Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehadiran manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta.
Manusia hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam,
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan
kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia dikaruniakan akal dan
pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam
menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan
alam.
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan
kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam
hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya
hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban.

2. Rumusan Masalah
a. Siapakah Manusia ?
b. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain ?
c. Bagaimana Konsep dan Istilah Manusia menurut Al Quran ?
d. Bagaimana Evolusi Manusia menurut Ahli Paleontologi ?
e. Apa Tujuan Penciptaan Manusia ?
f. Apa Saja Kebutuhan Manusia ?
g. Bagaimana Program Pengisian Kehidupan Manusia ?
h. Bagaimana Fungsi dan Peran Manusia ?
i. Bagaimana Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah ?
j. Bagaimana Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah ?

1
3. Batasan Masalah
Dalam makalah ini, kami tidakmembatasi bagi siapasaja yang ingin dan mau
untuk membaca makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya.
4. Tujuan Penulisan
Tujuan dari menulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas MKDU Agama
dan menambah pengetahuan dan wawasan kami sebagai penyusun makalah ini.

2
BAB II

Pembahasan

1. Siapakah Manusia Menurut Alquran

Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-
naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau
makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun di dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang
paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam
menjalani kehidupan di dunia dan akhirat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang
berakal budi (mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian
ini manusia adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk
dapat menguasai makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Sedangkan dalam
bahasa Arab, kata ‘manusia’ ini bersepadan dengan kata-kata al-nas, basyar, insan, mar’u, ins
dan lain-lain. Kata “Basyar” dalam Al-Qur’an disebut 27 kali, memberikan referensi pada
manusia sebagai mahkluk Biologis. Adapun acuan pendapat ini adalah surat Ali Imran [3]:47;
Al-Kahfi[18]:110; Fushshilat [41]:6; Al-Furqan [25]:7; dan 20; dan Yusuf [12]:31

a) Nicolaus D. & A. Sudiarja


Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan
tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang

b) Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany

Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan
manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam
pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.

3
c) Erbe Sentanu
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia
adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.

2. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki
hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan
kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan
keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan makhluk lain.
Menurut ajaran Islam, manusia dibanding dengan makhluk yang lain, mempunyai
berbagai ciri (Ali, 1998: 12-19), antara lain ciri utamanya yaitu:
a. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang
paling sempurna. Sesuai dengan firman Allah :


Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang
sebaikbaiknya,” (QS. at-Tiin: 4)
b. Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin dikembangkan)
beriman kepada Allah.
c. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Tugas manusia untuk
mengabdi kepada Allah dengan tegas dinyatakan-Nya dalam al-Qur’an surat az-Zariyat ayat 56, :

 


Artinya : “Tidak Kujadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”
(QS. az-Zariyat : 56)
d. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal ini dinyatakan
dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 30 :



4





Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya
Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?, Tuhan berfirman; “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui. (QS. al-Baqarah: 30)
e. Di samping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan atau
kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh kepada Allah, menjadi
muslim; tetapi dengan akal dan kehendaknya juga manusia tidak percaya, tidak tunduk dan tidak
patuh kepada kehendak Allah bahkan mengingkarinya (kafir). Karena itu dalam surat al-Kahfi
ayat 29 menyebutkan :




Artinya : “Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka


barangsiapa yang ingin (beriman) hendaknya ia beriman, dan barangsiapa yang ingin
(kafir)biarla ia kafir” (QS. al-Kahfi : 29)
f. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya. Sesuai dengan
firman Allah yang berbunyi:

Artinya “…setiap seorang (manusia) terikat (dalam arti bertanggung jawab) terhadap
apa yang dilakukannya”. (QS. at-Thur : 21)
g. Berakhlak. Berakhlak merupakan utama dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Artinya, manusia adalah makhluk yang diberi Allah kemampuan untuk membedakan yang baik

5
dengan yang buruk.

3. Konsep dan Istilah Manusia menurut Al Quran

Secara etimologi istilah manusia di dalam Al Qur’an ada empat kata yang dipergunakan,
yakni:
a)   Ins, Insan dan Unas.
Kata “insan” diambil dari asal kata “uns” yang mempunyai arti jinak, tidak liar, senang
hati, tampak atau terlihat, seperti yang terdapat dalam firman Allah SWT:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia di dalam sebaik-baiknya bentuk”.  (at
Tiin,95:4). Kata “insan” bermakna manusia mempunyai dua unsur kemanusiaanya, yaitu
aspek lahiriyah dan aspek bathiniyah. Sedangkankata Ins dan Unas, menunjukan sifat dasar
manusia adalah fitri yang terpancar dari alam rohaninya, yaitu gemar bersahabat, ramah dan
sopan santun serta taat kepada Allah Ta’ala.
b) Basyar
Kata ini berasal dari makna kulit luar yang terdapat dilihat dengan kata kasar, bersifat
indah dan cantik. Dan dapat menimbulkan rasa senang, bahagia dan gembira bagi siapa yang
melihatnya.
c) Bani Adam
Arti kata “Bani Adam” ialah anak adam, sebagaimana firman-Nya :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia
Telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan
pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya kami Telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-
orang yang tidak beriman”. (Al-A’Araaf, 7:27)
d)  Dzurrriyat Adam
Para ahli telah mendefinisikan manusia dengan berbagai pengertian, seperti yang
dikemukakan oleh Adi Negoro dalam bukunya “Ensiklopedia Umum dalam Bahasa
Indonesia” menyatakan : manusia adalah alam kecil sebbagian dari alam besar yang ada di
atas bumi, sebagian dari makhluk yang bernyawa, sebagian dari bangsa Antropomorphen,

6
binatang yang menyusui, akan makhluk yang mengetahui dan dapat menguasai kekuatan-
kekuatan alam, di luar dan di dalam dirinya (lahir dan batin).

4. Evolusi Manusia Menurut Para Ahli

a. Jean Baptiste Lamarck


Lamarck melihat adanya kecenderungan makhluk sederhana berubah menjadi makhluk
yang lebih kompleks dengan prinsip adanya proses perubahan menuju kesempurnaan. Perubahan
menjadi sempurna ini menurut Lamarck karena harus beradaptasi pada lingkungannya. Proses
adaptasi ini dijelaskan Lamarck melalui dua hal.
Pertama, adanya proses use (menggunakan) dan disuse (tidak menggunakan) dari bagian-
bagian tubuh organisme, bergantung pada kebutuhannya. Kedua, Lamarck berkeyakinan adanya
pewarisan sifat-sifat yang diperoleh.

b. George Cuvier
Cuvier tidak menyumbangkan gagasannya mengenai teori evolusi secara langsung.
Hanya saja, Cuvier mendukung teori Catatropism yang menyatakan bahwa makhluk
hidup setiap strata tidak ada hubungan kekerabatan, karena setiap strata terbentuk akibat
bencana alam seperti banjir, gempa bumi, maupun kemarau panjang. Jika strata lenyap
oleh bencana, akan muncul strata baru dengan makhluk hidup baru yang berpindah dari
daerah lain.

c. Charles Robert Darwin

Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini,
adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin. Darwin menamakan proses
ini “evolusi melalui seleksi alam”.

Dalam menyusun gagasannya terkait teori evolusi, Darwin mengaitkan hasil penelitiannya
dengan pendapat Thomas Robert Malthus dan teori evolusi Alfred Russel Wallace yang telah
dijelaskan pada poin sebelumnya.
Berikut ini ide-ide Darwin berdasarkan hasil observasinya yang mengacu pada gagasan
kedua tokoh tersebut

7
a) Tidak ada individu yang sama. Antara satu individu dengan individu lain
memiliki perbedaan meskipun dalam satu keturunan yang sama dan perbedaan
tersebut bersifat menurun.
b) Setiap populasi akan cerderung bertambah banyak, karena adanya kemampuan
bereproduksi.
c) Populasi tidak akan terus bertambah, ada faktor pembatas yang mengontrol
kenaikan populasi yakni makanan dan predasi.
d) Jumlah individu baru yang lahir lebih banyak dibanding individu yang dapat
bertahan hidup.
e) Persaingan antar individu muncul dalam mendapatkan makanan dalam upaya
bertahan hidup.
f) Adanya seleksi alam mengakibatkan individu harus dapat berdaptasi dengan
lingkungannya.

Dalam bukunya tersebut Darwin mengemukakan dua hal penting dalam teori evolusi, yaitu:

a) Spesies-spesies yang hidup sekarang berasal dari nenek moyangnya yang hidup dari
masa lalu dan tetap memiliki perbedaan meski dari keturunan yang sama.
b) Perkembangan spesies dipengaruhi oleh seleksi alam dan variasi antar populasi.

d. August Weismann (1934-1914)


August menyatkan bahwa sel-sel tubuh tidak dipengaruhi oleh lingkungan dalam
penurunannya, melainkan berdasar prinsip genetika
Dari berbagai pendapat para ahli yang telah disebutkan di atas, kini telah muncul
teori evolusi baru yang dikenal sebagai teori sintetik. Teori sintetik ini merupakan teori
modern yang dikembangkan dari gabungan teori yang dikembangkan oleh Lamarck,
Darwin, dan hukum pewarisan Mendel yang menjelaskan bahwa evolusi terjadi
dikarenakan faktor perubahan frekuensi gen dari suatu generasi ke generasi berikutnya
dengan faktor tambahan berupa mutasi.Teori sintetik ini memanfaatkan bidang ilmu

8
paleografi, biologi molekuler, biokimia, biostatistik, dan ilmu lainnya yang belum ada
pada era sebelumnya.
5. Tujuan Penciptaan Manusia

Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, hidup
tanpa arah atau tidak tahu dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya. Manusia yang
merupakan bagian dari alam semesta inipun diciptakan untuk suatu tujuan. Allah menegaskan
bahwa penciptaan manusia dalam firman-Nya surat adz-Dzariyat : 56


Artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengababdi kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat : 56)
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam sistem
penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan
kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya.
Dan tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT.
Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terhadap
terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Karena manusia yang
diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang
dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu
pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang
paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-
masing.

6. Kebutuhan Manusia

Kebutuhan sama artinya dengan keinginan. Suatu keinginan ditentukan oleh konsep
kepuasan. Keinginan dalam perspektif Islam ditentukan oleh konsep maslahah. Pembahasan
konsep kebutuhan dalam Islam erat kaitannya dengan tujuan syariah, yaitu mengenai tercapainya
kesejahteraan semua umat manusia. Menurut Syatibi, maslahah dibedakan menjadi tiga, yaitu :

a. Kebutuhan Dharuriyyah
9
Daruriyyah adalah sesuatu yang wajib adanya menjadi pokok kebutuhan hidup untuk
menegakkan kemaslahatan manusia. Kebutuhan dharuriyyah dalam pengertian ini berpangkal
daripada pemeliharaan lima hal, yaitu: agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta. Contoh
kebutuhan dharuriyyah :

1. Pengeluaran untuk mempertahankan jiwa dan raga: pangan, sandang, papan dan
kesehatan
2. Pengeluaran untuk keagamaan: pengeluaran untuk peribadatan, pemeliharaan hasil-hasil
kebudayaan dan dakwah Islam.
3. Pengeluaran untuk memelihara akal: pengeluaran untuk pendidikan
4. Pengeluaran untuk memelihara kehormatan: pengeluaran untuk  biaya perkawinan dan
sejenisnya
5. Pengeluaran untuk menjaga  harta kekayaan, misalnya membeli brankas-brankas yang
cocok untuk menyimpan harta.[5]

b. Kebutuhan Hajiyah

Kebutuhan ini maksudnya untuk memudahkan, menghilangkan kesulitan atau menjadikan


pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur pokok kehidupan manusia. Pada dasarnya
jenjang hajiyah ini merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan, dan melindungi
jenjang dharuriyyah. Atau lebih spesifiknya lagi bertujuan untuk memudahkan atau
menghilangkan kesulitan manusia di dunia

c. Kebutuhan Tahsiniyah

Adalah sesuatu yang diperlukan oleh norma atau tatanan hidup serta perilaku menurut
jalan yang lurus. Hal yang bersifat tahsiniyah  berpangkal dari tradisi yang baik dan segala tujuan
perikehidupan  manusia  menurut jalan yang baik. Secara lebih spesifik tahsiniyah adalah  semua
barang yang membuat hidup menjadi  lebih mudah  dan gampang tanpa berlebih-lebihan atau
bermewahan, seperti makanan yang baik, pakaian yang nyaman, peralatan kecantikan, interior
rumah yang tertata lengkap dan  tertata  indah, serta semua barang yang menjadikan hidup
manusia menjadi lebih baik. Barang kebutuhan ini berhubungan dengan hadits nabi yang artinya
10
“Diantara kebahagiaan seseorang adalah tetangga yang baik, kendaraan yang nyaman, dan
rumah yang luas” (HR.Ahmad).

7. Program Pengisian Kehidupan Manusia

1. Hidup ini kesemuanya adalah ujian dari Allah SWT

Hidup adalah untuk menguji apakah seorang manusia bersyukur atau kufur kepada Allah
SWT.Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya, ” (ALLAH) yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ”

Ujian dalam hidup kita bukan saja kesulitan ataupun musibah, namun juga berupa nikmat
atau kemudahan dari Allah SWT, seperti keluarga, suami, istri, anak-anak, harta, kekuasaan,
pangkat, dsb. “ dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. “

Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al
Baqarah [2]:155-156 sbb,

“ dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. “

2. Kehidupan dunia ini lebih rendah dibandingkan kehidupan akhirat.

Sebagaimana dalam QS Adh Dhuha [93]:4, “ dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat)
itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). ” Atau dalam QS Ali ‘Imran [3]:14,
“ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga). “

11
3. Kehidupan dunia ini hanya sementara

Boleh jadi saat ini kita dalam kondisi sehat wal ‘afiat, gagah, cantik, kulit mulus, dll. Tapi
ada saatnya ketika kita kemudian menjadi tua, keriput, lemah, pikun, dan akhirnya dipanggil ke
sisi Allah SWT.

Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman, “ Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan


dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang
kekal. “ Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35, “ Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami
akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)
dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan. “

4. Kehidupan ini adalah ladang amal untuk kesuksesan akhirat

Ali bin Abi Thalib ra. Berkata bahwa sesungguhnya hari ini adalah hari untuk beramal
bukan untuk hisab (perhitungan) dan esok (akhirat) adalah hari perhitungan bukan untuk
beramal. Ketika seseorang meninggal dunia maka terputuslah semua amal perbuatannya dan ia
tinggal menunggu masa untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya di dunia.
Bekal kita adalah ibadah kepada Allah SWT. Ibadah bukan sekedar sholat atau zakat, tetapi
segala aktivitas hidup kita akan bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah SWT.

8. Fungsi dan Peranan Manusia

Manusia sebagai mahluk yang berdimensional memiliki peran dan kedudukan yang
sangat mulia. Dalam al-Qur’an, manusia berulang kali diangkat derajatnya karena
aktualisasi jiwanya secara positif. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu pada
prinsipnya condong kepada kebenaran sebagai fitrah dasar manusia. Allah menciptakan
manusia dengan potensi kecendrungan, yaitu cendrung kepada kebenaran, cendrung kepada
kebaikan, cendrung kepada keindahan, cendrung kepada kemulian dan cendrung kepada
kesucian. Firman Allah dalam al- Qur’an surah ar-Ruum: 30,





12


Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (QS. ar-Ruum: 30)
Manusia juga diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur
perasaan, unsur akal dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan seimbang dan saling terkait
antara satu unsur dengan unsur yang lain.
Jadi unsur yang terdapat dalam diri manusia yaitu rasa, akal dan badan harus seimbang,
apabila tidak maka manusia akan berjalan tidak benar..
Maka al-Qur’an memberikan hudan kepada manusia, yaitu mengajarkan agar adanya
keseimbangan antara unsur-unsur tersebut, yaitu unsur perasaan terpenuhi kebutuhannya, unsur
akal juga terpenuhi kebutuhannya, demikian juga unsure jasmani terpenuhi kebutuhannya
(Ahmad Azhar asyir, 1984: 8).
9. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah

Makna yang esensial dari kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Ketaatan, ketundukan dan kepatuhan hanya layak diberikan kepada Allah, yang dicerminkan
dalam ketaatan, kepatuhan, dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan. Sebagai hamba, tugas
utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq; menaati perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba (budak)
dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas segala perintah tuannya.
Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban manusia di bumi ini adalah beribadah
kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati. Sesuai firman Allah swt:

‫صي هَّللا َ لِيَ ْعبُدُوا إِال أُ ِمرُوا َو َما‬ َ ِ‫ْالقَيِّ َم ِة ِدينُ َو َذل‬
ِ ِ‫ك ال َّز َكاةَ تُوا َوي ُْؤ الصَّالةَ َويُقِي ُموا ُحنَفَا َء ال ِّدينَ لَهُ ُم ْخل‬

13
Artinya “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus." – (QS.98:5)

Tanggung jawab abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang dimiliki dan
bersifat fluktuatif (naik-turun), yang dalam istilah hadist Nabi SAW dikatakan yazidu
wayanqushu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang berkurang atau melemah).
Seorang hamba Allah juga mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga. Tanggung jawab
terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggung jawab terhadap diri sendiri, karena
memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.Oleh karena itu
dalam al-qur’an dinyatakan dengan quu anfusakum waahlikum naaran (jagalah dirimu dan
keluargamu dengan iman, dari neraka).
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan kewajiban
manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud. Didalam hidupnya manusia
tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan. Adanya hubungan ini menyebabkan
adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah adalah hubungan makhluk dengan
khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup manusia selalu mempunyai ketergantungan
kepada yang lain. Dan tumpuan serta ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha
kuasa, yang maha perkasa, yang maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah
rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha Esa.

Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar
besarnya ada 2 :

1) mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrik-Nya kepada sesuatu pun.

2) beribadat kepada-Nya

Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus
kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia. Dalam al-quran
kewajiban ini diformulasikan dengan :

14
1) iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab,
dan kepada nabi-nabi.

2) amal saleh :

a. Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap
harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin kepada
musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)

b. Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat

c. Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam


kesempitan, penderitaan dan peperangan.

Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap khalik.

10. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah

 Dalam Al Quran manusia menempati kedudukan istimewa dalam alam semesta ini. Dia
adalah khalifah di atas bumi ini. Seperti firman Allah yang bermakna:

“Ingatlah, ketika Tuhan mu berkata kepada malaikat: Aku akan menciptakan khalifah di


atas bumi”. (Q.S Al Baqarah : 31).
Al-Qur;an telah menjelaskan bahwa manusia diciptakan didunia ini adalah sebagai
khalifah atau wakil-Nya dalam pengertian ia memperoleh mandat dari Allah untuk
mewujudkan kemakmuran dimuka Bumi. Dengan ini manusia berkewajipan menegakkan
kebenaran, kebaikan, mewujudkan kedamaian, menghapuskan kemungkaran serta
penyelewengan dan penyimpangan dari jalan Allah.

Firman Allah SWT yang artinya :

“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: Sesungguhnya Aku jadikan di
bumi seorang Khalifah. Berkata Malaikat: Adakah Engkau hendak jadikan di muka bumi
ini orang yang melakukan kerusakan dan menumpahkan darah, sedangkan kami sentiasa

15
bertasbih dan bertaqdis dengan memuji Engkau? Jawab Allah: Aku lebih mengetahui apa
yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah:30)[2]

Di kalangan makhluk ciptaan Allah, manusia telah dipilih oleh Allah melaksanakan
tanggung jawab tersebut. Ini sudah tentu kerana manusia merupakan makhluk yang
paling istimewa. Firman Allah SWT dalam Al-Ahzab: 72

Manusia yang dianggap sebagai khalifah Allah tidak dapat memegang tanggug jawab
sebagai khalifah kecuali kalau ia diperlengkapi dengan potensi-potensi yang membolehkannya
berbuat demikian. Al Quran menyatakan bahwa ada beberapa ciri-ciri yang demikiannya. Ciri-
ciri pertama adalah bahwa dari fitrahnya manusia adalah baik semenjak dari awal. Ia tidak
mewarisi dosa karena Adam as. Meninggalkan surga.
            Al Quran mengakui kebutuhan-kebutuhan biologikal yang menuntut pemuasan.. Perlu di
tegaskan di sini bahwa jasad di mana kebutuhan-kebutuhan ini melekat tidaklah dengan
sendirinya membentuk manusia. Jasad hanyalah satu unsur ke mana ditambahkan sesuatu yang
lain, yaitu roh. Interaksi antara jasad dan roh menghasilkan khalifah. Inilah ciri-ciri kedua yang
membedakan khalifah dari makhluk-makhluk lain.
            Itulah dua ciri-ciri utama yang dimiliki oleh khalifah, yaitu fitrah yang baik dan ruh.
Tetapi ada lagi ciri-ciri ketiga, yaitu kebebasan kemauan, kebebasan untuk memilih tingkah
lakunya sendiri. Khalifah itu menerima dengan kemauan sendiri amanah yang tidak dapat
dipikul oleh makhluk oleh makhluk-makhluk lain.
             Namun ada lagi ciri keempat manusia yang perlu disebutkan di sini, yaitu ‘aqal yang
membolehkan manusia membuat pilihan antara yang betul dan salah.
            Keempat ciri-ciri inilah yang membedakan manusia yang disebut khalifah dari makhluk-
makhluk lain, dan tujuan atau matlamat tertinggi(ultimate aim) pendidikan dalam Islam adalah
membina individu-individu yang akan bertindak sebagai khalifah, atau sekurang-kurangnya
menempatkannya disuatu jalan menuju ke arah tujuan tersebut. (Hasan Langgulung, (1986: 57-
58).

BAB III
Penutup

16
1. Kesimpulan
Sejatinya manusia sangatlah berbeda dari makhluk Allah lainnya, Manusia dapat
dikatakan sebagai makhluk yang sangat istimewa. Secara etimologi istilah manusia di dalam Al
Qur’an ada empat kata yang dipergunakan, yakni Ins, Insan dan Unas., asyar, bani Adam,
Dzurrriyat Adam. Ahli paleontologi mengatakan bahwa manusia berasal dari evolusi kera dan
ada pula yang mengatakan bahwa adabtasi dari hewan.
Dari ayat QS. adz-Dzariyat : 56 dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia
dalam sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan dengan
hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan
manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Penyembahan manusia kepada Allah
lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan
dengan tatanan yang baik dan adil. Disisi lain, manusia memiliki kebutuhan dan keinginan yang
beragam. Dalam islam kebutuhan manusia terbagi atas tiga pokok utama. Berdasarkan tujuan
penciptaannya, manusia di dunia memiliki tanggung jawab sebagai hamba Allah dan sebagai
Khalifah selama berada di atas dunia.
2. Saran

Daftar Pustaka

https://aristasefree.wordpress.com/tag/persamaan-dan-perbedaan-manusia-dengan-makluk-lain/

17
http://ajisulistyo111.blogspot.co.id/2016/11/makalah-hakikat-manusia-menurut.html

https://endangprinina.wordpress.com/2013/06/06/makalah-agama-islam-hakikat-manusia/

https://mikmakekoandhika.wordpress.com/2016/09/22/konsep-kebutuhan-dalam-islam/

https://mikmakekoandhika.wordpress.com/2016/09/22/konsep-kebutuhan-dalam-islam/

https://budirich.wordpress.com/2009/01/02/apa-tujuan-dan-tugas-hidup-manusia-di-bumi-ini-
menurut-allah/

https://www.kompasiana.com/piusnovrin/siapakah-manusia-menurut-al-
quran_552b2f236ea834c503552d1a

http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/05/tujuan-dan-program-hidup-manusia.html

https://halimsani.wordpress.com/2007/09/06/filsafat-manusiasiapakah-manusia/

18

Anda mungkin juga menyukai