Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR KEPERAWATAN PROFESIONAL

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial
dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. (Lokakarya Nasional, 1983).

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk
kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain,
dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan profesional.
Menurut Webster, profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut
keterampilan intelektual.

Kelly dan Joel (1995) menjelaskan, “Profesional sebagai suatu karakter, spirit atau metode
profesional yang mencakup pendidikan dan kegiatan di berbagai kelompok okupasi yang anggotanya
berkeinginan menjadi profesional”. Profesional merupakan suatu proses yang dinamis untuk
memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

Sejak abad yang lalu keperawatan telah megalami perubahan yang drastis, selain itu juga telah
mengikuti perundang-undangan dan mendapatkan penghargaan sebagai profesi penuh. Hugnes E.C
(1963) mengatakan bahwa, “Profesi adalah seorang ahli, mereka mengetahui lebih baik tentang
sesuatu hal dari orang lain, serta mengetahui lebih baik daripada kliennya tentang apa yang terjadi
pada klien”. Dalam konsep profesi ada tiga nilai penting yang perlu dipahami yakni:

1.        Pengetahuan yang mendalam dan sistimatik.

2.        Keterampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama.

3.        Pelayanan asuhan kepada yang memerlukan berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan teknis dan
pedoman serta falsafah moral yang diyakini (etika profesi).

Menurut Hood L.J dan Leddy S.K (2006), “Perawat profesional akan menggunakan pendekatan
holistik dalam menemukan kebutuhan kesehatan bagi klien yang dirawatnya, hal ini sesuai dengan
pernyataan kebijakan yang disampaikan oleh American Nurses Association (1995), ada empat ciri
praktik profesional yang harus dilakukan oleh perawat, yaitu:

1.      Perawat menggunakan fokus orientasi pada masalah dengan memperhatikan rangkaian seluruh
respon manusia terhadap kesehatan dan penyakitnya.

2.      Perawat terintegrasi dalam tenaga kesehatan yang menggunakan pengetahuannya untuk membantu
mencapai tujuan pasien dengan mengumpulkan data subjektif maupun objektif pasien dan
memahaminya baik secara individual atau secara berkelompok.

3.      Perawat mengaplikasikan ilmu pengetahuannya untuk menentukan diagnosa dan melakukan


treatment respon manusia.

4.      Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan melakukan hubungan terapeutik dengan pasien
untuk memfasilitasi kesehatan dan penyembuhan.

Ada tiga istilah penting yang berhubungan dengan profesi, yaitu profesionalisme,
profesionalisasi, dan profesi. 

1.    Profesionalisme
Merujuk pada karakter profesional, semangat atau metode. Merupakan suatu sifat resmi, cara
hidup yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Profesionalisme keperawatan telah ada sejak
zaman Florence Nightingale (1820-1910).

2. Profesionalisasi

Profesionalisasi adalah suatu proses untuk menjadikan profesional dengan cara memenuhi
beberapa kriteria yang telah ditentukan/disepakati.

3. Profesi

Jika dilihat di dalam kamus, sama dengan pekerjaan yang menghendaki pendidikan yang lebih
luas atau memiliki ilmu pengetahuan yang spesial, keterampilan serta dipersiapkan dengan cara yang
baik.

Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan
perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah
dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan
di negara-negara maju.

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan
dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal
profesi ini sendiri.

A.     Keperawatan Sebagai Profesi


Hall (1968) memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang harus
melalui proses empat tahapan antara lain :

1.    Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi

2.    Menjadi pekerjaan utama

3.    Adanya organisasi profesi

4.    Terdapat kode etik

Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan
tindakannya didasarkan pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya.

Dengan adanya perkembangan keperawatan dari kegiatan yang sifatnya rutin yang menjadi
pemenuhan kebutuhan berdasarkan ilmu, membawa suatu perubahan yang sangat besar dalam dunia
keperawatan karena pelayanan yang semula hanya berdasarkan pada insting dan pengalaman menjadi
pelayanan keperawatan profesional berdasarkan ilmu dan teknologi keperawatan yang selalu berubah
sesuai dengan kemajuan zaman. Perawatan sebagai profesi mempunyai karakteristik sebagai berikut:

1.    Memiliki body of knowledge

Perawat bekerja dalam kelompok dan dilandasi dengan teori yang spesifik dan sistematis yang
dikembangan melalui penelitian. Penelitian keperawatan yang dilakukan pada tahun 1940, merupakan
titik awal perkembangan keperawatan. Pada tahun 1950 dengan semakin berkembangnya penelitian
yang dilakukan mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam dunia pendidikan keperawatan dan
pada tahun 1960 penelitian lebih banyak dilakukan pada praktik keperawatan. Sejak tahun 1970,
penelitian keperawatan lebih banyak dilakukan dengan memfokuskan diri pada praktik yang
dihubungkan dengan isu-isu yang ada pada saat itu.
Menurut Potter dan Perry (1997), perawat telah memperlihatkan diri sebagai profesi dan dapat
terlihat adanya pengetahuan keperawatan telah dikembangkan melalui teori-teori keperawatan. Model
teori memberikan kerangka kerja bagi kurikulum dan praktik klinis keperawatan. Teori keperawatan
mendorong ke arah penelitian yang meningkatkan dasar ilmiah untuk praktik keperawatan.

2.    Berhubungan dengan nilai-nilai sosial

Kategori ini mendorong profesi untuk mendapatkan penghargaan yang cukup baik dari
masyarakat. Keperawatan telah diberi kepercayaan untuk menolong dan melayani orang lain/klien.
Pada awalnya perawat diharapkan dapat menyisihkan sebagian besar waktunya untuk melayani, tetapi
dengan semakin berkembangnya ilmu keperawatan tuntutan tersebut telah bergeser, perawat juga
mengharapkan kompensasi dan mempunyai kehidupan yang lain disamping perannya sebagai
perawat.

Karakteristik keperawatan merupakan suatu bentuk yang relevan dengan nilai-nilai masyarakat,
seperti pentingnya kesehatan, kesembuhan dan keperawatan.

Masyarakat pada umumnya mengakui bahwa perawat mempunyai tugas untuk melawan klien dan
juga melakukan upaya-upaya dalam promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tetapi masih ada
sebagian masyarakat yang belum mengetahui bahwa perawat adalah sebuah profesi. Untuk itu perlu
adanya usaha dari perawat itu sendiri agar dapat meyakinkan masyarakat guna mendapatkan
pengakuan sesuai dengan yang diinginkannya.

3.    Masa pendidikan

Kategori ini mempunyai empat bagian tambahan yaitu isi pendidikan, lamanya pendidikan,
penggunaan simbol dan proses idealisme yang dituju serta tingkatan dari spesialisasi yang
berhubungan dengan praktik. Menurut Nightingale pendidikan keperawatan harus melibatkan dua
area penting yaitu teori dan praktik yang sampai saat ini masih dianut. Perkembangan pendidikan
keperawatan dewasa ini sama dengan bidang ilmu yang lain, yaitu pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi menimbulkan perubahan yang sangat berarti bagi perawat terhadap cara pandang asuhan
keperawatan secara bertahap keperawatan beralih dari yang semulai berorientasi pada tugas menjadi
berorientasi pada tujuan yang berfokus pada asuhan keperawatan yang efektif serta menggunakan
pendekatan holisitik dan proses keperawatan.

4.    Motivasi

Motivasi untuk bekerja merupakan kategori keempat dari Pavalko. Motivasi bukan hanya secara
individu tetapi juga menyeluruh dalam kelompok. Motivasi diartikan sebagai suatu perhatian yang
mengutamakan pelayanan kelompok keperawatan kepada klien. Ada beberapa pendapat bahwa saat
ini anak-anak muda menginginkan menempuh pendidikan tinggi agar dapat mempunyai kehidupan
yang lebih baik seperti mendapatkan gaji lebih, kekuasaan, status disamping pekerjaan yang
dilakukannya. Biasanya karakteristik ini tidak diasosiasikan dengan profesi keperawatan, walaupun
demikian banyak perawat yang melakukan pelayanannya dengan berorientasikan kepada klien/pasien
mereka dengan baik.

5.    Otonomi

Kategori kelima Pavalko adalah kebebasan untuk mengontrol dan mengatur dirinya sendiri.
Profesi mempunyai otonomi untuk regulasi dan membuat standar bagi anggotanya. Hak mengurus diri
sendiri merupakan salah satu tujuan dari asosiasi keperawatan, karena hal ini juga berarti keperawatan
mempunyai status dan dapat mengontrol seluruh kegiatan praktik anggotanya. Otonomi juga dapat
diartikan sebagai suatu kebebasan dalam bekerja dan pertanggungjawaban dari suatu tindakan yang
dilakukannya.

6.    Komitmen
Kategori keenam adalah komitmen untuk bekerja. Manusia yang komitmen untuk bekerja
menunjukkan adanya suatu keunggulan, untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mencegah
terjadinya kemangkiran, menekuni pekerjaannya seumur hidup atau dalam periode waktu yang lama.
Komitmen perawat juga dapat menurun, hal ini terjadi karena kebanyakan dari perawat adalah wanita,
yang harus membagi perhatiannya dengan keluarga, sehingga mereka sering mengalami konflik yang
berkepanjangan dan kadang-kadang harus keluar dari pekerjaannya.

Orientasi karir juga merupakan salah satu ciri dari komitmen, karena dengan adanya
pengembangan karir melalui pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi membuat perawat dapat bekerja
dengan lebih baik dan bertanggung jawab dalam melakukan asuhan keperawatan.

7.    Kesadaran bermasyarakat

Kesadaran bermasyarakat bagi perawat diartikan sebagai anggota kelompok yang ikut mengambil
bagian dalam persamaan pedoman, nasib serta memiliki kebudayaan tersendiri. Perawat mempunyai
simbol-simbol yang dikenal masyarakat sebagai ciri yang khas dari sebuah profesi seperti seragam
putih, pin dan cap. Walaupun akhir-akhir ini banyak yang mengubah identitas tersebut, tetapi perawat
telah memiliki perasaan yang kuat untuk tetap bersatu dalam kelompoknya.

8.    Kode etik

Eksistensi kode etik merupakan kategori terakhir dari Pavalko. Etika keperawatan merujuk pada
standar etik yang membimbing perawat dalam praktik sehari-hari seperti jujur terhadap pasien,
menghargai pasien atas hak-hak yang dirahasiakannya dan beradvokasi atas nama pasien.

Etika keperawatan ditujukan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan


membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu, selain itu
juga menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang secara suka rela diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak dari keputusan-keputusan perawat yang mempengaruhi
kehidupan dari pasien dan keluarganya. Ciri dari praktik profesional adalah adanya komitmen yang
kuat terhadap kepedulian individu, khususnya kekuatan fisik, kesejahteraan dan kebebasan pribadi,
sehingga dalam praktik selalu melibatkan hubungan yang bermakna. Oleh karena itu seorang
profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar praktik dan kode etik untuk melindungi
masyarakat serta memajukan profesi.

B. Keperawatan Profesional
Konsep Penting Untuk Profesionalisme Keperawatan

1.            Profesionalisme Keperawatan

2.            Otonomi

3.            Gaya Kepemimpinan

Profesionalisme Keperawatan memiliki atribut penting dalam profesionalisasi keperawatan


(Miller, 1985), yakni :

1.        Memperoleh tubuh pengetahuan (Body of Knowledge) dalam tatanan universitas dan orientasi sains
pada tingkat pasca sarjana dalam keperawatan.

2.        Mencapai kompetensi dengan landasan teoritik, dimana diagnosis dan tritmen respons manusia
terhadap masalah kesehatan yang nyata atau potensial dapat dilaksanakan.

3.        Menyebutkan dan menspesifikasikan keterampilan dan kompetensi yang merupakan batas dari
keahlian.
Kriteria untuk mencapai Status Profesional dalam Keperawatan (Flexner :1915) :

1.           Adanya Intelektualitas kegiatan kelompok yang cukup tinggi.

2.           Tindakan Keperawatan di landasi pengetahuan yang dapat di pelajari.

4.           Tindakan keperawatan mengutamakan aspek pragmatisme dalam konteks teori.

5.           Profesi memiliki berbagai kegiatan teknis yang merupakan kegiatan pendidikan profesi.

6.           Tenaga keperawatan merupakan anggota profesi yang solid.

7.           Motivasi staf yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

8.           Pohon pengetahuan berorientasi pada praktek keperawatan melalui kegiatan riset keperawatan dan
kemampuan analisis menyelesaikan masalah.

9.           Kemampuan berkolaborasi dengan kelompok pelayanan dan individu lain untuk kepentingan
pasien.

10.       Kesejawatan yang kokoh melalui penerapan peraturan perijinan dan praktek untuk melindungi
pasien.

11.       Mempertahankan Otonomi melalui hubungan langsung dengan klien.

12.       Memberlakukan kode etik yang kohesif, jelas dan di terjemahkan secara baik oleh staf, di wujudkan
melalui sikap dan perilaku serta kemampuan mengantisipasi situasi yang berpotensi menjadi masalah
etik.

Menunjuk kepada kemandirian profesi (otonomi). Perawat dapat melakukan seluruh fungsi
profesionalnya berdasarkan pengetahuan dan keputusannya dan hak untuk melakukan hal tersebut di
akui oleh pihak lain, seperti:

1.           Komponen penting bagi keperawatan sebagai profesi, yaitu membangun mekanisme untuk
mengatur diri dan pengaturan (self regulation dan governance).

2.           Hal penting untuk memahami perlunya struktur manajemen kolaboratif dalam profesionalisasi
keperawatan dan meningkatkan kepuasan peran dan retensi.

3.           Perilaku profesional dominasinya adalah intelektual dan di dasari landasan teoritik ilmu.

4.           Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada praktek profesional
adalah pusat dari konsep otonomi.

C.  Peran, Fungsi dan Tugas Perawat


1.     Peran Perawat

Peran merupakan tingkah laku yang diharapakan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
dengan kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi yang
bersifat konstan.

Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri dari peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan
peneliti.

2. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen.

a.    Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam menjalankan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia.

b.    Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat
lain.

c.    Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara tim satu
dengan lain.

3.     Tugas Perawat

Tugas perawat dalam menjalankan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat
dilaksanakan sesuai dengan tahapan dalam proses keperawatan. Tugas perawat ini disepakati dalam
lokakarya tahun 1983 yang berdasarkan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
adalah sebagai berikut:

1.    Mengkaji kebutuhan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat serta sumber yang tersedia dan
potensi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mengumpul data, menganilisis dan menginterpretasikan
data.

2.    Merencanakan tindakan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat


berdasarkan diagnosis keperawatan Mengembangkan rencana tindakan keperawatan.

3.    Melaksanakan rencana keperawatan yang meliputi upaya peningkatan kesehatan, pencegah penyakit,
penyembuhan, pemulihan dan pemeliharaan kesehatan termasuk pelayanan klien dan keadaan
terminal. Menggunakan dan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu perilaku, sosial
budaya, ilmu biomedik dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia.

4.    Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan. Menentukan kriteria yang dapat diukur dalam menilai
rencana keperawatan. Menilai tingkat pencapaian tujuan. Mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diperlukan.

5.    Mendokumentasi proses keperawatan. Mengevaluasi data permasalahan keperawatan. Mencatat data


dalam proses keperawatan. Menggunakan catatan klien untuk memonitor asuhan keperawatan.

6.    Mengidentifikasi hal-hal yang perlu diteliti atau dipelajari serta merencanakan studi kasus guna
meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam praktik keperawatan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian dalam bidang keperawatan. Membuat usulan rencana
penelitian keperawatan. Menerapkan hasil penelitian dalam praktik keperawatan.

7.    Berperan serta dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan kepada klien keluarga kelompok serta
masyarakat. Mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan. Membuat rencana penyuluhan
kesehatan. Melaksanakan penyuluhan kesehatan. Mengevaluasi hasil penyuluhan kesehatan.

8.    Bekerja sama dengan disiplin ilmu terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Berperan serta dalam pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga kelompok dan masyarakat. Menciptakan komunikasi yang efektif baik dengan tim
keperawatan maupun tim kesehatan lain.

9.    Mengelola perawatan klien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan kegiatan
keperawatan. Menerapkan keterampilan manajemen dalam keperawatan klien secara menyeluruh.

Berfikir Kritis Dalam Keperawatan


Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan
profesional dan kualitas asuhan keperawatan,Berfikir kritis jaminan yang terbaik bagi perawat
mencapai sukses dalam berbagai aktifitas.
Berfikir kritis perlu bagi perawat yaitu untuk:
1. Penerapan profesionalisme.
2. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep.

Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan perawat, karena :
• Perawat setiap hari mengambil keputusan.
• Perawat menggunakan keterampilan berfikir :
1. Menggunakan pengetahuan dari berbagai sumbjek dan lingkungannya
2. menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
3. penting membuat keputusan.

Mz.Kenzie à Critical thinking : Ditujukan pada situasi, rencana, aturan yang terstandar dan
mendahului dalam pembuatan keputusan.

Critical thinking à Investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, phenomena, pertanyaan,
atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi.

Critical thinking : Pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip,
argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktifitas (Bandman and
Bandman, 1988).

Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan keputusan dan kreatifitas.

Asumsi berfikir (Think) :


• Berfikir, perasaan dan berbuat dilakukan bersama/sejalan komponen dasar keperawatan.
Berfikir tanpa melakukan sesuatu adalah sia-sia
Bekerja tanpa berfikir adalah sangat berbahaya
Berfikir /berbuat tanpa diserta perasaan sesuatu yang tidak mungkin

Freely metoda berfikir kritis :


debate .
1. lndividual decision Group 
2. Persuasi 
3. Propaganda 
4. Coercion 

Karakteristik berfikir kritis :


• Proses pengetahuan multi dimensi
• Orientasi pada proses
• Kerangka interpretasi pengetahuan, tantangan, pengambilan keputusan, hipotesa dan memodifikasi

Proses berfikir kritis :


1. Memahami
2. Mengevaluasi isi dan bagan isi
3. Mempertanyakan-menjawab-bertanya-menjawab-dst.
4. Membangun pertanyaan : Pemicu proses berkelanjutan yaitu proses untuk mencari jawaban
dengan kemungkinan :
a. Ada jawaban-pertanyaan jawaban
b. Tak terdapat jawaban-masalah.
5. Titik jawab - upaya pencarian - mencari jawaban melalui rangkaian kegiatan -Riset.

Costa, Dkk (1985) Model berfikir kritis (The Six Rs) :


1. Remembering
2. Repeating
3. Reasoning
4. Reorganizing
5. Relating
6. Reflecting

Bentuk berfikir ( T H I N K )
Total Recall :
Kemampuan mengkaji pengetahuan, dengan pengetahuan itu seseorang belajar dan menanamkan
Ada yang Sangat luas wawasannya-sangat mengetahui.
Kurang wawasan perawat pemula yang sedikit pengetahuannya tentang keperawatan.

Total recall :
- mengingat fakta-fakta
- mengingat dimana dan mengapa menemukan sesuatu yang diperlukan
- Fakta dalam keperawatan diperoleh dari berbagai sumber termasuk pasien dan keluarganya.

Habits :
Apabila tindakan kebiasaan tidak ada, maka sama dengan berbuat tanpa berfikir. diterima untuk
mengerjakan sesuatu pada waktu yang tepat atau keharusan mengerjakan.
Cardiopulmonary resuscitation (CPR)  sering digunakan dalam keperawatan.

Inquiry :
- menguji isue secara mendalam.
- Pertanyaan yang segera menjadi kenyataan
- Cara berfikir yang utama dalam keputusan
- Keputusan akan lebih akurat bila menggunakan pendekatan inquiry
- Pengumpulan dan analisa info untuk keputusan akan lebih baik.

News ideas and creativity :


- Akar yang perlu dikembangkan dalam keperawatan
- Keperawatan memiliki banyak standar yang dapat menjamin pekerjaan lebih baik. tetapi tidak selalu
dapat dilakukan. OKI perawat harus belajar lebih banyak guna memperoleh informasi baru askep
lebih berkualitas.
Knowing how you think :
- Jika perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka peraswat akan dapat mengetahui apa
yang difikirkan.

Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu:


1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan 
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif.
- perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran,
info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. 
- Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan.
2. Argumentasi dalam keperawatan 
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menenukan,
menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
Badman and Badman (1988)  argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan
:
1. berhubungan dengan situasi perdebatan.
2. Debat tentang suatu isu
3. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok
4. Penjelasan yang rasional
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan 
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
Keputusan apa yang harus kita lakukan
4. Penerapan Proses Keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan
a. Pengkajian :
- mengumpulkan data dan validasi.
- Perawat melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir kritis.
- Mengelola dan mengkatagorikan data  menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.
b. Perumusan diagnosa keperawatan :
- Tahap pengambilan keputusan yang paling kritis.
- Menentukan masalah dan argumen secara rasional
- Lebih terlatih, lebih tajam dalam dalam masalah
c. Perencanaan keperawatan :
- menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan
- keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan
d. Pelaksanaan keperawatan :
- pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah keterampilan dalam menguji hipotesa.
- Tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan
e. Evaluasi keperawatan :
-Mengkaji efektifitas tindakan
-Perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien
-Perlukah diulangi
MEMAHAMI PENGANTAR PROFESI KEPERAWATAN DAN
KONSEP PERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :
09180000042 DWIVANI NUR SALSABILA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU
TAHUN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai