Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
MANAJEMEN SUPERVISI AKADEMIK
UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU

A. Landasan Theologis
Tesis ini disusun atas dasar :
1. Al Qur’an
a. Tentang Subyek Pendidikan
1) Ar Rahman ayat 1-4
َ َ‫) َخل‬٢( َ‫) عَلَّ َم ْالقُرْ ٰان‬١( ُ‫اَلرَّحْ مٰ ن‬
)٤( َ‫) عَلَّ َمهُ ْالبَيَان‬٣( َ‫ق ااْل ِ ْن َسان‬
Yang artinya: 
1. (Allah) Yang Maha Pengasih, 2. Yang telah mengajar-
kan Al Qur’an. 3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajar-
nya pandai berbicara.

2) Surah Luqman ayat 13

َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َّ َ‫ال لُ ْقمٰ ُن اِل ْبنِ ِه َوهُ َو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬
‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِالل ۖ ِهإ ِ َّن‬
‫ال ِّشرْ كَ لَظُ ْل ٌم َع ِظي ٌم‬
Yang artinya: 
”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku,
janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedzaliman
yang besar”.

b. Tentang Pendidik
1) Surah Al Kahf ayat 66

‫مِم‬
َ ‫َن تُ َع لِّ َم نِ َّ ا عُ لِّ ْم‬
‫ت ُر ْش ًد‬ َ ُ‫وس ٰى َه ْل أَتَّ بِع‬
ْ ‫ك َع لَ ٰى أ‬ َ ‫ال لَ هُ ُم‬
َ َ‫ق‬
Yang artinya: 
”Musa berkata kepadanya,“Bolehkah aku mengikutimu
agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar)
yang telah diaarkan kepadamu (untuk menjadi)
petunjuk?”

14
15
15

2) Surah ‘Abasa ayat 1-3


َ ‫) َو َما يُ ْد ِر ْي‬٢( ‫) أَ ْن َجا َءهُ األ ْعمٰ ى‬١( U‫س َوتَ َو ٰلّى‬
)٣( ‫ك لَ َعلَّهُ يَ َّز ٰ ّكى‬ َ َ‫َعب‬

Yang artinya: 
“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpa-
ling. Karena telah datang seorang buta kepadanya. Dan
tahukah engkau (Muhammad) barangkali ia ingin
mensucikan dirinya (dari dosa)”. (QS. 80: 1 – 3)

2. Al Hadits
a. Tentang Peserta Didik
1) Memberikan kemudahan kepada peserta didik
)‫ يَ ِّسرُوا َوالَ تُ َع ِّسرُوا َوبَ ِّشرُوا َوالَ تُنَفَّرُوا (البخارى‬:‫ال‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
َ َ‫م ق‬.‫س ع َِن النَّبِ ِي ص‬

Dari Anas ra. dari Nabi Saw beliau bersabda: ”Mudahkan-


lah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan
membuat mereka takut”. (HR. Bukhari)
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bias
mengulang pelajaran

‫ َواِ َذا اَتَى‬,‫ َكا َن اِ َذا تَ َكلَّ َم بِ َكلِ َم ٍة اَ َع َاد َها ثَالَ ثًا‬.‫س َع ِن النَّيِب ِّ ص م‬
ٍ َ‫َع ْن اَن‬
)‫ (البخارى‬.‫َق ْو َم فَ َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم َسلَّ َم َعلَْي ِه ْم ثَالَ ثًا‬
Dari Anas Ra, dari Nabi Saw: "Sesungguhnya Nabi Saw.
jika berbicara dengan suatu kalimat maka beliau meng-
ulanginya tiga kali, dan jika mendatangi suatu kaum, lalu
mengucapkan salam kepada mereka, maka beliau meng-
ucapkannya tiga kali”.
3) Memperlakukan peserta didik dengan penuh kasih sayang

َ‫اعائِ َشة‬
َ َ‫ ي‬... .‫ال رسول اهلل ص م‬ َ َ‫ ق‬: ‫َع ْن َعائِ َشةَ رضي اهللُ َعْن َها‬
ِ ِ ِّ ِ‫ك ب‬ ِ ‫َعلَي‬
)‫ش (البخاري‬ َ ‫الرفْ ِق َوايَّاك َوالْ َعْن‬
َ ‫ف َوالْ َف ْح‬ ْ
Dari ‘Aisyah r.a: Rasulullah saw bersabda: …..Ya ‘Aisyah
hendaklah kamu bersikap kasih sayang dan hati-hatilah
terhadap sikap kejam dan keji”. (H.R Bukhari)
16

4) Peserta didik harus diarahkan kepada kebenaran jika


melakukan kesalahan
َ ‫ ٰيا َ ْغالَ ُم َس ِّم هللاَ َو ُكلْ بِيَ ِم ْينِ ْيكَ َو ُكلْ ِم َّما يَلِ ْي‬: .‫قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص م‬
‫ك‬
)‫(البخاري والمسلم‬

Rasulullah saw bersabda: “Hai anak, sebutlah nama Allah


(sebelum makan) dan makanlah dengan tangan kanan serta
makanlah dulu apa yang ada di dekatmu”. (H.R Bukhari
dan Muslim)
5) Peserta didik harus didik sesuai usia dan kemampuan
mereka

)‫ اَِّدبُوا اَْوالَ َد ُك ْم بَِق ْد ِر عُ ُق ْوهِلِ ْم (احلديث‬: .‫اهلل ص م‬


ِ ‫ال رسو ُل‬
ْ ُ َ َ َ‫ق‬
Rasulullah saw bersabda: “Didiklah anak-anakmu sesuai
dengan kemampuan akal mereka”. (al-Hadis)

b. Tentang Pendidik
1) Pendidik sebagai perencana dan pengatur proses pendidik-
an, seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam salat

‫صفُوْ فَ ُك ْم فَا ِ َّن‬


ُ ‫ َس ُّووا‬:‫ قَا َل‬.‫ع َْن اَنَسْ بِ ْن َمالِ ْك ع َِن النَّبِ ِّي ص م‬
)‫صالَ ِة (البخاري‬ ِ ْ‫تَس ِْويَةَ الصُّ فُو‬
َّ ‫ف ِم ْن اِقَا َم ِة ال‬

Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskan


dan rapatkan (barisan salat kalian), karena ketertiban
barisan dalam salat merupakan bagian dari mendirikan
(kesempurnaan) salat”. (H.R Bukhari)
2) Pendidik sebagai pelaksana kegiatan pendidikan

َ َ‫ ق‬:‫ال‬
‫ال َرسُوْ ُل‬ َ َ‫ث رضي هللا عنه ق‬ ِ ‫ك ب ِْن ْالح َُوي ِْر‬
ِ ِ‫َوع َْن َمال‬
َ ُ‫صلُّوا َك َما َراَ ْيتُ ُموْ نِ ْي ا‬
)‫صلِّ ْي (البخاري‬ َ .‫هللاِ ص م‬
Dari Malik bin Huwairis r.a berkata: Rasululah saw
bersabda: “Salatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku
salat”. (H.R Bukhari)
17

3) Pendidik sebagai pengevaluasi proses pendidikan

,‫قال لي رسول هللا ص م‬:‫عن عبدهللا رضي هللا عنه قال‬


‫اقراه عليك وعليك (اقرا علي) هللا عليه وسلم انز؟‬:‫فقلت‬
‫فقرات عليه حتى اذا‬,‫اني احب ان اسمعه من غيري‬:‫قال‬
... ‫بلغت فكيف اذا جئنا من كل امة بشهيد وجئنا بك‬
‫(احمد) على هﺅالء شهيدا‬.

Dari Abdullah r.a, rasulullah saw bersabda: rasul bersabda


kepadaku: “Bacalah al-Quran untukku. ”saya berkata:
”apakah aku akan membacakan al-quran untukmu,
sedangkan al-quran ini turun kepadamu?” Beliau
bersabda: “sesungguhnya aku senang mendengarkan
(bacaan al-quran) dari orang lain. “saya pun membacanya
sampai ketika tiba pada ayat: Fakaifa ‘idzaa ji’naa min
kulli ummatin bisyahidiin waji’na bika ‘alaa haa-‘ulaai
syahiida” ia berkata: saya melihat kedua mata beliau
bercucuran air mata. (H.R Ahmad).

B. Landasan Teoritis
1. Supervisi Pendidikan
a. Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara morfologi supervisi berasal dari dua kata yaitu super dan
vision, super berarti di atas dan vision berarti melihat. Kata supervisi
masih setara dengan istilah inspeksi, pengawasan, penilaian yang
dilakukan oleh atasan atau pemimpin kepada orang yang di bawahnya
atau yang dipimpin.
Secara sematik supervisi pendidikan berarti usaha dari pimpinan
satuan pendidikan untuk melakukan pembinaan ke arah perbaikan
situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar
dan belajar pada khususnya.
18

Dalam Carter Good’s Dictionary of Education daalam Mulyasa,


(2017:239) definisi supervisi adalah :
Segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru-guru dan
tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran;
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkem-
bangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan-
tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode
mengajar serta evaluasi pengajaran.

Menurut Ross L dalam Rachmawati dan Daryanto, (2015: 3),


supervisi adalah “pelayanan kepada guru-guru yang bertujuan
menghasilkan perbaikan pengajaran, pembelajaran dan kurikulum”.
Ross L memandang supervisi sebagai pelayanan kepada guru-guru
yang bertujuan menghasilkan perbaikan.
Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan,
dalam Nurdin & Sutarsih, (2015: 313), mendefinisikan supervisi
pendidikan sebagai
segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru untuk
berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu
lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki
dan me-nyempurnakan proses belajar mengajar.

Sedangkan, supervisi menurut Mulyasa (2017:241), Pada hake-


katnya mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu
pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan profesio-
nal personel, perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran
akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan peserta
didik .

Hal ini sejalan dengan pendapat Purwanto (2017:76) yang


menyatakan bahwa, “supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang
direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya
dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”, dan sesuai dengan
apa yang dikemukakan oleh Burton dalam bukunya, Supervision a
Social Process”, “Supervision is an expert technical service primarily
aimed at studying and improving co-operatively all factors which
affect child growth and development”.
19

Dengan demikian rumusan Burton, dalam Purwanto (2017 : 77-


78) dekemukakan sebagai berikut :
(1) supervisi yang baik mengarahkan perhatian kepada dasar-
dasar pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya
dalam pencapaian tujuan umum pendidikan; (2) tujuan supervisi
adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar-mengajar
secara total, tetapi juga termasuk peningkatan sarana-prasarana
yang menunjang kegiatan belajar, pengetahuan dan keterampilan
guru dalam pelaksanaan pembelajaran; (3) fokusnya pada
setting for learning, bukan pada seseorang baik pendidik dan
tenaga kependidikan atau sekelompok orang.

Selanjutnya Burton dan Brueckner dalam Purwanto (2017:79)


mengemukakan, “ada lima tipe supervisi, yaitu Inspeksi, Laissez-
faire, Coercive, Training dan Guidance serta Democratic
Leadership”, dengan penjelasannya sebagai berikut :
1) Supervisi sebagai inspeksi
Dalam administrasi dan kepemimpinan yang otokratis, supervisi
berarti inspeksi yang dilakukan oleh orang yang kemudian
disebut inspektur. Inspeksi bukanlah suatu pengawasan yang
bertujuan membantu guru untuk mengembangkan kemampuan-
nya sebagai seorang pendidik dan pengajar. Inspeksi semata-
mata menilai konduite baik-buruknya seorang guru melaksana-
kan apa yang diinstruksikan oleh atasan atau kepala sekolah.
Guru tidak diberi keleluasaan untuk menyampaikan pendapat
tentang permasalahan yang dihadapinya.
2) Supervisi sebagai Laissez faire
Kepengawasan laissez faire adalah tipe kepengawasan yang
sama sekali tidak konstruktif. Tipe kepengawasan ini membiar-
kan guru untuk melaksanakan tugasnya sekehendak hatinya
tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Pengawasan tipe ini
sangat lemah dan tidak bertanggung jawab, karena kepala
sekolah dalam tipe ini sama sekali tidak memberikan bantuan,
bimbingan dan pembinaan kepada guru yang diawasi.
20

3) Supervisi sebagai Coercive Supervision


Mirip dengan kepengawasan tipe inspeksi, tipe kepengawasan
ini juga bersifat otoriter. Pada kepengawasan tipe Coercive
Supervision, pengawas memaksakan segala sesuatu yang
dianggapnya baik dan benar menurut pendapatnya sendiri.
Pendapat dan inisiatif guru tidak menjadi bahan pertimbangan,
yang penting guru harus tunduk dan mengikuti petunjuk-
petunjuk yang dianggap paling baik dan benar oleh supervisor.
4) Supervisi sebagai Latihan Bimbingan ( Training and Guidance)
Tipe supervisi Training and Guidance berpandangan bahwa
pendidikan merupakan proses pertumbuhan bimbingan dan
beranggapan bahwa guru-guru selama pendidikannya sudah
mendapatkan pendidikan pre-service di sekolah guru, sehingga
supervisi yang dilakukan ditujukan utuk melatih (to train) dan
memberi bimbingan (to guide).
5) Supervisi sebagai Kepengawasan yang Demokrasi (Democratic
Leadership)
Pada kepemimpinan demokratis, supervisi dilaksanakan secara
demokratis pula. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
kepala sekolah selaku supervisor harus mampu menemukan cara
bekerja secara kooperatif yang efektif. Kemajuan dalam situasi
belajar siswa tidak hanya dicapai dengan memusatkan perhatian
kepada teknik-teknik mengajar semata. Karena mengajar adalah
hasil dari keseluruhan pengalaman yang diperoleh guru, maka
kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu mengembang-
kan program sekolah, memperkaya lingkungan bagi semua guru,
memperoleh sumber-sumber yang memungkinkan pertumbuhan
invidual maupun kelompok dalam wawasan dan keterampilan
mereka.
21

Menurut Glickman dalm Rachmawati dan Daryanto, (2015: 36),


“supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
untuk mengembangkan keahliannya mengelola proses pembelajaran
demi tercapainya tujuan pembelajaran”. Sedangkan menurut Mulyasa,
(2017: 249), menyatakan bahwa, “supervisi akademik adalah bantuan
profesional kepada guru, melalui siklus perencanaan yang sistematis,
pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera”.

b. Pendekatan dan Teknik Supervisi Akademik


1) Pendekatan Supervisi Akademik
Pendekatan menurut Badan Pengembangan dan Pembina-
an Bahasa, (2016) adalah cara atau perbuatan untuk mendekat-
kan diri kepada suat objek atau langkah-langkah menuju objek.
Dalam hal ini pendekatan supervisi akademik adalah strategi
untuk melakukan kegiatan supervisi akademik.
Pendekatan supervisi akademik menurut Sujana (2002)
dapat dilaksanakan dengan dua cara atau pendekatan, yaitu
pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak
langsung (indirect contact). Satu pendekatan supervisi akademik
lain menurut Abinal (2014) adalah pendekatan kolaboratif.
Pendekatan langsung dapat disebut dengan pendekatan
tatap muka, sementara pendekatan tidak langsung menggunakan
perantara, seperti melalui surat menyurat, media massa, media
elekronik, radio, kaset, internet dan lain-lain. Sedangkan
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan supervisi yang dilaku-
kan oleh sesama guru, dengan uraian dan penjelasan sebagai
berikut:
(a) Pendekatan langsung (direktif),
22

yaitu cara pendekatan terhadap masalah yang bersifat


langsung. Kepala sekolah memberikan arahan langsung
kepada pendidik. Sudah tentu pengaruh perilaku kepala
sekolah lebih dominan.
(b) Pendekatan tidak langsung (non-direktif),
yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang meng-
gunakan media perantara. Perilaku kepala sekolah dalam
pendekatan non-direktif adalah: mendengarkan, memberi
penguatan, men-jelaskan, menyajikan, dan memecahkan
masalah.
(c) Pendekatan kolaboratif,
yaitu pendekatan yang menekankan prinsip bahwa sesama
guru bertanggung jawab terhadap pertumbuhan profesio-
nal, belajar kooperatif dan secara kolega, serta saling
bekerja sama.
Selain ke-3 pendekatan supervisi akademik tersebut, ter-
dapat 3 pendekatan lain dalam supervisi akademik menurut
Achecon, Keith A, at al, (1997) seperti dikutip dalam Kemen-
terian Pendidikan dan Kebudayaan, (2014: 78) adalah:
(1) Pendekatan Scientific,
didasarkan atas data (hasil pengamatan dan pencatatan
yang teliti, objektif dan valid) untuk selanjutnya diambil
langkah perbaikan yang diperlukan.
(2) Pendekatan Artistic,
dilakukan secara tidak langsung pada persoalan (to the
point) tetapi kepala sekolah menggunakan seni tertentu.
Pendekatan artistik merekomendasikan agar kepala seko-
lah turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan
pengajaran yang dilakukan oleh guru, dengan langkah-
langkah pendekatan sebagai barikut : (a) ketika hendak
berangkat ke lapangan, kepala sekolah tidak boleh mem-
23

punyai pretensi apa pun tentang pengajaran yang akan


diamati, (b) melakukan pengamatan terhadap guru dengan
cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang, (c)
memberikan interpretasi atas hasil pengamatan seca-ra
formal, setelah pengajaran selesai, (d) menyusun hasil
interpretasi dalam bentuk narasi, (e) menyampaikan hasil
interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru, dan (f)
menerima umpan balik dari guru terhadap pengamatan
yang telah dilakukan.
(c) Pendekatan Clinic (klinis),
didasarkan atas diagnosis kekurangan, kelemahan/ penya-
kit. Dalam pelaksanaan supervisi lebih menekankan pada
mencari penyebab kelemahan yang terjadi pada proses
pembelajaran sekaligus mencarikan solusi atau jalan
keluar untuk mengatasi permasalahan dan langkah per-
baikan selanjutnya, seirama dengan pendapat Richard
Waller dalam Purwanto (2017: 91), yang menyatakan
bahwa :
“Clinical supervision may be defined as supervision
focused upon the improvement of instruction by
means of systematic cycles of planning, observation
and intensive intellectual analysis of actual teaching
performances in the interest of rational modific-
ation”. (hasil terjemahan bebas :Supervisi klinis
adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pengajaran melalui siklus yang sistematis dari tahap
perencanaan, pengamatan, dan analisis intelektual
yang intensif terhadap penampilan mengajar sebe-
narnya dengan tujuan untuk mengadakan modifika-
si yang rasional).

Sedangkan Keith Acheson dan Meredith D. Gall dalam


Purwanto (2017: 91) mendefenisikan supervisi klinis seba-
gai “suatu proses membantu guru memperkecil ketidak-
24

sesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku mengajar yang


nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal”.
Langkah-langkah supervisi klinis menurut Kemdikbud,
(2014) adalah sebagai berikut:
(1) Tahap Pertemuan Awal
Pertemuan awal, menurut Quiroz, (2015) disebut
juga dengan preobservation conference atau planing
conference, bertujuan agar : (a) kepala sekolah dan guru
bersama-sama mengembangkan kerangka kerja observasi
kelas yang akan dilaksanakan, (b) Guru yang akan disu-
pervisi menyiapkan RPP, (c) kepala sekolah sebagai
supervisor mempelajari, memahami tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, menetapkan waktu dan tempat pelak-
sanaan supervisi proses pelaksanaan pembelajaran, dan
menentukan aspek-aspek yang akan diobservasi dan cara
mengobservasinya, (d) hasil akhir pertemuan awal adalah
kesepakatan (contract) kerja antara kepala sekolah dan
guru.
Tujuan supervisi klinis dapat dicapai apabila dalam
pertemuan awal tercipta kerja sama, hubungan kemanusia-
an dan komunikasi yang baik antara kepala sekolah seba-
gai supervisor dengan guru yang akan disupervisi, dan
kualitas hubungan yang baik antara kepala sekolah dan
guru akan berdampak secara signifikan terhadap kesukses-
an tahap berikut-nya dalam proses supervisi klinis.
Beberapa kegiatan teknis yang penting diperhatikan
dan dilaksanakan dalam pertemuan awal ini, yaitu: (1)
menciptakan hubungan yang akrab dan terbuka antara
kepala sekolah dan guru, (2) mengidentifikasi hal yang
perlu dikembangkan guru dalam proses pembelajaran, (3)
menerjemahkan permasalahan guru dalam perilaku yang
25

bisa diobservasi, (4) menentukan langkah-langkah untuk


memperbaiki proses pembelajaran guru, (5) membantu
guru menentukan tujuan perbaikannya sendiri, (6) menen-
tukan waktu pelaksanaan dan instrumen observasi kelas,
dan (7) memperjelas konteks proses pembelajaran dan
menentukan data apa yang akan peroleh.
(2) Tahap Observasi Pembelajaran
Tahap kedua dalam proses supervisi klinis menurut
Quiroz (2015) adalah
mengamati proses pembelajaran secara sistematis
dan objektif, dimana super-visor mengamati guru
mengajar sebagaimana digariskan dalam RPP,
aspek-aspek yang akan diobservasi harus sesuai
dengan hasil diskusi antara kepala sekolah dan guru
pada pertemuan awal.

(3) Tahap Pertemuan Balikan


Pertemuan balikan atau pertemuan pemberian um-
pan balik dilakukan segera setelah melaksanakan ob-er-
vasi proses pembelajaran, dengan ketentuan bahwa hasil
observasi sudah dianali-sis terlebih dahulu. Tujuan utama
pertemuan balikan adalah bersama-sama membahas hasil
pengamatan proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh
kepala sekolah.
Inti pembicaraan dalam pertemuan balikan difokus-
kan pada identifikasi dan analisis persamaan dan perbe-
daan antara perilaku guru dan murid yang diharapkan
dengan perilaku aktual guru dan murid, serta membuat
keputusan tentang apa dan bagaimana langkah seharusnya
diambil untuk menindak-lanjuti perbedaan tersebut.
Ada lima manfaat pertemuan balikan bagi guru
menurut Goldhammer, Anderson, & Krajewski, (1981),
yaitu:
26

(1) guru bisa termotivasi dalam pekerjaan dengan


diberikannya penguatan dan kepuasan; (2) kepala
sekolah dan guru dapat bersama-sama mendefini-
sikan secara tepat isu-isu dalam pengajaran; (3) bila
perlu dan memungkinkan, kepala sekolah dapat
mengintervensi secara langsung untuk mem-berikan
bantuan didaktis dan bimbingan bagi guru; (4) guru
bisa dilatih untuk melakukan supervisi terhadap
dirinya sendiri; dan (5) guru bisa diberi pengetahuan
tambahan untuk dapat memperbaiki dan meningkat-
kan kemampuan analisis diri secara profesional pada
masa yang akan datang.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat ditarik sebuah


kesimpulan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan yang
dilakukan supervisor bertujuan membantu guru mengembang-
kan keahlian dan keterampilannya dalam proses pembelajaran di
kelas.

2) Teknik Supervisi Akademik


Teknik supervisi adalah cara spesifik yang digunakan oleh
supervisor untuk mencapai tujuan supervisi yang pada akhirnya
dapat melakukan perbaikan proses pembelajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi.
Menurut Gwyn seperti dikutip dalam Kementerian Pendi-
dikan Nasional, (2010:23), ada dua macam teknik supervisi
akademik, yaitu: individual dan kelompok (Kemdiknas, 2010b).
(a) Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi
yang dilakukan terhadap guru secara perorangan. Super-
visor berhadapan dengan seorang guru untuk mengetahui
kualitas proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
tersebut. Teknik supervisi individual ini dapat dilakukan
dengan lima cara, yaitu kunjungan kelas, observasi kelas,
pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai
27

diri sendiri. Berikut uraian ke-5 macam teknik supervisi


individual.
(1) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh
kepala sekolah sebagai supervisor untuk mengamati proses
pembel-ajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong
guru meng-atasi kesulitan dan masalah di dalam kelas.
Kunjungan kelas dapat dilaksanakan: dengan atau
tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada guru yang
hendak disupervisi, tergantung sifat tujuan dan masalah-
nya, atas permintaan guru yang akan disupervisi, bila ins-
trumen atau catatan-catatan sudah disiapkan, dan setelah
menentukan tujuan kunjungan kelas.
Ada empat tahap dalam melaksanakan kunjungan
kelas.
(a) Tahap persiapan (Pra Observasi/Pertemuan Awal)
Pada tahap ini, kepala sekolah merencanakan waktu
dan sasaran, menyiapkan instrumen, dan cara meng-
observasi proses pembelajaran. Tahapan ini dimak-
sudkan untuk : (1) menciptakan suasana akrab deng-
an guru; (2) membahas persiapan yang dibuat oleh
guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek
yang menjadi fokus pengamatan, dan (3) menyepa-
kati instrumen observasi yang akan diguna-kan.
(b) Tahap pengamatan selama kunjungan (Observasi/
Pengamatan Pembelajaran).
Pada tahap ini, kepala sekolah mengimplementasi-
kan perencanaan supervisi akademik, yaitu meng-
amati jalannya proses pembelajaran. Hal yang perlu
diperhatikan kepala sekolah adalah : (1) pengamatan
difokuskan pada aspek yang telah disepakati; (2)
28

menggunakan instrumen observasi; (3) disamping


instrumen perlu dibuat cacatan (fieldnotes); catatan
observasi meliputi perilaku guru dan siswa; dan (4)
tidak mengganggu proses pembelajaran.
(c) Tahap akhir kunjungan. (Pasca Observasi/Perte-
muan Balikan).
Pada tahap ini, kepala sekolah bersama guru meng-
adakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil
observasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
kepala sekolah pada tahap ini adalah : (1) dilaksana-
kan segera setelah observasi; (2) tanyakan bagaima-
na pendapat guru mengenai proses pembelajaran
yang baru saja berlangsung; tunjukan data hasil
observasi (instrumen dan catatan); (3) beri kesem-
patan guru mencermati dan menganalisisnya; (4)
diskusikan secara terbuka hasil observasi terutama
pada aspek yang telah disepakai atau dikontrak
(berikan penguatan terhadap penampilan guru, hin-
dari kesan menyalahkan, dan sahakan guru mene-
mukan sendiri kekurangannya); berikan dorongan
moral bahwa guru mampu memperbaiki kekurang-
annya; tentukan bersama rencana pembelajaran dan
supervisi berikutnya.
(d) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
Hasil supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberi-
kan dampak yang nyata untuk meningkatkan profe-
sionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkan dapat
dirasakan mas-yarakat dan stakeholder. Tindaklanjut
tersebut berupa penguatan dan penghargaan diberi-
kan kepada guru yang telah memenuhi standar.
29

Motivasi diberikan kepada guru yang belum meme-


nuhi standar dan diberikan kesempatan untuk meng-
ikuti pelatihan lebih lanjut.
Dalam melaksanakan kunjungan kelas, digunakan
enam kriteria yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan ter-
tentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat
memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan
instrumen observasi untuk mendapatkan data yang
obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan
dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengerti-
an; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak meng-
ganggu proses pembelajaran; dan (6) pelaksanaan-
nya diikuti dengan program tindak lanjut.
(2) Observasi kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembel-
ajaran secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk mem-
peroleh data objektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memper-baiki proses
pembelajaran.
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
(a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses
pem-belajaran, (b) cara menggunakan media pengajaran,
(c) variasi metode, (d) ketepatan penggunaan media
dengan materi, (e) ketepatan penggunaan metode dengan
materi, dan (f) reaksi mental para siswa dalam proses
belajar meng-ajar.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap: (a)
persiapan, (b) pelaksanaan, (c) penutupan, (d) penilaian
hasil observasi; dan (e) tindak lanjut. Supervisor dalam
observasi kelas sudah siap dengan instrumen observasi,
30

menguasai masalah dan tujuan supervisi, serta observasi


tidak mengganggu proses pembelajaran.

(3) Pertemuan Individual


Pertemuan individual adalah satu pertemuan, perca-
kapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor guru.
Tujuannya adalah: (a) memberikan kemungkinan partum-
buhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang
dihadapi; (b) mengembangkan hal mengajar yang lebih
baik; (c) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan
pada diri guru; dan (d) menghilangkan atau menghindari
segala prasangka.
Terdapat empat jenis pertemuan (percakapan) indivi-
dual menurut Swearingen, (1962) yaitu :
(a) Classroom-conference, percakapan individual
yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-
murid sedang meninggalkan kelas (istirahat); (b)
Office-conference, percakapan individual yang
dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang
guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat
bantu yang dapat diguna-kan untuk memberikan
penjelasan pada guru; (c) Casual-conference,
percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru;
(d) Observational visitation, percakapan indivi-dual
yang dilaksanakan setelah supervisor melaku-kan
kunjungan kelas atau observasi kelas.

Pada pelaksanaan pertemuan individual, supervisor


harus berusaha mengembangkan segi-segi positif guru,
mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, mem-
berikan pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap
hal-hal yang masih meragukan.
Pelaksanaan supervisi akademik dengan teknik
pertemuan individual sebaiknya melalui tahapan (1) Per-
31

siapan: mengumpulkan informasi tentang guru yang akan


disupervisi, mengidentifikasi masalah guru, dan menetap-
kan tujuan supervisi, (2) Pelaksanaan: mengkonfirmasi
permasalahan yang dihadapi guru dan tujuan supervisi,
mendiskusikan permasalahan yang dihadapi guru dan
beberapa alternatif pemecahan masalah, (3) Akhir perte-
muan: menyepakati waktu dan tempat perte-muan untuk
pemecah-an masalah, dan (4) Tindak lanjut: menindak-
lanjuti kesepakatan.
(4) Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu ber-
kunjung ke kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuan-
nya adalah untuk berbagi pengalaman dalam pembelajar-
an.
Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas:  (a)
harus direncanakan; (b) guru-guru yang akan dikunjungi
harus diseleksi; (c) tentukan guru-guru yang akan meng-
unjungi; (d) sediakan segala fasilitas yang diperlu-kan; (e)
supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan peng-
amatan yang cermat; (f) adakah tindak lanjut setelah kun-
jungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk perca-
kapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas ter-
tentu; (g) segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru
bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan
kondisi yang dihadapi; dan (h) adakan perjanjian-perjan-
jian untuk mengadakan kunjung-an antar kelas berikutnya.
(5) Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan
oleh diri sendiri secara objektif. Untuk maksud itu diperlu-
kan kejujuran diri sendiri.
32

Cara-cara menilai diri sendiri diuraikan sebagai beri-


kut : (a) suatu daftar pandangan atau pendapat yang
disampaikan kepada peserta didik untuk menilai pekerjaan
atau suatu aktivitas, (b) biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama, (c) menganalisa tes-tes terha-
dap unit kerja, dan (d) mencatat aktivitas peserta didik
dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara individu
maupun secara kelompok.

(b) Teknik Supervisi Kelompok


Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih.
Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan,
memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan
yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/ ber-
sama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan super-
visi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi, ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu: kepani-
tiaan-kepanitiaan, kerja kelompok, laboratorium dan kurikulum,
membaca terpimpin, demonstrasi pembel-ajaran, darmawisata,
kuliah/studi, diskusi panel, perpustakaan, organisasi profesional,
buletin supervisi, pertemuan guru, lokakarya atau konferensi
kelompok.
Untuk menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang
tepat, seorang kepala sekolah harus mengetahui aspek atau
bidang keterampilan yang akan dibina dan karakteristik setiap
teknik di atas serta sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik
yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang
dibina melalui supervisi akademik.
33

Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil


seperti dikutip dari Kementerian Pendidikan Nasional, (2007:43)
menyarankan agar
“kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepriba-
dian guru, yaitu (1) kebutuhan guru, (2) minat, (3) bakat,
(4) temperamen, (5) sikap, dan (6) sifat-sifat somatik
guru/aktivitas fisik”.
c) Tujuan Supervisi Akademik
Menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik
yaitu :
(1) Membantu guru mengembangkan kemampuan professional-
nya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengem-
bangkan keterampilan mengajar dan menggunakan kemampuan-
nya melalui teknik-teknik tertentu, (2) Memonitor kegiatan
belajar-mengajar di dalam kelas, dan (3) Mendorong guru untuk
senantiasa mengembangkan kemampuan mengajarnya dan
menerapkannya dalam tugasnya dengan penuh rasa tanggung-
jawab.

Alfonso, Firth, dan Neville (1981) mengemukakan bahwa

kegiatan supervisi akademik secara langsung berhubungan dan


berpengaruh terhadap perilaku guru. Artinya melalui supervisi
akademik, supervisor memberi pengaruh pada perilaku mengajar
guru, sehingga guru menjadi lebih baik dalam proses belajar-
mengajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku
belajar pada murid menjadi lebih baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, supervisi akademik


bertujuan untuk membantu mengembangkan profesionalisme guru,
menumbuhkan motivasi guru dalam melaksanakan tugasnya, dan
peningkatan kualitas pembelajaran sebagaimana deskripsi dalam
gambar 2.1. berikut : .

Pengembangan
Profesionalisme

TIGA TUJUAN
SUPERVISI AKADEMIK

Penumbuhan Pengawasan
Motivasi Kualitas
34

Gambar 2.1.
Bagan Segitiga Tujuan Supervisi Akademik
d) Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik
Prinsip-prinsip supervisi akademik menurut Dodd, (1972) dalam
Rachmawati dan Daryanto, (2015:196) adalah :
(1) Praktis, artinya mudah dilaksanakan sesuai kondisi sekolah, (2)
sistematis, artinya diprogram secara baik, (3) objektif, sesuai dengan
aspek-aspek instrumen program supervisi , (4) realistis, artinya sesuai
dengan keadaan sebenarnya, (5) antisi-patif, dapat mengatasi masalah-
masalah yang mungkin terjadi, (6) konstruktif, artinya membangun dan
mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam proses pembelajaran,
(7) kooperatif, artinya terjalin kerjasama yang baik antara super-visor
dengan guru, (8) kekeluargaan, artinya supervisor dapat membina
hubungan yang harmonis dengan guru berdasarkan prinsip silih asah, silih
asih, dan silih asuh dalam mengem-bangkan pembelajaran, (9) demokratis,
artinya kegiatan super-visi akademik tidak didominasi oleh supervisor,
(10) aktif, artinya guru dan supervisor berperan serta, (11) humanis,
artinya tercipta hubungan saling membutuhkan antara guru dengan
supervisor yang harmonis, jujur, terbuka, sabar, antusi-as, ajeg dan penuh
humor, (12) berkesinambungan, artinya supervisi dilaksanakan secara
terprogram, teratur dan berkelan-jutan, 13) terpadu, artinya bersinergi
dengan program pendidik-an, dan (14) komprehensif, artinya memenuhi
ketiga tujuan supervisi akademik.

2. Peran Kepala Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pendidikan


a) Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di
sekolah ditentukan dari kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin
dalam mengelola setiap komponen yang ada di sekolahnya. Berhasil
tidaknya sebuah sekolah dalam mencapai serta mewujudkan visi dan
mi sinya menjadi tanggungjawab penuh kepala sekolah, bagaimana
kepala sekolah melaksanakan manajemen dan kepemimpinannya.
Dalam manajemen modern seorang pemimpin juga harus
berperan sebagai pengelola. Apabila dilihat dari fungsi-fungsi manaje-
35

men, yaitu planning, organizing dan controling, maka seorang kepala


sekolah menurut Mulyasa (2017 :181) juga harus berperan sebagai
supervisor pengajaran dan evaluator program sekolah.
Pelayanan kepala sekolah sebagai komponen penting organisasi
sekolah harus bermutu secara optimal. Hal ini penting karena dalam
era desentralisasi pendidikan sekarang ini menurut Kerr (2005) kepala
sekolah merupakan:
“The president in the multiversery, is leader, educator, creator,
initiator, wielder of power pump, he is also office holder,
carataker, inherittor, consensus seeker, persuader, bottleneck,
but he is mostly mediator”

Dalam konteks ini Mulyasa, (2017:7), menyajikan beberapa


indikator kepala sekolah yang memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tinggi dalam membangun sekolah yang efektif
adalah :
(1) efektifitas belajar dan pembelajaran yang tinggi; (2)
kepemimpinan yang kuat dan demokratis; (3) manajemen tenaga
kependidikan yang efektif dan profesional; (4) tumbuhnya
budaya mutu; serta (5) teamwork yang cerdas, kompak dan
harmonis.

Untuk mewujudkan sekolah yang efektif, maka diperlukan


kepemimpinan kepala sekolah yang efektif pula. Kepala sekolah yang
efektif menurut Mulyasa, (2017 : 19), sedikitnya harus mengetahui,
menyadari dan memahami tiga hal :
(1) mengapa pendidikan yang berkualitas diperlukan di sekolah;
(2) apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu dan
produktifitas sekolah; (3) bagaimana mengelola sekolah secara
efektif untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Sedangkan Menurut Greenfield dalam Mulyasa, (2017 : 19),


indikator seorang kepala sekolah efektif secara umum dapat dilihat
dari tiga indikasi berikut :
(1) memiliki komitmen terhadap visi sekolah dalam menjalan-
kan tugas dan fungsinya; (2) menjadikan visi sekolah sebagai
pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah; (3)
36

senantiasa memfokuskan kegiatannya terhadap pembelajaran


dan kinerja guru di kelas.

b) Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Agar kegiatan pendidikan dan pengajaran di sekolah dapat
berjlan dengan lancar, kepala sekolah bertanggungjawab sebagai
seorang administrator yang melaksanakan kegiatan administrasi seko-
lahnya.
Berdasarakan Permendiknas Nomor 19 tahun 2007, tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan, tugas pokok dan fungsi kepala seko-
lah meliputi : (1) perencanaan program; (2) Pelaksanaan rencana
kerja; (3) pengawasan dan evaluasi; (4) kepemimpinan Sekolah; (5)
sitem informasi manajemen.
Kepala Sekolah sebagai seorang administrator, Purwanto (2017 :
119) menyatakan bahwa,
kepala sekolah memilik tugas dan tanggungjawab melak-
sanakan fungsi-fungsi administrasi yang diterapkan dalam
kegiatan-kegiatan sekolah yang dipimpinnya, antara lain :
membuat rencana atau program tahunan, menyusun organisasi
sekolah, melaksanakan pengorganisasian dan pengarahan, dan
melaksanakan pengelolaan kepegawaian.

c) Kepala Sekolah Sebagai Supervisor


Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin di satuan
pendidikan adalah melaksanakan fungsi-fungsi operasional agar
tercipta suasana belajar-mengajar yang kondusif, sehingga guru dan
murid dapat melaksanakan proses pembelajaran yang baik sehingga
dapat tercapai hasil pembelajaran yang baik secara optimal.
Ben M. Harris dalam Purwanto (2017 : 113), dalam bukunya,
Supervisory Behavior in Education, mengemukakan
adanya lima fungsi pokok pengoperasian sekolah yang harus
diketahui dan menjadi tanggungjawab kepala sekolah, yaitu” (1)
fungsi manajemen, (2) fungsi administrasi umum, (3) fungsi
37

pengawasan atau supervisi, (4) fungsi pengajaran, dan (5) fungsi


pelayanan khusus”.

Hakekat kelima fungsi tersebut memiliki tujuan akhir pada pen-


capaian tujuan sekolah, yaitu terselenggaranya kegiatan belajar-meng-
ajar sehingga hasil belajar dapat dicapai siswa secara optimal, sebagai-
mana visualisasi dalam gambar 2.2. tentang hubungan kelima fungsi
berikut :

Hasil belajar

Pelayanan pengajaran

Pelayanan supervisi Pelayanan siswa khusus


Pelayanan administrasi

Pelayanan manajemen

Gambar 2.2.
Hubungan antara fungsi-fungsi operasional sekolah

Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala


Sekolah, dijelaskan bahwa salah satu dimensi kompetensi kepala
sekolah adalah “Kompetensi Supervisi yang meliputi merencanakan,
melaksanakan dan menindaklajuti kegiatan supervisi akademik terha-
dap guru”.
Sedangkan Glickman dalam Rachmawati dan Daryanto, (2015 :
192), menyatakan bahwa “salah satu tugas kepala sekolah adalah
melaksanakan supervisi akademik, agar pelaksanaannya dapat efek-tif
dibutuhkan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal”.
Selanjutnya menurut Mulyasa (20017 : 254), manyatakan bahwa
38

dalam pelaksanaan supervisi akademik, kepala sekolah sebagai


supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip : (1) hubungan
konsultatif, kolegial dan bukan hierakis, (2) dilaksanakan secara
demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan (guru), (4)
dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru),
dan (5) merupakan bantuan profesional.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah


sebagai supervisor, dalam melaksanakan kegiatan supervisi akademik
wajib memiliki keterampilan dan menguasai konsep supervisi
akademik yang meliputi: pengertian, tujuan, fungsi, prinsip dan
dimensi subtansi dari supervisi akademik.

3. Kompetensi Pedagogik
a. Pengertian Kompetensi Pedagogik
Pengertian kompentesi menurut Stephen Robin (2007:38),
adalah
kemampuan (ability) atau kapasitas seseorang untuk menger-
jakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan, dimana kemam-
puan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual
dan kemampuan fisik.

Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005


pasal 1 ayat 9, kompetensi adalah
“seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”, sebagaimana
diuraikan dalam pasal 10 ayat 1 meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Dari ke empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru, kom-


petensi pedagogik adalah kompetensi instruksional-edukatif yang
esensial dan mendasar bagi guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Kompetensi pedagogik juga merupakan kompetensi yang
membedakan profesi guru dengan profesi di bidang lainnya.
39

Arti pedagogik secara etimologis adalah “paedos” dari bahasa


Yunani berarti anak laki-laki, dan “agogos” artinya mengantar atau
membimbing. Dengan demikian apabila diartikan secara harafiah,
pedagogik berarti pembantu anak laki-laki yang pekerjaannya meng-
antar anak tuannya ke sekolah.
Hoogveld dalam Sadulloh, dkk (2010 : 2) mendefenisikan peda-
gogik sebagai
ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah
tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik adalah ilmu
mendidik anak.

Selanjutnya Janawi dalam Suryana dan Irwantoro, (2016:3),


mendefenisikan kompetensi pedagogik sebagai
Kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan teoritis dan
proses aplikasinya dalam pembelajaran. Kompetensi tersebut
berhubungan dengan : (1) menguasai karakteristik peserta didik,
(2) menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, (3)
mengembangkan kurikulum dan merancang pembelajaran, (4)
menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan
Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk kepentingan
pembelajaran, (5) memfaslitasi pengembangan potensi peserta
didik, (6) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik, (7) menyelenggarakan evaluasi dan
penilaian proses dan hasil belajar, (8) memanfaatkan hasil
evaluasi dan penilaian untuk kepentingan pembelajaran, (9)
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pem-
belajaran. Kemampuan ini sangat menentukan keberhasilan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan pentingnya


kompetensi pedagogik bagi guru, terutama dalam upaya memahami
karakteristik peserta didik, mengelola pembelajaran, dan mengem-
bangkan potensi peserta didik secara efektif dan optimal.

b. Aspek Kompetensi Pedagogik


1) Menguasai karakteristik peserta didik.
40

Guru diharapkan dapat mengidentifikasi karakter peserta


didik baik secara fisik, psikis, moral dan intelektual sejak awal,
sehingga dalam proses pembelajaran guru dapat mendesain
kelas, melibatkan semua peserta didik, tanpa membeda-bedakan
peserta didik. Intinya adalah bahwa ketika pendidik mengetahui
dan mengenal dan memahami masing-masing karakter peserta
didiknya maka guru dengan mudah memilih metode, teknik
yang tepat dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik
pun semuanya ikut terlibat.
2) Menguasasi teori belajar dan prinsip‐prinsip pembel-
ajaran yang mendidik.
Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengetahui dan
mengenal karakter masing-masing peserta didik, guru dapat
menetapkan strategi, teknik dan metode pembelajaran merujuk
pada karakter peserta didiknya, memberikan kesempatan,
memotivasi, dan merespon berbagai pertanyaan dari peserta
didik selama proses belajar mengajar berlangsung.
3) Pengembangan kurikulum.
Kurikulum merupakan bagian terpenting dalam proses
pembelajaran di sekolah mencakup berbagai komponen pembel-
ajaran, diantaranya silabus, rencana peembelajaran (RPP).
Dalam pelaksanan pembelajaran, guru dituntut memiliki ke-
mampuan menyusun dan menggunakan komponen-komponen
dimaksud sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran,
kebutuhan peserta didik, relevan dan berhubungan langsung
kengan kehidupan sehari-hari.
4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik.
Dalam proses pembelajaran, rancangan pembelajaran yang
telah disusun diharapkan dapat dipraktekan secara menyeluruh
(lengkap) sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan dapat
mengkomunikasikan kepada peserta didik dengan sarana-sarana
41

teknologi infomrasi komunikasi (TIK) diantaranya : in vocus,


tape recorder, video, (audio-visual), dll, untuk memberikan
kemudahan peserta didik menyerap dan memahami materi yang
disampaikan.
Singkatnya adalah bahwa guru memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta
didik tidak mengalami tekanan atau depresi.
5) Pengembangan potensi peserta didik.
Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah mengem-
bangkan potensi peserta didik. Dalam konteks ini, guru diharap-
kan mampu menganalisis potensi setiap peserta didik sehingga
dengan mudah guru mencari metode dan teknik yang memung-
kinkan peserta didik mengembangkan, mengaktual-isasikan dan
memunculkan kreativitas serta daya prikir kritis selama proses
pembelajaran.
Singkatnya guru mampu mende-sain program pembel-
ajaran untuk mendukung dan mendorong peserta didik mengak-
tualisasikan potensi yang dimiliknya yaitu potensi akademik,
kepribadian dan kreativitas menjadi nyata.
6) Komunikasi dengan peserta didik.
Hendaknya dalam proses pembelajaran menghindari
metode pengajaran klasikal, dimana guru hanya bercerama,
tetapi perlu menciptakan metode komunikatif secara efektif,
empati dan santun dan bersikap positif dan antusias dengan
peserta didik. Menggali kemampuan peserta didik dengan per-
tanyaan-pertanyaan yang terbuka, mudah dipahami dan mem-
berikan jawaban yang akurat (relevan) sesuai dengan pertanyaan
peserta didik. Sealin itu, guru juga memberikan kesempatan,
perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan yang diajukan
peserta didik tanpa mencela atau interupsi, serta menyajikan
42

berbagai kegiatan bernuansa gotongroyong (menumbuhkan ker-


jasama) antar peserta didik dan antar peserta didik dengan guru.
7) Penilaian dan Evaluasi.
Akhir dari pelaksanaan proses pembelajaran, guru diha-
rapkan mampu mengevaluasi, menilai hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan, menganalisis, dan menyampai-kan
hasil penilaian kepada peserta didik. Selain itu hasil penilaian
dimaksud dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rencana
pembelajaran selanjutnya.

c. Teknik Peningkatan Kompetensi Pedagogik


Usaha untuk meningkatkan kompetensi pedagogic guru harus
melibatkan semua pihak baik Sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah,
Pengawas, Guru yang bersangkutan serta Pemerintah.
Bentuk usaha peningkatan kompetensi pedagogikc guru antara
laian adalah :
(1) Melalui kegiatan supervisi akademik yang dilaksanakan baik
oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas.
(2) Terlibat dan aktif mengikuti organisasi keguruan seperti MGMP
dan KKG.
(3) Mengikuti seminar pendidikan.
(4) Melalui kegiatan pembinaan Guru yang dilaksanakan oleh
pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebuda-
yaan serta Kementerian Agama.
(5) Melakukan Penelitian Tindakan Kelas.

C. Sistem Nilai
Menurut Mulyasana (2011:2), pendidikan pada hekikatnya adalah: “proses
pembebasan peserta didik dari ketidak tahuan, ketidak mampuan, ketidak
berdayaan, ketidak benaran, ketidak jujuran, dan dari buruknya hati, akhlak dan
keimanan”.
43

Pendidikan berperan mengembangkan jati diri setiap manusia secara utuh


untuk mengahadapi dan menjalani kehidupan secara benar, berkualitas, sesuai
dengan nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat. Sehingga dengan demikian
manusia yang terdidik, yang memiliki nilai, akan mampu bertahan menghadapi
permasalahan kehidupan yang kompleks, serta mampu menghasilkan “buah-buah”
kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga serta masyarakat.
Nilai-nilai dalam masyarakat identik dengan norma atau aturan-aturan yang
merupakan sekelompok nilai, baik nilai-nilai religius maupun nilai-nilai humanis-
tik, dimana keduanya saling menguatkan satu sama lain sebagai suatu sistem.
Nilai memiliki banyak sisi atau wajah, Van Deth dan Scarbrough (Sanusi,
2106: 123) menyebutkan :
Nilai bisa bermakna landasan atau motivasi bagi individu dan kelompok
untuk berbuat. Nilai juga bisa bermakna tujuan yang hendak dicapai seperti
kebahagiaan, kebaikan, ketenangan hidup, kearifan. Nilai juga bisa sebuah
sistem yang merupakan cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
seperti proses yang baik dan benar, kesantunan dalam bertindak, dan
kesungguhan dalam bekerja.

Aneka nilai bisa dilihat sebagai suatu sistem, artinya ada keterkaitan antara
komponen-komponen nilai tersebut. Masing-masing nilai memiliki isi yang saling
berhubungan satu dengan lainnya, begitu juga dengan keterkaitan antara kedala-
man dan kekuatannya yang harus ditaati.
Sejalan dengan pendapat Quyen dan Zaharin, (Sanusi, 2015:17) juga
menunjukan bahwa:
Nilai-nilai diorganisasikan ke dalam sistem nilai. Sistem nilai dirumuskan
Rockeah sebagai “oragnisasi keyakinan yang langgeng yang berkaitan
dengan pilihan cara berperilaku atau hidup yang mengikuti sebuah kontinum
(rangkaian) tentang arti penting sesuatu”. Arti penting sesuatu itu, misalnya
dirumuskan Maslow dalam hierarki kebutuhan yang dimulai dari
pemenuhan kebutuhan dasar, seperti sandang, pangan dan papan, sampai
aktualisasi diri.

Prof. Dr. Achmad Sanusi, dosen dan guru besar dalam bidang manajemen
pendidikan memberikan satu teori tentang enam sistem nilai yang dapat dijadikan
pijakan bagi kita dalam menghadapi perkembangan dan perubahan jaman yang
begitu kompleks. Enam sistem nilai tersebut adalah :
44

1. Nilai Teologis
Nilai teologis, dalam Islam tercermin melalui Ketuhanan Yang Maha Esa,
Rukun Iman, Rujun Islam, ibadah, tauhid, ihsan yang memiliki dua
pengertian, pertama berhubungan dengan Sang Pencipta, dan kedua yang
berhubungan dengan mahluk, yitu perbuatan baik kepada sesama dan
lingkungan, istighfar, doa, keikhlasan, pertobatan, ijtihad, khusyu, istikamah
dan jihad fi sabilillah.
2. Nilai etis
Nilai etis diwujudkan dalam tindakan antara lain, saling menghormati antar
sesama manusia, rendah hati, sabar, jujur, bertanggung jawab, memiliki rasa
toleransi,memiliki rasa empati terhadap kesusahan orang lain, mudah
memaafkan, beritikad baik, adil, cinta kedamaian.
3. Nilai estetik
Nilai estetik adalah segala sesuatu yang menyangkut keindahan, yang
terwujud antara lain dalam cantik, manis, menarik, serasi, bagus, bersih,
anggun, harmonis. Namun demikian nilai estetika tidak memiliki ukuran
tertentu dan bebas dari segala rumusan. Bagus untuk seseorang belum tentu
bagus untuk orang lain, demikian pula cantik untuk seseorang belum tentu
dikatakan cantik oleh orang lain.
4. Nilai logis-rasional
Nilai logis-rasional berhubungan dengan logika, sesuai dengan keadaan atau
fakta dengan kesimpulan, tepat, jelas, kongkrit.
Nilai logis berdasarkan cara berfikir, mulai dari cara berfikir insting (bayi),
imitatif (anak-anak), sampai pada cara berfikir kreatif dan inovatif (dewasa)
5. Nilai fisik-fisiologik
Nilai fisik-fisiologik berarti mewujudkan kegunaan fisik secara utuh baik
jasmani maupun rohani untuk kebaikan diri sendiri dan sesama, sebagai-
mana Tuhan telah menciptakan fisik manusia secara sempurna dan baik
adanya disertai dengan akal budi (rohani).
6. Nilai teleologik
45

Nilai teleologik berhubungan dengan bagaimana manusia memanfaatkan


segala sesuatu yang diberikan Tuhan, alam dan seisinya dengan cara
bijaksana sehingga dapat memberikan manfaat kebaikan bagi kehidupan
manusia. Demikian halnya dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh, harus
dapat memberi manfaat untuk kebaikan hidup manusia beserta alam
sekitarnya.
Enam sistem nilai tersebut bukanlah sistem yang lepas satu sama lain,
melainkan saling terkait, berhubungan, serta ada interplay dan interelasi satu sama
lain. Nilai teologis mempengaruhi nilai etis, dan nilai teleologis, begitu juga
dengan nilai-nilai yang lainnya. Inilah yang disebut makna berfikir sistem.
Berfikir secara sistem berarti berfikir secara utuh dan menyeluruh. (Sanusi,
2016:123-124).

D. Hasil Penelitian yang Relevan


Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan
peneliti antara lain :
1. Penelitian Erni Agustina Suwartini. 2017. Supervisi Akademik Kepala
Sekolah, Profesionalisme Guru dan Mutu Pendidikan. Jurnal
Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian Erni Agustina Suwartini, menunjukkan bahwa :
(1) Pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah
sebesar 30,9% terhadap mutu pendidikan. Dengan demikian dapat disimpul-
kan bahwa : mutu pendidikan menjadi baik apabila supervisi akademik
kepala sekolah adalah baik. (2) Pengaruh positif dan signifikan antara
profesionalisme guru terhadap mutu pendidikan sebesar 20,2%. Ini
mengandung arti bahwa semakin baik profesionalisme guru maka akan
semakin baik mutu pendidikannya (3) Pengaruh positif dan signifikan
secara bersama-sama antara supervisi akademik kepala sekolah dan
profesionalisme guru terhadap mutu pendidikan sekolah dasar negeri di
Kabupaten Purwakarta sebesar 36,3%. Mengandung arti bahwa semakin
46

baik supervisi akademik kepala sekolah dan semakin baik profesionalisme


guru maka semakin baik mutu pendidikan.
2. Penelitian 1. Wiwin Kodariah, 2. Endang Herawan, 3. Cicih Sutrasih.
2017. Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Motivasi Berpres-tasi Guru
dan Kinerja Mengajar Guru. Jurnal. Universitas Pendidikan
Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan
signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar
guru sebesar 24,8%. Ini mengandung arti bahwa semakin baik supervisi
akademik kepala sekolah maka akan semakin baik pula kinerja mengajar
guru (2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi berpres-
tasi guru terhadap kinerja mengajar guru sebesar 45,5%. Ini mengandung
arti bahwa semakin tinggi motivasi berpresasi guru maka akan semakin baik
pula kinerja mengajarnya (3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan
secara bersama-sama antara supervisi akademik kepala sekolah, motivasi
berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di Kabupaten
Sumedang sebesar 52,2%. Mengandung arti bahwa semakin baik supervise
akademik kepala sekolah dan semakin tinggi motivasi berpresatasi guru
maka semakin baik kinerja mengajar guru.
3. Penelitian Leniwati dan Yasir Arafat. 2017. Implementasi Supervisi
Akademik Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru. Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan. Universitas
PGRI Palembang.
Hasil penelitian: Dalam implementasi supervisi akademik di SMAN 1
Sembawa dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu perencanaan, pelaksana-
an, dan evaluasi atau tindak lanjut dari supervisi tersebut. Dalam perencana-
an, kepala sekolah menerbitkan surat keputusan (SK) yang dilampiri jadwal
pelaksanaan supervisi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan supervisi
dilaksana-kan dengan cara biasa (di luar kelas) dan klinis ( dalam kelas).
Guru-guru SMAN1 Sembawa merespon positif supervisi akademik oleh
kepala sekolah karena kegiatan supervisi sangatlah penting dilakukan untuk
47

mengubah kinerja guru menjadi lebih baik.


4. Penelitian Cut Suryani. 2015. Implementasi Supervisi Pendidikan
Dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran Di MIN Sukadamai Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Didaktika. UIN Ar - Raniry Banda Aceh.
Hasil Penelitian : penelitian ini mengungkap kegiatan supervisi yang dila-
kukan oleh Kepala sekolah MIN Sukadamai Kota Banda Aceh terhadap
kinerja guru. Adapun hasil dari penelitian ini adalah: (1). Fokus kegiatan
supervisi yang dilakukan kepala sekolah dapat diidentifikasikan ke dalam
dua hal yaitu; kegiatan supervisi yang menyangkut administrasi guru dan
kegiatan proses belajar mengajar, (2). Kegiatan supervisi sangat
membantu bagi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan
dihadapi guru pada saat melakuka pembelajaran, serta dapat memberi-kan
motivasi bagi guru agar selalu meningkatkan pengetahuan untuk menjadi
guru yang professional dalam melaksanakan pembelajaran, (3). Hambatan
kepala sekolah dalam supervisi adalah tumpang tindih kegiatan dan keter-
batasan dana operasional.
5. Penelitian Ngatini dan Bambang Ismanta. 2015. Pengelolaan Supervisi
Akademik Kepala Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang.
Jurnal. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Hasil Penelitian : Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi akademik dapat berjalan dengan baik dan lancar
adalah berkat kemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolah yang selalu
membina atau membangun komunikasi yang baik dengan para guru.
Hasil supervisi akademik dievaluasi dan dianalisis untuk kemudian
didiskusi-kan dan diinterpretasikan melalui rapat. Sikap guru terhadap hasil
supervisi merespon dengan baik bahkan untuk ke depan bisa diberikan
bimbingan lebih baik. Selain itu hasil dilaporkan kepada pengawas sebagai
bukti pelaksanaan supervisi. Dengan demikian berdasarkan hasil penelitian
dan kajian teori bahwa aspek tindak lanjut supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah SDN Pongangan sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai