KASUS MAYOR
Disusun Oleh :
Pembimbing:
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
BAB II KASUS............................................................................................................2
3.1 Definisi..................................................................................................................14
3.2 Epidemiologi.........................................................................................................15
3.3 Etiologi..................................................................................................................16
3.4 Etiopatogenesis.....................................................................................................16
3.5 Manifestasi Klinis.................................................................................................19
3.6 Patogenesis............................................................................................................21
3.7 Diagnosa................................................................................................................22
3.8 Diagnosis Banding................................................................................................22
3.8.1 Lichen Planus Oral........................................................................................22
3.8.2 Pemfigoid Bulosa...........................................................................................24
3.8.3. Leukoplakia..................................................................................................25
3.8.4. Kandidiasis pseudomembran (Thrush)......................................................25
3.8.5. Hairy Leukoplakia.......................................................................................26
3.9. Perawatan...........................................................................................................27
3.9.1 Perawatan pada Pasien.................................................................................27
BAB IV DISKUSI.....................................................................................................31
BAB V KESIMPULAN...........................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satunya sistemik penyakit yang mungkin ditemui dokter gigi dalam
prakteknya adalah Gagal Ginjal Kronis (CRF) atau Penyakit Ginjal Stadium Akhir
uremia pada pasien dengan ESRD yang tidak terdiagnosis. Sejak pertama kali
dilaporkan, hanya sedikit pasien yang telah dirinci dalam literatur. Pada banyak
kasus stomatitis muncul ketika kadar urea darah lebih tinggi dari 300 mg/mL,
walaupun, dapat pula terjadi perubahan mukosa pada kadar urea kurang dari 200
mg / mL.
diduga akibat dari peningkatan kadar senyawa amonia. Amonia terbentuk melalui
aksi bakteri urease yang memodifikasi urea saliva, yang dapat meningkat pada
pasien yang terkena. Penyebab lain dari perubahan mukosa yang berhubungan
mengganggu asupan nutrisi dan cairan, mengurangi aliran saliva, dysgeusia, dan
1
BAB II
KASUS
Nama : Doni, Tn
Usia : 37 tahun
S: Pasien laki-laki usia 37 tahun dirujuk dari MIC ke poli gigi dan mulut Rumah
O:
Mukosa labial bawah : a.r gigi 31 terdapat purpura keunguan, bentuk oval, tipe
2
Mukosa bukal kanan : tidak ada kelainan
Mukosa bukal kiri : terdapat ekimosis a.r 23, bentuk oval, tepi ireguler, ukuran
1x1,5 cm
3
A
DK/ - Purpura Trombositopenia a.r gingival, labial bawah dan bukal kiri
P:
- Pro konsul bagian Periodonsia untuk tatalaksana scaling (jika keadaan umum
- pro pemberian NaCl 0,9% fls No. I 2x10mL (basahi kassa kompres bibir)
O:
Pemeriksaan Laboratorium
4
5
MCV 76.7 fL 80 – 96
MCH 28.6 pg 27.5 – 33.2
MCHC 37.2 g 33.4 – 35.5
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 2 % 0–4
Neutrofil Batang 0 % 3–5
Neutrofil Segmen 83 % 45 – 73
Limfosit 6 % 18 – 44
Monosit 9 % 3–8
RDW-CV 13.1 % 11.5 – 14.5
RDW-SO 36.9 % 35.1 – 47.9
24 Februari 2020
Glukosa 103 mg/dL < 140
Sewaktu
Ureum 154.0 mg/dL 15.0 - 39
Kreatinin 15.30 mg/dL 0.6 – 1.5
Natrium (Na) 128 mEq/ L 135 - 145
Kalium (K) 3 mEq/ L 3.5 – 5.1
Mukosa labial bawah : a.r 31 purpura menghilang tetapi terdapat plak putih
(-)
A:
P:
- melanjutkan OHI, KIE (membersihkan gigi dan rongga mulut dengan kassa
S: Keluhan sakit di rongga mulut sudah tidak dirasakan sejak 2 hari terakhir,
tetapi ada rasa kering di bibir dan dioles oleh madu. Obat kumur habis.
Eosinofil 1 % 0–4
Neutrofil Batang 0 % 3–5
Neutrofil Segmen 83 % 45 – 73
Limfosit 8 % 18 – 44
Monosit 3 % 2–8
RDW-CV 13.1 % 11.5 – 14.5
RDW-SO 36.8 % 35.1 – 47.9
Albumin 2.06 g/ dL 3.4 – 5.0
Ureum 195.3 mg/dL 15.0 - 39
Kreatinin 17.73 mg/dL 0.6 – 1.5
Natrium (Na) 126 mEq/ L 135 - 145
Kalium (K) 4.0 mEq/ L 3.5 – 5.1
Kalsium Ion 3.55 mg/dL 4.5 - 5.6
Magnesium 2.3 mg/dL 1.2 – 2.4
O:
A:
P:
- OHI, KIE (menyikat gigi dengan sikat gigi berbulu halus minimal 3x
sehari)
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
rongga mulut. Terlepas dari sistem organ yang terlibat, perubahan sering terjadi di
rongga mulut yang mencerminkan penyakit di bagian tubuh yang lain. Jadi secara
akurat dikatakan bahwa rongga mulut adalah cermin kesehatan umum dan
terapi lokal, jika perlu. Salah satunya sistemik penyakit yang mungkin ditemui
dokter gigi dalam prakteknya adalah Gagal Ginjal Kronis (CRF) atau Penyakit
Ginjal Stadium Akhir (ESRD). Stomatitis uremik (US) terjadi di rongga mulut
sebagai komplikasi uremia pada pasien dengan ESRD yang tidak terdiagnosis atau
ginjal kronis. Stomatitis uremik merupakan komplikasi uremia yang jarang terjadi
yang dapat terjadi sebagai akibat gagal ginjal stadium lanjut. Sejak pertama kali
dilaporkan, hanya sedikit pasien yang telah dirinci dalam literatur. Pada banyak
kasus stomatitis muncul ketika kadar urea darah lebih tinggi dari 300 mg/mL,
walaupun, dapat pula terjadi perubahan mukosa pada kadar urea kurang dari 200
mg / mL15
14
Gambar 1. Bercak curdy berwarna putih pada permukaan dorsal lidah
3.2 Epidemiologi
Uremic stomatitis jarang terjadi, biasanya terjadi pada kedaan gagal ginjal
yang parah. Angka kejadianya hanya 14% dari pasien dengan terapi hemodialisis.
Diperkirakan hanya 8 dari 562 penderita gagal ginjal kronis yang menderita
uremic stomatitis. Sejak pertama kali disebutkan oleh Lancereaux pada tahun
1887 dan dijelaskan oleh Barie pada tahun 1889, hanya ada sejumlah kecil kasus
yang relevan dalam literatur. Empat dari 300 pasien dengan uremia diamati
empat pasien lain yang terkena dilaporkan dari kelompok 262 pasien dengan
14
penyakit ginjal. Gambaran klinis stomatitis uremik tidak didefinisikan dengan
baik dan jarang diperinci dalam buku teks yang relevan 14 15.
3.3 Etiologi
bahwa ini mungkin merupakan akibat dari peningkatan kadar senyawa amonia.
terbentuk melalui aksi bakteri urease yang memodifikasi urea saliva, yang dapat
dengan uremia termasuk diatesis hemoragik, yang umum terjadi pada uremia,
pseudomembran 15.
3.4 Etiopatogenesis
dapat disebabkan oleh penyakit gagal ginjal akut atau kronis. Gagal ginjal kronis
(CRF) adalah suatu penyakit akibat dari penurunan nefron yang progresif dan
hemodialisis. Setelah dilakukan dialisis ginjal, kejadian uremia berat pada CRF
terbukti telah menurun, karenanya jumlah kasus relatif kecil dalam literatur 14..
14
Kehilangan fungsi ginjal secara progresif dapat berkembang menjadi
insufisiensi ginjal kronis dan, jika tidak ditangani, dapat terjadi CRF. Sehingga
untuk menjalankan fungsi penting secara memadai karena retensi zat nitrogen,
disertai dengan peningkatan urea darah, nitrogen, dan non protein nitrogen. CRF
menjadi infeksi endokarditis, anemia, dan perubahan folat, B12, zat besi, dan
metabolisme kalsium dan fosfor, kurangnya konvers ivitamin D dalam ginjal, dan
glass-ground, hilangnya lamina dura, lesi radiolucent giant cell, mobilitas gigi,
akhir diabaikan dan jauh lebih banyak daripada populasi pada umumnya 14 15..
14
Walaupun telah ada diskusi mengenai patogenesis stomatitis uremik,
patofisiologi yang tepat dari kondisi ini tetap tidak teridentifikasi. Sebagian besar
penulis percaya bahwa lesi oral berkembang karena iritasi dan cedera kimia pada
mukosa oleh amonia atau senyawa amonium yang terbentuk oleh hidrolisis urea
dalam saliva oleh urease. Menurut teori ini, ketika konsentrasi urea intraoral
melebihi 30 mmol/L (dimana individu yang sehat memiliki campuran saliva yang
kalkulus gigi dan bakteri oral menghidrolisis urea saliva menjadi amonia bebas.
Kebersihan mulut yang buruk, gingivitis kronis dan penyakit periodontal, gigi
dengan gigi dan tidak di bawah gigi tiruan mendukung teori ini 14..
toksin uremik dapat bertindak langsung terhadap sel epitel dengan mengubah
berlanjut secara bertahap periode bertahun-tahun dan terjadi biasanya pada kasus
gagal ginjal lanjut. Pendarahan lokal, infeksi, dan rendahnya system imun juga
lokal selama konsentrasi darah urea tetap tinggi, maka pengobatan didasarkan
14
pada peningkatan gagal ginjal yang mendasarinya dan didukung oleh peningkatan
kebersihan mulut dengan antiseptik obat kumur dan agen antimikroba / antijamur
kasus penyakit lanjut. Empat jenis stomatitis uremik antara lain: stomatitis
tindih pada mukosa eritematosa. Bentuk kedua, yaitu lebih umum, adanya ulserasi
Bentuk hyperkeratotic adalah perubahan langka yang dapat terjadi pada gagal
ginjal yang sudah berlangsung lama, mungkin karena efek toksik bahan kimia
pada mukosa mulut. Ini berbeda dari bentuk erythemopultaceous, yang terjadi
14
Gambar 2. Foto intra oral menunjukan adanya lesi pseudomembran dengan ulserasi pada mukosa
oral
ventral lidah dan pada permukaan mukosa anterior. Lesi ini resisten terhadap
pengobatan selama kadar urea darah tetap tinggi dan sembuh secara spontan
dalam 2-3 minggu setelah gangguan ginjal yang mendasarinya teratasi 14.
persepsi yang berubah terhadap rasa manis dan asam, dan sensasi terbakar pada
bibir dan lidah yang mungkin disebabkan oleh aktivasi pain pathway activation.
Pasien yang lebih muda biasanya memiliki gangguan yang lebih signifikan dalam
modalitas rasa daripada pasien yang lebih tua, tetapi mereka mungkin memiliki
pemulihan fungsi rasa saraf yang lebih baik setelah dialysis 14..
mulut kering, bau seperti amonia yang dihasilkan dari kandungan urea yang
tinggi, lesi mukosa, mobilitas gigi, maloklusi, dan peningkatan risiko erosi gigi
14
Gambar 3. Tampilan klinis lidah pasien. Ulserasi dan area atrofi pada permukaan dorsal lidah
3.6 Patogenesis
menghasilkan urea memodifikasi urea saliva yang meningkat pada pasien gagal
ginjal kronis. Uremic stomatitis terlihat pada level urea darah yang lebih tinggi
dari 300mg/mL, meskipun dilaporkan adanya perubahan mukosa pada level urea
kurang dari 200 mg/mL dan diperkirakan sudah ada perubahan pada mukosa pada
level diatas 55 mg/dL. (keadaan normal 18-21 mg/mL) Pada keadaan uremia,
glomerular filtration menjadi progressif terjadi retensi sisa produksi nitrogen, hal
ini dapt dikonfermasi dengan pemeriksaan Blood Urea nitrogen (BUN) dan serum
keratin. Glomerular Filtration Rate (GFR) menjadi deteksi derajat keparahan dari
gagal ginjal.13
14
3.7 Diagnosa
skuamosa berlapis yang mempengaruhi kulit, mukosa mulut, dan genital. Lesi
imunologi dengan limfosit T tertarik ke antigen dalam epithelium. Baik sel CD4
dan subset sel CD8-T banyak ditemukan tersebar pada interfase jaringan ikat-
epitel dari jaringan yang nekrosis. Keradangan kronis ini menimbulkan perubahan
epitel, jumlah deposit fibrinogen yang sangat kuat banyak di membran dasar, dan
pada akhirnya, kerusakan lapisan dasar epithelium yang bersangkutan. Mediasi sel
14
imun memegang peran penting dalam patogenesis dari lichen planus. Sel imun
yang berperan yaitu sel limfosit T yang dapat menyebabkan gangguan mediasi.
Faktor predisposisi dari lichen planus karena faktor genetik, stres telah
paling sering terjadi, lesi lichenoid antara lain karena bahan restorasi gigi
hipertensi dan diabetes, dapat terjadi dari manifestasi dari reaksi terhadap obat
yang digunakan. Penggunaan obat dan vaksin seperti obat antidiabetes, obat
susunan garis interkoneksi putih tipis yang disebut “striae”. Lesi yang mendasar
terdapat susunan papula dan stria / nodul putih pada mukosa, berukuran kecil, dan
mengkilap. Lesi lichen planus biasanya simetris dalam rongga mulut. Karateristik
dari LPO ialah hiperkeratosis vaskualisasi sel basal dengan keratosis apoptosis,
Lesi kulit lichen planus secara klasik digambarkan berupa papula berwarna
ungu, pruritus, dan poligonal. Pada awalnya terdiri atas papula yang kecil, rata,
berwarna merah, dengan bagian tengah yang cekung. Lesi dapat membesar dan
14
menjadi bentuk poligonal atau bergabung menjadi plak yang lebih besar. Papula
Lesi kulit biasanya gatal dan berubah menjadi kuning atau cokelat sebelum
akhirnya hilang. Disisi lain keterlibatan ekstraoral meliputi kelenjar penis, mukosa
vulva dan kuku yang dapat menyebabkan perubahan distrofik, misalnya: alopecia
atau kuku cacat terlihat sesekali. Lesi genital biasanya putih atau erosif. Pada
umumnya lesi akan ditemukan secara bilateral pada permukaan fleksor anggota
dapat terkena lebih dari satu bentuk lesi. Daerah yang paling sering terkena adalah
mukosa bukal. Lidah, bibir, palatum, gingival, dan dasar mulut juga dapat terkena.
mulut tersebut ditemukan pada 20% kasus. Ditandai dengan bula subepidermal
yang besar dan berdinding tegang disertai vesikel dan eritema. Bula tersebut dapat
pecah di daerah erosif yang luas, khususnya pada perlekatan gingiva. Daerah
lainnya yang dapat terkena pada palatum lunak, mukosa bukal, bagian dasar
14
mulut. Pada pemeriksaan immunofluoresensi terdapat IgG dan C3 sepanjang dasar
3.8.3. Leukoplakia
Gambaran klinis leukoplakia diawali dengan lesi putih bening tidak teraba,
bervariasi. Ada yang berbentuk homogenus, bercak, nodul dan veruka. Warna
(akantosis).3,11
Gambar 5 Leukoplakia
Bercak seperti krim berwarna putih mutiara atau putih kebiruan yang dapat
dikerok dan meninggalkan dasar yang berwarna merah. Bercak tersebut terdiri
dari epitel deskuamasi, keratin, fibrin, jaringan nekrotik, sisa makanan, sel
14
radang dan kuman yang terinfiltrasi oleh hifa. Penyebabnya karena pertumbuhan
yang berlebihan dari dari spesies Candida Albican. Pengobatan topikal diberi
mg.3,8
mempengaruhi margin lidah hampir secara eksklusif. Lesi dapat juga ditampilkan
14
3.9. Perawatan
dilakukan pemberian terapi pada pasien uremic stomatitis baik lokal atau sistemik.
hemodialisis16 . Terapi lokal yang diberikan pada pasien uremic stomatitis adalah
kontol oral hygene, pemberian obat kumur Hidrogen Peroksida 10% (1:1 dengan
air) 3-4 kali sehari selama 1-2 minggu, pemberian antijamur topical seperti
mikonazole oral gel 3-4 kali sehari atau nistatin oral suspensi 3-4 kali sehari bila
xerostomia.16,18
gagal ginjal kronis dan akan sembuh spontan setelah 2-3 minggu pasca terapi 17,18
14
nonfarmakologis berupa OHI KIE (membersihkan gigi dan mulut dengan sikat
1. Chlorhexidine
a. Indikasi
fisik, untuk control plak yang inadekuat, pada pasien setelah oral
b. Farmakodinamik
jam20.
c. Farmakokinetik
14
Rendah toksisitas dan retensi didalam mulut, yang mana akan
d. Efek samping
gluconate yaitu :
Pembengkakan parotid19.
e. Sediaan
4. Peren karet
14
5. Pasta gigi
2. NaCl
cairan garam fisiologis yang baik digunakan untuk pembersih, pembasuh dan
kompres pada luka. NaCl 0,9 % memiliki komposisi dan konsentrasi cairan
yang hampir sama dengan cairan tubuh sehingga tidak mengiritasi jaringan.
14
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki usia 37 tahun datang ke poli gigi dan mulut Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung, pasien dirujuk dari Bagian Penyakit dalam dengan penurunan
kesadaran berdasarkan informasi dari perawat terdapat banyak sariawan di mulut dan bau
urea dalam darah, diagnosis pasien ini adalah Stomatitis Uremik. Patogenesi dari
stomatitis uremik terjadi akibat dari peningkatan kadar amoniak. Amoniak dibentuk
melalui bakteri yang menghasilkan urea memodifikasi urea saliva yang meningkat
pada pasien gagal ginjal kronis. Pada keadaan uremia, glomerular filtration
menjadi progressif terjadi retensi sisa produksi nitrogen, hal ini dapt dikonfermasi
dengan pemeriksaan Blood Urea nitrogen (BUN) dan serum keratin. Glomerular
Filtration Rate (GFR) menjadi deteksi derajat keparahan dari gagal ginjal.
Perawatan yang diberikan pada pasien untuk kunjungan pertama adalah Oral
hygiene dan edukasi (membersihkan rongga mulut dengan kassa yang dibasahi
Chlorhexidine digluconate 0,12 % minimal 3x sehari), kompres bibi dengan kassa yang
dibasahi NaCl 0,9 % minimal 3x sehari. Pada kunjungan kedua (1 minggu kemudian)
diberikan dan pada kunjungan ketiga (1 minggu kemudian) diberikan resep yang sama.
31
Chlorhexidine mengikat dinding sel bakteri, dosis yang tinggi akan menimbulkan
pengendapan
dari protein interseluler yang memicu kematian sel. Rendah toksisitas dan retensi
didalam mulut, yang mana akan terpengaruh oleh sukrosa dan pH. 22
cairan garam fisiologis yang baik digunakan untuk pembersih, pembasuh dan
kompres pada luka. NaCl 0,9 % memiliki komposisi dan konsentrasi cairan yang
hampir sama dengan cairan tubuh sehingga tidak mengiritasi jaringan. Namun
32
BAB V
KESIMPULAN
ginjal kronis. Kasus ini menjelaskan seorang Pasien laki-laki usia 37 tahun dirujuk
dari MIC ke poli gigi dan mulut Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dengan
banyak sariawan pada mulut pasien dan bau mulut. Setelah melakukan
pemeriksaan klinis, dan cek lab darah pasien didiagnosa dengan stomatitis uremik.
bibir. Pada kontrol pertama, obat pasien masih sama dan dilanjutkan hingga
kontrol kedua. Kondisi pasien membaik dan penggunaan NaCl sebagai obat
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Neville B.W, Damm D.D, dkk. 2009. Oral and Maxillofacial Pathology.
Edisi Ke-3. Elsevier : Philadelphia. Hal 782-788
3. Langlais R.P, Miller C.S, Gehrig J.N. 2009. Atlas Berwarna Lesi mulut
Yang Sering Ditemukan (Colour Atlas of Common Oral Disease). Edisi
Ke-4. EGC : Jakarta. Hal 142
4. Greenberg M.S, Glick M, Ship J.A. 2008. Burket’s Oral Medicine. Edisi
Ke-11. Decker Inc : Ontario. Hal 89-95
7. Ibsen O.A.C, Phelan J.A. 2004. Oral Pathology for the Dental Hygienist.
Elsevier : Philadelphia. Hal 102-104
34
13. Lynch, Brightman, Greenberg. Burket: Ilmu Penyakit Mulut, Diagnosa
dan Terapi, Edisi Sembilan, Binarupa Aksara, 2003 ; p.408-27
17. Roda, Soriano, Bagan Cervero. Dental Management in renal failure : Patients on
dialysis. Journal Med Oral patol oral Cir Bucal. 2008 Jul 1;13 (7) : E419-26
18. Porter, Barrett, Carvalho, Segundo, Gueiros, Leao. Uremic Stomatitis In Chronic
Renal Failure. Journal Clinics. 2005 ; 60 (3) :259-62
19. Felton, Ann, Alison Chapman and Simon Felton. 2010. Basic Guide to
OralHealth Education and Promotion. Willey-Blackwell.
20. Udaykumar, Padmaja. 2007. Textbook of Pharmacology for Dental and Allied
Health Sciences. Jaypee : New Delhi.
21. Haveles, Elena Bablenis. 2011. Applied Pharmacology for the Dental Hygienist.
6th Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
23. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
35