Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FUNGSI SEKSUAL PADA WANITA

TUGAS MATA KULIAH

ILMU BIOMEDIK DASAR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10

1. MAYANG KARTIKA PO. 71.20.1.19.058

2. VENNY ATMARA AGUSTINI PO. 71.20.1.19.092

3. RIZQI DIMAS SANDIKA PO. 71.20.1.19.081

4. MUTIARA RINJANY

DOSEN PEMBIMBING: Syukomawena, S.Kep, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

D III KEPERAWATAN

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim
antara laki-laki dengan perempuan. Seks adalah topik yang sudah lama dianggap
tabu untuk diperbincangkan oleh orang dewasa, banyak orang kurang mengetahui
tentang seksualitas atau enggan mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan seksualitas (Potter & Perry, 2005). Namun, seringkali masyarakat umum
(awam) memiliki pengertian bahwa istilah seks lebih mengarah pada bagaimana
masalah hubungan seksual antara dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo,
2004).

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat tinggi
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Pada
masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan,
agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang
tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual
menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang
aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan
sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual mereka
sendiri. Perubahan organ-organ reproduksi yang makin matang pada remaja
menyebabkan dorongan dan gairah seksual remaja makin kuat dalam dirinya.
Remaja yang tidak mampu mengendalikan diri, sehingga terlibat dalam kehidupan
seksual secara bebas (diluar aturan norma sosial) misalnya seks pranikah akan
berakibat negatif (Dariyo, 2004).
Sistem reproduksi tidak bertujuan untuk survival individu, tetapi diperlukan untuk
survival species dan berdampak pada kehidupan seseorang. Hanya melalui sistem
reproduksi, blueprint genetik kompleks setiap spesies dapat bertahan di dunia ini.
Meskipun sistem reproduksi tidak berkontribusi pada homeostasis dan tidak penting
untuk bertahan hidup seseorang seperti halnya sistem kardiovaskuler, tetapi ia berperan
penting dalam kehidupan seseorang. Sebagai contoh: pasangan suami istri yang baru
menikah, umumnya sering ditanya apakah sudah mendapatkan anak. Dengan demikian
berarti sistem reproduksi berpengaruh terhadap perilaku psikososial seseorang secara
signifikan. Fungsi reproduksi juga berdampak pada masyarakat. Organisasi
kemasyarakatan membentuk unit yang membentuk lingkungan yang stabil dan kondusif
untuk kehidupan spesies. Permasalahan yang dapat terjadi antara lain ledakan populasi
yang perlu mendapatkan perhatian sehubungan dengan keterbatasan dunia ini dalam
menampung dan memfasililtasi makhluk hidup. Oleh karena itu, diperlukan pembatasan
atau kontrol sistem reproduksi.

Kemampuan reproduksi tergantung pada hubungan antara hypothalamus, hipofisis


bagian anterior, organ reproduksi, dan sel target hormon. Proses biologis dasar termasuk
prilaku seksual sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan sossiokultural masyarakat. Di
sini, yang akan difokuskan adalah fungsi dasar seksual sistem reproduksi di bawah
kontrol syaraf dan hormon.

Sistem reproduksi meliputi kelenjar (gonad) dan saluran reproduksi. Organ


reproduksi primer atau gonad terdiri dari sepasang testes pada pria dan sepasang
ovarium pada wanita. Gonad yang matur berfungsi menghasilkan gamet
(gametogenesis) dan menghasilkan hormon seks, khususnya testosteron pada pria dan
estrogen & progesteron pada wanita. Setelah gamet diproduksi oleh gonad, ia akan
melalui saluran reproduksi (sistem duktus). Pada wanita juga terdapat payudara yang
termasuk organ pelengkap reproduksi. Bagian eksternal sistem reproduksi sering juga
disebut genitalia eksternal.

Seksualitas manusia merupakan subyek komplekskarenameliputiberbagai


isu,perilakudan proses, termasukidentitas seksualdan perilaku seksual, fisiologis,
psikologis, sosial, budaya,aspekpolitik danspiritualatau aspek kepercayaandari seks.1
Dalam banyak hal, tubuh wanita tidak berbeda dengan pria. Sebagai contoh, pria dan
wanita mempunyai jantung, ginjal, paru-paru, dan bagian tubuh lain yang sama. Namun,
mereka berbeda pada organ seksualnya. Organ seksual inilah yang memungkinkan pria
dan wanita bisa melangsungkan keturunan dan mendapatkan bayi. Dan pada
kenyataannya banyak masalah kesehatan yang timbul dari organ seksual tersebut.

B. RUMUSAN LEMAH

1. Apa yang dimaksud dengan sistem reproduksi wanita?

2. Apa yng dimakssud dengan fungsi seksual wanita?

3.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM REPRODUKSI WANITA

Organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ
genitalia interna. Organ genitalia eksterna adalah bagian untuk sanggama, sedangkan
organ genitalia interna adalah bagian untuk ovulasi, tempat pembuahan sel telur,
transportasi blastokis, implantasi, dan tumbuh kembang janin.

Sistem reproduksi wanita lebih kompleks dibandingkan pria, karena wanitamengalami fase

melahirkan, menyusui, dan meopause yangmenyebabkan terjadinya perubahan siklus

reproduksi, tidak hanya saat pubertas saja. Pada saat ovulasi, terjadi lonjakan LH (LH surge)

sehingga oosit dapat keluar dari folikel. Setelah ovulasi, uterus dalam fase sekresi sehingga jika

terjadi fertilisasi, embrio yang terbentuk dapat mudah bernidasi pada uterus. Pada fase sekresi

ini, endometrium uterus menebal dengan kelenjar yang berkelok- kelok, banyak pembuluh

darah, dan banyak sekret. Estrogen yang meningkat sebelum ovulasi memberikan umpan balik

negatif terhadap FSH, sehingga tidak terjadi perubahan folikel terus-menerus. Jika terjadi

fertilisasi, progesteron tetap tinggi dengan dipertahankannya korpus luteum (tidak

berdegenerasi). Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum berdegenerasi sehingga terjadi

penurunan progesteron yang menyebabkan menstruasi dengan meluruhnya lapisan

endometrium. Saat menstruasi, prostaglandin lokal uterus menstimulasi irama kontraksi kecil

myometrium uterus. Kontraksi uterus yang besar disebabkan karena over produksi

prostaglandin yang menyebabkan kram menstruasi (dysmenorrhea) yang dialami wanita.

Organ Genitalia Eksternal


– Vulva atau pudenda

Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai
perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah
(hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.

– Mons veneris (mons pubis)

Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada
perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya
batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai
sekitar anus dan paha.

– Labia mayora

Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri,lonjong mengecil
kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Ke
bawah dan ke belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura
posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada pria.

– Labia minora (nymphae)


Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelahdalam bibir besar.
Ke depan kedua bibir kecil bertemu yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis
dan yang di bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua bibir
kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit yang meliputi labia minora
mengandung banyak glandula sebasea dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan
bibir kecil sangat sensistif.

– Klitoris

Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri
atas glans klitoridis, korpus klitoridis dan dua krura yangmenggantungkan klitoris ke os
pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan
ujung saraf, sehingga sangat sensitif.

– Vestibulum

Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke belakang dan
dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh
perineum (fourchette).

– Introitus Vagina

Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Introitus vagina
ditutupi oleh selaput dara.

– Perineum

Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.Jaringan yang
mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.
Diafragma pelvis terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia yang
menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak eksternal dari diafragma pelvis,
yaitu di daerah segitiga antara tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis
meliputi muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan fasia
internal maupun eksternal yang menutupinya
Organ Genitalia Interna

– Vagina (Liang Sanggama)

Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus.Dinding depan


dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar
antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan
rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum.
Lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar sesuai dengan fungsinya
sebagai bagian lunak jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi.Vagina
dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke serviks dan vagina
memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3 atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang
melalui cabangnya memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria
hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang memberikan darah ke bagian
1/3 bawah.

– Uterus

Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang.
Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot
polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan
tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri atas (1) fundus uteri;
(2) korpus uteri dan(3) serviks uteri.

– Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yangterdapat di
dinding uterus (2) pars ismikia, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya;
(3) pars ampularis, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat
konsepsi terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah
abdomen dan mempunya fimbria.

– Ovarium (indung telur)

Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium
menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium
berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm,
lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm (Prawirohardjo, 2010).

B. HORMON YANG BERPERAN DALAM REPRODUKSI WANITA

Fungsi reproduksi manusia diatur oleh Hipothalamus. Sebagai pusat pengaturan


homeostasis, hipothalamus mengatur pengeluaran hormon yang bekerja pada gonad.
Gonadotropin releasing hormon (GnRH) yang disekresikan dari hipothalamus akan
berikatan dengan reseptor gonadotrophs di hipofisis anterior merangsang pengeluaran
gonadotropine hormon (LH dan FSH) masuk ke dalam aliran darah menuju gonad. Di
gonad, LH dan FSH menstimulasi sekresi hormon steroid reproduksi seperti testosteron,
estrogen dan progesteron. Hormon reproduksi menghambat sekresi GnRH dan
gonadotropin hormon melalui umpan balik negatif (Millar, et al., 2004; Kanasaki, et al.
2017 ).
– Gonadotropin Releasing Hormone
Luteneizing hormon (LH) dan follicle-srtimulating hormon (FSH) disebut juga hormon
gonadotropin karena menstimulasi gonad. Gonad memang bukan organ essensial untuk
hidup, tetapi essensial untuk reproduksi. Ada dua hormon yang disekresikan dari sel-sel
hipofisis anterior gonadotroph. Sebagian besar sel gonadotroph hanya mensekresikan
LH atau FSH, tetapi sebagian lagi mensekresikan kedua hormon. Kedua hormon ini
hanya berpengaruh di testis dan ovarium. Bersama, keduanya mengatur fungsi
reproduksi laki-laki dan perempuan (Millar, et al., 2004; Kanasaki, et al. 2017).

– Luteinizing Hormone (LH)


Pada laki-laki dan perempuan, LH menstimulasi sekresi hormon steroid dan organ
reproduksi. Pada testis, LH berikatan dengan reseptornya di interstitial sel (sel Leydig),
menstimulus sintesa dari sekresi testosteron. Sedangkan sel-sel theca di ovarium akibat
stimulasi LH, mensekresikan testosteron yang kemudian diubah menjadi estrogen oleh
sel granulosa. Pada wanita, pelepasan dari sel telur yang matang di ovarium dipicu oleh
lonjakan sekresi LH yang besar dikenal sebagai preovulatory LH surge. Sel-sel sisa
dalam folikel ovarium berproliferasi menjadi corpus luteum, yang kemudian
mensekresikan hormon steroid progesteron dan estradiol. Progesteron menyebabkan
pertambahan vaskular dinding endometrium dan penting untuk mempertahankan
kehamilan. Pada sebagian Mammalia, LH diperlukan untuk melanjutkan perkembangan
dan fungsi corpus luteum. Penamaan Luteinizing Hormone berasal dari pengaruh
perangsangan luteinisasi dari folikel ovarium (Millar, et al., 2004).

– Follicle Stimulating Hormone (FSH)


Seperti namanya, FSH menstimulasi pematangan folikel ovarium. Primary folikel yang
terdiri atas satu lapis sel, oleh FSH akan berkembang menjadi folikel sekunder yang
ditandai dengan terbentuknya sel-sel granulosa. Pemberian FSH kepada manusia dan
hewan memacu superovulasi, atau perkembangan folikel ovarium matang lebih dan
jumlah yang biasanya. FSH juga berguna untuk spermatogenesis. FSH melekat pada
reseptornya di sel Sertoli, untuk mendukung pematangan sel-sel sperma (Millar, et al.,
2004).
– Estrogen
Estrogen merupakan salah satu hormon reproduksi pada hewan betina. Hormon ini
terutama disekresi oleh sel-sel granulosa penyusun folikel ovarium. Struktur hormon
estrogen tersusun atas 18 atom C, gugus –OH fenolik pada C-3, sifat aromatik cincin A
dan tidak mempunyai gugus metil pada C-10 (Dellman dan Brown, 1992 dalam
Sitasiwi, 2007). Bentuk hormon estrogen dalam tubuh hewan betina berupa estradiol
17-β, estron dan estriol, namun yang paling poten dan dijumpai dengan jumlah yang
cukup tinggi dan paling poten dalam tubuh adalah estradiol 17-β (Hiller, 1995; Ganong,
2003 dalam Sitasiwi, 2007; Hamilton, et al., 2017). Estrogen dibentuk oleh sel-sel
granulosa dalam folikel ovarium melalui serangkaian konversi melalui reaksi enzimatis.
Substrat utama pembentuk estrogen adalah kolesterol. Kolesterol secara berurutan
mengalami perubahan menjadi pregnenolon, progesteron, 17α-hidroksi progesteron,
androstenedion dan testoteron. Androstenedion kemudian diubah menjadi estron,
sedangkan testoteron diubah menjadi estradiol 17-β, baik di sel teka maupun sel
granulosa pada folikel ovarium. Sintesis hormon estrogen akan meningkat seiring
dengan perkembangan folikel dalam ovarium (Hamilton, et al., 2017).

Fluktuasi hormon estradiol 17-β selama satu siklus estrus sejalan dengan perkembangan
folikel dalam ovarium. Saat perkembangan folikel (fase folikular) hormon ini
mengalami kenaikan secara bertahap, seiring perkembangan folikel primer menjadi
folikel tersier. Puncak sekresi hormon estradiol terjadi sebelum terjadi ovulasi. Setelah
terjadi ovulasi dan terbentuk korpus luteum pada ovarium (fase luteal), hormon ini
mengalami penurunan secara bertahap sampai akhir fase luteal (Chateu and Boehm,
1995 dalam Sitasiwi, 2007; Hamilton, et al., 2017). Di samping efeknya terhadap
pertumbuhan otot uterus, estrogen juga memainkan peranan penting dalam
perkembangan lapisan dalam endometrium. Paparan kontinu terhadap estrogen dalam
waktu lama menyebabkan hiperplasia endometrium yang biasanya disertai pola
pendarahan abnormal. Jika produksi estrogen terkooordinasi baik dengan produksi
progesteron selama siklus menstruasi normal, maka akan terjadi pendarahan periodik
dan pelepasan dalam endometrium secara teratur (metabolisme hormon steroid).
– Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh korpus luteum, placenta dan
sejumlah kecil dari folikel. Hormon ini berperan dalam peristiwa menstruasi serta
kehamilan. Progesteron sama halnya seperti hormon steroid yang lain, disintesis dari
pregnenolone, suatu derivat kolesterol. Dua persen progesteron beredar dalam plasma
dalam bentuk bebas, sedangkan 80% berikatan dengan albumin dan 18% berikatan
dengan corticosreroid-binding globulin (Ganong, 2003). Progesteron bersama-sama
dengan estrogen memegang peranan penting di dalam regulasi seks hormon wanita.
Pada wanita, pregnenolon diubah menjadi progesteron atau 17α-hidroksipregnenolone
dan perubahan ini tergantung dari fase ovulasi dimana progesteron disekresi oleh korpus
luteum dalam jumlah yang besar. Progesteron juga merupakan prekursor untuk
testoteron dan estrogen, pada saat terjadi metabolisme 17α-hidroksiprogesteron menjadi
dehidroepiandrosteron yang dikonversi menjadi 4 androstenedion dengan bantuan
enzim 17α hidroksilase pregnenolon (Anwar, 2006). Progesteron berperan di dalam
organ reproduksi termasuk kelenjar mammae dan endometrium serta peningkatan suhu
tubuh manusia. Organ target progesteron yang lain adalah uterus, dimana progesteron
membantu implantasi ovum. Selama kehamilan progesteron mempertahankan plasenta,
menghambat kontraktilitas uterus dan mempersiapkan mammae untuk proses laktasi
(Anwar, 2006).

Anda mungkin juga menyukai