Logbook
Logbook
SAPI PERAH
PEMBAHASAN
1. PERKANDANGAN
Kandang berfungsi untuk melindungi sapi terhadap gangguan luar yang
merugikan (Sudono et al., 2003). Syarat lokasi kandang harus dekat dengan sumber
air, tidak membahayakan ternak dan tidak pendekatan dengan pemukiman penduduk
(Syarif dan Harianto, 2011). Daerah dengan sinar matahari yang cukup sebaiknya
menggunakan atap kandang dengan ketinggian 3,6-4,2 m. Ketinggian tersebut sudah
cukup untuk membatasi difusi radiasi matahari yang diterima sapi didalam kandang.
Ventilasi yang baik menggunakan ventilasi dinding terbuka (kandang terbuka)
sehingga mendapatkan hembusan angin yang akan mereduksi panas suhu tubuh sapi
(Yandi dan Purwanto, 2006). Produktivitas sapi perah akan optimal apabila
dipeliharapada kandang yang bersuhu sekitar 18-21°C dan kelembaba undara 55%
(Sudonoet al., 2003). Suhu pada kandang di Teaching farm sekitar 30-33°C, untuk
menyiasati suhu yang panas kandang sering disemprot menggunakan air.
Kandang sapi perah di Teaching Farm berbentuk tail to tail dengan masing-
masing kandang untuk tiap sapi seluas 2 m2. Jenis kandang berupa freestall dimana
kandang disekat atau sapi diikat (Anderson, 2008). Unit dalam perkandangan sapi
perah menyediakan beberapa bagian yaitu bangunan untuk proses pemerahan dan
tempat tempat penimpanan sususementara, unit bangunan untuk tempat penyimpanan
pakan, bagian kandang terdiri dari saluran air, saluran pembuangan kotoran, palungan
untuk pakan konsentrat atau pakan tambahan, palungan untuk rumput atau hijauan
dan palungan untuk air (pemberian air ad libitum). Kandang terdiri dari dua deret
dengan tipe kandang tail to tail (Prasetya, 2012).
Bangunan kandang harusu memiliki konstruksi, bentuk dan susunan yang
aman untuk sapi perah. Bagian kandang berupa atap, dinding, ventilasi, lantai, tempat
pakan, tepat air minum, selokan/parit, tempat penampungan kotoran, petak kandang,
feed alley dan service alley (Firman, 2000).
Atap kandang terbuat dari asbes dengan sudut kemiringan yang ideal adalah
30° agar air hujan dapat mengalir sampai habis keluar dari atap (Muljana, 1985).
Dinding pada konstruksi kandang sapi perah di Teaching Farm adalah dinding
terbuka, artinya batas disekeliling kandang tanpa dilengkapi dinding. Hal ini
dikarenakan suhu di daerah tersebut panas sehingga membutuhkan sirkulasi udara
yang cepat. Di samping itu dapat bermanfaat untuk masuknya sinar matahari kedalam
kandang pada pagi hari (Bakri dan Sapirinto, 2015). Lantai kandang dibuat berpetak-
petak sepanjang 1,75 meter dengan lebar 1,2 meter yang dilengkapi dengan tempat
makan dan minum (Santoso, 1995). Alas kandang yang digunakan adalah karpet karet
yang berfungsi untuk memberikan perlindungan untuk ambing dan kulit sapi (Palmer,
2005). Tempat pakan dan minum berasal dari beron semen, tempat pakan
dikondisikan dalam keadaan bersih untuk mencegah terjadinya penyakit. Tempat
pakan memiliki permukaan yang halus dan rata agar sapi dapat makan sampai tuntas
dan memudahkan dalam pembersihannya (Makin, 2011). Pemberian air minum sapi
perah secara ad libitum, hal ini karena susu 87% terdiri dari ai dan 50% dari tubuh
sapi terdiri dari air (Pasaribu et al., 2015). Selokan dibuat agar mudah dalam
pengaliran air pembuangan dan memudahkan untuk membersihkan. Ukuran selokan
sebaiknya memiliki panjang 50 cm dan memiliki kedalaman ±5 cm serta berakhir
pada kedalaman yang lebih besar yaitu sekitar 15 cm sehingga air dapat mengalir dari
tempat tinggi ke rendah(Anitasari, 2008).
Gambar Selokan dan lantai kandang sapi Gambar Palungan tempat makan sapi
perah perah rumput, air dan konsentrat.
2. PAKAN
Tujuan utama pemberian pakan pada sapi perah adalah menyediakan ransum
yang ekonomis namun dapat memenuhi kebutuhan hidup pokok, kebuntingan, dan
produksi susu induk, serta kebutuhan untuk pertumbuhan bagi ternak muda. Agar
terpenuhi produksi yang optimal maka perlu tersedia cukup pakan, baik kualitas
maupun kuantitas. Dalam hal ini, terpenuhinya kecukupan gizi sesuai dengan
kebutuhan ternak, tidak kekurangan ataupun berlebihan .
Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat . Karena adanya variasi
kandungan gizi dan variasi harga pakan maka porsi hijauan jauh lebih besar daripada
konsentrat. Oleh karena itu, pengembangan sistem produksi sapi perah di Indonesia
menggunakan bahan pakan yang tersedia di daerah tertentu membutuhkan pengertian
tentang peran dan kebutuhan nutrien mikrobarumen dan ternak inang.
Perbandingan pakan hijauan dan konsentrat adalah 60% : 40%. Hijauan yang
diberikan yaitu 10% berat badan, berkisar antara 30 kg- 40 kg per hari tergantung
berat badan sapi perah. Namun dengan tambahan konsentrat, maka jumlah hijauan
yang dibutuhkan hanya 60% dari total ransum yaitu sebesar 18 kg. Pada pagi dan sore
hari satu ekor sapi diberikan hijauan masing-masing sekitar 9 kg rumput setara
dengan satu ikat. Sebelumnya sapi diberi ampas tahu 40% dari total ransum dengan
berat 12 kg. Pemberian dilakukan 2x sehari dengan masing-masing pemberian yaitu 6
kg atau setara dengan 1 timba. Terkadang sapi perah diberi tambahan konsentrat
sebanyak 3 kg. Dengan demikian jumlah ampas tahu yang diberikan dikurangi apabila
dengan penambahan konsentrat.
Serat kasar merupakan salah satu nutrien penting di dalam pakan sapi yang
berfungsi menjalankan fungsi rumen yang balk. Apabila fungsi rumen terhambat
maka pencernaan akan terganggu dan hewan tidak akan mampu untuk mencapai
manfaat optimum dari pakan yang disajikan. Di Indonesia, umumnya pakan hijauan
mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Apabila kadar serat kasar terlalu tinggi
maka gerakan pencernaan terhadap semua nutrien akan melambat dan konsumsi
pakan akan menurun. Pakan hijauan berupa rumput gajah yang diberikan kepada sapi
perah harus dipanen pada umur 40-60 han guna mengurangi kadar serat kasar dan
meningkatkan jumlah daunnya yang akan disajikan untuk ternak. Sebaiknya, pakan
hijauan berupa batang tanaman harus dipisahkan sebelum pakan hijauan tersebut
diberikan kepada ternak, hal ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah nutrien yang
dikonsumsi oleh ternak yangbersangkutan.
Mineral dan vitamin merupakan nutrien yang dibutuhkan ternak walaupun
dalam jumlah yang minim. Mineral dan vitamin lebih banyak berperan dalam
mempertahankan produktivitas ternak dan dalam menjaga kesehatan ternak. Semakin
tinggi tingkat produktivitas seekor ternak maka semakin kritis kebutuhannya terhadap
kecukupan mineral dan vitamin. Selanjutnya, apabila energi dan proteintelah
terpenuhi, maka mineral danvitaminmenjadi faktor pembatas peningkatan
produktivitas ternak, termasuk produksi susu. Kekurangan dan ketidakseimbangan
mineral makro Ca, P, dan Mg dalam pakan dipercaya sebagai salah satu penghambat
produktivitas sapi perah. Selain itu, unsur mineral mikro seperti Mn, Cu, Co, Se dan
Zn juga memiliki peran yang penting dalam meningkatkan produktivitas ternak. Para
peternak perlu mengetahui kandungan mineral yang kritis dalam pakan yang
diberikan pada ternaknya sehingga dapat mengambil tindakan preventif dan kuratif
apabila terjadi problem defisiensi mineral. Dalam banyak hal, suplementasi mineral
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Dewasa ini cukup banyak tersedia
produk suplemen mineral yang dipasarkan untuk sapi perah. Pada prinsipnya,
suplemen mineral yang baik harus memenuhi persyaratan, antara lain: rasio Ca:P =
2:1, mengandung mineral mikro yangsering defisien dalam ransum seperti Mn, Co,
Cu, Se dan Zn, serta terhindar dari unsur-unsur toksik (McDowel et al., 1980).
Air bersih dan segar adalah penting bagi kelangsungan kehidupan ternak, dan
dibutuhkan dalam jumlah besar serta harus tersedia sepanjang waktu. Air berfungsi
sebagai buffer (penyeimbang), dan sebagai pengangkut nutrien ke seluruh tubuh, serta
sebagai salah satu bahan dasar darah dan susu. Seekor sapi membutuhkan air dalam
jumlah lebih banyak pada pemeliharaan di daerah beriklim tropis. Umumnya,
kebutuhan dasar seekor sapi perah terhadap air lebih kurang 40 liter per hari (akan
bertambah apabila ukuran tubuh sapi lebih besar) . Jumlah ini akan menjamin semua
fungsi tubuh agarbekerja pada tingkat optimum. Tambahan air dibutuhkan• bagi sapi
yang sedang laktasi; untuk setiap liter susu yang dihasilkan, sapi membutuhkan
tambahan empat liter air. Oleh karena itu, seekor sapi yang menghasilkan 10 liter susu
per hari akan membutuhkan total 80 liter air per hari. Apabila seekor sapi
menghasilkan 20 liter susu, maka harus disediakan 120 liter air perhari.
Susu yang baru keluar sebagai hasil pemerahan merupakan suatu bahan yang
murni,higienis, bernilai gizi tinggi, mengandung sedikit mikroba indigenous, memiliki
bau dan rasa yang khas dan tidak berbahaya untuk diminum. Sesaat setelah
pemerahan, susu berada pada suhu kamar dan rentan terhadap pencemaran yang dapat
menurunkan kualitasnya. Dalam pemerahan secara manual, tangan harus bersih dan
harus menghindari kontaminasi dari lingkungan. Pemerahan memerlukan zat yang
bertekstur licin sehingga tidak akan melukai ambing. Salah satu bahan yang
digunakan di Teaching Farm adalah mentega. Mentega yang digunakan juga tidak
boleh tercemar kotoran feses sapi atau zat lain yang berbahaya.
Pengemasan susu dilakukan dengan menakar susu sebanyak 1 liter kemudian
dimasukkan kedalam plastik dan diikat. Susu yang sudah dikemas dilakukan
recording kemudian disimpan dalam freezer. Recording dilakukan pada setiap sapi
perah tiap pagi dan sore hari.
Susu secara berkala dilakukan uji kualitas susu seperti uji Alkohol dan uji
California Mastitis Test (CMT). Tujuannya adalah mengetahui adanya kerusakan susu
serta ada atau tidaknya mastitis pada sapi perah.
Pemberian alkohol pada susu Uji Alkohol positif
4.2 Mastitis
Mastitis pada sapi perah merupakan salah satu penyakit yang berbahaya dan
sangat merugikan, karena dapat menurunkan produktivitas dan kualitas air susu.
Kerugian akibat mastitis cukup besar, karena mastitis merupakan peradangan
kelenjar susu yang apabila dibiarkan dapat berkembang sehingga ambing menjadi
kecil, kering, dan tidak produktif. Kerugian akibatmastitis berupa penurunan
produksi susu, masa laktasi lebih pendek dan biaya pengobatan yang mahal.
Penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi susu akibat mastitis subklinis
berkisar antara 14,6% sampai dengan 19,0% per hari atau sekitar 2 liter untuk
setiap ekor sapi per hari (Supar, 1997). Jika kasus mastitis subklinis tidak
dikendalikan secara intensif, kerugian ditaksir mencapai Rp8,5 miliar per tahun
(Hirstet al., 1985).
Mastitis dibedakan dalam bentuk klinis dan subklinis. Peternak umumnya
belum mengetahui mastitis subklinis karena tanda-tandanya tidak tampak, dan
untuk mendeteksinya perlu dilakukan uji, misalnya dengan Californian mastitis
test (CMT). Uji ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan sel somatik
dalam air susu. Ada 3 tipe mastitis klinis, yaitu:
(1) Perakut-kelenjar susu bengkak, panas, nyeri dan mengeluarkan
sekresiabnormal disertai dengan demam serta gejala lain seperti depresi,
denyut nadi lemah dan anoreksia;
(2) Akutperubahan kelenjar susu seperti pada mastitis perakut tetapi demam
dan depresi lebih ringan sampai sedang; dan
(3) Subakut-tidak ada perubahan secara sistemik, perubahan pada kelenjar
susu dan sekresi yang dikeluarkan tidak begitu jelas (The Merck
Veterinary Manual, 1986).
2. PAKAN
Sapi maupun ternak ruminansia lainnya mempunyai keterbatasan
dalam mengkonsumsi ransum. Hijauan maupun rumput-rumputan yang tumbbuh di
daerah tropis seperti Indonesia relative cepat tumbuh, tetapi kandunga gizinya relative
rendah. Oleh karena itulah, sapi-sapi yang digemukkan dengan hanya memberikan
hijauan saja tanpa adanya penambahan pakan ini berupa konsentrat tidak mungkin
mencapai pertambahan bobot badan yang tinggi (Siregar, 2007). Ransum yang baik
untuk sapi pejantan agar mencapai performans yang maksimal haruslah terdiri atas
sejumlah hijauan dan konsentrat. Hijauan diberikan minimal 10% dari berat badan
ternak, sedangkan konsentrat 1-2% dari berat badan ternak. Untuk pejantan pemacek
di peternakan rakyat, pemberian konsentrat sebanyak 1% dari berat badan ternak.
Sebagai contoh, untuk pejantan yang mempunyai bobot badan 400 kg, diberi rumput
segar sebanyak 40 kg dan konsentrat sebanyak 4-8 kg.
Pakan yang diberikan yaitu konsentrat sebanyak 6-8 kg per hari (1% BB)
tergantung berat badan sapi Bull. Pemberian dilakukan 2x pada pagi dan sore
sehingga tiap pemberian sebanyak 3-4 kg atau setara dengan 3-4 gayung (analogi 1
gayung=1 kg). Kemudian ditambahkan bungkil kacang hijau sebanyak 2 kg tiap hari.
Masing-masing pemberian pagi dan sore sebanyak 1 kg (setara dengan 2 gayung).
Ditambahkan kecambah sebanyak 2 kg masing-masing pemberian pagi dan sore 1 kg
(2-4 genggam). Selain itu ditambahkan mineral mix sebanyak 10 gram masing-
masing pemberian 5 gram.
- Pembuatan diluter
Diluter yang digunakan terdiri dari diluter A dan B karena memiliki komposisi
yang berbeda, adapun cara pembuatan diluter A dan B antara lain:
Komposisi diluter A
- Susu skim 10% (40 gram)
- Kuning telur 5% (20 cc)
- Penicillin 0,1% (0,4 gram)
- Streptomisin 0,1% (0,4 gram)
- Vitamin C 0,02% (0,08 gram)
- Fruktosa 0,5% (3 gram)
- Aquadest ad 400 ml
Komposisi Diluter B :
- Diluter A 200 ml
- Glycerol 18% (36 ml)
Glycerol berfungsi sebagai sumber energi dan cryoprotectant, bersifat hypertonis
terhadap spermatozoa sehingga dalam mencampurnya nanti tidak boleh secara
langsung tetapi secara bertahap sedikit demi sedikit sebanyak 4 kali setiap 15 menit
untuk mencegah osomotik shock.
- Glukosa 2% (4 gram)
Glukosa sebagai sumber energi dan cryoprotectant, protektor spermatozoa ketika
proses freezing, jika spermatozoa tujuanya bukan untuk dibekukan melainkan
hanya didinginkan cukup dengan pemberian diluter A tanpa diberikan glycerol dan
glukosa.
Pemasangan vagina buatan , Selongsong karet tebal disiapkan lalu kedua ujung
selongsong dibuka, dikuatkan dan ditempelkan pada bibir tabung kemudian diikat
dengan karet, corong karet dipasang pada salah satu ujung tabung kemudian tabung
penampung dipasang pada ekor corong karet dan dikuakkan dengan karet gelang. Air
panas yang digunakan antara 480-600C dimasukkan melalui lubang pada tabung
vagina buatan. Tutup lubangnya agar air tidak dapat keluar. Vaselin dioleskan pada
permukaan selongsong karet yang menggembung, diratakan dengan termometer pada
permukaannya kemudian ujung termometer dimasukan kedalam selongsong karet tadi
untuk pengukuran air panas suhunya antara 420-450C. Vagina buatan siap digunakan
untuk penampungan semen.
Pemeriksaan mikroskopis
spermatozoa meliputi arah dan
kecepatan
3.4 Processing
Penambahan diluter A
Semen yang didapat diambil 1 tetes untuk pemeriksaan pergerakan massa, sedangkan
semen yang lain ditampung dalam tabung dan dilakukan penambahan diluter A untuk
mempertahankan pH dan mencegah kerusakan akibat hasil metabolisme asam laktat
(sebagai buffer).
- hitung volume air mani yang didapatkan
- tambahkan diluter A sama banyak volume air mani
- masukkan dalam beaker glass dan letakkan dalam water bath
Gliserolisasi atau Penambahan Diluter B
Penambahan diluter B (Gliserol dan Glukosa) di air mani, dimana pemberian
diluter dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak empat kali setiap 15 menit dalam
cooltop bersuhu 5o C selama satu jam. Pemberian diluter B dilakukan secara
perlahan melalui dinding tabung, untuk mencegah osmotik shock.
Equilibrasi
Campurkan diluter A dan B dibiarkan dalam cooltop selama 1 jam.
Filling
Pengisian semen ke dalam straw di dalam cooltop dengan mesin filling semi
otomatis.
Sealing
Penutupan straw dengan mesin press.
Prefreezing
Straw dimasukkan ke dalam goblet dengan bantuan kanister diletakkan diatas
nitrogen cair 1 sampai 2 cm di atas permukaan pada suhu -140oC selama 9 menit.
Prefreezing Motility
Pemeriksaan gerakan individu sperma sebelum dilakukan freezing.
Freezing
Straw direndam dalam nitrogen cair yang suhunya – 196oC.
Post Thawing Motility
Pemeriksaan gerakan individu sperma setelah dilakukan freezing dengan standard
motilitasnya adalah 40 % .
- Gumilang
Berat badan : 760 kg
Tinggi Kumba : 141 cm
Panjang Tubuh : 170 cm
Lingkar Dada : 222 cm
Diameter Testis : 32 cm
Umur : 4 tahun
- Devon
Berat badan : 77,2 kg
Tinggi Kumba : 139 cm
Panjang Tubuh : 160 cm
Lingkar Dada : 220 cm
Diameter Testis : 37 cm
Umur : 6-7 tahun
- King Montana
Berat badan : 908 kg
Tinggi Kumba : 141 cm
Panjang Tubuh : 174 cm
Lingkar Dada : 232 cm
Diameter Testis : 39 cm
Umur : 7 tahun
- Guard
Berat badan : 1085 kg
Tinggi Kumba : 145 cm
Panjang Tubuh : 173 cm
Lingkar Dada : 243 cm
Diameter Testis : 45 cm
Umur : 8 tahun
PRODUKSI SUSU
Airlangga
PAGI SORE
Penjualan
PAGI SORE
Airlangga
PAGI SORE
Penjualan
PAGI SORE
Airlangga
PAGI SORE
Penjualan
PAGI SORE
Airlangga
PAGI SORE
Penjualan
PAGI SORE