“Hipertiroid”
Disusun Oleh:
Nama : Yulis Setiawati
NIM : 1413010012
Pembimbing:
dr. Rastri Mahardika, Sp.PD
i
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan presentasi kasus dengan judul
“Hipertiroid”
Disusun Oleh:
Telah dipresentasikan
Hari/Tanggal:
Selasa, 25 September 2018
Disahkan oleh:
Dosen Pembimbing,
ii
BAB I
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
Alamat : Dolog bakalrejo-susukan kabupaten Semarang
Status : Menikah
Masuk RS : 07 September 2018
B. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama
Nyeri dada
2) Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Ny. E datang ke IGD RSUD Salatiga dengan keluhan nyeri
dada. Nyeri dada sejak 2 hari yang lalu, nyeri dirasakan tidak
menyebar, nyeri dada disertai nyeri ulu hati, nyeri perut, sesak saat
aktivitas +, palpitasi +, cepat lelah +, keringat berlebih +, tangan
lembab +, diare +, mudah mengantuk +, kaki tangan bengkak +, sulit
menelan +, mengkonsumsi PTU +
3) Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Ny. E mengaku mempunyai riwayat hipertiroid sejak satu tahun
yang lalu. Pasien terdiagnosis hipertiroid dan dianjurkan opname
selama 7 hari di salah satu rumah sakit lalu dilanjutkan dengan
pengobatan rawat jalan selama 1 tahun dan rutin mengkonsumsi PTU.
Riwayat penyakit hipertensi, jantung, dan alergi disangkal.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengeluh sakit serupa. Riwayat
penyakit DM, hipertensi, alergi, dan sakit jantung pada keluarga
disangkal.
1
5) Riwayat Personal Sosial
Pasien tidak memiliki riwayat mengonsumsi alcohol dan
merokok.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan Umum : Kesakitan
Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4V5M6
Vital Signs
Tekanan Darah : 159/75 mmHg
Nadi : 72x/menit
Heart rate : 120x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Suhu : 36,5 oC
Head to toe
Kepala & Leher
Inspeksi Conjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Palpasi Pembesaran Limfonodi (-), pembesaran tiroid (-),
Deviasi trakea (-), JVP 5+1
Thorax (Pulmo)
Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak terapat jejas.
Palpasi Tidak ada ketertinggalan gerak dan vokal fremitus
teraba
Perkusi Sonor
Auskultasi Suara vesikular dasar (SDV) : +/+ (positif di
lapang paru kanan dan kiri)
Suara ronkhi: -/-
Wheezing : -/-
Thorax (Cor)
Inspeksi Pulsasi tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di SIC VI midclavicularis
sinistras
Perkusi Cardiomegali (+)
Auskultasi Suara S1 dan S2 terdengar iregular dan tidak ada
bising ataupun suara tambahan jantung
Abdomen
Inspeksi Diameter abdomen > thorax, tidak ada jejas.
Auskultasi Peristaltik usus (+)
Palpasi Nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, shifting
dullness (-)
2
Perkusi Timpani
Ekstremitas
Inspeksi Edema tungkai (+)
Palpasi Pitting edema (-), akral dingin
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan :
Cor : cardiomegali suspec LVH
Pulmo : gambaran bronchitis scoliosis columna V. thorax
3
Gambar. 1.2. Hasil EKG 28 agustus 2018
Hasil:
a. Irama : Atrial flutter
b. Frekuensi : 300/3 = 100x/menit ireguler
c. Axis : lead 1 : +5, Avf : +1 normal axis
d. Gelombang P : tinggi 3 mm terdapat P pulmonal pada lead
e. P-R interval : 0,12 normal tidak memanjang
f. Kompleks QRS: normal tidak ada Q patologis
g. Segmen ST : tidak terdapat elevasi dan depresi segmen ST
h. Gelombang T : 2 mm, tidak terdapat kelainan
4
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. DIAGNOSA BANDING
Hipertiroid
Grave disease
Iodine-induced thyrotoxicosis
Adenoma toksik
Cor pulmonal chronik
3. DIAGNOSA KERJA
Hipertiroid
5
4. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana 7-9-2018 (IGD)
- Infus RL 20 tpm - ISDN 5 mg tablet 3x1
- Oksigen 3L/menit - Clopidogrel tablet 1x1
- Injeksi intravena mg
Omeprazol 1 amp 1x1 - Aspilet 1mg tablet
- Injeksi intravena 1x1
Ondansetron 1 amp - Alprazolam 0,5 mg
1x1 tablet 1x1
- Prophylthiouracyl 200
mg tablet 3x1
Tatalaksana 08-9-2018
- Alprazolam 0,5 mg tablet 1x1
- Sucralfate susp 100 ml 3x1 cth
- Isosorbid dinitrat 5 mg tablet 3x1
- Prophylthiouracyl 200 mg tablet 3x1
- Clopidogrel 75 mg tablet 1x1
- Atrovastatin 20 mg 1x1
- Arixtra 25 mg/ml 1x1
Tatalaksana 09-9-2018
- Arixtra injeksi 25 mg/ml 1x1
- Ondansetron 4 mg/ml 3x1
- Asering 500 ml infus 20 tpm
- KSR 600 mg tablet 2x1
- Clopidogrel 75 mg tablet 1x1
- Atrovastatin 20 mg tablet 1x1
Tatalaksana 10-9-2018
- Nitrokaf 5 mg tablet 2x1
- Paracetamol 500 mg tablet 3x1
- Prophylthiouracyl 200 mg tablet 3x1
- Alprazolam 0,5 mg tablet 1x1
- Clopidogrel 75 mg tablet 1x1
6
- Atrovastatin 20 mg tablet 1x1
- Aspilet 160 mg tablet 1x1
- KSR 600 mg tablet 2x1
- Erycaf 100 mg 3x1
- Curcuma 20 mg 3x1
Tatalaksana 11-9-2018
- Nitrokaf 5 mg tablet 2x1
- Paracetamol 500 mg tablet 3x1
- Prophylthiouracyl 200 mg tablet 3x1
- Alprazolam 0,5 mg tablet 1x1
- Clopidogrel 75 mg tablet 1x1
- Atrovastatin 20 mg tablet 1x1
- Aspilet 160 mg tablet 1x1
- KSR 600 mg tablet 2x1
- Erycaf 100 mg 3x1
- Curcuma 20 mg 3x1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertiroid
1. Definisi
Penyakit hipertiroid merupakan salah satu bentuk tirotoksikosis
yang disebabkan peningkatan sintesis dan sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid (PERKENI, 2017).
2. Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi berbagai bentuk tirotoksiksis
Dengan hipertiroid
7
Sering ditemukan Jarang ditemukan
Penyakit Graves Hipertiroid kongenital
Adenoma toksik Hashitoxicosis
Struma multinodusa toksik TSH-secreting pituitary adenoma
Iodine-induced thyrotoxicosis* Tumor trofoblastik
Metastasis karsinoma tiroid
Struma ovarii
Tanpa hipertiroid
Sering ditemukan Jarang ditemukan
Subacute De Quervain’s thyroiditis Tirotoksikosis faktitia
Tiroiditis nir nyeri Tirotoksikosis iatrogenik
Tiroiditis postpartum
Iodine-induced thyrotoxicosis*
*Bisa terbentuk hipertiroid asli atau proses destruktif tiroid. Sumber perkeni, 2017.
8
Merokok: merokok dapat mengakibatkan kekurangan oksigen di otak
dan nikotin dalam rokok dapat mamacu peningkatan refleksi
inflamasi.
Stres: stres juga berkorelasi dengan antibodi terhadap antibodi TSH-
reseptor.
Zat kontras yang mengandung iodium: hipertiroidisme terjadi setelah
mengalami pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung
iodium.
Obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tiroid:
amiodaron, lithium karbonat, aminoglutethimide, interferon alfa,
thalidomide, betaroxine, stavudine.
Lingkungan: kadar iodium dalam air kurang.
4. Manifestasi
Keadaan hipertiroid akan menyebabkan keluhan seperti palpitasi, cepat
lelah, dispnoe d’effort, takikardi.
Tabel 2. Keluhan dan gejala klinik penyakit hipertiroid
9
Jantung dan paru Sesak nafas (dispnoe), hipertensi, aritmia,
berdebar-debar, gagal jantung, tekana nadi
meningkat (takikardi)
Saluran cerna Sering buang air besar, lapar, banyak
makan, haus, muntah, berat badan turun
cepat, toleransi obat
Sistem reproduksi Tingkat kesuburan menurun, menstruasi
berkurang, tidak haid, libido menurun
Darah-limfatik Limfositosis, anemi, pembesaran limpa,
pembesaran kelenjar limfe leher
Tulang Osteoporosis, epifisis cepat menutup, nyeri
tulang
Otot Cepat lela, tangan gemetar
Kulit Berkeringat berlebihan di beberapa tempat
Sumber: pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI, 2015
5. Fisiologi
10
b. Pengaturan sekresi hormon tiroid
Sintesis dan penglepasan hormon tiroid dipicu oleh Thyrotropin-
realising hormone (TRH) dari hipotalamus dan Thyroid-stimulating
hormone dari pituitari anterior
Kadar T3 dan T4 darah yang rendah atau BMR yang rendah menstimulasi
hipotalamus untuk mensekresi TRH;
TRH memasuki hypophyseal veins dan mengalir ke pituitari anterior yang
menstimulasi thyrotrophs untuk mensekresi TSH;
TSH menstimulasi hampir seluruh aspek aktifitas sel folikuler tiroid,
termasuk iodide trapping, sintesis dan sekresi hormon dan pertumbuhan
sel folikeler;
Sel folikuler tiroid melepas T3 dan T4 ke darah sampai laju metabolik pulih
menjadi normal;
Kanaikan kadar T3 menghambat penglepasan TRH dan TSH (umpan balik
negatif)
Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan
yodium, yaitu suatu elemen esensial yang terdapat di dalam makanan dan
air, tanpa adanya yodium proses sintesis hormon tiroid tidak akan terjadi.
Kelenjar tiroid menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon
tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, beberapa yodium di dalam
hormon kembali kedalam kelenjar tiroid dan didaur-ulang untuk kembali
menghasilkan hormon tiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid
utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya
yaitu triyodotironin (T3) (PERKENI, 2017).
11
TSH/Thyrotropin merupakan hormon yang memegang peranan
dalam menstimulasi terjadinya sintesis hormon di dalam kelenjar tiroid.
TSH merupakan satu dari empat hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar pituari anterior. Produksi TSH terjadi oleh adanya stimulasi
dari Thyrotropin Releasing Hormone (TRH), yang dihasilkan oleh
hipotalamus yang kemudian akan menstimulasi kelenjar pituari sehingga
menghasilkan TSH. Pada keadaan normal kadar TSH yang terdapat di
dalam tubuh berkisar antara 0.5-5 mU/ml (mikroUnit/mililiter)
(PERKENI,2017).
12
menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan-
bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid
Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam
sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
6. Diagnosa
a. Penentuan kadar TSHs serum mempunyai tingkat sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi dan digunakan uji saring fungsi tiroid, kadar
TSHs tersupres di bawah nilai acuan menunjukkan suatu keadaan
hipertiroid, sedangkan bila nilainya di atas nilai acuan menunjukkan
keadaan hipotiroid.
b. Dinyatakan hipertiroid bila kadar TSs di bawah nilai acuan disertai
dengan kadar fT4 lebih tigi dari nilai acuan.
13
c. Dinyatakan menderita T3 toksikosis bila kadar TSHsdi bawah nilai
acuan disertaidengan kadar T3 lebih tinggi dari nilai acuan tetapi kadar
fT4 normal.
d. Dinyatakan menderita hipertiroid subklinik bila kadar TSHs di bawah
nilai acuan, tetapi kadar T4 dan T3 normal, sebaliknya pada hipotiroid
subklinik kaar TSHs di atas nilai acuan dengan kadadr T4 dan T3
normal
e. Indeks Dianostik Wayne dapat digunakan sebagai acuan untuk
menegakkan diagnosa penyakit hipertiroid secara klinik.
f. Sidik tiroid diperlukan bila diduga ada adenoma toksis/nodul tiroid
otonom atau struma multinodusa toksik.
g. Pemeriksaan ultrasonografi diperlukan untuk mengetahui morfologi
serta membedakan kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Diagnosa penyakit hipertiroid ditegakan berdasarkan keluhan dan
gejala yang dikonfirmasi dengan ji diagnostik tiroid, walaupun tidak
semua uji dilakukan.
Tabel 4. Uji diagnostik tiroid
Uji fungsi tiroid Thyrotropin (TSH) sensitif
Tiroksin (T4) total dan bebas
Triidotironin (T3) total dan bebas
Indeks diagnostik wayne
Uji tangkap iodium radioaktif
(radioiodine uptake test)
14
Gambar 4.2. Penentuan kadar TSHs sebagai uji saring lapis pertama.
Gejala awitan baru Skor Tanda klinik Jika ada Jika tidak ada
Dyspnea d’efforrt +1 Tiroid teraba/ membesar +3 -2
Palpitasi
Lelah +2 bruit di tiroid +2 -2
Lebih suka suhu hangat Eksoftalmus
Lebih suka suhu dingin +2 Retraksi kelopak mata +2 -
Keringat berlebih Lid lag
Gugup/gelisah Hiperkinesis +2 -
Nafsu makan naik -5 Tangan panas
Nafsu makan turun Tangan lembab +1 -
Berat badan naik +5 Denyut nadi sewaktu
Berat badan turun >80x/menit,
+3 >90x/menit +4 -2
Fibrilasi atrial
+2 +2 -2
+3 +1 -1
-3 - -3
-3 +3 -
+3 +4 -
Interpretasi skor total >19 : hipertiroid
11-19: ekuivokal
15
<11 : eutiroid/non-toksik
7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penderita hipertiroid meliputi:
pengobatan umum, pengobatan khusus dan pengobatan dengan penyulit.
Pengobatan umum meliputi:
Istirahat: hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita
tidak makin meningkat. Penderita tidak dianjurkan melakukan
pekerjaan yang melelahkan.
Diet: diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral.
Hal ini antara lain karena terjadinya peningkatan metabolisme,
kesimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan kalsium
yang negatif.
Pengobatan khusus meliputi:
1) Obat Anti Tiroid (OAT)
OAT yang digunakan adalah turunan thiourea yaitu Methimazole,
Carbimazole, Thiamazol atau Propylthiouracil (PTU).
Mekanisme kerja obat tersebut adalah:
Menghambat penggunaan iodium oleh kelenjar tiroid,
khususnya menghambat organifikasi peningkatan iodium
ke residu tyrosine di dalam titoglobulin.
Menghambat “coupling” iodotyrones.
Menghambat konversi T4 menjadi T3.
Mempunyai efek imunosupresi.
Methimazole dapat digunakan pada semua pasien kecuali
PTU lebih dianjurkan untuk digunakan pada trimester pertama
kehamilan, atau pada ada krisis tiroid atau pada psien yang kurang
berhasil dengan methimazole dan menolak diberikan iodium
radioaktif atau menjalani pembedahan.
Ada 2 cara pemberian OAT yaitu cara pertama dengan
metode titrasi memberikan dosis awal methimazole 20-30 mg
sehari atau PTU 300-600 mg sehari sampai mencapai eutiroid,
kemudian dosis diturunkan bertahap dan dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan serendah mungkin, biasanya 2,5 mg methimazole
16
atau 100 mg PTU sehari, untuk menjaga penderita tetap dalam
keadaan eutiroid, eutiroid biasanya dicapai dalam waktu 4-12
minggu tergantung berat ringannya penyakit, ukuran kelenjar, dan
dosis obat antitiroid yang diberikan.
Cara kedua adalah dengan metode block-supplement, yaitu
setelah eutiroid dicapai ditambahkan I-tiroksin (100-150 mcg
setiap hari), tujuanny untuk menurunkan angka kekambuhan dan
antisipasi terjadinya hipotiroid. Methimazole mempunyai
masa kerja yng lebih panjang dibandingkan PTU (masa kerja PTU
12-24 jam sedangkan methimazole lebih dari 24 jam), sehingga
methimazole dapat dipakai dalam dosis tunggal sekali sehari. Pada
tahap pertama obat antitiroid diberikan selama 12-24 bulan. Bila
terjadi kekmbuhan, pilihannya ulangi lagi pemberian obat antitiroid
atausebagai alternatif dapat dlakukan operasi tiroidektomi sub-total
atau terapi ablasi dengan iodium radioaktif.
Pasien dinyatakan mencapai remisi apabila kadar TSH serum, T4
bebas dan T3 total normal satu tahun setelah OAT
dihentikan.penyakit hipertiroid seringkali disebut juga sebagai
“remitting and relapsing disease” , artinya penyakit ini sering
sembuh dan kambuh. Hanya 40-50% kasus penyakit hipertiroid
yang akan mengalami remisi sempurna. Dari suatu meta-analysis
diketahui angka remisi tidak akan membaik bila OAT digunakan
lebih dari 18 bulan. Angka remisi rendah pada pria perokok, pasien
dengan struma membesar >80 g, dosis methimazole awal yang
tinggi 60-80 mg.
17
Gambar 5.2. Perbandingan efek farmakologi obat antitiroid
2) Obat adjuvant
Obat adjuvant lain adalah tranquillizer atau sedativa,
lithium carbonate dan iodium stabil obat tersebut menghambat
pelepasan hormon dari kelenjar tiroid. Penyekat beta (Beta
Blocker) digunakan untuk mengurangi gejala perifer dan
menghambat konversi T4 menjadi T3. Terjadinya keluhan dan
gejala hipertiroidi diakibatkan oleh adanya hipersensivitas pada
sistem simpatis, meningkatnya sistem simpatis ini diduga akibat
meningkatnya kepekaan reseptor terhadap katekolamin. propanolol
merupakan obat yang masih digunakan ,biasanya dalam 24-36 jam
setelah pemberian akan tampak penurunan gejala.
Khasiat propanolol:
Penurunan denyut jantung prmenit
Penurunan Cardiac output
Perpanjangan waktu refleks achilles
Pengurangan nervoitas
Pengurangan produksi keringat
Penguranagan tremor
Pengobatan penyakit hipertiroid dan gangguan sistem
kardiovaskuler atau irama jantung adalah beta blocker, yang dapat
18
digunakan antara lain propanolol dengan dosis 40 mg – 240 mg
sehari. Dila disertai dengan gagal jantung berikan digitalis dan
diuretika.
Pada sebagian besar pasien pengelolaan penyakit hipertiroid
yang tepat dengan obat antitiroid atau iodium radioaktif mampu
mengembalikan ritme sinus. Bila pasien sudah menjadi eutiroid
dan fibrilasi atrial tetap ada, terutama pada pasien berusia lebih dari
60 tahun, dapat dilakukan kardioversi elektrikal atau
farmakologikal. Disopyramide 300 mg/hari digunakan untuk
mempertahankan ritme sinus setelah kardioversi elektrikal.
Hipertiroid yang berta dan berkepanjangan disertai denga
takikardi sinus atau fibrilasi atrial dapat menyebabakan rate-
related disfungsi ventrikel kiri dan gagal jantung. Penyakit jantung
iskemik, penyakit katup jantung atau hipertensi merupakan faktor
predisposisi terjadinya gagal jantung pada penyakit hipertiroid.
Pada pasien berusia lebih dari 60 tahun kadar TSH rendah dapat
meningkatkan risiko fibrilasi atrial, yang pada giliranny dapat
menyebabakan gagal jantung. Pengobatan ablasi tiroid dengan
iodium radiokatif merupakan pilihan pada pasien penyakit
hipertiroid dengangangguan sistem kardiovaskular.
3) Pengobatan dengan iodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan iodium radioaktif adalah:
penyakit hipertiroid graves, adenoma toksik/nodul tiroid otonom
toksik, struma multinodular toksik, struma multinodusa on-toksik,
struma yang kambuh, ablasi jaringan sisa tiroid setelah operasi dan
metastasis karsinoma tiroid. Pengobatan iodium radioaktif
dilakukan bila pengobatan penyakit hipertiroid dengan obatntitiroid
tidak berhasil dan sering kambuh atau diperlukan pengobatan
definitif seperti pada penyakit jantung tiroid.
Tidak ada bukti bahwa iodium radioaktif mempunyai efek
teratogenesis, leukemogenesis, karsinoenesis, dan menyebabkan
kemandulan, juga tidak ada batas umur utuk melakukan
pengobatan dengan iodiumradioaktif. Pengobatan dangan iodium
19
radioaktif tidak boleh dilakukan dan merupakan kontraindikasiada
wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui, ko-morbid dengan
karsinoma tiroid atau diduga karsinoma tiroid, dan pasien
hipertiroid dengan oftalmopatia yang aktif kaena akan
memperburuk oftalmopatia tersebut.
Iodium radioaktif diberikan dengan cara diminum per oral,
bila diperlukan bisa diulang 3-6 bulan kemuian, besar dosis
ditentukan pada besarnya kelenjar dan berat ringanny penyakit.
Rumus dosis (g)x150-200 uCi/g x 1/24 hour uptake in %. Pasien
dengan risiko tinggi untuk terjadinya perburukan hipertiroid (gejala
yang hebat atau kadar f4 mencapai 2-3 di atas batas normal) dapat
terlebuh dahulu diberikan penyekat beta sebelum pengobatan
iodium radioaktif, ada juga yang menyarankan pengobatan rutin
dengan OAT sebelum pengobata iodium radioaktif.
Setelah minum radioaktif pasien penyakit hipertiroid tidak
diperkenankan bertemu dengan anak-anak usia 13 tahun ke bawah
atau wanita hamil selama paling kurang tiga hari, menghindari
konsumsi makanan tinggi kadar iodium, serta tidak boleh hamil
selama 6 bulan pertama setelah minum iodium radioaktif. Respon
terhadap pengobatan iodium radioaktif biasanya baru tampak
setelah 2-4 bulan, bila setelah waktu itu eutiroid belum tercapai,
pemberian iodium radioaktif dapat diulangi. Faktor yang
mempengaruhi pengobatan adalah ukuran kelenjar besar dan ada
nodularitas kelenjar. Efek samping yang mungkin terjadi adalah
hipoparatiroid, tiroiditis radiasi, eksaserbasi hipertiroid akibat
kebocoran hormon tiroid ke aliran darah, kekeringan saliva,
oftalmopati aktif dan gastritis radiasi.
Hipotiroid bukan merupakan efek samping tetapi sesuatu
yang tidak dapat dihindari akibat ablasi jaringan tiroid oleh iodium
radioaktif. Pasca pengobatan fungsi tiroid perlu dipantau secara
berkala biasanya setiap 6 bulan sekali, bila terjadi hipotiroid segera
berikan pengganti hormon tiroid levotiroksin untuk seumur hidup.
4) Pembedahan
20
Indikasi pembedahan adalah struma besar, adenoma toksik
atau struma multinodusa toksik, atau penyakit hipertiroid yang
sering kambuh. Sebelum pembedahan pasien harus menjadi
eutiroid terlebih dahulu dengan memberikan OAT, dengan atau
tanpa obat penyekat beta. Bila pasien tidak mungkin dijadikan
eutiroid sedangkan tiroidektomi perlu segera dilakukan atau pasien
alergi terhadap OAT, pasien harus terlebih dahulu diobati dengan
penyekat beta, kalium iodida, glukokortikoid, dan cholestyramine
sebelum dilakukan tindakan operasi. Tiroidektomi total risiko
kambuhnya 0%. Risiko bedah antara lain berupa terputusnya
n.recurrens laryngeus, hipoparatiroid dan hipotiroid.
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Ny. E datang ke IGD RSUD Salatiga pada tanggal 7 september
2018 mengeluhkan nyeri dada, nyeri dada sejak 2 hari yang lalu, nyeri
dirasakan tidak menyebar, nyeri dada disertai nyeri ulu hati, nyeri perut,
sesak saat aktivitas +, palpitasi +, cepat lelah +, keringat berlebih +, tangan
lembab +, diare +, mudah mengantuk +, kaki tangan bengkak +, sulit
menelan +, dan saat ini proses dalam pengobatan penyakit hypertiroid
(mengkonsumsi PTU).
21
Keluhan yang dirasakan oleh pasien yang dialami sekarang perlu
dicurigai mempunyai hubungan dengan riwayat penyakit dahulu yakni
terdiagnosis hipertiroid sejak satu tahun yang lalu diperkuat dengan pasien
masih mengkonsumsi obat PTU sampai saat ini. Terjadinya kekambuhan
setelah pengobatan hipertiroidisme terutama dengan obat antitiroid cukup
tinggi. Secara umum faktor-faktor risiko terjadi kekambuhan
hipertiroidisme adalah sebagai berikut: berusia dari 40 tahun, ukuran
goiter tergolong besr, merokok, serum TSH-receptor Antibody (TSAb)
masih terdeteksi di akhirpengobatan dengan obat anti tiroid, faktor
psikologis eperti depresi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang
laboratorium, dengan hasil sebagai berikut:
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 8.43 4.50-11.00 ribu/ul
Eritrosit 3.80 3.8 – 5.8 juta/ul
Hemoglobin 10.7 11.5 – 16.5 gr/dL
Hematokrit 33.4 35– 47 vol%
MCV 88.0 80 – 96 Fl
MCH 28.2 28 – 33 Pg
MCHC 32.0 33– 36 gr/dL
Trombosit 150 150 – 450 ribu/ul
Golongan darah O
Hitung Jenis
Eosinofil 0.4 2–4 %
Basophil 0.4 0–1 %
Limfosit 29.2 25 – 60 %
Monosit 2.3 2–8 %
Neutrofil 67.7 50 – 70 %
Kimia
GDS 105 < 140 mg/dL
Ureum 15 10 – 50 mg/dL
Creatinin 0.5 1.0 – 1.3 mg/dL
SGOT 28 < 31 U/L
SGPT 12 < 32 U/L
Elektrolit
Natrium 143 135-155 mml/e
Kalium 3.1 3.6-5.5 mml/e
Chlorida 105 95-108 mmol/l
Kalsium 8.1 8.4-10.5 mg/%
Magnesium 1.6 1.70-2.5 mg/dl
22
khususnya kalium dapat menimbulkan gejala klinis seperti palpitasi pada
pasien.
Dari pemeriksaan EKG pada tanggal 25 agustus 2018 didapatkan
sinus takiardi pada semua lead dan atrial flutter pada lead II, III, dan V1.
Aritmia adalah variasi-variasi di luar irama normal jantung berupa
kelainan pada kecepatan, keteraturan, tempat asal impuls, atau urutan
aktivasi, dengan atau tanpa adanya penyakit jantung struktural yang
mendasari. Hormon tiroid memiliki hubungan secara langsung dan tdak
langsung terhadap miokardium dan mempengaruhi sistem saraf otonom
pada jantung yang menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.
Peningkatan tekanan intraatrial kiri akibat peningkatan Left Ventricular
Mass, gangguan relaksasi ventrikel, serta penurunan durasi potensial aksi
lebih menonjol terjadi pada atrium kanan daripada atrium kiri sehingga
meminimalkan perbedaan durasi potensial aksi interatrium. Mekanisme
reentry dan aktivitas ektopik merupakan mekanisme aritmogenik utama
yang menginisiasi timbulnya atrial flutter.
Hasil rontgen pada tanggal 26 agustus 2018 didapatkan hasil
cardiomegali suspek LVH. Penyakit jantung tiroid adalah penyakit jantung
yang disebabkan oleh pengaruh hormon tiroid. Hormon tiroid
meningkatkan metabolisme tubuh total dan konsumsi oksigen yang secara
tidak langsung meningkatkan beban kerja jantung, hormon tiroid
menyebabkan efek inotropik dan kronotropik yang mirip dengan efek
stimulasi adrenergik. Secara anatomis, hormon tiroid dapat mengakibatkan
hipertrofi jantung sebagai akibat meningkatnya sintesis protein.
Peningkatan isi semenit disebabakn oleh peningkatan frekuensi denyut
jantung dan isi sekuncup, penurunan resistensi perifer, dan adanya
vasodilatasi perifer akibat pemanasan karena peningkatan metabolisme
jaringan. Pengaruh hormon tiroid pada hemodinamik jantung dapat terjadi
akibat meningkatkan kontraktilitas otot jantung. Peran hormon tiroid
dalam mengakibatkan gagal jantung melalui peningkatan oksigen. Gagal
jantung sebagai akibat komplikasi hipertiroidisme dapat ditegakkan
dengan menggunakan kriteria framingham, yaitu bila gejala dan tanda
23
gagal jantung memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2
kriteria minor (wantania, 2014).
Hasil pemeriksaan elektrokardiografi pada tanggal 7 september
2018 didapatkan hasil ST depresi di V1, V2, V3. Adanya ST depresi pada
EKG menggambarkan adanya NSTEMI anteroseptal,oklusi parsial pada
arteri koroner. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan oksigen
miokardium pada hipertiroidisme adalah peningkatan kebutuhan oksigen
yang disebabkan oleh peningkatan kecepatan metabolisme jaringan.
Pengobatan pasien ini dibagi menjadi 2 yaitu menangani juga
penyebabnya dan juga menangani gejala klinis pasien.
Pada kasus ini, pasien diberikan terapi farmakologi sebagai berikut
(Redaksi ISO Indonesia, 2014).
Pasien terdiagnosis hipertiroid sehingga diberikan Propylthiouracil,
Propylthiouracil atau biasa disingkat PTU merupakan obat antitiroid
golongan thionamide. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja
enzim thyroid peroxidase dan mencegah pengikatan iodine ke
thyroglobulin sehingga mencegah produksi hormon tiroid. Selain itu obat
anti tiroid memiliki efek imunosupresan yang dapat menekan produksi
limfosit, HLA, sel T dan natural killer sel.
Pasien diberikan omeprazole karena mengeluhkan nyeri perut,
Omeprazole merupakan sebuah inhibitor yang sangat efektif terhadap
sekresi asam lambung yang secara spesifik menghambat sistem enzim
H+/K+ ATPase pada permukaan sekresi dari sel parietal lambung. Mual
muntah diberikan ondansetron, ondansetron bekerja sebagai antagonis
selektif dan bersifat kompetitif pada reseptor 5HT3 dengan cara
menghambat aktivasi aferen-aferen vagal sehingga meneka terjadinya
refleks muntah.
Isosorbid dinitrat (ISDN) adalah suatu obat golongan nitrat yang
digunakan secara farmakologis sebagai vasodilator pembuluh darah,
digunakan untuk pencegahan angina, nitrat meredakan pasokan oksigen
miokard dengan dilatasi artei koroner dan mendistribusikan aliran darah,
meningkatkan suplai oksigen ke daerah iskemik, karena pada kasus ini
pasien mengeluhkan nyeri dada.
24
Clopidogrel bekerja secara selektif menghambat adenosin difosfat
(ADP) untuk mengikat reseptor platelet yang berperan penting dalam
agregasi platelet dan pengikatan oleh protein fibrin. Senyawa ini juga
mengaktivasi glikoprotein komplek GPIIb/IIa yang merupakan reseptor
besar dari fibrinogen sehingga agregasi trombosit dapat dikurangi.
Aspilet mempunyai kandungan asam asetilsalisilat sebagai
komponen aktif dan bekerja pada tubuh dengan cara menghambat aktivasi
siklo-oksigenase melalui proses asetilasi yang bersifat ireversibel dan
mencegah pebentukan tromboksan A2 sehingga terjadi pencegahan
terhadap penimbunan platelet dan pencegahan terhadap pembekuan darah.
25
koleterol total dan LDL, apoB dan trigliserida sekaligus meningkatkan
kolesterol HDL.
Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Efeknya menghambat
biosintesis prostaglandin. Kerjanya menghambat enzim sikloogsigenase
dan mengambat sintese prostaglandin dan juga menghambat tromboksan
A2. Ketorola tromethamine memberikan efek antiinflamasi dengan
menghambat pelepasan granulosit pada pembuluh darah yang rusak,
menstabilkan membran lisosom dan menghambat migrasi leukosit
polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan.
KSR diindikasikan untu kekurangan kalium dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pasien diberikan oba ini karena pada
pemeriksaan elektolit didapatkan kalium 3,1 (kurang dari normal).
Arixtra merupakan obat yang digunakan untuk mengobati
terjadinya pembekuan darah dan mencegah terjadinya tromboemboli vena.
Nitrokaf merupakan obat yang digunakan untuk membantu
mengobati angina, bekerja dengan memperlebar pembuluh darah dan
membantu meningkatkan kerja jantung yang mempompa darah ke seluruh
tubuh.
Ericaf mengandung ergtamine dan caffein, kombinasi ini
digunakan untuk mencegah dan membantu mengobati sakit kepala.
Curcuma adalah suplemen makanan dari ekstak temulawak untuk
meningkatkan nafsu makan serta memperbaiki fungsi hati.
B. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan penanganan pasien maka dapat
diambil keputusan secara umum penanganan pasien sesuai teori yang ada.
Pasien membaik merupakan tanda ketepatan dalam tatalaksana.
26
DAFTAR PUSTAKA
27