Isi Skenario 3 Fix BGT BNGTTTTT
Isi Skenario 3 Fix BGT BNGTTTTT
Mrs. Lidia diligently participated martial arts, she had a practice match a
few days ago, now he felt pain in the upper right abdomen to the back and
radiating to the shoulder, also felt fever and chills already 3 days, nausea (+),
palms and eyes looks a bit yellowish. Mrs Lidia is 48 years old, weighing 85 kg
height 150 cm. She loved to eat meat, especially edible offal. Stomach ache is felt
more and more frequent, especially in the morning and afternoon. Later she
wondered if there was an injury she suffered while sparring last time?
1
BAB I
KLARIFIKASI ISTILAH
a. Ikterus
b. Nyeri perut
c. Menggigil
a. Ikterus
Gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada
kulit dan mukosa
karena
2
adanya deposisi produk
akhir katabolisme heme
yaitu bilirubin. Secara
klinis, ikterus
pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi
bilirubin serum
>5mg/dL (Cloherty,
2004)
b. Nyeri perut
Nyeri yang dirasakan
di antara dada dan
region inguinalis. Nyeri
perut
bukanlah suatu diagnosis,
tapi merupakan gejala dari
3
suatu penyakit. (Markum,
1999)
c. Menggigil
Adalah kontraksi sistemik
otot rangka yang
berlangsung cepat 10
sampai 20
kali perdetik untuk
menghasilkan panas tubuh.
(Sherwood, 2011)
a. Ikterus
Gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada
kulit dan mukosa
karena
4
adanya deposisi produk
akhir katabolisme heme
yaitu bilirubin. Secara
klinis, ikterus
pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi
bilirubin serum
>5mg/dL (Cloherty,
2004)
b. Nyeri perut
Nyeri yang dirasakan
di antara dada dan
region inguinalis. Nyeri
perut
bukanlah suatu diagnosis,
tapi merupakan gejala dari
5
suatu penyakit. (Markum,
1999)
c. Menggigil
Adalah kontraksi sistemik
otot rangka yang
berlangsung cepat 10
sampai 20
kali perdetik untuk
menghasilkan panas tubuh.
(Sherwood, 2011)
Step 1
Klarifikasi istilah
a. Ikterus
Gambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada
6
kulit dan mukosa
karena
adanya dep
ambaran klinis berupa
pewarnaan kuning pada
kulit dan mukosa
karena
adanya deposisi produk
akhir katabolisme heme
yaitu bilirubin. Secara
klinis, ikterus
pada neonatus akan
tampak bila konsentrasi
bilirubin serum
>5mg/dL (Cloherty,
20
7
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
8
BAB III
ANALISIS MASALAH
1. Mengapa nyeri di abdomen terdapat pada kanan atas dan menjalar ke bahu?
Hepar (hati)
Ginjal
Kaput pankreas
Duodenum
9
Dengan demikian, apapun penyakit yang mengenai organ atau bagian-
bagian tubuh di perut sebelah kanan atas ini, dapat menyebabkan rasa
nyeri di perut kanan atas.
10
Penyakit pankreas. Pankreas terletak di bawah hati dan di belakang
lambung. Pankreas mengeluarkan enzim untuk membantu pencernaan,
dan juga mengeluarkan insulin yang diperlukan untuk penyerapan
glukosa ke dalam sel dan jaringan. Penyakit pada pankreas dapat
menyebabkan nyeri perut kanan atas. Penyakit pada pankreas antara
lain, kanker pankreas, pankreatitis akut atau kronis. Pankreatitis akut
dapat menyebabkan nyeri yang hebat.
Penyakit ginjal. Penyakit-penyakit pada ginjal, baik itu batu ginjal atau
infeksi pada ginjal juga dapat menyebabkan nyeri perut kanan atas.
Namun, kalau disebabkan oleh penyakit ginjal, nyerinya lebih
cenderung di bagian belakang. (Longo, 2010)
2. Mengapa Ny. Lidia mengeluh nyeri perut di kuadaran kanan atas, demam,
menggigil dan mual?
Keluhan yang dialami oleh Ny. Lidia berkaitan dengan pola makannya
dan berat badannya. Ny. Lidia sangat menyukai makan daging terutama
jeroan. Kita tahu bahwa daging dan utamanya jeroan banyak sekali
mengandung kolesterol, selain itu jika dihitung BMInya Ny. Lidia
termasuk kedalam golongan obesitas tingkat II. Obestitas merupakan salah
satu resiko terjadinya penumpukan kolesterol berlebih dalam tubuh.
Kolesterol sifatnya tidak larut dalam air, sehingga harus didispersi ke
dalam vesikel atau mesikel dari kandung empedu. Jika konsumsi yang
berlebihan, ada kemungkinan akan terjadi pengend
apan kristal kolesterol di vesikel kantung empedu. Jika berlangsung
kronis, pengendapan kristal tersebut bisa berubah menjadi batu kolesterol
11
yang kemudian akan menyebabkan keluhan-keluhan yang dirasakan Ny.
Lidia. (Longo, 2010)
(Longo, 2010)
12
3. Hubungan IMT pasien dengan keluhan yang dialami
a. Hipertensi
b. Jantung coroner
c. Diabetes Mellitus
13
dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin menurunkan berat
badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi bahan
makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan
tinggi serat (Purwati, 2001)
d. Gout
e. Batu Empedu
14
5. Apa yang menyebabkan ikterik di tangan dan mata kuning ?
a. Ikterus Prahepatik
b. Ikterus Pascahepatik
c. Ikterus Hepatoseluler
15
apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia. Gangguan pemecahan bilirubin plasma
juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat
terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,
asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin
adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada
derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin
tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak
disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf
pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin indirek lebih
dari 20 mg/dl. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah , hipoksia, dan
hipoglikemia. (Price, 2006)
16
BAB IV
KERANGKA KONSEP
17
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB VI
BELAJAR MANDIRI
18
BAB VII
BERBAGI PENDAPAT
1. Metabolisme lemak
- Bentuk lemak lain yang bisa berasal dari makanan dan bisa dibentuk oleh
tubuh
19
- Kadar trigliserida yang tinggi diikuti kadar LDL yang tinggi pula.
20
usus asam lemak bebas berubah menjadi trigliserid dan kolesterol
mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester, keduanya ini bersama
dengan apolipoprotein dan fosfolipid membentuk partikel besar
lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron ini tidak dapat mengalir
dialiran darah sebelum berikatan dengan lipoprotein lipase yang kemudian
akan mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas dan kilomikron
rennant. Asam lemak bebas ini akan dibawa ke hepar, otot dan jaringan
adiposa sebagai trigliserid, di jaringan adiposa apabila trigliserida berlebih
akan diambil oleh hepar digunakan untuk membuat trigliserid lagi dan
apabila tubuh membutuhkan energi trigliserid mengalami lipolisis menjadi
asam lemak dan gliserol yang akan ditransportkan ke sel-sel yang
membutuhkan seterusnya dioksidasi menjadi energi.
Di hepar trigliserida akan diubah menjadi cairan empedu yang
akan di keluarkan setelah melalui proses di kandung empedu dulu. Jadi
dari ductus hepaticus dexta et sinistra cairan empedu keluar dan menuju ke
ductus cysticus dan diproses dikandung empedu setelah itu keluar ke usus
melalui ductus choleductus (Murray, 2014)
21
larutan encer ion natrium dan bikarbonat yang disekresi oleh sel – sel
epitel sekretorius yang mengelilingi duktus duktus (Guyton, 2010).
22
Getah empedu adalah suatu cairan yang disekresi setiap hari oleh sel
hati yang dihasilkan setiap hari 5000-1000 cc, sekresinya berjalan terus
menerus, jumlah prouksi meningkat sewaktu mencerna lemak.
Empedu berwarna kuning kehijauan \yang terdiri dari 97 % air, pigmen
empedu dan garam-garam empedu.
a. Pigmen empedu, terdiri dari biliverdin. Pigmen ini merupakan hasil
penguraian hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah terdisintegrasi.
Pigmen utamanya adalah bilirubin yang memberikan warna kuning pada
urine dan feses. Warna kekuningan pada jaringan (jaundice) merupakan
akibat dari peningkatan kadar bilirubin darah dan ini merupakan indikasi
kerusakan fungsi hati, peningkatan destruksi sel darah merah, atau
obstruksi duktus empedu oleh batu empedu.
b. Garam-garam empedu, yang terbentuk dari asam empedu yang berkaitan
dengan kolesterol dan asam amino. Setelah diekskresi kedalam usus garam
tersebut direabsorbsi dari ileum bagian bawah kembali kehati dan didaur
ulang kembali, peristiwa ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatika
garam empedu.
Fungsi dari garam empedu dalam usus halus adalah :
- Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak besar
dalam usus halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil dan
area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim.
- Absorbsi lemak, garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat
terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel
- Pengeluaran kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan
kolesterol dan lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut
micelle yang akan dibuang melalui feses.
a. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung
eritrosit lebih rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht <
23
41%, pada pria atau Hb < 12 g/dL dan Ht < 37% pada wanita (Mansjoer,
1999). Berdasarkan morfologi dan etiologinya, anemia hemolitik
termasuk anemia normokromik normositik. Manifestasi klinis yang
muncul dapat berupa :
a. Anamnesis
Sakit dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan.
b. Pemeriksaan fisik
Pucat, takikardi, ikterus, splenomegali dan hepatomegaly.
c. Pemeriksaan penunjang
1.) Darah tepi : retikulosi tosis, makrositosis, eritroblastosis,
Lekositosis dan trombositosis.
2.) Pada sumsum tulang dijumpai adanya eritroid hyperplasia
3.) Ferrokinetik :
Meningkatnya Plasma Iron Turnover ( PIT ), meningkatnya
Eritrosit Iron Turnover ( EIT ) (Wintrobe, 1985).
Anemia hemolitik merupakan salah satu diagnosis banding dari
skenario kali ini. Anemia hemolitik dijadikan diagnosis banding
dikarenakan adanya salah stau manifestasi klinis yaitu berupa ikterik.
Ikterik pada anemia hemolitik ini disebabkan karena banyaknya sel darah
merah yang dirombak. Banyaknya seldarah merah yang dirombak ini
disebabkan karena mudahnya sel darah merah terpecah. Banyaknya sel
darah merah yang terpecah mengakibatkan meningkatnya kadar bilirubin
dalam darah. Bilirubin dapat di ekskresikan dan akan memberi warna pada
feses dan urin. Namun, banyaknya bilirubin atau pigmen ini bisa
mengendap dan bisa menyebabkan batu empedu tipe pigmen.
b. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan
tusukan (gigitan) nyamuk Anopheles spp. Manifestasi klinis
1) Anamnesis
24
Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan
berkeringat, nafsu makan menurun, mual-mual kadang-kadang diikuti
muntah, sakit kepala yang berat dan terus menerus.
2) Pemeriksaan fisik
Splenomegali (pembengkakan limpa), anemi yang disertai malaise.
3) Pemeriksaan penunjang
Tetes tebal dilakukan untuk menentukan diagnosis malaria secara
cepat, tetapi belum dapat ditentukan spesies parasit Plasmodium. Hapusan
darah tipis dapat digunakan untuk menentukan spesies parasit penyebab
malaria. (Warrell, 2002)
Malaria merupakan salah satu diagnosis banding dari skenario di
atas dikarenakan adanya ikterik pada manifstasi klinisnya. Ikterik oleh
malaria ini disebakan karena adanya kerusakan sel darah merah yang di
sebabkan oleh malaria sehingga adanya peningkatan destruksi sel darah
merah dan akhirnya terjadilah ikterik. Sama seperti anemia hemolitik,
malaria juga bisa mmenyebabkan batu empedu tipe pigmen dikarekana
adanya hiperbilirubin. (Snow dan Gilles, 2002).
a. Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
bersifat akut, terutama ditularkan secara parenteral tetapi juga
dapat secara oral, melalui hubungan yang erat antara penderita
dengan orang lain, dan dari ibu ke bayi nya (Dorland, 2010)
Klasifikasi Hepatitis :
a. Virus hepatitis A (HAV)
b. Virus hepatitis B (HBV)
c. Virus hepatitis C (HCV)
d. Virus hepatitis D (HDV)
e. Virus hepatitis E (HEV)
f. Virus hepatitis F (HFV)
25
g. Virus hepatitis G (HGV)
26
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya ikterus karena
kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi, akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui
duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami
konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin. (Price, 2006)
b. Perlemakan hati
Perlemakan hati adalah keadaan dimana lemak dihati melebihi
5% dari berat hati.
Etiologi
Penyebab perlemakan hati dapat dibagi dua kelompok besar yaitu
27
b. Steatosis mikrovesikular
- Perlemakan hati akut pada kehamilan
- Obat-obatan (tetrasiklin)
- Sindrom Reyes
-
Gejala klinis
Pada penderita perlemakan hati kebanyakan penderita tidak
merasakan gejala atau asimptomatik tetapi terkadang ditemukan
penderita perlemakan hati dengan gejala seperti sakit kuning
(jaundice), mual, muntah, kembung dan nyeri tumpul di perut
kanan atas.
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari gejala yang muncul, pada
pemeriksaan fisik didapati pembesaran hati. Pemeriksaan
penunjang dengan USG, pengambilan sampel sel hati dengan
jarum (biopsi hati) meskipun tidak lazim dilakukan, pemeriksaan
albumin dan bilirubin biasanya masih normal. SGOT dan SGPT
meningkat 2-3 kali nilai normal deikian juga alkalifosfat meningkat
setengah samapi satu kali nilai normal. Kadar trigliserid dan
kolesterol juga meningkat. Pada kasus perlemakan hati primer,
semua tanda hepatitis C harus negative. (Djanas W.S. 2001)
28
5. Cara penegakan diagnosis Kolesistitis dan Kolelithiasis
29
a. Terapi farmakologi
Medis
- OAINS : COX non selektif (asam
mefenamat : oral 250-500 mg 2-3x/hari).
- Antibiotik : penisilin (Rentang dosis antara
250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875
mg dua kali sehari) (Longo et.al, 2010).
Operatif
Kolesistektomi : dilakukan ketika pasien
didiagnosis mengalami penyulit kolesistitis
(empiema, kolesistitis emfisematosa) (Longo et.al,
2010).
b. Terapi non farmakologi
Edukasi : memberikan pemahaman tentang
penyakitnya.
Mengurangi makan makanan berlemak.
Mengurangi aktifitas fisik yang berat.
Asupan oral dihentikan, digantikan dengan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
Atasi kelainan elektrolit (Longo et.al, 2010).
2. Terapi kolelititiasis
a. Terapi marmakologi.
Medis :
- OAINS : COX non selektif (asam
mefenamat : oral 250-500 mg 2-3x/hari).
- Antibiotik : penisilin (Rentang dosis antara
250 – 500 mg setiap 8 jam atau 500 – 875
mg dua kali sehari).
- Statin : simvastatin (40 mg/ hari). (Longo
et.al, 2010).
Operatif :
30
- Kolesistektomi →Dilakukan jika gejala
cukup sering, ada riwayat penyulit penyakit
batu, ada penyakit yang mendasari, pasien
dengan diameter batu empedu > 3mm, dan
pasien dengan kelainan anomali kongenital.
- ERCP Terapeutik →mengangat batu
empedu yang menyebabkan obstruksi pada
saluran empedunya.
- ESWL (Extra Corporeal Shock Waves
Litotripsi) → menggunakan gelombang
suara yang bertekanan tinggi agar, battu
mempedu mengalami fragmentasi, kemudian
dilarutkan dengan metode oral dissolution.
(Longo et.al, 2010).
b. Terapi Nonfarmakologi
Edukasi : memberikan pemahaman tentang
penyakitnya, dan perlunya tirah baring.
Mengurangi makan makanan berlemak, minum
alkohol.
Mengurangi aktifitas fisik yang berat.
Asupan oral dihentikan, digantikan dengan
pemasangan NGT (Naso Gastric Tube).
Atasi kelainan elektrolit (Longo et.al, 2010).
31
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pada skenario kali ini, Ny. Lidia 48 tahun mengeluh nyeri perut di bagian
kanan atas, dirasakan sudah 2 hari yang menjalar sampai ke bahu dan lengannya.
Selain itu, beliau juga mengeluh mual, muntah, demam, menggigil, serta tangan
dan matanya berwarna kuning. Beliau mengaku bahwa sangat suka
mengkonsumsi daging terutama jeroan. Berat badannya 85 kg dan TB 150 cm.
Jika dilihat dari kebiasannya yang sangat suka mengkonsumsi jeroan dan
BMInya yang sudah termasuk golongan obesitas tingkat II, keluhan Ny. Lidia
sangat mungkin disebabkan karena penimbunan kolesterol dalam tubuh yang
berlebih. Kolesterol yang terkandung dalam jeroan dan makanan berminyak
lainnya, tidak dapat larut dalam air, sehingga akan diemulsifikasikan di dalam
kandung empedu melalui vesikel atau mikel kandung empedu. Jika konsumsinya
berlebih, kolesterol yang masuk di dalam empedu akan berubah menjadi kristal
kolesterol, dan lama-kelamaan akan mengendap menjadi batu kolesterol. Batu
kolesterol yang terbentuk inilah yang akan menimbulkan berbagai gejala. Jika
batu kolesterol bermigrasi ke bagian duktus dari kandung empedu, maka akan
terjadi obstruksi, bisa di duktus cysticus maupun duktus choledocus. Obstruksi ini
akan menyebabkan kandung empedu mengalami inflamasi dan distensi dari
vesikelnya. Inflamasi yang terjadi akan menyebaban keluarnya mediator inflamasi
sehingga menyebabkan kenaikan suhu tubuh (demam), sama seperti yang dialami
oleh Ny. Lidia. Sedangkan distensi vesikel yang terjadi akan menyebabkan dua
gejala, yang pertama distensi yang terjadi akan menyebabkan tekanan intraluminal
dan intraabdominal meningkat, sehingga menjadi mual dan muntah, yang kedua
distensi yang terjadi akan menyebabkan penebalan dinding kandung empedu,
32
sehingga bagian fundus akan menyentuh pinggiran oc costae IX-X dan terjadilah
gesekan. Gesekan ini akan menyebabkan nyeri di bagian perut kanan atas.
Obstruksi yang terjadi pada duktus cysticus dan choledocus juga menyebabkan
bilirubin tidak bisa dialirkan, sehingga akan terjadi peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi, dan terlihatlah ikterik pada mata dan tangan Ny. Lidia.
B. SARAN
1. Sebaiknya setiap anggota agar tetap fokus dalam jalannya diskusi, sehingga
ketika ada pengulangan setiap anggota bisa mengulangi penjelasan temannya
dengan baik dan benar.
2. Sebaiknya sebelum melakukan diskusi PBL, anggota lebih mempersiapkan
diri hafalan Al-Quran, agar pada saat pengecekan, setiap anggota hafal dan
lancar.
33
3. Setiap anggota sebaiknya tetap diam dan memperhatikan ketika ada anggota
lain yang sedang mempresentasikan hasil belajar mandiri dirumah.
Diharapkan anggota tidak mengobrol sendiri.
4. Ketua diskusi sebaiknya dapat mengatur jalannya diskusi agar diskusi bisa
berjalan lancar. Selain itu, ketua juga harus bisa menyimpulkan setiap
pendapat yang diajukan oleh anggota lain.
5. Sebaiknya tiap anggota sudah harus mempersiapkan materi yang akan
didiskusikan, sehingga bisa saling bertukar pendapat dan melaksanakan
diskusi dengan baik.
34
DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum.1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. Jakarta: Balai
penerbit FKUI.
Djanas W.S. 2001 Perlemakan Hati Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Dorland, W.A., 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Guyton, AC. Hall (2011) Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta :
EGC
35
Simadibarata, Marcellus, Syam, Ari Fahrial, Rani, A. Aziz., 2011. Buku Ajar
Gastroenterologi Edisi Kesatu. Jakarta: Interna Publishing.
Snow, R. W., and Gilles, H.M., 2002. The Epidemiology of Malaria. Bruce-
Chwatts Essential Malariology.
36