Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka penerapan mata kuliah kebidanan komunitas,
khususnya tentang kesehatan ibu dan anak guna mendapatkan masalah
kesehatan dalam instansi rumah sakit tetapi juga yang terjadi didalam
lingkup masyarakat desa. Karena nantinya para tenaga kesehatan juga akan
diterjunkan secara langsung dalam masyarakat.
Untuk itu sangat penting bagi mahasiswa Akademi Kebidanan untuk
dapat melakukan kegiatan praktek kerja lapangan yang dapat digunakan
sebagai gambaran permasalahan secara langsung dalam suatu lingkungan
masyarakat desa. Sebab praktek kerja lapangan merupakan suatu bentuk
praktek, nyata bagi mahasiswa untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada
di masyarakat dengan berorientasi pada program kerja polindes.
Polindes merupakan wadah yang berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan khusus KIA/KB dan pemberi informasi kesehatan yang
bertanggung jawab terhadap wilayah kerjanya dan berperan sebagai ujung
tombak dalam pembangunan kesehatan di desa.
Dalam peningkatan pelayanan kesehatan berkualitas secara
menyeluruh dan merata untuk mewujudkan ”Visi Indonesia Sehat 2010”
khususnya di wilayah pedesaan, pemerintah telah mengupayakan pendekatan
pelayanan kesehatan khususnya di wilayah pedesaan, pemerintah telah
mengupayakan pendekatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB dan
SKA, maka ditempatkanlahseorang bidan di desa yang bertujuan untuk
menurunkan angka kelahiran dan kematian bayi dan balita (AKB).
Dari visi program keluarga berencana nasional ”Mewujudkan
keluarga berkualitas 2015” yaitu keluarga yang sehat, maju, mandiri,
memiliki jumlah anak ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab,
harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma
baru ini, misalnya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-

1
hak reproduksi sebagai upaya intergral dalam meningkatkan kualitas
keluarga. Kontribusi program tersebut dapat dilihat dalam salah satu pesan
kunci dalam rencana strategi nasional MPS (Making Pregnancy Safer) 2001-
2010 adalah bahwa setiap kehamilan harus merupakan kehamilan yang
diinginkan untuk mewujudkan upaya tersebut. Pelayanan keluarga berencana
merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama dan harus digabungkan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang
telah tersedia. Maka generasi mendatang dituntut menjadi generasi yang
berkualitas dan keluarga merupakan salah satu penunjang untuk mengatur
generasi yang akan datang agar lebih siap.
Amenorhea merupakan suatu keadaan dimana pasien tidak haid sama
sekali dalam 3 siklus berturut-turut atau lebih. Pada umumnya seorang yang
menggunakan / menjadi akseptor KB suntik 3 bulan ini memang akan
mengalami perubahan siklus haid atau bahkan tidak haid sama sekali dalam
hal ini masyarakat masih kurang memahami salah satu efek samping dan KB
suntik ini maka penulis mengangkat kasus ini yang berjudul ”Asuhan
Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”S” Terhadap Ny ”J” Akseptor KB
Suntik 3 Bulan Dengan Amenorhea”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembankan manajemen kebidanan Helen
Varney dalam memecahkan masalah pada ibu akseptor KB suntik 3
bulan dengan bertambah berat badan serta mendapat pengalaman nyata
dan teori yang diperoleh dalam melestarikan asuhan kebidanan.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny “J” akseptor KB
suntik 3 bulan dengan Amenorhea diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi diagnosa, masalah

2
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengidentifikasikan kebutuhan segera
5. Merumuskan suatu tindakan yang komprehensif
6. Melaksanakan tindakan suatu rencana
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan

1.3 Manfaat
1.3.1. Bagi Penulis
1. Mahasiswa dapat memahami tujuan dari asuhan kebidanan
2. Mahasiswa dapat mengetahui komponen asuhan kebidanan
3. Mahasiswa mengetahui informasi-informasi yang penting dan
harus dikumpulkan setiap kunjungan
1.3.2. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan dan kepustakaan dalam mengerjakan asuhan
kebidanan.
1.3.3. Bagi Klien
Agar klien dapat mengetahui dan memahami tentang keadaan yang
dialaminya dan diharapkan bisa kooperatif dengan tenaga kesehatan
terhadap asuhan kebidanan yang diberikan.
1.3.4. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dengan adanya kesempatan praktek bagi mahasiswa
lahan praktek makin bisa memberikan berbagai pengalaman untuk
penatalaksanaan suatu asuhan.

1.4 Metode Penulisan Data dan Teknik Pengumpulan Data


Data merupakan faktor penting dalam pembuatan asuhan kebidanan,
karena data tersebut akhirnya pemecahan suatu masalah dapat diselesaikan.
Penulis didalam pengumpulan data tersebut akhirnya pemecahan suatu
masalah dapat diselesaikan. Penulis di dalam pengumpulan data, guna
menyusun laporan asuhan kebidanan, menggunakan metode :

3
1. Wawancara
Mengumpulkan data dengan Tanya jawab secara langsung pada pasien
keluarga maupun dari tim kesehatan yang terkait sehingga mendapatkan
data tentang permasalahan pasien.
2. Observasi
Pengamatan langsung terhadap perubahan yang terjadi pada pasien
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada pasien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi untuk mendapatkan data obyektif
4. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku dan masalah yang ada hubungannya dengan
amenorhea
5. Studi dokumentasi
Melihat catatan medis pasien maupun hasil pemeriksaan laboratorium

1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penyusunan laporan asuhan kebidanan ini dilakukan pada tanggal 5
Februari 2010 di Dusun Klagen Desa Kepuh kembeng Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebidanan Komunitas


2.1.1. Pengertian
Adalah seorang bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu (Dr. JH. Dyahlah, SKM).
Adalah para praktisi bidan yang berbasis komuniti harus
dapat memberikan supervise yaitu dibutuhkan oleh wanita selama
masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir secara
komprehensif (United Kingdom Central Council for Nursing
Midwifery and Health).
Adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan
yang telah diakui pemerintah setempat yang telah menyelesaikan
pendidikan dan lulusan, serta terdaftar / mendapatkan izin
melakukan praktek kebidanan yang melayani keluarga atau
masyarakat di wilayah tertentu (WHO).

2.1.2. Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas


Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah komuniti
didalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk
keluarga atau kelompok dalam suatu masyarakat.
Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu
dan anak dalam keluarga.
Ibu : calon ibu / masa pranikah, ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas / buteki, ibu masa interval, menopause.
Anak : bayi, balita, masa pra sekolah
KB : nuclear family (suami, istri, anak), extended family
(keluarga besar, kakek, nenek, dan lain-lain).
Masyarakat : masyarakat desa, kelurahan dalam batas wewenang
kerja

5
2.1.3. Kegiatan Pelayanan Kebidanan Komunitas Yang Dilakukan
Oleh Bidan
Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan
bidan meliputi :
1. Penyuluuhan kesehatan
2. Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita
3. Konsep keluarga berencana
4. Imunisasi gizi keluarga berencana
5. Memberikan pelayanan kesehatan ibu dirumah
6. Membina dan membimbing kader dan dukun bayi
7. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan
8. Membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral
9. Melakukan rujukan medik
10. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi
pemakai kontrasepsi

2.2. Konsep Keluarga


2.2.1. Pengertian
Keluarga adalah suatu kelompok atau kumpulan manusia
yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat yang
terkecil,dan biasanya,tetapi ntidak selalu ada hubungan darah, ikatan
perkawinan atau ikatan-ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu
rumah (tempat tinggal), biasanya dibawah asuhan seorang kepala
rumah tangga dan makan dari satu priuk .(Dep. Kes. RI, 1993).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Dep. Kes. RI, 1993).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena adanya hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengakuan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga. Beriteraksi

6
satu sama lain dan didalam perananya masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Salvicon G.
Bailon dan Maglaya, 1989).
Dari ketiga batasan masalah di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa keluarga itu adalah :
- Unit terkecil masyarakat
- Terdiri dari 2 orang atau lebih
- Hidup dalam suatu rumah tangga
- Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
- Berinteraksi satu sama lain
- Setiap anggota keluarga menjalankan peranya masing-masing
- Menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan

2.2.2. Struktur keluarga


Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah:
1. Partilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu melalui jalur garis
ibu.
3. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan

7
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar dari pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Ciri-ciri struktur keluarga Anderson Carter
- Terorganisasi :
Saling berhubungan, saling ketergantuhgan antara anggota
keluarga.
- Ada keterbatas :
Setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalani fungsi dan tugasnya
masing-masing.
- Ada perbedaan dan kekhususan :
Setiap anggota keluarga memiliki peranan dan fungsi masing-
masing.

2.2.3. Tipe / Bentuk Keluarga


1. Keluarga inti (Nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak.
2. Keluarga besar (Extended family) adalah keluarga inti ditambah
sanak keluarga misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial family) adalah keluarga yang terdiri
dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan kelurga inti.
4. Keluarga Duda / janda (Single family) adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas (kahabitation) adalah 2 orang yang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

8
Tipe keluarga Indonesia umumnya menganut keluarga besar
(Extended family) karena mayarakat Indonesia yang terdiri dari
berbagai suku hidup dalam komunti dengan adat istiadat yang sangat
kuat.

2.2.4. Peranan Keluarga


Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posis dan situasi tertentu. Peranan individu didasari oleh
harapan dan perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah adalah suami dari istri dan berperan sebagai pencari
nafkah,pendidikan,perlindungan dan memberi rasa aman sebagai
kepala keluarga,sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota
masyarakat dari lingkunganya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkunganya, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembanganya baik fisik, mental, sosial dan spiritual
(uraian selengkapnya dapat dipelajari dalam perawatan anak).

9
2.2.5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga sebagai
berikut :
1. Fungsi Biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
- Memberikan kasih sayang rasa aman
- Memberikan perhatian diantara keluarga
- Membina kedewasaan kepribadian anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
- Membina sosialisasi
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
Perkembangan anak.
- Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber-sumber untuk memenuhi kebutuhan keluarga
- Mengatur penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga
dimasa akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan
hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
- Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak yang sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya.
- Mempersiapkan anak untuk memenuhi peranan sebagai orang
dewasa.

10
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat –tingkat
perkembanganya.
Ahli lain membagi fungsi keluarga sebagai berikut:
1. Fungsi pendidikan dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik
dan menyekolahkan anak untuk mempersiapakn kedewasaan dan
masa depan anak bila kelak dewasa nanti.
2. Fungsi sosialisasi anak, tugas keluarga dalam menjalankan fungsi
ini adalah sebagaimana keluarga mempersiapakan anak menjadi
anggota masyarakat yang baik.
3. Fungsi perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
menjaga untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang
tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindungi dan
merasa aman.
4. Fungsi perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga
secara instuitif, merasakan perasaan dan suasana anak dan
anggota yang lain
dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota
keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam
menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.
5. Fungsi religius. Tugas keluarga dalam hal ini adalah
memperkenalkan dan mengajak anak-anak dan anggota keluarga
lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk
menanamkan keyakinan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
6. Fungsi ekonomis. Tugas keluarga dalam hal ini adalah mencari
sumber-sumber kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi
keluarga yang lain, kepala keluarga bekerja untuk memperoleh
penghasilan, mengatur penghasilan tersebut sedemikian rupa
sehingga dapat memenuhi kebutuhan keluarga.

11
7. Fungsi rekreatif. Tugas keluarga dalam hal ini adalah tidak selalu
pergi ke tempat rekreasi, tapi yang penting bagaimana
menciptakan suasana yang menyenangakan dalam keluarga
sehingga dapat mencapai keseimbangan kepribadian masing-
masing anggotanya. Rekreasi dapat dilakukan dirumah dengan
cara menonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman
masing-masing, dan sebagainya.
8. Fungsi biologis. Tugas keluarga dalam hal ini untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
Dari berbagai fungsi diatas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap
anggota keluarganya, adalah:
1. Asih, adalah meberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan
kebutuhannya.
2. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental,
sosial dan spiritual.
3. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga
siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dan mempersiapkan
masa depannya.

2.2.6. Tahap-Tahap Kehidupan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan menurut Duvail adalah sebagai berikut:
1. Tahap pembentukan keluarga : tahap ini dimulai dari pernikahan,
yang dilanjutkan dalam bentuk rumah tangga.
2. Menjelang kelahiran anak : tugas keluarga yang utama untuk
mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan
anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-
saat yang dinantikan.

12
3. Tahap menghadapi bayi : dalam hal ini keluarga mengasuh,
mendidik, dan memberikan kasih sayang pada anak, karena pada
tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung pada kedua orang
tuanya kondisinya masih sangat lemah.
4. Tahap menghadapi anak pra sekolah: pada tahap ini anak sudah
mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan
teman sebayanya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,
karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih.
Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh
lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-
norma kehidupan. Norma agama, norma sosial budaya dan
sebagainya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah : dalam tahap ini tugas keluarga
adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar
secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan
meningkatkan pengetahuan umum anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja : tahap ini adalah tahap yang
paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas
diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari orang tuanya sangat diperlukan. Komunikasi dan
saling pengertian antar kedua orang tua dengan anak perlu
dipelihara dan dikembangkan.
7. Tahap melepas anak ke masyarakat : setelah melakukan tahap
remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka
tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam
memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak
akan memulai kehidupan rumah tangga.
8. Tahap berdua kembali : setelah anak besardan menempuh
kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggal suami dan istri saja.

13
Dalam tahap keluarga akan merasa sepi, dan apabila tidak
menerima kenyataan akan menimbulkan depresi dan stress.
9. Tahap masa tua : tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua
orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia.

2.2.7. Tugas-Tugas Keluarga


Pada dasarnya tugas keluarga ada 8 tugas pokok sebagai berikut:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukan masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8. Membangkitkan semangat para anggota keluarga

2.2.8. Ciri-Ciri Keluarga


1. Di ikat dalam suatu perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota keluarganya
5. Ada pengambilan keputusan
6. Kerja sama diantara anggota keluarga
7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
8. Tinggal dalam satu rumah

2.2.9. Ciri-Ciri Keluarga Indonesia


1. Suami sebagai pengambilan keputusan
2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh
3. Berbentuk monogram
4. Bertanggung jawab

14
5. Mengambil keputusan
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa
7. Mempunyai semangat gotong royong

2.2.10. Pola Kehidupan Keluarga Indonesia


1. Daerah pedesaan
- Tradisional
- Agraris
- Tenang
- Sederhana
- Akrab
- Menghormati orang tua
2. Daerah perkotaan
- Dinamis
- Rasional
- Konsumtif
- Demokratif
- Individual
- Terlibat dalam kehidupan politik

2.3. Konsep Komunitas


2.3.1. Pengertian
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling
bergaul/dengan istilah lain berinteraksi. Kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang
bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
(Koetjaraningrat, 1990).
Masyarakat atau komunitas adalah menunjukkan pada
sebagian masyarakat yang bertempat tinggal disuatu wilayah (dalam
arti geografi), dengan batas-batas tertentu dimana yang lebih besar

15
dari anggota-anggotanya dibandingkan dengan penduduk diluar
batas wilayahnya. (Soerdjono Soekamto, 1982).
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang mendiami
tertorial tertentu dan adanya sifat sifat saling tergantung adanya
pembagian kerja dan kebudayaan bersama. (Macliaver, 1957).
Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang telah lama
hidup dan bekerjasama,sehingga dapat mengorganisasikan diri dan
berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu. (Linton, 1936).

2.3.2. Ciri-Ciri Masyarakat


Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa masyarakat memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Interaksi antara sesama anggota masyarakat
Didalam masyarakat terjadi interaksi sosial yang
merupakan hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar
perseorangan, antar kelompok-kelompok maupun antar
perseorangan dengan kelompok. Untuk terjadi interaksi harus
memiliki 2 syarat, yaitu : kontak sosial dan komunitas.
b. Menempati wilayah-wilayah dengan batas tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah
tertentu menurut suatu keadaan geografis sebagai tempat tinggal
komunitasnya baik dalam ruang lingkup yang terkecil RT/RW,
Dusun, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi dan
bahkan Negara.
c. Saling tergantung satu dengan yang lain
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah
tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam
memenuhi kebutuhan manusia. Tiap-tiap anggota masyarakat
mempunyai ketrampilan sesuai dengan kemampuan dan profesi
masing-masing. Mereka hidup saling melengkapi, saling
memenuhi agar tetap berhasil dalam kehidupanya.

16
d. Memiliki adat istiadat tertentu / kebudayaan
Adat istiadat dan kebudayaan dicipta untuk mengatur
tatanan kehidupan bermasyarakat, yang mencakup bidang yang
sangat luas diantara tata cara berinteraksi, kelompok-kelompok
yang ada dimasyarakat apakah itu dalam perkawinan, kesenian,
mata pencaharian, system kekerabatan.
e. Memiliki identitas masalah
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat
dikenali oleh anggota masyarakat lainya. Hal ini penting untuk
menopang kehidupan dalam bermasyarakat yang lebih
kuat.identitas kelompok dapat berupa lambang-lambang bahasa,
pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan benda-benda
tertentu seperti alat pertanian, mata uang, senjata tajam,
kepercayaan dan sebagainya.

2.3.3. Tipe-Tipe Masyarakat


Menurut Gilin and Gilin lembaga masyarakat di klasifikasikan
sebagai berikut :
A) Dilihat dari sudut perkembanganya
1. Cresive Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya yang menyangkut :
Lembaga hutang piutang yang secara tidak sengaja tumbuh
dari adat istadat, misalnya yang menyangkut : Hak milik,
perkawinan, agama, dan seterusnya.
2. Enacted Institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya yang menyangkut:
Lembaga hutang piutang, lembaga perdagangan, pertanian,
pendidikan yang ke semua berakar kepada kebiasaan-
kebiasaan dalam masyarakat. Pengalaman-pengalaman dalam

17
melaksanakan kebiasaan-kebiasaan di sistemativasi, yang
kemudian dituangkan kedalam lembaga-lembaga.
B) Dilihat dari sudut system nilai yang diterima oleh masyarakat
1. Basic Institution
Adalah lembaga kemasyarakatan yang sangat penting
untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam
masyarakat diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang
dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.
2. Subsidiary Institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang muncul tetapi
dianggap kurang penting karena untuk memenuhi kegiatan-
kegiatan tertentu saja. Misalnya pembentukan panitia rekreasi,
pelantikan/wisuda bersama dan sebagainya.
C). Dari sudut penerimaan masyarakat
1. Approved/Sosial Sanctioned Institution
Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti
sekolah, perusahaan, koperasi, dsb.
2. Unsanctioned Instituton
Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh
masyarakat walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat
memberantasnya misalnya kelompok penjahat, pemeras,
gelandangan, dan pengemis.
D) Dari Sudut Penyebarannya
1. Generasi Institution
Adalah lembaga masyarakat berdasarkan atas faktor
penyebaranya. Misalnya agama karena dikenal hampir semua
masyarakat dunia.
2. Restrited Institution
Adalah lembaga-lembaga yang dianut oleh masyarakat
tertentu saja misalnya Budha banyak dianut oleh Muangtai,
Vietnam, Kristen katolik banyak dianut oleh masyarakat
Italia, Perancis, Roma. Islam banyak dianut oleh masyarakat
Arab.

18
E) Dari Sudut Fungsi
1. Operatif Institution
Adalah lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola/tata
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan lembaga yang
bersangkutan seperti lembaga industri.
2. Regulatif instituation
Adalah lembaga yang bertujuan untuk mengawasi adat
istiadat / tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak dari
pada lembaga itu sendiri, misalnya lembaga hukum
diantaranya kejaksaan, pengadilan, dan sebagainya.

2.3.4. Ciri-Ciri Masyarakat Indonesia


Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan masyarakat Indonesia
dibagi 3 kategori :
1) Masyarakat Desa
Ciri-cirinya :
a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.
b. Hubungan didasarkan atas adat istiadat yang kuat sebagai
organisasi sosial.
c. Percaya kepada kekuatan ghaib
d. Tingkat buta huruf relatif tinggi
e. Perilaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan
dipahami oleh setiap orang
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi
dan ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada
keturunanya.
g. Sistem ekonomis sebagian besar ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagaian kecil dijual dipasaran
untuk memenuhi kebutuhan dan uang berperan sangat
terbatas.
h. Semangat gotong-royong dalam bidang sosial dan ekonomi.

19
2) Masyarakat Madya
Ciri-cirinya :
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulai mengendor.
b. Adat istiadat masih tetap dihormati dan disikapi masyarakat
mulai terbuka dari pengaruh luar.
c. Tmbul rasionalitas pada cara berfkir, sehingga kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan
timbul apabila telah kehabisan akal
d. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat
terutama pendidikan dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
f. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran, sehingga menimbulkan deferensiasi dalam struktur
masyarakat karena uang semakin meningkat penggunaanya.
h. Gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial
dikalangan keluaga dan tetangga.dan kegiatan umum lainya
didasarkan upah.
3) Ciri-Ciri Masyarakat Modern
a. Hubungan antar manusia dihubungkan akan kepentingan-
kepentingan pribadi.
b. Hubungan antar masyarakat dilakukuan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian
yang dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-
lembaga ketrampilan dan kejuruan.

20
2.3.5. Ciri-Ciri Masyarakat Sehat
a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
b. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan untuk ibu dan anak.
c. Meningkatkan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan meningkatkan mutu
lingkungan hidup.
d. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status sosial ekonomi masyarakat.
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.

2.3.6. Indikator Ciri Masyarakat Sehat


Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah :
A. Menurut yang berhubungan dengan status kesehatan
masyarakat meliputi :
1. Indikator komprehensif
- Angka kematian kasar menurun
- Rasio angka mortalitas prosional rendah
- Umur harapan hidup rendah
2. Indikator spesifik
- Angka kematian anak dan ibu menurun
- Angka kematian karena penyakit menular menurun
- Angka kelahiran menurun
B. Indikator pelayanan kesehatan
1. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk
seimbang
2. Distrbusi nakes merata
3. Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah
sakit, fasilitas kesehatan lain dan sebagainya.

21
4. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan
diantaranya : rumah sakit, puskesmas, rumah barsalin, dan
sebagainya.

2.3.7. Masalah-Masalah Kesehatan Dan Masyarakat Indonesia


a. Jenis masalah:
1. Tingginya angka pertumbuhan penduduk (1,98%)
2. Tingginya angka kematian ibu dan anak
a) Angka kematian ibu (420 per 100.000 penduduk)
b) Angka kemtian bayi (52 per 10.000 penduduk)
c) Angka kematian balita (84 per 1.000)
3. Tingginya angka kesakitan karena penyakit menular
diantaranya adalah :
a) Penyakit infeksi usus
b) Tuberkulosis
c) Demam berdarah
d) ISPA
e) Infeksi saluran nafas bawah
4 Meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular
diantaranya adalah :
a). Penyakit jantung
b) Neoplasma
c) Penyakit karena cidera
d) Penyakit gangguan mental
5. Masalah kesehatan lingkungan
a) Keadaan lingkungan fisik dan biologis yang belum
memadai.
b) Baru sebagian kecil penduduk yang menikmati air bersih
dan fasilitas kesehatan lingkungan .
c) Pembinaan program peningkatan lingkungan belum
berjalan sesuai yang diharapkan.

22
b. Penyebab Masalah
1. Faktor sosial ekonomi
2. Gaya hidup dan perilaku sehat
3. Lingkungan masyarakat yang berkaitan dengan sistem
pelayanan kesehatan.

2.4. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik Depo Progestin


2.4.1. Definisi
- Sangat efektif
- Aman
- Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
- Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulanan
- Cocok untuk laktasi karena tidak menekan produksi ASI

2.4.2. Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yghanya mengandung
progestin, yaitu :
- Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA) mengandung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular (didaerah bokong)
- Depo poretisteron enantat (depo noristerat) yang mengandung
200 mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular.

2.4.3. Cara Kerja


- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrof
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba

23
2.4.4. Efektifitas
Kedua kontrasepsi tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan
0,3 kehamilan per 100 perempuan, asal penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan.

2.4.5. Kenutnugan
1. Sangat efektif
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan pembekuan
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6. Sedikit efek samping
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimeso pause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik
10. Menurunkan kejadian penyakit jina payudara
11. Mencegah beberapa penyakit penyebab radang panggul
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sick/ecell)
(Harianto, 2003:166).

2.4.6. Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan kecil seperti :
- Siklus haid yang memendek atau memanjang
- Perdarahan yang banyak dan sedikit
- Tidak haid sama sekali
- Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
- Tidak sakit sama sekali

24
2. Klien sangat tergantung pada tempat serupa pelayanan kesehatan
(harus kembali untuk suntikan)
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penyakit menular seksual
hepatitis B atau HIV
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan pada organ genetalia, melainkan karena belum
habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya (tempat
suntikan).
7. Terjadinya perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang
8. Dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido,
gangguan emosi, sakit kepala, nervositas dan jerawat.
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas)
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, neurositas, jerawat. (Harianto, 2003:167).

2.4.7. Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntik Progestin


1. Usia reproduksi

2. Nulipara dan yang telah memiliki anak

3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki


efektivitas tinggi

4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6. Setelah abortus atau keguguran

25
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

8. Perokok

9. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan


darah atau anemia bulan sabit.

10. Menggunakan obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat


TBC (rifampisin)

11. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

12. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

13. Anemia defisiensi besi

14. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kombinasi.

2.4.8. Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan


Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil

2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama


amenorea

4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

5. Diabetes Mellitus disertai komplikasi

2.4.9. Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin

1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap
saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual

26
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi suntikan yang lain dan ingin
menggantinya dengan kontrasepsi suntikan yang lain lagi.
Kontrasepsi suntikan yang diberikan dimulai pada saat jadwal
kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
5. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
mengantinya dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama
kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera
diberikan asal ibu tersebut tidak hamil dan pemberiannya tidak
perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila disuntik setelah
hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari selama suntikan tidak
boleh melakukan hubungan seksual.
6. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal,
suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertama sampai hari
ketujuh siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari
ketuju siklus haid asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
7. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan
pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak
hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual.

2.4.10. Peringatan Bagi Pemakai Kontrasepsi Suntikan Progestin


1. Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya kemungkinan
kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat, kemungkinan gejala gangguan
kesehatan.
3. Timbulnya abses atau pendarahan tempat injeksi
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala yang berulang yang berat atau
kaburnya penglihatan
5. Perdarahan berat yang 2 kali letih panjang dari masa haid atau 2
kali lebih banyak dalam suatu periode masa haid
2.4.11. Penanganan Efek Samping Yang Sering Dijumpai
Efek Samping Penanganan
Amehorhoe (tidak - Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu.

27
tejadi perdarahan) Jelaskan darah haid tidak terkumpul dalam rahim.
Nasehati untuk kembali ke klinik
- Bila terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan
penyuntikan, jelaskan bahwa hormon progestin
tidak akan menimbulkan kelainan pada klien
- Bila terjadi kehamilan ekstopik, rujuk klien segera
- Jangan berikan terapi hormonal untuk
menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian bila tidak
terjadi perdarahan juga rujuk ke klinik
Perdarahan atau - Informasikan bahwa pendarahan ringan sering
perdarahan bercak dijumpai tetapi hal ini bukan masalah serius dan
(spotting) biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien
tidak dapat menerimanya dan ingin melanjutkan
suntikan, maka dapat dilaksanakan 2 pilihan
pengobatan yaitu :
 Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg
etinitos tradial) ibu profen (sampai 800 mg
3x/hari untuk 5 hari). Jelaskan bahwa selesai
pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan. Bila terjadi pendarahan
banyak selama pemberian suntikan ditangani
dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan
dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal atau
diberi 50 mg estrogen equin konjugasi untuk
14-21 hari.
 Bila perdarahan atau spotting terus berlanjut
setelah tidak haid namun kemudian terjadi
pendarahan maka perlu dicari penyebabnya
perdarahan tersebut. Obatilah penyebab

28
terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien
ingin melanjutkan suntikan atau tidak, dan bila
tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi dan
carilah kontrasepsi lan (jenis lain) bila perlu
lakukan pemeriksaan dalam.
Meningkatnya - Informasikann bahwa kenaikan atau penurunan
atau menurunnya berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi,
berat badan perhatikan diet klien bila perubahan berat badan
berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode
kontrasepsi lainnya.

2.5. Amenorhea
2.5.1. Pengertian
Adalah keadaan tidak ada haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut.
Pembagiannya :
a. Amenorhea primer : apabila seorang wanita berumur 18 tahun
keatas tidak pernah haid.
b. Amehornea sekunder : penderita pernah mendapatkan haid,
kemudian dia tidak dapat haid lagi.
Amehornea fisiologis dapat terjadi pada :
a. Sebelum pubertas
b. Masa kehamilan
c. Masa laktasi
d. Sesudah menopause

2.5.2. Klasifikasi Amenorhea


a. Disfungsi Hypotalamus
- Idiopatis
- Psikogen
- Penambahan BB

29
- Kelainan organis : tumor, trauma infeksi
b. Disfungsi Hypofise
- Insufisionsi : Sheehan syndrom
- Tumor
- Radang : TBC, liver
c. Disfungsi ovarium
- Tumor
- Radiasi
- Kelainan kongenital
d. Periferi tidak berhasil
Endometrium tidak beraksi – kuretase
e. Penyakit-penyakit
- Penyakit kronis : TBC
- Penyakit metabolic : tyrad
- Kelainan gizi
- Kelainan hati dan ginjal

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan foto rontgen dari thorax – tuberculosis pulmonum.
b. Pemeriksaan sitologi vagina – estrogen yang dapat dibuktikan
pengaruhnya
c. Tes toleransi glukosa – DM
d. Pemeriksaan mata – tumor hipofisis
e. Kerokan uterus untuk mengetahui keadaan endometrium,
endometritis tuberkulosa.
f. Pemeriksaan metabolisme basal – T3 dan T4 (fungsi glandula
tyroid)
Pemerikdaan yang memerlukan fasilitas khusus :
a. Laparoskopi – pipoplasia uteru, tumor ovarium
b. Pemeriksaan kromatin seks

30
c. Pemeriksaan kadar hormon – T3 dan T4 (kadar / fungsi glandula
thyroidhea)

2.5.4. Pemeriksaan
a. Anamnesa
- Primer / sekunder
- Kemungkinan kehamilan
- Menderita penyakit akut atau menahun
- Gejala penyakit metabolik
b. Pemeriksaan umum
- Keadaan tubuh penderita
- Apakah pasien pendek atau tinggi
- Apakah BB pasien sesuai dengan tinggi badan
- Ciri kelamin sekunder
c. Pemeriksaan gynekologi
- Adanya aplasia vagina
- Aplasia uteri
- Adanya tumor

Kasus Amenorhea dapat diketahui sebabnya.

BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 5 Februari 2010 Jam : 10.45 WIB

31
1. Data Umum
Nama KK : Tn “S”
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Kawin
Lama Kawin : 14 Tahun
Alamat : Dusun Klagen Desa Kepuh kembeng
Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang
a. Susunan Keluarga
No Nama Hubungan L/P UMU Pendidikan Agama Pekerjaan KB Sehat
Anggota R
1 Tn ”S” KK L 45 th SLTA Islam Swasta - Sehat
2 Ny ”J” Istri P 38th SMP Islam IRT Suntik Sehat
3 An ”I” Anak P 12th SD Islam Pelajar - Sehat
4 An ”D” Anak L 4.5th - Islam - - Sehat

b. Denah Rumah

KM/WC Kamar III Kamar II Ruang Tamu


Teras

Tempat
Jemuran

Dapur Musholla Ruang Tengah Kamar I


Sumur
S
c. Genogram
Ket :
: Laki-laki
: Perempuan

32
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Dalam 1 keluarga

d. Tipe Keluarga
Tipe keluarga inti dimana keluarga dirumah tesebut tinggal satu
keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 2 orang anak.
e. Gizi Keluarga Tn “S”
Makan : ± 3x sehari dengan menu nasi, lauk, sayur, kadang buah.
Minum : ± 7-8 gelas/hari, air putih, the, kadang kopi
f. Keadaan Rumah / Tempat Tinggal
1. Luar rumah : 9 x 15 = 135 m2
2. Letak : letak rumah jauh dari sektor dan jauh dari
sungai
3. Dinding : terbuat dari tembok/permanen
4. Atap : genteng
5. Lantai : keramik
6. Penerangan : terang, pencahayaan cukup, cahaya matahari
dapat masuk
7. Jalan angina : cukup, ada ventilasi
8. Jendela : ada pada ruang tamu, ruang tengah dan tiap
kamar
9. Kebersihan : cukup, penataan barang tidak pada
tempatnya
10. Jumlah kamar : 3 kamar, di depan 1 di belakang 2
11. Kontruksi : permanen

g. Air Minum
Asal : sumber/sumur yang dialirkan melalui sanyo

33
Nilai air : air yang digunakan bersih, tidak berwarna /
berbau
Konsumsi : air digunakan untuk mandi, mencuci, memasak
dan lain-lain.
h. Pembuangan Sampah
Sampah dibuang dibelakang rumah lalu dibakar.
i. Jamban dan Kamar Mandi
Jenis jamban : WC leher angsa
Letak jamban : terletak didalam rumah dan jadi satu dengan
kamar mandi
Kebersihan : cukup
Kamar mandi : letak dalam rumah, kebersihan cukup
j. Pekarangan dan Sekolah
Pengaturan : rapi, tanaman yang diletakkan dalam pot dan
diletakkan diteras
Kebersihan : halaman cukup bersih
Air limbah : pembuangan air kamar mandi langsung ke selokan
dan langsung dialirkan di depan rumah
Peralatan pekarangan : ada, seperti sapu lidi
k. Kandang ternak
Tn “S” tidak memiliki hewan ternak dirumahnya.
l. Keadaan Sosial Ekonomi keluarga
- Dikeluarga Tn “S” yang mencari nafkah dengan bekerja sebagai
pegawai.
- Alat liburan keluarga Tn “S” adalah TV, radio
m. Keadaan Sosial, Budaya, Spiritual Keluarga
- Tn “S” dan keluarga menganut agama Islam, taat menjalankan
sholat 5 waktu.
- Hubungan dengan istri, anak dan tetangga baik.
n. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

34
Dalam keluaga Tn “S” bila ada yang sakit biasanya pengobatan
sendiri, tetapi bila ada yang parah pergi ke BPS / puskesmas.
o. Harapan Keluarga
- Tn “S” berharap agar seluruh anggota keluarganya tetap dalam
keadaan sehat
- Keluarga juga dapat hidup sejahtera
p. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Tn “S” mengatakan bahwa keluarganya tidak sedang menderita
penyakit apapun
- Riwayat kesehatan yang lalu
Tn “S” mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita
penyakit menahun dan menurun seperti asma, jantung, DM, HT,
dan penyakit menular seperti TBC, hepatitis B, PMS, hanya
batuk pilek,dan demam biasa.
- Riwayat penyakit keluarga
Tn “S”mengatakan bahwa di keluarganya baik dari pihak ayah
atau ibunya tidak ada yang menderita penyakit menurun dan
menahun seperti jantung, asma, DM, HT dan penyakit menular
seperti TBC, hipertensi dan lain-lain.
q. Pola aktivitas
- Tn ”S” selaku KK bekerja sebagai pegawai
- Bila ada waktu luang bisanya Tn ”S” menggunakan waktu untuk
silaturrohmi ke saudara bersama keluarga, membersihkan rumah
atau nonton TV/mendengarkan radio
- Ny ”J” hanya mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
memasak, mencuci, membersihkan rumah dan mengasuh anak.
r. Pola Personal Hygiene
Mandi, gosok gigi dan ganti pakaian 2x/hari, keramas 2x/minggu.

s. Pola Nutrisi

35
Makan : 3x/hari, nasi 1 piring, lauk (tahu, tempe, ikan, daging),
sayur, kadang buah pisang
Minum : 6-7 gelas/hari air putih, teh kadang kopi 1 gelas/ hari

2. Data Khusus
A. Data Subyektif
1) Biodata
Nama : Ny “J” Nama : Ny “J”
Umur : 38 Tahun Umur : 38 Tahun
Status : Istri Status : Istri
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa/Indonesia Suku : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Dsn. Klagen Alamat : Dsn. Klagen
Ds. Kepuhkembeng Ds. Kepuhkembeng
Kecamatan. Kec. Peterongan
Peterongan
2) Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak pernah haid setelah memakai KB suntik
3 bulanan.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan keadaannya sehat, pasien mengeluh tidak
haid setelah memakai KB suntik 3 bulanan.
4) Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah MRS, tidak menderita penyakit
menahun seperti (asma, jantung, paru-paru), menahun seperti
(asma, hipertensi), dan penyakit menular seperti (TBC, kusta,
hepatitis B, PMS), ibu hanya pernah sakit batuk, pilek dan
demam biasa.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga

36
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menahun seperti (asma, jantung, paru-paru), menahun
seperti (asma, hipertensi), dan penyakit menular seperti (TBC,
kusta, hepatitis B, PMS).
6) Riwayat Obstetri
a. Riwayat Menstruasi
Menarche : ± 14 tahun
Haid teratur / tidak : ± 28 hari
Lama haid : 5-7 hari
Jumlah : 1-3x/hari ganti softek 3x.hari
4-7x/hari ganti softek 2x/hari
warna : 1-3 hari merah, hari 4-7 kecoklatan
Dismenorhea : tidak
Flouralbus : tidak ada
b. Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah melahirkan anak pertama ikut KB pil
selama 9 tahun kemudian setelah melahirkan anak kedua, ibu
ganti ikut KB suntik 3 bulan selama 3 tahun alasan ganti
karena KB pil ibu kadang lupa dan meningkatkan BB labih
cepat dan suntik terakhir pada tanggal 27 Januari 2010.
7) Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah abortus, ibu juga tidak pernah
kuretase.
8) Riwayat Psikososial
a. Hubungan ibu dengan suami baik dan harmonis
b. Hubungan ibu dengan keluarga dan tetangga baik
c. Ibu merasa sedikit cepat karena tidak pernah haid

9) Pola Kebiasaan Sehari-Hari

37
a. Pola Nutrisi
Makan : 3x/hari, porsi 1 piring nasi, lauk (ikan,
tahu/tempe, daging) sayur 1mangkuk
Minum : ± 7-8 gelas/hari air putih, teh 1 gelas /hari
b. Pola Aktivitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti
membersihkan rumah, memasak, mencuci dan lain-lain.
c. Pola Istirahat
Siang : Jam 13.30-15.00 WIB
Malam : Jam 22.00-04.00 WIB
d. Pola Eliminasi
BAK : 3-4x/hari, warna kuning, konsistensi encer, bau
khas, tanpa keluhan.
BAB : 1x/hari, warna kuning, konsistensi lembek, bau
khas, tanpa keluhan
e. Pola Personal Hygiene
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, keramas 3x/minggu, ganti
baju dan pakaian dalam 2x/hari, potong kuku bila sudah
panjang.
f. Pola Seksualitas
± 1x/minggu, tanpa keluhan

B. Data Obyektif
1) Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
BB : 46 kg
TB : 150 cm

2) TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit

38
S : 363oC
RR : 20x/menit
3) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : warna rambut hitam, lurus, tidak ada
benjolan
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sclera
putih, tidak strabismus
Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip,
tidak ada pernafasan cuping hidung.
Mulut & Gigi : bibir lembab, tidak ada labioskisis, tidak
stomatitis, tidak ada gigi palsu, tidak da
epulis, tidak ada caries gigi , tidak ada gigi
berlubang, lidah bersih
Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada
kelainan tulang telinga
Leher : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid dan vena jugularis
Axilla : Bersih, tidak ada lesi tidak terlihat
pembesaran kelenjar limfe
Dada : putting susu menonjol, tidak ada tarikan
intercosta
Abdomen : tidak ada lesi, tidak ada luka bekas oprasi
SC,
Genetalia : bersih, tidak ada pengeluaran pervaginam,
tidak ada condiloma akuminata dan talata
Anus : bersih, tidak haemoroid
Ekst. Atas : simetris, bersih, jumlah jari lengkap, tidak
ada gangguan gerak, dan tidak oedem.

39
Ekst. Bawah : simetris, bersih, jumlah jari lengkap, tidak
ada gangguan gerak, tidak oedem.

b. Palpasi
Kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada rambut rontok,
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
bendungan vena jugularis
Axilla : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar, tidak ada benjolan,
c. Auskultasi
Dada : bersih, tidak ada ronchi maupun wheezing
Abdomen : bising usus 6x/menit
d. Perkusi
Abdomen : tidak ada meteorismus
Ekst. Bawah : reflek patella +/+
e. Prioritas Masalah
Kriteria Perhitungan Skor Ranking
1. Sifat masalah 1/3x1 1/3
2. Kemungkinan masalah 1/2x1 0
untuk diubah
3. Potensi pencegahan 1/3x1 1/3
4. Penonjolan masalah 1/2x1 ½
Total Skor 1 1/6

II. Identifikasi Diagnosa Masalah


Diagnosa : Ny “J” umur 38 tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorhea.

40
DS : Ny “J” mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulanan selama
3 tahun, kemudian ibu mengalami amenorhea setelah
mengikuti KB suntik dan kadang ibu merasa cemas.
DO : Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 363oC
RR : 20x/menit
Inspeksi :
Genetalia : Bersih, tidak ada condiloma acuminate, tidak
ada pengeluaran cairan pervaginam, tidak ada
varices.
Palpasi :
Abdomen : tidak ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri
tekan.tidak ada benjolan,

III. Antisipasi Masalah Potensial


-

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


-

V. Intervensi
Diagnosa : Ny “J” umur 38 tahun akseptor KB suntik 3 bulan dengan
amenorhea.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan dalam waktu 1x30
menit Ny “J” mengerti penjelasan dari petugas

41
Kriteria Hasil : - Ibu mengerti penjelasan petugas tentang penyebab
amenorhea
- Ibu dapat menjelaskan kembali apa yang sudah
dijelaskan oleh petugas.

Intervensi :
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dengan menggunakan komunikasi
terapeutik
R/ dengan menggunakan komunikasi terapeutik dapat membantu klien
dan menimbulkan suasana saling percaya.
2. Jelaskan efek samping dari KB suntik 3 bulanan
R/ dengan menjelaskan efek samping KB, ibu menjadi lebih mengerti.
3. Jelaskan pada ibu bahwa aminorhea adalah hal yang fisiologis
R/ dengan mengetahui tentang amenorhea ibu akan lebih tenang dan
mengerti
4. Anjurkan ibu untuk kembali ke klinik sesuai jadwal suntik
R/ dengan rutin kembali ke klinik sesuai jadwal akan memperkecil
kemungkinan kehamilan.

VI. Implementasi
Tanggal : 5 Februari 2010 Jam : 11.00 WIB
Diagnosa : Ny “J” umur 38 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan dengan
amenorhoe.
Implementasi ;
1. Jam 11.00 WIB
Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dengan hasil keadaan umum
ibu baik, dan TTV dalam batas normal.

2. Jam 11.10 WIB

42
Menjelaskan pada ibu tentang efek samping dari KB suntik 3 bulanan
seperti terjadinya perubahan pada pola haid yang tidak teratur,
perdarahan bercak, aminorhea, mual, pusing dan penambahan berat
badan.
3. Jam 11.15 WIB
Menjelaskan pada ibu bahwa aminorhea adalah hal yang fisiologis dan
tidak perlu diberi pengobatan khusus
4. Jam 11.20 WIB
Menganjurkan pada ibu untuk kembali ke klinik sesuai jadwal suntik,
yaitu pada tanggal 17 April 2010.

VII. Evaluasi
Tanggal : 5 Februari 2010 Jam : 11.30 WIB
Diagnosa : Ny “J” umur 38 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan dengan
amenorhea
S : Ibu mengatakan mengerti apa yang telah dijelaskan oleh
petugas dan tidak lagi merasa cemas
O : Klien dapat menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh
petugas tentang penyebab tidak haid
A : Ny “J” umur 38 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan dengan
amenorhea
P : Intervensi dihentikan

43
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setelah menyelesaikan asuhan kebidanan komunitas pada Ny “J’
dengan kasus Ny “J” masalah amenorhea dengan cara melakukan pengkajian
didapatkan data subyektif dan obyektif yang mengarah pada diagnosa, yaitu
data subyektif Ny “J” mengatakan tidak pernah haid setelah memakai KB
suntik 3 bulan. Data obyektif : keadaan umum ibu baik, TTV dalam batas
normal, inspeksi pada genetalia bersih, tidak ada condiloma acuminata, tidak
ada pengeluaran cairan pervaginam, tidak ada varices. Pada abdomen tidak
ada pembesaran hepar dan pembesaran uterus, tidak ada nyeri tekan. KB
suntik 3 bulan selama 9 tahun.
Intervensi disusun sesuai dengan diagnosa yang muncul pada kasus ini
antara lain yaitu : jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dengan menggunakan
komunikasi terapeutik, jelaskan efek samping dari KB suntik 3 bulan,
jelaskan pada ibu bahwa amenorhea adalah hal yang fisiologis, anjurkan pada
ibu untuk kembali ke klinis sesuai jadwal suntik. Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan intervensi yang disusun berdasarkan dengan diagnosa dan
masalah yang ada, serta disesuaikan dengan kondisi keluarga. Evaluasi
dengan waktu yang telah ditentukan dalam intervensi dengan menggunakan
format SOAP, dengan hasil tujuan tercapai sehingga intervensi dihentikan.

4.2. Saran
1. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan petugas kesehatan memberikan penanganan yang cepat dan
tepat pada ibu dengan amenorhoe.
2. Bagi Institusi
Diharapkan bias melengkapi literature tentang kasus amenorhea

44
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan kasus
amenorhea sesuai dengan penatalaksanaan yang telah diterapkan.
4. Bagi Pasien
Diharapkan bias melaksanakan anjuran dan nasehat petugas kesehatan
sesuai dengan asuhan yang telah diberikan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Hartono Hanafi, 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka


Sinar Harapan.

Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

Saifudin, Abnur Bahri, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi


Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifudin, Abnur Bahri, 1976. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,


Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

46
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn ”S”
TERHADAP Ny ”J” AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN
AMENORHEA DI DUSUN KLAGEN DESA KEPUHKEMBENG
KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG

Oleh :

SITI NUR MAGHFUROH


NIM. 2007.01.0581

47
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
JOMBANG
2010

48
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”S” Terhadap Ny ”J”


Akseptor KB Suntik 3 Bulan Dengan Amenorhea di Dusun Klagen Desa Kepuh
kembeng Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang

Dibuat sebagai Laporan Praktek Kerja Lapangan oleh :


Nama : SITI NUR MAGHFUROH
NIM : 2007.01.0581

Telah disahkan dan disetujui pada :


Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

TRI SABTI, S.S.T YENI BS, Amd.Keb

49
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan
Komunitas Pada Keluarga Tn “S” Terhadap Ny “J” Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Dengan Amenorhea di Dusun Klagen Desa Kepuh kembeng Kecamatan
Peterongan Kabupaten Jombang.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari tidak sedikit kendala
yang dihadapi, tetapi hal tesebut dapat teratasi berkat bantuan berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat :
1. dr. Suparyanto, M.Kes, selaku Kepala Dinkes yang telah memberikan
kesempatanuntuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
2. Bapak Camat beserta Staff di Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang.
3. drg. Arif Setyajadi, selaku Kepala Puskesmas Peterongan.
4. Kepala Desa beserta perangkat Desa Kepuh kembeng Kecamatan Peterongan
Kabupaten Jombang.
5. Dra. Soelidjah Hadi, M. Kes. MM, selaku Ketua STIKES Husada Jombang.
6. Yeni Dwi R, Amd.Keb, selaku Pembimbing Lapangan I wilayah Peterongan.
7. Umi Salamah, Amd.Keb, selaku Pembimbing Lapangan II wilayah
Peterongan Kabupaten Jombang.
8. Tri Sabti, S.S.T, selaku Pembimbing Akademik di STIKES Husada Jombang.
9. Semua mahasiswa STIKES Husada Jombang dan semua pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pelaksaan PKL.
Laporan ini merupakan hasil karya dari penulis, namun tidak ada yang
sempurna dalam hidup ini. Untuk itu penulis mengharapkan dengan segala
kerendahan hati akan saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi mahasiswa dan khususnya maupun
bagi pembaca pada umumnya.

Jombang, Februari 2010

Penulis

50
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Tujuan.......................................................................................2
1.3. Manfaat.....................................................................................2
1.4. Uraian Kegiatan........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Komunitas...................................................................4
2.2. Konsep Keluarga.....................................................................11
2.3. Konsep Dasar Kontrasepsi.......................................................21
2.4. Konsep Dasar Kontrasepsi Suntik Depo Progestin ................24
2.5. Konsep KB Implant.................................................................20
2.6. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Implan 29

BAB III TINJAUAN KASUS


3.1. Pengkajian................................................................................32
3.2. Identifikasi Diagnosa Masalah................................................39
3.3. Antisipasi Masalah Potensial...................................................39
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera.................................................39
3.5. Intervensi.................................................................................40
3.6. Implementasi............................................................................41
3.7. Evaluasi....................................................................................43

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................44
4.2. Saran........................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA

51

Anda mungkin juga menyukai