Pak Covid 19 Hipgabi 2020 PDF
Pak Covid 19 Hipgabi 2020 PDF
KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PADA MASA
COVID-19
Penulis:
Amelia Kurniati, S.Kp., MN
Ns. Arcellia Farosyah Putri, S.Kep.,M.Sc
Ns. Eri Yanuar A.B.S,S.Kep.,Ns. M.N.Sc.(I.C)
Ns. M. Irvan Firdaus,S.Kep
Ns. Uke Pemila, M.Kep., Sp.KMB
Ns. Deny Kurniawan, S.Kep., MM
Editor:
Amelia Kurniati, S.Kp., MN
Penerbit:
Dewan Pimpinan Pusat (DPP)
Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI)
Hak Penerbitan
©2020 Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia (HIPGABI)
No. ISBN:
Puja dan puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT, berkat karunia dan hidayah-
Nya kita semua diberikan nikmat sehat serta umur panjang sehingga tim bisa menyelesaikan
penyusunan Buku Pedoman Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat COVID-19.
Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan dalam memberikan pelayanan Keperawatan Gawat
Darurat mulai dari Kegawatdaruratan Pra Hospital hinggal Pelayanan Intra Hospital khususnya
di ruang IGD pada pasien dengan COVID-19.
Buku pedoman ini merupakan hasil kerja keras dan kerja cerdas para insan HIPGABI dibawah
Koordinator Team Gugus Tugas Penanggulangan COVID-19 DPP HIPGABI berdasarkan SK
NOMOR : KEP.031/DPP HIPGABI/III/2020 beserta sejawat yang tergabung dalam Team Ilmiah
COVID-19 DPP HIPGABI Provinsi serta Tim Editor.
Untuk hal tersebut saya sampaikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada Tim Gugus Tugas
Penanggulangan COVID-19 DPP HIPGABI yaitu Ns. Ahmad Furqonuddin, S.Kep, beserta Tim
Ilmiah COVID-19 DPP HIPGABI (Amelia, S.Kp.,MN; Ns. Eri Yanuar, S.Kep.,MN.Sc.(I.C); Ns.
Arcellia Farosyah Putri, S.Kep.,M.Sc; Ns. M. Irvan Firdaus,S.Kep, dan Tim Pendidikan dan
Pelatihan (DIKLAT) HIPGABI (Ns. Uke Pemila, M.Kep.,Sp.KMB; Ns. Deny Kurniawan,
S.Kep.MM) yang telah banyak menyumbangkan pikiran, gagasan serta waktunya sehingga
buku pedoman ini bisa tersusun.
Buku Pedoman ini masih jauh dari kata kesempurnaan, untuk itu seiring berjalannya kegiatan
dan digunakannya Buku Pedomam ini saran dan masukan terhadap revisi edisi berikutnya
sangat kami harapkan.
SAMBUTAN ............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iv
LATAR BELAKANG .................................................................................................................... vi
SEKILAS COVID-19..................................................................................................................... 1
TRIASE PASIEN COVID-19 ......................................................................................................... 3
A. Pedoman Umum Triase Pasien COVID-19 di Instalasi Gawat Darurat (IGD) ................ 3
B. Triage: Deteksi Dini Pasien dalam Pengawasan COVID-19 ........................................... 4
C. Deteksi COVID-19 sesuai dengan manifestasi klinis COVID-19..................................... 7
D. Skor Peringatan Dini (EWS Skrining) COVID-19: Alat Skrining Multi-Parameter Untuk
Mengidentifikasi Pasien Yang Diduga Tinggi COVID-19 ........................................................ 9
PENANGANAN PASIEN COVID-19 DI INSTALASI GAWAT DARURAT ....................................... 12
A. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan ........................................................................ 12
B. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS ......................................................... 13
C. Manajemen Syok Septik ............................................................................................. 16
BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN BANTUAN HIDUP JANTUNG LANJUT (BHJL) PADA PASIEN
COVID-19 ................................................................................................................................ 19
A. Prinsip Umum Resusitasi pada Pasien yang Diduga dan Dikonfirmasi COVID-19....... 19
B. Bantuan Hidup Dasar di Pre-Hospital ......................................................................... 21
C. Resusitasi di Intra Hospital ......................................................................................... 22
D. Pertimbangan Khusus untuk Ibu Hamil dan Neonatus ............................................... 24
TRANSPORTASI PASIEN COVID -19 ......................................................................................... 30
A. Prinsip Umum Transportasi Pasien COVID-19 ............................................................ 30
B. Masalah dan Solusi Transportasi untuk Pasien COVID-19 .......................................... 30
ALAT PELINDUNG DIRI ............................................................................................................ 33
A. Pendahuluan............................................................................................................... 33
B. Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan APD .................................................... 33
C. Jenis APD yang Direkomendasikan untuk Disediakan dalam Penanganan COVID-19 33
D. Cara pemakaian dan pelepasan APD .......................................................................... 37
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN COVID-19 ................................... 42
A. Pendahuluan............................................................................................................... 42
B. Pengkajian .................................................................................................................. 42
C. Diagnosis Keperawatan .............................................................................................. 43
D. Luaran Keperawatan .................................................................................................. 43
E. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 44
PANDUAN PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA MASA COVID 19
iv
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) © 2020
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 47
Coronavirus-19 (COVID-19) telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO,2020).
Coronavirus adalah zoonosis atau virus yang ditularkan antara hewan dan manusia. Virus dan
penyakit ini diketahui berawal di kota Wuhan, Cina sejak Desember 2019. Per tanggal 21 April
2020, di Indonesia terdapat 6760 kasus terkonfrmasi, 5423 dalam perawatan, 747 pasien
sembuh dan 590 orang meningal dunia.
Presiden Republik Indonesia telah menyatakan status penyakit ini menjadi tahap Tanggap
Darurat pada tanggal 17 Maret 2020. Presiden juga telah mengeluarkan Keputusan Presiden
No. 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona yang diketuai oleh
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Gugus Tugas ini bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan nasional di bidang kesehatan; mempercepat penanganan COVID-
19 melalui sinergi antar kementerian/ lembaga dan pemerintah daerah; meningkatkan
antisipasi perkembangan eskalasi penyebaran COVID- 19; meningkatkan sinergi pengambilan
kebijakan operasional; dan meningkatkan kesiapan dan kemampuan dalam mencegah,
mendeteksi, dan merespons terhadap COVID-19.
Hormat kami,
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan
sampai berat. Virus Corona sudah dikenal sejak tahun 1930-an dan diketahui terdapat pada
hewan. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus
penyebab COVID-19 ini dinamakan SARS-CoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan
antara hewan dan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing
luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi
sumber penularan COVID-19 ini masih belum diketahui.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7 Januari 2020, Cina
mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru
coronavirus (coronavirus disease, COVID-19). Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public
Health Emergency of International Concern (KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus
COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara.
Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia melalui percikan
batuk/bersin (droplet) dan tidak melalui udara. Orang yang paling berisiko tertular penyakit
ini adalah orang yang kontak erat dengan pasien COVID-19 termasuk yang merawat pasien
COVID-19. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah melalui cuci
tangan secara teratur menggunakan sabun dan air bersih, menerapkan etika batuk dan
bersin, menghindari kontak secara langsung dengan ternak dan hewan liar serta menghindari
kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk
dan bersin. Selain itu, menerapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) saat berada di
fasilitas kesehatan terutama unit gawat darurat.
Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis
yang dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di
kedua paru.
Pengkajian triase primer berbeda dengan triase sekunder. Pengkajian triase primer berfokus
pada keluhan awal pasien datang ke IGD dan riwayat kontak dengan pasien COVID-19 atau
riwayat ke tempat terindikasi COVID-19. Pengkajian di triase sekunder IGD ISPA dapat
memakai list manisfestasi klinis COVID-19 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan Pedoman
Rev 4.0 serta Early Warning System skrining COVID-19 untuk menetapkan tindakan yang
dilakukan (lihat Tabel 1 untuk pengkajian pada triase primer untuk COVID-19 dan Tabel 3 EWS
skrining COVID-19).
D. Skor Peringatan Dini (EWS Skrining) COVID-19: Alat Skrining Multi-Parameter Untuk
Mengidentifikasi Pasien Yang Diduga Tinggi COVID-19
Praktik di lapangan menunjukkan bahwa deteksi pasien yang dicurigai COVID-19 tetap
menjadi masalah. Hal ini terjadi karena kekurangan alat deteksi nukleat asam SARS-CoV-2
dan hasil negatif palsu yang disebabkan oleh berbagai alasan, seperti kualitas sampel yang
diambil, jumlah virus dan tahap penyakit. Akibat kurangnya alat, maka para ahli telah
Dalam mengatasi hal tersebut dibuatlah skor peringatan dini (EWS COVID-19) yang mudah
didapat untuk skrining COVID-19. Penilaian dengan menggunakan EWS COVID-19
memungkinkan tenaga kesehatan untuk mendeteksi lebih cepat dan relatif akurat
mendeteksi pasien COVID-19, terutama ketika kapasitas deteksi nukleat relatif kurang.
Pemakaian EWS COVID-19 hampir sama dengan pemakaian EWS yang telah dilakukan di
pelayanan kesehatan. Early Warning Score (EWS) disini gunakan sebagai skrining apakah
pasien memiliki kemungkinan besar COVID-19.
Tabel 3. COVID-19 EARLY WARNING SCORE (COVID-19 EWS SKRINING)
Parameter Pengkajian Skor
Tanda pneumonia dengan CT Scan Paru Ya 5
Riwayat kontak erat dengan pasien terkonfirmasi COVID-19 Ya 5
Demam Ya 3
Usia > 44 tahun 1
Jenis Kelamin Laki-laki 1
Suhu maximal (diukur sejak onset sampai ke RS) > 37.8o C (100o F) 1
Gejala gangguan respirasi (batuk, dahak dan dispneu) > 1 gejala 1
Rasio neutrofil dan limfosit > 5,8 1
Pasien dicurigai tinggi COVID-19 > 10
Referensi: Song, C. Y., Xu, J., He, J. Q., & Lu, Y. Q. (2020). COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to
identify highly suspected patients. medRxiv.
Untuk EWS modifikasi yang digunakan dalam monitoring pasien dalam perawatan COVID-19
di ruang rawat inap dapat melihat tabel di bawah ini. EWS ini dapat digunakan sebagai dasar
bagi RS yang merawat pasien yang diduga atau dikonfirmasi COVID-19.
2. Gunakan manajemen cairan konservatif pada pasien dengan ISPA berat tanpa syok.
Pasien dengan ISPA berat harus hati-hati dalam pemberian cairan intravena, karena
resusitasi cairan yang agresif dapat memperburuk oksigenasi, terutama dalam kondisi
keterbatasan ketersediaan ventilasi mekanik.
5. Lakukan pemantauan ketat pasien dengan gejala klinis yang mengalami perburukan
seperti gagal napas, sepsis dan lakukan intervensi perawatan suportif secepat
mungkin.
7. Tatalaksana pada pasien hamil, dilakukan terapi suportif dan penyesuaian dengan
fisiologi kehamilan.
Persalinan darurat dan terminasi kehamilan menjadi tantangan dan perlu kehati-
hatian serta mempertimbangkan beberapa faktor seperti usia kehamilan, kondisi ibu
dan janin. Perlu dikonsultasikan ke dokter kandungan, dokter anak dan konsultan
intensive care.
3. Ventilasi mekanik menggunakan volume tidal yang rendah (4-8 ml/kg prediksi berat
badan, Predicted Body Weight/PBW) dan tekanan inspirasi rendah (tekanan plateau
<30 cmH2O).
Sangat direkomendasikan untuk pasien ARDS dan disarankan pada pasien gagal napas
karena sepsis yang tidak memenuhi kriteria ARDS.
5. Pada pasien dengan ARDS sedang atau berat disarankan menggunakan PEEP lebih
tinggi dibandingkan PEEP rendah.
Titrasi PEEP diperlukan dengan mempertimbangkan manfaat (mengurangi
atelektrauma dan meningkatkan rekrutmen alveolar) dan risiko (tekanan berlebih
pada akhir inspirasi yang menyebabkan cedera parenkim paru dan resistensi vaskuler
pulmoner yang lebih tinggi). Untuk memandu titrasi PEEP berdasarkan pada FiO2 yang
diperlukan untuk mempertahankan SpO2. Intervensi recruitment manoueuvers (RMs)
dilakukan secara berkala dengan CPAP yang tinggi [30-40 cm H2O], peningkatan PEEP
yang progresif dengan tekanan driving yang konstan, atau tekanan driving yang tinggi
dengan mempertimbangkan manfaat dan risiko.
2. Resusitasi syok septik pada dewasa: berikan cairan kristaloid isotonik 30 ml/kg.
Resusitasi syok septik pada anak-anak: pada awal berikan bolus cepat 20 ml/kg
kemudian tingkatkan hingga 40-60 ml/kg dalam 1 jam pertama.
6. Jika kateter vena sentral tidak tersedia, vasopresor dapat diberikan melalui
intravena perifer, tetapi gunakan vena yang besar dan pantau dengan cermat tanda-
tanda ekstravasasi dan nekrosis jaringan lokal. Jika ekstravasasi terjadi, hentikan
infus. Vasopresor juga dapat diberikan melalui jarum intraoseus.
A. Prinsip Umum Resusitasi pada Pasien yang Diduga dan Dikonfirmasi COVID-19
1. Mengurangi paparan tenaga kesehatan ke COVID-19
Rasional: Sangat penting untuk tenaga kesehatan melindungi diri dan kolega dari
paparan yang tidak perlu.
Strategi:
a. Sebelum memasuki lokasi, semua penyelamat harus mengenakan APD yang sesuai
(disarankan level 3) untuk menjaga dari kontak dengan partikel udara dan droplet.
b. Batasi personil di ruangan resusitasi.
c. Pertimbangkan untuk mengganti kompresi dada manual dengan perangkat CPR
mekanis untuk mengurangi jumlah penyelamat yang diperlukan untuk orang
dewasa dan remaja yang memenuhi kriteria tinggi dan berat sesuai dengan mesin
mekanis.
d. Berkomunikasi tentang status pasien COVID-19 ke tenaga kesehatan yang akan
datang sebelum kedatangan mereka di tempat kejadian atau menerima pasien
saat mentransfer ke rumah sakit rujukan.
2. Prioritaskan strategi oksigenasi dan ventilasi dengan risiko aerosolisasi yang lebih
rendah.
Rasional: Prosedur intubasi memiliki risiko aerosolisasi yang tinggi, jika pasien
diintubasi dengan endotrakeal tube yang memiliki cuff dan dihubungkan ke ventilator
dengan filter high-efficiency particulate air (HEPA) di exhalation dan juga penggunaan
in-line (closed) suction catheter akan menghasilkan sirkuit tertutup yang
menyebabkan risiko aerosolisasi yang lebih rendah daripada bentuk ventilasi tekanan
positif lainnya.
Strategi:
a. Pasang filter HEPA dengan aman (jika tersedia) ke perangkat ventilasi manual atau
mekanis di jalur exhalation sebelum memberikan napas.
PANDUAN PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA MASA COVID 19
19
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) © 2020
b. Setelah menilai ritme dan melakukan defibrilasi aritmia ventrikel, pasien yang
mengalami henti jantung harus diintubasi dengan ET yang memiliki cuff sesegera
mungkin. Hubungkan ET ke ventilator dengan HEPA filter.
c. Minimalkan kemungkinan gagal intubasi dengan:
a. Menetapkan orang yang paling mahir dalam untuk intubasi untuk
melakukan intubasi
b. Menghentikan kompresi dada saat intubasi
c. Gunakan video laringoskopi untuk mengurangi paparan intubator pada
partikel aerosol dan hal ini harus dipertimbangkan (jika tersedia).
d. Mengggunakan headbox untuk intubasi (jika tersedia)
Strategi:
a. Tetapkan tujuan perawatan dengan COVID-19 pasien untuk mengantisipasi
kebutuhan potensial untuk peningkatan tingkat perawatan.
b. Institusi kesehatan harus mempunyai kebijakan untuk memandu para tenaga
kesehatan di garis depan untuk menentukan kesesuaian memulai dan mengakhiri
CPR untuk pasien dengan COVID-19, dengan mempertimbangkan faktor risiko
pasien untuk memperkirakan kemungkinan bertahan hidup. Stratifikasi dan
kebijakan risiko harus dikomunikasikan kepada pasien dalam tujuan perawatan.
Dalam telekomunikasi harus konsisten dengan protokol lokal untuk melakukan skrining pada
semua panggilan dengan pertanyaan mengenai gejala COVID-19 (misalnya, demam, batuk,
sesak napas) atau infeksi COVID-19 yang diketahui pada korban atau kontak apa pun,
termasuk anggota rumah tangga mana pun. Untuk penyelamat yang awam, telekomunikasi
harus memberikan panduan tentang risiko terpapar COVID-19 untuk penyelamat dan
instruksi untuk RJP hanya kompresi. Untuk tim ambulans, telekomunikasi dari dispatcher
harus memberitahukan tim yang dikirim untuk mengenakan APD apalagi jika ada kecurigaan
untuk infeksi COVID-19. Saat transportasi, anggota keluarga dan kontak pasien lainnya yang
diduga atau dikonfirmasi COVID-19 tidak boleh ikut di dalam kendaraan transportasi.
American Heart Association (AHA) sudah membuat diagram penanganan henti jantung di luar
Rumah Sakit. Adapun urutannya adalah sebagai berikut:
1. Cek respon pasien
2. Pangil bantuan dan minta segera dibawakan Automated External Defibrillation (AED).
3. Tutupi mulut anda dan hidung dengan menggunakan masker atau kain. Tutupi juga mulut
dan hidung korban dengan masker atau kain.
4. Lakukan hands-only CPR (Tekan kuat dan cepat di tengah dada - center of chest) dengan
kecepatan 100 – 120 kali per menit.
5. Jika AED sudah datang segera gunakan AED.
Jika kembalinya sirkulasi spontan (ROSC) tidak tercapai setelah upaya resusitasi yang sesuai
di lapangan, pertimbangkan untuk tidak mentransfer ke rumah sakit atau jika kemungkinan
bertahan hidup yang rendah untuk pasien, hal ini untuk mengurangi risiko paparan tambahan
ke penyedia layanan pra-rumah sakit dan di rumah sakit rujukan.
3. Setelah Resusitasi
a. Konsultasikan dengan panitia pengendalian infeksi (PPI) setempat mengenai
transportasi pasien setelah resusitasi.
Gambar 5. Algoritma BHD pada kasus henti jantung untuk pasien terduga atau terkonfirmasi COVID-19
Sumber: Pedoman BHD dan BHJL pada Covid 19
Gambar 6. Algoritma BHJL pada kasus henti jantung untuk pasien dewasa terduga atau terkonfirmasi COVID-19
Sumber: Pedoman BHD dan BHJL pada Covid 19
Gambar 7. Algoritma BHD pada kasus henti jantung anak yang terduga atau terkonfirmasi COVID-19 untuk 2
penolong atau lebih
Sumber: Pedoman BHD dan BHJL pada Covid 19
Gambar 8. Algoritma Bantuan Hidup Lanjutan (ACLS) - Henti Jantung Pada pasien ANAK Suspek atau
terkonfirmasi COVID-19
Sumber: Pedoman BHD dan BHJL pada Covid 19
A. Pendahuluan
Alat pelindung diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) adalah alat yang
dirancang untuk menghalangi penetrasi zat baik berupa partikel padat, cair, atau udara
dalam rangka melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
APD berfungsi sebagai penghalang antara bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan
kulit, mulut, hidung, atau mata (selaput lendir) tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang
memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan berupa dari cairan darah
pasien, cairan tubuh pasien, atau sekresi pernapasan pasien. Penggunaan APD yang
efektif mencakup pemasangan, pelepasan serta pemindahan dan atau pembuangan APD
yang terkontaminasi dengan benar untuk mencegah terpaparnya pemakai dan orang lain
terhadap bahan infeksius.
8 Perform handHygiene
Lakukan Hand hygiene on gloved
di Sarung hands.
Tangan 10 Perform handHygiene
Lakukan Hand hygiene on gloved
di Sarung Tanganhands.
17 Remove
Lepaskan sarung tangan dengan hati-hati dan dengan
gloves carefully with appropriate
teknik yang benar dan buang dengan aman
12 Perform handHygiene
Lakukan Hand hygiene on gloved
di Sarung Tanganhands. technique and dispose of them safely.
15 Remove rubberboot
Lepaskan sepatu boots
karetwithout touchingJika
tanpa menyentuh. them (or
sepatu
boots yang sama dipakai untuk ke area bersih maka pastikan
overshoes if yang
dekontaminasi wearing
benarshoes).
sebelum If the same boots
meninggalkan area doffing
are to be used outside of the high-risk zone, keep
them on but clean and decontaminate appropriately
before leaving the doffing area.2
16 Perform handHygiene
Lakukan Hand hygiene on gloved
di Sarung Tanganhands. 18 Perform handHygiene
Lakukan Hand hygiene.
1 While working in the patient care area, outer gloves should be changed between patients and prior to exiting (change after seeing the last patient)
2 Appropriate decontamination of boots includes stepping into a footbath with 0.5% chlorine solution (and removing dirt with toilet brush if heavily
soiled with mud and/or organic materials) and then wiping all sides with 0.5% chlorine solution. At least once a day boots should be disinfected
by soaking in a 0.5% chlorine solution for 30 min, then rinsed and dried.
All reasonable precautions have been taken by the World Health Organization to verify the information contained in this publication. However, the published
material is being distributed without warranty of any kind, either expressed or implied. The responsibility for the interpretation and use of the material lies with the
reader. In no event shall the World Health Organization be liable for damages arising from its use. WHO/HIS/SDS/2015.3
© WORLD HEALTH ORGANIZATION 2015
B. Pengkajian
1. Lakukan pengkajian pada saat triase primer meliputi:
a) gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas, sakit
tenggorokan,
b) riwayat perjalanan atau tinggal di luar negeri yang melaporkan transmisi lokal
dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,
c) riwayat perjalanan ke wilayah terjangkit COVID-19 atau tinggal di wilayah dengan
transmisi lokal COVID-19 di Indonesia dalam 14 hari terakhir sebelum timbul gejala,
dan
d) riwayat kontak dengan kasus konfirmasi atau kemungkinan COVID-19 dalam 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala.
2. Lakukan pemeriksaan awal (primary survey) meliputi jalan napas, pernapasan
(meliputi irama, kedalaman, frekuensi, dan suara napas), sirkulasi, kesadaran dan
eksposure (ABCDE)
3. Lakukan pengkajian tanda-tanda vital yang meliputi:
a) tingkat kesadaran,
b) tekanan darah,
c) nadi,
d) laju pernapasan,
e) suhu, dan
f) saturasi oksigen.
4. Lakukan pemeriksaan sekunder (secondary survey) meliputi pemeriksaan fisik head to
toe dan pemeriksaan riwayat alergi makanan, obat dan sebagainya (AMPLE).
5. Lakukan pengkajian psikososial meliputi kecemasan dan distress,
6. Lakukan pemeriksaan rontgen dan pemeriksaan laboratorium.
D. Luaran Keperawatan
Adapun luaran keperawatan yang diharapkan berdasarkan pada diagnosa keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Pasien menunjukkan bersihan jalan napas efektif, tidak ada sesak napas, produksi
sputum berkurang, sianosis menurun, frekwensi napas membaik, pola napas
membaik.
2. Pasien menunjukkan oksigenasi dan atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler dalam batas normal yang ditandai dengan dispnea menurun, bunyi
napas tambahan menurun, tidak ada sianosis, pola napas membaik, warna kulit
normal, nadi dalam batas normal, gelisah menurundan hasil pemeriksaan AGD
saturasi membaik atau dalam batas normal, PaCO2 membaik atau dalam batas
normal, PaO2 membaik atau dalam batas normal, pH arteri membaik atau dalam batas
normal
3. Pasien menunjukkan volume tidal meningkat, dispnea menurun, PaO2 >80 mmHg,
PaCO2 35-45 mmHg, gelisah menurun
E. Intervensi Keperawatan
1. Manajemen Jalan Napas
• Monitor pola napas
• Monitor bunyi napas
• Monitor jumlah, sifat dan warna sputum
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Posisikan semi fowler atau fowler
• Berikan oksigen bila perlu
• Anjurkan asupan cairan adekuat
• Ajarkan teknik batuk efektif, dan etika batuk
• Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik.
2. Pemantauan Respirasi
• Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya bernapas
• Monitor pola napas
• Monitor kemampuan batuk efektif
• Monitor adanya produksi sputum
• Monitor adanya sumbatan jalan napas
• Monitor saturasi oksigen
• Monitor nilai AGD
• Atur pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan jika perlu
PANDUAN PELAYANAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA MASA COVID 19
44
HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA (HIPGABI) © 2020
• Dokumentasi hasil pemantauan
3. Terapi Oksigen
• Monitor kecepatan aliran oksigen secara periodik
• Monitor efektifitas terapi oksigen
• Pertahankan kepatenan jalan napas
• Kolaborasi penentuan dosis oksigen
4. Pencegahan Syok
• Monitor tingkat kesadaran
• Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napas,
tekanan darah, MAP)
• Monitor status oksigenasi (pulse oksimetri, nadi, AGD)
• Monitor status cairan (intake dan output cairan, turgor kulit)
• Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen> 94%
• Pasang IV line, jika perlu
• Pasang kateter urin untuk menilai produksi urin jika perlu
• Jelaskan penyebab/ risiko syok, tanda dan gejala
• Anjurkan melapor jika menemukan/mersakan tanda dan gejala awal syok
• Anjurkan asupan cairan oral sesuai kebutuhan
• Kolaborasi pemberian cairan intravena jika perlu
• Kolaborasi pemberian transfusi jika perlu
5. Manajemen hipertermia
• Monitor suhu tubuh
• Monitor luaran urin
• Berikan cairan per oral
• Ganti linen pasien jika basah keringat berlebihan
• Anjurkan tirah baring
• Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena jika perlu
6. Reduksi ansietas
• Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, ketenangan, dan
kenyamanan
www.hipgabi.org