Anda di halaman 1dari 21

DISKUSI KASUS KOMPLEKS

PERIODONSIA

Muhammad Kindi Al-farabi Rasikh


160112140516

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
STATUS PERIODONSIA
DISKUSI KASUS SIMPEL DAN NIGHT GUARD

Mahasiswa : Muhammad Kindi Al-Farabi Rasikh


NPM : 160 112 140 516

STATUS PASIEN
Nama Pasien : Mokhamad Irwan Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Guru SMP dan SMA Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Awiligar No. RM : 2013-11035
Agama : Islam
Menikah/ Belum : Belum menikah
Tanggal Pemeriksaan : 13 Maret 2017

KELUHAN UTAMA
Pasien laki-laki umur 25 tahun datang dengan keluhan gigi depan bawah terasa goyang sejak satu
minggu lalu. Pasien juga mengeluh jika minum dingin gigi terasa ngilu. Pasien tidak merokok,
tidak mempunyai riawayat alergi dan tidak sedang menggunakan obat-obatan.

PENGAMATAN DATA PERIODIK


1. Riwayat perawatan gigi yang lalu
a. Tanggal terakhir :-
b. Jenis perawatan terakhir : -
c. Frekuensi perawatan rutin: -

2. Alasan hilangnya gigi


a. Berlubang (karies) :-
b. Trauma :-
c. Gangguan /tidak erupsi : -
d. Terlepas sendiri (goyang) : -
e. Alasan tidak diganti :-

3. Pengetahuan tentang penyakit periodontal yang diderita


a. Permulaan terasa ada kelainan : 1 minggu lalu
b. Daerah yang terganggu : anterior dan posterior rahang atas dan rahang bawah
c. Derajat keparahan kelainan dihubungkan dengan
 Jenis makanan tertentu :-
 Siklus menstruasi :-
 Frek dan teknik menyikat gigi :-
d. Keluhan pada
 Gusi (sensitif, membengkak) :-
 Perdarahan gusi (spontan/trauma) : -
 ANUG/ kelainan mukosa :-
 Kebiasaan buruk (oral) :-
 Impaksi makanan (regio) :-
4. Perawatan periodontal yang lalu
a. Tanggal terakhir :-
b. Jenis perawatan :-
c. Dirawat oleh ahli/ bukan : -

5. Pemeliharaan oral hygiene


a. Frek menyikat gigi per hari : 2 kali sehari, pagi dan malam
b. Jenis sikat yang dipakai : gagang lurus, sikat halus, berukuran sedang
Metode : horizontal
Pasta gigi : berflouride
c. Alat bantu yang lain :-

6. Riwayat pemeriksaan medis


a. Tanggal terakhir :-
b. Jenis perawatan :-
c. Dirawat oleh ahli/ bukan :-

7. Pemeriksaan khusus
Darah Penderita Normal Kesimpulan
HB 15.8 14,0-17.5 Normal
Leukosit 5.14 4.5-11 Normal
Eritrosit 5.41 4.5-5.9 Normal
LED 9 mm/jam <15 mm/jam Normal
Jumlah trombosit 198 150-450 Normal
Masa perdarahan/ BT 2 menit 5 menit Normal
Masa pembekuan/ CT 9 menit 15 menit Normal
Glukosa puasa 93 <100 Normal
Glukosa 2 jam PP 80 <140 Normal
Golongan darah O

8. Evaluasi kelainan/ kondisi sistemik dan pengetahuan tentang kesehatan gigi


Kondisi sistemik baik berdasarkan anamnesa, pengetahuan tentang kesehatan gigi yang
cukup.

9. Pemeriksaan Ekstra oral dan Intra oral


a. Keadaan ekstra oral
 Muka : simetris
 Mata : Isokor (pupil), non ikterus (sklera), non anemi (konjungtiva)
 Leher : TAK, KGB tidak teraba, tidak sakit
 Bibir : kompeten
 TMJ : kliking kanan, deviasi ke kanan
b. Keadaan intra oral
 Mukosa : normal
 Ginggiva
 Bentuk : oedem di anterior dan posterior RA, RB
 Warna : merah gelap anterior RA dan RB
 Konsistensi : lunak
 Pitting test :+
 Stipling : RA(+), RB anterior (-)
 Permukaan : licin
 Resesi : 31,41,42
 Interdental papil : membulat di RA dan RB
 Stilman cleft :-
 Mc Call’s festoon :-
 Frenulum : normal
 Eksudat sulkus :-
 Perkusi :-
 Mobility : 31,41,42

10. Oklusi
a. Kontak prematur :-
b. Faset permukaan
 Atrisi :-
 Abrasi :-
 Erosi :-
c. Gigi tidak beraturan : diastema

11. Gambaran Radiografi


a. Bentuk resorpsi tulang alveolar
 Vertikal :
 Horizontal :
 Kawah :-
b. Luas resorpsi :-
c. Banyaknya resorpsi
 Hebat :
 Sedang :
 Sedikit :
d. Keterlibatan daerah furkasi: -
e. Perbandingan abnormal mahkota dengan akar
 1:1 :
 1:2 :
 2:1 :
 3:1 :
 4:1 :
 Lain-lain :
f. Karies :-
g. Kelainan periapikal : pelebaran membran periodontal di sepanjang akar
h. Lain-lain : lamina dura menebal

i. Prognosis menyeluruh : baik


12. Evaluasi oral hygiene
a. Nilai plak : sedang (49%)
b. Kalkulus : supragingival, sedikit, menyeluruh.

13. Model studi : rahang atas dan rahang bawah

14. Evaluasi pra perawatan


a. Diagnosa : Periodontitis Agresif Lokalisata
b. Etiologi : Gingivitis: plak, kalkulus, bruxism, diastema anterior,
teknik menyikat gigi kurang tepat,
 Faktor Inisial : plak
 Faktor Predisposisi : kalkulus, bruxism,
 Faktor Modifying : -
 Faktor Aggregating : -
 Faktor Perpetuating : -
c. Sikap pasien : kooperatif
d. Prognosa : baik

15. Tahapan perawatan gigi (menyeluruh)


a. Fase pendahuluan : memberitahukan kepada pasien tentang rencana perawatan yang
akan dilakukan
b. Fase initial : inform consent
OHI, plak score,
scaling RA dan RB; kontrol satu minggu; kontrol satu bulan
root plan RA dan RB; kontrol satu minggu; kontrol satu bulan
fissure sealent gigi posterior RA
c. Fase bedah : pro bedah mucogingival (coronally flap reposition) a/r 41
d. Fase restorative :-
e. Fase pemeliharaan : home care
kontrol periodik 6 bulan

16. Rujukan (keluar bidang kedokteran gigi) : -


NILAI PLAK

Kunjungan :1
Tanggal Periksa : 13 maret 2017
Persentase : 55/132 x 100% = 49 %

Kunjungan :2
Tanggal Periksa : 6 april 2017
Persentase : 14/132 x 100%= 10.4%

Kunjungan :3
Tanggal Periksa : 18 januari 2016
Persentase : 8,3%
Catatan Keadaan Intra Oral

Maksila Facial
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Mobility
Kunjungan UE 737 636 525 523 324 423 333 323 323 333 233 315 535 643 UE
1
Kunjungan UE 636 535 424 423 324 423 334 325 423 334 234 416 535 543
2
Kunjungan
3
BOP

Maksila Palatal
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Mobility
Kunjungan UE 635 434 222 323 322 213 214 213 213 312 313 313 315 514 UE
1
Kunjungan UE 535 434 314 322 313 313 324 413 312 213 313 313 315 514 UE
2
Kunjungan
3
BOP

Mandibula Facial
Gigi 48 47 46 45 44 43 42
41 31 32 33 34 35 36 37 38
Mobility 1
Kunjungan UE 224 423 313 323 324 323 311 323 313 222 122 222 333 322 UE
1
Kunjungan UE 224 423 333 313 322 222 424 514 552 232 212 232 333 232 UE
2
Kunjungan
3
BOP

Mandibula Lingual
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Mobility 1
Kunjungan UE 424 423 313 323 324 323 311 323 313 222 122 222 333 322 UE
1
Kunjungan UE 426 423 333 232 222 212 334 332 212 322 213 333 333 323 UE
2
Kunjungan
3
BOP

Pembimbing Diskusi

Dr. Ira Komara,drg., Sp. Perio (K)


BRUXISM

Istilah bruxism berasal dari kata Greek (brychein), yang berarti to gnash the teeth atau

mengerotkan gigi-gigi. Fenomena bruxism yang tercatat yaitu kira-kira pada 600-200 BC, dan

konsep ini dinyatakan oleh Olkinura1 (1972), Faulkner1 (199a) dan Sjoholm (1995). Fenomena

bruxism telah mempengaruhi banyak orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat diduga

sebanyak 45 juta orang memiliki tanda dan gejala dari bruxism (sewaktu tidur) dan 20% dari

penduduk mengalami bruxism sewaktu bangun. Prevalensi bruxism berkisar antara 14% - 20%

pada anak-anak, 5% - 8% pada orang dewasa dan menurun menjadi 3% pada orang usia diatas

60 tahun3. Tidak terdapat perbedaan predileksi jenis kelamin, artinya bruxism dapat dialami oleh

baik laki-laki maupun perempuan4. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan kondisi

bruxism ini. Biasanya anggota keluarga yang lebih memperhatikan dan memberitahukan keadaan

tersebut karena merasa terganggu dengan suara yang dikeluarkan oleh penderita bruxism yang

mengerotkan gigi-giginya.

Bruxism adalah aktivitas parafungsi oklusal. Fenomena bruxism yang merujuk pada keadaan

yaitu mengerotkan gigi-gigi (grinding) atau mengatupkan dengan keras rahang atas dan bawah

(clenching). Definisi bruxism menurut The Academy of Prosthodontics, 2005 yaitu parafunsional

grinding dari gigi-gigi, suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang atau tidak beraturan

(spasmodik), non fungsional grinding atau clenching, selain dari gerakan pengunyahan

mandibula yang akan mengarah ke trauma oklusal, situasi ini disebut pula sebagai neurosis

oklusal. Sedangkan definisi bruxsim menurut American Academy of Orofacial Pain, 2008

bruxism adalah diurnal or nocturnal parafunctional activity that includes clenching, bracing,
gnashing and grinding of teeth. Bruxism pada saat tidur berbeda pada saat bangun yaitu tanpa

keinginannya melakukan clencing gigi-gigi merupakan reaksi terhadap rangsang tertentu,

umumnya tanpa grinding, keadaan ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan atau tic.

Fisiologi dan Patologi Bruxism

Apakah bruxism hanya manifestasi ekstrim dari aktivitas physiologis belum diketahui secara

jelas. Dengan kata lain bahwa apakah bruxism merupakan manifestasi motorik aktivitas

orofasial/oromandibular yang berulang dan sangat intens (kekuatan) daripada suatu keadaan

patologis yang khusus. Sejak beberapa dekade yang lalu, pencarian etiologi dan physiologi

bruxism terbatas hanya pada faktor mekanis (oklusi) dan adoptif atau perilaku maladaptif (stres)

dan pada kasus yang ekstrim disfungsi medis dari dopamine. Berbagai investigasi terbaru telah

dikemukakan seperti terlihat pada gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1. Evolusi dari etiologi dan patophysiologi dari bruxism (lingkaran = teori lama; panah
= teori baru). GABA == gamma-aminobutyric acid.

Adanya konsep bahwa oklusi gigi berperan dalam genesis bruxism berdasarkan observasi klinis

sejak pertengahan abad 21. Walaupun telah dikenal peran oklusi dalam rehabilitasi sempurna

seluruh mulut atau ortodonti, tampak masih adanya kekurangan bukti yang meyakinkan
pemakaian terapi oklusal untuk mengatasi bruxism, prakteknya tetap kontroversial6. Hasil

penelitian eksperimental terbaru menunjukkan bahwa interferens oklusal tidak berhubungan

dengan kelainan temporomandibular atau sakit orofasial dan tidak secara nyata meningkatkan

frekuensi aktivitas elektromyogram (EMG) maseter pada subjek perempuan muda sehat 7. Sangat

penting diketahui, klinisi cenderung lupa bahwa gigi berkontak bukan suatu aktivitas yang

dominan selama periode 24 jam. Gigi-gigi berkontak kira-kira 17,5 menit dalam periode 24 jam 8.

Hasil dari berbagai studi laboratoris tentang tidur, diperkirakan bahwa bruxism berhubungan

dengan aktivitas otot maseter hanya kira-kira 8 menit dari periode tidur yang sempurna yang

biasanya berahir antara 7 smpai 9 jam9.

Aktivitas parafungsional merupakan suatu keadaan aktifnya otot-otot secara fisiologis


sehingga menghasilkan kebiasaan-kebiasaan tanpa tujuan fungsional dan biasanya berpotensi
menyebabkan kerusakan. Contoh kebiasaan parafungsional adalah bruxism (grinding &
clenching), menghisap ibu jari, dan posisi rahang yang tidak benar.

Bruxism merupakan salah satu aktivitas parafungsional oklusal, yaitu pergerakan


oromandibular secara involunter berupa tooth grinding atau clenching yang terjadi pada saat
tidur (sleep bruxism) atau tidak (awake bruxism). Hal ini ditandai dengan :

1. Terjadinya kerusakan jaringan keras gigi (tooth wear) berupa atrisi, abfraksi, dan pit oklusal,
sehingga menyebabkan hipersensitivitas pada gigi (dapat berlanjut hingga terjadinya
kelainan pulpa)

2. Kerusakan jaringan periodontal, kegoyangan gigi, terbentuknya bony ridges, iritasi pada
mukosa bukal, dan adanya penampakan scalloped tongue

3. Perubahan dimensi vertikal oklusi

4. Nyeri pada otot-otot sistem pengunyahan, hipertrofi otot masseter dua sisi (pada bruxers
kronis), hingga terjadinya sakit kepala / temporal headache (terutama saat bangun tidur)
5. Kelainan pada sendi Temporomandibula (TMJ), seperti pembukaan mulut terbatas, kliking,
krepitasi, dan locking pada rahang.

6. Dapat merusak protesa cekat ataupun restorasi lainnya di dalam mulut.

Beberapa etiologi atau faktor penyebab terjadinya bruxism adalah stres emosional atau
psikologis, ketidakharmonisan oklusi (adanya gigi hilang yang tidak diganti atau restorasi
berlebih / overhang atau jenis restorasi keramik / porselen), dan adanya kelainan pada TMJ.

Terapi
Berdasarkan Singh (2007) dan Rosenthal (2007) penatalaksanaan bruxism dapat dilakukan
dalam beberapa tahapan yaitu:
1) Obat seperti vapocoolant (etil klorid) untuk nyeri pada TMJ, injeksi anestesi lokal pada area
TMJ untuk menganastesi otot-otonya,dan obat penenang serta obat pengurang ketegangan
otot.
2) Bila penyebab utama dari bruxism adalah stress. Cobalah untuk mencari tahu apa yang
mungkin membuat pasien stress dan membantu mereka menghadapinya. Konsultasi dengan
psikolog merupakan salah satu hal yang dapat membantu dalam menghilangkan kebiasaan
buruk ini.
3) Occlusal adjusment untuk mengoreksi rahang ke keadaan relaks selama pergerakan
fisiologis. Dapat pula disertai dengan bite plane.
4) Restorasi dimensi vertikal yang hilang dengan pembuatan mahkota.
5) Bite plane/occlusal splint/bite guards merupakan pembimbing bidang oklusal,biasanya
terbuat dari resin akrilik dan didesain menutupi seluruh permukaan oklusal dan insisal gigi.

Bite Plane/occlusal splint yang dapat digunakan menurut Rosenthal (2007) adalah :
a. Full-mouth occlusal splint
Alat ini kurang dianjurkan karena ukurannya relatif besar dan membutuhkan beberapa
waktu kunjungan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam rangka mencapai
hubungan simultan pada semua gigi yang berlawanan untuk menghambat terjadinya
bruxism.
b. Anterior splints
Alat ini dihunakan untuk mencegah gigi posterior tidak menyentuh permukaan oklusal
pada saat terjadi gerakan mandibula. Anterior splints memerlukan waktu kunjungan yang
minimal, karena kontak dengan hanya 2 sampai 4 gigi saja yang diperlukan untuk
mencapai efek penghambatan pada bruxism.
c. Night Guard/Occlusal guard
Merupakan plat yang dibuat untuk menutupi permukaan oklusal gigi. Alat ini dipakai
ketika tidur untuk menghentikan kebiasaan bruxism dan clenching habit ketika tidur,
melindungi gigi dan mengurangi penyebab primer dari mobilitas gigi (Rahmadhan, 2009;
Finn, 2003; Bishara,2001).

Ketiga alat diatas bersifat terapeutik disebabkan karena efek “bite raising” yakni mampu
mengurangi ketegangan otot secara pasif. Pada individu yang bruxism, alat ini dapat mengurangi
penggunaan alat prostetik dan mampu mengurangi kontak gigi yang berperan sebagai pencetus
terjadinya bruxism. Jika terdapat splinting otot pada bruxism, maka intensitas bruxism dapat
menurun setelah nyerinya dikurangi dengan penggunaan occlusal guard (Singh 2007).

Simpulan

Bruxism janganlah dipertimbangkan sebagai sesuatu yang terisolasi hanya pada masalah

anatomi gigi saja. Bruxism sebaiknya dikategori sebagai suatu kelainan yang berhubungan

dengan tidur, dengan gigi-gigi dan implikasinya pada otot pengunyahan. Pemakaian obata-

obatan hanya digunakan jangka pendek untuk mengatasi kesulitan tidur.

Mengurangi faktor yang dapat mempengaruhi bruxism seperti merokok, obat-obatan, alkohol

serta mengendalikan perilaku. Alat intra oral seperti bite splint digunakan untuk melindungi

struktur gigi dari keausan akibat bruxism, keausan struktur gigi yang berkepanjangan

mengurangi aktivitas otot pengunyahan malam hari (pada saat tidur) sehingga perlu

mengidentifikasi penyebabnya. Perlu kewaspadaan tenaga kesehatan khususnya dokter gigi

karena ada kecenderungan fenomena bruxism yang menin


NIGHT GUARD
Pengertian Night guard
Night guard adalah suatu alat yang dipasang untuk mencegah berkontaknya gigi-gigi RA dan RB
dengan tujuan mencegah kerusakan gigi dan jaringan periodontal lebih lanjut akibat dari aktifitas
parafungsi seperti menggesek-gesekkan gigi ketika tidur (bruxism).

Fungsi :
1. Menanggulangi pola aktifitas otot abnormal
2. Melindungi gigi dari atrisi
3. Melindungi otot
4. Memperbaiki ketidakharmonisan oklusi

Etiologi :
1. Faktor psikologis (stress, emosional)
2. Faktor lokal (missing teeth, gigi impaksi, maloklusi, tambalan terlalu tinggi)
3. Faktor sistemik (epilepsy, meningitis

Pertimbangan dalam membuat nightguard rahang atas atau rahang bawah :

Keadaan / Hal Rahang Atas Rahang Bawah


Jumlah / banyaknya gigi 6 gigi 6 gigi
yang mengalami atrisi
Malposisi gigi/ crowding 15,14,13,23,24,25 35,34,33,43,44,45
minimal
Bentuk lengkung gigi Baik Kurang baik
Adanya gigi hilang yang - -
tidak diganti
Oral hygiene Baik Baik
Pilihan Nightguard 
Desain pembuatan night guard rahang atas (Michigan Splint):
1. Dimulai dari distal gigi 17 sampai distal gigi 27.
2. Ketebalan tidak melebihi Free Way Space : DV posisi istirahat – DV posisi sentris.
3. Perluasan facial hingga 1/3 incisal; bukal hingga 1/3 oklusal; palatal dari rugae palatina
kedua sampai ke gigi M1 RA.
4. Permukaan incisal dan oklusal datar dan halus pada gigi incisive, caninus, dan molar,
sedangkan permukaan oklusal pada gigi premolar mengikuti bentuk anatomi gigi.
5. Menggunakan artikulator agar kontak rata.
RENCANA PERAWATAN NIGHT GUARD

Michigan Splint (RA)


Menyetujui,
Pembimbing Diskusi

Dr. Ira Komara,drg., Sp. Perio (K)


Cara pemeriksaan :

1. Oklusi : dimensi vertikal saat istirahat sebelum dan sesudah pemakaian nightguard

2. Stabilisasi : nightguard tidak terangkat pada salah satu sisi jika sisi berlawanannya ditekan

3. Adaptasi : semua permukaan nightguard menyentuh permukaan incisal/oklusal gigi

4. Retensi : bila ditarik dengan tekanan ringan tidak terlepas.

5. Semua gigi RB berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada sangkutan
(interference) pada saat gerakan ke lateral kanan-kiri dan ke anterior-posterior.

Pemeriksaan saat uji coba pola lilin:


1. Adaptasi : beradaptasi pada semua permukaan, tidak ada bagian yang menekan jaringan,
semua permukaan night guard menyentuh permukaan incisal/oklusal gigi.
2. Dimensi vertikal : adalah ukuran vertikal antara RA dan RB
Free way space = DV saat posisi istirahat – DV saat oklusi sentrik
Free way space = 62,6 mm - 60,1 mm
Free way space = 2,5 mm
3. Oklusi : DV saat posisi istirahat sebelum dan sesudah menggunakan lilin, sama.

Pemeriksaan saat insersi:


1. Adaptasi : beradaptasi pada semua permukaan, tidak ada bagian yang tajam/menekan
jaringan, semua permukaan nightguard menyentuh incisal dan oklusal gigi, permukaan
halus, mengkilap dan licin.
2. Retensi : tidak terlepas pada saat pasien pada posisi oklusi sentrik dan eksentrik. Jika
nightguard ditarik dengan tekanan ringan tidak terlepas.
3. Stabilisasi : tidak goyang pada saat pasien pada posisi oklusi sentrik dan eksentrik. Jika
nightguard ditekan pada salah satu sisi dengan alat yang tumpul, maka sisi lawannya tidak
terangkat.
4. Oklusi : dimensi vertikal saat posisi istirahat sebelum dan sesudah memakai night guard,
sama.
5. Semua gigi-gigi RA berkontak dengan permukaan nighrguard dan tidak ada sangkutan
(interference) pada saat gerakan lateral ke kiri dan kanan serta anterior-posterior

Pemeriksaan saat kontrol:


1. Keluhan pasien
2. Kondisi jaringan sekitar
3. OHI
4. Adaptasi : semua permukaan nightguard menyentuh incisal dan oklusal gigi
5. Retensi : jika ditarik dengan tekanan ringan tidak terlepas.
6. Stabilisasi : jika nightguard ditekan pada salah satu sisi dengan alat yang tumpul, maka sisi
lawannya tidak terangkat.
6. Oklusi : DV saat posisi istirahat sebelum dan sesudah memakai nightguard, sama.
7. Semua gigi-gigi RB berkontak dengan permukaan nightguard dan tidak ada sangkutan
(interference) pada saat gerakan lateral ke kiri dan kanan serta anterior-posterior

Tahap Kontrol Night Guard:


1. Tahap insersi
2. OHI (plak skor dengan disclosing solution)
3. Pemeriksaan jaringan sekitar
4. Keluhan, jika berkurang: penggunaan night guard dikurangi intensitasnya.
TAHAPAN PEKERJAAN PEMBUATAN NIGHT GUARD

Mahasiswa : Muhammad Kindi Al-Farabi Rasikh


NPM : 160112140516

No. Tanggal Pekerjaan Tanda tangan

1. Diskusi Kasus Simpel

2. Diskusi Night guard

3. Pola lilin

4. Uji coba pola lilin

5. Pemolesan

6. Insersi

7. Kontrol 1 minggu

8. Kontrol 1 bulan

Anda mungkin juga menyukai