A. Pengertian Penyearah
Penyearah (Rectifier) merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk
mengubah tegangan sumber masukan arus bolak-balik dalam bentuk sinusoidal (AC) menjadi
tegangan luaran dalam bentuk tagangan searah yang searah (DC). Penyearah satu fasa tak
terkendali biasanya menggunakan dioda sebagai saklarnya. Komponen utama dalam
penyearah gelombang adalah diode yang dikonfiguarsikan secara forward bias. Pada dasarnya
konsep penyearah gelombang dibagi dalam 2 jenis yaitu, Penyearah setengah gelombang dan
penyearah gelombang penuh.
Dalam sebuah power supply tegangan rendah, sebelum tegangan AC tersebut di ubah
menjadi tegangan DC maka tegangan AC tersebut perlu di turunkan menggunakan
transformator stepdown. Ada 3 bagian utama dalam penyearah gelombang pada suatu power
supply yaitu, penurun tegangan (transformer), penyearah gelombang / rectifier (diode) dan
filter (kapasitor).
Prinsip kerja dari penyearah setengah gelombang ini adalah mengambil sisi sinyal
positif dari gelombang AC dari transformator. Pada saat transformator memberikan output
sisi positif dari gelombang AC maka diode dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif
dari gelombang AC tersebut dilewatkan dan pada saat transformator memberikan sinyal sisi
negatif gelombang AC maka dioda dalam posisi reverse bias, sehingga sinyal sisi negatif
tegangan AC tersebut ditahan atau tidak dilewatkan.
2. Output AC Power
𝑃𝑎𝑐 = 𝑉𝑎𝑐. 𝐼𝑎𝑐
3. Efisiensi Penyearah
𝑃𝑑𝑐 𝑃𝑜𝑢𝑡
= 𝑎𝑡𝑎𝑢 =
𝑃𝑎𝑐 𝑃𝑖𝑛
𝑉𝑟𝑚𝑠
𝐹𝐹 =
𝑉𝑑𝑐
𝑉𝑎𝑐
𝑅𝐹 =
𝑉𝑑𝑐
Hubungan antara RF dan FF adalah
2
Vrms
𝑅𝐹 = −1= 𝐹𝐹 2 − 1
𝑉𝑑𝑐
Maka,Transformer Utilization Factor menjadi
𝑃𝑑𝑐
𝑇𝑈𝐹 =
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
7. Faktor Daya
𝑃𝑎𝑐
𝑃𝐹 =
𝑉. 𝐴
C. Klasifikasi Penyearah Satu Fasa Tak Terkendali
1. Penyearah Satu Fasa Setengah Gelombang
1.1 Beban Resistif
Gambar 2.1 (a) merupakan
rangkaian penyearah setengah-
gelombang satu-fasa dengan beban
resistif, sedangkan Gambar 2.1 (b)
menunjukkan bentuk gelombang
hasil penyearahan. Proses
penyearahan dapat dijelaskan
melalui Gambar 2.1 (a) dan (b),
pada setengah siklus pertama
dengan polaritas positif, dioda
pada rangkaian penyearah akan
ON karena polaritas tegangan
pada anoda lebih positif proses ini
menghasilkan tegangan luaran
(VL) sebesar tegangan setengah
perioda pertama (Vm).
Selanjutnya, pada setengah siklus
Gambar 2.1 Penyearah Setengah Gelombang kedua dengan polaritas negatif,
Satu Fasa Beban R dioda pada rangkaian penyearah
akan OFF karena polaritas tegangan pada anoda lebih negatif dibandingkan pada
katoda. Pada proses ini menghasilkan tegangan luaran sama dengan nol. Proses ON
dan OFF dioda ini berlangsung secara cepat berdasarkan frekuensi tegangan sumber
masukan. Di sini, dioda berfungsi sebagai sakelar sekaligus melakukan pengubahan
(converting) dari sumber bolak-balik menjadi tegangan searah. Ditinjau dari tegangan
luaran (VL) yang dihasilkan, terdapat dua jenis komponen tegangan, yaitu : (1)
tegangan searah rerata (Vdc) dan tegangan searah efektif (Vrms), VL. Nilai tegangan
luaran masing-masing adalah :
Untuk VL (t) = 0 ,dan T/2 t T
1 𝑇/2 −𝑉𝑚 𝑇
𝑉𝑑𝑐 = 𝑉𝑚 sin 𝑡 𝑑𝑡 = cos −1
𝑇 0 𝑇 2
𝑃𝑑𝑐
= 𝑥100%
𝑃𝑎𝑐
𝑉𝑑𝑐 0.6366𝑉𝑚
𝐼𝑑𝑐 = =
𝑅 𝑅
Sedangkan, nilai Vrms dan Irms dari penyearah satu fasa gelombang penuh adalah
𝑉𝑚 𝑉𝑟𝑚𝑠 0,0707 𝑉𝑚
𝑉𝑟𝑚𝑠 = = 0,0707𝑉𝑚 𝐼𝑟𝑚𝑠 = =
2 𝑅 𝑅
Penyearah digunakan untuk mengubah listrik AC menjadi listrik DC, listrik DC dipakai untuk
berbagai kebutuhan misalnya power supply, pengisi akumulator, alat penyepuhan logam dan lain lain.
Komponen elektronika yang dipakai adalah dioda atau thyristor.
Macam penyearah dioda :
Penyearah Dioda Setengah Gelombang Satu Phasa
Penyearah Dioda Gelombang Penuh Satu Phasa
Penyearah Dioda Setengah Gelombang Tiga Phasa
Penyearah Dioda Gelombang Penuh Tiga Phasa
Penyearah Dioda Setengah Gelombang Tiga Phasa
Tegangan masukan dari penyearah adalah tegangan tiga phasa, yaitu L1, L2, dan L3. Pada
masing-masing saluran dipasang satu dioda. Ketiga saluran masukan, masing-masing dihubung ke
anoda masing-masing dioda, sedangkan katoda dari ketiga dioda dihubung menjadi satu (dihubung
bintang). Karena ujung-ujung katoda yang disatukan, rangkaian ini disebut rangkaian M3UK
Rangkaian penyearah M3U
𝟏
𝟑 𝟑 𝟏 𝟐
Im = 𝑹
Vm Irmsd = Im 𝟒𝝅
+ 𝟔
= 0.5518 Im
Faktor Bentuk
157% 111% 100.08%
(FF)
Faktor Utilisasi
Transformator 28.6% 57.32% 95.42%
(TUF)
Tegangan Balik
Vm 2Vm 3Vm
Maksimum (PIV)
Faktor Crest
(Crest Factor) 2 1.414
(CF)
2. Penyearah 3 Fasa Tidak Terkendali Beban RL
𝝅 𝟐𝝅
VL = 𝟑 Vm sin ωt 𝟑
≤ ωt ≤ 𝟑
𝒅𝒊𝑳 -1 𝛚𝐋
L + RiL + E = 𝟑 Vm sin ωt ᴓ = tan
𝒅𝒕 𝑹
𝟑 -(R/L)t 𝑬
IL (t) = 𝒁
Vm sin (ωt - ᴓ) + Ce -
𝑹
Z= 𝑹𝟐 + 𝛚𝟐 𝑳𝟐
𝟐 𝟐𝝅
𝟑 𝟐 1/2
Ir = 𝟐𝝅 𝝅 𝟑
𝒊𝑳 𝒅(𝝎𝒕)
Setiap dioda konduksi selama 120°, maka arus rms dioda adalah 2 kali lebih besar dari arus dioda
pada interval 60° pada setiap siklus.
Arus keluaran rms dapat ditentukan dengan menggabungkan arus rms pada setiap dioda pada selang 1
siklus
𝟏
Irms = 𝑰𝟐𝒓 + 𝑰𝟐𝒓 + 𝑰𝟐𝒓 𝟐
= 𝟑Ir
𝟐 𝟐𝝅
𝟑
Id = 𝟐𝝅 𝝅 𝒊𝑳 𝒅(𝝎𝒕)
𝟑
𝑽𝒂𝒄
RF = Vac = 𝑽𝟐𝒓𝒎𝒔 − 𝑽𝟐𝒅𝒄
𝑽𝒅𝒄
Tegangan keluaran pada sisi beban terdiri dari penggabungan 2 komponen tegangan, yaitu
besaran searah (dc) dan komponen riak ac
Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga disebut dengan konverter merupakan
rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan sumber AC dalam bentuk sinusoida
menjadi tegangan DC output yang dapat diatur/ dikendalikan.
Perbedaan antara rangkaian terkontrol dengan tak terkontrol adalah Komponen penyearah yang
digunakannya
Terkontrol dalam hal ini maksudnya adalah penyearah ini dapat dipicu pada sudut tertentu sehingga dapat
menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diinginkan.
Untuk memicu komponen penyearah. Harus ditentukan terlebih dahulu karakteristik dari masing-masing
komponennya. Seperti:
Komponen yang satu dengan yang lainnya memiliki jenis dan besar pemicuan yang berbeda-beda.
Hasil output dari rangkaian penyearah 1 fasa setengah gelombang terkontrol adalah hanya bagian positif
dalam satu panjang gelombang.
Lalu hasil inputnya adalah gelombang sinus yang memiliki bagian positif dan bagian negatif dalam satu
panjang gelombangnya, namun dapat dipicu pada sudut tertentu.
Gambar diatas merupakan rangkaian penyearah satu fasa setengah gelombang terkontrol dengan beban
resistif. Garis putus-putus merupakan input, sedangkan garis tak putus-putus merupakan output.
Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa kerja dari rangkaian tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Ketika arus input adalah positif, maka dioda dibias maju, ketika terdapat arus pemicuan yang memicu
komponen penyearah, maka terdapat arus yang mengalir dari sumber ke beban.
Pada gambar kurva kanan, tampak bahwa terdapat arus yang mengalir pada beban. Kurva kanan bawah
merupakan kurva pemicuan. Dari kurva tersebut dapat dilihat bahwa thyristor dipicu dengan arus pemicu
ketika sudut alfa. Sehingga arus mulai mengalir dari sumber ke beban ketika sudut alfa tersebut.
Ketika arus input adalah negatif, maka dioda akan dibias mundur, sehingga arus tidak dapat mengalir
pada beban karena dioda memblok aliran arus.
Pada gambar kurva paling bawah, tampak bahwa tidak ada arus yang mengalir pada beban. Ditunjukkan
dengan garis lurus nol.
Tegangan keluaran dari rangkaian ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
Maka:
1 2𝜋
𝑉𝑑𝑐 = . 0
𝑉 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
2𝜋
1 𝜋 2𝜋
𝑉𝑑𝑐 = .[ 𝑎
𝑉𝑚 sin 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡 + 𝜋
0 𝑑(𝜔𝑡)
2𝜋
1
𝑉𝑑𝑐 = 2𝜋
. [−𝑉𝑚. cos 𝜔𝑡 + 0]𝜋𝑎
𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = 2𝜋
. [− cos 𝜋 + cos 𝛼]
𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = . [1 + 𝑐𝑜𝑠𝛼]
2𝜋
Rangkaian konverter ini biasanya memerlukan kapasitor yang cukup besar agak didapatkan penyearah
yang ideal. Biasanya faktor daya dari penyearah setengah gelombang tidak bisa mendekati satu, walaupun
beban yang digunakan merupakan resistor murni
Penyearah ini memiliki 2 jenis, yaitu penyearah dengan tap tengah (2 dioda) dan penyearah jembatan
(bridge / 4 dioda)
Berikut adalah rangkaian dari penyearah satu fasa gelombang penuh terkontrol.
Gambar diatas merupakan penyearah gelombang penuh terkontrol dengan beban resistif. Proses kerja
utama dari rangkaian ini sama dengan penyearah gelombang penuh tak terkontrol. Yang membedakan
adalah rangkaian ini dapat dipicu pada sudut tertentu.
Tegangan keluaran dari rangkaian ini dapat dicari dengan menggunakan persamaan seperti dibawah ini :
Jika :
𝑉𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 = 𝑉𝑚 . sin 𝜔𝑡
Maka:
2𝜋
1
𝑉𝑑𝑐 = . 𝑉 𝜔𝑡 𝑑(𝜔𝑡)
2𝜋
0
𝜋
1
𝑉𝑑𝑐 = . [2 . 𝑉𝑚 . sin 𝜔𝑡 𝑑(𝜔𝑡)
2𝜋
𝛼
2 𝜋
𝑉𝑑𝑐 = . [−𝑉𝑚 . cos 𝜔𝑡 ]
2𝜋 𝛼
𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = . [− cos 𝜋 + cos 𝛼 ]
𝜋
𝑉𝑚
𝑉𝑑𝑐 = . [1 + cos 𝛼]
𝜋
Perbedaan Gelombang 1 fasa Terkendali dan Tak Terkendali
Tegangan keluaran yang dikeluarkan bisa diatur Tegangan keluaran yang dikeluarkan belum bisa
diatur
Dapat dipicu pada sudut tertentu agar bisa diatur Tidak dapat dipicu menggunakan sudut
tegangannya
• Adaptor
Konfigurasi ini disebut sebagai konfigurasi mid point karena semua EMFs fase dapat memiliki
terminal umum yang dapat dianggap sebagai titik netral atau titik tengah. Primer dihubungkan secara
delta dan sekunder dalam bintang. Beban terhubung ke titik netral. Untuk analisis rangkaian, induktansi
kebocoran dan negara SCR tetes diasumsikan nol.
Sudut tembak A diukur dari titik cross-over dari tegangan gelombang karena ini adalah titik di
mana thyristor setara akan mulai melakukan. Hal ini memberikan waktu konduksi untuk setiap thyristor
sama dengan satu-sepertiga dari periode siklus pasokan.
Ketika SCR berkonduksi, terminal katoda umum naik ke tegangan positif tertinggi fase itu dan
dua lainnya memblokir SCRs dibalik-bias. Tegangan beban mengikuti tegangan suplai positif yang
tertutupi dan memiliki bentuk gelombang.
Oleh karena itu, masing-masing blok thyristor tegangan maju untuk periode 45ºsebelum instan di mana ia
diputus.
Rata-rata tegangan pada terminal dc telah berkurang dan komponen fundamental dari input ac gelombang
saat tertinggal tegangan sebesar 45º
Setiap thyristor sekarang blok maju dan tegangan balik untuk jangka waktu yang sama. Rata-rata
tegangan pada terminal dc adalah nol dan komponen fundamental dari gelombang masukan ac saat
tertinggal tegangan sebesar 90 derajat.
Oleh karena itu, selama sudut tembak meningkat dari nol, tegangan output dc rata menurun, dan nol bila
A adalah 90 derajat. Karena reaktor smoothing besar, saat ini tetap terus-menerus bahkan ketika tegangan
unsmoothed sesaat adalah negatif. Periode melakukan setiap thyristor dalam kondisi mapan dengan
dikendalikan operasi 120 derajat. Oleh karena itu, dengan memvariasikan penembakan sudut A 0-90
derajat, operasi rectifier diperoleh.
Untuk α = 0° nilai tegangan keluaran maksimum ditentukan dengan :
3 3
𝐸𝐷𝐶 𝑚𝑎𝑥 = . 𝐸𝑚
2𝜋
Tegangan blocking gelombang dikembangkan di setiap thyristor sekarang terutama di arah depan. Oleh
karena itu, berarti dc tegangan di terminal dc negatif dan ini berarti bahwa sumber tegangan harus hadir di
sirkuit dc yang mengemudi saat melawan "counter" tegangan dikembangkan di terminal dc konverter .
Oleh karena koneksi rectifier adalah beban ke sirkuit dc dan mengirimkan energi dari rangkaian dc ke
sistem ac.
Tegangan blocking gelombang dikembangkan di setiap thyristor sekarang terutama di arah depan. Oleh
karena itu, berarti dc tegangan di terminal dc negatif dan ini berarti bahwa sumber tegangan harus hadir di
sirkuit dc yang mengemudi saat melawan "counter" tegangan dikembangkan di terminal dc konverter .
Oleh karena koneksi rectifier adalah beban ke sirkuit dc dan mengirimkan energi dari rangkaian dc ke
sistem ac.
Tegangan maksimum adalah negatif saat α = 180°
Tegangan thyristor blocking sekarang hampir seluruhnya ke arah depan, dan tegangan ini ayunan 'negatif'
hanya untuk "mematikan" waktu singkat segera setelah interval konduksi. Mean tegangan pada terminal
dc memiliki nilai positif maksimum diperoleh pada A = 0°.
Oleh karena itu, konverter kini beroperasi pada "full-inversi" dan fase-perpindahan antara komponen
fundamental dari gelombang masukan ac arus dan tegangan hampir 180 °.
Selama operasi inverter, untuk mempertahankan arus terus menerus, sumber tegangan polaritas terbalik
harus dihubungkan pada sisi dc, jika hasil operasi konduksi terputus-putus.
Produk dari tegangan dan arus adalah nilai sesaat kekuasaan. Untuk sudut fase antara 0 dan 90 derajat,
nilai rata-rata kekuatan positif, menunjukkan aliran energi dari sistem ac ke sirkuit dc. Energi itu
ditransmisikan dari rangkaian dc ke sistem ac.
Dalam analisis di atas, kita telah mengasumsikan bahwa gelombang arus di setiap transformator sekunder
yang sama dengan gelombang thyristor terkait saat ini terdiri dari searah atau 'setengah gelombang'
persegi panjang 'blok' memiliki durasi 120 derajat. Tapi gelombang ini mengandung komponen langsung
memiliki amplitudo I. Oleh karena itu, jika dihubungkan bintang sederhana sekunder transformator
digunakan untuk membawa arus ini, dan dc magnetisasi dari hasil inti transformator.
Untuk menghindari masalah ini, bintang yang saling berhubungan disebut sebagai koneksi zig-zag
digunakan sebagai sekunder pasokan transformator. Arus yang tercermin dalam utama sekarang ac,
menjadi sebanyak positif negatif, maka menghindari komponen dc di mmf inti.
2. Fully Converter
Tiga-fase konverter secara luas digunakan dalam aplikasi industri sampai ke tingkat 120-kW, di
mana operasi dua-kuadran diperlukan. A menunjukkan sirkuit penuh konverter dengan beban yang sangat
induktif. Sirkuit ini dikenal sebagai jembatan tiga fase. Thyristor digunakan pada interval 60 derajat.
Frekuensi tegangan output riak 6fs dan persyaratan penyaringan kurang dari itu konverter setengah
gelombang. Pada satu syarat, A thyristor sudah berkonduksi dan B thyristor dihidupkan
Selama interval kondisi, A thyristor dan B thyristor perilaku dan tegangan listrik muncul di
seluruh beban. diωt = π / 2 + α, tyristor T2 dipecat dan tyristor T6 yang terbalik bias segera. T6 dimatikan
karena pergantian alami. Selama interval (π / 2 + α) ≤ ωt ≤ (5π / 6 + α), tyhristor T1 dan T2 perilaku dan
baris ke baris tegangan Vac muncul di seluruh beban. Jika thyristor diberi nomor, seperti yang
ditunjukkan pada gambar 10.5a, urutan penembakan adalah 12,23,34,45,56, dan 61. Gambar 10.5b,
menunjukkan bentuk gelombang untuk tegangan input, tegangan output, arus masukan, dan arus yang
melalui thyristor.
𝑉𝑎𝑛 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡
2𝜋
𝑉𝑏𝑛 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 −
3
2𝜋
𝑉𝑐𝑛 = 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 +
3
𝜋
𝑉𝑎𝑏 = 𝑉𝑎𝑛 − 𝑉𝑏𝑛 = 3 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 +
6
𝜋
𝑉𝑏𝑐 = 𝑉𝑏𝑛 − 𝑉𝑐𝑛 = 3 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 −
2
𝜋
𝑉𝑐𝑎 = 𝑉𝑐𝑛 − 𝑉𝑎𝑛 = 3 𝑉𝑚 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 +
2
Tegangan output maksimum rata-rata keterlambatan sudut, α = 0, adalah
3 3 Vm
Vdm =
π
Dan tegangan output rata-rata normal adalah
Vdc
Vn = = cosα
Vdm
Nilai rms dari tegangan output ditemukan dari
1
𝜋
+𝛼 2
3 2 𝜋
𝑉𝑟𝑚𝑠 = 3𝑉𝑚 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜔𝑡 + 𝑑 𝜔𝑡
𝜋 𝜋
+𝛼 6
6
1
2
1 3 3
= 3𝑉𝑚 + cos 2𝛼
2 4𝜋
Gambar ini menunjukkan bentuk gelombang untuk α = π / 3. Untuk α> π / 3, sesaat V awal tegangan
output memiliki bagian negatif. Karena arus yang melalui thyristor tidak dapat negatif, arus beban selalu
positif.
Dengan demikian, dengan beban resistif, dalam tegangan beban stantaneous tidak bisa negatif, dan
konverter penuh berperilaku sebagai semiconverter a.
𝜋 𝜋 𝜋
𝜐0 = 𝜐𝑎𝑏 = 2𝑉𝑎𝑏 sin 𝜔𝑡 + , 𝑓𝑜𝑟 + 𝛼 ≤ 𝜔𝑡 ≤ + 𝛼
6 6 2
𝜋 2𝜋
= 2𝑉𝑎𝑏 sin 𝜔𝑡 ′ , 𝑓𝑜𝑟 + 𝛼 ≤ 𝜔𝑡′ ≤ +𝛼
3 3
Arus beban terputus-putus. Dengan menetapkan IL1 = 0 dalam Pers. (10.31), membaginya dengan √2Vs /
Z, dan mengganti R / Z = cos ɵ dan ωL / R = ɵ tan, kita mendapatkan nilai kritis rasio tegangan x = E /
𝜋
2𝜋 𝜋 −
sin +𝛼−𝜃 −sin +𝛼−𝜃 𝑒 3𝑡𝑎𝑛 𝜃
√2Vab sebagai:𝑥 = 3 3
𝜋
1−𝑒 3𝑡𝑎𝑛 𝜃
Yang dapat diselesaikan untuk nilai kritis α = αc untuk nilai-nilai diketahui x dan ɵ. Untuk α ≥ αc, IL1 =
0. Beban saat yang dijelaskan oleh Persamaan. (10.30) mengalir hanya selama periode α ≤ ωt ≤ ß. Pada ωt
= ß, arus beban jatuh ke nol lagi. Persamaan yang diturunkan untuk kasus terputus dioda penyearah pada
bagian 3.8 berlaku untuk penyearah terkontrol.
Penyearah 3 fasa terkendali
3 fasa dual konverter :
• Secara luas dual converter banyak digunakan dalam operasi yang membutuhan daya sampai 2000
KW, khususnya operasi mengenai kecepatan yang berubah-ubah.
• Perbedaan antara full converter dengan dual converter yaitu full converter tegangan keluarannya
mempunyai 2 kutub + & - dan arus keluarannya hanya mempunyai 1 kutub. Sedangkan pada dual
converter baik tegangan dan arus keluarannya mempunyai 2 kutub.
• Sedangkan perbedaan antara three phase dengan single phase adalah input supplynya dan jumlah
gelombang yang dihasilkan.
Rangkaian dibawah menunjukkan dua conveter yang terkontrol, bahwa jika α1 adalah sudut
kelambatan dari converter 1, maka kelambatan dari converter 2 adalah α 2 = π - α1
Jika Vo1 dan Vo2 adalah tegangan keluaran dari converter 1 dan 2, seketika itu juga tegangan yang
melewati inductor selama interval adalah:
• PWM secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa
dalam satu periode, untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda.
• Aplikasi PWM pada telekomunikasi, pengontrolan daya, regulator beban, audio effect dan
lainnya.
Konsep dasar PWM adalah sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang
tetap namun lebar pulsa yang bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitude sinyal asli
yang belum termodulasi. Artinya, sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty
cycle bervariasi antara 0%-100%.
Dari persamaan di samping bahwa perubahan duty cycle akan merubah Vo atau Vdc seperti
gambar di bawah,
Untuk α ≥π/3 ,dan tegangan output terputus: tegangan output rata-rata ditemukan dari,
7𝜋 7𝜋
3 6 3 6 𝜋
V dc = 2𝜋 𝜋 𝑉𝑎𝑐𝑑( ωt)= 2𝜋 𝜋 3 Vm sin ωt − 6 d(wt)
+∝ +∝
6 6
3 3 Vm
= (1+ cos α )
2𝜋
Tegangan output rata-rata maksimum yang terjadi pada sudut penundaan α = 0 adalah
Vdm = 3√3 Vm / π dan tegangan output rata-rata normalisasi adalah
𝑉𝑑𝑐
Vn = = 0,5 (1 + cos α)
𝑉𝑑𝑚
𝑉𝑑𝑐
Vn = = 0,5 (1 + cos α) cos2
𝑉𝑑𝑚
𝜋 5𝜋
3 +∝ 1/2
V rms = 𝜋
2
𝑉 2 𝑎𝑏𝑑( 𝑤𝑡) + 𝜋
6
𝑉 2 𝑎𝑐𝑑(𝑤𝑡)
2𝜋 +∝
6 2
= 3 2𝜋 1/2
3 Vm ( + 3𝑐𝑜𝑠 2 ∝)
4𝜋 3
Dimana Vab adalah garis ke baris (rms) tegangan input. Beban iθ1 selama interval 1 dapat ditemukan
dari:
𝑑𝑖1 𝜋 𝜋 𝜋
𝐿 + 𝑅𝑖1 + 𝐸 = 2𝑉𝑎𝑏sin (ωt + 6 ) untuk 6 + α ≤ ωt ≤ 2
𝑑𝑡
Interval 2 untuk π/2 ≤ ωt ≤ 5π/6 + α: thyristor T1 dan dioda D1, tegangan keluaran menjadi
:
𝜋 𝜋 5𝜋
Vo = Vac = 2 Vac sin (ωt - 6 ) untuk 2 ≤ ωt ≤ +α
6
𝑑𝑖2 𝜋 𝜋 5𝜋
𝐿 + 𝑅𝑖2 + 𝐸 = 2𝑉𝑎𝑐sin (ωt - 6 ) untuk 2 ≤ ωt ≤ +α
𝑑𝑡 6
Dengan kondisi batas iL2(ωt = π/2) = IL1 dan iL2( ωt = 5π/6 + α) = IL0.
𝑑𝑖 1 𝜋 𝜋
𝐿 𝑑𝑡
+ 𝑅𝑖1 + 𝐸= 0 untuk 2
≤ ωt ≤ 6 + α
Dengan kondisi batas iL1 (ωt = π / 2) = IL0 dan iL1 (ωt = π / 6 + α) = IL1.
Interval 2 untuk π/6 + α ≤ ωt ≤ 7π/6: thyristor T1 dan dioda D1, tegangan keluaran menjadi:
𝜋 𝜋 7𝜋
Vo = Vac = 2 Vac sin (ωt - ) untuk + α ≤ ωt ≤
6 6 6
𝑑𝑖 2 𝜋 𝜋 7𝜋
𝐿 𝑑𝑡
+ 𝑅𝑖2 + 𝐸 = 2𝑉𝑎𝑐sin (ωt - 6
) untuk 6
+ α ≤ ωt ≤ 6
Dengan batas kondisi iL2( ωt = π/6 + α) = IL1 dan iL2 ( ωt = 7π/6 ) = IL0.
Ac voltage controller
Pengertian
Jika sebuah saklar thyristor terhubung antarategangan sumber bolak-balik (alternatingcurrent - ac)
dan beban, daya yang mengalirdapat dikendalikan dengan mengatur nilai rmstegangan ac yang diberikan
ke beban, dan tiperangkaian daya ini disebut sebagai pengaturantegangan ac (ac voltage controller).
Klasifikasi Pengendali Tegangan AC
1. Kontrol on-off
Pada kontrol on-off saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber ac untuk
beberapa siklus tegangan masukan dan memutuskan-nya untuk beberapa siklus yang lain.
Prinsip pengaturan on-off dapat dijelaskan dengan pengaturan gelombang penuh satu fasa seprti
pada gambar 1a. Saklar tiristor menghubungkan sumber AC ke beban untuk waktu tn ; biasanya terdiri
dari beberapa siklus. Tiristor akan mulai hidup pada persilangan tegangan nol dari tegangan masukan.
Pulsa gerbang untuk tiristor T1 dan T2 serta bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran
diperlihatkan pada gambar 1b.
Pengaturan jenis ini digunakan pada pemakaian yang mempunyai inersia tinggi dan pemanasan
tinggi seperti pemanasan industri dan pengatur kecepatan putar motor.
Untuk tegangan masukan sinusoida, vs = Vm sin t. Jika tegangan masukan dihubungkan ke
beban selama n siklus dan diputus selama m siklus, tegangan keluaran (atau beban) efektif (rms)
dapat ditentukan dari
1
𝑛 2𝜋 2 2 2 𝑛
𝑉0 = 2𝜋 𝑛+𝑚 0
2𝑉𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡 dengan𝑘 = 𝑚 +𝑛
dan k disebut duty cycle.
𝑛
= 𝑉𝑠 𝑚 +𝑛
= 𝑉𝑠 𝑘 V tegangafasa rms.
s
Aplikasi Kontrol on-off : sistem pemanasan pada industri dan pengendalian kecepatan motor.
Digunakan dalam aplikasi yang mempunyai inersia mekanik yang tinggi dan konstanta waktu
termal yang tinggi.
Pada kontrol fasa, saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber ac untuk setiap
bagian siklus tegangan masukan.
Daya yang mengalir ke beban diatur oleh penundaan sudut penyulutan tiristor T1. Gambar 2b
memperlihatkan pulsa gerbang tiristor T1 dan bentuk tegangan masukan dan keluaran. Adanya dioda D1
adalah untuk membatasi jangkah pengaturan dan tegangan efektif (rms) keluaran hanya dapat bervariasi
antara 70,7 hingga 100%. Tegangan keluaran dan arus masukan adalah simetris dan mengandung
komponen searah (DC). Rangkaian ini adalah pengaturan setengah gelombang satu fasa dan hanya cocok
untuk beban resistif daya rendah, pemanasan dan pencahayaan. Karena aliran daya diatur selama setengah
siklus positif dari tegangan masukan, maka jenis ini dikenal sebagai pengaturan satu arah.
Jika vs = Vm sin t = 2Vs sin t adalah tegangan masukan dan sudut tunda penyulutan tiristor T 1
adalah t = , tegangan rms keluaran ditentukan dari
1
𝜋 2𝜋
1 2
𝑉0 = 2𝑉 2 sin2 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡 + 2𝑉 2 sin2 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
2𝜋 𝛼 𝜋
1
2 𝜋 2𝜋
2𝑉 2
= 1 − cos 2𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡 + 1 − cos 2𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
4𝜋 𝛼 𝜋
1
1 sin 2𝛼 2
= 𝑉𝑠 2𝜋 − 𝛼 +
2𝜋 2
𝜋 2𝜋
1
𝑉𝑑𝑐 = 2𝑉 sin 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡 + 2𝑉 sin 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
2𝜋 𝛼 𝜋
2𝑉𝑠
= cos 𝛼 − 1
2𝜋
𝑉 𝑉
Jika 0 < 𝛼 < 𝜋 ,maka tegangan keluaran Vs < V0 < 𝑠2dan tegangan dc : 0 < 𝑉𝑑𝑐 < − 2 𝜋𝑠
Masalah arus masukan dc dapat dicegah oleh penggunaan pengatur dua arah (gelombang penuh),
dan pengaturan gelombang penuh satu fasa diperlihatkan pada gambar 3a. Selama setengah siklus positif
tegangan masukan, aliran daya diatur oleh variasi sudut tunda tiristor T1, dan tiristor T2 mengatur liran
daya selama setengah siklus negatif dari tegangan masukan. Pulsa penyulutan T1 dan T2 dibuat terpisah
180o. Bentuk gelombang untuk tegangan masukan, tegangan keluaran dan sinyal penggerbangan untuk T1
dan T2 diperlihatakan pada gambar 3b.
Jika vs = 2Vs sin t adalah tegangan masukan, dan sudut tunda tyristor T1 dan T2 sama (1 = 2 =
),tegangan rms keluaran dapat ditentukan dari
1
𝜋
2 2
𝑉0 = 2𝑉𝑠 2 sin2 𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
2𝜋 𝛼
1
4𝑉𝑠 2 𝜋 2
= 1 − cos 2𝜔𝑡 𝑑 𝜔𝑡
4𝜋 𝛼
1
1 sin 2𝛼 2
= 𝑉𝑠 𝜋−𝛼+
𝜋 2
2 𝑉𝑠
= cos 𝛼 + 1
2𝜋𝑅
120
= 2× 2𝜋 ×10
= 2.7 A
1
2𝑉𝑠 2 𝜋 2
= 4𝜋 𝑅 2 𝛼
1 − 𝑐𝑜𝑠2𝜔𝑡 𝑑(𝜔𝑡)
1
𝑉𝑠 1 sin 2𝛼 2
= 2𝑅 𝜋
(𝜋 − 𝛼 + 2
)
120
= 2×10
=6A
Pengaturan gelombang penuh dengan beban RL diperlihatkan pada gambar 4a. Misalkan tiristor
T1 dihidupkan selama setengah siklus positif dan mengaliran arus beban. Akibat dari induktansi dalam
rangkaian, arus tiristor T1 tidak akan jatuh ke nol pada t = ketikan tegangan masukan mulai ke
negatif. Tiristor T1 akan terus menghantar samapai arus i1 jatuh ke nol pada t= . Sudut hantar tiristor
T1 adalah = - dan tergantung pada sudut tunda dan sudut faktor daya beban . Bentuk gelombang
untuk arus tiristor, pulsa penyulutan, dan tegangan masukan diperlihatkan pada gambar 4b. Efek beban
induktif terhadap tegangan dan arus beban diperlihatkan pada gambar 5.
Gambar 4. Pengaturan
gelombang penuh satu
fasa dengan beban
induktif.
1
4𝑉𝑠 2 𝛽 2
= 4𝜋 𝛼
1 − cos 2𝜔𝑡 𝑑(𝜔𝑡)
1
1 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 𝑠𝑖𝑛 2𝛽 2
= VS 𝜋
𝛽−𝛼+ 2
− 2
Arus rms tiristor dapatditentukan dengan
1
1 𝛽 2 2
IR = 2𝜋 𝛼
𝑖1 𝑑(𝜔𝑡)
1
𝑅 𝛼 2 2
𝑉𝑧 1 𝛽 −𝑡
= 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 𝜃 − 𝑠𝑖𝑛 𝛼 − 𝜃 𝑒 𝐿 𝜔 𝑑(𝜔𝑡)
𝑍 𝜋 𝛼
Arus rms keluaran dapat ditentukan oleh kombinasi dari setiap arus thyristor
1
IO = 𝐼𝑟 2 + 𝐼𝑟 2 2
= 2IR
Diagram rangkaian pengaturan gelombang penuh tiga fasa diperlihatkan pada gambar 6
dengan beban resistif hubungan bintang. Tiristor T2, T4 dan T6 untuk arus balik ke sumber, dan urutan
(sequence) penyulutan tiristor adalah T1, T2, T3, T4, T5 , T6.
2𝜋
VBN = 2𝑉𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 3
4𝜋
VCN = 2𝑉𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 3
𝜋
VBC = 6𝑉𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 − 2
7𝜋
VCA = 6𝑉𝑠 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 −
6
Bentuk gelombang tegangan masukan, sudut menghantar tiristor, dan tegangan fasa keluaran
diperlihatkan pada gambar 7 (a) untuk = 60o dan (b) = 120o. Untuk 0 60o secara serentak
sebelum T1 tersulut, dua tiristor menghantar. Ketika T1 disulut, tiga tiristor menghantar. Sebuah tiristor
padam ketika arus membalik.
Ga
Untuk 60o 90o, hanya ada dua tiristor menghantar pada setiapsaat. Untuk 90 o 150o ,
meskipun dua tiristor yang menghantar, ini adalah perioda ketika tidak ada tiristor on. Untuk 150o
adalah bukan perioda untuk dua tiristor menghantar dan tegangan keluaran menjadi nol pada =150o.
Jadi jangkah sudut tunda adalah 0 150o.
Tegangan rms keluaran untuk beban hubungan bintang dapat ditentukan sebagai berikut :
𝜋 𝜋 2𝜋 𝜋
2 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡 2+𝛼 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡 3 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡 2+𝛼 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡
= 6𝑉𝑠 2𝜋 𝛼
3
3
𝑑 𝜔𝑡 + 𝜋
4
𝑑 𝜔𝑡 + 𝜋
3
𝑑(𝜔𝑡) + 𝜋
4
𝑑 𝜔𝑡 +
4 3+𝛼 2
1
2
𝜋 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡
2𝜋 𝑑 𝜔𝑡
3 3
1
1 𝜋 𝛼 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 2
= 6𝑉𝑠 𝜋 6
−4+ 8
1
1 𝜋 3𝑠𝑖𝑛 2𝛼 3 cos 2𝛼 2
= 6𝑉𝑠 + +
𝜋 12 16 16
1
1 5𝜋 𝛼 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 3 𝑐𝑜𝑠 2𝛼 2
= 6𝑉𝑠 𝜋 24
−4+ 16
+ 16
1. Pengendali tegangan ac 1 fasa 2 arah mempunyai tegangan masukan efektif 120 V dan beban
resistif 6 ohm. Besarnya sudut perlambatan penyalaan thyristor . Tentukan:
Penyelesaian :
𝜋
𝛼= = 90°, 𝑉𝑠 = 120𝑉, 𝑅 = 6Ω
2
Besarnya tegangan efektif keluaran
1
1 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 2
VO = VS 𝜋
𝜋−𝛼+ 2
1
1 𝜋 𝑠𝑖𝑛 280 2
= 120 𝜋− +
𝜋 2 2
VO = 84,85 Volt
Daya Beban
PO = IO2 x R
IS = IO = 14,13 A
𝑉𝑚
= 2𝜋𝑅 1 + 𝑐𝑜𝑠𝛼 ; Vm = 2 𝑉𝑠
2 ×120
= 2𝜋 ×6
1 + 𝑐𝑜𝑠90 = 4,5 𝐴
1 𝜋 𝑉𝑚 2 𝑠𝑖𝑛 2 𝜔𝑡
IT(RMS) = 𝑑(𝜔𝑡)
2𝜋 𝛼 𝑅2
𝑉𝑚 2 𝜋 1−𝑐𝑜𝑠 2𝜔𝑡
= 𝑑(𝜔𝑡)
2𝜋 𝑅 2 𝛼 2
1
𝑉𝑚 1 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 2
= 2𝑅 𝜋
𝜋−𝛼+ 2
1
2 𝑉𝑠 1 𝑠𝑖𝑛 2𝛼 2
= 2𝑅 𝜋
𝜋−𝛼+ 2
1
2×120 1 𝜋 𝑠𝑖𝑛 180 2
= 2×6 𝜋
𝜋−2+ 2
= 10 A
SOAL
3. Pengendali tegangan ac 1 fasa 1 arah menggunakan 1 buah thyrisor dan 1 buah dioda
yang terpasanga secara antiparalel dan terhubung pada beban pemanas (heater) 1 kW,
230 V. Tentukan daya beban untuk sudut penyalaan thyristor sebesar 450.
Jawaban :
2. Pada kontrol on-off saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber ac untuk
beberapa siklus tegangan masukan dan memutuskan-nya untuk beberapa siklus yang
lain.
Pada kontrol fasa, saklar thyristor menghubungkan beban dengan sumber ac untuk
setiap bagian siklus tegangan masukan.
3. Diketahui
𝜋
𝛼= = 45°, 𝑉𝑠 = 230𝑉 PO = 1Kw =1000W
4
Vo x Io 𝑉𝑜 2
Jadi , PO = VO x IO = 𝑅
= 𝑅
𝑉𝑜 2 230 2
R= 𝑃𝑜
= 1000 = 52,9 Ω
1
1 𝜋 𝑠𝑖𝑛 90 2
= VS 2𝜋
2𝜋 − 4 + 2
= 224,7157 V
Daya beban
PO = IO2 x R
= (4,25)2 x 42,9
= 954,56 Watt