Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PANGAN

(NUTRIFIKASI PANGAN PEMBUATAN BAHAN MAKANAN


CAMPURAN)

OLEH :

MOULIEDA ROSYALIA 1813411027

NI DIAH AYU PUTU 1813411038

MAYANG DESIVA P.N 1813411042

MAYA SEFIANA 1813411045

NIRANTI HERMILA 1813411047

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN D3 GIZI

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga penulis dapat menyusun laporan ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
“NUTRIFIKASI PANGAN PEMBUATAN BAHAN MAKANAN CAMPURAN’’

Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai
tantangan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini. Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan
laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 12 April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

1.1 Latar Belakang.............................................................................1


1.2 Tujuan..........................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………3

2.1 Formula Enteral …………………………………………............3

2.2 Jenis-jenis Formula Eneral………………………………………..3

2.3 Metode Pemberian………………………………………………..5


2.4 Syarat Formula Enteral……………………………………………5

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..............................................................8

3.1 Judul.............................................................................................8

3.2 Tempat Praktikum........................................................................8

3.3 Hari dan Tanggal..........................................................................8

3.4 Alat dan Bahan.............................................................................8

3.5 Prosedur kerja...............................................................................9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................10

4.1 Hasil Pengamatan.........................................................................10

4.2 Pembahasan..................................................................................12

BAB V PENUTUP....................................................................................................14

3
5.1 Kesimpulan...................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................15

LAMPIRAN…………………………………………………………………………16

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penambahan makronutrien kedalam makanan bukanlah merupakan konsep baru seprti
halnya tepung terigu yang digunakan sebagai bahan pada pembuatan kue donat yang kaya akan
karbohidrat tetapi miskin gizi protein untuk itu dilakukan nutrifikasi dengan menambahkan
tepung telur kedalam tepung terigu pada pembuatan kue donat. Nutrifikasi tepung terigu dengan
penambahan tepung telur akan meningkatkan zat gizi protein pada kue donat. Kini nutrifikasi
dapat dilakukan secara cepat dangan biaya yang sangat ekonomis, fleksibel, dan secara sosial
dapat diterima dengan baik dalam masyarakat.
Teknik nutrifikasi makanan dilakukan dengan cara penambahan makronutrien pada
tingkat yang telah disarankan, dan dengan mudah dapat menyesuaikan dengan kebutuhan serta
tingkat perkembangan ilmu gizi saat itu. Untuk menyusun zat gizi yang berkecukupan, tapi tidak
berlebihan, yaitu dengan melakukan kombinasi dari berbagai individu makanan sehingga
memiliki nilai gizi yang lebih seimbang bila hanya terdiri dari satu jenis bahan pangan saja.
Melalui nutrifikasi, restorasi, enrichment dan fortifikasi pangan yaitu secara individu
bahan pokok atau produk pangan diberi tambahan mikronutrient yang diperlukan seperti vitamin,
mineral, asam amino dan makronutrient seperti “Protein”, sehingga dihasilkan makanan yang
bergizi lebih tinggi dengan harga yang relative murah.
Menjadi manula secara alami akan dialami oleh setiap orang. Prosesnya tidak dapat
dihindari, dicegah atau ditolak, kecuali lagi mereka yang ditakdirkan meninggal pada usia muda.
Kekuatan fisik dan daya tahan tubuh pada manula telah menurun, serta mekanisme kerja organ
mulai terganggu.
Masalah gizi yang dihadapi manula berkaitan erat dengan menurunnya aktivitas fisologis
tubuhnya. Konsumsi pangan yang kurang seimbang akan memperburuk kondisi manula yang
secara alami memang sudah menurun. Dibandingkan dengan usia dewasa, kebutuhan gizi
manula umumnya lebih rendah karena adanya penurunan metabolisme basal dan kemunduran
lain seperti diuraikan diatas.

5
berdasarkan uraian diatas, dimana banyak terjadi masalah gizi pada lansia yang dikarenakan
oleh gangguan fisiologis tubuhnya maka praktika tertarik untuk membuat produk bahan
makanan tambahan (BMC) “ Skotel Kentang dan Bayam Formula Lansia”.

1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui cara pembuatan skotel kentang bayam formula lansia
1.2.2 Untuk mengetahui kandungan gizi yang terdapat pada skotel kentang
bayam formula lansia
1.2.3 Untuk mengetahui AKG skotel kentang bayam formula lansia

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Formula Enteral

Formula enteral/makanan enteral adalah makanan dalam bentuk cair yang dapat diberikan
secara oral maupun melalui pipa selama saluran pencernaan masih berfungsi dengan baik
(Sobariah, 2005 dalam Khasanah, 2009). Formula enteral diberikan pada pasien yang tidak
bisa makan melalui oral seperti dalam kondisi penurunan kesadaran, gangguan menelan
(disfagia), dan kondisi klinis lainnya atau pada pasien dengan asupan makan via oral tidak
adekuat. Pemberian nutrisi enteral pada pasien dapat meningkatkan berat badan, menstabilkan
fungsi hati/liver, mengurangi kejadian komplikasi infeksi, jumlah/frekuensi masuk rumah
sakit dan lama hari rawat di rumah sakit (Klek et al, 2014). Pemilihan formula enteral
ditentukan berdasarkan kemampuan formula dalam mencukupi kebutuhan gizi, yang
dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut yaitu kandungan/densitas energi dan protein
dalam formula (dinyatakan dalam kkal/ml, g/ml, atau ml Fluid/L), fungsi saluran cerna,
kandungan mineral seperti Natrium, Kalium, Magnesium, dan Posfor dalam formula terutama
bagi pasien dengan gangguan jantung, gangguan ginjal, dan gangguan liver. Bentuk dan
jumlah protein, lemak, karbohidrat, dan serat dalam formula, efektivitas biaya, cost to benefit
ratio(Mahan & Raymond, 2017).

2.2. Jenis – jenis Formula Enteral

Jenis formula enteral dikelompokkan berdasarkan bentuk & komposisi zat gizi makronya,
antara lain :

1) Formula polimerik, yaitu formula dengan komposisi zat gizi makro (protein, lemak,
karbohidrat) dalam bentuk utuh/intak. Kandungan energi 1-2 kkal/ml, dan pada umumnya
bebas laktosa.Formula enteral dengan densitas energi yang tinggi (1,5 – 2 kkal/ml) diperlukan
bagi pasien yang membutuhkan pembatasan cairan seperti pasien gangguan jantung,
gangguan paru – paru, gangguan hati/liver, gangguan ginjal, dan pasien yang tidak mampu
menerima makanan dalam volume tertentu (Mahan&Raymond, 2017). Formula ini dapat

7
dikelompokkan lagi menjadi formula standar dewasa, formula standar anak, dan formula
khusus untuk penyakit tertentu seperti formula DM, formula rendah protein, dll
(Sharma&Joshi, 2014).

2) Formula elemental (monomeric)/ semi- elemental (oligomeric), yaitu

formula dengan komposisi zat gizi dalam bentuk sederhana (mudah serap) terdiri dari
asam amino tunggal, glucose polymers, rendah lemak 2-3% dari kalori terdiri dari LCT (long
chain triglycerides).

Formula semi-elemental terdiri dari peptida, gula sederhana, MCT (medium


chaintriglycerides).

3) Formula blenderized, yaitu formula yang dibuat dengan

menghaluskan makanan menjadi bentuk cair sehingga bisa masuk melalui pipa Naso
Gastric Tube (NGT). Mengandung zat gizi lengkap seperti diet via oral, lebih murah, namun
tidak dapat diberikan kepada pasien dengan immunocompromised, pasien yang menggunakan
jejunostomy, tidak dapat masuk pada pipa NGT ukuran < 10 French dan pasien dengan
multialergi makanan. (Mahan & Raymond, 2017).

Formula Blenderized juga dikenal dengan Domiciliary Enteral Nutrition Theraphy


(DENT). Menurut Hurt et al(2015) dalam Henriques et al(2017), formula ini lebih murah
dibandingkan dengan formula polimerik dan formula elemental karena terbuat dari bahan
makanan konvensional yang biasa digunakan di rumah. Sehingga lebih mudah diterima, lebih
nyaman, dan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.Selain itu formula blenderized dapat
meningkatkan toleransi dalam pemberian makan dan mengurangi komplikasi gastrointestinal
(Bobo, 2016). Akan tetapi karakteristik fisik dan kimiawi formula enteral tetap harus
diperhatikan karena sangat berpengaruh langsung terhadap aliran formula di dalam selang
(De Sousa et al, 2014).

8
4) Thickened Enteral Formula (TEF)

Dari hasil pengkajian mengenai efek samping pemberian formula enteral, saat ini di
Jepang (Ichimaru et al, 2016) mulai mengembangkan Thickened Enteral Formula (TEF), yaitu
formula

enteral yang viskositasnya secara sengaja ditingkatkan dengan menambahkan bahan


pengental. Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi terkait pemberian komplikasi dalam
pemberian formula enteral seperti diare, mual, muntah, dan Gastroesophageal Reflux (GER).
TEFcocok digunakan oleh pasien yang sudah lama menjalani terapi nutrisi enteral baik di
rumah sakit maupun di rumah. Viskositas TEF berkisar antara 9 – 20 cP. Beberapa penelitian
melaporkan adanya hubungan antara viskositas formula enteral dengan mekanisme
pengosongan lambung dimana formula dengan viskositas >16 cP dapat memperlambat
pengosongan lambung (Ichimaru et al, 2016).

2.3 Metode Pemberian

Metode pemberian formula enteral ditentukan berdasarkan kondisi klinis pasien (Mahan
& Raymond, 2017), terdiri dari :

1) Bolus, yaitu dengan cara memasukkan formula sekaligus maksimal sebanyak 500 ml,
biasa digunakan bagi pasien dalam kondisi stabil. Lama pemberian 5 – 20 menit, diberikan 4
– 6x/hari.

2) Intermitten dan siklik, dimasukan kedalam kantong atau botol yang dilengkapi dengan
klem pengatur tetesan per menit (gravity feeding), lama pemberian selama 20 – 60 menit.

3) Kontinyu (continous), yaitu memasukkan formula menggunakan pompa. Digunakan


pada pasien yang mengalami gangguan fungsi gastrointestinal akibat penyakit, pembedahan,
terapi kanker, dan lain – lain. pemberian antara 10-25 ml/jam setiap 8-24 jam.

2.4 Syarat Formula Enteral

Prinsip/syarat Formula Enteral standar adalah kandungan energi ± 1,0 – 2 kkal/ml,


protein 12 – 20 %, lemak 30 – 40 %, dan karbohidrat 40 – 60 % (Sharma & Joshi, 2014).
Formula enteral spesifik terkait diagnosa penyakit mempunyai proporsi komposisi yang

9
berbeda. Formula untuk pasien dengan gangguan ginjal atau Chronic Kidney Disease (CKD)
dibuat dengan proporsi protein ≤ 10 %. Pasien dengan gangguan profil lemak darah
(dislipidemia), atherosklerosis, malabsorbsi lemak, gangguan kantung empedu, dan gangguan
konstipasi membutuhkan formula enteral dengan penambahan serat dengan proporsi lemak <
30 % (Khan et al, 2015). Syarat penting lainnya adalah viskositas dan osmolaritas. Formula
enteral harus dapat mengalir dalam pipa makanan ukuran 8 – 14 French. Penelitian Aitonam
tahun 2006 dalam Huda (2014) menyebutkan viskositas makanan cair DM komersial di RS
Cipto Mangunkusumo berkisar 7 – 13,5 cP. Penelitian lain melaporkan viskositas optimum
formula enteral(blenderized) berkisar antara 3.5 – 10 cP (Itoh et al, 2016). Osmolaritas sama
dengan cairan tubuh 350 –400 mOsm/L atau osmolalitas 290 mOsm/kg.

a. Kalium

Kalium termasuk ke dalam kelompok mineral makro. Kalium dapat diperoleh dari buah
– buahan, sayuran, daging segar, kacang – kacangan, biji-bijian dan produk susu. Di dalam
tubuh kalium berada dalam bentuk ion kalium bebas dalam sel dan dalam enzim piruvat
kinase. Di dalam sel kalium berperan sebagai bagian dari enzim yang berfungsi
mempertahankan tekanan osmotik, dan memelihara keseimbangan asam basa. Kalium juga
berperan dalam transmisi impuls syaraf, pelepasan insulin dari pankreas, dan bersama
magnesium bertindak sebagai pelemas atau pengendur otot (Hardinsyah et al, 2017).
Kebutuhan harian untuk dewasa sehat adalah 4700 mg/hari, untuk pasien gangguan ginjal
kebutuhan Kalium disesuaikan dengan ada/tidaknya kondisi hiperkalemia, atau sekitar 40
mg/kg BB/har (Mahan & Raymond, 2017). Hiperkalemia adalah kondisi dimana kadar kalium
dalam darah diatas normal, yang dapat menyebabkan otot lemah, paralisis, aritmia, dan gagal
nafas. Sedangkan kondisi hipokalemia dapat menyebabkan muntah, kram otot, dan otot
lemah.

b. Viskositas

Viskositas didefinisikan sebagai perubahan bentuk suatu zat sebagai akibat adanya gaya
kohesi antar molekul (Wakita et al, 2015). Menurut Bierd et al, (1980) dalam Huda, tahun
2014, viskositas dapat didefinisikan sebagai suatu cara untuk menunjukkan daya aliran yang

10
diberikan oleh suatu cairan. Viskositas dapat mengukur kecepatan dari suatu cairan mengalir
melalui pipa gelas. Viskositas dapat dibaca dengan satuan centipoise (cP).

Viskositas pada formula enteral sangat penting karena berpengaruh pada kelancaran
masuknya makanan enteral ke dalam selang, berpengaruh pada metode pemberian/feeding,
dan menentukan ukuran selang (tube) yang digunakan. Semakin tinggi viskositas formula
akan semakin sulit untuk dialirkan dan meningkatkan resiko terjadinya sumbatan di dalam
pipa makanan. Sebaliknya, formula enteral dengan viskositas yang rendah dapat
menyebabkan diare atau muntah sehingga mempersulit pemenuhan kebutuhan gizi pasien
(Itoh et al, 2016). Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas
akan turun begitu juga sebaliknya (Itoh et al, 2016).

Hal ini terjadi karena gerakan partikel cairan semakin cepat dengan meningkatnya suhu
dan menurunkan kekentalannya. Faktor – faktor yang mempengaruhi viskositas formula
enteral antara lain densitas energi, waktu pengadukan(stirring time), dan lamanya waktu sejak
formula dipersiapkan (time elapsed) (Wakita et al, 2015).

11
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Judul

“Nutrifikasi Pangan Pembuatan Bahan Makanan Campuran”

3.2 TempatPraktikum

“Laboratorium Bahan Makanan”

3.3 Hari danTanggal

“Selasa, 07 April 2020”

3.4 Alat dan Bahan

Alat :

 Pisau
 Baskom
 Mangkuk
 Wajan
 Cetakan alumunium foil
 Sutil
 Kompor
 Oven

Bahan :

 300 gram kentang, dikukus, dipotong tebal 1/2 cm


 100 gram bayam, diseduh
 75 gram daging giling
 1/2 buah bawang bombay, diiris panjang

12
P
/8
2
w
3
o
K
,M
c
lT
k
L
.6
b
y
5
4
v
rjO






e
d
0
7
1
h
u
g
itn
p
m
sa
A
C
4 butir telur
400 ml susucair
1 sendok teh garam
3/4 sendok teh merica bubuk
1/2 sendok teh pala bubuk
50 gram keju cheddar parut
1 sendok makan margarine untuk menumis

3.5 ProsedurKerja

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PRODUK BAHAN MAKANAN CAMPURAN (BMC)

 SKOTEL KENTANG BAYAM

 Formula dasar bmc skotel kentang, sebagai berikut


NO BAHAN MAKANAN BERAT (gram)
1. Kentang 100
2. Daging giling 30
3. Telur 50
4. Susu cair 125
5. Keju 20
6. Margarine 5

 Formula modifikasi bmc skotel kentang dengan tambahan bayam, sebagai berikut

NO BAHAN MAKANAN BERAT (gram)


1. Kentang 100
2. Daging giling 30
3. Telur 50
4. Susu cair 125

14
5. Keju 20
6. Bayam 5
7. Margarine 75

 Kandungan gizi formula dasar (skotel kentang), sebagai berikut

Bahan Berat Energy Protein Lemak Karbohidrat


makanan (gram) (kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 100 62 2,1 0,2 13,5
Daging 30 89,4 4,46 7,5 0
giling
Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
Susu cair 125 45 35,7 0,125 6,375
Keju 20 65,2 4,56 4,06 2,62
Margarine 5 36 0,03 4,05 0,02
Jumlah 374,6 53,05 21,3 22,86

 Kandungan gizi formula modifikasi (skotel kentang bayam), sebagai berikut

Bahan Berat Energy Protein Lemak Karbohidrat


makanan (gram) (kkal) (gram) (gram) (gram)
Kentang 100 62 2,1 0,2 13,5
Daging 30 89,4 4,46 7,5 0
giling
Telur 50 77 6,2 5,4 0,35
Susu cair 125 45 35,7 0,125 6,375
Keju 20 65,2 4,56 4,06 2,62
Margarine 5 36 0,03 4,05 0,02
Bayam 75 12 0,675 0,3 2,17
Jumlah 386,6 53,725 21,6 25,03

 Perhitungan AKG(2019) Skotel Kentang Bayam (per 100 gram)


AKG lansia(laki-laki) usia 65-80 tahun
Energi = 386,6 : 1.800 x 100% = 21%
Protein = 53,725 : 64 x 100% = 84%

15
AKG lansia(perempuan) usia 65-80 tahun
Energi = 386,6 : 1.550 x 100% = 25%
Protein = 53,725 : 58 x 100% = 93%

 Perkiraan Biaya

Bahan Makanan Berat Harga


Kentang 100 Rp. 1.000
Daging giling 30 Rp. 3.000
Telur 50 Rp. 2.000
Susu cair 125 Rp. 4.000
Keju 20 Rp. 1.000
Bayam 75 Rp. 500
Margarine 5 Rp. 500
TOTAL Rp. 12.000

B. Pembahasan

Bahan makanan campuran (BMC) adalah campuran bahan makanan dalam perbandingan
tertentu, yang kadar zat gizi nya tinggi (Departemen Kesehatan,1979). Menurut Setyani dkk
(2010), BMC (Bahan Makanan Campuran) adalah salah satu bentuk bahan hasil proses
suplementasi dengan menggunakan beberapa jenis bahan makanan untuk saling melengkapi
dalam hal kandungan gizi. Pada hasil diatas, yaitu akan dibuat makanan dari formula dasar yaitu
skotel kentang kemudian dimodifikasi dengan tambahan bayam menjadi skotel kentang bayam.
dengan penambahan bayam akan melengkapi kandungan gizi seperti karbohidrat yaitu kentang,
protein hewani yaitu berasal dari daging ayam dan telur, serta vitamin dan mineral berasal dari
sayuran yaitu bayam. Ada perbedaan kkal dari menu formula dasar dan formula campuran,
formula dasar yaitu sebesar 374,6 kkal sedangkan formula campuran sebesar 386,6 kkal. dalam
menu tersebut ddidapat satu porsi untuk dikonsumsi. Bahan makanan campuran dapat disusun
dengan menggunakan dua, tiga, atau empat bahan makanan. Bahan utamanya sumber kalori.
Bahan-bahan lain ditambahkan untuk melengkapi asam amino yang jumlahnya sedikit dalam
bahan utama. Bahan-bahan utamapun dapat melengkapi asam amino dalam bahan makanan lain
(Mohamad, 1979). Di Negara-negara berkembang bahan makanan campuran terdiri dari kedelai
atau kacang-kacangan sebgai sumber protein, sedangkan beras atau serealia lain merupakan
sumber energy. Selain itu umbi-umbian seperti ubi kayu, ubi jalar dapat dijadikan sumber energy

16
( Hermana dkk, 1977). Dalam menyusun BMC, semakin banyak bahan makanan yang digunakan
akan semakin baik nilai gizinya.

Sasaran menu tersebut dibuat diperuntukkan untuk lansia dikarenakan teksturnya yang
lembut sehingga memudahkan lansia untuk mengunyah dan menelannya. Dan Bahan makanan
campuran pada menu makanan tersebut dapat digunakan sebagai bahan makanan tambahan
dalam melengkapi kekurangan zat gizi dalam hidangan sehari-hari agar kecukupan zat gizi yang
dianjurkan dapat terpenuhi. Untuk melengkapi kekurangan zat gizi yang terdapat dalam hidangan
sehari-hari tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan AKG Skotel kentang bayam diperoleh hasil bahwa dalam
1 porsi produk BMC ini untuk proteinnya belum bisa memenuhi kebutuhan lansia, karena produk
ini hanya merupakan produk makanan tambahan yang membantu lansial dalam mencukupi
energy atau protein nya, tentu saja selain mengkonsumsi produk ini lansia harus tetap
mengkonsumsi makanan utama. Menurut AKG (2019), telah dihitung yaitu menurut sasaran
menu bahan makanan campuran ini dibuat yaitu pada lansia laki-laki dan perempuan usia 65-80
tahun. Pada lansia laki-laki AKG protein sebesar 21% dan energy 84%, sedangkan pada
perempuan AKG protein 25% dan energy 93%. Perkiraan estimasi harga skotel kentang bayam
yaitu Rp. 12.000 /porsi berisi 2 sampai 3 cup.

BAB V

KESIMPULAN

Dari penelusuran menu yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

17
1. Cara membuat skotel kentang dan bayam formula lansia adalah menumis bumbu dan
daging giling, menata kentang dan bayam diatas pinggan, menuang tumisan daging
diatasnya, menambahkan kocokan teur, susu dan rembah, kemudian diletakan di dalam
loyang llu mengovennya hingga matang.
2. candungan gizi skotel kentang dan bayam formula lansia adalah 386,6 kkal emergy,
53,725 gram protein, 21,6 gram lemak, dan 25,03 gram karbohidrat.
3. AKG skotel kentang dan bayam formula lansia yaitu energi 21% dan protein 84% dari
AKG lansia laki laki sedangkan energi 25% dan protein 93% dari AKG lansia
perempuan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bobo , Elizabeth. 2016. Reemergef of Blenderized Tube Feedings : Exploring the


Evidence, ASPEN : Nutrition in Clinical Practice, Vol 31(6) : 730-735.

18
2. Itoh, et Al. 2016. Addition of Alpha-Amylase and Thicener to Blenderized Rice Provides
suitable Viscosity for Use in Nutritional Support. J Nutri Health. Vol 2 (1).

3. Khan, et Al. 2015. Development of Energy Sense Cost- effective homemade Enteral Feed
for Nasogastric Feeding. IOSR Journal of Nirsing and Health Science. Vol: 4(3) 34-41

4. Khasanah, 2009. Karakteristik Gizi Makanan Enteral dari Bahan Pangan Lokal .
Prosiding seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia. Yogyakarta.

5. Mahan & Raymond , 2017. Krause's : Food & The Nutrition Care Process 14th edition.
Elsevier Inc. St Louis, Missouri.

6. Sharma, K and Joshi, I. 2014 Formulation of Standard (Nutriagent std) and High protein
(Nutriagent protein plus) Ready to reconstitute Enteral Formula Feeds, International
Journal of Scientific & Technology research. Vol: 3(5)
7. Departemen Kesehatan RI, 1979, Bahan Makanan Campuran. Jakarta.
8. AKG. 2019. Angka Kecukupan Gizi Energi, Protein, Lemak, Mineral dan Vitamin yang
di Anjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

LAMPIRAN

19
20

Anda mungkin juga menyukai