Anda di halaman 1dari 33

Laporan Kasus

''Abortus Habitualis''
DIPERSEMBAHKAN OLEH :
BIMO NUGROHO SAKTI S.KED
INE AHYAR HASRIZA S.KED
MIFTAHUL JANAH GHOFAR S.KED

Perseptor : dr Bambang Kurniawan Sp.Og

Kepanitraan Klinik Ilmu Obstetri dan Ginekologi


Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati RS
Pertamina Bintang Amin Bandar Lampung 2020
Anamnesa Kasus
IDENTITAS
Nama : Ny X
Umur : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl Pramuka
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
MRS : 26 Juli 2020
ANAMNESIS

Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam.

Keluhan Tambahan                  
Darah yang keluar banyak dan keluar jaringan
seperti ati ayam.

.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Ny X datang ke UGD RSPBA dengan keluhan
keluar darah pervaginam, os mengaku hamil 3
bulan. Saat ini adalah kehamilan ketiga. Darah
yang keluar sebanyak 4 kali ganti pembalut
dan sudah keluar jaringan seperti ati ayam.
Riwayat Penyakit Dahulu       :
Mengalami keguguran pada usia 2 bulan dan 3
bulan.
Riwayat Penyakit Keluarga  :
Disangkal
.

Riwayat Pengobatan:
Disangkal
ANAMNESIS
Riwayat Haid
                        
Menarche usia 13 tahun / Siklus teratur selama 28
hari / Lama haid selama 7 hari.
Riwayat Keputihan                 
Sebelum mens saja.
Riwayat Kehamilan atau Persalinan   
Riwayat Kontrasepsi               
Disangkal   Ø  Persalinan               : (-)
Ø  Jumlah anak hidup : (-)
Ø  Jumlah anak mati   : (-)
Ø  Abortus                  : 2 Kali
Ø  Pernah Operasi       : (-)
.
Ø  Imunisasi TT           : 1 kali sebelum menikah.
Ø  ANC                       : Hanya ke bidan, bila sempat saja.
ANAMNESIS
Riwayat Perkawinan
Ø  Kawin             : Ya.
Ø  Berapa kali       : 1 kali.
Ø  Lama Perkawinan : 3 tahun.
Riwayat Kebiasaan
Os mengaku tidak mempunyai kebiasaan
mengkonsumsi alcohol, obat obatan dan
merokok.
Riwayat Alergi
Os mengaku tidak memiliki alergi obat maupun
makanan.
.
Pemeriksaan Fisik

A. Tanda Vital
Keadaan Umum          : Tampak sakit sedang.
Kesadaran                   : CM
Tekanan darah            : 100/70 mmHg.
HR                              : 88 x/menit
RR                               : 20 x/menit
T                                  : 37 C
Pemeriksaan Fisik
B. Status Generalis
Kepala             : Rambut tidak mudah dicabut. Alopecia (-)
Wajah              : Simetris.
Mata                :Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-, reflex cahaya +/+, pupil  
isokor.
Telinga            : Auricula simetris, discharge -/-, serumen -/-
Hidung            : Sekret -/-, devisi septum -/-, mukosa hiperemis (-)
Mulut              : Bibir sianosis (-), Karies dentis (-), atrofi papil lidah (-), uvula di
tengah, tonsil T1/T1  
Leher               :
§  KGB    : Tidak teraba.
§  Tiroid  : Tidak terdapat perbesaran.
§  JVP      :DBN
Pemeriksaan Fisik
B. Status Generalis
Dada               : Spider nevi (-), ginekomasti (-), bentuk simteris +/+

Paru               
§  Inspeksi          : Retraksi intercosta (-)
§  Palpasi            : Vocal premitus menurun.
§  Perkusi            : Sonor
§  Auskultasi       : Vesikuler +/+. ronki basah -/-, wheezing (-/-)
Jantung             : BJ I-II regular, murni tanpa gallop dan murmur.

Ekstremitas     :
§  Atas     : Akral hangat, CRT <2 detik.
§  Bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-)
Pemeriksaan Fisik
C. Status Obstetri  
Abdomen :
ü  Leopold I        : Tidak dilakukan.
ü  Leopold II       : Tidak dilakukan.
ü  Leopold III      : Tidak dilakukan.
ü  Leopold IV      : Tidak dilakukan.
 
Denyut Jantung Janin : (-)
    
Taksiran Berat Janin : (-)
  
His                                : (-)
Pemeriksaan Fisik

D.Pemeriksaan Ginekologi

Inspeksi Genitalia Eksterna : Vagina bersih, terdapat rambut pubis


pembengkakan vulva (-), keluar darah yang mengalir (+), pus (-), lendir (-), busa
atau buih (-)
Genitalia Interna (Inspekulo): Tidak dilakukan
Vaginal Toucher : Dinding vagina teraba licin, tidak
teraba adanya massa, portio teraba bulat lunak tebal, dengan canalis servikalis
teraba membuka 2 jari, teraba jaringan sisa (+), nyeri goyang portio (+), nyeri
tekan kedua adneksa (-).
E. Pemeriksaan USG
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Penunjang

PARAMETER HASIL NILAI NORMAL

Hemoglobin 7,5 g/dL 14-18 g/dL

Hematokrit 43% 42-52%

Leukosit 9.500 uL 5.000-10.000 uL

Trombosit 279.000 mcL 150.000-450.000 mcL


Resume

Ny X datang ke UGD RSPBA dengan keluhan keluar darah


pervaginam, os mengaku hamil 3 bulan. Saat ini adalah kehamilan
ketiga. Darah yang keluar sebanyak 4 kali ganti pembalut dan
sudah keluar jaringan seperti ati ayam. Riwayat kehamilan yang
lalu os mengalami keguguran pada usia 2 bukan dan 3 bulan. Pada
pemeriksaan fisik tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 88x/ menit, RR
20x/ menit, Suhu 370 C, Konjungtiva anemis dan pemeriksaan lab HB
7,5 g/dL
Diagnosa Banding
1.      Kehamilan Ektopik
2.      Abortus Habitualis
3.      Mola Hidatidosa
4.      Mioma Uteri Bertangkai
 
   

Diagnosa Kerja
G3P0A2 hamil 12 minggu dengan abortus habitualis.
Penatalaksanaan
Penanganan abortus dengan hasil sisa konsepsi yang masih berada di uterus
adalah dengan tindakan kuretase.
Untuk anemia diberikan
R/ Sulfat Ferrosus tab 200mg No X

S 1 dd tab 1 pc
      
Pengobatan simptomatik
R/ Asam mefenamat 500mg No X

S 3 dd tab 1 pc

R/ Ampisilin 2g vial No I

S pro inj
 
Pengobatan di IGD ;
 Ø  Infus RL 500cc
Ø  Pemantauan KU
Prognosis

Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN
''PERMASALAHAN''
1. Bagaimana cara
menegakan diagnosa
pada kasus abortus
habitualis?

2. Bagaimana 3. Bagaimana komplikasi


penatalaksanaan pada pada kasus abortus
kasus abortus habitualis? habitualis?
1. Penegakan Diagnosis

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Bantuk Hadijanto,2008).
Terdapat dua jenis abortus, iaitu abortus spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan didefinisikan sebagai abortus yang terjadi tanpa
tindakan mekanis atau medis.Dengan kata lain yang luas digunakan
adalah keguguran (miscarriage).Sedangkan abortus yang terjadi dengan
sengaja dilakukan tindakan disebut sebagai abortus provokatus
(Cunningham dkk.,2010).
KLASIFIKASI
ABORTUS
ABORTUS HABITUALIS
Abortus habitualis yang dapat diterima saat ini adalah abortus spontan
yang terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. Sekitar 1. - 2%
perempuan usia reproduksi mengalami abortus spontan 3 kali atau lebih
secara berturut-turut, dan sekitar 5 kali mengalami abortus spontan 2 kali
atau lebih.
Terdapat berbagai penyebab abortus yakni: gangguan hormonal dan nutrisi,
kekacauan autoimun, penyakit infeksi, kelainan genetik dan anatomik di uterus,
laserasi uterus yang luas serta mioma uteri. Di samping hal tersebut ada
beberapa penyebab abortus yang belum diketahui penyebabnya. Sekarang
ini makin dikenal antiphospholipid syndrome (APS), yaitu kekacauan autoimun
yang menyebabkan abortus habitualis karena trombosis vaskularisasi
plasenta.
Faktor Resiko Penyebab Abortus Habitualis

1.Faktor Genetik 2. Faktor Endokrin 3. Faktor Infeksi &


Penyakit Ibu

5.FaktorAutoimun 4. Faktor Anatomi 5. Faktor Alloimun


Dasar Penegakan
Diagnosa Abortus

NYERI , PERDARAHAN DILATASI GEJALA DAN TANDA


SUPRAPUBIK, PERVAGINAM SERVIKS KEHAMILAN
KEJANG UTERUS MENGHILANG
ATAU NYERI TES KEHAMILAN (-) 
PERUT BAGIAN USG ABNORMAL
BAWAH
Resiko
berulangnya
abortus setelah
abortus I adalah
20% ; resiko
setelah abortus II
adalah 25% dan
resiko setelah
abortus III adalah
30%
PEMERIKSAAN LENGKAP ABORTUS HABITUALIS

Selidiki adanya kelainan


Pemeriksaan umum anatomik baik bawaan atau
termasuk gizi dan BB setelah melahirkan

Histerografi :
Mioma uteri submukosum
Uterus septus
Pemeriksaan suami istri : Serviks uteri inkompeten
Pemeriksaan darah dan urin
rutin, Pemeriksaan golongan
darah, Factor Rh, Test sifilis, Pemeriksaan ginekologik
Istri dibuat kurve harian, Laserasi serviks uteri
glukosa darah dan diperiksa Mioma uteri
fungsi tiroid, Suami diperiksa
sperma
2. Penatalaksanaan dan Saran
(-) Memperbaiki keadaan umum, pemberian jalan makan yang sempurna dan anjuran istirahat
yang cukup, larangan koitus sementara.

(-) Terapi dengan hormone progesterone, vitamin, hormone tiroid.

(-) Pemeriksaan kariotipe sebaiknya dilakukan terhadap pasangan yang mengalami abortus
berulang untuk merencanakan kehamilan berikutnya. Sebaiknya Pasangan yang mengalami hal
tersebut dirujuk ke ahli genetik dan dianjurkan untuk meiakukan pemeriksaan prenatal untuk
kehamilan berikutnya.

(-) Perempuan dengan persisten lupus antikoagulan dan antikardiolipin antibodi dapat diobati
dengan lou-dosis aspirin dan heparin selama kehamilan berikutnya.

(-) Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk menilai adanya ovarium polikistik dan
kelainan pada uterus. Serklase serviks dianjurkan dilakukan pada usia kehamilan 14 - 16 minggu
pada kasus inkompetensi serviks, dapat menurunkan insiden persalinan prematur dan
meningkatkan angka harapan hidup janin.
(-) Gangguan tiroid mudah diidentifikasi dan diobati dan sebaiknya disingkirkan
melalui
pemeriksaan TSH.

(-) Evaluasi kadar glukosa dan hemoglobin AIC diindikasikan untukperempuan yang
diketahui atau dicurigai menderita diabetes mellitus

(-) Pemeriksaan serologis secara nrtin, kultur servikal, dan biopsi endometrium untuk
mendeteksi adanya infeksi pada perempuan dengan riwayat abortus habitualis tidak
dianjurkan

(-) Bila dari hasil pemeriksaan laboratorium terbukti adanya SLE maka terapi berupa
pemberian  aspirin  dan  heparin dosis rendah  yang dapat memperbaiki angka lahir
hidup dari 10% menjadi 70%.
2. Penatalaksanaan dan Saran
Hamil muda sebaiknya jangan bersenggama.
Makanan harus adekuat mineral, protein, hidrat arang dan
vitamin
Obat-obatan harus dibatasi terutama saat organogenesis
Obat-obatan tertentu dilarang.
Atasi factor emosional
Terapi hormonal umumnya tidak perlu kecuali jika ada
gangguan fungsi tiroid atau gangguan fase luteal
3. Komplikasi Abortus Habitualis
1.Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan
dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan
persolan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi
perlukaan pada kandung kemih atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian
terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan untuk menentukan luas
nyacedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna
mengatasi komplikasi
3. Komplikasi Abortus Habitualis
3. Infeksi
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang dikerjakan
tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah
peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

4. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syokhemoragik) dan infeksi
berat (syok endoseptik).

5. Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut yang persisten pada kasus abortus biasanya berasal dari efek infeksi dan hipovolemik yang
lebih dari satu. Bentuk syok bakterial yang sangat berat sering disertai dengan kerusakan ginjal intensif.
Setiap kali terjadi infeksi klostridium yang disertai dengan komplikasi hemoglobenimia intensif, maka gagal
ginjal pasti terjadi. Pada keadaan ini, harus sudah menyusun rencana untuk memulai dialysis yang efektif
secara dini sebelum gangguan metabolik menjadi berat (Cunningham, 2005).
KESIMPULAN

(-) Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun,


spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup
Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan
lain perkataan abortus adalah terminasi kehamilan sebelum 20
minggu atau dengan berat kurang dari 500 g.
(-) Abortus habitualis termasuk jenis abortus spontan dimana
keadaan penderita mengalami keguguran berturut turut tiga
kali atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi
hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
(-) Kondisi abortus habitualis membutuhkan penanganan cepat.
Beberapa pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui
secara pasti apa penyebab abortus yang terjadi. Hal ini dapat
mencegah abortus terjadi pada kehamilan berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai