2217 6094 1 PB PDF
2217 6094 1 PB PDF
Audit Implementasi Clinical Pathway Diare Akut di Rumah Sakit Anak dan
Bunda Harapan Kita Tahun 2016
*E-mail: desyrachmasari@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi clinical pathway pada kasus diare akut dengan proses
audit. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif dengan menggunaan konsep operational research dengan
metode telaah dokumen, telaah data dan wawancara mendalam. Hasil penelitian didapatkan topik audit adalah
implementasi clinical pathway diare akut dengan tujuan menilai kelengkapan pengisian clinical pathway,
kepatuhan DPJP, PPJP, Gizi dan Farmasi serta menilai kesesuaian lama hari rawat dengan clinical pathway.
Standar penilaian yang digunakan adalah standar nasional yaitu KARS. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
kelengkapan pengisian clinical pathway 25%, tidak ditemukan variasi pada pemeriksaan laboratorium, asuhan
nutrisi dan asuhan keperawatan, namun pada tata lakasana diare akut masih ditemukan variasi pada obat tambahan
sebesar 41%, dan lama hari rawat sudah sesuai yaitu 3,3 hari. Beberapa hal yang perlu rumah sakit lakukan adalah
mengembangkan kebijakan terkait clinical pathway, memperbaiki formulir clinical pathway dan sistem sosialisasi,
membuat petunjuk teknis clinical pathway, sistem monitoring dan evaluasi, serta menurukan standar lama hari
rawat dan diskusi terkait variasi terapi.
ABSTRACT
This study aims to determine the implementation of clinical pathway of acute diarrhea with the audit process. This
type of research is quantitative and qualitative by using operational research concept with document review
method, data analysis and in-depth interview. The result of the research shows that the audit topic is the
implementation of clinical pathway of acute diarrhea with the aim to assessing completeness of clinical pathway,
compliance of primary responsible physician, primary responsible nurse, nutrition and pharmacy and assessing
the length of stay with clinical pathway. Assessment standard used is the national standard that is KARS. The
result of measurement showed that completeness of filling clinical pathway 25%, no variation on laboratory
examination, nutrition and nursing care, but still found variation on additional drug 41%, and length of stay was
3.3 day. Some things that hospital need to do is developed policies related to clinical pathway, improve clinical
pathway forms and socialization systems, make clinical pathway technical guidance, monitoring and evaluation
systems, and reduce standards length of stay and discussion of variations in therapy.
tahun 2009 tentang rumah sakit menjelaskan bahwa akibat pneumonia dan diare (WHO/UNICEF, 2013).
untuk meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus Maka dari itu, dibutuhkan standar tata laksana yang
memiliki peraturan internal rumah sakit (hospital by laws) dijadikan panduan di rumah sakit seperti clinical pathway
dan peraturan staf medis rumah sakit (medical staff by yang selalu dimonitoring dan dievaluasi berdasarkan acuan
law). Peraturan tersebut disusun dalam rangka standar yang ditetapkan agar pelayanan yang diberikan
menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik oleh petugas kesehatan dapat terintegrasi dengan baik.
(good corporate governance) dan tata kelola klinis yang
baik (good clinical governance). TINJAUAN PUSTAKA
Clinical governance merupakan pendekatan secara Clinical governance merupakan pendekatan secara
sistematis untuk pengelolaan jaminan dan pengendalian sistematis untuk pengelolaan jaminan dan pengendalian
mutu pelayanan klinis. Clinical governance memiliki 4 mutu pelayanan klinis. Clinical governance menjamin
komponen penting yaitu clinical effectiveness, patient keberlangsungan jaminan mutu dan menyempurnakan
safety, patient focus dan continuing professional mutu dalam pelayanan klinis (Koentjoro, 2011). Konsep
development (Connell L, 2014). Bentuk pelaksanaan clinical governance yang dikembangkan oleh National
clinical effectiveness adalah clinical pathway. Clinical Health System (NHS), Inggris yang didefinisikan sebagai
pathway berfungsi untuk standarisasi proses perawatan kerangka kerja yang digunakan organisasi NHS untuk
sehingga mengurangi variasi pelayanan dan efisiensi bertanggung jawab secara terus menerus meningkatkan
sumber daya. Clinical pathway juga merupakan salah kualitas layanan mereka dan menjaga standar tinggi
satu elemen yang dinilai pada akreditasi rumah sakit. perawatan yang diberikan dengan menciptakan suatu
RSAB Harapan Kita sudah menerapkan komponen keunggulan dalam perawatan klinis dan terus berkembang
dalam clinical governance, yaitu clinical effectiveness. (Zahir, 2001) (Australian Council on Healthcare Standards,
Adapun clinical effectiveness mencakup evidence- 2004).
infomed practice, clinical guideline, dan clinical audit.
RSAB Harapan Kita sudah memiliki tujuh Clinical Empat Komponen/Pilar Utama Clinical Governance
pathway, salah satunya yaitu Diare Akut. adalah Clinical Effectiveness, Patient Safety, Patient Focus
dan Continuing professional development. Komponen kunci
Indonesia merupakan negara berkembang yang dalam clinical effectiveness adalah Evidence-informed
memiliki iklim tropis dan endemik dengan beberapa practice, Clinical guidelines dan Clinical audit (Connell
penyakit infeksi menular seperti DHF dan diare. IR L, 2014; Koentjoro, 2011).Audit klinik adalah proses
penyakitDiarepadatahun2000sebesar301/1000penduduk, siklus yang dapat diuraikan dalam beberapa tahap.
tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 Menurut NHS, proses audit terdiri dari 7 (ditampilkan
naikmenjadi423/1000penduduk dan tahun 2010 menjadi pada gambar 1).
411/1000 penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2011).
Pada tahun 2007 tercatat 16,7% dari jumlah populasi Hughes (2012) menjelaskan bahwa proses audit itu terdiri
anak yang berusia <5 tahun (1-4 tahun) menderita diare dari 4 langkah (ditampilkan pada gambar 2). Mengacu
di Indonesia. Di Indonesia, diare menjadi penyebab kepada teori Hughes (2012) dan NHS (2010), kerangka
utama kematian pada balita, yaitu 25,2%, lebih tinggi konsep dikembangkan untuk mendapatkan proses audit
dibanding pneumonia, 15,5% (Riskesdas, 2007). yang akan digunakan dalam penelitian ini (ditampilkan
Berdasarkan data Informasi Rekam Medik dan pada gambar 3). Pada teori Hughes, peneliti menggunakan
Informasi Kesehatan jumlah kasus diare akut di RSAB proses audit kliniknya sebagai kegiatan utama yang
Harapan Kita termasuk dalam 10 penyakit terbesar di dilakukan yaitu perencanaan, pengukuran, analisis hasil
Instalasi Rawat Inap dari tahun 2014 sampai 2016 temuan, rekomendasi perbaikan dan melakukan perbaikan.
(IRMIK RSAB Harapan Kita, 2014-2016). Rincian kegiatan berdasarkan variabel yang akan diteliti
adalah pada tahap perencanaan peneliti memilih topik
WHO dan UNICEF meluncurkan Rencana Aksi Global yang akan diaudit, menetapkan tujuan, menetukan
untuk Pneumonia dan Diare (GAPPD), yang mengusulkan standar. Tahap pengukuran dilakukan penelitian mengenai
pendekatan multi sektoral dan terpadu untuk mengurangi kelengkapan pengisian clinical pathway, Kepatuhan
kejadian pneumonia berat dan diare, mengurangi jumlah Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP), Perawat
anak balita yang kerdil, dan mencegah kematian anak Penanggung Jawab Pasien, Gizi dan Farmasi terhadap
clinical pathway dan lama hari rawat. Hasil dari variabel Setelah pengumpulan data kuantitatif, dilakukan proses
tersebutselanjutnyaakandilakukananalisisdanmemberikan manajemen data yaitu editing, coding, entry dan cleaning
rekomendasi sesuai dengan masalah yang ditemukan. data sedangkan data kualitatif akan dilakukan proses
reduksi dalam bentuk matriks, penyajian dan verifikasi
METODE PENELITIAN data. Penelitin ini menggunakan validasi data dengan cara
triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan telaah dokumen dan dilanjutkan dengan kualitatif HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan menggunakan metode wawancara mendalam.
Jenis Penelitian ini adalah penelitian operasional. Perencanaan
Penelitian operasional adalah metode ilmiah yang
digunakan untuk pemecahan masalah, dimulai dengan Perencanaan dalam audit implementasi clinical pathway
merumuskan masalah sampai kesimpulan untuk terdiri dari menentukan topik, menetapkan tujuan dan
memberikan solusi terhadap masalah tersebut (Kulej, menetapkan standar. Penentuan topik diambil berdasarkan
2011). Penelitian dilakukan di RSAB Harapan Kita yang kasus penyakit terbanyak dalam implementasi clinical
dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2017. pathway yaitu diare akut. Penentuan topik audit ini
Populasi penelitian adalah semua formulir clinical berdasarkan kondisi atau praktik tertentu yang menjadi
pathway kasus diare akut yang terintegrasi dengan rekam prioritas dan memiliki jumlah kasus terbanyak (high
medis di RSAB Harapan Kita pada bulan Januari sampai volume) (NHS, 2010) (Connell L, 2014). Setelah
Desember 2016 yaitu 163 kasus. Berdasarkan ditetapkan topik kemudian tahap selanjutnya adalah
perhitungan sampel di atas didapatkan jumlah sampel menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam proses audit
maksimum adalah 61 kasus. ini. Tujuan dibentuk agar proses audit sukses dan tetap
fokus (Hughes, 2012). Berdasarkan hasil wawancara
Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria dengan komite medik didapatkan bahwa tujuan yang
eksklusi. Kriteria inklusi yaitu diare akut viral dan ingin dicapai yaitu menilai kelengkapan pengisian
tidak/disertai muntah dan/atau diare bukan karena clinical pathway, menilai kepatuhan DPJP, PPJP, Gizi
penyakit kronik dengan maupun tanpa demam, mual, dan Farmasi terhadap clinical pathway dan menilai
nyeri perut, semua derajat dehidrasi. Kriteria eksklusi kesesuaian lama hari rawat pasien terhadap clinical
yaitu Diare > 7 hari, Diare berdarah dan Komorbiditas pathway
(penyakit kompleks, gagal ginjal, penyakit jantung, gizi
buruk, pneumonia). Teknik pengambilan sampel adalah Tahap selanjutnya dalah menetapkan kriteria dan stadar
rekam medis diambil secara acak berdasarkan urutan penilaian. Kriteria penilaian disesuaikan berdasarkan
mulai tanggal 1 Januari s/d 31 Desember 2016 dengan pada tujuan. Kriteria dibuat dalam bentuk pernyataan dan
metode simple random sampling menggunakan standar dalam bentuk target atau persentase (NHS, 2010).
program software Microsoft Excel. Standar penilaian yang digunakan adalah target nasional
yaitu standar KARS. Kriteria dan standar penilaian dalam
Informan dalam penelitian ini adalah individu – individu audit ini ditampilkan pada tabel 1).
yang terkait dengan proses implementasi clinical
pathway kasus Diare Akut anak RSAB Harapan Kita Pengukuran
dan dipilih berdasarkan kesesuaian dan kecukupan.
Informan akan dipilih secara purposive sampling dengan Persentase kelengkapan pengisian clinical pathway diare
menentukan informan kunci kemudian menggunakan akut pada bulan Januari sampai Desember tahun 2016 di
metode snowballing sampling untuk memilih narasumber RSAB Harapan Kita ditampilkan pada tabel 2. Adapun
selanjutnya. Informan penelitian ini adalah Dokter persentasekelengkapan yangdihitungberdasarkan vaeriabel
Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Diare Akut Anak, clinical pathway ditampilkan pada tabel 3. Di mana
Perawat Penanggung Jawab Pasien, Farmasi dan Ahli didapatkan hasil telaah formulir clinical pathway diare
gizi serta Komite Medik. akut bukan dari dokumen rekam medis. Telaah formulir
clinical pathway yang dilakukan adalah dengan melakukan
perhitungan pada setiap kolom yang terisi.
Penggunaan obat atau tata laksana pada pasien diare akut proses uji coba selama 3 bulan kemudian disosialisasi dan
anak pada formulir clinical pathway adalah cairan rehidrasi diimplementasikan pada pertengahan tahun 2015.
oral, cairanintravena,zinc,probiotik,dan antiemetik. Berikut
ini merupakan persentase kesesuaian penggunaan obat Penyusunan clinical pathway harus berfokus pada
pada pasien diare akut anak dengan clinical pathway outcome. Standar ini harus ditetapkan untuk kemajuan
(ditampilkan pada tabel 4). pasien dari hasil perawatan mereka dan mencapai hasil
yang diharapkan. Hal ini memungkinkan adanya variasi
Terdapat obat tambahan yang diberikan pada tata laksana dalam pelayanan. Oleh karena itu, sangat perlu
pasien diare akut anak pada bulan Januari – Desember dilakukannya monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil
2016 sebesar 41%. Berikut ini persentase obat tambahan wawancara, didapatkan bahwa monitoring dari pihak
yang diberikan pada tata laksana pasien diare akut anak manajemen tidak ada dan evaluasi belum dilakukan
pada bulan Januari – Desember 2016 (ditampilkan pada secara optimal. Hal ini dikarenakan belum adanya orang
tabel 5). yang khusus melakukan evaluasi implementasi clinical
pathway yaitu case manager. Berdasarkan penelitian
Persentase pemeriksaan laboratorium pasien diare akut yang dilakukan Widyanita, dkk. (2016) fasilitator
anak pada formulir clinical pathway ditampilkan pada merupakan kunci kebeberhasilan penerapan clinical
tabel 6. pathway (Widyanita, et al., 2016).
Asuhan keperawatan, asuhan nutrisi dan lama hari rawat Pemberian obat tambahan juga digunakan pada pasien
sudah sesuai dengan clinical pathway hal ini diare akut anak yaitu antibiotik, antijamur, antiparasit,
menunjukkan nilai kepatuhan 100% terhadap asuhan analgesik dan obat lainnya. Pemberian antibiotik,
dan lama hari rawat. Lama hari rawat pada pasien diare antijamur, dan antiparasit ini diberikan kepada pasien
akut anak berdasarkan clinical pathway adalah ≤ 5 hari. diare akut yang disebabkan karena adanya infeksi bakteri
Berdasarkan hasil dalam penelitian ini didapatkan bahwa atau jamur atau parasit pada saat pemeriksaan
rata-rata lama hari rawat adalah 3,3 hari. Berikut ini laboratorium. Pemberian analgetik seperti parasetamol
merupakan persentase kesesuaian asuhan keperawatan, diberikan kepada pasien diare akut anak yang disertai
asuhan nutrisi dan lama hari rawat dengan clinical dengan demam. Obat lainnya ini jenis obat untuk pasien
pathway (ditampilkan pada tabel 7). dengan penyakit penyerta tambahan seperti ISPA.
Hasil pengukuran menunjukan kelengkapan pengisian Rekomendasi perbaikan berdasarkan pada hasil temuan
clinical pathway sebanyak 25%. Berdasarkan hasil dalam audit implementasi clinical pathway diare akut
wawancara diketahui bahwa rendahnya kelengkapan anak RSAB Harapan Kita ditampilkan pada tabel 8.
dalam pengisian ini disebabkan oleh dokter yang merasa
terbebani dengan adanya formulir clinical pathway yang Pembahasan
mengharuskan dokter menulis lebih banyak pada rekam
medis. Selain beban dokter ketidaklengkapan pengisian Clinical governance merupakan kerangka kerja yang
disebabkan karena kurangnya sosialisasi sehingga digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
beberapa tenaga kesehatan masih bingung dan tidak menjaga standar perawatan yang diberikan kepada
betul-betul mengetahui adanya formulir clinical pathway. pasien secara terus menerus dikembangkan sehingga
menciptakan suatu keunggulan dalam perawatan klinis
Selain kendala dalam sosialisasi, berdasarkan penelitian (Zahir, 2001; Australian Council on Healthcare Standars,
yang dilakukan oleh Widyanita, dkk (2016) diketahui 2004). Clinical governance bukan merupakan pendekatan
bahwa responden belum terbiasa sehingga sering lupa, yang instan, tetapi perlu diawali dengan perubahan
hal ini karena pelaksanaan penggunaan clinical pathway budaya dan tentunya akan membutuhkan waktu dalam
barus berjalan selama satu tahun (Widyanita, et al., 2016). penerapannya (Koentjoro, 2011). Komponen penting dari
Hal ini juga sejalan dengan hasil wawancara bahwa clinicalgovernanceadalahclinicaleffectiveness.Komponen
clinical pathway disusun pada tahun 2014-2015 dengan kunci dalam clinical effectiveness adalah audit klinis dan
clinical guidelines (clinical pathway) (Koentjoro, 2011).
Clinical pathway adalah alat yang digunakan sebagai wawancara didapatkan bahwa evaluasi terhadap clinical
panduan perawatan kesehatan berbasis bukti (Kinsman, pathway dilakukan dalam bentuk audit kepatuhan. Audit
dkk, 2010). Clinical pathway disusun dengan tujuan kepatuhan ini dilakukan untuk menilai kesesuaian
untuk standarisasi perawatan, mengurangi variasi dalam tindakan dengan clinical pathway yangdilihat berdasarkan
pelayanan, menggurangi biaya, meningkatkan komunikasi dokumentasi dan lama hari rawat.
multidisiplin, meningkatkan efisiensi dan meningkatkan
kualitas pelayanan (Campbell, et al., 1998; Kinsman, Berdasarkan telaah dokumen proses evaluasi dalam
dkk., 2010; Kusuma, 2013). clinical pathway belum optimal karena audit kepatuhan
belum tercantum dalam kebijakan yang dimiliki oleh
Berdasarkan hasil audit ditemukan bahwa dalam RSAB Harapan Kita yaitu SK Direktur Utama Nomor
implementasi clinical pathway diare akut anak di RSAB HK.00.06 tentang Panduan Pembuatan Jenis-Jenis
Harapan Kita bulan Januari – Desember 2016, masih Standar dalam Praktik Kedokteran dan belum adanya
terdapat variasi dalam pemberian terapi/tata laksana laporan evaluasi serta petunjuk teknis terkait implementasi
sebesar 41% yaitu adanya obat tambahan di luar standar clinical pathway tersebut. Hal ini juga dikarenakan
clinical pathway. Variasi ini terjadi karena kondisi pasien sumber daya yang kurang memadai untuk melakukan
yang diharuskan menggunakan obat tambahan tersebut. evaluasi varian dalam clinical pathway.
Berdasarkan pedoman penyusunan standar pelayanan
kedokteran dijelaskan bahwa apabila dalam perjalanan Audit kepatuhan sebaiknya disertai dengan feedback.
klinis ditemukan hal-hal yang menyimpang, ini harus Audit dan feedback merupakan mekanisme yang
dicatat sebagai varian yang harus dinilai lebih lanjut. dilakukan untuk meningkatkan kinerja profesional
sehingga meningkatkan kualitas perawatan kesehatan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Rohmah (2016) dan keselamatan pasien. Audit dan feedback sering
didapatkan bahwa pemberian obat tambahan pada pasien digunakan dalam akreditasi atau penilaian organisasi
DHF anak paling banyak diberikan pada pasien dengan Berdasarkan penelitian dijelaskan bahwa adanya
lama hari rawat lebih dari 5 hari (Rohmah, 2016). Hal ini feedback dapat mempengaruhi kinerja pegawai (Ngatno,
meningkatkan kemungkinan risiko pasien mengalami 2006).
infeksi nosokomial. Menurut Ristiawan & Hartinah
(2013) dalam penelitiannya didapatkan bahwa lama hari Hambatan lain juga ditemukan dari hasil wawancara
perawatan dan penyakit penyerta ini berhubungan bahwa sebagian besar informan menjawab petugas yang
dengan kejadian infeksi nosokomial (Ristiawan & mengisi clinical pathway adalah dokter dan perawat. Hal
Hartinah, 2013). Hal tersebut dapat menyebabkan biaya ini dapat menyebabkan komunikasi multidisiplin tidak
perawatan yang dibebankan kepada pasien menjadi lebih berjalan dengan baik. Menurut Kemenkes (2014),
besar dan menunjukan bahwa kualitas pelayanan yang dijelaskan bahwa pengisian clinical pathway sebaiknya
diberikan kurang baik. Kualitas pelayanan yang kurang diisi oleh seluruh tenaga kesehatan profesional yang
baik akan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien memberikan perawatan pada pasien. Salah satu
(Yuliani, 2015). penyebabnya adalah belum adanya penjelasan tupoksi
untuk setiap profesional pemberi asuhan dalam pengisian
Penerapan clinical pathway diharapkan dapat menurunkan clinical pathway yang tercantum dalam kebijakan.
lama hari rawat sehigga kualitas pelayanan semakin Berikut kebijakan terkait clinical pathway di RSAB
membaik. Berdasarkan penelitian Reid, et al (2016) Harapan Kita (ditampilkan pada tabel 9).
menjelaskan bahwa penerapan clinical pathway di
rumah sakit selain dapat menurunkan lama hari rawat, Penyebab lainnya dikarenakan pelaksanaan sosialisasi
clinical pathway juga dapat menurunkan angka kematian terkait clinical pathway belum optimal dan menyebabkan
sampai 8,8% (Reid, Dinesen, Jones, & Mirrison, 2016). ketidaktahuan akan adanya sistem clinical pathway dan
pendokumentasian clinical pathway tersebut. Terbukti
Variasi yang terjadi sebaiknya dilakukan analisis setiap 3 dari hasil pengukuran kelengkapan pengisian clinical
bulan sekali (NHS, 2010). Berdasarkan hasil analisis pathway sebesar 25%. Hambatan terkait komunikasi
variasi rumah sakit dapat memperbaiki dan meningkatkan juga disampaikan oleh Sultoni (2014), Rohmah (2016)
kualitas pelayanan. Oleh karena itu, variasi penting dan Widyanita (2016).
dilakukan monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil
Menurut NHS (2010) menyatakan bahwa berhasilnya mungkin memerlukan revisi pada pembaharuan yang
proses implementasi clinical pathway tidak cukup hanya lebih sering, terutama jika pada bidang kedokteran ada
dengan sosialisasi secara lisan, sebaiknya diadakan sesi bukti baru dan ada perkembangan pada pelayanan pasien
pelatihan sederhana yang menjelaskan tentang konsep (NHS, 2010). Berdasarkan rencana perkembangan
dan bagaimana clinical pathway harus digunakan dalam sistem informasi RSAB Harapan Kita dalam bentuk IT,
asuhan yang diberikan dan adanyafeedbackdari manajemen untuk dapat meminimalkan kesalahan penulisan,
rumah sakit (NHS, 2010). Menurut penelitian Dewi (2005) ketidaklengkapan pengisian dan persentase variasi
dijelaskan juga bahwa ada hubungan signifikan pelatihan disarankan agar clinical pathway dapat diintergrasikan
dengan meningkatkan kualitas dan komitmen karyawan dalam sistem IT. Penelitian yang dilakukan oleh
(Dewi, 2005). Rusmiasih (2000), dengan adanya sistem informasi
seluruh data terintegrasi dari semua unit dan dapat diakses
Menurut Aisyah (2016), kepatuhan dapat ditingkatkan secara transparan. Hal ini dapat meningkatkan mutu
dalam mengisi rekam medis salah satunya adalah dengan layanan medis bagi pasien dan mendukung mekanisme
memberikan kompensasi (Aisyah, 2016). Berdasarkan monitoring operasional rumah sakit (Rusmiasih, 2000).
penelitian Novriansyah (2014) dijelaskan bahwa
kompensasi langsung (upah dan gaji atau pay for KESIMPULAN DAN SARAN
performance) merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap kinerja pegawai. (Novriansyah, Kesimpulan
2014). Saat ini, kepatuhan clinical pathway di RSAB
Harapan Kita termasuk dalam Indikator Kinerja Individu Perencanaan dalam audit implementasi clinical pathway
Direktur Utama dan Indikator Kinerja Unit Komite terdiri dari menentukan topik, menetapkan tujuan dan
Medik, tetapi belum masuk dalam Indikator Kinerja menetapkan standar. Topik audit ditentukan berdasarkan
Individu dokter. high volume. yaitu audit implementasi clinical pathway
diare akut. Setelah menentukan topik, selanjutnya
Penyebab ketidaklengkapan ini juga dapat dilihat dari sisi dilanjutkan dengan menetapkan tujuan. Tujuan pada
kemudahan dalam pengisian formulir (Aisyah, 2016). audit ini adalah menilai kelengkapan pengisian clinical
Format clinical pathway dapat rumit dan rinci. Sebagian pathway, menilai kepatuhan DPJP, PPJP, Gizi dan
kolom yang harus diisi dapat merupakan check-list, Farmasi terhadap clinical pathway dan menilai
namun tetap harus diberikan ruang untuk menuliskan kesesuaian lama hari rawat terhadap clinical pathway
hal-hal yang perlu dicatat. Ruang yang tersedia untuk serta penentuan kriteria ditentukan berdasarkan tujuan
mencatat hal-hal yang diperlukan juga dapat terbatas, dan standar penilaian yang digunakan dalam audit
terutama format yang sama diisi oleh semua profesi yang implementasi clinical pathway adalah standar KARS.
terlibat dalam perawatan, karena sifat multidisiplin
clinical pathway (Kemenkes RI, 2014). Berdasarkanhasilpengukurandidapatkan bahwa persentase
kelengkapan pengisian clinical pathway adalah 25%,
Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan bahwa terapi/tata laksana diare akut yang sesuai dengan clinical
format clinical pathway diare akut anak RSAB Harapan pathway adalah 100% pasien diberikan cairan rehidrasi
Kita ditemukan masih belum ringkas. Oleh karena itu, secara parenteral, pemberian zinc sebesar 85%,
sesuai dengan tahapan pengembangan formulir clinical pemberian probiotik sebesar 92% dan pemberian anti
pathway pada proses diskusi untuk memperbaharui emetik sebesar 48% dan terdapat variasi pengobatan
dokumen clinical pathway selain membahas varian, sebesar 41%. Persentase pemeriksaan laboratorium
pembahasan format clinical pathway juga perlu sesuai dengan clinical pathway adalah pemeriksaan Hb,
dipertimbangkan untuk mengurangi variabel yang tidak Ht, Leukosit, Hitung jenis, trombosit sebesar 95%,
perlu. Kesesuaian format clinical pathway diare akut di pemeriksaan Feses Lengkap sebesar 62%, pemeriksaan
RSAB Harapan Kita ditampilkan pada tabel 10. urin lengkap sebesar 28% dan pemeriksaan elektrolit
sebesar 23%. Persentase asuhan keperawatan yang
Perubahan pada clinical pathway ini juga disarankan oleh sesuai dengan clinical pathway sebesar 90%, asuhan gizi
NHS (2010) bahwa perubahan pada clinical pathway yang sesuai dengan clinical pathway sebesar 89% dan
perlu dilakukan tinjauan dan revisi dalam skala besar kesesuaian lama hari rawat dengan clinical pathway
setiap empat tahun sekali. Beberapa clinical pathway sebesar 100% dengan lama rata-rata hari rawat 3,3 hari.
Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan bahwa Campbell, H., Hotchkiss, R., Bradshaw, N., & Porteous, M. (1998). Integrated care
pathways. BMJ, 316, 133-137.
hambatan yang dihadapi dalam implementasi clinical Connell L. (2014). A clinical governance handbook for District Clinical Specialist Teams.
pathway adalah beban penulisan bertambah, kebijakan Durban: Health Systems Trust.
Cran. (2002). Clinical Effectiveness and Evidence-based Practice. Nursing Standard,
belum mencakup evaluasi dan pedoman atau petunjuk 16(24), 39-43.
pengisian, kurangnya sosialisasi, belum adanya monitoring, Dewi, S. (2005). Pengaruh Komitmen Manajemen atas Kualitas Layanan Terhadap
Afeksi dan Kinerja Karyawan. TesisFakultasEkonomi UniversitasIndonesia,1-
evaluasi, dan feedback, kepatuhan clinical pathway belum 140.
dimasukkan ke dalam IKI dokter dan formulir clinical Flottorp, S. A., Jamtvedt, G., Gibis, B., & McKee, M. (2010). Using Audit and Feedback
to Health Professionals to Improve the quality and Safety of Health Care.
pathway belum ringkas. European Observatory on Health Systems and Polices, 1-54.
Hughes, M. (2012). A Manual for Lay Members of the Clinical Audit Team. Healthcare
Quality Improvement Partnership.
IRMIK RSAB Harapan Kita. (2014-2016). Data 10 Besar Penyakit . Jakarta: RSAB
Upaya perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengatasi Harapan Kita.
permasalahan yang terjadi adalah memperkuat clinical Kementerian Kesehatan RI. (2011). Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI.
pathway dengan melakukan perbaikan kebijakan dengan Koentjoro, T. (2011). Regulasi Kesehatan di Indonesia (2nd ed.). Yogyakarta: ANDI
menambah poin-poin yang kurang, membuat pedoman Yogyakarta.
Kulej, M. (2011). Operations Research. Poland: PRINTPAP Łódz.
yang berisi tentang tata cara mengisi clinical pathway, Martha, E., & Kresno, S. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Bidang
monitoring dan evaluasi clinical pathway, melakukan Kesehatan (1 ed.). Depok: Grafindo.
Ngatno. (2006). Analisis Pengaruh Umpan Balik Supervisi Terhadap Kinerja Salesman.
sosialisasi secara menyeluruh dan disertakan dengan Jurnal Ilmu Sosial, 5(2), 55-66.
pelatihan khusus clinical pathway minimal 1 bulan sekali, NHS. (2010, August). How to Produce and Evaluate an Integrated Care Pathway (ICP):
Information For Staff. pp. 1-22.
melakukan monitoring dan evaluasi rutin setiap 3 bulan NHS. (2010). Improving Patient Care through Clinical Audit. NHS.
sekali dan dilakukan feedback, melakukan diskusi NHS. (2015). Clinical Effectiveness &Audit Strategy. US: NHS.
Novriansyah, D. (2014). Studi Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap
dengan SMF terkait untuk membahas variasi obat, dan Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Lebing Provinsi Bengkulu Tahun
melakukan perbaikan terhadap format clinical pathway. 2014. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1-158.
Reid, L. E., Dinesen, L. C., Jones, M. C., & Mirrison, Z. J. (2016). The Effectiveness and
Variation of Acute Medical Units: a systematic review. International Journal for
Saran Quality in Health Care, 28(4), 433 - 446.
Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh rumah sakit Ristiawan, D., &Hartinah, D. (2013). Hubungan Lama Perawatan dan Penyakit Penyerta
dengan Terjadinya Infeksi Nosokomialdi RSISultan Hadlirin Jepara. JIKK, 4(1),
adalah memperkuat clinical pathway dengan melakukan 10-15.
perbaikan kebijakan dengan menambah poin-poin yang Rohmah, N. (2016). Evaluasi Implementasi Clinical Pathway Pada Penyakit Dengue
Hemorrhagic FeverAnakdi RSUPFatmawati Tahun2016. Depok:Universitas
kurang, membuat pedoman yang berisi tentang tata cara Indonesia.
mengisi clinical pathway, monitoring dan evaluasi clinical Rusmiasih, D. (2000). Perencanaan Strategis Sistem Informasi Untuk Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Tesis Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1-90.
pathway, melakukan sosialisasi secara menyeluruh dan Shelly, T. N. (2012). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen di Bagian Rawat Jalan
disertakan dengan pelatihan khusus clinical pathway, Rumah Sakit Umum Bhakti Yudha, Depok Tahun 2012. Tesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1-182.
melakukan monitoringdan evaluasi rutin setiap 3 bulan sekali WHO. (2008). Guide to Operational Research in Programs Supported by the Global
dan dilakukan feedback, melakukan diskusi dengan SMF Fund. WHO.
WHO/UNICEF. (2013). Ending Preventable Child Deaths from Pneumonia and
terkait untuk menyepakati variasi obat, melakukan Diarrhoea by 2025: The integrated Global Action Plan for Pneumonia and
pembaharuan terhadap format clinical pathway dan Diarrhoea (GAPPD). WHO.
Widyanita, A., Arini, M., & Dewi, A. (2016). Evaluasi Implementasi Clinical Pathway
mengurangi standar lamahari rawat menjadi 4 hari. Appendicitis Akut pada Unit Rawat Inap Bedah di RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wright, J., & Hill, P. (2003). Clinical Governance. Churchill Livingstone.
DAFTAR PUSTAKA Yuliani, U. (2015). Hubungan Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap
Aisyah, N. (2016). Analisis Kelengkapan Resume Medis Rawat Inap di Rumah Sakit di RSUD Dr. Sayidiman Magetan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Umum Hermina Depok. Universitas Indonesia. Zahir, K. (2001). Clinical governance in the UK NHS. UK NHS Briefing Papers.
Australian Council on Healthcare Standards. (2004). ACHS news in brief: Clinical
governance defined. ACHS NEWS(12), 4.
Gambar 3. Kerangka Konsep Audit Implementasi Clinical Pathway Diare Akut di RSAB
Harapan Kita
Tabel 1. Kriteria dan Standar Audit Implementasi Clinical Pathway Diare Akut
Tabel 4. Persentase Kesesuaian Terapi atau Tata laksana Pasien Diare Akut Anak
dengan Clinical Pathway Bulan Januari – Desember 2016
Tabel 5. Obat Tambahan pada Pasien Diare Akut Anak Bulan Januari – Desember 2016
Tabel 7. Persentase Kesesuaian Asuhan Keperawatan, Nutrisi dan Lama Hari Rawat
Pasien Diare Akut dengan Clinical Pathway Bulan Januari – Desember 2016
Tabel 10. Kesesuaian Format Clinical Pathway Diare Akut RSAB Harapan Kita