Pada kromatografi kertas, fasa diam adalah air yang disokong oleh
selulosa dari kertas kromatografi. Sedangkan fasa gerak merupakan
campuran dari beberapa pelarut organik dan air. Gambar komponen
sampel yang dipisahkan dengan kromatografi kertas sebelum dan setelah
elusi.
PEMILIHAN KERTAS
Pemilihan kertas sangat berpengaruh pada pemisahan dengan
kromatografi kertas karena ukuran pori-pori kertas mempengaruhi
kecepatan aliran pelarut. Kertas yang digunakan diutamakan memiliki
kemurnian yang tinggi dan ketebalan kertas yang merata untuk
memperoleh hasil analisa yang valid. Kertas kromatografi merupakan
kertas berpori dari selulosa murni, memiliki afinitas besar terhadap air
dan pelarut polar lain dengan membentuk ikatan hidrogen.
PEMILIHAN ELUEN
Fase gerak pada kromatografi kertas merupakan eluen berupa
campuran yang terdiri atas satu komponen organik yang utama, air, dan
berbagai tambahan seperti asam-asam, basa, atau pereaksi-pereaksi
kompleks untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau
untuk mengurangi yang lainnya.
Senyawa organik polar akan lebih mudah larut dalam air dari pada
dalam zat cair organik. Oleh karena itu, gerakan komponen akan lambat
jika digunakan pelarut anhidrida, namun penambahan air dalam eluen
akan menyebabkan komponen-komponen dalam sampel akan bergerak
mengikuti gerakan eluen. Beberapa contoh dari macam-macam
campuran eluen dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
IDENTIFIKASI SENYAWA
Terdapat dua macam noda yang harus
diidentifikasi pada kromatografi kertas, yaitu noda
berwarna dan noda yang tidak berwarna. Untuk noda
yang berwarna dapat diamati dan diidentifikasi secara
langsung, sedangkan untuk noda yang tidak
berwarna perlu diberikan perlakuan tambahan agar
dapat diidentifikasi.
Noda yang tidak berwarna dapat diidentifikasi
dengan cara berikut ini:
Secara fisika
Identifikasi noda secara fisikas dilakukan dengan melakukan
pengamatan di bawah sinar UV dengan panjang gelombang yang
digunakan adalah 370 nm dan 254 nm.
Secara kimia
1. Penyemprotan
Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan pereaksi
sehingga noda yang terdapat pada kertas menjadi berwarna. Bahan
yang biasa digunakan: etanol, propanol, n-butanol, kloroform.
Larutan ninhidrin digunakan untuk mendeteksi asam amino, baru
memberikan warna setelah 24 jam.
2. Pencelupan
Pencelupan dilakukan dengan menggunakan pereaksi yang
dimasukkan dalam bejana yang dangkal kemudian lembaran kertas
dicelupkan di dalamnya. Bahan yang digunakan sama dengan
bahan yang digunakan pada penyemprotan.
1. Pengambilan sampel
Hal pertama adalah pengambilan
sampel. Sampel di ambil dari lokasi
yang telah ditentukan sebelumnya.
Contohnya untuk pengambilan
sampel daun dapat dilakukan di
hutan koservasi misalnya. Sampel
yang di ambil jumlahnya disesuaikan
dengan kebutuhan analisa. Kalau
untuk pengambilan sampel/contoh
daun bisa dilakukan dengan cara HUTAN
biasa yaitu menggunakan tas plastik
sebagai wadah. Berbeda dengan sampel air yang menggunakan botol
tertentu.
.
2. Pengeringan sampel
Selanjutnya dalam rangkaian
penelitian, setelah sampel diambil maka
dilakukan pengeringan. Pengeringan
disini dilakukan untuk mengurangi kadar
air dalam sampel. Pengeringan dilakuka n
dengan metode kering angin (di angin-
anginkan). Proses ini diharapkan mampu
mengurangi kadar air dalam sampel,
sehingga proses selanjutnya akan
berjalan dengan baik. Adapun untuk
sampel yang lain, menggunakan oven Contoh yang dikering anginkan
3. Penggilingan sampel
Setelah sampel dirasa kering, dan
airnya terlihat sudah menyusut maka
dilakukan penggilingan untuk memperkecil
ukuran sampel. Hal ini bertujuan untuk
memperbesar luas permukaan dari sampel
sehingga mudah di analisa lebih lanjut.
Penggilingan dilakukan menggunakan
mesin penggiling.
Penggiling
4. Pengayakan
Setelah digiling maka didapatkan
sampel yang telah halus. Namun untuk
memisahkan ukurannya dilakukan
pengayakan/screening. Hal ini bertujuan
untuk memisahkan ukuran sampel
berdasarkan ukurannya.
Preparasi Sampel
Penarikan Sampel (Sampling)
Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk
penyelidikan analitis
Sampel dapat berupa zat cair, padat dan gas
Masing-masing kondisi sampel terdapat teknik-teknik yang spesifik
untuk pengambilan sampel agar diperoleh sampel yang representatif.
Sampel Gas
Sampel berbentuk gas cukup homogen
Sampel dialirkan ke dalam tabung tertutup yang dilengkapi katup-
katup dan kran-kran serta pipa-pipa penghubung.
Tabung tersebut dilengkapi pengontrol tekanan dan temperatur
Sampel Cair
Sampel cair yang akan diambil dihomogenkan terlebih dahulu dengan
cara pengadukan.
Pengambilan sampel cair dalam badan air di bumi dilakukan dengan
disesuaikan analit yang akan ditentukan, misalnyapengambilan
sampel permukaan, kedalaman tertentu dan dasar badan air.
Sampel Padat
Sampel berbentuk padat mempunyai
tingkat homogenitas yang rendah.
Salah satu pengambilan sampel
berbentuk padat adalah dengan
melakukan penggerusan dan dicampur
sampai homogen.
Penimbangan Sampel
Dilakukan dengan neraca analitik yang dilengkapi botol timbang.
Sampel yang telah ditimbang disimpan di dalam desikator.
Perlakuan Sampel
Reaksi Kering :
sejumlah uji yang
dilakukan dalam
keadaan kering, tanpa melarutkan sampel.
Meliputi: pemanasan, uji pipa tiup, uji nyala, uji spektroskopi, uji
manik boraks dan uji manik fosfat
Reaksi basah: Sejumlah uji yang dilakukan dengan mereaksikan zat-
zat dalam larutan.
Reaksi berlangsung ditandai dengan terbentuknya endapan,
perubahan warna, perubahan suhu dan terbentuknya suatu gas.
Beberapa alat yang digunakan adalah: tabung reaksi, gelas piala, labu
erlenmeyer, batang pengaduk dan botol cuci.
Destruksi Kering
Destruksi kering merupakan perombakan organic logam di dalam
sampel menjadi logam-logam anorganik dengan jalan pengabuan
sampel dalam muffle furnace dan memerlukan suhu pemanasan
tertentu.
Pada umumnya dalam destruksi kering ini dibutuhkan suhu
pemanasan antara 400-800oC, tetapi suhu ini sangat tergantung pada
jenis sampel yang akan dianalisis.