Anda di halaman 1dari 26

Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010

Geografi Tanah
PRAKTIKUM TANAH KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geografi Tanah
yang dibimbing oleh Bapak Dwiyono Hari Utomo

Oleh:
Dwi Jayanto Puji W. 100721404416
Eni Nurus Sa’adah 100721405475
Nur Hafizah 100721403528
Yossi Dwi Laksmita 100721403517

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
Mei 2012
A. JUDUL
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
”Laporan Praktikum Geografi Tanah Kabupaten Lamogan.”
B. TUJUAN
1. Mengetahui berat jenis, berat volume, dan porositas tanah tanah pada wilayah penelitian.
2. Mengetahui perkolasi tanah pada wilayah penelitian.
3. Mengetahui kapilaritas tanah pada wilayah penelitian.
4. Mengetahui daya genggam tanah pada wilayah penelitian.
5. Mengetahui tekstur tanah pada wilayah penelitian.
6. Mengetahui warna tanah pada wilayah penelitian.
7. Mengetahui konsistensi tanah pada wilayah penelitian
8. Menganalisa perbedaan-perbedaan dari hasil lapangan dengan teori yang ada
C. DASAR TEORI
 Pengertian Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh
& berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan
air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi
(senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S,
Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh,
proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah
untuk menghasilkan biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,
industri perkebunan, maupun kehutanan.
 Berat jenis Tanah, Berat Volume dan Porositas
Berat Jenis Tanah adalah berat tanah dalam satuan volume padatan
tanah(gram/cm3). Berat tanah diambil dari berat kering mutlak (kering oven) tanah,
sehingga volume padatan tanah didapat menurut hukum Archimedes, yaitu
merupakan pertambahan volume air sesudah tanah dimasukkan kedalam air. Dalam
hal ini tekstur dan struktur tidak mempengaruhi berat jenis.
Berat Volume adalah berat kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh.
Berat kering merupakan berat padatan tanah dalam kondisi kering mutlak, tetapi
volume tanah yang digunakan merupakan volume tanah termasuk ruang porinya.
Berat Volume tanah ditentukan oleh jumlah ruang pori (porositas) dan padatan
tanah, semakin besar porositas maka semakin kecil berat volumenya.
Porositas tanah merupakan indeks volume pori relatif, yaitu perbandingan antara
volume pori (mikro&makro) dengan volume total. Nilai porositas berkisar 30-60%.
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
Tanah bertekstur halus akan mempunyai porositas lebih tinggi daripada tanah
bertekstur kasar.
Menurut Hanafiah (2005) bahwa bobot isi tanah merupakan kerapatan tanah per
satuan volume yang dinyatakan dalam dua batasan berikut ini:
(1) Kerapatan partikel (bobot partikel = BP) adalah bobot massa partikel padat per
satuan volume tanah, biasanya tanah mempunyai kerapatan partikel 2,6 gram cm-3,
dan
(2) Kerapatan massa (bobot isi = BI) adalah bobot massa tanah kondisi lapangan
yang dikering-ovenkan per satuan volume.
Nilai kerapatan massa tanah berbanding lurus dengan tingkat kekasaran partikel-
partikel tanah, makin kasar akan makin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur
liat dan berstruktur granuler mempunyai bobot isi (BI) antara 1,0 gram/cm3 sampai
dengan 1,3 gram/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar memiliki bobot isi antara
1,3 gram/cm3 sampai dengan 1,8 gram/cm3.

I. Daya Genggam dan Kapilaritas


1. Dasar Teori
Kapilaritas suatu tanah adalah kemampuan air untuk dapat merambat pada
permukaan dalam profil tanah sedangkan daya genggam adalah kemampuan
tanah untuk menahan hilangnya suatu zat dalam tanah tersebut.
Hubungan Tekstur Tanah dengan Daya Genggam, tanah bertekstur liat
mempunyai luas permukaan yasng lebih besar sehingga kemampuan menahan
air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif
dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar. Tanah bertekstur pasir
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap
(menahan) air dan unsur hara.

2. Tujuan
- mengetahui besarnya daya genggam dan kapilaritas tanah
- menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada permeabilitasdan daya
genggam.

3. Alat dan Bahan


Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
- pipa transparan
- sampel tanah - gelas ukur
- cawan petri + penghalus - pipet
- kapas - tabung ukur
- kasa
- tali

4. Langkah kerja
- menghaluskan sampel tanah yang sebelumnya telah di oven
- memasukkan tiap-tiap sampel terhadap pipa transparan setinggi 20 cm
a. Kapilaritas
- isi gelas ukur sebanyak 100ml, masukkan pipa yang telah berisi sampel tanah
kedalam gelas ukur
- amati kenaikan air pada tabung per 5 menit
b. Daya genggam
- isi gelas ukur dengan air sebanyak 100ml, tuangkan kedalam tabung sampai air
terserap
- tunggu sampai air menetes, catat waktu pada tetesan pertama
- tunggu pada tetesan terakhir.
5. Pengukuran
Kapilaritas (Jeda 5 Menit)
Waktu/jenis tanah Organik Pasir Rulli Juli Luthfi Syifa
1 4,9 13 9,2 5,2 4,7 4,3
2 6,3 13,5 13,4 6,1 5,9 6,1
3 7,3 13,8 16,2 7,2 7,3 7,5
4 8,1 14 18,4 8,3 7,8 8
5 8,8 14,2 19,6 9,2 8,2 8,5
6 9,7 14,4 20,2 10,7 8,9 9,5
Sisa Air 90 86 91 94 90 90
Kapilaritas 0,32 0,48 0,67 0,35 0,29 0,31
(tinggi/waktu)
Catatan: pasir berhenti naik pada 27 menit 38 detik
Daya Genggam
Variabel Organik Pasir Rulli
A 20 cm 20 cm 20 cm
B 18,2cm 20cm 20,7cm
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
C 1mnt31dtk 40detik 9mnt02dtk
D 15mnt57dtk 19mnt27dtk 9mnt42dtk
E 100ml 100ml 100ml
F 74ml 70ml 70ml
G 12ml 23ml 9ml
H 14ml 7ml 21ml
I 32,146cm³ 35,325cm³ 36,56cm³
J 0,436ml/cm³ 0,198ml/cm³ 0,54ml/cm³

Keterangan:
A. tinggi semula G. air yang menetes
B. tinggi setelah diberi air H. daya genggam (manual)
C. waktu pertama kali menetes I. Volume bahan
D. tetesan terakhir J. Daya Genggam
E. air semula H/I
F. sisa air dalam tabung

 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara partikel-partikel pasir, debu, dan liat
yang menyusun suatu massa tanah. Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai
ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti
kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan
halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1. Pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2. Debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3. Liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur
tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah
dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan
prosentase kandungan pasir, debu dan liat. Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan
cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil
dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan
cara sebagai berikut:
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir.
2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung.
3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir.
4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung.
5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan
permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berdebu.
6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung
dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Debu.
7. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat
dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Lempung Berliat.
8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola
agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Liat Berpasir.
9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat
dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Liat Berdebu.
10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir.
11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah
dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu.
12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah
dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat.
Klasifikasi tekstur didasarkan pada partikel yang berukuran > 2mm. Bila partikel yang
berukuran >2mm ada dalam jumlah yang cukup banyak maka pemberian nama tekstur itu
ditambah dengan berkerikil atau berbatu. Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya
suatu tanah. Teristimewa testur adalah perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok
partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil (diameternya kurang dari 2 mililiter). Konsistensi
tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang disebabkan oleh
tekanan yang mempengaruhi bentuk tanah.

 Warna Tanah
Warna tanah merupakan salah satu sifat morfologi tanah yang paling mudah dilihat dan
dapat dipakai untuk menduga sifat-sifat tanah yang lainnya. Warna tanah merupakan sifat
tanah yang paling mudah dilihat dan diteliti seperti drainase. Tanah warna putih atau cerah
memiliki tingkat kesuburan yang rendah akan tetapi tanah yang demikian memiliki ketanggapan
terhadap pengelolaan. Ketentuan umum tentang warna tanah dan kesuburan tanah tidak
berlaku, tetapi cenderung pada variasi kandungan mineral lempung, tekstur dan bahan organik.
Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah,
sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas
permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah. Warna
humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna tanah. Besi oksida berwarna merah,
agak kecoklatan atau kuning yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru
hijau. Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala
berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih, bahkan merah, ini
tergantung proporsi tipe mantel besinya. Selain warna tanah juga ditemukan adanya warna
karatan (mottling) dalam bentuk spot-spot. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan
pergerakan beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan, yang terjadi selama musim
hujan, yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi)
ketika tanah mengalami pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a) reduksi besi
dan mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang menyebabkan terjadinya presipitasi.
Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang rendah kadar besi dan
mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap terbentuk apabila besi dan mangan tersebut
mengalami presipitasi. Karatan-karatan yang terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah
dilakukan perbaikan drainase.
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa intensitas warna
tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2) kandungan bahan
organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral
feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis mineral
feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan
warna tanah menjadi merah sampai merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka
warna tanah makin gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau
lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan
tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata
mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah merupakan:
1. Sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru berkembang.
2. Indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah berkembang lanjut.
3. Indikator kesuburan tanah atau kapasitas produktivitas lahan.
Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah berarti makin tinggi produktivitasnya,
selain ada berbagai pengecualian, namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning,
kelabu, merah, coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini merupakan
integrasi dari pengaruh:
1. Kandungan bahan organik yang berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik
suatu tanah maka tanah tersebut akan berwarna makin gelap,
2. Intensitas pelindihan (pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam
tanah) dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan menyebabkan
warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison eluviasi,
3. Kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah berwarna lebih terang.

 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah
dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari
daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah
bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut Hardjowigeno
(1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak
melekat pada alat pengolah tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan
kering. Konsistensi basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah
di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering merupakan
penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara.
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat plastisitas dan tingkat
kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan sangat
lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai
dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur,
gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah
tersebut mudah diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit
dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah.
Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak
keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan dengan meremas
segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan
berkonsistensi gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan
tanah sukar hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh
untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering.
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu kategori:
melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan mudah tidaknya membentuk
bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan atau sukar membentuk bulatan; dan
kemampuannya mempertahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Secara lebih
terinci cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Konsistensi Basah
 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir
tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
1. Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
2. Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
3. Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
4. Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.
b. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai
berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah
mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
2. Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila
diremas.
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
3. Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat
menghancurkan gumpalan tanah.
4. Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat
meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
5. Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan
berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
6. Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya
gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan
diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
c. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori
sebagai berikut:
1. Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak
melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
2. Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah
berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
3. Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan
pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu
menghancurkan gumpalan tanah.
4. Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan
makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
5. Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi
untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit
ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
6. Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan diperlukannya
tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau
gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
D. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan untuk tekstur tanah, warna tanah, dan konsistensi tanah adalah sebagai berikut:
 Alat dan bahan
1. Munsell Soil Colour Chart
2. Labu ukur
3. timbangan
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
4. cawan petri + penghalus
5. pipet
6. pengaduk
7. sampel tanah
8. air panas
9. oven tanah
E. CARA KERJA
 Tekstur Tanah
1. Masa tanah (lembab) di pijit atau di pirit antara ibu jari dan telunjuk untuk
menghancurkan agregrat sekunder, sehingga membentuk bola yang lembek (apabila
tanah tersebut kering, perlu dibasahi sebelumnya). Sambil diperhatikan adanya rasa kasat
atau licin diantara ibu jari dan telunjuk tersebut., kemudian digulung-gulung sambil
dirasakan kelekatannya, yaitu antara telunjuk dan ibu jari ditolakkan. Rasa kasat atau
licin, dan kelekatannya dapatlah ditentukan kelas teksturnya.
2. Membagi kelas-kelas tekstur tanah seperti yang tercantum dalam segitiga tekstur,
menjadi kelas utama yaitu :
a. Liat (termasuk liat, liat berpasir, liat berdebu), sifatnya membentuk pita yang baik
apabila basah.
b. Lempung berliat (termasuk liat berdebu, lempung berliat dan lempung liat berpasir)
c. Lempung (termasuk lempung berpasir, lempung dan lempung berdebu).
d. Pasir (termasuk pasir berlempung)
3. Menentukan apakah contoh tanah termasuk tersebut termasuk lempung, liat dan
lempung berliat ataukah pasir dengan mengamati apakah dapat membentuk pita yang
kokoh, sedang atau tidak sama sekali.

 Warna Tanah
1. Bongkah tanah yang lembab di buat bulatan.
2. Ambil buku Munsell, kemudian cocokkan warna yang sesuai dengan
buku.
3. Catat hasilnya.

 Konsistensi Tanah
1. Untuk konsistensi basah dinyatakan tingkat
kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain (jari tangan)
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
2. Untuk konsistensi lembab dinyatakan pada
kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang dan dihancurkan dengan ibu jari.
3. Untuk konsistensi kering dinyatakan pada
kondisi kadar air tanah kering udara dan dihancurkan dengan ibu jari.
1. Langkah kerja
a. Pengambilan tanah dengan coper ring, dengan cara menanam coper ring pada
tanah yang akan digunakan. Dalam hal ini penanaman coper ring dilakukan
dengan cara di injak dengan kaki, lula disekeliling tanah di gali untuk
mengambil coper ring yang telah berisi tanah.
b. Mengoven tanah selama ±48 jam, dengan suhu sampai dengan 110°C
c. Berat jenis tanah
langkah kerja sebagai berikut:
1. timbang labu ukur
2. isi labu ukur dengan tanah oven yang telah dihaluskan lalu timbang berat
totalnya
3. tambahkan air panas sampai batas ukur 100ml, kemudian aduk pelan
4. ukur air yang ada dalam labu ukur.
d. Berat volume dan porositas:
1. timbang coper ring + tanah sampel
2. timbang tabung/paralon
3. ukur paralon yang digunakan
e. memasukkan data
2. Pengukuran
No Keterangan Rulli (Ponorogo) Nur junita (Lamongan)
1 Berat Labu Ukur 61,2 125,1
2 Berat Total 90,9 180,3
3 Berat Tanah = 90,9-61,2 = 180,3 – 125,1
= 29,7 = 55,2
4 Volume Padatan 11,3 24
5 Berat jenis Tanah = 29,7/11,3 = 55,2/24
= 2,6 = 2,3
6 Berat Paralon 16,9 25,8
7 Berat 46,6 81
tanah+paralon
8 Berat tanah kering 29,7 55,2
9 Volume tanah = 3,14x0,952x6,8 = 3,14x1,32x9,6
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
= 19,55 = 50,94
10 Berat volume = 29,7/19,55 = 55,2/50,94
= 1,52 = 1,08
11 Porositas = 100 – = 100 –
(1,52/2,6x100%) (1,08/2,3x100%)
= 41,54% = 52,89%

3. HASIL PENGAMATAN
 Tabel Keadan Geografis dan Cara Pengambilan Sampel Tanah

Nama Keadaan Geografis Cara Pengambilan Sampel

Merizka
(Ponorogo)
Ariyanti
(Jombang)
Rizky
(Jombang)
Titi
(Tuban)
Wahyu Ria Dataran rendah, vegetasi Paralon ditancapkan di tanah.
(Ponorogo) pohon-pohon mangga, Kemudian dipukul-pukul
pisang, melinjo, jahe, pinggir paralon secara pelan-
ginseng, dan rumput-rumput pelan. Kemudian diambil
suhu panas, iklim tropis paralon dengan cangkul
kecil/skop. Kemudian di
bersihkan tanah yang
menempel di luar paralon
dengan pisau.
Luthfiana
(Blitar)
Aulia
(Blitar)
Shinta Merupakan daerah dataran Daerah sekitar pengambilan
(Kediri) tinggi, vegetasi di tanah dicangkul sedalam
sekitarnyadiantaranya sampel yang akan diambil.
tanaman perswahan seperti Kemudian paralon ditancapkan
padi, jagung, ada pula pisang dan dipukul-pukul sampai
dna kelapa, suhu dapat paralon terisi penuh dengan
dikatakan cukup panas, dan tanah. Cara pengambilan
termasuk iklim tropis. paralon dengan diangkat
memakai cetok.

 Tabel Tekstur Tanah, Berat Volume Tanah, Porositas Tanah, dan Kadar Air Tanah

Nama Tekstur Warna Konsistensi Tanah


Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
Tanah Tanah Basah Lembab Kering
Merizka Lempung Very dark
(Ponorogo) berpasir graysh
brown
Ariyanti pasir sedikit 10 YR 2/2
(Jombang) bergeluh (cokelat
sangat
gelap)
Rizky
(Jombang)
Titi
(Tuban)
Wahyu Ria Liat berpasir 10 YR 3/2 Agak lekat Gembur Sangat
(Ponorogo) (hitam keras sekali
kecokelatan)
Luthfiana
(Blitar)
Aulia Berpasir
(Blitar)
Shinta Liat 7,5 YR 2,5/1 Lekat Agak Lekat Gembur
(Kediri) (black)

4. PEMBAHASAN

KEADAAN GEOGRAFIS
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu dari 38 kabupaten di Propinsi Jawa Timur
yang terletak di sebelah Utara Barat Laut. Kabupaten Lamongan terletak diantara 122 0 4’ –
1220 33’ 12” Bujur Timur dan 060 51’ 54” – 070 23’ 6” Lintang Selatan, dengan luas wilayah
181.280 Ha. Kabupaten Laomngan memiliki daerah kecamatan sebanyak 27. Kabupaten
lamongan terdiri dari dataran rendah dan berawa dengan ketinggian 0-20 m dengan luas
50,17% dari luas Kabupaten Lamongan, daratan ketinggian 25-100 m seluas 45,68%, dan
sisanya 4,15% merupakan daratan dengan ketinggian diatas 100 m. Batas-batas wilayah
Kabupaten Lamongan, sebagai berikut:
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah selatan : Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto
 Sebelah Barat : Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban
 Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
1.1 Topografi
Kondisi topografi wilayah Kabupaten Lamongan bisa ditinjau dari ketinggian tempat dan
kelerengan lahan. Ketinggian tempat dengan luasanya bisa dilihat diatas. Setiap kecamatan di
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
Kabupaten Lamongan memiliki kemiringan lahan bervariasi. Persebaranya pada setiap
kecamatan bisa anda lihat di bawah ini:
Tabel 2.1 Luas daerah per kecamatan menurut klasifikasi kemiringan
Nomor Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40% >40% Luas (Ha)
1 Sukorame 2.923 1.224 - - 4.147
2 Bluluk 3.503 1.850 62 - 5.415
3 Ngimbang 5.069 1.452 4.912 - 11.433
4 Sambeng 5.116 11.806 2.390 232 19.544
5 Mantup 8.217 1.060 30 - 9.307
6 Kembangbahu 6.352 32 - - 6.384
7 Sugio 7.020 2.207 82 - 9.129
8 Kedumpring 6.041 1.930 472 - 8.443
9 Modo 5.953 1.407 420 - 7.780
10 Babat 5.361 772 162 - 6.295
11 Pucuk 4.386 98 - - 4.484
12 Sukodadi 5.232 - - - 5.232
13 Lamongan 4.038 - - - 4.038
14 Tikung 5.299 - - - 5.299
15 Sarirejo 4.739 - - - 4.739
16 Deket 5.005 - - - 5.005
17 Glagah 4.052 - - - 4.052
18 Karangbinangun 5.288 - - - 5.288
19 Turi 5.869 - - - 5.869
20 Kalitengah 4.335 - - - 4.335
21 Karanggeneng 5.132 - - - 5.132
22 Sekaran 4.965 - - - 4.965
23 Maduran 3.015 - - - 3.015
24 Laren 7.285 2.315 - - 9.600
25 Solokuro 2.110 7.850 142 - 10.102
26 Paciran - 4.314 425 50 4.789
27 Brondong 5.047 2.337 75 - 7.459
Jumlah 131.352 40.474 9.172 282 181.280
Sumber: Kabupaten Lamongan dalam angka 2007
1.2 Karakteristik Tanah
Sebagian besar wilayah Kabupaten Lamongan bertekstur sedang dengan luas wilayah
114.884 Ha atau 63,37% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Lamongan. Selain itu wilayah
dengan teksur tanah halus dengan luas wilayah 63.709 Ha atau 35,14% dan wilayah dengan
tekstur tanah kasar sebesar 2.687 Ha atau 1,48%.
Keefektifan kedalaman tanah Kabupaten Lamongan bervariasi. Kedalaman tanah sangat
berpengaruh dalam tumbuh kembang tanaman yang akan dibudidayakan pada daerah
tersebut. Variasi kedalaman tanah dengan luas wilayah persebaranya sebagai berikut:
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
 >90 cm seluas 127.719 Ha
 61-90 cm seluas 34.656 Ha
 31-60 cm seluas 12.916 Ha
 0-30 cm seluas 5.989 Ha
Wilayah dengan kedalaman tanah >61 cm cocok bila ditanami tanamn tahunan. Wilayah
dengan kedalaman 10-60 cm cocok bila ditanami tanaman musiman, sedangkan wilayah
dengan kedalamn <10 cm tidak sesuai bila digunakan sebagai pembudidayaan tanaman.
Sistem drainase tanah kabupaten Lamongan cukup baik. hal ini dapat dilihat dari tingkat
infiltrasi tanah terhadap air sehingga tingkat kejenuhan tanah dapat stabil. Selain itu erosi
yang teradi di Kabupaten lamongan juga tidak terlalu besar. Luasan lahan yang sering terjadi
erosi sebesar 11.285 Ha atau 6,23% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Lamongan.
A. PEMBAHASAN
I. Kondisi Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota
(organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-
zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass
dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan,
maupun kehutanan.
a. WARNA
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun
tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total
campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat
ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi
volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna
butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki
luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
warna tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan
warna tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning
yang tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau.
Kuarsa umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan
ada kala berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna
kelabu, putih, bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya.
Selain warna tanah juga ditemukan adanya warna karatan (mottling) dalam
bentuk spot-spot. Karatan merupakan warna hasil pelarutan dan
pergerakan beberapa komponen tanah, terutama besi dan mangan, yang
terjadi selama musim hujan, yang kemudian mengalami presipitasi
(pengendapan) dan deposisi (perubahan posisi) ketika tanah mengalami
pengeringan. Hal ini terutama dipicu oleh terjadinya: (a) reduksi besi dan
mangan ke bentuk larutan, dan (b) oksidasi yang menyebabkan terjadinya
presipitasi. Karatan berwarna terang hanya sedikit terjadi pada tanah yang
rendah kadar besi dan mangannya, sedangkan karatan berwarna gelap
terbentuk apabila besi dan mangan tersebut mengalami presipitasi.
Karatan-karatan yang terbentuk ini tidak segera berubah meskipun telah
dilakukan perbaikan drainase.
Menurut Wirjodihardjo dalam Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) bahwa
intensitas warna tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral
dan jumlahnya, (2) kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air
tanah dan tingkat hidratasi. Tanah yang mengandung mineral feldspar,
kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Jenis
mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari putih sampai merah.
Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai merah
tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin
gelap (kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik
tanah maka warna tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air
yang lebih tinggi atau lebih lembab hingga basah menyebabkan warna
tanah menjadi lebih gelap (kelam). Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan
dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah
ke warna reduksi (gleisasi) yaitu warna kelabu biru hingga kelabu hijau.
Selain itu, Hanafiah (2005) mengungkapkan bahwa warna tanah
merupakan: (1) sebagai indikator dari bahan induk untuk tanah yang beru
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
berkembang, (2) indikator kondisi iklim untuk tanah yang sudah
berkembang lanjut, dan (3) indikator kesuburan tanah atau kapasitas
produktivitas lahan. Secara umum dikatakan bahwa: makin gelap tanah
berarti makin tinggi produktivitasnya, selain ada berbagai pengecualian,
namun secara berurutan sebagai berikut: putih, kuning, kelabu, merah,
coklat-kekelabuan, coklat-kemerahan, coklat, dan hitam. Kondisi ini
merupakan integrasi dari pengaruh: (1) kandungan bahan organik yang
berwarna gelap, makin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka
tanah tersebut akan berwarna makin gelap, (2) intensitas pelindihan
(pencucian dari horison bagian atas ke horison bagian bawah dalam tanah)
dari ion-ion hara pada tanah tersebut, makin intensif proses pelindihan
menyebabkan warna tanah menjadi lebih terang, seperti pada horison
eluviasi, dan (3) kandungan kuarsa yang tinggi menyebabkan tanah
berwarna lebih terang.
b. TEKSTUR
Tanah disusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti
kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari
2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
(1) pasir, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai
dengan 2 mm.
(2) debu, yaitu butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai
dengan 0,050 mm.
(3) liat, yaitu butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya
tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir,
debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam 12 klas tekstur. Kedua
belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase kandungan pasir, debu
dan liat.
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu
dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk,
sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir
pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
(1) apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur
Pasir.
(2) apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat
dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Pasir Berlempung.
(3) apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi
mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung
Berpasir.
(4) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
(5) apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu.
(6) apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.
(7) apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah
tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
(8) apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir.
(9) apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola
teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat Berdebu.
(10) apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir.
(11) apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu.
(12) apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
dengan baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat.
c. STRUKTUR
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan
struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu
sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan
lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 6 bentuk. Keenam bentuk tersebut
adalah:
(1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horison A.
(2) Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal
membuat dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan
sudut-sudut membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk
gumpal bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal,
struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.
(3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih
besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
(4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih
besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat,
struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.
(5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih
kecil daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau
pada lapisan padas liat.(6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah
dengan bentuk bulat dan sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon
A.
d. KONSISTENSI
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi
butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang
akan mengubah bentuk. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut
misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Menurut
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
Hardjowigeno (1992) bahwa tanah-tanah yang mempunyai konsistensi
baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu:
basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas kapasitas lapang
(field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan konsistensi
tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi
kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat
plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan dari
tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis (kaku).
Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak lekat, lekat, dan
sangat lekat.
Pada kondisi lembab, konsistensi tanah dibedakan ke dalam tingkat
kegemburan sampai dengan tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab
dinilai mulai dari: lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan
ekstrim teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah
diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut agak sulit
dicangkul.
Pada kondisi kering, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat
kekerasan tanah. Konsistensi kering dinilai dalam rentang lunak sampai
keras, yaitu meliputi: lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan
ekstrim keras.
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering ditentukan
dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan tersebut mudah
hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi gembur untuk kondisi
lembab atau lunak untuk kondisi kering. Apabila gumpalan tanah sukar
hancur dengan cara remasan tersebut maka tanah dinyatakan
berkonsistensi teguh untuk kondisi lembab atau keras untuk kondisi
kering.
Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari, yaitu
kategori: melekat atau tidak melakat. Selain itu, dapat pula berdasarkan
mudah tidaknya membentuk bulatan, yaitu: mudah membentuk bulatan
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
atau sukar membentuk bulatan; dan kemampuannya mempertahankan
bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis). Secara lebih terinci cara
penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan sebagai berikut:
(I) Konsistensi Basah
1.1 Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi
antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan
atau benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan
atau benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda
lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan
atau benda lain.
(II) Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6
kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau
antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.
(3) Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat
meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan
agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan
dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-
kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(III) Konsistensi Kering
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini
dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah
atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila
diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan
sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur
jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-
jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan
gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin
diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan
gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang
lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan
tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan
dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur
dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
Dari Kasifikasi diatas maka tanah sampel yang digunakan memiliki sifat fisik:
Sifat/nama Nur junita Rulli
Warna Coklat Tua Kehitaman Coklat terang
Tekstur Liat Berpasir Halus
Struktur Masif Remah
Konsistensi Sangat Keras Agak keras
Kedalaman 9,6 cm 6,8 cm
Pemupukan - -
Cara Di Injak Kaki digali pinggirnya lalu Di Injak Kaki digali pinggirnya
Pengambilan diambil paralonnya. lalu diambil paralonnya.
Keadaan Dataran rendah, vegetasi pohon- Dataran rendah, vegetasi pohon-
Geografis pohon mangga, suhu panas, iklim pohon Pisang, suhu panas, iklim
tropis tropis

II. Berat jenis Tanah, Berat Volume dan Porositas


Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
a. Berat Jenis
Dalam praktikum yang dilakukan, berat jenis dari ketiga tanah yang diuji
menunjukan selisih. Hal ini, disebabkan karena pada tanah Lamongan
memiliki lebih banyak bahan organik daripada tanah Ponorogo.
Ada tidaknya bahan organik bisa dilihat dari warna tanah yang sangat
berbeda, tanah dari Lamongan memiliki warna yang cenderung lebih gelap
daripada Ponorogo. Pada tanah Ponorogo kandungan bahan organiknya
paling sedikit daripada yang lain, karena di tanah tersebut tidak
dibudidayakan dengan baik dan dibiarkan begitu saja, tanpa pengolahan
dan perawatan.
b. Berat Volume
Dari kedua tanah yang dibandingkan, maka dapat dilihat bahwa berat
volume yang paling tinggi adalah tanah Ponorogo, hal ini disebabkan
karena pada tanah ini memiliki struktur remah dengan ruang pori yang
lebih besar daripada tanah yang lain. Selain itu juga kandungan bahan
organik dari tanah juga mempengaruhi berat volume tanah. Hal ini
dibuktikan dengan tingginya berat volume tanah Ponorogo, karena pada
tanah Ponorogo sedikit mengandung bahan organik.
c. Porositas
Porositas suatu tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah, sehingga tanah yang
bertekstur kasar akan memiliki porositas lebih kecil daripada tanah yang
bertesktur halus.
Hal ini terbukti pada pratikum, tanah Ponorogo yang mengandung pasir
memiliki porositas lebih rendah daripada tanah Mojokerto dan Lamongan
yang memiliki tekstur lebih halus.
III. Daya genggam dan Kapilaritas
a. Daya Genggam
Daya genggam sutau tanah ditentukan oleh tekstur dan porositas. Porositas
yang dipengaruhi oleh tekstur tanah, mempengaruhi besarnya daya
genggam dari tanah tersebut.
- Jika terjadi dominasi fraksi pasir maka akan menyebabkan
terbentuknya sedikit pori makro, sehingga luas permukaan yang disentuh
bahan menjadi sempit. Oleh karena itu daya genggam terhadap air
menjadi sangat lemah.
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
- Jika dominasi fraksi liat maka terbentuk banyak pori mikro, maka luas
permukaan sentuh menjadi sangat luas. Oleh karena itu daya genggam
menjadi besar.
- Jika dominasi fraksi debu maka terbentuk pori meso dalam jumlah
sedang, maka jumlah permukaan sentuhnya cukup luas. Oleh karena itu
daya genggam cukup kuat.
Hal ini dapat kita lihat perbandingannya pada pratikum antara tanah
Ponorogo, Pasir dan Bahan Organik. Daya genggam yang paling lemah
dimiliki oleh pasir. Dan tanah Ponorogo memiliki daya genggam lebih
besar.
Pada percobaan ini juga terjadi penambahan tinggi dari tanah (Ponorogo)
setelah diberi air, hal ini disebabkan karena tanah mengandung mineral
montmotilonit yang memiliki sifat mengembang jika diberi air dan
mengkerut jika dipanaskan.

b. Kapilaritas
Kapilaritas merupakan daya rambat air, dalam praktikum kali ini
kapilaritas di pengaruhi oleh tegangan permukaan dari pipa yang
digunakan.Karena adanya hambatan dari gaya gravitasi bumi maka untuk
membuat air memenuhi permukaan pipa, kapilaritas memiliki waktu yang
lebih banyak daripada waku yang dibutuhkan pada praktikum daya
genggam.
Dari praktikum yang dilakukan daya Kapilaritas paling besar dimiliki
oleh tanah sampel dari Ponorogo (Rulli). Hal ini terlihat dari tinngi air
yang merambat pada tanah dalam waktu yang sama 30 menit, tanah dari
Ponorogo memiliki tinggi 20,7 cm dibandingkan dari sampel tanah yang
lain yang memiliki tinggi kurang lebih 10cm. Sedangkan pada pasir, pada
menit ke 27, pasir tidak mengalami penambahan tinggi. Kapilaritas
merupakan daya rambat yang terjadi karena adanya tegangan permukaan.
Kasus yang terjadi pada pasir yang mengalami stagnansasi penambahan
tinggi disebabkan karena daya rambat pada pasir sudah mengalami titik
jenuh.
5. KESIMPULAN
6. JAWABAN PERTANYAAN
Laporan Praktikum Tanah Kelompok 10/Off B/2010
Geografi Tanah
7. DAFTAR PUSTAKA

Utomo, Dwiyono Hari. 2010. Geografi Tanah. Malang: Universitas Negeri Malang.

Utomo, Dwiyono Hari. 2001. Petunjuk Praktikum Geografi Tanah di Laboratorium. Malang.
Universitas Negeri Malang.

file:///F:/KuLiAh/seMESteR%204/GEO%20TANAH/Geo%20Tanah/Fisika%20Tanah
%20newww.htm
http://jamilah-tnh.blog.friendster.com/2008/02/sifat-fisik-tanah/
http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika_tanah

Anda mungkin juga menyukai