Anda di halaman 1dari 611

 

SEJARAH KURIKULUM
PENDIDIKAN PERTANIAN
DI INDONESIA

PENULIS DAN NARA SUMBER UTAMA:


DR. Ir. WARSITO, M.Ed
Ir. MARTINDRA PRASABA
Ir. TRI ISWOYO

KONTRIBUTOR:
Drs. SABIRIN ISMAIL, B.Sc.
Ir. ADIATI DRADJAT
Ir. RINA ARLIANTI
SATRIO WIDODO, S.Sos, M.Pd.
ENDANG PRABANDARI, M.Pd.
TEGUH SUMARTO, S.T.P.
PRIYANTO, S.T.P.
Drs. H. TATANG SUKANDAR
GINGGING
 
PENYUNTING:
BAGIONO DJOKOSUMBOGO
KARYANA

JAKARTA
JANUARI 2011
ST PERTANIAN CIBADAK
Sepintas kilas

Sekitar tahun 1970, penulis diangkat sebagai Kepala ST Pertanian Cibadak merangkap
sebagai Kepala STM Pertanian Cibadak. ST Pertanian saat itu di Jawa Barat hanya ada 2
yaitu ST Pertanian Cibadak dan ST Pertanian Lembang. ST Pertanaian Cibadak, saat
serah terima jabatan Kepala ST Pertanian Cibadak, memiliki sendiri lahan dan bangunan
sekolah yang berasal dari Pemda Kabupaten Sukabumi, berlokasi di Jalan Raya
Parungkuda, Cibadak. Bangunan sekolah terdiri atas 5 buah lokal: 3 buah lokal untuk
kelas (kelas I, kelas II dan kelas III, 1 buah lokal untuk ruang guru dan Kepala Sekolah,
dan 1 buah lokal untuk ruang Tata Usaha dan tempat penyimpanan alat-alat budidaya
tanaman milik sekolah. Jurusannya hanya satu yaitu Budidaya Tanaman.
Jumlah guru mencukupi (± 15 orang), sebagian besar tamatan PGSLP, dibantu 2 orang
tenaga IPB yang juga mengajar di STM Pertanian Cibadak. Penulis sendiri ikut
mengajar yaitu guru Ilmu Pasti. Penulis mempunyai hubungan yang dekat dengan
kawan-kawan yang masih aktif di IPB. Pada tahun 1971, penulis mengadakan pelatihan
internal untuk peningkatan mutu guru secara swadaya, dengan melibatkan secara tidak
resmi, kawan-kawan dari IPB sebagai tenaga pengajar dalam pelatihan tersebut. Pelatihan
teknis dilakukan di sekolah dengan dipandu kawan-kawan IPB. Kegiatan ini dilanjutkan
tahun 1972, dengan mengirim ke IPB guru yang sudah dilatih tersebut untuk meluaskan
wawasan. Di IPB, guru-guru melihat dari dekat Lab Kimia/Fisika/Fisiologi tumbuhan dan
kebun-kebun percobaan. Mereka diizinkan mencoba mengoperasikan alat peralatan yang
ada di sana.
Kalau biaya memungkinkan, guru-guru tersebut penulis bawa ke berbagai kebun yang
ada di Bogor, atau kebun-kebun pembibitan yang ada di sekitar Cibadak. Kalau dana
tidak cukup, guru-guru tidak berkeberatan ikut berpartisipasi membayar sebagian biaya
transpor.
ST Pertanian memiliki lahan praktek sendiri di 2 lokasi yaitu di samping bangunan
sekolah seluas ± ½ ha dan di Karang Tengah seluas hampir 1 ha. Lahan praktek yang ada
di sekolah terutama digunakan untuk praktek. Saat itu belum dikenal pola praktek block
release, yaitu kegiatan praktek untuk jangka waktu tertentu. Namun karena alasan jarak,
pelaksanaan praktek kelas II dan kelas III dilaksanakan secara block relase, siswa berada
di kebun dari pagi sampai kegiatan selesai. Praktek siswa di kebun selalu ditunggui guru.
Kalau ada ubi jalar/ubi kayu, mereka sering mencabut sendiri dan membakarnya beramai-
ramai di kebun.
Lahan di Karang Tengah hasilnya untuk kesejahteraan guru dan tenaga TU. Hasil panen
tidak dijual, namun dibagikan untuk guru dan tenaga TU. Lahan ditanami tanaman
berumur pendek, seperti bayam, kacang tanah, kacang panjang, terong, cabe merah, cabe
rawit, ubi kayu, ubi jalar. Ada pula tanaman pisang, pepaya, toga (tanaman obat
keluarga) dan sebagainya. Kayu jeunjing sebagai pagar ditanami, Penyiapan tanah dan
perawatan tanaman dilakukan sebagai praktek siswa kelas II atau kelas III.
Bibit disediakan oleh sekolah, dan hampir tiap bulan ada saja hasil panen yang dibagikan
untuk guru dan tenaga TU.
Alat peralatan yang dimiliki sekolah masih sederhana karena alat peralatan yang ada
adalah untuk kegiatan secara manual namun pacul, garpu, dan linggis dibeli sekolah,
sedang alat pemeliharaan tanaman adalah milik siswa yang kalau sudah lulus dihibahkan
untuk dipakai adik-adiknya.
Hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar cukup baik. Setiap memeringati hari
kemerdekaan R.I. yang dilakukan bersama STM Pertanian Cibadak, tidak pernah absen
mengikuti pameran dan bazar di pendopo Kecamatan. Adanya pameran dan bazar yang
diadakan sekolah berdampak pada penerimaan siswa baru. Peminat tiap tahun selalu ada,
dan jumlah siswa yang diterima selalu dibatasi karena lokal yang ada hanya 3 dan
gurunyapun terbatas. Untuk membuka kelas sore agak sulit karena adanya kegiatan di
lahan praktek Karang Tengah.
Siswa jarang tidak lulus. Para tamatannya relatif masih anak-anak, pada umumnya lanjut
studi ke STM Pertanian. Kalau tidak lanjut sekolah, pada umumnya membantu orang
tuanya yang bekerja sebagai petani, pedagang sayuran di pasar, atau pedagang usaha
tanaman hias.
Sekitar tahun 1977, penulis serah terima jabatan Kepala ST Pertanian Cibadak kepada
pejabat baru yaitu ex Kepala ST Pertanian Lembang, lahan sekolah dan bangunan sekolah
ST Pertanian masih ada.
Ketika semua ST diintegrasikan ke dalam SMP, lahan ST Pertanian Cibadak oleh Pemda
setempat dihibahkan ke Departemen Agama dijadikan Madrasah Tsanawiyah. Sampai
saat ini penulis tidak tahu, lahan praktek yang ada di Karang Tengah sekarang dikelola
oleh siapa, karena penanggung jawab kebun tersebut sekitar 10 tahun yang lalu
meninggal dunia dan mantan pengganti penulis selaku Kepala ST Pertanian juga sudah
meninggal dunia.

Jakarta, 17 Desember 2010


Tri S. Iswoyo
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Bab I PENDAHULUAN 1-4

Bab II Pendidikan Pertanian dari Masa ke Masa 5 - 103

Bab III Kurikulum Pendidikan Pertanian Zaman Penjajahan 104 - 123


Belanda

Bab IV Kurikulum Pendidikan Pertanian Zaman Pendudukan 124 - 129


Jepang (1942 – 1945)

Bab V Kurikulum Pendidikan Pertanian Pada Awal Masa 130 - 132


Kemerdekaan (1945 – 1950)

Bab VI Kurikulum Pendidikan Pertanian Masa Tahun 133 - 153


1950 – 1975

Bab VII Kurikulum Pendidikan Pertanian Masa Tahun 154 - 200


1976 – 1984

Bab VIII Kurikulum Pendidikan Pertanian Masa Tahun 201 - 249


1985 – 2004

Bab IX Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK Bidang 250 - 289


Pertanian

Bab X PENUTUP 290 – 291

LAMPIRAN-LAMPIRAN 292

DAFTAR PUSTAKA
 

PENDAHULUAN

Sejarah upaya pembangunan pendidikan pertanian di Indonesia tidak dapat


dipisahkan dari keberadaan Kebun Raya Bogor. Bahkan keberadaan taman
raksasa ini bukan hanya membangunkan minat para pecinta botani di Hindia
Belanda, namun sampai ke Eropa dan bagian dunia yang lain. Kebun Raya Bogor
dalam perjalanan sejarahnya dengan luas 87 hektar dengan lebih dari 15.000 jenis
tanaman, telah menjadi landmark bagi para pencari ilmu tumbuhan tropis
menemukan sarangnya. Ibarat mercu suar, ensiklopedia hidup ini telah menerangi
jalan bagi Negeri Belanda mendirikan sekolah pertanian terkemuka di
Wageningen, dan mendorong Groningen menjadi pusat ilmu pengetahuan. Bogor,
yang saat itu disebut Buitenzorg sampai sekarang, telah mengokohkan dirinya
menjadi kota pendidikan pertanian.

Didukung keberadaannya sebagai daerah dengan hari hujan terbanyak sepanjang


tahun, tepatlah di daerah ini terdapat 'samida' (hutan buatan atau taman buatan)
yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu
Siliwangi, 1474-1513), sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan
buatan itu dibuat untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat
memelihara benih kayu yang langka. Hutan ini kemudian dibiarkan hingga
Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah
satu sudutnya. Thomas Stamford Raffles, yang mendiami istana Bogor dan
memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman istana
Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik.

Memang terasa pahit ketika pada ujungnya kita mengetahui bahwa upaya
pemerintah Hindia Belanda membuka pendidikan pertanian di tanah jajahannya
bertujuan untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya perusahaan pertanian
dan perkebunan milik pemodal Belanda dan Eropa lain, khususnya meningkatkan
produksi hasil bumi bumiputra, terutama kopi, indigo, dan tebu. Namun akar
pendidikan pertanian di Indonesia telah tumbuh dan berkembang. Kepahitan
berlanjut ketika zaman pendudukan Jepang, padi hasil pertanian dirampas Jepang.
Semua rakyat dipaksa menanam jarak, bukan untuk kesejahteraan, tetapi sebagai

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab I  1
 

bahan bakar pesawat penunjang kejayaan perang, yang justru menyengsarakan


rakyat yang menanamnya.

Sesudah Negara Indonesia merdeka, Kementerian Pertanian masih membina


sekolah pertanian tingkat rendah (dasar) yang bertujuan mendidik calon para
‘mantri pertanian’, mencakup Kursus Mantri Pertanian (KMP), (peserta KMP
yang perempuan pada umumnya menjadi Mantri Kesejahteraan Keluarga),
Kursus Mantri Perikanan Darat (KMPD), dan Sekolah Usaha Perikanan Darat
(SUPD) yang setingkat dengan KMPD. Pada jenjang berikutnya terdapat Sekolah
Usaha Tani, Sekolah Perikanan Laut Menengah Atas, Sekolah Perikanan Darat
Menengah Atas, Sekolah Menengah Usaha Tani. Pada jenjang pendidikan tinggi
berupa Akademi Perikanan darat.

Departemen Pertanian sampai dengan 1975 masih membina Sekolah Perikanan


Laut (SPL), Sekolah Usaha Perikanan Pertama (SUPP), Sekolah Usaha Perikanan
Menengah (SUPM), Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah
Kehutanan Menengah Atas (SKMA), Sekolah Kesehatan Hewan Menengah Atas
(SKMA), Sekolah Perkebunan Menengah Atas (SPbMA), Sekolah Peternakan
Menengah Atas (SNakMA), Akademi pertanian yang mencakup College Guna
Negara (CGN), Kursus Ahli Perikanan Laut, Akademi Penyelidikan Pertanian,
Akademi Biologi, dan Akademi Pertanian, Akademi Usaha Perikanan (AUP).

Departemen Pertanian juga membina sekolah/kursus yang dimiliki atau dibuka


oleh pemerintah provinsi, seperti Sekolah Pertanian Menengah Atas 4 tahun yang
disebut SPMA Daerah, Sekolah Perusahaan Pertanian, Pendidikan Mantri Hewan,
Juru Pemeriksa Daging dan Susu (Keurmester), Pendidikan Mantri Perikanan, dan
Kursus Perikanan Tingkat Rendah. Terjadi pergantian nama generik sekolah
pertanian menjadi Sekolah Pertanian Pembangunan. Namun, agar tidak
membingungkan masyarakat, masih mencantumkan nama lamanya, misalnya
SPP-SPMA, SPP-SNakMA.

Dalam perkembangan berikutnya Akademi Perikanan berada di bawah pembinaan


Departemen Perikanan dan Kelautan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab I  2
 

Sejak tahun 1963 mulai berdiri sekolah pertanian di bawah pembinaan


Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PP dan K) yaitu Sekolah
Teknik (ST) Pertanian, Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pertanian, Sekolah
Menengah Teknologi (SMT) Pertanian di 4 lokasi, Sekolah Teknologi Menengah
Pembangunan (STMP) Pertanian 4 Tahun di Temanggung, dan Sekolah Farming,
Sekolah yang pembinaannya dialihkan dari Departemen Pertanian ke Departemen
P dan K adalah Sekolah Perkebunan Menengah Atas (SPbMA) dan Sekolah
Pertanian Perkebnan Menengah Atas (SPPMA).

Dalam perkembangan selanjutnya, semua sekolah menengah teknologi dan


kejuruan tingkat menengah atas dalam pembinaan Depdikbud diubah namanya
menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sementara itu Sekolah Teknik dan
Kejuruan Tingkat Pertama ditutup dan dialihkan menjadi Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Secara berangsur-angsur sekolah pertanian yang dibina oleh
Departemen Pertanian diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sejarah panjang pendidikan pertanian telah menorehkan perkembangan kurikulum


sesuai dengan masanya. Kurikulum dalam bentuk aslinya, mulai dari yang sangat
sederhana dan disederhanakan, sampai pada ketentuan pembelajaran dan
pengelolaannya yang rumit, telah diselusuri.

Pendidikan adalah salah satu bentuk atau wujud kebudayaan manusia. Dengan
demikian pendidikan harus dilihat sebagai suatu kegiatan yang dinamis, mengikuti
percepatan dan laju pertumbuhan serta dinamika budaya dari masyarakat atau
komunitas di tempat pendidikan akan diselenggarakan. Dengan demikian,
pengembangan kurikulum adalah hal yang wajar terjadi, bahkan harus terus-
menerus dilakukan.

Dalam kondisi apapun, kurikulum yang ‘diketemukan’ kembali dan dalam


pengungkapan yang bagaimanapun, penulisan sejarah pendidikan pertanian dan
kurikulumnya, adalah sejarah tersendiri. Mengikuti perkembangan kurikulum dari
masa ke masa berarti mengikuti pertumbuhan serta dinamika budaya masyarakat.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab I  3
 

Terasa sekali perjalanan ini tidak saja datar seperti dalam dimensi bidang, tetapi
lebih membentuk dimensi ruang.

Penulisan sejarah kurikulum dapat diibaratkan penulisan kisah produksi hingga


terselenggarakannya sebuah pementasan pagelaran. Pertunjukan yang disaksikan
khalayak di atas panggung ibarat dokumen kurikulum resmi yang disebarluaskan,
disosialisasikan isi dan maknanya, kemudian digunakan oleh para pemakai di
semua satuan pendidikan. Bagaimanakah dinamika di belakang panggung sampai
terselenggarakannya pementasan tersebut, terjadi pula dalam proses penyusunan
kurikulum. Bahkan sering terjadi kesepakatan sesaat dalam sebuah pertemuan
atau situasi tertentu, menjadi keputusan kebijakan strategis. Hal ini merupakan
rangkaian yang harus dipahami, meskipun bukan bagian penting untuk dinikmati.
Namun situasi itu adalah jiwa dari apa yang ditampilkan atau disajikan di atas
panggung.

Sejarah yang ditulis ini akan tegak dalam lintasan sejarah perjuangan bangsa,
mengisi relung yang amat dalam pada sejarah pendidikan di Indonesia.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab I  4
PENDIDIKAN PERTANIAN DARI MASA KE MASA

A. PENDIDIKAN PERTANIAN PADA ZAMAN PENJAJAHAN


BELANDA

Kondisi Pertanian Zaman Penjajahan Belanda

Pada masa penjajahan Belanda, sistem pertanian sangat menyengsarakan


masyarakat petani. Dikenal adanya "wajib kerja" dan "wajib pungutan hasil bumi"
(verplichte diensten en contingenten), yaitu kerja dan hasil bumi yang dihargai
dengan sangat murah. Kondisi seperti itu memadamkan semangat kerja petani.
Misalnya, setiap petani di wilayah Banten diwajibkan menanam lada dan kopi
sebanyak 500 pohon. Saat itu, lada dan kopi merupakan produk yang sangat tinggi
nilai ekonominya. Hasil pertanian ini kemudian harus rela ditukar dengan barang
yang sangat tidak berimbang harganya, misalnya mangkok, kain, garam, dan
sebagainya.

Sistem tanam paksa juga diberlakukan di mana-mana. Di daerah Cirebon, petani


dipaksa menanam tarum, kopi, dan kapas di lahan gersang. Tanam paksa dan kerja
paksa ini baru dihapus, meskipun hanya formalitas belaka, pada masa
pemerintahan Inggris di bawah pemerintahan Raffles (1811-1816). Sebagai
gantinya, Raffles menetapkan "pungutan pajak tanah" (landrente) kepada petani.
Hal ini didasari anggapan bahwa semua tanah adalah milik pemerintah.

Pada zaman pemerintahan Gubernur Jenderal J. van den Bosch, Landrente diganti
dengan cultuurstelsel, suatu aturan kerja paksa yang jauh lebih berat dari aturan
sebelumnya. Hal ini berlangsung dari tahun 1830 sampai dengan tahun 1870.
Cultuurstelsel ini menghapuskan sama sekali kemerdekaan petani mengusahakan
lahan pertaniannya.
Hal ini otomatis melenyapkan pula semangat petani untuk bekerja. Animo
pemuda untuk memilih pekerjaan pertanian sangat menurun. Pengaruh negatif
dari cultuurstelsel dirasakan pula dalam bentuk rusaknya susunan masyarakat dan
kelembagaan pedesaan yang ada pada saat itu, yang pada awalnya sangat
demokratis. Petani kehilangan kepercayaan pada dirinya dan pada pimpinannya.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  5
Pada 1870 terjadi perubahan politik agraria pada pemerintahan Hindia Belanda
dengan ditetapkannya Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet). UU ini
memungkinkan pihak swasta untuk mendapatkan hak konsesi guna mendirikan
perusahaan perkebunan. Sejak saat itu Hindia Belanda dibanjiri investasi besar-
besaran dari Eropa yang kemudian berkembang menjadi perusahaan besar di
tengah kemiskinan bumiputra.

Tenaga pimpinan, teknisi, dan tenaga administrasi di perusahaan-perusahaan


tersebut didominasi oleh orang-orang Eropa yang berpendidikan cukup tinggi,
diikuti dengan penyediaan mesin dan peralatan yang modern, tata kerja yang
efektif dan efisien. Sementara itu bumiputra hanya berperan menyediakan lahan
dan menjadi tenaga kerja murah yang tidak terdidik. Dengan keadaan seperti ini,
maka perkebunan besar dapat melaksanakan usahanya untuk memperoleh
keuntungan sebesar-besarnya dengan cara yang murah dan mudah.

Berbeda dengan keadaan tersebut, usaha tani bumiputra dilakukan secara


tradisional, bertujuan sekadar untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat
tanpa orientasi untuk memperoleh keuntungan. Pada saat itu pemerintah Hindia
Belanda sesungguhnya menginginkan adanya tenaga bumiputra yang dapat
membantu laboratorium penelitian pertanian dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan menemukan hasil bumi yang bernilai jual tinggi. Dalam rangka
itulah pemerintah Hindia Belanda harus mulai mendirikan kursus-kursus di lokasi
laboratorium penelitian, yang pada gilirannya berkembang menjadi sekolah-
sekolah pertanian.

Ketika pemerintah Inggris di Hindia Belanda (Indonesia) menyerahkan kembali


jajahannya kepada Belanda pada tahun 1816, di antara rombongan pejabat
Belanda yang datang ke Indonesia adalah Dr. Caspar Georg Carl Reinwardt,
seorang berkebangsaan Jerman yang pindah ke Belanda dan menjadi ahli botani
dan kimia, mantan Direktur Pertanian, Kebudayaan, dan Penelitian di negeri
Belanda. Dr. C.G.C Reinwardt mengajukan permohonan kepada Kepala
Pemerintahan di Hindia Belanda, antara lain meminta sebidang tanah untuk

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  6
dijadikan Kebun Tumbuhan (Plantentuin) agar ia dapat mengadakan penelitian
tentang pembudidayaan tumbuhan yang bermanfaat. Permohonan itu dikabulkan.

Pada tahun 18 Mei 1817, Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard Philip van
der Capellen secara resmi mendirikan Kebun Raya Bogor dengan nama s'Lands
Plantentuin te Buitenzorg. Pendiriannya diawali dengan ayunan cangkul pertama
di bumi Pajajaran sebagai pertanda diawalinya pembangunan kebun. Kebun Raya
Bogor berdiri di atas tanah seluas 47 hektar. Dr. C.G.C. Reinwardt diangkat
sebagai Direktur pertama Kebun Raya Bogor. Pada tanggal 15 Juni 1822. Dr.
C.G.C. Reinwardt berhenti dan pulang ke negeri Belanda. Sedangkan pimpinan
Kebun Raya Bogor diserahkan kepada penggantinya, Dr. Carl Ludwig Blume,
asisten Dr. C.G.C. Reinwardt. Dr. C.L. Blume diangkat sebagai Direktur kedua
Kebun Raya Bogor pada tanggal 11 Juni 1822.

Sebagai seorang ahli tanaman obat, Dr. C. L. Blume telah membuat seri tulisan
sebanyak 17 jilid dengan judul “Sumbangan Pengetahuan tentang Flora Hindia
Belanda” (Bijdragen tot de Flora van Nederlandsch Indie) setebal 1.170 halaman,
menguraikan 1.160 tanaman jenis baru. Dengan terbitnya publikasi ini perhatian
peneliti luar negeri pada kekayaan alam di Indonesia dan khususnya pada Kebun
Raya Bogor mulai timbul. Karena alasan kesehatannya, Dr. C.L. Blume pada
tanggal 7 Agustus 1826 dibebastugaskan dan pulang ke negeri Belanda. Sejak
saat itu jabatan Direktur Kebun Raya Bogor ketiga dipegang oleh James Hooper
namun urusan administrasi dipegang langsung oleh Komisaris Jenderal Belanda
yang berkantor di bangunan yang sekarang menjadi Istana Bogor.

Pada masa kepemimpinan James Hooper sebagai Direktur Kebun Raya Bogor
yang ketiga, penanganan kebun raya agak terbengkalai. Keadaannya lebih
dipersulit lagi dengan adanya kebijaksanaan Gubernur Jenderal Leonard du Bus
de Gisignies untuk memperkenalkan tanaman kultur baru ke Indonesia dan harus
dicoba di Kebun Raya Bogor. Kesulitan bertambah memuncak ketika biaya rutin
dihentikan sama sekali karena Kebun Raya Bogor secara administrasi dijadikan
bagian dari taman Istana Bogor yang merupakan tempat kedudukan tetap dari
Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Karena kesehatannya yang memburuk, James

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  7
Hooper diberi cuti tidak terbatas untuk pergi berobat ke Eropa sampai sembuh.
Dalam perjalanan berobat, James Hooper meninggal dunia.

Pengganti James Hooper adalah Johannes Elias Teijsmann yang tiba di Jawa pada
tanggal 2 Januari 1930 bersama dengan Gubernur Jenderal Van Den Bosch. Pada
tanggal 5 Maret 1831. J.E. Teijsmann ditetapkan sebagai Direktur Kebun Raya
Bogor keempat. Sejak kepemimpinannya, Kebun Raya Bogor maju pesat, antara
lain karena J.E. Teijsmann suka bekerja keras, berbakat seni dalam pertamanan,
dan kuat fisiknya. Dalam kurun waktu l839 sampai dengan 1840, J.E.
Teijsmann membangun 3 buah kebun pegunungan yaitu di Cibeureum, Kandang
Badak, dan puncak Gunung Pangrango. Ketiga kebun pegunungan tersebut
kemudian berkembang menjadi Kebun Raya Cibodas yang pada masa itu meliputi
cagar alam Pangrango-Gede.

Salah satu gagasan J.E. Teijsmann pada tahun 1860 yang besar ialah meluaskan
fungsi Kebun Raya dari fungsi eksplorasi dan penelitian berkembang ke fungsi
ketiga, yaitu pendidikan dan pelatihan. Ia mengusulkan agar para pegawai muda
yang baru datang dari negeri Belanda dididik teori dan praktik mengenai flora
tropika. Gagasan ini baru terlaksana 16 tahun kemudian, yaitu dengan dibukanya
Landbouw School (Sekolah Pertanian) pada tahun 1876, sedangkan cita-
citanya agar Kebun Raya terpisah dari administrasi Istana Bogor dapat terlaksana
pada tanggal 30 Juni 1868 dengan keluarnya Surat Keputusan dari Pemerintah
Hindia Belanda No. 38, tercantum dalam Lembaran Negara Nomor 76a. Sumber
lain menyebutkan pemisahan secara resmi administrasi kebun raya dari
administrasi istana Bogor terjadi pada tanggal 30 Mei 1868.

Pada tahun 1868, Dr. Rudolph Herman Christiaan Carel Scheffer menggantikan
J.E. Teijsmann sebagai Direktur Kebun Raya yang kelima. Meskipun jabatan J.E.
Teijsmann telah digantikan, namun pemerintah masih menugaskannya untuk
mendampingi Dr. R.H.C.C. Scheffer sebagai direktur Kebun Raya. Tugas seorang
Direktur Kebun Raya menurut Dr. R.H.C.C. Scheffer, bukan hanya untuk
memelihara dan melaksanakan administrasi Kebun Raya, akan tetapi lebih dari
itu, yaitu memperoleh sebanyak mungkin manfaat dari kebun tersebut untuk ilmu

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  8
pengetahuan dan kebermaknaan pembangunan pertanian tanah jajahan. Sejak
prestasi Kebun Raya meningkat, nama Kebun Raya Bogor mulai dikenal di luar
negeri dan mulai mengalir kunjungan tamu untuk memperdalam penelitian
mereka. Dr. R.H.C.C. Scheffer merasakan bahwa studi pertanian rakyat dan
tanaman yang bermanfaat, sedikit sekali disentuh. Dengan makin bertambahnya
jumlah koleksi tumbuhan baru yang harus ditanam di Kebun Raya, tanaman
budidaya yang ada harus pula dipindahkan ke tempat lain.

Pemisahan Kebun Raya dari bagian botani murni dengan bagian budidaya
dianggap perlu, dan untuk itu Dr. R.H.C.C. Scheffer telah menyiapkan selama 5
tahun, dari tahun 1870 sampai dengan tahun 1875, agar pemerintah mengabulkan
permintaannya untuk pengadaan tambahan lahan bagi perluasan Kebun Raya.

Pada tahun 1875, Gubernur Jenderal menyerahkan sebidang tanah di sekitar Istana
Cipanas untuk digunakan sebagai lahan percobaan penanaman berbagai jenis
budidaya tanaman Eropa. Kebun tersebut dinamakan Kebun Cisarua. Dalam
perkembangan selanjutnya, hasil percobaan ini menjadikan Cipanas dan Cimacan
sebagai sumber sayuran.

Sejak dipimpin olch Dr. R.H.C.C. Scheffer, Kebun Raya ditingkatkan fungsinya
sebagai tempat studi pertanian rakyat serta tanaman lain yang bermanfaat bagi
Bumiputera dan perkebunan besar milik bangsa Eropa.

Untuk keperluan perluasan Kebun Raya, semula direncanakan areal lahan di Pulau
Geulis, yaitu tanah di dekat Sungai Ciliwung. Karena luasnya kurang dan pemilik
tanah tidak berniat menjualnya, maka rencana dibatalkan. Pilihan kedua adalah
lahan dekat stasiun kereta api yang pada waktu itu masih berupa sawah seluas 35
ha. Rencana ini juga tidak dapat diwujudkan, karena lahan tersebut dipersiapkan
untuk keperluan perluasan kota. Akhirnya pilihan jatuh di Cikeumeuh, di tempat
Diard sejak 1831 melakukan percobaan ulat sutera. Tanah tersebut miIik seorang
Indocina bernama Andre Loeas, seluas 72.5 Ha dengan nilai 10.000 gulden.

Dengan tersedianya lahan baru tersebut, rencana Dr. R.H.C.C. Scheffer untuk
merancang dan mendirikan bagian khusus untuk tempat percobaan~percobaan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  9
bagi tanaman budidaya dan tanaman berguna lainnya dapat dilaksanakan. Pada
bulan Agustus 1876, di lahan Cikeumeuh berdiri Kebun Budidaya (Kultuurtuin)
dan sekaligus mulai dibangun Landbouw School (Sekolah Pertanian).
Sekolah Pertanian terdiri atas Bagian A untuk mendidik pemuda Eropa yang akan
bekerja di Hindia Belanda dan Bagian B untuk mendidik pemuda bumiputera
untuk calon pemimpin warga bumiputra. Pada bulan Nopember 1876 telah dibuka
Sekolah Pertanian Bagian B dengan siswa sebanyak 23 orang, berasal dari anak
para pemimpin bumiputra, dengan pengantar bahasa Melayu. Sedangkan Sekolah
Pertanian Bagian A baru dibuka 2 tahun kemudian, yaitu bulan November 1878,
terdiri atas siswa golongan Eropa sebanyak 18 orang dengan pengantar bahasa
Belanda.

Di negeri Belanda sendiri pada tahun yang sama, 1876, didirikan pendidikan
pertanian di Wageningen. Pendirian sekolah di Wageningen sangat penting
kedudukannya, meskipun pendidikan ini ditutup pada tahun 1912. Bentuk
pendidikan pertanian ini akhirnya dilanjutkan sebagai Middelbare Koloniale
Landbouwschool di Deventer dan Groningen. Tercatat Middlelbare Koloniale
Landbouwschool di didirikan Deventer pada tanggal 16 September 1912. Sekolah
ini juga memberikan kursus pengetahuan tentang tanaman tropis dan tanaman di
Hindia Belanda, serta industri gula. Oleh karena itu sekolah ini sering disebut juga
sebagai Zuiker School, “Sekolah Gula”. Dalam perkembangan selanjutnya,
Wageningen dan Groningen menjadi pusat pendidikan pertanian di Belanda.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, khususnya sebelum tahun 1900,


keberadaan Landbouw School atau Sekolah Pertanian, memiliki kedudukan yang
sangat penting bagi pemerintah Belanda dan bagi perusahaan perkebunan besar
dan pertanian rakyat pada umumnya. Sejak saat itu, pemerintah Hindia Belanda
menunjukkan perhatian bagi kesejahteraan bumiputra di samping bagi
kepentingan pemodal bangsa Eropa. Hal ini terlihat pada upaya mendirikan
sekolah-sekolah kejuruan untuk golongan bumiputra.

Hukum Kolonial tahun 1848 membedakan penduduk di Hindia Belanda menjadi


empat golongan, yaitu: golongan Eropa, golongan yang dipersamakan dengan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  10
orang Eropa, golongan Bumiputra, dan golongan yang dipersamakan dengan
Bumiputera. Stratifikasi sosial ini diberlakukan pula pada dunia pendidikan.
Kesempatan belajar bagi anak-anak dikaitkan dengan status sosial orang tuanya.

Tujuan pendidikan pada era kolonial Belanda tidak pemah dinyatakan secara
tegas. Pendidikan bagi bumiputra pada zaman penjajahan Belanda pada dasarnya
adalah untuk memenuhi keperluan tenaga kerja yang murah guna mendukung
kepentingan kaum pemodal Belanda. Sangat sedikit bumiputra yang mendapat
pendidikan untuk menjadi tenaga administrasi, tenaga teknisi, dan tenaga
pertanian, yang diangkat sebagai pegawai kelas dua dan kelas tiga. Dari segi
penggajian, pekerja bumiputra memperoleh gaji lebih kecil daripada pekerja
Eropa untuk pekerjaan yang sama.

Pendirian sekolah pertanian di Hindia Belanda pada masa berikutnya, dilandasi


oleh beberapa perkembangan sebagai berikut.
• Menteri Urusan Jajahan Pemerintah Kerajaan Belanda melalui surat pada
bulan Februari 1896 mendesak Gubernur Jenderal Hindia Belanda mendirikan
pendidikan pertanian praktis.
• Surat Pengurus Sindikat Umum Kopi di Malang, September 1899, didukung
oleh Perkumpulan Pertanian dan Perkebunan serta Kamar Dagang dan Industri
di Semarang, yang mendesak Gubernur Jenderal Hindia Belanda mendirikan
sekolah pertanian.
• Surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda kepada Menteri Urusan Jajahan
Pemerintah Belanda pada Juli 1900 menyebutkan bahwa didirikannya
berbagai lembaga pendidikan pertanian di Hindia Belanda dimaksudkan untuk
meningkatkan sumber penghidupan bagi sejumlah besar penduduk bumiputra
dan bagi orang Eropa yang kurang mampu.

Baru beberapa tahun kemudian, mulai didirikan lagi lembaga pendidikan


pertanian, berturut-turut adalah:
ƒ Kursus Hortikultura (1889),
ƒ Kursus Pertanian (1900),
ƒ Sekolah Pertanian (1903).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  11
Pada 1 Januari 1905 didirikan Departement van Landbouw atau Departemen
Pertanian dengan direktur yang pertama: Dr. Melchior Treub, yang sekaligus
merangkap sebagai Direktur Kebun Raya Bogor. Sejak itulah pengelolaan dan
pembinaan sekolah pertanian dilakukan oleh Departement van Landbouw, terdiri
atas:
ƒ Kursus Hortikultura, yang sudah ada sejak 1889,
ƒ Kursus Pertanian, yang sudah ada sejak 1900,
ƒ Sekolah Pertanian, yang sudah ada sejak 1903,
ƒ Sekolah Kedokteran Hewan (1908),
ƒ Sekolah Pertanian Menengah disebut juga Cultuur School (1911),
ƒ Sekolah Pertanian Rendah (1912),
ƒ Sekolah Pertanian Menengah Atas, disebut juga Middelbare Landbouw School
(MLS) (1913),
ƒ Sekolah Usaha Tani, disebut juga Landbouw Bedrijfs School (LBS) (1924),
dan
ƒ Sekolah Kehutanan Menengah Atas, disebut juga Middelbare Bosbouw
School (MBS) (1939).

Selama masa penjajahan Belanda, terdapat pendidikan pertanian tingkat rendah,


yaitu Landbouw School (Sekolah Pertanian Rendah) yang menerima lulusan
Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah Usaha Tani yang menerima lulusan Sekolah
Rakyat 5 tahun, dan Kursus Tani. Pendidikan pertanian tingkat menengah yang
ada adalah: Middelbare Landbouw School (MLS) atau Sekolah Pertanian
Menengah Atas, Cultuur School (CS) atau Sekolah Pertanian Menengah,
Nederlandsche Indische Veeartsen School (NIVS) atau Sekolah Kedokteran
Hewan, dan Middelbare Bosbouw School (MBS) atau Sekolah Kehutanan
Menengah Atas yang dikelola dan dibina oleh Pemerintah Pusat, dalam hal ini
Departement van Landbouw.

Perkembangan dan pembinaan pendidikan pertanian menjadi lebih intensif setelah


Departement van Landbouw diubah menjadi Departement van Landbouw,
Nijverheid, en Handel (Departemen Pertanian, Perindustrian, dan Perdagangan)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  12
pada 1 Januari 1910. Melalui Inspeksi Pendidikan Pertanian pada departemen
tersebut pemerintah Hindia Belanda semakin mengintensifkan perkembangan
pendidikan pertanian, baik pendidikan formal maupun non-formal berupa kursus
tani yang mulai tersebar di berbagai daerah yang dikuasai oleh pemerintah Hindia
Belanda. Inspeksi Pendidikan Pertanian bertanggung jawab dalam pembimbingan
dan pembinaannya.
Lapangan kerja lulusan sekolah pertanian pada masa itu adalah sebagai berikut.
• Sekolah Pertanian Rendah: Kader Tani, Mandor Kebun, Guru Praktik di
Sekolah Dasar, Penyuluh/Mantri Tani, Petani Mandiri, Mandor Pabrik Gula,
Juru Tulis Desa, Penjaga Hutan, Kepala Desa, Mandor Kebun Percobaan, dan
Guru Sekolah Desa (SD 3 tahun);
• Sekolah Pertanian: Pegawai Pamong Praja, Pemimpin/Kader Tani, Mandor
Kebun, Guru Tani, Sinder Kebun (opziener);
• Bedrijf Landbouw School (Sekolah Usaha Tani): Tani Mandiri, Kader Tani,
Mantri Tani;
• Cultuur School (Sekolah Pertanian Menengah): tenaga teknis untuk
perkebunan, pertanian rakyat, pengairan, perikanan, dan kehutanan;
• Sekolah Pertanian Menengah Atas (Middelbare Landbouw Schoo - MLS):
Penyuluh Pertanian, Pemangku Hutan, Pegawai Perkreditan Rakyat, Asisten
Perkebunan Besar, Guru Sekolah Pertanian, Ajun Konsulen Pertanian;
• Middelbare Boschbouw School (Sekolah Kehutanan Menengah Atas):
Pemangku Hutan;
• Sekolah Hortikultura: wiraswasta, Sinder Kebun;
• Sekolah Kedokteran Hewan: Dokter Hewan Bumiputra.

Berbagai lembaga pendidikan pertanian pada era kolonial Belanda sebagaimana


disebutkan di atas, di samping menyelenggarakan program pendidikan formal,
juga menyelenggarakan pendidikan nonformal, antara lain sebagai berikut.
• Kursus Hortikultura yang lazim disebut Pendidikan Hortikultura untuk remaja.
Lembaga ini kemudian dikembangkan menjadi Pendidikan Pertanian untuk
remaja dan selanjutnya dikembangkan lagi menjadi Pendidikan Perkebunan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  13
untuk remaja.
• Kursus Kehutanan untuk remaja.
Semua jenis pendidikan ini merupakan pendidikan berorientasi pada praktik,
diselenggarakan di Bogor dengan pusat kegiatan di Kebun Raya. Semua lembaga
ini diperuntukkan bagi keturunan Belanda atau Indo-Belanda lulusan Europeese
Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar Eropa yang menggunakan pengantar
bahasa Belanda. Masing-masing lembaga ini menerima siswa dalam jumlah kecil,
yaitu sekitar 20 orang.
Gambaran sekilas tentang sekolah pertanian adalah sebagai berikut.

a. Landbouw School (LS) atau Sekolah Pertanian


Sekolah ini pertama kali dibuka pada tahun 1876 di Bogor. Siswa bumiputra
berasal dari lulusan Sekolah Desa 3 tahun. Sekolah ini memiliki 2 bagian,
yaitu Bagian A untuk siswa anak-anak Eropa/Belanda dengan lama
pendidikan 2 tahun, dan Bagian B untuk anak-anak bumiputra dengan lama
pendidikan 3 tahun.. Bagan B dibuka sejak 1876, sementara Bagian A baru
dibuka pada tahun 1878. Jika saja pengumuman mengenai tujuan pendirian
Sekolah Pertanian disebarluaskan di antara masyarakat bumiputra dan
pemimpin-pemimpinnya, jumlah calon murid yang mau masuk Sekolah
Pertanian pasti akan lebih banyak.

Pada tanggal 16 Agustus 1884 ma1am terjadi kebakaran di ruang pondokan


siswa dan ruang sekolah yang sebagian besar terbuat dari bahan bambu
sehingga terbakar habis. Buku, gambar-gambar, perkakas kerja, serta sebagian
besar sarana belajar milik seko1ah masih dapat diselamatkan oleh C. Lang,
pe1ukis yang diperbantukan di seko1ah. Kebakaran dapat diatasi dengan
bantuan petugas-petugas dari Rumah Sakit Jiwa Cilendek yang berdekatan
dengan lokasi sekolah.

Meskipun terjadi musibah kebakaran di Seko1ah Pertanian, Dr. M. Treub


masih merasa mampu meneruskan penyelenggaraan Sekolah Pertanian namun
Gubernur Jendera1 tidak menyetujuinya karena sejumlah besar murid tidak
1agi mempunyai pemondokan. Dr. M. Treub, Direktur Kebun Raya, ditugasi

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  14
oleh pemerintah Hindia Be1anda agar secepat mungkin mengirim pulang
murid-murid ke1as I dan kelas II. Beberapa hari setelah kebakaran, murid
kelas I dan II dipulangkan ke tempatnya masing-masing dengan biaya
pemerintah. Murid kelas III masih melanjutkan pendidikannya sampai akhir
September 1884. Semua siswa kelas III dinyatakan lulus dan memperoleh
ijazah Sekolah Pertanian.

Dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 23 tanggal 7 September 1884,


Sekolah Pertanian di Cikeumeuh dibubarkan.

Landbouw School dibuka kembali sebagai sekolah baru pada tahun 1903 dan
oleh karenanya sering disebut Landbouw School 1903. Sekolah ini
diperuntukkan bagi keturunan Belanda (baik asli maupun Indo-Belanda) dan
juga bagi bumiputra dengan perimbangan tertentu. Lama belajar bagi
keturunan Belanda adalah 3 tahun, sedangkan bagi bumiputra 2 tahun.

Calon siswa Sekolah Pertanian ini adalah keturunan Belanda lulusan Hoogere
Burger School (HBS), Sekolah Menengah Umum kelanjutan ELS, atau oleh
penyeleksi calon siswa dinyatakan memiliki kemampuan dan pengalaman
yang setara dengan lulusan HBS.

Persyaratan untuk masuk Landbouw School bagi bumiputra adalah lulusan


Kweek School (Sekolah Guru), Hoofden School (Sekolah Raja), atau Sekolah
Tondano, sekolah elit yang diperuntukkan bagi keturunan bangsawan.

Bagi siswa keturunan Belanda, pada tahun ketiga digunakan untuk kunjungan
studi ke perusahaan pertanian besar di wilayah Hindia Belanda. Dengan
disiplin penyelenggaraan model Belanda dan tenaga pengajar orang-orang
Belanda, sekolah ini memiliki status yang terpandang karena mutunya. Setiap
tahun, hanya 30 siswa yang diterima di sekolah ini.

b. Inlandse Veerartsen School atau Sekolah Kedokteran Hewan

Sekolah ini berawal dari Cursus tot Opleiding van lnlandse Veerartsen
(Kursus Pelatihan Kedokteran Hewan Bumiputra) yang semula merupakan
bagian dari kegiatan di Landbouw School (Sekolah Pertanian).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  15
Sekolah Kedokteran Hewan dikhususkan untuk bumiputra dan diproyeksikan
untuk menjadi pegawai pemerintah. Lama pendidikannya 4 tahun. Siswanya
adalah lulusan HBS 3 tahun atau kelas 4 HBS 5 tahun, atau tamatan Kweek
School (Sekolah Guru) berbahasa pengantar bahasa Belanda.

Setiap tahun sekolah ini hanya menerima 8 siswa baru. Memasuki tahun ke-5,
sekolah ini mulai menerima 14 siswa baru. Pendidikan ini dianggap sangat
spesifik, memerlukan kecermatan dan kehati-hatian yang tinggi, karena itu
proses pendidikan diawasi dengan ketat dan disertai disiplin tinggi.

c. Cultuur School (CS) atau Sekolah Pertanian Menengah (SPM)

Kursus Pertanian dan Kursus Perkebunan di Bogor digabungkan menjadi


Opleiding Cursus voor Tuin en Landbouw (Kursus Pelatihan Perkebunan dan
Pertanian) berdasarkan keputusan pemerintah Hindia Belanda Nomor 21
tanggal 30 Maret 1907, yang antara lain juga menyelenggarakan Kursus
Sinder Kehutanan. Setelah berjalan 3 tahun, pada tahun 1911, kursus ini
ditingkatkan statusnya menjadi Cultuur School (CS), yang bertujuan untuk
mendidik calon-calon pegawai tingkat sinder pertanian dan kehutanan.

Meskipun Cultuur School sudah berdiri dalam bulan Juli 1911 namun SPM
baru dinyatakan resmi sejak tanggal 1 Januari 1912 berdasarkan ketetapan
Pemerintah Hindia Belanda Nomor 32 tanggal 26 Januari 1912, yang
sekaligus menetapkan A. de Koning sebagai Kepala Sekolah. Berdasarkan
Surat Keputusan Direktur Departemen Pertanian, Perindustrian, dan
Perdagangan Nomor 1015 tertanggal 3 Pebruari 1912 telah dibentuk Komisi
Pengawasan Pendidikan Cultuur School yang terdiri atas Odo van Vloten
(Ketua ), A.Th.L. Salverda (Wakil Ketua). J.G. Hoekman (Sekretaris) dan 3
orang anggota.

Sekolah ini memberikan lebih banyak pelajaran teori daripada praktik dengan
maksud agar siswa lebih mengasah intelektualnya..

Cultuur School merupakan pendidikan pertanian tingkat menengah yang


praktis di bidang pertanian dan kehutanan tanpa memerlukan banyak biaya.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  16
Mengingat tujuannya, penyelenggaraan pendidikan di SPM dibagi dalam 2
jurusan. yaitu Bagian A untuk mendidik Calon Sinder Hutan (Bos Opziener),
dan Bagian B untuk mendidik Calon Pegawai pada Perusahaan Perkebunan
Besar.

Siswa bumiputra lulusan HIS atau HCS harus mengikuti kelas persiapan
selama 1 tahun untuk memperkuat berhitung dan bahasa Belanda. Calon siswa
dapat pula berasal dari Klein Ambtenaar (pegawai Pangreh Praja yang
berpangkat kecil), dan belum berusia 18 tahun.

Sekolah ini kemudian berkembang menjadi 4 jurusan (Bagian A, B, C, dan D),


dan penjurusan dilakukan pada akhir tingkat 2. Calon siswa diseleksi juga
kesehatan dan kesegaran (fitness) fisiknya. Para siswa diberikan beasiswa.
• Bagian A: Kehutanan. Lulusan diangkat menjadi pegawai pemerintah
sebagai Bos Opziener (Sinder Hutan/Penilik Kehutanan).
• Bagian B: Perkebunan. Lulusan diangkat sebagai Pengamat Perkebunan
Besar.
• Bagian C: Lulusan diangkat sebagai pegawai pemerintah sebagai
Landbouw Opzichter (Pengamat Pertanian) di Jawatan Pertanian Rakyat.
• Bagian D: Lulusan diangkat sebagai pegawai pemerintah sebagai
Pengawas Perkebunan Rakyat.

Semula sekolah ini berlokasi di Bogor, kemudian pada tahun 1914


dipindahkan ke Sukabumi. Khusus untuk memenuhi kebutuhan daerah Timur,
pada tahun 1918 didirikan pula sekolah sejenis di Malang. Sekolah ini terbuka
untuk keturunan Belanda maupun bumiputra.

Lama pendidikan Cultuur School di Bogor dan Sukabumi adalah 3 tahun.


Lama pendidikan di Cultuur School - Malang adalah 3 tahun, kecuali Jurusan
Perkebunan Besar dengan lama pendidikan 4 tahun.

Pada tahun 1923, karena masalah ekonomi yang melanda dunia atau dikenal
sebagai zaman malaise, lembaga Cultuur School di Sukabumi dan Malang
ditutup oleh Pemerintah Belanda. Namun pada tahun 1925, lembaga Cultuur

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  17
School di Sukabumi dibuka kembali. Pada tahun 1935, Cultuur School di
Malang dibuka kembali, dan sebaliknya Cultuur School di Sukabumi ditutup
lagi.

Pada tahun 1938, Jurusan Kehutanan pada Cultuur School dihapuskan.

d. Middelbare Landbouw School (MLS) atau Sekolah Pertanian Menengah Atas

Sekolah ini merupakan sekolah pertanian yang terkemuka. Sekolah ini


didirikan dengan SK Gubernur Jenderal Pemerintah Hindia Belanda pada
bulan Agustus 1913, yang mengatur bahwa Landbouw School (Sekolah
Pertanian) ditutup untuk ditingkatkan menjadi Middelbare Landbouw
School – MLS (Sekolah Pertanian Menengah Atas).

Siswa sekolah ini mendapat beasiswa. Sekolah ini terbuka bagi keturunan
Belanda, Tionghoa, atau bangsa timur lain selain bumiputra, untuk
mempelajari ilmu pertanian dan kehutanan.

Siswa bumiputra yang mendapat ikatan dinas dipersiapkan untuk diangkat


menjadi:
1. Guru Muda Pertanian di Sekolah Rendah Pertanian, dan/atau Penyuluh
Pertanian di Jawatan Pertanian Rakyat;
2. Pegawai Dinas Perkreditan Rakyat; dan
3. Pembantu Pemangku Hutan Bumiputra.

Persyaratan untuk menjadi siswa sekolah ini adalah lulus ujian saringan bagi:
• Lulusan Sekolah Menengah 3 tahun, yaitu: HBS 3 tahun, OSVIA (sekolah
calon pegawai pemerintah), dan lulusan Kweek School, dan lulusan
Cultuur School. Mulai tahun 1913, lulusan Kweek School tidak diterima
masuk ke sekolah ini;
• Lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs–Pendidikan Dasar
yang Diperluas - setaraf SLTP) bagian Ilmu Pasti;
• Lulusan Voorbereidende Cursus (VC), yaitu kursus persiapan yang selama
beberapa tahun diselenggarakan oleh MLS. Lembaga Voorbereidende
Cursus dimanfaatkan oleh lulusan HIS (sekolah dasar 7 tahun) sebagai

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  18
jembatan untuk dapat masuk ke MLS. Voorbereidende Cursus dihapuskan
pada tahun 1920.

Penyelenggaraan pendidikan di MLS sangat terkendali. Kurikulum selalu


ditinjau ulang agar tepat sasaran, efisien, dan mutakhir. Disiplin yang tinggi
diberlakukan secara ketat. Diberlakukan pula sistem drop out bagi siswa yang
berprestasi rendah. Bagi sekolah ini, dibentuk Komisi Pengawas Pendidikan
(semacam Badan Pembina Sekolah) yang berfungsi juga untuk menjalin kerja
sama dengan dunia kerja, terutama perusahaan pertanian.

Pada awalnya MLS membuka tiga jurusan:


• Jurusan Kehutanan, kelak dipisahkan sebagai institusi/sekolah sendiri;
• Jurusan Petanian Rakyat;
• Jurusan Perkebunan.

Sebagian besar lulusan MLS ditempatkan di Jawatan Pertanian Rakyat dan


Jawatan Kehutanan. Lulusan MLS yang bekerja di Dinas Pertanian Rakyat
(Landbouw Voorlichtings Dienst, atau LVD) akan mendapat jabatan sebagai
Aspirant Inlandse Landbouw Leeraar (Aspiran Guru Pertanian Bumiputra).
Sebelum bekerja, mereka diwajibkan melakukan kerja praktik pengelolaan
lahan pertanian secara mandiri selama 1 tahun. Setelah itu mereka masih
ditempatkan di bawah pengawasan guru orang Belanda selama 1 tahun,
melakukan tugas praktik lapangan dan membantu guru senior. Persyaratan
seperti ini juga berlaku bagi lulusan MLS yang akan bekerja pada bidang lain,
misalnya sebagai penyuluh pertanian. Lulusan MLS memiliki keterampilan
yang cukup. Jumlah peminatnya pernah mencapai 100 orang. Hal ini
disebabkan prospek jabatannya cukup baik.

Sementara itu cultuur maatschhapij (perusahaan perkebunan besar) pada tahap


awal masih memilih tenaga lulusan Middelbare Koloniale Landbouwschool di
Deventer, negeri Belanda. Hal ini dilatarbelakangi oleh kebijakan tentang
ketenagakerjaan.

Pada tahun 1938, jurusan kehutanan di MLS dihapuskan untuk ditingkatkan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  19
menjadi Middelbare Bosbouw School (Sekolah Kehutanan Menengah Atas).

e. Bedrijf Landbouw School (Sekolah Usaha Tani)

Sekolah ini terletak di desa Pancasan Bogor, diselenggarakan sebagai tempat


pendidikan Adjunt Consulent, yang setelah lulus akan ditugasi membantu
Land-bouwkundig Ambtenaar, pegawai Ahli Pertanian. Sekolah ini berawal
dari pengaturan bahwa lulusan MLS diwajibkan untuk berpraktik mandiri
sebelum menduduki jabatan Adjunt Consulent. Setiap calon Adjunt Consulent
diberikan lahan seluas 2 hektar untuk diusahakan sendiri. Sebagai penanggung
jawab program, ditunjuk seorang Landbouwkundig Ambtenaar, pegawai Ahli
Pertanian.

f. Middelbare Boschbouw School (MBS) atau Sekolah Kehutanan Menengah


Atas

Sebelum tahun 1908, sinder kehutanan diangkat dari lulusan pegawai


rendahan (klein ambtenaar) tanpa mempunyai dasar pendidikan atau
pengalaman di bidang kehutanan. Demikian pula pengadaan tenaga pengajar
kehutanan dan mantri kehutanan dilakukan dengan pengerahan tenaga di
kalangan bumiputra yang hanya dapat membaca, menulis, dan dasar berhitung
saja.

Pemerintah Hindia Belanda semula menetapkan persyaratan calon sinder


kehutanan adalah mereka yang telah lulus dari Jurusan Kehutanan di Cultuur
School. Tugas pekerjaan sinder kehutanan berbeda dengan tugas pekerjaan
pegawai kantor pada umumnya. Pola kerja yang tetap dan menentu seperti
tugas di kantor tidak dapat dilakukan oleh sinder kehutanan. Pola kerja sinder
kehutanan, karena sifatnya, menuntut penyelesaian pekerjaan banyak
dilakukan di lapangan. Tugas pekerjaan di lapangan banyak sekali
mempertimbangkan faktor sosial yang harus dihadapi. Karena itu sinder
kehutanan harus mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri dengan pangreh
praja (sebutan jaman dulu untuk pamong - praja), dengan aparat pemerintah
lainnya dan dengan pengusaha partikelir atau swasta. Sinder juga harus pandai

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  20
mendekati rakyat serta harus tahu pula tugas-tugas kepolisian.

Upaya untuk mengadakan tenaga pekerja atau pegawai yang tahu tentang
kegiatan kehutanan pemah diutarakan oleh A.H. Berkhout pada tahun 1885
dan Koorders pada tahun 1892 agar pemerintah Hindia Belanda mengadakan
pendidikan rendah kehutanan dan kursus sinder kehutanan.

Pada awalnya pendidikan kehutanan tingkat menengah atas merupakan


Jurusan Boswezen (Kehutanan) pada MLS, yang pada tahun 1921 dan 1922
telah menghasilkan calon ahli kehutanan. Sesudah tahun 1922 Jurusan
Boswezen pada MLS ditutup untuk sementara, dan baru dibuka kembali pada
tahun 1933. Pembagian jurusan sudah dimulai pada kelas II. Dengan demikian
pendalaman jurusan kehutanan selama 2 tahun. Sebagian besar dari waktu 2
tahun dipergunakan untuk pengajaran praktik di luar kampus agar para siswa
dapat mencintai hutan dan memahami pekerjaan kehutanan.

Karena saran dari Departemen Kemakmuran (Economische Zaken) yang ingin


memisahkan pendidikan pertanian dengan pendidikan kehutanan, dan
pendapat Jawatan Kehutanan yang menganggap pelajaran ilmu kehutanan
perlu ditingkatkan, pada tahun 1938 dibentuk Middelbare Bosbouw School
(MBS) atau Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA). Dengan berdirinya
MBS, Jurusan Kehutanan pada MLS dihapus, demikian pula Jurusan
Kehutanan di Cultuur School.

Kondisi lain yang mendorong pemisahan MBS dari MLS adalah keleluasaan
pengembangan menurut kebutuhan mengingat bahwa pemangkuan hutan di
seluruh wilayah Hindia Belanda ditangani sepenuhnya oleh pemerintah.
Karena itu pendidikan kehutanan tingkat menengah atas bersifat kedinasan
sehingga perlu dikelola sendiri oleh Jawatan Kehutanan.

Pada tanggal 26 Agustus 1939, Dr. J. H. Beeking, Kepala Jawatan Kehutanan,


memindahkan MBS Bogor ke Madiun Jawa Timur, dan meresmikan
pembukaan-nya dengan direktur pertama: R. Odang Prawiradirdja. Lama
pendidikan MBS adalah 3 tahun. Calon yang dapat diterima sebagai siswa

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  21
ialah lulusan MULO. Lulusan MBS diharuskan melaksanakan wajib kerja di
lingkungan Jawatan Kehutanan sekurang-kurangnya selama 5 tahun.

Di samping program reguler, MBS Madiun juga menyelenggarakan Kursus


Polisi Kehutanan (KPK) dengan lama pendidikan 3 bulan. Pendidikan rendah
di bidang kepolisian kehutanan ini dimaksudkan bagi perbaikan karier para
mandor kehutanan yang sudah layak diberi kenaikan pangkat. Oleh karena itu
peserta kursus adalah pegawai Jawatan Kehutanan.

Pada saat itu tenaga pendidik di bidang kehutanan sangat langka. Oleh karena
itu diusahakan sekolah dibangun di tempat yang memungkinkan pegawai
kehutanan dapat merangkap sebagai tenaga pengajar.

Berbagai jenis tenaga berpendidikan di bidang kehutanan baru


diselenggarakan pada tahun-tahun menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda.
Usaha tersebut berjalan dengan minimnya tenaga pengajar dan dengan
peraturan sekolah diskriminatif dan tidak wajar bagi para siswanya. Perlakuan
diskriminatif tersebut berupa pelarangan siswa MBS bergaul dengan peserta
Kursus Polisi Kehutanan. Siswa MBS yang diketahui bergaul dengan siswa
Kursus Polisi Kehutanan akan segera dikeluarkan dan dipecat dari sekolah.
Diskriminasi antara calon atasan dengan bawahan sudah mulai ditanamkan
oleh pemerintah Belanda sejak berada di lembaga pendidikan.

g. Sekolah Pertanian Rendah

Guna memajukan pertanian rakyat, pada tahun 1911 Departement van


Landbouw, Nijverheid en Handel (Departemen Pertanian, Perindustrian, dan
Perdagangan) membentuk lembaga baru, disebut Inspecteur van het
Inlandsche Landbouw Onderwijs (Inspektur Pendidikan Pertanian Bumiputra),
yang ditugasi melakukan perjalanan dinas ke beberapa daerah di Jawa.
Melalui Inspektur Pendidikan Pertanian Bumiputra, pemerintah ingin
mengadakan diskusi dengan para petani agar dapat menyusun suatu kerangka
pedoman penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi masyarakat tani. Setiap
pertemuan dengan para petani, Inspektur Pendidikan Pertanian Bumiputra

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  22
disertai beberapa pejabat Penyuluhan Pertanian Rakyat, dan para pejabat
tinggi pangreh praja setempat. Pertemuan tersebut sering juga diikuti oleh para
pemilik perusahaan perkebunan swasta terdekat.

Inspektur Pendidikan Pertanian Bumiputra dalam melakukan perjalanan


dinasnya telah mengikutsertakan beberapa tenaga teknisi pertanian muda di
kabupaten setempat agar mereka mendapat tambahan pengetahuan dari
berbagai budidaya tanaman perkebunan, pertanian rakyat, dan aspek lain yang
terkait.

Pada beberapa pertemuan lapangan, Inspektur Pendidikan Pertanian


Bumiputra mengadakan ceramah dan peragaan dengan mengikutsertakan para
ahli pertanian Belanda serta dihadiri oleh pemuka masyarakat dan petani.

Kegiatan turun ke lapangan ini dimaksudkan agar di daerah pertanian tertentu


yang memerlukan perhatian khusus, diadakan kursus bidang pertanian
tertentu. Misalnya, di Sukabumi untuk perkebunan teh, di Karesidenan
Bandung dengan dataran tingginya untuk pengembangan usaha budidaya
sayuran dan budidaya tanaman lainnya, serta di Wonosobo untuk tanaman
tembakau rakyat.

Bentuk pendidikan pada Sekolah Pertanian Rendah adalah sebagai berikut.


• Inlandse Landbouw School (Sekolah Pertanian Bumiputra) adalah sekolah
bagi remaja bumiputra. Penyelenggaraan sekolah ini dibantu oleh
Pemerintah Hindia Belanda. Siswanya adalah mereka yang telah
menyelesaikan Kelas III Sekolah Rakyat Bumiputera, atau pemuda yang
telah lulus dari Sekolah Desa 3 tahun.
• Pengajaran pertanian di Sekolah Desa. Di beberapa Sekolah Desa
diberikan pelajaran pertanian kepada siswa kelas tertinggi (kelas IIl) yang
mengutama-kan praktik.
• Dalam bentuk kursus pertanian bagi anggota masyarakat desa yang sudah
dewasa, dititikberatkan pada praktik.
• Pemberian ceramah, pembacaan, dan pembahasan suatu topik dalam
kelompok pada waktu-waktu tertentu.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  23
Mengingat bahwa animo masyarakat terhadap Sekolah Pertanian Rendah
sangat besar, maka sekolah ini dibuka di 16 lokasi, yaitu: (1) Wonosobo, (2)
Purworejo, (3) Soreang, (4) Plumbon, (5) Wuluadeg, (6) Lawang, (7)
Beureunen, (8) Tondano, (9) Pasihalang, (10) Tegalgondo, (11) Tanjungsari,
(12) Temon, (13) Purwokerto, (14) Tanjungagung, (15) Kepanjen, dan (16)
Pariaman.

Tingginya minat masyarakat bumiputra terhadap penyelenggaraan Sekolah


Pertanian dapat ditunjukkan dari besarnya animo remaja bumiputra yang ingin
masuk sekolah. Demikian pula adanya berbagai pihak, baik pihak Pemerintah
Swapraja, perusahaan perkebunan, maupun organisasi kemasyarakatan yang
mengajukan permintaan untuk mendirikan sekolah pertanian.

Pada tahun 1912, untuk pertama kali berdiri Sekolah Pertanian Rendah di
Wonosobo dan kemudian menyusul pula di Soreang (sebelah Selatan
Bandung). Sejak itu Sekolah Pertanian Tingkat Rendah, baik yang didirikan
oleh pemerintah maupun oleh badan-badan swasta terus tumbuh dan
berkembang di Jawa maupun di luar Jawa.

Pemerian masing-masing lokasi dapat diperiksa pada Lampiran.

Penyerahan penyelenggaraan sekolah kepada pemerintah daerah pada zaman


Hindia Belanda hanya terbatas sekolah rendah saja. Hal ini diatur dalam peraturan
yang diundangkan melalui Staatsblad (Lembaran Negara) 1936 Nomor 585 untuk
wilayah Jawa dan Madura; serta melalui Staatsblad (Lembaran Negara) 1937
Nomor 511 untuk wilayah di luar Jawa dan Madura. Adapun penyelenggaraan
sekolah diatur sebagai berikut.
• Volk School (Sekolah Desa, 3 tahun) tetap diurus oleh pemerintah desa
sebagaimana telah ditetapkan oleh Gubernur Jenderal Van Heutz pada tahun
1907, dengan subsidi dari pemerintah Kabupaten atau Kotapraja. (Kondisi
sebelumnya, sekolah ini mendapat subsidi dari pemerintah.)
• Vervolgschool (Sekolah Rendah, 5 tahun), Ambachtsleergang (Sekolah
Pertukangan), Cursus voor Volksonderwijzers (Kursus Guru Sekolah Desa),
diserahkan kepada pemerintah kabupaten atau kotapraja.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  24
• Normaal School (Sekolah Guru, untuk Sekolah Desa) diserahkan kepada
pemerintah provinsi.

Pada saat hampir berakhirnya zaman penjajahan Belanda, yaitu tahun 1940,
Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Kedokteran Hewan (SKH),
dan Sekolah Pertanian Menengah (SPM) ditangani oleh suatu bagian pada Dienst
van Landbouw, Veeteelt en Visserij (Dinas Pertanian, Kehewanan, dan Perikanan)
pada Departement van Economische Zaken (Departemen Urusan Ekonomi).

B. PENDIDIKAN PERTANIAN ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG

Latar Belakang Situasi

Bangsa Jepang sudah dikenal di Indonesia sebagai pedagang pada masa


penjajahan Belanda. Mereka tidak banyak bicara, sangat sopan dan menghargai
bangsa Indonesia. Tidak mengherankan bila bangsa Indonesia tertarik kepada
mereka. Bangsa Indonesia lebih menyukai bangsa Jepang daripada bangsa
Eropa/Belanda.

Setelah Jerman rnelakukan penyerbuan di beberapa negara Eropa, pada tanggal 15


Mei 1940 negeri Belanda telah jatuh dan diduduki oleh Jerman. Dengan
terlibatnya negeri Belanda di dalam perang Eropa, ternyata memberi pengaruh
pula pada pemerintahan Belanda di Hindia Belanda. Sementara itu Jepang beserta
Italia, berada di pihak Jerman. Sehubungan dengan itu, pemerintah Belanda, untuk
menunjukkan kesetiakawanan dengan Inggris dan Perancis, mengumumkan
perang kepada Jepang. Dalam waktu singkat Jepang dapat menguasai dan
menduduki Indonesia setelah pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah
kepada Jepang di Kalijati.

Ketika tentara Belanda melarikan diri karena masuknya tentara Jepang ke


Indonesia, rakyat merasa bergembira. Teringat akan tekanan ekonomi pada masa
penjajahan Belanda, rakyat menjadi marah kepada Belanda. Demikian juga
kemarahan rakyat kepada beberapa pegawai pangreh praja serta golongan
masyarakat yang dianggap menyengsarakan kehidupan rakyat. Di beberapa
daerah, rakyat meluapkan amarahnya dengan cara membalas dendam, merampok

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  25
rumah dan toko, serta perbuatan lain yang melawan hukum.

Tidak lama kemudian tentara Jepang dapat mengembalikan keamanan di seluruh


daerah. Tindakan selanjutnya yang diambil oleh pemerintah pendudukan Jepang
adalah pemecatan beberapa pegawai pangreh praja, terutama mereka yang masih
memihak bangsa Belanda atau kepada mereka yang pada waktu sebelum pecah
peperangan Asia Timur Raya berjasa terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintahan tertinggi yang menjalankan kekuasaan di Indonesia pada masa


Jepang dilakukan oleh Perwira Tinggi Tentara Jepang dengan jabatan gunsireikan.
Departemen dan jawatan yang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda,
dipertahankan. Pemerintah juga membentuk departemen baru yaitu departemen
Kepolisian dan Departemen Propaganda (Penerangan).

Pejabat pangreh praja di bawah residen (bupati, wedana, camat, dan kepala desa),
tidak lagi menjalankan tugas kepolisian. Pemerintahan kotapraja (hamintee)
dilepaskan dari bupati, sehingga walikota menjalankan tugas pangreh praja yang
tunduk pada residen. Menurut Osamu Seirei nomor 27 tahun 2602 (1942), seluruh
wilayah Jawa dibagi atas karesidenan, kotapraja, kabupaten, distrik, kecamatan,
dan desa. Masing-masing tingkat wilayah dikepalai berturut-turut oleh residen,
walikota, bupati, camat, dan kepala desa. Di samping itu masih terdapat wilayah
yang disebut kooti (Kasultanan/Kasunanan) di Yogyakarta dan Surakarta.

Pada zaman pendudukan Jepang, pangreh praja dibebani berbagai pekerjaan


urusan jawatan. Pemerintah pendudukan Jepang mulai menerapkan pendidikan
kemiliteran (pertahanan dan keamanan) kepada seluruh lapisan masyarakat.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara berikut ini.
• Mengadakan penerimaan heiho (serdadu bantuan) yang kegiatan seleksi dan
penerimaannya dilakukan di tiap ibukota kabupaten.
• Meluluskan permintaan rakyat Indonesia untuk mengadakan organisasi PETA
(Pembela tanah Air).
• Membentuk organisasi seinendan (pasukan pemuda) dan keibodan (pasukan
bahaya udara).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  26
Dalam rnenyelenggarakan organisasi seinendan dan keibodan, sebagian besar
kegiatan kedua organisasi tersebut dilakukan oleh pangreh praja. Pada
penyelenggaraan heiho dan PETA, tugas pangreh praja terbatas hanya
melaksanakan pengerahan calon pesertanya. Untuk mernudahkan pengerahan
calon, pangreh praja rnengadakan tonari gumi (rukun tetangga). Sebagai ketua
rukun tetangga yang terdiri atas sekitar 20 rumah tangga, diangkat kumico.
Pangreh praja masih dibebani kewajiban untuk pengerahan romusha dan
pengumpulan padi yang dirasakan sangat memberatkan bagi masyarakat luas.

Untuk memudahkan dan melancarkan pengerahan romusha, pemerintah


pendudukan Jepang melakukan berbagai teknik propaganda. Antara lain
disebutkan tentang luhurnya arti istilah romusha dan dihubungkannya pengertian
romusha dengan pembelaan tanah air. Pada mula pertama, pengerahan romusha
didukung dengan partisipasi orang-orang terkemuka, pegawai dari berbagai
jawatan mulai dari yang berpangkat tinggi sampai yang berpangkat rendah.
Tujuan propaganda ini adalah untuk mengelabui rakyat dengan menunjukkan
bahwa masyarakat bersedia melakukan pekerjaan sebagai romusha, karena di
dalam pekerjaan tersebut mengandung makna pembelaan tanah air. Namun
akhirnya pengerahan romusha lambat laun berubah menjadi paksaan yang
mengakibatkan keluh-kesah, ratapan dan penderitaan yang amat sangat bagi
rakyat. Tindakan kekerasan diambil oleh aparat pemerintah pendudukan Jepang
bagi siapa saja yang menentang akan mendapat hukuman berat. Pegawai dan
rakyat Indonesia tidak ada yang berani menentang perintah Jepang.

Kegiatan pengumpulan padi untuk pemerintah pendudukan Jepang membawa


kesengsaraan bagi rakyat. Padi merupakan soal mati hidup bagi rakyat. Walaupun
pemerintah Jepang telah berusaha meningkatkan produksi bahan pangan melalui
usaha perluasan areal pertanaman seperti pembukaan hutan, perombakan
perkebunan teh, karet milik rakyat, maupun perusahaan swasta untuk ditanami
padi ladang, jagung dan bahan pangan lainnya, namun hasil produksinya kurang
memuaskan. Pemerintah pendudukan Jepang melalui pejabat pangreh praja
mewajibkan rakyat menanam pohon jeruk, kapas, dan mengumpulkan iles-iles.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  27
Di bidang pendidikan, pada awalnya, pemerintah pendudukan Jepang melakukan
propaganda untuk menghilangkan sifat individualistis dan membangun kembali
sifat gotong royong yang dimiliki bangsa ‘timur’. Demikian pula halnya tentang
peperangan Asia Timur Raya ini juga merupakan peperangan rakyat Indonesia
untuk mencapai kemerdekaannya. Lebih lanjut propaganda Jepang bertujuan
untuk meningkatkan antipasti rakyat Indonesia kepada Amerika, Inggris, dan
Belanda serta meningkatkan keakrabannya dengan bangsa Jepang sebagai saudara
tua.

Hal ini ditunjukkan oleh pemerintah Jepang dengan berbagai pendidikan dan
latihan untuk heiho, PETA, seinendan, dan keibodan yang diikuti oleh golongan
pangreh praja, para pegawai negeri pada umumnya, serta para ulama.

Pada tahun 1940 rencana mendirikan kemakmuran Bersama Asia Timur Raya
telah dipublikasikan. Jepang menjadi pusat suatu lingkungan Asia Timur.
Menurut rencana itu pengaruh Jepang meliputi daerah Mansuria, daratan Cina,
Kepulauan Filipina, Indonesia, Thailand, Malaya, Indochina, dan Siberia.

Secara kongkrit, yang menjadi landasan idiil pendidikan pada zaman pendudukan
Jepang adalah mengajak rakyat Indonesia bekerja sama dengan bangsa Jepang
dalam rangka mencapai Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Oleh karena itu
setiap pelajar setiap hari harus mengucapkan sumpah setia kepada Kaisar Jepang
dan bersedia mendukung pembentukan Indonesia dalam rangka Kemakmuran
Bersama Asia Timur Raya. Ternyata pada masa pendudukan Jepang, bangsa
Indonesia menjadi miskin dan menderita untuk kepentingan Jepang.

Dengan semboyan “Asia untuk bangsa Asia”, Jepang menguasai daerah sumber
bahan mentah merupakan sasaran yang sangat penting bagi Jepang. Bagi Jepang,
memenangkan perang merupakan tujuan utama.

Pada zaman pendudukan Jepang keadaan masyarakat, termasuk masyarakat


pertanian, bahkan lebih sulit berkembang. Pemerintah Dai Nippon selama
pendudukannya berhasil mengekspor bahan hasil bumi yang diproduksi oleh
perusahaan-perusahaan perkebunan peninggalan Belanda. Pada kasus tertentu,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  28
petani pada masa pendudukan Jepang bahkan bekerja di bawah ancaman bayonet.

Sistem Persekolahan

Angkatan bersenjata Jepang justru mempunyai sedikit perhatian pada pendidikan.


Namun demikian perhatian yang sedikit tersebut ternyata memberikan hasil yang
luar biasa bagi rakyat Indonesia di kemudian hari. Bahasa Indonesia menjadi
bahasa pengantar resmi baik di kantor maupun di sekolah. Belanda ditawan dan
diusir sedangkan penggunaan bahasa Belanda dilarang sama sekali. Bahasa
Jepang menjadi pengantar kedua. Selama masa pendudukan Jepang inilah bahasa
Indonesia berkembang, menjadi bahasa pergaulan, dan bahasa ilmiah.

Tujuan pendidikan lebih mendekati pada penyediaan tenaga kerja untuk (1)
membantu Dai Nippon memenangkan perang, (2) kepentingan pembangunan Asia
Timur Raya yang dilandasi dengan semangat bushido. Karena itu menjadi prajurit
untuk membantu perang bagi kepentingan Jepang adalah sikap terpuji. Setiap
prajurit dibekali dengan sebilah pedang panjang untuk kepentingan perang, dan
sebilah pedang pendek untuk membela kehormatan, dengan cara harakiri. Pelajar
diharuskan mengikuti latihan fisik dan latihan kemiliteran dengan indoktrinasi
yang ketat. Mulai terlihat tanda-tanda mereka berusaha men-Jepang-kan’ anak
Indonesia.

Sistem persekolahan pada zaman pendudukan Jepang banyak mengalami


perubahan. Sistem penggolongan baik menurut golongan bangsa maupun status
sosial dihapuskan. Istilah dengan bahasa Indonesia digunakan untuk penyebutan
jenjang dan jenis sekolah. Dikenal adanya Sekolah Rakyat, Sekolah Menengah,
dan Sekolah Menengah Tinggi. Semua jenis dan tingkat terbuka untuk semua
golongan penduduk.

Sekolah pertanian pada zaman pendudukan Jepang adalah Sekolah Pertanian


Menengah Tinggi (SPMT) sebagai pengganti Middelbare Landbouwschool
(MLS), yang masih dikelola oleh pemerintah pusat. Sekolah pertanian yang
dikelola oleh pemerintah karesidenan adalah Sekolah Kehutanan Menengah
Tinggi (SKMT) dan Sekolah Pertanian Menengah (SPM), sebagaimana ditetapkan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  29
dalam Osamu Seirei Nomor 31 dan Nomor 32 Tahun 1942 yang mengatur
pendirian sekolah lanjutan diserahkan kepada pemerintah daerah. Hanya beberapa
jenis sekolah saja yang masih diurus langsung oleh kantor pusat, yaitu sekolah
tinggi: Sekolah Guru Menengah Tinggi (SGMT), Sekolah Teknik Menengah
Tinggi (STMT), Sekolah Guru Kepandaian Putri (SGKP), dan Sekolah Pertanian
Menengah Tinggi (SPMT).

Perkembangan Pendidikan Pertanian

Dengan disederhanakannya sistem pendidikan dan persekolahan di zaman


pendudukan Jepang, kesempatan belajar menjadi terbuka lebih lebar bagi semua
tingkat golongan penduduk bumiputra di Indonesia. Jalur sekolah dan pendidikan
menurut penggolongan keturunan ataupun status sosial telah dihapus. Dengan
demikian semua tingkat status sosial dan jenis golongan keturunan mendapat
kesempatan yang sama.

Pada tanggal 8 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat
kepada pemerintah Pendudukan Jepang. Sementara itu sejak tanggal 6 Maret 1942
Middelbare Landbouwschool (MLS) di Bogor telah ditutup oleh pemerintah
Hindia Belanda karena alasan keamanan.

Namun setelah terhenti selama kurang lebih 5 bulan, sekolah pertanian kembali
dibuka pada tanggal 3 Agustus 1942 oleh pemerintah Jepang. Nama Middelbare
Landbouw School diubah namanya menjadi Sekolah Pertanian Menengah Tinggi
(SPMT), disebut dengan nama Nogyoo Senmon Gakko. Lembaga SPMT untuk
pertama kali dipimpin oleh putera Indonesia yaitu Sodo Adisewoyo (lulusan
Middelbare Landbouw School). Sekolah terdiri atas 2 Jurusan yaitu Jurusan
Pertanian dan Jurusan Kehutanan. Jurusan Kehutanan pada SPMT rnenerima
siswa dari bekas Middelbare Landbouw School di Madiun yang telah ditutup saat
Belanda menyerah kepada Jepang. Sebelum ditutup, siswa kelas II diikutkan
menempuh ujian penghabisan.

Kursus Polisi Kehutanan di Madiun juga telah dibubarkan Belanda.

Kelak terlihat bahwa efek pendidikan dengan disiplin semi-militer dan tekanan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  30
keras dari tentara pendudukan Jepang menghasilkan ketangguhan bangsa
Indonesia dalam perang melawan Jepang dan juga melawan Belanda yang
mencoba kembali untuk menjajah lndonesia. Banyak di antara pemuda yang
mendapat latihan militer pada zaman Jepang menjadi tokoh penting dalam Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia
(TNI).

Pada pertengahan tahun 1943 Jurusan Kehutanan SPMT Bogor memisahkan diri
ke ternpat bekas pacuan kuda di Tanah Sereal dan berdiri sendiri sebagai Sekolah
Kehutanan Menengah Tinggi (SKMT) atau Ringyoo Tyuoo Gakko dengan kepala
sekolah bernama Kawarin (lulusan Middelbare Landbouw School). Sekolah
pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktivitas bahan makanan dan
pakaian serta bahan pendukung perang, misalnya tanaman jarak. Penyelenggaraan
pendidikan diatur dalam suatu disiplin semi-militer dengan alasan bahwa orang
lndonesia harus kembali kepada falsafah gotong royong dan menghapus
individualisme yang ditanamkan oleh Belanda.

Cultuur School di Malang sempat ditutup oleh Belanda pada bulan Maret 1942,
tetapi segera dibuka kembali oleh Jepang, dengan Jurusan Tanaman Pangan,
namun dipelajari pula perkebunan.

Penyelenggaraan Sekolah Pertanian Menengah, seperti juga umumnya di sekolah


lain, kental dengan aturan kemiliteran, termasuk seragam sekolah.nya.

Pada tahun 1944 di Malang berdiri sebuah sekolah pertanian lagi yang setingkat
dengan Sekolah Pertanian Menengah Tinggi. Pengelolaan kedua sekolah pertanian
di Malang ini berada di bawah satu kordinasi dan satu kepala sekolah yang dijabat
oleh orang Jepang.

Selama masa pendudukan Jepang, diadakan kursus calon Mantri Tani, yang
berupa pendidikan pertanian selama 1 bulan bagi lulusan Sekolah Rakyat 6 tahun.

Nasib sekolah swasta, terutama sekolah swasta yang ditengarai sebagai sekolah
yang menanamkan semangat kebangsaan, lain lagi. Sekolah-sekolah di
lingkungan perguruan Taman Siswa ditutup, diintegrasikan ke sekolah-sekolah di

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  31
bawah kendali pemerintah pendudukan. Namun di balik nama Taman Tani,
sebagai penjelmaan Taman Dewasa, jiwa pendidikan ketamansiswaan dapat
dilanjutkan. Program pendidikan Taman Tani pada dasarnya adalah program
Taman Dewasa, hanya ditambah dengan pelajaran pengetahuan pertanian.
Berhasil dengan Taman Tani, Nyi Hajar Dewantara mendirikan Taman Rini,
khusus untuk para gadis, dengan maksud dan tujuan yang sama.

C. PENDIDIKAN PERTANIAN DI ERA PERANG KEMERDEKAAN

Latar Belakang Situasi

Pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang, dapat dicatat adanya upaya positif
dengan dikeluarkannya aturan yang berusaha memperbaiki sistem usaha pertanian
rakyat, antara lain: "peraturan pembagian air" (water reglement), "peraturan
bercocok tanam" (cultuur reglement), "Lumbung Desa" dan "Bank Desa". Upaya
ini akhirnya kurang berhasil, karena tidak melibatkan petani dalam perencanaan
dan pengelolaannya.

Selama berada dalam penjajahan Belanda maupun Jepang, pendidikan kaum


bumiputra sangat terabaikan. Hanya 6,4% penduduk yang memiliki kemampuan
baca-tulis, sebagian besar adalah penduduk kota. Di pedesaan, hanya sedikit orang
yang melek huruf, yaitu mereka yang bersekolah di Sekolah Desa 3 tahun.
Keadaan yang tidak menguntungkan pada zaman penjajahan itulah yang sejak
awal proklamasi kemerdekaan hendak diubah melalui penyediaan pendidikan
secara luas dan merata bagi bangsa Indonesia.

Sebagai akibat penjajahan Belanda dan Jepang, bangsa Indonesia mewarisi


kehidupan masyarakat pertanian di pedesaan yang sangat menyedihkan.
Masyarakat yang telah lemah akibat penjajahan Belanda diperburuk lagi pada
zaman pendudukan Jepang selama 3,5 tahun. Pada waktu menyatakan
kemerdekaannya, Indonesia merupakan wilayah yang kaya raya namun
penduduknya miskin dan ekonominya rapuh. Sementara itu, upaya untuk
membangun negara dan bangsa yang kuat dengan ekonomi yang memberikan
kesejahteraan kepada rakyatnya selalu diganggu oleh Belanda yang masih ingin

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  32
melanjutkan penjajahannya di Indonesia.

Pendidikan Pertanian pada Awal Kemerdekaan

Pada akhir tahun 1945, Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT) di Bogor
dan Malang diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dari pemerintah
Jepang. Pengelolaannya diserahkan kepada Kementerian Kemakmuran.
Sehubungan dengan situasi Bogor yang tidak aman, penyelenggaraan ujian akhir
SPMT Bogor tahun 1946 diadakan di Tegalgondo, Klaten. Lulusannya menerima
ijazah pertama kali yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Pada
saat itu pula nama SPMT diganti menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas
(SPMA).

Landasan idiil pendidikan Indonesia setelah kemerdekaan adalah Pancasila,


sejalan dengan Dasar dan Falsafah Negara Republik Indonesia. Tujuan pendidikan
pada saat itu, sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Nomor 104/Bhg.0 tanggal 1 Maret 1946, adalah
untuk menanam-kan jiwa patriotisme.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan (PP &


K) Nomor 484/A tanggal 28 September 1946 di Yogyakarta, pengurusan sekolah
pertanian diserahkan dari Kementerian PP & K kepada Kementerian
Kemakmuran. Pada saat itu, pengelolaan sekolah-sekolah pertanian dilaksanakan
oleh Kantor Urusan Sekolah pada Kementerian Kemakmuran yang berkedudukan
di Surakarta dengan R. Sodo Adisewoyo sebagai kepala kantor.

Hasil perundingan antara Menteri PP & K (Mr. Suwandi) dan Menteri


Kemakmuran (Dr. A.K. Gani), ditetapkanlah Surat Keputusan Nomor 3980/TO
tanggal 10 Mei 1947 yang menyebutkan bahwa pemusatan seluruh urusan sekolah
pertanian negeri berada pada Kementerian Kemakmuran. Sejak saat itu
administrasi kepegawaian para guru dan pegawai lainnya menjadi tanggung jawab
dan wewenang Kementerian Kemakmuran.

Penyerahan penyelenggaraan sekolah kepada pemerintah daerah, yang dahulu


dilakukan oleh pemerintah Hindia - Belanda dan pemerintah Jepang, juga

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  33
dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia.

Undang-Undang No. 32 tahun 1947 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan


Sekolah-sekolah Lanjutan Negeri yang ditetapkan di Yogyakarta pada bulan
September 1947 menentukan antara lain hal-hal sebagai berikut.
1. Pihak yang berhak mendirikan dan menyelenggarakan sekolah lanjutan negeri
adalah Kementerian PP & K.
2. Kabupaten dan Kotapraja berhak mendirikan Sekolah Pertukangan dan
Sekolah Kepandaian Putri sesuai dengan kebutuhan daerahnya dengan terlebih
dahulu dikonsultasikan dengan Kementerian PP & K.
3. Jika dipandang perlu, Kementerian PP & K dapat menyerahkan pendirian dan
penyelenggaran Sekolah Lanjutan Negeri kepada Kabupaten dan Kotapraja.
4. UU ini tidak berlaku bagi sekolah-sekolah atau kursus-kursus Jawatan yang
telah diurus langsung oleh jawatan atau kementerian lain di luar Kementerian
PP & K.

Pada bulan November 1947, dengan Surat Keputusan Menteri PP & K dibentuk
Badan Penasihat Pembentukan Undang-Undang yang akan menetapkan Dasar-
dasar bagi Pendidikan dan Pengajaran. Badan ini betugas memberikan
nasihat/masukan kepada Menteri PP & K dalam rangka penyusunan UU. Badan
ini dianjurkan untuk mendengarkan aspirasi berbagai pihak serta
mempertimbangkan hasil pertemuan Panitia Penyelidik Pengajaran RI dengan
Badan Kongres Pendidikan Indonesia.

Pada tahun 1947, SPMT bertambah menjadi 5 lembaga, berlokasi di Bogor,


Malang, Klaten, Bukittinggi, dan Makassar. Selama masa perjuangan
mempertahankan kemerdekaan, tahun 1945-1950, SPMT sering terpaksa
berpindah-pindah lokasi untuk mendapatkan tempat belajar yang aman. Dalam hal
demikian, pengungsian melibatkan guru, siswa, dengan membawa peralatan yang
penting. Bahkan ada kalanya sekolah tersebut ditutup untuk sementara waktu dan
dibuka kembali setelah situasi memungkinkan. Pada saat sekolah ditutup, siswa
dan guru ikut berjuang dan bergerilya dalam satuan laskar pelajar pejuang. Pada
tahun 1946, misalnya, SPMT Bogor mengungsi ke Malang dan Tegalgondo. Pada

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  34
tahun 1947, saat perang kemerdekaan, dikenal dengan Agresi I, SPMT Malang
mengungsi ke Solo dan ke SPMT Klaten, karena Malang diduduki oleh Belanda.
Pada akhir tahun 1948 karena Agresi II Belanda, SPMT Klaten juga ditutup.

Pada konperensi Direktur Sekolah Pertanian Menengah (SPM) dan Sekolah


Pertanian Menengah Atas (SPMA) yang diselenggarakan pada tanggal 14 – 15
Juli 1947, pemerintah telah memutuskan menutup Sekolah Pertanian Menengah
secara bertahap, yaitu dengan menghentikan penerimaan siswa baru atau
menggabungkan beberapa SPM, dalam rangka efisiensi dan rasionalisasi.

Langkah penutupan SPM dimulai dengan tidak menerima siswa baru pada tahun
ajaran 1947/1948, atau menggabungkan beberapa sekolah menjadi satu, seperti
yang dilakukan penggabungan Sekolah Pertanian Menengah di Tegal dengan
sekolah sejenis di Bojong, Purbalingga.

Dasar penutupan SPM adalah sebagai berikut.


1. Pemerintah belum sanggup mencukupi guru SPM lulusan SPMA. SPM
memerlu-kan guru lulusan SPMA, lulusan Sekolah Pendidikan Guru 4 tahun
(dahulu Kweek School), dan guru yang berakta pertanian;
2. Biaya penyelenggaraan SPM setara dengan 66% anggaran biaya pendidikan
SPMA. Anggaran tersebut dinilai sangat memberatkan anggaran belanja
negara;
3. Bertambahnya jumlah SPMA dari satu menjadi 5 buah, masing-masing di
Bogor, Malang, Klaten, Bukittinggi, dan Makassar, memerlukan anggaran
yang cukup besar;
4. Dengan adanya tiga jenjang tenaga pertanian, Sekolah Pertanian Rendah,
Sekolah Pertanian Menengah, dan Sekolah Pertanian Menengah Atas,
menimbulkan pembatasan yang kabur sehingga mudah menimbulkan
pertentangan antara para lulusan ketiga jenis pendidikan pertanian tersebut;

5. Selain SPMA, pemerintah lebih cenderung mempertahankan kelangsungan


pendidikan untuk Mantri Pertanian, pendidikan pertanian selama 1-2 tahun
sesudah Sekolah Rendah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  35
SPM sepenuhnya ditutup pada tahun 1950.

Pada tahun 1948 Kantor Urusan Sekolah pada Kementerian Kemakmuran diubah
menjadi Jawatan Pendidikan dan Publikasi. Kemudian jawatan ini dipindahkan ke
Yogyakarta. Pada 1948 di Bogor, yang saat itu dikuasai Belanda, didirikan
Middelbare Landbouw School (MLS) lagi oleh Belanda. Sementara itu di
Makassar, yang dikuasai juga oleh Belanda, didirikan Middelbare Land en
Bosbouw School (MLBS).

Pada akhir tahun 1948 tercabik-cabiknya wilayah Republik Indonesia


mengakibatkan kondisi sekolah pertanian ikut menanggung resikonya. Beberapa
SPM berada di daerah republik, dan sebagian lainnya berada di wilayah
pendudukan Belanda.

Pada tahun 1950 Kantor Urusan Sekolah pada Kementerian Kemakmuran


dipindah-kan lagi ke Jakarta dan diubah namanya menjadi Kantor Pendidikan
Pertanian.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1950, semua sekolah


pertanian, termasuk MLS Bogor dan MLBS Makassar, diganti namanya menjadi
Sekolah Pertanian Menengah Atas. Pada bulan Agustus 1950, dikeluarkan SK
Menteri Pertanian RI (yang saat itu berkedudukan di Yogyakarta) tentang
Pedoman Rencana Pendidikan SPMA yang mewajibkan semua SPMA untuk
melaksanakan kurikulum yang seragam.

Situasi Sekolah Pertanian di Bogor, Malang, dan Yogyakarta

Kondisi Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (eks nama zaman pendidikan


Jepang) Bogor, Malang, dan Yogyakarta, selama awal kemerdekaan, Perang
Kemerdekaan I dan II dapat digambarkan pada uraian berikut ini.

Pada bulan Oktober 1945, SPMT Bogor ditutup sementara karena berkobarnya
pertempuran akibat serangan Gurka dari tentara Sekutu dan Netherlands Indies
Civil Administration (NICA). Gedung SPMT di Jalan Cimanggu 99 Bogor
dijadikan markas pemuda pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan. Setelah
keadaan dalam kota tidak dapat dipertahankan, siswa SPMT Bogor keluar kota

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  36
untuk membentuk kesatuan tentara pejuang dan melaksanakan perang gerilya.

Setelah upaya meneruskan penyelenggaraan pendidikan tidak mungkin dilakukan


lagi di Bogor, pada bulan Februari 1946 SPMT meninggalkan kota Bogor menuju
ke tempat yang lebih aman. Siswa Kelas I dan Kelas II sejumlah sekitar 120 orang
bersama dengan 2 orang guru, yaitu R.M. Sarwono dan R. Oesman, dipindahkan
dan bergabung dengan siswa SPMT Malang.

Siswa Kelas III SPMT Bogor mengungsi ke Tegalgondo, Surakarta, dipimpin oleh
kepala sekolah, R. Sodo Adisewoyo bersama 2 orang guru yaitu Soekadis
Sosroprawiro dan R. Soepomo. Pengungsian SPMT Bogor ke Tegalgondo
berjalan lancar karena bantuan Kepala Jawatan Pertanian Rakyat Karesidenan
Surakarta, Ir. Gunung Iskandar. Beberapa sarana pendidikan yang penting seperti
peralatan laboratorium dan buku pelajaran dibawa mengungsi.

Penunjukan Tegalgondo sebagai tempat pengungsian SPMT Bogor, antara lain


karena pada zaman penajajahan Belanda, di Tegalgondo terdapat Landbouw
Bedrijf School (Sekolah Usaha Tani, 1924). Sekolah ini merupakan penjelmaan
dari Sekolah Pertanian Rendah yang didirikan oleh Kasunanan Surakarta pada
tahun 1915.

Pada bulan Juni 1946 siswa Kelas III SPMT Bogor di Tegalgondo menempuh
ujian penghabisan. Sebanyak 35 orang siswa dinyatakan lulus dan memperoleh
ijazah yang (pertama kali) dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia,
dengan mencantumkan nama SPMT Bogor.

Setelah SPMT ’Tegalgondo’ meluluskan siswa Kelas III, sekolah ini dipindahkan
ke desa Tegalduwur, Wedi-Klaten pada tanggal 9 Desember 1946 karena alasan
teknis pendidikan. SPMT Klaten mulai menerima siswa baru Kelas I dan
sekaligus mengganti nama menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA).

Sementara itu di Bogor, setelah keamanan pulih kembali, dibuka SPMT Bogor
dengan kepala sekolah R. Soekotjo Pringgoputro yang memimpin pada tahun
1946-1947 dan Ir. Everts sampai 21 Juli 1947. Dengan adanya Perang
Kemerdekaan I untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, proses belajar-

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  37
mengajar di SPMT Bogor mengalami hambatan dan kemudian atas pertimbangan
keamanan kemudian pendidikan dihentikan.

Pada tanggal 1 Agustus 1948, pemerintah federal membuka kembali ‘SPMT


Bogor’ dengan nama Belanda Middelbare Landbouw School (MLS) Bogor. Pada
saat itu, lokasi sekolah terletak di wilayah kekuasaan Belanda berdasarkan
persetujuan Renville tanggal 17 Januari 1948. Sekolah ini menempati bangunan
bekas kantor Perikanan Darat di Cibalagung, Ciomas – Bogor yang tentu saja
tidak mencukupi untuk keperluan pendidikan. Gedung tempat sekolah ini
diselenggarakan, pada masa sebelumnya adalah Laboratorium van de
Binnenvissery (Laboratorium Perikanan Darat) yang telah tua dan rusak. Belanda
menjanjikan mendirikan gedung baru di lokasi tersebut. Sementara itu gedung
SPMT Bogor yang terletak di Jalan Cimanggu 99 Bogor yang telah ditinggalkan
karena perang, diberikan Belanda kepada Algemene Proefstation Voor den
Landbouw (Lembaga Penyelidikan Pertanian).

Ketika pada bulan Februari 1946 siswa SPMT Bogor Kelas I dan Kelas II
mengungsi dan bergabung belajar di SPMT Malang, mereka diterima dengan
senang hati oleh Kepala SPMT Malang, Ir. Harjono Danoesastro. Kepala SPMT
Malang memberikan bantuan dalam bidang pendidikan dan pemondokan.

Pada pertengahan tahun 1947, siswa SPMT Bogor sebagian sudah lulus
menempuh ujian penghabisan. Sebagian lain masih pada Kelas II. Menjelang
akhir Juli 1947, tentara Belanda menyerang kota Malang. Gedung SPMT terpaksa
dibumihanguskan. Siswa-siswanya ikut bertempur. Kota Malang menjadi tidak
aman untuk belajar. Pimpinan SPMT Malang menugaskan 2 orang guru yaitu
Soedarso Harsodoatmodjo Hamengku Kusumo dan R.M. Sarwono untuk
mengumpulkan siswa Kelas III, siswa SPMT Malang maupun SPMT Bogor,
untuk mengungsi dan melanjutkan pelajaran di Solo. Karena Ir. Harjono
Danoesastro mendapat tugas lain, maka ditunjuk Soedarso untuk menjadi Kepala
SPMT Malang di pengungsian. Pada akhir tahun 1948 sekitar 100 orang siswa
menempuh ujian penghabisan dan sebagaian besar dinyatakan lulus.

Ketika siswa SPMT Malang Kelas III mengungsi ke Solo, siswa Kelas II SPMT

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  38
Malang mengungsi dan meneruskan pelajarannya di SPMT Wedi-Klaten,
bergabung dengan siswa SPMT ‘Tegalgondo’ yang sudah pindah ke Wedi-Klaten
sebelumnya. Kepala SPMT Wedi adalah Soekadis Sosroprawiro sebagai
pengganti R. Sodo Adisewoyo yang telah diangkat menjadi Kepala Jawatan
Pendidikan dan Publikasi pada Kementerian Kemakmuran. Tenaga guru dari
SPMT Malang yang mengajar di SPMT Klaten adalah R.M. Sarwono.
Keberadaan sekolah pertanian di Wedi-Klaten berlangsung dari bulan 9 Desember
1946 sampai dengan 8 Desember 1948.

Perang Kemerdekaan II yang ditandai dengan penyerbuan tentara Belanda ke kota


Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1948 mengakibatkan peralatan pendidikan
seperti mikroskop, alat ukur tanah, dan peralatan penting lainnya terpaksa ditanam
di bawah tanah, dan bangunan SPMA Wedi Klaten dibumihanguskan. Sekolah
ditutup sementara, siswanya ikut aktif berjuang melawan Belanda.

Setelah penarikan tentara Belanda dari Yogyakarta dan sekitarnya pada tanggal 19
Juli 1949, R. Sodo Adisewoyo mendapat tugas membuka kembali SPMA Wedi
Klaten. Kota Yogyakarta dipilih sebagai lokasi baru bagi para siswa SPMA Wedi,
Klaten yang telah kembali dari perjuangan, untuk kembali ke bangku sekolah lagi.
Pada bulan Agustus 1949, SPMA Yogyakarta menempati bekas Sekolah Rakyat
di Gayam yang dalam keadaan rusak parah. Gedung kosong dengan 3 ruang
belajar, menjadi modal pertama. Kepala SPMA Yogyakarta adalah Soekadis
Sosroprawiro dibantu dengan 2 guru yaitu R. Soepomo dan R.M. Sarwono.

Pada waktu itu dibuka kembali pula Sekolah Kehutanan Menengah Atas
Yogyakarta yang tidak mempunyai guru, gedung dan ruang belajar, tetapi
memiliki banyak kursi dan meja belajar. Akhirnya terjadi kesepakatan untuk
menggabungkan kedua lembaga ini menjadi Sekolah Pertanian Kehutanan
Menengah Atas (SPKMA). Setelah SPKMA berjalan satu tahun, pada tahun 1950
SKMA memisahkan diri dan kemudian pindah ke Bogor.

Pada akhir tahun 1950, SPMA Yogyakarta dipindahkan ke bekas gedung


Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia di Balapan Yogyakarta, sementara
bekas Sekolah Rendah Gayam dipakai untuk asrama siswa.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  39
Pada tahun 1950 di Jawa dibuka kembali SPMA Malang, SPMA Bogor, dan
melanjutkan SPMA Yogyakarta. Di kota Malang, pada saat pembukaan kembali
SPMA Malang terdapat 2 jenis SPMA Negeri, sebagai berikut.
1. SPMA Negeri Malang, yang berdiri tahun 1944, berlokasi di Jalan Tanjung.
Sekolah ini merupakan sekolah regular yang menerima siswa lulusan SMP
Bagian B atau yang sederajat;
2. SPMA Negeri Peralihan Malang, berlokasi di gedung SMA Alun-alun Bunder
Malang. Sekolah ini menampung anggota Tentara Republik Indonesia Pelajar
(TRIP) dan Tentara Pelajar (TP) yang ingin belajar di sekolah pertanian.
Anggota TRIP atau TP yang bersekolah di sini adalah lulusan Sekolah
Pertanian Menengah (SPM). Pada tahun 1953 sekolah negeri peralihan ini
ditutup.

Situasi dan Kondisi SPMT Bukittinggi

Pada pertengahan tahun 1946, Jawatan Pertanian Rakyat Karesidenan Sumatera


Barat berniat akan mendirikan Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT).
Tujuan pendirian sekolah pertanian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menghasilkan calon pegawai teknisi pertanian guna mengisi kebutuhan tenaga
teknisi di lingkungan Dinas Pertanian di Provinsi Sumatera;
2. Menampung tamatan SMP yang akan belajar tentang kejuruan pertanian.

Langkah persiapan berdirinya SPMT, antara lain pada Juni 1947 dibuat rancangan
pendirian sekolah oleh Moh. Said, Moh. Yusuf, dan Idham dari Jawatan Pertanian
Rakyat Karesidenan Sumatera Barat yang berkedudukan di Bukittinggi. Persiapan
lain adalah perbaikan bekas gudang milik Jepang yang berukuran 20 m x 35 m
untuk dijadikan sekolah dan asrama. Gedung sekolah berada dalam kebun
percobaan di Gurun Panjang milik Jawatan Pertanian Rakyat Karesidenan
Sumatera Barat. Kebun percobaan terdiri atas areal sawah seluas 3,5 hektar dan
tanah kering seluas 2,5 hektar yang semuanya direncanakan sebagai lahan praktik
siswa.

Rancangan pendirian sekolah pertanian ini mendapat sambutan dari Residen

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  40
Sumatera Barat (Mr. St. M. Rasyid), Bupati Bukittinggi (Eni Karim), dan anggota
eksekutif Komite Nasional Indonesia Sumatera Barat (Mardjuki Jatim).

Situasi dan kondisi yang mendorong niat mendirikan SPMT di luar Jawa,
khususnya di Sumatera, antara lain makin dirasakan kekurangan tenaga ahli
pertanian untuk mengisi tenaga di lingkungan Dinas/Jawatan Pertanian Rakyat
atau di Perusahaan Perkebunan Besar. Lulusan SPMT dan Middelbare Landbouw
School Bogor sudah tidak dapat diharapkan lagi karena sudah ditutup. Demikian
juga halnya Cultuurschool di Sukabumi dan Malang sudah tidak menghasilkan
lulusan lagi. SPMT di Klaten dan Malang juga berjalan tersendat-sendat karena
perang.

Lokasi SPMT di Bukittinggi didasarkan pertimbangan:


1. Bukittinggi terletak di tengah Sumatera, dan memiliki fasilitas gedung,
asrama, dan lahan praktik;
2. Di Bukittinggi terdapat banyak tenaga ahli pertanian sehinghga lebih mudah
bila diminta untuk mengajar;
3. Lingkungan kota Bukittinggi dipandang cukup aman baik bagi pelajar maupun
kelancaran pelaksanaan pendidikan;
4. Pemerintah Karesidenan Sumatera Barat tetap bersedia membantu dan
menanggung biaya pendidikan dan asrama serta perlengkapan sekolah pada
tahap awal.

Pemerintah Karesidenan Sumatera Barat menyambut baik pendirian SPMT di


Bukittinggi, karena mereka menilai bahwa selain sekolah umum tingkat lanjutan
atas, perlu adanya sekolah kejuruan tingkat lanjutan atas. Keberadaan sekolah
kejuruan pertanian ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.

Pada bulan Juli 1947 dimulai pengumuman penerimaan siswa baru. Jumlah calon
siswa yang mendaftar 101 pelamar yang semuanya dari Karesidenan Sumatera
Barat. Situasi pada saat itu tidak memungkinkan adanya pendaftar dari luar
karesidenan, karena adanya serangan Belanda dan mulainya Perang
Kemerdekaan. Setelah seleksi pertama, 28 siswa dinyatakan harus mengikuti
seleksi berikutnya. Pada tanggal 5-6 September 1947 diadakan ujian masuk

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  41
meliputi Ilmu Ukur, Aljabar, Ilmu Alam, dan biologi serta wawancara perorangan
mengenai akhlak dan minat. Sebanyak 24 siswa dinyatakan diterima sebagai
murid baru.

Pada bulan September 1947 pelajaran segera dimulai. Tenaga guru dan
karyawannya semua berasal dari Jawatan Pertanian Rakyat Karesidenan Sumatera
Barat. Kepala SPMT Bukittinggi adalah M. Said yang merangkap sebagai Kepala
Jawatan Pertanian dan Perikanan Karesidenan Sumatera Barat di Bukittinggi.

Pendirian SPMT Bukittinggi dituangkan dalam Ketetapan Gubernur Sumatera


Nomor 62/PP tanggal 1 Oktober 1947.

Kurikulum SPMT disusun dengan mengacu pada kurikulum Middelbare


Landbouw School di Bogor dengan penyesuaian menurut keadaan dan lingkungan
saat itu.

Mata-mata pelajaran nonpertanian, diajarkan oleh guru SMA yang ada di


Bukittinggi. Namun guru mata pelajaran nonpertanian kurang mampu
menyesuaikan materi pelajarannya dengan kebutuhan SPMT. Meskipun dengan
sarana yang terbatas dan sederhana, siswa juga mendapat pelajaran praktikum
kimia, dan praktik lapangan. Praktik pertanian diadakan di kebun percobaan di
Gurun Panjang, meliputi tanaman padi, perikanan, dan berbagai jenis sayuran.
Pembinaan kesehatan jasmani dan rohani selalu ditegakkan. Siswa tinggal di
asrama. Menu konsumsi siswa setiap hari adalah 400 gram beras, 100 gram
daging atau telur, dan sayuran. Sebagian besar sayuran dihasilkan dari praktik
siswa di kebun.

Pada bulan Juli 1948 Jawatan Pertanian Rakyat Sumatera Barat menambah
gedung baru berupa 3 ruang masing-masing berukuran 7 m x 7 m. Dua lokal
untuk kelas dan 1 lokal untuk kantor. Untuk kegiatan praktik laboratorium
disediakan 2 ruang baru, masing-masing berukuran 7 m x 12 m.

Tahun ajaran 1948/1949 dimulai tanggal 16 Agustus 1948 bagi siswa Kelas II.
Sementara siswa Kelas I, sebanyak 31 orang, baru masuk sekolah pada tanggal 2
September 1948, karena transportasi dan komunikasi yang sangat sulit di wilayah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  42
Sumatera. Siswa Kelas I berasal dari 8 karesidenan yang ada di Sumatera.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 menetapkan wilayah Sumatera dibagi


menjadi 3 provinsi: Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan.
Sejalan dengan hal tersebut Jawatan Pertanian Karesidenan Sumatera Barat
ditingkatkan menjadi Jawatan Pertanian Rakyat Provinsi Sumatera Tengah yang
berkedudukan di Bukittinggi.

Dalam serangan Belanda kedua, kota Bukittinggi jatuh ke tangan Belanda pada
tanggal 23 Desember 1948. Beberapa siswa SPMT pindah ke SPMT/Middelbare
Landbouw School di Bogor atau pindah ke sekolah lain. Sebagian siswa lain
bekerja membantu Jawatan Pertanian Rakyat pada Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI) atau masuk menjadi Laskar Tentara Pelajar ikut berjuang
melawan Belanda.

Setelah pengakuan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, Pemerintah Provinsi


Sumatera Tengah mengadakan langkah persiapan membuka kembali SPMT.
Sekolah ini memiliki 17 siswa Kelas I dan 10 siswa Kelas II.

Surat Ketetapan Menteri Pertanian Republik Indonesia di Yogyakarta Nomor


4/Um/50 tanggal 2 April 1950 menyebutkan bahwa SPMA (nama baru untuk
SPMT) Bukittinggi berada di bawah pembinaan Kementerian Pertanian Republik
Indonesia. Selanjutnya Menteri Pertanian Republik Indonesia di Yogyakarta
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 2325/50 tanggal 8 Mei 1950 yang
menunjuk Idris St. Bagindo Alam sebagai Direktur SPMA Negeri Bukittinggi.

Situasi dan Kondisi SPMT Makassar

Pada awal berdirinya, SPMT Makassar bernama Middelbare Land en Bosbouw


School (MLBS). MLBS Makassar berdiri berdasarkan keputusan Minister van
Economische Zaken (Menteri Perkonomian) Nomor 10/F.2/49 tanggal 19 Februari
1948, dan berlaku surut mulai tanggal 15 November 1947 dengan Ir. A.H.J.
Kroon sebagai direktur. MLBS Makassar membuka Jurusan Pertanian dan Jurusan
Kehutanan. Pembagian Jurusan baru dilakukan di kelas II.

MLBS Makassar dimaksudkan oleh Pemerintah Negara Indonesia Timur (NIT)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  43
untuk memberikan kesempatan remaja memperoleh pendidikan menengah dalam
bidang pertanian dan kehutanan, menyiapkan remaja agar dapat mengabdi pada
Negara setelah mendapatkan budi pekerti dan kecerdasan.

Pada dasarnya MLBS Makassar adalah duplikat Middelbare Landbouw School di


Bogor yang didirikan kembali tahun 1948 oleh Minister van Economische Zaken
(Menteri Perkonomian) dari pemerintahan federal.

MLBS Makassar dengan lama pendidikan 3 tahun, menerima siswa dari lulusan
MULO Bagian B atau yang sederajat, dan menggunakan bahasa Belanda sebagai
pengantar.

Bangunan MLBS Makassar didirikan pada tahun 1947 di atas proeftuin (kebun
percobaan) di jalan Dadi Makassar, yang dalam perkembangan selanjutnya diubah
namanya menjadi jalan Banteng, dan kemudian menjadi jalan Lanto Daeng
Pasewang. Semula bangunannya masih sangat darurat, terletak di sebelah barat
jalan Amirullah sampai batas asrama polisi. Bangunan darurat tersebut terdiri atas
3 buah ruang kelas, 1 buah ruang kantor, 1 buah ruang direktur, 2 buah ruang
asrama, 1 buah ruang makan merangkap ruang rekreasi, 1 buah garasi dan 3 buah
rumah para pengajar. Konstruksi bangunan sangat sederhana: atap rumbia,
dinding anyaman bambu, lantai bata. Pada tahun 1948 dibangun lagi 2 buah ruang
asrama sehingga asrama menjadi 4 buah ruangan. Semua bangunan bersifat
darurat dan direncanakan hanya digunakan selama satu tahun saja. Namun pada
kenyataannya semua bangunan dipergunakan selama lebih dari 2 tahun.

MLBS Makassar menerima siswa baru sejak 16 November 1947, sebanyak 26


orang Jurusan Pertanian dan 23 orang Jurusan Kehutanan. Pada tahun ajaran
1948/1949 diterima siswa 23 orang Jurusan Pertanian dan 22 orang Jurusan
Kehutanan. Pada tahun ajaran 1949/1950 diterima siswa 23 orang Jurusan
Pertanian, 3 orang Jurusan Kehutanan, dan 6 orang Jurusan Peternakan.

Pada tahun 1949 dibangun gedung permanen MLBS lengkap dengan perumahan
guru di sebelah timur jalan Amirullah di atas tanah Kebun Raya. Semua gedung
yang baru dibangun, menelan biaya sebesar 630.400 gulden. Gedung baru

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  44
diresmikan oleh Soekowati, Presiden Negara Indonesia Timur pada tanggal 14
Januari 1950. Pada saat diresmikan, kondisi gedung masih 90% selesai. Karena
kekurangan biaya, beberapa bangunan belum dibuat, antara lain rumah Kepala
Tata Usaha, rumah Pemimpin Kebun, 1 buah ruang Asrama untuk menampung 28
siswa, dan 1 buah ruang kesehatan. Setelah gedung baru MLBS dibangun,
bangunan darurat dimanfaatkan oleh Cultuurschool.

Kebun percobaan yang semula menjadi tempat didirikannya MLBS, dipindahkan


ke Bonto-bonto di Gowa.

Pada tanggal 4 Agustus 1950 terjadi pertempuran hebat selama 5 hari di


Makassar. Di lokasi bangunan lama dan bangunan baru MLBS menjadi medan
pertempuran. Kesatuan polisi mengambil posisi dan bertahan di gedung baru
MLBS. Akibatnya bangunan baru mendapat gempuran Belanda. Namun bangunan
baru tidak mendapat kerusakan yang berarti, sementara beberapa bangunan lama
terbakar. Beberapa bangunan bangsal dapat diselamatkan, namun beberapa
bangunan lama yang tidak terbakar harus dirobohkan untuk mencegah api
menjalar ke bangunan lain.

Sejak terjadinya perang tersebut, banyak warga Belanda di Makassar yang


menjadi semakin resah, termasuk Ir. A.H.J. Kroon, Direktur MLBS Makassar. Ir.
A.H.J. Kroon mengambil keputusan yang tidak bijaksana, yaitu:
1. memindahkan siswa Jurusan Kehutanan ke Sekolah Kehutanan Menengah
Atas (SKMA) di Bogor;
2. memindahkan siswa yang berminat di bidang peternakan ke Sekolah
Kehewanan Menengah Atas (SKhMA) di Malang;
3. memindahkan siswa Kelas III Jurusan Pertanian ke Kursus Staff Employee di
Bogor.

MLBS Makassar keadaannya menjadi sangat terbengkalai. Pada tanggal 1


November 1950, J.J. Tomasoa menjadi Pejabat Direktur MLBS dan sekaligus
mengubah nama MLBS menjadi Sekolah Pertanian Menengah Tinggi (SPMT),
menggantikan Ir. A.H.J. Kroon, yang meninggalkan MLBS tanpa melakukan
serah terima.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  45
Proses pendidikan pada SPMT Makassar dapat berlangsung berkat bantuan S.
Bone, Kepala Jawatan Pertanian Indonesia Timur. Pada tanggal 3 November
1950, J.J. Tomasoa mengirimkan surat kepada Kepala Jawatan Pertanian
Indonesia Timur yang antara lain memuat saran agar siswa MLBS Makassar yang
belajar di Bogor tidak diberi tuigas belajar di Kursus Staff Employee. Menurut J.J.
Tomasoa, siswa Jurusan Pertanian yang mengikuti Kursus Staff Employee tersebut
setelah selesai tugas belajar tidak semua bekerja di perkebunan besar. Banyak
siswa yang ingin bekerja pada jawatan pemerintah sebagai penyuluh atau
melanjutkan pendidikan.

Analisis J.J. Tomasoa benar, sejumlah 14 orang siswa lulusan Kursus Staf
Employee ketika akan bekerja atau melanjutkan pendidikan, diwajibkan memiliki
ijazah SPMT. Dari 14 lulusan tersebut, 2 orang yaitu Sampe Tonapa dan Daniel
Palungan terpaksa harus belajar lagi di SPMT Bogor. Mereka lulus pada tahuan
ajaran 1951/1952.

Pada tahun pelajaran 1951/1952 SPMT Makassar hanya memiliki siswa kelas I.
Sejak tahun pelajaran 1952/1953 SPMT Makassar diubah namanya menjadi
Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA).

Situasi dan Kondisi SKMT Bogor, Yogyakarta, dan Madiun

Pada awal tahun 1946, dengan adanya pendaratan tentara Sekutu dan tentara
Belanda, lembaga pendldikan Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi (SKMT)
terpaksa diungsikan keluar Bogor di bawah pimpinan Rich Soenardi ke Kaliurang,
Yogyakarta. Karena wabah penyakit menular menyerang daerah Kaliurang,
pendidikan SKMT yang baru berlangsung beberapa bulan itu terpaksa
dipindahkan ke kota Yogyakarta. Mengingat keadaan fasilitas belajar dan asrama
di kota Yogyakarta sangat terbatas, akhimya SKMT dipindahkan lagi ke Madiun.
Dengan susah payah, pada tahun 1947 SKMT dapat menghasilkan lulusannya
yang pertama kali.

Sementara itu, di daerah-daerah Indonesia lainnya, berdiri Middelbare Bosbouw


School (MBS) di Makassar (1947) dan di Bogor (1948). Makassar dan Bogor saat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  46
itu berada dalam kekuasaan Belanda, menyusul Sekolah Kehutanan Menengah
Tinggi (SKMT) yang berada di Madiun. Di wilayah-wilayah pendudukan tentara
Belanda, tentara Belanda memberlakukan peraturan bahwa lulusan SKMT atau
Ringyoo Tyouu Gakko (RTG) yang ingin bekerja di wilayah pendudukan Belanda
diharuskan mengikuti kursus lebih dahulu di MBS Bogor selama tiga bulan.

Pada masa negara berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), wilayah Indonesia
terbagi atas 7 buah negara bagian dan 9 buah negara yang masing-masing berdiri
sendiri: R.I. (Yogyakarta), Negara Indonesia Timur (NIT), Negara Pasundan,
Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara
Sumatera Selatan. Sedangkan kesembilan Negara yang masing-masing berdiri
sendiri, adalah: Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Riau, Daerah Istimewa Aceh,
Dayak Besar, Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Timur.

Setelah kembali berbentuk Negara Kesatuan R.I, pada tahun 1951, MBS Bogor
(berdiri tahun 1948) dan SKMT Yogyakarta (berdiri tahun 1946) disatukan
menjadi Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) berkedudukan di Bogor.
Mula-mula SKMA terssbut menempati sebagian fasilltas gedung Balai
Penyelidikan Kehutanan di Jalan Gunung Batu. Pada tahun 1953, SKMA Bogor
telah menempati gedung sendiri di Kebon Sereh Bogor yang dilengkapi asrama
dengan kapasitas 200 orang.

Situasi dan Kondisi SKhMA Magelang-Malang

Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia, dalam hal ini Pusat Jawatan


Kehewanan, berniat mendirikan sekolah kehewanan. Untuk itu dibentuklah
Panitia Pendiri SKhMA yang terdiri atas Drh. Nastap, Drh. Soemirat, dan Drh.
Koesno. Pada bulan Juli 1947 berdirilah Sekolah Kehewanan Menengah Atas
(SKhMA) di Magelang dengan Drs. Nastap sebagai direktur. Jumlah siswa
sebanyak 13 orang, semuanya pria.

Pada awal berdirinya, SKhMA ini menempati gedung kosong bekas Sekolah
Rakyat di jalan Meteseh bersebelahan dengan Kantor Keresidenan Kedu dekat
dengan Kamar Pangeran Diponogoro sewaktu ditangkap pemerintah Belanda.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  47
Pada saat itu, para siswanya diwajibkan oleh Pusat Jawatan Kehewanan untuk
menandatangani ikatan dinas. Para siswa mendapat beasiswa dan semuanya
masuk asrama pelajar di jalan Bayeman - Magelang.

Keamanan di Magelang memburuk akibat agresi Belanda. SKhMA yang baru


berusia beberapa bulan terpaksa harus dipindahkan. Pimpinan SKhMA
menentukan Yogyakarta sebagai lokasi SKhMA yang baru dengan pertimbangan:
(1) Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan kondisinya lebih aman dari Magelang
(2) bantuan tenaga pengajar lebih mudah didapatkan di Yogyakarta (3) Magelang
kurang memberikan prospek pengembangan sekolah.

SKhMA di Yogyakarta menempati salah satu kantor dinas pemerintahan yang


berada di seberang Istana Pakualaman sebelah kanan. Ruangan sekolah terdiri atas
3 kamar diperuntukkan siswa dan sisanya untuk guru dan karyawan sekolah.

Karena agresi Belanda ke-2 SKhMA di Yogyakarta pada akhir Desember 1948
terpaksa dipindahkan ke Malang. Karena belum memiliki gedung tersendiri,
proses pendidikan berlangsung di beberapa tempat. Sebagian kegiatan pendidikan
dilakukan di Talun Kulon sebelah kiri Hotel Pelangi, menumpang di rumah
sebuah keluarga. Sebagian kegiatan dilakukan menumpang di sebuah Sekolah
Rakyat di Gadang, di pinggiran kota Malang. Bangunan pusat SKhMA berada di
Lowokwaru, di sebelah kanan Penjara Lowokwaru. Kantor SKhMA berada di
Jalan Wilis. Asrama siswa di rumah jalan Pandan, milik Ibu Soemali. Kebun
praktik di Lowokwaru dan Betek. Lowokwaru berada di ujung kota sebelah utara,
sementara Betak berada di ujung kota sebelah barat.

Penentuan lokasi SKhMA di kota Malang dilakukan dengan pertimbangan teknis


edukatif serta menyesuaikan dengan masterplan SKhMA yang dibuat oleh
Jawatan Kehewanan berdasarkan pertimbangan berikut ini.
1. Di Jawa Timur banyak bermunculan usaha tani maju di bidang peternakan
dengan berbagai jenis: unggas, ternak kecil, ternak besar, dan sapi perah.
2. Potensi peternakan di Malang terus berkembang, dan banyaknya industri
peternakan dapat digunakan untuk praktik siswa.
3. Biaya operasional pendidikan dan biaya hidup siswa di Malang lebih rendah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  48
dibandngan dengan di Yogyakarta.

Lulusan SKhMA yang pertama kali sejumlah 19 orang, lulus pada tahun 1951.
Bangunan baru sesuai masterplan selesai pada tahun 1956 di jalan Cianjur,
Malang. Pada saat itu, SKhMA telah meluluskan kurang lebih 200 orang alumni.

Landasan Pembinaan Pendidikan Pertanian

Pembinaan dan pengembangan pendidikan pertanian berjalan seiring dengan iklim


zamannya, khususnya dalam konteks arah dan kebijakan pertanian pada suatu
masa. Misalnya, seperti telah dikemukakan terdahulu, pada tahun 1950 setelah
terbentuknya Negara Kesatuan RI, lahirlah Kementerian Pertanian yang kemudian
menyusun Rencana Kesejahteraan yang dikenal dengan Rencana Kesejahteraan
Istimewa (RKI). RKI merupakan rencana pembangunan 10 tahun dengan titik
berat pada stabilitas keamanan. RKI meliputi dua tahap, yakni tahap I (1950-
1954) dan tahap II (1955-1960). RKl tahap I untuk sektor pertanian diarahkan
pada upaya memperbesar hasil pertanian, baik sumber kalori maupun sumber
protein, serta meningkatkan produktivitas lahan kering dalam kerangka
pembangunan di berbagai subsektor: pertanian rakyat, perikanan, kehewanan, dan
perkebunan rakyat.

Kementerian Pertanian mewajibkan siswa kelas III Sekolah Pertanian Menengah


Atas membantu Jawatan Pertanian di daerah untuk meningkatkan produktivitas
melalui kerja praktik selama satu bulan. Selain itu, Pemerintah pusat menghimbau
pemerintah daerah memberikan beasiswa kepada mereka yang ingin masuk ke
pendidikan pertanian. Untuk memenuhi keperluan tenaga ahli di bidang pertanian,
Pemerintah merencanakan sejumlah dana untuk mengirim lulusan SPMA belajar
ke luar negeri. RKI Tahap II kemudian dilanjutkan dengan "Rencana Djuanda",
yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang 20 Tahun yang terbagi dalam 4
tahapan, masing-masing lima tahunan, karena itu disebut Rencana Pembangunan
Lima Tahunan. "Rencana Djuanda" disusun oleh Biro Perancang Negara di bawah
pimpinan Ir. Djuanda. Tahap I (1956-1960) ditetapkan berdasarkan UU No. 85
tahun 1958, sedangkan Tahap II-IV tidak dilaksanakan karena diganti dengan
Rencana Pembangunan Semesta Nasional yang disusun oleh Dewan Perancang

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  49
Nasional di bawah pimpinan Mr. Mohammad Yamin.
Tujuan Nasional menurut UU No. 85 tahun 1958 adalah untuk:
1. mempertinggi tingkat kehidupan rakyat dengan memperbesar produksi dan
pendapatan;
2. mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional; dan
3. membuka kesempatan kerja/usaha di seluruh lapangan ekonomi dan sosial
sesuai dengan asas kekeluargaan.

Secara keseluruhan, Repelita ini meliputi tiga sektor, yaitu sektor pemerintah,
sektor swasta, dan sektor masyarakat desa. Dalam hal pembangunan pertanian,
ruang lingkup pembangunan mencakup pengertian yang luas. Sasaran pertama
adalah dari segi komoditas yang meliputi pertanian rakyat, perkebunan besar,
kehewanan/ peternakan, dan perikanan. Sasaran kedua adalah pelakunya, yaitu
petani dan keluarganya. Kedua sasaran tersebut diatur agar seimbang dengan
kepentingan pertumbuhan negara.

Dalam Rencana Djuanda tahap I ini, pendidikan pertanian ditempatkan sebagai


wadah dan sarana pengembangan sumber daya manusia pertanian yang ditujukan
untuk:
1. menambah Sekolah Usaha Tani, di luar Pulau Jawa dan Madura; juga kursus-
kursus yang langsung dapat meningkatkan mutu petani/nelayan dan
masyarakat pertanian umumnya;
2. membuka lembaga pendidikan pertanian baru, seperti Sekolah Perikanan Laut
Menengah Atas, Akademi Perikanan Laut, Sekolah Perikanan Darat
Menengah Atas, Akademi Perikanan Darat, dan Sekolah Menengah Usaha
Tani;
3. mengadakan konsolidasi terhadap sekolah-sekolah dan kursus-kursus yang
dimiliki oleh jawatan-jawatan di lingkungan Kementerian Pertanian;
4. mengadakan kesepakatan antara Kementerian Pertanian dan Kementerian PP
& K untuk sesegera mungkin melaksanakan rencana pendidikan pertanian di
Sekolah Rakyat dan Sekolah Lanjutan Umum, dan
5. dalam rangka memenuhi keperluan akan tenaga ahli untuk pembangunan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  50
pertanian, Kementerian Pertanian memberikan kesempatan tugas belajar ke
luar negeri bagi pegawai maupun pemuda pada umumnya selama dua tahun
untuk program Diploma.

Pada tahun 1954, UU No. 12 tahun 1954 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan
Pengajaran di Sekolah diundangkan. UU ini merupakan pemberlakuan UU No. 4
tahun 1950 yang telah ada sebelumnya bagi seluruh wilayah RI, yaitu setelah RIS
dibubarkan dan RI kembali menjadi Negara Kesatuan. Dasar pendidikan dan
pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, UUD Negara
Kesatuan RI, dan kebudayaan Indonesia (pasal 4). Menurut UU No. 12 tahun
1954, pendidikan dan pengajaran bertujuan sebagai berikut.
1. Membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis,
yang bertanggunggung jawab pada masyarakat dan tanah air (pasal 3).
2. Pendidikan dan pengajaran tingkat rendah bertujuan menuntun tumbuhnya
rochani dan jasmani, mengembangkan bakat dan kesukaan masing-masing,
dan memberikan dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik
lahir dan batin (pasal 7 ayat 2).
3. Pendidikan dan pengajaran tingkat menengah bermaksud melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dan pengajaran yang diberikan di sekolah rendah untuk
mengembangkan cita-cita hidup serta membimbing kesanggupan murid
sebagai anggota masyarakat, mendidik tenaga akhli dalam berbagai lapangan
khusus (sekolah kejuruan), sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan
masyarakat, dan mempersiapkan bagi pendidikan dan pengajaran tinggi (pasal
7 ayat 3). Tamatan sekolah lanjutan umum maupun sekolah kejuruan dapat
melanjutkan ke perguruan tinggi.
4. Pendidikan dan pengajaran tinggi bcrmakud memberikan kesempatan kepada
pemuda untuk menjadi pemimpin dalam masyarakat, dan yang dapat
memelihara kemajuan ilmu dan kemajuan hidup kemasyarakatan.

Dalam penjelasan UU No. 12 tahun 1954 pada pasal 7 ayat 3 disebutkan,


"Sekolah-sekolah vak (kejuruan) kurang mendapat perhatian, sehingga
masyarakat sangat merasakan kekurangan tenaga akhli yang cakap, yang

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  51
diperlukan pembangunan negara. Karena itu pendidikan kejuman yang mendidik
orang-orang yang siap bekerja sebagai tenaga akhli, menjadi perhatian utama".

D. PENDIDIKAN PERTANIAN 1950-1960

Sekolah pertanian yang didirikan setelah tahun 1950 dibina sebagian oleh
Departemen Pertanian. Sekolah dimaksud terdiri atas Sekolah Pertanian
Menengah Atas (SPMA), Sekolah Kehewanan Menengah Atas yang berkembang
menjadi Sekolah Peternakan Menengah Atas (SNAKMA), Sekolah Usaha
Pertanian Menengah (SUPM), dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA).
Sementara itu pembinaan Sekolah Teknik (ST) Pertanian dan Sekolah Teknik
Menengah Pertanian (STM Pertanian), Sekolah Perkebunan Menengah Atas
(SPbMA), dan Sekolah Farming Menengah Atas (SFMA) berada di bawah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

a. Sekolah Pertanian Tingkat Rendah (Dasar)

Sampai dengan tahun 1960, pendidikan dan pelatihan pertanian tingkat dasar
yang tersedia di Indonesia adalah sebagai berikut.

• Kursus Mantri Pertanian (KMP), dimaksudkan untuk mengisi teknisi


pertanian tingkat rendah dengan pangkat Mantri Pertanian. Kursus ini
berada di tingkat provinsi, mendidik tenaga lulusan SD 6 tahun, dengan
lama pendidikan satu tahun. Pada tahun 1954 terdapat 8 KMP dengan
siswa antara 30-50 orang, antara lain di Tanjungsari (Sumedang),
Bondowoso (Jawa Timur), dan Sangihe (Sulawesi Utara). Pada saat itu, di
setiap kecamatan (yang berjumlah sekitar 3000 kecamatan) diproyeksikan
terdapat seorang tenaga Mantri Pertanian. Perempuan lulusan KMP
umumnya menjadi Mantri Kesejahteraan Keluarga.

• Kursus Mantri Perikanan Darat (KMPD), didirikan pada tahun 1948, oleh
Jawatan Perikanan Darat di tingkat provinsi. Lama belajarnya satu tahun
dan menerima tamatan SD 6 tahun. Sampai dengan tahun 1959, terdapat 5
KMPD, di samping terdapat satu Sekolah Usaha Perikanan Darat (SUPD)
di Lampung yang setingkat dengan KMPD.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  52
• Sekolah Perikanan Laut (SPL) dengan masa pendidikan 3 tahun sesudah
SR.

b. Sekolah Pertanian Lanjutan Tingkat Atas

Pada tingkat menengah atau lanjutan atas, pendidikan pertanian yang dibuka
hingga tahun 1960 adalah sebagai berikut.

Sekolah-sekolah warisan Belanda, kemudian dikelola juga oleh Jepang, yaitu


Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Bogor, Malang, dan
Yogyakarta, Makassar, Bukittinggi, dan Sekolah Kehewanan Menengah Atas
(SKhMA) di Malang.

Sekolah-sekolah baru yang didirikan sejalan dengan Repelita I versi "Rencana


Djuanda" (1956-1960) adalah: (1) SPMA di Medan, Palembang, Banjar Baru,
Mataram dan Ambon; (2) Sekolah Perikanan Darat Menengah Atas di Bogor;
(3) Sekolah Perikanan Laut Menengah Atas di Jakarta, dan (4) Sekolah
Menengah Usaha Tani di berbagai provinsi. Dalam perkembangan selanjutnya
SUPM berada di bawah pembinaan Departemen/Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

Di luar kelompok sekolah tersebut di atas, Departemen Pertanian juga


membina Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) yang keberadaannya
tidak dalam masa waktu yang sama, dengan lama pendidikan 3 atau 4 tahun
sesudah SLTP; dan Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) dengan lama
pendidikan 4 tahun setelah SLTP sebagai kelanjutan sekolah sejenis yang
sudah ada sejak awal kemerdekaan, bahkan sejak zaman penjajahan Belanda
dengan nama Middelbare Bosbouw School, dan pada zaman pendudukan
Jepang disebut Sekolah Kehutanan Menengah Tinggi. Dalam perkembangan
selanjutnya, pembinaan sekolah-sekolah tersebut dialihkan dari Departemen
Pertanian ke Departemen Kehutanan, bahkan sejak 2008 pembinaan sekolah-
sekolah kehutanan berada di bawah Kementerian Kehutanan bersama dengan
Kementerian Pendidikan Nasional, dan sejak itu namanya berubah menajdi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  53
Pemerian perkembangan SUPM di berbagai lokasi dapat dilihat dalam
Lampiran.

Sekolah Swasta: SPMA Widyasana, Solo (1955), SPMA Ganesha Solo


(1955), Sekolah Perkebunan Menengah Atas (SPbMA) Mujamuju,
Yogyakarta (1952), SPbMA Jember (1957), SPMA Ceres, Medan.

E. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN PERTANIAN DI


BAWAH PEMBINAAN DEPARTEMEN PERTANIAN

Berdasarkan ketetapan MPRS No. 2 Tahun 1960, maka garis besar pembangunan
nasional pelaksanaannya berdasarkan Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Rencana 8 Tahun (1961-1969). di bidang pertanian pembangunan
nasional diarahkan mengutamakan produksi bahan pokok kehidupan rakyat untuk
mencapai pemenuhan keperluan sendiri serta menuju pendapatan nasional yang
adil dan merata. Sebagai prioritas pertama pembangunan diletakkan pada produksi
bahan makanan rakyat yang cukup sesuai dengan daya beli rakyat dan sampai di
tangan rakyat tepat waktunya.

Dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian perlu memperhatikan 5 unsur


pokok yang menguntungkan kaum tani dan masyarakat umumnya, yaitu:
1. tersedianya bahan makanan untuk seluruh rakyat. baik untuk masyarakat di
desa, kota, dan daerah industri sebagai bahan hidup primer;
2. meningkatnya taraf hidup petani dan daya beli rakyat banyak;
3. meningkatnya daya cipta kaum tani yang merupakan bagian terbesar dari
masyarakat;
4. tersedianya bahan mentah hasil pertanian dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan industri dalam negeri;
5. tersedianya bahan ekspor hasil pertanian untuk pembelian barang modal,
barang baku, dan lainnya

Pemerintah mempunyai sasaran, agar di bidang kebutuhan akan pangan, produksi


beras dapat tercapai swa sembada selekas-lekasnya dan juga produksi protein
hewani. Dalam rencana meningkatnya persediaan bahan makanan perlu

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  54
disesuaikan dengan perkembangan kenaikan jumlah penduduk dan langkah
pelaksanaannya sebagai berikut.
1. Tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat yang lebih baik perlu
diselenggarakan secara bertahap. Sebagai prioritas pertama adalah tercapainya
tingkat swa sembada kebutuhan bahan pangan;
2. Perlunya pengendalian peningkatan dan perkembangan jumlah penduduk serta
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam baik yang bersifat biotik
maupun nonbiotik;
3. Menetapkan standar kebutuhan minimum pangan, yaitu 1900 kalori dan 47,15
gram protein sebagai ancar-ancar untuk menjaga kesehatan penduduk;
4. Dalam perencanaan pembangunan hendaknya mengutamakan pemberdayaan
sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang telah ada dengan tidak perlu
bergantung impor;
5. Membangun pengembangan wilayah-wilayah sentra pembangunan pertanian
yang sesuai dengan patensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di
daerah-daerah;
6. Meningkatnya kegiatan transmigrasi dengan tujuan pembangunan masyarakat
yang lebih progresif tidak hanya di bidang pertanian tetapi juga di bidang
pembangunan industri dan pertanahan di luar Jawa;
7. Memberdayakan kaum tani secara massal dalam usaha kegiatan produksi,
industri, dan jasa pertanian serta pemanfaatan pekarangan;
8. Memberdayakan tenaga jasa para peneliti, tenaga ahli, dan profesional agar
lebih berdaya guna dan berhasil guna;
9. Membatasi barang-barang impor dan meningkatkan produk buatan dalam
negeri agar dapat mengurangi pengeluaran devisa, serta meningkatkan industri
dan jasa dalam negeri;
10. Rencana pembangunan pertanian untuk memenuhi kebutuhan minimum akan
bahan pangan harus dicapai dalam waktu sesingkat-singkatnya, biaya ringan,
penggunaan devisa kecil, dan penyelenggaraan pembangunan diberi prioritas
utama. Pada tahun 1962, upaya mencapai swa sembada beras diharapkan
sudah dapat dipenuhi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  55
Penyelenggaraan usaha peningkatan produksi bahan pangan, tidak hanya
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat tetapi juga aleh Pemerintah Daerah, baik
Provinsi maupun Kabupaten. Untuk mencapai kebutuhan pangan, pemerintah
menetapkan rencana pembangunan jangka pendek dan rencana jangka panjang.

Usaha jangka pendek diselenggarakan melalui kegiatan gerakan intensifikasi


massal, pengembangan wilayah sentra padi, perluasan areal padi melalui
rehabilitasi saluran irigasi, pemakaian bibit unggul, pupuk, pemberantasan hama
penyakit, dan pengadaan pameran serta perlombaan. Pemerintah membangun
Lembaga Padi Sentra yang diberi tugas utama menyediakan kredit terpimpin
(Supervised Credit) yaitu pemberi kredit kepada petani disertai dengan bimbingan
teknis cara bercocok tanam padi. Pembangunan jangka panjang dlakukan usaha
kanalisasi tanah pasang surut, pembangunan waduk Jatiluhur, dan pembukuan
tanah kering.

Kanalisasi tanah pasang surut yang telah dilaksanakan mulai tahun 1958 di
Kalimantan, direncanakan kanalisasi di Kalimantan berupa saluran induk
sepanjang 760 Km mulai dari Banjarmasin sampai Pontianak. Sedangkan di
Sumatra direncanakan saluran induk sepanjang 840 Km mulai dari Palembang
sampai Tanjung Balai. Pada tiap 5 Km saluran induk akan dibangun saluran
sekunder sepanjang 25 Km, dan di kanan kiri saluran sekunder dibuat saluran
tertier untuk keperluan pencetakan sawah-sawah baru. Dengan rencana kanalisasi
tanah pasang surut ini akan diperoleh lahan sawah baru sebesar 8 juta hektar,
terdiri atas 3,8 juta hektar di Kalimantan dan 4,2 juta hektar di Sumatera.

Dari pembangunan waduk Jatiluhur - Jawa Barat akan diperoleh tambahan sawah
irigasi seluas 240.000 hektar di samping tambahan tenaga listrik sebesar 150.000
kilowat. Setelah selesai pembangunan waduk dan saluran irigasinya akan akan
diperoleh 2 musim tanam padi dalam setahun. Sementara itu pembukaan tanah
kering dilakukan dengan membuka tanah ladang alang-alang di Sumatera Timur,
Sumatera Selatan, dan Kalimantan Selatan secara mekanis. Pembukaan tanah
ladang secara mekanis tersebut dimaksudkan sebagai usaha pengembangan sentra
padi ladang, sentra palawija, dan sentra petemakan sebagai penghasil susu,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  56
daging, serta telur.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan protein diperlukan usaha peningkatan produksi


protein nabati, perikanan darat, dan petemakan ayam. Produksi protein nabati
dilakukan dengan cara perluasan tanaman kedelai. Mengingat besamya investasi
yang diperlukan untuk eksploitasi perikanan laut, maka pemerintah lebih
mengutamakan pengembangan usaha perikanan darat. Di bidang usaha
petemakan, dilakukan dengan memajukan petemakan ayam dan intensifikasi
petemakan hewan besar melalui seleksi bibit unggul.

Sejak tahun 1959, Indonesia berada di bawah gelora Manipol - Usdek yang telah
menjadi arahan dalam kehidupan politik Indonesia dan juga dalam bidang
kehidupan lainnya. Bidang pendidikan tidak luput pula dari pengaruh tersebut.
Keputusan Presiden No. 145 tahun 1965 telah merumuskan tujuan nasional
pendidikan Indonesia sesuai dengan Manipol - Usdek, manusia sosia!is Indonesia
adalah cita-cita utama setiap usaha pendidikan di Indonesia. Kepentingan
kehidupan pribadi agar dinomorduakan.

Tujuan pendidikan ini tidak berlangsung lama, dengan meletusnya peristiwa G 30


S/ PKI, maka tujuan pendidikan tersebut di atas kemudian ditinggalkan.
Masyarakat Indonesia mulai sadar bahwa ada maksud politis PKI yang tercantum
dalam tujuan tersebut dengan menggunakan Pancasila sebagai tameng.

Dengan dilaksanakannya ketetapan MPRS No XXVII tahun 1966, maka


Keputusan Presiden no 145 tahun 1965 dan juga Penetapan Presiden No. 19 tahun
1965 tentang pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila dinyatakan
tidak berlaku lagi. Secara lengkap kedua tujuan Pendidikan Nasional tersebut
dirumuskan sebagai berikut.
1. Keputusan Presiden R.I. No. 145 tahun 1965: Tujuan Pendidikan Nasional
adalah untuk melahirkan warganegara Sosialis Indonesia yang susila, yang
bertanggung jawab atas terselenggaranya Masyarakat Sosialis Indonesia, adil
dan makmur, baik spiritual maupun materil, dan yang berjiwa Pancasila.
2. Ketetapan MPRS No. XXVII/MPRS/1966: Tujuan Nasional Pendidikan
Indonesia, adalah membentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  57
ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki oleh Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. (Bab II, Pasal 3).

Tujuan Nasional Pendidikan tahun 1965 berdasarkan Keppres No. 145 tahun
1965, tidak sesuai dengan keadaan kehidupan Orde Baru. Dengan ketetapan
MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan,
pada Bab II Pasal 3, secara formal telah mengganti tujuan nasional pendidikan
tahun 1965. Pembentukan Pancasilais sejati (TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966) sangat diperlukan untuk mengubah mental masyarakat yang
sudah banyak mendapat indoktrinasi Manipol - Usdek. Semangat Pancasila
dianggap sebagai jaminan untuk tegaknya Orde Baru.

Sebagai negara agraris, strategi pembangunan ekonomi haruslah dimulai dari


pembangunan pertanian dalam arti luas. Sementara itu, pembangunan pertanian
yang menyeluruh memerlukan pembinaan yang serius dan mendalam tentang segi
pendidikan pertanian. Oleh karena itu pertu disadari bahwa usaha pendidikan
pertanian yang penah dilakukan memerlukan penyempumaan baik dan segi
organisasi, materi, metodik, maupun sarana dan prasarananya. Pemerintah perlu
tebih aktif meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para petugasnya dalam
usaha membina amal swadaya masyarakat tani, balk dan segi spiritual maupun
keterampilan teknisnya untuk memecahkan masalah produksi dan sosial ekonomi.

Tujuan pendidikan pertanian dirumuskan sebagai berikut.


1. Membentuk petugas Pancasilais sejati, sehat, cerdas, dan terampil serta
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur;
2. Membina masyarakat tani sebagai pelaksana produksi yang mempunyai cukup
keterampilan untuk menye!esaikan masalah produksinya sendiri dengan
sebaik-baiknya;
3. Menanamkan pengertian, pengetahuan, serta rasa cinta terhadap bidang
pertanian dalam arti luas sebagai sumber kemakmuran;

Untuk mencapai tujuan pendidikan pertanian tersebut diperlukan langkah-langkah


kebijakan pokok sebagai berikut.
1. Mengembangkan pelatihan pertanian bagi para petugas untuk dapat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  58
menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan sebagai bekal dalam
pengabdiannya sehingga tercapai prestasi dan karier yang maksimal sesuai
dengan bakat dan kemampuan-nya melalui pelatihan berjenjang.
2. Mengembangkan pendidikan informal sebagai usaha penyuluhan yang
dilakukan bersama aparatur pemerintah dan masyarakat untuk menambah
pengetahuan dan ketrampilan menuju peningkatan taraf hidup masyarakat
pertanian
3. Pendidikan pertanian formal agar perkembangan dan penyelenggaraan tidak
merupakan suatu kegiatan yang terisolir, melainkan merupakan pendidikan
yang mengintegrasikan diri dengan masyarakat sekitamya.
4. Pendidikan formal harus didasarkan atas perencanaan tenaga kerja (Manpower
Planning) yang rasional.
5. Pendidikan formal yang diselenggarakan Departemen Pertanian tidak semata -
mata mendidik calon petugas, melainkan juga membentuk calon pelaksana
produksi.
6. Harus ada perpaduan yang harmonis antara pendidikan mental, agama, teknis
pertanian, baik yang disajikan dalam bentuk pelajaran teori, praktikum dan
praktek untuk mencapai tujuan pendidikan.
7. Departemen Pertanian harus bekerja sama dengan instansi/lembaga di luar
Departemen Pertanian di dalam melaksanakan pendidikan pertanian dalam arti
luas.

Keberhasilan pembangunan di lapangan tergantung pada tenaga manusia, sarana,


dan perlengkapannya. Pokok utama ialah tenaga manusia yang berwatak
pembangunan, berani mengambil inisiatif, tidak putus asa, ulet dan gigih guna
mencapai tujuan pembangunan.

Pembangunan nasional secara berencana harus diperlengkapi dengan aparatur


negara yang mampu berperan dalam pembangunan di segala lapangan, dan hal ini
harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Untuk mempersiapkan aparatur
antara lain ditempuh dengan jalan mengadakan sistem pendidikan “belajar sambil
bekerja” dan "bekerja sambil belajar". Para pelajar di sekolah kejuruan diwajibkan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  59
praktik di lapangan pekerjaan menurut jurusan yang diambilnya, seperti di
perkebunan, di laboratorium, di industri, dan sebagainya. Setelah lulus, mereka
wajib bekerja pada negara untuk waktu tertentu dengan menerima gaji atau upah.

Di lapangan pekerjaan yang vital, para pekerja harus diberi kesempatan untuk
menambah pengetahuan di tempat mereka bekerja. Pada suatu perusahaan
diadakan tempat dan waktu bagi para pekerja atau buruh untuk mendapatkan
latihan agar mereka menjadi lebih mahir. Setelah memperoleh pelatihan mereka
diwajibkan melatih pekerja lainnya. Dengan cara ini biaya pelatihan akan lebih
murah dan jumlah tenaga kejuruan akan bertambah.

Siswa yang lulus dari sekolah kejuruan tingkat bawah diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke sekolah kejuruan tingkat menengah. Demikian pula lulusan
sekolah kejuruan tingkat menengah diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tingkat lebih tinggi lagi. Atas dasar itulah kemudian diselenggarakan pendidikan
sekolah pertanian rendah setingkat Sekolah Rakyat (SR), sekolah menengah
setingkat SMP, dan sekolah pertanian menengah atas setingkat SMA. Jika sekolah
kejuruan pertanian ini ditambah jumlahnya, mulai dari tingkat bawah, maka
kesempatan anak petani memasuki sekolah kejuruan pertanian akan lebih besar.

Ruang lingkup penyelenggaran pendidikan pertanian mencakup pendidikan bagi


petugas dan para pelaksana produksi pertanian dalam arti luas. Adapun bentuk
lembaga pendidikannya berupa lembaga pendidikan sekolah dan lembaga
pendidikan luar sekolah seperti pelatihan, penyuluhan pertanian serta kursus tani.

Dalam rangka pelaksanaan program pembangunan ekonomi, Departemen


Pertanian menyadari akan peran di bidang pembangunan pertanian sebagai bagian
dari pembangunan ekonomi nasional. Untuk mensukseskan pelaksanaan program
tersebut, di berbagai daerah masih dirasakan kekurangan tenaga terampil di
bidang kesehatan hewan/petemakan. Atas dasar pertimbangan tersebut diperlukan
penambahan jumlah SKhMA.

Dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 23 Desember 1967 berdiri


Sekolah Kehewanan Menengah Atas (SKhMA) di Bogor. Sekolah baru dibuka

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  60
pada tahun ajaran 1968 dengan mengambil tempat di gedung pinjaman dari
Lembaga Penelitian Penyakit Hewan - Bogor. Pada tahun pertama ini diterima
siswa sejumlah 54 orang yang dibagi 2 kelas. Mulai tahun ajaran 1970,
penyelenggaraan pendidikan SKhMA dilaksanakan di gedung baru jalan Jendral
A. Yani No. 70 Bogor. Pada tahun 1969, berdiri SKhMA di Banda Aceh dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 174/Kpts/Um/5/1969 tanggal 12 Mei
1969.

Lembaga pendidikan SKhMA didirikan dengan tujuan mendidik tenaga teknis


menjadi Pengatur Peternakan dan Pengatur Kesehatan Hewan untuk kepentingan
Dinas Kehewanan/Petemakan dalam rangka membantu tugas sarjana petemakan,
dokter hewan, atau untuk swadaya perusahaan sendiri. Lama pendidikan SKhMA
4 tahun. Pada tahun pelajaran ke III terdapat dua macam jurusan, yaitu Jurusan
Petemakan dan Jurusan Kesehatan Hewan. Penyelenggaraan pendidikan SKhMA
mendapat binaan dan pengawasan dari Direktorat Jenderal Petemakan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 8 Juni 1970, lembaga
pendidikan SKhMA diubah menjadi Sekolah Peternakan Menengah Atas atau
SNAKMA.

SEKOLAH PERIKANAN LAUT/SEKOLAH USAHA PERIKANAN LAUT

Sekolah Perikanan Laut (SPL) Tegal sebagai lembaga pendidikan formal


merupakan SPL pertama yang didirikan oleh Kementerian Pertanian pada tahun
1950 berdasar-kan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 13/Um/50 tanggal 17
Juli 1950, sedangkan SPL Ambon didirikan pada tahun 1958 berdasarkan SK
Menteri Pertanian No.106/Um/1958 tanggal 17 Juli 1958, Pada tahun 1960 berdiri
SPL Belawan dan SPL Manado. Pada tahun 1962 SPL Ambon, SPL Belawan, dan
SPL Manado berubah namanya menjadi Sekolah Usaha Perikanan Pertama atau
SUPP.

Pusat Jawatan Perikanan Laut dan Biro Pendidikan Pertanian, Departemen


Pertanian menganggap perlu untuk meningkatkan status Sekolah Perikanan Laut
(SPL) Tegal sebagai lembaga pendidikan lanjutan pertama menjadi sekolah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  61
lanjutan atas dengan sebutan Sekolah Usaha Perikanan Menengah Atas (SUPM).
Sementara itu SPL yang ada di Belawan (Medan), Singaraja (Bali), dan Menado
masih tetap sebagai sekolah lanjutan pertama dengan sebutan baru Sekolah Usaha
Perikanan Pertama (SUPP).

Pada awal tahun 1960, Departemen Pertanian telah mempunyai gambaran bahwa
perikanan laut akan berkembang terutama di alam motorisasi kapal penangkapan
ikan. Dengan berkembangnya motorisasi diperlukan anak buah kapal (ABK) yang
memiliki kualifikasi ABK lebih tinggi. Setiap ABK harus memiliki kecakapan
untuk membawa kapal dan menjalankan mesin kapal, oleh karena itu diperlukan
tingkat pendidikan setingkat SPL. Bertitiktolak pada SPL ini, kemudian timbul
gagasan untuk menjadikan pendididkan yang lebih tinggi sebagai kelanjutan dari
SPL. Atas dasar itulah pada tanggal 1 Desember 1962 berdiri Sekolah Usaha
Perikanan Menengah (SUPM) di Tegal, di Jakarta berdiri Akademi Usaha
Perikanan (AUP) berlokasi di Pasar Minggu Jakarta Selatan.

Sebelum SUPM menghasilkan lulusan, maka kebutuhan ABK didatangkan dan


diperoleh dari para lulusan sekolah pelayaran dan sekolah teknik. Karena sekolah
pelayaran dan sekolah teknik tidak mempunyai jiwa nelayan, maka kekurangan
tersebut perlu diberikan dan ditanamkan pada penyelenggaraan pendidikan
perikanan di Lembaga SUPM Tegal. Di samping SUPM mendidik kecakapan
membawa kapal dan menjalankan kapal juga menanamkan mental nelayan sesuai
dengan kemajuan teknologi. Sampai dengan tahun 1966, pendidikan di SUPM
masih bersifat pendidikan kejuruan perikanan umum dengan lama pendidikan 3
tahun.

Pada tahun 1967, pendidikan SUPM di Tegal sudah mulai diarahkan untuk meng-
hasilkan tenaga penangkapan tingkat menengah. Para siswa belajar menangkap
ikan dengan menggunakan kapal latih. Upaya meningkatkan jangkauan
penangkapan ikan laut, kemudian diperluas daerah penangkapannya dengan
menggunakan kapal latih yang lebih besar, yaitu kapal latih Larasati, Bajo, dan
Bima. Program pendidikan di SUPM masih bersifat umum. Lulusan SUPM
Jurusan Umum sampai dengan tahun 1969 berjumlah 131 orang.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  62
Dengan berkembangnya penanaman modal asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), pengelolaan perairan nusantara memerlukan penggunaan
kapal berukuran besar. Tantangan ini yang mendorong SUPM untuk diserahi
tugas menghasilkan tenaga terampil yang mampu menangani kapal besar untuk
mengarungi perairan nusantara. Sejak itu, pendidikan di SUPM Tegal dibagi
dalam 2 Jurusan, yaitu Jurusan Teknik Penangkapan dan Jurusan Mesin
Perikanan.

BIMBINGAN DAN PENGAWASAN SEKOLAH SWASTA

Departemen Pertanian menerima banyak permintaan dari para penyelenggara


ataupun pimpinan sekolah-sekolah pertanian swasta untuk melakukan pembinaan
dan bimbingan pemerintah, baik sekolah-sekolah pertanian tingkat SLTP maupun
tingkat SLTA untuk didaftar ataupun mendapat status diakui. Setelah Departemen
Pertanian mendapat dukungan dan persetujuan Departemen P dan K No. 2109/S
tertanggal 26 Juli 1963, kemudian Departemen Pertanian mengeluarkan peraturan
Menteri Pertanian No. 1/PMP/1965 tanggal 1 Juni 1965 tentang bimbingan dan
pengawasan terhadap jenis sekolah pertanian swasta.

Menurut ketentuan dalam peraturan Menteri Pertanian, No. 1/PMP/1965


bimbingan dan pengawasan mencakup penyelenggaraan Sekolah Pertanian Swasta
tingkat SLP dan SLA untuk didaftar dan diakui oleh Departemen Pertanian.

1. Sekolah Pertanian Didaftar

Departemen Pertanian memberikan kesempatan kepada penyelenggara atau


pimpinan sekolah pertanian untuk mengajukan permintaan status didaftar, dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Badan Penyelenggara sekolah pertanian mengajukan permintaan status
didaftar secara tertulis kepada Departemen Pertanian dengan melampirkan:
• Akte notaris pendiririan sekolah pertanian
• Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga sekolah
• Susunan tenaga pengelola sekolah, guru tetap/tidak tetap, lokasi sekolah,
fasilitas praktek lapangan, laboratorium, dan perlengkapan praktek

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  63
pertanian lainnya
• Persyaratan kualifikasi guru, penerimaan siswa, jumlah siswa tiap kelas.
b. Departemen Pertanian setelah meneliti Iingkungan dan kebenaran persyaratan
dan bila telah memenuhi syarat maka Kepala Biro Tenaga dan Pendidikan
Pertanian, atas nama Menteri Pertanian, mengeluarkan Surat Keputusan Status
Didaftar.
c. Para siswa kelas III Sekolah Pertanian yang telah memperoleh status Didaftar
mempunyai hak untuk mengikuti dan menempuh ujian negeri yang
diselenggara-kan di sekolah pertanian negeri sebagai peserta ekstranei.
KEADAAN SPMA SWASTA DIDAFTAR TAHUN 1969

Tahun
Rayon SPMA Swasta SK Terdaftar
Berdiri
Medan 1. Ceres 1955 No. 16/1966
2. Pancabudi 1963 No. 7/1965
3. Tanjung Morawa 1963 No. 15/1965
Yogyakarta 1. Ganesha 1955 No. 1/1965
2. Widyasana 1955 No. 2/1965
3. Muhamadiyah 1968 -
Malang 1. Mojowamo 1963 No. 20/1967
2. Untung Suropati 1964 No. 18/1967
3. Bangkalan 1965 No. 11/1965
4. Surya Yasa 1965 No. 25/1968
5. Pertanu 1967 No. 25/1968
6. Tulungagung 1969 -
Mataram 1. St. Isodorus 1968 No. 39/1969
Ujung Pandang 1. Tomohon 1965 No. 19/1967
2. Tiga Jaya 1965 No. 24/1968
3. St. Paulus 1969 -

2. Sekolah Pertanian Diakui

Sekolah yang telah mempunyai satus didaftar dapat mengajukan permohonan


kepada Departemen Pertanian untuk mendapat tingkat status lebih tinggi, yaitu
status Diakui dengan ketentuan, sebagai berikut.

Penyelenggaraan sekolah Didaftar setelah berjalan dengan lancar dan teratur

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  64
sekurang-kurangnya empat tahun pelajaran berturut-turut, dengan dukungan
fasilitas pendidikan memadai, antara lain:
• mempunyai tenaga guru tetap minimal 3 orang dan semua tenaga guru tetap
dan tidak tetap memenuhl persyaratan sebagai tenaga edukatif
• mempunyai fastlitas kebutuhan praktik dengan setara dengan 75% dari
fasilitas kebutuhan praktik sekolah negeri
• hasil ujian akhir sekolah yang bersangkutan tidak mengecewakan sehingga
mutu lulusannya sebanding dengan lulusan sekolah negeri.
Setelah Depertemen Pertanian cq. Biro Tenaga dan Pendidikan Pertanian meneliti
kelengkapan dan kebenaran persyaratan sekolah, maka pemberian status
dikeluarkan dalam bentuk Surat Keputusan Menteri Pertanian.
Sekolah Pertanian yang mempunyai status Diakui berhak menyelenggarakan ujian
sendiri dengan pedoman dan pengawasan Departemen Pertanian.

Dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1/PMP/1965 tentang bimbingan


dan pengawasan terhadap jenis sekolah pertanian swasta disebutkan pula bahwa
sekolah yang memiliki status Didaftar atau Diakui mempunyai hak sebagai
berikut.
• Bantuan berupa uang diberikan kepada sekolah berstatus Didaftar yang hanya
diberikan sekaligus dalam satu tahun pelajaran.
• Subsidi berupa uang diberikan kepada sekolah berstatus Diakui yang diberikan
secara berkala dalam satu tahun pelajaran.
• Sokongan berupa buku, alat, perlengkapan pendidikan, dan tenaga pengajar
hanya diberikan kepada sekolah berstatus Diakui menurut Kebijakan Menteri
Pertanian.
• Tenaga pengajar pada sekolah berstatus Didaftar ataupun Diakui diperkenan-
kan turut sebagai anggota panitia ujian penghabisan dengan persyaratan-
persyaratan tertentu, seperti latar belakang pendidikan, pengabdian sebagai
guru, dan pengalaman belajar.

Pemberian status Diakui untuk Sekolah Pertanian telah diberikan kepada Sekolah
Perusahaan Perkebunan Menengah Atas (SPPMA) yang dikelola oleh Yayasan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  65
Petani Jember dan Sekolah Perkebunan Menengah Atas (SPbMA) yang dikelola
oleh Yayasan Dana Pendidikan Perkebunan Yogyakarta.

Sekolah Perusahaan Perkebunan Menengah Atas (SPPMA) Jember

Pengakuan tamatan Sekolah Perusahaan Perkebunan Menengah Atas (SPPMA)


Jember diatur dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria No
SK/23/PA/1962 tertanggal 19 Mei 1962 yang menetapkan:

a. memberikan pengakuan kepada Sekolah Perusahaan Perkebunan Menengah


Atas yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Petani Jember sebagai
suatu sekolah yang mendidik tenaga-tenaga kejuruan di bidang perkebunan;

b. mulai tahun 1962 pemegang ijazah SPPMA di Jember yang dipekerjakan pada
instansi di lingkungan Departemen Pertanian dan Agraria diberi penghargaan
sama dengan pemegang ijazah Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA)
Negeri.

Sekolah Perkebunan Menengah Atas (SPbMA) Muja-Muju Yogyakarta

Pengakuan tamatan Sekolah Perkebunan Menengah Atas Muja-muju Yogyakarta


diatur dengan:
1. Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria tertanggal 4 Juli 1963 yang
memberikan pengakuan kepada (SPbMA) di Yogyakarta sebagai suatu
sekolah yang mendidik tenaga kejuruan dalam bidang perkebunan;
2. Surat Keputusan Menteri Pertanian dan Agraria, tertanggal 27 Febuari 1964
yang menetapkan bahwa pemegang ijazah SPbMA di Yogyakarta yang mulai
tahun 1962 dipekerjakan pada instansi dalam Iingkungan Departemen
Pertanian dan Agraria diberikan penghargaan sama dengan pemegang ijazah
SPMA Negeri.

Sebagai suatu lembaga yang memperoleh status Diakui, SPPMA Jember dan
SPbMA Yogyakarta diberi kewenangan untuk menyusun kurikulum sendiri,
penyelenggaraan ujian akhir, dan hak menerbitkan ijazah oleh masing-masing
sekolah.

Pada tahun 1975 Departemen Pertanian memberlakukan kurikulum polivalen bagi

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  66
semua jajaran sekolah kejuruan pertanian tingkat lanjutan atas. Karena SPPMA
Jember dan SPbMA Yogyakarta tidak bersedia mengikuti ketentuan tersebut maka
sejak saat itu kedua sekolah kejuruan tersebut beralih dalam pembinaan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

SPMA DAERAH

Keberadaan Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Daerah dimulai pada


tahun 1960 dengan berdirinya SPMA Daerah di Tanjung Sari yang didirikan dan
diselenggarakan oleh Pemerintahan Daerah Jawa Barat.

SPMA Daerah Tanjung Sari berawal dari Sekolah Pertanian Rendah (SPR) yang
didirikan atas inisiatif Kanjeng Pangeran Suriatmadja, Bupati Sumedang, pada
tahun 1914, berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 4
tanggal 14 Maret 1914, dan sekolah baru dibuka pada tanggal 26 November 1914.

SPR dengan lama pendidikan 2 tahun ini menerima murid lulusan Sekolah Rakyat
5 Tahun. Sebagai pengurus sekolah telah ditugaskan Wedana Tanjung Sari
sebagai ketua, R. Sadikin sebagai sekretaris merangkap kepala sekolah, dibantu
tiga orang anggota terdiri atas penghulu Tanjung Sari, dan 2 orang petani
terkemuka. Dalam perkembangannya, pada tahun 1922 lembaga SPR
dikembangkan menjadi Landbouw Bedrijf School (LBS) atau Sekolah Usaha Tani,
pada masa pendudukan Jepang tahun 1942 menjadi Sekolah Pertanian Pertama
(SPP), pada tahun 1948 menjadi Sekolah Pendidikan Mantri Pengamat Pertanian
(SPMP), pada tahun 1951 menjadi Sekolah Guru Pertanian (SGP), kemudian
menjadi Sekolah Pengamat Pertanian (SPP) dalam kurun waktu 1954 - 1959.
Lembaga pendidikan pertanian tersebut diselenggarakan dan dibina oleh
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat.

Dengan Surat Keputusan Gubemur Kepala Daerah Jawa Barat No. 241/UP/VIII –
C/E/1960 tertanggal 24 Agustus 1960 ditetapkan bahwa mulai tanggal 1
September 1960 berdiri Seko!ah Pertanian Menengah Atas di Tanjung Sari,
Kabupaten Sumedang. Sebagai dasar berdirinya SPMA Tanjung Sari: Jawatan
Pertanian Rakyat Daerah Tingkat I Jawa Barat membutuhkan tenaga teknik

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  67
lulusan SPMA yang jumlahnya tidak sedikit. Untuk dapat melaksanakan tugas
Jawatan dengan sebaik-baiknya diperlukan tenaga teknisi pertanian tingkat
menengah atas yang memadai agar dapat disesuaikan dengan perkembangan
masyarakat tani yang semakin lama semakin maju.

Pemerintah pusat, dalam hal ini Departemen Pertanian, hanya dapat menyediakan
lulusan SPMA dalam jumlah sangat terbatas, dan sebagian besar lulusannya
diutamakan untuk mengisi tenaga teknisi di luar Jawa.

Sebagai akibat dari langkanya tenaga teknisi Iulusan SPMA tersebut, terpaksa
kekurangan tenaga teknisi lapangan diisi dengan tenaga kualifikasi pengamat
pertanian lulusan dari Sekolah Pengamat Pertanian yaitu tenaga lulusan setingkat
sekolah lanjutan tingkat pertama. Pemerintah Daerah Jawa Barat perlu mengambil
langkah untuk mengatasi kekurangan tenaga teknisi pertanian dengan mengubah
Sekolah Pengamat Pertanian menjadi Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA)
.

Lembaga pendidikan SPMA Tanjung Sari yang didirikan oleh Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat dikategorikan sebagai SPMA Daerah. Adapun landasan yang
digunakan dalam pengelolaan SPMA Tanjung Sari sebagai SPMA Daerah
berdasar alasan pertimbangan berikut.

Undang-undang No. 4 tahun 1950 jo. Undang-undang No. 12 tahun 1945 tentang
dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran untuk seluruh Indonesia, menyebutkan:
1. sekolah yang didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah, baik pemerintah
pusat ataupun daerah disebut: Sekolah Negeri, sedangkan yang didirikan dan
diselenggara-kan oleh orang-orang atau badan-badan disebut Sekolah
Partikulir (pasal Il, ayat 1);
2. dalam prinsipnya, semua sekolah didirikan oleh Kementerian PP dan K,
namun sekolah yang bersifat kursus kedinasan sebaiknya diurus oleh
kementerian atau jawatan yang bersangkutan. Tentang sekolah yang boleh
didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah ditetapkan dalam
peraturan lain (penjelasan pasal 12).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  68
Keputusan Menteri PP dan K No. 4223/Kab tertanggal 1 Oktober 1950 tentang
Organisasi Kementerian PP dan K, antara lain menyebutkan bahwa sekolah yang
diselenggarakan oleh berbagai kementerian di luar Kementerian PP dan K untuk
memperoleh kader tenaga ahli yang diperlukan kementerian teknis yang
bersangkutan disebut sebagai Sekolah Kejuruan Khusus. Di lingkungan
Kementerian Pertanian, yang digolongkan sebagai Sekolah Kejuruan Khusus
adalah Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA), Sekolah Kehutanan Menengah
Atas (SKMA), Sekolah Kehewanan Menengah Atas (SKhMA), dan Akademi
Pertanian yang pernah berdiri pada tahun 1949 di Yogyakarta,

Peraturan Pemerintah No. 29 sampai dengan No. 49 tahun 1951 tentang


pelaksanaan penyerahan sebagian urusan pemerintah pusat kepada provinsi di
bidang pertanian, antara lain menyebutkan hal-hal berikut ini.
1. Provinsi menyelenggarakan pendidikan pertanian dengan mendirikan Sekolah
Perusahaan Pertanian eks Landbouw Bedrijf School, Sekolah Pertanian
Rendah, dan kursus tani mengikuti pedoman yang diberikan Menteri
Pertanian.
2. Provinsi yang dalam jawatannya mempunyai dokter hewan, dengan
persetujuan Menteri Pertanian boleh mengadakan Pendidikan Mantri Hewan,
Juru Pemeriksa (Keurmeester) Daging dan Susu.
3. Pemerintah Daerah Provinsi dengan Persetujuan Menteri Pertanian
mengadakan Pendidikan Mantri Perikanan dan Kursus Perikanan Tingkat
Rendah.

Surat Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan tanggal 26 Juli 1963, No. 21091
memberikan persetujuan kepada Departemen Pertanian untuk melakukan
pembinaan, pembimbingan, dan pengawasan Sekolah Pertanian Swasta, baik
tingkat SLP maupun SLA.

Dari uraian tersebut di atas, keberadaan SPMA Tanjung Sari tidak dapat
dikategori-kan sebagai SPMA Negeri maupun sebagai SPMA Swasta. Atas
pertimbangan tersebut kemudian Departemen Pertanian menetapkan SPMA
Tanjung Sari yang didirikan dan diselengggarakan oleh Pemerintah Daerah Jawa

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  69
Barat ini dengan sebutan SPMA Daerah. Di samping itu pada tahun 1960 selain
telah berdiri SPMA Tanjung Sari di Jawa Barat, maka pada tahun yang bersamaan
berdiri pula SPMA Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Tahun 1960
merupakan awal munculnya lembaga SPMA Daerah yang kemudian berkembang
di berbagai wilayah Indonesia.

Pada tahun 1966, Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan No.


32/MP/1966 tertanggal 1 Februari 1963 tentang pemberian pengakuan kepada
SPMA Tanjungsari. Dengan ditetapkannya SPMA Tanjungsari memperoleh
Status Diakui, maka Depertemen Pertanian telah:
1. memberi pengakuan kepada SPMA Tanjungsari yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat sebagai sekolah yang mendidik
tenaga kejuruan dalam bidang pertanian;
2. memberi pengakuan, bahwa ijazah SPMA Tanjungsari diberi penghargaan
yang sama dengan ijazah SPMA Negeri.
KEADAAN SPMA DAERAH 1960 -1969
Rayon SPMA Negeri SPMA Daerah Tahun Berdiri Nomor SK Pendirian
A Medan 1. Simalungun/Siantar 1960 No. 6/1965
2. Labuhan Batu 1966 No. 34/1969
3. Siborong-borong 1967 No. 29/1968
4. Banda Aceh 1968 No. 35/1969
5. Nias 1968 No. 41/1969
6. Asahan 1968 No. 43/1970
7. Tapanuli 1969 No. 53/1970
B Padang 1. Payakumbuh 1960 No. 4/1965
2. Riau 1962 No. 5/1965
3. Sukamenanti 1969
C Palembang 1. Lampung 1965 No. 23/1968
2. Curup - Bengkulu 1969 No. 36/1969
3. Jambi 1969 No. 60/1970
D Bogor 1. Tanjung Sari 1960 No. 32/ MPAI 1966
2. Kaarawang 1965 No. 14/1966
3. Serang 1965 No. 33/1970
4. Cirebon 1965 No. 45/1970
5. Mala 1968 No. 46/1970
6. Garut 1965 No. 47/1970
7. Tasikmalaya 1965 No. 48/1970

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  70
Rayon SPMA Negeri SPMA Daerah Tahun Berdiri Nomor SK Pendirian
8. Ciamis 1965 No. 49/1970
9. Gegerkalong 1965 No. 50/1970
10. Padalarang 1969 No. 52/1970
11. Baniaran 1969 No. 52/1970
12. lndramavu 1969 No. 52/1970
E Yogyakarta 1. Ungaran 1967 No. 21/1968
2. Purwokerto 1969 No. 62/1970
3. Magelang 1969 No. 63/1970
F Malang 1. Kediri 1965 No. 26/1968
2. Mojokerto 1967 No. 37/1969
3. Bondowoso 1968 No. 30/1968
4. Madiun 1968 No. 31/1968
G Mataram 1. Singaraia 1967 No. 38/1969
H Baniar Baru 1. Samarinda 1965 No. 61! 1970
2. Pontianak 1968 No. 51/1970
I Makasar 1. Manado 1964 No. 10/1965
2. Watampone 1964 No. 13/1966
3. Palu 1965 No. 22/1968
4. Polmas 1965 No. 33/1969
5. Palopo 1969 No. 59/1970
Dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan, SPMA Tanjungsari dengan
Status Diakui sampai tahun ajaran 1968 diberi kepercayaan untuk menyusun dan
menentukan sendiri kurikulum sekolah, penyelenggaraan ujian akhir SPMA, dan
menerbitkan sendiri ijazah bagi para lulusannya. Namun sejak tahun ajaran 1969,
atas kehendak SPMA Tanjungsari sendiri, telah diputuskan untuk mengikuti
kurikulum SPMA Negeri dan ujian akhir SPMA Negeri yang diselenggarakan
oleh Departemen Pertanian. Ujian akhir SPMA ini merupakan ujian negara yang
diselenggarakan oleh Departeman Pertanian untuk semua SPMA Negeri, SPMA
Daerah, dan SPMA Swasta seluruh Indonesia.

PENDIDIKAN SPMA - 4 TAHUN

Sesuai dengan keputusan Musyawarah Nasional Pertanian Rakyat


(MUNASTARA) tahun 1965 dan kemudian tertuang dalan surat keputusan
Menteri Pertanian No. KEP.22/11/1966 tertanggal 1 November 1966 telah
ditetapkan bahwa lama pendidikan di SPMA menjadi 4 tahun dengan pembagian

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  71
sebagai berikut.
1. Pelajaran sekolah selama 3 tahun, pada tahun terakir diadakan ujian
penghabisan.
2. Para siswa yang lulus ujian akhir diwajibkan praktek luar paling sedikit 7
bulan, diutamakan dalam BIMAS.
3. Ijazah sebagai tanda lulus ujian ditahan oleh sekolah sampai para lulusan telah
selesai mengikuti BIMAS.
4. Setelah selesai mengikuti BIMAS, mereka kembali ke sekolah untuk
menerima tambahan pendidikan khusus selama 3 bulan.
5. Pada akhir tahun ajaran ke IV tidak ada lagi ujian akhir.

Tambahan pelajaran khusus berikut ini diberikan selama 3 bulan di sekolah.


1. Mata pelajaran yang bersifat kemasyarakatan, seperti Sosiologi, IImu jiwa,
dan ilmu penyuluhan.
2. Memperdalam ilmu bercocok tanam mengenai jenis tanaman yang disesuaikan
dengan daerah lingkungan SPMA yang bersangkutan.
3. Mempelajari tambahan yang bersifat khusus, yaitu Hortikultura, Statistik
Pertanian, dan Farm Management.

Setelah kurikulum SPMA 4 tahun yang dilaksanakan mulai tahun ajaran 1967-
1968 berjalan selama 2 tahun, diamati berbagai akibat seperti berikut.

a. Aspek positif
ƒ para lulusan tampak lebih baik sebagai pegawai, sebagai akibat
berkecimpung secara langsung dalam operasi BIMAS
ƒ Sifat SPMA sebagai lembaga pendidikan kejuruan pertanian lebih
terjelma.

b. Aspek Negatif
ƒ Tambah biaya sekolah selama 1 tahun menjadi beban bagi orang tua murid
ƒ Bagi siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, akan merasakan
dirugikan waktu 1 tahun.
ƒ Tambahnya biaya penyelenggaraan sekolah yang harus ditanggung
pemerintah dari 3 tahun menjadi 4 tahun.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  72
ƒ Animo lu!usan SMP untuk masuk ke SPMA, berkurang.

Setelah dipertimbangkan aspek positif dan negatifnya, maka Departemen


Pertanian melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
3901/KEPUTUSAN/UM/9/1969 tanggal 29 September 1969 menetapkan bahwa
lama belajar di SPMA diubah kembali dari 4 tahun menjadi 3 tahun.

Selama Era Pelita I yang dimulai pada tahun 1969-1970, pendidikan pertanian di
bawah naungan Departemen Pertanian mengadakan upaya pembangunan di
bidang perangkat keras, perangkat lunak, maupun di perangkat ajar (teachware).
Hal ini dilakukan dalam bentuk rehabilitasi sekolah, pembangunan sekolah baru,
penyusunan konsep-konsep baru tentang pendidikan pertanian, pengembangan
kurikulum yang sejak awal diarahkan pada kurikulum berbasis kompetensi yang
dilakukan terus menerus sesuai dengan perkembangan tuntutan lapangan kerja,
pengembangan evaluasi kinerja sekolah, serta pelatihan dan pendidikan berjenjang
bagi guru dan staf baik di dalam maupun di luar negeri.

Pada tahap awal Repelita, pembangunan pendidikan pertanian di bawah


Departemen Pertanian didanai dcngan pinjaman Bank Dunia. Kemudian, dana
untuk pembangunan pendidikan pertanian diperoleh dari sumber-sumber lain
melalui kerja sama multilateral dan bilateral. Sejak awal, pendidikan pertanian di
bawah Deptan dititikberatkan pada penyuluhan pertanian. Tamatan sekolah
pertanian direkrut oleh Deptan untuk menjadi penyuluh pertanian. Pada akhir
Pelita I, sekolah-sekolah pertanian yang tadinya berorientasi "monovalen", yaitu
mempelajari satu bidang tertentu saja, misalnya hanya agronomi, peternakan, atau
perikanan saja, diubah menjadi orientasi "polivalen", yaitu siswa mempelajari
berbagai bidang pertanian dengan tetap mendapat kesempatan untuk
memperdalam salah satu bidang tertentu pada akhir tahun belajarnya. Hal ini
didasarkan pada pemikiran bahwa di lingkungan petani, usaha tani merupakan
usaha "polivalen" (melibatkan berbagai macam usaha pertanian). Sebagai
konsekuensi dari perubahan orientasi tersebut, maka nama-nama sekolah kejuruan
pertanian pun berubah menjadi Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP). Agar
tidak membingungkan masyarakat yang terbiasa dcngan nama lama, maka nama

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  73
lama tetap dicantumkan, misalnya SPP-SPMA, SPP-SNAKMA, dan seterusnya.

Pada Pelita V, SPP Negeri yang dikelola sepenuhnya oleh Deptan berjumlah 30
buah sekolah. Di samping itu, terdapat SPP Daerah yang dikelola oleh Pemerintah
Daerah Provinsi. Sampai dcngan Pelita III, SPP Daerah telah dibangun di seluruh
provinsi. Deptan membantu SPP Daerah dalam penyediaan sarana awal (gedung,
sarana/ peralatan), pelatihan guru, dan pembinaan pelaksanaannya. Sementara itu,
dana operasional dan pengembangan lebih lanjut serta pemeliharaan sekolah
menjadi tanggung jawab pemerintah provinsi. SPP Daerah sempat berkembang
mencapai sekitar 80 sekolah berarti beberapa provinsi memiliki lebih dari satu
sekolah. Selain SPP Negeri dan SPP Daerah, ada pula SPP Swasta, yang pada
Pelita lV berjumlah sekitar 80 sekolah.

Dalam perkembangan selanjutnya, dengan dasar pemikiran bahwa diperlukan


penyuluh pertanian yang lebih baik pendidikannya, karena tuntutan para petani
yang juga kian meningkat. Maka dilaksanakan peningkatan secara bertahap
terhadap sekolah pertanian menengah atas negeri dan terpilih menjadi Akademi
Penyuluhan Pertanian (APP) dan selanjutnya menjadi Sekolah Tinggi Penyuluhan
Pertanian (STPP).

Sebanyak 8 SPP yang memiliki Jurusan Perikanan diserahkan kepada Departemen


Perikanan dan Kelautan, yaitu yang berada di Ladong (Aceh), Pariaman (Sumbar),
Tegal (Jateng), Bone (Sulsel), Pontianak (Kalbar), Waiheru (Maluku), dan Sorong
(Irja).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  74
F. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN PERTANIAN DI
BAWAH PEMBINAAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN

1. Keadaan Sekolah Pertanian hingga tahun 1969

Sekolah pertanian di bawah pembinaan Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan mulai dikembangkan sejak tahun 1963 adalah Sekolah Teknologi
(ST) Pertanian untuk tingkat SLTP, dengan lama belajar 3 tahun setelah tamat
SR, dan mulai tahun 1965 Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pertanian
untuk tingkat SLTA dengan lama belajar 3 tahun setelah tamat SLTP.
Sekolah-sekolah pertanian tersebut didirikan berdasarkan pertimbangan utama
bahwa Indonesia adalah negara agraris dengan 70% - 80% penduduknya
bermata pencaharian di bidang pertanian. Pembukaan sekolah pada waktu itu
demikian sederhananya, hanya dalam bentuk secarik Surat Keputusan Menteri
tentang Pembukaan Sekolah.

ST Pertanian Negeri yang tertua lahir pada tahun 1963, yaitu Sekolah Teknik
(ST) Pertanian Negeri di Lembang, Kabupaten Bandung. Lokasi sekolah ini
berada di kompleks Balai Penelitian Hortikultura, Kementerian Pertanian, di
Lembang. Sekolah berikutnya adalah ST Pertanian Negeri di Cibadak
Kabupaten Sukabumi yang masih harus menumpang di sekolah lain. ST
Pertanian adalah sekolah setingkat SLTP dengan lama pendidikan 3 tahun
setelah tamat SD.
ST PERTANIAN CIBADAK
Sepintas kilas
Sekitar tahun 1970, penulis diangkat sebagai Kepala ST Pertanian Cibadak
merangkap sebagai Kepala STM Pertanian Cibadak. ST Pertanian saat itu di
Jawa Barat hanya ada 2 yaitu ST Pertanian Cibadak dan ST Pertanian
Lembang. ST Pertanaian Cibadak, saat serah terima jabatan Kepala ST
Pertanian Cibadak, memiliki sendiri lahan dan bangunan sekolah yang berasal
dari Pemda Kabupaten Sukabumi, berlokasi di Jalan Raya Parungkuda,
Cibadak. Bangunan sekolah terdiri atas 5 buah lokal: 3 buah lokal untuk kelas
(kelas I, kelas II dan kelas III, 1 buah lokal untuk ruang guru dan Kepala
Sekolah, dan 1 buah lokal untuk ruang Tata Usaha dan tempat penyimpanan
alat-alat budidaya tanaman milik sekolah. Jurusannya hanya satu yaitu
Budidaya Tanaman.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  75
Jumlah guru mencukupi (± 15 orang), sebagian besar tamatan PGSLP, dibantu
2 orang tenaga IPB yang juga mengajar di STM Pertanian Cibadak. Penulis
sendiri selaku kepala sekolah ikut mengajar Ilmu Pasti. Penulis mempunyai
hubungan yang dekat dengan kawan-kawan yang masih aktif di IPB. Pada
tahun 1971, penulis mengadakan pelatihan internal untuk peningkatan mutu
guru secara swadaya, dengan melibatkan secara tidak resmi, kawan-kawan dari
IPB sebagai tenaga pengajar dalam pelatihan tersebut. Pelatihan teknis
dilakukan di sekolah dengan dipandu kawan-kawan IPB. Kegiatan ini
dilanjutkan tahun 1972, dengan mengirim ke IPB guru yang sudah dilatih
tersebut untuk meluaskan wawasan. Di IPB, guru-guru melihat dari dekat Lab
Kimia/Fisika/Fisiologi tumbuhan dan kebun-kebun percobaan. Mereka
diizinkan mencoba mengoperasikan alat peralatan yang ada di sana.
Kalau biaya memungkinkan, guru-guru tersebut penulis bawa ke berbagai
kebun yang ada di Bogor, atau kebun-kebun pembibitan yang ada di sekitar
Cibadak. Kalau dana tidak cukup, guru-guru tidak berkeberatan ikut
berpartisipasi membayar sebagian biaya transpor.
ST Pertanian memiliki lahan praktek sendiri di 2 lokasi yaitu di samping
bangunan sekolah seluas ± ½ ha dan di Karang Tengah seluas hampir 1 ha.
Lahan praktek yang ada di sekolah terutama digunakan untuk praktek. Saat itu
belum dikenal pola praktek block release, yaitu kegiatan praktek untuk jangka
waktu tertentu. Namun karena alasan jarak, pelaksanaan praktek kelas II dan
kelas III dilaksanakan secara block relase, siswa berada di kebun dari pagi
sampai kegiatan selesai. Praktek siswa di kebun selalu ditunggui guru. Kalau
ada ubi jalar/ubi kayu, mereka sering mencabut sendiri dan membakarnya
beramai-ramai di kebun.
Lahan di Karang Tengah hasilnya untuk kesejahteraan guru dan tenaga TU.
Hasil panen tidak dijual, namun dibagikan untuk guru dan tenaga TU. Lahan
ditanami tanaman berumur pendek, seperti bayam, kacang tanah, kacang
panjang, terong, cabe merah, cabe rawit, ubi kayu, ubi jalar. Ada pula tanaman
pisang, pepaya, toga (tanaman obat keluarga) dan sebagainya. Kayu jeunjing
sebagai pagar ditanami, Penyiapan tanah dan perawatan tanaman dilakukan
sebagai praktek siswa kelas II atau kelas III.
Bibit disediakan oleh sekolah, dan hampir tiap bulan ada saja hasil panen yang
dibagikan untuk guru dan tenaga TU.
Alat peralatan yang dimiliki sekolah masih sederhana karena alat peralatan
yang ada adalah untuk kegiatan secara manual namun pacul, garpu, dan linggis
dibeli sekolah, sedang alat pemeliharaan tanaman adalah milik siswa yang
kalau sudah lulus dihibahkan untuk dipakai adik-adiknya.
Hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar cukup baik. Setiap memeringati
hari kemerdekaan R.I. yang dilakukan bersama STM Pertanian Cibadak, tidak
pernah absen mengikuti pameran dan bazar di pendopo Kecamatan. Adanya
pameran dan bazar yang diadakan sekolah berdampak pada penerimaan siswa
baru. Peminat tiap tahun selalu ada, dan jumlah siswa yang diterima selalu
dibatasi karena lokal yang ada hanya 3 dan gurunyapun terbatas. Untuk
membuka kelas sore agak sulit karena adanya kegiatan di lahan praktek
Karang Tengah.
Siswa jarang tidak lulus. Para tamatannya relatif masih anak-anak, pada

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  76
umumnya lanjut studi ke STM Pertanian. Kalau tidak lanjut sekolah, pada
umumnya membantu orang tuanya yang bekerja sebagai petani, pedagang
sayuran di pasar, atau pedagang usaha tanaman hias.
Sekitar tahun 1977, penulis serah terima jabatan Kepala ST Pertanian Cibadak
kepada pejabat baru yaitu ex Kepala ST Pertanian Lembang, lahan sekolah dan
bangunan sekolah ST Pertanian masih ada.
Ketika semua ST diintegrasikan ke dalam SMP, lahan ST Pertanian Cibadak
oleh Pemda setempat dihibahkan ke Departemen Agama dijadikan Madrasah
Tsanawiyah. Sampai saat ini penulis tidak tahu, lahan praktek yang ada di
Karang Tengah sekarang dikelola oleh siapa, karena penanggung jawab kebun
tersebut sekitar 10 tahun yang lalu meninggal dunia dan mantan pengganti
penulis selaku Kepala ST Pertanian juga sudah meninggal dunia.
Jakarta, 17 Desember 2010
Tri S. Iswoyo

STM Pertanian Negeri yang didirikan dalam dasawarsa 1960-an rata-rata


kondisinya kurang menguntungkan. Hal ini terjadi karena tidak diawali
dengan perencanaan yang matang. Akibatnya sekolah-sekolah tersebut
mengalami kesulitan dalam pendirian, penyelenggaraan, dan
pengembangannya. Pada awal pendiriannya, sekolah-sekolah tersebut tidak
dilengkapi dengan tenaga pengajar, tenaga administrasi, maupun sarana dan
prasarana yang diperlukan sebagaimana layaknya sebuah sekolah.

Pengungkapan keadaan beberapa STM Pertanian Negeri dimaksudkan untuk


memberi gambaran dan penjelasan bahwa kesan masyarakat terhadap sekolah
negeri adalah sekolah mempunyai gedung sendiri, dilengkapi perabot, alat
peralatan praktik, buku perpustakaan, serta peralatan penunjang lainnya yang
relatif lengkap sejak awal pendiriannya, pada kenyataannya tidak demikian
halnya. Sekolah-sekolah negeri tersebut harus berjuang untuk mendapatkan
guru, sarana, dan prasarana pendidikan agar dapat melakukan operasional
pendidikan secara optimal.

Perjuangan sekolah pertanian ini sangat menggembirakan, karena pada tingkat


provinsi dinilai menonjol. Para kepala sekolah sering mengadakan pertemuan
antarsekolah untuk membahas permasalahan yang berkaitan dengan mutu
pembelajaran, mencari peluang agar siswa mendapatkan kesempatan praktik/
magang, penyusunan diktat sampai kepada rencana ulangan umum bersama.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  77
STM Pertanian Negeri yang didirikan paling banyak terdapat di Jawa Tengah
(6 sekolah, yaitu di Sawit, Delanggu, Sragen, Temanggung, Salam, dan
Salatiga); dan di Jawa Barat (5 sekolah, yaitu di Kuningan, Subang, Cibadak,
Garut, dan Cirebon untuk STM Perikanan Laut). Di beberapa provinsi lainnya,
hanya terdapat satu sekolah, yaitu di Bantul (D.I. Yogyakarta), Takengon (D.I.
Aceh), Lubukpakam (Sumatera Utara), dan Bukittinggi (Sumatera Barat). Di
luar keenam provinsi tersebut, keberadaan STM Pertanian tidak diketahui.

Kurikulumnya juga baru berupa struktur program yang berisi nama mata
pelajaran berikut alokasi waktu setiap minggu, tanpa penjabaran materi untuk
setiap mata pelajaran.

Gambaran perkembangan STM Pertanian Negeri yang lahir hingga tahun 1969
di beberapa provinsi adalah sebagai berikut.

a. Provinsi Jawa Tengah


Di Jawa Tengah Sekolah Teknologi Menengah (STM) Pertanian Negeri
yang lahir tahun 1963/1964 adalah sebagai berikut.
• STM Pertanian Negeri Delanggu, Kabupaten Klaten.
• STM Pertanian Negeri Salatiga Kabupaten Semarang,
• STM Pertanian Negeri Temanggung Kabupaten Temanggung, dan
• STM Pertanian Negeri Purwokerto Kabupaten Banyumas.
Kemudian pada tahun 1967/1968 lahir
• STM Pertanian Negeri Sragen, Kabupaten Sragen dan
• STM Pertanian Negeri Procot Kabupaten Tegal,

STM Pertanian Swasta yang lahir tahun 1967/1968 adalah SFMA (sekolah
Farming Menengah Atas) di Sewakul, Ungaran, Kabupaten Semarang,
yang diprakarsai oleh Ki Sarino Mangunpranoto (Menteri P dan K tahun
1956/1957 dan 1966/1967), yang selanjutnya disusul berdirinya SFMA di
Jawa Tengah lainnya:
• SFMA di Bandungan, Ambarawa, Kabupaten Semarang,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  78
• SFMA Ampel, Kabupaten Boyolali dan SFMA Salam Kabupaten
Magelang.

Salah satu STM Pertanian Swasta yang lahir berikutnya dan pada tahun
1972 menjadi STM Pertanian Negeri adalah STM Pertanian Sawit yang
letaknya di Sawit bagian selatan dekat perbatasan wilayah Delanggu.
Lokasi ini memberi kesan seolah-olah di daerah Delanggu terdapat 2 STM
Pertanian Negeri. Atas inisiatif Kepala Kantor Perwakilan Departemen P
dan K Jawa Tengah, STM Pertanian Negeri Sawit Selatan akhirnya
dipindah ke Jepara menjadi STM Pertanian Negeri Jepara, yang dalam
perkembangan selanjutnya membangun kompleks baru di Jl. Gudang
Sawo Km.1,5 Mulyoharjo, Jepara.

Sementara itu untuk menampung minat calon siswa di daerah Sawit masih
terdapat STM Pertanian Negeri Delanggu, Kabupaten Klaten, yang mem-
bebaskan tanah di daerah Trucuk seluas 6 ha dan membangun kompleks
baru dengan alamat di Jl. DPU Mlese Sabranglor, Trucuk, Klaten.

STM Pertanian Negeri Delanggu Jawa Tengah


STM Pertanian Negeri Delanggu dipimpin oleh Kepala Sekolah Bapak
Soekarjono, BSc mempunyai kerja sama yang baik dengan pabrik gula (PG)
Colomadu yang pabriknya diwilayah Boyolali tetapi areal tebunya di sekitar
sekolah dan kerja sama dengan PG Tasikmadu yang lokasi pabriknya di
Palur Surakarta yang areal tanaman tebunya sampai kabupaten Sukoharjo
(berseberangan jalan dengan sekolah), kerja sama tersebut sudah dilakukan
setiap tahun, (sudah langganan), juga kerja sama dengan PT. Rosela yang
kantor pusatnya di Klaten, tetapi areal penanaman roselanya di mana-mana
(tidak jauh dari sekolah), kerja sama ini sangat cocok karena STM Negeri
Pertanian Delanggu hanya mempunyai satu jurusan Produksi Pertanian.
Baik pabrik gula maupun PT. Rosela mempunyai bagian-bagian pekerjaan
yang lengkap dan cocok dengan Jurusan Produksi Pertanian, yaitu:
1. Pengukuran/pemetaan lahan, penyiapan lahan, pengolahan lahan/
pembuatan parit/pembuatan cemplongan,
2. pembibitan/rayungan
3. penanaman,
4. pemeliharaan (pemupukan, penyiraman, dan penyiangan),
5. pemanenan /rembangan,
6. pengangkutan,
7. pengukuran rendemen.
PT. Rosela memiliki bagian pekerjaan:

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  79
1. pengukuran/pemetaan lahan,
2. pengolahan lahan,
3. penanaman,
4. pemeliharaan,
5. pemanenan, dan
6. pengolahan rosela menjadi serat.
Karena bagian-bagian pekerjaan tersebut cocok untuk semua kelas, maka
STM Negeri Pertanian Delanggu mengirim siswanya untuk praktek/magang
secara terus-menerus dalam kelompok-kelompok untuk kelas I, II, dan III.
Kerja sama antara STM Pertanian Negeri Delanggu dengan pabrik gula dan
PT. Rosela ini dapat terus dipertahankan karena kedua belah pihak
merasakan kemanfaatanya, sehingga tidak jarang siswa diberi transport
pulang (tidak bermalam karena jaraknya dekat).
Praktik laboratorium di sekolah dipilih yang menggunakan alat sederhana,
misalnya pengamatan morfologi tanaman yang semuanya dilaksanakan
dengan loupe (kaca pembesar). Setelah mempunyai microskop, baru
dilaksanakan praktik anatomi akar, batang, dan daun secara lengkap.
Praktik lapangan seperti tanaman berbagai jenis sayuran, bunga (terutama
yang dapat dilakukan dalam pot/polyback) dan tanaman keras seperti
pembibitan, stek, cangkok okulasi, enten/menyambung semua dilakukan di
sekolah dan di lapangan.

STM Pertanian Negeri Salatiga pada saat berdiri pada tahun 1965 masih
menumpang di SMP Negeri I Salatiga. Waktu belajarnya pada sore hari,
kemudian harus pindah dan menumpang di STM Negeri Salatiga.
Kemudian harus berjuang sampai akhirnya mendapat bantuan tanah
kurang lebih 1000 meter2 dan bantuan dana dari Depdikbud untuk
membangun beberapa lokal teori di Jl. Ganefo Salatiga, serta mengadakan
perabot, dan alat praktik sederhana.

Keadaan STM Pertanian Negeri Temanggung, tidak mempunyai sarana


prasarana pendidikan. Sekolah dibuka dengan menumpang di kompleks
Sekolah Rehabilitasi Cacat Mental di Jl. Kartini Temanggung dan
mendapat pinjaman tiga lokal teori, satu ruangan untuk kantor, dan satu
ruangan besar untuk praktik laboratorium dengan peralatan yang sangat
sederhana. Pada awal tahun 1968, atas kegigihan pihak sekolah, mendapat
bantuan dari Paguyuban Kadang Temanggungan, dibangunkan sekolah di
atas tanah pemberian Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung, kurang
lebih 4,5 ha. Bangunan terdiri atas lima lokal teori dan satu kantor. STM

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  80
Negeri Pertanian Temanggung akhirnya dipindah ke Salam Kabupaten
Magelang dengan membebaskan tanah seluas 6 Ha, membangun kompleks
baru, lengkap dengan kolam ikan, tanah praktik sawah dan ladang dengan
alamat Jl. Krapyak, Seloboro, Salam Kabupaten Magelang.

STM Pertanian Negeri Purwokerto Kabupaten Banyumas awalnya


menumpang di SMP Negeri I Jl. Gereja Purwokerto, kemudian harus
pindah dan menumpang di STM Pertanian PIRI di Jl. Kober Purwokerto,
suatu situasi yang ironis: bukan sekolah swasta menumpang sekolah
negeri, tetapi sekolah negeri menumpang di sekolah swasta. Dalam
perkembangan selanjutnya, STM Negeri Pertanian Purwokerto
membangun kompleks baru di atas tanah seluas 17 Ha pemberian
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah (saat itu diberikan oleh
Gubernur Jawa Tengah, Bapak Soepardjo Rustam). Lokasi baru di
Kalibagor ini keadaanya sangat memadai, lahan yang disediakan untuk
berbagai praktik pertanian sangat mencukupi, demikian juga alat peralatan
praktik. Lokasinya terletak di Jl. Raya Purwokerto-Banyumas Km.12
Kalibagor, Purwokerto.

STM Negeri Pertanian Sragen mendapat tanah tukar guling dengan lokasi
lama yang terletak di dalam kota seluas 6 Ha di daerah Kedaung,
membangun kompleks baru kolam ikan dan kandang-kandang untuk
peternakan dengan alamat, Jl. Bendungan Kedaung, Sragen.

STM Negeri Pertanian Procot, Slawi Tegal membebaskan tanah 4 Ha,


membangun kompleks baru dengan alamat Jl. Pabrik Gula Jatibarang
Slawi sementara lokasi lama di Jl. A. Yani Slawi Tegal tetap juga
digunakan. Dengan demikian STM Negeri Procot Slawi Tegal memiliki 2
lokasi.

b. Provinsi D.I. Yogyakarta

STM Pertanian Negeri di Yogyakarta, adalah satu-satunya yang ada di


kota Yogyakarta, tetapi tetap saja saat berdirinya menumpang di SMP

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  81
Negeri Pajeksan, Yogyakarta. Kemudian, oleh Kanwil Depdikbud D.I.
Yogyakarta sekolah tersebut dipindah ke daerah Bantul, dengan
pertimbangan sekolah pertanian di tengah-tengah kota Yogyakarta dinilai
tidak tepat.

STM Pertanian Negeri yang lahir di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun
1963/1964 adalah STM Pertanian Negeri Bantul kabupaten Bantul, yang
merupakan pindahan STM Pertanian Negeri Yogyakarta. Lokasi sekolah
ini menjadi satu lokasi dengan STM Negeri Bantul dan belajar sore hari
sampai awal Pelita III.

Sekolah swasta yang lahir tahun 1968 adalah Sekolah Perkebunan


Menengah Atas (SPbMA) di Muja-Muju Kabupaten Sleman, yang semula
pembinaan-nya berada di Departemen Pertanian, kemudian berpindah ke
Dep. P dan K.

c. Provinsi Jawa Barat

STM Pertanian negeri yang lahir di Provinsi Jawa Barat pada tahun
1963/1964 adalah STM Pertanian Negeri Garut Kabupaten Garut, STM
Pertanian Negeri Jalaksana Kabupaten Kuningan, STM Pertanian Negeri
Subang Kabupaten Subang dan STM Pertanian Negeri Cibadak Kabupaten
Sukabumi. STM Pertanian Negeri Cibadak Kabupaten Sukabumi saat awal
berdirinya menumpang di sekolah lain di Jl. Pelabuhan Ratu No. I
Cibadak. Kemudian atas prakarsa dan bantuan dana dari Kantor Daerah
Jawa Barat dapat membangun sekolah di Karang Tengah Cibadak di atas
lahan kompleks SD Negeri seluas kurang-lebih 1 ha. STM Pertanian
Negeri Cibadak mempunyai 2 lokasi, yang lama di Jl. Raya Karang
Tengah Cibadak, membangun kompleks baru, kolam ikan dan peternakan
di Jl. Al-Muwahidin Karang Tengah, Cibadak.

STM Pertanian Negeri Garut, membebaskan tanah 6 Ha, membangun


kompleks baru, kolam ikan dan lahan praktik di Karang Pawitan, Jl. Raya
Karang Pawitan Garut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  82
STM Pertanian Negeri Subang membangun kompleks baru di lokasi
sekolah lama yang tanahnya seluas 15 Ha yang berasal dari Kabupaten
Subang, di Jl. Wira Km. 5 Dangdeur, Subang. Baca: kesaksian siswa
pendiri di dalam box.

STM Pertanian Negeri Subang, Jawa Barat


STM Pertanian Negeri Subang, yang para siswa menyebutnya dengan
bangga: STEMPERT, didirikan hanya dengan secarik Surat Keputusan
pendirian sekolah. Upaya masyarakat dan siswa memperoleh guru seadanya
yang berasal dari perkebunan milik Inggris di sekitarnya dan dipaksa
mengajar. Bahkan bukan hanya tenaga pengajar, Kabupaten Subang
menyumbangkan anah seluaas 37 ha. Karena kurang terurus persyaratan
admministrasi pertanahan dan tidak adanya pagarpembatas, tanah yang
dikuasai STM Pertanian Negeri Subang tinggal 15 ha. Atas usaha siswa dan
guru mendapat bantuan traktor dari perkebunan. 7 buah traktor bantuan
tersebut dikaryakan oleh siswa sambil praktek. Hasil pengaryaan traktor
sebagian disumbangkan kepada sekolah, sebagian digunakan untuk biaya
hidup para siswa.
Karena keterlibatan pada peristiwa G30S/PKI, kepala sekolah yang pertama
diamankan, sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan sekolah. Berkat
ikut campurnya Kodim setempat, kekosongan ini dapat diisi oleh salah
seorang guru senior, yang masih bekerja di perusahaan perkebunan Inggris
setempat, yang dipaksa menjadi kepala sekolah. Nama yang bersangkutan
adalah Ir. R. O.A. Kosasih.
Stempert Subang hanya membuka satu jurusan yaitu Produksi Pertanian,
merupakan satu-satunya STM Pertanian Negeri yang dari awal sudah
mempunyai tanah praktek yang luas, bangunan sekolah belum memadai,
meskipun peralatan praktik laboratorium masih sederhana, namun peralatan
praktik lapangan sudah sangat mewah untuk ukuran saat itu, yaitu dengan 7
traktor dan 37 ha tanah. Kondisi lainnya yang menguntung-kan karena
Subang mempunyai banyak perkebunan seperti karet, kopi, nanas, dan
sayuran, serta dekat dengan Lembang yang mempunyai Balai Penelitian
Hortikultura, peternakan yang dikelola Departemen Pertanian. Dengan
demikian banyak praktik magang yang dapat dilakukan.
Dengan adanya berbagai kelebihan tersebut, maka STM Pertanian Negeri
Subang pada tahun 1978 pernah dijadikan tempat testing calon pegawai
perkebunan dan calon teknisi industri kecil bidang perkebunan, untuk
penerimaan pegawai tahun 1978/1979 bagi peserta seluruh daerah di Jawa
Barat.

STM Pertanian Negeri Jalaksana mempunyai 2 lokasi, yang lama di


Jalaksana Kuningan, membangun kompleks baru dengan membeli lahan 5
Ha untuk praktik laboratorium, praktik perikanan dan peternakan, di Jl.
Sukamulya Cigugur Kuningan).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  83
Pada tahun 1965 didirikan Sekolah Teknologi Menengah Perikanan Laut
(STM PL) Negeri Cirebon dengan Surat keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 79/Dirpt/BI/1965 tanggal 8 Agustus 1965. Pada awal
pendiriannya, sekolah ini menggunakan kampus bersama di STM Negeri 1
Cirebon. Jurusan yang dibuka adalah Teknologi Penangkapan Ikan.

d. Provinsi Jawa Timur

Sekolah Pertanian yang lahir di provinsi Jawa Timur pada tahun


1967/1968 adalah sekolah pertanian swasta yaitu STM Pertanian Swasta di
Ngawi Kabupaten Ngawi dan STM Pertanian Swasta PIRI di Madiun
Kabupaten Madiun.

e. Provinsi Lainnya

Di provinsi lain, STM Pertanian negeri yang lahir sebelum 1968 adalah
STM Pertanian Negeri Bukit Tinggi Kabupaten Tanah Datar Sumatera
Barat, STM Pertanian Negeri Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang,
Sumatera Utara.

STM Pertanian Negeri Bukit Tinggi mendapat dana Pelita dan


membangun kampus baru di atas tanah pemberian Kabupaten Tanah Datar
seluas 50 Ha. Lahan digunakan untuk bangunan pendidikan dan asrama
siswa, lahan praktik perkebunan, kandang praktik peternakan, dan kolam
ikan praktik budidaya ikan. Lokasi terletak di Jl. Raya Batu Sangkar Bukit
Gombak Tanah Datar, Sumatera Barat. Lokasi ini berada di area pacuan
kuda Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar.

2. PERKEMBANGAN STM PERTANIAN

STM Pertanian Negeri yang tertua di Jawa Tengah dan Yogyakarta didirikan
bertepatan dengan meletusnya peristiwa G-30S/PKI yaitu STM Pertanian
Negeri Purwokerto, STM Pertanian Negeri Temanggung, STM Pertanian
Negeri Salatiga, STM Pertanian Negeri Delanggu, dan STM Pertanian Negeri
Yogyakarta. Para Kepala Sekolah yang telah memiliki SK tentang pembukaan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  84
sekolah, kebingungan karena gedung sekolah belum ada, begitu juga dengan
peralatan, guru, biaya operasional termasuk gaji guru belum tersedia.
Walaupun STM Pertanian tersebut berstatus sekolah negeri yang persiapan
maupun pembangunannya seharusnya menjadi tanggung jawab penuh
pemerintah, para kepala sekolah membentuk kepengurusan yang disebut
"Pendiri/Perintis STM Pertanian" untuk mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan agar sekolah dapat beroperasi. Kepengurusan itu melibatkan pihak-
pihak lain yang dapat membantu pendirian sekolah. Hasilnya adalah meskipun
mengalami kesulitan yang luar biasa, STM Pertanian itu pun mulai beroperasi.

Perkembangan sekolah-sekolah berbeda-beda, tergantung pada keaktifan,


ketangguhan, keuletan, dan kelincahan kepala sekolah dengan para pendiri/
perintisnya. Misalnya, pada tahun 1967, STM Pertanian Delanggu menerima
bantuan lahan seluas 2,5 ha berikut bangunan kantor dan dua ruang kelas teori
dari Pemda setempat. Selanjutnya, pembangunan gedung sekolah dilakukan
secara swadaya. STM Pertanian Temanggung mendapat bantuan lahan seluas
5,5 ha dari pemerintah daerah setempat. Di atas tanah tersebut dibangun
kantor dan tiga ruang teori atas bantuan dari Yayasan Kadang Temanggungan.

Keadaan guru pada tahun pertama masih seadanya dan hampir semuanya
pinjaman dari sekolah negeri setempat. STM Pertanian yang ada di
Purwokerto, Yogyakarta, dan Salatiga dapat mengisi keperluan guru kejuruan
relatif lebih mudah karena di Purwokerto ada Universitas Negeri Jenderal
Soedirman (Unsoed), di Yogyakarta ada Universitas Gadjah Mada (UGM),
selain di Salatiga ada Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang
ketiganya memiliki Fakultas Pertanian. STM Pertanian Delanggu dan
Temanggung mendapat bantuan dari Dinas Pertanian dan Dinas Perindustrian
setempat untuk mengisi kebutuhan akan guru kejuruannya.

Keadaan peralatan praktik lebih parah lagi. Untuk mengatasinya, STM


Pertanian Temanggung, misalnya, membuka satu ruangan sebagai tempat
praktik serbaguna (praktik kimia, biologi, bahan hasil pertanian, dan
pengolahan hasil pertanian). Karena minimnya fasilitas, dalam pelaksanakan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  85
praktik, ada kejadian yang "unik" di sekolah tersebut yang menggambarkan
semangat dan ketangguhan para guru pada waktu itu untuk memberikan
pengalaman praktik yang lebih banyak kepada para siswanya.

Sampai dengan tahun 1968, jumlah STM Pertanian di Jawa Tengah bertambah
2 sekolah lagi, yaitu STM Pertanian Negeri Sragen dan STM Pertanian Negeri
Procot, Tegal.

Beberapa sekolah swasta yang berdiri adalah SFMA (Sekolah Farming


Menengah Atas), didirikan untuk pertama kalinya pada tahun 1967 di
Sewakul, Ungaran oleh Ki Sarino Mangunpranoto (Menteri PP dan K tahun
1956-1957 dan Menteri P dan K tahun 1966-1967). Setelah itu, berturut-turut
berdiri SFMA Bandungan-Ambarawa, SFMA Ampel-Boyolali, dan SFMA
Salaman Magelang. Di Yogyakarta berdiri SPbMA (Sekolah Perkebunan
Menengah Atas), sedangkan di Jawa Timur sekolah swasta yang berdiri adalah
STM Pertanian di Ngawi dan di Piri (Madiun) serta STM Pertanian di
Bojonegoro untuk memenuhi tenaga perkebunan tembakau Virginia. Jurusan-
jurusan yang dibuka pada STM Pertanian di Yogyakarta dan Jawa Tengah
ketika itu adalah Pengolahan Hasil Pertanian dan Mekanisasi.

CARA UNIK PRAKTIK SISWA


STM PERTANIAN TAHUN 1960-AN
Karena ketiadaan alat praktik pada tahun 1960-an, guru-guru STM
Pertanian Temanggung, Jawa Tengah, melakukan cara yang unik dalam
praktik siswa. Keunikan itu ialah, karena tiadanya bahan untuk praktik
kimia, guru memegang 2 tabung reaksi yang kedua-duanya diisi air.
Setelah menerangkan reaksi asam dan basa yang akan menghasilkan
endapan, guru lalu menuangkan air dari tabung reaksi yang satu ke tabung
reaksi lainnya. Karena bukan asam dan basa yang dicampurkan, jelas tidak
akan terjadi endapan. Guru mengatakan seharusnya terjadi endapan seperti
ini sambil memasukkan kapur sisa menulis ke dalam tabung reaksi yang
berisi air.
Untuk mengatasi pelajaran praktik karena tidak tersedianya alat yang
diperlukan, sekolah ini mengirim para siswanya ke Dinas Pertanian
setempat 2 kali setiap minggu sesuai dengan jadwal praktik. Kegiatan yang
dilakukan oleh siswa antara lain bagaimana mengetahui padi yang sudah
saatnya dipanen; bagaimana perlakuan pengairannya saat padi menjelang
tua agar masaknya serentak; bagaimana panen, pengeringan padi, dan
penyimpanan padi dilakukan di gudang/ lumbung serta kerusakan padi saat
penyimpanan dan cara mengatasinya, dan sebagainya.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  86
STM Pertanian Negeri Temanggung dipimpin oleh kepala sekolah Bapak
R. Soenarto hanya membuka satu jurusan yaitu Processing Hasil Pertanian
(Teknologi Hasil Pertanian). Tahun ajaran 1965/1966 baru mempunyai
kelas I, merekrut guru dari Dinas Pertanian Temanggung untuk mengajar
mata pelajaran pertanian dan merekrut guru dari Dinas Perindustrian untuk
mengajar penanganan/pengawetan dan pengolahan hasil pertanian.
Seharusnya kelas I sudah ada praktik laboratorium (untuk mata pelajaran
Botani, Zoologi, dan Kimia Dasar), tetapi karena sekolah tidak mempunyai
laboratorium maupun peralatan, semua praktik diarahkan kepada praktik
lapangan.
Pelaksanaan praktik pertanian dititipkan kepada Dinas Pertanian setempat
dengan bimbingan guru yang berasal dari Dinas Pertanian. Dinas Pertanian
ini dapat menyediakan praktik lapangan secara lengkap, mulai ukur tanah,
mengolah tanah, menyemai, menanam, memelihara (membumbun,
menyiang, mengairi, memupuk, dan memberantas hama penyakit).
Praktik pengawetan dan pengolahan hasil pertanian sebagian dititipkan
pada Dinas Perindustrian yang mengelola industri kecil seperti perajin
tempe/tahu, kecap, emping, ikan asin. Kegiatan dilakukan di industri
kecil/perajin. Tahap pertama siswa dikelompokkan dalam kelompok kecil
(2-3) orang untuk dikirim praktik di perajin tempe, dan diwajibkan
membuat laporan praktik. Tahap berikutnya beberapa kelompok yang
sudah menyelesaikan praktik tahap satu (2-3 kelompok) dilebur menjadi
satu kelompok besar untuk melakukan praktik di sekolah dengan kegiatan
praktik pembuatan tempe dan dilakukan di sekolah. Praktik
didemonstrasikan di depan guru untuk mendapat saran-saran. Selama
praktik diperbolehkan ada tanya jawab. Bahan praktik dan peralatan
disediakan oleh siswa, hasilnya menjadi hak siswa. Semua kegiatan di
bawah bimbingan guru.
Setelah mempunyai siswa kelas II, kegiatan praktik di sekolah
ditingkatkan dengan melakukan penyulingan. Praktik ini meliputi
penyulingan bahan hasil pertanian, seperti daun sereh, daun cengkeh,
beberapa macam bunga (penyulingan minyak atseri) dengan alat sangat
sederhana yang dilengkapi pipa-pipa air pralon. Praktik pengawetan
dengan pengeringan (penjemuran), penggaraman dan penjemuran,
pengawetan dengan mengasap, pengawetan dengan gula, sterilisasi
dilakukan dengan peralatan sederhana yang dibawa siswa.
Praktik pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan jam, jelly dari buah-
buahan, pengolahan susu dan daging meskipun memungkinkan dilakukan
dengan peralatan sederhana milik siswa, tidak dilakukan karena biayanya
sudah mahal.
Praktik pengolahan hasil pertanian yang biayanya mahal, tetapi sangat
diperlukan, sekolah menjalin kerja sama dengan Pemda. Saat itu istri
Bupati/Kepala Daerah Kabupaten Temanggung, Prof. Dr. Sri Sudewi
Masjchun Sofwan, SH, menjadi Ketua Bidang Pengembangan Program
PKK Propinsi Jawa Tengah yang diketuai oleh istri Gubernur Jawa Tengah
(Ibu Munadi). Memanfaatkan posisi istri Bupati Temanggung tersebut,
yang juga pendukung berdirinya STM Negeri Pertanian Temanggung,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  87
sekolah mengusulkan agar ada program keterampilan pengawetan dan
pengolahan hasil pertanian (Program Industri Pengolahan Hasil Pertanian)
untuk istri para camat, istri-istri Lurah, dan tokoh masyarakat desa.
Usulan disetujui untuk program 6 bulan pertama, dengan semua biaya dari
Pemda dan pelaksananya adalah guru dan siswa STM Pertanian Negeri
Temanggung dengan pengawas Tim PKK Kabupaten Temanggung.
Pelaksanaan program ini memberi solusi yang luar biasa. Siswa dan guru
saling membantu melaksanakan praktik langsung di hadapan ibu-ibu tokoh
masyarakat yang jumlahnya mencapai 20-25 orang setiap angkatan.
Tempat pelaksanaannya berpindah-pindah. Program ini diteruskan sampai
tahun berikutnya. Pada tahun kedua pelaksanaan kerja sama tersebut,
STM negeri Pertanian Temanggung sudah mempunyai siswa kelas I, kelas
II, dan kelas III.
Program pelatihan bagi ibu-ibu PKK di kecamatan dan di kelurahan
dipersiapkan oleh Tim Guru, kemudian dilatihkan dan didiskusikan kepada
siswa yang akan menjadi pelaksana, kemudian dirumuskan sebagai acuan.
Perumusan sudah disusun mendetail, termasuk pembagian tugas dan
tanggung jawab. Perjalanan ke kecamatan/kelurahan ditempuh dengan
jalan kaki atau dokar, sambil menenteng peralatan yang diperlukan,
sehingga tidak jarang tim guru-siswa ini pulang agak malam.
Pemda sangat mendukung upaya sekolah dengan usaha untuk
menjembatani terjadinya kerja sama sekolah dengan Perusahaan Daerah
yang biasa menangani pengolahan tembakau dan panili untuk ekspor.
Sekolah memborong sebagian pekerjaan perusahaan daerah dalam
pengolahan panili dari panili basah, hasil panili petik sampai menjadi
panili kering siap ekspor. Tim guru dan siswa kelas III yang terpilih akan
ditunjuk menjadi pelaksana pengolahan panili. Siswa dipilih yang telah
memiliki pengalaman mengolah panili di desanya. Siswa kelas III lainnya
dan siswa kelas II yang akan praktik pengolahan panili harus magang kerja
lebih dulu dengan cara membantu tim, baru diperbolehkan praktik
pengolahan panili dalam melaksanakan kerja sama ini.
Realisasi praktik pengolahan panili kerja sama dengan perusahaan daerah
ini, perlu dicatat sebagai awal babak baru yang merupakan sejarah suatu
sekolah memberanikan diri memborong pekerjaan guna dapat memberi-
kan pengalaman nyata yang mempunyai bobot tinggi di dalam membekali
tamatanya untuk memasuki dunia kerja.
Keunikan yang dirasakan baik oleh sekolah, guru, maupun siswa adalah
adanya situasi yang berbeda dengan saat pelaksanaan kerja praktik melalui
kerja sama dengan pihak-pihak lain. Perasaan tegang, minder, takut gagal,
akan muncul karena di satu sisi diketahui bahwa sifatnya sudah benar-
benar praktik komersial dengan volume/tonase yang tinggi dengan biaya
besar dan di sisi lain karena baru pertama melakukan dan kegagalan akan
berakibat sangat fatal karena yang dipertaruhkan nama baik sekolah dan
profesi. Kekhawatiran gagal menjadi beban mental bagi para guru dan
siswa. Gagal berarti hilangnya kepercayaan pada sekolah.
Kerja sama STM Pertanian Negeri Temanggung dengan Biara
Rawaseneng telah dilaksanakan dengan baik sejak STM Negeri Pertanian

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  88
Temanggung mempunyai siswa kelas II. Biara Rawaseneng mempunyai
usaha perkebunan kopi dan peternakan sapi perah. Pada divisi perkebunan
kopi terdapat bagian kebun dan bagian pabrik. Bagian kebun mempunyai
bagian-bagian pekerjaan yang cocok untuk praktik siswa Jurusan
Produksi/Agronomi. Pekerjaannya antara lain: pembibitan, pengolahan
tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen. Bagian pabrik kopi cocok
untuk siswa Jurusan Processing Hasil Pertanian dengan pekerjaan
meliputi: sortasi basah, pengupasan kulit, fermentasi, pengeringan,
pembuatan kopi bubuk, serta pengepakan.
Divisi peternakan sapi perah sesuai untuk siswa Jurusan Peternakan
dengan bagian-bagian pekerjaan: membersihkan kandang, memandikan
sapi, menyusun ransum dan memberi makan sapi, memerah susu. Bagian
pengolahan hasil sesuai untuk siswa Jurusan Processing Hasil Pertanian
dengan bagian pekerjaan seperti: sterilisasi susu, pembotolan untuk
konsumsi susu segar, mengolah susu menjadi keju dan pembuatan
berbagai jenis roti kering.
Praktik kerja/magang di Biara Rawaseneng dapat diikuti siswa setelah
melalui tes. Setelah dinyatakan diterima siswa harus benar-benar disiplin
dan mematuhi tata tertib, antara lain bersedia tinggal di asrama dan
mengikuti aturan jam kerja karyawan yaitu mulai jam 07.00 sampai
dengan 17.00 WIB. Jadwal praktik disusun oleh guru dan pelatih dari
Biara Rawaseneng. Bertindak sebagai guru dan pelatih adalah Pastur/
Romo yang umumnya orang Belanda yang sudah fasih berbahasa
Indonesia. MKonsumsi disediakan oleh biara. Siswa yang melanggar tata
tertib atau kurang disiplin akan dikembalikan kepada sekolah dan tidak
lulus kerja praktik/magang dan tidak diberi sertifikat.
Penilaian dilakukan sepenuhnya oleh pihak biara. Setiap siswa yang telah
selesai praktik dengan melakukan satu bagian pekerjaan harus membuat
laporan dan didiskusikan dengan bimbingan pelatih. Bila belum memenuhi
persyaratan, siswa harus mengulang dan belum boleh mengikuti bagian
pekerjaan lanjutannya. Siswa yang telah menyelesaikan semua bagian
pekerjaan dan telah menyerahkan semua laporan, semua bagian pekerjaan
tuntas, dinyatakan lulus dan diberi sertifikat.
Praktik ke Dinas Perindustrian dilakukan di Desa Kranggan dan Koloran
yang merupakan sentra pembuatan pati singkong dan kerupuk.
Sesuai dengan jurusannya, kegiatan praktik di STM Pertanian Delanggu
dilakukan di pabrik gula: praktik mekanisasi membuat saluran air, saluran
drainase, pengolahan tanah untuk tanaman tebu, dan mengemudikan
traktor.

STM Pertanian Negeri yang didirikan di Jawa Barat pada tahun 1965
sebanyak empat sekolah, masing-masing berlokasi di Jalaksana (Kuningan),
Cibadak (Sukabumi), Subang, dan Garut. Jurusan yang dibuka adalah
Processing (Pengolahan Hasil Pertanian) dan Produksi (Budidaya Tanaman).
Di samping itu, terdapat satu lagi STM Pertanian di Cirebon yang khusus

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  89
membuka Jurusan Perikanan Laut. Oleh karcna kurikulumnya hanya berupa
kerangka program tanpa dilengkapi rincian materi, maka setiap STM
Pertanian dapat menjabarkan sendiri materi sesuai kemampuan sekolah yang
bersangkutan. Akibatnya, mata pelajaran yang sama isinya berbeda
antarsekolah.

ARTI SEBUAH MESIN KETIK BAGI


STM PERTANIAN NEGERI CIBADAK
STM Pertanian Cibadak, Sukabumi, didirikan dengan melalui SK Menteri
PP dan K tahun 1965. Pada saat awal operasinya, sekolah ini tidak
dilengkapi gedung, schingga harus menumpang pada gedung ST Negeri dan
proses belajar-mengajar pun berlangsung siang hari. Pada saat ST tersebut
meningkatkan daya tampungnya dengan membuka kelas siang, maka STM
Pertanian Negeri Cibadak terpaksa keluar dari gedung ST Negeri, dan atas
jasa baik pemuka agama setempat dipinjami gedung yang boleh dipakai
sementara. Inventaris apapun tidak dimiliki olch sekolah ini, kecuali guru
dan tenaga administrasi serta siswa. Laporan yang disampaikan kepada
Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Barat pun menggunakan tulisan tangan. Dalam jawabannya,
Kepala Kanwil meminta Kepala Sekolah untuk mengambil mesin ketik di
Kanwil. Itulah inventaris satu-satunya yang dimiliki sekolah tersebut saat itu.
Dengan berbekal mesin ketik yang dimiliki, mulailah sekolah itu
berkomunikasi dengan Pemda dan Kandep setempat. Hasilnya adalah
sekolah ini mendapat izin untuk menempati sebuah gedung yang satu atap
dengan SD. Pembelajaran harus benar-benar dikelola, dalam arti apabila
murid-murid SD sedang belajar membaca atau mengeja kata/huruf atau
belajar menyanyi bersama satu kelas (yang menimbulkan suara gaduh),
maka para siswa STM Pertanian harus mengalah untuk segera berganti
aktivitas, misalnya dengan mengerjakan soal-soal atau menyelesaikan tugas-
tugas kelompok atau individu.
Atas bantuan IPB, kebutuhan akan guru kejuruan di STM Pertanian Cibadak
dapat dipenuhi. Praktik untuk siswa sebagian besar dilakukan di luar
sekolah, antara lain dcngan mengirim siswa dalam kelompok-kelompok kecil
ke perkebunan di sekitar Sukabumi, ke Balai Besar Kimia di Bogor dan
tempat-tempat lainnya yang relevan. Praktik kimia baru dapat dilaksanakan
setelah STM Pertanian itu mendapat hantuan berupa laboratorium kimia
beserta peralatannya dari Pemda Kabupaten Sukabumi. Karena belum
memiliki gedung, laboratorium itu pun pembangunannya dititipkan di ST
Negeri Cibadak.
Menyadari hal tersebut, pada tahun 1971, STM Pertanian Negeri Cibadak
bekerja sama dengan ketiga STM Pertanian lainnya yang ada di provinsi ini
menyusun kembali materi mata pelajaran yang ada dalam kurikulum di
masing-masing sekolah. Hasilnya kemudian dikirimkan kepada Kepala
Kantor Perwakilan P dan K Provinsi Jawa Barat c.q. Kepala Kantor
Pembinaan (Kabin) Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  90
Selanjutnya, Kabin PMK mengagendakan pembahasan bahan tersebut
selesai Rapat Kerja Tahunan Kepala Sekolah se-Jawa Barat. Saat para
Kepala Sekolah yang lain pulang, kelompok STM Pertanian membahas hasil
masing-masing sekolah di bawah koordinasi Kepala Seksi Kurikulum Kabin
PMK Kanwil Dep. P dan K Provinsi Jawa Barat. Setelah melalui
penyempurnaan di masing-masing sekolah, Kabin PMK Provinsi Jawa Barat
menerbitkan Keputusan untuk menggunakan hasil Penyusunan Garis-garis
Besar Materi Pelajaran tersebut di semua STM Pertanian di Jawa Barat.

Perkembangan STM Pertanian Negeri di Luar Pulau Jawa

Pada tahun-tahun awal pendiriannya, jumlah pasti STM Pertanian di luar


Pulau Jawa sesungguhnya tidak banyak diketahui karena biasanya merupakan
salah satu jurusan pada STM (umum). Di antara yang masih diketahui adalah
dibukanya Jurusan Pertanian di STM Lubukpakam (Sumatera Utara) dan
Bukittinggi (Sumatera Barat).

3. STM/SMT PERTANIAN PADA MASA PELITA

Dalam kaitan dengan pembangunan pendidikan kejuruan secara nasional,


sejak era Pelita I pendidikan kejuruan pertanian telah mengalami banyak
perkembangan. Pembangunan Sekolah Menengah Teknologi (SMT) Pertanian
di bawah Departemen P dan K dilakukan secara utuh dan komprehensif
berdasarkan analisis ketenagakerjaan, meliputi lokasi, penjurusan, kurikulum,
bangunan, peralatan dan dana. Dalam lingkup Departemen P dan K, pada awal
Pelita I (1969/1970) terdapat 12 proyek yang bernama Proyek Rehabilitasi/
Pengembangan ST/STM dan tersebar di 12 lokasi, yaitu di Metro, Jakarta,
Bandung, Tangerang, Boyolali, Semarang, Pekalongan, Temanggung,
Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Ujungpandang. Proyek menyusun standar
untuk pembangunan sekolah kejuruan/teknik, meliputi program pembelajaran,
standar bangunan, standar peralatan dan bahan, standar manajemen sekolah,
standar kualifikasi dan jumlah guru. Proyek tersebut juga bertugas
menginventarisasi sekolah-sekolah yang memerlukan rehabilitasi atau
pembangunan berdasarkan skala prioritas, serta melaksanakan pembangunan
fisik sesuai dcngan rencana.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  91
Pada sekitar tahun 1965 pendidikan Teknologi mewarisi keadaan yang buruk
akibat banyak didirikannya ST Negeri dan STM Negeri tanpa pertimbangan
tersediannya guru dan fasilitas pendidikan lainnya. Hal ini mengakibatkan
pendidikan menengah teknologi mutunya terus-menerus merosot.

Menghadapi situasi tersebut tersebut, pada tahun 1967 Direktur Pendidikan


Teknologi berusaha mencari jalan keluar untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Berbagai upaya dilakukan. Pada tahun 1968 dilakukan kaji ulang
tentang kurikulum di kalangan internal pendidikan. Dengan menyadari
kemampuan pemerintah yang masih sangat terbatas, dirancanglah peningkatan
fasilitas beberapa STM agar selain dapat digunakan untuk melayani siswanya
sendiri, dapat difungsikan pula sebagai tempat pelatihan praktik bagi siswa
STM di sekitarnya. Model tersebut disebut Instalasi Pendidikan Teknologi
(IPT). Sebagai langkah awal dibutlah perencanaan IPT untuk jurusan
bangunan (gedung dan air), elektronika, listrik, mesin, otomotif, pertanian,
geologi tambang, kimia, dan tekstil.

Gagasan pendirian model IPT dimasukkan dalam proyek Pelita. Kebijakan


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dijabarkan oleh
Pimpinan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Badan
Penelitian dan Pengembangan (BPP) mengharuskan struktur keproyekan
disesuaikan dengan dukumen Rencana Pembangunan Lima Tahun ke-I tahun
1969 – 1974 (Repelita I), dirinci ke dalam Proyek Rehabilitasi ST, Proyek
Perluasan ST, Proyek Rehabilitasi STM, dan Proyek Perluasan STM.

Berdasarkan struktur dan alokasi anggaran yang demikian, disusunlah


keempat jenis proyek tersebut di 12 lokasi, masing-masing lokasi mendapat 4
proyek tersebut. Dalam pelaksanaannya setiap lokasi dengan 4 proyek tersebut
dikelola oleh satu Kepala Proyek dan satu Bendaharawan Proyek, dan
anggaran yang tersedia digunakan untuk membangun Instalasi Pendidikan
Teknologi (IPT).

Model IPT di 12 lokasi tersebut adalah: Metro (Lampung), Tangerang,


Temanggung, Boyolali, dan Jember untuk pertanian, sedangkan Jakarta,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  92
Semarang, dan Ujung Pandang untuk teknologi dasar (bangunan gedung,
bangunan air, mesin konstruksi, mesin tenaga/otomotif, listrik, dan
elektronika), Yogyakarta di samping teknologi dasar ditambah dengan geologi
tambang dan kimia industri, Pekalongan khusus untuk teknologi tekstil,
Bandung khusus untuk elektronika industri dan kontrol proses, sedangkan
Surabaya selain teknologi dasar ditambah dengan kimia industri.

Menjelang akhir tahun pertama pembangunan IPT, Menteri P dan K, Mashuri,


S.H, ingin melihat wujud IPT secepatnya. Oleh karena itu, pada program
Pelita tahun kedua ditetapkan 2 lokasi untuk diselesaikan pembangunannya
dalam satu tahun anggaran 1970/1971, yaitu untuk lokasi Jakarta dan lokasi
Semarang.

Dalam perjalanan selanjutnya telah terjadi alih fungsi dari rencana semula
pendirian IPT, ketika Presiden Soeharto meresmikan lokasi IPT Semarang
tanggal 7 Juni 1971 dan meresmikan lokasi IPT Jakarta pada tanggal 29 Juni
1971, dan sekaligus mencanangkan sistem Pendidikan Teknik Menengah 4
tahun yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Teknologi Menengah (STM)
Pembangunan dengan 5 jurusan: Bangunan, Elektronika, Listrik, Mesin, dan
Otomotif (Belmo). Keputusan tersebut merupakan acuan bagi lokasi lainnya.
Sebanyak 6 lokasi lainnya menjadi STM Pembangunan 4 tahun, masing-
masing:
• Proyek Perintis STM Pembangunan Surabaya untuk Jurusan
Bangunan, Jurusan Elektronika, Jurusan Mesin, Jurusan Otomotif, dan
Teknologi Kimia;
• Proyek Perintis STM Pembangunan Ujung Pandang untuk Jurusan
Bangunan, Jurusan Elektronika, Jurusan Mesin, Jurusan Otomotif.
• Proyek Perintis STM Pembangunan Bandung untuk jurusan
Elektronika dan Teknik Pendinginan;
• Proyek Perintis STM Pembangunan Yogyakarta untuk Jurusan
Bangunan, Jurusan Elektronika, Jurusan Mesin, Jurusan Otomotif, dan
Jurusan Geologi Tambang;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  93
• Proyek Perintis STM Pembangunan Pekalongan Bagian Tekstil;
• Proyek Perintis STM Pembangunan Temanggung Bagian Pertanian.

STM Pembangunan Bagian Pertanian adalah sekolah setingkat SLTA dengan


lama belajar 4 tahun setelah tamat SLTP. Merupakan satu-satunya STM
Pembangunan Bagian Pertanian di Indonesia, berlokasi di Temanggung Jawa
Tengah, dikenal dengan sebutan STM Pembangunan Temanggung.

SMTP (Sekolah Menengah Teknologi Pertanian) adalah sekolah lanjutan


tingkat atas dengan lama belajar 3 tahun sesudah SLTP, berlokasi di Metro
(Lampung), Tangerang (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Jember
(Jawa Timur).

Sementara itu 4 lokasi lainnya dikembangkan menjadi Sekolah Teknologi


Menengah (STM) Pertanian 3 tahun, masing-masing adalah STM Metro,
Tangerang, Boyolali, dan Jember, yang dalam perkembangan berikutnya
masing-masing menjadi Sekolah Menengah Teknologi (SMT) Pertanian.

Dengan perubahan arah tersebut, misi IPT yang dicetuskan pada tahun 1968
diwujudkan dalam bentuk Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) yang
mulai dibangun pada tahun 1974 dengan dana pinjaman Bank Dunia di 5
lokasi: Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Ujung Pandang. Pada tahap
selanjutnya dibangun di 4 lokasi, yaitu Padang, Palembang, Semarang, dan
Yogyakarta. Menggantikan misi IPT, BLPT berperan melaksanakan pelatihan
praktek bagi STM sekitarnya. Sayang jurusan yang diselenggarakan hanya
teknologi dasar, tidak ada jurusan pertanian.

Meskipun tujuan IPT telah berubah, Proyek Perintis STM Pembangunan


Temanggung sudah melaksanakan gagasan IPT melatih praktik siswa STM
Pertanian se-Jawa Tengah bahkan pernah memberi kesempatan pelatihan
praktik bagi STM Negeri Pertanian Cibadak (Jawa Barat) serta pernah
melakukan penataran bagi guru praktik STM Pertanian se-Jawa Tengah.

STM Pembangunan bagian Pertanian Temanggung menerima siswa pada


tahun ajaran 1974/1975 dan hanya membuka satu Program Studi, yaitu

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  94
Program Studi Teknologi Hasil Pertanian pada Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian. Pada tahun ajaran 1984/1985 membuka Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan pada Jurusan Agronomi.

SMT Pertanian Metro (Lampung), SMT Pertanian Tangerang, SMT Pertanian


Boyolali (Jawa Tengah), dan SMT Pertanian Jember (Jawa Timur) menerima
siswa pada tahun ajaran 1975/1976, masing-masing membuka 2 jurusan, yaitu
Jurusan Teknologi Peralatan Pertanian (TPP) dan Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian (THP).

Pada tahun anggaran 1970/1971, Proyek Rehabilitasi/Pengembangan ST/STM


berubah nama menjadi Proyek Pengembangan Instalasi Pendidikan Teknik
(IPT) yang fungsinya melayani praktik/praktikum bagi ST/STM di sekitarnya.
IPT yang berhasil melakukan fungsinya untuk menyelenggarakan praktikum
adalah IPT Temanggung (dengan memanfaatkan guru STM Pertanian
Temanggung sebagai instruktur) dan IPT Boyolali (dengan memanfaatkan
guru STM Pertanian Delanggu sebagai instruktur).

Pada tahun 1986 STM Negeri Pertanian Salatiga dipindah ke Bawen,


menempati tanah seluas 7 Ha di kompleks Pasar Hewan Bawen, membangun
kompleks baru, dengan alamat Jl. Kartini No.119 Bawen Kabupaten
Semarang. Semula tanah tersebut dibebaskan untuk pembangunan Pusat
Pengembangan Penataran Guru (PPPG) Teknologi menggunakan dana
pinjaman dari Asian Development Bank, tetapi karena perubahan kebijakan,
tanah tersebut dialih-gunakan untuk STM.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.


0298/0/1976, tanggal 9 Desember 1976 STM Negeri Perikanan Laut Cirebon
berganti nama menjadi Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMT
Pertanian) Negeri Cirebon, dengan jurusan:

1. Teknologi Penangkapan Ikan (TPI).


2. Teknologi Hasil Pertanian (THP)
Dalam perjalanan selanjutnya yang lebih berkembang adalah TPI, dan THP
ditutup.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  95
Dalam perkembangan selanjutnya SMT Pertanian Cirebon mendapatkan
gedung baru di Mundu, Kabupaten Cirebon.

Pada tahun pelajaran 1987 – 1988 SMT Pertanian Negeri Cirebon membuka
Program Keahlian baru yaitu Budidaya Ikan ( B I ). Beberapa tahun setelah
dibuka BI, SMT Pertanian Cirebon membuka Unit Produksi Tambak Udang
Windu dan berkembang sangat pesat, sehingga mampu membeli sebuah kapal
tangkap ikan mini purse seine.

Sekolah pertanian di bawah pembinaan Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan sampai akhir Pelita VI (1999) terdiri atas 154 SMT Pertanian
Negeri dan 119 Sekolah Pertanian Swasta, baik itu SMT Pertanian Swasta
maupun SPP SPMA di bawah pembinaan Pemda (belum seluruhnya dibina
Depdikbud). Seluruh sekolah tersebut adalah sekolah menengah tingkat atas
dengan lama belajar 3 tahun setelah tamat SLTP, kecuali satu sekolah dengan
lama belajar 4 tahun setelah tamat SLTP, yaitu STM Pembangunan bagian
Pertanian di Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

Sejak tahun 1993 semua sekolah kejuruan namanya diubah menjadi SMK.
Setelah namanya berubah dari SMT Pertanian menjadi SMK, maka banyak
SMK Pertanian yang membuka program studi bukan jurusan pertanian.
Karena SMK tersebut mempunyai guru-guru kimia yang relatif memadai dan
guru-guru mekanisasi yang cukup, kebanyakan SMK (eks) pertanian
menambah program studi Kimia Industri, Kimia Analis, dan sebagian lagi
menambah program studi Otomotif. Dengan demikian, keberadaan SMK (eks)
pertanian yang konsisten dengan jurusan dan program studi yang murni
pertanian jumlahnya tinggal kurang dari 50 persen dari jumlah pada akhir
tahun 1990an.

Dalam pengelompokan program menurut kurikulum SMK (Kurikulum 1994),


sekolah-sekolah pertanian masuk kelompok Program Pertanian dan Kehutanan
yang dibagi dalam jurusan-jurusan dan setiap jurusan mempunyai program-
program studi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  96
Perkembangan SMT Pertanian Cirebon

Pada bulan Juni tahun 1997 melalui keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan SMT Pertanian Cirebon berubah nama lagi menjadi SMK Negeri
1 Mundu Cirebon.

SMK Negeri 1 Mundu Cirebon berusaha membuat terobosan untuk


meningkatkan daya saing sekolah maupun lulusannya, melalui tinjauan
terhadap berbagai program yang diselenggarakan sampai upaya terobosan
pemasaran lulusan dengan berbagai usaha pendekatan kepada dunia kerja.

Diawali dengan usaha usulan perubahan progam studi Teknologi Penangkapan


Ikan (TPI) yang terkesan hanya memberikan pembekalan kepada siswa
dengan ketrampilan penangkapan ikan diubah namanya menjadi Nautika
Perikanan Laut (NPL) yang kemudian berubah lagi menjadi Nautika Kapal
Penangkap Ikan (NKPI).

Demikian juga dengan program studi Teknologi Hasil Pertanian (THP) yang
pada saat itu mengalami kesulitan dalam mencari lapangan kerja lulusannya
diusulkan untuk berubah menjadi Teknologi Hasil Perikanan yang ahirnya
menjadi program keahlian Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan (TPHPi).
Usaha ini dilakukan dengan pendekatan pada Dunia kerja/industri pengolahan
ikan yang jumlahnya cukup banyak tersebar di wilayah pesisir utara pulau
jawa.

Usaha ini tampaknya cukup berhasil, bahkan pihak industri pun mengusulkan
kepada sekolah untuk membuka program keahlian baru yang dibutuhkan oleh
dunia kerja. Atas permintaan industri inilah maka SMK Negeri 1 Mundu
Cirebon pada tahun pelajaran 2001/2002 membuka Program Keahlian baru
yaitu Teknika Perikanan Laut (TPL) yang kemudian menjadi Teknika Kapal
Penangkap Ikan (TKPI).

Usaha peningkatan quality dan relevansi yang dilakukan S M K Negeri 1


Mundu ini diikuti dengan usaha mencapai standarisasi melalui pencapaian
mutu manajemen, diantaranya dengan didapatnya :

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  97
1. Sertifikat mutu ( Aprovel ) dari Pusdiklat Departemen Perhubungan pada
tahun 2005, khususnya untuk NKPI;

2. Serifikat SMM ISO 9001– 2000 pada tahun 2005 dan pada bulan Oktober
2010 telah berhasil meraih SMM ISO 9001: 2008;

3. Sertifikat penyelenggaraan Diklat Keterampilan Pelaut berstandar


internasional yaitu Basic Safety Training ( B S T ) dari Dirjen
Perhubungan Laut tahun 2005.

Pencapaian prestasi ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepercayaan


para pemangku kepentingan (steakholders) baik internal maupun eksternal.

Program studi:pada 154 Sekolah Pertanian Negeri dan 119 Swasta:


• Budi daya tanaman = 225 sekolah
• Budi daya ternak = 130 sekolah
• Budi daya ikan air tawar = 97 sekolah
• Teknologi hasil pertanian = 70 sekolah
• Mekanisasi pertanian = 30 sekolah
• Budi daya ikan laut / TPI = 2 sekolah

REKAPITULASI PROGRAM KEAHLIAN


PADA SMK PERTANIAN NEGERI DAN SWASTA - TAHUN 1994
Jumlah SMK PROGRAM KEAHLIAN
BD BD
NO. PROVINSI BD
BD Ikan Ikan
N S Tanama THP MP
Ternak Air Laut/T
n
Tawar PI
1 Nangroe Aceh
6 6 10 6 6 1 - -
Darusalam
2 Sumatera Utara 5 7 13 3 3 3 - -
3 Sumatera Selatan 4 - 4 2 - - - -
4 Sumatera Barat 4 4 6 5 2 2 2 -
5 Riau 3 8 14 4 4 2 1 -
6 Jambi 5 4 8 2 2 1 2 -
7 Bengkulu 4 2 2 2 3 2 - -
8 Lampung 10 8 12 6 12 3 2 -
9 Banten 4 3 6 4 5 2 1 -
10 Jawa Barat 17 9 25 10 10 9 3 1
11 Jawa Tengah 13 12 20 15 10 15 5 -
12 D.I. Yogyakarta 3 3 6 3 1 3 - -
13 Jawa Timur 15 8 16 11 7 11 2 -
14 Bali 2 - 1 2 - - - -

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  98
Jumlah SMK PROGRAM KEAHLIAN
BD BD
NO. PROVINSI BD
BD Ikan Ikan
N S Tanama THP MP
Ternak Air Laut/T
n
Tawar PI
15 NTB 3 - 2 2 1 1 1 -
16 Kalimantan Barat 5 2 9 2 3 1 1 -
17 Kalimantan
5 2 8 2 2 1 - -
Tengah
18 Kalimantan
2 1 4 2 2 - - -
Timur
19 Kalimantan
3 3 7 1 2 - 1 -
Selatan
20 Sulawesi Utara 4 2 3 1 3 - - -
21 Gorontalo 4 6 11 3 1 2 - -
22 Sulawesi Tengah 2 - 4 2 - - - -
23 Sulawesi
1 - 1 1 - 1 - -
Tenggara
24 Sulawesi Selatan 12 8 19 8 4 4 1 -
25 Sulawesi Barat 5 2 6 1 - 1 - -
26 NTT 9 8 9 12 4 1 2 -
27 Maluku 1 6 6 3 4 1 4 -
28 Papua 12 13 17 14 6 2 2 -
154 119
Jumlah 225 130 97 70 30 2
273

BD = Budidaya; THP = Teknologi Hasil Pertanian; MP = Mekanisasi Pertanian;


TPI = Teknologi Penangkapan Ikan
Rekapitulasi ini termasuk STM Pembangunan Bagian Pertanian Temanggung (4 Tahun)
dengan Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian, dan Budidaya Tanaman Perkebunan.

Pendidikan Pertanian pada Madrasah

Madrasah Aliyah Program Ketrampilan (MAPK) adalah Madrasah Aliyah yang


diberi tambahan program ekstrakurikuler dalam berbagai bidang ketrampilan yang
terstruktur. Tujuan penyelenggaraan program ini adalah membekali siswa yang
tidak dapat melanjutkan ke perguruan tinggi memasuki dunia kerja dengan bekal
ketrampilan tertentu.

Tujuan utama program adalah menyiapkan sumber daya manusia yang terampil,
mandiri, religus dan berwawasan ke depan.

Perintisan program ini sebenarnya dimulai pada tahun 1989 di tiga lokasi di pulau
Jawa, yaitu: Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Garut, MAN Kendal, dan MAN
Jember, dengan bantuan UNDP/UNESCO.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  99
Setahun kemudian diperluas ke lima MAN lain di luar pulau Jawa, yaitu MAN
Medan, MAN Bukittinggi, MAN Praya, MAN Banjarmasin, dan MAN
Watampone.
Karena besarnya respon masyarakat terhadap program ini, maka dengan bantuan
dari Islamic Development Bank (IDB) program ini diperluas lagi ke 80 MAN yang
lain.
Semula, hanya dikembangkan tiga bidang ketrampilan, yaitu: ketrampilan
menjahit, reparasi TV/Radio, dan otomotif. Sejak tahun 1996 diperluas menjadi
17 bidang ketrampilan yang meliputi.
ƒ kelompok teknologi, seperti kompoter, sepeda motor, perahu tempel, las listrik
dan mebel;
ƒ kelompok kejuruan meliputi tata boga dan kesektarisan; dan
ƒ kelompok pertanian meliputi budi daya ternak unggas, ternak ikan tawar,
ternak mamalia dan pengolahan hasil pertanian.
Program Madrasah Aliyah Program Ketrampilan dan 2 prgram lain (Madrasah
Model, dan Madrasah Terpadu) merupakan kebijakan strategis yang diterapkan
Departemen Agama RI.

Lahirnya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas merupakan


“pengukuhan” kembali status madrasah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari
Sistem pendidikan Nasional. Bahkan eksistensi kesederajatan madrasah dengan
sekolah semakin kuat. Pengakuan terhadap bentuk-bentuk pendidikan lain, seperti
Pondok Pesantren dan Pendidikan Keagamaan semakin ternyatakan dengan jelas.
Dalam undang-undang ini Departemen Agama diberi peluang untuk mendirikan
Madrasah Aliyah Ketrampilan sebagai padanan paralel dengan Sekolah Menengah
Kejuruan yang pembinaannya ada pada Departemen Pendidikan Nasional.

Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Bab VI Jalur dan Jenis Pendidikan,
bagian ketiga mengenai Pendidikan Menengah, pasal 18 ayat (3) menyebutkan
Pendidikan Menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  100
Undang-undang ini memberi peluang baru bagi pendidikan madrasah untuk
mendirikan MA Kejuruan.

4. SMK PERTANIAN PADA MASA OTONOMI DAERAH

Semenjak diberlakukannya undang-undang tentang Otonomi Daerah, dimulailah


masa desentralisasi pendidikan. Pada masa awal, Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan (Dit. Dikmenjur), yang dalam perkembangan berikutnya berubah nama
menjadi Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (Dit. PSMK),
bersama dengan dinas pendidikan di provinsi dan/atau kabupaten/kota
merencanakan pembukaan dan menentukan jenis program keahlian pada SMK.
Bahkan Dit. Dikmenjur masih membuat program SMK Kecil, yaitu SMK yang
pelaksanaannya menumpang pada sekolah lain (SD/SMP/SMA) di suatu lokasi,
untuk melaksanakan program keahlian pada SMK.

Pada lokasi tertentu, Dit. Dikmenjur membuat program untuk dilaksanakan di


daerah, antara lain pembukaan program kelautan: budidaya pantai/air payau dalam
bentuk budidaya rumput laut, budidaya abelon. Pada lokasi lain, Dit. Dikmenjur
juga membuka program khusus dalam bentuk Budidaya Kelapa Sawit dengan
bekerja sama dengan industri tertentu; dan membuat program-program terobosan
dalam bentuk Kelas Wirausaha, antara lain bagi siswa peternak.

Sebagian besar program yang dirancang oleh Dit. Dikmenjur pada awal masa
otonomi daerah, dilengkapi kurikulum yang akan dipergunakan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  101
Sekolah Kehutanan Menengah Tingkat Atas (SKMA) pada Masa Otonomi
Daerah

Begitu banyaknya keinginan para pihak terhadap tuntutan pendidikan Sekolah


Kehutanan Menengah Tingkat Atas (SKMA) yang pernah ada di masa lalu, maka
Departemen Kehutanan bersama Departemen Pendidikan Nasional telah bekerja
sama membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan sejak tahun
2008.

Sebagai SMK Model dengan berbagai nilai keunggulan, SMK Kehutanan ini
diharapkan menjadi pelopor dan perintis munculnya sekolah-sekolah sejenis di
masa mendatang.

Penyelenggaraan dan Pembinaan SMK Kehutanan dilaksanakan bekerjasama


antara Departemen Kehutanan dengan Departemen Pendidikan Nasional,
didasarkan pada Kesepakatan Bersama (MoU) antara Menteri Kehutanan dan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor PKS.4.MENHUT-II/2008 dan Nomor
02/VI/KB/2008 Tanggal 20 Juni 2008 tentang penyelenggaraan dan Pembinaan
Pendidikan Menengah Kejuruan pada Sekolah Menengah Kejuruan Kehutanan.

Sebagai tindak lanjut MoU tersebut tahun 2008/2009 dibuka SMK


KEHUTANAN di Kadipaten dan Makassar, dan tahun 2009/2010 dibuka di
Pekanbaru dan Samarinda, sedang SKMA Manokwari menyesuaikan dengan
nomenklatur SMK Kehutanan Manokwari.

Sebaran program-program keahlian bidang pertanian

Berkembangnya pelaksanaan otonomi daerah dan keluasan program keahlian


yang dapat dibuka di SMK, penyebaran pelaksanaan program keahlian bidang
pertanian menjadi semakin luas, tergantung pada kebijakan Dinas Pendidikan
Provinsi dan/atau Dinas Pendidikan Kabupten/Kota.

Gambaran penyebaran pelaksanaan program-program keahlian bidang pertanian,


kelautan dan perikanan, serta kehutanan, tampak pada tabel berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  102
SEBARAN SMK PENYELENGGARA PROGRAM STUDI KEAHLIAN 2009 *)
Agri Agri Agri Tan Agri Agri Agri
Agri Tan
No Propinsi Perikana Rumput Pangan Pembit Ternak Ternak
Perkebun
n laut Hort Kultur Jar Rumin Unggas
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. DKI Jaya 1 - - - - - -
2. Jabar 14 2 31 1 7 5 13
3. Jateng 14 1 20 2 6 10 10
4. DIY 1 - 1 2 1 2 2
5. Jatim - 2 14 6 12 6 12
6. Aceh - - 13 4 2 5 6
7. Sumut 11 2 44 10 2 1 6
8. Sumbar 3 - 5 4 2 4 3
9. Riau 3 - 14 19 6 1 2
10. Jambi 8 - 7 8 8 1 3
11. Sumsel - - 4 5 3 1 1
12. Lampung 13 - 4 4 3 2 2
13. Kalbar 15 - 20 13 4 1 2
14. Kalteng 9 - 29 7 2 - 1
15. Kalsel 4 1 8 6 - - -
16. Kaltim 1 - 6 11 4 3 4
17. Sulut 6 - 7 1 1 - 1
18. Sulteng 10 1 8 4 5 3 7
19. Sulsel 14 1 17 6 4 1 4
20. Sultra 16 1 15 4 2 - 4
21. Maluku 17 5 18 2 1 3 2
22. Bali 3 - 2 - - 2 1
23. NTB 18 - 15 4 4 14 10
24. NTT 16 3 20 3 6 7 10
25. Papua 12 1 21 6 1 10 10
26. Bengkulu 5 - 5 5 - 2 2
27. Banten 6 - 5 - 2 - 2
28. Babel 3 - 1 2 - - 1
29. Gorontalo 4 2 8 1 1 7 4
30. Maluku Utara 10 - 15 2 2 - 4
31. Kepri 4 - 1 - - - -
32. Papua Barat 4 - 5 1 - - 2
33. Sulawesi Barat 2 1 10 2 - - -
Jumlah SMK
247 23 393 145 91 91 131
Penyelenggara

Sumber: P4TK 2009


*) Catatan: Nautika/Teknika/Pelayaran /TPI belum terekapitulasi

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  103
SEBARAN SMK PENYELENGGARA PROGRAM STUDI KEAHLIAN 2009 *)
Agri Perwt Tek Pengawa
Kehut Meka Penyul
No Propinsi Aneka Keshat Peng Hsl san
anan Pert Pert
Ternak Ternak Pert Mutu
(8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1. DKI Jaya - - - - - - -
2. Jabar 4 1 2 - 1 38 1
3. Jateng - - - 4 - 17 3
4. DIY 1 - - - - 6 -
5. Jatim 2 - - 1 1 32 1
6. Aceh - - - 1 - 10 -
7. Sumut 1 - - - 1 15 1
8. Sumbar - - - 1 1 6 -
9. Riau - - - - - 11 1
10. Jambi - - - - - 5 1
11. Sumsel - - - - - 3 1
12. Lampung 1 - - - - 5 1
13. Kalbar - - - - - 8 1
14. Kalteng - - - - - 8 -
15. Kalsel 1 - - - - 3 1
16. Kaltim - - - - - 9 -
17. Sulut - - - - - 5 -
18. Sulteng 1 - - - - 8 -
19. Sulsel 1 - 1 - - 9 -
20. Sultra 1 - - - - 6 -
21. Maluku 2 - - 1 1 9 -
22. Bali - - - - - 2 -
23. NTB 1 - - 1 - 12 -
24. NTT - - - - - 15 -
25. Papua 2 - 1 - - 4 -
26. Bengkulu 1 - - - - 4 -
27. Banten 1 - - - - 10 -
28. Babel - - - - - 1 -
29. Gorontalo 2 - - - - 9 -
30. Maluku Utara - - - - - 1 -
31. Kepri - - - - - 3 -
32. Papua Barat - - 1 - - 3 -
33. Sulawesi Barat - - - - - 5 -
Jumlah SMK 22 1 5 9 5 282
Penyelenggara

Sumber: P4TK 2009


*) Catatan: Nautika/Teknika/Pelayaran /TPI belum terekapitulasi

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  104
SMK penyelenggara program studi keahlian tersebut berada di provinsi di bawah
ini.

Jumlah SMK Pertanian, Perikanan dan Kelautan, Kehutanan


Jumlah Jumlah
No. Propinsi No. Propinsi
SMK SMK
1. Jakarta 8 17. Kalimantan Timur 32
2. Jawa Barat 74 18. Sulawesi Utara 15
3. Jawa Tengah 73 19. Sulawesi Tengah 27
4. Jawa Timur 77 20. Sulawesi Selatan 42
5. D.I Jogyakarta 18 21. Sulawesi Tenggara 32
6. NAD 25 22. Maluku 35
7. Sumatera Utara 64 23. Bali 6
8. Sumatera barat 15 24. NTB 30
9. Riau 64 25. Papua 23
10. Kep.Riau 15 26. Bengkulu 18
11. Jambi 36 27. Banten 15
12. Sumatera Selatan 36 28. Bangka Belitung 8
13. Lampung 18 29. Gorontalo 20
14. Kalimantan Barat 35 30. Maluku Utara 6
15. Kalimantan Tengah 39 31. Papua Barat 6
16. Kalimantan Selatan 14 32. Sulawesi Barat 17
Sub Total 611 332
Total 943
Sumber:PPPPTK Pert 2010

Program studi keahlian pada SMK penyelenggara tersebut di atas ditangani oleh
sejumlah guru dengan bidang keahlian seperti tersebut di bawah ini.
Jumlah Pendidik/dan
No Program Studi Keahlian
Tenaga Kependidikan
1. Budidaya Tanaman 883
2. Budidaya Ternak 245
3. Perikanan Budidaya 347
4. Nautika/Pelayaran 627
5. Mekanisasi Pertanian 17
6. Kimia Analis/Industri 146
7. Teknologi Hasil Pertanian 201
Jumlah 2466
Sumber: PPPTK Pertanian 2010

Catatan: belum termasuk bidang keahlian Kelautan/Perikanan/TPI/Kehutanan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  105
Sejarah pendidikan pertanian di Indonesia tidak terlepas dari peran Pusat
Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Pertanian yang didirikan di Cianjur
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ide pendirian PPPG lingkup
kejuruan berasal dari kebutuhan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan akan
mitra kerja yang mampu memikirkan konsep pendidikan menengah kejuruan dan
melaksanakan pengembangan dan pembinaan sekolah menengah kejuruan.
Gagasan tersebut diwujudkan dengan didirikannya 3 buah PPPG Teknologi,
masing-masing di Bandung, Medan, dan Malang, sebuah PPPG Kejuruan Non-
Teknik di Jakarta yang dalam perkembangan-nya menjadi PPPG Bisnis dan
Pariwisata, sebuah PPPG Kesenian di Yogyakarta, dan sebuah PPPG Pertanian di
Cianjur. Dengan demikian, PPPG lingkup kejuruan bertugas melaksanakan
sebagian dari misi Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Selengkapnya peran PPPG Pertanian yang dalam perkembangan selanjutnya
berubah nama menjadi PPPPTK Pertanian, dimuat berikut ini.

Peran PPPG/PPPPTK Pertanian Dalam Memajukan Pendidikan Pertanian

Majunya pendidikan pertanian, tidak lepas dari peran Pusat Pengembangan dan
Penataran Guru Pertanian (PPPG Pertanian), yang sekarang berganti nama
menjadi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Guru Pertanian (PPPPTK
Pertanian). Hal tersebut perlu dicatat dalam sejarah pendidikan pertanian di
Indonesia.

PPPG (Pusat Pengembangan Penataran Guru) Pertanian Cianjur yang dalam


perkembangannya menjadi PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan) Pertanian, secara institusional lahir pada
tanggal 14 Agustus 1990 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor: 0529/0/1990. Usaha pendirian PPPG Pertanian telah
dirintis sejak tahun 1982, dimulai dengan pengadaan lahan seluas 49,6 Ha. yang
dibebaskan dengan dana APBN. Selanjutnya pada tahun 1984 ditandatangani
LOAN ADB Nomor: 675 INO Part A antara pemerintah Indonesia dengan Tim
ADB sebagai realisasi bantuan pinjaman ADB melalui Proyek PPKT IV
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta, untuk dilakukan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  106
Pembangunan Kampus PPPG Pertanian.

Secara garis besar PPPG Pertanian memiliki tugas sebagai berikut.


1. Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru dan tenaga
kependidikan sekolah pertanian melalui pengembangan sistem penataran;
mengembangkan materi dan metoda pemelajaran; serta melaksanakan evaluasi
dan tindak lanjut penataran.
2. Meningkatkan relevansi lulusan STM Pertanian (kemudian menjadi SMT
Pertanian, dan berikutnya diubah menjadi SMK) dengan pembangunan
pertanian.
3. Mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan pertanian.
4. Mengembangkan manajemen pendidikan pertanian.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, PPPG Pertanian berkonsultasi dengan


Kantor Wilayah seluruh Indonesia untuk membantu pengembangan dan
peningkatan mutu SMT Pertanian secara teknis yang mencakup seluruh aspek
kehidupan sekolah pertanian, seperti guru dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, organisasi dan pengelolaan sekolah, administrasi, seleksi penerimaan
siswa baru, kurikulum, proses belajar mengajar, bimbingan karir, kerjasama
industri/institusi pasangan, unit produksi, uji profesi, studi runutan, dan
pengembangan budaya profesi.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan menengah kejuruan, PPPG Pertanian


Cianjur terus meningkatkan diri dan mengejar kemajuan IPTEK yang berkembang
pesat. Singkatnya, PPPG Pertanian Cianjur berhasil melaksanakan tugasnya
sebagai pusat pengembangan pendidikan pertanian. Di samping itu, PPPG
Pertanian juga berhasil meningkatkan kerja sama dengan pihak industri. Setiap
STM/SMT Pertanian dituntut tidak hanya sekadar menghasilkan sejumlah lulusan,
melainkan menghasil-kan tenaga profesional yang bisa diserap lapangan kerja
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat pengguna/industri atau bekerja secara
mandiri.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan kebijakan di bidang


pendidikan menengah kejuruan, tugas dan tanggung jawab PPPG Pertanian pun

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  107
terus meningkat dan semakin berat. Selain melaksanakan program-program yang
dikembangkan di institusi, PPPG Pertanian berhasil berperan sebagai think tank,
wadah pengembangan pendidikan kejuruan pertanian dalam segala aspeknya,
seperti
1. mengembangkan program penataran, mulai dari menganalisis kebutuhan,
menyusun dan melaksanakan program pelatihan yang sesuai kebutuhan
sekolah, hingga menganalisis dampak pelatihan;
2. mengembangkan institusi sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan pertanian
yang mampu melayani kebutuhan sekolah, menerapkan konsep pengembangan
sekolah seutuhnya (PSS), mengembangkan sistem penyelenggaraan unit
produksi dan membimbing aplikasinya di masing-masing sekolah,
membimbing dan menjadikan sekolah sebagai pusat informasi pertanian di
daerah sekitarnya, serta lembaga produksi yang handal diakui masyarakat,
dunia usaha, dan dunia industri;
3. melaksanakan Monitoring dan Evaluasi (ME) untuk mendapatkan umpan balik
guna penentuan kebijakan selanjutnya.

Pada tahun 2006 terjadi reformasi birokrasi yang cukup mendasar di tingkat
Departemen Pendidikan Nasional. Sebagai dampak dari reformasi tersebut terjadi
perubahan struktur organisasi di tingkat pusat, PPPG lingkup kejuruan yang
semula berada di bawah pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, beralih di bawah direktorat jenderal baru yang khusus bertugas
mengurus guru dan tenaga kependidikan, yaitu Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). Nama PPPG
Pertanian diubah menjadi Pusat Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Pertanian.

Pada akhir tahun 2010, kembali terjadi reformasi birokrasi di tubuh Departemen
Pendidikan Nasional, semua PPPPTK termasuk PPPPTK Pertanian Ciaajur
bernaung di bawah Badan Pengembangan SDM dan Penjaminan Mutu
Pendidikan.

Sejak diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DR. Fuad

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  108
Hasan pada tahun 1990 hingga sekarang, di PPPG/PPPPTK Pertanian telah terjadi
beberapa kali pergantian pimpinan. Secara berurutan, PPPG/PPPPTK Pertanian
dipimpin oleh pertama: Ir. Martindra Prasaba, kedua: Ir. Soekarno Datu, MM.,
ketiga: Ir. Giri Suryatmana, dan keempat: Drs. Dedy H. Harwan, MM. Masing-
masing pimpinan mewarnai sepak terjang PPPG/PPPPTK Pertanian dalam
memajukan pendidikan pertanian di Indonesia.

Karena melaksanakan sebagian misi Direktorat Dikmenjur, PPPG Pertanian


Cianjur melaksanakan pula dinamika yang terjadi pada Direktorat Dikmenjur dan
sekolah menengah kejuruan pertanian. Kegiatan tersebut antara lain ada;ah
sebagai berikut.
1. Mengembangkan Standar Kompetensi untuk tamatan SMK Pertanian. Standar
kompetensi yang dihasilkan selanjutnya menjadi Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia Bidang Pertanian.
2. Pengembangan kurikulum sekolah menengah kejuruan pertanian.
3. Pengembangan “SMK Kecil” dalam rangka pemerataan kesempatan men-
dapatkan pendidikan, sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan komoditas
daerah setempat.
4. Pengembangan Community College (CC), yaitu pendidikan keahlian pasca
SLTA dengan lama pendidikan 1 tahun, guna memberdayakan masyarakat
dalam rangka mengurangi rasio ketergantungan masyarakat bekerja dan tidak
bekerja.
5. Perintisan sekolah lapangan. Kegiatan ini masih pada taraf pembahasan
konsep. Ide dasar dari sekolah lapangan yaitu untuk mencetak tamatan yang
mampu bekerja secara profesional melalui proses pembelajaran yang menyatu
dengan lingkungan pertanian.

Masa tahun 2007-2010. Di era otonomi daerah, peran PPPPTK Pertanian di dalam
memajukan sekolah-sekolah pertanian dilakukan dengan bekerja sama dengan
pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Bentuk kerja samanya sangat bervariasi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  109
PPPPTK Pertanian membantu Direktorat Pembinaan SMK (dahulu Direktorat
Dikmenjur) melaksanakan bimbingan teknis penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan peningkatan mutu proses pembelajaran.

PPPPTK Pertanian Cianjur memberikan bantuan dalam upaya SMK memperoleh


pengakuan ISO 9001:2008.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab II  110
 

KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN


ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA

Kurikulum sekolah pertanian pada zaman Penjajahan Belanda dan zaman


Penjajahan Jepang dituliskan berdasarkan masing-masing jenis pendidikan.

A. Landbouwschool atau Sekolah Pertanian


Sekolah Pertanian membuka 2 jurusan.
1. Bagian A diperuntukkan bagi keperluan dinas pertanian pada pangreh praja.
Bagian A untuk remaja keturunan Eropa.
2. Sekolah Pertanian Bagian B selain dimaksudkan untuk mendorong
terwujudnya suatu kelas petani bumi putera yang akan menyebarluaskan
pengertian yang lebih baik mengenai pertanian di pedesaan, juga dapat
merupakan wadah mendidik calon-calon pemimpin penduduk bumi putera.
Pada saat itu, murid Sekolah Pertanian Bagian B terdiri atas anak-anak pejabat
bumi putera.

Sekolah dilengkapi dengan kebun budidaya. Fungsi Kebun Budidaya adalah


sebagai tempat percobaan bagi siswa dan sekolah, tempat latihan bagi siswa, dan
sumber informasi bagi para petani dan pengusaha pertanian.

Semua calon siswa harus menempuh ujian masuk, mencakup materi ujian
membaca dan menulis dengan huruf latin serta ilmu hitung. Calon murid sekolah
pertanian tersebut berasal dari lulusan Sekolah Bumiputera Kelas Dua (Inlandsche
School Tweede Klasse), sekolah rakyat dengan masa belajar 3 atau 4 tahun.

Dari hasil penilaian ujian ternyata nilai ilmu hitung menunjukkan angka yang
rendah. Demikian juga dengan nilai penguasaan keterampilan. Untuk itu diberikan
tambahan pelajaran mengenai dasar-dasar ilmu hitung.

Kurikulum dibuat sederhana, demikian pula waktu belajarnya.


1. Setiap hari, selama 3 jam diadakan pelajaran di kelas, sedang sisa waktu jam
pelajaran digunakan untuk pelajaran praktik di lapangan. Model belajar dan
bekerja sendiri dibiasakan kepada siswa.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  111
 

2. Seringkali dalam pelajaran di kelas diadakan diskusi. Materi dan bahan


pelajaran diatur sedemikian rupa sehingga sebagian besar murid dapat
mengikuti pelajaran dan menguasai hasil belajar secara tahap demi tahap.
3. Sebagian besar pengajarannya dilakukan di lapangan untuk memberi bekal
mengenai lingkup usaha pertanian serta syarat-syarat yang diperlukan untuk
budidaya tanaman, seperti sifat tanah dan pemeliharaan tanaman baik
mengenai budidaya tanaman rakyat maupun tanaman Eropa serta beberapa
pengetahuan tentang peternakan besar.
4. Pada malam hari tidak ada pelajaran dan digunakan oleh masing-masing
murid untuk belajar sendiri. Pengawasan oleh guru tidak diperlukan, karena
para murid kebanyakan mendapat pemondokan di rumah para mantri yang
bekerja di Kebun Budidaya.
5. Gambar sebagai alat peraga pendidikan sudah mulai banyak tersedia berkat
bantuan pelukis-pelukis bumi putera. Gambar-gambar dan model alat-alat
pertanian yang ‘Indonesia’, diusahakan dibuat di Indonesia.
6. Bahasa pengantar yang digunakan dalam pendidikan di sekolah adalah bahasa
Melayu.
7. Diadakan matrikulasi agar semua murid memiliki kemampuan dasar yang
sama, karena ada ‘bahan pelajaran yang tertinggal’. Kemampuan berhitung
para murid dapat ditingkatkan sehingga akan mempermudah bagi murid nanti
dalam melakukan perhitungan hasil-hasil percobaannya.

Buku pelajaran

Buku-buku yang dibawa dari Eropa tidak satupun yang dapat dipakai, karena jenis
tanaman yang dibudidayakan berlainan dengan di Hindia Belanda. Untuk
menanggulangi penyediaan buku pelajaran, dihimpun catatan-catatan hasil
mengajar selama 1 sampai 2 tahun ajaran. Dari bahan catatan pelajaran tersebut
lalu ditulis dan diterbitkan menjadi buku pelajaran.

Buku perpustakaan guru, gambar-gambar, serta alat peraga lebih mudah


disediakan dengan cara mengharapkan kiriman dari negeri Belanda.

Sejak tahun ajaran 1878 telah mulai dipersiapkan beberapa buku pelajaran yang

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  112
 

disesuaikan untuk keperluan Sekolah Pertanian di Hindia Belanda. Sebelum


naskah buku dicetak. selama beberapa waktu lamanya naskah buku harus diuji
coba kesesuaiannya untuk bahan pengajaran di sekolah. Buku pelajaran bagi
murid kelas I dan kelas II Bagian B serta Bagian A baru pertama kali dapat
dicetak dalam tahun 1879. Naskah buku ilmu pasti disempurnakan para ahli yang
memeriksa bahasa Melayu yang dipakai.

Pada tahun ajaran 1881 diadakan penyempurnaan program sebagai berikut.

Sekolah Pertanian Bagian A dimaksudkan untuk mendidik pegawai Asisten


Residen untuk diberi bekal pengetahuan di bidang pertanian daerah tropis. Lebih
banyak berorientasi pada pelajaran teori.

Sekolah Pertanian Bagian B tetap untuk mendidik pemuda bumi putera sebagai
pemuka bumi putera dalam pemerintahan yang mampu memberikan cara
membudidayakan pertanian kepada penduduk bumi putera. Lama pendidikan 3
tahun.

Dengan Surat Keputusan Pemerintah Nomor 23 tanggal 7 September 1884,


Sekolah Pertanian di Cikeumeuh dibubarkan.

B. Opleidings Cursus voor Tuin en Landbouw atau Kursus Perkebunan dan


Pertanian

Kursus pertanian dan kursus perkebunan yang semula merupakan lembaga


pendidikan pertanian yang terpisah dan sudah ada sejak 1903, kemudian disatukan
sebagai lembaga pendidikan baru berdasarkan keputusan Pemerintah Nomor 21
tertanggal 30 Maret 1907. Penyatuan kursus disebut Opleidings Cursus voor Tuin
en Landbouw (Kursus Perkebunan dan Pertanian).

Siswa yang diterima di Kursus Perkebunan dan Pertanian adalah yang telah lulus
ujian Pegawai Rendah (Klein ambtenaar) atau pemegang ijazah yang setara
dengan ELS/HIS, serta belum mencapai usia 18 tahun.

Ujian Klein Ambtenaar adalah ujian masuk pegawai tingkat rendah sebagai
persyaratan bagi para pelamar pegawai negeri yang telah memiliki ijazah Sekolah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  113
 

Dasar dengan pengantar bahasa Belanda, seperti ELS dan HIS.

Kurikulumnya dapat digambarkan sebagai berikut.


1. Kursus ini memberikan lebih banyak mata pelajaran teori umtuk
meningkatkan perkembangan intelektual siswa.
2. Lama Kursus Perkebunan dan Pertanian ini adalah 2 tahun.
3. Mata pelajaran yang diberikan adalah Botani, Budidaya Pertanian, Tanaman,
Ilmu Pengetahuan Alam, Berhitung, Ilmu Bumi, Ilmu Menggambar
Bangunan, dan Ilmu Ukur Tanah.

Lulusan kursus yang diterima sebagai pegawai pemerintah, diberi jabatan sebagai
Penilik Pertanian atau Penilik Perkebunan.

Lulusan dapat diterima bekerja di kantor pemerintah dan swasta.

Mereka dapat meneruskan pelajarannya pada lembaga pendidikan Koningin


Wilhelmina School (KWS), yaitu pendidikan teknik 5 tahun sesudah
HIS/HCS/ELS.

C. Cultuurschool (CS) – Sekolah Pertanian Menengah

Sekolah ini merupakan hasil reorganisasi pada tahun 1911. Merupakan perubahan
bentuk Kursus Perkebunan dan Pertanian di Bogor menjadi sekolah baru yang
disebut dengan Cultuurschool (Sekolah Pertanian Menengah).

Kebanyakan siswanya adalah pemuda keturunan bangsa Eropa/Belanda.

SPM merupakan pendidikan praktis di bidang pertanian dan kehutanan tanpa


memerlukan banyak biaya. SPM memiliki 2 jurusan:

Bagian A untuk mendidik calon Bosch Opziener (Sinder Hutan).

Bagian B dimaksudkan untuk mendidik calon pegawai pada perusahaan


perkebunan besar.

Se1ama 2 tahun pertama adalah kelas bersama. Pada tahun ketiga pemberian
pendidikan untuk kedua bagian dilaksanakan secara terpisah. Para siswa dari kelas
III Bagian A mendapat pe1ajaran kehutanan. Siswa Bagian B mendapat pelajaran

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  114
 

perkebunan.

Tujuan sekolah ini adalah menghasilkan calon pejabat bumi putera.

Pendidikan pertanian dengan sistem magang sebaiknya tidak diperlukan lagi.


Untuk itu siswa harus mempunyai keyakinan bahwa ijazah yang akan diperoleh
nanti merupakan jaminan bahwa mereka mendapat prioritas lebih besar daripada
mereka yang tidak memiliki ijazah pada seleksi penerimaan pegawai dalam
jabatan dinas. Tanpa jaminan tersebut, lebih baik pendidikan pertanian bagi siswa
bumi putera ditiadakan saja.

Pelaksanaan pendidikan di sekolah pertanian diberi penekanan utama pada


pengajaran praktis. Oleh karena itu gedung sekolah harus berada di dalam
kompleks Kebun Budidaya (Cultuurtuin).
1. Pelajaran teori diberikan di kelas I selama 70 jam per minggu, di Kelas II
selama 20 jam per minggu dan di Kelas III selama 14 jam per minggu.
2. Mata-mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Pertanian mencakup:
mencakup :
a. Ilmu Tumbuh tumbuhan
b. Ilmu Hewan
c. Ilmu Kimia
d. Ilmu Alam
e. Mikroskopi
f. Bakteriologi
g. Pertanian Umum dan Khusus
h. Peternakan dan Penyakit Hewan Piaraan
i. Mekanisasi
j. Bahan-bahan Bangunan dan Irigasi
k. Budidaya Buah-buahan
l. Tata Buku

Pelajaran diberikan oleh tenaga guru yang berasal dari para peneliti yang ada di
Kebun Raya Bogor dan tenaga ahli pertanian di kebun Budidaya Cikeumeuh.
Beberapa rnata pelajaran diminta bantuan dari tenaga insinyur Departemen

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  115
 

Pekerjaan Umum di Departemen Urusan Ekonomi. Pelaksanaan jalannya


pembelajaran sehari-hari diserahkan pada masing-masing tenaga guru. Sebagai
pimpinan penyelenggaraan pendidikan diangkat jabatan Administratur Sekolah.
Administratur Kebun Budidaya ditugasi untuk memimpin pembelajaran praktik
pertanian di lapangan. Kegiatan praktik pertanian mencakup segala praktik
pertanian yang dapat dimanfaatkan siswa dalam kehidupan mereka di kemudian
hari. Sebidang lahan pertanian di Kebun Budidaya selalu tersedia untuk keperluan
praktik lapangan, di samping lahan itu masih terdapat lahan sawah yang
dicadangkan untuk tanaman padi, dan palawija.

Kepada murid-murid kelas tertinggi (Kelas III) diberikan kesempatan untuk


mengenal lebih mendalam mengenai berbagai tanaman perkebunan besar, seperti
di Percobaan Kopi Malang, Perkebunan Karet Negara Cipetir, penyelenggaraan
demonstrasi pertanian diberbagai tempat dan in sebagainya.

Pemerintah Hindia Belanda mengatur bahwa gaji untuk para Leerling Opzieners
bij het Boschwezen (Siswa Pengamat Kehutanan), yaitu suatu jabatan dari lulusan
Cultuurschool Bagian Kehutanan, baik bagi para lulusan bangsa Bumi putera
maupun bangsa Eropa dinyatakan sama besarnya. Hal ini mengurangi minat
bangsa Eropa masuk Cultuurschool Bagian Kehutanan. Pemerintah menyadari
adanya kesulitan karena kurangnya calon siswa lulusan Europeesche Lagere
School yang berminat masuk Bagian Kehutanan. Atas pertimbangan tersebut,
Pemerintah Hindia Belanda terpaksa menerima para calon siswa bumi putera yang
berasal dari lulusan Eerste Inlandsche School seperti HIS dan HCS.

Pemerintah menganggap bahwa lulusan HIS atau HCS dipandang belum


mempunyai kemampuan yang cukup dan setara dengan lulusan ELS untuk
memasuki pendidikan Bagian Kehutanan di Cultuurschool. Oleh karena itu
pemerintah membuka Voorbereidende Afdeeling atau Voor Klasse (Kelas
Persiapan) guna menampung lulusan HIS atau HCS yang berminat, sebelum yang
bersangkutan diterima di Cultuurschool Bagian Kehutanan.
Lama pendidikan di Kelas Persiapan Bagian Kehutanan adalah 1 tahun.
Bahan pelajaran di kelas ini terutama ditekankan pada peningkatan kemampuan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  116
 

siswa di bidang bahasa Belanda dan berhitung.

Di Malang berdiri Cultuurschool dengan tujuan untuk memenuhi tenaga teknisi


pada perusahaan perkebunan. Tenaga tersebut mencakup kebutuhan perusahaan
perkebunan dataran tinggi dan dataran rendah yang hampir seluruhnya milik
orang Belanda atau milik bangsa asing lainnya. Dalam perkembangannya, para
lulusannya diperlukan pula sebagai tenaga teknisi pada lembaga pemerintah baik
di bidang pertanian rakyat, pengairan, perikanan, dan kehutanan.

Lahan kebun sekolah merupakan kebun praktik yang memadai. Kebun diatur
sangat baik, terdiri atas kebun kopi, kebun karet, kebun coklat, kebun jeruk, dan
pekarangan sawah berpengairan. Kebun ini dapat dibanggakan sebagai kebun
praktik pendidikan pertanian baik bagi murid sendiri maupun masyarakat sekitar
sekolah.

Semua siswa Bagian A (Kehutanan) memperoleh tunjangan ikatan dinas sebesar


25 gulden tiap bulan. Tiap pelamar harus melengkapi surat keterangan kesehatan
dari dokter bangsa Eropa yang menerangkan bahwa calon peserta secara fisik
telah memenuhi syarat untuk bekerja di bidang kehutanan. Calon peserta
diwajibkan menandatangani surat Ikatan Dinas yang menerangkan bahwa setelah
selesai studi, siswa yang telah lulus mempunyai kewajiban mengabdi bekerja
kepada Pemerintah selama 5 tahun. Apabila sebelum akhir masa pengabdian
dinasnya, yang bersangkutan meninggalkan dinas tanpa alasan yang sah, seperti
dibuktikan dengan adanya cacat fisik atau mental, yang bersangkutan diwajibkan
mengembalikan semua biaya pendidikan yang telah diterimanya.

Kepada siswa Bagian B (Perkebunan), pemerintah hanya memberikan tunjangan


ikatan dinas terbatas kepada 10 orang. Masing-masing siswa memperoleh
tunjangan belajar sebesar 25 gulden tiap orang per bulan.

Koloniale Bank memberikan kesempatan kepada 2 orang siswa ke Cultuurschool


Bagian B dengan mendapat tunjangan belajar sebesar 60 gulden tiap orang per
bulan. Koloniale Bank juga memberikan bantuan pendidikan kepada 3 orang
siswa yang kurang mampu sebesar 25 gulden tiap siswa per bulan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  117
 

Pemerintah membangun fasilitas asrama untuk para siswa Cultuurschool di


Sukabumi dengan daya tampung terbatas sejumlah 20 orang siswa. Asrama siswa
disebut dengan nama "Internaat Voor Studeerenden van de Cultuur School" yang
dikelola dan diawasi oleh sekolah dengan cukup baik. Asrama di Malang
dibangun oleh Perkumpulan Boedi Oetomo. Asrama mampu menampung 18
orang orang siswa bumi putera dengan pungutan uang asrama sebesar 23 gulden
untuk tiap siswa per bulan.
Kegiatan siswa dalam pelajaran praktik lapangan adalah praktik bercocok tanam
di lahan sekolah. Pada sore hari diberikan pelajaran botani oleh tenaga bantuan
dari Lembaga Herbarium dan menggambar konstruksi bangunan oleh tenaga
bantuan dari jawatan lain.
Kegiatan pelajaran praktik dilakukan secara teratur setiap pagi hari pada pukul
06.00 - 09.00 dengan jenis kegiatan sesuai dengan rencana jadwal pelajaran.
Praktik lapangan terdiri kegiatan yang mencakup pembuatan dan pemeliharaan
petak-petak kebun tanaman, penggarapan lahan sawah, penanaman kopi, tebu,
karet, ketela, jagung, tembakau dan rami. Kegiatan praktik di lapangan
memerlukan kegiatan fisik yang berat. Pada pekerjaan praktik di lapangan,
penyiangan rumput pengganggu tanaman kurang diminati siswa. Siswa
diwajibkan mengelola dan menjaga kebun praktik sekolah agar terbebas dari
rumput pengganggu, terutama rumput teki.
Waktu senggang bagi para siswa, yaitu setelah selesai melakukan kegiatan praktik
lapangan, pukul 09.00 – 10.00 pagi. Setelah mendapat istirahat 15 menit, siswa
mengikuti pelajaran teori di ruang kelas.
Ujian akhir dan ujian kenaikan kelas terdiri atas ujian lisan dan ujian tertulis Ujian
tertulis dilaksanakan secara klasikal sedangkan bagian lisan dilakukan secara
perorangan. Ujian lisan mencakup materi semua mata pelajaran, kecuali
Membaca, Berhitung/Matematika, Ilmu Bumi dan Menggambar.
Dalam ujian kenaikan kelas, siswa yang rajin mengikuti pelajaran selama setahun
penuh dan hasil belajarnya dinilai memuaskan oleh guru, dibebaskan dari
kewajiban mengikuti ujian lisan. Ujian tertulis berlangsung selama 5 hari. Ujian
lisan berlangsung selama 8 hari, dilaksanakan setelah ujian tertulis.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  118
 

Meskipun manfaat ujian kenaikan kelas sering ditentang dengan alasan pedagogis,
namun penyelenggara pendidikan di Sekolah Pertanian Menengah masih tetap
mempertahankan pelaksanaan ujian kenaikan kelas. Pimpinan sekolah dan
pengajar berkeyakinan bahwa para siswa masih membutuhkan dorongan agar
mereka dapat menguasai bahan-bahan pelajaran yang telah diterima selama
setahun.
Mata pelajaran Ilmu Alam, bahan pelajaran di Kelas I dinilai terlalu berat
sehingga sebagian dari bahan pelajaran tersebut perlu dipindahkan sebagai bahan
pelajaran di kelas II. Mata pelajarann Ilmu Kimia yang diberikan di kelas I
ternyata tidak memberatkan siswa.
Bagian A Ilmu Kehutanan (Bosbouwkundige Afdeeling)
Bagian B Ilmu Perkebunan (Landbouwkundige Afdeeling)
Satu kelas untuk kelas Persiapan.
Cultuurschool di Malang menerima siswa dengan ikatan dinas yang lulusannya
akan menjabat Cultuur Opzichter bij de Irrigatie (Pengawas Perkebunan Urusan
Irigasi). Kepada para siswa tersebut diberikan tunjangan ikatan dinas sebesar 25
gulden tidap bulan. Dalam perkembangan sekolah, para siswa ikatan dinas untuk
Pengawas Irigasi Perkebunan ini ditampung dalam suatu jurusan tersendiri
sebagai Jurusan Pengawas Irigasi Perkebunan sebagai bagian Cultuurschool di
Malang.
Pemerintah Hindia Belanda memberi kesempatan kepada para pemuda Bumi
putera untuk menjadi Pengawas Pertanian (Landbouw Opzichter) pada Jawatan
Pertanian Rakyat dan Pengamat Perkebunan pada Jawatan Perkebunan Rakyat.
Untuk menyelenggarakan program pendidikan bagi calon para petugas tersebut.
Telah dibuka Bagian C yang diperuntukkan bagi calon pengamat pertanian, dan
Bagian D yang diperuntukkan bagi calon pengamat perkebunan.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan, maka
penyelenggaraan Kelas Persiapan bagi Jurusan A (Pengamat Kehutanan), Jurusan
C (Pengamat Pertanian) dan Jurusan D (Pengamat Perkebunan) digabungkan
menjadi satu kelas sebagai Kelas Persiapan Bersama. Dalam perkembangan lebih
lanjut, penggabungan kelas Jurusan A, C, dan D tersebut kemudian dilanjutkan di

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  119
 

Kelas I dan Kelas II pada Cultuurschool. Pemisahan Jurusan A, C, dan D baru


dilakukan setelah di kelas III.
Demi efisiensi, pada tahun 1922 Jurusan C dan Jurusan D yang ada di SPM/CS
Sukabumi dipindahkan ke Cultuurschool Malang. Dengan demikian
Cultuurschool di Sukabumi hanya menyelenggarakan program pendidikan untuk
Bagian A (Kehutanan) dan Bagian B (Perkebunan).

D. Inlandsche Landbouw School (Sekolah Pertanian Rendah)


Inspektur Pendidikan Pertanian (Inspecteur van het Inlandsch Landbouw
Onderwijs) pada Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan
(Departement van Landbouw, Nijverheid en Handel) mengatur penyelenggaraan
pendidikan bagi para petani dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan:
• secara langsung, yaitu dengan cara penyuluhan disertai dengan
menyelenggarakan demonstrasi untuk mempertunjukkan hasil nyata di lahan
petani;
• secara tak langsung, yaitu dengan menyelenggarakan pendidikan kepada para
pemuda desa melalui jalur Sekolah Pertanian. Lulusannya diharapkan akan
membantu meneruskan dan menyebarluaskan pengetahuan pertanian kepada
para petani di desa.
Sekolah Pertanian Rendah untuk Bumi putera (Inlandsche Landbouw School)
diadakan bagi anak bumi putera.
Sekolah ini didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah atau mendapat subsidi
dari pemerintah.
Sekolah Pertanian Rendah ini menerima siswa dari para pemuda bumi putera yang
telah menyelesaikan kelas III dari Sekolah Rakyat 5 tahun atau lulusan Sekolah
Desa.
Gedung sekolah pada umumnya terdiri atas 2 ruang kelas belajar. yaitu ruang
belajar untuk siswa kelas I dan ruang belajar untuk siswa kelas II. Tiap ruang
kelas belajar dapat menampung sejumlah 40 orang siswa.

Kurikulum Sekolah Pertanian Rendah dapat digambarkan sebagai berikut:

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  120
 

• Rencana pelajaran untuk semua Sekolah Pertanian Rendah harus mendapat


persetujuan dari Departemen Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan.
• Kurikulum pendidikan di setiap sekolah tidak sama. Kurikulum sekolah
disesuaikan dengan taraf pendidikan dan kebutuhan rakyat di wilayah di
tempat sekolah tersebut berada.
• Materi pendidikan pertanian terutama diarahkan pada pengajaran praktik. Oleh
karena itu setiap sekolah pertanian perlu dilengkapi dengan sarana kebun
sekolah.
• Siswa rnelakukan kegiatan praktik pertanian di waktu pagi hari dan jika
diperlukan dilakukan pula pada waktu sore hari
• Jadwal pengajaran teori dan praktik tidak dapat diseragamkan di semua
sekolah.
• Praktik pertanian disesuaikan dengan jenis tanaman yang dibudidayakan di
daerah sekitar sekolah. Setelah itu baru diusahakan jenis tanaman budidaya
yang rnernpu-nyai nilai ekonomi tinggi dari daerah lain. Beberapa jenis
tanaman yang dianjurkan pernerintah untuk para pengusaha pertanian bangsa
Eropa rnaupun para petani priburni yang rnaju juga ditanam di lahan kebun
sekolah.
• Mata pelajaran yang akan diberikan harus dikonsultasikan dengan Guru
Pertanian Berkebangsaan Eropa/Belanda (Europeesche Landbouw Leeraar)
terlebih dahulu sebelum mata pelajaran tersebut ditetapkan oleh Kepala
Sekolah sebagai kurikulum sekolah.
• Praktik di kebun sekolah diawasi oleh seorang guru praktik atau mandor
kebun sekolah. Tenaga mandor yang sekaligus bertindak sebagai guru praktik
1apangan.
• Sebelum praktik dilakukan, materi dibahas guru dengan siswa dan kemudian
dengan bimbingan guru yang bersangkutan dibuat rencana kerja dan
pelaksanaan praktik.
• Pada pemberian pelajaran teori di kelas, diupayakan agar setiap guru
melaksanakan-nya disertai peragaan, baik dengan menggunakan gambar,
model, ataupun benda yang sesungguhnya.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  121
 

• Semua materi pelajaran dan pengantarnya diberikan dalam bahasa daerah,


sedangkan istilah-istilah teknis yang sulit diterjernahkan dibiarkan
sebagairnana aslinya. Namun tiap istilah diberi penjelasan atau uraian
secukupnya. Demikian pula diktat yang diberikan kepada siswa ditulis dalam
bahasa daerah.
Tenaga pengajar adalah Mantri Pertanian, guru praktik atau mandor kebun serta
guru pertanian lulusan dari Sekolah Pertanian di Bogor. Tugas para pengajar
tersebut selain rnengajar juga rnemberikan bimbingan kepada siswa dan
merencanakan bahan pelajaran yang akan diajarkan selama satu minggu atau
lebih.
Sekolah Pertanian Rendah dapat diselenggarakan juga oleh swasta.
Sekolah yang diselenggarakan oleh swasta menerima bantuan pemerintah berupa
uang muka tanpa bunga antara lain untuk pengadaan lahan guna mendirikan
bangunan sekolah dan penyediaan kebun praktik.
Kebutuhan tenaga pengajar juga dipenuhi dan disediakan oleh negara.
Pembiayaan operasional penyelenggaraan pendidikan lainnya harus dicukupi dan
disediakan oleh badan atau yayasan swasta yang bersangkutan.
Pendapatan pengelola sekolah pertanian milik swasta diperoleh dari penghasilan
kebun sekolah, uang sekolah sebesar f 0,10 sampai f 0,25 per siswa tiap bulan.
Beberapa sekolah swasta memperoleh bantuan dari dermawan berupa alat-alat
belajar, ternak dan sarana pendidikan lainnya.
Beberapa sekolah dibiayai oleh pemerintah daerah, atau Kasunanan Solo,
Kasultanan Yogyakarta, maupun Pakualaman.
Penyediaan kebutuhan tenaga pengajar Sekolah Pertanian tersebut di atas dibantu
sepenuhnya oleh pemerintah Hindia Belanda.
Di sekolah-sekolah di Jawa yang mempunyai asrama siswa, pimpinan sekolah
pada umumnya memungut bantuan biaya uang makan sebesar f 5, - untuk tiap
siswa per bulan.

E. Pengajaran Pertanian Di Sekolah Desa

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  122
 

Pengajaran diberikan kepada murid kelas III Sekolah Desa. Penyelenggaraan


penambahan pengajaran pertanian di Sekolah Desa ini bersifat percobaan.
Sekolah Desa yang diikutkan dalam proyek kegiatan ini mendapat lahan seluas 2
bau (1,6 hektar). Untuk menangani pekerjaan berat seperti pengerjaan tanah dan
sebagainya dilakukan oleh tenaga kasar (kuli) dari desa sekitar sekolah yang
bersangkutan dan diberi upah. Sedangkan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti
rnernelihara tanaman selama tahun pelajaran dilakukan sendiri oleh siswa.
Pelajarannya adalah ilmu pertanian dan praktik pertanian secara sederhana,
selama satu jam per minggu. Materi pelajaran adalah dasar pengetahuan tentang
ilmu tumbuh-tumbuhan yang meliputi fisiologi tumbuhan, morfologi tumbuhan
terutama sistem perakaran tanaman dan praktik pertanian meliputi teknik
budidaya dan cara pemupukan tanaman.
Pelajaran teori pertanian diberikan oleh guru pertanian di ruang kelas.
Pada Sekolah Desa Cinyiruan dan Cikakapa di dekat perkebunan kina milik
pemerintah di Cinyiruan di daerah Priangan. Siswa sekolah ini di samping
mendapat pelajaran membaca, menulis dan berhitung, juga memperoleh pelajaran
pertanian praktis tentang cara budidaya tanaman ubi jalar, jagung dan tanaman
lainnya yang pada umumnya dibudidayakan oleh penduduk sekitar sekolah.
Untuk keperluan pengajaran pertanian, kepada setiap siswa mendapat lahan seluas
beberapa meter persegi yang harus diolah, ditanami dan dipelihara dibawah
bimbingan guru mereka. Lahan untuk praktik pertanian tersebut merupakan
sebagian lahan dari pekarangan sekolah.
Siswa diajar cara membuat pagar bambu untuk melindungi tanaman muda dari
gangguan ternak unggas, membuat bedengan untuk persemaian dan cara membuat
keranjang untuk mengangkut hasil panen di daerah pegunungan.
Di dekat perkebunan teh Malabar telah berdiri sebuah Sekolah Desa yang
diprakarsai dan dibiayai oleh perkebunan the tersebut. Siswanya berasal dari
keluarga bumi putera yang bekerja di perkebunan. Siswa sekolah ini di samping
mendapat pelajaran membaca, menulis dan berhitung, juga mendapat
keterampilan bercocok tanam.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  123
 

F. Kursus Pertanian Bagi Masyarakat Bumiputra


Pendidikan Luar Sekolah bagi masyarakat desa yang sudah dewasa, terdiri atas:
1. Pemberian kursus tani di daerah pedesaan;
2. Pemberikan ceramah, membaca dan membahas suatu topik secara bersama-
sama dalam kelompok pertemuan yang diadakan pada waktu-waktu tertentu
di desa.
Berikut ini adalah gambaran bentuk kursus pertanian bagi masyarakat bumi putera
yang kurikulumnya tidak seragam dan tidak pernah diseragamkan, karena
berorientasi pada kebutuhan setempat:
1. Selama beberapa waktu dilakukan percobaan untuk memberikan pelajaran
pertanian di luar jam belajar di sekolah bagi masyarakat bumi putera,
bertempat di sekolah. Di wilayah kerja Landbouw Adviseur (Penasihat
Pertanian) di Bukittinggi pernah diadakan percobaan kegiatan ini. Pada
mulanya, tampak adanya perhatian dan minat dari peserta, namun kemudian
perhatian dan minat peserta mulai menurun. Akhirnya percobaan untuk
memberikan pelajaran pertanian di luar jam belajar di sekolah dihentikan pada
tahun 1914.
2. Penyelenggaraan pengajaran pertanian tingkat rendah kepada orang dewasa
dilaksanakan melalui kegiatan pertemuan petani. Pertemuan dilakukan selama
1,5 jam sampai 2 jam setiap minggu sekali. (Diadakan di Cicurug, Gandasuli,
dan Nagrag).
3. Di Sumoroto dan Lengkong (Pasuruan) diselenggarakan Kursus Pertanian
bagi para guru Sekolah Desa di wilayah kerja Penilik Sekolah Kepanjen.
Kursus diselenggara-kan selama 2 jam setiap minggu. Kursus diberikan oleh
seorang Aspirant Iniandsche Landbouw Leeraar (Guru Muda Pertanian bumi
putera). Penyelenggaraan kursus serupa dilaksanakan pula di Kutaraja dan
Seulimeum (Aceh).
4. Di Muaraenim (Sumatera Selatan) pernah dilangsungkan suatu Kursus
Pertanian untuk mendidik para calon Mantri Pertanian. Pendidikan
berlangsung 3 kali tiap minggu untuk materi budidaya tanaman umum,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  124
 

morfologi tumbuhan, pengolahan tanah, pemupukan dan materi lain yang


dianggap penting bagi para peserta kursus. Peserta kursus berasal dari calon
Mantri Pertanian dari daerah Palembang dan Bengkulu.
5. Di desa Tawangsari kecamatan Pandaan, kecamatan Sumberpucung dan
Gununggasir, dilangsungkan pertemuan mingguan bagi petani selama 1 jam.
Kursus diberikan oleh Mantri Pertanian. Materi yang diberikan adalah
pengolahan tanah, seleksi benih (bibit tanaman), perkecambahan benih,
pemberian pupuk, pengenalan kumbang kelapa dan cara pengendaliannya.
6. Di daerah kecamatan Pandaan diadakan pertemuan khusus dengan para guru
dan siswa dari Sekolah Rakyat 5 tahun dan Sekolah Desa guna membahas
mengenai masalah hama kumbang kelapa. Kepada para guru telah diberikan
selebaran tentang biologi dan cara pengendalian hama kumbang kelapa
dengan tujuan agar dapat diajarkan kepada siswa agar dapat menjadi pelopor
dalam gerakan pemberantasan hama kumbang kelapa di tempatnya masing-
masing.
7. Di wilayah Yogyakarta, Surakarta dan Kedu dibagikan selebaran mengenai
hasil percobaan budidaya tanaman penting yang dapat diterapkan di lahan
petani, pengetahuan tentang hama tikus serta cara pengendaliannya dan cara
budidaya padi. Dalam pertemuan lain dengan para Kepala Desa dan Camat,
telah dibahas tentang seleksi tanaman padi dan cara penggunaan pupuk secara
umum.
8. Di Desa Kemirirejo, dekat Magelang, pada tahun 1913 diadakan temu
lapangan yang dihadiri oleh para Kepala Desa, para Camat dan para Bupati se
Karesidenan Kedu serta para siswa dari Opleiding School van Inlandsche
Ambtenaren (Sekolah Calon Pegawai Bumiputera) dalam rangka menyaksikan
panen hasil percobaan penanaman padi varietas baru.
9. Sementara itu, beberapa petani terkemuka dari Kecamatan Ciawi (Kabupaten
Tasikmalaya) melaksanakan Karyawisata ke Sukabumi untuk mengunjungi
perkebunan teh yang dikelola oleh sebuah koperasi desa. Tujuan karyawisata
tersebut adalah untuk menambah pengetahuan dan minat para petani agar
mereka dapat mengetahui puia perkembangan pembangunan pertanian di

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  125
 

desa-desa lainnya.

G. Ekstrakurikuler Pertanian Pada Sekolah Rakyat Dan Sekolah Desa


Atas permintaan dari Pejabat Pemerintah di Kebumen untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran pertanian sehabis jam pelajaran sekolah kepada siswa
kelas-III di Sekolah Dasar Pemerintah bagi mesyarakat bumi putera (dikenal
sebagai Sekolah Dasar 5 tahun). Upaya tersebut tidak mempertimbangkan minat
peserta. Praktik kebun juga memerlukan bimbingan dan pengawasan guru secara
berkesinambungan. Sedangkan tenaga untuk keperluan tersebut tidak tersedia di
wilayah yang bersangkutan. Program percobaan ini pun dihentikan.

H. Ekstrakurikuler Pertanian Pada Sekolah Kotapraja


Pemberian tambahan pelajaran di bidang pertanian kepada siswa kelas tertinggi
Gemeente Scholen (Sekolah Kotapraja) di Sukoharjo, Tawangarjo, Dapureno dan
Kradenan di Kabupaten Grobogan, Karesidenan Semarang dilakukan. Bahan
pelajaran dipersiapkan sebelumnya oleh Landbouw Adviseur (Penasehat
Pertanian). Pengajarnya adalah Aspirant Inlandschen Landboue Leeraar (Aspiran
Guru Pertanian bumi putera) yang akan membimbing siswa tentang pengajaran
pembenihan, peranan akar tanaman, daun, bunga.
Pengajaran dilakukan dengan menggunakan cara demonstrasi. Pengajaran praktik
lapangan dilakukan di kebun halaman sekolah di bawah bimbingan 2 orang
petugas yang telah lulus dari Sekolah Pertanian Rendah di Wonosobo.

I. Integrasi Pelajaran Pertanian Pada Sekolah Guru


Beberapa guru pertanian dari Departemen Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan
dapat diperbantukan kepada Departemen Pendidikan dan Agama untuk
mengajarkan mata pelajaran pertanian di Sekolah Guru Normal (Normaal School).

J. Kursus Usaha Tani Bagi Guru Sekolah Desa

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  126
 

Kursus ditujukan kepada guru Sekolah Desa yang teroilih. Kursus


diselenggarakan selama 2 tahun, meliputi materi pertanian dan usaha tani. Setelah
guru Sekolah Desa menyelesaikan pandidikan kursusnya, rnereka ditugaskan
untuk mendidik dan melatih siswa Sekolah Desa di bidang pengetahuan pertanian
dan usahatani. Kursus ini diadakan di daerah Priangan, Rembang, Surabaya dan
Besuki.
Tujuan kursus adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis
tentang usahatani kepada para siswa di berbagai Sekolah Desa.
Sebagai tenaga pengajar adalah guru Sekolah Desa yang telah mengikuti
penataran di bidang pengetahuan dan keterampilan usahatani.

K. Landbouw Bedrijf School atau Sekolah Usaha Tani


Tujuan pendidikan di Sekolah Pertanian Rendah ternyata belum sepenuhnya
tercapai. Tekanan pemberian pendidikan dan pengajaran di sekolah terlalu
dititikberatkan pada teknik budidaya. Materi pengajaran pertanian dari sisi
ekonomi dan cara rnengelola usahatani, belum diajarkan.
Proses belajar-mengajar harus membentuk siswa sebagai tenaga kader yang
langsung belajar bekerja pada suatu pengusaha pertanian dan sekaligus pengusaha
tersebut bertindak sebagai pembimbing siswa. Dirasakan pelajaran teori di
Sekolah Pertanian Rendah yang masih kurang diberikan kepada para siswa adalah
mata pelajaran tentang dasar ilmu perusahaan dan pengetahuan tentang beberapa
tanaman yang mempunyai nilai ekonomi penting.
Pelajaran Dasar Ilmu Perusahaan dan ilmu usaha tani telah mulai diberikan di
beberapa Sekolah Pertanian Rendah, dimaksudkan untuk member nilai tambah
sekolah menjadi sekolah usaha tani. ternyata tidak ada minat calon siswa yang
masuk ke sekolah tersebut, bahkan akhirnya sekolah tersebut ditutup karena tidak
ada calon siswa yang mendaftar.
Kebijaksanaan baru menjadikan Sekolah Pertanian rendah menjadi School Bedrijf
(Sekolah Usahatani) ternyata tidak mudah dilaksanakan karena memerlukan
perubahan system pengelolaan pendidikan dan pengajarannya.
Sekolah Pertanian Rendah di Sindanglaya akan diubah menjadi keterpaduan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  127
 

antara program landbedrijf (usahatani) dan tuinbedrijf (usaha perkebunan).


Bentuk program ini ternyata dan terbukti berhasil.

L. Middelbare Lanbouwschool (MLS) atau Sekolah Pertanian Menengah


Atas (SPMA).
Sekolah ini memberikan kesempatan kepada siapapun yang berminat (keturunan
Belanda, Tionghoa atau bangsa timur selain bumi putera) untuk mempelajari ilmu
pertanian dan kehutanan.
Persyaratan untuk menjadi siswa sekolah ini adalah lulus ujian saringan bagi:
1. Lulusan Sekolah Menengah 3 tahun, yaitu: HBS 3 tahun, OSVIA (sekolah
calon pegawai pemerintah), dan lulusan Kweek School. Tamatan Cultuur
School. Pada tahun 1913, lulusan Kweek School tidak diterima masuk sekolah
ini.
2. Lulusan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs–Pendidikan Dasar yang
Diperluas - setaraf SLTP) bagian Ilmu Pasti.
3. Lulusan Voorbereidende Cursus (VC), yaitu kursus persiapan yang selama
beberapa tahun pertarna diselenggarakan oleh Middelbare Landbouw School.
Lembaga Voorbereidende Cursus dimanfaatkan oleh lulusan HIS (sekolah
dasar 7 tahun) sebagai jembatan untuk dapat masuk ke Middelbare Landbouw
School. Namun Voorbereidende Cursus dihapuskan pada tahun 1920.
Penyelenggaraan pendidikan di Middelbare Landbouw School sangat terkendali.
Kurikulum selalu ditinjau-ulang agar tepat sasaran, efisien, dan mutakhir. Disiplin
diberlakukan secara konsekuen, dan diberlakukan pula sistem "drop out" bagi
siswa yang berprestasi rendah. Bagi sekolah ini, dibentuk Panitia Pengawas
Pendidikan (semacam Badan Pembina Sekolah) yang berfungsi juga untuk
menjalin kerja sama dengan lapangan kerja, terutama perusahaan pertanian.
Pada awalnya Middelbare Landbouw School membuka tiga jurusan:
1. Jurusan Kehutanan, kelak dipisahkan sebagai institusi/sekolah sendiri;
2. Jurusan Petanian Rakyat;
3. Jurusan Perkebunan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  128
 

Pada Jurusan Pertanian Rakyat diberikan mata pelajaran Bercocok Tanam Buah-
buahan/Sayuran, Peternakan, Perikanan, Koperasi, Ekonomi Perusahaan
Pertanian, Sosiologi, dan Paedagogi. Sementara pada Jurusan Perkebunan
diberikan mata pelajaran Alat-alat dan Mesin-mesin Pertanian, dan Administrasi
Perusahaan.
Sebelum bekerja, mereka diwajibkan melakukan kerja praktik pengelolaan lahan
pertanian secara mandiri selama 1 tahun. Setelah itu mereka masih ditempatkan di
bawah pengawasan guru orang Belanda selama 1 tahun, melakukan tugas-tugas
praktik lapangan dan membantu guru senior. Persyaratan seperti ini juga berlaku
bagi lulusan Middelbare Landbouw School yang akan bekerja pada bidang lain,
misalnya sebagai penyuluh pertanian.

M. Middelbare Bosbouw School (MBS) atau Sekolah Kehutanan Menengah


Atas
Sebelum tahun 1908, sinder kehutanan diangkat dari lulusan pegawai rendahan
(klein ambtenaar) tanpa mempunyai dasar pendidikan atau pengalaman di bidang
kehutanan. Pengadaan mantri hutan dilakukan dengan pengerahan tenaga di
kalangan bumi putera yang hanya dapat membaca, menulis, dan dasar berhitung
saja.
Pemerintah Hindia - Belanda menetapkan persyaratan calon sinder kehutanan
adalah lulusan Jurusan Kehutanan Cultuur School.
Pada awalnya pendidikan kehutanan tingkat menengah atas merupakan Jurusan
Kehutanan di kelas 1 Middelbare Landbouw School (MLS) atau Sekolah
Pertanian Menengah Atas (SPMA). MLS telah menghasilkan calon ahli
kehutanan. Sesudah tahun 1922 Jurusan Kehutanan (Boschwezen) pada
Middelbare Landbouw School ditutup untuk sementara.
Jurusan kehutanan di Middelbare Landbouw School dibuka kembali pada tahun
1933. Jurusan Kehutanan di Middelbare Landbouw School sudah dimulai pada
siswa kelas II. Dengan demikian pemisahan jurusan kehutanan dan pertanian di
Middelbare Landbouw School dilakukan sejak siswa kelas II sampai kelas III
selama 2 tahun. Siswa Jurusan Kehutanan selama 2 tahun mendapat ilmu

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  129
 

kehutanan. Sebagian besar dari waktu 2 tahun dipergunakan untuk pengajaran


praktik di luar kampus agar para siswa dapat mencintai hutan dan memahami
pekerjaan kehutanan.
Pada tahun 1938 dibentuk Middelbare Boschbouw School (MBS) atau Sekolah
Kehutanan Menengah Atas (SKMA). Pada tahun 1938 itu juga Jurusan Kehutanan
di Middelbare Landbouw School diganti dengan Middelbare Boschbouw School.
Jurusan Kehutanan di Cultur School (CS) juga dihapuskan.

Calon yang dapat diterima sebagai siswa ialah lulusan MULO. Lama pendidikan
di MBS adalah 3 tahun. Setelah lulus, lulusan Middelbare Boschbouw School
diharuskan wajib kerja di lingkungan Jawatan Kehutanan sekurang-kurangnya
selama 5 tahun.

Di Middelbare Boschbouw School Madiun terdapat Kursus Polisi Kehutanan


(KPK). Lama pendidikan di KPK adalah 3 bulan. Peserta kursus adalah pegawai
kehutanan. Pendidikan rendah di bidang kepolisian kehutanan ini dimaksudkan
bagi perbaikan karier para mandor kehutanan yang sudah layak diberi kenaikan
pangkat.
Tenaga pendidik adalah pegawai kehutanan yang merangkap sebagai tenaga
pengajar.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab III  130
 

KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN


ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG
(1942 – 1945)

Didorong semangat untuk mengembangkan pengaruh dan wilayah sebagai


bagian dari rencana membentuk Asia Timur Raya yang meliputi Manchuria,
Daratan China, Kepulauan Filiphina, Indonesia, Malaysia, Thailand, Indo
China dan Rusia di bawah kepemimpinan Jepang, negera ini mulai melakukan
ekspansi militer ke berbagai negara sekitarnya tersebut. Dengan konsep
“Hakko Ichiu” (Kemakmuran Bersama Asia Raya) dan semboyan “Asia untuk
Bangsa Asia”, bangsa fasis inipun menargetkan Indonesia sebagai wilayah
potensial yang akan menopang ambisi besarnya. Dengan konteks sejarah dunia
yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola pendidikan di
Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat
dipengaruhi motif untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan
Pasifik.

Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya


menyerang Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942.
Sejak itulah Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait
pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di
era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:

ƒ dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan


menggantikan Bahasa Belanda;

ƒ adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem


pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.

Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat


diikhtisarkan sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  131
 

1. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko / Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun.


Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari
Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.

2. Pendidikan Lanjutan, terdiri atas Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah


Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah
Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun.

3. Pendidikan Kejuruan, mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara


lain di bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.

4. Pendidikan Tinggi.

Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan


menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat (PTR) di bawah pimpinan
Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret
1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang
tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib
serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar
Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang
mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem
pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem
Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan
format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal.
Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada
indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni
dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan
ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.

Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman


pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam
latihan tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Indoktrinasi ideologi Hakko Ichiu;

2. Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  132
 

3. Bahasa, sejarah, dan adat-istiadat Jepang;

4. Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta

5. Olahraga dan nyanyian Jepang.

Sementara untuk pembinaan kesiswaan, Jepang mewajibkan bagi setiap murid


sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini.

1. Menyanyikan lagi kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi.

2. Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang,


Tenno Heika setiap pagi.

3. Setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada
cita-cita Asia Raya.

4. Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang.

5. Melakukan latihan-latihan fisik dan militer.

6. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa


Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.

Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-


sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-
bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga
memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di
bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya
proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan
bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk
mentranslasikan buku-buku berbahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia untuk
kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe
akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga
melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan
kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat
beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman
Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  133
 

tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa
bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi
pendidikan lainnya.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa


kebijakan antara lain sebagai berikut.
1. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken (Kantor Urusan Islam) pada
masa Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang
dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-
daerah dibentuk Sumuka.
2. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah
Jepang.
3. Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan
dasar seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal
Arifin.
4. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan
K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir, dan Bung Hatta.
5. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan
Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di
zaman kemerdekaan; dan
6. diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi,
sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro
Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam,
Muhammadiyah dan NU.

Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum


muslimin ketika itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan
keadaan umatnya setelah tercapainya kemerdekaan.

STRUKTUR PROGRAM

Hingga naskah ini selesai ditulis, dokumen terkait dengan kurikulum dan struktur
program pendidikan pertanian pada masa pendudukan Jepang tidak dapat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  134
 

diperoleh. Satu-satunya dokumen yang dapat diselusuri adalah Struktur Program


Sekolah Teknik seperti tercantum pada halaman berikut.

Pantas diduga, bahwa struktur program pendidikan pertanian menggunakan pola


yang serupa pula.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  135
 

CONTOH STRUKTUR PROGRAM


Zaman Pendudukan Jepang
SEKOLAH TEKNIK
Bagian Listerik
Daptar pengadjaran tiap-tiap minggoe

Daptar djam pengadjaran


Pengadjaran
Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III Tinggi
1 Pendidikan Semangat 1 1 1 --

2 Bahasa Nippon 3 3 3 --

3 Bahasa Melajoe 2 2 2 --

4 Ilmoe Pasti 8 4 4 --

5 Ilmoe Alam 1 2 2 --

6 Latihan Badan 2 2 2 2

7 Gambar Tangan 2 -- -- --

8 Menggambar Pertoekangan dan Projeksi 6 -- -- --

9 Pengetahoean tentang Bahan-bahan -- 2 -- --

10 Pengetahoean tentang Perkakas 1 1 1 --

11 Ilmoe Pesawat dan Tenaga -- -- 1 1

12 Pengetahoean tentang bahagian Mesin-mesin -- 1 -- --

13 Perkakas-perkakas Tenaga -- 2 2 2

14 Menggambar Ilmoe Perkakas -- 4 3 --

15 Ilmoe Listerik -- 3 4 8

16 Menggambar Listerik -- -- 4 5

17 Peraktek Listerik -- -- 3 6

18 Ilmoe Tata Oesaha dan Ilmoe Membebat -- -- 1 1

19 Bertoekang dan Bertoekang Oemoem 18 17 10 18

Djoemlah 44 44 43 43

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  136
 

CONTOH STRUKTUR PROGRAM


Zaman Pendudukan Jepang
SEKOLAH TEKNIK
Bagian Bangoenan Oemoem
Daptar pengadjaran tiap-tiap minggoe

Daptar djam pengadjaran


Pengadjaran Kelas Kelas Kelas Kelas
I II III Tinggi
1 Pendidikan Semangat 1 1 1 --

2 Bahasa Nippon 3 3 3 --

3 Bahasa Melajoe 2 2 2 --

4 Ilmoe Pasti 8 4 4 --

5 Ilmoe Alam 1 2 2 --

6 Latihan Badan 2 2 2 2

7 Gambar Tangan 2 2 2 --

8 Menggambar Pertoekangan dan Projeksi 5 5 -- --

9 Ilmoe Bangoen-bangoenan -- 1 4 5

10 Menggambar Bangoen-bangoenan -- -- 7 10

11 Ilmoe Bangoenan Air -- -- 3 4

12 Menggambar Bangoenan Air -- -- 6 9

13 Ilmoe Mengoekoer -- -- 2 2

14 Pekerdjaan Mengoekoer -- -- -- 6

15 Pengetahoean tentang Bahan-bahan -- 2 -- --

16 Rentjana dan Taksiran -- -- -- 1

17 Pengetahoean tentang Perkakas -- -- 2 1

18 Ilmoe Pesawat dan Tenaga -- -- 2 1

19 Ilmoe Listerik -- -- -- 1

20 Ilmoe Tata Oesaha dan Ilmoe Membebat -- -- 1 1

21 Bertoekang dan Bertoekang Oemoem 20 20 -- --

Djoemlah 44 44 43 43

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab IV  137
 

KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN


PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
(1945 – 1950)
Masa awal kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1950, merupakan masa
peralihan, termasuk dalam dunia pendidikan pertanian. Sekolah pertanian yang ada sejak
zaman penjajahan Belanda dan zaman pendudukan Jepang, masih tetap dilanjutkan.
Bahkan dalam sebutan sehari-hari, nama satuan pendidikan pertanian di masyarakat
masih menggunakan sebutan satuan pendidikan sebelumnya.

Pada tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP mengusulkan pokok-pokok usaha
pendidikan dan pengajaran kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
sebagai berikut.
(1) Perlu ada perubahan pedoman pendidikan dan pengajaran. Yang paling mendasar
adalah mengubah faham individualisme menjadi faham kesusilaan dan peri
kemanusiaan yang tinggi.
(2) Demi persatuan dan keadilan sosial, sekolah harus dibuka untuk segala lapisan
masyarakat baik laki-laki maupun perempuan.
(3) Sistem pendidikan perlu berorientasi vokasi, leadership dan pemberantasan buta
huruf.
(4) Pendidikan agama perlu diberi perhatian seksama dengan asas kemerdekaan
beragama. Adapun madrasah dan pesantren sangat perlu mendapat perhatian dan
bantuan nyata dari pemerintah.
(5) Pengembangan optimal pendidikan tinggi termasuk memanfaatkan bantuan guru
besar asing dan pengiriman mahasiswa untuk studi ke luar negeri.
(6) Wajib belajar 6 tahun yang diharapkan telah merata dalam jangka waktu satu dekade
(10 tahun).
(7) Pendidikan teknik dan ekonomi khususnya pertanian, industri, pelayaran dan
perikanan perlu mendapat perhatian istimewa.
(8) Pendidikan kesehatan dan olahraga hendaknya dilaksanakan secara teratur.
(9) Pendidikan gratis bagi siswa Sekolah Rakyat. Sedangkan bagi siswa Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi diupayakan pengaturan pembiayaan dan tunjangan
yang luas agar dapat membantu akses bagi mereka yang kurang mampu.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
138
 

Usulan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan


Kebudayaan (Dr. Mr. T.S.G. Mulia) dengan membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran di
bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara dengan penulis Soegarda Poerbakawatja. Salah satu
hasil Panitia Penyelidik Pengajaran ini adalah rumusan tujuan pendidikan, yaitu
“Mendidik warga negara yang sejati, yang bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran
untuk warga negara dan masyarakat.”

Pengertian “warga negara yang sejati” itu kemudian dijabarkan sifat-sifatnya dalam
pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian PP dan K pada tahun 1946 bagi guru-guru,
seperti berikut ini.
(1) Berbakti kepada Tuhan YME.
(2) Cinta kepada alam.
(3) Cinta kepada negara.
(4) Cinta dan hormat kepada ibu-bapak.
(5) Cinta kepada bangsa dan kebudayaan.
(6) Keterpanggilan untuk memajukan negara sesuai kemampuannya.
(7) Memiliki kesadaran sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
(8) Patuh pada peraturan dan ketertiban.
(9) Mengembangkan kepercayaan diri dan sikap saling hormati atas dasar keadilan.
(10) Rajin bekerja, kompeten, dan jujur baik dalam pikiran maupun tindakan.

Undang-Undang No. 32 tahun 1947 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan


Sekolah-sekolah Lanjutan Negeri ditetapkan di Yogyakarta pada bulan September
1947. UU 32/1947 menetapkan, antara lain:
a. Pihak yang berhak mendirikan dan menyelenggarakan sekolah lanjutan negeri
adalah Kementerian PP & K;
b. Kabupaten dan Kotapraja berhak mendirikan Sekolah Pertukangan dan
Sekolah Kepandaian Putri sesuai dengan kebutuhan daerahnya dengan terlebih
dahulu dikonsultasikan dengan Kementerian PP&K;
c. Jika dipandang perlu, Kementerian PP&K dapat menyerahkan pendirian dan
penyelenggaran Sekolah Lanjutan Negeri kepada Kabupadan Kotapraja; dan
d. UU ini tidak berlaku bagi sekolah-sekolah atau kursus-kursus Jawatan yang
telah diurus langsung oleh Jawatan atau kementerian lain di luar Kementerian
PP&K.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
139
 

Nama Sekolah Pertanian Menengah Tinggi, nama pada zaman pendudukan


Jepang, tetap dipergunakan. Pada tahun 1947 SPMT bertambah menjadi 5
lembaga, berlokasi di Bogor, Malang, Klaten, Bukittinggi, dan Makassar. SPMT
Bogor dan SPMT Makassar menggunakan nama Middelbare Landbouw School.
Sekolah ini sengaja dibuka Belanda ketika Balanda menguasai beberapa daerah
tertentu, termasuk Makassar. Sementara itu beberapa SPMT di tempat lain harus
ditutup karena perang kemerdekaan.

Kurikulum Middelbare Landbouw School yang telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, dan pada zaman pendudukan Jepang ditambahkan dengan beberapa mata
pelajaran tertentu, pada masa awal kemerdekaan dipergunakan kembali sebagai
Kuriklum SPMT/Middelbare Landbouw School. dengan perubahan beberapa mata
pelajaran.

Mata pelajaran Bahasa Belanda yang ada pada Middelbare Landbouw School
ditiadakan sejak zaman pendudukan Jepang. Mata pelajaran baru yang
ditambahkan pada zaman pendudukan Jepang adalah Bahasa Melajoe, Pendidikan
Semangat, dan Bahasa Nippon. Pada masa awal kemerdekaan mata-mata
pelajaran Pendidikan Semangat dan Bahasa Nippon ditiadakan.

Pada tahun 1947 Pemerintah memutuskan untuk menutup Sekolah Pertanian


Menengah secara bertahap, yaitu dengan menghentikan penerimaan siswa baru
dan menggabungkan beberapa SPM. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memenuhi
keperluan tenaga guru, yaitu lulusan MLS atau lulusan Sekolah Guru (Kweek
School) 4 tahun yang berakta pertanian, di samping karena kesulitan biaya. SPM
sepenuhnya tutup pada tahun 1950.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
140
 

KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN


PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
(1945 – 1950)
Masa awal kemerdekaan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1950, merupakan masa
peralihan, termasuk dalam dunia pendidikan pertanian. Sekolah pertanian yang ada sejak
zaman penjajahan Belanda dan zaman pendudukan Jepang, masih tetap dilanjutkan.
Bahkan dalam sebutan sehari-hari, nama satuan pendidikan pertanian di masyarakat
masih menggunakan sebutan satuan pendidikan sebelumnya.

Pada tanggal 29 Desember 1945 Badan Pekerja KNIP mengusulkan pokok-pokok usaha
pendidikan dan pengajaran kepada Kementrian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
sebagai berikut.
(1) Perlu ada perubahan pedoman pendidikan dan pengajaran. Yang paling mendasar
adalah mengubah faham individualisme menjadi faham kesusilaan dan peri
kemanusiaan yang tinggi.
(2) Demi persatuan dan keadilan sosial, sekolah harus dibuka untuk segala lapisan
masyarakat baik laki-laki maupun perempuan.
(3) Sistem pendidikan perlu berorientasi vokasi, leadership dan pemberantasan buta
huruf.
(4) Pendidikan agama perlu diberi perhatian seksama dengan asas kemerdekaan
beragama. Adapun madrasah dan pesantren sangat perlu mendapat perhatian dan
bantuan nyata dari pemerintah.
(5) Pengembangan optimal pendidikan tinggi termasuk memanfaatkan bantuan guru
besar asing dan pengiriman mahasiswa untuk studi ke luar negeri.
(6) Wajib belajar 6 tahun yang diharapkan telah merata dalam jangka waktu satu dekade
(10 tahun).
(7) Pendidikan teknik dan ekonomi khususnya pertanian, industri, pelayaran dan
perikanan perlu mendapat perhatian istimewa.
(8) Pendidikan kesehatan dan olahraga hendaknya dilaksanakan secara teratur.
(9) Pendidikan gratis bagi siswa Sekolah Rakyat. Sedangkan bagi siswa Sekolah
Menengah dan Perguruan Tinggi diupayakan pengaturan pembiayaan dan tunjangan
yang luas agar dapat membantu akses bagi mereka yang kurang mampu.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
138
 

Usulan ini kemudian ditindaklanjuti oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan


Kebudayaan (Dr. Mr. T.S.G. Mulia) dengan membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran di
bawah pimpinan Ki Hajar Dewantara dengan penulis Soegarda Poerbakawatja. Salah satu
hasil Panitia Penyelidik Pengajaran ini adalah rumusan tujuan pendidikan, yaitu
“Mendidik warga negara yang sejati, yang bersedia menyumbangkan tenaga dan pikiran
untuk warga negara dan masyarakat.”

Pengertian “warga negara yang sejati” itu kemudian dijabarkan sifat-sifatnya dalam
pedoman yang dikeluarkan oleh Kementerian PP dan K pada tahun 1946 bagi guru-guru,
seperti berikut ini.
(1) Berbakti kepada Tuhan YME.
(2) Cinta kepada alam.
(3) Cinta kepada negara.
(4) Cinta dan hormat kepada ibu-bapak.
(5) Cinta kepada bangsa dan kebudayaan.
(6) Keterpanggilan untuk memajukan negara sesuai kemampuannya.
(7) Memiliki kesadaran sebagai bagian integral dari keluarga dan masyarakat.
(8) Patuh pada peraturan dan ketertiban.
(9) Mengembangkan kepercayaan diri dan sikap saling hormati atas dasar keadilan.
(10) Rajin bekerja, kompeten, dan jujur baik dalam pikiran maupun tindakan.

Undang-Undang No. 32 tahun 1947 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan


Sekolah-sekolah Lanjutan Negeri ditetapkan di Yogyakarta pada bulan September
1947. UU 32/1947 menetapkan, antara lain:
a. Pihak yang berhak mendirikan dan menyelenggarakan sekolah lanjutan negeri
adalah Kementerian PP & K;
b. Kabupaten dan Kotapraja berhak mendirikan Sekolah Pertukangan dan
Sekolah Kepandaian Putri sesuai dengan kebutuhan daerahnya dengan terlebih
dahulu dikonsultasikan dengan Kementerian PP&K;
c. Jika dipandang perlu, Kementerian PP&K dapat menyerahkan pendirian dan
penyelenggaran Sekolah Lanjutan Negeri kepada Kabupadan Kotapraja; dan
d. UU ini tidak berlaku bagi sekolah-sekolah atau kursus-kursus Jawatan yang
telah diurus langsung oleh Jawatan atau kementerian lain di luar Kementerian
PP&K.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
139
 

Nama Sekolah Pertanian Menengah Tinggi, nama pada zaman pendudukan


Jepang, tetap dipergunakan. Pada tahun 1947 SPMT bertambah menjadi 5
lembaga, berlokasi di Bogor, Malang, Klaten, Bukittinggi, dan Makassar. SPMT
Bogor dan SPMT Makassar menggunakan nama Middelbare Landbouw School.
Sekolah ini sengaja dibuka Belanda ketika Balanda menguasai beberapa daerah
tertentu, termasuk Makassar. Sementara itu beberapa SPMT di tempat lain harus
ditutup karena perang kemerdekaan.

Kurikulum Middelbare Landbouw School yang telah ada sejak zaman penjajahan
Belanda, dan pada zaman pendudukan Jepang ditambahkan dengan beberapa mata
pelajaran tertentu, pada masa awal kemerdekaan dipergunakan kembali sebagai
Kuriklum SPMT/Middelbare Landbouw School. dengan perubahan beberapa mata
pelajaran.

Mata pelajaran Bahasa Belanda yang ada pada Middelbare Landbouw School
ditiadakan sejak zaman pendudukan Jepang. Mata pelajaran baru yang
ditambahkan pada zaman pendudukan Jepang adalah Bahasa Melajoe, Pendidikan
Semangat, dan Bahasa Nippon. Pada masa awal kemerdekaan mata-mata
pelajaran Pendidikan Semangat dan Bahasa Nippon ditiadakan.

Pada tahun 1947 Pemerintah memutuskan untuk menutup Sekolah Pertanian


Menengah secara bertahap, yaitu dengan menghentikan penerimaan siswa baru
dan menggabungkan beberapa SPM. Hal ini disebabkan oleh sulitnya memenuhi
keperluan tenaga guru, yaitu lulusan MLS atau lulusan Sekolah Guru (Kweek
School) 4 tahun yang berakta pertanian, di samping karena kesulitan biaya. SPM
sepenuhnya tutup pada tahun 1950.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab V 
140
 

KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN


MASA TAHUN 1950 – 1975

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 12 tahun 1954 tentang pendidikan


maka tujuan pendidikan menjadi diperjelas, namun belum berpengaruh kepada
muatan pembelajaran pada sekolah-sekolah pertanian. Hampir seluruh jenis
sekolah pertanian masih mengacu pada pendidikan pertanian sebelumnya, baik
pada masa penjajahan Belanda maupun pada masa pendudukan Jepang.

A. KURIKULUM SEKOLAH TEKNIK (ST) PERTANIAN


Dari berbagai sumber diperoleh informasi tentang jenis mata pelajaran yang
diberikan di ST Pertanian Kewargaan Negara, Agama / Budi Pekerti, Bahasa
Indonesia, Sejarah Kebangsaan, Ilmu Bumi Indonesia, Olah Raga / Kesehatan,
Bahasa Inggris, Aljabar, Ilmu Alam, Ilmu Ukur, Ilmu Tumbuh-tumbuhan, Ilmu
Bercocok Tanam Semusim, Praktek Kebun / Lapangan, Ilmu Bercocok Tanam
Umum, Ilmu Alat-alat Pertanian, Ilmu Pengairan, Ilmu Ternak Ikan, Ilmu Dasar
Hewan, Ilmu Hama / Penyakit Tanaman, Ilmu Bercocok Tanam Keras, Ilmu
Tanah, Ilmu Pemupukan, Teknologi Hasil Pertanian, Ilmu Ternak Hewan, Ilmu
Gaya, Ilmu Ukur Tanah, Ilmu Iklim. Mikrobiologi, Praktek
Pengolahan/Pengawetan, Ilmu Tata Usaha, Ilmu Kimia Dasar. (Sumber: Petikan
Buku Induk Siswa ST Pertanian Negeri Lembang).

Selengkapnya kutipan dari Buku Induk Siswa ST Pertanian Negeri Lembang


tersebut dicacntumkan pada halaman berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
141
 

Kutipan Buku Induk Siswa ST Pertanian Negeri Lembang


Nama siswa: JUJUN JUNAEDI No. Stb.: 357

1975 - Kelas I 1976 - Kelas II 1977 - Kelas III


Mata Pelajaran CT CT CT CT CT CT CT CT CT
I II III I II III I II III
1 Kewargaan Negara 6 6 7 6 6 6 8 -- --
2 Agama / Budi Pekerti 6 6 6 5 6 6 5 -- --
3 Bahasa Indonesia 6 6 6 7 6 6 6 -- --
4 Sejarah Kebangsaan 5 6 8 7 6 6 7 -- --
5 Ilmu Bumi Indonesia 6 6 6 7 7 6 6 -- --
6 Olah Raga / Kesehatan 6 7 6 7 8 8 4 -- --
7 Bahasa Inggris 6 7 6 5 6 6 6 -- --
8 Aljabar 5 6 6 6 6 5 7 -- --
9 Ilmu Alam 6 6 7 6 6 5 6 -- --
10 Ilmu Ukur 6 6 6 6 6 5 8 -- --
11 Ilmu Tumbuh2an 5 6 6 7 7 7 6 -- --
12 Ilmu Bercocok Tanam Semusim 6 6 6 6 7 7 7 -- --
13 Praktek Kebun / Lapangan 7 8 7 6 7 6 7 -- --
14 Ilmu Bercocok Tanam Umum 6 7 7 -- -- -- -- -- --
15 Ilmu Alat2 Pertanian 6 6 6 -- -- -- -- -- --
16 Ilmu Pengairan -- -- -- -- -- -- -- -- --
17 Ilmu Ternak Ikan 6 6 6 -- -- -- -- -- --
18 Ilmu Dasar Hewan 6 7 7 8 7 7 -- --
19 Ilmu Hama / Penyakit Tanaman 5 6 6 6 4 7 6 -- --
20 Ilmu Bercocok Tanam Keras -- -- -- 6 7 6 6 -- --
21 Ilmu Tanah -- -- -- 6 6 6 6 -- --
22 Ilmu Pemupukan -- -- -- 6 5 6 7 -- --
23 Teknologi Hasil Pertanian -- -- -- 5 6 6 6 -- --
24 Ilmu Ternak Hewan -- -- -- 7 7 7 -- --
25 Ilmu Gaya -- -- -- 7 7 7 6 -- --
26 Ilmu Ukur Tanah -- -- -- 7 7 7 -- --
27 Ilmu Iklim -- -- -- -- -- -- 6 -- --
28 Mikrobiologi -- -- -- -- -- -- 7 -- --
Praktek
29 -- -- -- -- -- -- 6 -- --
Pengolahan/Pengawetan
30 Ilmu Tata Usaha -- -- -- -- -- -- 5 -- --
31 Ilmu Kimia Dasar -- -- -- -- -- -- 5 -- --

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
142
 

B. KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN TAHUN 1964

Sekolah Teknologi Menengah Pertanian (STM Pertanian) di bawah pembinaan


Departemen P dan K yang tertua lahir tahun 1965. masing-masing sekolah
membuat kurikulum sendiri. Karena keterbatasan informasi yang dapat
dikumpulkan, patut diduga bahwa bentuk kurikulum yang dibuat berupa selembar
struktur program, sebagai acuan daftar pelajaran dan alokasi waktu tiap mata
pelajaran tiap minggu.

Komunikasi intensif atas prakarsa pengurus sekolah menghasilkan kesepakatan


struktur program yang kurang lebih sama. Masing-masing sekolah kemudian
menjabarkan struktur program tersebut ke dalam materi pelajaran sebagai
pegangan guru membuat bahan ajar. Dapat dipahami jika bahan ajar yang
dihasilkan untuk mata pelajaran yang sama belum tentu sama muatannya pada
setiap sekolah. Terlebih lagi rumusan tujuan yang akan dicapai, GBPP, metoda,
dan evaluasi hasil belajar, belum ada.

Karena pada saat itu sudah ada kurikulum untuk jenis sekolah kejuruan lain
dengan nama Kurikulum 1964, maka kurikulum yang dibuat untuk STM
Pertanian pun disebut “Kurikulum 1964”.

Dengan kondisi kurikulum 1964 seperti tersebut di atas yang dinilai banyak
kekurangan oleh STM Pertanian penggunanya, muncullah niat untuk segera
menyempurnakannya. Dalam situasi demikian disepakati bahwa “kurikulum
1964” dikategorikan sebagai “kurikulum sementara”.

Pada dasarnya, kurikulum suatu lembaga pendidikan meliputi suatu perumusan


tujuan pendidikan, lama pendidikan, struktur program pengajaran, garis-garis
besar program pengajaran, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar.

Kurikulum pendidikan akan mempunyai tujuan agar tamatannya dapat


melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau agar tamatannya dapat
memasuki dunia kerja. Supaya kurikulum selalu dapat mengikuti perubahan (tidak
ketinggalan), maka kurikulum memerlukan penyesuaian atau perubahan yang
terus-menerus. Pembaruan atau penyesuaian kurikulum dapat dilakukan secara

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
143
 

terbatas (minor curriculum reform) dan dapat dilakukan secara luas (major
curriculum reform).

Pendidikan Menengah kejuruan melakukan upaya penataan kembali atau


melakukan perubahan kurikulum secara luas dan intensif baru dimulai
pertengahan Pelita I, sehingga semua kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan
yang lahir sebelum Pelita I adalah kurikulum sementara, karena belum dibakukan
dan tidak berlaku secara nasional.

Kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah pertanian di bawah pembinaan


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang lahir antara tahun 1950-1969 (ST
Pertanian / STM Pertanian) adalah kurikulum sementara 1964 yang tergolong
kurikulum yang belum dibakukan dan sampai sekarang dokumen kurikulum
tersebut belum diketemukan.

Upaya melacak kurikulum 1964 dilakukan dengan mencari informasi dari STM
Negeri Pertanian yang lahir sekitar tahun 1963, dari para mantan kepala
sekolahnya, mantan beberapa gurunya, dan dari hasil informasi tersebut dimaknai
bahwa Kurikulum Sementara 1964 mengandung pokok pikiran sebagai berikut.
(1) Bertujuan agar tamatannya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, tetapi juga bertujuan agar tamatannya dapat memasuki dunia
kerja;
(2) Berorientasi kepada isi (subject matter);
(3) Bobot praktek rendah (sekitar 20%),
(4) Dokumen kurikulum hanya berbentuk satu lembar Struktur Program
Pengajaran yang tanpa didukung oleh pedoman pelaksanaan, GBPP, deskripsi
mata pelajaran maupun pedoman evaluasi,
(5) Jumlah jam pelajaran/minggu = 48 jam.
Selanjutnya dari informasi sumber-sumber tersebut – ditambah dokumen-
dokumen yang dapat dikumpulkan, meliputi:
(1) rapor siswa yang masuk tahun 1965/1966,
(2) catatan dari buku induk siswa di sekolah,
(3) dari daftar mata ujian ijazah lulusan tahun 1968,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
144
 

dapat disusun perkiraan bentuk Struktur Program Pengajaran untuk kedua jurusan
yang ada, yaitu jurusan Produksi Pertanian dan jurusan Processing Hasil
Pertanian atau Teknologi hasil Pertanian seperti termuat pada Tabel nomor 1 dan
Tabel nomor 2.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
145
 

TABEL No. 1               STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN 
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1964 
JURUSAN: PRODUKSI PERTANIAN 
KELAS I  KELAS II  KELAS III 
No.  MATA PELAJARAN  CAWU  CAWU  CAWU 
1  2  3  1  2  3  1  2  3 
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Ilmu Bercocok Tanam Umum 2 2 2 - - - - - -
8 Ilmu Bercocok Tanam Tanaman Semusim 2 2 2 2 2 2 - - -
9 Ilmu Bercocok Tanam Tanaman Keras 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10 Ilmu Microbiologi - - - - - - 2 2 2
11 Ilmu Penyakit/Hama Tanaman - - - 2 2 2 2 2 2
12 Ilmu Kesuburan Tanah - - - - - - 2 2 2
13 Ilmu Tata Air/Irigasi - - - 2 2 2 2 2 2
14 Ilmu Alat Pertanian/Mekanisasi 2 2 2 2 2 2 2 2 2
C. PENGETAHUAN TEKNIK PELENGKAP
15 Ilmu Tumbuh-tumbuhan 2 2 2 2 2 2 - - -
16 Ilmu teknik Percobaan Lapangan - - - - - - 2 2 2
17 Ilmu Iklim - - - - - - 2 2 2
18 Ilmu Ukur Tanah/Pemetaan - - - 2 2 2 2 2 2
19 Ilmu Pengolahan hasil Pertanian 2 2 2 - - - - - -
20 Ilmu peternakan / Perikanan 2 2 2 2 2 2 - - -
D PENGETAHUAN EXACTA
21 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
23 Ilmu Alam / Gaya 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 Ilmu Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
25 Ilmu Kimia Organik - - - 2 2 2 2 2 2
E PENGETAHUAN UMUM
26 Bahasa Inggris 2 2 2 - - - - - -
27 Ilmu Ekonomi - - - - - - 2 2 2
28 Management Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
29 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
30 Praktek Laboratorium 6 6 6 2 2 2 2 2 2
31 Praktek Lapangan 6 6 6 6 6 6 6 6 6
  Jumlah Jam/Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Botani Morfologi, Botani Anatomi, Microbiologi, Hama/Penyakit Tanaman


Praktek Lapangan  : Pemetaan Lahan,Pengolahan Tanah, Pembenihan/Pembibitan, Penanaman,
Pemeliharaan, Pemanenan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
146
 

TABEL  No. 2              STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN  
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1964 
JURUSAN: PROCESSING HASIL PERTANIAN 
 
KELAS I  KELAS II  KELAS III 
No.  MATA PELAJARAN  CAWU  CAWU  CAWU 
1  2  3  1  2  3  1  2  3 
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi Indonesia 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Pengawetan Hasil Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Pengolahan hasil Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Microbiologi Industri - - - 2 2 2 2 2 2
10 Penyakit/Hama Gudang - - - - - - 2 2 2
11 Ilmu Kimia Organik 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 Higiene Perusahaan - - - - - - 2 2 2
C. PENGETAHUAN TEKNIK PELENGKAP
13 Botani / Zoologi 2 2 2 2 2 2 - - -
14 Peternakan / Perikanan 2 2 2 2 2 2 - - -
15 Microbiologi Umum 2 2 2 2 2 2 - - -
16 Klimatologi - - - - - - 2 2 2
D PENGETAHUAN EXACTA
17 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
19 Ilmu Mekanika - - - - - - 2 2 2
20 Ilmu Alam/Gaya 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
22 Kimia Analyt - - - - - - 2 2 2
23 Kimia Fisika - - - - - - 2 2 2
24 Statistik - - - - - - 2 2 2
E PENGETAHUAN UMUM
25 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 - - -
26 Ilmu Ekonomi / Koperasi - - - 2 2 2 - - -
27 Tata Laksana 2 2 2 2 2 2 2 2 2
28 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
29 Praktek Laboratorium 6 6 6 4 4 4 2 2 2
30 Praktek Lapangan 8 8 8 4 4 4 6 6 6
Jumlah Jam/Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Praktek Kimia, Botani, dan Morfologi.


Praktek Lapangan : Pengawetan Hasil Pertanian, Pengolahan Hasil Pertanian.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
147
 

Kurikulum 1964 mempunyai tujuan ganda yaitu untuk melanjutkan dan untuk
bekerja. Dari Struktur Program Pengajaran pada daftar 1 maupun daftar 2
menunjukkan jumlah mata pelajarannya yang cukup banyak (sekitar 30 mata
pelajaran). Ini dikarenakan untuk mata pelajaran yang bersifat akademik diberikan
porsi dan bobot yang tinggi (untuk bekal melanjutkan), tetapi bobot dan porsi
mata pelajaran kejuruan / produksi juga diberikan dengan porsi tinggi, seperti
tercantum pada kelompok mata pelajaran teknik umum dan teknik khusus, untuk
bekal memasuki dunia kerja).

STM Pertanian (negeri dan swasta) yang lahir sekitar tahun 1963 belum
mempunyai gedung sendiri, tidak mempunyai laboratorium sendiri, dan tidak
mempunyai alat peralatan praktek yang memadai, namun proses pembelajaran
teori dan praktek tetap berjalan baik dan lancar memenuhi target kurikulum.
Semangat sekolah dan guru yang tinggi ternyata mampu memotivasi dan
menyadarkan seluruh aparat sekolah (kepala sekolah, guru, termasuk siswanya),
seluruhnya harus berjuang mengatasi keadaan, berusaha mengeliminir tantangan,
mengusahakan agar hambatan menjadi sekecil mungkin sehingga pelaksanaan
proses belajar mengajar berjalan baik dan sukses mencapai target yang ditentukan.
Diperlukan guru pioner yang mempunyai dedikasi dan kreativitas yang tinggi
sebagai sentral kegiatan (the man behind the gun).

Uraian di bawah ini adalah kenyataan tentang bagaimana perjuangan dan


kegigihan serta sepak terjang STM Negeri Pertanian yang dikategorikan sekolah
yang serba tidak punya apa-apa, berupaya meningkatkan mutu proses belajar-
mengajar (PBM), karena diyakini bahwa muara keberhasilan melaksanakan
pendidikan itu selain ditentukan oleh kurikulum ditentukan mutu PBM-nya.

C. KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN 1968

Kurikulum Sementara tahun 1964 hanya berisi nama-nama mata pelajaran dengan
alokasi waktu /minggu, tidak disertai rambu-rambu/deskripsi penjabaran mata
pelajaran, sehingga dimungkinkan penjabaran mata pelajaran yang sama untuk
sekolah yang berbeda akan berbeda pula.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
148
 

Setelah dilaksanakannya ujian nasional yang pertama tahun 1968, kelemahan-


kelemahan tersebut sangat dirasakan oleh sekolah-sekolah, kemudian mereka
mengusulkan kepada Kabin Tek (propinsi) mengharapkan agar Kabin Tek
melengkapi kurikulum tahun 1964 dengan pedoman pelaksanaan/aturan
pelaksanaannya.

Di tingkat pusat merasakan hal yang sama, pada saat membuat persiapan
mengadakan ujian nasional pertama tahun 1968 diketahui pula bahwa kurikulum
STM Pertanian di suatu propinsi ternyata tidak sama dengan kurikulum STM
Pertanian yang lain. Kenyataan ini menjadi dasar untuk segera menyusun
penyempurnaan kurikulum 1964 menjadi kurikulum sementara 1968 (untuk
menyusun kurikulum baku yang akan diberlakukan secara nasional tidak mungkin
karena waktu yang disediakan hanya satu tahun).

Maka pada tahun 1968 dibentuklah panitia penyusunan kurikulum tingkat pusat
yang beranggotakan Panitia Tingkat Daerah, terdiri atas staf kurikulum kantor
Inspeksi Propinsi Pendidikan Teknologi yang dibantu oleh para guru sekolah
untuk menghasilkan penyempurnaan kurikulum 1964 menjadi kurikulum 1968.

Keanggotaan Panitia Penyusunan Kurikulum Tingkat Pusat (Direktorat


Pendidikan Teknologi), masing-masing Kepala Dinas (sekarang Kasubdit) sebagai
pengarah dan penanggung jawab pada kurikulum masing-masing sesuai
bidangnya, anggota lainnya antara lain Bapak Sabirin Ismail (Dit Dik Tek), Bapak
Bustami Achir (Dit Dik Tek), Bpk K.S. Siregar (unsur sekolah teknik), Bapak
Martindra Prasaba (unsur sekolah pertanian), untuk kelompok kurikulum Kimia
Agraria (Pertanian, Kehutanan, dan Tekstil) sebagai koordinator ditunjuk Bapak
Sabirin Ismail.

Panitia Tingkat Pusat segera aktif mengadakan pertemuan-pertemuan dan salah


satunya rapat koordinasi di Bandung, untuk pertanian bekerja sama dengan
Universitas Pajajaran (Unpad) yang dikoordinir oleh bapak Prof. DR. Didi
Atmadilaga, DR. Sulaiman, Ir. Baihagi, untuk kehutanan bekerja sama dengan
Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat dan untuk Tekstil bekerja sama dengan
perusahaan Tekstil Bandung Timur yang dikoordinir oleh Bapak PRADIS dan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
149
 

atas bantuan Bapak Bustami Achir serta bapak K.S. Siregar sebagai tuan rumah
Panitia Pusat berkantor di salah satu ST Negeri (untuk pengetikan) serta berkantor
di Jl. Bengawan Bandung untuk rapat-rapat dan pertemuan konsultasi.

Kalau Panita Tingkat Pusat telah mengadakan rapat koordinasi dengan perguruan
tinggi, lembaga-lembaga, dinas-dinas/instansi yang relevan, maka panitia di
daerah Kantor Inpro Diktek dan sekolah-sekolah juga mengadakan rapat-rapat.

Sekolah-sekolah sejak diminta/diberi kesempatan untuk membantu Panitia Daerah


mengumpulkan bahan-bahan untuk usalan penyempurnaan kurikulum 1964
menjadi kurikulum 1968, terus aktif bekerja. Untuk sekolah-sekolah di Jawa
tengah karena ada wadah pertemuan selapanan, maka pertemuan selapanan
tersebut didiskusikan tentang apa kekurangan kurikulum 1964, apa usul
penyempurnaannya (karena penulis sebagai pemrakarsa pertemuan selapanan dan
juga anggota Panitia Tingkat Pusat Unsur sekolah pertanian), maka apa yang
diskusikan sudah diwarnai dengan hasil Panitia Pusat. Demikian juga untuk
sekolah-sekolah pertanian di Jawa Barat, penulis berusaha mendapatkan masukan
dan menginformasikan hasil Panitia Pusat dengan mendatangi masing-masing
sekolah pertanian di Jawa Barat, untuk STM Negeri Cibadak penulis melakukan
silaturahmi ke sekolah dengan menemui kepala sekolah yang saat itu dijabat oleh
Ibu Tri Iswoyo, di Subang saat itu kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ir. R.O.A.
Kosasih yang pada tahun 1969/1970 menjadi kepala proyek rehabilitasi
ST/Perluasan ST, rehabilitasi STM/Perluasan STM Bandung, di Jalaksana
Kuningan yang saat itu kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ir. Supriyatna.

Untuk DI Yogyakarta karena dekat, maka dalam pertemuan selapanan di STM


Negeri Pertanian Temanggung Bapak Drs. Sutarman Kabin Tek Yogyakarta
datang menghadiri pertemuan selapanan dengan Kepala sekolah-sekolah pertanian
Jawa Tengah atas undangan kepala STM Negeri Temanggung (yang hadir Kepala
Sekolah STM Negeri Sragen Bapak Ir. Sartono, kepala sekolah STM Negeri
Delanggu Bapak Soekaryono BSc, kepala sekolah STM Negeri Purwokerto Bapak
Mardiono, BSc dan kepala sekolah STM Negeri Pertanian Temanggung Bapak R.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
150
 

Soenarto) untuk membahas pengumpulan bahan usulan penyempurnaan


kurikulum STM Pertanian tahun 1964 menjadi kurikulum 1968.

Meskipun penyempurnaan kurikulum sementara 1964 menjadi kurikulum 1968


telah ditangani Panitia Pusat dan Panitia Daerah, namun belum dapat
menghasilkan GBPP, yang dihasilkan masih berupa struktur program pengajaran
dengan menyesuaikan/penggantian satu-dua mata pelajaran. Tujuan kurikulum
tidak berubah masih tetap bertujuan ganda, untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, tetapi juga untuk bekerja, memasuki lapangan kerja, alokasi jam
pelajaran tiap minggu juga tetap 48 jam.

Karena terdesak waktu dan kebutuhan, maka akhirnya disepakati masing-masing


kepala Kabin Tek, menetapkan hasil sementara yang telah dicapai untuk
digunakan lebih dulu sambil menunggu hasil Panitia Pusat lebih lanjut. (Kepala
Kabin Tek/yang ditugasi untuk  Jawa Tengah Bapak Purwahyo yang pada tahun
1970/1971 menjadi kepala proyek perintis STM Pembangunan Semarang Jawa
Tengah, untuk D.I. Yogyakarta Bapak Drs. Soetarman yang pada tahun
1970/1971 menjadi kepala proyek perintis STM Pembangunan Yogyakarta, DI
Yogyakarta, untuk Jawa Barat Bapak R. Rachmat yang pda tahun 1969/1970
menjadi kepala proyek Rehabilitasi ST/Perluasan ST, Rehabilitasi STM/Perluasan
STM Pekalongan Jawa Tengah).

Struktur Program Pengajaran hasil penyempurnaan Kurikulum Sementara 1964


menjadi Kurikulum 1968 untuk jurusan Produksi Pertanian seperti terdapat pada
daftar nomor 3 halaman 18, untuk jurusan Processing Hasil Pertanian/Pengolahan
Hasil Pertanian seperti terdapat pada daftar nomor 4 halaman 19.

Sedangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyempurnaan Struktur


Program Pengajaran kurikulum sementara 1964 menjadi kurikulum 1968 untuk
jurusan Produksi Pertanian seperti terdapat pada tabel nomor 5 dan untuk jurusan
Processing Hasil Pertanian/Pengolahan Hasil Pertanian seperti terdapat pada tabel
nomor 6.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
151
 

TABEL  No. 3 
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN 
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1968 
JURUSAN: PRODUKSI PERTANIAN 
 
No. MATA PELAJARAN KELAS I KELAS II KELAS III
CAWU CAWU CAWU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi Indonesia 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Bercocok Tanam Umum/Tanaman Semusim 2 2 2 2 2 2 - - -
8 Bercocok Tanam Tanaman Keras 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Bercocok Tanam Tanaman Hortikultura - - - - - - 2 2 2
10 Penyakit/Hama Tanaman - - - 2 2 2 2 2 2
11 Ilmu Tanah/Pemupukan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 Ilmu Pengairan/Irigasi - - - - - - 2 2 2
C. PENGETAHUAN TEKNIK UMUM
13 Ilmu Tumbuh-tumbuhan/Ilmu Hewan 2 2 2 2 2 2 - - -
14 Ilmu Microbiologi 2 2 2 2 2 2 - - -
15 Rancangan Percobaan Lapangan - - - - - - 2 2 2
16 Ilmu Ukur Tanah - - - - - - 2 2 2
17 Teknologi Hasil Pertanian 2 2 2 2 2 2 - - -
18 Ilmu Iklim - - - - - - 2 2 2
19 Ilmu Seleksi Tumbuhan - - - - - - 2 2 2
20 Mekanisasi Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Peternakan/Perikanan 2 2 2 2 2 2 - - -
22 Penyuluhan Pertanian - - - - - - 2 2 2
D PENGETAHUAN EXACTA
23 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
25 Ilmu Alam 2 2 2 2 2 2 2 2 2
26 Ilmu Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
E PENGETAHUAN UMUM
27 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 - - -
28 Ilmu Ekonomi/Ekonomi Perusahaan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
29 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
30 Praktek Laboratorium 4 4 4 2 2 2 2 2 2
31 Praktek Lapangan 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Jumlah Jam / Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Botani Morfologi, Botani Anatomi, Microbiologi, Hama/Penyakit


Tanaman.
Praktek Lapangan : Ukur tanah, Pengolahan Tanah/Mekanisasi Pertanian,
Pembibitan/ Pembenihan, Penanaman, Pemeliharaan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
152
 

TABEL  No. 4       
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN 
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1968 
JURUSAN: PROCESSING HASIL PERTANIAN 
 
KELAS I KELAS II KELAS III
No. MATA PELAJARAN CAWU CAWU CAWU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi Indonesia 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Pengawetan /Penanganan Bahan Hasil 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Pengolahan Hasil Pertanian - - - 2 2 2 2 2 2
10 Microbiologi Industri 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Ilmu Kimia Organik - - - - - - 2 2 2
12 Higiene Perusahaan - - - - - - - - -
C. PENGETAHUAN TEKNIK UMUM
13 Botani 2 2 2 2 2 2 - - -
14 Zoologi 2 2 2 2 2 2 - - -
15 Microbiologi Umum 2 2 2 - - - - - -
16 Klimatologi - - - - - - 2 2 2
17 Ilmu Peternakan / Perikanan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 BTU / BTC 2 2 2 2 2 2 - - -
D PENGETAHUAN EXACTA
19 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
20 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
21 Ilmu Alam 2 2 2 2 2 2 2 2 2
22 Ilmu Mekanika - - - - - - 2 2 2
23 Ilmu Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
24 Ilmu Kimia Fisika - - - - - - 2 2 2
25 Ilmu Kimia Analyt - - - - - - 2 2 2
26 Ilmu Statistik - - - - - - 2 2 2
E PENGETAHUAN UMUM
27 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 2 2 2
28 Ilmu Ekonomi Perusahaan/Koperasi 2 2 2 2 2 2 - - -
29 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
30 Praktek Laboratorium 4 4 4 4 4 4 4 4 4
31 Praktek Lapangan 6 6 6 4 4 4 6 6 6
Jumlah Jam / Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Botani morfologi, Botani anatomi, Mikrobiologi, Kimia,


Hama/Penyakit gudang.
Praktek Lapangan : Pengawetan/Penanganan bahan makanan, pengolahan hasil
pertanian.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
153
 

TABEL   No. 5       
PERUBAHAN PADA STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN  
KURIKULUM SEMENTARA 1964 MENJADI KURIKULUM SEMENTARA 1968  
UNTUK STM PERTANIAN JURUSAN: PRODUKSI PERTANIAN 

U RA IAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN
NO. KETERANGAN
MATA
1964 1968
PELAJARAN
Jumlah maupun macam mata
PENGETAHUAN
1 Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan pelajaran tetap/ tidak ada
DASAR
perubahan
1. Mata pelajaran Bercocok
1. Mata pelajaran
1. Mata pelajaran: Tanam Semusim disempatkan
Bercocok Tanam
Bercocok Tanam digabung menjadi satu dengan
Umum dan
Umum dan Bercocok Bercocok Tanam Umum
Bercocok tanam
Tanam Semusim 2. Sebagian dari mata pelajaran
Semusim digabung
masing-masing Bercocok Tanam Semusim
2. Ada mata pelajaran
berdiri sendiri sudah diwadahi dalam
Bercocok Tanam
PENGETAHUAN 2. Tidak ada mata Bercocok Tanam Hortikultura.
Hortikultura
2 TEKNIK pelajaran Bercocok 3. Mata pelajaran Kesuburan
3. Mata pelajaran Ilmu
KHUSUS Tanam Hortikultura Tanah diperluas menjadi Ilmu
Tanah/ Pemupukan
3. Mata pelajaran Ilmu Tanah/Pemupukan
4. Tidak ada mata
Kesuburan tanah 4. Mata pelajaran Ilmu
pelajaran Ilmu
4. Ada mata pelajaran Microbiologi dan Alat Pertanian
Microbiologi
Ilmu Microbiologi dan /Mekanisasi tetap ada, tetapi
maupun Alat
Alat Pertanian/ tempatnya dipindah pada
Pertanian/Mekanisa
mekanisasi. kelompok PENGETAHUAN
si.
TEKNIK UMUM (1968)
1. Ada mata pelajaran
Ilmu Tumbuh- 1. Ada Mata pelajaran 1. Ilmu Tumbuh-tumbuhan
PENGETAHUAN tumbuhan, tetapi Ilmu Tumbuh- dipersempit waktunya
TEKNIK tidak ada mata tumbuhan/ Ilmu digunakan untuk Ilmu Hewan
PELENGKAP pelajaran Ilmu Hewan Hewan (mata pelajaran baru).
3 (1964); 2. Tidak ada mata 2. Ada mata pelajaran 2. Mata pelajaran Ilmu Seleksi
PENGETAHUAN pelajaran Ilmu Ilmu Seleksi Tumbuhan dan Ilmu
TEKNIK UMUM Seleksi Tumbuhan Tumbuhan Penyuluhan diadakan pada
(1968) 3. Tidak ada mata 3. Ada Mata pelajaran (1968) karena dinilai
pelajaran Ilmu Ilmu Penyuluhan perlu/penting.
Penyuluhan
Mata pelajaran Ilmu Kimia
Tidak ada mata Organik dihapus dan Kimia
PENGETAHUAN Ada mata pelajaran
4 pelajaran Ilmu Kimia Organiknya dimasukkan ke dalam
EXACTA Ilmu Kimia Organik
Organik (integrated) masing-masing mata
pelajar yang relevan.

Ada mata pelajaran


Mata pelajaran Manajemen
Ilmu Ekonomi dan mata Ada mata pelajaran
PENGETAHUAN Pertanian dimasukkan ke dalam
5 pelajaran Manajemen Ekonomi/ Ekonomi
UMUM mata pelajaran Ekonomi
Pertanian, masing- Perusahaan
Perusahaan
masing berdiri sendiri
Mata pelajaran praktek tetap
terdiri dari:
6 PRAKTEK Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan
1. Praktek Laboratoruim
2. Praktek Lapangan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
154
 

 
TABEL  No. 6       
PERUBAHAN PADA STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN  
KURIKULUM SEMENTARA 1964 MENJADI KURIKULUM SEMENTARA 1968  
UNTUK STM PERTANIAN JURUSAN: PROCESSING HASIL PERTANIAN 
 
 
U RA IAN
NO. KELOMPOK MATA PELAJARAN KETERANGAN
MATA PELAJARAN 1964 1968
Jumlah maupun macam mata
PENGETAHUAN
1 Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan pelajaran tetap/ tidak ada
DASAR
perubahan
1. Mata pelajaran
1. Mata pelajaran:
Pengawetan/ 1. Mata pelajaran Pengawetan
Pengawetan Hasil
penanganan Bahan Hasil Pertanian diperluas
Pertanian
Hasil Pertanian dengan Penanganan Bahan
2. Ada mata
2. Tidak ada mata Hasil Pertanain
PENGETAHUAN pelajaran: Ilmu
2 pelajaran Ilmu 2. Mata pelajaran Ilmu
TEKNIK KHUSUS Penyakit/Hama
Penyakit/ Hama Penyakit/hama Gudang
Gudang
Gudang dihapus, tetapi diintegrasikan
3. Mata pelajaran
3. Mata pelajaran ke dalam masing-masing
lainnya tetap/ tak
lainnya tetap/ tidak mata pelajaran yang relevan.
ada perubahan
ada perubahan
1. Ada mata pelajaran 1. Mata pelajaran 1. Mata pelajaran Zoologi
Botani/Zoologi Botani berdiri dinilai penting dan perlu
PENGETAHUAN 2. Tidak ada mata sendiri, mata dikembangkan sehingga
TEKNIK PELENGKAP pelajaran BTU/BTC pelajaran Zoologi merupakan mata pelajaran
(1964); 3. Mata Pelajaran berdiri sendiri yang berdiri sendiri.
3
PENGETAHUAN lainnya tetap/tidak 2. Ada mata pelajaran: 2. Mata pelajaran BTU/BTC
TEKNIK UMUM berubah BTU/BTC (Bercocok Tanam
(1968) 3. Mata pelajaran Umum/Bercocok Tanam
lainnya tetap/ tidak Khusus) penting sehingga
berubah diadakan.
1. Ada mata pelajaran 1. Ada mata pelajaran
Mata pelajaran Ilmu Alam
Ilmu Alam/gaya Ilmu Alam
PENGETAHUAN berdiri sendiri karena Ilmu gaya
4 2. Mata pelajaran 2. Mata pelajaran
EXACTA dimasukkan ke dalam mata
lainnya tetap/tidak lainnya tetap/ tidak
pelajaran Ilmu Mekanika.
ada perubahan berubah
Ada mata pelajaran
Ilmu Ekonomi/
Ada mata pelajaran Mata pelajaran Ekonomi dan
PENGETAHUAN Koperasi dan mata
5 Ilmu Ekonomi Tata Laksana dimasukkan ke
UMUM pelajaran Tata
Perusahaan/ Koperasi dalam Ekonomi Perusahaan
Laksana masing-
masing berdiri sendiri
Mata pelajaran praktek terdiri
Tetap / tidak ada Tetap/tidak ada dari:
6 PRAKTEK
perubahan perubahan 1. Praktek Laboratoruim
2. Praktek Lapangan
 
 
 
 

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
155
 

D. KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN 1968

Kurikulum sementara tahun 1964 hanya berisi nama-nama mata pelajaran dengan
alokasi waktu /minggu, tidak disertai rambu-rambu/deskripsi penjabaran mata
pelajaran, sehingga dimungkinkan penjabaran mata pelajaran yang sama untuk
sekolah yang berbeda akan berbeda pula.

Setelah dilaksanakannya ujian nasional yang pertama tahun 1968, kelemahan-


kelemahan tersebut sangat dirasakan oleh sekolah-sekolah, kemudian mereka
mengusulkan kepada Kabin Tek (propinsi) mengharapkan agar Kabin Tek
melengkapi kurikulum tahun 1964 dengan pedoman pelaksanaan/aturan
pelaksanaannya.

Di tingkat pusat merasakan hal yang sama, pada saat membuat persiapan
mengadakan ujian nasional pertama tahun 1968 diketahui pula bahwa kurikulum
STM Pertanian di suatu propinsi ternyata tidak sama dengan kurikulum STM
Pertanian yang lain. Kenyataan ini menjadi dasar untuk segera menyusun
penyempurnaan kurikulum 1964 menjadi kurikulum sementara 1968 (untuk
menyusun kurikulum baku yang akan diberlakukan secara nasional tidak mungkin
karena waktu yang disediakan hanya satu tahun).

Maka pada tahun 1968 dibentuklah panitia penyusunan kurikulum tingkat pusat
yang beranggotakan Panitia Tingkat Daerah, terdiri atas staf kurikulum kantor
Inspeksi Propinsi Pendidikan Teknologi yang dibantu oleh para guru sekolah
untuk menghasilkan penyempurnaan kurikulum 1964 menjadi kurikulum 1968.

Keanggotaan Panitia Penyusunan Kurikulum Tingkat Pusat (Direktorat


Pendidikan Teknologi), masing-masing Kepala Dinas (sekarang Kasubdit) sebagai
pengarah dan penanggung jawab pada kurikulum masing-masing sesuai
bidangnya, anggota lainnya antara lain Bapak Sabirin Ismail (Ditdik Tek), Bapak
Bustami Achir (Dik Tek), Bpk K.S. Siregar (unsur sekolah teknik), Bapak
Martindra Prasaba (unsur sekolah pertanian), untuk kelompok kurikulum Kimia

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
156
 

Agraria (Pertanian, Kehutanan, dan Tekstil) sebagai koordinator ditunjuk Bapak


Sabirin Ismail.

Panitia Tingkat Pusat segera aktif mengadakan pertemuan-pertemuan dan salah


satunya rapat koordinasi di Bandung, untuk pertanian bekerja sama dengan
Universitas Pajajaran (Unpad) yang dikoordinir oleh bapak Prof. DR. Didi
Atmadilaga, DR. Sulaiman, Ir. Baihagi, untuk kehutanan bekerja sama dengan
Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat dan untuk Tekstil bekerja sama dengan
perusahaan Tekstil Bandung Timur yang dikoordinir oleh Bapak PRADIS dan
atas bantuan Bapak Bustami Achir serta bapak K.S. Siregar sebagai tuan rumah
Panitia Pusat berkantor di salah satu ST Negeri (untuk pengetikan) serta berkantor
di Jl. Bengawan Bandung untuk rapat-rapat dan pertemuan konsultasi.

Kalau Panita Tingkat Pusat telah mengadakan rapat koordinasi dengan perguruan
tinggi, lembaga-lembaga, dinas-dinas/instansi yang relevan, maka panitia di
daerah Kantor Inpro Diktek dan sekolah-sekolah juga mengadakan rapat-rapat.

Sekolah-sekolah sejak diminta/diberi kesempatan untuk membantu Panitia Daerah


mengumpulkan bahan-bahan untuk usalan penyempurnaan kurikulum 1964
menjadi kurikulum 1968, terus aktif bekerja. Untuk sekolah-sekolah di Jawa
tengah karena ada wadah pertemuan selapanan, maka pertemuan selapanan
tersebut didiskusikan tentang apa kekurangan kurikulum 1964, apa usul
penyempurnaannya (karena penulis sebagai pemrakarsa pertemuan selapanan dan
juga anggota Panitia Tingkat Pusat Unsur sekolah pertanian), maka apa yang
diskusikan sudah diwarnai dengan hasil Panitia Pusat. Demikian juga untuk
sekolah-sekolah pertanian di Jawa Barat, penulis berusaha mendapatkan masukan
dan menginformasikan hasil Panitia Pusat dengan mendatangi masing-masing
sekolah pertanian di Jawa Barat, untuk STM Negeri Cibadak penulis melakukan
silaturahmi ke sekolah dengan menemui kepala sekolah yang saat itu dijabat oleh
Ibu Tri Iswoyo, di Subang saat itu kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ir. R.O.A.
Kosasih yang pada tahun 1969/1970 menjadi kepala proyek rehabilitasi
ST/Perluasan ST, rehabilitasi STM/Perluasan STM Bandung, di Jalaksana
Kuningan yang saat itu kepala sekolah dijabat oleh Bapak Ir. Supriyatna.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
157
 

Untuk DI Yogyakarta karena dekat, maka dalam pertemuan selapanan di STM


Negeri Pertanian Temanggung Bapak Drs. Sutarman Kabin Tek Yogyakarta
datang menghadiri pertemuan selapanan dengan Kepala sekolah-sekolah pertanian
Jawa Tengah atas undangan kepala STM Negeri Temanggung (yang hadir Kepala
Sekolah STM Negeri Sragen Bapak Ir. Sartono, kepala sekolah STM Negeri
Delanggu Bapak Soekaryono BSc, kepala sekolah STM Negeri Purwokerto Bapak
Mardiono, BSc dan kepala sekolah STM Negeri Pertanian Temanggung Bapak R.
Soenarto) untuk membahas pengumpulan bahan usulan penyempurnaan
kurikulum STM Pertanian tahun 1964 menjadi kurikulum 1968.

Meskipun penyempurnaan kurikulum sementara 1964 menjadi kurikulum 1968


telah ditangani Panitia Pusat dan Panitia Daerah, namun belum dapat
menghasilkan GBPP, yang dihasilkan masih berupa struktur program pengajaran
dengan menyesuaikan/penggantian satu-dua mata pelajaran. Tujuan kurikulum
tidak berubah masih tetap bertujuan ganda, untuk melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, tetapi juga untuk bekerja, memasuki lapangan kerja, alokasi jam
pelajaran tiap minggu juga tetap 48 jam.

Karena terdesak waktu dan kebutuhan, maka akhirnya disepakati masing-masing


kepala Kabin Tek, menetapkan hasil sementara yang telah dicapai untuk
digunakan lebih dulu sambil menunggu hasil Panitia Pusat lebih lanjut. (Kepala
Kabin Tek/yang ditugasi untuk  Jawa Tengah Bapak Purwahyo yang pada tahun
1970/1971 menjadi kepala proyek perintis STM Pembangunan Semarang Jawa
Tengah, untuk D.I. Yogyakarta Bapak Drs. Soetarman yang pada tahun
1970/1971 menjadi kepala proyek perintis STM Pembangunan Yogyakarta, DI
Yogyakarta, untuk Jawa Barat Bapak R. Rachmat yang pda tahun 1969/1970
menjadi kepala proyek Rehabilitasi ST/Perluasan ST, Rehabilitasi STM/Perluasan
STM Pekalongan Jawa Tengah).

Struktur Program Pengajaran hasil penyempurnaan Kurikulum Sementara 1964


menjadi Kurikulum 1968 untuk jurusan Produksi Pertanian seperti terdapat pada
daftar nomor 3 halaman 18, untuk jurusan Processing Hasil Pertanian/Pengolahan
Hasil Pertanian seperti terdapat pada daftar nomor 4.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
158
 

Sedangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyempurnaan Struktur


Program Pengajaran kurikulum sementara 1964 menjadi kurikulum 1968 untuk
jurusan Produksi Pertanian seperti terdapat pada daftar nomor 5 dan untuk jurusan
Processing Hasil Pertanian/Pengolahan Hasil Pertanian seperti terdapat pada
daftar nomor 6.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
159
 

TABEL  No. 3 
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN 
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1968 
JURUSAN: PRODUKSI PERTANIAN 
 
No. MATA PELAJARAN KELAS I KELAS II KELAS III
CAWU CAWU CAWU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi Indonesia 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Bercocok Tanam Umum/Tanaman Semusim 2 2 2 2 2 2 - - -
8 Bercocok Tanam Tanaman Keras 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Bercocok Tanam Tanaman Hortikultura - - - - - - 2 2 2
10 Penyakit/Hama Tanaman - - - 2 2 2 2 2 2
11 Ilmu Tanah/Pemupukan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12 Ilmu Pengairan/Irigasi - - - - - - 2 2 2
C. PENGETAHUAN TEKNIK UMUM
13 Ilmu Tumbuh-tumbuhan/Ilmu Hewan 2 2 2 2 2 2 - - -
14 Ilmu Microbiologi 2 2 2 2 2 2 - - -
15 Rancangan Percobaan Lapangan - - - - - - 2 2 2
16 Ilmu Ukur Tanah - - - - - - 2 2 2
17 Teknologi Hasil Pertanian 2 2 2 2 2 2 - - -
18 Ilmu Iklim - - - - - - 2 2 2
19 Ilmu Seleksi Tumbuhan - - - - - - 2 2 2
20 Mekanisasi Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Peternakan/Perikanan 2 2 2 2 2 2 - - -
22 Penyuluhan Pertanian - - - - - - 2 2 2
D PENGETAHUAN EXACTA
23 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
25 Ilmu Alam 2 2 2 2 2 2 2 2 2
26 Ilmu Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
E PENGETAHUAN UMUM
27 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 - - -
28 Ilmu Ekonomi/Ekonomi Perusahaan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
29 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
30 Praktek Laboratorium 4 4 4 2 2 2 2 2 2
31 Praktek Lapangan 6 6 6 6 6 6 6 6 6

Jumlah Jam / Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Botani Morfologi, Botani Anatomi, Microbiologi, Hama/Penyakit


Tanaman.
Praktek Lapangan : Ukur tanah, Pengolahan Tanah/Mekanisasi Pertanian,
Pembibitan/ Pembenihan, Penanaman, Pemeliharaan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
160
 

DAFTAR No. 4       
STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN 
KURIKULUM SEMENTARA STM PERTANIAN  
TAHUN 1968 
JURUSAN: PROCESSING HASIL PERTANIAN 
 
KELAS I KELAS II KELAS III
No. MATA PELAJARAN CAWU CAWU CAWU
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. PENGETAHUAN DASAR
1 Agama / Budi Pekerti 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 Ilmu Kewarganegaraan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 Sejarah Kebangsaan 2 2 2 2 2 2 - - -
5 Ilmu Bumi Indonesia 2 2 2 2 2 2 - - -
6 Olah Raga/Kesehatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
B. PENGETAHUAN TEKNIS KHUSUS
7 Pengawetan /Penanganan Bahan Hasil 2 2 2 2 2 2 2 2 2
8 Pertanian 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Pengolahan Hasil Pertanian - - - 2 2 2 2 2 2
10 Microbiologi Industri 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11 Ilmu Kimia Organik - - - - - - 2 2 2
Higiene Perusahaan
C. PENGETAHUAN TEKNIK UMUM
12 Botani 2 2 2 2 2 2 - - -
13 Zoologi 2 2 2 2 2 2 - - -
14 Microbiologi Umum 2 2 2 - - - - - -
15 Klimatologi - - - - - - 2 2 2
16 Ilmu Peternakan / Perikanan 2 2 2 2 2 2 2 2 2
17 BTU / BTC 2 2 2 2 2 2 - - -
D PENGETAHUAN EXACTA
18 Aljabar/Ukur Sudut 2 2 2 2 2 2 2 2 2
19 Differensial/Integral - - - 2 2 2 2 2 2
20 Ilmu Alam 2 2 2 2 2 2 2 2 2
21 Ilmu Mekanika - - - - - - 2 2 2
22 Ilmu Kimia An-organik 2 2 2 2 2 2 - - -
23 Ilmu Kimia Fisika - - - - - - 2 2 2
24 Ilmu Kimia Analyt - - - - - - 2 2 2
25 Ilmu Statistik - - - - - - 2 2 2
E PENGETAHUAN UMUM
26 Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 2 2 2
27 Ilmu Ekonomi Perusahaan/Koperasi 2 2 2 2 2 2 - - -
28 Ilmu Hukum Agraria - - - - - - 2 2 2
F PRAKTEK
29 Praktek Laboratorium 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 Praktek Lapangan 6 6 6 4 4 4 6 6 6
Jumlah Jam/Minggu 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Praktek laboratorium : Botani morfologi, Botani anatomi, Mikrobiologi, Kimia,


Hama/Penyakit gudang.
Praktek Lapangan : Pengawetan/Penanganan bahan makanan, pengolahan hasil
pertanian.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
161
 

DAFTAR No. 5       
PERUBAHAN PADA STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN  
KURIKULUM SEMENTARA 1964 MENJADI KURIKULUM SEMENTARA 1968  
UNTUK STM PERTANIAN JURUSAN: PRODUKSI PERTANIAN 

U RA IAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN
NO. KETERANGAN
MATA
1964 1968
PELAJARAN
Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan Jumlah maupun macam mata
PENGETAHUAN
1 pelajaran tetap/ tidak ada
DASAR
perubahan
1. Mata pelajaran 1. Mata pelajaran Bercocok
1. Mata pelajaran: Bercocok Tanam Tanam Semusim disempatkan
Bercocok Tanam Umum dan digabung menjadi satu dengan
Umum dan Bercocok Bercocok tanam Bercocok Tanam Umum
Tanam Semusim Semusim digabung 2. Sebagian dari mata pelajaran
masing-masing 2. Ada mata pelajaran Bercocok Tanam Semusim
berdiri sendiri Bercocok Tanam sudah diwadahi dalam
PENGETAHUAN 2. Tidak ada mata Hortikultura Bercocok Tanam Hortikultura.
2 TEKNIK pelajaran Bercocok 3. Mata pelajaran 3. Mata pelajaran Kesuburan
KHUSUS Tanam Hortikultura Ilmu Tanah/ Tanah diperluas menjadi Ilmu
3. Mata pelajaran Ilmu Pemupukan Tanah/Pemupukan
Kesuburan tanah 4. Tidak ada mata 4. Mata pelajaran Ilmu
4. Ada mata pelajaran pelajaran Ilmu Microbiologi dan Alat Pertanian
Ilmu Microbiologi Microbiologi /Mekanisasi tetap ada, tetapi
dan Alat Pertanian/ maupun Alat tempatnya dipindah pada
mekanisasi. Pertanian/ kelompok PENGETAHUAN
Mekanisasi. TEKNIK UMUM (1968)
1. Ada mata pelajaran
Ilmu Tumbuh-
1. Ada Mata pelajaran 1. Ilmu Tumbuh-tumbuhan
tumbuhan, tetapi
PENGETAHUAN Ilmu Tumbuh- dipersempit waktunya
tidak ada mata
TEKNIK tumbuhan/ Ilmu digunakan untuk Ilmu Hewan
pelajaran Ilmu
PELENGKAP Hewan (mata pelajaran baru).
Hewan
3 (1964); 2. Ada mata pelajaran 2. Mata pelajaran Ilmu Seleksi
2. Tidak ada mata
PENGETAHUAN Ilmu Seleksi Tumbuhan dan Ilmu
pelajaran Ilmu
TEKNIK UMUM Tumbuhan Penyuluhan diadakan pada
Seleksi Tumbuhan
(1968) 3. Ada Mata pelajaran (1968) karena dinilai
3. Tidak ada mata
Ilmu Penyuluhan perlu/penting.
pelajaran Ilmu
Penyuluhan
Mata pelajaran Ilmu Kimia
Tidak ada mata Organik dihapus dan Kimia
PENGETAHUAN Ada mata pelajaran Ilmu
4 pelajaran Ilmu Kimia Organiknya dimasukkan ke dalam
EXACTA Kimia Organik
Organik (integrated) masing-masing mata
pelajar yang relevan.
Ada mata pelajaran Ilmu Mata pelajaran Manajemen
Ekonomi dan mata Ada mata pelajaran Pertanian dimasukkan ke dalam
PENGETAHUAN
5 pelajaran Manajemen Ekonomi/ Ekonomi mata pelajaran Ekonomi
UMUM
Pertanian, masing- Perusahaan Perusahaan
masing berdiri sendiri
Mata pelajaran praktek tetap
terdiri dari:
6 PRAKTEK Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan
1. Praktek Laboratoruim
2. Praktek Lapangan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
162
 

 
DAFTAR No. 6       
PERUBAHAN PADA STRUKTUR PROGRAM PENGAJARAN  
KURIKULUM SEMENTARA 1964 MENJADI KURIKULUM SEMENTARA 1968  
UNTUK STM PERTANIAN JURUSAN: PROCESSING HASIL PERTANIAN 
 
 
U RA IAN
NO. KELOMPOK MATA PELAJARAN KETERANGAN
MATA PELAJARAN 1964 1968
Jumlah maupun macam mata
PENGETAHUAN
1 Tidak ada perubahan Tidak ada perubahan pelajaran tetap/ tidak ada
DASAR
perubahan
1. Mata pelajaran
1. Mata pelajaran: Pengawetan/ 1. Mata pelajaran Pengawetan
Pengawetan Hasil penanganan Bahan Hasil Pertanian diperluas
Pertanian Hasil Pertanian dengan Penanganan Bahan
2. Ada mata pelajaran: 2. Tidak ada mata Hasil Pertanain
PENGETAHUAN
2 Ilmu Penyakit/Hama pelajaran Ilmu 2. Mata pelajaran Ilmu
TEKNIK KHUSUS
Gudang Penyakit/ Hama Penyakit/hama Gudang
3. Mata pelajaran Gudang dihapus, tetapi diintegrasikan
lainnya tetap/ tak 3. Mata pelajaran ke dalam masing-masing
ada perubahan lainnya tetap/ tidak mata pelajaran yang relevan.
ada perubahan
1. Mata pelajaran 1. Mata pelajaran Zoologi
Botani berdiri dinilai penting dan perlu
1. Ada mata pelajaran
PENGETAHUAN sendiri, mata dikembangkan sehingga
Botani/Zoologi
TEKNIK PELENGKAP pelajaran Zoologi merupakan mata pelajaran
2. Tidak ada mata
(1964); berdiri sendiri yang berdiri sendiri.
3 pelajaran BTU/BTC
PENGETAHUAN 2. Ada mata pelajaran: 2. Mata pelajaran BTU/BTC
3. Mata Pelajaran
TEKNIK UMUM BTU/BTC (Bercocok Tanam
lainnya tetap/tidak
(1968) 3. Mata pelajaran Umum/Bercocok Tanam
berubah
lainnya tetap/ tidak Khusus) penting sehingga
berubah diadakan.
1. Ada mata pelajaran 1. Ada mata pelajaran 1. Mata pelajaran Ilmu Alam
Ilmu Alam/gaya Ilmu Alam berdiri sendiri karena Ilmu
PENGETAHUAN
4 2. Mata pelajaran 2. Mata pelajaran gaya dimasukkan ke dalam
EKSAKTA
lainnya tetap/tidak lainnya tetap/ tidak mata pelajaran Ilmu
ada perubahan berubah Mekanika.
Ada mata pelajaran
Ilmu Ekonomi/
Ada mata pelajaran Mata pelajaran Ekonomi dan
PENGETAHUAN Koperasi dan mata
5 Ilmu Ekonomi Tata Laksana dimasukkan ke
UMUM pelajaran Tata
Perusahaan/ Koperasi dalam Ekonomi Perusahaan
Laksana masing-
masing berdiri sendiri
Mata pelajaran praktek terdiri
Tetap / tidak ada Tetap/tidak ada dari:
6 PRAKTEK
perubahan perubahan 1. Praktek Laboratoruim
2. Praktek Lapangan
 
 
 

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VI 
163
KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN
PADA MASA 1976 - 1984

A. KURIKULUM PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN TAHUN 1976

1. Rasional
Usaha-usaha pembaharuan pendidikan menengah kejuruan di bawah Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (nama pada waktu itu) dimulai dengan adanya
kebijakan dasar yang tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara yang
menyatakan bahwa pembinaan dan pengembangan sistem pendidikan harus sesuai
dengan keperluan pembangunan.

Pengalaman pada masa sebelum masa Pelita sangat berharga di dalam


mengembangkan gagasan-gagasan yang potensial untuk menjabarkan maksud,
tujuan, sasaran, strategi, program, serta pola pembinaan dan pengembangan
pendidikan menengah kejuruan. Pendekatan-pendekatan perencanaan pendidikan
yaitu Rate of Return Approach , Manpower Planning Approach mulai dipelajari
seberapa jauh dapat diterapkan, di samping Social Demand Approach.

Dari struktur piramida tenaga kerja dan pendidikan di negara-negara yang telah
berkembang (lihat Lampiran 1), dipelajari kaitan antara berbagai tingkat
jabatan/keahlian yang setingkat untuk berbagai bidang, maupun secara vertikal
yaitu berbagai tingkat jabatan/keahlian untuk suatu bidang dengan tingkatan
pendidikan yang dapat menghasilkannya.

Perencanaan perkiraan jumlah lulusan yang akan dihasilkan oleh sekolah


menengah kejuruan diambil dari studi yang dilakukan oleh Bank Dunia yang
dilaporkan dalam Indonesia Education Sector Survey Report no. 443, Indonesia
Vol. I , 10 Mei 1974. Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa untuk 3 kelompok
pertumbuhan GDP dalam tahun 1971 – 1981, diperlukan tenaga kerja sebagai
berikut (dalam ribuan);

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  164
Asumsi pertumbuhan tahunan untuk GDP
7% 9% 11 %
Tingkatan A (profesional, pend. tinggi) 8 11 14
Tingkatan B (teknisi, juru ) 20 29 37
Tingkatan C (latihan kejuruan, terlatih) 41 56 72
Setelah analisis situasi, yaitu analisis dari semua faktor termasuk guru, fasilitas
pendidikan, alat peralatan praktik, siswa, lingkungan setempat, dilakukan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama lembaga-lembaga dan
pihak-pihak yang relevan, disusunlah rencana pengembangan kurikulum
pendidikan menengah kejuruan secara menyeluruh. Berbagai pertemuan yang
dilakukan dengan pihak industri, perdagangan, jasa, pendidikan tinggi,
Departemen lain yang relevan, Kepala Sekolah, dan guru, menghasilkan
kesimpulan bahwa tujuan dan orientasi pendidikan menengah kejuruan adalah
menyiapkan siswa ke dunia kerja, di samping mampu mengembangkan diri di
kelak kemudian hari.

Pada akhir tahun 1975, terbitlah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kabudayaan
yang menyetujui kurikulum baru yang dibakukan bagi pendidikan menengah
kejuruan untuk diterapkan mulai tahun 1976. Sesuai dengan tahun
diberlakukannya, kurikulum pendidikan menengah kejuruan yang dibakukan
tersebut dikenal sebagai Kurikulum 1976.

Kurikulum 1976 yang diterbitkan pada akhir tahun 1975 meliputi 7 jenis sekolah
dengan 33 jurusan pada semua jenis sekolah menengah kejuruan, termasuk 2 jenis
sekolah pertanian, sedangkan Kurikulum 1976 yang diterbitkan pada tahun 1977
meliputi 8 jenis sekolah dengan 27 jurusan, termasuk 1 jenis sekolah yaitu
Sekolah Menengah Teknologi (SMT) Pertanian Negeri Cirebon, yang sebelum-
nya bernama STM Perikanan Laut.

Dasar dan Tujuan Pendidikan pada Kurikulum 1976

Sesuai dengan garis-garis Besar Haluan Negara, dasar pendidikan nasional adalah
Falsafah Negara Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  165
Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia pembangunan yang ber
Pancasila, dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia dengan ketentuan
yang termaksud dalam Undang-undang Dasar 1945.
Seluruh program pendidikan, terutama Program Umum dan Ilmu-ilmu
Pengetahuan Sosial harus berisikan Pendidikan Moral Pancasila dan unsur-unsur
yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 1945, kepada generasi muda.

2. Pola Kurikulum
Pola umum struktur program kurikulum hasil pembakuan adalah sebagai berikut.
a. Terdiri atas 2 program yaitu Program Umum dan Program Kejuruan.
1) Program Umum adalah program yang diberikan kepada siswa untuk
membina menjadi warga negara yang baik sesuai rumusan yang
tercantum dalam Garis-garis Besar Haluan Negara. Program Umum
terdiri atas mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Moral
Pancasila, Bahasa Indonesia serta Olahraga dan Kesehatan.
2) Proram kejuruan adalah program yang diberikan kepada siswa untuk
membina siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah sesuai lama
pendidiikan yang ditempuhnya dan memiliki kemampuan dalam
bidang yang sesuai dengan jurusan yang dipilihnya.
b. Program Umum berbobot 20 % dari kseluruhan program dan diberikan
secara berkesi-nambungan dan terus menerus selama siswa yang
bersangkutan berada di sekolah tersebut.
c. Program Kejuruan terdiri atas 40 % teori dan 40 % praktik kejuruan.
d. Jumlah jam praktik minimal 16 jam pelajaran tiap minggu
e. Teori menunjang praktik
f. Jumlah pelajaran tiap minggu sebanyak 40 jam dan setiap jam pelajaran
berlangsung selama 45 menit.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  166
3. Dokumen Kurikulum
Dokumen kurikulum terdiri atas Buku I, Buku II, dan Buku III.
Buku I berisi rumusan tujuan lembaga, struktur program kurikulum serta
ketentuan-ketentuan pokok suatu jenis sekolah
Buku II adalah garis-garis besar program pengajaran sedang
Buku III adalah petunjuk pelaksanaan kurikulum. Buku III atau petunjuk
pelaksanaan kurikulum terdiri atas 5 buku.

Buku III A atau Petunjuk Khusus berisi petunjuk mengenai bgaimana


mengajarkan setiap mata pelajaran untuk suatu jurusan
Buku III B atau Model Satuan Pelajaran berisi 1 contoh kongkrit Satuan
Pelajaran dari setiap mata peljaran dari suatu jurusan.
Buku III C atau Pedoman Evaluasi yaitu petunjuk untuk menilai keberhasilan
peserta didiknya
Buku III D atau Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan yaitu petunjuk untuk
melaksanakan program BP di sekolah.
Buku III E atau Pedoman Administrasi dan Supervisi sekolah

4. Perbedaan Kurikulum 1964/1968 dan Kurikulum 1976


DIMENSI KURIKULUM 1964/1968 KURIKULUM 1976/1977
Bersifat ganda :
1. Menyiapkan siswa untuk 1. Membentuk pribadi secara utuh
melanjutkan ke pendidikan 2. Mengembangkan bakat,
Tujuan keterampilan, pengetahuan, dan
yang lebih tinggi
2. Menyiapkan siswa untuk sikap untuk bekerja atau berusaha
bekerja sendiri

Penekanan pada keterampilan


Orientasi
Lebih bersifat teoritis kejuruan dan pelajaran teori
Pelajaran
menunjang praktek kejuruan
1. SLTA Kejuruan 4 tahun
menghasil-kan teknisi
Tidak jelas dalam hubungannya industri/pengatur
Kualifikasi
dengan tingkatan keahlian di 2. SLTA kejuruan 3 tahun
Lulusan
dunia kerja menghasil-kan juru teknik
3. SLTP kejuruan 4 tahun menghasil-
kan tenaga setengah terlatih
Organisasi 1. Pengelompokan mata 1. Keseluruhan pelajaran merupakan
Pelajaran pelajaran tidak sistematis suatu keutuhan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  167
2. Pelajaran teori : praktek = 2. Pengelompokan pelajaran
(95-90) % : (5-10) % ƒ Program umum
3. Memakai sistem catur wulan ƒ Program kejuruan
*) ∗ Dasar kejuruan
∗ Teori kejuruan
∗ Praktek kejuruan
3. Perbandingan teori : praktek =
(60-50) % : (40-50) %
4. Memakai sistem semester
1. Secara jelas diturunkan dari tujuan
Nasional ke tujuan instituusional
1. Tradisional (guru aktif, murid sampai ke tujuan mata pelajaran
Disain pasif) 2. Dilengkapi dengan pedoman-
Kurikulum 2. Tidak dilengkapi dengan pedoman: metode pengajaran,
petunjuk pelaksanaan sistem evaluasi, pedoman
administrasi dan bimbingan serta
penyuluhan
Kurang memadai dan tidak Dilengkapi sesuai dengan kebutuhan
Fasilitas
dibakukan kurikulum
1 jam pelajaran 40 menit 45 menit
Jumlah jam pelajaran 48 jp/minggu 40 jp/minggu
*) Sejak tahun ajaran 1979/1980 semua SLTA/SLTP kejuruan menerapkan sistem
semester
Struktur piramida tenaga kerja dan pendidikan di negara-negara
berkembang
Piramida tenaga
kerja di negara Struktur piramida
Lembaga pendidikan
yang telah Tingkat keahlian di negara sedang
yang menghasilkan
berkembang berkembang
(maju)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  168
Profesional / Sarjana Perguruan Tinggi
1
Teknisi akhli, Penata Politeknik, akademi,
2
akhli diploma
3 Teknisi Sekolah Menengah
industri/pengatur Kejuruan Tk Atas 4 thn
Sekolah Menengah
25 Juru teknik, juru
Kejuruan Tk Atas 3 thn

Setengah berlatih SKK, SLP Kejuruan


?

? Tidak terlatih Sekolah Dasar/drop out

x) Buku petunjuk PMK 1979/1980, hal 3

Sekolah Pertanian
yang masih ada pada masa diberlakukannya Kurikulum 1976
Kurikulum
Jenis Sekolah/lama
No Jurusan yang
pendidikan
digunakan
1 2 3 4
A SMTA Kejuruan
1 Sekolah Teknologi Menengah Teknologi Hasil 1976
(STM) Pembangunan, 4 tahun Pertanian
2 Sekolah Menengah Teknologi 1. Teknologi Produksi 1976
(SMT) Pertanian, 3 tahun Pertanian
2. Teknologi Peralatan
Pertanian
3. Teknologi Hasil
Pertanian
4. Teknologi 1977
Penangkapan Ikan
B SMTP KEJURUAN
1 Sekolah Teknik (ST)
1968 yang
Pertanian,
disempurnakan
3 tahun

Strategi Untuk Mengatasi Terbatasnya Fasilitas Praktek


a. Sentralisasi tempat praktek
b. Kegiatan makarya

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  169
Tujuan pengembangan konsep kegiatan makarya adalah terwujudnya
pelaksanaan kurikulum secara intensif dan efisien pada setiap sekolah
kejuruan pertanian sehingga peserta didik dapat dipersiapkan menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik
secara kreatif dan produktif dengan lingkungan sosial, budaya, ekonomi,
teknologi dan alam sekitar, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
kejuruan yang sesuai dengan persyaratan berbagai lapangan kerja dan kerja
andiri.
Dalam perkembangan selanjutnya diharapkan kegiatan makarya ini mampu
membantu membiayai operasional pendidikan bagi sekolahnya dan membantu
biaya sekolah bagi peserta didiknya.

Melalui keterpaduan kurikulum dan kegiatan usaha yang dilaksanakan peserta


didik dengan bimbingan guru secara intensif diharapkan peserta didik akan
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan menumbuhkan sikap
yang dapat membangun dirinya serta ikut bertanggung jawab atas
pembangunan pertanian.

STM Pertanian yang melaksanakan kurikulum 1968 yang disempurnakan


meningkatkan jumlah jam prasktik dari 4 jam menjadi 6-8 jam pelajaran per
minggu, agar meningkat menjadi SMT Pertanian (SMTP) yang melaksanakan
Kurikulum 1976.

Untuk menunjang pelaksanaan kurikulum, setiap sekolah yang melaksanakan


kurikulum baru mendapat tambahan peralatan praktik, biaya operasional,
buku-buku kejuruan, pelatihan guru di samping pengadaan baru dan
rehabilitasi gedung sekolah agar lebih sesuai dengan keperluan. Seiring
dcngan pembakuan kurikulum, nama lembaga ditata kembali mengikuti
kaidah tata bahasa Bahasa Indonesia yang baik dan benar (dalam hal ini,
"Hukum DM" -- Diterangkan dan Menerangkan), kecuali STM Rekayasa
dengan alasan bahwa nama tersebut sudah cukup populer di masyarakat.

Program Pendidikan
1. Program Umum

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  170
Program Umum adalah Program Pendidikan untuk membina warga negara
yang baik yang wajib diikuti oleh semua siswa dan terdiri dari Pendidikan
Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia serta Olah Raga dan
Kesehatan.
2. Program Kejuruan, terdiri atas:
a. Dasar Kejuruan
b. Teori Kejuruan
c. Praktek Kejuruan
3. Jumlah jam elajaran dalam setiap minggu adalah 40 (empat puluh) dan 1 jam
pelajaran berlangsung selama 45 (empat puluh lima) menit.
4. Komposisi:
• 20 % Program Umum
• 20 % Dasar Kejuruan
• 20 % Teori Kejuruan
• 40 % Praktek Kejuruan
Bobot mata pelajaran/bidang studi teori dan praktik kejuruan sangat tinggi
dimaksudkan untuk melatih dan membina kompetensi profesional.
5. Jumlah jam praktik per minggu sekurang-kurangnya 16 (enam belas) jam
pelajaran.
6. Teori menunjang praktik.
7. Setiap pertemuan minimal diberikan 2 (dua) jam pelajaran.

Perumusan Tujuan Kurikulum


Pengetahuan, keterampilan dan sikap dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan
yang terdapat pada beberapa dokumen:
1. Keputusan Menteri yang memuat rumusan Tujuan Instruksionil dan Struktur
Program Kurikulum
2. Garis-garis Besar Program Pengajaran yang memuat:
a. Rumusan tujuan kurikuler setiap mata pelajaran;
b. Tujuan instruksionil umum yang harus dicapai pada setiap mata pelajaran.
c. Pokok bahasan setiap mata pelajaran yang harus diajarkan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  171
Tujuan di sini harus jelas, spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dengan
mudah agar dapat disusun :
• Materi pelajaran, metoda dan proses belajar mengajar yang sistematis
• Alat evaluasi
3. Pedoman umum pelaksanaan, yang berisi beberapa pengertian dan petunjuk
bagaimana menggunakan kurikulum tersebut.
4. Pedoman-pedoman khusus tentang pelaksanaan kurikulum untuk setiap
pelajaran serta pedoman tentang sistem penilaian, program bimbingan dan
penyuluhan, administrasi dan supervisi pendidikan.

Ketentuan Umum untuk SMTP dan untuk STM Pembangunan bagian


Pertanian
1. SMTP
a. Yang dimaksud dengan Sekolah Menengah Teknologi Pertanian yang
selanjutnya disingkat SMTP, ialah suatu lembaga pendidikan sebagai
lanjutan dari sekolah menengah tingkat pertama, yang mempersiapkan
siswanya dalam salah satu jurusan teknologi pertanian untuk dapat
menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai juru teknik;
Juru Teknik ialah tenaga kerja tingkat menengah yang mampu
melaksanakan pekerjaan produksi, mengolah dan mengerjakan bahan
sehingga menjadi barang jadi atau melakukan pekerjaan jasa dalam
perawatan dan perbaikan, serta mengerjakan pekerjaan sebagai “agent of
change” di pedesaan.
b. Pendidikan SMTP berlangsung selama 3 (tiga) tahun.
c. SMTP menggunakan sistem tingkat, sehingga terdapat tingkat I, II, dan III.
d. SMTP menerapkan sistem semester sebagai satuan waktu. Satu tahun
pelajaran terbagi menjadi dua semester.
2. STM Pembangunan
a. Yang dimaksud dengan Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan,
untuk selanjutnya disingkat STM Pembangunan, ialah suatu lembaga
pendidikan menengah kejuruan sebagai lanjutan dari sekolah menengah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  172
pertama dan yang mempersiapkan siswanya dalam berbagai jurusan
teknologi industri untuk menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang
memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai teknisi industri;
Teknisi Industri, ialah tenaga kerja teknik tingkat menengah yang terampil,
terlatih dan terdidik serta dapat berpikir secara konsep yang merupakan
penghubung antara teknisi ahli dengan pelaksana dalam proses produksi,
yang mampu untuk melakukan pekerjaan produksi, mengolah dan
melaksanakan hasil pemikiran para ahli teknik di atasnya, mengawasi dan
memelihara kelancaran proses produksi, memimpin dan membimbing
bawahannya, merancang serta merencana sederhana dan sejauh mungkin
disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan di industri.
b. Pendidikan di STM Pembangunan berlangsung selama 4 (empat) tahun.
c. STM Pembangunan menggunakan sistem tingkat sehingga ada tingkat I,
II, III, dan IV.
d. STM Pembangunan menerapkan sistem semester sebagai satuan waktu
dan satu tahun pelajaran terbagi menjadi dua semester.

Pedoman dan Beberapa Ketentuan


1. Pedoman Umum
Agar kurikulum yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dapat dipahami dan dilaksanakan, disusunlah Pedoman Umum Pelaksanaan.
2. Prinsip-prinsip yang Dianut
a. Prinsip berorientasi pada tujuan
Sebelum menentukan jam dan bahan pelajaran, maka tujuan-tujuan yang
harus dicapai siswa dalam mempelajari bidang pelajaran harus terlebih
dulu ditetapkan. Jumlah jam yang diperlukan dan bahan yang dipilih,
disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Dengan
prinsip ini dimaksudkan, agar setiap jam dan kegiatan pelajaran yang
dilakukan oleh siswa dan guru, benar-benar terarah kepada pencapaian
tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
b. Prinsip efisiensi dan efektivitas

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  173
Efisiensi tidak hanya menyangkut soal waktu dan dana, melainkan juga
menyangkut masalah pendayagunaan tenaga secara optimal. Karena itu, di
dalam menetapkan jumlah jam dan lamanya setiap pelajaran diberikan
(efektivitas) harus diukur dari sudut tingkat kemampuan, tenaga, luas, dan
lamanya perhatian yang diharapkan dari siswa. Atas dasar prinsip efisiensi
dan efektivitas inilah, kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan memilih
jam pelajaran per minggu berjumlah 40 (empat puluh) dan setiap
pertemuan minimal diberikan 2 (dua) jam pelajaran.
c. Prinsip keluwesan kejuruan (vocational flexibility)
Adanya semester bersama pada tingkat pertama mencerminkan
diterapkannya prinsip keluwesan kejuruan. Siswa yang mengikuti
pelajaran di semester bersama, belum dijuruskan pada satu jurusan
tertentu. Pada akhir semester bersama, siswa dapat memilih jurusan yang
sesuai dengan bakat dan minatnya.
3. Sistem Penilaian
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan tahun 1976 akan mengubah
pandangan lama tentang sistem penilaian, dalam hal pelaksanaan penilaian
hanya diadakan pada akhir semester atau akhir tahun. Dengan menerapkan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) maka dituntut untuk
melaksanakan penilaian pada setiap akhir suatu satuan pelajaran. Dengan
demikian penilaian diadakan terus-menerus dan diselenggarakan secara
menyeluruh, dalam arti menilai seluruh aspek tingkah laku siswa.
Sesuai dengan sifat pendidikan kejuruan, teori menunjang praktik, maka
pelajaran praktik dinilai lebih dibandingkan dengan mata-mata pelajaran
lainnya.
4. Rumusan Tujuan Institusional (Tujuan Sekolah)
Rumusan tujuan institusional pada tujuan umum dan tujuan khusus tersebut
memberikan gambaran kepada kita tentang ciri-ciri umum bagi seorang warga
negara Indonesia yang terutama dipersiapkan untuk menjadi tenaga kerja di
masyarakat. Perumusan tujuan tersebut menunjukkan suatu usaha untuk

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  174
memperoleh hasil perkembangan secara optimal setelah sesuatu program
diselesaikan melalui Pendidian Menengah Kejuruan.
5. Pengembangan proses belajar mengajar dapat ditingkatkan dengan
melaksanakan berbagai upaya sebagai berikut.
a. Pemupukan kemampuan-kemampuan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan nilai serta sikap melalui penyajian berbagai bidang
pelajaran secara relevan, efektif dan efisien.
b. Pelayanan bantuan khusus dalam menghadapi berbagai kemungkinan dan
kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi oleh para siswa dalam
rangka mencapai perkembangan yang optimal itu.
c. Penyelenggaraan evaluasi belajar yang berfungsi untuk menentukan
kemajuan belajar masing-masing siswa, memberikan umpan balik (feed
back) kepada guru sebagai dasar bagi peningkatan proses belajar mengajar,
menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, dan
mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan belajar.
d. Diselenggarakannya program kegiatan pokok yang menjamin terlaksanya
proses belajar-mengajar yang optimal, meliputi: adanya program
kurikulum yang baik dan mantap, adanya program bimbingan dan
penyuluhan bagi siswa yang memerlukan, adanya program administrasi
dan supervisi pendidikan.

Administrasi Pendidikan
Program Administrasi Pendidikan sebagai salah satu program yang berfungsi
mengelola proses belajar-mengajar di sekolah, perlu mempunyai strategi dasar
yang kokoh, sebagai titik tolak bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan selanjutnya.
1. Administrasi dilihat sebagai suatu sistem kegiatan yang mengatur suatu
gugusan wujud (substansi) pendidikan yang bertujuan untuk tercapainya
tujuan pendidikan.
Biasanya secara tradisionil diungkapkan kegiatan-kegiatan yang mencakup
hal-hal sebagai berikut:
a. Program kurikulum yang meliputi administrasi kurikulum, metoda
penyampaiannya, sistem evaluasi, dan lain-lain.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  175
b. Pengaturan dan pelajaran terhadap siswa.
c. Program ...
d. Pengadaan dan pemeliharaan alat-alat pelajaran dan fasilitas lainnya.
e. Program pembiayaan.
f. Program hubungan sekolah dengan masyarakat.
2. Administrasi dilihat sebagai suatu proses kepemimpinan, berarti pelaksanaan
tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Pelaksanaan tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari dua aspek yakni aspek
sosial dan aspek psikologis.
a. Aspek sosial adalah aspek-aspek dinamis daari berbagai individu. Seperti
kita ketahui, dalam suatu sekolah kita mengenal adanya kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru, pembimbing, dan tenaga-tenaga pelaksana
lainnya.
b. Aspek psikologis adalah aspek-aspek hubungan antar berbagai individu
dalam suatu kelompok. Seorang Kepla Sekolah hendaknya dapat menjalin
hubungan yang baik antarmasing-masing petugas di sekolah tersebut.
3. Administrasi sebagai sistem organisasi dan peningkatan kemanusiaan (human
engineering) dalam hubungannya dengan sistem persekolahan.
Suatu proses belajar-mengajar yang relevan, evektif, dan efisien, hanya dapat
terjadi bila dilengkapi dengan sarana. Sarana dimaksud antara lain berbentuk
suatu wadah organisasi yang dalam hal ini disebut sekolah dan ditunjang oleh:
a. Kelompok pimpinan dan pelaksana.
b. Fasilitas dan alat pendidikan.
c. Pembiayaan.
d. Program pendidikan dengan sistem pengelolaan yang mantap.
Kepala Sekolah berfungsi sebagai supervisor baik dalam proses belajar-
mengajar, maupun pembinaan bagi para pelaksana.
4. Pendekatan sistem (System Approach) dalam Administrasi sebagai akibat logis
dianutnya pendekatan sistem dalam dunia pendidikan.
Pendidikan sebagai suatu sistem, adalah suatu kesatuan dari berbagai unsur, di
mana satu dan lainnya saling berhubungan dan saling bergantung dalam usaha

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  176
mengemban suatu tugas untuk mencapai tujuan yang dibebankan kepada
sistem tersebut. Unsur-unsur dariluar yang memasuki sistem dan kemudian
mengalami proses disebut masukan atau “input”, sedang hasil yang dicapai
setelah mengalami proses disebut keluaran atau “output”.
Ditinjau dari segi pengelolaan, maka unsur-unsur tersebut dapat digolongkan
sebagai berikut:
a. Usnsur siswa sebagai bahan mentah (raw input) yang akan berbuah,
sebagai akibat dari proses pendidikan yang berlangsung di dalam sistem.
b. Unsur tujuan pendidikan yang menggambarkan sasaran yang akan dicapai
atau hasil proses pendidikan (output) yang akan keluar dari sistem.
c. Unsur instrumen (instrumental input) yang akan menentukan hasil dari
sistem pendidikan dan mencakup:
• Kurikulum yang meliputi:
ƒ Organisasi dan pendekatan
ƒ Administrasi dan pendekatan
ƒ Materi kurikulum
ƒ Metode dan strategi pengajaran
• Evaluasi • Bimbingan dan penyuluhan
• Pengelolaan sekolah • Pembiayaan
• Ketenagaan • Fasilitas dan alat pengajaran

d. Unsur lingkungan yang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap


proses pendidikan yang berlangsung di dalam sistem.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat digambarkan dalam bentuk
diagaram berikut:
Instrumental input
(1) (2) (3) (4)

Proses pendidikan di dalam sistem


Lingkungan (operating system components) Lingkungan

Lingkungan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  177
PROGRAM SUPERVISI PENDIDIKAN

Supervisi Pendidikan merupakan tugas pembinaan potensi mengajar bagi guru


yang langsung menyangkut peningkatan proses belajar-mengajar, melalui upaya
menstimulasi, membina guru secara teratur dan berencana agar mampu
mengembangkan situasi mengajar yang lebih baik.

1. Ruang Lingkup
Sasaran supervisi ialah usaha memperbaiki situasi belajar-megajar yang lebih
baik. Yang dimaksudkan dengan situasi belajar-mengajar ialah proses
interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar-
mengajar yang telah ditentukan. Proses belajar-mengajar harus dilihat sebagai
suatu kebulatan (sistem) yang terdiri dari komponen-komponen, tujuan,
materi, metode, alat, dan evaluasi di samping faktor-faktor reaksi mental guru
terhadap tugas mengajar yang dilaksanakan.
Dengan demikian yang menjadi lingkungan supervisi pendidikan ialah semua
usaha untuk melihat dengan jelas:
a. Tujuan belajar-mengajar itu sendiri, dalam rangka mencapai tujuan umum
pendidikan.
b. Materi dan kegiatan belajar-mengajar.
c. Metode mengajar (cara mengkomunikasikan bahan pelajaran kepada
siswa).
d. Pengadaan alat pelajaran waktu mengajar (media pelajaran)
e. Bantuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar.
f. Penilaian proses dan hasil pelajaran
g. Pembinaan moral kerja (reaksi mental) guru terhadap tugas mendidik dan
mengajar untuk menimbulkan kegairahan kerja.
2. Teknik-teknik Supervisi
a. Teknik yang bersifat individual.
• Kunjungan tanpa diberitahukan
• Kunjungan dengan memberitahukan
• Kunjungan atas undangan guru

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  178
b. Observasi kelas
c. Percakapan pribadi
d. Saling mengunjungi (intervisitation)
e. Menilai diri guru sendiri (self evaluation check list)
3. Teknik yang bersifat kelompok
a. Rapat guru, diskusi kelompok antar guru, musyawarah, lokakarya, diskusi,
panel karya wisata dengan guru.
b. Perpustakaan jabatan untuk guru.
c. Brosur, pengumuman, edaran, memanfaatkan mass-media (surat kabar,
majalah, bulletin, supervisi, radio, TV.)
d. Menyediakan suatu ruangan khusus yang akan merupakan pusat atau
sumber materi kurikulum, bagan, contoh kurikulum, model sistem belajar,
bentuk test dan cara menganalisa hasil test.
Ruang khusus ini dapat dipakai untuk menatar guru-guru.
4. Obsevasi kelas (S1)
a. Penjelasan:
1. Yang diobservasi ialah proses belajar-mengajar.
2. Tujuan Lembar S1 ialah mencatat data kemajuan tentang proses belajar
mengajar.
3. Berfungsi sebagai bahan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar
4. Bagi Kepala Sekolah atau kepala bagian/jurusan kunjungan ini perlu.
Sekurang-kurangnya sekali dalam satu semester untuk seorang guru.
5. Segi-segi kegiatan yang diobservasi:
• Apakah guru telah memahami konsep belajar yang dimuat dalam
Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan 1976.
• Apakah guru telah mendapat rumusan tujuan-tujuan pelajaran sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan.
• Bagaimana perbandingan tujuan instruksionil atara mengingat kembali,
pemahaman, aplikasi.
• Apakah siswa-siswa tampak aktif dalam belajar.
• Apakah dikembangkan kreativitas dalam memecahkan persoalan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  179
• Apakah guru terampil dalam mengorganisir dan mengkomunikasikan
bahan sehingga tujuan dapat tercapai.
• Apakah penggunaan media (alat) pelajaran cukup efisien.
• Apakah perlu bantuan dalam membuat dan mengolah test yang dibuat
guru.
b. Petunjuk
• Lembar ini digunakan oleh pengawas, kepala sekolah, kepala
bagian/jurusan pada saat mengadakan observasi ke kelas untuk
pelajaran teori.
• Pelajaran model satuan pelajaran untuk pokok bahasan yang disajikan
• Mencatat proses interaksi selama guru mengajar
ƒ Memberi tanda √ pada kolom Ya/Tidak
ƒ Menghitung berapa tanda √ lalu dikalikan dengan 10
ƒ Memasukkan hasil perkalian dalam skala cara mengajar (C) dengan
mencatat angka prosentase.
A = mengenai persiapan (model satuan pelajaran)
B = mengenai proses belajar-mengajar di kelas
ƒ Serahkan format observasi, hasil konsultasi, pokok-pokok percakapan
dan saran-saran ke kepala sekolah (urusan pengajaran)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  180
A. Lembar Observasi kelas
1. Sekolah:
.......................................................................................................
2. Kelas :
.......................................................................................................
3. Guru :
.......................................................................................................
4. Hari/Tanggal.............................................................................................
....
5. Bidang Studi
................................................................................................
6. Pokok Bahasan
.............................................................................................

A PERSIAPAN TERTULIS YA TIDAK


Apakah guru telah:
1 Merumuskan tujuan pelajaran dalam satu bentuk tingkah laku
2 Merumuskan tujuan pelajaran dalam bentuk hasil belajar
3 Merumuskan tujuan secara spesifik (khusus)
4 Memperhatikan perimbangan antara tujuan yang bersifat mengingat,
memahami, dan mengaplikasi.
5 Menyusun materi pelajaran sesuai dengan tumuan yang ditentukan
6 Menggunakan metode yang sesuai dengan rumusan tujuan yang ditentukan
7 Menyediakan alat-alat pelajaran sesuai dengan metode yang digunakan
8 Menggunakan bentuk test: (a) Uraian, (b) objektif, (c) perbuatan.
9 Menyusun MSP sesuai dengan petunjuk buku ......
10 Apakah guru menyediakan waktu untuk menolong siswa yang lambat dalam
belajar
B PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR YA TIDAK
Selama proses belajar-mengajar apakah guru:
1 Mencari hubngan antara pengetahuan yang sudah dimiliki siswa dengan
pengetahuan baru yang akan disajikan
2 Memberi penjelasan tentang garis-garis besar pelajaran yang akan disajikan
3 Menggunakan bermacam-macam media pengajaran
4 Mengajukan pertanyaan tentang fakta-fakta
5 Mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir dan
menyatakan pendapat
6 Memancing pertanyaan/membalikkan pertanyaan kepada siswa
7 Mendorong siswa sehingga terjadi interaksi dalam proses belajar-mengajar
8 Menciptakan suasana kelas yang tenang, dinamis, dan menyenangkan.
9 Menolong siswa yang mengalami kesulitan belajar
10 Membentuk kebiasaan yang baik, memelihara bermacam-macam disiplin

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  181
B. Cara Mengajar

1 Baik sekali Baik Cukup Kurang

2 76 - 100 51 – 76 26 – 50 1 – 25

KONSULTASI / PERCAKAPAN PRIBADI / KELOMPOK


Setelah selesai mengadakan observasi diadakan percakapan secara
pribadi/kelompok dengan guru.
Pokok-pokok percakapan:
1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................

Saran-saran perbaikan untuk dibahas pada pertemuan dengan guru


1. ........................................................................................................................
2. ........................................................................................................................
3. ........................................................................................................................
4. ........................................................................................................................
5. ........................................................................................................................

Pengawas Kepala Sekolah Guru ybs,

(____________________) (______________________)
NIP. NIP.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  182
C. Lembar S2 CHECK-LIST menilai diri sendiri untuk GURU
1. Checklist ini diisi oleh guru sendiri
2. Tujuannya agar guru dapat melihat kemampuannya sendiri dalam
menyajikan bahan pelajaran.
3. Pada akhir semester guru dapat menilai diri sendiri. Yang diperlukan ialah
keterbukaan dan kesediaan untuk melihat kemajuan atau kekurangan diri
sendiri.
4. Pada kotak sebelah kanan dapat diisi dengan huruf:
A Berarti telah dilaksanakan dengan baik
B Berarti perlu diperbaiki lagi
5. Setelah dicheck oleh guru sendiri, maka guru tersebut dapat melihat bagian
mana dari teknik mengajar yang masih perlu diperbaiki.
6. Bila perlu dapatlah diadakan diskusi dengan rekan guru lain atau membaca
buku-buku supervisi yang berisi bagaimana cara meningkatkan teknik
mengajar yang lebih baik.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  183
Lembar S2
CHECK-LIST MENILAI DIRI SENDIRI UNTUK PELAJARAN TEORI

No. Kegiatan-kegiatan guru selama mengajar


Selama mengajar saya melaksanakan:
A.
1 Mengajukan pertanyaan yang tepat
2 Mengajukan pertanyaan pikiran
3 Mengajukan pertanyaan tentang fakta-fakta
4 Mengajukan pertanyaan dari pihak murid
5 Mengajukan pertanyaan dari buku pelajaran
6 Mengembalikan pertanyaan kepada murid
7 Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara klasikal
8 Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu secara individual
9 Membaca buku dan menjelaskan isinya
10 Membiarkan buku terus tertutup
B.
11 Memberi tugas-tugas pada permulaan pelajaran
12 Memberi tugas-tugas selama pelajaran berlangsung
13 Memberi tugas-tugas pada akhir pelajaran
C.
14 Melatih murid-murid selama pelajaran berlangsung
15 Melatih murid-murid sebelum pelajaran berlangsung
16 Melatih murid-murid secara individual
17 Melatih murid-murid secara kelompok
D.
18 Menulis di papan tulis sebelum pelajaran dimulai
19 Menulis di papan tulis selama sementara memberi tugas
20 Membuat bagan di papan tulis
21 Menjelaskan sambil menulis di papan tulis
22 Menulis pertanyaan, catatan dll di papan tulis
E.
23 Menggunakan bahan ilustrasi
24 Menerangkan bahan-bahan pelajaran
25 Memberi penjelasan terhadap murid-murid
F.
26 Mengkritik murid secara konstruktif
27 Mengkritik murid secara destruktif
28 Mendorong murid secara individual untuk menilai diri sendiri
29 Mendorong murid secara kelompok untuk menilai diri sendiri
G.
30 Memimpin percakapan dengan murid-murid
31 Menyela murid yang sedang diskusi untuk memberi saran
32 Menyela murid yang sedang diskusi untuk mengajukan kesalahan
33 Menyela murid yang sedang diskusi untuk mengajukan pertanyaan
H.
34 Sering tersenyum simpul dan humor
35 Kebiasaan tersenyum dan bergairah
36 Mengerut dan mermuka masam dan menggertak.
37 Membentuk bermacam-macam kegiatan disiplin/ketertiban
38 Bergairah, selalu memberi motivasi kepada murid
39 Mendorong murid yang memerlukan pertolongan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  184
D. Lembar S3 data sikap profesional guru

• Instrumen ini berguna untuk membantu guru dalam melihat sikap


profesionilnya. Sikap guru dapat terlihat dalam:
ƒ Kehadirannya pada setiap kegiatan sekolah
ƒ Kesiapannya dalam melaksanakan tugas mengajar
ƒ Kesediannya dalam berpartisipasi dengan seluruh staf sekolah
• Data yang diperoleh sangat membantu kepala sekolah untuk memberi
konduite yang objektif.
• Pernyataan-pernyataan dalam Lembar S3 mempunyai implikasi
administratif yaitu diperlukannya format pencatatan data yang tertib dan
terpelihara misalnya daftar prosensi, daftar untuk mencatat beban kerja
guru (teacher loads).
• Cara mencatat dan mengolah data pada prinsipnya sama dengan Lembar S2
hanya menggunakan nilai prosentasi atas dasar tingkat graduil.
• Tingkatan atas dasar prosentasi sebagai berikut:
A = Baik (76 -100 %)
B = Cukup (51 – 75 %)
C = Kurang (25 – 50 %)
D = Sangat Kurang (1 -25 %)
• Hasil analisa data ini sangat membantu pimpinan sekolah yang berfungsi
sebagai supervisor untuk mengadakan percakapan pribadi ataupun
kelompok untuk membicarakan kelebihan dan kekurangan guru, agar
mereka dapat distimulir untuk lebih memperbaiki dirinya.
Catatan: Berhasil tidaknya pelajaran bergantung kepada peran guru. Oleh karena
itu guru perlu dibina dan ditingkatkan melalui teknik-teknik supervisi yang
telah disebutkan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  185
Lembar S3

Sekolah : .......................................................................................................
Alamat : .......................................................................................................
Nama Guru :
.......................................................................................................
Ijazah : .......................................................................................................
Golongan : .......................................................................................................

DATA SIKAP PROFESIONAL GURU

No. Aspek-aspek kegiatan yang dinilai


1 Presensi Guru
1.1. Datang ke sekolah tepat pada waktunya
1.2. Ikut serta dalam upacara sekolah
1.3. Ikut serta dalam rapat sekolah
1.4. Ikut serta dalam kegiatan, kurikulum
1.5. Ikut serta dalam penataran, lokakarya, dsb
2 Profesi mengajar
Menyiapkan pencatatan tugas-tugas mengajar
Menyiapkan program/satuan pelajaran secara teratur
Memelihara pencatatan analisa hasil belajar siswa
Ikut memecahkan kesulitan yang dihadapi siswa
Memelihara media pe;ajaran yang menjadi tanggung jawabnya
3 Hubungan kerja sama
a. Ikut membantu kepala sekolah dalam memecahkan masalah bersama
b. Ikut membantu rekannya dalam memecahkan kesulitan mengajar
c. Ikut menciptakan hubungan yang baik dengan seluruh staf sekolah
d. Mengambil inisiatif untuk usaha-usaha sekolah
e. Ikut serta membantu menghubungi masyarakat dunia usaha

Hasil analisis dan kesimpulan:


1. Prosensi guru rata-rata .............%
2. Profesi mengajar ............ .%
3. Hubungan kerja sama .............%
Rata-rata keseluruhan .............%

1. Pendapat dan kesimpulan ..........................., ..........


........................................ Kepala sekolah
........................................
........................................
2. Saran-saran
........................................
........................................
........................................
(____________________)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  186
Kegiatan Supervisi Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 76 oleh Pengawas

Petunjuk

1. Setelah pengawas mengadakan observasi, maka pada kolom A, B, C, D


diisi dengan angka yang berada pada kriteria tertentu.

2. Kriteria yang digunakan ialah menentukan nilai prosentasi yang


diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:
A = 76 – 100 % → Baik B = 51 – 75 % → Cukup
C = 26 – 50 % → Kurang D = 1 – 25 % → Sangat Kurang
3. Cara mengolahnya:
Setelah diisi angka, kemudian dijumlahkan dan dirata-rata,
Contoh:
1 = 69 2 = 68 3 = 75 4 = 57 5 = 64
6 = 65 7 = 74 8 = 56 9 = 60 10 = 70
Jumlahnya adalah 640. Maka 640:10 = 64%
berada pada tingkatan B = cukup.
Setelah mendapat hasil akhir pengawas membahas bagian-bagian yang
masih perlu mendapat perhatian Kepala Sekolah.
4. Telitilah dokumen, catatan, dan informasi yang menunjukkan bahwa
pernyataan-pernyataan itu telah dilaksanakan.

5. Berilah saran-saran perbaikan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  187
Kantor wilayah Dep. P & K Propinsi: Lembar S4
Kabupaten/Kondya/Kecamatan
Sekolah:
Kepala Sekolah
Alamat:
Lembar Observasi Kegiatan Supervisi terhadap Kurikulum PMK 1976
A. Kegiatan
A B C D
1. Mengembangkan program kurikulum 76
2. Mengembangkan pemahaman kurikulum yang terdapat dalam Buku I, II,
dan III
3. Membina guru-guru dalam menyusun model satuan pelajaran
4. Membantu guru-guru dalam memahami pendekatan sistem (PPSI) yang
diterapkan dalam model satuan
5. Mengembangkan usaha-usaha peningkatan mutu pelajaran
6. Mengembangkan program BP dengan mengikutsertakan guru-guru
7. Mengembangkan alat-alat evaluasi
8. Menggunakan berbagai teknik serta alat/instrumen supervisi
9. Mengembangkan sikap profesional guru-guru dalam melaksanakan
kurikulum 76
10. Membina suasana sekolah yang tertib, rapi, dan teratur

B. Hasil analisis
Kesimpulan
Baik Cukup Kurang Sangat kurang

B. Selidiki/teliti dokumen dan informasi mengenai pertanyaan-pertanyaan di atas


satu per satu untuk mengetahui tingkat kebenaran.
Catatan:

C. Saran/Catatan Pengawas

Pengawas,

(___________)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  188
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
Pengertian GBPP
1. Garis-garis Besar Program Pengajaran, ialah ihktisar dari keseluruhan program
pengajaran yang terdiri dari tujuan-tujuan kurikuler, tujuan-tujuan
instruksionil dengan ruang lingkup bahan-bahan pengajaran yang disusun
secara berurutan dan disusun menurut semester dan tingkat, yang bertujuan
memberikan pedoman bagi pembina, kepala sekolah, dan guru dalam rangka
peningkatan kegiatan belajar-mengajar dalam kelas untuk mencapai tujuan
pendidikan;
2. Jam pelajaran, ialah satuan waktu pemberian pelajaran yang berlangsung
selama 45 (empat puluh lima) menit;
3. Semester, ialah satuan waktu pemberian pelajaran yang berlangsung selama
120 (seratus dua puluh) hari belajar efektif;
4. Program Umum, ialah program pendidikan yang wajib diikuti oleh semua
siswa untuk membina warga negara yang baik;
5. Program Kejuruan, ialah program pendidikan yang wajib diikuti oleh siswa
sesuai dengan jurusannya dan terdiri dari Dasar Kejuruan, Teori Kejuruan, dan
Praktek Kejuruan.

A) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus SMTP


1) Tujuan umum pendidikan SMTP adalah agar lulusan:
a) Menjadi warga negara yang baik, yaitu menusia pembangunan yang
bermoral Pancasila yang utuh, sehat, kuat lahir dan batin, serta
memiliki kemampuan untuk memenuhi keperluan akan tenaga kerja;
b) Menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memiliki pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai juru teknik dalam, bidang teknologi
pertanian sesuai dengan jurusan yang dipilihnya.
2) Tujuan khusus pendidikan SMTP adalah agar lulusan:
a) Semua jurusan
(1) Di bidang pengetahuan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  189
(a) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan
pemerintahan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
(b) Memiliki pengetahuan tentang agama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
(c) Memiliki pengetahuan yang fungsionil tentang fakta dan
kejadian penting yang aktuil, baik lokal, nasional, maupun
internasional.
(d) Memiliki pengetahuan daar tentang kependudukan dan
kesejahteraan keluarga.
(e) Memiliki pengetahuan dasar tentang olah raga dan kesehatan.
(f) Memiliki pengetahuan matematik, ilmu pengetahuan alam,
pengetahuan sosial, dan bahasa yang cukup untuk memasuki
dunia kerja.
(2) Di bidang keterampilan
(a) Menguasai cara belajar dan bekerja yang baik.
(b) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan
sistematis.
(c) Mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
(d) Mampu menggunakan bahasa Inggris yang praktis.
(e) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dan
meng-ekspresikan diri secara lisan maupun tertulis.
(f) Memiliki keterampilan olah raga dan kesehatan.
(g) Memiliki keterampilan olah dalam biang administrasi dan
kepemimpinan.
(3) Di bidang nilai dan sikap
(a) Menghayati dan melaksanakan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945
(b) Mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
(c) Memiliki kesadaran sebagai generasi penerus nilai-nilai 1945.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  190
(d) Mencintai sesama manusia, bangsa dan lingkungan sekitarnya.
(e) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
(f) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan di
masyarakat.
(g) Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di
masyarakat tanpa memandang tinggi rendahnya nilai sosial
ekonomi masing-masing pekerjaan.
(h) Percaya pada diri sendiri dan bersikap makarya.
(i) Memiliki kesadaran akan disiplin, teliti, tekun, patuh kepaa
peraturan yang berlaku, terbuka dan jujur.
(j) Memiliki inisiatif, daya kreasi, sikap kritis, rasionil dan objektif
dalam memecahkan persoalan.
(k) Memiliki sikap ekonomis dan menghargai waktu.
(l) Memiliki minat dan sikap positif terhadap olah raga dan
kesehatan.
(m) Menghargai kebudayaan dan tradisi nasional.
(n) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
b) Jurusan Teknologi Peralatan Pertanian
(1) Di bidang pengetahuan, memiliki dan menguasai pengetahuan
tentang:
(a) Bahan hasil pertanian dan bahan peralatan pertanian.
(b) Penggunaan, perawatan, dan perbaikan peralatan pertanian.
(c) Cara membaca manual dan gambar untuk dapat melakukan
pemilihan, penyetelan, penggunaan, perbaikan, dan perawatan
mesin dan peralatan pertanian.
(d) Menilai hasil dari pada penggunaan mesin dan peralatan
pertanian.
(e) Model, bagian, dan jenis mesin dan peralatan pertanian.
(f) Perbengkelan.
(g) Budidaya tanaman dan ternak.
(h) Sosio budaya dan ekonomi pedesaan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  191
(i) Penyuluhan
(j) Keselamatan kerja
(2) Di bidang keterampilan, memiliki keterampilan:
(a) Menggunakan, memilih, menyetel dan merawat mesin dan
peralatan pertanian.
(b) Menilai hasil penggunaan mesin dan peralatan pertanian.
(c) Menghitung biaya operasional.
(d) Memodifikasi dan membuat peralatan pertanian.
(e) Merencanakan dan membuat bangunan pertanian sederhana.
(f) Melaksanakan kegiatan “agent of change” di pedesaan.
(3) Di bidang nilai dan sikap, memiliki nilai dan sikap:
(a) Kritis, teliti, tekun, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.
(b) Dapat bekerja sama dan menghargai hasil kerja orang lain.
(c) Kreatif dan berjiwa perintis.
(d) Kepemimpinan yang penuh dedikasi dan dinamis yang
diperlukan untuk mengembangkan pedesaan.
c) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
(1) Di bidang pengetahuan, memiliki dan menguasai pengetahuan
tentang:
a) Bahan hasil pertanian.
b) Penanganan dan pengamanan bahan hasil pertanian.
c) Dasar pengawetan bahan hasil pertanian.
d) Cara menilai bahan hasil pertanian.
e) Gizi.
f) Cara menghitung biaya operasional.
g) Wadah, pengepakan, dan penggudangan bahan hasil pertanian
dan hasil olahan.
h) Sanitasi dan keselamatan kerja.
i) Pengolahan bahan hasil pertanian.
j) Mesin dan alat pengolahan hasil pertanian.
k) Cara menilai hasil olahan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  192
l) Sosio budaya dan ekonomi pedesaan.
m) Penyuluhan.
(2) Di bidang keterampilan, memiliki keterampilan:
(a) Penanganan dan pengamanan lepas panen.
(b) Menilai mutu bahan hasil pertanian.
(c) Pengepakan dan penggudangan bahan hasil pertanian dan hasil
olahan.
(d) Penanganan dan pengamanan hasil olahan.
(e) Pengolahan bahan hasil pertanian.
(f) Menilai mutu hasil olahan.
(g) Menghitung biaya operasionil.
(h) Menggunakan mesin dan alat-alat pengolahan.
(i) Melaksanakan kegiatan-kegiatan “agent of change” di
pedesaan.
(3) Di bidang nilai dan sikap, memiliki nilai dan sikap:
(a) Kritis, teliti, tekun, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan.
(b) Dapat bekerja sama dengan menghargai hasil kerja orang lain.
(c) Berpikir kreatif dan berjiwa pionir.
(d) Kepemimpinan yang penuh dedikasi dan dinamis yang
diperlukan untuk mengembangkan pedesaan.

B) Tujuan Umum dan Tujuan Khusus STM Pembangunan


1) Tujuan umum Pendidikan STM Pembangunan adalah agar lulusannya:
a) Menjadi warga negara yang baik, yaitu manusia pembangunan yang
bermoral Pancasila yang utuh, sehat, kuat lahir dan batin, serta
memiliki kemampuan untuk memenuhi keperluan akan tenaga kerja.
b) Menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang memilki pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai teknisi industri dalam bidang
teknologi pertanian dan industri.
2) Tujuan khusus pendidikan STM Pembangunan adalah agar lulusannya:
a) Semua jurusan
(1)Di bidang pengetahuan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  193
(a) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan
pemerintahan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
(b) Memiliki pengetahuan tentang agama dan kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
(c) Memilii pengetahuan yang fungsionil tentang fakta dan
kejadian penting yang aktuil, baik lokal, nasional, maupun
internasional.
(d) Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan dan
kesejahteraan keluarga.
(e) Memiliki pengetahuan dasar tentang olah raga dan kesehatan.
(f) Memiliki pengetahuan matematik, ilmu pengetahuan alam,
pengetahuan sosial dan bahasa yang cukup untuk memasuki
dunia kerja.
(2)Di bidang keterampilan
(a) Menguasai cara belajar dan bekerja yang baik.
(b) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan
sistematis.
(c) Mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
(d) Mampu menggunakan bahasa Inggris yang praktis.
(e) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dan
mengekspresikan diri secara lisan maupun tertulis.
(f) Memiliki keterampilan olah raga dan kesehatan.
(g) Memiliki keterampilan dalam bidang administrasi dan
kepemimpinan.
(3)Di bidang nilai dan sikap
(a) Menghayati dan melaksanakan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
(b) Mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
(c) Memiliki kesadaran sebagai generasi penerus nilai-nilai 1945.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  194
(d) Mencintai sesama manusia, bangsa dan lingkungan sekitarnya.
(e) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
(f) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaan dan di
masyarakat.
(g) Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di
masyarakat tanpa memandang tinggi rendahnya nilai sosial
ekonomi masing-masing pekerjaan.
(h) Percaya pada diri sendiri dan bersikap makarya.
(i) Memiliki kesadaran akan disiplin, teliti, tekun, patuh kepaa
peraturan yang berlaku, terbuka dan jujur.
(j) Memiliki inisiatif, daya kreasi, sikap kritis, rasionil dan objektif
dalam memecahkan persoalan.
(k) Memiliki sikap ekonomis dan menghargai waktu.
(l) Memiliki minat dan sikap positif terhadap olah raga dan
kesehatan.
(m) Menghargai kebudayaan dan tradisi nasional.
(n) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
b) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
(1)Di bidang pengetahuan, memiliki dan menguasao pengetahuan
tentang:
(a) Bahan hasil pertanian meliputi sifat fisiomekanis dan khemis.
(b) Akibat-akibat cara penanganan dan pengamanan terhadap mutu
bahan hasil pertanian.
(c) Dasar-dasar pengawetan.
(d) Teknik pengolahan hasil pertanian.
(e) Cara menilai mutu bahan dan hasil olah.
(f) Gizi.
(g) Wadah, pengepakan dan penggudangan hasil pertanian.
(h) Teknik laboratorium.
(i) Cara menghitung biaya operasionil.
(j) Sanitasi dan keselamatan kerja.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  195
(k) Mesin dan alat pengolahan hasil pertanian.
(l) Kepemimpinan dan peraturan perburuhan.
(m) Peraturan keselamatan kerja.
(n) Istilah-istilah teknis dalam bahasa Inggris.
(2)Di bidang keterampilan, memiliki keterampilan:
(a) Penanganan dan pengamanan lepas panen.
(b) Menilai dan mengawasi mutu bahan hasil olah.
(c) Pengolahan hasil pertanian.
(d) Menghitung biaya operasionil.
(e) Memilih, menjalankan, menggunakan, merawat, dan
memperbaiki kerusakan ringan mesin/alat pengolahan hasil
pertanian.
(f) Pengepakan dan penggudangan bahan hasil pertanian dan hasil
olahan.
(g) Mengatur dan memberi tugas bawahannya.
(h) Memberi contoh yang baik dalam cara memasang, menyetel,
merawat, memperbaiki mesin/alat-alat pengolahan hasil
pertanian.
(i) Bekerja sama, baik dengan atasan maupun bawahan.
(j) Membuat laporan hasil pekerjaan.
(k) Berbahasa Inggris secara pasif.
(3)Di bidang nilai dan sikap memiliki nilai dan sikap:
(a) Kritis, teliti, tekun, dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaannya.
(b) Dapat bekerja sama dan menghargai hasil karya orang lain.
(c) Berpikir dan berjiwa perintis.
(d) Kepemimpinan yang penuh dedikasi.

C) Struktur Program Kurikulum


1. Struktur Program Kurikulum SMTP Jurusan TPP dan THP
2. Struktur Program STM Pembangunan Jurusan THP

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  196
STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM SMT PERTANIAN
JURUSAN: TEKNOLOGI PERALATAN PERTANIAN
PROGRAM TINGKAT/ I II III
KET.
SEMESTER 1 2 3 4 5 6
PROGRAM UMUM :
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2
4. Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2 2 2 2
Jumlah I 8 8 8 8 8 8
PROGRAM KEJURUAN :
1. DASAR KEJURUAN
1.1. Matematika 2 4 - - - -
1.2. Kimia 3 - - - - -
1.3. Fisika 3 2 - - - -
1.4. Mekanika Teknik - - 4 2 - -
1.5. Pengantar Teknik Pertanian 4 - - - - -
1.6. Pengetahuan Bahan - 2 - - - -
1.7. Ukur Wilayah - - 2 - - -
1.8. Ilmu Tanah - - 2 - - -
1.9. Budidaya tanaman dan Ternak - - 2 4 - -
1.10. Sosiologi Pedesaan - 2 - - - -
1.11. Bahasa Inggris 2 2 2 2 - -
Jumlah 1 14 12 12 8 - -
2. TEORI KEJURUAN
2.1. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian 2 - - - - -
2.2. Kelistrikan Pertanian - 4 - - - -
2.3. Perbengkelan - - 4 4 4 -
2.4. Alat-alat dan Mesin Pertanian - - - 2 3 4
2.5. Bangunan Pertanian - - - 2 3 4
2.6. Irigasi - - - - 2 2
2.7. Ekonomi Pedesaan - - - - 4 4
Jumlah 2 2 4 4 8 16 14
3. PRAKTEK KEJURUAN
3.1. Kimia 4 - - - - -
3.2. Fisika 4 4 - - - -
3.3. Pengantar Teknologi Pertanian 4 - -- - - -
3.4. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian 4 - - - - -
3.5. Membaca Gambar - 4 - - - -
3.6. Pengetahuan Bahan - 2 - - - -
3.7. Ukur Wilayah - - 4 - - -
3.8. Budidaya Tanaman dan Ternak - - 6 4 - -
3.9. Kelistrikan Pertanian - 4 - - - -
3.10. Perbengkelan - - 6 4 4 -
3.11. Alat-alat dan Mesin Pertanian - - - 4 4 6
3.12. Bangunan Pertanian - - - 4 4 6
3.13. Irigasi - - - - 4 2
3.14. Sosioligi Pedesaan - 2 - - - -
3.15. Praktek Industri Pedesaan - - - - - 4
Jumlah 3 16 16 16 16 16 18
JUMLAH JAM / MINGGU 40 40 40 40 40 40

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  197
STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM SMT PERTANIAN
JURUSAN: TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
PROGRAM TINGKAT/ I II III
KET.
SEMESTER 1 2 3 4 5 6
PROGRAM UMUM :
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2
3. Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2
4. Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2 2 2 2
Jumlah I 8 8 8 8 8 8
PROGRAM KEJURUAN :
1. DASAR KEJURUAN
1.1. Matematika 2 4 - - - -
1.2. Kimia 3 - - - - -
1.3. Fisika 3 2 - - - -
1.4. Teknik Laboratorium - 2 4 - - -
1.5. Satuan Operasi - - 2 - - -
1.6. Ilmu Gizi - - - 2 - -
1.7. Mikrobiologi Hasil Pertanian - - 4 2 - -
1.8. Pengantar Teknologi Pertanian 4 - - - - -
1.9. Sosiologi Pedesaan - 2 - - - -
1.10. Bahasa Inggris 2 2 2 2 - -
Jumlah 1 14 12 12 6 - -
2. TEORI KEJURUAN
2.1. Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian 2 2 - - - -
2.2. Penanganan Lepas Panen - 2 - - - -
2.3. Dasar-dasar Pengawetan - - 4 4 2 -
2.4. Pengolahan Hasil Pertanian - - - 2 4 4
2.5. Penilaian Mutu - - - 2 4 4
2.6. Penggudangan - - - - 2 2
2.7. Ekonomi Pedesaan - - - - 4 4
Jumlah 2 2 4 4 8 16 14
3. PRAKTEK KEJURUAN
3) Fisika 4 - - - - -
4) Kimia 4 4 - - - -
5) Teknik Laboratorium - 4 4 - - -
6) Satuan Operasi - - 2 - - -
7) Mikrobiologi Hasil Pertanian - - 6 4 - -
8) Pengantar Teknologi Pertanian 4 - - - - -
9) Pengetahuan Bahan Hasil Pertanian 4 3 - - - -
10) Penanganan Lepas Panen - 3 - - - -
11) Dasar-dasar Pengawetan - - 4 - - -
12) Pengolahan Hasil Pertanian - - - 4 4 -
13) Penilaian Mutu - - - 6 6 8
14) Penggudangan - - - 2 4 4
15) Sosioligi Pedesaan - - - - 2 2
16) Praktek Industri Pedesaan - 2 - - - -
- - - - - 4
Jumlah 3 16 16 16 16 16 18
JUMLAH JAM / MINGGU 40 40 40 40 40 40

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  198
STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM SMT PERTANIAN
JURUSAN: TEKNOLOGI PERALATAN PERTANIAN
PROGRAM TINGKAT/ I II III IV
KET.
SEMESTER 1 2 3 4 5 6 7 8
PROGRAM UMUM :
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 2 2 - -
2. Pendidikan Moral Pancasila 2 2 2 2 2 2 - -
3. Bahasa Indonesia 2 2 2 2 2 2 - -
4. Olah Raga dan Kesehatan 2 2 2 2 2 2 - -
Jumlah I 8 8 8 8 8 8 - -
PROGRAM KEJURUAN :
1. DASAR KEJURUAN
1.1. Matematika 2 2 2 - - - - -
1.2. Kimia dan Fisika teknik 4 2 2 - - - - -
1.3. Teknik Laboratorium - 2 - - - - - -
1.4. Ilmu Gizi - - 2 - - - - -
1.5. Bahasa Inggris 2 2 2 2 2 2 - -
Jumlah 1 8 8 8 2 2 2 - -
2. TEORI KEJURUAN
2.1. Pengetahuan Bahan Hasil 4 4 - - - - - -
Pertanian - - 2 2 - - - -
2.2. Penanganan Lepas Panen 2 2 - - - - - -
2.3. Mikrobiologi Hasil Pertanian - - - 4 - - - -
2.4. Membaca Gambar - - 2 2 2 - - -
2.5. Dasar-dasar Pengawetan - - - 2 2 2 2 4
2.6. Pengetahuan Mesin/ Alat - - - - 4 4 8 8
Pengolahan - - - - 2 2 4 4
2.7. Pengolahan Hasil Pertanian - - - - - - 2 2
2.8. Pengawasan Mutu - - - - - - 2 2
2.9. Penggudangan 6 6 4 10 10 8 18 20
2.10. Pengetahuan Industri
Jumlah 2
3. PRAKTEK KEJURUAN
3.1. Teknik Laboratorium - 2 - - - - - -
3.2. Laboratorium Kimia (Kimia 8 6 8 - - - - -
Analisa) 6 6 - - - - - -
3.3. Pengetahuan Bahan Hasil - - 6 6 - - - -
Pertanian 4 4 - - - - - -
3.4. Penanganan Lepas Panen - - 6 6 6 - - -
3.5. Mikrobiologi Hasil Pertanian - - - 8 4 4 4 -
3.6. Dasar-dasar Pengawetan - - - - 6 10 10 -
3.7. Mesin/Alat Pengolahan Hasil - - - - 4 8 8 -
Pertanian - - - - - - - 20
3.8. Pengolahan Hasil Pertanian
3.9. Praktek Industri
Jumlah 3 18 18 20 20 20 22 22 20
JUMLAH JAM / MINGGU 40 40 40 40 40 40 40 40

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  199
Uraian Tujuan Kurikulum
1. Kurikulum PMK 1976 berorientasi kepada tujuan efisiensi dan efektivitas
terhadap waktu, daya, dan dana. Atas dasar itu maka tujuan kurikulum (tujuan
mata pelajaran) diuraikan secara rinci dalam matriks-matriks untuk
menetapkan jumlah waktu yang diperlukan secara tepat, kemampuan guru
dalam memberikan bahan ajaran dan siswa dalam menerima bahan ajaran, di
tingkat berapa serta semester berapa bahan ajaran tersebut diberikan. Tujuan
kurikulum diurai tahap demi tahap dalam matriks 1, matriks 2, dan matriks 3.
Dalam perkembangan selanjutnya, matriks-matriks tersebut disederhanakan
(diadakan penggabungan) sehingga hanya terdapat: gabungan matriks 1 dan 2
serta matriks 3,
Matriks 1 berisi
Kolom 1 : Tujuan Kurikulum
Kolom 2 : Tujuan Instruksional
Kolom 3 : Pokok Bahasan
Kolom 4 : Sub Pokok Bahasan
Matriks 2 berisi
Kolom 1 : Tujuan Kurikulum
Kolom 2 : Tujuan Instruksional
Kolom 3 : Pokok Bahasan
Kolom 4 : Sub Pokok Bahasan
Kolom 5 : Di tingkat berapa diajarkan
Kolom 6 : Di semester berapa
Matriks 3 berisi
Kolom 1: Sub Pokok Bahasan
Kolom 2: Bahan Ajaran
Kolom 3: Diberikan pada tingkat berapa
Kolom 4: Di semester berapa
Kolom 5: Berapa jam pelajaran
Kolom 6: Dari mana sumber bahan ajaran pokok
Kolom 7: Sumber Kepustakaan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  200
2. Dari Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan:
a. Nomor 0315/U/1975 tanggal 31 Desember 1975 untuk Sekolah
Menengah Teknologi (SMT) Pertanian, dan
b. Nomor 0316/U/1975, tanggal 31 Desember 1975 untuk Sekolah
Teknologi Menengah (STM) Pembangunan Bagian Pertanian,
uraian kurikulum baik untuk SMT Pertanian dengan jurusan/program studi
Teknologi Peralatan Pertanian (TPP), Teknologi Hasil Pertanian (THP),
Teknologi Penangkapan Ikan (TPI), maupun untuk STM Pembangunan bagian
Pertanian dengan jurusan/program studi Teknologi Hasil Pertanian, akan
menggunakan model matriks 1, matriks 2, dan matriks 3 atau model gabungan
matriks 1 dan 2 dan matriks 3. Tata cara menguraikan dari tahapan kesatu ke
tahapan berikutnya akan sama untuk semua jurusan.
Khusus STM Pembangunan kolom tingkat sampai tingkat IV dan kolom
semester samapai semester 8.
Uraian yang akan disajikan tidak ditulis untuk semua jurusan atau satu jurusan
secara lengkap, tetapi sebagai contoh akan disajikan sebagian dari tujuan
kurikulum untuk jurusan THP SMT Pertanian dan disajikan untuk tujuan
kurikuler: Kimia (teori), Pengolahan Hasil Pertanian (teori), dan Alat dan
Mesin Pengolahan (praktek) dengan menggunakan gabungan matriks 1 dan 2
serta matriks 3, yang selengkapnya terdapat pada Lampiran L VII-1.:

B. KURIKULUM SMK TAHUN 1984


1. Rasional
Pada tahun 1982/1983, Badan Penelitian dan Pengambangan Pendidikan
dan Kebudayaan/Balitbang Dikbud mengadakan evaluasi terhadap
Kurikulum 1976/1977. Sebagai hasil evaluasi tersebut, terbitlah
Kepmendikbud Nomor : 0460/U/1983 tanggal 23 Oktober 1983 tentang
Perbaikan Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah.
Sebagai realisasi terhadap Kepmendikbud tersebut, Direktorat Dikmenjur
bersama Balitbang Dikbud, berbagai instansi, organisasi profesi industri
dan sekolah mulai mengembangkan kurikulum berorientasi pada lapangan
kerja yang kemudian menghasilkan kurikulum 1984 SMK.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  201
2. Program Pendidikan
Dalam kurikulum 1984, program pendidikan di SMK dibedakan ke dalam
6 kelompok, yaitu:
1) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang Pertanian, dikelompokkan ke dalam
kelompok Pertanian dan Kehutanan
2) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang rekayasa, dikelompokkan ke dalam kelompok
Rekayasa.
3) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang usaha dan perkantoran dikelompokkan ke
dalam kelompok Usaha dan Perkantoran
4) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang kesehatan dan kemasyarakatan,
dikelompokkan ke dalam kelompok Kesehatan dan Kemasyarakatan
5) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang Kerumahtanggaan, dikelompokkan ke dalam
kelompok Kerumahtanggaan
6) Program pendiidkan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan yang
berkaitan dengan bidang seni budaya, dikelompokkan kedalam
kelompok Budaya.
Tiap kelompok terdiri atas sejumlah rumpun dan tiap rumpun mencakup
sejumlah program studi. Daftar nama kelompok rumpun dan program studi
diberikan pada Lampiran 3.

3. Pola Kurikulum
Mata pelajaran dikelompokkan ke dalam Program Inti dan Program
Pilihan. Program inti terdiri atas mata pelajaran Dasar Umum (MPDU) dan
mata pelajaran Dasar Kejuruan (MDK). MPDU meliputi sejumlah mata
pelajaran yang wajib diikuti oleh semua kelompok pada SMKTA. MPDK
bertujuan untuk memberikan bekal dasar pengetahua, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan guna mendasari program pilihan dan terdiri

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  202
atas sejumlah mata pelajaran dasar kejuruan yang wajib diikuti oleh semua
siswa SMKTA yang serumpun. Rumpun adalah kumpulan program studi
yang mempunyai MPDK yang sama.
Program pilihan adalah program yang dapat dipilih oleh siswa sesuai
minat, bakat dan kemampuannya serta kebutuhan daerah dan
pembangunan. Program pilihan yang dimaksud mengacu kepada
penguasaan kejuruan dengan kompetensi khusus keilmuan, sikap-sikap
profesional yang disyaratkan serta membuka kemungkinan pelaksanaan
pendidikan sumur hidup. Program pilihan dituangkan dalam mata
pelajaran kejuruan (MPK).
Ciri-ciri kurikulum 1984 antara lain : (a) bertujuan menyiapkan siswa
menjadi tenaga siap kerja dengan memberi peluang yang luas untuk
mengembangkan dirinya; (b) menitikberatkan pada proses tanpa
mengabaikan hasil orientasi pada siswa; (c) meningkatkan komunikasi dua
arah melalui keterampilan proses; (d) keterpaduan teori dan praktik dalam
pelaksanaan dengan bobot praktik kejuruan sekitar 40 % dari keseluruhan
program pendidikan. Pembukaan program studi baru tidak harus dilakukan
dengan pembukaan sekolah baru.

4. Perangkat Dokumen Kurikulum 1984


Perangkat dokumen kurikulum terdiri atas Buku I, Buku II dan Buku III.
Buku I merupakan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Kurikulum 1984 berikut Landasan, Program dan Pengembangan
Kurikulum; Buku II merupakan Garis-Garis Besar Program Pengajaran
(GBPP), dan Buku III adalah pedoman dan petunjuk pelaksanaan
kurikulum.
a. Buku I
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kurikulum
1984 Pendidikan Menengah Kejuruan hanya terdiri atas 2 (dua)
Keputusan yaitu satu Keputusan untuk Sekolah Lanjutan Kejuruan
Tingkat Atas dan satu Keputusan lainnya untuk Sekolah Lanjutan
Kejuruan Tingkat Pertama. Setiap Keputusan(atau Buku I) dimaksud

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  203
berlaku untuk semua jenis sekolah yang mempunyai jenjang yang
sama. Sebagai lampiran dari Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Kurikulum 1984 adalah dokumen dengan
judul : Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum 1984
Sekolah Menengah Kejuruan.
Dokumen Landasan, Program, dan Pengembangan Kurikulum 1984
SLK berisi 5 Bab yaitu : landasan, tujuan, lingkup program,
pelaksanaan, dan pengembangan Kurikulum 1984.

1) Landasan
Pada bab ini diuraikan unsur-unsur yang melandasi pengembangan
Kurikulum 1984.
a) Nilai dasar
Nilai dasar yakni Pancasila dan UUD 1945 merupakan falsafah
pendidikan dalam rangka membentuk manusia Indonesia
seutuhnya sesuai dengan rumusan yang dinyatakan dalam
GBHN – 1983.
b) Fakta empirik
Fakta empirik diperoleh dari hasil penilaian kurikulum
Pendidikan Menengah Kejuruan yang dilaksanakan sejak tahun
1981
c) Landasan teori.
Landasan teori yang menyatakan bahwa pendekatan proses
belajar-mengajar diarahkan agar siswa memiliki keterampilan
untuk memproses hasil perolehannya.
2) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Kejuruan mengacu pada
Tujuan Pendidikan Nasional. Berdasarkan acuan tersebut, tujuan
pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan kemudian diuraikan
menjadi 3 tujuan yaitu :
a) Tujuan pertama: mendidik siswa agar menjadi manusia
Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila;
b) Tujuan Kedua memberikan bekal agar tamatan mampu bekerja
sesuai dengan persyaratan yang dituntut oleh dunia kerja sesuai
dengan jenjang pendidikan yang bersangkutan;
c) Tujuan ketiga memberikan bekal guna mengembangkan
dirinya yaitu memperdalam dan atau mengembangkan
keterampilan kejuruannya yang setara, atau melanjutkan
pendidikan ke jenjeng yang lebih tinggi sesuai dengan
pengembangan kejuruannya.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  204
3) Lingkup Program
Program pendidikan pada SLKTA dikelompokkan ke dalam 6
kelompok sebagai berikut :
a) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
yang berkaitan dengan bidang pertanian dimasukkan ke dalam
kelompok Pertanian dan Kehutanan;
b) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
yang berkaitan dengan bidang rekayasa dimasukkan ke dalam
kelompok Rekayasa;
c) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
yang berkaitan dengan bidang usaha dan perkantoran
dimasukkan ke dalam kelompok Usaha dan Perkantoran;
d) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
yang berkaitan dengan bidang kesehatan dan kemasyarakatan
dimasukkan ke dalam kelompok Kesehatan dan
Kemasyarakatan
e) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
yang berkaitan dengan bidang kerumahtanggaan dimasukkan
ke dalam kelompok Kerumahtanggaan;
f) Program pendidikan kejuruan yang berorientasi pada pekerjaan
di bidang seni budaya dimasukkan ke dalam kelompok
Budaya.
Tiap-tiap kelompok terdiri dari sejumlah rumpun dan tiap rumpun
mencakup sejumlah program studi.
b. Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) atau Ruku II
1) Pendekatan penyusunan GBPP
Penyusunan Kurikulum 1984 Pendidikan Menengah Kejuruan
menggunakan pendekatan berorientasi pada kemampuan. Yang
dimaksud dengan kemampuan di sini adalah kemampuan untuk
menangani tugas-tugas yang ada di dalam suatu pekerjaan. Oleh
karena itu, dalam penyusunan Kurikulum 1984, sebagai bahan
acuan antara lain menggunakan Kamus Jabatan (KJ) dan
Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI) yang diterbitkan oleh
Departemen Tenaga Kerja yang diperkaya dengan melibatkan
langsung wakil-wakil dari dunia kerja yang sesuai dalam setiap
pengembangan kurikulum suatu program studi.
2) Format GBPP
GBPP Kurikulum 1984 menggunakan 1 (satu) macam format yang
terdiri atas 11 kolom sebagai berikut.
a) Kolom 1 : Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan Kurikuler (TK) adalah rumusan tujuan setelah suatu
mata pelajaran diajarkan secara tuntas dan lengkap.
b) Kolom 2 : Tujuan Instruksional Umum (TIU)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  205
Tujuan Instruksional Umum (TIU) adalah rumusan tujuan
sebagai penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler Rumusan
TIU mengacu pada kemampuan. Dalam rumusan TIU
tercantum proses untuk mencapai kemampuan tersebut.
c) Kolom 3 : Pokok Bahasan (PB)
Pokok Bahasan adalah bahan pengajaran pokok yang harus
diberikan kepada siswa. Satu pokok bahasan dapat dijabarkan
menjadi sejumlah Subpokok Bahasan. Dalam pelaksanaannya
apabila karena suatu hal pokok/Subpokok Bahasan tidak dapat
dilaksanakan, maka guru boleh menggantinya dengan kegiatan
lain yang sebobot, asal tujuannya tidak berubah. Pokok
Bahasan dan Subpokok Bahasan dalam kolom 3 diurutkan
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa maupun tata urutan
teknis mata pelajaran yang bersangkutan.
d) Kolom 4 : Uraian
Uraian merupakan penjabaran lebih lanjut dari pokok dan
Subpokok Bahasan. Urian menunjukkan kedalaman dan
keluasan Pokok/Subpokok Bahasan yang bersangkutan. Dari
uraian : dimaksudkan agar guru mengetahui lingkup materi
yang perlu disampaikan kepada siswanya dan ia dapat memilih
buku-buku mana yang sesuai.
e) Kolom 5 : Kelas
Kolom kelas menunjukkan di tingkat berapa Pokok Bahasan
yang bersangkutan diajarkan.
f) Kolom 6 : Semester
Kolom semester menunjukkan di semester ke berapa
Pokok/Subpokok Bahasan yang bersangkutan diajarkan.
g) Kolom 7 : Jam pelajaran
Kolom jam pelajaran menunjukkan jumlah jam pelajaran yang
dijatahkan pada kegiatan intra-kurikuler. Misalnya kalau
tertulis angka 4 berarti bahwa untuk kegiatan intra-kurikuler
diperlukan (dialokasikan) 4 jam pelajaran ditambah pemberian
tugas yang diperkirakan dapat diselesaikan oleh siswa
sebagai berikut :
- untuk pelajaran yang bersifat teori = ½ x 4 jam pelajaran = 2
jam pelajaran
- untuk pelajaran yang bersifat praktek = 1 x 4 jam pelajaran =
4 jam pelajaran
dalam pelaksanaannya, guru boleh menyesuaikan angka-angka
pada kolom 7 asal jumlah jam semester yang bersangkutan,
tidak diubah.
h) Kolom 8 : Metode
Kolom metode berisi sejumlah metode yang disarankan.
Metode yang tercantum tidak mengikat guru, dalam arti,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  206
apabila guru berpendapat bahwa ada metode lain yang lebih
sesuai, maka guru boleh menerapkan metode dimaksud.
i) Kolom 9 : Sarana/Sumber
Pada kolom 9 dicantumkan sarana yang dipelrukan dan atau
daftar referensi yang dapat digunakan sebagai sumber
belajar. Dalam kurikulum 1984 SMK, sumber belajar tidak
harus berasal dari buku paket sebagai satu-satunya sumber.
Buku-buku lain, sejauh sesuai dapat digunakan.
j) Kolom 10 : Penilain
Pada kolom 10, diberikan sejumlah alternatif alat penilaian
yang dapat dipilih oleh guru.
k) Kolom 11 : Keterangan
Pada kolom ini, dicantumkan penjelasan-penjelasan lain yang
masih perlu dan belum tertampung dalam kolom 1 s.d 10.
l) Dokumen Buku II
Untuk setiap program studi; Buku II terdiri atas 3 buku yaitu
untuK:
- MPDU (sama untuk semua program studi SLKTA);
- MPDK (sama untuk semua program studi yang se-Rumpun);
- MPK (setiap program studi, tersendiri).
c. Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum 1984 SLKTA
atau Buku III
1) Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
Guna menunjang pelaksanaan Kurikulum 1984, Badan Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang)
menerbitkan seperangkat pedoman-pedoman pelaksanaan
kurikulum sebagai kelengkapan dokumen Kurikulum 1984.
Pedoman-pedoman yang diterbitkan oleh Balitbang dimaksud
bersifat umum dan berlaku untuk semua jenis dan jenjang sekolah
dalam lingkup pembinaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Untuk keperluan masing-masing Direktorat Teknis,
pedoman-pedoman tersebut dijabarkan lebih lanjut menjadi
Petunjuk Pelaksanaan.
Pedoman-pedoman tersebut adalah :
a) Pedoman proses belajar – mengajar;
b) Pedoman sistem kredit;
c) Pedoman penilaian;
d) Pedoman pembinaan guru;
e) Pedoman penataran kurikulum 1984;
f) Pedoman bimbingan
Pedoman yang dimaksudkan untuk para guru adalah :
a) Pedoman proses belajar – mengajar;
b) Pedoman sistem kredit;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  207
c) Pedoman penilaian;
d) Pedoman bimbingan;
Sedangkan pedoman pembinaan guru dan pedoman penataran
kurikulum 1984 adalah pedman untuk para pengelola
pendidikan di tingkat kantor Dinas atau dan di Pusat.
Garis besar isi Pedoman adalah sebagai berikut.
a) Pedoman Proses Belajar – Mengajar
Pedoman Proses Belajar – Mengajar berisi prinsip dasar proses
belajar-mengajar; pendekatan proses belajar yang membahas
mengapa dalam kurikulum 1984 menerapkan pendekatan
keterampilan proses serta apa pendekatan keterampilan proses
itu. Dalam bab terakhir diuraikan pengelolaan proses belajar-
mengajar meliputi perencanaan pengajaran,pengorganisasian
kelas, metode belajar-mengajar serta sarana dan sumber.
b) Pedoman Sistem Kredit
Pedoman Sistem Kredit menguraikan tentang pengertian kredit,
fungsi kredit, batasan satu kredit, jumlah dan distribusi kredit,
syarat memperoleh kredit, kredit minimal dan maksimal serta
indeks prestasi. Pada bab tentang pelaksanaan sistem kredit
dibahas tentang pengambilan program, pengeloaan kelas dalam
sistem kredit, perpindahan program/sekolah, kenaikan kelas,
pelaksanaan program perbaikan, pengisian nilai dan kredit pada
rapor, EBTA, dan penyelesaian program.
c) Pedoman Penilaian
Dalam Pedoman ini dibahas antara lain prinsip-prinsip
penilaian, bentuk alat penilaian meliputi bentuk-bentuk tes dan
non tes serta cara-cara pemberian nilainya. Pada penilaian
keterampilan proses diuraikan tentang fungsi, aspek yang
dinilai, cara penilaian, pengolahan hasil penilaian, dan
pemanfaatan hasil penilaian.
Dalam pedoman penilaian ini dibahas pula tentang penilaian
hasil belajar pada setiap akhir satuan pelajaran, pada akhir
program semester, penentuan nilai rapao, serta penentuan
kenaikan kelas dan EBTA serta STTB.
d) Pedoman Pembinaan Guru
Dalam pedoman ini uraikan mengapa diperlukan pembinaan
profesional, pengertian pembinaan guru, tujuan sasaran dan
ruang lingkupnya. Pada Bab lainnya dibahas tentang prinsip
dan ciri-ciri pembinaan, program pembinaan oleh Kepala
Sekolah dan Pengawas serta alur pembinaan guru. Uraian
tentang teknik-teknik pembinaan mencakup kunjungan kelas,
pertemuan pribadi, rapat guru, kunjungan antar kelas ,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  208
kunjungan sekolah, dan pertemuan antar kelompok kerja.
Pedoman ini diakhiri dengan tindak lanjut pembinaan.
e) Pedoman Bimbingan
Dalam pedoman bimbingan dibahas tentang hakikat, prinsip-
prinsip, tujuan, fungsi dan ruang lingkupnya. Dalam
kegiatan program bimbingan diuraikan kegiatan bimbingan
secara umum serta kegiatan bimbingan karier secara
khusus. Pada Bab Pembinaan profesional bimbingan diuraikan
antara lain tentang prinsip dan ciri-ciri pembinaan. Program
pembinaan dan kebijakan pembinaan bimbingan. Pada bab
terakhir dibahas tentang organisasi pelayanan, uraian tugas
personalia, perlengkapan administrasi pelayanan serta fasilitas
dan anggaran. Dalam pedoman bimbingan, bagian yang
menguraikan tentang bimbingan karier tidak secara khusus
merupakan bab tersendiri.
Hal-hal lain dalam Kurikulum 1984 yang bersifat khusus dan baru bagi sekolah
dan guru adalah pelaksanaan PBM terdiri atas kegiatan intra-kurikuler, ko-
kurikuler, dan ekstra-kurikuler. Meskipun petunjuknya sudah lengkap, guru masih
sukar menangkap arti dan membedakan ketiga jenis kegiatan tersebut. Misalnya
tentang kegiatan ko-kurikuler, yang diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan di
luar jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong siswa agar dapat lebih
mendalami dan menghayati pclaj aran yang diberikan guru (dalam kegiatan intra-
kurikuler). Dalam pelaksanaannya, guru sangat sulit menilai pekerjaan rumah
yang dibuat oleh siswa khususnya yang berupa pekerjaan keterampilan tangan
(membuat atau menyelesaikan bagian pekerjaan) -- jadi, bukan pekerjaan rumah
dalam bentuk menyelesaikan soal teori.
Menghadapi rnasalah tersebut, khusus untuk STM Pembangunan Pertanian,
pemecahan masalah yang ditempuh adalah:
a. membuat standar penilaian kegiatan ko-kurikuler yang berupa pekerjaan/
keterampilan dengan cara melihat waktu yang digunakan untuk menyelesai-
kannya dan kebenaran prosedur kerja dan hasil akhir;
b. melakukan uji petik, yaitu mengui siswa tertentu untuk mengerjakan bagian-
bagian pekerjaan dari pekerjaan ko-kurikuler yang dikerjakannya, bila guru
meragukannya, Hasil dari uji petik ini sangat efektif, tetapi karena banyaknya
jumlah siswa yang melakukan kegiatan ko-kurikuler (setiap 1 jam pelajaran
kejuruan ± 3 jam ko-kurikuler == 1 kredit), maka akhirnya uji petik dilakukan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  209
sangat jarang (artinya frekuensi uji petik bagi setiap siswa itu rendah/kecil).
Hal ini merupakan masalah bagi sekolah seperti STM Pembangunan yang
menargetkan lulusannya untuk memiliki dasar teori yang kuat dan
sekaligusjuga memiliki keterampilan yang tinggi.
Setelah berjalan kurang lebih 5 tahun, pada tahun 1989, Kurikulum 1984
dievaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut ditemukan hal-hal penting yang sangat
mengejutkan, antara lain:
a. terdapat sejumlah besar siswa (± 30%) ingin melanjutkan ke pendidikan yang
lebih tinggi;
b. perolehan hasil belajar para siswa yang relatif tinggi 'dalam :MPDU dan
MPDK (turut mendorong minatnya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
karena merasa mempunyai dasar yang lebih kuat;
c. terdapat kelompok siswa dalam. juml ah besar (± 25%) kurang mencintai dan
kurang menghargai "profesinya" dan mereka tidak cukup menyadari bahawa
apa yang diperolehnya di SMK merupakan kemampuan profesional yang akan
rnenjadi bekal untuk bekerja.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, maka Direktorat Dikmenjur mengambil
langkah-langkah yang diberlakukan secara nasional, yaitu memperkenalkan
konsep "Integrated School Development" yang seterusnya diberi nama
"Pengembangan Sekolah Seutuhnya" (PSS) yang pada prinsipnya bertujuan untuk
melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap sekolah. Di Direktorat
Dikmenjur dibentuk Tim Pusat yang beranggotakan unsur Dikmenjur dan PPPG
(Pusat P engembangan Penataran Guru), di daerah dibentuk Tim Tingkat Provinsi
di Kanwil/Bidang Dikmenjur, dan di sekolah ada Tim Sekolah. Tugas pokok Tim
ini ialah melakukan evaluasi dan pembinaan secara langsung, meliputi pembinaan
yang bersifat umum yang ditujukan kepada sekolah, dan pembinaan yang bersifat
khusus terhadap setiap jurusan/prograrn studi.
Dalam model PSS, evaluasi terhadap pelaksanaan PBM dilakukan terhadap setiap
unsur yang terkait. Misalnya ditelusuri, apakah kekurangan PEM disebabkan oleh
gurunya (pengorganisasian guru, persiapan mengajar, mutu guru), ataukah karena
peralatannya (jumlahnya, mutunya, banyaknya alat yang rusak dan sebagainya),

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  210
ataukah karena iklim sekolah yang kurang kondusif. Evaluasi menyeluruh seperti
ini dilakukan setiap tahun,
Upaya-upaya perbaikan sekolah dengan model PSS sangat efektif karena mampu
menumbuhkan hal-hal yang positif di sekolah, dapat mendorong kerjasama
sekolah dengan dunia usaha/industri sehingga menjadi lebih melembaga dan
mampu pula mendorong kegiatan seko1ah dalarn bentuk unit produksi. Di
samping menjadi tempat latihan bagi guru dan siswa dalam meningkatkan
kemampuan profesionalnya, unit produksi dapat dikembangkan secara bisnis
menyerupai sebuah usaha/industri yang menghasilkan dana untuk membantu
praktik siswa. Sejak itulah mulai dilakukan pembelajaran/praktik untuk mata
pelajaran kejuruan dengan menggunakan unit produksi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VII  211
KURIKULUM PENDIDIKAN PERTANIAN
PADA MASA 1985 – 2004

A. KURIKULUM SMK (1994)

Sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem


Pendidikan Nasional, Kurikulum SMKTA Tahun 1984 perlu ditinjau kembali
untuk menyesuaikan-nya dengan undang-undang tersebut. Kelompok Kerja
Kurikulum Tingkat Pusat (Kelompok Kerja Kurikulum Dikmenjur dibantu
Kelompok Kerja Kurikulum PPPG Pertanian Cianjur) terbentuk pada tahun 1989
dan telah melakukan berbagai pertemuan dan kegiatan untuk menyusun dokumen-
dokumen kurikulum yang diperlukan.

Perubahan dari kurikulum kurikulum SMKTA – 1984 menjadi kurikulum SMK,


terutama didasarkan atas pertimbangan untuk menyesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan baru yang harus diikuti, perkembangan yang terjadi khususnya dalam
dunia ketenagakerjaan dan perkembangan pembangunan serta pertimbangan
kecenderungan perkembangan di masa datang.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dikembangkan dengan pendekatan


kebutuhan dunia kerja/industri, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk
memperoleh masukan dari dunia kerja/industri tentang kemampuan yang
diperlukan guna menunjang produktivitas dunia kerja/industri.

Kurikulum SMK 1994 yang dihasilkan pada dasarnya merupakan penyempurnaan


dari kurikulum SMKTA – 1984, melalui proses validasi kurikulum SMKTA 1984
yang antara lain sebagai berikut.

1. Validasi dimaksudkan merupakan proses pengujian/penilaian secara


sistematis untuk menentukan tingkat relevansi kemampuan tamatan dengan
tuntutan kebutuhan lapangan kerja.

2. Langkah-langkah validasi dilakukan sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  212
a. Merumuskan kemampuan tamatan yang ada dalam kurikulum SMKTA
– 1984, sehingga menjadi Profil Kemampuan Tamatan.

b. Merumuskan kembali profil kemampuan tamatan menjadi instrumen


validasi, pedoman wawancara dan pedoman observasi.

c. Melaksanakan kajian/validasi ke lapangan kerja / industri yang relevan


untuk setiap jenis program studi.

d. Menyempurnakan dan menetapkan (sementara) validasi setiap


kemampuan tamatan berdasarkan data hasil kajian.

e. Menguji keabsahan derajat validasi kemampuan tamatan melalui


forum Advisory Committee (responden survey diwakili oleh unsur dari
industri/lapangan kerja, wakil dari perguruan tinggi, wakil guru bidang
studi terkait, dan pengembang kurikulum (pusat, daerah, dan sekolah).

f. Berdasarkan hasil kajian pada forum Advisory Committee selanjutnya


dirumuskan rekomendasi terkait dengan profil kemampuan tamatan
tentang kesesuaiannya dengan kebutuhan dunia kerja.

g. Meskipun profil kemampuan tamatan hasil validasi telah ada, namun


harus dilengkapi dengan hal lain, mengingat bahwa misi SMK selain
menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah, juga harus dibekali
dengan kemampuan-kemampuan normatif dan adaptif juga
menggambarkan keutuhan karakteristik tamatan pendidikan menengah
kejuruan sebagai bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan
nasional. (sesuai dengan ketentuan yang digariskan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990).
Dalam proses pengembangan selanjutnya para pengembang juga harus
mempertimbang-kan pembekalan kemampuan normatif dan adaptif
sesuai dengan kebutuhan karakteristik program studi.

3. Kurikulum baru yang dihasilkan adalah kurikulum SMK dan sebagai


pengganti kurikulum SMKTA 1984 yang sedang berjalan, penggantian
berlaku mulai tahun ajaran 1994/1995 yang pelaksanaannya diumumkan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  213
sebelumnya guna memberi kesempatan sekolah-sekolah mempersiapkan diri
sebaik-baiknya.

4. Landasan hukum yang menetapkan secara resmi berlakunya kurikulum SMK


adalah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 080/U/1993,
tanggal 27 Februari 1993 tentang kurikulum SMK, maka secara resmi mulai
tahun ajaran 1994/1995 kepada semua SMK diberlakukan kurikulum bari
secara nasional, yaitu kurikulum SMK menggantikan kurikulum SMKTA
1984 yang selama ini digunakan.

5. Penyempurnaan kurikulum SMKTA 1984 menjadi kurikulum SMK (1994)


mengandung beberapa ciri khusus yang membedakan kurikulum SMK
sebelumnya, yaitu:

a. Setiap program studi, secara jelas mencantumkan profil dan daftar


kemampuan tamatannya, yang harus menjadi acuan utama dalam
menetapkan segala keputusan yang berhubungan dengan implementasi
dan pengembangan kurikulum tersebut di lapangan.

b. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) atau lazimnya disebut


Buku II, dibagi dalam 2 (dua) kategori, yaitu Buku II yang bersifat
umum dan berlaku sebagai standar nasional, dan Buku IIA sebagai
salah satu alternatif GBPP operasional yang dapat digunakan oleh
sekolah.

c. Pengorganisasian materi kurikulum dalam 2 (dua) kelompok besar,


yaitu: Program Umum untuk kelompok normatif dan Program
Kejuruan untuk kelompok adaptif dan produktif.
Dengan cara ini diharapkan terjadi fleksibilitas yang memadai dalam
menetapkan perbandinagn unsur adaptif dan produktif, agar lebih
sesuai dengan karakteristik setiap program studi dan tuntutan lapangan
kerja.

d. Satuan waktu belajar menggunakan caturwulan. Diharapkan dengan


rentang waktu yang lebih pendek, akan lebih mampu

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  214
mengakomodasikan dinamika perubahan yang secara terus-menerus
mengalami percepatan, sehingga memungkinkan tumbuhnya
kreativitas sekolah dalam meyusun program pendidikan secara dinamis
dan inovatif.

e. Alokasi waktu tidak diberikan sampai pada topik demi topik


sebagaimana kurikulum sebelumnya, tetapi hanya ada pada susunan
program berupa jumlah jam per minggu untuk setiap mata pelajaran.
Kalaupun pada Buku IIA tercantum jumlah jam pada setiap catur
wulan, angka tersebut hanya merupakan hasil perkalian dari jumlah
jam yang ada pada susunan program dengan jumlah minggu efektif
pada caturwulan yang bersangkutan.

Dengan demikian, setiap guru memiliki kebebasan dalam membagi waktu yang
tersedia terhadap topik-topik bahan kajian yang akan disajikan, demikian pula
pengaturan untuk teori dan praktik.

Perubahan kurikulum tersebut terutama didasarkan atas pertimbangan-


pertimbangan untuk menyesuaikan dengan ketentuan-ketentuan baru dalam UU
No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No. 29 tahun 1990
tentang Pendidikan Menengah, dan SK Mendikbud No. 0490/U/1992 tentang
Sekolah Menengah Kejuruan.

Pertimbangan lain ialah perkembangan yang terjadi khususnya dalam sektor


ketenaga-kerjaan dan pembangunan, serta kecenderungan yang akan terjadi di
masa depan. Kurikulum 1994 menggunakan pendekatan berbasis kompetensi
(competencies-based curriculum), yaitu segala sesuatu ditetapkan atas dasar
pertimbangan pencapaian kemampuan yang harus dikuasai lulusan berdasarkan
analisis jabatan yang ada di lapangan kerja.

Perbedaan pokok antara Kurikulum SMKTA 1984 dengan Kurikulum SMK 1994
diikhtisarkan berikut ini.

Hal baru yang ditekankan dalam Kurikulum SMK 1994 sebagai konsekuensi dari
pendekatan berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  215
ƒ Kompetensi dan standar kinerjanya (performance) ditetapkan bersama pihak
industri/ lapangan kerja sehingga dapat menghasilkan tingkat relevansi yang
lebih tinggi, dan sekolah dituntut untuk mampu menjalin kerjasama secara
melembaga dengan industri.

ƒ Proses pembelajaran tidak semata-mata diarahkan agar siswa siswa


menguasai materi pelajaran dan dapat mengerjakan sesuatu (seperti dalam
Kurikulum 1984), melainkan juga diarahkan kepada pemahaman aspek
mengapa (why) secara jelas, agar mereka memiliki daya-suai yang memadai
terhadap perkembangan yang terjadi PBM dilaksanakan dengan prinsip
learning by doing untuk meningkatkan rasa percaya diri, dcngan memper-
timbangkan kepentingan siswa secara individual.

ƒ Guru dituntut memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan


penyesuaian materi pelajaran secara kreatif dan dinamis; guru lebih
berkonsentrasi pada pengembangan bahan pelajaran daripada sekadar
menyajikan informasi/materi pelajaran; guru tidak lagi berperan semata-
mata sebagai pengajar dan sumber belajar, melainkan harus berani
mengubah dirinya dan bertindak sebagai fasilitator yang siap membantu
siswa.

Kurikulum 1994 menuntut sekolah untuk dinamis, aktif, dan banyak belajar dalam
melaksanakan perubahan-perubahan. Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini
menuntut adanya keserempakan tindakan di tingkat sekolah mengingat hal-hal
berikut ini.

ƒ Profil kemampuan lulusan seperti yang tercantum dalam Kurikulum 1994


merupakan standar nasional tentang kompetensi minimal yang harus dicapai
oleh lulusan, dan dalarn hal ini sekolah diberi kebebasan yang luas untuk
mencapainya.

ƒ PBM dilakukan di sekolah dan di dunia usaha/industri (DU/DI). Program


pembelajaran disusun bersama oleh sekolah dcngan DU/DI yang berarti
hubungan antara keduanya harus melembaga sebagai institusi pasangan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  216
Sekolah dituntut peranannya dalam menjajagi industri dan melaksanakan uji
coba gagasan-gagasan untuk menyempurnakan proses belajar-mengajar.

ƒ Karena pengembangan kerja sama antara sekolah dengan DU/DI tidak


mudah, Depdikbud membentuk Majelis Pendidikan Kejuruan Nasional
(MPKN), Majelis Pendidikan Kejuruan Provinsi (MPKP) di tingkat provinsi
(MPKP), dan Majelis Sekolah (MS) di tingkat sekolah yang anggotanya
mewakili berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan
kejuruan.

ƒ Pola penyelenggaraan pembelajaran menerapkan model Unit Produksi, yaitu


sebagian mata pelajaran keahlian kejuruan diberikan di sekolah dan sebagian
dilakukan di dunia kerja/industri. Di samping menjadi tempat pembelajaran
siswa dalam rangka menyiapkan mereka rnenjadi tenaga kerja yang
bermutu, Unit Produksi harus terus dikembangkan sebagai unit usaha bagi
sekolah untuk mendapatkan pemasukan tambahan.

ƒ Keberhasilan sekolah akan ditelusuri dari keterserapan lulusannya dan


kesesuaian pemenuhan persyaratan terstandar yang dituntut oleh industri.

ƒ Terjadinya perubahan sistem semester ke catur wulan; kegiatan belajar


meliputi kegiatan kurikuler dan ko-kurikuler.

ƒ Agar kegiatan belajar-mengajar dapat diselenggarakan secara efektif dan


efisien, diadakan bimbingan kejuruan.

PERANGKAT DOKUMEN KURIKULUM SMK

1. Buku I

Buku ini berupa Keputusan Mendikbud Nomor 080/U/1993 tentang


Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan, beserta lampirannya yang memuat
tentang Landasan, Program dan Pengembangan Kurikulum SMK.

a. Landasan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  217
Penjelasan tentang acuan dan pedoman yang digunakan dalam
mengembangkan kurikulum SMK.

b. Tujuan

Uraian tentang arah dan tujuan kurikulum SMK dan kegiatannya dengan
tujuan Pendidikan Nasional.

c. Program

Memuat penjelasan tentang kelompok dan jenis-jenis program studi yang


dikembangkan, lama belajar, pengelompokan dan susunan program
kurikulum.

d. Pelaksanaan

Memuat penjelasan tentang :

ƒ Kegiatan pengajaran
ƒ Pendekatan dan strategi belajar mengajar
ƒ Pola penyelenggaraan
ƒ Perpindahan sekolah

e. Penilaian

Memuat penjelasan tentang penilaian kegiatan dan kemajuan belajar siswa,


serta penilaian.

f. Pengembangan Kurikulum

Memuat penjelasan tentang prosedur dan mekanisme pengembangan


kurikulum, baik pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah
(sekolah).

2. Buku II

Buku ini berisi Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP), masing-


masing program studi memiliki buku tersendiri. Isinya meliputi hal-hal
sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  218
a. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan

Tujuan tersebut sebagaimana tertuang dalam Kepmen Dikbud Nomor


080/U/1993 tentang Kurikulum SMK.

b. Tujuan Program Studi

Memuat tujuan program studi yang bersangkutan.

c. Bidang Pekerjaan

Berisi daftar dan penjelasan tentang biang-biang pekerjaan yang dapat diisi
oleh tamatan program studi yang bersangkutan, baik saat ini maupun di
masa mendatang.

d. Kemampuan Tamatan

Berisi daftar kemampuan tamatan secara utuh, meliputi aspek normatif,


adaptif, dan aspek produktif (pragmatis).

Khusus untuk kemampuan keahlian kejuruan, daftar kemampuan ini


dilengkapi dengan chart profil kemampuan tamatan.

e. Susunan Program Kurikulum

Susunan Program Kurikulum berupa daftar pelajaran yang harus dipelajari


siswa, dilengkapi dengan alokasi beban belajar berupa waktu (jam) belajar
untuk setiap mata pelajaran per minggu (pada kurikulum lama disebut
Struktur Program).

Susunan program ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu komponen umum
dan komponen program kejuruan.

f. Deskripsi (Singkat) Mata Pelajaran


Berisi pemerian setiap mata pelajaran, meliputi pengertian, fungsi,
tujuan, dan ruang lingkup.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  219
3. Buku II A

Buku ini berisi uraian lebih lanjut dari Buku II, khususnya pada bagian
deskripsi setiap mata pelajaran dilengkapi dengan:

a. Tujuan untuk setiap tingkat


b. Uraian materi setiap lingkup materi yang ada pada Buku II
c. Rincian pembelajaran

4. Buku III

Buku ini merupakan pedoman dan/atau petunjuk umum tentang bagaimana


kurikulum SMK dilaksanakan.

Dilihat dari jenis dokumen kurikulum SMK tidak banyak berbeda dengan
kurikulum sebelumnya, tetapi dilihat dari isi dokumennya terdapat perbedaan-
perbedaan yang menonjol terutama isi Buku II, Buku II A, dan Buku III. Di
samping perbedaan tersebut, kurikulum SMK ini mempunyai ciri khusus.

KARAKTERISTIK KURIKULUM SMK

Landasan dan Rasional

PP Nomor 29 tahun 1990, pasal 3 ayat (2) menegaskan, bahwa tujuan pendidikan
menengah kejuruan terutama menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja
dan mengembangkan sikap profesional.

Agar tamatan memiliki kesiapan kemampuan untuk memasuki lapangan kerja,


maka kurikulum sebagai wahana belajar, hendaknya berisi seperangkat
kemampuan yang harus dipelajari dan dikuasai siswa sesuai dengan tuntutan
lapangan kerja. Karena itu, Kurikulum SMK dirancang dan dikembangkan dengan
mengacu terutama pada kemampuan yang harus dikuasai oleh tamatan.

Atas dasar landasan dan rasional tersebut, maka Kurikulum SMK disusun dengan
pendekatan Kompetensi, dengan pengertian sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  220
a. Kompetensi atau biasa dialihbahasakan menjadi kemampuan, adalah
seperangkat tindakan intelejen dan tanggung jawab yang harus dimiliki
seseorang sebagai prasyarat untuk dianggap mampu dan sekaligus
berkewenangan melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu;
b. Sifat intelejen ditunjukkan dalam bentuk kemahiran atau kebisaan
melakukan tindakan yang diperlukan. Sedangkan tanggung jawab
ditunjukkan dalam kebenaran melakukan tindakan tersebut, dilihat dari
kaidah ilmu pengetahuan, teknologi, dan norma atau etika yang terkait
dengan tindakan itu;
c. Pengembangan kurikulum berdasarkan kompetensi diartikan sebagai
suatu proses pengembangan kurikulum yang didasarkan pada
kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah mereka tamat.
Berdasakan jabaran kemampuan tersebut, baru kemudian komponen-
komponen kurikulum ditetapkan;
d. Dengan pendekatan tersebut, kurikulum SMK diharapkan berisi bahan-
bahan kajian serta cara pembelajaran yang benar-benar mendukung
pencapaian penguasaan kompetensi yang diharapkan secara efektif.

Sedangkan ciri-ciri dari kurikulum yang menggunakan dasar kompetensi


adalah:

a. Keberadaan materi atau bahan ajaran, didasarkan atas pertimbangan


tuntutan pencapaian kemampuan kerja, yang diperoleh melalui analisis
jabatan (sangat berbeda dengan hasil analisis yang didasarkan pada
pendekatan disiplin keilmuan).
b. Rumusan kompetensi yang harus dikuasai siswa dinyatakan dalam
bentuk profil kemampuan, bukan dalam bentuk rumusan kemampuan
kognitif, psikomotor dan afektif secara terpisah.
c. Fokus belajar siswa adalah penguasaan standar kompetensi yang
dipersyaratkan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  221
d. Mengupayakan kebermaknaan hasil belajar siswa dengan
mengintegrasikan teori dan praktik secara fungsional.
e. Terdapat keluwesan waktu belajar untuk mencapai standar yang
diharapkan, sesuai dengan kepentingan individu siswa.
f. Kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada prinsip learning by
doing.
g. Keberhasilan belajar siswa, ditetapkan oleh tingkat penguasaan
kompetensi yang dipersyaratkan, atau dengan kata lain menggunakan
pendekatan mastery learning melalui Penilaian Acuan Patokan (PAP).
Jadi bukan melaluiperbandingan rata-rata yang biasanya menggunakan
pendekatan Penilaian Acuan Normal (PAN).

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan


kompetensi adalah:

a. Kompetensi dan standar penguasaannya (performansi) ditetapkan


bersama dengan pihak industri/lapangan kerja, karena itu secara umum
akan memiliki tingkat relevansi yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Ada keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara hal-hal yang
dipelajari siswa dengan hal-hal yang ada dan terjadi di lapangan kerja.
c. Prinsip learning by doing dalam proses belajar dapat meningkatkan
rasa percaya diri siswa secara positif.
d. Proses pembelajaran mempertimbangkan kepentingan siswa secara
individual, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal.
e. Proses belajar siswa tidak harus selalu di kelas/bengkel sekolah, tetapi
dapat terjadi di industri/lapangan kerja, terutama dalam bentuk
magang.
f. Guru lebih berkonsentrasi pada pengembangan bahan pelajaran,
daripada sekadar menyajikan informasi/materi pelajaran.
g. Ada alasan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menyakinkan
pihak lapangan kerja tentang kemampuan yang dimiliki oleh tamatan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  222
Konsekuensi atau kewajiban yang harus dipenuhi agar penggunaan pendekatan
kompetensi berhasil, adalah:

a. Dituntut kemauan dan kemampuan para pelaksana di lapangan untuk


melakukan penyesuaian materi pelajaran secara kreatif dan dinamis.
b. Perkembangan IPTEK sangat mempengaruhi teknik dan teknologi
kerja yang ada di lapangan kerja. Oleh karena itu kompetensi harus
dikaji ulang secara berkala agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi.
c. Proses pembelajaran tidak semata-mata diarahkan agar siswa
menguasai bagaimana mengerjakan sesuatu (know how), tetapi juga
perlu diarahkan kepada pemahaman aspek mengapa sesuatu terjadi
(know why) secara jelas, agar mereka memiliki daya suai (adaptable)
yang memadai terhadap perkembangan yang terjadi.
d. Guru tidak lagi berperan semata-mata sebagai pengajar dan
menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar siswa. Perlu
keberanian dan kemauan untuk mengubah persepsi dirinya menjadi
fasilitator yang siap membantu siswa, agar mereka dapat belajar.
e. Perlu dukungan hubungan industri yang lebih terjamin, agar secara
bersama-sama dapat menjadi sumber belajar yang siap dimanfaatkan
oleh siswa.

PELAKSANAAN KURIKULUM SMK


1. Pengelompokan Program
Mengingat begitu banyaknya ragam keahlian kejuruan dan teknologi, maka
berdasarkan hasil analisis terhadap jabatan /bidang-bidang pekerjaan yang ada
dan berkembang di lapangan kerja, program pendidikan di SMK dibagi
menjadi 6 (enam) kelompok besar, yaitu:
a. Kelompok Pertanian dan Kehutanan
b. Kelompok Teknologi dan Industri
c. Kelompok Bisnis dan Manajemen
d. Kelompok Kesejahteraan Masyarakat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  223
e. Kelompok Pariwisata
f. Kelompok Seni dan Kerajinan
Selanjutnya, setiap kelompok terdiri atas beberapa jurusan, dan setiap
jurusan terdiri atas beberapa program studi.

2. Keterpaduan Teori dan Praktik


a. Keragu-raguan alokasi waktu dan keterpaduan teori dan praktik sudah
tidak terjadi lagi, karena alokasi waktunya pun hanya pada tingkat mata
pelajaran, sedangkan pembagiannya untuk setiap bahan kajian,
perbandingan antara teori dan praktik, sepenuhnya diserahkan kepada
pelaksanaan di lapangan.
b. Setiap guru memiliki kebebasan untuk menetapkan alokasi waktu secara
proporsional dan fleksibel sesuai dengan tuntutan nyata pencapaian
penguasaan kemampuan sehingga unsur-unsur bahan kajian yang
dipelajari siswa akan benar-benar padu serasi dan memiliki keterkaitan
fungsional yang saling menunjang.
c. Dengan demikian, diharapkan keterpaduan itu tidak hanya ada pada
tahap desain dan dokumentasi kurikulum, tetapi dapat diwujudkan
secara nyata pada implementasi dan pengalaman belajar siswa.

3. Orientasi Kepada Proses dan Produk


• Walaupun hakikat pendekatan kompetensi yang digunakan dalam
pengembangan lebih menitikberatkan pada sisi tingkat pencapaian
kemampuan akhir sebagai hasil belajar siswa (product oriented), tetapi
dalam rangka upaya menanamkan nilai-nilai etos kerja secara positif,
rancangan kurikulum SMK tetap memberikan perhatian yang
proporsional terhadap proses pembelajarannya. Hal ini diyakini
sepenuhnya, bahwa sikap dan etika kerja yang baik hanya dapat dibina
dengan baik melalui proses belajar pembiasaan (habit forming).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  224
• Keseimbangan perhatian terhadap proses dan produk ini terutama harus
menjadi perhatian pihak pelaksana di lapangan, mulai dari desain/rencana
pelajaran, pelaksanaan proses belajar-mengajar, sampai pada penilaian.

4. Belajar Melalui Pengalaman/ Learning by Experiance


Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan sekaligus
terkait dengan kebutuhan nyata di lapangan kerja, sejak awal kurikulum SMK
sengaja dirancang lebih banyak memberikan kesempatan belajar melalui
pengalaman nyata di lapangan pekerjaan.
Niat tersebut diwujudkan dalam bentuk:
a. Pendekatan Kompetensi sehingga melahirkan profil kemampuan tamatan
yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum di lapangan. Dengan acuan profil kemampuan tamatan
tersebut, memungkinkan SMK menggunakan berbagai pola
penyelenggaraan pendidikan tanpa harus terpaku pada pola
konvensional.
b. Penambahan waktu untuk kegiatan PKL (Pengalaman Kerja Lapangan)
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan intrakurikuler
sehingga memungkinkan setiap siswa memperoleh pengalaman kerja
rata-rata lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

5. Standar Minimal Nasional


• Profil kemampuan tamatan adalah standar nasional kompetensi yang
harus dicapai. Oleh karena itu sebagaimana dikehendaki UU Nomor 2
tahun 1989 pasal 38, diberikan keleluasaan kepada pihak sekolah untuk
menyesuaikan materi kurikulum yang diberlakukan secara nasional
terhadap keadaan dan tuntutan kebutuhan lingkungan lapangan kerja
secara dinamis. Dengan kata lain, kurikulum SMK yang diberlakukan
secara nasional, pada dasarnya merupakan standar minimal yang masih
dikembangkan lebih lanjut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  225
• Dengan karakteristik seperti itu, kurikulum SMK memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Sederhana: Hanya berisi prinsip-prinsip umum, dan dapat
dikembangkan lebih lanjut secara dinamis.
b. Luwes (fleksibel): Dapat disesuaikan terhadap kondisi dan tuntutan
kebutuhan lapangan kerja setempat, termasuk penggunaan sumber
daya pendidikan yang ada di luar sekolah.
c. Dinamis: Dapat dikembangkan secara berkelanjutan, sehingga lebih
akomodatif dan antisipatif terhadap perubahan yang terjadi di
lapangan kerja dan perkembangan IPTEK.
d. Relevan: Dengan daya suai seperti di atas, akan mampu
mengakomodasi segala tuntutan kebutuhan dan kondisi secara
dinamis, termasuk tuntutan kebutuhan akibat perubahan yang
bersifat situasional maupun yang bersifat transaksional. Dengan sifat
tersebut, diharapkan kurikulum SMK akan memiliki tingkat
relevansi cukup tinggi.

• Jika sifat-sifat tersebut dapat diwujudkan dalam pelaksanaan di sekolah


secara memadai, hal yang ada dan terjadi di SMK akan selalu memiliki
keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) dengan apa yang ada dan
terjadi di lapangan kerja.

6. Penyesuaian Pelaksanaan Kurikulum


Pasal 15 ayat (5) dan (6) PP Nomor 21 tahun 1990, menyatakan bahwa
penyesuaian kurikulum terhadap keadaan dan tuntutan kebutuhan lingkungan
berupa penyesuaian bahan kajian dan atau mata pelajaran. Oleh karena itu
SMK dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian secara kreatif dan dinamis
dalam menyelenggarakan program pendidikan, tanpa harus mengurangi
tuntutan minimal kurikulum yang berlaku secara nasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  226
PRINSIP-PRINSIP
• Penyesuaian kurikulum SMK dimaksudkan untuk lebih meningkatkan
kebermaknaan dan efektivitas hasil belajar siswa. Acuan dalam
melaksanakan penyesuaian adalah profil kemampuan tamatan program
studi yang bersangkutan dan penyesuaian hanya berlaku pada
komponen program kejuruan.
• Pelaksanaan penyesuaian dilaksanakan oleh guru-guru bidang studi
yang bersangkutan bersama-sama dengan pihak industri/lapangan kerja
pemakai tamatan. Hal ini dilakukan setelah melalui analisis
kesenjangan (validasi) antara isi kurikulum dengan tuntutan kebutuhan
lapangan kerja dan analisis instruksional.
• SMK dapat melakukan penyesuaian sendiri, atau bersama-sama dengan
SMK lain yang memiliki karakteristik dan kebutuhan kontekstual yang
sama, dengan memperhatikan mekanisme kerja sistem pengelolaan
kurikulum yang berlaku. Penyesuaian tidak boleh mengurangi bobot
kurikulum dan tidak melebihi beban belajar 50 jam/minggu @ 45
menit.
• Penyesuaian terhadap lingkungan mengandung pengertian kesesuaian
dan kesepadanan. Oleh karena itu harus selalu dikaitkan secara
kontekstual terhadap lingkungan dunia kerja yang relevan.

7. Persiapan dan Pelaksanaan PBM (Proses Belajar-mengajar)


• Persiapan mengajar dibuat oleh guru dan merupakan skenario peran
dan aktivitas guru dan siswa dalam interaksi belajar-mengajar.
Persiapan dalam bentuk satuan pelajaran, dan lembar pengajaran
(instructional sheets). Satuan pelajaran memuat tujuan, materi, metode,
rincian, waktu, alat dan bahan yang diperlukan serta pelaksanaannya.
• Materi praktik dilengkapi dengan lembar pengajaran (lembar
informasi, lembar tugas, lembar pekerjaan, dan lembar penilaian).
• Pelaksanaan PBM, proses PBM diartikan secara luas, sehingga tidak
selalu berarti kegiatan di ruang kelas. Fokus utama PBM adalah

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  227
kegiatan belajar siswa. Peran guru lebih banyak sebagai fasilitator
sehingga yang penting adalah bagaimana siswa belajar dan bukan
bagaimana guru mengajar.
• Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Oleh karena itu perlu
mengoptimalkan sumber belajar yang tersedia agar dapat dimanfaatkan
oleh siswa. Guru dituntut dapat menunjukkan kebermaknaan materi
yang diajarkan, agar dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa secara
positif.
• Setiap PBM perlu ditindaklanjuti untuk perbaikan tingkat keberhasilan.
Oleh karena itu perlu ada tindak lanjut penilaian untuk dapat
mengungkapkan sejauh mana siswa telah belajar. Perlu pelaporan
tentang tingkat keberhasilan siswa untuk keperluan administrasi,
kepentingan orangtua siswa dan terutama siswa itu sendiri.

8. Penilaian Hasil Belajar


• PP Nomor 29 tahun 1990 pasal 19 dan 20 ayat (1) dan (2) menegaskan
bahwa perlu dilakukan penilaian terhadap kegiatan dan hasil belajar
siswa yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebagai bahan
pertimbangan dalam membantu perkembangan selanjutnya dan/atau
menetapkan keberhasilan belajarnya.
• Penilaian Hasil Belajar, yaitu penilaian yang dilakukan dalam jangka
satuan waktu tertentu; setiap akhir caturwulan, setiap akhir tahun
pelajaran, dan pada akhir tahun. Penilaian ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi (data), sebagai bahan pertimbangan dalam
menetapkan tingkat keberhasilan belajar siswa (sumative evaluation)
dalam jangka waktu tertentu.
• Penilaian hasil belajar pada program kejuruan, khususnya keahlian
kejuruan, lebih mengutamakan tes tindakan yang dapat mengungkapkan
tingkat penguasaan perfomansi siswa.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  228
• Penetapan keberhasilan belajar siswa pada komponen keahlian
kejuruan, didasarkan atas standar minimal tingkat penguasaan
kemampuan yang dipersyaratkan dan bersifat individual.
• Ujian profesi dan sertifikasi keahlian yang dilaksanakan bersama-sama
dengan dunia usaha, merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem
penilaian siswa SMK.

9. Pengalaman Kerja Lapangan (PKL)


• Lampiran I Kepmen Dikbud Nomor 080/U/1993, Bab IV, butir C.1,
memberikan arahan tentang pola penyelenggaraan pendidikan di SMK,
antara lain dapat berupa:
a. Melaksanakan sebagian kelompok mata pelajaran keahlian
kejuruan di sekolah, dan bagian lainnya di dunia usaha atau
industri.
b. Melaksanakan kelompok mata pelajaran kejuruan sepenuhnya di
masyarakat, dan dunia usaha.
• PKL (Pengalaman Kerja Lapangan) pada dasarnya merupakan kegiatan
intrakurikuler, harus dilaksanakan oleh setiap siswa secara individual.
• PKL terutama diarahkan agar siswa dapat:
a. Memperdalam dan memperluass penguasaan kemampuan
profesional kejuruan.
b. Menghayati suasana (iklim) kerja dalam situasi yang
sesungguhnya.
c. Menginternalisasi etos kerja secara positif.
• Sesuai dengan asas fleksibilitas kurikulum SMK, jadwal PKL dapat
disesuaikan dengan kondisi tuntutan kebutuhan setempat, dan tidak
harus selalu pada waktu sebagaimana yang tercantum dalam susunan
program.
• Memperhatikan aturan yang ada dan hakikat tujuannya, PKL dapat
diperluas menjadi bentuk Magang, yaitu perpaduan kegiatan belajar di

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  229
sekolah dan bekerja di industri/dunia usaha dalam satu kesatuan sistem,
untuk mencapai tingkat keahlian profesional tertentu.
• SMK dapat menyelenggarakan proses belajar-mengajar sebagian atau
seluruh komponen keahlian kejuruan dalam bentuk latihan kerja di
dunia kerja.
• Untuk mengoptimasikan kegiatan PKL, SMK perlu membentuk tim
yang dapat menangani secara profesional dan terkoordinasi dengan
kegiatan-kegiatan lain, seperti Unit Produksi, Kerja sama dengan Dunia
Usaha, dan Sertifikasi Keahlian.
• Perlu dirancang suatu sistem yang dapat menjamin keterlaksanaan
kegiatan PKL secara terarah, efektif, dan terkendali, seperti adanya
buku Jurnal Kegiatan PKL.
• Proses pembimbingan dan penetapan keberhasilan siswa yang
melaksanakan PKL, diatur dan ditetapkan bersama antara sekolah dan
dunia usaha/industri tempat PKL.

10. Bimbingan Kejuruan (BK)


Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, pasal 25 dan 26 menetapkan, bahwa
pada SMK dilaksanakan Bimbingan Kejuruan, yang meliputi:
a. Bimbingan secara umum
b. Bimbingan Karir Kejuruan, meliputi:
o Layanan terhadap calon siswa, agar memperoleh program
pendidikan yang sesuai.
o Layanan terhadap siswa, agar dapat mengembangkan dirinya
secara optimal.
o Layanan kepada tamatan, agar dapat memasarkan keahliannya
secara tepat dan dapat hidup mandiri.

Prinsip-prinsip Pelaksanaan BK
• Penyelenggaraan BK pada SMK terutama dimaksudkan untuk
membantu calon siswa, siswa, dan tamatan SMK agar memperoleh

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  230
layanan pendidikan yang sesuai, sehingga dapat mengembangkan
potensinya secara optimal, dan memanfaatkannya kesejahteraan dirinya,
serta bermanfaat dalam kehidupan masyarakat.
• Bimbingan secara umum dan Bimbingan Karir Kejuruan adalah suatu
kesatuan utuh yang saling melengkapi. Bimbingan Kejuruan
diselenggarakan terintegrasi dalam proses belajar-mengajar pada SMK.
• Ada 3 (tiga) fungsi utama kegiatan BK yang harus direalisasikan:
a. Fungsi penyaluran
Memberikan layanan bimbingan agar calon siswa dan siswa
memperoleh program pendidikan yang benar-benar sesuai sehingga
dapat berkembang secara optimal, serta melayani tamatan agar
dapat memanfaatkan hasil belajarnya untuk meningkatkan tarap
hidup dan kebahagiaannya.

b. Fungsi penyesuaian
Memberikan pelayanan bimbingan agar siswa dan tamatan dapat
melakukan penyesuaian secara kreatif-positif (welladjusted)
terhadap situasi dan kondisi tertentu, baik dalam rangka belajar
maupun bekerja.

c. Fungsi pencegahan
Memberikan layanan bimbingan agar siswa dapat mengantisipasi
dan mengatasi kondisi dan situasi intern dan ekstern yang dapat
menghabat pengembangan dirinya.

11. Sertifikasi Keahlian dan Ujian Profesi


Landasan Pelaksanaan
a. Pasal 39 Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992 menegaskan, bahwa
SMK wajib menyelenggarakan ujian profesi.
b. Pasal 37 ayat (1) s.d. ayat (5) dan pasal 38 merinci secara jelas tentang
tatacara pelaksanaan sertifikasi keahlian dan ujian profesi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  231
c. Kurikulum SMK dikembangan dengan menggunakan pendekatan
kompetensi didasarkan atas perangkat kemampuan kerja yang
ditetapkan bersama dengan dunia usaha/lapangan kerja.
d. Pengakuan formal terhadap kemampuan yang dikuasainya akan dapat
meningkatkan rasa percaya diri tamatan SMK, khususnya dalam rangka
memasarkan keahliannya secara positif.

Prinsip Penyelenggaraan
• Sertifikasi keahlian kejuruan bagi tamatan dan siswa SMK, merupakan
bagian integral dari upaya peningkatan mutu proses dan hasil
pendidikan di SMK.
• Sertifikasi keahlian kejuruan dilakukan melalui Ujian Profesi yang
melibatkan unsur SMK, Dunia Usaha dan Industri/Asosiasi Profesi
yang relevan (atau lembaga lain yang dapat bertindak selaku asosiasi
profesi tertentu), dan wakil dari organisasi pekerja terkait.
• Uji profesi diusahakan bersifat komprehensif, sehingga dapat mengukur
secara nyata kemampuan peserta. Acuan utama adalah pencapaian
kompetensi seperti yang tercantum pada profil kemampuan di Buku II.
• Fungsi sertifikasi keahlian kejuruan dipandang sebagai:
a. Kesempatan untuk meyakinkan lapangan kerja, bahwa tamatan SMK
benar-benar memiliki kelayakan untuk bekerja, sekaligus memacu
SMK untuk meningkatkan mutu tamatan.
b. Perlindungan bagi konsumen pemakai tamatan SMK.
c. Kesempatan bagi tamatan dan siswa SMK, untuk memperoleh
pengakuan tentang keahlian yang dimilikinya.
• Sertifikasi keahlian melalui uji profesi merupakan kegiatan bersama
antara SMK, Asosiasi Profesi dan Dunia Usaha/lapangan kerja. Rintisan
pelaksanaanya diprakarsai oleh SMK.
• Sertifikasi keahlian melalui ujian profesi dilaksanakan sebagaimana
diatur pada pasal 37 dan 38 Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  232
• Sertifikasi keahlian melalui ujian keahlian standar industri/lapangan
kerja tertentu, dapat dilaksanakan dengan tatacara sebagai berikut:
a. Sertifikasi dan ujian keahlian dilaksanakan bersama-sama antara
SMK dan industri/lapangan kerja.
b. Materi dan tatacara pengujian ditetapkan bersama antara kedua
belah pihak.
c. Pelaksanaan sertifikasi dan ujian keahlian, tidak harus dikaitkan
dengan rekruitmen tenaga kerja untuk industri/lapangan kerja yang
bersangkutan.
d. Sertifikat keahlian sebagai tanda bukti lulus ujian keahlian,
ditandatangani bersama oleh SMK dan industri/lapangan kerja
yang bersangkutan.
e. Sertifikat keahlian yang dikeluarkan tidak berakibat lahirnya
kewajiban pihak industri/lapangan kerja pelaksana untuk menerima
peserta menjadi pegawai.

12. Kerja Sama SMK dengan Dunia Usaha


Landasan Pelaksanaan
a. Pendidikan pada dasarnya merupakan tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah {Penjelasan Pasal 25 ayat (1), UU
Nomor 2 tahun 1989}.
b. Pengadaan dan pendayagunaan sumber daya pendidikan dilakukan oleh
pemerintah, masyarakat, dan keluarga (pasal 33, UU Nomor 2 tahun
1989).
c. Penyelenggaraan sekolah menengah dapat bekerja sama dengan
masyarakat, terutama dengan dunia usaha dan para dermawan untuk
memperoleh sumber daya dalam rangka menunjang penyelenggaraan
dan pengembangan pendidikan {pasal 29 ayat (1), PP Nomor 29 tahun
1990}.
d. Kerja sama SMK dengan dunia usaha terutama bertujuan untuk
meningkatkan kesesuaian program SMK dengan kebutuhan dunia kerja

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  233
yang diusahakan dengan asas saling menguntungkan (Kepmendikbud
Nomor 0490/U/1992, pasal 32).
e. Ketercapaian tujuan SMK {Pasal 3 ayat (2) PP Nomor 29 tahun 1990}
antara lain ditentukan oleh sejauh mana terjadi sinkronisasi (Link and
Match) antara apa yang ada dan terjadi di sekolah, dengan apa yang ada
dan terjadi di dunia usaha/lapangan kerja.

Pelaksanaan Kerja Sama


a. Kerja sama SMK dengan dunia usaha dan/atau industri dilandasi oleh
prinsip-prinsip saling membantu, saling mengisi, dan saling melengkapi
untuk kepentingan bersama.
b. Pelaksanaan kerja sama SMK dengan dunia usaha, dimulai dari prakarsa
pihak sekolah dan secara bertahap mengarah kepada kondisi prakarsa
bersama antara pihak sekolah dengan dunia usaha.
c. Kerja sama SMK dengan dunia usaha terutama untuk menciptakan
kondisi yang kondusif agar terjadinya kesamaan persepsi, bahwa
keberhasilan SMK merupakan kebutuhan dan sekaligus tanggung jawab
bersama.
d. Isi kegiatan kerja sama SMK dengan dunia usaha, adalah sebagaimana
ditetapkan dalam Kepmendikbud Nomor 0490/U/1992 pasal 33.
e. Realisasi pelaksanaan kerja sama SMK dengan dunia usaha dapat
dirintis dan dikembangkan melalui kontak-kontak informal maupun
prosedur formal.
f. Agar tercipta kondisi yang kondusif untuk terjadinya kerja sama yang
baik,
diperlukan adanya:
a. Keinginan kuat secara positif pihak sekolah, memberi pengakuan
dan penghargaan (recognition) kepada pihak dunia usaha dan
industri dengan mengikutsertakan mereka dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan serta evaluasi sekolah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  234
b. Kemampuan sekolah meyakinkan pihak dunia usaha terutama
melalui tindakan nyata, bahwa dengan kerja sama tersebut mereka
akan memperoleh nilai tambah yang menguntungkan.
c. Keterbukaan dunia usaha dalam mendiskripsikan kebutuhannya.
d. Keberanian pihak sekolah yang dilandasi oleh tanggung jawab
moral yang tinggi, untuk menyesuaikan program-program kegiatan
pendidikan di sekolah terhadap tuntutan kebutuhan dunia usaha.
g. Agar kerja sama SMK dengan dunia usaha berjalan seperti yang
diharapkan, SMK menunjuk petugas khusus yang dinilai dapat
mewujudkan misi yang terkandung.

13. Penyelenggaraan Unit Produksi


Landasan
a. Untuk menyiapkan siswa SMK menjadi tenaga kerja, pada SMK dapat
didirikan unit produksi yang beroperasi secara profesional {Pasal 29 ayat
(2), PP Nomor 29 tahun 1990}.
b. Untuk memperoleh sumber pembiayaan, SMk dapat bekerja sama
dengan masyarakat, dunia usaha, dunia kerja, dan para dermawan
(Kepmen Dikbud No. 0490/U/1992, pasal 44).
c. Setiap SMk mengusahakan penyelenggaraan Unit Produksi (Kepmen
Dikbud Nomor 0490/U/1992, pasal 29).
d. SMK dapat memanfaatkan Unit Produksi yang beroperasi secara
profesional sebagai wahana pelatihan keahlian kejuruan (Lampiran I
Kepmendikbud Nomor 080/U/1993).

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan
a. Penyelenggaraan unit produksi di sekolah dimaksudkan untuk
mendapatkan keahlian profesional, yang hanya dapat diperoleh melalui
mengerjakan pekerjaan langsung sesuai dengan keperluan pasar.
b. Unit Produksi adalah suatu upaya mengoptimasikan sumber daya yang
dimiliki SMK, agar dapat meningkatkan nilai tambah yang dapat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  235
dimanfaatkan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan dan
peningkatan kesejahteraan warga SMK.
c. Unti Produksi dikelola secara profesional dengan menganut prinsip-
prinsip manajemen bisnis modern.
d. Penyelenggaraan Unit Produksi tidak boleh mengganggu kelancaran
kegiatan proses belajar-mengajar, tetapi harus menunjang.
e. Tujuan diadakannya Unit Produksi adalah sebagaimana tercantum dalam
Kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992, Pasal 29 ayat (1).
f. Lingkup kegiatan Unit Produksi terutama mengacu pada uraian kegiatan
sebagaimana tercantum dalam kepmen Dikbud Nomor 0490/U/1992,
Pasal 30.
g. Kegiatan Unit Produksi yang sudah layak, dapat dijadikan wahana
belajar sambil bekerja (learning by doing) bagi siswa SMK dan/atau
tempat magang bagi tamatan yang belum bekerja.
h. Keuntungan Unit Produksi dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
menunjang pelaksanaan PBM pada SMK, dan peningkatan kesejahteraan
warga sekolah secara proporsional.
i. Pembagian keuntungan hasil kegiatan Unit Produksi, diatur sesuai
kebutuhan manajemen secara proporsional.
j. Untuk mewujudkan misi Unit Produksi, SMK membentuk organisasi Unit
Produksi yang dilengkapi dengan tata kerja sesuai kebutuhan dan
personel yang dinilai dapat melaksanakan tugas dengan baik.

14. Majelis Sekolah (MS)


Landasan
a. Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1992, tentang Peranserta
Mayarakat dalam Pendidikan Nasional antara lain menegaskan:
b. Pasal 3
Peranserta masyarakat bertujuan mendayagunakan kemampuan yang
ada pada masyarakat bagi pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  236
c. Pasal 6
Peranserta masyarakat dapat dilakukan oleh perorangan, kelompok
atau badan yang bukan bagian dari pemerintah.
d. Pasal 10
Dalam rangak memperlancar peranserta masyarakat dlam
penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan nasional, pelaku
peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, dapat
mengadakan forum konsultasi, bekerja sama, dan berkoordinasi
antar penyelenggara satuan pendidikan.
e. Forum konsultasi sebagaimana diatur pada pasal 10 di atas perlu
diwadahi dalam suatu organisasi yang dapat mengakomodasi peran dan
fungsinya serta cukup luwes untuk menampung keragaman anggotanya,
tetapi cukup memadai untuk menjadi pendamping pimpinan sekolah
dalam menjalankan program pendidikan di SMK. Dengan pertimbangan
itu, forum itu disebut Majelis Sekolah.

Prinsip-prinsip Penyelenggaraan MS
a. Majelis Sekolah adalah suatu organisasi independen, yang
keanggotaannya terdiri atas perwakilan kelompok atau perorangan,
antara lain: Asosiasi Profesi, Wakil orangtua Siswa, Wakil Alumni, dan
Tokoh penting masyarakat, yang merasa berkepentingan dan memiliki
kepedulian terhadap SMK yang bersangkutan.
b. Misi utama keberadaan MS adalah bersama-sama SMK sebagai
penyelenggara pendidikan, melakukan upaya-upaya yang dapat
membantu meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan kejuruan.
c. MS terutama berfungsi untuk:
d. Menjadi partner pimpinan sekolah dalam penentuan kebijaksanaan
SMK, pada batas-batas yang tidak menyimpang dari kebijaksanaan
Depdikbud.
e. Memberikan bimbingan dan nasihat (advise) kepada SMK dalam upaya
menyempurnakan program pendidikan secara terus-menerus.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  237
f. Membahas isu-isu kebijaksanaan pendidikan menengah kejuruan, dan
kaitannya dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan
industri/lapangan kerja.
g. Menjadi agen promosi potensi sekolah, terutama dalam rangka
membangun citra SMK yang positif.
h. Membantu mencarikan jalan keluar dari berbagai hambatan yang
dihadapi SMK dalam rangka penyelenggaraan pendidikan.
i. Pada SMK tertentu yang belum memungkinkan adanya pembentukan
MS, peranan dan fungsi MS dapat disatukan dangan BP3 dengan cara
memperluas fungsi dan keanggotaan BP3.

15. Pembukaan dan Penutupan Program


a. Penjelasan Pasal 7, PP Nomor 29 tahun 1990 menegaskan:
• Sesuai dengan bentuknya, SMK menyelenggarakan program-
program pendidikan yang disesuaikan dengan jenis-jenis lapangan
kerja.
• Pada awal pendiriannya SMK perlu mempunyai sejumlah program
yang memungkinkan tamatannya memasuki lapangan kerja yang
tersedia.
• Program-program diharapkan senantiasa disesuaikan dengan
perkembangan lapangan kerja.
b. Lampiran I Kepmen Dikbud Nomor 080/U/1993, menegaskan bahwa
SMK menyelenggarakan program pendidikan yang sesuai dengan jenis-
jenis lapangan kerja.
c. Tingkat keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara apa yang
dipelajari siswa SMK dengan apa yang ada di lapangan kerja, diawali
dan bermuara pada kesesuaian jenis program studi yang diselenggarakan.
d. Untuk menjamin kesesuaian program studi yang diselenggarakan dengan
kebutuhan lapangan kerja dan kelangsungan penyelenggaraan, perlu
dikembangkan suatu mekanisme yang luwes (fleksibel) dalam prosedur
pembukaan dan penutupan program studi di SMK.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  238
Prinsip-prinsip Pelaksanaan
• Pada suatu SMk setiap saat memungkinkan dilakukan pembukaan dan
penutupan program studi, sebagai upaya menjaga tingkat kesesuaian
dengan tuntutan lapangan kerja, serta untuk menjamin kualitas dan
kelangsungan proses penyelenggaraan.
• Pembukaan dan penutupan suatu program studi, didasarkan atas hasil
studi kelayakan yang dilakukan secara terencana, cermat, dan sistematis.
• Data hasil studi kelayakan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengusulan pembukaan dan/atau penutupan program studi, setidak-
tidaknya meliputi:
a. Faktor eksternal, yaitu:
• Prospek pertumbuhan pembangunan
• Peta pengembangan wilayah, khususnya mengenai data
kependudukan dan ekonomi
• Peta persekolahan (Negeri dan Swasta)
• Kebutuhan tenaga kerja
• Animo calon siswa
• Jenis program studi yang telah ada
b. Faktor internal, yaitu:
• Fasilitas (sarana dan prasarana) yang tersedia
• Tenaga (khususnya guru)
• Kurikulum
• Keadaan siswa
c. Faktor pendukung, yaitu:
• Dukungan pemerintah daerah
• Dukungan industri/lapangan kerja
• Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya)

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  239
Pembukaan/penutupan program studi menempuh mekanisme kerja sebagai
berikut:
a. SMK bersama-sama dengan Majelis Sekolah (khususnya Dunia
Usaha/Industri) melakukan studi kelayakan, untuk menyusun
rasional pembukaan dan/atau penutupan suatu program studi.
b. Berdasarkan hasil studi kelayakan, SMK mengusulkan
pembukaan/penutupan program studi , melalui Kanwil Depdikbud
setempat, dalam hal ini Bidang Dikmenjur.
c. Usulan pembukaan/penutupan yang memenuhi syarat (dinilai dengan
kriteria tertentu), selanjutnya oleh Kanwil Depdikbud diteruskan ke:
• Direktur Pendidikan Menengah Kejuruan, untuk usul yang
diajukan SMK Negeri.
• Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, untuk usul
yang diajukan oleh SMK Swasta, dengan tembusan ke Direktur
Dikmenjur dan Direktur Sekolah Swasta.

Persetujuan dan/atau penolakan dilakukan sebagai berikut:


a. Direktur Dikmenjur atas nama Direktur Jenderal Dikdasmen
menyetujui dan/atau menolak usul yang diajukan SMK Negeri,
setelah mempelajari kelayakannya.
b. Direktur Jenderal Dikdasmen menyetujui dan/atau menolak usul
yang diajukan oleh SMK Swasta, setelah mempelajari rekomendasi
dari Direktur Dikmenjur dan Direktur Sekolah Swasta.

Persetujuan atau penolakan atas usul SMK, segera diinformasikan ke


sekolah pengusul melalui Kanwil Depdikbud yang bersangkutan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  240
GARIS-GARIS PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Uraian GBPP tidak diberikan untuk semua program studi hanya akan diberikan
sebagai contoh untuk program studi budidaya ikan yang akan dimuat di dalam
lampiran.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  241
LAMPIRAN:
URAIAN GBPP (BUKU II A) TERDIRI:

1. TUJUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


2. TUJUAN PROGRAM STUDI
3. SUSUNAN PROGRAM KURIKULUM
4. PROFIL KEMAMPUAN TAMATAN
5. POLA KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR
6. DESKRIPSI MATA PELAJARAN

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  242
B. KURIKULUM SMK EDISI 1996

Kurikulum SMK tahun 1994 yang telah dipersiapkan secara matang dan
disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum Pusat (Tim Dikmenjur dan PPPG
Pertanian Cianjur) bersama-sama dengan tim daerah (Bidang Dikmenjur
Provinsi dibantu sekolah) juga telah melibatkan nara sumber dari kalangan
dunia usaha dan industry. Karena dunia usaha dan industri jauh lebih cepat dari
pada kemajuan dunia pendidikan/sekolah maka upaya sekolah masih tetap
ketinggalan. Lebih-lebih pada saat diberlakukannya kurikulum SMK 1994
dunia dihadapkan pada era globalisasi dan perdagangan bebas. Pendidikan
Menengah Kejuruan yang memegang peranan penting dalam membantu
menyiapkan sumber daya manusia yang handal untuk menyediakan lapangan
kerja tingkat menengah akan berusaha keras untuk mencari solusi atau jalan
keluarnya, sungguhpun harus menghadapi tantangan yang besar.

Berdasarkan hal-hal tersebut serta atas saran-saran dan masukan dari dunia
usaha/ dunia kerja maka dinyatakan bahwa kurikulum SMK 1994 belum cukup
membekali siswa dengan kemampuan-kemampuan adaptif dan dinilai terlalu
sempit karena masih mengarah kepada pekrjaan-pekerjaan tertentu, sedangkan
seharusnya di dalam situasi kompetensi yang tinggi seperti keadaan sekarang,
tenaga kerja yang memiliki keahlian yang bervariasi akan memperoleh peluang
yang lebih besar untuk memenangkan persaingan dan mengambil manfaat dari
globlalisasi.

Berdasarkan kenyataan tersebut dan rekomendasi yang dihasilkan rapat kerja


kepala-kepala SMT Pertanian (Komitmen Linggarjati tahun 1995 dan
Komitmen Toraja tahun 1996) serta Rekomendasi Tenaga Ahli (Konsultan
Pengembangan Pendidikan Pertanian), maka dilakukan usaha penyempurnaan
kurikulum SMK 1994 agar mempunyai peran yang handal dalam situasi
tersebut. Kurikulum SMK 1994 disempurnakan menjadi kurikulum SMK edisi

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  243
1996 yang dikenal dengan sebutan kurikulum berbasis luas (Broad Based
Curriculum). Sasaran pokok yang ditetapkan untuk dicapai adalah:
1. Menyempurnakan Kurikulum SMK 1994 dengan mengembangkan
kurikulum dengan berbasis yang luas dimaksudkan memenuhi
kebutuhan (needs) pemakai tamatan jangkauan yang lebih luas.
2. Menggunakan pendekatan kurikulum dengan berbasis kompetensi , ini
diupayakan agar dapat memberi bekal penguasaan kemampuan
produktif yang dibutuhkan oleh dunia usaha/dunia kerja. Pendekatan
ini lebih ditekankan pada penguasaan bagaimana harus melakukan
suatu pekerjaan produktif sesuai dengan standar dunia usaha/dunia
kerja selanjutnya tuntutan dunia usaha/dunia industry tentang
kemampuan produktif yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan
menganalisis jabatan terhadap jabatan-jabatan yang diproyeksikan
akan menjadi pekerjaan tamatan.
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran menetapkan kebijakan keterkaitan
dan kesepadanan (link and match) dengan pembelajaran di dua tempat
(sekolah dan DU/DI) secara magang yang dibarengi usaha
mengembangkan pendidikan sistem ganda (PSG).
4. Meningkatkan unit produksi sebagai wadah PSG.
5. Meningkatkan hubungan kerjasama industri dalam bentuk institusi
perdagangan secara melembaga.
6. Memulai menerapkan tes kejujuran dan sertifikasi uji profesi.
Kebijakan pelaksanaan yang dianut adalah: (a) pelaksanaan pemelajaran
menerapkan kebijakan keterkaitan dan kesepadanan (link & match), dan
pembelajaran yang dilakukan di dua tempat (sekolah dan DU/DI) secara
magang ditingkatkan dengan menerapkan Pendidikan Sistem Ganda (PSG); (b)
semakin meningkatkan pengembangan Unit Produksi sebagai wadah PSG; (c)
meningkatkan hubungan kerja sama industri dalam bentuk Institusi Pasangan
secara melembaga; (d) menerapkan tes kejuruan dan sertifikasi uji profesi.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  244
Perubahan-perubahan yang terjadi pada kurikulum SMK 1994 menjadi
kurikulum SMK edisi 1996 adalah :
1. Pada kurikulum SMK 1994 diberikan dasar umum pertanian pada
tingkat satu masing- masing program studi sesuai keperluannya (untuk
program studi Perikanan diberi dasar pertanian perikanan saja, untuk
program studi Peternakan diberi dasar perikanan peternakan saja dsb,
disini tidak ada kelas bersama). Pada kurikulum edisi 1996 diberikan
dasar umum pertanian secara luas dan kepada semua siswa tingkat satu
(kelas bersama).
2. Adanya porsi pembelajaran yang lebih luas diberikan berkaitan dengan
kemampuan-kemampuan adaptif(berkaitan dengan kemapuan
matematis dan sains).
3. Adanya penambahan kemampuan yang berkaitan dengan informatika
pertanian( penguasaan dan penggunaan informasi yang berkaitan
dengan kegiatan pertanian).
4. Untuk dapat melaksanakan perubahan- perubahan tersebut diperlukan
penambahan jam belajar per-minggu dari semula pada kurikulum
SMK 1994, 42-44 jam/minggu pada kurikulum SMK edisi1996, 50
jam/minggu.

Selanjutnya perubahan-perubahan yang termuat pada kurikulum SMK edisi


1996 seperti termuat dibawah ini :

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  245
Gambar 1. Pola kurikulum SMK Pertanian edisi 1996 dengan Pendekatan BBC
pada Awal Program dan Pendekatan Kompetensi pada Akhir Program.

Tk. III A B C D E F G H I J K L M N O
(Program
Spesialisasi)

Tk. II
Jurusan Jurusan Jurusan Jurusan Jurusan
(Program
Jurusan) B. Tanaman B. Ternak B. Ikan THP MP

Tk. III
Kelas Bersama
(Program pertanian
secara umum) (Belum dijuruskan)

KETERANGAN :
A, B, C : Paket - paket kejuruan budidaya tanaman *)

D, E, F : Paket- paket kejuruan budidaya ternak *)

G, H, I : Paket- paket kejuruan budidaya ikan *)

J, K, L : Paket- paket kejuruan teknologi hasil pertaninan

*)
M, N, O : Paket- paket kejuruan mekanisasi pertanian *)

*) Jenis paket kejuruan secara lengkap untuk seluruh jurusan tercantum dalam
Tabel 1.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  246
Gambar 2. Perbandingan persentase jumlah jam pelajaran per minggu pada
kurikulum SMK Pertanian edisi 1996 .

PROFESIONAL KEJURUAN PERTANIAN


(20 %) ( 20 %) (SPESIALISASI/ PAKET KEJURUAN)
(60 %)
N A
O D
R A LANJUTAN KEJURUAN PERTANIAN
M (20 %) P (30 %) (JURUSAN )
A T (50 %)
T I
I F
F (20 %) ( 30 %) DASAR KEJURUAN PERTANIAN
(UMUM)
(50 %)

TINGKAT III
TINGKAT II
TINGKAT I

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  247
Gambar 3.
Perbedaan Kurikulum SMK Pertanian 1994 dan Kurikulum SMK Pertanian edisi
1996
JUMLAH JAM BELAJAR
NO MATA KELAS 1 KELAS II KELAS III TOTAL
PELAJARAN LAMA BARU LAMA BARU LAMA BARU LAMA BARU PERUBAHAN

A. NORMATIF 10(360) 10(360) 10(360) 10(360) 10(360) 10(210) (1040) (990) - 4,81 %

B. ADAPTIF

1. Matematika 4(144) 3(108) 2 (72) 3(108) 2 (68) 3 (63) (284) (279) - 1,76 %
2. Biologi 6(216) 3(108) - 3(108) - 2 (42) (216) (258) +19,44 %
3. Fisika 6(216) 3(108) - 3(108) - 2 (42) (216) (258) +19,44 %
4. Kimia 6(216) 3(108) - 3(108) - 2 (42) (216) (258) +19,44 %
5. Bahasa Inggris 3(108) 3(108) 2 (72) 3(108) 2 (68) 2 (42) (248) (258) +4,03 %
PRODUKTIP

C. Keterampilan
Produktip
1. Pertanian 13(468) 23(828) 24(864) 18(648) (32x13) (29x21) (2336) (2462) +17,08 %
+(28x21 +(50x13
Pengelolaan )=(1004) )=(1259)
Usaha (6x13)+ - -
2. Pertanian - - 4(144) - (8x8)=(1 (286)
Agribisnis 42)
Informatika - - (216)
3. Pertanian - 2 (72) - 4(144) -
4. - - - (108)
JUMLAH JAM - - 3(108) -
BELAJAR 42(1428) 50(1700) (5300)
50(1800) 42(1512) 50(1800) (4524) +17,0 %
44(1584)

Catatan:
Pada Kurikulum SMK Pertanian (!994), jam belajar pada saat siswa praktek
industri/ belajar di dunia kerja tetap dihitung sebagai jam belajar efektif. Pada
Kurikulum SMK Pertanian edisi 1996 hal ini tidak dihitung.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  248
Pembelajaran di Sekolah
Kurikulum SMK Pertanian yang disempurnakan (Kurikulum SMK edisi 1996)
mempunyai beberapa ciri khusus yang membedakan dengan Kurikulum SMK
Pertanian (1994) sebelumnya. Salah satunya adalah misi pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar di kelas I, yang diikuti oleh setiap siswa (tingkat bersama),
mempunyai misi untuk memberikan kemampuan dasar kejuruan pertanian yang
kuat, termasuk di dalamnya dasar-dasar berproduksi dan agribisnis, suatu hal yang
tidak ada pada Kurikulum SMK Pertanian sebelumnya. Kelas II, saat siswa
terpilah ke dalam jurusan yang telah dipilihnya, mempunyai misi pembelajaran
untuk membekali kemampuan lanjutan yang sesuai dengan jurusan. Sedangkan di
kelas III, saat siswa diberi kesempatan untuk memilih sejumlah paket kejuruan,
kegiatan belajar mengajar dimaksudkan untuk membekali kemampuan
profesional/kemampuan produktif yang diharapkan menjadi bekal yang siap
digunakan di dunia kerja.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar kejuruan pertanian di setiap tingkat adalah


sebagai berikut:
1. Tingkat I
Materi dasar kejuruan pertanian terdiri atas dua hal, yaitu dasar keilmuan
dan keterampilan dasar berproduksi. Pembelajaran keterampilan dasar
produksi menggunakan pendekatan belajar melalui pengalaman nyata,
belajar dengan memberikan pengalaman berhasil, belajar berbasis
produksi, belajar tuntas, dan belajar berbasis kompetensi khususnya dalam
hal menanamkan sikap kerja produktif yang benar.
Karena materi dasar kejuruan ini merupakan dasar kejuruan pertanian yang
bersifat umum (budi daya tanaman, budi daya ternak, budi daya ikan,
penanganan dan pengolahan hasil pertanian, dan mekanisasi pertanian,
maka pengajarnya merupakan satu tim yang terdiri atas beberapa guru dari
berbagai keahlian (spesialisasi). Tim pengajar dikoordinasi oleh seorang
koordinator, yang penentuannya dapat didasarkan atas tingkat kepentingan
dan penguasaan materi. Sebagai contoh pada bahasan tentang agroklimat,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  249
koordinatornya adalah guru mata pelajaran Budidaya Tanaman, sedang
guru mata pelajaran Budidaya Ternak, Budidaya Ikan, Teknologi Hasil
Pertanian dan Mekanisasi Pertanian sebagai pendukung yang memberikan
masukan pada koordinator tentang kerterkaitan agroklimat dengan jurusan
yang bersangkutan.
2. Tingkat II
Pada tingkat II, siswa dikelompokkan dalam Jurusan Budidaya Tanaman,
Budidaya Ternak, Budidaya Ikan, Teknologi Hasil Pertanian dan
Mekanisasi Pertanian. Pada tingkat II materi yang dipelajari terfokus pada
hal-hal yang berkaitan dengan jurusannya.
Pembelajaran pada tingkat II juga menggunakan pendekatan belajar
melalui suatu pengalaman nyata, belajar dengan memberikan pengalaman
berhasil, belajar berbasis produksi, belajar tuntas, dan belajar berbasis
kompetensi khususnya dalam hal menanamkan sikap kerja yang benar.
3. Tingkat III
Pada tingkat III siswa diarahkan untuk memilih 2 sampai 4 paket kejuruan
yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Paket kejuruan yang
ditawarkan merupakan paket kemampuan produktif/profesional yang
dikembangkan atas dasar hasil analisis kebutuhan dunia kerja/ dunia usaha
di daerah/wilayah di tempat sekolah berada. Pembelajaran pada tingkat III,
menggunakan pendekatan belajar berbasis kompetensi, belajar berbasis
produksi, dan belajar tuntas.

Untuk mendukung seluruh tujuan pembelajaran, kegiatan belajar-mengajar SMK


Pertanian menerapkan pola belajar sepanjang hari. Pola belajar sepanjang hari
pada dasarnya merupakan pengaturan waktu pelaksanaan kegiatan belajar-
mengajar yang ditentukan oleh kebutuhan spesifik setiap bahasan/topik belajar.
Sebagai contoh, untuk kegiatan belajar mengolah tanah dilakukan pada pagi hari
sekitar pukul 06.30 sampai 10.30 atau sore hari sekitar pukul 15.00 sampai 17.00.
Kegiatan belajar menyadap karet dilakukan pada pagi hari sebelum matahari

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  250
terbit, karena pada saat tersebut tekanan cairan sel tinggi (turgor) dan lateks yang
dihasilkan tidak akan cepat menggumpal oleh panas matahari.
Jadwal belajar siswa bersifat fleksibel dengan pedoman bahwa dalam satu minggu
total jam belajar siswa adalah 50 jam pelajaran. Bagi siswa yang telah
melaksanakan kegiatan belajar pada malam hari, pada praktik pemijahan ikan,
atau siswa yang telah melakukan kegiatan belajar menjelang pagi, memandikan
sapi perah dan memerah susu, maka pada hari berikutnya jam belajarnya dapat
dikurangi sesuai dengan jumlah jam belajar yang telah digunakan pada malam
hari sebelumnya. Jadual mengajar guru juga bersifat fleksibel, dengan ketentuan
bahwa pada setiap minggunya jumlah jam mengajar antara 24 sampai dengan 30
jam pelajaran dan total jam bekerja per minggu adalah 37,5 jam.

Pembelajaran di Dunia Kerja


Pembelajaran di dunia kerja terutama dimaksudkan untuk pembelajaran paket-
paket kejuruan yang diprogramkan di tingkat III selama satu catur wulan.
Pembelajaran di dunia kerja dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Pembelajaran di dunia kerja yang dilaksanakan karena pertimbangan misi
pembelajaran yang mengarah pada pembentukan sikap, etos kerja, dan kiat
bekerja.
2. Pembelajaran di dunia kerja yang dilaksanakan karena keterbatasan
sumber daya yang dimiliki sekolah, baik sumber daya manusia (tidak
adanya tenaga guru yang menguasai materi/ bahan belajar) ataupun
sumber daya berupa fasilitas belajar.

Pembelajaran di dunia kerja antara lain dilaksanakan melalui strategi berikut:


1. Sekolah, melalui tim guru yang bersangkutan, menganalisis
kemampuan/kompetensi yang perlu dipelajari siswa di dunia kerja;
2. Sekolah bersama-sama dengan dunia kerja yang akan diminta bantuan
pelaksanaan pembelajarannya, menyusun program pembelajaran yang
akan dilaksanakan, meliputi: materi belajar, pembimbing dan sistem
pembimbingan, peraturan dan tata tertib selama siswa berada di dunia

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  251
kerja, jadwal belajar siswa, serta sistem penilaian/sertifikasi dan pelaporan
hasil belajar siswa;
3. Sekolah bersama dunia kerja yang bersangkutan menyepakati program
pembelajaran yang telah disusun bersama dengan mempertimbangkan
kemampuan awal yang dimiliki siswa yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja sebelum siswa melaksanakan pembelajaran di dunia kerja.
Pembekalan dapat dilaksanakan di unit produksi dan ‘unit belajar’
(learning/ teaching farm).

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN


Dokumen kurikulum SMK yang disempurnakan menjadi kurikulum SMK edisi
1996, ada yang relatif tetap, ada yang mengalami sedikit perubahan dan ada yang
mengalami banyak perubahan. Buku I relatif tetap (tidak mengalami perubahan),
Buku II yang berisi mata pelajaran yang bersifat umum dan berlaku sebagai
standar nasional juga tidak mengalami perubahan.
Perubahan terbanyak adalah pada Buku IIA yang memuat mata pelajaran kejuruan
(adaptif) seperti Matematika, Biologi, Fisika, Kimia. Mata-mata pelajaran ini
diperluas dan diperkuat karena diperlukan dukungannya sebagai dasar keilmuan
untuk kemampuan matematis dan sains. Jumlah jam per minggu ditambahkan,
demikian juga mata-mata pelajaran kejuruan keahlian (produktif) mengalami
banyak perubahan. Pada Kurikulum SMK tidak ada kelas bersama, pada
kurikulum SMK 1996 terdapat kelas bersama yang menerima mata pelajaran
dasar pertanian secara lengkap dan luas yang diberikan kepada semua siswa
tingkat I, meliputi: Dasar Pertanian Budidaya Tanaman, Dasar Budidaya Ternak,
Dasar Budidaya Ikan, Dasar Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian, dan
Dasar Alat/Mesin Pertanian.
Pada Buku III (Pedoman Pelaksanaan Pendidikan) mengalami perubahan yang
bersifat peningkatan dan pemantapan, seperti memantapkan dan meningkatkan
kerja sama sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), peningkatan
unit produksi agar menjadi wahana latihan kerja sekaligus menjadi usaha
ekonomi, peningkatan pelembagaan sertifikasi dan uji profesi dengan DU/DI.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  252
Uraian mengenai GBPP (Buku II A) tidak diberikan secara lengkap untuk semua
jurusan dan hanya akan diberikan contoh untuk Program Studi Budidaya
Tanaman, meliputi:
Tujuan SMK Pertanian
1. Tujuan Jurusan Budi Daya Tanaman
2. Bidang Pekerjaan Tamatan
3. Susunan Program Kurikulum
4. Profil Tamatan Tingkat I
5. Profil Tamatan Tingkat II
6. Profil Tamatan Tingkat III

Seluruhnya dilampirkan secara dokumen untuk Jurusan Budi Daya Tanaman.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  253
LAMPIRAN

ISI GBPP KURIKULUM SMK EDISI 1996 tentang :

• TUJUAN SMK PERTANIAN


• TUJUAN JURUSAN BUDI DAYA PERTANIAN
• BIDANG PEKERJAAN TAMATAN
• SUSUNAN PROGRAM KURIKULUM
• PROFIL KEMAMPUAN TAMATAN
• UNTUK TINGKAT I
• UNTUK TINGKAT II
• UNTUK TINGKAT III
( LENGKAP DENGAN DESKRIPSI MATA
PELAJARAN , JUMLAH JAM DAN DIBERIKAN
PADA CATUR WULAN BERAPA).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  254
C. KURIKULUM SMK EDISI 1999
Meskipun Tim Pengembang Kurikulum Pusat bersama Tim Pengembang
Kurikulum Daerah telah berhasil menyempurnakan Kurikulum SMK (1994)
menjadi Kurikulum SMK edisi 1996 yang memuat ketentuan penting dan
mempunyai kelebihan, namun karena pesatnya perkembangan dunia usaha dan
dunia industri maka sering tetap ketinggalan. Dari hasil validasi dan berdasarkan
pengamatan di lapangan dinilai bahwa Kurikulum SMK edisi 1996 belum
sepenuhnya dapat mengakomodasi perubahan dan kemajuan yang terjadi di dunia
kerja.
Di sisi lain, Kurikulum SMK edisi 1996 belum dapat mengakomodasi perubahan-
perubahan di dunia kerja dan memerlukan penyesuaian dan penjabaran agar dapat
memenuhi tuntutan dunia kerja serta agar dapat lebih operasional dan optimal
dilaksanakan. Hal lain adalah kondisi kerjasama dengan DU/DI belum optimal
dan belum dilaksanakan secara melembaga. Demikian juga uji profesi dan
sertifikasi industri belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai tujuan.
Permasalahan lain adalah mahalnya pembiayaan pelaksanaan pada kelas bersama
dalam rangka pendekatan Broad-Based Curriculum.
Kondisi dan kenyataan tersebut diatas mendorong dilakukannya penyempurnaan
Kurikulum SMK edisi 1996 menjadi Kurikulum SMK edisi 1999.
Penyesuaian dan penyempurnaan Kurikulum SMK edisi 1996 menjadi
Kurikulum SMK edisi 1999 dilaksanakan masih dalam rangka pelaksanaan
Keputusan Menteri Pendiddikan dan Kebudayaan No. 0490/U/1993 tentang
Kurikulum SMK.
Langkah-langkah penyesuaian dan peningkatan Kurikulum SMK edisi 1996
menjadi Kurikulum SMK edisi 1999 antara lain sebagai berikut.
1. Kaji ulang dan validasi Kompetensi yang termnuat dalam Kurikulum edisi
1996 bersama dengan DU/DI.
2. Perlu dilakukan penyesuaian dan penjabaran kurikulum dengan tujuan
agar kurikulum mantap dan sesuai untuk dijadikan acuan pembelajaran
nutuk memenuhi tuntutan dunia kerja yang terus berkembang serta lebih
operasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  255
3. Seiring dengan usaha peningkatan Pendidikan Sistem Ganda, kerjasama
sekolah dengan DU/DI diusahakan melembaga. Demikian juga
melembagakan uji profesi dan sertifikasi, serta peningkatan dan
pengembangan unit Produksi sebagai wahana praktik kerja industri di
sekolah.
4. Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan kebijakan ‘keterkaitan dan
kesepadanan’ (Link and Match) yang bertujuan untuk mendekatkan
pendidikan dengan dunia kerja, maka peran dan fungsi Majelis Pendidikan
Nasional ( MPKN) terus ditingkatkan.

UPAYA PENINGKATAN DAN PEMBELAJARAN (KURIKULUM SMK


EDISI 1999)
Upaya peningkatan pembelajaran guna dapat membekali tamatan dengan
kompetensi yang sesuai dan dibutuhkan dunia kerja (DU/DI) sudah dilaksanakan
sejak diberlakukannya Kurikulum SMK (1994) diteruskan dalam pelaksanaan
Kurikulum SMK edisi 1996 dan akan terus dimantapkan dalam pelaksanaan
Kurikulum SMK edisi 1999 secara lebih intensif.
Dalam rangka menjamin pencapaian tujuan pendidikan SMK Peranian,
pemahaman setiap guru atas karakteristik kurikulum yang digunakannya perlu
terus dipantau.
Pembelajaran dengan menggunakan kurikulum SMK, sejak Kurikulum SMK
1994 adalah pendidikan dengan Sistem Ganda (PSG), bentuk pembelajaran di dua
tempat di sekolah dan di industri atau di sekolah dan di Unit Produksi. Hal ini
dimaksudkan guna memberi pengalaman kerja kepada siswa sebagai upaya
mendekatkan ukuran keterampilan lulusan dengan kompetensi yang
dipersyaratkan oleh DU/DI.
Pembelajaran dengan pendekatan 6 model pembelajaran yang mulai
diperkenalkan pada Kurikulum SMK edisi 1996, pada Kurikulum SMK edisi
1999 pelaksanaannya akan ditingkatkan lebih intensif. Enam model pendekatan
pembelajaran tersebut adalah:

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  256
1. Pembelajaran Berbasis Produksi
a. Pada pembelajaran berbasis produksi setiap langkah dalam belajar
ketrampilan produksi telah dimasukkan pertimbangan usaha
berproduksi, serta efisiensinya sebagaimana yang terjadi di dunia
kerja nyata. Hal ini dimaksudkan agar dapat memberikan pengalaman
belajar siswa yang berwawasan dunia kerja (berorientasi pasar).
b. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis produksi, siswa atau
kelompok siswa ditempatkan pada tempat/posisi yang berbeda seperti
tenaga kerja di dunia kerja yang sesungguhnya. Setiap siswa
(kelompok siswa) mengerjakan pekerjaan yang berbeda namun
seluruh pekerjaan siswa (kelompok siswa) harus merupakan suatu
rantai produksi yang utuh. Hal ini dimaksudkan agar siswa
(kelompok siswa) memperoleh pengalaman belajar yang bernuansa
dunia kerja. Wahana tempat belajarnya dapat di industri atau di Unit
Produksi yang dibangun oleh sekolah.
c. Unit Produksi yang dibangun sekolah harus benar seperti layaknya
kegiatan usaha komersial. Di Unit Produksi ini dapat dikembangkan
Unit Belajar Produksi yang mencakup program keterampilan
produksi yang ditawarkan dalam kurikulum dan dimaksudkan sebagai
model kegiatan produksi.
2. Pembelajaran dengan Memberi Pengalaman Berhasil
a. Pembelajaran dengan memberikan pengalaman berhasil adalah
kegiatan belajar-mengajar berbentuk tugas yang dirancang dengan
tingkat keterlaksanaan tinggi, agar siswa dapat mengerjakan tugas
tersebut dengan peluang keberhasilan yang tinggi pula. Hal ini
dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi siswa serta motivasi
dalam menghadapi dan menyelesaikan tantangan.
b. Pelaksanaannya dilakukan dengan memberi tugas ketrampilan
produktif seperti: budidaya tanaman sayuran, palawija, tanaman hias
dan sebagainya, dan atau menugasi siswa (kelompok siswa) untuk
mengelola Unit Belajar Produksi di bawah bimbingan guru.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  257
3. Pembelajaran Berbasis Kompetensi
a. Pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran
yang dikembangkan atas dasar kompetensi tertentu yang diperoleh
dari hasil analisis jabatan terhadap jabatan-jabatan yang
diproyeksikan bagi tamatan SMK Pertanian. Kompetensi dapat
diartikan sebagai gabungan pengetahuan, keterampilan (keterampilan
psikomotor) dan sikap yang diterapkan seorang atau sekelompok
tenaga kerja dalam pelaksanaan suatu tugas di dunia kerja.
b. Pembelajaran berbasis kompetensi terutama diterapkan pada Tingkat
III, karena di Tingkat III penerapan kemampuan dasar telah diperoleh
di dalam kegiatan produksi dan menerapkan pembelajaran produksi
yang akan menjadi bekal untuk memasuki dunia kerja. Karena itu
pembelajaran di Tingkat III harus mendekati situasi dan kondisi dunia
kerja.
c. Kegiatan pembelajaran Tingkat III diarahkan kepada penguasaan
kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi kerja. Dengan
pembelajaran seperti ini diperlukan adanya latihan-latihan praktik
yang sesuai dengan kebutuhan dengan bahan ajar yang selalu
mengacu kepada kondisi dan kriteria yang dipersyaratkan dunia kerja.
4. Pembelajaran Tuntas
a. Sistem belajar tuntas adalah pola pembelajaran terstruktur, sehingga
perbedaan siswa secara individual memperoleh perhatian yang cukup
khususnya yang menyangkut kemajuan atau kecepatan belajar.
b. Guru merencanakan program pembelajaran secara utuh sehingga
struktur dan pentahapan kegiatan belajarnya menjadi jelas. Siswa
akan belajar sesuai dengan struktur dan pentahapan tersebut. Siswa
dinyatakan berhasil menyelesaikan satu kegiatan/tahapan belajar bila
siswa telah benar-benar menguasai tujuan belajar pada
kegiatan/tahapan tersebut. Bila telah menguasai kegiatan/tahapan
belajar tersebut siswa baru diperbolehkan melanjutkan kegiatan
belajar pada tahap berikutnya. Bagi siswa yang pandai dapat

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  258
menyelesaikan kegiatan belajarnya secara cepat dan tidak terganggu
dengan siswa yang kemampuannya kurang. Demikian juga
sebaliknya.
c. Pelaksanaan pembelajaran tuntas ini mempersyaratkan guru selalu
siap bila siswa memerlukan bantuan. Guru mengadakan remidiasi
terhadap siswa yang tingkat kemajuan belajarnya lambat.
5. Pembelajaran Melalui Pengalaman
a. Pembelajaran melalui pengalaman adalah pendekatan pembelajaran
yang didasarkan atas konsep bahwa siswa akan relatif lebih mudah
memahami serta lebih kuat dan lama menyimpan ingatan materi
belajar yang disajikan dalam bentuk nyata. Metode deduktif
merupakan metoda yang menerapkan prinsip belajar melalui
pengalaman. Metode ini membantu belajar siswa untuk mengamati,
mengukur, mencoba, membandingkan, merasakan, serta memberi
perlakuan yang nyata.
b. Pembelajaran melalui pengalaman dimaksudkan untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan belajar-mengajar yang ditandai dengan tingginya
tingkat pemahaman.
c. Pendekatan pembelajaran melalui pengalaman lebih tepat untuk
Tingkat I dan II. Karena pada tingkat tersebut program pembelajaran
lebih ditekankan pada penguasaan konsep dasar umum (seperti
konsep-konsep matematika, fisika, kimia, biologi) serta konsep dasar
kejuruan pertanian (konservasi lahan, pemupukan, dasar-dasar
penanganan pasca panen dan lain-lain).
6. Pembelajaran di Dunia Kerja
a. Pembelajaran di dunia kerja merupakan bagian dari pembelajaran
Pendidikan Sistem Ganda dan merupakan satu kesatuan program
dengan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah.
Penyusunan programnya dilaksanakan bersama antara pihak dunia
kerja dan pihak sekolah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  259
b. Pembelajaran di dunia kerja dimaksudkan untuk memberikan bekal
kepada siswa akan sistem nilai, sikap, perilaku dalam budaya kerja
industri, seperti sikap kerja, kiat kerja, etos kerja, wawasan ekonomi,
wawasan bisnis, dan wawasan mutu.
c. Pelaksanaan pembelajaran di dunia kerja dapat dilakukan dengan
mempersiapkan siswa melakukan pembelajaran di unit produksi atau
di unit-unit belajar berproduksi serta disarankan dilaksanakan untuk
Tingkat III, untuk pembelajaran paket-paket kejuruan atau
pendidikan dan pelatihan program pelajaran produktif.

Dalam rangka mengoptimalkan kerja sama dengan dunia kerja/industri, Majelis


Pendidikan Kejuruan Nasional (MPKN) ditingkatkan kembali untuk
menumbuhkan keberhasilan yang lebih besar.
Salah satu kemajuan besar yang dicapai oleh Pendidikan Menengah Kejuruan
adalah terbentuknya Kelompok Bidang Keahlian (KBK) yang ditetapkan dengan
Surat Keputusan Ketua Umum MPKN No.040/KU/MPKN/95, tertanggal 8
November 1995. KBK Teknologi Hasil Pertanian yang diketuai oleh Prof. DR. Ir.
Djumali Mangoenwidjoyo telah bekerja secara intensif melakukan analisa jenis
pekerjaan/jabatan dan telah menghasilkan Profil Kemampuan Tamatan untuk
Program Keahlian Teknologi Hasil Pertanian.
Hasil kerja kelompok Bidang Keahlian (KBK) Teknologi Hasil Pertanian akan
digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan deskripsi pelatihan penguasaan
kemampuan (kompetensi/subkompetensi) dan sistem pendidikan dan pelatihan
pada Kurikulum SMK edisi 1999.
Selanjutnya uraian GBPP Kurikulum SMK edisi 1999 tidak disajikan untuk
seluruh program studi, sebagai contoh akan disajikan untuk Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  260
LAMPIRAN :
KETENTUAN DAN RAMBU-RAMBU
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

A. POLA PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN :

1. BIDANG KEAHLIAN PERTANIAN

2. PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI HASIL


PERTANIAN

B. TUJUAN SMK TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

C. PROFESI / JABATAN DAN LINGKUP PEKERJAAN

D. KOMPETENSI TAMATAN

E. SUSUNAN PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

F. PROFIL KOMPETENSI TAMATAN

G. DESKRIPSI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN


PROGRAM PRODUKTIF

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  261
KETENTUAN DAN RAMBU-RAMBU
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
Ketentuan Spesifik
1. Pada Tingkat I. Pada Tingkat I masih sama seperti kurikulum SMK edisi
1996, yaitu adanya kelas bersama (pada Tingkat I siswa belum dijuruskan).
Pada Tingkat I semua siswa menerima program pembelajaran yang sama.
Kepada siswa diberikan mata pelajaran kemampuan dasar pertanian, baik
yang berkaitan dengan kemampuan adaptif maupun berkaitan dengan
kemampuan produktif. Kemampuan Dasar Pertanian diberikan secara luas
dan meliputi: a) Dasar- dasar Pertanian Budi Daya Tanaman, b) Dasar-
dasar Pertanian Budi Daya Ternak, c) Dasar-dasar Pertanian Budi Daya
Ikan, d) Dasar-dasar Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian, serta e)
Dasar-dasar Alat Mesin Pertanian. Kemampuan dasar-dasar Pertanian
diberikan lebih selektif dan lebih spesifik dalam memberikan dasar-dasar
pertanian bagi semua siswa Tingkat I, meliputi: a) Dasar-dasar Pertanian
Pengenalan, Pemanfaatan Tanah, Air, dan Iklim, b) Pengenalan,
Pengendalian Microorganisme, c) Pengenalan, Karakteristik Hama, d)
Penanganan Komoditas Pertanian, serta e) Pengenalan Alat Mesin
Pertanian.
2. Pelaporan administrasi dan akademik kemajuan program pendidikan
dilakukan pada Kurikulum SMK edisi 1996 dengan satuan belajar catur
wulan, pada Kurikulum SMK edisi 1999 dengan satuan belajar semester.
3. Praktik kerja industri pada Kurikulum SMK edisi 1996, waktu
pelaksanaannya sudah bersifat luwes, yaitu sekolah mengatur
kesesuaiannya dengan industri yang akan menerima praktik kerja industri,
sehingga praktik industri dapat dilaksanakan selama satu cawu, dapat
dipilih cawu ke-7, cawu ke-8, atau cawu ke-9 bagi sekolah yang kegiatan
belajar berbasis produksi dan kegiatan unit produksinya telah berjalan dan
berhasil dengan baik. Bila belum, maka kegiatan praktek kerja industri
dapat dilaksanakan selama 2 atau 3 cawu.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  262
4. Praktik kerja industri pada Kurikulum SMK edisi 1999 minimal 1 semester
(1000 jam @ 45 menit) dan dapat dilaksanakan lebih dari satu
lokasi/tempat dunia usaha/ industri, dan bila kegiatan di dunia
usaha/industri memberi nilai tambah yang lebih tinggi baik bagi industri
maupun siswa yang bersangkutan, maka kegiatan praktik kerja industri
dapat dilaksanakan lebih dari satu semester. Alokasi waktu pembelajaran
praktik dalam program produktif pada Kurikulum SMK edisi 1996
diserahkan kepada guru sesuai dengan keperluannya.
5. Pada Kurikulum SMK edisi 1999 telah ditetapkan untuk program produktif
sekurang-kurangnya 70 % untuk ketrampilan praktik dan sebanyak-
banyaknya 30 % untuk teori.
Deskripsi mata pelajaran pada kelompok adaptif Kurikulum SMK edisi 1999 yang
meliputi mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, Fisika dan Biologi tidak
disajikan, karena secara prinsip sama dengan deskripsi mata pelajaran adaptif
pada Kurikulum SMK edisi 1996.
Deskripsi mata pelajaran yang akan diuraikan dan disajikan hanya untuk mata
pelajaran produktif, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam rambu-rambu
sebagai berikut :

Rambu- rambu Umum


1. Waktu pembelajaran efektif per tahun untuk Tingkat I dan II, masing-
masing 2000 jam/ tahun dengan perincian minggu efektif 40 minggu - 45
minggu dan jam pembelajaran per minggu 45 jam - 50 jam. Sedangkan
untuk pembelajaran efektif Tingkat III yaitu 1800 jam/tahun, dengan
perincian minggu efektif 36 minggu - 40 minggu dan jam pembelajaran per
minggu 45 jam - 50 jam @ 45 menit.
2. Jam pembelajaran adalah alokasi waktu untuk pelaksanaan diklat termasuk
evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif yang dimaksud adalah tes untuk satu
atau beberapa pokok bahasan pada mata pelajaran normatif dan adaptif,
serta tes untuk setiap pencapaian suatu kompetensi tertentu dalam program
produktif.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  263
3. Pengaturan waktu pembelajaran dalam bentuk jadwal mingguan dalam 1
tahun dilakukan oleh masing- masing sekolah dengan memperhatikan:
a. Keutuhan dan ketuntasan penguasaan kompetensi
b. Kesinambungan proses pembelajaran
c. Efisiensi penggunaan sumber daya
4. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Tingkat III diatur sebagai berikut :
a. Program diklat produktif Tingkat III dikemas dalam bentuk paket-
paket keahlian dan bersifat pilihan.
b. Setiap siswa memilih 2 - 6 paket keahlian. Pengertian satu paket
keahlian adalah penguasaan keahlian dari satu komoditas.
c. Jenis komoditas yang dipelajari dalam paket keahlian disesuaikan
dengan potensi wilayah dan atau pasar tenaga kerja.
d. Paket keahlian dapat dilaksanakan di dunia usaha/industri dan atau
di unit produksi sekolah yang telah berjalan dan berhasil dengan
baik.
e. Waktu pelaksanaan paket keahlian yang di dunia usaha/industri
bersifat luwes yaitu semester 5 atau 6.
f. Lama waktu di dunia usaha/industri minimal 1 semester (1000 jam
@ 45 menit) dan dapat dilaksanakan lebih dari satu lokasi/tempat
dunia usaha/industri.
g. Jika kegiatan di dunia usaha/industri memberi nilai tambah bagi
industri maupun siswa yang bersangkutan, maka kegiatan praktik
kerja industri dapat dilaksanakan lebih dari satu semester
.
Rambu-rambu Khusus
1. Paket Keahlian yang akan dipelajari siswa adalah kompetensi yang
dibutuhkan oleh dunia kerja, disusun atas dasar hasil analisis potensi dunia
kerja yang menjadi target pasar tamatan sekolah. Sekolah harus
mengembangkan paket-paket keahlian yang relevan dan riil atau potensial
dibutuhkan oleh dunia kerja (yang menjadi target pasar tamatan sekolah ).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  264
2. Paket Keahlian Agroindustri (Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian)
dirancang untuk membekali tamatan tentang keahlian berwirausaha/
berbisnis di bidang Teknologi Hasil Pertanian dan mengembangkan
keahlian yang berkaitan dengan profesi teknisi di bidang yang relevan
(industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian). Dalam
pemilihannya, siswa perlu diarahkan agar paket yang dipilih sesuai dengan
minat dan keahliannya.
3. Paket Keahlian yang dimaksudkan untuk membekali keahlian
berwirausaha/ berbisnis, diwadahi dalam Paket Keahlian ‘Usaha
Agroindustri (Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian)’. Paket
Keahlian yang dimaksudkan untuk membekali keahlian profesi teknisi,
diwadahi dalam Paket Keahlian ‘Pengembangan Profesi Teknisi ‘ yang
disesuaikan dengan jenis bidang kerjanya.
4. Untuk Paket Keahlian yang dimaksudkan untuk membekali keahlian
berwirausaha/ berbisnis, pelaksanaan pembelajaran disarankan di dunia
usaha/ industri tingkat industri rumah tangga atau industri kecil, sedangkan
untuk Paket Keahlian yang dimaksudkan membekali keahlian profesi
teknisi, pelaksanaan pembelajaran disarankan di dunia usaha/ industri
tingkat menengah ke atas atau dunia usaha/ industri yang memiliki
prosedur kerja yang terstandar.
5. Untuk Paket Keahlian yang berupa pengembangan Profesi Teknisi
Agroindustri (Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian). Pada awalnya,
siswa mempelajari jenis-jenis jabatan profesional yang ada di dunia kerja
tempat siswa belajar. Setelah memahaminya, siswa memilih satu atau
beberapa (disesuaikan dengan waktu yang tersedia) jenis jabatan
profesional yang diminati. Selanjutnya siswa mempelajari kompetensi
jabatan profesional yang telah dipilihnya.
6. Paket Keahlian yang disajikan pada buku ini sifatnya hanya contoh.
Sekolah wajib menyusun dan mengembangkan Paket Keahlian yang lain
sesuai dengan kondisi sekolah, peluang pasar dan tuntutan dunia kerja.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  265
7. Sistem Pembelajaran diupayakan senantiasa mengembangkan sikap, etika,
moral dan mental siswa, misalnya kedisiplinan, ketepatan, kejujuran,
ketaatan, tanggung jawab, kreativitas dan sikap-sikap positif lainnya, yang
diterapkan sejak dini dan berkesinambungan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Bab VIII  266
KURIKULUM TINGKAT PENDIDIKAN SEKOLAH
(KTSP)

A. PENDAHULUAN

Terkait dengan pendidikan nasional, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia


1945 (UUD 1945) mengamanatkan kepada pemerintah:
(1) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
(2) agar mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
Undang-Undang.

Bertolak dari UUD 1945 tersebut, dari waktu ke waktu diturunkanlah undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional, yang disesuaikan dengan tuntutan
zaman. Terkait dengan sistem pendidikan nasional hingga kini dikenal Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1950 (HPPN Jogjakarta) tentang Dasar-dasar Pendidikan
dan Pengajaran di Sekolah, yang telah diubah dan disempurnakan menjadi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, dicabut dengan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1989, yang kemudian dicabut, diperbaharui, dan disempurnakan dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.

Pelaksanaan Undang- tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut kemudian


dijabarkan ke dalam ke dalam sejumlah Peraturan Pemerintah, yang dijabarkan
lebih lanjut ke dalam Peraturan Menteri.

Jika ditelaah lebih mendalam, niat diterbitkannya Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN
20/2003) menggantikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 adalah upaya desentralisasi di bidang pendidikan, yang berujung pada
pemberian wewenang kepada ‘satuan pendidikan’ (sekolah), untuk menyusun dan
mengembangkan kurikulum sendiri, yang dianggap sesuai dengan potensi daerah
masing-masing, dengan tetap berpegang pada identitas nasional Indonesia yang
tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan, tanpa meninggalkan kecenderungan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   267
dan perkembangan nasional, regional, dan global. Adapun kurikulum tersebut
disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Standar Nasional Pendidikan tersebut dipandang perlu dibuat, di satu sisi, agar
Republik Indonesia memiliki satu standar nasional pendidikan sebagai tolok ukur
minimal yang harus dipenuhi oleh seluruh jajaran guna mencapai tujuan
pendidikan, di sisi lain, standar tersebut juga merupakan tolok ukur bagi mutu
pendidikan di tanah air dalam menghadapi persaingan global.

UUSPN 20/2003 merupakan dasar hukum bagi penyelenggaraan dan reformasi


sistem pendidikan nasional, memuat visi, misi, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasional masa depan, serta strategi pembangunan pendidikan nasional untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat,
dan berdaya saing dalam kehidupan global.

Guna melaksanakan amanat yang terkandung dalam UUSPN 20/2003 telah


diterbitkan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, berbagai peraturan pelaksanaan berupa Peraturan Menteri (Permen),
Petunjuk Pelaksanaan Direktur Jenderal (Juklak Dirjen), dan Petunjuk Teknik
(Juknis) Direktur terkait.

Untuk memahami suasana batin UUSPN 20/2003 tersebut, di bawah ini dikutip
beberapa hal esensial yang mendasari dan terkait dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP.

B. LANDASAN FILOSOFIS

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan


usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat
(3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   268
Undang-Undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

Gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip


demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar
pada kandungan, proses, dan manajemen sistem pendidikan. Selain itu, ilmu
pengetahuan dan teknologi berkembang pesat dan memunculkan tuntutan baru
dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan.

Tuntutan tersebut menyangkut pembaharuan sistem pendidikan, di antaranya


pembaharuan kurikulum, yaitu diversifikasi kurikulum untuk melayani peserta
didik dan potensi daerah yang beragam, diversifikasi jenis pendidikan yang
dilakukan secara profesional, penyusunan standar kompetensi tamatan yang
berlaku secara nasional dan daerah menyesuaikan dengan kondisi setempat;
penyusunan standar kualifikasi pendidik yang sesuai dengan tuntutan pelaksanaan
tugas secara profesional; penyusunan standar pendanaan pendidikan untuk setiap
satuan pendidikan sesuai prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan; pelaksanaan
manajemen pendidikan berbasis sekolah dan otonomi perguruan tinggi; serta
penyelenggaraan pendidikan dengan sistem terbuka dan multimakna.

Pembaharuan sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara


pendidikan yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat,
serta pembedaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.
Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi,
misi, dan strategi pembangunan pendidikan nasional.

Visi Pendidikan Nasional


terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   269
Dengan visi pendidikan tersebut, pendidikan nasional mempunyai misi sebagai
berikut.

Misi Pendidikan Nasional


1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan
masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
4. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan
sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan
RI.

Berdasarkan visi dan misi pendidikan nasional tersebut, pendidikan nasional


berfungsi sebagai berikut.

Fungsi Pendidikan Nasional


Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pembaharuan sistem pendidikan memerlukan strategi tertentu. Strategi


pembangunan pendidikan nasional dalam Undang-Undang ini meliputi butir-butir
sebagai berikut.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   270
Strategi pembangunan pendidikan nasional
1. Pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia
2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi
3. Proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis
4. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan
5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga kependidikan
6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik
7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan
berkeadilan
8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata
9. Pelaksanaan wajib belajar
10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan
11. Pemberdayaan peran masyarakat
12. Pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat, dan
13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional.

Dengan strategi tersebut diharapkan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif
dalam penyelenggaraan pendidikan.

Pembaruan sistem pendidikan nasional perlu pula disesuaikan dengan pelaksanaan


otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.

Hal-hal seperti yang diuraikan tersebut di atas merupakan landasan pemikiran


mengapa Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional perlu diperbaharui dan diganti Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 (UUSPN 20/2003).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   271
C. LANDASAN YURIDIS

Secara keseluruhan, peraturan perundang-undangan yang mendasari dan menjadi


acuan dalam penyusunan KurikulumTingkat Satuan Pendidikan SMK tahun 2006,
yang lebih terkenal dengan sebutan KTSP SMK adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 29 Tahun 2005 tentang
Badan Akreditasi Nasional Sekolah dan Madrasah
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang
Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 6 Tahun 2007 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   272
9. Ketentuan-ketentuan lain yang akan ditetapkan kemudian berkaitan
dengan Sistem Pendidikan Nasional Indonesia pada umumnya dan
Pendidikan Menengah Kejuruan pada khususnya.

D. DASAR, FUNGSI , DAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL

Dalam UUSPN 20/2003 dasar pendidikan nasional dituangkan dalam Pasal 2


sebagai berikut.

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

sedangkan Pasal 3 menguraikan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berikut ini.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Pasal 4 memuat prinsip penyelenggaraan pendidikan. Pasal 5 s.d. Pasal 11


memuat hak dan kewajiban warganegara, peserta didik, orang tua, masyarakat,
serta Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sedangkan Pasal 12 secara khusus
mengatur hak dan kewajiban peserta didik.

Pasal 13 mengatur jalur pendidikan yang terdiri atas pendidikan formal,


nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

Pasal 14 mengatur jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,


pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi diatur dalam, sedangkan Pasal 15
mengatur jenis pendidikan yang mencakup pendidikan umum, kejuruan,
akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   273
Dalam Pasal 16 disebutkan bahwa jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat
diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

E. PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 19 TAHUN 2005 (PP


19/2005)
TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005)


merupakan peraturan pelakasanaan UUSPN 20/2003. PP 19/2005 tersebut juga
menjadi dasar didirikannya BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan), sebuah
lembaga mandiri, profesional, dan independen yang mengemban misi untuk
mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi pelaksanaan standar
nasional pendidikan, yang akan sangat banyak berperan dalam menentukan dan
mengatur penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Meskipun sudah disebutkan dalam UUSPN 20/2003, di dalam PP 19/2005


tersebut ditegaskan lagi bahwa pada hakekatnya pendidikan dalam konteks
pembangunan nasional mempunyai fungsi:
(1) pemersatu bangsa,
(2) penyamaan kesempatan, dan
(3) pengembangan potensi diri.

Pendidikan diharapkan dapat memperkuat keutuhan bangsa dalam Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memberi kesempatan yang sama bagi
setiap warga negara untuk berpartisipasi dalam pembangunan, dan memungkinkan
setiap warga negara untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
optimal.

Terkait dengan visi dan misi pendidikan nasional seperti yang dirumuskan dalam
UUSPN 20/2003, dalam PP 19/2005 ditegaskan, bahwa reformasi pendidikan
meliputi hal-hal sebagai berikut.

Pertama, penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai suatu proses


pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   274
di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan
dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas
peserta didik. Prinsip tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses
pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Paradigma
pengajaran yang lebih menitikberatkan peran pendidik dalam mentransformasikan
pengetahuan kepada peserta didiknya bergeser pada paradigma pemelajaran yang
memberikan peran lebih banyak kepada peserta didik untuk mengembangkan
potensi dan kreativitas dirinya dalam rangka membentuk manusia yang memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki
kecerdasan, memiliki estetika, sehat jasmani dan rohani, serta keterampilan yang
dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Kedua, adanya perubahan pandangan tentang peran manusia dari paradigma


manusia sebagai sumberdaya pembangunan, menjadi paradigma manusia sebagai
subjek pembangunan secara utuh. Pendidikan harus mampu membentuk manusia
seutuhnya yang digambarkan sebagai manusia yang memiliki karakteristik
personal yang memahami dinamika psikososial dan lingkungan kulturalnya.
Proses pendidikan harus mencakup:
(1) penumbuhkembangan keimanan, ketakwaan;
(2) pengembangan wawasan kebangsaan, kenegaraan, demokrasi, dan
kepribadian;
(3) penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;
(4) pengembangan, penghayatan, apresiasi, dan ekspresi seni; serta
(5) pembentukan manusia yang sehat jasmani dan rohani.

Proses pembentukan manusia Indonesia seperti tersebut di atas pada hakekatnya


merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.

Ketiga, Adanya pandangan terhadap keberadaan peserta didik yang terintegrasi


dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan
individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Hal ini
sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional dan spiritual

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   275
peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan paling sederhana
dan bersifat eksternal, sampai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal,
yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya.

Keempat, Dalam rangka mewujudkan visi dan menjalankan misi pendidikan


nasional, diperlukan suatu acuan dasar (benchmark) oleh setiap penyelenggara
dan satuan pendidikan, yang antara lain meliputi kriteria dan kriteria minimal
berbagai aspek yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan. Dalam kaitan
ini, kriteria dan kriteria penyelenggaraan pendidikan dijadikan pedoman untuk
mewujudkan:
(1) pendidikan yang berisi muatan yang seimbang dan holistik;
(2) proses pembelajaran yang demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong
kreativitas, dan dialogis;
(3) hasil pendidikan yang bermutu dan terukur;
(4) berkembangnya profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan;
(5) tersedianya sarana dan prasarana belajar yang memungkinkan
berkembang-nya potensi peserta didik secara optimal;
(6) berkembangnya pengelolaan pendidikan yang memberdayakan satuan
pendidikan; dan
(7) terlaksananya evaluasi, akreditasi dan sertifikasi yang berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

Acuan dasar tersebut di atas merupakan standar nasional pendidikan yang


dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan
agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang
bermutu. Selain itu, standar nasional pendidikan juga dimaksudkan sebagai
perangkat untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik
dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional.

Standar nasional pendidikan memuat kriteria minimal tentang komponen


pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang dan jalur pendidikan untuk
mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai dengan karakteristik dan
kekhasan programnya. Standar nasional pendidikan tinggi diatur seminimal

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   276
mungkin untuk memberikan keleluasaan kepada masing-masing satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dalam mengembangkan mutu layanan
pendidikannya sesuai dengan program studi dan keahlian dalam kerangka otonomi
perguruan tinggi.

Demikian juga standar nasional pendidikan untuk jalur pendidikan nonformal


hanya mengatur hal-hal pokok dengan maksud memberikan keleluasaan kepada
masing-masing satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal yang memiliki
karakteristik tidak terstruktur untuk mengembangkan programnya sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan jalur informal yang sepenuhnya menjadi


kewenangan keluarga dan masyarakat didorong dan diberikan keleluasaan dalam
mengembangkan program pendidikannya sesuai dengan kebutuhan keluarga dan
masyarakat. Oleh karena itu, standar nasional pendidikan pada jalur pendidikan
informal hanya mengatur hal-hal yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi
peserta didik saja.

Di dalam PP 19/2005 diatur hal-hal sebagai berikut.


1. Lingkup, fungsi, dan tujuan Standar Nasional Pendidikan (Bab II)
2. Standar Isi (Bab III), yang berisi
Penjelasan Umum (Bagian Kesatu), Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum (Bagian Kedua), Beban belajar (Bagian Ketiga), Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Bagian Keempat), dan Kalender
Pendidikan (Bagian Kelima)
3. Standar Proses (Bab IV)
4. Standar Kompetensi Lulusan (Bab V)
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Bab VI) yang terdiri atas
Standar Pendidik (Bagian Kesatu) dan Standar Tenaga Kependidikan
(Bagian Kedua)
6. Standar Sarana dan Prasarana (Bab VII)
7. Standar Pengelolaan (Bab VIII) yang terdiri atas

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   277
Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan (Bagian Kesatu), Standar
Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah (Bagian Kedua), Standar
Pengelolaan Oleh Pemerintah (Bagian Ketiga)
8. Standar Pembiayaan (Bab IX)
9. Standar Penilaian Pendidikan (Bab X)

BAB II: LINGKUP, FUNGSI, DAN TUJUAN

Dalam Pasal 2 diatur Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut.

(1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:


a. standar isi;
b. standar proses;
c. standar kompetensi lulusan;
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana;
f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan;dan
h. standar penilaian pendidikan.

(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan


Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.

(3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan


berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.

Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai


dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, sedangkan Pasal 4 menyatakan
bahwa Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   278
BAB III – STANDAR ISI
Bagian Kesatu: Umum
Dalam Pasal 5 diatur cakupan lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang
harus memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.

Bagian Kedua: Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum


Pasal 6 ayat (1) mengatur kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan,
dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Pada ayat (4) dinyatakan bahwa setiap kelompok mata pelajaran haruslah
dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok
mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik,
sedangkan ayat (5) menyatakan bahwa semua kelompok mata pelajaran sama
pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
pada pendidikan dasar dan menengah.
Selanjutnya, Pasal 7 mengatur bagaimana kelima kelompok mata pelajaran
tersebut pada Pasal 6 dilaksanakan pada SMK/MAK.
Ayat (1): Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SMK/MAK
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Ayat (2): Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada
SMK/MAK dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   279
Ayat (6): Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam,
ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
Ayat (7): Kelompok mata pelajaran estetika pada SMK/MAK dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
Ayat (8): Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada
SMK/MAK dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan
alam, dan muatan lokal yang relevan.

Pasal 8 mengatur bagaimana Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan


pendidikan kelima kelompok mata pelajaran tersebut.
Ayat (1): Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau semester
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Ayat (2): Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
Ayat (3): Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga: Beban Belajar


Pasal 10 adalah pasal yang mengatur Beban Belajar.
Ayat (1): Beban belajar SMK/MAK menggunakan jam pembelajaran setiap
minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai kebutuhan
dan ciri khas masing-masing.
Ayat (3): Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu efektif
tatap muka, dan persentase beban belajar setiap kelompok

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   280
matapelajaran ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan BSNP.
Pasal 11 mengatur penerapan beban belajar dalam Satuan Kredit Semester (SKS)
Ayat (2): Beban belajar untuk SMK/MAK pada jalur pendidikan formal
kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester
(SKS).
Ayat (3): Beban belajar untuk SMK/MAK pada jalur pendidikan formal
kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS).
Ayat (4): Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang
menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usul dari BSNP.
Ketentuan pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup diatur dalam Pasal 13
sebagai berikut.
Ayat (1): Kurikulum untuk SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasukkan pendidikan kecakapan hidup.
Ayat (2): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik,
dan kecakapan vokasional.
Ayat (3): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata
pelajaran pendidikan estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.

Ayat (4): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(2), dan (3) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah
memperoleh akreditasi.
Perlu dicatat bahwa Pasal 14 hanya mengatur kemungkinan dimasukkannya
pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   281
atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat, tetapi tidak untuk kurikulum SMK/MAK atau bentuk
lain yang sederajat.

Bagian Keempat: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Pasal 16 menyebutkan bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP, yang sekurang-kurangnya berisi:
a. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk
SD/MI/SDLB/SMP/ MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK
pada jalur pendidikan formal kategori standar;
b. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/
SDLB/SMP/ MTs/SMPLB/SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada jalur
pendidikan formal kategori mandiri;

Dalam Ayat (5) Pasal 16 ini disebutkan bahwa model-model kurikulum tingkat
satuan pendidikan tersebut sekurang-kurangnya harus meliputi model KTSP baik
yang menggunakan sistem paket maupun yang menggunakan SKS.
Pasal 17 Ayat (1) memuat keharusan pengembangan KTSP SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik,
sedangkan Ayat (2) memuat keharusan Sekolah dan komite sekolah, untuk
mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK.

Bagian Kelima: Kalender Pendidikan/Akademik


Dalam Pasal 18 telah diatur Kalender pendidikan/kalender akademik sebagai
berikut.
Ayat (1): Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan tahun
ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari
libur.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   282
Ayat (2): Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk jeda
tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antar semester.
Ayat (3): Kalender pendidikan/akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri.

BAB IV: STANDAR PROSES


Dalam Pasal 19 telah diatur bagaimana proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
harus dilaksanakan.
Ayat (1): Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Ayat (2): Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam proses
pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.

Ayat (3): Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses


pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pasal 20 mengatur proses perencanaan pembelajaran, yang meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
Pasal 21 memuat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Ayat (1): Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta didik
per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio maksimal

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   283
buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio maksimal jumlah
peserta didik setiap pendidik.
Ayat (2): Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan
mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Pasal 22 mengatur hal-hal terkait dengan penilaian hasil pembelajaran.
Ayat (1): Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
Ayat (2): Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau
kelompok.
Ayat (3): Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-
kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.
Pasal 23 mengatur bagaimana pengawasan proses pembelajaran harus
dilaksanakan, yang meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Adapun Pasal 24 memuat ketentuan bahwa Standar
ƒ perencanaan proses pembelajaran,
ƒ pelaksanaan proses pembelajaran,
ƒ penilaian hasil pembelajaran, dan
ƒ pengawasan proses pembelajaran
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB V: STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


Pasal 25 memuat kegunaan dan lingkup standar kompetensi lulusan.
(1) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   284
(2) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan
mata kuliah atau kelompok mata kuliah.
(3) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
(4) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pasal 26 menetapkan standar kompetensi lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, yang untuk satuan pendidikan menengah kejuruan berbunyi:
Ayat (3): Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pasal 27 memuat ketentuan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan
menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri, sedangkan standar kompetensi lulusan pendidikan
tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi.

BAB VI: STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


Bagian Kesatu: Pendidik
Pasal 28 memuat berbagai ketentuan tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
Pendidik pada tiap jenis dan jenjang pendidikan.

Ayat (1): Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi


sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Ayat (2): Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik
yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
relevan sesuai ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   285
Ayat (3): Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.

Ayat (4): Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus
yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah
melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

Ayat (5): Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Secara khusus, Pasal 29 menentukan kualifikasi akademik dan kompetensi
Pendidik pada SMK/MAK:
Ayat (6): Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK,

dan Pasal 30 menentukan jenis Pendidik pada SMK/MAK:


Ayat (5): Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri
atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan
sesuai dengan keperluan.
Pasal 32 memuat persyaratan Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia.
Ayat (1): Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   286
kewenangan mengajar sebagaimana diatur dalam Pasal 28 sampai
dengan pasal 31.
Ayat (2): Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan
Pasal 31 menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama dapat memberikan kriteria tambahan. -
Pasal 34 mengatur bahwa rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan dalam
Peraturan Menteri berdasarkan usulan dari BSNP.

Bagian Kedua: Tenaga Kependidikan


Pasal 35 mengatur berbagai jenis Tenaga Kependidikan yang diperlukan dalam
tiap jenis dan jenjang pendidikan. Khusus untuk SMK/MAK, ketentuan tersebut
berbunyi:
Ayat (1) Butir d: Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan
tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
Ayat (2): Standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
Dalam Pasal 38 ditentukan kriteria untuk menjadi kepala SMK/MAK.
Ayat (3): Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/ MAK
meliputi:
a. berstatus sebagai guru SMK/ MAK;
b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pemelajaran sesuai ketentuan per-Undang-Undang-an yang
berlaku;
c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
di SMK/MAK; dan
d. memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.
Pasal 39 mengatur hal-ikhwal kepengawasan pada pendidikan formal

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   287
Ayat (1) Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan
pendidikan.
Ayat (2): Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan
meliputi:
a. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi;
b. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan;
c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
Ayat (3): Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.

BAB VII: STANDAR SARANA DAN PRASARANA


Pasal 42 s.d. Pasal 47 mengatur berbagai ketentuan tentang sarana dan prasarana
satuan pendidikan, seperti perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan, demikian pula lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan,
Pasal 43 - Standar keragaman jenis dan jumlah peralatan dinyatakan dalam rasio
minimal jumlah peralatan per peserta didik.

Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di
perpustakaan satuan pendidikan, sedangkan standar jumlah buku teks pelajaran di
perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   288
masing-masing mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap
peserta didik.
Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam
rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber
belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
Pasal 44 mengatur persyaratan, letak, dan standar lahan untuk bangunan satuan
pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan
pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara
ekologis nyaman dan sehat. Standar letak lahan satuan pendidikan harus pula
mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik
untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut.
Pasal 45 mengatur BSNP merumuskan standar rasio luas ruang kelas per peserta
didik dan luas bangunan per peserta didik untuk ditetapkan dengan Peraturan
Menteri, Adapun standar kualitas bangunan minimal pada satuan pendidikan
mengacu pada ketetapan menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum.
Pasal 47 memuat ketentuan tentang pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan
memperhatikan masa pakai dan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang
bersangkutan. Pengaturan tentang masa pakai ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Dalam Pasal 48 ditentukan bahwa standar sarana dan prasarana dimaksud
dikembang-kan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII - STANDAR PENGELOLAAN


Dalam bab ini diatur Standar Pengelolaan yang harus dilaksanakan oleh Satuan
Pendidikan, oleh Pemerintah Daerah, dan oleh Pemerintah Pusat.
Bagian Kesatu: Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   289
Pada Pasal 49 Ayat (1) ditentukan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah
yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas
Pasal 50 menentukan bahwa setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang
kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan, yang dalam
melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMK/MAK atau bentuk lain
yang sederajat, dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang
masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana,
serta kesiswaan.
Pasal 51 berkenaan dengan proses pengambilan keputusan.
Ayat (1) mengatur pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar
dan menengah di bidang akademik harus dilakukan oleh rapat Dewan
Pendidik dan dipimpin oleh kepala satuan pendidikan, sedangkan Ayat (2)
menentukan pengambilan keputusan di bidang non-akademik harus
dilakukan oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan
pendidikan.
Ayat (3) pasal ini juga menyebutkan agar rapat-rapat dewan pendidik dan
komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah
mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan.
Pasal 52 menentukan keharusan setiap satuan pendidikan memiliki pedoman yang
mengatur tentang:
a. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus;
b. Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori
aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara
semesteran, bulanan, dan mingguan;
c. Struktur organisasi satuan pendidikan;
d. Pembagian tugas di antara pendidik;
e. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
f. Peraturan akademik;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   290
g. Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib
pendidik, tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan
pemeliharaan sarana dan prasarana;
h. Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan
pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat;
i. Biaya operasional satuan pendidikan.
Butir a, b, d, e, f pedoman tersebut diputuskan oleh rapat dewan pendidik untuk
dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan, butir c dan i diputuskan oleh
komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan, butir g
ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan setelah mempertimbang-kan masukan
dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah, sedangkan butir e
ditetapkan oleh pimpinan satuan pendidikan.
Pasal 53 terkait dengan pembuatan rencana kerja yang secara rinci diatur sebagai
berikut.
Setiap satuan pendidikan harus membuat rencana kerja tahunan yang merupakan
penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang
meliputi masa 4 (empat) tahun, yang harus disetujui rapat dewan pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.
Rencana kerja tahunan tersebut harus mencakup:
a. Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,
ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur;
b. jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun
ajaran berikutnya;
c. mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal,
semester genap, dan semester pendek bila ada;
d. penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan
lainnya;
e. buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran;
f. jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pembelajaran;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   291
g. pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai;
h. program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang
meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara
program;
i. jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan
dengan orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan
dengan komite sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan
menengah;
j. jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi;
k. rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk
masa kerja satu tahun;
l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan
untuk satu tahun terakhir.
Pasal 54 mengamanatkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan harus
dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel, dan pelaksanaannya
harus dipertanggung-jawabkan oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan
pendidik dan komite sekolah/madrasah.
Dalam hal pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan, kepala satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik
dan komite sekolah/madrasah
Pasal 55 mengatur lingkup pengawasan satuan pendidikan yang meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Pasal 56 memuat ketentuan bahwa untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas satuan pendidikan, pemantauan harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan oleh pimpinan SMK dan komite sekolah SMK atau bentuk lain
dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pasal 57 menentukan agar supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan
akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas SMK
dan kepala SMK.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   292
Pasal 58 mengatur hal-ikhwal pelaporan, baik pelaporan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, kepala satuan pendidikan, maupun oleh pengawas satuan
pendidikan, yang diatur sebagai berikut.
a. Laporan oleh pendidik berisi hasil evaluasi dan penilaian dilakukan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester ditujukan kepada pimpinan
satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik.
b. Laporan oleh tenaga kependidikan berisi pelaksanaan teknis dari tugas
masing-masing, dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester,
ditujukan kepada pimpinan satuan pendidikan.
c. Laporan oleh pimpinan satuan pendidikan berisi hasil evaluasi, dilakukan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester, ditujukan kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.
d. Laporan oleh pengawas satuan pendidikan ditujukan kepada
Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
di bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
e. Setiap pihak yang menerima laporan wajib menindak lanjuti laporan
tersebut untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk
memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.

Bagian Kedua: Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah


Pasal 59 meliputi penyusunan rencana kerja tahunan bidang pendidikan oleh
Pemerintah Daerah dengan memprioritaskan program:
a. wajib belajar;
b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah;
c. penuntasan pemberantasan buta aksara;
d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah maupun masyarakat;
e. peningkatan status guru sebagai profesi;
f. akreditasi pendidikan;
g. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat; dan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   293
h. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan.

Realisasi rencana kerja tahunan harus disetujui oleh dan dipertanggungjawabkan


kepada Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai ketentuan peraturan perUndang-
Undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga: Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah


Pasal 60 menyatakan keharusan Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan
bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:
a. wajib belajar;
b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi;
c. penuntasan pemberantasan buta aksara;
d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat;
e. peningkatan status guru sebagai profesi;
f. peningkatan mutu dosen;
g. standarisasi pendidikan;
h. akreditasi pendidikan;
i. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan
global;
j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan; dan
k. Penjaminan mutu pendidikan nasional.
Pasal 61 mengatur keharusan pemerintah bersama-sama pemerintah daerah
menyeleng-garakan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional di tiap daerah.

BAB IX: STANDAR PEMBIAYAAN


Pasal 62 mengatur pembiayaan pendidikan yang terdiri atas biaya investasi, biaya
personal, dan biaya operasi,

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   294
a. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi
ƒ biaya penyediaan sarana dan prasarana,
ƒ biaya pengembangan sumberdaya manusia, dan
ƒ modal kerja tetap.
b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
ƒ gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji,
ƒ bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
ƒ biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.

BAB X: STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN


Bagian Kesatu: Umum
Pasal 63 mengatur penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, yang terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Bagian Kedua: Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
Pasal 64 Ayat (1) dan (2) merinci lebih lanjut bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.
Adapun penilaian hasil belajar tersebut akan digunakan untuk:
a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   295
b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
c. memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam Ayat (3) s.d. (6) diatur penilaian hasil belajar berbagai kelompok mata
pelajaran.
Ayat (3): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;
serta
b. ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Ayat (4): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk
lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
Ayat (5): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan
melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta
didik.
Ayat (6): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan dilakukan melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik;
dan
b. ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
Selanjutnya BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   296
d. kelompok mata pelajaran estetika; dan
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Bagian Ketiga: Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Pasal 65 merinci lebih lanjut penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.

Ayat (1) menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua
mata pelajaran.

Ayat (2) menegaskan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dengan
mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik (Ayat
3).

Ayat (4) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan
melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta
didik dari satuan pendidikan.

Ayat (5) menentukan bahwa untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah,


peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar dari
nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP, pada
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan.

Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih


lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP (Ayat 6).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   297
Bagian Keempat: Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah
Pasal 66 menegaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional.

Selanjutnya dinyatakan bahwa ujian nasional harus dilakukan secara obyektif,


berkeadilan, dan akuntabel, dan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan
sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.
Pasal 67 adalah dasar hukum penyelenggaraan UJIAN NASIONAL oleh BSNP.
Pasal ini berbunyi:
Ayat (1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian
nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur
formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal
kesetaraan.

Ayat (2) Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan
instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan satuan pendidikan.
Ayat (3) Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.
Dalam Pasal 68 dinyatakan, bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah
satu pertimbangan untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pasal 69 merinci syarat, hak, dan kewajiban peserta didik mengikuti ujian
nasional, serta biaya ujian nasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   298
Ayat (1) Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan
pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian
nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus
dari satuan pendidikan.
Ayat (2) Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya.

Ayat (3) Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional
setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.
Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional.
Pasal 70 merinci mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional setiap jenjang/
Ayat (4) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian
Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas
program pendidikan.
Pasal 71 memuat ketentuan bahwa kriteria kelulusan ujian nasional
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima: Kelulusan


Pasal 72 memuat persyaratan seseorang peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh
mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah
raga, dan kesehatan ;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   299
Selanjutnya dinyatakan bahwa kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan, sedangkan kriteria kelulusan dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB XI: BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)


Bab ini adalah dasar hukum pembentukan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Butir-nutir penting tentang BSNP antara lain sebagai berikut.
Pasal 73 adalah pasal tentang ketentuan pembentukan BSNP.

Ayat (1): Dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan


pencapaian standar nasional pendidikan, dengan Peraturan
Pemerintah ini dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Ayat (2): BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara Republik Indonesia
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Ayat (3): Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP bersifat mandiri dan
profesional.
Pasal 76 memeri tugas-tugas BSNP.
Ayat (1): BSNP bertugas membantu Menteri dalam mengembangkan,
memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan.
Ayat (2): Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan
mengikat semua satuan pendidikan secara nasional setelah ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.
Ayat (3): Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BSNP berwenang:
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah
daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   300
BAB XII: EVALUASI

Pasal 78 s.d. Pasal 85 Bab ini menguraikan secara rinci hal-ikhwal berkenaan
dengan Evaluasi Pendidikan yang mencakupi: ruang lingkup evaluasi pendidikan,
apa yang dievaluasi, siapa membuat/melakukan evaluasi, kapan dan frekuensi
pelaksanaan evaluasi, para pihak yang menerima laporan evaluasi, tindak lanjut
hasil evaluasi.
Butir-butir penting yang perlu diangkat antara lain adalah sebagai berikut.
Pasal 78 - Evaluasi pendidikan meliputi:

a. evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan


sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan;
b. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah;
c. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
d. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
dan
e. evaluasi oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat atau
organisasi profesi untuk menilai pencapaian Standar Nasional
Pendidikan;
Pasal 79
Ayat (1): Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir a dilakukan
oleh satuan pendidikan pada setiap akhir semester.
Ayat (2): Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
meliputi:
a. tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan;
b. pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan
ekstrakurikuler;
c. hasil belajar peserta didik;dan
d. realisasi anggaran;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   301
Pasal 83 - Evaluasi terhadap pengelola
Ayat (1): Evaluasi terhadap pengelola dilakukan sekurang-kurangnya setahun
sekali.
Ayat (2): Evaluasi terhadap pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup sekurang-kurangnya:
a. Tingkat relevansi pendidikan terhadap visi, misi, tujuan, dan
paradigma pendidikan nasional;
b. Tingkat relevansi satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia
yang bermutu dan kompetitif;
c. Tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh satuan,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan;
d. Tingkat efisiensi dan produktivitas satuan, jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan;
e. Tingkat daya saing satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
pada tingkat daerah, nasional, regional, dan global.
Ayat (4): Atas dasar evaluasi, Menteri melakukan evaluasi komprehensif
untuk menilai:
a. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap visi, misi,
tujuan, dan paradigma pendidikan nasional;
b. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap kebutuhan
masyara-kat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan
berdayasaing;
c. Tingkat mutu dan daya saing pendidikan nasional;
d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan;
e. Tingkat pemerataan akses masyarakat ke pelayanan
pendidikan; dan
f. Tingkat efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas pendidikan
nasional.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   302
BAB XIII: AKREDITASI
Pasal 86 s.d. Pasal 88 Bab XIII ini mengatur keharusan Pemerintah melakukan
akreditasi secara berkala terhadap semua satuan pendidikan pada setiap jenjang
sebagai bentuk akuntabilitas publik, yang dilakukan secara obyektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang
mengacu kepada Stándar Nasional Pendidikan. Dalam Bab ini juga diatur siapa
berwenang melakukan akreditasi, demikian pula persyaratan lembaga mandiri
guna memperoleh pengakuan kewenangan melakukan akreditasi.
Terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, akreditasi oleh Pemerintah dilaksanakan
oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah (BAN-S/M), yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh Badan Akreditasi Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

BAB XIV: SERTIFIKASI


Dalam Bab XIV ini diuraikan secara rinci hal-ikhwal terkait dengan persyaratan
sertifikasi pencapaian kompetensi akhir peserta didik, yang dinyatakan dalam
dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.
Ijazah diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai tanda
bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan
Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang
diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah
lulus uji kompetensi.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dokumen ijazah tersebut sekurang-
kurangnya berisi:
a. Identitas peserta didik;
b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari
penilaian akhir satuan pendidikan beserta daftar nilai mata pelajaran
yang ditempuhnya;

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   303
c. Pernyataan tentang status kelulusan peserta didik dari Ujian Nasional
beserta daftar nilai mata pelajaran yang diujikan; dan
d. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah memenuhi
seluruh kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

BAB XV: PENJAMINAN MUTU


Pasal 91 s.d. Pasal 93 Bab XV ini memuat berbagai hal terkait dengan
penjaminan mutu pendidikan, yang mencakupi:
a. kewajiban satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan;
b. tujuan penjaminan mutu pendidikan adalah untuk memenuhi atau
melampaui Standar Nasional Pendidikan;
c. penjaminan mutu pendidikan harus dilakukan secara bertahap,
sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang
memiliki target dan kerangka waktu yang jelas;
d. kewajiban Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah
kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur
penyelenggaraannya dalam melakukan penjaminan mutu;
e. kewajiban BAN-S/M, BAN-PNF, dan BAN-PT memberikan
rekomendasi penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau
satuan pendidikan yang diakreditasi, dan kepada Pemerintah dan
Pemerintah Daerah;
f. kewajiban LPMP, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan
Perguruan tinggi, mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah dalam melakukan upaya
penjaminan mutu pendidikan, da
g. kewajiban Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu
satuan pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.
Di samping itu, penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   304
dasar rekomendasi dari BSNP berdasarkan pada penilaian khusus. Pengakuan dari
Pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB XVI: KETENTUAN PERALIHAN


Pasal 94 dan Pasal 95 Bab XVI berisi Ketentuan Peralihan, yang secara lengkap
berbunyi sebagai berikut.
Pasal 94: Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini:
a. Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS), Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Panitia Nasional Penilaian
Buku Pelajaran (PNPBP) masih tetap menjalankan tugas dan fungsinya
sampai dibentuknya badan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
b. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.
c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
berlaku efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak ditetapkannya
Peraturan Pemerintah ini.
d. Ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3
(tiga) tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
e. Penyelenggaraan ujian nasional dilaksanakan oleh Pemerintah sebelum
BSNP menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.
Pasal 95: Peraturan PerUndang-Undangan yang terkait dengan standar nasional
pendidikan pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XVII: KETENTUAN PENUTUP (Pasal 96 dan Pasal 97)


Selain menetapkan bahwa Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan, yaitu pada tanggal 16 Mei 2005, Ketentuan Penutup ini juga
memuat ketentuan bahwa semua peraturan yang diperlukan untuk melaksanakan

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   305
Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
Demikianlah peraturan yang melandasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan pembentukan Badan Standa Nasional Pendidikan (BSNP).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang menjabarkan lebih lanjut PP
19/2005 ini tidak akan dikaji dalam naskah ini karena sifatnya yang situasional
dapat berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

F. SEKOLAH ENENGAH KEDINASAN

Dengan diterbitkannya UUSPN 2003, pola pendidikan kedinasan yang


diselenggarakan berbagai departemen / kementerian secara berangsur-angsur
mengikuti pola seperti yang diberlakukan bagi satuan pendidikan di lingkungan
Kementerian Pendidikan Nasional, seperti satuan pendidikan di bawah pembinaan
Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Sebagai contoh, Kementerian Pendidikan Nasional dengan Kementerian


Kehutanan telah melakukan kesepakatan tertanggal 20 Juni 2008 dalam
penyelenggaraan dan pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan,
sebagai peningkatan dan bentuk baru bagi Sekolah Kehutanan Menengah Atas,
seperti diuraikan berikut ini.

SMK KEHUTANAN

Visi SMK Kehutanan adalah tersedianya tenaga teknis menengah kehutanan


yang profesional, mandiri dan berahlak mulia serta siap memasuki lapangan kerja
nasional maupun internasional.
Misi SMK Kehutanan
1. Menyiapkan tenaga teknis menengah kehutanan yang professional,
mandiri dan berakhlak mulia

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   306
2. Menyiapkan tenaga teknis menengah kehutanan yang memiliki daya saing
tingkat nasional maupun internasional
3. Menetapkan kelembagaan pendidikan menengah kehutanan

Tujuan
Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Sebagai lembaga pendidikan formal kejuruan tingkat menengah, Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik
yang profesional, mandiri, dan berakhlak mulia dalam mendukung pembangunan
kehutanan serta memiliki daya saing tingkat nasional maupun internasional.

Untuk membentuk jiwa korsa rimbawan yang tangguh, selama pendidikan


berlangsung seluruh peserta didik wajib tinggal di asrama dan mematuhi seluruh
tata tertib SMK Kehutanan. Pola pembelajaran yang diterapkan melalui kegiatan
kurikuler dan ekstra kurikuler ditujukan untuk mendidik calon tenaga teknisi
menengah kehutanan yang berkualitas dan mampu mandiri dalam semua aspek
dunia usaha di bidang kehutanan yang profesional dan berwawasan global serta
memiliki etos kerja dan disiplin tinggi.

Sistem pendidikan dan pembinaan


1. SMK Kehutanan mengembangkan pendidikan berbasis kompetensi dengan
lama pendidikan 8 (delapan) semester yang ditempuh dalam waktu 4
(empat) tahun.
2. SMK Kehutanan menganut sistem sekolah berasrama (boarding school).
Selama pendidikan siswa wajib tinggal di asrama.
3. Setiap calon siswa yang lulus dan diterima menjadi siswa SMK
Kehutanan Makassar wajib mengikuti Program Pendidikan Dasar
Kewiraan/Masa Orientasi Siswa (MOS).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   307
4. Pendidikan Dasar Kewiraan / Masa Orientasi Siswa (MOS) adalah
program pengembangan fisik dan mental yang berorientasi pada
pembentukan fisik, mental, dan disiplin siswa di bawah bimbingan dan
arahan guru / instruktur yang memahami perkembangan psikologis
peserta didik.

Kompetensi lulusan
Keahlian yang dikembangkan SMK Kehutanan meliputi ; Kompetensi dalam
Bidang Perencanaan Hutan (Planologi), Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
(RLPS), Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA), dan Pemanfaatan Hasil Hutan
(PHH).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian ‐ Bab IX   308
PENUTUP

Upaya penulisan Sejarah Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah, khususnya


Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang diprakarsai oleh Pusat
Kurikulum (Puskur), Kementerian Pendidikan Nasional, patut dihargai. Tulisan
ini merupakan hasil upaya penelusuran pendidikan terstruktur bidang pertanian
sejak masa penjajahan Belanda, selama masa pendudukan Jepang, hingga saat ini.
Dorongan Puskur agar dapat segera terwujudnya lintasan sejarah kurikulum ini
membuat banyak pihak, termasuk para pelaku pendidikan pertanian yang masih
tersisa saat ini, tertegun dan terkagum-kagum.

Sebuah upaya besar telah dimulai dan harus dilanjutkan untuk bidang yang lain.
Menyadari bahwa ruang lingkup sekolah menengah kejuruan yang demikian luas,
akhirnya Puskur menyetujui penulisan sejarah kurikulum SMK dilakukan secara
bertahap. Itu pula sebabnya judul naskah ini adalah Sejarah Kurikulum
Pendidikan Pertanian di Indonesia, dan bukan Sejarah Kurikulum SMK,
sebagaimana jenis dan jenjang satuan pendidikan yang lain.

Dalam penulisan ini berbagai keterbatasan telah dijumpai, antara lain


ketersediaan dokumen. Dalam kaitan ini patut dihargai upaya Dr. Ir. Warsito,
M.Ed. yang dengan sangat gigih telah berhasil mengumpulkan informasi berkaitan
dengan sejarah pendidikan pertanian di Indonesia sejak zaman Belanda. Demikian
pula upaya Ir. Martindra Prasaba mengerahkan segenap jaringan yang dalam
jangkauannya untuk mengumpulkan bahan dan menuangkannya ke dalam tulisan.

Upaya penulisan sejarah kurikulum pendidikan pertanian di Indonesia ini


merupakan pengekalan informasi yang telah berhasil dikumpulkan para pelaku
sejarah, yang belum pernah dipublikasikan secara resmi, dan upaya para pelaku
lainnya terkait dengan sejarah kurikulum SMK Pertanian..

Selain dokumen, penulisan sejarah juga memerlukan narasumber, terutama


narasumber pelaku. Saat ini merupakan saat-saat yang sangat kritis, mengingat
kelangkaan narasumber pelaku yang dapat dijumpai secara langsung. Sebagai

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian  ‐ Bab X  309
gambaran, kita telah kehilangan banyak narasumber pelaku, yang dapat
memberikan data primer yang layak dipercaya. Salah seorang di antaranya, Drs.
Sabirin Ismail, B.Sc., yang masih sempat memberikan bahan masukan untuk
penulisan, telah pergi menghadap dan kembali ke pangkuan Sang Khalik pada
tanggal 25 Desember 2010. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.

Penulisan sejarah juga merupakan upaya penulisan budaya masa lalu, dan
penulisan sejarah kurikulum adalah bagian dari penulisan puncak budaya masa
lalu, karena para pelaku meyakini benar, bahwa yang dilakukan pada masa itu
adalah yang terbaik.

Membaca sejarah, khususnya membaca sejarah kurikulum pendidikan, adalah


salah satu pewujudan upaya mencedaskan bangsa, sehingga sejarah ini perlu
dipahami oleh semua pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan.

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian  ‐ Bab X  310
DAFTAR PUSTAKA

BACHTIAR, Hasan,. PERENCANAAN PENGAJARAN BIDANG STUDI.


Bandung: Pustaka Ramadhan, 2003.

Balitbang dan Dikdasmen. MEMAHAMI KURIKULUM SEKOLAH


MENENGAH KEJURUAN EDISI 1999 BERPENDEKATAN
COMPETENCY BASED DAN BOARD BASED. Jakarta: Balitbang dan
Dikdasmen, Depdikbud, 1999.

Balitbang dan Dikdasmen. 1999. KEBIJAKAN TEKNIS PENGEMBANGAN


DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM MENENGAH KEJURUAN.
Jakarta: Balitbang dan Dikdasmen, Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,. KURIKULUM PENDIDIKAN


MENENGAH KEJURUAN 1976, BUKU I TENTANG KETENTUAN-
KETENTUAN POKOK. Jakarta, 1977.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984. KURIKULUM PENDIDIKAN


MENENGAH KEJURUAN 1984, BUKU I TENTANG KETENTUAN-
KETENTUAN POKOK. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. PEDOMAN PELAKSANAAN


KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN EDISI 1999.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

DJOJONEGORO, Wardiman, Prof. Dr. Ing., LIMA PULUH TAHUN


PERKEMBANGAN PENDIDIKAN INDONESIA, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1996.

KARTODIRJO, Sartono; PENGANTAR SEJARAH INDONESIA BARU 1500–


1900, Dari Emporioum Sampai Emperium, Jilid 1, PT. Gramedia Pustaka
Utama; Jakarta, 1992.

KARTODIRJO, Sartono; PENGANTAR SEJARAH INDONESIA BARU 1500–


1900, Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme, Jilid 2, PT. Gramedia
Pustaka Utama; Jakarta, 1992. 

KENJI, Tsuchiya; DEMOKRASI DAN KEPEMIMPINAN: Kebangkitan Gerakan


Taman Siswa; Balai Pustaka, Jakarta, 1992.

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor


323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Daftar Pustaka 
311
Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan.

KURASAWA, Aiko, MOBILISATION AND CONTROL: A Study of Social


Change in Rural Java, tidak bisa membaca huruf Kanji, 2010.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang


Pendidikan Menengah. Jakarta.

POESPONEGORO, Marwati Djoened, NOTOSUSANTO, Nugroho, SEJARAH


NASIONAL INDONESIA V, Balai Pustaka, Jakarta, 1993.

Satuan Tugas Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan di Indonesia.


1997. Keterampilan Menjelang 2020 untuk Era Glabal. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

-------, “Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional, dilengkapi dengan PP No.19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

SOENARYO, Drs., M.Sc., dkk, 2002. Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

TIM PENULIS; BUKU PERINGATAN TAMAN SISWA 30 TAHUN: 1922 -


1952

WARSITO, DR. Ir. M Ed, PENDIDIKAN PERTANIAN, Badan Pendidikan


Pertanian – Departemen Pertanian, Januari 1995 (tidak diterbitkan).

WARSITO, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH PERTANIAN 01 INDONESIA


(SEBELUM TAHUN 1900), Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian
Departemen Pertanian, Jakarta, Januari 1994 (tidak diterbitkan).

WARSITO, DR. Ir. M Ed, EKSISTENSI DAN PERKEMBANGAN


PENDIDIKAN PERTANIAN DI SEKOLAH PERTANIAN
MENENGAH ATAS, Bogor, Oktober 2010 (tidak diterbitkan).

WARSITO, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH PERTANIAN DI INDONESIA


(SEKITAR TAHUN 1900-AN), Badan Pendidikan Dan Latihan
Pertanian - Departemen Pertanian, Jakarta, Januari 1994 (tidak
diterbitkan).

WARSITO, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH PERTANIAN DALAM MASA


KEPENDUDUKAN JEPANG, Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian
- Departemen Pertanian, Jakarta, September 1994 (tidak diterbitkan).

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Daftar Pustaka 
312
WARSITO, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH PERTANIAN MENENGAH (CULTUUR
SCHOOL), Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian - Departemen
Pertanian, Jakarta, Juli 1994 (tidak diterbitkan).

Warsito, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN (Suatu Tinjauan Awal
Pendiriannya), Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian - Departemen
Pertanian, Jakarta, April 1994 (tidak diterbitkan).

Warsito, DR. Ir. M Ed, PENDIDIKAN PERTANIAN Vol. II A ( 1960 -1969 ),


Badan PSDM Pertanian – Departemen Pertanian, Jakarta, Juni 2005
(tidak diterbitkan).

Data primer sebagaimana dikisahkan oleh para pelaku sejarah, 2010.


Warsito, DR. Ir. M Ed, EKSISTENSI SEKOLAH PERTANIAN, Badan Pendidikan
Dan Latihan Pertanian - Departemen Pertanian, Jakarta, November 1999
(tidak diterbitkan).

Warsito, DR. Ir. M Ed, SEKOLAH PERTANIAN DI yOGYAKARTA, Sebagai


Sumbangan Informasi pada Pertemuan Para Alumni SPMA Negeri Yogyakarta
Pada Tahun 2008.

www.pendis.kemenag.go.id/madrasah diunduh tanggal jam

Pendidikan di Zaman Hindu-Budha


Kidung Peziarah - 05 02 2007
http://peziarah.wordpress.com/category/kependidikan/page/9/ diunduh tanggal
jam

Middelbare Landbouw School te Buitenzorg (1916 - 2008), Bagja diunduh


tanggal jam

Kebun Raya Bogor, Wikipedia, diunduh tanggal jam

Inovasi Kurikulum Pendidikan Kejuruan 1984-2004 Oleh: Fu'adz Al-Gharuty 2


Februari 2009
http://adzelgar.wordpress.com/2009/02/02/inovasi-kurikulum-pendidikan-
kejuruan-84-2004/ diunduh tanggal jam

Sejarah Kurikulum Pendidikan Pertanian – Daftar Pustaka 
313
Data ron 2010 

SEBARAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN YANG ADA SI SMK TAHUN 2009 *)


Agri Agri Agri TP Agri Tan Agri Bit Agrinak Agrinak AgriAnk WatKes Kehut Meka Penyuluh THP Pengas
No Propinsi
Prikan Rumlaut Hortikult Perkebun Kultur Jar Rumin Unggas Ternak Ternak anan Pertanian Pertanian Pangan Mutu
1. DKI Jaya 1 - - - - - - - - - - - - -
2. Jabar 14 2 31 1 7 5 13 4 1 2 - 1 38 1
3. Jateng 14 1 20 2 6 10 10 - - - 4 - 17 3
4. DIY 1 - 1 2 1 2 2 1 - - - - 6 -
5. Jatim - 2 14 6 12 6 12 2 - - 1 1 32 1
6. Aceh - - 13 4 2 5 6 - - - 1 - 10 -
7. Sumut 11 2 44 10 2 1 6 1 - - - 1 15 1
8. Sumbar 3 - 5 4 2 4 3 - - - 1 1 6 -
9. Riau 3 - 14 19 6 1 2 - - - - - 11 1
10. Jambi 8 - 7 8 8 1 3 - - - - - 5 1
11. Sumsel - - 4 5 3 1 1 - - - - - 3 1
12. Lampung 13 - 4 4 3 2 2 1 - - - - 5 1
13. Kalbar 15 - 20 13 4 1 2 - - - - - 8 1
14. Kalteng 9 - 29 7 2 - 1 - - - - - 8 -
15. Kalsel 4 1 8 6 - - - 1 - - - - 3 1
16. Kaltim 1 - 6 11 4 3 4 - - - - - 9 -
17. Sulut 6 - 7 1 1 - 1 - - - - - 5 -
18. Sulteng 10 1 8 4 5 3 7 1 - - - - 8 -
19. Sulsel 14 1 17 6 4 1 4 1 - 1 - - 9 -
20. Sultra 16 1 15 4 2 - 4 1 - - - - 6 -
21. Maluku 17 5 18 2 1 3 2 2 - - 1 1 9 -
22. Bali 3 - 2 - - 2 1 - - - - - 2 -
23. NTB 18 - 15 4 4 14 10 1 - - 1 - 12 -
24. NTT 16 3 20 3 6 7 10 - - - - - 15 -
25. Papua 12 1 21 6 1 10 10 2 - 1 - - 4 -
26. Bengkulu 5 - 5 5 - 2 2 1 - - - - 4 -
27. Banten 6 - 5 - 2 - 2 1 - - - - 10 -
28. Babel 3 - 1 2 - - 1 - - - - - 1 -

Sumber PPPTK 2009  ‐  *) Catatan: Nautika/teknika/pelayaran belum terekapitulasi 
Data ron 2010 

29. Gorontalo 4 2 8 1 1 7 4 2 - - - - 9 -
30. Maluk Utra 10 - 15 2 2 - 4 - - - - - 1 -
31. Kepri 4 - 1 - - - - - - - - - 3 -
32. Papua Brt 4 - 5 1 - - 2 - - 1 - - 3 -
33. Selws Bart 2 1 10 2 - - - - - - - - 5 -
Total 247 23 393 145 91 91 131 22 1 5 9 5 282
SEBARAN PROGRAM STUDI KEAHLIAN YANG ADA SI SMK TAHUN 2009*)
No Propinsi Agri Agri Agri Tan Agri Tan Agri Agri Agri Agri Perwt Kehut Meka Penyul Tek Pengas
Perikan Rumput Pangan Perkebun Pembit Ternak Ternak Aneka Keshat anan Pertanian Pertanian Pengol Mutu
an laut Hort Kultur Rumin Unggas Ternak Ternak Hasil
Jaringan Pangan
1. DKI Jaya 1 - - - - - - - - - - - - -
2. Jabar 14 2 31 1 7 5 13 4 1 2 - 1 38 1
3. Jateng 14 1 20 2 6 10 10 - - - 4 - 17 3
4. DIY 1 - 1 2 1 2 2 1 - - - - 6 -
5. Jatim - 2 14 6 12 6 12 2 - - 1 1 32 1
6. Aceh - - 13 4 2 5 6 - - - 1 - 10 -
7. Sumut 11 2 44 10 2 1 6 1 - - - 1 15 1
8. Sumbar 3 - 5 4 2 4 3 - - - 1 1 6 -
9. Riau 3 - 14 19 6 1 2 - - - - - 11 1
10. Jambi 8 - 7 8 8 1 3 - - - - - 5 1
11. Sumsel - - 4 5 3 1 1 - - - - - 3 1
12. Lampung 13 - 4 4 3 2 2 1 - - - - 5 1
13. Kalbar 15 - 20 13 4 1 2 - - - - - 8 1
14. Kalteng 9 - 29 7 2 - 1 - - - - - 8 -
15. Kalsel 4 1 8 6 - - - 1 - - - - 3 1
16. Kaltim 1 - 6 11 4 3 4 - - - - - 9 -
17. Sulut 6 - 7 1 1 - 1 - - - - - 5 -
18. Sulteng 10 1 8 4 5 3 7 1 - - - - 8 -
19. Sulsel 14 1 17 6 4 1 4 1 - 1 - - 9 -
20. Sultra 16 1 15 4 2 - 4 1 - - - - 6 -
21. Maluku 17 5 18 2 1 3 2 2 - - 1 1 9 -
22. Bali 3 - 2 - - 2 1 - - - - - 2 -
23. NTB 18 - 15 4 4 14 10 1 - - 1 - 12 -
24. NTT 16 3 20 3 6 7 10 - - - - - 15 -

Sumber PPPTK 2009  ‐  *) Catatan: Nautika/teknika/pelayaran belum terekapitulasi 
Data ron 2010 

25. Papua 12 1 21 6 1 10 10 2 - 1 - - 4 -
26. Bengkulu 5 - 5 5 - 2 2 1 - - - - 4 -
27. Banten 6 - 5 - 2 - 2 1 - - - - 10 -
28. Babel 3 - 1 2 - - 1 - - - - - 1 -
29. Gorontalo 4 2 8 1 1 7 4 2 - - - - 9 -
30. Maluk Utra 10 - 15 2 2 - 4 - - - - - 1 -
31. Kepri 4 - 1 - - - - - - - - - 3 -
32. Papua Brt 4 - 5 1 - - 2 - - 1 - - 3 -
33. Selws Bart 2 1 10 2 - - - - - - - - 5 -
Total 247 23 393 145 91 91 131 22 1 5 9 5 282

Sumber: PPPPTK Cianjur, 2009


*) Tidak termasuk Nautika/Teknika Kapal Penangkap Ikan

Sumber PPPTK 2009  ‐  *) Catatan: Nautika/teknika/pelayaran belum terekapitulasi 
Lampiran Bab II - 1

DESKRIPSI SEKOLAH PERTANIAN RENDAH


DI 16 LOKASI

1. Sekolah Pertanian Rendah di Wonosobo

Sekolah Pertanian Rendah di Wonosobo dibuka pada tanggal 4 Januari 1912,


dimulai dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang dengan umur antara 16
hingga 23 tahun, Siswa Sekolah Pertanian Rendah adalah lulusan Sekolah
Desa 3 tahun.

Siswa ditampung di sebuah asrama amat sederhana yang dibangun dalam


kompleks sekolah. Biaya asrama termasuk makan dipungut sebesar f 0,25 per
hari tiap siswa. Kebijaksanaan penyediaan asrama sederhana ditempuh agar
siswa dapat lebih memusatkan perhatian pada pelajarannya. Lama pendidikan
berlangsung selama 3 musim tanam atau 1,5 tahun.

Karena dirasakan terlampau singkat kemudian diperpanjang menjadi 2 tahun.


Dengan perpanjangan waktu belajar, siswa mendapat tambahan pelajaran
mengenai budidaya beberapa tanaman yang mempunyai nilai ekonomi penting
lainnya

Guna melaksanakan praktik lapangan, telah tersedia lahan seluas 8 hektar.


Lahan untuk praktik pertanian digunakan sebagian untuk praktik memelihara
ternak besar dan ternak keeil yang dapat dimanfaatkan sebagai penghasil
pupuk kandang bagi keperluan pertanian.

Di Sekolah Pertanian Rendah Wonosobo praktik lapangan terdiri atas cara


penanaman tembakau rakyat, cara pemungutan hasil, pengolahan dan
penyimpanan hasil sampai pada tembakau siap dipasarkan sebagai tembakau
kualitas nomor satu. Kepada siswa diajarkan juga cara menanam jagung dan
sayuran serta tanaman untuk pakan ternak.

Pada lahan praktik sekolah terdapat juga beberapa tanaman seperti rosella,
serat agave, beberapa varietas ketela pohon serta beberapa tanaman penghasil

1
bahan wangi-wangian.

Pada awal musim hujan dimulai pelajaran penanaman padi sawah, padi gogo,
dan gogo rancah. Pengajaran praktik dimulai dengan mempersiapkan
persemaian untuk padi sawah. Para siswa diajar dan dibimbing mengenai cara
penggunaan pupuk buatan serta manfaatnya bagi tanaman padi. Kepada para
siswa diberikan contoh perbandingan antara praktik pertanian tradisional yang
diterapkan oleh penduduk di desa dengan praktik pertanian sesuai dengan
yang diajarkan di Sekolah Pertanian Rendah.

Di samping praktik tanaman, siswa mendapat tugas memelihara kerbau milik


sekolah sebanyak 9 ekor, 2 ekor kambing ras Benggala, dan 2 ekor kambing
lokal. Dengan jumlah ternak yang terbatas ini. siswa dibimbing dengan usaha
penangkaran ternak.

Dari pihak Pemerintah Daerah dan instansi-instansi lain didapat perhatian


yang besar terhadap keberadaan sekolah ini. Pada bulan Juli 1913 Sekolah
Pertanian Rendah mendapat kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda
yang menaruh perhatian penuh terhadap pendidikan pertanian bagi rakyat
bumiputra. Pada bulan Agustus 1913, Residen Solo telah mengunjungi
sekolah ini.

Sekolah ini telah berhasil meluluskan tamatan angkatan pertama pada tanggal
23 Desember 1913 sejumlah 18 orang yang mendapatkan sertifikat. Lulusan
pertama ini mendapat pekerjaan sebagai Asisten Guru Pertanian pada Sekolah
Pertanian Rendah di Yogyakarta (3 orang), Petugas Badan Penyiaran Agama
Nasrani/ Zending di Pulau Sumbawa (1 orang), Asisten Guru di Wonosobo (1
orang), bidang usaha pertanian swasta (2 orang), dan sisanya 8 orang kembali
ke desanya masing-masing sebagai penggerak petani atau kader tani.

Agar pemuda lulusan Sekolah Pertanian Rendah yang kembali ke desa dapat
lebih berhasil, mereka diberi kesempatan untuk mengolah tanah milik desa
ataupun pamong desa. Tanah desa digarap oleh beberapa petani dengan
bimbingan pemuda lulusan Sekolah Pertanian Rendah. Sebagai upah atas

2
pengabdiannya karena memberikan bimbingan kepada para petani, kepada
pemuda lulusan Sekolah Pertanian Rendah tersebut mendapat sebagian dari
hasil lahan yang diusahakannya.

Apabila pemuda lulusan Sekolah Pertanian Rendah mempunyai lahan


pertanian sendiri dan digunakan untuk tempat berlatih dengan para petani,
maka pengolahan tanah tersebut dapat menggunakan tenaga kerja petani tanpa
dipungut bayaran. Keuntungan bagi petani adalah mendapat bimbingan usaha
pertanian yang lebih baik, sedangkan bagi pemuda lulusan Sekolah Pertanian
Rendah memperoleh bantuan tenaga dari para petani tanpa harus membayar.
Pelaksanaan kegiatan sebagaimana digambarkan tersebut di atas terjadi
berdasarkan atas hasil kesepakatan antara para petani dengan para pejabat
pemerintahan desa setempat.

2. Sekolah Pertanian Rendah di Soreang

Sekolah Pertanian Rendah di Soreang, lebih dikenal sebagai Sekolah Tani,


berdiri pada tanggal 23 April 1912. Dimulai dengan menerima siswa sebanyak
30 orang. Calon siswa yang diterima mempunyai umur antara 12 hingga 16
tahun dan telah lulus Sekolah Desa. Siswa yang belajar di Sekolah Tani di
Soreang dibiayai orang tua atau orang tua asuh mereka dengan membayar
uang sekolah sebesar f 0,25 tiap bulan. Untuk keperluan pengajaran praktik
pertanian, mula-mula telah tersedia lahan seluas 4 hektar. Karena letak lahan
terlampau jauh dari sekolah, lahan tersebut kemudian ditukar dengan lahan
yang letaknya dekat dengan sekolah dengan luas yang sama.

Lahan praktik ini sangat subur dan sesuai sekali untuk ditanami padi sawah.
Dalam areal pertanaman padi sawah pada tahun ajaran 1912-1912, sebagian
lahannya ditanami dengan varietas padi berumur pendek dan sebagian sawah
lainnya ditanami dengan verietas padi berumur panjang. Sebagian lahan
praktik lainnya ditanami ketela pohon serta sebagian lagi disediakan khusus
bagi keperluan praktik siswa secara perorangan. Untuk kepentingan praktik
perorangan, setiap siswa memperoleh lahan seluas 4 rantai (sekitar 56 m2)
untuk ditanami dengan tanaman menurut pilihan siswa sendiri. Selain itu

3
setiap siswa masih mendapat sebagian pekarangan sekolah untuk dipelihara
dan ditanami dengan berbagai tanaman menurut pilihannya. Semua kegiatan
praktik siswa mendapat bimbingan dan petunjuk teknis dari guru-guru praktik
mereka.

Hasil panen praktik siswa diperkenankan untuk dijual oleh masing--masing


siswa. Semua hasil penjualannya wajib ditabung pada bank tabungan sehingga
setiap siswa memiliki buku tabungan. Tujuannya adalah untuk membina
semangat dan jiwa menabung. Kelak bila para siswa telah selesai dan
meninggalkan sekolah mereka akan mendapatkan kembali buku tabungannya
masing-masing. Buku tabungan siswa disimpan secara kolektif. Dengan
demikian uang sekolah yang dibayarkan para siswa selama belajar di Sekolah
Tani seolah-olah akan diterima siswa kembali dalam bentuk hasil penjualan
produk pertanian yang mereka hasilkan sendiri. Sebagian terbesar hasil lahan
praktik yang diusahakan dan dikelola oleh sekolah dijual oleh dan untuk
sekolah guna menambah biaya operasional pendidikan.

Setiap bulan secara teratur siswa Sekolah Tani dengan bimbingan guru
mengada-kan pertemuan lapangan dengan para kepala desa di kebun praktik
milik sekolah. Temu lapangan ini bertujuan agar kepala desa dapat melihat
sendiri keuntungan dari penerapan teknologi pertanian sesuai dengan
lingkungan dan untuk memberi kesempatan menanyakan segala masalah
pertanian yang ada.

Sekolah Tani di Soreang telah mendapat perhatian penuh dari pemerintah


Hindia Belanda dan instansi lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya
kunjungan para tamu tahun 1912 seperti Prof. Wijsman, Sekretaris Umum
Kementerian Urusan Jajahan di Amsterdam, Mr. Drousy, Direktur Muda
Departemen Pertanian dari Congo-Belgia, Mr. J.A. Gomes, seorang ahli
pertanian dari Portugis, dan beberapa pejabat pemerintah Hindia Belanda
maupun para pejabat dari Departemen Pertanian, Perindustrian, dan
Perdagangan yang berkedudukan di Bogor. Se1ama tahun 1913 sekolah ini
rnendapat kunjungan Gubernur Jenderal, Direktur Departemen Pendidikan dan

4
Agarna, para Bupati Tasikmalaya, Cirebon, Kuningan, Majalengka, serta
pejabat-pejabat pemerintah 1ainnya, dari wedana, camat, sampai dengan para
kepala desa. Kunjungan itu menunjukkan adanya minat dan perhatian yang
besar terhadap sekolah di Soreang ini. Beberapa di antara mereka te1ah
melakukan kunjungan ke sekolah ini beberapa kali guna mendapat informasi
pendidikan tentang sekolah pertanian dan perkembangannya.

Sebagai dampak dari adanya Seko1ah Pertanian Rendah di Soreang adalah


meningkatnya minat masyarakat pedesaan terhadap usahatani serta adanya
dorongan masyarakat agar lebih banyak lagi Sekolah Pertanian didirikan di
tempat lain dengan mencontoh Sekolah Pertanian Rendah di Soreang.

Terdapat permintaan dari berbagai pihak yang berrninat untuk memanfaatkan


lulusan sekolah ini sebagai mandor perkebunan atau menjadi guru praktik
pada berbagai Sekolah Rendah milik swasta. Beberapa lulusan telah diminta
untuk bekerja sebagai Guru Praktik Pertanian di bawah bimbingan Guru
Pertanian tamatan Middelbare Landbouw School dari Bogor di Sekolah
Pertanian Rendah, di Sekolah Desa, ataupun pada penyelenggaraan Kursus
Tani dan Kursus Guru Pertanian.

Pada setiap kesempatan, Badan Pembina Sekolah bersama Kepala Sekolah


dan guru berulang kali menjelaskan kepada siswa serta orang tua/wali siswa
bahwa pendidikan di Sekolah Pertanian Rendah ini tidak bertujuan untuk
memperoleh pekerjaan di bidang pelayanan ataupun menjadi pegawai,
melainkan bertujuan untuk menghasilkan kader tani yang handal. Namun
penjelasan tersebut rupanya kurang ditanggapi oleh para orang tua/wall siswa
pada umumnya. Sebaliknya alasan orang tua mengirim anak-anaknya di
sekolah pertanian adalah agar setelah menyelesaikan pelajarannya, mereka
mendapatkan pekerjaan baik sebagai pegawai pemerintah ataupun sebagai
pegawai swasta.

3. Sekolah Pertanian Rendah di Purworejo

Sekolah Pertanian Rendah untuk bangsa bumiputra yang ketiga didirikan di

5
Purworejo pada tanggal 26 Pebruari 1913. Dari 250 orang remaja yang
melamar untuk menjadi siswa, sebagian besar berasal dari lulusan Sekolah
Desa, telah terpilih 32 orang siswa yang semuanya berasal dari siswa kelas III
dari Sekolah Rakyat 5 tahun. Di Purworejo terdapat asrama siswa yang
memungut biaya makan untuk setiap siswa sebesar f 5 tiap bulan. Biaya
makan di asrama siswa Purworejo lebih murah dengan mutu makanan yang
lebih baik.

Selama tahun ajaran pertama (1913-1914) telah dikeluarkan 2 orang siswa


karena berkelakuan kurang baik sehingga pada akhir tahun ajaran tinggal 30
siswa. Pada umumnya semua siswa menunjukkan kelakuan yang baik, rajin
dan penuh minat akan pelajaran pertanian.

Pada tahun ajaran 1914-1915, sekolah mengadakan karyawisata ke tempat


pameran peternakan di Wonosobo, kebun seleksi dan bibit di Sekolah
Pertanian Rendah Yogyakarta. Pada tahun ajaran 1914 sekolah di Purworejo
mendapat kunjungan Gubernur Jenderal.

Pada bulan Januari 1915 telah lulus 28 orang dari 30 orang siswa Sekolah
Pertanian Rendah di Purworejo. Tercatat sejumlah 6 orang siswa lulusan yang
pulang ke desanya masing-masing untuk menjadi petani, 6 orang bekerja
sebagai guru bantu pada Sekolah Pertanian di Rembang, 6 orang sebagai
Pembantu Penasihat Pertanian di Semarang, 2 orang bekerja di pabrik gula di
Prembun, 1 orang bekerja di perusahaan teh Malabar, 1 orang sebagai juru
tulis pada Departemen Pemerintahan Dalam Negeri di Jakarta, 1 orang sebagai
mandor stasiun percobaan gula di Tegal, 1 orang sebagai juru tulis di kantor
kelurahan, 1 orang sebagai anggota pemerintahan desa, 1 orang sebagai guru
pada Sekolah Desa, 1 orang sebagai penjaga hutan (jagawana), dan 1 orang
siswa melanjutkan belajar di Ambachts School di Kebumen.

Tahun ajaran 1915 telah diadakan widyawisata ke pameran peternakan di


Karanganyar, pabrik gula Prembun, pengairan Kedungputri di Purworejo,
pembakaran kapur di Kedungdang dan sekolah pertanian di Temon dan
Wuluadeg (Yogyakarta).

6
Kebun sekolah telah diperkaya dengan berbagai varietas padi, di antaranya
varietas padi yang berasal dari kebun benih di Nganjuk dan dari Yogyakarta.
Selain tanaman padi, kebun sekolah juga ditanami tebu, kacang-kacangan,
cabe, terung dan tanaman palawija lainnya.

4. Sekolah Pertanian Rendah di Plumbon

Sekolah pertanian ini dibuka pada tanggal 20 April 1913 namun pelajaran baru
dapat dimulai pada tanggal 2 Mei 1913. Lebih dari 100 calon siswa yang
melamar dan setelah diseleksi hanya 36 orang yang diterima sebagai siswa. Di
antara mereka yang diterima, sebagian besar siswa berasal dari Sekolah Desa
dan sisa lainnya berpendidikan siswa kelas III dari Sekolah Rakyat 5 tahun di
Plumbon dan Maja (daerah Majalengka).

Karena Sekolah-sekolah Desa di sekitar Plumbon pada saat dibukanya


Sekolah Pertanian Rendah belum meluluskan siswa, siswa Sekolah Pertanian
yang berasal dari Sekolah Desa diberi tambahan pelajaran mata pelajaran
berhitung selama bulan puasa pada bulan Agustus 1913.

Sekolah Pertanian Rendah di Plumbon adalah sekolah swasta. Kepada tiap


siswa dipungut uang sekolah sebesar f 0,10 sampai f 0,25 tiap bulan. Siswa
yang menunjukkan bakat tetapi orang tua atau walinya tidak mampu untuk
membiayai sekolah anaknya, dibebaskan dari kewajiban membayar uang
sekolah. Pada akhir tahun ajaran 1913 terdapat 7 orang siswa yang
dikeluarkan dari sekolah karena berkelakuan kurang baik atau tidak mampu
mengikuti pelajaran ataupun menderita sakit dan tidak dapat mengikuti
pelajaran. Hal ini sejalan dengan peraturan sekolah yang menyebutkan bahwa
yang dapat diterima sebagai siswa Sekolah Pertanian Rendah adalah mereka
yang berbadan sehat, terampil/cerdas dan berkelakuan baik. Persyaratannya
berat karena mereka nanti diharapkan rnenjadi pelopor pembangunan
pertanian di desanya.

Kebun sekolah adalah lahan seluas 4,5 bau (3,5 hektar), terletak di antara
gedung sekolah dan jalan raya antara Cirebon - Bandung dan juga dilewati

7
oleh jalan kereta api Cirebon – Semarang. Letaknya sangat strategis. Siswa
melakukan praktik pertanian di kebun tersebut pada pagi hari sebelum
pelajaran di kelas dimulai. Untuk pekerjaan yang berat seperti pembajakan,
pengolahan tanah atau pekerjaan yang terlalu banyak menyita waktu bila
dikerjakan oleh para siswa, diserahkan kepada para tenaga kasar sebagai
tenaga kuli yang diupah oleh sekolah. Adapun pekerjaan ringan seperti
menyiram dan memelihara tanaman dilakukan oleh siswa sendiri.

Agar siswa dapat dididik untuk bertanggung jawab akan tugasnya di kebun
sekolah, maka setiap siswa mempero1eh lahan seluas 100 m2 untuk
diusahakan dan ditanami serta diurus sendiri dengan penuh rasa tanggung
jawab. Hasil panen dari lahan yang harus ditanami tersebut dijual dan uang
hasi1 penjualannya harus ditabung. Untuk keperluan itu masing-masing siswa
memiliki buku tabungan sendiri.

Pada tanggal 12 Juli 1915 telah diberikan ijazah kepada 26 lulusan dari 31
orang siswa. Dari 26 orang lulusan, terdapat 15 orang mendapat pekerjaan
yang tersebar di Jawa Barat, bekerja sebagai pemberantas hama, pekerja
pabrik gula, sebagai tenaga guru bantu pada Sekolah Pertanian Rendah,
Sekolah Rakyat 5 tahun, sebagai guru di Sekolah Desa 3 tahun ataupun
sebagai juru tulis pada kantor kelurahan/desa. Sejumlah 11 orang siswa
lulusan lainnya kembali ke desanya masing-masing untuk bekerja sebagai
petani.

Pada tahun pelajaran yang dibuka tanggal 23 Agustus 1915 sekolah memiliki
34 orang siswa berusia sekitar 15 sampai 18 tahun. Sebagian besar siswa
tersebut berasal dari putera petani (18 orang), putera pimpinan pemerintahan
desa (11 orang) dan 5 orang dari kalangan lainnya.

Dari para tamu pengunjung yang telah memberikan perhatian besar pada
sekolah ini adalah Residen Cirebon, Bupati Serang, pejabat Departemen
Pertanian, Perindustrian, dan Perdagangan serta sejumlah tokoh masyarakat
bumiputra.

8
5. Sekolah Pertanian Rendah di Wuluadeg

Sekolah pertanian Rendah di Wuluadeg didirikan oleh Pemerintah Swapraja


Kasultanan Yogyakarta dan dibuka pada tanggal 20 Desember 1913 dengan
jumlah siswa sebanyak 23 orang. Dari 150 calon siswa, telah diterima 20
orang. Semuanya berasal dari siswa kelas III Sekolah Rakyat 5 tahun. Sekolah
menerima pula 3 orang siswa yang berasal dari daerah di luar Kasultanan
Yogyakarta.

Gedung Sekolah Pertanian Rendah Wuluadeg dibuat semi permanen dengan


atap dari genteng, tiang bambu, dan dindingnya dari anyaman bambu. Dinding
asrama siswa dibuat dari papan dengan alas terbuat dari lantai semen. Lokasi
sekolah ini dipilih pada lahan yang dikenal sebagai tanah kebonongan
(kebonongan gronden), yaitu tanah yang tidak dijadikan areal persewaan
perkebunan milik bangsa Eropa/Belanda. Secara historis, tanah yang
diusahakan oleh rakyat di daerah wilayah kerajaan Yogyakarta dan Surakarta
(vorstenlanden) dapat disewakan kepada perusahaan perkebunan swasta
dengan perjanjian untuk dipakai secara bergantian setiap tahun. Bila lahan
tanah sawah saat ini disewa oleh swasta untuk tanaman perusahaan
perkebunan seperti tembakau dan tebu, maka pada tahun berikutnya lahan
tersebut diusahakan oleh rakyat sebagai pemegang "hak anggaduh" tanah
milik raja. Dapat dimengerti bila sekolah tidak didirikan di daerah tanah yang
dapat disewa oleh swasta, karena akan dapat mengganggu kegiatan sekolah.

Di kebun sekolah untuk praktik ditanami padi dan tanaman kacang-kacangan,


tembakau, jagung, sorghum, ubi jalar, ketela pohon, bawang merah, dan
tanaman sayuran.

Sekolah widyawisata antara lain ke pameran pembangunan di Semarang, ke


tanaman dataran rendah dan dataran tinggi.

Perhatian masyarakat bumiputra, khususnya para pengusaha bumiputra besar


sekali pada sekolah ini. Berdasarkan hasil musyawarah dengan Komisi
Pengawasan Pendidikan telah diputuskan bahwa bangunan yang semula dibuat

9
semi permanen, sejak tahun ajaran 1915-1916 selesai dibangun kembali
dengan bentuk bangunan permanen.

Pada akhir bulan Juli 1915 telah diberikan ijazah kepada 12 orang dari 14
orang siswa (lama pendidikan di Sekolah Pertanian Tingkat Rendah adalah 2
tahun) serta seorang siswa pendengar. Namun sebagian lulusan tersebut
sampai akhir September 1915 masih tetap masuk sekolah guna memperoleh
bimbingan kepala sekolah untuk latihan ceramah/pidato dan latihan mengajar.
Setelah selesai latihan, terdapat 9 orang lulusan diangkat sebagai Mantri Tani
yang disebar penempatannya di wilayah Kasultanan (5 orang), di wilayah
Pakualaman (2 orang) dan 2 orang lagi di wilayah Kasunanan Surakarta.
Seorang lulusan lainnya bekerja sebagai mandor di kebun benih Randugunting
dan 3 orang lagi sebagai guru bantu di sekolah pertanian rendah.

Pada tahun ajaran 1915-1916 telah mendaftarkan sejumlah 250 calon siswa.
Setelah diseleksi, sekolah hanya menerima sejumlah 10 orang siswa. Namun
demikian jumlah siswa kelas I telah mencapai 22 orang, terdiri atas 10 orang
hasil seleksi, 3 orang siswa lama yang tinggal kelas, 5 orang siswa Kursus
Pertanian Srandakan, dan 4 orang siswa dari Kursus Pertanian di Ponggang.

6. Sekolah Pertanian Rendah di Lawang

Pembangunan Sekolah Pertanian Rendah ini telah dimulai sejak tahun 1913.
Karena berbagai sebab, antara lain karena penyerahan gedung sekolah
diundur, peresmian sekolah belum dapat dilangsungkan pada tahun ajaran
1913. Sambi1 menunggu penerimaan siswa baru pada tahun ajaran 1914-1915
penyelenggara sekolah telah mulai menyiapkan sebidang tanah untuk
dijadikan kebun sekolah sebagai sarana praktik pertanian bagi siswa-siswa
yang akan datang.

Kebun sekolah direncanakan dan dipersiapkan untuk tempat praktik


pembibitan dan tempat praktik tanaman semusim. Sebagian kebun sekolah
lainnya telah dipersiapkan untuk diserahkan pada para siswa agar dikelola
menurut model yang telah dilaksanakan di sekolah pertanian lainnya, yaitu

10
dengan membagi tanah menjadi petakan dan tiap petak dikelola oleh seorang
siswa secara mandiri dan penuh tanggung jawab. Diharapkan pada saat
dimulainya tahun ajaran 1914-1915 bibit-bibit yang telah dipersiapkan
sebelumnya oleh penyelenggara sekolah dapat dipindahtanamkan oleh siswa
pada petak lahan bagiannya masing-masing. Pekerjaan-pekerjaan yang berat
seperti pembajakan dan sebagainya dikerakan oleh tenaga kuli yang dibayar
oleh penyelenggara sekolah.

Secara resmi, sekolah dibuka pada tanggal 11 Pebruari 1914 dengan menerima
siswa sejumlah 33 orang. Para siswa berasal dari hasi1 seleksi siswa kelas III
Sekolah Dasar Pemerintah untuk bumiputra di sekitar Lawang dan
Bondowoso. Selain mata pelajaran yang diberikan berdasarkan kurikulum
yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian, Perindustrian, dan
Perdagangan, kepada siswa juga diajarkan dasar-dasar ilmu ukur tanah.
Kepada siswa ditugaskan mengukur sebagian dari kebun sekolah dan
membuat petanya.

Sekolah pertanian ini menerima 2 orang siswa yang dikirim dari Perusahaan
Pabrik Gula di Maron (Jawa Timur) yang mempunyai hubungan kerja sama
dengan bank koloniale untuk membiayai siswa tersebut di sekolah pertanian.
Setelah selesai mengikuti pendidikan, mereka akan ditempatkan sebagai guru
pertanian di sekolah desa di wilayah kerja Pabrik Gula Maron serta diwajibkan
untuk memberikan kursus pertanian kepada masyarakat desa yang tingga1 di
sekitar sekolah desa yang bersangkutan.

Pada bulan Juli 1915 diluluskan 17 orang. Dari lulusan tersebut, ada sebagian
yang meneruskan pendidikan, sebagian lainnya berkecimpung di bidang
pertanian mengolah 1ahan milik orang tuanya di Batu, menjadi guru Sekolah
Desa di Purwodadi dan lainnya pulang ke desanya sambi1 menunggu bekerja.
Atas himbauan guru Sekolah Pertanian Tingkat Rendah di Lawang, 3 orang
lu1usan bersama dengan 2 orang petani di Punten 1 orang petani di Ketindan,
atas resiko sendiri telah mengusahakan tanaman kentang dan sayuran lainnya.
Dengan perantaraan guru pertanian tersebut, telah diperoleh pinjaman modal

11
dari bank untuk menyewa 1ahan, membeli bibit dan keper1uan usaha
pertanian lainnya. Demikian pula bimbingan yang diberikan oleh guru
pertanian adalah memberikan petunjuk dan menjalin hubungan dengan
pengusaha di Surabaya.

Berkat jasa guru pertanian dan bantuan seorang ahli pertanian J.J. Ochse. telah
didirikan perkumpulan petani jeruk dan sayuran di Batu. Perkumpulan petani
tersebut adalah perkumpulan petani bumiputra dan telah sanggup
mengirimkan hasil usaha taninya ke Surabaya dan ke daerah-daerah lainnya di
Jawa Timur. Pengelolaan perkumpulan petani tersebut diserahkan kepada
seorang juru tulis bumiputra. Namun usaha untuk pengiriman percobaan
berupa 32 pikul kentang (1 pikul = 62 kg) dari Pasuruan ke Filipina rnenemui
kegagalan karena harganya tidak sesuai, sehingga merugi.

Karena harga sewa untuk lahan praktik sekolah dinilai cukup mahal dan jenis
tanahnya kurang sesuai untuk keperluan pengajaran praktik siswa, sekolah
tidak memperpanjang sewa tanah di Lawang. Sekolah kernudian membeli
sebidang tanah yang lebih baik dan lebih subur di Desa Ketindan. Jarak lahan
praktik baru dengan sekolah sekitar 10 menit berjalan kaki. Di lahan praktik
baru ini kemudian pada tahun 1916 didirikan gedung sekolah baru yang
selanjutnya dikenal sebagai Sekolah Pertanian Tingkat Rendah di Ketindan.
Gedung Sekolah Pertanian yang lama di Lawang kemudian dirobohkan,
karena konstruksi gedung dianggap tidak memanuhi persyaratan kesehatan.

7. Sekolah Pertanian Rendah di Beureuneun

Sekolah Pertanian ini dibuka pada tanggal 12 Pebruari 1914 dengan 26 siswa
setelah diseleksi dari 39 calon siswa. Kepada para siswa yang memerlukan
pemondokan/ asrama dipungut biaya sebesar f 7,50 tiap siswa per bulan.
Pelajaran teori diberikan pada jan 09.00 sarnpai dengan jam 11.00. Pelajaran
praktik dari jam 06.00 sampai jam 08.00 serta pada sore hari dari jam 15.00
sampai dengan jam 17.00. Dalam rangka memberikan gambaran tentang
praktik berbagai budidaya tanaman, sekolah menyelenggarakan program
karyawisata ke daerah di sekitar sekolah. Pada awal tahun ajaran 1915-1916

12
diterima sejumlah 15 orang siswa baru di kelas I. Sejumlah 26 orang siswa
kelas I yang lama (penerimaan tahun ajaran 1914) telah naik semuanya ke
kelas II. Jumlah keseluruhan siswa kelas I dan II adalah 41 orang. Semua
siswa dinilai mempunyai perilaku dan kerajinan yang memuaskan.

8. Sekolah Pertanian Rendah di Tondano

Sekolah ini didirikan dari sebuah gedung lama bekas gudang kopi yang
direhablitasi di renovasi dan diberi tambahan bangunan baru. Sekolah mulai
dibuka pada tahun ajaran 1914, yaitu tanggal 27 Januari 1914. Dari 300
pelamar, sete1ah diseleksi, kemudian diterima sejum1ah 44 orang siswa,
terdiri atas para siswa yang telah tarnat kelas-II dari Sekolah Dasar Negeri 5
Tahun (41 orang siswa) dan 3 orang dari tamatan kelas-II Sekolah Dasar
Swasta 5 Tahun. Menurut asalnya, para siswa datang dari Manado, Amurang,
dan Tondano. Bagi siswa yang bertempat tinggal jauh dari sekolah, kepada
mereka disediakan rumah pondokan dengan biaya pondokan sebesar f 7,50
sampai f 12,50 tiap orang per bulan. Pada akhir tahun ajaran, jumlah siswa
tinggal 377 orang.

Lokasi sekolah terletak di daerah yang padat penduduknya, sehingga tidak


dapat diusahakan tersedianya lahan kebun sekolah yang menyatu dengan
gedung sekolah. Untuk keperluan pengajaran praktek pertanian. telah
disediakan lahan di 2 lokasi tidak jauh dari gedung sekolah masing-masing
se1uas 5 bau (sekitar 4 ha) berupa lahan sawah dan 2.5 bau (2 ha) berupa
lahan kering, sedangkan lahan pekarangan sekolah digunakan sebagai kebun
percontohan untuk pelbagai tanaman pa1awija. Pada tahun ajaran 1914, untuk
pengajaran praktek pertanian di lahan sawah telah ditanami berbagai jenis
varietas padi, sedang di lahan kering telah ditanami palawija seperti jagung
dan kacang-kacangan. Sebagian dari lahan kering diserahkan kepada para
siswa. setiap siswa mendapat sepetak lahan seluss 140 m2 untuk ditanami
bermacam-macam pa1awija, menurut pilihan masing-masing siswa.

Pada tahun ajaran 1915 telah diterima sejumlah 36 orang siswa baru di kelas I.
Atas permintaan Asisten Residen Sulawesi Tengah telah diterima 5 orang

13
pemuda Bugis sebaga1 siswa kelas I. Namun karena pengetahuan dasar
pendidikan masih terbatas pada penguasaan membaca dan menulis. mereka
diperlakukan sebagai kelompok siswa khusus. Kepada kelompok khusus
tersebut diberikan paket pendidikan pertanian berupa pemberian bobot
pelajaran praktek yang lebih besar dari budidaya beberapa komoditi pertanian
yang terpenting. Di lahan sawah milik sekolah di Roong, diselenggarakan
percobaan sejulah varitas padi setempat dan beberapa varitas padi yang
didatangkan dari Jawa. Dernikian pula pada lahan sawah tersebut diadakan
percobaan pembibitan di pesemaian tanah kering dan pesemaian yang
mendapatkan genangan air. Seusai tanaman padi. sebagian lahan sawah
ditanami palawija seperti jagung, kacang tanah, kacang merah, dan
1ain~1ainnya, Adapun lahan kering mi1ik sekolah di Sasaran, ditanami selain
palawija seperti pada lahan sawah juga ditanami dengan tanaman ubi kayu,
ubi jalar dan kedelai. Dalam rangka upaya sekolah agar para siswa menguasai
praktek pertanian, maka penggarapan tanah. penanaman. pemeliharaan
tanaman. memanen, dan penanganan hasil pertanian sebanyak mungkin
dilakukan oleh para siswa sendiri.

Da1am rangka rnemperkaya pengalaman di lapangan, sekolah mengadakan


karyawisata ke daerah pertanian di sekitar Tondano, Kakas, dan Rembokken
agar para siswa dapat menyaksikan dari dekat usaha pertanian yang dilakukan
oleh masyarakat tani setempat. Sedangkan untuk mendorong siswa lebih
mampu berpikir, berbicara, dan berpidato, setiap minggu sekali sekolah
mengadakan latihan ceramah/pidato di gedung sekolah. Kepada seorang rnurid
diminta untuk rnernberikan ceramah bertemakan pertanian di bawah
bimbingan Kepala Sekolah. Setelah usai pemberian ceramah, diadakan tukar
pikiran dengan para siswa dan tambahan penjelasan dari pembimbing. Selama
tahun ajaran 1915 sekolah menerima kunjungan Residen, Bupati, tokoh
masyarakat bumiputra, serta beberapa petani bumiputra yang ingin melihat
cara pembudidayaan beberapa tanaman di lahan kebun sekolah.

14
9. Sekolah Pertanian Rendah di Pasir Halang

Lembaga pendidikan pertanian di daerah Kabupaten Sukabumi ini didirikan


berdasarkan keputusan pemerintah Nomor 5 tangga1 14 Maret 1914, namun
sekolah baru dibuka pada tanggal 11 Mei 1914. Pada tahun ajaran pertama ini
jumlah calon siswa yang mendaftarkan masuk sekolah sebanyak 60 orang,
setelah diseleksi hanya 23 siswa yang diterima. Sebagian besar siswa yang
diterima adalah para siswa yang telah duduk di kelas III Sekolah Rakyat
Negeri dan beberapa orang siswa berasal dari tamatan Sekolah Desa.

Dalam rangka melatih kemandirian, setiap siswa diberi sepetak lahan seluas
10 m2 untuk ditanami jenis tanaman menurut pilihan siswa sendiri dengan
mendapat bimbingan guru. Dengan mencoba berperan sebagai petani, siswa
menjadi lebih bergairah dan atas kemauannya sendiri mereka masih giat
bekerja di kebun pada sore hari. Terdapat beberapa orang siswa menggarap
lahan lebih dari 1uas petak yang telah ditetapkan meskipun dengan biaya
sendiri. Jenis tanaman yang diusahakan siswa ialah ubi kayu, jagung, kacang
tanah, kacang merah, cabe, bawang daun, bawang merah, ubi jalar, seledri,
selada, wortel, dan jenis sayuran lainnya. Pada akhir tahun 1915, siswa telah
memperoleh keuntungan usaha sebesar 23 gulden.

Untuk kepentihgan pengajaran praktik pertanian bagi semua siswa, sekolah


menyediakan lahan seluas 3,5 ha yang ditanami dengan berbagai jenis
sayuran, rumput Benggala, dan teh. Untuk pengadaan kebun teh, sekolah
mendapat bantuan bibit dan bimbingan teknis penanaman dari Tuan Dunlop,
administratur perkebunan teh Goalpara. Guna membantu sekolah mengolah
lahan praktik, perkebunan teh Goalpara telah memberikan sumbangan
pendidikan berupa 2 ekor sapi sebagai hewan penarik bajak. Diharapkan
kotoran hewan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan praktik untuk
pembuatan kompos yang sangat diperlukan untuk pemupukan tanaman di
kebun sekolah. Di daerah Pasir Halang dan sekitarnya, pemeliharaan ternak
kambing jenis luar negeri kurang sesuai karena mudah terjangkit penyakit dan
mati. Jenis kambing lokal lebih mudah diusahakan dan diternakkan.

15
Selama tahun ajaran 1915, Sekolah Pertanian Rendah di Pasir Halang -
Sukabumi ini telah mendapat kunjungan sejumlah pejabat istimewa, antara
lain dari pangreh praja, Departemen Pertanian, Perindustrian, dan
Perdagangan, jawatan-jawatan, kalangan swasta dan tokoh-tokoh pimpinan
masyarakat bumiputra dan orang-orang asing. Dari tokoh pejabat yang
berkunjung ke Sekolah Pertanian Rendah Pasir Halang adalah Gubernur
Jenderal Philipina, Direktur Kebun Botani di Manila (Mr. Ed. Copeland), serta
Direktur Departemen Pendidikan dan Agama Hindia Belanda.

10. Sekolah Pertanian Rendah di Tegalgondo

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah ini dimulai pada tanggal 1 Juli 1914.


Dari 200 calon siswa hanya 24 orang yang diterima sebagai siswa. Sekolah
dibiayai oleh Pemerintah Kasunanan di Surakarta. Tenaga pengajar dibantu
oleh pemerintah Hindia Belanda. Bangunan sekolah terdiri atas ruang beIajar,
asrama siswa, gudang penyimpanan alat-alat pertanian dan hasil pertanian,
serta rumah untuk kepala sekolah. Semua bangunan sekolah adalah bangunan
dengan konstruksi permanen. Setiap siswa mempunyai kamar masing-masing.

Sekolah ini dilengkapi dengan kebun sekolah seluas 10 bau (7 hektar) tanah
sawah. Untuk kepentingan pendidikan pertanian, sekolah ini hanya mampu
mengelola seluas 3 bau (2,1 hektar). Sisanya seluas 7 bau tanah sawah tersebut
dikerjakan oleh masyarakat tani di sekitar sekolah dengan cara bagi hasil.
Pada tahun ajaran 1915-1916 sekolah mengelola lahan seluruhnya sebagai
kebun sekolah. Di kebun sekolah siswa diajar cara mengolah tanah, membuat
persemaian padi kering, menanam padi dan palawija. Jenis palawija yang
ditanam meliputi kacang tanah, jagung, ubi jalar, ubi kayu, dan lain
sebagainya. Sekolah juga menanam indigo. Kepada para siswa diajarkan pula
cara menyiang dan merawat tanaman, memupuk, memanen hasil, menyeleksi
dan mengolah hasil serta membuat percobaan varietas.

Sebagian dari kebun sekolah diserahkan kepada para siswa. Tiap siswa
mendapat sepetak lahan seluas 100 m2 untuk ditanami dengan jenis tanaman
berdasarkan pilihannya. Jenis tanaman yang diusahakan siswa antara lain

16
berupa tanaman bawang merah, terong, cabe, biet, wortel, sawi, selada, dan
lain sebagainya. Hasil bersih dari usaha para siswa tersebut disimpan pada
bank dengan maksud pada kemudian hari uang tersebut diambil oleh siswa
setelah lulus dan meninggalkan sekolah.

Untuk mengajarkan para siswa dapat berbicara dan berpikir secara lebih logis,
sekolah menugaskan kepada setiap siswa untuk dapat belajar bersikap sebagai
seorang Mantri Tani. Pada setiap hari Rabu malam, secara bergiliran beberapa
siswa diberi tugas untuk memberikan ceramah bertemakan pertanian atau yang
berkaitan dengan usaha pertanian. Pada setiap ceramah diadakan tanya jawab
dan diskusi dengan bimbingan guru atau kepala sekolah. Perhatian dan gairah
para siswa terhadap acara ini sangat memuaskan.

11. Sekolah Pertanian Rendah di Tanjungsari

Sejarah sekolah ini tidak dapat dipisahkan dengan peran Bupati Sumedang
saat itu, Kanjeng Pangeran Suriaatmaja, yang mempunyai inisiatif untuk
mendirikan sekolah pertanian. Beliau mendapat bantuan dari seluruh lapisan
masyarakat, sedangkan dari pemerintah Hindia Belanda didapat subsidi tenaga
pengajar dan pinjaman pembiayaan sarana dan prasarana pendidikan. Sekolah
Pertanian Rendah di Tanjungsari berdiri berdasarkan surat keputusan
pemerintah Nomor 4 tertanggal 14 Maret 1914, akan tetapi sekolah baru
dimulai pada tanggal 26 Nopember 1914. Dari sejumlah 144 calon siswa yang
mendaftar, setelah diseleksi hanya 30 orang siswa yang diterima. Semua siswa
berasal dari tamatan kelas III Sekolah Rakyat 5 tahun, berusia 16 tahun - 18
tahun. Mereka berasal dari wilayah sekitar Kabupaten Sumedang seperti dari
Kawedanaan Tanjungsari, Kecamatan Cisegel, Ujungberung, dan Cicalengka.

Untuk keperluan gedung dan kebun sekolah telah dibeli lahan seluas 12 bau
(9,5 hektar) berupa tanah kering dan 4 bau berupa tanah sawah. Pada lahan
kering telah ditanami bibit teh seluas 1 bau sumbangan dari Perkebunan Teh
milik pemerintah di Cinyiruan dan seluas 3 bau dari Perkebunan Teh Gunung
Rosa. Sebagian lagi ditanami rumput seluas 2 bau sebagai padang rumput
ternak, terdapat lahan sekitar 2 bau yang ditanami berbagai jenis tanaman

17
seperti rumput Benggala. bawang merah, sawi, selada, kapri, buncis, tomat,
dan tanaman sayuran lainnya.

Kepada setiap siswa diserahkan sebagian lahan kebun sekolah untuk ditanami
dengan bermacam-macam tanaman budidaya sesuai dengan selera dan
kepentingan siswa. Dari penjualan hasil kebun siswa sebesar f 50.- telah
disimpan di bank pada akhir tahun ajaran 1914-1915. Pada tahun 1915
penghasilan kebun siswa sebesar f 185 disetor ke bank. Lahan kering yang
tersisa digunakan untuk gedung sekolah, kandang ternak serta tempat
penyimpanan pupuk kandang. Di antara bermacam-macam jenis ternak yang
dimiliki sekolah, terdapat beberapa ekor kuda Australia dan sapi Benggala,
hadiah dari Bupati Sumedang.

Bangunan sekolah didirikan secara gotong royong. Pada saat berdirinya


sekolah (tahun 1914) dibentuk sebuah perkumpulan yang diketuai Wedana
Tanjungsari, Kepala Sekolah (Sadikin) sebagai Sekretaris dan 3 orang anggota
terdiri atas Penghulu Tanjungsari dan 2 orang petani terkemuka ditugaskan
mengurus sekolah. Sebagai pembimbing sekolah adalah Jawatan Pertanian
Sumedang.

Sejumlah siswa yang rumah orang tuanya jauh dari sekolah, tinggal menginap
di famili atau kenalan yang berada di dekat gedung sekolah. Beberapa siswa
yang tinggal menginap, seusai waktu sekolah mereka masih harus membantu
induk semangnya melakukan pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan alasan
akan dapat mengganggu pelajarannya, para murid secara berkelompok lalu
mengusahakan rumah pemondokan sendiri, menyewa rumah sederhana untuk
kepentingan bersama. Memperhatikan kesulitan siswa yang tempat tinggal
orang tuanya jauh dari sekolah, pimpinan dan pengurus sekolah kemudian
mendirikan bangunan asrama siswa sederhana untuk menampung siswa.
Asrama siswa ini dibangun di lahan kebun sekolah.

Perhatian dan dukungan terhadap perkembangan sekolah pertanian di


Tanjung-sari diperoleh dari pemerintah daerah Sumedang dan khususnya
bantuan pribadi Bupati Sumedang. Dengan biaya sendiri dibangunnya

18
jernbatan kayu di atas sungai Cipeles agar dapat dibuat jalan pintas yang
menerobos kompleks sekolah ke jalan raya (grote postweg). Bantuan pribadi
bupati, kerja sama dengan pemerintah daerah, serta bantuan dari kalangan
yang paling berpengaruh di masyarakat pada waktu itu merupakan modal
penting bagi kemajuan sekolah.

Pada tahun 1914, Sekolah Pertanian Rendah di Tanjungsari ini mendapat


kunjungan dari berbagai kalangan pejabat tinggi pangreh praja seperti Bupati
Demak dan Bupati Serang, Kepala Normaal School di Bandung, pejabat dari
Departemen Pertanian, Perindustrian, dan Perdagangan, serta Sekolah
Kedokteran Hewan Bogor. Sekolah Pertanian Rendah Tanjungsari merupakan
salah satu dari sekolah pertanian yang diatur selengkap-lengkapnya
berdasarkan kebutuhan masyarakat dan keadaan lingkungan.

Sehubungan sebagian besar rakyat mengusahakan ternak lembu dan kuda,


maka di sekolah ini disediakan program pengajaran peternakan lembu dan
kuda. Semua siswa mengikuti pelajaran dengan penuh semangat dan perhatian
sehingga pelajaran berjalan dengan lancar.

Penyelenggaraan pendidikan dapat berhasil dengan baik berkat pimpinan serta


cara bertindak para petugas yang bertanggung jawab atas pembentukan remaja
di bidang pertanian. Keadaan iklim serta kondisi setempat banyak mendukung
keberhasilan pendidikan.

Mulai tahun 1922, Sekolah Pertanian Rendah Tanjungsari berubah orientasi


menjadi Sekolah Usaha Tani dan harus membiayai keperluan biaya
operasional-nya dengan hasil usaha sekolah sendiri. Pendidikan praktik lebih
ditingkatkan, siswa mendapatkan kesempatan mengembangkan
kemampuannya. Mulai saat itu, sekolah di Tanjungsari ini mulai menarik
perhatian petani di daerah Sumedang. Lulusannya sebagian besar menjadi
petani mandiri sebagai kader petani maju di bidang pertanian di daerahnya.

12. Sekalah Pertanian Rendah di Temon

Sekolah pertanian ini didirikan atas prakarsa dan dibiayai oleh Pangeran Paku

19
Alam VII di Yogyakarta. Pada tahun ajaran baru yang pertama kali, tahun
ajaran 1914-1915 telah diterima 23 orang siswa di kelas I. Guna menampung
para siswa yang jauh tempat tinggalnya dari sekolah, atas persetujuan
Pangeran Paku Alam VII telah dibangun sebuah asrama di kompleks sekolah.

Dalam rangka menunjang perbaikan mutu pendidikan, di sekolah telah


dilakukan berbagai percobaan yang diadakan di Desa Temon Kulon. Hasil
percobaan sekaligus dimanfaatkan sebagai praktik siswa terkait dengan
percobaan pemupukan, pembuatan persemaian padi kering, percobaan varietas
padi, dan palawija. Kerajinan, ketekunan, dan perhatian para siswa dalam
kegiatan praktek tersebut sangat memuaskan.

Mengingat lokasi yang kurang baik serta karena siswa sering menderita sakit
seperti sakit mata dan penyakit dalam, pembina sekolah setelah memperoleh
persetujuan pemerintah daerah dan Pangeran Paku Alam VII telah mengambil
keputusan untuk memindahkan sekolah ke Desa Tambak dekat kota Wates di
wilayah Kulonprogo. Lokasi sekolah mengambil tempat di sebuah bekas
pesanggrahan yang penuh dengan berbagai jenis pohon buah. Pemindahan
dilakukan pada bulan Desember 1916. Bekas gedung sekolah pertanian di
Temon digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan kursus pertanian.

13. Sekolah Pertanian Rendah di Purwokerto

Sekolah yang berdiri di daerah Karesidenan Banyurnas ini dibuka pada


tanggal 23 Maret 1915. Dari 100 calon siswa yang rnendaftar, hanya 38 orang
yang diterirna sebagai siswa. Semua siswa yang diterima berasal dari Sekolah
Rakyat 5 Tahun. Sebanyak 7 orang siswa yang orang tuanya bertempat tinggal
di luar distrik Purwokerto, disediakan sebuah bangunan kecil yang sederhana
sebagai tempat permondokan. Bangunan asrama ini berada dekat rumah
kepala sekolah.

Sebagai kebun sekolah, telah tersedia lahan seluas 4,25 bau (3 ha) yang
sebagiannya ditanami padi dan tanaman tebu. Setelah panen padi, lahan kebun
sekolah ditanami tembakau, ubi jalar, kacang-kacangan, kedele, jagung,

20
terung, tomat, cabai. Lahan juga ditanami rumput untuk pakan ternak.
Sebagian lahan berupa tanah sawah, ditanami berbagai varietas padi lokal
yang paling digemari penduduk di sekitar sekolah. Pekarangan sekolah seluas
0,5 bau (0,35 ha) ditanami jeruk, rambutan, dan tanaman buah lain sebagai
sarana bagi siswa praktik memangkas, mengènten (jenis
pembibitan/pemurnian tanaman keras, dengan cara menyambung batang
tanaman dengan pucuk tanaman unggul sefamili), mengokulasi, dan
mencangkok.

Pada pertengahan tahun ajaran, terdapat 5 orang siswa yang meninggalkan


sekolah karena berbagai alasan. Masing-masing seorang, terpilih sebagai
kepala desa (lurah), ditunjuk sebagai penanggung jawab lumbung desa,
bekerja di pabrik gula di Purwokerto, mengikuti orang tuanya pindah kerja,
dan seorang dikeluar-kan dari sekolah karena sering absen.

14. Sekolah Pertanian Rendah di Tanjung Agung

Sekolah pertanian yang berlokasl di daerah Karesidenan Bengkulu dibuka


pada tanggal 8 April 1915 dengan jumlah murid 56 orang, Sekolah berdiri di
atas lahan tanah basah seluas 3 bahu, ditanami padi seluas 2 bahu, sisanya
ditanami rumput sebagai hijauan makanan ternak. Lahan tanah kering seluas 1
bau ditanami padi ladang dan seluas 1 bahu dibuat petakan kecil-kecil untuk
diserahkan kepada siswa agar ditanami jenis tanaman yang dipilih siswa
sendiri, seperti kacang tanah, cabe, bawang merah, sawi, dan lainnya.

Pada tahun 1916, karena lokasi sekolah di Tanjung Agung dianggap kurang
cocok, timbul gagasan untuk memindahkan sekolah ke Curup. Di lokasi baru
kondisi tanah dan iklim sangat sesuai untuk mendukung penyelenggaraan
sekolah pertanian budidaya tanaman pegunungan.

15. Sekolah Pertanian Rendah di Kepanjen

Sekolah pertanian di Kepanjen dibuka pada bulan September 1914 dengan


jumlah siswa 26 orang. Siswa berasal dari daerah di sekitar Kepanjen dan
Blitar. Pada tahun ajaran 1915 telah diterima siswa baru sebanyak 30 orang.

21
Permintaan 17 orang pemuda Madura untuh dididik terpaksa ditolak oleh
penyeleggara sekolah dengan alasan pemuda tersebut kurang memahami
bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar di sekolah.

Untuk keperluan praktik pertanian, sekolah dilengkapi dengan lahan sekolah


seluas 5 bahu (3,5 ha). Lahan kebun sekolah ditanami padi sawah, padi gogo,
jagung, tebu, kacang tanah, kedele, bawang merah, dan cabai. Pada lahan
kebun sekolah tersedia pula sarana usaha pertanian skala kecil berupa 4 ekor
sapi jenis Mysore dan sebuah bangunan untuk menyimpan pupuk kandang.

16. Sekolah Pertanian Rendah di Pariaman

Sekolah Pertanian Rendah di Pariaman ditempatkan di daerah pusat usaha


pertanian. Sekolah Pertanian Rendah dengan masa pendidikan 1 tahun
diadakan di setiap Subdistrik (Kecamatan) di wilayah yang kurang padat
penduduknya. Sebagai tenaga pengajar diambil dari tenaga-tenaga lulusan
Sekolah Pertanian Rendah dengan masa pendidikan 2 tahun.

22
MATA PELAJARAN  : KIMIA 
MATRIKS : 1 dan 2                JURUSAN     : PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 
(PROCESSING) 
 
TUJUAN KURIKULER/  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN INSTRUKSIONAL 
TUJUAN MATA  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN 
UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
Siswa memiliki  1. Siswa memahami dasar‐ 1.1. Dasar Ilmu Kimia             
pengetahuan tentang  dasar Ilmu Kimia  1.1.1. Perbedaan peristiwa kimia dan fisika  X 
proses kimia dalam    1.1.2. Perbedaan campuran dan persenyawaan  X 
1.1.3. Unsur‐unsur kimia  X 
pengolahan hasil 
1.1.4. Teori dasar atom klasik dan modern  X 
pertanian serta dapat  1.2. Valensi dan persamaan kimia  X 
menerapkannya dalam  1.3. Berat atom, berat molekul, gram atom, dan gram  X 
proses‐proses pengolahan  molekul  X 
hasil pertanian  1.4. Persamaan reaksi 
2. Siswa memahami hukum‐ 2.1. Hukum dasar              
hukum dasar dalam Ilmu  2.1.1. Hukum kekekalan masa (Lavoisier)  X 
Kimia  2.1.2. Hukum ketetapan perbandingan (Proust)  X 
2.1.3.  Hukum kelipatan perbandingan (Dalton)  X 
2.1.4. Hukum Avogadro  X  
3. Siswa memahami oksida,  3.1 Oksida   X           
asam, basa, dan garam.  3.2 Asam  X 
3.3 Basa  X 
3.4 Garam  X 
4. Siswa memahami reaksi‐ 4.1. Reaksi Kimia             
reaksi oksidasi, reduksi dan  4.1.1. Reaksi oksidasi dan reduksi     X 
penggaraman.  4.1.2. Reaksi penggaraman     X 
5. Siswa memahami macam‐ 5.1. Larutan             
macam larutan  5.1.1. Macam‐macam larutan  X 
5.1.2. Zat pelarut  X 

  1
TUJUAN KURIKULER/  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN INSTRUKSIONAL 
TUJUAN MATA  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN 
UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
5.1.3. Zat terlarut  X 
5.1.4. Kepekatan larutan (normalitet larutan)  X 
6. Siswa memahami teori ion  6.1. Teori ion             
6.1.1. Hidrolisa  X 
6.1.2. Larutan elektrolit  X 
6.1.3. Eksponen hidrogen (pH)  X 
6.1.4. Hasil kali kelarutan  X 
6.1.5. Larutan penyangga (Buffer)  X 
 

TUJUAN KURIKULER/  TINGKAT  I  II  II 


TUJUAN INSTRUKSIONAL 
TUJUAN MATA  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN 
UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
Siswa memiliki  7. Siswa memahami  7.1. Keseimbangan kimia             
pengetahuan tentang  keseimbangan kimia  7.1.1. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan kimia  X 
proses kimia dalam  7.1.2. Reaksi bolak‐balik  X 
7.1.3. Disosiasi  X 
pengolahan hasil 
8. Siswa memahami dasar‐ 8.1. Thermokimia             
pertanian serta dapat 
dasar thermo kimia  8.1.1. Panas reaksi  X 
menerapkannya dalam  8.1.2. Panas pembentukan  X 
proses‐proses  8.1.3. Panas pembakaran  X 
pengolahan hasil  8.1.4. Kalorimetri  X 
pertanian  9. Siswa memahami dasar  9.1. Dasar Analisa Jumlah (Kuantitatif)             
analisa jumlah  9.1.1. Volumetri  X 
9.1.2. Gravimetri  X 
10.  Siswa memahami dasar‐ 10.1. Kimia koloid             
dasar kimia koloid   10.1.1 Pengertian  X 
10.1.2 Macam‐macam koloid  X 
10.1.3 Gerak Brown  X 

  2
TUJUAN KURIKULER/  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN INSTRUKSIONAL 
TUJUAN MATA  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN 
UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
10.1.4 Sifat‐sifat gel dan emulsi  X 
11. Siswa memahami sifat‐ 11.1. Air sadah             
sifat air sadah  11.1.1 Kesadahan tetap dan sementara  X 
11.1.2 Menghilangkan kesadahan  X 
12. Siswa memahami dasar‐ 12.1. Dasar‐dasar kimia organik             
dasar kimia organik  12.1.1. Pengertian dan beda dengan kimia organik  X 
12.1.2. Pengertian isomeri dan rumus bangun  X 
12.1.3. Pembagian kimia organik  X 
12.1.4. Pengertian senyawa jenuh dan tak jenuh  X  
13. Siswa memahami senyawa  13.1. Senyawa mikro molekul             
mikro molekul  13.1.1. Karbohidrat  X 
13.1.2. Protein  X 
13.1.3. Lemak dan minyak  X 
13.1.4. Enzim  X 
13.1.5. Vitamin  X 
  X 
14. Siswa memahami alkaloid  14.1. Alkaloid             
dalam bahan pangan dan  14.1.1. Dalam bahan pangan  X 
non pangan  14.1.2. Dalam bahan non pangan  X 
 

  3
MATRIK 3 

TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 


JUMLAH JAM  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
PELAJARAN 
1.1. Dasar Ilmu Kimia  25     
1.1.1. Perbedaan peristiwa kimia dan fisika  1. Polling,C, & Harsono 
1.1.2. Perbedaan campuran dan persenyawaan  Tjokrodanoeredjo. Ilmu Kimia 
1.1.3. Unsur‐unsur kimia  untuk SLTA, jilid I, IIA, IIB, 
1.1.4. Teori dasar atom klasik dan modern  Penerbit Erlangga Jakarta. 
1.2. Valensi dan persamaan kimia   
1.3. Berat atom, berat molekul, gram atom, dan gram molekul.  2. Sugianto dkk. Ilmu ..... I, II, III. 
1.4. Persamaan reaksi  Penerbit Wijaya Jakarta. 
______I/1______ 
2.1 Hukum dasar   15     
60 jam pelajaran 
2.1.1. Hukum kekekalan masa (Lavoisier)   
2.1.2. Hukum ketetapan perbandingan (Proust)  3. E.J.G. Schermerhorn BJ Peperzak 
2.1.3. Hukum kelipatan perbandingan (Dalton)  OFM, 19... Teori dan Soal‐soal 
2.1.4. Hukum Avogadro  kimia. PRADNYA PARA... Jakarta. 
3.1. Oksida  5     
3.2. Asam  5  4. Santosa KS, dkk, Ilmu Kimia dan 
3.3. Basa  5  Pengetahuan bahan untuk SM... 
3.4. Garam  5  CI, II. Penerbit Erlangga, Jakarta. 
4.1. Reaksi kimia  22   
4.1.1. Reaksi oksidasi dan reduksi 
4.1.2. Reaksi penggaraman 
5.1. Larutan  20   
______I/2______  5.1.1. Macam‐macam larutan 
60 jam pelajaran  5.1.2. Zat pelarut 
5.1.3. Zat terlarut 
5.1.4. Kepekatan larutan (normalitet larutan) 
6.1. Teori ion   18   
6.1.1. Hidrolisa 

  4
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
PELAJARAN 
6.1.2. Larutan elektrolit 
6.1.3. Eksponen hidrogen (pH) 
6.1.4. Hasil kali kelarutan 
6.1.5. Larutan penyangga (Buffer) 
______II/1______  7.1. Keseimbangan kimia   12   
60 jam pelajaran  7.1.1. Faktor yang mempengaruhi keseimbangan kimia 
7.1.2. Reaksi bolak‐balik 
7.1.3. Disosiasi 
 
8.1. Thermokimia  16   
8.1.1. Panas reaksi 
8.1.2. Panas pembentukan 
8.1.3. Panas pembakaran 
8.1.4. Kalorimetri 
9.1. Dasar Analisa Jumlah (Kuantitatif)  20   
9.1.1. Volumetri 
ƒ Asidi / alkalimetri 
ƒ Jodometri 
ƒ Asidimetri 
ƒ Argentometri 
9.1.2. Gravimetri 
10.1. Kimia koloid  12   
10.1.1. Pengertian 
10.1.2. Macam‐macam koloid 
10.1.3. Gerak Brown 
10.1.4. Sifat‐sifat gel dan emulsi 
______II/2______  11.1. Air sadah  6   
60 jam pelajaran  11.1.1. Kesadahan tetap dan sementara 
11.1.2. Menghilangkan kesadahan 

  5
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
PELAJARAN 
12.1. Dasar‐dasar kimia organik  21   
12.1.1. Pengertian dan beda dengan kimia organik 
12.1.2. Pengertian isomeri dan rumus bangun 
12.1.3. Pembagian kimia organik 
13.1. Senyawa mikro molekul 
13.1.1. Karbohidrat 
13.1.2. Protein 
13.1.3. Lemak dan minyak 
13.1.4. Enzim 
13.1.5. Vitamin 
14.1. Alkaloid  8   
14.1.1. Dalam bahan pangan 
14.1.2. Dalam bahan non pangan 
 

  6
MATA PELAJARAN  : PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 
MATRIK : 1 dan 2                JURUSAN     : PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 
(PROCESSING) 
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
  1. Siswa memahami ruang  1.1. Pendahuluan             
lingkup pengolahan hasil  1.1.1. Batasan (definisi) pengolahan hasil pertanian  X 
Siswa memiliki 
pertanian dan dapat  1.1.2. Ruang lingkup pengolahan hasil pertanian  X 
pengetahuan tentang  menentukan cara  1.1.3. Peranan pengolahan hasil pertanian dalam  X 
penanganan hasil  pembangunan  X 
pengolahan hasil 
pertanian yang tepat serta  2.1. Kerusakan bahan hasil pertanian             
pertanian termasuk hasil  menyadari peranannya  2.1.1. Tanda‐tanda keruskaan  X 
dalam peningkatan daya  2.1.2. Jenis kerusakan  X 
sampingannya, memiliki 
guna hasil pertanian  2.1.3. Faktor penyebab kerusakan  X 
keterampilan dalam  tersebut.  2.1.4. Akibat kerusakan  X  
  2.1.5. Cara pencegahan kerusakan  X 
menentukan cara‐cara 
2. Siswa memahami macam‐ 3.1. Kerusakan bahan hasil pertanian             
pengolahan hasil  macam kerusakan pada  3.1.1. pengeringan  X 
bahan hasil pertanian,  3.1.2. Pengasapan  X 
pertanian dan hasil 
penyebab kerusakan dan  3.1.3. Pemanasan  X 
sampingan, serta  pencegahannya, serta  3.1.4. Pendinginan dan pembekuan  X 
dapat menentukan jenis  3.1.5. Pengawetan dengan bahan asam, gula, dan  X 
menyadari pentinganya 
kerusakan, penyebab  garam  X 
pengolahan hasil  kerusakan, cara‐cara  3.1.6. Pengawetan dengan bahan kimiawi 
pencegahan dan cara  4.1. Pengolahan serealia             
pertanian dan hasil 
pengawetan yang tepat  4.1.1. Pengolahan padi    X 
sampingan.    4.1.2. Pengolahan jagung    X 
   
3. Siswa memahami macam‐ 5.1. Pengolahan kacang‐kacangan             
macam cara pengolahan  5.1.1. Pembuatan tepung kacang‐kacangan  X 
hasil pertanian dapat 

  7
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
menentukan cara  5.1.2. Pembuatan tepung dari kedele  X 
pengolahan yang tepat  5.1.3. Pembuatan tahu, tempe, dan oncom  X 
dan efisien bagi bahan  5.1.4. Pembuatan kecap  X 
pangan dan non pangan  5.1.5. Pembuatan tauco  X 
guna meningkatkan daya  6.1. Pengolahan umbi‐umbian             
guna bahan hasil  6.1.1. Pembuatan gaplek dan kripik  X 
pertanian.  6.1.2. Pembuatan tepung umbi  X 
6.1.3. Pembuatan pati umbi  X 
6.1.4. Pembuatan tape dan brem  X 
6.1.5. Pembuatan pearl dan seed  X 
7.1. Pengolahan buah‐buahan             
7.1.1. Pembuatan awetan buah  X 
7.1.2. Pembuatan sari buah  X 
7.1.3. Pembuatan jam, jelly, dan marmalade  X 
7.1.4. Pembuatan tepung buah  X 
7.1.5. Pemanfaatan hasil samping  X 
8.1. Pengolahan sayur‐sayuran             
8.1.1. Pembuatan asinan  X   
8.1.2. Pembuatan acar  X 
8.1.3. Pengalengan sayur‐sayuran  X 
9.1. Pengolahan serat             
9.1.1. Pengolahan agave  X 
9.1.2. Pengolahan rosella  X 
9.1.3. Pengolahan kapuk  X 
9.1.4. Pengolahan kapas  X 
10.1. Pengolahan bahan penyegar             
10.1.1. Pengolahan teh  X 
10.1.2. Pengolahan kopi  X 
10.1.3. Pengolahan coklat  X 

  8
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
10.1.4. Pengolahan tembakau  X 
11.1. Pengolahan getah             
11.1.1. Pembuatan sheet  X 
11.1.2. Pembuatan crepe  X 
11.1.3. Pengolahan karet mentah  X 
11.1.4. Pembuatan karet busa  X 
11.1.5. Pengolahan gondorukem  X 
11.1.6. Pengolahan papain dan bromelin  X 
12.1. Pengolahan nira             
12.1.1. Pengolahan gula aren dan gula kelapa     X 
12.1.2. Pengolahan gula tebu secara rakyat  X 
12.1.3. Pengolahan gula pasir  X 
12.1.4. Pengawetan nira  X 
12.1.5. Pemanfaatan hasil samping  X 
13.1. Pengolahan bahan penghasil lemak/minyak             
13.1.1. Pembuatan minyak dari biji‐bijian    X 
13.1.2. Pembuatan kopra  X 
13.1.3. Pengolahan minyak  X 
13.1.4. Penjernihan minyak  X 
13.1.5. Pembuatan margarine  X 
13.1.6. Pembuatan minyak padat  X 
13.1.7. Pengolahan minyak atsiri  X  
14.1. Pengolahan rempah‐rempah             
14.1.1. Pengeringan    X 
14.1.2. Pembuatan tepung  X 
14.1.3. Ekstraksi  X 
15.1. Pengolahan daging             
15.1.1. Pembuatan dendeng  X 
15.1.2. Pembuatan abon  X 

  9
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
15.1.3. Pembuatan daging asap  X 
15.1.4. Pembuatan “Corned beef”  X 
15.1.5. Pembuatan sosis  X 
15.1.6. Pemanfaatan hasil samping  X 
16.1. Pengolahan kulit             
16.1.1. Pengawetan kulit  X 
16.1.2. Pembuatan krupuk kulit  X 
16.1.3. Penyamakan kulit  X 
16.1.4. Pemanfaatan hasil samping  X 
17.1. Pengolahan ikan             
17.1.1. Pendinginan dan pembekuan  X 
17.1.2. Pembuatan ikan asin  X 
17.1.3. Pembuatan ikan pindang  X 
17.1.4. Pembuatan ikan asap  X 
17.1.5. Pembuatan ikan peda  X 
17.1.6. Pembuatan sarden  X 
17.1.7. Pembuatan tepung ikan  X 
17.1.8. Pembuatan terasi  X 
17.1.9. Pengeringan udang  X 
17.1.10. Pembuatan minyak ikan  X 
18.1. Pengolahan susu             
18.1.1. Pasteurisasi  X 
18.1.2. Sterilisasi  X 
18.1.3. Pembuatan susu kental  X 
18.1.4. Pembuatan keju  X 
18.1.5. Pembuatan mentega  X 
18.1.6. Pembuatan yoghurt  X 
18.1.7. Pembuatan susu bubuk  X 
18.1.8. Pemanfaatan hasil samping  X 

  10
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
19.1. Pengolahan telur             
19.1.1. Pendinginan telur  X 
19.1.2. Pelapisan telur  X 
19.1.3. Pembuatan telur asin  X 
19.1.4. Pembuatan tepung telur  X 
 

MATRIK 3 

TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 


JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
______I/1______  1.1. Pendahuluan  10     
120 jam pelajaran  1.1.1. Batasan (definisi) pengolahan hasil pertanian  1. R. Abdul Wasit Notojoewono. 
1.1.2. Ruang lingkup pengolahan hasil pertanian  Tebu. 
1.1.3. Peranan pengolahan hasil pertanian dalam  2. Soedarmono dan Achmad 
pembangunan 
Abdullah. Tembakau. 
2.2. Kerusakan bahan hasil pertanian  16   
2.2.1. Tanda‐tanda keruskaan  3. R. Soetedjo. Teh. 
2.2.2. Jenis kerusakan  4. R. Soetedjo. Karet. 
2.2.3. Faktor penyebab kerusakan  5. R. Soetedjo. Kopi. 
2.2.4. Akibat kerusakan  6. Smith, A.K. and S.Y. Circle (ed). 
2.2.5. Cara pencegahan kerusakan 
1972. Soybean. Chemistry and 
3.1. Cara Pengawetan   16   
3.1.1. Pengeringan    Technology. The Avi Publishing 
ƒ Prinsip‐prinsip pengeringan    Company. 
ƒ Aktivitas air (Aw)    7. Tri Iswoyo dan Moch. Zein 

  11
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
ƒ Cara‐cara pengeringan    Nasution. Pengetahuan Bahan 
ƒ Perubahan yang terjadi akibat pengeringan    Hasil Pertanian II. 
3.1.2. Pengasapan  14  8. F.G. Winarno dan Srikandi 
ƒ Prinsip pengasapan   
ƒ Cara‐cara pengasapan    Fardiaz. Dasar Teknologi 
ƒ Faktor‐faktor yang mempengaruhi    Pangan. 
ƒ Perubahan yang terjadi akibat pengasapan    9. Adam, W.B. et. Food Industries 
3.1.3. Pemanasan  16  Manual. 
ƒ Prinsip pemanasan    10. Thio Goan Loo. Petunjuk 
ƒ Cara pemanasan   
¾ Blanching    Praktis Pengolahan Karet. 
¾ Pasturisasi    11. Van Gorkhoms, Y. Oost 
¾ Sterilisasi    Indische Cultures. 
¾ Frying    12. Marindol, A. Fish Processing. 
¾ washing   
ƒ Faktor‐faktor yang mempengaruhi pemanasan   
ƒ Perubahan yang terjadi akibat pemanasan   
3.1.4. Pendinginan dan pembekuan  16 
ƒ Prinsip pendinginan dan pembekuan   
ƒ Cara pendinginan dan pembekuan   
ƒ Faktor‐faktor yang mempengaruhi pembekuan   
dan pendinginan   
ƒ Perubahan yang terjadi dalam pendinginan dan   
pembekuan   
3.1.5. Pengawetan dengan asam, gula, dan garam  16 
ƒ Prinsip pengasaman, penggulaan, dan   
penggaraman   
ƒ Cara‐cara pengasaman, penggulaan, dan   
penggaraman   
ƒ Faktor‐faktor yang mempengaruhi pengasaman,   

  12
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
penggulaan, dan penggaraman   
ƒ Perubahan yang terjadi dalam pengasaman,  16 
penggulaan, dan penggaraman 
3.1.6. Pengawetan dengan bahan kimiawi 
ƒ Batasan bahan pengawet kimiawi 
ƒ Penggolongan bahan pengawet kimiawi 
¾ Anti mikroba 
¾ Anti oksidan 
¾ seknestran 
_____I/2______  4.1. Pengolahan serealia  22   
120 m pelajaran  4.1.1. Pengolahan padi 
ƒ Pengolahan cara konvensional 
ƒ Pengolahan cara baru 
ƒ Parboiled rice 
ƒ Pemanfaatan hasil samping 
4.1.2. Pengolahan jagung 
ƒ Pembuatan beras jagung 
ƒ Pembuatan tepung jagung 
¾ Cara kering 
¾ Cara basah 
ƒ Pemanfaatan hasil samping 
5.1. Pengolahan kacang‐kacangan  26   
5.1.1. Pembuatan tepung kacang‐kacangan 
5.1.2. Pembuatan tepung dari kedele 
5.1.3. Pembuatan tahu, tempe, dan oncom 
5.1.4. Pembuatan kecap 
5.1.5. Pembuatan tauco 
6.1. Pengolahan umbi‐umbian  20   
6.1.1. Pembuatan gaplek dan kripik 
6.1.2. Pembuatan tepung umbi 

  13
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
6.1.3. Pembuatan pati umbi 
6.1.4. Pembuatan tape dan brem 
6.1.5. Pembuatan pearl dan seed 
  7.1. Pengolahan buah‐buahan   30   
  7.1.1. Pembuatan awetan buah 
  7.1.2. Pembuatan sari buah 
  7.1.3. Pembuatan jam, jelly, dan marmalade 
  7.1.4. Pembuatan tepung buah 
  7.1.5. Pemanfaatan hasil samping 
  4.2. Pengolahan sayur‐sayuran   22   
  4.2.1. Pembuatan asinan 
  4.2.2. Pembuatan acar 
  4.2.3. Pengalengan sayur‐sayuran 
______II/1______  9.1. Pengolahan serat  40   
80 jam pelajaran  9.1.1. Pengolahan agave 
9.1.2. Pengolahan rosella 
9.1.3. Pengolahan kapuk 
9.1.4. Pengolahan kapas 
10.1. Pengolahan bahan penyegar  40   
10.1.1. Pengolahan teh 
ƒ Teh hijau 
ƒ Teh hitam 
ƒ Instant tea 
ƒ Teh botol 
10.1.2. Pengolahan kopi 
ƒ Pengolahan kopi cara kering 
ƒ Pengolahan kopi cara basah 
ƒ Pembuatan kopi bubuk 
ƒ Pembuatan “instant coffee” 
10.1.3. Pengolahan coklat 

  14
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
ƒ Pengolahan biji coklat 
ƒ Pembuatan coklat bubuk 
10.1.4. Pengolahan tembakau 
ƒ Pembuatan tembakau 
ƒ Pembuatan tembakau krosok 
ƒ Pembuatan tembakau rajangan 
______II/2______  11.1. Pengolahan getah  40   
80 jam pelajaran  11.1.1. Pembuatan sheet 
  11.1.2. Pembuatan crepe 
  11.1.3. Pengolahan karet mentah 
  11.1.4. Pembuatan karet busa 
  11.1.5. Pengolahan gondorukem 
  11.1.6. Pengolahan papain dan bromelin 
  12.1. Pengolahan nira  40   
  12.1.1. Pengolahan gula aren dan gula kelapa 
  12.1.2. Pengolahan gula tebu secara rakyat 
  12.1.3. Pengolahan gula pasir 
  12.1.4. Pengawetan nira 
  12.1.5. Pemanfaatan hasil samping 
  13.1. Pengolahan bahan penghasil lemak/minyak  36   
_____III/1_______  13.1.1. Pembuatan minyak dari biji‐bijian 
120 jam pelajaran  13.1.2. Pembuatan kopra 
13.1.3. Pengolahan minyak 
13.1.4. Penjernihan minyak 
13.1.5. Pembuatan margarine 
13.1.6. Pembuatan minyak padat 
13.1.7. Pengolahan minyak atsiri 
ƒ Destilasi 
ƒ Pengepresan 
ƒ Solvent extraction 

  15
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
ƒ Ekstraksi dengan lemak padat 
14.1. Pengolahan rempah‐rempah  24     
14.1.1. Pengeringan 
14.1.2. Pembuatan tepung 
14.1.3. Ekstraksi 
15.1. Pengolahan daging  30     
15.1.1. Pembuatan dendeng 
15.1.2. Pembuatan abon 
15.1.3. Pembuatan daging asap 
15.1.4. Pembuatan “Corned beef” 
15.1.5. Pembuatan sosis 
15.1.6. Pemanfaatan hasil samping 
  16.1. Pengolahan kulit  30     
  16.1.1. Pengawetan kulit 
  16.1.2. Pembuatan krupuk kulit 
  16.1.3. Penyamakan kulit 
  16.1.4. Pemanfaatan hasil samping 
  17.1. Pengolahan ikan  52     
_____III/2_______  17.1.1. Pendinginan dan pembekuan 
120 jam pelajaran  17.1.2. Pembuatan ikan asin 
17.1.3. Pembuatan ikan pindang 
17.1.4. Pembuatan ikan asap 
17.1.5. Pembuatan ikan peda 
17.1.6. Pembuatan sarden 
17.1.7. Pembuatan tepung ikan 
17.1.8. Pembuatan terasi 
17.1.9. Pengeringan udang 
17.1.10. Pembuatan minyak ikan 
18.1. Pengolahan susu  44     
18.1.1. Pasteurisasi 

  16
TINGKAT / SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  ALOKASI  SUMBER BAHAN 
JUMLAH JAM PELAJARAN  WAKTU  POKOK  KEPUSTAKAAN 
18.1.2. Sterilisasi 
18.1.3. Pembuatan susu kental 
18.1.4. Pembuatan keju 
18.1.5. Pembuatan mentega 
18.1.6. Pembuatan yoghurt 
18.1.7. Pembuatan susu bubuk 
18.1.8. Pemanfaatan hasil samping 
19.1. Pengolahan telur  24     
19.1.1. Pendinginan telur 
19.1.2. Pelapisan telur 
19.1.3. Pembuatan telur asin 
19.1.4. Pembuatan tepung telur 
 

  17
 

MATA PELAJARAN  : ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN 
(PRAKTEK) 
MATRIK : 1 dan 2                JURUSAN     : PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN 
(PROCESSING) 
 
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
Siswa memiliki  1. Siswa memahami tata  1.1. Tata kerja di ruang praktek             
keterampilan dalam  kerja di ruang praktek.  1.1.1. Petunjuk tata tertib    X 
menggunakan dan    1.1.2. Inventarisasi alat/mesin pengolahan hasil  X 
memelihara alat/mesin    pertanian  X 
pengolahan hasil    1.1.3. Keselamatan kerja  X 
pertanian.  2. Siswa terampil  1.1.4. Penggunaan dan pemeliharaan alat/mesin 
menggunakan dan  2.1. Pesawat tenaga             
memelihara alat dan mesin  2.1.1. Mengenal macam‐macam pesawat tenaga    X 
penghancur.  2.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi pesawat tenaga.  X 
  2.1.3. Prinsip kerja pesawat tenaga  X 
  2.1.4. Penggunaan pesawat tenaga  X  
  2.1.5. Perawatan pesawat tenaga  X 
3. Siswa terampil  3.1. Alat dan mesin penghancur             
menggunakan dan  3.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin penghancur    X 
memelihara alat dan mesin  3.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
penghancur.  penghancur  X 
  3.1.3. Prinsip kerja alat/mesin penghancur  X 
  3.1.4. Menggunakan alat/mesin penghancur  X 
  3.1.5. Perawatan alat/mesin penghancur 
4. Siswa terampil  4.1. Alat dan mesin pemisah             
menggunakan dan  4.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin pemisah      X 

  18
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
memelihara alat dan mesin  4.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin    X 
pemisah.  pemisah  X 
  4.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pemisah  X 
  4.1.4. Menggunakan alat/mesin pemisah  X 
  4.1.5. Perawatan alat/mesin pemisah 
5. Siswa terampil  5.1. Alat dan mesin pengalir fluida             
menggunakan dan  5.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin pengalir    X 
memelihara alat dan mesin  fluida  X 
pengulir fluida.  5.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
  pengalir fluida  X 
  5.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pengalir fluida  X 
  5.1.4. Menggunakan alat/mesin pengalir fluida  X 
  5.1.5. Perawatan alat/mesin pengalir fluida 
6. Siswa terampil  6.1. Alat dan mesin Pengering             
menggunakan dan  6.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin Pengering  X 
memelihara alat dan mesin  6.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
pengering  Pengering  X 
  6.1.3. Prinsip kerja alat/mesin Pengering  X 
  6.1.4. Menggunakan alat/mesin Pengering  X 
  6.1.5. Perawatan alat/mesin Pengering 
7. Siswa terampil  7.1. Alat dan mesin pemanas             
menggunakan dan  7.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin pemanas    X 
memelihara alat dan mesin  7.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
pemanas.  pemanas  X 
  7.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pemanas  X 
  7.1.4. Menggunakan alat/mesin pemanas  X 
  7.1.5. Perawatan alat/mesin pemanas 
8. Siswa terampil  8.1. Alat dan mesin pencampur             
menggunakan dan  8.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin pencampur      X 

  19
TUJUAN KURIKULER/  TUJUAN INSTRUKSIONAL  POKOK BAHASAN/SUB POKOK BAHASAN  TINGKAT  I  II  II 
TUJUAN MATA  UMUM  SEMESTER  1  2  3  4  5  6 
PELAJARAN 
memelihara alat dan mesin  8.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
pencampur.  pencampur  X 
  8.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pencampur  X 
  8.1.4. Menggunakan alat/mesin pencampur  X 
  8.1.5. Perawatan alat/mesin pencampur 
  9. Siswa terampil  9.1. Alat dan mesin pengepak             
menggunakan dan  9.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin pengepak    X 
memelihara alat dan mesin  9.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
pengepak.  pengepak  X 
  9.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pengepak  X 
  9.1.4. Menggunakan alat/mesin pengepak  X 
  9.1.5. Perawatan alat/mesin pengepak 
10. Siswa terampil  10.1. Alat dan mesin pendingin             
menggunakan dan  10.1.1.Mengenal macam‐macam alat/mesin pendingin    X 
memelihara alat dan mesin  10.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  X 
pendingin.  pendingin  X 
  10.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pendingin  X 
  10.1.4. Menggunakan alat/mesin pendingin  X 
  10.1.5. Perawatan alat/mesin pendingin 
11. Siswa terampil  11.1. Alat dan mesin bantu pengolahan              
menggunakan dan  11.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin bantu    X 
memelihara alat dan mesin  pengolahan  X 
bantu pengolahan.  11.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin bantu   
  pengolahan  X 
  11.1.3. Prinsip kerja alat/mesin bantu pengolahan  X 
11.1.4. Menggunakan alat/mesin bantu pengolahan  X 
11.1.5. Perawatan alat/mesin bantu pengolahan 
 

  20
 

Matrik: 3 

TINGKAT/SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  NOMOR  ALOKASI  BAHAN  PERALATAN 


PEKERJAAN  WAKTU 
JUMLAH JAM PELAJARAN 
____ II/1______  1.1. Tata kerja diruang praktek    8     
40 jam pelajaran  1.1.1. Petunjuk tata tertib 
1.1.2. Inventarisasi alat/mesin pengolahan hasil 
pertanian 
1.1.3. Keselamatan kerja 
ƒ Keselamatan diri sendiri dan orang lain 
ƒ Keselamatan lingkungan dan masyarakat 
1.1.4. Penggunaan dan pemeliharaan alat‐alat 
2.1. Pesawat tenaga    16  Olie  Motor‐motor bakar 
2.1.1. Mengenal macam‐macam pesawat tenaga  Solar  o Motor bensin 
ƒ Kincir  bensin  o Motor diesel 
ƒ Turbin, motor bakar  Motor listrik 
ƒ Motor diesel, motor bensin  Mesin uap 
ƒ Motor uap, motor listrik  Turbin uap/air 
2.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi pesawat  Kincir 
tenaga  Prototype 
2.1.3. Prinsip kerja pesawat tenaga  o Motor diesel 
2.1.4. Penggunaan pesawat tenaga  o Motor bensin 
2.1.5. Perawatan pesawat tenaga  o Mesin uap 
o Turbin uap/air 
3.1. Alat dan mesin penghancur    16    • Crusher 
3.1.1. Mengenal macam‐macam alat dan mesin  • Huller 
penghancur  • Hammer mill 
ƒ Crusher  • Bur mill 
ƒ Huller  • Dis integrator 
ƒ Hamer mil 

  21
TINGKAT/SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  NOMOR  ALOKASI  BAHAN  PERALATAN 
PEKERJAAN  WAKTU 
JUMLAH JAM PELAJARAN 
ƒ Bur mill  • Cutter 
ƒ Alat pemarut  • Slizer 
ƒ Cutter  • Prototype masing‐
3.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat dan  masing 
mesin penghancur 
3.1.3. Prinsip kerja alat/mesin penghancur 
3.1.4. Menggunakan alat/mesin penghancur 
3.1.5. Perawatan alat/mesin penghancur 
____ II/2______  4.1. Alat dan mesin pemisah    20  Biji‐bijian   • Ayakan datar 
40 jam pelajaran  4.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin  Tepung  • Ayakan cilinder 
pemisah  Minyak  • Destilat aparat 
ƒ Ayakan  kasar  • Extractor aparat 
ƒ Filter press  Akar,  • Expeller 
ƒ Alat‐alat distilasi  daun,  • Kristalisator 
ƒ ekstraksi  bunga 
ƒ crystalizer  Nira 
4.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  Solvent 
pemisah  tulluene 
4.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pemisah 
4.1.4. Menggunakan alat/mesin pemisah 
4.1.5. Perawatan alat/mesin pemisah 
5.1. Alat dan mesin pengalir fluida    10    • Pompa hisap 
5.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin  • Pompa tekan 
pengalir fluida  • Sprayit 
ƒ Pompa isap  • Pipa‐pipa/slang 
ƒ Pompa penyembur 
ƒ Pompa udara 
5.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin 
pengalir fluida 
5.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pengalir fluida 

  22
TINGKAT/SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  NOMOR  ALOKASI  BAHAN  PERALATAN 
PEKERJAAN  WAKTU 
JUMLAH JAM PELAJARAN 
5.1.4. Menggunakan alat/mesin pengalir fluida 
5.1.5. Perawatan alat/mesin pengalir fluida 
6.1.1 Alat dan mesin pengering    10    Rak‐rak pengering 
6.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin  Drum dryer 
pengering  Rotary dryer 
ƒ Pengering alami  Spray dryer 
ƒ Pengering buatan  ADS 
6.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  Silo 
pengering  Rumah pengering 
6.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pengering  Oven 
6.1.4. Menggunakan alat/mesin pengering   
6.1.5. Perawatan alat/mesin pengering 
____III/1______  7.1. Alat dan mesin pemanas    20    Kompor 
40 jam pelajaran  7.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin  o Gas 
pemanas  o Listrik 
ƒ Kompor  o kerosene 
ƒ Autoclave  Autoclave  
ƒ Exhauster  Pressure cooker 
ƒ Oven  o Sterilisator 
ƒ pasteurizer  o Pasteurisator 
7.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  o Exhauster 
pemanas 
7.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pemanas 
7.1.4. Menggunakan alat/mesin pemanas 
7.1.5. Perawatan alat/mesin pemanas 
  8.1. Alat dan mesin pencampur    20    Mixer 
8.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin  Blender 
pencampur  Homogenizer 
8.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin  Kunci‐kunci pas, rings socks 
pencampur  Sprayet 

  23
TINGKAT/SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  NOMOR  ALOKASI  BAHAN  PERALATAN 
PEKERJAAN  WAKTU 
JUMLAH JAM PELAJARAN 
8.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pencampur  kompresor 
8.1.4. Menggunakan alat/mesin pencampur 
8.1.5. Perawatan alat/mesin pencampur 
____ III/2______  9.1. Alat dan mesin pengepak    12     
40 jam pelajaran  9.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin 
pengepak 
9.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin 
pengepak 
9.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pengepak 
9.1.4. Menggunakan alat/mesin pengepak 
9.1.5. Perawatan alat/mesin pengepak 
10.1. Alat dan mesin pendingin    12     
10.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin 
pendingin 
10.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin 
pendingin 
10.1.3. Prinsip kerja alat/mesin pendingin 
10.1.4. Menggunakan alat/mesin pendingin 
10.1.5. Perawatan alat/mesin pendingin 
11.1. Alat dan mesin bantu pengolahan    16     
11.1.1. Mengenal macam‐macam alat/mesin bantu 
pengolahan 
ƒ Belt conveyor 
ƒ Bulket elevator 
ƒ Pheumatic conveyor 
ƒ Cehain conveyor 
ƒ Wibrating conveyor 
ƒ Forklift 
11.1.2. Mengenal bagian dan konstruksi alat/mesin 
bantu pengolahan 

  24
TINGKAT/SEMESTER  BAHAN PENGAJARAN  NOMOR  ALOKASI  BAHAN  PERALATAN 
PEKERJAAN  WAKTU 
JUMLAH JAM PELAJARAN 
11.1.3. Prinsip kerja alat/mesin bantu pengolahan 
11.1.4. Menggunakan alat/mesin bantu pengolahan 
11.1.5. Perawatan alat/mesin bantu pengolahan 
 

  25
LAMPIRAN IX – 01

ULASAN

PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 19 TAHUN 2005


(PP 19/2005)
TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

terkait dengan
SATUAN PENDIDIKAN SMK/MAK PERTANIAN
Lampiran IX / 01

ULASAN

PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 19 TAHUN 2005


(PP 19/2005)
TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

terkait dengan
SATUAN PENDIDIKAN SMK/MAK PERTANIAN
--------

Di bawah ini disajikan cuplikan disertai ulasan singkat terhadap Peraturan


Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 (PP 19/2005) tentang Standar Nasional
Pendidikan, khususnya yang terkait dengan Satuan Pendidikan SMK/MAK
Pertanian.

BAB II: LINGKUP, FUNGSI, DAN TUJUAN

Dalam Pasal 2 diatur Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut.


(1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi:
a. standar isi;
b. standar proses;
c. standar kompetensi lulusan;
d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana;
f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan;dan
h. standar penilaian pendidikan.
(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan
sertifikasi.
(3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.
Pasal 3 menyebutkan bahwa fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu, sedangkan Pasal 4 menyatakan
bahwa Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 1
BAB III – STANDAR ISI

BAB III Bagian Kesatu: Umum


Dalam Pasal 5 diatur cakupan lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu, yang
harus memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum
tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.
BAB III Bagian Kedua: Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Pasal 6 ayat (1) mengatur kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan,
dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Pada ayat (4) dinyatakan bahwa setiap kelompok mata pelajaran haruslah
dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok
mata pelajaran mempengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik,
sedangkan ayat (5) menyatakan bahwa semua kelompok mata pelajaran sama
pentingnya dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan
pada pendidikan dasar dan menengah.
Selanjutnya, Pasal 7 mengatur bagaimana kelima kelompok mata pelajaran
tersebut pada Pasal 6 dilaksanakan pada SMK/MAK.
Ayat (1): Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SMK/MAK
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Ayat (2): Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada
SMK/MAK dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan
pendidikan jasmani.
Ayat (6): Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi
informasi dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan.
Ayat (7): Kelompok mata pelajaran estetika pada SMK/MAK dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya,
keterampilan, dan muatan lokal yang relevan.
Ayat (8): Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan pada
SMK/MAK dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 2
pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu
pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.
Pasal 8 mengatur bagaimana kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan
pendidikan kelima kelompok mata pelajaran tersebut.
Ayat (1): Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan
dituangkan dalam kompetensi pada setiap tingkat dan/atau
semester sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.
Ayat (2): Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Ayat (3): Ketentuan mengenai kedalaman muatan kurikulum sebagaimana
dimaksud pada Pasal 8 ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB III Bagian Ketiga: Beban Belajar


Pasal 10 adalah pasal yang mengatur Beban Belajar.
Ayat (1): Beban belajar SMK/MAK menggunakan jam pembelajaran setiap
minggu setiap semester dengan sistem tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, sesuai
kebutuhan dan ciri khas masing-masing.
Ayat (3): Ketentuan mengenai beban belajar, jam pembelajaran, waktu efektif
tatap muka, dan persentase beban belajar setiap kelompok
matapelajaran ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan
usulan BSNP.

Pasal 11 mengatur penerapan beban belajar dalam Satuan Kredit Semester (SKS)
Ayat (2): Beban belajar untuk SMK/MAK pada jalur pendidikan formal
kategori standar dapat dinyatakan dalam satuan kredit semester
(SKS).
Ayat (3): Beban belajar untuk SMK/MAK pada jalur pendidikan formal
kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS).
Ayat (4): Beban belajar minimal dan maksimal bagi satuan pendidikan yang
menerapkan sistem SKS ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usul dari BSNP.

Ketentuan pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup diatur dalam Pasal 13


sebagai berikut.
Ayat (1): Kurikulum untuk SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat
memasuk-kan pendidikan kecakapan hidup.
Ayat (2): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik, dan kecakapan vokasional.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 3
Ayat (3): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan (2) dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok
mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, kelompok mata
pelajaran pendidikan estetika, atau kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Ayat (4): Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
(2), dan (3) dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan
yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang
sudah memperoleh akreditasi.

Perlu dicatat bahwa Pasal 14 hanya mengatur kemungkinan dimasukkannya


pendidikan berbasis keunggulan lokal dalam kurikulum untuk SMP/MTs/SMPLB
atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau
bentuk lain yang sederajat, tetapi tidak untuk kurikulum SMK/MAK atau bentuk
lain yang sederajat.

BAB III Bagian Keempat: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Pasal 16 menyebutkan bahwa penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan
yang disusun oleh BSNP, yang sekurang-kurangnya berisi:
a. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/
SDLB/SMP/MTs/ SMPLB/ SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada
jalur pendidikan formal kategori standar;
b. Model-model kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk SD/MI/
SDLB/SMP/MTs/SMPLB/ SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK pada
jalur pendidikan formal kategori mandiri;
Dalam Ayat (5) Pasal 16 ini disebutkan bahwa model-model kurikulum tingkat
satuan pendidikan tersebut sekurang-kurangnya harus meliputi model KTSP baik
yang menggunakan sistem paket maupun yang menggunakan SKS.
Pasal 17 Ayat (1) memuat keharusan pengembangan KTSP SMK/MAK, atau
bentuk lain yang sederajat sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik,
sedangkan Ayat (2) memuat keharusan Sekolah dan Komite Sekolah, untuk
mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum
dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab di bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 4
BAB III Bagian Kelima: Kalender Pendidikan/Akademik

Dalam Pasal 18 telah diatur Kalender pendidikan/kalender akademik sebagai


berikut.
Ayat (1): Kalender pendidikan/kalender akademik mencakup permulaan
tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif,
dan hari libur.
Ayat (2): Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk
jeda tengah semester selama-lamanya satu minggu dan jeda antar
semester.
Ayat (3): Kalender pendidikan/akademik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk setiap satuan pendidikan diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.

BAB IV: STANDAR PROSES

Dalam Pasal 19 telah diatur bagaimana proses pembelajaran, pelaksanaan proses


pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran
harus dilaksanakan.
Ayat (1): Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik.
Ayat (2): Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam
proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.
Ayat (3): Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pasal 20 mengatur proses perencanaan pembelajaran, yang meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
Pasal 21 memuat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
Ayat (1): Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 ayat (3) harus memperhatikan jumlah maksimal peserta
didik per kelas dan beban mengajar maksimal per pendidik, rasio
maksimal buku teks pelajaran setiap peserta didik, dan rasio
maksimal jumlah peserta didik setiap pendidik.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 5
Ayat (2): Pelaksanaan proses pembelajaran dilakukan dengan
mengembangkan budaya membaca dan menulis.
Pasal 22 mengatur hal-hal terkait dengan penilaian hasil pembelajaran.
Ayat (1): Penilaian hasil pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menggunakan
berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai.
Ayat (2): Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
tes tertulis, observasi, tes praktek, dan penugasan perseorangan atau
kelompok.
Ayat (3): Untuk mata pelajaran selain kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, teknik penilaian observasi secara individual sekurang-
kurangnya dilaksanakan satu kali dalam satu semester.
Pasal 23 mengatur bagaimana pengawasan proses pembelajaran harus
dilaksanakan, yang meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan.
Adapun Pasal 24 memuat ketentuan bahwa Standar
ƒ perencanaan proses pembelajaran,
ƒ pelaksanaan proses pembelajaran,
ƒ penilaian hasil pembelajaran, dan
ƒ pengawasan proses pembelajaran
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB V: STANDAR KOMPETENSI LULUSAN


Pasal 25
(1) Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam
penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.
(2) Standar kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan
mata kuliah atau kelompok mata kuliah.
(3) Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
(4) Kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pasal 26 menetapkan standar kompetensi lulusan (SKL) pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah, yang untuk satuan pendidikan menengah kejuruan berbunyi:
Ayat (3): Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 6
kepribadian, ahklak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Pasal 27 menuat ketentuan standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan
menengah dan pendidikan nonformal dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri, sedangkan standar kompetensi lulusan pendidikan
tinggi ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi.

BAB VI: STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Bagian Kesatu: Pendidik


Pasal 28 memuat berbagai ketentuan tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi Pendidik pada tiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ayat (1): Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Ayat (2): Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian
yang relevan sesuai ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku.
Ayat (3): Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
a. Kompetensi pedagogik;
b. Kompetensi kepribadian;
c. Kompetensi profesional; dan
d. Kompetensi sosial.
Ayat (4): Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian
khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik
setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
Ayat (5): Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4)
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Secara khusus, Pasal 29 menentukan kualifikasi akademik dan kompetensi
Pendidik pada SMK/ MAK:
Ayat (6): Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat memiliki:
a. kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1)
b. latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
c. sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK,

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 7
dan Pasal 30 menentukan jenis Pendidik pada SMK/MAK:
Ayat (5): Pendidik pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat terdiri
atas guru mata pelajaran dan instruktur bidang kejuruan yang
penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan
sesuai dengan keperluan.
Pasal 32 memuat persyaratan Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan
akhlak mulia.
Ayat (1): Pendidik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar sebagaimana diatur dalam Pasal 28 sampai
dengan pasal 31.
Ayat (2): Selain syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 sampai dengan
Pasal 31 menteri yang menangani urusan pemerintahan di bidang
agama dapat memberikan kriteria tambahan. -
Pasal 34 mengatur bahwa rasio pendidik terhadap peserta didik ditetapkan dalam
Peraturan Menteri berdasarkan usulan dari BSNP.

Bagian Kedua: Tenaga Kependidikan

Pasal 35 mengatur berbagai jenis Tenaga Kependidikan yang diperlukan dalam


tiap jenis dan jenjang pendidikan. Khusus untuk SMK/MAK, ketentuan tersebut
berbunyi:
Ayat (1): Butir d: Tenaga kependidikan pada SMK/MAK atau bentuk lain
yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, dan tenaga kebersihan sekolah/madrasah.
Ayat (2): Standar untuk setiap jenis tenaga kependidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.

Dalam Pasal 38 ditentukan kriteria untuk menjadi Kepala SMK/MAK.


Ayat (3): Kriteria untuk menjadi kepala SMP/MTs/SMA/MA/SMK/ MAK
meliputi:
a. berstatus sebagai guru SMK/ MAK;
b. memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran sesuai ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku;
c. memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun
di SMK/MAK; dan
d. memiliki kemampuan kepimpinanan dan kewirausahaan di bidang
pendidikan.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 8
Pasal 39 mengatur hal-ikhwal kepengawasan pada pendidikan formal
Ayat (1): Pengawasan pada pendidikan formal dilakukan oleh pengawas
satuan pendidikan.
Ayat (2): Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan
meliputi:
a. berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun
atau kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada
jenjang pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang
diawasi;
b. memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas
satuan pendidikan;
c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan.
Ayat (3): Kriteria pengawas suatu satuan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan
dengan Peraturan Menteri.

BAB VII: STANDAR SARANA DAN PRASARANA

Pasal 42 s.d. Pasal 47 mengatur berbagai ketentuan tentang sarana dan prasarana
satuan pendidikan, seperti perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku
dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang
diperlukan, demikian pula lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat
berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan
ruang/tempat lain untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan,
Pasal 43 mengatur standar keragaman jenis dan jumlah peralatan dinyatakan
dalam rasio minimal jumlah peralatan per peserta didik, standar buku
perpustakaan dinyatakan dalam jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan
satuan pendidikan, sedangkan standar jumlah buku teks pelajaran di perpustakaan
dinyatakan dalam rasio minimal jumlah buku teks pelajaran untuk masing-masing
mata pelajaran di perpustakaan satuan pendidikan untuk setiap peserta didik.
Standar sumber belajar lainnya untuk setiap satuan pendidikan dinyatakan dalam
rasio jumlah sumber belajar terhadap peserta didik sesuai dengan jenis sumber
belajar dan karakteristik satuan pendidikan.
Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan buku teks pelajaran dinilai oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Pasal 44 mengatur persyaratan, letak, dan standar lahan untuk bangunan satuan
pendidikan, lahan praktek, lahan untuk prasarana penunjang, dan lahan
pertamanan untuk menjadikan satuan pendidikan suatu lingkungan yang secara
ekologis nyaman dan sehat. Standar letak lahan satuan pendidikan harus pula

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 9
mempertimbangkan jarak tempuh maksimal yang harus dilalui oleh peserta didik
untuk menjangkau satuan pendidikan tersebut.
Pasal 45 mengatur agar BSNP merumuskan standar rasio luas ruang kelas per
peserta didik dan luas bangunan per peserta didik untuk ditetapkan dengan
Peraturan Menteri, Adapun standar kualitas bangunan minimal pada satuan
pendidikan mengacu pada ketetapan menteri yang menangani urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum.
Pasal 46 mengatur kewajiban satuan pendidikan menyediakan akses bagi peserta
didik, pendidik, dan/atau tenaga kependidikan yang memerlukan layanan khusus.
Pasal 47 memuat ketentuan tentang pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan dengan
memperhatikan masa pakai dan menjadi tanggung jawab satuan pendidikan yang
bersangkutan. Pengaturan tentang masa pakai ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
Dalam Pasal 48 ditentukan bahwa standar sarana dan prasarana dimaksud
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB VIII - STANDAR PENGELOLAAN

Salah satu unsur yang turut menentukan keberhasilan pendidikan adalah


pengelolaan. Dalam bab ini diatur Standar Pengelolaan yang harus dilaksanakan
oleh Satuan Pendidikan, oleh Pemerintah Daerah, dan oleh Pemerintah Pusat.
Bagian Kesatu: Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan
Pada Pasal 49 Ayat (1) ditentukan bahwa pengelolaan satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah
yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas
Pasal 50 menentukan bahwa setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang
kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan, yang dalam
melaksanakan tugasnya kepala satuan pendidikan SMK/MAK atau bentuk lain
yang sederajat, dibantu minimal oleh tiga wakil kepala satuan pendidikan yang
masing-masing secara berturut-turut membidangi akademik, sarana dan prasarana,
serta kesiswaan.
Pasal 51 berkenaan dengan proses pengambilan keputusan.
Ayat (1) mengatur pengambilan keputusan pada satuan pendidikan dasar
dan menengah di bidang akademik harus dilakukan oleh rapat Dewan
Pendidik dan dipimpin oleh kepala satuan pendidikan, sedangkan Ayat (2)
menentukan pengambilan keputusan di bidang non-akademik harus
dilakukan oleh komite sekolah/madrasah yang dihadiri oleh kepala satuan
pendidikan.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 10
Ayat (3) pasal ini juga menyebutkan agar rapat-rapat dewan pendidik dan
komite sekolah/madrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah
mufakat yang berorientasi pada peningkatan mutu satuan pendidikan.
Pasal 52 mengatur keharusan setiap satuan pendidikan memiliki pedoman yang
mengatur tentang:
a. Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus;
b. Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori
aktivitas satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran,
bulanan, dan mingguan;
c. Struktur organisasi satuan pendidikan;
d. Pembagian tugas di antara pendidik;
e. Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan;
f. Peraturan akademik;
g. Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana;
h. Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan
pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan
masyarakat;
i. Biaya operasional satuan pendidikan.
Butir a, b, d, e, f pedoman tersebut diputuskan oleh rapat dewan pendidik untuk
dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan, butir c dan i diputuskan oleh
komite sekolah/madrasah dan ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan, butir g
ditetapkan oleh kepala satuan pendidikan setelah mempertimbang-kan masukan
dari rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah, sedangkan butir e
ditetapkan oleh pimpinan satuan pendidikan.
Pasal 53 terkait dengan pembuatan rencana kerja yang secara rinci diatur sebagai
berikut.
Setiap satuan pendidikan harus membuat rencana kerja tahunan yang merupakan
penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang
meliputi masa 4 (empat) tahun, yang harus disetujui rapat dewan pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan dari Komite Sekolah/Madrasah.
Rencana kerja tahunan tersebut harus mencakup:
a. Kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran,
ulangan, ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur;
b. jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran
berikutnya;
c. mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal,
semester genap, dan semester pendek bila ada;
d. penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan
lainnya;
e. buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran;
f. jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran;

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 11
g. pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai;
h. program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi
sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program;
i. jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan
orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah;
j. jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi;
k. rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa
kerja satu tahun;
l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan
untuk satu tahun terakhir.
Pasal 54 mengamanatkan bahwa pengelolaan satuan pendidikan harus
dilaksanakan secara mandiri, efisien, efektif, dan akuntabel, dan pelaksanaannya
harus dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan pendidikan kepada rapat dewan
pendidik dan komite sekolah/madrasah.
Dalam hal pelaksanaan pengelolaan satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah tidak sesuai dengan rencana kerja tahunan, kepala satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari rapat dewan pendidik
dan komite sekolah/madrasah
Pasal 55 mengatur lingkup pengawasan satuan pendidikan yang meliputi
pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Pasal 56 memuat ketentuan bahwa untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
akuntabilitas satuan pendidikan, pemantauan harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan oleh pimpinan SMK dan komite sekolah SMK atau bentuk lain
dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pasal 57 menentukan agar supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan
akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh pengawas SMK
dan kepala SMK.
Pasal 58 mengatur hal-ikhwal pelaporan, baik pelaporan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, kepala satuan pendidikan, maupun oleh pengawas satuan
pendidikan, yang diatur sebagai berikut.
a. Laporan oleh pendidik berisi hasil evaluasi dan penilaian dilakukan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester ditujukan kepada pimpinan
satuan pendidikan dan orang tua/wali peserta didik.
b. Laporan oleh tenaga kependidikan berisi pelaksanaan teknis dari tugas
masing-masing, dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester,
ditujukan kepada pimpinan satuan pendidikan.
c. Laporan oleh pimpinan satuan pendidikan berisi hasil evaluasi, dilakukan
sekurang-kurangnya setiap akhir semester, ditujukan kepada komite
sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 12
d. Laporan oleh pengawas satuan pendidikan ditujukan kepada
Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab di
bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
e. Setiap pihak yang menerima laporan wajib menindak lanjuti laporan
tersebut untuk meningkatkan mutu satuan pendidikan, termasuk
memberikan sanksi atas pelanggaran yang ditemukannya.

Bagian Kedua: Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah Daerah


Pasal 59 meliputi penyusunan rencana kerja tahunan bidang pendidikan oleh
Pemerintah Daerah dengan memprioritaskan program:
a. wajib belajar;
b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah;
c. penuntasan pemberantasan buta aksara;
d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah maupun masyarakat;
e. peningkatan status guru sebagai profesi;
f. akreditasi pendidikan;
g. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan masyarakat; dan
h. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan.
Realisasi rencana kerja tahunan harus disetujui oleh dan dipertanggungjawabkan
kepada Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai ketentuan peraturan perUndang-
Undangan yang berlaku.

Bagian Ketiga: Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah


Pasal 60 menyatakan keharusan Pemerintah menyusun rencana kerja tahunan
bidang pendidikan dengan memprioritaskan program:
a. wajib belajar;
b. peningkatan angka partisipasi pendidikan untuk jenjang pendidikan
menengah dan tinggi;
c. penuntasan pemberantasan buta aksara;
d. penjaminan mutu pada satuan pendidikan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah maupun masyarakat;
e. peningkatan status guru sebagai profesi;
f. peningkatan mutu dosen;
g. standarisasi pendidikan;
h. akreditasi pendidikan;
i. peningkatan relevansi pendidikan terhadap kebutuhan lokal, nasional, dan
global;
j. pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang pendidikan; dan
k. Penjaminan mutu pendidikan nasional.

Pasal 61 mengatur keharusan pemerintah bersama-sama pemerintah daerah


menyelenggara-kan sekurang-kurangnya satu satuan pendidikan pada jenjang

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 13
pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf
internasional di tiap daerah.

BAB IX: STANDAR PEMBIAYAAN

Jer basuki mawa béya, kata pepatah Jawa. Tidak ada pendidikan gratis di dunia
ini. Jika terhadap peserta didik atau orang tua peserta didik dikatakan bahwa
pendidikan di suatu satuan pendidikan itu gratis, di balik itu pasti ada pihak yang
membiayainya, entah itu pemerintah, donatur, dan sebagainya
Pasal 62 mengatur pembiayaan pendidikan yang terdiri atas biaya investasi, biaya
personal, dan biaya operasi,
a. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi
ƒ biaya penyediaan sarana dan prasarana,
ƒ biaya pengembangan sumberdaya manusia, dan
ƒ modal kerja tetap.
b. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan
berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan meliputi:
ƒ gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang
melekat pada gaji,
ƒ bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan
ƒ biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa
telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur,
transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri
berdasarkan usulan BSNP.

BAB X: STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Bagian Kesatu: Umum


Pasal 63 mengatur penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah, yang terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Bagian Kedua: Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik


Pasal 64 Ayat (1) dan (2) merinci lebih lanjut bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,
dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 14
Adapun penilaian hasil belajar tersebut akan digunakan untuk:
a. menilai pencapaian kompetensi peserta didik;
b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan
c. memperbaiki proses pembelajaran.
Dalam Ayat (3) s.d. (6) diatur penilaian hasil belajar berbagai kelompok mata
pelajaran.
Ayat (3): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian dilakukan melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik;
serta
b. ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek
kognitif peserta didik.
Ayat (4): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk
lain yang sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
Ayat (5): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan
melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta
didik.
Ayat (6): Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan dilakukan melalui:
a. pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk
menilai perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik;
dan
b. ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif
peserta didik.
Selanjutnya BSNP menerbitkan panduan penilaian untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika; dan
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Bagian Ketiga: Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan


Pasal 65 merinci lebih lanjut penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan.
Ayat (1) menyebutkan bahwa penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan
bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk
semua mata pelajaran.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 15
Ayat (2) menegaskan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia,
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian,
kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
jasmani, olah raga, dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk
menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, dengan
mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik
(Ayat 3).
Ayat (4) menyatakan bahwa penilaian hasil belajar untuk semua mata
pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan
melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan
peserta didik dari satuan pendidikan.
Ayat (5) menentukan bahwa untuk dapat mengikuti ujian sekolah/madrasah,
peserta didik harus mendapatkan nilai yang sama atau lebih besar
dari nilai batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP,
pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, serta kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga,
dan kesehatan.
Ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP (Ayat 6).

Bagian Keempat: Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah


Pasal 66 menegaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan
untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan
dilakukan dalam bentuk ujian nasional.
Selanjutnya dinyatakan bahwa ujian nasional harus dilakukan secara obyektif,
berkeadilan, dan akuntabel, dan diadakan sekurang-kurangnya satu kali dan
sebanyak-banyaknya dua kali dalam satu tahun pelajaran.
Pasal 67 adalah dasar hukum penyelenggaraan UJIAN NASIONAL oleh BSNP.
Pasal ini berbunyi:
Ayat (1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian
nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan
jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal
kesetaraan.
Ayat (2) Dalam penyelenggaraan ujian nasional BSNP bekerja sama dengan
instansi terkait di lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/ Kota, dan satuan pendidikan.
Ayat (3) Ketentuan mengenai ujian nasional diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 16
Dalam Pasal 68 dinyatakan, bahwa hasil ujian nasional digunakan sebagai salah
satu pertimbangan untuk:
a. pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan;
b. dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya;
c. penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan
pendidikan;
d. pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam
upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pasal 69 merinci syarat, hak, dan kewajiban peserta didik mengikuti ujian
nasional, serta biaya ujian nasional.
Ayat (1) Setiap peserta didik jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan
pendidikan jalur nonformal kesetaraan berhak mengikuti ujian
nasional dan berhak mengulanginya sepanjang belum dinyatakan
lulus dari satuan pendidikan.
Ayat (2) Setiap peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mengikuti satu kali ujian nasional tanpa dipungut biaya.
Ayat (3) Peserta didik pendidikan informal dapat mengikuti ujian nasional
setelah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh BSNP.
Peserta ujian nasional memperoleh surat keterangan hasil ujian nasional yang
diterbitkan oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional.
Pasal 70 merinci mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional setiap jenjang/
Ayat (4) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, Ujian
Nasional mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,
Matematika, dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri khas
program pendidikan.
Pasal 71 memuat ketentuan bahwa kriteria kelulusan ujian nasional
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kelima: Kelulusan


Pasal 72 memuat persyaratan seseorang peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata
pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran
estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan ;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
d. lulus Ujian Nasional.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 17
Selanjutnya dinyatakan bahwa kelulusan peserta didik ditetapkan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan, sedangkan kriteria kelulusan dikembangkan oleh
BSNP dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB XI: BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)


Bab ini adalah dasar hukum pembentukan Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP). Butir-butir penting tentang BSNP antara lain sebagai berikut.
Pasal 73
Ayat (1): Dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan
pencapaian standar nasional pendidikan, dengan Peraturan
Pemerintah ini dibentuk Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Ayat (2): BSNP berkedudukan di ibu kota wilayah Negara Republik Indonesia
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Ayat (3): Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP bersifat mandiri dan
profesional.
Pasal 76
Ayat (1): BSNP bertugas membantu Menteri dalam mengembangkan,
memantau, dan mengendalikan standar nasional pendidikan.
Ayat (2): Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku efektif dan
mengikat semua satuan pendidikan secara nasional setelah
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
Ayat (3): Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BSNP berwenang:
a. mengembangkan Standar Nasional Pendidikan;
b. menyelenggarakan ujian nasional;
c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dan pemerintah
daerah dalam penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan pendidikan pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.

BAB XII: EVALUASI


Pasal 78 s.d. Pasal 85 Bab ini menguraikan secara rinci hal-ikhwal berkenaan
dengan Evaluasi Pendidikan yang mencakupi: ruang lingkup evaluasi pendidikan,
apa yang dievaluasi, siapa membuat/melakukan evaluasi, kapan dan frekuensi
pelaksanaan evaluasi, para pihak yang menerima laporan evaluasi, tindak lanjut
hasil evaluasi.
Butir-butir penting yang perlu diangkat antara lain adalah sebagai berikut.
Pasal 78 - Evaluasi pendidikan meliputi:

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 18
a. evaluasi kinerja pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan;
b. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah;
c. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi
d. evaluasi kinerja pendidikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan
e. evaluasi oleh lembaga evaluasi mandiri yang dibentuk masyarakat atau
organisasi profesi untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan;
Pasal 79
Ayat (1): Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 butir a dilakukan
oleh satuan pendidikan pada setiap akhir semester.
Ayat (2): Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya
meliputi:
a. tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga
kependidikan;
b. pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan
ekstrakurikuler;
c. hasil belajar peserta didik;dan
d. realisasi anggaran;
Pasal 83 - Evaluasi terhadap pengelola
Ayat (1): Evaluasi terhadap pengelola dilakukan sekurang-kurangnya setahun
sekali.
Ayat (2): Evaluasi terhadap pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup sekurang-kurangnya:
a. Tingkat relevansi pendidikan terhadap visi, misi, tujuan, dan
paradigma pendidikan nasional;
b. Tingkat relevansi satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
terhadap kebutuhan masyarakat akan sumberdaya manusia
yang bermutu dan kompetitif;
c. Tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh satuan,
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan;
d. Tingkat efisiensi dan produktivitas satuan, jalur, jenjang, dan
jenis pendidikan;
e. Tingkat daya saing satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan
pada tingkat daerah, nasional, regional, dan global.
Ayat (4): Atas dasar evaluasi, Menteri melakukan evaluasi komprehensif
untuk menilai:
a. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap visi, misi,
tujuan, dan paradigma pendidikan nasional;
b. Tingkat relevansi pendidikan nasional terhadap kebutuhan
masyarakat akan sumberdaya manusia yang bermutu dan
berdayasaing;

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 19
c. Tingkat mutu dan daya saing pendidikan nasional;
d. Tingkat partisipasi masyarakat dalam pendidikan;
e. Tingkat pemerataan akses masyarakat ke pelayanan
pendidikan; dan
f. Tingkat efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas pendidikan
nasional.

BAB XIII: AKREDITASI

Pasal 86 s.d. Pasal 88 Bab XIII ini mengatur keharusan Pemerintah melakukan
akreditasi secara berkala terhadap semua satuan pendidikan pada setiap jenjang
sebagai bentuk akuntabilitas publik, yang dilakukan secara obyektif, adil,
transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria yang
mengacu kepada Stándar Nasional Pendidikan. Dalam Bab ini juga diatur siapa
berwenang melakukan akreditasi, demikian pula persyaratan lembaga mandiri
guna memperoleh pengakuan kewenangan melakukan akreditasi.
Terhadap program dan/atau satuan pendidikan pendidikan jalur formal pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah, akreditasi oleh Pemerintah dilaksanakan
oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah (BAN-S/M), yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh Badan Akreditasi Provinsi yang dibentuk oleh Gubernur.

BAB XIV: SERTIFIKASI


Dalam Bab XIV ini diuraikan secara rinci hal-ikhwal terkait dengan persyaratan
sertifikasi pencapaian kompetensi akhir peserta didik, yang dinyatakan dalam
dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.
Ijazah diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah sebagai tanda
bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari satuan pendidikan
Sertifikat kompetensi diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
oleh lembaga sertifikasi mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi yang
diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa peserta didik yang bersangkutan telah
lulus uji kompetensi.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dokumen ijazah tersebut sekurang-
kurangnya berisi:
a. Identitas peserta didik;
b. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah lulus dari penilaian
akhir satuan pendidikan beserta daftar nilai mata pelajaran yang
ditempuhnya;
c. Pernyataan tentang status kelulusan peserta didik dari Ujian Nasional beserta
daftar nilai mata pelajaran yang diujikan; dan
d. Pernyataan bahwa peserta didik yang bersangkutan telah memenuhi seluruh
kriteria dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 20
BAB XV: PENJAMINAN MUTU
Pasal 91 s.d. Pasal 93 Bab XV ini memuat berbagai hal terkait dengan penjaminan
mutu pendidikan, yang mencakupi:
a. kewajiban satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk
melaksanakan penjaminan mutu pendidikan;
b. tujuan penjaminan mutu pendidikan adalah untuk memenuhi atau melampaui
Standar Nasional Pendidikan;
c. penjaminan mutu pendidikan harus dilakukan secara bertahap, sistematis,
dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target
dan kerangka waktu yang jelas;
d. kewajiban Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
mensupervisi dan membantu satuan pendidikan yang berada di bawah
kewenangannya untuk meyelenggarakan atau mengatur penyelenggaraannya
dalam melakukan penjaminan mutu;
e. kewajiban BAN-S/M, BAN-PNF, dan BAN-PT memberikan rekomendasi
penjaminan mutu pendidikan kepada program dan/atau satuan pendidikan
yang diakreditasi, dan kepada Pemerintah dan Pemerintah Daerah;
f. kewajiban LPMP, bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dan Perguruan
tinggi, mensupervisi dan membantu satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dalam melakukan upaya penjaminan mutu
pendidikan, da
g. kewajiban Menteri menerbitkan pedoman program penjaminan mutu satuan
pendidikan pada semua jenis, jenjang dan jalur pendidikan.
Di samping itu, penyelenggaraan satuan pendidikan yang tidak mengacu kepada
Standar Nasional Pendidikan dapat memperoleh pengakuan dari Pemerintah atas
dasar rekomendasi dari BSNP berdasarkan pada penilaian khusus. Pengakuan dari
Pemerintah ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

BAB XVI: KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 94 dan Pasal 95 Bab XVI berisi Ketentuan Peralihan, yang secara lengkap
berbunyi sebagai berikut.
Pasal 94: Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah ini:
a. Badan Akreditasi Sekolah Nasional (BASNAS), Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (BAN-PT), Panitia Nasional Penilaian Buku Pelajaran
(PNPBP) masih tetap menjalankan tugas dan fungsinya sampai dibentuknya
badan baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
b. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun, berarti mulai tahun ajaran
2012/2013.
c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 berlaku
efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini, berarti mulai tahun ajaran 2020/2021.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 21
d. Ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB mulai dilaksanakan 3 (tiga)
tahun sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini.
e. Penyelenggaraan ujian nasional dilaksanakan oleh Pemerintah sebelum
BSNP menjalankan tugas dan wewenangnya berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.

Pasal 95: Peraturan PerUndang-Undangan yang terkait dengan standar nasional


pendidikan pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.

BAB XVII: KETENTUAN PENUTUP (Pasal 96 dan Pasal 97)

Selain menetapkan bahwa Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan, yaitu pada tanggal 16 Mei 2005, Ketentuan Penutup ini juga
memuat ketentuan bahwa semua peraturan yang diperlukan untuk melaksanakan
Peraturan Pemerintah ini harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Lampiran IX / 01 - PP 19/2005 22
LAMPIRAN IX – 02

KUTIPAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006

tentang

STANDAR ISI
Lampiran IX-02
KUTIPAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006
STANDAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan.
Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9
tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan olahraga
agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan
relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai
dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia.
Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan
manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan.
Implementasi Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan
dilaksanakan delapan standar nasional pendidikan, yaitu: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan.
Dalam dokumen ini dibahas standar isi sebagaimana dimaksud oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang secara keseluruhan mencakup:
1. kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam
penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan,
2. beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan menengah,

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 1


3. kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi, dan
4. kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005.
BAB II
KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM

A. Kerangka Dasar Kurikulum


1. Kelompok Mata Pelajaran
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis
pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Cakupan setiap kelompok mata pelajaran disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

No Kelompok Mata Cakupan


Pelajaran

Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia


dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
Agama dan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
1. Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
Akhlak Mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai
perwujudan dari pendidikan agama.

Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan


kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan
Kewarganegaraan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat,
2. berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dan Kepribadian
dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan
kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara,

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 2


No Kelompok Mata Cakupan
Pelajaran
penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan
sikap serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan


teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan untuk
Ilmu Pengetahuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
3.
dan Teknologi membentuk kompetensi, kecakapan, dan kemandirian
kerja.

Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk


meningkatkan sensitivitas, kemampuan
mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi
keindahan dan harmoni. Kemampuan mengapresiasi
dan mengekspresikan keindahan serta harmoni
4. Estetika mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam
kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan
mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan
kemasyarakatan sehingga mampu menciptakan
kebersamaan yang harmonis.

Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan


kesehatan pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan
hidup sehat.
Jasmani,
5. Olahraga dan Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan
Kesehatan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun
yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti
keterbebasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan
narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan
penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari
kerangka dasar kurikulum, perlu dikemukakan prinsip pengembangan
kurikulum.
2. Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 3


pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut.
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.

b. Beragam dan terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis
pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat,
serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan
diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan
kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh
karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk
mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan
kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 4


e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,
bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan
formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan
manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan
nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

3. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum


Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan
kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi
dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan
pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,
yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar
untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar
untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar
untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan
sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik
dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan,
dan moral.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 5


d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan
pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan
hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa,
ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan,
di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang
memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi,
tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial
dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan
dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata
pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam
keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

B. Struktur Kurikulum Pendidikan Umum

C. Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri
dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar
dapat bekerja secara efektif dan efisien serta mengembangkan keahlian dan
keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang
keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja
yang tinggi, dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya,
serta memiliki kemampuan mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan
kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum
SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal,
dan Pengembangan Diri seperti tertera pada Tabel 9.
Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan
Jasmani dan Olahraga, dan Keterampilan/Kejuruan. Mata pelajaran ini bertujuan
untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan
untuk menunjang pembentukan kompetensi kejuruan dan pengembangan
kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 6


Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi
yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan
daerah termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan
ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan
minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan
yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling
yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
pembentukan karier peserta didik. Pengembangan diri bagi peserta didik
SMK/MAK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan
karier.
Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh
dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga
empat tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur
kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan
standar kompetensi mata pelajaran.
Struktur kurikulum SMK/MAK disajikan pada Tabel 9.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 7


Tabel 9. Struktur Kurikulum SMK/MAK
Komponen Durasi Waktu (Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 192
2. Pendidikan Kewarganegaraan 192
3. Bahasa Indonesia 192
4. Bahasa Inggris 440 a)
5. Matematika
5. 1 Matematika Kelompok Seni, Pariwisata, 330 a)
dan Teknologi Kerumahtanggaan
5. 2 Matematika Kelompok Sosial, Administrasi 403 a)
Perkantoran dan Akuntansi
5. 3 Matematika Kelompok Teknologi, 516 a)
Kesehatan, dan Pertanian

6. Ilmu Pengetahuan Alam


6. 1 IPA 192 a)
6. 2 Fisika
6. 2. 1 Fisika Kelompok Pertanian 192 a)
6. 2. 2 Fisika Kelompok Teknologi 276 a)
6. 3 Kimia
6. 3. 1 Kimia Kelompok Pertanian 192 a)
6. 3. 2 Kimia Kelompok Teknologi dan 192 a)
Kesehatan
6. 4 Biologi
6. 4. 1 Biologi Kelompok Pertanian 192 a)
6. 4. 2 Biologi Kelompok Kesehatan 192 a)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)
8. Seni Budaya 128 a)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan 192
10.Kejuruan
10. 1 Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
202
Informasi
10. 2 Kewirausahaan 192
10. 3 Dasar Kompetensi Kejuruan b) 140
10. 4 Kompetensi Kejuruan b) 1044 c)
B. Muatan Lokal 192

C. Pengembangan Diri d) (192)

Keterangan notasi
a)
Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap
program keahlian. Program keahlian yang memerlukan waktu lebih jam

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 8


tambahannya diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama, di luar
jumlah jam yang dicantumkan.
b)
Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan
kebutuhan setiap program keahlian.
c)
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan
standard kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh
kurang dari 1044 jam.
d)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran.
Implikasi dari struktur kurikulum di atas dijelaskan sebagai berikut.
1. Di dalam penyusunan kurikulum SMK/MAK mata pelajaran dibagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif, dan produktif.
Kelompok normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap
yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya.
Kelompok adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika,
IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, dan
Kewirausahaan. Kelompok produktif terdiri atas sejumlah mata pelajaran
yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan. Kelompok adaptif dan produktif adalah mata pelajaran yang
alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian, dan
dapat diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
2. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
Kejuruan disesuaikan dengan kebutuhan program keahlian untuk
memenuhi standar kompetensi kerja di dunia kerja.
3. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar
kompetensi atau beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata
pelajaran.
4. Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem
ganda.
5. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
6. Beban belajar SMK/MAK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka,
praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri
ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per minggu.
7. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK adalah 38
minggu dalam satu tahun pelajaran.
8. Lama penyelenggaraan pendidikan SMK/MAK tiga tahun, maksimum
empat tahun sesuai dengan tuntutan program keahlian.

C. Struktur Kurikulum Pendidikan Khusus

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 9


D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Kedalaman muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam
kompetensi yang terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar pada setiap
tingkat dan/atau semester. Standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap
mata pelajaran pada setiap tingkat dan semester disajikan pada lampiran-lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang terdirI atas:
Lampiran 3 - Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK.

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah


Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
Latar Belakang
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting
bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap
pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak
mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi
pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan
potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang
aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan
membetuk peserta didik agar menajdi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika,
budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan
potensi spiritual mencakup pengamalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual
ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada
akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia
yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan.
Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama
diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa
kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan
manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin,
harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Tuntutan visi ini

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 10


mendorong dikembangkannya standar kompetesi sesuai dengan jenjang
persekolahan yang secara nasional ditandai dengan ciri-ciri:
1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan
materi;
2. mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan
yang tersedia;
3. memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pendidik di lapangan untuk
mengembangkan strategi dan program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan dan ketersediaan sumber daya pendidikan.
Pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pencapaian seluruh kompetensi dasar
perilaku terpuji dapat dilakukan tidak berurutan. Peran orang tua sangat penting
dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam.

Tujuan
Pendidikan Agama Islam di SMK/MAK bertujuan untuk:
1. menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah
SWT;
2. mewujudkan manusia Indonesia berakhlak mulia yaitu manusia yang
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), serta menjaga
harmoni secara personal dan sosial.

Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Al Qur’an dan Hadits
2. Aqidah
3. Akhlak
4. Fiqih
5. Tarikh dan peradaban Islam.
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian
antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan
alam sekitarnya.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 11


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an 1. 1 Membaca QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14, Az-


Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
1. Memahami ayat-ayat Al-
Qur’an tentang manusia dan 1. 2 Menyebutkan arti QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-14,
tugasnya sebagai khalifah di Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
bumi
1. 3 Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti
terkandung dalam QS Al Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-
14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5

2. Memahami ayat-ayat Al- 2. 1 Membaca QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5


Qur’an tentang keikhlasan
2. 2 Menyebutkan arti QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah: 5
dalam beribadah
2. 3 Menampilkan perilaku ikhlas dalam beribadah seperti
terkandung dalam QS Al An’am: 162-163 dan Al-Bayyinah:
5
Aqidah 3. 1 Menyebutkan 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna
3. Meningkatkan keimanan 3. 2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna
kepada Allah melalui
3. 3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan
pemahaman sifat-sifatNya
terhadap 10 sifat Allah dalam Al-Asma al-Husna
dalam Al Asma
Akhlak 4. 1 Menyebutkan pengertian perilaku husnudhan
4. Membiasakan perilaku 4. 2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnudhan terhadap
terpuji Allah, diri sendiri dan sesama manusia
4. 3 Membiasakan perilaku husnudhan dalam kehidupan sehari-
hari

Fiqih 5. 1 Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al Qur’an,


Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam
5. Memahami sumber hukum
Islam, hukum taklifi, dan 5. 2 Menjelaskan pengertian, kedudukan, dan fungsi hukum
hikmah ibadah taklifi dalam hukum Islam
5. 3 Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah
5. 4 Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari

Tarikh dan Peradaban Islam

6. Memahami keteladanan 6. 1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Mekkah


Rasulullah dalam membina
6. 2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah
umat periode Makkah
SAW periode Makkah

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 12


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an 7. 1 Membaca QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38


7. Memahami ayat-ayat Al- 7. 2 Menyebutkan arti QS Ali Imran: dan QS Asy Syura: 38
Qur’an tentang demokrasi
7. 3 Menampilkan perilaku hidup demokratis seperti terkandung
dalam QS Ali Imran: dan QS Asy Syura: 38 dalam
kehidupan sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aqidah
8. Meningkatkan keimanan 8. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat
kepada Malaikat 8. 2 Menampilkan contoh-contoh perilaku beriman kepada
Malaikat
8. 3 Menampilkan perilaku sebagai cerminan beriman kepada
Malaikat dalam kehidupan sehari-hari

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak
9. Membiasakan perilaku 9. 1 Menjelaskan pengertian adab dalam berpakaian, berhias,
terpuji bertamu, menerima tamu, dan bepergian
9. 2 Menampilkan contoh-contoh adab dalam berpakaian, berhias,
bertamu, menerima tamu, dan bepergian
9. 3 Mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, bertamu,
menerima tamu, dan bepergian dalam kehidupan sehari-hari

10. Menghindari perilaku tercela 10. 1 Menjelaskan pengertian hasud, riya dan aniaya
10. 2 Menyebutkan contoh perilaku hasud, riya, dan aniaya
10. 3 Menghindari perilaku hasud, riya dan aniaya dalam kehidupan
sehari-hari

Fiqih
11. Memahami hukum Islam 11. 1 Menjelaskan perundang-undangan tentang pengelolaan
tentang infak, zakat, haji dan infak, zakat, haji dan wakaf
wakaf
11. 2 Menyebutkan contoh-contoh pengelolaan infak, zakat, haji
dan wakaf
11. 3 Membiasakan berinfak

Tarikh dan Peradaban Islam


12. Memahami keteladanan 12. 1 Menceritakan sejarah dakwah Rasulullah periode Madinah
Rasulullah SAW dalam
12. 2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah
membina umat periode
SAW periode Madinah
Madinah

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 13


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an
13. Memahami ayat-ayat Al- 13. 1 Membaca QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
Qur’an tentang kompetisi
13. 2 Menjelaskan arti QS Al Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir: 32
dalam kebaikan
13. 3 Menampilkan perilaku berkompetisi dalam kebaikan
seperi terkandung dalam QS Al Baqarah: 148 dan QS
Al-Fatir: 32

14. Memahami ayat-ayat Al- 14. 1 Membaca QS Al Isra: 26–27 dan QS Al-Baqarah: 177
Qur’an tentang perintah
14. 2 Menjelaskan arti QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah:
menyantuni kaum dhuafa
177
14. 3 Menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti
terkandung dalam QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah:
177

Aqidah
15. Meningkatkan keimanan 15. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul
kepada Rasul-rasul Allah Allah
15. 2 Menunjukkan contoh-contoh perilaku beriman kepada
Rasul-rasul Allah
15. 3 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan
kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari

Akhlak
16. Membiasakan berperilaku 16. 1 Menjelaskan pengertian taubat dan raja`
terpuji
16. 2 Menampilkan contoh-contoh perilaku taubat dan raja`
16. 3 Membiasakan perilaku bertaubat dan raja` dalam
kehidupan sehari hari

Fiqih 17. 1 Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam


17. Memahami hukum Islam 17. 2 Memberikan contoh transaksi ekonomi dalam Islam
tentang muamalah
17. 3 Menerapkan transaksi ekonomi Islam dalam kehidupan
sehari-hari

Tarikh dan Peradaban Islam 18. 1 Menjelaskan perkembangan Islam pada abad pertengahan
18. Memahami perkembangan 18. 2 Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada
Islam pada abad abad pertengahan
pertengahan

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 14


Al Qur’an 19. 1 Membaca QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan QS
Ash Shad: 27
19. Memahami ayat-ayat Al
Qur’an tentang perintah 19. 2 Menjelaskan arti QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-58,
menjaga kelestarian dan QS Ash Shad: 27
lingkungan hidup
19. 3 Membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan
hidup seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS
Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash Shad: 27

Aqidah 20. 1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan


terhadap Kitab-kitab Allah
20. Meningkatkan keimanan
kepada Kitab-kitab Allah 20. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah

Akhlak 21. 1 Menjelaskan pengertian dan maksud menghargai karya


orang lain
21. Membiasakan perilaku
terpuji 21. 2 Menampilkan contoh perilaku menghargai karya orang
lain
21. 3 Membiasakan perilaku menghargai karya orang lain dalam
kehidupan sehari-hari

22. Menghindari perilaku 22. 1 Menjelaskan pengertian dosa besar


tercela
22. 2 Menyebutkan contoh perbuatan dosa besar
22. 3 Menghindari perbuatan dosa besar dalam kehidupan sehari-
hari

Fiqih

23. Memahami ketentuan 23. 1 Menjelaskan tatacara pengurusan jenazah


hukum Islam tentang
23. 2 Memperagakan tatacara pengurusan jenazah
pengurusan jenazah

24. Memahami khutbah, 24. 1 Menjelaskan pengertian khutbah, tabligh, dan dakwah
tabligh, dan dakwah
24. 2 Menjelaskan tatacara khutbah, tabligh, dan dakwah
24. 3 Memperagakan khutbah, tabligh, dan dakwah

Tarikh dan Peradaban Islam


25. Memahami perkembangan 25. 1 Menjelaskan perkembangan Islam pada masa modern
Islam pada masa modern
25. 2 Menunjukkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa
modern

Al Qur’an 26. 1 Membaca QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-


Kahfi: 29
26. Memahami ayat–ayat Al-
Qur’an tentang anjuran 26. 2 Menjelaskan arti QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan
bertoleransi QS Al-Kahfi: 29
26. 3 Membiasakan perilaku bertoleransi seperti terkandung
dalam QS Al-Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan QS Al-
Kahfi: 29

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 15


27. Memahami ayat-ayat Al- 27. 1 Membaca QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah: 9-10
Qur’an tentang etos kerja
27. 2 Menjelaskan arti QS Al-Mujadalah: 11 dan QS Al-Jumuah:
9-10
27. 3 Mebiasakan beretos kerja seperti terkandung dalam QS Al-
Mujadalah: 11, dan QS Al-Jumuah: 9-10

Aqidah 28. 1 Menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan


terhadap Hari Akhir
28. Meningkatkan keimanan
kepada Hari Akhir 28. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada Hari Akhir

Akhlak 29. 1 Menjelaskan pengertian adil, ridla, dan amal shaleh


29. Membiasakan perilaku 29. 2 Menampilkan contoh perilaku adil, ridla, dan amal shaleh
terpuji
29. 3 Membiasakan perilaku adil, ridla, dan amal shaleh dalam
kehidupan sehari-hari

Fiqih 30. 1 Menjelaskan ketentuan hukum perkawinan dalam Islam


30. Memahami hukum Islam 30. 2 Menjelaskan hikmah perkawinan
tentang hukum keluarga
30. 3 Menjelaskan ketentuan perkawinan menurut perundang-
undangan di Indonesia

Tarikh dan Peradaban Islam


31. Memahami perkembangan 31. 1 Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia
Islam di Indonesia
31. 2 Menampilkan contoh perkembangan Islam di Indonesia
31. 3 Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia

Al Qur’an

32. Memahami ayat–ayat Al 32. 1 Membaca QS Yunus:101 dan QS Al-Baqarah: 164


Qur’an tentang
32. 2 Menjelaskan arti QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164
pengembangan IPTEK
32. 3 Melakukan pengembangan iptek seperti terkandung dalam
QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164

Aqidah
33. Meningkatkan keimanan 33. 1 Menjelaskan tanda-tanda keimanan kepada qadha’ dan
kepada qadha’ dan qadar qadar
33. 2 Menerapkan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar

Akhlak

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 16


34. Membiasakan perilaku 34. 1 Menjelaskan pengertian dan maksud persatuan dan
terpuji kerukunan
34. 2 Menampilkan contoh perilaku persatuan dan kerukunan
34. 3 Membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam
kehidupan sehari-hari

35. Menghindari perilaku 35. 1 Menjelaskan pengertian isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
tercela
35. 2 Menjelaskan contoh perilaku isyrof, tabzir, ghibah, dan
fitnah
35. 3 Menghindari perilaku isyraf, tabzir, ghibah, dan fitnah
dalam kehidupan sehari-hari

Fiqih
36. Memahami hukum Islam 36. 1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris
tentang waris
36. 2 Menjelaskan ketentuan hukum waris di Indonesia
36. 3 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris di Indonesia

Tarikh dan Peradaban Islam

37. Memahami perkembangan 37. 1 Menjelaskan perkembangan Islam di dunia


Islam di dunia
37. 2 Memberikan contoh perkembangan Islam di dunia
37. 3 Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia

Arah Pengembangan
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk
mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian
perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Lampiran IX-02 – Permen 22/2006 17


LAMPIRAN IX – 03
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 23 TAHUN 2006
tentang

SKL – MAPEL SMK/MAK


Lampiran IX - 3
Kutipan
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
NOMOR 23 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006
tentang
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)
terkait dengan SMK

A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SATUAN PENDIDIKAN (SKL-SP)


Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) meliputi:
1. SD/MI/SDLB/Paket A;
2. SMP/MTs./SMPLB/Paket B;
3. SMA/MA/SMALB/Paket C;
4. SMK/MAK.
Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) dikembangkan berdasarkan
tujuan setiap satuan pendidikan, yakni:
1. Pendidikan Dasar, yang meliputi SD/MI/SDLB/Paket A dan
SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut
2. Pendidikan Menengah yang terdiri atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
3. Pendidikan Menengah Kejuruan yang terdiri atas SMK/MAK bertujuan:
Meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai
dengan kejuruannya
Adapun Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) selengkapnya
adalah:sebagai berikut.
SMK/MAK
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan
remaja
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta
memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan,
dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
dalam lingkup global

PERMEN NOMOR 23 TAHUN 2006 1


6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis,
kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan
diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan
lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan
estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam
bahasa Indonesia dan Inggris
23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi
tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan
kejuruannya

B. STANDAR KOMPETENSI KELOMPOK MATA PELAJARAN (SK-KMP)


Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) terdiri atas kelompok-
kelompok mata pelajaran:
1. Agama dan Akhlak Mulia;
2. Kewarganegaraan dan Kepribadian;
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
4. Estetika;
5. Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan.
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dikembangkan berdasarkan
tujuan dan cakupan muatan dan/ atau kegiatan setiap kelompok mata pelajaran.

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 2


1. Kelompok mata pelajaran Agama dan Akhlak Mulia bertujuan: membentuk peserta
didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia. Tujuan tersebut dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan
agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika,
jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian bertujuan:
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan agama, akhlak
mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan budaya, dan pendidikan jasmani.
3. Kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertujuan:
mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik.
Pada satuan pendidikan SMK/MAK, tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
keterampilan, kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan lokal
yang relevan
4. Kelompok mata pelajaran Estetika bertujuan: membentuk karakter peserta didik
menjadi manusia yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya. Tujuan ini
dicapai melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, seni dan budaya, keterampilan,
dan muatan lokal yang relevan.
5. Kelompok mata pelajaran Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan bertujuan:
membentuk karakter peserta didik agar sehat jasmani dan rohani, dan
menumbuhkan rasa sportivitas. Tujuan ini dicapai melalui muatan dan/atau
kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan
alam, dan muatan lokal yang relevan.

Adapun Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) untuk selengkapnya


untuk SMK/MAK adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama Islam SMK/MAK


1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia
sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui
pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna
3. Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raza dan meninggalkan
perilaku tercela seperti isyrof, tabdzir dan fitnah
4. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum
muamalah dan hukum keluarga dalam Islam
5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode
Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia

b. Pendidikan Agama Kristen SMK


1. Mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan
kehidupan sosial

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 3


2. Merespon berbagai bentuk kehidupan modern, perkembangan budaya dan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan mengacu pada ajaran Kristen
3. Bertanggung jawab sebagai orang Kristen dalam kehidupan gereja,
masyarakat dan bangsa
4. Menyampaikan berita damai dan menjadi pembawa damai sejahtera

c. Pendidikan Agama Katolik SMK


1. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai pria
dan wanita serta sebagai Citra Allah yang memiliki akal budi untuk berpikir
kritis serta memiliki suara hati dan kehendak yang bebas untuk bertindak
secara bertanggung jawab.
2. Peserta didik menguraikan pemahaman tentang pribadi Yesus Kristus yang
diwartakan oleh Kitab Suci dan diajarkan oleh Gereja dan bagaimana upaya
nyata meneladani dalam hidup sehari-hari.
3. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman makna Gereja, fungsi dan sifat-
sifatnya serta hubungannya dengan dunia dan bagaimana menghayati dalam
hidup bergereja.
4. Peserta didik menguraikan fungsi Gereja yaitu melanjutkan perutusan Yesus
untuk mewartakan Kerajaan Allah dan melibatkan diri dalam perutusan itu
untuk memperjuangkan martabat dan hak asasi manusia dengan menegakkan
nilai-nilai Kerajaan Allah, antara lain: keadilan, kejujuran dan keutuhan
lingkungan hidup

d. Pendidikan Agama Hindu SMK


1. Memahami Atman sebagai sumber hidup, Hukum Karma dan Punarbhawa,
dan ajaran Moksa sebagai tujuan tertinggi
2. Memahami sifat-sifat Tri Guna dan Dasa Mala, ajaran Tat Twam Asi, Catur
Warna, Catur Asrama, dan Catur Purusartha
3. Memahami tata cara persembahyangan, pelaksanaan Yadnya dalam
kehidupan, dan perkawinan menurut Hindu (Wiwaha)
4. Memahami pokok-pokok ajaran Weda (Weda Sruti dan Smerti) sebagai
sumber hukum Hindu
5. Memahami struktur, hakikat dan pelestarian kesucian tempat suci
6. Memahami perhitungan hari-hari suci menurut Hindu
7. Memahami kepemimpinan menurut Niti Sastra dan hakekatnya
8. Memahami proses penciptaan dan pralaya alam semesta
9. Memahami nilai-nilai budaya Dharma Gita, seni keagamaan Hindu dan
sejarah perkembangan agama Hindu di India dan negara lainnya

e. Pendidikan Agama Buddha SMK


1. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui
fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan
kebijaksanaan (panna)

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 4


2. Memiliki kemampuan untuk memahami dan meyakini hukum alam
3. Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya
4. Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan
masing-masing aliran
5. Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para siswa
utama Buddha
6. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk
memecahkan masalah
7. Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama
8. Memahami peran agama dalam kehidupan sehari-hari
9. Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan
di perguruan tinggi

f. Pendidikan Kewarganegaraan SMK/MAK


1. Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional,
dan tindakan anti korupsi
3. Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan
serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri
4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan NKRI
5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi , kedaulatan negara,
keterbukaan dan keadilan di Indonesia
6. Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional
7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
8. Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional,
regional, dan kerja sama global lainnya
9. Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional,
dan mahkamah internasional

g. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SMK/MAK


1. Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan menggunakan
peraturan
2. Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya
3. Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran jasnani
serta aktivitas lainnya
4. Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam aerobik, dan
aktivitas lainnya
5. Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air dan
keselamatan di air

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 5


6. Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan
perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain
7. Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti
perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai penyakit
dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV

h. Bahasa Indonesia SMK/MAK


Tingkat Semenjana
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Tingkat Madya
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan
4. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan pekerjaan
Tingkat Unggul
1. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
2. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 6


3. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
4. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana

i. Bahasa Inggris SMK/MAK


Level Novice
1. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan
dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
3. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan
perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
4. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
Level Elementary
1. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan
dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan
3. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan
perintah yang berkaitan dengan pekerjaan
4. Menulis

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 7


Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan
dengan pekerjaan
Level Intermediate
1. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan
dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian
3. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional,
secara formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan
perintah yang berkaitan dengan keprofesian
4. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk
menyampaikan secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan
dengan keprofesian

l. Matematika Kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian SMK/MAK


1. Memahami konsep operasi bilangan riil serta penerapannya dalam
pemecahan masalah
2. Memahami konsep aproksimasi kesalahan serta penerapannya dalam
pemecahan masalah
3. Memahami sistem persamaan linier, pertidaksamaan linier, dan persamaan
kuadrat, serta penerapannya dalam pemecahan masalah
4. Memahami logika matematik dalam pernyataan majemuk dan pernyataan
berkuantor serta penerapannya dalam pemecahan masalah
5. Memahami konsep matriks dan penerapannya dalam pemecahan masalah
yang terkait dengan matriks
6. Memahami konsep perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas
trigonometri dan penerapannya dalam pemecahan masalah
7. Memahami konsep persamaan fungsi linier dan fungsi kuadrat dan
penerapannya dalam pemecahan masalah
8. Memahami konsep barisan dan deret dan penerapannya dalam pemecahan
masalah
9. Memahami konsep kedudukan, jarak, dan besar sudut dalam ruang dimensi
dua dan penerapannya dalam pemecahan masalah
10. Memahami konsep vektor dan penerapannya dalam pemecahan masalah

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 8


11. Memahami konsep teori peluang dan penerapannya dalam pemecahan
masalah
12. Memahami konsep statistik sederhana dan penerapannya dalam pemecahan
masalah
13. Memahami konsep irisan kerucut dan penerapannya dalam pemecahan
masalah
14. Memahami konsep limit fungsi dan turunan fungsi dan penerapannya dalam
pemecahan masalah
15. Memahami konsep integral dan penerapannya dalam pemecahan masalah
16. Menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
17. Menalar secara kritis dan mengembangkan aktivitas kreatif dalam
memecahkan masalah serta mengkomunikasikan ide
18. Menerapkan Matematika sebagai dasar penguasaan kompetensi produktif
dan pengembangan diri

m. Ilmu Pengetahuan Alam SMK/MAK


1. Mampu mengenali gejala-gejala alam melalui pengamatan langsung dan
menafsirkannya untuk kepentingan kehidupan sehari-hari
2. Mengenali berbagai jenis polusi dan dampaknya terhadap manusia dan
lingkungan
3. Memiliki kesadaran dan mampu berperanserta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan ekosistem lingkungan dan sumber daya alam
4. Menerapkan IPA sebagai dasar penguasaan kompetensi produktif dan
pengembangan diri

n. Fisika Kelompok Pertanian SMK/MAK


1. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran
fisika secara langsung, tidak langsung, secara cermat, teliti, dan obyektif
2. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika
benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum
3. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor dan fluida dan
perubahannya
4. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai
masalah
5. Menguasai konsep dasar Fisika yang mendukung secara langsung
pencapaian kompetensi program keahliannya
6. Menerapkan konsep dasar Fisika untuk mendukung penerapan kompetensi
program keahliannya dalam kehidupan sehari-hari
7. Menerapkan konsep dasar Fisika untuk mengembangkan kemampuan
program keahliannya pada tingkat yang lebih tinggi

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 9


p. Kimia Kelompok Pertanian SMK/MAK
1. Memahami konsep materi dan perubahannya, fenomena reaksi kimia yang
terkait dengan kinetika, kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan
energi
2. Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan
elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya
3. Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta
penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi logam,
dan pemisahan bahan (elektrolisis)
4. Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi
benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protein, dan polimer serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
5. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan
juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan
masyarakat
6. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari dan teknologi
7. Menggunakan pengetahuan dasar kimia dalam kehidupan sehari-hari, dan
memiliki kemampuan dasar kimia sebagai landasan dalam mengembangkan
kompetensi di masing-masing bidang keahlian.

r. Biologi Kelompok Pertanian SMK/MAK


1. Memahami keanekaragaman hayati dan klasifikasinya, peranan
keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan upaya pelestariannya.
2. Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan
energi, serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
3. Memahami konsep sel dan jaringan, keterkaitan antara struktur dan fungsi
organ, kelainan dan penyakit yang mungkin terjadi pada sistem organ, serta
implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, proses metabolisme dan hereditas, evolusi dan implikasinya
dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
5. Memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat
6. Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi, serta
keterkaitannya dengan IPA lainnya
7. Meningkatnya kesadaran dan peran-serta dalam menjaga kelestarian
lingkungan

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 10


8. Menerapkan pengetahuan dan keterampilan menganalisis lingkungan dan
alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari
9. Mengembangkan pemahaman dan kemampuan untuk menunjang
kompetensi produktif dan pengembangan diri

t. Ilmu Pengetahuan Sosial SMK/MAK


1. Memahami konsep-konsep interaksi antarindividu serta interaksi dengan
lingkungan masyarakat sekitar
2. Memahami proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme barat
hingga terjadinya kebangkitan nasional
3. Memahami konsep kebutuhan manusia akan barang serta memahami
proses-proses dasar ekonomi dalam rangka pemenuhan kebutuhan
4. Berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial ekonomi
5. Memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai sosial, budaya, dan
kemanusiaan
6. Mampu berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

u. Seni Budaya SMK/MAK


Seni Rupa
1. Memahami konsep seni rupa dan memahami pentingnya seni rupa dalam
kehidupan
2. Menunjukan sikap apresiatif terhadap seni rupa

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 11


Seni Musik
1. Memahami konsep seni musik dan memahami pentingnya seni musik dalam
kehidupan
2. Menunjukan sikap apresiatif terhadap seni musik
Seni Tari
1. Memahami konsep seni tari dan memahami pentingnya seni tari dalam
kehidupan
2. Menunjukan sikap apresiatif terhadap seni tari
Teater
1. Memahami konsep teater dan memahami pentingnya teater dalam
kehidupan
2. Menunjukan sikap apresiatif terhadap teater

v. Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi SMK/MAK


1. Mampu mengoperasikan komputer PC
2. Mampu mengoperasikan sistem operasi soft ware
3. Mampu menggunakan teknologi komputer untuk mengolah data, keperluan
sehari-hari serta keperluan yang terkait dengan kebutuhan dunia kerja
4. Mampu mengoperasikan PC dalam suatu jaringan serta mengoperasikan
web design

w. Kewirausahaan SMK/MAK
1. Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan
sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakatnya
2. Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakatnya
3. Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari serta menerapkan perilaku kerja prestatif dalam
kehidupannya
4. Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam
bidangnya

Lampiran IX_03 Permendiknas No. 23/2006 SKL-MAPEL SMK/MAK 12


LAMPIRAN IX - 05

Bahan Bimbingan Teknis

KTSP

Hasil Revisi
November 2008

Direktorat Pembinaan SMK,


Ditjen Mandikdasmen
Departemen Pendidikan Nasional
DAFTAR ISI

PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISTILAH (Glosarium) .......................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan ....................................................................................................... 1
B. Tujuan Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP SMK ........................ 2
C. Pengertian ....................................................................................................
...................................................................................................................... 2
D. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP SMK ................................................ 2
E. Acuan Operasional Penyusunan KTSP SMK .............................................. 5
BAB II KOMPONEN DAN PENYUSUNAN KTSP SMK
A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK .................................. 9
B. Struktur dan Muatan KTSP SMK ................................................................ 9
C. Kalender Pendidikan .................... ................................................................ 32
D. Pelaksanaan Penyusunan KTSP.................................................................... 34
BAB III PENGEMBANGAN SILABUS
A. Pengertian Silabus ........................................................................................ 45
B. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus ........................................................ 45
C. Langkah-langkah Pengembangan Silabus .................................................... 46
D. Unit Waktu Silabus ...................................................................................... 53
E. Pengembangan Silabus Berkelanjutan ......................................................... 53
F. Komponen dan Format Silabus .................................................................... 53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Contoh Struktur Kurikulum ............................................................. 61
Lampiran 2. Contoh KTSP .................................................................................. 67
Lampiran 3. Contoh Silabus ................................................................................ 100
Lampiran 4. Keputusan Dirjen Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2007. ......... 104
PENDAHULUAN

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, mengamanatkan tersusunnya kurikulum pada tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah, mengacu kepada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan,
serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Berdasarkan Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan yang dikeluarkan oleh BSNP,
setiap satuan pendidikan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), diharapkan dapat
menyiapkan kurikulum yang akan digunakan sebagai kurikulum operasional.
Direktorat Pembinaan SMK sesuai dengan tugas dan fungsinya berkewajiban untuk memberikan
bimbingan teknis kepada setiap SMK melalui berbagai strategi dan pendekatan, agar pada saatnya
setiap SMK memiliki kemampuan untuk menyiapkan kurikulum sebagaimana diharapkan.

A. Landasan
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi.
4. Permendiknas Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
5. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Permendiknas
Nomor 6 tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan SKL pada Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
6. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
7. Panduan Penyusunan KTSP yang dikeluarkan BSNP
8. Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku.

B. Tujuan Bahan Bimbingan Teknis Penyusunan KTSP SMK


Bahan bimbingan teknis penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SMK ini
disiapkan sebagai upaya mengoperasionalkan Panduan yang disiapkan oleh BSNP, untuk
digunakan oleh para pihak yang terlibat dalam pengembangan KTSP SMK, sehingga harapan
setiap SMK memiliki KTSP sendiri segera terwujud.

C. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi

1
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.

D. Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP SMK


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah, di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan, mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada
panduan penyusunan KTSP yang disusun oleh BSNP.
Sebagaimana Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada umumnya, KTSP SMK dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip berikut.

1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik


dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan. Peserta didik memiliki posisi sentral, berarti segala kegiatan pembelajaran
berpusat pada peserta didik.

2. Beragam dan terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan
yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni


Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum harus
memberikan kegiatan pembelajaran peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan


Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha/industri dan dunia kerja.
Oleh karena itu, upaya pengembangan kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan
akademik dan kecakapan vokasional merupakan keniscayaan.

5. Menyeluruh dan berkesinambungan


Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan.

2
6. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan
kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).

E. Acuan Operasional Penyusunan KTSP SMK


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut.

1. Peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia


Keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
peserta didik secara utuh. Kurikulum yang disusun harus memungkinkan semua mata
pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan taqwa serta akhlak mulia.

2. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan


dan kemampuan peserta didik
Pendidikan merupakan proses sistematis untuk meningkatkan martabat manusia secara
holistik yang memungkinkan potensi diri (afektif, kognitif, psikomotor) berkembang
secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi,
tingkat perkembangan, minat, kecerdasan intelektual, emosional dan sosial, spiritual,
dan kinestetik peserta didik.

3. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan


Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan, dan keragaman karakteristik
lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan pendidikan sesuai dengan karakteristik
daerah dan pengalaman hidup sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat
keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang relevan dengan kebutuhan
pengembangan daerah.

4. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional


Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan pendidikan yang otonom dan
demokratis perlu memperhatikan keragaman dan mendorong partisipasi masyarakat
dengan tetap mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus ditampung
secara berimbang dan saling mengisi.

5. Tuntutan dunia kerja


Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh-kembangnya pribadi peserta
didik yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu,
kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki
dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan kejuruan dan
peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

3
6. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan di mana ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS) sangat berperan
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus menerus melakukan
adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEKS sehingga tetap relevan dan
kontekstual dengan perubahan. Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan secara
berkala dan berkesinambungan sejalan dengan perkembangan IPTEKS.

7. Agama
Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh
karena itu, muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung peningkatan
iman, taqwa dan akhlak mulia.

8. Dinamika perkembangan global


Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu maupun bangsa, yang
sangat penting ketika dunia digerakkan oleh pasar bebas. Pergaulan antar bangsa yang
semakin dekat memerlukan individu yang mandiri dan mampu bersaing serta
mempunyai kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.

9. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan


Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan wawasan kebangsaan peserta
didik yang menjadi landasan penting bagi upaya memelihara persatuan dan kesatuan
bangsa dalam kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong
berkembangnya wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan nasional untuk
memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.

10. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat


Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik sosial budaya
masyarakat setempat dan menunjang kelestarian keragaman budaya. Penghayatan dan
apresiasi pada budaya setempat harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum
mempelajari budaya dari daerah dan bangsa lain.

11. Kesetaraan jender


Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
memperhatikan kesetaraan jender.

12. Karakteristik satuan pendidikan


Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi, misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas
masing-masing satuan pendidikan.

4
KOMPONEN DAN PENYUSUNAN KTSP SMK

A. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan SMK


Tujuan pendidikan sekolah menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

B. Struktur dan Muatan KTSP SMK


Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam
Standar Isi meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.
(1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
(2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
(3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
(4) Kelompok mata pelajaran estetika
(5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kelima kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 7.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK disusun dengan memperhatikan kelompok mata
pelajaran tersebut dan cakupan sebagaimana tertuang pada tabel 1.

Tabel 1. Cakupan Kelompok Mata Pelajaran

Kelompok Mata Mata Pelajaran


No Cakupan
Pelajaran Terkait

1. Agama dan Kelompok mata


Akhlak Mulia pelajaran agama dan
akhlak mulia,
dimaksudkan untuk
membentuk peserta Agama, Pendidikan
didik menjadi manusia Kewarga-negaraan,
yang beriman dan Pengembangan
bertakwa kepada Diri, IPA, Seni
Tuhan Yang Maha Budaya, IPS,
Esa, serta berakhlak Penjaskes,
mulia. Akhlak mulia Matematika dan
mencakup etika, budi Kejuruan.
pekerti, atau moral
sebagai perwujudan
dari pendidikan
agama.

2. Kewarga-negaraan Kelompok mata Agama, Kewarga-


dan Kepribadian pelajaran kewarga- negaraan, Bahasa
negaraan dan Indonesia, Bahasa
kepribadian Inggris, Seni
dimaksudkan untuk Budaya, Penjaskes,
peningkatan kesadaran dan Pengembangan

5
Kelompok Mata Mata Pelajaran
No Cakupan
Pelajaran Terkait
dan wawasan peserta Diri.
didik akan status, hak,
dan kewajibannya
dalam kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa, dan
bernegara, serta
peningkatan kualitas
dirinya sebagai
manusia.

Kesadaran dan
wawasan termasuk
wawasan kebangsaan,
jiwa dan patriotisme
bela negara,
penghargaan terhadap
hak-hak asasi
manusia,
kemajemukan bangsa,
pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan
gender, demokrasi,
tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum,
ketaatan membayar
pajak, dan sikap serta
perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.

3. Ilmu Penge- Kelompok mata


tahuan dan pelajaran ilmu
Teknologi pengetahuan dan
teknologi pada SMK Bahasa Indonesia,
dimaksudkan untuk Bahasa Inggris,
menerapkan ilmu Matematika, IPA,
pengetahuan dan IPS, Kejuruan,
teknologi, membentuk KKPI, dan Muatan
kompetensi, Lokal.
kecakapan, dan
kemandirian kerja.

4. Estetika Kelompok mata


pelajaran estetika
dimaksudkan untuk
meningkatkan
sensitivitas,
kemampuan
mengekspresikan dan
kemampuan
mengapresiasi
keindahan dan

6
Kelompok Mata Mata Pelajaran
No Cakupan
Pelajaran Terkait
harmoni. Kemampuan
mengapresiasi dan
Bahasa Indonesia,
mengekspresikan
Bahasa Inggris,
keindahan serta
Seni Budaya,
harmoni mencakup
KKPI, Kejuruan
apresiasi dan ekspresi,
dan Muatan Lokal.
baik dalam kehidupan
individual sehingga
mampu menikmati
dan mensyukuri hidup,
maupun dalam
kehidupan
kemasyarakatan
sehingga mampu
menciptakan
kebersamaan yang
harmonis.

5. Pendidikan Kelompok mata


Jasmani, pelajaran jasmani,
Olahraga, dan olahraga dan
Kesehatan kesehatan pada SMK
dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi
fisik serta
membudayakan sikap
sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat
termasuk kesadaran,
sikap, dan perilaku Penjaskes, IPA,
hidup sehat yang dan Muatan Lokal.
bersifat individual
ataupun yang bersifat
kolektif
kemasyarakatan,
seperti keterbebasan
dari perilaku seksual
bebas, kecanduan
narkoba, HIV/AIDS,
demam berdarah,
muntaber, dan
penyakit lain yang
potensial untuk
mewabah.

Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan
kedalamannya merupakan beban belajar peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu
materi muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. Mata pelajaran

7
Merujuk pada penjelasan Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan menengah kejuruan utamanya adalah mempersiapkan
peserta didik untuk mampu bekerja pada bidang tertentu.
Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta dapat mengembangkan keahlian dan
keterampilan, peserta didik harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai bidang
keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi,
dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan
mengembangkan diri, maka struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah
Menengah Kejuruan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMK berisi mata
pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan Pengembangan Diri.
Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37, kurikulum
SMK wajib memuat:
a. Pendidikan Agama;
b. Pendidikan kewarganegaraan;
c. Bahasa;
d. Matematika;
e. Ilmu Pengetahuan Alam;
f. Ilmu Pengetahuan Sosial;
g. Seni dan budaya;
h. Pendidikan jasmasi dan olah raga;
i. Keterampilan/kejuruan, dan
j. Muatan lokal.
Atas dasar itu, maka mata pelajaran wajib pada kurikulum SMK terdiri atas Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan Keterampilan/Kejuruan (terdiri atas
Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi, Kewirausahaan dan mata pelajaran
kejuruan). Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam
spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang dikelompokkan dalam
Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan (KK), dikembangkan mengacu
pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) melalui proses analisis.
Jika standar kompetensi mata pelajaran kelompok DKK tidak dijumpai pada SKK, maka
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dapat dirumuskan melalui analisis
kompetensi kejuruan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Mendata standar kompetensi yang terdapat pada SKK;
b. Mengidentifikasi kompetensi yang sifatnya mendasar dan melandasi prinsip-prinsip
keilmuan, dan kompetensi yang menjadi prasyarat untuk kompetensi kejuruan;
c. Mengidentifikasi materi-materi pendukung pada indikator kompetensi kejuruan.
Selanjutnya kompetensi-kompetensi yang tertuang dalam DKK dan KK dikelompokkan
dalam standar kompetensi baru yang menjadi nama mata pelajaran sesuai dengan Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan berdasarkan Keputusan Dirjen Mandikdasmen
nomor 251/C/KEP/MN/2008 tanggal 22 Agustus 2008.

2. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum SMK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun, mulai kelas X
sampai dengan kelas XII atau kelas XIII. Mata pelajaran beserta alokasi waktu pada struktur
kurikulum SMK tercantum pada Tabel 2 berikut.

8
Tabel 2. Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu pada Struktur Kurikulum SMK

Komponen Durasi Waktu (Jam)


A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 192
2. Pendidikan Kewarganegaraan 192
3. Bahasa Indonesia 192
4. Bahasa Inggris 440 a)
5. Matematika
5.1 Matematika Kelompok Seni,
Pariwisata, dan Teknologi 330 a)
Kerumahtanggaan
5.2 Matematika Kelompok Sosial,
Administrasi Perkantoran, dan 403 a)
Akuntansi
5.3 Matematika Kelompok
Teknologi, Kesehatan, dan
516 a)
Pertanian

6. Ilmu Pengetahuan Alam


6.1 IPA 192 a)
6.2 Fisika
6.2.1 Fisika Kelompok
Pertanian 192 a)
6.2.2 Fisika Kelompok
Teknologi 276 a)
6.3 Kimia
6.3.1 Kimia Kelompok
Pertanian 192 a)
6.3.2 Kimia Kelompok
Teknologi dan Kesehatan
192 a)
6.4 Biologi
6.4.1 Biologi Kelompok
Pertanian 192 a)
6.4.2 Biologi Kelompok
Kesehatan 192 a)
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 128 a)
8. Seni Budaya 128 a)
9. Pendidikan Jasmani Olahraga dan
192
Kesehatan
10. Kejuruan
10.1 Keterampilan Komputer dan
Pengelolaan Informasi 202
10.2 Kewirausahaan 192
10.3 Dasar Kompetensi Kejuruan b)
140
10.4 Kompetensi Kejuruan b) 1044 c)
B. Muatan Lokal 192
C. Pengembangan Diri d) (192)

9
Keterangan notasi
a)
Durasi waktu adalah jumlah jam minimal yang digunakan oleh setiap Kompetensi
Keahlian. Kompetensi Keahlian yang memerlukan waktu lebih, jam tambahannya
diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang sama di luar jumlah jam yang dicantumkan.
b)
Terdiri dari berbagai mata pelajaran yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan setiap
Kompetensi Keahlian.
c)
Jumlah jam Kompetensi Kejuruan pada dasarnya sesuai dengan kebutuhan standard
kompetensi kerja yang berlaku di dunia kerja tetapi tidak boleh kurang dari 1044 jam.
d)
Ekuivalen 2 jam pembelajaran (per minggu).
Durasi jam yang tertulis pada struktur kurikulum adalah jumlah jam pembelajaran tatap muka,
dua jam pembelajaran praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran praktIk di DU/DI
setara dengan satu jam tatap muka. Alokasi waktu untuk Praktik Kerja Industri (Prakerin)
diambil dari durasi waktu mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044 jam).
Implikasi dari struktur kurikulum diatas dijelaskan sebagai berikut:
a. Di dalam penyusunan struktur kurikulum SMK, mata pelajaran dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu kelompok program normatif, adaptif, dan program produktif. Kelompok
program normatif adalah mata pelajaran yang dialokasikan secara tetap yang meliputi
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok program adaptif terdiri atas mata
pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Keterampilan Komputer dan
Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. Kelompok program produktif terdiri atas
sejumlah mata pelajaran yang dikelompokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuruan dan
Kompetensi Kejuruan. Kelompok program adaptif dan produktif adalah mata pelajaran
yang alokasi waktunya disesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian, dan dapat
diselenggarakan dalam blok waktu atau alternatif lain.
b. Materi pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan disesuaikan
dengan kebutuhan Kompetensi Keahlian untuk memenuhi standar kompetensi di dunia
kerja.
c. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap akhir penyelesaian satu standar kompetensi atau
beberapa penyelesaian kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
d. Pendidikan SMK diselenggarakan dalam bentuk pendidikan sistem ganda.
e. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka adalah 45 menit.
f. Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan
kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri ekuivalen dengan 36 jam pelajaran per
minggu.
g. Minggu efektif penyelenggaraan pendidikan SMK adalah 38 minggu dalam satu tahun
pelajaran.
Berdasarkan struktur kurikulum dan implikasinya disusun struktur kurikulum untuk masing-
masing satuan pendidikan sesuai Kompetensi Keahlian masing-masing (lihat Lampiran 1).

3. Perhitungan jam terstruktur


Penghitungan jam terstruktur untuk kompetensi produktif dilakukan melalui langkah-langkah
berikut :
a. Penentuan alokasi waktu mata pelajaran didasarkan hasil analisis kebutuhan waktu pada
silabus yang terdiri atas jam tatap muka (TM) / teori, praktik di sekolah (PS) dan praktik
industri (PI). Kolom jam untuk praktik di sekolah (PS) atau praktik di industri (PI) tidak
harus selalu terisi jam, tergantung pada tuntutan waktu kebutuhan penugasan kompetensi.

10
b. Mengkonversi jam estimasi untuk TM, PS dan PI dengan ketentuan konversi 1 - 2 – 4.
c. Menghitung jumlah total jam terstruktur berdasarkan rumus :
Ej TM Ej PS Ej PI
1 + 2 4
+

Keterangan :
Ej TM = Estimasi jam TM
Ej PS = Estimasi jam PS
Ej PI = Estimasi jam PI

Misalnya satu Kompetensi Dasar membutuhkan jam belajar sebagai berikut..:


ƒ tatap muka (TM) = 6 jam
ƒ praktik di sekolah (PS) = 8 jam
ƒ praktik di industri (PS) = 20 jam
Maka :
ƒ Jumlah jam terstruktur :
6 + 8 + 20 = 15 jam
1 2 4
ƒ Jumlah jam belajar di sekolah : 6 + 8 = 14 jam
ƒ Jumlah jam di industri
(dalam bentuk prakerin) = 20 jam
ƒ Total jam belajar di sekolah dan industri (jam terjadwal) adalah :
6 + 8 + 20 = 34

4. Penentuan Jam Prakerin


Jumlah jam untuk praktik di industri (Prakerin) tergantung pada ketentuan yang
dipersyaratkan industri dan seberapa erat hubungan sekolah dengan industri. Untuk
menentukan jam Prakerin dapat dihitung dengan langkah-langkah berikut.
a. Menjumlahkan estimasi jam real untuk praktik di industri bagi setiap kompetensi yang
tertuang dalam silabus,
b. Menghitung total jam praktik di industri untuk seluruh kompetensi sehingga diperoleh
jumlah/angka tertentu, misalnya 800 jam.
c. Menghitung total kebutuhan waktu Prakerin (dalam bulan) sbb :
Total jam PI X Bulan = ……………. bulan
200
800 jam X bulan = 4 bulan
200

Keterangan :
Nilai 200 diperoleh dari 4 x 50 (angka 4 adalah
jumlah minggu/bulan; angka 50 adalah jumlah jam
kerja/minggu @ 45 menit)

d. Menghitung jumlah kebutuhan jam terstruktur untuk praktik di industri sbb :

11
Total jam PI
∑ Alokasi Waktu

4
Mata Standar jam
No / per- Total Jam Ter- 800
Pela- Kompe- 4
per- temu Jam struktur
jaran tensi TM PS PI
tem -an
Jumlah
u-an
jam
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 200
akan

diambil dari jumlah jam terstruktur mata pelajaran Kompetensi Kejuruan (1044).

5. Alokasi Jam Mata Pelajaran Program Produktif


Program Produktif terdiri dari beberapa mata pelajaran yang dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan (KK), dengan
alokasi jam 140 jam untuk DKK dan 1044 jam untuk KK. Salah satu alternatif yang dapat
dilakukan untuk mendistribusikan jam DKK dan KK dengan menggunakan tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perhitungan Distribusi Jam Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan dan
Kompetensi Kejuruan

Penjelasan Tabel 3.
Kolom 1 Diisi dengan nomor urut
Kolom 2 Diisi dengan nama mata pelajaran (hasil analisis pengelompokan kompetensi
yang ditetapkan oleh Direktorat PSMK)
Kolom 3 Diisi dengan sejumlah stándar kompetensi mata pelajaran dimaksud (kolom
2)
Kolom 4 Diisi dengan jumlah kebutuhan jam per pertemuan (berdasarkan empirik dan
hasil analisis silabus).
Kolom 5 Diisi dengan prediksi jumlah / frekuensi pertemuan
Kolom 6 Diisi dengan hasil perkalian kolom 4 dan 5
Kolom 7 dan 8 :Diisi dengan alokasi jam untuk TM, PS yang merupakan distribusi dari
Total jam (kolom 6)
Kolom 9 :Diisi dengan estimasi jam untuk PI
Kolom 10 :Diisi dengan hasil perhitungan jam TM, PS, PI dengan perbandingan 1:2:4
Selanjutnya kolom 4 dan 5 dari tabel 3 diatas digunakan untuk menyusun jadwal pelajaran.
Penyusunan jadwal kompetensi per mata pelajaran harus memperhatikan urutan kompetensi
yang tertera pada diagram pencapaian kompetensi. Pelaksanaan sistem blok juga tetap dapat
dilakukan karena total jam TM dan PS sudah diperoleh, tinggal membagi dengan blok waktu
yang diinginkan.
Sedangkan kolom 10 merupakan alokasi jam yang akan tertera pada struktur kurikulum.

12
6. Muatan lokal
a. Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang kompetensinya tidak dapat diwadahi pada
mata pelajaran yang telah ada, karena itu setiap satuan pendidikan harus mengembangkan
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator.
Satuan pendidikan dan komite sekolah mempunyai tugas dan wewenang penuh
mengembangkan mata pelajaran muatan lokal. Pengembangan muatan lokal meliputi
latar belakang, tujuan, ruang lingkup, SK, KD dan arah pengembangan mata pelajaran
dilaksanakan melalui kegiatan :
1) Menganalisis informasi tentang potensi daerah yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
budaya, kekayaan alam, dan sumber daya manusia yang ada di daerah, serta prioritas
pembangunan daerah di berbagai sektor yang selaras dengan Kompetensi Keahlian
dan perkembangan usia peserta didik.
2) Mengembangkan SK dan KD muatan lokal. Pengembangan SK dan KD muatan
lokal sama seperti pada SKK Kompetensi Keahlian, diawali dengan mengidentifikasi
bidang, lingkup dan tugas-tugas pekerjaan. Contoh : Bidang pekerjaan adalah
“Pengolahan makanan”, lingkup “makanan pembuka”, uraian tugas misalnya
“menyiapkan makanan pembuka”. Selanjutnya diuraikan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator yang diperlukan untuk menyiapkan makanan
pembuka yang perumusannya mengacu pada rambu-rambu yang telah dijelaskan.
3) Menetapkan nama mata pelajaran muatan lokal dan menentukan prioritas bahan
kajian muatan lokal yang akan dilaksanakan.
4) Mengembangkan silabus mata pelajaran muatan lokal.
b. Ruang Lingkup muatan lokal terdiri atas :
1) Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah
ƒ Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat didaerah tertentu yang pada
dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial ekonomi, dan
lingkungan sosial budaya.
ƒ Kebutuhan daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu
daerah, khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta
potensi daerah yang bersangkutan.
2) Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal, dapat berupa: bahasa daerah, bahasa Inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan
tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu
oleh daerah dan selaras dengan kompetensi keahliannya. Secara skematis langkah-
langkah pengembangannya digambarkan dalam diagram alur berikut,

Mengidentifikasi potensi dan kebijakan daerah

Menganalisis pilihan muatan lokal yang mungkin


dikembangkan sesuai dengan kompetensi keahlian

Mengembangkan SK-KD dan indikator mata pelajaran


muatan lokal

Menyusun silabus mata pelajaran muatan lokal

13
7. Kegiatan Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
minat, setiap peserta didik dan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi
dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan lainnya yang dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat
dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah
diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri
dilakukan secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran. Pengembangan diri
pada SMK terutama ditujukan untuk pengembangan kreativitas dan bimbingan karir.
a. Pengembangan kreativitas
Pengembangan kreativitas dapat dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler antara lain
pramuka, paskibra, PMR, karya ilmiah siswa, pameran hasil karya siswa, lomba karya
ilmiah siswa (LKS), dan pentas seni.
b. Pengembangan karir.
Pengembangan karir dapat dilakukan antara lain melalui pemberian informasi lapangan
kerja, bimbingan tata cara mancari pekerjaan, bimbingan profesi, pengenalan serta
pengembangan kepribadian.

8. Pengaturan beban belajar


Beban belajar adalah rumusan satuan waktu yang dibutuhkan peserta didik dalam mengikuti
kompetensi pembelajaran melalui sistem tatap muka (teori, praktik di sekolah dan praktik di
industri), penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Penugasan terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa
pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik, didesain oleh pendidik untuk menunjang
pencapaian kompetensi pada kegiatan tatap muka, termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan
dan percepatan. Sedangkan kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran
yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik
untuk menunjang pencapaian kompetensi yang waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta
didik.
a. SMK kategori standar menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem paket dan
dapat menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS). SMK
kategori standar adalah SMK yang belum memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan
(SNP).
SMK kategori mandiri menggunakan pengaturan beban belajar dalam sistem kredit
semester (SKS). SMK kategori mandiri adalah SMK yang hampir atau telah memenuhi 8
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum (Tabel 2). Satuan pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran per minggu secara
keseluruhan. Penambahan 4 jam pelajaran per minggu dapat dilakukan terhadap satu atau
lebih mata pelajaran yang ada, atau menambah mata pelajaran baru yang dianggap
penting tetapi tidak terdapat pada struktur kurikulum yang tercantum pada standar isi.
Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan memper-timbangkan kebutuhan peserta didik
dalam mencapai kompetensi.
c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam
sistem paket untuk SMK 0% - 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang
bersangkutan, contoh : mata pelajaran dasar pengolahan dan penyajian makanan 114 jam

14
pelajaran, maka penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur maksimum
adalah
60% x 114 jam = 68 jam .
Pemanfaatan alokasi waktu tersebut mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam
mencapai kompetensi.
Pengertian tentang penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dapat
dilihat pada glosarium.
d. Dua jam pembelajaran kegiatan praktik di sekolah atau empat jam pembelajaran kegiatan
praktik di luar sekolah, setara dengan satu jam pembelajaran tatap muka yang tercantum
pada struktur kurikulum.

9. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)


KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar untuk setiap indikator dalam suatu kompetensi
dasar yang ditentukan oleh satuan pendidikan, berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal
ketuntasan untuk masing-masing indikator kompetensi normatif dan adaptif adalah 75%.
a. KKM Kompetensi Normatif dan Adaptif
KKM kompetensi normatif dan adaptif ditentukan dengan mempertimbangkan tingkat
kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi dan kemampuan sumber
daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran dengan rincian sebagai berikut :
1) Tingkat Kemampuan rata-rata peserta didik
ƒ Rata-rata nilai 80 – 100, diberi skor 3
ƒ Rata-rata nilai 60 - 79, diberi skor 2
ƒ Rata-rata nilai < 60 , diberi skor 1
2) Tingkat kompleksitas/kesulitan kompetensi
ƒ Kompleksitas/kesulitan rendah, diberi skor 3
ƒ Kompleksitas/kesulitan sedang, diberi skor 2
ƒ Kompleksitas/kesulitan tinggi, diberi skor 1
3) Sumber daya pendukung pembelajaran (SDM, alat dan bahan)
ƒ Dukungan tinggi, diberi skor 3
ƒ Dukungan sedang, diberi skor 2
ƒ Dukungan rendah, diberi skor 1

15
Tabel 4 Contoh Perhitungan KKM Pogram Normatif dan Adaftif.

Skor Nilai KKM


KKM
Standar Kompetensi Intake Kom Daya
Indikator Indi Mata
Kompetensi Dasar Siswa pleks dkng KD SK
kator Pelajaran
(A) (B) (C)
Berkomunika Menyimak untuk Reaksi kinetik .... 2 2 3 77,78 77,24 78,89
si dengan memahami lafal, Komentar atau 3 2 1 66,67
Bahasa tekanan, intonasi, ungkapan ...
Indonesia dan jeda yang
setara tingkat lazim/baku dan
Semenjana yang tidak
Menyimak untuk • Pengidentifikasi 3 3 2 88,89 80,55
memahami an sumber
informasi lisan informasi ...
dalam konteks
• Pencatatan isi 3 3 2 88,89
bermasyarakat
pokok
informasi ....
• Pengenalan 2 2 2 66,67
ragam/laras
bahasa...;
Pembedaan 2 3 2 77,78
proses dan hasil
dengan ...
Nilai KKM indikator = (A+B+C)/9 X 100
Dengan menghitung seluruh nilai KKM Indikator, KKM KD diperoleh dari rerata KKM indikator, dan KKM SK diperoleh dari rerata
KKM KD, pada akhirnya KKM Mata Pelajaran adalah rerarta dari KKM SK pada semester berjalan.
b. KKM Program Produktif
KKM program produktif mengacu kepada standar minimal penguasaan kompetensi yang
berlaku di dunia kerja yang bersangkutan. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing
indikator pada KD program produktif pada dasarnya adalah lulus/tidak lulus atau
kompeten/tidak kompeten. Peserta didik yang mencapai kompetensi minimal diberi skor
70 atau 7,0. Penentuan nilai ketuntasan belajar program produktif dapat dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Tentukan proporsi pembobotan untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai
dengan indikator/ kompetensi dasar/standar kompetensi mengarah pada kebutuhan
ranah taksonomi.
2) Tentukan batas kompeten untuk pengetahuan, keterampilan dan sikap. Batas
kompeten adalah cerminan penguasaan indikator yang dipersyaratkan pada setiap
SK/KD/indikator yang merupakan kemampuan minimal. Peserta didik dinyatakan
kompeten jika memenuhi persyaratan minimal berikut.
ƒ Pengetahuan : sesuai dengan kisi-kisi soal teori.
ƒ Keterampilan dan sikap : sesuai dengan indikator yang dijabarkan menjadi
aspek penilaian pada lembar observasi (lihat lampiran RPP Perangkat Penilaian).
3) Menghitung perolehan nilai untuk setiap ranah dan menggabungkannya sesuai
dengan bobot yang telah ditentukan.
Peserta didik yang telah mencapai standar minimal sesuai dengan indikator dinyatakan
kompeten dan memperoleh nilai konversi 70. Gradasi nilai hanya diberikan kepada peserta
didik yang telah dinyatakan kompeten, yang berarti nilai 70 telah dimiliki peserta didik. Jika
peserta didik memiliki performansi/unjuk kerja melebihi standar minimal yang ditetapkan
dalam aspek penilaian seperti : Lebih cepat, lebih presisi, lebih indah, lebih kreatif, lebih
bersih, dan lebih teliti, maka peserta didik dapat memperoleh nilai lebih dari 70.

16
10. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Yang dimaksud dengan kenaikan kelas adalah pernyataan yang menegaskan bahwa peserta
didik telah kompeten dan berhak melanjutkan ke jenjang kompetensi-kompetensi tahun
selanjutnya. Pernyataan kompeten atau yang berarti dapat melanjutkan, ditetapkan
berdasarkan pertimbangan kinerja peserta didik yang meliputi aspek :
a. Akademik : sesuai dengan KKM
b. Nonakademik :
1). Kehadiran ≥ 80%
2). Sikap/kepribadian minimal B
Pernyataan kenaikan kelas dilakukan melalui pembagian buku rapor yang dilakukan di akhir
tahun pelajaran. Setiap siswa akan memperoleh buku rapor yang berisi laporan hasil belajar
sesuai dengan jumlah kompetensi yang telah dinyatakan kompeten.
Yang dimaksud kelulusan menurut ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1) adalah bahwa
peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah:
a. menyelesaikan seluruh kompetensi pembelajaran; yang berarti peserta didik telah
dinyatakan tuntas atau kompeten oleh gurunya untuk seluruh kompetensi pendidikan dan
pembelajaran yang diikuti.
b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan. Berarti peserta didik memperoleh nilai kepribadian minimal B
(baik) atau telah dinyatakan kompeten untuk mata pelajaran kompetensi normatif.
c. lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
Berarti telah mengikuti ujian sekolah dan dinyatakan lulus atau kompeten untuk mata
pelajaran yang diujikan. Program produktif tidak menjadi bagian dari ujian sekolah.
Pelaksanaan ujian sekolah mengikuti ketentuan Permendiknas dan SOP yang diterbitkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
d. lulus Ujian Nasional untuk mata pelajaran yang diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, dan Ujian Kompetensi Keahlian). Pelaksanaan Ujian Nasional
mengikuti Permendiknas yang dikeluarkan setiap tahun oleh Depdiknas dan SOP yang
dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Ke empat persyaratan di atas merupakan urutan prasyarat, artinya kelulusan bukan
semata-mata hanya ditentukan oleh kelulusan ujian nasional; tetapi untuk bisa mengikuti
ujian nasional dan ujian sekolah syarat sebelumnya harus dilalui.

11. Penjurusan
Yang dimaksud penjurusan pada SMK menyangkut 2 hal:
a. Pembukaan dan penutupan Bidang/Program Studi Keahlian dan Kompetensi Keahlian di
SMK yang diatur dalam Kepmendiknas No.60/U/2002 dan Keputusan Dirjen
Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008.
b. Persyaratan siswa memilih masuk Kompetensi Keahlian tertentu, meliputi:
1) persyaratan akademik : seperti nilai hasil UN, nilai tes masuk.
2) persyaratan non akademik : antara lain persyaratan administrasi, persyaratan tidak
buta warna, tinggi badan (tergantung pada Kompetensi Keahlian).

12. Pendidikan kecakapan hidup


a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan kecakapan
hidup yaitu pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan sosial,

17
kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri
(penjelasan Pasal 26 ayat (3) UU Nomor 20 Tahun 2003).
b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua
mata pelajaran dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.
c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang
bersangkutan melalui kegiatan kurikuler, kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan organisasi
siswa dan atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal, seperti kegiatan
kepemudaan, pemberdayaan perempuan, kursus, dan lain-lain.

13. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global


a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya,
bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya
bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global.
c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua
mata pelajaran dan atau dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat diperoleh peserta didik dari
satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau non formal.

C. Kalender Pendidikan
1. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif
belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
2. Permulaan tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal
tahun pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
3. Minggu efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
4. Waktu pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, ditambah
jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
5. Waktu libur adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran
terjadwal pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda
tengah semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan,
hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur khusus.
6. Kalender pendidikan ditetapkan oleh sekolah, apabila ada perubahan sekolah melaporkan
kepada dinas pendidikan
Alokasi waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada Tabel 5.
Tabel 5. Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan

No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan


Minimum 34 Digunakan untuk
minggu dan kegiatan pembelajaran
1. Minggu efektif belajar
maksimum 38 efektif pada setiap
minggu satuan pendidikan
2. Jeda tengah semester Maksimum 2 Satu minggu setiap

18
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
minggu semester
Maksimum 2 Antara semester I dan
3. Jeda antarsemester
minggu II
Digunakan untuk
penyiapan kegiatan
Libur akhir tahun Maksimum 3
4. dan administrasi akhir
pelajaran minggu
dan awal tahun
pelajaran
Daerah khusus yang
memerlukan libur
keagamaan lebih
panjang dapat
5. Hari libur keagamaan 2 – 4 minggu mengaturnya sendiri
tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif
belajar dan waktu
pembelajaran efektif
Hari libur Maksimum 2 Disesuaikan dengan
6.
umum/nasional minggu Peraturan Pemerintah
Untuk satuan
pendidikan sesuai
Maksimum 1
7. Hari libur khusus dengan ciri
minggu
kekhususan masing-
masing
Digunakan untuk
kegiatan yang
diprogramkan secara
khusus oleh
Kegiatan khusus Maksimum 3
8. sekolah/madrasah
sekolah/madrasah minggu
tanpa mengurangi
jumlah minggu efektif
belajar dan waktu
pembelajaran efektif

D. Pelaksanaan Penyusunan KTSP


1. Analisis Konteks
a. Analisis potensi serta kekuatan dan kelemahan yang ada di sekolah, meliputi: peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan, sarana prasarana, biaya, serta kompetensi
keahlian yang ada di sekolah.
b. Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar,
antara lain: komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi,
dunia usaha/industri, dunia kerja, sumber daya alam dan sosial budaya.
c. Mengidentifikasi standar isi dan standar kompetensi lulusan sebagai acuan dan
panduan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Mekanisme Penyusunan
a. Tim penyusun
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembang-kan sesuai dengan
relevansinya oleh sekolah dan komite sekolah di bawah koordinasi dan supervisi
dinas pendidikan.

19
Tim penyusun kurikulum tingkat satuan pendidikan SMK terdiri atas:
1) guru;
2) konselor;
3) kepala sekolah;
4) komite sekolah (sebagai wadah keterlibatan pihak du/di, asosiasi, dunia kerja,
dan anggota institusi pasangan lainnya), dan
5) nara sumber.
Kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota, Dinas Pendidikan bertindak
sebagai koordinator dan supervisor.
Guru, konselor, komite sekolah (khususnya DU/DI, Asosiasi, Dunia Kerja, dan
anggota Institusi Pasangan lainnya) dan nara sumber bertindak sebagai anggota tim
penyusun KTSP.
b. Kegiatan
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan merupakan bagian dari kegiatan
perencanaan sekolah. Kegiatan ini dapat berbentuk rapat kerja dan/atau lokakarya
sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu
sebelum tahun pembelajaran baru.
Tahap kegiatan penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan secara garis besar
meliputi :
1) Penyiapan dan penyusunan draf;
2) Review dan revisi;
3) Finalisasi.
Langkah yang lebih rinci dari masing-masing kegiatan diatur dan diselenggarakan
oleh tim penyusun.
c. Pemberlakuan
Dokumen KTSP SMK dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah setelah mendapat
pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh dinas pendidikan.

20
Alur pelaksanaan penyusunan KTSP SMK adalah sebagai berikut.
ANALISIS KONTEKS
SWOT Analisis

Visi, Misi dan Tujuan

Identifikasi Standar Isi dan Standar


Kompetensi Lulusan

PENYUSUNAN KTSP

Pembentukan Penyiapan dan Review dan


Tim Penyusun Penyusunan Validasi
(1) Draf KTSP (2) KTSP (3)

Finalisasi (5) Revisi (4)

ISI KTSP
• Tujuan Tingkat Satuan Pendidikan SMK
• Visi dan Misi SMK yang Bersangkutan
• Tujuan SMK yang Bersangkutan
• Tujuan Kompetensi Keahlian
• Standar Kompetensi Lulusan
• Diagram Pencapaian Kompetensi
• Struktur dan Muatan KTSP SMK yang
Bersangkutan
• Kalender Pendidikan SMK yang Bersangkutan
• Silabus SMK yang Bersangkutan

• Disahkan oleh Kepala Sekolah


• Diketahui oleh Komite Sekolah dan Dinas

3. Langkah-langkah Penyusunan KTSP


a. Penulisan cover kurikulum
Penulisan judul kurikulum yang tertera pada lembar cover mengacu pada nama
sekolah, seperti berikut :
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan ..................
Kompetensi Keahlian : ..............................................
b. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan
Rumusan tujuan pendidikan menengah kejuruan pada dasarnya merupakan tujuan
yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan

21
Menengah sebagai jabaran dari UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 3 dan penjelasan Pasal 15.
c. Merumuskan visi dan misi SMK
Setiap satuan SMK merumuskan visi dan misinya masing-masing dengan
memperhatikan acuan operasional penyusunan KTSP. Rumusan visi dan misi secara
jelas menggambarkan eksistensi SMK yang bersangkutan serta gambaran masa
depannya. Visi dan misi yang dirumuskan akan mengarahkan penyusunan
kurikulum.
d. Merumuskan tujuan SMK
Setiap satuan SMK merumuskan tujuan masing-masing mengacu kepada visi dan
misi SMK yang telah ditetapkannya. Rumusan tujuan SMK menggambarkan tujuan
institusional satuan pendidikan yang bersangkutan.
e. Merumuskan tujuan Kompetensi Keahlian
Setiap Kompetensi Keahlian yang dibuka memiliki rumusan tujuan, yang
merupakan kristalisasi dari kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta
didik untuk dapat bekerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja (SKK) yang
dijadikan acuan dan berlaku di dunia kerja, serta untuk dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan Kompetensi Keahliannya.
f. Menetapkan standar kompetensi
Penetapan standar kompetensi dalam penyusunan KTSP SMK menggunakan acuan
sebagai berikut.
1) Standar kompetensi lulusan, meliputi:
• Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP), merupakan
profil lulusan SMK yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
• Standar Kompetensi Lulusan Kelompok Mata Pelajaran, sebagaimana
tercantum dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006.
• Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran (SKL-MP), merupakan
kompetensi minimum setiap mata pelajaran sebagaimana yang tercantum
dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan.
• Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-KD), merupakan
kompetensi minimum setiap substansi mata pelajaran yang tercantum dalam
Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Keseluruhan standar kompetensi lulusan tersebut adalah kompetensi
minimum yang harus dilaksanakan. Setiap satuan pendidikan dapat
menambahkan kompetensi-kompetensi yang dinilai penting untuk menunjang
mutu dan relevansi kompetensi lulusan.
2) Standar Kompetensi Program Produktif
Standar Kompetensi Program Produktif ditetapkan mengacu ke Standar
Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku di dunia kerja. Direktorat Pembinaan
SMK telah menyiapkan Standar Kompetensi dimaksud dalam bentuk SK dan
KD.
Mata pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan (DKK) dan Kompetensi Kejuruan
(KK) yang dimuat dalam Spektrum Keahlian meliputi :

22
ƒ Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan, diambil dari
Standar Kompetensi Kerja (SKK) atau standar kompetensi kerja lain yang
berlaku di dunia kerja untuk level kualifikasi lulusan SMK.
ƒ Standar Kompetensi Mata Pelajaran Dasar Kejuruan, diambil Standar
Kompetensi Kerja (SKK) atau standar kompetensi kerja lain yang berlaku di
dunia kerja yang merupakan kompetensi prasyarat untuk Kompetensi
Keahlian tertentu, atau berdasarkan akar keilmuan yang disusun oleh SMK
bersama Komite Sekolah berdasarkan tuntutan kebutuhan mata pelajaran
kompetensi kejuruan untuk Kompetensi Keahlian tertentu.
3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Muatan Lokal, disusun oleh SMK
dan komite SMK sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk
keunggulan daerah, serta selaras dengan Kompetensi Keahlian
g. Menyusun diagram pencapaian kompetensi
Diagram pencapaian kompentensi merupakan tahapan atau tata urutan logis
kompetensi yang diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu
yang dibutuhkan, serta kemungkinan dilaksanakan multi entry-multi exit. Diagram
pencapaian kompetensi cukup dibuat untuk mata pelajaran kompetensi kejuruan.
h. Menyusun struktur kurikulum
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri yang harus ditempuh oleh peserta didik pada satuan pendidikan
dalam kegiatan pembelajaran.
Susunan mata pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok program, yaitu kelompok
program normatif, program adaptif, dan program produktif. Muatan lokal merupakan
kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, selaras dengan Kompetensi
Keahlian yang materinya tidak sesuai menjadi bagian dari mata pelajaran yang ada,
atau terlalu banyak sehingga perlu menjadi mata pelajaran tersendiri. Pengembangan
diri meskipun bukan mata pelajaran dan dapat diperoleh dari kegiatan intrakurikuler,
kokurikuler dan atau ekstrakurikuler yang ditujukan untuk pengembangan kreativitas
dan pelayanan bimbingan karir, tetap harus tercantum dalam struktur kurikulum.
Di dalam struktur kurikulum harus memuat durasi waktu, yaitu estimasi jumlah jam
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri sesuai dengan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi.
Kecakapan hidup, keunggulan lokal dan global, lingkungan hidup serta materi lain
yang tidak termasuk dalam struktur kurikulum dapat diintegrasikan ke dalam
kegiatan pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang sesuai. Contoh Struktur
Kurikulum untuk SMK tertera pada Lampiran.
i. Menetapkan beban belajar
Beban belajar SMK meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah,
dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri dengan jumlah 36-40 jam
pelajaran per minggu @ 45 menit. Penyelenggaraan pendidikan SMK maksimum 38
minggu efektif dalam satu tahun pelajaran.
j. Menetapkan kalender pendidikan
Setiap satuan pendidikan SMK dapat menyusun dan menetapkan kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pendidikan sistem ganda
(pembelajaran di sekolah dan pembelajaran di dunia kerja), pembelajaran berbasis
kompetensi, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut.

23
1) Permulaan tahun pelajaran adalah bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada
bulan Juni tahun berikutnya.
2) Hari libur sekolah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional dan/atau Menteri Agama dalam hal yang terkait dengan hari raya
keagamaan, Kepala Daerah Kabupaten/Kota. Organisasi penyelenggara
pendidikan dapat menetapkan hari libur khusus.
3) Pemerintah Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur
serentak untuk satuan-satuan pendidikan.
4) Kalender pendidikan untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-
masing satuan pendidikan berdasarkan alokasi waktu sebagaimana tersebut
pada dokumen Standar Isi dengan memperhatikan ketentuan dari
Pemerintah/pemerintah daerah.

Out Line KTSP


i. Cover
ii. Lembar Penetapan
iii. Kata Pengantar
iv. Daftar Isi
1. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
2. Visi dan Misi SMK
3. Tujuan Sekolah (SMK)
4. Tujuan Kompetensi Keahlian
5. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama Islam
2. Pendidikan Agama Kristen
3. Pendidikan Agama Katolik
4. Pendidikan Agama Hindu
5. Pendidikan Agama Buddha
6. Pendidikan Kewarganegaraan
7. Bahasa Inggris
8. Bahasa Indonesia
9. Matematika
10. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
11. Físika
12. Kimia
13. Biologi
14. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
15. Seni Budaya
16. Pendidikan Jasmani dan Olah Raga
17. KKPI
18. Kewirausahaan
19. Dasar Kompetensi Kejuruan
20. Kompetensi Kejuruan (+ diagram Pencapaian Kompetensi Kejuruan)
C. SK dan KD semua mata pelajaran dari No. 1 sd no 20 (sesuai dengan kubutuhan
masing-masing Kompetensi Keahlian)
D. SK dan KD Muatan Lokal
6. Struktur Kurikulum (Struktur Kurikulum yang dioperasionalkan di sekolah)
7. Kalender Pendidikan

24
Silabus
Mencakup seluruh mata pelajaran yang yang terdapat pada struktur dan muatan KTSP Kompetensi
Keahlian masing-masing.

25
PENGEMBANGAN SILABUS

A. Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu
yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian.

B. Prinsip-prinsi Pengembangan Silabus


1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai
dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta
didik.
3. Sistematis
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional dalam mencapai
kompetensi.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual dan kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem
penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam
kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi variasi peserta didik, pendidik,
serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8. Menyeluruh
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, dan
psikomotor).

C. Langkah-langkah Pengembangan Silabus


Langkah-langkah pengembangan silabus disajikan pada diagram alir pada halaman berikut.
Komponen-komponen pengembangan silabus mencakup unsur-unsur di bawah ini (sistem
penomoran yang ada bukan merupakan urutan sedangkan urutan pengembangan silabus disajikan
pada diagram alir di atas).

26
1. Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana
tercantum pada Standar Kompetensi Lulusan/SKL (Permendiknas No. 23 Tahun 2006),
dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,
tidak selalu harus sesuai dengan urutan yang ada dalam dokumen SKL;
b. keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

2. Merumuskan indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang diwujudkan dalam
bentuk perubahan perilaku yang dapat diukur dan diamati, mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dapat juga diartikan sebagai tingkat kinerja yang akan
didemonstrasikan untuk setiap kompetensi dasar atau sejauh mana setiap uraian dalam
kompetensi dasar dapat tercapai dan terukur.

27
Diagram Alir Penyusunan Silabus Mata Pelajaran
Pengkajian

Standar Kompetensi Lulusan (SKL dan


SKK) SMK

Standar Kompetensi Lulusan


Kelompok Mata Pelajaran

Standar Kompetensi Lulusan


Mata Pelajaran

Standar Kompetensi dan


Kompetensi Dasar

Penyusunan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Penilaian
Analisis Pembelajaran
Kedalaman dan
Keluasan Materi
Kegiatan
Pembelajaran

Alokasi Waktu

Sumber Belajar
Komponen silabus
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan
pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur
dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian.
Perumusan indikator harus memperhatikan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai,
sehingga rumusan indikator tidak lebih tinggi dari KD (berdasarkan prinsip taksonomi
Bloom).

3. Penentuan jenis penilaian


Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun

28
lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek
dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan
menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan
peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan
posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk
mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa
perbaikan proses pembelajaran berikutnya, pembelajaran remedi bagi peserta didik
yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan pembelajaran
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang ditempuh
dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan
tugas observasi lapangan, maka evaluasi harus diberikan baik pada proses
(keterampilan proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan
observasi lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.

4. Mengidentifikasi materi pembelajaran


Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik;
b. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik
;
c. kebermanfaatan bagi peserta didik;
d. struktur keilmuan;
e. aktualitas, kedalaman dan keluasan materi pembelajaran;
f. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, khususnya dunia
kerja;
g. alokasi waktu.
Untuk program produktif penyusunan materi pembelajaran memperhatikan indikator
(kriteria kinerja) dan lingkup variable/kondisi kinerja yang tertuang dalam SKK
Kompetensi Keahlian bersangkutan.

5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran


Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Kegiatan pembelajaran yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.

29
Kegiatan pembelajaran memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Atau dengan kata lain, pada kegiatan pembelajaran akan tergambar bahwa peserta didik
tidak hanya akan memperoleh pengalaman belajar tentang substansi yang dipelajari tetapi
juga tentang kompetensi generik/kompetensi kunci/soft skill.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik,
khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik sebagai subjek/student center,
sehingga guru lebih berperan sebagai fasilitator.
d. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi
pembelajaran.
e. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur
penciri yang mencerminkan pengelolaan kegiatan pembelajaran siswa, yaitu
kegiatan siswa dan materi.
f. Praktik Kerja Industri
Praktik Kerja Industri (Prakerin) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pengembangan kegiatan pembelajaran mata pelajaran kelompok program produktif.
Kegiatan Prakerin dirancang dan dilaksanakan dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Prakerin bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja nyata bagi peserta
didik dalam pembentukan kompetensi secara utuh dan lebih bermakna,
terutama pembentukan sikap (etos) kerja sesuai dengan tuntutan kebutuhan di
lapangan kerja.
2) Waktu pelaksanaan Prakerin dialokasikan dari waktu yang tersedia pada mata
pelajaran Kompetensi Kejuruan, dengan ketentuan empat jam praktik di
industri setara dengan satu jam tatap muka yang terstruktur dalam kurikulum.
3) Kegiatan Prakerin sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, juga
dimanfaatkan sebagai bagian dari penilaian hasil belajar (kompetensi) peserta
didik.
4) Ketersediaan sarana dan prasarana/sumber daya yang dimiliki sekolah untuk
mendukung proses pencapaian kompetensi lulusan sesuai dengan standar
kompetensi yang berlaku.
5) Prakerin dapat dilaksanakan secara bertahap untuk setiap standar kompetensi
dan atau di blok dalam satuan waktu tertentu, disesuaikan dengan kebutuhan
dan karakteristik masing-masing Kompetensi Keahlian dan kondisi tempat
Prakerin.

6. Menentukan alokasi waktu


Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang
beragam.

30
7. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau alat/bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

D. Unit Waktu Silabus

1. Silabus mata pelajaran


a. Disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran
selama penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
b. Penyusunan silabus dilaksanakan bersama-sama oleh guru yang mengajarkan mata
pelajaran yang sama pada tingkat satuan pendidikan untuk satu sekolah atau
kelompok sekolah, dengan tetap memperhatikan karakteristik masing-masing
sekolah.

2. Implementasi pembelajaran per semester


a. Penggalan silabus kelompok program normatif dan adaptif sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta alokasi waktu yang tersedia pada struktur
kurikulum.
b. Penggalan silabus kelompok program produktif ditetapkan berdasarkan satuan
kompetensi sesuai dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning).

E. Pengembangan Silabus Berkelanjutan


Dalam implementasinya, silabus dijabarkan menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru.
Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan data
evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana
pembelajaran.

F. Komponen dan Format Silabus


1. Komponen Silabus
a. Identitas
Berisi identitas sekolah, Kompetensi Keahlian, standar kompetensi, mata pelajaran,
kelas/semester, durasi pembelajaran, kode kompetensi (khusus untuk kompetensi
kejuruan).

31
b. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan uraian fungsi dan tugas atau pekerjaan yang
mendukung tercapainya kualifikasi peserta didik. Khusus kompetensi kejuruan
mengacu kepada SKKD yang dikembangkanoleh Direktorat Pembinaan SMK atau
standar kompetensi kerja lain yang berlaku di dunia kerja/industri terkait.
c. Kode kompetensi
Yang dimaksud dengan kode kompetensi asalah kode standar kompetensi yang
merupakan identitas standar kompetensi. Bagi mata pelajaran yang belum memiliki
kode standar kompetensi, SMK dapat mengembangkan model kodefikasi sendiri.
d. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar merupakan sejumlah tugas/kemampuan untuk mendukung
ketercapaian standar kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati.
e. Indikator
Indikator merupakan pernyataan yang mengindikasikan ketercapaian kompetensi
dasar yang dipersyaratkan, dapat diukur, dan durumuskan dalam kata kerja
operasional.
f. Materi pembelajaran
Merupakan substansi pembelajaran utama yang berfungsi menunjang pencapaian
kompetensi dasar, mencakup ke-seluruhan ranah kompetensi (pengetahuan,
keterampilan dan sikap).
Materi pokok/materi pembelajaran dirumuskan mengacu pada indikator pencapaian
kompetensi.
g. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan fisik dan atau mental yang dilakukan peserta
didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar untuk mencapai penguasaan
kompetensi dasar sesuai dengan indikator.
Kegiatan pembelajaran dirancang secara utuh (kom-prehensif), sistematis dan
berpusat pada peserta didik.
Kegiatan pembelajaran disusun dengan mengintegrasikan aspek kecakapan
hidup/kompetensi kunci (untuk kompetensi kejuruan), keunggulan lokal dan global,
serta lingkungan hidup.
h. Penilaian
Penilaian merupakan proses membandingkan pencapaian hasil belajar peserta didik
dengan indikator pencapaian kompetensi.
Metode penilaian yang digunakan dalam bentuk tes dan non tes disesuaikan dengan
karakteristik indikator pencapaian kompetensi dan kegiatan pembelajaran yang
ditempuh dalam proses pembelajaran.
i. Alokasi waktu
Alokasi waktu adalah estimasi jumlah jam pembelajaran yang diperlukan untuk
mencapai kompetensi dasar yang dirinci ke dalam jumlah jam pembelajaran untuk
tatap muka (teori), praktik di sekolah, dan praktik di industri.
j. Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

32
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.

2. Format Silabus
Format silabus dapat dikembangkan oleh satuan pendidikan dalam bentuk narasi atau
tabel yang berisi komponen: identitas, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar.
Urutan komponen di atas didasarkan atas konsep tentang Pengembangan Kompetensi
Diklat Berbasis Kompetensi yang dikemukakan oleh Blank, William E. (1982). yang
menyatakan bahwa indikator merupakan indikasi seseorang telah menguasai
Kompetensi Dasar, sehingga urutannya terletak setelah Kompetensi Dasar. Namun
demikian sekolah dapat menggunakan format yang dikeluarkan oleh BSNP, tetapi
prinsip pengembangan silabus mengikuti alur pikir yang menyatakan bahwa indikator
akan menentukan ruang lingkup materi dan penilaian, seperti terlihat pada bagan
berikut.

Standar Kompetensi Indikator


Kompetensi Dasar
Penilaian
Materi
Pembelajaran
Penilaian

33
Contoh. FORMAT SILABUS (Bentuk tabel)

NAMA SEKOLAH :
MATA PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
KOMPETENSI KEAHLIAN :
KODE KOMPETENSI :
DURASI PEMBELAJARAN :

MATERI ALOKASI
KOMPETENSI INDIKA POKOK KEGIATAN PENILAI WAKTU SUMBER
DASAR TOR PEMBELA PEMBELAJARAN AN BELAJAR
TM* PS PI
JARAN

*TM : Tatap Muka (teori)


PS : Praktik di sekolah
PI : Praktik di industri

Keterangan :
Nama sekolah diisi dengan nama SMK
Mata Pelajaran diisi dengan mata pelajaran yang tertuang pada
struktur kurikulum
Kelas/Semester diisi dengan kelas dan semester berapa mata
pelajaran tersebut diberikan
Kompetensi Keahlian diisi dengan nama kompetensi keahlian
(jurusan) sesuai dengan keputusan Dirjen
Mandikdasmen No.251/C/KEP/MN/2008
Standar Kompetensi diisi dengan nama/judul kompetensi yang akan
diajarkan yang tertuang pada silabus
Kode Kompetensi diisi dengan kode kompetensi, untuk normatif
dan adaptif dapat menggunakan nomor urut
mata pelajaran (1,2 dst;). Untuk komponen
produktif menggunakan kode kompetensi yang
tertuang pada deskripsi kompetensi keahlian
yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan
SMK
Durasi Pembelajaran diisi dengan jumlah jam belajar yang telah
dikonversikan dari tatap muka, praktik di
sekolah dan praktik di industri dengan
perbandingan 1:2:4.
Kompetensi Dasar diisi dengan kompetensi dasar sebagai-mana
tertulis pada silabus
Indikator diisi dengan penanda pencapaian kompetensi
dasar berupa perubahan perilaku yang dapat
diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Untuk mata pelajaran program
produktif dapat menggunakan kriteria unjuk

34
kerja (KUK)/kinerja yang terdapat pada SKK
Materi Pokok diisi dengan materi apa yang akan diajarkan
agar siswa dapat mencapai indikator yang
diharapkan. Materi yang disusun mengacu
pada indikator yang harus dicapai, khusus untuk
program produktif dapat mengacu pada KUK
dan batasan variabel/lingkup variabel/range of
variabel
Kegiatan Pembelajaran diisi dengan strategi mengajar guru yang akan
diterapkan agar siswanya aktif dan dapat
mencapai indiaktor yang diharapkan, minimal
mengandung unsur kegiatan dan materi.
Pengajaran aspek kecakapan hidup generik
(misalnya kerjasama, toleransi, berkomunikasi
dll) harus tergambar pada kegiatan belajar
Penilaian diisi dengan metode penilaian yang akan
digunakan baik bentuk tes maupun non tes
disesuaikan dengan karakteristik indikator
antara lain; tes tertulis, tes lisan, pengamatan
kinerja, produk dan lain-lain; baik untuk
pengetahuan, keterampilan maupun sikap
Alokasi Waktu diisi dengan estimasi waktu yang dibutuhkan
untuk teori, praktik di sekolah dan praktik di
industri
Sumber Belajar rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, dapat berupa
media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya

35
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1a
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Seni , Kerajinan, dan Pariwisata
Durasi
NO. Komponen Waktu
(Jam)
A. Mata Pelajaran

1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan
192
Kesehatan
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Matematika 330
2.2 Bahasa Inggris 440
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.5 KKPI 202
2.6 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. ……………. 140
b. …………….
3.2 Kompetensi Kejuruan
a. …………… 1044
b. ……………
Muatan Lokal
B. a. ……………. 192
b. ……………
C. Pengembangan Diri (192)
3948

36
Lampiran 1b
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Bisnis dan Manajemen
Durasi
NO Komponen Waktu
(Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
192
Kesehatan
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Matematika 403
2.2 Bahasa Inggris 440
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.5 KKPI 202
2.6 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. ……………. 140
b. …………….
3 3.3 Kompetensi Kejuruan
a. …………… 1044
b. ……………
B. Muatan Lokal
b. ……………. 192
c. ……………
C. Pengembangan Diri (192)
4021

37
Lampiran 1c
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Teknologi dan Rekayasa
Durasi
NO Komponen Waktu
(Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
192
Kesehatan
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Fisika 276
2.5 Kimia 192
2.6 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.7 KKPI 202
2.8 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.4 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. ……………. 140
b. ……………
3.5 Kompetensi Kejuruan
a. ………………… 1044
b. …………………
B. Muatan Lokal
a. ……………. 192
b. ……………
C. Pengembangan Diri (192)
Jumlah 4602

38
Lampiran 1d
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Agribisnis dan Agroteknologi
Durasi
NO Komponen Waktu
(Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan
192
Kesehatan
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Fisika 192
2.5 Kimia 192
2.6 Biologi 192
2.7 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.8 KKPI 202
2.9 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. …………………….. 140
b. ……………………..
3.2 Kompetensi Kejuruan
a. …………………….. 1044
b. ……………………..
B. Muatan Lokal
a. ..................................... 192
b. .....................................
C. Pengembangan Diri (192)
Jumah 4710

39
Lampiran 1e
STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK
Bidang Studi Keahlian: Kesehatan
Durasi Waktu
No Komponen
(Jam)
A. Mata Pelajaran
1. Normatif
1.1 Pendidikan Agama 192
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan 192
1.3 Bahasa Indonesia 192
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan
192
Kesehatan
1.5 Seni Budaya 128
2. Adaptif
2.1 Bahasa Inggris 440
2.2 Matematika 516
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam 192
2.4 Kimia 192
2.5 Biologi 192
2.6 Ilmu Pengetahuan Sosial 128
2.7 KKPI 202
2.8 Kewirausahaan 192
3. Produktif
3.1 Dasar Kompetensi Kejuruan
a. …………………………. 140
b. ………………………….
3.2 Kompetensi Kejuruan
1044
a. ………………………….
b. ………………………….
B. Muatan Lokal
a. …………………………. 192
b. ………………………….
C. Pengembangan Diri (192)
Jumlah 4518

40
Lampiran 2
CONTOH KTSP
KURIKULUM
SMK ABDI LUHUR JAKARTA
KOMPETENSI KEAHLIAN: JASA BOGA

I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan


Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

II. Visi dan Misi SMK Abdi Luhur Jakarta


Visi
Menjadikan SMK Abdi Luhur Jakarta sebagai lembaga pendidikan unggulan di bidang
pariwisata yang berstandar internasional.
Misi
a. Bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
b. Berbudi pekerti luhur;
c. Terampil, mandiri dan memiliki daya suai;
d. Memberikan pelayanan prima;
e. Memiliki wawasan luas.

III. Tujuan SMK Abdi Luhur Jakarta


1. Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri,
mengisi lowongan pekerjaan yang ada di DU/DI sebagai tenaga kerja tingkat menengah,
sesuai dengan Kompetensi Keahlian pilihannya.
2. Membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetisi,
beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam
Kompetensi Keahlian yang diminatinya.
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu
mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

IV. Tujuan Kompetensi Keahlian Jasa Boga


Tujuan Kompetensi Keahlian Jasa Boga membekali peserta didik dengan keterampilan,
pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam:
1. mengolah dan menyajikan makanan kontinental yang terdiri dari makanan pembuka,
makanan utama, dan makanan penutup;
2. mengolah dan menyajikan makanan Indonesia yang terdiri dari makanan pembuka,
makanan pokok, lauk pauk, dan makanan penutup;
3. melayani makan dan minum baik di restoran maupun di kamar tamu, serta menata meja
makan dan meja prasmanan;
4. mengolah dan menyajikan aneka minuman non-alkohol;
5. mengorganisasikan operasi pelayanan makan dan minum di restoran.

41
V. Standar Kompetensi
A. Standar Kompetensi Lulusan SMK
1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan
remaja;
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta
memperbaiki kekurangannya;
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan,
dan pekerjaannya;
4. Berpartisipasi dalam menegakkan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi
dalam lingkup global;
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis,
kreatif, dan inovatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan;
8. Menunjukkan kemampuan budaya belajar untuk pemberdayaan diri;
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik;
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks;
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial;
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab;
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya;
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya;
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok;
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan
lingkungan;
18. Berkomunikasi lisan dna tulisan secara efektif dan santun;
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat;
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain;
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis dan
estesis;
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara dalam
bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;
23. Menguasai Kompetensi Keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi
tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan
kejuruannya.

42
B. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran SMK
1. Pendidikan Agama Islam
a. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai
khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui
pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna;
c. Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja’ dan meninggalkan
perilaku tercela seperti isyrof, tabdzir dan fitnah;
d. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum
muamalah dan hukum keluarga dalam Islam;
e. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode
Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia.
2. Pendidikan Agama Kristen
a. Mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan kehidupan
sosial;
b. Merespon berbagai bentuk kehidupan modern, perkembangan budaya dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan mengacu pada ajaran Kristen;
c. Bertanggung jawab sebagai orang Kristen dalam kehidupan gereja, masyarakat
dan bangsa;
d. Menyampaikan berita damai dan menjadi pembawa damai sejahtera.
3. Pendidikan Agama Katolik
a. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman tentang pribadinya sebagai pria
dan wanita serta sebagai Citra Allah yang memiliki akal budi untuk berpikir
kritis serta memiliki suara hati dan kehendak yang bebas untuk bertindak secara
bertanggung jawab;
b. Peserta didik menguraikan pemahaman tentang pribadi Yesus Kristus yang
diwartakan oleh Kitab Suci dan diajarkan oleh Gereja dan bagaimana upaya
nyata meneladani dalam hidup sehari-hari;
c. Peserta didik dapat menguraikan pemahaman makna Gereja, fungsi dan sifat-
sifatnya serta hubungannya dengan dunia dan bagaimana menghayati dalam
hidup bergereja;
d. Peserta didik menguraikan fungsi Gereja yaitu melanjutkan perutusan Yesus
untuk mewartakan Kerajaan Allah dan melibatkan diri dalam perutusan itu
untuk memperjuangkan martabat dan hak asasi manusia dengan menegakkan
nilai-nilai Kerajaan Allah, antara lain: keadilan, kejujuran dan keutuhan
lingkungan hidup.
4. Pendidikan Agama Hindu
a. Memahami Atman sebagai sumber hidup, Hukum Karma dan Punarbhawa, dan
ajaran Moksa sebagai tujuan tertinggi;
b. Memahami sifat-sifat Tri Guna dan Dasa Mala, ajaran Tat Twam Asi, Catur
Warna, Catur Asrama, dan Catur Purusartha;
c. Memahami tata cara persembahyangan, pelaksanaan Yadnya dalam kehidupan,
dan perkawinan menurut Hindu (Wiwaha);
d. Memahami pokok-pokok ajaran Weda (Weda Sruti dan Smerti) sebagai sumber
hukum Hindu;

43
e. Memahami struktur, hakikat dan pelestarian kesucian tempat suci;
f. Memahami perhitungan hari-hari suci menurut Hindu;
g. Memahami kepemimpinan menurut Niti Sastra dan hakekatnya;
h. Memahami proses penciptaan dan pralaya alam semesta;
i. Memahami nilai-nilai budaya Dharma Gita, seni keagamaan Hindu dan sejarah
perkembangan agama Hindu di India dan negara lainnya.
5. Pendidikan Agama Buddha
a. Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Tri Ratna dengan mengetahui
fungsi serta terefleksi dalam moralitas (sila), meditasi (samadhi), dan
kebijaksanaan (panna);
b. Memiliki kemampuan untuk memahami dan meyakini hukum alam;
c. Membaca Paritta dan Dhammapada serta mengerti artinya;
d. Beribadah (kebaktian) dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan masing-
masing aliran;
e. Meneladani sifat, sikap dan kepribadian Buddha, Bodhisattva, dan para siswa
utama Buddha;
f. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis, kritis, dan kreatif untuk
memecahkan masalah;
g. Memahami sejarah kehidupan Buddha Gotama;
h. Memahami peran agama dalam kehidupan sehari-hari;
i. Memiliki bekal pengetahuan dan kemampuan untuk melanjutkan pendidikan di
perguruan tinggi.
6. PKN
a. Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional, dan
tindakan anti korupsi;
c. Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan
serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri;
d. Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan NKRI;
e. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi , kedaulatan negara,
keterbukaan dan keadilan di Indonesia;
f. Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional;
g. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
h. Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan internasional,
regional, dan kerja sama global lainnya;
i. Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik internasional, dan
mahkamah internasional.
7. Bahasa Inggris
Level Novice
a. Mendengarkan

44
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari;
Level Elementary
a. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan pekerjaan;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan;
c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan pekerjaan;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan pekerjaan.
Level Intermediate
a. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk mendengarkan permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan keprofesian;
b. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian;

45
c. Membaca
Memahami makna dalam wacana tulis interpersonal dan transaksional, secara
formal maupun informal, dalam bentuk menyimak permintaan dan perintah
yang berkaitan dengan keprofesian;
d. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk menyampaikan
secara tertulis permintaan dan perintah yang berkaitan dengan keprofesian.
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
a. Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan menggunakan
peraturan;
b. Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya;
c. Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran jasnani
serta aktivitas lainnya;
d. Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam aerobik, dan
aktivitas lainnya;
e. Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air dan
keselamatan di air;
f. Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan
perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain;
g. Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti
perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai penyakit
dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV.
9. Bahasa Indonesia
Tingkat Semenjana
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
Tingkat Madia
a. Mendengarkan

46
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan pekerjaan
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan pekerjaan
d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tingkat Unggul
a. Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian dan penerimaan
informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
b. Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
penyampaian informasi yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
c. Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami wacana tulis berupa
teks, grafik, dan tabel yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana
d. Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan penyampaian informasi dalam bentuk teks, grafik, dan tabel
yang berkaitan dengan kegiatan ilmiah sederhana

10. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Jasa Boga
a. Melaksanakan Prosedue Hygiena, Sanitasi dan Keselamatan Kerja
• Melaksanakan prosedur hygiene di tempat kerja
• Membersihkan lokasi, area kerja dan peralatan
• Memberikan pertolongan pertama
b. Menyiapkan Bahan Makanan dan Bumbu (mise en place)
• Mengorganisir dan menyiapkan makanan
• Menyiapkan dan membuat bumbu
c. Mengolah dan Menyajikan Makanan
• Menggunakan metode dasar memasak
• Menyajikan makanan

11. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan Jasa Boga
a. Mengolah dan Menyajikan Makanan Kontinental
1)Menyiapkan stock dan saus
2)Menyiapkan sup

47
3)Meyipakan appetizer dan salad
4)Menyiapkan sandwich
5)Menyiapkan hidangan yang terbuat dari sayuran, telur, dan makanan yang
terbuat dari tepung terigu
6)Menyiapkan dan memasak unggas dan binatang buruan
7)Menyiapkan dan memasak seafood
8)Mengidentifikasi dan menyiapkan daging
9)Menyiapkan dessert yang disajikan panas dan dingin
b. Mengolah dan Menyajikan Makanan Indonesia
1) Menyiapkan dan membuat salad (gado-gado, urap dan rujak)
2) Menyiapkan dan membuat kaldu dan sup (soto)
3) Menyiapkan dan membuat hidangan nasi dan mie
4) Menyiapkan dan membuat sate/jenis makanan panggang
c. Menyiapkan Layanan Makan dan Minum
1) Menyiapkan layanan makanan dan minuman
2) Menyediakan room service
3) Menyiapkan dan menghidangkan minuman non alkohol
4) Menyediakan penghubung antara dapur dan area pelayanan
d. Merencanakan Menú Sehat
1) Merencanakan hidangan harian untuk meningkatkan kesehatan
e. Mengelola Usaha Jasa Boga
1) Menerima dan menyimpan persedian makanan
2) Merencanakan dan menyiapkan makanan untuk buffet
3) Memilih sistem jasa boga
4) Memilih, menyiapkan, dan menghidangkan jenis makanan khusus
5) Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar
6) Mengoprasikan outlet makanan cepat saji
7) Merencanakan dan mengontrol jasa boga berdasarkan menu

Diagram Pencapaian Kompetensi

Diagram pada halaman berikut ini menunjukkan tahapan atau tata urutan kompetensi yang
diajarkan dan dilatihkan kepada peserta didik dalam kurun waktu yang dibutuhkan serta
kemungkinan multi exit-multi entry yang dapat diterapkan dengan menperhatikan tata
urutan/tahapan logis pemebelajaran kompetensi :

48
ITHHG ITHHBK ITHHG ITHHB ITHHB ITHHB
HS01AI TA04AI HS03AI KTA01 CMC01 KTA02

ITHHIN ITHHB ITHHIN


A02AIS CMC04 A07AIS ITHHB
FBS03

ITHHI ITHHB ITHHIN ITHHB


NA04 CMC05 A05AIS MC02A
ITHHB
FBS12

ITHHB ITHHB ITHHB ITHHB ITHHIN ITHHIN ITHHB


CM03A CMC06 CMC07 CMC08 A08AIS A10AIS CMC09 ITHHB ITHHB
FBS08 FBS10

ITHHA
CAT01
ITHHB ITHHA ITHHB
KTA03 CAT03 CMC15

ITHHAP ITHHBC ITHHBC ITHHBC


SF01AIS AT04AI MC16AI MC12AI

Keterangan
ITHHGHS01AIS Melaksanakan prosedur hygiene di tempat kerja
ITHHBKTA04AIS Membersihkan lokasi.area kerja dan peralatan
ITHHGHS03AIS Memberikan pertolongan pertama
ITHHBKTA01AIS Mengorganisir dan menyiapkan makanan
ITHHBKTA02AIS Menyajikan makanan
ITHHBCMC01AIS Menggunakan metode dasar memasak
ITHHBCMC04AIS Menyiapkan stock dan saus
ITHHBCMC05AIS Menyiapkan sup
ITHHBFBS03AIS Menyediakan layanan makanan dan minuman
ITHHBCMC02AIS Menyiapkan appetizer dan salad
ITHHINA02AIS Menyiapkan dan membuat bumbu
ITHHINA04AIS Menyiapkan dan membuat salad (gado-gado, urap dan rujak)
ITHHINA05AIS Menyiapkan dan membuat kaldu dan sup (soto)
ITHHINA07AIS Menyiapkan dan membuat hidangan nasi dan mie
ITHHBCMC03AIS Menyiapkan sandwich
ITHHBCMC06AIS Menyiapkan hidangan yang terbuat sayuran, telur, dan makanan
yang terbuat dari tepung terigu
ITHHBCMC07AIS Menyiapkan dan memasak unggas dan binatang buruan
ITHHBCMC08AIS Menyiapkan dan memasak seafood
ITHHACAT01AIS Merencanakan hidangan harian untuk meningkatkan kesehatan
ITHHBFBS08AIS Menyediakan room service
ITHHBFBS10AIS Menyiapkan dan menghidangkan minuman non-alkohol
ITHHINA08AIS Menyiapkan dan membuat sate/ jenis makanan panggang
ITHHBKTA03AIS Menerima dan menyimpan persediaan makanan
ITHHBCMC09AIS Mengidentifikasi dan menyiapkan daging
ITHHBCMC10AIS Menyiapkan dessert yang disajikan panas dan dingin
ITHHBCMC12AIS Merencanakan dan menyiapkan makanan untuk buffet

49
ITHHACAT03AIS Memilih system Jasa Boga
ITHHAPSF01AIS Memilih, menyiapkan dan menghidangkan jenis makanan khusus
ITHHBCMC16AIS Mengorganisir operasi makanan dalam jumlah besar
ITHHBCAT04AIS Mengoperasikan outlet makanan cepat saji
ITHHBCMC15AIS Merencanakan dan mengontrol jasa boga berdasarkan menu
ITHHBFBS12AIS Menyediakan penghubung antara dapur dan area pelayanan

C. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


2. Pendidkan Agama Islam

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Al Qur’an
1. Memahami ayat-ayat Al- 1.1 Membaca QS Al Baqarah: 30,
Qur’an tentang manusia dan Al-Mukminum: 12-14, Az-
tugasnya sebagai khalifah di Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
bumi
1.2 Menyebutkan arti QS Al
Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-
14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5
1.3 Menampilkan perilaku sebagai
khalifah di bumi seperti
terkandung dalam QS Al
Baqarah: 30, Al-Mukminum: 12-
14, Az-Zariyat: 56 dan Al-Hajj: 5

2. Memahami ayat-ayat Al- 2.1 Membaca QS Al An’am: 162-


Qur’an tentang keikhlasan 163 dan Al-Bayyinah: 5
dalam beribadah
2.2 Menyebutkan arti QS Al An’am:
162-163 dan Al-Bayyinah: 5
2.3 Menampilkan perilaku ikhlas
dalam beribadah seperti
terkandung dalam QS Al An’am:
162-163 dan Al-Bayyinah: 5

Aqidah
3. Meningkatkan keimanan 3. 1 Menyebutkan 10 sifat Allah
kepada Allah melalui dalam Al-Asma al-Husna
pemahaman sifat-sifatNya
3. 2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah
dalam Al Asma
dalam Al-Asma al-Husna
3. 3 Menampilkan perilaku yang
mencerminkan keimanan
terhadap 10 sifat Allah dalam Al-
Asma al-Husna

50
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak
4. Membiasakan perilaku 4. 1 Menyebutkan pengertian perilaku
terpuji husnudhan
4. 2 Menyebutkan contoh-contoh
perilaku husnudhan terhadap
Allah, diri sendiri dan sesama
manusia
4. 3 Membiasakan perilaku
husnudhan dalam kehidupan
sehari-hari

Fiqih
5. Memahami sumber hukum 5. 1 Menyebutkan pengertian,
Islam, hukum taklifi, dan kedudukan dan fungsi Al Qur’an,
hikmah ibadah Al Hadits, dan Ijtihad sebagai
sumber hukum Islam
5. 2 Menjelaskan pengertian,
kedudukan, dan fungsi hukum
taklifi dalam hukum Islam
5. 3 Menjelaskan pengertian dan
hikmah ibadah
5. 4 Menerapkan hukum taklifi dalam
kehidupan sehari-hari

Tarikh dan Peradaban Islam

6. Memahami keteladanan 6.1 Menceritakan sejarah dakwah


Rasulullah dalam membina Rasulullah SAW periode
umat periode Makkah Mekkah
6.2 Mendeskripsikan substansi dan
strategi dakwah Rasulullah SAW
periode Makkah

Al Qur’an
7. Memahami ayat-ayat Al- 7. 1 Membaca QS Ali Imran: 159 dan
Qur’an tentang demokrasi QS Asy Syura: 38
7. 2 Menyebutkan arti QS Ali Imran:
dan QS Asy Syura: 38
7. 3 Menampilkan perilaku hidup
demokratis seperti terkandung
dalam QS Ali Imran: dan QS Asy
Syura: 38 dalam kehidupan
sehari-hari

51
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aqidah
8. Meningkatkan keimanan 8. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman
kepada Malaikat kepada Malaikat
8. 2 Menampilkan contoh-contoh
perilaku beriman kepada
Malaikat
8. 3 Menampilkan perilaku sebagai
cerminan beriman kepada
Malaikat dalam kehidupan
sehari-hari

Akhlak
9. Membiasakan perilaku 9.1 Menjelaskan pengertian adab dalam
terpuji berpakaian, berhias, bertamu,
menerima tamu, dan bepergian
9.2 Menampilkan contoh-contoh adab
dalam berpakaian, berhias,
bertamu, menerima tamu, dan
bepergian
9.3 Mempraktikkan adab dalam
berpakaian, berhias, bertamu,
menerima tamu, dan bepergian
dalam kehidupan sehari-hari

10. Menghindari perilaku 10.1 Menjelaskan pengertian hasud, riya


tercela dan aniaya
10.2 Menyebutkan contoh perilaku
hasud, riya, dan aniaya
10.3 Menghindari perilaku hasud, riya
dan aniaya dalam kehidupan
sehari-hari

Fiqih
11. Memahami hukum Islam 11. 1 Menjelaskan perundang-
tentang infak, zakat, haji undangan tentang pengelolaan
dan wakaf infak, zakat, haji dan wakaf
11. 2 Menyebutkan contoh-contoh
pengelolaan infak, zakat, haji dan
wakaf
11. 3 Membiasakan berinfak

52
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tarikh dan Peradaban Islam


12. Memahami keteladanan 12. 1 Menceritakan sejarah dakwah
Rasulullah SAW dalam Rasulullah periode Madinah
membina umat periode
12. 2 Mendeskripsikan substansi dan
Madinah
strategi dakwah Rasulullah SAW
periode Madinah

Al Qur’an
13. Memahami ayat-ayat Al- 13. 1 Membaca QS Al Baqarah: 148
Qur’an tentang kompetisi dan QS Al-Fatir: 32
dalam kebaikan
13. 2 Menjelaskan arti QS Al Baqarah:
148 dan QS Al-Fatir: 32
13. 3 Menampilkan perilaku
berkompetisi dalam kebaikan
seperi terkandung dalam QS Al
Baqarah: 148 dan QS Al-Fatir:
32

14. Memahami ayat-ayat Al- 14. 1 Membaca QS Al Isra: 26–27 dan


Qur’an tentang perintah QS Al-Baqarah: 177
menyantuni kaum dhuafa
14. 2 Menjelaskan arti QS Al-Isra: 26-
27 dan QS Al Baqarah: 177
14. 3 Menampilkan perilaku
menyantuni kaum du’afa seperti
terkandung dalam QS Al-Isra:
26-27 dan QS Al Baqarah: 177

Aqidah
15. Meningkatkan keimanan 15. 1 Menjelaskan tanda-tanda beriman
kepada Rasul-rasul Allah kepada Rasul-rasul Allah
15. 2 Menunjukkan contoh-contoh
perilaku beriman kepada Rasul-
rasul Allah
15. 3 Menampilkan perilaku yang
mencerminkan keimanan kepada
Rasul-rasul Allah dalam
kehidupan sehari-hari

53
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak
16. Membiasakan berperilaku 16. 1 Menjelaskan pengertian taubat
terpuji dan raja`
16. 2 Menampilkan contoh-contoh
perilaku taubat dan raja`
16. 3 Membiasakan perilaku bertaubat
dan raja` dalam kehidupan sehari
hari

Fiqih
17. Memahami hukum Islam 17. 1 Menjelaskan asas-asas transaksi
tentang muamalah ekonomi dalam Islam
17. 2 Memberikan contoh transaksi
ekonomi dalam Islam
17. 3 Menerapkan transaksi ekonomi
Islam dalam kehidupan sehari-
hari

Tarikh dan Peradaban Islam

18. Memahami perkembangan 18. 1 Menjelaskan perkembangan


Islam pada abad Islam pada abad pertengahan
pertengahan
18. 2 Menyebutkan contoh peristiwa
perkembangan Islam pada abad
pertengahan

Al Qur’an

19. Memahami ayat-ayat Al


Qur’an tentang perintah
menjaga kelestarian
lingkungan hidup 19. 1 Membaca QS Ar Rum: 41- 42,
QS Al-A’raf: 56-58, dan QS Ash
Shad: 27
19. 2 Menjelaskan arti QS Ar Rum:
41- 42, QS Al-A’raf: 56-58, dan
QS Ash Shad: 27
19. 3 Membiasakan perilaku menjaga
kelestarian lingkungan hidup
seperti terkandung dalam QS Ar
Rum: 41- 42, QS Al-A’raf: 56-
58, dan QS Ash Shad: 27

54
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aqidah
20. Meningkatkan keimanan 20. 1 Menampilkan perilaku yang
kepada Kitab-kitab Allah mencerminkan keimanan
terhadap Kitab-kitab Allah
20. 2 Menerapkan hikmah beriman
kepada Kitab-kitab Allah

Akhlak

21. Membiasakan perilaku 21. 1 Menjelaskan pengertian dan


terpuji maksud menghargai karya orang
lain
21. 2 Menampilkan contoh perilaku
menghargai karya orang lain
21. 3 Membiasakan perilaku
menghargai karya orang lain
dalam kehidupan sehari-hari

22. Menghindari perilaku 22. 1 Menjelaskan pengertian dosa


tercela besar
22. 2 Menyebutkan contoh perbuatan
dosa besar
22. 3 Menghindari perbuatan dosa
besar dalam kehidupan sehari-
hari

Fiqih

23. Memahami ketentuan 23. 1 Menjelaskan tatacara pengurusan


hukum Islam tentang jenazah
pengurusan jenazah
23. 2 Memperagakan tatacara
pengurusan jenazah

24. Memahami khutbah, 24. 1 Menjelaskan pengertian khutbah,


tabligh, dan dakwah tabligh, dan dakwah
24. 2 Menjelaskan tatacara khutbah,
tabligh, dan dakwah
24. 3 Memperagakan khutbah, tabligh,
dan dakwah

55
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tarikh dan Peradaban Islam


25. Memahami perkembangan 25. 1 Menjelaskan perkembangan
Islam pada masa modern Islam pada masa modern
25. 2 Menunjukkan contoh peristiwa
perkembangan Islam masa
modern

Al Qur’an
26. Memahami ayat–ayat Al- 26. 1 Membaca QS Al-Kafiruun, QS
Qur’an tentang anjuran Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi:
bertoleransi 29
26. 2 Menjelaskan arti QS Al-
Kafiruun, QS Yunus: 40-41, dan
QS Al-Kahfi: 29
26. 3 Membiasakan perilaku
bertoleransi seperti terkandung
dalam QS Al-Kafiruun, QS
Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi:
29

27. Memahami ayat-ayat Al- 27. 1 Membaca QS Al-Mujadalah: 11


Qur’an tentang etos kerja dan QS Al-Jumuah: 9-10
27. 2 Menjelaskan arti QS Al-
Mujadalah: 11 dan QS Al-
Jumuah: 9-10
27. 3 Mebiasakan beretos kerja seperti
terkandung dalam QS Al-
Mujadalah: 11, dan QS Al-
Jumuah: 9-10

Aqidah

28. Meningkatkan keimanan 28. 1 Menampilkan perilaku yang


kepada Hari Akhir mencerminkan keimanan
terhadap Hari Akhir
28. 2 Menerapkan hikmah beriman
kepada Hari Akhir

56
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Akhlak
29. Membiasakan perilaku 29. 1 Menjelaskan pengertian adil,
terpuji ridla, dan amal shaleh
29. 2 Menampilkan contoh perilaku
adil, ridla, dan amal shaleh
29. 3 Membiasakan perilaku adil, ridla,
dan amal shaleh dalam kehidupan
sehari-hari

Fiqih

30. Memahami hukum Islam 30. 1 Menjelaskan ketentuan hukum


tentang hukum keluarga perkawinan dalam Islam
30. 2 Menjelaskan hikmah perkawinan
30. 3 Menjelaskan ketentuan
perkawinan menurut perundang-
undangan di Indonesia

Tarikh dan Peradaban Islam


31. Memahami perkembangan 31. 1 Menjelaskan perkembangan
Islam di Indonesia Islam di Indonesia
31. 2 Menampilkan contoh
perkembangan Islam di Indonesia
31. 3 Mengambil hikmah dari
perkembangan Islam di Indonesia

Al Qur’an

32. Memahami ayat–ayat Al 32. 1 Membaca QS Yunus:101 dan QS


Qur’an tentang Al-Baqarah: 164
pengembangan IPTEK
32. 2 Menjelaskan arti QS Yunus: 101
dan QS Al-Baqarah: 164
32. 3 Melakukan pengembangan iptek
seperti terkandung dalam QS
Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah:
164

57
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Aqidah
33. Meningkatkan keimanan 33. 1 Menjelaskan tanda-tanda
kepada qadha’ dan qadar keimanan kepada qadha’ dan
qadar
33. 2 Menerapkan hikmah beriman
kepada qadha’ dan qadar

Akhlak
34. Membiasakan perilaku 34. 1 Menjelaskan pengertian dan
terpuji maksud persatuan dan kerukunan
34. 2 Menampilkan contoh perilaku
persatuan dan kerukunan
34. 3 Membiasakan perilaku persatuan
dan kerukunan dalam kehidupan
sehari-hari

35. Menghindari perilaku


tercela
35. 1 Menjelaskan pengertian isyrof,
tabzir, ghibah, dan fitnah
35. 2 Menjelaskan contoh perilaku
isyrof, tabzir, ghibah, dan fitnah
35. 3 Menghindari perilaku isyraf,
tabzir, ghibah, dan fitnah dalam
kehidupan sehari-hari

Fiqih
36. Memahami hukum Islam 36. 1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan
tentang waris hukum waris
36. 2 Menjelaskan ketentuan hukum
waris di Indonesia
36. 3 Menjelaskan contoh pelaksanaan
hukum waris di Indonesia

58
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Tarikh dan Peradaban Islam


37. Memahami perkembangan 37. 1 Menjelaskan perkembangan
Islam di dunia Islam di dunia
37. 2 Memberikan contoh
perkembangan Islam di dunia
37. 3 Mengambil hikmah dari
perkembangan Islam di dunia

3. Agama Kristen

Kelas X semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Nilai-Nilai Kristiani

1. Mewujudkan nilai-nilai 1.1 Mengalami proses pertumbuhan


Kristiani dalam pergaulan antar sebagai pribadi yang dewasa dan
pribadi dan kehidupan sosial memiliki karakter yang kokoh
dengan menunjukkan bahwa dengan pola pikir yang
remaja Kristen bertumbuh komprehensif dalam segala aspek
sebagai pribadi dewasa yang
1. 2 Mengidentifikasi berbagai
tidak kehilangan identitas
pergumulan dalam keluarga dalam
kaitannya dengan pengaruh
modernisasi

59
Kelas X semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Nilai-Nilai Kristiani

1. Mewujudkan nilai-nilai 1.1 Mengalami proses pertumbuhan


Kristiani dalam pergaulan antar sebagai pribadi yang dewasa dan
pribadi dan kehidupan sosial memiliki karakter yang kokoh
dengan menunjukkan bahwa dengan pola pikir yang
remaja Kristen bertumbuh komprehensif dalam segala aspek
sebagai pribadi dewasa yang
1. 2 Mengidentifikasi berbagai
tidak kehilangan identitas
pergumulan dalam keluarga
dalam kaitannya dengan pengaruh
modernisasi

Kelas X, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Nilai-Nilai Kristiani
2. Mewujudkan nilai-nilai 2.1 Mengidentifikasi berbagai
Kristiani dalam pergaulan antar pergumulan dalam keluarga serta
pribadi dan kehidupan sosial kaitannya dengan pengaruh
dengan menunjukkan bahwa modernisasi
remaja Kristen bertumbuh
2.2 Menjelaskan makna kebersamaan
sebagai pribadi dewasa yang
dengan orang lain tanpa
tidak kehilangan identitas
kehilangan identitas

Kelas XI, Semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Nilai-Nilai Kristiani
1. Merespon nilai-nilai 1.1 Mengidentifikasikan dan mewujudkan
Kristiani yang nilai-nilai Kristiani
diperhadapkan dengan
1.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam
gaya hidup modern serta
pergaulan antar pribadi dan sosial
perkembangan ilmu
pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) dan
menjelaskan cara
mewujudkannya dalam
kehidupan sehari-hari

60
D. Standar Kompetensi Muatan Lokal
1. Bahasa Prancis
a. Memahami bahasa lisan dalam menerima/menyambut tamu
b. Menggunakan bahasa lisan untuk menyampaikan informasi kepada tamu
c. Memahami bahasa tulisan dalam membaca resep-resep masakan

VI. Struktur Kurikulum


Kompetensi Keahlian : Jasa Boga
Lama Pendidikan*) : 3 Tahun

Durasi
NO. Komponen Waktu
(Jam)
A. Mata Pelajaran

1. Normatif
19
1.1 Pendidikan Agama
2
19
1.2 Pendidikan Kewarganegaraan
2
19
1.3 Bahasa Indonesia
2
19
1.4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
2
12
1.5 Seni Budaya
8
2. Adaptif
33
2.1 Matematika
0
44
2.2 Bahasa Inggris
0
19
2.3 Ilmu Pengetahuan Alam
2
12
2.4 Ilmu Pengetahuan Sosial
8
20
2.5 KKPI
2
19
2.6 Kewirausahaan
2
3. Produktif
3.3 Dasar Kompetensi Jasa Boga 14
a. Melaksanakan prosedur Hygiene, 0*
Sanitasi dan Keselamatan Kerja **)
b. Menyiapkan Bahan makanan dan 28
Bumbu 34
c. Mengolah dan Menyajikan Makanan 78
3.4 Kompetensi Kejuruan Jasa Boga 10
a. Mengolah dan Menyajikan Makanan 44
Kontinental **
b. Mengolah dan Menyajikan Makanan *)

61
Durasi
NO. Komponen Waktu
(Jam)
Indonesia
c. Merencanakan Hidangan Sehat
d. Melayani makan dan minum
e. Mengelola Usaha Boga
B. Muatan Lokal
a. …………………………..
19
b. ……………………………
2
c. ……………………………

19
Pengembangan Diri
C. 2*
Paskibra/PMR/KIR/dll
*)
37
Jumlah
72

*) Jumlah jam keseluruhan pada struktur kurikulum akan menentukan lamanya pendidikan.
**) tidak dihitung dalam penjumlahan jam pelajaran.
***) dialokasikan untuk beberapa mata pelajaran

62
VII. KALENDER PENDIDIKAN

Contoh KALENDER PENDIDIKAN SMK TAHUN PELAJARAN 2008 - 2009

BULAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
JULI 2008
AGUSTUS 2008
SEPTEMBER 2008 x
OKTOBER 2008
NOVEMBER 2008 x
DESEMBER 2008
JANUARI 2009
FEBRUARI 2009 x x x
MARET 2009
APRIL 2009 x
MEI 2009
JUNI 2009 x
JULI 2009 Tahun Pelajaran 2007 – 2008

Keterangan:

= Hari Pertama Sekolah / MOS = Libur Umum

= Hari Ahad / Minggu = Perkiraan Ujian Nasional

= Libur Semester = Laporan hasil Belajar

= = Uji Kompetensi / Project Work Kelas III

= Hari Efektif Belajar = Perkiraan Ujian Sekolah

63
Lampiran 3.

Contoh Silabus
Nama Sekolah : SMK ...........................
Mata Pelajaran : Melaksanakan Prosedur Hygiene, Sanitasi dan Keselamatan Kerja
Kelas/Semester : X/01
Standar Kompetensi : Melaksanakan Prosedur Hygiena di Tempat Kerja (Follow
Workplace Hygiene Procedures)
Kompetensi Keahlian : Jasa Boga
Kode Kompetesi : ITHHGHS 01AIS
Durasi Pembelajaran : 14 x 45 menit

Alokasi Waktu
Praktik
Kompetensi Materi Pokok Kegiatan Tatap Sumber Belajar
Indikator Penilaian Praktik di di
Dasar Pembelajar-an Pembelajaran Muka /Alat/Bahan
Sekolah DU/DI
(Teori)
*)
1. Mengikuti • Prosedur Prosedur • Mencari • Tes tertulis 6 1 (2) • Modul hygiene
prosedur hygiene Hygiene informasi bentuk • Sarana
hygiene tempat kerja • Hygiene secara penyimpanan
harus diikuti Per- berkelompok a. Uraian • Bahan
secara baik orangan tentang tetang informasi
sesuai prosedur hygiene lainnya
dengan • Hygiene hygine perorang- • Bahan
standar tempat perorangan, an, tayangan
perusahaan, kerja hygine dapur hygiene
dan (dapur) dan dapur, pe-
persyaratan penyimpanan nyimpan-
hukum. • Pe- • Berdiskusi an
nyimpana dan • Laporan
• Penanganan n bahan presentasi kelompok
dan (makan- kelompok • Observas
penyimpana an dan tentang (praktik)
n seluruh bahan prosedur
barang- Kimia) hygine
barang perorangan,
dilengkapi hygine dapur
sesuai dan
dengan penyimpanan
standar • Praktik
perusahaan, penyimpan-
dan an bahan
persyaratan makanan dan
hukum. bahan kimia
sesuai
prosedure
hygiene
• Membuat
laporan hasil
diskusi
2. Mengiden- • Resiko Identifikasi • Mencari • Tes tertulis 6 1(2) • Modul hygiene
tifikasi hygiene dan informasi bentuk • Bahan
dan harus di pencegahan secara a. pilihan informasi
mencegah identifikas Resiko berkelompok ganda lainnya
resiko secepat-nya hygiene : tentang kasus tentang • Bahan
hygiene • Kerusaka keracunan kerusak- makanan yang
• Tindakan n makan- makanan an dan rusak
diambil an yang terjadi keracun- • Bahan
untuk • Keracun- di Indonesia, an tayangan

64
Alokasi Waktu
Praktik
Kompetensi Materi Pokok Kegiatan Tatap Sumber Belajar
Indikator Penilaian Praktik di di
Dasar Pembelajar-an Pembelajaran Muka /Alat/Bahan
Sekolah DU/DI
(Teori)
*)
meminimalk an penyebab makan-an
an atau makan-an dan cara b. Uraian
menghilangk pencegahan- dan kasus
-an resiko Pencegahan nya tentang
tersebut kerusakan dan • Diskusi dan Ke-
dalam ruang keracunan presentasi rusakan
lingkup makanan tentang kasus dan ke-
tanggung keracunan racunan
jawab makanan makan-an
individu dan yang terjadi • Laporan
sesuai di Indonesia, hasil
dengan penyebab identifikasi
persyaratan dan cara kerusakan
hukum per- pencegahan- makanan
usahaan nya • Observasi
• Berdiskusi
dan
presentasi
tentang
kerusakan
makanan,
faktor
penyebab
dan
pencegahan-
nya
• Melakukan
identifikasi
secara
kelompok
jenis-jenis
kerusakan
makanan
(berdasarkan
bahan
makanan
yang dibawa
kelompok)
• Membuat
laporan
kelompok
12 2 (4)
Keterangan : *) Jam PI hanya berlaku pada Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan

65
LAMPIRAN IX – 6
CONTOH SILABUS
SILABUS
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-1
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
1.1 Mendeskripsikan 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian Keselamatan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Lisan 2 1 1 Paristiyanti
Keselamatan dan norma-norma kesehatan dan dan Kesehatan Kerja (K3) pengertian dari K3 • Praktik (2) (4) Nurwardani
Kesehatan Kerja (K3) keselamatan kerja • Norma Kesehatan Kerja • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Observasi Teknik
2. Taruna mampu menerapkan • Norma Keselamatan Kerja norma kesehatan kerja dalam • Pelaporan Pembibitan
K3 dalam setiap kegiatan kegiatan produksi tanaman Tanaman dan
produksi tanaman • Taruna diminta untuk menerapkan Produksi
3. Taruna mematuhi norma- norma keselamatan kerja dalam Benih
norma K3 kegiatan produksi tanaman Internet
4. Taruna mampu
mengklasifikasikan K3 dalam
kegiatan produksi tanaman
1.2 Menerapkan Pekerjaan 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian SOP • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Lisan 2 2 1 Rini
Sesuai dengan SOP SOP setiap kegiatan produksi • Contoh SOP dalam pengertian SOP • Praktik (4) (4) Wudianto,
tanaman kegiatan produksi tanaman • Taruna diminta untuk melakukan • Pelaporan Petunjuk
2. Taruna mengubah perilaku • Menerapkan kedisiplinan kegiatan produksi tanaman : sanitasi, • Portofolio Penggunaan
dengan menerapkan pekerjaan pengolahan lahan, penanaman, • Observasi Pestisida
sesuai SOP pemeliharaan, panen dan dalam Internet
3. Taruna taat terhadap SOP penggunaan alat dan mesin yang
4. Taruna mampu melaksanakan digunakan dalam produksi tanaman
SOP yang berlaku sesuai dengan SOP
• Taruna diminta untuk menerapkan
kedisiplinan dalam melakukan setiap
SOP kegiatan produksi

1.3 Menerapkan konsep 1. Taruna mampu menyebutkan • Konsep lingkungan hidup • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 4 2 2 Rini

1
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
Lingkungan Hidup konsep lingkungan hidup • Konsep 3 R konsep lingkungan hidup • Pelaporan (4) (8) Wudianto,
2. Taruna mampu menerapkan • Sanitasi lingkungan • Taruna diminta untuk menerapkan • Observasi Petunjuk
konsep lingkungan hidup konsep 3 R Penggunaan
dalam kehidupan • Taruna diminta untuk menerapkan Pestisida
3. Taruna mampu menerapkan sanitasi lingkungan Internet
konsep 3 R
(reuse,recycle,reduce)
4. Taruna mampu menjaga
kebersihan lingkungan
1.4 Menerapkan ketentuan 1. Taruna mampu mengenal • Tingkatan kecelakaan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 4 2 Rini
Pertolongan Pertama tingkat kecelakaan kerja kerja tingkat kecelakaan kerja • Pelaporan (4) Wudianto,
Pada Kecelakaan 2. Taruna mampu mengenal • Prosedur pertolongan • Taruna diminta untuk menerapkan • Portofolio Petunjuk
ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan prosedur pertolongan pertama pada Penggunaan
pertama pada kecelakaan kerja kecelakaan kerja Pestisida
3. Taruna mampu melakukan Internet
pertolongan pertama pada
kecelakaan
4. Taruna peduli terhadap
keselamatan kerja dengan
memperhatikan SOP
5. Taruna tanggap terhadap
kejadian kecelakaan kerja
6. Taruna cekatan dalam
memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan

2
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Dasar Produksi Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Mengidentifikasi Tanaman Dan Pertumbuhannya
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-2
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
MATERI PENILAIA WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN N T PS PI BELAJAR
M
2.1 Menjelaskan sistem 1. Taruna mampu menyebutkan • Faktor lingkungan yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 Sri Setyati
produksi tanaman system produksi tanaman mempengaruhi produksi faktor lingkungan yang • Praktek (2) Harjadi,
2. Taruna mampu menjelaskan tanaman mempengaruhi produksi tanaman • pelapora Pengantar
system produksi tanaman • Dasar-dasar pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan n Agronomi
3. Taruna mampu tanaman pertumbuhan dan perkembangan Internet
mengidentifikasi sistem • Dasar-dasar tanaman
produksi tanaman perkembangan tanaman • Taruna melakukan kegiatan praktek
produksi tanaman
4. Taruna dapat menunjukkan
sikap tanggungjawab
terhadap pertumbuhan
tanaman produksi
5. Taruna terampil dalam
merawat tanaman produksi
dengan baik
2.2 Menjelaskan tanah 1. Taruna mampu menjelaskan • Pengertian Tanah • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 1 • Sri
sebagai tempat tumbuh pengertian tanah • Sistem tanah pengertian tanah sebagai media • Praktik (2) Setyati
tanaman 2. Taruna mampu menjelaskan • klasifikasi tanah tumbuh tanaman • Pelapora Harjadi
mengenai system tanah • kesuburan tanah • Taruna diminta untuk mendiskusikan n ,Pengant
3. Taruan mampu menyebutkan • hubungan air, tanaman, sistem tanah: mineral anorganik, ar
klasifikasi tanah tanah bahan organik, organisme tanah, Agrono
4. Taruna mampu • kelembaban tanah atmosfer tanah, dan air tanah mi
mengidentifikasi kesuburan • Taruna diminta untuk melakukan • Internet
tanah dengan teliti identifikasi kesuburan tanah
5. Taruna peduli terhadap berdasarkan sifat fisik tanah dari segi
kesuburan tanah tempat tekstur, struktur, aerasi dan warna

3
ALOKASI
MATERI PENILAIA WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN N T PS PI BELAJAR
M
tumbuh tanaman tanah.
• Taruna diminta untuk
mendeskripsikan kesuburan tanah
berdasarkan sifat kimia tanah,
kandungan zat hara dalam tanah

6. Taruna dapat mempersiapkan • Taruna diminta untuk


lahan dengan baik mendeskipsikan kesuburan tanah
7. Taruna dapat melakukan berdasarkan sifat biologi tanah,
sanitasi lahan sesuai dengan kandungan mikro/makroorganisme
prosedur kerja dalam tanah
8. Taruna dapat mengolah tanah • Taruna diminta untuk mendiskusikan
dengan benar klasifikasi tanah berdasakan
perbedaan iklim
• Taruna diminta untuk mendiskusikan
hubungan antara air, tanaman, dan
tanah
• Taruna diminta untuk
mendeskripsikan kelembaban tanah
dengan pertumbuhan tanaman
2.3 Menjelaskan air 1. Taruna dapat menjelaskan • Fungsi Air Bagi Tanaman • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 2 Sri Setyati
sebagai unsur esensial fungsi air bagi tanaman • Air Tanah sebagai Peranan fungsi air bagi tanaman • Praktik (4) Harjadi,
bagi tanaman 2. Taruna dapat menjelaskan Utama • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Pelapora Pengantar
macam – macam sumber air • Kebutuhan Air Bagi peranan air dalam setiap kegiatan n Agronomi
3. Taruna mampu menentukan Tanaman metabolisme pertumbuhan tanaman Internet
kebutuhan air bagi tanaman • Taruna diminta untuk mendiskusikan
1. Taruna peduli terhadap bahwa air merupakan komponen
ketersediaan air bagi tanaman utama tubuh tanaman
2. Taruna menunjukkan sikap • Taruna diminta untuk mendiskusikan
hati-hati ketika menyiram faktor-faktor yang mempengaruhi
tanaman kebutuhan tanaman terhadap air
3. Taruna mampu menyiram • Taruna diminta untuk menghitung
tanaman tepat waktu dan kebutuhan air bagi tanaman
disiplin sesuai kebutuhan • Taruna diminta untuk melakukan
tanaman penghematan air

4
ALOKASI
MATERI PENILAIA WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN N T PS PI BELAJAR
M
2.4 Menjelaskan cuaca 1. Taruna mampu • Suhu • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 2 • Sri
sebagai faktor penting mendeskripsikan cuaca sebagai • Kelembaban standar suhu yang baik bagi • Lisan (4) Setyati
bagi tanaman faktor penting bagi tanaman • Curah Hujan pertumbuhan tanaman • praktik Harjadi
2. Taruna mampu menyebutkan • Cahaya Matahari • Taruna diminta untuk mendiskusikan ,Pengant
alat – alat yang berhubungan pengertian kelembaban dan standar ar
dengan cuaca kelembaban yang baik bagi agronom
pertumbuhan tanaman yang optimal i
• Internet

3. Taruna dapat menghitung • Taruna diminta untuk mendiskusikan


bulan basah dan bulan pengertian curah hujan dan standar
kering dengan teliti curah hujan yang baik bagi
4. Taruna mampu membaca pertumbuhan tanaman yang optimal
alat – alat pengukur suhu Taruna diminta untuk mendiskusikan
dan kelembaban dengan intensitas cahaya matahari yang baik
teliti bagi pertumbuhan tanaman
5. Taruna mampu Mengoperasikan alat-alat pengatur
menunjukkan cara suhu dan kelembaban
mengantisipasi keadaan
cuaca yang tidak sesuai
dengan kebutuhan iklim
untuk tanaman
2.5 Menjelaskan biotik dan 1. Taruna dapat menjelaskan • Pengertian lingkungan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 Sri Setyati
abiotik sebagai faktor biotik dan abiotik sebagai biotik dan abiotik lingkungan biotik dan abiotik yang • Lisan (2) Harjadi,
yang berpengaruh faktor yang berpengaruh • Jenis-jenis lingkungan berpengaruh bagi pertumbuhan • Praktik Pengantar
terhadap pertumbuhan terhadap pertumbuhan biotik tanaman • Pelapora Agronomi
tanaman tanaman • Jenis-jenis lingkungan • Taruna diminta untuk melakukan n Internet
2. Taruna mampu menjelaskan abiotik observasi lingkungan biotik
jenis – jenis lingkungan • Taruna diminta untuk melakukan
abiotik observasi lingkungan abiotik
3. Taruna mampu menjelaskan
lingkungan biotik
4. Taruna mampu menunjukkan
rasa syukur terhadap
Kebesaran Tuhan YME dalam

5
ALOKASI
MATERI PENILAIA WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN N T PS PI BELAJAR
M
gejala-gejala alam biotik
maupun abiotik
5. Taruna mampu menjaga
lingkungannya untuk tetap
terpelihara dengan baik

2.6 Menjelaskan hubungan 1. Taruna dapat menjelaskan • Pengertian pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 2 Sri Setyati
tanaman dan pengertian pertumbuhan dan dan perkembangan pengertian pertumbuhan • Lisan (4) Harjadi ,
pertumbuhannya perkembangan tanaman • Perbedaan pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik Pengantar
2. Taruna dapat menunjukkan dan perkembangan pengertian perkembangan • Pelapora Agronomi
perbedaan pertumbuhan dan • Faktor-faktor yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan n Internet
perkembangan mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Taruna dapat menyebutkan pertumbuhan tanaman pertumbuhan tanaman
faktor – faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
tanaman
2.7 Menjelaskan 1. Taruna mampu mengenal • komoditas tanaman yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 Sri Setyati
sumberdaya spesifik komoditas tanaman spesifik sesuai dengan agroklimat komoditas tanaman yang sesuai • Tes lisan (2) Harjadi ,
lokasi lokasi • Faktor – faktor yang dengan agroklimat • Observas Pengantar
2. Taruna mampu mempengaruhi sarana • Taruna diminta untuk mendiskusikan i Agronomi
mengidentifikasi sumberdaya prasarana produksi faktor – faktor yang menpengaruhi • Pelapora Internet
spesifik lokasi tanaman sarana prasarana produksi tanaman n
3. Taruna mampu • Taruna diminta untuk melakukan
mendeskripsikan komoditas observasi terhadap sumberdaya
tanaman spesifik lokasi spesifik lokasi sekitar lingkungan
4. Taruna mampu memelihara sekolah
tanaman komoditas spesifik
lokasi

6
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Dasar Produksi Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Mengoperasikan Alat dan Mesin Produksi Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-3
ALOKASI WAKTU : 20 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
3.1 Mengidentifikasi alat 1. Taruna mampu menyebutkan • Jenis-jenis alat dan mesin • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 2 2 Donathus
dan mesin sesuai fungsi alat dan mesin produksi produksi tanaman identifikasi jenis-jenis peralatan dan • Pelaporan (2) Pakpahan dkk.,
fungsinya tanaman • Fungsi jenis – jenis alat mesin yang biasa digunakan dalam Alat Dan
2. Taruna mampu dan mesin produksi produksi tanaman sesuai dengan Mesin
mengklasifikasikan alat sesuai tanaman fungsinya Pertanian
fungsinya • Taruna diminta untuk mendiskusikan Internet
3. Taruna mampu memilah alat fungsi alat dan mesin produksi
dan mesin sesuai jenis dan tanaman
fungsinya
3.2 Menjelaskan prosedur 1. Taruna mampu menyebutkan • Prinsip kerja alat dan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 2 2 Donathus
dari penggunaan alat prosedur penggunaan alat dan mesin prinsip kerja alat dan mesin produksi • Pelaporan (4) Pakpahan dkk,
dan mesin mesin produksi tanaman. • Persyaratan penggunaan tanaman • Observasi Alat Dan
2. Taruna mampu mengikuti alat dan mesin • Taruna diminta untuk mendiskusikan Mesin
prosedur penggunaan alat dan • Kegunaan alat dan mesin persyaratan penggunaan alat dan Pertanian
mesin produksi pertanian • Kelengkapan alat dan mesin produksi INternet
3. Taruna mampu mesin • Taruna diminta untuk mendiskusikan
mengoperasikan alat dan • Kesehatan dan kelengkapan alat dan mesin produksi
mesin pertanian sesuai keselamatan kerja (K3) • Taruna diminta untuk
prosedur penggunaan mengoperasikan alat dan mesin
produksi
• Taruna diminta untuk menerapkan
norma K3 dalam setiap penggunaan
alat dan mesin produksi
3.3 Menyiapkan alat dan 1. Taruna mampu • Menghitung kebutuhan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 2 Donathus
mesin mengidentifikasi kesiapan alat alat dan mesin identifikasi kebutuhan alat dan mesin • Pelaporan (4) Pakpahan
dan mesin produksi tanaman • Kesehatan dan produksi sesuai dengan kegiatan dkk.,Alat Dan
2. Taruna menunjukkan keselamatan (K3) produksi yang akan dilakukan Mesin
persiapan alat dan mesin • Taruna diminta untuk menerapkan Pertanian

7
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
produksi dengan teliti norma K3 dalam mempersiapkan Internet
3. Taruna mampu menyiapkan alat dan mesin
alat dan mesin produksi
tanaman
3.4 Merawat alat dan mesin 1. Taruna mampu menyebutkan • Cara perawatan alat dan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 2 Donathus
prosedur perawatan alat dan mesin secara umum perawatan alat dan mesin produksi • Pelaporan (2) Pakpahan dkk.,
mesin produksi tanaman • Merawat alat dan mesin • Taruna diminta untuk melakukan Alat Dan
2. Taruna mematuhi prosedur sesuai buku petunjuk perawatan sesuai dengan buku Mesin
perawatan alat dan mesin • Norma K3 petunjuk masing – masing alat dan Pertanian
produksi tanaman mesin Internet
3. Taruna mampu merawat alat • Taruna diminta untuk menerapkan
dan mesin produksi tanaman norma K3 dalam merawat alat dan
sesuai buku petunjuk mesin
penggunaan masing – masing
alat dan mesin

8
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman Secara Generatif
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-4
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
BELAJAR
TM PS PI
4.1 Menjelaskan prinsip 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian pembiakkan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 6 6 Soedijanto
pembiakkan tanaman pengertian pembiakkan tanaman secara generatif pengertian pembiakkan tanaman • Lisan (12) dkk.,
secara generatif tanaman secara generatif • Prinsip pembiakkan secara generatif Bercocok
2. Taruna mampu menyebutkan tanaman secara generatif • Taruna diminta untuk Tanam Jilid I
prinsip pembiakkan tanaman mendeskripsikan prinsip-prinsip Internet
secara generatif pembiakkan secara generatif
3. Taruna mampu menunjukkan • Taruna diminta untuk mencatat
contoh pembiakan tanaman prinsip pembiakkan tanaman secara
secara generatif generatif
4.2 Melakukan Pembiakkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Tahapan pembiakkan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 8 Soedijanto
Tanaman Secara prosedur pembiakkan secara generatif persiapan alat dan bahan • Pelaporan (16) dkk.,
Generatif tanaman secara generatif • Macam-macam alat dan pembiakkan • Observasi Bercocok
2. Taruna mempersiapkan alat bahan pembiakkan secara • Taruna diminta untuk melakukan Tanam Jilid I
dan bahan pembiakkan generatif pembiakkan tanaman secara Internet
tanaman secara generatif generatif : penanaman, pemeliharaan
3. Taruna dapat mempraktekkan
pembiakkan tanaman secara
generatif
4.3 Memelihara benih hasil 1. Mampu menyebutkan • Tahapan pemeliharaan • Taruna diminta untuk • Praktik 4 8 Soedijanto
pembiakkan secara prosedur pemeliharaan benih benih mempersiapkan kondisi lingkungan • Pelaporan (16) dkk.,
generatif secara generatif • Mutu benih : mutu fisik, yang sesuai untuk pemeliharaan • Observasi Bercocok
2. Mampu membedakan benih mutu fisologi, dan mutu benih Tanam Jilid I
tanaman yang normal dan genetik • Taruna diminta untuk menjaga Internet
abnormal • Kriteria benih normal dan keadaan mutu benih : mutu fisik dan
3. Taruna mampu memelihara abnormal mutu fisiologi
benih hasil pembiakan • Taruna diminta untuk mendiskusikan
generatif criteria benih mormal dan abnormal

9
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman Secara Vegetatif
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-5
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
KEGIATAN WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
5.1 Menjelaskan prinsip 1. Taruna mampu mengetahui • Pengertian pembiakkan • Taruna diminta untuk • Tes tulis 3 3 Rini Wudianto ,
pembiakkan tanaman prinsip pembiakkan tanaman tanaman secara vegetatif mendiskusikan pengertian • Lisan (6) Membuat Setek,
secara vegetatif secara vegetatif • Prinsip pembiakkan secara pembiakkan tanaman secara Cangkok Dan
2. Taruna mampu menjelaskan vegetatif vegetatif Okulasi
prinsip pembiakkan tanaman • Taruna diminta untuk Internet
secara vegetatif mendeskripsikan prinsip-
3. Taruna mampu menunjukkan prinsip pembiakkan secara
contoh pembiakan tanaman vegetatif
secara vegetatif • Taruna diminta untuk
mencatat prinsip pembiakkan
tanaman secara vegetatif
5.2 Melakukan Pembiakkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Jenis-jenis pembiakkan • Taruna diminta untuk • Praktik 2 4 4 Rini Wudianto ,
Tanaman Secara prosedur pembiakkan tanaman secara vegetatif melakukan setiap tahapan • Pelaporan (8) (16) Membuat Setek,
Vegetatif tanaman secara vegetatif • Tahapan kegiatan setiap kegiatan pembiakkan • Portofolio Cangkok Dan
2. Taruna mampu menunjukkan jenis pembiakkan tanaman tanaman secara vegetatif • Bukti hasil Okulasi
prosedur pembiakan tanaman secara vegetatif antara lain: Sambung, praktik Internet
secara vegetatif Okulasi, Stek, Cangkok,
3. Taruna dapat mempersiapkan Penyusuan, Kultur jaringan
alat dan bahan pembiakkan sesuai dengan prosedur
tanaman secara vegetatif
4. Taruna dapat
mempraktekkan pembiakkan
tanaman secara vegetatif

5.3 Merawat benih hasil 1. Taruna mampu menyebutkan • Tahapan pemeliharaan • Taruna diminta untuk • Praktik 4 4 4 Rini Wudianto ,

10
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KEGIATAN WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
pembiakkan secara prosedur pemeliharaan benih benih melakukan perawatan benih • Pelaporan (8) (16) Membuat Setek,
vegetatif secara vegetatif • Kriteria benih normal dan hasil pembiakan secara • Observasi Cangkok Dan
2. Taruna mampu menjelaskan abnormal generatif: Okulasi
prosedur pemeliharaan bibit • Pemberian sungkup Internet
secara vegetatif • Penyiraman
• Pemupukan
• Pengendalian OPT
4. Taruna mampu membedakan
benih tanaman yang normal
dan abnormal
5. Taruna mampu memilah
bibit yang normal dan
abnormal
6. Taruna mampu memelihara
bibit hasil pembiakan secara
vegetatif

11
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Benih dan Perbenihan
KELAS/ SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan Potensi dan Peran Perbenihan dalam Pertanian
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-1
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI WAKTU
KEGIATAN SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1.1 Menjelaskan peranan 1. Taruna mampu • Pengertian benih tanaman • Taruna diminta untuk • Tes tulis 3 3 • Soedijanto
perbenihan tanaman menyebutkan pengertian dalam pertanian mendiskusikan pengertian • observasi (6) dkk.,
benih tanaman dalam • Peranan benih dalam benih dalam pertanian • Lisan Bercocok
pertanian pertanian • Taruna diberi penjelasan • Praktik Tanam Jilid I
2. Taruna mampu • Klasifikasi benih mengenai pengertian benih • Pelaporan • Internet
menyebutkan perananan • Pengertian benih unggul tanaman dalam pertanian • Modul diklat
benih dalam pertanian • Kriteria benih unggul • Taruna diminta perbenihan
3. Taruna mampu bersertifikat mendiskusikan peranan
menyebutkan kriteria benih benih dalam pertanian
unggul bersertifikat • Taruna diberi penjelasan
4. Taruna mampu mengenai peranan benih
menunjukkan benih dalam dalam pertanian
pertanian • Taruna diberi penjelasan
5. Taruna mampu mengenai kriteria benih
memposisikan benih dalam unggul bersertifikat
pertanian • Taruna diberi penjelasan
mengenai klasifikasi benih
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasikan contoh
benih yang diberikan oleh
perwira diklat
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan pengertian
benih unggul dan
membedakan benih unggul
dan benih bersertifikat
• Taruna diberi penjelasan
tentang pengertian benih

12
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI WAKTU
KEGIATAN SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

unggul dan perbedaan


antara benih unggul dengan
benih bersertifikat
• Taruna diberi kesimpulan
tentang pembelajaran
peranan pembenihan
1.2 Menjelaskan jenis-jenis 1. Taruna mampu • Jenis-jenis dan karakteristik • Taruna mendiskusikan • Tes tulis 4 4 2 • Teknologi
dan karakteristik benih menyebutkan jenis-jenis dan benih tanaman jenis-jenis benih tanaman • Praktik (8) (8) Benih
tanaman karakteristik benih tanaman • Taruna diberi penjelasan • Tes lisan • Modul diklat
2. Taruna mampu tentang jenis-jenis benih • Observasi permbenihan
mendiskusikan jenis-jenis tanaman • Pelaporan • Internet
dan karakteristik benih • Taruna diminta untuk
tanaman mendiskusikan karakteristik
3. Taruna mampu benih tanaman
menunjukkan jenis dan • Taruna diberi penjelasan
karakteristik benih tanaman mengenai karakteristik
4. Taruna mampu benih tanaman
menempatkan jenis dan • Taruna diminta untuk
karakteristik benih tanaman mendiskusikan ciri khusus
secara visual dari benih
• Taruna diberi penjelasan
tentang ciri khusus secara
visual dari benih
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasikan jenis
benih, karakteristik benih
dan ciri khusus dari benih-
benih tanaman yang
diberikan oleh perwira
diklat
1.3 Menjelaskan sifat benih 1. Taruna mampu menjelaskan • Ortodoks • Taruna diberi penjelasan • Tes tulis 2 4 4 • Teknologi
pengertian sifat benih • Rekalsitran mengenai pengertian dan • Praktik (8) (16) Benih
tanaman (ortodoks dan contoh dari benih ortodoks • Pelaporan • Internet
rekalsitran) • Taruna diberi penjelasan • Bukti hasil
2. Taruna mampu mengenai pengertian dan praktik
mengidentifikasi sifat benih contoh dari benih • Observasi

13
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI WAKTU
KEGIATAN SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

tanaman rekalsitran
3. Taruna mampu • Taruna diminta untuk
menunjukkan sifat benih mengidentifikasi sifat-sifat
tanaman dengan tepat benih dari contoh benih
4. Taruna mampu yang diberikan oleh perwira
mengimplementasikan diklat
perlakuan benih sesuai • Taruna diberi penjelasan
dengan sifat benih tanaman tentang teknik penanaman
benih ortodoks dan
rekalsitran
1.4 Menjelaskan perlakuan 1. Taruna mampu • Pengertian dormansi • Taruna diminta untuk • Tes Lisan 2 4 4 • Teknologi
benih menyebutkan prosedur • Prosedur perlakuan benih mendiskusikan pengertian • Praktik (8) (16) Benih
perlakuan benih secara mekanis, fisik, kimia dormansi benih • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu melakukan dan biologi • Taruna diberi penjelasan • Bukti hasil • Modul diklat
perlakuan benih tanaman mengenai pengertian praktik perbenihan
3. Taruna mampu memilih dormansi benih • Internet
prosedur perlakuan benih • Taruna diberi penjelasan
yang ramah lingkungan tentang teknik perlakuan
4. Taruna mampu benih secara fisik/mekanis,
mendemonstrasikan kimia dan biologi
perlakuan benih tanaman • Taruna diminta untuk
melakukan perlakuan benih
secara mekanis/fisik, kimia
dan biologi pada contoh
benih yang diberikan
perwira diklat

14
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Benih dan Perbenihan
KELAS/ SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-2
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI WAKTU
KEGIATAN SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2.1 Menjelaskan tahapan 1. Taruna mampu menjelaskan • Tahapan-tahapan dan proses • Taruna diminta untuk • Tes tulis 3 3 • Teknologi
dan proses tahapan dan proses pembibitan tanaman mendiskusikan tahapan- • Lisan (6) Benih
pembibitan tanaman pembibitan tanaman • Pengertian tentang tahapan dan proses • Praktik • Modul
2. Taruna mampu melakukan pelestarian lingkungan pembibitan • Pelaporan diklat
tahapan dan proses • Taruna diberi penjelasan • Observasi perbenihan
pembibitan tanaman dengan tentang tahapan-tahapan dan • Internet
benar proses pembibitan yang
3. Taruna mampu melakukan sesuai dengan prosedur
tahapan dan proses • Taruna diminta untuk
pembibitan tanaman dengan mempraktekkan langkah-
benar dan memperhatikan langkah dan proses
aspek lingkungan pembibitan tanaman pada
sebuah lahan atau di
Lathhouse dengan
memperhatikan aspek
lingkungan
2.2 Menjelaskan prinsip 1. Taruna mampu menyebutkan • Prinsip-prinsip pembibitan • Taruna diminta untuk • Tes Lisan 4 4 2 • Teknologi
pembibitan tanaman prinsip-prinsip pembibitan tanaman mendiskusikan prinsip- • Praktik (8) (8) Benih
tanaman prinsip pembibitan tanaman • Pelaporan • Modul
2. Taruna mampu menjelaskan • Taruna diberi penjelasan • Portofolio diklat
prinsip-prinsip pembibitan mengenai prinsip-prinsip • Observasi perbenihan
tanaman pembibitan tanaman • Internet
3. Taruna mampu menunjukkan • Taruna diminta melakukan
prinsip-prinsip pembibitan observasi tempat pembibitan
dengan tepat : arah tempat pembibitan,
luas bedengan, jenis
sungkup, untuk persiapan
pembibitan

15
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI WAKTU
KEGIATAN SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR MATERI PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2.3 Menjelaskan kriteria 1. Taruna mampu • Kriteria lahan dan media • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 4 • Teknologi
lahan dan media menyebutkan kriteria lahan pembibitan mendiskusikan kriteria lahan • Praktik (8) (16) Benih
pembibitan dan media pembibitan • Teknik pembersihan lahan dan media pembibitan • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu • Luas bedengan dan naungan • Taruna diberi penjelasan • Observasi
mengidentifikasi lahan dan • Teknik pembuatan bedengan mengenai kriteria lahan dan
media pembibitan sesuai dan naungan media pembibitan
dengan kriteria • Jenis dan ukuran tempat • Taruna diminta melakukan
3. Taruna mampu menunjukkan media tumbuh dalam observasi lahan dan media
criteria lahan dan media polybag/pot pembibitan sesuai dengan
pembibitan • Persiapan media dalam kriteria
polybag/pot
• Fungsi lubang drainase
dalam pertumbuhan bibit

2.4 Menjelaskan ciri dan 1. Taruna mampu menyebutkan • Ciri bibit unggul • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 4 • Teknologi
kriteria bibit yang ciri bibit unggul • Kriteria bibit unggul mendiskusikan ciri-ciri bibit • Praktik (8) (16) Benih
unggul 2. Taruna mampu menyebutkan unggul : genetik dan • Pelaporan • Internet
kriteria bibit unggul fisiologis • Obsevasi
3. Taruna mampu • Taruna diberi penjelasan
mengidentifikasi bibit unggul mengenai kriteria bibit
4. Taruna mampu memilih bibit unggul
unggul sesuai kriteria • Taruna diminta melakukan
observasi mengenai kriteria
bibit unggul

16
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Lahan dan Media Tanam
KELAS/ SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : Menyiapkan lahan dan media
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-3
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

3. 1 Menyiapkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Kriteria tempat • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 2 6 • Modul
tempat kriteria tempat persemaian persemaian mengenai kriteria tempat persemaian
• Pelaporan (12) • LKS
persemaian 2. Taruna mampu • Taruna diberi penjelasan tentang
mengidentifikasi tempat kriteria tempat persemaian • Lahan
persemaian • Taruna diminta melakukan observasi • Internet
3. Taruna mampu menyiapkan mengenai tempat persemaian
tempakan tempat persemaian • Taruna diminta untuk
mempersiapkan tempat persemaian
• Taruna diminta untuk
mempraktikkan tempat persemaian
sesuai kriteria

3. 2 Mengecek 1. Taruna mampu menyebutkan • Macam-macam • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 2 • Modul
jaringan macam-macam jaringan jaringan mendiskusikan tentang macam- • Praktik (8) (8) • Lahan
Irigasi/Sumber irigasi/sumber air irigasi/sumber air macam jaringan irigasi/sumber air
air • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu menyebutkan • Bagian/Komponen • Taruna dimimta untuk
prinsip kerja jaringan • Observasi
jaringan mendiskusikanbagian/komponen
irigasi/sumber air irigasi/sumber air jaringan irigasi
3. Taruna mampu menjelaskan • Prinsip kerja jaringan • Taruna diminta untuk mendiskusikan
bagian/komponen jaringan irigasi/sumber air fungsi jaringan irigasi
irigasi/sumber air
• Taruna diberi penjelasan tentang
4. Taruna mampu mengecek macam-macam jaringan
jaringan irigasi/sumber air irigasi,komponen jaringan irigasi
5. Taruna mampu menampilkan dan prinsip kerja jaringan irigasi
macam- macami irigasi/sumber • Taruna diminta mengecek secara
air berkala tentang jaringan irigasi

17
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

6. Taruna mampu menunjukkan


bagian/komponen
jaringanirigasi/sumber air
7. Taruna mampu
mengoperasikan jaringan
irigasi

3. 3 Mengecek 1. Taruna mampu menyebutkan • Peralatan pengatur • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 4 2 • Modul
pengatur alat-alat pengatur intensitas intensitas cahaya macam-macam alat pengatur intensitas • Praktik (8) (8) • Lahan
intensitas cahaya cahaya matahari (shading) • Syarat tumbuh cahaya
matahari • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu menjelaskan • Fase pertumbuhan • Taruna diberi penjelasan tentang alat
(shading) kebutuhan cahaya matahari • Observasi
tanaman pengatur intensitas cahaya
berdasarkan kebutuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan
tanaman syarat tumbuh tanaman
• Taruna diminta untuk mendiskusikan
fase pertumbuhan tanaman
• Taruna diberi penjelasan tentang fase
pertumbuhan tanaman
• Taruna diminta untuk menghubungkan
kondisi alat dengan syarat iklim mikro
• Taruna diminta untuk menghubungkan
fase pertumbuhan tanaman dengan
intensitas cahaya
• Taruna diminta untuk mempraktikkan
kebutuhan cahaya matahari sesuai
dengan fase pertumbuhan tanaman

3. 4 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian komposisi • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 6 6 • Modul
komposisi media komposisi media tanaman media tentang komposisi media tanaman • Praktik (12) (24) • Referensi
2. Taruna mampu menerapkan • Faktor-faktor yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Pelaporan • Lahan
formulasi media tanaman mempengaruhi formulasi media semai • Observasi • Internet
3. Taruna mampu menunjukkan komposisi media • Taruna diberi penjelasan tentang

18
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

komposisi media tanam • Formulasi media komposisi media tanam


4. Taruna mampu memilih • Taruna dapat mengidentifikasi
formulasi media tanaman komposisi media tanam
5. Taruna mampu membuat • Taruna diminta untuk mempraktikkan
komposisi media komposisi dan formulasi media sesuai
dengan jenis tanaman

3. 5 Mendistribusikan • Taruna mampu • Alat angkut • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 6 6 • Lahan
media ke lokasi mendistribusikan media ke • Tempat pembibitan macam-macam alat angkut media • Praktik (12) (24) • LKS
pemeliharan / tempat pembibitan ketempat pembibitan
penanaman • Pelaporan • Internet
• Taruna mampu menyusun • Taruna diberi penjelasan tentang alat
• Observasi
media di blok/ tempat yang angkut media yang sesuai dengan
ditentukan dalam posisi tegak tempat pembibitan
dan teratur • Taruna diminta mendiskusikan tata
letak pembibitan
• Taruna diberi penjelasan tentang
teknik penataan pembibitan
• Taruna diminta mempraktikkan
pendistribusian media ke lokasi
pembibitan

3. 6 Menjelaskan • Taruna mampu menyebutkan • Jaringan pengangkut • Taruna diminta mendiskusikan • Tes tulisan 4 4 8 • Transportas
transportasi jaringan pengangkut pada tanaman pengertian, dan macam-macam • Diskusi (8) (32) i Benih
benih tanaman • Fungsi-fungsi jaringan jaringan pengangkut pada tanaman • Internet
• Tugas
• Taruna mampu menyebutkan pengangkut tanaman • Mendiskusikan fungsi-fungsi dari
• Pelaporan
fungsi-fungsi jaringan • Sistem transportasi jaringan pengangkut tanaman
pengangkut pada benih benih • Mendiskusikan sistem transportasi
• Taruna mampu menjelaskan benih
sistem transportasi benih

19
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Perawatan Tanaman Induk
KELAS/ SEMESTER : X/2
STANDAR KOMPETENSI : Merawat tanaman sebagai pohon induk
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-4
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
4. 1 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Pengertian pohon induk ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Tes tulis 3 3 • Modul
pemeriksaan pohon menyebutkan ƒ Mendeskripsikan pengertian pohon induk • Lisan (6) • Kebun
induk prinsip-prinsip prinsip-prinsip ƒ Taruna diberi penjelasan tentang • Praktik Plasma
pemeliharaan pemeliharaan pohon pengertian pohon induk • Pelaporan Nutfah
pohon induk induk berdasarkan fungsi ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Pohon induk • Internet
2. Taruna mampu dan sifat-sifat, kultivar persyaratan pohon induk hasil
memilih cara tanaman induk ƒ Taruna diberi penjelasan tentang pemeriksaan
pemeliharaan persyaratan pohon induk
pohon induk ƒ Taruna diminta mempraktikkan
3. Taruna mampu pemeriksaan pohon induk
menjelaskan pohon
induk berdasarkan
fungsi dan sifat-
sifat, kultivar
tanaman induk

4. Taruna mampu
melakukan
pemeriksaan pohon
induk
4. 2 Mengidentifikasi pohon 1. Taruna mampu ƒ Karakteristik jenis ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Tes tulis 4 4 4 • Modul
induk menyebutkan tanaman karakteristik jenis tanaman untuk • Praktik (8) (16) • Kebun
karakteristik/ciri ƒ Identifikasi pohon induk dijadikan sebagai pohon induk • Pelaporan Plasma
khas dari setiap ƒ Taruna diberi penjelasan tentang • Pohon induk Nutfah
jenis tanaman karakterstik jenis tanaman untuk hasil • Internet
untuk dijadikan dijadikan sebagai pohon induk identifikasi
sebagai pohon ƒ Taruna diminta mengidentifikasi
induk pohon induk
2. Taruna mampu

20
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
mengidentifikasi
pohon induk
4. 3 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Penyiraman pohon induk ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Tes tulis 6 24 24 • Modul
pemeliharaan rutin menyebutkan ƒ Penyiangan gulma pada pengertian pemeliharaan tanaman • Praktik (48) (96) • Bahan
prosedur pohon induk ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Pelaporan Tanam
pemeliharaan ƒ Pemupukan pohon induk lingkup pemeliharaan tanaman • Observasi an
pohon induk ƒ Pengendalian HPT pada ƒ Taruna diberi penjelasan tentang • Kebun
2. Taruna mampu pohon induk lingkup pemeliharaan tanaman Plasma
melakukan ƒ Penyeleksian dan ƒ Taruna diberi penjelasan cara Nutfah
pemeliharaan penjarangan buah menghitung kebutuhan • Internet
secara rutin ƒ Pemupukan Mg pada air,pupuk,dan pestisida bagi
pohon induk tanaman
ƒ Pemberian perlakuan ƒ Taruna diminta mempraktikan
khusus pada cabang tentang
pohon induk pemupukan,penyiangan,pengenda
lian hama penyakit
ƒ Taruna diminta mendiskusikan
perlakuan khusus pada tanaman
tertentu
ƒ Taruna diberi penjelasan tentang
perlakuan khusus pada pohon
ƒ Taruna diminta mempraktikan
tentang pemberian zat pengatur
tumbuh,penjarangan,pemangkasa
n

21
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/3
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan tanaman dengan biji (seedling)
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-5
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
5. 1 Memisahkan biji 1. Taruna mampu ƒ Kriteria kematangan ƒ Taruna diminta mendiskusikan kriteria • Tes tulis 4 4 • Modul
dari buah menyebutkan kriteria buah secara fisiologis buah masak morfologis • Praktik (8) • Referensi
(ekstraksi buah) buah masak secara dan morfologis ƒ Taruna diberi penjelasan tentang
fisiologi dan morfologi • Pelaporan • Internet
ƒ Tahapan pemisahan kriteria buah masak morfologi
2. Taruna mampu biji/Ekstraksi buah ƒ Taruna diminta mendiskusikan kriteria
menyebutkan prinsip secara kering dan buah masak fisiologis
pemisahan biji/ekstraksi basah ƒ Taruna diberi penjelasan tentang
buah secara kering dan ƒ Kadar air kriteria masak fisiologi
basah
ƒ Taruna diminta mendiskusikan
3. Taruna mampu
tahapan pemisahan biji/ekstraksi buah
melakukan pemisahan
biji/ekstraksi buah ƒ Taruna diminta mendiskusikan
secara kering dan basah macam-macam teknik pemisahan
biji/ekstraksi buah (secara kering dan
basah)
ƒ Taruna diberi penjelasan tentang
tahapan,macam-macam teknik
pemisahan biji
ƒ Taruna diminta memilih buah yang
siap diekstraksi
ƒ Taruna diminta m enghitung
rendemen biji
5. 2 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Deskripsi benih: fisik ƒ Taruna diminta mendiskusikan • Praktik 2 4 0 • Modul
sortasi benih menyebutkan ciri-ciri dan morfologi deskripsi benih yang baik secara fisik • Pelaporan (8) • Referensi
benih yang baik ƒ Sortasi benih dan morfologi
berdasarkan ciri fisik • Benih hasil • Internet
ƒ Merawat benih hasil ƒ Taruna diberi penjelasan tentang sortasi
dan morfologisnya sortasi deskripsi benih yang baik

22
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
(bernas, utuh, warna ƒ Taruna diminta mendeskripsikan
cerah, ukuran normal, kriteria benih yang baik secara fisik
aroma netral) dan morfologi
2. Taruna mampu ƒ Taruna diminta mendiskusikan teknik
mensortasi benih sortasi benih
ƒ Taruna diberi penjelasan tentang
sortasi benih
ƒ Taruna diminta mempraktikkan sortasi
benih
ƒ Taruna diminta mempraktikan
perawatan benih hasil sortasi
5. 3 Memberi 1. Taruna mampu ƒ Karakteristik benih ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 2 4 • Modul
perlakuan benih menyebutkan jenis-jenis ƒ Definisi dan tujuan karakteristik benih • Pelaporan (8) • Referensi
perlakuan benih secara pemberian perlakuan ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan perlakuan
fisik, kimia, dan biologi • Observasi
benih macam-macam perlakuan benih secara benih
2. Taruna mampu ƒ Macam-macam fisik, kimia dan biologi • Internet
melakukan perlakuan perlakuan benih ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
benih berdasarkan sifat pengertian dan tujuan perlakuan benih
dan karakteristik benih ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi
faktor yang mempengaruhi
perkecambahan
ƒ Taruna diminta untuk melaksanakan
perlakuan benih

5. 4 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Prinsip-prinsip ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 6 6 4 • Modul
penyemaian menyebutkan prinsip- persemaian benih prinsip-prinsip persemaian benih • Praktik (12) (16) • Referensi
prinsip penyemaian ƒ Faktor keberhasilan ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan perlakuan
benih • Pelaporan
persemaian benih macam-macam faktor yang benih
2. Taruna mampu ƒ Prosedur persemaian mempengaruhi keberhasilan persemaian • Lahan
melakukan persemaian secara tebar dan ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Bahan
benih secara tebar dan bumbun/tray macam-macam faktor yang tanam
bumbun/tray ƒ Posisi penanaman mempengaruhi keberhasilan • Internet
benih perkecambahan
ƒ Faktor yang ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
mempengaruhi tipe perkecambahan

23
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
perkecambahan ƒ Taruna diminta untuk melakukan
ƒ Tipe perkecambahan identifikasi faktor yang mempengaruhi
ƒ Proses perkecambahan keberhasilan pesemaian
ƒ Iklim mikro ƒ Taruna diminta untuk menentukan jarak
tanam
ƒ Taruna diminta untuk membuat lubang
semai
ƒ Taruna diminta untuk menyemai benih
ƒ Taruna diminta untuk mengatur iklim
mikro di persemaian
ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
faktor lingkungan yang mempengaruhi
keberhasilan persemaian

24
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/3
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman dengan Stek
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-6
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
6. 1 Menyiapkan bahan 1. Taruna mampu • Macam-macam alat • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 • Modul
stek menyebutkan alat stek stek mendiskusikan macam-macam alat • Praktik (8) • Bahan
2. Taruna mampu • Kriteria tanaman bahan stek • Pelaporan praktik
menyebutkan kriteria stek • Taruna diminta untuk • Portofolio • Internet
tanaman untuk bahan • Kriteria bagian tanaman mendiskusikan persyaratan pohon • Bukti hasil
distek untuk bahan stek induk praktik
3. Taruna mampu (bentuk dan ukuran • Taruna diminta untuk
menyebutkan kriteria potongan) mendeskripsikan kriteria stek yang
bagian tanaman untuk • Bahan stek akar, baik
bahan stek batang, dan daun. • Taruna diminta untuk
4. Taruna mampu • Jenis hormon, mendiskusikan dan
menyiapkan alat dan konsentrasi, dosis, dan mendemonstrasikan cara
bahan stek persyaratan lingkungan pemotongan dan ukuran stek pada
• Hormon perakaran setiap jenis stek
• Karakteristik tanaman • Taruna diminta untuk
• Tanaman yang mudah, mendiskusikan pengaruh
sedang, dan sulit dalam kesegaran stek terhadap
perbanyakan tanaman keberhasilan perbanyakan tanaman
• Taruna diminta untuk
membedakan bahan stek yang baik
dan yang tidak baik.
• Taruna diminta untuk menyimpan
stek dalam boks penyimpanan.
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi ZPT
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi jenis tanaman
dan jenis hormon
• Taruna diminta untuk

25
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
mendiskusikan hubungan jenis dan
konsentrasi hormone berda-sarkan
jenis tanaman
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan hubungan tingkat
kesulitan dan jenis serta dosis
hormon
• Taruna diminta untuk menentukan
ZPT
• Taruna diminta untuk
menggunakan ZPT pada stek
• Taruna diminta untuk memberikan
hormone pada bahan stek
6. 2 Memberi perlakuan 1. Taruna mampu • Macam-macam Zat • Taruna diminta untuk • Tes tulis 4 4 • Modul
khusus pada bahan menyebutkan jenis- Pengatur Tumbuh mengidentifikasi macam-macam • Praktik (8) • Buku
stek yang siap semai jenis perlakuan khusus (ZPT) Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan • Pelaporan pustaka
(pemberian Zat • Prosedur penggunaan kegunaannya • Bukti hasil • Internet
Pengatur Tumbuh) ZPT • Taruna diminta untuk menghitung praktik
pada bahan stek yang kebutuhan Zat Pengatur Tumbuh
siap semai (ZPT)
2. Taruna mampu • Taruna diminta untuk
menyebutkan prosedur mempraktikan prosedur
perlakuan khusus penggunaan ZPT
(Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh)
pada bahan stek yang
siap semai
3. Taruna mampu
melakukan perlakuan
khusus pada bahan
stek yang siap semai
6. 3 Melakukan 1. Taruna mampu • Faktor keberhasilan • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 • Modul
penyemaian bahan menyebutkan prinsip- penyetekan mendiskusikan komponen- • Praktik (8) • Buku
stek prinsip penyemaian • Prosedur penyemaian komponen yang mempengaruhi • Pelaporan pustaka
bahan stek bahan stek keberhasilan penyemaian tanaman • Observasi hasil • Internet
2. Taruna mampu • Penyemaian pada bak • Taruna diminta untuk praktik
menyebutkan prosedur terbuka, dan tertutup mendiskusikan pengaruh jarak

26
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
penyemaian bahan (terkendali) tanam terhadap kualitas bibit
stek • Pengkondisian dalam • Taruna diminta untuk
3. Taruna mampu kegiatan pesemaian, mendiskusikan pengaruh
melakukan aklimatisasi kedalaman penanaman terhadap
penyemaian bahan keberhasilan penyemaian dan
stek penanganan selanjutnya
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi persyaratan
lingkungan iklim mikro dalam
persemaian
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi pengaruh kondisi
lingkungan terhadap keberhasilan
penyemaian.
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi keberhasilan
penanaman stek
• Taruna diminta untuk
menanam/menyemai stek
• Taruna diminta untuk mengatur
kelembaban dalam sungkup,
Mengatur pencahayaan dalam
sungkup, mengatur suhu
lingkungan sungkup
6. 4 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Pengertian sungkup • Taruna diminta untuk • Tes tulis 4 4 0 • Modul
macam-macam menyebutkan • Macam-macam mendiskusikan pengertian dan • Praktik (8) • Buku
Sungkup pengertian sungkup sungkup macam-macam sungkup • Pelaporan pustaka
2. Taruna mampu • Macam-macam alat dan • Taruna diminta untuk • Sungkup hasil • Internet
menyebutkan macam- bahan sungkup mendiskusikan fungsi sungkup praktik
macam sungkup • Prosedur pembuatan dalam pesemaian tanaman
3. Taruna mampu sungkup • Taruna diminta untuk
menyebutkan alat dan • Persiapan kerangka mendiskusikan jenis bahan dan
bahan sungkup sungkup komonal alat dalam pembuatan sungkup
4. Taruna mampu • Sungkup permanen, dan serta fungsinya
menjelaskan prosedur sungkup yang dapat • Taruna diminta untuk
pembuatan sungkup dibuka mendiskusikan cara penutupan

27
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
5. Taruna mampu plastik diatas sungkup secara rapat,
mengidentifikasi dan rapi
macam-macam • Taruna diminta untuk
sungkup mendiskusikan fungsi plastik
sebagai penutup sungkup
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan persyaratan plastik
penutup sungkup,
• Taruna diminta untuk membuat
bilah bambu sebagai kerangka
sungkup,
• Taruna diminta untuk membuat
kerangka sungkup
• Taruna diminta untuk memasang
plastik sungkup
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi macam-macam
sungkup
6. 5 Melakukan penyapih 1. Taruna mampu • Kriteria stek siap sapih • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 2 • Modul
an bibit hasil stek menjelaskan kriteria • Prosedur penyapihan mendiskusikan ciri-ciri bibit yang • Praktik (8) (8) • Buku
hasil stek siap sapih hasil stek siap di sapih, pengaruh kesiapan • Pelaporan pustaka
2. Taruna mampu • Tray pesemaian, bak bibit untuk disapih & keberhasilan • Portofolio • Internet
melaksanakan persemaian, bedeng dalam penyapihan • Sapihan stek
penyapihan hasil stek persemaian • Taruna diminta untuk hasil praktik
• Lubang tanam mendiskusikan persyaratan lubang
• Menyapih bibit hasil tanam
perbanyakan dari stek • Taruna diminta untuk
dan pesemaian dari biji mendeskripsikan pengaruh ukuran
• Menanam bibit ukuran lubang tanam dengan keberhasilan
kecil/sedang penanaman dan kecepatan kerja
• Memelihara stek penanaman
• Penataan polybag pada • Taruna diminta untuk
plot pembibitan mendeskripsikan faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan
penyapihan, cara mencabut bibit
dari pesemaian, persyaratan
lingkungan untuk menampung

28
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
bibit hasil pencabutan.
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan pengaruh posisi
tanam dan kekokohan bibit
terhadap keberhasilan penanaman
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan kriteria stek yang
berhasil
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan cara pemeliharaan
stek
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan tujuan penataan
polybag pada plot pembibitan
• Taruna diminta untuk
mengidentifikasi stek siap sapih
• Taruna diminta untuk
memindahkan tray persemaian,
mencabut bibit
• Taruna diminta untuk membuat
lubang tanam pada media
• Taruna diminta untuk mencabut
bibit dari pesemaian.
• Taruna diminta untuk menanam
dan memelihara stek
• Taruna diminta untuk menyusun
polybag pada plot pembibitan

29
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/3
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan tanaman dengan cara sambung pucuk
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-7
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN T PS PI BELAJAR
M
7.1 Menyiapkan entris 1. Taruna mampu ƒ Kriteria entris yang ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 4 2 • Modul
sebagai bahan menyebutkan kriteria baik kriteria entris yang baik • Praktik (8) (8) • Bahan
sambung pucuk tanaman bahan entris ƒ Syarat bahan entris ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan tanaman
2. Taruna mampu ƒ Faktor yang syarat bahan entris yang baik • Lahan
menyebutkan syarat mempengaruhi ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Internet
bahan entris kesegaran entris kondisi lingkungan yang mendukung
3. Taruna mampu ƒ Prosedur persiapan entris tetap bisa digunakan
menjelaskan prosedur entris ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
persiapan entris faktor yang mempengaruhi kesegaran
4. Taruna mampu entris
mengidentifikasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan,
tanaman bahan entris taruna melakukan identifikasi entris
5. Taruna mampu yang memenuhi kriteria
menyiapkan entris ƒ Taruna diminta untuk menjaga
kesegaran entris
ƒ Taruna diminta untuk menentukan
waktu pemotongan entris
7.2 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Pengertian ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes lisan 6 6 4 • Bahan
sambung pucuk menjelaskan pengertian perbanyakan tanaman faktor-faktor yg mempengaruhi • Praktik (12) (16) tanaman
perbanyakan tanaman secara menyambung keberhasilan penyambungan • Pelaporan • Buku
secara menyambung ƒ Faktor yang ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Portofolio pustaka
2. Taruna mampu mempengaruhi kriteria sayatan pd batang bawah yang • Observasi hasil • Lahan
menjelaskan prosedur keberhasilan dalam benar praktik • Internet
penyambungan penyambungan ƒ Taruna diminta untuk membuat penyambungan
3. Taruna melakukan ƒ Prosedur sayatan pada batang bawah
perbanyakan tanaman penyambungan ƒ Taruna diminta untuk memotong
dengan cara entris sesuai bentuk sayatan pada
menyambung batang bawah

30
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN T PS PI BELAJAR
M
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pemotongan batang bawah yang benar
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pemotongan bahan entris
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
penyisipan entris pada batang bawah
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pengikatan sambungan
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pemberian sungkup
7.3 Menyiapkan 1 Taruna mampu ƒ Pengertian sungkup ƒ Taruna diberi penjelasan dari perwira • Tes lisan 4 8 4 • Bahan
sungkup komunal menyebutkan pengertian komunal diklat, lalu taruna diminta untuk • Praktik (16) (16) Praktik
sungkup komunal ƒ Macam-macam alat menyiapkan alat dan bahan pembuatan • Pelaporan • Buku
2 Taruna mampu dan bahan pembuatan sungkup komunal • Portofolio pustaka
menyebutkan alat dan sungkup komunal ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Observasi • Lahan
bahan pembuatan ƒ Tahapan pembuatan cara pembuatan buatan sungkup sungkup hasil • Internet
sungkup komunal sungkup komunal komunal praktik
3 Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
menyiapkan alat dan cara pemasangan plastik pada kerangka
bahan pembuatan sungkup
sungkup komunal ƒ Taruna diminta untuk membuat
4 Taruna mampu kerangka sungkup komunal
menjelaskan tahapan ƒ Taruna diminta untuk memasang plastik
pembuatan sungkup sungkup
komunal
5 Taruna mampu
melakukan pemasangan
sungkup komunal
7.4 Memelihara bibit 1 Taruna dapat ƒ Tahapan pemeliharaan ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes lisan 4 8 8 • Bahan
hasil sambungan menyebutkan tahapan sambungan syarat iklim mikro penyambungan • Praktik (16) (32) tanaman
pemeliharaan sambungan ƒ Tahapan Pelepasan ƒ Taruna diminta untuk mengatur • Pelaporan • Buku
2 Taruna dapat melakukan sungkup individual kelembaban • Portofolio pustaka
pemeliharaan sambungan ƒ Tahapan pelepasan ƒ Taruna diminta untuk mengendalikan • Observasi hasil • Lahan
ikatan sambungan gangguan HPT pemeliharaan • Internet
ƒ Taruna diminta untuk menyiangi gulma sambungan
ƒ Taruna diminta untuk melepaskan

31
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN T PS PI BELAJAR
M
sungkup individual
ƒ Taruna diminta untuk melepaskan
ikatan sambungan

7.5 Mengidentifikasi 1 Taruna mampu ƒ Faktor-faktor yang ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes lisan 4 8 8 • Modul
karakteristik menyebutkan mem-pengaruhi faktor-faktor yg mempengaruhi • Praktik (16) (32) • Buku
batang bawah karakteristik batang keberhasilan keberhasilan penyambungan • Pelaporan pustaka
bawah penyambungan ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan • Portofolio • Internet
2 Taruna mampu ƒ karakteristik batang kriteria batang bawah yang baik • Bukti hasil
mengidentifikasi bawah yang baik ƒ Taruna diberi penjelasan, lalu taruna identifikasi batang
karakteristik batang diminta untuk mengidentifikasi bawah
bawah batang bawah

32
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/3
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan tanaman dengan cara susuan
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-8
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
8.1 Menyiapkan cabang 1. Taruna mampu • Kriteria entris yang • Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 2 2 • Bahan
pada pohon induk menyebutkan kriteria baik mendiskusikan kriteria entris yang • Praktik (4) (8) tanaman
entris yang baik • Kriteria cabang pohon baik • Pelaporan • Buku
2. Taruna mampu induk yang baik • Taruna diminta untuk • Portofolio pustaka
menjelaskan kriteria mendiskusikan syarat bahan entris • Bukti bahan entris • Lahan
cabang pohon induk yang baik yang dipilih • Internet
yang baik • Taruna diberi penjelasan, taruna
3. Taruna mampu diminta untuk mengidentifikasi
menyiapkan cabang entris yang memenuhi kriteria
pohon induk • Taruna diminta untuk memilih
bahan entris yang baik
8.2 Menyusukan seedling • Taruna mampu • Pengertian penyusuan • Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 4 4 • Bahan
pada pohon induk menyebutkan • Faktor yang mempe- mendiskusikan faktor-faktor yang • Praktik (8) (16) tanaman
pengertian penyusuan ngaruhi keberhasilan mempengaruhi keberhasilan • Pelaporan • Buku
• Taruna mampu dalam penyusuan penyusuan • Portofolio pustaka
menjelaskan faktor yang • Tahapan pemotongan • Setelah diberi penjelasan, taruna • Bukti tanaman • Lahan
mempengaruhi batang bawah yang diminta untuk mengidentifikasi hasil penyusuan • Internet
keberhasilan dalam benar faktor yang mempengaruhi
penyusuan • Tahapan penyayatan keberhasilan penyusuan
• Taruna mampu batang atas • Taruna diminta untuk
menjelaskan tahapan • Tahapan penyisipan mendiskusikan syarat penentu
penyusuan seedling pada batang bawah pada keberhasilan penyatuan entris
pohon induk sayatan cabang entris dengan batang bawah
• Taruna mampu • Tahapan pengikatan • Taruna diminta untuk melakukan
melakukan penyusuan susuan sayatan pada batang bawah dengan
seedling pada pohon benar
induk • Taruna diminta untuk melakukan
penyayatan cabang batang atas

33
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
sesuai bentuk sayatan batang bawah
• Taruna diminta untuk melakukan
pengikatan penyusuan
• Taruna diminta untuk membuat
sayatan pada batang bawah sesuai
prosedur
• Taruna diminta untuk menyayat
cabang entris sesuai bentuk sayatan
pada batang bawah
• Taruna diminta untuk menyisipkan
batang bawah pada sayatan cabang
entris
• Taruna diminta untuk mengikat
batang hasil susuan
8.3 Menyapih bibit hasil 1. Taruna mampu • Kriteria keberhasilan • Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 4 4 • Bahan
susuan menyebutkan kriteria penyusuan mendiskusikan kriteria keberhasilan • Praktik (8) (16) tanaman
keberhasilan penyusuan • Tujuan pemotongan penyusuan • Pelaporan • Buku
2. Taruna mampu cabang secara • Taruna diminta untuk • Portofolio pustaka
menjelaskan tahapan bertahap mendiskusikan tujuan pemotongan • Bukti hasil • Lahan
penyapihan/ • Interval pemotongan cabang secara bertahap penyapihan bibit • Internet
pemotongan hasil cabang • Taruna diminta untuk menentukan hasil susuan
penyusuan • Tahapan penyapihan/ interval tahap pemotongan cabang
pemotongan hasil • Setelah diberi penjelasan, taruna
penyusuan diminta untuk mengidentifikasi
• Penempatan hasil keberhasilan penyusuan
susuan • Taruna diminta untuk memotong
cabang hasil penyusuan sesuai
prosedur
• Taruna diminta untuk menempatkan
hasil susuan pada tempat yang teduh

34
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
8.4 Memelihara bibit hasil 1. Taruna mampu • Tahapan pemeliharaan • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 4 • Bahan
susuan menyebutkan tahapan susuan mendiskusikan syarat iklim mikro • Praktik (8) (16) tanaman
pemeliharaan bibit hasil - Pelepasan ikatan penyusuan • Pelaporan • Buku
susuan susuan • Taruna diminta untuk • Lisan pustaka
2. Taruna mampu - Penyiangan mendiskusikan cara pelepasan ikatan • Lahan
melakukan - Pengendalian HPT susuan sesuai kaidah • Internet
pemeliharaan bibit hasil
- penyiraman • Taruna diminta untuk
susuan mendiskusikan tujuan dan cara
penyiangan
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan gejala gangguan
HPT
• Taruna diminta untuk mengatur
kelembaban
• Taruna diminta untuk melepas
ikatan susuan
• Taruna diminta untuk menyiangi
gulma
• Taruna diminta untuk
mengendalikan HPT
• Taruna diminta untuk melakukan
penyiraman secara rutin

35
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/3
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman dengan cara Okulasi
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-9
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
Menyiapkan entris 1. Taruna mampu ƒ Kriteria entris yang ƒ Taruna diminta untuk ƒ Tes tulis 2 4 4 • Bahan
sebagai bahan mata menyebutkan kriteria baik mendiskusikan kriteria entris ƒ Praktik (8) (16) tanaman
okulasi tanaman bahan entris ƒ Syarat bahan entris yang baik • Buku
sebagai bahan mata okulasi ƒ Faktor yang ƒ Taruna diminta untuk pustaka
2. Taruna mampu mempengaruhi mendiskusikan syarat bahan entris • Lahan
menyebutkan syarat bahan kesegaran entris yang baik • Internet
entris sebagai bahan mata ƒ Prosedur persiapan ƒ Taruna diminta untuk
okulasi entris mendiskusikan kondisi
3. Taruna mampu lingkungan yang mendukung
menjelaskan prosedur entris tetap bisa digunakan
persiapan entris sebagai ƒ Taruna diminta untuk
bahan mata okulasi mendiskusikan faktor yang
4. Taruna mampu mempengaruhi kesegaran entris
mengidentifikasi tanaman ƒ Setelah diberi penjelasan, taruna
bahan entris sebagai bahan diminta untuk melakukan
mata okulasi identifikasi entris yang memenuhi
5. Taruna mampu kriteria
menyiapkan entris ƒ Taruna diminta untuk menjaga
kesegaran entris
ƒ Taruna diminta untuk menentukan
waktu pemotongan entris

36
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
Melakukan okulasi 1. Taruna mampu ƒ Pengertian okulasi dan ƒ Taruna diminta untuk ƒ Praktik 2 6 8 • Bahan
menyebutkan pengertian Faktor yang mendiskusikan pengertian okulasi ƒ Pelaporan (12) (32) tanaman
okulasi dan faktor yang mempengaruhi dan faktor yang mempengaruhi ƒ Lisan • Buku
mempengaruhi keberhasilan okulasi keberhasilan okulasi ƒ Portofolio pustaka
keberhasilan okulasi ƒ Syarat entris yang ƒ Taruna diminta untuk menentukan ƒ Mata tunas hasil • Lahan
2. Taruna mampu baik syarat entris yang baik praktik • Internet
menyebutkan syarat entris ƒ Pengambilan mata ƒ Taruna diminta untuk melakukan
yang baik tempel pengambilan entris sesuai
3. Taruna mampu ƒ Pembuatan jendela prosedur
menjelaskan tahapan okulasi ƒ Taruna diminta untuk
okulasi ƒ Bentuk dan ukuran mendiskusikan syarat
4. Taruna mampu melakukan jendela okulasi pengambilan mata tunas yang
okulasi ƒ Penempelan mata benar
tunas ƒ Taruna diminta untuk
ƒ Pengikatan mata tunas mendiskusikan cara menentukan
ukuran dan bentuk jendela okulasi
ƒ Taruna diminta untuk membuat
jendela okulasi dengan bentuk dan
ukuran yang sesuai dengan mata
tunas
ƒ Taruna diminta untuk mengambil
mata tunas sesuai prosedur
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
penempelan mata tunas/okulasi
dengan syarat keberhasilan
okulasi
ƒ Taruna diminta untuk mengikat
mata tunas

37
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
9.3Memelihara bibit hasil 1. Taruna mampu ƒ Prosedur ƒ Taruna diminta untuk ƒ Praktik 2 4 4 ƒ Bahan
okulasi menyebutkan prosedur pemeliharaan hasil mendiskusikan syarat iklim mikro ƒ Pelaporan (8) (16) tanaman
pemeliharaan bibit hasil okulasi okulasi ƒ Lisan ƒ Buku
okulasi − Pelepasan ikatan ƒ Taruna diminta untuk melepaskan ƒ Portofolio pustaka
2. Taruna mampu melakukan okuasi ikatan okulasi sesuai kaidah ƒ Observasi bibit ƒ Lahan
pemeliharaan bibit hasil − Perundukan batang ƒ Taruna diminta untuk melakukan okulasi hasil ƒ Internet
okulasi bawah perundukan batang bawah pemeliharaan
− Pengajiran hasil ƒ Taruna diminta untuk
okulasi memberikan pengajiran hasil
− Penyiangan okulasi
− Pengendalian HPT ƒ Taruna diminta untuk mengikat
hasil okulasi
ƒ Taruna diminta untuk
mendiskusikan tujuan dan cara
penyiangan
ƒ Taruna diminta untuk
mengendalikan gejala gangguan
HPT

38
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Kultur Jaringan
KELAS/ SEMESTER : XI/4
STANDAR KOMPETENSI : Membiakan Tanaman dengan Teknik Kultur Jaringan
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-10
ALOKASI WAKTU : 180 X 45 menit

ALOKASI
• MATERI • KEGIATAN WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENILAIAN
PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
10.1 Melakukan sterilisasi 1. Taruna mampu • Pengertian sterilisasi • Taruna diminta untuk • Tes Lisan 8 8 6 • Modul
(ruang, alat, bahan menyebutkan (ruang, alat, bahan mendiskusikan pengertian • Praktik (16) (24) • Bahan
tanaman dan media) pengertian sterilisasi tanaman dan media) sterilisasi (ruang, alat dan media) • Pelaporan praktik
(ruang, alat, bahan • Prosedur sterilisasi • Taruna diminta untuk • Portofolio • Internet
tanaman dan media) laboratorium mendiskusikan prosedur • Bukti hasil
2. Taruna mampu • Prosedur sterilisasi, alat sterilisasi praktik (alat,
menjelaskan prosedur bahan, tanaman, media • Setelah mendapatkan penjelasan, bahan tanaman,
sanitasi laboratorium taruna diminta untuk dan media steril)
3. Taruna mampu mengidentifikasi alat dan bahan
melakukan sterilisasi sanitasi dan sterilisasi
alat, bahan tanaman, • Taruna diminta untuk melakukan
media dari sanitasi laboratorium
mikroorganisme • Taruna diminta untuk melakukan
sterilisasi alat, bahan, tanaman,
media
10.2 Menyiapkan bahan 1. Taruna mampu • Pengertian bahan tanam • Taruna diminta untuk • Tes lisan 8 8 6 • Modul
tanam menjelaskan pengertian • Bagian-bagian tanaman mendiskusikan pengertian bahan • Praktik (16) (24) • Buku
bahan tanam (eksplan) yang digunakan untuk tanam (eksplan) • Pelaporan pustaka
2. Taruna mampu eksplan • Taruna diminta untuk • Portofolio • Internet
menyebutkan bagian • Sterilisasi bahan menyiapkan bagian-bagian • Bukti hasil
tanaman yang bisa tanaman tanaman yang bisa dijadikan praktik (bahan
dijasikan sebagai bahan sebagai bahan tanam (eksplan) tanam)
tanam (eksplan) • Taruna diminta untuk melakukan
3. Taruna mampu proses sterilisasi eksplan
mempersiapkan eksplan • Taruna diminta untuk melakukan
sesuai dengan kebutuhan pemotongan eksplan di LAFC
4. Taruna mampu
menyiapkan eksplan siap

39
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
• MATERI • KEGIATAN WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENILAIAN
PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
tanam

10.3 Menyiapkan media 1. Taruna mampu • Cara menimbang • Taruna diminta untuk menimbang • Tes lisan 8 8 8 • Modul
kultur menyebutkan bahan- bahan-bahan larutan bahan larutan stok dengan tepat • Praktik (16) (32) • Buku
bahan yang digunakan stok • Taruna diminta untuk melakukan • Pelaporan pustaka
untuk membuat media • Prosedur pembuatan pembuatan larutan stok • Portofolio Internet
kultur larutan stok • Taruna diminta untuk membuat • Bukti hasil
2. Taruna dapat • Prosedur pembuatans media kultur praktik (media
menjelaskan prosedur media tanam • Taruna diminta untuk melkaukan kultur steril)
pembuatan media kultur • Sterilisasi media sterilisasi media kultur
3. Taruna dapat
menyiapkan media
kultur

10.4 Melakukan inokulasi 1. Taruna dapat • Macam-macam alat dan • Taruna diminta untuk • Tes lisan 8 10 10 • Modul
menyebutkan alat dan bahan penanaman menyiapkan alat dan bahan yang • Praktik (16) (40) • Buku
bahan yang digunakan eksplan/inokulasi digunakan penanaman • Pelaporan pustaka
dalam penanaman • Teknik/prosedur eksplan/inokulasi • Portofolio • Internet
eksplan/inokulasi penanaman • Taruna diminta untuk • Bukti hasil
2. Taruna dapat eksplan/inokulasi melaksanakan penanaman praktik (planlet)
mempersiapkan alat • Teknik subkultur eksplan/inokulasi
dan bahan penanaman
eksplan/inokulasi
3. Taruna dapat
menjelaskan prosedur
penanaman
eksplan/inokulasi
4. Taruna mampu
melakukan penanaman
eksplan/inokulasi
10.5 Menumbuhkan 1. Taruna mampu • Syarat tumbuh planlet • Taruna diminta untuk mengatur • Tes lisan 8 10 10 • Yusnita,
planlet menyebutkan syarat di laboratorium (suhu, kondisi lingkungan (suhu, • Praktik (20) (40) Kultur
tumbuh planlet di kelembaban, dan kelembaban, intensitas cahaya) • Pelaporan Jaringan
laboratorium (suhu, intensitas cahaya) • Taruna diminta untuk melakukan • Portofolio Cara

40
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
• MATERI • KEGIATAN WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENILAIAN
PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
kelembaban, intensitas • Pengamatan hasil pengamatan pertumbuhan planlet • Observasi Memperbany
cahaya) di laboratorium ak
2. Taruna mampu • Tanaman
melakukan pemeliharaan secara efisien
planlet di laboratorium • Internet
10.6 Melakukan 1. Taruna mampu • Macam-macam alat dan • Setelah diberi penjelasan, taruna • Tes lisan 8 10 10 • Modul
aklimatisasi menyebutkan alat dan bahan yang digunakan diminta untuk menyiapkan alat • Praktik (20) (40) • Buku
bahan yang digunakan dalam aklimatisasi dan bahan aklimatisasi • Pelaporan pustaka
dalam aklimatisasi • Ciri-ciri planlet yang • Taruna diminta untuk • Portofolio • Internet
planlet siap diaklimatisasi mendiskusikan kriteria planlet • Bukti hasil
2. Taruna mampu • Prosedur aklimatisasi siap diaklimatisasi praktik
menyebutkan ciri-ciri planlet • Setelah mendapatkan penjelasan (kumpulan
planlet siap aklimatisasi dari perwira diklat, taruna tanaman hasil
3. Taruna mampu diminta untuk melakukan aklimatisasi)
menyiapkan alat dan aklimatisasi platlet
bahan untuk aklimatisasi
platlet
4. Taruna mampu
menjelaskan prosedur
aklimatisasi platlet
5. Taruna mampu
melakukan aklimatisasi
10.7 Mengidentifikasi Zat 1. Taruna mampu • Pengertian ZPT • Taruna diminta untuk • Tes tulis 8 10 10 • Zainal
Pengatur Tumbuh menyebutkan jenis-jenis • Pengelompokkan ZPT mengelompokkan ZPT • Praktik (20) (40) Abidin,
(ZPT) tanaman ZPT • Penggunaan ZPT pada • Taruna diminta untuk • Pelaporan Tentang Zat
2. Taruna mampu kultur jaringan menggunakan ZPT pada kultur • Portofolio Pengantar
mengidentifikasi jaringan Tumbuh
kebutuhan ZPT • Internet

41
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pemeliharaan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/4
STANDAR KOMPETENSI : Melakukan Pemupukan pada Bibit Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-11
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
11.1 Menghitung 1. Taruna mampu • Jenis-jenis pupuk • Taruna diminta untuk • Tes tulis 8 8 • Novizan ,
Kebutuhan Pupuk menyebutkan jenis-jenis • Kandungan pupuk mendiskusikan jenis-jenis pupuk • Lisan (16) Petunjuk
pupuk • Kebutuhan pupuk • Taruna diminta untuk • Praktik Pemupuka
2. Taruna mampu untuk tanaman mendiskusikan kandungan unsur • Pelaporan n yang
menjelaskan kandungan hara dalam setiap jenis pupuk Efektif
pupuk • Taruna diminta untuk • Internet
3. Taruna mampu mendiskusikan fungsi setiap
mengidentifikasi kebutuhan unsur hara yang terkandung
pupuk dengan tepat sesuai dalam pupuk
dengan kebutuhan tanaman • Taruna diminta untuk
menghitung kebutuhan tanaman
terhadap pupuk
11.2 Menjelaskan teknik 1. Taruna mampu • Jenis-jenis teknik • Taruna diminta untuk • Tes tulis 6 8 2 • Kebun
pemupukan pada menyebutkan teknik pemupukan mendiskusikan jenis-jenis teknik • Lisan (16) (8) Plasma
bibit tanaman pemupukan pada bibit • Tahapan pemupukan pemupukan • Praktik Nutfah
tanaman • Norma Kesehatan • Taruna diminta untuk • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu dan Keselamatan mendiskusikan tahapan
menjelaskan tahapan Kerja (K3) pemupukan
pemupukan • Taruna diminta untuk melakukan
identifikasi teknik yang tepat
untuk pemupukan
• Taruna diminta untuk
menerapkan K3 dalam
pemupukan
11.3 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Jenis-jenis pupuk • Taruna diminta untuk • Tes tulis 6 8 2 • Novizan ,
pupuk organik menyebutkan jenis pupuk • Pengertian pupuk mendiskusikan jenis-jenis pupuk • Diskusi (16) (8) Petunjuk
2. Taruna mampu organik • Taruna diminta untuk • Pelaporan hasil Pemupuka

42
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
menjelaskan pengertian • Kandungan dan mendiskusikan pengertian pupuk diskusi n yang
pupuk organik manfaat pupuk organik Efektif
3. Taruna mampu organik • Taruna diminta untuk • Internet
mengidentifikasi pupuk mendiskusikan kandungan dan
organik manfaat penggunaan pupuk
organik
11.4 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Tahapan pemupukan • Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 2 • Novizan ,
waktu yang tepat menyebutkan tahapan • Fase pertumbuhan mendiskusikan tahapan • Diskusi (8) (8) Petunjuk
untuk pemberian pemupukan • Waktu pemupukan pemupukan • Pelaporan Pemupuka
pupuk 2. Taruna mampu dasar • Taruna diminta untuk n yang
menyebutkan waktu yang • Waktu pemupukan mendiskusikan fase pertumbuhan Efektif
tepat untuk melakukan susulan tanaman • Internet
pemupukan • Taruna diminta untuk
3. Taruna mampu mendiskusikan waktu
mengidentifikasi waktu pemupukan yang tepat, baik
yang tepat untuk pemupukan dasar maupun
pemupukan pemupukan susulan
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan dampak dari
waktu pemupukan yang tidak
tepat
11.5 Memupuk bibit 1. Taruna mampu • Jenis-jenis alat dan • Taruna diminta untuk • Tes lisan 4 6 6 • Modul
tanaman menyebutkan alat dan bahan yang mempersiapkan alat dan bahan • Praktik (12) (24) • Bahan
bahan yang diperlukan digunakan dalam yang digunakan dalam • Pelaporan praktik
dalam pemupukan Pemupukan tanaman pemupukan • Observasi • Internet
2. Taruna mampu • Tahapan pemupukan • Taruna diminta untuk
menyiapkan alat dan bahan • Pembersihan menentukan dosis, waktu dan
untuk pemupukan peralatan cara pemupukan
3. Taruna mampu • Taruna diminta untuk melakukan
menjelaskan tahapan pemupukan tanaman
pemupukan • Taruna diminta untuk
4. Taruna mampu melakukan membersihkan peralatan
pemupukan

43
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pemeliharaan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/4
STANDAR KOMPETENSI : Melakukan trasplanting bibit
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-12
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
12. 1 Menyiapkan alat 1. Taruna mampu ƒ Macam-macam alat dan ƒ Taruna diminta untuk • Tes tulis 6 10 • Modul
dan bahan menyebutkan alat dan bahan yang digunakan mendiskusikan macam-macam • Diskusi (20) • Internet
transplanting bahan yang digunakan untuk kegiatan alat dan bahan yang digunakan • Pelaporan
tanaman untuk transplanting transplanting untuk transplanting
2. Taruna mampu ƒ Prosedur penggunaan ƒ Taruna diminta untuk mencoba
menjelaskan prosedur alat yang digunakan untuk mengoperasikan alat-alat
penggunaan alat yang untuk transplanting yang digunakan untuk
digunakan pada transplanting
transplanting ƒ Taruna diminta untuk
3. Taruna mampu menyiapkan alat dan bahan untuk
menyiapkan alat dan bahan transplanting tanaman
yang digunakan untuk
transplanting tanaman
12. 2 Mengidentifikasi 1. Taruna dapat menyebutkan • Pengertian ƒ Taruna diminta untuk • Tes tulis 6 4 6 • Lahan
teknik pengertian transplanting transplanting mendiskusikan pengertian • Diskusi (8) (24) • Bahan
transplanting 2. Taruna dapat menyebutkan • Teknik-teknik transplanting • Pelaporan tanam
teknik-teknik transplanting transplanting ƒ Taruna diminta untuk • Modul
3. Taruna dapat menjelaskan • Tahapan transplanting mendiskusikan faktor-faktor yang • Internet
teknik transplanting mempengaruhi keberhasilan
4. Taruna dapat pemindahan tanaman (penakaran,
mengidentifikasi teknik ukuran bibit musim)
transplanting ƒ Setelah diberi penjelasan taruna
diminta untuk mengidentifikasi
teknik-teknik transplanting
ƒ Taruna diminta untuk
mendiskusikan waktu
pemindahan tanaman

44
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
12. 3 Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Kriteria bibit yang baik ƒ Taruna diminta untuk • Tes lisan 6 4 6 • Bahan
seleksi bibit yang menyebutkan kriteria bibit ƒ Ukuran bibit mendeskripsikan kriteria bibit • Praktik (8) (24) tanam
siap yang siap ditransplanting ƒ Memelihara bibit dalam yang baik berdasarkan • Pelaporan • Modul
transplanting 2. Taruna mampu menseleksi lahan pembibitan morfologinya • observasi • Internet
bibit yang siap ƒ Taruna diminta untuk
ditransplanting mendeskripsikan prinsip-prinsip
pemeliharaan tanaman
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
seleksi bibit
ƒ Taruna diminta untuk memelihara
tanaman
12. 4 Mendisplay bibit 1. Taruna mampu ƒ Pengertian dan prinsip- ƒ Taruna diminta untuk • Tes lisan 6 10 8 • Bahan
di blok menyebutkan pengertian prinsip display mendiskusikan pengertian dan • Praktik (20) (32) tanam
pemeliharaan dan prinsip-prinsip display ƒ Faktor-faktor yang prinsip-prinsip display • Pelaporan • Modul
2. Taruna mampu mempengaruhi ƒ Taruna diminta untuk • Portofolio • Lahan
menyebutkan jenis-jenis kesehatan/kesegaran mendiskusikan faktor-faktor yang • Observasi • Internet
teknik pengangkutan bibit tanaman selama mempengaruhi
secara manual pengangkutan kesehatan/kesegaran tanaman
3. Taruna mampu mendisplay ƒ Teknik pengangkutan selama pengangkutan
bibit di blok pemeliharaan bibit secara manual ƒ Taruna diminta untuk
ƒ Teknik mengangkut mengangkut bibit di blok
menggunakan pemeliharaan
kendaraan ƒ Setelah diberi penjelasan, taruna
diminta untuk mendisplay bibit di
blok pemeliharaan

45
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknk Pemeliharaan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/4
STANDAR KOMPETENSI : Melakukan pemangkasan (pruning) pada bibit tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-13
ALOKASI WAKTU : 36 x 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

13. 1 Menjelaskan 1. Taruna mampu ƒ Maksud dan tujuan ƒ Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 4 • Soedijanto
maksud dan menyebutkan maksud dan Pemangkasan/pruning mendiskusikan maksud • Diskusi (8) dkk.,
tujuan tujuan pemangkasan pemangkasan • Pelaporan Bercocok
pemangkasan 2. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk Tanam Jilid
menjelaskan prinsip- mendiskusikan tujuan I
prinsip pemangkasan pemangkasan • Internet
13. 2 Menyebutkan 1. Taruna mampu ƒ Jenis pemangkasan ƒ Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 • Soedijanto
macam-macam menyebutkan macam- mendiskusikan jenis pemangkasan • Diskusi (8) dkk.,
pemangkasan macam pemangkasan ƒ Taruna diberi penjelasan tentang • Pelaporan Bercocok
2. Taruna mampu macam-macam pemangkasan Tanam Jilid
menjelaskan macam- ƒ Taruna diminta untuk I
macam pemangkasan mengidentifikasi macam-macam • Internet
pemangkasan
13. 3 Menyiapkan alat 1. Taruna mampu ƒ Jenis-jenis peralatan ƒ Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 2 2 • Modul
pemangkasan menyebutkan alat-alat pemangkasan mendiskusikan jenis kegiatan • Praktik (4) (8) • Alat praktik
(pruning) yang digunakan dalam ƒ Keselamatan dan pemangkasan pohon induk • Pelaporan • Internet
pemangkasan kesehatan kerja ƒ Taruna diminta untuk • Bukti hasil
2. Taruna mampu mendiskusikan macam-macam praktik
menyiapkan alat yang alat pemangkasan
digunakan dalam ƒ Taruna diminta untuk
pemangkasan (pruning) menyiapkan alat yang digunakan
untuk pemangkasan
ƒ Taruna diminta untuk
menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja

46
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

13. 4 Melaksanakan 1. Taruna mampu ƒ Bentuk dan teknik ƒ Taruna diminta untuk • Tes tulis 2 4 4 • Modul
pemangkasan menyebutkan teknik pemangkasan mendiskusikan macam-macam • Praktik (8) (16) • Bahan
pemangkasan ƒ Prosedur pemangkasan bentuk pemangkasan • Pelaporan tanaman
2. Taruna mampu memilih ƒ Sanitasi ƒ Taruna diminta untuk • Tanaman hasil • Internet
teknik yang pemangkasan mendiskusikan teknik praktik
3. Taruna mampu pemangkasan pemangkasan
menjelaskan prosedur ƒ Taruna diminta untuk
pemangkasan melaksanakan pemangkasan
ƒ Taruna diminta untuk menangani
hasil pangkasan
13. 5 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Teknik pemangkasan ƒ Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 4 2 • Soedijanto
jenis-jenis menyebutkan teknik mendiskusikan jenis-jenis • Diskusi (8) (8) dkk.,
pemangkasan pemangkasan pemangkasan • Pelaporan Bercocok
2. Taruna mampu ƒ Setelah diberi penjelasan, taruna Tanam Jilid
mengidentifikasi jenis- diminta untuk melakukan I
jenis pemangkasan identifikasi jenis-jenis • Internet
pemangkasan

47
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Teknik Pemeliharaan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : XI/4
STANDAR KOMPETENSI : Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-14
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
14.1 Menjelaskan 1. Taruna mampu • Pengertian • Taruna diminta untuk • Lisan 4 6 2 • Kesehatan
pengertian menyebutkan pengertian Organisme mendiskusikan pengertian • Diskusi (12) (8) Tanaman
Organisme Organisme Pengganggu Pengganggu Organisme Pengganggu Tanaman • Pelaporan • Internet
Pengganggu Tanaman (OPT) Tanaman (OPT) (OPT)
Tanaman (OPT) 2. Taruna mampu • Taruna diberi penjelasan tentang
menjelaskan pengertian pengertian organisme pengganggu
OPT tanaman
• Taruna
14.2 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Jenis-jenis • Taruna diminta untuk • Lisan 4 6 4 • Kesehatan
Jenis-jenis menyebutkan jenis-jenis Organisme mendiskusikan jenis-jenis • Observasi (8) (16) Tanaman
Organisme Organisme Pengganggu Pengganggu Organisme Pengganggu Tanaman • Pelaporan • Internet
Pengganggu Tanaman (OPT) Tanaman (OPT) (OPT) : Hama Tumbuhan, Penyakit
Tanaman (OPT) 2. Taruna mampu • Ciri-ciri Tumbuhan, dan Gulma Tumbuhan
menjelaskan ciri-ciri Organisme • Taruna diminta untuk melakukan
Organisme Pengganggu Pengganggu observasi contoh-contoh dari setiap
Tanaman (OPT) Tanaman (OPT) jenis OPT di lapangan
3. Taruna mampu • Gejala-gejala • Taruna diminta untuk melakukan
menjelaskan gejala-gejala serangan observasi gejala-gejala serangan
serangan Organisme Organisme dari OPT di lahan
Pengganggu Tanaman Pengganggu • Setelah diberi penjelasan, taruna
(OPT) Tanaman (OPT) diminta untuk melakukan
4. Taruna mampu identifikasi jenis-jenis Organisme
mengidentifikasi jenis-jenis Pengganggu Tanaman (OPT)
Organisme Pengganggu
Tanaman (OPT)

48
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
14.3 Mengendalikan 1. Taruna mampu • Pengertian • Taruna diminta untuk • Tes tulis 4 8 4 • Kesehatan
Jenis-jenis menjelaskan teknik-teknik pengendalian mendiskusikan pengertian • Praktik (16) (16) Tanaman
Organisme pengendalian OPT secara secara kimiawi pengendalian OPT secara kimiawi • Pelaporan • Internet
Pengganggu kimiawi • Jenis-jenis bahan • Taruna diminta untuk
Tanaman (OPT) 2. Taruna mampu kimia mendiskusikan jenis-jenis bahan
Baik Secara mengidentifikasi gejala • Penggolongan kimia pembasmi OPT
Kimiawi serangan OPT bahan kimia • Taruna diminta untuk
3. Taruna mampu menghitung • Gejala serangan mendiskusikan penggolongan
tingkat serangan OPT OPT bahan-bahan kimia dari segi cara
4. Taruna mampu • Tingkat Serangan masuknya; sistemik, kontak
menentukan tindakan • Teknik langsung
pengendalian OPT pelaksanaan • Taruna diminta untuk melakukan
5. Taruna mampu pengendalian observasi gejala serangan OPT di
mengendalikan OPT OPT secara lahan
kimiawi • Taruna diminta untuk menghitung
• Pengendalian tingkat serangan OPT
secara organik • Taruna diminta untuk menghitung
• Kesehatan dan dosis pemakaian untuk
Keselamatan pengendalian OPT yang tepat
Kerja (K3) disesuaikan dengan tingkat serangan
• Taruna diminta untuk menerapkan
prosedur pemakaian bahan kimia
• Taruna diminta untuk melaksanakan
pengendalian OPT dengan bahan
kimia
• Taruna diminta untuk menerapkan
norma K3 dalam pengendalian OPT
secara kimia
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan pengendalian
dengan menggunakan bahan-bahan
organik
14.4 Mengendalikan 1. Taruna mampu • Pengertian • Taruna diminta untuk • Tes Lisan 4 8 4 • Kesehatan
Jenis-jenis menjelaskan teknik-teknik pengendalian mendiskusikan pengertian • Praktik (16) (16) Tanaman
Organisme pengendalian OPT secara secara teknis pengendalian OPT secara teknis • Pelaporan • Internet
Pengganggu teknis • Gejala serangan • Taruna diminta untuk melakukan
Tanaman (OPT) 2. Taruna mampu OPT observasi gejala serangan OPT di

49
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
Baik Secara mengidentifikasi gejala • Tingkat Serangan lahan
Teknis serangan OPT • Teknik-teknik • Taruna diminta untuk menghitung
3. Taruna mampu menghitung pelaksanaan tingkat serangan OPT
tingkat serangan OPT pengendalian • Taruna diminta untuk menentukan
4. Taruna mampu OPT secara teknik pengendalian OPT secara
menentukan tindakan teknis teknis
pengendalian OPT secara • Pengendalian • Taruna diminta untuk melaksanakan
teknis secara organik pengendalian OPT dengan bahan
5. Taruna mampu • Kesehatan dan teknis
mengendalikan OPT Keselamatan • Taruna diminta untuk menerapkan
Kerja (K3) norma K3 dalam pengendalian OPT
secara teknis
• Taruna diminta untuk
mendiskusikan pengendalian
dengan menggunakan bahan-bahan
organik
14.5 Mengendalikan 1. Taruna mampu • Pengertian • Taruna diminta untuk • Lisan 4 6 4 • Kesehatan
Jenis-jenis menjelaskan teknik-teknik pengendalian mendiskusikan pengertian • Praktik (12) (16) Tanaman
Organisme pengendalian OPT secara secara biologi pengendalian secara biologi • Pelaporan • Internet
Pengganggu biologi • Gejala serangan • Taruna diminta untuk
Tanaman (OPT) 2. Taruna mampu OPT mendeskripsikan macam-macam
Baik Secara mengidentifikasi gejala • Tingkat Serangan pengendalian secara biologi; musuh
Biologi serangan OPT • Teknik-teknik alami dan varietas tahan
3. Taruna mampu menghitung pelaksanaan hama/penyakit
tingkat serangan OPT pengendalian OPT • Taruna diminta untuk menghitung
4. Taruna mampu secara biologi tingkat serangan OPT
menentukan tindakan • Pengendalian • Taruna diminta untuk
pengendalian OPT secara secara organik mendeskripsikan teknik
biologi • Kesehatan dan pengendalian secara biologi
5. Taruna mampu Keselamatan Kerja • Taruna diminta untuk menerapkan
mengendalikan OPT (K3) norma K3 dalam pengendalian OPT
secara biologi

50
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Manajemen Pemasaran
KELAS/ SEMESTER : XII/5
STANDAR KOMPETENSI : Mendistribusikan Bibit Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-15
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR 1. INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
15. 1 Melakukan 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Persyaratan alat ƒ Taruna diminta untuk • Tes lisan 2 2 12 • Modul
loading (menata) syarat alat transportasi transportasi untuk mendiskusikan persyaratan alat • Praktik (4) (48) • Refensi
bibit tanaman untuk pengangkutan bibit pengangkutan bibit transportasi • Pelaporan • Internet
pada alat tanaman tanaman ƒ Taruna diminta untuk • Observasi
transportasi 2. Taruna mampu menjelaskan ƒ Faktor-faktor mendiskusikan persyaratan
faktor-faktor keberhasilan keberhasilan kondisi pengangkutan
pengangkutan bibit pengangkutan bibit berdasarkan jenis, dan ukuran
3. Taruna mampu ƒ Prosedur penataan bibit bibit, serta tujuan penggunaan
mengidentifikasi alat dalam kemasan bibit
transport yang akan ƒ Prosedur penataan ƒ Taruna diminta untuk
digunakan yang disesuaikan kemasan dalam alat mendiskusikan persyaratan
dengan jumlah dan kondisi transportasi performansi bibit
bibit ƒ Taruna diminta untuk
4. Taruna mampu menata bibit mendiskusikan faktor-faktor yang
dalam kemasan bibit mempengaruhi keselamatan bibit
5. Taruna mampu menata ƒ Taruna diminta untuk
kemasan dalam alat mendiskusikan faktor-faktor yang
transportasi mempengaruhi keberhasilan
pengangkutan bibit
ƒ Taruna diminta untuk
menentukan kapasitas minimal
dan maksimal alat angkut
ƒ Taruna diminta untuk
menyiapkan alat transportasi
ƒ Taruna diminta untuk
menetapkan jumlah kemasan
dalam alat angkut
ƒ Taruna diminta untuk menata

51
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR 1. INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
bibit dalam kemasan/mengemas
bibit
ƒ Taruna diminta untuk menata
kemasan dalam alat transportasi

15. 2 Mengangkut bibit 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Faktor-faktor yang ƒ Taruna diminta untuk menangani • Lisan 4 4 12 • Modul
tanaman faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruh cuaca terhadap • Observasi (8) (48) • Bahan
mempengaruhi keberhasilan keberhasilan keberhasilan • Praktik tanaman
pengangkutan bibit pengangkutan bibit pengangkutan/kesegaran bibit • Pelaporan • Internet
2. Taruna mampu mengangkut ƒ Teknik menaikkan ƒ Taruna diminta untuk menangani
bibit sesuai dengan prosedur bibit ke alat angkut pengaruh guncangan terhadap
pengangkutan bibit ƒ Teknik penurunan kesegaran bibit
bibit dari alat angkut ƒ Taruna diminta untuk menjaga
bibit dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kesegaran bibit
ƒ Taruna diminta untuk menaikkan
kemasan bibit ke alat angkut
ƒ Taruna diminta untuk
mengemudikan alat angkutan
ƒ Taruna diminta untuk
menurunkan kemasan bibit dari
alat angkut

52
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Manajemen Pemasaran
KELAS/ SEMESTER : XII/5
STANDAR KOMPETENSI : Memasarkan Bibit
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-16
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
MATERI SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN WAKTU
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
16.1 Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Pengertian harga • Taruna diminta untuk • Tes tulis 6 6 6 • Soedijanto
harga jual mengidentifikasi kualitas produk mendiskusikan pengertian harga • Praktik (12) (24) dkk.,
produk yang akan dijual • Tingkatan kualitas produk • Pelaporan Bercocok
2. Taruna mampu suatu produk • Taruna diminta untuk melakukan Tanam
menentukan harga jual • Riset pasar riset pasar untuk harga jual Jilid I
produk • Penentuan harga jual produk • Internet
• Taruna diminta untuk
menganalisis biaya produksi
• Taruna diminta untuk
menentukan harga jual produk
16.2 Merencanakan 1. Taruna dapat • Pengertian sasaran dan • Taruna diminta untuk melakukan • Tes tulis 4 8 6 • Soedijanto
sasaran dan target mengidentifikasi target riset pasar untuk menentukan • Lisan (16) (24) dkk.,
penjualan kebutuhan pasar • Riset pasar sasaran dan target penjualan • Praktik Bercocok
2. Taruna dapat melakukan • Analisis kebutuhan • Taruna diminta untuk melakukan • Pelaporan Tanam
perencanaan sasaran dan pasar identifikasi kebutuhan pasar Jilid I
target penjualan • Taruna diminta untuk • Internet
menentukan sasaran dan target
penjualan
16.3 Mengidentifikasi 1. Taruna dapat menjelaskan • Pengertian promosi • Taruna diminta untuk • Tes tulis 4 6 8 • Soedijanto
strategi promosi pengertian, teknik dan • Teknik promosi mendiskusikan pengertian, teknik • Diskusi (12) (32) dkk.,
strategi promosi • Strategi promosi dan strategi promosi • Praktik Bercocok
2. Taruna dapat • Setelah diberi penjelasan, taruna • Pelaporan Tanam
mengidentifikasi strategi diminta untuk mendeskripsikan Jilid I
promosi dengan tepat teknik-teknik promosi : Langsung • Internet
3. Taruna mampu melakukan (pameran produk, door to door,
promosi barang dan jasa pemberian produk secara gratis;
dan tidak langsung (propaganda,
leaflet, booklet, seminar,
lokakarya, diskusi panel
keunggulan produk dll)

53
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

• Taruna diminta untuk


menentukan strategi promosi
16.4 Mengidentifikasi 1. Taruna dapat menjelaskan • Pengertian system • Taruna diminta untuk • Tes tulis 4 8 6 • Soedijanto
sistem penjualan pengertian sistem penjualan mendiskusikan pengertian system • Diskusi (16) (24) dkk.,
penjualan • Faktor-faktor penjualan • Praktik Bercocok
2. Taruna dapat menjelaskan keberhasilan penjualan • Setelah diberi penjelasan, taruna • Pelaporan Tanam
faktor-faktor keberhasilan • System penjualan diminta untuk mengidenifikasi Jilid I
penjualan faktor-faktor keberhasilan • Internet
3. Taruna dapat penjualan : kondisi lapangan,
mengidentifikasi sistem lingkungan budaya, trend produk,
penjualan dengan tepat kebiasaan adat istiadat,
4. Taruna mampu melakukan kemampuan daya beli
penjualan barang atau jasa masyarakat, tingkat kegunaan
produk
• Taruna diminta untuk
menentukan System penjualan :
selling (langsung dari pengusaha
kepada konsumen) dan marketing
(distributor, agen, dan pengecer)

54
KURIKULUM SMK NEGERI 2 SUBANG

NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG


KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PEMBIBITAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN
MATA PELAJARAN : Manajemen Pemasaran
KELAS/ SEMESTER : XII/5
STANDAR KOMPETENSI : Menganalisis Usaha Pembibitan Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.KK-17
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

ALOKASI
MATERI SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN WAKTU
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
17.1 Pembukuan Hasil 1. Taruna mampu membuat • Pembukuan hasil • Taruna diminta untuk menghitung • Tes tulisan 12 12 • Soedijanto
Penjualan pembukuan hasil penjualan penjualan buku kas harian • Diskusi (24) dkk.,
2. Taruna mampu mencatat • Taruna diminta untuk menghitung • Hasil perhitungan Bercocok
debet dan kredit neraca keuangan neraca keuangan Tanam
3. Taruna mampu menuliskan Jilid I
pembukuan penjualan • Internet
17.2 Menghitung Biaya 1. Taruna mampu menghitung • Perhitungan biaya • Taruna diminta untuk melakukan • Tes tulisan 12 12 6 • Soedijanto
Produksi biaya produksi produksi analisis usaha suatu kegiatan • Praktik (24) (24) dkk.,
2. Taruna mampu merinci produksi di lahan • Hasil analisis usaha Bercocok
biaya tetap dan biaya tidak produksi Tanam
tetap Jilid I
3. Taruna mampu • Internet
mengkalkulasi biaya
produksi
17.3 Menghitung 1. Taruna mampu menghitung • Perhitungan • Taruna diminta untuk melakukan • Tes tulisan 8 10 • Soedijanto
Pendapatan pendapatan pendapatan analisis usaha suatu kegiatan • Praktik (20) dkk.,
2. Taruna mampu produksi di lahan • Hasil analisis usaha Bercocok
mengkalkulasi untung dan produksi Tanam
rugi Jilid I
3. Taruna mampu • Internet
mengkalkulasi BEP dan
R/C ratio

55
NAMA SEKOLAH
Kompetensi Keahlian
: SMK NEGERI 2 SUBANG
: Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
Contoh
MATA PELAJARAN : Dasar Kompetensi Kejuruan SILABUS PRODUKTIF
KELAS/SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Mengenal komoditas hasil pertanian
KODE KOMPETENSI : 114.DKK-1
ALOKASI WAKTU : 36 x 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR PENILAIAN SUMBER BELAJAR
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
TM PS PI
1. 1 Menggolongkan ƒ Mampu mengidentifikasikan ƒ Penggolongan komoditas ƒ Taruna memahami konsep ƒ Penilaian 8 2 • Dwiari,S.R.,dkk,2008,Teknologi
komoditas hasil jenis-jenis komoditi hasil hasil pertanian penggolongan komoditas praktek (4) Pangan, Jilid 1, Dit.PSMK,
pertanian pertanian berdasarkan sifat berdasarkan sifat fisik- hasil pertanian berdasarkan Depdiknas
ƒ Penilaian
fisik-morfologis, mekanis, morfologis karakteristik/sifatnya • Muchtadi, dkk, 1992, Pengetahuan
komposisi kimia/komponen hasil kerja
Bahan Hasil Pertanian, PAU, IPB-
zat gizinya dan fisiologis ƒ Penggolongan komoditas ƒ Taruna membuat daftar kelompok
Bogor
hasil pertanian komoditi hasil pertanian
ƒ Penilaian • Kartasapoetra, Ir.A.G., 1994,
ƒ Mampu menggolongkan berdasarkan sifat mekanis yang mereka ketahui dalam
sikap Teknologi Penganan Pasca Panen,
komoditi hasil pertanian kehidupan sehari-hari
dengan cermat dan teliti ƒ Penggolongan komoditas Rineka Cipta-Jakarta
hasil pertanian ƒ Taruna menggolongkan ƒ Penilaian • Bahan ajar/materi dari internet
dengan metode evaluasi
observasi/pengamatan berdasarkan komposisi komoditi hasil pertanian
kimia/komponen zat yang mereka ketahui tertulis
langsung
gizinya berdasarkan sifat-sifatnya ƒ Penilaian
ƒ Taruna dapat menulis hasil yang terangkum dalam evalusi lisan
kegiatan observasi dengan ƒ Penggolongan komoditas konsep atau landasan teoritis
tata bahasa yang baik dan hasil pertanian melalui kegiatan diskusi ƒ Pengamatan
benar berdasarkan sifat fisiologis /observasi
ƒ Taruna membuat
ƒ Taruna menujukan rasa kesimpulan dari hasil
syukur atas keanekaragaman diskusi
komoditi hasil paertanian
sebagai kekayaan hayati
Indonesia
ƒ Taruna dapat menggolongkan
komoditi hasil pertanian
berdasarkan
sifat/karakteristiknya

1
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR PENILAIAN SUMBER BELAJAR
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
TM PS PI
1. 2 Menguji sifat-sifat ƒ Taruna dapat menjelaskan ƒ Pengujian sifat fisik- ƒ Taruna membaca modul ƒ Penilaian 6 6 • Dwiari,S.R.,dkk,2008,Teknologi
komoditas hasil dan mengidentifikasikan morfologis komoditi hasil konsep pengujian praktek (8) Pangan, Jilid 1, Dit.PSMK,
pertanian pengujian komoditi hasil pertanian yaitu bentuk, sifat/karakteristik komoditas ƒ Penilaian hasil Depdiknas
pertanian secara fisik,fisiko warna, ukuran atau hasil pertanian kerja • Muchtadi, dkk, 1992,
kimia, kimia, mikrobiologis dimensi ƒ Taruna menguji sifat fisik- kelompok Pengetahuan Bahan Hasil
dan organoleptik ƒ Pengujian sifat mekanis morfologis komoditi hasil ƒ Penilaian sikap Pertanian, PAU, IPB-Bogor
ƒ Taruna dapat melakukan komoditi hasil pertanian pertanian yang mereka ƒ Penilaian • Kartasapoetra, Ir.A.G., 1994,
pengujian komoditi hasil yaitu kekerasan, ketahui dalam kehidupan evaluasi Teknologi Penganan Pasca Panen,
pertanian secara fisik,fisiko konsistensi, kerapuhan. sehari-hari melalui kegiatan tertulis Rineka Cipta-Jakarta
kimia, kimia, mikrobiologis ƒ Pengujian sifat kandungan diskusi ƒ Penilaian • Bahan ajar/materi dari internet
dan organoleptik gizi komoditi hasil ƒ Taruna membuat evalusi lisan
ƒ Taruna menunjukan sikap pertanian yaitu kandungan kesimpulan dari hasil ƒ Pengamatan
patuh terhadap prosedur karbohidrat, protein, lemak diskusi /observasi
pengujian dan air
ƒ Pengujian sifat fisiologis
ƒ Taruna menunjukan sikap komoditi hasil pertanian
cermat dan teliti selama yaitu respirasi, transpirasi
melakukan pengujian dan klimakterik/non
komoditi hasil pertanian klimakterik

ƒ Taruna mematuhi pentingnya


menjaga kualitas bahan baku
berupa komoditi hasil
pertanian agar dihasilkan
produk olahan dengan
kualitas baik

2
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR PENILAIAN SUMBER BELAJAR
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
TM PS PI
1. 3 Mendeskripsikan ƒ Mampu mendeskripsikan ƒ Kerusakan fisiologis ƒ Taruna membaca modul ƒ Penilaian 4 2 • Dwiari,S.R.,dkk,2008,Teknologi
kerusakan kerusakan fisiologis komoditi komoditi hasil pertanian tentang macam-macam praktek (8) Pangan, Jilid 1, Dit.PSMK,
komoditas hasil hasil pertanian ƒ Kerusakan patogenik kerusakan berdasarkan ƒ Penilaian hasil Depdiknas
pertanian ƒ Mampu mendeskripsikan komoditi hasil pertanian sifat/karakteristiknya pada kerja • Muchtadi, dkk, 1992,
kerusakan patogenik komoditi hasil pertanian kelompok Pengetahuan Bahan Hasil
komoditi hasil pertanian ƒ Taruna mengamati dan ƒ Penilaian sikap Pertanian, PAU, IPB-Bogor
ƒ Taruna menunjukan sikap mendiskudikan macam- ƒ Penilaian • Kartasapoetra, Ir.A.G., 1994,
cermat dan teliti selama macam kerusakan evaluasi Teknologi Penganan Pasca Panen,
melakukan pengamatan berdasarkan tertulis Rineka Cipta-Jakarta
terhadap kerusakan komoditi sifat/karakteristiknya pada ƒ Penilaian • Bahan ajar/materi dari internet
hasil pertanian komoditi hasil pertanian evalusi lisan
ƒ Taruna membuat ƒ Pengamatan
ƒ Taruna bertanggungjawab kesimpulan dari hasil /observasi
dalam memilih bahan baku diskusi
yang baik agar dihasilkan
produk olahan dengan
kualitas baik

ƒ Taruna menunjukan bersikap


kreatif terhadap bahan baku
komoditi hasil pertanian yang
mengalami kerusakan untuk
dimanfaatkan menjadi bahan
pupuk kompos atau pakan
ternak
ƒ Taruna melakukan
pengamatan dan
mendeskripsikan kerusakan
fisiologis komoditas hasil
pertanian

ƒ Taruna melakukan
pengamatan dan
mendeskripsikan kerusakan
patogenik komoditas hasil
pertanian

3
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI KEGIATAN WAKTU
INDIKATOR PENILAIAN SUMBER BELAJAR
DASAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN
TM PS PI
1. 4 Menguji akibat ƒ Taruna mengidentifikasikan ƒ Metode pengujian akibat ƒ Taruna memahami metode ƒ Penilaian 4 4 • Dwiari,S.R.,dkk,2008,Teknologi
yang timbul oleh dan mengamati akibat yang kerusakan fisiologis dan pengujian akibat kerusakan praktek (8) Pangan, Jilid 1, Dit.PSMK,
kerusakan timbul oleh kerusakan patogenik komoditi hasil fisiologis dan patogenik ƒ Penilaian Depdiknas
komoditas hasil fisiologis komoditi hasil pertanian komoditi hasil pertanian hasil kerja • Muchtadi, dkk, 1992,
pertanian pertanian ƒ Taruna mengamati dan kelompok Pengetahuan Bahan Hasil
ƒ Taruna mengidentifikasikan mendiskusikan pengujian ƒ Penilaian Pertanian, PAU, IPB-Bogor
dan mengamati akibat yang akibat kerusakan fisiologis sikap • Kartasapoetra, Ir.A.G., 1994,
timbul oleh kerusakan dan patogenik komoditi ƒ Penilaian Teknologi Penganan Pasca Panen,
patogenik komoditi hasil hasil pertanian evaluasi Rineka Cipta-Jakarta
pertanian tertulis • Bahan ajar/materi dari internet
ƒ Taruna menerapkan sikap ƒ Penilaian
patuh terhadap prosedur evalusi lisan
pengujian ƒ Pengamatan
ƒ Taruna menunjukan sikap /observasi
cermat dan teliti selama
melakukan pengujian yang
timbul oleh kerusakan
komoditi hasil pertanian
ƒ Taruna bertanggung jawab
dalam menjaga kualitas
bahan baku berupa komoditi
hasil pertanian agar
dihasilkan produk olahan
dengan kualitas baik
ƒ Taruna melakukan pengujian
yang timbul oleh kerusakan
komoditi hasil pertanian
sesuai dengan prosedur
operasional standar

4
SILABUS
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH)
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-1
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
1.1 Mendeskripsikan 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian Keselamatan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Lisan 2 1 1 • Paristiyanti
Keselamatan dan norma-norma kesehatan dan dan Kesehatan Kerja pengertian dari K3 • Praktik (2) (4) Nurwardani
Kesehatan Kerja (K3) keselamatan kerja (K3) • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Observasi , Teknik
2. Taruna mampu menerapkan • Norma Kesehatan Kerja norma kesehatan kerja dalam kegiatan • Pelaporan Pembibitan
K3 dalam setiap kegiatan • Norma Keselamatan produksi tanaman Tanaman
produksi tanaman Kerja • Taruna diminta untuk menerapkan norma dan
3. Taruna mematuhi norma- keselamatan kerja dalam kegiatan Produksi
norma K3 produksi tanaman Benih
4. Taruna mampu • Internet
mengklasifikasikan K3 dalam
kegiatan produksi tanaman
1.2 Menerapkan Pekerjaan 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian SOP • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Lisan 2 2 1 • Rini
Sesuai dengan SOP SOP setiap kegiatan produksi • Contoh SOP dalam pengertian SOP • Praktik (4) (4) Wudianto,
tanaman kegiatan produksi • Taruna diminta untuk melakukan • Pelaporan Petunjuk
2. Taruna mengubah perilaku tanaman kegiatan produksi tanaman : sanitasi, • Observasi Penggunaa
dengan menerapkan pekerjaan • Menerapkan pengolahan lahan, penanaman, n Pestisida
sesuai SOP kedisiplinan pemeliharaan, panen dan dalam • Internet
3. Taruna taat terhadap SOP penggunaan alat dan mesin yang
4. Taruna mampu melaksanakan digunakan dalam produksi tanaman
SOP yang berlaku sesuai dengan SOP
• Taruna diminta untuk menerapkan
kedisiplinan dalam melakukan setiap
SOP kegiatan produksi

1
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

1.3 Menerapkan konsep 1. Taruna mampu menyebutkan • Konsep lingkungan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 4 2 2 • Rini
Lingkungan Hidup konsep lingkungan hidup hidup konsep lingkungan hidup • Pelaporan (4) (8) Wudianto,
2. Taruna mampu menerapkan • Konsep 3 R • Taruna diminta untuk menerapkan • Observasi Petunjuk
konsep lingkungan hidup • Sanitasi lingkungan konsep 3 R Penggunaa
dalam kehidupan • Taruna diminta untuk menerapkan n Pestisida
3. Taruna mampu menerapkan sanitasi lingkungan • Internet
konsep 3 R
(reuse,recycle,reduce)
4. Taruna mampu menjaga
kebersihan lingkungan
1.4 Menerapkan ketentuan 1. Taruna mampu mengenal • Tingkatan kecelakaan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 4 2 • Rini
Pertolongan Pertama Pada tingkat kecelakaan kerja kerja tingkat kecelakaan kerja • Pelaporan (4) Wudianto,
Kecelakaan 2. Taruna mampu mengenal • Prosedur pertolongan • Taruna diminta untuk menerapkan Petunjuk
ketentuan pertolongan pertama pada prosedur pertolongan pertama pada Penggunaa
pertama pada kecelakaan kecelakaan kerja kecelakaan kerja n Pestisida
3. Taruna mampu melakukan • Internet
pertolongan pertama pada
kecelakaan
4. Taruna peduli terhadap
keselamatan kerja dengan
memperhatikan SOP
5. Taruna tanggap terhadap
kejadian kecelakaan kerja
6. Taruna cekatan dalam
memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan

2
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Dasar Produksi Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Mengidentifikasi Tanaman Dan Pertumbuhannya
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-2
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
2.1 Menjelaskan sistem 1. Taruna mampu menyebutkan • Faktor lingkungan yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 • Sri Setyati Harjadi,
produksi tanaman sistem produksi tanaman mempengaruhi produksi faktor lingkungan yang mempengaruhi • Praktek (2) Pengantar
2. Taruna mampu menjelaskan sistem tanaman produksi tanaman • pelaporan Agronomi
produksi tanaman • Dasar-dasar pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Internet
3. Taruna mampu mengidentifikasi tanaman pertumbuhan dan perkembangan
sistem produksi tanaman • Dasar-dasar tanaman
4. Taruna dapat menunjukkan sikap perkembangan tanaman • Taruna melakukan kegiatan praktek
tanggungjawab terhadap produksi tanaman
pertumbuhan tanaman produksi
5. Taruna terampil dalam merawat
tanaman produksi dengan baik
2.2 Menjelaskan tanah 1. Taruna mampu menjelaskan • Pengertian Tanah • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 1 • Sri Setyati Harjadi,
sebagai tempat tumbuh pengertian tanah • Sistem tanah pengertian tanah sebagai media tumbuh • Praktek (2) Pengantar
tanaman 2. Taruna mampu menjelaskan • klasifikasi tanah tanaman • Pelaporan Agronomi
mengenai sistem tanah • kesuburan tanah • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Internet
3. Taruan mampu menyebutkan • hubungan air, tanaman, sistem tanah: mineral anorganik, bahan
klasifikasi tanah tanah organik, organisme tanah, atmosfer
4. Taruna mampu mengidentifikasi • kelembaban tanah tanah, dan air tanah
kesuburan tanah dengan teliti • Taruna diminta untuk melakukan
5. Taruna peduli terhadap kesuburan identifikasi kesuburan tanah berdasarkan
tanah tempat tumbuh tanaman sifat fisik tanah dari segi tekstur,
6. Taruna dapat mempersiapkan struktur, aerasi dan warna tanah.
lahan dengan baik • Taruna diminta untuk mendeskripsikan
6. Taruna dapat melakukan sanitasi kesuburan tanah berdasarkan sifat kimia
lahan sesuai dengan prosedur kerja tanah, kandungan zat hara dalam tanah
7. Taruna dapat mengolah tanah • Taruna diminta untuk mendeskipsikan
dengan benar kesuburan tanah berdasarkan sifat
biologi tanah, kandungan

3
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
mikro/makroorganisme dalam tanah
• Taruna diminta untuk mendiskusikan
klasifikasi tanah berdasakan perbedaan
iklim
• Taruna diminta untuk mendiskusikan
hubungan antara air, tanaman, dan tanah
• Taruna diminta untuk mendeskripsikan
kelembaban tanah dengan pertumbuhan
tanaman
2.3 Menjelaskan air 1. Taruna dapat menjelaskan fungsi air • Fungsi Air Bagi Tanaman • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 2 • Sri Setyati
sebagai unsur esensial bagi tanaman • Air Tanah sebagai fungsi air bagi tanaman • Praktik (4) Harjadi, Pengantar
bagi tanaman 2. Taruna dapat menjelaskan macam – Peranan Utama • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Pelaporan Agronomi
macam sumber air • Kebutuhan Air Bagi peranan air dalam setiap kegiatan • Internet
3. Taruna mampu menentukan Tanaman metabolisme pertumbuhan tanaman
kebutuhan air bagi tanaman • Taruna diminta untuk mendiskusikan
4. Taruna peduli terhadap bahwa air merupakan komponen utama
ketersediaan air bagi tanaman tubuh tanaman
5. Taruna menunjukkan sikap hati- • Taruna diminta untuk mendiskusikan
hati ketika menyiram tanaman faktor-faktor yang mempengaruhi
6. Taruna mampu menyiram tanaman kebutuhan tanaman terhadap air
tepat waktu dan disiplin sesuai • Taruna diminta untuk menghitung
kebutuhan tanaman kebutuhan air bagi tanaman
• Taruna diminta untuk melakukan
penghematan air
2.4 Menjelaskan cuaca 1. Taruna mampu mendeskripsikan • Suhu • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 4 2 • Sri Setyati Harjadi,
sebagai faktor penting cuaca sebagai faktor penting bagi • Kelembaban standar suhu yang baik bagi • Praktek (4) Pengantar
bagi tanaman tanaman • Curah Hujan pertumbuhan tanaman • Pelaporan agronomi
2. Taruna mampu menyebutkan alat – • Cahaya Matahari • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Internet
alat yang berhubungan dengan pengertian kelembaban dan standar
cuaca kelembaban yang baik bagi pertumbuhan
3. Taruna dapat menghitung bulan tanaman yang optimal
basah dan bulan kering dengan • Taruna diminta untuk mendiskusikan
teliti pengertian curah hujan dan standar curah
4. Taruna mampu membaca alat – hujan yang baik bagi pertumbuhan
alat pengukur suhu dan tanaman yang optimal Taruna diminta
kelembaban dengan teliti untuk mendiskusikan intensitas cahaya

4
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
5. Taruna mampu menunjukkan cara matahari yang baik bagi pertumbuhan
mengantisipasi keadaan cuaca yang tanaman
tidak sesuai dengan kebutuhan • Mengoperasikan alat-alat pengatur suhu
iklim untuk tanaman dan kelembaban

2.5 Menjelaskan biotik dan 1. Taruna dapat menjelaskan biotik dan • Pengertian lingkungan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 • Sri Setyati
abiotik sebagai faktor abiotik sebagai faktor yang biotik dan abiotik lingkungan biotik dan abiotik yang • Lisan (2) Harjadi, Pengantar
yang berpengaruh berpengaruh terhadap • Jenis-jenis lingkungan berpengaruh bagi pertumbuhan tanaman • Praktik Agronomi
terhadap pertumbuhan pertumbuhan tanaman biotik • Taruna diminta untuk melakukan • Pelaporan • Internet
tanaman 2. Taruna mampu menjelaskan jenis – • Jenis-jenis lingkungan observasi lingkungan biotik
jenis lingkungan abiotik abiotik • Taruna diminta untuk melakukan
3. Taruna mampu menjelaskan observasi lingkungan abiotik
lingkungan biotik
4. Taruna mampu menunjukkan rasa
syukur terhadap Kebesaran Tuhan
YME dalam gejala-gejala alam
biotik maupun abiotik
5. Taruna mampu menjaga
lingkungannya untuk tetap
terpelihara dengan baik
2.6 Menjelaskan hubungan 1. Taruna dapat menjelaskan • Pengertian pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 2 • Sri Setyati
tanaman dan pengertian pertumbuhan dan dan perkembangan pengertian pertumbuhan • Lisan (4) Harjadi, Pengantar
pertumbuhannya perkembangan tanaman • Perbedaan pertumbuhan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik Agronomi
2. Taruna dapat menunjukkan dan perkembangan pengertian perkembangan • Pelaporan • Internet
perbedaan pertumbuhan dan • Faktor-faktor yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan
perkembangan mempengaruhi faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Taruna dapat menyebutkan faktor – pertumbuhan tanaman pertumbuhan tanaman
faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman
2.7 Menjelaskan 1. Taruna mampu mengenal • komoditas tanaman yang • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 2 1 • Sri Setyati Harjad
sumberdaya spesifik komoditas tanaman spesifik lokasi sesuai dengan agroklimat komoditas tanaman yang sesuai dengan • Tes lisan (2) , Pengantar
lokasi 2. Taruna mampu mengidentifikasi • Faktor – faktor yang agroklimat • Observasi Agronomi
sumberdaya spesifik lokasi mempengaruhi sarana • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Pelaporan • Internet
3. Taruna mampu mendeskripsikan prasarana produksi faktor – faktor yang menpengaruhi
komoditas tanaman spesifik lokasi tanaman sarana prasarana produksi tanaman
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
4. Taruna mampu memelihara • Taruna diminta untuk melakukan
tanaman komoditas spesifik lokasi observasi terhadap sumberdaya spesifik
lokasi sekitar lingkungan sekolah
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Dasar Produksi Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Mengoperasikan Alat dan Mesin Produksi Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-3
ALOKASI WAKTU : 20 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN SUMBER BELAJAR
PEMBELAJARAN
TM PS PI
3.1 Mengidentifikasi alat 1. Taruna mampu menyebutkan fungsi • Jenis-jenis alat dan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 2 2 • Donathus Pakpahan
dan mesin sesuai alat dan mesin produksi tanaman mesin produksi identifikasi jenis-jenis peralatan dan • Pelaporan (2) dkk., Alat Dan
fungsinya 2. Taruna mampu mengklasifikasikan tanaman mesin yang biasa digunakan dalam Mesin Pertanian
alat sesuai fungsinya • Fungsi jenis – jenis alat produksi tanaman sesuai dengan • Internet
3. Taruna mampu memilah alat dan dan mesin produksi fungsinya
mesin sesuai jenis dan fungsinya tanaman • Taruna diminta untuk mendiskusikan
fungsi alat dan mesin produksi tanaman
3.2 Menjelaskan prosedur 1. Taruna mampu menyebutkan • Prinsip kerja alat dan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Praktik 2 2 • Donathus Pakpahan
dari penggunaan alat prosedur penggunaan alat dan mesin mesin prinsip kerja alat dan mesin produksi • Pelaporan (4) dkk, Alat Dan
dan mesin produksi tanaman. • Persyaratan tanaman • Observasi Mesin Pertanian
2. Taruna mampu mengikuti prosedur penggunaan alat dan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Internet
penggunaan alat dan mesin produksi mesin persyaratan penggunaan alat dan mesin
pertanian • Kegunaan alat dan produksi
3. Taruna mampu mengoperasikan alat mesin • Taruna diminta untuk mendiskusikan
dan mesin pertanian sesuai prosedur • Kelengkapan alat dan kelengkapan alat dan mesin produksi
penggunaan mesin • Taruna diminta untuk mengoperasikan
• Kesehatan dan alat dan mesin produksi
keselamatan kerja (K3) • Taruna diminta untuk menerapkan norma
K3 dalam setiap penggunaan alat dan
mesin produksi
3.3 Menyiapkan alat dan 1. Taruna mampu mengidentifikasi • Menghitung kebutuhan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 2 • Donathus Pakpahan
mesin kesiapan alat dan mesin produksi alat dan mesin identifikasi kebutuhan alat dan mesin • Pelaporan (4) dkk.,Alat Dan
tanaman • Kesehatan dan produksi sesuai dengan kegiatan produksi Mesin Pertanian
2. Taruna menunjukkan persiapan alat keselamatan (K3) yang akan dilakukan • Internet
dan mesin produksi dengan teliti • Taruna diminta untuk menerapkan norma
3. Taruna mampu menyiapkan alat dan K3 dalam mempersiapkan alat dan mesin
mesin produksi tanaman
ALOKASI
MATERI WAKTU
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN SUMBER BELAJAR
PEMBELAJARAN
TM PS PI

3.4 Merawat alat dan mesin 1. Taruna mampu menyebutkan • Cara perawatan alat dan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 2 • Donathus Pakpahan
prosedur perawatan alat dan mesin mesin secara umum perawatan alat dan mesin produksi • Pelaporan (2) dkk., Alat Dan
produksi tanaman • Merawat alat dan mesin • Taruna diminta untuk melakukan Mesin Pertanian
2. Taruna mematuhi prosedur sesuai buku petunjuk perawatan sesuai dengan buku petunjuk • Internet
perawatan alat dan mesin produksi • Norma K3 masing – masing alat dan mesin
tanaman • Taruna diminta untuk menerapkan norma
3. Taruna mampu merawat alat dan K3 dalam merawat alat dan mesin
mesin produksi tanaman sesuai
buku petunjuk penggunaan masing
– masing alat dan mesin
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman Secara Generatif
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-4
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
4.1 Menjelaskan prinsip 1. Taruna mampu menyebutkan • Pengertian pembiakkan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 6 6 • Soedijanto dkk.,
pembiakkan tanaman pengertian pembiakkan tanaman tanaman secara generatif pengertian pembiakkan tanaman secara • Lisan (12) Bercocok Tanam
secara generatif secara generatif • Prinsip pembiakkan generatif Jilid I
2. Taruna mampu menyebutkan tanaman secara generatif • Taruna diminta untuk mendeskripsikan • Internet
prinsip pembiakkan tanaman prinsip-prinsip pembiakkan secara
secara generatif generatif
3. Taruna mampu menunjukkan • Taruna diminta untuk mencatat prinsip
contoh pembiakan tanaman pembiakkan tanaman secara generatif
secara generatif
4.2 Melakukan Pembiakkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Tahapan pembiakkan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 8 • Soedijanto dkk.,
Tanaman Secara prosedur pembiakkan tanaman secara generatif persiapan alat dan bahan pembiakkan • Pelaporan (16) Bercocok Tanam
Generatif secara generatif • Macam-macam alat dan • Taruna diminta untuk melakukan • Observasi Jilid I
2. Taruna mempersiapkan alat dan bahan pembiakkan secara pembiakkan tanaman secara generatif : • Internet
bahan pembiakkan tanaman generatif penanaman, pemeliharaan
secara generatif
3. Taruna dapat mempraktekkan
pembiakkan tanaman secara
generatif
4.3 Memelihara benih hasil 1. Mampu menyebutkan prosedur • Tahapan pemeliharaan • Taruna diminta untuk mempersiapkan • Praktik 4 8 • Soedijanto dkk.,
pembiakkan secara pemeliharaan benih secara benih kondisi lingkungan yang sesuai untuk • Pelaporan (16) Bercocok Tanam
generatif generatif • Mutu benih : mutu fisik, pemeliharaan benih • Observasi Jilid I
2. Mampu membedakan benih mutu fisologi, dan mutu • Taruna diminta untuk menjaga keadaan • Internet
tanaman yang normal dan genetik mutu benih : mutu fisik dan mutu
abnormal • Kriteria benih normal dan fisiologi
3. Taruna mampu memelihara abnormal • Taruna diminta untuk mendiskusikan
benih hasil pembiakan generatif criteria benih mormal dan abnormal
NAMA SEKOLAH : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SUBANG
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pembiakan Tanaman
KELAS/ SEMESTER : X/1
STANDAR KOMPETENSI : Membiakkan Tanaman Secara Vegetatif
KODE STANDAR KOMPETENSI : 106.DKK-5
ALOKASI WAKTU : 28 X 45 menit

ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
5.1 Menjelaskan prinsip 1. Taruna mampu mengetahui • Pengertian pembiakkan • Taruna diminta untuk mendiskusikan • Tes tulis 3 3 • Rini Wudianto ,
pembiakkan tanaman prinsip pembiakan tanaman tanaman secara vegetatif pengertian pembiakkan tanaman secara (6) Membuat Stek,
secara vegetatif secara vegetatif • Prinsip pembiakkan vegetatif Cangkok Dan
2. Taruna mampu menjelaskan secara vegetatif • Taruna diminta untuk mendeskripsikan Okulasi
prinsip pembiakan tanaman prinsip-prinsip pembiakkan secara • Internet
secara vegetatif vegetatif
3. Taruna mampu menunjukkan • Taruna diminta untuk mencatat prinsip
contoh pembiakan tanaman pembiakkan tanaman secara vegetatif
secara vegetatif
5.2 Melakukan Pembiakkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Jenis-jenis pembiakkan • Taruna diminta untuk melakukan setiap • Praktik 2 4 4 • Rini Wudianto ,
Tanaman Secara prosedur pembiakkan tanaman tanaman secara vegetatif tahapan kegiatan pembiakkan tanaman • Pelaporan (8) (16) Membuat Stek,
Vegetatif secara vegetatif • Tahapan kegiatan setiap secara vegetatif antara lain: Sambung, Cangkok Dan
2. Taruna mampu menunjukkan jenis pembiakkan Okulasi, Stek, Cangkok, Penyusuan, Okulasi
prosedur pembiakan tanaman tanaman secara vegetatif Kultur jaringan sesuai dengan prosedur • Internet
secara vegetatif
3. Taruna dapat mempersiapkan
alat dan bahan pembiakan
tanaman secara vegetatif
4. Taruna dapat mempraktekkan
pembiakkan tanaman secara
vegetatif

5.3 Merawat benih hasil 1. Taruna mampu menyebutkan • Tahapan pemeliharaan • Taruna diminta untuk melakukan • Praktik 4 4 4 • Rini Wudianto ,
pembiakan secara prosedur pemeliharaan benih benih perawatan benih hasil pembiakan secara • Pelaporan (8) (16) Membuat Stek,
vegetatif secara vegetatif • Kriteria benih normal dan generatif: • Observasi Cangkok Dan
2. Taruna mampu menjelaskan abnormal • Pemberian sungkup Okulasi
prosedur pemeliharaan bibit • Penyiraman • Internet
secara vegetatif • Pemupukan
3. Taruna mampu membedakan
ALOKASI
MATERI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
benih tanaman yang normal dan • Pengendalian OPT
abnormal
4. Taruna mampu memilah bibit
yang normal dan abnormal
5. Taruna mampu memelihara bibit
hasil pembiakan secara vegetatif
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Menyiapkan Lahan
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-1
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Macam-macam data ƒ Taruna diminta untuk menyusun data ƒ Tertulis 4 3 3 (12) ƒ Teknik
karakteristik lahan kondisi lahan melalui kegiatan kondisi lahan : data tanah tanah : jenis tanah, pH tanah, tofografi, ƒ Praktik (6) Budidaya
(topografi) pengamatan dan pengukuran di dan data vegetasi vegetasi melalui kegiatan mengamati , ƒ Laporan tanaman
lapangan ƒ Alat ukur kondisi tanah mengukur, dan mencatat kondisi lahan ƒ Modul
2. Taruna mampu menjelaskan sederhana melalui kegiatan pengamatan dan Mengukur
riwayat penggunaan lahan ƒ Riwayat penggunaan pengukuran di lapangan Luas Lahan
3. Taruna mampu memilih lahan ƒ Taruna diminta untuk menyusun daftar ƒ Modul
karakteristik lahan yang sesuai ƒ Rekording dan riwayat penggunaan lahan : jenis Memilih
untuk lahan produksi tanaman dokumentasi data tanaman, hasil panen, penyakit soil bom Lokasi
4. Taruna mampu mencatat data diseases Budidaya
kondisi lahan dan riwayat ƒ Mengumpulkan dan menyimpan data Tanaman
penggunaan lahan kondisi lahan dan riwayat penggunaan ƒ Internet
lahan secara tertib dan rapi, untuk bahan
pertimbangan dalam perencanaan usaha
tanaman
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Pemupukan dasar ƒ Taruna diminta untuk menentukan jarak ƒ Tertulis 5 4(16) ƒ Teknik
pengaturan jarak dan jarak tanam sesuai jenis tanaman ƒ Jarak tanam, tanam ƒ Praktik Budidaya
jumlah populasi dengan dan topografi ƒ populasi, ƒ Taruna diminta untuk menghitung tanaman
konsep topografi 2. Taruna mampu menghitung ƒ Kriteria bibit siap tanam populasi tanaman ƒ Modul
populasi tanaman sesuai jenis ƒ Penanaman ƒ Taruna diminta untuk melakukan Mengukur
tanaman dan topografi ƒ Dokumentasi penanaman pemuopukan dasar Luas Lahan
3. Taruna mampu memilah ƒ Pengajiran ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Modul
pengaturan jarak tanam sesuai pengajiran Memilih
jenis tanaman dan topografi ƒ Taruna diminta untuk membuat lubang Lokasi
4. Taruna mampu menyiapkan tanam Budidaya
lahan dengan jarak tanam dan ƒ Taruna diminta untuk melakukan Tanaman
jumlah populasi sesuai jenis penanaman ƒ Internet
tanaman dan topografi ƒ Taruna diminta untuk memilih
bibit/bahan tanam
ƒ Taruna diminta untuk
mendokumentasikan hasil kegiatan
penanaman
3. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Petakan/bedengan ƒ Taruna diminta untuk melaksanakan ƒ Tertulis 4 3 (6) ƒ 4(16) ƒ Teknik
pembuatan bedengan petakan/bedengan sesuai dengan ƒ Petunjuk persyaratan prosedur pembuatan bedengan ƒ Praktik Budidaya
media khusus untuk karakteristik tanaman, musim pembuatan bedengan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan tanaman
tanaman tertentu tanam dan kondisi lahan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam ƒ Modul
2. Taruna mampu menentukan arah pembuatan bedengan Mengukur
bedengan yang dibuat sesuai ƒ Taruna diminta untuk melakukan Luas Lahan
dengan kondisi lahan pembuatan bedengan ƒ Modul
Memilih
Lokasi
Budidaya
Tanaman
ƒ Internet
4. Taruna mampu mengolah lahan
dengan membuat bedengan
sesuai sesuai dengan karakteristik
tanaman, musim tanam, kondisi
lahan dan ketentuan yang berlaku
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

4. Membersihkan gulma dan 1. Taruna dapat mengidentifikasi ƒ Jenis – jenis gulma ƒ Taruna diminta untuk menugaskan ƒ Tertulis 2 2 (4) ƒ 4(16) ƒ Modul
sisa tanaman gulma dan sisa tanaman yang ƒ Alat dan bahan pembersih menghapalkan jenis – jenis gulma ƒ Praktik Merawat
mengganggu gulma dan sisa tanaman ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan alat Tanaman I
2. Taruna mampu memilah cara ƒ Jenis bahan kimia dan bahan pembersih gulma dan sisa ƒ Internet
tepat pembersihan gulma pengendali gulma tanaman
3. Taruna mampu membersihkan ƒ Pengendalian gulma ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
gulma dan sisa tanaman sesuai konsep lingkungan pengendalian gulma secara ramah
4. Taruna mampu mengoperasikan lingkungan
alat pembersih gulma ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan jenis
5. Taruna mampu membersihkan bahan kimia pengendali gulma
gulma secara mekanik dan kimia
5. Mengolah tanah 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Kondisi lahan yang akan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan sifat ƒ Tertulis 6 6(12) ƒ 6(24) ƒ Budidaya
kegemburan tanah sesuai dengan digemburkan fisik tanah ƒ Praktik tanaman
persyaratan tanaman ƒ Petunjuk prosedur ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik jilid II
2. Taruna menunjukkan cara penggemburan tanah pengolahan tanah ƒ Internet
pengolahan tanah yang benar ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
3. Taruna mampu mengolah lahan kriteria kegemburan tanah
dengan ukuran petak lahan dibuat ƒ Taruna diminta untuk membuat bedengan
sesuai persyaratan tanaman sesuai standar berdasarkan jenis tanaman
4. Taruna mampu mengolah lahan ƒ Taruna diminta untuk melakukan
dengan kedalaman pengolahan tanah dan penggemburan
penggemburan dibuat sesuai tanah sesuai jenis tanaman
dengan spesifikasi tanaman

6. Memasang mulsa plastik 1. Taruna mampu menghitung ƒ Jarak tanam ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan jarak ƒ Praktik 6 5(10) ƒ 5(20) ƒ Budidaya
kebutuhan mulsa plastik dalam ƒ Prosedur pemasangan tanam tanaman yang sesuai dengan jenis ƒ Tes tulis tanaman
luasan tertentu mulsa plastik dan varietas ƒ Internet
2. Taruna menunjukkan cara ƒ Pelubangan jarak tanam ƒ Taruna diminta untuk menerapkan
pemasangan mulsa plastic yang prosedur pemasangan mulsa plastik
benar ƒ Taruna diminta untuk melakukan
4. Taruna mampu memasang mulsa pemasangan mulsa plastik
plastik sesuai dengan ukuran ƒ Taruna diminta untuk melakukan
bedengan pembuatan pembuatan lubang tanam
3. Taruna mampu melubangi mulsa
plastik sesuai dengan jarak tanam
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Persiapan Bahan Tanam
KELAS/ SEMESTER : XI/ 3
STANDAR KOMPETENSI : Menyiapkan Benih
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-2
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Persiapan bahan-bahan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan kriteria ƒ Tertulis 3 2 (4) ƒ 2(8) ƒ Teknik
karakteristik benih benih yang sesuai persyaratan pesemaian benih ƒ Pelaporan Pembibit
dormansi genetic dan morfologinya ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara an
2. Taruna mampu memilah benih penghitungan kebutuhan benih Tanama
sesuai persyaratan genetik dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik nI
morfologinya perlakuan benih ƒ Petunjuk
3. Taruna mampu memberi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan laborator
perlakuan benih yang akan persyaratan media semai ium uji
disemai sesuai kondisi benih • Taruna diminta untuk memilih benih mutu
sesuai persyaratan genetik dan benih
morfologinya ƒ Internet
• Taruna diminta untuk menghitung
Kebutuhan benih yang akan disemai,
berdasarkan luasan lahan dan sistem
penanaman
• Taruna diminta untuk memberi perlakuan
benih yang akan disemai sesuai kondisi
benih
ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan media
pesemaian sesuai persyaratan teknis dan
ketentuan perusahaan
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2. Menguji daya kecambah 1. Taruna mampu membedakan ƒ Prinsip dan definisi uji ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan jenis- ƒ Praktikum 3 2 (4) ƒ 2(8) ƒ Teknik
benih kriteria benih unggul daya tumbuh benih jenis substrat ƒ Tertulis Pembibit
2. Taruna mampu mendeskripsikan ƒ Menyiapkan alat dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan benih ƒ Pelaporan an
benih normal, abnormal, mati, bahan pengujian daya normal, abnormal, mati, benih sehat tidak Tanama
benih sehat tidak tumbuh tumbuh benih tumbuh nI
3. Taruna mampu menyebutkan ƒ Prosedur penaburan benih ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Petunjuk
jenis-jenis substrat uji daya pada substrat praktikum pengujian daya tumbuh benih laborator
tumbuh benih ƒ Cara penghitungan ium uji
persentasi uji daya mutu
tumbuh benih benih
ƒ Internet

5. Mampu menghitung persentasi ƒ Menjelaskan jenis-jenis


benih hidup dan mati substrat untuk uji daya
6. Taruna mampu memilih kegiatan tumbuh
pengujian benih yang tepat
7. Taruna mampu melakukan
kegiatan pengujian daya
kecambah benih
3. Memberi perlakuan benih 1. Taruna mampu menjelaskan cara ƒ Bahan tanam (stek, biji, ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara ƒ Tertulis 3 2 (4) 2(8) ƒ Teknik
terhadap hama dan untuk perlakuan benih agar bebas bibit) perlakuan benih agar bebas hama dan ƒ Pelaporan Pembibit
penyakit hama dan penyakit ƒ Petunjuk pemilihan bahan penyakit an
2. Taruna mampu memilih tanam ƒ Taruna diminta untuk melakukan kegiatan Tanama
perlakuan yang tepat agar benih perlakuan benih yang tepat agar bebas nI
bebas hama dan penyakit hama dan penyakit ƒ Petunjuk
3. Taruna mampu melakukan laborator
kegiatan perlakuan benih yang ium uji
tepat agar bebas hama dan mutu
penyakit benih
ƒ Internet
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

4. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Sistem persemaian benih ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan bentuk ƒ Praktikum 3 4(16) ƒ Teknik
perlakuan benih untuk cara perlakuan benih untuk ƒ Teknik menyemai pesemaian, biji kecil dan biji besar ƒ Tertulis Pembibit
mencegah dormansi mencegah dormansi • Taruna diminta untuk mengidentifikasi ƒ Pelaporan an
2. Taruna mempu memilih sistem pesemaian berdasarkan jenis bahan Tanama
perlakuan benih yang tepat untuk tanaman dan ukurannya nI
mencegah dormansi • Taruna diminta untuk menjelaskan teknik ƒ Petunjuk
3. Taruna mampu melakukan teknis penyemaian benih kecil dan benih besar laborator
penyemaian dengan • Taruna diminta untuk melakukan ium uji
mempertimbangkan karakteristik penyemaian dengan mempertimbangkan mutu
bahan tanaman karakteristik bahan tanaman benih
ƒ Internet
5. Menyemai benih 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Persiapan bahan-bahan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan kriteria ƒ Praktikum 3 3(6) 2(8) ƒ Benih
kebutuhan benih yang akan pesemaian benih ƒ Tertulis ƒ Petunjuk
disemai, dihitung berdasarkan ƒ Cara menghitung ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara ƒ Pelaporan laborator
luasan lahan dan sistem kebutuhan benih penghitungan kebutuhan benih ium uji
penanaman ƒ Perlakuan benih ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik mutu
2. Taruna mampu memilih benih ƒ Media semai perlakuan benih nenih
sesuai persyaratan genetik dan ƒ Syarat teknis media ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
morfologinya persyaratan media semai
3. Taruna mampu memberi • Taruna diminta untuk memilih benih
perlakuan sesuai kondisi benih sesuai persyaratan genetik dan
yang akan disemai morfologinya
4. Taruna mampu menyiapkan • Taruna diminta untuk menghitung
media persemaian sesuai Kebutuhan benih yang akan disemai,
persyaratan teknis dan ketentuan berdasarkan luasan lahan dan sistem
perusahaan penanaman
• Taruna diminta untuk memberi perlakuan
benih yang akan disemai sesuai kondisi
benih
ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan media
pesemaian sesuai persyaratan teknis dan
ketentuan perusahaan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Persiapan Bahan Tanam
KELAS/ SEMESTER : XI/ 3
STANDAR KOMPETENSI : Menyiapkan Bibit
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-3
ALOKASI WAKTU : 136 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Menyiapkan media 1. Taruna mampu • Media tanaman • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 3 2(4) 3(12) ƒ Modul
pembibitan membedakan jenis media untuk bahan persyaratan media tumbuh ƒ Pelaporan pembibitan
yang sesuai dengan tanam biji, stek, • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Internet
karakteristik tanaman dan bibit prosedur penyiapan media tumbuh
2. Taruna mampu memilih dan • Petunjuk • Taruna diminta untuk menjelaskan
menentukan jenis media pemilihan media faktor-faktor yang mempengaruhi
sesuai dengan karakteristik tanam kualitas media tanam dalam polybag
tanaman • Komponen bahan ( komposisi, homogenitas campuran,
3. Taruna mampu mencampur campuran media performansi media dalam polybag,
komponen media tumbuh tanam kesesuaian ukuran media/polybag).
secara merata, diukur • Peralatan • Taruna diminta untuk menyiapkan
porositasnya untuk penyiapan media bahan media tanam
meyakinkan bahwa media tanam • Taruna diminta untuk membuat media
tersebut sesuai dengan tanam
persyaratan tanaman dan • Taruna diminta untuk mengisi media
ketentuan perusahaan tanam dalam polibag
2. Menyapih bibit 1. Taruna mampu melakukan • Media tanam • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 3 3 3(12) ƒ Modul
penyapihan bibit sesuai dalam polibag persyaratan media tanam ƒ Pelaporan (6 ) pembibitan
aspek teknis, ekonomis • Bahan tanam • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Internet
dan ketentuan yang terpilih persyaratan bahan tanam
berlaku • Petunjuk prosedur • Taruna diminta untuk menjelaskan
2. Taruna memperhatikan penanaman prosedur penanaman
aspek teknis, ekonomis • Menanam bahan • Taruna diminta untuk menjelaskan
dan ketentuan yang tanam dari biji, faktor-faktor yang mempengaruhi
berlaku dalam penyapihan bibit, setek keberhasilan penanaman ( kondisi
bibit • Alat penanaman media tanam, kondisi lingkungan, dan
3. Taruna mampu manual/ mesin perlakuan bibit pada saat
menyediakan media penanaman penanaman/teknik penanaman
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

tumbuh dalam • Taruna diminta untuk menanam bahan


polybag/wadah, bibit, dan tanam kedalam media tanam di
peralatan penyapihan polybag
diperiksa kesiapannya • Taruna diminta untuk membersihkan
sesuai ketentuan yang alat tanam
berlaku • Taruna diminta untuk melakukan
pencatatan hasil penanaman

3. Memelihara bibit 1. Taruna mampu melakukan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 3 3(6) 3(12) ƒ Modul
pemeliharaan bibit sesuai persyaratan kebersihan peralatan ƒ Pelaporan pembibitan
aspek teknis dan ketentuan tanam untuk disimpan ƒ Internet
yang berlaku ƒ Taruna diminta untuk melakukan
2. Taruna mampu kebersihan alat tanam terhadap daya
menunjukkan cara tahan alat
pemeliharaan bibit yang ƒ Taruna diminta untuk melakukan
sesuai dengan ketentuan administrasi harian kebun
yang berlaku
3. Taruna mengelompokkan,
memonitor dan memelihara
bibit tanaman yang telah
ditanam sesuai kondisi
tanaman di lapangan dan
ketentuan yang berlaku
4. Taruna mencatat dan
melaporkan hasil kegiatan
pemeliharaan bibit
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

4. Memindahkan bibit 1. Taruna mampu memilih • Bahan tanam dari • Persyaratan bahan tanam yang baik ƒ Praktikum 4 3 3(12) ƒ Modul
(sapih) bibit tanaman berdasarkan bibit, stek, dan • Prosedur pemilihan bahan tanam ƒ Tertulis (6) pembibitan
umur, ukuran dan vigoritas biji • Faktor-faktor yang mempengaruhi ƒ Pelaporan ƒ Internet
sesuai karakteristik tanaman • Petunjuk prosedur mutu bibit.
2. Taruna menunjukkan cara pemilihan bahan • Pengaruh mutu bibit terhadap
pemindahan bibit yang tanam keberhasilan penanaman, dan mutu
sesuai dengan ketentuan produk
yang berlaku • Melakukan seleksi bibit berdasarkan
3. Taruna mampu jenis, ukuran, kesegaran, keutuhan
melaksanakan proses bibit
pemilihan bibit dengan
meminimalkan tingkat
kerusakan bibit tanaman dan
sesuai ketentuan perusahaan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Menanam
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-4
ALOKASI WAKTU : 108X 45 Menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Menyiapkan media 1. Taruna mampu membedakan • Media tanaman • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Praktikum 10 8 (16) 12(48) ƒ Teknik
tanam jenis media yang sesuai untuk bahan persyaratan media tumbuh ƒ Tertulis Budidaya
dengan karakteristik tanaman tanam biji, stek, • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan tanaman
2. Taruna mampu memilih dan dan bibit prosedur penyiapan media tumbuh ƒ Internet
menentukan jenis media sesuai • Petunjuk • Taruna diminta untuk menjelaskan
dengan karakteristik tanaman pemilihan media faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Taruna mampu mencampur tanam kualitas media tanam dalam polybag (
komponen media tumbuh • Komponen bahan komposisi, homogenitas campuran,
secara merata, diukur campuran media performansi media dalam polybag,
porositasnya untuk tanam kesesuaian ukuran media/polybag).
meyakinkan bahwa media • Peralatan • Taruna diminta untuk menyiapkan
tersebut sesuai dengan penyiapan media bahan media tanam
persyaratan tanaman dan tanam • Taruna diminta untuk membuat media
ketentuan perusahaan tanam

2. Menanam dengan 1. Taruna mampu melakukan ƒ Bahan tanam (stek, ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Praktikum 8 11(22) 6(24) ƒ Teknik
benih teknis penanaman benih biji, bibit) jenis bahan tanam ƒ Tertulis Budidaya
dengan baik ƒ Petunjuk pemilihan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan tanaman
2. Taruna mampu memilih benih bahan tanam karakteristik bahan tanam (kualitas dan ƒ Internet
yang berukuran standar dan kuantitas)
vigor baik untuk ditanam ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
sesuai petunjuk persyaratan bahan tanam yang baik
penanggungjawab lapangan ƒ Taruna diminta untuk melakukan
3. Taruna mampu menanam pemilihan bahan tanam
benih sesuai petunjuk
penanggungjawab lapangan
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

3. Menanam dengan 1. Taruna mampu memilih bibit • Bahan tanam dari • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Praktikum 8 12 ƒ 7(28) ƒ Teknik
bibit tanaman berdasarkan umur, bibit, stek, dan persyaratan bahan tanam yang baik ƒ Tertulis (24) Budidaya
ukuran dan vigoritas sesuai biji • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tanaman tanaman
karakteristik tanaman • Petunjuk prosedur prosedur pemilihan bahan tanam ƒ Internet
2. Taruna mampu menunjukkan pemilihan bahan • Taruna diminta untuk menjelaskan
cara penanaman dengan bibit tanam faktor-faktor yang mempengaruhi
3. Taruna dapat menanam bibit mutu bibit.
dengan meminimalkan tingkat • Taruna diminta untuk menjelaskan
kerusakan bibit tanaman dan pengaruh mutu bibit terhadap
sesuai ketentuan yang berlaku keberhasilan penanaman, dan mutu
produk
• Taruna diminta untuk melakukan
seleksi bibit berdasarkan jenis, ukuran,
kesegaran, keutuhan bibit
4. Menyulam 1. Taruna mampu mengestimasi • Teknik menyulam • Taruna diminta untuk melakukan ƒ Lisan 6 10 ƒ 5(20) ƒ Teknik
kebutuhan bahan sulaman • Cara perhitunggan estimasi penyulaman ƒ Praktikum (20) Budidaya
2. Taruna mampu menunjukkan mengestimasi • Taruna diminta untuk melakukan tanaman
cara penyulaman bibit penyulaman penyulaman ƒ Internet
3. Taruna mampu melaksanakan
penyulaman tanaman
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pupuk dan Pemupukan
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Memupuk
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-5
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI PENILAIA ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR PEMBELAJARA KEGIATAN PEMBELAJARAN
DASAR N TM PS PI BELAJAR
N
1. Mengidentifika 1. • Jenis-jenis pupuk ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Lisan 4 8 8 ƒ Teknik Budidaya
si jenis-jenis • Kandungan bahan identifikasi bahan kimia pupuk ƒ Tertulis (16) (32) Tanaman Jilid I
pupuk kimia pupuk ƒ Taruna diminta untuk ƒ Pelaporan ƒ Modul Merawat
anorganik dan menyebutkan unsur utama dalam Tanaman
organik bahan – bahan kimia pupuk ƒ Internet
ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
jenis-jenis pupuk

2. Menghitung 1. Taruna mampu menghitung ƒ Konsentrasi pupuk ƒ Taruna diminta untuk ƒ Praktiku 4 4 (8) 2(8) ƒ Teknik Budidaya
kebutuhan kebutuhan pupuk berdasarkan jenis ƒ Dosis pupuk menjelaskan kebutuhan pupuk m Tanaman Jilid I
pupuk dan karakteristik tanaman, kondisi ƒ Taruna diminta untuk menghitung ƒ Tertulis ƒ Modul Merawat
topografi serta kondisi iklim kebutuhan pupuk berdasarkan ƒ Pelaporan Tanaman
2. Taruna mampu menghitung jenis dan karakteristik tanaman, ƒ Internet
kebutuhan pupuk dengan tepat dan kondisi topografi serta kondisi
teliti iklim
3. Taruna mampu menimbang bobot
pupuk sesuai hasil penghitungan
kebutuhan pupuk
3. Taruna mampu menggunakan pupuk
sesuai dosis yang dibutuhkan
3. Menggunakan 1. Taruna dapat menyebutkan teknik ƒ Teknik ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 2 2(4) 2(4) ƒ Teknik Budidaya
berbagai teknik aplikasi pemupukan pemupukan teknik aplikasi pemupukan ƒ Pelaporan Tanaman Jilid I
pemupukan 2. Taruna mampu menunjukkan melalui tanah dan ƒ Taruna diminta untuk ƒ Modul Merawat
berbagai teknik pemupukan daun mengaplikasikan teknik Tanaman
3. Taruna mampu mempraktekkan pemupukan dalam pemeliharaan di ƒ Internet
berbagai teknik pemupukan lahan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Mengairi
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-6
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI PENILAIA ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
DASAR PEMBELAJARAN N TM PS PI BELAJAR

1. Menentukan 1. Taruna mampu ƒ Tanda-tanda ƒ Taruna diminta untuk menerangkan ƒ Tertulis 2 5 5 • Teknik Budidaya
kebutuhan air mengidentifikasi tanaman kekurangan air tanda-tanda kekurangan air ƒ Praktek (10) (20) Tanaman Jilid I
pada tanaman yang kekurangan air pada tanaman ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi • Internet
berdasarkan tanda-tanda ƒ Perhitungan tanaman yang kekurangan air
yang tampak pada tanaman kebutuhan air untuk berdasarkan tanda-tanda yang tampak
2. Taruna mampu menghitung tanaman pada tanaman
kebutuhan air pada tanaman ƒ Teknik penyiraman ƒ Taruna diminta untuk menguraikan
sesuai jenis tanaman dan cara menghitung kebutuhan air sesuai
aturan yang berlaku prosedur
3. Taruna mampu memberikan ƒ Taruna diminta untuk menghitung
kebutuhan air pada tanaman kebutuhan air sesuai keperluan dan
sesuai jenis tanaman dan aturan penyiraman menurut anjuran
aturan yang berlaku ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara
4. Taruna mampu menghemat penyiraman air sesuai prosedur
penggunaan air ƒ Taruna diminta untuk melakukan
tindakan penyiraman sesuai anjuran
KOMPETENSI MATERI PENILAIA ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN
DASAR PEMBELAJARAN N TM PS PI BELAJAR

2. Mengidentifika 1. Mampu mengidentifikasi ƒ Teknik irigasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 2 5 5 • Teknik Budidaya
si teknik irigasi teknik irigasi yang sesuai ƒ Alat dan bahan teknik irigasi: leeb, drif, dan tetes ƒ Praktek (10) (20) Tanaman Jilid I
dengan kondisi lingkungan irigasi ƒ Taruna diminta untuk melakukan • Internet
2. Mampu mengetahui macam- identifikasi alat dan bahan irigasi
macam teknik irigasi seperti
leeb,drip dan tetes
3. Taruna mampu memilih
teknik irigasi yang tepat
sesuai dengan kondisi
lingkungan
4. Taruna mampu
menyesuaikan teknik irigasi
yang digunakan dengan
kondisi lingkungan
3. Memberikan air 1. Mampu menghitung • Estimasi kebutuhan • Taruna diminta untuk melakukan ƒ Lisan 2 5 5 • Teknik Budidaya
irigasi sesuai kebutuhan air irigasi untuk air irigasi untuk penghitungan kebutuhan air irigasi ƒ Tertulis (10) (20) Tanaman Jilid I
dengan kebutuhan tanaman tanaman untuk tanaman ƒ Praktek • Internet
kebutuhan 2. Taruna mampu mengelola air • Menentukan titik • Taruna diminta untuk melaksanakan
tanaman irigasi sesuai kebutuhan jenuh air pada pengukuran titik jenuh air pada
tanaman tanaman tanaman
3. Taruna mampu menyiram
tanaman sampai pada titik
jenuh
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Perlindungan Tanaman dari OPT
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Mengendalikan Gulma
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-7
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifi- 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Identifikasi l ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara ƒ Praktek 4 4(8) 4 • Modul
kasi jenis-jenis jenis gulma yang ada gulma dan mengukur penyebaran gulma ƒ Pelaporan (16) Mengendalikan
dan berdasarkan tingkat bahayanya peyebaran gulma ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan Gulma
karakteristik 2. Taruna mampu mengukur ƒ Jenis-jenis dan karakteristik gulma secara umum (morfologi, • Internet
gulma tingkat penyebaran gulma Cara Kerja siklus hidup, tingkat bahayanya)
berdasarkan luasan pertumbuhan Herbisida ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan macam-
gulma macam herbisida
3. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk mengukur tingkat
mengklasifikasikan jenis gulma penyebaran gulma berdasarkan luasan
sesuai dengan karakteristiknya pertumbuhan gulma
4. Taruna mencatat jenis dan ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi Jenis
karakteristik gulma gulma yang ada berdasarkan tingkat
bahayanya
ƒ Taruna diminta untuk menentukan jenis bahan
kimia pengendali gulma (herbisida
berdasarkan jenis gulma)
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2. Menghitung 1. Taruna mampu menghitung • Rumus ƒ Taruna diminta untuk menugaskan taruna ƒ Tulisan 5 4(8) 4 • Modul
kebutuhan kebutuhan bahan kimia yang perhitungan untuk membuat larutan herbisida ƒ Praktik (16) Mengendalikan
larutan terkandung dalam herbisida kebutuhan larutan ƒ Taruna diminta untuk menentukan cara ƒ Pelapo-ran Gulma
herbisida 2. Taruna mampu membedakan herbisida penghitungan kebutuhan larutan herbisida • Internet
jenis bahan kimia pengendali • Macam – macam ƒ Taruna diminta untuk mengoperasionalkan alat
gulma (herbisida) ditentukan bahan aktif ukur untuk menghitung kebutuhan herbisida
berdasarkan jenis gulma herbisida
3. Taruna mampu menghitung
kebutuhan larutan herbisida
4. Taruna dapat konsisten terhadap
aturan penggunaan bahan kimia
/ biologi untuk mengatasi
masalah organisme pengganggu
tanaman sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
5. Taruna mampu mengaplikasikan
hasil penghitungan kebutuhan
herbisida dalam kegiatan
pengendalian gulma
3. Mengendali-kan 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Teknik-teknik ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik ƒ Tulisan 3 4(8) 4 • Modul
gulma secara metoda pengendalian gulma pengendalian pengendalian gulma : fisik, mekanis, kultur ƒ Praktek (16) Mengendalikan
mekanis dan yang ditentukan berdasarkan gulma secara teknis, biologis dan kimia ƒ Pelapo-ran Gulma
kimiawi pertimbangan efektivitas dan fisik, mekanis, ƒ Taruna diminta untuk menenentukan Metoda • Internet
efisiensi pengendalian kultur teknis, dan pengendalian gulma berdasarkan pertimbangan
2. Taruna mampu memilih kimia efektifitas dan efisiensi pengendalian
pengendalian gulma secara ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan jenis-jenis
mekanis dan kimiawi peralatan pengendalian gulma
3. Taruna konsisten melakukan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan prosedur
pengendalian gulma sesuai K3 dalam pengendalian gulma
ketentuan perusahaan dan ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan peralatan
penerapan kaidah K3 pengendali gulma menurut petunjuk
4. Taruna dapat menyiapkan penanggungjawab lapangan
peralatan pengendali gulma ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan perlakukan
5. Taruna dapat mengaplikasikan pengendalian gulma menurut ketentuan
pengendalian gulma menurut perusahaan
ketentuan yang berlaku ƒ Taruna diminta untuk melakukan tindakan
pengendalian gulma sesuai ketentuan
perusahaan dan penerapan kaidah K3
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Perlindungan Tanaman dari OPT
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Mengendalikan Hama
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-8
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
1. Mengidentifik-si 1. Taruna mampu ƒ Identifikasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan • Tertulis 5 5 2 • Modul Metode
jenis dan ciri-ciri mengidentifikasi hama dan penyebab kerusakan karakteristik hama dan penyakit • Praktek (10) (8) Pengendalian
hama beserta penyebab penyakit tanaman, gejala ƒ Taruna diminta untuk menemukan adanya • Pelaporan Hama
agen pengendali berdasarkan ciri serangannya serangan, intensitas penyebab kerusakan • Internet
hayatinya 2. Taruna mampu serangan, dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan gejala
mengidentifikasi tingkat pelaporan serangan/karakteristik kerusakan tanaman
serangan hama dan penyakit oleh hama dan patogen
yang ditentukan berdasarkan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan cara
fakta di lapangan menghitung intensitas serangan
3. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik
mengklasifikasikan jenis dan pelaporan
ciri-ciri hama beserta agen ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi
pengendali hayatinya hama dan penyebab penyakit berdasarkan
4. Taruna dapat mencatat dan ciri serangannya
melaporkan hasil identifikasi ƒ Taruna diminta untuk menentukan tingkat
jenis dan ciri-ciri hama serangan hama dan penyakit berdasarkan
fakta di lapangan
ƒ Taruna diminta untuk mencatat dan
melaporkan hasil identifikasi hama dan
penyakit kepada yang berwenang
diperusahaan
2. Menghitung 1. Taruna mampu melakukan ƒ Cara pengambilan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik • Tertulis 3 3(6) 2(8) • Modul Metode
kebutuhan pengukuran dan penuangan dan penggunaan pengukuran, volume, menimbang dan • Praktek Pengendalian
larutan pestisida bahan larutan pestisida bahan kimia, biologi menghitung bahan kimia dan biologi • Pelapo-ran Hama
dilakukan sesuai petunjuk untuk budidaya ƒ Taruna diminta untuk memahami label • Internet
pada label dan ketentuan tanaman kemasan bahan kimia dan biologi yang
yang berlaku digunakan dalam kegiatan budidaya
2. Taruna mampu menghitung tanaman
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
kebutuhan larutan pestisida ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik
sesuai dosis dan aturan yang pencatatan penggunaan bahan kimia dan
berlaku biologi
3. Taruna dapat konsisten ƒ Taruna diminta untuk melakukan
terhadap aturan penggunaan pengukuran dan penuangan bahan
bahan kimia / biologi untuk kimia/biologi sesuai petunjuk pada label
mengatasi masalah organisme dan ketentuan
pengganggu tanaman sesuai ƒ Taruna diminta untuk mengamati dan
dengan ketentuan yang mencatat penggunaan bahan kimia/biologi
berlaku dalam mengatasi masalah organisme
4. Taruna mampu pengganggu tanaman dan peraturan-
mengaplikasikan hasil peraturan yang relevan pada situasi dan
penghitungan kebutuhan tempat tertentu
herbisida dalam kegiatan
pengendalian gulma
3. Mengendali-kan 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Pencatatan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik • Lisan 3 3(6) 2(8) • Modul Metode
hama secara teknis perlakuan ƒ kegiatan pencatatan dan pendokumentasian • Praktek Pengendalian
kultur teknis, pengendalian hama tanaman pengendalian gangguan hama dan penyakit • Pelapo-ran Hama
mekanis, dan 2. Taruna mampu menunjukkan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik • Internet
kimiawi pengendalian hama secara tabulasi hasil pengendalian
kultur teknis, mekanis, dan ƒ Taruna diminta untuk mencatat dan
kimiawi mendokumentasikan gangguan hama dan
3. Taruna mampu melakukan atau penyakit secara rinci, sesuai
pekerjaan pengendalian hama ketentuan perusahaan
dilakukan secara kultur ƒ Taruna diminta untuk mendokumentasikan
teknis, mekanis, dan kimiawi teknis perlakuan pengendalian hama dan
penyakit tanaman dan tabulasi hasil
ƒ Taruna diminta untuk meninjau kembali
informasi berkaitan dengan kegiatan
pengendalian hama dan penyakit tanaman,
ketepatannya dan diperbaharui sesuai
fakta lapangan
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI
4. Mengidentifi- 1. Taruna mampu Taruna mampu • Taruna diminta untuk mempersiapkan • Tertulis 3 3(6) 2(8) • Modul
kasi konsep mengidentifikasi konsep memilih perlakuan peralatan berdasarkan ketentuan yang • Praktik Pengendalian
PHT(Pengen- pengendalian hama terpadu terhadap hama berlaku dan sesuai aturan pabrik • Pelapo-ran Hama Terpadu
dalian Hama 2. Taruna mampu menurut konsep pembuatnya • Modul Metode
Terpadu) mengelompokkan bahan pengendalian hama Pengendalian
pengendalian hama dan terpadu Hama
penyakit ditentukan • Internet
berdasarkan jenis dan tingkat
serangan dan petunjuk pada
label penggunaannya
3. Taruna mampu menentukan
perlakuan terhadap hama
sesuai jenis hama dilakukan
berdasarkan ketentuan yang
berlaku
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Perlindungan Tanaman dari OPT
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Mengendalikan Penyakit
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-9
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengiden-tifikasi 1. Taruna mampu ƒ Jenis – jenis ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 7 8(16) 6(24) ƒ Modul
jenis-jenis, gejala dan mengidentifikasikan jenis-jenis, penyakit tanaman jenis – jenis penyakit tanaman ƒ Praktek pengendalian
tanda penyakit gejala dan tanda penyakit ƒ Gejala dan tanda ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Pelaporan Hama
2. Taruna mampu membedakan penyakit tanaman obsevasi tanda dan gejala penyakit ƒ Modul PHT
jenis – jenis,gejala dan tanda tanaman ƒ Internet
penyakit sesuai dengan jenis
dan varietas tanaman
3. Taruna mampu
mengklasifikasikan jenis,
gejala, dan tanda penyakit
3. Taruna dapat mencatat dan
melaporkan hasil identifikasi
jenis, gejala dan tanda penyakit
2. Menghitung kebutuhan 1. Taruna mampu menghitung ƒ Teknik pengamatan ƒ Taruna diminta untuk menyusun ƒ Lisan 6 9 10 ƒ Modul
larutan pestisida kebutuhan larutan pestisida dan penilaian daftar pengamatan faktor ƒ Tertulis (18) (40) pengendalian
2. Taruna mampu membedakan faktor-faktor lingkungan ƒ Pelaporan Hama
dosis dan larutan lingkungan ƒ Taruna diminta untuk menyusun ƒ Modul PHT
3. Taruna dapat konsisten terhadap ƒ Teknik teknik pencatatan dan pelaporan ƒ Internet
aturan penggunaan bahan kimia penyelamatan ƒ Taruna diminta untuk merumuskan
/ biologi untuk mengatasi tanaman sesuai teknik penyelamatan tanaman
masalah organisme pengganggu prosedur anjuran ƒ Taruna diminta untuk mengamati
tanaman sesuai dengan dan menilai faktor-faktor
ketentuan yang berlaku lingkungan
4. Taruna mampu mengunakan ƒ Taruna diminta untuk mencatat dan
alat untuk menghitung melaporkan hasil pengamatan dan
kebutuhan larutan pestisida penilaian kondisi tanaman kepada
5. Taruna mampu pihak yang berwenang di
mengaplikasikan hasil perusahaan
penghitungan kebutuhan ƒ Taruna diminta untuk menentukan
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

herbisida dalam kegiatan tindakan penyelamatan tanaman


pengendalian gulma sesuai anjuran

3. Mengendali-kan 1. Taruna mampu menentukan ƒ Pengendalian ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 9 9 (18) 8(32) ƒ Modul
penyakit secara kultur bahan pengendalian hama dan penyebab penyakit macam-macam alat pengendalian ƒ Pelaporan pengendalian
teknis, mekanis, penyakit ditentukan berdasarkan hama dan penyakit Hama
biologis, dan kimiawi jenis dan tingkat serangan dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Modul PHT
petunjuk pada label cara kerja peralatan pengendalian ƒ Internet
penggunaannya hama dan penyakit
2. Taruna mampu mengalokasikan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
perlakukan terhadap penyakit macam-macam teknik
menurut petunjuk pengendalian hama dan penyakit
penanggungjawab dan petunjuk ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
pabrik pembuat bahan macam-macam pengelompokan
perlakuan pestisida
3. Taruna mampu menentukan ƒ Taruna diminta untuk menghitung
perlakuan terhadap penyakit kebutuhan alat dan bahan
sesuai ketentuan yang berlaku pengendalian hama dan penyakit
4. Taruna mampu menunjukkan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
pengendalian penyakit secara prosedur keselamatan kerja
kultur teknis, mekanis, biologis, ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan
dan kimiawi dan mempergunakan peralatan
5. Taruna mampu menyiapkan sesuai petunjuk penanggungjawab
Peralatan dan dipergunakan lapangan dan pabrik pembuatnya
sesuai petunjuk ƒ Taruna diminta untuk menentukan
penanggungjawab lapangan dan bahan pengendalian hama dan
pabrik pembuatnya penyakit berdasarkan jenis dan
6. Taruna mampu melakukan tingkat serangan dan petunjuk pada
pekerjaan pengendalian label penggunaannya
penyakit dilakukan dengan ƒ Taruna diminta untuk menentukan
meminimalkan kerusakan perlakuan terhadap hama dan
tanaman pokok dan predator penyakit menurut petunjuk
sasaran ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pengendalian hama dan patogen
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

dengan meminimalkan kerusakan


tanaman pokok dan predator
sasaran
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Membumbun
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-10
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Menjelaskan 1. Taruna mampu ƒ Jenis penopang dan ƒ Taruna diminta untuk menjelasakan ƒ Tertulis 5 13(26) Budidaya
tujuan dan menjelaskan tujuan pemasangan penopang jenis dan sistem penopang ƒ Praktek tanaman jilid III
teknik pembumbunan ƒ Teknik pembumbunan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan
pembumbu-nan 2. Taruna mampu tujuan pemasangan penopang
membedakan macam – ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
macam teknik teknik pemasangan penopang
pembumbunan ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan
3. Taruna mampu bahan penopang sesuai dengan
memilih teknik karakteristik pertumbuhan tanaman
pembumbunan yang ƒ Taruna diminta untuk memilih dan
tepat sesuai jenis menggunakan peralatan yang cocok
tanaman dan kondisi untuk pemasangan penopang
topografi menurut petunjuk dan praktik
keselamatan kerja
ƒ Taruna diminta untuk memasang
konstruksi penopang tanaman sesuai
dengan rencana kerja yang telah
ditetapkan
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2. Menerapkan 1. Taruna mampu ƒ Jenis tanaman yang ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Praktek 5 13(26) ƒ ƒ Budidaya
pembumbu-nan menentukan waktu membutuhkan teknik pemasangan penopang ƒ Pelaporan tanaman jilid
pada yang tepat dalam penopang, para-para ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan III
pemeliharaan melakukan cara mengikat tanaman pada
tanaman pembumbunan pada penopang agar tidak mengganggu
pemeliharaan tanaman pertumbuhan tanaman
2. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
mengikuti waktu yang komponen-komponen pemeliharaan
telah ditentukan untuk penopang
melakukan ƒ Taruna diminta untuk melakukan
pembumbunan pada perlakuan tanaman dengan rapih,
pemeliharaan tanaman bersih dan dalam cara yang sesuai
3. Taruna mampu dengan ketentuan perusahaan
melakukan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
pembumbunan yang komponen penopang tanaman diatur
disesuaikan dengan dan diperbaiki menurut instruksi
karakteristik tanaman penanggungjawab lapangan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Memangkas Tanaman
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-11
ALOKASI WAKTU : 72 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Menjelaskan 1. Taruna mampu menentukan ƒ Macam-macam ƒ Taruna diminta untuk memahami macam- ƒ Tertulis 2 7(14) • Modul
berbagai bentuk dan tanaman yang perlu dipangkas pangkasan : macam pangkasan ƒ Praktek merawat
teknik pemangkasan berdasarkan penampakan fisik pangkasan bentuk, ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi ƒ Pelaporan tanaman I
tanaman 2. Taruna mampu pangkasan tanaman yang perlu dipangkas • Teknik
mengidentifikasi bentuk dan pemeliharaaan dan berdasarkan penampakan fisik untuk BUdidaya
teknik pemangkasan tanaman pangkasan produksi ditentukan cara dan aturan Tanaman
3. Taruna mampu memilih ƒ Teknik pemangkasan pemangkasannya • Internet
bentuk dan teknik yang tepat ƒ Taruna diminta untuk melakukan tindakan
ketika memangkas tanaman pemangkasan dengan menggunakan alat
4. Taruna mampu melakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan
tindakan pemangkasan yang berlaku
dilakukan dengan
menggunakan alat sesuai
dengan kebutuhan dan
ketentuan yang berlaku
2. Menerapkan 1. Taruna mampu menyebutkan • Teknik pemangkasan • Taruna diminta untuk melakukan tindakan ƒ Tertulis 45 6(12) 5(20) • Modul
pemangkasan pada alat-alat untuk pemangkasan pemangkasan dengan menggunakan alat ƒ Praktek merawat
pemeliharaan 2. Taruna dapat memilih alat sesuai dengan kebutuhan dan aturan yang ƒ Pelaporan tanaman I
tanaman yang tepat untuk memangkas berlaku • Teknik
tanaman BUdidaya
3. Taruna dapat menunjukkan Tanaman
penerapan memangkas tanaman • Internet
saat pemeliharaan tanaman
4. Taruna mampu melakukan
pemangkasan yang tepat
dilakukan dengan menggunakan
alat sesuai dengan kebutuhan
dan aturan yang berlaku
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

3.Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Macam-macam ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi ƒ Tertulis 2 2(4) 3(12) • Modul
karakteristik umur mengidentifikasi tanaman pangkasan : tanaman yang perlu dipangkas ƒ Praktek merawat
awal pemangkasan yang perlu dipangkas pangkasan bentuk, berdasarkan penampakan fisik untuk ƒ Pelaporan tanaman I
berdasarkan penampakan fisik pangkasan ditentukan cara dan aturan • Teknik
sesuai cara dan aturan yang pemeliharaaan dan pemangkasannya BUdidaya
tepat pangkasan produksi Tanaman
2. Taruna dapat memilih tanaman • Internet
yang siap pangkas
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Persiapan Bahan Tanam
KELAS/ SEMESTER : XI/ 3
STANDAR KOMPETENSI : Memberi Naungan
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-12
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Jenis penopang ƒ Taruna diminta untuk menjelasakan jenis ƒ Tertulis 2 8(16) • Modul
berbagai jenis dan bahan penopang disiapkan dan pemasangan dan sistem penopang ƒ Praktek merawat
bentuk naungan sesuai dengan karakteristik penopang ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan tujuan ƒ Pelaporan tanaman I
pertumbuhan tanaman pemasangan penopang • Teknik
2. Taruna mampu menentukan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan teknik BUdidaya
peralatan yang cocok untuk pemasangan penopang Tanaman
pemasangan penopang dipilih ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan bahan • Internet
dan digunakan menurut penopang sesuai dengan karakteristik
petunjuk dan praktik pertumbuhan tanaman
keselamatan kerja ƒ Taruna diminta untuk memilih dan
3. Taruna mampu mengidentifikasi menggunakan peralatan yang cocok untuk
jenis dan bentuk naungan pemasangan penopang menurut petunjuk
4. Taruna mampu dan praktik keselamatan kerja
mengklasifikasikan jenis dan ƒ Taruna diminta untuk memasang konstruksi
bentuk naungan yang sesuai penopang tanaman sesuai dengan rencana
untuk jenis tanaman tertentu kerja yang telah ditetapkan
5. Taruna mampu membuat
konstruksi penopang tanaman
dipasang sesuai dengan rencana
kerja yang telah ditetapkan
6. Taruna mampu membangun
penopang ditempatkan sesuai
petunjuk penanggung jawab
lapangan
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

2. Memberikan 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Fungsi naungan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan fungsi ƒ Tertulis 4 6(12) 5(20) • Modul
(Fungsi) naungan fungsi naungan pada tanaman pada tanaman naungan ƒ Praktek merawat
pada tanaman 2. Taruna mampu menyebutkan ƒ Jenis – jenis ƒ Taruna diminta untuk menyebutkan jenis- ƒ Pelaporan tanaman I
macam – macam jenis naungan naungan pada jenis naungan untuk tanaman • Teknik
pada tanaman tanaman BUdidaya
3. Taruna dapat menekankan Tanaman
fungsi naungan pada tanaman • Internet
3. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Menghitung ƒ Taruna diminta untuk menghitung ƒ Tertulis 3 8 • Modul
prosentase naungan persentase naungan sesuai jenis prosentase prosentase naungan ƒ Pelaporan (16) merawat
yang dibutuhkan tanaman naungan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan macam- tanaman I
3. Taruna mampu menghitung ƒ Macam-macam macam tanaman yang memerlukan naungan • Teknik
persentase naungan yang sesuai tanaman yang BUdidaya
untuk jenis tanaman memerlukan Tanaman
2. Taruna mampu naungan • Internet
mengklasifikasikan persentase
naungan dengan jenis tanaman
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Persiapan Bahan Tanam
KELAS/ SEMESTER : XI/ 3
STANDAR KOMPETENSI : Memberikan ZPT
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-13
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu menyebutkan jenis- ƒ Pengertian ZPT dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 2 3 (6) 3(12) • Teknik
jenis-jenis ZPT dan jenis ZPT dan karakteristiknya karakteristiknya Pengertian ZPT dan Budidaya
karakteristiknya 2. Taruna mampu menjelaskan unsur- ƒ Jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya Tanaman
unsur yang terkandung dalam ZPT karakteristiknya ƒ Taruna diminta untuk menyebutkan • Internet
3. Taruna mampu mengklasifikasikan ƒ Unsur-unsur yang jenis-jenis ZPT dan karakteristiknya
ZPT berdasarkan jenis dan terkandung dalam ƒ Taruna diminta untuk menyebutkan
karakteristiknya ZPT unsur-unsur yang terkandung dalam
4. Taruna mampu menentukan ZPT ZPT
yang tepat untuk tanaman

2. Menghitung 1. Taruna mampu menyebutkan dosis ƒ Cara menghitung ƒ Taruna diminta untuk membaca ƒ Tertulis 2 3(6) 2(8) • Teknik
konsentrasi larutan ZPT dosis ZPT refensi mengenai dosis ZPT Budidaya
ZPT 2. Taruna mampu menghitung ƒ Taruna diminta untuk menghitung Tanaman
konsentrasi larutan ZPT dengan konsentrasi ZPT dengan tepat dan • Internet
tepat dan teliti teliti

3. Membuat larutan 1. Taruna mampu menyiapkan ƒ Cara membuat ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 3 5(10) 3(12) • Teknik
ZPT bahan-bahan larutan ZPT larutan ZPT dosis ZPT yang sesuai untuk jenis ƒ praktek Budidaya
2. Taruna mampu menunjukkan tanaman tertentu ƒ Pelaporan Tanaman
berbagai cara pembuatan larutan ƒ Taruna diminta untuk melakukan • Internet
ZPT pembuatan larutan ZPT sesuai hasil
3. Taruna mampu membuat larutan penghitungan konsentrasi yang tepat
ZPT dan teliti
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

4. Menyemprotkan 1. Taruna mampu menentukan waktu ƒ Cara-cara ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 3 2(8) • Teknik
larutan ZPT penyemprotan larutan ZPT yang penyemprotan waktu yang tepat untuk ƒ Praktek Budidaya
tepat ƒ Menentukan waktu penyemprotan ƒ Pelaporan Tanaman
2. Taruna mampu mengaplikasikan yang tepat untuk ƒ Taruna diminta untuk melakukan • Internet
ZPT dengan cara yang benar penyemprotan penyemprotan dengan cara yang
benar

5. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu mengidentifikasi ƒ Teknik menentukan ƒ Taruna diminta untuk ƒ Praktikum 3 2(8) • Teknik
teknik aplikasi teknik aplikasi semprot arah angin mendiskusikan teknik aplikasi ƒ Tertulis Budidaya
2. Taruna mampu menentukan arah ƒ jenis – jenis dan semprot ƒ Pelaporan Tanaman
semprot fungsi ZPT ƒ Taruna diminta untuk • Internet
3. Taruna mampu menentukan bagian mempraktekan teknik aplikasi
tanaman yang disemprot dengan memperhatikan arah angin
disesuaikan dengan jenis ZPT ƒ Taruna diminta untuk menentukan
bagian tanaman yang disemprot
disesuaikan dengan jenis tanaman
dan jenis ZPT
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pelaksanaan Panen dan Pasca Panen
KELAS/ SEMESTER : XI/ 4
STANDAR KOMPETENSI : Melaksanakan Panen
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-14
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TRM PS PI BELAJAR

1. Menjelaskan ciri- 1. Taruna mampu ƒ Ciri-ciri dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ciri-ciri ƒ Tertulis 2 4(8) 3(12) • Teknik
ciri tanaman siap menunjukan ciri-ciri kriteria tanaman dan kriteria hasil panen tanaman yang baik ƒ praktek Budidaya
panen tanaman yang sesuai yang akan dipanen ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan ƒ Pelaporan Tanaman
dengan kriteria panen mencakup sayuran karakteristik fisiologis/sifat hasil tanaman • Internet
dan ketentuan yang penghasil buah, ƒ Taruna diminta untuk menentukan periode
berlaku daun, batang, waktu pelaksanaan pemetikan yang tepat
2. Taruna mampu umbi maupun berdasarkan kriteria panen dan permintaan
menentukan waktu bunga pasar
pelaksanaan panen
ditentukan berdasarkan
kriteria panen dan
permintaan pasar
2. Melakukan 1. Taruna mampu ƒ Pemanenan hasil 1. Taruna diminta untuk melakukan ƒ Tertulis 2 4( 8) 3(12) • Teknik
pemanenan menentukan tanaman tanaman pemanenan dengan hati-hati ƒ praktek Budidaya
siap panen dipilih sesuai mencakup teknik, memperhatikanciri dan kriteria sesuai ƒ Pelaporan Tanaman
kriteria panen dengan prosedur, dengan jenis tanaman dan aturan yang • Internet
jadwal kerja tertentu pemakaian alat berlaku
sesuai ketentuan panen dan faktor 2. Taruna diminta untuk melaporkan hasil
perusahaan keamanan serta pemetikan dan permasalahan yang timbul
2. Taruna mampu keselamatan kerja dalam pemanenan sesuai dengan aturan
melakukan pemanenan yang berlaku
dengan teknik yang tepat
sesuai jenis tanaman
3. Taruna mampu membuat
data Hasil panen dan
permasalahan yang
timbul dalam pemanenan
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TRM PS PI BELAJAR

3. Menangani hasil 1. Taruna mampu ƒ Ketentuan- ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 3 7(14) 4(216) • Teknik
panen menentukan cara ketentuan spesifikasi produk ƒ praktek Budidaya
penanganan produk spesifikasi dan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan Tanaman
hasil panen sesuai jenis persyaratan kualitas produk • Internet
tanaman dan aturan kualitas produk ƒ Taruna diminta untuk menentukan
yang berlaku sayuran spesifikasi produk yang digunakan sesuai
2. Taruna mampu ketentuan perusahaan
menentukan kualitas
ƒ Taruna diminta untuk menentukan
produk sesuai
kualitas produk sesuai persyaratan
persyaratan permintaan
permintaan pasar
pasar
3. Taruna mampu memilah
produk hasil panen
dengan penanganan
yang tepat
4. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Pengelompokan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Praktikum 2 2 (4) ƒ • Teknik
potensi produksi menentukan produk dan pelabelan macam-macam cara pengelompokkan ƒ Tertulis Budidaya
dikelompokkan dan produk produk ƒ Pelaporan Tanaman
diberi label menurut ƒ Sortasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan • Internet
kebutuhan pasar dan ƒ Penyimpanan teknik mengelompokan produk
ketentuan yang berlaku bahan hasil ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
2. Taruna mampu memilah pertanian spesifikasi kualitas
perlakuan pascapanen
ƒ Taruna diminta untuk mengelompokkan
diaplikasikan sesuai
produk dan memberi label menurut
kebijakan perusahaan
kebutuhan pasar dan ketentuan perusahaan
ƒ Taruna diminta untuk mengaplikasikan
perlakuan pascapanen sesuai kebijakan
perusahaan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Alat Mesin Pertanian
KELAS/ SEMESTER : X/ 2
STANDAR KOMPETENSI : Mengoperasikan traktor, alat olah tanah, alat bantu tebar benih dan pengendalian gulma panen
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-15
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi • Taruna mampu menjelaskan ƒ Identifikasi bagian- ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 4 8(16) ƒ Modul
traktor dan fungsinya bagian-bagian traktor bagian, fungsi dan macam-macam traktor berdasarkan ƒ Praktek Pengenalan
diidentifikasi berdasarkan prinsip kerja kapasitas tenaganya ƒ Pelaporan Alat dan
buku petunjuk teknis dari traktor ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan Mesin
pabrik pembuatnya nama bagian dan fungsi traktor Pertanian
• Taruna mampu menjelaskan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Internet
fungsi dari bagian-bagian prinsip kerja traktor
traktor diidentifikasi ƒ Taruna diminta untuk
berdasarkan buku petunjuk mengidentifikasi bagian-bagian
dari pabrik pembuatnya traktor berdasarkan buku petunjuk
• Taruna mampu menerapkan teknis dari pabrik pembuatnya
prinsip kerja traktor ƒ Taruna diminta untuk
diidentifikasi sesuai buku mengidentifikasi fungsi dari bagian-
petunjuk dari pabrik bagian traktor berdasarkan buku
pembuatnya petunjuk dari pabrik pembuatnya
ƒ Taruna diminta untuk
mengidentifikasi prinsip kerja
traktor sesuai buku petunjuk dari
pabrik pembuatnya
2.Mengoperasikan 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Pengoperasian ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 2 8(16) ƒ Modul
traktor Kelengkapan/implemen traktor prosedur standar pemeriksaan ƒ Praktek Pengenalan
yang dibutuhkan traktor sebelum dioperasikan ƒ Pelaporan Alat dan
dirangkaikan dengan aman ƒ Taruna diminta untuk melakukan Mesin
sesuai dengan kebutuhan teknik merangkai kelengkapan Pertanian
pengoperasian traktor ƒ Internet
2. Taruna mampu membaca ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
lisensi dan surat izin fungsi lisensi dan surat izin
tersedia sesuai dengan
kebutuhan
MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
KOMPETENSI DASAR INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

3. Taruna mampu memeriksa ƒ Taruna diminta untuk


traktor dan implemennya mempraktekkan teknik
diperiksa sebelum mengemudikan traktor yang aman
dioperasikan menurut dan terkendali
petunjuk pabrik dan ƒ Taruna diminta untuk melakukan
peraturan-peraturan yang prosedur mematikan traktor
berlaku
4. Taruna mampu
mengoperasikan traktor
dengan aman dan terkendali
sesuai dengan petunjuk
pengoperasian tanpa
merusak asesoris dan
barang yang dimuatnya
5. Taruna mampu mematikan
traktor menurut prosedur
operasional yang
dibutuhkan
3. Merawat traktor 1. Taruna dapat menjelaskan ƒ Perawatan traktor ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 4 10(20) ƒ Modul
teknis perawatan traktor prosedur standar perawatan traktor ƒ praktek Pengenalan
2. Taruna mampu memeriksa ƒ Taruna diminta untuk memeriksa ƒ Pelaporan Alat dan
traktor dan implemennya traktor dan implemennya setelah Mesin
setelah dioperasikan dioperasikan menurut petunjuk Pertanian
menurut petunjuk pabrik pabrik dan peraturan-peraturan yang ƒ Internet
dan peraturan-peraturan berlaku
yang berlaku ƒ Taruna diminta untuk membersihkan
3. Taruna mampu traktor
membersihkan traktor yang ƒ Taruna diminta untuk menyimpan
telah digunakan traktor sesuai dengan ketentuan yang
4. Taruna mampu menyimpan berlaku
traktor sesuai ketentuan
yang berlaku
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Alat Mesin Pertanian
KELAS/ SEMESTER : X/ 2
STANDAR KOMPETENSI : Mengoperasikan Sprayer
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-16
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Jenis-jenis • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 4 6(12) ƒ Modul
jenis Sprayer, bagian menyebutkan jenis- sprayer,bagian-bagian jenis-jenis sprayer ƒ Praktek Pengenalan
– bagian sprayer dan jenis sprayer,bagian- sprayer dan fungsinya • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan Alat dan
fungsinya bagian sprayer dan bagian-bagian sprayer Mesin
fungsinya • Taruna diminta untuk menyebutkan Pertanian
2. Taruna mampu fungsi sprayer ƒ Modul
membedakan jenis- Metode
jenis sprayer, Pengendalian
bagian-bagian Hama
sprayer dan ƒ Internet
fungsinya
2. Mengkalibrasi sprayer 1. Taruna mampu • Cara mengkalibrasi • Taruna diminta untuk menjelaskan cara ƒ Tertulis 3 6(12) ƒ Modul
mengkalibarasi • Perhitungan/rumus mengkalibrasi sprayer ƒ Praktek Metode
sprayer kalibrasi • Taruna diminta untuk menghitung ƒ Pelaporan Pengendalian
2. Taruna mampu kalibrasi sprayer yang sesuai dan tidak Hama
menghitung sesuai ƒ Internet
kalibrasi sprayer • Taruna diminta untuk menerapkan cara
3. Taruna dapat mengkalibrasi ketika akan
mempraktekkan menggunakan sprayer
proses kalibrasi
sprayer
ALOKASI
KOMPETENSI MATERI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

3. Mengoperasikan 1. Taruna mampu • Cara mengoperasikan • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 4 6(12) ƒ Modul
sprayer menjelaskan prinsip sprayer prinsip kerja sprayer ƒ Praktek Pengenalan
kerja sprayer • Taruna diminta untuk menjelaskan cara ƒ Pelaporan Alat dan
2. Taruna mampu kerja sprayer Mesin
memasang • Taruna diminta untuk mengoperasikan Pertanian
perangkat sprayer sprayer ƒ Modul
3. Taruna mampu Metode
menunjukkan cara Pengendalian
kerja sprayer Hama
4. Taruna mampu ƒ Internet
menggunakan
sprayer
4. Merawat sprayer 1. Taruna dapat • Cara merawat sprayer • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 2 5 ƒ Modul
menjelaskan teknis teknis merawat sprayer ƒ Praktikum (10) Pengenalan
perawatan sprayer • Mendemontrasikan merawat sprayer : ƒ Pelaporan Alat dan
2. Taruna mampu cara-cara membersikan dan menyimpan Mesin
memeriksa sprayer • Taruna diminta untuk mempelajari cara Pertanian
dan implemennya memperbaiki sprayer yang rusak ƒ Modul
setelah dioperasikan Metode
3. Taruna mampu Pengendalian
membersihkan Hama
sprayer yang telah ƒ Internet
digunakan
4. Taruna mampu
menyimpan sprayer
sesuai ketentuan
yang berlaku
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Alat Mesin Pertanian
KELAS/ SEMESTER : X/ 2
STANDAR KOMPETENSI : Mengoperasikan pompa irigasi
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-17
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Pompa irigasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 3 8(16) ƒ Alat mesin
pompa dan membedakan jenis- bagian-bagian pompa irigasi dan ƒ Praktek pertanian
fungsinya jenis pompa irigasi fungsinya ƒ Pelaporan jilid II
2. Taruna mampu ƒ Internet
mengidentifikasi
bagian-bagian pompa
dan fungsinya
3. Taruna mampu
menunjukkan bagian-
bagian pompa dan
fungsinya
2. Mengoperasikan 1. Taruna mampu • Prosedur operasional ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 4 10 ƒ Alat mesin
pompa irigasi menjelaskan prinsip pompa irigasi prinsip kerja pompa irigasi ƒ Praktek (20) pertanian
kerja pompa irigasi ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan jilid II
2. Taruna mampu cara kerja pompa irigasi ƒ Internet
merangkai pompa ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
irigasi prosedur standar pemeriksaan pompa
3. Taruna mampu irigasi sebelum dioperasikan
menunjukkan cara ƒ Taruna diminta untuk mengoperasikan
kerja pompa irigasi pompa irigasi
4. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk melakukan
menggunakan pompa prosedur mematikan pompa irigasi
irigasi
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

5. Merawat pompa 1. Taruna mampu ƒ Langkah-langkah • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 3 8(16) ƒ Alat mesin
irigasi menjelaskan prosedur merawat pompa irigasi teknis merawat pompa irigasi ƒ Praktek pertanian
perawatan pompa • Taruna diminta untuk ƒ Pelaporan jilid II
irigasi mendemontrasikan teknis merawat ƒ Internet
2. Taruna mampu sprayer : cara-cara membersikan dan
memeriksa implement menyimpan
pompa irigasi setelah ƒ Taruna diminta untuk mempelajari
dioperasikan cara memperbaiki pompa dan
3. Taruna mampu permasalahannya sehingga dapat
membersihkan pompa memperbaiki kerusakan yang ringan
irigasi yang telah
digunakan
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pupuk dan Pemupukan
KELAS/ SEMESTER : X/ 2
STANDAR KOMPETENSI : Membuat Pupuk Organik
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-18
ALOKASI WAKTU : 108X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Mengendalikan 1. Taruna mampu ƒ Jenis-jenis mikroba ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 4 10(20) ƒ Biologi
mikrobia menjelaskan jenis – ƒ Unsur hara dalam tanah jenis-jenis mikroba ƒ Praktek Pertanian
bermanfaat jenis mikroba sebagai ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan ƒ Modul Pupuk
sebagai stabir dekomposer penyedia unsur hara dalam tanah Organik
pupuk organik dan unsur hara dalam tanah ƒ Taruna diminta untuk menunjukkan ƒ Internet
penyedia hara 2. Taruna mampu observasi mikroba decomposer dalam
membedakan mikroba tanah
dekomposer seperti
azotobakter,
tricoderma, glicodium
dll

3. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Bahan-bahan dasar ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 8(16) ƒ Modul Pupuk
bahan dasar mengidentifikasi bahan pembuatan pupuk bahan dasar pembuatan pupuk ƒ Praktek Organik
pembuatan pupuk dasar pembuatan pupuk organik organik ƒ Pelaporan ƒ Internet
organik organik
2. Taruna mampu
menyebutkan dan
menjelaskan bahan
dasar pembuatan pupuk
organik
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

4. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Jenis dan sifat bahan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 8(16) ƒ Modul Pupuk
jenis dan sifat mengidentifikasi jenis membuat pupuk organik jenis-jenis bahan pembuatan pupuk ƒ Praktek Organik
bahan pembuatan dan sifat bahan organik ƒ Pelaporan ƒ Internet
pupuk organik pembuat pupuk organik ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
2. Taruna mampu sifat-sifat bahan pembuatan pupuk
merincikan jenis dan organik
sifat bahan pembuat ƒ Taruna diminta untuk memilah bahan
pupuk organik pembuatan pupuk organik

4. Membuat pupuk 1. Taruna mampu ƒ Bahan-bahan pembuatan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 16(32) ƒ Modul Pupuk
organik menyiapkan bahan- pupuk organik bahan-bahan pembuatan pupuk ƒ Praktek Organik
(microbia) bahan pembuatan ƒ Komposisi pupuk organik ƒ Pelaporan ƒ Internet
organik ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
pupuk organik
ƒ Cara pembuatan pupuk komposisi pupuk organik
2. Taruna mampu organik ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
memilah bahan- cara pembuatan pupuk organik
bahan pembuatan ƒ Taruna diminta untuk membuat
pupuk organik pupuk organik
3. Taruna mampu
menentukan
komposisi bahan
pembuatan pupuk
organik
4. Taruna mampu
membuat pupuk
organik
5. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Unsur hara makro pupuk ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 6 (12) ƒ ƒ Teknik
kandungan hara mengidentifikasi unsur organik unsur hara makro pupuk organik Budidaya
pupuk hara makro dan mikro ƒ Unsur hara mikro pupuk ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan Tanaman
kandungan hara pupuk organik unsur mikro pupuk organik Jilid I
2. Taruna mampu ƒ Modul Pupuk
menjelaskan unsur hara Organik
makro dan mikro ƒ Internet
kandungan hara pupuk
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Hidroponik
KELAS/ SEMESTER : XII/ 5
STANDAR KOMPETENSI : Membudidayakan Tanaman Secara Hidroponik
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-19
ALOKASI WAKTU : 72X 45 menit

KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER


INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

1. Menyiapkan lath 1. Taruna mampu menyebutkan ƒ Bahan-bahan lath ƒ Taruna diminta untuk menyebutkan ƒ Tertulis 4 5(10) ƒ Teknik
house (green house) bahan-bahan pembuatan lath house bahan-bahan lath house ƒ Praktek Budidaya
house (green house) ƒ Bentuk-bentuk ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan Tanaman
2. Taruna mampu menyiapkan bangunan lath bahan-bahan lath house Jilid III
bahan-bahan pembuatan lath house (green ƒ Taruna diminta untuk menyebutkan ƒ Modul
house (green house) house) bentuk-bentuk bangunan lath house Hidroponik
3. Taruna mampu membedakan (green house) ƒ Internet
bentuk-bentuk bangunan lath ƒ Taruna diminta untuk menyiapkan
house (green house) bahan-bahan pembuatan lath house
2. Menyiapkan media 1. Taruna mampu membedakan • Media tanam • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 4 10(20) ƒ Teknik
tanam jenis media yang sesuai untuk • Petunjuk pemilihan persyaratan media tanam hidroponik ƒ Praktek Budidaya
budi daya hidroponik media tanam untuk • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan Tanaman
2. Taruna mampu memilih dan budi daya prosedur penyiapan media tumbuh Jilid III
menentukan jenis media yang hidroponik • Taruna diminta untuk mengidentifikasi ƒ Modul
sesuai untuk budi daya • Komponen bahan faktor-faktor yang mempengaruhi Hidroponik
hidroponik campuran media kualitas media tanam hidroponik ƒ Internet
tanam hidroponik • Taruna diminta untuk menyiapkan
• Peralatan bahan media tanam hidroponik
penyiapan media • Taruna diminta untuk membuat media
tanam hidroponik tanam hidroponik
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

3.Menyiapkan bibit 1. Taruna mampu memilih bibit • Bahan tanam dari • Persyaratan bahan tanam yang baik ƒ Tertulis 4 10(20) ƒ Teknik
tanaman berdasarkan umur, bibit, stek, dan biji • Prosedur pemilihan bahan tanam ƒ Praktek Budidaya
ukuran dan vigoritas yang • Petunjuk prosedur • Faktor-faktor yang mempengaruhi ƒ Pelaporan Tanaman
sesuai karakteristik tanaman pemilihan bahan mutu bibit. Jilid III
2. Taruna mampu melaksanakan tanam • Pengaruh mutu bibit terhadap ƒ Modul
proses pemilihan bibit dengan keberhasilan penanaman, dan mutu Hidroponik
meminimalkan tingkat produk ƒ Internet
kerusakan bibit tanaman dan • Melakukan seleksi bibit berdasarkan
sesuai ketentuan yang berlaku jenis, ukuran, kesegaran, keutuhan
bibit

4. Menyiapkan nutrisi 1. Taruna mampu menjelaskan ƒ Jenis – jenis dan ƒ Taruna diminta untuk Menjelaskan ƒ Praktikum 3 5 (10) ƒ ƒ Teknik
jenis – jenis nutrisi tanaman fungsi nutrisi jenis dan fungsi nutrisi tanaman ƒ Tertulis Budidaya
2. Taruna mampu menyiapkan tanaman ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi ƒ Pelaporan Tanaman
alat dan bahan membuat nutrisi ƒ Alat dan bahan alat dan bahan nutrisi tanaman Jilid III
3. Taruna mampu membuat nutrisi tanaman ƒ Taruna diminta untuk mempraktekan ƒ Modul
nutrisi tanaman alternatif yang ƒ Nutrisi alternatif pembuatan nutrisi tanaman Hidroponik
belum tersedia dalam tanaman ƒ Internet
lingkungan
3. Taruna mampu menyiapkan
kondisi nutrisi yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman
4. Menanam dan 1. Taruna mampu memilih bibit ƒ Prosedur ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Tertulis 4 5(10) ƒ Teknik
menyulam tanaman yang sehat penanaman penanaman ƒ Praktek Budidaya
2. Taruna mampu menanam ƒ Kriteria tanaman ƒ Taruna diminta untuk melakukan ƒ Pelaporan Tanaman
tanaman siap tanam dalam observasi kondisi tanaman Jilid III
3. Taruna mampu bentuk bibit ƒ Taruna diminta untuk menyulam ƒ Modul
mengidentifikasi kondisi tanaman jika diperlukan Hidroponik
tanaman satu minggu setelah ƒ Internet
tanam
4. Taruna mampu menyiapkan
tanaman yang baru
5. Taruna mampu mengganti
tanaman dengan yang sehat
KOMPETENSI MATERI ALOKASI WAKTU SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN TM PS PI BELAJAR

6. Memelihara tanaman 1. Taruna mampu membedakan ƒ Penjagaan ƒ Taruna diminta untuk ƒ Tertulis 4 5(10) ƒ Teknik
hidroponik bahan-bahan kontaminan dari higienis dan menjelaskan sistem dan teknik ƒ praktek Budidaya
areal lainnya dimonitor dan kesehatan di penanganan dan pemisahan bahan ƒ Pelaporan Tanaman
dipisahkan sesuai dengan lingkungan kontaminan Jilid III
ketentuan yang berlaku bangunan sistem ƒ Taruna diminta untuk ƒ Modul
2. Taruna mampu menjaga areal hidroponik Hidroponik
menjelaskan prinsif penjagaan
di antara bangunan, jalur di ƒ Internet
kebersihan di areal lingkungan
antara tanaman dijaga
sistem hidroponik
kebersihannya dan rapi sesuai
dengan yang dipersyaratkan ƒ Taruna diminta untuk memonitor
bahan-bahan kontaminan dari areal
lainnya dan dipisahkan sesuai
dengan ketentuan
ƒ Taruna diminta untuk menjaga
kebersihan areal di antara bangunan,
jalur di antara tanaman dan rapi
sesuai dengan yang dipersyaratkan

7. Memanen dan 1. Taruna mampu menentukan ƒ Panen secara ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 4 5(10) ƒ Modul
menangani hasil tanaman siap panen sesuai manual atau kriteria tanaman siap panen ƒ praktek Panen dan
panen kriteria panen dan ketentuan mekanis ƒ Taruna diminta untuk Menjelaskan ƒ Pelaporan pasca panen
yang berlaku prinsip-prinsip pemanenan tanaman ƒ Internet
2. Taruna mampu melakukan ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
pemanenan sesuai prosedur teknik memanen secara manual atau
penanganan yang berlaku mekanis
3. Taruna mampu mencatat hasil • Taruna diminta untuk melakukan
panen pemanenan tanaman dengan
4. Taruna mampu melakukan meminimalkan kerusakan tanaman
pengelompokkan / grading sesuai ketentuan yang berlaku
hasil panen ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan
teknik pengelompokan / grading hasil
panen
• Taruna diminta untuk
Mencatat/memberi kode hasil panen
sesuai ketentuan yang berlaku
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Pelaksanaan Panen dan Pasca Panen
KELAS/ SEMESTER : XII/ 5
STANDAR KOMPETENSI : Menangani Pasca Panen
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-20
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI MATERI SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Monitoring ƒ Taruna diminta untuk menjelasskan ƒ Tertulis 4 9(18) ƒ Modul Panen
mutu hasil panen menyebutkan syarat grading kegiatan pasca teknik dan prosedur grading dan ƒ Praktek dan pasca
dari produksi sesuai panen agar diproleh penanganan hasil panen ƒ Pelaporan panen
ketentuan yang berlaku prodiuk yang ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Internet
2. Taruna mampu menjelaskan bermutu tinggi titik-titik kritis proses pasca panen
pedoman operasional ƒ Taruna diminta untuk mengidentifikasi
kegiatan grading sesuai syarat grading, rencana pemasaran dan
ketentuan yang berlaku kebutuhan spesifik pelanggan
3. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk merencanakan
menunjukkan proses dan mengkomunikasikan pedoman
pascapanen operasional grading
ƒ Taruna diminta untuk melakukan
proses pasca panen
2. Mengelola hasil 1. Taruna mampu melakukan ƒ Teknik packing ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Lisan 4 10(20) ƒ Modul Panen
pertanian pengemasan / packing hasil hasil pertanian teknik packing hasil pertanian ƒ Praktek dan pasca
pertanian ƒ Teknik ƒ Taruna diminta untuk mempraktekkan ƒ Pelaporan panen
2. Taruna mampu melakukan pengudangan hasil teknik packing ƒ Internet
pengudangan hasil pertanian pertanian ƒ Taruna diminta untuk melakukan
3. Taruna mampu mengolah/ ƒ Teknik penggudangan hasil pertanian
memanfaatkan hasil memanfaatkan / ƒ Taruna diminta untuk mendiskusikan
pertanian mengolah hasil pengolahan hasil pertanian
pertanian
ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI MATERI SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

3. Merancang 1. Taruna mampu melakukan • Teknik pendekatan • Taruna diminta untuk memahami ƒ Tertulis 4 5(10) 0 ƒ Modul Panen
pemasaran pendekatan kepada pelanggan kepada pelanggan teknik pendekatan pelanggan ƒ Praktek dan pasca
2. Taruna mampu merinci • Teknik pembuatan • Taruna diminta untuk memahami ƒ Pelaporan panen
kebutuhan pelanggan kuisioner sesuai cara pembuatan kuisioner ƒ Marketing
3. Tarunakan mampu ketentuan • Taruna diminta untuk memahami ƒ Internet
mengarahkan pelanggan • Teknik merespon teknik mengarahkan pelanggan pada
4. Taruna menerapkan konsep pelanggan produk spesifik
product, price, place, dan • Teknik • Taruna diminta untuk melakukan
promotion berkomunikasi pendekatan kepada pelanggan pada saat
• Teknik jual beli yang tepat dan dengan keramah tamahan
• Taruna diminta untuk membentuk
kebutuhan pelanggan melalui
penggunaan quisioner secara aktif
• Taruna diminta untuk mengarahkan
pelanggan pada produk spesifik dan
tempat penjualan khusus, sesuai dengan
kebutuhan pasar
• Taruna diminta untuk menerapkan
konsep produk yang berkualitas, harga
yang bersaing, tempat berjualan yang
strategis, dan promosi yang tepat
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Alternatip Bahan Pangan
KELAS/ SEMESTER : XII/ 5
STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan Sumber Pangan Alternatif
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-21
ALOKASI WAKTU : 36 X 45 menit

ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI MATERI SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Potensi sumber daya ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 6 13(2 ƒ Modul
potensi sumber menjelaskan potensi lokal sebagai sumber potensi sumber daya lokal sebagai ƒ Observasi 6) Alternatif
daya lokal yang sumber daya lokal pangan alternatif sumber pangan alternatif lapanganm Bahan
berpotensi sebagai sumber ƒ Pangan alternatif ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan Pangan
sebagai sumber pangan baru ƒ Membudidayakan macam – macam jenis pangan alternatif ƒ Internet
pangan baru 2. Taruna mampu pangan alternatif kearifan lokal
mengidentifikasi sesuai kearifan lokal ƒ Taruna diminta untuk membudidayakan
potensi sumber daya pangan alternatif kearifan lokal
lokal yang berpotensi
sebagi sumber pangan
lokal
3. Taruna mampu
membudidayakan
sumber pangan
alternatif kearifan
lokal
2. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu • Pengelolaan sumber • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 11 ƒ Modul
pengelolaan menjelaskan daya genetik pengelolaan sumber daya genetik ƒ Praktek (22) Alternatif
sumber daya pengelolaan sumber • Genetika tanaman • Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan Bahan
genetik daya genetik genetik tanaman Pangan
2. Taruna mampu ƒ Internet
mengidentifikasi
pengelolaan sumber
daya genetik
NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 2 Subang
KOMPETENSI KEAHLIAN : AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
MATA PELAJARAN : Sistem Pola Tanam
KELAS/ SEMESTER : X/ 2
STANDAR KOMPETENSI : Mendeskripsikan Sistem Pola Tanam
KODE STANDAR KOMPETENSI : 104.KK-22
ALOKASI WAKTU : 36 x 45 menit

ALOKASI WAKTU
KOMPETENSI MATERI SUMBER
INDIKATOR KEGIATAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
DASAR PEMBELAJARAN BELAJAR
TM PS PI

1. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Sistem pola tanaman ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 6 13(26) ƒ Modul
sistem pola menentukan pola monokultur sistem pola tanaman monokultur ƒ Praktek Sistem Pola
tanaman tanam monokultur ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan hasil tanam
monokultur antara tanaman keuntungan dan kerugian sistem pola observasi ƒ Internet
dengan lokasi / lahan tanaman monokultur
2. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk mempraktikan
menjelaskan syarat – budidaya sistem pola tanaman
syarat pola tanam monokultur
monokultur
3. Taruna
mennyebutkan
keuntungan dan
kerugian sistem pola
tanam monokultur
2. Mengidentifikasi 1. Taruna mampu ƒ Sistem pola tanaman ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Tertulis 5 12(24) ƒ Modul
sistem pola menentukan pola polykultur sistem pola tanaman polykultur ƒ Praktek Sistem Pola
tanaman tanam polykultur ƒ Taruna diminta untuk menjelaskan ƒ Pelaporan tanam
polykultur antara tanaman keuntungan dan kerugian sistem pola ƒ Internet
dengan lokasi/lahan tanaman polykultur
2. Taruna mampu ƒ Taruna diminta untuk mempraktikan
menjelaskan syarat – budidaya sistem pola tanaman
syarat pola tanam polykultur
polykultur
3. Taruna menyebutkan
keuntungan dan
kerugian sistem pola
tanam polykultur
Keterangan:

ƒ TM = Tatap Muka
ƒ PS = Praktek di Sekolah (2 jam praktik di sekolah setara dengan 1 jam tatap muka)
ƒ PI = Praktek di Industri (4 jam praktik di Du/Di setara dengan 1 jam tatap muka)

Anda mungkin juga menyukai