Anda di halaman 1dari 31

VIRUS DALAM BAHAN PANGAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mikrobiologi Pangan

Pengampu : Samuel, SKM, M.Gizi

Disusun oleh :

1. Putri Nurkholifah (P2.06.31.2.19.031)


2. Rahma Susvitasari (P2.06.31.2.19.032)
3. Restika Ratna Swari (P2.06.31.2.19.033)
4. Reva Nurul Fuadah (P2.06.31.2.19.034)
5. Shelin Dwi Heryanto (P2.06.31.2.19.035)
6. Sheyfira Rahmadani (P2.06.31.2.19.036)
7. Shoffati Nur Izzati (P2.06.31.2.19.037)
8. Tiara Nurul Hidayah (P2.06.31.2.19.038)
9. Vidya Basmah Azzharah (P2.06.31.2.19.039)
10. Yuniarti Shasita Ayu S (P2.06.31.2.19.040)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA WILAYAH CIREBON
PROGRAM STUDI DIII GIZI CIREBON

Jalan K.S. Tubun Nomor 52, Kota Cirebon

2020
VIRUS DALAM BAHAN PANGAN
Tanggal 14 Mei 2020

Pengampu : Samuel, SKM,M.Gizi


01_Adhe Nabiella Ammaradhevy
Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup. Virus hanya
dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus,
mulai dari hewan, tumbuhan hingga bakteri dan arkea. Istilah virus biasanya digunakan pada
jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota, sementara virus yang menginfeksi sel
prokariota —seperti bakteri dan arkea—dikenal sebagai bakteriofag. Secara sederhana,
virus dapat dikelompokkan berdasarkan jenis asam nukleat yang mereka miliki (virus
DNA atau virus RNA), untaian asam nukleat (untai tunggal atau untai ganda), ada tidaknya
segmentasi pada genom, ukuran virion, jenis simetri kapsid (heliks atau ikosahedreal), serta
ada tidaknya selubung.
Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) mengembangkan sistem klasifikasi yang
digunakan saat ini dan menulis pedoman yang memberi bobot lebih besar pada sifat-sifat
virus tertentu untuk menjaga keseragaman keluarga virus. Taksonomi terpadu (sistem
universal untuk mengklasifikasikan virus) telah ditetapkan. Peneliti baru mendeskripsikan
sebagian kecil dari total keragaman virus yang ada di bumi.
Ahli biologi dan pemenang Hadiah Nobel David Baltimore merancang sistem klasifikasi
Baltimore. Dalam klasifikasi virus modern, sistem klasifikasi ICTV digunakan bersama dengan
sistem klasifikasi Baltimore. Klasifikasi virus Baltimore didasarkan pada mekanisme
sintesis mRNA. Virus harus menghasilkan mRNA dari genomnya untuk menghasilkan protein
dan mereplikasi diri mereka sendiri, tetapi mekanisme yang digunakan oleh virus untuk
mencapai hal ini berbeda-beda. (Wikipedia, 2020)
02_Ageng Prihatini
Virus adalah parasit yang paling kecil dengan ukuran 0.02-0.3 μm. Partikel pada virus
mengandung sebuah DNA dibungkus protein dan enzim yang dibutuhkan untuk
memperbanyak diri. Hal tersebut bisa terjadi hanya didalam sel hidup binatang, tanaman
dan bakteri. Dalam sejarah, penyakit dengan efek luar biasa pada manusia dan hewan
adalah polio dan cacar. Ada juga yang mengakibatkan kegagalan tumbuh dari tanaman di
satu lahan.
Peneliti menganggap virus memiliki perilaku yang menyerupai bakteri sehingga secara
biologis tidak bisa dibilang hidup karena mekanismenya bisa terjadi dalam sel inang. Setelah
mekanismenya aktif maka virus dapat memperbanyak dirinya. Virus bisa masuk ke sel inang
dengan cara kontak langsung seperti berciuman atau berhubungan badan. Ada juga virus
yang ditularkan dengan benda yang terkontaminasi seperti alat medis atau peralatan
makan. Ada juga yang bisa masuk dengan cara terhirup melalui udara.
Klasifikasi virus adalah proses pemberian nama dan pengelompokan virus berdasarkan
karakter yang dimilikinya. Ada beberapa cara mengelompokkan virus, di antaranya
berdasarkan klasifikasi Baltimore dan berdasarkan Komite Internasional Taksonomi Virus
(bahasa Inggris: International Committee on Taxonomy of Viruses atau ICTV).
Klasifikasi Baltimore
Sistem pengelompokan virus ini diajukan oleh David Baltimore, seorang ilmuwan asal
Amerika Serikat. Ia membagi virus menjadi tujuh kategori berdasarkan jenis genom (DNA
atau RNA) dan metode replikasinya.
Kelas I: DNA utas ganda
Kelas II: DNA utas tunggal
Kelas III: RNA utas ganda
Kelas IV: RNA utas tunggal (+)
Kelas V: RNA utas tunggal (-)
Kelas VI: RNA utas tunggal (+) dengan DNA Intermediat
Kelas VII: DNA utas ganda dengan RNA Intermediat
Klasifikasi ICTV
Seperti taksonomi makhluk hidup pada umumnya, klasifikasi virus juga dilakukan secara
hierarkis atau bertingkat. Sistem klasifikasi virus yang diusulkan oleh ICTV saat ini yaitu:[2]
Realm (-viria)
Subrealm (-vira)
Kerajaan (-viriae)
Subkingdom (-virites)
Filum (-viricota)
Subfilum (-viricotina)
Kelas (-viricetes)
Subkelas (-viricetidae)
Ordo (-virales)
Subordo (-virineae)
Keluarga (-viridae)
Subkeluarga (-virinae)
Genus (-virus)
Subgenus (-virus)
Spesies
Dalam klasifikasi virus, terdapat banyak takson yang dikategorikan sebagai incertae sedis
atau penempatannya tidak pasti. Klasifikasi virus hingga ke tingkat ordo (14 buah) dan
keluarga (150 buah). (Zaini, 2019)
03_Alifah Nurjannah
Identifikasi Virus
Virus adalah organisme mikroskopik (super kecil) yang tersebar di berbagai penjuru dunia
dan cenderung bersifat parasit.
Struktur virus dan bentuk-bentuknya
Struktur virus dapat beragam dalam hal kompleksitasnya. Umumnya, organisme ini terdiri
atas materi genetik berupa RNA atau DNA. Materi genetik tersebut dibungkus oleh selaput
protein yang disebut dengan kapsid. Terkadang, virus memiliki membran lipid (envelope)
yang menyelubungi kapsid saat virus berada di luar sel.
Virus tidak mengandung ribosom, bagian sel yang normalnya menghasilkan protein. Tidak
adanya ribosom tersebut membuat virus sangat bergantung pada host yang ditumpangi.
Virus memiliki bentuk yang bervariasi. Virus pun dikelompokkan berdasarkan bentuknya
masing-masing. Bentuk virus tersebut, berupa:
- Heliks atau bentuk tangga spiral. Contoh virus berbentuk heliks yaitu virus mosaik
tembakau
- Ikosahedral, atau bentuk hampir lingkaran
- Envelope, yakni virus yang dikelilingi membran lipid. Yang termasuk virus dengan amplop
tersebut yakni HIV dan virus influenza.
- Bentuk lain, misalnya virus dengan kombinasi heliks dan ikosahedral (Arifputra, 2020)

04_Aliyah Mediantika
Identifikasi Virus
Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksiselorganisme biologis. Secara umum virus merupakan partikel
tersusun atas elemen genetik (genom) yang mengandung deoksiribonukleat (DNA) atau
asam ribonukleat (RNA) yang dapat berada dalam dua kondisi, yaitu secara intraseluler
dalam tubuh inang dan ekstrseluler diluar tubuh inang.

Berikut adalah identifikasi virus, yaitu :


a. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus terdiri dari:
1) Ribovirus, yaitu virus yang memiliki asam nukleat berupa RNA saja. Jenis virus ini terdiri
dari beberapa famili, diantaranya :
• Picornaviridae,
• Reoviridae,
• Togaviridae,
• Paramyvoviridae,
• Orthomyxoviridae,
• Retroviridae,
• Rhabdoviridae,
• Arenaviridae
2) Deoksiribovirus, yaitu virus yang memiliki asam nukleat berupa DNA saja. Virus ini terdiri
dari family:
• Parvoviridae,
• Papovaviridae,
• Adenoviridae,
• Herpesviridae,
• Poxviridae.
b. Berdasarkan bentuk dasarnya, Virus dibedakan menjadi:
virus bentuk Ikosahedral, Heliks, dan Kompleks.
c. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus dibedakan menjadi:
1. virus dengan 252 kapsomer, contoh adenovirus;
2. virus dengan 162 kapsomer, contoh herpesvirus;
3. virus dengan 72 kapsomer, contoh papovavirus;
4. virus dengan 60 kapsomer, contoh picornavirus;
5. virus dengan 32 kapsomer, contoh parvovirus
d. Berdasarkan sel inangnya, virus dibedakan menjadi:
• virus yang menyerang manusia, contoh HIV;
• virus yang menyerang hewan, contoh rabies; • virus yang menyerang tumbuhan, contoh
TMV;
• virus yang menyerang bakteri.
e. Berdasarkan tempat hidupnya dibedakan menjadi:
1) Virus bakteri (bakteriofage) adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan
menyerbu bakteri. Virus ini tersusun dari suatu asam nukleat yang dikelilingi oleh selubung
protein atau kapsid. Kapsid tersusun dari submit atau molekul protein yang disebut
protomer. Ada dua tipe utama virus bakteri: litik dan lisogenik.
Berdasarkan morfologinya, virus bakteri dikelompokkan menjadi enam tipe, yaitu:
a) Tipe A yang paling rumit mempunyai kepala heksagonal, ekor yang kaku dengan seludang
kontraktil, dan serabut ekor.
b) Tipe B ini mempunyai kepala heksagonal. Tetapi, tidak mempunyai seludang kontraktil,
ekornya kaku, dan ada yang mempunyai serabu ekor dan ada yang tidak.
c) Tipe C dicirikan oleh sebuah kepala heksagonal dan sebuah ekor yang pendek daripada
kepalanya. Ekornya tidak mempunyai seludang kontraktil dan ada yang mempunyai serabut
ekor dan ada yang tidak.
d) Tipe D mempunyai sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun dari kapsomer-
kapsomer besar.
e) Tipe E mempunyai sebuah kepala tanpa ekor, dan kepalanya tersusun atas kapsomer-
kapsomer kecil.
f) Tipe F berbentuk filamen.
2) Virus tumbuhan yaitu virus yang parasit pada sel tumbuhan. Contoh virus yang parasit
pada tumbuhan:
• Tobacco Mozaic Virus (TMV)
• Beet Yellow Virus (BYV).
3) Virus hewan adalah virus yang parasit pada sel hewan. Contoh:
• virus Poliomylitis,
• virus Vaccina,
• virus Influenza. (htt) (Sri Mulyati, Duwi Hartati, & Reliyanti, 2013)
05_Alvina Damayanti
Sampai tahun 2008, ICTV telah mengidentifikasi 5 ordo (Caudovirales, Herpesvirales,
Mononegavirales, Nidovirales, dan Picornavirales), 82 famili, 11 subfamili, 307 genus, dan
2.083 spesies.
Sistem klasifikasi ICTV digunakan bersamaan dengan sistem klasifikasi Baltimore. Sesuai
namanya, sistem Klasifikasi Baltimore dikembangkan oleh David Baltimore. Ia
mengklasifikasikan virus berdasarkan mekanisme produksi mRNA virus tersebut. Klasifikasi
Baltimore membagi virus ke dalam tujuh kelompok, yaitu:
Kelompok I : virus dsDNA adalah virus DNA rantai ganda (contoh: Adenovirus, Herpesvirus,
dan Poxvirus).
Kelompok II: virus ssDNA adalah virus DNA rantai tunggal (contoh: Parvovirus).
Kelompok II: virus dsRNA adalah virus RNA rantai ganda (contoh: Reovirus).
Kelompok IV: virus (+)ssRNA adalah virus sense RNA rantai tunggal (contoh: Picornavirus
dan Togavirus).
Kelompok V: virus (-)ssRNA adalah virus antisense RNA rantai tunggal (contoh:
Orthomyxovirus dan Rhabdovirus)
Kelompok VI: virus ssRNA-RTadalah virus RNA rantai tunggal dan melibatkan penggunaan
enzim reverse transcriptase (contoh: Retrovirus).
Kelompok VII: virus dsDNA-RTadalah virus DNA rantai ganda dan melibatkan enzim reverse
transcriptase (contoh: Hepadnavirus). (Abdul Rahman, 2020)

07_ Anggi rohmawati


Isolasi dan identifikasi virus
Isolasi dan identifikasi virus Isolasi virus dapat dilaksanakan dengan tiga cara, yaitu dengan
telur berembrio, teknik invitro (biakan sel jaringan), dan teknik in vivo (binatang
laboratorium). Identifikasi virusdengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry, 2006).
Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II
dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan
infeksi . Pengujian PCR dapat digunakan untuk mendeteksi virus tetapi isolasi virus tetap
sebagai pendekatan diagnosis pasti. Virus dapat diisolasi dari lesi herpetik dan mungkin juga
didapat pada basuhan tenggorokan, cairan cerebrospinal dan feses baik selama infeksi
primer maupun selama periode asimtomatik. Karena itu, isolasi HSV saja bukan bukti yang
cukup sebagai indikator bahwa virus sebagai agen penyebab penyakit yang sedang diselidiki.
Inoklusi kultur jaringan dipakai untuk isolasi virus. Agen kemudian diidentifikasi
melaluipengecatan imunofluorensendengan antibodi spesifik. Penentuan tipe isolate HSV
bisa dilakukan dengan menggunakan antibodi monoclonal. (Dwi Suprobowati & Kurniati,
2018)

08_ Ayu Kemaladewi


Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus sebagai agen penyebab penyakit,
dengan menggunakan serum standar yang disebut dengan diagnose pasti. Prinsip dasar uji
serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen dengan antibodi yang homolog untuk
membentuk ikatan antigen-antibodi komplek. Uji serologi juga digunakan untuk mengukur
titer antibodi hewan pascavaksinasi. Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk
mengetahui munculnya penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen standar.
Untuk penyakit yang sudah endemik, dilakukan pengambilan serum sepasang (paired sera)
yakni serum yang diambil dua kali. Pengambilan pertama saat penyakit berlangsung akut,
sedangkan pengambilan serum yang kedua dilakukan 2-4 minggu kemudian pada masa
kesembuhan. Uji HA positif ditandai dengan bentukan berpasir warna merah pada dasar
plat mikro sebagai tanda hemaglutinasi. Jika HA positif itu tandanya antigen yang diuji
memiliki hemaglutinin. Untuk memastikan agen (virusnya) dilanjutkan dengan uji HI
menggunakan serum standar. Uji HI positif ditandai dengan pengendapan sel darah merah
1%. Titer HI adalah pengenceran tertinggi serum yang mampu menghambat terjadinya
hemaglutinasi sempurna. Sel darah merah disini hanya sebagai indikator uji. (Ayu Yuniati
Kencana, 2017)

09_Bella Listiawan Nopita


Virus adalah mikroba yang tidak bisa hidup tanpa menempel pada inangnya. Virus baru bisa
berkembang biak bila menempel dengan makhluk hidup lain Ukuran virus juga jauh lebih
kecil daripada bakteri. Biasanya, virus akan menempel di suatu sel dan mengambil alih sel
tersebut untuk mengembangbiakkan virus-virus lain sampai akhirnya sel tersebut mati.
Dalam kasus lain, virus mengubah sel normal menjadi sel yang berbahaya untuk kesehatan.
Berbanding terbalik dengan bakteri, sebagian besar virus menyebabkan penyakit. Virus
adalah microba “pemilih”, alias menyerang sel tertentu secara spesifik.
Misalnya, virus-virus tertentu menyerang sel pada pankreas, sistem pernapasan, dan darah.
Pada kasus tertentu, virus juga menyerang bakteri.
Kata virus di ambil dari latin Virulae yang artinya menular atau Virion yang berarti racun.
Kedua kata ini sama-sama merujuk pada sifat dasar virus yang mudah menular dari satu sel
ke sel yang lain serta bersifat racun karena dapat menghancurkan sel yang di tularinya.
Sebagai organisme aseluler, struktur virus lebih sederhana dari mikroorganisme bersel satu
lainnya. Karena Virus tidak memiliki inti sel, sitoplasma, ataupun membran sel. Virus berupa
partikel (molekul) disebut virion.
Bagian-bagian Virus
Tubuh virus yang berupa kristal atau partikel ini lebih menunjukkan ciri mineral daripada ciri
kehidupan. Oleh karena itu ada anggapan bahwa virus bukan makhluk hidup.
Secara struktural virus terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1. Kapsid merupakan lapisan pembungkus tubuh virus yang berupa protein.
2. Kepala virus berisi materi genetik (asam nukleat), yaitu DNA atau RNA.
3. Ekor merupakan bagian tubuh virus yang penting untuk melekatkan diri pada sel serta
untuk memasukkan materi genetik virus ke dalam sel inang tersebut. (liputan6.com, 2019)

10_Chika Amara Salwa


Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus
hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan
sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi
sendiri.
Jenis-Jenis Virus
• Virus DNA
Virus DNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai
ganda berpilin. Di dalam sel inangnya, DNA pada virus akan mengalami replikasi menjadi
beberapa DNA dan juga akan mengalami transkripsi menjadi mRNA. mRNA akan mengalami
translasi untuk menghasilkan protein selubung virus. Masih di dalam sel inang, DNA dan
protein virus mengkonstruksikan diri menjadi virus-virus baru. mRNA juga akan membentuk
enzim penghancur (Lisozim) sehingga sel inang lisis (hancur) dan virus-virus keluar untuk
menginfeksi sel inang lainnya.
• Virus RNA
Virus RNA adalah virus yang materi genetiknya berupa asam nukleat yang berbentuk rantai
tunggal atau ganda tidak berpilin. Di dalam sel inangnya, RNA pada virus akan mengalami
transkripsi balik menjadi Hibrid RNA-DNA dan akhirnya membentuk DNA. Selanjutnya DNA
virus akan masuk ke inti sel inangnya, menyisip ke dalam DNA inangnya. DNA virus akan
merusak DNA inangnya dan membentuk mRNA. mRNA akan mengalami translasi untuk
menghasilkan protein selubung virus untuk menbentuk virus-virus baru.
Klasifikasi Virus
1. Berdasarkan Tempat Hidupnya.
• Virus bakteri (bakteriofage)
Bakteriofage merupakan virus yang dapat menggandakan dirinya sendiri dengan menyerbu
bakteri. Dibandingkan dengan kebanyakan virus , virus ini sangat kompleks serta
mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatut secara cermat. Virus bakteriofage mula-
mula ditemukan oleh ilmuwan Perancis, D’Herelle. Bentuk luar terdiri atas kepala yang
berbentuk heksagonal, leher, serta ekor. Bagian dalam kepala mengandung dua pilihan DNA
. Bagian leher berfungsi untuk memasukkan DNA irus ke dalam sel inangnya.

• Virus tumbuhan
Virus yang berparasit pada sel tumbuhan . Contoh virus yang parasit pada tumbuhan :
Tobacco Mozaic Virus (TMV0 serta Beet Yellow Virus (BYV).
• Virus hewan
Virus yang berparasit pada sel hewan. Contoh virus yang ada pada hewan : virus
Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza.
2. Berdasarkan Molekul yang Menyusun Asam Nukleat
Dibedakan menjadi: DNA pita tunggal (DNA ss) DNA pita ganda, (DNA ds), RNA iota tunggal
(RNA ss), dan RNA pita ganda (RNA ds).
3. Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus
Dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
• Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)
Virus ini memiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh membrane. Membrane terdiri dari dua
lipid serta protein, (biasanya glikoprotein) . Membrane ini berfungsi sebagai struktur yang
pertama-tama berinteraksi. Contoh Herpesvirus, Corronavirus, dan Orthomuxovirus.
• Virus yang tidak memiliki selubung
Hanya memiliki capsid(protein) serta asam nukleat(naked virus). Contoh: Reovirus,
Papovirus, dan Adenovirus. (Setiawan, 2020)
06_Amelia Suryani
Identifikasi suatu partikel sebagai virus
Partikel harus memenuhi kriteria berikut sebelum diidentifikasi sebagai partikel virus:
1. Partikel tersebut hanya dapat diperoleh dari sel atau jaringan yang terinfeksi
2. Partikel-partikel yang diperoleh dari berbagai sumber bersifat sama atau identik, tanpa
memperdulikan spesies sel tempat tumbuh virus
3. Tingkat aktivitas infeksi dari sediaan berbanding lurus dengan jumlah partikel yang ada
4. Tingkat kerusakan fisik partikel yang disebabkan oleh sarana kimia atau fisika sesuai
dengan hilangnya aktivitas virus.
5. Sifat-sifat tertentu dari partikel dan kemampuan infeksinya harus terbukti sama
6. Spektrum absorpsi dari partikel fisika murni dalam kisaran ultraungu harus bertepatan
dengan spektrum inaktivasi ultraungu virus (Albughari, 2014)
12_Dewi Ayu Tonaah
Bagaimana Cara Identifikasi Virus Corona pada Pasien Suspek?
10_Chika Amara Salwa izin menjawab.. untuk identifikasi nya yang dapat dilakukan adalah
pemeriksaan usap atau swab tenggorokan dan Polymerase Chain Reaction (PCR). (Pranita,
2020)
08_ Ayu kemala izin menambahkan
swab tenggorokan adalah teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme yang dapat menyebabkan infeksi di tenggorokan.

Biasanya swab tenggorokan diambil pada daerah posterior daring dan permukaan tonsil
orang terkait.

Pada umumnya, bakteri yang paling banyak ditemukan saat swab tenggorokan adalah
Streptococcus viridans, Branchamella catarrhalis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus
E-hemolyticus, dan Streptococcus non-hemolytycus. (Pranita, 2020)

04_Aliyah Mediantika
Izin menjawab
Dalam tatalaksana medis untuk pemeriksaan virus corona yang dilakukan adalah
pemeriksaan usap atau swab tenggorokan. Untuk diketahui, swab tenggorokan adalah
teknik pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang dapat
menyebabkan infeksi di tenggorokan.Biasanya swab tenggorokan diambil pada daerah
posterior daring dan permukaan tonsil orang terkait.
Dan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR).PCR adalah suatu metode pemeriksaan
yang prinsip kerjanya memperbanyak (amplification) DNA invitro secara enzimatis
bapak ingin menambahkan identifikasi virus corona, memerlukan waktu 3 hingga 5 jam .
Dengan metode kombinasi teknik PCR (polymerase chain reaction) dan sequencing dengan
gen RNA-dependent RNA Polymerase (RdRP) virus sebagai penanda identifikasi.
(kompas.com, 2020)
04_Aliyah Mediantika
Izin memberikan kesimpulan mengenai Identifikasi Virus
A. Pengertian Virus
Virus berasal dari bahasa yunani “Venom” yang berarti racun. Virus adalah parasit
mikroskopik yang menginfeksiselorganisme biologis.
B. Identifikasi Virus
Virus dapat diidentifikasi berdasarkan :
1. Berdasarkan kandungan asam nukleatnya, virus terdiri dari:
• Ribovirus, yaitu virus yang memiliki asam nukleat berupa RNA saja.
• Deoksiribovirus, yaitu virus yang memiliki asam nukleat berupa DNA saja.
2. Berdasarkan bentuk dasarnya, Virus dibedakan menjadi:
virus bentuk Ikosahedral, Heliks, dan Kompleks.
3. Berdasarkan jumlah kapsomernya, virus dibedakan menjadi:
virus dengan 252 kapsomer, virus dengan 162 kapsomer, virus dengan 72 kapsomer, virus
dengan 60 kapsomer, dan virus dengan 32 kapsomer.
4. Berdasarkan sel inangnya, virus dibedakan menjadi:
virus yang menyerang manusia, virus yang menyerang hewan, virus yang menyerang
tumbuhan, dan virus yang menyerang bakteri.
5. Berdasarkan tempat hidupnya dibedakan menjadi:
• Virus bakteri (bakteriofage) adalah virus yang menggandakan dirinya sendiri dengan
menyerbu bakteri.
• Virus tumbuhan yaitu virus yang parasit pada sel tumbuhan.
• Virus hewan adalah virus yang parasit pada sel hewan.
10_Chika Amara Salwa
Kesimpulan:
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah bakteriofag
atau fag digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota (bakteri dan
organisme lain yang tidak berinti sel). Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk
hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau).
Klasifikasi Virus
1. Berdasarkan Tempat Hidupnya.
• Virus bakteri (bakteriofage)
Bakteriofage merupakan virus yang dapat menggandakan dirinya sendiri dengan menyerbu
bakteri. Dibandingkan dengan kebanyakan virus , virus ini sangat kompleks serta
mempunyai beberapa bagian berbeda yang diatut secara cermat. Virus bakteriofage mula-
mula ditemukan oleh ilmuwan Perancis, D’Herelle. Bentuk luar terdiri atas kepala yang
berbentuk heksagonal, leher, serta ekor. Bagian dalam kepala mengandung dua pilihan DNA
. Bagian leher berfungsi untuk memasukkan DNA irus ke dalam sel inangnya.
• Virus tumbuhan
Virus yang berparasit pada sel tumbuhan . Contoh virus yang parasit pada tumbuhan :
Tobacco Mozaic Virus (TMV0 serta Beet Yellow Virus (BYV).
• Virus hewan
Virus yang berparasit pada sel hewan. Contoh virus yang ada pada hewan : virus
Poliomylitis, virus Vaccina, dan virus Influenza.
2. Berdasarkan Molekul yang Menyusun Asam Nukleat
Dibedakan menjadi: DNA pita tunggal (DNA ss) DNA pita ganda, (DNA ds), RNA iota tunggal
(RNA ss), dan RNA pita ganda (RNA ds).
3. Berdasarkan Punya Tidaknya Selubung Virus
Dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
• Virus yang memiliki selubung atau sampul (enveloped virus)
Virus ini memiliki nukleokapsid yang dibungkus oleh membrane. Membrane terdiri dari dua
lipid serta protein, (biasanya glikoprotein) . Membrane ini berfungsi sebagai struktur yang
pertama-tama berinteraksi. Contoh Herpesvirus, Corronavirus, dan Orthomuxovirus.
• Virus yang tidak memiliki selubung
Hanya memiliki capsid(protein) serta asam nukleat(naked virus). Contoh: Reovirus,
Papovirus, dan Adenovirus.
11_Della Anggraeni
Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup. Virus hanya
dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan
seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat diinfeksi oleh virus,
mulai dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea. Istilah virus biasanya digunakan
pada jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota, sementara virus yang menginfeksi sel
prokariota—seperti bakteri dan arkea—dikenal sebagai bakteriofag. Virus selalu
berdampingan dengan organisme, dan mungkin telah ada sejak sel hidup pertama kali
berevolusi. Virus tidak meninggalkan fosil, sehingga asal muasal virus hanya bisa
dihipotesiskan dengan cara-cara seperti teknik-teknik biologi molekuler. Teknik-teknik ini
mengandalkan keberadaan DNA atau RNA virus yang terdahulu. Akan tetapi, sebagian besar
virus yang diawetkan dan disimpan di laboratorium berusia kurang dari 90 tahun. Metode-
metode biologi molekuler hanya berhasil melacak nenek moyang virus yang berevolusi pada
abad ke-20. Golongan virus baru berkali-kali muncul dalam berbagai tahap evolusi makhluk
hidup. (Wikipedia, 2020)

12_Dewi Ayu Tonaah


Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman tersebut
memiliki bercak-bercak.
Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit
tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot
dengan getah tanaman yang sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikrob pada getah
tanaman tersebut, Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan
oleh bakteri yang lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
(Weliantopada, 2020)

13_DIFA ALMIRA
Pada tahun 1892, Dmitri Ivanovsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau
yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.
Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan, yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit
tersebut berbentuk sangat kecil sehingga masih dapat melewati saringan, atau bakteri
tersebut mengeluarkan toksin yang dapat menembus saringan. Kemungkinan kedua ini
dibantah pada tahun 1897 setelah Martinus Beijerinck dari Belandamenemukan bahwa
agen infeksi di dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali ditransfer
antartanaman. Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan bakteri, melainkan
merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan hidup pembawa penyakit.
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit
mulut dan kaki sapi dapat melewati saringan yang tidak dapat dilewati bakteri. Namun,
mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah bakteri yang sangat kecil. (Hamidhamzah,
2015)

14_Divi Sri Luginawati


Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mosaik
yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau. Virus ini juga merupakan virus yang
pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron pada tahun 1939 oleh ilmuwan
Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi dengan sel
tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga akan terkena
kanker. Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam yang sakit lalu menyaring
sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di
suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan
kanker. Rous menyimpulkan kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang
sakit yang menginfeksi sel ayam yang sehat. Penemuan tersebut merupakan penemuan
pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang ditemukan
oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus (RSV). (Ismail, 2019)

15_Feni Septianingsih
Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus (CRPV) yang
ditemukan oleh Dr. Richard E Shope merupakan model kanker pertama pada manusia yang
disebabkan oleh virus. Dr. Shope melakukan percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor
pada hewan lalu disuntikkan pada kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor
pada kelinci tersebut.
Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus pada tahun
1935. Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus (TMV). Stanley
mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun setelah kristalisasi.
(Wikipedia, 2009)

16_Fika Iza Maezaluna


Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil
menemukan bakteriofag. Bakteriofag merupakan virus yang memiliki inang bakteri sehingga
hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri
Selain itu ada penumuan virus baru, Virus variola dan campak adalah salah satu penyakit
tertua yang menginfeksi manusia. Setelah berevolusi dari virus yang menginfeksi hewan
lain, virus-virus tersebut pertama kali menyebar di antara masyarakat Eropa dan Afrika
Utara ribuan tahun yang lalu. Virus-virus ini kemudian dibawa oleh orang Eropa ke benua
Amerika pada masa penaklukan Spanyol. Penduduk asli Amerika tidak memiliki kekebalan
alami terhadap virus-virus tersebut, sehingga jutaan dari mereka meninggal karenanya.
Pandemi influenza telah tercatat dalam sejarah sejak tahun 1580, dan frekuensinya terus
meningkat beberapa abad kemudian. Pandemi influenza pada tahun 1918-1919, yang
menewaskan 40-50 juta orang dalam waktu kurang dari satu tahun, merupakan salah satu
pandemi yang paling mematikan dalam sejarah. (Wikipedia)
17_Fira Amalia Eka Putri
Louis Pasteur dan Edward Jenner adalah dua orang pertama yang mengembangkan vaksin
yang dapat melindungi manusia dari infeksi virus. Sifat virus tetap tidak diketahui sampai
penemuan mikroskop elektron pada tahun 1930-an, ketika ilmu virologi tengah berkembang
pesat. Pada abad ke-20, banyak penyakit lama dan baru yang ditemukan disebabkan oleh
virus. Terjadi beberapa epidemi poliomielitis yang dapat dikendalikan setelah
dikembangkannya vaksin pada tahun 1950. HIV merupakan salah satu patogen virus
terbaru. Meskipun menjadi pusat perhatian karena menyebabkan penyakit, virus juga dapat
dimanfaatkan karena mendorong proses evolusi dengan mentransfer gen dari satu spesies
ke spesies lain dan memainkan peranan penting dalam ekosistem. (Wikipedia, 2013)

18_ Ibda Nurul Abdillah


Dan saat wabah Black Death (flu spanyol) hadir di abad-14, diperkirakan terdapat 200 juta
populasi orang Eropa yang tewas mengerikan. Penyakit itu dengan cepat menyebar dan
menjangkiti orang-orang dan membunuh seperempat penduduk Eropa di tahun 1346-1352,
dengan jumlah korban jiwa hingga 70 juta orang.
Virus yang menyerang umat manusia memang pernah terjadi di berbagai tempat. Albert
Camus penerima Anugrah Nobel dengan maha karyanya berupa novel ekstensialis berjudul
La Peste yang horor itu, telah memberi ulasan bahwa kematian akibat epidemik adalah
salah satu hal yang membinasakan umat manusia secara massal. (Wikipedia)

20_Irnawati Dwi Septiani


Tidak hanya itu, di tahun-tahun terakhir epidemi influenza juga membunuh 21 juta orang.
Belum lagi Kolera, Lepra dan Tuberculosis. Semuanya telah melenyapkan sepertiga populasi
bumi. Ada masih banyak lagi pendemi serupa yang pernah terjadi dari masa ke masa.
Teranyar, umat manusia juga pernah diterpa virus Mers, SARS, Flu Babi, Ebola, Flu Burung
yang tidak hanya mematikan manusia, tetapi juga menggerus nyawa binatang ternak
peliharaan
Saya Putri Indah Sari absen 30, izin bertanya .. bagaimana sejarah corona virus yang semula
teridentifikasi dari penderita flu biasa. Namun belakangan, virus makin ganas, menimbulkan
penyakit parah, karena lompatan virus korona hewan ke manusia. (Wikipedia, 2019)
Terima kasih...
silahkan kelompok 2 menanggapi

17_Firda Amalia Eka Putri izin menjawab, virus corona pertama kali ditemukan pada 1930-
an ketika infeksi saluran pernapasan akut pada ayam peliharaan terbukti disebabkan
oleh virus bronkitis infeksius (IBV). Sedangkan virus corona pada manusia ditemukan pada
1960-an.
Virus corona atau sars-cov-2 pada saat ini diduga berasal dari kelelawar, dan kelelawar
menularkannya kepada hewan lain, kemudian daging hewan tersebut dikonsumsi oleh
manusia, dan manusia menularkannya kepada manusia lain. Sejumlah analisis genetik dan
struktural telah mengidentifikasi fitur kunci dari virus, protein di permukaannya, yang
mungkin dapat menjelaskan mengapa COVID-19 menginfeksi sel manusia dengan mudah
dan cepat. (Liputan6, 2020)

12_Dewi Ayu Tonaah


Virus corona (CoV) adalah keluarga besar virus yang yang dapat menginfeksi burung dan
mamalia, termasuk manusia. Menurut World Health Organization (WHO) virus ini
menyebabkan penyakit mulai dari flu ringan hingga infeksi pernapasan yang lebih parah
seperti MERS-CoV DAN SARS-CoV.
Virus Corona bersifat zoonosis, artinya ia merupakan penyakit yang dapat ditularkan antara
hewan dan manusia. Rabies, Malaria, merupakan contoh dari penyakit zoonosis yang ada.
Begitu pula dengan MERS yang ditularkan dari unta ke manusia.
Selama 70 tahun terakhir, para ilmuwan telah menemukan bahwa virus corona dapat
menginfeksi tikus, tikus, anjing, kucing, kalkun, kuda, babi, dan ternak. Terkadang, hewan-
hewan ini dapat menularkan virus corona ke manusia.
Virus corona bertanggung jawab atas beberapa wabah di seluruh dunia, termasuk pandemi
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) 2002-2003 dan wabah Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) di Korea Selatan pada tahun 2015.
Baru-baru ini, virus corona baru muncul dan dikenal sebagai COVID-19 memicu wabah di
Cina pada Desember 2019, dan merebak di berbagai negara sehingga WHO
mendeklarasikannya sebagai pandemi global.
Nama Corona diambil dari Bahasa Latin yang berarti mahkota, sebab bentuk virus corona
memiliki paku yang menonjol menyerupai mahkota dan korona matahari. Para ilmuan
pertama kali mengisolasi virus corona pada tahun 1937 yang menyebabkan penyakit
bronkitis menular pada unggas.
Kemudian pada tahun 1965, dua orang peneliti Tyrrell dan Bynoe menemukan bukti virus
corona pada manusia yang sedang flu biasa, melalui kultur organ trakea embrionik yang
diperoleh dari saluran pernapasan orang flu tersebut.
Pada akhir 1960-an, Tyrrell memimpin sekelompok ahli virologi yang meneliti strain virus
pada manusia dan hewan. Di antaranya termasuk virus infeksi bronkitis, virus hepatitis tikus
dan virus gastroenteritis babi yang dapat ditularkan, yang semuanya telah ditunjukkan
secara morfologis sama seperti yang terlihat melalui mikroskop elektron. Kelompok virus
baru yang bernama virus corona, kemudian secara resmi diterima sebagai genus virus baru.
Baik, terima kasih atas jawabannya kelompok 1😊
beberapa pendapat bahwa Virus Corona sebenarnya sudah ada sejak dulu, pada hewan
tetapi tidak menginfeksi manusia dan penularannya bukan antara manusia dengan manusia.
Tetapi saat ini berkembang penularannya antara manusia. (Mardatila, 2020)
Ok silahkan kelompok 2 menyimpulkan.
baik pak, terima kasih...
17_Firda Amalia Eka Putri izin memberikan kesimpulan,

• Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup.


• Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman tembakau.
• Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit
tersebut dapat menular ketika tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot
dengan getah tanaman yang sakit.
• Pada tahun 1892, Dmitri Ivanovsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun tembakau
yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat menimbulkan penyakit mosaik.
• Pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab penyakit mulut dan
kaki sapi dapat melewati saringan yang tidak dapat dilewati

21_Kiannisa Tania Zahra


Dalam kedokteran, kesehatan masyarakat, dan biologi, penularan atau transmisi adalah
perpindahan patogen yang menyebabkan penyakit menular dari individu atau kelompok
inang yang terinfeksi ke individu atau kelompok tertentu lainnya. Perpindahan ini
memungkinkan suatu pernyakit tersebar secara luas. Proses perpindahan patogen dapat
terjadi dengan berbagai cara, baik melalui penularan langsung ketika individu terinfeksi
bertemu dengan individu peka di suatu tempat, maupun secara tidak langsung dengan
perantaraan benda atau organisme lainnya. Pemahaman mengenai cara transmisi suatu
penyakit dimanfaatkan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut.
(Budhimurdiati & Sendow)

22_Marisa Sherina Nadia


Zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, salah satunya
adalah penularan melalui pangan asal ternak. Penyakit yang ditimbulkan oleh pangan yang
terkontaminasi agen penyakit disebut sebagai foodborne disease, sehingga apabila agen
penyakit yang ada dalam pangan adalah zoonosis, maka penyakit yang ditimbulkan dapat
disebut sebagai foodborne zoonosis . Kasus sapi gila atau BSE (Bovine Spongioform
Encephalopathy) disusul dengan flu burung atau Avian influenza telah membuat masyarakat
lebih memperhatikan keamanan pangan asal ternak, terlebih lagi dengan adanya korban
manusia yang dinyatakan positif karena flu burung. Sehingga masyarakat mulai bertanya
bagaimana penyakit ini bisa menular ke manusia, apakah penyakit dapat ditularkan melalui
bahan pangan dari ternak yang terinfeksi flu burnng . Keamanan pangan asal ternak sangat
dipengaruhi oleh kejadian di sepanjang rantai produksi pangan, mulai dari peternakan
hingga ke piring konsumen . Bahaya atau agen yang dapat niempengaruhi kesehatan
manusia dapat terjadi di setiap titik dari rantai produksi . Pada tahap mempersiapkan
makanan, kejadian foodborne zoonosis untuk beberapa agen penyakit dapat dicegah
dengan memperhatikan lima kunci menuju pangan aman yaitu jagalah kebersihan, pisahkan
pangan mentah dari pangan matang, masaklah dengan benar, jagalah pangan pada suhu
aman dan gunakan air dan bahan baku yang aman. (Winata, 2013)
23_Nadya Oktarivanka
Kemunculan dan penyebaran penyakit
Model rantai infeksi yang menunjukkan proses perpindahan agen infeksi (patogen).
Suatu penyakit dapat muncul jika terdapat interaksi yang sesuai antara agen (penyebab
penyakit), inang (organisme yang menderita penyakit), dan lingkungan. Konsep ini dikenal
sebagai segitiga epidemiologi. (Prevention, 2012)
Setelah muncul, penyakit tersebut dapat tersebar akibat perpindahan agen dari satu
organisme ke organisme lain, yang digambarkan dalam diagram yang disebut rantai infeksi.
Diagram ini terdiri atas beberapa mata rantai: agen pada reservoir, portal (tempat)
keluarnya agen, cara atau rute penularan, portal masuknya agen, dan inang rentan.
(Nursing)
Portal keluarnya agen dari inang terinfeksi di antaranya saluran pernapasan (misalnya virus
influenza dan Mycobacterium tuberculosis), saluran perkencingan (misalnya Schistosoma),
melalui tinja (misalnya Vibrio cholerae), dan sekresi konjungtiva (misalnya Enterovirus 70).
Sementara itu, portal masuknya agen ke tubuh inang peka di antaranya melalui hidung
(virus influenza), mulut (patogen penyebab gastroenteritis), kulit (cacing kait), membran
mukosa (bakteri Treponema pallidum), dan darah (virus hepatitis B). (Prevention, 2012)
Sejumlah penyakit memiliki siklus transmisi yang kompleks, misalnya penyakit parasitik
dengan daur hidup yang melibatkan vektor. Contohnya adalah daur hidup Plasmodium,
protozoa yang dibawa oleh nyamuk dan mengakibatkan malaria, serta daur hidup
Dipylidium, cacing cestoda yang dapat menyerang hewan dan manusia dengan perantaraan
pinjal sebagai vektor. (Checci, 2009)
24_Nida Fahria Hasanah
Siklus hidup Plasmodium (kiri) dan Dipylidium (kanan).
Rute penularan : Perpindahan patogen terjadi melalui berbagai rute. Secara garis besar, rute
penularan diklasifikasikan menjadi penularan vertikal dan penularan horizontal, serta
penularan langsung dan tidak langsung. Penularan vertikal merupakan perpindahan agen
dari ibu atau induk kepada janin yang dikandungnya, sedangkan penularan horizontal terjadi
di antara komponen lingkungan (baik organisme hidup maupun benda mati) yang tidak
memiliki hubungan orang tua-anak. Rute penularan juga dapat dibedakan berdasarkan
metode kontak antara sumber infeksi dengan inang peka. Penularan langsung terjadi ketika
keduanya bertemu dan mengalami kontak di suatu tempat, sedangkan penularan tidak
langsung terjadi akibat perpindahan agen melalui perantaraan benda atau organisme
lainnya, sehingga sumber infeksi dan inang peka tidak harus berada di tempat yang sama.
(Wartomo, 2016)

25_Nillam Millennio Merdekaguna


Penularan langsung
Kontak fisik: Ketika individu terinfeksi bersentuhan dengan individu lainnya yang peka, agen
infeksi dapat berpindah. Rute ini meliputi sentuhan pada kulit, luka terbuka, maupun
hubungan seksual. Contoh penyakit yang ditularkan di antaranya HIV/AIDS, sifilis, kencing
nanah, dan hepatitis B.
Percikan pernapasan: Agen infeksi dapat ikut tersebar melalui percikan pernapasan (bahasa
Inggris: droplet) yang dihasilkan saat individu terinfeksi batuk, bersin, atau sekadar
berbicara. Percikan pernapasan memiliki diameter >5 μm dan jatuh dengan cepat oleh gaya
gravitasi sehingga hanya tersebar dalam jarak yang pendek (sekitar 1–2 meter). Penularan
biasanya terjadi ketika individu peka berada di tempat yang sama dengan individu terinfeksi.
Penyakit yang ditularkan melalui rute ini misalnya sindrom pernapasan akut berat (SARS)
dan penyakit koronavirus 2019.
Keracunan makanan terjadi bila makanan terkontaminasi kuman berbahaya, seperti
Campylobacter, Salmonella atau E. Coli. Juga makanan mentah, termasuk daging, telur, ikan
dan hidangan laut, buah dan sayuran mentah, tangan, barang-barang dan lingkungan yang
kotor adalah penyumbang 40% penyakit yang ditularkan melalui makanan. Oleh karena itu
kita harus berhati-hati dalam menghidangkan makanan di dapur. Wajib diingat 4C dalam
kebersihan: cross-contamination (kontaminasi silang), cleaning (membersihkan), cooking
(memasak) and chilling (mendinginkan).
Penyebab utamanya:
1. Makan hidangan yang kurang matang (daging ayam, babi, burger, sosis dan kebab)
2. Makanan kadaluarsa dan tidak disimpan di dalam kulkas
3. Makan hidangan dari seseorang yang sedang menderita diare
4. Cross-contamination (kontaminasi silang), dimana kuman dari suatu makanan menular ke
makanan lain (Wikipedia, 2020)
26_Nisa Nur Fadhilah
Makanan dan minuman yang terkontaminasi
Sembarangan mengonsumsi makanan dan minuman juga dapat menyebabkan Anda tertular
penyakit infeksi. Berbagai jenis kuman, virus, dan parasit banyak ditemukan dalam makanan
atau minuman, terutama daging dan telur yang tidak dimasak hingga matang atau makanan
dan minuman yang tidak dipasteurisasi. Contoh penyakit infeksi yang terjadi melalui metode
ini adalah diare, keracunan makanan, anthrax, flu babi, dan flu burung. (Adrian, 2019)

28_Nur Kholifah
Contoh penyakit pada saluran pencernaan yang diakibatkan oleh virus
Gastroenteritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan ("-itis") pada saluran
pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus kecil ("entero"-), sehingga
mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut. Gastroenteritis juga
sering disebut sebagai gastro, stomach bug, dan stomach virus. Walaupun tidak berkaitan
dengan influenza, penyakit ini juga sering disebut flu perut dan flu lambung. Gastroenteritis
biasanya disertai dengan diare dan muntah, atau, meskipun tidak terlalu banyak terjadi,
hanya disertai dengan salah satu gejala tersebut. Kejang perut juga bisa timbul. Tanda-tanda
dan gejala biasanya muncul 12–72 jam setelah terjangkit agen penginfeksi. Bila disebabkan
oleh virus, kondisi ini biasanya membaik dalam satu minggu. Beberapa gejala yang
diakibatkan oleh virus juga mungkin diasosiasikan dengan demam, letih, sakit kepala, dan
nyeri otot. Jika tinja mengandung darah, lebih kecil kemungkinannya disebabkan oleh virus
dan lebih besar kemungkinannya disebabkan oleh bakteri. Beberapa infeksi bakteri juga bisa
diasosiasikan dengan nyeri perut akut dan mungkin bertahan selama beberapa minggu.
(Wikipedia, 2020)
29_Putri Chintya Nirmala
Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung, misalnya saat berjabat tangan dengan
penderita atau tidak sengaja menghirup cipratan air liur yang keluar saat penderita bersin.
Virus juga dapat menular melalui makanan, minuman, dan benda yang telah terkontaminasi
virus.
Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah buang air atau sebelum makan juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya gastroenteritis. Oleh karena itu, usahakan untuk selalu
mencuci tangan sebelum makan atau setelah beraktivitas di luar ruangan. (Alodokter, 2019)
30_Putri Indah S
Sembarangan mengonsumsi makanan dan minuman juga dapat menyebabkan Anda tertular
penyakit infeksi. Berbagai jenis kuman, virus, dan parasit banyak ditemukan dalam makanan
atau minuman, terutama daging dan telur yang tidak dimasak hingga matang atau makanan
dan minuman yang tidak dipasteurisasi. Contoh penyakit infeksi yang terjadi melalui metode
ini adalah diare, keracunan makanan, anthrax, flu babi, dan flu burung. Konsumsi pangan
yang berasal dari hewan terinfeksi. Patogen yang paling banyak menyebabkan keracunan
makanan (foodborne illness) di antaranya Salmonella, Escherichia coli, dan Campylobacter.
Selain itu, penyakit seperti bruselosis, listeriosis, toksoplasmosis juga dapat diderita oleh
manusia yang mengonsumsi pangan yang berasal hewan terinfeksi. (Wikipedia, 2020)
Tips Mencegah Penyakit Infeksi
Untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya penyakit infeksi, penting untuk
melakukan langkah pencegahan penyakit infeksi sebagai berikut:
1. Membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun, terutama
setelah buang air kecil dan besar, membuang sampah, sebelum masak, dan sebelum makan.
2. Memasak makanan atau minuman hingga matang sebelum dikonsumsi.
3. Menggunakan masker ketika sedang berada di luar rumah atau ketika sedang sakit.
4. Tidak berbagi peralatan kebersihan pribadi, seperti sikat gigi, pisau cukur, handuk, dan
alat makan, dengan orang lain.
5. Melengkapi imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan dokter atau ketika hendak
bepergian ke daerah dengan penyakit endemik.
6.Menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah dengan tidak membuang sampah
sembarangan. (Adrian, 2019)
in virus tersebut. Apakah ada resiko terkena virus itu kembali walaupun sudah melakukan
vaksin atau tidak dan jelaskan?
neng Nur Adinda kalau sudah siap lanjut saja
07_anggi rohmawati
bagaimana cara memutus rantai penularan virus dari makanan ke manusia? terima kasih
Silahkan kelompok 3 menanggapi
Kelompok 3 silahkan?
saya putri indah s absen 30, izin menjawab... imunitas yang terbentuk setelah mengenal
virus tidak hanya tergantung virusnya, tapi juga tergantung respons sistem imun. Saat
sistem imun melihat virus baru menyerang, ia akan mudah dikalahkan oleh virus ini karena
tubuh tidak siap melawan benda asing ini. Namun, setelah sistem imun berhadapan dengan
virus (baik dari vaksin ataupun tertular orang lain), ia akan terlatih, dan jika cukup kuat,
sistem imun mungkin siap melawan saat virus kembali menyerang.
Maka dari itu, setiap orang memiliki tingkat respons imun yang berbeda-beda. Hal inilah
yang menentukan seberapa baik sistem imun mengenal benda asing seperti SARS-CoV-2
atau yang lebih kita kenal dengan virus corona (COVID-19). (Syarifah, 2020)

23_Nadya Oktarivanka izin menjawab, Menurut Direktur Pencegahan dan Perawatan


Pneumonia di China Japan Friendship Hospital di Beijing, Li QinGyuan, mereka yang telah
terinfeksi Covid-19 mengembangkan antibodi pelindung, tapi tidak jelas berapa lama
perlindungan tersebut berlangsung. Pada individu tertentu, antibodi tidak dapat bertahan
lama. Banyak pasien yang telah sembuh, ada kemungkinan kambuh. Sementara saat ini
pada anak-anak diyakini bahwa virus memunculkan perkembangan, setidaknya kekebalan
jangka pendek. Tidak ada yang tahu pasti, tetapi kebanyakan anak-anak kemungkinan
mengembangkan setidaknya kekebalan jangka pendek terhadap virus corona yang
menyebabkan Covid-19, ujar Asisten Profesor Pediatri di University of Texas Medical School
di Houston Dr Peter Jung. Jung menambahkan, namun seperti halnya flu dapat bermutasi,
demikian juga Covid-19, yang akan membuat seseorang rentan untuk mendapatkan infeksi
kembali.
Selain itu, sistem imun harus mengingat virusnya. Karena sewaktu-waktu imun menurun,
virus bisa menyerang kembali.
Betul, jadi fungsi imunitas ada 4 salah satunya pengenalan, jika sudah pernah terpapar
makan, imun akan cepat memberi informasi, nbahwa benda asing ada yang masuk dalam
tubuh sehingga makrofag akan menangkap. tetapi untuk Virus sampai sekarang belum ada
obat, jadi hanya dengan meningkatkan imunitas kita. (Putri, 2020)
saya putri indah sari absen 30, izin menjawab mata rantai produksi ternak mulai dari
peternakan hingga kosumen, perlu perhatian untuk mendapatkan suatu bahan pangan asal
ternak yang aman. Karena keamanan pangan asal ternak tidak hanya ditentukan pada saat
panen saja, misalnya saat pemotongan hewan atau saat pemerahan susu, atau hanya saat
pengolahan produk ternak menjadi pangan yang siap dipasarkan, seperti daging menjadi
nugget, sosis atau baso. Dalam suatu industri pangan, apabila terjadi kegagalan atau
ditemukan bahaya dalam produk yang dihasilkan, maka dampak yang ditimbulkan akan
sangat luas . selain cara untuk mengurangi risiko dan mencegah terjadinya penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus, penting untuk melakukan langkah pencegahan penyakit infeksi
sebagai berikut:
1. Membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun, terutama
setelah buang air kecil dan besar, membuang sampah, sebelum masak, dan sebelum makan.
2. Memasak makanan atau minuman hingga matang sebelum dikonsumsi. (Ariyanti, 2005)
23_Nadya Oktarivanka izin memberikan kesimpulan
Dalam kedokteran, kesehatan masyarakat, dan biologi, penularan atau transmisi adalah
perpindahan patogen yang menyebabkan penyakit menular dari individu atau kelompok
inang yang terinfeksi ke individu atau kelompok tertentu lainnya. Proses perpindahan
patogen dapat terjadi dengan berbagai cara, baik melalui penularan langsung ketika individu
terinfeksi bertemu dengan individu peka di suatu tempat, maupun secara tidak langsung
dengan perantaraan benda atau organisme lainnya.
Suatu penyakit dapat muncul jika terdapat interaksi yang sesuai antara agen (penyebab
penyakit), inang (organisme yang menderita penyakit), dan lingkungan. Konsep ini dikenal
sebagai segitiga epidemiologi. Setelah muncul, penyakit tersebut dapat tersebar akibat
perpindahan agen dari satu organisme ke organisme lain, yang digambarkan dalam diagram
yang disebut rantai infeksi. Diagram ini terdiri atas beberapa mata rantai: agen pada
reservoir, portal (tempat) keluarnya agen, cara atau rute penularan, portal masuknya agen,
dan inang rentan. Portal keluarnya agen dari inang terinfeksi di antaranya saluran
pernapasan (misalnya virus influenza dan Mycobacterium tuberculosis), saluran
perkencingan (misalnya Schistosoma), melalui tinja (misalnya Vibrio cholerae), dan sekresi
konjungtiva (misalnya Enterovirus 70). Sementara itu, portal masuknya agen ke tubuh inang
peka di antaranya melalui hidung (virus influenza), mulut (patogen penyebab
gastroenteritis), kulit (cacing kait), membran mukosa (bakteri Treponema pallidum), dan
darah (virus hepatitis B).Sejumlah penyakit memiliki siklus transmisi yang kompleks,
misalnya penyakit parasitik dengan daur hidup yang melibatkan vektor.
Siklus hidup Plasmodium (kiri) dan Dipylidium (kanan). Rute penularan : Perpindahan
patogen terjadi melalui berbagai rute. Secara garis besar, rute penularan diklasifikasikan
menjadi penularan vertikal dan penularan horizontal, serta penularan langsung dan tidak
langsung. Penularan vertikal merupakan perpindahan agen dari ibu atau induk kepada janin
yang dikandungnya, sedangkan penularan horizontal terjadi di antara komponen lingkungan
(baik organisme hidup maupun benda mati) yang tidak memiliki hubungan orang tua-anak.
Rute penularan juga dapat dibedakan berdasarkan metode kontak antara sumber infeksi
dengan inang peka. Penularan langsung terjadi ketika keduanya bertemu dan mengalami
kontak di suatu tempat, sedangkan penularan tidak langsung terjadi akibat perpindahan
agen melalui perantaraan benda atau organisme lainnya, sehingga sumber infeksi dan inang
peka tidak harus berada di tempat yang sama.
Penyebab utamanya:
1. Makan hidangan yang kurang matang (daging ayam, babi, burger, sosis dan kebab)
2. Makanan kadaluarsa dan tidak disimpan di dalam kulkas
3. Makan hidangan dari seseorang yang sedang menderita diare
4. Cross-contamination (kontaminasi silang), dimana kuman dari suatu makanan menular ke
makanan lain
Tips Mencegah Penyakit Infeksi:
1. Membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan menggunakan air dan sabun, terutama
setelah buang air kecil dan besar, membuang sampah, sebelum masak, dan sebelum makan.
2. Memasak makanan atau minuman hingga matang sebelum dikonsumsi.
3. Menggunakan masker ketika sedang berada di luar rumah atau ketika sedang sakit.
4. Tidak berbagi peralatan kebersihan pribadi, seperti sikat gigi, pisau cukur, handuk, dan
alat makan, dengan orang lain.
5. Melengkapi imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan dokter atau ketika hendak
bepergian ke daerah dengan penyakit endemik.
6.Menjaga kebersihan lingkungan. Salah satunya adalah dengan tidak membuang sampah
sembarangan.

Saya Putri Indah S absen 30, izin menyimpulkan:


• Penularan virus juga dapat terjadi melalui sumber makanan atau air yang terkontaminasi
feses penderita. Menyentuh mulut, atau makan tanpa mencuci tangan dengan benar-
benar bersih setelah buang air besar, juga dapat menyebabkan penularan. Beberapa
contoh infeksi virus pada sistem pencernaan yang dapat menyebabkan gastroenteritis
adalah infeksi rotavirus, infeksi norovirus, infeksi astrovirus, dan beberapa infeksi
adenovirus.
• Biasanya, virus akan menempel di suatu sel dan mengambil alih sel tersebut untuk
mengembangbiakkan virus-virus lain sampai akhirnya sel tersebut mati. Dalam kasus lain,
virus mengubah sel normal menjadi sel yang berbahaya untuk kesehatan.
• Salah satu penularan penyakit zoonosis dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui
pangan asal ternak . Resiko foodborne zoonosis dapat dikurangi secara efektif di
sepanjang rantai produksi penyediaan pangan asal ternak, mulai dari peternakan hingga
ke piring konsumen .
• Berbagai jenis kuman, virus, dan parasit banyak ditemukan dalam makanan atau
minuman, terutama daging dan telur yang tidak dimasak hingga matang atau makanan
dan minuman yang tidak dipasteurisasi. Contoh penyakit infeksi yang terjadi melalui
metode ini adalah diare, keracunan makanan, anthrax, flu babi, dan flu burung.
• Keracunan makanan (penyakit yang ditularkan melalui makanan) terjadi ketika makanan
terkontaminasi oleh bakteri dan virus. Keracunan makanan terjadi bila
• makanan terkontaminasi kuman berbahaya, seperti Campylobacter, Salmonella atau E.
Coli. Juga makanan mentah, termasuk daging, telur, ikan dan hidangan laut, buah dan
sayuran mentah, tangan, barang-barang dan lingkungan yang kotor adalah penyumbang
40% penyakit yang ditularkan melalui makanan.

31_Putri Nurkholifah

Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan


Pengendalian mikroorganisme dalam bahan makanan pada prinsipnya bertujuan untuk
membuat bahan makanan menjadi tahan lama, atau dengan perkataan lain bertujuan untuk
pengawetan bahan makanan. Pengendalian mikroorganisme berarti mencegah
pertumbuhan mikroorganisme yang dapat berarti membunuh atau menghambat
pertumbuhan itu sendiri. Biasanya tindakan ini dilakukan dengan perlakuan fisik atau
perlakuan kimia. (Yudhabuntara, 2008)

32_Rahma Susvitasari
Cara Pengendalian Virus pada Makanan
Perlakuan fisik dapat dilakukan dengan cara perlakuan termal, perlakuan pengeringan dan
perlakuan penyinaran (iradiasi). Perlakuan termal terdiri dari suhu rendah, yaitu
pendinginan dan pembekuan, dan suhu tinggi/pemanasan yang dapat berupa pasteurisasi
atau sterilisasi. Perlakuan pengeringan dapat dilakukan dengan cara pengeringan atau cara
pengeringan beku. Perlakuan penyinaran dapat dilakukan dengan sinar ultraviolet dan
ionisasi (sinar röntgen, sinar gamma, sinar elektron). Perlakuan kimia dapat dilakukan
dengan cara penggaraman, curing, pengasaman, pengasapan dan pemberian bahan
pengawet. (Rahman, 2013)

33_Restika Ratna Swari


beberapa cara untuk mengendalikan jumlah populasi mikroorganisme, diantaranya adalah
sebagai berikut :
•Pengeringan dan Membatasi Ketersediaan air

Penghilangan air atau dehidrasi seperti proses lyophilization (liofilisasi) untuk menghasilkan
makanan-makanan pembekuan kering (freeze-dried) saat ini umum digunakan untuk
mengurangi terjadinya pertumbuhan mikrobia. Proses modern ini secara sederhana
sebetulnya merupakan penyempurnaan dari cara lama yang biasa dilakukan yaitu proses
pengeringan biji-bijian, buah, ikan (ikan asin), dan daging (dendeng). Dengan terbatasnya
jumlah air, maka mikrob tidak dapat tumbuh dengan baik. (Karomah, 2017)

34_Reva Nurul Fuadah


Pengawetan makanan dengan menggunakan bahan kimia (chemical based)
Terdapat banyak jenis agen yang digunakan untuk mengawetkan makanan-makanan.
Berbagai macam bahan pengawet tersebut terdaftar di pemerintah melalui lembaga
pengawasan bahan makanan dan obat-obatan. Jenis-jenis bahan tersebut secara umum
dikenal sebagai generally recognized as safe (GRAS) atau “secara umum dikenali bersifat
aman”.
Beberapa macam bahan pengawet tersebut diantaranya yaitu asam organik sederhana
(simple organic acids), sulfite, sodium nitrite, ethyl formate, dan ethylene sebagai gas untuk
sterilisasi. Bahan-bahan pengawet tersebut memberikan efek pada mikroorganisme dengan
menghancurkan faktor kritis sel. Misalnya adalah bahan-bahan pengawet tersebut merusak
membran plasma atau mendenaturasi berbagai macam protein-protein sel. Beberapa
senyawa lain mengganggu fungsi asam nukleat sehingga akan menghambat reproduksi sel.
(Karomah, 2017)

35_Shelin Dwi Heryanto


Desikasi
Proses pengurangan kandungan air suatu bahan, misal : pengeringan
M.O tidak dapat tumbuh dengan penghilangan air, namun beberapa m.o dapat bertahan
hidup sampai 1 tahun. Setelah air tercukupi, m.o dapat tumbuh kembali
Neisseria gonnorrhea: bertahan selama 1 jam.
Mycobacterium tuberculosis: dapat bertahan beberapa bulan, virus lebih resisten proses
desikasi Clostridium spp. and Bacillus spp.: dapat bertahan puluhan tahun. (Maligan &
Nurcholis, 2013)
36_Sheyfira Rahmadani
Sterilisasi
Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan
tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan
mengganggu proses fermentasi.
Proses menghabcurkan semua jenis kehidupan sehingga me jadi steril.
Sterilisasi seringkali dilkukan dengan pengaplikasian udara panas.
Sterilisasi komersial
Pemanasan sterilisasi komersial sering dilakukan pada bahan pangan yang sifatnya tidak
asam atau lebih dikenal dengan bahan pangan berasam rendah. Bahan pangan berasam
rendah memiliki pH > 4,5, misalnya seluruh bahan pangan hewani seperti daging, susu, telur
dan ikan serta sayuran seperti buncis dan jagung.
Bahan pangan berasam rendah memiliki resiko mengandung spora bakteri Clostridium
botulinum yang dapat menghasilkan toksin mematikan jika tumbuh di dalam makanan
kaleng. Oleh karena itu, spora ini harus dimusnahkan dengan pemanasan yang cukup tinggi.
(Karimahiffiahrahman, 2013)
Sterilisasi komersial adalah pemanasan pada suhu di atas 100 derajat Celcius, umumnya
sekitar 121,1 derajat Celcius dengan menggunakan uap air selama waktu tertentu dengan
tujuan untuk memusnahkan spora bakteri patogen termasuk spora bakteri Clostridium
botulinum. Dengan demikian, sterilisasi komersial ini hanya digunakan untuk mengolah
bahan pangan berasam rendah di dalam kaleng, seperti kornet, sosis dan sayuran dalam
kaleng. Susu steril dalam kotak adalah contoh produk lain yang diproses dengan sterilisasi
komersial. Tetapi prosesnya berbeda dengan pengalengan. Susu steril dalam kotak diproses
dengan pengemasan aseptik, yaitu suatu proses sterilisasi kontinyu dimana produk susu
yang sudah disterilkan dimasukkan ke dalam kotak yang sudah disterilkan dalam lingkungan
yang juga aseptik. Proses pengemasan aseptik umumnya digunakan untuk sterilisasi
komersial produk-produk yang bentuknya cair.
Produk yang sudah diproses dengan sterilisasi komersial harus disimpan pada kondisi
penyimpanan yang normal, yaitu pada suhu kamar. Harus dihindari penyimpanan pada suhu
yang lebih tinggi (sekitar 50 derajat Celcius), karena bukan tidak mungkin jika ada spora dari
bakteri yang sangat tahan panas masih terdapat di dalam kaleng dapat tumbuh dan
berkembang biak di dalamnya dan menyebabkan kebusukan.
Sterilisasi cairan
Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula, garam
fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua cara
sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan
di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk
mencapai temperatur 121 derajat C dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya
bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama
minimal 15 menit.
Sterilisasi Panas kering
1)panas kering, suhu efektifnya 16°C selama 2 jam, alat yg dugunakan biasanya oven.
(Budiyanto, 2011)
37_Shoffati Nur Izzati, izin menyampaikan materi lanjutan.
2) Panas lembab dengan uap jenuh bertekanan. Sangat efektif untuk sterilisasi karena
menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus kuat, dan kelembaban
sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang menyebabkan
sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121 derajat celsius pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu
standar 15 menit. Alat yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.
(Karimahiffiahrahman, 2013)

39_Vidya basmah A
b) Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa merusak zat-zat
yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah
65oC selama 30 menit dalam waktu tiga hari berturut-turut (Wikipedia, 2014)
40. Yuniarti Shasita Ayu S

Boiling
Pemanasan dengan perebusan 100oC
atau lebih. Membunuh sel vegetatif m.o patogen,
kebanyakan virus dan jamur dalam waktu 10
menit atau kurang. Endospora dan beberapa
virus tidak dapat dihilangkan
secara cepat.
Hepatitis virus: Dapat bertahan lebih dari 30 menit perebusan
Endospores: Dapat bertahan lebih dari 20 jam atau lebih (Maligan & Nurcholis, 2013)
[09.54, 16/5/2020] +62 858-0299-0098: 38_Tiara Nurul Hidayah
Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya
a) Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan
waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi. Dalam proses
pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan bakteri penyebab kebusukan
namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur
dan makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit.
(Karimahiffiahrahman, 2013)
[09.55, 16/5/2020] +62 858-0299-0098: Tarimakasih pak😊😊
Silahkan ditanggapi pertanyaan neng Putri
silahkan kelompok 4
mohon maaf bapak, pertanyaan tersebut dari anggi rohmawati pak...
Oke Sorry dari Neng Anggi
32_Rahma Susvitasari izin menjawab..
Cara memutus rantai penyebaran virus dari makanan:
1. Masam makanan dengan cara yg benar, yaitu dimasak hingga matang.
2. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum makanan
3. Hindari terlebih dahulu membeli makanan dari luar rumah, karena membeli makanan di
luar rumah belum tentu steril. (Wahyuningsih, 2015)
38_Tiara Nurul Hidayah izin menjawab memutus rantai penularan virus dari makanan ke
manusia bisa dengan cara:
1. Rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan menggunakan sabun dan air mengalir
2. Jika anda membeli buah atau sayuran bisa di cuci terlebuh dahulu jika ingin digunakan.
3. Jika memungkinkan, makanan bisa di panaskan kembali menggunakan microwafe.
Tetapi sejatinya keberadaan virus pada makanan biasanya hanya bersifat sementara. Virus
biasanya tidak menggunakan makanan untuk perkembangbiakannya, karena virus hanya
dapat berkembang dalam sel hidup, baik dari tanaman, hewan, manusia, maupun
mikroorganisme. Ada beberapa jenis virus penyebab penyakit yang dapat disebarkan
melalui makanan, antara lain virus penyebab influenza, poliomyelitis, dan virus hepatitis A.
(Purnawijayanti, 2001)

Terima Kasih Semoga Bermanfaat dan semoga kita selalu dalam lindungan Nya
#dirumahsaja
Daftar Pustaka

(n.d.). Retrieved from https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf

(n.d.). Retrieved from https://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/BAB_IV_virus.pdf

Abdul Rahman, L. (2020, Maret 18). Retrieved from https://kerajaanbiologi.com/klasifikasi-


virus/

Adrian, K. (2019, Desember 19). Retrieved from https://www.alodokter.com/penyebab-


penyakit-infeksi-penyebaran-dan-tips-pencegahannya

Adrian, K. (2019, Desember 12). Retrieved from https://www.alodokter.com/penyebab-


penyakit-infeksi-penyebaran-dan-tips-pencegahannya

Albughari, R. (2014, Juli 8). Retrieved from


https://www.slideshare.net/riski_albughari/pemurnian-dan-identifikasi-virus

Alodokter. (2019). Retrieved from https://www.alodokter.com/gastroenteritis

Arifputra. (2020, Maret 30). Retrieved from https://www.sehatq.com/artikel/virus-adalah-


organisme-mikroskopik-bisa-picu-penyakit bagaimana-strukturnya/amp

Ariyanti, T. (2005). Retrieved from


http://medpub.litbang.pertanian.go.id/index.php/wartazoa/article/download/818/827

Ayu Yuniati Kencana, G. (2017, November). Retrieved from


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/eb1ca00126ee2938f64067a40fc3d8e
7.pdf

Budhimurdiati, T., & Sendow, I. (n.d.). Retrieved from


http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=277868&val=7169&title=Zoonos
is%20that%20is%20Transmitted%20Through%20Food

Budiyanto, M. A. (2011). Retrieved from https://aguskrisnoblog.wordpress.com/teknik-


sterilisasi-komersial-dalam-industri-pangan/

Checci, F. (2009, Maret 30). Retrieved from


https://www.who.int/diseasecontrol_emergencies/publications/idhe_2009_london_inf_dis_tra
nsmission.pdf

Dwi Suprobowati, O., & Kurniati, I. (2018). Retrieved from


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2018/09/Virologi_SC.pdf

Hamidhamzah. (2015). Retrieved from https://brainly.co.id/tugas/3451496


Ismail, S. (2019, Februari). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=_2uNDwAAQBAJ&lpg=PA72&dq=Pendapat%20Beije
rinck%20baru%20terbukti%20pada%20tahun%C2%A01935%2C%20setelah%C2%A0Wend
ell%20Meredith%20Stanley%C2%A0dari%C2%A0Amerika%20Serikat%C2%A0berhasil%
20mengkristalkan%C2%A0partikel%20pe

Karimahiffiahrahman. (2013, Januari 1). Retrieved from


https://www.iffiarahman.com/2013/01/pengendalian-mikroorganisme-secara-fisik.html?m=1

Karomah, L. (2017, September 23). Retrieved from


https://mikrobio.net/mikrobiologi/pangan-dan-industri/pengendalian-mikroorganisme.html

kompas.com. (2020, Januari 27). Retrieved from


https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://amp.kompas.com/sains/re
ad/2020/01/27/173100423/bagaimana-cara-identifikasi-virus-corona-wuhan-pada-pasien-
suspek-&ved=2ahUKEwier-
iknbrqAhUH8HMBHb8mAygQFjAAegQIBhAC&usg=AOvVaw2mmd2E1IFRtPAvyYNZ

Liputan6. (2020, Maret 15). Retrieved from


https://m.liputan6.com/global/read/4202363/ilmuwan-menguak-alasan-virus-corona-covid-
19-menyebar-dengan-cepat

liputan6.com. (2019, Januari 17). Retrieved from


https://www.liputan6.com/health/read/3872997/virus-adalah-mikroba-penyebab-penyakit-
klasifikasi-dan-penyebab-infeksinya

Maligan, J. M., & Nurcholis, M. (2013, Mei). Retrieved from


http://mnurcholis.lecture.ub.ac.id/files/2013/05/Week-11_Faktor-yang-menghambat-
pertumbuhan-mikroba.pdf

Mardatila, A. (2020, Maret 23). Retrieved from https://m.merdeka.com/jateng/sejarah-


perkembangan-virus-corona-dari-masa-ke-masa-kln.html

Nursing, R. C. (n.d.). Retrieved from https://rcni.com/hosted-content/rcn/first-steps/chain-of-


infection

Pranita, E. (2020). Retrieved from


https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/sains/read/2020/01/27/173100423/bagaima
na-cara-identifikasi-virus-corona-wuhan-pada-pasien-suspek-

Pranita, E. (2020, Januari 27). Retrieved from


https://sains.kompas.com/read/2020/01/27/173100423/bagaimana-cara-identifikasi-virus-
corona-wuhan-pada-pasien-suspek-?page=all

Prevention, C. f. (2012, Mei 18). Retrieved from


https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section8.html
Prevention, C. f. (2012, Mei 18). Retrieved from
https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section10.html

Purnawijayanti, H. A. (2001). Retrieved from


https://books.google.com/books/about/Sanitasi_Higiene_Keselamatan_Kerja_Dlm_P.html?hl
=id&id=6ktgJjJK5M4C

Putri, D. (2020, April 18). Retrieved from https://kids.grid.id/read/472110866/sudah-pernah-


terinfeksi-bisakah-seseorang-terkena-covid-19-lagi?page=all

Rahman, K. (2013, Januari 1). Retrieved from


https://www.iffiarahman.com/2013/01/pengendalian-mikroorganisme-secara-fisik.html?m=1

Setiawan, P. (2020). Retrieved from https://www.gurupendidikan.co.id/virus/

Sri Mulyati, D., Duwi Hartati, I., & Reliyanti, S. (2013). MODUL PEMBELAJARAN
METODE IDENTIFIKASI, KLASIFIKASI MIKROBA PROKARIOT, DAN VIRUS.

Syarifah, F. (2020, Maret 17). Retrieved from


https://www.liputan6.com/health/read/4203908/setelah-sembuh-apakah-seseorang-bisa-
terinfeksi-covid-19-lagi

Wahyuningsih, M. (2015, April 7). Retrieved from https://m.cnnindonesia.com/gaya-


hidup/20150407142359-255-44787/tips-agar-makanan-tak-tercemar-racun-dan-bakteri-jahat

Wartomo, H. (2016). Retrieved from


http://repository.unimus.ac.id/3653/1/Buku%20Parasitologi%20KesMas_Didik_Publish.pdf

Weliantopada, A. (2020, Februari 1). Retrieved from


https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/01/120000569/virus-sejarah-ciri-ciri-dan-
penyebarannya

Wikipedia. (n.d.). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Virus

Wikipedia. (n.d.). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Virus

Wikipedia. (2009). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Virus

Wikipedia. (2013, September 8). Retrieved from


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_sosial_virus

Wikipedia. (2014). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mikrobiologi_pangan

Wikipedia. (2019, Oktober 9). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Virus

Wikipedia. (2020). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Virus

Wikipedia. (2020, Juni). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Virus


Wikipedia. (2020, April 26). Retrieved from
https://id.wikipedia.org/wiki/Penularan_penyakit

Wikipedia. (2020). Retrieved from https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gastroenteritis.

Wikipedia. (2020, Januari 20). Retrieved from https://id.wikipedia.org/wiki/Zoonosis

Winata, M. R. (2013, Mei 15). Retrieved from


http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=277868&val=7169&title=Zoonos
is%20that%20is%20Transmitted%20Through%20Food

Yudhabuntara, D. (2008, Mei 2). Retrieved from


http://milkordie.blogspot.com/2008/05/pengendalian-mikroorganisme-dalam-bahan.html

Zaini, A. (2019, Oktober 05). Retrieved from


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_virus

Anda mungkin juga menyukai