Anda di halaman 1dari 9

[TINJAUAN PUSTAKA]

Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya


Sutarto1, Diana Mayasari1, Reni Indriyani2
1
Bagian IKKOM dan IKM, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Bandar Lampung

Abstrak
Indonesia mempunyai masalah gizi yang cukup berat yang ditandai dengan banyaknya kasus gizi kurang. Malnutrisi
merupakan suatu dampak keadaan status gizi. Stunting adalah salah satu keadaan malnutrisi yang berhubungan
dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga termasuk dalam masalah gizi yang bersifat kronis. Prevalensi
stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam
(23%), dan Thailand (16%) dan menduduki peringkat kelima dunia. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi
dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang
paling menentukan untuk dapat mengurangi pervalensi stunting oleh karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain dengan cara
1.Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil. 2.ASI eksklusif sampai umur 6 bulan dan setelah umur 6 bulan
diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. 3.Memantau pertumbuhan balita di
posyandu. 4.Meningkatkan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan.

Kata kunci: stunting, gizi, balita,

Stunting, Risk Factors and Prevention


Abstract
Indonesia has severe nutritional problems characterized by the number of malnutrition cases. Malnutrition is an
impact of the state of nutritional status. Stunting is one of the state of malnutrition associated with past nutritional
insufficiency that is included in chronic nutritional problems. The prevalence of stunting in Indonesia is higher than
other countries in Southeast Asia, such as Myanmar (35%), Vietnam (23%), and Thailand (16%) and ranked fifth in
the world. Stunting is caused by multi-dimensional factors and not only caused by malnutrition factors experienced
by pregnant women and children under five. The most decisive intervention to reduce stunting pervalence should
therefore be done on the first 1,000 days of life (HPK) of children under five. Prevention of stunting can be done,
among others, by 1. Fulfillment of nutritional needs for pregnant women. 2.ASIASI exclusive until the age of 6
months and after the age of 6 months are given complementary foods ASI (MPASI) is quite the amount and quality.
3. Monitor the growth of children under five in posyandu. 4.Increase access to clean water and sanitation facilities,
and maintain environmental cleanliness.

Keywords: stunting, nutrition, toddler

Korespondensi: Sutarto, Alamat jl. Perumahan Taman Palapa Indah Kelurahan Gunung Terang Kecamatan
Langkapura Bandar Lampung, 08127270605, e-mail: sutarto@fk.unila.ac.id

Pendahuluan lama. Stunting adalah salah satu keadaan


Indonesia mempunyai masalah gizi malnutrisi yang berhubungan dengan
yang cukup berat yang ditandai dengan ketidakcukupan zat gizi masa lalu sehingga
banyaknya kasus gizi kurang pada anak termasuk dalam masalah gizi yang bersifat
balita, usia masuk sekolah baik pada laki- kronis. Stunting diukur sebagai status gizi
laki dan perempuan. Masalah gizi pada usia dengan memperhatikan tinggi atau panjang
sekolah dapat menyebabkan rendahnya badan, umur, dan jenis kelamin balita.
kualiatas tingkat pendidikan, tingginya Kebiasaan tidak mengukur tinggi atau
angka absensi dan tingginya angka putus panjang badan balita di masyarakat
sekolah.1 Malnutrisi meru-pakan suatu menyebabkan kejadian stunting sulit
dampak keadaan status gizi baik dalam disadari. Hal tersebut membuat stunting
jangka waktu pendek maupun jangka waktu

J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 1


Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

menjadi salah satu fokus pada target Isi


perbaikan gizi di dunia sampai tahun 2025. 2 Kondisi gagal tumbuh pada anak
Stunting yang diperlukan
atau perawakan manusia untuk
pendek bertahan hidup.
(shortness). Ketahanan
suatu keadaan pangan
tinggi badan mengacu pada
(TB) seseorang kemampuan
yang tidak individu atau
sesuai dengan kelompok
umur, yang dalam
penentuannya pemenuhan
dilakukan akses pangan
dengan yang cukup baik
menghitung dari segi
skor Z-indeks ekonomi
Tinggi Badan maupun fisik,
menurut Umur aman, dan
(TB/U). bergizi untuk
Seseorang memenuhi
dikatakan kebutuhan agar
stunting bila dapat hidup
skor Z-indeks dengan sehat
TB/U- nya di dan baik.
bawah -2 SD Berbagai
(standar penelitian
deviasi). menunjukkan
Kejadian bahwa rumah
stunting tangga yang
merupakan mengalami
dampak dari kerawanan
asupan gizi pangan lebih
yang kurang, cenderung
baik dari segi memiliki balita
kualitas dengan keadaan
maupun stunting.2
kuantitas, Penyakit pada
tingginya anak tetap
kesakitan, atau menjadi
merupakan masalah yang
kombinasi dari berpengaruh
keduanya. terhadap status
Kondisi gizi di
tersebut sering Indonesia.
dijumpai di Asupan energi
negara dengan dan zat gizi yang
kondisi tidak memadai,
ekonomi serta penyakit
kurang.3 infeksi
Pangan merupakan
merupakan faktor yang
salah satu hal sangat berperan
J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 541
Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

terhadap masalah balita (bayi di k n. Kekurangan dan tidak


stunting.4 bawah lima e k gizi pada usia hanya
Riset tahun) akibat dari b a dini disebabkan
Kesehatan Dasar kekurangan gizi u n meningkatkan oleh faktor gizi
2013 mencatat kronis sehingga t d angka buruk yang
prevalensi anak terlalu u u kematian bayi dialami oleh
stunting nasional pendek untuk h n dan anak, ibu hamil
mencapai 37,2 usianya. a g menyebabkan maupun anak
persen, meningkat Kekurangan gizi n a penderitanya balita.
dari tahun 2010 terjadi begitu n mudah sakit Intervensi yang
(35,6%) saja g dan memiliki paling
dan 2007 (36,8%). sejak i d postur tubuh menentukan
Artinya, bayi z a tak maksimal
pertumbuhan dalam i n saat dewasa. untuk
tidak maksimal kandungan dan . Kemampuan
diderita oleh pada masa awal S b kognitif para dapat
sekitar 8,9 juta setelah bayi lahir t a penderita juga
anak Indonesia, akan tetapi, u r berkurang, mengurangi
atau satu dari tiga kondisi stunting n u sehingga pervalensi
anak Indonesia. baru nampak t mengakibatka stunting oleh
Prevalensi setelah bayi i n n kerugian karenanya
stunting di berusia 2 tahun. n a ekonomi perlu dilakukan
Indonesia lebih Balita pendek g m jangka panjang
tinggi daripada (stunted) p bagi Indonesia.5 pada
negara-negara lain dan t a Anak
di Asia Tenggara, sangat e k kerdil yang 1.000
seperti Myanmar pendek r terjadi di
(35%), Vietnam (severely stunted) j s Indonesia Hari
(23%), dan adalah balita a a sebenarnya
Thailand (16%). dengan panjang d a tidak hanya Pertama
Indonesia badan (PB/U) i t dialami oleh Kehidupan
menduduki atau tinggi badan m rumah (HPK) dari anak
peringkat kelima (TB/U) menurut u a tangga/keluarg balita.
dunia untuk umurnya l n a yang miskin Beberapa
jumlah anak dibandingkan a a dan kurang faktor yang
dengan kondisi dengan i k mampu, menjadi
stunting. Lebih standar j karena penyebab
dari sepertiga baku who- a b stunting juga stunting dapat
anak berusia di mgrs (multicentre n e dialami oleh digambarkan
bawah lima tahun growth reference i r rumah sebagai
di Indonesia study) 2006.6 n u tangga / berikut:7;6
tingginya berada Stunting s keluarga yang 1.Praktek
di bawah rata- merupakan m i tidak miskin / pengasuhan
rata.5 masalah kurang a a yang berada di yang kurang
gizi kronis yang s atas 40 % baik, termasuk
disebabkan oleh i d tingkat
asupan gizi yang h u kesejah- kurangnya
kurang dalam a teraan sosial
waktu cukup lama d dan ekonomi.6 pengetahuan
akibat pemberian a t Stunting ibu
makanan yang l a disebabkan mengenai
tidak sesuai a h oleh faktor kesehatan dan
dengan m u multi dimensi gizi sebelum

J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 542


Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

dan pada masa melahirkan. t g ses ke air akan


kehamilan, serta Beberapa fakta a minum bersih. meningkatkan
setelah ibu dan informasi n t Pada kejadian sakit,
yang ada Informasi yang g e penelitian oleh sepeti yang
menunjukkan dikumpulkan dari g r Aridiyah, diha- disampaikan
bahwa 60% dari publikasi a b silkan bahwa pada penelitian
anak usia 0-6 Kemenkes dan u jumlah ibu anak Safitri, Uji
bulan tidak Bank Dunia d k balita stunting korelasi antara
mendapatkan Air menyatakan i a yang sanitasi rumah
Susu Ibu (ASI) bahwa tingkat I , berpendidikan dengan
secara ekslusif, kehadiran anak di n s rendah adalah kejadian diare
dan 2 dari 3 anak Posyandu semakin d e sebesar 96,7% pada balita
usia 0-24 bulan menurun dari 79% o r di desa, juga menunjuk-
tidak menerima di 2007 menjadi n t sedangkan kan adanya
Makanan 64% di 2013 dan e a untuk di kota hubungan yang
Pendamping Air anak belum s sebesar 80%. signifikan.
Susu Ibu (MP- mendapat akses i 1 Pada status Keluarga
ASI). MP-ASI yang memadai ke a pekerjaan ibu dengan sanitasi
diberikan/mulai layanan imunisasi. d anak balita rumah
diperkenalkan Fakta lain adalah 2 m a stunting yang memenuhi
ketika balita dari 3 ibu hamil a r berada di syarat sebagian
berusia diatas 6 belum s i wilayah desa besar memiliki
bulan. Selain mengkonsumsi i 3 terbanyak balita yang
berfungsi untuk sumplemen zat h adalah tidak tidak terkena
mengenalkan jenis besi yang memadai r bekerja sebesar diare, begitu
makan- an baru serta masih b u 71%, dan di pula
pada bayi, MPASI terbatasnya akses u m kota sebesar sebaliknya. Hal
8
juga dapat ke layanan a a 53,3%. tersebut terjadi
mencukupi pembelajaran dini n h Peran karena sanitasi
kebutuhan nutrisi yang berkualitas g sanitasi dalam tidak
tubuh bayi yang (baru 1 dari 3 anak t mempengaruhi memenuhi
tidak lagi dapat usia 3-6 tahun a a kejadian syarat,
disokong oleh ASI, belum terdaftar di i n stunting, cenderung
serta membentuk layanan r g karena saniasi tidak memiliki
daya tahan tubuh PAUD/Pendidikan g yang buruk penyediaan air
dan Anak Usia Dini). b a bersih untuk
perkembangan 3.Masih kurangnya e mencuci
sistem imunologis akses rumah s b tangan dan
anak terhadap tangga / keluarga a e makanan
makanan maupun ke makanan r l maupun
minuman. bergizi. u member-
2.Masih Penyebabnya ( m sihkan
terbatasnya karena harga B peralatan
layanan kesehatan makanan bergizi di A m makan
termasuk layanan Indonesia masih B e sehingga
ANC-Ante Natal tergolong mahal. ) m kuman dan
Care (pelayanan 4.Kurangnya akses i bakteri
kesehatan untuk ke air bersih dan d l penyebab diare
ibu selama masa sanitasi. Data yang i i tidak dapat
kehamilan), Post diperoleh di r k hilang.
Natal Care dan lapangan menun- u i Penyediaan air
pembelajaran dini jukkan bahwa 1 a a berhubungan
yang berkualitas. dari 5 rumah n k erat dengan
J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 543
Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

kesehatan. Di hamil. Menurut p a ntuk melihat sebab bila bayi


negara Riskesdas 2013, a pertumbuhan lahir sudah
berkembang, prevalensi risiko d m bayi khususnya pendek,
kekurangan KEK pada wanita a e panjang badan, pertumbuhanny
penyediaan air hamil adalah 24,2 n pertumbuhan a akan
yang baik sebagai persen, j i anak dari sejak terhambat,
sarana sanitasi sedangkan pada a n lahir sampai bahkan
akan wanita tidak n g usia 15 bulan berdampak pula
meningkatkan hamil adalah 20,8 g k dapat terjadi pada akibat lain
terjadinya persen k a gangguan yaitu
penyakit dan Stunting a t pertumbuhan, perkembangan
kemudian dapat dipengaruhi k mungkin karena yang terhambat
berujung pada oleh banyak p a asupan gizi dan risiko
keadaan faktor terutama e n yang kurang, menderita
malnutrisi.9 riwayat terdahulu n seringnya penyakit tidak
Komponen dibandingkan d p menderita menular di
fasilitas sanitasi dengan diare e e penyakit masa dewasa
yang tidak yang hanya dilihat k n infeksi, atau nanti. Akibatnya
terpenuhi juga dalam waktu yang y faktor anak ini akan
merupa-kan singkat. 11 Faktor m a determinan menjadi pendek
penyebab lain seperti a k lainnya. Anak- dan bila menjadi
terjadinya diare keberagaman u i anak yang berat ibu akan
dalam keluarga. pangan baik zat p t badan waktu melahirkan
Akses dan sarana gizi makro dan u lahir <2500 generasi yang
toilet yang buruk, mikro terdahulu n d gram, pendek,
serta tidak juga dapat a cenderung demikian
adanya fasilitas mempengaruhi p n prevalensi seterusnya
pengelolaan tinja keadaan stunting a pendeknya sehingga terjadi
dan limbah akan pada balita.12 n m lebih banyak pendek lintas
menambah resiko Diare merupakan j e dibandingkan generasi.14
terjadinya diare penyakit infeksi a n dengan anak Banyak
pada balita dalam metabolisme yang n j yang lahir faktor yang
keluarga karena dampaknya dapat g a normal dan menyebabkan
persebaran virus, langsung dilihat , d lahir dengan stuting pada
kuman, dan dalam jangka y i berat badan balta, namun
bakteri akan waktu yang a b >4000 gram. Ini karena mereka
semakin tinggi.10 singkat, n e berarti kejadian sangat
Faktor lain sedangkan g b double burden tergantung
terkait erat keadaan stunting a sudah mulai pada
dengan kejadian merupakan p n nampak pada ibu/keluarga,
pendek adalah malnutrisi yang a bayi lahir. maka kondisi
kejadian kurang bersifat kronis d y Menjaga bayi
energi kronis dampak dari a a dengan lahir keluarga dan
(KEK) pada keadaan yang n normal menjadi
wanita usia terjadi dalam g g sangat penting, lingkungan yang
subur 15-49 waktu yang lama i agar status gizi mempengaruhi
tahun, baik hamil dan terus- l b bisa menjadi keluarga akan
maupun tidak menerus.2 i e lebih baik.13 berdampak
Pendek janin dan bayi r r Kondisi ini pada status
yang merupakan ditambah infeksi a a menunjukkan gizinya.
hasil dari gen dan faktor n t pentingnya Pengurangan
bawaan ditambah epigenik lainnya, n . melahirkan bayi status gizi
kondisi gizi pada akan berdampak y U yang normal, terjadi karena
J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 544
Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

asupan gizi yang antara anak-anak y n TSHs/Thyroid stunting dapat


kurang dan sering yang tergolong a Stimulating dilakukan
terjadinya infeksi. pendek atau n p Hormons) yang antara lain
Jadi faktor ling- normal. g r nyata antara dengan cara :14
kungan, keadaan Diasumsikan o daerah 1.Pemenuhan
dan perilaku secara umum, p p terpapar dan kebutuhan zat
keluarga yang konsumsi yang e o daerah yang gizi bagi ibu
mempermudah diperoleh untuk n r tidak terpapar hamil. Ibu
infeksi seluruh anak g s cemaran hamil harus
berpengaruh pada (pendek atau g i pestisida. Bila mendapatkan
status gizi balita. normal), u p dibiarkan, makanan yang
Kecukupan energi kondisinya sama, n e pertumbuhan cukup gizi,
dan protein per kurang dari AKG. a n akan suplementasi
hari per kapita Jika hal ini a d terganggu dan zat gizi (tablet
anak Indonesia berlangsung n e menyebabkan zat besi atau
terlihat sangat bertahun-tahun r kejadian Fe), dan
kurang jika maka terjadi p i stunting terpantau
dibanding Angka masalah kronis.14 e t (pendek) yang kesehatannya.
Kecukupan Gizi Pengaruh s a semakin Namun,
(AKG) yang orang tua yang t banyak. kepatuhan ibu
dianjurkan baik merokok baik i h Meskipun hamil untuk
pada anak normal pada tingkat s i studi ini meminum
atau pendek. Hal pengeluaran i p cakupan tablet tambah
ini sangat terendah sampai d o wilayahnya darah hanya
menarik, ternyata yang teratas, a t tidak begitu 33%. Padahal
asupan energi prevalensi anak n i besar, namun mereka harus
maupun protein pendek dari orang y r dampak minimal
tidak berbeda tua merokok a o cemaran mengkonsumsi
bermakna adalah 33,7% i lingkungan 90 tablet
dibanding yang t d harus terus selama
tidak merokok i i diwaspadai.15 kehamilan.
13,7%. Secara n s Masih 2.ASI eksklusif
keseluruhan, g m dominannya sampai umur 6
orang tua g e kejadian anak bulan dan
merokok i pendek pada setelah umur 6
menyebabkan d ( penduduk bulan diberi
penambahan i b besar makanan
sekitar 16% t e kemungkinan pendamping
kejadian anak e r merupakan ASI (MPASI)
pendek dibanding m d dampak dari yang cukup
orang tua tidak u a kelaparan yang jumlah dan
merokok.15 k s terjadi dalam kualitasnya.
Salah satu a a waktu lama. 3.Memantau
studi pencemaran n r Penyebab yang pertumbuh- an
ling- kungan yang k mendasar balita di
berdampak pada p a antara lain posyandu
kesehatan e n adalah merupakan
masyarakat r kemiskinan. upaya
adalah cemaran b k Pencegahan
pestisida yang e a yang sangat gangguan
banyak digunakan d d strategis untuk pertumbuhan.
pada pertanian. a a mendeteksi dini 4.Meningkatkan
Pada satu wilayah a r terjadinya akses terhadap
J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 545
Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

air bersih dan menentukan untuk t r i pering- kat ke- pravalensi


fasilitas sanitasi, dapat mengurangi i 5 dunia. stunting, perlu
serta menjaga pervalensi stunting n ( Stunting dilakukan pada
keber- sihan oleh karenanya g 3 disebabkan 1.000 Hari
lingkungan. perlu dilakukan g 5 oleh faktor Pertama
pada 1.000 Hari i % multi dimensi. Kehidupan
Ringkasan Pertama d ) Intervensi yang (HPK) dari anak
Indonesia Kehidupan (HPK) a , paling balita.
mempunyai dari anak balita. r V menentukan Pencegahan
masalah gizi yang Pencegahan i i untuk dapat stunting dapat
cukup berat yang stunting dapat p e mengurangi dilakukan
ditandai dengan dilakukan antara a t antara lain
banyaknya kasus lain dengan cara d n dengan cara
gizi kurang. 1.Pemenuhan a a 1.Peme- nuhan
Malnutrisi kebutuhan zat gizi m kebutuhan zat
merupakan suatu bagi ibu hamil. n gizi bagi ibu
dampak keadaan 2.ASI eksklusif e ( hamil. 2.ASI
status gizi. sampai umur 6 g 2 eksklusif
Stunting adalah bulan dan setelah a 3 sampai umur 6
salah satu umur 6 bulan r % bulan dan
keadaan diberi makanan a ) setelah umur 6
malnutrisi yang pendamping ASI , bulan diberi
berhubungan (MPASI) yang d d makanan
dengan cukup jumlah dan i a pendamping
ketidakcukupan kualitasnya. A n ASI (MPASI)
zat gizi masa lalu 3.Memantau s yang cukup
sehingga termasuk pertumbuhan i T jumlah dan
dalam masalah gizi balita di posyandu. a h kualitasnya.
yang bersifat 4.Meningkatkan a 3.Memantau
kronis. Prevalensi akses terhadap air T i pertumbuhan
stunting di bersih dan fasilitas e l balita di
Indonesia lebih sanitasi, serta n a posyandu.
tinggi daripada menjaga g n 4.Meningkatka
negara-negara lain kebersihan g d n akses
di Asia Tenggara, lingkungan. a terhadap air
seperti Myanmar - ( bersih dan
(35%), Vietnam Simpulan 1 fasilitas
(23%), dan Masalah gizi r 6 sanitasi, serta
Thailand (16%) di Indonesia cukup a % menjaga
dan menduduki berat yang , ) kebersihan
peringkat kelima ditandai dengan s lingkungan.
dunia. Stunting banyaknya kasus e d
disebabkan oleh gizi kurang. p a
faktor multi Malnutrisi e n Daftar Pustaka
dimensi dan tidak merupakan suatu r 1. Sulastri
hanya disebabkan dam- pak keadaan t m D. Faktor
oleh faktor gizi status gizi. Salah i e determin
buruk yang satunya keadaan M n an
dialami oleh ibu malnutrisi y d kejadian
hamil maupun berhubungan a u stunting
anak balita. dengan stunting. n d pada
Intervensi yang Prevalensi stunting m u anak usia
paling di Indonesia lebih a k sekolah
J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 546
Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

di 96–103. N a ; 2017.
kecamatan doi:http://dx a r
lubuk .doi.org/10.1 s t
kilangan 5294/ i a
Kota kemas.v11i1 o :
Padang. J .3462 n T
Kesehat - 4. Sari EM, a i
Maj Kedokt Juffrie M, l m
Andalas. Nurani N, P
2012;36(1): Sitaresmi e N
39–50. MN. Asupan r a
2. Safitri CA, protein, c s
Nindya TS. kalsium dan e i
Hubungan fosfor pada p o
ketahanan anak a n
pangan dan stunting dan t a
penyakit tidak a l
diare stunting usia n P
dengan 24-59 bulan. e
stunting J Gizi Klin P r
pada balita Indones. e c
13-48 bulan 2016;12(4):1 n e
di Kelurahan 52–159. a p
Manyar https://jurna n a
Sabrangan, l.ugm.ac.id/j g t
Surabaya. J gki g a
Amerta %0AAsupa u n
Nutr. n. l
2017;1(2):52 5. MCA a P
– 61. Indonesia n e
doi:10.2047 . Stunting g n
3/amnt.v1i2. dan masa a a
2017.52- 61 depan n n
3. Apoina K, Indonesia g
Suhartono, . Millenn K g
Subagio Chall Acc e u
HW, - Indones. m l
Budiyono, 2013;201 i a
Emman IM. 0:2–5. s n
Kejadian www.mc k g
stunting dan a- i a
kematangan indonesia n n
usia tulang .go.id. a
pada anak 6. TNP2K. 100 n K
usia sekolah Kabupaten/ , e
dasar di Kota e m
daerah Prioritas d i
pertanian untuk . s
Kabupaten Intervensi ) k
Brebes. J Anak Kerdil . i
Kesehat (Stunting). J n
Masy. Pertama. a a
2016;11(2): (Tim k n

J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 547


Sutarto | Stunting, Faktor Resiko dan Pencegahannya

7. Yustika AE. Buku Pelengkap Sistem the diarrhea-stunting pathway?


pembangunan desa. 2015:41. PLOS ONE J. 2012;7(10):1–6.
8. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty http://journals.plos.org/plosone/arti
M. Faktor-faktor yang cle/file?id=10.1371/journal.pone.00
mempengaruhi kejadian stunting 47908&type=printable.
pada anak balita di wilayah 12. JH R, N A, RO S, et al. Low dietary
pedesaan dan perkotaan. e- diversity is a predictor of child
Jurnal Pustaka Kesehat. stunting in rural Bangladesh. Eur J
2015;3(1):163– 170. Chlinical Nutr. 2010;64:1393–1398.
9. Hunter PR, MacDonal AM CR. Water https://www.nature.com/ejcn/journ
supply and health. PLOS Med. al/v64/n12/pdf/ejcn2010171a.pdf.
2010;7(11):1–9. 13. Kementerian Kesehatan RI. Analisis
http://journals.plos.org/plosmedicin situasi kesehatan berbasis siklus
e/article/file?id=10.1371/journal.pm kehidupan. Lemb Pnb Balitbangkes.
ed.1000361&type=printable. 2013.
10. Kyereme AK AJ. Residential status 14. Trihono, Atmarita, Tjandrarini D, et
and the incidence of diarrhoea al. Pendek (stunting) di Indonesia,
among children under-five years in masalah dan solusinya. Pertama.
Ghana. J Epidemiol Glob Health. (Sudomo M, ed.). Jakarta: Lembaga
2015;6:131–140. Penerbit Balitbangkes; 2015.
http://www.sciencedirect.com/scien www.litbang.depkes.go.id.
ce/article/pii/S2210600615000581. 15. Atmarita. Masalah anak pendek di
11. Walker CLF, Lamberti L, Adair L, Indonesia dan implikasinya terhadap
Guerrant RL, Lescano AG, Martorell kemajuan negara. J Gizi Indones.
R, Pinkerton RC BR. Does childhood 2012;35(2).
diarrhea influence cognition beyond

J Agromedicine | Volume 5 | Nomor 1 | Juni 2018 | 545

Anda mungkin juga menyukai