Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Al-Qur’an adalah firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi


Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-Qur’an merupakan kitab suci umat
Islam yang berisi pedoman hidup bagi umat Islam dalam menjalani hidupnya. Al-
Qur’an sebagai petunjuk hal-hal yang baik maupun hal-hal yang buruk serta sebagai
pemberi peringatan bagi orang-orang yang mendustkannya. Sebagai umat Islam,
tentunya kita harus membaca, menghayati, mengamalkan, dan menjaga Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan ‘Kalam Allah’, maka dalam membacanya pun
mempunyai tata caranya sendiri. Dalam membaca Al-Qur’an penting bagi kita untuk
mengetahui ilmunya agar tidak terjadi salah arti dalam membacanya yang kita kenal
dalam Ilmu Tajwid. Seseorang dikatakan benar dalam membaca Al-Qur’an adalah
ketika dia membacanya sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, karena Allah SWT
berfirman:

“….Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.”


(QS. Al-Muzammil:4)

Ilmu Tajwid membahas tentang hukum-hukum bacaan yang terdapat dalam


Al-Qur’an. Selain hukum-hukum bacaan, ilmu tajwid juga berisis tentang letak
makhraj huruf, agar kita dapat membedakan huruf hijaiyah yang satu dengan lainnya.
Setiap huruf hijaiyah mempunyai sifat, dan sifat itulah yang membedakan masing-
masing huruf hijaiyah.
Ilmu tajwid terbagi kedalam empat kelompok besar diantaranya Iqlab, Ikhfa,
Idgham dan Izhar. Selain itu adapula Hukum Mad. Dalam makalah ini kami akan
membahas sedikit tentang Hukum Mad dan berbagai macam pengelompokannya serta
penjelasannya.

1
PEMBAHASAN

Mad menurut bahasa adalah tambahan atau panjang. Mad, menurut istilah ulama
tajwid dan ahli bacaan (ahli qiraat)  adalah memanjangkan suara bacaan huruf Al-
Qur’an disebabkan adanya huruf  "Mad" sesuai aturan-aturan yang berlaku.

Huruf Mad ada tiga, yaitu:


1.   ‫ ا‬Alif, sebelumnya ada fathah(baris atas).
2.  ‫ي‬
ْ ~ Ya' mati, sebelumnya ada kasrah(baris bawah).
3.  ‫ ~ ْو‬Wawu mati, sebelumnya ada dhommah(baris depan).

Contoh :

1. ‫( ا‬Alif), sebelumnya ada fathah (baris atas) :


‫بَا‬.....dibaca Baa dengan kadar panjang dua harakat
‫جا‬...dibaca
َ Jaa dengan kadar panjang dua harakat
‫را‬....dibaca
َ Zaa dengan kadar panjang dua harakat

2. ‫ي‬
ْ (Ya' sukun), sebelumnya ada kasrah (baris bawah) : 
.‫س ْي‬.....dibaca
ِ Sii dengan kadar panjang dua harakat
‫ ِع ْي‬.......dibaca 'ii dengan kadar panjang dua harakat
‫قِ ْي‬.........dibaca Qii dengan kadar panjang dua harakat

3. ‫( ْو‬Wawu sukun), sebelumnya ada dhommah (baris depan) :


‫ ُك ْو‬...dibaca Kuu dengan kadar panjang dua harakat
‫ه ُْو‬...dibaca Huu dengan kadar panjang dua harakat
‫يُو‬,,,,dibaca Yuu dengan kadar panjang dua harakat 

2
Panjang pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat, 1 alif = 2
harakat. Harakat artinya gerak, yaitu gerak sedang, seperti gerak jari, angguk atau
ketukan dalam irama musik,  1 harakat = 1 gerak atau 1 ketukan.

Hukum Mad terbagi menjadi 2, yaitu :


A. Mad Asli (‫) ﺃﺻﻠﻰ‬
B. Mad Far'i (‫) ﻓﺮﻋﻰ‬

A. Mad Asli (‫) ﺃﺻﻠﻰ‬


Mad Thobi'i
Mad Thobi’i adalah bacaan panjang (mad) yang terjadi karena hadirnya huruf-
huruf  mad, ( ‫ ~ ا‬alif, sebelumnya ada fathah,  ‫ي‬
ْ ~ ya' mati, sebelumnya ada
kasrah dan  ‫ ~ ْو‬wawu mati, sebelumnya ada dhommah), tanpa adanya sebab lain.

Diberi nama Mad Thobi’i  karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga
disebut juga dengan “Mad Asli” . Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan.
Contoh Mad Thobi’i adalah:

Cara Membaca Mad Thobi’i :

Sebelum kita memulai belajar cara membaca Mad Thobi’i, berikut aturan
ketukan dalam membaca Alqur’an :
- Ketukan harus rata, tetap dan teratur
- Setiap huruf mendapatkan hak 1 ketukan
- Spasi tidak diketuk

3
- Huruf Sukun tetap mendapatkan hak 1 ketukan
- Huruf ber-tasydid mendapatkan hak 2 ketukan

B. Mad Far'i (‫) ﻓﺮﻋﻰ‬


Far’i artinya : bagian atau cabang. Mad Far'i terbagi menjadi beberapa yaitu :
ِ َّ‫ َم ْد َوا ِج ْب ُمت‬dan 2. Mad Jaiz Munfashil ~ ‫َم ْد َجائِ ْز‬
1.    Mad Wajib Muttashil ~  ‫ص ْل‬
ِ َ‫ُم ْنف‬
‫ص ْل‬

Wajib artinya : harus. Muttashil artinya : dalam satu kata. Mad Wajib
Muttashil  adalah apabila Mad Thobi'i bertemu dengan Huruf Hamzah dalam
satu kata, maka harus panjang 4 atau5 (lima) harakat ketika bersambung
(washal), 6 harakat ketika berhenti (waqaf). Di antara contoh Mad Wajib
Muttashil adalah  sebagai berikut :

4
Pada contoh di atas, ada 4 kotak tulisan berwarna merah. Itulah contoh empat
buah kata yang masing-masing memuat Mad Thobi’i + Hamzah  (dalam 1
kata). Itulah contoh Mad Wajib Muttashil.

Perbedaan Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil:


Ada kesamaan rumus antara Mad Wajib Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil.
Keduanya timbul dari Mad Thobi’i + Hamzah. Bedanya hanya pada letak
hamzah-nya saja. Pada Mad Wajib Muttashil, Hamzah terletak dalam satu
kata. Sedangkan pada Mad Jaiz Munfashiil, Hamzah terletak pada kata yang
berbeda.

Kemudian bandingkan dengan penulisan bentuk hamzah pada Mad Jaiz


Munfashil berikut :

5
Ternyata penulisan hamzah di depan (sebagai tanda mad jaiz) dan di belakang
(sebagai tanda mad wajib) sangat berbeda.

3. Mad 'Aridh Lissukun ~ ْ‫س ُك ْون‬


ُّ ‫ض لِل‬
ْ ‫ َم ْد عَا ِر‬dan 4. Mad Badal ~ ‫َم ْد َب َد ْل‬

- Dinamakan Mad 'Aridh Lil Sukun kerana terdapat sukun yang mendatang
selepas huruf Mad ketika waqaf. 
- Dibaca 2 harakat kerana pada asalnya ia adalah Mad Asli, dibaca 4 harakat
(iaitu martabat pertengahan bagi kadar Mad) kerana seumpama berhimpun
dua huruf sukun serta meraikan keadaan asal dan dibaca 6 harakat kerana
menyerupai Mad Lazim.

6
- Mad Badal ialah huruf Hamzah berada sebelum huruf Mad di dalam satu
kalimat dan tidak terdapat huruf Hamzah atau Sukun selepas huruf Mad.
- Ia dinamakan dengan Mad Badal kerana Huruf Mad tersebut adalah
gantian daripada Hamzah. 
- Huruf Hamzah kedua ditukar kepada huruf Mad mengikut baris huruf
Hamzah pertama untuk meringankan bacaan. Mad Badal terjadi dalam 4
keadaan: 
o Mad Badal yang terjadi ketika permulaan dan wasal. 
o Mad Badal yang terjadi ketika wasal sahaja. 
o Mad Badal yang terjadi ketika waqaf sahaja. 
o Mad Badal yang terjadi ketika memulakan bacaan dengannya
sahaja (ibtida').
- Kadar bacaannya adalah 2 harakat.

7
ْ ‫ َم ْد ِع َو‬dan 6. Mad Layyin ~  ْ‫َم ْد لَيِّن‬
4. Mad 'Iwadh ~  ‫ض‬

Mad ‘Iwadl yaitu mad yang terjadi ketika berwaqaf (berhenti membaca) pada
huruf yang berakhiran fathatain (tanwin fathah) kecuali tanwin fathah pada ta'
marbutah [ ‫] ـة‬.  Mad ‘Iwadl panjangnya 2 ketukan saja.
- Berlaku ketika wakaf pada akhir kalimah yang berbaris dua di atas kecuali
pada huruf Ta' Marbutah. 
- Ia wajib dibaca dengan kadar 2 harakat kerana ia adalah Mad Tabi'ie yang
terjadi kerana waqaf.

Mad Lin (atau juga disebut Mad Layyin) adalah mad yang terjadi pada akhir
bacaan (posisi waqof/berhenti membaca) dengan formula : Huruf Layyin +

8
satu huruf (yang sebenarnya hidup, tapi dimatikan, karena ada di posisi
waqof). Mad Liin terjadi apabila Huruf Liin bertemu dengan sukun yang
mendatang ketika waqaf saja. 

- Ia boleh dibaca dengan kadar harakat 2, 4 dan 6. 


- Mad Lin tidak mungkin terjadi di awal/tengah bacaan.

ْ َ‫َم ْد ف‬
7.   Mad Tamkin ~ ْ‫ َم ْد تَ ْم ِك ْين‬dan 8.   Mad Farqi ~  ‫ـرقِ ْي‬

Mad Tamkin
Yaitu mad yang terdapat pada huruf ya’ berganda, dimana ya' yang pertama
bersimbol 'tasydid kasroh', dan ya' yang kedua bersimbol sukun/mati.

9
Syaratnya adalah apabila ia tidak diikuti lagi dengan huruf hidup yang
dimatikan (karena ada di akhir bacaan), karena kasus demikian itu akan
berubah nama menjadi Mad ‘Aridl Lissukun. Panjang Mad Tamkin adalah 2
ketukan saja.

Mad Farqi

Mad Farqi adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dan
Huruf Bertasyid. Durasi Mad Farqi adalah 6 kharokat. Kasus mad ini hanya
terjadi di 4 tempat dalam Al-quran, yaitu pada :

- Surat Al-An’am (6) ayat 143 -144,


- Surat Yunus (10) ayat 59 dan
- Surat An-Naml (27) ayat 59

ِ َ‫صلَة ق‬
9.   Mad Shilah Qashirah ~  ‫ص ْي َرة‬ ِ ‫ َم ْد‬dan 10. Mad Shilah Thowilah ~  ‫صلَة‬
ِ ‫َم ْد‬
‫طَ ِو ْيلَة‬

10
Mad Shilah Qashirah
Mad Shilah Qashirah  yaitu pemanjangan suara pada huruf ha dlomir (suara
hii atau huu kata ganti orang ketiga tunggal) dengan syarat tidak diikuti huruf
hamzah sesudahnya.   

Mad Shilah Thowilah


Terjadi apabila Mad Shilah Qoshiroh diikuti Huruf Hamzah. Ukuran
panjangnya adalah 4 sampai 5 harakat.

11
11. Mad Harfi ~ ‫ َح ْرفِ ْي‬ ‫ َم ْد‬dan 12. Mad Lazim Harfi Mukhaffaf ~ ْ‫َم ْد الَ ِز ْم َح ْرفِ ْي ُم َخفَّف‬

Mad Harfi
Adalah bacaan panjang pada Huruf  Muqotho'ah. Huruf Muqotho’ah adalah
huruf yang dibaca sebagaimana Nama Hurufnya. Huruf Muqotho’ah terdapat
pada ayat pertama surat-surat tertentu sebagai pembuka surat. Oleh karena itu
Huruf Muqotho’ah juga disebut Fawatikhus Suwar.

Secara garis besar, Huruf Muqotho’ah dibaca dengan 3 pola sebagai berikut : 
Pertama : Tidak ada mad (pemanjangan suara) yaitu huruf Alif.  Huruf Alif
sebagai Huruf Muqotho’ah dibaca dengan bunyi “Alif”
Kedua : Mad sepanjang 2 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut:

 
Ketiga : Mad sepanjang 6 ketukan, terjadi pada huruf-huruf berikut :

12
Contoh ayat yang mengandung Huruf Muqotho’ah adalah:

Huruf berwarna merah dibaca dengan durasi 2 ketukan, sedangkan huruf


berwarna biru panjangnya 6 ketukan.

Mad Lazim Harfi Mukhoffaf 


Mad Lazim Harfi Mukhoffaf  adalah Mad Thobi'i yang bertemu sukun yang
terjadi pada rangkaian huruf-huruf Muqotho’ah. Durasi Mad Lazim  Harfi
Mukhoffaf adalah 6 ketukan.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf.
- Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya tanpa bertasydid.
 Contoh Mad Lazim Harfi Mukhoffaf  adalah :

Huruf-huruf yang ditampilkan dengan warna biru, itulah yang disebut Mad
Lazim Harfi Mukhoffaf.

13
13. Mad Lazim Harfi Mutsaqal ~  ‫ َم ْد الَ ِز ْم َح ْرفِ ْي ُمثَقَّ ْل‬dan 14. Mad Lazim Kilmi

Mukhafaff ~ ْ‫َم ْد الَ ِز ْم ِك ْل ِم ْي ُم َخفَّف‬

Mad Lazim Harfi Mutsaqol


Mad Lazim Harfi Mutsaqol  adalah Mad Thobi'i yang bertemu dengan tasydid
(karena idghom) yang terjadi pada rangkaian Huruf Muqotho’ah. Durasi Mad
Lazim Harfi Mutsaqol adalah 6 ketukan.
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Harfi karena mad itu terjadi pada huruf
- Dinamakan Mutsaqqal, karena berat mengucapkannya akibat adanya
tasydid pada sukun tersebut.

Contoh Mad Lazim  Harfi Mutsaqol adalah:

Huruf  "lam" yang bertemu huruf "mim" dan  huruf '"sin" yang bertemu huruf
"mim", masing-masing menimbulkan tasydid dan menjadi idghom. Itulah
yang disebut dengan Mad Lazim Harfi Mutsaqol.

Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf 


Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara
Mad Badal dengan huruf  bertanda sukun (mati). Durasi Mad Lazim Kalimi
Mukhoffaf  adalah 6 harokat.

14
- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.
- Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi dalam satu kata.
- Dinamakan Mukhoffaf, karena ringan mengucapkannya, dengan tidak
adanya tasydid.

Kasus mad ini hanya terjadi di 2 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat
Yunus (10) ayat 51 dan 91. Berikut ini adalah Mad Lazim Kalimi Mukhoffaf 
(perhatikan tampilan berwarna merah) :

15. Mad Lazim Kilmi Mutsaqal ~ ‫َم ْد الَ ِز ْم ِك ْل ِم ْي ُمثَقَّ ْل‬

Mad Lazim Kalimi Mutsaqol  adalah Mad yang terjadi dari Mad Thobi’i yang
diikuti oleh huruf bertasydid, dimana keduanya masih berada pada satu kata. Bila
tanda tasydid berada di lain kata, maka tidak terjadi mad. Durasi Mad Lazim
Kalimi Mutsaqol adalah 6 harokat.

- Disebut Mad Lazim karena mesti dibaca panjang.


- Dinamakan Kalimi karena mad itu terjadi pada kata.
- Dinamakan Mutsaqqal karena berat mengucapkannya.

Berikut ini adalah contoh  Mad Lazim Kalimi Mutsaqol  (perhatikan tampilan
berwarna merah)

15
 

16
PENUTUP

Secara garis besar Hukum Mad terdiri atas dua kelompok, yaitu Mad Thobi’I
dan Mad Far’i. Sedangkan Mad Far’I digolongkan lagi menjadi 15 kelompok.
Sebagai umat Islam wajib hukumnya bagi kita untuk membaca, memahami,
mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur’an serta Ilmu Tajwid. Dengan mempelajari
Ilmu Tajwid, maka ilmu kita akan bertambah. Dengan mempelajari Ilmu Tajwid pula
maka kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan dalam membaca ayat-ayat Al-
Qur’an. Karena dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an memiliki aturan-aturannya
sendiri yang dapat dipelajari dalam Ilmu Tajwid. Kesalahan sedikit saja akan
berakibat fatal dan dapat mengubah arti dari ayat tersebut. Sehingga sangat penting
bagi kita untuk memperdalam pengetahuan kita akan Ilmu Tajwid. Dengan
mempelajari Ilmu Tajwid pula –lah maka keimanan kita terhadap Allah SWT akan
semakin bertambah.

17

Anda mungkin juga menyukai