KONVENSIONAL
REDAKSIONAL
Pengarah:
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis:
Ika Zulaicha IPP
Khubailul Agustina
Pengendali Mutu:
Winih Wicaksono
Penyunting:
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor:
Esti Baroro
Desain Sampul:
Sonny Rasdianto
Layout/Editing:
Intan Sulistyani Widiarti
Ratna Murni Asih
Indah Mustika Ar Ruum
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
iii
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
KATA
PENGANTAR
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 ten tang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bah an ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktifdengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rnempunyai guru-guru yang procluktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
ANALISIS PENGUJIAN
iv LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku Analisis Kuantitatif Konvensional Kelas
XI Program Keahlian Teknik Kimia.
Buku ini berisi inti buku dan fitur buku. Inti buku terdiri dari lima topik besar
yaitu Titrasi Asam Basa, Titrasi Pengendapan, Titrasi Redoks Permanganometri, Titrasi
Redoks Iodo-Iodimetri dan Analisis Gravimetri. Topik Titrasi Asam Basa berisi tentang
pembagian titrasi asam basa, larutan standar pada titrasi asam basa, dan pengolahan
data hasil analisis. Topik Titrasi Pengendapan berisi tentang macam-macam metode
pada titrasi pengendapan, faktor-faktor yang diperlukan pada titrasi pengendapan,
serta larutan standar yang diperlukan dalam titrasi pengendapan. Topik Titrasi Redoks
Permanganometri berisi tentang prinsip titrasi redoks, persyaratan titrasi redoks
permanganometri, larutan standar pada titrasi permanganometri, dan pengolahan
data. Topik Titrasi Iodo-Iodimetri berisi tentang prinsip iodometri dan iodimetri,
perbedaan iodo-iodimetri, indikator pada titrasi iodo-iodimetri, dan larutan standar
pada titrasi iodo-iodimetri. Topik Gravimetri berisi tentang macam-macam gravimetri
dan pengolahan data hasil analisis. Sedangkan fitur buku terdiri dari panduan
penggunaan buku, peta buku, tujuan pembelajaran, peta bab, cakrawala, jelajah
internet, lembar praktikum, tugas mandiri, penilaian harian, rangkuman, dan refleksi.
Dalam melakukan penulisan buku ini, penulis telah mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang
tak terhingga kepada pihak yang mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan
buku ini.
Kritik dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan buku ini. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
dan memberikan wawasan tambahan bagi para pembaca.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
v
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iv
PRAKATA...................................................................................................................v
DAFTAR ISI................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................ix
DAFTAR KURVA..........................................................................................................x
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU................................................................................xi
PETA KONSEP BUKU................................................................................................xiii
APERSEPSI.............................................................................................................. xiv
ANALISIS PENGUJIAN
vi LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR ISI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
vii
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR GAMBAR
ANALISIS PENGUJIAN
viii LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR TABEL
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
ix
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR KURVA
ANALISIS PENGUJIAN
x LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku ini merupakan buku pelajaran Analisis Kuantitatif Konvensional yang
diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini,
disarankan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan saksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
Untuk membantu Anda dalam menguasai kemampuan di atas, materi dalam
buku ini dapat kamu cermati tahap demi tahap. Jangan memaksakan diri sebelum
benar-benar menguasai bagian demi bagian dalam modul ini karena masing-masing
saling berkaitan. Pada akhir bab dilegkapi dengan Penilaian Harian. Jika Anda belum
menguasai 75% dari setiap kegiatan, maka Anda dapat mengulangi untuk mempelajari
materi yang tersedia dalam buku ini. Apabila Anda masih mengalami kesulitan
memahami materi yang ada dalam bab ini, silahkan diskusikan dengan teman atau
guru Anda.
Buku ini terdapat bagian-bagian untuk memperkaya dan menguji pengetahuan
dan keterampilanmu. Adapun bagian-bagian tersebut adalah:
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
xi
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
ANALISIS PENGUJIAN
xii LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PETA KONSEP
BUKU
Alkalimetri Gravimetri
Pengendapan
TITRASI PENGENDAPAN
Elektro
Argentometri Gravimetri
Merkurimetri
TITRASI REDOKS
Permanganometri
Iodo/Iodimetri
Bimatometri
Serimetri
TITRASI PENGOMPLEKSAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
xiii
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
APERSEPSI
ANALISIS PENGUJIAN
xiv LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
INDIKATOR ASAM BASA I
BAB I INDIKATOR ASAM BASA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan literasi dan diskusi tentang materi indikator alami, peserta
didik dapat menjelaskan tentang larutan asam, larutan basa, dan larutan garam.
Peserta didik diharapkan dapat membuat indikator alami secara mandiri. Selain
itu, peseta didik diharapkan dapat membedakan larutan asam, larutan basa dan
larutan garam menggunakan berbagai indikator.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
1
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Tahukah Anda bahwa asam dan basa memegang peranan penting dalam ke-
hidupan sehari-hari? Tubuhmu membutuhkan asam dan basa agar berfungsi dengan
baik. Pernahkah Anda makan makanan yang mengandung cuka, acar misalnya? Masam
bukan? Cuka mengandung asam asetat yang memberikan rasam masam pada makanan
kita. Atau ketika haus Anda pernah minum minuman menyegarkan atau minuman ber-
karbonasi? Dalam minuman tersebut terdapat kandungan asam karbonat yang dapat
memberikan rasa segar. Contoh tersebut termasuk ke dalam asam. Sedangkan basa
biasanya terdapat dalam produk komersial, seperti obat maag dan sabun (Wesley,
1999:576).
Tahukah Anda bagaimana cara mengetahui suatu zat bisa dikatakan asam atau
basa? Untuk dapat mengetahui zat-zat yang mengandung asam dan basa dibutuhkan
suatu parameter yang biasa disebut dengan indikator asam-basa. Indikator merupa-
kan zat yang apabila berada dalam lingkungan asam atau basa memberikan warna
unik. (Tim Abdi Guru dalam Lestari, 2016). Indikator asam-basa akan mengalami pe-
rubahan warna seiring dengan terjadinya perubahan pH atau perubahan kosentrasi
ion hidrogen (Marwati, 2012). Indikator asam-basa dapat memberikan warna tertentu
disebabkan oleh adanya senyawa organik yang bersifat asam lemah dan dapat men-
donorkan ion hidrogen untuk molekul air membentuk asam konjugat.
Indikator asam-basa berdasarkan jenisnya terdiri atas indikator alami dan bua-
tan (sintetik). Pada bab ini akan dijelaskan mengenai indikator asam-basa, baik alami
maupun buatan. Dan di akhir bab, diharapkan selain dapat membedakan larutan asam
dan basa melalui indikator, peserta didik juga dapat mencoba membuat indikator ala-
mi.
ANALISIS PENGUJIAN
2 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
2. Sifat Basa
Sifat umum dari larutan basa adalah sebagai berikut:
a. Membuat kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru.
b. Memiliki pH >7
c. Menghantarkan arus listrik
d. Berasa pahit
e. Dapat membentuk reaksi penggaraman dengan asam.
f. Bereaksi dengan logam amfoter seperti aluminium, kromium, dan seng
membentuk senyawa koordinasi atau senyawa kompleks dan gas hidrogen.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
3
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
HxA x H+ + Ax–
Perhatikan persamaan reaksi berikut:
HBr (aq) H+ (aq) + Br– (aq)
Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa menurut teori asam-basa
Arrhenius, HCl bersifat asam karena ketika dilarutkan dalam air
(disimbolkan dengan aq) menghasilkan ion H+. Sedangkan basa Arrhenius
dapat dicontohkan seperti reaksi berikut:
KOH (aq) K+ (aq) + OH– (aq)
Berdasarkan reaksi diatas, menurut teori asam-basa Arrhenius KOH
bersifat basa karena ketika dilarutkan dalam air (disimbolkan dengan aq)
menghasilkan ion OH-. Teori asam-basa Arrhenius terjadi dalam keadaan
tertentu, yaitu:
a. Hanya berlaku dalam pelarut air.
b. Senyawa dinamakan asam jika dalam air dan menghasilkan ion H+,
sedangkan senyawa dinamakan basa jika dalam air menghasilkan ion
OH–.
Akan tetapi pada teori ini tidak dapat menjelaskan mengapa asam
seperti HCl dapat melepaskan ion H+ dalam air. Teori ini juga tidak dapat
menjelaskan sifat basa pada NH3. Selain itu, teori ini juga terbatas dalam
pelarut air saja, padahal banyak reaksi yang bersuasana asam-basa
terjadi pada pelarut bukan air atau bahkan tanpa pelarut. Lahirnya Teori
asam basa Bronsted – Lowry dan Lewis dapat melengkapi kekurangan
teori Arrhenius.
2. Asam-Basa Bronsted-Lowry
Ilmuwan yang bernama Johanes Nicolas Bronsted (1879-1947) dari
Denmark mengemukakan teori mengenai asam dan basa. Pada waktu
yang hampir sama, Thomas Lowry seorang ilmuwan dari Inggris, juga
mengemukakan teori yang sama dengan Bronsted. Bronsetd-Lowry
menyatakan bahwa dalam suatu reaksi, zat yang dapat memberikan ion
H+ (proton) disebut dengan asam. Sedangkan zat yang dapat menerima
ion H+ (proton) disebut dengan basa.
Suatu asam, ketika kehilangan atau melepas satu atom H nya atau
proton selanjutnya dapat membentuk suatu spesi yang dinamakan basa
konjugasi. Spesi (basa konjugasi) tersebut dapat menangkap proton
sehingga membentuk kembali asam semula (ditandai dengan panah
bolak balik). Hal tersebut yang menyebabkan basa konjugasi bersifat
ANALISIS PENGUJIAN
4 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
HCl ⇋ H+ + Cl-
H2O ⇋ H+ + OH-
Sumber: Dokumen Pribadi
OH- ⇋ H+ + H2O
NH3 ⇋ H+ + NH4+
Sumber: Dokumen Pribadi
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
5
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
3. Asam-basa Lewis
Gilbert N. Lewis merupakan salah satu ilmuwan pencetus teori
asam-basa. Teorinya dikemukakan pada tahun 1938. Oleh Lewis, teori
asam-basa didefinisikan atas dasar pemberian dan penerimaan elektron.
Pasangan elektron yang diberikan atau disumbangkan oleh suatu
senyawa kepada senyawa lain akan membentuk suatu ikatan. Ikatan yang
terbentuk merupakan ikatan kovalen koordinasi. Sedang senyawa yang
memberikan atau menyumbangkan pasangan elektron dinamakan basa.
Untuk senyawa yang menerima pasangan elektron dinamakan dengan
asam. Agar pemahamanmu semakin baik mengenai asam-basa Lewis,
simaklah persamaan reaksi antara NH3 dengan BF3 pada Gambar 1.2
berikut ini:
ANALISIS PENGUJIAN
6 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
7
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
a. Indikator Universal
Perhatikan gambar pada Gambar 1.3 Berikut!
ANALISIS PENGUJIAN
8 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
c. Indikator Lakmus
Indikator lakmus atau yang dikenal dengan kertas lakmus merupakan
indikator sederhana yang biasa digunakan di laboratorium. Kertas lakmus
bekerja secara kualitatif dalam menentukan asam-basa. Lakmus sendiri
memiliki dua jenis, yaitu lakmus biru dan merah. Berikut disajikan gambar
kertas lakmus pada Gambar 1.5
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
9
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
PRAKTIKUM
MEMBEDAKAN LARUTAN ASAM, BASA, DAN NETRAL MENGGUNAKAN KERTAS
LAKMUS
ANALISIS PENGUJIAN
10 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
E. Analisis Data
1. Kelompokkan larutan-larutan yang anda uji menurut sifatnya (asam, basa,
atau netral)!
2. Tuliskan laporan pada percobaan ini!
PRAKTIKUM
MEMBUAT INDIKATOR ALAMI
A. Tujuan Percobaan
Membuat indikator alami dari ekstrak kulit buah naga
B. Dasar Teori :
Indikator alami merupakan zat yang diperoleh dari isolasi bahan alam
yang dapat memberikan warna unik dalam larutan asam dan basa. Indikator
alami yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah tumbuhan
yang berwarna atau memiliki pigmen spesifik, berupa bunga-bungaan, umbi-
umbian, kulit buah, dan dedaunan.
Perubahan warna indikator bergantung pada pigmen tanamannya,
misalnya bunga sepatu merah di dalam larutan asam akan berwarna merah
dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau, kol ungu di dalam larutan asam
akan berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna
hijau, atau kunyit yang akan tetap berwarna oranye dalam larutan asam dan
menjadi kecoklatan dalam larutan basa.
Salah satu alternatif tumbuhan yang dapat digunakan untuk indikator
alami adalah kulit buah naga. Perubahan warna yang dihasilkan dari indikator
kulit buah naga yaitu dari merah muda (ketika penambahan asam) sedangkan
pada penambahan basa akan berubah menjadi kuning. Selain berguna sebagai
indikator dalam titrasi asam basa, pemanfaatan kulit buah naga dapat pula
menggalakkan aksi mengurangi sampah dengan cara mengubahnya menjadi
bahan yang bermanfaat (Recycle).
C. Alat dan Bahan :
Alat :
1. Batang pengaduk 7. Tabung reaksi
2. Blender, 8. Labu ukur
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
11
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
12 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
Pertanyaan
1. Apakah yang kalian temukan pada saat indikator ditambahkan pada
larutan-larutan dengan pH berbeda?
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
13
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CONTOH SOAL
ANALISIS PENGUJIAN
14 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CONTOH SOAL
CAKRAWALA
Tahukah Anda berasal dari apakah lakmus? Lakmus pada awal ditemukan
merupakan zat warna yang diisolasi dari simbiosis jamur dengan alga yang
tumbuh di batu-batu atau pohon.
1. Indikator Bahan Kimia
Selain kertas lakmus, indikator bahan kimia dapat digunakan untuk
membedakan larutan asam dan basa. Cara menggunakannya yaitu dengan
meneteskan indikator tersebut ke dalam larutan asam atau basa. Perubahan
warna indikator akan menyesuaikan dengan perubahan kosentrasi H+
(Purba, 2002: 161). Batas-batas PH saat larutan asam atau basa mengalami
perubahaan warna disebut dengan trayek perubahan warna. Berikut beberapa
trayek perubahan warna dari beberapa indikator disajikan pada Tabel 1.4
Tabel 1.4 Trayek Perubahan Warna
Indikator Trayek perubahan Perubahan warna
warna
Metil Hijau 0,2-1,8 Kuning-biru
Timol Hijau 1,2-2,8 Kuning-biru
Metil jingga 3,2-4,4 Merah-kuning
Metil merah 4,0-5,8 Tak berwarna-
Merah
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
15
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CAKRAWALA
Cara kerja indikator bahan kimia dalam menentukan sifat asam atau
basa suatu larutan yaitu dengan cara meneteskan indikator tersebut pada
larutan yang diinginkan. Perubahan warna yang terjadi pada larutan dapat
dibandingkan dengan trayek PH pada Tabel 1.4.
2. Indikator Alami
Alam menyediakan berbagai tumbuhan yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi secara alami larutan asam-basa. Indikator alami tersebut
merupakan zat warna atau pigmen yang dapat diisolasi dari berbagai tumbuh-
tumbuhan, jamur dan alga. Indikator alami tersebut memiliki sifat spesifik
yaitu memiliki trayek pH tertentu serta memiliki tingkat ke akuratan dan
kecermatan tertentu. Beberapa tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
indikator alami, antara lain kubis ungu memberikan warna merah keunguan,
kunyit memberikan warna kuning, bunga sepatu memberikan warna merah
keunguan, bunga Hydrangea, dan lain-lain. Warna merah, biru atau ungu yang
dihasilkan dari ekstrak tumbuhan merupakan pigmen organik yang disebut
antosianin yang dapat merubah warna pada setiap perubahan pH (Shudarshan,
S., et al, 2010).
Tahukah Anda ada yang menarik dari bunga Hydrangea sebagai indikator
alami? Bunga Hydrangea memiliki banyak spesies, namun yang paling
banyak dibudidayakan khususnya di Indonesia adalah spesies Hydrangea
macrophylia, seperti pada Gambar 1.6 berikut.
ANALISIS PENGUJIAN
16 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CAKRAWALA
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
17
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CAKRAWALA
ANALISIS PENGUJIAN
18 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
JELAJAH INTERNET
https://www.youtube.com/watch?v=vajKeYQbX0w
RANGKUMAN
1. Zat yang dilarutkan dalam air menghasilkan ion H+ oleh Arrhenius disebut
asam, sedangkan zat yang dilarutkan dalam air menghasilkan ion OH– oleh
Arrhenius disebut basa.
2. Zat yang memberikan proton (H+) dalam suatu reaksi dinamakan asam, sedang
zat yang menerima proton (H+) dinamakan basa. Hal tersebut dikemukkan
oleh Bronsted-Lowry.
3. Gilbert N. Lewis menyatakan bahwa zat yang dapat menerima pasangan
elektron dinamakan asam, sedangkan zat yang memberikan pasangan elektron
untuk digunakan berikatan dengan senyawa lain dinamakan basa.
4. Garam merupakan senyawa hasil reaksi asam dan basa disebut garam.
5. Zat yang dapat memberikan warna unik pada suasan asam atau suasan basa
dinamakan indikator.
6. Berdasarkan jenisnya indikator dibagi menjadi dua, indikator alami dan
buatan.
7. Contoh indikator alami yaitu kunyit, bunga kubis merah, kayu secang dan lain-
lain.
8. Contoh indikator buatan ada PH meter, indikator universal, kertas lakmus dan
indikator bahan kimia.
TUGAS MANDIRI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
19
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
20 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
REFLEKSI
Petunjuk
1. Siapkan kertas tersendiri untuk menuliskan refleksi dari hasil pembelajaran!
2. Silakan menuliskan topik atau kompetensi dasar yang sudah kalian pelajari
3. Silakan menuliskan jawaban dengan jujur pada lembar refleksi!
4. Silakan mengumpulkan hasil refleksi pada guru kalian.
Lembar refleksi
1. Ceritakan secara singkat tentang apa saja yang sudah kalian peroleh dalam
pembelajaran ini!
2. Adakah materi yang belum kalian kuasai?
3. Menurut kalian apa yang bisa diterapkan dari pembelajaran ini dalam
kehidupan sehari hari?
4. Apa yang bisa ditindak lanjuti setelah kalian menyelesaikan pelajaran ini?
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
21
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
II TITRASI ASAM BASA
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
Titrasi, larutan standar primer, larutan standar sekunder, indikator, titik ekivalen,
titik akhir, asidimetri, alkalimetri.
ANALISIS PENGUJIAN
22 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Jika kita membeli produk makanan atau bahan makanan biasanya pada kema-
san, kita akan melihat beberapa informasi yang dituliskan dalam kemasan tersebut,
seperti kehalalan, kadaluarsa, serta kandungan yang ada dalam makanan atau bahan
makanan tersebut. Untuk mengetahui kandungan yang ada di dalam makanan atau
bahan makanan maka bisa dilakukan suatu analisis. Kegiatan analisis bisa dilakukan
secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis titrimetri atau bisa juga disebut anali-
sis volumetri merupakan bagian dari analisis kuantitatif yang bisa digunakan untuk
menentukan kandungan zat yang ada di dalam makanan atau minuman. Pada Bab ini
kita akan belajar tentang analisis titrimetri terutama titrasi asam basa atau titrasi pen-
etralan.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Prinsip Titrasi
Suatu analisis kuantitatif yang tujuannya adalah menetapkan jumlah kadar
baik dalam persen (%) maupun dalam bentuk konsentrasi lain seperti normalitas,
molaritas, atau ppm suatu unsur atau senyawa dalam suatu larutan dengan cara
menambahkan beberapa volume tertentu pada larutan yang lain atau mereaksikan
beberapa volume larutan tertentu dengan beberapa volume larutan lain yang
sudah diketahui konsentrasinya. Bisa digambarkan dengan reaksi berikut ini:
rR + qQ => Hasil reaksi
dengan keterangan r dan q adalah jumlah mol dari senyawa R dan Q, sedangkan
R adalah senyawa penitrasi atau titran dan Q adalah senyawa yang dititrasi atau
titrat ataupun sebaliknya.
Titran atau Larutan dalam buret bisa larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya tetapi bisa juga larutan yang akan dicari konsentrasinya
ditambahkan sedikit demi sedikit sehingga jumlah R dan Q menjadi setara atau
mencapai titik ekivalen ( TE ). Akan tetapi karena kita tidak bisa melihat kapan titik
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
23
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ekivalen ini terjadi sehingga kita tidak mengetahui kapan penambahan titran ini
dihentikan, maka diperlukan penambahan indikator pada titrat sehingga kelebihan
dari titran ini akan menyebabkan indikator berubah warna. Saat itulah titrasi harus
dihentikan, ini yang disebut dengan titik akhir titrasi (TAT) dan sedapat mungkin
selisih antara titik ekivalen (TE) dan titik akhir titrasi (TAT) harus sedekat mungkin.
Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah :
1. Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri atau sesuai dengan suatu
persamaan dan tidak terjadi hasil samping.
2. Reaksi harus berjalan dengan cepat sehingga tidak memerlukan waktu yang
lama untuk melihat perubahan.
3. Agar titik akhir titrasi dapat diketahui maka perlu ditambahkan indicator.
4. Perubahan titik akhir titrasi harus dapat dilihat dengan jelas.
B. Pembagian Titrasi
Berdasarkan reaksi kimia yang berperan titrasi dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1. Titrasi asam basa atau penetralan
2. Titrasi pengendapan atau presipitrimetri
3. Titrasi pengomplekan atau kompleksometri
4. Titrasi reduksi oksidasi atau redoks
Sedangkan berdasarkan caranya, titrasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
1. Titrasi langsung yaitu titrasi dilakukan secara langsung antara titran dan titrat
atau zat yang akan ditentukan konsentrasinya, tidak ada penambahan zat
ketiga yang bereaksi dengan titratnya
2. Titrasi tidak langsung yaitu jika zat dalam sampel atau titrat tidak bisa bereaksi
dengan titran atau lambat bereaksi, sehingga perlu ditambahkan zat ketiga ke
dalam sampel atau titrat secara berlebih. Kemudian, kelebihan dari zat ketiga
direaksikan dengan titran yaitu menambah tetes per tetes dari buret dengan
titran. Volume titrasi atau volume yang digunakan untuk bereaksi dengan zat
ketiga merupakan jumlah ekivalen dari kelebihan titran, sehingga diperlukan
titrasi blanko. Pernahkan Anda mendengar larutan blanko? Larutan blanko
merupakan larutan yang tidak mengandung sampel dan berisi semua pereaksi.
Bahan bahan makanan atau obat obatan banyak sekali yang mengandung
senyawa asam atau basa, sehingga untuk mengetahui kadar zat dalam senyawa
asam atau basa itu bisa menggunakan metode titrasi, titrasi yang melibatkan
senyawa asam dan basa disebut dengan titrasi penetralan atau titrasi asam basa.
Untuk menentukan kadar senyawa asam bisa menggunakan senyawa basa atau
sebaliknya untuk menentukan kadar senyawa basa bisa menggunakan senyawa
asam. Pada titrasi penetralan atau asam basa titik ekivalen ditandai dengan ketika
jumlah konsentrasi OH- sudah setara dengan H+ bisa dituliskan dengan reaksi
berikut ini :
H+ + OH - => H2O
Di bawah ini adalah contoh gambaran melakukan titrasi asam basa, dimana
larutan basa digunakan sebagai penitrasi atau titran dan berada di buret, sedangkan
larutan asam sebagai titrat atau yang dititrasi dan berada di erlenmeyer
ANALISIS PENGUJIAN
24 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
25
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
26 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
C. Larutan Standar
Pada analisis titrimetri atau volumetri kita membutuhkan beberapa larutan,
karena metode ini didasarkan pada pengukuran volume suatu larutan. Oleh
karena itu sebelum melakukan titrasi kita harus mempersiapkan larutan standar
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
27
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
atau bisa disebut larutan baku. Larutan standar atau larutan baku adalah larutan
yang mengandung konsentrasi yang diketahui secara tepat dari unsur atau zat.
Larutan standar atau larutan baku dibagi menjadi 2, yaitu larutan standar primer
dan larutan standar sekunder.
1. Larutan standar primer
Yaitu larutan yang memiliki kemurnian yang sangat tinggi, ditimbang dengan
massa teretentu sesuai perhitungan konsentrasinya kemudian dilarutkan
dalam sejumlah volume pelarut, sehingga konsentrasinya diketahui dengan
pasti. Suatu larutan dapat dikategorikan pada larutan standar primer jika
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Memiliki kemurnian yang tinggi
b. Stabil ( tidak menyerap H2O dan CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak
mudah menguap, tidak terurai, tidah berubah pada pengeringan)
c. Memiliki rumus kimia yang pasti
d. Memiliki berat molekul atau berat ekivalen tinggi
e. Larutannya bersifat stabil
Selain syarat-syarat tersebut di atas proses pembuatan larutan standar
primer juga sangat mempengaruhi larutan standar primer, seperti pada saat
pengeringan, penimbangan, pelarutan, pemindahan zat ke labu ukur harus
dilakukan secara teliti. Sehingga larutan standar primer yang dihasilkan juga
tepat konsentrasinya
Yang termasuk dari larutan standar primer untuk titrasi penentralan ini antara
lain:
a. Larutan baku natrium tetraborat ( boraks)
Senyawa boraks dengan rumus kimia Na2B4O7.10H2O merupakan senyawa
yang bersifat stabil, memiliki Berat Molekul yang tinggi yaitu 381,647,
dapat diperoleh pada keadaan murninya dan di dalam air akan larut dan
terhidrolisis menurut persamaan:
Na2B4O7 + 7H2O 2 NaOH + 4 H3BO3
Oleh karena itu, larutannya dalam air bersifat basa kuat dan dapat
dititrasi dengan asam. Titik ekivalensi terhadap asam kuat 0,1 M dapat
memberikan pH sekitar 5,1 dan indikator yang dapat diterapkan adalah
metil merah atau metil jingga.
b. Natrium Karbonat ( Na2CO3)
Natrium karbonat ( Na2CO3) adalah salah satu contoh larutan standar / baku
primer, larutan ini digunakan untuk menstandardisasi larutan HCl, dan
larutan HCl yang sudah distandardisasi ini bisa digunakan untuk menitrasi
sampel seperti NaOH, natrium karbonat ( Na2CO3 ) yang digunakan adalah
yang khusus digunakan untu analisis biasanya pada botol kemasan tertulis
pro analisis (p.a ; 99,95 %) bukan yang teknis, yang telah dikeringkan
selama ½ jam pada 270 – 300 oC. Indikaor indikator yang bisa diterapkan
adalah metil merah, metil jingga
c. Kalium Hidrogen ftalat
Asam mono basa atau biasa disingkat KH-ftalat ini memiliki BM yang
tinggi, anhydrous, stabil, tidak higroskopis, dan dapat diperoleh dengan
kemurnian 99,95 %, sebelum digunakan dikeringkn dulu dalam oven
ANALISIS PENGUJIAN
28 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
selama 2-3 jam pada suhu 110 – 120oC dan kemudian dibiarkan mendingin
( tidak perlu dalam desikator karena sifatnya tidak higroskopis )
d. Asam Oksalat dihidrat
Asam oksalat dihidrat dengan rumus kimia H2C2O42H2O, diperoleh
dalam keadaan murni, larut dalam air dan alkohol dan memiliki berat
molekul 126, digunakan untuk menstandardisasi natrium hidroksida, bisa
menerapkan indikator fenolftalein
2. Larutan standar sekunder
Jika larutan tidak atau kurang murni, tidak stabil digunakan untuk
mentitrasi suatu sampel atau zat yang ingin diketahui kadarnya maka larutan
tersebut bisa diketahui konsentrasinya degan cara menstandardisasi dengan
larutan standar primer.Inilah yang disebut dengan larutan standar sekunder.
Beberapa contoh larutan standar sekunder untuk titrasi penetralan
adalah:
a. Asam klorida ( HCl)
Sifat fisika dan kimia
Asam klorida secara fisik berbentuk cair, zat yang berbau, tidak
berwarna dan dapat larut dalam air dingin, air panas, dan dietil eter. Asam
klorida memiliki berat molekul 36,5 g/mol dan titik didihnya 108,58oC.
Sifat kimia asam klorida yaitu sangat reaktif dengan logam, reaktif dengan
agen oksidasi, bahan organik, alkali, air, dan sangat korosif jika berdekatan
dengan aluminium, tembaga, stainless steel.
Penanganan
Kontak mata:
Apabila terjadi kontak langsung dengan mata, segera siram mata
dengan air atau air dingin sebanyak-banyaknya selama 15 menit atau
lebih. Jika memakai lensa kontak segera periksa dan lepaskan. Dapatkan
perawatan medis dengan segera.
Kontak kulit:
Apabila mengenai kulit, segera basuh kulit dengan air atau air dingin
sedikitnya selama 15 menit atau lebih. Lepaskan baju dan sepatu yang
telah terkontaminasi. Kemudian segera cuci baju dan sepatu tersebut
hingga benar-benar bersih sebelum digunakan. Dapatkan perawatan
medis dengan segera
Kontak kulit serius:
Apabila terkena kulit dengan kondisi serius atau berat, cuci segera
dengan sabun desinfektan dan segera tutupi kulit tersebut dengan krim
antibakteri. Dapatkan perawatan medis dengan segera
Inhalasi:
Jika terhirup, segera cari udara segar, bisa pergi keluar ruang atau ke
tempat yang banyak mengandung oksigen. Jika tidak bernafas, berikan
pernafasan buatan. Jika sulit berikan oksigen, segera dapatkan perawatan
medis
Serius terhirup:
Evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya. Longgarkan pakaian
yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang. Jika sulit bernafas berikan
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
29
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
30 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
31
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Dimana ”e” pada rumus diatas merupakan ekivalen dari zat terlarut dalam
suatu larutan, jika molaritas adalah jumlah mol per satuan volume sehingga
rumus Normalitas dapat dituliskan menjadi:
Normalitas ( N ) = M x e
Dimana M adalah molaritas dari larutan dan e adalah ekivalen dari larutan.
Dari persamaan di atas banyak sekali berbicara tentang ekivalen, maka kita
harus mengetahui terlebih dahulu tentang ekivalen.
Sifat larutan ada yang bersifat asam, basa atau netral. Pembawa sifat asam
yaitu ion H+ dan pembawa sifat basa adalah adanya ion OH-, ekivalen adalah
keadaan dimana jumlah H+ atau OH- yang terlibat dalam satu molekul zat terlarut
dalam keadaan setara, sebagai contoh:
a. HCl terdiri dari ion H+ dan ion Cl- sehingga dapat diketahui bahwa jumlah
ekivalen atau e yaitu 1 karena hanya terdapat 1 ion H+ dalam 1 molekul.
b. H2SO4 terdiri dari 2 ion H+ dan 1 ion SO42-, sehingga asam sulfat dikatakan
memiliki jumlah ekivalen 2
c. NaOH terdiri dari 1 ion Na+ dan 1 ion OH- sehingga natrium hidroksida
memiliki jumlah ekivalen 1
d. Ba(OH)2 terdiri dari 1 ion Ba2+ dan 2 ion OH- sehingga Barium hidroksida
memilik jumlah ekivalen 2
ANALISIS PENGUJIAN
32 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
VQ x NQ = VP x NP
NQ = VP x NP
VQ
b. Menghitung dalam kadar persen.
Jika kita melihat kemasan dalam suatu makanan seringkali kita melihat
kadar zat dituliskan dalam bentuk persen (%), yang dalam perhitungannya
sering dituliskan seperti di bawah ini:
% X = Bobot X x 100 %
Bobot sampel
Dari data hasil penentuan kadar metode titrasi yang diperoleh maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
mg ekivalen X = mg ekivalen titran
mg ekivalen X = ml x N (titran)
dari mg ekivalen supaya menjadi mg harus dikalikan bobot ekivalen
(BE) atau bobot setara (bst).
mg X = mg ekivalen X x BE X
mg X.= ml x N titran x BE X
sehingga jika disubstitusikan dengan rumus di atas yang %X, maka
Kadar X (%) = ml titran x N titran x BE X x 100 %
mg cuplikan
c. Faktor pengenceran
Berbeda dengan gravimetri, dalam titrimetri sampel atau cuplikan
yang berupa padatan ditimbang terlebih dahulu kemudian dilarutkan
dalam suatu labu ukur sesuai dengan ukuran yang ada yaitu 50 mL, 100 mL
atau 250 mL atau ukuran yang lainnya. Setelah itu sampel atau cuplikan
yang sudah dilarutkan di pipet sebagian ke dalam erlenmeyer kemudian
diberikan zat tambahan seperti indikator baru kemudian dititrasi. Titran
tidaklah digunakan seluruhnya untuk bereaksi dengan seluruh zat yang
ada dalam sampel atau cuplikan.
Pernahkan Anda mendengar faktor pengenceran? Faktor pengenceran
meruapakan bilangan yang didapatkan dari kebalikan seberapa bagian
larutan cuplikan yang dipipet dari seluruh larutan. Untuk memahami
definisi tersebut, coba pahami contoh berikut ini:
mg cuplikan dilarutkan dalam labu ukur 100 ml, kemudian dipipet 25
ml larutan dimasukkan ke dalam erlenmeyer kemudian dititar.
larutan yang dipipet = bagian dari seluruh larutan.
faktor pengenceran =
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
33
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
34 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
Gambar 2.3 larutan asam cuka dan larutan indicator pp Gambar 2.4 larutan asam cuka sesudah di titrasi
sebelum di titrasi Sumber: Zulaicha, 2019 (Dokumen Pribadi)
Sumber: Zulaicha, 2019 ( Dokumen Pribadi)
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
35
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
Jika titrasi yang dilakukan kelebihan zat pentiter atau titran maka bisa
dilakukan titrasi sekali lagi untuk memperoleh data yang memiliki selisih
tidak terlalu banyak
e. Data Pengamatan
1) Standardisasi larutan NaOH dengan larutan Asam oksalat
No Titrasi Bacaan Awal Bacaan Akhir Volume
1 I
2 II
Rata-rata
2) Perhitungan Standardisasi
N NaOH = N As.oksalat x V As.oksalat
V NaOH
5) Perhitungan
ANALISIS PENGUJIAN
36 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
37
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
e. Data Pengamatan
1) Standardisasi larutan HCl dengan larutan Na Borat
No Titrasi Bacaan Awal Bacaan Akhir Volume
1 I
2 II
Rata-rata
2) Perhitungan Standardisasi
ANALISIS PENGUJIAN
38 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
CONTOH SOAL
Seorang analis kimia akan melakukan analisis kadar Natrium karbonat dalam
baking soda dengan cara menimbang 5,000 gram baking soda kristal dilarutkan
dalam air sehingga volume larutan menjadi 250 ml. Kemudian diambil 25 ml
dititrasi dengan HCl 0,1 N sebanyak 20 ml. Kadar Na2CO3 baking soda tersebut
adalah....( Mr Na2CO3 = 106 )
Jawab
% Kadar Na2CO3 = V . N . BE Na2CO3 . FP. 100 %
W sampel x 1000
= 20 ml . 0,1 . 53 . 100 %
5 g . 1000
= 10.600
5000
= 2,12 %
CAKRAWALA
SEKEDAR TAHU
Dalam kehidupan sehari hari kita sering menemukan zat-zat yang merupakan
senyawa asam atau basa, contohnya adalah obat sakit maag. Di dalam obat sakit
maag mengandung senyawa Al(OH)3, Mg(OH)2 yang fungsinya adalah untuk
menetralkan asam lambung yaitu asam klorida yang ada di dalam lambung,
sehingga untuk mengetahui kadar senyawa yang bersifat basa di dalam obat sakit
maag bisa menggunakan metode titrasi asam basa atau penetralan
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
39
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
JELAJAH INTERNET
Titrasi asam basa merupakan reaksi antara asam dengan basa, larutan asam
misalnya asam klorida, HCl, asam asetat ( CH3COOH), asam sulfat (H2SO4), dan
larutan basa misalnya natrium hidroksida (NaOH), kalium hidroksida (KOH), dimana
larutan yang ada di buret bisa larutan asam dan di Erlenmeyer larutan basa atau
sebaliknya larutan basa di dalam buret dan larutan asam di Erlenmeyer. Supaya
Anda lebih memahami tentang titrasi asam basa mulai dari menyiapkan alat sampai
dengan melakukan titrasi silakan melihat video di youtube dengan link
https://www.youtube.com/watch?v=51QR-iqLCIQ dan
https://www.youtube.com/watch?v=TyMuJoUMIR0 atau bisa men scan QR Code di
bawah ini
RANGKUMAN
1. Analisis titrimetri atau bisa juga disebut analisis volumetri termasuk dalam
analisa kuantitatif yang berguna dalam menentukan kadar atau kosentrasi
suatu unsur atau senyawa yang terdapat dalam suatu larutan dengan cara
menambahkan atau mereaksikan sejumlah tertentu volume larutan dengan
beberapa volume larutan lain yang sudah diketahui konsentrasinya.
2. Larutan yang kosentrasinya dapat diketahui secara langsung melalui berat
bahan yang sangat murni yang dilarutkan dalam sejumlah volume pelarut
disebut larutan standar primer.
3. Larutan yang kosentrasinya dapat diketahui dengan cara menstandardisasi
dengan larutan standar primer dinamakan larutan standar sekunder.
4. Titrasi Asidimetri yaitu titrasi yang tujuannya adalah untuk menentukan kadar
senyawa basa dengan menggunakan senyawa asam, contoh dari asidimetri
adalah penentuan konsentrasi NaOH dengan menstandardisasi dengan HCl,
penentuan kadar Na2CO3 dalam baking soda dengan cara menstandardisasi
dengan HCl
ANALISIS PENGUJIAN
40 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Carilah prosedur penentuan kadar zat yang menggunakan metode titrasi asam basa
yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, kemudian lakukan praktikum
dari prosedur yang sudah kalian buat !
Soal
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Jelaskan perbedaan asidimetri dan alkalimetri !
2. Tuliskan beberapa contoh pasangan larutan standar primer dan larutan
standar sekunder untuk titrasi asam basa serta tuliskan reaksinya !
3. Sebutkan beberapa contoh penerapan titrasi asam basa dalam kehidupan
sehari hari !
4. Gambarkan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat kemudian jelaskan
gambar tersebut !
5. Suatu analisis kadar asam asetat dalam cuka makan dilakukan dengan cara
memipet 10 mL sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diambil
10 mL ditentukan kadarnya dengan titrasi NaOH 0,1000 N membutuhkan
volume 6 mL jika BJ asam cuka 1,05 gram/ml
( H = 1, C = 12, O = 16 ), Tentukan kadarnya !
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
41
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
REFLEKSI
Petunjuk
1. Siapkan kertas tersendiri untuk menuliskan refleksi dari hasil pembelajaran!
2. Silakan menuliskan topik atau kompetensi dasar yang sudah kalian pelajari!
3. Silakan menuliskan jawaban dengan jujur pada lembar refleksi!
4. Silakan mengumpulkan hasil refleksi pada guru kalian!
Lembar refleksi
1. Ceritakan secara singkat tentang apa saja yang sudah Anda peroleh dalam
pembelajaran ini?
3. Menurut Anda apa yang bisa diterapkan dari pembelajaran ini dalam kehidupan
sehari-hari?
ANALISIS PENGUJIAN
42 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
TITRASI PENGENDAPAN
III
BAB III TITRASI PENGENDAPAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
TITRASI PENGENDAPAN
KATA KUNCI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
43
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Gambar 3.1 gambar contoh minuman isotonic yang mengandung ion klorida
Sumber http://www.megatokyo.de/rantimg/PocariSweat.jpg
Dalam keseharian kita sering mendengar tentang minuman isotonik, entah itu dari
iklan TV, radio, majalah atau iklan-iklan di tempat umum. Terutama bagi olahragawan
tetapi tidak menutup kemungkinan orang-orang pada umumnya mengetahui bahwa
istilah ini sangat populer. Pertanyaannya tahukah Anda apa minuman isotonik itu? Lalu
apa bedanya dengan air mineral? Minuman isotonik menurut BSN (1998) merupakan
salah satu produk minuman ringan karbonasi atau nonkarbonasi yang mengandung
glukosa dan fruktosa sekitar 6 % yang konsentrasinya sama dengan yang diperlukan
oleh tubuh untuk meningkatkan kebugaran. Perbedaan minuman isotonic dengan air
mineral atau biasa adalah minuman isotonic diformulasikan secara khusus dengan
kadar ion yang sudah ditentukan.
Manfaat utama dari minuman isotonik adalah sebagai pengganti cairan tubuh
yang hilang atau pengganti ion atau elektrolit yang hilang dari dalam tubuh karena
di dalam minuman isotonik memiliki kandungan berbagai macam mineral yang
diperlukan tubuh seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg),
klorida, (Cl) karbohidrat, vitamin dan sebagainya.
Pada saat kita terserang penyakit diare maka kita juga bisa mengonsumsi minuman
isotonik karena saat diare tubuh mengalami kekurangan cairan sehinggga minuman
isotonic ini bisa menggantikan elektrolit-elektrolit yang hilang sehingga kita tidak
sampai kehabisan cairan. Nah apa kaitannya minuman isotonik dengan bab yang akan
kita pelajari kali ini? Kaitannya adalah karena minuman isotonik ini mengandung ion
klorida maka minuman ini bisa ditentukan kadarnya dengan menggunakan analisis
titrimetri metode pengendapan.
ANALISIS PENGUJIAN
44 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
45
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
46 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
2. Sifat pelarut.
Pelarut adalah zat yang melarutkan zat terlarut. Biasanya pelarut memliki
jumlah yang lebih besar dari pada zat terlarutnya. Pada saat zat terlarut
dicampurkan dengan pelarut maka akan terjadi interaksi antara pelarut
dengan pelarut, zat terlarut dengan zat terlarut, antara pelarut dengan zat
terlarut. Jika gaya tarik menarik antarpelarut dengan zat terlarut lebih besar
daripada gaya tarik menarik antara pelarut dengan pelarut atau zat terlarut
dengan zat terlarut, maka proses pelarutan ini akan terjadi. Setiap pelarut
memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatu zat. Begitu juga
dengan zat terlarut yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada
pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis.
Konsentrasi ion sejenis sangat berpengaruh terhadap kelarutan, kelarutan
akan berkurang dengan adanya penambahan ion sejenis. Penambahan ion
sejenis akan menyebabkan zat-zat terlarut akan semakin sulit larut. Hal ini
sesuai dengan aza Le Chatelier kesetimbangan akan bergesar pada zat yang
ditambahkan, sehingga akan menyebabkan terbentuk endapan. Contohnya
kelarutan besi (III) hidroksida akan menjadi kecil jika dilarutkan dalam
larutan ammonium hidroksida dibandingkan dengan melarutkan dalam air.
Hal ini disebabkan adanya ion sejenis yaitu OH- atau hidroksida sehingga
akan mengurangi konsentrasi besi (III) hidroksida yang akan terlarut. Efek ini
biasanya digunakan untuk mencuci endapan adalam analisis gravimetri.
4. Pengaruh pH.
Tingkat keasaman atau pH dapat mempengaruhi kelarutan, ada zat yang
bisa lebih mudah larut dalam basa atau asam dari pada di dalam air. Semakin
kecil pH artinya jumlah ion H+ besar maka kelarutan basa akan meningkat
artinya basa menjadi larut sehingga nilai hasil kelarutan menjadi besar,
sedangkan semakin besar pH artinya jumlah ion OH- besar maka kelarutan
semakin berkurang, menjadi sukar larut atau lebih mudah mengendap
sehingga nilai hasil kelarutan menjadi lebih kecil.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
47
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
48 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
1. Metode Mohr
Di antara metode-metode yang lain, metode mohr ini paling mudah dan
sering dilakukan. Metode Mohr digunakan untuk menentukan kadar klorida,
selain klorida ion halide yang lain yaitu bromide juga bisa menggunakan
metode Mohr. Prinsip penetntuan kadar klorida dalam suatu sampel yaitu
sampel yang mengandung klorida dalam suasana netral atau agak alkalis
dititrasi dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kalium kromat.
Ion klorida atau bromida akan bereaksi dengan ion perak ( Ag+) membentuk
endapan putih, ketika ion klorida sudah habis bereaksi dengan ion perak (Ag+),
maka ion perak (Ag+)akan bereaksi dengan ion kromat (CrO42-) membentuk
endapan perak kromat (Ag2CrO4) yang berwarna coklat merah sebagai titik
akhir titrasi dan titrasi harus dihentikan. Dari gambaran di atas maka dapat
dituliskan dalam sutu rekasi seperti di bawah ini:
Fase awal Cl akan bereaksi dengan Ag membentuk AgCl yaitu endapan putih
NaCl + AgNO₃ = > AgCl (endapan putih) + NaNO₃
Pada saat titik akhir titrasi Ag akan bereaksi dengan kromat membentuk
AgCrO4 yaitu endapan berwarna merah bata
2AgNO₃ + K₂CrO₄ => AgCrO₄ (endapan merah bata) + 2KNO₃
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
49
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
2. Metode Volhard
Pernahkah Anda mendengar ilmuwan bernama Jacobus Volhard? Mungkin
beberapa belum pernah mendengar nama tersebut. Dia adalah penemu
Metode Volhard yang dikemukakan pada tahun 1874. Pada metode ini, AgNO3
berlebih sebagai larutan standar ditambahkan ke dalam suatu larutan. Larutan
yang diberi AgNO3 berlebih harus mengandung ion halogen, misalnya Cl-, Br-,
I- dan lain-lain. Reaksi yang terjadi akan menghasilkan kelebihan Ag+ yang
nantinya akan dititrasi dengan larutan standar garam tiosianat (KSCN atau
NH4SCN) dalam suasana asam. Sama halnya dengan titrasi pada umumnya,
pada titrasi dengan metode Volhard juga membutuhkan indikator untuk titik
akhir titrasi. Indikator yang digunakan adalah larutan Fe3+. Titik ekivalen
ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang merupakan hasil reaksi
antara titran dengan Ag+. Titran yang berlebih selanjutnya akan bereaksi
ANALISIS PENGUJIAN
50 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
51
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
3. Metode Fajans
Tak jauh berbeda dengan titrasi pengendapan (argentometri) dengan
cara Mohr, titrasi pengendapan dengan cara fajans hanya berbeda pada
penggunaan jenis indikator yang digunakan. Pada titrasi pengendapan
dengan metode Fajans, indikator yang digunakan yaitu indikator adsorpsi,
misalnya cosine atau fluorescein. Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan
indikator adsorpsi? Indikator adsorpsi merupakan suatu zat yang oleh
permukaan endapan dapat diserap dengan baik serta menimbulkan warna.
Indikator tersebut dapat bekerja dengan baik dan tepat pada titik ekuivalen
dapat diatur dengan cara memilih pH dan jenis indikator yang digunakan. pH
tergantung dari jenis ion yang dipakai serta indikator yang dipakai. Zat yang
digunakan sebagai titran pada titrasi pengendapan menggunakan metode
Fajans yaitu AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah.
Pada saat titrasi berlangsung, sebelum mencapai titik ekivalen ion Cl-
berada dalam lapisan primer. Penambahan titran selanjutnya menyebabkan
tercapainya titik ekivalen. Setelah titik ekivalen tercapai, kelebihan sedikit
titran AgNO3 dapat mengakibatkan ion Ag+ akan menggantikan ion Cl- akan
berada pada lapisan sekunder. Untuk lebih memahami titrasi dengan metode
Fajans, berikut mekanisme yang terjadi:
Ketika natrium klorida ditambahkan perat nitrat akan membentuk
perak klorida. Partikel-partikel perak klorida yang merata dan terbagi halus
cenderung menyerap ion klorida membentuk lapisan primer yang bermuatan
negative, sehingga partikel perak klorida juga bermuatan negatif. Seperti
medan magnet yang akan menarik muatan yang berlawanan, perak klorida
yang bermuatan negatif akan memiliki kecenderungan untuk menarik ion
ANALISIS PENGUJIAN
52 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
positif dari suatu larutan yang selanjutnya akan membentuk lapisan adsorpsi
sekunder yang melekat kurang erat, perhatikan ilustrasi berikut:
( AgCl ) Cl- M+
Lapisan primer lapisan sekunder klorida berlebih
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
53
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
54 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
terkena cahaya akan berubah menjadi hitam, sehingga simpan pada tempat yang
jauh dari sinar matahari, sumber api dan bahan yang dapat bereaksi dengan
perak nitrat. Dari sifat-sifat perak nitrat tersebut maka pada saat melakukan
titrasi pengendapan metode argentometri dimana zat penitrasinya adalah
larutan AgNO3 , maka sebaiknya menggunakan buret yang berwarna gelap. Hal
tersebut dilakukan agar dapat meminimalisasi masuknya cahaya ke dalam buret,
sehingga perak nitrat tidak teroksidasi. Jika pada buret terdapat garis-garis hitam
pada dindingnya, itulah tanda bahwa perak nitrat telah teroksidasi. Walaupun
penggunaan buret yang tidak berwarna dapat dilakukan untuk titrasi, namun
kemungkinan perak teroksidasi ini relatif tinggi. Untuk menghindari cahaya jika
tidak menggunakan buret berwarna gelap yaitu dengan cara melapisi dinding
buret dengan aluminium foil, tetapi kendalanya akan mengalami kesulitan ketika
membaca skala pada buret atau dengan cara lain yaitu melakukan titrasi dalam
ruang yang gelap.
E. Perhitungan dalam Titrasi Pengendapan
Proses standardisasi pada titrasi pengendapan AgNO3 sebagai larutan standar
sekunder harus distandardisasi terlebih dahulu dengan NaCl, dengan reksi
sebagai berikut:
NaCl + AgNO3 => AgCl + NaNO3
Dengan perbandingan koefisien reaksi masing masing adalah 1 sehingga
perhitungan konsentrasi AgNO3 baik menggunakan normalitas atau molaritas
adalah sebagai berikut:
NAgNO3 = VNaCl x NNaCl
VAgNO3
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
55
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
c. Cara Kerja
1) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan NaCl 0,1 N
50 mL
2) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan AgNO3 0,1
N 50 mL
3) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan kalium
kromat 2 %
4) Buat larutan NaCl 0,1 N 50 mL
5) Buat larutan AgNO3 0,1 N 50 mL
6) Buat larutan kalium kromat 2 %
7) Melakukan standardisasi AgNO3 dengan NaCl
a) Pipet 10 mL NaCl, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
lalu tambahkan 1 mL K2CrO4 2% sebagai indikator.
b) Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan hingga
terbentuk warna merah bata.
c) Percobaan diulang 2 kali
d) Hitung normalitas AgNO3
8) Menentukan kadar NaCl dalam garam dapur
ANALISIS PENGUJIAN
56 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
d. Data Pengamatan
1) Standardisasi larutan AgNO3 dengan larutan Natrium Klorida
No Titrasi Bacaan Awal Bacaan Akhir Volume
1 I
2 II
Rata-rata
2) Perhitungan Standarisasi
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………
2 II
Rata-rata
4) Perhitungan
…………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………
………………………………
Gambar di bawah ini adalah larutan larutan sebelum titrasi dan sesudah titrasi
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
57
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
58 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
c) buret
d) Bola hisap
e) Corong
f) Pipet tetes
g) Botol semprot
h) Gelas arloji
i) Labu ukur 50ml, 100 ml
j) Pipet ukur 1ml
k) Pipet volume 10ml, 25ml
l) Enlenmeyer
m) Beaker gelas
n) Statif
2) Bahan
a) Perak nitrat (AgNO3)
b) Natrium klorida (NaCl)
c) Kalium kromat (K2CrO4)
d) Aquades
c. Cara Kerja :
1) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan NaCl 0,1 N
50 mL
2) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N
50 mL
3) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan kalium
kromat 2 %
4) Buat larutan NaCl 0,1 N 50 mL
5) Buat larutan AgNO3 0,1 N 50 mL
6) Buat larutan kalium kromat 2 %
7) Melakukan standardisasi AgNO3 dengan NaCl
a) Pipet 10 mL NaCl, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
lalu tambahkan 1 mL K2CrO4 2% sebagai indikator.
b) Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan hingga
terbentuk warna merah bata.
c) Percobaan diulang 2 kali
d) Hitung normalitas AgNO3
e) Menentukan kadar ion Klorida dalam minuman isotonik
a) Ambil larutan sampel sebanyak 5 mL menggunakan pipet.
Masukkan ke dalam labu ukur 50 mL. Kemudian tambahkan
aquades dan aduk hingga homogen.
b) Ambil larutan sampel sebanyak 10 mL menggunakan pipet
volume. Letakkan pada Erlenmeyer 250 mL. Kemudian
tambahkan 1 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
c) Tuangkan larutan standar AgNO3 pada buret
d) Lakukan titrasi hingga terbentuk warna merah bata.
e) Ulang percobaan sebanyak 2 kali.
f) Hitung kadar Cl dalam minuman isotonic
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
59
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CONTOH SOAL
Pada penentuan NaCl dalam garam dapur, 4 gram garam dapur dilarutkan
dalam labu ukur 250 mL, diambil 25 mL ditambahkan dengan 1 mL K2CrO4 2
% dititrasi dengan AgNO3 0,1000 N membutuhkan volume 20 mL. Tentukan
kadar NaCl dalam garam dapur!
Jawab:
Diketahui:
W sampel = 4 gram
V AgNO3 = 20 mL
N AgNO3 = 0,1000 N
FP = 250/25 = 10
BE NaCl = 58,5
Ditanya kadar NaCl dalam %
Jawab :
% NaCl = V AgNO3 x N AgNO3 x BE NaCl X FP x 100 %
Berat sampel ( mg)
= 20 mL x 0,1 N x 58,5 x 10 x 100 %
4000 mg
= 29,25 %
CAKRAWALA
Kalian pernah diinfus? semoga tidak pernah karena selain sakit harga infus
yang mahal akan membobol kantong kalian, bagi kebanyakan orang mengetahui
tentang cairan yang berada di infus adalah hal yang tidak penting, tetapi
sekedar kalian tahu bahwa infus itu bermacam-macam jenisnya, diantaranya
adalah cairan kristaloid, jenis normal salin, yang di dalamnya terkandung Na
dengan konsentrasi 154 mmol/L dan Cl dengan konsentrasi 154 mmol/L,
kegunaan dari infus jenis ini adalah mengganti cairan saat diare, mengganti
elektrolit dan cairan yang hilang di intravaskuler, menjaga cairan ekstraseluler
dan elektrolit serta membuat peningkatan pada metabolit nitrogen berupa
ureum dan kreatinin pada penyakit ginjal akut.
ANALISIS PENGUJIAN
60 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
JELAJAH INTERNET
Pada titrasi pengendapan atau argentometri, yang terdiri dari beberapa metode
diantaranya adalah metode Mohr, agar kalian lebih memahami tentang prosedur
titrasi pengedapan argentometri mulai dari penyiapan larutan, penambahan
indikator sampai dengan titrasi dan penentuan titik akhir titrasi, kalian bisa
melihat dan mempelajari proses titrasi pengendapan di video dengan link https://
www.youtube.com/watch?v=fA2ShXvRf50&t=29s atau dengan men scan QR kode
di bawah ini
RANGKUMAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
61
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
TUGAS MANDIRI
REFLEKSI
Petunjuk
1. Ambil selembar kertas, kemudian tuliskan identitas diri kalian!
2. Silakan menuliskan materi yang sudah dipelajari!
3. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jujur!
Lembar refleksi
1. Apa yang paling menarik menurut Anda setelah menyelesaikan materi ini?
2. Apakah Anda telah memahami seluruh materi pembelajaran ini? Jika belum
bagian mana yang kalian belum paham, tuliskan di bawah ini!
3. Dari materi ini menurut Anda apa yang bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari hari?
4. Apa yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan pelajaran ini?
5. Tuliskan secara ringkas apa yang telah Anda pelajari pada kegiatan
pembelajaran ini!
ANALISIS PENGUJIAN
62 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
63
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
7. Pada penentuan Na2CO3 dalam baking soda dengan cara titrasi, terjadi 2 kali titik
ekivalen ( TE ) pada TE I indikator yang digunakan adalah....
A. Murexide
B. bromtimul biru
C. Metil merah
D. phenolptalein
E. Kalium kromat
8. Seorang analis kimia melakukan analisis kadar natrium karbonati dalam baking
soda, pada penentuan ini terjadi dua titik ekivalen ( TE ) pada TE I reaksi yang
terjadi adalah....
A. HCO3- + HCl -> H2CO3
B. CO32- + HCl -> HCO3-
C. CO32- + H2SO4 -> HCO3-
D. HCO32- + H2SO4 -> HCO3-
E. CO3 + NaCl -> Na2CO3
2-
9. Pada standarisasi HCl dengan 25 ml Na2CO3 0,2 N diperolah data sebagai berikut
:
Titrasi I Titrasi II
A. 0,2 N
B. 0,4 N
C. 0,5 N
D. 0,6 N
E. 0,8 N
ANALISIS PENGUJIAN
64 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
10. Pada penentuan kadar asam asetat dalam cuka dengan metode titrimetri dengan
NaOH, reaksi yang terjadi adalah....
A. CH3COOH + NaOH --------- CH3COONa
B. H2CO3 + NaOH ------------ Na2CO3
C. HCOOH + NaOH ------------ NaCOOH
D. CH3COOH + NaOH --------- NaCOOH
E. HCO3 + NaOH ------------- NaCO3
11. Sebanyak 25 mL sampel yang mengandung asam klorida dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N. indicator yang tepat pada penetapan kadar asam klorida
menggunakan larutan NaOH yang telah dibakukan adalah….
A. Fenolftalein
B. Tymol biru
D. Metil merah
E. Alizarin kuning
12. Dalam suatu titrasi asam basa, untuk menitrasi 25 mL HCl 0,098 N diperlukan
NaOH sebanyak 24 mL. Konsentrasi NaOH tersebut adalah....
A. 0,0700 N
B. 0,0980 N
C. 0,0710 N
D. 0,1020 N
E. 0,0970 N
13. sampel asam cuka komersial diambil 5 ml diencerkan 100 ml. larutan tersebut
diambil 25 ml untuk dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 M dan membutuhkan 22,4
ml untuk mencapai TAT. kadar asam asetat dalam cuka tersebut adalah….( BJ asam
cuka 1,05 g/liter, Mr asam aetat = 60)
A. 0,512 %
B. 5,120 %
C. 0,521 %
D. 10,24 %
E. 1,024 %
14. Pada standarisasi HCl dengan 25 ml Na2CO3 0,2 N diperoleh data sebagai berikut:
Volume HCl Titrasi I Titrasi II Titrasi III
Bacaan awal 0 14,9 ml 30,2 ml
Bacaan akhir 14,9 ml 30,2 ml 45,0 ml
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
65
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
66 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
67
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
26. Suatu analisis volumetri didasarkan pada perubahan bilangan oksidasi dari
setiap unsur, baik penambahan ataupun pengurangan bilangan oksidasi. Maka
jenis analisis tersebut adalah….
A. Titrasi asam-basa D. Titrasi argentometri
B. Titrasi redoks E. Titrasi EDTA
C. Titrasi kompleksometri
27. Salah satu jenis titrasi redoks adalah....
A. Volhard D. alkalimetri
B. Permanganometri E. fajans
C. Argentometri
28. analisis kadar besi dalam suatu sampel bijih besi dilakukan dengan cara
melarutkan bijih besi tersebut ke dalam HCl sehingga terbentuk larutan besi (III)
kemudian diubah menjadi larutan besi (II) setelah direaksikan dengan larutan
SnCl2, dan dititrasi dengan larutan K2Cr2O7 dalam suasana asam dengan indikator
difenil amin, jenis analisis titrimetri yang digunakan dalam prosedur tersebut
adalah....
A. titrasi asidimetri D. Reduksi oksidasi
B. titrasi alkalimetri E. Argentometri
C. kompleksometri
29. Ditimbang 2000 mg sampel yang mengandung 7,0 % zat X. Zat X dilarutkan
dalam labu ukur 100 mL. Dipipet 10 mL larutan ditambahkan indikator dan dititar
dengan larutan penitar 0,1000 N. Jika BE zat X = 35, maka volume penitar yang
dibutuhkan adalah….
A. 2 mL D. 20 mL
B. 4 mL E. 40 mL
C. 6 mL
30. Urutan langkah pembuatan larutan kalium permanganate untuk ditetapkan
konsentrasinya pada titrasi redoksimetri yang paling benar adalah….
A. Penimbangan KMNO4, pelarutan KMNO4, dibiarkan 24 jam, penyaringan,
pelabelan
B. Penimbangan KMNO4, pelarutan KMNO4, pendidihan 1 jam, dibiarkan 24
jam, pelabelan
C. Penimbangan KMNO4, pelarutan KMNO4, dibiarkan 1 jam, penyaringan,
pelabelan
D. Penimbangan KMNO4, pelarutan KMNO4, pendidihan, dibiarkan 1 jam,
penyaringan, pelabelan
E. Penimbangan KMNO4, pelarutan KMNO4, pendidihan 1 jam, dibiarkan 24
jam, penyaringan, penyimpanan, pelabelan
ANALISIS PENGUJIAN
68 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
31. Pada analisis dengan metode permanganometri yaitu metode titrasi dengan
penitran kalium permanganate tidak diperlukan indicator karena kalium
permanganate akan berubah warna pada titik akhir titrasinya, tetapi jika
konsentrasi kalium permanganate terlalu kecil maka akan tetap diperlukan
indicator, indicator tersebut adalah….
A. EBT D. Feroin
B. Murexide E. xilenol
C. Amilum
32. Dari hasil penentuan kadar FeSO4 dengan metode permanganometr dengan
cara 10 ml sampel dititrasi dengan KMnO4 0,1 N sebelumnya ditambahkan asam
sulfat diperoleh data sebagai berikut
Volume KMnO4 Titrasi I Titrasi II
Bacaan awal 0 9
Bacaan akhir 9 18
Dari data di atas maka konsentrasi FeSO4 adalah….
A. 0,09 M D. 1,1 M
B. 0,9 M E. 11 M
C. 9 M
33. Indikator yang cocok untuk titrasi yodometri baik cara langsung maupun tidak
langsung adalah.....
A. Penolptalein D. Metil orange
B. Metil biru E. Metil merah
C. Amylum
34. Ditimbang 2000 mg sampel yang mengandung 7,0 % zat X. Zat X dilarutkan
dalam labu ukur 100 mL. Dipipet 10 mL larutan ditambahkan indikator dan dititar
dengan larutan penitar 0,1000 N. Jika BE zat X = 35, maka volume penitar yang
dibutuhkan adalah….
D. 2 mL D. 20 mL
E. 4 mL E. 40 mL
F. 6 mL
35. Jika 2,94 gram K2Cr2O7 dilarutkan dengan 100 mL akuades ditambah KI dan HCl
4 N kemudian diambil 10 mL dititrasi dengan 20 mL Na2S2O3, normalitas Na2S2O3
adalah ……(K = 39, O = 16, Cr = 52)
A. 0,0094 N D. 0,5000 N
B. 0,0500 N E. 0,9400 N
C. 0,1000 N
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
69
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
70 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
TITRASI REDOKS PERMANGANOMETRI IV
BAB IV TITRASI REDOKS PERMANGANOMETRI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Redoks
Indikator Titrasi
Reaksi Redoks
Redoks
KATA KUNCI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
71
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
Anda tentu pernah mengalami kekecewaan, saat barang yang Anda miliki
seperti sepeda, hiasan, mainan, alat dapur dan pipa air rusak karena berkarat. Secara
ekonomi sangat besar biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki atau bahkan
mengganti barang-barang yang berkarat. Proses perkaratan pada barang-barang
dari logam tersebut merupakan proses elektrokimia, dimana logam-logam tersebut
berinteraksi dengan zat-zat kimia yang ada di lingkungannya sehingga terjadi reaksi
redoks. Apakah proses elektrokimia selalu merugikan kita? Proses elektrokimia yang
tidak terkendali akan banyak merugikan kita, tetapi perkembangan ilmu telah berhasil
mengendalikan proses elektrokimia. Anda tentu pernah menggunakan barang-barang
hasil proses elektrokimia, misalnya baterai untuk menyalakan radio, kalkulator, atau
jam tanganmu. Sedangkan yang merugikan adalah proses perkaratan, yaitu barang-
barang yang terbuat dari besi misalnya pagar, tiang bendera, paku dan lain-lain.
Proses perkaratan yang sedang Anda amati merupakan salah satu contoh
reaksi redoks, besi dengan lambang unsur Fe memiliki 2 bilangan oksidasi yaitu Fe(II)
dan Fe(III) sehingga kadar Fe ini bisa ditentukan dengan menggunakan titrasi reduksi
dan oksidasi terutama titrasi redoks permanganometri. Hal tersebut dapat dipelajari
pada bab ini. Metode analisis kuantitatif yang bertujuan menetapkan jumlah analit
dalam suatu sampel telah berkembang pesat dengan seiring perkembangan teknologi.
Walaupun telah berkembang berbagai perangkat canggih, seperti spektrofotometer,
kromatografi gas, dan lain sebagainya namun cara-cara konvensional yang
berpangkal pada reaksi kimia tetap tidak ditinggalkan. Pembahasan mengenai titrasi
permanganometri ini diharapkan sebagai pendahuluan sebelum memahami metode
analisis yang lebih teliti dengan menggunakan alat-alat modern.
ANALISIS PENGUJIAN
72 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
A. Reaksi Redoks
Reaksi redoks merupakan reaksi yang erat hubungannya dengan
kehidupan sehari-hari. Misalnya pada baterai. Proses yang terjadi dalam
baterai merupakan aplikasi dari reaksi redoks. Namun tahukah Anda mengenai
reaksi redoks? Kata red diambil dari reduksi dan oks diambil dari oksidasi.
Konsep reaksi reduksi dan oksidasi dapat ditinjau berdasarkan penerimaan
atau pelepasan elektron, kenaikan atau penurunan bilangan oksidasi, dan
pelepasan atau penerimaan oksigen.
Berdasarkan konsep penerimaan atau pelepasan elektron, reaksi
dimana satu atau lebih elektron dilepaskan dari suatu atom, ion, atau molekul
dinamakan dengan reaksi oksidasi. Kebalikan dari reaksi oksidasi, reaksi
dimana satu atau lebih elektron ditangkap oleh suatu atom, ion, atau molekul
disebut dengan reaksi reduksi. Perhatikan contoh reaksi berikut:
Dalam sistem kimia, penangkapan elektron suatu zat kimia selalu disertai
dengan pelepasann electron. Dengan kata lain reaksi reduksi selalu disertai
dengan reaksi oksidasi.
Reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau berdasarkan bilangan oksidasinya,
reaksi reduksi merupakan reaksi dimana mengalami penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi merupakan reaksi dimana mengalami
kenaikan bilangan oksidasi. Perhatikan contoh reaksi berikut:
Pada reaksi dengan tanda (1) merupakan reaksi reduksi, dimana terjadi
penurunan bilangan oksidasi dari +7 menjadi +2, sedangkan pada tanda (2)
merupakan reaksi oksidasi, dimana terjadi kenaikan bilangan oksidasi dari -2
menjadi 0.
Reaksi reduksi dan oksidasi ditinjau berdasarkan pelepasan dan
penangkapan oksigen. Reaksi reduksi yaitu reaksi pelepasan oksigen,
sedangkan reaksi oksidasi merupakan reaksi pengikatan oksigen. Perhatikan
contoh berikut:
B. Titrasi Redoks
Titrasi reduksi oksidasi atau biasa disebut dengan titrasi redoks
merupakan penentuan atau penetapan kosentrasi reduktor atau oksidator atas
dasar terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi antara titrat (zat yang terdapat
dalam Erlenmeyer) dengan titran (zat yang terdapat dalam buret). Reaksi yang
terjadi secara umum adalah sebagai berikut:
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
73
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Reaksi yang terjadi merupakan reaksi serah terima elektron atau reaksi
redoks. Dimana reaksi penyerahan atau pelepasan elektron marupakan reaksi
oksidasi dan reaksi penerimaan atau penangkapan elektron merupakan reaksi
reduksi. Istilah oksidasi dan reduksi berbeda dengan oksidator dan reduktor.
Tahukah Anda makna dari reduktor dan oksidator? Reduktor adalah zat yang
mengalami reaksi oksidasi, sedang oksidator adalah zat yang mengalami
reaksi reduksi.
Menurut Khopkar (2014:52) oksidator maupun reduktor tidak
berbicara mengenai atomnya saja melainkan mengacu pada suatu senyawa.
Apabila suatu zat dapat berperan sebagai oksidator maupun reduktor, maka
dapat dikatakan zat tersebut mengalami autooksidasi atau disproporsionasi.
CAKRAWALA
TAUKAH KAMU?
Apa yang dimaksud dengan zat yang mengalami disproporsionasi?
Merupakan zat dapat berperan sebagai oksidator maupun reduktor.
Pada keadaan tertentu banyak reaksi redoks yang terjadi namun berlangsung
lambat, sehingga apabila ingin mempercepat reaksinya dibutuhkan katalis.
ANALISIS PENGUJIAN
74 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
3. Serimetri
Merupakan penetapan kadar zat berdasarkan reaksi redoks
menggunakan larutan baku garam Cerium. Jika dibandingkan kalium
permanganat, garam cerium memiliki sifat lebih stabil. Hasil reduksinya
hanya satu dan tidak dapat mengoksidasi ion Cl-. Kelemahanya, tidak
dapat digunakan pada suasana netral/basa karena peristiwa hidrolisis
dan warna kuning dari Ce4+ tidak cukup terang.
4. Iodo/idodimetri
a. Iodimetri (titrasi langsung)
Titrasi iodimetri dilakukan dengan cara dititrasi langsung dengan
larutan standard iod sebagai oksidator.
b. Iodometri (Titrasi tak langsung)
Titrasi Iodometri merupakan titrasi dimana zat yang akan
ditentukan kadar/kosentrasinya direaksikan dengan iod iodide.
Umumnya menggunakan larutan Kalium Iodida berlebih sebagai
pereaksinya. Reduksi zat oksidator membebaskan I2 yang
jumahnya ekivalen. I2 kemudian dititrasi dengan S2O42-.
Perbedaan metode iodometri dan iodimetri yaitu pada iodometri
perubahan warna yang terjadi dari biru menjadi tak berwarna,
sedangkan pada iodimetri kebalikan dari iodometri, perubahan
warna yang terjadi dari tak berwarna menjadi biru.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
75
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Menurut Underwood (1990: 272) ada beberapa jenis indikator yang dapat
digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi redoks, antara lain:
a. Warna dari pereaksinya sendiri (auto indikator)
Jika dalam suatu titrasi redoks, zat pereaksi telah memiliki warna
kuat dan ketika direaksikan dengan zat lain warna tersebut hilang
atau berubah warna, dapat dikatakan bahwa zat tersebut sebagai auto
indikator.
Contohnya adalah Kalium Permanganat (KMnO4) yang berwarna
ungu pekat, apabila direduksi berubah menjadi Mn2+ yang tidak
berwarna. Contoh lain yaitu penambahan larutan I2 yang berwarna
kuning kecoklatan ke dalam larutan Kalium Permanganat. Pada titik
akhir titrasi dapat diamati secara fisik dengan menghilangnya warna
kuning pada larutan tersebut. Perubahan warna yang terjadi dapat
diperjelas dengan penambahan larutan amilum.
b. Indikator redoks
Tahukah Anda indikator redoks? Indikator redoks merupakan
indikator yang memiliki perbedaan warna ketika dalam bentuk
oksidasi atau reduksinya.
Contoh indikator redoks yaitu difenilbenzidina serta difenilamin,
indikator ini sulit dilarutkan dalam air, sehingga jika menggunakan
indikator ini bisa dilarutkan dalam asam sulfat pekat.
c. Indikator eksternal
Indikator eksternal disebut juga dengan uji noda. Indikator ini
digunakan ketika indikator internal tidak ada.
Contoh dari indikator eksternal adalah ferrisianida digunakan untuk
penentuan ion ferro, indikator ini akan memberikan warna biru.
ANALISIS PENGUJIAN
76 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
d. Indikator spesifik
Indikator spesifik merupakan zat yang dapat bereaksi hanya
dengan salah satu pereaksi membentuk warna khas. Contoh dari
indikator ini adalah amilum. Amilum dapat membentuk warna biru
jika direaksikan dengan iodium atau tiosianat. Sedang apabila amilum
direaksikan dengan ion ferri akan membentuk warna merah.
Secara sederhana, reaksi pada indikator redoks dapat dituliskan
seperti berikut:
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
77
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
CAKRAWALA
ANALISIS PENGUJIAN
78 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
79
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
80 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Standardisasi Permanganometri
KMnO4 H2C2O4/As2O3
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
81
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Reaksi awal pada titrasi permanganometri, larutan dalam hal ini titrat
akan membentuk warna merah mantap yang akan cepat hilang ketika
labu Erlenmeyer telah digoyang. Hal tersebut menandakan bahwa reaksi
berlangsung lambat. Pada penambahan titran (zat yang ada dalam buret)
selanjutnya, warna merah akan menghilang semakin cepat akibat dari
terbentunya ion Mangan (II) yang bertindak sebagai zat yang mempercepat
terjadinya reaksi (katalis). Kemudian titrat dapat ditambahkan dengan
titran lebih cepat hingga pada tetesan dimana diperoleh warna merah ros
yang menandakan titrasi harus dihentikan (titik akhir titrasi). Warna merah
ros yang permanen menandakan titik akhir titrasi permanganometri yang
akan disajikan pada Gambar 4.5
ANALISIS PENGUJIAN
82 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
83
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
G. Kurva Titrasi
Seperti halnya titrasi redoks pada umumnya, zat-zat yang berada dan
terlibat dalam reaksi secara kontinyu akan berubah, hal tersebut yang
mempengaruhi perubahan potensial (E) larutan. Dengan mengalirkan
potensial (E) terhadap perubahan Volume titran yang ditambahkan, diperoleh
kurva titrasi seperti kurva titrasi redoks.
Contoh: titrasi ion Fe2+ dengan KMnO4 dalam larutan asam akan disajikan pada
persamaan 4.1
Persamaan 4.1 Persamaan Reaksi Kalium Permanganat dengan Sampel FeSO4 dalam Suasana Asam
Sumber: http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318568/pendidikan/Titrasi+Redoks.pdf
Dari persamaan tersebut, berikut akan disajikan kurva pada Kurva 4.1
ANALISIS PENGUJIAN
84 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Berdasarkan kurva pada Kurva 4.1 dapat diketahui bahwa pada kurva
titrasi permanganometri sama dengan kurva titrasi redoks, yaitu hubungan
antara E Volt terletak pada garis vertikal (sumbu y) dan mL titran terletak pada
garis horizontal (sumbu x). Titran yang dimaksud adalah kalium permanganat
yang sudah distandardisasi dan diletakkan didalam buret.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
85
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
PRAKTIKUM
PENENTUAN KADAR Fe DALAM FeSO4
A. TUJUAN
Menetapkan kadar Fe dalam FeSO4 secara titrasi permanganometri
BAHAN
1. Asam sulfat
2. Asam oksalat
3. Kalium permanganat
4. Aquades
C. CARA KERJA :
1. Hitunglah massa yang diperlukan untuk membuat larutan asam
oksalat 0,1 N 50 mL
2. Hitunglah massa yang diperlukan untuk membuat larutan KMnO4
0,1 N 100 mL
3. Hitunglah volume yang diperlukan untuk mengencerkan larutan
asam sulfat 0,1 N
4. Buatlah larutan asam oksalat 0,1 N 50 mL
5. Buatlah larutan KMnO4 0,1 N 100 mL
6. Buatlah larutan H2SO4 0,1 N
7. Lakukan standardisasi kalium permanganat dengan asam oksalat,
dengan cara:
a. Pipet 10 mL asam oksalat, lalu letakkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml, tambahkan asam sulfat pada larutan asam
oksalat dan didihkan sampai keluar asap putih .
b. Titrasi dengan larutan KMnO4 yang sudah dipersiapkan
sebelumnya, hingga warna yang awalnya tidak berwarna
menjadi merah ros
c. Percobaan dilakukan secara duplo
d. Hitunglah normalitas KMnO4 dengan persamaan :
ANALISIS PENGUJIAN
86 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
2 II
Rata-rata
Perhitungan Standardisasi
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………............................................
2 II
Rata-rata
Perhitungan
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
87
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
JELAJAH INTERNET
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=x9c8OHjWmhU
CAKRAWALA
ANALISIS PENGUJIAN
88 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CAKRAWALA
7. Kalium permanganat pada titrasi permanganometri bertindak sebagai
oksidator dan autoindikator. Auto indikator berarti bahwa pereaksi yang
sudah memiliki warna yang kuat tanpa ada tambahan indikator dari luar.
Pereaksi tersebut nantinya akan berubah warna ketika direaksikan dengan
zat lain atau menghilangnya warna dari pereaksi tersebut.
8. Kalium permanganat bukan merupakan standar primer. Permanganat
selalu tercampur dengan oksidanya, sehingga pada preparasi sampel
permanganat harus dipanaskan dan dibiarkan pada penangas uap selama
beberapa jam. Kemudian disaring dengan media yang tidak bereaksi
dengan permanganat, antara lain: glaswool atau krus berpori.
9. Standardisasi larutan kalium permanganat dapat dilakukan dengan Arsen
(III) Oksida, Natrium Oksalat, maupun standar sekunder yang mengandung
besi.
TUGAS MANDIRI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
89
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
REFLEKSI
ANALISIS PENGUJIAN
90 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
TITRASI IODOMETRI DAN IODIMETRI V
BAB V TITRASI IODOMETRI DAN IODIMETRI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Titrasi
Larutan standar
Redoks
Titrasi Indikator
idiometri
KATA KUNCI
Titrasi reduksi oksidasi, titik akhir titrasi, titik ekivalen, indicator, bilangan
oksidasi, iodometri, iodimetri
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
91
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Reaksi kimia tidak bisa dipisahkan dari fenomena alam, seperti keberadaan
oksigen dan karbondioksida di alam ini, misalnya tumbuhan memanfaatkan
karbondioksida (CO2) hasil dari sisa pernafasan manusia yang digunakan untuk
melakukan fotosintesis, diantara reaksi kimia itu ada reaksi oksidasi dan reduksi atau
disebut reaksi redoks yang banyak dimanfaatkan dalam bidang industri, diantaranya
adalah produk pemutih pakaian, banyak orang menggunakan pemutih pakaian tetapi
mereka tidak memahami bagaimana cara kerja, manfaat maupun pengaruh dari zat
pemutih tersebut. Bahan utama pemutih padat adalah kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2)
atau biasa disebut kaporit sedangkan bahan pemutih cair adalah natrium hipoklorit
(NaOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2). Bahan utama dari pemutih atau desinfektan
adalah kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2), di udara kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2) akan terurai
oleh sinar matahari dan senyawa senyawa yang berada di udara, sedangkan di dalam
air dan di dalam tanah kalsium hipoklorit (Ca(OCl)2) akan terurai menjadi ion kalsium
(Ca2+) an hipoklorit (ClO-) dan ion ion ini akan bereaksi dengan zat-zat lain yang berada
di dalam air.
Nah, di bab ini akan kita pelajari tentang titrasi redoks iodometri dan iodimetri
yang bisa digunakana untuk menentukan kadar klorin dalam pemutih. Selain itu titrasi
redoks iodo dan iodimetri bisa juga digunakan untuk penentuan kadar etanol, kadar
vitamin C dan tidak menutup kemungkinan untuk penentuan zat-zat yang lain.
ANALISIS PENGUJIAN
92 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
A. Titrasi Redoks
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi
reduksi dan oksidasi (redoks). Sampel yang akan dianalisis dititrasi dengan larutan
standar atau larutan baku. Jika sampel bersifat oksidator maka larutan standar
bersifat reduktor dan sebaliknya jika sampel bersifat reduktor maka larutan standar
yang digunakan bersifat oksidator. Prosedur titrasi redoks biasanya tergantung
pada suhu, penambahan pereaksi dan penambahan indikator. Titik ekivalen pada
titrasi redoks terjadi jika jumlah ekivalen oksidator sama dengan jumlah ekivalen
reduktor. Dari bermacam-macam titrasi, titrasi reduksi oksidasi atau biasa disingkat
dengan redoks adalah jenis titrasi yang memiliki banyak macamnya, titrasi redoks
terbagi menjadi beberapa macam karena masing masing titran memiliki pasangan
yang tersendiri dengan titratnya.
Pembagian titrasi redoks didasarkan pada sifat larutan standar atau larutan
baku, ada 2 jenis titrasi redoks yaitu oksidimetri dan reduksimetri
1. Oksidimetri
Merupakan titrasi reduksi oksidasi yaitu titrasi terhadap larutan zat pereduksi
(reduktor) dengan larutan standar zat pengoksidasi (oksidator), Dari berbagai
jenis oksidator maka oksidimetri dibagi menjadi beberapa jenis titrasi, yaitu:
a. Permanganometri adalah titrasi redoks untuk menentukan kadar zat
dengan menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) sebagai
larutan bakunya, sehingga KMnO4 mengalami reduksi, dalam suasana asam.
b. Dikromatometri, adalah penetapan kadar zat dengan menggunakan larutan
kalium dikromat (K2Cr2O7) sebagai larutan baku yang bersifat oksidator,
karena kalium dikromat (K2Cr2O7) bersifat oksidator maka titrasi dilakukan
dalam kondisi asam sehingga mengalami pengurangan bilangan oksidasi
( reduksi).
c. Serimetri, adalah penentapan kadar zat dengan menggunakan larutan baku
serium sulfat (Ce(SO4)2), dan mengalami reduksi dari Ce4+ menjadi Ce3+
d. Iodimetri adalah penetapan kadar suatu zat dengan menggunakan larutan
baku I2 dimana pada titrasi mengalami reduksi dari I2 menjadi I-
e. Iodatometri adalah titrasi reduksi oksidasi yang digunakan untuk
menentukan kadar suatu zat, kalium iodat (KIO3) merupakan pengoksidasi
yang kuat digunakan sebagai larutan baku titrasi ini berlangsung pada
suasana asam
2. Reduksimetri adalah kebalikan dari oksidimetri yaitu metode titrasi reduksi
oksidasi dengan menggunakan larutan baku yang bersifat sebagai reduktor
sehingga dia mengalami oksidasi.
Contoh titrasi reduksimetri adalah iodometri, yaitu penentapan kadar suatu zat
dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat ( Na2S2O3)
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
93
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Pada titrasi iodometri ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan titrasi diantaranya adalah:
a. Indikator amilum sebaiknya ditambahkan saat menjelang akhir titrasi
ketika iod tinggal sedikit, hal ini nampak dari warnanya yang semula coklat
berubah menjadi kuning muda, amilum dan I2 membentuk suatu kompleks
berwarna biru tua meskipun jumlah I2 sedikit. Pada titik akhir titrasi iod
yang terikat akan habis bereaksi dengan titran sehingga warna biru akan
hilang dan perubahan warna ini sangat jelas. Mengapa penambahan
indikator dilakukan ketika mendekati titik akhir titrasi? Alasan pertama
adalah agar amilum tidak membungkus iod dan menyebabkan sukar
lepas kembali sehingga titik akhir titrasi tidak akan nampak karena warna
biru sulit hilang atau lenyap. Selain itu, bila iod masih ada dalam jumlah
banyak maka iod akan menguraikan amilum sehingga titik akhir titrasi
juga sulit dideteksi. Alasan kedua adalah biasanya iodometri dilakukan
pada media asam kuat sehingga akan menghindari terjadinya hidrolisis
amilum.
b. Titrasi tidak dilakukan dalam suasana basa karena iodin akan bereaksi
dengan hidroksida membentuk hipoiodit dan selanjutnya hipoiodit akan
terurai menjadi iodat seperti reaksi berikut ini:
I2 + O2 => HI + IO-
3IO- => IO3- + 2I-
ANALISIS PENGUJIAN
94 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
2. Titrasi iodimetri
Titrasi iodimetri adalah salah satu jenis titrasi reduksi oksidasi dimana
larutan baku iodium digunakan sebagai titran, titrasi ini dilakukan dalam
suasana netral atau sedikit asam. Pada proses ini iodium sebagai titran akan
langsung bereaksi dengan titrat oleh karena itu titrasi iodimetri ini disebut
juga titrasi langsung. Pada reaksi redoks ada unsur yang bertambah bilangan
oksidasinya (melepaskan electron ) dan ada unsur yang berkurang bilangan
oksidasinya ( melepaskan electron) sehingga harus selalu ada oksidator dan
reduktor jadi tidak mungkin hanya ada salah satu dari keduanya oksidator atau
reduktor. Dalam metode analisis iodimetri ini I2 akan mengoksidasi analat,
sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
95
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
Meskipun reaksi ini berjalan dengan lambat, akan tetapi reaksi tersebut tidak
akan terjadi apabila titrasi dilakukan dengan baik, artinya setiap kali penambahan
ANALISIS PENGUJIAN
96 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
titran pada titrat dilakukan pengadukan dengan baik sehingga reaksi antara iodin
dan tiosulfat bisa lebih cepat dari pada reaksi penguraian iodin mengoksidasi
tiosulfat menjadi tetrationat:
Reaksi di atas berlangsung dengan cepat dan sempurna dan tidak menghasilkan
reaksi amping.
Berat molekul dati natrium tiosulfat pentahidrat adalah 248,17 dan berat
ekivalen dari natrium tiosulfat adalah sama dengan berat molekulnya karena
satu electron hilang per molekulnya. Jika pH larutan di atas 9 tiosulfat dioksidasi
menjadi sulfat:
Dalam larutan yang netral atau sedikit alkalis, tidak akan oksidasi menjadi
sulfat jika iodium dipakai sebagai titran. Banyak pereaksi oksidasi kuat, seperti
permanganate, dikromat, dan garam serium (IV), mengoksidasi tiosulfat menjadi
sulfat, tetapi reaksinya tidak kuantitatif.
a. Standardisasi larutan natrium tiosulfat
Natrium sulfat merupakan larutan standar sekunder, sehingga sebelum
digunakan untuk proses titrasi iodometri sebagai titran, larutan natrium
tiosulfat harus distandardisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer
lebih sering digunakan pereaksi oksidasi yang kuat yang membebaskan iodium
dari iodide yaitu kalium dikromat. Senyawa ini memiliki sifat-sifat diantaranya
mudah diperoleh dalam kemurnian yang tinggi, memiliki berat ekivalen ( BE)
cukup tinggi, berat molekul kalium dikromat adalah 294,16 sehingga berat
ekivalennya adalah 1/6 dari berat molekulnya yaitutu 49,03 gram/ek, tidak
menyerap udara (higroskopis), baik padatan maupun larutannya sangat stabil,
reaksi dengan iodida dilakukan dalam asam dengan konsentrasi antara 0,2 M -
0,4 M dan berlangsung secara sempurna dalam beberapa menit, seperti reaksi
di bawah ini:
Pada konsentrasi berasam yang lebih besar dari 0,4 M. oksidasi oleh udara
dari kalium iodide menjadi nyata. Untuk memperoleh hasil terbaik, sebagian
kecil natrium bikarbonat atau CO2 padat ditambahkan kepada botol titrasi.
Karbondioksida yang dihasilkan mengusir udara, yang kemudian campuran
dibiarkan hingga reaksi sempurna.
Kalium iodat dan kalium bromate, kedua garam ini mengoksidasi iodide secara
kuantitatif menjadi iodin dalam larutan asam,
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
97
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
reaksi iodatnya berjalan cukup cepat. Reaksi ini juga membutuhkan hanya sedikit
ion hydrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi rlenme berjalan lebih lambat,
namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikkan konsentrasi ion
hydrogen Biasanya sedikit ammonium molibdat ditambahkan sebagai katalis.
Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai larutan standar primer adalah
berat ekivalen, keduanya sangat kecil yaitu seperenam dari berat molekulnya,
dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84.
b. Iodium
Di dalam larutan yang mengandung ion iodida ( I-) iodium dengan mudah
bisa larut tetapi iodium tidak mudah larut dalam air. Tetapi pelarut yang
mengandung ion iodida ini adalah ion yang dapat teroksidasi oleh oksigen dari
udara terutama bila reaksi berlangsung dalam kondisi asam atau karena adanya
cahaya. Tetapi dalam suasana yang netral reaksi berjalan dengan lambat.
Selain itu senyawa iodide yang digunakan dipersyaratkan harus bebas dari
iodat, karena iodat bereaksi dengan I- dalam suasana asam akan membentuk
I2, persyaratan ini seharusnya dipenuhi bila larutan I2 dalam KI akan ditetapkan
sebagai larutan baku.
Iodium dapat distandardisasi dengan larutan Na-tiosulfat atau standar primer
As2O3, As2O3 dilarutkan dalam natrium hidroksida dan kemudian dinetralkan
dengan penambahan asam
ANALISIS PENGUJIAN
98 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
99
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
Makanan yang mengandung
alkohol seperti wine atau bir
mengandung zat teroksidasi lainnya
yang dapat mengganggu titrasi, larutan
dikromat diletakkan dalam labu dan
sampel makanan yang mengandung
alkohol dimasukkan dalam wadah
sampel/botol vial (perhatikan gambar).
Air dan etanol secara perlahan menguap,
saat uap ini menyentuh dikromat akan
terlarut dan kemudian teroksidasi.
Semakin banyak etanol yang menguap
maka akan semakin banyak dikromat
yang bereaksi. Penguapan ini berjalan
lambat /memerlukan waktu yang lama
sehingga perlu didiamkan semalam pada
tempat hangat (oven/incubator pada
suhu 25-30oC).
c. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Neraca analitis
b) Erlenmeyer
c) Beker gelas
d) Pipet volume 10 ml dan 1 ml
e) Pipet ukur
f) Labu ukur 50 ml, 100 ml
g) Botol vial kecil
h) Buret
i) Statif dan klem
j) Bola hisap
k) Corong
l) Pengaduk
m) Botol semprot
2) Bahan
a) Sampel yang mengandung alcohol
b) Asam dikromat ( H2Cr2O7)
c) Indicator amilum
d) Natrium tiosulfat (Na2S2O3.5H2O)
e) Kalium dikromat ( K2Cr2O7)
f) Kalium Iodida ( KI )
g) Aquades
d. Cara kerja
1) Hitung massa yang diperlukan jika akan dibuat larutan Na-tiosulfat 0,1
N sebanyak 100 mL
ANALISIS PENGUJIAN
100 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
2) Hitung massa yang diperlukan jika akan dibuat larutan Kalium dikromat
0,1 N sebanyak 50 mL
3) Hitung volume HCl yang diencerkan untuk larutan HCl 2 N sebanyak 50
mL
4) Hitung massa yang diperlukan untuk membuat larutan amilum 1 %
sebanyak 100 ml
5) Buat larutan Natrium tiosulfat 0,1 N sebanyak 100 mL
6) Buat larutan kalium dikromat 0,1 N sebanyak 50 mL
7) Buat larutan HCl 2 N sebnyak 50 mL
8) Buat larutan kanji/amilum 1 % sebanyak 100 mL
9) Buat larutan asam dikromat ( 0,1 N dalam 2,5 N asam sulfat) masukkan
50 mL air ke dalam Erlenmeyer 250 mL, ditambahkan asam sulfat pekat
30 mL sambil diaduk secara konstan, dinginkan Erlenmeyer dengan air
kran, tambahkan 0,49 gram kalium dikromat, encerkan sampai 100 mL
10) Standardisasi larutan natrium tiosulfat dengan kalium dikromat:
a) Pipet 10 mL kalium dikromat 0,1 N dan tuangkan ke dalam
Erlenmeyer berukuran 250 mL
b) Masukkan 2 gram KI, larutkan KI secara perlahan-lahan hingga KI
larut sempurna.
c) Tambahkan 10 mL HCl 2 N dan encerkan sampai 200 mL
d) Titrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N hingga berwarna kuning
muda.
e) Saat berwarna kuning muda hentikan titrasi tambahkan 5 tetes
indikator amilum
f) Lanjutkan titrasi secara perlahan dan hentikan titrasi saat warna
biru hilang
g) Lakukan 2 kali
11) Penentuan kadar sampel
a) Pindahkan 10 mL larutan asam dikromat ke dalam erlenmeyer 250
mL sesuai dengan ukuran karet penutup.
b) Pipet 1 mL sampel minuman beralkohol yang telah diencerkan ke
dalam botol vial, siapkan 2 sampel minuman sebagai isi rlenmeyer
yang akan dititrasi
c) Gantung botol vial di atas larutan dikromat dan tahan menggunakan
tutup karet dan simpan erlenmeyer semalam pada suhu 25-30oC
d) Keesokan harinya ambil erlenmeyer dan letakkan pada suhu ruang,
kemudian lepaskan tutup karet secara hati-hati dan pindahkan
botol vial.
e) Bilas dinding erlenmeyer dengan menggunakan aquades,
kemudian tambahkan sekitar 100 mL aquades dan 2 gram kalium
Iodida dan aduk sampai terlarut sempurna
f) Titrasi erlenmeyer dengan natrium tiosulfat sampai warnanya
memudar menjadi kuning
g) Tambahkan 1 ml amilum kemudian titrasi dilanjutkan sampai
warna biru menghilang
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
101
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
102 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
103
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
104 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
105
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
CONTOH SOAL
Pada penentuan kadar etanol pada tape ketan hitam dengan cara menitrasi
sampel dengan natrium tiosulfat, sebelumnya natrium tiosulfat distandardisasi
dengan kalium dikromat 0,01 N sebanyak 10 ml membutuhkan natrium tiosulfat
12,3 mL.
Sedangkan data yang diperoleh untuk penentuan kadar etanol pada tape
ketan hitam adalah: 1 ml sampel dimasukkan dalam botol vial kemudian botol
vial digantungkan di dalam erlenmeyer yang berisi asam dikromat kemudian
didiamkan semalam keesokan harinya asam dikromat yang sudah bereaksi
dengan etanol ditambahkan 100 ml aquades dan ditambahkan dengan KI 1
ml kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat sampai warna coklat memudar
menjadi kuning kemudian ditambahkan amilum sebanyak 1 ml dan titrasi
dilanjutkan sampai warna biru menghilang, dari hasil titrasi diperoleh data
sebagai berikut:
Titrasi Bacaan awal Bacaan akhir
I 0 8,9 mL
II 8,9 mL 17,8 mL
ANALISIS PENGUJIAN
106 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CONTOH SOAL
Ditanya NNa2S2O3 ?
Jawab :
NNa2S2O3 = V K2Cr2O7 x N K2Cr2O7
V Na2S2O3
= 10 mL x 0,01 N
12,3 mL
= 0,0081 N
b. Penentuan kadar :
Titrasi Bacaan awal Bacaan akhir Volume
I 0 8,9 mL 8,9 mL
II 8,9 mL 17,8 mL 8,9 mL
Rata-rata 8,9 mL
Diketahui :
N Na2S2O3 = 0,0081 N
V Na2S2O3 = 8,9 mL
BE etanol = 46
V sampel = 1 mL
BJ etanol = 0,828 gram/mL
Ditanya kadar etanol?
Jawab:
Kadar etanol = V Na2S2O3 x N Na2S2O3 x BE etanol x 100 %
CAKRAWALA
Air merupakan bagian yang sangat penting bagi kehidupan dan fungsinya
tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Badan kesehatan dunia (WHO) telah
mencanangkan program pengadaan air bersih bagi umat manusia mengingat
semakin langkanya air bersih akibat ulah manusia yang merusak sumber daya
alam dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi agar air dapat dikonsumsi oleh manusia atau makhluk hidup
lainnya diantaranya adalah jumlah mineral yang terkandung di dalam air,
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
107
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CAKRAWALA
sehingga ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mengetahui kadar
mineral dalam air tersebut, yaitu analisis titrimetri iodometri atau iodimetri.
Tahukah kalian bahwa tanggal 22 Maret juga merupakan hari air sedunia.
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
1. Iodometri adalah analisis titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat
yang bersifat oksidator seperti besi (III), tembaga (II), dimana zat ini akan
mengoksidasi iodide yang ditambahkan membentuk iodin.
2. Titrasi iodimetri adalah titrasi redoks yang menggunakan larutan standar
iodium sebagai titran dalam suasana netral atau sedikit asam biasanya
disebut titrasi langsung.
3. Pada titrasi iodometri digunakan natrium tiosulfat sebagai penitran
sedangkan pada iodimetri digunakan larutan iodin untuk penitrasinya.
4. Pada titrasi iodo dan iodimetri menggunakan indikator amilum atau kanji,
yang membedakan adalah penambahan indikator pada titrasi iodometri
dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi sedangkan pada iodimetri
penambahan indikator dilakukan pada awal titrasi.
ANALISIS PENGUJIAN
108 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
RANGKUMAN
5. Titik akhir titrasi, untuk iodometri terjadi perubahan dari berwarna biru
tua menjadi tidak berwarna, sedangkan pada iodimetri dari tidak berwarna
menjadi biru tua.
TUGAS MANDIRI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
109
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
Petunjuk:
1. Tulis identitas Anda pada selembar kertas!
2. Jawablah pertanyaan berikut ini!
Lembar refleksi
1. Materi apa yang sudah dipelajari pada bab ini?
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………
2. Apakah Anda sudah memahami semua materi yang sudah diajarkan? kalau
belum, tuliskan materi yang belum Anda pahami !
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
3. Tuliskan pengalaman yang menarik pada saat Anda mempelajari materi ini!
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
4. Apa yang akan Anda lakukan setelah menyelesaikan pelajaran ini?
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
5. Tuliskan secara singkat materi yang sudah Anda dapatkan di bab ini!
………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
ANALISIS PENGUJIAN
110 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BAB
ANALISIS GRAVIMETRI
VI
BAB VI ANALISIS GRAVITASI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Macam-Macam Gravimetri
Perhitungan
KATA KUNCI
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
111
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
PENDAHULUAN
ANALISIS PENGUJIAN
112 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
113
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
B. Macam-Macam Gravimetri
Analisis gravimetri dibagi menjadi 3 metode, yaitu:
1. Gravimetri Penguapan
Komponen-komponen suatu senyawa-senyawa yang mudah menguap
dapat dipisahkan, salah satu cara untuk memisahkan komponen-kmponen
tersebut adalah dengan menggunakan analisis gravimetri metode penguapan.
Analisis gravimetri metode penguapan ini dilakukan dengan cara pemanasan
untuk menghilangkan komponen-komponen yang tidak diinginkan atau dengan
menambahkan zat tertentu agar komponen yang diinginkan tidak menguap.
Contoh dari analisis gravimetri metode penguapan adalah penentuan kadar air
cara pengeringan, yang prinsipnya adalah menguapkan air yang ada di dalam
sampel atau bahan dengan cara pemanasan. Setelah air teruapkan semua,
bahan ditimbang hingga berat konstan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kadar air metode
penguapan adalah:
a. Jika bahan atau sampel membutuhkan pemanasan pada suhu 105oC selama
3 jam, maka oven sudah benar-benar mencapai suhu 105oC ketika bahan
atau sampel dimasukkan ke dalam oven
b. Oven jangan dibuka dan ditutup terus menerus selama 3 jam jika waktu yang
diperlukan untuk pemanasan 3 jam karena ketika oven dibuka maka suhu di
dalamnya akan turun. Semakin lama membuka oven maka penurunan suhu
semakin banyak, sehingga pemanasan tidak benar-benar pada suhu 105oC
selama 3 jam.
c. Bahan yang telah melalui pengeringan lebih bersifat higroskopis dari pada
sebelum dikeringkan. Jadi selama pendinginan endapan yang sudah melalui
proses pengeringan dimasukkan ke dalam desikator sebelum penimbangan,
karena di dalam desikator kondisi yang dibutuhkan endapan dalam ruang
yang tertutup dan kering bisa terpenuhi karena di dalam desikator juga ada
zat penyerap air. Contoh zat penyerap air adalah silica gel, kapur aktif, asam
sulfat, aluminium oksida.
2. Gravimetri Pengendapan
Analisis gravimetri metode pengendapan yaitu komponen yang diinginkan
diubah menjadi endapan sempurna atau zat yang sukar larut atau sedikit larut.
Pada prinsipnya metode pengendapan ini adalah sampel yang akan ditentukan
secara gravimetri mula-mula ditimbang secara kuantitatif, kemudian dilarutkan
dalam pelarut tertentu, setelah itu diendapkan lagi dengan penambahan reagen
tertentu, dan hasil endapan yang murni dianalisis dengan cara menimbang.
Tahapan-tahapan dalam analisis gravimetri pengendapan adalah sebagai
berikut:
a. Penimbangan sampel
Sampel yang akan dianalisis ditimbang dengan menggunakan alat
bantu gelas arloji atau botol timbang. Penggunaan gelas arloji jika sampel
bersifat stabil tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan, penggunaan
botol timbang jika cuplikan mudah menyublim atau higroskopis ( mudah
menyerap air ). Jangan menimbang memakai kertas timbang tanpa diberi
ANALISIS PENGUJIAN
114 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
alas gelas arloji untuk menghindari korosif akibat sampel yang tercecer
atau menempel pada piringan timbangan. Untuk menimbang bisa dengan
menggunakan sudip atau sendok plastik untuk memasukkan sampel atau
zat ke dalam botol timbang atau gelas arloji. Pada analisis gravimetri lebih
baik menggunakan neraca analitik agar data yang diperoleh empat angka di
belakang koma.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
115
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
117
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2) Endapan selai/gelatin
Endapan gelatin ini memiliki ukuran yang jauh lebih kecil dari
endapan kasar dan jumlahnya sangat banyak. Karena ukuran kecil
dan jumlahnya sangat banyak maka luas permukaannya sangat besar
sehingga mengakibatkan teradsorbsinya air dalam jumlah realtif besar
sehingga menyebabkan bentuknya menjadi seperti gelatin. Endapan
gelatin ini tidak mudah tumbuh menjadi besar.
Meskipun pengotor tidak masuk pada endapan, tetapi terikat
pada permukaan partikel menyebabkan endapan menjadi tidak murni.
Untuk itu perlu dilakukan pengendapan ulang atau pencucian, proses
pencernaan tidak akan berfungsi jika dilakukan karena endapan sedikit
larut.
3) Endapan koloid
Campuran zat heterogen dari dua zat atau lebih dimana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi atau tersebar
secara merata dalam media zat lain. Inilah yang disebut dengan koloid. Zat
yang terdispersi (yang dipecah) sebagai partikel disebut fase terdispersi
sedangkan zat yang menjadi media yang mendispersikan partikel disebut
medium pendispersi.
Secara makroskopis koloid terlihat seperti larutan dimana terbentuk
campuran homogeny dari zat terlarut (solute) dan zat pelarut ( solven).
Namun secara mikroskopis terlihat seperti suspense yakni campuran
heterogen dimana masing-masing komponen campuran cenderung
saling memisah. Koloid merupakan suatu sistem campuran metastabil
artinya seolah-olah stabil, tetapi akan memisah setelah waktu
tertentu,sedangkan larutan bersifat stabil.
d. Penyaringan endapan
Penyaringan dan pencucian merupakan tahapan dari gravimetric yang
tidak kalah pentingnya, karena ketelitian hasil analisis juga sangat tergantung
pada kecermatan penyaringan dan pencucian. Penyaringan adalah salah satu
tahap dari analisis gravimetric yang bertujuan untuk memisahkan endapan
dari larutan induknya.
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
119
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
120 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
44 Hablur
542 Perlahan-lahan
42 halus
Garis tengah kertas saring bundar tak berabu biasanya tersedia dalam
ukuran diameter 5, 7, 9, dan 11 cm. Pemilihan diameter kertas saring ini
disesuaikan dengan banyaknya endapan.
Untuk melipat kertas saring bundar caranya adalah seperti pada gambar
6.9
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
122 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
123
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
e. Pencucian endapan
Pada proses pengendapan cairan atau larutan sampel ditambahkan
dengan zat pengendap dalam jumlah berlebih agar terjadi pengendapan
yang sempurna yaitu semua senyawa yang diinginkan dalam analisis
gravimetri ini terendapkan semua. Dari penambahan zat pengendap dalam
jumlah berlebih ini mengakibatkan adanya kotoran, oleh karena itu harus
dihilangkan. Pencucian endapan bertujuan untuk menghilangkan kotoran
yang ikut serta dalam endapan baik yang teradsorbsi atau yang terbawa
secara mekanis sehingga didapatkan endapan yang murni dan ketika
dipijarkan akan mendapatkan sisa pijar yang murni. Pemakaian pencuci
yang banyak dapat memperbesar/memperbanyak endapan yang larut. Tidak
semua cairan dapat digunakan sebagai pencuci, masing-masing sampel
memiliki sifat dan jenis yang berbeda sehingga pencuci yang digunakan
dalam setiap penentuan juga berbeda. Cairan pencuci yang baik harus
memiliki persyaratan berikut ini:
1) Hanya melarutkan pengotor saja dan endapan tidak ikut terlarutkan.
2) Pada saat pencucian tidak terjadi peptisasi/pengendapan halus.
3) Tidak membentuk hasil yang dapat menguap atau mengendap dengan
endapan.
4) Mudah menguap pada suhu pengeringan endapan.
5) Pada saat pemijaran endapan cairan pencuci tidak mengandung garam
yang tidak dapat menguap.
Air suling dapat digunakan sebagai pencuci bila air tidak menyebabkan
endapan larut atau mengakibatkan peptisasi endapan. Jika endapan dapat
larut dalam air suling maka ditambahkan ion sejenis contohnya kalsium
oksalat (CaC2O4) dicuci dengan larutan ammonium oksalat ( (NH4)2C2O4)
encer. Bila endapan berbentuk gelatin sebaiknya dicuci dengan pencuci yang
mengandung elektrolit, contohnya ammonium nitrat (NH4NO3) digunakan
untuk mencuci alumunium hidroksida ( Al(OH)3). Pencucian dilakukan sedikit
demi sedikit atau dengan beberapa kali penambahan pencuci.
ANALISIS PENGUJIAN
124 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
f. Pengeringan endapan
Endapan yang sudah disaring dan dicuci kemudian dikeringkan, dipijarkan
dan diabukan.
1) Pengeringan
Tujuan dari pengeringan adalah untuk menghilangkan air atau zat
yang mudah menguap. Setelah disaring dan dicuci endapan didiamkan
dulu sampai tidak ada lagi saringan yang menetes, kemudian kertas saring
yang telah mongering di corong dilipat untuk membungkus endapan
agar tidak sobek dan tumpah. Masukkan ke dalam cawan porselin yang
telah diketahui bobotnya yang sebelumnya dipanaskan, dipijarkan dan
ditimbang kemudian cawan porselen dimasukkan ke dalam oven pada
suhu 105oC selama 15 menit sampai endapan setengah kering
2) Pengarangan
Pada proses pengarangan ini cawan diletakkan di atas kawat segitiga
dalam posisi tegak, dan dibakar dengan nyala api yang kecil. Bila uap air
telah habis api diperbesar sedikit sampai semua kertas saring diperarang.
Pada proses pengarangan ini tutup cawan dibuka sedikit agar asap keluar,
jangan sampai kertas saring terbakar dan usahakan semua kertas saring
menjadi arang.
3) Pengabuan
Tujuan dari pengabuan adalah untuk mengubah endapan menjadi
senyawa kimia yang rumusnya diketahui dengan pasti.
Endapan dan kertas saring yang telah diperarang harus dihilangkan
karbonnya baik yang yang ada pada endapan maupun yang berada pada
cawan, caranya :
a) Pemijaran pertama dilakukan dengan pemijaran dalam tanur pada
suhu 1000oC sekama 30 – 60 menit atau dipijarkan di atas meker
selama 60 menit,
b) Selanjutnya pemijaran kedua hingga seterusnya selama 10 sampai 20
menit,
Pada saat pemijaran cawan perlu diputar sehingga bagian yang
mengandung arang berpijar. Pemijaran diakhiri bila semua arang telah
hilang, warna sudah berubah menjadi putih. Setelah selesai pemijaran
cawan beserta endapan didinginkan dalam desikator selama 20 – 30
menit kemudian ditimbang sampai diperoleh bobot yang konstan
D. Perhitungan
Dalam analisis gravimetri endapan yang dihasilkan ditimbang, dan bobot zat
analat dalam sampel dihitung. Untuk menghitung bobot zat analat dalam sampel
maka harus menggunakan faktor gravimetri. Faktor gravimetri diartikan sebagai
jumlah gram zat dalam 1 gram ( atau ekivalennya 1 gram) endapan. Banyaknya
molekul atau atom pada pembilang dan penyebut dalam factor gravimetric harus
ekivalen
Factor gravimetri = Ar atau Mr yang dicari
Mr endapan yang ditimbang
Beberapa contoh faktor gravimetric
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
125
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
126 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
127
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
LEMBAR PRAKTIKUM
ANALISIS PENGUJIAN
128 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
CONTOH SOAL
Jawab :
Diketahui :
Berat endapan =35,6178 – 34,2446 gr = 1,3732
Berat sampel =2,1971 gr
Mr CaCO3 =100
Faktor Grafimetri = Ar Ca / Mr CaCO3 = 40/100 = 0,4
CAKRAWALA
Sumber https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Theodore_william_richards.jpg
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
129
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Agar kalian lebih paham tentang analisis gravimetric ini silakan mencari
prosedur analisis gravimetric metode pengendapan selain yang ada di buku
ini kemudian buat persiapan praktik kemudian minta pada guru Anda untuk
melaksanakan praktik atau analisis yang sudah kalian cari.
ANALISIS PENGUJIAN
130 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
REFLEKSI
Petunjuk
1. Tuliskan identitasi dan materi yang sudah Anda pelajari di selembar kertas!
2. Kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini !
3. Kumpulkan hasil refleksi pada guru kalian
Lembar refleksi
1. Bagaimana Anda mempelajari materi kali ini?
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………
2. Ceritakan perbedaan perbedaan yang Anda alami selama pembelajaran ini
dibandingkan dengan pembelajaran sebelumnya !
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
131
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
REFLEKSI
3. Dari materi ini apa saja yang bisa diambil manfaatnya dalam kehidupan
sehari-hari?
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
4. Bagaiman kalian menerapkan pembelajaran ini dalam kehidupan sehari-
hari?
………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………
5. Dari materi ini bagian mana yang perlu kalian pelajari berulang-ulang?
…………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………
ANALISIS PENGUJIAN
132 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
133
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
134 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
135
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
136 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
23. Pembakar suhu tinggi yang dapat digunakan untuk mengabukan adalah ….
A. desikator
B. tanur
C. pembakar spirtus
D. vakum
E. cawan porseli
24. Sebanyak 3 gram hidrat magnesium sulfat MgSO4.xH2O, dipanaskan sehingga
semua air kristalnya menguap. Massa zat padat yang tertinggal adalah 1,56 gram.
Rumus hidrat tersebut adalah ….
A. MgSO4.2H2O
B. MgSO4.3H2O
C. MgSO4.5H2O
D. MgSO4.6H2O
E. MgSO4.7H2O
25. Endapan yang mungkin terjadi ketika penambahan NH4OH yaitu ….
A. MgHPO4
B. H2PO4
C. HPO4
D. H3PO4
E. Mg2(PO4)2,
26. Dalam penentuan fosfat, larutan magnesium mixture berfungsi sebagai ….
A. sample
B. pereaksi pengendap
C. larutan pencuci
D. katalisator
E. menjaga agar larutan tetap homogen
27. Fungsi dari NH4OH encer dalam penentuan fosfat yaitu ….
A. sample
B. pereaksi pengendap
C. larutan pencuci
D. katalisator
E. menjaga agar larutan tetap homogen
28. Nilai faktor kimia gravimetri fosfat sebagai endapan Mg2P2O7 ….
A. 0,4535
B. 0,5535
C. 0,6535
D. 0,7535
E. 0,8535
29. Pengendapan barium sebagai barium sulfat dilakukan pada suasana ….
A. asam
B. basa
C. netral
D. katalis
E. homogen
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
137
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
ANALISIS PENGUJIAN
138 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia. & Baradja, Lubna. 2014. STOIKIOMETRI. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Khopkhar. 2014. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press)
Mulyono. 2006. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Purba, Michael. 2017. KIMIA C1. Jakarta: Erlangga
Rodiani, Teni. & Suprijadi. 2013. Analisis Titimetri dan Gravimetri. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Sudarmo, Unggul. 2014. KIMIA. Surakarta: Erlangga.
Underwood. 1990. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Wesley, Addison. 1999. ChemistrY Fifth Edition. NewYork: Prentic Hall
Wiryawan, Adam. 2008. KIMIA ANALITIK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
https://sentralalkes.com/blog/alat-laboratorium-dan-fungsinya/indikator-universal/
diakses pada tanggal 30 Oktober 2019, 14.41 WIB
https://www.amazon.com/VANTAKOOL-Accuracy-Measurement-Household-Drinking/
dp/B01N20ZRC5 diakses pada tanggal 30 Oktober 2019, 14.43 WIB.
https://www.pillarscientific.com/product-page/litmus-paper-100-pk diakses pada
tanggal 19 November 2019, 08.02 WIB.
https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/berkebun/bibit-tanaman/7rpuk2-jual-
bibit-tanaman-hydrangea-biru-bunga-hortensia diakses pada tanggal, 09.51
WIB
https://ardra.biz/teori-asam-basa-lewis/ diakses pada tanggal 21 November 2019,
11.28 WIB
https://www.indiamart.com/proddetail/litmus-blue-paper-10732868812.html
diakses pada tanggal 15 November 2019, 09.26 WIB
https://bibitbunga.com/cara-menanam-bunga-hydrangea/ diakses pada tanggal 15
November 2019, 13.50 WIB
https://bisnis.tempo.co/read/874594/jadi-mitra-pt-agro-jabar-petani-garut-tanam-
jeruk-lemon diakses pada tanggal 18 November 2019, 11.31 WIB
https://tukang.co/artikel/kegunaan-besi/ diakses pada tanggal 25 November 2019,
08.04 WIB
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132318568/pendidikan/Titrasi+Redoks.pdf diakses
pada tanggal 25 November, 12.15 WIB
https://indonesian.alibaba.com/g/porcelain-crucible-15ml.html diakses pada tanggal
25 November 2019, 11.59 WIB
https://contohsoal.co.id/asam-oksalat/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2019, 2.24
WIB
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
139
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS PENGUJIAN
140 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
GLOSARIUM
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
141
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
GLOSARIUM
ANALISIS PENGUJIAN
142 LABORATORIUM
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BIODATA PENULIS
ANALISIS PENGUJIAN
LABORATORIUM
143
ANALISIS KUANTITATIF
KONVENSIONAL
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
1. MI Al-Muddatsir Kemulan Kec. Turen Kab. Malang Jawa Timur (Lulus 2009)
2. SMP Negeri 1 Turen, Malang, Jawa Timur (Lulus 2012)
3. SMA Negeri 1 Turen (Lulus 2014)
4. Pendidikan Kimia Universitas Negeri Malang (Lulus 2018)
ANALISIS PENGUJIAN
144 LABORATORIUM