Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PERPAJAKAN LANJUTAN

ASPEK PERPAJAKAN KOPERASI

DOSEN PEMBIMBING:

Drs. Rinaldi Munaf, MM, Ak, CPA, CA

OLEH: KELOMPOK 2

Refni Wildayati 1810531013


Ratika Wirianda 1810531019
Reza Rahma Andika 1810531020
JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS 2020


Kata Pengantar

Puji syukur disampaikan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan

dan kekuatan, sehingga makalah yang berjudul Aspek Perpajakan Koperasi ini dapat

diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan. Shalawat beserta salam semoga senantiasa

dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dan kepada Bapak Drs. Rinaldi

Munaf, MM, Ak, CPA, CA selaku dosen pembimbing pada matakuliah Perpajakan Lanjutan

kami. Penulis yakin masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini karena

keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis mengharapakan kritik

dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini. Kami harap makalah ini bias

memberikan manfaat bagi pembaca.

Padang, 02 Febuari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.....................................................................................................

B. RumusanMasalah................................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................

BAB II PENGKAJIAN.................................................................................................

BAB III LANDASAN TEORI......................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Koperasi..............................................................................................................

B. Aspek Perpajakan Koperasi................................................................................

BAB V PENUTUP.........................................................................................................

BAB VI DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Perpajakan dan Koperasi merupakan dua hal penting yang perlu dipahami. Pajak

adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib

Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk

pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. Koperasi merupakan Badan Hukum yang

menurut Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 tahun 2000 sebagai subyek pajak.

Sistem self assessment memberikan kepercayaan penuh tanggungjawab kepada wajib

pajak untuk menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan besarnya pajak terutang

sesuai dengan ketentuan. Dalam system ini diharapkan wajib pajak memiliki kesadaran

terhadap kewajibannya, kejujuran dalam menghitung pajaknya, memiliki hasrat atau

keinginan yang baik untuk membayar pajak, dan disiplin dalam menjalankan peraturan

perundang-undangan perpajakan.

Kontribusi pembayaran pajak dari Wajib Pajak berbentuk koperasi, usaha kecil dan

menengah saat ini sangat kecil dibandingkan total penerimaan pajak, padahal jumlah

koperasi, usaha kecil dan usaha menengah sangat banyak.

Oleh karena itu, kurangnya pemahaman akan ketentuan perpajakan dan kurangnya

sosialisasi dari pemerintah tentang banyaknya fasilitas perpajakan yang tujuannya mendorong

sector usaha kecil dan menengah, kemungkinan dapat menjadi penyebab rendahnya

kontribusi penerimaan pajak dari sector usaha kecil dan menengah.

4
B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan koperasi?

2. Apa saja aspek perpajakan koperasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui tentang koperasi

2. Mengetahui aspek perpajakan koperasi

5
BAB II

PENGKAJIAN

Bentuk dan jenis koperasi menurut Pasal 15 dan Pasal 16 UU Koperasi, dibedakan atas

bentuk dan jenisnya. Bentuk koperasi didasarkan atas keanggotaan, sedangkan jenis koperasi

berdasarkan dari kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi para anggotanya.

 Bentuk Koperasi terdiri dari Koperasi Primer dan Sekunder.

Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-

seorang, Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

Koperasi.

 Jenis Koperasi ditentukan oleh kesamaan aktivitas, kepentingan, dan kebutuhan

ekonomi anggotanya. Misalnya Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi Konsumen,

Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa.

Bunga simpanan koperasi adalah bunga yang diberikan pada anggota atas simpanan wajib

dan simpanan sukarela yang ia setorkan. Besaran bunga yang akan diterima telah ditentukan

berdasarkan perjanjian di awal sewaktu anggota mendaftarkan dirinya sebagai anggota

koperasi.

Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu

tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak

dalam tahun buku yang bersangkutan. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan,

dibagikan kepada anggota standing dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing

anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan

keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota. Besarnya pemupukan

dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

6
BAB III

LANDASAN TEORI

Menurut Prof. Dr. H. Rochmat Soemiro SH. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa

timbal kontra prestasi yang langsung dapat ditunjukkan dengan yang d\igunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai

pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber

utama untuk membiayai public investment.

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 berbunyi sebagai berikut:

“Pajak adalah partisipasi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang berkarakter memaksa menurut Undang-Undang, dengan tidak memperoleh

imbalan secara langsung dan digunakan untuk kebutuhan negara bagi sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.”

Menurut Richard Kohls, sebagai konsep pertama dari beberapa konsepr mendasar

yang mendasar yang membantu membedakan koperasi dari peusahaan bentuk lain adalah

kepemlikan dan pengawasan terhadap badan usaha tersebut harus dilakukan oleh mereka

yang menggunakkan jasa pelayanan badan usahanya itu.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Koperasi

Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan

orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan. Dalam pasal ini juga dijelaskan mengenai dua jenis koperasi,

yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang

didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang. Sedangkan koperasi sekunder

adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi.

Landasan dan Asas Koperasi dalam Pasal 2 Undang-Undang Perkoperasian

adalah Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta

berdasar atas asas kekeluargaan.

Pada Pasal 3 Undang-Undang Perkoperasian dipaparkan tujuan koperasi yaitu

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Fungsi dan peran Koperasi menurut Pasal 4 Undang Undang Perkoperasian:

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;.

8
b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

Prinsip Koperasi dalam Pasal 5 Undang-Undang Perkoperasian:

(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut :

a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota;

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. kemandirian.

(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip

Koperasi sebagai berikut :

a. pendidikan perkoperasian;

b. kerja sama antarkoperasi.

Dalam Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Perkoperasian dipaparkan bahwa

yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara Indonesia yang

mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang memenuhi persyaratan

sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

9
Modal Koperasi dijelaskan dalam Pasal 41 dan 42 Undang-Undang

Perkoperasian, yaitu:

o Pasal 41

(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

(2) Modal sendiri dapat berasal dari :

a. simpanan pokok;

b. simpanan wajib;

c. dana cadangan;

d. hibah.

(3) Modal pinjaman dapat berasal dari ;

a. anggota;

b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;

c. bank dan lembaga keuangan lainnya;

d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

e. sumber lain yang sah.

o Pasal 42

(1) Selain modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41, Koperasi dapat

pula melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal

penyertaan.

(2) Ketentuan mengenai pemupukan modal yang berasal dari modal

penyertaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

B. Perpajakan Koperasi

10
Dalam ketentuan perpajakan, bentuk kegiatan usaha berupa koperasi termasuk

Wajib Pajak Badan. Sesuai dengan bunyi penjelasan Pasal 2 ayat (1) huruf b Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yaitu: “Badan adalah

sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau

badan usaha milik daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi,

dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak

investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”

Pasal 3 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang

Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib

Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, menjelaskan bahwa koperasi

termasuk wajib pajak yang dikenai Pajak Penghasilan Final yang menerima atau

memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00

(empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008,

mengatur tentang jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat

final bagi koperasi paling lama yaitu 4 (empat) Tahun Pajak

Pasal 45 dalam Undang Undang Perkoperasian menjelaskan bahwa

Sisa Hasil Usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu

tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk

pajak dalam tahun buku yang bersangkutan. Selanjutnya juga dijelaskan dalam Pasal

4 ayat (1) huruf g Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, yaitu yang menjadi Objek

Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

11
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib

Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen,

dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi.

Yang tidak termasuk Objek Pajak koperasi:

 Pasal 4 ayat (3) huruf a

1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak;

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan

pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi

yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan,

atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;

 Pasal 4 ayat (3) huruf f

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik

Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada

badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan

syarat:

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

12
2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan

Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham

pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua

puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus

mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan saham tersebut;

 Pasal 23 ayat (4) huruf f dan g

Pemotongan pajak tidak dilakukan atas:

f. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.

g. bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan dengan

Keputusan Menteri Keuangan yang dibayarkan oleh koperasi kepada

anggotanya.

Kemudian, dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 dijelaskan bahwa Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi

Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk

dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

Pasal 23 ayat (1) huruf b menjelaskan kewjiban koperasi membayarkan

sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga

simpanan yang dibayarkan oleh koperasi.

Perpajakan mengenai bunga simpanan koperasi telah diatur di dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak Penghasilan atas

Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota Koperasi Orang

Pribadi. Beberapa ketentuan di dalamnya adalah sebagai berikut:

13
1. Pasal 1

Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi yang

didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak

Penghasilan yang bersifat final.

Penjelasan: Yang dimaksud dengan "penghasilan berupa bunga

simpanan" adalah imbalan berupa bunga simpanan yang diterima anggota

koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi orang

pribadi pada koperasi tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota.

Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah bunga simpanan yang

diterima anggota koperasi orang pribadi yang merupakan bagian dari sisa

hasil usaha.

Tujuan dari pengenaan pajak yang bersifat final tersebut adalah untuk

memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak dan sekaligus meningkatkan

efektivitas dan efisiensi pengenaan pajak serta mendorong berkembangnya

perkoperasian di Indonesia.

2. Pasal 2

Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah:

a. 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan

Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau

b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa

bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah)

per bulan.

Contoh perhitungan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan:

 Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp240.000,00 untuk masa Januari,

maka PPh terutang 0% x Rp240.000,00 = Rp0,00

14
 Bunga dibayarkan pada bulan Februari Rp245.000,00 untuk masa Januari,

maka PPh terutang 10% x Rp245.000,00 = Rp24.500,00

 Bunga dibayarkan pada bulan April sebesar Rp500.000,00 dengan rincian:

Bulan Januari Rp.250.000,00 Bulan Februari Rp150.000,00 Bulan Maret

Rp100.000,00. Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari

sebesar 10% x Rp250.000,00 = Rp25.000,00 dan untuk bulan Februari dan

Maret Rp0,00

3. Pasal 3

Koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota

koperasi orang pribadi, wajib memotong Pajak Penghasilan yang bersifat final

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 pada saat pembayaran.

4. Pasal 4

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemotongan, penyetoran, dan

pelaporan Pajak Penghasilan atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

kepada anggota koperasi orang pribadi diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan.

5. Pasal 5

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

Ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada Anggota

Koperasi Orang Pribadi, dijelaskan secara rinci dalam Peraturan Menteri Keuangan

Nomor 112/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan

Pajak Penghasilan atas Bunga Simpanan yang Dibayarkan oleh Koperasi kepada

Anggota Koperasi Orang Pribadi. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

15
1. Pasal 1

Atas penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi dikenai Pajak

Penghasilan yang bersifat final.

2. Pasal 2

Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah:

a. 0% (nol persen) untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan

Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah) per bulan; atau

b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa

bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu rupiah)

per bulan.

3. Pasal 3

Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib dipotong

oleh koperasi yang melakukan pembayaran bunga simpanan kepada anggota

koperasi orang pribadi pada saat pembayaran.

4. Pasal 4

(1) Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib memberikan tanda bukti

pemotongan Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2) kepada Wajib Pajak

orang pribadi yang dipotong Pajak Penghasilan setiap melakukan pemotongan.

(2) Kewajiban memberikan tanda bukti pemotongan Pajak Penghasilan Final

Pasal 4 ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetap dilakukan terhadap

penghasilan dari bunga simpanan yang dikenai tarif pemotongan sebesar 0%

(nol persen).

5. Pasal 5

16
(1) Pajak Penghasilan yang telah dipotong oleh koperasi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 wajib disetor ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank yang

ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan

berikutnya setelah masa pajak berakhir.

(2) Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,

penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

(3) Penyetoran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan menggunakan Surat Setoran Pajak.

6. Pasal 6

(1) Koperasi wajib menyampaikan laporan tentang pemotongan dan penyetoran

Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5 paling

lama 20 (dua puluh) hari setelah masa pajak berakhir.

(2) Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,

pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. 

(3) Pelaporan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final

Pasal 4 ayat (2).

7. Pasal 7

Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 522/KMK.04/1998 tentang Batas Bunga Simpanan

Anggota Koperasi yang Tidak Dipotong Pajak Penghasilan, dicabut dan

dinyatakan tidak berlaku.

8. Pasal 8

17
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

Keterangan : ditetapkan 14 Juni 2010

18
BAB V

PENUTUP

Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi berlandaskan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan. Tujuan

koperasi yaitu bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945.

Koperasi termasuk Wajib Pajak Badan, yang dikenai Pajak Penghasilan Final jika

menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi

Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

Jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final bagi koperasi paling

lama yaitu 4 (empat) Tahun Pajak. Kewjiban koperasi membayarkan sebesar 15% (lima belas

persen) dari jumlah bruto dan bersifat final atas bunga simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi.

Besarnya Pajak Penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi

yang didirikan di Indonesia kepada anggota koperasi orang pribadi adalah 0% (nol persen)

untuk penghasilan berupa bunga simpanan sampai dengan Rp240.000,00 (dua ratus empat

puluh ribu rupiah) per bulan, atau 10% (sepuluh persen) dari jumlah bruto bunga untuk

penghasilan berupa bunga simpanan lebih dari Rp240.000,00 (dua ratus empat puluh ribu

rupiah) per bulan.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1992/25TAHUN~1992UU.htm. Diakses pada 2 Februari

2020 pukul 14:20 WIB.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/4929. Diakses pada 2 Februari 2020 pukul

(14.39)

http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2010/112~PMK.03~2010Per.HTM. Diakses pada 2

Februari 2020 pukul 14:14 WIB.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/44968/uu-no-17-tahun-2000. Diakses pada 3

Februari 2020 pukul 19:22 WIB.

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/82680/pp-no-23-tahun-2018. Diakses

pada 3 Februari 2020 pukul 21:23 WIB.

Djanika, Sri. 2003. Ekonomi Koperasi: Teori dan Manajemen. Jakarta: Salemba Empat

20

Anda mungkin juga menyukai