Anda di halaman 1dari 56

1.

ALKANA DAN TURUNANNYA

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka
dan semua ikatannya adalah ikatan tunggal.

Alkana memiliki rumus senyawa CnH2n+2.

Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama


1 CH4 Metana
2 C2H6 Etana
3 C3H8 Propana
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentana
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H20 Nonana
10 C10H22 Dekana

Alkana yang kehilangan 1 atom H dan menjadi cabang disebut dengan gugus alkil. Penamaan
gugus alkil yaitu dengan mengganti kata -ana pada senyawa alkana dengan -il. Contohnya
metana menjadi metil, propana menjadi propil.

Hidrokarbon tentunya tidak hanya memiliki  rantai yang lurus, melainkan ada pula yang
bercabang.

Sifat Alkana

Alkana dapat membentuk rantai karbon yang panjang serta memiliki cabang. Hal tersebut
membuat alkana memiliki berbagai sifat-sifat yang dipengaruhi oleh strukturnya.

Sifat-sifat itu sebagai berikut.

 Hidrokarbon jenuh (tidak ada ikatan atom C rangkap).


 Disebut golongan parafin karena affinitas kecil (sedikit gaya gabung).
 Sukar bereaksi.
 Bentuk Alkana pada suhu kamar dengan rantai C1 – C4 adalah gas, C4 – C17  adalah cair,
dan C18 dan lebih adalah padat.
 Titik didih semakin tinggi seiring bertambahnya atom C, dan semakin rendah seiring
bertambahnya cabang.
 Mudah larut dalam pelarut non polar.
 Massa jenisnya naik seiring dengan penambahan jumlah unsur C.
 Merupakan komponen utama gas alam dan petrolium (minyak bumi).

Cabang alkana tidak hanya atom karbon, melainkan beberapa gugus fungsi tertentu yang ikut
serta menentukan sifat baru dari alkana.

Alkana yang memiliki gugus fungsi tertentu disebut sebagai turunan alkana.

Senyawa Turunan Alkana


Beberapa contohnya yaitu alkohol, cuka, formalin, dan pembersih kuteks. Apa yang
membedakan bahan tersebut sehingga memiliki sifat yang jauh berbeda?

Jawabannya adalah gugus fungsi yang menempel pada rantai utamanya.

1. Alkohol (Akanol)

Alkohol merupakan turunan alkana dimana terdapat minimal salah satu atom H yang digantikan
dengan gugus -OH (hidroksil).

Penamaan senyawa ini dengan mengganti akhiran -a menjadi -ol dengan nomor dimana gugus
-OH apabila tidak berada di ujung rantai, sebagai contoh: metana menjadi metanol, dan
propana dapat menjadi 1-propanol atau 2-propanol.

Gugus -OH tidak selalu berada di ujung rantai, sehingga nomor gugus -OH perlu dituliskan
sebelum nama alkanol.

Contoh untuk 2-metilheksana yang ditambahkan gugus -OH pada nomor 4, maka memiliki nama
baru yaitu 5-metil-3-heksanol.

2. Aldehida (Alkanal)

Aldehid merupakan turunan alkana dimana atom C primer digantikan menjadi gugus -CHO,
membentuk struktur R-CHO.

Penamaan senyawa ini dengan mengganti akhiran -a menjadi -al, sebagai contoh:
etana menjadi etanal.

Gugus -CHO selalu berada di ujung rantai sehingga penomoran harus dimulai dari gugus -CHO.
Perhatikan contoh berikut ini.

3. Keton (Alkanon)

Keton merupakan turunan alkana dimana dua atom H digantikan dengan gugus =O. Penamaan
senyawa mirip dengan alkohol, yaitu dengan mengubah akhiran -a menjadi -on yang didahului
dengan nomor dimana gugus =O terikat, sebagai contoh propana yang memiliki gugus =O di
nomor 2 memiliki nama 2-propanon.
4. Eter (Alkoksialkana)

Eter merupakan turunan alkana dimana dua atom H dari dua atom C yang berbeda di tengah
rantai digantikan dengan gugus -O-, sehingga membentuk struktur R-O-R’.

Gugus eter tidak bisa di atom C primer karena harus berada di antara dua atom C. Rantai
terpendek yang terikat dengan gugus -O- dinyatakan sebagai cabang dengan nama alkoksi
(akhiran -il menjadi -oksi).

Penomoran dimulai dari ujung yang paling dekat dengan rantai alkoksi (R-O-). Sedangkan
penamaannya seperti alkana pada umumnya, hanya saja untuk cabang R-O- dinamai dengan
akhiran -oksi.

Contoh untuk CH3-O-CH2-CH3 memiliki nama metoksietana.

5. Asam Karboksilat (Asam Alkanoat)

Asam karboksilat merupakan turunan alkana dimana atom C primer digantikan menjadi gugus
-COOH.

Rumus strukturnya yaitu R-COOH Penamaannya yaitu dengan menambahkan asam dan


mengganti akhiran -a menjadi -oat.

Penomoran dimulai  dari gugus -COOH. Contoh, untuk senyawa CH3-CH2-COOH memiliki


nama asam propanoat.

6. Ester (Alkilalkanoat)

Berbeda dengan asam karboksilat, atom H pada -COOH digantikan dengan alkil sehingga
membentuk struktur R-COO-R’, dimana R-COO- adalah alkanoat dan -R’ adalah alkil.

Penamaannya yaitu alkilalkanoat. Sebagai contoh: CH3-CH2-COO-CH3 memiliki nama


metilpropanoat.

Kegunaan Alkana dan Turunannya

Alkana merupakan komponen utama dari minyak bumi. Variasi panjang ikatannya yang banyak
membuat kegunaan alkana sangat luas.

Terlebih dengan adanya turunan alkana. Pada pembahasan ini kita bagi menjadi dua, yaitu
kegunaan alkana dan beberapa contoh kegunaan turunan alkana.

Kegunaan alkana:
 Bahan bakar seperti: LPG, gas propana, bensin, solar, aftur, dan minyak tanah.
 Digunakan sebagai pelarut non polar, yaitu heksana.

 Residu minyak bumi mengandung alkana dengan rantai sangat panjang digunakan sebagai
campuran pada aspal.
 Alkana yang temasuk hidrokarbon berat (rantai C panjang) memiliki sifat kental dan licin
sehingga digunakan sebagai pelumas/oli
 Parafin, lilin, dan wax.
 Bahan dasar pembuatan polimer.

Selain itu, turunan alkana yaitu alkana yang telah memiliki gugus fungsi memiliki berbagai
kegunaan yang berbeda, beberapa contohnya sebagai berikut.

 Etanol merupakan jenis alkohol yang digunakan untuk desinfektan.


 Asam formiat merupakan jenis aldehida yang digunakan untuk pengawet jasad.
 Asam asetat atau sering disebut cuka merupakan jenis asam karboksilat.
 Aseton yang digunakan untuk pembersih kutek merupakan jenis keton.
 Amil asetat merupakan senyawa ester yang digunakan sebagai perisa pisang, dan masih
banyak lagi contohnya

Contoh Soal Alkana dan Turunannya

1. Urutkan beberapa alkana berikut berdasarkan titik didihnya!

 Metana
 2,3-dimetilheksana
 Butana
 Isobutana
 Heksana
 Oktana

Pembahasan

Titik didih alkana meningkat seiring bertambahnya atom C dan semakin rendah seiring
bertambahnya cabang. Maka urutan titik didih dari terendah yaitu: metana < isobutana < butana
< heksana < 2,3-dimetilheksana < oktana.

2. Ilmu Kimia

 Susunan materi = mencakup komponen-komponen pembentuk materi dan perbandingan tiap


komponen tersebut.
 Struktur materi = mencakup struktur partikel-partikel penyusun suatu materi atau
menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling berikatan.
 Sifat materi = mencakup sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat suatu materi
dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut.
 Perubahan materi = meliputi perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan kimia
(menghasilkan zat baru).
 Energi yang menyertai perubahan materi = menyangkut banyaknya
Contoh Soal :

Sesuatu yang mencakup komponen – komponen pembentuk materi dan perbandingan tiap
komponen tersebut adalah …
a. Materi
b. Susunan materi
c. Struktur materi
d. Sifat materi
e. Energy
Jawaban : B

3. Titrasi Asam Basa

Pengertian Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan metode analisis kuantitatif untuk menentukan konsentrasi/kadar suatu analit
(senyawa yang dianalisis) dalam sampel. Reagen yang digunakan untuk menitrasi disebut titran.

Sedangkan larutan yang dititrasi disebut titrat. Titrat pada volume tertentu direaksikan dengan
titran yang telah diketahui konsentrasinya tetes demi tetes hingga terjadi perubahan yang
menandakan titik ekuivalen.

Titrasi asam basa dapat diartikan sebagai penentuan konsentrasi asam dalam larutan dengan cara
menitrasinya dengan larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, atau sebaliknya.

Pada titrasi terjadi perubahan pH, misalkan pada titrasi asam kuat oleh basa kuat, maka pH akan
meningkat sedikit demi sedikit hingga mendekati titik ekuivalen, kemudian meningkat secara
signifikan dan kembali meningkat secara perlahan setelah melewati titik ekuivalen.

Perubahan tersebut digambarkan pada kurva titrasi asam basa.

Titik tengah dari garis signifikan tersebut merupakan titik ekuivalen, dimana titrat bereaksi
sempurna dengan titran. Pada aplikasinya digunakan indikator untuk mempermudah penentuan
titik ekuivalen yaitu ditandai dengan berubahnya warna indikator.

Beberapa indikator yang digunakan sebagai berikut.


Perubahan WarnaPada Perubahan WarnaPada
Indikator Rentang pH
Asam Basa
Bromofenol Biru Kuning 3.0-4.6 Biru
Metil Jingga Merah 3.1-4.4 Kuning
Metil Merah Merah 4.4-6.3 Kuning
Fenolftalein (PP) Tidak Berwarna 8.3-10.0 Merah Muda
Alizarin Kuning Kuning 10.1-12.0 Merah

Penerapan titrasi asam basa pada kehidupan sehari-hari

Cuka yang sering digunakan untuk pelengkap makan merupakan salah satu contoh larutan asam
dengan nama senyawa asam asetat.

Penentuan kadar asam asetat yang merupakan asam lemah dilakukan dengan titrasi
menggunakan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau basa lemah seperti natrium
tetraborat (Na2[B4O5(OH)4]·8H2O) dengan indikator titrasi yang sesuai. Titrasi dilakukan pula
pada berbagai produk yang sering kita temui, antara lain:

 Penentuan kadar asam fosfat (H3PO4) dalam pupuk


 Penentuan kadar asam hipoklorit (HClO) dalam pemutih pakaian
 Penentuan kadar asam benzoat (C6H5COOH) dalam desinfektan
 Penentuan kadar asam format (HCOOH) dalam formalin yang digunakan pada industri
tekstil

Menghitung konsentrasi sampel dengan titrasi asam basa

Perhitungan pada titrasi asam basa didasarkan oleh terjadinya ekuivalen, dimana kedua zat baik
asam maupun basa habis bereaksi. Contoh pada reaksi

HCl (aq) + NaOH (aq) à NaCl (aq) + H2O (l)

maka berlaku

1 mol HCl = 1 mol NaOH

MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH

Untuk reaksi dengan valensi yang berbeda misal,

H2SO4 (aq) + 2 NaOH (aq) à Na2SO4 (aq) + 2 H2O (l)

maka rumusnya menjadi

2 mol H2SO4 = 1 mol NaOH

2 x MH2SO4 x VH2SO4 = MNaOH x VNaOH

Setelah diketahui molaritas analit, kadarnya dapat ditentukan menggunakan rumus berikut ini.
Contoh Soal Titrasi Asam Basa

1. Sebanyak 20 ml sampel mengandung NaOH dititrasi dengan HCl 0,1 M. Volume titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titik ekuivalen yaitu sebanyak 18 ml. Berapakah konsentrasi NaOH
dalam sampel tersebut?

Penyelesaian

Diketahui:

VNaOH = 20 ml

VHCl = 18 ml

MHCl = 0,1 M

Ditanya: MNaOH

Jawab:

MHCl x VHCl = MNaOH x VNaOH

0,1 M x 18 ml = MNaOH x 20 ml

MNaOH = 0,1 M x 18 ml / 20 ml

             = 0,09 M

4. Polimer

Pengertian Polimer

Polimer adalah makromolekul yang tersusun dari monomer (unit terkecil) yang berulang-ulang.
Struktur polimer tersusun teratur dan karakteristik.

Apabila digambarkan, maka polimer terlihat seperti gerbong kereta api yang bergandengan
panjang, ratusan hingga ribuan panjanngnya.
Polimer berdasarkan asalnya dibedakan menjadi polimer sintetis dan polimer alam. Mari kita
pelajari lebih lanjut polimer sintetis dan polimer alam agar lebih jelas.

Polimer alam merupakan polimer yang dapat ditemui secara langsung di alam.

Contoh polimer alam antara lain: protein, karbohidrat, DNA, karet (polistirena), selulosa,
polisakarida, dan glikogen.

Sedangkan polimer sintesis harus melalui proses produksi terlebih dahulu dengan mereaksikan
bahan bakunya untuk membentuk sebuah rantai yang panjang.

Contoh polimer sintetis antara lain: nilon, dacron, kevlar, politetrafluoroetilena/PTFE (teflon),
polivinil klorida (PVC), polipropilena (PP), polietilena (PE), polistirena (PS), dll.

Proses Pembetukan Polimer Sintetis

Polimer sintetis sintetis dibentuk melalui proses polimerisasi yaitu proses reaksi kimia di mana
monomer-monomer bereaksi membentuk rantai yang besar.

Berdasarkan reaksi polimerisasinya, polimer dibedakan menjadi dua, yaitu polimer adisi dan
polimer kondensasi.

Suatu polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan
polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuk produk samping
selama berlangsungnya proses polimerisasi.

1. Polimer Adisi

Pastinya tidak asing kan dengan polietilena?

Ya, salah satu contoh polietilena adalah kantong plastik. Monomer etilena mengalami reaksi
adisi membentuk rantai yang panjang.

Monomer dengan ikatan rangkap bergabung dengan yang lain disertai pemutusan ikatan rangkap
menjadi tunggal.

2. Polimer Kondensasi

Berbeda dengan polimer adisi, pada polimer kondensasi reaksi terjadi antar gugus fungsi dua
monomer yang berbeda.

Pada prosesnya terjadi pemutusan (eliminasi) gugus fungsi untuk bergabung membentuk rantai.

Oleh karena itu, setiap monomer minimal harus memiliki dua gugus fungsi supaya dapat
membentuk rantai polimer.
Karena terjadi eliminasi gugus fungsi, maka terkadang pada proses polimerisasi terbentuk
molekul-molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.

Pada proses polimerisasi, gugus -OH bergabung dengan H pada sisi lain sehingga membentuk
H2O.

Hal ini berlaku pula pada molekul hasil samping lain, contohnya NH3 yang berasal dari gugus
-NH2 yang bergabung dengan H pada sisi lain.

Contoh Soal Polimer

1. Teflon yang basa digunakan untuk memasak merupakan salah satu polimer. Monomer dari
teflon adalah tetrafluoroetena. Apa jenis polimer yang terbentuk? Gambarkan reaksi
polimerisasinya!

Pembahasan

Tetrafuloroetana merupakan alkena dengan jumlah C dua dan empat gugus -F. Maka rumus
senyawanya sebagai berikut.

Karena memiliki ikatan rangkap dan tidak memiliki gugus fungsi, maka reaksi polimerisasi
terjadi secara adisi.

5. Stoikiometri

Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)

Antoine Laurent Lavoisier adalah pencetus dari hukum kekekalan massa, yang menyimpulkan
bahwa
“Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”.

Misalnya, pada reaksi perkaratan besi (besi mengikat oksigen dari udara), dimana besi yang
mempunyai massa tertentu akan bereaksi dengan sejumlah oksigen membentuk senyawa besi
oksida (Fe2O3(s)) yang massanya sama dengan massa besi dan oksigen mula-mula.

Fe(s) + O2(g) → Fe2O3(s)

Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Joseph Louis Proust adalah pencetus dari hukum perbandingan tetap. Berdasarkan hasil
penelitiannya, disimpulkan bahwa

“Perbandingan massa unsur-unsur dalam satu senyawa adalah tertentu dan tetap”.

Namun jika perbandingan massa unsur tidak sesuai, maka akan dihasilkan zat sisa. Senyawa
yang sama meskipun berasal dari daerah yang berbeda atau dibuat dengan cara yang berbeda
ternyata mempunyai komposisi yang sama.

Misalnya, hasil analisis terhadap garam natrium klorida dari berbagai daerah sebagai berikut.

Asal Massa Garam Massa Natrium Massa Klorida Massa Na : Cl


Impor 2,5 gram 0,983 gram 1,517 gram 1 : 1,54
Madura 1,5 gram 0,59 gram 0,91 gram 1 : 1,54
Indramayu 2 gram 0,786 gram 1,214 gram 1 : 1,54

Dalam tabel di atas,ditunjukkan bahwa perbandingan massa Na terhadap Cl ternyata tetap, yaitu
1 : 1,54.

Hukum Perbandingan Berganda (Hukum Dalton)

Berdasarkan hasil percobaannya, Dalton menyimpulkan bahwa

“Jika dua jenis unsur bergabung membentuk lebih dari satu senyawa, dan jika massa-massa
salah satu unsur dalam senyawa-senyawa tersebut sama, sedangkan massa-massa unsur lainnya
berbeda, maka perbandingan massa unsur lainnya dalam senyawa-senyawa tersebut merupakan
bilangan bulat  dan sederhana.”

Misalnya, perbandingan nitrogen dan oksigen dalam senyawanya sbb. :

Senyawa Massa Nitrogen (gr) Massa Oksigen (gr) Perbandingan


N2O 28 16 7:4
NO 14 16 7:8
N2O3 28 48 7 : 12
N2O4 28 64 7 : 16

Dari tabel tersebut, apabila massa nitrogen dibuat tetap (sama) sebanyak 7 gram, perbandingan
massa oksigen dalam N2O, NO, N2O3, dan N2O4 = 4 : 8 : 12 : 16 atau 1 : 2 : 3 : 4.

Hukum Perbandingan Volume (Hukum Gay Lussac)


Hukum perbandingan volume dicetuskan oleh Gay Lussac yang berbunyi

“Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan koefisien masing-masing gas”.

Untuk dua buah gas (misal gas A dan gas B) yang tercantum dalam persamaan reaksi, berlaku
hubungan :

Hukum Avogadro

“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas dengan volume yang sama akan mengandung
jumlah molekul yang sama pula”.

Selain hukum-hukum dasar kimia tersebut, dalam stoikiometri juga mempelajari tentang konsep
mol yang terdiri atas hubungan mol dengan jumlah partikel, massa molar, volume molar gas, dan
molaritas larutan.

Hubungan antara jumlah mol (n) dengan jumlah partikel (X) dalam zat dapat dinyatakan sbb. :

X = n x 6,02 x 1023

Jumlah partikel = mol x 6,02 x 1023

Massa molar (mm) menyatakan massa yang dimiliki oleh 1 mol zat. Massa 1 mol zat sama
dengan massa molekul relatif (Mr) zat tersebut dengan satuan gram/mol.

Hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m) adalah sbb. :

m = n x mm atau massa = n x Ar atau massa = n x Mr

Volume molar gas menyatakan volume per mol gas. Berdasarkan pengukuran kerapatan gas-gas
pada suhu dan tekanan tertentu ditemukan bahwa rata-rata volume molar suatu gas pada keadaan
standar (suhu 0⁰ C dan tekanan 1 atm) atau dalam keadaan STP (Standard Temperature and
Pressure, artinya pada suhu dan tekanan standar) adalah 22,4 liter.

Dari pengukuran tersebut, maka dapat dirumuskan volume gas pada keadaan standar sbb. :

V = n x 22,4 liter

Pada keadaan yang bukan standar atau suhu 0⁰ C dan tekanan 1 atm (STP), maka volume gas
dapat dihitung dengan persamaan gas ideal :

Rumus Volume Gas


rPV = nRT

dimana :

 P = tekanan gas (atm)


 V = volume gas (liter)
 n = jumlah mol gas
 R = tetapan gas (0,082 L atm/mol K)
 T = suhu mutlak gas (K)

Molaritas (M) menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Satuan molaritas (M)
adalah mol/liter atau mmol/mL.

Rumus Molaritas

dimana :

 M = molaritas (mol/liter atau M)


 n = jumlah mol zat terlarut (mol)
 V = volume larutan (liter)

Contoh Soal Stoikiometri

1. Perbandingan massa unsur hidrogen dan oksigen yang menyusun air (H2O) selalu sama, yaitu
1:8. Tentukan massa air yang terbentuk dari :

 1 gram hidrogen + 8 gram oksigen


 2 gram hidrogen + 8 gram oksigen

Pembahasan

 1 gr hidrogen: 8 gr oksigen = 1 : 8. Massa air yang terbentuk sebanyak 9 gram dan tidak ada
zat sisa.
 2 gr hidrogen : 8 gr oksigen. Supaya perbandingan dapat sesuai, maka tidak semua reaktan
akan membentuk air. Dalam hal ini hanya 1 gram hidrogen yang bereaksi dengan 8 gram
oksigen, sedangkan 1 gram hidrogen lainnya akan menjadi zat sisa. Jadi massa air yang
terbentuk sebanyak 9 gram dan terbentuk zat sisa, yaitu 1 gram hidrogen.

6. Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Pengertian Elektrolit

Elektrolit adalah suatu zat yang dapat larut dan terurai menjadi ion-ionnya. Ion-ion tersebut
adalah atom-atom yang bermuatan elektrik sehingga larutannya akan menjadi konduktor elektrik
yang mampu menghantarkan arus listrik.

Elektrolit umumnya adalah asam, basa, ataupun garam. Namun dapat juga berupa air atau
senyawa kimia yang lainnya.
Pengertian Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang mengandung ion-ion dari suatu zat yang larut atau terurai
sehingga larutan dapat menghantarkan arus listrik.

Misalnya, larutan garam dapur (NaCl), asam sulfat (H2SO4), dan natrium hidroksida (NaOH).

Sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Misalnya, larutan urea (CO(NH2)2) dan larutan gula (C12H22O11).

Untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat elektrolit atau tidak, maka dapat dilakukan
pengujian dengan alat uji elektrolit yang akan mengukur kemampuan suatu larutan dalam
menghantarkan arus listrik.

Alat uji elektrolit terdiri dari dua elektroda yang dirangkaian dengan lampu pijar dan
dihubungkan dengan tegangan listrik.

Berikut ini adalah gambaran dari alat uji elektrolit.

sifat elektrolit suatu larutan dipengaruhi oleh banyaknya ion yang bergerak bebas.

Berdasarkan percobaan uji elektrolit, maka larutan elektrolit dan non elektrolit akan
menunjukkan hasil yang berbeda, yaitu :

1. Jika dalam percobaan suatu larutan menyebabkan lampu menyala terang dan timbul
gelembung gas di sekitar elektroda, maka larutan tersebut memiliki daya hantar listrik yang baik
sehingga merupakan larutan elektrolit kuat. Sedangkan jika lampu redup bahkan tidak menyala
namun terdapat gelembung gas di sekitar elektroda, maka larutan tersebut memiliki daya hantar
listrik yang lemah sehingga merupakan larutan elektrolit lemah.

2. Jika dalam percobaan suatu larutan tidak menyebabkan lampu menyala dan di sekitar
elektroda tidak terdapat gelembung gas, maka larutan tersebut tidak memiliki daya hantar listrik
sehingga merupakan larutan non elektrolit.

Berikut ini adalah hasil eksperimen uji elektrolit terhadap beberapa larutan.

No. Larutan yang diuji Nyala Lampu Elektroda


1 Garam dapur (NaCl) Menyala terang Ada gelembung gas
2 Amonium hidroksida (NH4OH) Tidak menyala Ada gelembung gas
3 Larutan gula (C12H22O11) Tidak menyala Tidak ada gelembung gas
Dari tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa garam dapur merupakan larutan elektrolit kuat,
amonium hidroksida merupakan larutan elektrolit lemah, dan larutan gula merupakan larutan non
elektrolit.

Kekuatan suatu larutan elektrolit dinyatakan dengan derajat ionisasi atau derajat disosiasi yang
dilambangkan dengan tanda alfa “α”.

Nilai α ini merupakan perbandingan antara jumlah mol yang terionisasi dengan jumlah mol yang
dilarutkan dalam suatu larutan.

Nilai α berkisar 0 – 1 dengan ketentuan berikut.

 α = 1, artinya larutan terionisasi atau terdisosiasi sempurna sehingga merupakan elektrolit


kuat
 0 < α < 1, artinya larutan terionisasi atau terdisosiasi sebagian sehingga merupakan elektrolit
lemah
 α = 0, artinya larutan tidak terionisasi atau tedisosiasi sehingga merupakan larutan non
elektrolit

Nilai α dapat menjelaskan kekuatan nyala lampu dan banyaknya gelembung gas pada elektroda
saat uji elektrolit.

Contoh Soal Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

1. Suatu larutan diuji dengan alat uji elektrolit dan menyebabkan lampu menyala redup dan
terdapat sedikit gelembung gas di sekitar elektroda. Berdasarkan data tersebut, larutan yang diuji
termasuk …

 elektrolit kuat
 elektrolit lemah
 non elektrolit
 terionisasi sempurna
 tidak terionisasi

Jawaban

elektrolit lemah

7. Hidrolisis

Pengertian Hidrolisis

Hidrolisis merupakam istilah umum untuk reaksi suatu zat dengan air. Lebih lanjut, hidrolisis
adalah reaksi penguraian garam oleh air (H2O) atau reaksi ion-ion garam dengan air yang akan
menghasilkan asam dan/atau basa.

Air (H2O) akan diurai menjadi kation H+ (hidrogen) dan anion OH– (hidroksida).
Garam dihasilkan dari reaksi netralisasi dari asam dan basa. Garam akan terionisasi dalam
larutannya menjadi kation yang berasal dari basa asalnya dan anion yang berasal dari asam
pembentuknya.

Kedua ion inilah yang akan menentukan sifat dari suatu garam jika dilarutkan dalam air, apakah
garam asam, garam netral, ataukah garam basa. Selanjutnya kita akan mempelajari macam-
macam reaksi hidrolisis.

Reaksi Hidrolisis

Hidrolisis sebenarnya merupakan reaksi asam basa Bronsted Lowry. Komponen garam yang
berasal dari asam/basa lemah merupakan asam atau basa konjugasi yang relatif kuat bereaksi
dengan air, sedangkan komponen garam yang berasal dari asam/basa kuat merupakan asam atau
basa konjugasi yang relatif lemah bereaksi dengan air.

Macam-macam reaksi hidrolisis garam.

1. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat. Contohnya, NaCl.    

NaCl + H2O

Garam NaCl berasal dari asam kuat dan basa kuat, sehingga asam dan basa konjugasinya lemah
atau tidak dapat bereaksi dengan air untuk mengalami hidrolisis.

NaCl (aq)  Na+ (aq) + Cl– (aq)

Na+ + H2O

Cl– + H2O

Karena NaCl tidak terhidrolisis seluruhnya berarti tidak menghasilkan ion H+ atau ion
OH– sehingga garam NaCl bersifat netral.

2. Garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah. Contohnya, NH4Cl.

NH4Cl + H2O  NH4OH + H+

Garam NH4Cl berasal dari asam kuat dan basa lemah, sehingga asam dan basa konjugasinya
relatif dapat bereaksi dengan air untuk mengalami hidrolisis.

NH4Cl (aq)  NH4+ (aq) + Cl– (aq)

NH4+ + H2O  NH4OH + H+

Cl– + H2O          

Karena NH4Cl terhidrolisis sebagian (parsial) yaitu dari kation NH4+ dan menghasilkan ion
H+ maka NH4Cl bersifat asam.
3. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat. Contohnya, CH3COONa.

CH3COONa + H2O  CH3COOH + OH–

Garam CH3COONa terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, sehingga asam dan basa
konjugasinya relatif dapat bereaksi dengan air untuk mengalami hidrolisis.

CH3COONa (aq)  CH3COO– (aq) + Na+ (aq)

CH3COO– + H2O  CH3COOH + OH–

Na+ + H2O

Karena CH3COONa terhidrolisis sebagian (parsial) yaitu dari anion CH3COO– dan menghasilkan
ion OH– maka CH3COONa bersifat basa.

4. Garam yang terbentuk dari asam lemah dan basa lemah. Contohnya, CH3COO NH4.

CH3COONH4 + H2O CH3COO– + NH4+ + H+ + OH–

Garam CH3COO NH4 terbentuk dari asam lemah dan basa lemah, sehingga asam dan basa
konjugasinya relatif kuat bereaksi dengan air untuk mengalami hidrolisis.

CH3COONH4 (aq)  CH3COO– (aq) + NH4+ (aq)


CH3COO– + H2O  CH3COOH + OH–
NH4+ + H2O  NH4OH + H+
Karena CH3COONH4 terhidrolisis seluruhnya dan menghasilkan ion H+ dan ion OH– maka
garam CH3COONH4 bersifat asam atau basa, tergantung dari harga Ka dan Kb.

Contoh Soal Hidrolisis

1. Hidrolisis parsial dapat terjadi pada garam yang tersusun dari …

 sasam-basa dan garam


 asam kuat dan basa kuat
 asam kuat dan garam
 asam kuat dan basa lemah
 asam lemah dan basa lemah

Jawaban

asam kuat dan basa lemah

8. Hidrokarbon

Pengertian hidrokarbon

Sebagian besar barang yang dibakar menghasilkan warna hitam seperti arang.

contohnya kayu, makhluk hidup, karet, minyak bumi, sebagian besar tersusun dari karbon.
Senyawa karbon terdiri dari berbagai jenis, salah satunya yaitu hidrokarbon. Atom-atom karbon
yang bergabung dan mengikat hidrogen membentuk rantai hidrokarbon.

Seperti namanya, hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari atom hidrogen (H) dan karbon
(C). Meskipun hanya terdapat 2 jenis atom, namun senyawa hidrokarbon banyak ditemukan.

Contoh hidrokarbon yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu senyawa hasil
minyak bumi seperti: bensin, minyak tanah, pelumas, aspal, palstik, dll.

Sebelum pembahasan lebih lanjut, mari kita ulas sedikit tentang atom karbon (C). Atom karbon
memiliki empat valensi sehingga mampu membentuk 4 ikatan kovalen baik dengan atom C
maupun dengan atom H.

Macam-macam Atom Karbon Berdasarkan Ikatannya

Keistimewaan atom karbon yang dapat membentuk ikatan kovalen sebanyak 4 buah dan
kemampuannya dalam membentuk rantai karbon, menyebabkan atom karbon mempunyai
kedudukan yang berbeda-beda.

Kedudukan tersebut digolongkan sebagai berikut:

1. Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang mengikat 1 atom karbon lainnya.
2. Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang mengikat 2 atom karbon lainnya.
3. Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang mengikat 3 atom karbon lainnya.
4. Atom karbon quartener, yaitu atom karbon yang mengikat 4 atom karbon lainnya.

Macam-Macam Hidrokarbon

Berdasarkan bentuk rantainya, hidrokarbon digolongkan menjadi:

1. Rantai karbon alifatis, yaitu rantai karbon terbuka. Rantai karbon ini bisa berbentuk lurus
maupun bercabang.
2. Rantai karbon siklik, yaitu rantai karbon tertutup. Pada rantai siklik, ikatan membentuk
rantai yang melingkar.

Berdasarkan jenis ikatannya, hidrokarbon digolongkan menjadi:

1. Ikatan jenuh, jika semua ikatannya merupakan ikatan tunggal (-C-C-C-).


2. Ikatan tak jenuh, jika mengandung ikatan rangkap 2 (-C=C-) atau rangkap 3 (-C≡C-)

3. Tata Nama Senyawa Hidrokarbon

Pada pembahasan ini kita akan membahas tata nama senyawa hidrokarbon yang digolongkan
menjadi tiga, yaitu alkana, alkena, dan alkuna.

1. Alkana

Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka
dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa ini memiliki rumus senyawa
CnH2n+2

Nama-nama alkana dengan jumlah atom karbon hingga sepuluh sebagai berikut.

Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama


1 CH4 Metana
2 C2H6 Etana
3 C3H8 Propana
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentana
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H20 Nonana
10 C10H22 Dekana

2. Alkena

Alkena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki minimal satu ikatan rangkap 2 (C =
C). Senyawa ini umumnya memiliki rumus senyawa

CnH2n

Penamaan alkena mirip dengan alkana, hanya saja akhiran -ana diganti dengan -ena. Misal
metana menjadi metena, etana menjadi etena, dsb.

3. Alkuna

Mirip dengan alkena alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang memiliki minimal satu
ikatan rangkap 3 (C ≡ C). Senyawa ini umumnya memiliki rumus senyawa

CnH2n-2

Sama dengan alkena, penamaan alkuna menggunakan akhiran -ana  yang diganti dengan -una.
Misal propana menjadi propuna, butana menjadi butuna, dsb.

Hidrokarbon tentunya tidak hanya memiliki  rantai yang lurus, melainkan ada pula yang
bercabang. Penamaan yang umum digunakan berdasar pada standar yang ditentukan IUPAC.

Berikut langkah-langkah penamaan senyawa hidrokarbon.

1. Tentukan rantai utama, yaitu rantai terpanjang. Apabila terdapat ikatan rangkap, maka ikatan
tersebut harus ikut dalam rantai utama.
2. Beri penomoran atom C rantai utama. Penomoran dimulai dari ujung yang terdekat dengan
cabang (alkil) terpanjang, terbanyak, dan pada rantai tak jenuh dipilih yang paling dekat dengan
ikatan rangkap.
3. Penamaan cabang menggunakan nomor cabang dilanjutkan dengan akhiran -il sebagai
pengganti -ana, contoh metil, etil, dsb. Apabila cabang yang sama lebih dari satu maka nomor
ditulis semua dan dipisahkan dengan koma kemudian diberi imbuhan sesuai jumlahnya, yaitu di-
untuk 2, tri- untuk 3, tetra- untuk 4. Misal: 2,2-dimetil, 2,3-dietil. Apabila cabang berbeda
terdapat 2, maka diurutkan berdasarkan alfabet, meskipun nomornya lebih rendah. Misal: 3-etil-
2-metil, 4-etil-2,2-dimetil.
4. Penamaan dilakukan sebagai berikut

Nomor cabang – nama cabang – nomor ikatan rangkap (apabila ada) nama rantai utama.

Sehingga hasil akhirnya antara lain sebagai berikut: 4-etil-2,2-dimetiloktana, 2-pentena, 2-metil-
3-pentena, dsb.

Contoh Soal Hidrokarbon

Beri nama sesuai senyawa berikut dengan aturan IUPAC dan tentukan jumlah dan jenis atom
karbon yang ada!

1.

 
2.
   

3.

4.

 
Pembahasan

Untuk nomor 1 dan 2, kita akan membahas langkah demi langkah.

Pertama yaitu menentukan rantai utama


Kemudian menentukan nomor. Karena cabang terdekat dari sebelah kiri maka nomor 1 ada di
sebelah kiri. Selain itu dilakukan penentuan nama cabang.

Terdapat 2 cabang metil, yaitu di nomor 2 dan 3. Rantai utama 5 atom C, maka bernama pentana.
Jadi nama senyawanya yaitu 2,3-dimetilpentana.

Sedangkan untuk jumlah dan jenis atom karbonnya sebagai berikut.

C primer = 4 buah (C nomor 1, 5, dan cabang metil pada nomor 2  dan 3)

C sekunder = 1 buah (C nomor 4)

C tersier = 2 buah (C nomor 2, 3)

C quartener = 0 buah

Bagaimana? Apakah sudah bisa dipahami? Mari kita lanjut ke nomor 2.

Pada senyawa tersebut, ikatan rangkap berada di dekat ujung kiri, maka penomoran dimulai dari
sebelah kiri.

Ikatan rangkap berada di antara C1 dan C2, nomor ikatan rangkap yang digunakan adalah yang
terkecil, yaitu 1.

Dengan jumlah atom C sebanyak 5 dan 1 ikatan rangkap dua pada nomor 1, maka nama senyawa
tersebut adalah 1-pentena.

C primer = 2 buah (C nomor 1, 5)

C sekunder = 3 buah (C nomor 2, 3, 4)

C tersier = 0 buah

C quartener = 0 buah

Untuk nomor 3 dan 4 silakan dikerjakan kemudian dicocokkan dengan jawaban berikut.

Nomor 3: 3-metil-1-butena

Nomor 4: 2,2-dimetil-3-heksena
9. Konfigurasi Elektron

Pengertian Konfigurasi Elektron

Konfigurasi elektron adalah susunan elektron pada subkulit atom dalam orbital atom atau
molekulnya.

arus diingat bahwa masing-masing orbital memiliki batas elektron yang dapat mengisinya.
Berikut penjelasannya.

 Orbital s mampu diisi 2 elektron


 Orbital p mampu diisi 6 elektron
 Orbital d mampu diisi 10 elektron
 Orbital f mampu diisi 14 elektron

Aturan Penulisan Konfigurasi Elektron

Ada beberapa aturan yang digunakan untuk menuliskan konfigurasi elektron , yaitu :

1. Asas Aufbau

Berdasarkan asas Aufbau, pengisian elektron pada orbital dimulai dari subkulit yang memiliki
tingkat energi lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. 

Contoh :

12 Mg = 1s2 2s2 2p6 3s2

23 V = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3

2. Aturan Hund

Berdasarkan aturan Hund, jika elektron tersebar dalam orbital dengan tingkat energi yang sama,
elektron tidak akan berpasangan sebelum orbital tersebut terisi penuh.

Contoh :
3. Larangan Pauli

Berdasarkan larangan Pauli, dalam suatu atom tidak boleh terdapat dua elektron yang memiliki
keempat bilangan kuantum (n, l, m, dan s) yang sama. Jika dua elektron menempati orbital yang
sama, maka bilangan kuantum spin dua elektron ini harus berbeda.

Contoh :

Pada orbital 2p4, masing-masing elektron pada orbital tersebut memiliki keempat bilangan
kuantum yang tidak sama.

Untuk bilangan kuantum subkulit ke -5, n = 2, l = 1, m = -1, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-6, n = 2, l = 1, m = 0, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-7, n = 2, l = 1, m = 1, s = +½

Untuk bilangan kuantum subkulit ke-8, n = 2, l = 1, m = -1, s = -½

Hal penting yang menyebabkan gas mulia memiliki kesatabilan yang sangat tinggi adalah
konfigurasi elektronnya.

Berikut ini adalah konfigurasi elektron dari unsur gas mulia.

2He = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

10 Ne = 1s2 2s2 2p6

18 Ar = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 

36 Kr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6

54 Xe = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6

86 Rn = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10 5p6 6s2 4f14 5d10 6p6

Konfigurasi elektron gas mulia biasa digunakan untuk menyingkat penulisan konfigurasi
elektron unsur yang lain. Misalnya, penulisan elektron unsur 21Sc.

21 Sc = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2

Jika disingkat maka menjadi


21 Sc = [Ar] 3d1 4s2

Contoh Soal Konfigurasi Elektron

1. Unsur X mengandung 11 elektron sehingga memiliki konfigurasi elektron …

Jawaban

1s2 2s2 2p6 3s1

10. Ikatan Hidrogen

Pengertian Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen adalah ikatan yang terjadi antara atom H dengan atom lain yang memiliki
pasangan elektron bebas (keelektronegatifan tinggi) seperti Cl, F, O, dan N.

Ikatan hidrogen dapat terjadi baik dalam satu molekul maupun antar molekul. Ikatan hidrogen
dalam satu molekul sering terjadi pada senyawa organik yang, misalnya yang mengandung dua
gugus  -OH, dengan jarak yang tidak terlalu jauh, misalnya asam oksalat (H2C2O4).

Contoh Ikatan Hidrogen

Ikatan hidrogen digambarkan dengan garis putus-putus. Ikatan hidrogen antar molekul terjadi
pada senyawa-senyawa berikut.

1. H2O, ikatan hidrogen terjadi melalui atom H dengan atom O molekul lain

2. HF, ikatan hidrogen terjadi melalui atom H dengan atom F molekul lain

3. CH3COOH, ikatan hidrogen terjadi melalui atom O dari C=O dengan atom H dari gugus
-OH molekul lain.

Contoh Soal Konfigurasi Hidrogen

1. Dari beberapa senyawa berikut, manakah yang memiliki ikatan hidrogen?

 CH3OH (metanol)
 CH3O (metanon)
 C6H12O6 (glukosa)
 C6H6
 NH4OH
 NaHCO3
 CH3COOH

Pembahasan

Senyawa yang dapat memiliki ikatan hidrogen yaitu: CH3OH dan CH3COOH.

Atom H yang terikat pada C tidak bisa memiliki ikatan hidrogen karena tidak bermuatan positif
(dipol positif), seperti C6H12O6 dan CH3O.
Sedangkan NaHCO3 dan NH4OH merupakan senyawa berikatan ion sehingga akan terpisah
menjadi ion-ionnya ketika berada dalam larutan.

11. Larutan Penyangga

Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyangga adalah larutan yang mampu mempertahankan derajat keasaman (pH) pada
saat asam atau basa dimasukkan dalam suatu larutan. Larutan penyangga disebut juga “buffer”
atau “penahan”.

Berikut ini yang termasuk dalam larutan buffer.

1. Campuran asam lemah dengan garam yang berasal dari asam lemah tersebut.

Contoh :

CH3COOH dengan CH3COOK

2. Campuran basa lemah dengan garam yang berasal dari basa lemah tersebut.

Contoh :

NH4OH dengan (NH4)2SO4

Larutan buffer memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Jika diencerkan maka pH larutan hanya sedikit berubah bahkan tidak terjadi perubahan.
2. Jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa maka pH larutan hanya sedikit
berubah bahkan tidak terjadi perubahan.

Fungsi Larutan Penyangga

memiliki bermacam fungsi, antara lain :

1. Darah sebagai Larutan Penyangga

Terdapat faktor-faktor dalam pengendalian pH darah, antara lain penyangga karbonat,


penyangga hemoglobin, dan penyangga fosfat.

a. Penyangga karbonat

Penyangga karbonat berasal dari campuran asam karbonat (H2CO3) dengan basa konjugasi
bikarbonat (HCO3–). Reaksinya sebagai berikut.

H2CO3 (aq) → HCO3– (aq) + H+ (aq)

Penyangga karbonat berperan penting dalam mengatur pH darah supaya tetap konstan.

b. Penyangga hemoglobin
Hemoglobin dalam darah dapat mengikat oksigen untuk dibawa ke seluruh sel tubuh. Reaksi
kesetimbangannya sebagai berikut.

HHb + O2 (g) → HbO2– + H+

Adanya oksigen yang bersifat basa pada reaksi tersebut memengaruhi konsentrasi ion
H+ sehingga pH darah juga dapat dipengaruhi.

c. Penyangga fosfat

Dalam cairan intrasel, penyangga fosfat berperan penting dalam mengatur pH darah. Penyangga
fosfat berasal dari campuran dihidrogen fosfat (H 2PO4–) dengan monohidrogen fosfat (HPO32-).
Reaksinya sebagai berikut.

H2PO4– (aq) + H+ (aq) → H3PO4 (aq)

H2PO4– (aq) + OH– (aq) → HPO32- (aq) + H2O (aq)

Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel sangat sedikit
jumlahnya namun penting sekali untuk larutan penyangga urin.

2. Air Ludah sebagai Larutan Penyangga

Air ludah mengandung larutan penyangga fosfat yang dapat menjaga gigi dari kerusakan akibat
adanya zat asam yang terbentuk dari fermentasi sisa-sisa makanan pada sela-sela gigi. Air ludah
dapat mempertahankan pH mulut sekitar 6,8.

3. Menjaga Keseimbangan pH Tanaman

Setiap tanaman dapat tumbuh dengan baik dalam pH tertentu sehingga dibutuhkan larutan
penyangga agar pH dapat dijaga agar konstan.

4. Larutan Penyangga pada Obat-Obatan

Obat-obatan apabila tidak mengandung larutan penyangga dapat menyebabkan perubahan pH


pada perut, sehingga dapat memicu permasalahan lain dalam tubuh. Sehingga larutan penyangga
ditambahkan dalam obat-obatan supaya dapat mentransfer kelebihan asam atau basa yang berasal
dari kandungan obat tersebut.

Derajat keasaman atau pH larutan penyangga dapat diketahui. Begitupula pH dari larutan
penyangga yang telah ditambahkan sedikit asam atau basa. Bagaimana caranya? Mari kita
pelajari pada subbab berikut.

Rumus Larutan Penyangga

1. Buffer asam (asam lemah + basa konjugasinya)

[H+] = Ka .

pH = – log [H+]
2. Buffer basa (basa lemah + asam konjugasi)

[OH–] = Kb .

pOH = – log [OH–]

pH = 14 – pOH

Contoh Soal Larutan Penyangga

Sebanyak 200 ml larutan penyangga mangandung NH3 dan NH4Cl masing-masing 0,05 M.

1. Tentukan pH larutan tersebut

(Kb NH3 = 1 . 10-5)

Jawaban

1. Menentukan pH Larutan

mmol NH3 = M . V = 0,05 . 200 = 10 mmol

mmol NH4Cl = M . V = 0,05 . 200 = 10 mmol

   NH4Cl      →      NH4+     +      Cl–

 (garam)   (asam konjugasi)

10 mmol          10 mmol

[OH–] = Kb .

[OH–] = 10-5 .

[OH–] = 10-5

pOH = – log [OH–]

pOH = – log 10-5

pOH = 5

pH = 14 – pOH

pH = 14 – 5

pH = 9
Jadi, pH larutan penyangga tersebut adalah 9

12. Reaksi Kimia

Pengertian Reaksi Kimia

Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan yang terjadi secara kimia dimana zat yang bereaksi
(reaktan) menghasilkan zat hasil reaksi (produk).

Produk baru yang dihasilkan dari reaksi kimia memiliki sifat-sifat yang berbeda dari reaktannya.

Dalam penulisannya, reaksi kimia dilambangkan dengan lambang unsur dan tanda panah (→)
sebagai penghubung antara reaktan dengan produk.

Zat pereaksi (reaktan) biasanya ditulis di sebelah kiri, sedangkan zat produk ditulis di sebelah
kanan.

Persamaan Reaksi Kimia

Berikut ini keterangannya.

 (g) untuk wujud gas;


 (l) untuk wujud liquid;
 (s) untuk wujud solid (padat); dan
 (aq) untuk wujud aqueous (larutan).

Prinsip penggunaan persamaan reaksi kimia adalah berdasar hukum kekekalan massa dan hukum
perbandingan berlipat yang diterapkan dengan penyetaraan reaksi, dimana jenis atom sebelum
reaksi sama dengan jenis atom sesudah reaksi dan jumlah atom sebelum reaksi sama dengan
jumlah atom sesudah reaksi.

Berikut ini merupakan contoh-contoh reaksi kimia.

Contoh 1

2H2 (g) + O2 (g) → 2H2O (l)

Reaksi kimia di atas apabila diterjemahkan berbunyi, “Dua molekul hidrogen (H 2) ditambah satu
molekul oksigen (O2) bereaksi menghasilkan dua molekul air (H2O)”.

Contoh 2

Na (s) + H2O (l) → 2NaOH (aq) + H2 (g)

Reaksi di atas berbunyi, “Satu unsur natrium (Na) solid ditambah air (H2O) bereaksi
menghasilkan dua molekul larutan natrium hidroksida (NaOH) dan gas hidrogen (H2).

Ciri-Ciri Reaksi Kimia

Reaksi kimia memiliki ciri-ciri yang dapat diamati perubahannya sebagai berikut.

1. Dapat menimbulkan perubahan warna


Perubahan warna dalam reaksi kimia dapat kita amati saat beberapa reaktan bereaksi menjadi
produk.

Misalnya reaksi antara larutan kalium permanganat (KMnO 4) yang berwarna ungu dengan
larutan asam oksalat (H2C2O4) akan menghasilkan mangan sulfat (MnO4) yang tidak berwarna.

2. Dapat membentuk endapan

Endapan yang terbentuk dari suatu reaksi kimia dapat berupa serbuk-serbuk halus, gumpalan,
hingga butiran kasar tergantung dari reaksinya.

Misalnya reaksi antara larutan perak nitrat (AgNO3) dengan larutan natrium klorida (NaCl) akan
menghasilkan endapan putih perak klorida (AgCl) dan larutan natrium nitrat (NaNO3).

AgNO3 (aq) + NaCl (aq)  →  AgCl (s) + NaNO3 (aq)

(larutan) + (larutan) → (endapan) + (larutan)

3. Dapat menimbulkan perubahan suhu

Perubahan suhu dapat dirasakan dengan indera kita.

Misalnya reaksi asam sulfat (H2SO4) ditambah natrium hidroksida (NaOH) yang menghasilkan
natrium sulfat (Na2SO4) dan air (H2O)akan menimbullkan kenaikan suhu.

H2SO4 (aq) + 2NaOH (aq) → Na2SO4 (aq) + 2H2O (l)

4. Dapat menimbulkan gas

Banyak reaksi kimia yang menghasilkan gas. Salah satunya adalah reaksi pembakaran gas
metana (CH4) dengan oksigen (O2) yang menghasilkan gas karbondioksida (CO2) dan uap air
(H2O).

CH4 (g) + O2 (g) → CO2 (g) + H2O (g)

Contoh Soal Reaksi Kimia

Dari persamaan reaksi kimia berikut, manakah yang sudah setara?

 a. CrO3 + 2Al → Al2O3 + Cr


 b. Mg(OH)2 + 2HCl → MgCl2 + 2H2O
 c. Fe + HCl → FeCl2 + H2
 d. Na2O + HCl → NaCl + H2O

Pembahasan

 Persamaan reaksi kimia (a) belum setara. Apabila disetarakan sebagai berikut.

CrO3 + 2Al → Al2O3 + 3Cr

 Persamaan reaksi kimia (b) sudah setara


 Persamaan reaksi kimia (c) belum setara. Apabila disetarakan sebagai berikut.

Fe + 2HCl → FeCl2 + H2

 Persamaan reaksi kimia (d) belum setara. Apabila disetarakan sebagai berikut.

Na2O + 2HCl → 2NaCl + H2O

13. Sel Volta

Pengertian Sel Volta

Sel volta adalah sel yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui mekanisme
reaksi oksidasi reduksi (redoks) yang terjadi secara spontan.

Sel volta disebut pula sebagai sel galvani.

Galvani diambil dari nama ilmuan fisiologi berkebangsaan italia, yaitu Luigi Galvani (1737-
1798) yang menemukan fenomena adanya sifat listrik pada tulang.

Sedangkan kata volta sendiri berasal dari nama ilmuan fisika dari berkebangsaan italia,
Alessandro Volta (1745-1827) yang melakukan percobaan dan menyatakan bahwa kontak dua
logam yang berbeda dapat menimbulkan listrik.

Energi listrik pada sel volta berasal dari pergerakan elektron dari reaksi redoks yang spontan.

Sel volta tersusun atas 2 setengah sel yang dihubungkan dengan jembatan garam. Setengah sel
terdiri dari elektroda (logam) dan elektrolitnya.

Jembatan garam digunakan untuk menyeimbangkan muatan antar sel yang terbuat dari pipa
berisi gel elektrolit.

Contoh sel volta yaitu sel yang menggunakan logam Zn dan Cu. Ketika rangkaian ditutup kedua
logam tersebut dapat bereaksi secara spontan dan mengalirkan listrik.

Logam Zn teroksidasi menjadi Zn2+ sedangkan pada sel Cu terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu. Jadi
selama pemakaian sel volta massa logam Zn akan berkurang sedangkan logam Cu menjadi
bertambah

Anoda :  Zn (s) → Zn2+ (aq) + 2e– 


Katoda : Cu2+ (aq) + 2e– → Cu (s)

Sehingga reaksi sel volta yang terjadi yaitu

Zn (s) + Cu2+ (aq) → Zn2+ (aq) + Cu (s)

Dari reaksi tersebut kita ketahui bahwa logam Zn menghasilkan elektron yang mengalir menuju
Cu2+.

Sehingga sel Zn merupakan anoda (negatif) dan Cu merupakan katoda (positif). Untuk lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut.

Anoda Katoda
Mengalami oksidasi Mengalami reduksi
Melepas elektron Menerima elektron
Bermuatan negatif Bermuatan positif

Penulisan reaksi sel volta tidaklah dituliskan seperti reaksi yang telah dijelaskan sebelumnya.
Reaksi pada sel volta dituliskan dalam bentuk notasi sel yaitu A|A x+||Ky+|K. A yaitu reaksi pada
anoda sedangkan K reaksi pada katoda.

contoh notasi sel reaksi logam Zn dengan Cu sebagai berikut.

Zn (s)|Zn2+(aq)||Cu2+(aq)|Cu (s)

Kenapa bukan Cu yang menjadi anoda?

Bagaimana menentukan anoda dan katoda?

Kembali ke syarat sel volta yaitu reaksi yang terjadi haruslah spontan, yaitu dengan
menghasilkan potensial.

Anoda dan katoda bergantung pada potensial reduksi masing-masing logam.

E0 sel = E0 katoda – E0 anoda

Potensial sel standar (E0 sel) harus bernilai positif agar reaksi terjadi spontan, sehingga E 0 anoda
harus lebih kecil dari E0 katoda.

Kegunaan Sel Volta dalam Kehidupan Sehari-Hari

Menggunakan prinsip sel volta, yaitu mengubah energi kimia menjadi energi listrik.

Berikut kegunaan sel volta:

1. Akumulator (Aki)

Akumulator menggunakan timbal (Pb) sebagai anoda, timbal oksida (PbO 2) sebagai katoda, dan
asam sulfat (H2SO4) sebagai elektrolit.

Reaksi yang terjadi dalam akumulator yaitu


Anoda : Pb (s) + SO42- (aq) → PbSO4 (s) + 2e–

Katoda : PbSO4 (s) + 4H+ (aq) + SO42- (aq) + 2e– → PbSO4 (aq) + 2H2O (l)

Akumulator dipakai diberbagai otomotif seperti motor, mobil, dan truk. Jenis penyimpanan
energi ini merupakan penyimpanan yang murah dan dapat diisi ulang.

2. Baterai Lithium

Pernahkah kamu melihat baterai handphone-mu? Di keterangan tertulis baterai lithium-ion. Ya,
baterai tersebut menggunakan elektroda lithium. Reaksi sel dinotasikan sebagai berikut.

Li|Li+|KOH (pasta)|MnO2,Mn(OH)3,C

3. Fuel cell (sel bahan bakar)

Fuel cell merupakan suplai masa depan yang ramah lingkungan karena menggunakan gas
oksigen dan hidrogen yang bereaksi redoks menghasilkan energi listrik yang cukup tinggi.

Reaksi yang terjadi sebagai berikut.

Katoda: O2 (g) + 2H2O (l) + 4e– → 4OH– (aq)

Anoda: H2 (g) + 2OH– (aq) → 2H2O (l) + 2e–

Reaksi sel : O2 (g) + 2H2 (g) → 2H2O (l)

Contoh Soal Sel Volta

1. Diketahui potensial reduksi standar beberapa logam berikut ini.

Mg2+ + 2e– → Mg E0 = -2,35 V

Cu2+ +  2e– → Cu E0 = +0,32 V

Ag+ +  e– → Ag E0 = +0,79 V

Zn2+ + 2e– → Zn E0 = -0,78 V

Fe2+ + 2e– → Fe E0 = -0,48 V

Manakah dari sel berikut yang merupakan sel volta?

 a) Mg|Mg2+||Cu2+|Cu
 b) Fe|Fe2+||Cu2+|Cu
 c) Ag|Ag+|| Cu2+|Cu
 d) Fe|Fe2+|| Ag+|Ag
 e) Mg|Mg2+||Fe2+|Fe
 f) Zn|Zn2+|| Fe2+|Fe

Pembahasan
Syarat sel volta yaitu dapat bereaksi spontan ditandai dengan potensial sel yang positif. Dengan
melihat rumus berikut

E0 sel = E0 katoda – E0 anoda

Maka potensial sel positif didapat apabila E 0 anoda < E0 katoda, tanpa perlu dihitung. Notasi sel
sebelah kiri adalah anoda sedangkan sebelah kanan adalah katoda. Misal untuk soal (a)

Mg|Mg2+ adalah anoda, E0 = -2,35 V

Cu2+|Cu adalah katoda E0 = +0,32 V

Karena E0 anoda (Mg) < dari E0 katoda (Cu) maka sel Mg|Mg2+||Cu2+|Cu merupakan sel volta

Cara cepatnya yaitu dengan melihat apakah setengah sel kiri lebih memiliki E0  lebih kecil.

Dengan pengerjaan seperti itu, maka yang merupakan sel volta adalah (a), (b), (d), dan (e)

14. Koloid

Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang memiliki keadaan di antara larutan dengan suspensi.

Yang membedakan antara koloid dengan larutan maupun suspensi adalah sistem koloid memiliki
sifat khas yang apabila diamati bersifat homogen secara makroskopis, namun bersifat heterogen
secara mikroskopis ultra. Ukuran partikel yaitu antara 1 – 100 nm.

Koloid sukar terpisah karena relatif stabil dan tidak bisa disaring kecuali dengan penyaring ultra.
Dalam koloid terdapat zat terdispersi dan zat pendispersi.

Zat terdispersi adalah zat yang terlarut dalam larutan koloid, sedangkan zat pendispersi adalah
zat pelarut dalam larutan koloid.

Sifat-Sifat Koloid

Koloid memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall terjadi saat larutan dikenai seberkas cahaya. Saat larutan sejati dikenai cahaya,
cahaya tersebut tidak akan dihamburkan karena partikel larutan sejati yang relatif kecil.

Namun jika larutan koloid dikenai cahaya, larutan koloid akan menghamburkan cahaya tersebut
karena partikel-partikel koloid yang relatif besar.

Efek Tyndall bisa kita amati, misalnya saat sorot lampu mobil pada malam yang berkabut.

2. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerakan partikel suatu zat yang senantiasa bergerak lurus namun tidak
beraturan.
Jika diamati pada mikroskop ultra, terlihat bahwa partikel koloid akan bergerak secara zig-zag,
inilah yang disebut gerak Brown pada larutan koloid.

Pergerakan partikel tersebut disebabkan oleh tumbukan antara partikel-partikel koloid itu sendiri.

Gerak Brown dipengaruhi oleh ukuran partikel dan suhu. Semakin kecil partikel koloid dan suhu
semakin tinggi, maka gerak Brown akan semakin cepat.

3. Elektroforesis

Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke elektroda


masing-masing. Pergerakan tersebut disebabkan oleh adanya muatan dalam partikel koloid.

Partikel koloid yang bermuatan positif akan menuju elektroda negatif (katoda), sedangkan
partikel koloid yang bermuatan negatif akan menuju elektroda positif (anoda).

Contoh elektroforesis dapat diketahui pada pengendap Cottrel dalam cerobong asap pabrik yang
berupa lempengan logam yang bermuatan listrik, yang bertindak untuk menggumpalkan partikel-
partikel koloid dalam asap buangan.

4. Adsorbsi

Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan zat lain oleh permukaan suatu zat. Salah satu manfaat
adsorbsi adalah untuk penjernihan air dan pemutihan gula pasir.

5. Koagulasi

Koagulasi adalah peristiwa pengendapan zat terdispersi partikel koloid dari medium
pendispersinya. Koagulasi terjadi karena larutan koloid tersebut kehilangan kestabilan untuk
mempertahankan partikel terdispersi supaya tetap tersebar di medium pendispersi. Koagulasi
dapat dilakukan dengan cara mekanik, seperti pemanasan, pendinginan, atau pengadukan, serta
dengan penambahan zat elektrolit. Contoh koagulasi dapat dilihat dari proses pendinginan
santan.

6. Kestabilan Koloid

Kestabilan koloid dapat dijaga dengan cara-cara berikut.

a. Dialisis

Dialisis dilakukan dengan cara memasukkan koloid ke dalam membran semipermeabel, sehingga
muatan koloid akan hilang seiring dengan keluarnya ion-ion dari membran karena terbawa aliran
air, namun larutan koloid masih tetap di dalam membran. Contoh dialisis adalah pencucian
darah.

b. Penambahan emulgator

Emulgator ditambahkan dengan tujuan untuk menjaga supaya koloid tidak mudah terpisah dalam
suatu emulsi. Contohnya adalah penambahan sabun pada campuran minyak dan air.

c. Koloid pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan dalam sistem koloid agar lebih stabil.
Contohnya adalah penambahan gum arab pada semir.

Jenis-Jenis Koloid

Jenis koloid tergantung dari fasa zat pendispersi dan fasa zat terdispersinya. Berikut ini adalah
jenis-jenis larutan koloid.

Jenis Koloid Fasa Pendispersi Fasa Terdispersi Contoh

Buih Cair Gas Sampo, deterjen

Busa padat Padat Gas Batu  apung

Aerosol cair Gas Cair Kabut

Aerosol padat Gas Padat Asap

Emulsi Cair Cair Susu, santan

Emulsi padat Padat Cair Keju, mutiara

Sol Cair Padat Agar-agar

Sol padat Padat Padat Kaca berwarna

Berdasarkan kemampuan penyerapannya, koloid terbagi menjadi koloid liofil dan koloid liofob. 

Koloid liofil adalah koloid yang zat terdispersinya suka menarik medium pendispersinya.

Sedangkan koloid liofob adalah koloid yang zat terdispersinya sukar menarik medium
pendispersinya.

Pembuatan Koloid

Koloid dapat dibuat dengan mengelompokkan partikel-partikel kecil menjadi partikel besar
(kondensasi) atau dengan menghaluskan partikel kasar menjadi partikel yang lebih kecil
(dispersi).

1. Kondensasi

a. Reaksi oksidasi-reduksi. Contohnya dalam proses pembuatan sol belerang.

2H2S (g) + SO2 (aq) → 3S (s) + 2H2O (l)

b. Reaksi hidrolisis. Contohnya dalam proses pembuatan sol Fe(OH)3.

FeCl3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3 (s) + 3HCl (aq)

c. Reaksi pergeseran. Contohnya dalam proses pembuatan sol As2S3.


3H2S (g) + 2H3AsO3 (aq) → As2S3 (aq) + 6H2O (l)

d. Reaksi pergantian pelarut. Contohnya dalam proses pembuatan gel kalsium asetat dengan
menambahkan alkohol 90% ke larutan kalsium asetat jenuh.

2. Dispersi

a. Cara mekanik, dilakukan dengan menggerus partikel kasar sampai halus lalu dimasukkan
dalam medium pendispersi dan diaduk.

b. Cara busur Bredig, digunakan untuk membuat koloid logam. Cara ini adalah penggabungan
antara dispersi dengan kondensasi dimana atom-atom logam yang mengalami dispersi dalam
medium air akan terkondensasi.

c. Cara peptisasi, dilakukan dengan memecah partikel besar dengan bantuan zat pemecah atau
zat pemeptisasi (menambahkan ion sejenis pada endapan kasar.

d. Cara homogenisasi, contohnya adalah proses pembuatan emulsi obat pada mesin
homogenisasi.

e. Cara ultrasonik, dilakukan dengan menghancurkan butiran kasar dengan tenaga ultrasonik
(frekuensi >20.000 Hz).

Contoh Soal Koloid

1. Saat sinar matahari masuk melalui celah daun pohon di pagi hari yang berkabut, berkas sinar
tersebut dihamburkan. Hal tersebut menunjukkan sifat khas larutan koloid yang termasuk …

 a. Elektroforesis
 b. Gerak Brown
 c. Efek Tyndall
 d. Koagulasi
 e. Adsorbsi

Pembahasan

Efek Tyndall pada koloid ditandai dengan adanya penghamburan cahaya apabila seberkas sinar
dikenai pada koloid tersebut.

15. Teori Atom

Atom adalah partikel-partikel kecil yang menyusun materi. Awalnya, atom dikenal sebagai
partikel kecil yang tidak dapat dibagi-bagi.

Namun seiring berjalannya waktu, terdapat banyak teori penemuan atom dari para ilmuwan
berdasarkan hasil eksperimen-eksperimen yang telah dilakukan.

Penemuan-penemuan tersebut membuktikan bahwa dalam atom masih terdapat partikel kecil
lainnya yang menyusun atom tersebut.

Teori Atom Dalton


Teori atom Dalton adalah teori atom pertama yang didasarkan pada hukum kekekalan massa dan
hukum perbandingan tetap. Menurut teori ini, atom digambarkan seperti bola pejal.

Dikemukakan beberapa hal sebagai berikut.

1. Materi terdiri dari partikel-partikel kecil yang sudah tidak dapat dibagi-bagi yang disebut
atom.
2. Atom-atom pada satu unsur memiliki sifat yang sama dalam segala hal, namun berbeda
dengan atom-atom pada unsur yang lain.
3. Atom-atom dapat bergabung membentuk molekul dengan perbandingan sederhana secara
kimia.
4. Senyawa adalah hasil reaksi dari atom-atom yang menyusunnya.
5. Atom tidak dapat diciptakan, tidak dapat diuraikan, dan tidak dapat dimusnahkan.

Teori Atom Thompson

Teori atom Thompson disebut juga teori roti kismis, karena teori ini mengemukakan bahwa
dalam atom terdapat partikel bermuatan negatif yang tersebar dalam bola yang bermuatan positif
yang disebut elektron.

Hal tersebut dibuktikan oleh J.J Thompson melalui eksperimennya, yaitu pengaruh medan listrik
dan medan magnet dalam tabung sinar katoda.

Dari eksperimen tersebut, sinar katoda berhasil dibelokkan ke arah kutub positif sehingga
membuktikan bahwa terdapat partikel negatif dalam atom yang selanjutnya disebut elektron.

Teori Atom Rutherford

Teori atom ini mengemukakan bahwa atom tersusun dari inti yang bermuatan positif yang
dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.

Hal itu dibuktikan oleh Rutherford melaui eksperimennya, yaitu penghamburan sinar x. Dari
eksperimen tersebut, sinar x yang ditembakkan pada lempeng emas tidak berhasil
diteruskan/tidak dapat menembusnya.

Hal itu menunjukkan bahwa atom bersifat netral. Jadi, selain elektron yang bermuatan negatif
tentunya ada partikel lain yang bermuatan positif yang selanjutnya disebut inti atom.

Teori Atom Niels Bohr

Teori ini mengemukakan beberapa hal sebagai berikut.

1. Atom terdiri dari inti bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif.
2. Elektron mengelilingi inti pada orbit tertentu yang disebut juga tingkat energi
utama/bilangan kuantum/kulit (n) yang dikenal sebagai keadaan gerakan tetap.
3. Energi akan konstan sehingga tidak ada cahaya yang dipancarkan apabila elektron selalu
berada dalam lintasan stasioner energi.
4. Jika menyerap energi, elektron akan berpindah dari lintasan stasioner yang lebih rendah ke
lintasan stasioner yang lebih tinggi. Namun jika melepas energi, maka elektron akan berpindah
dari lintasan stasioner yang lebih tinggi ke lintasan stasioner yang lebih rendah.
Teori atom Bohr memiliki beberapa kelemahan, yaitu teori ini hanya mampu menerangkann
spektrum dari atom atau ion yang memiliki satu elektron sehingga tidak sesuai untuk spektrum
atom atau ion yang memiliki elektron lebih dari satu, serta tidak mampu menerangkan
bagaimana terjadinya ikatan kimia saat atom membentuk molekul

Teori Atom Mekanika Kuantum

Teori atom mekanika kuantum merupakan teori atom modern yang dikemukakan oleh Erwin
Schrodinger.

Menurutnya, kedudukan elektron pada atom tidak dapat ditentukan secara pasti, yang dapat
ditentukan adalah probabilitas/kemungkinan menemukan elektron.

Daerah yang memiliki probabilitas terbesar untuk menemukan elektron disebut orbital. Orbital
ini digambarkan dengan awan yang berbeda ketebalannya tergantung dari besarnya
kemungkinan menemukan elektron.

Selanjutnya teori ini dikuatkan oleh Werner Heisenberg melalui asas ketidakpastian Heisenberg
yang berhipotesis bahwa setiap pengukuran subatomik selalu terdapat ketidakpastian antara
kedudukan partikel dengan momentum.

Kedudukan elektron dalam atom dapat ditentukan dengan bilangan-bilangan kuantum. Terdapat
empat bilangan kuantum, yakni bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimuth (l),
bilangan kuantum magnetik (m), dan bilangan kuantum spin (s). Berikut ini masing-masing
penjelasannya.

1. Bilangan kuantum utama (n)

Bilangan kuantum ini menunjukkan letak elektron pada kulit atau tingkat energi utama.

n = 1, kulit K

n = 2, kulit L

n = 3, kulit M

n = 4, kulit N

dst.

2. Bilangan kuantum azimuth (l)

Bilangan kuantum ini menunjukkan subkulit yang nilainya dari nol (0) hingga (n-1).

n = 1, maka l = 0

n = 2, maka l = 0 dan 1

n = 3, maka l = 0, 1, dan 2

n = 4, maka l = 0, 1, 2, dan 3
dst.

3. Bilangan kuantum magnetik (m)

Bilangan kuantum ini menunjukkan  orientasi orbital dalam ruang di sekitar inti atom. Nilai dari
bilangan kuantum ini dari –l hingga +l.

l = 0, maka m = 0

l = 1, maka m = -1, 0, +1

l = 2, maka m = -2, -1, 0, +1, +2

l = 3, maka m = -3, -2, -1, 0, +1, +2, +3

4. Bilangan kuantum spin (s)

Bilangan kuantum ini menunjukkan arah putaran elektron pada orbital. Pada orbital dapat diisi
maksimum oleh dua elektron yang berlawanan arah putaran. Harga s = + ½  jika searah jarum
jam, sedangkan harga s = – ½   jika berlawanan jarum jam.

Contoh Soal Perkembangan Teori Atom

1. Jumlah elektron maksimum yang terdapat pada kulit L adalah …

Pembahasan

Kulit L berarti n = 2;

n = 2, maka l = 0 dan 1;

untuk subkulit l = 0, maka m = 0 (1 orbital);

untuk subkulit l = 1, maka m = -1, 0, +1 (3 orbital);

jumlah orbital pada kulit L = 1 + 3 = 4 orbital;

karena dalam 1 orbital dapat diisi maksimum oleh 2 orbital, jadi untuk 4 orbital dapat diisi
maksimum oleh 8 elektron.

16. Reaksi Redoks

Pengertian Reaksi Redoks

Reaksi redoks reaksi kimia yang terdiri dari setengah reaksi oksidasi dan setengah reaksi reduksi
yang disertai dengan adanya perubahan bilangan oksidasi (biloks) baik pada reaktan maupun
produk.

Reaksi oksidasi ditandai dengan adanya pengikatan oksigen, pelepasan elektron, atau kenaikan
biloks.
Sedangkan reaksi reduksi ditandai dengan adanya pelepasan oksien, penangkapan elektron, atau
penurunan biloks.

Unsur atau senyawa yang mengalami oksidasi disebut reduktor, sedangkan unsur atau senyawa
yang mengalami reduksi disebut oksidator.

Berikut ini adalah nilai biloks dari :

 Unsur bebas (misal O2, Al, dan Fe) = 0


 Unsur H dalam senyawa = +1; kecuali dalam hidrida = -1
 Unsur O dalam senyawa = -2; kecuali dalam peroksida = -1, dan dalam oksifluorida = +2
 Unsur logam  dalam senyawa = jumlah elektron valensi (+)
 Unsur non logam dalam senyawa biner = gol. VI A (biloks = -2); gol. VII A (biloks = -1)
 Biloks total dalam senyawa = 0
 Biloks dari ion tunggal maupun ion poliatomik = jumlah muatan

Dalam reaksi redoks, terdapat senyawa yang mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi
sehingga reaksi itu disebut reaksi autoredoks (disproporsionasi).

Ada juga reaksi redoks dimana hasil oksidasi sama dengan hasil reduksi, sehingga reaksi itu
disebut reaksi konproporsionasi.

Contoh reaksi autoredoks (disproporsionasi)

Contoh reaksi konproporsionasi

Penyetaraan Reaksi Redoks

Dalam reaksi redoks perlu dilakukan penyetaraan jumlah atom dan jumlah muatan pada reaktan
dan produk.

Terdapat dua cara untuk menyetarakannya, yaitu dengan cara bilangan oksidasi dan cara
setengah reaksi.

Bilangan Oksidasi

Langkah-langkah :

1. Menandai unsur yang mengalami perubahan biloks, disamakan jumlah atomnya.


2. Menentukan biloks unsur yang berubah, dihitung perubahan dan disamakan jumlahnya.
3. Menyetarakan kation, anion, hidrogen, dan oksigen (jika ada).
4. Menyamakan muatan. Apabila reaksi asam, maka ditambah H+ dan disetarakan dengan H2O;
apabila reaksi basa, maka ditambah OH– dan disetarakan dengan H2O.

Setengah Reaksi

Langkah-langkah :

1. Menuliskan ion-ion yang mengalami oksidasi dan reduksi secara terpisah.


2. Menyamakan jumlah atom-atom yang mengalami perubahan biloks.
3. Selisih biloks dikali jumlah atom = jumlah elektron.
4. Jumlah elektron ditulis di kiri jika reaksi reduksi, sedangkan ditulis di kanan jika reaksi
oksidasi.
5. Jumlah elektron di kiri dan kanan disetarakan.
6. Jumlah muatan di kiri dan kanan disetarakan dengan penambahan H+ (suasana asam) dan
atau OH– (suasana basa).
7. Menyetarakan jumlah atom dengan menambahkan H2O.

Contoh Soal Reaksi Redoks

1. Tentukan biloks dari masing-masing unsur dalam senyawa berikut.

 SO42-
 NaNO3

Pembahasan

SO42– = ion poliatomik

Biloks dari ion poliatomik = jumlah muatan = -2

Biloks O dalam senyawa = -2

Biloks S + 4 . biloks O = -2

-6 + 4 . (-2) = -2

Jadi, biloks S = -6 dan biloks O = -2.

NaNO3 = senyawa tak bermuatan

Biloks total = 0

Biloks O dalam senyawa = -2

Biloks Na (logam) = jumlah elektron valensi = +1

Biloks Na + biloks N + 3 . biloks O = 0

+1   + (+5)  + 3 . (-2)   = 0

Jadi, biloks Na = +1, biloks N = +5, dan biloks O =-2


17. Minyak Bumi

Pengertian Minyak Bumi

Minyak bumi adalah bahan bakar fosil dimana materi penyusun utamanya merupakan senyawa
alkana.

Berdasarkan bentuknya, minyak bumi memiliki bentuk yang kental dan berwarna agak coklat
kehijauan.

Minyak bumi ini bersifat mudah terbakar. Minyak bumi dianggap sebagai sumber daya alam
yang tidak dapat diperbaharui karena proses terbentuknya yang lama sampai berjuta-juta tahun.

Minyak bumi ini terbentuk dari sisa renik hewan dan tumbuhan yang tertimbun sangat lama
dalam lapisan kerak bumi yang mendapat tekanan tinggi dan suhu yang ekstrem.

Minyak bumi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, berikut ini
penjelasannya.

Manfaat Minyak Bumi

Sebagai Bahan Bakar

Hampir semua produk yang dihasilkan dari minyak bumi dimanfaatkan sebagai bahan bakar,
baik bahan bakar yang digunakan dalam kendaraan, rumah tangga, maupun yang lainnya.

Banyak kendaraan yang menggunakan mesin berbahan bakar, seperti motor, mobil, dan lainnya.

Produk yang biasa digunakan adalah bensin. Bensin terdiri dari ratusan jenis hidrokarbon dengan
jumlah rantai karbon yang lebih banyak.

Sedangkan dalam rumah tangga, bahan bakar minya yang biasa digunakan adalah elpiji yang
pengolahannya berasal dari gas dan minyak tanah yang pengolahannya berasal dari kerosin.

Sebagai Bahan Baku Industri

Dalam dunia industri, banyak manfaat yang diperoleh dari minyak bumi.

Banyak produk industri yang dihasilkan dari minyak bumi, seperti plastik, serat sintesis, karet
sintesis, pestisida, pupuk, obat-obatan, dan masih banyak produk yang lainnya.

Fraksi Minyak Bumi

Berikut ini merupakan fraksi minyak bumi beserta jumlah atom karbon dan titik didihnya.

No. Fraksi Minyak Bumi Jumlah Atom C Titik Didih (⁰C)


1 Gas C1 – C4 <20
2 Petroleum eter C5 – C7 30 – 90
3 Bensin (gasolin) C5 – C10 40 – 180
4 Nafta C6 – C10 70 – 180
5 Minyak tanah C11 – C14 180 – 250
6 Solar C15 – C17 250 – 300
7 Minyak pelumas C18 – C20 300 – 350
8 Lilin dan minyak bakar C20+ >350
9 Bitumen C40+ >350

Proses Pembentukan Minyak Bumi

Minyak bumi terbentuk dari hasil pelapukan sisa-sisa organisme, baik hewan, tumbuhan,
maupun jasad renik yang tertimbun di dalam lautan bersama lumpur selama berjuta-juta tahun.

Selanjutnya lumpur tersebut berubah menjadi batuan sedimen, sedangkan sisa-sisa organisme
terurai menjadi minyak dan gas yang mendapat tekanan dan suhu tinggi.

Oleh karena proses pembentukannya yang sangat lama hingga berjuta-juta tahun, minyak bumi
disebut sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Proses Pengolahan Minyak Bumi

Minyak bumi dapat diperoleh dengan proses pengeboran. Minyak bumi biasanya ditemukan
dengan campuran gas alam.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pemisahan dengan gas alam sehingga dihasilkan minyak bumi
mentah atau crude oil yang berbentuk cairan kental berwarna hitam dan berbau.

Setelah itu perlu dilakukan pemurnian atau refining melalui proses destilasi bertingkat.

Dalam proses destilasi ini akan terjadi pemisahan komponen-komponen campuran berdasarkan
perbedaan titik didih yang disebut fraksi-fraksi yang dikelompokkan berdasarkan rentang titik
didihnya.

Contoh Soal Minyak Bumi

1. Sebutkan jenis bensin berdasarkan nilai oktannya dan jelaskan pengaruhnya.

Pembahasan

 Premium dengan nilai oktan 88


 Pertalite dengan nilai oktan 90
 Pertamax dengan nilai oktan 92
 Pertamax plus dengan nilai oktan 94

Nilai oktan menunjukkan perbandingan nilai isooktana dengan n-heptana. Kualitas bensin
tergantung pada besarnya nilai oktan.

Semakin tinggi nilai oktan maka kualitas bensin akan semakin baik sehingga semakin sedikit
jelaga yang dihasilkan.

18. Korosi

Pengertian Korosi
Korosi adalah peristiwa oksidasi logam dimana terjadi erosi kimia dari lingkungan yang
menimbulkan perusakan atau perkaratan pada logam.

Karat yang terbentuk akan mempercepat proses pengaratan selanjutnya. Korosi termasuk dalam
proses elektrokimia.

Berikut ini merupakan reaksi perkaratan besi yang terjadi pada anoda dan katoda.

Fe → Fe2+ + 2e– (x3)


Anoda:
2H+ + 2e– → H2 (x1)
Katoda: 
2H2O + O2 + 4e– → 4OH– (x1)
+ 2+ –
Reaksi sel : 3Fe + 2H  +2H2O +O2 → Fe  +H2 + 4OH

Faktor Penyebab Korosi

1. Adanya oksigen dan uap air.

Faktor ini adalah faktor penting yang menyebabkan terjadinya proses korosi.

2. Adanya elektrolit (asam/garam).

Elektrolit adalah media yang baik dalam proses transfer muatan yang menyebabkan elektron
lebih mudah diikat oksigen di udara, sehingga hal ini menjadi faktor utama penyebab terjadinya
peristiwa korosi.

3. Besarnya harga E⁰ (harga potensial reduksi).

Dalam hal ini, semakin kecil harga E⁰ maka logam akan semakin mudah terkorosi. Logam
dengan E⁰ yang kecil bersifat reduktor kuat sehingga mudah mengalami oksidasi.

Berikut ini adalah deret logam dengan E⁰ paling kecil (reduktor kuat) ke E⁰ yang paling besar
(reduktor lemah).

Li – K – Ba – Ca – Na – Mg – Al – Mn – H2O – Zn – Cr – Fe – Cd – Co – Ni – Sn – Pb – H – Sb
– Bi – Cu – Hg – Ag – Pt – Au

Cara Mencegah Korosi

1. Logam dicat atau dilumuri minyak.

Pengacatan dan pelumuran dengan minyak akan mencegah terjadinya korosi karena dapat
menghambat kontak antara logam dengan oksigen di udara dan uap air.

2. Dibentuk paduan logam atau “aliage”

Jika logam dipadukan sehingga menjadi logam campuran dengan unsur-unsur tertentu, maka
logam tersebut akan lebih tahan terhadap pengaratan.

3. Perlindungan katodik oleh logam yang E⁰ nya lebih kecil


Cara ini disebut juga dengan pengorbanan anoda, karena anoda tersebut akan mengalami
oksidasi.

Logam dengan E⁰ lebih kecil sebagai anoda, sedangkan logam dengan E⁰ lebih besar sebagai
katoda.

Logam dengan E⁰ lebih kecil merupakan reduktor kuat yang lebih mudah mengalami korosi
sehingga menghambat perkaratan pada logam yang E⁰ nya lebih besar.

Misalnya besi yang dihubungkan dengan seng, maka besi (E⁰ lebih besar) akan sukar mengalami
korosi dikarenakan seng (E⁰ lebih kecil) lebih mudah teroksidasi.

4. Logam dilapisi dengan logam lain yang E⁰ nya lebih besar.

Jika logam dilapisi logam lain yang E⁰ nya lebih besar, maka logam dengan E⁰ yang lebih kecil
akan terlindungi dari korosi.

Hal tersebut dikarenakan logam dengan E⁰ yang besar akan sulit teroksidasi. Namun jika logam
pelapis itu rusak, korosi akan lebih cepat terjadi pada logam dengan E⁰ yang lebih kecil.

Misalnya besi (E⁰ lebih kecil) dilapisi oleh timah (E⁰ lebih besar).

Contoh Soal Korosi

1. Besi dapat dicegah dari korosi dengan salah satu cara berikut,  yaitu …

 a. Dilapisi kromium
 b. Dilapisi aluminium
 c. Dicelupkan dalam larutan garam
 d. Dihubungkan dengan lempeng magnesium
 e. Dihubungkan dengan tembaga

Jawaban

d. Dihubungkan dengan lempeng magnesium

19. Struktur Atom

Pengertian Struktur Atom

Struktur atom merupakan unit dasar materi yang terdiri dari inti atom dan awan elektron yang
memiliki muatan negatif (-) di sekelilingnya.

Inti atom terdiri dari proton yang memiliki muatan positif dan neutron yang memiliki muatan
netral.

Elektron

Elektron ditemukan oleh J.J. Thompson melalui percobaan sinar katode.


Dari percobaannya, diperoleh bahwa elektron tidak memiliki massa dan bermuatan elektron -1,
dilambangkan: 

Proton

Proton ditemukan oleh Eugene Goldstein melalui percobaan yang menghasilkan sinar anode.

Dari percobaannya, diperoleh bahwa proton memiliki massa 1 sma (satuan massa atom) dan
memiliki muatan +1, dilambangkan dengan: 

Inti Atom

Inti atom ditemukan oleh Ernest Rutherford melalui percobaan penghamburan sinar alfa.

Dari percobaannya, diperoleh bahwa inti atom bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif.

Neutron

Neutron ditemukan oleh James Chadwick melalui percobaan penembakan partikel alfa pada inti
atom dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi yang bersifat netral, namun memiliki
massa hampir sama dengan proton.

Massa 1 neuton adalah 1,675 x 10-24 gram. Neutron dilambangkan dengan: 

Dalam penulisan atom, nomor atom (Z) dituliskan di sebelah kiri bawah, sedangkan nomor
massa (A) dituliskan di sebelah kiri atas dari lambang atom.

Berikut ini merupakan lambang atom.

dimana :

 X = lambang unsur
 Z = nomor atom = jumlah proton
 A = nomor massa = inti atom = jumlah proton + neutron

Contoh Soal Struktur Atom


Di alam, atom Oksigen memiliki tiga isotop, yaitu  dengan kelimpahan 99,76%;

 dengan kelimpahan 0,04% ;  dan  dengan kelimpahan 0,20%.

Massa atom (sma) dari masing-masing isotop secara berturut-turut adalah 15,9949 sma, 16,9991
sma, dan 17,9992 sma. Tentukan massa atom relatif Oksigen.

Pembahasan

Ar O = (massa  x persentase kelimpahan ) + (massa  x persentase kelimpahan )


+ (massa  x persentase kelimpahan )

Ar O = (15,9949 x 99,76%) + (16,9991 x 0,04%) + (17,9992 x 0,20%)

Ar O = 15,957 sma + 0,007 sma + 0,036 sma

r O = 16 sma

Jadi, massa atom relatif dari atom oksigen adalah 16 sma.

20. Hukum Faraday

Hukum Faraday adalah ilmu yang mempelajari mengenai dasar elektromagnetisme yang
merupakan proses perubahan kimia menghasilkan arus listrik maupun sebaliknya.

Hukum ini dikemukakan oleh Michael Faraday, seorang ilmuwan asal Inggris yang bekerja
dalam bidang elektrolisis.

Hukum 1 Faraday

Hukum 1 Faraday berbunyi, “Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama
elektrolisis(W) akan berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang akan digunakan (Q)”.
Berikut ini merupakan persamaan untuk menyatakan Hukum 1 Faraday.

W ~ Q

Jumlah muatan listrik yang digunakan (Q) sama dengan hasil kali antara kuat arus listrik (i) dan
selang waktu (t).

Q=i×t

Berdasarkan eksperimen, 1 mol elektron sama dengan 1 Faraday yang memiliki muatan listrik
sebesar 96.500 Coulomb. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

Q = ne × F
dimana :

 W = massa zat yang dihasilkan (gram)


 e = massa ekivalen zat
 i = kuat arus listrik (Ampere)
 t = selang waktu (detik)
 Ar = massa atom relatif
 n = valensi zat

Hukum 2 Faraday

Hukum 2 Faraday berbunyi, “Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama elektrolisis
(W) akan berbanding lurus dengan massa ekivalen zat yang digunakan (e)”.

Massa ekivalen zat merupakan perbandingan dari massa atom relatif (Ar) dengan valensinya.
Hukum 2 Faraday dapat dirumuskan sebagai berikut.

Contoh Soal Hukum Faraday

1. Jumlah faraday untuk mereduksi ion Ca2+ sebanyak 12 gram adalah…

Pembahasan

Ca2+ → valensi = 2

Ar Ca = 40

W=exF

Jadi, untuk mereduksi 12 gram ion Ca2+ diperlukan 0,6 Faraday.

21. Ikatan Kimia

Ikatan kimia adalah gaya yang mampu mengikat atom-atom pada molekul atau gabungan ion
pada suatu senyawa.
Ikatan kimia terbentuk karena setiap atom memiliki kecenderungan untuk memiliki susunan
elektron yang stabil seperti gas mulia yang memiliki elektron di kulit terluar (elektron valensi)
berjumlah dua/duplet dan berjumlah 8/oktet.

Ikatan Ion

Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi antara ion positif (kation) dengan ion negatif (anion) yang
melakukan perpidahan atau serah terima elektron dari atom yang satu ke atom yang lainnya.
Ikatan ion dapat terjadi antara :

1. Kation dengan anion


2. Atom unsur yang memiliki energi ionisasi rendah (gol. IA dan IIA) dengan atom unsur yang
memiliki afinitas elektron tinggi (gol. VIA dan VIIA)
3. Unsur logam dengan non logam

Contoh Ikatan Ion

Ikatan dalam senyawa CaCl2

Konfigurasi elektron Ca : 2  8  8  2, elektron valensi = 2

Konfigurasi elektron Cl : 2   8  7, elektron valensi = 7

Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya penggunaan pasangan elektron secara
bersama dari atom-atom yang berikatan sehingga menjadi stabil.

Penggunaan elektron secara bersama digambarkan dalam bentuk titik elektron (.), tanda silang
(x), ataupun bulatan kecil (•).

1. Ikatan Kovalen Normal

Ikatan kovalen normal terjadi karena adanya penggunaan pasangan elektron secara bersama,
dimana elektronnya berasal dari kedua atom yang berikatan.

Contoh Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan dalam molekul Cl2

Konfigurasi elektron Cl : 2  8  7, elektron valensi = 7

2. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi karena penggunaan pasangan elektron
bersama, namun pasangan elektron tersebut hanya berasal dari salah satu atom yang berikatan.
Contoh Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan dalam molekul SO2

Konfigurasi elektron S : 2  8  6, elektron valensi = 6

Konfigurasi elektron O : 2  6, elektron valensi = 6

Ikatan Logam

Elektron valensi pada atom-atom unsur logam mudah lepas karena memiliki keelektronegatifan
yang rendah dan energi ionisasi yang kecil.

Contoh Soal Ikatan Kimia

1. Apakah ikatan yang terbentuk pada molekul air (H2O)?

Pembahasan

Kedua unsur adalah unsur non logam

Konfigurasi elektron H : 1, elektron valensi = 1

Konfigurasi elektron O : 2  6, elektron valensi = 6

Jawaban : Ikatan kovalen tunggal

22. Reaksi Senyawa Karbon


Reaksi substitusi yaitu reaksi yang menggantikan gugus fungsi dalam suatu senyawa dengan
gugus yang lain.

CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl

Pada reaksi ini, satu gugus -H pada metana digantikan atau bertukar oleh -Cl sehingga terbentuk
klorometana. Reaksi ini dapat terjadi lebih lanjut hingga menggantikan seluruh atom hidrogen.

CH3Cl + Cl2– → CH2Cl2 + HCl (Diklorometana)

CH2Cl2 + Cl2– → CH3Cl3 + HCl (Triklorometana)

CH3Cl + Cl2– → CCl4 + HCl (Karbon tetraklorida)

Reaksi adisi adalah reaksi pemutusan ikatan rangkap.


Reaksi ini menggabungkan dua molekul menjadi  satu disertai dengan berkurangnya ikatan
rangkap. Reaksi adisi dapat mengubah alkena dan alkuna menjadi alkana.

Adisi dapat terjadi pada senyawa dengan ikatan rangkap yang bereaksi dengan senyawa seperti:
Hidrogen (H2), Halogen (F2, Cl2, Br2, I2), dan Asam Halida (HCl, HF, HI, HBr).

(etena) CH2=CH2 + H2 → CH3-CH3 (etana)

Reaksi adisi dapat membedakan alkana dengan alkena dan alkuna. Berbeda dengan substitusi,
reaksi adisi berlangsung cepat sehingga ketika larutan brom diteteskan pada larutan yang
mengandung alkena, warna coklat dari brom akan seketika pudar.

Pada alkuna, jumlah zat pengadisi yang terbatas akan menghasilkan alkena, sedangkan pada
keadaan berlebih dapat mengadisi lebih lanjut menjadi alkana.

(etuna) CH≡CH + H2 → CH2=CH2 (etena)

(etena) CH2=CH2 + H2 → CH3−CH3 (etana)

Berbeda dengan adisi dan substitusi, pada reaksi eliminasi satu molekul dipecah dengan melepas
beberapa atom dan membentuk ikatan rangkap.

Reaksi eliminasi dapat terjadi pada senyawa organik yang mengandung gugus lepas (disebut
pula gugus pergi) dibantu dengan adanya katalis.

Contoh senyawa yang mengandung gugus lepas yaitu senyawa organik yang mengandung gugus
halida (-F, -Cl, -Br, -I). Perhatikan contoh berikut.

Apabila digambarkan senyawanya sebagai berikut

Contoh Soal Senyawa Karbon

1. Tuliskan hasil reaksi berikut:

 CH4 + Br2 →
 C2H6 + Br2 →
 C2H4 + Cl2 →
 C2H4 + H2 →

Pembahasan

Sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu apakah senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap
atau tidak sehingga dapat menentukan jenis reaksi yang terjadi apakah substitusi atau adisi.

Alkana memiliki rumus CnH2n+2, alkena CnH2n, sedangkan alkuna CnH2n-2. Alkana mengalami
substitusi sedangkan alkena dan alkuna mengalami adisi.

Dengan dasar itu, hasil reaksinya yaitu:

 CH4 + Br2 → CH3Br + HBr


 C2H6 + Br2 → C2H5Br + HBr
 C2H4 + Cl2 → C2H4Cl2
 C2H4 + H2 → C2H6

23. Elektrolisis

Elektrolisis adalah proses penguraian suatu elektrolit dengan arus listrik, dimana energi listrik
(arus listrik) tersebut akan diubah menjadi energi kimia (reaksi oksidasi-reduksi) melalui
elektroda-elektrodanya.

Sel Elektrolisis

Dalam sel elektrolisis, terdapat ciri-ciri utama, yaitu :

1. Terdapat larutan elektrolit yang mengandung ion bebas, dimana salah satu komponen ionnya
terkandung ion dari anoda. Ion-ion tersebut nantinya akan memberi atau menerima elektron yang
akan mengalir melalui larutan elektrolit.
2. Terdapat sumber arus listrik dari luar untuk selanjutnya akan diubah menjadi energi kimia.
3. Terdapat dua elektroda, dimana katoda (-) akan mengalami reduksi sedangkan anoda (+) akan
mengalami oksidasi.

Pada katoda-reduksi :

1. Ion positif dari larutan elektrolit akan tereduksi, kecuali ion dari larutan golongan I A, II A,
Al, dan Mn, yang tereduksi adalah air.

Mx+ (aq) + x e– → M (s) atau 2H2O + 2e– → H2 (g) + 2OH– 


2. Ion positif dari lelehan golongan I A, II A, Al, dan Mn akan tereduksi.

Mx+ (l) + x e– → M (s)

Pada anoda-oksidasi :

1. Jika elektroda tidak inert, maka akan teroksidasi.

M (s) → Mx+ + x e–

2. Jika elektroda inert (Au, C, Pt), maka elektroda tersebut tidak akan teroksidasi. Yang
teroksidasi adalah ion negatif dengan ketentuan sebagai berikut.

a. Apabila ion negatif berasal dari halogen (F–, Cl–, Br–, I–), maka akan teroksidasi.

2X– → X2 + 2e–

b. Apabila ion negatif berasal dari ion oksi (terdapat oksigen), seperti SO 42-, NO3–, dan PO43-,
maka tidak akan teroksidasi, yang teroksidasi adalah air.

2H2O → O2 (g) + 4H+ + 4e–

c. Apabila ion negatif hidroksida, maka akan teroksidasi.

4OH– → O2 (g) + 4H+ + 4e–

Contoh Soal Elektrolisis

Gambar dan tuliskan reaksi elektrolisis pada katoda dan anoda dari :

1. Elektrolisis larutan CaCl2 dengan elektroda karbon (C).

CaCl2 (aq) → Ca2+ (aq) + 2Cl– (aq)

Katoda-Reduksi : 2H2O + 2e–→ H2 (g) + 2OH–, karena ion positif dari larutan gol. II A.

Anoda-Oksidasi :  2Cl– (aq) → Cl2 (g) + 2e–, karena elektroda C inert, ion Cl– teroksidasi.

24. Laju Reaksi

Laju reaksi yang dimaksud di sini adalah laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju
bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu.

Dalam laju reaksi digunakan jenis konsentrasi molaritas (M), dimana :


Selain itu, molaritas (M)  juga dapat diketahui dengan data persen larutan (P), massa jenis larutan
(ρ), dan massa moekul relatif (Mr).

Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut.

Persamaan Laju Reaksi

Dalam persamaan reaksi :

pA + qB → rC + sD

maka laju reaksi (v) dapat dituliskan sebagai berikut.

Rumus Laju Reaksi

atau

v = k . [A]m . [B]n

dimana :

 v = laju reaksi
 k = tetapan reaksi
 m = orde reaksi zat A
 n = orde reaksi zat B
 (-) = berkurangnya reaktan
 (+) = bertambahnya produk

Orde Reaksi

Besarnya orde reaksi tergantung dari besarnya laju reaksi apabila diberi perlakuan terhadap
konsentrasi reaktannya.

1. Reaksi orde nol

Laju reaksi akan tetap walaupun telah dilakukan perlakuan terhadap konsentrasi reaktannya.

2. Reaksi orde satu

Besarnya laju reaksi berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi reaktan. Misalnya, jika
konsentrasi reaktan ditingkatkan 3 kali semula, maka laju reaksi juga akan meningkat 3 kali dari
semula.

3. Reaksi order dua


Besarnya laju reaksi adalah pangkat dua dari peningkatan konsentrasi reaktannya. Misalnya, jika
konsentrasi reaktan ditingkatkan 2 kali semula, maka laju reaksi akan meningkat 2 2 atau 4 kali
dari semula.

4. Reaksi orde negatif

Laju reaksi bebanding terbalik dengan konsentrasi reaktannya.

Tidak semua reaksi kimia dapat ditentukan orde reaksinya hanya dari persamaan kimia,
melainkan juga harus dari data eksperimen atau percobaan. Namun, terkadang hasil perhitungan
orde reaksi sama dengan koefisien reaksi.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Laju Reaksi

1. Konsentrasi

Secara umum, laju reaksi dapat berlangsung lebih cepat jika konsentrasi reaktan diperbesar.

Hal tersebut dikarenakan jumlah partikel yang lebih banyak sehingga partikel tersusun lebih
rapat yang menyebabkan tumbukan-tumbukan antarpartikel yang lebih banyak.

2. Luas Permukaan

Reaksi dapat terjadi apabila zat reaktan saling bersentuhan atau bercampur. Jika luas permukaan
reaktan besar, bidang sentuhnya juga akan semakin besar, sehingga reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.

Misalnya, jika zat reaktan berupa serbuk, maka reaksi akan lebih cepat terjadi dibandingkan
dengan zat reaktan yang berupa kepingan.

3. Temperatur

Laju reaksi akan lebih cepat jika temperaturnya meningkat. Hal tersebut dikarenakan semakin
tinggi temperatur, maka energi kinetik partikel yang bertumbukan meningkat sehingga tumbukan
makin sering terjadi.

Apabila v0 adalah laju reaksi awal, va adalah laju reaksi akhir, t1 adalah lama reaksi pada suhu
T1⁰C, t2 adalah lama reaksi pada suhu T2⁰C, dan ∆T adalah besar perubahan suhu sehingga laju
reaksi menjadi ‘a’ kali laju semula, maka dapat dirumuskan :

4. Katalis

Jika dalam reaksi ditambahkan suatu katalis, energi aktivasi akan menurun sehingga reaksi akan
lebih cepat terjadi karena zat-zat yang bereaksi lebih mudah melampaui energi aktivasi.

Umumnya, katalis ikut bereaksi namun pada akhir reaksi akan terbentuk kembali.
Contoh Soal Laju Reaksi

1. Laju reaksi 2X + 3Y2 → 2XY3 dapat dinyatakan sebagai …

Jawaban

 Berkurangnya konsentrasi X per satuan waktu


 Berkurangnya konsentrasi Y2 per satuan waktu
 Bertambahnya konsentrasi XY3 per satuan waktu

25. Rumus Empiris dan Molekul

Pengertian Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus empiris dapat ditentukan dengan menghitung mol komponen penyusun zat dengan
menggunakan massa molar.

Sedangkan rumus molekul dapat ditentukan jika rumus empiris dan massa molekul relatif (Mr)
zat diketahui.

Secara garis besar, rumus empiris berupa perbandingan paling sederhana dari atom-atom
penyusun suatu senyawa.

Sedangkan rumus molekul menyatakan atom-atom penyusun suatu senyawa lengkap dengan
jumlahnya dalam satu molekul yang ditulis mengikuti kaidah tertentu, seperti aturan penulisan
senyawa organik,  senyawa ion, senyawa kompleks, dan lain-lain.

Sebagai contoh senyawa etanol, etanol merupakan nama senyawanya. Rumus molekul etanol
yaitu C2H5OH sedangkan rumus empirisnya yaitu C2H6O.

Contoh lainnya yaitu benzena, memiliki rumus molekul C6H6, sedangkan rumus empirisnya
adalah CH.

Nama Senyawa Rumus Molekul Rumus Empiris N (faktor perkalian)


Glukosa C6H12O6 CH2O 6
Asam oksalat C2H2O4 CHO2 2
Asam format CH2O2 CH2O2 1
Isooktana C8H18 C4H9 2
Hidrogen peroksida H2O2 HO 2

Cara Menentukan Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Semisal pada senyawa yang mengandung C, H, dan O memiliki perbandingan mol sebagai
berikut:

C:H:O=x:y:z

maka rumus empirisnya yaitu CxHyOz dimana x, y, dan z merupakan bilangan bulat dengan
perbandingan paling rendah. Hubungan antara rumus empiris dan rumus molekul yaitu

(rumus empiris)n = rumus molekul


dimana n adalah faktor perkalian dan merupakan bilangan bulat. Nilai n dapat ditentukan jika Mr
zat diketahui.

Mr rumus molekul = n x rumus empiris

Misal, untuk suatu zat dengan Mr 84 memiliki rumus empiris C2H2O.

n = 84 / Mr C2H2O

n = 84 / 42

n=2

maka rumus molekulnya yaitu (C2H2O)2 = C4H4O2

Contoh Soal Rumus Empiris dan Rumus Molekul

1. Apabila sebuah senyawa memiliki 5,27 mol C, 5,2 mol H, dan 1,32 mol O, sedangkan Mr nya
adalah 136, tentukan rumus empiris dan rumus molekulnya!

Pembahasan

Kita bisa tentukan dengan perhitungan seperti ini.

C : H : O = 5,27 : 5,2 : 1,32

C : H : O = 3,99 : 3,93 : 1   (pembagian dengan 1,32)

C : H : O = 4 :4 : 1                    (pembulatan)

Maka rumus empirisnya yaitu C4H4O.

n = Mr rumus molekul / Mr rumus empiris

n = 136 / (4×12+4×1+16)

n=2

Maka rumus molekulnya yaitu (C4H4O)2=C8H8O2

CREDIT: : https://rumuspintar.com/kimia/?
_gl=1*gn1e4r*_ga*YW1wLVJBQ0FJSjBSVVNEWktUV1BnaHdpS1Nfakh5X2ZYdGZtUHhD
bFlmZHlBYWdqVVZwaEtqV2VTWk1UM3prRDZVeDI

Anda mungkin juga menyukai