Anda di halaman 1dari 32

LOGBOOK KEGIATAN DI TEACHING FARM

Nihil Ulul Ajmi (061813143036)

SAPI PERAH

No. Tanggal Kegiatan

1. 5 November 2018  Sanitasi kandang dan peralatan sapi perah serta


kebersihan dan kesehatan sapi perah (memandikan sapi
perah)
 Pemberian pakan sapi perah
 Memerah susu sapi perah
 Pengemasan susu sapi perah dan recording
06 November 2018  Sanitasi kandang dan peralatan sapi perah serta
kebersihan dan kesehatan sapi perah (memandikan sapi
perah)
 Pemberian pakan sapi perah
 Memerah susu sapi perah
 Pengemasan susu sapi perah dan recording
07 November 2018  Sanitasi kandang dan peralatan sapi perah serta
kebersihan dan kesehatan sapi perah (memandikan sapi
perah)
 Diagnosis dan penanganan bloat pada sapi perah
 Pemberian pakan sapi perah
 Memerah susu sapi perah
 Pengemasan susu sapi perah dan recording
 Diskusi bersama drh Sigit
08 November 2018  Sanitasi kandang dan peralatan sapi perah serta
kebersihan dan kesehatan sapi perah (memandikan sapi
perah)
 Pemberian pakan sapi perah
 Memerah susu sapi perah
 Pengemasan susu sapi perah dan recording
 Uji alkohol pada susu sapi perah A2
 Pembuatan diluter A dan B untuk pengenceran semen
Bull
 Penampungan semen segar dari Bull Gustilang,
Novelin, Tetuko, Gumilang dan Devon
 Prosesing semen
 Diskusi bersama drh Trilas dan drh Tri Wahyu
Suprayogi.
BULL

2. 09 November 2018  Sanitasi kandang bull dan memandikan bull


 Pemberian pakan konsentrat, mineral mix, bungkil
kacang hijau dan tauge.
 Pemberian pakan hijauan.
10 November 2018  Sanitasi kandang bull dan memandikan bull
 Pemberian pakan konsentrat, mineral mix, bungkil
kacang hijau dan tauge.
 Pemberian pakan hijauan.
11 November 2018  Sanitasi kandang bull dan memandikan bull
 Pemberian pakan konsentrat, mineral mix, bungkil
kacang hijau dan tauge.
 Pemberian pakan hijauan.
12 November 2018  Sanitasi kandang bull dan memandikan bull
 Pemberian pakan konsentrat, mineral mix, bungkil
kacang hijau dan tauge.
 Pemberian pakan hijauan.
SAPI POTONG, KAMBING DAN DOMBA

3. 13 November 2018  Membersihkan kandang sapi potong


 Memandikan sapi potong
 Pemberian pakan konsentrat dan hijauan
 Membersihkan kandang kambing dan domba
 Pemberian pakan dan minum kambing domba

14 November 2018  Membersihkan kandang sapi potong


 Memandikan sapi potong
 Pemberian pakan konsentrat dan hijauan
 Membersihkan kandang kambing dan domba
 Pemberian pakan dan minum kambing domba
15 November 2018  Membersihkan kandang sapi potong
 Memandikan sapi potong
 Pemberian pakan konsentrat dan hijauan
 Membersihkan kandang kambing dan domba
 Pemberian pakan dan minum kambing domba

16 November 2018  Membersihkan kandang sapi potong


 Memandikan sapi potong
 Pemberian pakan konsentrat dan hijauan
 Membersihkan kandang kambing dan domba
 Pemberian pakan dan minum kambing domba

 Penimbangan Bull / Sapi pejantan

PEMBAHASAN

1. Hari Senin-Kamis (05-08 November 2018)


Kegiatan rutin pada kandang sapi perah dilakukan pada pukul 06.30 dan pukul
15.00. Kegiatan yang dilakukan pada kandang sapi perah yaitu:
 Membersihkan kandang dengan cara menyemprotkan air pada lantai atau
bagian yang kotor, kemudian membersihkan kotoran dengan alat pengerok
feses dan menyikat lantai kandang. Tujuan pembersian kandang adalah
mencegah adanya mikroorganisme patogen yang dapat berpengaruh terhadap
kesehatan sapi perah.
 Kemudian memandikan sapi perah hingga bersih terutama pada bagian
gluteus, kaki belakang, ekor dan ambing kemudian puting. Kegiatan
Memandikan sapi perah bertujuan untuk sanitasi yang mencegah cemaran pada
susu ketika dilakukan pemerahan. Selain itu memandikan sapi perah juga
berfungsi memperlancar aliran darah dengan adanya respon pada pancaran air.
Proses pemandian ini juga berfungsi merangsang oksitosin dalam
memancarkan air susu (milk ejection) sehingga proses pengeluaran susu tidak
hanya disebabkan oleh tenaga pemerah.
 Kegiatan selanjutnya yaitu proses pemerahan. Terdapat beberapa teknik
pemerahan yaitu menggunakan dua jari atau lima jari. Penggunaan masing-
masing teknik disesuaikan dengan bentuk puting sapi perah. Pada sapi perah
yang memiliki puting yang pendek dilakukan pemerahan menggunakan teknik
dua jari. Sedangkan pada sapi perah yang putingnya panjang dapat dilakukan
pemerahan dengan lima jari, dan dihindari pemerahan dengan dua jari. Hal ini
dikarenakan semakin tarikan pemerah kebawah maka gaya yang diberikan
akan semakin besar sehingga teknik pemerahan dua jari pada puting yang
panjang dapat menimbulkan luka pada ujung puting. Luka yang terbentuk
berbahaya karena dapat berperan sebagai portal of entry mikroorganisme.
Proses pemerahan harus dilakukan secara tuntas, yaitu sampai pancaran susu
dari masing-masing puting melemah dan habis. Hal ini penting untuk
dilakukan karena pemerahan yang tidak tuntas sering beresiko mastitis.
 Kegiatan selanjutnya yaitu proses pengemasan susu dan recording. Susu hasil
perahan disaring dengan filter santan untuk memisahkan susu dengan agen
cemaran fisik seperti rambut sapi, kerikil, plastik dan lain-lain. Setelah itu susu
ditakar satu liter kemudian dikemas dalam plastik. Proses recording dilakukan
pada masing-masing sapi. Terdapat 8 sapi perah dalam kandang Teaching
Farm FKH Unair dengan sapi perah laktasi sebanyak 7 ekor. Pelabelan sapi
perah pada baris pertama yaitu menggunakan kode A1, A2, A3 kemudian A4
(sapi perah dara), pada baris kedua menggunakan kode K1, K2, K3 dan K4.
Proses recording hasil susu dilakukan pada masing-masing sapi perah yaitu
pagi dan sore (lampiran 1). Kemudian setelah dilakukan recording susu yang
didapatkan dimasukkan ke dalam freezer.
 Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian pakan pada sapi perah. Pakan yang
diberikan berupa ampas tahu dan hijauan. Hijauan yang diberikan sebanyak
10% dari berat badan sapi perah. Rata-rata berat sapi perah laktasi yaitu 300
kg sehingga hijauan yang diberikan sebanyak 30 kg per hari, namun dengan
pemberian ampas tahu total hijauan yang diberikan hanya 60% dari total
hijauan yaitu 18 dengan rincian 9 kg masing-masing pada pagi dan sore hari .
Sebanyak 9 kg hijauan yang diberikan di asumsikan dalam 1 ikat rumput gajah
atau tanaman jagung. Jadi, tiap sapi perah mendapatkan masing-masing 1 ikat
hijauan pada pagi dan sore hari. Konsentrat yang diberikan sebesar 40% dari
total ransum yang diberikan. Sehingga total ampas tahu yang diberikan pada
sapi perah laktasi yaitu 12 kg per hari dengan rincian masing-masing 6 kg pagi
dan sore. 6 kg setara dengan 1 timba ampas tahu. Pada sapi perah dara yaitu 4
kg per hari.

Analisis manajemen sapi perah adalah sebagai berikut :

1. PERKANDANGAN
Kandang berfungsi untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang
merugikan (Sudono et al., 2003). Syarat lokasi kandang harus dekat dengan sumber
air, tidak membahayakan ternak dan tidak pendekatan dengan pemukiman penduduk
(Syarif dan Harianto, 2011). Daerah dengan sinar matahari yang cukup sebaiknya
menggunakan atap kandang dengan ketinggian 3,6-4,2 m. Ketinggian tersebut sudah
cukup untuk membatasi difusi radiasi matahari yang diterima sapi didalam kandang.
Ventilasi yang baik menggunakan ventilasi dinding terbuka (kandang terbuka)
sehingga mendapatkan hembusan angin yang akan mereduksi panas suhu tubuh sapi
(Yandi dan Purwanto, 2006). Produktivitas sapi perah akan optimal apabila
dipeliharapada kandang yang bersuhu sekitar 18-21°C dan kelembaba undara 55%
(Sudonoet al., 2003). Suhu pada kandang di Teaching farm sekitar 30-33°C, untuk
menyiasati suhu yang panas kandang sering disemprot menggunakan air.
Kandang sapi perah di Teaching Farm berbentuk tail to tail dengan masing-
masing kandang untuk tiap sapi seluas 2 m2. Jenis kandang berupa freestall dimana
kandang disekat atau sapi diikat (Anderson, 2008). Unit dalam perkandangan sapi
perah menyediakan beberapa bagian yaitu bangunan untuk proses pemerahan dan
tempat tempat penimpanan sususementara, unit bangunan untuk tempat penyimpanan
pakan, bagian kandang terdiri dari saluran air, saluran pembuangan kotoran, palungan
untuk pakan konsentrat atau pakan tambahan, palungan untuk rumput atau hijauan
dan palungan untuk air (pemberian air ad libitum). Kandang terdiri dari dua deret
dengan tipe kandang tail to tail (Prasetya, 2012).
Bangunan kandang harusu memiliki konstruksi, bentuk dan susunan yang
aman untuk sapi perah. Bagian kandang berupa atap, dinding, ventilasi, lantai, tempat
pakan, tepat air minum, selokan/parit, tempat penampungan kotoran, petak kandang,
feed alley dan service alley (Firman, 2000).
Atap kandang terbuat dari asbes dengan sudut kemiringan yang ideal adalah
30° agar air hujan dapat mengalir sampai habis keluar dari atap (Muljana, 1985).
Dinding pada konstruksi kandang sapi perah di Teaching Farm adalah dinding
terbuka, artinya batas disekeliling kandang tanpa dilengkapi dinding. Hal ini
dikarenakan suhu di daerah tersebut panas sehingga membutuhkan sirkulasi udara
yang cepat. Di samping itu dapat bermanfaat untuk masuknya sinar matahari kedalam
kandang pada pagi hari (Bakri dan Sapirinto, 2015). Lantai kandang dibuat berpetak-
petak sepanjang 1,75 meter dengan lebar 1,2 meter yang dilengkapi dengan tempat
makan dan minum (Santoso, 1995). Alas kandang yang digunakan adalah karpet karet
yang berfungsi untuk memberikan perlindungan untuk ambing dan kulit sapi (Palmer,
2005). Tempat pakan dan minum berasal dari beron semen, tempat pakan
dikondisikan dalam keadaan bersih untuk mencegah terjadinya penyakit. Tempat
pakan memiliki permukaan yang halus dan rata agar sapi dapat makan sampai tuntas
dan memudahkan dalam pembersihannya (Makin, 2011). Pemberian air minum sapi
perah secara ad libitum, hal ini karena susu 87% terdiri dari ai dan 50% dari tubuh
sapi terdiri dari air (Pasaribu et al., 2015). Selokan dibuat agar mudah dalam
pengaliran air pembuangan dan memudahkan untuk membersihkan. Ukuran selokan
sebaiknya memiliki panjang 50 cm dan memiliki kedalaman ±5 cm serta berakhir
pada kedalaman yang lebih besar yaitu sekitar 15 cm sehingga air dapat mengalir dari
tempat tinggi ke rendah(Anitasari, 2008).
Gambar Selokan dan lantai kandang sapi Gambar Palungan tempat makan sapi
perah perah rumput, air dan konsentrat.

Gambar sumber air kandang sapi perah

2. PAKAN
Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah menyediakan ransum
yang ekonomis namun dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, dan
produksi susu induk, serta kebutuhan untuk pertumbuhan bagi ternak muda. Agar
terpenuhi produksi yang optimal maka perlu tersedia cukup pakan, baik kualitas
maupun kuantitas. Dalam hal ini, terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan
kebutuhan ternak, tidak kekurangan ataupun berlebihan .
Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat . Karena adanya variasi
kandungan gizi dan variasi harga pakan maka porsi hijauan jauh lebih besar daripada
konsentrat. Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi sapi perah di Indonesia
menggunakan bahan pakan yang tersedia di daerah tertentu membutuhkan pengertian
tentang peran dan kebutuhan nutrien mikrobarumen dan ternak inang.
Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat adalah 60% : 40%. Hijauan yang
diberikan yaitu 10% berat badan, berkisar antara 30 kg- 40 kg per hari tergantung
berat badan sapi perah. Namun dengan tambahan konsentrat, maka jumlah hijauan
yang dibutuhkan hanya 60% dari total ransum yaitu sebesar 18 kg. Pada pagi dan sore
hari satu ekor sapi diberikan hijauan masing-masing sekitar 9 kg rumput setara
dengan satu ikat. Sebelumnya sapi diberi ampas tahu 40% dari total ransum dengan
berat 12 kg. Pemberian dilakukan 2x sehari dengan masing-masing pemberian yaitu 6
kg atau setara dengan 1 timba. Terkadang sapi perah diberi tambahan konsentrat
sebanyak 3 kg. Dengan demikian jumlah ampas tahu yang diberikan dikurangi apabila
dengan penambahan konsentrat.

Gambar Hijauan segar tanaman Gambar Ampas Tahu


jagung

Kecukupan protein merupakan suatu prasyarat penting untuk menghasilkan


produksi susu yang tinggi. Jumlah protein yang dibutuhkan oleh seekor sapi perah
yang sedang laktasi sangat bergantung pada ukuran tubuhnya, pertumbuhan, produksi
susu dan fase kebuntingan. Namun, di antara faktorfaktor tersebut, produksi susu
merupakan faktor yang paling dominan memengaruhi kebutuhan protein ternak. Suatu
penelitian klasik menunjukkan bahwa produksi susu meningkat sebesar 550
liter/laktasi ketika kandungan protein pakan dinaikkan dari 13,9menjadi 15,8%
(Kutches, 1979). Selain untuk ternak inangnya, protein dibutuhkan guna terciptanya
populasi mikroba rumen yang balk, hal tersebut dibutuhkan bagi pencernaan optimum
pakan hijauan dan konsentrat. Populasi mikroba di dalam rumen juga akan
berpengaruh terhadap konsumsi protein oleh sapi perah. Hasil fermentasi mikroba di
dalam rumen berupa asam lemak (VFA) sebagai suatu sumber energi untuk produksi.
Oleh karena itu, protein dari pakan yang dikonsumsi dan dicerna di rumen akan
menjamin pertumbuhan populasi mikroba dengan balk yang selanjutnya akan
menjamin proses pencernaan yang sangat efektif.
Gambar konsentrat sebagai sumber protein

Serat kasar merupakan salah satu nutrien penting di dalam pakan sapi yang
berfungsi menjalankan fungsi rumen yang balk. Apabila fungsi rumen terhambat
maka pencernaan akan terganggu dan hewan tidak akan mampu untuk mencapai
manfaat optimum dari pakan yang disajikan. Di Indonesia, umumnya pakan hijauan
mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Apabila kadar serat kasar terlalu tinggi
maka gerakan pencernaan terhadap semua nutrien akan melambat dan konsumsi
pakan akan menurun. Pakan hijauan berupa rumput gajah yang diberikan kepada sapi
perah harus dipanen pada umur 40-60 han guna mengurangi kadar serat kasar dan
meningkatkan jumlah daunnya yang akan disajikan untuk ternak. Sebaiknya, pakan
hijauan berupa batang tanaman harus dipisahkan sebelum pakan hijauan tersebut
diberikan kepada ternak, hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah nutrien yang
dikonsumsi oleh ternak yangbersangkutan.
Mineral dan vitamin merupakan nutrien yang dibutuhkan ternak walaupun
dalam jumlah yang minim. Mineral dan vitamin lebih banyak berperan dalam
mempertahankan produktivitas ternak dan dalam menjaga kesehatan ternak. Semakin
tinggi tingkat produktivitas seekor ternak maka semakin kritis kebutuhannya terhadap
kecukupan mineral dan vitamin. Selanjutnya, apabila energi dan proteintelah
terpenuhi, maka mineral danvitaminmenjadi faktor pembatas peningkatan
produktivitas ternak, termasuk produksi susu. Kekurangan dan ketidakseimbangan
mineral makro Ca, P, dan Mg dalam pakan dipercaya sebagai salah satu penghambat
produktivitas sapi perah. Selain itu, unsur mineral mikro seperti Mn, Cu, Co, Se dan
Zn juga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produktivitas ternak. Para
peternak perlu mengetahui kandungan mineral yang kritis dalam pakan yang
diberikan pada ternaknya sehingga dapat mengambil tindakan preventif dan kuratif
apabila terjadi problem defisiensi mineral. Dalam banyak hal, suplementasi mineral
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Dewasa ini cukup banyak tersedia
produk suplemen mineral yang dipasarkan untuk sapi perah. Pada prinsipnya,
suplemen mineral yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain: rasio Ca:P =
2:1, mengandung mineral mikro yangsering defisien dalam ransum seperti Mn, Co,
Cu, Se dan Zn, serta terhindar dari unsur-unsur toksik (McDowel et al., 1980).

Pemberian Vitamin B kompleks

Air bersih dan segar adalah penting bagi kelangsungan kehidupan ternak, dan
dibutuhkan dalam jumlah besar serta harus tersedia sepanjang waktu. Air berfungsi
sebagai buffer (penyeimbang), dan sebagai pengangkut nutrien ke seluruh tubuh, serta
sebagai salah satu bahan dasar darah dan susu. Seekor sapi membutuhkan air dalam
jumlah lebih banyak pada pemeliharaan di daerah beriklim tropis. Umumnya,
kebutuhan dasar seekor sapi perah terhadap air lebih kurang 40 liter per hari (akan
bertambah apabila ukuran tubuh sapi lebih besar) . Jumlah ini akan menjamin semua
fungsi tubuh agarbekerja pada tingkat optimum. Tambahan air dibutuhkan• bagi sapi
yang sedang laktasi; untuk setiap liter susu yang dihasilkan, sapi membutuhkan
tambahan empat liter air. Oleh karena itu, seekor sapi yang menghasilkan 10 liter susu
per hari akan membutuhkan total 80 liter air per hari. Apabila seekor sapi
menghasilkan 20 liter susu, maka harus disediakan 120 liter air perhari.

3. PROSES PEMERAHAN, PEMERIKSAAN KUALITAS SUSU DAN


PENGEMASAN SUSU

Proses pemerahan susu secara manual atau dengan menggunakan tangan


meliputi 3 metode yaitu whole hand (tangan penuh) memerah dengan cara
menggenggam puting, stripping (perah jepit) mmerah dengan cara diletakkan diantara
ibu jari dan telunjuk yang digeserkan dari pagkal puting kebawah sambil memijat dan
dengan meode kneleven (perah pijit)memerah dengan cara cara menggenggam puting,
tetapi dengan membelokkan ibu jari (Makin, 2011).
Pada ambing dengan puting panjang teknik pemerahan menggunakan metode
whole hand. Hal ini disebabkan karena puting panjang membutuhkan tenaga konstan
dalam memerah sehingga pancaran air susu konsisten. Pada puting jenis ini tidak
dianjurkan untuk menggunakan teknik stripping karena dapat melukai ujung puting.
Sedangkan metode yang paling baik dilakukan pada ambing pendek yaitu stripping
atau dengan menggunakan 2 jari. Pada metode ini susu yang dihasilkan paling banyak
dan ambing dapat tetap sehat.

Peralatan pemerahan susu

Susu yang baru keluar sebagai hasil pemerahan merupakan suatu bahan yang
murni,higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit mikroba indigenous, memiliki
bau dan rasa yang khas dan tidak berbahaya untuk diminum. Sesaat setelah
pemerahan, susu berada pada suhu kamar dan rentan terhadap pencemaran yang dapat
menurunkan kualitasnya. Dalam pemerahan secara manual, tangan harus bersih dan
harus menghindari kontaminasi dari lingkungan. Pemerahan memerlukan zat yang
bertekstur licin sehingga tidak akan melukai ambing. Salah satu bahan yang
digunakan di Teaching Farm adalah mentega. Mentega yang digunakan juga tidak
boleh tercemar kotoran feses sapi atau zat lain yang berbahaya.
Pengemasan susu dilakukan dengan menakar susu sebanyak 1 liter kemudian
dimasukkan kedalam plastik dan diikat. Susu yang sudah dikemas dilakukan
recording kemudian disimpan dalam freezer. Recording dilakukan pada setiap sapi
perah tiap pagi dan sore hari.
Susu secara berkala dilakukan uji kualitas susu seperti uji Alkohol dan uji
California Mastitis Test (CMT). Tujuannya adalah mengetahui adanya kerusakan susu
serta ada atau tidaknya mastitis pada sapi perah.
Pemberian alkohol pada susu Uji Alkohol positif

4. PENYAKIT PADA SAPI PERAH DI TEACHING FARM


4.1 Bloat/ Tympani/ Asidosis
Metabolik asidosis pada sapi perah umumnya disebabkan karena intake
berlebihan dari karbohidrat mudah terfermentasi. Fermentasi karbohidrat
berlangsung sangat cepat di dalam rumen dan menghasilkan asam laktat dalam
jumlah besar dimana terjadi perubahan keasaman di dalam rumen secara
mendadak sehingga hewan kehilangan nafsu makan dan indigesti serta asidosis
sistemik. Karbohidrat difermc.atasi di dalam rumen akan menghasilkan campuran
asam lemak terbang, asetat, propionat dan butirat. Asam laktat juga dapat
drhasilkan di dalam tubuh, tetapi dalam jumlah yang kecil dan sementara
(Seawright, 1989). Namun, apabila sapi memakan terlalu banyak pakan yang
mudah terfermentasi maka pertumbuhan bakteria penghasil asam laktat akan
meningkat dan mendominasi mikroflora rumen. Kelebihan asam laktat
kadangkadang dapat terakumulasi yang menyebabkan korosi pada dinding rumen,
nekrosis sel epitel dan menimbulkan asidosis metabolik. Asidosis dapat
berlangsung secara akut maupun yang kronik. Bentuk akut terjadi karena
mengonsumsi karbohidrat mudah tercerna misalnya pati dalam jumlah yang
berlebihan. Bentuk kronik sering terjadi pada sapi penggemukan karena diberi diet
yang tidak seimbang mengandung minimal (tidak mudah tercerna) rumput yang
diikuti dengan pakan konsentrat tinggi.
Bloat pada Sapi perah A3

Mekanisme asidosis adalah sebagai berikut:


1) Dalam beberapa jam setelah mengonsumsi pakan yang mudah
terfermentasi, populasi mikroba rumen akan berubah sehingga
menurunkan pH rumenmenjadi asam.
2) Kelebihan asam laktat akan meningkatkan osmolaritas rumen sehingga
air akan keluar dari darah dan menimbulkan dehidrasi.
3) Sapi akan berusaha untuk menyangga (buffer) keasaman rumen dengan
saliva dan mengeluarkan bikarbonat dari plasmadarah.
4) Fermentasi ruminal menghasilkan bentuk D- dan I.-asam laktat. L-asam
laktat kurang berbahaya karena dengan cepat akan dimetabolisme
sehingga meninggalkan D-asam laktat untuk berakumulasi.
5) Asam laktat bersifat korosif pada dinding rumen sehingga dapat
menimbulkan kematian sel (nekrosis) dan terkelupas .
6) Keracunan ringan asam laktat dapat menimbulkan stasis rumen.
7) Histamin atau endotoksin bakteri bersifat toksik dan dapat
menimbulkan asidosis ruminal.
Pengobatan asidosis bergantung pada bentuk asidosisnya apakah asidosis
ruminal atau sistemik. Walaupun demikian, tindakan pertama dalam pengobatan
asidosis ini adalah mengurangi tekanan yang disebabkan akibat pembentukan gas
(bloat) sebelum terjadi kegagalan jantung. Obat-obatan bloat dapat diberikan
secara intraruminal seperti larutan magnesium oksida untuk mendispersi gas di
dalam rumen. Dalam hal mi dapat diberikan cairan minyak seperti minyak kelapa
dan minyak sayuran sebanyak 500 ml. Pada kasus bloat parah, perlu dilakukan
trokar untuk mengeluarkan gas rumen. Penanganan dilapangan diberikan minyak
goreng dan sprite (minuman bersoda).

Pencampuran soda dan minyak Pemberian minyak goreng dan soda


goreng untuk penanganan Bloat untuk pengobatan Bloat

4.2 Mastitis

Mastitis pada sapi perah merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dan
sangat merugikan, karena dapat menurunkan produktivitas dan kualitas air susu.
Kerugian akibat mastitis cukup besar, karena mastitis merupakan peradangan
kelenjar susu yang apabila dibiarkan dapat berkembang sehingga ambing menjadi
kecil, kering, dan tidak produktif. Kerugian akibatmastitis berupa penurunan
produksi susu, masa laktasi lebih pendek dan biaya pengobatan yang mahal.
Penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi susu akibat mastitis subklinis
berkisar antara 14,6% sampai dengan 19,0% per hari atau sekitar 2 liter untuk
setiap ekor sapi per hari (Supar, 1997). Jika kasus mastitis subklinis tidak
dikendalikan secara intensif, kerugian ditaksir mencapai Rp8,5 miliar per tahun
(Hirstet al., 1985).
Mastitis dibedakan dalam bentuk klinis dan subklinis. Peternak umumnya
belum mengetahui mastitis subklinis karena tanda-tandanya tidak tampak, dan
untuk mendeteksinya perlu dilakukan uji, misalnya dengan Californian mastitis
test (CMT). Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan sel somatik
dalam air susu. Ada 3 tipe mastitis klinis, yaitu:
(1) Perakut-kelenjar susu bengkak, panas, nyeri dan mengeluarkan
sekresiabnormal disertai dengan demam serta gejala lain seperti depresi,
denyut nadi lemah dan anoreksia;
(2) Akutperubahan kelenjar susu seperti pada mastitis perakut tetapi demam
dan depresi lebih ringan sampai sedang; dan
(3) Subakut-tidak ada perubahan secara sistemik, perubahan pada kelenjar
susu dan sekresi yang dikeluarkan tidak begitu jelas (The Merck
Veterinary Manual, 1986).

2. Hari Jumat-Senin (09-12 November 2018)


Kegiatan di kandang Bull dilakukan pada pukul 07.00 dan 15.00. kegiatan
dimulai dengan membersihkan kandang dan memandikan bull. Sanitasi kandang
bertujuan untuk menjaga agar bull tetap sehat dan terhindar dari penyakit. Sanitasi
kandang dilakukan dengan menyemprot lantai dan stall yang terkena kotoran dan
membersihkan feses dan sisa makanan yang tercecer menggunakan tongkat
pengyerok. Kemudian memandikan bull hingga bersih sambil digosok dengan sikat.
Bagian yang mudah kotor adalah gluteus, kaki belakang, skrotum, ekor, ventral tubuh
dan kaki depan.
Kegiatan selanjutnya yaitu pemberian pakan sapi bull. Pakan pertama yang
diberikan adalah konsentrat yang dicampur mineral, kecambah dan bungkil kacang
hijau dengan hitungan konsentrat 2 kg per hari, dengan rincian 1 kg pagi dan 1 kg
sore (1 kg = 4 gayung konsentrat). Kemudian bungkil kacang hijau sebanyak 1 kg tiap
hari, pemberian pagi dan sore masing-masing 0,5 kg (setara 2 gayung). Kecambah 0,5
kg tiap hari, masing-masing 0,25 kg tiap pagi dan sore (setara 2-3 genggam). Mineral
mix 10 gram per hari, masing-masing 5 gram pagi dan sore (5 gram setara 1 sendok
makan). Minum diberikan secara ad libitum. Apabila tempat minum kotor harus
dibersihkan terlebih dahulu. Pada sore hari sapi bull dilakukan exercise. Hal ini
berfungsi meningkatkan kemampuan fisiologis basal sapi, seperti peningkatan kerja
jantung, peningkatan kerja pulmo, aktivitas otot, yang seluruh metabolisme tersebut
akan meningkatkan libido saat penampungan spermatozoa.
Konsentrat Bull Kecambah sebagai pakan tambahan Bull

Bungkil kacang hijau sebagai


pakan tambahan bull

Analisis manajemen sapi Bull


1. PERKANDANGAN
Kandang merupakan salah satu kebutuhan penting dalam pemeliharaan
pejantan sapi potong. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak
tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan serta perawatan ternak. Kandang
harus memenuhi persyaratan kesehatan ternak, mempunyai ventilasi yang baik,
efisiensi dalam pengelolaan, melindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan
kecurian serta tidak berdampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Lokasi yang
ideal untuk membangun kandang sapi adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari
pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi kandang antara
lain :
- Tersedianya sumber air untuk minum, memandikan ternak dan membersihkan
kandang
- Dekat dengan sumber pakan.
- Transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan dan pemasaran
- Areal yang ada dapat diperluas
Kandang diupayakan untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang
merugikan; baik terhadap sengatan matahari, kedinginan, kehujanan dan tiupan angin
yang kencang. Disamping itu, fungsi kandang juga dapat memudahkan sistem
pengelolaan seperti perawatan kesehatan, pemberian pakan dan penanganan
kotoran (feses dan urine). palungan (pada sisi depan) dan saluran
pembuangan kotoran pada sisi belakang. Konstruksi kandang pejantan harus kuat
serta mampu menahan benturan dan dorongan juga memberikan kenyamanan dan
keleluasaan bagi ternak. Ukuran kandang pejantan adalah panjang (sisi samping) 275
cm dan lebar (sisi depan) 200 cm. Disamping kandang individu, seekor sapi
pejantan juga membutuhkan kandang paksa atau kandang jepit yang digunakan
untuk melakukan perkawinan (IB + kawin alam) dan menampung sperma serta
perawatan kesehatan (seperti potong kuku dan lain sebagainya). Bangunan kandang
biasanya terbuat dari bahan pipa besi agar konstruksinya kuat dan mampu menahan
gerakan sapi. Ukuran kandang paksa yaitu panjang 110 cm dan lebar 70 cm dan
tinggi 110 cm. Pada bagian sisi depan kandang dibuat palang untuk menjepit leher
ternak (Rasyid dan Hartati, 2007).

Palungan tempat makan Bull Kandang Head to Head sapi Bull

2. PAKAN
Sapi maupun ternak ruminansia lainnya mempunyai keterbatasan
dalam mengkonsumsi ransum. Hijauan maupun rumput-rumputan yang tumbbuh di
daerah tropis seperti Indonesia relative cepat tumbuh, tetapi kandunga gizinya relative
rendah. Oleh karena itulah, sapi-sapi yang digemukkan dengan hanya memberikan
hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan ini berupa konsentrat tidak mungkin
mencapai pertambahan bobot badan yang tinggi (Siregar, 2007). Ransum yang baik
untuk sapi pejantan agar mencapai performans yang maksimal haruslah terdiri atas
sejumlah hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan minimal 10% dari berat badan
ternak, sedangkan konsentrat 1-2% dari berat badan ternak. Untuk pejantan pemacek
di peternakan rakyat, pemberian konsentrat sebanyak 1% dari berat badan ternak.
Sebagai contoh, untuk pejantan yang mempunyai bobot badan 400 kg, diberi rumput
segar sebanyak 40 kg dan konsentrat sebanyak 4-8 kg.
Pakan yang diberikan yaitu konsentrat sebanyak 6-8 kg per hari (1% BB)
tergantung berat badan sapi Bull. Pemberian dilakukan 2x pada pagi dan sore
sehingga tiap pemberian sebanyak 3-4 kg atau setara dengan 3-4 gayung (analogi 1
gayung=1 kg). Kemudian ditambahkan bungkil kacang hijau sebanyak 2 kg tiap hari.
Masing-masing pemberian pagi dan sore sebanyak 1 kg (setara dengan 2 gayung).
Ditambahkan kecambah sebanyak 2 kg masing-masing pemberian pagi dan sore 1 kg
(2-4 genggam). Selain itu ditambahkan mineral mix sebanyak 10 gram masing-
masing pemberian 5 gram.

3. PEMILIHAN PEJANTAN UNGGUL


Sapi jantan yang digunakan sebagai pemacek harus memiliki libido dan
kualitas semen yang baik serta karakteristik morfologis yng unggul dibanding sapi
jantan di lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memperoleh bibit perlu dilakukan
seleksi atau pemilihan sapi-sapi jantan dengan kriteria sebagai berikut:
4.  Kriteria Umum
1. Kepala panjang, dahi lebar
2. Moncong pendek
3. Badan tinggi
4. Dada dalam
5. Kulit tipis
6. Kaki & kuku kuat
7. Punggung lurus
8. Pinggul tidak terlalu turun
9. Kondisi tubuh tidak terlalu kurus
Kriteria khusus :
1. Sapi jantan berasal dari luar wilayah pelayanan pejantan alami.
2. Umur pejantan minimal 2,5 tahun (bergigi seri tetap 1-2 pasang/I1-I3)
3. Memiliki bobot badan awal > 300 kg dan tinggi gumba > 140 cm
4. Ternak sehat dan bebas penyakit reproduksi (Brucellosis, Leptospirosis,
Enzootic Bovine Leucosis dan Infectious Bovine Rhinotracheitis)
5. Warna bulu sesuai dengan bangsa sapi (PO/Brahman warna putih, Bali merah
dengan garis hitam dipunggung dan putih di mata kaki dan pantat, Madura
kecoklatan, Simmental merah dengan warna putih di kepala, Limousin warna
merah dan Angus warna hitam).
Ciri-ciri sapi sehat:
Ciri-Ciri Sapi Sehat
 Aktif dan respon terhadap perubahan situasi di sekitarnya.
 Kondisi tubuhnya seimbang, tidak sempoyongan/pincang, langkah kaki
mantap dan teratur, dapat bertumpu dengan empat kaki serta punggung rata.
 Mata bersinar, sudut mata bersih, tidak kotor dan tidak ada perubahan pada
selaput lendir/kornea mata.
 Kulit/bulu halus mengkilat, tidak kusam dan pertumbuhannya rata.
 Frekuensi nafas teratur (20-30 kali/menit), halus dan tidak tersengal-sengal.
 Denyut nadi frekuensinya 50-60 kali/menit, irama teratur dan nada tetap.
 Hasil pemeriksaan umum yang meliputi : postur tubuh, mata, alat reproduksi
dan kualitas serta kuantitas sperma menunjukkan hasil yang baik.
 Telah dilakukan vaksinasi sesuai rekomendasi dinas peternakan : IBR, PI3,
BVD, Leptospirosis, Vibriosis, Clostridium (Blackleg), dan lain-lain.
 Telah dilakukan pemberian vitamin dan obat cacing serta kontrol terhadap
parasit luar.

5. PENAMPUNGAN, PENGOLAHAN DAN PENYIMPANAN SEMEN BEKU


5.1 Pembuatan Semen Beku
Hal yang perlu diperhatikan dalam Inseminasi buatan yaitu : memilih pejantan,
koleksi semen, memeriksa semen secara makros mikros, mengencerkan, mengolah
dan menyimpan semen, menumpahkan semen, recording dan evaluasi. Pelaksanaan
pembuatan semen beku dilaksanakan pada Senin, 12 November 2018. Pembuatan
semen beku terdiri dari beberapa tahap yaitu pembuatan diluter, penampungan semen,
uji kualitas semen, dan processing. Pelaksanaan kegiatan dilakukan di laboratorium
theaching farm. Kegiatan terdiri dari:

- Pembuatan diluter
Diluter yang digunakan terdiri dari diluter A dan B karena memiliki komposisi
yang berbeda, adapun cara pembuatan diluter A dan B antara lain:
Komposisi diluter A
- Susu skim 10% (40 gram)
- Kuning telur 5% (20 cc)
- Penicillin 0,1% (0,4 gram)
- Streptomisin 0,1% (0,4 gram)
- Vitamin C 0,02% (0,08 gram)
- Fruktosa 0,5% (3 gram)
- Aquadest ad 400 ml

Cara pembuatan diluter A :


1. Timbang susu skim sebanyak 10% atau 40 gram lalu dicampur dengan aquadest
hangat sampai 400 ml hingga homogen di beaker glass.
2. Beaker glass yang telah berisi susu dan aquadest homogen dimasukkan kedalam
panci yang berisi air, lalu dipanaskan hingga mencapai suhu 92 oC (letakkan
thermometer dalam larutan susu skim) sambil diaduk dengan gelas pengaduk
3. Setelah mencapai suhu 92oC didihkan selama 10 menit. Pada suhu ini ion ion
kalsium akan diikat oleh kasein dari susu membentuk garam kalsium kaseinat
dan mikroorganismenya akan mati pada pemanasan tersebut.
4. Didinginkan pada suhu ruang hingga suhu susu skim mencapai 38 oC, pantau
dengan menggunakan termometer lalu saring dengan kasa sebanyak 2 kali
bertujuan untuk memisahkan susu dengan kalsium.
5. Siapkan 2 butir telur dan bersihkan permukaan telur menggunakan kapas
alkohol, pecahkan cangkang telur dan ambil kuning telur dengan cara pisahkan
dengan putih telur dan pecahkan membran vitelin. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisir adanya enzim lysozim yang mengakibatkan rusaknya sel sperma,
kemudian saring kuning telur sebanyak 20 ml dengan kasa.
6. Campurkan susu skim yang telah dibuat dan kuning telur, aduk hingga homogen
lalu saring dengan kasa.
Susu skim setelah direbus Pencampuran susu dengan kuning
telur

7. Tambahkan antibiotik penisilin dan streptomisin kedalam campuran, lalu aduk


hingga hingga homogen. Vortex selama 3-5 menit. Antibiotik berfungsi untuk
mencegah pertumbuhan kuman.
8. Letakkan pada waterbath hingga suhu kurang lebih 32oC.
9. Haluskan tablet vitamin C lalu timbang sejumlah 80 mg, masukkan kedalam
campuran diluter. Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan.
10. Timbang fruktosa, masukkan ke dalam campuran diluter. Fruktosa berfungsi
untuk sumber energi dan mencegah dekapasitasi spermatozoa.

Proses pemisahan kuning Antibiotik pennicillin dan streptomycin Vitamin C


telur dan putih telur

Komposisi Diluter B :
- Diluter A 200 ml
- Glycerol 18% (36 ml)
Glycerol berfungsi sebagai sumber energi dan cryoprotectant, bersifat hypertonis
terhadap spermatozoa sehingga dalam mencampurnya nanti tidak boleh secara
langsung tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit sebanyak 4 kali setiap 15 menit
untuk mencegah osomotik shock.
- Glukosa 2% (4 gram)
Glukosa sebagai sumber energi dan cryoprotectant, protektor spermatozoa ketika
proses freezing, jika spermatozoa tujuanya bukan untuk dibekukan melainkan
hanya didinginkan cukup dengan pemberian diluter A tanpa diberikan glycerol dan
glukosa.

Cara pembuatan diluter B :


1. Timbang glycerol sebanyak 18% atau 36 ml
2. Timbang glukosa sebanyak 2% atau 4 g
3. Campurkan glycerol dan glukosa aduk perlahan hingga homogen
4. Masukkan campuran glycerol dan glukosa kedalam tabung yang berisi diluter
a sebanyak 200 ml, aduk hingga homogen didalam tabung erlenmenyer
5. Vortex diluter b dengan kecepatan rendah
6. Masukkan tabung erlenmenyer ke dalam water jacket yang dilengkapi dengan
thermometer
7. Masukkan kedalam cool top dan ditera hingga suhu 3-5oC

3.2 Cara Penampungan Semen


Proses penampungan semen pada pejantan (Bull) diperlukan waktu yang tepat
agar sperma yang didapatkan maksimal dan memiliki kualitas dan kuantitas yang
baik. Proses penampungan baiknya dilaksanakan dua kali dalam satu minggu, hal ini
dikarenakan membutuhkan waktu 60-70 jam untuk proses pematangan
spermatogonium menjadi spermatozoa untuk siap membuahi .
Di Theaching Farm penampungan semen pada bull dilakukan dengan bantuan
alat vagina buatan yang secara umum memiliki simulasi yang sempurna terhadap
perkawinan secara alami, dengan vagina buatan akan diperoleh semen yang bersih,
maksimal, dan spontan keluar. Adapun peralatan yang diperlukan untuk pengambilan
semen antara lain:
- Satu set vagina buatan (karet pengikat (rubber band), Selongsong karet tebal
(Heavy rubber cylinder), Selongsong karet tipis (inner linner), Lubang air dan
hawa berpenutup pentil, Corong karet tipis bercelah (rubber funnel) untuk
udara keluar, Tabung penampung gelas berskala, Tabung plastik pelindung sinar
matahari atau benturan)
- Termos untuk air hangat
- Vaselin
- Termometer yang berkapasitas 00-1000c.
- Beaker Glass 800 ml
- Kertas dan tissu.

Pemasangan vagina buatan , Selongsong karet tebal disiapkan lalu kedua ujung
selongsong dibuka, dikuatkan dan ditempelkan pada bibir tabung kemudian diikat
dengan karet, corong karet dipasang pada salah satu ujung tabung kemudian tabung
penampung dipasang pada ekor corong karet dan dikuakkan dengan karet gelang. Air
panas yang digunakan antara 480-600C dimasukkan melalui lubang pada tabung
vagina buatan. Tutup lubangnya agar air tidak dapat keluar. Vaselin dioleskan pada
permukaan selongsong karet yang menggembung, diratakan dengan termometer pada
permukaannya kemudian ujung termometer dimasukan kedalam selongsong karet tadi
untuk pengukuran air panas suhunya antara 420-450C. Vagina buatan siap digunakan
untuk penampungan semen.

Vagina Buatan Pengambilan Semen Pada Sapi Pejantan

3.3 Uji Kualitas Semen


- makros: volume, warna, bau, konsistensi, pH
- mikros: gerakan massa, gerakan individu
 Gerakan massa: gerak populasi spermatozoa seperti awan yang bergelombang. Cara
melihat gerakan massa adalah spermatozoa diambil 1 tetes pada object glass dan
ditutup dengan cover glass lalu dilihat dengan mikroskop kriteria penilaian yaitu :
+++ bila gerak semen bergelombang yang besar serta cepat
++ bila gerak semen membentuk gelombang sedang sampai besar namun jarang
+ bila gerakan semen membentuk gelombang kecil dan sedikit jumlahnya
 Gerakan individu: perbandingan antara jumlah gerakan sperma yang dikehendaki
dengan jumlah total populasi spermatozoa pada lapang pandang. Untuk kecepatan laju
sperma, diukur dengan score 0-4.
Nilai 0 : tidak bergerak sama sekali nilai 3 : cepat
Nilai 1 : lambat nilai 4 : sangat cepat
Nilai 2 : sedang
Arah gerak spermatozoa dengan kriteria:
Gerakan maju : P (progresif)
Gerakan berputar, bergetar : O (Oscilatory), V (Vibratosis)
Gerakan melingkar : C (Circulatory)
Gerakan mundur : R (Reverse)
Spermatozoa tidk ada gerakan : N (Nekrospermia)
- Spektofotometer untuk mengetahui konsentrasi spermatozoa
- Pemeriksaan morfologis spermatozoa

Pemeriksaan mikroskopis
spermatozoa meliputi arah dan
kecepatan

3.4 Processing
 Penambahan diluter A
Semen yang didapat diambil 1 tetes untuk pemeriksaan pergerakan massa, sedangkan
semen yang lain ditampung dalam tabung dan dilakukan penambahan diluter A untuk
mempertahankan pH dan mencegah kerusakan akibat hasil metabolisme asam laktat
(sebagai buffer).
- hitung volume air mani yang didapatkan
- tambahkan diluter A sama banyak volume air mani
- masukkan dalam beaker glass dan letakkan dalam water bath
 Gliserolisasi atau Penambahan Diluter B
Penambahan diluter B (Gliserol dan Glukosa) di air mani, dimana pemberian
diluter dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak empat kali setiap 15 menit dalam
cooltop bersuhu 5o C selama satu jam. Pemberian diluter B dilakukan secara
perlahan melalui dinding tabung, untuk mencegah osmotik shock.

 Equilibrasi
Campurkan diluter A dan B dibiarkan dalam cooltop selama 1 jam.

 Filling
Pengisian semen ke dalam straw di dalam cooltop dengan mesin filling semi
otomatis.
 Sealing
Penutupan straw dengan mesin press.

Alat Filling dan sealing

 Prefreezing
Straw dimasukkan ke dalam goblet dengan bantuan kanister diletakkan diatas
nitrogen cair 1 sampai 2 cm di atas permukaan pada suhu -140oC selama 9 menit.
 Prefreezing Motility
Pemeriksaan gerakan individu sperma sebelum dilakukan freezing.
 Freezing
Straw direndam dalam nitrogen cair yang suhunya – 196oC.
 Post Thawing Motility
Pemeriksaan gerakan individu sperma setelah dilakukan freezing dengan standard
motilitasnya adalah 40 % .

3. Hari Selasa- Jumat (13-16 November 2018)


Kegiatan pada kandang sapi potong dilakukan pada pukul 07.00 dan 15.00.
Kegiatan yang dilakukan antara lain pembersihan kandang dan memandikan sapi
kegiatan ini dilakukan baik pagi maupun sore hari. Sanitasi bertujuan untukmencegah
agar sapi potong terhindar dari penyakit atau mikroorganisme patogen. Pada
pemberian pakan tiap ekor sapi diberi 9-15 kg (satu ikat) hijauan pada pagi dan sore,
sedangkan untuk pemberian konsentrat pada indukan diberikan sebanyak 1,5-2 kg
(dua gayung) perhari di pagi dan sore hari, untuk sapi dara diberikan 1 kg (satu
gayung) perhari di sore hari. Konsentrat diberikan terlebih dahulu sebelum pemberian
hijauan, hal in berfungsi untuk nutrisi bagi mikroba yang ada dalam rumen.

Kandang sapi potong Palungan tempat rumput

Setelah selesai di kandang sapi potong menuju ke kandang kambing domba.


Kegiatan di kandang kambing domba berupa pemberian pakan yaitu kangkung kering
dan ampas tahu pagi dan sore hari, minum diberikan secara ad libitum. Pembersihan
kandang juga dilakukan untuk menjaga kebersihan. Lokasi kandang kambing domba
berupa rumah panggung. Kambing domba tidak dimandikan namun bulu domba
dipotong secara berkala untuk menjaga kebersihan.
Kandang Kambing Domba tampak Kandang kambing domba tampak dalam
samping

4 Data pengukuran fisik Bull


Pada pengukuran badan bull dilakukan pada tiga dari sembilan bull yang ada
di theaching farm, hasil pengukuran yaitu sebagai berikut:

- Gumilang
Berat badan : 760 kg
Tinggi Kumba : 141 cm
Panjang Tubuh : 170 cm
Lingkar Dada : 222 cm
Diameter Testis : 32 cm
Umur : 4 tahun

- Devon
Berat badan : 77,2 kg
Tinggi Kumba : 139 cm
Panjang Tubuh : 160 cm
Lingkar Dada : 220 cm
Diameter Testis : 37 cm
Umur : 6-7 tahun

- King Montana
Berat badan : 908 kg
Tinggi Kumba : 141 cm
Panjang Tubuh : 174 cm
Lingkar Dada : 232 cm
Diameter Testis : 39 cm
Umur : 7 tahun

- Guard
Berat badan : 1085 kg
Tinggi Kumba : 145 cm
Panjang Tubuh : 173 cm
Lingkar Dada : 243 cm
Diameter Testis : 45 cm
Umur : 8 tahun

PRODUKSI SUSU

Sisa susu kemarin : 14 liter

Tanggal sekarang :05 November 2018

Unit : Taman Ternak Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga

PAGI SORE

No. Azis Kasemun No. Azis Kasemun


1. 6 liter Kolostrum 1. 3.5 liter Kolostrum 3
liter
2. 4,6 liter Kolostrum 2. 3 liter 6 liter
(kolostrum, 3
liter pedet A, 3
liter pedet B )
3. 9,4 liter 10 liter 3. 6 liter 5.5 liter
4. - 2,5 liter 4. - 1.7 liter
Total 21 liter 12,5 liter Total 12.5 7.2
Total pagi 33,5 liter Total sore 19.7 liter
Sisa freezer 41,5 liter Sisa freezer 56,2 liter
pagi sore

Penjualan

PAGI SORE

NAMA JML RP NAMA JML RP


Mahasiswa 1 Rp 8.000,00 Umum 2 Rp 10.000,00
Umum 5 Rp 10.000,00 Karyawan 3 Rp 8.000,00

Jumlah total 6 Rp 58.000,00 Jumlah total 5 Rp 44.000,00


TOTAL UANG: Rp 102.000
PRODUKSI SUSU

Sisa susu kemarin : 56.2 liter

Tanggal sekarang : 06 November 2018

Unit : Taman Ternak Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga

PAGI SORE

No. Azis Kasemun No. Azis Kasemun


1. 6.4 liter Kolostrum 1. 3,2 liter Kolostrum
2. 6.2 liter Kolostrum 2. 1,8 liter 2,5 liter,
kolostrum 4 L
3. 10.1 liter 8.5 liter 3. 2,5 liter 4,4 liter
4. - 5 liter 4. - 2 liter
Total 22.7 liter 13.5 liter Total 7,5 liter 12,9 liter
Total pagi 36.2 liter Total sore 20,4 liter
Sisa freezer 85,4 liter Sisa freezer 101,8 liter
pagi sore

Penjualan

PAGI SORE

NAMA JML RP NAMA JML RP


Karyawan 2 Rp 8.000,00 Umum 4 Rp 10.000,00
Umum 5 Rp 10.000,00

Jumlah total 7 Rp 66.000,00 Jumlah total 4 Rp 40.000,00

TOTAL UANG: Rp 106.000


PRODUKSI SUSU

Sisa susu kemarin : 101.8 iter

Tanggal sekarang : 07 November 2018

Unit : Taman Ternak Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga

PAGI SORE

No. Azis Kasemun No. Azis Kasemun


1. 4 liter Kolostrum 1. 3,3 liter Kolostrum
2. 4 liter 13,2 liter 2. 1,8 liter 6,5 liter
3. 7,2 liter 9 liter 3. 5,5 liter 3,9 liter
4. - 3,4 liter 4. - 1,6 liter
Total 15,2 liter 26,6 liter Total 10,6 liter 12 liter
Total pagi 41,6 liter Total sore 22,6 liter-1 liter (pedet)
= 21, 6 liter
Sisa freezer 132,4 liter Sisa freezer 100 liter
pagi sore

Penjualan

PAGI SORE

NAMA JML RP NAMA JML RP


Karyawan 6 Rp 8.000,00 Haris 50 Rp 8.000,00
Mahasiswa 2 Rp 8.000,00 Umum 4 Rp 10.000,00
Umum 3 Rp 10.000,00

Jumlah total 11 Rp 94.000,00 Jumlah total 54 Rp 410.000,00

TOTAL UANG: Rp 534.000


PRODUKSI SUSU

Sisa susu kemarin : 100 liter

Tanggal sekarang : 08 November 2018

Unit : Taman Ternak Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Airlangga

PAGI SORE

No. Azis Kasemun No. Azis Kasemun


1. 7.8 liter Kolostrum 1. 2,5 liter Kolostrum
2. 4.4 liter 15 liter 2. 1,7 liter 1,7 liter
(pecah)
3. 9.5 liter 7.8 liter 3. 5,1 liter 3,1 liter
4. - 3.2 liter 4. - 2,7 liter
Total 21.7 liter 26 liter Total 9,3 liter 7,5 liter
Total pagi 47.7 liter Total sore 16,8 liter
Sisa freezer 70 liter Sisa freezer 32,8 liter
pagi sore

Penjualan

PAGI SORE

NAMA JML RP NAMA JML RP


Umum 5 Rp 10.000,00 Pak Haris 50 Rp 8.000,00
Pak Azis 5 Rp 8.000,00 Karyawan 4 Rp 8.000,00
Umum 5 Rp 10.000,00
Pak Choliq 15

Jumlah total 30 140.000,00 Jumlah total 54 Rp 432.000,00

TOTAL UANG: Rp 572.000

Anda mungkin juga menyukai