Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

MENINGITIS

Pembimbing:
dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes

Disusun oleh:
Graciela Aprilia Djohan
406192036

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


PERIODE 15 JUNI – 27 JUNI 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Graciela Aprilia Djohan


NIM : 406192036
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Universitas Tarumanagara
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 15 Juni 2020 – 27 Juni 2020
Judul : Laporan Kasus Meningitis
Diajukan : 23 Juni 2020
Pembimbing : dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes

Telah diperiksa dan disahkan:

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes.


Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Nama Mahasiswa (NIM) : Graciela Aprilia Djohan (406192036)


Tanggal : 23 Juni 2020
Dokter Pembimbing : dr. Melani Rakhmi Mantu, Sp.A, M.Kes

I. IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. X

Tempat / Tanggal Lahir : 23 Maret 2019

Usia : 15 bulan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal periksa : 23 Juni 2020

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara allo-anamnesia dari ibu pasien pada tanggal 23 Juni 2020.

A. Keluhan Utama

Kejang berulang

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan kejang berulang. Sejak semalam sebelum
masuk rumah sakit pasien mengalami serangan kejang fokal di lengan dan tungkai kanan,
sebanyak 3 kali dengan interval ± 3 jam masing-masing sekitar 5 menit. Setelah kejang
pasien tampak tidak sadar tetapi oleh orangtuanya disangka tidur. Sejak  1 bulan sebelum
masuk rumah sakit suhu tubuh pasien cenderung hangat dan sempat demam tinggi 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Selama kurun waktu tersebut pasien terkadang mengeluh
pusing, tanpa disertai gejala lain. Tidak ada keluhan mual, muntah, batuk, sesak, dll. Pola
BAB dan BAK masih seperti biasa.
C. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien memiliki riwayat diopname di rumah sakit sebelumnya sebanyak 2 kali, pertama saat
usia 3 bulan karena sesak napas dan mengi, yang kedua pada usia 6 bulan karena kejang
demam.

D. Riwayat Pengobatan

Pasien pernah diperiksakan ke puskesmas dan mendapat resep vitamin dan antibiotika,
namun tidak diminumkan oleh ibu pasien karena merasa anaknya tidak butuh obat tersebut.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada riwayat sakit seperti ini dalam keluarga, Ayah, ibu, dan kedua kakak pasien
dalam kondisi sehat.
 Tidak ada riwayat kejang di keluarga.
 Ayah pasien mempunyai riwayat asma.
F. Riwayat Imunisasi

Pasien sudah medapatkan imunisasi BCG, 2 kali tetes polio, 2 kali pentabio.

G. Riwayat Kebiasaan

Seminggu SMRS pasien mulai berkurang aktivitasnya, lebih banyak rebahan di tempat tidur
dan tidak berselera makan. Sejak lahir hingga sekarang masih diberikan ASI, mulai mendapat
MPASI komersil di usia 5 bulan, dan saat ini makan menu keluarga 2-3 kali per hari dengan
porsi @ ½ hingga ¾ mangkuk.

H. Riwayat Lingkungan Sosial

Sebelum sakit, sehari-hari pasien dirawat oleh pengasuh yang menjaganya selama ayah-ibu
berada di kantor. Pengasuh ini baru terdiagnosis TB sekitar 2 bulan yang lalu, setelah
merawat pasien sejak ibu kembali bekerja setelah cuti bersalin. Pengasuh tersebut dikirim
pulang ke kampung dengan membawa surat rujukan untuk berobat di puskesmas setempat.
Setelah pengasuhnya dipulangkan, pasien dititipkan ke day care di dekat kantor ayahnya.

I. Riwayat Perinatal

Pasien dilahirkan cukup bulan, dengan persalinan spontan per vaginam ditolong bidan di
puskesmas. Berat badan lahir 3000 gram, panjang 50 cm, AS 8-10.
J. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan : Dibanding kedua kakaknya, postur tubuh pasien tergolong mungil, dengan
berat badan 7,9 kg terakhir saat berusia 1 tahun.

Perkembangan : Keterampilan motorik pasien bisa berguling usia 4 bulan, merangkak 6


bulan, duduk 8 bulan, berdiri 9 bulan, berjalan sendiri 11 bulan. Saat ini pasien sudah bisa
memanggil ‘yaya’, ‘bubu’, dan menunjuk anggota tubuhnya saat ditanya.

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : Sopor

TANDA VITAL

Nadi : 120x / menit, regular, isi cukup

Suhu : 38.6°C

RR : 28x / menit

DATA ANTOPOMETRI

Berat Badan : 7,4 kg

Panjang Badan : 71 cm

Lingkar Kepala : 43 cm

IMT : 14,68 kg/m2


WHO Z Score:
 BB/U : -3 Underweight/ bb kurang
 TB/U : < -3 severe stunted / sangat pendek
 BB/TB : (-2) – (-3) wasted / kurus (gizi kurang)
 LK/U : (-2) – (-3) mikrosefali

PEMERIKSAAN SISTEM
Kepala : Mikrocephali, tidak teraba benjolan, rambut dan kulit kepala tidak
ada kelainan, rambut terdistribusi merata dan tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil buat ditengah, isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya (+/+),
sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), konjungtiva anemis (+/+).
Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, serumen (-/-), sekret (-/-), KGB
pre/retroaurikular tidak teraba membesar
Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-), hiperemis (-), napas
cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis perioral (-), mukosa bukal kering (-), tonsil T1/T1, hiperemis
(-), detritus (-), kripta tidak melebar, lidah ditengah
Leher : Trakea ditengah, tidak tampak deviasi, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran KGB servikal dan supraklavikular.

Jantung :
 Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : pulsasi ictus cordis teraba di ICS V midclavicula line sinistra, tidak
kuat angkat
 Perkusi : batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, murmur (-), gallop (-).

Paru :
 Inspeksi : bentuk dada normal, simetris pada posisi statis dan dinamis, retraksi
subkostal, interkostal dan supraklavikular (-/-)
 Palpasi : stem fremitus kanan-kiri dan depan-belakang sama kuat
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru, batas paru normal
 Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen :
 Inspeksi : perut tampak rata
 Palpasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : timpani pada seluruh kuadran abdomen
 Auskultasi : supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar

Anus dan Genitalia : tidak tampak kelainan


Ekstremitas : akral teraba hangat, CRT <2 detik, tidak tampak edema
Kulit : turgor kulit baik, sianosis (-), ikterik (-)
Status Neurologis : Gerakan terbatas, kaku kuduk (+), Brudzinski (+), Kernig (+),
kekuatan tungkai ka/ki 3/4 lengan ka/ki 3/4 dengan tonus otot
meningkat. Refleks fisiologi (+) di keempat ekstremitas, refleks
patologis Babinsky’s +/+ dan klonus +/+. Fungsi sensorik dan saraf
kranialis sulit dievaluasi

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Hematologi
Parameter Hasil Rujukan

Hemoglobin 8,8 mg/dl 10,5-14 mg/dl

Hematocrit 36% 33-38%

MCV 71,1 70-88 fl

MCH 21 23-30 pg

MCHC 30 32-36 %

Leukosit 25.300 6.000-14.000/mm3


Hitung jenis
• Basofil 0 0-0,75%
• Eosinofil 2 1-3%
• Neutrofil batang 2 3-5%
• Neutrofil segmen 65 54-62%
• Limfosit 20 25-33%
• Monosit 11 3-7%
Trombosit 562.000 250.00-600.000/mm3

LED 120 <10 mm/jam

Na 144 134-144 mEq/l

Retikulosit 2,9% 0,5-1,5 %

LCS
Parameter Hasil Rujukan
warna Transudat kekuningan Jernih

pH 8,0 7,28-7,32

BJ 1,010 1003-1008

Sedimen - -

Jumlah sel 250 0-15 sel/mm3

PMN 81% <10%

Protein 100 15-60 mg/dL

Glukosa 37 40-70 mg/dL

Nonne (-) -

Pandy (+) -

Foto Toraks : Pembengkakan limfonodi hilus kiri, corakan bronkovaskuler meningkat.

V. RESUME
Telah diperiksa anak laki-laki usia 15 bulan yang dibawa ayah-ibunya ke RS dengan
keluhan kejang berulang sejak semalam SMRS. Kejang terjadi pada lengan dan tungkai
kanan. Frekuensi kejang sebanyak tiga kali dengan interval ±3 jam dan durasi masing –
masing kejang 5 menit. Setelah kejang pasien tampak tidak sadar. Demam tinggi
dirasakan sejak 2 hari yang lalu, dan suhu tubuh hangat dirasakan sejak 1 bulan yang lalu,
aktivitas mulai berkurang, lebih banyak rebahan di tempat tidur dan tidak berselera
makan sejak 7 hari yang lalu, mual (-), muntah (-), batuk (- ), sesak (-), BAB dan BAK
seperti biasa. Pasien telah dibawa berobat ke puskesmas dan telah di berikan antibiotil
serta vitamin namun ibu tidak meminumkan. Pasien pernah dirawat di rs saat usia 3 bulan
karena sesak nafas dan mengi dan saat usia 6 bulan karna kejang demam. Ayah pasien
mengidap asma kambuh-kambuhan. Pasien hanya medapat imunisasi bcg,poli 2x dan
pentabio 2x. Pasien diasuh oleh pengasuh yang terdiagnosa TB 2 bulan lalu.
Pemeriksaan Fisik ditemukan tampak sakit berat, penurunan kesadaran, febris, gizi
kurang, konjungtiva anemis, pembesaran limfonodus di servikal dan subklavikula.
Pemeriksaan neurologis rangsang meningeal, refleks patologis (+).
Pada pemeriksaan laboratorium hematologi didapatkan hemoglobin, limfosit, MCH,
MCV, MCHC menurun. Leukosit, neutrophil segmen, monosit, trombosit, LED,
retikulosit meningkat. Pada pemeriksaan analisis LCS didapatkan protein dan glukosa
menurun, sedangkan BJ, pH, leukosit, PMN meningkat dan test pandy +. Pada
pemeriksaan foto toraks ditemukan pembengkakan limfonodi hilus kiri dan corakan
bronkovaskular meningkat.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
 Meningitis et causa suspect infeksi TB
 Gizi Kurang
 Severe stunted/ sangat pendek
 Anemia et causa penyakit kronis
 Keterlambatan vaksin/ vaksin belum lengkap hingga 15 bulan
Diagnosis Banding
 Meningitis Bakterial
 Ensefalitis

VII. RENCANA DIAGNOSTIK


- Pemeriksaan BTA dan kultur Mycobacterium Tuberculosis
- EEG
- CT Scan Kepala
- Uji Tuberkulin/ Mantoux
VIII. RENCANA TERAPI
 Pemberian Oksigen 3L/menit, FiO2 31%
 Pembrian Infus cairan RL = 100x 7,4 = 740ml/hari +81,4ml ( ditambah 10%
setiap 1°C demam) = 821,4 ml/hari = 34 ml/jam
 Obat Tb diminum selama 2 bulan
o Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari
→74-148mg/hari
o Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600mg/hari → 74-
148 mg/hari
o Pirazinamid 15-30mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari →
222-296mg/hari
o Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000mg/hari → 111-
185mg/hari
 Prednison 2-4mg/kgBB/hari → 14,8 – 29,6mg/hari selama 4 minggu
 Paracetamol 10-15mg/kgBB/x jika demam
 Antikonvulsan diazepam 0,2-0,5 mg/kgBB IV, jika mengalami kejang →
1,48-3,7mg
 Pemberian imunisasi yang tertinggal
o Imunisasi dapat diberikan setelah pasien sembuh vaksin yang
tertinggal tidak perlu di mulai dari awal
o Pentavalen 1x
o Polio 1x
o MMR 1x diberikan minimal 1 bulan sebelum/ setelah imunisasi lain
 Nutrisi
o Kondisi tidak sakit = BB ideal x RDA menurut Usia = 10,2x100 =
1020kkal
Kondisi sakit kritis = REE x factor aktivitas x factor stress = REE laki-
o
laki (60,9xBB(kg))-54= 396,66 x (Faktor aktivitas) 1,2 x (Faktor
stress) 1,3 = 618,78 kkal
IX. RENCANA EVALUASI
- Tanda vital dan evaluasi neurologis secara teratur
- Tanda- tanda peningkatan tekanan intracranial
- Pemantauan respon pengobatan, toleransi dan kemungkinan efek samping dari
obat, setelah 2 bulan pengobatan dilanjutkan pemberian INH dan rifampisin
selama 10 bulan
- Pemantauan kejang berulang dan penurunan kesadaran
X. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad malam
- Ad functionam : ad malam
- Ad sanationam : ad malam

TINJAUAN PUSTAKA
Meningitis

1. Definisi
Meningitis adalah infeksi serius pada meninges, membran yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang yang disebabkan oleh banyak patogen yang berbeda termasuk bakteri, jamur
atau virus, tetapi beban global tertinggi terlihat dengan meningitis bakteri.1

2. Epidemiologi
Jumlah kasus meningitis bakteri di Amerika Serikat diperkirakan 25.000 - 40.000 kasus per
tahun, dengan sebagian besar kasus terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Secara global,
diperkirakan ada 13,7 juta kasus TB pada 2007.2 Angka kejadian meningitis TB di Indonesia
mulai meningkat pada 5 tahun pertama dan jarang terjadi pada bayi usia dibawah 3 bulan.
Puncak kejadian meningitis TB yaitu pada usia 6 bulan hingga 2 tahun. Angka kematian
berkisar 10-20% dan jika tidak ditangani akan meninggal dalam waktu 3-5 minggu.3 Insiden
meningitis viral tahunan teradapat 11 kasus per 100.000 populasi per tahun telah dilaporkan
oleh CDC.2

3. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh beberapa patogen, seperti bakteri, virus, jamur, dan
parasit.4 Beberapa bakteri berbeda dapat menyebabkan meningitis. Infeksi bakteri yang sering
pada usia 0-2 bulan adalah Streptococcus group B, Escherichia coli. Anak dengan usia 2
bulan-5 tahun yaitu Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophillus
influenza. Anak dengan usia diatas 5 tahun yaitu Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidis.3 Enterovirus non-polio adalah penyebab paling umum dari meningitis virus di
Amerika Serikat. Virus lain yang dapat menyebabkan meningitis adalah herpes virus, Epstein
barr virus, mumps virus, measles virus dan influenza virus. Beberapa penyebab meningitis
jamur termasuk Cryptococcus, Histoplasma, Blastomyces, Coccidioides, dan Candida.4
Meningitis tuberculosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.3 Berbetuk batang/
basil, berwarna merah, dengan panjang 2-4 mikrometer dan mampu bertahan dalam keadaan
ekstrem (asam) sehingga disebut sebagai basil tahan asam (BTA). Mycobacterium
tuberculosis bersifat aerob obligat, sehingga seringkali terlihat pada bagian atas paru.5

4. Cara penularan
Bakteri yang menyebabkan meningitis ditularkan dari orang ke orang melalui tetesan droplets
dari pembawa. Kontak yang dekat dan berkepanjangan, seperti berciuman, bersin, atau batuk
pada seseorang, atau tinggal di lingkungan yang dekat dengan orang yang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit. Masa inkubasi rata-rata adalah 4 hari tetapi dapat berkisar antara 2
dan 10 hari.1

5. Patofisiologi
Organisme yang menyebabkan meningitis bakteri masuk ke nasofaring kemudian masuk ke
aliran darah. Bakteri memasuki ruang subarachnoid oleh granulosit atau dengan melewati sel
endotel (transcytosis), melintasi kapiler pleksus choroid berpori. CSF adalah media yang
ideal untuk penyebaran bakteri karena memberikan nutrisi yang cukup untuk berkembang
biak dan memiliki sedikit sel fagosit, serta tingkat antibodi dan komplemen yang rendah.
Awalnya, bakteri berkembang biak tanpa hambatan dan dapat diidentifikasi dalam apusan,
kultur, atau dengan deteksi ELISA antigen mereka sebelum ada peradangan.
Produk bakteri dapat merusak otak dan pembuluh darah secara langsung. Toksin bakteri
menyebabkan apoptosis neuron, dan lipopolisakarida dinding sel (endotoksin), dilepaskan
dari bakteri yang mengaktifkan pembekuan menyebabkan koagulasi intravaskular diseminata
(DIC). Cedera yang lebih parah dapat terjadi akibat respons peradangan terhadap bakteri. Sel-
sel sistem imun bawaan otak, yang terletak di BBB, pleksus koroid, dan ependyma,
mendeteksi bakteri dan mengeluarkan sitokin, kemokin, dan komplemen, yang menarik
granulosit yang bersirkulasi ke dalam CSF. Granulosit dan makrofag memiliki enzim lisosom
yang kuat dan radikal bebas, yang digunakan untuk membunuh bakteri, tetapi memiliki masa
hidup yang pendek.. Jika neutrofil menumpu dapat merusak jaringan otak, saraf, dan
pembuluh darah. Vaskulitis dan pembekuan menyebabkan infark serebral. Jadi, kerusakan
otak pada meningitis bakteri sebagian disebabkan oleh aksi langsung bakteri dan sebagian
oleh respon inflamasi antibakteri. Otak memiliki mekanisme yang rumit untuk
mengendalikan peradangan tetapi, dalam beberapa kasus, reaksi pertahanan yang tidak
seimbang dapat menyebabkan cedera parah. Komplikasi meningitis bakteri yang paling
berbahaya adalah peningkatan tekanan intrakranial dari edema serebral. Edema serebral dapat
berupa vasogenik, dari peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sitotoksik dari hipoksia
serebral, interstitial, dari peningkatan volume CSF, atau kombinasi dari semuanya.
Peningkatan tekanan intrakranial, pada gilirannya, menyebabkan penurunan perfusi otak,
hipoksia / iskemia, dan nekrosis neuron.6
6. Manifestasi Klinis
Pada meningitis bakterial biasanya didahului oleh gejala pada saluran pernafasan (batuk dan
pilek), gastrointestinal yang diikuti oleh letargis dan iritabilitas. Gejala nonspesifik pada
bacterial meningitis meliputi, demam, anoreksia, nafsu makan berkurang, sakit kepala,
myalgia, atralgia, takikardi, hipotensi, dan kelainan pada kulit seperti petekie, purpura, rash
macula eritematosa. Gejala neurologis yang ditimbulkan akibat iritasi pada meningeal seperti
kaku kuduk, nyeri pinggang, kernig sign +, brudzinski sign +. Terdapat juga gejala akibat
peningkatan tekanan intracranial meliputi, sakit kepala, emesis, penonjolan pada fontanel /
diastasis sutura, anisokor, ptosis, stupor, koma. Gejala akibat terjadinya cerebritis, infark,
atau gangguan eletrolit adalah kejang pada 20-30% pasien. Penurunan status mental juga
sering dijumpai pada pasien dengan meningitis akibat peningkatan tekanan intracranial,
serebritis, atau hipotensi. Penurunan status mental seperti iritabilitas, letargi, stupor, koma.
Pada kasus yang jarang dapat ditemukan fotofobia dan tache cerebrale.7

7. Diagnosis
Anamnesis
Biasanya didahului infeksi pada saluran napas atas seperti batuk, pilek atau ganguang saluran
certna seperti diare dan muntah. Gejala lain yang dapat timbul tetapi tidak khas adalah
demam, nyeri kepala, meningismus dengan atau tanpa penurunan kesadaran, letargi, malaise,
kejang (jenis, lama, frekuensi, dan interval) serta muntah.
Pada anak usia kurang dari 3 tahun jarang mengeluh nyeri kepala. Pada bayi biasanya gejala
hanya berupa demam, iritabel, letargi, malas minum dan high pitched cry.3
Pada meningitis tuberculosis biasanya demam berlangsung selama 14 hari. Riwayat kontak
dengan dengan pasien tuberculosis dewasa. Dapat disertai penurunan berat badan dan
anoreksia.8

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan gangguan kesadaran seperti penurunan kesadaran atau
iritabilitas. Dapat juga ditemukan ubun-ubun besar yang membonjol, kaku kuduk, atau tanda
rangsang meningeal lain (Bruzinski dan Kernig), kejang, dan defisit neurologis fokal. Tanda
rangsang meningeal mungkin tidak ditemukan pada anak berusia kurang dari 1 tahun. Dapat
juga ditemukan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial.3
Pada meningitis bacterial terbagi menjadi 3 stadium:3,7
 Stadium 1 (inisial) berlangsung 1- 2 minggu. Pasien apatis, iritabel, nyeri kepala,
demam, malaise, anoreksia, mual, dan muntah, kelainan neurologi belum ada.
 Stadium 2. Pasien tampak mengantuk, kejang, disorientasi, terdapat rangsang
meningeal, deficit neurologis fokal, paresis nervus kranial, gerakan involunter
(tremor, koreoatetosis, hemibalismus)
 Stadium 3. Pasien mengalami tanda seperti pada stadium 2 disertai dengan
kesadaran yang semakin menurun sampai koma. Ditemukan tanda peningkatan
tekanan intracranial, pupil terfiksasi, pernapasan ireguler, peningkatan suhu tubuh
dan esktremitas spastis

Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, dan gula darah
 Pungsi lumbal

Gambar 1. Klasifikasi hasil LCS berdasarkan penyebabnya


 Pemekrisaan pencitraan CT Scan/ MRI kepala dengan kontrras dilakukan jika ada
indikasi terutama komplikasi hidrosefalus
 Foto rongen dada dapat menunjukkan gambaran penyakit tuberculosis
 Eletroensefalografi (EEG) dikerjakan jika memungkinkan3

8. Tatalaksana
Terapi meningitis diawali dengan terapi empiris, setelah hasil biakan dan uji resistensi
didapatkan terapi baru dapat disesuaikan dengan bakteri penyebabnya. Lama pengobatannya
tergantung dari kuman penyebab, biasanya 10-14 hari.3
Terapi empirik antibiotik:3
 Usia 1-3 bulan
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + sefotaksim 200-300 mg/
kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis
Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis
 Usia > 3 bulan : - Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis,
 Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau
 Ampisislin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + kloramfenikol 100 mg/
kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.

Deksametason dapat diberikan 15- 30 menit sebelum atau pada saat pemberian antibiotic
dengan dosis 0,6mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis selama 4 hari.

Pada meningitis tuberculosis diberikan 4 macam obat selama 2 bulan yaitu:


- Isoniazid (INH) 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari.
- Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600mg/hari
- Pirazinamid 15-30mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari
- Etambutol 15-2 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000mg/hari atau streptomisin IM 20-
30 mg/kg/hari dengan maksimal 1 gram/hari
Kemudian dilanjutkan dengan pemberian INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
Prednisolon merupakan kortikosteroid yang dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi
dan edema serebral dengan dosis 1-2mg/kg/hari selama 6-8 minggu. Jika ada peningkatan
tekanan intracranial yang tinggi dapat diberikan deksametason 6 mg/m 2 setiap 4-6 jam
atau dosis 0,3-0,5 mg/kg/hari.3
Antikejang dapat diberikan jika terjadi peningkatan tekanan intracranial. Antikejang saat
di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena 0,1-0,2 mg/kgBB/dosis atau lorazepam
0,05-0,1 mg/kgBB/dosis. Selanjutnya diberikan fenitoin 15-20 mg/kgBB dosis loading
dan 5 mg/kgBB/24 jam sebagai maintenance. Tujuan pemberiannya untuk mengurangi
rekurensi kejang.8
9. Komplikasi
Dapat terjadi gangguan pendengaran pada 30% pasien meningitis bacterial. Selain itu
dapat juga terjadi retardasi mental, epilepsy, kebutaan, dan hidrosefalus.3

Gambar 2. Komplikasi Meningitis


10. Prognosis
Tingkat kematian pada anak-anak dengan meningitis bakteri adalah 3 persen. Sebagian
besar mengalami gejala sisa, hanya 18% pasien normal secara neurologis dan intelektual.3

11. Pencegahan
Vaksin
- HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6 bulan,
dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk
vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan
1 kali . Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya
menyerang anak dibawah usia 5 tahun.
- Pneumokokus untuk mencegah infeksi kuman pneumokokus salah satu penyebab
penting dari radang telinga, pneumonia, meningitis dan beredarnya bakteri dalam
darah.
- MMR (Mumps, Measles, Rubella) Vaksin MMR dapat digunakan untuk mecegah
penyakit virus yang dapat menyebar ke selaput meningen. Vaksin MMR diberikan
pada anak usia 15-18 bulan dengan minmal interval 6 bulan antara imunisasi
campak (usia 9 bulan) dengan MMR. Dosis satu kali 0,5 ml secara subkutan.
- BCG merupakan vaksin hidup untuk mencegah komplikasi tuberkulosis seperti
meningitis tuberkulosis. Vaksin BCG optimal diberikan pada usia 2-3 bulan dan
apabila diberikan pada usia >3 bulan maka diperlukan uji tuberkulin. Vaksin BCG
merupakan vaksin hidup sehingga tidak dapat diberikan pada pasien dengan
imunokompromais. Dosis pada anak 1 thn 0,1 ml.9
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Meningitis. [cited 2020 June 22]. Available from:
https://www.who.int/health-topics/meningitis#tab=tab_1
2. Epidemiology of Meningitis and Ventriculitis in Children [Internet]. The ISPN
Guide to Pediatric Neurosurgery. [cited 2020 June 22]. Available from:
https://www.ispn.guide/infections-of-the-nervous-system-in-
children/meningitis-and-ventriculitis-in-children-homepage/epidemiology-of-
meningitis-and-ventriculitis-in-children
3. Pudjiaji AH, Hegar B, Handryastuti S, dkk. Pedoman pelayanan medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia Jilid I. IDAI; 2009
4. Meningitis | Lab Manual | Epidemiology | CDC [Internet]. 2019 [cited 2020
June 22]. Available from: https://www.cdc.gov/meningitis/lab-manual/chpt02-
epi.html
5. Todars online textbook of bacteriology. Mycobacterium tuberculosis. 2012.
Available from: http://textbookofbacteriology.net/tuberculosis.html
6. Neuropathology. Infection of Nervous System. [cited 2020 June 22]. Available
from: https://neuropathology-web.org/chapter5/chapter5aSuppurative.html
7. Kliegman at al. Nelson textbook of pediatric.20th ed. PA; Elsevier; 2016.
8. Hospital care for children. Meningitis. 2016. Available from:
http://www.ichrc.org/65-meningitis
9. IDAI. Melengkapi/ Mengerjar Imunisasi (Bagian III). Available From:
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-
imunisasi-bagian-iii

Anda mungkin juga menyukai