis atau limfadenitis.
yang muncul dapat berupa gejala akut Penderita biasanya demam dan dapat
dan gejala sistemik. Gejala akut yaitu menjadi septikemia. Pada pemeriksaan
eritema, nyeri, edema, inflamasi darah tepi terdapat leukositosis (15.000-
supurasi pada kulit, jaringan lemak

166
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

400.000) dengan hitung jenis shift to the Perbungaannya sekitar 30–60cm dengan
left (Wolff et al., 2008). ras berpasangan-memungkinkan untuk
perbungaan parsial. Daun seperti tali
Selulitis yang disebabkan oleh bakteri memiliki lebar sekitar 1,3–2,5cm,
streptokokus dapat diberikan panjang 0,9cm dengan aroma jeruk
tatalaksana farmakologi Penisilin karena mengandung citral dan banyak
prokain G dengan dosis 600 ribu-2 juta aldehida geranial (Tajidin et al., 2011).
IU secara intramuskular selama 6 hari,
atau penisilin V 500 mg secara oral Serai mengandung minyak esensial
setiap 6 jam selama 10-14 hari. Pada seperti α-sitral (geranial) dan β-sitral
selulitis yang disebabkan oleh H. (neral) telah diisolasi, dikarakterisasi
Influenza diberi Ampicilin untuk anak dan dianalisis dari daunnya. Senyawa
usia 3 bulan-12 tahun dengan dosis 100- ini adalah antibakteri aktif. Dalam
200 mg/kg/hari (150-300 mg), usia >12 pengobatan tradisional, tanaman
tahun menggunakan dosis dewasa. Pada tersebut telah digunakan untuk
pasien dengan alergi penisilin dapat memerangi infeksi bakteri seperti salah
menggunakan eritromisin dengan dosis satunya selulitis (Soares, 2013).
dewasa yaitu 250-500 gram peroral dan
anak-anak: 30-50 mg/kgbb/hari, setiap 6 Hal ini juga dijelaskan dalam penelitian
jam selama 10 hari. Atau Klindamisin Barbosa et al., bahwa minyak atsiri
dengan dosis dewasa 300-450 mg/hari yang dikandung Serai memiliki tiga
peroral dan anak-anak 16-20 komponen komposisi utama, yaitu:
mg/kgbb/hari. (Concheiro et al., 2009). alpha citral (geranial), beta-citral (neral)
dan myrcene. Studi ini menunjukkan
Dalam mengatasi selulitis, selain bahwa alfa dan beta sitral memiliki
pengobatan menggunakan antibiotik, aktivitas antimikroba terhadap bakteri
juga diperlukan pengobatan Gram-positif dan Gram-negatif. Namun,
komplementer dari bahan tanaman yang komponen myrcene tidak menunjukkan
sedikit memiliki efek samping. Adapun aktivitas antimikroba jika berdiri
salah satu tanaman yang berpotensi sendiri. Adapun evaluasi konsentrasi
yaitu Serai. dan komposisi kimia minyak atsiri yang
diperoleh dari 12 sampel Serai yang
Serai (Cymbopogon citratus) termasuk berbeda, ditemukan senyawa lain yaitu:
ke dalam keluarga rerumputan neral, geranial, limonene, citronellal,
(Poaceae), nama lainnya yaitu myrcene, dan geraniol (Barbosa et al.,
Lemongrass karena memiliki aroma 2008).
seperti jeruk lemon. Tanaman ini
tumbuh dalam rumpun subur dan dapat Efek minyak atsiri pada Serai
mencapai tinggi dan lebar 1-1,8 m. berpengaruh terhadap mikroorganisme
Bilah daun sekitar 18-36 cm dengan seperti Acinetobacter baumannii,
venasi paralel. Tidak menghasilkan Aeromonas veronii, Candida albicans,
bunga. Tanaman ini tumbuh dalam Enterococcus faecalis, Escherichia coli,
rumpun subur dan dapat mencapai Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
tinggi dan lebar 1,8 m dan 1,2 m. Bilah aeruginosa, Salmonella enterica,
daun sekitar 18-36 cm dengan venasi Serratia marcescens aureus. Hal ini
paralel dan karakteristik jatuh dijelaskan dalam penelitian Hammer,
mencolok. Mereka tidak menghasilkan bahwa ditemukan aksi antimikroba yang
bunga atau malai (kultivar). signifikan dari minyak Serai untuk

167
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

semua organisme yang dianalisis di atas of proportion’ and high CRP


dilihat dari konsentrasi daya hambatnya. levels aid the diagnosis . PLoS
Minimum inhibitory consentration One ; 10 : e0132775 .
(MIC) minyak atsiri Serai adalah 0,06%
untuk S. aureus dan C. albicans Barbosa, L.C., Pereira, U.A.,
(Hammer et al., 1999). Martinazzo, A.P., Maltha, C.R..
(2008). Evaluation of the
Selain itu, kandungan lain pada Serai chemical composition of Brazilian
yaitu CcI, polifenol, tanin, dan commercial Cymbopogon
flavonoidnya, terutama luteolin, citratus (DC) Stapf.
cassiaoccidentalin, carlinoside dan samples. Molecules, 27;13(8):186
cynaroside, bermanfaat sebagai efek 4-74,
antiinflamasi topikal. Polifenol ini bisa
Bennett JE. Dolin R. Blaser MJ.
menjadi bahan aktif sebagai agen anti-
Mandell GL. Mandell, Douglas,
inflamasi yang efektif untuk pengobatan
and Bennett's principles and
patologi terkait peradangan pada kulit.
practice of infectious
(Costa, 2015).
diseases. 7th. Philadelphia::
Churchill Livingstone/Elsevier;
Citral yang diekstraksi dari Serai dapat
2010.
menghambat mediator inflamasi dan
berfungsi sebagai aditif dalam krim dan Cássia, R. D., Silveira, L.
salep untuk mengobati peradangan N., Andrade, D. P. (2013).
topikal. Citral juga telah dilaporkan Review on antiinflammatory
dapat menekan tumor necrosis factor activity of monoterpenes.
(TNF)-α yang diinduksi neutrofil pada Molecules, 18 pp. 1227-1254
konsentrasi 0,1% (Cassia, 2013). Selain
itu, Citral dapat menghambat induksi Concheiro, J., Loureiro, M., González-
nitric oxide synthase (iNOS), produksi Vilas, D., et al. (2009). Erysipelas
nitric oxide (NO) dan jalur lain yang and cellulitis: a retrospective
diinduksi lipopolisakarida (LPS), dan study of 122 cases. 100(10): 888-
menghambat peradangan jaringan 94
secara oral dan topikal (80-90%)
(Oladeji, 2019). Costa, G., Ferreira, J. P., Vitorino, C.,
Pina, M. E., Sousa, J. J.,
SIMPULAN Figueiredo, I. V., & Batista, M. T.
Serai bermanfaat sebagai terapi (2016). Polyphenols from
komplementer terhadap pengobatan Cymbopogon citratus leaves as
selulitis dikarenakan sifat antibakteri topical anti-inflammatory agents.
dan antiinflamasinya dari kandungan Journal of Ethnopharmacology,
fenolik seperti tannin dan flavonoid, 178, 222–
serta minyak atsiri yang mengandung 228. doi:10.1016/j.jep.2015.12.01
citral, neral, geranial, dan lainnya. 6
Hammer, K. A., Carson, C. F. Riley, T.
DAFTAR PUSTAKA V. (1999). Antimicrobial activity
Borschitz, T., Schlicht, S., Siegel, E., of essential oils and other plant
Hanke, E., Stebut V. (2015). extracts. Journal Applied
Improvement of a clinical score Microbiology,
for necrotizing fasciitis: ‘Pain out

168
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

Lipworth, A. D., Saavedra, A. P., Raff, A. B., & Kroshinsky, D.


Weinberg, A. N. and Johnson, R. (2016). Cellulitis. JAMA, 316(3),
A. (2012). Non-Necrotizing 325. doi:10.1001/jama.2016.8825
Infection of the Dermis and
Subcutaneous Fat: Cellulitis and Rauber, C. S., Guterres, S. S.,
Erysipelas. Fitzpatrick’s Schapoval, E.E. (2005). LC
Dermatology In General determination of citral in
Medicine. 8th ed. USA: McGraw- Cymbopogon citratus volatile oil.
Hill. p.2160-9. J Pharm Biomed Anal. Mar 9;
37(3):597-601.
McNamara, D. R., Tleyjeh, I. M.,
Berbari, E. F., Lahr, B. D., Stevens D. L., Bisno, A. L., Chambers,
Martinez, J. W., Mirzoyev, S.A., H. F., et al. (2014). Infectious
Baddour, L.M. (2007). Incidence Diseases Society of America.
of lower-extremity cellulitis: a Practice guidelines for the
population-based study in diagnosis and management of skin
Olmsted county, and soft tissue infections: 2014
Minnesota. Mayo Clin. Proc. update by the Infectious Diseases
Jul;82(7):817-2186,985-990, Society of America. Clin Infect
Dis.; 59(2):e10-e52.
Mbosso, E.J.T., Nogoela S., Nguedia, J. doi:10.1093/cid/ciu296.
C. A., Beng V. P.; Rohmer M.,
Tsamo E. (2010). In Shah, G., Richa, S., Vivek, P., Narender
vitro antimicrobial activity of S., Bharpur S., and Mann A. S.
extracts and compounds of some (2011). Scientific basis for the
selected medicinal plants from therapeutic use of Cymbopogon
Cameroon. Journal of citratus, stapf (Lemon grass) J
Ethnopharmacology, 128, 476– Adv Pharm Technol Res. 2011
481. Jan-Mar; 2(1): 3–8.
doi: 10.4103/2231-4040.79796
Naik, M. I., Fomda, A. B, Jaykumar,
E., AhmadBhat, J. (2010). Silva, B. C. J. , Jung, W. G., Sabrina,
Antibacterial activity of Hossain, S. H., Wimalasena, H.
lemongrass (Cymbopogon N. Pathirana, and Gang-Joon, H.
citratus) oil against some selected (2017). Antimicrobial property of
pathogenic bacterias. Asian lemongrass (Cymbopogon
pasific journal of tropical citratus) oil against pathogenic
medicine. Volume 3, Issue 7, bacteria isolated from pet turtles.
Pages 535-538 Lab Anim Res. 2017 Jun; 33(2):
https://doi.org/10.1016/S1995- 84–91.
7645(10)60129-0 doi: 10.5625/lar.2017.33.2.84

Oladeji, O. S., Adelowo, F. E. and Sullivan, T., & de Barra, E.


Ayodele, D. T. et al. (2019). (2018). Diagnosis and
Phytochemistry and management of cellulitis. Clinical
pharmacological activities of Medicine, 18(2), 160–
Cymbopogon citratus: A review / 163. doi:10.7861/clinmedicine.18-
Scientific African 6 doii 2-160
10.1016/j.sciaf.2019.e00137

169
Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 2 No 2 Hal 163 – 170, Mei 2020
Global Health Science Group

Soares, M. O., Alves, R. C., Pires, C. (Cymbopogon citratus) essential


Oliveira, M. B. Vinha Angolan, oil at three maturity stages Afr. J.
A. F. (2013). Cymbopogon Biotechn., 11 (11) pp. 2685-269
citratus used for therapeutic
benefits: nutritional composition Wolff, K., Johnson, R. A., Fitspatricks.
and influence of solvents in (2008). Color atlas and synopsis
phytochemicals content and of clinically dermatology. New
antioxidant activity of leaf York: McGrawHill.
extracts Food Chem.
Toxicol., 60 pp. 413-418
Tajidin, N. E. , Ahmad, S.
H. , Rosenani, A. B. , Azimah,
H., Munirah, M. . (2012).
Chemical composition and citral
content in lemongrass

170

Anda mungkin juga menyukai