CHAPTER 15
New-Product Options
Make or Buy
Perusahaan dapat menambah produk baru melalui akuisisi atau mengembangan.
Untuk mengakuisisi produk, perusahaan dapat membeli perusahaan lain, membeli paten
dari perusahaan lain, atau membeli lisensi atau franchise dari perusahaan lain.
Untuk mengembangkan produk, perusahaan dapat menciptakan produk baru di
laboratoriumnya sendiri, atau dapat membuat kontrak dengan peneliti independen atau
perusahaan pengembangan produk baru untuk mengembangkan produk baru atau
teknologi baru tertentu.
Kurang dari 10% keseluruhan produk baru benar – benar inovatif dan baru bagi dunia. Produk
tersebut menghasilkan biaya dan risiko yang sangat tinggi. Ketika perusahaan sukses
menciptakan produk yang baru bagi dunia, mereka bisa meningkatkan citra perusahaan,
keunggulan kompetitif yang lebih besar daripada produk biasa, dan menghasilkan imbalan
finansial yang signifikan.
Perusahaan umumnya harus menciptakan R&D yang kuat dan rekan pemasaran untuk
melakukan inovasi radikal. Budaya perusahaan yang baik juga menjadi faktor penentu penting
lainnya, perusahaan harus siap kanibalisasi produk yang ada, sabar akan risiko, dan menjaga
orientasi pasar masa depan.
Perusahaan yang berinovasi tinggi mampu untuk berkali – kali mengidentifikasi dan dengan
cepat merebut kesempatan pasar baru.
New-Product Success
Kebanyakan perusahaan yang sudah mapan fokus pada:
Incremental innovation
Memasuki pasar baru dengan mengutak – atik produk untuk pelanggan baru
Menggunakan variasi dalam produk inti untuk tetap selangkah lebih maju di pasar
Menciptakan solusi sementara untuk masalah industri.
New-Product Failure
Banyak alasan mengapa suatu produk baru banyak yang gagal:
Mengabaikan atau salah mengartikan penelitian pasar
Mengestimasi ukuran pasar berlebihan
Biaya pengembangan yang tinggi
Rancangan yang lemah atau kinerja tidak efektif
Salah memposisikan, mengiklankan, atau memberikan harga produk.
DLL.
Beberapa kekurangan tambahan yang dihadapi dalam meluncurkan produk baru adalah:
1. Fragmented markets (pasar terfragmentasi)
Perusahaan harus mengarahkan produk baru mereka di segmen pasar yang lebih kecil dari
sebelumnya, dimana berarti penjualan dan keuntungan yang lebih kecil untuk masing –
masing produk.
2. Social, economic, and governmental constraints (kendala sosial, ekonomi, dan
pemerintahan)
Produk baru yang memuaskan keselamatan konsumen dan perhatian lingkungan serta
kendala produksi yang ketat.
3. Cost of development (biaya pengembangan)
Perusahaan biasanya perlu menghasilkan banyak ide untuk menemukan satu yang layak
dikembangkan, dengan demikian sering menghadapi biaya R&D, produksi, dan pemasaran
yang tinggi.
4. Capital shortages (kekurangan modal)
Beberapa perusahaan dengan ide yang bagus tidak memiliki dana untuk meneliti dan
mengeluarkan produk tersebut.
5. Shorter required development time (waktu pengembangan yang lebih pendek)
Perusahaan harus belajar untuk mengkompres waktu pengembangan dengan teknik baru,
rekan kerja strategis, tes konsep lebih awal, dan rencana pemasaran yang lebih maju.
6. Poor launch timing (waktu peluncuran tidak tepat)
Produk baru terkadang diluncurkan terlambat, setelah kategori produk tersebut lepas
landas, atau terlalu cepat sebelum waktu minat membeli itu ada.
7. Shorter product life cycles (PLC pendek)
Pesaing cepat untuk mengikuti produk tersebut dan lebih sukses.
8. Lack of organizational support (kurang dukungan organisasi)
Produk baru mungkin saja tidak berhubungan dengan budaya perusahaan atau tidak
menerima dukungan finansial atau yang lainnya sebagaimana dibutuhkan.
Biaya untuk menemukan satu produk baru yang sukses (dimulai dari 64 ide)
Organizing New-Product Development
Perusahaan biasanya menangani aspek organisasi atas pengembangan produk baru dalam
beberapa cara. Banyak yang menugaskan tanggung jawab kepada product managers.
Perusahaan besar biasanya membangun departemen produk baru yang dikepalai oleh manager
dengan kewenangan substansial, memiliki akses ke manajemen puncak, dan bertanggung
jawab untuk menghasilkan dan menyaring gagasan baru, bekerja dengan departemen
penelitian dan pengembangan, serta melaksanakan tes lapangan dan komersialisasi.
Beberapa perusahaan juga memiliki cara lain dalam hal ini, seperti:
Crowdsourcing
Internet memungkinkan perusahaan melibatkan peserta eksternal dalam proses
pengembangan produk baru dengan cara yang kaya dan berarti. Melalui crowdsourcing, pihak
luar yang dibayar ataupun tidak dapat menawarkan keahlian yang dibutuhkan atau perspektif
yang berbeda untuk tugas atau proyek jika tidak diabaikan.
Stage-Gate Systems
Kebanyakan perusahaan atas menggunakan sistem stage-gate untuk membagi proses inovasi
ke dalam tahap – tahapan, dengan gerbang atau pos pemeriksaan di akhir masing – masing
tahap.
Sebagaimana ide bergerak melewati pengembangan, perusahaan akan perlu untuk terus
merevisi perkiraan keseluruhan kemungkinan sukses, menggunakan rumus sebagai berikut:
3. Concept Testing
Menguji konsep artinya menyajikan konsep produk ke sasaran konsumen, secara fisik atau
simbolis, dan mendapat reaksi mereka. Semakin pengujian produk menyerupai produk akhir
atau pengalaman, semakin pengujian produk tersebut bisa diandalkan.
Dulu, menciptakan prototip fisik, memakan banyak biaya dan waktu. Sekarang, perusahaan
menggunakan rapid prototyping untuk merancang produk di komputer dan kemudian
memproduksi model kasarnya untuk melihat reaksi konsumen.
Peneliti mengukur dimensi produk dari tanggapan konsumen akan pertanyaan – pertanyaan
seperti:
1. Communicability and believability “apakah manfaatnya jelas bagi anda dan dapat
dipercaya?” jika nilainya rendah, maka konsep perlu di revisi.
2. Need level “apakah produk ini dapat menyelesaikan masalah atau memenuhi
kebutuhan?” semakin tinggi kebutuhan, maka semakin tinggi minat konsumen yang
diharapkan.
3. Gap level “apakah ada produk lain yang akhir – akhir ini dapat memenuhi kebutuhan
dan memuaskan anda?” nilai yang tinggi berarti konsumen melihat produk tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya dan tidak dapat dipuaskan oleh alternatif lain.
4. Perceived value “apakah harganya masuk akal jika dihubungkan dengan nilai yang
didapat?” semakin tinggi nilai persepsinya, semakin tinggi minat konsumen yang
diharapkan.
5. Purchase intention “akankah anda (pasti, mungkin, mungkin tidak, pasti tidak) membeli
produk ini?” konsumen yang menjawab pertanyaan nomor 1 sampai 3 dengan positif pasti
akan menjawab “pasti membeli” pada pertanyaan ini.
6. User targets, purchase occasions, purchasing frequency “siapa yang akan
menggunakan produk ini, kapan, dan seberapa sering?”
4. Conjoint Analysis
Preferensi konsumen terhadap konsep produk alternatif dapat diukur dengan conjoint analysis,
yaitu metode untuk menurunkan nilai utilitas yang dilampirkan konsumen ke berbagai tingkat
atribut produk.
Business Analysis
Manajemen perlu mempersiapkan proyeksi penjualan, biaya, dan keuntungan untuk
menentukan apakah hal tersebut dapat memuaskan tujuan perusahaan.
Consumer Tests
Ketika prototipe siap, mereka harus menjalani tes fungsional dan pelanggan yang ketat sebelum
mereka memasuki pasar.
Alpha testing menguji produk di dalam perusahaan untuk melihat bagaimana kinerjanya
dalam aplikasi yang berbeda.
Beta testing dilakukan setelah memperbaiki prototipe lebih lanjut, dilakukan dengan
pelanggan.
Marketing Testing
Setelah manajemen puas dengan kinerja fungsional dan psikologi produk, maka selanjutnya
produk tersebut siap untuk diberi nama, logo, dan kemasan untuk memasuki pengujian pasar.
Pengujian pasar ini merupakan proses di mana produk dan program pemasaran masuk ke
dalam kondisi yang lebih nyata. Tujuan dasar dari pengujian pasar adalah menguji produk itu
sendiri, di dalam situasi yang sebenarnya. Hasil – hasil pengujian pasar dapat si pakai untuk
membuat perakitan penjualan dan laba yang lebih baik.
Commercialization
Ujian pasar menjajikan informasi yang memadai untuk memutuskan apakah jadi atau tidak
meluncurkan produk baru. Bila perusahaan melanjutkan dengan komersialisasi, maka akan
membutuhkan biaya yang sangat besar. Adapun keputusan – keputusan yang perlu di
pertimbangkan secara matang dalam menentukan tahap komersialisasi meliputi:
When (Timing)
Perusahaan menghadapi tiga pilihan:
1. First entry perusahaan yang pertama memasuki pasar biasanya akan menikmati
“keuntungan penggerak pertama” dengan mengunci distributor dan pelanggan kunci serta
mendapatkan kepemimpinan. Tapi jika terlalu tergesa – gesa, produk akan menjadi
bumerang.
2. Parallel entry suatu perusahaan mungkin memasuki pasar bersamaan dengan
pesaingnya. Pasar akan lebih memperhatikan ketika dua perusahaan mengiklankan produk
baru.
3. Late entry perusaaan mungkin menunda peluncuran produknya sampai setelah pesaing
menanggung biaya pemberian informasi produk ke pasar, dan perusahaan akan lebih
mengetahui apa kekurangan dari produk pesaing.
Personal influence, merupakan efek yang dimiliki seseorang terhadap perilaku atau
kemungkinan pembelian orang lain, memiliki arti lebih penting dalam beberapa kejadian dan
beberapa inidivudal daripada yang lain, dan ini lebih penting dalam tahap evaluasi daripada di
tahap lainnya.