Anda di halaman 1dari 4

1.

Sistem Ekonomi Gerakan Benteng

Sistem Ekonomi Gerakan Benteng merupakan ide Dr. Sumitro


Joyohadikusuma yang pada waktu itu menjabat sebagai Menteri Perdagangan
pada kabinet Natsir. Menurutnya untuk membangun perekoomian dimulai dari
sektor perdagangan. Untuk mengubah struktur ekonomi dan sistem ekonomi
kolonial ke dalam sistem ekonomi nasional, dilakukan dengan pemberian bantuan
kredit kepada para pengusaha nasional.
Tujuan program ekonomi Gerakan Benteng adalah :
a. Memberikan motivasi kepada para importer nasional agar mampu
bersaing dengan perusahaan impor asing.
b. Menumbuhkan nasionalisme ekonomi dan membina wiraswastawan
tertentu.
c. Memberikan kredit kepada pengusaha nasional.
d. Memberikan izin khusus dalam membatasi impor barang-barang
tertentu.

Sasaran utama program ini adalah pembentukan modal yang cukup besar
melalui kegiatan transaksi-transaksi impor yang sangat menguntungkan untuk
memungkinkan dimulainya usaha mendirikan industri-industri kecil.

Program Banteng ini berlangsung pada 1950-1953 kurang lebih 700


pengusaha pribumi mendapat bantuan kredit, namun usaha ini mengalami
kegagalan. Hal ini disebabkan karena:
1. Pengusaha pribumi tidak mampu bersaing dengan pengusaha
nonpribumi (Cina).
2. Mentalitas pengusaha pribumi lebih cenderung bersifat konsumtif yang
ingin mendapatkan keuntungan dan menikmati cara hidup mewah.
3. Pengusaha pribumi terlalu tergantung pada pemerintah, sehingga mereka
kurang bisa mandiri untuk mengembangkan usaha.
4. Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari
keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.

Dampaknya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan.


Beban defisit anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa
defisit anggaran tahun sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri
keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit khususnya pada pengusaha
dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat
para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan
mengurangi volume impor
2. Sistem Ekonomi Ali- Baba

Sistem ini merupakan gagasan dari Mr. Iskak Tjokrohadisurjo (Menteri


Perekonomian) pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo I yang bertujuan untuk
memajukan pengusaha pribumi melalui kerjasama ekonomi antara pengusaha
pribumi (Ali) dengan pengusaha Cina (Baba). Adapun langkah-langkah yang
ditempuh adalah :
a) Mendirikan perusahaah-perusahaan Negara.
b) Memberikan kredit dan izin baru bagi perusahaan swasta nasional.
c) Memberi perlindungan terhadap perusahaan nasional.
d) Menghapus pengusaha asing untuk memberikan jabatan penting kepada
tenaga bangsa asing.

Dalam melaksanakan sistem ini juga mengalami kegagalan, hal ini karena
disebabkan :
1. Pengusaha pribumi hanya dijadikan alat oleh pengusaha non
pribumi(Cina) untuk memperoleh bantuan kredit, sehingga yang
mendapat keuntungan adalah pengusaha non pribumi.
2. Pengusaha pribumi kurang pengalaman sehingga hanya dijadikan alat
untuk mendapatkan bantuan kredit dari pemerintah. Sedangkan
pengusaha non pribumi lebih berpengalaman dalam memperoleh
bantuan kredit.
3. Indonesia menerapkan sistem Liberal sehingga lebih mengutamakan
persaingan bebas.
4. Pengusaha pribumi belum sanggup bersaing dalam pasar bebas.

Selain langkah-langkah di atas, untuk mengatasi krisis ekonomi


pemerintah juga melakukan langkah-langkah berikut :
a) Melakukan pemotongan nilai mata uang yang dilaksanakan sejak
tanggal 19 Maret 1950 pada masa pemerintahan RIS.
b) Mengeluarkan undang-undang darurat No. 21 Tahun 1950 tentang
pengeluaran uang kertas baruyang nantinya dikenal dengan “Kebijakan
Syafrudin”.
3. Latar Belakang Indonesia Menggunakan Sistem Demokrasi
Liberal dan Sistem Kabinet Parlementer

a) Pencarian identitas diri bangsa, dengan mencoba sistem demokrasi


liberal.
b) Adanya desakan dari pemimpin di dalam dan luar negeri untuk
memakai sistem demokrasi liberal.
c) Gencarnya promosi penyebaran demokrasi liberal oleh Amerika Serikat
dan Negara-negara Eropa Barat.
d) Bertambahnya jumlah partai politik yang bertarung dan berusaha untuk
duduk dalam pemerintahan.
e) Berlakunya UUDS 1950 pada saai itu. Di dalam UUDS pasal 1 ayat 1
dan 2 disebutkan bahwa kedaulatan dilakukan oleh pemerintah
bersama-sama dengan DPR dan pemerintahan berbentuk parlementer.

DAFTAR PUSTAKA
R, Nico Thamiend.2007.Dinamika Sejarah 2.Jakarta : Yudhistira.
Badrika,I Wayan. 2003.Sejarah Nasional Indonesia dan Umum 3. Jakarta :
Erlangga.
Sumber Internet :
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=gerakan+ekonomi+benteng&
aq=o&aqi=g10&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=c08ed35382356b9

http://sriyandi.wordpress.com/2009/03/23/demokrasi-liberal/

http://akrabsenada.site40.net/12ipabab1.html

Anda mungkin juga menyukai