Struktur Dan Fungsi Otak Dalam Koneksinya Dengan Jaras Emosi
Struktur Dan Fungsi Otak Dalam Koneksinya Dengan Jaras Emosi
Stefanie
102014035
D6
stefanie.2014fk035@civitas.ukrida.ac.id
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telepon: 021-5694 2061; Fax: 021-563 1731
Skenario 7
Seorang perempuan umur 55 tahun datang ke klinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu
yang lalu. Pasien menceritakan bahwa ia baru saja kehilangan adiknya yang meninggal tiba-tiba,
diduga karena serangan jantung. Pada pemeriksaan fisik dokter tidak menemukan kelainan apa-
apa, jantung dan paru-paru dalam keadaan baik.
Pendahuluan
Latar Belakang
Setiap individu dapat melakukan aktivitas kesehariannya karena adanya regulasi dari
saraf tubuh. Saraf dalam bahasa awam dapat dikatakan sebagai kabel yang mengatur jalannya
listrik untuk menggerakkan seluruh sistem pada tubuh manusia. Melalui saraf-saraf otak dan
sumsum tulang belakang, yang merupakan sistem saraf pusat tubuh, dilanjutkan ke saraf-saraf
tepi, listrik kimiawai dialirkan ke seluruh tubuh. Otak di dalam mesin manusia memerlukan
penjagaan sehingga dapat bekerja dengan baik.1 Oleh karena itu penulisan makalah ini bertujuan
untuk memahami lebih dalam mengenai sistem saraf pusat dalam tubuh secara struktural dan
fungsional. Pada saat yang bersamaan diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
bagi pembaca untuk memahami peranan penting yang dilakukan oleh sistem saraf tubuh.
Analisis Masalah
Hipotesis
Pembahasan
Struktur Otak
Otak terletak di dalam rongga kranium tengkorak. Otak berkembang dari sebuah tabung
yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran, otak awal, yang disebut otak depan, otak
tengah dan otak belakang.2 Jaringan otak dilindungi oleh beberapa pelindung yaitu rambut, kulit
kepala, tengkorak, selaput otak (meninges), dan cairan otak (liquor cerebro spinalis).3
Selaput otak terdiri dari tiga lapisan, yaitu duramater, arakhnoid, dan piamater.
Duramater adalah meninges terluar yang merupakan gabungan dari dua lapisan selaput yaitu
lapisan bagian dalam yang berlanjut ke duramater spinal, dan lapisan bagian luar yang
sebetulnya merupakan lapisan periosteum tengkorak. Lapisan dalam akan melebar serta melekuk
membentuk sekat-sekat otak seperti falks dan tentorium. Lapisan bagian luar meupakan jaringan
fibrosa yang lebih padat dan mengandung vena serta arteri untuk memberi makan tulang.
Gabungan kedua lapisan ini melekat erat dengan permukaan dalam tulang sehingga tidak ada
celah diantaranya. Kedua lapisan duramater ini pada lokasi-lokasi tertentu akan terpisah
membentuk rongga yang disebut dengan sinus duramater berisi darah vena serta berfungsi untuk
drainase otak.3
Arakhnoid merupakan lapisan tengah antara duramater dan piamater. Di bawah lapisan
ini adalah rongga subarachnoid yang mengandung trabekula dan dialiri liquor cerebro spinalis.
Lapisan arakhnoid tidak memiliki pembuluh darah, tetapi pada rongga subarachnoid terdapat
pembuluh darah. Piameter merupakan lapisan selaput otak yang paling dalam yang langsung
berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta mengikuti konvolusinya.3
Pembagian otak ada yang menjadi telensefalon dan diensefalon. Telensefalon, yang
berkembang menjadi hemisfer cerebri, merupakan bagian terbesar otak besar yang membentuk
otak kiri dan otak kanan.4 Serebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer, kiri dan kanan. Keduanya saling berhubungan melalui korpus kalosum, suatu
pita tebal diperkirakan terdiri dari tiga ratus juta akson neuron yang menghubungkan kedua
hemisfer. Kedua hemisfer berkomunikasi dan saling bekerja sama melalui pertukaran informasi
konstan melalui koneksi saraf ini. Tiap-tiap hemisfer terdiri dari satu lapisan tipis substansia
grisea di sebelah luar, korteks serebrum, yang menutupi bagian tengah substansia alba yang
tebal. Substansia grisea terutama terdiri dari badan sel neuron dan dendritnya yang tersusun
padat serta sebagian besar sel glia. Berkas atau traktus serat bersaraf bermielin (akson)
membentuk substansia alba, warna putihnya disebabkan oleh komposisi lemak mielin. 5 Korteks
cerebri mengandung pusat-pusat lebih tinggi yang berfungsi untuk mengontrol tingkah laku,
pikiran, kesadaran, moral, kemauan, dan kecerdasan. Korteks adalah asal semua impuls motorik
yang mengendalikan otot-otot tulang. Korteks juga merupakan daerah akhir untuk menerima
semua impuls saraf sensorik yang masuk guna dinilai dan ditafsirkan, termasuk sensibilitas kulit,
sentuhan, sakit, tekanan, dan suhu.2
Diensefalon merupakan bagian dalam dari serebrum yang menghubungkan otak tengah
dengan hemisfer serebrum, dan tersusun oleh talamus dan hipotalamus. Talamus merupakan
suatu kompleks inti yang berbentuk bulat dan terletak di lateral ventrikel III. Di bawahnya
terdapat hipotalamus. Talamus sering disebut dengan gerbang kesadaran mengingat fungsinya
sebagai stasiun penyampaian semua impuls yang masuk sebelum mencapai korteks cerebri.
Hipotalamus terletak tepat di bawah talamus dan dibatasi oleh sulkus hipotalamus. Fungsi
utamanya antara lain sebagai pusat integrasi susunan saraf otonom, regulasi temperatur, integrasi
sirkuit bangun-tidur, respons tingkah laku terhadap emosi, pengaturan atau penontrolan
endokrin, dan respon seksual.3
Batang otak adalah pangkal otak yang menyampaikan pesan-pesan antara medula spinalis
dan otak. Batang otak terdiri dari otak tengah atau mesensefalon, pons, dan medula oblongata.3
Batang otak mengontrol banyak proses yang memelihara kehidupan, misalnya pernapasan,
sirkulasi, dan pencernaan. Proses-proses ini sering diebut dengan proses vegetatif, yang berarti
fungsi yang dilakukan di bawah sadar atau involunter. Terdapat suatu anyaman neuron-neuron
yang saling berhubungan yang disebut formasio retikularis yang meluas di seluruh batang otak
dan masuk ke dalam talamus. Serat-serat asendens yang berasal dari formasio retikularis
membawa sinyal ke atas untuk membangunkan dan mengaktifkan korteks serebrum dan
membentuk reticular activating system (RAS) yang mengontrol derajat keseluruhan
kewaspadaan korteks dan penting dalam kemampuan untuk mengarahkan perhatian. Sebaliknya,
serat-serat desendens dari korteks, terutama daerah motoriknya, dapat mengaktifkan RAS.5
Serebelum adalah bagian otak yang seukuran bola kasti dan sangat berlipat serta terletak
di bawah lobus oksipitalis korteks dan melekat ke punggung bagian atas batang otak. Di
serebelum ditemukan neuron individual dalam jumlah empat kali lebih banyak daripada di
bagian otak lainnya dan hal ini menunjukkan pentingnya struktur ini. Serebelum terdiri dari tiga
bagian yang secara fungsional berbeda, vestibuloserebelum yang berperan dalam
mempertahankan keseimbangan dan kontrol gerakan mata, spinoserebelum yang meningkatkan
tonus otot dan mengordinasikan gerakan volunter terampil, dan serebroserebelum yang berperan
dalam perencanaan dan inisiasi aktivitas volunter dengan memberi masukan ke daerah korteks
motorik.5
Dalam rangka memudahkan menentukan suatu lokasi, otak dibagi menjadi bagian atau
lobe yang namanya sama dengan nama tulang di hadapannya. Pusat untuk intelektual terletak di
bagian depan (frontal lobe), pusat pemahaman bahasa terletak di bagian atas (parietal lobe),
pusat menerima rangsang pendengaran terletak di otak sekitar telinga (temporal lobe), bagian
yang menerima sensasi penglihatan terletak di bagian belakang (occipital lobe). Bagian otak
kanan menerima sensasi penglihatan yang berasal dari lapangan sebelah kiri.4
Jaringan Saraf
Sistem persarafan terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan sel
Schwann). Kedua jenis sel tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lain
sehingga berfungsi bersama-sama sebagai satu unit. Susuran saraf pusat manusia terdiri atas
sekitar seratus miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan
fungsional sistem persarafan. Neuron-neuron dapat mempunyai berbagai bentuk dan ukuran
yang berbeda. Badan sel secara relatif lebih besar dan mengelilingi nukleus yang di dalamnya
terdapat nucleolus. Di sekelilingnya terdapat perikarion yang berisi neurofilamen yang
berkelompok disebut neurofibril. Di luarnya terhubungkan dengan dendrit dan akson yang
memberikan dukungan terhadap proses-proses fisiologis. Dendrit adalah tonjolan yang
menghantarkan informasi menuju badan sel, dan merupakan bagian yang menjulur keluar dari
badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di korteks serebri dan serebellum, dendrit
mempunyai tonjolan-tonjolan kecil dan bulat, yang disebut dengan tonjolan dendrit. Neuron
tertentu juga mempunyai akson fibrosa yang panjang yang berasal dari daerah yang agak tebal di
badan sel, yaitu akson hilok atau bukit akson. Tonjolan tunggal dan panjang yang
menghantarkan informasi keluar dari badan sel disebut akson. Dendrit dan akson secara kolektif
disebut sebagai serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan,
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus membrane sel neuron yang mudah
dirangsang dan cepat menghantarkan pesan elektrokimia.6
Klasifikasi struktur neuron berdasarkan pada hubungan pada dendrit, badan sel, dan
akson mencakup neuron tanpa akson, neuron bipolar, neuron unipolar, dan neuron multipolar.
Neuron tanpa akson secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson, berlokasi di otak dan
beberapa organ perasa khusus. Neuron bipolar memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan neuron
unipolar dan multipolar. Neuron bipolar jarang ada, tetapi mereka ada di dalam organ perasa
khusus. Neuron ini menyiarkan ulang informasi tentang penglihatan, penciuman, dan
pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-neuron lainnya. Di dalam suatu
neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan proses secara berlanjut. Dalam suatu neuron,
segmen awal dari cabang dendrit membawa aksi potensial dan neuron ini memiliki akson.
Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakan neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir
di sistem saraf pusat (SSP). Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan satu
akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian besar berada di SSP. Contoh tipe neuron
ini adalah seluruh neuron motorik yang mengendalikan otot rangka.6
Neuron-neuron juga dikategorikan berdasarkan kelompok fungsionalnya, meliputi neuron
sensorik, neuron motorik, dan interneuron. Neuron sensorik berasal dari divisi aferen dari sistem
saraf tepi (SST). Neuron ini membawa informasi dari reseptor pesan sensorik untuk dibawa ke
SSP. Neuron sensorik ini merupakan neuron unipolar atau disebut juga serabut aferen yang
menghubungkan antara reseptor sensorik dan batang otak atau otak. Neuron ini mengumpulkan
informasi dengan memerhatikan lingkungan dalam dan lingkungan luar tubuh. Tubuh manusia
memiliki sekitar sepuluh juta neuron sensorik. Neuron sensorik somatik meakukan pengawasan
di luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor kondisi di dalam tubuh. Reseptor sensorik
yang lebih spesifik meliputi eksteroseptor yang menyefiakan informasi tentang kondisi
lingkungan luar dan informasi yang di dapat dari sentuhan, suhu, sensasi tekanan, dan informasi
yang didapat dari indra, proprioseptor yang memonitor keadaan posisi dan pergerakan otot
rangka dan sendi, dan interoseptor yang memonitor kondisi sistem pencernaan, pernapasan,
kardiovaskular, reproduksi, serta beberapa sensasi perasa dan rasa nyeri.6
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksi-instruksi dari SSP menuju efektor
perifer. Neuron motorik akan menstimulasi atau memodifikasi aktivitas dari jaringan-jaringan
perifer, organ, atau sistem organ. Tubuh manusia memiliki sekitar lima ratus ribu neuron
motorik. Akson-akson membawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut eferen, terdiri atas
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Interneuron atau neuron asosiasi berada di antara
neuron sensorik dan motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak dan batang otak. Tubuh
manusia memiliki dua puluh juta interneuron dan berespons untuk mendistribusikan setiap
informasi dan neuron sensorik dan mengoordinasikan aktivitas motorik.6
Neuroglia adalah sel penyokong untuk neuron-neuron SSP, sedangkan sel Schwann
menjalankan fungsi tersebut pada SST. Neuroglia menyusun 40% volume otak dan medula
spinalis. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sell-sel neuron dengan perbandingan sekitar
sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang berhasil diidentifikasi yaitu mikroglia,
ependimal, astroglia (astrosit), dan oligodendroglia (oligodendrosit). Sekitar 5% dari sel-sel glia
di SSP adalah mikroglia. Mikroglia mempunyai sifat fagosit. Bila jaringan saraf rusak, maka sel-
sel ini bertugas untuk mencerna sisa-sisa aringan yang rusak. Sel jenis ini ditemukan di seluruh
SSP dan dianggap berperan penting dalam proses melawan infeksi. Ependimal berperan dalam
produksi cairan serebrospinal (CSS). Ependimal merupakan epitel dari pleksus koroideus
ventrikel otak. Astroglia atau astrosit merupakan sel glia terbesar dan memiliki fungsi antara lain
sebagai barier darah-otak (blood brain barrier), memperbaiki kerusakan jaringan neuron, dan
menjaga perubahan interstisial. Oligodendroglia atau oligodendrosit seperti astrosit memiliki
silinder sitoplasma yang panjang dan merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan
mielin dalam SSP.6
Sel Schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi. Membran plasma sel
Schwann secara konsentris mengelilingi neuron SST. Mielin merupakan suatu kompleks protein
lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium
dan kalium melintasi membrane neuronal dengan hampir sempurna. Selubung mielin tidak
kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang
disebut nodus Ranvier.6
Kesimpulan
Emosi menyebabkan perempuan tersebut merasakan berdebar karena adanya koneksi fungsi
sistem saraf yang menjadi pusat pengatur kedua hal tersebut.
Daftar Pustaka
1. Mohmud DD. Otak dan sistem saraf: mesin manusia. Diterjemahkan dari Spilsbury R.
The brain and nervous system: the human machine. Melaka: Surya; 2011.h.26.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama;
2008.h.281-6.
3. Satyanegara, Hasan RY, Abubakar S, Maulana AJ, Sufarnap E, Benhadi I, et al. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama; 2010.h.15-24.
4. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2008.h.128.
5. Pendit BU. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed. 8. Diterjemahkan dari Sherwood L.
Introduction to human physiology. 8th ed. Jakarta: EGC; 2012.h.155-258.
6. Mutaqqin A. Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.
Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.3-9.
7. Mutaqqin A. Pengantar ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.19-22.
8. Surapsari J. At a glance: farmakologi medis. Ed. 5. Diterjemahkan dari Neal MJ. 5 th ed.
Jakarta: Erlangga; 2006.h.21.