Anda di halaman 1dari 10

Resume Presentasi Makalah Masalah Gizi

Dasar Ilmu Gizi Masyarakat


Dosen Pengampu: Febrianti, S.P., MS.i
Disusun Oleh:
Putri Kurniawati (11181010000026)
Kelas 3B Kesehatan Masyarakat 2018

N MASALAH DEFINISI MANIFESTASI DEFINISI INDIKATOR MASALAH Peran PGS dalam


O GIZI PADA Pencegahan
KELOMPOK Individu Masyarakat
USIA
TERTENTU
1. KEP-KEK Kekurangan Energi STUNTING Stunting atau kerdil adalah Indikator Nilai 1.Mengonsumsi makanan
Kronik (KEP) PADA kondisi dimana anak menggunakan prevalensinya beragam
merupakan keadaan BALITA mengalami gagal tumbuh Tinggi badan lebih dari atau Masalah stunting
kurang gizi yang secara kronis dengan menurut Usia sama dengan 20%
sangat erat kaitannya
disebabkan oleh indikator tinggi badan (TB/U) dan dimana nilai
rendahnya konsumsi menurut usia atau panjang Panjang Badan tersebut masuk dengan kondisi ibu saat
energy dan protein badan menurut usia dengan menurut usia dalam kategori
hamil. Ibu hamil yang
dalam makanan nilai z score kurang dari -2 (PB/U) masalah
sehari-hari atau Standar Deviasi yang (WHO,2006) kesehatan mengalami kondisi gizi
disebabkan oleh ditetapkan oleh masyarakat
yang tidak tercukupi
gangguan penyakit (WHO,2014) (WHO, 1997).
tertentu, sehingga dengan baik akan
tidak memenuhi
mengganggu pertumbuhan
angka kecukupan gizi dan perkembangan janin.
(Depkes RI,1999)
Maka dari itu, ibu harus
menjaga pola makan
dengan makan makanan
yang beragam dan dengan
porsi yang baik
Perilaku hidup
bersih
Penyakit infeksi akan
lebih rentan menyerang
anak- anak (Depkes,
2014). Oleh karena itu
perlunya penerapan phbs.
Pemantauan berat
badan juga perlu
diterapkan agar menjadi
bahan evaluasi dan deteksi
dini.
WASTING Wasting merupakan ciri Indikator Apabila wasting Pilar Pertama Pedoman
PADA BB/TB pada balita di
khas dari malnutrisi parah Gizi Seimbang
BALITA menunjukan suatu daerah
yang disebabkan oleh angka kurang diatas 5% maka (Mengkonsumi makanan
dari -2SD sudah termasuk
kekurangan gizi dimana beragam) berisi makanan
kedalam masalah
berat badan menurun sangat kesehatan yang lengkap nasi, lauk
masyarakat dalam
rendah, atau bahkan pauk dll.
kategori ringan.
dibawah rentang normal. Penerapan phbs dengan
(Thompson) mencuci tangan dengan
sabun

Pemantauan BB pada
balita secara rutin
biasanya dilakukan
diposyandu.Dalam hal ini
balita dikatakan sehat
apabila berat badan (BB)
mengikuti garis
pertumbuhan atau adanya
kenaikan berat badan yang
masih berada dalam pita
hijau KMS.

KEK REMAJA Keadaan dimana remaja Kekurangan Status Gizi yang Kita dapat
(10-19 tahun) mengalami Energi Kronik didasarkan pada menggunakan pilar
kekurangan asupan (KEK) pada hasil pengukuran pertama pada pedoman
gizi(kalori dan protein)yang Remaja dapat antropometri BB gizi seimbang yaitu
dibutuhkan dengan yang ditentukan dan TB menurut mengonsumsi makanan
didapatkan berlangsung menggunakan umur(Kemenkes beragam karena tak ada
lama atau menahun (WHO) indikator RI, 2016) Apabila satu pun yang
lingkar lengan Kekurangan mengandung seluruh zat
atas (LILA) Energi Kronik gizi. Apabila kita
kurang dari (KEK) pada mengonsumsi makanan
23,5 cm Remaja di satu beragam secara langsung
lokasi lebih dari kita pun mengonsumsi
dan sama dengan berbagai zat gizi yang
20 %, maka dibutuhkan oleh tubuh.
Kekurangan Selain keragaman
Energi Kronik makanan kita juga perlu
(KEK) pada memperhatikan proporsi
Remaja dari kelompok makanan
merupakan sesuai kebutuhan tubuh.
masalah Penerapan pilar
kesehatan kedua yaitu pentingnya
masyarakat di Pola Hidup Bersih dan
lokasi tersebut. Sehat (PHBS) dapat
mencegah KEK pada
Remaja. Pola makan gizi
seimbang tidak akan
berguna tanpa diikuti
dengan prinsip PHBS.
Apabila remaja tersebut
sudah mengonsumsi
Kekurangan Energi makanan gizi seimbang
Kronik(KEK) namun belum melakukan
merupakaan keadaan PHBS maka kemungkinan
dimana penderita besar akan terkena
kekurangan asupan penyakit infeksi.
nutrisi Penerapan pilar
(kalori,protein) dalam pemantauan berat badan
jangka waktu yang perlu dilakukan karena
lama/menahun(kroni badan ideal indikasi
k) yang umumnya bahwa tubuh kita sehat.
terjadi pada Wanita Tidak kekurangan atau
Usia Subur dan Ibu kelebihan unsur gizi.
hamil. (Depkes
RI,2002) KEK PADA kasus malnutrisi juga Mengukur Riskesdas, 2018 PILAR 1
LANSIA disebabkan kurangnya langsung pada lansia Asupan gizi yang
konsumsi protein dan kalori BB/TB kelompok umur seimbang untuk
serta asupan nutrisi lainnya 65+ memiliki memenuhi kebutuhan gizi
(Buttriss, Judith L, Ailsa A prevalensi sebesar sehari-hari dapat diperoleh
Welch, 2018: 677). 20,7%. dari jenis makanan yang
Berdasarkan berbeda-beda.
perbandingan Membiasakan untuk hidup
antara prevalensi bersih dalam prinsip gizi
kekurangan seimbang merupakan
energi kronik langkah lain yang dapat
dengan trigger mencegah KEK pada
level di Indonesia lansiaPemantauan berat
maka dapat badan juga menjadi hal
dinyatakan bahwa yang penting dilakukan
KEK pada lansia untuk mencegah
di Indonesia terjadinya KEK pada
masih menjadi lansia
permasalahan
kesehatan
masyarakat level
masalah berat
2 OVERWEI Overweight OBESITAS Obesitas adalah kelebihan berat badan Kemenkes RI Pilar pertama dalam PGS
GHT kelebihan berat badan PADA lemak yang mengganggu dengan umur telah menetapkan adalah mengonsumsi
atau penumpukan BALITA kesehatan, di mana individu (BB/U) atau trigger level makanan beragam.
lemak adiposa blm panjang badan untuk obesitas, (Kementerian Kesehatan
tersebut memiliki rasio
berdampak penyakit dengan umur; yaitu sebesar 5 – RI, 2014) Dengan
namun perjalanan berat badan dengan tinggi menentukan 9,9% untuk mengonsumsi makanan
patologinya sudah badan yang melebihi berat badan kategori masalah beragam sesuai dengan
dimulai standar yang sudah ideal bagi umur ringan, 10 – pilar pertama PGS, zat
tertentu. Jika 19,9% untuk nutrien seperti serat dan
ditetapkan. (Thompson,
Obesitas dia telah melebihi angka kategori masalah lainnya akan membuat
menimbulkan Manore dan Vaughan, ideal, balita sedang, dan tubuh mansuia kenyang
penyakit dan 2011). dikatakan >20% untuk untuk durasi yang lebih
indikatornya adalah mengalami masalah berat. lama jika dibandingkan
% dari lemak tubuh obesitas(Keme (SDKI, 2003) dengan mengonsumsi gula
nkes RI) Jika prevalensi di sederhana yang memberi
daerah melebihi banyak energi dengan
nilai ambang durasi kenyang lebih
batas, maka singkat. Oleh karena itu,
dikatakan frekuensi makan
masalah seseorang yang
kesehatan mengonsumsi gula
masyarakat sederhana akan meningkat
sehingga dapat
menyebabkan obesitas.

Pilar ketiga dalam


PGS menyatakan
pentingnya beraktivitas
fisik. (Kementerian
Kesehatan RI, 2014)
Seperti yang sudah
dijabarkan di atas, salah
satu faktor penyebab
obesitas adalah kurangnya
melakukan aktivitas fisik
atau sedenter. Selain
mengatur konsumsi kalori,
harus pandai mengatur
ekspenditur kalori melalui
aktivitas fisik agar
konsumsi kalori dengan
ekspenditur kalori dapat
seimbang sehingga dapat
mencegah obesitas.

Pilar keempat
dalam PGS merupakan
mempertahankan dan
memantau berat badan
(BB) normal.
(Kementerian Kesehatan
RI, 2014) Pada bayi dan
balita, indikator yang
digunakan untuk melihat
berat badan yang ideal
adalah perkembangan
berat badan sesuai dengan
pertambahan umur dengan
menggunakan KMS
OBESITAS keadaan jumlah kalori indikator indikator Trigger 1.Perbanyak konsumsi
PADA abnormal yang terjadi pada Indeks Massa Level. prevalensi
buah dan sayur
DEWASA orang dewasa. Obesitas Tubuh (IMT). untuk obesitas
juga merupakan hasil dari Jika IMT yaitu 5%. Artinya Buah dan sayur
akibat masuknya jumlah seseorang jika prevalensi
merupakan sumber serat
kalori ke dalam tubuh yang melebihi angka melebihi angka
tidak seimbang dengan 27, maka dapat 5%, maka dapat yang sehat untuk tubuh.
energi yang di keluarkan, dikatakan dikatakan sebagai
Jika mengkonsumsi serat
sehingga mengakibatkan bahwa masalah
kelebihan konsumsi kalori seseorang kesehatan yang cukup, maka kita
serta kurangnya aktivitas tersebut masyarakat. akan mendapatkan energi
fisik menjadi salah satu mengalami
yang lebih dan akan
faktor pemicunya (Brown, obesitas.
2006) merasakan kenyang yang
lebih lama
Jangan tinggalkan sarapan
Pada saat pagi hari,
hormon ghrelin turun
sehingga kita merasakan
lapar. Ketika kita
melakukan sarapan, maka
akan menekan tingkat
hormon ghrelin tersebut
sehingga ketika menjelang
siang kadar hormon
ghrelin nya tidak banyak,
sehingga ketika siang hari
dapat menurunkan tingkat
rasa lapar dan keinginan
untuk makan banyak.
1. Akivitas fisik yang
rutin
Selalu rutin
melakukan aktivitas
fisik setiap hari, agar
kondisi tubuh kita
tetap dalam kondisi
yang sehat. Mengingat
pesan gizi seimbang

OBESITAS perhitungan lemak berlebih Lingkar prevalensi sebesar 1. Pilar kesatu


SENTRAL  5% maka
di daerah perut atau kondisi pinggang yang
DEWASA dikategorikan Mengonsumsi pangan
kelebihan lemak pusat pada dijadikan sebagai bebas
beragam sesuai porsi dan
masalah gizi
orang dewasa usia  15 indikator
kesehatan teratur bagi dewasa
tahun akibat obesitas sentral masyarakat,
dengan memenuhi seluruh
apabila prevalensi
ketidakseimbangan energi adalah >90 cm
kebutuhan zat gizi yang
yang masuk dengan energi untuk laki-laki
diperlukan tubuh
yang keluar dalam jangka dan >80 cm
menyesuaikan dengan
panjang yang melibatkan untuk
kesibukan dalam pola
konsumsi kalori berlebih perempuan
kegiatan dewasa
dan/atau output energi yang pada individu
2. Pilar ketiga.
rendah melalui aktivitas yang berusia 
fisik sehingga 15 tahun menyeimbangkan antara
menyebabkan kelebihan (Kemenkes RI, pengeluaran dan
lemak perut atau lemak 2007). pemasukan zat gizi
pusat yang ditunjukkan oleh sebagai sumber energi
lingkar pinggang >90 cm dalam tubuh dengan
untuk laki-laki dan >80 cm kesibukan dalam pola
untuk perempuan. kegiatan dewasa dan gaya
hidup cenderung sedenter
(pasif)

3. Pilar keempat. BB

normal menujukkan
keseimbangan zat gizi di
dalam tubuh dan dengan
memperhatikan lingkar
pinggang merupakan salah
satu upaya mencegah
obesitas sentral

Anda mungkin juga menyukai