Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA-FARMAKOKINETIKA

“ANALISIS OBAT DALAM MATRIK”

Oleh:
Putri Indah rini (1801132)

Dosen Pengampu :

Dr.Gressy Novita,M.farm,Apt

Asisten Dosen :
1. Yulinda anggraini
2. Dhea ananda

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
PEKANBARU
2020
PERCOBAAN IV

ANALISIS OBAT DALAM MATRIK

I. Tujuan Praktikum

Memahami prinsip dan prosedur analisis obat dalam matrik biologi

II. Tinjauan Pustaka

Ilmu yang mempelajari mekanisme obat dalam tubuh adalah farmakokinetik. Pada

umumnya setiap obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami empat proses

yaitu absorbs yaitu proses obat memasuki sirkulasi cairan tubuh. Distribusi yaitu

proses obat dibawa ke area tubuh dimana obat yang diharapkan bereaksi atau di

simpan didalam tubuh, biotransformasi (metabolism) yaitu proses dimana obat diubah

menjadi bentuk yang kurang aktif dan ekresi adalah obat dikeluarkan dari dalam

tubuh (Priharja, 1995).

Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel biologi sampel

biologis adalah sampel yang di ambil dai bagian tubuh untuk tujuan analisis, misalnya

darah, urin,rambut , hati, ginjal dan bagian/jaringan tubuh lainnya. Parameter

farmakokinetika suatu obat dihitung dari konsentrasi obat dalam cuplikan hayati yang

sesuai, dapat berupa darah, urin, saliva dan cairan relevan atau mengandung obat,

tetapi paling sering adalah darah atau urin (Syukri, 2002).

Ketersediaan hayati zat aktif suatu obat timbul sejak adanya ketidaksetaraan

terapetik diantara sediaan bermerk dagang yang mengandung zat aktif yang sama dan

dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik yang serupa, serta di berikan dengan dosis
yang sama. Berbagai kejadian (zat aktif menjadi tidak aktif atau menjadi toksik) dapat

merupakan sebab ketidak setaraan tersebut (Utami dkk, 2009).

Metode analisis yang digunakan untuk penentuan kadar obat dalam serum

hendaknya telah jernih berkenaan dengan hal-hal berikut seperti lineritas,kepekaan,

ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Shargel, 1985). Untuk menganalisis darah total,

komponen sel darah harus dilisis demikian sehingga kandungannya bercampur merata

dengan sonikator atau ditentukan dalam jangka waktu tertentu lalu di sonikasi.

Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang fibrinogennya telah

dihilangkan dengan proses penjedalan, sedangkan plasma diperoleh dengan

menambahkan suatu pencegahan penjedalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi

antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh seperti dipusingkan maka

beningnya adalah serum (Syukri, 2002).

Parameter-parameter yang berguna dalam penentuan ketersediaan suatu obat

meliputi data plasma, data urin, efek farmakologi akut, respon klinik ketersediaan

hayati dilakukan baik terhadap bahan aktif yang telah di setujui maupun obat dengan

efek terapetik yang belum disetujui oleh FDA untuk dipasarkan. Setelah ketersediaan

hayati dan parameter-parameter farmakokinetika dari bahan aktif diketahui ukuran

dosis dapat diajukan untuk mendukung pemberian label obat (Syukri, 2002).

Cuplikan darah sangat relevan, karena semua proses obat dalam tubuh melibatkan

darah sebagai media, suatu alat ukur dari organ satu ke organ lain seperti absorbs,

distribusi, metabolisme dan ekresi. Oleh karena itu, agar nilai-nilai parameter obat

dapat dipercaya, metode penetapan kadar harus memenuhi kriteria yaitu meliputi
peroleh kembali (recovery), presisi dan akurasi. Kepekaan dan slektivitas merupakan

kriteria lain yang penting dimana nilainya tergantung dari alat ukur yang dipakai

perolehan kembali.

Perolehan kembali merupakan suatu tolak ukur efisiensi analisis dan dapat bernilai

positif dan negative. Dirumuskan sebagai berikut.

Perolehan kembali = Kadar terukur/kadar diketahui x 100%

Persyaratan yang dituntut bagi suatu metoda analisa adalah jika metode tersebut dapat

memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih) dan kesalahan

acak dan sistemik kurang dari 10% (Phasa dkk,1996).

Berbagai sampel biologis dapat diambil untuk penentuan kadar obat dalam tubuh

yaitu darah, urin, feses, saliva, jaringan tubuh, cairan blister, cairan spinal dan cairan

synovia (Jame, 1991).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan perlakuan awal sampel maupun

metode untuk memisahkan atau mengisolasi obat dan atau metabolit lainnya adalah

tahapan dari prosedur yang dipilih harus seminimal mungkin untuk menghindari

ehilangan obat dari obat atau metabolit yang akan ditentukan semakin panjang

tahapan prosedur untuk perlakuan awal maupun untuk mengisolasi obat atau

metabolit yang akan ditentukan sepanjang prosedur yang akan dilakukan (Syukri,

2002).
III. Alat dan Bahan

Alat :

Labu ukur 100 ml

- Pipet volume 0,1; 0,2; 1 dan 2 ml

- pH meter

- Alat suntik

- Termostat

- Vial

- Sentrifuge

- Lemari pendingin

- Pipet ukur 1 ml dan 5 ml

- Kuvet, spektrofotometer

- Kalkulator fx 3600

- Stop watch, kertas grafik semilog

Bahan :

- NaoH 0,1 N

- Alkohol 70%

- Heparin

- HCl 0,1 N

- Kloroform

- Isopropil alcohol

- Plasma kelinci/manusia
IV. Cara Kerja

a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimal teofilin dalam NaoH 0,1N

- Buat larutan induk teofilin 50 mg/50 ml dalam NaOH 0,1 N

- Dari larutan induk tersebut diencerkan sehingga didapat larutan dengan

konsentrasi 3,5 μg/ml

- Ukur serapan larutan pada panjang gelombang 200 sampai 400 nm

menggunakan spektrofotometer UV

- Tentukan panjang gelombang serapan maksimum teofilin

b. Pembuatan kurva kalibrasi teofilin dalam NaOH 0,1N

- Dari larutan induk teofilin dibuat satu deret larutan dengan konsentrasi 3,5 ;

5,5 ; 7,5 ; 9,5 ; 11,5 ; 13,5 μg/ml

- Ukur serapan masing- masing larutan tersebut pada panjang gelombang serapan

maksimum

- Tentukan persamaan regresi

c. Penetapan kadar dilakukan berdasarkan metode Schack dan Waxler yang

dimodifikasikan oleh Jenne dkk serta Zudema

- Timbang 50 mg theopilin larutkan dalam 50 ml NaOH

- Dengan menggunakan larutan induk di atas , di buat satu seri larutan dalam

plasma masing-masing dengan kadar 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10 ; 12,5 ; dan 15 μg/ml

sebanyak 10 ml
- 2 ml larutan obat dalam plasma ditambahkan kedalam 0,4 ml HCl 0,1N dan 20

ml campuran kloroform-isopropil alkohol (2 : 1). Campuran dikocok 1 menit

menggunakan corong pisah, ambil lapisan organik pada bagian bawah, lalu

saring.

- Filtrat yang diperoleh dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan kedalam tabung

sentrifugasi, kemudian ditambahkan 2 ml NaOH 0,1N, dikocok selama 1 menit

dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Lapisan NaOH

diambil (bagian atas)

- Nilai Absorbansi larutan diamati dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang maksimum

- Buat kurva konsentrasi versus serapan

V. Hasil

a. pembuatan kurva kalibrasi teofilin

- larutan induk : 50mg/50ml x 1000µg/ml = 1000 ppm

- Kurva kalibrasi

a. 3,5 ppm

V1.1000 ppm = 10ml . 3,5 ppm

v1 = 35/1000 = 0,035 ml

b. 5,5 ppm

V1.1000 ppm = 10 ml. 5,5 ppm

V1 = 5,5/1000 = 0,055ml
c. 7,5 ppm

V1.1000 ppm = 10ml . 7,5 ppm

V1 = 75/1000 = 0,075 ml

d. 9,5 ppm

V1.1000 ppm = 10ml . 9,5 ppm

V1 = 95/1000 = 0,095 ml

e. 11,5 ppm

V1.1000 ppm = 10 ml . 11,5 ppm

V1 = 115/1000 = 0,115 ml

f. 13,5 ppm

V1.1000 ppm = 10 ml . 13,5 ppm

V1 = 135/1000 = 0,135 ml

- Panjang gelombang maksimum teofilin adalah …..

- Didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :


0.8
0.7 f(x) = 0.06 x − 0.03
R² = 0.97
0.6
0.5
0.4 absorban
Linear (absorban)
0.3
0.2
0.1
0
2 4 6 8 10 12 14 16

b. Penetapan Kadar

- Perhitungan konsentrasi

a. 2,5 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml . 2,5 ppm

V1 = 25/1000 = 0,025 ml

b. 5,0 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml .5 ppm

V1 = 50/1000 = 0,050ml

c. 7,5 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml.7,5 ppm

V1 = 75/1000 = 0,075 ml

d. 10 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml . 10 ppm

V1 = 100/1000 = 0,1 ml
e. 12,5 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml . 12,5 ppm

V1 = 125/1000 = 0,125 ml

f. 15 ppm = V1.1000 ppm = 10 ml.15 ppm

V1 = 150/1000 = 0,15 ml

- Perhitungan kadar

a. y = 0,0591x - 0,0341 % Perolehan kembali

0,993 = 0,0591x – 0,0341 17,3790µg/ml / 2,5µg/ml X 100%

1,0271 = 0,0591x = 695,16 %

x = 1,0271/0,0591 = 17,3790 µg/ml

b. y = 0,0591x - 0,0341 % Perolehan kembali

0,248 = 0,0591x -0,0341 4,7732µg/ml / 5,0µg/ml X 100%

0,2821 = 0,0591x = 95,464%

x = 0,2821/0,0591 = 4,7732 µg/ml

c. y = 0,0591x - 0,0341 % Perolehan kembali

0,586 = 0,0591x – 0,0341 10,4923µg/ml / 7,5µg/ml X 100%

0,6201 = 0,0591x = 139,897 %

x = 0,6201/0,0591 = 10,4923 µg/ml

d. y = 0,0591x - 0,0341 % Perolehan kembali

0,374 = 0,0591x – 0,0341 6,9052µg/ml / 10 µg/ml X 100%

0,4081 = 0,0591x = 69,052 %

x = 0,4081/0,0591 =6,9052 µg/ml

e. y = 0,0591x -0,0341 % Perolehan kembali


0,643 = 0,0591x - 0,0341 11,4568µg/ml / 12,5µg/ml X 100%

0,6771 = 0,0591 = 91,6544%

x = 0,6771/0,0591 = 11,4568 µg/ml

f. y = 0,0591x -0,0341 % Perolehan kembali

0,748 = 0,0591x - 0,0341 13,2335µg/ml / 15µg/ml X 100%

0,7821 = 0,0591 = 88,2233 %

x = 0,7821/0,0591 = 13,2335 µg/ml

VI. Pembahasan

Matrik biologi adalah bahan-bahan lain diluar analit dalam sampel biologi.

Contoh dari matrik biologi adalah plasma, urin, rambut, hati, ginjal, saliva dll.

Analisis obat di dalam cairan biologi ditujukan untuk memonitor penampilan sediaan

obat yang ada dalam perdagangan yang meliputi ketersediaan hayati, konfirmasi

respon biologi, mengkorelasikan level plasma obat dengan respon farmakologi,

membuktikan adanya racun atau keracunan serta monitoring obat pada kasus

overdosis.

Pada percobaan ini dilakukan analisis obat dalam matrik biologi. Adapun

tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami prinsip dan prosedur analisa obat

dalam matrik biologi serta untuk mengetahui kadar teofilin dalam plasma secara

invitro.

Teofilin adalah obat yang bermanfaat untuk mengatasi gejala sesak nafas

akibat menyempitnya saluran pernapasan (bronkopasme) pada asma atau penyakit

paru obstruktif kronis (PPOK). Obat ini bekerja dengan cara mengendurkan otot
dalam saluran pernafasan, serta mengurangi respons saluran pernafasan terhadap

rangsangan dari luar.

Pada percobaan ini teofilin dilarutkan kedalam NaOH 0,1 N penambahan

NaOH dikarenakan teofilin sukar larut dalam air tetapi mdah larut dalam larutan

alkali hidroksida maka dari itu penambahan NaOH bertujuan untuk melarutkan

teofilin dan untuk meningkatkan intensitas serapan (absorban).

Pertama-tama dilakukan scanning panjang gelombang teofilin dalam pelarut

NaOH 0,1 N menggunakan spektrofotometer UV untuk mendapatkan panjang

gelombang maksimal. Namun, pada percobaan ini tidak dilakukan dikarena kan

keadaan yang tidak mendukung untuk melakukan percobaan. Selanjutnya, dilakukan

pembuatan kurva kalibrasi sehingga didapatkan seri konsentrasi 3,5, 5,5 7,5, 9,5,

11,5, 13,5 ppm didapatkan persamaan regresi y = 0,0591x - 0,0341

dengan nilai persamaan regresi R² = 0,9679. Dimana nilai persamaan regesi

mendekati 1 sehingga di peroleh grafik yang linear/lurus.

Pada tahap selanjutnya, yaitu dilakukan penetapan kadar, pada percobaan ini

dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu perbedaan seri konsentrasi yang diambil dari

larutan induk. Seri larutan konsentrasi secara berturut-turut 2,5, 5 ,7,5, 10, 12,5, 15

ppm dari seri konsentrasi tersebut masing-masing ditambahkan plasma manusia.

Plasma adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi

medium sel-sel darah dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah

merupakan plasma darah.


Pada pentepan kadar larutan plasma ditambahkan HCL 0,1N. penambahan

HCL bertujuan untuk memecahkan protein sehingga dapat menarik teofilin yang ada

dalam plasma. Setelah ditambhakan HCL 0,1N ditambahkan juga campuran larutan

kloroform : isoprofil alcohol bertujuan untuk memisahkan teofilin dengan plasma dan

atau sebagai pelarut organic sehingga sewaktu dikocok dengan corong pisah maka

akan terbentuk dua lapisan. Lapisan yang diambil adalah lapisan organis yang berada

pada lapisan bawah.

Filtrat yang diperoleh atau lapisan organic yang telah disaring menggunakan

kertas saring larutannya berubah menjadi bening. Kemudian ditambahkan NaOH dan

disentrifugasi selama 10 menit. Tujuan dari proses sentrifugasi adalah agar partikel

lain mengendap sehingga tidak mengganggu pembacaan absorbansi. Dan juga

sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan antara sampel darah dan pengendapnya

berdasarkan bobot molekulnya.

Suatu metode analisa adalah jika metode tersebut dapat memberikan nilai

perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau lebih). Kesalahan acak dan kesalahan

sistemik kurang dari 10% dan range absorbansi 0,2-0,8. Uji perolehan kembali

bertujuan untuk mengamati perbandingan respon detektor analit yang di preparasi dan

sampel biologis dengan respon detektor dari kadar yang sebenarnya. Uji ini

memberikan informasi tentang efisiensi preparasi yang digunakan dalam analisis.

Hasil perolehan kembali tidak harus 100% tetapi sebaiknya konsisten dan presisi

(Taringan, 2012).
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh pada absorbansi 0,993 mendapatkan %

perolehan kembali 695,16%, pada absorbansi 0,248 mendapatkan % perolehan

kembali 95,464%, pada absorbansi 0,586 mendapatkan % perolehan kembali

139,897%, pada absorbansi 0.374 mendapatkan % perolehan kembali 69,052%, pada

absorbansi 0,643 mendapatkan % perolehan kembali 91,6544% dan pada absorbansi

0,748 mendapatkan % perolehan kembali 88,2233%. Dari hasil yang didapat yang

memenuhi range 75-90% yaitu hanya absorbansi 0,748 pada absorbansi 0,643 hampir

memenuhi range namun berlebih sedikit yaitu 91,6544%, hanya absorban 0,748 yg

menunjukkan bahwa data telah valid dan akurat. sedangkan yang tidak memenuhi

range atau melebih range yaitu pada absorbansi 0,993, 0,248, 0,374, 0,586, 0,643.

Pada perhitungan kesalahan acak harus tidak melampaui persyaratan yang ada yaitu

kurang dari 10% . pada absorbansi 0,993 telah melampui range absorbansi dan range

% perolehan kembali. Pada data maka dipeoleh semakin besar konsentrasi maka %

perolehan kembali yang didapatkan semakin kecil sedangkan semakin kecil

konsentrasi maka % perolehan kembalinya semakin besar.

VII. Kesimpulan

1. pada pembuatan kurva kalibrasi teofilin didapatkan nilai persmaan regresi y =

0,0591x - 0,0341 dengan nilai R² = 0,9679

2. Matrik biologi yang digunakan pada percobaan ini adalah plasma manusia

3. Pada % perolehan kembali yang memenuhi range yaitu hanya pada absorbansi

0,748 saja yang bisa dikatakan valid dengan konsentran 15 µg/ml


4. Semakin besar konsentrasi maka akan memberikan % perolehan kembali yang

kecil begitu pula sebaliknya.

VIII.Daftar Pustaka

James, M.W.1991.Analisis Farmasi. Airlangga University press: Surabaya Pasha,


A.M., Joenoe, Z.N., dan wahyu, p. 1986. Analisis Farmasi 1. UI press:Jakarta
Priharjo, R. 1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. EGC : Jakarta
Shargel, Y. 2002. Biofarmasetika. UI press:Jakarta

Taringan, E.Y. 2012. Optimasi dan Validasi Metode Analisis Raberprazol Dalam
Plasma In Vitro Secara KCKT. Skripsi. Univeristas Indonesia: Jakarta
Utami, P, I., Wahyu dan Nur, A.M., 2009. Optimasi Metoda Penetapan Ranitidin
Dalam Plasma Manusia Secara In Vitro Dengan Metode Spektrofotmetri UV-
Vis. Jurnal Pharmacy. Vol.6 :No.3

Anda mungkin juga menyukai