Anda di halaman 1dari 8

PENGELOLAAN RADIASI LINGKUNGAN

“IRADIASI PANGAN”

Dosen Pengajar :
Agus Riyanto, SKM., M.KM
Dr. Nursama Heru A. S.Si., M.Si

Disusun Oleh :

Rafli Teguh Imani Putra P23133117079

3-DIV B Kesehatan Lingkungan

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II


Jl. Hang Jebat III F3/3 Gunung Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Jakarta
2020
A. PENGERTIAN IRADIASI PANGAN
Iradiasi pangan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan
zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan
pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen. Iradiasi pangan merupakan proses yang
aman dan telah disetujui oleh lebih kurang 50 negara di dunia dan telah diterapkan secara
komersial selama puluhan tahun di USA, Jepang dan beberapa negara Eropa.
Proses iradiasi dilaksanakan dengan melewatkan / pemaparan pangan (baik yang dikemas
maupun curah) pada radiasi ionisasi dalam jumlah dan waktu yang terkontrol untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Di samping untuk alasan keamanan pangan, iradiasi juga dapat
dimanfaatkan untuk menunda pematangan beberapa jenis buah-buahan dan sayuran dengan
perubahan proses fisiologi jaringan tanaman serta untuk menghambat pertunasan dari umbi-
umbian. Proses ini tidak akan meningkatkan tingkat radioaktivitas pangan. Gelombang energi
yang dilepas selama proses dapat mencegah pembelahan mikroorganisme penyebab
pembusukan pangan seperti bakteri dan jamur melalui perubahan struktur molekul.
Dalam meiradiasi pangan, sumber radiasi yang boleh digunakan adalah :
 Sinar Gamma dari radionuklida 60Co atau 137Cs
 Sinar X yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau
dibawah 5 MeV
 Elektron yang dihasilkan dari mesin sumber yang dioperasikan dengan energi pada atau
dibawah 10 MeV

B. MANFAAT IRADIASI PANGAN


Iradiasi pangan cukup memberikan manfaat yang luas baik bagi industri pangan maupun
bagi konsumen antara lain:
 Mengurangi mikroorganisme patogen, sehingga dapat mengurangi penyakit infeksi,
akibatnya biaya yang timbul untuk pengobatan dapat ditekan.
 Dekontaminasi bumbu, rempah dll sehingga tidak merusak rasa dan aromanya.
 Memperpanjang masa simpan, sehingga frekwensi transportasi distribusi pangan
berkurang, akibatnya dampak transportasi terhadap udara dan lingkungan juga berkurang
dan kebutuhan energi untuk transportasi juga dapat ditekan.
 Mencegah serangan/disinfestasi serangga sehingga dapat menekan berkurangnya gandum,
tepung, serealia, kacang-kacangan dll karena serangan serangga.
 Menghambat pertunasan
 Ekonomis, tidak banyak pangan yang terbuang karena busuk.
 Iradiasi dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah besar, baik dalam bentuk curah
maupun dikemas.
 Iradiasi tidak merubah kesegaran produk (karena tidak menggunakan panas).

 Keamanan pangan Iradiasi


Codex Alimentarius Commission telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan
bahwa iradiasi pangan dengan dosis rata-rata sampai dengan 10 kGy tidak menimbulkan
bahaya toksisitas dan tidak memerlukan pengujian lebih lanjut. Studi keamanan pangan
iradiasi juga dilakukan di berbagai negara baik terhadap hewan percobaan maupun studi klinis
pada manusia. Dari hasil studi yang dilakukan menunjukkan bahwa :
1. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi radioaktif. Proses iradiasi terjadi dengan
melewatkan pangan dengan suatu sumber radiasi dengan kecepatan dan dosis yang
terkontrol dan pangan tersebut tidak pernah kontak langsung dengan sumber radiasi.
Ketika perlakuan iradiasi dihentikan, tidak ada energi yang tersisa dalam pangan.
2. Iradiasi tidak menyebabkan pangan menjadi toksik. Semenjak tahun 1940-an pangan
iradiasi selalu diteliti dengan seksama terkait dengan toksisitasnya sebelum proses iradiasi
diterapkan terhadap suatu pangan.
3. Konsumsi pangan iradiasi tidak menyebabkan terjadinya perkembangan kromosom tidak
normal.
4. Perubahan kimia yang terjadi pada pangan iradiasi seperti pembentukan produk radiolitik,
adalah produk yang juga terbentuk karena proses pemanasan seperti glukosa asam format,
asetaldehida dan karbondioksida. Keamanan produk radiolitik ini telah diuji secara
seksama dan tidak ditemukan bahaya yang ditimbulkannya.
5. Iradiasi tidak menimbulkan terjadinya pembentukan radikal bebas. Radikal bebas juga
terbentuk selama proses pengolahan pangan lain seperti pemanggangan roti, penggorengan,
pengeringan beku dan lain-lain.
6. Iradiasi pangan yang dilaksanakan sesuai dengan GMP tidak meningkatkan risiko
botulisme.
 Nilai Gizi Pangan Iradiasi
Tidak satupun proses pengolahan dan pengawetan pangan dapat meningkatkan nilai gizi
pangan. Karena iradiasi merupakan proses yang tidak menggunakan panas sehingga
kehilangan zat gizi terjadi dalam jumlah minimal dan lebih kecil dari pada proses pengawetan
lain seperti pengalengan, pengeringan dan pasteurisasi. Codex Alimentarius Commission dan
International Atomic Energy Agency (IAEA), telah melakukan berbagai kajian dan
menyatakan bahwa iradiasi tidak menimbukan masalah gizi khusus pada pangan. Bahkan
hasil sidang FAO, WHO dan IAEA di Jenewa pada tahun 1997 yang membahas iradiasi
dengan dosis tinggi (>10 kGy) menyimpulkan bahwa dosis di atas 10 kGy tidak menyebabkan
kehilangan zat gizi yang dapat berdampak terhadap status gizi manusia.

C. PROSES IRADIASI PANGAN


Pada dasarnya, proses iradiasi hampir sama dengan proses pasteurisasi atau sterilisasi
pada susu, yaitu memberikan energy dengan intensitas cukup tinggi untuk membunuh
berbagai kontaminan biologis yang merugikan. Sumber sinar yang digunakan untuk meradiasi
bahan pangan adalah sinar yang dapat mengionisasi objek yang diradiasi, biasanya terdiri dari
sinar Gamma, berkas electron, dan sinar-X. Sinar gamma dihasilkan oleh isotop radioaktif
seperti  Cobalt-60 atau Cesium-137. Cobalt-60 adalah sumber yang paling banyak digunakan
dalam menghasilkan radiasi sinar gamma. Berkas sinar electron dihasilkan dari akselerator
linear yang disuplai tenaga listrik.
Prinsip kerja iradiasi dengan berkas sinar electron pada dasarnya, akselerator sebagai
pembangkit berkas sinar electron berfungsi seperti tube televisi. Electron tersebar dan
memukul layar phosphorescent dengan energy yang cukup rendah. Electron terkonsentrasi
dan kecepatannnya dipercepat menjadi 99% kecepatan cahaya. Berkas sinar tersebut
menembus objek yang berupa bahan pangan. Reaksi yang sangat cepat pada permukaan
molekul akan menyebabkan bakteri yang menempel rusak seketika. Sayangnya, karena
menggunakan energy listrik, iradiasi dengan menggunakan sinar gamma lebih disukai.
Pengaturan dosis iradiasi terhadap berbagai bahan pangan dilakukan dengan mengatur
kecepatan konveyor yang membawa bahan pangan ke kamar iradiasi.
Dalam iradiasi bahan pangan, dosis yang diberikan berbeda untuk setiap jenis makanan.
Dosis dalam hal ini bukanlah sesuatu yang ditambahkan ke dalam zat pangan melainkan
jumlah radiasi yang diserap bahan pangan selama kontak dengan sinar iradiasi dan selang
waktu proses iradiasi.
Dalam proses produksi iradiasi sinar gamma, tidak seperti iradiasi berkas sinar electron
yang menggunakan listrik, cobalt-60 diproduksi secara offsite dalam reactor nuklir dan
ditransportasikan dengan menggunakan container khusus ke area proses iradiasi. Co-60
merupakan logam radioaktif padat yang dibawa dalam ontainer stainless steel yang dilas dan
terbungkus rapi yang disebut sealed source. Sealed source  tersebut mengandung Co-60 tapi
memungkinkan foton (radiasi) yang dapat melewati bungkus dan mencapai bahan pangan atau
makanan jadi yang akan diiradiasi. Karena Co-60 tidak memiliki massa, foton akan
menembus lebih dari 60 cm dari produk teriradiasi pada kedua sisi. Irradiator gamma bekerja
dalam sebuah ruangan radiasi yang memiliki pelindung berupa baja padat. Co-60 secara
berkesinambungan mengemisikan radiasi dan tak dapat dihentikan sampai bahan habis. Untuk
mengamankan para operator.
Intensitas sinar iradiasi ini dinyatakan dengan satuan Gray (Gy) yang berarti dosis sinar
yang diserap yang setara dengan 1 joule per kilogram material terserap. Peraturan FDA (Food
and Drug Association) menyatakan bahwa 1 kilogray (kGy) setara dengan 1000 Gy, serta
mengkategorikan irradiasi ke dalam 3 kelompok yaitu
1) Kelompok dengan dosis iradiasi  di bawah 1 kGy dengan tujuan untuk mengontrol
serangga dalam bahan pangan, menghambat pertunasan (kentang, bawang, jahe),
Menunda proses fisiologis (misalnya pematangan pada sayur dan buah ), mengontrol
Trichinae dalam daging babi, dan menghambat penuaan buah dan sayuran. 
2) Kelompok dengan dosis iradiasi menengah yaitu antara 1-10 kGy dan digunakan untuk
memperpanjang masa simpan, eliminasi mikroba pembusuk dan patogen : 1.0 - 7.0 kGy
pada : pangan laut segar dan beku, ternak dan daging segar maupun beku, mengontrol
bakteri pathogen dalam daging, unggas, dan ikan, memperbaiki teknologi pangan serta
mencegah berjamurnya strawberi dan buah-buahan yang lainnya.
3) Kelompok dengan dosis iradiasi tinggi yaitu di atas 10 kGy yang dapat digunakan untuk
membunuh mikroorganisme dan serangga dalam bahan pangan dan juga untuk
sterilisasi bahan pangan dan makanan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah, bahwa produk bahan pangan atau makanan jadi
diiradiasi setelah proses pengemasan, sehingga akan meminimalisasi rekontaminasi.
Walaupun berbeda prinsip kerja, iradiasi dapat disebut juga dengan pasteurisasi dingin karena
dilakukan pada temperature ambient. Proses iradiasi dilakukan dengan melewatkan atau
memaparkan pangan (baik yang dikemas maupun curah) pada radiasi ionisasi dalam jumlah
dan waktu yang terkontrol untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pangan yang telah
dilakukan proses iradiasi disebut pangan iradiasi.

D. DAMPAK IRADIASI PANGAN


 Dampak Positif Iradiasi Pangan serta Keamanan Pangan Iradiasi
Iradiasi pangan memberikan manfaat yang luas baik bagi industri pangan maupun
konsumen diantaranya : gelombang energi yang dilepas selama proses iradias dapat
mencegah pembelahan mikroorganisme penyebab pembusukan pangan seperti bakteri dan
jamur melalui perubahan struktur molekul, mengurangi mikrobia patogen, mencegah
serangan serangga pada produk serealia dan kacang-kacangan, ekonomis sebab tidak
banyak pangan yang terbuang akibat busuk, dapat dilakukan untuk pangan dalam jumlah
besar baik yang telah dikemas maupun dalam bentuk curah, dan tidak merubah kesegaran
produk.
Codex telah melakukan berbagai kajian dan menyatakan bahwa iradiasi dengan dosis
rata-rata hingga 10 kGy tidak menimbulkan bahaya toksisitas dan tidak memerlukan
penelitian lebih lanjut. Penelitian tentang keamanan pangan iradiasi juga telah banyak
dilakukan di berbagai negara baik terhadap hewan coba maupun studi klinis pada manusia.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa iradiasi tidak
menimbulkan pangan menjadi radioaktif maupun menjadi toksik, dan tidak menimbulkan
terjadinya pembentukan radikal bebas. Selain itu, mengkonsumsi pangan iradiasi tidak
menyebabkan terjadinya perkembangan kromosom tidak normal. Dengan kata lain,
mengkonsumsi pangan iradiasi adalah aman.

 Dampak negative iradiasi pangan


Dalam kondisi tidak adanya oksigen, radiolosis pada lemak memudahkan
pembelahan ikatan interatomik pada molekul lemak, sehingga akan memproduksi sejumlah
komponen karbondioksida, alkana, alkena dan aldehid. Selain itu, lemak merupakan
komponen yang sangat mudah mengalami oksidasi oleh radikal bebas yang dapat
menghasilkan peroksida, komponen karbonil, alkohol dan lactone. Sehingga konsekuensi
dari iradiasi pangan pada produk pangan yang tinggi lemak adalah timbulnya ketengikan
yang dapat merusak kualitas sensoris produk pangan tersebut. Untuk meminimalisirnya,
pangan berlemak tinggi harus dikemas secara vacuum dan dikondisikan dalam suhu beku
selama proses iradiasi berlangsung.
Protein tidak secara signifikan terdegradasi pada dosis iradiasi rendah yang
diterapkan pada industri pangan. Dengan alasan inilah iradiasi dosis rendah tidak dapat
menonaktifkan enzim yang terdapat dalam pangan yang cacat (food spoilage), karena
hampir semua enzim dapat bertahan hingga dosis 10 kGy. Di sisi lain, sejumlah besar
molekul karbohidrat yang berperan dalam membangun struktur bahan pangan mengalami
depolimerisasi atau kerusakan akibat iradiasi. Depolimerisasi ini berdampak pada
berkurangnya kekuatan gelling (gelling power) pada struktur karbohidrat. Selain pada
pangan tinggi lemak, Vitamin A, E dan B1 (thiamin) juga sensitif terhadap iradiasi pangan.
Kehilangan nutrisi pada pangan dapat terjadi selama proses iradiasi apabila udara tidak
dikeluarkan/dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://panganpedia.com/teknologi/teknologi-iradiasi-pangan/

https://iinparlina.wordpress.com/ragam-teknologi/teknologi-pangan/irradiasi-bahan-pangan-dan-
makanan/

Anda mungkin juga menyukai