Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HEMATOLOGI

( Pemeriksaan Hematokrit )

OLEH :

CHIKA NOVILIA PRISMATUTI

P00341018010

II A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2019
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .............................


……………………………………………….....................

DAFTAR ISI …………………....................................................


……………………......................

KATA PENGANTAR …..........................


…………………………………………….....................

BAB I PENDAHULUAN
……………………………......................................................................

A. Latar Belakang
…………………………………...............................................................

B. Rumusan Masalah
……………………………………......................................................

C. Tujuan Penulisan
………………………………………....................................................

D. Manfaat
Penulisan ..............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ……...............................................…………….........


………...................

A. Darah
…………………………………..............................................................................

B. Hematokrit ..............
……………………………………....................................................

BAB III PENUTUP


………………………………………………...................................................
A. Kesimpulan
…………………………………………………...........................................
B. Saran ................................................................................................................................
.

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………........................................................................


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali


yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah
Hematologi.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen kami yang


telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan. Dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas makalah kami tentang “Pemeriksaan Hematokrit” ini dapat lebih baik
lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga hasil makalah kami ini
bermanfaat.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Kendari, 28 Desember 2019

Penyusun
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering
dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya
Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia vera dan diare berat.
(Sutedjo,2009:28).

Pemeriksaan hematokrit mengukur presentase melalui volume sel darah merah (SDM)
konsentrat dalam suatu sampel darah. Konsentrat diperoleh dengan melakukan sentrifugasi
darah dalam tabung kapiler. (Muttaqin dan Ramadhani,2009:116)

Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan
% dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan
mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan
tabung mikrokapiler. (Gandasoebrata,2007:39)

Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah
dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan waktu
yang lama.

Menurut Anissa Farida (2010) dalam penelitian yang berjudul perbandingan nilai
hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis, pemeriksaan nilai hematokrit
menggunakan metode mikro masih sering digunakan karena memiliki kelebihan jika
dibandingkan dengan cara otomatis (Hematologi Analyzer) yaitu dalam hasil pengukuran
yang valid dengan variabilitas hanya 1-2%, disamping itu juga dalam teknik pemeriksaan
yang lebih sederhana dan sampel yang digunakan sedikit.

Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah dengan antikoagulan


disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya
terpisah. Prosentase volume kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat
sebagai hasil pemeriksaan hematokrit. (Gandasoebrata,2007:39)

Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi yang menggunakan darah sebagai bahan


pemeriksaan, pengambilan darah (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus
dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan hematokrit dapat diukur menggunakan darah vena atau darah kapiler.
Untuk lokasi pengambilan darah vena pada dasarnya semua vena superficial dapat dipakai
namun yang sering dipakai ialah vena mediana cubiti. Sedangkan lokasi pengambilan darah
kapiler adalah pada jari tengah atau jari manis bagian tepi.

Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell
Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah eritrosit, hemoglobin pada darah kapiler
memiliki nilai yang sedikit lebih besar daripada vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil
lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah
trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaannya sekitar 9% atau 32%
pada keadaan tertentu yang terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada
tempat kebocoran kulit. (Dacie and Lewis,2010:31)
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan identifikasi masalah


sebagai berikut :

1. Apakah kepentingan klinik dari pemeriksaan hematokrit ?


2. Apa fungsi darah secara umum?
3. Sebutkan macam-macam pemeriksaan hematokrit ?

D. Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui fungsi darah secara umum


2. Mengetahui macam-macam pemeriksaan hematokrit

E. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Memberikan informasi yang tepat tentang pemeriksaan hematokrit dengan cara


konvensional dan dengan cara otomatis.
2. Bagi peneliti diharapkan mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang dipelajari
selama penelitian sehingga mampu mengembangkan dimasa yang akan mendatang.
BAB II PEMBAHASAN

A. Darah

1. Definisi Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan intraseluluer adalah
cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah
merah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan
atau kirakira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri
atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit (Pearce,2009:133).

Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri
(sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di dalam vena (deoksigenasi), setelah
melepas sebagian oksigen ke jaringan. Darah bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit
bervariasi sepanjang kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila pH dalam batas
normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya adalah 3-4 liter.
(Watson,2002:231)

1. Komposisi Darah

Meskipun darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya darah terdiri dari bagian
yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah mikroskop, tampak banyak benda bundar
kecil didalamnya, yang dikenal sebagai sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang
padat, sedangkan cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut plasma.
Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma membentuk 55% seluruh
volume darah. (Watson,2002:232).

Gambar 1. Komposisi darah

(sumber:Tarwoto dan Wartonah,2008:11)


a) Sel darah

Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu :

1) Eritosit atau sel darah merah

Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan mempunyai fungsi khusus
untuk transfor oksigen. Selnya berbentuk cakram (bikonkaf) bila dilihat pada bidang datar
bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada unsur darah lain.
(Syaifuddin,2009:27).

Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5 mikron, tebal bagian
tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis dan tidak mempunyai inti sel. (Tarwoto dan Wartonah,2008:11)

Gambar 2. Eritrosit atau sel darah merah


(Sumber :Tarwonto dan Wartonah,2008:14)
2) Leukosit atau sel darah putih

Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna dan bentuknya lebih besar
dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit. Dalam setiap mm3 darah terdapat
6.000 sampai 10.000 leukosit (Pearce, 2009:135)

Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula.
Leukosit bergranula terbagi menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit yang
tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan monosit. (Syaifuddin,2009:28).
Gambar 3. Leukosit bergranula dan leukosit tidak bergranula
(sumber:Dacie and Lewis,2010:106)
3) Trombosit atau keping darah

Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat
150.000 samapai 400.000 trombosit dalam setiap mm3 darah. Memliki masa hidup sekitar 1-
2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan pentiung dalam proses penggumpalan darah.
(Pearce,2009:137).

Trombosit adalah keping-keping darah berwujud cakram dan tidak berwarna.


Trombosit terlihat berbentuk lonjong, seperti batang dan tidak terdapat inti. Trombosit
memiliki peran penting dalam hemostasis yang menempel pada daerah luka dan
menghasilkan trombosit putih yang menutup permukaan cedera dengan mengisi lubang-
lubang dalam dinding pembuluh darah. (Syaifuddin,2009:30)

Gambar 4. Trombosit
(sumber:Dacie and Lewis,2010:110)
b) Plasma

Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat sedikit alkali.
Plasma terdiri dari 91% air, 8% protein, 0,9% mineral dan sisanya diisi oleh sejumlah bahan
organik. (Pearce,2009:138). Pada waktu aliran darah berhenti, darah berkontak dengan udara
dan salah satu globin plasma (fibrinogen) mengendap sebagai jala-jala filamen halus yang
disebut fibrin, pengerutan 8 4 bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan jernih
kekuningan yang disebut serum. (Syaifuddin,2009:30)

Warna kuning atau kunig tua pada keadaan-keadaan fisiologis atau patologis dimana
kadar bilirubin darah meningkat misalnya pada neonatus, hepatitis infectinosa. Berwarna
seperti susu dimana kadar kolesterol meninggi. Nampak keruh pada multiple myloma,
berwarna merah atau seperti daging bilamana ada hemolisis dari eritrosit. Warna plasma
pucat pada hipokromik mikrositik anemia.
2. Fungsi Darah Secara umum

fungsi darah adalah sebagai berikut :

a) Bekerja sebagai sistem transfor dari tubuh, menghantarkan semua bahan kimia, oksigen
dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan,
dan menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.

b) Eritrosit mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian karbon dioksida.

c) Leukosit menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fagositosis dari
beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan mikroorganisme.

d) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan

e) Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.

f) Menghentikan perdarahan melalui proses pembekuan.

B. Hematokrit

1. Definisi Hematokrit

Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s new world (2010:193) didefinisikan


sebagai jumlah volume darah merah terhadap volume seluruh darah yang dinyatakan dalam
% yang tergantung pada jenis kelamin.

Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang mengandung eritrosit


terhadap volume seluruh darah yang dihitung dalam % (Sutedjo,2009:28)

Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang paling teliti dan simpel
dalam mendeteksi derajat anemia atau polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk
menghitung nilai eritrosit rata-rata.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah
kapiler. (Gandasoebrata, 2007:39).

Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan turun ke dasar tabung
kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan berada diatasnya. Kemudian nilai hematokrit
dapat segera diukur. Nilai normal hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki
nilai hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai hematokritnya adalah
37%-43%.
2. Pemeriksaan Hematokrit

Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara
makro digunakan tabung wintrobe dengan panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-
100. Sedangkan pada cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan
diameter 1,5 mm. (Mahode,2011:272).

Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar, untuk memadatkan
sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30 menit. Sedangkan pada metode mikro
menggunakan sentrifus mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi,
maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek. (Gandasoebrata,2007:39).

Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan adalah darah vena.
Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro dapat menggunakan darah kapiler dan
darah vena. Pada pemeriksaan hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat
lapisan Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma. Lapisan ini
terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu kemerahan atau keputih-putihan.
Dalam keadaan normal tingginya lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1
mm kirakira sesuai dengan 1000 leukosit/mm3 . Tinggi buffy coat yang masih dalam range
normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada limfosit yang pada umumnya lebih kecil
dari granulosit. Oleh karena itu tingginya lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja
terhadap ada tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010:32).

Gambar 8. Tabung kapiler dengan darah yang telah disentrifus

(sumber:Turgeon,2007:258)
3. Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit

a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvesional

Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro dengan
prinsip pemeriksaan yaitu dimana darah dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan
tertentu dan dalam waktu tertentu. perbandingan volume eritrosit terhadap volume spesimen
darah dinyatakan dalam %.

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit cara konvensional metode


mikro adalah waktu yang diperlukan untuk sentrifugasi rata-rata 30 menit dan sampel darah
yang digunakan juga cukup banyak. Sedangkan kelebihannya adalah tidak perlu menutup
salah satu ujung tabung dengan nyala api, karena disini menggunakan tabung wintrobe.
(Gandasoebrata,2007:39)

Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit dengan cara konvensional


metode mikro adalah penutupan ujung tabung kapiler yang tidak rapat, karena hal tersebut
dapat menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus. Sehingga dapat menyebabkan
nilai hematokrit menurun. Sedangkan kelebihannya adalah tekniknya lebih sedehana, sampel
yang digunakan sedikit dan nilai hematokrit dari tabung kapiler sangat sahih (variabilitasnya
hanya 1-2%). (Mahode,2011:272)

b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology Analyzer)

Pemeriksaan hematokrit dengan hematology analyzer menggunaka sysmex KX-


21.pada sysmex KX-21 menggunakan 3 detector block dan 2 jenis reagen untuk analisis
darah. Pada pemeriksaan hematokrit menggunakan sysmex KX-21 reagen yang digunakan
adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau diluents, stromatolyzer dan cell clean
yang memiliki prinsip yaitu metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit. Dimana nilai
hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit dengan volume darah
keseluruhan dinyatakn dalam %.

Pemeriksaan dengan cara ini memiliki keterbatasan yaitu :


1) Jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai hematkrit rendah palsu.

2) Jika terdapat leukositosis (> 100.000/µl) akan menyebabkan niali hematokrit tinggi palsu.

3) Jika terdapat eritrosit abnormal akan mempengaruhi nilai hematokrit.

Kekurangan pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis menggunakan hematology


Analyzer adalah kurang efisien dari segi dana dan membutuhkan sampel darah yang lebih
banyak. Sedangkan kelebihannya adalah hasil pemeriksaan akan dibaca secara otomatis dan
hasil pemeriksaan dapat langsung diketahui secara tepat dan mempunyai derajat ketepatan
yang tinggi.

3. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan hematokrit sebagai berikut :

1) Faktor Invivo

a) Eritrosit

Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena eritrosit merupakan sel
yang diukur dalam pemeriksaan. Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu
peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat menurun pada anemia yaitu
penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi

c) Viskositas

darah Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar prosentase sel darah
maka makin tinggi hematokritnya dan makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan
darah, pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu, viskositas darah
meningkat secara drastis ketika hematokrit meningkat.

d) Plasma

Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati terhadap adanya hemolisis.
Keadaan fisiologis atau patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan
hematrokrit.

2) Faktor Invitro

a) Pemusingan / sentrifugasi
Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat dan penutup yang kurang
rapat dapat menyebabkan hasil pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus
dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat secara maksimal. Oleh karena itu
harus diatur secara tepat. Pemakaia sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama
mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan hemolisis dan nilai hematokrit
menjadi rendah palsu

b) Antikoagulan

Pada pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam antikoagulan yaitu Heparin dan
Ethylen Diamine Tetra Acetate (EDTA). EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering
digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA sebagai garam natrium atau
kaliumnya. Garam-garam mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan ion.
Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah maka nilai hematokrit menjadi lebih
rendah dari yang sebenarnya. (Gandasoebrata,2007:9).

c) Suhu dan waktu penyimpanan sampel

Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika dilakukan penundaan


pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu ruang dapat ditunda selama 6 jam.

d) Bahan pemeriksaan tidak tercampur hingga homogen sebelum pemeriksaan dilakukan.

e) Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering.

f) Pembacaan yang tidak tepat.

g) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus dibuang karena mengandung
cairan interstitial.

4. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit dalam Klinik.

Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit yaitu :

a) Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat DHF)


ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa yang disebabkan oleh virus dan
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Patofisiologi utama yang menentukan berat
penyakit ini adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma ke ekstrak vaskuler melalui kapiler yang rusak. Hal
tersebut menyebabkan volume plasma menurun dan nilai hematokrit meningkat.
Peningkatan hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti definitif
adanya penigkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran plasma. Jadi, apabila
terjadi peningkatan hematokrit dapat segera dilakukan pemberian cairan intravena
atau infus yang bertujuan untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler
ketingkat yang normal.(Hadinegoro dan Satari,2005:45)
b) Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, abnormalitas
kandungan hemoglobin sel darah merah atau keduanya. Anemia dapat mengakibatkan
penurunan nilai hematokrit dan hemoglobin. (Corwin, 2009:410)
c) Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah. Polisitemia vera ditandai
dengan peningkatan jumlah trombosit dan granulosit serta sel darah merah, dan
diyakini sebagai awal terjadinya abnormalitas sel. (Corwin,2009:412)
Di dalam sirkulasi darah polisitemia vera didapati peninggian nilai hematokrit yang
menggambarkan terjadinya peningkatan konsentrasi eritrosit terhadap plasma.
(Sudoyo, et.al, 2009:1214)
d) Diare berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses berbentuk cairan atau
setengah cairan (setengah padat), dengan demikian kandungan air pada tinja lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/jam tinja). Apabila terkena diare biasanya
akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan sebagai akibat kehilangan air dari
badan baik karena kekurangan pemasukan air atau kehilangan air yang berlebih dapat
menyebabkan nilai hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.(Sudoyo,et.al,
2009:548)
BAB III PENUTUP

A. Simpulan
1. Berdasarkan hasil analisa statistik dan dari nilai rata-rata diketahui bahwa pada
sampel darah vena nilai rata-ratanya adalah 39,325 % dan pada sampel darah
kapiler nilai rata-ratanya adalah 39,525 %. maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada perbedaan pada nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit
menggunakan darah vena dan darah kapiler.
2. Kelebihan darah vena adalah volume sampel yang lebih banyak sehingga
mempermudah proses pemipetan dan penambahan antikoagulan yang berguna
untuk mencegah terjadinya bekuan pada sampel.
3. Kelebihan darah kapiler adalah lebih cepat dalam proses pengambilan sampel
dan karena pemeriksaan hematokrit dengan metode mikrohematokrit hanya
memerlukan sampel yang kecil maka darah yang diperoleh dari sampling
darah kapiler sudah mencukupi untuk pemeriksaan kadar hematokrit

B. Saran
1. Kepada petugas laboratorium penentuan nilai hematokrit dengan metode
mikrohematokrit dapat menggunakan sampel darah vena dan darah kapiler.
2. Bagi penulis yang lain dapat melanjutkan penelitian untuk pemeriksaan
hematokrit juga dengan menggunakan metode makrohematokrit.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.umpalangkaraya.ac.id/perpustakaan/digilib/files/disk1/5/123-dfadf-qamarullai-
250-2-274.anke-i.pdf
Tinjauan umum mengenai hematokrit. http//www.catatananalis.blogspot.com.29 juni 2014 
Definisi hematokrit. http//www.dtebu.com.29 juni 2014 
Yusrianto.2010.hematokrit.Http//www.com.info sehat.id. 29 juni 2014 

Anda mungkin juga menyukai