Anda di halaman 1dari 75

PENGARUH STEAM INHALATION DAN AROMATERAPI

EUCALYPTUS TERHADAP PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD): LITERATURE REVIEW

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH:

SATRIANA

1911102412054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

1
PENGARUH STEAM INHALATION DAN AROMATERAPI EUCALYPTUS

TERHADAP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DI

RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD): LITERATURE REVIEW

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ners Keperawatan

DISUSUN OLEH :

Satriana, S.Kep
1911102412054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
2020

2
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Satriana
NIM : 1911102412054
Program Studi : Profesi Ners
Judul KIA-N : PENGARUH STEAM INHALATION DAN
AROMATERAPI EUCALYPTUS TERHADAP PASIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD):
LITERATURE REVIEW

Menyatakan bahwa karya ilmiah akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain
yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Semua sumber baik yang
dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Samarinda,...............................

Materai

Rp. 6000

Satriana
NIM. 1911102412054

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH STEAM INHALATION DAN AROMATERAPI EUCALYPTUS


TERHADAP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD): LITERATURE REVIEW

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :

Satriana, S.Kep
1911102412054

Disetujui untuk diujikan


Pada tanggal, 6 Agustus 2020

Pembimbing

Ns. Alfi Ari Fakhrur Rizal., M.Kep


NIDN : 1111038601

Mengetahui,
Koordinator MK. Elektif

Ns. Siti Khoiroh Muflhatin., M.Kep


NIDN : 1115017703

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH STEAM INHALATION DAN AROMATERAPI EUCALYPTUS


TERHADAP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DI
RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) : LITERATURE REVIEW

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH :

Satriana, S.Kep
1911102412054

Disetujui untuk diujikan


Pada tanggal, 6 Agustus 2020

Penguji 1 Penguji 2 Penguji 3

Ns. Zainudin., M.Kep Ns. Maridi M.Dridjo., M.Kep Ns. Alfi Ari Fakhrur R.,M.Kep
NIP. 19720125 199703 1 004 NIDN. 1125037202 NIDN : 1111038601

Mengetahui,
Koordinator MK. Elektif

Ns. Siti Khoiroh Muflhatin., M.Kep


NIDN : 1115017703

KATA PENGANTAR

iv
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillah, Puji Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT

yang telah memberikan kesehatan, kekuatan kepada penulis dan atas berkat

rahmat, karunia serta ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Akhir-Ners ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan

kita Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam beserta keluarga,

sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman.

Karya Ilmiah Akhir-Ners ini berjudul “Pengaruh Steam Inhalation Dan

Aromaterapi Eucalyptus Terhadap Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan

Di Ruang Instalasi Gawat Darurat (Igd)” disusun dalam rangka memenuhi salah

satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Profesi Ners Keperawatan di

Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur tahun 2020.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners ini

tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dukungan, bantuan serta motivasi dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas serta yang sebesar-

besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Setiaji selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur.

2. Bapak Ghozali MH, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan

Farmasi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

v
3. Ibu Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi

Ners Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

4. Ibu Ns. Siti Khoiroh Muflihatin, M.Kep selaku Koordinator Mata Kuliah

Elektif yang telah banyak membantu dalam proses pembuatan Karya Ilmiah

Akhir-Ners ini.

5. Bapak Ns. Alfi Ari Fahrurizal.,M.Kep selaku Dosen Pembimbing sekaligus

menjadi Penguji III yang telah banyak memberikan bimbingan, saran,

masukan dan motivasi kepada penulis hingga Karya Ilmiah Akhir-Ners ini

dapat selesai.

6. Bapak Ns. Zainudin., M.Kep selaku Penguji I yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan arahan serta saran

dalam proses perbaikan Karya Ilmiah Akhir-Ners ini.

7. Bapak Ns. Maridi M.Dridjo., M.Kep selaku Penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan arahan serta saran

dalam proses perbaikan Karya Ilmiah Akhir-Ners ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen dan seluruh Staf Universitas Muhammadiyah

Kalimantan Timur.

9. Kedua orang tua, kakak-kakak, adik-adik, dan seluruh keluarga saya yang

terkasih yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan serta do’a

kepada saya dalam penulisan Karya Ilmiah Akhir-Ners ini.

10. Teman-teman Program Studi Profesi Ners Keperawatan Universitas

Muhammadiyah Kalimantan Timur Angkatan 2020, anda semua adalah

teman terhebat dan luar biasa yang pernah saya kenal.

vi
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan, mendapatkan balasan pahala

dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Aamiin.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Akhir-Ners ini masih terdapat

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu kritik dan saran

yang membangun sangat penulis harapkan sehingga Karya Ilmiah Akhir-Ners ini

dapat bermanfaat untuk semua pihak dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Akhirnya, penulis berharap semoga Karya Ilmiah Akhir-Ners ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis dan juga bagi kita semua. Aamiin ya

rabbal’alamin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Samarinda, 01 Agustus 2020.

Penulis,

vii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Halaman Judul
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian ii
Halaman Persetujuan iii
Halaman Pengesahan iv
Kata Pengantar v
Daftar Isi viii
Daftar Tabel x
Daftar Bagan xi
Daftar Lampiran xii
Intisari xiii
Abstrack xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Perumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA 5
1. Pengertian Pernafasan ............ 5
2. Organ Pada Saluran Pernafasan..... 5
3. Mekanisme Kerja Sistem Pernafasan 7
4. Gangguan Sistem Pernafasan 8
B. Konsep Terapi Steam Inhalation 21
C. Konsep Minyak Kayu Putih...............................................................25
D. Konsep Steam Inhalation & aromaterapi Eucalyptus Terhadap Gangguan
Sistem Pernapasan..............................................................................28

viii
BAB III METODE
A. Desain Penelitian 30
B. Pencarian Literatur 30
C. Kriteria Inklusi dan Eklusi 32
D. Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil dan Analisis 34
B. Pembahasan 39

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 45
B. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.........................................................................................................27
Tabel 2.2.........................................................................................................27
Tabel 4.1 Hasil Analisis 41

x
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Flow Gram 33

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata Peneliti 51


Lampiran 2 Standar Operasional Prosedur ............................. 42
Lampiran 3 Lembar Konsultasi 54

xii
PENGARUH STEAM INHALATION DAN AROMATERAPI EUCALYPTUS
TERHADAP PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD):
LITERATURE REVIEW
Satriana1, Alfi Ari Fahrurizal2
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Farmasi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

E-Mail : Nhanasatriana19@gmail.com

INTISARI

Dampak yang muncul dari kehidupam modern adalah terbentuknya pencemaran


lingkungan salah satunya adalah udara. Salah satu penyakit yang sering muncul di
masyarakat akibat hal ini adalah penyakit gangguan pernafasan.Gangguan system
pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.Infeksi saluran
pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ tubuh lain
dan berkisar dari flu biasa dengan gejala serta gangguan yang relative ringan sampai
pneumonia berat. Pemberian terapi obat pada gangguan pernapasan dapat dengan
berbagai macam cara yaitu parenteral, oral atau inhalasi. Penggunaan terapi inhalasi
bermanfaat dan efektif digunakan, salah satu terapi inhalasi yang mudah digunakan yaitu
dengan terapi steam inhalation dan aromaterapi eucalyptus. Karya Ilmiah Akhir-Ners
(KIA-N) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh steam inhalation dan aromaterapi
eucalyptus terhadap gangguan system pernapasan di Instalasi Gawat Darurat. Penelitian
ini menggunakan metode studi literatur review dengan databased melalui google scholer,
research gate, Proquest, NCBI dan Pubmed dengan intervensi yang digunakan adalah
Steam Inhalation dan aromaterapi Eucalyptus terhadap Gangguan Pernapasan.
Berdasarkan hasil analisis litertur review terhadap 10 jurnal terkait didapatkan hasil
penelitian bahwa Steam Inhalation dan aromaterapi Eucalyptus terbukti sangat efektif
dan mudah dilakukan dirumah serta berpengaruh dalam mengurangi gejala pada
gangguan sistem pernapasan.
Kata Kunci :Steam Inhalation, Eucalyptus, Gangguan Sistem Pernapasan

Kata Kunci :
1
Mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
2
Dosen Profesi Ners Keperawatan Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

xiii
THE EFFECT OF STEAM INHALATION AND EUCALYPTUS
AROMATERAPY ON PATIENTS WITH RESPIRATORY SYSTEM DISORDERS
IN THE EMERGENCY UNIT

Satriana1, Alfi Ari Fahrurrizal2


Faculty of Health Sciences and Pharmacy, Muhammadiyah University of East Borneo

E-Mail : Nhanasatriana19@gmail.com

ABSTRACT

The impact that arises from modern life is the formation of environmental pollution one
of which is air. One of the diseases that often arises in the community due to this is a
respiratory disorder. Respiratory system disorders are a major cause of morbidity and
mortality. Respiratory infections are far more common than other bodily system
infections and range from the common cold with symptoms and disorders that are
relatively mild to severe pneumonia. Giving drug therapy in respiratory disorders can be
in various ways, namely parenteral, oral or inhalation. The use of inhalation therapy is
useful and effective to use, one of the inhalation therapies that is easy to use is with steam
inhalation therapy and eucalyptus aromatherapy. The Scientific Work of Late-Nurse
(KIA-N) aims to determine the effect of steam inhalation and eucalyptus aromatherapy
on respiratory system disorders in the Emergency Department. This study uses a
literature review study method with databased through google scholer, research gate,
Proquest, NCBI and Pubmed with the interventions used are Steam Inhalation and
Eucalyptus aromatherapy for Respiratory Disorders. Based on the results of a literature
review analysis of 10 related journals, it was found that the Steam Inhalation and
Eucalyptus aromatherapy proved to be very effective and easy to do at home and had an
effect on reducing symptoms in respiratory system disorders.

Keyword : Steam Inhalation, Eucalyptus, Respiratory System Disorders

1
Student Nursing Profession at Muhammadiyah University of East Borneo
2
Lecture Nursing Profession at Muhammadiyah University of East Borneo

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dampak yang muncul dari kehidupam modern adalah terbentuknya

pencemaran lingkungan salah satunya adalah udara. Salah satu penyakit

yang sering muncul di masyarakat akibat hal ini adalah penyakit gangguan

pernafasan. Gangguan system pernafasan merupakan penyebab utama

morbiditas dan mortalitas.Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering

terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar

dari flu biasa dengan gejala serta gangguan yang relative ringan sampai

pneumonia berat. Gangguan sistem pernafasan meliputi penyakit menular

dan penyakit tidak menular. Yang tergolong gangguan pernapasan

penyakit menular yaitu ISPA, Pneumonia, Tuberculosis Paru dan yang

tergolong tidak menular yaitu Asma.

Berdasarkan WHO pada tahun 2014, kasus yang berhubungan dengan

penyakit paru-paru di Indonesia sebesar 66% dengan estimasi angka

kematian cukup tinggi dan merupakan salah satu penyebab kematian

tertinggi di Indonesia.

Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia menurut hasil Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) 2018 menurut diagnosis oleh Tenaga kesehatan

(dokter, perawat atau bidan) atau gejala yang pernah dialami oleh ART

sebesar 9,3%, Pneumonia sebesar 4 %, tuberculosis paru sebesar 0,4 %,

1
2

Asma 2,4 %. Kalimantan timur menduduki peringkat ke-23 dari 34

provinsidi Indonesia.

Pemberian terapi obat pada gangguan pernapasan dapat dengan

berbagai macam cara yaitu parenteral, oral atau inhalasi. Terdapat

alternative tindakan lain untuk mengatasi masalah yang terkait dengan

gangguan pernapasan yaitu dengan steam inhalation dan aromaterapi

eucalyptus. Dalam penelitian (Pramudaningsih, Afriani 2019) didapatkan

Adanya pengaruh terapi inhalasi uap dengan aromaterapi eucalyotus

terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma bronkial.

Steam inhalation (inhalasi uap) adalah menghirup uap hangat dari air

mendidih. Penguapan tersebut menggunakan air panas dengan suhu 42˚C–

44˚C. Tindakan ini memiliki sejumlah efek terapeutik, di antaranya

berguna untuk mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta di

bawah saluran pernapasan. Penguapan ini juga berguna sebagai

ekspektoran alami dan penekan batuk (Akhavani, 2015). Sedangkan

Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Maleleuca leucadendra

dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil

penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan

efek mukolitik (mengencerkan dahak), bronchodilating (melegakan

pernapasan), anti-inflamasi dan menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus

paru obstruktif kronis dengan baik seperti kasus pasien dengan asma dan

rhinosinusitis.
3

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian Literature Review Pengaruh Steam Inhalation dan Aromaterapi

Eucalyptus terhadap pasien dengan gangguan sistem pernapasan..

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka penulis

membuat rumusan masalah: “Pengaruh steam inhalation dan Aromaterapi

Eucalyptus terhadap pasien dengan gangguan sistem pernapasan”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh terapi steam inhalation dan aromaterapi

eucalyptus terhadap pasien dengan gangguan sistem pernapasan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempelajari,

mengidentifikasi, mengembangkan potensi diri dalam masalah

kesehatan, dan mengembangkan teori-teori yang didapatkan dari

kampus. Terutama kemampuan dalam membuat penelitian. Serta

sebagai penerapan pada mata kuliah Riset Keperawatan.

2. Bagi Institusi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

Samarinda

Dapat dijadikan sebagai sumber referensi ataupun perbandingan bagi

pelayanan kesehatan terkait penyakit gangguan sistem pernapasan.


4

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai data awal atau data penunjang untuk mengetahui apakah

efektivitas pemberian terapi uap air dan aromaterapi eucalyptus

terhadap pasien ISPA.

4. Bagi tenaga kesehatan

Sebagai data awal atau data penunjang untuk meningkatkan intervensi

yang efektif untuk menurunkan kasus pasien ISPA dengan pemberian

terapi non-farmakologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TELAAH PUSTAKA

1. KONSEP SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

a. Pengertian pernapasan

Pernapasan adalah saluran proses ganda yaitu

terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan (pernapasan

dalam), yang terjadi di di dalam paru-paru disebut

pernapasan luar. Pada pernapsan melalui paru-paru atau

respirasi eksternal, oksigen (O2) dihisap melalui hidung

dan mulut. Udara ditarik ke dalam paru-paru pada

waktu menarik napas dan didorong keluar paru-

paru pada waktu mengeluarkan napas (Pearce, 2009).

b. Organ pada saluran pernapasan

1).Nares Anterior adalah saluran-saluran di dalam

lubang hidung. Saluran-slauran itu bermuara ke

dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum

(rongga) hidung. Vestibulum ini dilapisi epitelium

bergaris yang bersambung dengan kulit.

2)Rongga Hidung dilapisi selaput lendir yang kaya

akan pembuluh darah, bersambung dengan lapisan

faring dan selaput lendir semua sinus yang

mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.

5
6

3)Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan

usofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.

Maka letaknya di belakang hidung (nasofaring),

dibelakang mulut (orofaring), dan di belakang laring

(faring-laringed).

4)Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah

farin yang memisahkannya dari kolumna vertebrata,

berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrata

servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya.

5)Trakea atau batang tenggorok kira-kira sembilan

sentimeter panjangnya. Trakea berjalan dari laring

kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di

tempat ini bercabang menjadi dua bronkus (bronki).

Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh

lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang rawan

yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang

melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea,

selain itu juga memuat beberapa otot.

6)Paru-paru, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru

mengisi rongga dada. Terletak di sebelah kanan dan

kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta

pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang

terletak di dalam medistinum.


7

7)Bronkus Pulmonalis, trakea terbelah menajdi dua

bronkus utama, bronkus ini bercabang lagi sebelum

masuk paru-paru. Dalam perjalanannya menjelajahi

paru-paru, bronkus-bronkus

pulmonaris bercabang dan beranting lagi banyak sekali

(Pearce, 2009).

8)Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan

yang berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya

tipis, lembap, dan berlekatan erat dengan kapiler-kapiler

darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih

dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan

dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan

terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan

penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke

sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara

( Purnomo. Dkk, 2009). Menurut Hogan (2011),

Membran alveolaris adalah permukaan tempat

terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon

dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam

pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia

melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.

c. Mekanisme kerja sistem pernapasan

Menurut Irianto (2008) mekanisme terjadinya

pernapasan terbagi dua yaitu:


8

1)Inspirasi (menarik napas) Sebelum menarik napas

(inspirasi) kedudukan diafragma melengkung ke arah

rongga dada, dan otot-otot dalam keadaan mengendur.

Bila otot diafragma berkontraksi, maka diafragma

akan mendatar. Pada waktu inspirasi maksimum, otot

antar tulang rusuk berkontraksi sehingga tulang

rusuk terangkat. Keadaan ini menambah besarnya

rongga dada. Mendatarnya diafragma dan terangkatnya

tulang rusuk, menyebabkan rongga dada bertambah

besar, diikuti mengembangnya paru-paru, sehingga

udara luar melalui hidung, melalui batang tenggorok

(bronkus), kemudian masuk ke paru-paru.

2)Ekspirasi (menghembus napas) Bila otot antar tulang

rusuk dan otot diafragma mengendur, maka

diafragma akan melengkung ke arah rongga dada lagi,

dan tulang rusuk akan kembali ke posisi semula.

Kedua hal tersebut menyebabkan rongga dada

mengecil, akibatnya udara dalam paru-paru terdorong

ke luar. Inilah yang disebut mekanisme ekspirasi.

d. Gangguan sistem pernapasan

Gangguan sistem pernapasan merupakan penyebab

utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi saluran

pernapasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan

dengan infeksi sistem organ yang lain (Price & Wilson,


9

2005). Macam-macam kelainan dan gangguan yang

umum pada sistem pernapasan menurut

Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernapasan (2016)

antara lain:

1) Asma

a) Definisi

Menurut Global Initiative for Asthma

(GINA) tahun 2015, asma didefinisikan

sebagai suatu penyakit yang heterogen, yang

dikarakteristir oleh adanya inflamasi kronis pada

saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh

adanya riwayat gejala gangguan pernapasan

seperti mengi, nafas terengah-engah, dada

terasa berat/tertekan dan batuk, yang bervariasi

waktu dan intensitasnya, diikuti dengan

keterbatasan aliran udara yang bervariasi.

b) Patofisiologi

Para ahli mengemukakan bahwa asma

merupakan penyakit inflamasi pada saluran

nafas, yang ditandai dengan bronkokonstriksi,

inflamasi dan respon yang berlebihan

terhadap rangsanagn (hyperresponsiveness).

Selain itu juga erdapat penghambatan terhadap

aliran udara dan penurunan kecepatan aliran


10

udara akibat penyempitan bronkus.

Akibatnya terjadi hiperinflasidistal, perubahan

mekanis paru-paru, dan meningkatnya kualitas

bernafas. Selain itu juga terjadi peningkatan

sekresi mukus.

c) Manifestasi klinis

Penanda utama untuk mendiagnosis adanya

asma antara lain mengi pada saat menghirup

nafas, riwayat batuk yang memburuk pada

malam hari, dada sesak yang terjadi berulang,

dan nafas tersengal-sengal, hambatan

pernapasan yang reversible secara bervariasi

selama siang hari, adanya peningkatan gejala

pada saat olahraga, infeksi virus, eskposur

allergen, dan perubahan musim, terbangun

malam-malam dengan gejala seperti di atas.

2) PPOK

a) Definisi

Menurut “The National Hearth, Lung, and Blood

Institute (NHLBI)” dan WHO, Chronic

Obstructive Pulmonary Disease (COPD = PPOK)

didefiniskan sebagai penyakit yang bisa dicegah

atau diatasi, yang dikarakteristir dengan adanya

keterbatasan aliran udara yang menetap, yang


11

biasanya bersifat progresif, dan terkait dengan

adanya respon inflamasi kronis saluran napas

dan paru-paru terhadap gas atau partikel

berbahaya. Serangan akut dan komorbiditas

berpengaruh terhadap keparahan penyakit secara

keseluruhan.

b) Patofisiologi

Dua gambaran klinis yang terjadi pada PPOK

adalah bronkithis kronis atau emfisema.

(1) Bronkithis kronis

Secara normal silia dan mucus di

bronkus melindungi dari inhalasi iritan,

yaitu dengan menangkap dan

mengeluarkannya. Iritasi yang terus-menerus

seperti asap rokok atau polutan dapat

menyebabkan respon yang berlebihan pada

mekanisme pertahanan ini. Asap rokok

menghambat pembersihan mukosiliar

(mucociliary clearance). Iritasi asap rokok

juga menyebabkan inflamasi bronkiolus

(bronkiolitis) dan alveoli (alveolitis).

Akibatnya makrofag dan neutrophil

berinfiltrasi ke epitel dan memperkuat

tingkatan kerusakan epitel. bersama dengan


12

adanya produksi mucus terjadi sumbatan

bronkiolus dan alveoli. Dengan banyak mucus

yang kental dan lengket serta menurunnya

pembersihan mukosiliar menyebabkan risiko

infeksi.

(2) Emfisema

Pada emfisema terjadi kerusakan dinding

dalam sinus sehingga permukaan untuk

pertukaran gas berkurang. Tipe emfisema

sentritobular adalah yang berkaitan dengan

PPOK. Emfisema tipe ini menyerang dinding

bronkiolus. Dinding-dinding mulai berlubang,

membesar, dan bergabung dan akhirnya

cenderung menjadi satu ruang.

c) Manifestasi klinis

Diagnosa PPOK ditegaskan berdasarkan

adanya gejala-gejala meliputi batuk kronis,

produksi sputum berlebih, dyspnea, dan riwayat

paparan suatu faktor risiko.

3) Rinitis alergi

a) Definisi

Rinitis Alergi adalah inflamasi pada

membran mukosa nasal yang disebabakan oleh

penghirupan senyawa alergik yang kemudian


13

memicu respon imunologi spesifik yang

melibatkan antibodi immunoglobulin E (IgE).

b) Patofisiologi

Alergen akan berikatan dengan sel T yang

akan mengaktifkan sel B menjadi sel plasma

yang memproduksi Imunoglobulin E (IgE).

IgE akan berikatan dengan reseptornya

dipermukaan sel mast. Paparan antigen

berikutnya akan berikatan dengan IgE yang sudha

berikatan dengan sel mast. Ikatan crosslinking

antara antigen dengan IgE akan memicu

pelepasan mediator dari sel mast, seperti

histamine, yang menyebabkan berbagai gejala

alergi.

c) Manifestasi klinis

Gejala rinitis alergi antara lain hidung berair,

bersin-bersin, hidung tersumbat, pilek, radang

konjungtiva, rasa gatal di mata, hidung, atau

telinga.

4) Batuk

a) Definisi

Batuk adalah proses ekspirasi (penghempusan

nafas) yang eksplosif yang memberikan

mekanisme proteksi normal untuk


14

membersihkan saluran pernapasan dari adanya

sekresi atau benda asing yang mengganggu.

b) Patofisiologi

Batuk diawali dengan insipirasi dalam

diikuti dengan penutupan glottis, relaksasi

diafragma, dan kontraksi otot melawan glottis

yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan

positif pada intratoraks yang menyebabkan

penyempitan trakea. Kekuatan eksplosif menyapu

secret dan benda asing yang ada di saluran nafas.

5) Bronkitis Akut

a) Definisi

Bronkithis akut merupakan kejadian infeksi

saluran pernapasan yang paling sering yang

disebabkan oleh 95% infeksi virus dan 5-20%

infeksi bakteri

b) Patofisiologi

Bronkithis akut dikarakterisir oleh

adanya infeksi pada cabang trakeobronkial.

Infeksi ini menyebabkan hipermia dan adema

pada membrane mukosa, yang kemudian

menyebabkan peningkatan sekresi bronkial.

Karena adanya perubahan pada membrane


15

mukosa ini, maka tejadi kerusakan pada lapisan

pembersihan mukosiliar.

c) Manifestasi klinis

Tanda dan gejala bronkithis akut

diawali dengan manifestasi infeksi saluran

pernapasan seperti : hidung berair, tidak enak

badan, menggigil, pegal-pegal, sakit kepala, dan

tenggorkan sakit.

6) Bronkitis Kronis

a) Definisi

Deskripsi standar tentang bronkithis kronis

adalah batuk berdahak yang terjadi selama 2

sediktinya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun

berturut-turut.

b) Patofisiologi

Pasien bronkithis kronis lebih kerap mengalami

infeksi saluran nafas karena terjadinya

kegagalan pembersihan mukosiliar terhadap

inhalasi kronis berbagai senyawa iritan. Faktor

adanya kegagalan pembersihan mukosiliar adalah

adanya proliferasi sel goblet (sel yang

memproduksi mucus) dan pergantian epitel yang

bersilia dan yang tidak bersilia. Hal ini

menyebabkan ketidakmampuan bronkus pada


16

penderita bronkithis kronis untuk membersihkan

dahak yang kental dan lengket.

c) Manifestasi klinis

Gejala dari bronkithis kronis yaitu batuk,

sekresi dahak yang berlebihan, dan kesulitan

bernapas.

7) Tuberkulosis

a) Definisi

Tuberkulosis Paru (TBC) adalah penyakit

radang parenkim paru karena infeksi kuman

Mycobacterium tuberculosis

b) Patofisiologi

Penyakit tuberkulosis ditularkan melalui

udara secara langsung dari penderita TBC

kepada orang lain. Droplet yang mengandung

basil TBC yang dihasilkan dari batuk dapat

melayang di udara hingga kurang lebih dua jam

tergantung pada kualitas ventilasi ruangan.

Droplet akan terdampar pada dinding sistem

pernapasan. Droplet besar akan masuk ke

dalam sistem pernapasan bagian atas, droplet

kecil akan masuk ke dalam alveoli.


17

c) Manifestasi klinis

Sebagian besar orang yang mengalami

infeksi primer tidak menunjukkan gejala yang

berarti. Namun pada penderita infeksi primer yang

menjadi progresif dan sakit, gejalanya berupa

gejala umum berupa demam dan malaise dan

gejala respiratorik berupa batuk kering ataupun

batuk produktif.

8) Salesma

a) Definisi

Salesma adalah penyakit infeksi saluran

pernapasan bagian atas yang disebabkan oleh

virus, walaupun tidak jarang bakteri juga sebagai

penyebab.

b) Patofisiologi

Gejala salesma antara lainpengeluaran cairan

nasal belebihan, sakit tenggorokan, rasa sakit

pada bola mata, demam, menggigil, lesu, sakit

kepala, nyeri otot, malaise, dan anoreksia, batuk,

dyspnea.

9) Pneumonia

a) Definisi

Pneumonia dalam arti umum adalah

peradangan parenkim paru yang disebabkan


18

oleh mikoroorganisme bakteri, virus, jamur,

parasite, namun pneumonia juga disebabkan

oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik

seperti suhu atau radiasi.

b) Patofisiologi

Mikroorganisme masuk ke dalam paru

melalui inhalasi udara dari atmosfer, juga dapat

melalui aspirasi dari nasofaring atau orofaring, tidak

jarang secara perkontunitatum dari daerah di

sekitar paru, ataupun melalui penyebaran secara

heterogen.

c) Manifestasi klinis

Gambaran klinis didahului oleh gejala infeksi

saluran pernapasan akut bagian atas, nyeri

ketika menelan, kemudian demam dengan suhu

sampai diatas 40oC, menggigil, batuk yang

disertai dahak yang kental, kadang-kadang

bersama pus atau darah.

10) Laringitis

a) Definisi

Laringitis adalah peradangan pada laring yang dapat

disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur.

Laringitis juga merupakan akibat dari

penggunaan suara yang berlebihan, pajanan


19

terhadap polutan eksogen, atau infeksi pada pita

suara.

b) Patofisiologi

Gejala lokal seperti suara parau, seperti suara

yang kasar atau suara yang susah keluar atau

suara dengan nada lebih rendah dari suara yang

biasa/normal bahkan sampai tidak bersuara sama

sekali (afoni), sesak nafas dan stridor, nyeri

tenggorokan, terutama nyeri ketika menelan

atau berbicara. Gejala radang umum, seperti

demam, malaise. Batuk kering yang lama

kelamaan disertai dengan dahak kental. Gejala

common cold, seperti bersin-bersin, nyeri

tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan

hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk

dan demam dengan temperatur yang tidak

mengalami peningkatan dari 38oC.

11) Tonsilitis

a) Definisi

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang

merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin

Waldeyerterdiri atas susunan jaringan limfoid yang

terdapat di dalam rongga mulut yaitu: tonsil

faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil


20

faucial), tonsil lingual(tonsil pangkal lidah), tonsil

tuba Eustachius (lateral band dinding

faring/ Gerlach’s tonsil). Penyakit ini banyak

diderita oleh anak-anak berusia 3 sampai 10 tahun.

b) Patofisiologi

Rasa kering di tenggorokan sebagai gejala awal,

nyeri pada tenggorok, terutama saat menelan,

demam yang dapat sangat tinggi sampai

menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak,

sakit kepala, badan lesu, dan nafsu makan

berkurang, suara terdengar seperti orang yang

mulutnya penuh terisi makanan panas, mulut

berbau dan ludah menumpuk dalam kavum oris

akibat nyeri telan yang hebat. Pada tonsilitis

kronik, pasien mengeluh ada penghalang /

mengganjal di tenggorok, tenggorok terasa

kering dan pernafasan berbau.

12) Faringitis

a) Definisi

Faringitis merupakan peradangan dinding

faring yang disebabkan oleh virus (40-60%),

bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-

lain. Anak-anak dan orang dewasa umumnya


21

mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran

pernafasan atas termasuk faringitis setiap tahunnya.

b) Patofisiologi

Nyeri tenggorokan terutama saat menelan,

demam, sekret dari hidung, dapat disertai atau

tanpa batuk, nyeri kepala, mual, muntah, rasa

lemah pada seluruh tubuh, nafsu makan berkurang.

2. KONSEP TERAPI Steam Inhalation

a. Pengertian

Steam inhalation (inhalasi uap) adalah menghirup uap

hangat dari air mendidih. Penguapan tersebut menggunakan

air panas dengan suhu 42˚C– 44˚C. Tindakan ini memiliki

sejumlah efek terapeutik, di antaranya berguna untuk

mengencerkan lendir di saluran hidung dan sinus serta di

bawah saluran pernapasan. Penguapan ini juga berguna

sebagai ekspektoran alami dan penekan batuk (Akhavani,

2015).

Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan

dalam penggunaan metode terapi yang paling sederhana

dan cepat. Cara kerja dari inhalasi ini adalah uap masuk

dari luar tubuh ke dalam tubuh, dengan mudah akan

melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah

melalui alveoli (Buckle, 2010).


22

Uap dari air panas tersebut dapat bermanfaat sebagai

terapi. Selain itu juga uap air panas juga dapat membantu

tubuh menghilangkan produk metabolisme yang tidak

bermanfaat bagi tubuh. Uap air panas dapat membuka pori-

pori, merangsang keluarnya keringat, membuat pembuluh

darah melebar dan mengendurkan otot-otot (Horay dkk,

2012).

Adapun efek terapi uap menurut Crinion (2010) adalah

dapat meningkatkan konsumsi oksigen, denyut jantung

meningkat dan dapat terjadi pengeluaran cairan yang tidak

diperlukan tubuh seperti mengencerkan lendir yang

menyumbat saluran pernapasan.

Penelitian lain terkait pemberian steam inhalation

diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hendley,

Abbott, Beasley, dan Gwaltney (2010). Tujuan penelitian

ini adalah pemberian inhalasi uap melalui hidung yang

diusulkan sebagai pengobatan pilek yang disebabkan oleh

virus, dengan asumsi bahwa adanya peningkatan suhu

intranasal akan menghambat replikasi rhinovirus. Desain

penelitian menggunakan randomized controlled trial, dan

jumlah responden dalam penelitian ini adalah 20 peserta.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian

inhalasi uap melalui hidung tidak berpengaruh pada

pelepasan virus yang dilakukan pada kelompok intervensi.


23

Menurut (M. Ihsan, 2013) tujuan pemberian terapi uap

air panas:

1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar.

2. Melonggarkan jalan nafas.

3. Mengatasi inflamasi jalan nafas bagian atas

4. Merangsang kerja pernafasan.

5.Mencegah kekeringan pada selaput lendir pernafasan

bagian atas.

Prosedur / langkah-langkah dalam tindakan terapi uap air

panas menurut (M.Ihsan, 2013), diantaranya:

1. Persiapan

a. Persiapan pasien.

1) Pasien diberitahukan tindakan yang akan

dilakukan.

2) Pasien dalam posisi duduk.

b. Persiapan Lingkungan.

1) Ruangan yang tenang.

2) Ruangan yang bersih,cukup fentilasi dan

pencahayaan.

c. Persiapan Alat.

1) Botol berisi air panas.

2) Corong kecil.
24

2. Pelaksanaan

a. Langkah 1 : menghitung respirasi pasien

b. Langkah 2 : Botol berisi air panas diletakan

di atas meja

c. Langkah 3 : Kertas dibentuk seperti corong

letakan di atas Botol berisi air panas

d. Langkah 4 : Arahkan botol pada mulut dan

hidung pasien saat menghirup uap air panas.

e. Langkah 5 : Anjurkan pasien menarik nafas

sambil menghirup uap air panas.

f. Langkah 6 : Lakukan tindakan tersebut

selama 5-10 menit.

g. Langkah 7 : Menghitung respirasi setelah

tindakan terapi uap air panas.

h. Langkah 8 : Seteleh selesai alat alat

dibereskan.

3. Evaluasi

a. Respon Verbal : Pasien mengatakan

pernafasannya lancar

b. Respon Non Verbal : Pasien tidak terlihat

kesulitan saat bernafas, frekuensi nafas dalam batas

normal.
25

3. KONSEP MINYAK KAYU PUTIH

a. Tanaman Kayu Putih

Luas hutan tanaman kayu putih di Indonesia

diperkirakan 248-756 hektar. Tanaman kayu putih dapat

tumbuh dengan baik termasuk pada lahan-lahan kurang

subur bagi tanaman pangan. Minyak kayu putih adalah

minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman kayu putih

(Melaleuca cajuputi), yang banyak tumbuh secara alami di

kepulauan Maluku dan Australia bagian utara. Jenis ini

telah berkembang luas di Indonesia, terutama di pulau Jawa

dan Maluku dengan memanfaatkan daun dan rantingnya

untuk disuling secara tradisional oleh masyarakat maupun

secara komersial menjadi minyak atsiri yang bernilai

ekonomi tinggi. Tanaman ini mempunyai daur biologis

yang panjang, cepat tumbuh, dapat tumbuh baik pada tanah

yang berdrainase baik maupun tidak dengan kadar garam

tinggi maupun asam dan toleran ditempat terbuka (Guntur,

2006).

Daun kayu putih mengandung senyawa kimia, antara

lain: sineol, melaleucin, minyak atsiri yang terdiri dari

terpineol, cineol dan lignin (Agustina, 2010).

b. Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih memiliki beberapa komponen

penyusun yang cukup bervariasi. Dari hasil identifikasi


26

komponen minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan

daun kayu putih (M. folium) segar dengan menggunakan

GC-MS diperoleh hasil bahwa minyak kayu putih pada

daun tersebut mengandung 32 jenis komponen sedangkan

dari penyulingan daun M. Folium kering diperoleh 26 jenis

komponen yang menyusun minyak kayu putih yang

dihasilkan dari penyulingan. Dari beberapa komponen

penyusun minyak kayu putih yang diperoleh dari

penyulingan daun kayu putih terdapat 7 komponen

penyusun utama minyak kayu putih dari daun segar, yaitu :

α-pinene, Sineol, α-terpineol, Kariofilen, α-karyofilen,

Ledol dan Elemol.

(Muyassaroh, 2016).

Menurut (Muyassaroh, 2016), menyebutkan bahwa

komponen utama penyusun minyak kayu putih adalah

sineol (C10H18O), pinene (C10H8), benzaldehide

(C10H5HO), limonene (C10H16),sesquiterpentes

(C15H24). Komponen yang memiliki kandungan cukup

besar di dalam minyak kayu putih, yaitu sineol sebesar 50%

sampai dengan 65%. Dari berbagai macam komponen

penyusun minyak kayu putih hanya kandungan komponen

sineol dalam minyak kayu putih yang dijadikan penentuan

mutu minyak kayu putih. Sineol merupakan senyawa kimia

golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam


27

minyak atsiri, seperti pada minyak kayu putih. Semakin

besar kandungan bahan sineol maka akan semakin baik

mutu minyak kayu putih. Berikut komposisi utama dan sifat

fisiko kimia minyak kayu putih.

Tabel 2.1 Komposisi utama minyak kayu putih

Komponen Rumus Molekul Titik didih (oC)


Sineol C10H18O 174 - 177
Terpineol C10H17OH 218
Pinene C10H18 156 - 160
Benzyldehide C6H5OH 179,9
Limonene C10H16 175 - 176
Sesquiterpene C15H24 230 - 277
Ketaren, 1987

Tabel 2.2 Sifat fisika kimia minyak kayu putih

Karakteristik Nilai
Bobot jenis pada 15 oC 0,9170 - 0,930
Putaran optik -3o40-0
Indeks bias pada 20oC 1466 - 1472
Kadar sineol 50 - 60%
Kelarutan alkohol 80% 1:1 dan seterusnya
28

4. KONSEP STEAM INHALATION & AROMATERAPI

EUCALYPTUS TERHADAP GANGGUAN SISTEM

PERNAPASAN

Minyak kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Maleleuca

leucadendra dengan kandungan terbesarnya adalah eucalyptol

(cineole). Hasil penelitian tentang khasiat cineole menjelaskan

bahwa cineole memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak),

bronchodilating (melegakan pernapasan), anti-inflamasi dan

menurunkan rata-rata eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis

dengan baik seperti kasus pasien dengan asma dan rhinosinusitis.

Selain itu efek penggunaan eucalyptus untuk terapi bronkhitis

akut terukur dengan baik setelah penggunaan terapi selama empat

hari pemberian seperti dalam penelitian Fischer & Dethlefsen

(2013). Nadjib dkk (2014) dalam penelitiannya menyebutkan

terdapat bukti yang menunjukkan bahwa uap minyak esensial dari

Eucalyptus globulus efektif sebagai antibakteri dan layak

dipertimbangkan penggunaannya dalam pengobatan atau

pencegahan pasien dengan infeksi saluran di rumah sakit.

Penggunaan minyak atsiri, salah satunya eucalyptus dengan

metode inhalasi juga dilakukan dalam sebuah uji klinik dengan

metode randomized double-blind, placebo-controlled pada obat

semprot (spray) menggunakan lima minyak atsiri (Eucalyptus

citridora, Eucalyptus globulus, Mentha piperita, Origanum

syriacum, dan Rosmarinus officinalis) dilakukan pada pasien


29

dengan masalah infeksi saluran pernapasan atas di enam klinik di

Israel. Aromatic spray atau placebo digunakan sebanyak lima kali

sehari selama tiga hari dengan dosis empat semprotan setiap

kalinya diarahkan pada bagian belakang tenggorokan. Evaluasi

terhadap gejala menunjukkan bahwa aromatic spray lebih efektif

mengurangi gejala dibandingkan dengan placebo dalam penelitian

Julia & Buckle, Respiratory care. Clinical aromatherapy (2016).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENCARIAN LITERATUR

Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi

kepustakaan atau literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar komprehensif

tentang penelitian yang telah dilakukan mengenai suatu topik yang spesifik untuk

menunjukkan kepada pembaca apa yang sudah diketahui tentang topik tersebut dan

apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari penelitian yang sudah

dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya (Denney & Tewksbury, 2013).

Studi literatur bisa didapat dari berbagai sumber baik jurnal, buku, dokumentasi,

internet dan pustaka. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang

berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta

mengelolah bahan penulisan (Zed, 2008 dalam Nursalam, 2016).

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh bukan dari pengalaman langsung, akan tetapi dari hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel atau

jurnal yang relevan dengan topic yang dilakukan dengan menggunakan databased

melalui Google Schooler, ResearchGate, dan Pubmed.

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan Keyword (AND, OR NOT or AND NOT)

yang digunakan untuk memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga

mempermudah dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu “(Steam Inhalation, Aromaterapi Eucalyptus AND

terhadap Gangguan Sistem Pernafasan)”.

30
31

Dalam penelitian yang menggunakan literature review, ada beberapa tahapan yang

harus dilakukan sehingga hasil dari studi literature pada penelitian ini dapat diakui

kredibilitasnya, tahapan-tahapan tersebut yaitu :

1. Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi berkaitan

dengan judul penelitian.

2. Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berkaitan dengan judul

penelitian berdasarkan literatur dan informasi yang telah diperoleh.

3. Screening

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data yang gunanya untuk memilih

masalah penelitian yang sesuai dengan topik. Dalan penelitian ini ektraksi data

menggunakan kata kunci judul jurnal, tahun terbit, tipe jurnal, dan topik

permasalahan.

4. Penilaian Kualitas

Dalam penelitian kualitas pada metode Literature Review (LR) yang dimaksud

adalah penelitian sumber data jurnal yang layak dengan kriteria: terdapat DOI,

Peer Review, Journal Impact Factors (JIF), Internasional Standard Serial Number

(ISSN). Kriteria tersebut dapat membatalkan data jurnal yang sudah didapat untuk

dianalisa lebih lanjut.

5. Ekstrasi Data

Ekstrasi data dapat dilakukan jika semua data yang diperoleh telah memenuhi

syarat telah diklasifikasikan untuk semua data yang ada. Setelah proses screening

dilakukan maka hasil dari ekstrasi data ini dapat diketahui pasti dari jumlah awal
32

data yang dimiliki berapa yang masih memenuhi syarat untuk selanjutnya di analisa

lebih jauh dan relevan.

B. KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

Kriteria Inklusi Eksklusi


Pasien gangguan sistem Bukan Pasien gangguan
Populasi
pernapasan sistrm pernapasan
Pemberian Terapi steam Bukan pemberian Terapi

Intervention inhalation dan aroma steam inhalation dan

terapi eucalyptus aroma terapi eucalyptus


Pengaruh pemberian Tidak menggambarkan

terapi steam inhalation pemberian terapi steam

dan roma terapi inhalation dan roma


Outcomes
eucalyptus terhadap terapi eucalyptus

gangguan sistem terhadap gangguan

pernapasan sistem pernapasan


Study Design Quasy experimental study,
Systematic review atau
and Publication randomized control trial,
literature review
Type Experimental design.
Tahun Publikasi Setelah tahun 2010 Sebelum tahun 2010
Bahasa Inggris dan Indonesia -
33

C. SELEKSI STUDI DAN PENILAIAN KUALITAS

Identifikasi melalui pencarian basis data


elektronik (Google Scholar,
Menghapus artikel yang mirip
Research Gate, Pubmed, dan mereview artikel
ProQuest) (n=29)
(n=48)

Menyaring artikel yang sesuai


(n=19)
34

Mereview artikel secara utuh untuk


menyesuaikan kelayakan, serta mencari
yang tidak memenuhi kriteria inklusi
(n=12)

Jumlah akhir artikel yang di literature


review
(n=10)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil dan Analisis

Penyajian hasil literature review dalam penulisan karya tulis ilmiah ini memuat

rangkuman hasil dari masing-masing artikel yang terpilih dalam bentuk tabel sebagai

berikut:

N Author Tahun Volume, Judul Metode Hasil penelitian Databased


o angka (Desain,
sample,
variable,
instrument,
analisis)
1 Farhatun 2020 Efektivitas D: Quasy Tidak ada Google
Ni’mah, Terapi Uap Air Eksperimen, perbedaan Scholar
priyanto, Dan Minyak Non bersihan jalan
sukarno Kayu Putih Equivalent napas sebelum
Terhadap pretest- dan sesudah
Bersihan Jalan posttest two diberikan terapi
Napas Pada group design. inhalasi uap air
Anak Usia Balita S: Accidental (p=0,083). Ada
Pada Penderita Sampling, perbedaan yang
ISPA Atas Di Sampel 50 signifikan
Puskesmas Anak. bersihan jalan
Leyangan V: Terapi napas sebelum
uap air dan dan sesudah
minyak kayu diberikan terapi
putih inhalasi uap air
I: lembar dan minyak
observasi dan kayu putih
SOP inhalasi. (p=0,002).
Minyak kayu
putih
A: uji Man
Whitney
2 Yanisa, 2019 UEU- Pengaruh Terapi D: pre Ada perbedaan Google
Antia Undergradu Inhalasi Uap eksperimen bermakna antara Scholar
ate- Panas Dengan dengan pre- bersihan jalan
201333022 Minyak Kayu post design napas sebelum
Putih Terhadap with one dan sesudah
Bersihan Jalan group. diberikan terapi
Napas Pada S: non inhalasi uap
Anak Dengan probability panas dengan
Ispa quota minyak kayu
sampling. putih. (p-value=
Sampel 62 0,000 < 0,05).
responden. Ada pengaruh
V: Terapi terapi inhalasi

35
36

inhalasi uap uap panas


panas dan dengan minyak
minyak kayu kayu putih
putih dengan bersihan
I: lembar jalan napas pada
observasi dan anak dengan
sop inhalasi ispa.
dan minyak
kayu putih
A: Wilcoxon
Signed Rank
Test
3 Pramudanin 2019 P-ISSN Pengaruh Terapi D: quasy Adanya Google
gsih, 23558040 Inhalasi Uap experiment pengaruh Scholar
Afriani Vol. 6 No. Dengan dengan sebelum dan
1 Januari Aromaterapi rancangan sesudah
2019 Eucalyptus one group pemberian terapi
Dengan Dalam pretest- inhalasi uap
Mengurangi posttest dengan
Sesak Napas S: purposive aromaterapi
Pada Pasien sampling. eucalyptus. P
Asma Bronkial Sampel 16 value 0,007 < α
Di Desa responden, 0,05. Ada
Dersalam dengan 8 pengaruh terapi
Kecamatan Bae intervensi 8 inhalasi uap
Kudus kontrol. dengan
V: Terapi aromaterapi
Inhalasi uap eucalyotus
dengan terhadap
aromaterapi penurunan sesak
eucalyptus napas pada
I: pasien asma
wawancara, bronkial.
lembar
observasi
sesak skala
ATS, sop
inhalasi dan
aromaterapi
eucalyptus
4 Agustina, 2017 Vol. 7 Pemanfaatan D: etnografi Hasil alam Research
suharmiati No.2- Minyak Kayu study - Pulau Buru dari Gate
Agustus Putih (Melaleuca observasi olahan daun
2017:120- Leucadendra partisipasi melaleuca
126 Linn) Sebagai serta leucadendra linn
Alternatif komunikasi berupa minyak
Pencegahan Ispa: langsung. kayu putih
Studi Etnografi S: tidak berpotensi untuk
Di Pulau Buru dijelaskan digunakan
V: minyak sebagai
kayu putih alternatif
terhadap pencegahan
ISPA ISPA dengan
I: metode inhalasi.
wawancara, Kandungan
lembar utama dari
observasi, tanaman
data sekunder tersebut
buku dan memiliki khasiat
data sebagai
37

kesehatan pengencer
masyarakat dahak,
melegakan
saluran
pernapasan, anti
inflamasi dan
penekan batuk.

5 Pratama, 2019 Upaya D: Metode Inhalasi uap Google


widyastuti, Mengefektifkan deskriptif dengan minyak Scholar
enikmawati Pola Napas studi kasus kayu putih dapat
. Dengan S: 1 meningkatkan
Aromaterapi responden kefektifan pola
Minyak Kayu V: inhalasi napas pada
Putih Pada Anak uap dan asuhan
Dengan Ispa minyak kayu keperawatan
putih anak dengan
I: infeksi saluran
wawancara, pernapas akut.
pengukuran,
pengamatan,
Askep Anak,
SOP inhalasi,
dan minyak
kayu putih
A:
wawancara,
pengukuran
dan
pengamatan
langsung.
6 Worth, 2012 Vol.49 Pasien Dengan D: Setelah Research
Heinrich. No.8; 2012: Asma Dari Randomized selesainya masa Gate
Uwe Halaman Manfaat Terapi double-blind, pengobatan 6
Dethlefsen 849-853 Bersamaan placebo- bulan, tercatat
Dengan Cineole: controlled. bahwa
Sebuah Uji Coba S: Purposive kelompok
Terkontrol sampling. pasien yang
Plasebo, Buta 240 diobati dengan
Ganda responden cineole
V: menunjukkan
Concomitant peningkatan
therapy yang lebih
dengan signifikan pada
Cineole pada beberapa kriteria
Ashma pengujian
I: lembar dibandingkan
observasi, pasien dalam
SOP inhalasi. kelompok
A: Wei- plasebo (p =
Lachin’s 0,0027).
directional Signifikansi
test for statistik dari
multiple pengukuran
criteria, Uji hasil individu
wilcoxon, Uji juga dapat
mann dibuktikan
whitney U- sesuai dengan
test prosedur Wei-
Lachin (yaitu,
38

untuk Volume
ekspirasi paksa
1 detik (FEV1),
p = 0,0398;
untuk gejala
asma, p =
0,0325; dan
untuk Kuesioner
Kualitas Hidup
Asma (AQLQ),
p = .0475).
Terapi
bersamaan
dengan
menggunakan
cineole dapat
menyebabkan
peningkatan
fungsi paru-paru
dan kondisi
kesehatan serta
mengurangi
sesak pada
pasien asma.
7 Fischer, 2013 Vol. 9. Khasiat Cineole D: Setelah 4 hari Research
Juergen, No:25, Pada Pasien experimental pengobatan, Gate
Uwe 2013 Yang Menderita design kelompok
Dethlefsen Bronkitis Akut: double-blind pasien yang
Sebuah Uji Coba trial diobati dengan
Buta-Buta yang S: random Cineole
Dikontrol- sampling, menunjukkan
Plasebo 242 sample peningkatan
V: Cineole skor bronkitis
and Acute yang lebih
Bronchitis banyak
I: Bronchitis dibandingkan
Sum Score, kelompok
Cineole Caps plasebo (p =
200 mg. 0,0383).
A: Wilcoxon, Perbedaan
Mann signifikan secara
Whitney- U statistik dari
test, ukuran hasil
integrated individu
data viewer terutama
(idv), Data digarisbawahi
Analysis & oleh frekuensi
Study batuk yang
Planning, sesuai dengan p
Krailing, = 0,0001 setelah
Germany). 4 hari.
8 Mi Ryeong 2014 Vol. 16 Efek D: A non- Ada perbedaan Pubmed
Song, Eun No.4, 2014; Aromaterapi equivalent yang signifikan
Kyung Kim Halaman Eucalyptus Pada control dalam gejala
300-308 Rhinitis Alergi group alergi (p =
Mahasiswa repeated 0,002) dan
design kualitas hidup (p
S: sample 48 = 0,026)
responden menurut periode
(24 waktu tertentu
39

eksperimen, setelah
24 kontrol). penaplikasian
V: aroma. Terapi
Eucalyptus aroma
aroma Eucalyptus
therapy, the efektif dalam
Allergic mengurangi
Rhinitis gejala rinitis
I: Lembar alergi dan
observasi, meningkatkan
Eucalyptus kualitas hidup
aromatherapy mahasiswa
, difuser, Universitas.
vaporizer,
dan
nebulizer.
A: X2-test,
feisher exact
test,
independent
t-test,
repeated
measured
ANCOVA
dan paired t-
test with
SPSS 21.0

9 Hasan Ali 2018 DOI: Efek Nebulized D: Quasy Hasil Research


Karimpour, 10.21203/rs Eucalyptus untuk Ekspreime, penelitian ini Gate
Behzad .1.15/v1 Mencegah One Group menunjukkan
Hematpour, Ventilator- Pretest- bahwa
Saeed Associated Posttes With inhalasi
Mohammad Pneumonia pada Control eucalyptus
i, Javad Pasien di bawah Group efektif dalam
Aminisama Ventilasi Design mengurangi
n, Maryam Mekanik: A S: 100 pasien kejadian
Mirzaei, Randomized yang infeksi paru
Rasool Double Blind mendapat pada pasien
Kawyannej Clinical Trial ventilasi yang sedang
d dalam dua ventilasi.
kelompok Dianjurkan
intervensi agar produk
dan kontrol ini digunakan
di Rumah untuk
Sakit Imam mencegah
Reza, infeksi paru-
Kermanshah, paru pada
Iran pada mereka dan
tahun 2018 Staphylococc
V: us aureus
Eucalyptus secara
dan Skor signifikan
Infeksi Paru menurun pada
Klinis (CPIS) kelompok
I: intervensi (P
Eucalyptus, = 0,02) (P =
Nebulizer, 0,04) (P =
distilled 0,01)
40

water, Skor
Infeksi
Paru Klinis
(CPIS),Lem
bar Observasi
A: uji-t
independen,
danchi-
square.
Tingkat
signifikansi
ditetapkan
pada P <0,05
1 Nazanin 2015 DOI: Efek nebulisasi D:Quasy Dalam kedua NCBI
0 Amini1, 10.4103/17 Eucalyptus pada Ekspreime sampel,,Klebsiel
Korosh 35- kontaminasi plak S: Purposive la pneumoniae
Rezaei1, 9066.17824 mikroba tabung Sampling, dan
Ahmadreza 2 endotrakeal pada Tujuh puluh Acinetobacter
Yazdannik2 pasien pasien baumannii
berventilasi intubasi adalah bakteri
dipilih dan yang paling
secara acak sering diisolasi.
dibagi Pada kelompok
menjadi kontrol,
kelompok kolonisasi berat
intervensi (n lebih besar
= 35) dan daripada pada
kontrol (n = kelompok
35) intervensi (P =
V: Nebulized 0,002).
Eucalyptus Frekuensi isolasi
dan bakteri K. pneumoniae
biofilm ETT. pada kelompok
I: Eucalyptus intervensi lebih
aromaterapi, rendah daripada
Nebulizer, pada kelompok
Nacl, Swab kontrol (P
Steril <0,001).
A: uji chi- Namun, tidak
square atau ada perbedaan
uji eksak antara kedua
Fisher (untuk kelompok dalam
variabel bakteri terisolasi
kualitatif) lainnya.
dan uji t Kesimpulan:
independen Nebulized
(untuk Eucalyptus
variabel dapat
kuantitatif) mengurangi
digunakan. kontaminasi
Tingkat mikroba biofilm
signifikansi P tabung
<0. endotrakeal
pada pasien
berventilasi.
Bahkan,
K. pneumoniae
adalah yang
paling sensitif
terhadap NE.
41

Telaah literature review terhadap 10 jurnal artikel mengenai aromaterapi eucalyptus

terhadap pasien dengan gangguan sistem pernapasan didapatkan bahwa ke-10 jurnal memiliki

p-value <0,05 yang berarti adanya pengaruh aromaterapi eucalyptus terhadap perbaikan pada

pasien dengan gangguan pernapasan.

B. Pembahasan

Pernapasan adalah saluran proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di

dalam jaringan (pernapasan dalam), yang terjadi di di dalam paru-paru disebut pernapasan

luar. Pada pernapsan melalui paru-paru atau respirasi eksternal, oksigen (O2) dihisap

melalui hidung dan mulut. Udara ditarik ke dalam paru-paru pada waktu menarik

napas dan didorong keluar paru-paru pada waktu mengeluarkan napas (Pearce,

2009).

Organ sistem pernapasan meliputi: nares anterior, rongga hidung, faring, laring,

trakea, bronkus pulmonalis, dan alveolus. Macam-macam kelainan dan gangguan yang

umum pada sistem pernapasan menurut Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem

Pernapasan (2016) antara lain: asma, PPOK, rhinitis alergi, batuk, bronkitis akut,

bronkitis kronis, tuberkulosis, salesma, pneumonia, laringitis, tonsilitis, dan faringitis.

Salah satu terapi non-farmakologi yang dapat mengatasi gelaja gangguan sistem

pernapasan adalah zat yang terkandung didalam Minyak Kayu Putih (cineole). Minyak

kayu putih diproduksi dari daun tumbuhan Melaleuca leucadendra Linn dengan

kandungan terbesarnya adalah eucalyptol (cineole). Hasil penelitian tentang khasiat

cineole menjelaskan bahwa cineole memberikan efek mukolitik (mengencerkan dahak),

bronchodilating (melegakan pernapasan), anti-inflamasi dan menurunkan rata-rata

eksaserbasi kasus paru obstruktif kronis dengan baik seperti kasus pasien dengan asma

dan rhinosinusitis, dalam penelitian Agustina, 2017.


42

Dari tabel diatas diuraikan bahwa pada jurnal pertama dengan judul efektivitas terapi

uap air dan minyak kayu putih terhadap bersihan jalan napas pada anak usia balita pada

penderita ISPA atas di puskesmas leyangan. Tujuan dari penelitian ini melihat adanya

untuk mengetahui efektivitas antara terapi uap air dengan terapi jalan napas pada anak

usia balita dengan ISPA di Puskesmas Leyangan. Desain yang digunakan pada penelitian

ini adalah penelitian eksperimen semu atau quasy experiment dengan rancangan non-

equivalent pretest-posttest two group design. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Desember 2019 dengan sampel 50 orang. Teknik sampling menggunakan accidental

sampling sehingga didapat 32 responden. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar

observasi dan SOP inhalasi dan minyak kayu putih. Hasil uji statistik yang didapat uji

wilcoxon p-value=0.002<(0.05), ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan

sesudah diberikan terapi inhalasi uap air dengan minyak kayu putih pada balita dengan

ISPA. Dan hasil uji mann whitney didapatkan nilai p-value=0.035<(0.05) sehingga dapat

dikatakan terapi uap air yang ditambahkan minyak kayu putih lebih efektif terhadap

bersihan jalan napas pada anak usia balita dengan ISPA daripada terapi uap air saja di

Puskesmas Leyangan.

Jurnal yang kedua berjudul Pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan minyak kayu

putih terhadap bersihan jalan napas pada anak dengan ISPA. Penelitian ini bertujuan

untuk mengidentifikasi pengaruh terapi inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih

terhadap bersihan jalan napas di wilayah Puskesmas Kota Bambu Selatan. Desain

penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan rancangan pre-post design with

one group. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018 dan tidak menjelaskan lebih rinci

waktu penelitian yang dilakukan. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik non-

probability dengan jenis quota sampling didapatkan 62 responden. Instrumen yang

digunakan adalah lembar observasi, dan SOP inhalasi dan minyak kayu putih. Hasil uji
43

statistik Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai Sig. 2-tailed (p-value) = 0.000 <

0.05, maka ada perbedaan bersihan jalan napas sebelum dan sesudah melakukan terapi

inhalasi uap panas dengan minyak kayu putih terhadap bersihan jalan napas pada anak

dengan ISPA.

Jurnal yang ketiga berjudul Pengaruh terapi inhalasi uap dengan aromaterapi

eucalyptus dengan dalam mengurangi sesak napas pada pasien asma bronkial di Desa

Dersalam, Kecamatan Bae Kudus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

terapi inhalasi uap dengan aromaterapi eucalyptus dalam mengurangi sesak napas pada

penderita asma. Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy experiment dengan

menggunakan bentuk rancanfan one group pretest-posttest dengan jumlah sampel

sebanyak 16 orang dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling¸8 sampel

intervensi dan 8 sampel kontrol. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 November – 3

Desember 2018. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara,

lembar observasi untuk mengetahui respiratory rate dan observasi terhadap keluhan sesak

napas dengan menggunakan skala sesak nafas ATS (American Thoracic Society). Hasil

uji statistik dari penelitian ini didapat Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh data p-value

0.007<0.05 maka artinya ada pengaruh terapi inhalasi uap dengan aromaterapi eucalyptus

terhadap penurunan sesak napas pada pasien Asma Bronkial.

Pada jurnal yang keempat dengan judul Pemanfaatan minyak kayu putih (melaleuca

leucadendra linn) sebagai alternatif pencegahan ISPA: studi etnografi di pulau buru.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan cara alternatif pencegahan kejadian ISPA

dengan memanfaatkan minyak kayu putih hasil alam Pulau Buru. Desain penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode etnografi. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli tahun 2014 di pulau Buru, Desa Nafrua,

Kecamatan Waeapo, Kabupaten Buru. Pengambilan sampel penelitian adalah semua yang
44

terlibat dengan perjalanan penelitian yaitu 5- 10 keluarga per lokasi dengan minimal 2

lokasi tempat penyulingan, tidak dijelaskan lebih rinci berapa jumlah sampel yang terlibat

dengan penelitian ini. Instrumen penelitian ini menggunakan wawancara langsung,

lembar observasi, data sekunder dari buku dan data kesehatan masyarakat. Hasil

penelitian ini adalah PHBS masyarakat yang rendah menjadi pemicu masih tingginya

kasus ISPA terutama pada anak-anak. Hasil alam pulau Buru dari olahan daun Melaleuca

Leucaendra Linn berupa minyak kayu putih yang dapat digunakan sebagai alternatif

pencegahan tingginya kasus ISPA di Pulau Buru dengan metode inhalasi. Kandungan

utama dari tanaman tersebut memiliki khasiat sebagai pengencer dahak, melegakan

saluran pernapasan, anti-inflamasi dan penekan batuk.

Jurnal yang ke-lima berjudul Upaya mengefektifkan pola napas dengan aromaterapi

minyak kayu putih pada anak dengan ISPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi manfaat inhalasi uap dengan aromaterapi minyak kayu putih untuk

meningkatkan pola napas pada asuhan keperawatan anak dengan ISPA. Desain penelitian

yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan

metode studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2019 dengan

responden An. R di Desa Pondok Banaran RT 1 Rw 1 Bulakrejo Sukoharjo. Instrumen

penelitian ini menggunakan wawancara, pengukuran, dan pengamatan, Askep Anak, SOP

Inhalasi dan minyak kayu putih. Hasil penelitian yang didapat adalah tindakan yang telah

dilakukan inhalasi uap dengan menggunakan minyak kayu putih efektif untuk

meningkatkan pola napas dengan hasil frekuensi pernapasan dalam batas normal,

kedalaman napas dalam batas normal mampu, mampu mengeluarkan sekret, tidak ada

suara tambahan. Sehingga dapat disimpulkam inhalasi uap dengan minyak kayu putih

dapat meningkatkan keefektifan pola napas pada asuhan keperawatan anak dengan ISPA.
45

Jurnal yang ke-enam berjudul Pasien asma dengan manfaat dari terapi bersamaan

dengan Cineole: Sebuah Uji coba terkontrol-plasebo, Double-blind trial. Tujuan

penelitian ini untuk melihat adanya manfaat dari terapi bersamaan (concomitant therapy)

cineole pada pasien asma. Desain penelitian ini menggunakan double-blind trial,

placebo-controlled, multicenter study. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan namun

tidak dijelaskan kapan waktu penelitiannya. Dengan sampel 242 pasien yang memenuhi

kriteria dengan teknik sampling stratification sampling. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan lembar observasi, SOP inhalasi, dan Kapsul Cineole 100mg,

Asthma Quality of Life Quetionare (AQLQ). Hasil uji statistik yang didapatkan adalah

Setelah selesainya masa pengobatan 6 bulan, tercatat bahwa kelompok pasien yang

diobati dengan cineole menunjukkan peningkatan yang lebih signifikan pada beberapa

kriteria pengujian dibandingkan pasien dalam kelompok plasebo (p = 0,0027).

Signifikansi statistik dari pengukuran hasil individu juga dapat dibuktikan sesuai dengan

prosedur Wei-Lachin (yaitu, untuk Volume ekspirasi paksa 1 detik (FEV1), p = 0,0398;

untuk gejala asma, p = 0,0325; dan untuk Kuesioner Kualitas Hidup Asma (AQLQ), p = .

0475). Terapi bersamaan dengan menggunakan cineole dapat menyebabkan peningkatan

fungsi paru-paru dan kondisi kesehatan serta mengurangi sesak pada pasien asma.

Pada jurnal ke-tujuh dengan judul Khasiat Cineole pada pasien yang menderita

bronkitis akut: sebuah uji coba double-blind dengan kelompok Terkontrol-Plasebo.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui khasiat dari cineole terhadap gejala

bronkitis pada pasien yang menderita bronkitis akut setelah diobati dengan cineole.

Waktu penelitian tidak dijelaskan kapan penelitiannya, namun penelitian ini dilakukan

selama 4-7 hari pemberian treatment dengan 240 sampel dengan total sampling.

Instrumen yang digunakan adalaah bronchitis sum-score, Cineole Caps 200mg. Hasil uji

statistik yang didapat adalah Setelah 4 hari pengobatan, kelompok pasien yang diobati
46

dengan Cineole menunjukkan peningkatan skor bronkitis yang lebih banyak

dibandingkan kelompok plasebo (p = 0,0383). Perbedaan signifikan secara statistik dari

ukuran hasil individu terutama digarisbawahi oleh frekuensi batuk yang sesuai dengan p =

0,0001 setelah 4 hari.

Jurnal ke-delapan dengan judul Efek Aromaterapi Eucalyptus Pada Rhinitis Alergi

Mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah melihat adanya pengaruh antara aromaterapi

eucalyptus dengan rhinitis alergi. Desain penelitian yang digunakan adalah non-

equivalent control group repeated design. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Mei

hingga Juni 2014 dengan sampel 48 responden dengan teknik sampling random sampling.

Instrumen ini menggunakan lembar observasi, Eucalyptus aromatherapy, difuser,

vaporizer, dan nebulizer. Hasil uji statistik yang didapat adalah Ada perbedaan yang

signifikan dalam gejala alergi (p = 0,002) dan kualitas hidup (p = 0,026) menurut periode

waktu tertentu setelah penaplikasian aroma. Terapi aroma Eucalyptus efektif dalam

mengurangi gejala rinitis alergi dan meningkatkan kualitas hidup mahasiswa Universitas.

Jurnal ke-sembilan dengan judul Efek Nebulized Eucalyptus untuk Mencegah

Ventilator-Associated Pneumonia pada Pasien di bawah Ventilasi Mekanik: A

Randomized Double Blind Clinical Trial

(Karimpour,Hematpour,Mohammadi,Aminisaman,Mirzaei,Kawyannejd , 2018). Tujuan

penelitian ini yaitu penelitian ini menyelidiki efek dupa eucalyptus pada pencegahan

pneumonia pada pasien dengan tabung endotrakeal di unit perawatan intensif. Sampel

Penelitian ini yaitu 100 pasien yang mendapat ventilasi dalam dua kelompok intervensi

dan kontrol di Rumah Sakit Imam Reza, Kermanshah, Iran pada tahun 2018. Para pasien

dalam kelompok intervensi, larutan Eucalyptus 2% dan pada kelompok kontrol menerima

10 cc suling air sebagai inhaler tiga kali sehari. Hasil dari kedua kelompok dibandingkan

dengan kejadian infeksi paru berdasarkan kriteria CPIS dan dibandingkan dengan
47

perangkat lunak SPSS versi 19. Hasil: Insiden pneumonia lanjut secara signifikan lebih

rendah pada kelompok intervensi (P = 0,02). Onset pneumonia secara signifikan

kemudian pada kelompok intervensi daripada kelompok kontrol (P = 0,01). Prevalensi

Klebsiella, Candida albicans, dan Staphylococcus aureus secara signifikan menurun pada

kelompok intervensi (P = 0,02) (P = 0,04) (P = 0,04) (P = 0,01). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa inhalasi eucalyptus efektif dalam mengurangi kejadian infeksi paru

pada pasien yang sedang ventilasi. Dianjurkan agar produk ini digunakan untuk

mencegah infeksi paru-paru pada mereka dan Staphylococcus aureus secara signifikan

menurun pada kelompok intervensi (P = 0,02) (P = 0,04) (P = 0,01). Kesimpulan: Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa inhalasi eucalyptus efektif dalam mengurangi kejadian

infeksi paru pada pasien yang sedang ventilasi. Dianjurkan agar produk ini digunakan

untuk mencegah infeksi paru-paru pada mereka dan Staphylococcus aureus secara

signifikan menurun pada kelompok intervensi (P = 0,02) (P = 0,04) (P = 0,01).

Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inhalasi eucalyptus efektif dalam

mengurangi kejadian infeksi paru pada pasien yang sedang ventilasi. Dianjurkan agar

produk ini digunakan untuk mencegah infeksi paru-paru pada mereka pasien.

Jurnal ke-sepuluh dengan judul Efek nebulisasi Eucalyptus pada kontaminasi plak

mikroba tabung endotrakeal pada pasien berventilasi (Amini N, Rezaei K, Yazdannik A,

2015). Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh nebulized eucalyptus (NE) pada

kolonisasi bakteri biofilm ETT. Bahan dan metode: Kami melakukan uji klinis acak di

tiga unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit pendidikan. Tujuh puluh pasien intubasi

dipilih dan secara acak dibagi menjadi kelompok intervensi (n = 35) dan kontrol (n = 35).

Kelompok intervensi menerima 4 ml (5%) eucalyptus dalam 6 ml saline normal setiap 8

jam. Kelompok plasebo hanya menerima 10 ml salin normal dengan cara yang sama.

Pada ekstubasi, bagian dalam tabung segera diambil sampel menggunakan swab steril
48

untuk analisis mikrobiologis standar. Uji chi-square dan Fisher digunakan untuk analisis

statistik dalam SPSS. Nilai P kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik. Hasil:

Dalam kedua sampel, Klebsiella pneumoniae dan Acinetobacter baumannii adalah bakteri

yang paling sering diisolasi. Pada kelompok kontrol, kolonisasi berat lebih besar daripada

pada kelompok intervensi (P = 0,002). Frekuensi isolasi K. pneumoniae pada kelompok

intervensi lebih rendah daripada pada kelompok kontrol (P <0,001). Namun, tidak ada

perbedaan antara kedua kelompok dalam bakteri terisolasi lainnya. Kesimpulan: NE dapat

mengurangi kontaminasi mikroba biofilm tabung endotrakeal pada pasien berventilasi.

Bahkan, K. pneumoniae adalah yang paling sensitif terhadap NE.

Dari pembahasan penelitian diatas, peneliti berasumsi bahwa pemberian aroma terapi

eucalyptus pada steam inhalation menjadi pilihan utama dalam penelitian ini karena

masyarakat sudah mengenal baik dengan aroma terapi minyak kayu putih dan masyarakat

dapat terjangkau untuk mencari produknya, serta didalam penelitian ini perbaikan kondisi

pasien atau responden lebih efektif pada gejala gangguan sistem pernapasan karena

mengandung bahan aktif 1,8-cineole yang berfungsi sebagai efek mukolitik pada dahak

(sekret), anti-inflamasi, anti-oksidan, bronkodilator, anti-mikroba dan anti-viral. Ini dapat

menurunkan gejala gangguan sistem pernapasan seperti batuk, bersin, dan sekresi

berlebih, meningkatkan fungsi paru-paru, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan

kualitas tidur, dan mengurangi kelelahan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari studi literature review hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

dalam Bab 4 dapat diambil kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian

tentang Pengaruh Terapi Steam Inhalation dan Aroma terapi eucalyptus pada pasien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa Terapi Steam Inhalation dan Aroma terapi eucalyptus terbukti sangat efektif dan

mudah dilakukan dirumah serta berpengaruh dalam mengurangi gejala pada gangguan

sistem pernapasan.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan

Terapi steam inhalation dan aroma terapi eucalyptus memiliki manfaat terhadap

pasien dengan gangguan sistem pernapasan seperti .... Diharapkan bagi isntitusi dapat

menindak lebih lanjut agar terapi ini menjadi terapi komplementer yang perlu diberikan

sejalan dengan terapi medis.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit hendaknya dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien

dengan gangguan sistem pernapasan. Karena banyaknya pasien yang masuk ke rumah

sakit dengan penyakit gangguan sistem pernapasan contohnya ISPA. Terapi steam

inhalation dengan Aromaterapi eucalyptus bisa dijadikan alternatif saat pemberian

asuhan keperawatan ke pasien untuk menangani gejala dan keluhan pasien.

49
50

3. Untuk institusi pendidikan keperawatan

Terapi steam inhalation dan aroma terapi eucalyptus perlu dimasukan kedalam

kurikulum pendidikan keperawatan sebagai bagian dari topik penanganan pasien

dengan gejala gangguan sistem pernapasan dan diberikan kepada mahasiswa

mencakup teori dan praktek di laboraturium keperawatan sebagai terapi

komplementer.

4. Untuk peneliti lebih lanjut

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai data awal dan motivasi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dilingkup keperawatan, baiik di institusi

pendidikan maupun pelayanan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


51
DAFTAR PUSTAKA

Agustina.E.2010. Penentuan kemurnian minyak kayu putih dengan teknik analisis perubahan
sudut putar polarisasi cahaya akibat medan luar. Jurnal Neutrino Vo..3 No.1
Agustina Z.A, Suharmiati. 2017. Pemanfaatan Minyak Kayu Putih (Melaleuca Leucadendra
Linn) Sebagai Alternatif Pencegahan Ispa: Studi Etnografi Di Pulau Buru. Jurnal
Kefarmasian Indonesia, Vol.7 No.2. DOI:10.22435/jki.v7i2.5654.120-126.
Akhavani, M.A. (2005). Steam inhalation treatment for children. British Journal of General
Practice, 55(516), 557
Denney, A. S., & Tewksbury, R. (2013). How to write a literature review. Journal of
criminal justice education, 24(2), 218-234
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI; 2016
Depkes RI., (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan, Jakarta: (tidak diterbitkan).
Fischer, Juergen, Uwe Dethlefsen. 2013. Efficacy Of Cineole In Patients Suffering From
Acute Bronchitis: A Placebo-Controlled Double-Blind Trial, Vol. 9. No:25, 2013.
DOI: 10.1186/1745-9974-9-25
GINA (Global Initiative for Astma). 2015. Pocket Guide For Asthma Management and
Prevention
Global Initiative for Asthma (GINA). 2014. At-A-Glance Asthma Management
References.Cape Town: Global Initiative for Asthma
Global Initiative for Asthma (GINA).(2016). Global Stategy for AsthmaManagement and
Prevention. Diakses dari http://ginasthma.org pada tanggal 27 Juli 2020
Guntur, S. (2006). Proses Penyulingan Minyak Atsiri Kayu Putih (Melaluca Cajuputi) Di
Tinjau Dari Persiapan Bahan Baku, 2-6
Karimpour,Hematpour,Mohammadi,Aminisaman,Mirzaei,Kawyannejd. 2018. Efek
Nebulized Eucalyptus untuk Mencegah Ventilator-Associated Pneumonia pada Pasien
di bawah Ventilasi Mekanik: A Randomized Double Blind Clinical Trial. DOI:
10.21203/rs.1.15/v1.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2015. Penilai Kualitas Hidup pada Anak Menerapkan
Aspek Penting yang Sering terlewatkan. Diakses dari http://www.idai.or.id. Pada
tanggal 25 Juli 2020.
Irianto, Kus. (2008). Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Paramedis. Bandung: Yrama
Widya.

52
53

Juergens, Lisa Joy, Heinrich worth, Uwe Juergens. 2020. New Perspectives For Mucolytic,
Anti-Inflammatory And Adjunctive Therapy With 1,8-Cineole In Copd And Asthma;
Review On The New Therapetic Approach, Vol. 37. (2020); Halaman 1737-1753. DOI:
10.1007/s12325-020-01279-0
Mi Ryeong Song, Eun Kyung Kim. 2014. Effects Of Eucalyptus Aroma Therapy On The
Allergic Rhinitis Of Uuniversity Students, Vol. 16 No.4, 2014; Halaman 300-308.
DOI : 10.7586/jkbns.2014.16.4.300
Muyassaroh. 2016. "Distillasi Daun Kayu Putih dengan Variasi Tekanan Operasi dan
Kekeringan Bahan untuk Mengoptimalkan Kadar Sineol dalam Minyak Kayu Putih".
Jurnal Teknik Kimia. ITN:Malang, Vol 10, No 2, 37-38
Amini N, Rezaei K, Yazdannik A. Effect of nebulized eucalyptus on contamination of
microbial plaque of endotracheal tube in ventilated patients. Iranian J Nursing
Midwifery Res 2016;21:165-70.
Ni’mah F, Priyanto, Sukarno. 2020. Efektivitas Terapi Uap Air dan Minyak Kayu Putih
Terhadap Bersihan Jalan Napas pada Anak Usia Balita pada Penderita ISPA Atas di
Puskesmas Leyangan. Repository Universitas Ngudi Waluyo.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Ed. 4.
Jakarta: Salemba Medika
Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia Pustaka
Umum:Jakarta
Pratama, Widyastuti, Enikmawati. 2019. Upaya Mengefektifkan Pola Napas Dengan
Aromaterapi Minyak Kayu Putih Pada Anak Dengan Ispa. Repository ITS PKU
Muhammadiyah Surakarta.
Pramudianingsing I.N, Afriani E. 2019 . Pengaruh Terapi Inhalasi Uap Dengan Aromaterapi
Eucalyptus Dengan Dalam Mengurangi Sesak Napas Pada Pasien Asma Bronkial Di
Desa Dersalam Kecamatan Bae Kudus. Jurnal profesi keperawatan Universitas Akper
Krida Husada, ISSN 23558040 Vol. 6 No. 1.
Price, S.A., dan Wilson, L. M., .2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,
Edisi 6, Vol. 2, diterjemahkan oleh Pendit, B. U., Hartanto, H., Wulansari, p.,
Mahanani, D. A.,Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Purnomo, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/materi_rakorpop_2018/Hasil
%20Riskesdas%202018.pdf–Diakses 25 juli 2020
Seo, Yeon Choi, Kyungsook Park. 2016. Effect Of Inhalation Of Aromatherapy Oil On
Patient With Perennial Allergic Rhinitis: A Randomized Controlled Trial. Volume
2016, ID 7896081, 7 pages. DOI : 10.1155/2016/7896081
54

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets. Diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/ Pada tanggal 26 Juli 2020

Worth Heinrich, Uwe Dethlefsen. 2012. Patients With Asthma Benefit From Concomitant
Therapy With Cineole: A Placebo-Controlled, Double-Blind Trial, Vol.49 No.8; 2012:
Halaman 849-853. DOI: 10.3109/02770903.2012.717657.

Yanisa. 2019. Pengaruh Terapi Inhalasi Uap Panas Dengan Minyak Kayu Putih Terhadap
Bersihan Jalan Napas Pada Anak Dengan Ispa. Repository Universitas Usa Unggal.
LAMPIRAN

55
Lampiran 1
BIODATA PENELITI

A. Data Pribadi

Nama : Satriana

Tempat, tanggal lahir : Baraka, 30 September 1988

Alamat Asal : Jl. Pendidikan No. 25 Baraka, Kec. Baraka, Kab. Enrekang,

Kota Makassar

Alamat di Samarinda : Jl. S. Parman Gg. 3, Rt. 30.

B. Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

Tamat SD tahun : 2000 di SDN 105 Baraka

Tamat SMP tahun : 2003 di SMPN 01 Baraka

Tamat SMA tahun : 2006 di SMA 01 Baraka

Tamat D3 Keperawatan tahun : 2010 di Politeknik Kesehatan Kementerian

Kesehatan Makassar.

Tamat S1 Keperawatan :2019 di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur

56
Lampiran 2.

Standar Operasional Prosedur


Inhalasi Sederhana
PROSEDUR PENJELASAN

1 PENGERTIAN Pemberian obat atau zat pelega tenggorokan melalui jalan


pernafasan dengan cara menghirup uap.

2 TUJUAN a. Mengatasi/mengobati inflamasi jalan nafas


b. Melonggarkan jalan nafas
c. Merangsang kerja pernafasan
d. Mencegah kekeringan pada selaput lendir pernafasan
e. Mengencerkan sekret agar mudah keluar

3 INDIKASI Terapi ini dilakukan pada klien yang mengalami kesulitan bernafas/
gangguan disistem pernafasan.

4 KEBIJAKAN a. Pasien yang mengalami kesulitan mengeluarkan sekret

b. Pasien yang mengalami penyempitan jalan nafas

5 PERSIAPAN PASIEN a. Klien diberitahu tindakan yang akan dilakukan


b. Klien dalam posisi duduk

6 PERSIAPAN ALAT a. Kom berisi air panas


b. Obat pelega napas yang diperlukan seperti aerosol, minyak kayu
putih, dan lain-lain
c. Handuk besar atau kertas corong
7 CARA KERJA a. Klien diberitahu dan dianjurkan duduk
b. Bahu diberi handuk supaya tidak kedinginan
c. Kom berisi air panas yang telah dicampur obat pelega nafas
diletakkan di atas meja, kepala klien ditutup dengan handuk agar
uap tidak keluar.
d. Anjurkan klien menarik nafas, mata tertutup sambil menghirup
uap air panas tersebut selama 2 menit.
e. Jika tidak ada handuk, gunakan kertas yang telah dibentuk
seperti corong, kemudian arahkan corong tersebut hanya pada
mulut dan hidung klien saat menghirup uap
f. Lakukan tindakan tersebut sampai 10-15 menit, dua kali sehari
g. Setelah selesai, alat-alat dibereskan

8 HASIL a. Evaluasi respon pasien


Respon verbal: klien mengatakan pernafasannya tidak sesak
Respon non verbal: klien tidak terlihat kesulitan bernafas,

57
58

frekuensi nafas dalam batas normal, ekspresi wajah segar.

b. Beri reinforcement positif

c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya

d. Mengakhiri kegiatan dengan baik

9 DOKUMENTASI 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan


2. Catat hasil pengkajian; keluhan pasien, dan respon klien setelah
tindakan
3. Dokumentasi evaluasi tindakan: SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat
Lampiran 3.
LEMBAR KONSULTASI

Judul : LITERATURE REVIEW PENGARUH STEAM INHALATION DAN


AROMATERAPI EUCALYPTUS TERHADAP PASIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN DI RUANG INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD)
Pembimbing : Ns. Alfi Ari Fahrur Rizal., M.Kep.

NO TANGGAL KONSULTASI HASIL KONSULTASI PARAF

1. 11 Juli 2020 Pengajuan jurnal untuk Tambahkan jurnal nasional


menentukan tema yang dan internasional yang
akan diambil untuk mendukung topik yang
KIA-N literature review diambil

2. 13 Juli 2020
Acc jurnal untuk tema dan
Konsultasi Pengajuan lengkapi jurnal pendukung,
jurnal untuk lanjutkan untuk menyusun
menentukan tema yang BAB I
akan diambil untuk
3. 16 Juli 2020 KIA-N literature review
(mengganti judul terapi
inhalasi uap dan Ditambahkan keterkaitan
aromaterapi eucalyptus) antara terapi dan ISPA

4. 20 Juli 2020
Konsultasi BAB I

Acc ganti dengan


gangguan pernafasan
karena lebih luas
Konsultasi terkait judul cakupannya
karena kekurangan
5. 23 Juli 2020 jurnal ISPA,usul ganti
mencakup gangguan
pernafasan

6 3 agst 2020 Perbaiki BAB III


Lengkapi BAB IV

Konsultasi BAB I – Tambahkan kesimpulan


7 4 agst 2020 BAB V

Konsultasi revisi BAB


ACC

59
60

Konsultasi semua BAB

Anda mungkin juga menyukai