Anda di halaman 1dari 34

DP.01.

23

PEDOMAN EVALUASI DAN PELAPORAN


KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
JUNI 2003

Komite Akreditasi Nasional


National Accreditation Body of Indonesia
Gedung Manggala Wanabakti, Blok IV, Lt. 4
Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan, Jakarta 10270 – Indonesia
Tel. : 62 21 5747043, 5747044
Fax. : 62 21 57902948, 5747045
Email : laboratorium@bsn.or.id
Website : http://www.bsn.or.id
Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN 1
2. ISTILAH DAN DEFINISI 2
3. KONSEP UMUM 5
4. SUMBER KETIDAKPASTIAN 6
5. KLASIFIKASI KOMPONEN KETIDAKPASTIAN 7
6. PEMODELAN PENGUKURAN 8
7. IDENTIFIKASI SUMBER KETIDAKPASTIAN 9
8. EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE A 11
9. EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE B 14
10. KOEFISIEN SENSITIFITAS 17
11. KETIDAKPASTIAN BAKU GABUNGAN 18
12. DERAJAT KEBEBASAN EFEKTIF 20
13. KETIDAKPASTIAN BENTANGAN (EXPANDED UNCERTAINTY) 22
14. PELAPORAN KETIDAKPASTIAN 23
15. KESESUAIAN DENGAN SPESIFIKASI 24
16. RINGKASAN PROSEDUR EVALUASI 26
17. EVALUASI BEST MEASUREMENT CAPABILITY (BMC 27
18. PUSTAKA 32

DP.01.23; Juni 2003 i


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

1. PENDAHULUAN

Penilaian kesesuaian terhadap suatu produk seringkali mencakup nilai terukur, yang
terletak dekat dengan zona ketidakpastian. Pebedaan metoda evaluasi ketidakpastian
antara negara produsen dan konsmen dapat menyebabkan penolakan satu paket
komoditi perdagangan karena perbedaan hasil perhitungan ketidakpastian antara pihak
produsen dan konsumen.

Dalam era pasar global diperlukan metode untuk mengevaluasi dan menyatakan
ketidakpastian yang dapat diterima di seluruh dunia sehingga pengukuran yang
dilakukan dapat dibandingkan dengan mudah. Pedoman ketidakpastian yang dapat
diterima secara internasional adalah ISO “Guide to the Expression of Uncertainty in
Measurement”

Dokumen ini menjelaskan prinsip evaluasi ketidakpastian bagi laboratorium penguji


dan kalibrasi untuk memenuhi persyaratan SNI-19-17025-2000 tentang “Persyaratan
Umum Kompetensi Laboratorium Penguji dan Kalibrasi”. Metode evaluasi
ketidakpastian pengukuran yang dijelaskan dalam dokumen ini sesuai dengan ISO
“Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement”.

Laboratorium kalibrasi maupun penguji yang ingin diakreditasi oleh Komite


Akreditasi Nasional (KAN) direkomendasikan untuk menggunakan metode yang
diberikan dalam dokumen ini untuk mengevaluasi ketidakpastian pengukuran.

Best Measurement Capability (BMC) merupakan faktor penting dalam akreditasi


laboratorium kalibrasi. Untuk mengharmonisasikan penetapan BMC, dokumen ini
memberikan pedoman evaluasi BMC yang dapat digunakan oleh laboratorium

Untuk memenuhi persyaratan dalam SNI-19-17025-2000 klausul 5.10.3.1 dan


5.10.4.2, tentang pernyataan kesesesuaian dengan spesifikasi yang melibatkan
perhitungan ketidakpastian hasil kalibrasi atau pengujian, dokumen ini juga
memberikan pedoman tentang evaluasi dan pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi
berdasarkan hasil kalibrasi atau pengujian.

Untuk membantu laboratorium dalam mengimplementasikan dokumen ini, contoh


evaluasi ketidakpastian untuk laboratorium penguji dan kalibrasi serta evaluasi BMC
akan diberikan dalam Suplemen.

DP.01.23; Juni 2003 1 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

2. ISTILAH DAN DEFINISI

Istilah dan definisi berikut diberikan beserta istilah dalam bahasa Inggris serta acuan
dalam ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement (GUM) dan
Vocabulary of Basic and General Terms in Metrology (VIM) diberikan untuk
memudahkan pemeriksaan ke dokumen acuan tersebut.

Besaran [quantity (measurable quantity)] [GUM B 2.1; VIM 1.1]


Sifat dari suatu gejala, benda atau bahan yang dapat dibedakan secara kualitatif dan
ditentukan secara kuantitatif

Nilai [value (of a quantity)] [GUM B 2.2; VIM 1.18]


Harga suatu besaran tertentu yang umumnya dinyatakan sebagai suatu angka satuan
ukuran dikalikan dengan suatu

Nilai benar [true value (of a quantity)] [GUM B 2.3; VIM 1.19]
Nilai yang konsisten dengan definisi besaran.
Catatan: Nilai sebenarnya tidak dapat ditentukan dengan pengukuran karena setiap pengukuran
memiliki ketidakpastian, lebih dari itu, definisi setiap besaran ukur bersifat tidak sempurna, dan karena
itu nilai sebenarnya hanya merupakan besaran hipotetik.

Nilai konvensional [conventional true value (of a quantity)] [GUM B 2.4; VIM 1.22]
Nilai yang diberikan pada suatu besaran tertentu dan diterima, kadang-kadang melalui
kesepakatan, sebagai nilai yang mempunyai ketidakpastian yang sesuai untuk tujuan
tertentu.
Catatan: Nilai ini mungkin diperoleh dari sejumlah pengukuran yang sengaja dilakukan untuk
menetapkan suatu nilai konvensional.

Pengukuran [measurement] [GUM B 2.5; VIM 2.1]


Serangkaian operasi yang bertujuan untuk menetapkan nilai suatu besaran ukur.

Besaran ukur [measurand] [GUM B 2.10; VIM 2.6]


Besaran tertentu yang nilainya diukur.
Contoh: Diameter sepotong baja pada suhu dan tekanan standar.

Besaran berpengaruh [influence quantity] [GUM B 2.11; VIM 2.10]


Besaran tertentu yang bukan besaran ukur tetapi nilainya mempengaruhi hasil
pengukuran.
Contoh: Suhu mikrometer yang digunakan dalam pengukuran panjang.

Hasil pengukuran [result of a measurement] [GUM B 2.11; VIM 3.1]


Nilai yang diberikan pada besaran ukur, yang diperoleh melalui proses pengukuran.
Catatan: Nilai ini perlu disertai dengan informasi tambahan, termasuk ketidakpastiannya.

Hasil tak terkoreksi [uncorrected result] [GUM B 2.13; VIM 3.3]


Hasil pengukuran sebelum dikoreksi terhadap kesalahan yang disebabkan oleh
pengaruh sistematik.

DP.01.23; Juni 2003 2 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Hasil terkoreksi [corrected result] [GUM B 2.14; VIM 3.4]


Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan sistematik yang diketahui.

Akurasi [accuracy (of measurement)] [GUM B 2.15; VIM 3.5]


Kedekatan antara hasil pengukuran dan nilai sebenarnya dari besaran ukur.
Catatan: Akurasi bersifat kualitatif, dan tidak sama dengan presisi

Daya ulang [repeatibility (of result of a measurement)] [GUM B 2.16; VIM 3.6]
Kedekatan antara hasil-hasil pengukuran yang berurutan untuk besaran ukur yang
sama yang dilakukan pada kondisi yang sama.
Catatan: Kondisi tersebut harus spesifik, misalnya waktu, suhu, kelembaban saat pengukuran
dilaksanakan.

Daya reproduksi [reproducibility (of result of a measurement)] [GUM 2.17; VIM


3.7]
Kedekatan antara hasil-hasil pengukuran untuk besaran ukur yang sama yang
dilakukan pada kondisi yang berbeda.
Catatan: Kondisi yang berbeda tersebut harus dinyatakan secara spesifik, misalnya perbedaan suhu dan
perbedaan kondisi lain yang mempengaruhi pengukuran.

Kesalahan [error (of a measurement)] [GUM B 2.19; VIM 3.10]


Hasil pengukuran dikurangi nilai sebenarnya dari besaran ukur.
Catatan: karena nilai sebenarnya tidak dapat diketahui dengan pasti maka kesalahan pengukuran juga
tidak dapat diketahui dengan pasti.

Kesalahan acak [random error] [GUM B 2.21; VIM 3.13]


Hasil pengukuran dikurangi nilai rata-rata yang dihasilkan dari sejumlah pengukuran
berulang berhingga dari besaran ukur yang sama.

Kesalahan sistematik [systematic error] [GUM B 2.22; VIM 3.14]


Nilai rata-rata yang yang akan dihasilkan dari sejumlah pengukuran berhingga dari
besaran ukur yang sama yang dilakukan secara berulang dikurangi nilai sebenarnya
dari besaran ukur.

Koreksi [correction] [GUM B 2.23; VIM 3.15]


Nilai yang dijumlahkan secara aljabar pada hasil pengukuran tak terkoreksi untuk
mengkompensasi kesalahan sistematik yang diketahui.

Ketidakpastian [uncertainty] [GUM B 2.18; VIM 3.9]


Parameter hasil pengukuran yang memberikan karakter sebaran nilai-nilai yang secara
layak dapat diberikan pada besaran ukur.

Ketidakpastian baku [standard uncertainty] [GUM 2.3.1]


Ketidakpastian hasil pengukuran yang dinyatakan sebagai suatu simpangan baku.

DP.01.23; Juni 2003 3 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Evaluasi ketidakpastian baku tipe A [type A evaluation (of standard uncertainty)]


[GUM 2.3.2]
Metode evaluasi ketidakpastian dengan analisis statistik dari serangkaian pengamatan

Evaluasi ketidakpastian baku tipe B [type B evaluation (of standard uncertainty)]


[GUM 2.3.3]
Metode evaluasi ketidakpastian dengan cara selain analisis statistik dari serangkaian
pengamatan

Ketidakpastian baku gabungan [combined standard uncertainty] [GUM 2.3.4]


Ketidakpastian baku hasil pengukuran, bila hasil pengukuran diperoleh dari nilai
sejumlah besaran lain, ketidakpastian baku gabungan bernilai sama dengan akar
kuadrat positif dari jumlah semua suku yang merupakan varian atau kovarian besaran
lain tersebut yang telah diberi bobot sesuai dengan bagaimana hasil pengukuran
bervariasi terhadap perubahan besaran tersebut

Faktor cakupan [coverage factor] [GUM 2.3.6]


Faktor numerik yang digunakan sebagai pengali terhadap ketidakpastian baku
gabungan untuk memperoleh ketidakpastian bentangan.

Ketidakpastian bentangan [expanded uncertainty] [GUM 2.3.5]


Besaran yang mendefinisikan interval di sekitar hasil pengukuran yang diharapkan
mencakup sebagian besar distribusi nilai yang dapat diberikan pada besaran ukur

DP.01.23; Juni 2003 4 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

3. KONSEP UMUM

Tujuan pengukuran adalah untuk menentukan nilai besaran ukur. Yang dimaksud
dengan proses pengukuran adalah suatu proses yang meliputi spesifikasi besaran ukur,
metode pengukuran dan prosedur pengukuran.

Secara umum, hasil pengukuran hanya merupakan taksiran atau pendekatan nilai
besaran ukur, oleh karena itu hasil tersebut hanya lengkap bila disertai dengan
pernyataan ketidakpastian dari taksiran tersebut.

Ketidakpastian adalah ukuran sebaran yang secara layak dapat dikaitkan dengan nilai
terukur. Yang memberikan rentang, terpusat pada nilai terukur, dimana di dalam
rentang tersebut terletak nilai benar dengan kemungkinan tertentu..

Ketidakpastian hasil pengukuran mencerminkan kurangnya pengetahuan yang pasti


tentang nilai besaran ukur. Hasil pengukuran setelah dikoreksi terhadap kesalahan
sistematik masih berupa taksiran nilai besaran ukur karena masih terdapat
ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak dan koreksi kesalahan sistematik yang
tidak sempurna.

Konsep ketidakpastian didasarkan pada besaran teramati yang diperoleh dengan


pengukuran; hal ini berbeda dengan konsep ideal kesalahan yang didasarkan pada
besaran yang tidak dapat diketahui.

Kesalahan pengukuran terdiri dari dua komponen, yaitu komponen acak dan
komponen sistematik. Kesalahan acak disebabkan oleh besaran berpengaruh yang
tidak dapat diramalkan, stokastik terhadap waktu dan bervariasi terhadap ruang.
Kesalahan sistematik disebabkan oleh besaran berpengaruh yang dapat diamati
terhadap hasil pengukuran

Perbedaan antara antara kesalahan dan ketidakpastian sebaiknya selalu diperhatikan.


Sebagai contoh, hasil pengukuran setelah koreksi dapat secara tidak sadar dapat
menjadi sangat dekat dengan nilai besaran ukur yang tidak diketahui, dan oleh karena
itu mempunyai kesalahan yang dapat diabaikan, meskipun mungkin mempunyai
ketidakpastian yang besar.

DP.01.23; Juni 2003 5 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

4. SUMBER KETIDAKPASTIAN

Dalam praktek, terdapat berbagai macam kemungkinan sumber ketidakpastian


pengukuran, antara lain mencakup:

¾ Definisi besaran ukur yang tidak lengkap;

¾ Realisasi definisi besaran ukur yang tidak sempurna;

¾ Pengambilan sampel yang tidak mewakili keseluruhan besaran ukur yang


didefinisikan;

¾ Pengetahuan yang tidak memadai tentang pengaruh kondisi lingkungan


terhadap proses pengukuran atau pengukuran kondisi lingkungan yang tidak
sempurna;

¾ Bias personil dalam membaca peralatan analog;

¾ Resolusi atau diskriminasi peralatan;

¾ Nilai yang diberikan pada standar pengukuran atau bahan acuan;

¾ Nilai konstanta dan parameter lain yang diperoleh dari sumber luar dan
digunakan dalam algoritma reduksi data;

¾ Pendekatan dan asumsi yang tercakup dapam metode dan prosedur


pengukuran;

¾ Variasi pengamatan berulang terhadap besaran ukur dalam kondisi yang


tampak sama.

Interpretasi dari sumber ketidakpastian pengukuran dalam aplikasinya untuk proses


pengujian dapat mencakup, tapi tidak terbatas pada:

¾ Pengambilan sampel yang tidak representatif;

¾ Ke-tidak-homogen-an asal sampel;

¾ Kontaminasi selama pengambilan dan penyiapan sampel;

¾ Kemurnian pereaksi dan larutan;

¾ Pengaruh dan interferensi matrix;

¾ Koreksi blank.

DP.01.23; Juni 2003 6 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

5. KLASIFIKASI KOMPONEN KETIDAKPASTIAN

Ketidakpastian pengukuran terdiri dari beberapa komponen yang dapat


diklasifikasikan menurut metode yang digunakan untuk menaksir nilai numeriknya:

¾ Tipe A : yang dievaluasi dengan analisis statistik dari serangkaian


pengamatan.

¾ Tipe B : yang dievaluasi dengan cara selain analisis statistik dari


serangakaian pengamatan.

Klasifikasi komponen ketidakpastian ke dalam tipe A dan tipe B tidak selalu


mempunyai hubungan langsung dengan klasifikasi komponen ketidakpastian sebagai
ketidakpastian acak dan sistematik.

Sifat komponen ketidakpastian dikondisikan oleh fungsi yang dimiliki oleh besaran
yang diukur, yang ditunjukkan dalam model matematis proses pengukuran. Bila
besaran yang terlibat dalam pengukuran digunakan dalam fungsi berbeda, komponen
acak bisa berubah menjadi komponen sistematik dan sebaliknya. Untuk menghindari
kesalahan pemahaman sebaiknya istilah ketidakpastian acak dan ketidakpastian
sistematik tidak digunakan. Suatu alternatif istilah yang dapat digunakan dalam
klasifikasi komponen ketidakpastian adalah:

¾ “komponen ketidakpastian yang berasal dari pengaruh acak,” dan

¾ “komponen ketidakpastian yang berasal dari pengaruh sistematik.”

Pengaruh acak adalah yang memberikan penambahan kemungkinan kesalahan acak


dalam proses pengukuran yang sedang dilakukan dan pengaruh sistematik adalah yang
memberikan kemungkinan penambahan kesalahan sistematik dalam pengukuran yang
sedang dilakukan.

Dalam pengukuran, sebuah komponen ketidakpastian yang berasal dari pengaruh


sistematik yang dalam suatu kasus dievaluasi dengan evaluasi tipe A, dalam kasus
yang lain dengan evaluasi tipe B, demikian juga komponen ketidakpastian yang
berasal dari pengaruh acak.

DP.01.23; Juni 2003 7 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

6. PEMODELAN PENGUKURAN

Dalam konteks evaluasi ketidakpastian pengukuran, model pengukuran memerlukan


pernyataan yang jelas tentang besaran yang sedang diukur, dan pernyataan kuantitatif
yang menunjukkan hubungan antara nilai besaran ukur dan parameter bebas dimana
besaran ukur tersebut bergantung. Parameter tersebut bisa berupa besaran ukur lain,
besaran yang tidak langsung diukur, atau suatu konstanta. Suatu fungsi yang
menghubungkan besaran yang diukur dengan besaran masukan disebut dengan model
pengukuran

Dalam sebagian besar proses pengukuran, besaran ukur Y ditentukan dari N besaran
lain yaitu. X1, X2,…, XN melalui hubungan fungsional berikut:

Y = f (X1, X2, …, XN)

Besaran masukan tersebut X1, X2,…, XN dimana besaran ukur Y dapat dipandang
sebagai besaran ukur yang bergantung pada besaran lain, termasuk koreksi dan faktor
koreksi untuk kesalahan sistematik yang dikenali, hal ini dapat menyebabkan
hubungan fungsional kompleks yang mungkin tidak pernah dapat ditulis secara
eksplisit.

Besaran masukan X1, X2,…, XN dapat mempunyai nilai dan ketidakpastian yang
ditentukan secara langsung dari proses pengukuran yang sedang dilakukan. (seperti
dari suatu pengamatan tunggal, pengamatan berulang, penentuan koreksi terhadap
pembacaan instrumen dan koreksi dari besaran berpengaruh) atau diperoleh dari
sumber luar (seperti besaran terkait dengan standar pengukuran terkalibrasi, bahan
acuan bersertifikat dan data acuan dari handbook)

Suatu taksiran dari besaran ukur Y, dinyatakan dengan y, diperoleh dari persamaan
model pengukuran menggunakan taksiran besaran input x1, x2,…,xN, untuk nilai dari
N besaran masukan X1, X2,…, XN, oleh karena itu taksiran besaran ukur y, yang
merupakan hasil dari proses pengukuran, diberikan dengan:

f(x1, x2, …,xN)

Bila diasumsikan bahwa setiap besaran input telah dikoreksi terhadap semua pengaruh
sistematik yang dikenali yang memberi pengaruh signifikan terhadap taksiran
keluaran, taksiran simpangan baku yang berkaitan dengan taksiran keluaran, disebut
sebagai ketidakpastian baku gabungan (dinyatakan sebagai uc(y)) diperoleh dengan
menggabungkan taksiran simpangan baku dari setiap taksiran masukan xi yang disebut
sebagai simpangan baku (dinyatakan sebagai u(xi)). Setiap ketidakpastian baku u(xi)
diperoleh baik dari evaluasi tipe A atau tipe B.

DP.01.23; Juni 2003 8 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

7. IDENTIFIKASI SUMBER KETIDAKPASTIAN

Setelah proses pengukuran dinyatakan dalam model matematis, maka sumber


ketidakpastian yang berkaitan dengan proses pengukuran harus dapat diidentifikasi
dengan baik untuk menghindari taksiran ketidakpastian yang overestimate maupun
underestimate

Untuk membantu proses identifikasi sumber ketidakpastian pengukuran, terutama


untuk proses pengukuran yang melibatkan banyak besaran masukan maupun besaran
berpengaruh dapat digunakan cause and effect diagram.

Prosedur yang dapat digunakan untuk membuat suatu cause and effect diagram adalah
sebagai berikut:

1. Tulis persamaan matematis lengkap yang mewakili proses pengukuran


berdasarkan hasil pemodelan pengukuran. Parameter yang terdapat dalam
persamaan tersebut digunakan untuk membentuk cabang utama dari diagram.

contoh:
Pengukuran densitas cairan menggunakan metode penimbangan:
model matematis: ρ = ( misi − mkosong ) / V
dimana:
ρ adalah densitas cairan
misi adalah massa (labu ukur + cairan) dari pembacaan timbangan
mkosong adalah massa labu ukur dari pembacaan timbangan
V adalah volume labu ukur

misi mkosong

2. Perhatikan setiap langkah dalam metode dan tambahkan faktor lain yang
mempengaruhi pengukuran ke dalam diagram, yang membentuk cabang dari
cabang utama diagram.

Dalam proses pengukuran densitas cairan ini digunakan timbangan dan labu ukur
yang telah dikalibrasi. Pengukuran berulang dilakukan sebanyak n-kali.

Dari proses ini maka kontribusi ketidakpastian yang harus diperhatikan adalah:
¾ kalibrasi timbangan
¾ repeatability penimbangan
¾ kalibrasi labu ukur
¾ repeatability pengukuran volume
¾ pengaruh temperatur terhadap kapasitas labu ukur

DP.01.23; Juni 2003 9 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Dengan menambahkan faktor di atas pada cause and effect diagram diperoleh:

misi mkosong
kalibrasi kalibrasi
repeatability
repeatability
ρ
kalibrasi
temperatur
V

3. Untuk setiap cabang, tambahkan faktor lain yang memberikan kontribusi sampai
semua faktor yang mempunyai kontribusi cukup signifikan telah tercakup dalam
diagram

Dari sumber ketidakpastian yang telah diidentifikasi pada point (2), selanjutnya
perlu diperhatikan lebih lanjut:

¾ dari sertifikat kalibrasi timbangan:


ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi timbangan
drift timbangan yang diperoleh dari riwayat kalibrasi timbangan

¾ dari sertifikat kalibrasi labu ukur


ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi labu ukur
drift kapasitas labu ukur yang diperoleh dari riwayat kalibrasi labu ukur

¾ dari pengukuran temperatur lingkungan


ketidakpastian dari sertifikat kalibrasi termomter
sebaran temperatur ruang yang diperoleh dari hasil monitoring

U95 drift U95 drift


misi mkosong
kalibrasi kalibrasi
repeatability
repeatability
ρ
kalibrasi

temperatur
V
U95 drift

Setelah mengidentifikasi keseluruhan sumber ketidakpastian dalam proses pengukuran


langkah berikutnya adalah melakukan klasifikasi komponen ketidakpastian yang
berkaitan dengan sumber tersebut untuk menentukan metode evaluasinya.

DP.01.23; Juni 2003 10 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

8. EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE A

Bila pengukuran diulangi beberapa kali, nilai rata-rata dan simpangan baku-nya dapat
dihitung. Simpangan baku menggambarkan sebaran nilai yang dapat digunakan untuk
mewakili seluruh populasi nilai terukur.

Dalam sebagian besar kasus, taksiran terbaik yang tersedia dari harapan atau nilai
harapan terhadap suatu besaran yang bervariasi secara acak, yang diperoleh dari n
pengamatan berulang yang saling bebas dalam kondisi pengukuran yang sama adalah
nilai rata-rata dari hasil n pengamatan:

1 n
x= ∑ xi
n 1

Simpangan baku adalah suatu taksiran sebaran populasi dimana n nilai tersebut
diambil, yaitu:

∑ (x i − x)2
s ( xi ) = i =1

n −1

Setelah melakukan satu kali n pengamatan berulang, kemudian dilakukan pengamatan


kedua dari n pengamatan berulang maka nilai rata-rata dapat dihitung lagi.
Kemungkinan akan terjadi sedikit perbedaan antara rata-rata dari n pengamatan kedua
dari rata-rata pertama. Taksiran sebaran dari rata-rata populasi dapat dihitung dari
simpangan baku rata-rata eksperimental (ESDM):

s ( xi )
s( x ) =
n

Ketidakpastian baku tipe A, u (xi) dari suatu besaran yang ditentukan dari n
pengamatan berulang yang saling bebas adalah nilai ESDM:

u ( xi ) = s ( x )

Dalam beberapa kasus perlu untuk mengetahui jumlah derajat kebebasan ν, untuk satu
set n pengukuran dimana diperoleh nilai rata-rata tersebut, derajat kebebasan dari n
pengamatan berulang dapat dihitung dengan:

νi = n - 1

DP.01.23; Juni 2003 11 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Untuk pengukuran yang telah dikarakterisasi dengan baik dibawah pengendalian


statistik, simpangan baku pooled sP, dengan derajat kebebasan νp berdasarkan M seri
pengamatan terhadap variabel yang sama dapat tersedia. Simpangan baku pooled
ditentukan oleh:

∑v s i i
sp = i =1
M

∑v
i =1
i

M
v p = ∑ vi
i =1

Dimana, si adalah simpangan baku eksperimental dari satu seri mi pengamatan


berulang yang saling bebas, dan mempunyai derajat kebebasan:

νi = m i – 1

Jika hasil pengukuran x terhadap variabel yang sama ditentukan dari n pengamatan
yang saling bebas, ketidakpastian baku tipe A, yaitu u dapat diestimasi dari:

sp
u(x i ) =
n

Terdapat banyak metode untuk menentukan ketidakpastian baku tipe A, perhitungan


yang paling umum adalah ESDM, evaluasi tipe A berikutnya yang paling umum
adalah ketidakpastian baku dari penarikan kurva (fitted curves).

Sebagai contoh, bila diinginkan untuk menarik garis lurus terhadap bebrapa data, garis
lurus tersebut diwakili oleh persamaan :

y = a + bx

Perbedaan antara titik data aktual dan nilai terkait yang dihitung dari persamaan
tersbut disebut dengan residual. Dalam proses penarikan kurva, diharapkan untuk
memperoleh nilai a dan b sehingga jumlah dari kuadrat residual (SSR) tersebut
minimum:

SSR = ∑ ( y i − a − bxi ) 2

DP.01.23; Juni 2003 12 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Sebaran dari titik data di sekitar kurva dapat digambarkan dengan taksiran simpangan
baku, yang sering disebut sebagai standard error dari nilai y yang dihitung dari
persamaan kurva, yaitu:

SSR
s=
v

Bila ν adalah jumlah derajat kebebasan , yang dapat dihitung dengan:


ν = banyaknya titik data – banyaknya koefisien yang ditentukan
atau ν = banyaknya titik data – 2; untuk garis lurus

Sebagaimana rata-rata dari pengukuran berulang, untuk kurva tersebut, ketidakpastian


baku terkait diperoleh dari taksiran simpangan baku:

u=s

Proses penarikan kurva tidak terbatas pada garis lurus, secara umum kurva yang
mewakili serangkaian data pengukuran dapat dinyatakan sebagai:

y = f(x)

Meskipun perhitungan koefisien kurva dan evaluasi ketidakpastiannya tampak sulit,


banyak perangkat lunak komersial yang telah mempunyai fungsi built in untuk proses
perhitungan penarikan kurva (regresi)

DP.01.23; Juni 2003 13 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

9. EVALUASI KETIDAKPASTIAN BAKU TIPE B

Evaluasi ketidakpastian baku tipe B diperoleh dengan cara selain analisis statistik dari
serangkaian pengamatan yang biasanya didasarkan pada justifikasi ilmiah
menggunakan semua informasi relevan yang tersedia, yang dapat meliputi:

¾ Data pengukuran sebelumnya;

¾ Pengalaman dengan, atau pengetahuan umum tentang tingkah laku dan sifat
instrumen dan bahan yang relevan;

¾ Spesifikasi pabrik;

¾ Data yang diberikan dalam sertifikat atau laporan lainnya;

¾ Ketidakpastian yang diberikan untuk data acuan yang diambil dari data book.

Contoh paling sederhana dari evaluasi tipe B adalah penggunaan ketidakpastian yang
dilaporkan dalam sertifikat standar. Untuk memperoleh ketidakpastian baku,
ketidakpastian bentangan dibagi dengan faktor cakupan yang diberikan dalam
sertifikat tersebut. Tanpa adanya nilai faktor cakupan, maka faktor cakupan sama
dengan 2 dapat digunakan jika ketidakpastian bentangan mempunyai tingkat
kepercayaan 95%.

Dalam kasus lain, dimana ketidakpastian diberikan dalam batas tertentu + a, distribusi
kemungkinan dapat diestimasi dari informasi yang tersedia, yang kemungkinan dapat
berbentuk distribusi berikut:

¾ Distribusi kemungkinan rectangular


Hal ini digunakan bila batas dapat ditentukan namun nilai besaran ukur tampak
berada di semua tempat dalam rentang tersebut. Ketidakpastian baku diperoleh
dengan membagi semi-range ‘a’ dengan 3 , yaitu u = a / 3

-a µ +a
a a
µ− µ+

3 3

DP.01.23; Juni 2003 14 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

¾ Distribusi kemungkinan triangular


Hal ini digunakan bila terdapat bukti bahwa nilai yang paling mungkin adalah
nilai yang dekat dengan nilai rata-rata, lebih dekat dengan batas rentang,
kemungkinannya berkurang menuju “nol”. Ketidakpastian baku diperoleh dengan
membagi semi-range ‘a’ dengan 6 , yaitu, u = a / 6

-a µ +a
a a
µ− µ+
6 6

¾ Distribusi kemungkinan bentuk-U


Distribusi ini terjadi di beberapa bidang metrologi. Sebagai contoh adalah
distribusi kemungkinan untuk ketidakpastian yang timbul dari refleksi konektor
frekuensi radio. Hal ini juga dapat diterapkan untuk variasi temperatur udara bila
kendali temperatur menghasilkan sebaran yang selalu dekat dengan batas
ketidakpastian. Ketidakpastian diperoleh dengan membagi semi-range ‘a’ dengan
2 yaitu, u = a / 2

-a µ +a
a a
µ− µ+
2 2

DP.01.23; Juni 2003 15 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

¾ Distribusi Gaussian atau Normal


Distribusi ini dapat digunakan bila diasumsikan untuk ketidakpastian yang
menyatakan tingkat kepercayaan tertentu, 95% atau 99%. Ketidakpastian baku
diperoleh dengan membagi ketidakpastian tersebut dengan faktor cakupan yang
tepat berdasarkan tabel distribusi-t, yaitu u = U / k; dimana U adalah
ketidakpastian bentangan untuk tingkat kepercayaan tertentu dan k adalah faktor
cakupan,

-U µ +U
U U
µ− µ+
k k

Untuk evaluasi ketidakpastian baku tipe B, distribusi rectangular adalah model dasar
yang cukup beralasan bila tidak terdapat informasi lainnya. Namun jika diketahui
bahwa nilai besaran yang diukur dekat dengan pusat rentang ketidakpastian, maka
distribusi triangular merupakan model yang lebih baik.

Ketidakpastian baku tipe B diperoleh dari suatu proses penaksiran distribusi


kemungkinan. Secara sederhana diasumsikan bahwa distribusi kemungkinan dari nilai
tersebut telah diketahui dengan pasti. Dalam sebagian besar kasus, dapat diasumsikan
bahwa derajat kebebasan dari ketidakpastian baku tersebut adalah tak terhingga. Hal
ini merupakan asumsi yang beralasan dalam praktek secara umum bahwa
kemungkinan dari besaran yang diamati berada diluar batas ketidakpastian adalah
sangat kecil.

DP.01.23; Juni 2003 16 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

10. KOEFISIEN SENSITIFITAS

Koefisien sensitifitas merupakan salah saru aspek dalam evaluasi ketidakpastian


pengukuran yang menimbulkan kesulitan. Koefisien sensitifitas mengkonversikan
semua komponen ketidakpastian ke dalam satuan yang sama dengan satuan besaran
ukur. Hal ini merupakan kondisi yang harus dipenuhi untuk menggabungkan
ketidakpastian baku yang mempunyai satuan berbeda.

Koefisien sensitifitas juga memberikan skala fungsi pembobot untuk setiap komponen
ketidakpastian; yang menjelaskan bagaimana taksiran keluaran bervariasi dengan
perubahan nilai taksiran masukan.

Evaluasi koefisien sensitifitas dapat dilakukan berdasarkan turunan parsial dari fungsi
yang mewakili model matematis pengukuran, yaitu:

ci = ∂f / ∂xi

Koefisien sensitifitas kadang-kadang dapat ditentukan secara eksperimental, yaitu


dengan memvariasikan besaran input tertentu dan menjaga besaran input lainnya
dalam nilai yang konstan.

Bila y = f(x1, x2, x3,...) dan ketidakpastian dari setiap besaran masukan dinyatakan
u(xi), kontribusi ketidakpastian dari satu besaran ui(y) masukan terhadap
ketidakpastian dari besaran ukur uc(y)dapat pula diperoleh dengan:

u1(y) = c1u(x1) = f( x1+u(x1), x2, x3, ...) - f(x1, x2, x3,...)


u2(y) = c2u(x2) = f( x1, x2+u(x2), x3, ...) - f(x1, x2, x3,...)
dst.

Karena pada saat ini terdapat banyak software yang mempunyai fasilitas spreadsheet
matematis, maka cara perhitungan kontribusi ketidakpastian ini menjadi relatif lebih
mudah dibanding dengan menghitung turunan parsial besaran ukur terhadap setiap
besaran masukan.

DP.01.23; Juni 2003 17 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

11. KETIDAKPASTIAN BAKU GABUNGAN

Ketidakpastian baku gabungan dari suatu pengukuran, dinotasikan dengan uc(y),


diambil untuk mewakili taksiran simpangan baku (estimated standard deviation) dari
hasil pengukuran, yang diperoleh dengan menggabungkan ketidakpastian baku dari
setiap taksiran masukan berdasarkan pendekatan deret Taylor orde satu dari model
pengukuran. Metode penggabungan ketidakpastian baku ini sering disebut dengan
hukum propagasi ketidakpastian.

Untuk besaran masukan yang tidak berkorelasi, ketidakpastian baku gabungan dari
taksiran keluaran y dapat dinyatakan dengan:

N N
uc ( y) = ∑ [ci u ( xi )]2 =
i =1
∑ [u ( y)]
i =1
i

dimana: ci= ∂f / ∂xi dan ciu(xi)=ui(y)

Dalam proses pengukuran, terdapat beberapa keadaan dimana dua besaran masukan
atau lebih saling bergantung. Pernyataan ketidakpastian baku gabungan yang tepat
terkait dengan hasil pengukuran tersebut adalah:

N N −1 N
uc ( y) = ∑ [ci u ( xi )]2 + 2∑
i =1
∑ c c u ( x )u ( x
i =1 j = i +1
i j i j )r ( xi , x j )

Ke-saling-bergantung-an dari dua variabel disifatkan oleh koefisien korelasinya, yang


dapat dinyatakan sebagai:

u(x i , x j )
r(x i , x j ) =
u ( x i )u ( x j )

Korelasi dapat terjadi jika pengukuran yang sama digunakan lebih dari sekali dalam
proses pengukuran yang sama, namun, pengaruhnya terhadapa ketidakpastian baku
gabungan dapat positif, yaitu menambah ketidakpastian atau negatif, yang
menyebabkan pengurangan ketidakpastian.

Jika diduga terdapat korelasi positif namun koefisien korelasi tidak dapat dihitung
dengan mudah, cukup beralasan untuk mengasumsikan koefisien korelasi sama
dengan +1. Jika semua taksiran masukan berkorelasi dengan koefisien korelasi +1,
ketidakpastian baku gabungan dari taksiran keluaran dapat dinyatakan dengan:

2
N 
u c ( y ) = ∑ ci u ( xi ) 
 i =1 

DP.01.23; Juni 2003 18 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Untuk penggunaan praktis dalam bidang pengujian, aturan sederhana berikut dapat
digunakan untuk model pengukuran yang sering dijumpai dalam pengukuran analitik:

¾ Jika model hanya mencakup penjumlahan atau pengurangan dari besaran yang
berbeda,

misalnya, y = ( p + q + r + ...)
u c ( y ) = u ( p ) 2 + u (q ) 2 + u (r ) 2 + ...

¾ Jika model mencakup perkalian atau pembagian besaran yang berbeda,

misalnya, y = p.q.r... atau y = p /( q.r...)


u c ( y ) = y (u ( p) / p) + (u (q) / q) + (u (r ) / r ) 2 + ...
2 2

¾ Jika model mencakup suatu fungsi pangkat-n,

misalnya, y = an
uc(y) = ny u(a) / a

DP.01.23; Juni 2003 19 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

12. DERAJAT KEBEBASAN EFEKTIF

Perlunya perhitungan derajat kebebasan efektif terkait dengan komponen


ketidakpastian adalah untuk memperoleh pemelihan nilai faktor pengali yang tepat
untuk distribusi Student’s t dan juga memberikan indikasi kehandalan penaksiran
ketidakpastian.

Derajat kebebasan efektif yang tinggi mewakili jumlah pengukuran yang besar,
sebaran yang sempit, dan keyakinan yang tinggi terhadap nilai tersebut, sebaliknya,
derajat kebebasan efektif yang rendah terkait dengan sebaran yang lebar atau
keyakinan yang lebih rendah terhadap nilai tersebut.

Setiap komponen ketidakpastian mempunyai derajat kebebasan yang tepat, ν, yang


diberikan untuknya. Untuk nilai rata-rata dari n pengukuran, derajat kebebasannya
adalah:
ν = n-1

Untuk nilai yang terkait dengan penarikan kurva (fitted curve) atau regresi, derajat
kebebasannya adalah:
ν = banyaknya titik data – banyaknya koefisien yang ditentukan
Untuk ketidakpastian yang ditaksir berdasarkan pengetahuan tentang suatu batas
rentang + a, the ISO GUM memberikan rumus yang dapat digunakan untuk semua
distribusi yang berkaitan dengan batas rentang tersebut, yaitu:
−2
1  ∆u ( xi ) 
ν≈  
2  u ( xi ) 

Dimana:
∆u ( x i )
adalah ketidakpastian relatif dari taksiran batas rentang tersebut.
u ( xi )

Jika semua komponen ketidakpastian telah digabungkan, derajat kebebasan dari


ketidakpastian baku gabungan perlu untuk diestimasi, yaitu derajat kebebasan efektif
dari ketidakpastian baku gabungan yang dapat dihitung dengan rumus Welch-
Satterthwaite:
u4
ν eff = n c4
ui ( y)
∑1 νi

Dimana:
νeff adalah derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku gabungan
νi adalah derajat kebebasan dari komponen ketidakpastian ke-i
ui(y) adalah hasil perkalian ciu(xi)

DP.01.23; Juni 2003 20 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Berdasarkan derajat kebebasan efektif dari ketidakpastian baku gabungan, faktor


cakupan (coverage factor) untuk tingkat kepercayaan yang diinginkan dapat diperoleh
dari tabel distribusi t atau dihitung dengan rumus:

k = 1.95996 +2.37356/ν+2.818745/ν2 +2.546662/ν3 +1.761829/ν4 +0.245458/ν5


+1.000764/ν6

DP.01.23; Juni 2003 21 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

13. KETIDAKPASTIAN BENTANGAN (EXPANDED UNCERTAINTY)

Ukuran ketidakpastian perlu untuk memenuhi kemungkinan yang memadai yang


diistilahkan dengan ketidakpastian bentangan, yang dinyatakan dengan simbol U, dan
diperoleh dari mengalikan uc(y) dengan caktor cakupan, yang dinyatakan dengan
simbol t atau k.

Praktek internasional yang biasa diterapkan adalah memberikan tingkat kepercayaan


sekitar 95% (95.45%). Untuk tingkat kepercayaan tertentu, nilai faktor cakupan
bervariasi terhadap derajat kebebasan efektif.

Dalam banyak kasus, nilai k sama dengan 2 dapat digunakan bila derajat kebebasan
cukup besar, yaitu lebih besar atau sama dengan 30. Jika derajat kebebasan efektif
relatif kecil, nilai k dapat diperoleh dari tabel distribusi-t

DP.01.23; Juni 2003 22 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

14. PELAPORAN KETIDAKPASTIAN

Dalam praktek, sejumlah informasi perlu diberikan dalam laporan kalibrasi dan
pengujian bergantung pada fungsi yang diinginkan.

Dalam pelaporan hasil pengukuran, informasi berikut sebaiknya diberikan:

¾ Ketidakpastian bentangan beserta faktor cakupan dan tingkat kepercayaan;

¾ Deskripsi metode pengukuran yang digunakan untuk menghitung hasil


pengukuran dan ketidakpastiannya;

¾ Nilai dan sumber semua koreksi dan konstanta yang digunakan baik dalam
perhitungan dan analisis ketidakpastian;

¾ Hubungan fungsional Y=f(X1, X2, …) dan bebrapa koefisien sensitifitas tertentu


yang ditentukan secara eksperimental sebaiknya diberikan.

Dalam melaporkan hasil kalibrasi atau hasil uji beserta ketidakpastiannya, sebaiknya
dengan memperhatikan:

¾ Nilai numerik dari ketidakpastian pengukuran sebaiknya dinyatakan dalam 2


significant digit.

¾ Bila pembulatan menyebabkan nilai numerik turun lebih dari 5 % maka


sebaiknya dilakukan pembulatan ke atas.

¾ Untuk meminimalkan kesalahan pembulatan, dalam proses penggabungan


ketidakpastian sebaiknya digunakan paling sedikit satu significant digit lebih
banyak.

¾ Nilai numerik dalam pelaporan hasil pengukuran dan/atau pengujian sebaiknya


dibulatkan ke significant digit terakhir dari ketidakpastian bentangan yang
dilaporkan.

DP.01.23; Juni 2003 23 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

15. KESESUAIAN DENGAN SPESIFIKASI

Klausul 5.10.3.1 dari SNI-19-17025-2000 tentang laporan pengujian menyatakan: ”...


bila diperlukan untuk interpretasi hasil pengujian, mencakup: ... b) bila relevan,
pernyataan kesesuaian/ketidaksesuaian dengan spesifikasi...”.

Untuk laporan kalibrasi, klausul 5.10.4.2 dari SNI-19-17025-2000 menyatakan: “...


bila pernyataan kesesuaian dibuat, ketidakpastian pengukuran harus
diperhitungkan”.

Sejalan dengan dua klausul dalam SNI-19-17025-2000 tersebut, bila pengujian atau
kalibrasi dilakukan terhadap spesifikasi tertentu dan pelanggan atau spesifikasi
tersebut memerlukan pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi, maka laporan
kalibrasi dan/atau pengujian harus memuat pernyataan yang menunjukkan apakah
hasil kalibrasi dan/atau pengujian yang dilaporkan menunjukkan kesesuaian dengan
spesifikasi yang digunakan.

Bila ketidakpastian suatu hasil kalibrasi dan/atau pengujian diperlukan untuk menilai
kesesuaian dengan spesifikasi, dan mempengaruhi kesesuaian terhadap batas
spesifikasi maka penilaian kesesuaian harus memperhitungkan ketidakpastian
bentangan yang dilaporkan dengan faktor cakupan dan tingkat kepercayaan tertentu.

Bila spesifikasi memberikan suatu interval dengan batas atas dan batas bawah, rasio
ketidakpastian terhadap interval spesifikasi sebaiknya cukup kecil. Untuk
ketidakpastian bentangan U dan interval spesifikasi 2T (2T = batas atas – batas
bawah), rasio U:T merupakan ukuran dari metoda kalibrasi atau pengujian dalam
membedakan kesesuaian dan ketidaksesuaian.

Kasus yang paling sederhana dalam penilaian kesesuaian dengan spesifikasi adalah
bila spesifikasi dengan jelas menyatakan bahwa hasil kalibrasi dan/atau pengujian
yang diperluas dengan ketidakpastian bentangan pada tingkat kepercayaan tertentu,
harus tercakup dalam batas spesifikasi yang diberikan.

Dalam kasus yang paling sering terjadi, dimana spesifikasi mensyaratkan pernyataan
kesesuaian dalam sertifikat atau laporan, namun tidak terdapat acuan untuk
memperhitungkan pengaruh ketidakpastian terhadap penilaian kesesuaian. Dalam hal
ini justifikasi kesesuaian dapat didasarkan pada apakah hasil kalibrasi atau hasil uji
berada dalam batas kesesuaian tanpa memperhitungkan ketidakpastian.

Ilustrasi: hasil pengukuran diameter batang silinder adalah 0,50 mm sedangkan batas
spesifikasi adalah antara 0,45 mm ~ 0,55 mm, dalam kondisi ini dapat disimpulkan
bahwa batang silinder tersebut memenuhi persyaratan tanpa memperhatikan
ketidakpastian pengukuran.

Pernyataan kesesuaian seperti dalam ilustrasi diatas sering disebut sebagai membagi
resiko karena pengguna akhir mengambil sebagian resiko bahwa terdapat sebagian

DP.01.23; Juni 2003 24 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

produk yang diuji dan/atau dikalibrasi mungkin tidak memenuhi spesifikasi setelah
diuji dan/atau dikalibrasi dengan metoda pengukuran dan/atau pengujian yang
disetujui. Dalam kasus seperti ini terdapat asumsi bahwa ketidakpastian dari metode
yang disetujui dapat diterima dan hal ini harus dievaluasi bila perlu. Regulasi dalam
perdagangan biasanya menolak prinsip membagi resiko ini dan meletakkan
ketidakpastian sebagai resiko pada satu pihak.

Suatu persetujuan antara pelanggan dan laboratorium, atau kode praktek atau
spesifikasi mungkin menyatakan bahwa akurasi dari metode yang diadopsi memadai
dan ketidakpastian tidak perlu diperhatikan secara eksplisit saat menjustifikasi
kesesuaian. Konsiderasi yang sama dengan kasus membagi resiko (di atas) dapat
diterapkan untuk kasus tersebut.

Bila tidak terdapat kriteria, spesifikasi pengujian dan/atau kalibrasi, permintaan


pelanggan, persetujuan atau kode praktek, pendekatan yang dapat digunakan untuk
menyatakan kesesuaian maka pernyataan kesesuaian dengan spesifikasi dapat
dinyatakan bila batas spesifikasi tidak dilanggar oleh hasil pengujian dan/atau
kalibrasi, yang diperluas dengan setengah ketidakpastian bentangan pada tingkat
kepercayaan 95%.

batas atas (+T)


+U
y
-U
+U
y
-U
batas bawah (-T)

Dalam kasus seperti ini, kesesuaian bisa dinyatakan dalam tingkat kepercayaan yang
sama dengan tingkat kepercayaan dari ketidakpastian bentangan yang digunakan
untuk mengevaluasi kesesuaian dengan spesifikasi tersebut.

DP.01.23; Juni 2003 25 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

16. RINGKASAN PROSEDUR EVALUASI

Hal-hal berikut merupakan pedoman untuk menggunakan dokumen ini dalam praktek:

¾ Tentukan model matematis proses pengukuran.

¾ Tentukan taksiran nilai besaran masukan.

¾ Lakukan identifikasi semua sumber ketidakpastian.

¾ Evaluasi ketidakpastian baku tipe A untuk besaran ukur yang diperoleh dari
pengamatan berulang.

¾ Evaluasi ketidakpastian baku tipe B berdasarkan informasi yang tersedia.

¾ Evaluasi koefisien sensitifitas untuk setiap besaran masukan.

¾ Hitung ketidakpastian baku gabungan.

¾ Evaluasi derajat kebebasan efektif.

¾ Hitung ketidakpastian bentangan dari hasil pengukuran.

¾ Laporkan hasil pengukuran dan ketidakpastian bentangan terkait beserta faktor


cakupan dalam laporan/sertifikat pengujian/kalibrasi.

¾ Bila diperlukan penilaian kesesuaian dengan spesifikasi, maka lakukan


evaluasi penilaian kesesuaian dengan spesifikasi sesuai dengan standar atau
permintaan pelanggan.

DP.01.23; Juni 2003 26 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

17. EVALUASI BEST MEASUREMENT CAPABILITY (BMC)

Best Measurement Capability (BMC) didefinisikan sebagai “ketidakpastian terkecil


yang dapat dicapai oleh laboratorium dalam lingkup akreditasinya, dalam melakukan
kalibrasi rutin standar pengukuran yang mendekati ideal yang digunakan untuk
mendefinisikan, merealisasikan, memelihara atau mereproduksi suatu satuan dari
besaran ukur tersebut atau satu atau lebih nilai-nilainya; atau peralatan ukur yang
mendekati ideal yang digunakan untuk mengukur besaran ukur tersebut.” [8]

Dari definisi di atas maka harus diperhatikan bahwa BMC yang ditetapkan untuk
suatu laboratorium kalibrasi harus dapat merefleksikan kemampuan laboratorium
dalam melakukan kalibrasi rutin terhadap suatu alat ukur atau standar pengukuran
yang hampir ideal, yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium tersebut menggunakan
sumber daya yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam praktek BMC merupakan
ketidakpastian yang dapat dicapai oleh laboratorium kalibrasi dalam melakukan
pelayanan kalibrasi rutin.

Ketidakpastian yang dilaporkan oleh suatu laboratorium dapat lebih kecil dari BMC,
bila laboratorium tersebut mengkalibrasi suatu alat ukur atau standar pengukuran yang
mempunyai karakteristik lebih baik dari kondisi hampir ideal yang digunakan dalam
menetapkan BMC.

Dalam kondisi tertentu, ketidakpastian yang dilaporkan oleh laboratorium dapat lebih
besar BMC, bila laboratorium melakukan kalibrasi terhadap suatu alat ukur atau
standar pengukuran yang mempunyai karakterisitik yang lebih buruk dari kondisi
hampir ideal yang digunakan dalam menetapkan BMC.

Satu kasus yang memerlukan investigasi terhadap kemampuan laboratorium adalah


bila laboratorium melaporkan ketidakpastian yang jauh lebih kecil atau jauh lebih
besar dalam melakukan kalibrasi alat ukur atau standar ukuran dengan karakteristik
setingkat dengan kondisi hampir ideal yang digunakan dalam menetapkan BMC.

Dalam praktek, BMC dapat dievaluasi dengan audit pengukuran menggunakan


peralatan hampir ideal yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium bersangBMCan atau
dengan mengevaluasi uncertainty budget yang biasa digunakan oleh laboratorium
dalam melakukan kalibrasi rutin.

BMC dipengaruhi oleh beberapa komponen yang bergantung pada sejumlah faktor
yang diperlukan oleh laboratorium untuk menunjukkan kompetensi laboratorium
kalibrasi, yang antara lain meliputi :

¾ Pendidikan, pelatihan dan pengetahuan teknis personel;

¾ Kondisi lingkungan laboratorium kalibrasi;

¾ Pemeliharaan peralatan, termasuk interval kalibrasi dan verifikasi.

DP.01.23; Juni 2003 27 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Untuk dapat memberikan justifikasi BMC dengan baik, maka pengamatan terhadap
kondisi laboratorium harus dilakukan dengan memperhatikan:

¾ Metode kalibrasi
Metode kalibrasi akan mempengaruhi BMC laboratorium, karena dalam
metode biasanya dinyatakan spesifikasi peralatan yang dapat dikalibrasi
berdasarkan metode tersebut, persyaratan kondisi lingkungan, kalibrator yang
digunakan, skema pengamatan. Metode yang digunakan untuk melakukan
kalibrasi akan membedakan BMC untuk kalibrasi standar atau alat ukur yang
sama. Sebagai contoh: perhitungan BMC alibrasi anak timbangan yang
dilakukan dengan metode perbandingan langsung akan berbeda dengan
kalibrasi anak timbangan dengan metode penimbangan siklus tertutup atau
dekade.

¾ Standar acuan dan alat ukur


Standar acuan dan alat ukur yang digunakan untuk melakukan kalibrasi
merupakan komponen utama yang harus diperhitungkan dalam evaluasi BMC.
Ketidakpastian dari standar acuan dan alat ukur akan menentukan jenis alat
yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium. Ketidakpastian dari standar acuan
dan alat ukur ini terdapat dalam sertifikat kalibrasinya. Dalam kasus tertentu
laboratorium yang mempunyai standar acuan dengan kelas yang sama bisa
mempunyai BMC yang berbeda, sebagai contoh: suatu laboratorium kalibrasi
anak timbangan yang mempunyai anak timbangan kelas E2, dan komparator
massa dengan resolusi 0.1 mg akan berbeda dengan laboratorium yang
mempunyai standar acuan kelas E2, tapi komparator massanya mempunyai
resolusi 0.01 mg.

Selain ketidakpastian yang terdapat dalam sertifikat kalibrasi, ada satu hal lagi
yang perlu diperhatikan, nilai yang tercantum dalam sertifikat kalibrasi
merupakan nilai yang valid pada saat standar acuan atau alat ukur tersebut
dikalibrasi. Dalam kondisi rutin, maka pergeseran nilai dari standar acuan dan
alat ukur tersebut dapat diperkirakan dari riwayat peralatan. Bila dalam
interval waktu antara dua kalibrasi yang berurutan, terdapat pergeseran nilai
sebesar b, maka ketidakpastian yang bersumber dari pergeseran nilai ini dapat
diestimasi sebesar (0.5b)/(31/2).

¾ Peralatan bantu
Dalam proses kalibrasi, jenis dan akurasi alat bantu yang digunakan untuk
memonitor besaran berpengaruh akan mempengaruhi BMC yang diberikan
untuk laboratorium demikian juga perangkat pengolah data yang digunakan
dalam data analisis. Sebagai contoh: dalam kalibrasi anak timbangan, peralatan
bantu untuk memonitor densitas udara ruangan akan berpengaruh sangat besar
dalam perhitungan BMC. Laboratorium yang melakukan kalibrasi anak
timbangan dengan melakukan pengukuran densitas udara menggunakan alat
bantu dengan akurasi tertentu, akan mempunyai BMC yang berbeda dengan

DP.01.23; Juni 2003 28 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

laboratorium yang tidak melakukan pengukuran densitas udara, tapi


ketidakpastiannya ditaksir dalam kondisi terburuk.

¾ Teknik pengukuran
Teknik pengukuran yang berbeda akan menyebabkan nilai BMC yang berbeda,
sebagai contoh: Kalibrasi anak timbangan dengan metode perbandingan
langsung yang dilakukan dengan urutan pengambilan data Standar-Test-Test-
Standar sebanyak 1 seri akan berbeda dengan yang dilakukan sebanyak 3 seri.
Apabila dilakukan sebanyak 1 seri maka ketidakpastian yang berasal dari daya
ulang pembacaan adalah (stdev timbangan / 21/2) sedangkan bila dilakukan
sebanyak 3 seri adalah (stdev timbangan / 61/2).

¾ Besaran berpengaruh
Definisi besaran berpengaruh adalah besaran yang tidak tercakup dalam
deifinisi besaran ukur namun mempengaruhi hasil pengukuran. Laboratorium
yang telah diakreditasi semestinya telah mampu mengeliminir pengaruh dari
besaran ini, namun pada kenyataannya proses untuk mengeliminir pengaruh ini
tidak mungkin dilakukan secara sempurna, sehingga dalam evaluasi BMC
pengamatan terhadap besaran berpengaruh ini menjadi sangat penting. Sebagai
contoh: dalam kalibrasi anak timbangan dengan basis massa konvensional
maka proses pengkondisian untuk mencapai kondisi konvensional densitas
udara 1.2 kg/m3 tidak akan dapat dilakukan dengan sempurna, sehingga
kontribusi ketidakpastian karena pengaruh ini harus diperhitungkan.

¾ Personil
Personil yang melakukan proses kalibrasi akan memberikan kontribusi yang
cukup berarti dalam evaluasi BMC. Sebagai contoh, personil yang berbeda
dalam melakukan kalibrasi anak timbangan yang sama menggunakan
timbangan yang sama dapat menghasilkan ketidakpastian yang berbeda untuk
mengamati daya ulang pembacaan timbangan. Dalam kalibrasi anak
timbangan, maka kemampuan personil dalam melakukan pengamatan standar
deviasi timbangan akan mempengaruhi ketidakpastian dalam kalibrasi rutin
yang dilakukan oleh laboratoium tersebut.

¾ Spesifikasi peralatan yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium


Definisi BMC menyebutkan bahwa BMC diberikan untuk kalibrasi rutin
standar acuan atau alat ukur yang mendekati ideal yang dapat dikalibrasi oleh
laboratorium. Dari definisi ini maka kontribusi dari alat yang dikalibrasi tidak
bisa diabaikan dalam evaluasi BMC. Sebagai contoh, dalam kalibrasi anak
timbangan maka suatu laboratorium yang mempunyai standar massa kelas E2,
maka laboratorium tersebut mempunyai kemampuan terbaik untuk
mengkalibrasi standar massa kelas F1, spesifikasi standar massa memberikan
rentang tertentu untuk densitas bahan dari setiap kelas, sehingga dalam
perhitungan BMC hal ini harus diperhitungkan.

DP.01.23; Juni 2003 29 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

Ilustrasi lain dapat diberikan untuk kalibrasi mikrometer dengan standar acuan
gauge block berdasarkan metode standar JIS B 7502, maka kondisi dari
mikrometer terbaik menurut standar tersebut harus diperhitungkan dalam
evaluasi BMC.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen di atas, sumber


ketidakpastian dalam evaluasi BMC dapat dapat meliputi, tapi tidak terbatas pada:

1. Ketidakpastian baku yang bersumber dari standar acuan yang digunakan dalam
kalibrasi. Beberapa sumber ketidakpastian yang berkaitan dengan standar acuan
antara lain adalah:
¾ ketidakpastian baku kalibrasi standar acuan (dari sertifikat kalibrasi);
¾ drift standar acuan (dari hasil pengecekan antara);
¾ kondisi kerja standar acuan.

2. Ketidakpastian baku yang bersumber dari alat bantu yang digunakan dalam
kalibrasi. Beberapa sumber ketidakpastian yang berkaitan dengan alat bantu antara
lain adalah:
¾ ketidakpastian baku kalibrasi alat bantu (dari sertifikat kalibrasi);
¾ drift alat bantu (dari hasil pengecekan antara);
¾ kondisi kerja alat bantu.

3. Ketidakpastian baku tipe A yang dapat diamati dalam kalibrasi rutin yang
dilakukan oleh laboratorium, termasuk taksiran ketidakpastian tipe A dari
peralatan ”hampir ideal” yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium.

4. Ketidakpastian baku yang bersumber dari diskriminasi, daya baca, atau resolusi,
termasuk yang bersumber dari peralatan ”hampir ideal” yang dapat dikalibrasi
sesuai dengan kondisi laboratorium

5. Ketidakpastian baku yang bersumber dari besaran berpengaruh dan karakteristik


peralatan ”hampir ideal” yang dapat dikalibrasi oleh laboratorium

Dari pembahasan tentang BMC di atas maka dalam penetapan BMC laboratorium
dengan cara selain penilaian terhadap uncertainty budget, maka hal berikut perlu
untuk diperhatikan:

¾ Sesuai dengan definisi BMC, maka penilaian BMC dengan audit pengukuran
harus dilakukan dengan peralatan yang memenuhi kondisi hampir ideal untuk
laboratorium. Sebagai contoh, audit pengukuran untuk laboratorium kalibrasi
pressure gauge yang mempunyai standar acuan berupa DWT kelas 0.02% tentu
tidak relevan bila dilakukan menggunakan pressure gauge kelas 1.6%.

¾ Kaji ulang BMC laboratorium berdasarkan hasil uji banding antara


laboratorium juga harus memperhatikan artifak yang digunakan. Sebagai
contoh, hasil uji banding dengan artifak standar massa kelas F1, tentu tidak

DP.01.23; Juni 2003 30 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

relevan bila digunakan untuk menetapkan BMC laboratorium yang mempunyai


standar massa kelas E1.

¾ Penilaian BMC laboratorium dengan mengevaluasi hasil kalibrasi laboratorium


untuk periode tertentu juga harus memperhatikan jenis alat yang hasilnya
ditinjau. Sebagai contoh laboratorium mempunyai standar massa kelas E1,
dalam hal ini akan sangat tidak relevan bila hasil kalibrasi laboratorium untuk
standar massa kelas F1 digunakan dasar penetapan BMC, karena meskipun
laboratorium tersebut belum pernah menerima pekerjaan kalibrasi kelas E2,
namun dalam kondisi rutin laboratorium tersebut mampu untuk menyatakan
ketidakpastian yang lebih kecil dari hasil yang diperoleh untuk standar massa
kelas F1.

DP.01.23; Juni 2003 31 dari 32


Pedoman Evaluasi dan Pelaporan Ketidakpastian Pengukuran

18. PUSTAKA

1. ISO Guide to The Expression of Uncertainty in Measurement, 1993, International


Organization for Standardization, Geneva, Switzerland
2. ISO/IEC 17025 General Requirements for the Competence of Testing and
Calibration laboratories, first edition, 1999
3. International Vocabulary of Basic and General Terms in Metrology, 1993
4. SNI-19-17025-2000 Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Penguji dan
Kalibrasi, 2000
5. Taylor, B N, Kuyatt, C E, Guideline for Evaluating and Expressing the
Uncertainty of NIST Measurement Results, NIST Technical Note 1297, 1993
6. SAC-SINGLAS Technical Guide 1, Guidelines of The Evaluation and Expression
of Measurement Uncertainty, 2nd edition, 2001
7. SAC-SINGLAS Technical Guide 2, Guidelines of The Evaluation and Expression
of Uncertainty in Chemical Analysis, 1st edition, 2000
8. EA-4/02 Expression of The Uncertainty of Measurement in Calibration, European
Accreditation, 1999
9. Cook, R R, Assessment of Uncertainty of Measurement for Calibration and
Testing Laboratories, 1998
10. EURACHEM/CITAC Guide Quantifying Uncertainty in Analytical Measurement,
2000
11. Cook, R R, Giardini, W J, Guide to the ISO Guide to the Expression of
Uncertainty in Measurement, CSIRO-NML 1993
12. Kisset, D, Best Measurement Capability, OIML Bulletin, July 1999
13. APLAC TC 004, Method of Stating Test Results and Compliance with
Specificaition, 2001

DP.01.23; Juni 2003 32 dari 32

Anda mungkin juga menyukai