Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ANALISIS ORGANIK

KROMATOGRAFI GAS-CAIR (GLC)

Disusun oleh :
Muhamat Aripin 24030116130096
Rahmah Khairunnisa 24030116140097
Aiz Irna Akmala 24030116140098
Sarah Listya Amalia 24030116130099
Rahmania Rukma 24030116130100
Syadilla Novienzky P. 24030116140102
Ayub Indra 24030116130103

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-NYA
sehingga makalah yang berjudul “Kromatografi Gas-Cair (GLC)” ini dapat kami susun
hingga selesai. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok mata kuliah
Analisis Organik departemen kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan para pembaca tentang beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini, dan untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar lebih baik
lagi. Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 18 November 2018


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Pada tahun 1952, james dan martin menciptakan suatu bentuk kromatografi yang
menggunakan gas sebagai fasa gerak. Terjadinya pemisahan disini, selain didasarkan pada
interaksi komponen dengan fasa diam, juga bergantung dari perbedaan titik didih
komponen-komponen yang akan dipisahkan. Tetapi tidak semua campuran komponen
dapat dipisahkan dengan kromatografi gas, terutama apabila komponen tersebut
mempunyai titik didih yang terlalu tinggi sehingga sukar untuk menguap atau jika
komponen mengurai pada suhu yang relatif tinggi.

Kromatografi gas merupakan metoda secara fisika kimia, yang digunakan untuk
senyawa-senyawa yang volatil. Pada cara ini komponen-komponen campuran mengalami
partisi antara fasa gerak dan fasa diam. Kromatografi gas dapat dibedakan berdasarkan
fasa diamnya ke dalam dua bagian, yaitu: kromatografi gas cair (GLC) dan kromatografi
gas padat (GSC). Kromatografi gas-padat adalah kromatografi gas yang fasa gerak gas
murni, sedangkan sebagai fasa diam bisa berupa padatan (gas solid chromatography).
Untuk kromatografi gas-cair, fase geraknya juga gas murni tetapi fasa diam berupa cairan
(gas liquid chromatography, GLC).

Apabila konsentrasi masing-masing komponen didalam fasa gerak dialurkan


terhadap banyaknya fasa gerak (ml) yang dibutuhkan untuk membawa keluar setiap
komponen dari kolom, maka akan diperoleh kurva yang disebut kromatogram.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi Gas ?

1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Kromatografi Gas Cair (GLC)?

1.2.3. Bagaimana Cara Kerja Kromatografi Gas Cair (GLC)?

1.2.4. Apa kelebihan dan kekurangan Kromatografi Gas Cair (GLC)?


I.3 Tujuan

1.3.1. Untuk mengetahui apa itu Kromatografi Gas.

1.3.2. Untuk mengetahui apa itu Kromatografi Gas Cair (GLC).

1.3.3. Untuk mengetahui cara kerja dari Kromatografi Gas Cair (GLC).

1.3.4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari Kromatografi Gas Cair
(GLC).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kromatografi Gas


2.1.1 Definisi Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen
dalam suatu sampel berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen
tersebut ke dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan
atau padatan. Selain pemisahan, kromatografi gas juga dapat melakukan
pengukuran kadar komponenkomponen dalam sampel. Pengukuran analit dalam
kromatografi gas berdasarkan perbedaan tinggi atau luas puncak sebagai akibat
perbedaan konsentrasi analit.

2.1.2 Jenis Kromatografi Gas


Kromatografi gas dapat dibedakan berdasarkan fasa diamnya ke dalam
dua bagian, yaitu: kromatografi gas cair (GLC) dan kromatografi gas padat
(GSC).

2.2. Kromatografi Gas-Cair

Pada GLC fasa diamnya berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah)
menguap dan melekat pada padatan pendukung berupa butiran halus yang inert, dan
fase geraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan tercapai
dengan partisi sampel antara fase gas bergerak. Secara lebih spesifik, proses
pemisahan pada GLC terjadi akibat perbedaan partisi komponen-komponen dalam
sampel di antara fasa diam dan fasa gerak.

1.1 Komponen Alat


1. Gas Pengangkut

Gas pengangkut/pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam


silinder bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm.
Tetapi tekanan ini sangat besar untukdigunakan secara Iangsung. Gas
pengangkut harus memenuhi persyaratan :

a. Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan material


dalam kolom.

b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.

c. Sesuai/cocok untuk detektor.

d. Harus mengurangi difusi gas.

Gas-gas yang sering dipakai adalah helium, argon, nitrogen, karbon


dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati
dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.

Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor


yang digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan
keluaran dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada
pengukur kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk
memisahkan air dan pengotor gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan alir gas
diatur melalui pengatur tekanan dua tingkat yaitu pengatur kasar (coarse) pada
tabung gas dan pengatur halus (fine) pada kromatografi. Tekanan gas masuk ke
kromatograf (yaitu tekanan dari tabung gas) diatur pada 10-50 psi (di atas
tekanan ruangan) untuk memungkinkan aliran gas 25-150 mL/menit pada
kolom terpaket dan 1-25 mL/menit untuk kolom kapiler.

2. Tempat injeksi ( injection port)

Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini
membutuhkan pemanasan sebelum masuk dalam kolom.

Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan


alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan
suhu ini adalah batiwa suhutempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik
didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi.
Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari cuplikan makakita harus
mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari tempat injeksi dinaikkan. Jika
puncak- puncak yang diperoleh lebih baik, ini berarti bahwa suhu percobaan
pertama terlalu rendah. Namun demikian suhu tempat injeksi tidak boleh
terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan terjadi perubahan karena panas atau
penguraian dari senyawa yang akan dianalisa.

Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan


melalui tempatinjeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
injeksi yang sering disebut "a gas tightsyringe".

Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan


terlalu banyak,karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kitamengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan 0,2
- 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di bawah.
3. Kolom

Terdapat dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang


pertama adalah kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari gelas
atau stainless berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Kolom ini
memiliki ukuran panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4 nm. Yang kedua
adalah kolom kapiler, yang biasanya terbuat dari silica dengan lapisan
poliamida. Kolom jenis ini biasanya memiliki ukuran panjang 20-26 m
dengan diameter yang sangat kecil.

4. Detektor

Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang


telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus
listrik tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram.
Detektor yang umum digunakan:

a. Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector-TCD) 

b. Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector-FID)

c. Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector-ECD)

d. Detektor fotometrik nyala (Flame Photomertic Detector-FPD)

e. Detektor nyala alkalif


Detektor spektroskopi massa Detector, yang paling umum
digunakan dalam GC adalah detector ionisasi nyala (FID)dan detector
kondutivitas termal (TCD). Kedunya peka terhadap berbagai komponen dan
dapat berfungsi pada berbagai konsentrasi. Sementara TCD pada dasarnya
universal dan dapat digunakan untuk mendeteksi setiap komponen selain
gas pembawa (selama konduktivitas mereka berbeda dari gas pembawa,
suhu detektor), dalam jumlah besar sensitif terutama untuk hidrokarbon.
Sedangkan FID tidak dapat mendeteksi air. TCD adalah detektor non-
destruktif, sedangkan FID adalah detektor destruktif. Biasanya detektor ini
akan dihubungkan dengan Spektrokopi Massa, sehingga akan menjadi
rangkaian alat GC-MS. Adapun salah satu bentuk dari FID adalah sebagai
berikut :

5. Oven Kolom

Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven


harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu
tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada
suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.

6. Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang dihasilkan detektor
disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder
atau sistem data.

Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan


kecepatan tertentu. diatas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan
oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai
dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah
sebuah kromatogram berbentuk peak dengan pola yang sesuai dengan kondisi
sampel dan jenis detektor yang digunakan.

Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi


gas. Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis selektivitas.
Detektor non-selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa. Detektor
selektif meresponi berbagai senyawa dengan sifat fisik atau kimia umum dan
detektor khusus menanggapi suatu senyawa kimia tunggal. Detektor juga
dapat dikelompokkan ke dalam concentration dependant detectors dan mass
flow dependant detectors. 

Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan


konsentrasi zat terlarut dalam detektor, dan biasanya pengenceran sampel
akan menurunkan respon detektor. Mass flow dependant detectors biasanya
menghancurkan sampel, dan sinyal tersebut tergantung dengan laju di mana
molekul-molekul zat terlarut menuju ke detektor.

2.3. Cara Kerja Kromatografi Gas-Cair (GLC

1. Mengaktifkan GC
1. Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
2. Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
- Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
- Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas (FID)
- Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
- Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
3. Aktifkan computer.
4. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri
bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
5. Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon instrument
1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
6. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
“Method and Run Control” pilih metode yang diinginkan.
7. Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu 20oC
dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi tidak
diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag column.
8. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan untuk
analisa (Method and Run Control)
2. Analisis Sampel
1. Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control Name, Sub
Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Nama
Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
2. Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui : Sequence Isi
Operator Name, Sub Directory (untuk memudahkan Parameter pencarian data,
gunakan tanggal hari ini), Pastikan Data file Prefix/Counter, Nama Signal,
Counter. Sequence Table :
3. Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime Checklist :
Sequence
- Location : isikan lokasi vial sampel
- Sample Name : sampel yang akan dianalisa
- Method Name : method yang digunakan untuk analisa
- Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
- Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
- Injector : Front atau Back
- Sample Info : apabila diperlukan
- Save Sequence.
4. Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada display
GC : Ready for Injection dan lampu indicator “not ready” (warna merah) pada
panel GC off. Run Sequence.
5. Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
6. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak secara
otomatis.
3. Kalibrasi Standar
1. Setelah selesai “running” standard, pada menu View klik menu Data Analysis,
double click Data yang diinginkan.
2. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
3. Bila pada data yang dipilih terdapat “peak” yang tidak dikehendaki (Auto
Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai
parameter yang cocok, klik Yes.
4. Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama ”Auto
Calibration Table Concentrasi” masing-masing compound, klik Yes.
5. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila ada
waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
6. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
7. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report
4. Mematikan GC
1. Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
2. Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet, dan Detector berada pada suhu dibawah 50
0C.
3. Close software Chemstation : File
4. Tekan tombol Off (matikan GC)
5. Matikan UPS jika ada
6. Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2), dan
Compress Air.
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Kromatografi Gas-Cair (GLC)

2.4.1 Kelebihan:

1. Kecepatan
a. Gas yang merupakan fasa bergerak sangat cepat mengadakan
kesetimbangan antara fase bergerak dengan fase diam.
b. Kecepatan gas yang tinggi dapat juga digunakan
2. Sederhana
Alat GLC relatif sangat mudah dioperasikan. Intrepretasi langsung dari
data yang diperoleh dapat dikerjakan. Harga dari alat GLC relatif murah.

3. Sensitif
GLC sanagt sensitif . Alat yang paling sederhana dapat mendeteksi
konsentrasi dalam ukuran 0,01% (= 100 ppm). GLC hanya memerlukan
sejumlah kecil dari cuplikan, biasanya dalam ukuran mikroliter karena
sensitivitas dari GLC ini sangat tinggi.

4. Pemisahan
Dengan GLC memungkinkan untuk memisahkan molekul-molekul dari
suatu campuran, di mana hal ini tidak mungkin dipisahkan dengan cara-cara
yang lain.

5. Analisa, dapat digunakan sebagai :


a. Analisa kualitatif yaitu dengan membandingkan waktu retensi.
b. Analisa kuantitatif yaitu dengan perhitungan luas puncak.
6. Alat GLC dapat dipakai dalam waktu yang lama dan berulang-
ulang
2.4.2 Kekurangan:
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran dalam
jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan, pemisahan
pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam tingkat pon
atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut.
2.5. Penggunaan Kromatografi Gas-Cair untuk Menganalisis Pestisida Meditation
Pada Tomat
Analisis pestisida metidation yang merupakan golongan senyawa organofospat
yang terdapat pada tomat dapat dianalisis dengan menggunakan alat kromatografi
gas karena alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi dibandingkan dengan
metode lain, hanya memerlukan sejumlah kecil cuplikan. Alat kromatografi gas juga
dilengkapi dengan detektor fotometri nyala. Karena detektor fotometri nyala ini
dilngkapi dengan filter P yang hanya dapat mendeteksi senyawa mengandung
fosfor, menjadikan detektor ini sangat tepat digunakan dalam analisis pestisida
golongan organofospat, tanpa terganggu oleh adanya pengotor di dalam matriks
sampel dibandingkan metode pemisahan lainnya.

Sebelum dilakukan metode kromatografi gas, terlebih dahulu dilakukan


ektraksi pada sampel tomat agar kita dapat memperoleh senyawa yang akan
dideteksi, pelarut dan ekstrak dipisahkan dengan menggunakan rotary evaporator,
sehingga ekstrak sampel yang diperoleh lebih pekat. Kemudian ekstrak yang
diperoleh dinjeksikan ke dalam injektor. Fungsi utama dari sistem penyuntikan
sampel adalah untuk menerima sampel, menguapkannya segera jika sampel dalam
bentuk bukan gas. Sampel disuntikkan dengan suntikan mikro, penyuntikan harus
terjadi secara kilat. Setelah sampel diinjeksikan kedalam injektor, sampel akan
diubah menjadi uap, lalu aliran gas pembawa yang inert akan membawa cuplikan
yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom. Kolom yang digunakan adalah kolom
jejal (kolom tertutup) dimana tabung diisi dengan bahan padat yang lembam (inert)
yang dilapisi dengan fase cairan kental yang tidak menguap. Suhu kolom harus
dipertahankan dalam kisaran kurang lebih 0,1 C. Kolom akan memisahkan
komponen-komponen dideteksi oleh detektor. Sebelum dihubungkan dengan
detektor, kolom perlu diberi perlakuan kondisioning yang bertujuan untuk
menghilangkan komponen-komponen yang menguap yang dapat mengganggu
detektor dan menyebabkan terbentuknya garis dasar yang tidak stabil. Dari detektor,
akan terbentuk sinyal dalam bentuk puncak yang dihasilkan oleh pencatat (rekorder)
berupa kromatogram. Pada detektor, akan diperoleh juga waktu retensi, dimana dari
waktu retensi yang diperoleh akan diketahui senyawa yang terdapat dalam sampel.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.1.1 Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam


suatu sampel berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen tersebut ke
dalam 2 fasa, yaitu fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan.

3.1.2 Pada GLC fasa diamnya berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah)
menguap dan melekat pada padatan pendukung berupa butiran halus yang inert,
dan fase geraknya adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap

3.1.3 Cara Kerja Kromatografi Gas-Cair (GLC) adalah mengaktifkan GC, analisis
sampel, kalibrasi standart, mematikan GC

3.1.4 Kelebihan Kromatografi Gas-Cair Gas yaitu : fasa bergerak sangat cepat
mengadakan kesetimbangan antara fase bergerak dengan fase diam, Kecepatan
gas yang tinggi dapat juga digunakan

Kelemahan Kromatografi Gas-Cair : Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat


yang mudah menguap, Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak
bersifat reaktif terhadap fase diam dan zat terlarut.

3.1.5 Analisis pestisida metidation yang merupakan golongan senyawa organofospat


yang terdapat pada tomat dapat dianalisis dengan menggunakan alat
kromatografi gas karena alat ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi
dibandingkan dengan metode lain, hanya memerlukan sejumlah kecil cuplikan

3.2 Saran

Makalah ini masih banyakkekurangan oleh karena itu saran dan kritikan dari pembaca
sangat dibutuhkan untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Mochamad. 1997. Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.


Yogyakarta: Andi Offset

Anonim.2010.KromatografiGas.http://bondiebluesy.wordpress.com/2010/03/08/kromatogr
afi-gas/.Di Akses 17 November 2018

Arthur E. Schwarting, Roy J. Girtter, James M. Bobbitt. 1991. Kromatografi Edisi Ke 2.


Penerbit ITB. Bandung .

Fardiaz, Dedi. 1989. Kromatografi Gas Dalam Analisis Pangan. Penerbit IPB. Bandung.

Kantasubrata, Julia dkk. 1990. Dasar-Dasar Kromatografi. Lembaga Ilmu Pengetahuan


Indonesia (LIPI), Bandung.

Panut, Djojosurmarto. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Penerbit kanisius.


Yogyakarta.

Saatrohamidjojo, Hardjono. 1991. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

S. M. Khopkar. 2003. Konsep Dasar Analitik. Penerbit UI. Jakarta.

www. Incem.com

Sastrohamodjojo Harddjono Dr. Kromatografi.IPB Press. Bogor 1985

Soebagio, Drs Dkk, Kimia Analitik II, Jica Common Textbook, Malang 2002

Underwood, Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga Jakarta. 2004


http://dedepurnama.blogspot.com/2012/06/makalah-chromatography-gas-gc.html.
Diakses tanggal 11 april 2014 http://indonesiakimia.blogspot.com/2011/05/gas-
chromatography-gc.html. Diakses tanggal 17 November 2018

Anda mungkin juga menyukai