Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MANAJEMEN ASUHAN GIZI KLINIK (PKL-MAGK) PADA KASUS

OBSERVASI MELENA SUSP. EC ULKUS PEPTIKUM DAN ISPA DENGAN DM

Di RSUD KOTA SALATIGA

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Praktek Kerja
Lapang (PKL) Manejemen Asuhan Gizi Klinik

Disusun Oleh

MIFTAKHUL ISTINGANAH

J310120070

PROGAM STUDI S1 GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan studi kasus mendalam dengan judul “Observasi Melena et cause Ulkus
Peptikun dan ISPA dengan DM di Ruang Flamboyan Di RSUD Kota Salatiga”

Oleh:

MIFTAKHUL ISTINGANAH
(J310120070)

Salatiga, 22 November 2015

Menyetujui,

Kepala Instalasi Gizi Pembimbing Lapang

Sri Budiharti, S.Gz Nurul, Fadhilah, AMG


NIP. 19650226 199301 2001 NIP. 19770810 200604 2029

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan kasus mendalam praktek kerja

lapangan asuhan gizi klinik pada kasus “Obsevasi Melena Susp. Ec Ulkus

Peptikum dengan DM” dapat terselesaikan dengan lancar.

Proposal ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai

pihak, untuk itu penulis menyampaikan penghargaan dan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan, semangat, dan doa;

2. Ibu Setyaningrum Rahmawaty, A, M.Kes, Ph.D selaku ketua Program Studi

Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta;

3. Ibu Budiharti, SGz selaku pembimbing lapangan

4. Ibu Nurul Fadhilah, AMG selaku pembimbing klinik

5. Teman-teman S1 Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2012.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

laporan ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Salatiga, 24 November 2015

Penulis

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saluran pencernaan terdiri dari suatu saluran kontinu yang berjalan dari

mulut sampai anus, dengan modifikasi lokal yang mencerminkan spesialisasi

regional untuk menjalankan fungsi pencernaan. Fungsi sistem utama

pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien seperti air, dan

elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.

Melena adalah buang air besar seperti aspal, umumnya disebabkan

perdarahan saluran bagian atas mulai dari esofagus sampai duodenum. Warna

merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri

setelah 14 jam (Sylvia,2005).

Umumnya perdarahan saluran makan bagian atas termasuk penyakit gawat

darurat yang memerlukan tindakan medik intensif yang segera di rumah sakit /

puskesmas karena angka kematiannya yang tinggi, terutama pada perdarahan

varises esofagus.

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di

Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rat-rata 40 – 55%,

kemudiaa munyusul gastritis hemoragika dengan 20 – 25% dan ulkus peptikum

dengan 15 – 20% sisanya keganasan, uremia dan sebagainya (Hilmy,2010).

Tanda dan gejala umum pada melena adalah BAB warna kehitaman

(melena), mengeluarkan darah dari rectum,denyut nadi yang cepat, nyeri perut,

4
jika ada perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan anemia, mudah

lelah, pucat, nyeri dan pusing.

Perdarahan saluran cerna bagian atas dapat menyerang semua golongan

dan semua orang. Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis penderita

seperti faktor umur,kadar hb, tekanan darah selama perawatan dan lain-lain.

Perdarahan yang banyak dan berlebihan dapat menyebabkan kematian apabila

tidak segera ditanggulangi secara cepat.

Studi kasus ini dilaksanakan untuk mengetahui lebih lanjut terapi diit pada

pasien Observasi melena et cause ulkus peptikum yang dirawat di ruang

Flamboyan RSUD Salatiga.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mahasiswa mampu menerapkan nutritional care proses (NCP) pada pasien

observasi melena et cause ulkus peptikum.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis gizi pada pasien observasi

melena et cause ulkus peptikum.

b. Mahasiswa mampu melakukan assesmen gizi pada pasien observasi

melena et cause ulkus peptikum.

c. Mahasiswa mampu melakukan diagnosis gizi pada pasien observasi

melena et cause ulkus peptikum.

5
d. Mahasiswa mampu melakukan intervensi atau implementasi gizi pada

pasien observasi melena et cause ulkus peptikum.

e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi gizi pada

pasien observasi melena et cause ulkus peptikum.

f. Mahasiswa mampu melaksanakan konsultasi gizi pada pasien observasi

melena et cause ulkus peptikum.

C. Waktu dan tempat

Studi kasus mendalam ini dilaksanakan pada :

1. Waktu

Hari : Kamis – minggu

Tanggal : 5 – 8 November 2015

2. Tempat

Tempat praktek : RSUD Salatiga

Tempat pengambilan kasus : Bangsal Flamboyan 301 kelas

perawatan III.

D. Jenis Data dan Cara Pengupulan Data

1. Jenis Data

a. Data primer

Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung dan observasi

kepada pasien yang meliputi data sosial, ekonomi, kebiasaan makan

sebelum di rawat di rumah sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.

6
b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara mencatat pada rekam medik

pasien yang meliputi data pemeriksaan fisik, klinis dan laboratorium

dan diagnosis medis.

2. Cara pengumpulan data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap pasien dan keluarga untuk mengetahui

data sosial, ekonomi, kebiasaan makan sebelum di rawat di rumah sakit,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat

penyakit keluarga.

b. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan melihat langsung keadaan pasien.

Pengamtan dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik dan asupan

makan/recall selama di rumah sakit.

c. Pencatatan

Pencatatan dilakukan dengan melihat data hasil pemeriksaan fisik,

klinik, dan hasil laboratorium dari rekam madik pasien.

7
E. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan prisip dan

syarat diit pada pasien.

b. Dapat memberikan intervensi yang tepat pada pasien sesuai dengan

diagnosis medis, diagnosis gizi berdasarkan data antropometri, fisik,

klinis, pemeriksaan biokimia dan status gizi.

2. Bagi pasien dan keluarga

Pasien dapat memahami dan menerapkan terapi diit yang telah diberikan

setelah pulang dari rumah sakit serta keluarga dapat membantu dan

memotivasi pasien dalam melaksanakan diit.

3. Bagi instalasi gizi

Sebagai masukan data yang telah dikaji secara mendalam dapat digunakan

untuk menentukan diet dan menu pasien.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

1. Melena et cause ulkus peptikum

Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan

lengket yang menunjukan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta

dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari

konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber

perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas (Sylvia, A price,

2005)

Melena merupakan feses berwarna hitam seperti teh karena bercampur

darah, umumnya terjadi akibat perdarahan saluran pencernaan bagian atas yang

lebih dari 50 – 500 ml dan biasanya disertai hematemesis atau perdarahan usus-

usus ataupun colon bagian kanan dapat menjadi sumber lainnya (Porter, R.S.,

et al., 2008).

Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung

terputus dan meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak

meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun seringkali dianggap

juga sebagai tukak (misalnya tukak karena stress). Diketahui bahwa ulkus

peptikum terjadi hanya pada area saluran gastrointestinal yang terpajang pada

asam hidroklorida dan pepsin. Penyakit ini terjadi dengan frekuensi paling

besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun (Smeltzer, 2001).

9
2. Batu Empedu

Hati merupakan salah satu organ tubuh penting yang berperan dalam

metabolisme karbohidrat lemak dan protein. Hati merupakan tempat

penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk

pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak seperti A,D,E

dan K. Hati mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam

detoksifikasi obat-obatan dan racun-racun. Dengan demikina kelainan serta

kerusakan pada hati berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan

penggunaan makanan dalam tubuh sehingga sering menyebabkan gangguan

gizi.

Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis

hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin

tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini disertai anoreksia, demam, rasa

mual dan muntah, serta jaundice (kuning). Sirosis hati adalah kerusakan hati

yang menetap yang disebabkan oleh hepatitis kronis, alkohol, saluran empedu

dan berbagai kelainan metabolisme.

Batu empedu Adalah batu yang berada di kandung empedu atau saluran

empedu. Batu empedu merupakan organ berbentuk buah pir kecil yang terletak

diperut sebelah kanan, dan tersembunyi di bawah hati. Kandung empedu

menyimpan cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Kandung empedu bisa

menyimpan sekitar 0,4 liter empedu. Hati menghasilkan sekitar satu liter

empedu setiap hari. Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi

(menciut) sehingga mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau

10
kecoklatan ke dalam usus halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan

lemak dan beberapa vitamin, seperti vitamin A, D, E, dan K. Empedu

merupakan campuran dari asam empedu, protein, garam-garam kalsium,

pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol (Almatsier, 2004).

3. Diabetes Melitus

Diabetes melitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan hormon insulin secara absolut atau relatif oleh pankreas atau bisa

juga karena kurangnya respon tubuh terhadap insulin, atau bisa juga akibat dari

adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin.

Penyakit kencing manis terjadi ketika pankreas tidak bisa lagi

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup, atau  tubuh Anda menjadi

kurang sensitif terhadap insulin yang dihasilkan tubuh fungsi dari Hormon

Insulin yaitu untuk mengubah Glukosa menjadi energi. Jika produksi insulin

berkurang atau tidak efektif maka kadar Glukosa darah menjadi tidak

terkendali dengan optimal hal ini dapat berujung pada terjadinya penyakit

Diabetes Melitus (Almatsier, 2004).

4. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)

Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan

atas yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung

kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi

kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara

stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).

11
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari

saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan

adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat

infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang

berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

B. Etiologi Penyakit

Hematemesis melena terjadi bila ada perdarahan didaerah proksimal

jejenum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan

hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50 – 100 ml, baru di

jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis

atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya

perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan

suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.

Etiologi dari Hematemesis Melena adalah :

1. Kelainan di esophagus : Varises, karsinoma, esofagitis dan sindroma

Mallory - Weiss

2. Kelainan lambung : tukak lambung, gastritis erisova hemoragika

3. Kelainan darah : leukimia, anemia, hemofili, trombositopenia purpura.

4. Penyakit sistemik lainnya: uremik dan lain-lain

5. Pemakaian obat-obat yang ulserogenik : golongan salisilat, kortikosteroid,

dan alkohol.

12
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di

Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rat-rata 40 – 55%,

kemudiaa munyusul gastritis hemoragika dengan 20 – 25% dan ulkus peptikum

dengan 15 – 20% sisanya keganasan, uremia dan sebagainya (Hilmy,2010).

C. Patofisiologi Penyakit

Pada gagal hepar sirosis kronis , kematian sel dalam hepar mengakibatkan

peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral

dalam sub mukosa esophagus, lambung dan rectum seta pada dinding abdomen

anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari

sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena

ini, maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh

darah disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan

gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangan darah tiba-

tiba, penurunan arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan.

Dalam memberikan respon terhadap penurunan curah jantung, tubuh

melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba mempertahankan perfusi.

Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-gejala utama yang terlihat

pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak digantikan, penurunan

perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Penurunan aliran darah akan

memberikan efek pada saluran sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang

mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan.

Melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah

gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL lambung,

13
pepsin,dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-

kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon

asenden, feses dapat berwarna merah terang atau gelap.

Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejenum akan

tertahan pada saluran cerna sekitar 6 – 8 jam untuk merubah warna feses

menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 – 100 cc baru dijumpai

keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti teh selama 48 – 72 jam

setelah perdarahan berhenti. Hal ini bukan berarti keluarnya feses yang

berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah

yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode

perdarahan tunggal (Smeltzer, 2001).

D. Gejala

Kotoran atau feses yang berwarna gelap yang dikarenakan kotoran

bercampur asam lambung biasanya mengindikasi perdarahan saluran cerna

bagian atas, atau perdarahan usus-usus maupun kolon bagian kanan dapat juga

menjadi sumber lain, disertai gejala anemia, yaitu pusing, angina, syncope, dan

dyspnea (Laine, L., 2008).

Tanda dan gejala yang dapat ditemukan adalah muntah darah

(hematemesis), mengeluarkan tinja yang kehitaman (melena), mengeluarkan

darah dari rectum (hematoskezia), denyut nadi yang cepat, nyeri perut, nafsu

makan menurun, jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat

menyebabkan terjadinya anemia, seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan

pusing. Selain itu komplikasi yang dapat terjadi antara lain syok, penyakit hati

14
kronis, gagal ginjal akut, penurunan kesadaran, ensefalopati, leukositosis dan

trombositosis pada 2 – 5 jam setelah pedarahan dan peningkatan kadar ureum

darah setelah 24 – 48 jam akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus

(Davey, 2005).

E. Manajemen Terapi Gizi

Melena adalah keadaan buang air besar berupa darah akibat luka atau

kerusakan pada salauran cerna. Penanganan diit pada melena bertujuan untuk

memberikan makanan secukupnya yang memungkinkan istirahat pada saluran

cerna dan mengurangi resiko perdarahan ulang untuk mengusahakan keadaan

gizi sebaik mungkin. Syarat diet pada pasien melena yaitu :

- Energi diberikan sesuai kebutuhan pasien

- Protein diberikan 20% dari total kebutuhan

- Lemak diberikan 15% dari total kebutuhan

- Karbohidrat diberikan sisa dari energi total

- Serat diberikan rendah yaitu 8gr/hari

- Vitamin dan mineral cukup

- Makanan mudah dicerna dan diberikan porsi kecil tapi sering

- Tidak mengandung bahan makanan atau bumbu yang berbau tajam

- Cairan cukup, terutama apabila ada muntah

- Makan makanan tidak terlalu panas dan terlalu dingin

- Makan secara perlahan dilingkungan yang tenang.

15
Jenis diet dan Indikasi pemberian :

1. Diet Lambung I

Diet lambung I diberikan kepada pasien gastritis akut, ulkus

peptikum, pasca perdarahan dan tifus abdominalis berat. Makanan yang

diberikan dalam bentuk saring dan merupakan perpindahan dari diet pasca

hematemesis melena atau setelah fase akut teratasi. Makanan diberikan

setiap 3 jam selama 1 – 2 hari saja karena membosankan sarta kurang

energi, zat besi, thiamin dan vitamin C.

2. Diet Lambung II

Diet lambung II diberikan sebagai perpindahan dari diet lambung I

kepada pasien dengan ulkus peptikum atau gastritis kronis dan tifus

andominalis ringan. Makanan berbentuk lunak, porsi kecil serta diberikan

3 kali makanan lengkap dan 2 – 3 kali makanan selingan. Makanan ini

cukup energi, protein, dan vitamin C.

3. Diet Rendah Lemak

Diberikan diet rendah lemak berhubungan dengan riwayat pasien

yang pernah menjalani operasi batu empedu.

4. Diet DM ( diabetes mellitus)

Diberikan diet DM dikarenakan pasien mempunyai riwayat

penyakit Diabetes mellitus (Almatsier,2004).

16
F. Interaksi Obat dan Makanan

1. Omeprazole

Omeprazole merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan kadar

asam yang diprodukdi di dalam lambung. Omeprazole digunakan dalam

mengatasi sindrome maag, nyeri ulu hati dan tukak lambung.omeprazole

termasuk dalam kelompok obat proton inhbitor. Efek samping dari obat ini

adalah sakit kepala mual, muntah,sakit perut dan gas.

2. Ondasentron

Ondansentron termasuk dalam jenis obat anti mual. Penggunaan obat ini

harus berhati-hati bagi penderita gangguan pencernaan, konstipasi,

gangguan hati,dan penyakit jantung. Efek samping obat ini adalah sakit

kepala atau pusing, kepanasan, pusing ketika berdiri, mudah lelah,

konstipasi dan sakit perut.

17
BAB III

SKRINING GIZI DAN NUTRITION CARE PROCESS (NCP)

A. SKRINING GIZI

Tabel 1. Subjective Global Assessment (SGA)

SKOR SGA
A B C
DESKRIPSI JAWABAN
Berat badan: A
BB biasa Tidak ada
BB awal masuk RS/saat ini TL = cm
LLA = 40 cm
(bila ada data dikutip, bila
tidak ada ditimbang) TB = 155 cm
Kehilangan BB selama 6bulan 1. ( √ ) tidak ada A
terakhir 2. ( ) ada perubahan, bertambah atau
menurun <5%
3. ( )Ada penurunan BB 5-10%
4. ( ) ada penurunan BB >10%
5. ( ) tidak tahu (tidak discore)
Perubahan BB selama 2 1. ( √ ) tidak ada
minggu terakhir. Bila pasien 2. ( ) tidak ada, tapi BB dibawah atau
tidak yakin, tanyakan : diatas normal
1. Perubahan ukuran ikat 3. ( ) ada kenaikan, tapi BB belum
pinggang normal
2. Perubahan ukuran 4. ( ) BB turun A
pakaian
3. Asumsi teman terlihat
“lebih kurus”
Asupan makan 1. (√ ) asupan cukup dan tidak ada
Perubahan dan jumlah asupan perubahan, kalaupun ada perubahan
akhir-akhir ini hanya sedikit dan atau dalam waktu
yang singkat
A
2. ( ) asupan menurun dari pada
sebelum sakit tapi tahap ringan
3. ( ) asupan rendah tapi ada
peningkatan
4. ( ) asupan sangat tidak cukup dan
menurun tahap berat dari pada
sebelumnya.
Lamanya dan derajat 1. ( ) <2 minggu, sedikit/tanpa
perubahan asupan perubahan

18
2. ( ) >2 minggu, perubahan ringan-
sedang
3. ( ) tak bisa makan, perubahan drastis A
Gejala Gastrointestinal Jika tidak, Frekuensi Lamanya
1. Anoreksia langsung ke
1.( ) YA 1.( ) tidak 1.( )
2.( √) TDK pernah >2minggu
2.( )tiap hari 2.( )<2 A
3.( )2-3x/mgg minggu
4.( )1-2x/mgg
2. Mual 1.( √ )YA 1.( )tdk pernah 1.( ) >2mgg
2.( )TDK 2.( )tiap hari 2.( √ )
3.(√) 2-3x <2mgg
/minggu
A
4.( ) 1-2x
/minggu
3. Muntah 1.( √ )YA 1.( )tdk pernah 1.( )>2
2.( )TDK 2.( )tiap hari minggu
3.( √ )2-3x 2.( √ )<2
/minggu minggu
A
4.( )1-2x
/minggu

4. Diare 1.( )YA 1.( )tdk pernah 1.( )>2


2.(√ )TDK 2.( )tiap hari minggu
3.( )2-3x 2.( ) <2
/minggu minggu
A
4.( )1-2x
/minggu
Kapasitas fungsional 1.( )aktivitas normal, tidak ada kelainan,
*deskripsi keadaan fungsi kekuatan/stamina tetap
tubuh 2.( √ )aktivitas ringan, mengalami hanya B
sedikit penurunan (tahap ringan)
3.( )tanpa aktivitas/ ditempat tidur, penurunan
kekuatan/stamina (tahap buruk)
Penyakit dan hubungan dengan
kebutuhan gizi
 Secara umum, ada 1.( ) tidak
gangguan stress 2.( √ ) ya
metabolik? 1.( )rendah B
 Bila ada, kategorinya (mis: hernia inguinal, infeksi, penyakit
(stress metabolic akut) jantung kongestif)
2.(√ ) sedang
(mis: DM + pneumonia)
3.( ) tinggi

19
(mis: ulcerative colitis + diare, kanker,
peritonitis berat)

PEMERIKSAAN FISIK
1. Kehilangan lemak subkutan 1.( √)tidak ada
(trisep, bisep) 2.( )salah satu tempat
3.( )kedua tempat A
2. Kehilangan massa otot 1.(√)tidak ada
(tl.selangka, scapula 2.( )salah satu tempat
/tl.belikat, tl.rusuk, betis 3.( )kedua tempat A
3.Edema 1.( √)tidak ada / sedikit A
(bisa ditanyakan ke dokter 2.( )sedang / tungkai
/perawat 3.( ) berat (anasarka)
4.Asites 1.( √ ) tidak ada A
2.( )sedang
3.( )berat
KESELURUHAN SKOR SGA
A = Gizi baik / normal (skor “A” pada >50% kategori atau ada peningkatan 13 2
signifikan)
B = Gizi kurang / sedang (skor “B” pada >50% kategori)
C = Gizi buruk (skor “C” pada >50% kategori, tanda-tanda fisik signifikan)

Assessment :

Berdasarkan status gizi pasien dengan metode Screening Global Assesment


(SGA) dapat diketahui status gizi pasien baik / normal, dengan total score 13
untuk A (yaitu gizi baik), dan 2 untuk B (gizi kurang / sedang).

SKRINING GIZI DAN NUTRITION CARE PROCESS (NCP)

A. Skrining
Diagnosis medis : Obs. Melena susp. Et cause ulkus peptikum dan ISPA
Diit Saat ini : Diet lambung dengan DM

20
Bentuk makanan : lunak

Tabel 2. Biokimia
Pengkajian Gizi:

a. Antropometri: LLA% = 40 cm
TB =155 cm
BB = 80 kg
%LLA : 132,89
b. Biokimia
Pemeriksaa Kadar Rentang Normal Keterangan
n urin/darah

Leukosit 9,38 4.5 -11. 10^3/UL Normal


Hemoglobin 13,3 14-18 g/dL Rendah

MCV 93,5 86 – 108 fL Normal

MCH 28 28 – 31 pg Normal

Trombosit 158 150 – 450 10^3/UL Normal

Eritrosit 4,73 4 – 5 mm Normal


MCHC 30 38 – 47 mm Rendah
GDS 138 80 – 144 g/dl Normal

Ureum 13 10 – 15 Normal

Kreatinin 0,6 0,6 – 1,1 Normal

SGOT 23 < 31 Normal


SGPT 16 < 32 Normal

c. Fisik/ Klinik:
- Tekanan Darah 120/80 mmHg
- Respirasi 24 x/menit
- Suhu : 360C
- Kesan Umum: composmentis, sedang
d. Keluhan utama:
Pusing, BAB tidak puas dan hitam, mual
e. Riwayat Personal: DM, operasi batu empedu, dan operasi histerektomi hernia

21
FORM PERENCANAAN NUTRITION CARE PROCESS
Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan UMS
Nama Mahasiswa Miftakhul Istinganah

NIM J310120070

Jenis Kasus Kasus Mendalam

Tanggal Pengumpulan

22
Penilaian/ komentar dosen

ANAMNESIS
1. Identitas Pasien
Tabel 3. Identitas Umum Pasien
Nama : Ny. DK No RM : 08-09-126946
Umur : 49 Tahun Ruang : Flamboyan 301
Jenis
: perempuan Tgl masuk : 2-11-2015
Kelamin
Agama : Islam Tgl kasus : 5-11-2015
Pekerjaan/ : Tegal rejo, Tegaran,
: Wiraswasta Alamat
penghasilan Salatiga
:Obs. Melena susp. Ec
Pendidikan :- Diagnosis medis
ulkus peptikum dan ISPA
Aktivitas
: Ringan Suku/Bangsa : Jawa
fisik

2. Riwayat Penyakit
Tabel 4. Riwayat Penyakit Pasien
Keluhan Utama Pusing, BAB tidak puas dan berwarna hitam serta mual dan
muntah.
Riwayat Penyakit DM, operasi batu empedu dan operasi histerektomi hernia 2 th
Dahulu yang lalu
Riwayat Penyakit Tidak ada
Keluarga
Riwayat Penyakit Obs. Melena susp. Et cause ulkus peptikum dan ISPA
Sekarang

3. Riwayat Gizi
Tabel 5. Riwayat Gizi Pasien
Alergi/pantangan Obat Antalgin
makanan
Diet yang pernah -
dijalankan
Kebiasaan makan Nasi 3x/hari @2 centong (200 g), oseng-oseng sayur 3x/hari @1
mangkok (75 g), lauk hewani (telur, ati ayam, daging)
3x/minggu @1 ptg sdg (50 g), gorengan tahu/tempe 2x/hari @2
ptg sedang (100 g), teh manis 2x/hari @1 gelas, kopi mix

23
2x/hari @1 gelas, roti manis (sari gandum) 4x/minggu @2 ptg
sdg (80).

Makanan kesukaan Oseng-oseng dan roti manis (sari gandum) serta kopi mix.

Suplementasi gizi -

Cara pengolahan tumis


makanan
Masalah Nyeri ulu hati :-
gastrointestinal Mual : ya (+)
Muntah : ya (+)
Konstipasi :-
Anoreksia : -
Diare : -
Perubahan pengecapan/penciuman :-
Gangguan mengunyah :-
Gangguan menelan :-
Lain-lain :-
Perubahan berat badan --

Lain-lain -

BAGIAN 1. NUTRITION ASSESMENT

A. Antropometri
Tabel 6. Perhitungan Antropometri Pasien
Berat Badan (BB) Aktual : 80 Kg BB idaman/ideal: (TB-100) x 90%
BB koreksi : : (155-100) x 90%
: 49,5 kg

Tinggi Badan (TB) : 155 cm IMT = BB : (TB (m))2


= 80: (1,55)2
= 80 : 2,4025
= 33,29 kg/m2

24
Lingkar Lengan Atas (LLA) : 40 cm % LLA =
pengukuran sebenarnya : nilai stndar x
100%
= 400 : 301 x 100%
= 132,98 %

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan antropometri:


Kategori status gizi menurut supariasa (2002) batas ambang untuk orang dewasa yaitu:

- IMT < 17 = Gizi Kurang


- IMT 18,5 – 25 = Gizi Normal
- IMT > 25 – 27 = Gizi Lebih
Kategori status gizi menurut Adisty Cynthia (2012) batas ambang %LLA yaitu:
- LLA : >85% = Gizi Baik
- LLA : 70,1 – 84,9% = Gizi kurang
- LLA : <70% = Gizi buruk
Berdasarkan data antropometri pasien memiliki status gizi lebih (overwight) dengan IMT
= 33,29 kg/m2 dan %LLA = 132,98%.

B. Biokimia
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien
Pemeriksaan urin/darah Kadar Rentang Normal Keterangan

Leukosit 9,38 4.5 -11. 10^3/UL Normal


Hemoglobin 13,3 14-18 g/dL Rendah

MCV 93,5 86 – 108 fL Normal

MCH 28 28 – 31 pg Normal

Trombosit 158 150 – 450 10^3/UL Normal

Eritrosit 4,73 4 – 5 mm Normal


MCHC 30 38 – 47 mm Rendah
GDS 138 80 – 144 g/dl Normal

Ureum 13 10 – 15 Normal

25
Kreatinin 0,6 0,6 – 1,1 Normal

SGOT 23 < 31 Normal


SGPT 16 < 32 Normal

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia


Pasien mengalami anemia disebabkan karena adanya obs melena susp ec ulkus peptikum

C. Klinik/ Fisik
Tabel 8. Hasil Pemeriksaan Klinik Pasien
Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Kesan Umum Composmentis dan sedang

Vital sign:

1. Tensi 1. 120/80 mmHg


2. Respirasi 2. 24x/menit
3. Nadi 3. 80x/menit
4. Suhu 4. 360C
Kepala/ abdomen/ ekstrimitas dll -

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan klinik/fisik


Pasien dengan kesan umum composmentis dan vital sign normal.

1. Pemeriksaan subjektif
Tabel 9. Hasil Pemeriksaan Subjektif
Jenis keadaan Tanggal pemeriksaan
6-11-2015 7-11-2015 8-11-2015
Mual + + +
Muntah + - -
Pusing + - +
Batuk + + -

2. Pemeriksaan fisik
Tabel 10. Hasil Pengamatan Klinik selama tiga hari
Tanggal Keadaan fisik
6 November 2015 1. Fisik : lemas
2. Keadaan umum :

26
composmentis
3. BAB : tidak puas, dicelana ada
flek-flek merah
7 November 2015 1. Fisik : lemas
2. Keadaan umum :
composmentis
3. BAB : tidak puas
8 November 2015 1. Fisik : lemas
2. Keadaan umum :
composmentis
3. BAB : tidak puas

3. Pemeriksaan Klinis
Tabel 11. Hasil Pengamatan klinik selama tiga hari
Jenis Tanggal pemeriksaan Nilai normal
pemeriksaan 6-11-2015 7-11-2015 8-11-2015 Ket
Tensi 150/90mmHg 130/100mmHg 120/80mmHg 120/80mm Normal
(mmHg) Hg
Nadi 86 64 80 60- Normal
100x/mnt
Respirasi 24 24 24 20- Normal
25x/menit
Suhu 36,50 C 36 36 36-370 C Normal

Assesmen : Dari pemeriksaan klinis tensi, nadi, respirasi dan suhu pasien dalam
kategori normal.

D. Dietary History
1. Kesimpulan Berdasarkan Riwayat Gizi:
Pasien memiliki pola makan yang tidak sesuai dengan diit yang
diberikan dibuktikan dengan pasien banyak mengkonsumsi oseng-oseng
(tumis), roti manis dan minuman manis (teh manis dan kopi mix).
2. Hasil Recall 24 jam diet : di Rumah
Tanggal : 1 – 11 - 2015
Diet RS :
Tabel 12. Hasil Recall dirumah
Implementasi Energi Protein (g) Lemak KH (g)
(kkal) (g)

27
Asupan oral 2885,4 85,8 75,6 499,4
Kebutuhan (AKG) 2150 57 60 323
% asupan 134,20% 150,52% 126% 154,61%
Kesimpulan berdasarkan recall dirumah 24 jam:
Asupan makanan Pasien tergolong dalam kategori lebih (DEPKES RI,2003).
Kurang : <60%
Cukup : 60 -79%
Baik : 80-119%
Lebik : ≥120%

3. Hasil Recall 24 jam diet : di Rumah Sakit


Tanggal : 5 – 11 - 2015
Diet RS : Diet Lambung II
Tabel 13. Hasil recall dirumah sakit
Implementasi Energi Protein Lemak KH (g)
(kal) (g) (g)
Asupan oral 1142,5 54,6 40,6 139,5
Kebutuhan 1991,892 99,59 33,19 323,68
% asupan 57,35% 54,82% 122,32% 43,09%
Kesimpulan berdasarkan recall dirumah sakit 24 jam:
Asupan makanan Pasien untuk Energi, Protein dan Karbohidrat tergolong dalam
kategori kurang sedangkan untuk asupan Lemak tergolong dalam kategoro lebih.
(DEPKES RI,2003).
Kurang : <60%
Cukup : 60 -79%
Baik : 80-119%
Lebih : ≥120%

E. Medical History
1. Pemeriksaan Penunjang
-

2. Terapi Medis

28
Tabel 14. Jenis Obat
Jenis obat/tindakan Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi

Omeprazole Menurunkan kadar asam


yang diprodukdi di dalam
lambung
Ondansentron Mengatasi atau mengurangi
mual dan muntah
Ambroxol Obat yang digunakan untuk
pasien asma untuk
melebarkan saluran
pernafasan
Pralex Obat yang digunakan
sebagai anti depresan
Urinter Obat yang digunakan untuk
mengobati infeksi saluran
kemih akut
Gliquidone Obat yang digunakan untuk
mengobati DM
Meloxicam Obat anti inflamasi non-
steroid. Obat ini umumnya
digunakan untuk meredakan
gejala-gejala artritis,
misalnya inflamasi,
pembengkakan, serta kaku
dan nyeri otot.
Sukralfat Obat yang digunakan untuk
menangani tukak duodenum.
OBH Obat yang digunakan untuk
penderita batuk.
Erythromycin Digunakan untuk pasien
yang alergi terhadap
antibiotik golongan
penicillin.
Injk. ketorolac Anti inflamasi

29
BAGIAN 2. NUTRITION DIAGNOSIS
Tabel 15. Diagnosis Gizi
Domain intake :
NI- 2.1 Kekurangan intake makanan E,P dan KH berkaitan dengan mual
dan muntah dibuktikan dengan presentase asupan recall di rumah
sakit yaitu E = 57,35%,, P = 54,82% dan KH = 43,09%.
Domain klinis
NC – 2.2 Perubahan nilai laboratorium berkaitan dengan anemia ditandai
dengan kadar MCHC 30 mm dan Hb 13,3 g/dl (normal 14 – 18
g/dl).

NC – 3.3 Berat badan berlebih/overwight berkaitan dengan kekeliruan pola


makan dibuktikan dengan nilai IMT= 33,29 dan %LLA =
132,89%.

Domain behavior
NB – 1.3 Belum siap melakukan kepatuha diet berkaitan dengan kurangnya
kemauan untuk berubah dibuktikan oleh kebiasaan pasien yang
suka mengkonsumsi makanan berlemak (oseng-oseng) setiap hari
serta makanan dan minuman yang manis (teh manis dan kopi
mix) 2x sehari.

BAGIAN 3. NUTRITION INTERVENSION


A. Rencana Asuhan Gizi
1. Tujuan Diet Lambung II, Diet DM dan Diet Rendah Lemak :
a. Memberikan makanan yang adekuat
b. Menurunkan berat badan berlebih secara bertahap
c. Memberikan makanan yang tidak memberatkan fungsi lambung
d. Mencegah terjadinya komplikasi
e. Membantu menormalkan kadar Hb
f. Mempertahankan kadar gula darah tetap normal.
2. Syarat/Prinsip Diet :
a. Energy diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
b. Protein cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total.

30
c. Lemak diberikan 15% dari kebutuhan energi total dan diberikan secara
bertahap sesuai kebutuhan
d. Karbohidrat sesuai dengan sisa perhitungan energi, protein dan lemak.
e. Vitamin diberikan terutama vitamin B12 dan vitamin C serta diberikan asam
folat untuk membantu meningkatkan kadar Hb
f. Cairan cukup terutama jika ada mual dan muntah.
g. Makanan mudah dicerna
h. Makanan tidak berbumbu merangsang
i. Porsi kecil dan sering.

3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi:

BEE = 655 + (9,56 x W) + (1,85 x H) – (4,7x A)


= 655 + (9,56 x 49,5) + (1,85 x 155 ) – ( 4,7 x 49)
= 655 + 473,22 + 286,75 – 230,3
= 1414,97 – 230,3
= 1185,65
TEE = F. Aktivitas x F. Stress x BEE
= 1,2 x 1,4 x 1185
= 1991,892 kal
P = 20% x 1991,892
= 398,3784 : 4
= 99,59 gram
L = 15% x 1991,892
= 298,78 : 9
= 33,19 gram
KH =E–P–L
= 1991,982 – 398,2784 – 289,78
= 1303,9236 : 4
= 323,68 gram

4. Jenis Diit, Bentuk Makanan dan Cara Pemberian


Jenis Diit : Diit lambung II, diet DM dan diet rendah Lemak
Bentuk Makanan : lunak/bubur nasi

31
Cara Pemberian : Oral.

5. Rencana Monitoring dan Evaluasi


Tabel 16. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Yg diukur Pengukuran Evaluasi/target
Anamnesis Keluhan utama Wawancara setiap Tidak ada keluhan
hari
Antropometri Berat badan berkala Menurunkan berat badan

Biokimia hemoglobin Kolaborasi Nilainya normal


(14 – 18 g/dl)

Asupan zat gizi Energi, protein, Recall setiap hari Asupan baik mencapai
lemak, normal
karbohidrat ( baik= 70& – 80 %)

6. Rencana Konsultasi Gizi


Tabel 17. Encana Konsultasi Gizi
Masalah gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan
Intake makanan di Pasien dapat Menjelaskan pada Dengan menggunakan
RS kurang meningkatkan pasien pentingnya metode penyuluhan
asupan makan dan asupan makan yang - Alat = Leaflet
memahami sebab seimbang dan - Waktu = 10 menit
kekurangan zat menganjurkan pasien - Tujuan = Pasien dan
gizi tentang pola makan keluarga pasien
porsi kecil tapi sering
- Evaluasi = menanyakan

32
kembali ke keluarga pasien

Berat badan menurunkan Berat Gizi seimbang Asupan makan yang


berlebih Badan pasien serta seimbang. Asupan makan
pasien mengetahui yang baik maka berat badan
tentang pola akan normal atau ideal.
makan yang baik
serta gaya hidup
yang sehat.
Kekeliruan pola Pasien dapat Memberikan Pola makan yang baik bagi
makan memahami penjelasan kepada pasien melena yaitu usahakan
bagaimana pola pasien dan keluarga makan pagi porsi kecil tapi
makan yang benar tentang pola makan sering, makan makanan yang
yang baik dan tidak terlalu panas dan terlalu
membiasakan makan dingin.
tepat waktu dan
jumlah serta jenisnya
Peningkatan Pasien Menjelaskan pada Mengkonsumsi makanan
kebutuhan Fe mengetahui pasien bahwa yang tinggi Fe akan
adanya makanan yang membantu meningkatkan
peningkatan mengandung Fe kadar Hb dalam darah
kebutuhan Fe dapat meningkatkan sehingga pasien tidak lagi
disebabkan oleh kadar Hb dalam mengalami anemia karena
perdarahan di darah serta perdarahan pada saluran
dalam saluran manjelaskan pencernaan.
cerna. makanan yang tinggi
Pasien dapat Fe.
memahami
makanan yang
dianjurkan dan
tidak dianjurkan.

33
BAGIAN 4. IMPLEMENTASI

1. Kajian terapi diet di rumah sakit siklus ke 6


Jenis diet/bentuk makanan/cara pemberian : diit Lambung II, DM dan rendah
lemak. Bentuk lunak (TD II) lauk sayur saring.
Tabel 18. Kajian terapi diet
a. Presentase Implementasi menu dengan kebutuhan (perhitungan)
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Implementasi menu 1609,4 70,8 34,9 264,7

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68


% standar/kebutuhan 80,79% 71,09% 105,15% 81,77%

b. Presentase standar/kebutuhan rumah sakit dengan perhitungan kebutuhan


pasien:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Standar rumah sakit 1301,2 60,4 31,1 204,1

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68


% standar/kebutuhan 65,32% 60,64% 93,70% 63,05%

c. Presentase standar/kebutuhan hasil recall asupan pasien dengan rencana menu


implementasi:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Hasil recall asupan 1500,55 66 33 236,65

Menu rencana setelah 1609,4 70,8 34,9 264,7


implementasi
% standar/kebutuhan 93,23% 93,22% 94,55% 89,40%

34
2. Rekomendasi diet : siklus 6 Tanggal 6 November 2015
Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet
Makan pagi Bubur nasi Bubur nasi
Sambal goreng tahu Terik takua
Tumis wortel utren Sup wortel kentang kapri
Telur bacem Telur bacem
Teh tawar Teh tawar
Selingan pagi Pisang kepok

Makan siang Bubur nasi Bubur nasi


Pepes tahu Pepes tahu
Galantin Galantin
Sup wortel kapri Sup wortel kapri

Selingan siang Roti tawar

Makan malam Bubur nasi Bubur nasi


Tim putih telur,jamur Tim putih telur,jamur
hitam,wortel hitam,wortel
Tahu bacem Tahu bacem
Sup wortel misoa Sup wortel misoa
Teh tawar Teh tawar
Selingan malam Susu Dabetasol disajikan dalam
keadaan suhu ruang
Komposisi : Komposisi :
E = 1301,2 kal E = 1609,4 kal
P = 60,4 g P = 70,8 g
L = 31,1 g L = 34,9 g
KH = 204,1 g KH = 264,7 g

1. Kajian terapi diet di rumah sakit siklus ke 7


a. Presentase Implementasi menu dengan kebutuhan (perhitungan)
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Implementasi menu 1384,6 73,0 38,5 260,5

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68

35
% standar/kebutuhan 69,51% 73,30% 115,99% 80,48%

b. Presentase standar/kebutuhan rumah sakit dengan perhitungan kebutuhan


pasien:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Standar Rumah Sakit 1377,0 74,6 48,0 168,6

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68


% standar/kebutuhan 69,13 % 74,90% 144,62% 52,08%

c. Presentase standar/kebutuhan hasil recall asupan pasien dengan rencana


menu implementasi:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Hasil recall asupan 1261 61,88 33,05 219,8

Menu rencana setelah 1633,5 73,1 38,9 260,5


implementasi
% standar/kebutuhan 77,19% 84,65% 84,96% 84,37%

2. Rekomendasi diet : siklus 7 Tanggal 7 November 2015


Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet
Makan pagi Bubur nasi Bubur nasi
Daging bumbu kelem Daging bumbu kelem
Balado tempe bundar Semur bola-bola daging
Kare sayuran Sup bayam
Teh tawar Teh tawar
Selingan pagi Kacang ijo dengan DM

Makan siang Bubur nasi Bubur nasi


Pepes ayam Pepes ayam
Bacem takua bacem takua
Sayur asem jakarta sup wortel gambas

Selingan siang Pisang kepok


Susu Dabetasol disajikan dalam
suhu ruang
Makan malam Bubur nasi Bubur nasi

36
Opor ayam Ayam sakura
Tempe bacem Tempe bacem
Capcay Capcay
Teh tawar Teh tawar
Selingan malam Pisang kepok

Komposisi : Komposisi :
E = 1377,0 kal E = 1384,6 kal
P = 74,6 g P = 73,0 g
L = 48,0 g L = 38,5 g
KH = 168,6 g KH = 260,5 g

1. Kajian terapi diet di rumah sakit siklus ke 8


a. Presentase Implementasi menu dengan kebutuhan (perhitungan)
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Implementasi menu 1385,6 67,7 38,4 225,8

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68


% standar/kebutuhan 69,56% 67,97% 115,69% 69,77%

b. Presentase standar/kebutuhan rumah sakit dengan perhitungan kebutuhan


pasien:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Standar Rumah Sakit 1922,3 87,7 53,6 268,1

Kebutuhan (perhitungan) 1991,892 99,59 33,19 323,68


% standar/kebutuhan 96,50% 88,06% 161,49% 82,82%

c. Presentase standar/kebutuhan hasil recall asupan pasien dengan rencana


menu implementasi:
Energi (kal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)
Hasil recall asupan 1308,1 62,7 35,1 203,85

Menu rencana setelah 1385,5 67,7 38,4 225,8


implementasi
% standar/kebutuhan 94,41% 92,61% 91,40% 90,27%

1. Rekomendasi diet : siklus 8 Tanggal 8 November 2015

37
Standar Diet RS Rekomendasi Standar Diet
Makan pagi Bubur nasi Bubur nasi
Balado telur Bacem putih telur
Terik takua Tahu bacem
Oseng buncis Oseng buncis
Teh tawar Teh tawar
Selingan pagi Pisang

Makan siang Bubur nasi Bubur nasi


Kubertu isi ayam Kubertu isi ayam
Tempe bacem Tempe bacem
Sup wortel kapri kentang Sup wortel kapri

Selingan siang Dadar isi pisang

Makan malam Bubur nasi Bubur nasi


Acar bandeng presto Tim ayam
Semur takua Semur takua
Podomoro kangkung Sup gambas bayam
Teh tawar Teh tawar
Selingan malam

Komposisi : Komposisi :
E = 1922,3 kal E = 1385,6 kal
P = 87,7 g P = 67,7 g
L = 53,6 g L = 38,4 g
KH = 268,1 g KH = 225,8 g

BAGIAN 5. PENERAPAN KONSELING

a. Topik : Melena et cause ulkus peptikum


b. Waktu

38
Hari : Minggu

Tanggal : 8 November 2015


c. Tempat : Bangsal Flamboyan 301
d. Sasaran : Pasien dan keluarga
e. Materi
- Melena : Buang air besar berupa darah akibat luka atau keruskan
pada saluran cerna, diit yang diberikan yaitu diet lambung II
- Kekurangan Fe akibat dari perdarahan pada saluran pencernaan
dengan memberikan pengertian untuk mengkonsumsi makanan yang
tinggi Fe, seperti contoh hati, daging, bayam, telur dan lain-lain.
- Makanan yang dianjurkan
Sumber KH : beras merah, beras dibubur atau ditim, kentang
direbus atau dipure, roti tawar, tepung terigu.
Sumber protein hewani : daging sapi tak berlemak, daging ayam
tanpa kulit, ikan, telur bagian putih, dan susu low fat.
Sumber protein nabati : tahu, tempe direbus atau dipepes, kacang
hijau rebus dan dihaluskan
Sayuran : sayuran yang tidak banyak serat dan menimbulkan gas
seperti bayam, labu siam, labu kuning, wortel, tomat direbus.
Buah-buahan : pisang, jeruk manis, melon, pir.
Lemak : margarin dan mentega
Minuman : teh tawar
- Makanan yang tidak diajurkan :
Sumber KH : beras ketan, beras tumbuk, dan berbagai kue yang
terlalu manis dan berlemak tinggi
Sumber protein hewani : ayam yang diawetkan, digoreng, telur
diceplok atau digoreng
Sumber protein nabati : tahu, tempe digoreng, kacang tanah,
kacang merah, kacang tolo

39
Sayuran :sayuran mentah, sayuran berserat tinggi dan menimbulkan
gas seperti daun singkong, kacang panjang, kol, lobak, sawi
Buah-buahan : buah yang berserat tinggi dan/dapat menimbulkan
gas seperti jambu biji, nanas, kedondong, durian, dan buah yang
dikeringkan.
Lemak : lemak hewan dan santan kental
Minuman : minuman yang mengandung soda dan alkohol, kopi, ice
cream dan minuman yang manis
f. Evaluasi : menanyakan kembali kepada pasien apakah sudah paham
mengenai materi yang telah disampaikan atau apakah ada yang ingin di
tanyakan lagi.

BAB IV

PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI

40
A. Monitoring dan Evaluasi Data Subyektif

Tabel 19. Monitoring dan Evaluasi subjektif

Jenis keadaan Tanggal pemeriksaan


6-11-2015 7-11-2015 8-11-2015
Mual + + +
Muntah + - -
Pusing + - +
Batuk + + -

B. Monitoring dan Evaluasi Data Obyektif

Tabel 20. Monitoring dan Evaluasi data objektif

1. Antropometri

Tanggal LLA (cm) BB (kg) TB (cm) Keterangan


6 November 2015 40 80 155 Tetap
8 November 2015 40 80 155 Tetap
Berdasarkan pengukuran antropometri tinggi badan pasien didapatkan dari

hasil wawancara terhadap pasien karena pasien sudah mengetahui tinggi

badannya sendiri. Berat badan pasien yaitu 80 kg, sehingga didapatkan IMT

pasien 33,29 kg/m2 dimana status gizi pasien tergolong dalam katerogi status

gizi lebih atau overwight. Sedangkan LLA pasien 40 cm dengan %LLA

132,98% termasuk juga dalam kategori gizi lebih atau overwight. Berat badan

pasien tidak mengalami penurunan maupun peningkatan selama pengamatan.

2. Pemeriksaan fisik

Selama 3 hari pengamatan terhadap pemeriksaan fisik pasien didapatkan

hasil sebagai berikut :

Tabel 21. Pemeriksaan fisik/klinik

Tanggal Keadaan fisik

41
6 November 2015 4. Fisik : lemas
5. Keadaan umum :
composmentis
6. BAB : tidak puas, dicelana
ada flek-flek merah
7 November 2015 4. Fisik : lemas
5. Keadaan umum :
composmentis
6. BAB : tidak puas
8 November 2015 4. Fisik : lemas
5. Keadaan umum :
composmentis
6. BAB : tidak puas
Sumber : Data rekam medik, 2015

Pada saat pengamatan pasien untuk pemeriksaan fisik dari awal sampai

akhir pengamatan pasien lemas. Keadaan umum pasien pada hari pertama

sampai hari ketiga composmentis. Pengamatan hari pertama BAB pasien tidak

puas terdapat flek-fek merah pada celana, sedangkan untuk hari kedua dan hari

ketiga BAB tidak puas namun BAB sudah berwarna khas hal ini dikarenakan

pasien sudah diberi pengobatan untuk menyembuhkan luka pada saluran

pencernaan dan diberikan terapi diit lambung II, diet DM dan diet rendah

lemak yang sesuai dengan diit pasien.

3. Pemeriksaan Klinis

Jenis Tanggal pemeriksaan Nilai normal


6-11-2015 7-11-2015 8-11-2015
pemeriksaan Ket
Tensi 150/90mm 130/100mm 120/80mm 120/80mmHg Normal
(mmHg) Hg Hg Hg
Nadi 86 64 80 60-100x/mnt Normal
Respirasi 24 24 24 20-25x/menit Normal
Suhu 36,50 C 36 36 36-370 C Normal

42
Dari hasil pengamatan hari pertama hingga hari ketiga tensi, nadi, respirasi

dan suhu pasien dalam keadaan normal.

7. Pemeriksaan Laboratorium

Tabel 22. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan urin/darah Kadar Rentang Normal Keterangan


Leukosit 9,38 4.5 -11. 10^3/UL Normal
Hemoglobin 13,3 14-18 g/dL Rendah

MCV 93,5 86 – 108 fL Normal

MCH 28 28 – 31 pg Normal

Trombosit 158 150 – 450 10^3/UL Normal

Eritrosit 4,73 4 – 5 mm Normal


MCHC 30 38 – 47 mm Rendah
GDS 138 80 – 144 g/dl Normal

Ureum 13 10 – 15 Normal

Kreatinin 0,6 0,6 – 1,1 Normal

SGOT 23 < 31 Normal


SGPT 16 < 32 Normal

Berdasarkan pemeriksaan biokimia pada saat masuk RS menunjukan

bahwa kadar Hemoglobin dan MCHC rendah yaitu 13,3 g/dl serta 30mm,

pasien mengalami perdarahan pada saluran pencernaan sehingga

mengakibatkan kadar Hb dalam darah rendah dan anemia yang ditandai dengan

kadar MCHC dan Hb yang rendah. Hasil laboratorium setelah dievaluasi

pasien diberikan makanan yang mengandung tinggi Fe seperti sayuran hijau,

susu, putih telur dan daging. Kadar gula pada pasien hanya diperiksa satu kali

43
pada awal masuk rumah sakit dengan hasil normal yaitu 138 g/dl dikarenakan

pasien rutin mengkonsumsi obat gula.

C. Monitoring dan Evaluasi Makan Pasien setelah implementasi

Tabel 23. Monitoring dan Evaluasi makan pasien

Zat Gizi Keb. Asupan makanan Pencapaian % Rata-rata

Gizi %

Asupan
6/11/15 7/11/1 8/11/15 6/11/1 7/11/15 8/11/1

5 5 5
Energi (kkal) 1991,89 1500,55 1261 1308,1 75,3 63,30 65,67 68,75

2
Protein(gram) 99,59 66 61,88 62,7 66,27 62,13 62,95 63,78
Lemak (gram) 33,19 33 33,05 35,1 99,42 99,57 105,75 101,58
KH (gram) 323,68 236,65 219,8 203,85 73,11 67,90 62,97 67,99
Klasifikasi tingkat konsumsi zat gizi menurut Depkes RI (2003), dibagi

menjadi tiga kategori dengan cut of points masing-masing sebagai berikut :

Kurang : <60%

Cukup : 60% – 70 %

Baik : ≥80%

Dari hasil pengamatan asupan makan pasien selama implementasi tiga hari

yang dimulai tanggal 6 November 2015 sampai dengan 8 November 2015.

Dapat diketahui bahwa presentase rata-rata asupan makan adalah energi

68,75%, protein 63,78%, lemak 101,58% dan karbohidrat 67,99% pasien

terolong dalam kategori asupan cukup (Depekes RI, 2003).

Berdasarkan hasil recall asupan makan pasien selama dirumah yang

dibandingkan dengan kebutuhan AKG didapatkan hasil bahwa asupan energi

44
134,20%, protein 150,52%, lemak 126% dan karbohdrat 154,61% asupan

makan pasien tergolong dalam kategori lebih. Menurut Depkes RI (1996),

asupan makan normal yaitu antara 90% – 119%, sehingga pasien dikategorikan

dalam asupan makan diatas kebutuhan. Hal ini disebabkan pasien memiliki

pola makan yang salah dan kesukaan mengkonsumsi sayur yang dimasak

secara ditumis, kemudian suka mengkonsumsi kopi mix dan teh manis, serta

gemar makan roti manis. Implementasi gizi diberikan berupa buah dan snack

yang bertujuan untuk menambah asupan energi dan protein serta susu

deabetasol yang disajikan dingin karena pasien terdapat gangguan pada

gastrointestinal.

D. Monitoring dan Evaluasi Status Gizi Pasien

Berdasarkan monitoring dan evaluasi status gizi, data antropometri BB

pasien 80 kg dengan TB 155 cm dengan IMT 33,29 kg/m 2 yang menandakan

status gizi pasien dalam kategori lebih. Pasien telah diberikan konseling

dengan demikian pasien diharapkan dapat menerapakan dalam kehidupan

sehari-hari sehingga didapatkan status gizi yang normal atau baik.

45
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data dari hasil pengamatan studi kasus selama 3 hari di bangsal
Flamboyan kelas III dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a. Hasil anamnesis pada Ny. DK diagnosis medisnya yaitu Melena susp. Ec ulkus
peptikum
b. Assesmen gizi pada pasien melena yaitu

46
1. BB pasien 80 kg, TB 155 cm dan status gizi pasien lebih dengan IMT 33, 29
kg/m2
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan biokimia didapatkan hasil bahwa nilai
laboratorium Hb 13,3 g/dl dan MCHC 30 mm
3. Pemeriksaan klinik selama tiga hari yang meliputi tensi, nadi, respirasi dan
suhu adalah dalam kategori normal.
c. Terapi diit yang diberikan diet lambung II, diet DM dan diet Rendah Lemak
dengan Energi 1991,892 kal, protein 99,59 gram, lemak 33,19 gram dan KH
323,68 gram.
d. Rata-rata asupan makanan setelah dilakukan implementasi selama tiga hari yaitu
Energi= 68,75%, Protein= 63,78%, Lemak= 101,58% dan Karbohidrat= 67,99%.

B. Saran
1. Bagi pasien
Sebaiknya pasien selalu mengkonsumsi makanan yang disajikan di rumah sakit
sehinga dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan diit pasien dengan harapan
dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit.
2. Ahli gizi
Pengawasan dan penatalaksanaan diet yang tepat bagi pasien untuk menghindari
komplikasi dan meningkatkan kesehatan pasien.
3. Bagi rumah sakit
Pemenuhan kebutuhan gizi ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan zat gizi pasien
sehingga dapat memperpendek waktu rawat inap.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet. Jakarta: Gramedia Pustaka.s

Davey, patrick. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

Depkes RI. 2003. Profil Kesehatan Indonesia 2000. Jakarta: Depkes Republik Indonesia.
.

47
Hilmy. 2010. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Laine, l. 2008. Gastroenterologi, Perdarahan saluran makan bagian atas.Bandung: PT


alumni Bandung.

Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistim


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nelson. 2003.. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC.

Porter, R, S. 2008. Competitive Advantage (menciptakan dan mempertahankan kinerja


Unggulan). Kharisma publishing Grup.

Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.Volume 2 Edisi


8. Jakarta : EGC. 2001.

Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi


6.Jakarta : EGC

48

Anda mungkin juga menyukai