Oleh:
2020
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMATEMESIS MELENA
Oleh :
Pembimbing Akademik
(............................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMATEMESIS MELENA
A. Konsep Teori
1. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran tinja yang
berwarna hitam seperti teh yang mengandung darah dari pencernaan. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antar darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti
(bekuan/gumpalan atau cairan berwarna merah cerah) atau berubah karena enzim
dan asam lambung, menjadi kecoklatan dan berbentuk seperti butiran kopi.
Memuntahkan sedikit darah dengan warna yang telah berubah adalah gambaran
nonspesifik dari muntah berulang dan tidak selalu menandakan perdarahan saluran
pencernaan atas yang signifikan. Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan
hitam seperti aspal, dengan bau yang khas, yang lengket dan menunjukkan
perdarahan saluran pencernaan atas serta dicernanya darah pada usus halus (Davey,
2005).
Melena adalah keluarnya feses berwarna hitam per rektal yang mengandung
campuran darah, biasanya disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace &
Borley, 2007).
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan
dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari
konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya
biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005 ).
(SCBA) yang termasuk dalam keadaan gawat darurat yang dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, atau ulkus peptikum. (Arief Mansjoer,
2000 : 634)
2. Etiologi
dan lain-lain.
e. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal perdarahan saluran makan
alkohol, dan lai-lain. Penting sekali menentukan penyebab dan tempat asal
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke
dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
mempersiapkan nya untuk diasimilasi tubuh. Selain itu mulut memuat gigi untuk
mengunyah makanan, dan lidah yang membantu untuk cita rasa dan menelan.
(membran mukosa), dari bibir sampai ujung akhir esofagus, ditambah lapisan-
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
1) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan
gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah
Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah
protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
2) Tenggorokan ( Faring)
dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil
( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
3) Kerongkongan (Esofagus)
(Syaifudin. 2006)
4) Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan
a) Lendir
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak
di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah
yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. (Syaifudin. 2006)
6) Usus besar
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus
besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini
penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB) (Kus.
2004)
melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
10) Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
11) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
pencernaan dan berakhir sampai sisa-sisa zat makanan dikeluarkan dari organ
menimbulkan sensasi rasa dan secara refleks akan memicu sekresi saliva. Di
dalam saliva terkandung protein air liur seperti amilase, mukus, dan lisozim.
Tahap orofaring: berlangsung sekitar satu detik. Pada tahap ini bolus
1 liter
pilorus.
dalam makanan.
Apabila tidak ada faktor intrinsik, maka vitamin B12 tidak dapat
diserap.
5. Sekresi Gastrin
Organ pencernaan yang terakhir adalah usus besar yang terdiri dari
kolon, sekum, apendiks, dan rektum. Dalam keadaan normal kolon menerima
500 ml kimus dari usus halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon
terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna, komponen empedu yang
tidak diserap, dan sisa cairan. Zat-zat yang tersisa untuk dieliminasi merupakan
feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan feses sebelum
sfingter anus internus (terdiri dari otot polos) untuk melemas dan rektum serta
kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat. Apabila sfingter anus eksternus
(terdiri dari otot rangka) juga melemas maka akan terjadi defekasi. Peregangan
awal di dinding rektum menimbulkan rasa ingin buang air besar. Ketika terjaid
simultan otot-otot abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotis dalam posisi
varises.
yang berat disertai adanya bekuan dan pengobatan syok refrakter meningkatkan
riwayat perdarahan saluran cerna bagian atas singkat berulang (sering disertai
2005).
darah (coagulopathy) seperti pada hemophilia, sirosis hati dan lain-lain. Malahan
hati.
Khusus pada pecahnya varises esophagus ada 2 teori, yaitu teori erosi yaitu
pecahnya pembuluh darah karena erosi dari makanan yang kasar (berserat tinngi
dan kasar), atau minum OAINS (NSAID), dan teori erupsi karena tekanan vena
porta yang terlalu tinggi, yang dapat pula dicetuskan oleh peningkatan tekanan
intra abdomen yang tiba-tiba seperti pada mengejan, mengangkat barang berat, dan
lain-lain.
Dapat pula secara sekunder, seperti pada kegagalan hati, uremia, DIC, dan
MK : Nyeri MK:
Akut Resiko
syok
MK : Resiko
ketidakseimbangan
cairan
kurang
MK :
pengetahuan
Intoleransi
aktivitas
MK : Resiko
ketidakseimbangan MK :
cairan Ansietas
5. Manifestasi klinik
a. Gelisah
f. Rasa kembung
6. Komplikasi
c. Aspirasi pneumoni (infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk saluran
napas)
(Mubin, 2006)
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi
gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
2) Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama Na,K,Ca
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan fisik
Anemia
Demam
2) Pemeriksaan khusus
Colon rektal
Rektosigmoideskopi
Barium enema
Barium meal
3) Pemeriksaan laboratorium
LED
Hipokalsemia
Avitaminosis D
4) Radiologis
5) Kolonoskopi
8. Penatalaksanaan medis
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti
dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan
3) Infus cairan langsung dipasang & diberilan larutan garam fisiologis slama
8) Dilakukan klisma atau lavemen dgn air biasa disertai pemberian antibiotika
yg tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi usus. Tindakan ini
Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan lambung,
perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan berulang kali
memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna jernih dan
bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan endoskopi
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus akan
varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot
polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati
ikutan yang dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan. Beberapa peneliti
tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang
f. Tindakan operasi
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi
sebagai berikut :
b) Diathermy coagulation
c) Adrenalin injection
B. Konsep asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-laki
maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal MRS,
dan Diagnosa medis
2. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang datang
secara tiba-tiba .
b. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis
hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian
atas, riwayat penyakit darah (misal : DM), riwayat penggunaan
obatulserorgenik, kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup /
kebiasaan makan).
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan
makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain
4. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat
ulseroge
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah,
kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus dalam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicerna
c. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein (hydroprotein)
yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa kelemahan otot
dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari termasuk pekerjaan harus dibatasi
atau harus berhenti bekerja
d. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BAB terjadi
konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti petis,
konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan konsistensi pekat.
e. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus, perut
membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
f. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula.
g. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido
dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada siklus
haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi pasien
sebagai pasangan suami dan istri.
h. Pola penaggulangan stres
Biasanya dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi masalahnya
namun sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya maka dapat destruktif
lingkungan sekitarnya.
i. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangan
nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna,
mual, muntah, kembung.
b. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
c. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
d. Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritus perifer.
e. Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat tak jelas.
f. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites),
penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap
pekat, diare / konstipasi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma)
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
6. Resiko syok ditandai dengan hipoksia
7. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan asites
B. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
nyeri berkurang sampai hilang
Standar Luaran
Tingkat nyeri
Keluhan nyeri 1 2 3 4 5
Meringis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Intervensi
Manajemen nyeri :
Observasi :
1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2.Identifikasi skala nyeri
3.Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
4.Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapeutik :
1.Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri (ex terapi musik, terapi
pijat, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2.Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3.Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
1.Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2.Jelaskan strategi meredakan nyeri
3.Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status cairan membaik.
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Intervensi:
Manajemen Hipovolemia
Observasi :
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified Trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCL,RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCL 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan defisit
nutrisi dapat teratasi
Standar Luaran
Status nutrisi
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Porsi makanan 1 2 3 4 5
yang
dihabiskan
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
mengunyah
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
menelan
Intervensi
Manajemen nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi perlunya penggunaan selang NGT
4. Monitor asupan makanan
5. Monitor berat badan
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Hentikan pemberian makanan melalui selang NGT jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
intoleransi aktivitas dapat berkurang
SLKI
Toleransi aktivitas
Kriteria Hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningka Menurun
t
Keluhan lelah 1 2 3 4 5
Dispnea saat 1 2 3 4 5
aktivitas
Dispnea 1 2 3 4 5
setelah
aktivitas
Intervensi
Manajemen energi
Observasi
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
1. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
2. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda gejala keluhan tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam ansietas menurun.
SLKI
Tingkat Ansietas
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Tingkat 1 2 3 4 5
kesadaran
Intervensi
Pencegahan syok
Observasi :
1. Monitor status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi, frekuensi napa,
TD.MAP)
2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
Terapeutik :
1. Berikan oksigenasi untuk mempertahankan saturasi oksigen <94%
2. Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis, jika perlu
3. Pasang jalur IV, jika perlu
4. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine, jika perlu
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab/faktor resiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
7. Resiko ketidakseimbangan cairan ditandai dengan asites
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam ketidakseimbangan
cairan tidak terjadi .
SLKI
Keseimbangan cairan
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Kelembapan 1 2 3 4 5
mukosa
Asupan 1 2 3 4 5
makanan
Intervensi
Manajemen Cairan
Observasi :
1. Monitor status hidrasi (mis. Frekuensi nadi, kekuatan nadi, aklral, pengisian
kapiler, kelembepan mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
2. Monitor BB harian
3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis. Hematokrit, Na, K, CI, berat jenis
urine, BUN)
5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik :
1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan IV, jika perlu
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1(3rd ed.). Jakarta: Media.
Aesculapius.
Nurari. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorrain M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses- proses
Penyakit, edisi 6, Jakarta: EGC.
Sylvia, A Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.Edisi
6.Jakarta : EGC