DI KALIMANTAN SELATAN
Suryana
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Jalan Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 70711
ABSTRAK
Kerbau rawa (Bubalus carabanensis) umumnya dipelihara secara tradisional di rawa-rawa banjir dengan kedalaman
air lebih dari 3,50 m dengan menggunakan kalang. Kalang adalah kandang yang dibuat dari balok-balok kayu
blangeran (shore blangeran) berdiameter 10−20 cm, disusun berselang-seling membentuk segi empat tanpa atap.
Populasi kerbau rawa pada tahun 2005 tercatat 13.659 ekor, namun sejak lima tahun terakhir populasinya
menurun. Penurunan populasi diduga berkaitan dengan sistem pemeliharaan yang masih dilakukan secara tradisional,
tingginya tingkat pemotongan, terbatasnya pakan dan padang penggembalaan alami, serta penampilan produksi
dan reproduksi yang belum maksimal. Untuk meningkatkan populasi, produktivitas, dan reproduksi kerbau rawa
perlu dilakukan perbaikan kualitas genetik ternak dengan inseminasi buatan (IB), perbaikan mutu pakan, penyuluhan
kepada peternak agar tidak memotong kerbau yang produktif, serta pencegahan dan pengendalian penyakit,
terutama penyakit ngorok dan fascioliasis. Upaya inovasi teknologi meliputi revitalisasi dan pengembangan
kawasan perbibitan, pelaksanaan biosekuriti, pengadaan dan pengembangan bibit kerbau, program pemuliabiakan,
serta pengaturan areal penggembalaan sehingga kebutuhan pakan sepanjang tahun dapat tercukupi.
Kata kunci: Kerbau rawa, budi daya, Kalimantan Selatan
ABSTRACT
Development of swamp buffalo in South Kalimantan
Swamp buffalo (Bubalus carabanensis) is commonly raised traditionally in swamp areas with a water dept of more
than 3.50 m by using kalang, a traditional stall made of logs of 10−20 cm diameter. In 2005, population of swamp
buffalo reached 13,659 heads. However, the population decreased in the last five years due to some factors, i.e
farming of traditionally systems, slaughtering productive animals, limited supply of forages and natural pastures,
and low performance of productivity and reproductivity. The overcome the problems, it is needed to improve
genetic performance with artificial insemination technique, forages quality, intensive control of disease, especially
septicaemia epizootica and fascioliasis. Innovations of technology needed include revitalization and development
of animal breeding area, biosecurity, development of buffalo breds, breeding, and ruling of land use for natural
pastures to supply sufficient forages for a long year.
Keywords: Swamp buffalo, farming, South Kalimantan
Jenis rumput
Nutrien
Kumpai minyak Kumpai batu Kumpai mining Kumpai laki Babatungan Padi hiyang Sumpilang Eceng gondok
Bahan kering 94,57 94,73 93,69 93,49 93,80 93,30 94,07 94,27
Protein kasar 7,99 6,21 8,97 10,78 8,96 8,02 6,25 12,48
Lemak kasar 1,14 1,16 1,62 1,33 1,11 1,69 0,91 1,36
Serat kasar 27,85 34,59 23,66 26,09 21,09 28,28 18,09 23,27
Abu 10,92 10,28 12,04 10,03 11,01 14,23 6,98 13,44
Bahan ekstrak
tanpa nitrogen 52,09 47,77 53,71 51,77 57,83 47,78 66,85 49,46
Total digestible
nutrient tercerna 59,30 54,40 62,24 61,46 65,24 56,22 71,69 61,21
Kalsium 0,42 0,24 0,19 0,47 0,91 0,24 0,19 1,72
Fosfor 0,22 0 0,12 0,13 0,16 0,31 0,13 0,27
Sumber: Rohaeni et al. (2005).
DAFTAR PUSTAKA
Balai Informasi Pertanian Banjarbaru. 1986. Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Priadi, A. dan L. Natalia. 2006. Bakteri penyebab
Memperkenalkan peternakan kerbau rawa Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa. diare pada sapi dan kerbau di Indonesia. hlm.
di Kalimantan Selatan. Balai Informasi 38−44. Prosiding Seminar Nasional Tekno-
Pertanian Banjarbaru. 16 hlm. Faturrahman. 1988. Analisis vegetasi dan pro-
logi Peternakan dan Veteriner. “Cakrawala
duktivitas rumput rawa di Kecamatan Danau
Baru Iptek Menunjang Revitalisasi Peter-
Baikuni. 2002. Karakteristik reproduksi dan Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara,
nakan”. Buku I. Bogor, 5−6 September 2006.
potensi pengembangan ternak kerbau di Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Peter-
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter-
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera nakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
nakan, Bogor.
Selatan. Skripsi. Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hamdan, A., E.S. Rohaeni, dan A. Subhan. 2006.
Putu, I.G.M., M. Sabrani, M. Winugoho, T.
Karakteristik sistem pemeliharaan kerbau
Chaniago, Santoso, Tarmudji, A.D. Supriyadi,
Batosamma, T. 2004. Potensi dan prospek pe- rawa di Kalimantan Selatan. hlm.170−177.
dan P. Oktaviana. 1994. Peningkatan pro-
ngembangan kerbau belang di Sulawesi Selatan. Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak
duksi dan reproduksi kerbau kalang pada
Makalah disampaikan pada Seminar dan Kerbau Mendukung Program Kecukupan
agroekosistem rawa di Kalimantan Selatan.
Lokakarya Nasional Peningkatan Populasi Daging Sapi. Sumbawa, 4−5 Agustus 2006.
Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian
dan Produktivitas Ternak Kerbau di Indo- Pusat Penelitian dan Pengembangan Pe-
Ternak, Bogor. 54 hlm.
nesia. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan ternakan bekerja sama dengan Direktorat
Selatan bekerja sama dengan Pusat Biotekno- Perbibitan, Direktorat Jenderal Peternakan, Putu, I.G. 2003. Aplikasi teknologi reproduksi
logi LlPI. Banjarmasin, 7−8 Desember 2004. Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara untuk meningkatkan performans produksi
25 hlm. Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa. ternak kerbau di Indonesia. Wartazoa 13(4):
172−180.
Busono, W. 1993. Pengaruh beban kerja dan Hardjosubroto, W. 2004. Prospek sosial ekonomi
pakan tambahan terhadap perubahan bobot peternakan kerbau di Indonesia. Makalah Qomariah, R., E.S. Rohaeni, dan A. Hamdan.
badan dan beberapa aktivitas reproduksi disampaikan pada Seminar dan Lokakarya 2006. Studi permintaan pasar kerbau rawa
kerbau lumpur betina (Bubalus bubalis). Nasional Peningkatan Populasi dan Pro- dalam menunjang pengembangan lahan rawa
Disertasi. Program Pascasarjana, Institut duktivitas Ternak Kerbau di Indonesia. Dinas dan program kecukupan daging di Kaliman-
Pertanian Bogor, Bogor. Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan tan Selatan. hlm. 178−184. Prosiding Loka-
bekerja sama dengan Pusat Bioteknologi karya Nasional Usaha Ternak Kerbau Men-
Dilaga, S.H. 1987. Suplementasi kalsium dan
LlPI. Banjarmasin, 7−8 Desember 2004. 11 dukung Program Kecukupan Daging Sapi.
fosfor pada kerbau rawa Kalimantan Tengah
hlm. Sumbawa, 4−5 Agustus 2006. Pusat Peneliti-
yang mendapat ransum padi hiyang (Oryza
an dan Pengembangan Peternakan bekerja
sativa forma spontanea). Tesis. Fakultas Mahardika, I.G. 1996. Kinerja kerbau betina pada
sama dengan Direktorat Perbibitan Direktorat
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, berbagai beban kerja serta implikasinya
Jenderal Peternakan, Dinas Peternakan Pro-
Bogor. terhadap kebutuhan energi dan protein
vinsi Nusa Tenggara Barat, dan Pemerintah
pakan. Disertasi. Program Pascasarjana,
Dinas Peternakan Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kabupaten Sumbawa.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
1995. Laporan Tahunan. Dinas Peternakan
Rohaeni, E.S., A. Darmawan, R. Qomariah, A
Kabupaten Hulu Sungai Utara, Amuntai. 125 Mahendri, I.G.AP. dan B. Haryanto. 2006.
Hamdan, dan A. Subhan. 2005. Inventarisasi
hlm. Respons ternak kerbau terhadap penggunaan
dan karakterisasi kerbau rawa sebagai plasma
pakan jerami padi fermentasi pada usaha
Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. nutfah. Laporan Hasil Pengkajian. Balai
penggemukan. hlm. 323−328. Prosiding
2005. Buku Saku Peternakan 2005. Dinas Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan, Selatan, Banjarbaru. 90 hlm.
Veteriner. “Cakrawala Baru Iptek Menunjang
Banjarbaru.
Revitalisasi Peternakan”. Buku I. Bogor, 5− Rohaeni, E.S., A. Hamdan, R. Qomariah, dan A.
Direktorat Jenderal Peternakan. 2006. Statistik 6 September 2006. Pusat Penelitian dan Subhan. 2006a. Strategi pengembangan
Peternakan Indonesia. Direktorat Jenderal Pengembangan Peternakan, Bogor. kerbau rawa di Kalimantan Selatan. hlm.
Peternakan, Jakarta. 192−207. Prosiding Lokakarya Nasional
Muharsini, S., L. Natalia, Suhardono, dan
Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program
Diwyanto, K. dan Subandriyo. 1995. Peningkat- Darminto. 2006. Inovasi teknologi dalam
Kecukupan Daging Sapi. Sumbawa, 4−5
an mutu genetik kerbau lokal di Indonesia. pengendalian penyakit kerbau. hlm. 41−48.
Agustus 2006. Pusat Penelitian dan Pe-
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Per- Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak
ngembangan Peternakan bekerja sama dengan
tanian XIV(4): 92−101. Kerbau Mendukung Program Kecukupan
Direktorat Perbibitan, Direktorat Jenderal
Daging Sapi. Sumbawa, 4−5 Agustus 2006.
Diwyanto, K. dan E. Handiwirawan. 2006. Peternakan, Dinas Peternakan Provinsi Nusa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter-
Strategi pengembangan ternak kerbau: Aspek Tenggara Barat, dan Pemerintah Kabupaten
nakan bekerja sama dengan Direktorat Per-
penjaringan dan distribusi. hlm. 3−12. Sumbawa.
bibitan, Direktorat Jenderal Peternakan,
Prosiding Lokakarya Nasional Usaha Ternak Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Rohaeni, E.S., R. Qomariah, A. Subhan, dan Z.
Kerbau Mendukung Program Kecukupan Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Hikmah. 2006b. Pemeliharaan kerbau men-
Daging Sapi. Sumbawa, 4−5 Agustus 2006. dukung ekonomi keluarga di kawasan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peter- Musa, A.F. 1988. Mengenal rumput terapung
bendungan PLTA Riam Kanan, Kecamatan
nakan bekerja sama dengan Direktorat Per- daerah rawa Kalimantan Selatan. Majalah
Aranio, Kabupaten Banjar. hlm. 329−335.
bibitan Direktorat Jenderal Peternakan, Swadesi Peternakan Indonesia, Juni 1988.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi