Makalah Hematokrit
Makalah Hematokrit
( Pemeriksaan Hematokrit )
OLEH :
P00341018010
II A
2019
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
……………………………......................................................................
A. Latar Belakang
…………………………………...............................................................
B. Rumusan Masalah
……………………………………......................................................
C. Tujuan Penulisan
………………………………………....................................................
D. Manfaat
Penulisan ..............................................................................................................
A. Darah
…………………………………..............................................................................
B. Hematokrit ..............
……………………………………....................................................
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas makalah kami tentang “Pemeriksaan Hematokrit” ini dapat lebih baik
lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah kami ini
bermanfaat.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering
dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya
Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia vera dan diare berat.
(Sutedjo,2009:28).
Pemeriksaan hematokrit mengukur presentase melalui volume sel darah merah (SDM)
konsentrat dalam suatu sampel darah. Konsentrat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi
darah dalam tabung kapiler. (Muttaqin dan Ramadhani,2009:116)
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
% dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan
mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan
tabung mikrokapiler. (Gandasoebrata,2007:39)
Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah
dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan waktu
yang lama.
Menurut Anissa Farida (2010) dalam penelitian yang berjudul perbandingan nilai
hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis, pemeriksaan nilai hematokrit
menggunakan metode mikro masih sering digunakan karena memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan cara otomatis (Hematologi Analyzer) yaitu dalam hasil pengukuran
yang valid dengan variabilitas hanya 1-2%, disamping itu juga dalam teknik pemeriksaan
yang lebih sederhana dan sampel yang digunakan sedikit.
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell
Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah eritrosit, hemoglobin pada darah kapiler
memiliki nilai yang sedikit lebih besar daripada vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil
lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah
trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaannya sekitar 9% atau 32%
pada keadaan tertentu yang terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada
tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:31)
B. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan
E. Manfaat Penulisan
A. Darah
1. Definisi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluluer adalah
cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah
merah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan
atau kirakira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri
atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit (Pearce,2009:133).
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri
(sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di dalam vena (deoksigenasi), setelah
melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit
bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila pH dalam batas
normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya adalah 3-4 liter.
(Watson,2002:231)
1. Komposisi Darah
Meskipun darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian
yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar
kecil didalamnya, yang dikenal sebagai sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang
padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma.
Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55% seluruh
volume darah. (Watson,2002:232).
Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan mempunyai fungsi khusus
untuk transfor oksigen. Selnya berbentuk cakram (bikonkaf) bila dilihat pada bidang datar
bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada unsur darah lain.
(Syaifuddin,2009:27).
Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian
tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis dan tidak mempunyai inti sel. (Tarwoto dan Wartonah,2008:11)
Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih besar
dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Dalam setiap mm3 darah terdapat
6.000 sampai 10.000 leukosit (Pearce, 2009:135)
Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula.
Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit yang
tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan monosit. (Syaifuddin,2009:28).
Gambar 3. Leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula
(sumber:Dacie and Lewis,2010:106)
3) Trombosit atau keping darah
Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat
150.000 samapai 400.000 trombosit dalam setiap mm3 darah. Memliki masa hidup sekitar 1-
2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan pentiung dalam proses penggumpalan darah.
(Pearce,2009:137).
Gambar 4. Trombosit
(sumber:Dacie and Lewis,2010:110)
b) Plasma
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
Plasma terdiri dari 91% air, 8% protein, 0,9% mineral dan sisanya diisi oleh sejumlah bahan
organik. (Pearce,2009:138). Pada waktu aliran darah berhenti, darah berkontak dengan udara
dan salah satu globin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus yang
disebut fibrin, pengerutan 8 4 bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan jernih
kekuningan yang disebut serum. (Syaifuddin,2009:30)
Warna kuning atau kunig tua pada keadaan-keadaan fisiologis atau patologis dimana
kadar bilirubin darah meningkat misalnya pada neonatus, hepatitis infectinosa. Berwarna
seperti susu dimana kadar kolesterol meninggi. Nampak keruh pada multiple myloma,
berwarna merah atau seperti daging bilamana ada hemolisis dari eritrosit. Warna plasma
pucat pada hipokromik mikrositik anemia.
2. Fungsi Darah Secara umum
a) Bekerja sebagai sistem transfor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen
dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan,
dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
c) Leukosit menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fagositosis dari
beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan mikroorganisme.
e) Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
B. Hematokrit
1. Definisi Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel
dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk
menghitung nilai eritrosit rata-rata.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah
kapiler. (Gandasoebrata, 2007:39).
Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan turun ke dasar tabung
kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada diatasnya. Kemudian nilai hematokrit
dapat segera diukur. Nilai normal hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki
nilai hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai hematokritnya adalah
37%-43%.
2. Pemeriksaan Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara
makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-
100. Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan
diameter 1,5 mm. (Mahode,2011:272).
Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar, untuk memadatkan
sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30 menit. Sedangkan pada metode mikro
menggunakan sentrifus mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi,
maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek. (Gandasoebrata,2007:39).
Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah darah vena.
Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah kapiler dan
darah vena. Pada pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat
lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Lapisan ini
terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan.
Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1
mm kirakira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3 . Tinggi buffy coat yang masih dalam range
normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil
dari granulosit. Oleh karena itu tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja
terhadap ada tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010:32).
(sumber:Turgeon,2007:258)
3. Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro dengan
prinsip pemeriksaan yaitu dimana darah dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan
tertentu dan dalam waktu tertentu. perbandingan volume eritrosit terhadap volume spesimen
darah dinyatakan dalam %.
2) Jika terdapat leukositosis (> 100.000/µl) akan menyebabkan niali hematokrit tinggi palsu.
1) Faktor Invivo
a) Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel
yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu
peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi
c) Viskositas
darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel darah
maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan
darah, pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah
meningkat secara drastis ketika hematokrit meningkat.
d) Plasma
Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap adanya hemolisis.
Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan
hematrokrit.
2) Faktor Invitro
a) Pemusingan / sentrifugasi
Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat dan penutup yang kurang
rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus
dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Oleh karena itu
harus diatur secara tepat. Pemakaia sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama
mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit
menjadi rendah palsu
b) Antikoagulan
Pada pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam antikoagulan yaitu Heparin dan
Ethylen Diamine Tetra Acetate (EDTA). EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering
digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA sebagai garam natrium atau
kaliumnya. Garam-garam mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.
Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih
rendah dari yang sebenarnya. (Gandasoebrata,2007:9).
g) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung
cairan interstitial.
A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisa statistik dan dari nilai rata-rata diketahui bahwa pada
sampel darah vena nilai rata-ratanya adalah 39,325 % dan pada sampel darah
kapiler nilai rata-ratanya adalah 39,525 %. maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan pada nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit
menggunakan darah vena dan darah kapiler.
2. Kelebihan darah vena adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga
mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna
untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel.
3. Kelebihan darah kapiler adalah lebih cepat dalam proses pengambilan sampel
dan karena pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit hanya
memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari sampling
darah kapiler sudah mencukupi untuk pemeriksaan kadar hematokrit
B. Saran
1. Kepada petugas laboratorium penentuan nilai hematokrit dengan metode
mikrohematokrit dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler.
2. Bagi penulis yang lain dapat melanjutkan penelitian untuk pemeriksaan
hematokrit juga dengan menggunakan metode makrohematokrit.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/5/123-dfadf-qamarullai-
250-2-274.anke-i.pdf
Tinjauan umum mengenai hematokrit. http//www.catatananalis.blogspot.com.29 juni 2014
Definisi hematokrit. http//www.dtebu.com.29 juni 2014
Yusrianto.2010.hematokrit.Http//www.com.info sehat.id. 29 juni 2014