SKENARIO 3
Disusun oleh :
NPM : 11700036
Kelas : 2017 C
Kelompok :6
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
SKENARIO 2
Dedi Seorang Mahasiswa datang ke IGD sebuah RS swasta dengan keluhan nyeri
dada, palpitasi, napas terengah-engah dan gangguan pengliatan yang digambarkan
seperti ruangan gelap. Dedi merasa bahwa dia akan mati. Tidak didapatkan riwayat
sakit sebelumnya, tidak dalam pegobatan, pernah dirawat di RS karena patah tulang
maleolus medialis kiri. Tidak didapatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikis
dalam keluarga, tidak didapatkan riwayat penyalahgunaan obat-obatan.
Saat ini dedi tinggal bersama orang tua dan adik perempuannya. Dedi juga masih
kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri.
APA YANG TERJADI PADA DEDI?
BAB II
KATA KUNCI
PEMBAHASAN
4.1 BATASAN
1. Identitas
Nama : Dedi
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 20 tahun
Alamat :-
Pekerjaan : Mahasiswa
2. Anamnesa
Keluhan Utama : Takut mati
Riwayat Penyakit Sekarang :
palpitasi
napas terengah-rengah
gangguan pengliatan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Patah tulang maleolus medialis kiri
Sejak 5 tahun yang lalu sudah berobat ke dokter umum karena kadar
gula tinggi
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Sosial :-
3. Pemeriksaan Fisik Penyakit
Kesadaran : Komposmentis
Tanda Vital
Tekanan darah : 135/90 mmHg
Denyut nadi : 115x/ menit
Suhu : 37o C
RR : 30x/ menit
Berat badan: -
Tinggi badan :-
Kepala/ Leher
A/I/C/D : -/-/-/-
Pupil isokhor
Refleks cahaya +/+
diduga dan spontan yang terdiri atas periode rasa takut yang intens dan
serangan selama satu tahun. Setiap episode berlangsung sekitar 15-30 menit,
meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih lama. Serangan panik dapat terjadi
ditempat umum teutama tempat yang sulit untuk keluar dengan cepat saat
pada gangguan anxietas lain seperti pada fobia dan gangguan stres
4.2.2 Prevalensi
5,6% untuk serangan panik. Perempuan 2-3 x kali lebih mudah terkena
sosial merupakan salah satu faktor yang diidentifikasi turut berperan dalam
baru saja terjadi. Gangguan panik paling sering terjadi pada dewasa muda
(rata-rata usia 25 tahun) tetapi gangguan panik dan agoraphobia dapat timbul
pada usia berapapun. Gangguan panik juga dilaporkan terdapat pada anak dan
remaja dan diagnosis kasus ini mungkin belum terdiagnosis pada kelompok
usia tersebut.
4.2.3 Etiologi
Faktor biologis
ialah terkait dengan suatu kisaran abnormalitas biologi dalam struktur dan
pada mayoritas pasien dengan panik dan pada proporsi yang jauh lebih kecil
pada orang tanpa gangguan panik atau dengan riwayat serangan panik. Zat
dan mengirim sinyal melalui aferen vagus ke nucleus tractus solitarii dan
Pencitraan otak
pada pasien ini. Studi pencitraan otak fungsional contohnya PET melibatkan
gejala SSP seperti pusing dan gejala sistem saraf perifer yang dapat dicetuskan
yohimbin) dikombinasi dengan PET atau SPECT untuk mengkaji efek saat zat
penginduksi panik dan serangan panik yang dinduksi pada aliran darah otak.
Faktor genetik
Walaupun studi mengenai dasar genetik gangguan panik dan
kerabat derajat pertama pasien lain. Studi kembar lain melaporkan bahwa
dizogot. Saat ini tidak ada data yang menunjukkan lokasi romosom spesifik
Teori psikoanalitik
timbul dari pertahanan yang tidak berhasil terhadap impuls yang mencetuskan
psikologis. Pasien dengan gangguan panik memiliki insiden yang lebih tinggi
gangguan panik daripada perpisahan ayah. Faktor etiologi selain pada pasien
melibatkan arti peristiwa yang menimbulkan stress secara tidak disadari serta
mencakup penggunaan kafein, alkohol, nikotin atau zat lain, pola tidur atau
makanan yang tidak biasa, dan situasi lingkungan tertentu seperti pencahayaan
yang berlebihan.
cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah rasa takut yang ekstrim
dan rasa kematian serta ajal yang mengancam. Pasien biasanya tidak mampu
pertolongan. Serangan biasanya bertahan 20-30 menit jarang lebih dari 1 jam.
dapat hilang segera atau bertahap. Diantara serangan pasien dapat memiliki
Pasien biasanya dapat meyakini bahwa palpitasi dan nyeri dada menunjukkan
berikut :
• Gemetaran
• Berkeringat
• Rasa panas dikulit, menggigil
4.2.5 Diagnosis
Penyakit somatik
Pengunaan ganja
Pada beberapa penilitian, gejala-gejala serangan panik sering timbul pada pasien
penderita gangguan panik yang mengalami hiperventilasi, menginhalasi CO2 ,
konsumsi kafein atau yang mendapat injeksi natrium laktat hipertonis atau larutan
selain hipertonis, kolesistokinin, isoproterenol, fulamazenil atau naltrexone.
BAB V
HIPOTESIS AWAL (DIFFERENTIAL DIAGNOSI
1. Gangguan panic
2. gangguan cemas menyeluruh
BAB VI
ANALISIS DARI DEFFERENTIAL DIAGNOSIS
Palpitasi + +
Napas terengah-engah + +
Gangguan penglihatan + +
Kepala/ Leher
A/I/C/D : -/-/-/-
Pupil isokhor
Refleks cahaya +/+
Dari pemeriksaan tersebut maka diagnosis pada kasus pada pasien ini
adalah Gagguan Panik
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSA
5. Identitas
Nama : Dedi
Jenis Kelamin : Laki - laki
Usia : 20 tahun
Alamat :-
Pekerjaan : Mahasiswa
6. Anamnesa
Keluhan Utama : Takut mati
Riwayat Penyakit Sekarang :
palpitasi
napas terengah-rengah
gangguan pengliatan
Riwayat Penyakit Dahulu :
Patah tulang maleolus medialis kiri
Sejak 5 tahun yang lalu sudah berobat ke dokter umum karena kadar
gula tinggi
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Sosial :-
Kepala/ Leher
A/I/C/D : -/-/-/-
Pupil isokhor
Refleks cahaya +/+
Diferential Diagnosis
1. Gangguan panic
2. Gangguan ansietas menyeluruh
Diagnosis
Dari hasil pemeriksaan- pemeriksaan di atas pasien mengalami Gangguan Panik
BAB IX
STRATEGI PENYELESAIAN MASALAH
Penatalaksanaan
Terapi
yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi kognitif perilaku. Terapi
gangguan tersebut.
Farmakoterapi
inhibitor (MAOI), dan obat trisiklik serta tetrasiklik dalam efektifitas dan
kepatuhan yang lebih besar serta putus minum obat yang lebih sedikit.
Fluoxamine dan sertralin adalah obat berikutnya yang paling baik ditoleransi.
10 mg/hari setiap 1-2 minggu hingga maksimum 60 mg. Jika sedasi tidak
Benzodiazepin
sering dalam minggu pertama, dan dapat digunakan untuk periode waktu yang
lama tanpa timbul toleransi terhadap efek anti panik. Alprazolam adalah
benzodiazepine yang paling luas digunakan untuk gangguan panik tetapi studi
menunjukkan lorazepam atau Ativan memiliki efisiensi yang sama, dan pada
(tofranil) adalah obat yang paling efektif untuk terapi gangguan panik.
obat trisiklik umunya memiliki efek simpang lebih berat pada dosis lebih
tinggi yang diperlukan untuk terapi yang lebih efektif bagi gangguan panik.
menyebabkan stimulasi berlebihan lebih kecil daripada SSRI atau trisklik tapi
obat ini memerlukan dosis penuh selama sedikitnya 8-12 minggu agar efektif.
maka golongan obat lain harus dicoba. Data terkini menunjukkan nefazodon
Durasi farmakoterapi
Ketika efektif terapi diteruskan selama 8-12 bulan. Gangguan panik
adalah keadaan kronik mungin seumur hidup dan kambuh jika terapi
dihentikan.
Terapi kognitif
Aplikasi relaksasi
ansietas dan relaksasi. Melaui penggunaan teknik standar relaksasi otot dan
Pelatihan Pernapasan
dengan sejumlah gejala seperti pusing dan pingsan, suatu pendekatan langsung
hiperventilasi.
Pajanan invivo
yang semakin lama semkain berat dari waktu ke waktu pasien menjadi
keluar rumah. Disamping itu, beberapa pasien akan menolak obat karena
mereka yakin obat akan menstigmatisasi mereka sebagai orang sakit jiwa
serangan panik yang datang dengan keluhan nyeri dada, sesak napas, palpitasi,
4. Memeriksa ada tidaknya kelainan lain yang dialami pasien seperti
kelainan
serangan panik.
yang
pada pasien kalau kondisi yang dialaminya bukanlah disebabkan oleh kondisi
medis yang serius dan bukan pula dikarenakan oleh gangguan mental yang
“Penyakit Anda tidak serius” atau “Anda akan baik-baik saja” karena itu dapat
golongan benzodiazepin lain. Terapi ini tidak boleh lebih dari 1 minggu untuk
harus dijelaskan mengenai pentingnya terapi jangka panjang seperti CBT dan
kronik, sering berulang, serta dapat menyertai berbagai gangguan mental dan
somatik lain, maka penatalaksanaan yang tepat serta hemat biaya sangat
dibutuhkan oleh pasien untuk mengurangi beban ekonomi yang bisa ikut
adalah mengedukasi pasien dan keluarga agar dapat mendukung pasien dalam
jangka pendek.
dianggap lebih efektif dan murah dalam mengatasi gangguan panik jika
memiliki efikasi yang setara serta lebih dipilih sebagai medikasi pilihan
ketergantunganalkohol.
gangguan
panik, dan terapi ini harus diberikan pada semua pasien. CBT memiliki efikasi
yang lebih tinggi dalam mengatasi gangguan panik dan biayanya lebih murah.
Selain itu tingkat drop out dan relaps juga lebih rendah jika dibandingkan
dengan terapi farmakologi. Meskipun begitu, hasil yang lebih superior dapat
dari terapi CBT adalah membantu pasien dalam memahami cara kerja
pemikiran otomatis dan keyakinan yang salah dapat menimbulkan respon
mencegah hypocania ketika serangan panik terjadi. Semua jenis CBT seperti
salah satu metode CBT seperti interoceptive therapy yang terbukti berhasil
pada 87% pasien harus dilakukan dengan bantuan dokter di suatu lingkungan
yang terkontrol. Karena terapi ini dilakukan dengan memberikan paparan yang
derealisasi, dan
• Melakukan putaran pada kursi ergonomis – ini dapat mengakibatkan rasa
pusing dan
disorientasi
• Bernapas melalui pipet – ini dapat mengakibatkan sesak napas dan
konstriksi saluran
napas
menjelang ajal
Semua tindakan di atas dilakukan tidak boleh lebih dari 1 menit. Kuncinya dari teknik
di atas adalah menciptakan sejumlah stimulus yang menyerupai serangan panik.
Latihan-latihan tersebut diulangi 3-5 kali sehari hingga pasien tidak lagi merasakan
kepanikan terhadap stimulus seperti itu. Biasanya butuh waktu hingga beberapa
minggu untuk dapat mencapai hal itu. 9Pemaparan terhadap stimulus tersebut
dilakukan agar pasien dapat belajar melalui pengalaman bahwa semua sensasi internal
yang dia rasakan seperti sesak napas, pusing dan pandangan yang kabur bukanlah hal
yang harus ditakuti. Ketika pasien mulai menyadari hal tersebut maka secara
otomatis, hippocampus dan amygdala, yang merupakan pusat emosi, akan ikut
mempelajarinya sebagai hal yang tidak perlu ditakuti, sehingga respon sistem
simpatik akan ikut berkurang
BAB X
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI
PROGNOSIS
diartikan karena studi tersebut untuk terapi. Meskipun demikian, sekitar 30-
40% pasien tampak bebas gejala pada pengamatan jangka panjang, sekitar
50% memiliki gejala yang cukup ringan sehingga tidak mengagu kehidupan
mereka secara signifikan dan sekitar 10-20% terus mengalamai gejala yang
bermakna.
dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau kurang dari sekali dalam
sebulan. Asupan kafein dan nikotin yang berlebihan dapat memperberat gejala.
Ketergantungan alkohol dan zat lain dapat terjadi pada sekitar 20-40% pasien
1. Sadock BJ. Sadock VA. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012. Jakarta.
2. Andri. Laporan kasus: Tatalaksana Komprehensif pada Gangguan panik.
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Krida
Wacana.2012.Jakarta.
3. Yaunin, Y. Laporan kasus : Gangguan Panik dengan Agorafobia. Bagian
Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.2013.Padang
4. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III
cetakan I. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Universitas Atmajaya. 2001. Jakarta
5. Maramis, Willy F. Ilmu Kedokteran Jiwa. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Universitas Airlangga . 2009. Surabaya
6. Ranti, SL. Referat. Penatalaksanaan Gangguan Panik. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.2013.Padang
7. Rini, W. Kecemasan dan Panik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.2008.Medan
8. Nuraini, N. Panic Disorders. 2010. Jakarta
9. Laila, S. Referat. Gangguan Panik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.2015.Palembang
10. Lutfi, R. Laporan Kasus. Gangguan Panik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.2006.Medan