REVISI II
0
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan organisasi yang kompleks karena didalamnya terdapat banyak kegiatan
pelayanan yang dilakukan oleh berbagai macam SDM dengan profesi yang berbeda-beda dan
teknologi yang beraneka ragam. Untuk dapat mengelola menjadi satu kesatuan yang padu dan
harmonis menuju pada satu tujuan yang sama yaitu menciptakan pelayanan yang bermutu, unggul
dan profesional, perlu disusun suatu pedoman pengorganisasian yang lengkap.
Pedoman operasional penyelenggaraan kegiatan rumah sakit ditetapkan dengan kebijakan manajemen
yang komprehensif, mengacu pada standar pelayanan rumah sakit yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan RI. Buku kebijakan manajemen ini selanjutnya menjadi pedoman dalam menetapkan
sistem, kebijakan dan prosedur dalam melaksanakan semua kegiatan pelayanan di RS Imanuel Way
Halim Bandar Lampung.
C. VISI, MISI, TUJUAN, NILAI, MOTTO, DAN FALSAFAH RS IMANUEL WAY HALIM
BANDAR LAMPUNG
1. VISI
Menjadi RS yang mengasihi sesama dengan memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan pasien.
2. MISI
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada keselamatan pasien
c. Mengembangkan pelayanan kesehatan terintegrasi berbasis ilmu kedokteran dan teknologi
terkini
d. Berupaya meningkatkan profesionalisme SDM terus menerus
e. Memberikanpelayanan kesehatan yang terjangkaubagisemua.
f. Mendidik calon tenaga kesehatan yang profesional dan berbudi luhur
3. TUJUAN
Menjadi RS yang memancarkan kasih Tuhan Yesus kepada sesama melalui pelayanan kesehatan
yang bermutu dan mengutamakan keselamatan bagi pasien dan keluarganya serta bagi seluruh
keluarga besar RS Imanuel
4. NILAI
a. Tulus Hati. Menyerahkan hak dan tuntutan pribadi demi keinginan untuk melayani.
b. Tanggung Jawab. Mengetahui dan melakukan apa yang diharapkan dari saya.
c. Penuh Perhatian. Menunjukkan penghargaan kepada seseorang atau suatu tugas dengan
berkonsentrasi penuh.
d. Pemaaf. Mengampuni dan melupakan kesalahan orang lain serta tidak menaruh dendam.
e. Inisiatif. Mengetahui dan melakukan apa yang perlu dilakukan sebelum diminta.
f. Jujur. Memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta secara akurat.
g. Sabar. Menerima situasi sulit tanpa memberikan tenggat waktu.
1
h. Adil. Kesadaran dan tanggung Jawab pribadi untuk menegakkan yang murni, baik dan benar.
5. MOTTO
Mengasihi Semua, Melayani Semua
6. KEYAKINAN DASAR
a. Setiap pasien adalah citra Allah yang unik yang patut dihargai dan
dikasihi.
b. Setiap pasien adalah pribadi yang bermartabat dan mempunyai hak
untuk memperoleh layanan optimal agar dapat menjadi bagian dari masyarakat umum
sehingga derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud.
c. Layanan diberikan secara menyeluruh dilandasi iman, pengharapan dan
kasih yang diwujudkan dalam semangat pendampingan dan layanan kepada para pasien dan
keluarganya.
d. Karyawan RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung dan kesejahteraan
mereka secara wajar dan terhormat menjadi bagian pula dari tujuan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung.
b. PENGELOLAAN ORGANISASI
1) Kebijakan Organisasi
a) Untuk mengelola organisasi, RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus
menetapkan kebijakan organisasi yang menjadi panduan dalam menetapkan
pedoman, peraturan, standar dan prosedur yang akan dibuat.
b) Kebijakan organisasi harus mengacu pada AD/ ART Yayasan (Yayasan Rumah Sakit
Baptis Indonesia) dan Hospital By Laws (HBL) yang telah disusun dan disetujui
Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia.
c) Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia berwewenang mengangkat dan
memberhentikan direktur.
2
d) Direktur RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung adalah seorang dokter atau dokter
gigi Kristen purna waktu, menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, lahir
baru, memiliki pemahaman iman yang sejalan dengan asas-asas Baptis, tidak
menyimpang dari norma etika moral Kristen, mempunyai kemampuan di bidang
perumahsakitan, memahami dan menghayati etika profesi kedokteran.
e) Kebijakan organisasi secara garis besar dibuat oleh Direktur dengan persetujuan
pemilik (Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia), sedang kebijakan pengelolaan
teknis dibuat oleh Direktur berdasarkan saran dari organ organisasi yang ada.
f) Kebijakan Organisasi perlu dievaluasi secara berkala minimal 5 tahun sekali meliputi
penjabaran, efektivitasnya dan masih relevan tidaknya dengan perkembangan
organisasi.
2) Struktur Organisasi
a) RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus menetapkan Struktur Organisasi
sesuai fungsi pelayanan yang diembannya dengan menetapkan organ pengelola yang
jelas sesuai kebutuhan pengelolaan yang meliputi pengelolaan pelayanan medik,
pengelolaan operasional, pengelolaan keuangan, pengelolaan keperawatan, dan
pengelolaan penunjang medis.
b) Struktur Organisasi RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung disusun oleh Direktur
dan harus dengan pengesahan pemilik (Pengurus Yayasan Rumah Sakit Baptis
Indonesia)
c) Struktur Organisasi RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus dilengkapi
dengan uraian tugas yang jelas meliputi uraian tugas unit kerja, uraian tugas
pengelola (pemimpinnya) maupun uraian tugas pelaksana yang ada di unit.
d) Uraian tugas harus dilengkapi dengan syarat spesifikasi (job kompetensi) dari
petugasnya, uraian tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
e) Setiap uraian tugas harus dilengkapi dengan prosedur atau cara melaksanakan tugas
tersebut yang disusun oleh masing-masing Bagian.
f) Masing-masing tugas harus bisa dinilai ukuran keberhasilan tugasnya dengan
indikator yang jelas.
g) Semua tugas, petugas, pemimpin maupun struktur organisasi harus bisa dievaluasi
efektivitasnya secara berkala sesuai kebutuhan masing-masing.
h) RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus menetapkan kebijakan evaluasi
secara berkala terhadap Struktur Organisasi, para pejabat struktural dan para petugas
pelaksana dengan jadwal yang jelas.
i) Untuk mengelola pelayanan secara fungsional RS Imanuel Way Halim Bandar
Lampung didukung oleh wakil direktur pelayanan & perawatan, wadir umum &
keuangan beserta jajarannya serta Komite Medik, Satuan Pemeriksa Internal, Komite
Etik & Hukum, Komite Keperawatan, Panitia Mutu & Keselamatan Pasien, Panitia
Pencegahan Infeksi & Pengendalian Infeksi, Panitia Farmasi & Terapi, Panitia
Rekam Medik serta Panitia Pembina Keselamatan & Keselamatan Kerja.
j) Untuk melaksanakan kegiatan lainnya baik yang menunjang pelayanan RS Imanuel
Way Halim Bandar Lampung maupun tidak, dimungkinkan membentuk
Panitia/Komite atau Tim.
k) Tim Kerohanian merupakan bagian yang terpisah dari struktur organisasi RS
Imanuel Way Halim Bandar Lampung.
l) Direktur membentuk Serikat Pekerja RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung. Hal-
hal yang berkaitan dengan kepentingan pekerja diatur dalam pokok-pokok
ketenagakerjaan, yang mengacu pada Undang – Undang Tenaga Kerja.
3) Pengembangan Organisasi
a) Untuk mengembangkan Organisasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai RS
Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus menetapkan Rencana strategik atau
3
Rencana Bisnis jangka waktu sekurangnya 5 tahun dan master program untuk jangka
waktu sekurangnya 10 tahun.
b) Rencana Strategik harus disusun dengan menyeimbangkan 4 perspektif yang menjadi
fokus dari pengembangan yaitu Pertumbuhan dan Pembelajaran, Proses Bisnis
Internal, Pelanggan dan Keuangan.
c) Untuk menyusun Rencana Strategik, RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus
menetapkan pedoman penyusunan Renstra yang melibatkan semua Stakeholdersnya.
d) Rencana strategik tersebut harus dijabarkan oleh pejabat struktural setingkat Kepala
Bidang/Bagian/Instalasi menjadi program operasional yang jelas setiap tahunnya.
e) Agar semua program yang ditetapkan dapat berjalan maka pejabat struktural
setingkat Kepala Unit Fungsional dan Sub Bagian harus menyusun rencana program
bulanan yang operasional dapat dilaksanakan dan mudah dievaluasi.
5
secukupnya. Pada akhir masa tugas sementaranya tersebut, pejabat pengganti wajib membuat
laporan kepada pejabat yang digantikannya.
6
t. KEBIJAKAN DALAM BIDANG SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
(SIM)
1) Guna mendukung keberhasilan manajemen dibangun sistem informasi yang terpadu dan
komprehensif dengan teknologi, sehingga mampu menyediakan data dan informasi
secara cepat dan akurat, sebagai dasar pengambilan keputusan manajemen.
2) Dalam rangka mewujudkan hal tersebut telah disusun dan ditetapkan rencana
pengembangan sistem informasi manajemen RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung
dalam bentuk penyusunan dan pengembangan program komputerisasi di semua bidang
pelayanan, yang akan direalisasikan secara bertahap sesuai kemampuan rumah sakit.
3) Pengelolaan program SIM ditangani sendiri oleh RS Imanuel Way Halim Bandar
Lampung yang pelaksanaannya dilakukan oleh Tim SIM dibantu konsultan yang
berkompeten dibidangnya.
b. KEBIJAKAN AKUNTANSI
1) Kegiatan akuntansi RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung dilaksanakan berdasarkan
standar Akuntansi Keuangan Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia.
2) Kegiatan Akuntansi meliputi pencatatan, verifikasi, rekonsiliasi, analisa dan pelaporan
terhadap semua transaksi yang terjadi di rumah sakit.
j. KEBIJAKAN TARIF
1) Semua tarif yang berlaku di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung ditetapkan oleh
direktur.
2) Tarif yang berlaku dapat berbeda-beda sesuai dengan ketentuan :
a) Tarif umum (pasien yang menanggung sendiri)
b) Tarif mitra (ditanggung oleh perusahaan maupun asuransi yang menjadi mitra RS
Imanuel Way Halim Bandar Lampung)
3) Penyesuaian tarif dilakukan minimal 1 tahun sekali sesuai kebutuhan dan dilakukan
dengan mengacu pada Pedoman Penyesuaian Tarif RS Imanuel Way Halim Bandar
Lampung.
4) Tarif ditentukan berdasarkan unit cost dan kebijakan manajemen, serta
mempertimbangkan kemampuan daya beli masyarakat.
5) Pengurangan tarif diluar jasa dokter harus seijin manajemen atau petugas yang
berwenang.
6) Penambahan tarif baru diluar tarif yang telah disahkan direktur, dibuat oleh Kepala
Bagian Keuangan dengan mempertimbangkan kewajaran tarif, unit cost, bahan habis
pakai dan standar jasa medis IDI yang berlaku, dan harus mendapat persetujuan minimal
dari wadir umum & keuangan.
b. Program Orientasi
1) Tujuan program orientasi adalah memberikan pemahaman dan membuka wawasan
karyawan tentang pelayanan rumah sakit secara umum dan pekerjaan yang akan
ditanganinya secara khusus.
2) Program orientasi harus diikuti oleh karyawan baru maupun karyawan lama yang
mengalami mutasi ke Bagian lain dan karyawan yang mendapatkan jabatan baru.
3) Program orientasi untuk karyawan baru meliputi orientasi umum dan khusus, sedangkan
untuk karyawan lama dan pejabat baru sifatnya khusus.
4) Ketentuan mekanisme dan tata cara orientasi diatur tersendiri.
d. Mutasi
1) Mutasi adalah perpindahan tugas dari satu Bagian ke Bagian lainnya di dalam RS
Imanuel Way Halim Bandar Lampung (intern) atau antar rumah sakit dalam naungan
Yayasan Rumah Sakit Baptis Indonesia.
2) Pada dasarnya setiap karyawan dapat dimutasikan sesuai kepentingan rumah sakit.
3) Mutasi dilaksanakan untuk berbagai tujuan yaitu :
a) Penyegaran.
b) Pengembangan ketrampilan/wawasan.
c) Pemenuhan kebutuhan tenaga.
d) Penghargaan atas pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan.
e) Hukuman dinas.
e. Promosi
1) Promosi merupakan upaya peningkatan dari suatu kedudukan/jabatan kepada kedudukan
jabatan yang lebih tinggi maupun pengakuan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
2) Promosi mengandung makna peningkatan/penambahan tugas (kewajiban, tanggung
jawab) serta hak-hak yang relevan.
3) Promosi dilaksanakan apabila ada jabatan lowong yang harus diisi baik jabatan
struktural maupun fungsional.
4) Promosi dilaksanakan dengan mengingat analisa hasil penilaian kinerja serta
kemampuan yang dimiliki sesuai yang dipersyaratkan.
5) Mekanisme dan tata cara lebih lanjut diatur dengan ketentuan tersendiri.
16
f. Demosi
1) Demosi adalah penurunan dari suatu kedudukan/jabatan ke kedudukan/jabatan yang
lebih rendah maupun penurunan standar pendidikan/kepangkatan ke yang lebih rendah
yang diikuti oleh pengurangan kewajiban dan hak-hak yang relevan dalam jangka waktu
tertentu.
2) Demosi dilaksanakan berdasarkan analisa hasil penilaian kinerja pada kedudukan
sebelumnya yang dinilai dibawah standar.
3) Demosi dapat dilaksanakan untuk alasan hukuman dinas, pengalihan jabatan kepada
orang lain yang lebih mampu.
4) Demosi dapat dilaksanakan setelah jabatan karyawan selesai sehingga menjadi petugas
pelaksana biasa.
5) Mekanisme dan tata cara lebih lanjut diatur dengan ketentuan tersendiri.
g. Pengembangan Karier
1) Merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan maupun kinerja karyawan sesuai
dengan tuntutan akan mutu pelayanan dan perkembangan Iptek yang diselenggarakan
dengan program Diklat.
2) Setiap pengembangan karier merupakan upaya meningkatkan kemampuan kerja sesuai
bidang tugas/profesinya.
3) Setiap karyawan diberikan kesempatan untuk meningkatkan kariernya, dengan
mempertimbangkan :
a) Kesanggupan/minatnya.
b) Memenuhi persyaratan yang ditetapkan rumah sakit.
c) Kebutuhan rumah sakit.
d) Kemampuan rumah sakit.
4) Bentuk upaya peningkatan karier meliputi :
a) Pendidikan formal lanjutan.
b) Pendidikan non formal (Kursus, Ketrampilan teknis, Manajemen dll)
c) Penataran, Simposium, Lokakarya, Seminar Ilmiah, dll.
5) Upaya peningkatan karier dapat dilaksanakan dengan cara :
a) Dibiayai rumah sakit.
b) Usaha karyawan dengan persetujuan rumah sakit.
6) Program studi lanjutan yang dibiayai rumah sakit, segala sesuatunya diatur dalam
perjanjian tugas belajar. Setelah selesai pendidikan, golongan/kepangkatannya dapat
langsung disesuaikan dengan pendidikan terakhirnya.
7) Program studi lanjutan atas biaya karyawan sendiri, dapat dilaksanakan atas ijin tertulis
dari Direktur dengan mempertimbangkan kepentingan pelayanan.
8) Setelah selesai pendidikan pada point 6, golongan/kepangkatannya tidak otomatis
disesuaikan tetapi tergantung pada formasi yang ada dan kebutuhan rumah sakit.
Mekanisme dan tata cara pelaksanaan diatur dengan ketentuan tersendiri.
9) Guna mendukung penambahan pengetahuan dan wawasan karyawan, rumah sakit
menyediakan sebuah Perpustakaan.
i. Penghargaan Karyawan
1) Penghargaan merupakan bentuk penghormatan dan ucapan terima kasih kepada
karyawan yang telah berjasa dan setia atas pelayanannya di rumah sakit.
2) Setiap karyawan berhak mendapatkan penghargaan berdasarkan pertimbangan tertentu.
3) Pemberian penghargaan dapat diusulkan oleh pejabat struktural yang membawahinya
dan diputuskan oleh Direktur rumah sakit.
4) Bentuk-bentuk penghargaan ditetapkan oleh Direktur dengan mempertimbangkan
kemampuan rumah sakit dan kemanfaatan dimaksud.
j. Penilaian Kinerja
1) Penilaian kinerja dilakukan untuk evaluasi terhadap prestasi dan perilaku karyawan
dalam kerangka pelaksanaan tugas untuk kepentingan pembinaan, peningkatan kinerja,
pertimbangan kenaikan gaji/imbalan lain, promosi dan pengembangan karier karyawan.
2) Penilaian kinerja dilaksanakan secara periodik minimal 1x/tahun.
3) Penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung disetujui oleh karyawan yang
bersangkutan dan atasan pejabat penilai.
4) Hasil penilaian kinerja asli disimpan dalam file karyawan yang bersangkutan di bagian
SDM & Pendidikan.
k. Dokumen Kekaryawanan:
1) Setiap karyawan RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus memiliki dokumen
kepegawaian yang berisi riwayat lengkap dari sejak melamar sampai dengan
pensiun/meninggal. Dokumen – dokumen tersebut berisi ; berkas a.l, surat lamaran, copy
ijasah, daftar riwayat hidup, akta perkawinan, akta kelahiran anak, sertifikat pendidikan
tambahan, hasil Penilaian kinerja, surat keputusan, daftar cuti, sakit dsb.
18
2) Dokumen tersebut sifatnya rahasia sehingga harus dikelola khusus untuk menjaganya.
Pengelolaan dokumen tersebut diserahkan kepada sub bagian SDM & Pendidikan.
3) Tata cara pengelolaan lebih lanjut diatur dengan ketentuan tersendiri.
m. Pemberhentian Karyawan
1) Pemberhentian adalah penetapan status karyawan dalam hubungannya dengan
berakhirnya tugas dan tanggung jawabnya dalam pekerjaan.
2) Pemberhentian karyawan dapat dilakukan oleh sebab karyawan meninggal dunia,
pensiun, tidak mampu bekerja karena sakit, berhenti atas permintaan sendiri, PHK oleh
RS Imanuel, penyederhanaan organisasi, berakhirnya ikatan perjanjian kerja.
3) Pemberhentian karyawan ditetapkan dengan surat keputusan direktur disertai dengan
surat keterangan bekerja serta hak-hak karyawan lainnya sesuai dengan ketentuan
undang-undang ketenagakerjaan.
19
4) Ketentuan, macam dan proses pemberhentian dilaksanakan sesuai dengan peraturan
pemerintah yang berlaku
i. Kelalaian karyawan
1) Setiap kelalaian karyawan yang terjadi dilakukan audit oleh atasan langsung
berserta staf terkait
2) Jikalau dalam hal tersebut ditegakkan adanya kelalaian, maka petugas yang
melakukan kelalaian bertanggungjawab atas penyelesaian permasalahan tersebut
3) Biaya yang timbul akibat kerugian oleh karena kelalaian tersebut ditanggung
oleh petugas yang melakukan kelalaian
4) Waktu di luar jam dinas yang digunakan oleh petugas yang bersangkutan untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut tidak dapat diperhitungkan sebagai lembur
23
16. KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN
a. Kebijakan Umum :
1) Asesmen pasien terdiri dari tiga proses utama :
a) Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan sosial
ekonomi serta riwayat kesehatan pasien.
b) Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan
diagnostik untuk identifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c) Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah
diindentifikasi.
2) Proses tersebut di atas dilakukan oleh ahli kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pasien.
3) Proses tersebut di atas dilakukan secara bersama – sama diantara para ahli kesehatan
tersebut.
4) Semua pasien yang dirawat oleh Rumah Sakit Imanueldiidentifikasi kebutuhan
perawatan kesehatannya melalui proses asesmen yang ditetapkan. Hal ini berlaku pada
pasien rawat inap, rawat jalan, instalasi gawat darurat dan perawatan 1 hari (one day
care).
5) Semua pasien harus mendapatkan asesmen awal minimal 24 jam pertama perawatan.
6) Semua pasien diases ulang berdasarkan interval tertentu sesuai kondisi dan pengobatan
yang diterimanya untuk mengetahui respon pasien terhadap pengobatannya. Interval
dapat ditetapkan dalam ukuran hari, minggu, bulan, atau sewaktu – waktu (akut)
tergantung kondisi pasien.
7) Asesemen pasien dilakukan juga untuk merencanakan perawatan lanjutan dan
pemulangannya.
8) Ahli kesehatan yang melakukan asesmen awal memenuhi kualifikasi yang ditetapkan
oleh RS Imanuel dalam melaksanakan asesmen dan asesmen ulang. Yang termasuk ahli
kesehatan adalah dokter dan para medis (perawat, ahli fisioterapis, ahli gizi, dan ahli
farmasi).
9) Semua hasil asesmen (awal dan ulang) harus tertulis dalam rekam medis pasien RS
Imanuel.
10) Semua hasil asesmen harus diberitahukan kepada pasien dan atau keluarga pasien.
11) Pelayanan penunjang asesmen pasien (laboratorium dan pencitaraan diagnostik) diatur
sesuai kebijakan masing – masing pelayanan tersebut.
b. Kebijakan Khusus :
1) Asesmen tambahan :
a) adalah asesmen yang dibuat setelah ada asesmen utama.
b) dilakukan oleh ahli kesehatan yang telah ditetapkan RS Imanuel.
c) harus tertulis dalam rekam medis yang ditetapkan RS Imanuel.
2) Asesmen nyeri :
a) Adalah asesmen untuk menilai tingkat nyeri pasien yang dirawat di RS Imanuel.
b) Skala penyusunan nyeri VAS (Visual Analogue Scale).
c) Dilakukan oleh ahli kesehatan yang ditetapkan oleh RS Imanuel.
d) Harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan oleh RS Imanuel.
3) Asesmen Resiko Jatuh :
a) Adalah penilaian terhadap kondisi pasien yang menyebabkan pasien beresiko jatuh
selama perawatan di rumah sakit.
b) Pengukuran resiko jatuh menggunakan skala yang telah ditetapkan rumah sakit
c) Dilakukan oleh ahli kesehatan yang ditetapkan oleh rs imanuel.
d) Hasil asesmen harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan oleh RS
Imanuel.
4) Asesmen Gizi :
a) Adalah pengkajian status gizi penderita awal, pertengahan dan akhir perawatan di RS
Imanuel.
24
b) Pengukuran resiko jatuh menggunakan skala yang telah ditetapkan rumah sakit.
c) Dilakukan oleh ahli kesehatan yang ditetapkan oleh RS Imanuel.
d) Hasil asesmen harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan oleh RS
Imanuel.
e) Asesmen dapat dibedakan berdasarakan usia pasien atau pun berdasarkan kebutuhan
khusus pasien.
25
h. Pasien dilayani di klinik sesuai nomor urut pendaftarannya, jika
dipanggil namanya tidak ada maka akan dilewati dan bila sudah datang wajib menunggu 3
nomor kemudian.
i. Pasien dapat dikonsulkan ke dokter spesialis lain oleh dokter
pemeriksa atau berhak meminta konsultasi dengan dokter spesialis lain
j. Pasien yang perlu tindakan minor dilakukan di ruang tindakan
poliklinik, apabila diperlukan dapat dilakukan di ruang minor IGD dengan membawa asisten
perawat masing-masing.
k. Pasien yang datang kembali setelah lewat hari (pergantian
tanggal) harus mendaftar kembali ke bagian pendaftaran.
l. Pasien asuransi atau mitra harus melengkapi pendaftaran dengan
berkas-berkas yang sesuai (kartu peserta, rujukan, klaim, surat keterangan, dll)
27
5) Semua hasil pemeriksaan pasien rawat inap kebidanan harus dimasukan di dalam berkas
rekam medis.
6) Seluruh pelayanan keperawatan dan kebidanan di instalasi rawat inap kebidanan
berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.
7) Mobilitas pasien harus selalu didampingi oleh perawat ruangan atau petugas yang diberi
kewenangan.
8) Setiap pasien yang akan meninggalkan rawat inap harus mempunyai izin pulang dari
kasir rawat inap.
9) Pengiriman pasien yang akan dirawat inap diantar oleh perawat jalan ke ruangan.
10) Peralatan yang berada di rawat inap kebidanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan
kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11) Setiap pemeriksaan pasien di rawat inap kebidanan dilakukan oleh tenaga medis (dokter,
bidan dan perawat ruangan).
12) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi, setiap petugas wajib mengikuti
pelatihan yang diselenggarakan.
13) Tersedianya ruangan rawat gabung untuk asuhan ibu dan bayi.
14) Adanya fasilitas isolasi untuk ibu atau anak yang terkena infeksi.
15) Lokasi kamar bersalin berdekatan dengan kamar operasi.
16) Setiap petugas berupaya untuk mengurangi morbiditas ibu hamil dan bayi baru lahir
17) Setiap petugas wajib memiliki kemampuan untuk memberikan penyuluhan kepada ibu
hamil dalam masa perawatan antenatal, persalinan dan post natal.
18) Setiap petugas bidan mampu menolong persalinan normal sesuai dengan standar.
19) Setiap petugas mampu memberikan asuhan sayang ibu dan bayi.
20) Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada bayi.
21) Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada ibu hamil,bersalin dan nifas.
22) Setiap petugas mampu memberikan asuhan pada masa reproduksi.
23) Setiap pegawai baru wajib melaksanakan program orientasi.
24) Setiap petugas mampu untuk mendeteksi sedini mungkin gangguan atau kelainan baik
pada ibu,bayi dan anak selama dalam masa perawatan
25) Setiap petugas mampu untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak
28
3) Setiap petugas wajib mendukung terlaksananya rawat gabung ibu dan bayi,dan apabila
ibu/keluarga menolak dan keberatan,maka wajib dimintakan persetujuan penolakan
tindakan.
4) Setiap petugas berupaya melakukan Inisiasi Menyusui Dini dan Asi Eksklusif,kecuali ada
penolakan dari pasien atau ada kontra indikasi baik pada ibu maupun bayi.
5) Pelayanan metode kangguru pada bayi BBLR atas dasar penilaian fisik bayi sehat dan
memungkinkan serta sepengetahuan dokter.
6) Kasus neonatal dengan resiko tinggi serta membutuhkan fasilitas yang lebih lengkap akan
dirujuk sesuai dengan MOU rujukan dan persetujuan keluarga dengan mengikuti
mekanisme rujukan sesuai jenjang pelayanan.
7) Lokasi kamar bersalin berdekatan dengan kamar operasi
29
l. Dokter jaga IGD bertanggungjawab atas penanganan pasien yang dimasukkan ke ruang rawat
inap selama 1 (satu) jam setelah pasien dirawat. Selanjutnya pasien rawat menjadi
tanggungjawab dokter ruangan.
m. Pasien yang dilayani di IGD RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung dikategorikan sebagai
berikut :
1) Pasien gawat darurat
2) Pasien gawat tidak darurat
3) Pasien darurat tidak gawat
4) Pasien tidak gawat tidak darurat
5) Kecelakaan
n. Pelayanan gawat darurat untuk pasien tidak akut dan tidak gawat dilayani setelah kasus akut
dan gawat terlayani. Jika pasien tersebut datang pada saat jam poliklinik buka, maka pasien
diarahkan ke poliklinik.
o. Kriteria pasien akut dan gawat darurat yang dilayani di IGD RS Imanuel Way Halim Bandar
Lampung :
1) Terganggu sistem pernafasan
2) Terganggu sistem aliran darah
3) Terganggu sistem kesadaran
4) Kasus-kasus kecelakaan
p. Kepala Instalasi Gawat Darurat adalah seorang dokter purna waktu
q. Kepala perawat IGD adalah seorang perawat terampil bersertifikat PPGD, purna waktu,
bertanggungjawab secara struktural dan pelayanan kepada Ka. Instal Gawat Darurat.
r. Kepala perawat IGD harus mengkoordinasikan kegiatan pelatihan, kursus, atau kegiatan
keperawatan kepada Kepala Bidang Keperawatan, termasuk dalam pengelolaan asuhan
keperawatan di IGD.
s. Dokter jaga IGD terbagi 3 shift :
1) Shift pagi : 07.00 – 14.00 WIB
2) Shift siang : 14.00 – 21.00 WIB
3) Shift malam : 21.00 – 07.00 WIB
t. Daftar dokter jaga diatur setiap bulan oleh Ka. Instalasi Gawat Darurat
u. Semua dokter jaga IGD bersertifikat ACLS dan atau ATLS
v. Perawat jaga IGD terbagi menjadi 3 shift :
1) Shift pagi : 07.00 – 14.00 WIB
2) Shift siang : 14.00 – 21.00 WIB
3) Shift malam : 21.00 – 07.00 WIB
w. Daftar dinas perawat IGD diatur setiap bulan oleh Ka.RuIGD
x. Dokter jaga IGD bertanggungjawab mengelola pasien IGD sampai 1 jam setelah pasien
masuk ruang rawat inap.
y. Dokter jaga IGD memberi bimbingan dan mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan dokter muda
z. Setiap pasien yang masukIGD akan diterima oleh perawatIGD dan diperiksa oleh dokter jaga
(triase)
aa. IGD dapat digunakan untuk program pembelajaran bagi karyawan dan mahasiswa
bb. Rujukan pasien dari IGD ke RS lain dapat dilakukan langsung oleh dokter jaga IGD tanpa
konfirmasi dengan dokter spesialis 4 besar bila dirujuk atas permintaan pasien atau kamar
penuh.
Adapun bentuk rujukan yaitu :
1) Alih rawat
Alih rawat dapat dilakukan pada keadaan :
a) Tidak ada dokter spesialis yang kompeten
b) Dugaan kasus SARS, Flu Burung
c) Dugaan Rabies
a) Pemeriksaan diagnostik dan pemeriksaan penunjang lain yang dianggap perlu, yang
tidak dapat dilakukan di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung.
30
23. KEBIJAKAN PELAYANAN PERAWATAN INTENSIF
a. Pelayanan intensif adalah pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien dalam keadaan
yang memerlukan pamantauan ketat dan terus menerus serta tindakan segera.
b. Pelayanan intensifdi Instalasi Perawatan Intensif (IPI) letaknya berdekatan dengan kamar
operasi. dipimpin oleh seorang dokter Spesialis Anestesi sebagai Kepala Instalasi.
c. Ditetapkan prosedur penerimaan dan pengeluaran pasien IPI
d. Setiap pasien memiliki DPJP utama.
e. Pada keadaan darurat yang mengancam jiwa, kepala instalasi IPI / dokter anestesi berhak
melakukan intervensi intubasi / ventilator dengan atau tanpa persetujuan DPJP.
f. Pelayanan intensif diselenggarakan selama 24 jam, didukung oleh tenaga paramedis terlatih
(on site) yang dibagi dalam 3 shift dan dokter jaga 24 jam RS Imanuel Way Halim Bandar
Lampung Way Halim Bandar Lampung (dokter ruangan) serta dokter konsultan.
g. Untuk memudahkan petugas dan kenyamanan pasien maka setiap pasien diwajibkan
membayar biaya perawatan selama 3 (tiga) hari ke depan. Petugas kasir/billing akan
melaporkan biaya perawatan setiap 3 (tiga) hari kepada pasien dan keluarganya.
h. RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung Way Halim Bandar Lampung menolak semua
bentuk eutanasia aktif.
i. Sepanjang tidak mengganggu ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan nilai kristiani,
maka pasien dan atau keluarganya diperbolehkan melakukan ibadah sesuai agama dan
kepercayaannya masing-masing.
j. Pasien hanya dapat dijenguk saat jam kunjungan, dengan maksimal 2 orang bergantian.
k. Untuk mengatur penyelenggaraan pelayanan perlu ditetapkan Bagan Struktur Organisasi dan
uraian tugas secara tertulis bagi setiap pelaksana pelayanan intensif sehingga jelas fungsi dan
tanggung jawab masing-masing. Perlu dilaksanakan penilaian/evaluasi mengenai
kompetensi/ kinerja staf secara periodik.
l. Pelayanan Intensif harus didukung dengan kebijakan operasional dan prosedur tetap
pelayanan intensif sebagai pedoman kerja bagi seluruh staf yang ditinjau secara berkala.
m. Untuk memberikan pelayanan optimal, rancang bangun dan peralatan untuk pelayanan
intensif diatur sebagai berikut :
1) Ruang gerak di sekitar tempat tidur pasien cukup leluasa supaya mudah untuk melakukan
pelayanan perawatan, tindakan rutin dan tindakan gawat darurat serta memungkinkan
untuk penempatan alat yang diperlukan untuk menolong pasien.
2) Peralatan yang selalu siap pakai dan berfungsi baik harus tersedia dan terpelihara dengan
baik.
3) Disediakan ruang tunggu khusus bagi keluarga pasien yang mendampinginya.
4) Ruang konsultasi bagi pasien dan keluarganya.
n. Guna menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan intensif maka perlu diselenggarakan :
1) Program pelatihan bagi seluruh staf secara berkesinambungan, sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait.
2) Program orientasi bagi staf baru.
3) Program evaluasi mutu pelayanan intensif melalui penilaian klinik dan audit medis yang
didukung dengan kelengkapan Rekam Medis yang dapat menggambarkan proses
pelayanan, pola pengobatan, morbiditas, mortalitas dan lain-lain.
31
f. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
g. Penyediaan tenaga di instalasi bedah harus mengacu kepada pola ketenagaan.
h. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi / penyuluhan
mengenai prosedur pembedahan yang akan dilaksanakan.
i. persiapan operasi elektif dilakukan 1 hari atau minimal 6 jam sebelumnya,sedangkan operasi
darurat dilakukan segera sesuai dengan standar prosedur operasional.
j. Setiap pasien yang akan menjalani operasi elektif harus terdaftar dan terjadual di kamar
operasi.
k. Setiap pasien yang akan dioperasi baik elektif maupun cito harus dikonsultasikan terlebih
dahulu ke dokter anestesi.
l. Dokter operator bedah harus melaksanakan asesmen pra bedah sebelum diputuskan
dilakukan tindakan pembedahan.
m. Time out wajib dilaksanakan sebelum dilakukan pembedahan dan sign out setelah tindakan
pembedahan.
n. Setiap pasien yang diantar ke kamar operasi, harus sudah dilengkapi dengan informed
consent yang sudah ditandatangani dan checklist keselamatan pasien yang sudah ditentukan.
o. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan tindakan
pembiusan dan pembedahan harus ada secara tertulis dan ditandatangani oleh pasien (bila
sadar) atau keluarga dekat (bila pasien tidak sadar).
p. Penandaan area operasi harus dilakukan oleh operator bedah, pada kasus operasi sisi
(laterality), struktur multiple (jari tangan, jari kaki, lesi), atau level multiple (tulang
belakang).
q. Pembersihan area operasi dilakukan dengan menggunakan povidone iodine 10% dan diusap
dengan kassa steril setelah pasien dalam pengaruh obat bius dilakukan untuk meminimalkan
terjadinya kontaminasi bakteri dan infeksi luka operasi.
r. Checklist keselamatan pasien adalah suatu program dalam upaya menurunkan komplikasi
pembedahan dan anestesi. Checklist keselamatan pasien terdiri dari sign in, time out dan sign
outdilakukan pada setiap pasien yang dilakukan pembedahan, dilakukan oleh petugas
sirkulair.
s. Bila ada tindakan perluasan tindakan operasi, operator harus memberikan informasi kepada
penanggung jawab pasien (keluarga) sebelum perluasan operasi dilakukan dan penanggung
jawab
t. Pengaturan jadwal operasi dibedakan menjadi operasi elektif (non urgent) dan operasi cito
(urgent)
u. Penundaan ataupun pembatalanoperasi karena perubahan jadwal dari operator, perubahan
kondisi pasien harus segera diinformasikan pada pasien dan keluarga.
v. Demi mutu dan keselamatan pasien tindakan a dan antiseptik bedah wajib dilaksanakan
sesuai standar prosedur operasional oleh semua petugas kamar operasi.
w. Semua petugas kamar bedah wajib mematuhi ketentuan dalam K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja). Dan melakukan tindakan operasi berdasarkan prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi.
x. Laporan operasi harus ditulis oleh dokter operatorsecara lengkap sesuai dengan lembar yang
sudah tersedia dan disimpan dalam rekam medik pasien.
y. Penghitungan kassa dan instrumen dilakukan oleh perawat instrumen dan petugas sirkulair
sebelum operasi selesai dan pastikan jumlahnya sama pre dan post operasi.
z. Setelah selesai operasi petugas wajib memberitahukan keluarga.
aa. Jika diperlukan pemeriksaan laboratorium (patologi ataupun klinik) petugas kamar operasi
sudah mempersiapkannya sesuai prosedur yang sudah ditentukan.
bb. Alat instrument dan linen kotor dibersihkan sesuai standar prosedur operasional.
cc. Pembersihan ruang operasi terbagi menjadi 5 : pembersihan sebelum, selama, setelah
pembedahan, pembersihan akhir dan mingguan (bongkar ruang operasi).
dd. Bila terjadi kecelakaan / kegagalan dari tindakan operasi yang dimaksud, dilaporkan kepada
Kepala Instalasi Bedah dan Wakil Direktur Pelayanan & Perawatan untuk ditindaklanjuti.
32
ee. Bila terjadi bencana / hospital disaster, instalasibedah siap untuk berperan di dalam
penanggulangannya.
ff. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal
satu bulan sekali.
gg. Setiap bulan instalasi bedah membuat laporan kegiatan mutu kamar operasi yang dilaporkan
kepada tim mutu.
hh. Pemeliharaan alat medis kamar operasi yang terdiri : set operasi (set besar, set sc, set kecil,
set plastik, set tonsil, set THT, set pembuluh darah) dilakukan oleh perawat kamar operasi
dan bekerjasama dengan petugas kamar steril, sedangkan suction sentral, mesin cauter
(Olympus, acoma, covidien), lampu operasi (mediland), mikroskop mata (top con oms 90),
meja operasi (mediland), pemotong gips, bor tulang (aesculap), meja instrument dan mayo
dilakukan pengecekan secara teratur oleh Bagian Pemeliharaan Sarana (BPS) serta dilakukan
kalibrasi secara rutin.
ii. Penggunaan alat medis kamar operasi yang terdiri : suction sentral, mesin cauter (olympus,
acoma, convidien),lampu operasi (mediland), mikroskop mata (top con oms 90), meja
operasi (mediland), pemotong gips, bor tulang (aesculap), digunakan oleh perawat kamar
operasi sesuai dengan standar prosedur operasional.
33
25. KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI
a. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam) memenuhi standar di rumah sakit,
nasional dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
b. Pelayanan anestesi yang adekuat, reguler dan nyaman harus selalu berorientasi kepada mutu
dan keselamatan pasien dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
c. Pelayanan anestesi dilakukan 24 jam.
d. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur operasional
yang berlaku, etika profesi, etiket, dan menghormati hak pasien.
e. Koordinator pelayanan anestesi di rumah sakit dibawah tanggung jawab dokter spesialis
anestesi.
f. Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anestesi diatur dalam SK direktur rumah
sakit Imanuel
g. Semua petugas anestesi wajib memiliki surat ijin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
h. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi.
i. Setiap pasien yang akan diberikan tindakan anestesi diberikan informasi / penyuluhan serta
edukasi mengenai prosedur yang akan dijalani oleh dokter spesialis anestesi.
j. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan tindakan
pembiusan harus ada secara tertulis karena menyangkut legalitas yang dilakukan dokter
anestesi.
k. Setiap tindakan anestesi yang dilakukan ditulis dalam rekam medis pasien.
l. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien elektif dilakukan oleh dr. Sp.An di ruang rawat
inap 1 hari sebelum operasi dilakukan.
m. Asesmen pra sedasi/pra anestesi untuk pasien emergensi/cito dilakukan sesaat oleh dr. Sp.An
di IGD atau di ruang premedikasi kamar operasi sebelum operasi dilakukan.
n. Asesmen pra sedasi untuk pasien yang akan menjalani pemeriksaan diagnostik (endoskopi
dll) dilakukan sesaat oleh dr. Sp.An sebelum pemeriksaan diagnostik dilakukan.
o. Asesmen pra induksi untuk pasien dilakukan oleh dr. Sp.An sesaat sebelum obat anestesi
diberikan.
p. Pelayanan anestesi termasuk didalamnya sedasi sedang, berat/ dalam di setiap pembedahan
dilayani oleh dokter spesialis anestesi dibantu oleh perawat anestesi.
q. Pelaksanaan tindakan anestesi lokal dapat dilakukan oleh dr. operator bedah atau dr. Sp.An
sesuai dengan standar prosedur operasional.
r. Pelaksanaan pelayanan anestesi umum/general, anestesi regional/spinal untuk pasien operasi
elektif maupun darurat dilakukan oleh dokter Sp.An dengan dibantu oleh perawat anestesi
dilakukan sesuai dengan standar prosedur operasional.
s. Monitoring selama pasien dilakukan tindakan anestesi dilakukan oleh dokter spesialis
anestesi dan perawat anestesi.
t. Monitoring pasien selama tindakan anestesi dan pasca anestesi sesuai dengan kebijakan yang
berlaku.
u. Pelayanan anestesi general untuk pasien ODC / rawat jalan dilakukan monitoring di ruang
pulih sadar selama 15 – 30 menit atau kondisi pasien sesuai dengan kriteria transfer ke ruang
ODC di IGD.
v. Transfer pasien untuk perawatan selanjutnya dari kamar operasi ke RANAP, ODC dan ke
IPIsesuai kriteria yang telah ditentukan :
1) Untuk pasien dari kamar operasi ke RANAP atau ODC dengan anestesi umum : Pasien
anak/bayi dengan menggunakan steward skor (dengan kriteria : penilaian pergerakan,
pernafasan dan kesadaran dengan nilai total > 5, pasien dapat dipindahkan ke RANAP.
Pasien dewasa dengan menggunakan aldrete skor dengan kriteria : penilaian pergerakan,
pernafasan, kesadaran tekanan darah dan warna kulit dengan nilai total 8, pasien dapat
dipindahkan ke RANAP)
2) Untuk pasien dari kamar operasi ke RANAP dengan anestesi regional : Menggunakan
bromage skor (dengan kriteria : gerakan penuh dari tungkai, tak mampu ekstensi tungkai,
34
tak mampu fleksi lutut, tak mampu fleksi pergelangan kaki dengan nilai skor 2 dapat
dipindahkan ke RANAP).
3) Untuk pasien dari kamar operasi ke IPI : pasien dengan terpasang endotracheal tube
transfer dengan menggunakan ambubag atau jackson rees dan O 2 transport dengan
terlebih dulu membersihkan jalan napas.
w. Penggantian gas medis anestesi baik O2 maupun N2O dilakukan oleh petugas BPS
x. Bila dokter spesialis anestesi rumah sakit berhalangan/ sedang keluar kota, maka pelayanan
anestesi akan dilakukan oleh dokter anestesi pengganti sesuai ketentuan .
36
e. Untuk mengatur pelaksanaan pelayanan, ditetapkan Struktur Organisasi dan uraian tugas
secara tertulis untuk setiap staf yang terlibat dalam pelayanan.
f. Ditetapkan kebijakan dan prosedur tetap pelayanan resiko tinggi yang harus dievaluasi/
ditinjau kembali secara periodik sejalan dengan meningkatkan kebutuhan masyarakat dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Seluruh petugas yang bekerja harus menggunakan alat perlindungan diri (APD) sesuai
ketentuan dan bekerja memenuhi ketentuanK3 dan prinsip pencegahan dan pengendalian
infeksi.
h. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan perinatal resiko tinggi maka wajib
menyelenggarakan:
1) Pendidikan dan pelatihan untuk semua staf sesuai kemajuan iptek dan tuntutan
pelayanan.
2) Orientasi bagi staf baru.
3) Evaluasi terhadap mutu pelayanan dan kepuasan pasien.
37
g. Untuk mengatur pelayanan secara efektif maka ditetapkan bagan organisasi dan uraian tugas
seluruh staf ditinjau secara periodik sesuai dengan perkembangan pelayanan.
h. Untuk menjamin pelayanan laboratorium yang optimal harus ditetapkan kebijakan
operasional dan prosedur tetap pelayanan yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan
oleh Depkes.RI dan digunakan sebagai pedoman kerja bagi seluruh staf. Ketentuan tersebut
harus dievaluasi secara periodik sesuai dengan perkembangan Iptek yang relevan.
i. Laporan dari hasil pemeriksaan laboratorium merupakan bagian dari pencatatan medis dan
disimpan dalam berkas rekam medis pasien
j. Laboratorium wajib menyimpan hasil pemeriksaan dengan jangka waktu sesuai ketentuan
dari Depkes.RI, baik berupa berkas manual atau elektronik.
k. Suhu ruangan dalam laboratorium harus dipertahankan dalam suhu kamar agar alat dan
reagen tidak rusak.
l. Alat dan bahan/reagen harus dalam keadaan siap pakai.
m. Sampel darah akan dipertahankan 24 jam sebelum dibuang.
n. Slide koreksi leukosit/trombosit dipertahankan 2 minggu sebelum dibuang.
o. Slide SADT/BM dipertahankan 3 bulan sebelum dibuang.
p. Rancang bangun dan tata letak ruangan dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan
peralatan berfungsi optimal dan staf dapat bekerja dengan nyaman dan aman, selain itu perlu
dibuat ketentuan khusus untuk menghindari bahaya fisik, kimia dan biologi.
q. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, perlu diselenggarakan program :
1) Orientasi bagi staf baru di Laboratorium.
2) Pendidikan dan pelatihan berkesinambungan untuk seluruh staf.
3) Penyediaan literatur profesi ( buku, majalah, journal,dll).
4) Mengikutsertakan staf dalam pertemuan ilmiah.
r. Evaluasi dan pengendalian mutu dilaksanakan secara terprogram dan berkesinambungan
antara lain melalui pemantapan mutu internal dan eksternal mulai dari input, proses sampai
pada outcome pelayanan termasuk kepuasan customer (pasien dan dokter dll).
s. Petugas PK harus memiliki ijasah analis dari institusi pendidikan yang sah.
t. Semua petugas dalam bekerja harus memperhatikan dan menerapkan prinsip pencegahan
dan pengendalian infeksi serta memenuhi standar K3
38
34. KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI
a. Pengaturan Dan Manajemen
1) Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian meliputi pemilihan, pengadaan,
penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran,
pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan.
2) Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan
farmasi/perbekalan farmasi yang beredar di rumah sakit.
3) Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri dari obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, dan gas medis.
4) Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
5) Pelayanan farmasi dilaksanakan dengan sistem satu pintu.
6) Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker, berijazah sarjana farmasi yang telah
lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang telah
memilliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Praktek Apoteker.
7) Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan
peraturan-peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan
distribusi.
b. Perencanaan Perbekalan Farmasi
1) Perencanaan adalah proses yang dilakukan oleh Kepala Instalasi Farmasi untuk
merencanakan perbekalan farmasi yang diperlukan untuk pelayanan selama periode
tertentu dengan dasar jumlah pengeluaran 1 bulan sebelumnya. Dilaksanakan maksimal
2 kali/bulan.
2) Perencanaan perbekalan farmasi disusun setiap tahun dengan mengacu pada data tahun
sebelumnya.
3) Penyediaan perbekalan farmasi harus memenuhi ketentuan pelayanan di Rumah Sakit
Imanuel Way Halim yang mengacu pada peraturan pemerintah.
4) Pengelolaan perbekalan farmasi harus efisien dalam pembiayaan dan mengacu pada
target belanja Farmasi yang sudah ditetapkan.
c. Pengadaan Obat / Alkes
1) Pengadaan Obat/ Alkes adalah proses yang meliputi pembelian, produksi, konsignasi, dan
donasi pembelian obat/alkes yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
instalasi farmasi.
2) Pengadaan obat di rumah sakit dilaksanakan mengacu pada Formularium rumah sakit dan
Formularium Nasional untuk JKN - BPJS. Proses pengadaan dilaksanakan sesuai undang
– undang yang berlaku, yang melibatkan jalur distribusi obat yang resmi, dengan
pengelolaan yang dikendalikan secara penuh oleh rumah sakit.
3) Pengadaan obat / alkes harus sesuai dengan kebutuhan.
4) Pengadaan obat / alkes harus sesuai dengan standarisasi yang berlaku.
5) Pengadaan obat baru atas rekomendasi Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) ke tim
pengadaan.
6) Surat Pesanan dibuat oleh petugas dari tim pengadaan dan harus diverifikasi oleh
Apoteker setelah disetujui Wadir Pelayanan dan Perawatan / Direktur.
7) Pembelian obat harus dari distributor terpilih.
8) Pembelian narkotika dan psikotropika menggunakan surat pesanan khusus
9) Konsignasi obat hanya boleh dilakukan apabila sudah mendapat persetujuan dari Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT).
10) Instalasi Farmasi dapat menerima donasi obat dari semua pabrik obat dengan persetujuan
PFT.
g. Pembentukan Formularium
1) Formularium adalah pedoman yang berisi jenis-jenis obat sesuai kelompok terapi yang
digunakan dalam pengobatan pasien di Rumah Sakit Imanuel Way Halim.
39
2) Pembentukan formularium dilaksanakan oleh PFT (Panitia Farmasi dan Terapi) setelah
mendapat masukan dan usulan permintaan dari user (dokter) di Rumah Sakit Imanuel
Way Halim.
3) Anggota Panitia Farmasi dan Terapi telah diputuskan sesuai SK Direktur.
4) Pengawasan penggunaan obat di rumah sakit dilaksanakan oleh Panitia Farmasi dan
Terapi
5) Pemilihan obat-obat yang masuk dalam formularium berdasarkan kualitas obat,
ketersediaan dan ekonomis dari farmasi (pabrik obat).
6) Obat-obat generik secara otomatis masuk dalam formularium dengan kualitas yang baik.
7) Formularium ditelaah minimal satu kali dalam satu tahun, berdasarkan informasi tentang
keamanan dan efektivitasnya. Proses telaah formularium dilakukan oleh Panitia Farmasi
dan Terapi.
f. Penerimaan Perbekalan Farmasi
Penerimaan perbekalan farmasi dari Distributor harus disertai dengan lampiran surat pesanan
(Purcshing Order/PO).
g. Penyimpanan Perbekalan Farmasi
1) Penyimpanan perbekalan farmasiadalah suatu cara menempatkan perbekalan farmasi di
tempat, suhu, dan sistem yang sesuai dengan ketentuan.
2) Perbekalan farmasi harus disimpan dengan benar sehingga terhindar dari perubahan
karena cahaya, suhu atau dan kelembaban udara.
3) Tempat penyimpanan dilengkapi termometer dan hygrometer agar kelembaban ruangan
dipertahankan 60 – 70% atau suhu kamar 24 derajat
4) Perbekalan farmasi harus dikelola dengan baik sehingga tidak terjadi obat-obat yang ED
5) Tempat Penyimpanan obat ditentukan sebagai berikut :
a) Obat/bahan obat yang mudah menguap harus disimpan dalam wadah yang tertutup
rapat.
b) Obat yang mudah menyerap air harus disimpan dengan bahan pengering
c) Disimpan terlindung dari cahaya berarti : disimpan dalam wadah yang gelap / dalam
botol yang dibuat dari kaca hitam / merah / coklat tua.
d) Disimpan pada suhu kamar jika tidak dengan penjelasan lain berarti disimpan pada
suhu 15C sampai 25C
e) Disimpan di tempat sejuk jika tidak dengan penjelasan lain berarti disimpan pada
suhu 5C sampai 15C
f) Disimpan di tempat dingin jika tidak dengan penjelasan lain berarti disimpan pada
suhu 0C sampai 5C
g) Obat-obat narkotika disimpan dalam almari khusus dan selalu dikunci dan ada
penganggungjawab kunci
h) Obat-obat psikotropika disimpan dalam almari tersendiri
i) Obat-obat High Alert/ High Risk disimpan di rak obat atau lemari tersendiri
6) Di tempat penyimpanan obat harus diletakkan termometer dan hygrometer untuk
mengukur kelembaban ruangan dengan ketentuan kelembaban ruangan 60 – 70 %.
7) Setiap pagi hari harus dilakukan pencatatan suhu dan bila tidak sesuai lapor kepada
SARPRAS untuk diperbaiki AC / lemari esnya.
8) Obat / bahan obat yang mudah menguap dan mudah terbakar, penyimpanannya harus
dijauhkan dari api.
9) Penyimpanan obat-obat narkotika dan psikotropik ditempatkan di dalam almari tersendiri
yang terkunci disertai kartu stock.
10) Obat obat sitostatika disimpan dan dikelola secara kusus (HANDLING CYTOSTATIC)
11) Perbekalan farmasi khusus meliputi obat-obat narkotik dan psikotropik, obat-obat High
Alert, elektrolit pekat, bahan berbahaya dan beracun, produk nutrisi, dan bahan
radioaktif, dikelola dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
12) Obat emergency tersedia di unit-unit pelayanan pasien dan pengelolaannya dimonitor
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah sakit.
40
13) Rumah sakit menetapkan proses dan peralatan untuk pengamanan obat dan perbekalan
farmasi lainnya.
14) Sistem penarikan obat telah diatur sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan rumah
sakit.
15) Obat – obat yang kadaluwarsa dan rusak dipisahkan, disimpan dan dimusnahkan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh rumah sakit.
16) Sistem Penyimpanan ditentukan sebagai berikut:
a) Penyimpanan obat menurut sistem Alfabetisdan diurutkan berdasarkan golongan
farmakologi.
b) Penyimpanan obat harus sistem FEFO (First ED First Out)dan FIFO ( First In First
Out).
c) Tiap perbekalan farmasi yang disimpan harus disertakan kartu stock manual /elektric
untuk mencatat keluar masuknya.
h. Permintaan Obat / Alkes Dari Ruangan Ke Gudang Farmasi
1) Permintaan obat / alkes adalah penyediaan stock obat / alkes di ruangan/ Apotek yang
dimintakan ke bagian gudang farmasi.
2) Permintaan perbekalan farmasi harus terkoordinasi.
3) Persiapan (yang menyiapkan permintaan) adalah petugas apotek.
4) Permintaan perbekalan farmasi dilakukan sesuai dengan daftar kebutuhan barang (DKB)
5) Permintaan obat / alkes dalam hal ini adalah obat / alkes yang digunakan untuk stock
depo / emergency ruangan (IGD, Kamar Operasi, ICU, Poliklinik, Ruang Rawat Inap,
Laboratorium, dan Radiologi ).
6) Permintaan obat dalam hal ini termasuk bahan habis pakai untuk semua ruangan di
Rumah Sakit Imanuel Way Halim.
7) Instalasi Farmasi dalam hal ini adalah gudang farmasi dan apotek.
8) Pengadaan stock obat / alkes di tiap ruangan harus dikendalikan dengan baik.
9) Permintaan obat / alkes dari ruangan menggunakan sistem komputer yang menggunakan
form DKB (Daftar Kebutuhan Barang).
10) Petugas Instalasi Farmasi berhak mengurangi jumlah obat/ alkes yang diminta oleh
ruangan (menyesuaikan jumlah stock yang ada) (kecuali ada alasan khusus dari ruangan
untuk hal ini, misalnya bertambahnya penggunaan suatu item obat karena banyaknya
kasus yang menggunakan obat / alkes tersebut).
11) DKB dari ruangan harus dibuat oleh petugas yang ditunjuk dan disetujui oleh ka.ruangan
yang bersangkutan.
i. Penyiapan Dan Pengeluaran
1) Rumah sakit menyediakan fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan yang memenuhi
ketentuan dan perundang-undangan kefarmasian yang berlaku.
2) Pelayanan obat dilaksanakan dalam area yang bersih dan aman, sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan rumah sakit.
3) Instalasi Farmasi Rumah Sakit Imanuel Way Halim Bandar Lampung memberikan
pelayanan 24 jam.
4) Petugas farmasi yang competen melaksanakan proses skrining resep sebelum melayani
resep.
5) Ada prosedur yang ditetapkan rumah sakit bila resep dokter tidak terbaca.
6) Pelayanan resep di rawat jalan dilaksanakan dengan sistem pelayanan resep individual
7) Pelayanan resep di rawat inap dilaksanakan dengan sistem One Day Dose Dispensing
(ODDD).
8) Rumah sakit menyediakan sistem komputerisasi untuk proses pengelolaan mutasi stok
dan pencatatan pelayanan obat yang terintegrasi.
j. Pengkajian Resep
1) Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis untuk pasien rawat jalan dan
rawat inap.
2) Pengkajian resep bertujuan untuk mencegah kesalahan pelayanan obat kepada pasien.
41
3) Pengkajian resep harus dilakukan pada awal proses dispensing, yaitu pada saat resep
diterima pertama kali oleh petugas farmasi.
4) Pengkajian resep dalam aspek administrasi bisa dilakukan oleh Farmasi.
5) Apabila ditemukan masalah pada resep, maka petugas farmasi wajib
mengkomunikasikannya dengan dokter penulis resep.
k. Pemberian
1) Petugas farmasi yang berwenang memberikan obat adalah Apoteker yang telah memiliki
STRA (Surat Tanda Registrasi Apoteker) dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah
memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian).
2) Dalam proses serah terima obat di rawat inap dari Apoteker atau TTK (Tenaga Teknis
Kefarmasian ) dengan perawat, hanya perawat medior dan senior yang berwenang
melakukan proses serah terima obat dari farmasi.
3) Dalam pemberian obat pada pasien rawat inap, wewenang pemberian obat didelegasikan
kepada perawat. Perawat medior dan senior berwenang memberikan semua golongan
obat, termasuk obat – obat yang harus diwaspadai (High Alert dan LASA). Sedangkan
perawat junior, tidak berwenang memberikan obat obat – obat yang harus di waspadai
(High Alert dan LASA), tetapi boleh memberikan obat diluar golongan obat tersebut.
4) Dokter yang berwenang memberikan obat adalah semua dokter yang telah mendapatkan
Surat Penugasan (Clinical Appointment) dari Direktur Rumah Sakit yang memuat
kewenangan klinis (Clinical Privileges) yang boleh dilakukan di rumah sakit.
5) Petugas farmasi melakukan proses telaah obat sebelum memberikan obat pada pasien.
6) Proses dokumentasi dan pengelolaan obat yang dibawa pasien saat masuk kerumah sakit,
dilakukan dalam proses Rekonsiliasi Obat oleh dokter, dan pengelolaan obat berikutnya
dilakukan oleh instalasi farmasi.
7) Rumah sakit tidak melakukan penerimaan, penyimpanan dan pendistribusian obat sampel
yang ditujukan untuk ujiklinis kepada pasien.
l. Pelayanan Farmasi Untuk Pasien Rawat Inap
1) Memberikan kebutuhan sediaan farmasi bagi pasien rawat inap berdasarkanresep yang
ditulis dokter yang merawat pasien.
2) Dokter menggunakan obat yang terdaftar dalam formularium Rumah Sakit Imanuel
3) obat-obat yang tidak tersedia di bagian instalasi farmasi/tidak terdaftar dalam
formularium Rumah Sakitdapat diadakan atas seizin wadir pelayanan
4) ketersediaan farmasi bagi pasien rawat inap harus terpenuhi dan bermutu.
5) Khusus obat-obat narkotika (codein tab, pethidin inj, morfin inj, fentanyl inj, coditam
tab,codipront syr,codipront caps, MST tab, durogesic patch) harus menggunakan resep
asli yang ditandatangani oleh Dokter, lengkap dengan nama, alamat dan umur pasien.
6) Petugas farmasimendahulukan pelayanan obat untuk pasien pulang, rujuk, dan
meninggal.
7) Petugas apotek berhak mengurangi jumlah obat yang diminta sesuai ketentuan, yaitu;
hanya untuk satu hari pemakaian baik obat oral maupun injeksi.
8) Pasien BPJSdan asuransi lainnya , diberikan obat-obat sesuai peraturan dan ketentuan
yang berlaku(BPJS sesuai Formularium Nasional dan e-catalogue).
m. Pelayanan Farmasi Untuk Pasien Rawat Jalan
1) Farmasi Rumah Sakit Imanuel memberikan kebutuhan sediaan Farmasi bagi pasien rawat
jalan sesuai resep yang ditulis oleh Dokter, di Rumah Sakit Imanuel Way Halim.
2) Penulisan resep dengan menggunakan Electronic Prescription (ED) atau manual dan
ditulis dalam rekam medik.
3) Semua resep yang ditulis dalam rekam medik harus ditanda tangani oleh dokter
n. Pengemasan Kembali
1) Pengemasan kembali adalah menyediakan satu atau lebih sediaan obat jadi diracik dan
dikemas ulang sehingga pasien dapat menggunakan obat sesuai dengan sediaan
kebutuhan pengobatan pasien.
2) Pemberian obat harus sesuai dengan dosis yang sesuai dengan kebutuhan pengobatan
pasien.
42
3) Pengemasan kembali dilakukan oleh petugas farmasidi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Imanuel Way Halim.
o. Pemberian Informasi Obat
1) Proses menerangkan segala sesuatu tentang obat kepada customer dalam hal ini bisa
pasien,keluarga pasien, tenaga medis, dan petugas lain di Rumah Sakit.
2) Setiap customer berhak menerima informasi yang benar mengenai obat.
p. Monitoring Efek Samping Obat
1) Monitoring efek samping obat adalah pemantauan setiap reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis normal, yang digunakan pada pasien
untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.
2) Monitoring efek samping obat harus dapat digunakan untuk menemukan efek samping
obat sedini mungkin dan meningkatkan pelayanan pengobatan pasien yang aman.
3) Petugas farmasi dan perawat harus mencatat dan mendokumentasikan setiap kejadian
efek samping obat.
4) Instalasi Farmasi harus membuat laporan atas efek samping obat tersebut tiap satu bulan
sekali.
5) Laporan dibuat dengan formulir MESO dan dikirim ke Panitia MESO Nasional Badan
POM Jakarta.
6) Instalasi Farmasi ikut serta dalam proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
bersama Panitia Mutu Rumah Sakit Imanuel Way Halim.
q. Pelayanan Konseling
1) Konseling adalah kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan farmasi bersama pasien
mengenai pengobatan yang diterima pasien untuk meningkatkan kepatuhan penggunaan
obat dan tercapainya tujuan terapi.
2) Konseling bertujuan untuk efektifitas penggunaan obat melalui kepatuhan penggunaan
obat secara mandiri oleh pasien.
3) Konseling biasanya diperlukan untuk pasien dengan kondisi khusus, pasien yang
mendapatkan obat dalam jumlah banyak dan jangka waktu pengobatan yang lama atau
pasien yang mendapatkan obat dengan pengaturan minum obat yang rumit.
4) Untuk melakukan konseling, apoteker dituntut untuk mempunyai bekal misalnya
kemampuan komunikasi yang baik, mempunyai pengetahuan kefarmasian yang memadai
dan memahami sosiologi farmasi.
43
b. Kebijakan Khusus :
1) Petugas Pendaftaran wajib melakukan proses identifikasi pasien.
2) Pasien baru mendapatkan satu nomor Rekam Medik digunakan untuk setiap kali datang
berobat ke RS. Imanuel.
3) Pendaftaran pasien IGD ( Instalasi Gawat Darurat ) dan rawat jalan dipisahkan
4) Proses pendaftaran pasien rawat jalan memiliki waktu< 10 menit / pasien sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
5) Proses pendaftaran pasien rawat inap memiliki waktu < 15 menit / pasien sesuai dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM).
6) Sesuai dengan Standar Pelayanan minimal ( SPM ), Dokumen Rekam Medis dari Ruang
Rawat Inap harus kembali ke Ruang Rekam Medik maksimal 1 x 24 Jam.
7) Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal ( SPM ), pengisian Informed consent harus
100 % lengkap.
8) Kelengkapan Pengisian Catatan medis (KLPCM) harus 100 % terisi lengkap sebelum
pasien pulang.
9) Resume Medis harus terisi lengkap sebelum pasien pulang.
10) Sesuai Standar Akreditasi, Dokumen Pemberian Informasi harus 100% terisi lengkap.
11) Setiap pengambilan Dokumen Rekam Medis dari rak penyimpanan wajib menggunakan
tracer / pelacak / out guide.
12) Petugas Rekam Medis Melakukan assembling untuk menata dan mengurutkan Dokumen
Rekam Medis untuk setiap Dokumen Rekam Medis yang telah digunakan untuk
pelayanan.
13) Petugas Rekam Medis Melakukan evaluasi dan Mencatat ketidaklengkapan Dokumen
Rekam Medis dan melaporkannya ke Panitia Rekam Medis untuk setiap Dokumen
Rekam Medis yang telah digunakan untuk pelayanan.
14) Petugas Rekam Medis Wajib Mengkoding diagnosa dengan menggunakan International
Code Diseases revisi ke 10 (ICD 10) untuk setiap Dokumen Rekam Medis yang telah
digunakan untuk pelayanan.
15) Petugas Rekam Medis Mengkoding tindakan wajib menggunakan International Code
Disease revisi ke 9 (ICD 9 CM) untuk setiap Dokumen Rekam Medis yang telah
digunakan untuk pelayanan.
16) Pendataan pasien rawat inap secara berkesinambungan guna menentukan tingkat
efisiensi.
17) Perlu dilakukannya indeks inti pasien yakni data sosial, jaminan pembiayaan, asal pasien,
kunjungan baru / lama, kasus baru / lama, jenis kelamin, kelompok umur dan beban
dokter untuk setiap Dokumen Rekam Medis yang telah digunakan untuk pelayanan.
18) Distribusi Dokumen Rekam Medis wajib menggunakan tenaga / petugas / peralatan
penunjang dari pihak Rumah Sakit.
19) Setiap Petugas di Instalasi Rekam Medis wajib mengikuti kegiatan belajarinternal &
eksternal sedikitnya 20 jam / tahun / petugas.
20) kegiatan retensi Dokumen Rekam Medis dilakukan setiap tahun secara periodik untuk
memisahkan Dokumen Rekam Medis aktif dan inaktif.
21) Dokumen Rekam medis in aktifyang sudah tersimpan di dalam rak penyimpanan dengan
masa peyimpanan lebih dari 2 (dua) tahun dimusnahkan kecuali resume dan surat
keterangan kematian.
22) Petugas Pendaftaran WAJIB memberikan Informasi Hak dan Kewajiban pasien dan
pelayanan yang ada di Rumah Sakit Imanuel Way Halim, terhadap setiap pasien baru.
23) Memberikan salinan isi resume medis kepada setiap pasien apabila diminta.
24) Sebelum melakukan tindakan medis harus meminta Informed Consent kepada pasien.
25) Perubahan terhadap isi Dokumen Rekam Medis yang di dasarkan atas kebutuhan terkini.
26) Rekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiannya oleh dokter atau dokter gigi dan
pimpinan rumah sakit.
27) Pelepasan Informasi pasien hanya bisa diberikan kepada:
a) Pasien sendiri.
44
b) Keluarga pasien dengan membawa surat kuasa bermaterai yang di tanda tangani
pasien.
c) Kuasa Hukum pasien membawa surat kuasa bermaterai yang di tanda tangani pasien.
d) Pihak berwajib dengan menunjukkan surat tugas dari atasan dan mendapat
persetujuan dari Direktur Rumah Sakit Imanuel Way Halim.
Hal tersebut diatur dalam Undang – undang nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran dan Undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
28) Untuk menghidari terjadinya kehilangan, kerusakan dan penyalahgunaan DRM setiap
peminjaman Dokumen Rekam Medis wajib melalui petugas rekam medis dan mengisi
buku ekspedisi.
29) Peminjaman Dokumen Rekam medis hanya diperuntukan sebagai:
a) Penelitian tentang suatu kesehatan pasien (oleh dokter DPJP pasien dan Komite
Medik)
b) Pendidikan (mendapat izin tertulis dari direktur)
c) Hukum (membawa bukti dari pengadilan dan mendapat izin tertulis dari direktur)
30) Setiap Petugas Rekam Medis dan Pendaftaran wajib simpan rahasia pasien:
a) Data Sosial pasien
b) Diagnosa Penyakit dan tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien
31) Ruang Penyimpanan Dokumen Rekam Medis wajib terkunci dan terjaga selama 24 jam
32) Penyimpanan Dokumen Rekam Medis rawat inap dan rawat jalan aktif dalam 5 tahun
33) Data Rekam Medis yang disimpan adalah data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
34) Data rekam medis yang sudah tertulis tidak boleh diubah oleh siapapun dan untuk
kepentingan apapun
35) Yang memiliki akses terhadap Dokumen Rekam Medis pasien adalah :
a) Pimpinan Rumah Sakit Imanuel Way Halim;.
b) Dokter.
c) Perawat.
d) Petugas fisioterapi
e) Petugas Rekam Medis.
f) Petugas Layanan Perusahaan Asuransi.
g) Petugas Bagian Keuangan.
h) Petugas Farmasi.
i) Komite Medik.
36) Setiap petugas diluar Peraturan Pemerintah tentang Tenaga Kesehatan yang memiliki
akses langsung dengan dokumen rekam medis wajib dilakukan sumpah janji rekam
medis.
37) Yang memiliki otoritas dalam memberikan asuhan terkait dengan kasus pasien :
a) Dokter Penanggungjawab Pasien ( DPJP )
b) Dokter jaga
c) Perawat yang bertugas
d) Petugas Fisioterapi
e) Petugas Gizi
38) Tempat penulisan Dokumen Rekam Medis:
a) Tempat Pendaftaran Pasien.
b) Ruang perawatan.
c) Ruang pasien mendapatkan pelayanan medis dan tindakan medis.
39)Format Pengisian Dokumen Rekam Medis :
a) Format Rekam Medis yang dipakai adalah format yang telah ditetapkan oleh Rumah
Sakit sesuai dengan judul yang ada pada formulir Rekam Medis.
b) Pengisian formulir Rekam Medis sesuai dengan petunjuk teknis pengisian Rekam
Medis.
30) Instalasi Rekam medis melakukan orientasi terhadap setiap pegawai baru sesuai dengan
ketentuan RS
45
36. KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI
a. Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan dengan menggunakan energi pengion
dan energi bukan pengion dalam bidang diagnostik.
b. Pelayanan radiologi RS Imanuel Way Halim Bandar Lampungdiselenggarakan di Instalasi
Radiologi , dipimpin oleh seorang dokter spesialis Radiologi.
c. Pelayanan di InstalasiRadiologi berdasarkan standar pelayanan radiologi RS Imanuel Way
Halim Bandar Lampung, yang sesuai dengan Depkes.
d. Instalasi Radiologi menyelenggarakan pelayanan selama 24 jam dengan didukung oleh staf
Radiografer/Operator yang dibagi dalam 3 shift (on site)
e. Jenis kegiatan/pelayanan radiologi di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung Way Halim
Bandar Lampung meliputi :
1) CT Scan.
2) Rontgen konvensional.
3) Ultrasonografi
4) Echocardiografi
5) Prosedur invasif dengan zat kontras: IVP, HSG, apendikogram, colon in loop, dll
f. InstalasiRadiologi selalu menyiapkan obat-obat emergency, bila melakukan tindakan invasif
g. Dokter radiologi bertanggung jawab atas semua tindakan invasif, mulai dari persiapan
hingga selesai pelaksanaan.
h. Dokter radiologi berwewenang meminta data-data klinis pasien sebelum melakukan
tindakan invasif, serta dapat menunda tindakan tsb bilamana data-data klinis belum lengkap
i. Seluruh tindakan invasif harus mendapatkan ijin secara tertulis dari pasien dan atau
keluarganya.
j. Dokter umum terlatih (sertifikat sonografer) diperbantukan untuk melakukan tindakan
ultrasonografi sesuai dengan kompetensinya. Kewenangan klinis diatur oleh rumah sakit
melalui komite medis dan di bawah pengawasan dokter spesialis Radiologi.
k. Dokter ahli lain, boleh melakukan ultrasonografi kepada pasiennya, hanya untuk
kepentingan diagnostik pribadi.
l. Laporan hasil pemeriksaan Radiodiagnostik harus dicatat di Rekam Medis pasien dalam
waktu 24 jam setelah interpretasi foto. Petugas memberitahukan segera kepada dokter yang
menangani pasien apabila ditemukan hal yang serius.
m. Foto yang sudah diekspertise akan diberikan kepada pasien beserta hasil ekspertise aslinya.
Copy ekspertise dimasukkan ke dalam rekam medik.
n. Foto yang tidak diambil pasien / keluarga akan disimpan di bagian radiologi RS Imanuel
Way Halim Bandar Lampungselama 3 tahun.
o. Untuk mengatur penyelenggaraan pelayanan yang efektif harus ditetapkan Bagan Organisasi
dan uraian tugas secara tertulis. Struktur dan uraian tugas tersebut harus dievaluasi/ditinjau
kembali sesuai dengan perkembangan pelayanan.
p. Ruang peralatan disediakan dengan luas yang cukup dan nyaman agar tercipta keamanan
baik bagi pasien maupun petugas radiologi serta lingkungannya.
q. Tenaga yang menjalankan peralatan radiologi imejing dengan menggunakan sinar pengion
wajib menggunakan alat monitoring dan diperiksa secara periodik.
r. Seluruh petugas radiologi harus menggunakan alat perlindungan diri sesuai ketentuan K3.
s. RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung harus melindungi pasien dan keluarga dari
kemungkinan pencemaran zat radioaktif.
t. Sebagai pedoman operasional staf harus ditetapkan kebijakan dan prosedur tetap pelayanan
radiologi secara tertulis, yang intinya meliputi :
1) Pemeriksaan radiologi dilakukan berdasarkan permintaan dokter.
2) Pada keadaan darurat, dimana tidak ada dokter radiologi, maka dokter yang meminta
foto dibenarkan melakukan penilaian (assessment) terhadap hasil foto.
3) Penanggung jawab hasil pemeriksaan radiologi adalah dokter spesialis radiologi.
4) Semua foto harus dibaca oleh radiolog.
46
5) Kebijakan dan prosedur tetap harus dievaluasi secara berkala sejalan dengan
perkembangan tuntutan pelayanan dan iptek dibidang radiologi
u. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan radiologi wajib diselenggarakan program :
1) Orientasi bagi staf baru.
2) Pendidikan/pelatihan yang berkesinambungan bagi seluruh staf.
3) Menghadiri pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh organisasi
profesi atau lembaga pendidikan.
4) Rapat koordinasi untuk menjalin komunikasi antar staf.
5) Evaluasi terhadap kinerja staf, mutu pelayanan dan kepuasan pasien.
50
b) Biaya karyawan sendiri (dapat dilaksanakan atas ijin tertulis dari Direktur dengan
mempertimbangkan kepentingan pelayanan, untuk kepentingan tersebut karyawan
dapat diberikan cuti diluar tanggungan Rumah Sakit paling lama 1 tahun, dan setelah
selesai pendidikan golongan/kepangkatannya tidak otomatis disesuaikan tetapi
tergantung pada formasi yang ada dan kebutuhan Rumah Sakit
3) Kualifikasi perawat yang dapat melanjutkan pendidikan keperawatan adalah :
a) Karyawan tetap yang sudah bekerja minimal 3 tahun
b) Memiliki konduite baik (nilai rata-rata DP3 ≥ 75)
c) Pendidikan lanjutan yang diikuti harus sesuai dengan bidangnya atau sesuai dengan
kebutuhan Rumah Sakit
x. Promosi Tenaga Perawat
1) Promosi dilaksanakan apabila ada jabatan kosong yang harus diisi, baik jabatan
struktural maupun fungsional
2) Promosi dilaksanakan dengan mengingat analisa hasil penilaian kinerja serta
kemampuan yang dimiliki sesuai persyaratan
y. Penunjukkan Pengganti Perawat Pelaksana
1) Setiap hari harus ada perawat yang ditunjuk sebagai perawat pelaksana pengganti yang
pengaturannya dilakukan oleh Kepala Ruangan .
2) Pada saat pelaksanaan penggantian tugas tersebut, perawat yang libur akan mendapatkan
ganti libur di hari lain yang ditetapkan oleh kepala ruangan (tidak dihitung lembur)
z. Penunjukkan Pengganti Kepala Bagianruangan
1) Bila kepala bagian tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam kondisi tertentu
(sakit/kemalangan), kepala bagian dapat langsung menunjuk/mendelegasikan tugasnya
kepada seorang perawat senior (ka tim).
2) Bila kepala ruangan tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam kondisi yang
direncanakan (cuti/tugas kedinasan), kepala bidang keperawatan akan menunjuk ka tim
sebagai pengganti ka ru. Sementara.
3) Katim dapat merangkap sebagai CI (Clinical Instructur).
52
l. Merawat Tali Pusat Pada Bayi
1) Perawatan tali pusat dilakukan secara rutin setiap selesai mandi dan sewaktu – waktu
bila diperlukan.
2) Dilarang menggunakan plester biasa sebagai penutup / fiksasi tali pusat.
m. Pemberian Terapi Sinar (Fototerapi)
Bila 1 lampu putus maka semua rangkaian lampu harus diganti
n. Menolong Buang Air Besar Di Tempat Tidur
1) Untuk mengurangi pergerakan klien.
2) Untuk menolong klien yang tidak dapat atau tidak boleh jalan ke WC.
3) Untuk mengetahui kelainan feces secara langsung.
o. Melepas Chateter
1) Dilakukan oleh perawat
2) Ada instruksi dokter
p. Mengeluarkan Faeses Secara Manual
Dilakukan bila diperlukan pemeriksaan diagnostic dan pasien tidak dapat BAB spontan
q. Menyiapkan Dan Memberikan Huknah/Enema/Lavament Rendah & Tinggi
1) Ada instruksi dokter
2) Tindakan dihentikan bila pasien tidak dapat menahan sakit perut karena mules
r. Irigasi Threeway Yang Buntu
1) Mengatasi irigasi kateter kontinyu yang buntu.
2) Mencegah distensi blader.
s. Menyiapkan Dan Memberikan Semprit Gliserin
Ada instruksi dokter
t. Menolong Buang Air Kecil Di Tempat Tidur
Dapat dilakukan oleh perawat/ POS/ keluarga
u. Pemasangan Kateter Menetap
Dilakukan sesuai dengan instruksi dokter dan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan pasien
v. Pemasangan Kateter Kondom
Dilakukan pada pasien inkontinensia urine yang belum memerlukan pemasangan kateter
menetap
w. Perawatan Kateter Supra Pubic
Dilakukan setiap hari
x. Memandikan Klien Di Tempat Tidur
1) Jam memandikan klien :
Pagi : pukul 05.00 – 06.00 wib, sore : pukul 14.30 – 15.30 wib
2) Dilakukan pada pasien :
1. Post operasi 24 jam
2. Pasien dengan tingkat ketergantungan total
3. Pasien yang tidak ada penunggunya dan perlu dibantu
y. Membersihkan Rongga Mulut
Dilakukan pada pasien dengan kesadaran menurun dan kelemahan/keterbatasan fisik
z. Menyiapkan Tempat Tidur Kosong
1) Dilakukan oleh pembantu perawat /perawat
2) Dilakukan setiap saat setelah pasien pulang
aa. Mengganti Alas Tenun Kotor Pada Tempat Tidur Yang Ada Klien Di Atasnya
1) Dilakukan setiap hari
2) Dilakukan setiap hari atau sewaktu-waktu bila kotor
bb. Memandikan Klien Di Tempat Tidur
1) Dilakukan pada pasien immobilisasi.
2) Dilakukan pada pasien lemah fisik.
cc. Memelihara Dan Memotong Kuku
Dilakukan kepada semua pasien yang tidak bisa melakukan perawatan kuku sendiri.
dd. Mencuci Rambut & Menyisir Rambut
1) Dilakukan pada pasien immobilisasi.
53
2) Dilakukan pada pasien lemah fisik.
ee. Menyikat Gigi
Dilakukan setiap hari
ff. Mengumbah Vagina (Irigasi)
Ada instruksi dokter
gg. Memasang Infus
Tempat pemasangan infuse dipindah/ ganti setiap 3 hari sekali beserta set infusnya
hh. Menyiapkan Klien Untuk Tindakan Vena Sectie
Dilakukan oleh lebih satu orang perawat
ii. Memberikan Perawatan Pada Keluarga & Pasien Yang Akan Meninggal
Bekerjasama dengan bagian kerohanian
jj. Injeksi Intra Vena
1) Segera hentikan jika terjadi reaksi alergi.
2) Obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter.
3) Tetap menggunakan prinsip pemberian obat (10 benar )
4) Pada kondisi tertentu sebelum pemberian suntikan dilaukan test terlebih dahulu
kk. Memasukkan Supositorium Rektal
1) Obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter.
2) Tetap menggunakan prinsip pemberian obat (10 benar )
ll. Pemberian Obat Injeksi
1) Segera hentikan jika terjadi reaksi alergi.
2) Obat yang diberikan sesuai dengan anjuran dokter.
3) Tetap menggunakan prinsip pemberian obat (10 benar )
4) Pada kondisi tertentu sebelum pemberian suntikan dilaukan test terlebih dahulu
mm. Mengangkat Jahitan Pada Luka
1) Dilakukan sesuai instruksi dokter
2) Bila luka masih basah tunda tindakan
nn. Melakukan Perawatan Luka &Merawat Water Seal Drainage ( WSD )
1) Dilakukan setiap hari
2) Dilakukan sewaktu-waktu bila kotor
oo. Transfusi Darah
1) Setiap pengambilan darah untuk tranfusi dari pendonor dilakukan di PMI
2) Tetap menggunakan prinsip pemberian obat (10 benar )
pp. Imunisasi
1) Tempat dan cara penyuntikan harus tepat dan benar.
2) Perhatikan tehnis septic dan aseptic.
3) Jenis dan dosis obat yang akan diberikan harus tepat dan benar. Demikian juga cara
melarutkan dan mencampur obat.
4) Perhatikan dan catat reaksi yang terjadi pada saat dan setelah
5) pemberian suntikan. Bila terjadi reaksi, pemberian segera dihentikan, dan laporkan
kepada penanggung jawab ruangan atau dokter yangbersangkutan.
6) Kesterilan alat : 1 spuit, 1 jarum, 1 pasien.
7) Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Persyaratan pemberian vaksin.
(1) Pada bayi dan anak sehat
(2) Vaksin harus baik disimpan dalam lemari es dan belum kadarluwarsa.
(3) Pemberian imunisasi dengan tehnik yang tepat.
(4) Mengetahui jadwal vaksinasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah
diterima.
(5) Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan.
(6) Memperhatikan dosis yang akan diberikan.
2. Cara pengambilan vaksin dan penyuntikannya.
(1) Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet, tutup karet
didesinfeksi dengan desinfektan.
54
(2) Alat – alat yang dipakai harus steril.
(3) Ingat polio dan campak pada suhu dibawah 8
(4) DPT, TT, BCG, suhu : 2 – 8 C rak es I.
(5) Vaksin harus dijauhkan dari sinar matahari.
(6) Vaksin DPT, TT, DT, BCG tidak boleh membeku.
(7) Jangan menyeterilkan spuit dan jarum dengan antiseptik atau desinfektan seperti
formalin, alkohol atau lainnya
8) BCG
a) Imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada umur 2 bln.
b) Dosis untuk bayi baru lahir 0,05 ml dan anak < 1 th adalah 0,10 ml.
c) Cara pemberian intracutan didaerah inferior M. deltoideus kanan, sehingga bila
terjadi limfadenitis axial lebih mudah terdeteksi.
d) Apabila BCG diberikan pada umur > 3 bln, sebaiknya dilakukan uji tuberculin
terlebih dahulu.
e) Vaksin yang dipakai adalah vaksin BCG Biofarma Bandung, yang berisi suspensi
Mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan.
f) Vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam 8 jam.
9) CAMPAK
a) Vaksin campak diberi pada umur 9 bln – 12 blln.
b) Diberikan secara subcutan, dosis 0,5 ml.
c) Reaksi : panas / demam ringan.
d) Disimpan dalam suhu 8C setelah dioplos disimpan dalamlemari es dan
diperhatikan kadaluwarsanya.
10) DPT
a) Dosis 0,5 ml pemberian secara intramusculer.
b) Reaksi : panas tetapi tidak sampai terjadi kejang.
11) POLIO
a) Diberikan pada umur baru lahir : 1bln, 2bln, 3bln.
b) Dosis 2 tetes peroral.
c) Disimpan pada suhu 0C.
12) HEPATITIS B
a) Diberikan pada umur baru lahir : 1bln, 2 bln, 6 bl.
b) Dapat diberikan bersama polio.
c) Dosis 0,5 ml secara intramuscular.
d) Disimpan pada suhu 2 – 8C.
13) HEPATITIS A
a) Diberikan pada anak umur 2 th.
b) Diulang ½ tahun kemudian.
c) Dosis 0,5 ml secara intramuscular.
d) Disimpan pada suhu 2 – 8C.
14) MMR
a) Diberikan pada anak umur 12 – 15 bln.
b) Dosis 0,5 ml secara subcutan.
c) Disimpan pada suhu 2 – 8C.
15) HIB
a) Diberikan pada anak umur 2 bln, 4 bln dan 6 bln.
b) Bisa diberikan bersama DPT.
c) Dosis 0,5 ml secara intramuscular.
16) VARICELLA
a) Diberikan pada anak umur 10 – 12 th.
b) Dosis 0,5 ml secara subcutan
17) TYPHOID
a) Diberikan pada anak umur 2 th.
55
b) Dosis 0,5 ml secara intramuscular.
c) Disimpan pada suhu 2 – 8C.
qq. Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
Dilakukan oleh perawat
rr. Perawatan Pasien Dengan Traksi
Dilakukan secara rutin setiap hari
ss. Pemasangan Bidai
1) Dilakukan sesuai kebutuhan pasien
2) Pemasangan harus melalui 2 sendi
3) Pemasangan jangan terlalu longgar/ kendor
tt. Memasang NGT
1) Dilakukan sesuai instruksi dokter
2) Selang NGT diganti setiap 7 hari
uu. Perawatan Colostomy
1) Dilakukan setiap hari
2) Dilakukan sewaktu-waktu bila perlu
vv. Pemberian Oksigen
Dilakukan pada setiap pasien yang mengalami gangguan pernafasan atau sewaktu – waktu
jika pasien mengalami perubahan atau sesuai kebutuhan
ww. Melakukan Fisioterapi Dada ( Postural Drainage )
1) Dilakukan berkolaborasi dengan petugas rehabilitasi medic
2) Dapat dilakukan oleh perawat atas rekomendasi dokter/ rehabilitasi medic
xx. Melakukan Pemberian Inhalasi Melalui Nebulezer
Bagi pasien yang memerlukan dan sedang menggunakan oksigen, saat 62.
yy. Melakukan Penghisapan Lendi
Dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan pasien
zz. Pengambilan Darah Untuk Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1) Dilakukan sesuai advis dokter
2) Dilakukan oleh petugas laboratorium/ perawat
aaa. Persiapan Dan Perawatan Pasien Dengan Lumbal Fungsi
Tindakan dilakukan minimal oleh 2 orang
bbb. Melakukan Irigasi Mata
Dilakukan atas advis dokter
ccc. Mengukur Tekanan Darah
1) Setiap pasien dilakukan pengukuran tekanan darah sesuai dengan keadaan.
2) Dilakukan minimum 3x dalam sehari
3) Pada pasien dalam pengawasan dapat dilakukan sesering mungkin
4) Pada pasien baru, sedang, dan sesudah operasi.
5) Adanya tenaga perawat professional yang berwenang untuk mengukur tensi
ddd. Mengukur Suhu Tubuh, Menghitung Pernafasan & Menghitung Denyut Nadi
1) Dilakukan pada setiap pasien yang baru.
2) Dilakukan rutin 3x dalam sehari
3) Sewaktu-waktu jika pasien mengalami perubahan kondisi tubuh
56
44. KEBIJAKAN PELAYANAN TERHADAP REKANAN
a. Untuk melaksanakan fungsi pembelian barang yang dibutuhkan untuk menunjang pelayanan
di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung, maka dibentuk panitia sebagai berikut:
1) Panitia Perencana, yang bertugas membuat perencanaan pembelian barang baik rutin
ataupun tidak rutin setiap sebulan sekali.
2) Panitia Pengadaan, yang bertugas mengadakan barang yang direncanakan untuk dibeli,
menetukan pemasok dan harga barang.
3) Panitia penerima, yang bertugas menerima setiap pembelian datang, mencocokkan antara
perencanaan dan pengadaan.
b. Negosiasi harga atau apapun berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa dilakukan oleh
Tim Pengadaan.
c. Semua pelayanan pembayaran baik karena pembelian atau jasa yang diberikan dilayani oleh
Bagian Keuangan dengan menggunakan prosedur yang jelas dan aman bagi semua pihak.
d. Karyawan RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung dilarang mendapatkan keuntungan
pribadi berupa uang ataupun barang dari pihak ketiga.
e. Diskon atau potongan pembelian merupakan pemasukan bagi RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung, dan dibukukan sebagai kas masuk.
f. Pelayanan kerjasama:
1) RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung bisa menggalang kerjasama
dengan pihak manapun selama masih berada dalam core bisnisnya.
2) Kerjasama tersebut meliputi kerjasama pelayanan kesehatan, asuransi
kesehatan, pengadaan barang, penyediaan alat, pendidikan dan sebagainya.
3) Bentuk kerjasama harus tertuang dalam bentuk perjanjian kerjasama
yang jelas dan dapat dievaluasi secara berkala.
4) Pelayanan kerjasama dikelola oleh Sekretariat RS Imanuel Way Halim
Bandar Lampung dan dievaluasi oleh bagian yang terkait dengan kerjasama tersebut.
b. KEWAJIBAN PASIEN
1) Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
2) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
3) Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
4) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
51. KETENTUAN TENTANG IDENTIFIKASI PASIEN, BAYI & BAYI BARU LAHIR
a. Setiap pasien harus dibuat rekam medis tersendiri termasuk bayi. Bayi baru lahir dengan
berat badan > 500 gram harus memiliki berkas rekam medik sendiri.
b. Setiap rekam medis pasien diberi nomor rekam medis sendiri dan nomor register waktu
masuk.
c. Cara penulisan nama harus sesuai dengan peraturan yang berlaku (buku Pedoman
Penyelenggaraan Rekam Medis RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung Way Halim
Bandar Lampung).
d. Untuk mencegah kasalahan tindakan, setiap pasien yang akan dilakukan tindakan harus
dicek ulang kebenaran identitasnya dengan ditanyakan langsung kepada pasiennya.
e. Identitas pasien ditulis padaGelang tangan yang diberi nama pasien dan nomor rekam medik.
f. Untuk bayi baru lahir
1) Diberikan identitas nama orang tuanya, dalam hal ini nama ibu dengan gelang yang
tahan air dan tidak mudah lepas.
2) Gelang bayi berwarna biru untuk laki-laki dan merah jambu untuk perempuan.
3) Diberikan cap kaki kiri dan kanan pada RM bayi dan cap jempol tangan ibunya.
g. Untuk mencegah tertukar atau hilangnya barang milik pasien, maka setiap barang milik
pasien harus diberi identitas (Diet, obat, sarana medik).
h. Untuk pasien yang akan dilakukan tindakan di kamar operasi, maka lokasi yang akan
dioperasi harus diberi tanda khusus.
i. Untuk jenasah diberi kartu identitas berwarna putih (untuk pasien dengan penyakit tidak
menular) dan kuning (untuk pasien penyakit menular). Kartu diikatkan di ibu jari kaki.
59
60
52. KEBIJAKAN INFORMED CONSENT (IC)
a. Informed Consent (IC) adalah pernyataan tentang persetujuan atau penolakan dalam bentuk
tulisan yang ditandatangani pasien sebagai bukti persetujuan atau penolakan terhadap
pelayanan yang akan diberikan.
b. Bila pasien dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menandatangani, maka bisa diwakilkan
kepada keluarga terdekat.
c. Bila pasien dalam kondisi tidak memungkinkan untuk menandatangani dan tidak didampingi
oleh keluarganya serta memerlukan tindakan operatif segera untuk menyelamatkan jiwa, maka
tidak diharuskan ada IC, tetapi dokter operator harus membuat surat pernyataan bahwa pasien
perlu tindakan segera untuk life saving.
d. Yang harus menanda tangani informed consent adalah: pasien/ keluarga yang mewakili,
petugas RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung Way Halim Bandar Lampung (dokter/
perawat/ penunjang) dan saksi dari kedua belah pihak.
e. Pelayanan yang memerlukan IC yang dimaksud diatas meliputi:
1) Tindakan operatif atau invasif baik medis, perawatan atau penunjang
yang akan dilakukan kepada pasien.
2) Pelayanan yang menimbulkan kewajiban/ konsekwensi terkait dengan
fasilitas pelayanan yang diterima (mis: biaya, menggunakan data medis dengan benar,
dsbnya)
f. Sebelum menandatangani IC, petugas harus memberikan penjelasan sejelas-jelasnya kepada
pasien/ keluarganya sampai memahami.
g. Yang bertugas menjelaskan adalah dokter, perawat dan petugas lain yang terkait dengan
kesepakatan tersebut.
h. IC harus ikut disimpan dalam berkas Rekam Medik pasien.
65
66
61. KEBIJAKAN UMUM PELAYANAN PERPUSTAKAAN
a. Pelayanan perpustakaan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi seluruh karyawan rumah sakit, menambah wawasan dan pengetahuan
yang mendukung pelayanan kepada pasien, untuk pendidikan, riset dan keperluan
manajemen, sesuai dengan perkembangan kebutuhan rumah sakit.
b. Pelayanan perpustakaan di RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung
diselenggarakan oleh sub bagian SDM & Pendidikan.
c. Pelayanan perpustakaan RS Imanuel Way Halim Bandar Lampung mencakup
pelayanan untuk karyawan dan peserta didik yang praktik di RS Imanuel.
d. Sistem penyimpanan dibuat sedemikian sehingga memudahkan pencarian dan
pengembalian, pengawasan/kontrol dan keamanan buku inventaris.
e. Untuk mendukung mutu pelayanan perlu disediakan ruang baca yang nyaman
dan aman dilengkapi sarana yang memenuhi standar.
f. Sebagai pedoman kerja ditetapkan kebijakan dan prosedur tetap pelayanan
secara tertulis, meliputi koleksi perpustakaan dan administrasi.
68
n. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan linen, RS Imanuel tidak mampu
melakukan sendiri, maka dimungkinkan kerjasama dengan /pihak ketiga.
o. Guna menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan di sub bagian sanitasi dan rumah
tangga maka perlu diselenggarakan program :
1. Orientasi bagi staf baru
2. Pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan bagi seluruh staf
3. Rapat koordinasi dengan staf maupun lintas bidang guna membahas permasalahan
pelayanan dan menjalin komunikasi timbal balik yang efektif
4. Penilaian kinerja staf secara periodik
5. Evaluasi/ analisis hasil pelaksanaan kegiatan
6. Evaluasi mutu pelayanan secara umum
p. Sarana dan prasarana Laundry RS Imanuel meliputi :
1. Ruang kerja Laundry :
a) Ruang dekontaminasi
b) Ruang cuci
c) Tempat jemuran/peniris
d) Ruang kerja bersih
e) Ruang penyimpanan linen bersih
f) Ruang istirahat petugas
2. Mesin cuci
3. Mesin pengering’mesin setrika
4. Mesin pemanas air
q. Penggunaan bahan :
1) Detergen dan desinfektan yang digunakan adalah bahan yang ramah lingkungan
2) Penggunaan Detergen dan desinfektan harus sesuai dengan takaran yang tepat
r. Tatalaksana Laundry :
1) Mesin cuci dipasang permanen dan disambungkan ke saluran pembuangan air
limbah RS
2) Disediakan mesin cuci terpisah untuk mesin cuci infeksius dan non infeksius
3) Dekontaminasi linen infeksius dilakukan di Laundry bukan di sumber
4) Perlakuan terhadap linen :
a) Pemilahan linen infeksius dan non infeksius dilakukan di sumber
b) Linen infeksius dikemas tersendiri dan diberi label mulai dari sumber
c) Linen bersih disimpan di ruangan tersendiri di dalam almari tertutup
d) Linen bersih dan kotor diangkut dalam tempat yang berbeda.
e) Linen bersih diangkut dengan menggunakan wadah yang tertutup
f) Penyimpanan linen mengikuti sistem FIFO
s. Petugas Laundry
1) Pekerja Laundry mengenakan pakaian kerja khusus dan alat pelindung diri
2) Pekerja Laundry mengikuti prosedur pemeriksaan kesehatan secara berkala
3) Pekerja Laundry mendapatkan pembelajaran tentang infeksi nosokomial dan
pedoman kesehatan serta keselamatan kerja
t. Alur pengelolaan linen
Dekontaminasi pencucian pengeringan penyetrikaan pelipatan
penyimpanan distribusi
Dekontaminasi meliputi :
1. Pembilasan awal
2. Desinfeksi
3. Pembilasan akhir
70