Anda di halaman 1dari 405

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL
ADMINISTRASI PUBLIK

Relasi Governansi dalam Agenda Reformasi


Birokrasi Multidimensional di Indonesia

Editor: Tiyas Nur Haryani, S.Sos, M.Si


Reviewer:
Dr. Didik G. Suharto, M.Si
Dr. Desiderius Priyo Sudibyo, M.Si

12 Juli 2018, Universitas Sebelas Maret


Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret

1
Prosiding Seminar Nasional Administrasi Publik
Relasi Governansi dalam Agenda Reformasi Birokrasi Multidimensional di Indonesia

Penanggungjawab : Prof. Dr. Ismi Dwi Astuti Nurhaeni, M. Si


Ketua : Dr. Kristina Setyowati, M.Si
Sekretaris : Dr. Rina Herlina Haryanti, M.Si
Anggota :
Dr. Rutiana Dwi W, M.Si
Rino A. Nugroho, S.Sos, M.T.I, Ph.D
Syafa Aulia Achidsi, S.I.P, MPA
Agusniar Rizka Luthfia, S.Sos., M.P.A
Pembantu Pelaksana :
Sugiyanto
Trimin
Reviewer :
Dr. Didik G. Suharto, M.Si
Dr. Desiderus Priyo Sudibyo, M.Si
Editor : Tiyas Nur Haryani, S.Sos, M.Si
Desain Cover : eLtorros
Layout : eLtorros

Hak cipta pada penulis

Cetakan I, 2018

ISBN: 978-602-53435-0-6

Diterbitkan oleh :
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A Jebres Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
panitia.snap@gmail.com

2
PENGANTAR

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang, karena atas ijin-dan Ridho-Nya, kita dapat berkumpul di sini untuk bersama-
sama mengikuti acara Seminar Nasional Administrasi Publik 2018 dengan tema “Relasi Governansi
dalam Agenda Reformasi Birokrasi Multidimensional di Indonesia”. Dalam setiap kemajuan bangsa dan
negara, hal mendasar yang paling akan membedakan satu dengan yang lainnya adalah tentang bagaimana
merancang dan mengerjakan upaya reformasi birokrasinya.
Agenda reformasi bukan sebuah alur alamiah, yang dapat dengan sendirinya muncul dan menjadi
bentuk jadi. Reformasi birokrasi adalah segala hal yang diupayakan dengan keseriusan untuk menuju
pondasi dan bangunan kokoh perbaikan bangsa dan negara di semua lini. Namun, ada kompleksitas dalam
upaya-upaya reformasi birokrasi. Kami sangat berharap bahwa kegiatan semacam ini akan menjadi
pantikan, bukan sekadar tujuan, dari komitmen kita semua untuk memahami dan kemudian bersama-sama
memecahkan problem reformasi yang selalu jadi masalah klasik dari masa ke masa.
Kami dari FISIP UNS, terutama dalam hal ini adalah Prodi Administrasi Publik, mencoba terus
memperkuat komitmen dan membangun dedikasi kami untuk berpartisipasi konkrit dalam agenda
reformasi birokrasi. Reformasi bukan sekadar pekerjaan birokrasi itu sendiri. Reformasi bukan hanya
kewajiban dari kementerian atau lembaga terkaitnya. Reformasi adalah tugas kita semua. Namun tentu
ada bentuk yang berbeda antara satu pihak dengan pihak lain. Harapan kami melalui SNAP 2018 ini bisa
menjadi pintu masuk bagi supporting system lintas pihak yang sama-sama punya perhatian pada
pembenahan negeri ini ke arah kondisi yang lebih baik. Di sini sekarang ada dari IAPA, dari KASN, dan
dari Kemenpanrb. Tentunya ini adalah segitiga emas dari aktor paling berpengaruh dalam reformasi
birokrasi.
Seminar Nasional ini diikuti oleh para mahasiswa dosen dan pihak lain, baik dari UNS maupun
dari Luar UNS ( UB, Unhas , UNDIP , UNV Lampung , UNIV Tidar , dan bebrapa Univ Lainnya , serta
dari pihak diluar universitas antara lain dari : LAN maupun DPR RI ). Sebanyak 81 pemakalah yang
sudah berkontribusi dalam bentuk riset yang akan mempresentasikan paparan risetnya setelah seminar.
Pada akhirnya , Harapan kami “ agenda reformasi birokrasi yang kita sepakati sebagai sebuah agenda
vital negara ini akan semakin terakselerasi dan berkualitas. Semoga apa yang kita lakukan hari ini
bermanfaat bagi kemajuan Indonesia.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

3
DAFTAR ISI

PENGANTAR ................................................................................................................ 3
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 4

PELAYANAN PUBLIK ................................................................................................. 7


Pelayanan Kesehatan Bagi ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dalam
Perspektif Human Governance: Griya PMI Surakarta
Dwitya Sekar Octasari, Sri Yuliani ................................................................................... 8
Gerakan Indonesia Melayani Suatu Model bagi Etika Pelayanan Birokrasi
Herwan Parwiyanto ......................................................................................................... 18
Prinsip Dan Kualitas Layanan dalam Menjawab Era Reformasi Birokrasi di
Politeknik Negeri Malang
Farika Nikmah dan Halid Hasan ...................................................................................... 24
Efektivitas Inovasi Pelayanan Publik “Keluar Bersama” Daftar 1 Keluar 5
(Studi Kasus di Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta)
Siti Munawaroh ................................................................................................................ 30
Pendekatan Whole of Government Sebagai Upaya Optimalisasi Pelayanan Publik
di Perguruan Tinggi Studi Kasus: Model Layanan Pendidikan di Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya
Rizki Rahmadini Nurika .................................................................................................. 37
Inovasi Pelayanan Publik Dalam Meningkatkan Daya Saing Daerah
Public Service Innovation in Improving Regional Competitiveness
Anisa Cahyaningrum, Didik Gunawan Suharto ............................................................... 45
Strategi Peningkatan Pelayanan Publik dalam Rangka Mewujudkan Pelayanan
yang Berkualitas
Yesica Septi Angelina, Didik Gunawan Suharto ............................................................. 53
Manajemen Pengaduan Masyarakat Berbasis Teknologi Komunikasi dan
Informasi (Studi Komparasi Praktik E-Government “ULAS” dan “Lapor!”
Ratri Ika Putri, Desiderius Priyo Sudibyo ........................................................................ 61
Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan pada Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi
Wiro Oktavius Ginting ..................................................................................................... 69
Efektivitas Program Layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA)
Vida Ayu Nur Cahyaningrum dan Priyanto Susiloadi ..................................................... 80
Public–private partnerships (PPPs): Sebagai Upaya Efektivitas Pelayanan Publik
dalam Mewujudkan Pembangunan Rural Governance yang Berkelanjutan
Umi Farida, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni ............................................................................. 87
Inovasi Pelayanan Pencatatan Akta Kematian Di Dinas Kependudukan Dan
Pencatatan Sipil Kota Surakarta
(Studi Kasus : Program Bela Sungkawa Kirim Akta Kematian)
Ratna Widyawati dan Retno Suryawati ........................................................................... 97
Analisis Diskriminan Kepuasan Pengguna Layanan Jasa Pengiriman Pos
Komersial PT Pos Indonesia (Persero) di Kantor Pos Solo
Irma Pratiwi, Sudarto ....................................................................................................... 104

4
ORGANISASI PUBLIK ................................................................................................. 109
Bureaucratic Polity Di Indonesia: Rejeki Penguasa Atau Penolong Demokrasi
Jacika Pifi Nugraheni, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni ........................................................... 110
Efektivitas Media Informasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu
(SPGDT) Kota Surakarta
Mahardhika Mulya Adi Pamungkas, Rutiana Dwi Wahyunengseh ................................. 128
Model E-Readiness Pemerintah Kota Magelang dalam Menerapkan Pelayanan
Publik Berbasis Smart Government
Joko Tri Nugraha dan Retno Dewi Pramodia Ahsani ...................................................... 137
Penerimaan Aplikasi Solo Destination oleh Masyarakat Surakarta
Nabila Nur Meity Elviandry, Herwan Parwiyanto ........................................................... 149
Perempuan Dalam Politik Wujudkan Prinsip Partisipasi dan Kesetaraan dalam
Good Governance
Paulina Deby Putri Indrawati, Herwan Parwiyanto ......................................................... 157
Dilema Pengangkatan Tenaga Honorer
Ayudya Fitri Basuki, Kristina Setyowati ......................................................................... 164
Aparatur Sipil Negara (Praktik Etika Aparatur Sipil Negara) Memerangi
Maladministrasi Birokrasi Melalui Budaya Organisasi
Fadhilla Artiwi Putri dan Ismi Dwi Astuti Nurhaeni ....................................................... 171
Disfungsi Perilaku Pemimpin Organisasi Publik: Faktor Pendorong dan
Reformasi Kepemimpinan
Desti Permitasari .............................................................................................................. 178
Berpolitik Menggunakan Isu Etnosentrisme: Dilema Etika dalam
Pengeksklusifan “Putra Daerah” di Pemerintahan Daerah
Yelladys Nuring Alifagusta, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni ................................................. 186
Kapasitas Pemerintahan Berkelanjutan di Hamparan Migas
Idham Ibty ........................................................................................................................ 194
Penggunaan Teknologi Informasi pada Kinerja Pegawai Dilihat dari Motivasi
(Isu pada Kecamatan Tembalang Kota Semarang)
Yuanindra Istighfarin ....................................................................................................... 210
Etika Birokrasi Pemerintahan dalam Mewujudkan Good Governance
Budiarjo ............................................................................................................................ 217
Analisa Indikator Standar Pelayanan Minimum Perguruan Tinggi Islam Negri
Keagamaan (PTKIN) Islam terhadap Peraturan Menteri Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi Nomor 74 Tahun 2016
Hastanti Agustin Rahayu, Hanafi Adi Putranto ............................................................... 227
Apakah Orwellian Terjadi di Indonesia ?
Imam Bagus Sasami, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni ............................................................. 239

ADMINISTRASI PEMERINTAH ................................................................................ 249


Implementasi Kebijakan Pendidikan dalam Menanggulangi Kemiskinan
(Implementasi Kebijakan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta
(BPMKS)
Apriliani Rosa, Kristina Setyowati .................................................................................. 250
Implementasi Strategi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga
dalam Mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Klaten
Lianggi Agustina, Kristina Setyowati ............................................................................. 256
Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Pilkada Serentak Kabupaten
Bantul Tahun 2015
Widuri Wulandari ........................................................................................................... 264

5
Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan
Yunita Mega Kristiani, Rutiana Dwi Wahyunengseh ...................................................... 272
Strategi Redistribusi Aparatur Sipil Negara dalam Jabatan Fungsional Guru
dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sumba Barat Daya
Wisber Wiryanto ............................................................................................................. 279
Problematika Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Subekhan, Rutiana Dwi Wahyunengseh ........................................................................... 288
Piil Pesenggiri Sebagai Nilai bagi Reformasi Birokrasi
Yulianto, Nana Mulyana dan Simon S.Hutagalung ......................................................... 294
Aksesibilitas Bangunan Rumah Ibadah
(Studi Pada Masjid Agung Surakarta, Gereja Santo Antonius Purbayan, dan
Gereja Kristen Jawa Manahan)
Dimas Sigit Prabowo, Rina Herlina Haryanti .................................................................. 304
Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) Di
Kantor Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang
Rina Agustinah, Catur Wulandari ..................................................................................... 312
Gratifikasi Dalam Perspektif Etika Dan Tindak Pidana
Muhammad Abdul Khaliq Wahid .................................................................................... 321
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai dalam Perspektif
Human Governance
Dhea Afridha, Rina Herlina Haryanti .............................................................................. 327
Mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang Efektif dan Efisien
Henri Supriyanto .............................................................................................................. 336
Merancang Program Inovasi Berkelanjutan di Propinsi Lampung
Simon Sumanjoyo Hutagalung, Dedy Hermawan ............................................................ 343
Manajemen Aparatur Sipil Negara Strategik di Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
Nike Mutiara Fauziah , Andri Wahyu Prasetyo, Fadlurrahman ....................................... 354
Responsivitas Dinas Lingkungan Hidup dalam Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan di
Kota Surakarta
Mahdaniyah Kiranadien dan Sudaryanti ......................................................................... 366
Kinerja Dinas Sosial dalam Penanganan Pengemis, Gelandangan dan Orang
Terlantar (PGOT) di Kota Surakarta
Susi Noviana dan Priyanto Susiloadi ............................................................................... 374
Responsivitas Tim Pecegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba (P4GN) Kabupaten Sukoharjo dalam Mengatasi Penyalahgunaan
Narkoba di Kalangan Remaja
Erna Kusuma Astuti dan Is Hadri Utomo ........................................................................ 381
Penanggulangan Kekerasan Terhadap Anak Di Sekolah Sebagai Upaya
Mewujudkan Sekolah Ramah Anak
Manda Oktavia Candra Kusumaningtyas, Sri Yuliani ..................................................... 386
Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Tesalonika Daniasari ........................................................................................................ 396

6
PELAYANAN PUBLIK

7
Pelayanan Kesehatan Bagi ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa)
dalam Perspektif Human Governance:
Griya PMI Surakarta

Dwitya Sekar Octasari, Sri Yuliani


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Sekaroct96@gmail.com

Abstrak
Orang dengan gangguan jiwa merupakan salah satu contoh kelompok minoritas, yang kerap mendapatkan
perlakuan tidak adil dalam setiap aspek kehidupannya, takterkecuali mengenai pelayanan publik.
Pemenuhan akan hak – haknya sebagai manusia sering dianggap sebelah mata oleh kebanyakan
masyarakat. Tak hanya itu munculnya dan melekatnya stigma negarif pada diri ODGJ (orang dengan
gangguan jiwa) membuat ODGJ kian terpinggirkan. Human Governance sebagai salah satu konsep baru
yang mengangkat aspek humanism didalamnya, yang hadir untik menciptakan pelayanan publik yang
merata bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali. PMI Surakarta melalui programnya Griya PMI
merupakan salah satu instansi yang sangat menjunjung tinggi nilai humanism dan dinilai sejalan dengan
prinsip-prinsip Human Governance. Melalui berbagai kegiatannya salah satunya adalah Griya PMI Peduli
yang berfokus kepada memberikan pelayanan bagi orang denga gangguan jiwa Program Griya PMI ini
merupakan program PMI Surakarta satu satunya yang tidak dapat di temukan di PMI lain di seluruh
Indonesia. Prinsip Human Governance yang sejalan dengan pelayanan yang diberikan Griya PMI adalah:
1) Akuntabilitas sosial, 2) Pendidikan bagi warga negara, 3) Kebebasan dan kesamaan, 4) Bantuan
Subsidi, 5) Partisipasi Masyarakat, 6) Realibilitas, 7) Spiritualitas.
Kata kunci: Kelompok Minoritas, ODGJ, Stigma negatif, Human Governance, Humanism

Abstract
People with mental disorders is one example of a minority group,basically they often receive unfair
treatment in every aspect of their life, including about public service. The fulfillment of the rights as
human beings often considered for granted by most people. Not only was the emergence and attach
stigma negatively on ODGJ (people with mental disorders) they also make ODGJ increasingly
marginalized. Human governance as one of the new concepts that elevate aspects of humanism in it,
which comes to create equitable public services for all people without exception. through with the
program Griya PMI, PMI Surakarta want to uphold the values of humanism and assessed in line with the
principles of Human Governance. Through a variety of activities one of which is Griya PMI Peduli that
focuses on providing services to people with mental disorders. Griya PMI’s program about taking care
people with mental disorder is the only one who can not be found in other PMI throughout Indonesia.
Human Governance Principles in line with the services provided Griya PMI are: 1) Social Accountability,
2) education for citizens, 3) Freedom and equality, 4) Assistance Subsidies, 5) Public Participation, 6)
reliability, 7) Spirituality. by providing more viable livelihood and health services that are needed by
people with mental disorders.
Keywords: minority group, ODGJ, negatively stigma, Human Governance, Humanism

A. Pendahuluan halusinasi, delusional, serta gangguan kejiwaan


Gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit lainnya. Dewasa ini beberapa kasus bunuh diri
yang menyerang mental seseorang dan dan pembunuhan di Indonesia kian meningkat dan
menyebabkan orang tersebut mengalami banyaknya dilatar-belakangi oleh faktor depresi.

8
Depresi sendiri kerap dianggap oleh masyarakat terkadang tidak sebanding dengan jumlah instansi
sebagai salah satu hal yang wajar dalam hidup yang memberikan bantuan pelayanan kesehatan
setiap manusia sehingga dalam penanganannya, jiwa. Berikut beberapa Permasalahan yang
salah satu ciri gangguan kejiwaan ini banyak yang dihadapi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ): a.
terbilang terlambat dan sudah masuk ketahapan Minimnya informasi mengenai pelayanan
gangguan kejiwaan yang lebih parah, hingga kesehatan jiwa b. Minimnya pelayanan kesehatan
mengakibatkan beberapa kasus pembunuhan yang jiwa yang dapat diakses, c. Tingginya stigma
dilatarbelakangi oleh halusinasi. Pada tahun 2013 negatif yang diteriama oleh ODGJ, sementara
dikatakan sebanyak 1.7 juta warga Indonesia permasalahan yang dihadapi instansi pemberi
mengidap gangguan kejiwaan (RIKESDA, 2013) pelayanan adalah: a. Rendahnya kesadaran
dan angka ini terus naik tiap tahunnya dan masyarakat terkait pentingnya peran lingkungan
sayangnya dalam pelayanan kesehatan khususnya bagi kesehatan mental, b. Tidak seimbangnya
kesehatan jiwa, Indonesia terbilang masih minim jumlah ODGJ dengan tenaga medis sehingga
akan jenis pelayanan ini baik dari aksesibilitas pelayanan yang diberikan kurang maksimal, c.
maupun ketersediaan pelayanan yang mumpuni. Penaganan kesehatan jiwa yang cenderung
Dilansir dari Chandra (2014) dalam artikelnya terlambat, d. Minimnya pengetahuan masyarakat
yang dimuat joglosemar.co Kota Surakarta (Solo) terkait peran psikolog dan psikiater.
dari rentan tahun 2010-2014 tercatat ada lebih
dari 2000 masyarakat Solo yang pernah terdaftar Tabel 1.2
menjadi pasien RSJ, dan setiap tahunnya jumlah Jumlah Pasien ODGJ di Seluruh Puskesmas
pasien mengalami peningkatan. Berikut Kota Surakarta
merupakan gambaran kenaikan jumlah pasien Tahun 2016
dengan gangguan jiwa di Surakarta: Tipe Gangguan Jumlah Pasien
Kejiwaan
Tabel 1.1 Gangguan Jiwa 1.335 pasien
Jumlah Pasien dengan gangguan kejiwaan di
Ringan
Surakarta Tahun 2010-1014
Gangguan Jiwa 760 pasien
JUML AH ODGJ DI Berat
SURAKAR T A Sumber : Kabid Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Jumlah penderita…
(Binkesmas) Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta
5000 Dwi Martiyastuti di Solo, Rabu (28/9).
2186
1534 1828 2151 1531
Salah satu instansi yang memberikan pelayanan
0
2010 2011 2012 2013 2014 bagi orang dengan gangguan jiwa adalah PMI
melalui programnya Griya PMI dengan subunit
Sumber: Binkesmas Dinas Kesehatan Kota Surakarta
yang bernama Griya PMI Peduli merupakan
contoh lembaga independent yang bekerjasama
Dari tabel diatas dapat dilihat dalam kurun waktu
dengan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
empat tahun yakni 2010 hingga 2013 angka
memberikan pelayanan kesehatan (Jiwa) gratis
pasien ODGJ meningkat cukup signifikan.
bagi masyarakat yang menderita gangguan ringan
Meskipun terjadi penurunan yang cukup drastis
hingga sedang. Dalam programnya yang bernama
pada tahun 2014 namun angka ini masih terbilang
Griya PMI Peduli, hadir sebagai jawaban dari
tinggi. Sementara itu pada tahun 2016 sebanyak
masalah penanganan pelayanan kesehatan bagi
kurang-lebih 2.095 pasien positif mengidap
orang dengan gangguan jiwa yang ditelantarkan
gangguan kejiwaan. Sementara data Rumah Sakit
dan membutuhkan bantuan berupa pelayanan
Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta menunjukkan,
kesehatan. Griya PMI hadir memberikan
setiap tahun sedikitnya 4.000 pasien berkunjung
pelayanan kesehatan yang lebih mengedepankan
ke rumah sakit tersebut untuk berobat jalan
pada pemenuhan dan penyetaraan hak-hak ODGJ
maupun menjalani rawat inap (national, 2016) .
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
banyaknya angka orang dengan gangguan jiwa ini

9
tidak diskriminatif dan bersifat humanism, selain menyerang mental manusia merupakan gangguan
itu Griya PMI Solo merupakan satu-satnya sub kesehatan yang hampir terjadi di seluruh dunia.
instansi yang dibuat secara khusus oleh Palang Olah sebab itu salah satu Organisasi Dunia yang
Merah Indonesia cabang Surakarta dalam bergerak dalam bidang kesehatan atau WHO
menangani permasalahan gangguan kejiwaan di menjadikan Schizophrenia (Gangguan jiwa)
Surakarta yang belum pernah digagas oleh PMI di merupakan isu penting yang harus ditangani.
daerah lain, sehingga menarik untuk diteliti (Widianti, Noor, & Lianggi, 2017)
mengenai jenis pelayanan apa yang diberikan oleh
Griya PMI dan bagaimaana Griya PMI sebagai Orang dengan gangguan kejiwaan sendiri
Instansi yang bergerak dalam memberikan jasa memerlukan jenis pelayanan kesehatan khusus,
berupa pelayanan menerapkan asas humanism yang memang tidak diseluruh balai kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi memberikan pelayanan kesehatan bagi orang
ODGJ. dengan gangguan kejiwaan. Secara garis besar
pelayanan kesehatan jiwa terbagi menjadi dua,
B. Landasan Teoritis yakni “pelayanan kesehatan masyarakat” dimana
1. Pelayanan kesehatan pelayanan jenis ini merupakan bentuk pelayanan
Pelayanan adalah sebuah bentuk pengabdian kesehatan jiwa (terapi) yang menyangkut berbagai
pemerintah guna men-sejahterakan lapisan masyarakat diluar Rumah Sakit atau
masyarakatnya. Menurut pendapat Boediono, Rumah Sakit Jiwa dan berbasis masyarakat,
bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan sedangkan jenis “pelayanan kesehatan paripurna”
kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang meliputi pemeriksaan fisik (somatik), selain psikis
memerlukan kepekaan dan hubungan dan prilaku, yang akhirnya bertujuan untuk
interpersonal agar terciptanya kepuasan dan meningkatkan kualitas hidup manusia
keberhasilan. Pelayanan juga merupakan kegiatan (Departemen Kesehatan RI, 2000).
yang dilakukan oleh organisasi atau instansi yang 3. Human Governance
ditujukan untuik kepentingan masyarakat yang Human Governance merupakan suatu konsep
dapat berbentuk uang, barang, ide, atau gagasan yang diturunkan dari konsep Good Governance
ataupun surat-surat atas dasar keikhlasan, rasa dengan konsep pokok dari Governance dimana
senang, jujur, mengutamakan rasa puas bagi yang kepentingan umum lebih penting ketimbang
menerima layanan (Boediono, 2003) kepentingan pribadi dan harus berlandaskan asas
humanisme, dan bukan berasal dari nilai standar
Pelayanan kesehatan yang menyeluruh juga mayoritas untuk menentukan pantas atau tidak
dijelaskan di Undang-undang dasar kita, yaitu pantasnya mendapatkan pelayanan publik.
yang tercantum dalam pasal 28 ayat 1 dan pasal Dengan kata lain Human Governance merupakan
34 ayat 2 telah menggariskan kewajiban negara konsep administrasi dengan wajah kemanusiaan
untuk menjamin bahwa setiap penduduk yang merupakan salah satu perspektif yang baru
mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan dan juga inovatif dengan kriteria dan prisnsip
yang dibutuhkannya. Pelayanan kesehatan yang berlandaskan hati dalam memberikan
bermutu yang diberikan kepada pasien merupakan pelayanan publik. (Pizzicannella, 2005)
tolak ukur bagi keberhasilan pelayanan. Konsep Human Governance sendiri lahir dalam
(Widianti, Noor, & Lianggi, 2017). rangka melengkapi konsep Good Governance
yang merupakan induk dari konsep konsep
2. Pelayanana Kesehatan Jiwa governance lainnya. Menurut Mario Baccini
Gangguan jiwa sendiri menurut Departemen dalam jurnal Nasahsh mengatakan bahwa Human
Kesehatan RI merupakan suatu perubahan pada Governance: For a new “Culture” of public
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan Administration or “the humanization of Public
pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan Administration” dan memperkenalkan konsep
pada individu dan atau hambatan dalam Human Governance sebagai perlakuan yang
melaksanakan peran sosial (Departemen berbeda dimana lebih memfokuskan pada asas
Kesehatan RI, 2000). Gangguan jiwa yang kemanusiaan dari publik administrasi dari

10
perspektif yang baru dan lebih inovatif (Nasahsh,
2010). Dalam undang-undang nomor 39 Tahun 1999
tentang HAM pasal 1 juga disebutkan bahwa: Hak
Berikut merupakan prinsip-prinsip Human Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
Governance yang dikemukakan oleh Baggini melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
dalam (Thoha M. , 2008) adalah: sebagai makhluk Tuhan Ynag Maha Esa dan
a. Adanya akuntabilitas sosial merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
b. Pendidikan bagi warga negara dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
c. Kesamaan dan kebebasan (Equality and hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
Freedom) kehormatan serta perlindungan harkat dan
d. Partisipasi. martanat manusia.
e. Sustainibilitas.
f. Bantuan subsidi C. Metode Penelitian
g. Kompetensi di tingkat global. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
h. Kinerja administrasi pemerintahan yang adiftif adalah penelitian kualitatif dengn metode analisis
i. Reliabilitas. deskriptif. Penelitian kali ini akan dilakukan
dilingkungan Griya PMI yang terletak di daerah
Dalam implementasinya, konsep Human Mojosongo Surakarta. Lokasi ini dipilih
Governance dipengaruhi lima dimensi, dimana dikarenakan merupakan satu-satunya lembaga
dimensi ini merupakan landasan berjalanannya independent kesehatan di bawah PMI yang
konsep Human Governance dengan baik memberi pelayanan kesehatan bagi orang dengan
(Hanapiyah, Daud, & Wan Abdullah, 2016). Lima gangguan kejiwaan dan memiliki tempat sendiri
dimensi yang disebutkan diatas akan dijelaskan untuk menampung dan melayani segala
sebagai berikut: kebutuhan dan keperluan sehari-hari bagi orang
a. Leadership dengan pengidap gangguan jiwa. Unit (satuan)
b. Integrity analisis data penelitian ini adalah pemimpin Griya
c. Religiousity PMI dan pegawai yang berhubungan langsung
d. Spirituality dengan ODGJ sebagai penyelenggara pelayanan
e. Culture kesehatan dan para volunteer yang membantu
dalam memberikan pelayanan kesehatan,
Dalam penerapan Human Governance tentunya Sedangkan obyek penelitian ini adalah Pelayanan
juga harus berbicara mengenai pemenuahan Hak kesehatan jiwa yang diberikan oleh Griya PMI
Asasi Manusia. Manusia mendapatkan hak sejak melalui programnya Griya PMI Peduli.
dari dalam kandungan hak pertama yang didapat
oleh manusia yakni hak hidup. Hak hidup sendiri Pemilihan informan berdasarkan pada asas
merupakan salah satu hak mutlak yang dimiliki subyek yang menguasai permasalahan, memiliki
oleh seluruh manusia. data, dan bersedia memberikan imformasi lengkap
dan akurat. Dengan demikian, informan
4. Hak Asasi Manusia ditentukan dengan teknik snowball sampling,
Menurut Miriam Budiardjo, HAM adalah hak Teknik analisis data yang digunakan dalam
yang dimiliki setiap orang yang dibawa sejak lahir penelitian ini adalah analisis model interaktif.
di dunia (Budiardjo, 2012). Sementara menurut Analisis model interaktif memungkinkan analisis
John Locke dalam Masyhur Effendi, HAM adalah data kualitatif yang dilakukan secara interaktif
hak kodrati yang tidak dapat diganggu gugat atau dan berlangsung secara terus menerus sampai
bersifat mutlak (Effendi, 1994). Menurut Prof. tuntas sehingga datanya jenuh. Di dalam
Koentjoro Poerbopranoto, HAM merupakan hak penelitian ini, teknik validitas yang akan
yang sifatnya mendasar, yang dimiliki oleh setiap digunakan adalah perpanjangan keikutsertaan.
manusia berdasarkan kodratnya yang pada
dasarnya tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga
bersifat suci.

11
D. Hasil Dan Pembahasan dengan bagian yang berwenang mengeluarkan
Hasil wawancara mendalam yang dilakukan laporan dan harus mengisi form terlebih dahulu.
kepada enam informan yang berhubungan secara Hal ini dimaksudkan untuk mencatat informasi
langsung dengan bentuk pelayanan kesehatan keluar masuk yang di dapatkan atau diberikan
yang diberikan Griya PMI, menunjukan bahwa PMI guna pertanggung jawabannya pula terhadap
ketujuh prinsip yang dijadikan dasar penerapan PMI Pusat di Jakarta.
Human Governance sudah diterapkan sesuai
dengan nilai dari prinsip Human Governance. Bahkan dalam beberapa periode PMI membuat
Berikut akan peneliti bahas mengenai indikator buletin yang berfokuskan pada rangkaian kegiatan
Human Governace dalam penerapannya di Griya PMI seperti macam kegiatan pelayanan
pelayanan kesehatan bagi orang dengan gangguan yang diberikan, data orang denga gangguan jiwa
jiwa di Griya PMI sebagai berikut: yang di rawat di Griya PMI, jumlah donatur, dan
1. Penerapan Akuntabilitas sosial juga terdapat alokasi dana.
Dalam menerapkan akuntabilitas dibutuhkan Namun permasalahannya selama kurang lebih
beberapa aspek yang harus dipenuhi melalui dua tahun belakangan ini pembuatan buletin ini
realisasi dan implementasidari prilaku berhenti dikarenakan minimnya SDM yang
pertanggungjawaban sosial yang harus dilakukan bertugas untuk menyusun seluruh informasi
oleh pemberi pelayanan. Hal – hal yang termasuk tersebut. Hal ini peneliti anggap sebagai salah satu
dalam prinsip akuntabilitas sosial adalah : hal yang negatif, karena masyarakat umum
menjadi kekurangn informasi terkait Griya PMI
a. Pemenuhan sarana prasarana yang biasanya bisa mereka dapatkan dari buletin
Dalam pemenuhan sarana prasarana di Griya PMI tersebut, hal ini juga berdampak terhadap
narasumber dan peneliti dapat menyipulkan berkurangnya nilai transparansi yang dilakukan
bahwa sarana prasarana yang diberikan sudah PMI dalam programnya Griya PMI.
cukup baik dan layak untuk diberikan kepada
orang dengan gangguan kejiwaan. Ketersediaan Meskipun PMI bisa memberikan laporannya
pakaian yang layak pakai, makanan yang layak kepada pihak yang membutuhkan namun dengan
yakni makanan ynag terdiri dari nasi, lauk pauk, berhenti edarnya buletin ini bentuk transparansi
dan sayur dengan takaran porsi yang sudah sesuai. kepada masyarakat secara umum menjadi
Segala asupan makanan yang diberikan di Griya berkurang. Selain itu website PMI yang biasanya
PMI memperhatikan kebersihan dan juga nilai juga menampilkan data dan informasi secara
gizi yang diberikan. Selain itu dari segi berkala, beberpa tahun belakangan ini juga belum
tempat tinggal, Griya PMI juga sudah melakukan pembaharuan data sehingga masyaraat
memberikan tempat yang cukup nyaman dengan umum sulit mendapatkan informasi terbaru terkait
sanitasi yang juga sudah baik. Griya PMI juga griya PMI di website resmi PMI.
menyediakan matras dan selimut juga yang
diberikan kepada orang dengan gangguan jiwa c. Evaluasi kerja
sebagai alas untuk tidur, sehingga orang dengan Evaluasi kerja merupakan salah satu proses yang
gangguan jiwa tidak tidur di lantai. Meskipun sangat penting untuk membangun kualitas
untuk bangsal putri masih memiliki ventilasi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Di
udara yang kurang, tapi masih dikategorikan Griya PMI sendiri menerapkan sistem evaluasi
layak. yang masih terhubung dengan PMI Surakarta.
Namun sebelum disampaikan dalam rapat
b. Pembuatan laporan pertanggung jawaban biasanya permasalahan yang ada di dalam Griya
Dalam pembuatan laporan baik pihak PMI akan didiskusikan terlebih dahulu dengan pegawai
maupun pihak Griya PMI mengatakan yang ada di Griya PMI. Hal ini dimaksudkan
bahwasannya pelaporan yang dilakukan oleh untuk menentukan permasalahan apa yang perlu
pihak PMI bersifat transparan. Meskipun untuk untuk diselesaikan terlebih dahulu.
masyarakat luar yang belum memiliki hubungan
atau kepentingan dengan PMI harus meminta ijin

12
Setelah dari pihak Griya PMI mengimpun mengenai bagaimana cara kita menghormati
permasalahan yang ada di Griya barulah akan sesama manusia, menghargai, dan belajar untu
didiskusikan dengan pengurus PMI dalam rapat lebih peduli dengan ODGJ. Mendapat tanggapan
yang dilaksanakan secara berkala. Melalui positif Griya PMI bersama dengan PMI akhirnya
narasumber, peneliti mengetahui bahwasannya membuat kegiatan dengan nama Humanity Trip
sistem yang dilakukan di PMI terdiri dari tiga yang tidak hanya membidik anak usia dini
macam yakni rapat semester, tri-semester dan sepertia anak TK, pada kegiatan kali ini PMI
weekly meeting. Weekly meeting sendiri membidik anak anak SD dan juga SMP untuk
diperuntukan untuk menangani kasus kasus yang melakukan kegiatan Humanity Trip. Kegiatan ini
bersifat sangat urgent. Peneliti menganggap berupa pengenalan secar lebih dalam mengenai
sistem evaluasi di PMI dan Griya PMI ini sudah pelayanan yang diberika PMI dintarannya adalah
sangat bagus dan sangat terstruktur. Dari Griya PMI.
keseluruhan pembahasan akuntabilitas sosial yang
dipenuhi oleh griya PMI bisa dikatakan baik, Bentuk pendidikan lainnya adalah Griya PMI
dengan catatan apabila kedepannya bisa selalu terbuka dengan berbagai kunjungan yang
memperbaiki ventilasi udara di bangsal putri dan dilaksankana di Griya PMI, selain bisa
juga bisa menerbitkan kembali buletin yang sudah memberikan wawasan kepada tamu yang datang,
lama tidak diterbitkan lagi, dan secara Griya PMI juga terbantu dengan tamu yang ikut
berkelanjutan untuk melakukan perbaharuan yang meramaikan Griya dengan berbagai kegiatan yang
disesuaikan dengan data terbaru yang sudah ada. menghibur warga Griya, banyaknya macam
kegiatan yang diberikan di Griya diharapkan
2. Pendidikan bagi warga negara mampu berdampak pada kreativitas ODGJ.
Dalam prinsip yang memusatkan pada unsur
Learning sebagai salah satu sistem dalam 3. Kesamaan dan kebebasan
memberikan edukasi bagi masyarakatjuga Dalam menerapkan konsep Human Governance
ditemukan dalam pelayanan yang diberikan oleh dalam suatu organisasi atau sebuah
Griya PMI. Sebelum menjelaskan mengenai lembagaprinsip kesamaan dan kebebasan
bentuk pendidikan yang dilakukan di Griya PMI, merupakan salah satu prinsip yang sangat penting.
peneliti akan menjelaskan mengenai hal-hal yang Kebebasan dan kesamaan sendiri merupakan hak
penting terkait pendidikan bagi warga negara dasar yang harus dipenuhi sebagai manusia, dan
yang harus dipenuhi oleh Griya PMI. ODGJ sebagai kaum minoritas terbilang masih
Sebagai salah satu organisasi yang memberikan suli tuntuk mendapatkan kebebasan dan kesamaan
pelayanan kesehatan dengan sudut pandang dimata masyarakat. Griya PMI debagai lembaga
humanism mendidik warga negara untuk juga yang berbasis huanis sudah sepatutnya untuk
bersama-sama mensukseskan program sangat memberikan pelayanan yang merata dan adil bagi
penting. Seperti pada bagaimana pegawai seluruh ODGJ yang dirawat di Griya PMI.
mengenalkan terkait kegiatan yang juga bersifat
pelatihan dan mengasah kreatifitas masyarakat Dalam observasi yang dilakukan peneliti, peneliti
untuk menciptakan kegiatan yang inovatif dan melihat bahwa dalam kesehariannya pegawai di
baru bagi ODGJ, serta meningkatkan rasa Griya PMI selaku melakukan pelayanannya
tanggung jawab dan pendidikan moral kepada dengan adil dan tanpa memandang latar belakang
masyarakat. sosial yang dimiliki ODGJ. Tentu saja hal ini pula
yang ingin disampaikan pihak Griya PMI untuk
Berbagai kegiatan yang dilakukan Griya PMI lebih memperhatikan hak-hak ODGJ untuk
untuk memberikan edukasi mengenai pelayanan diperlakukan lebih baik sebagai manusia, salah
dan kegiatan yang dilakukan di Griya PMI sudah satunya diperlakukan adil.
dilaksanakan dengan sangat baik. Mulai dari
adanya kegiatan Character Building Camp(CBC) Beberapa kegiatan yang diberikan di Griya PMI
yang diperuntukan untuk anak anak usia dini guna menciptakan kebebasan ODGJ ialah dengan
untuk endapatkan pendidikan sedini mungkin melakukan kegiatan jalan santai. Dalam kegiatan

13
jalan santai ini ODGJ dapat merasakan kebebasan terus mensejahterakan dan memenuhi kebutuhan
karena merasa tidak selamanya kegiatan yang orang denga gangguan jiwa. Segala macam
mereka lakukan harus di dalam bangsal atau bentuk subsidi yang diberikan kepada Griya PMI
dilingkup Griya saja. akan digunakan sepenuhnya untuk eklangsungan
kehidupan para ODGJ untuk mendapatkan
4. Partisipasi penghidupan yang layak.
Partisipasi sendiri menurut konsep Human
Governance adalah proses dialog antara pemberi Bentuk subsidi yang diberikan kepada Griya PMI
pelayanan denga masyarakat. Sementara dalam pun sangat beragam dari dalam bentuk uang,
penerapannya di Griya PMI, partisipasi ini barang, dan juga jasa. Seluruh subsidi yang
diartikan secara lebih luas yakni tidak hanya diterima ini nantinya akan dicatat dan akan
dialog antara pemberi pelayanan dan masyarakat diapresiasi oleh PMI dalam bentuk ucapan
melainkan juga terdapat dialog dengan si terimakasih. Selain itu PMI juga akan
penerima pelayanan (ODGJ), cara untuk membagikan laporan keuangan kepada pemberi
menerapkan prinsip ini adalah dengan menarik subsidi atau donasi sebagai bentuk pertanngung
sebanyak-banyaknya masyarakat yang ingin jawaban uang yang telah diberikan.
bersama-sama membantu dalam memberikan
pelayanan bagi orang dengan gangguan jiwa Sebagai organisasi yang mandiri dan merupakan
secara langsung, bukan hanya sekedar donasi saja. satu satunya PMI yang tidak lagi menggunakan
dana APBD sudah sewajarnya bergantung pada
Berbagai kegiatan dilaksanakan seperti doasi yang diberikan untuk kelangsungan
pembuatan kerajinan tangan, terapi-terapi, pelayanan yang mereka berikan sehingga dalam
pelatihan memasak, lomba-lomba, dan masih setiap kegiatan yang dilakukan Griya PMI, para
banyak lagi dimaksudkan agar masyarakat bisa pegawai senantiasa mengingatkan masyarakat
mengenal lebih dekat mengenai ODGJ dan untuk berdonasi guna membantu orang dengan
mencoba memahami sendiri bagaimana prilaku gangguan jiwa dan lansia yang saat ini dirawat di
ODGJ. Dari sinilah para pegawai Griya percaya Griya PMI.
kegiatan dengan melibatkan partisipasi dari luar
mampu menurunkan stigma negatif yang ada 6. Realibilitas
dimasyarakat secara berkala. Selin menilai ODGJ Prinsip realibilitas dalam kacamata Human
masyarakat juga mampu memberikan penilaian Governance menganggap sangat penting untuk
sendiri mengenai bagaimana pelayanan Griya membangun keseimbangan hubungan antara
dilakukan. Bahkan banyak dari volunteer dan negara, institusi, dan masyarakat dalam
relawan merasa sangat puas dengan kegiatan memberikan pelayanan.hal ini bermaksud untuk
yang dilaksanakan di Griya PMI dan menciptakan iklim yang saling menghargai di
menerangkan bahwasannya kegiatan ini secara antarapihak-pihak yang berhubungan.
tidak langsung mendukung perkembangan
sosialisasi ODGJ sekaligus memberikan edukasi Hubungan yang dijalin Griya PMI dengan pihak
terhadap masyarakat yang ikut berpartisipasi. lain terbilang sangat bagus. Hal ini terbukti
dengan banyaknya pihak yang menjadi mitra dan
5. Bantuan Subsidi bekerjasama dalam mensukseskan pelayanan yang
Bantuan subsidi merupakan salah satu langkah diberikan Griya PMI. Beberapa nitra kerja yang
pertama yang penting dalam membangun menjalin ubungan dengan Griya PMI antara lain:
organisasi yang bergerak dalam pelayanan publik dari pihak pemerintah, Griya PMI bersama-sama
tak terkecuali Griya PMI. Menurut teori yang ada dengan Dinsos dan satpol PP untuk mengangkut
bantuan subsidi merupakan modal untuk dan mendata orang dengan gangguan jiwa yang
menagani tata hubungan dengan memberikan terlantar di jalanan. Selanjutnya dari Instansi,
pelayanan kepada pengguna manfaat dari suatu banyak sekali bentuk kerjasama yang dilakukan
pelayanan. Di dalam pelayanan Griya PMI Griya PMI dengan universitas diantaranya UNS,
bantuan subsidi digunakan sebagai mogal untuk UMS, Politekkes, dan UKSW dalam hal untuk

14
memberikan bantuan pelayanan dibidang lebih mendekatkan ODGJ dengan sang pencipta,
kesehatan, psikologi, dan yang menyangkut sekaligus mendamaikan hati. Ada juga kegiatan
kejiwaan orang dengan gangguan jiwa. Kemudian pengakuan dosa, atau ibadat yang dilakukan oleh
hubungan dengan LSM, dan organisasi, Griya ODGJ yang beragama nasrani yang juga
PMI bekerjasama dengan Griya Schizofren, dibimbing oleh pegawai bersama sama beribadah.
SIBAT, YPAC, dan organisasi lain dalam bidang
pemberian pelatihan dan teapi kepada orang Dalam menjalankan ibadah pun Griya PMI sebisa
dengan gangguan jiwa. mungkin menyiapkan sarana-prasarana yang
sesuai dengan agama masing-masing dan tidak
Kerjasama yang terjalin diantara Griya PMI dan mencoba untuk memaksakan ODGJ untuk ikut
stakeholder lain sangat baik sehingga kerjasama kedalam kegiatan yang berbeda dengan
yang dijalani masih ada sampai sekarang bahkan kepercayaannya. Kegiatan ini mendapatkan
bertambah besar dan berdampak juga bagi apresiasi besar dari masyarakat karena dinilai
hubungan Griya dengan masyarakat dimana memanusiakan ODGJ baik dimata manusia
masyarakat juga mulai mendukung setiap maupun dimata Tuhan.
kegiatan yang dilakukan oleh Griya PMI.
E. Kesimpulan
7. Spiritualitas Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti di
Dimensi spiritualitas dalam Human Governance Griya PMI Surakarta, dengan mengambil judul
dimaknai sebagai unsur yang sangat penting yang Pelayanan Kesehatan Jiwa dalam Perspektif
harus dimiliki oleh pegawai, agar dalam Human Governance Studi Kasus Griya PMI
memberikan pelayanan yang lebih memuaskan Surakarta, maka terdapat beberapa aspek penting
pegawai bisa membimbing ODGJ untuk yang menggambarkan bahwasannya Griya PMI
membangun mental yang kuat. Orang dengan Surakarta dalam pelayanan nya menerapkan
gangguan jiwa rentan dengan mental yang rendah prinsip –prinsip Human Governance. Dengan
pula, meskipun dalam kehidupannya orang membawa pedoman memanusiakan manusia yang
dengan gangguanjiwa tidak memiliki kewajiban tidak dimanusiakan sudah menjadi salah satu
untuk beribadah, namun Griya PMI percaya indikasi adanya unsur humanism dalam pelayanan
bahwasannya beribadah mampu menguatkan Griya PMI Surakarta. Dari segi Akuntabilitas
mental ODGJ dari dalam. Selama proses sosial Griya PMI sudah sebaik mungkin untuk
penelitian, peneliti juga menemukan bahwasannya berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
orang dengan gangguan jiwa terlihat sangat bagi ODGJ dan juga berusaha untuk berlaku
antusias dalam mengikuti kegiatan ibadah dan taransparan dalam setiap laporan pertanggung
nyaman dengan apa yang mereka lakukan. Tak jawaban kegiatan yang dilakukan. Kedua hal ini
jarang ditemui orang dengan gangguan jiwa dibuktikan dengan tercukupinya kebutuhan primer
secara sukarela ingin untuk melaksanakan ibadah yang layak bagi orang dengan gangguan jiwa,
wajib sendiri tanpa diminta oleh pegawai. selain itu adanya laporan keuangan yang scara
transparan diberikan kepada pihak yang berdonasi
Tentu saja untuk memberikan pelayanan semacam di Griya PMI, dan adanya sistem monitoring,
ini keada orang dengan gangguan jiwa, pegawai controling, dan evaluasi yang baik, melalui rapat
harus tahu betul mengenai situasi yang dialami semester/ tri-semester dan juga weekly meeting
orang dengan gangguan jiwa. beberapa kegiatan
yang dilakukan Griya PMI yang bersifat Dalam hal bekerjasama Griya PMI juga memiliki
penmbangunan mental dan kegiatan ibadah ialah ikatan kerjasama dengan lembaga, organisasi,
kajian-kajian yang dilaksanakan setiap seminggu pemerintah, instansi, dan perorangan dengan
sekali dengan harapan meskipun mereka tidak sangat baik. Ini terlihat dari semakin banyaknya
memiliki kewajiban untuk menjalankannya donasi yang diberikan ke Griya PMI atas nama
mereka tetap mengetahui bahwasannya kegiatan lembaga, instansi, organisasi, maupun perorangan.
ibadah itu ada. Selanjutnya kegiatan Sholah dan Namun dalam prinsip ini, peneliti menemukan
mengaji bersam bagi muslim dimaksudkan untuk permasalah yang menjadi nilai negatif dalam

15
pelaksanaan akuntabilitas sosial yakni mengenai Subsidi yang diterima oleh Griya PMI merupakan
laporan yang bisa diberikan kepada masyarakat subsidi yang sebagian besar didapatkan dari PMI
berupa buletin beberapa tahun belakangan belum tanpa bantuan dari pemerintah, serta donasi
diproduksi karena kurangnya SDM. Selain itu, masyarakat. Jenis Subsidi yang paling banyak
web yang dijadikan sarana pengganti buletin juga didapatkan oleh Griya PMI adalah sembako.
dalam beberapa tahun belakangan belum Sebagai bentuk ucapan terimakasih PMI atas
diperbaharui dari pihak PMI. segala bantuan yang diberikan PMI biasanya akan
memberikan sebuah kenang-kenangan untuk para
Sementara itu melalui prinsip pendidikan bagi donatur baik di Griya PMI maupun di PMI.
warga negara, griya bekerjasama dengan sekolah-
sekolah dari TK hingga SMA untuk mengikuti Penguatan spiritual merupakan salah satu
kegiatan yakni Humanity Trip. Humanity Trip dan pelayanan yang terbilang cukup unik. Melatih
Character Building Camp yang dibuat untuk orang dengan gangguan jiwa untuk sholat,
memberi pendidikan sedini mungkin kepada mengaji, dan beribadah sesuai dengan agama dan
siswa atau siswi agar bisa menghargai dan kepercayaan masing masing menjadi cara yang
menghormati sesama manusia, serta melatih jiwa tak biasa yang dilakukan lembaga pelayanan
emphati, dan kemanusiaan dalam diri mereka. kesehatan jiwa untuk lebih menguatkan jiwa dan
Sedangkan dari segi persamaan dan kesamaan mental ODGJ dari dalam. Kedamaian yang
Griya PMI tidak pernah melakukan diskriminasi didapatkan menjadi tujuan Griya PMI untuk
kepada seluruh ODGJ yang ada. Meskipun ODGJ memberikan pelayanan spiritual bagi ODGJ.
ada yang dititipkan oleh keluarga dan setiap Orang dengan gangguan jiwa selayaknya
bulannya membayar keada griya PMI tetap saja manusia biasa juga memiliki hak untuk beragama
pelayanan yang diberikan sama tanpa terkecuali. dan hak ini juga dijunjung tinggi oleh Griya PMI
Selain itu Griya PMI juga memberi kebebasan selain hak-hak lain yang ingin diperjuangkan oleh
bagi mereka yang sudah baik kondisi kejiwaannya Griya PMI untuk kesejahteraan ODGJ. Melalui
untuk membantu maupun keluar dari wilayah beberapa sosialisasi dan pertemuan-pertemuan
griya PMI untuk sekedar membeli sesuatu yang penting Griya PMI selalu menyuarakan mengenai
mereka inginkan. hak-hak ODGJ yang kerap dipandang sebelah
mata. Banyaknya ditemukan kasus kekerasan,
Munculnya banyak dukungan akan pemenuhan diskriminasi, dan kehidupan yang tidak layak
hak ODGJ salah satunya adalah kebebasan dan menggerakan Griya PMI untuk mengusahakan
kesamaan dilingkungan sosialnya membuat ODGJ mendapatkan keadilan dan kehidupan yang
masyarakat sadar akan kondisi yang dialami oleh layak dimata masyarakat. Meminimalisir stigma
ODGJ sekaligus mampu menurunkan stigma negatif yang sudah terlanjur berkembang
negatif yang dimiliki masyarakat yang dimasyarakat rupannya masih menjadi tugas
mengatakan bahwa ODGJ itu berbahaya. Prinsip rumah yang sulit untuk dilakukan yanpa bantuan
partisipasi merupakan salah satu prinsip yang dari banyak pihak.
menurut peneliti memiliki nilai positif dalam
pelayanan jiwa yang diberikan kepada Griya PMI.
Gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh Griya Daftar Pustaka
PMI rupnya mampu menarik masyarakat untuk Boediono, B. (2003). pelayanan Prima
berparisipasi bersama-sama dalam memberikan Perpajakan. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.
pelayanan kesehatan bagi orang dengan gangguan Budiardjo, M. (2012). Dasar-Dasar Ilmu Politik .
jiwa. partisipasi ini juga secara tidak langsung Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
dapat berimbas bagi menurunnya stigma negatif Chandra, D. T. (2014, desember 16). joglosemar.
masyarakat mengenai orang dengan gangguan Retrieved from joglosemar.co:
jiwa yang banyak melekat di pemikiran https://joglosemar.co/
masyarakat. Departemen Kesehatan RI. (2000). Keperawatan
Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: Depkes RI.

16
Effendi, M. (1994). Dimensi dan Dinamika Hak
Asasi Manuia daam Hukum Nasional dan
International. jakarta: Ghalia Indonesia.
Hanapiyah, Z., Daud, S., & Wan Abdullah, W. T.
(2016). Human Governance Determinan.
International Journal of Management and
Applied Science, 2294-7926.
Nasahsh, H. (2010). Towards Human Governance
in Public Administration Through Quality
of Education. United Nation Department of
Economic and Scial Affairs, 1-13..
Pizzicannella, S. (2005). HUman Governance, For
a New Public Administration Culture: The
Humanization of The Public
Administration . IPSG THEME EUPAN
NEWSLETTER Vol 041, 17-18.
RIKESDA. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Balitbang kemenkes RI .
Thoha, M. (2008). Birokrasi Pemerintahan
Indonesia di Era Reformasi. Jakarta:
Prenada Media.
Thoha, M. (2008). Ilmu Administrasi Publik
Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Widianti, R. F., Noor, M., & Lianggi, R. K.
(2017). Kinerja Pegawai Puskesmas dalam
Pelayanan Kesehatan di Kecamatan
Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur.
ejournal ilmu pemerintahan iSSN 2477-
2631, 185-198.

17
Gerakan Indonesia Melayani Suatu Model bagi Etika Pelayanan
Birokrasi
Herwan Parwiyanto
Prodi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Sebelas Maret Surakarta
herwanp@uns.ac.id , herwan.parwiyanto@gmail.com

Abstrak
Gerakan Indonesia Melayani akan menjadi model dalam penerapan pelayanan birokrasi di Indonesia.
Sesuai Inpres 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental dimaksudkan untuk
memperbaiki dan membangun karakter bangsa Indonesia yang mengacu pada nilai-nilai integritas, etos
kerja, dan semangat gotong royong untuk membangun budaya bangsa yang bermartabat berdasar
Pancasila. Dalam kaitan implementasi program oleh unsur Administrasi Negara, memiliki kedudukan
yang jelas dan pasti dalam menjalankan wewenang serta unsur tindakan hukum bagi aparatur birokrasi di
Indonesia.
Kata kunci: Aparatur Sipil Negara, Birokrasi, Gerakan Indonesia Melayani, Pelayanan Publik.

Abstract
Indonesia Serving Movement will be a model in the application of services bureaucracy in Indonesia.
According to Presidential Instruction No. 12 of 2016 the National Movement of Mental Revolution is
intended to improve and build the character of the Indonesian nation that refers to the values of integrity,
work ethic, and gotong royong spirit to build a dignified nation culture based on Pancasila. In connection
with the implementation of the program by the elements of the State Administration, has a clear and
definite position in exercising the authority and element of legal action for bureaucratic apparatus in
Indonesia.
Keywords: Bureaucracy, Indonesia Serving Movement, Public Civil Officer, Public Service

A. Pendahuluan pelayanan dan sistem pelayanan yang inovatif


Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan (e-government), penyempurnaan sistem
Reformasi Birokrasi mendapatkan mandat manajemen kinerja (performance-based
khusus dari Presiden RI untuk mengawal management system) Aparatur Sipil Negara dan
Gerakan Indonesia Melayani. Penugasan peningkatan perilaku pelayanan publik yang
tersebut tercantum dalam Instruksi Presiden cepat, transparan, akuntabel, dan responsif.
(Inpres) Nomor 12 Tahun 2016 tentang Gerakan Gerakan Indonesia Melayani juga akan fokus
Nasional Revolusi Mental, yang telah kepada penyempurnaan peraturan perundang-
ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada undangan (deregulasi), penyederhanaan
6 Desember 2016 yang lalu. Sebagaimana telah pelayanan birokrasi (debirokratisasi),
disosialisasikan sebelumnya, Gerakan Nasional peningkatan penyediaan sarana dan prasarana
Revolusi Mental dimaksudkan untuk yang menunjang pelayanan publik, peningkatan
memperbaiki dan membangun karakter bangsa penegakan hukum dan aturan di bidang
Indonesia dengan melaksanakan Revolusi pelayanan publik serta penerapan sistem
Mental yang mengacu pada nilai-nilai integritas, penghargaan dan sanksi beserta keteladanan
etos kerja, dan gotong royong untuk membangun pimpinan.
budaya bangsa yang bermartabat, modern, maju, Pemerintah dalam kaitan implementasi program
makmur, dan sejahtera berdasarkan Pancasila. oleh unsur Administrasi Negara, memiliki
kedudukan yang jelas dan pasti dalam
Selain itu, menteri dan jajaran di kementerian menjalankan wewenang serta unsur tindakan
ditugasi untuk penyempurnaan standar hukum. Pelaksanaan urusan pemerintahan/

18
birokrasi dilakukan antara lain dengan beberapa memotong anggaran yang diajukan pada
cara menurut Utrecht (dalam Ridwan, 2006) proses perencanaan anggaran sehingga
sebagai berikut : memunculkan inisiatif pada orang yang
1. Bertindak sebagai pelaksana Administrasi mengajukan anggaran untuk melebih-
Negara. lebihkan anggaran, dan kecenderungan
2. Bertindak sebagai subjek hukum (badan birokrasi mengalokasikan anggaran atas
hukum). dasar input. Pembengkakan anggaran akan
3. Bertindak selaku pemerintah bersama semakin meluas ketika kekuatan civil society
dengan subjek hukum lain bukan lemah dalam mengontrol pemerintah;
Administrasi Negara, tergabung dalam c. Prosedur yang berlebihan akan
kerjasama di atur oleh aturan hukum. mengakibatkan pelayanan menjadi berbelit-
belit dan kurang menguntungkan bagi
B. Hasil dan Pembahasan masyarakat ketika dalam keadaan mendesak;
1. Patologi Birokrasi d. Pembengkakan birokrasi, dapat dilakukan
Sumber daya birokrasi yang memenuhi syarat dengan menambah jumlah struktur pada
kualifikasi profesional dan kompetensi birokrasi dengan alasan untuk meringankan
menentukan kinerja dari birokrasi secara beban kerja dan lain-lain yang sebenarnya
optimal. Di sisi yang lain, birokrasi pemerintah struktur tersebut tidak terlalu diperlukan
mengalami situasi yang disebut dengan patologi keberadaannya. Akibatnya banyak dana
birokrasi. Patologi birokrasi adalah penyakit APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
dalam birokrasi negara yang muncul akibat Negara) yang dikeluarkan oleh pemerintah
perilaku para birokrat dan kondisi yang yang secara tidak langsung dapat merugikan
membuka kesempatan untuk itu, baik yang negara. Sehingga anggaran negara menjadi
menyangkut politis, ekonomis, social cultural kurang tepat sasaran; dan
dan teknologikal. Patologi birokrasi muncul e. Fragmentasi birokrasi, banyaknya
dikarenakan hubungan antar variabel pada kementerian baru yang dibuat oleh
struktur birokrasi yang terlalu berlebihan, seperti pemerintah lebih sering tidak didasarkan
rantai hirarki panjang, spesialisasi, formalisasi pada suatu kebutuhan untuk merespon
dan kinerja birokrasi yang tidak linear. Adapun kepentingan masyarakat agar lebih
macam-macam patologi birokrasi antara lain: terwadahi, tetapi lebih kepada motif-motif
a. Paternalistik, yaitu atasan bagaikan seorang tertentu.
raja yang wajib dipatuhi dan dihormati,
diperlakukan spesial, tidak ada kontrol Berhadapan dengan kondisi faktual demikian,
secara ketat, dan pegawai bawahan tidak maka profesionalisme Administrasi Negara yang
memiliki tekad untuk mengkritik yang telah mewarnai birokrasi Indonesia harus benar-benar
dilakukan atasan. Hal tersebut menjadikan dalam kondisi yang ideal/baik, seiring dengan
pelayanan publik kurang maksimal tuntutan yang mewarnai dinamika birokrasi
dikarenakan sikap bawahan yang terlalu kekinian.
berlebihan terhadap atasan sehingga
birokrasi cenderung mengabaikan apa yang 2. Meningkatkan Kualitas Aparatur Sipil
menjadi kepentingan masyarakat sebagai Negara (ASN).
warga negara yang wajib menerima layanan Keberadaan suatu organisasi sangat didukung
sebaik mungkin; adanya tiga pilar utama agar dapat berjalan
b. Pembengkakan anggaran, terdapat beberapa dengan baik. Tiga pilar itu terdiri dari
alasan mengapa hal ini sering terjadi yaitu : keberadaan SDM (dalam hal ini Aparatur Sipil
semakin besar anggaran yang dialokasikan Negara) yang baik, sistem penataan organisasi
untuk kegiatan semakin besar pula peluang yang baik, serta proses bisnis yang biasanya
untuk memark-up anggaran, tidak adanya dianggap sebagai target capaian organisasi
kejelasan antara biaya dan pendapatan dalam visi-misi. Tentunya, aspek SDM baik dari
dalam birokrasi publik, terdapatnya tradisi sisi kuantitas maupun kualitas dapat dilihat dari

19
sisi knowledge, skill, dan attitude. Dari sini tentu b. Alat penegak hukum yang yang kuat dan
dapat dipahami bahwa capacity building adalah bersih dari kepentingan politik.
proses meningkatkan kemampuan pengetahuan c. Adanya pengawasan tidak berpihak serta
dan keterampilan, serta sikap dan perilaku. netral.
Harus disadari bahwa berkembang tidaknya
suatu organisasi sangat dipengaruhi adanya Serta dengan menciptakan sistem Administrasi
kepedulian dan kualitas SDM dalam Negara yang menjaga akuntabilitas dan
menggerakkan organisasi. Dengan demikian, transparansi. Kurangnya demokrasi dan rasa
proses peningkatan kapasitas (capacity bertanggungjawab yang ada dalam birokrasi
building) dan pembangunan karakter (caracter membuat para birokrat semakin mudah untuk
building) SDM menjadi hal yang mutlak menyeleweng dari hal yang seharusnya
dilakukan. Pengawasan dari bawah dan dari atas
dilakukan. Dalam proses ini tentu dapat
merupakan alat dari penciptaan akuntabilitas dan
dilakukan dengan beragam cara, baik melalui
transparansi ini. Pembentukan e-Government
pendidikan dan pelatihan (Diklat) berbasis
diharapkan mampu menambah transparansi
kompetensi, pembinaan pola karir yang sehingga mampu memperkuat akuntabilitas para
jelas, tugas belajar, dan outbond atau pola birokrat di lapangan pemerintahan.
permainan, yang kesemuanya itu untuk
meningkatkan kinerja SDM organisasi dalam 3. Bagaimana Melayani Warga Negara
menjalankan tugasnya. Oleh karenanya, dengan baik ?
pengembangan kapasitas sangat terkait dengan Tuntutan masyarakat akan menjadi kunci utama
kemampuan SDM, kemampuan institusi, dan melakukan pelayanan. Seharusnya birokrasi
kemampuan sistem organisasi birokrasi. adalah tindakan abdi negara yang melayani
kepentingan publik. Birokrasi menjadi alat
Kemampuan membenahi suasana yang patologis negara untuk memenuhi dan melayani
juga menjadi tantangan tersendiri dalam kebutuhan publik. Untuk itu diperlukan birokrasi
mensukseskan Gerakan Indonesia Melayani. yang profesional dan memiliki sumber daya
Perlu adanya reformasi administrasi secara manusia yang memiliki integritas dan
global dan menyeluruh. Artinya reformasi kompetensi di bidangnya. Namun pada
administrasi bukan hanya sekedar mengganti kenyataannya, publik mempersepsikan birokasi
personil saja, bukan hanya merubah nama kita belum ideal seperti itu. Setelah reformasi
intansi tertentu saja, atau bukan hanya 1998 terjadi perubahan besar dalam kultur tata
mengurangi atau merampingkan birokrasi saja kelola politik dan pemerintahan. Selama Orde
namun juga reformasi yang tidak kasat mata Baru, birokrasi yang menguasai politik. Namun
seperti upgrading kualitas birokrat, perbaikan setelah mundurnya presiden Soeharto, politik
moral, dan merubah cara pandang birokrat, yang menguasai birokrasi. Banyak pihak yang
bahwa birokrasi merupakan suatu alat pelayanan merisaukan keadaan ini karena birokrasi tidak
publik dan bukan untuk mencari keuntungan. bekerja profesional melayani publik atau
menjadi abdi negara yang sesungguhnya. Justru
Kemudian yang perlu diperhatikan juga sering kali ditemui jika birorkasi lebih mengabdi
pembentukan kekuatan hukum dan per-Undang- kepada kepentingan politik yang sedang
Undangan yang jelas. Kekuatan hukum sangat berkuasa.
berpengaruh pada kejahatan-kejahatan, termasuk
kejahatan dan penyakait-penyakit yang ada di Hal itu menjadi daya dorong untuk melakukan
dalam birokrasi. Kita sering melihat bahwa para perubahan terhadap tatanan birokrasi melalui
koruptor tidak pernah jera walaupun sering Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU
keluar masuk bui/penjara. Hal ini dikarenakan ASN). Perubahan dalam sistem, manajemen,
hukuman yang diterima tidak sebanding dengan rekrutmen dan budaya Pegawai Negeri Sipil
apa yang diperbuat. Pembentukan supremasi (PNS). Tujuan utamanya agar birokrasi tersebut
hukum dapat dilakukan dengan cara: menjadi abdi negara dan bisa bekerja secara
a. Kepemimpinan yang adil dan kuat. profesional. Dalam Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara ini mengedepankan independensi,
kinerja dan profesionalisme aparatur sipil

20
negara. Birokrasi bekerja sesuai tuntunan
undang-undang dan kepentingan Negara. Salah Patut menjadi perhatian banyak pihak bahwa
satunya jabatan aparatur sipil negara terdiri dari birokrasi merupakan kekuatan yang besar,
jabatan administratif, fungsional dan jabatan kegiatannya menyentuh hampir setiap sendi
eksekutif senior. Istilah PNS diganti dengan kehidupan warga negara. Maka kebijakan yang
Aparatur Sipil Negara (ASN), selain itu seleksi dibuat oleh birokrasi sangat mempengaruhi
ASN berdasarkan kompetensi dan ada sanksi sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan
pidana bagi yang melanggarnya. UU ASN juga bernegara. Selain itu birokrasi merupakan garis
mengatur batas usia pensiun seorang pegawai terdepan yang berhubungan langsung dengan
negeri sipil (PNS). Pejabat administrasi PNS, memberi pelayanan umum kepada masyarakat.
batas usia pensiun yang semula 56 tahun
diperpanjang menjadi 58 tahun sementara Profesionalitas seorang birokrat tampak dari
pejabat pimpinan tinggi (eselon I dan II) 60 keahlian dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
tahun. tugas. Pengetahuan dasar tentang kompleksitas
dunia administrasi dan kemajuan teknologi
UU ASN membawa perubahan yang besar moderen memperlancar tugas birokrat. Gagasan
dalam birokrasi kita, mulai dari sistem awal dibentuknya birokrasi adalah untuk
perencanaan, pengadaan, pengembangan karier, kepentingan pelayanan publik, yang sasaran
penggajian, serta sistem dan batas usia pensiun. akhirnya guna untuk mewujudkan kesejahteraan
Perubahan itu didasarkan pada sistem merit, rakyat (bonum publicum) sebagai raison d’etre
yang mengedepankan prinsip profesionalisme, dari eksistensi sebuah negara. Dalam konteks
Max Weber, birokrasi sebagai Hierarki
kompetensi, kualifikasi, kinerja, transparansi,
Administratif yang Profesional.
objektivitas, serta bebas dari intervensi politik
dan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
4. Membangun Kualitas Perubahan Sosial
Dengan ditetapkannya UU ASN menjadi
Fungsi Birokrasi.
peluang bagi kita untuk meningkatkan mutu
Perubahan yang direncanakan (Planned
pelayanan pemerintah. PNS bisa bekerja secara
Change), usaha sistematik untuk
profesional sesuai dengan tanggungjawab dan
mendesain ulang suatu organisasi dengan cara
tugasnya. Pada sisi yang lain birokrasi juga
yang akan membantu melakukan adaptasi pada
dituntut untuk terus meningkatkan
perubahan yang terjadi pada lingkungan
kemampuannya lewat penguasaan ilmu
eksternal atau mencapai sasaran baru. Perubahan
pengetahuan dan teknologi. UU ASN ini
yang memungkinkan dapat dilakukan berupa:
menjadi fondasi penting dalam menata birokrasi
Pendekatan pada perubahan teknologi,
Indonesia. Birokrasi yang melayani kepentingan
Perubahan teknologi sebuah organisasi
publik.
mencakup mengganti peralatan, proses rekayasa,
teknik penelitian atau metode produksi. Yang
Birokrasi Indonesia ke depan sudah seharusnya
kedua berupa Pendekatan pada perubahan
dirancang dengan tipe ideal, di tengah
manusia, Pendekatan manusia mencoba
kemajemukan faktual yang ada dalam ranah
mengubah tingkah laku karyawan dengan
operasional pemerintahan. Administrasi Negara
memfokuskan pada ketrampilan, sikap, persepsi
diharapkan memiliki peran yang nyata dalam
dan harapan mereka. Inilah yang akan
rancangan yang ideal tersebut untuk
diterapkan dalam membangun kualitas
diwujudnyatakan dalam birokrasi pemerintahan
perubahan sosial fungsi birokrasi Indonesia
ideal Indonesia yang khas dengan
dengan upaya revolusi mentalnya.
kemajemukannya tersebut. Restrukturisasi dan
reformasi sistem dalam birokrasi Indonesia
Usaha jangka panjang diterapkan dalam
menjadi usaha mendesak, mengingat
pengembangan organisasi birokrasi juga di
implikasi/dampak yang begitu luas bagi
implementasikan, yang didukung manajemen
masyarakat dan negara. Perlu adaya upaya yang
puncak untuk memperbaiki proses pemecahan
serius agar pembaruan birokrasi menjadi lancar
masalah dan pembaharuan organisasi. Terutama
dan berkelanjutan.

21
lewat diagnosis yang lebih efektif dan hasil kerja sebagai salah satu tolok ukur dalam pengelolaan
sama serta manajemen budaya organisasi dengan sumber daya publik. Namun, lebih dari itu,
penekanan khusus pada tim kerja formal, budaya status administrasi semacam itu tidak boleh
antar kelompok dengan bantuan seorang mengabaikan spirit dan esensi akuntabilitas,
fasilitator konsultan dan menggunakan teori yaitu benar-benar menggunakan sumber daya
serta teknologi mengenai penerapan ilmu publik sesuai aturan dan bisa di kontrol oleh
tingkah laku termasuk penelitian tindakan. Iklim masyarakat yang di layani.
kondusif dalam rangka menjadikan
pemerintahan berkelas dunia pada 2025 perlu C. Penutup
secara serius di siapkan di segala bidang Memasuki era global birokrasi pemerintahan
pelayanan birokrasi. yang berkelas dunia, maka birokrasi harus
berbenah diri terutama para birokrat sebagai
Dalam pidato Guru Besarnya, Thoha (1999) SDM di dalamnya. Jiwa profesionalisme harus
mengemukakan bahwa penyelenggaraan di bangkitkan dalam rangka meningkatkan
birokrasi pemerintah bisa berjalan dengan baik kualitas dan kualifikasi birokrasi Indonesia.
bila bekerja di bawah rezim demokratis di mana Gerakan Indonesia Melayani bukan semata
masyarakat bisa ikut mengawasi. Sebaliknya, hanya sebatas jargon dan simbolisasi, namun
bila birokrasi di bawah rezim otoriter, maka menjadi target ideal sebagai model untuk di
masyarakat kesulitan untuk mengendalikan lakukan. Dukungan Undang-undang No 5 Tahun
birokrasi pemerintah. Sebagai mesin utama 2014 tentang Aparatur Sipil Negara menjadi
pemerintahan, birokrasi mengikuti gaya tonggak dukungan utama dalam mencapai target
kepemimpinan yang di kembangkan oleh kepala riil tersebut. Kehadiran UU ASN ini menjadi
daerah. Di masa lalu, ketika pemimpin berwajah daya dorong dalam mewujudkan
otoriter, maka para birokrat juga meniru gaya Profesionalisme dalam Birokrasi Pemerintah
pimpinannya tersebut. Akibatnya, orientasi yang moderen. Gaya kepemimpinan pro
pelayanan bukan kepada masyarakat tetapi masyarakat, bergulirnya spirit keterbukaan,
merujuk kepada kebutuhan dan kepentingan perlahan-lahan menjadi program yang niscaya
atasan. Masyarakat sebagai pemilik kedaulatan mendukung perubahan terencana yang
pemerintahan tidak bisa melakukan kontrol revolusioner pada sistem Birokrasi Indonesia.
apapun dalam situasi yang otoriter. Birokrasi kekinian telah berusaha
memperlihatkan diri sebagai birokrasi yang
Gaya pelayanan dimana pemimpin menyapa bertanggung jawab secara komprehensif,
masyarakat harusnya menjadi karakter terkini profesional, dan responsif. Meski demikian
para birokrat. Baik secara individual maupun partisipasi warga negara dalam pengambilan
secara organisasi birokrasi pemerintahan. Para keputusan tetap diperlukan untuk mengoreksi
pemimpin dan staff satuan kerja baik di birokrasi pilihan kebijakan yang di putuskan pemeritah
pusat maupun daerah harus lebih rajin melihat dalam rangka memberikan pelayanan terbaik
kondisi di lapangan dan segera memutuskan kepada warga negara/publik.
kebijakan yang diperlukan untuk mengatasi
permasalahan dan juga kebutuhan yang muncul Daftar Pustaka
di masyarakat. Sejalan dengan pandangan Dwiyanto, Agus. 2011. Mengembalikan
Weber tentang rasionalitas dalam organisasi Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
birokrasi dimana di antara penandanya adalah Birokrasi. Jakarta : PT Gramedia
Ridwan, HR. 2006. Hukum Administrasi
kecepatan dan efisiensi (Ritzer, 2014). Satu hal
Negara. Jakarta : PT Raja Grafindo
yang tidak boleh ketinggalan adalah membangun Persada.
keterbukaan birokrasi. Sebagai pelaksana Ritzer, G. 2014. Teori Sosiologi, Dari Klasik
sumber daya publik, maka sudah sewajarnya bila Sampai Perkembangan Terakhir
birokrasi mempertanggungjawabkan sumber Postmoderen. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
daya yang di kelola. Status keuangan semacam
“WTP” memang penting untuk di raih dan

22
Siagian, Sondang P. 1994. Patologi Birokrasi
Analisis Identifikasi dan Terapinya.
Jakarta : Ghalia Indonesia
Thoha, Miftah. 1999. “Demokrasi dalam
Birokrasi Pemerintah : Peran Kontrol
Rakyat & Netralitas Birokrasi“. Pidato
Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas
Ilmu Sosial & Ilmu Politik. Universitas
Gadjah Mada Jogjakarta pada tanggal 8
Mei 1999.
Thoha, Miftah. 2007. Birokrasi dan Politik di
Indonesia. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (UU ASN).
Zuber, Ahmad. 2017. Tantangan Birokrasi
Progresif di Indonesia. Surakarta : CV
Kekata Group.
http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id/2016/09/22/b
ahan-3-sanri-an-b/
http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id/2017/03/13/b
ahan-3-han-2/

23
Prinsip Dan Kualitas Layanan dalam Menjawab Era Reformasi
Birokrasi di Politeknik Negeri Malang
Farika Nikmah dan Halid Hasan
Politeknik Negeri Malang

Abstrak
Reformasi Birokrasi wajib bagi semua unit kerja pemerintah sebagai upaya untuk menciptakan
manajemen kelembagaan yang baik, sehat, efektif dan efisien. Politeknik Negeri Malang mulai tahun
2016 telah melaksanakan reformasi birokrasi. Hal pertama yang harus dilakukan adalah merestrukturisasi
layanan yang diberikan kepada publik, mahasiswa dan karyawan sebagai pihak internal. Peningkatan ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan
menciptakan kepuasan bagi mereka yang dilayani. Harapannya, Politeknik Negeri Malang, dapat
meningkatkan kinerja secara keseluruhan sesuai dengan amanat dalam 8 bidang manajemen perubahan
yang telah ditetapkan.
Kata kunci: Reformasi Birokrasi, Manajemen Perubahan, Kualitas Layanan, Pelayanan Publik

Abstract
Bureaucratic Reform is mandatory for all government work units as an effort to create good, healthy,
effective and low-cost institutional management. Polytechnic State of Malang also has the obligation.
Starting in 2016, Polytechnic State of Malang, doing step by step to the 8 areas of change management
required in the implementation of Bureaucracy Reform. The first thing to do is to restructure the services
provided to the public, students and employees as internal parties. This improvement is aimed at
improving the quality of services so as to meet the needs of the community and create satisfaction for
those served. Hope, that in accordance with the target and time, Polytechnic State of Malang, can improve
overall in accordance with the mandate in the 8 areas of change management that have been set.
Keywords: Bureaucratic Reform, Change Management, Service Quality, Public Service

A. Pendahuluan 4. Tingkat efisiensi, efektivitas, dan


Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan produktivitas birokrasi belum optimal.
upaya untuk melakukan pembaharuan dan 5. Transparansi dan akuntabilitas birokrasi
perubahan mendasar terhadap sistem masih rendah.
penyelenggaraan pemerintahan terutama 6. Disiplin dan etos kerja masih rendah.
menyangkut aspek-aspek kelembagaan 7. Perubahan lingkungan strategis, yang antara
(organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya lain: kemajuan teknologi komunikasi dan
manusia aparatur. Hal yang mendasari penting informasi, krisis ekonomi global,
untuk dilaksanakannya reformasi birokrasi
berkembangnya persaingan antar negara, dan
karena:
seterusnya. (Dominata, 2018).
1. Ketidakpercayaan yang meluas pada kinerja
pemerintah dan kebangkrutan birokrasi di
Berdasarkan alasan-alasan di atas, bahwa
Amerika telah melahirkan konsep reinventing
terdapat kekurangan pada sistem
government sebagai model manajemen penyelenggaraan pemerintahan, maka melalui
publik baru yang dikembangkan oleh David reformasi birokrasi diharapkan dapat dilakukan
Osborne dan Ted Gaebler pada tahun 1992. penataan terhadap sistem penyelenggaraan
2. Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme pemerintah dimana uang tidak hanya efektif dan
(KKN) masih berlangsung hingga saat ini. efisien, tetapi juga reformasi birokrasi menjadi
3. Tingkat kualitas pelayanan publik masih tulang punggung dalam perubahan kehidupan
belum mampu memenuhi harapan berbangsa dan bernegara. Reformasi birokrasi
masyarakat. yang baik, diwujudkan dalam perubahan secara

24
signifikan melalui tindakan atau rangkaian birokrasi antara lain adalah untuk menyelesaikan
kegiatan pembaharuan secara konseptual, berbagai permasalahan yang muncul dalam
sistematis dan berkelanjutan dengan melakukan penyelenggaraan pemerintahanan khususnya
penataan, peninjuan, penertiban, perbaikan, sektor publik (Effendy, 2010). Berdasarkan
penyempurnaan dan pembaharuan sistem, pendapat ahli di atas, sebenarnya reformasi
kebijakan dan peraturan perundangan bidang birokrasi diciptakan dengan harapan untuk
aparatur negara termasuk moral aparatur negara menyelesaikan birokrasi dengan cara/prosedur
serta memantapkan komitmen melaksanakan yang sederhana, tepat guna, memenuhi harapan
ketentuan peraturan perundang-undangan. masyarakat, sehingga menciptakan efisiensi
Reformasi birokrasi adalah agenda besar dan hasil kerja.
panjang, dalam konteks kelembagaan, reformasi
birokrasi diprioritaskan pada lembaga-lembaga Sedarmayanti (2009), mengemukakan bahwa
negara seperti kejaksaan, kepolisian, legeslatif, reformasi birokrasi merupakan upaya
yudikatif, departemen-departemen, kantor pemerintah untuk meningkatkan kinerja melalui
imigrasi, bea cukai, pajak, pertanahan, sampai berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisiensi
pada pemerintah daerah. Semua itu perlu dan akuntabilitas, dimana reformasi birokrasi
dilakukan untuk menuju pelayanan publik yang mencakup beberapa perubahan, yaitu:
berkualitas dan prima. 1. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola
sikap dan pola tindak)
Politeknik Negeri Malang sebagai salah satu 2. Perubahan penguasa menjadi pelayan
lembaga/institusi negeri juga memiliki masyarakat
kewajiban untuk melakukan perubahan sesuai 3. Mendahulukan peranan dari wewenang
dengan tujuan reformasi birokrasi yang 4. Tidak berfikir hasil produksi tapi hasil akhir
ditetapkan, yaitu meliputi delapan area
perubahan (Organisasi, Tata Laksana, Sumber Reformasi birokrasi dalam pelaksanaannya
Daya Manusia Aparatur, Peraturan Perundang- identik dengan pelayanan publik, dimana
Undangan, Pengawasan, Akuntabilitas, terdapat prinsip-prinsip pokok yang harus
Pelayanan Publik, dan Budaya Kerja Aparatur). dimiliki oleh birokrasi dalam memberikan
Secara bertahap dan berkesinambungan mulai pelayanan kepada masyarakat. Duadji (2013),
ditata sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan menjelaskan sebagai berikut:
reformasi birokrasi dalam keseluruhan aktifitas 1. Prinsip aksesibilitas, yaitu keterjangkauan
kerja, pada seluruh unit dalam lembaga/institusi.
meliputi tempat, jarak dan sistem pelayanan
Terlebih aktifitas yang berkaitan dengan
2. Prinsip kontinuitas, yaitu jenis pelayanan
layanan, baik layanan yang bersifat
harus secara terus menerus tersedia, dengan
internal/eksternal. Layanan sesuai dengan
semangat reformasi birokrasi harus layanan kepastian dan penjelasan tertentu bagi proses
berkualitas yang pada akhirnya mewujudkan pelayanan
kepuasan bagi pihak yang dilayani. 3. Prinsip teknikalitas, yaitu setiap jenis
Penelitian ini dibatasi pada bagaimana tindakan pelayanan harus dilaksanakan secara efektif
dan usaha yang dilakukan Politeknik Negeri dan efisien dan memberikan manfaat bagi
Malang dalam mewujudkan layanan publik yang pemerintah dan masyarakat
berkualitas, memenuhi kebutuhan masyarakat 4. Prinsip akuntabilitas, yaitu proses/produk dan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan pada mutu pelayanan harus dapat
pelaksanaan reformasi birokrasi. dipertanggungjawabkan kepada masyarakat

Penelitian ini didasarkan pada beberapa teori- Selain terdapat prinsip-prinsip yang harus
teori, yaitu bahwa reformasi birokrasi menurut dipahami dan dijalankan dalam pelayanan
Max Weber adalah upaya-upaya strategis dalam publik, kualitas juga harus diperhatikan demi
menata kembali birokrasi yang sedang berjalan terciptanya kepuasan masyarakat. Sinambela
sesuai prinsip-prinsip span of control, division of dalam Pasolong (2008), menyatakan bahwa
labor, line and staff, rule and regulation, and kualitas pelayanan prima tercermin dari:
professional staff (Dwiyanto, 2009). Pendapat 1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat
lain mengemukakan bahwa tujuan reformasi terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua

25
pihak yang membutuhkan dan disediakan kerja dengan status BLU, memiliki banyak
secara memadai dan mudah dimengerti. kewajiban dan konsekuensi sebagai bentuk
2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat pertanggungjawaban dalam pengelolaan institusi
dipertanggungjawabkan sesuai dengan dalam segala bidang kepada Kemenristekdikti
ketentuan peraturan perundang-undangan. dan Kemenkeu sebagai organisasi induknya.
3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan Sesuai dengan bahasan dalam penelitian ini,
yaitu aspek kulaitas layanan, maka hal yang
penerima pelayanan dengan tetap berpegang
disoroti dalam gambaran umum institusi adalah
teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
lebih kepada bagaimana pelayanan yang
4. Partisipatif, yaitu pelayan yang dapat
diberikan Politeknik Negeri Malang kepada
mendorong peran serta masyarakat dengan publik. Mengingat Politeknik Negeri Malang
memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan sebagai lembaga pendidikan tinggi, maka
harapan masyarakat. karakteristik kegiatan dan layanan utama
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak Politeknik Negeri Malang adalah melaksanakan
melakukan diskriminatif dilihat dari aspek tugas Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu:
apapun khususnya suku, ras, agama, a. Aspek Pendidikan dan Pengajaran
golongan, status sosial. b. Aspek Penelitian
6. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu c. Aspek Pengabdian kepada Masyarakat (PkM)
pelayanan yang mempertimbangkan aspek d. Aspek Kerjasama
keadilan antara pemberi dan penerima e. Aspek Penjaminan Mutu Akademik dan Non
pelayanan publik. Akademik
f. Aspek Sistem Pengelolaan
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah kualitatif Visi dan misi Politeknik Negeri Malang yang
deskriptif yang menghasilkan data deskriptif dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra),
mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan yaitu:
tingkah laku yang dapat diamati dari orang- Visi: Menjadi lembaga pendidikan tinggi vokasi
orang sekitar. Metode ini menyajikan secara yang unggul dalam persaingan global
langsung hakekat peneliti dan informan, serta Misi: a. Menyelenggarakan dan
menjadi lebih mudah dalam memahami Mengembangkan Pendidikan Vokasi
yang Berkualitas, Inovatif dan Berdaya
fenomena yang terjadi dilapangan, dengan
Saing sesuai Kebutuhan Industri,
teknik pengumpulan data secara observasi,
Lembaga Pemerintah, dan Masyarakat;
wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini
b. Menyelenggarakan Penelitian Terapan
berlokasi di Politeknik Negeri Malang, dengan dan Pengabdian Kepada Masyarakat
melibatkan mahasiswa sebagai stakeholders yang Bermanfaat bagi Pengembangan
(pihak yang dilayani), bagian keuangan, bagian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta
akademik, Humas, dan PUSKOM. Kesejahteraan Masyarakat;
c. Menyelenggarakan Sistem Pengelolaan
C. Hasil dan Pembahasan Pendidikan dengan Berdasar pada
1. Gambaran Umum Institusi Prinsip-prinsip Tata Pamong yang
Politeknik Negeri Malang sesuai dengan Surat Baik;
Keputusan Menteri Keuangan Nomor d. Menciptakan Suasana Akademik yang
58/KMK.05/2012 tentang Penetapan Politeknik Kondusif untuk Meningkatkan Mutu
Negeri Malang pada Kementerian Pendidikan Sumber Daya Manusia dan
dan Kebudayaan sebagai Instansi Pemerintah Pembelajaran yang Mendorong Pola
yang menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Pembelajaran Seumur Hidup dan
Layanan Umum (PK-BLU) tanggal 24 Februari Tumbuhnya Jiwa Kewirausahaan;
2012 sebagai landasan hukum yang mendasari e. Mengembangkan Kerjasama yang
untuk beroperasi sebagai Satuan Kerja Badan Saling Menguntungkan dengan
Layanan Umum. Selanjutnya, sebagai satuan Berbagai Pihak, baik di Dalam maupun

26
di Luar Negeri pada Bidang-Bidang dengan aduan/keluhan, dilayani secara terpusat
yang Relevan. ditempatkan dalam satu gedung.

2. Prinsip Layanan di Politeknik Negeri Sesuai dengan pendapat Duadji (2013), layanan
Malang publik harus memenuhi kaidah/prinsip-prinsip
Layanan yang diberikan Politeknik Negeri layanan. Berdasarkan pendapat Duaji tersebut,
Malang, meliputi layanan kepada layanan publik yang dilaksanakan di Politeknik
mahasiswa/masyarakat dan layanan internal, Negeri Malang dalam mendukung Reformasi
yaitu kepada pegawai. Politeknik Negeri Birokrasi, dijabarkan dalam tabel 1 dan 2.
Malang, dalam proses menerapkan Reformasi
Birokrasi dengan baik, secara bertahap 3. Kualitas Layanan Politeknik Negeri Malang
dilakukan satu per satu sesuai dengan 8 area Seperti yang disampaikan, bahwa layanan yang
manajemen perubahan. Sampai dengan tahun diberikan oleh Politeknik Negeri Malang
2018, usaha yang telah dilakukan guna meliputi layanan kepada mahasiswa, masyarakat
mendukung Reformasi Birokrasi, adalah dan internal yaitu pegawai sesuai dengan status
manajemen layanan publik (quick wins), yaitu Politeknik Negeri Malang sebagai
menciptakan layanan satu atap/Unit Layanan lembaga/institusi pendidikan. Berikut kualitas
Terpadu bagi mahasiswa dan masyarakat. layanan yang diberikan sebagai upaya untuk
Layanan akademik bagi mahasiswa, dan Humas mendukung tercapainya tujuan pelaksanaan
yang melayani masyarakat, terutama terkait Reformasi Birokrasi yang baik

Tabel 1.
Prinsip Layanan di Politeknik Negeri Malang
Prinsip Layanan Penerapannya di Politeknik Negeri Malang
Aksesibilitas Gedung Unit Layanan Terpadu berada di lokasi yang strategis, yaitu bagian
paling depan kampus, sehingga memudahkan akses bagi masyarakat luas untuk
menjangkau, dekat dengan pos keamanan, tempat parkir memadai (mobil dan
sepeda motor), serta didukung oleh sumber daya manusia/SDM yang terkait
dengan bidang akademik (yang mengurusi mahasiswa mulai masuk sebagai
mahasiswa baru sampai dengan lulus dan menjadi alumni), serta tim Humas
yang berbentuk UPT, didukung Kepala Humas dan staf.
Kontinuitas Layanan yang diberikan bersifat terus menerus, karena bagian ini melekat
dalam struktur organisasi Politeknik Negeri Malang, sehingga SDM yang
melayani adalah berstatus PNS dan Tenaga Kontrak, sehingga layanan tidak
akan terputus jika SDM berhalangan (pensiun, cuti, izin). Terdiri dari tim yang
dapat mengatasi setiap aktifitas kerja untuk tetap berjalan dengan lancar dan
baik.
Teknikalitas Layout kantor didesain sesuai dengan kebutuhan kerja untuk efektif dan efisien.
Memberikan kemudahan kepada pihak yang dilayani untuk melakukan aktifitas
sesuai dengan kebutuhannya, serta didukung aplikasi sistem informasi, dengan
harapan proses layanan dapat dilakukan lebih cepat, efektif dan murah. Pada
layanan akademik didukung dengan aplikasi ADMISI (pendaftaran mahasiswa
baru), SIAKAD (penyampaian data, nilai dan status mahasiswa), sedangkan
yang terkait dengan aduan masyarakat, Humas melayani dengan dua cara, yaitu:
(1) pengaduan masyarakat melalui media lapor, (2) melayani pengaduan
masyarakat melalui tatap muka.

Akuntabilitas Terdapat standar baku (SOP) bagi proses layanan, Buku Pedoman Akademik,
dimana dalam menerbitkannya sesuai dengan ketetapan SK Direktur, dan
terdapat kotak saran atau media yang lain sebagai media lapor, serta dapat
secara tatap muka dengan bagian Humas.
Sumber: diolah, 2018

27
Tabel 2.
Kualitas Layanan Politeknik Negeri Malang
Kualitas Layanan Penerapannya di Politeknik Negeri Malang
Transparansi Layanan-layanan yang diberikan semua dapat diakses dengan mudah oleh yang
berkepentingan, misalnya: (1) SIMPEG, aplikasi sistem kepegawaian, dimana
semua pegawai baik dosen dan tenaga kependidikan (tendik), yang berstatus
PNS dan kontrak dapat mengakses data masing-masing dengan menggunakan
password dan username dari masing-masing pegawai; (2) SIAKAD, aplikasi
sistem akademik, dimana semua mahasiswa dan orangtua mahasiswa dapat
mengakses data, nilai, status dari mahasiswa yang bersangkutan dengan
menggunakan password dan username dari masing-masing mahasiswa; (3)
ADMISI, aplikasi sistem penerimaan mahasiswa baru, secara terbuka dapat
diakses oleh masyarakat luas yang berkepentingan untuk melakukan
pendaftaran/ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru; (4) SIMKEU, aplikasi
sistem keuangan, dimana aplikasi ini dapat diakses oleh bagian keuangan dan
pejabat yang berwenang terkait dengan urusan pendapatan dan belanja institusi;
(5) DCKJM, aplikasi yang berisi tentang seluruh data prodi, unit tentang survey
kepuasan masyarakat, mahasiswa, dan pegawai yang dapat diakses secara
internal dengan menggunakan sambungan intranet POLINEMA, serta beberapa
sistem yang siap dibangun secara terintegrasi dimana semuanya bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mahasiswa dan pegawai.
Akuntabilitas Sebagian besar pelayanan sudah dijalankan sesuai dengan standar baku/SOP
yang ditetapkan, misalnya: layanan keuangan mendapatkan beberapa apresiasi,
yaitu (1) penyaji laporan terbaik dari KPPN pada tahun 2017, (2) monitoring
triwulan selalu dalam urutan 10 besar dari beberapa aspek, (3) serta bersama
dengan bagian Tata Usaha, diberi kepercayaan menjadi koordinator Unit
Akuntansi Wilayah (UAW) se- Jawa Timur periode 2017 – 2022.
Kondisional Terdapat beberapa kebijakan yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat,
seperti: (1) dalam penetapan tarif Uang Kuliah Tunggal (UKT), terdapat
pengelompokan khusus, yaitu kelompok 1, 2 dan 3 adalah kelompok
keringanan UKT, yaitu bagi mahasiswa dengan latar belakang keluarga kurang
mampu dengan mengajukan surat keterangan dari RT/RW, sebesar 10% dari
jumlah seluruh mahasiswa per angkatan, (2) masih terdapat kebijakan
mengembalikan uang (UKT) yang sudah dibayarkan oleh mahasiswa baru yang
semula diterima di Politeknik Negeri Malang, ternyata dikemudian hari sesuai
pengumuman diterima melalui jalur SBMTN, dikembalikan sebesar 40% dan
diberi batas waktu satu minggu terhitung semenjak pengumuman SBMPTN.
Semua kebijakan di atas di atur dengan ketetapan SK Direktur.
Partisipatif Memberikan ruang kepada masyarakat untuk ikut serta dalam menentukan
kebijakan institusi, misalnya: (1) diberikan kuesioner sederhana kepada
masyarakat (orang tua mahasiswa) untuk menggali data tentang penentuan
kenaikan tarif UKT, dengan harapan bahwa kenaikan UKT tidak memberatkan,
yaitu sesuai dengan inflasi, kondisi makro, dan kemampuan masyarakat luas;
(2) KJM secara kontinu per semester membagikan kuesioner kepada mahasiswa
tentang kepuasan layanan yang diberikan oleh dosen dan tendik.
Kesamaan Hak Sebagian besar layanan publik yang diberikan dijalankan berdasar pada standar
baku/SOP, sehingga setiap layanan yang diberikan seragam/sama tanpa melihat
agama, suku, ras dan golongan.
Keseimbangan Hak Selain berorientasi pada penerima layanan, institusi juga memperhatikan yang
memberikan pelayanan, seperti dengan mengatur waktu layanan, bahwa tetap
ada hak untuk istirahat, sholat dan makan/minum sesuai dengan jam operasional
kantor.
Sumber: diolah, 2018

28
D. Penutup
Politeknik Negeri Malang sebagai satuan kerja
pemerintah, dengan Kementerian Riset,
Teknologi dan pendidikan Tinggi sebagai
organisasi induk, berusaha selaras dan sejalan
menjalankan setiap instruksi dari lembaga di
atasnya, salah satunya dengan menerapkan
Reformasi Birokrasi dalam manajemen
pengelolaan institusi. Secara bertahap dan
menyeluruh, upaya dan usaha dilakukan
Politeknik Negeri Malang dalam mewujudkan
Reformasi Birokrasi. Telah terdapat beberapa
upaya dalam mereformasi kegiatan
manajemennya, melalui 8 area manajemen
perubahan, seperti berusaha meningkatkan
kualitas layanan publik yang diberikan bagi
masyarakat, mahasiswa dan internal, yaitu
pegawai. Harapan dari upaya yang dilakukan
adalah ke depan dapat secara utuh dan
menyeluruh menyentuh semua 8 area
manajemen perubahan.

Daftar Pustaka
Duadji, Noverman. 2013. Manajemen
Pelayanan Publik. Bandar Lampung:
Lembaga Penelitian Universitas
Lampung.
Dwiyanto, Agus. 2010. Manajemen Pelayanan
Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Effendy, Marwan. 2010. Reformasi Pelayanan
Sektor Publik merupakan Bagian dari
Penanggulangan Korupsi secara Integral
dan Sistemik. Bandar Lampung:
UniversitasTulang Bawang Lampung.
Pasolong, Harbani. 2008. Kepemimpinan
Birokrasi. Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi
Publik, Reformasi Birokrasi dan
Kepemimpinan Masa Depan. Bandung:
Refika Aditama.

29
Efektivitas Inovasi Pelayanan Publik “Keluar Bersama” Daftar 1
Keluar 5
(Studi Kasus di Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta)
Siti Munawaroh
Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
munawaroh840@gmail.com

Abstrak
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait pelayanan publik membuat pemerintah daerah harus
berbenah diri untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Perbaikan pelayanan dilakukan
oleh Pemerintah Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta dengan membuat program Keluar Bersama
untuk mengatasi masalah administrasi kependudukan. Tujuan penelitian ini yaitu melihat seberapa efektif
inovasi Keluar Bersama yang dirancang untuk mengatasi masalah administrasi kependudukan di
kecamatan tersebut. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Inovasi Keluar Bersama cukup efektif dalam
mengatasi permasalahan administrasi kependudukan, dan hal ini dilihat dari peningkatan dokumen anak
pasca adanya inovasi. Peningkatan kepemilikan dokumen ini membuktikan bahwa masyarakat ikut
berpartisipasi dan menggunakan pelayanan yang ada, tanpa dukungan dari masyarakat sebagus apapun
inovasi yang ada jika tidak dimanfaatkan maka tidak akan berguna. Program Keluar Bersama ini
merupakan paket lengkap karena mudah dalam pengurusan dan juga cepat dalam memberikan pelayanan.
Kata kunci: Efektivitas, Inovasi, Pelayanan Publik

Abstract
Increasing requirement of society about public services make local governments should improve
themselves to provide the best service for the society. Improvement of services conducted by the
Government of Danurejan Subdistric in Yogyakarta City by creating a Keluar Bersama program to
solving the problem of demography administration. The purpose of this study is to see effectiveness the
Keluar Bersama innovation designed to solve the problem of demography administration in the
subdistrict. The results of this study indicate that the Innovation of Keluar Bersama is quite effective in
overcoming the problem of demography administration, and this is seen from the improvement of post-
innovation children's document. Increasing ownership of this document proves that the society
participates and uses the existing services, without the support of the society as good as any innovations
that are otherwise unused will not be useful. The Keluar Bersama program is a complete package as it is
easy to handle and also fast in delivering services.
Keyword: Effectiveness, Innovation, Public Services

A. Pendahuluan solusi dari masih buruknya pelayanan yang


Setelah diberlakukannya otonomi daerah, setiap diberikan kepada masyarakat, yang berkaitan
daerah dapat dengan leluasa mengatur daerahnya dengan lamanya waktu pelayanan, kurangnya
sendiri. Otonomi daerah ditujukan untuk komunikasi dengan masyarakat sebagai
mendekatkan pemerintah dalam memberikan penerima layanan, dan hal itu mengakibatkan
pelayanan kepada masyarakat secara masyarakat tidak puas atas pelayanan yang
keseluruhan (Chalid, 2005). Pemerintah daerah diberikan.
dapat menerapkan ide-ide dan gagasan
cemerlang dalam penyelenggaraan pelayanan Salah satu inovasi yang dilakukan pemerintah
publik dimaksudkan untuk menciptakan daerah adalah inovasi “Keluar Bersama” Daftar
pelayanan publik yang lebih baik. Untuk 1 Keluar 5, merupakan inovasi yang dilakukan
meningkatkan pelayanan publik, pemerintah oleh Pemerintah Kecamatan Danurejan Kota
daerah dapat melakukan sebuah inovasi sebagai Yogyakarta. Inovasi ini masuk dalam TOP 99

30
Inovasi Pelayanan Publik tahun 2017 dan Tidak hanya itu saja, berupaya untuk
mewakili Kota Yogyakarta. Inovasi ini muncul mempermudah keluarga yang ingin membuat
karena dalam melaksanakan pelayanan publik dokumen baru ketika memiliki anggota baru
kepada masyarakat, Kecamatan Danurejan dalam keluarganya. Jika dilihat dari tujuannya,
mengalami kendala terkait pelayanan program pelayanan ini merupakan program yang
administrasi kependudukan. Angka kepemilikan ideal. Akan tetapi belum diketahui seberapa
Akta Kelahiran di Kecamatan Danurejan sebagai efektif inovasi pelayanan publik “Keluar
wujud pengakuan negara atas identitas anak Bersama” dalam mengatasi masalah administrasi
masih kurang dari 53,92 % di Tahun 2014 dan kependudukan di Kecamatan Danurejan, dengan
mencapai 83,74% di Tahun 2015. Mencermati demikian dibutuhkan penelitian lebih lanjut
angka tersebut dapat dikatakan bahwa angka untuk menjawab permasalahan tersebut. Untuk
kepemilikan Akta Kelahiran masih kurang itu penelitian ini akan membahas terkait
optimal di Kecamatan Danurejan karena masih efektifitas dari inovasi pelayanan publik “Keluar
di bawah target angka nasional (85%) (Muis, Bersama” di Kecamatan Danurejan Kota
2017). Yogyakarta.

Selain akta kelahiran, salah satu dokumen yang B. Metode Penelitian


harus diberikan adalah Kartu Identitas Anak Metode penelitian yang digunakan dalam
(KIA) yakni sebuah identitas resmi anak sebagai penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Jenis
bukti diri anak yang berusia di bawah 17 tahun data dalam penelitian ini ada dua yakni data
serta belum menikah sebagai bentuk primer dan sekunder. Data primer diperoleh
perlindungan dan juga pemenuhan hak melalui wawancara dengan Camat Kecamatan
konstitusional warga negara sebagaimana Danurejan dan Kepala Seksi Pengaduan dan
ketentuan dalam Permendagri No.2 tahun 2016 Pelayanan, sedangkan data sekunder diperoleh
tentang KIA. dari pihak ketiga berupa data terkait inovasi
Keluar Bersama dan juga data terkait progress
Hal yang terjadi di Kecamatan Danurejan yaitu dari inovasi tersebut. Selain itu data sekunder
antara jumlah kelahiran bayi dan juga juga diperoleh dari buku, jurnal, internet, berita,
permohonan perubahan KK dan NIK anak lahir dan juga sumber lain yang berkaitan dengan
tidak sama, ini menandakan kondisi yang tidak penelitian yang dilakukan.
ideal. Seharusnya jumlah kelahiran bayi dan
juga dokumen perubahan KK dan NIK C. Hasil dan Pembahasan
berjumlah sama. Berdasarkan permasalahan Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi
tersebut Kecamatan Danurejan menggagas Keluar Bersama di Kecamatan Danurejan Kota
Inovasi “Keluar Bersama” yaitu dengan Yogyakarta cukup efektif dalam mengatasi
membentuk sebuah sistem pelayanan dokumen permasalahan administrasi kependudukan. Hal
anak secara terintegrasi dan merancang bangun ini dibuktikan dengan adanya kenaikan angka
sistem informasi edukasi ibu hamil pada media kepemilikan dokumen Akta Kelahiran, dan
elektronik handphone dengan sistem SMS Kartu Identitas Anak. Jika sebelum ada inovasi
Gateway (Muis, 2017). Dengan program terjadi ketimpangan jumlah kepemilkan 2
“Keluar Bersama” masyarakat hanya satu kali dokumen tersebut, pasca inovasi terdapat
mengajukan pembuatan dokumen anak, dan kesamaan atau kesesuaian jumlah antara
mendapatkan lima dokumen, antara lain buku dokumen satu dengan yang lainnya.
kesehatan ibu dan anak, Kartu Identitas Anak
(KIA), Akta Kelahiran, Kartu Keluarga (KK) Berdasarkan hasil wawancara dengan Camat dan
yang baru, dan Nomor Induk Kependudukan juga Kepala Seksi Pengaduan dan Pelayanan,
(NIK). perbaikan lain dari inovasi ini yaitu penyelesaian
dari pembuatan lima (5) dokumen hanya
Inovasi ini diharapkan menjadi sebuah solusi membutuhkan waktu maksimal 2 minggu.
bagi permasalahan pelayanan administrasi Sebelum adanya inovasi penyelesaian dari
kependudukan di Kecamatan Danurejan Kota dokumen-dokumen tersebut menghabiskan
Yogyarakat, sehingga tidak adalagi anak yang waktu sekitar 1 bulan. Lima dokumen tersebut
tidak memiliki Kartu Identitas Anak (KIA). antara lain buku kesehatan ibu dan anak, Kartu

31
Identitas Anak (KIA), Akta Kelahiran, Kartu Keluarga dan Akta Kelahiran, sedangkan Dinas
Keluarga (KK) yang baru, dan Nomor Induk Kominfo berkaitan dengan pembuatan sistem.
Kependudukan (NIK). Akan tetapi, narasumber
mengatakan bahwa jika tidak adanya peraturan Menurut Camat Kecamatan Danurejan, dalam
yang mengharuskan tanda tangan basah dari program Keluar Bersama masyarakat tidak
kepala dinas, waktu yang dibutuhkan untuk dikenakan biaya pelayanan, yaitu di gratiskan
mengurus dokumen dapat lebih cepat. untuk pelayanan yang diberikan, kecuali bagi
masyarakat yang terlambat dalam melakukan
Inovasi Keluar Bersama sangat memudahkan pengurusan akan dikenakan biaya. Pengurusan
masyarakat, karena mereka tidak perlu lagi dikatakan terlambat jika melebihi 60 hari kerja.
mengurus dokumen secara partial atau terpisah- Akan tetapi berdasarkan peraturan yang baru,
pisah. Dalam inovasi Keluar Bersama ibu hamil masyarakat yang telat mengurus dokumen tidak
sudah dibimbing dari masa awal kehamilannya dikenakan biaya lagi, dan ikut digratiskan.
oleh Puskesmas yaitu dengan cara mendapatkan Inovasi ini merupakan terobosan baru dan di
SMS secara berkala tentang menjaga kesehatan launching pada 28 Desember 2015
ibu dan calon bayi. SMS tersebut dikirimkan Berdasarkan data yang diperoleh langsung dari
melalui SMS Gateway dari kecamatan, namun Kantor Kecamatan Danurejan, persentase Akta
Puskesmas lah yang membuat isi dari pesan Kelahiran Inovasi dengan pelaporan kelahiran
tersebut, karena adanya kerjasama antara (tidak terlambat) pada tahun 2016 berjumlah
kecamatan dan juga puskesmas. Hal ini 31,6%, 2017 66,7%, dan tahun 2018 update
dilakukan untuk menekan angka kematian bayi sampai 6 Maret 2018 berjumlah 57,9%. Setiap
dalam kandungan atau saat dilahirkan dan juga tahun jumlah Akta Kelahiran mengalami
mencegah kematian ibu karena melahirkan. peningkatan, dan hal ini dapat terjadi karena
Bukan hanya itu saja, ibu hamil juga didampingi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
oleh Kader Pendamping Ibu Hamil yang dapat program Keluar Bersama semakin meningkat.
membantu jika terjadi sebuah masalah terkait Sedangkan untuk persentase kepemilikan KIA
dengan kandungannya. dengan jumlah usia anak 0-16 pada tahun 2016
mencapai 62,1%, tahun 2017 mencapai 77,6%,
Saat ibu hamil memasuki usia 8 bulan dan tahun 2018 update sampai 6 Maret 2018
kehamilannya, maka akan dihimbau melalui mencapai 82,4%. Jumlah usia anak 0-16 tahun ,
SMS Gateway untuk segera melengkapi pada tahun 2016 berjumlah 5.384 anak, 2017
persyaratan untuk mengurus dokumen anak. Jadi berjumlah 5.245 anak, dan pada tahun 2018
ibu hamil hanya menyerahkan persyaratan berjumlah 5.227 (s.d. 6 Maret 2018).
tersebut ke Kantor Kecamatan, dan Kantor
Kecamatan lah yang mengurus semua dokumen Dalam menjalankan inovasi ini terdapat aturan
termasuk pengurusan Akta Kelahiran ke Dinas secara umum dari administrasi kependudukan
Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Kota Yogyakarta. Menurut Kepala Seksi
Yogyakarta. Perangkat Kecamatan mengurus Pengaduan dan Pelayanan Kecamatan
Akta Kelahiran dengan berpegang pada Surat Danurejan, walaupun inovasi ini termasuk
Kuasa yang diberikan oleh masyarakat. Prosedur berhasil, namun masih terdapat kendala dalam
pelayanan dalam inovasi Keluar Bersama ini
menjalankannya, seperti ibu hamil yang tidak
dilihat dari SOP yang telah ditetapkan. Dalam
melaporkan kehamilannya, minimnya
menjalankan progam Keluar Bersama ini
pemahaman ibu hamil untuk mendaftar dalam
Kecamatan bekerjasama dengan Puskemas
untuk mendapatkan data informasi ibu hamil. program Keluar Bersama, dan juga
Selain bekerjasama dengan puskemas, keterlambatan pengecekan keadaan ibu hamil
kecamatan juga bekerjasama dengan Dinas oleh kader pembina ibu hamil. Namun kendala
Kependudukan dan Catatan Sipil serta Dinas tersebut dapat diatasi dengan sosialisasi.
Kominfo. Terkait dengan Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil untuk mencetak Kartu

32
Tabel 1
Perbaikan Layanan Dokumen Kependudukan
Sebelum Inovasi Sesudah Inovasi Keterangan
 Pelayanan dokumen anak Pelayanan dokumen anak Setiap peristiwa kelahiran akan
dilakukan secara partial/ dilakukan terintegrasi secara segera diketahui pihak
sendiri-sendiri. bersamaan untuk berbagai jenis kecamatan, ditindaklanjuti
 Pelayanan dokumen anak dokumen anak, dan kecamatan berkomunikasi
tidak melalui sistem dibangunnya sistem informasi dengan warga via SMS
pelayanan dokumen anak Gateway untuk segera
informasi elektronik dalam
melalui SMS Gateway. mengajukan permohonan
sistem SMS Gateway.
dokumen anak.
Sumber: Muis (2017)

D. Penutup saja mengajukan permohonan dokumen anak


Setelah dipaparkan hasil dari penelitian ini maka dan akan memperoleh ouput berbagai dokumen
dapat diketahui bahwa program Keluar Bersama anak (NIK, KK, KIA, Akta Kelahiran, Buku
cukup efektif dalam memberikan pelayanan Kesehatan Ibu Anak). Pelayanan One Stop
publik kepada masyarakat. Pengukuran Kelahiran "Keluar Bersama" Daftar 1 Dapat 5
efektivitas menurut Campbell J.P (dalam diintegrasikan dengan database SiMAMI dan
Lestanana, 2016), yaitu terkait keberhasilan dikemas dalam sebuah sistem SMS Gateway.
program, keberhasilan sasaran, kepuasan Saat ibu hamil memasuki usia 8 bulan
terhadap program, dan pencapaian tujuan kehamilannya, maka dihimbau melalui SMS
menyeluruh. Efektivitas dapat diartikan sebagai Gateway untuk segera melengkapi persyaratan
kemampuan sebuah lembaga untuk dan mengurus dokumen anak.
melaksanakan tugas pokok dan mencapai
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Salim 2. Alur pelayanan pendek
dan Woodward (dalam Prakoso, 2015) Untuk pengurusan Akta Kelahiran, masyarakat
berpendapat bahwa efektivitas merupakan tidak perlu datang ke Dinas Kependudukan dan
tercapainya tujuan yang telah ditentukan, baik Pencatatan Sipil karena pengurusan dilakukan
berupa target, sasaran jangka panjang maupun oleh Perangkat Kecamatan dengan berpegang
misi organisasi. pada Surat Kuasa yang diberikan oleh
masyarakat yang bersangkutan. Jika dilihat dari
Program Keluar Bersama dikatakan berhasil uraian di atas maka dapat diketahui bahwa
karena terdapat peningkatan kepemilikan inovasi yang dilakukan oleh Kecamatan
dokumen Akta Kelahiran dan juga Kartu Danurejan Kota Yogyakarta ini menjadi solusi
Identitas Anak. Jika sebelum adanya inovasi bagi masyarakat. Untuk mengurus dokumen
masyarakat mengurus dokumen secara terpisah tidak perlu lagi datang ke kantor Dukcapil, dan
dan membutuhkan waktu yang lama dalam dapat diurus di kelurahan dan kecamatan,
pengurusannya, maka sebagian masyarakat sehingga masyarakat tidak akan menghabiskan
enggan untuk mengurus seluruh dokumen anak, waktunya untuk mengurus dokumen tersebut,
dan hal ini lah yang kemudian mengakibatkan karena sudah ditangani oleh kecamatan
perbedaan jumlah kepemilikan antara satu setempat. Hal ini sesuai dengan teori pelayanan
dokumen dengan dokumen yang lain. Menurut publik, yaitu sebuah pelayanan itu harus mampu
(Muis,2017) beberapa keluaran dari inovasi untuk merespon semua kebutuhan dari
“Keluar Bersama” Daftar 1 dapat 5 dapat masyarakat, selain itu juga memberikan akses
diuraikan sebagai berikut: yang mudah bagi masyarakat. Dengan demikian
tidak ada lagi pelayanan yang lama dan berbelit-
1. Pelayanan One Stop Kelahiran "Keluar belit.
Bersama" Daftar 1 Dapat 5 dalam bentuk
pelayanan Sistem terintegrasi dan SMS Selain itu pelayanan yang diberikan juga tidak
Gateway diskriminatif, yakni semua masyarakat dapat
Dalam hal ini pelayanan dokumen anak menerima layanan yang diberikan, karena setiap
dilakukan secara terintegrasi, masyarakat sekali orang memiliki kesamaan hak dan tidak dibeda-

33
bedakan berdasarkan status sosial, agama, ras, kesalahan yang terjadi, terutama dalam
maupun suku. Tidak hanya itu saja, pemerintah penginputan data.
Kecamatan Danurejan juga bersifat terbuka,
serta menyediakan pelayanan yang mudah 4. Sistem Informasi Kehamilan (SiMAMI)
dipahami dan dimengerti oleh masyarakat. Dalam sistem informasi ini dikelola database
Dengan adanya inovasi ini, pelayanan ibu hamil yang di setiap bulan kehamilan
administrasi kependudukan menjadi lebih efektif masing-masing ibu hamil tersebut disampaikan
dan efisien, selain itu juga terpenuhinya target pesan-pesan edukasi (melalui SMS Gateway)
pengajuan dokumen sesuai yang diatur dalam untuk menunjang terwujudnya kesehatan ibu
Permendagri Nomor 2 tahun 2016 tentang KIA. hamil tersebut dan calon bayi yang
Karena memberikan sebuah pelayanan yang dikandungnya. Dengan demikian sistem ini
baik dan mengacu pada peraturan yang berlaku mengawal proses kehamilan seorang ibu sampai
merupakan tanggungjawab dari aparatur dengan melahirkan dengan tujuan untuk
pemerintah. meminimalisasi kematian ibu melahirkan.
Sistem ini sangat membantu dan juga
3. Waktu pengurusan dokumen anak bermanfaat bagi ibu hamil, karena adanya
Dengan inovasi ini waktu pengurusan dan pemantauan dari pemerintah kecamatan terkait
pelayanan dokumen anak (NIK Anak, KK, perkembangan kehamilan dari ibu tersebut,
Akselerasi KIA, Akte Kelahiran) dapat sehingga dapat mewujudkan ibu dan juga calon
dipersingkat, dari semula waktunya ± 1 bulan bayi yang sehat. Ini untuk mencegah terjadinya
menjadi maksimal 2 minggu sejak kelahiran kematian ibu saat melahirkan, dan juga bayi
anak yang bersangkutan, dengan catatan apabila yang meninggal dalam kandungan maupun
didukung oleh tingginya antusiasme orangtua meninggal saat dilahirkan. Hal ini merupakan
dalam melengkapi segala persyaratan dokumen bentuk edukasi terhadap ibu-ibu hamil, agar
anak. Adanya ketentuan perundangan tetap menjaga kesehatannya dan juga dapat
kependudukan yang mensyaratkan tanda tangan mengetahui apa saja yang boleh dan tidak boleh
basah Kepala Dinas Kependudukan dan dilakukan ketika sedang mengandung, serta
Pencatatan Sipil menyebabkan waktu penerbitan panduan untuk mengkonsumsi makanan-
dokumen menjadi lebih lama. makanan yang sehat dan bergizi.

Adanya personil yang handal kemudian Keluaran atau dampak positif dari inovasi
didukung fasilitas untuk menunjang “Keluar Bersama” ini setelah dianalisis dengan
pekerjaannya membuat pelayanan yang prinsip yang ada dalam teori efektivitas dan
diberikan di Kecamatan Danurejan tergolong pelayanan publik, inovasi tersebut merupakan
pelayanan yang baik. Pegawai mampu hal yang sangat membantu dan memudahkan
menciptakan pelayanan yang telah dijanjikan, masyarakat. Adanya sistem terpadu ini
seperti dokumen yang didapatkan jadi tepat masyarakat hanya perlu mengajukan satu kali
pada waktunya. Bukan hanya itu saja, calon kemudian mendapatkan 5 dokumen. Bukan
orang tua bisa mulai mengurus dokumen ketika hanya itu saja, program ini juga memberikan
kandungannya sudah berusia 8 bulan, dan ketika bimbingan pada ibu hamil dari awal
melahirkan dokumen tersebut langsung diproses. kehamilannya hingga melahirkan. Setiap bulan
ibu hamil diberikan edukasi agar tetap terjaga
Pelayanan yang terintegrasi ini memudahkan kesehatan ibu dan juga bayi yang ada dalam
masyarakat dan juga menghemat waktu. Jika kandungan.
sebelumnya setiap dokumen harus diurus secara
partial dan memakan waktu yang lama, sekarang Pihak kecamatan juga memberikan himbauan
hal itu tidak terjadi lagi, dan tentunya pelayanan pada ibu hamil tersebut ketika kandungannya
ini menjadi lebih efektif dan efisien. Pegawai masuk dalam usia 8 bulan untuk menyiapkan
yang cepat tanggap sangat berperan besar untuk dokumen untuk mengurus dokumen anak yang
membuat program ini berjalan dengan baik. akan dilahirkan tersebut, sehingga saat bayi
Pegawai juga harus kompeten dalam dilahirkan dokumen tersebut langsung diproses
memberikan layanan, dengan demikian tidak ada oleh pihak kecamatan, dan untuk Akte Kelahiran
pihak kecamatanlah yang melakukan

34
pengurusan langsung ke Kantor Dindukcapil, otonomi daerah yakni untuk mendekatkan
jadi pihak keluarga hanya tinggal menerima pemerintah dalam memberikan pelayanan, dan
hasilnya saja. Ketika semua dokumen sudah menciptakan pelayanan yang efektif dan efisien.
lengkap pihak keluarga akan mendapatkan SMS
Gateway untuk mengambil dokumen tersebut ke Permasalahan yang selama ini terjadi berkaitan
kecamatan, tentu ini menjadi proses yang sangat dengan pelayanan administrasi kependudukan
mudah. mendorong seorang pemimpin untuk
Inovasi layanan publik dari Kecamatan menciptakan hal baru guna memenuhi
Danurejan ini mewakili Yogyakarta dalam kewajibannya yaitu melayani masyarakat, dan
kompetisi inovasi pelayanan publik tingkat menciptakan masyarakat yang makmur. Apabila
nasional yang diadakan Kementerian PAN dan dilihat dari inovasi yang dilakukan oleh
RB, dan masuk dalam 99 inovasi terbaik. Camat Kecamatan Danurejan ini dapat terjadi karena
Danurejan Budi Santoso menyatakan jika adanya keinginan dari pemerintah itu sendiri
inovasi yang ia buat ditujukan untuk untuk memberikan perubahan, ini dapat
memudahkan pengurusan dokumen administrasi terwujud dikarenakan sudah adanya kebebasan
kependudukan, serta mempercepat proses dalam mengekspresikan apa yang dipikirkan
pengurusannya, karena jika diurus secara guna memajukan daerah tanpa adanya intervensi
bersamaan maka seluruh dokumen dapat dari pemerintah pusat. Selain itu pemimpin yang
diperoleh dalam waktu makismal dua pekan berwawasan luas serta kreatif juga menjadi poin
(jogja.antaranews.com). yang penting. Faktor yang terakhir yaitu sarana
dan prasaran yang ada. Untuk membuat inovasi
Inovasi pelayanan publik ini diharapkan dapat ini Camat Danurejan menyatakan dana yang
juga diterapkan oleh kecamatan lain, atau digunakan tidak inovasi ini tidak banyak
bahkan dapat diadopsi pemerintah dari daerah sehingga tidak menghabiskan anggaran daerah.
lain, sehingga pelayanan yang ada disetiap
daerah menjadi lebih baik. Keberhasilan inovasi Selain itu berkaitan dengan atribut pelaksanaan
ini juga merupakan bentuk keberhasilan inovasi salah satunya berkaitan dengan “inovasi
program pelimpahan wilayah dari Wali Kota ke harus memiliki keuntungan dibandingkan
wilayah. Warga juga merasa terbantu dengan dengan cara sebelumnya”. Inovasi “Keluar
adanya inovasi ini, seperti yang dikutip dari Bersama” sudah pasti memiliki keuntungan dan
(koransindo.com), yang dinyatakan oleh Ririk juga keunggulan, seperti mempersingkat waktu
yang sedang mengandung anak keempatnya, pelayanan dalam pembuatan dokumen anak,
menyatakan bahwa prosesnya sangat cepat dan memberikan pelayanan melalui SMS Gateway
tidak perlu lagi ke balai kota untuk mengurus dan tidak harus bertatap muka langsung,
dokumen anak, karena sudah ditangani oleh memberikan edukasi bagi ibu hamil berupa SMS
pihak kecamatan. Inovasi yang diberikan sejalan yang berguna untuk kesehatan ibu dan bayi,
dengan program Dindukcapil dalam pembuatan Akta Kelahiran yang diserahkan ke
memberikan kemudahan pelayanan. kecamatan sehingga orang tua dari bayi tidak
perlu datang langung ke Dikdukcapil, dan
Program inovasi dibidang pelayanan beberapa keuntungan lainnya.
administrasi kependudukan yang terintegrasi
sebagai bentuk perlindungan perempuan dan Sebuah inovasi yang tepat menurut Bartos yakni
anak, serta ini merupakan satu-satunya program adanya perubahan dalam kebijakan atau praktik
di Indonesia, karena daerah lain belum ada yang manajemen yang mengarah kepada perbaikan
melakukan inovasi tersebut (cendananews.com). terbaru pada level layanan atau kuantitas atau
Jika dilihat dari teori inovasi, inovasi yang ada kualitas output oleh suatu organisasi. Jadi sudah
di Kecamatan Danurejan ini terjadi karena SDM jelas bahwasanya inovasi yang ada di
yang memadai serta kreatif, sehingga memiliki Kec.Danurejan memang sudah tepat karena
sebuah ide baru untuk meciptakan sebuah adanya perbaikan dalam segi kualitas dan juga
pelayanan publik yang dapat memudahkan dan kuantitas dari pelayanannya tersebut, dan hasil
memuaskan masyarakat. Dengan adanya inovasi dari inovasinya mampu untuk meningkatkan
ini tujuan pelaksanaan dari otonomi daerah jumlah dokuman anak secara signifikan dalam
dikatakan berhasil, karena salah satu tujuan dari waktu 1 tahun.

35
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Prakoso, Sigit Budhi. 2015. Efektivitas
ini adalah program Keluar Bersama yang dibuat Pelayanan Kesehatan BPJS di Puskesmas
oleh Pemerintah Kecamatan Danurejan Kota Kecamatan Batang. Economics
Yogyakarta cukup efektif dalam mengatasi Development Analysis Journal, 4 (1), 73-
masalah administrasi kependudukan di 81.
kecamatan tersebut. Dapat dikatakan efektif Rusqiyati, Eka Arifa. 2017. Keluar Bersama
karena adanya perbaikan dalam hal pelayanan wakili Yogyakarta kompetisi inovasi
dan juga peningkatan kepemilikan dokumen nasional.
anak. Penyelesaian dokumen semakin cepat hal https://Jogja.Antaranews.com/berita/3461
ini meningkatkan kepercayaan dan kepuasan 86/Keluar-Bersama-wakili-Yogyakarta-
masyarakat dalam menggunakan pelayanan. Jika kompetisi-inovasi-nasional, diakses pada
sebelum inovasi membutuhkan waktu sekitar 1 12 Mei 2018 pukul 13:34 WIB.
bulan, setelah adanya inovasi hanya Sodik. 2015. Dokumen Kependudukan
membutuhkan waktu 2 minggu, dan dokumen Dipermudah. http://Koran-Sindo.com/
yang didapat pun tidak terpisah-pisah. page/news/2015-1229/6/83/Dokumen_
Masyarakat yang melakukan pengurusan Kependudukan_Dipermudah, diakses
dokumen anak langsung mendapatkan 5 pada 12 Mei 2018 pukul 12:45 WIB.
dokumen sekaligus yaitu Kartu Identitas Anak,
Kartu Keluarga (baru), Akta Kelahiran, Buku
Kesehatan ibu dan anak, dan Nomor Induk
Kependudukan. Jadi program ini merupakan
paket lengkap, mudah dalam pengurusan dan
juga cepat dalam memberikan pelayanan.
Inovasi pelayanan publik seperti ini sangat
bagus untuk menjadi sebuah contoh bagi daerah
lain, dengan demikian tidak ada lagi masyarakat
yang menunda kepengurusan dokumen anak
dikarenakan sulitnya prosedur pelayanan yang
diberikan.

Daftar Pustaka
Chalid, Pheni. 2005. Otonomi Daerah
“Masalah, Pemberdayaan, dan Konflik.
Jakarta: Kemitraan.
Cyril. 2015. Kecamatan Danurejan Yogyakarta
Permudah Urusan Administrasi Ibu
Hamil.
https://www.Cendananews.com/2015/12/
Kecamatan-Danurejan-Yogyakarta-
Permudah-Urusan-Administrasi-Ibu-
Hamil.html, diakses pada 12 Mei 2018
pukul 12:22 WIB.
Lestanata, Yudhi. 2016. Efektivitas Pelaksanaan
Program Pembangunan Berbasis Rukun
Tetangga di Kabupaten Sumbawa Barat.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta:
Thesis.
Muis, Abdul. 2017. Keluar Bersama: Daftar 1
Keluar 5 “Model Inovasi Pelayanan
Dokumen Anak di Danurejan Kota
Yogyakarta”. Jakarta: Pusat Inovasi Tata
Pemerintahan (LAN).

36
Pendekatan Whole of Government Sebagai Upaya Optimalisasi
Pelayanan Publik di Perguruan Tinggi Studi Kasus: Model Layanan
Pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan
Ampel Surabaya
Rizki Rahmadini Nurika
Departemen Hubungan Internasional UIN Sunan Ampel Surabaya
rr_nurika@yahoo.com

Abstrak
Dalam konteks perguruan tinggi, konsep publik melekat pada mahasiswa selaku pengguna jasa
pendidikan. Pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa tidak hanya mencakup pelayanan akademik
yang terkait dengan proses pembelajaran, tetapi juga pelayanan non-akademik yang terkait dengan
persoalan teknis dan administrasi. Pelayanan akademik dan non-akademik yang berkualitas tentunya
menjadi harapan bagi setiap mahasiswa. Untuk itu, dibutuhkan suatu komitmen mutu dari perguruan
tinggi untuk dapat memberikan pelayanan secara optimal kepada mahasiswa. Pendekatan Whole of
Government adalah jawabannya. Dalam kaitannya dengan pelayanan kepada mahasiswa, pendekatan
Whole of Government merujuk pada adanya koordinasi dan kolaborasi yang membentuk suatu sinergi di
antara para aktor penyedia jasa pendidikan. Signifikansi penerapan pendekatan Whole of Government di
perguruan tinggi didasarkan pada dua alasan. Pertama, kinerja para aktor penyedia jasa merupakan kunci
utama terciptanya pelayanan publik yang berkualitas, sehingga perlu dilakukan pembenahan
sebagaimana amanah dari reformasi birokrasi. Kedua, pendekatan Whole of Government memenuhi
indikator komitmen mutu yang meliputi efektif, efisien, inovasi, dan berorientasi mutu. Jika
mempertimbangkan kedua alasan tersebut, maka sudah selayaknya lah pendekatan Whole of Government
mulai diterapkan dalam konteks pelayanan akademik maupun non-akademik di perguruan tinggi di
Indonesia.
Kata kunci: Pelayanan Publik, Perguruan Tinggi, Mahasiswa, Whole of Government

Abstract
In the context of high education, the term “public” is referred to students who are the customers of
services provided by the university. Services provided for students are not only covering academic
service which is related to learning process, but also non-academic service which is related to technical
and administrative matters. Qualified services, whether for academic and/or non-academic, are being
expected by any student. Therefore, university needs a quality commitment in order to provide optimal
services to the student. Whole-of-government approach is the answer. In its relation with services
provided for student, the whole-of-government approach is referred to the existence of coordination and
collaboration that build a synergy between actors within the university as the service providers. The
implementation of the whole-of-government approach in the context of high education is significant due
to two reasons. First, the performance of service providers is the key success of qualified public service,
so it should be improved as a kind of bureaucratic reform. Second, the whole-of-government approach
meets the indicators of quality commitment, consist of effective, efficient, innovation, and quality-
oriented. Considering those reasons, it is worth if the whole-of-government approach is implemented on
the context of academic and non-academic services in every university in Indonesia.
Keywords: Public Service, High Education, Student, Whole-of-Government

A. Pendahuluan (PNS) di balik penyelenggaraan pemerintahan.


Bahasan mengenai pelayanan publik tidak dapat Kedudukan dan peran PNS sangatlah penting
dilepaskan dari sosok Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

37
(NKRI) karena PNS merupakan unsur utama “(it) denotes public service
sumber daya manusia yang menentukan agencies working across portfolio
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. boundaries to achieve a shared goal
PNS sebagai unsur aparatur negara yang and an integrated government response
bertugas sebagai abdi masyarakat harus to particular issues. Approaches can be
menyelenggarakan pelayanan secara adil kepada formal and informal. They can focus on
masyarakat, dengan dilandasi kesetiaan dan policy development, program
ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945. management, and service delivery”.2
Untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik,
maka pembinaan pegawai diarahkan untuk Definisi tersebut menunjukkan tentang
meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagaimana instansi pelayanan publik bekerja
agar memiliki sikap dan perilaku yang sesuai lintas batas atau lintas sektor guna mencapai
dengan tuntutan perkembangan masyarakat. tujuan bersama dan sebagai respon terpadu
Whole of Government, bersama dengan pemerintah terhadap isu-isu tertentu. Definisi
Manajemen ASN dan Pelayanan Publik, lain diberikan oleh United States Institute of
merupakan tiga aspek wujud upaya peningkatan Peace (USIP) yang menegaskan WoG sebagai
kualitas PNS sebagai sumber daya manusia. berikut.
“An approach that integrates the
Pegawai Negeri Sipil (PNS), sering disorot collaborative efforts of the departments
karena kinerjanya yang kerap tidak maksimal and agencies of a government to achieve
dalam hal melayani masyarakat. PNS pun tak unity of effort toward a shared goal. Also
jarang dikritik karena tingkat disiplinnya yang known as interagency approach. The
dianggap bermasalah, contohnya yaitu dianggap terms unity of effort and unity of purpose
sebagai pegawai yang santai, are sometimes used to describe
cooperation among all actors, government
bisa jalan-jalan saat jam kerja, serta tidak and otherwise”.3
banyak pekerjaan yang harus dilakukan Hal ini
menyebabkan profesi PNS masih mendapatkan Definisi yang demikian mengindikasikan bahwa
predikat buruk serta citra negatif di tengah WoG ditekankan pada pengintegrasian upaya-
masyarakat. Meskipun sejatinya, di setiap upaya kementerian atau lembaga pemerintah
profesi (tidak hanya PNS), dua hal tersebut juga dalam mencapai tujuan-tujuan bersama. WoG
banyak ditemui.1 juga dipandang sebagai bentuk kerja sama antar
seluruh aktor, pemerintah, dan sebaliknya.
Sorotan tersebut muncul karena sesungguhnya,
perilaku disiplin PNS tidak hanya terbatas pada Jika ditarik benang merahnya, maka dapat
aturan-aturan perilaku pegawai dalam disimpulkan bahwa WoG adalah sebuah
melaksanakan pekerjaannya, melainkan juga pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang
berhubungan dengan nilai dan norma perilaku menyatukan upaya-upaya kolaboratif
tertib dalam kehidupan berkelompok ataupun pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam
bermasyarakat pada umumnya. Oleh karenanya ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
perilaku disiplin pegawai tidak hanya tercermin mencapai tujuan-tujuan pembangunan
dalam melaksanakan pekerjaan kedinasan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan
semata-mata, melainkan implementasinya dapat publik. Oleh karenanya, WoG juga dikenal
dilihat dari sikap keteladanannya dalam
kehidupan bermasyarakat 2
P. Shergold dkk 2004, Connecting Government:
Whole of Government Responses to Australia’s
WoG didefinisikan bermacam-macam oleh para Priority Challenges, [Pidato pada 20 April 2004],
Canberra Bulletin of Public Administration, (112),
ahli. Definisi WoG yang dinyatakan dalam 11.
laporan APSC sebagai: 3
United States Institute of Peace tt, Whole-of-
Government Approach | Glossary of Terms for
1
Anon 2014, Citra Buruk PNS, [Internet] Terdapat Conflict Management and Peacebuilding, [Internet]
pada Terdapat pada
http://www.haluankepri.com/rubrik/tajuk/67416- http://glossary.usip.org/resource/whole-government-
citra-buruk-pns.html (Diakses 27 Mei 2018) approach (Diakses 3 November 2016)

38
sebagai pendekatan interagency, yaitu dan multi sumber bukti dimanfaatkan.6 Studi
pendekatan yang melibatkan sejumlah kasus lebih banyak berkutat pada atau berupaya
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan menjawab pertanyaan-pertanyaan “how”
yang relevan.4 (bagaimana) dan “why” (mengapa), serta pada
Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan tingkatan tertentu juga menjawab pertanyaan
mengapa WoG menjadi penting dan tumbuh “what” (apa), dalam kegiatan penelitian. Dengan
sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian metode studi kasus, maka penelitian ini
dari pemerintah. Pertama, adanya faktor-faktor memusatkan diri secara intensif pada satu obyek
eksternal seperti dorongan publik dalam tertentu yang kemudian mempelajarinya sebagai
mewujudkan integrasi kebijakan, program suatu kasus.
pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik. 2. Metode Pengumpulan Data
WoG dalam hal ini penting untuk menyatukan Penelitian ini akan menggunakan sumber data
institusi pemerintah sebagai penyelenggara primer, yaitu data yang diperoleh dari sumber
kebijakan dan layanan publik. Kedua, terkait langsung, sehingga pengumpulan data dilakukan
faktor-faktor internal dengan adanya fenomena melalui 2 (dua) cara sebagai berikut.
ketimpangan kapasitas sektoral sebagai akibat a. Observasi
dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam Observasi adalah pengamatan dan
pembangunan. Peran WoG terkait dengan hal pencatatan secara sistematis terhadap gejala
tersebut yaitu untuk mendorong adanya yang tampak pada obyek penelitian
kolaborasi satu sama lain untuk menjunjung pengamatan dan pencatatan ini dilakukan
kepentingan bersama dengan mengesampingkan terhadap obyek di tempat terjadi atau
kompetisi antar lembaga. Ketiga, khususnya berlangsungnya peristiwa.7 Dengan cara ini,
dalam konteks Indonesia, keberagaman latar maka peneliti akan melihat secara langsung
belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta penerapan pendekatan Whole of
bentuk latar belakang lainnya mendorong Government di lapangan, yaitu di Fakultas
adanya potensi disintegrasi bangsa. Terkait hal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan
tersebut, WoG menjadi penting karena Ampel Surabaya. Observasi pada penelitian
diperlukan sebagai upaya untuk memahami ini merupakan jenis observasi partisipatif
pentingnya kebersamaan dari seluruh sektor atau pengamatan terlibat karena peneliti
guna mencapai tujuan bersama. melibatkan diri selaku orang dalam situasi
tertentu. Hal ini agar memudahkan peneliti
A. Metode Penelitian memperoleh data atau informasi dengan
1. Jenis Penelitian mudah dan leluasa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif b. Wawancara
dengan metode studi kasus. Penelitian kualitatif Wawancara adalah suatu metode penelitian
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan yang meliputi pengumpulan data melalui
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau interaksi verbal secara langsung antara
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat pewawancara dan yang diwawancarai.8
diamati.5 Penelitian kualitatif berhubungan Wawancara yang dilakukan peneliti
dengan ide, persepsi, pendapat, atau bertujuan untuk mencari tahu segala hal
kepercayaan orang yang diteliti, yang yang berkaitan dengan penerapan
kesemuanya tidak diukur dengan angka. pendekatan Whole of Government di
Sedangkan, studi kasus didefinisikan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Robert K. Yin sebagai suatu inkuiri empiris Sunan Ampel Surabaya. Peneliti akan
yang menyelidiki fenomena dalam konteks berperan sebagai pewawancara, sedangkan
kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara
fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, 6
Robert K. Yin 2011, Studi Kasus: Desain dan
Metode, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
4 7
Yogi Suwarno dan Tri Atmojo Sejati 2017, Modul Margono 1997, Metode Penelitian Suatu
Pelatihan Dasar Calon PNS Whole of Government, Pendekatan Proposal, Bumi Aksara, Jakarta
8
Lembaga Administrasi Negara, Jakarta. Consuelo G. Sevilla 1993, Pengantar Metode
5
Robert Bogdan dan Steven Taylor 1992, Pengantar Penelitian, Diterjemahkan oleh Alimuddin Tuwu,
Metode Kualitatif, Usaha Nasional, Surabaya. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

39
yang diwawancarai adalah pihak-pihak d. Penarikan Kesimpulan
yang memahami penerapan pendekatan Pada tahap ini, peneliti menarik kesimpulan
Whole of Government dalam tata kelola dari hasil analisis data yang sudah
kinerja pegawai fakultas. dilakukan. Penarikan kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat
3. Metode Analisis Data menjawab rumusan masalah yang
Analisis data dalam penelitian kualitatif dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam
merupakan proses pelacakan dan pengaturan penelitian kualitatif diharapkan adalah
secara sistematis transkrip wawancara, catatan merupakan temuan baru yang sebelumnya
lapangan, dan bahan-bahan lain yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman berupa deskripsi atau gambaran suatu
terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat obyek yang sebelumnya masih belum jelas
diinterpretasikan temuannya kepada orang lain.9 sehingga setelah diteliti menjadi lebih
Pada tahapan analisis data dilakukan proses jelas.11
penyederhanaan data yang terkumpul ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami. C. Hasil dan Pembahasan
Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti Penerapan pendekatan Whole of Government
adalah sebagai berikut. (WoG) di perguruan tinggi dapat ditemukan
a. Pengumpulan Data pada model layanan pendidikan bertajuk Smart
Pengumpulan data dilakukan melalui Management di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
observasi dan wawancara. Pada tahapan ini, Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel (UINSA)
data yang sudah terkumpul kemudian Surabaya. Di bawah kerangka Smart
dibuatkan transkripnya, yakni dengan cara Management, FISIP memiliki kewajiban untuk
menyederhanakan informasi yang menjamin bahwa seluruh layanan yang
terkumpul ke dalam bentuk tulisan yang diselenggarakan di fakultas berjalan secara
mudah dipahami. Setelah itu, data yang profesional. Efektif dan efisien adalah dua
terkumpul kemudian dipilih sesuai dengan karakter yang harus hadir pada setiap jenis
fokus penelitian. layanan yang diberikan oleh FISIP. Efektif
b. Reduksi Data berkaitan dengan hasil, dan efisien berkaitan
Mereduksi data berarti merangkum, dengan proses. Tepat sasaran dan tepat waktu
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan adalah terjemahan konkret atas keduanya. Untuk
pada hal-hal yang penting, mencari tema menjamin nilai kebermanfaatan yang memadai,
dan polanya, serta membuang hal-hal yang keduanya diikat dengan karakter pendukung,
tidak diperlukan dalam penelitian. Dengan yaitu memuaskan dan menyenangkan. Oleh
demikian, data yang telah direduksi akan karena itu, seluruh layanan di FISIP menunjuk
memberikan gambaran yang lebih jelas dan kepada semangat dasar: tepat sasaran, tepat
mempermudah peneliti untuk melakukan waktu, memuaskan, dan menyenangkan.12
pengumpulan data selanjutnya dan
10
mencarinya bila diperlukan. Selain dibangun di atas nilai dan semangat
c. Penyajian Data profesionalisme birokrasi, Smart Management
Data yang sudah terangkum akan juga dikembangkan dengan nilai dan semangat
ditafsirkan dan dijelaskan untuk spiritual-keagamaan. Nilai dan semangat
menggambarkan penerapan pendekatan profesionalisme birokrasi berperan penting
Whole of Government di Fakultas Ilmu untuk mendasari praktek pelayanan birokrasi
Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel yang dilakukan seluruh pegawai untuk mencapai
Surabaya. Penyajian data yang sudah kinerja yang baik. Sementara itu, nilai dan
ditafsirkan dan dijelaskan berbentuk uraian semangat spiritual-keagamaan menjadi dasar
dengan teks atau bersifat naratif. bagi upaya untuk menyempurnakan kemuliaan

9 11
Nurul Zuriah 2006, Metode Penelitian Sosial dan Ibid
12
Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta. Akh. Muzakki tt, Smart Management: Model
10
Sugiyono 2006, Metode Penelitian Kuantitatif, Layanan Pendidikan FEBI dan FISIP UINSA
Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung. Surabaya.

40
jiwa melayani. Dengan demikian, sebagai tugas mengajar, meneliti, dan mengabdinya
ideologi kerja, Smart Management beperan kepada masyarakat dengan baik.
sebagai ideologi layanan yang tidak hanya
menjadi kewajiban profesi, melainkan juga Zero complain atau “layanan tanpa komplain”
kewajiban agama. Gabungan keduanya ini adalah impian FISIP yang terus ingin diraih.
melahirkan motivasi ganda (dual motivation), Dalam kaitannya dengan hal ini lah, briefing
yaitu motivasi profesional dan motivasi spiritual. pagi menjadi kewajiban bagi seluruh pegawai
Dengan motivasi ganda ini, kinerja dan prestasi fakultas. Kegiatan semacam “rapat singkat”
yang lahir dari proses bekerja dan melayani harian yang dilakukan oleh seluruh tim
dalam kerangka model tata kelola ini dilandasi, manajemen, mulai dari dekan sampai dengan
dimotori, dan diakhiri dengan nilai Jabatan Fungsional Umum (JFU) membahas
profesionalisme pekerjaan dan motivasi hal-hal penting yang meliputi masalah yang
spiritual-keagamaan. Juga, dengan motivasi muncul hari sebelumnya; update kebijakan,
ganda itu, maka bekerja dengan baik dan mulai dari administrasi keuangan hingga
berkualitas adalah kewajiban profesi dan kemahasiswaan; program kegiatan cepat (crash
sekaligus agama yang harus ditunaikan dengan program); serta mencari masukan (input-taking)
maksimal. Maka, tidak bekerja dengan baik dan berbagi masukan (input-sharing).
adalah dosa. Juga, tidak berkinerja baik adalah
perbuatan tercela. Stick and carrot policy juga Seluruh orientasi kegiatan yang diselenggarakan
diambil dalam rangka untuk memacu kinerja oleh fakultas merujuk pada penjaminan layanan
seluruh bagian dari tim manajemen. Sesuai pendidikan yang baik dan berkualitas. Sehingga,
kebijakan tersebut, fakultas akan merekap kepercayaan yang diberikan publik kepada
kinerja seluruh tim manajemen untuk kemudian fakultas bisa ditunaikan dengan
hasil evaluasi berujung pada pemberian bendera penyelenggaraan layanan pendidikan yang
hitam dan bendera fakultas. Bendera hitam memadai dan memuaskan publik melalui
untuk yang berkinerja paling buruk, dan bendera ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran
fakultas untuk yang paling bagus. yang memadai; layanan administrasi
kependidikan yang efektif dan efisien;
Model tata kelola kinerja Smart Management pembelajaran yang kondusif; dan lingkungan
didesain untuk memastikan bahwa seluruh pendidikan yang islami.
keluarga besar fakultas (mulai dari tim
manajemen, baik dosen dengan tugas tambahan Sebagai ikhtiar untuk menjamin
maupun tenaga kependidikan atau jabatan penyelenggaraan layanan fakultas secara baik,
fungsional umum, hingga mahasiswa dan dosen efektif, dan efisien, Smart Management
tanpa tugas tambahan) bisa fokus pada tugas dan memiliki dan dibangun diatas 3 (tiga) pilar
tanggung jawabnya dalam cita-cita yang tinggi dasar, yaitu layanan satu atap (one stop service),
untuk meraih kinerja yang baik dan terukur. layanan satu hari (one day service), serta
Dengan begitu, semua keluarga besar fakultas layanan prima (excellent service). Ketiga pilar
bisa berkinerja maksimal dalam tugas dan tersebut bekerja dalam tahapan secara hirarkikal.
kewajibannya. Dengan berbagai fasilitas yang Layanan satu atap merupakan pilar pertama.
diciptakan, mereka dimungkinkan untuk fokus Keberhasilan penyelenggaraan layanan dalam
pada apa yang paling penting dalam kehidupan tahapan layanan satu atap ini lalu ditingkatkan
profesional mereka, yaitu berprestasi. Tentu, menjadi dan melalui tahapan layanan satu hari.
prestasi dalam konteks ini ditandai dengan Kesuksesan penyediaan layanan pada tahapan
produktivitas yang tinggi sesuai kapasitas layanan satu hari dilanjutkan dengan tahapan
masing-masing. Pertama, dosen dengan tugas yang terakhir, yakni layanan prima. Jika
tambahan produktif dalam menunaikan tugas pengertiannya dibalik, akan muncul tahapan
manajerial maupun akademik. Kedua, tenaga sebaliknya, yaitu tidak akan ada keberhasilan
kependidikan atau jabatan fungsional umum layanan prima jika tidak ada layanan satu hari,
produktif dalam menunaikan tugas administrasi dan layanan satu hari tidak akan pernah ada jika
sebagai bagian dari supporting system. Ketiga, tidak terdapat layanan satu atap.
mahasiswa produktif dalam menjalani tugas
studinya. Keempat, dosen produktif dengan

41
Layanan satu atap dimaksudkan untuk sedangkan layanan prima cenderung berorientasi
menyederhanakan prosedur layanan.13 Dengan lebih kepada kepuasan substantif yang ditandai
begitu, pengguna layanan tidak perlu dan diukur melalui tiga indikator, yaitu
menghabiskan energi, waktu, dan pikiran komunikatif, ramah-santun, dan bermutu.
berlebih untuk mendapatkan tuntasnya Tahapan layanan prima ini menggunakan jargon
kebutuhan mereka terhadap layanan yang melayani dengan hati.
diinginkan. Kata “tuntas” di sini berarti layanan Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat
yang dibutuhkan bisa didapatkan secara mudah terhadap pelayanan publik serta semakin
tanpa adanya kesulitan akibat proses dan kritisnya pemikiran masyarakat terhadap
mekanisme yang berbelit-belit. Karena itu, birokrasi telah mendorong masyarakat untuk
penyederhanaan prosedur adalah kata kunci dari terus menginginkan pelayanan yang cepat,
pengembangan layanan satu atap ini. Indikator aman, dan nyaman. Terlebih lagi dengan adanya
untuk mengukur keberhasilan layanan satu atap masalah internal organisasi yang tak kunjung
ini adalah ringkas, mudah diakses, dan mengalami perubahan, perilaku pelayanan yang
terintegrasi. Jargon yang dikembangkan untuk buruk yang telah mendarah daging, serta
menjadi semangat dasar dari layanan satu atap egoisme sektoral baik internal maupun antar
ini adalah melayani secara terintegrasi. instansi dalam satu lingkaran pemerintah daerah,
semakin menambah kompleksitas persoalan
Layanan satu hari didesain untuk memperkuat pelayanan publik.
kepuasaan prosedural layanan. Setelah tahapan
layanan satu atap sukses dijalankan, Smart Faktor egoisme sektoral tercermin pada
Management bergerak ke tahapan berikutnya banyaknya kebijakan yang lahir guna
yang lebih tinggi, yaitu layanan satu hari, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsinya,
dengan maksud untuk menjamin kepuasan sehingga banyak terbitan aturan yang saling
prosedural layanan. Prosedur yang telah tumpang tindih dan tidak selaras antara yang
disederhanakan, diringkas, dan didesain terpadu satu dengan yang lainnya di setiap sektor, baik
pada tahapan sebelumnya lalu ditingkatkan lebih tingkat pusat maupun daerah di Indonesia.
jauh untuk mencapai kualitas yang lebih tinggi
melalui layanan suatu hari. Semua jenis layanan Sebuah evolusi administrasi publik melalui
diupayakan untuk selesai pada hari yang sama. pendekatan Whole of Government (WoG) yang
Selesai tapi beda hari adalah perihal yang tidak telah diterapkan di berbagai negara dalam
dikehendaki dalam tahapan layanan satu hari ini. melayani masyarakat sangat tepat diterapkan di
Indikator keberhasilan tahapan layanan satu hari Indonesia, dengan prinsip kolaborasi dan prinsip
ini adalah cepat, efektif, dan efisien. Jargon yang satu tujuan, sehingga latar dalam pelayanan
dibangun untuk mendasari layanan tanpa tunda dapat mengacu asas efektif dan efisien.
hari ini adalah melayani tanpa tunda hari.
Kata “layanan” adalah terjemahan langsung dari
Setelah layanan tanpa tunda hari maksimal kata dalam Bahasa Inggris “service”. Dalam
dipraktekkan, Smart Management bergerak lebih definisi yang standar, kata “service” berarti “the
tinggi ke tahapan berikutnya, yaitu layanan action of helping or doing work for someone”,
prima. Layanan ini dirangkai untuk memperkuat atau “a system supplying a public need such as
kepuasan substantif layanan. Jika layanan satu transport, communications, or utilities such as
hari lebih berorientasi pada penjaminan layanan electricity and water”. Dalam konteks
yang cepat, efektif, dan efisien, layanan prima penyelenggaraan pendidikan tinggi, definisi
bergerak hingga ke kualitas layanan yang standar tersebut mengamanatkan dua komponen
menjamin kepuasan psikis-batiniah. Layanan mendasar dari konsep layanan, yaitu
cepat, efektif, dan efisien seperti yang mengerjakan sesuatu dan kepentingan publik.
sebelumnya dicapai oleh layanan satu hari Atas dasar amanat ini, layanan pendidikan tinggi
selanjutnya lebih cenderung bersifat prosedural, harus berorientasi kepada kepentingan publik,
yakni mahasiswa hingga masyarakat luas yang
menggunakan jasa layanan kampus. Hanya,
13
Akhmad Muzakki, Smart Management, karena kampus bukan lembaga relawan
disampaikan dalam Launching Smart Management
melainkan lembaga penyedia layanan yang
pada 9 Februari 2018.

42
berbayar, maka penyelenggaraan layanan di WoG untuk mengoptimalkan pelayanan yang
dalamnya harus jauh lebih profesional diberikan kepada mahasiswa.
dibandingkan dengan lembaga relawan.
Kedua, pendekatan WoG yang tersirat dalam
Dalam kaitannya dengan penerapan WoG untuk Smart Management merupakan wujud komitmen
mengoptimalkan pelayanan publik di perguruan FISIP terhadap pencapaian mutu yang baik.
tinggi, model tata kelola kinerja Smart Mutu mencerminkan nilai keunggulan
Management di FISIP UINSA Surabaya produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
menyiratkan 2 (dua) hal.14 Pertama, Smart sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan
Management pada dasarnya adalah bentuk bahkan melampaui harapannya.15 Mutu
komitmen FISIP untuk memberikan pelayanan merupakan salah satu standar yang menjadi
pendidikan yang optimal kepada mahasiswa dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu
dengan cara membenahi sistem kerja para juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau
pegawainya, baik dosen maupun tenaga pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya,
kependidikan. Pegawai fakultas merupakan yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai
kunci utama terciptanya pelayanan publik yang pesaing.
berkualitas di perguruan tinggi karena sebagian
besar pelayanan kepada mahasiswa dilakukan Standar penjaminan mutu pada setiap organisasi
dalam bentuk interaksi antara mahasiswa dengan tentulah tidak sama mengingat visi dan arah
pegawai fakultas. Untuk pelayanan akademik, yang akan dituju berbeda tetapi ada beberapa
mahasiswa berinteraksi dengan dosen, nilai yang harus ada pada komitmen mutu yaitu:
sedangkan untuk pelayanan non-akademik, a. Efektif (tepat sasaran) yaitu tingkat
mahasiswa berinteraksi dengan tenaga ketercapaian target yang telah direncanakan
kependidikan. baik menyangkut jumlah maupun mutu
hasil kerja.
Smart Management menjamin berjalannya b. Efisien (tepat guna) yaitu tingkat ketepatan
mekanisme kerja dan tata kelola by sistem realisasi penggunaan sumber daya dan
fakultas. Pejabat dapat berganti, person dalam bagaimana pekerjaan dilaksanakan
jabatan juga dapat berubah, tapi jika sistem
sehingga tidak terjadi pemborosan sumber
berjalan dengan baik, maka tata kelola akan
daya, penyalahgunaan alokasi,
tetap berjalan dengan baik pula. Hal ini lah yang
penyimpangan prosedur, dan mekanisme
menjadi pedoman prinsip tata kelola FISIP,
sehingga adanya Smart Management akan yang keluar alur.
mendorong para pegawai semakin berkinerja c. Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan
baik dengan tata kelola yang terukur, dan, untuk mencapai keadaan yang lebih baik di
karena itu, berkualitas. Jika dianalisa lebih masa yang akan datang.
mendalam, terlaksananya tata kelola kinerja d. Berorientasi mutu yaitu setiap kegiatan atau
FISIP yang berkualitas di bawah kerangka Smart program yang dilakukan diarahkan untuk
Management menunjukkan bahwa pendekatan pencapaian standar mutu.
WoG telah diterapkan dengan baik. Hal ini
karena tingginya integrasi di antara tim Di bawah kerangka Smart Management,
manajemen, mulai dari pimpinan fakultas, penerapan pendekatan WoG yang baik
dosen, hingga tenaga kependidikan, yang telah membantu FISIP memenuhi kriteria penilaian
berhasil mengantarkan berjalannya Smart komitmen mutu tersebut di atas. Pertama,
Management dalam setiap pelayanan akademik efektif, yaitu dilihat dari adanya koordinasi dan
dan non-akademik, baik dalam bentuk one-stop kolaborasi yang baik antara dosen dengan tenaga
service, one-day service, maupun excellent kependidikan, sehingga permasalahan akademik
service. Masing-masing pilar dasar dari Smart dan non-akademik yang dihadapi oleh
Management tersebut mengakomodasi semangat
15
Tjutju Yuniarsih dan Muhammad Taufiq 2015,
Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan Pelatihan
14
Hammis Syafaq, Smart Management, Wawancara Prajabatan Golongan III, Lembaga Administrasi
pada 28 Mei 2018. Negara Republik Indonesia, Jakarta.

43
mahasiswa dapat terselesaikan dengan baik http://www.haluankepri.com/rubrik/tajuk/
tanpa melewati proses yang berbelit, atau dapat 67416-citra-buruk-pns.html (Diakses 27
dikatakan sebagai pelayanan secara terintegrasi, Mei 2018).
sebagaimana jargon dari one-stop service. Bogdan, Robert dan Steven Taylor. 1992.
Kedua, efisien, yaitu dilihat dari adanya layanan Pengantar Metode Kualitatif. Surabaya:
bertajuk one-day service. Koordinasi dan Usaha Nasional.
kolaborasi yang baik di antara tim manajemen Margono. 1997. Metode Penelitian Suatu
membuat segala kebutuhan mahasiswa dapat
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
terpenuhi tanpa harus membutuhkan waktu yang
Aksara.
lama. Ketiga, inovatif, yang dalam hal ini
Muzakki, Akh. Tt. Smart Management: Model
tampak dari pilar excellent service. Dalam
memberikan pelayanan kepada mahasiswa, Layanan Pendidikan FEBI dan FISIP
FISIP mengadopsi konsep pelayanan yang UINSA Surabaya.
diberikan oleh restoran cepat saji yang Muzakki, Akhmad. Smart Management,
mengutamakan penampilan rapi serta keramahan disampaikan dalam Launching Smart
dalam melayani pelanggan. Konsep ini Management pada 9 Februari 2018.
diterapkan untuk memberikan kesan memuaskan Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar Metode
dan menyenangkan bagi mahasiswa ketika Penelitian. Diterjemahkan oleh
mereka berinteraksi dengan pegawai fakultas. Alimuddin Tuwu. Jakarta: Universitas
Keempat, orientasi mutu, Smart Management Indonesia Press.
diciptakan untuk mendongkrak mutu UINSA Shergold, P. dkk. 2004. Connecting
Surabaya, khususnya FISIP agar dapat menjadi Government: Whole of Government
fakultas unggulan sebagaimana visi dari FISIP Responses to Australia’s Priority
yaitu menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Challenges. [Pidato pada 20 April 2004].
Politik yang unggul dan kompetitif bertaraf
Canberra Bulletin of Public
internasional dalam menciptakan sumber daya
Administration (112), 11.
manusia yang berakhlaq mulia.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif,
D. Penutup Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Dengan demikian, dapat ditarik suatu Suwarno, Yogi dan Tri Atmojo Sejati. 2017.
kesimpulan bahwa pada dasarnya pendekatan Modul Pelatihan Dasar Calon PNS Whole
Whole of Government yang merupakan salah of Government. Jakarta: Lembaga
satu bentuk reformasi birokrasi ini dapat Administrasi Negara.
diterapkan dalam lingkup terkecil sekalipun, Syafaq, Hammis. Smart Management.
seperti di lingkungan perguruan tinggi. Wawancara pada 28 Mei 2018.
Meskipun tampak sepele, namun pelayanan Unites States Institute of Peace. Tt. Whole-of-
akademik dan non-akademik di perguruan tinggi Government Approach, Glossary of Terms
seharusnya tetap dapat memberikan kepuasan for Conflict Management and
terhadap mahasiswa selaku pengguna jasa Peacebuilding. [Internet] Terdapat pada
pendidikan. Sebagaimana yang telah dilakukan http://glossary.usip.org/resource/whole-
di FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya,
government-approach (Diakses 3
pendekatan Whole of Government dapat
November 2016).
disisipkan ke dalam agenda tata kelola kinerja
Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus: Desain dan
pegawai dengan berorientasikan pada komitmen
mutu. Penerapan pendekatan Whole of Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Government di perguruan tinggi akan menjadi Yuniarsih, Tjutju dan Muhammad Taufiq. 2015.
pondasi bagi sistem kerja yang baik, yaitu yang Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan
dapat memberikan pelayanan yang optimal Pelatihan Prajabatan Golongan III.
kepada mahasiswa. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia.
Daftar Pustaka Zuriah, Nurul. 2006. Metode Penelitian Sosial
Anon. 2014. Citra Buruk PNS. [Internet] dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Terdapat pada

44
Inovasi Pelayanan Publik
Dalam Meningkatkan Daya Saing Daerah
Public Service Innovation in Improving Regional Competitiveness

Anisa Cahyaningrum, Didik Gunawan Suharto


Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dam Politik Universitas Sebelas Maret
anis.cahya97@student.uns.ac.id, didikgsuharto@yahoo.com

Abstrak
Inovasi merupakan langkah pelayan publik untuk meningkatkan pelayanannya. Inovasi dibutuhkan karena
banyak laporan keluhan masyarakat terkait pelayanan publik. Inovasi dalam pelayanan publik dilakukan
oleh pemerintah / lembaga. Salah satunya yaitu pemerintah daerah. Dalam melakukan inovasi, pemerintah
daerah memiliki tujuan untuk meningkatkan daya saing daerah. Peningkatan daya saing daerah penting di
tengah persaingan ketat, karena mampu mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Mengingat saat ini
model pemerintahan Indonesia yaitu model demokrasi, dimana penerapan model demokrasi mengandung
arti bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah menuntut adanya partisipasi dan
kemandirian masyarakat daerah atau lokal. Artikel ini bertujuan untuk melihat bahwa inovasi yang
dilakukan oleh pelayan publik dalam meningkatkan daya saing daerah. Metode yang digunakan dalam
penulisan artikel ini adalah metode studi literatur dari buku, jurnal, hasil konferensi, dan juga dokumen
dari website yang relevan, kemudian penulis membuat review dari literature terkait. Hasil penelitian
artikel ini, penulis mengelompokkannya ke dalam beberapa hal terkait inovasi pelayanan publik dalam
meningkatkan daya saing daerah meliputi regulasi, manusia, teknologi, dan pemberian kemudahan.
Kata kunci : Inovasi, Pelayanan Publik, Daya Saing Daerah

Abstract
Innovation is a public servant steps to improve its service. Innovation is needed because many people
report complaints related to public services. Innovation in public services performed by government /
institution. One of them is local government. In the innovation, the local government has a goal to
increase regional competitiveness. Important to increase regional competitiveness amid fierce competition
because it can affect the welfare of the community. Increasing regional competitiveness is important in
the midst of fierce competition, because it can affect the welfare of the community. Given the current
Indonesian governance model is a model of democracy, where the application of the democratic model
implies that the implementation of decentralization and regional autonomy and independence requires the
participation of local communities or local. This article aims to see that the innovations made by public
servants in improving regional competitiveness. The method used in the writing of this article is a method
of literature from books, journals, conference proceedings, and also the relevant documents from the
website, then the author makes a review of relevant literature. The results of the research of this article,
the author breaks into several matters related to public service innovation in improving regional
competitiveness includes regulatory, human, technological, and easements.
Keywords: Innovation, Public Service, Regional Competitiveness

A. Pendahuluan tersebut disebabkan birokrasi di Indonesia


Stigma tidak sedap tentang buruknya pelayanan selama ini telah memper-sulit pelayanan publik,
publik masih melekat di birokrasi Indonesia. Hal seperti pelayanan yang berbelit-belit, tidak

45
jelasnya prosedur, dan sebagainya. Dibuktikan Rochmi (2018) menjelaskan grafik mengenai
dengan meningkatnya keluhan masyarakat kualitas layanan di Dinas Penanaman Modal dan
mengenai pe-layanan publik. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP)
mengenai pemahaman standar layanan dan
Menurut Komisioner Ombuds-man Republik pelibatan masya-rakat, baik di Pemerintah
Indonesia, Ninik Rahayu, pada tahun 2015 Provinsi (22 dinas), Kabupaten (106 dinas), dan
pihaknya menerima hampir 6.000 laporan dari Kota (44 dinas) sebagai berikut :
masyarakat, kemudian tahun 2016, jumlah itu
meningkat menjadi hampir 11.000 pelapor, serta
di awal tahun 2017 yaitu bulan Januari hingga
Maret ini, laporan yang masuk sudah hampir
3.000 laporan. Laporan ter-sebut meliputi kasus
pemerintahan daerah, pertanahan, pendidikan,
ke-sehatan, kinerja kepolisian, dan sebagainya
(Putra, 2017).

Mengingat banyaknya laporan terhadap


Gambar 1. Pemahaman Standar Layanan dan
pelayanan publik tersebut, maka seharusnya
Pelibatan Masyarakat
pelayanan publik di Indonesia segera diperbaiki,
agar kedepannya tidak mengakibatkan
Berdasarkan laporan dari Ombudsman RI
kemunduran suatu bangsa. Sejalan dengan Anas
tersebut, dapat di-ketahui bahwa semakin lama
(2014) bahwa masa depan suatu bangsa
pe-layanan publik di Indonesia semakin buruk
ditentukan oleh daya saing yang menyangkut
dan kasus paling tinggi yaitu mengenai
semua sektor kehidupan, maka mau tidak mau
pelayanan publik pemerintah daerah. Dimana
pemerintah harus berupaya meningkatkan
para penyelenggara pelayanan publik se-
pelayanannya dalam berbagai sektor.
benarnya telah memahami standar pelayanan
publik, namun tak me-libatkan masyarakat
Peningkatan daya saing suatu bangsa dimulai
dalam menyusun produk layanan publik, jadi
dari peningkatan daya saing daerah melalui
apabila tidak ada perbaikan dari pemerintah
pemerintah daerah. Sebagai salah satu
daerah, maka citra buruk akan terus disematkan
penyeleng-gara pelayanan publik, pemerintah
kepada pelayanan publik tersebut dan akan
daerah menjadi lembaga dengan keluhan
semakin banyak keluhan yang didapat pula.
terbanyak sepanjang 2017. Menurut catatan
Ombudsman RI, terdapat 3.427 laporan
Pada dasarnya pelayanan publik yang baik dan
masyarakat yang mengadukan tentang peme-
berkualitas merupakan hak warga negara, oleh
rintah daerah. Jumlah itu setara 42,3% dari
karena itu pemerintah wajib hukumnya me-
seluruh laporan masya-rakat kepada
nyelenggarakan pelayanan publik yang sebaik-
Ombudsman. Faktor dari buruknya pelayanan
baiknya kepada masya-rakat. Sebagaimana telah
pemerintah daerah antara lain karena pengaruh
diatur da-lam Undang - Undang Nomor 25
politik penguasa setempat, tingkat kepatuhan
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang
pemerintah daerah ter-hadap pemenuhan standar
dijelaskan bahwa :
layanan kepada masyarakat juga terbilang masih
“pelayanan publik merupakan kegiatan
rendah, banyak petugas yang sebenarnya tak
dalam rangka pemenuhan kebutuhan
memiliki kecakapan alias tak punya kompetensi,
pelayanan sesuai dengan peraturan
serta telah memahami standar pelayanan publik
perundang-undangan bagi setiap warga
namun tak melibatkan masyarakat dalam
negara dan penduduk atas barang, jasa,
menyusun produk layanan publik (Rochmi,
dan/ atau pelayanan administratif yang
2018).
disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.”

46
daerah di tengah tingginya tingkat kompetisi
Pemerintah daerah telah memberlakukan antar wilayah saat ini. Hal ini sekaligus menjadi
Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 indikator ke-berhasilan pemerintah dalam me-
tentang Pemerintahan Daerah yang menegas-kan wujudkan efektifitas pelayanan pemerintah,
bahwa model pemerintahan daerah saat ini yaitu dimana efektivitas pe-layanan yang diberikan
demokrasi, yang sebelumnya menganut model merupakan ukuran berhasil tidaknya pencapaian
efesien-si struktural. Penerapan model demo- tujuan organisasi tersebut dalam memberikan
krasi mengandung arti bahwa pe-nyelenggaraan pelayanan kepada publik.
desentralisasi dan oto-nomi daerah menuntut Dengan demikian, dalam artikel ini, penulis
adanya parti-sipasi dan kemandirian masyarakat ingin mengkaji mengenai inovasi apa saja yang
daerah atau lokal, tanpa mengabaikan prinsip dilakukan pelayanan publik dalam meningkat-
persatuan negara. Dengan demikian, pemerintah kan daya saing daerah.
daerah dalam menjalankan monopoli pelayanan
publik, sebagai regulator (rule go-vernment) B. Metode Penelitian
harus mengubah pola pikir dan kerjanya dan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
disesuaikan dengan tujuan pemberian otonomi adalah metode studi literatur. Dalam penulisan
daerah, yaitu memberikan dan meningkatkan artikel ini, penulis melakukan review terhadap
pelayanan yang memuaskan masya-rakat. sumber-sumber literatur tersebut. Pengambilan
Bersamaan dengan arus globalisasi yang data dalam artikel ini yaitu dari buku, jurnal,
memberikan peluang sekaligus tantangan bagi hasil konferensi, dan juga dokumen dari website
perbaikan ekonomi, mendorong pemerintah un- yang relevan yang terkait inovasi pelayanan
tuk kembali memahami arti penting-nya suatu publik dalam meningkatkan daya saing daerah.
kualitas pelayanan serta pentingnya dilakukan
perbaikan mutu pelayanan. C. Hasil dan Pembahasan
1. Inovasi pelayanan publik
Dengan demikian penyelenggara pelayanan a. Inovasi
publik utamanya di pemerintahan daerah perlu Dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat
me-ngadakan terobosan-terobosan untuk yang memiliki kepentingan pada organisasi
memperbaiki serta meningkatkan ki-nerja tersebut maka penyelenggara pelayanan publik
pelayanan publik agar menjadi lebih baik. Salah diharapkan mampu mengikuti perkembangan
satunya yaitu melalui inovasi pelayanan publik zaman agar dalam penyeleng-garaan pelayanan
yang menjadi salah satu wacana yang digunakan publik tetaplah memuaskan masyarakat, agar
untuk memperbaiki pe-layanan di sektor publik, dapat mengikuti perkembangan zaman, maka
apabila inovasi tersebut berhasil, maka akan diperlukan inovasi sebagai pendukung dari
memberikan berbagai dampak antara lain kegiatan penyelenggaraa pelayanan publik.
meningkatkan citra masyarakat terhadap
pemerintah daerah, me-ningkatkan daya saing Seperti yang dikemukakan oleh Rogers dalam
daerah, me-ningkatkan perekonomian serta ke- Lembaga Administrasi Negara (2007) bahwa
sejahteraan masyarakat, dan se-bagainya. inovasi adalah sebuah ide, praktek, atau objek
yang dianggap baru oleh individu satu unit
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala adopsi lainnya. Sedangkan Albury (2003)
Lembaga Administrasi Negara (LAN), Adi menjelaskan bah-wa inovasi berhubungan erat
Suryanto bahwa inovasi menjadi salah satu de-ngan ide-ide baru yang ber-manfaat dengan
indikator penting untuk meningkatkan daya sifat kebaruan nya harus mempunyai nilai man-
saing daerah, karena mampu men-dorong faat. Sifat baru inovasi tidak ber-arti apa-apa
peningkatan kesejahteraan masyarakat secara apabila tidak diikuti dengan nilai
berkelanjutan. (Prayitno & Choky, 2017) kemanfaatannya dan kehadirannya. Berdasarkan
de-finisi-definisi tersebut maka dapat
Jadi, dengan adanya inovasi pelayanan publik disimpulkan bahwa inovasi me-rupakan sebuah
diharapkan mampu mendorong daya saing

47
ide, praktek atau objek baru yang kehadirannya Property Or-ganization (WIPO), indeks inovasi
memiliki nilai kemanfaatan. global Indonesia hanya menduduki peringkat
100 (dari 141 negara), sebelumnya menduduki
b. Pelayanan Publik peringkat 99 (dari 125 negara), dibawah
Pelayanan publik menjadi isu yang menarik saat peringkat ne-gara Asia Tenggara lainnya, se-
ini, di-karenakan hal ini menyangkut kebutuhan perti Thailand (32), Brunei (53), dan Malaysia
masyarakat luas. Buruknya pelayanan publik di (32) (Ismiatun, 2015).
Indonesia merupakan cambukan keras bagi
pemerintah agar segera memperbaiki Salah satu penyelenggara pe-layanan publik di
kualitasnya. Indonesia adalah pemerintah daerah. Bentuk pe-
nyelenggaraan pelayanan publik pemerintah
Pelayanan publik menurut Joko (2001) adalah daerah menurut Ke-putusan Menteri
pemberian layanan (melayani) keperluan orang Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun
atau masyarakat yang mempunyai kepentingan 2003 tentang Pedoman Umum Penyeleng-garaan
pada organisasi tersebut sesuai dengan tata cara Pelayanan Publik yaitu:
yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam Undang a. Pelayanan administratif, yaitu pelayanan
- Undang Nomor 25 Tahun 2009 dijelaskan yang menghasilkan berbagai bentuk
bahwa : dokumen resmi yang dibutuhkan publik
“pelayanan publik me-rupakan kegiatan seperti kewarganegaraan sertifikat kom-
dalam rangka pemenuhan kebutuhan petensi, kepemilikan atau pe-nguasaan
pelayanan sesuai dengan peraturan terhadap suatu barang dan sebagainya.
perundang - undangan bagi setiap warga Misalnya KTP, BPKB, SIM, STNK, Akte
negara dan penduduk atas barang, jasa, Pernikahan, Akte Kelahiran, Akte
dan/atau pelayanan administratif yang Kematian dan sebagainya.
disediakan oleh pe-nyelenggara b. Pelayanan barang, yaitu pe-layanan yang
pelayanan pu-blik.” menghasilkan berbagai bentuk atau jenis
barang yang digunakan oleh publik.
Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat Misalnya jaringan telepon pe-nyediaan
disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah tenaga listrik air bersih dan sebagainya.
suatu kegiatan pemberian layanan guna c. Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang menghasilkan berbagai ben-tuk jasa yang
memiliki kepen-tingan pada organisasi tersebut. dibutuhkan oleh publik. Seperti pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, pe-nyelenggaraan
Pemerintah melalui lembaga dan segenap transportasi, dan sebagainya
aparaturnya bertugas menyediakan dan
menyeleng-garakan pelayanan kepada masya- Dalam penyelenggaraannya, pemerintah daerah
rakat. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh masih menjadi yang paling rendah dalam pe-
aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam layanannya, sesuai dengan yang dikemukakan
bentuk yang tertuang dalam Keputusan Menteri oleh Ketua Ombudsman RI, Amzulian Rifai
Pendaya-gunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun bahwa pemerintah daerah men-jadi lembaga
2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan dengan keluhan terbanyak sepanjang 2017. Me-
Pe-layanan Publik yaitu kelompok pelayanan nurut catatan Ombudsman RI, ada 3.427 laporan
administratif; kelom-pok pelayanan barang; dan masyarakat yang mengadukan pemerintah
ke-lompok pelayanan jasa. daerah. Jumlah itu setara 42,3% dari seluruh
laporan masya-rakat kepada Ombudsman
2. Inovasi pelayanan publik dalam (Rochmi, 2018).
meningkatkan daya saing daerah
Di Indonesia saat ini, inovasi masih terus Melihat laporan tersebut, pemerintah daerah
dilakukan, namun masih minim, hal ini perlu me-ngadakan inovasi. Selain itu inovasi
dibuktikan dari catatan World Intelectual dalam pemerintah daerah penting untuk

48
meningkatkan perekonomian daerah, mengingat Tabel 1.
Indonesia saat ini menganut model demokrasi Jurnal Acuan
yang mengandung arti bahwa pe-nyelenggaraan Penulis Jurnal Judul Penelitian
desentralisasi dan otonomi daerah menuntut Cunningham & Innovation in the Public
adanya partisipasi dan kemandirian ma-syarakat Karakasidou (2009) Sector.
daerah tanpa mengabaikan prinsip persatuan Liikanen (2004) International Com-
negara. Per-ekonomian daerah dapat petitiveness and Innovation
Thro-ugh Local Action.
ditingkatkan melalui peningkatan daya saing
Petronela & Cojanu Supporting Re-gional
daerah.
(2013) Competitive-ness Through
Inno-vation. Case Study:
Daya saing daerah adalah kemampuan Sud Muntenia.
perekonomian daerah dalam mencapai Puspita, Rachmawati, Strategi Peningkat-an Daya
pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi & Sumarsono (2017) Saing Daerah Wilayah
dan ber-kelanjutan dengan tetap terbuka pada Pengembangan Sa-tu
persaingan domestik dan inter-nasional Kabupaten Ma-lang.
(Abdullah, 2002). Suparno (2017) Inovasi Daerah Un-tuk
Meningkatkan Iklim
Inovasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Investasi.
(Tedjo, 2017) Inovasi Daerah,
dalam me-ningkatkan daya saing daerah berguna
Kemandirian, dan Daya
untuk meningkatkan daya saing potensi di
Saing di Era Baru
daerahnya agar tidak kalah saing dengan Pembangunan Otonomi
wilayah lain, sehingga dapat mempengaruhi Daerah
ting-kat kesejahteraan masyarakatnya.
Dari beberapa literatur di atas, maka penulis
Inovasi di dalam pemerintah daerah juga diatur mengelompokkannya menjadi 4 hal meliputi :
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan a. Regulasi
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Inovasi di dalam regulasi maksudnya perlu
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 pembaharuan re-gulasi disini maksudnya adalah
tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik penyusunan, penyesuaian ataupun
Pasal 2 Ayat (1) bahwa: penyempurnaan kebijakan dan per-aturan
“Pembangunan dan pe-ngembangan inovasi perizinan dan non-perizinan usaha yang
pelayanan publik, sebagaimana dimaksud ditujukan investor agar mendapatkan
dalam Pasal 1 dilakukan secara kompetitif, kemudahan dalam me-lakukan kegiatan
adaptif, pertukaran pengalaman dan investasi di daerah. Sehingga menarik minat
berkelanjutan.” investor dan dapat berdampak pada
meningkatnya daya saing daerah.
Ini artinya di dalam pembangunan maupun
pengembangan inovasi pe-layanan publik di Kemudian perlunya jaminan ke-pastian hukum
pemerintah daerah terdapat persaingan antar bagi investor sebab Salah satu faktor yang
daerah, namun juga dapat menjadi ajang terpenting dalam upaya menarik investor ke
bertukar pengalaman antar daerah sehingga daerah adalah adanya jaminan ke-pastian hukum
bermanfaat bagi daerah masing-masing dalam dalam menjalankan usaha. Investor dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. kegiatan inves-tasi yang jangka waktu
pengembalian modal yang ditanamnya cukup
Dalam penulisan artikel ini, penulis tidak lama, sangat membutuhkan jaminan bahwa
menemukan judul yang sama dengan artikel ini, peraturan yang telah ditetapkan dalam kegiatan
namun penulis mengacu pada enam literatur investasi dan usaha akan tetap dipegang
terkait inovasi pelayanan publik dalam walaupun sistem pemerintahan berubah.
meningkatkan daya saing daerah yaitu:

49
Suparno (2017) menjelaskan bahwa dalam Dalam Liikanen (2004) kemitraan antara publik
pembuatan peraturan yang lebih sedikit dan dan swasta dapat dirangsang untuk
pelayanan yang lebih baik yang menjadi mempromosikan berbuah pertukaran
prioritas pembaharuan regulasi meliputi: ada- pengetahuan dan pengalaman. Sehingga dengan
nya minimalisasi peraturan daerah yang di dapatnya pengetahuan dan pengalaman
mencakup semua ketentuan yang dibutuhkan tersebut dapat dijadikan referensi untuk
dalam kegiatan investasi, dimana di dalam peningkatan pe-layanan publik.
peraturan daerah tersebut tercantum secara jelas
prosedur pelayanan perizinan, biaya yang Kemudian melibatkan masya-rakat dalam
diperlukan serta jangka waktu pelayanan; penciptaan produk inovasi sehingga dapat
sebelum adanya pem-buatan peraturan baru atau meningkatkan masyarakat yang inovatif.
perubahan peraturan, konsultasi publik terlebih Misalnya inovasi aktivitas di “Bank” sampah
dahulu dengan para pemangku kepentingan Matahari di kelurahan Winongo kecamatan
(stakeholder) dan juga warga masyarakat, serta Mangunharjo, kota Madiun, Jawa Timur,
meng-harmonisasikan peraturan daerah tersebut dimana kegiatan ini berasal dari inisiatif warga,
dengan peraturan nasional ataupun peraturan dilakukan oleh warga, dan manfaatnya dirasakan
perundang-undangan lain yang bersangkutan oleh warga sendiri (Tedjo, 2017).
agar tidak ada pertentangan substansi hukum.
c. Teknologi
b. Manusia Inovasi dalam bidang teknologi sangat
Inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan dibutuhkan di era saat ini sebab dapat
menyiapkan sumber daya manusia atau pekerja memudahkan untuk pelayanan publik. Di negara
lokal. Untuk menyiapkan sumber daya manusia seperti Perancis, Jerman, Malta, Norwegia,
yang sesuai dengan ke-butuhan, pemerintah Yunani, Hongaria, Norwegia, Portugal,
daerah dapat menetapkan peraturan untuk men- Bulgaria, Ceko Republik, Estonia, Hungaria,
jaring penduduk lokal agar memiliki Italia, Latvia, Polandia, Portugal, Slovakia dan
kemampuan dan keterampilan yang tepat, yang Amerika Serikat, teknologi di-manfaatkan
sesuai dengan potensi lokal. sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi,
dengan begitu dapat meningkatkan transparansi
Misalnya dengan dibuka kursus-kursus pelayanan publik (Cunningham & Karakasidou,
pertanian, bagi daerah yang masih 2009).
menitikberatkan pada potensi sumber daya alam
yang dapat mendukung investasi pemerintah Pemerintah daerah di Indonesia saat ini juga
daerah di bidang pertanian dan perkebunan merintis inovasi di bidang teknologi agar dapat
(Suparno, 2017). Dengan keterampilan meningkatkan daya saing daerahnya. Contohnya
demikian, dapat men-jadi salah satu tujuan bagi di Bandung, Jawa Barat diciptakan sistem
investor luar daerah yang berkeinginan pelayanan digital (program inovasi yang diberi
menanamkan modalnya di daerah tersebut, nama Soda Molek (SM)) yang telah
sehingga dapat meningkat-kan daya saing menunjukkan hasilnya yaitu pe-layanan semakin
daerah. efektif dan efisien, terjadi peningkatan
pendapatan ke-lurahan dari pajak bumi dan
Selain itu dengan membangun relasi agar dapat bangunan (PBB), partisipasi masya-rakat dalam
melakukan kerjasama guna untuk mengembang- pembangunan kelurahan makin tinggi, dan
kan potensi yang ada di daerah tersebut. Dalam sebagainya. Selain itu pemerintah kabupaten
Petronela & Cojanu, (2013) diuraikan bahwa Kulon Progo meluncurkan aplikasi DPMPT
kerjasama dengan pihak luar seperti swasta Mobile. Aplikasi ini terdiri atas beberapa fitur
dapat meningkatkan daya saing daerah di bidang yang memberikan layanan informasi berbagai
ekonomi seperti dapat dimanfaatkan dalam hal jenis perizinan dan potensi investasi bagi
keuangan dan pembangunan infra-struktur. penggunanya (Tedjo, 2017).

50
d. Pemberian kemudahan yang seharusnya diperoleh masyarakat. Sebagai
Pemberian kemudahan disini maksudnya salah satu penyelenggara pelayanan publik,
memberikan kemudahan dalam pelayanan pemerintah daerah menempati posisi paling
publik, sehingga tidak memberatkan masyarakat rendah, sebab menurut catatan Ombudsman RI,
yang membutuhkan pelayanan publik. pemerintah daerah menerima keluhan paling
banyak di tahun 2017. Untuk mengatasi
Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kemerosotan pe-layanannya tersebut, pemerintah
penyelenggara pe-layanan publik yaitu melalui daerah perlu melakukan inovasi agar dapat
penyederhanaan administratif (mulai dari bersaing dengan pelayanan publik lainnya.
penyederhanaan peraturan untuk restrukturisasi Artinya dengan ada-nya peningkatan daya saing
sektor publik dengan program atau proses) daerah maka akan meningkatkan per-ekonomian
(Cunningham & Karakasidou, 2009). Hal ini daerah pula. Berdasar literatur terkait inovasi
sejalan dengan Permenpan Nomor 15 Tahun pelayanan publik dalam meningkatkan daya
2015 tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan saing daerah yang digunakan dalam penulisan
Publik Di Lingkungan Kementrian, Lembaga artikel ini, penulis me-ngelompokkannya dalam
dan Pemda Tahun 2016 bahwa jenis inovasi beberapa hal yaitu terkait regulasi. manusia,
dapat berwujud pelayanan langsung dan teknologi; dan pemberian ke-mudahan.
pelayanan tidak langsung yang berupa proses,
yaitu perubahan dalam proses penyediaan Rekomendasi dari penulis yaitu sebaiknya
layanan. pemerintah daerah menambah inovasi dan me-
ngembangkannya secara ber-kelanjutan,
Selain itu dapat juga memberi kemudahan mengingat inovasi yang dilakukan pemerintah
dengan pengurangan, keringanan atau masih ter-golong minim, serta perlu adanya
pembebasan pajak daerah; pemberian dana pengawasan yang ketat dalam penyelenggaran
stimulan; pemberian bantuan modal (Suparno, inovasi pelayanan publik agar tidak terjadi pe-
2017). nyelewengan sehingga pelaksanaaan-nya dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Selain itu dapat pula dilakukan pembangunan
infrastruktur. Infra-struktur berguna untuk
memudahkan akomodasi oleh investor. Daftar Pustaka
Misalnya pembangunan bandara di Kabupaten Abdullah, P. 2002. Daya Saing Daerah Konsep
Kulon Progo, investor yang di-akomondasi dan Pengukurannya di Indonesia.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Yogyakarta: BPFE.
Terpadu (DPMPT) Kabupaten Kulon Progo Albury, D. 2003. Inovasi di Sektor Publik.
sejak tahun 2015 pihaknya berupaya mem- Jakarta: PT Elex Media.
persiapkan lahan untuk membangun kawasan Anas, A. A. 2014. Menumbuhkan Daya Saing
industri di kecamatan Sentolo, Kulon Progo Daerah. [Online]
(Tedjo, 2017). Available at:
http://www2.jawapos.com/baca/artikel/54
Dalam Puspita, Rachmawati, & Sumarsono 91/menumbuhkan-daya-saing-daerah
(2017) dijelaskan pula bahwa infrastruktur Cunningham, P. & Karakasidou, A. 2009.
merupakan kriteria yang penting untuk men- Innovation in the Public Sector.
dukung daya saing daerah. Misalnya untuk Manchester : University of Manchester .
pendistribusian hasil-hasil per-tanian dari Ismiatun. 2015. Pengembangan Sistem Inovasi
Kecamatan Karangploso yang bergerak dalam dalam Perspektif Peningkatan Daya Saing
sektor per-tanian. Daerah dengan Pendekatan System
Dynamics. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan
D. Kesimpulan Ilmu Politik, 4(2), pp. 2442-6962.
Pelayanan birokrasi di Indonesia saat ini sangat
buruk karena mem-persulit pelayanan publik

51
Joko, W. 2001. Etika Birokrasi dalam Rochmi, M. N. 2018. Pemerintah Daerah
Pelayanan Publik. Malang: CV Citra Menjadi Pelayan Publik Terburuk.
Malang. [Online]
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Available at:
Negara No. 63 Tahun 2003 tentang https://beritagar.id/artikel/berita/pemerinta
Pedoman Umum Penyelenggaraan h-daerah-menjadi-pelayan-publik-
Pelayanan Publik , n.d. s.l.:s.n. terburuk
Lembaga Administrasi Negara. 2007. Dimensi [Accessed 5 Juni 2018].
Pelayanan Publik dan Tantangannya Suparno. 2017. Inovasi Daerah Untuk
dalam Administrasi Negara (Publik) di Meningkatkan Iklim Investasi. Mimbar
Indonesia. Jakarta: Bagian Humas dan Administrasi, Oktober, 1(1), pp. 1-14.
Publikasi. Tedjo, P. 2017. Inovasi Daerah, Kemandirian,
Liikanen, M. E. 2004. International dan Daya Saing di Era Baru
Competitiveness and Innovation Through Pembangunan Otonomi Daerah. Mimbar
Local Action. Limerick, s.n., pp. 1-6. Administrasi, 1(1), pp. 41-49.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Pemerintahan Daerah, n.d. s.l.:s.n.
Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, n.d. Pelayanan Publik , n.d. s.l.:s.n.
s.l.:s.n.
Permenpan Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Di
Lingkungan Kementrian, Lembaga dan
Pemda Tahun 2016, n.d. s.l.:s.n.
Petronela, N. A. & Cojanu, V. 2013. Supporting
Regional Competitiveness Through
Innovation. Case Study: Sud Muntenia.
Journal of International Studies, 6(1), pp.
51-58.
Prayitno, B. & Choky. 2017. Inovasi Mendorong
Tumbuhnya Daya Saing Daerah. [Online]
Available at: http://lan.go.id/id/berita-
lan/inovasi-mendorong-tumbuhnya-daya-
saing-daerah
[Accessed 5 Juni 2018].
Puspita, C. W., Rachmawati, F. & Sumarsono,
H. 2017. Strategi Peningkatan Daya Saing
Daerah Wilayah Pengembangan Satu
Kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan,
Maret, 2(3), pp. 392-399 .
Putra, L. M., 2017. Ombudsman: Keluhan
Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik
Semakin Meningkat. [Online]
Available at:
https://nasional.kompas.com/read/2017/03
/14/00574011/ombudsman.keluhan.masya
rakat.terhadap.pelayanan.publik.semakin.
meningkat
[Accessed 8 Juni 2018].

52
Strategi Peningkatan Pelayanan Publik dalam Rangka
Mewujudkan Pelayanan yang Berkualitas

Yesica Septi Angelina, Didik Gunawan Suharto


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret
yesica@student.uns.ac.id, didikgsuharto@yahoo.com

Abstrak
Pelayanan publik belum mampu memberikan kontribusi yang sepenuhnya dalam peningkatan pelayanan
sehingga memungkinkan masih terjadi adanya maladministrasi. Rendahnya kualitas pelayanan
mengakibatkan masyarakat sebagai konsumen secara langsung merasakan ketidakpuasan atas pelayanan
yang diberikan dan berakibat masyarakat menuntut suatu perbaikan. Melihat kondisi saat ini
menunjukkan bahwa pelayanan publik masih sering dipermasalahkan pada sistem pemerintahan yang
kurang efektif dan efisien serta sumber daya manusia yang kurang memadai. Selain itu juga banyak
keluhan yang seringkali disampaikan masyarakat seperti prosedur yang berbelit-belit, penundaan yang
berlarut-larut, penyalahgunaan wewenang, diskriminasi, sikap petugas yang kurang ramah, pungutan liar
dan lain sebagainya. Berdasarkan laporan tahunan ombudsman 2016 menyatakan bahwa instansi yang
menempati urutan 3 terbanyak dugaan maladministrasi adalah pertama Pemerintah Daerah, kedua
Kepolisian, dan ketiga BUMN/BUMD. Tujuan dalam penulisan artikel ini adalah dapat mengetahui
bagaimana strategi peningkatan pelayanan publik dalam rangka mewujudkan pelayanan yang berkualitas.
Metode penelitian ini menggunakan kajian literatur. Hasil dari penulisan artikel ini memahami tentang
strategi peningkatan pelayanan publik dalam rangka mewujudkan pelayanan yang berkualitas. Strategi
pelayanan diperlukan dalam mengatasi kualitas pelayanan yang masih kurang agar semakin lebih baik
lagi. Pemerintah sebagai penyedia layanan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat harus bertanggung
jawab dan terus berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik.
Kata kunci : Kualitas Pelayanan, Pelayanan Publik, Strategi Peningkatan

Abstract
The public service has not been able to fully contribute in improving the services so as to enable the
existence of a maladministrasi still occurs. The low quality of service results in the community as the
consumer directly feel the dissatisfaction over the service given and result in society demanding an
improvement. See current conditions indicate that the public service is still a frequent question in the
system of Government that is less effective and efficient human resources as well as inadequate. In
addition, many complaints are often delivered such a convoluted procedure community, protracted delays,
abuse of authority, discrimination, the attitude of the officers who are less friendly, wild charges and so
on. Based on the annual report of the ombudsman 2016 that establishments that ranks the most 3 alleged
maladministration, first Local Government, second Police, and third BUMN/BUMD. The goal in writing
this article was able to find out how the public service improvement strategy in order to realize a quality
service. This research method using the study of literature. The result of the writing of this article
understand about public service improvement strategy in order to realize a quality service. Service
strategies needed in addressing the quality of service that is still lacking in order to getting better again.
The Government as a provider of public services needed by the community should be responsible and
continue to strive to provide the best service for the sake of improvement of public service.
Keywords: Service Quality, Public Service, Improvement Strategy

53
A. Pendahuluan Pelayanan publik belum mampu memberikan
Pemerintah mempunyai tugas penting dalam kontribusi yang sepenuhnya dalam peningkatan
memberikan pelayanan publik bagi semua warga pelayanan sehingga memungkinkan masih
negaranya sesuai yang telah diamanatkan dalam terjadi adanya maladministrasi. Berdasarkan
pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 kondisi saat ini menunjukkan bahwa pelayanan
tentang pelayanan publik disebutkan bahwa: publik masih sering dipermasalahkan pada
“Pelayanan publik adalah kegiatan atau sistem pemerintahan yang kurang efektif dan
rangkaian kegiatan dalam rangka efisien serta sumberdaya manusia yang kurang
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai memadai. Selain itu juga banyak keluhan yang
dengan peraturan perundang-undangan seringkali disampaikan masyarakat baik itu
bagi setiap warga negara dan penduduk secara langsung ataupun melalui media massa
atas barang, jasa dan / atau pelayanan seperti prosedur yang berbelit-belit (Himawan,
administratif yang disediakan oleh 2017). Terlebih memprihatinkan lagi, jika
penyelenggara pelayanan publik.” masyarakat hampir sama sekali tidak memahami
secara pasti tentang pelayanan yang seharusnya
Moenir (2006:16), menyatakan bahwa proses diterima dan sesuai dengan prosedur standar
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang pelayanan.
lain yang langsung inilah yang dinamakan Dari berbagai macam keluhan yang disampaikan
pelayanan. Dalam hal ini efektivitas suatu sistem masyarakat, maka pemerintah mendirikan suatu
pemerintahan sangat ditentukan oleh baik lembaga yaitu Ombudsman Republik Indonesia.
buruknya penyelenggaraan negara (Surjadi, Ombudsman Republik Indonesia digunakan
2009:7). Penyelenggaraan pelayanan publik oleh untuk menampung dan menindaklanjuti keluhan
pemerintah diperuntukkan memenuhi kebutuhan yang disampaikan oleh masyarakat secara
setiap warga negaranya. Menurut Sinambela nasional serta memiliki kewenangan untuk
(2006:3), menyatakan pada dasarnya setiap mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik
manusia membutuhkan pada instansi-instansi pemerintah apabila
pelayanan, bahkan secara ekstrim pelayanan diketahui indikasi maladministrasi
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan (Andyaningrum, 2017). Berdasarkan laporan
manusia. Untuk itu diatur pedoman umum masyarakat mengenai dugaan maladministrasi,
penyelenggaraan pelayanan publik berdasarkan maka dapat dilihat pada tabel 1.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor 63 Tahun 2003 seperti prosedur Dari tabel diatas, dapat diketahui berdasarkan
pelayanan, persyaratan pelayanan, kemampuan klasifikasi dugaan maladministrasi yang
petugas pelayanan, kecepatan pelayanan, dan menempati urutan 3 (tiga) terbanyak adalah
sebagainya. penundaan berlarut 2.818 laporan (31.2%),
penyimpangan prosedur 1.586 (17.6%), dan
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang tidak memberikan pelayanan 1.375 laporan
berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, (15.2%). Melihat kondisi maladmisitrasi tersebut
proses dan lingkungan yang memenuhi atau diperlukan berupa strategi peningkatan kualitas
melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga pelayanan agar semakin lebih baik lagi.
kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya Pemerintah sebagai penyedia layanan publik
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen yang dibutuhkan oleh masyarakat harus
serta ketepatan penyampaiannya dalam bertanggung jawab dan terus berupaya untuk
mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, memberikan pelayanan yang terbaik demi
2007). Menurut Elhaitammy dalam Tjiptono peningkatan pelayanan publik. Oleh sebab itu
(2004), kualitas pelayanan yang unggul (service pelayanan publik harus difokuskan pada
exellence), yaitu suatu sikap atau cara karyawan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara
dalam melayani konsumen secara memuaskan maksimal. Berdasarkan hal tersebut dalam
sangat diperlukan. artikel ini membahas strategi peningkatan

54
pelayanan publik dalam rangka mewujudkan
pelayanan yang berkualitas.

Tabel 1
Laporan Masyarakat Berdasarkan Maladministrasi Tahun 2016
No. Maladministrasi Jumlah Persentase
(satuan) (%)
1. Penundaan 2.818 31,2
Berlarut
2. Penyimpangan 1.586 17,6
Prosedur
3. Tidak Memberikan 1.375 15,2
Pelayanan
4. Tidak Kompeten 972 10,8
5. Penyalahgunaan 960 10,6
Wewenang
6. Permintaan 583 6,5
Imbalan Uang,
Barang dan Jasa
7. Tidak Patut 475 5,3
8. Diskriminasi 135 1,5
9. Berpihak 60 0,6
10. Konflik 66 0,71
Kepentingan
Total 9.030 100
Sumber : Laporan Tahunan Ombudsman Republik Indonesia Tahun 2016

B. Metode Penelitian Frequency Marketing yaitu usaha untuk


Fokus penelitian ini adalah strategi peningkatan mengidentifikasi, memelihara, dan
pelayanan publik. Metode yang digunakan meningkatkan hasil dari pelanggan terbaik
dalam penelitian ini adalah metode studi literatur melalui hubungan jangka panjang yang
dari jurnal ilmiah yang dipublikasi, ketentuan interaktif dan bernilai tambah.
perundang-undangan, berita online, dan buku 2. Strategi Superior Customer Service
yang berkaitan dengan fokus penelitian. Strategi ini menawarkan pelayanan yang lebih
Pengumpulan data dilakukan dengan disertai baik daripada pesaingnya. Untuk mewujudkan
pencatatan sumber literatur yang digunakan. ini diperlukan kemampuan sumber daya
manusia, dan usaha gigih agar dapat tercipta
C. Hasil dan Pembahasan suatu pelayanan yang superior. Misal seorang
Peningkatan kualitas pelayanan publik pelayan publik harus sopan, ramah, dapat
merupakan salah satu agenda referensi birokrasi memberikan informasi atau prosedur yang jelas
terhadap kondisi pelayanan publik. Menurut saat masyarakat membutuhkan sehingga tidak
Fandy Tjiptono dalam Andyaningrum (2017) berbelit-belit, rapi dalam berpakaian, dan lain
beberapa strategi ialah : sebagainya. Strategi ini sejalan dengan strategi
1. Strategi Pemasaran berupa Relationship pengembangan produk (product development
Marketing strategy) yang digunakan dalam jurnal yang
Strategi dimana transaksi pertukaran antara berjudul “Strategi Perencanaan Peningkatan
pembeli dan penjual berkelanjutan (tidak Kualitas Pelayanan Publik (Studi Pada
berakhir setelah penjualan selesai). Salah satu Pelayanan Administrasi Kependudukan di
varian dari relationship marketing adalah Kabupaten Sampang)” dalam Maryam (2016).

55
Strategi ini mengharapkan organisasi untuk menyangkut komunikasi dan public relationship
meningkatkan atau mengembangkan layanan kepada pihak manajemen dan karyawan,
jasa agar dapat lebih memuaskan masyarakat memberikan kemampuan untuk memuaskan
pengguna layanan. pelanggan ke dalam penilaian prestasi karyawan,
dan memberikan empowerment yang lebih besar
3. Strategi Unconditional Service Guarantees pada para karyawan dalam melaksanakan
atau Extraordinary Guarantees tugasnya. Misalnya apabila melakukan survei
Strategi ini berintikan komitmen untuk kepuasan pelanggan maka hal yang menjadi
memberikan kepuasan kepada pelanggan yang evaluasi yang masih kurang dapat digunakan
akan menjadi penyempurnaan mutu jasa dan sebagai patokan dalam memberikan pelayanan
kinerja organisasi. Selain itu digunakan untuk yang lebih baik.
meningkatakan motivasi para karyawan atau
penyedia jasa untuk mencapai tingkat kinerja Berdasarkan strategi yang dapat digunakan
yang lebih baik lagi. Garansi atau jaminan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
istimewa / mutlak ini menjanjikan kualitas prima menurut Fandy Tjiptono dalam Andyaningrum
dan kepuasan pelanggan. Fungsi utama pada (2017) maka dengan merujuk strategi tersebut
garansi tersebut ialah untuk mengurangi resiko artikel ini sependapat berdasarkan strategi
pelanggan sebelum dan sesudah pemberian jasa superior customer service, strategi
sekaligus memaksa organisasi untuk unconditional service guarantees atau
memberikan yang terbaik dan meraih loyalitas extraordinary guarantees, strategi penanganan
pelanggan. Misalnya dengan berkomitmen keluhan yang efisien, dan strategi peningkatan
memberikan pelayanan yang baik, tepat waktu kinerja. Artikel ini kurang sependapat dengan
dengan tidak ada penundaan pelayanan, jujur strategi pemasaran berupa relationship
dengan tidak memungut pungutan liar, sungguh- marketing dengan alasan dikarenakan
sungguh dengan iklhas dan senang memberikan relationship marketing tersebut sama artinya
pelayanan, dan lain sebagainya. dalam hal hubungan yang berkelanjutan antara
pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan
4. Strategi Penanganan Keluhan yang Efisien publik. Sehingga hubungan tidak hanya terjadi
Strategi ini memberikan peluang untuk merubah pada saat kegiatan memberi pelayanan oleh
seseorang yang awalnya tidak puas menjadi puas intansi pemerintah kepada masyarakat pada
terhadap pelayanan yang diberikan. Dalam berlangsungnya saat itu juga namun ada
proses penanganan keluhan yang efektif terdapat hubungan berkelanjutan setelah kegiatan
empat aspek yaitu : a) Empati terhadap pelayanan selesai. Berbeda dengan pelayanan
pelanggan yang marah; b) Kecepatan dalam publik dalam instansi pemerintahan hubungan
penanganan keluhan; c) Kewajaran dalam yang terjalin hanya sampai pada kegiatan
memecahkan masalah atau keluhan; d) pelayanan berlangsung. Setelah prosedur
Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi pelayanan selesai dan keinginan serta hak
penyedia jasa. Masyarakat sebagai penerima pelayanan masyarakat terpenuhi maka tidak ada
pelayanan publik apabila menilai pelayanan hubungan yang terjalin secara jangka panjang.
yang kurang memuaskan maka masyarakat
dapat menyalurkan keluhannya kepada layanan Menurut David Osborne dalam Albasith (2016)
saran dan kritik terkait instansi pemerintahan merumuskan lima strategi, antara lain :
yang telah disediakan melalui ombudsman, 1. Core Strategy (Strategi Inti)
kotak saran, situs web, email, dan lainnya. Strategi ini untuk memperjelas visi misi
organisasi, yang mana strategi ini dapat
5. Strategi Peningkatan Kinerja dioperasionalkan melalui pendekatan-
Strategi ini meliputi berbagai upaya seperti pendekatan untuk memperjelas tujuan organisasi
melakukan pemantauan dan pengukuran dengan membuat persiapan sebelum
kepuasan pelanggan secara berkesinambungan, mengoperasionalkan organisasi, memperjelas
memberikan pendidikan dan pelatihan peran pemimpin dan pegawai organisasi, dan

56
memperjelas arah organisasi dengan negara dan anggaran yang memadai harus
memperbaiki tujuan organisasi. dialokasikan.

2. Consequences Strategy (Strategi 5. Culture Strategy (Strategi Budaya)


Konsekuensi) Strategi budaya ini juga sejalan dengan strategi
Strategi untuk menciptakan kondisi agar terjadi yang terdapat dalam jurnal yang berjudul
persaingan yang sehat antara penyelenggara “Strategi Pelayanan Publik Di Kelurahan Bukit
pelayanan yang satu dengan yang lain agar Pinang Kecamatan Samarinda Ulu Kota
memperoleh hasil yang memuaskan bagi Samarinda” dalam H. Vinolis (2017). Strategi
masyarakat. Meski bersaing, kerjasama tetap yang menentukan budaya organisasi pemerintah.
bisa dilakukan dengan aturan yang jelas dan Strategi budaya bertujuan untuk mengubah
tegas. budaya yang dapat menghalangi ke arah suatu
perubahan.
3. Customer Strategy (Strategi Pelanggan)
Strategi pelanggan bertujuan untuk menciptakan Dalam artikel ini sependapat dengan strategi
sistem penyelenggaraan pelayanan yang menurut David Osborne dalam Albasith (2016).
dilaksanakan oleh birokrat, sehingga mampu Dengan strategi inti, maka kejelasan visi, misi,
memberikan tingkat pelayanan yang optimal dan tujuan organisasi dapat membantu pegawai
bagi masyarakat. Cara-cara yang dapat memahami setiap pekerjaannya sehingga tidak
dilaksanakan adalah dengan menciptakan sistem asal bekerja. Strategi konsekuensi dapat
umpan balik dari pelanggan, menciptakan menciptakan organisasi mengusahakan dalam
prosedur yang sederhana, menciptakan memberikan pelayanan yang terbaik. Organisasi
lingkungan kantor yang menyenangkan dan tidak mau kalah jika organisasi lain
menyejukkan, menyediakan tempat pengaduan mendapatkan prestasi yang baik dalam
dan tempat informasi, menciptakan sistem memberikan pelayanan. Begitu juga dengan
pelayanan yang berbasis teknologi informasi, setiap penyelenggara pelayanan dalam
media dan telekomunikasi, dan menciptakan mempertahankan jabatannya melalui prestasi
sistem komputer yang menggunakan sistem kualitas pelayanan dituntut dapat bersaing secara
online. sehat dan tidak saling menjatuhkan. Dengan
strategi pelanggan maka diselenggarakan
4. Control Strategy (Strategi Pengawasan) pelayanan yang optimal bagi masyarakat dengan
Strategi pengawasan dimaksudkan untuk mengutamakan kebutuhan pelanggan. Melalui
meningkatkan kekuatan organisasi melalui strategi pengawasan, pelayanan dapat terjamin
penataan organisasi. Melalui strategi akuntabilitasnya. Dapat menciptakan
pengawasan diharapkan dapat menciptakan transparansi dalam setiap birokrasi. Begitu pula
kemampuan dan kemandirian serta kepercayaan dengan strategi budaya, maka perubahan ke arah
masyarakat terhadap kantor pemerintahan yang lebih baik dapat terwujud.
sebagai institusi pelayanan publik dan pegawai
atau karyawan sebagai pelayan masyarakat. Menurut Öztürk-Coskun dalam Gokus dan
Strategi pengawasan dapat dilakukan melalui Zehra (2017) untuk meningkatkan pelayanan
lembaga Ombudsman yang telah dibentuk publik dapat melakukan sebagai berikut :
pemerintah. Hal ini sejalan dengan jurnal yang 1. Penentuan Standar Layanan
berjudul “Strategies to Improve the Competence Lembaga publik dapat menetapkan tertentu
of Public Service Officials in Nigeria” dalam standar yang terkait dengan layanan publik yang
Omisore (2013) bahwa pemerintah harus dilakukan. Dengan demikian, masyarakat
mengambil tanggung jawab untuk mengetahui tentang layanan publik dan
merencanakan dan mengawasi perkembangan kualitasnya sehingga dapat mencegah
sumber daya manusia. Strategi yang dipilih penyimpangan dengan mengontrol kualitas
harus secara realistis mencerminkan kebutuhan layanan secara terus menerus. Hal ini sejalan
dalam jurnal yang berjudul “Kualitas Pelayanan

57
Publik di Kecamatan Kayan Selatan Kabupaten Influence of Public Service Motivation on
Malinau” dalam Junidis (2015) bahwa Service Quality of Civil Servants in West
peningkatan pelayanan kepada masyarakat harus Sumatra Indonesia” dalam Syamsir (2016) juga
terus diusahakan dangan cara optimalisasi menjelaskan bahwa pengaruh motivasi
standar pelayanan dengan prinsip cepat, tepat, pelayanan publik terhadap kualitas pelayanan.
memuaskan, transparan, dan tidak diskriminatif. Kedua jurnal tersebut menyatakan bahwa
motivasi pelayanan publik dibutuhkan dalam
2. Informasi dan Keterbukaan mencapai kualitas pelayanan publik yang dapat
Masyarakat yang menerima layanan publik mendukung praktik personalia terkemuka.
harus diberikan informasi yang jelas dan akurat 5. Unit Pengaduan Efektif
tentang layanan, tujuan dan kinerja. Menerapkan Hal penting lainnya dalam meningkatkan
pemahaman seperti itu akan memberikan akses kualitas layanan publik adalah pembentukan
mudah bagi masyarakat. Informasi yang mekanisme dimana masyarakat dapat
diberikan masyarakat juga bisa mengubah mengekspresikan ketidakpuasan mereka.
layanan publik dengan masukan saran dan kritik. Keluhan-keluhan yang dirasakan masyarakat
dapat ditampung, diproses, dan dievaluasi guna
3. Preferensi dan Konseling mencapai penyelesaiannya.
Lembaga publik harus secara teratur
menganalisis pendapat masyarakat tentang 6. Penggunaan Teknologi Informasi dan
layanan yang telah diberikan. Apalagi lembaga Komunikasi
publik seharusnya mempertimbangkan apakah Bersamaan dengan globalisasi, perkembangan
layanan tersebut sudah terkait dengan kebutuhan informasi dan teknologi komunikasi juga
masyarakat. Hal ini dapat dengan cara lembaga berkembang secara signifikan. Peningkatan
publik bisa mendapatkan umpan balik. Umpan teknologi juga digunakan dan sejalan dalam
balik memungkinkan lembaga publik untuk jurnal yang berjudul “Strategies to Improve
menghasilkan kebijakan baru. Hal tersebut Service Delivery In Local Authoritie” dalam
sejalan dalam jurnal yang berjudul “Strategi Makanyeza (2013). E-government adalah sebuah
Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik (Studi konsep yang menjelaskan penggunaan layanan
Deskriptif tentang Strategi UPTD Pengujian publik yang efektif melalui teknologi informasi.
Kendaraan Bermotor Tandes Kota Surabaya Sedangkan dalam jurnal yang berjudul “The
dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Implementation of Ict Towards Improving
Pengujian Kendaraan Bermotor)” dalam Service Quality in Public Sector” dalam Azemi
Pratama (2015). (2016) juga menjelaskan bahwa layanan publik
saat ini telah mengambil langkah lebih lanjut
4. Praktik Personalia Terkemuka untuk meningkatkan kualitas layanan dan
Salah satu faktor utama pelayanan publik meningkatkan efektivitas organisasi dengan
kualitas adalah kepuasan pelanggan. Pada titik meningkatkan kemampuan dan kualitas e-
ini, level kepuasan juga dipengaruhi oleh service.
perilaku pegawai negeri maupun layanan yang
tersedia. Untuk itu tidak boleh mengabaikan Dalam artikel ini sependapat dengan strategi
untuk meningkatkan kualitas layanan dengan peningkatan kualitas pelayanan publik menurut
memotivasi karyawan. Praktik Personalia Öztürk-Coskun dalam Gokus dan Zehra (2017)
Terkemuka juga sejalan dengan jurnal yang namun artikel ini menghubungkan preferensi
berjudul “The relationship among public service dan konseling dengan pembuatan unit
motivation, Civic-organizational behavior (obc), pengaduan efektif dikarenakan dua hal tersebut
and service quality” dalam Ferdousipour (2016) hampir memiliki kesamaan dalam memberikan
menjelaskan bahwa ada hubungan yang penilaian terhadap layanan yang diberikan
signifikan antara motivasi pelayanan publik dan sekaligus dapat menyampaikan keluhan yang
perilaku organisasi sehubungan dengan kualitas dirasakan berdasarkan umpan balik. Umpan
layanan. Dalam jurnal yang berjudul “The balik sangat dibutuhkan untuk evaluasi dan

58
perbaikan berkesinambungan yang dapat dan meningkatkan pelayanan unit pengaduan
ditemukan melalui unit pengaduan efektif. efektif agar umpan balik dari masyarakat dapat
diproses dan terselesaikan dengan baik. Selain
D. Penutup itu, pemerintah diharapkan menjunjung
Pelayanan publik belum mampu memberikan peraturan dan sanksi yang jelas serta tegas
kontribusi yang sepenuhnya dalam peningkatan dalam mencegah terjadinya maladministrasi
pelayanan sehingga memungkinkan masih demi terwujudnya pelayanan yang berkualitas.
terjadi adanya maladministrasi. Untuk itu Sehingga jika terjadi maladministrasi, hal itu
diperlukan adanya suatu strategi dalam dapat ditindaklanjuti.
meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Strategi peningkatan pelayanan publik dalam Daftar Pustaka
rangka mewujudkan pelayanan yang berkualitas Albasith, Boy Eki Maulana dan Eva Hanny
yang pertama dapat menggunakan Core Strategy Fanid. 2016. Strategi Peningkatan
yang menentukan terlebih dahulu visi, misi, dan Pelayanan di Sentra Pelayanan
tujuan organisasi. Hal ini penting karena dalam Kepolisian Terpadu (SPKT) Kepolisian
pelayanan publik juga memerlukan visi,misi, Resor Kabupaten Sidoarjo. Kajian
dan tujuan yang harus dicapai supaya jelas Manajemen Pelayanan, Volume 01
kinerja para pegawainya. Yang kedua adalah Nomor 01.
Consequences Strategy. Hal ini diperlukan Andyaningrum, Intan Dwi. 2017. Strategi
dengan adanya persaingan yang sehat antara Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
penyedia layanan di kota X dan di kota Y dapat (Studi Deskriptif tentang Strategi
memotivasi para pegawai menyelenggarakan Polrestabes Surabaya dalam
pelayanan yang berkualitas dan menciptakan Meningkatkan Kualitas Pelayanan
prestasi pegawai. Yang ketiga adalah Customer Pembuatan Surat Keterangan Catatan
Strategy, karena dari pelanggan sebagai Kepolisian). Jurnal Kebijakan dan
pengguna layanan dapat diketahui segala Manajemen Publik ISSN 2303, Volume
kekurangan dari suatu instansi tertentu sehingga 5 Nomor 2.
dapat memberikan masukan dan penilaian Azemi, Helmie Sheha Che, and friends. 2016.
dengan harapan dapat mencapai kepuasan The Implementation of Ict Towards
pelanggan dan memenuhi kebutuhan pelanggan. Improving Service Quality in Public
Yang keempat adalah Control Strategy. Dengan Sector. World Applied Sciences Journal,
Control Strategy maka dapat mencegah 34 (4): 499-505.
terjadinya maladministrasi di Indonesia yang Ferdousipour, Lili. 2016. The relationship
telah dilaksanakan melalui lembaga among public service motivation, Civic-
Ombudsman yang mempunyai wewenang. Yang organizational behavior (obc), and
kelima adalah Culture Strategy. Dalam service quality. Iranian Journal of
memberikan pelayanan yang berkualitas maka Management Studies (IJMS), Vol. 9,
sumber daya manusia juga harus memadai untuk No. 1.
itu dengan Cultural Strategy sehingga para Gokus, Mehmet dan Zehra Çubukçu. 2017.
pegawai yang tidak dapat diajak untuk menuju Quality in Public Service and
perubahan ke arah yang lebih baik maka dapat Necessıties for Qualified Public Service.
diberhentikan maupun dikenakan sanksi. International Congress on
Political,Economic and Social Studies
Untuk lebih meningkatkan pelayanan publik (ICPESS), 19 – 22.
yang berkualitas kepada masyarakat, dapat H., Vinolis Friandoni. 2017. Strategi Pelayanan
diajukan beberapa saran yaitu peningkatan Publik Di Kelurahan Bukit Pinang
kemampuan sumber daya manusia seiring Kecamatan Samarinda Ulu Kota
dengan perkembangan teknologi informasi yang Samarinda. Jurnal Administrative
semakin maju. Lebih meningkatkan rasa empati Reform, Vol. 5 No. 1.
petugas pelayanan kepada masyarakat pemohon

59
Himawan, Adhitya. 2017. Jokowi Kecewa Sinambela, L.P. 2006. Reformasi Pelayanan
Perizinan di Indonesia Masih Berbelit- Publik: Teori, Kebijakan, dan
belit. Retrieved Juni 7, 2018, from Implementasi. Jakarta: Bumi Aksara.
https://www.suara.com/bisnis/2017/09/0 Surjadi. 2009. Pengembangan Kinerja
8/213550/jokowi-kecewa-perizinan-di- Pelayanan Publik. Bandung: Refika
indonesia-masih-berbelit-belit. Aditama.
Junidis. 2015. Kualitas Pelayanan Publik di Syamsir. 2016. The Influence of Public Service
Kecamatan Kayan Selatan Kabupaten Motivation on Service Quality of Civil
Malinau. eJournal Ilmu Pemerintahan, Servants in West Sumatra Indonesia.
Vol 3 No. 4. European Journal of Economics and
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Business Studies, Vol. 5 No. 1.
Negara No. 63 Tahun 2003 tentang Tjiptono, Fandy. 2001. Kualitas Jasa:
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pengukuran, Keterbatasan dan
Pelayanan Publik. Implikasi Manajerial, majalah
Makanyeza, Charles and friends. 2013. Manajemen Usahawan Indonesia.
Strategies to Improve Service Delivery Jakarta: Rineka Cipta.
in Local Authoritie. International Tjiptono, Fandy. 2004. Total Quality
Journal of Information Technology and Manajement. Yogyakarta: Penerbit
Business Management, Vol. 15 No. 1. Andi.
Maryam, Siti dkk. 2016. Strategi Perencanaan Tjiptono, Fandy. 2007. Pemasaran Jasa. Edisi
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik revisi. Malang: Bayumedia.
(Studi Pada Pelayanan Administrasi Tjiptono, Fandy. 2008. Service Management
Kependudukan Di Kabupaten Mewujudkan Pelayanan Prima.
Sampang). Wacana, Vol. 19, No. 2. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Pelayanan Publik.
Omisore, Bernard Oladosu. 2013. Strategies to
Improve the Competence of Public
Service Officials in Nigeria. Journal of
Public Administration and Governance,
Vol. 3, No. 4.
Pratama, M. Hamdani. 2015. Strategi
Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Publik (Studi Deskriptif tentang Strategi
UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor
Tandes Kota Surabaya dalam
Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Pengujian Kendaraan Bermotor).
Kebijakan dan Manajemen Publik,
Volume 3, Nomor 3.
Sekretariat Jenderal Ombudsman Republik
Indonesia. 2017. Laporan Tahunan
2016 Ombudsman Republik Indonesia
(Cetakan Pertama ed.). Jakarta.
Retrieved Juli 6, 2018, from
http://www.ombudsman.go.id/produk/u
nduh/157/SUB_LT_5alea951d55c4_file
_20180117_162938.pdf.

60
Manajemen Pengaduan Masyarakat
Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(Studi Komparasi Praktik E-Government:
“ULAS” dan “Lapor!”)

Ratri Ika Putri, Desiderius Priyo Sudibyo


Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
ratriika@student.uns.ac.id

Abstrak
Adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah memberi manfaat signifikan
pada perbaikan pelayanan publik dalam bingkai praktik e-government. Salah satu aplikasinya adalah
dalam menangani pegaduan masyarakat secara on-line. Artikel ini merupakan sebuah studi komparatif
yang berbasis data sekunder perihal praktik-praktik pengelolaan pengaduan masyarakat berkenaan
pelayanan publik di bidang jasa, administrasi, dan pengadaan barang yang telah dilakukan Kota Bandung,
dan Surakarta. Pengaduan masyarakat dalam artikel ini dilakukan melaui kanal website Lapor! Kota
Bandung, dan ULAS Kota Surakarta. Bersandar pada “teori segitiga pelayanan” Albercht dan Zamke,
hasil analisis menunjukkan bahwa Kota Bandung lebih baik ketimbang Kota Surakarta dalam hal
manajemen komplain dilihat dari aspek: (1) sumberdaya manusia, (2) strategi, dan (3) sistem.
Kata kunci: Teknologi Informasi dan Komunikasi, E-Government, Manajemen Komplain.

Abstract
The advance of information and communication technology has provided significant benefits to improve
the public services in e-government practices. One application is in dealing with on-line public
complaints. This article is a comparative study based on secondary data concerning public complaints
management practices regarding public services in the areas of services, administration, and procurement
of goods that have been done in Bandung, and Surakarta. The public complaints in this article are made
through the Lapor! Website by Kota Bandung, and ULAS by Kota Surakarta.Relying on Albercht and
Zamke's "triangle service theory", the results of the analysis show that Bandung is better than Surakarta in
terms of complaints management seen from: (1) human resources, (2) strategy, and (3) systems.
Keywords: information and communication technology, e-government, complaint management.

A. Pendahuluan Nasional Pengembangan e-government”


Perkembangan teknologi informasi yang sangat mendukung adanya penerapan teknologi
pesat memberikan dampak yang cukup informasi dan komunikasi di bidang
significant dalam berbagai bidang. Salah satunya pemerintahan Indonesia. E-government
dalam pemerintahan, khususnya dalam merupakan suatu mekanisme interaksi baru
perbaikan pelayanan publik. Konsep e- antara pemerintah dengan masyarakat dan
government muncul ditengah perkembangan pihak-pihak lain yang berkepentingan, dimana
teknologi yang begitu pesat, yang mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan teknologi
pemerintah untuk memanfaatkannya demi komunikasi ditujukan untuk meningkatkan
menciptakan pelayanan masyarakat yang lebih kualitas pelayanan publik (Kusuma, 2016).
efisien. Instruksi presiden No. 3 tahun 2003
tentang “Kebijakan dan Strategi komunikasi

61
Indonesia sebagai Negara kepulauan yang pemerintahan pintar (smart government)
sangat luas akan sangat diuntungkan jika (Enceng & Hidayat, 2016).
pelaksanaan e-government dapat dilakukan
secara efisien. Pada tahun ini pemerintah sedang Tahun 2015 menjadi tonggak baru dengan
berusaha mempercepat penerapan e-government, dijadikannya beberapa kota sebagai pilot project
salah satu pemanfaatannya adalah dalam program smart city secara resmi. Salah satu di
menangani pegaduan masyarakat. Pengaduan antaranya adalah Kota Bandung. Penetapan Kota
masyarakat melalui e-government diharapkan Bandung ini dilatarbelakangi oleh banyaknya
dapat memberikan layanan yang lebih cepat, masalah di Kota Bandung yang terjadi hingga
mudah, dan transparan. Jika sebelumnya era pemerintahan Walikota Ridwan Kamil.
masyarakat harus datang ke kantor layanan Berbagai upaya pun sudah dilakukan oleh
masing-masing Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam
(OPD) terkait keluhannya, fasilitas ini mengurai berbagai permasalahan tersebut
diharapkan akan memberikan layanan satu pintu dengan berbasiskan penggunaan teknologi
yang akan mempersingkat waktu yang informasi (Enceng & Hidayat, 2016). Bandung
dibutuhkan untuk menindaklanjuti aduan bahkan masuk dalam 3 besar smart city terbaik
masyarakat. Menurut Undang-Undang No 25 di Indonesia menurut Citiasia Center for Smart
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Nation (CCSN) bersama dengan Jakarta dan
masyarakat mendapat peluang untuk melakukan Yogyakarta (Kontan, 2016). Kini kota Surakarta
partisipasi. Ketika masyarakat merasa tidak puas menyusul dengan mempersiapkan diri untuk
ataupun kecewa dengan pelayanan yang menuju Surakarta smart city 2018 (antarajateng,
diberikan, maka masyarakat dapat melakukan 2017). Artikel ini akan membandingkan
pengaduan. Masyarakat membutuhkan wadah pelayanan pengaduan masyarakat berbasis ICT
untuk menampung aspirasi dan keluhan tentang antara kota Bandung yang merupakan salah satu
pelayanan publik dan penyelenggaraan pilot project smart city di Indonesia, dan kota
pemerintahan. Hal ini diperlukan untuk dapat Surakarta sebagai kota yang baru memulai
meningkatkan kualitas pelayanan dengan persiapan menuju smart city.
menjadikan pengaduan dari masyarakat sebagai
referensi perbaikan. Maka dari itu adanya wadah Kajian tentang peningkatan partisipasi publik
pengaduan masyarakat yang cepat, mudah, dan melalui adanya pengaduan secara online masih
transparan memang diperlukan. Layanan harus terus dilakukan karena masih dianggap hal
pengaduan berbasis e-government dapat baru di Indonesia. Dalam penelitian berjudul
menggunakan berbagai kanal seperti werbsite, “Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik
media sosial, maupun aplikasi-aplikasi android. Berbasis E-government (Studi Kasus
Artikel ini hanya akan membahas pengaduan Pengelolaan Pengaduan Rakyat Online Denpasar
melalui website. Pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Denpasar Tahun 2014)” oleh Ni Luh Yuni
Pelaksanaan e-government merupakan salah satu Lestari, Bandiyah dan Kadek Wiwin Dwi
upaya untuk mengembangkan smart city melalui Wismayanti (2015) menyebutkan bahwa
salah satu dimensinya yaitu smart governance. pengelolaan pengaduan masyarakat secara
Konsep smart city merupakan konsep kota online masih kurang optimal karena
dengan basis pelayanan teknologi (ICT) untuk ketidaksepahaman mengenai Standart Operating
mempercepat pembangunan daerah, terutama Procedure (SOP), adanya kendala sarana-
dalam hal pelayanan publik. Terdapat enam prasarana seperti jaringan internet yang buruk,
dimensi dalam konsep smart city, yaitu ekonomi kendala SDM pengelola aduan, serta belum
pintar (smart economy), mobilitas pintar (smart adanya pengawasan terhadap layanan aduan
mobility), lingkungan pintar (smart tersebut. Maka dari itu, pengelolaan pengaduan
environment), masyarakat pintar (smart people), masyarakat secara online di Bali masih perlu
kehidupan cerdas (smart living), dan banyak perbaikan. Hasil yang serupa ditemukan
pada penelitian yang berjudul “Analisis

62
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Dalam (kualitas) pelayanan. Salah satu manfaat
Rangka Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas penerapan e-government adalah menciptakan
Komunikasi dan Informatika Kota Malang)” lingkungan yang dapat menjawab berbagai
oleh Dimas Ramdhana Prasetya, Tjahjanulin permasalahan secara cepat. Hal ini sesuai
Domai, Lely Indah Mindarti (2013). Masih dengan tujuan manajemen pengaduan
ditemukan kendala yang menghambat masyarakat berbasis e-government.
pelaksanaan pengaduan masyarakat seperti
sistem birokrasi pemerintah kota Malang yang Terdapat 3 jenis pelayanan pada e-government
berbelit-belit, sosialisasi yang minim, dan (Indrajit, 2014), yaitu Publish, Interact; dan
kualitas SDM yang masih kurang. Transact. Riset ini membahas pelayanan e-
government tipe interact, yaitu komunikasi dua
Pelaksanaan manajemen pengaduan masyarakat arah antara pemerintah dan masyarakat yang
berbasis ICT dalam bingkai e-government masih dapat menggunakan portal maupun kanal
harus terus dikaji untuk melakukan perbaikan- khusus, baik secara langsung maupun tidak
perbaikan pelayanan yang bertujuan untuk langsung. Dalam hal ini melalui kanal website
meningkatkan kepuasan masyarakat. Berangkat sebagai sarana pengaduan masyarakat.
dari kondisi tersebut, maka artikel ini akan
mengkaji secara komparatif praktik-praktik Pengaduan Masyarakat berbasis ICT dalam
pengelolaan pengaduan masyarakat berbasis ICT konteks ini merupakan pengaduan melalui
melalui kanal website pada kota Surakarta (Unit website Layanan Pengaduan dan Aspirasi Online
Layanan Aduan Surakarta atau ULAS), dan kota Rakyat (Lapor!) di kota Bandung, dan website
Bandung (Layanan Aspirasi Pengaduan Online Unit Layanan Aduan Surakarta (ULAS).
Rakyat atau Lapor!) berbasis teori segitiga Sebelum masuk lebih jauh, berikut pengertian
pelayanan Albercht dan Zamke. manajemen pengaduan (komplain). Menurut
Queensland’s Public Sector Agencies dalam
e. Hasil dan Pembahasan Irawan (2016) manajemen komplain adalah
E-government merupakan sekumpulan konsep suatu tahapan cara dari menerima, merekam,
untuk semua tindakan dalam sektor publik (baik memproses, merespon dan melaporkan keluhan
ditingkat Pemerintah Pusat maupun Pemerintah dan menggunakannya untuk meningkatkan
Daerah) yang melibatkan teknologi informasi pelayanan dan pembuatan keputusan. Pengaduan
dan komunikasi dalam rangka mengoptimalisasi (komplain) masyarakat pada pemerintah dapat
proses pelayanan publik yang efisien, transparan dibedakan menjadi dua (Bappenas, 2010).
dan efektif (Kurniawan dalam Hardiansyah, Petama, pengaduan yang berkaitan dengan
2017). Sedangkan menurut Pemerintah New penyimpangan dan/atau penyalahgunaan
Zealand, e-government adalah cara permerintah wewenang yang dilakukan pejabat, dan kedua,
menggunakan teknologi baru untuk memberikan pengaduan yang tidak berkaitan dengan
masyarakat akses informasi dan pelayanan penyimpangan dan/atau penyalahgunaan
pemerintah yang lebih nyaman, meningkatkan wewenang (misal terkait kinerja). Pengaduan
kualitas layanan untuk memberikan kesempatan dalam artikel ini mencakup keseluruhan
yang lebih besar pada masyarakat untuk pengaduan dari masyarakat pada pemerintah
berpartisipasi dalam institusi dan proses kota Bandung dan Surakarta, baik yang
demokrasi kami (Indrajit, 2014). berkaitan dengan penyimpangan dan/atau
penyalahgunaan wewenang dan hal lainnya.
Menurut Indrajit (2014) terdapat 3 karakteristik Pengelolaan pengaduan (komplain) dari
e-Government, yaitu: 1) Merupakan suatu masyarakat dalam artikel ini dikaji berdasarkan
mekanisme interaksi baru (moderen) antara teori segitiga pelayanan Albertch dan Zamke
pemerintah dengan masyarakat dan kalangan yang berpusat pada pelanggan, dalam hal ini
lain yang berkepentingan (stakeholders); 2) masyarakat. Terdapat tiga aspek dalam konsep
Melibatkan penggunaan teknologi informasi tersebut, yakni: manusia adalah karyawan
(terutama internet); 3) memperbaiki mutu perusahaan, dalam hal ini pegawai yang

63
menangani pengaduan. Kedua, strategi, yakni sistem, yakni prosedur yang digunakan (Prasetya
pandangan atau filosofi yang digunakan untuk & Lukiastuti, 2009).
menuntun segala aspek pelayanan, dan ketiga,

Gambar
Teori Segitiga Pelayanan

Strategi Jasa

Pelanggan

Sistem Manusia

Perbandingan aspek manusia, aspek strategi, dan aspek sistem pada website Lapor! Kota
Bandung, dan ULAS Surakarta adalah sebagai berikut:

Aspek Bandung Surakarta

(1) (2) (3)

Manusia Terdapat 2 level pengelolaan, yaitu Tim Admin Admin Unit Layanan Aduan Masyarakat Surakarta
LAPOR tingkat kota Bandung, dan Tim Operator (ULAS) terdapat 40 orang. Admin ULAS berada di
LAPOR tingkat SKPD. Tim pengelola Lapor! masing-masing OPD, dan terdapat 3 super admin
dibentuk oleh Walikota, terdiri dari 70 orang yang berasal dari Inspektorat, Diskominfo, dan
termasuk admin dan tim verifikasi yang berasal humas protokoler. (Rosyid, 2017)
dari tiap SKPD/ BUMD yang telah ditunjuk.
(Lapor!, 2016)

Strategi Tim pengelola pengaduan berpedoman pada ULAS berusaha menjangkau masyarakat melalui
prinsip independen, non diskriminasi, tidak berbagai kanal seperti website, sms, telepon, dan
memihak dan tidak memungut biaya (Perwali media sosial yang semuanya dapat dipantau lewat
Bandung, 2015) website ULAS.
Sosialisasi dilakukan dengan mengelompokkan Sosialisasi dilakukan melalui kelurahan-kelurahan
kecamatan yang aktif, terbuka dan peduli pada yang berada di wilayah kota Surakarta.
program pemerintah. Sosialisasi juga dilakukan
melalui media elektronik radio, media luar ruangan Proses pengembangan inovasi pengaduan melalui
yaitu banner, media cetak format kecil (leaflet, aplikasi mobile Solo Destination.
brosur, booklet), new media (media sosial: website, (Cantika, R, 2017).
instagram, twitter)
(Fitriyani & Rosyad, 2016)

Sistem 1. Laporan masuk 1. Laporan masuk


2. Verifikasi 2. Telaah laporan aduan (10 menit)
3. Diteruskan ke instansi K/L/D terkait paling 3. Penyampaian laporan aduan pada ketua harian
lambat 3 hari kerja dan kepala bidang (maksimal 4 hari kerja)
4. Publikasi tiap laporan beserta notifikasi pada 4. Pengumpulan dan pengujian alat bukti
pelapor (maksimal 10 hari kerja)
5. Instansi K/L/D melakukan koordinasi internal 5. Pembuatan surat klarifikasi & penyampaian

64
dan perumusan tindak lanjut (maksimal 5 hari kepada Badan Publik (maksimal 4 hari kerja)
kerja)
6. Proses telaah dan klarifikasi oleh badan publik
6. Informasi pada pelapor (maksimal 14 hari kerja)
7. Laporan dianggap selesai apabila sudah 7. Proses pembuatan keputusan jawaban oleh
terdapat tindak lanjut dari instansi K/L/D pada ULAS (paling lambat 5 hari kerja)
laporan, dan telah berjalan 10 hari kerja
setelah tindak lanjut dilakukan tanpa adanya 8. Penyampaian keridakpuasan dari pelapor pada
balasan dari pelapor maupun administrator. ULAS (maksimal 7 hari kerja)

(Perwali Bandung, 2015) 9. Pembuatan & penyampaian undangan proses


mediasi pada pelapor, terlapor dan anggota
ULAS ( maksimal 4 hari kerja)
10. Proses mediasi (maksimal dalam12 hari kerja)
11. Pembuatan dan penyampaian surat telaah
kepada Walikota (maksimal dalam 12 hari)
(Perwali Surakarta, 2014)

Sumber: hasil analisis data sekunder

65
Manusia merupakan salah satu aspek terpenting Lapor! Kota Bandung memiliki strategi
dalam kualitas layanan pengaduan. Tanpa sosialisasi yang lebih baik jika dibandingkan
adanya sumber daya manusia yang baik, dengan ULAS Surakarta mengingat Lapor!
pelayanan tidak akan berjalan dengan baik pula merupakan sarana aspirasi dan pengaduan
(Setiawan, 2013). Pengaduan masyarakat berbasis media sosial yang mudah diakses dan
berbasis e-government menjadikan masyarakat terpadu dengan 81 Kementerian/Lembaga, 5
sebagai pemberi aduan tidak dapat bertatap Pemerintah Daerah, serta 44 BUMN di
muka langsung dengan pihak yang menerima Indonesia, dan Bandung termasuk didalamnya
dan menangani aduan. Walaupun begitu, (Lapor!, 2017). Sosialisasi Lapor! didukung
masyarakat dapat menilai kinerjanya melalui secara nasional. Kota Bandung sendiri memiliki
bahasa tulis yang digunakan untuk menjawab strategi efektif dengan mengelompokkan
aduan, serta reponsivitas menanggapi aduan kecamatan-kecamatan yang dinilai aktif
(komplain). Lapor! Kota Bandung dan ULAS berperan serta. Sosialisasi juga dilakukan
Surakarta merespon aduan dengan bahasa resmi, melalui berbagai media dan kecamatan. Bertolak
singkat dan jelas. Menggungkapkan belakang dengan Lapor! kota Bandung,
permohonan maaf atas ketidaknyamanan pelapor Sosialisasi ULAS Surakarta masih dinilai sangat
dan ucapan terima kasih untuk menunjukkan minim, banyak masyarakat yang belum
kepedulian dan sopan santun. Terkait dengan mengetahui sarana pengaduan masyarakat untuk
waktu merespon, Lapor! Kota Bandung lebih menangani berbagai masalah mengenai
cepat daripada ULAS Surakarta. Rata-rata waktu pelayanan publik tersebut (Ombudsman, 2017).
yang dibutuhkan untuk mendapatkan respon Oleh karena itu, ULAS Surakarta melakukan
pengaduan (komplain) dari Lapor! Kota sosialisasi secara besar-besaran bersamaan
Bandung adalah 4 hari dengan waktu tercepat dengan launcing aplikasi ULAS yang berada
dijawab pada hari yang sama dan waktu terlama dalam Solo Destination (Cantika, R, 2017).
adalah 25 hari. Pada ULAS Surakarta, rata-rata
waktu yang dibutuhkan untuk menerima respon Sistem atau prosedur pelayanan harus
pengaduan adalah 5 hari, dengan waktu tercepat mengutamakan kepentingan masyarakat.
respon adalah pada hari yang sama dan waktu Prosedur harus memiliki tahapan yang jelas dan
terlama adalah 27 hari. Selain itu, masih banyak mudah dilakukan oleh masyarakat. Waktu yang
pengaduan (komplain) dengan keterangan diperlukan dari penerimaan pengaduan sampai
“didisposisikan” dan belum mendapatkan dengan respon dikeluarkan Lapor! kota Bandung
respon. lebih singkat daripada ULAS Surakarta. Cara
pengaduan melalui berbagai kanal seperti SMS,
Strategi diartikan sebagai preses pembuatan sosial media, website, dan aplikasi mobile yang
keputusan untuk memilih alternatif terbaik bermuara pada website sama-sama dimiliki
dalam upaya meningkatkan kinerja pemberian kedua kota, baik Bandung maupun
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan Surakarta.Sistem pelayanan pengaduan
standar. Strategi juga harus memuat masalah- masyarakat juga harus terbuka. Hal ini untuk
masalah yang diperkirakan akan dapat timbul memudahkan masyarakat dalam memantau
pada masa yang akan datang (Setiawan, 2013). perkembangan pengaduan dan mendapatkan
Jumlah pengaduan (komplain) pada 10 Februari solusi untuk aduan yang diberikan. Keterbukaan
– 7 Desember 2017 pasa ULAS Surakarta juga akan membantu masyarakat yang memiliki
terdapat 385 aduan (pengaduan masyarakat, masalah serupa untuk menemukan solusi yang
2017) sangat berbeda dengan Lapor! kota tepat. Baik Bandung dan Surakarta menangani
Bandung yang telah menerima hampir 2000 pengaduan secara terbuka melalui kolom respon
aduan (Lapor!, 2017). Jumlah pengaduan pada tiap pengaduan yang masuk. Jika
(komplain) ini sangat dipengaruhi oleh strategi dibandingkan, website Lapor! Bandung dan
sosialisasi yang dilakukan oleh Lapor! kota ULAS Surakarta memiliki perbedaan. Pada
Bandung maupun ULAS Surakarta. website Lapor! pengaduan dan aspirasi dari
semua daerah tercampur menjadi satu, termasuk

66
dari kota Bandung. Pengkategorian bukan ot-berupaya-mengukuhkan-solo-smart-
berdasarkan daerah, melainkan berdasarkan city.html. 17 November 2017.
jenis pengaduan dan aspirasi. Hal ini akan Bappenas. (2010). Manajemen Pengaduan
membuat pelacakan pengaduan khusus kota Masyarakat dalam Pelayanan Publik.
Bandung cukup sulit dilakukan. Namun, https://www.bappenas.go.id/files/4013/76
walaupun begitu, pelapor masih dapat melacak 37/9049/Manajemen_Pengaduan_Masyar
pengaduannya dengan memasukkan nomor akat_Dalam_Pelayanan_Publik.pdf. 29
aduan lewat kolom tracking yang tersedia pada September 2017.
beranda website Lapor!. Pelapor juga akan Cantika, R. 2017, Oktober 17. Unit Layanan
mendapat pemeberitahuan apabila Aduan Surakarta. Putri, R. I, Interviewer.
pengaduannya telah direspon. Sedangkan pada Enceng dan Hidayat, A. 2016. Peningkatan
ULAS Surakarta yang jelas merupakan sarana Layanan Publik Melalui Smart
pengaduan tingkat kota, pada kolom aspirasi Governance Dan Smart Mobility. Jurnal
terdapat kolom-kolom berisi pengaduan Administrasi Pembangunan. 4(2): 87-96.
masyarakat Surakarta yang dapat di lihat status Fitriyani dan Rosyad. 2016. Strategi Sosialisasi
penanganannya di pojok kanan bawah tiap Program Layanan Aspirasi dan
aduan. Pengaduan Online Rakyat (Lapor) di Kota
Bandung. Prosiding Manajemen
f. Penutup Komunikasi. 2(1): 101-106.
Bandung sebagai 3 besar smart city terbaik di Hardiansyah. 2017. Manajemen Pelayanan dan
Indonesia dengan Lapor! kota Bandung lebih Pengembangan Organisasi Publik. Gava
baik dibandingkan dengan Surakarta sebagai Media. Yogyakarta.
kota yang sedang menuju smart city 2018 Indrajit, R. 2014. Electronic Government:
dengan ULASnya dalam manajemen pengaduan Strategi Pembangunan dan
masyarakat berbasis e-government: Pengembangan Sistem Pelayanan
1. Aspek Manusia Berbasis Teknologi Digital. Penerbit
Bandung membutuhkan lebih banyak Andi. Yogyakarta.
tenaga kerja dalam pengelolaan pengaduan. Irawan, Nawawi dan Ahmad. 2016. Manajemen
Hal ini berpengaruh pada kecepatan respon komplain dalam pelayanan kesehatan di
yang diberikan yang lebih baik dari ULAS Rumah Sakit Umum Daerah Merauke.
Surakarta. Etika daan bahasa yang Jurnal Societas. 5(1): 22-31.
digunakan sama efektif dan sama-sama Kontan. (2016). Tiga Kota Ini Didapuk Jadi
menunjukkan rasa kepedulian. Smart City Terbaik.
2. Aspek Strategi http://regional.kontan.co.id/news/tiga-
Bandung lebih baik dalam aspek strategi kota-ini-didapuk-jadi-smart-city-terbaik.
sosialisasi sarana pengaduan masyarakat. 17 November 2017
Hal ini berdampak pada jumlah pengaduan Kusuma, Prajarto dan Zaman. 2016. Strategi
yang diterima. Pemerintah Kota Surakarta dalam
3. Aspek Sistem Mengembangkan E-government (Studi
Standar operasional prosedur penanganan Kasus pada Aplikasi Smartphone Solo
pengaduan Lapor! kota Bandung memiliki Destination). Desertasi. Universitas
waktu yang lebih cepat dalam pengelolaan Gadjah Mada. Yogyakarta.
pengaduan masyarakat dibandingkan Lapor!. 2016. Rapat Koordinasi dan Evaluasi
dengan ULAS Surakarta. LAPOR! Kota Bandung.
http://blog.lapor.go.id/index.php/332-
Daftar Pustaka rapat-koordinasi-dan-evaluasi-lapor-
Antara Jateng. 2017. Pemkot Berupaya kota-bandung. 5 Desember 2017.
Mengukuhkan "Solo Smart City". Lapor!. 2017. Peta Pengaduan Lapor Nasional.
http://www.antarajateng.com/detail/pemk https://lapor.go.id/map/index /peta-

67
pengaduan-lapor-nasional.html. 11
Desember 2017.
Lapor!. 2017. Tentang Lapor!.
https://lapor.go.id/lapor/tentang_lapor/te
ntang-layanan-aspirasi-dan-pengaduan-
online-rakyat.html. 11 Desember 2017.
Ombudsman. 2017. Ombudsman Keluhkan
Saluran Pengaduan Pelayanan Publik di
Solo.
http://ombudsman.go.id/index.php/pwk/ja
wa-tengah/2362-ombudsman-keluhkan-
saluran-pengaduan-pelayanan-publik-di-
solo.html. 11 Desember 2017.
Pengaduan masyarakat. 2017. Aspirasi. Error!
Hyperlink reference not valid.. 9
Desember 2017.
Peraturan Walikota Bandung Nomor 1265
Tahun 2015 Pedoman Pengelolaan
Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online
Rakyat di Lingkungan Pemerintah Kota
Bandung. Pemerintah kota Bandung
Tahun 2015. Bandung.
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 8 Tahun
2014 Standar Pelayanan Pada Unit
Layanan Aduan Surakarta. Pemerintah
Kota Surakarta Tahun 2014. Surakarta.
Prasetya dan Lukiastuti. 2009. Manajemen
Operasi. MedPress: Yogyakarta.
Prasetya, Domay dan Mindarti. 2013. Analisis
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
Dalam Rangka Pelayanan Publik (Studi
Pada Dinas Komunikasi Dan Informatika
Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik
(JAP). 2(1): 1151-1158.
Rosyid, S. 2017, Oktober 19. Unit Layanan
Aduan Surakarta. Putri, R. I, Interviewer.
Setiawan, A. 2013. Manajemen Pelayanan di
Solo Tourist Information Center. Skripsi.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Yuni Lestari, N. L., Fil, S., dan Dwi
Wismayanti, K. W. 2015. Pengelolaan
Pengaduan Pelayanan Publik Berbasis E-
government (Studi Kasus Pengelolaan
Pengaduan Rakyat Online Denpasar pada
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota
Denpasar Tahun 2014). CITIZEN
CHARTER, 1(2).

68
Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Dairi

Wiro Oktavius Ginting


Program Studi Magister Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro Semarang
wirooktaviusginting@ymail.com

Abstrak
Pelayanan publik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Publik harus menerima layanan yang
mudah, cepat, akurat, dan aman dalam mendapatkan setiap kebutuhan yang mereka butuhkan. Pelayanan
publik di Indonesia misalnya perizinan, salah satu bentuknya adalah pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Di Kabupaten Dairi untuk meningkatkan kualitas pelayanan perizinan dibentuk Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu. Penulis melakukan penelitian tentang Kualitas
Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Kabupaten Dairi, untuk mengetahui kualitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kualitas pelayanan Izin Mendirikan
Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Penelitian ini
menggunakan dimensi kualitas layanan yaitu reliability, responsiveness, assurance, dan empathy.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian Kualitas Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi jika dilihat dari
dimensi kualitas pelayanan yang digunakan bisa dikatakan kurang baik.
Kata kunci: Pelayanan Publik, Kualitas Pelayanan, Izin Mendirikan Bangunan

Abstract
Public service aims to meet the needs of society. The public should receive an easy, fast, accurate, and
secure service in getting every need they need. Public services in Indonesia such as licensing, one of the
forms is the Service of Building Permit (IMB). In Dairi Regency to improve the quality of licensing
service established by the Office of Investment and Integrated Licensing Services. The author conducted
a study on the Quality of Building Permit Service at the Office of Investment and Integrated Licensing
Service of Dairi Regency, to determine the quality of Service of Building Permit (IMB), to identify
factors that support and hamper the quality of service Building Permit in the Office of Investment and
Services Integrated Licensing of Dairi Regency. This study uses service quality dimensions namely
reliability, responsiveness, assurance, and empathy. This research is a qualitative descriptive with data
collection through interview, observation, and documentation. The results of the quality of Service of
Building Permit (IMB) in the Investment Department and Integrated Licensing Services Dairi Regency if
viewed from the dimensions of service quality used can be said to be less good.
Keywords: Public Service, Quality of Service, Building Permit

A. Pendahuluan tata bernegara. Perbaikan pelayanan pemerintah


Transisi reformatif yang bergulir sejak dimulai untuk publik senantiasa menjadi tuntutan. Dalam
tahun 1998 hingga saat ini, bersamaan dengan perkembangan terkini, disuatu era transisi
arus globalisasi memberikan peluang sekaligus dengan rakyat yang mencitakan kehidupan yang
tantangan bagi perbaikan tata pemerintahan dan lebih demokratik fungsi pemberian pelayanan

69
publik telah menjadi arus utama dimana-mana, sebagai totalitas dari karakteristik suatu produk
teramati sebagai gelombang peradaban dunia. yang menunjang kemampuannya untuk
Setiap instansi pemerintah di Indonesia memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan
mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan atau ditetapkan. Kualitas sering kali diartikan
pelayanan publik agar terwujudnya sebagai kepuasan pelanggan (customer
kesejahteraan rakyat. Pelayanan dalam hal ini satisfaction) atau konformansi terhadap
cenderung banyak dipergunakan pada sektor- kebutuhan atau persyaratan (conformance to the
sektor publik karena sesuai dengan adanya requirement).
administrasi yang diselenggarakan oleh
organisasi pemerintahan, baik itu pusat maupun Menilai pelayanan publik itu sendiri, terdapat
daerah. Mukarom dan Laksana (2015:80) sejumlah dimensi kualitas yang dapat
menjelaskan bahwa: digunakan. Di dalam menilai kualitas pelayanan
Pelayanan adalah aktivitas atau publik dapat dianalisis dengan teori dari Fandy
serangkaian aktivitas yang bersifat tidak Tjiptono (Hardiyansyah, 2011:53), yang
kasat mata (tidak dapat diraba) yang berpendapat bahwa dimensi kualitas pelayanan
terjadi akibat adanya interaksi antara terdiri dari 5 (lima) dimensi, diantaranya yaitu:
konsumen dan karyawan atau hal-hal lain Bukti langsung (tangibles), meliputi keadaan
yang disediakan oleh perusahaan pemberi fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana
pelayanan yang dimaksudkan untuk komunikasi. Keandalan (reliability), yakni
memecakan permasalahan konsumen/ kemampuan memberikan pelayanan yang
pelanggan. dijanjikan dengan segera, akurat dan
memuaskan. Daya Tanggap (responsiveness),
Inu Kencana (dalam Husni 2013:28) yakni keinginan para staf untuk membantu para
mengatakan, bahwa pelayanan publik adalah pelanggan dan memberikan pelayanan dengan
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah tanggap. Jaminan (assurance), mencakup
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap bahaya, resiko atau keragu-raguan. Empati
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu (empathy), meliputi kemudahan dalam
kumpulan atau kesatuan dan menawarkan melakukan hubungan komunikasi yang baik,
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
suatu produk secara fisik. Selanjutnya Kotler para pelanggan.
dalam Juniarso Ridwan (2009:18)
mengemukakan bahwa: “Pelayanan adalah Satu hal yang hingga saat ini sering kali menjadi
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam masalah dalam kaitannya hubungan antara
suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada bidang public service (pelayanan umum),
suatu produk secara fisik”. terutama dalam hal kualitas pelayanan aparatur
pemerintah kepada masyarakat. Aparat birokrasi
Dengan demikian, pelayanan dapat dipahami sangat diharapkan memiliki jiwa pengabdian
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dan pelayanan kepada masyarakat dan yang
suatu organisasi publik atau perusahaan yang diandalkan mampu mengubah citra “minta
memiliki wewenang untuk melaksanakan dan dilayani” menjadi “melayani” (Mulyadi, 2007).
memberikan jasa berupa pelayanan kepada
publik sebagai penerima layanan yang diberikan Bagir Manan dalam Ridwan HR (2007:207)
yang ditunjang dengan adanya kelengkapan alat menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti
dan sumber daya manusia pelayannya. persetujuan dari penguasa berdasarkan
perundang-undangan untuk memperbolehkan
Dalam ISO 8420 (Quality Vocabulary) dalam tindakan atau perbuatan yang secara umum
(Gaspersz, 2003:5), kualitas didefinisikan dilarang. Menurut Sjachran Bash dalam Ridwan

70
HR (2007:207) menyatakan bahwa: “Izin adalah Terpadu berdasarkan Peraturan Bupati Dairi
perbuatan hukum administrasi negara bersegi Nomor 4 Tahun 2017 sebanyak 18 (delapan
satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal belas) perizinan.
konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur Adapun jumlah perizinan, rata-rata waktu
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan penyelesaian, dan rata-rata biaya penerbitan
peraturan perundang-undangan”. Sedangkan perizinan di Dinas Penanaman Modal dan
N.M. Spelt dan Mr. J.B.J.M Ten Berge yang Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi
disuting oleh Philipus M. Hadjon (1993:2), yaitu:
menyatakan bahwa: “Izin adalah suatu Tabel 1.
persetujuan dari penguasa berdasarkan Jumlah Perizinan, Rata-Rata Waktu dan
perundang-undangan atas peraturan pemerintah Rata-Rata Biaya Perizinan di Dinas
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
ketentuan menyimpang dari ketentuan-ketentuan Terpadu Kabupaten Dairi Berdasarkan
larangan perundangan. Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2017
No. Jumlah Rata- Rata-Rata
Menurut Ratminto & Atik Septi W (2005:5) Perizinan Rata Biaya
Pelayanan administrasi pemerintahan atau Waktu (Kisaran)
pelayanan perizinan dapat didefinisikan sebagai 1 79 12 hari Rp 0,-
segala bentuk jasa pelayanan yang pada kerja
prinsipnya menjadi tanggungjawab dan Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi (diolah kembali)
di Daerah, dan di lingkungan BUMN atau
BUMD, baik dalam rangka upaya pemenuhan Perkembangan penerbitan Izin Mendirikan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka Bangunan (IMB) di Dinas Penanaman Modal
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
undangan, yang bentuk produk pelayanannya Dairi tertera pada gambar berikut:
adalah izin atau warkat.
70
60
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
50
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi merupakan
40
Lembaga Tenaga Teknis Pelayanan di daerah
yang pembentukannya setelah diberlakukannya 30
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 20
tentang Perangkat Daerah dan juga mengacu 10
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 0
100 Tahun 2016 tentang Pedoman Nomenklatur 2013 2014 2015 2016 2017
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Gambar 1.
Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten
Jumlah Penerbitan Surat Izin Mendirikan
Kota.
Bangunan (IMB) di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dairi
Dairi Tahun 2013-2017
Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pembentukan
Perangkat Daerah Kabupaten Dairi, Dinas
Apabila dilihat dari waktu penyelesaian yang
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
memakan waktu yang cukup lama dan
Terpadu Kabupaten Dairi menyelenggarakan
mengakibatkan terhambatnya aktivitas
urusan pemerintahan bidang penanaman modal
masyarakat, hal ini terlihat pada tabel berikut:
dan pelayanan perizinan terpadu satu pintu.
Jenis pelayanan perizinan yang dilimpahkan
kewenangannya oleh Bupati Dairi kepada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan

71
Tabel 2 menyatakan bahwa Surat Rekomendasi terbit
Data Masyarakat yang Melakukan paling lama 8 (delapan) hari sejak diterimanya
Pengurusan Penerbitan Surat Izin surat permohonan rekomendasi dari Dinas
Mendirikan Bangunan dari Bulan Januari- Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Desember 2017 Terpadu Kabupaten Dairi yang turut
No Waktu Jumlah % melampirkan berkas permohonan izin dari
Pelayana Pelayana Jumlah pemohon. Dengan tidak adanya kepastian waktu
n n Pelayana penerbitan surat rekomendasi dari Tim Teknis
n maka Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
1 Pelayanan 20 31,25% Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi tidak dapat
13 hari memberikan kepastian waktu kepada masyarakat
2 Pelayanan 44 68,75% kapan bisa menerima surat izin, sehingga
di atas 13 banyak masyarakat yang mengeluh bahwa surat
hari izin sulit untuk diperoleh.
Jumlah 64 100%
Sumber: Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Adapun wawancara yang dilakukan oleh penulis
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi (diolah kembali) kepada pegawai Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas yaitu Juliawan Samsir Rajagukguk, S.S.T.P.:
penyelesaian surat Izin Mendirikan Bangunan “Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
diatas 13 hari (68,75%) untuk mendapatkan untuk menyelesaikan pembuatan kutipan Izin
surat Izin Mendirikan Bangunan yang Mendirikan Bangunan?”
diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Biasanya masyarakat mengurus lebih dari
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. dua minggu, tapi IMB-nya belum selesai-
Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Bupati selesai. Hal ini dikarenakan tidak adanya
Dairi Nomor 476/065/VI/2017 tentang Standar kepastian waktu penerbitan surat
Operasional Prosedur dan Penanganan Perizinan rekomendasi dari Tim Teknis maka Dinas
Pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi dimana Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi tidak
petugas memberikan tanda bukti pengurusan dapat memberikan kepastian waktu
surat Izin Mendirikan Bangunan dengan kepada masyarakat kapan bisa menerima
ketentuan pengambilan kembali maksimal 13 Surat Izin. Selanjutnya adalah minimnya
hari setelah berkas diserahkan. sosialisasi yang dilakukan oleh pihak
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Pelaksanaan sistem pelayanan perizinan di Perizinan Terpadu menghambat dalam
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan pengurusan perizinan karena masyarakat
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi juga belum tidak mengetahui dengan benar jenis
berjalan dengan baik karena dukungan Tim perizinan, syarat perizinan maupun alur
Teknis selama ini masih rendah untuk perizinan. Belum maksimal pemanfaatan
memberikan rekomendasi penerbitan izin. Hal portal website dan sarana dan prasarana
ini dilihat dari lamanya waktu menerbitkan yang belum mendukung seperti tempat
rekomendasi, sementara dalam Keputusan parkir yang memadai, ruang tunggu
Bupati Dairi Nomor 476/065/VI/2017 tentang pelayanan yang digunakan oleh orang
Standar Operasional Prosedur dan Penanganan yang tidak sedang mengurus izin, serta
Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal dan pohon saran dan pengaduan yang tidak
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi berfungsi dengan baik juga menyebabkan
dan Standar Operasional Prosedur yang pelayanan yang diberikan belum
disahkan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal menunjukkan pelayanan prima yang
dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten menghambat proses penerbitan IMB.
Dairi SOP/XVII.A.14/DPMPPTSP/2017 (Wawancara, 9 Januari 2018).

72
Dari berbagai uraian latar belakang 5. Sumber Data
permasalahan di atas, maka penulis merumuskan Sumber data yang digunakan adalah data primer
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: yang diperoleh langsung dari narasumber
bagaimana kualitas pelayanan Izin Mendirikan melalui wawancara serta pengamatan langsung
Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan dan data sekunder berupa dokumen-dokumen
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi, yang dimiliki Dinas Penanaman Modal dan
faktor apa yang menghambat dan mendukung Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi.
kualitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan
pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan 6. Teknik Pengumpulan Data
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Tujuan dari Teknik pengumpulan yang dilakukan untuk
penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan memperoleh data-data, peneliti menggunakan
menganalisis kualitas pelayanan Izin Mendirikan teknik-teknik pengumpulan data sebagai berikut:
Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan a. Interview atau wawancara
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi, b. Observasi
untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor c. Dokumentasi
penghambat dan pendukung kualitas pelayanan d. Studi Kepustakaan
Izin Mendirikan Bangunan pada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan 7. Analisis dan Interpretasi Data
Terpadu Kabupaten Dairi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini dilakukan dengan reduksi data, penyajian
B. Metode Penelitian data, kesimpulan sampai pada koding
1. Desain Penelitian kategorisasi dan penafsiran data.
Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam
metode ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, 8. Kualitas Data
dengan demikian data yang terkumpul berbentuk Teknik untuk menguji keabsahan data adalah
kata-kata, gambar, bukan angka-angka. teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data
Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya untuk keperluan pengecekan apakah proses dan
sebagai penunjang. Data yang diperoleh melalui hasil yang diperoleh sudah dipahami secara
wawancara mendalam dengan panduan benar oleh peneliti berdasarkan apa yang
wawancara (interview guide) meliputi transkip dimaksudkan informan. Dengan cara, antara lain
interview (wawancara), catatan lapangan, foto (Meoleong, 2007:33):
dan dokumen pribadi. a. Melakukan wawancara mendalam kepada
informan.
2. Situs Penelitian b. Melakukan uji silang antara informasi yang
Situs Penelitian ini adalah pada kantor Dinas diperoleh dari informan satu dengan yang
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan lainnya dengan hasil observasi di lapangan.
Terpadu Kabupaten Dairi. c. Mengkonfirmasi hasil yang diperoleh
kepada informan dan sumber-sumber lain.
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah informan, yaitu C. Hasil dan Pembahasan
pegawai Dinas Penanaman Modal dan Penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi Bangunan kepada masyarakat merupakan tugas
dan masyarakat (pemohon izin yang izinnya dan fungsi yang diemban Pemerintah Kabupaten
telah diterbitkan). Dairi dalam hal ini Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu dan instansi teknis
4. Jenis Data lainnya. Penyelenggaraan seluruh proses
Jenis data yang digunakan meliputi data teks/ perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan
tulisan, data statistik, data gambar dan kata-kata telah dilimpahkan ke Dinas Penanaman Modal
tertulis berupa hasil wawancara. dan Pelayanan Perizinan Terpadu sesuai dengan

73
Peraturan Bupati Dairi Nomor 4 Tahun 2017 lain: tangibles, reliability, responsiveness,
tentang Pelimpahan Wewenang Perizinan assurance, dan empathy.
kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Ukuran dimensi kualitas ini, sebagai berikut:
Berdasarkan peraturan Bupati tersebut, maka a. Tangibles, yaitu fasilitas fisik, peralatan,
seluruh proses permohonan dan penerbitan Izin pegawai dan fasilitas-fasilitas komunikasi
Mendirikan Bangunan dilakukan di Dinas yang dimiliki oleh penyedia layanan. Aspek
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan tangibles menjadi penting sebagai suatu
Terpadu, namun teknisnya masih melekat pada ukuran terhadap pelayanan yang diberikan.
instansi terkait. Pendelegasian tersebut bertujuan Masyarakat akan menggunakan indra
untuk menjadikan pelayanan yang terpadu, penglihatan untuk menilai suatu kualitas
sebagai tolok ukur terselengggaranya tata kelola pelayanan. Sarana fasilitas fisik yang baik
pemerintahan yang baik (Good Governance). akan mempengaruhi persepsi masyarakat.
Pada saat yang bersamaan aspek tangible
Penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan ini juga merupakan salah satu sumber yang
Bangunan harus dilaksanakan secara transparan mempengaruhi harapan masyarakat, karena
dan akuntabel oleh Dinas Penanaman Modal dan fasilitas fisik yang baik, maka harapan
Pelayanan Perizinan Terpadu dan harus masyarakat menjadi lebih tinggi. Dalam
memiliki implikasi yang luas dalam mencapai penelitian ini, tangibles merupakan salah
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dimaksudkan satu aspek yang dapat dilihat langsung oleh
karena Izin Mendirikan Bangunan merupakan masyarakat, terkait dengan kualitas
salah satu program peningkatan penerimaan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan pada
Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Kegiatan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Aspek
berdasarkan Keputusan Bupati Dairi Nomor tangibles yang akan dinilai pada penelitian
476/065/VI/2017 tentang Standar Operasional ini yaitu penampilan aparat dalam
Prosedur dan Penanganan Perizinan pada Dinas memberikan pelayanan terhadap Izin
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Mendirikan Bangunan dan ketersediaan
Terpadu Kabupaten Dairi. sarana dan prasarana. Dari hasil penelitian,
penampilan petugas di Dinas Penanaman
Berdasarkan uraian di atas, maka akan Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
dijelaskan berdasarkan hasil penelitian yang Kabupaten Dairi dapat dikatakan baik,
telah dilaksanakan. meskipun pelayanan yang diberikan aparat
1. Hasil Penelitian belum seluruhnya mengacu pada aturan
Penelitian ini bertujuan mengetahui kualitas yang telah disepakati yaitu menggunakan
pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dan faktor seragam sesuai dengan waktu/hari yang
penghambat dan pendukung pelayanan Izin telah ditentukan dan memakai tanda
Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman pengenal (Id Card). Dalam hal bukti fisik,
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang
Kabupaten Dairi. Berdasarkan hasil penelitian ada masih memiliki kekurangan yaitu
yang telah dilakukan dengan cara, wawancara, belum tersedia meja khusus pengisian
observasi, dokumentasi dan studi pustaka, formulir, dan beberapa sarana prasarana
diperoleh tujuan dari penelitian ini. belum dimanfaatkan dengan maksimal
misalnya stand brosur persyaratan sering
Penelitian ini dilakukan menggunakan dimensi mengalami kekosongan. Nomor antrean
kualitas pelayanan untuk mengetahui sejauh peletakannya kurang strategis sehingga
mana kualitas pelayanan Izin Mendirikan banyak pemohon yang tidak mengambil.
Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Perlu juga pemasangan penyejuk ruangan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. (AC), serta komputer di front office belum
Dimensi kualitas pelayanan yang dipakai antara dimanfaatkan untuk mencatat pemohon dan

74
pengambilan izin, karena masih dilakukan cepat menanggapi dengan segera setiap
secara manual di buku tulis. pengaduan yang masuk.
b. Reliability atau realibilitas adalah d. Assurance atau kepastian adalah
kemampuan untuk menyelenggarakan pengetahuan, kesopanan dan kemampuan
pelayanan yang dijanjikan secara akurat. para petugas penyedia layanan dalam
Pada dimensi ini kurang baik. SOP telah memberikan kepercayaan kepada pengguna
dimiliki oleh Dinas Penanaman Modal dan layanan. Dimensi ini kurang baik. Pemohon
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten perizinan IMB memiliki hak-hak sebagai
Dairi tetapi tidak diimplementasikan pemohon, jaminan kepastian biaya dan
dengan baik, petugas ada yang belum jaminan legalitas atau kepastian hukum
mampu mengoperasikan alat bantu telah diberikan oleh Dinas Penanaman
(komputer), kedisiplinan waktu petugas Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
masih kurang, beberapa petugas mengulur Kabupaten Dairi, namun untuk jaminan
waktu istirahatnya yaitu dengan kembali kepastian waktu belum sepenuhnya berjalan
lebih dari waktu yang telah ditentukan yang sesuai dengan SOP yang ada, masih
menyebabkan kekosongan pada front office beberapa kali mengalami keterlambatan
sehingga menghambat pelayanan. Tindakan penerbitan. Hal ini dikarenakan oleh
seperti itu tidak hanya dilakukan oleh alpanya Pimpinan sehingga belum
petugas front office saja, tetapi juga ada ditandatangani serta dikarenakan kurangnya
petugas back office yang masuk terlambat keselarasan antara front office dan back
setelah jam istirahat. Di dalam hal office dalam mengkoreksi persyaratan izin,
pelayanan penerbitan surat Izin Mendirikan selain itu juga dikarenakan kurangnya
Bangunan, pelayanan penerbitan Izin pengetahuan dan sikap tanggap masyarakat
Mendirikan Bangunan rata-rata di atas 13 ketika diberitahu akan kekurangan
hari waktu penyelesaian. Hal ini tidak persyaratan namun tidak segera melengkapi
sesuai dengan Keputusan Bupati Dairi sehingga izin tidak bisa segera diproses.
Nomor 476/065/VI/2017 tentang Standar Dukungan Tim teknis dalam penerbitan
Operasional Prosedur dan Penanganan rekomendasi juga sangat berpengaruh
Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal terhadap dimensi ini. Terkait dengan sikap
dan Pelayanan Perizinan Terpadu petugas terhadap kegiatan pencaloan, Dinas
Kabupaten Dairi dimana petugas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
memberikan tanda bukti pengurusan surat Terpadu Kabupaten Dairi melayani calo
Izin Mendirikan Bangunan dengan dan bukan calo tanpa diskriminasi, mulai
ketentuan pengambilan kembali maksimal dari persyaratan, prosedur, biaya dan juga
13 hari setelah berkas diserahkan. waktu penerbitan. Jadi tetap diperlakukan
Dukungan tim teknis juga masih rendah sama seperti non-calo.
dalam penerbitan surat rekomendasi dan e. Empathy atau empati adalah kemampuan
tidak ada kepastian waktu dalam penerbitan memberikan perhatian kepada pengguna
surat tersebut. layanan secara individual. Dari segi
c. Responsiveness atau responsivitas adalah dimensi ini kurang baik. Petugas Dinas
kerelaan untuk menolong pengguna layanan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
dan menyelenggarakan pelayanan secara Terpadu Kabupaten Dairi telah memiliki
ikhlas. Dimensi responsivenes kurang baik. etika pegawai dan keramahan para pegawai,
Petugas Dinas Penanaman Modal dan terlihat dari sopan santun yang ditunjukkan
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten oleh para pegawai, tetapi dalam hal
Dairi belum cepat dalam melayani memperhatikan pengguna layanan,
pemohon, media pengaduan yang telah mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat
disediakan yaitu telepon kurang berfungsi, dengan seksama dan memberi kemudahan
kotak saran dan pengaduan juga belum pengguna pelayanan dalam menyampaian
berungsi dengan baik, dan petugas belum keluhan belum terlaksana dengan baik.

75
Pada proses penyelenggaraan pelayanan
Di samping dari dimensi kualitas yang dilakukan perizinan ini pasti akan ada saja hambatan yang
dalam penelitian, dilakukan juga wawancara akan dihadapi oleh pihak penyelenggara maupun
secara mendalam mengenai faktor penghambat oleh pihak pengguna layanan. Disisi lain, untuk
dan pendukung kualitas pelayanan Izin bisa menanggulangi hambatan yang ada, maka
Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman harus bisa memaksimalkan faktor pendukung
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam proses penyelenggaraan pelayanan
Kabupaten Dairi. perizinan di Dinas Penanaman Modal dan
2. Analisis Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Pada penelitian ini, fenomena difokuskan pada Kabupaten Dairi.
kualitas pelayanan dan dimensi-dimensi
pelayanan yang ada dalam suatu organisasi c. Faktor Penghambat Proses Pelayanan
pemerintah penyedia jasa layanan untuk melihat Izin Mendirikan Bangunan di Dinas
bagaimana bentuk pelayanan yang diberikan. Penanaman Modal dan Pelayanan
Berikut adalah hasil analisis dari setiap dimensi Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi
kualitas yang digunakan dalam penelitian: Faktor Penghambat Pelayanan Perizinan IMB
a. Kualitas Pelayanan Perizinan IMB di Bagi Pihak Masyarakat di di Dinas Penanaman
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi Kabupaten Dairi, antara lain:
Aspek dimensi untuk mengukur kualitas
pelayanan Izin Mendirikan Bangunan pada 1) Sumber Daya Manusia
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Kedisiplinan waktu para petugas Dinas
Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Dairi, Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
yang meliputi tangibles, reliability, Terpadu Kabupaten Dairi dapat dikatakan masih
responsiveness, assurance, empathy, jika dilihat kurang. Meskipun telah menerapkan absensi
dari dimensi kualitas yang digunakan secara menggunakan finger print, namun beberapa
keseluruhan, kualitas pelayanan Izin Mendirikan petugas masih ada yang memanfaatkan waktu
Bangunan pada Dinas Penanaman Modal dan ishoma dengan kembali lebih dari waktu yang
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu telah ditentukan. Hal tersebut menyebabkan
Kabupaten Dairi kurang baik. Hal itu bisa dilihat kekosongan petugas pada front office.
dari tabel berikut. Ketidakdisiplinan petugas tersebut akan
menghambat proses pelayanan.
Tabel 1.3
Kategorisasi dimensi kualitas pelayanan Izin 2) Sarana dan Prasarana
Mendirikan Bangunan pada Dinas Sarana prasarana masih kurang dan sarana
Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan prasrana yang tersedia belum dimanfaatkan
Terpadu Kabupaten Dairi dengan maksimal, yaitu komputer yang tersedia
No Dimensi Kualitas Kategorisasi di front office belum digunakan untuk mencatat
1 Tangibles Kurang baik data-data pemohon, jadi masih secara manual
2 Reliability Kurang baik ditulis di buku. Nomor antrean peletakannya
3 Responsiveness Kurang baik kurang strategis sehingga masih banyak
4 Assurance Kurang baik pemohon yang tidak mengambil nomor antrean.
5 Empathy Kurang baik
Stand brosur sering mengalami kekosongan.
Selain itu meja khusus pengisian formulir belum
b. Analisis Faktor Penghambat dan
ada.
Pendukung Kualitas Pelayanan Perizinan
IMB di Dinas Penanaman Modal dan
3) Organisasi
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Jaminan kepastian waktu yang diberikan tidak
Dairi
sesuai dengan yang telah ditentukan atau tidak
sesuai dengan SOP. Waktu yang telah

76
ditetapkan dalam SOP untuk pengurusan Izin Keputusan Bupati Dairi Nomor
Mendirikan Bangunan yaitu selama 13 hari, 476/065/VI/2017 tentang Standar
tetapi masih ada beberapa izin mengalami Operasional Prosedur dan Penanganan
keterlambatan penerbitan. Hal ini selain karena Perizinan Pada Dinas Penanaman Modal
kealpaan Pimpinan sehingga izin belum dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu
ditandatangani, juga dikarenakan kurangnya Pintu Kabupaten Dairi dan Standar
keselarasan antara front office dan back office Operasional Prosedur yang disahkan oleh
dalam pengkoreksian persyaratan permohonan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
izin membuat izin tidak bisa segera diproses, Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
misalnya dari front office telah meloloskan Kabupaten Dairi
semua persyaratan namun dari back office SOP/XVII.A.14/DPMPPTSP/2017.
menolak rencana teknis bangunan tersebut. Hal
tersebut akan menghambat proses penerbitan D. Penutup
izin, karena izin tidak bisa segera diproses. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
4) Masyarakat Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi mengenai
Masih banyak masyarakat yang kurang memiliki kualitas pelayanan pembuatan IMB, maka dapat
pengetahuan yang cukup misalnya mengenai disimpulkan Kualitas Pelayanan Perizinan IMB
persyaratan dalam pengurusan izin. di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Kelengkapan syarat-syarat permohonan izin Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi, dilihat dari
harus benarbenar diketahui dan dipahami oleh lima dimensi kualitas pelayanan yang digunakan
para pengguna layanan, dan sikap tanggap secara keseluruhan bisa dikatakan kurang baik.
masyarakat masih kurang. Saat mengetahui Pada dimensi tangible, sarana dan prasarana
bahwa persyaratan yang diajukan masih masih kurang serta sarana dan prasarana yang
memiliki kekurangan atau kekeliruan, telah tersedia belum dimanfaatkan secara
seharusnya masyarakat dengan segera maksimal, yaitu belum tersedia meja khusus
membenahi apa yang menjadi kekeliruan, tidak pengisian formulir, nomor antrean yang
menunggu nanti-nanti, sehingga izin dapat peletakannya kurang strategis, komputer di front
segera diselesaikan. office belum digunakan secara maksimal serta
sering terjadi kekosongan brosur di stand brosur.
d. Faktor Pendukung Proses Pelayanan Pada dimensi reliability, kedisiplinan waktu para
Izin Mendirikan Bangunan di Dinas petugas masih kurang. Pada dimensi
Penanaman Modal dan Pelayanan responsiveness, pegawai belum cepat dalam
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi melayani pemohon, media pengaduan yang telah
Dari hasil pembahasan berdasarkan wawancara disediakan yaitu telepon kurang berfungsi, kotak
yang dilakukan, dapat diberikan gambaran saran dan pengaduan juga belum berungsi
mengenai faktor-faktor yang bisa menjadi dengan baik, dan petugas belum cepat
pendukung dalam proses pelayanan perizinan di menanggapi dengan segera setiap pengaduan
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan yang masuk. Pada dimensi assurance, jaminan
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi. Beberapa kepastian waktu belum sepenuhnya sesuai
faktor yang dapat diketahui dalam pembahasan dengan SOP. Pada dimensi empathy, dalam hal
ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan memperhatikan pengguna layanan,
antara lain: mendengarkan keluhan-keluhan masyarakat
1) Adanya peraturan tentang retribusi yang dengan seksama dan memberi kemudahan
mengatur regulasi besaran biaya Izin pengguna pelayanan dalam menyampaian
Mendirikan Bangunan. keluhan belum terlaksana dengan baik. Faktor
2) Komitmen Dinas Penanaman Modal dan penghambat kualitas pelayanan perizinan IMB
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Dairi terus memberikan pelayanan yang Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi antara lain
mudah, cepat dan tepat. Melalui adanya yaitu faktor SDM, faktor sarana prasarana,

77
faktor organisasi, dan faktor masyarakat. Faktor Operasional Prosedur yaitu 13 hari. Selain itu
SDM yaitu kesadaran petugas akan kedisiplinan masyarakat harus bertindak aktif, bertanya
waktu yang masih kurang. Faktor sarana dan kepada petugas ketika belum mengerti dan
prasarana yaitu sarana prasarana masih kurang, bersikap tanggap dalam memperbaiki atau
dan sarana prasarana yang telah tersedia belum melengkapi berkas berkas yang masih kurang.
dimaanfaatkan dengan maksimal. Faktor
organisasi yaitu kepastian waktu belum Daftar Pustaka
sepenuhnya sesuai dengan SOP. Dan faktor Gaspersz, Vincent. 2003. Total Quality
masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan yang Management. Jakarta: Gramedia pustaka
dimiliki masyarakat terkait dengan kelengkapan Utama
persyaratan serta daya tanggap masyarakat yang Hadjon, Philipus M. 1993. Pengantar Hukum
masih kurang ketika ada persyaratan yang Perizinan. Cetakan I. Surabaya: Yuridika
kurang tidak segera dilengkapi yang Hardiyansyah, 2011. Kualitas Pelayanan Publik
menyebabkan izin tidak bisa segera diproses. (Konsep, Dimensi, Indikator, dan
Faktor pendukung kualitas pelayanan perizinan Implementasinya). Yogyakarta: Gava
IMB di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Media
Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi antara lain Keputusan Bupati Dairi Nomor
yaitu adanya perda retribusi yang mengatur 476/065/VI/2017 tentang Standar
regulasi besaran biaya Izin Mendirikan Operasional Prosedur Pelayanan
Bangunan, dan Komitmen Dinas Penanaman Perizinan dan Penanganan Pengaduan
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu pada Dinas Penanaman Modal dan
Kabupaten Dairi terus memberikan pelayanan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
yang mudah, cepat dan tepat. Kabupaten Dairi
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian
Kualitas pelayanan perizinan Izin Mendirikan Kualitatif Edisi Revisi. Bandung : PT
Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Remaja Rosda Karya
Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Dairi Laksana Wijaya Muhibudin, Mukarom Zainal.
masih kurang baik dilihat dari dimensi kualitas 2015. Manajemen Publik Relation
pelayanan. Terdapat beberapa saran yang perlu (Panduan Efektif Pengolahan Hubungan
menjadi perhatian. Sebaiknya Dinas Penanaman Masyarakat). Bandung: Pustaka Setia
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan
Kabupaten Dairi perlu memperbaiki dan Pengendalian Manajemen. Jakarta:
mengoptimalkan kekurangan tersebut seperti Salemba Empat
perlu pengadaan meja khusus pengisian Peraturan Bupati Dairi Nomor 4 Tahun 2017
formulir, memaksimalkan penggunaan komputer tentang Pelimpahan Wewenang Perizinan
untuk mencatat pemohon yang masuk dan kepada Dinas Penanaman Modal dan
keluar, nomor antrean diletakkan ditempat Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
strategis, memanfaatkan stand brosur, perlu Kabupaten Dairi
absensi finger print pada saat jam masuk setelah Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 7
istirahat. Upaya untuk mengatasi keterlambatan Tahun 2016 tentang Pembentukan
penerbitan izin yaitu pemberian kewenangan Perangkat Daerah Kabupaten Dairi
oleh pimpinan kepada bawahan dengan stempel Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100
tandatangan yang keabsahannya terjamin dan Tahun 2016 tentang Pedoman
legal, hal ini dilakukan ketika pimpinan alpa Nomenklatur Dinas Penanaman Modal
serta perlu keselarasan dan koordinasi antara dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
front office dan back office dalam mengoreksi Provinsi dan Kabupaten Kota
berkas-berkas persyaratan. Dukungan tim teknis Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
juga harus ditingkatkan dalam penerbitan surat tentang Perangkat Daerah
rekomendasi dalam menerbitkan surat Izin Ratminto & Atik Septi W, 2005. Manajemen
Mendirikan Bangunan sesuai dengan Standar Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

78
Ridwan, HR. 2007. Hukum Administrasi Thamrin, Husni. 2013. Hukum pelayanan Publik
Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo Di Indonesia. Asakaja Presindo:
Persada Yogyakarta
Ridwan, Juniarso. 2009. Hukum Administrasi
Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik.
Bandung: Nuansa

79
Efektivitas Program Layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA)

Vida Ayu Nur Cahyaningrum dan Priyanto Susiloadi


Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
vidaayunc@student.uns.ac.id, priyanto_s@staff.uns.ac.id

Abstrak
Kasus kekerasan terhadap anak maupun tindak kejahatan yang dilakukan anak-anak kian marak di
berbagai daerah. Butuh keterlibatan berbagai pihak termasuk dukungan pemerintah dalam upaya
melindungi sekaligus menghindarkan anak-anak dari berbagai ancaman kejahatan. Dalam rangka
mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak dibentuknya program layanan Telepon Sahabat Anak
(TeSA) yang merupakan layanan komunikasi selular bebas pulsa yang dapat dihubungi lewat nomor 129,
agar dapat digunakan anak baik dalam kondisi mendesak maupun tidak dengan lebih mudah. Program
layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA) ini sangat baik dalam melindungi masyarakat (khususnya anak
dan remaja) dari kekerasan. Selain itu, program ini dapat juga berfungsi untuk mendapatkan informasi
mengenai seberapa sering kekerasan terjadi di masyarakat. Informasi ini lah yang dapat digunakan oleh
pihak pemerintah untuk membuat kebijakan-kebijakan untuk mencegah kekerasan anak, remaja dan
perempuan. Namun, hingga saat ini, publikasi mengenai program Telepon Sahabat Anak (TeSA) masih
sangat kurang sehingga program ini belum terlaksanan dengan baik.
Kata Kunci: Anak, Efektivitas, Telepon Sahabat Anak.

Abstract
Cases of child abuse as well as crime committed by children increasingly prevalent in various regions. It
takes involvement of various parties including government support in an effort to protect and prevent
children from various threats of crime. In order to realize the protection and welfare of children the
establishment of the Sahabat Anak Telephone Service’s program (TeSA) which is a toll-free mobile
communications service that can be reached through 129, in order to be able to use the child in urgent
condition or not more easily. The Sahabat Anak Telephone Service’s program (TeSA) is very good at
protecting the community (especially children and adolescents) from violence. In addition, the program
can also serve to obtain information on how often violence occurs in the community. This information
can be used by the government to make policies to prevent child, teen and girl violence. However, until
now, the publication of the Sahabat Anak Telephone Service’s program (TeSA) is still very lacking so the
program has not been implemented properly.
Keywords: Child, Effectiveness, Sahabat Anak Telephone Service.

A. Pendahuluan kelembagaan maupun perangkat hukum yang


Anak sebagai generasi muda penerus cita-cita lebih mantap dan memadai.
perjuangan bangsa, yang memiliki peranan
strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, Semua anak memiliki hak untuk dilindungi dari
memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam kekerasan, eksploitasi dan pelecehan. Oleh
rangka menjamin pertumbuhan dan karena itu orang tua dan orang dewasa
perkembangan fisik, mental dan sosial. Untuk (termasuk pemerintah) berkewajiban melindungi
melaksanakan pembinaan dan memberikan mereka namun pada kenyataannya, saat ini
perlindungan terhadap anak diperlukan orang tua sering melupakan fungsi dan peranan
mereka sehingga seringkali para orang tua tidak
dukungan yang baik yang menyangkut
menyadari mereka telah melakukan perilaku

80
kekerasan pada anaknya. Bahkan ada orang tua
yang tidak tahu bahwa anaknya sebenarnya
sedang mendapatkan perilaku kekerasan dari
pihak luar atau lingkungannya. Menurut
Adiyuwana (2016) fenomena kekerasan
terhadap anak saat ini selalu menjadi topik
utama dalam pemberitaan di media, baik cetak,
maupun elektronik.

Kasus kekerasan terhadap anak maupun tindak


kejahatan yang dilakukan anak-anak kian
marak di berbagai daerah. Anak sering kali
menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh
teman atau orang dewasa seperti kekerasan
verbal, kekerasan emosional, kekerasan fisik,
ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
kekerasan seksual, dan kekerasan psikologis
2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-
(Citrayanti, 2014). Butuh keterlibatan berbagai
undang ini menjadi peralatan yang kuat untuk
pihak termasuk dukungan pemerintah dalam
mengimplementasikan Konvensi Hak Anak
upaya melindungi sekaligus menghindarkan
(KHA) sebagai salah satu instrumen
anak-anak dari berbagai ancaman kejahatan.
internasional yang telah diratifikasi oleh
Berdasarkan data pengaduan masyarakat ke
Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor
Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI)
36 tahun 1990.
pada tahun 2011 sampai 2016 yang diperoleh
melalui layanan anak, hotline service, layanan
Sebagai salah satu bentuk implementasi dari
email, dan Facebook, serta surat menyurat,
Undang Undang ini adalah dibentuknya program
ditemukan sebanyak 26.954 kasus anak
layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA). Seperti
berdasarkan 9 klaster, 3 klaster diantaranya
namanya, TeSA atau Telepon sahabat anak
merupakan kasus yang paling tertinggi. Pertama
adalah layanan komunikasi selular bebas pulsa
kasus anak berhadapan hukum baik pelaku
yang dapat dihubungi lewat nomor 129, agar
maupun korban 9266 kasus, kedua kasus di
dapat digunakan anak baik dalam kondisi
keluarga dan pengasuhan alternatif baik korban
mendesak maupun tidak dengan lebih mudah,
perceraian orang tua, perebutan hak asuh dan
bagaimanapun juga modernisasi telah
kasus penelantaran ada 5006, ketiga kasus serta
mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat
Pornografi dan Cyber Crime baik sebagai
sehingga diharapkan layanan yang di set dengan
korban maupun pelaku 2358 kasus. Pada klaster
media komunikasi selular tersebut dapat efektif
1 kasus anak berhadap hukum termasuk
menampung keluhan dan aduan dari anak.
diantaranya anak korban kekerasan. Berikut
Sampai saat ini media selular dianggap sebagai
merupakan data jumlah pengaduan anak klaster
media yang mudah dipakai oleh siapapun
1 khususnya pelaku dan korban kekerasan.
termasuk anak. Kebanyakan anak selama ini
merasa kesulitan untuk menyampaikan
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa
keluhannya kepada siapa dan bagaimana cara
jumlah pengaduan yang masuk bersifat
menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga
fluktuatif dimana yang terbanyak ada pada tahun
pemanfaatan media telponlah yang sampai saat
2014 yaitu 1663 pengaduan dan paling sedikit
ini dianggap mampu membantu dan
pada tahun 2011 yaitu 528 pengaduan. Untuk itu
menjembatani keluhan anak. (Rahmawati, 2013)
dalam rangka mewujudkan perlindungan dan
kesejahteraan anak diperlukan dukungan
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu
kelembagaan dan peraturan perundang-
effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang
undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya.
dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut telah
merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan

81
atau sasaran yang telah ditentukan di dalam digunakan untuk mengukur efektivitas adalah
setiap organisasi, kegiatan ataupun program. sebagai berikut :
Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun 1. Ketepatan sasaran program, yaitu sejauh
sasaran seperti yang telah ditentukan. Hal ini mana peserta program tepat yang sudah
sesuai dengan pendapat H. Emerson yang ditentukan sebelumnya. Menurut Makmur
dikutip Handayaningrat (1994:16) yang (2011:8) ketepatan sasaran lebih berorientasi
menyatakan bahwa “Efektivitas adalah kepada jangka pendek dan lebih bersifat
pengukuran dalam arti tercapainya tujuan yang operasional, penentu sasaran yang tepat baik
telah ditentukan sebelumnya.” ditetapkan secara indvidu maupun sasaran
yang ditetapkan organisasi sesungguhnya
Georgopolous dan Tannembaum (1985:50), sangat menentukan keberhasilan aktivitas
mengemukakan: organisasi. Demikian pula sebaiknnya, jika
“Efektivitas ditinjau dari sudut sasaran yang ditetapkan itu kurang tepat
pencapaian tujuan, dimana keberhasilan maka akan menghambat pelaksanaan
suatu organisasi harus berbagai kegiatan itu sendiri.
mempertimbangkan bukan saja sasaran 2. Sosialisasi program, yaitu kemampuan
organisasi tetapi juga mekanisme penyelenggaraan program dalammelakukan
mempertahankan diri dalam mengejar sosialisasi program sehingga informasi
sasaran. Dengan kata lain, penilaian mengenai pelaksanaan program dapat
efektivitas harus berkaitan dengan tersampaikan kepada masyarakat pada
mesalah sasaran maupun tujuan.” umumnya dan sasaran peserta program pada
khususnya. Menurut Wilcox dalam
Selanjutnya Richard M Steers (1985:87) Mardikanto dan Soebianto (2013:86),
mengemukakan bahwa: memberikan informasi merupakan langkah
“Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu awal yang dilakukan untuk mendapatkan
program sebagai suatu sistem dengan hasil yang lebih maksimal dan memperlancar
sumber daya dan sarana tertentu untuk dalam melanjutkan suatu pekerjaan, karena
memenuhi tujuan dan sasarannya tanpa dengan memberikan informasi dapat
melumpuhkan cara dan sumber daya itu dipergunakan dan meningkatkan
serta tanpa memberi tekanan yang tidak pengetahuan bagi orang yang menerima
wajar terhadap pelaksanaannya”. informasi tersebut
3. Tujuan program, yaitu sejauh mana
Menurut Gie dalam Yuliana (2017:25) kesesuaian antara hasil dan prosesprogram
menyebutkan bahwa efektifitas adalah suatu dengan tujuan program yang telah ditetapkan
keadaaan yang terjadi karena dikehendaki. sebelumnya.
Kalau seseorang melakukan suatu perbuatan 4. Pemantauan program, yaitu kegiatan yang
dengan maksud tertentu dan memang dilakukan setelah dilaksanakan program
dikehendaki. Maka pekerjaan tersebut dikatakan sebagai bentuk perhatian kepada peserta
efektif bila menimbulka akibat atau mempunyai program. Selanjutnya menurut Winardi
maksud sebagaimana yang dikehendaki (2010:7), pengawasan meliputi tindakan
sebelumnya. mengecek dan membandingkan hasil yang
Jadi, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah dicapai dengan standar-standar yang telah
tercapainya suatu hasil dan tujuan yang sudah digariskan. Apabila hasil yang dicapai
direncanakan dan tolak ukur sejauh mana sebuh menyimpang dari standar yang berlaku perlu
program dapat melaksanakan kegiatan atau dilakukan tindakan korektif untuk
fungsinya sehingga dapat mencapai tujuan yang memperbaikinya. Selanjutnya menurut
telah ditetapkan. Bohari (1992:3) pengawasan merupakan
suatu bentuk pemeriksaan atau pengontrolan
Sugiyono dalam Budiani (2007:53) dari pihak yang lebih kepada bawahannya.
menyebutkan beberapa indikator yang Siagian dalam Situmorang dan Juhir

82
(1993:19) menyebutkan bahwa pengawasan kekerasan dan hak anak lainnya, serta serta
merupakan proses pengamatan daripada layanan pengaduan dan rujukan. Telepon
pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi Sahabat Anak (TeSA) yang bisa diakses melalui
untuk menjamin agar supaya pekerjaan yang telepon rumah gratis dan siap menjadi sahabat
sedang dilakukan berjalan sesuai dengan remaja, layanan yang diberikan oleh Telepon
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Sahabat Anak (TeSA) pada hari kerja senin-
sabtu jam 08.00 s/d 17.00 WIB. konsep
B. Metode Penelitian pelayanan dan pendampingan pada anak yang
Paper ini menggunakan jenis penelitian dilakukan Telepon Sahabat Anak (TeSA) ini
kepustakaan atau studi literatur yaitu cukup baik untuk menunjang kebutuhan anak
menghimpun data-data atau sumber-sumber sesuai dengan haknya. (Rahmawati, 2013)
yang berhubungan dengan topik penelitian.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian Untuk mengetahui keefektifan program layanan
ini didapat dari buku, jurnal ilmiah, surat kabar Telepon Sahabat Anak (TeSA) digunakan
dan dokumen. Data yang telah terkumpul indaktor-indikator efektivitas menurut Sugiyono
kemudian diolah dan disajikan serta dilakukan dalam Budiani (2007:53) karena peneliti ingin
penarikan kesimpulan.
mengetahui efektivitas dalam program
pelayanan telepon sahabat anak melalui
C. Pembahasan
ketetapan sasaran program, sosialisasi program,
Telepon Sahabat Anak (TeSA) merupakan salah
tujuan program dan pemantauan program.
satu layanan masyarakat program dari
1. Ketetapan sasaran program
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan
Telepon Sahabat Anak (TeSA) merupakan salah
Perlindungan Anak (KPPPA) yang berupaya
satu sistem perlindungan anak yang memberikan
memberikan fasilitas perlindungan kepada anak. layanan dalam bentuk pemberian informasi,
Program tersebut diharapkan dapat menjadi konsultasi, konseling, dan rujukan bagi anak dan
sebuah cara komunikasi yang efektif dalam orang dewasa melalui akses telepon gratis.
menangani kasus yang terjadi pada anak, sebab Penekanan dalam sistem perlindungan anak
anak cenderung rentan menjadi korban melalui Telepon Sahabat Anak (TeSA) ini
kekerasan baik secara fisik, psikis maupun adalah bagaimana memampukan anak untuk
seksual. Maka dari itu layanan Telepon Sahabat terhindar maupun menangani masalah yang
Anak (TeSA) mencoba untuk memfasilitasi dan dihadapinya dan bagaimana memampukan anak
membantu para korban anak yang mengalami untuk menjadi sarana bagi teman sebayanya
diskriminasi dalam bentuk apapun . Layanan ini untuk terhindar maupun menangani masalah
menjangkau setiap anak yang membutuhkan yang dihadapinya. (Risma, 2018).
perawatan dan perlindungan, dengan
menanggapi situasi darurat melalui nomor Sasaran dari program layanan Telepon Sahabat
telepon 129 dengan tarif gratis, baik yang Anak (TeSA) adalah anak – anak dalam situasi
darurat, anak – anak yang berhadapan dengan
dilakukan melalui telepon rumah, telkomsel,
masalah hukum, anak dari kelompok minoritas,
maupun XL. (Maharani, 2017).
Anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau
seksual, anak yang menjadi korban
Program TeSA adalah salah satu upaya penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika
pemerintah dalam menempatkan anak bukan dan zat adiktif lainnya (NAPZA), Anak korban
hanya sebagai generasi penerus bangsa, namun penculikan, penjualan dan perdagangan, anak
lebih dari itu anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental,
adalah pemilik dan pengelola masa depan. anak yang menyandang cacat, anak korban
Layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA) tidak perlakuan salah dan penelantaran. Jadi pengguna
terbatas pada pengaduan dan konseling saja, program ini adalah siapapun yang menghubungi
namun juga memberikan informasi kepada Telepon Sahabat Anak (TeSA) berkaitan dengan
masyarakat sebagai upaya preventif dalam masalah anak sampai usia 18 tahun.
pencegahan terjadinya kasus-kasus tindak

83
Dalam segi ketepatan sasaran, program layanan dan waktu yang cukup lama.Telepon Sahabat
Telepon Sahabat Anak sudah berjalan sesuai Anak (TeSA) ini, yang seharusnya banyak
sasaran yang telah ditentukan. Menurut Lenny diakses oleh anak anak, tetapi tidak banyak
dalam Wahyu (2017) anak-anak yang diketahui oleh anak anak.
menelepon ke layanan informasi tersebut cukup
banyak. Perharinya ada sekira 60 anak Menurut Intani (2015) Telepon Sahabat Anak
menelepon dengan berbagai pertanyaan (TeSA) ini minim sosialisasi. Ketika ditimbang
diantaranya bertanya tentang masalah beasiswa, dari sisi manfaat yang ditawarkan sangat
masalah reproduksi dan ada juga yang disayangkan sekali apabila program tersebut
menelepon untuk sekedar curhat. Memang tidak tercium oleh masyarakat umum, sebab
cukup banyak anak-anak yang menelepon ke pada dasarnya program tersebut adalah program
Telepon Sahabat Anak (TeSA), dari situ kita pemerintah yang di tujukan kepada masyarakat.
mengetahui ternyata anak-anak sangat Untuk baliho iklan dijalanpun sangat jarang,
membutuhkan saluran seperti ini.dari Telepon padahal metode syiar dengan memasang iklan di
Sahabat Anak (TeSA) ini, lembaga yang sepanjang jalan merupakan salah satu metode
berurusan dengan anak seperti Komnas Anak, tepat dalam mensosialisasikan program.
KPPPA, dan lembaga-lembaga didaerah lainnya Sosialisasi ke sekolah-sekolah hanya sesekali
dapat mengetahui permasalahan yang dialami dilakukan itu pun tidak merata disetiap wilayah,
anak-anak yang kadang hal tersebut tidak padahal sasaran dari program ini adalah anak-
dianggap masalah bagi orang tua mereka. anak. Bagaimana mungkin anak bisa
Curhatan anak-anak itu pun kerap digunakan menyampaikan keluhan jika mereka sendiri
sebagai materi untuk lembaga pengasuhan. tidak tau adanya fasilitas layanan sahabat anak
Anak-anak yang menelepon ke Telepon Sahabat yang dapat membantu masalah mereka. (Intani,
Anak (TeSA) akan dilayani dengan tenaga ahli 2015).
seperti psikolog atau psikiater, bagi hal-hal yang
tidak dapat dijawab oleh tim Telepon Sahabat 3. Tujuan program
Anak (TeSA) mereka akan mengalihkan ke Tujuan umum program layanan Telepon Sahabat
lembaga-lembaga terkait. (Wahyu, 2017). Anak (TeSA) adalah melindungi dan membantu
anak yang membutuhkan perlindungan dan anak
2. Sosialisasi program yang mengalami masalah darurat serta
Layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA) sudah memastikan adanya akses untuk mendapatkan
semestinya dapat dimanfaatkan oleh seluruh pelayanan berkualitas yang dapat mendukung
anak tanpa diskriminatif. Artinya layanan tumbuh kembang anak secara wajar. (Jannah,
tersebut tentunya akan sangat bermanfaat bagi 2011).
setiap anak, demikian pula bagi anak difabel. Sedangkan tujuan khususnya adalah: (1)
Telepon Sahabat Anak (TeSA) sangat penting Melindungi anak agar dapat melaksanakan tugas
untuk diinformasikan bagi seluruh warga dan fungsinya sebagai anak, baik di rumah,
masyarakat. Sebab setiap anak, tanpa sekolah, maupun situasi sosial lainnya. (2)
diskriminatif perlu mendapat perlindungan dari Bekerjasama dengan sistem-sistem terkait untuk
dampak negatif perkembangan pembangunan menciptakan jejaring pelayanan yang
yang cepat, arus globalisasi dalam bidang mendukung dan memfasilitasi perawatan dan
komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu perlindungan bagi anak. (3) Mengadvokasi
pengetahuan dan teknologi, serta perubahan pelayanan bagi anak-anak yang sebelumnya
gaya dan cara hidup sebagian orang tua. tidak terjangkau, tidak ada atau tidak memadai.
(4) Mengupayakan kualitas pelayanan bagi anak
Ketersediaan layanan perlindungan anak ini, yang memerlukan perlindungan khusus dan juga
selayaknya menjadi leading sector untuk memastikan terjaminnya kepentingan terbaik
masalah masalah anak ini namun belum banyak bagi anak.
media baik televisi maupun cetak yang
memberitakan layanan perlindungan anak yang Menurut Lubis (2017:5) pelaksanaan Telepon
telah disediakan oleh pemerintah ini. Padahal Sahabat Anak (TeSA) sudah sesuai dengan
untuk membuat layanan telepon atau helpline tujuannya meskipun dalam prosesnya
Telepon Sahabat Anak (TeSA) memakan biaya kebanyakan telepon yang masuk hanya

84
berkonseling saja. Dalam sistem administrasi Saran yang dapat diberikan yaitu, perlunya
dan manajamen kasus masih menggunakan sosialisasi secara masif atau bisa juga dengan
pencatatan manual dikarenakan belum adanya memasukkan program ini kedalam kurikulum
manajemen kasus. Ketersediaan sistem rujukan dalam mata pelajaran siswa sehingga Telepon
yang memadai relatif tersedia, tetapi mekanisme Sahabat Anak (TeSA) dapat menjadi pusat
merujuk belum jelas. layanan masyarakat berbasis layanan selular
4. Pemantauan program yang diketahui dan didengar masyarakat agar
masyarakat (anak) lebih mudah untuk
Agar program dapat berjalan dengan baik
menyampaikan keluhan. Serta diharapkan jam
dilakukan pemantauan secara berkala. Dalam
operasional Telepon Sahabat Anak (TeSA) yang
kaitannya dengan fasilitas untuk menunjang
sebelumnya hanya pada jam kerja bisa
kegiatan Telepon Sahabat Anak (TeSA) perihal
diperpanjang menjadi 24 jam untuk
pengawasan aksesibilitas panggilan selalu
memaksimalkan pelayananya.
dilakukan, dimana saat telepon pada Telepon
Sahabat Anak (TeSA) tidak bisa dihubungi dari
Daftar Pustaka
nomor telepon genggam/seluler, membuat
pelayanan yang ada menjadi kurang maksimal. Anonim. 2016. Data Pengaduan Komisi
Dan selama pemantauan disadari bahwa tidak Perlindungan Anak. Dilihat 25 April
cukup hanya menyediakan tenaga-tenaga 2018. URL:
operator yang melayani telpon saja, melainkan https://www.kemenpppa.go.id/index.php/
dibutuhkan pusat data dan informasi agar para page/read/30/data-pengaduan-komisi-
operator dapat memberikan informasi yang perlindungan-anak.
dibutuhkan para klien, dan juga jaringan Adiyuwana, YK. 2016. Perencanaan Dan
kerjasama dengan berbagai lembaga rujukan, Implementasi Perlindungan Perempuan
sehingga penanganan kasus bilamana Dan Anak Korban Kekerasan Di DIY
dibutuhkan, dapat segera tertangani. Setelah (Studi pada P2TPA “RDU” DIY). Jurnal
diketahui masalahnya dapat dilakukan perbaikan Ilmiah Administrasi Publik. Vol. 2 No. 1,
dengan melakukan pelatihan kepada operator hh. 27-37.
seperti pembuatan dan pengelolaan website Bohari. 1992. Pengawasan Keuangan Negara.
untuk relawan dan jejaring Telepon Sahabat
Jakarta: CV. Rajawali.
Anak (TeSA). Hal ini bertujuan untuk memberi
Budiani, NW. 2007. Efektifitas Program
informasi mengenai layanan dan seputar dunia
anak yang bisa diakses oleh publik atau Penanggulangan Pengangguran Karang
masyarakat utamanya agar mendapatkan Taruna”Eka Taruna Bhakti”. Jurnal
informasi yang tepat dan akurat. Ekonomi dan Sosial. Vol.2 No. 1, hh 49-
57.
D. Penutup Citrayanti, ER & Setyowati, RN. 2014.
Program layanan Telepon Sahabat Anak (TeSA) Keikutsertaan LSM Tesa 129 Dalam
ini cukup efektif dalam segi manfaat dan sangat Mengurangi Kekerasan Seksual Pada
baik dalam melindungi masyarakat (khususnya Anak Di Kota Surabaya. Jurnal Kajian
anak dan remaja) dari kekerasan. Selain itu, Moral dan Kewarganegaraan. Vol. 3 No.
program ini dapat juga berfungsi untuk 2, hh. 814-828.
mendapatkan informasi mengenai seberapa Handayaningrat, S. 2006. Pengantar Studi Ilmu
sering kekerasan terjadi di masyarakat. Administrasi dan Manajemen. Jakarta:
Informasi ini lah yang dapat digunakan oleh Toko Gunung Agung.
pihak pemerintah untuk membuat kebijakan- Intani, N. 2015. Telpon Sahabat Anak (Tesa)
kebijakan untuk mencegah kekerasan anak,
129 Belum Dikenal Anak. Dilihat 22 Juni
remaja dan perempuan. Namun, hingga saat ini,
2018. URL:
publikasi atau sosialisasi mengenai program
http://intaninung.blogspot.com/2015/07/te
Telepon Sahabat Anak (TeSA) masih sangat
kurang sehingga program ini belum terlaksanan lpon-sahabat-anak-tesa-129-belum.html
dengan baik. Jannah, DM. 2011. Metode Telepon Sahabat
Anak Dalam Menangani Kasus
Kekerasan Anak di Pusat Pelayanan

85
Terpadu Anak dan Perempuan (P2TPA) URL:
Rekso Diah Utomo Yogyakarta. Skripsi. https://presidentpost.id/2018/03/22/tesa-
Yogyakarta: Program Sarjana Universitas jika-anak-mengalami-masalah-silakan-
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. telepon-ke-nomor-129-dan-bebas-pulsa.
hh. 66-70 Situmorang, Victor, M & Juhir, J. 1993. Aspek
Lubis, LR & Tim TA AMPK. 2017. Hasil Hukum Pengawasan Melekat Dalam
Kajian Rapid Assesment TeSA 129,. Lingkungan Aparatur Pemerintah.
Jakarta: Kementrian Sosial RI. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Maharani, L. Telepon Sahabat Anak (TESA) 129 Steers, Richard M. 1977. Organizational
GRATIS melalui Telepon Rumah, Effectiveness: a Behavioral View, Santa
Telkomsel dan XL. Dilihat 22 Juni 2018. Monica, Goodyear Pub Co, Magdalena
URL: Jamin, Efektivitas Organisasi. 1985
http://www.sumbarprov.go.id/details/new Jakarta: Erlangga.
s/10445. Wahyu, M. 2017. KPPPA Perluas Layanan
Makmur. 2011. Efektifitas Kebijakan Telepon Sahabat Anak. Dilihat 21 Juni
Kelembagaan Pengawasan. Bandung: 2018. URL:
Refika Aditama. https://www.cendananews.com/2017/12/k
Mardikanto, Totok & Soebianto, P. 2013. pppa-perluas-layanan-telepon-sahabat-
Pemberdayaan Masyarakat Dalam anak.html.
Persepektif Kebijakan Publik. Bandung: Winardi. 2010. Asas-Asas Manajemen.
Alfabeta. Bandung : Mandar Maju.
Rahmawati, W. 2013. Efektivitas Telepon Yuliana, KF. 2017. Efektivitas Program
Sahabat Anak di Surakarta. Dilihat 22 Pelayanan Kesehatan Gratis (P2KM) Di
Juni 2018. URL: Kota Bandarlampung. Skripsi. Bandar
https://windahrahmawati.wordpress.com/ Lampung: Program Sarjana Universitas
2013efektifitas-telepon-sahabat-anak-di- Lampung, hh. 24-26
surakarta/.
Risma. 2018. Tesa, Jika Anak Mengalami
Masalah, Silakan Telepon ke Nomor 129
dan Bebas Pulsa. Dilihat 22 Juni 2018.

86
Public–private partnerships (PPPs) :
sebagai Upaya Efektivitas Pelayanan Publik dalam Mewujudkan
Pembangunan Rural Governance yang Berkelanjutan

Umi Farida, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni


Magister Administrasi Publik Universitas Sebelas Maret
ufarida1212@gmail.com, isminurhaeni@staff.uns.ac.id

Abstrak
Pelayanan publik menjadi persoalan yang masih belum terselesaikan secara komprehensif di Indonesia.
Banyak laporan masyarakat yang mengadukan ketidakpuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan
oleh pemerintah. Pelayanan publik selama ini menjadi tanggung jawab pemerintah dalam
melaksananakannya mulai dari proses persiapan sampai tahap pelaksanaan akhir. Pelaksanaan pelayanan
publik tidak hanya cukup dengan sektor pemerintahan saja, namun sektor swasta dan masyarakat turut
andil dalam memberikan kontribusi untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Untuk
mewujudkan sebuah tata pemerintahan yang baik (good governance) membutuhkan kemitraan yang
bersinergi antara sektor pemerintahan, swasta dan masyarakat yang dikenal dengan istilah Public–private
partnerships (PPPs). Kemitraan yang terbentuk ini harus terbangun dalam lingkungan yang transaparan,
dan terjadi komunikasi yang baik, terutama dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, kemitraan
antara pemerintah, swasta dan masyarakat dapat memberikan kontribusi dalam pelayanan publik yang
berkualitas guna mewujudkan pembangunan rural governance yang berkelanjutan. Metode penelitian
yang digunakan dalam makalah ini adalah tinjauan literatur dengan pendekatan filosofis dan pedagogis.
Kesimpulan dalam makalah ialah public-private partneship (PPPs) merupakan salah satu kunci dalam
mewujudkan pelayanan publik yang efektif pada pemerintahan desa.
Kata kunci: Public–private partnerships (PPPs), pelayanan publik.

Abstract
Public service becomes an issue that has not been resolved comprehensively in Indonesia. Many
community reports complain of their dissatisfaction with the services provided by the government. Public
service has been the responsibility of the government in executing it from the preparation process to the
final implementation stage. Implementation of public services is not just enough with the government
sector alone, but the private sector and society contribute in contributing to realize a quality public
service. To realize a good governance requires a synergistic partnership between government, private and
public sectors known as Public-private partnerships (PPPs). These established partnerships must be
established in a transparent environment, and good communication exists, especially in decision making.
Thus, partnerships between government, private and public can contribute to quality public services to
achieve sustainable development of rural governance. The research method used in this paper is a
literature review with a philosophical and pedagogical approach. The conclusion in the paper is that
public-private partnership (PPPs) is one of the keys in realizing effective public service in village
government.
Keywords: Public-private partnerships (PPPs), public services.

A. Pendahuluan berubah bahkan mengalami peningkatan secara


Era globalisasi saat ini mempengaruhi pola pikir signifikan. Baik kebutuhan akan materi, non
manusia dan kehidupannya. Seiring waktu, materi, bahkan kebutuhan akan pelayanan publik
kebutuhan manusia selalu bertambah dan
87
yang diberikan oleh pemerintah terhadap
masyarakat. Pelayanan publik yang ditujukan pada
masyarakat tersebut bermuara pada kinerja
Pelayanan publik di Indonesia masih menjadi pelayanan publik yang terjadi di pedesan.
persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan Widodo (2001) mempunyai anggapan bahwa
penyelesaian yang komprehensif. Hal tersebut kinerja Perangkat Desa dalam hal pelayanan
dapat dengan mudah dibuktikan bahwa banyak publik masih relatif rendah dan belum
terjadi berbagai tuntutan pelayanan publik sepenuhnya bisa memenuhi harapan dan pilihan
sebagai tanda ketidakpuasan masyarakat publik, ketika melaksanakan tugas pokok,
(Sundari, 2017). Tingkat kepuasan masyarakat fungsi, kewenangan, dan tanggung jawab,
terhadap pelayanan dari sektor publik masih terutama dalam menyelenggarakan
cukup rendah hal ini dibuktikan dari beberapa pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan
penelitian empiris terhadap kualitas pelayanan di masyarakat. Melihat pentingnya peranan
birokrasi pemerintahan daerah. Berdasarkan Perangkat Desa tersebut, secara tidak langsung
beberapa penelitian yang dilakukan kalangan lancar atau tidaknya pembangunan di dalam
akademisi dan birokrat tentang pelayanan publik negeri ini ditentukan oleh bagaimana Perangkat
di Indonesia, ternyata kondisinya masih Desa tersebut menjalankan tugas pokok, fungsi,
seringkali dianggap belum baik dan memuaskan dan tanggung jawabnya.
(Maduratna, 2016). Kepuasan masyarakat
terhadap pelayanan publik juga dikemukakan Masyarakat dapat langsung menilai kinerja
oleh Dwiyanto (2002) dalam GDS (Governance pemerintah khususnya Perangkat Desa
and Decentralization) di 20 propinsi di berdasarkan kualitas layanan publik yang
Indonesia tentang kinerja pelayanan publik diterima, karena kualitas layanan publik menjadi
menyebutkan bahwa, “…secara umum praktek kepentingan banyak orang dan dampaknya
penyelenggaraan pelayanan publik masih jauh langsung dirasakan masyarakat dari semua
dari prinsip–prinsip tata pemerintahan yang kalangan, dimana keberhasilan dalam
baik. Kemudian kinerja pelayanan birokrasi membangun kinerja pelayanan publik secara
publik di Indonesia, berdasarkan laporan dari professional, efektif, efisien, dan akuntabel akan
The World Competitiveness Yearbook tahun mengangkat citra positif Perangkat Desa di mata
1999 berada pada kelompok Negara-negara warga masyarakatnya (Badjuri, 2013).
yang memiliki indeks competitiveness paling
rendah antara 100 negara paling kompetitif di Tentu pelayanan publik ini menjadi salah satu
dunia (Cullen dan Cushman, dalam Dwiyanto, tugas pokok pemerintah. Oleh karena itu
2002). organisasi pemerintah sering pula disebut
sebagai “pelayanan masyarakat” (public service)
Pemerintah Daerah menjadi lembaga dengan (Wasistiono, 2009). Walaupun tugas dan fungsi
keluhan pelayanan publik terbanyak sepanjang pelayanaan publik merupakan kewenangan dan
2017. Menurut catatan Ombudsman RI, ada tanggung jawab pemerintah namun dengan
3.427 laporan masyarakat yang mengadukan
prinsip partisipasi mayarakat sebagai salah satu
kualitas pelayanan pemerintah daerah. Jumlah
pilar kepemerintahan yang baik atau good
itu setara 42,3 persen dari seluruh laporan
governance, masyarakat sebenarnya perlu
masyarakat kepada Ombudsman. Survei
kepatuhan terhadap pelayanan publik yang dilibatkan lebih jauh dalam kegiatan penyediaan
dilakukan Ombudsman terhadap Pemerintah pelayanan, mulai dari tahap perencanaan,
Kabupaten di Indonesia menunjukkan 44,86 pelaksanaan, dan pengawasan. Data pelibatan
persen berada dalam zona kepatuhan terendah. masyarakat terhadap pelaksanaan pelayanan
Sebanyak 44,86 persen atau 48 Pemerintah publik dapat dilihat pada gambar 1 sebagai
Kabupaten masuk dalam zona merah. Zona berikut:
kuning, dihuni 46 Pemerintah Kabupaten atau
setara 42,99 persen. Hanya 12,15 persen atau 13
Pemerintah Kabupaten yang masuk dalam zona
hijau alias mau mematuhi hak-hak publik.
(CNN, 2017).

88
service) yang sesuai dengan koridor tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).
Pemahaman demikian secara tematik merupakan
alasan fundamental dari kehendak publik untuk
menyusun perangkat hukum dalam rangka
membangun pelayan-pelayan publik (public
servant) yang mengedepankan prinsip-prinsip
demokrasi, transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas dengan paradigma baru (the new
paradigma) berubahnya birokrasi dari pangreh
menjadi abdi alias pelayan masyarakat
(Widiyarta, 2012).

Oleh karena itu peran sektor swasta dan


masyarakat sangat penting untuk membantu
pemerintah dalam mewujudkan suatu kualitas
pelayanan publik yang efektif. Keterlibatan
sektoral swasta dan masyarakat dalam efektifitas
pelayanan publik tentu sangat mendukung dalam
Gambar 1. Pemahaman Standar Layanan dan pencapaian Good Governance. Dalam konsep
pelibatan Masyarakat Good Governance, peran masyarakat dan sektor
Sumber: (CNN, 2017) swasta menjadi sangat penting karena adanya
perubahan paradigma pembangunan dengan
Paradigma dominan yang selama ini cenderung meninjau ulang peran pemerintah yang semula
memandang pelayanan publik menjadi menjadi regulator yang bekerja sendiri menjadi
kewajiban dan tanggung jawab pemerintah, fix problem dengan bantuan kedua sektor
sementara masyarakat berada di pihak yang tersebut. Salah satu yang dapat dilaksanakan
pasif, yang hanya menunggu dan menagih untuk adalah dengan menjalin kemitraan antara
mendapatkan pelayanan tampaknya perlu dikaji pemerintah dengan sektor swasta yang dikenal
ulang. Adanya sinergi antara pemerintah, dunia dengan istilah Public–private partnerships
usaha dan masyarakat memungkinkan kualitas (PPPs).
pelayanan menjadi lebih meningkat, karena
masyarakat sendiri turut mengawasi Public–private partnerships (PPPs)
pelaksanaannya (Fatmawati, 2011). didefinisikan sebagai alat penting untuk
Pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai mencapai pembangunan pedesaan yang
segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk berkelanjutan melalui integrasi perspektif
barang publik maupun jasa publik yang pada pedesaan sebagai elemen alami semua bidang
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan kebijakan (Landsbygdsstrategin, 2008 dalam
dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, Bjärstig & Sandström, 2017). Peran dari negara,
di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik atau otoritas yang lebih spesifik yang
Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam bertanggung jawab untuk pembangunan
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat pedesaan atau sumber daya alam di mana
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan pembangunan pedesaan didasarkan, atas peran
peraturan perundang-undangan. Karenanya pemerintah daerah dan lokal yang menjadi
birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung demikian penting dalam mengatur proses
jawab untuk memberikan pelayanan yang baik pembangunan pedesaan yang berkelanjutan
dan profesional (Wibawa, 2010). melalui kemitraan. Ini dikonfirmasi oleh
penelitian sebelumnya di mana negara telah
Secara substansial harus dibangun pemahaman terbukti memiliki peran yang terus-menerus
untuk mewujudkan pelayanan publik (public dalam memulai, penataan, pendanaan dan

89
pengaturan kemitraan, terutama di pedesaan 1993). Mewujudkan kemitraan ini akan
dibandingkan dengan konteks perkotaan menciptakan sebuah pelayanan publik yang
(Edwards et al., 2001; Bell dan Park, 2006; berkualitas, efektif dn bervariasi.
Furmankiewicz et al., 2010; Shucksmith, 2010;
Glasbergen, 2011b; Baker dan Eckerberg, 2014). Berdasarkan paparan latar belakang di atas,
rumusan masalah dalam artikel ilmiah ini
Kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam adalah; (1) Bagaimana pola public-private
pelayanan publik harus dilaksanakan secara partnerships (kemitraan pemerintah-swasta)
proporsional, masing-masing aktor yang terlibat dalam menciptkan pelayanan publik yang
perlu menyatukan kekuatan untuk mencapai berkualitas, (2) Mengungkapkan public-private
tujuan yang dimitrakan, yaitu berupa pelayanan partnerships (kemitraan pemerintah-swasta)
publik yang berkualitas. Adapun sinergitas yang sebagai perwujudn good governance dalam
terbangun antara pemerintah, sektor swasta dan pelayanan publik). Adapun tujuan dalam artikel
masyarakat ketika mewujudkan kemitraan. ini adalah untuk mengetahui pola public-private
Sebagian besar pandangan kemitraan partnerships (kemitraan pemerintah-swasta)
menekankan bahwa PPPs didirikan karena dapat dalam menciptkan pelayanan publik yang
menguntungkan keduanya antara sektor publik berkualitas, serta untuk mengetahui public-
dan swasta. Garis pemikirannya adalah private partnerships (kemitraan pemerintah-
sederhana baik sektor publik maupun swasta swasta) sebagai perwujudan good governance
tentang bagaimana meningkatkan kualitas dalam pelayanan publik).
pelayanan tertentu. Pemikiran antara sektor
publik dan swasta jika digabungkan, hasil B. Metode Penelitian
akhirnya akan lebih baik untuk semua Jenis penelitian yang digunakan merupakan
(Vaillancourt, 2000). penelitan kepustakaan (library research), yaitu
serangkaian penelitian yang berkenaan dengan
Kemitraan berusaha melibatkan masyarakat, metode pengumpulan data pustaka, atau
baik dalam bentuk kelompok maupun penelitian yang obyek penelitiannya digali
individual. Vigoda (2002:527) menyebut mereka melalui beragam informasi kepustakaan (buku,
sebagai “social players” yang memiliki ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah, dan
tingkatan kepentingan, keahlian, sumberdaya dokumen) (Nana, 2009). Penelitian kepustakaan
dan kemampuan pengambilan keputusan yang atau kajian literatur (literature review/literature
bervariasi. Vigoda menyoroti kondisi ideal dari research) merupakan penelitian yang mengkaji
proses kemitraan di mana masyarakat sebagai atau meninjau secara kritis pengetahuan,
warga negara dan pemerintah sebagai gagasan, atau temuan yang terdapat di dalam
penanggung jawab pemerintahan bertindak tubuh literatur berorientasi akademik (academic-
sebagai sepasang “partner” dalam proses oriented literature), serta merumuskan
pengambilan keputusan. Khususnya dalam kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk
proses pemberian pelayanan, warga negara harus topik tertentu (Cooper dan Taylor dalam
diperlakukan sebagai rekan kerja, dan bukan Mohammad Imam Farisi, 2010).
sebagai subjek atau pelanggan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
Masuknya sektor swasta mengakibatkan adalah pendekatan filosofis dan pedagogis.
persaingan akan lebih tumbuh, efisiensi Pendekatan filosofis merupakan pendekatan
diperkirakan akan lebih baik dan pelayanan yang dilakukan untuk melakukan penalaran dan
dapat lebih bervariasi (Soesilo, 2007). Sektor penyusunan suatu data secara sistematis
swasta memang terkondisikan untuk bekerja berdasarkan sudut pandang tertentu. Sedangkan
secara efektif dan efisien dengan struktur pendekatan pedagogis merupakan pendekatan
organisasi dan personil yang tidak kaku, dimana untuk menjelaskan data secara lebih rinci
hal tersebut tidak diketemukan dalam (Katsoff dalam Irawati, 2013).
lingkungan kerja instansi pemerintah (Rukmana,

90
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Karakteristik pelayanan sebagaimana yang
data sekunder. Data sekunder merupakan data dikemukakan Gasperz (1994) secara jelas
yang diperoleh bukan dari pengamatan membedakan pelayanan dengan barang,
langsung. Data sekunder adalah data yang meskipun sebenarnya kaduanya merupakan alat
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang pemuas kebutuhan. Sebagai suatu produk yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang intangible, pelayanan memiliki dimensi yang
telah ada (Hasan, 2002). Data ini digunakan berbeda dengan barang yang bersifat tangible.
untuk mendukung informasi primer yang telah Produk akhir pelayanan tidak memiliki
diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, karakteristik fisik sebagaimana yang dimiliki
penelitian terdahulu, buku, dan lain sebagainya. oleh barang. Produk akhir pelayanan sangat
tergantung dari proses interaksi yang terjadi
Metode pengumpulan data yang digunakan antara layanan dengan konsumen.
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi.
Metode dokumentasi merupakan metode Pelayanan publik yang diberikan oleh
pengumpulan data dengan mencari atau pemerintah dengan tujuan melayani masyarakat
menggali data dari literatur yang terkait dengan menuai perubahan peran dan kapasitasnya.
apa yang dimaksudkan dalam rumusan masalah Pasifnya pemerintah dalam menyediakan barang
(Arikunto, 2002). Data-data yang telah dan jasa kepada masyarakat (Haque, 1999).
didapatkan dari berbagai literatur dikumpulkan Akibatnya, terjadi perubahan pola hubungan
sebagai suatu kesatuan dokumen yang masyarakat dan pemerintah dalam dua hal, yakni
digunakan untuk menjawab permasalahan yang pemerintah menjadi lebih memfasilitasi daripada
telah dirumuskan. mengarahkan atau dengan kata lain “menyetir”
daripada “mendayung”, serta menurunkannya
C. Pembahasan kapasitas dari sektor publik dalam memberikan
1. Kualitas Pelayanan Publik Pemerintahan pelayanan kepada masyarakat akibat adanya
Pedesaan kebijakan privatisasi, penghematan, dan
Pemerintah pedesaan adalah bagian dari pemotongan anggaran. Melemahnya
birokrasi negara dan sekaligus sebagai kemampuan dari sektor publik ini menyebabkan
pemimpin lokal yang memiliki posisi dan peran mereka tidak mampu melayani kebutuhan dasar
yang signifikan dalam membangun dan masyarakat terkait layanan publik (Prasojo,
mengelola pemerintahan desa. Pemerintah desa Maksum dan Kurniawan, 2009).
mengemban tugas utama dalam hal menciptakan
kehidupan yang demokratis, mendorong 2. Pola Public-Private Partnerships
pemberdayaan masyarakat serta memberikan (Kemitraan Pemerintah-Swasta) dalam
pelayanan publik yang baik (Dwipayana, 2003). Menciptakan Pelayanan Publik yang
Berkualitas dalam Mewujudkan
Pemberian pelayanan publik oleh aparatur Pembangunan Rural Governance yang
pemerintah kepada masyarakat sebenarnya Berkelanjutan
merupakan implikasi dari fungsi aparat negara Sebagai implementasi dari hubungan kemitraan,
sebagai pelayan masyarakat. Karena itu, dilaksanakan melalui pola-pola- kemitraan yang
kedudukan aparatur pemerintah dalam sesuai sifat atau kondisi dan tujuan usaha yang
pelayanan umum (public services) sangat dimitrakan dengan menciptakan iklim usaha
strategis karena akan sangat menentukan yang kondusif, baik di dalam pembinaan
sejauhmana pemerintah mampu memberikan maupun pelaksanaan operasionalnya. Pembinaan
pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, kemitraan tersebut sangat berpengaruh terhadap
yang dengan demikian akan menentukan kebijaksanaan yang berlaku di suatu wilayah,
sejauhmana negara telah menjalankan perannya oleh karena itu dukungan kebijaksanaan mutlak
dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya. diperlukan dalam pelaksanaan kemitraan usaha
dan ditunjang operasionalisasi yang baik seperti
penjabaran pelaksanaan kemitraan melalui

91
kontrak kerjasama kemitraan dan secara
konsisten mengikuti segala kesepakatan yang Pola kerjasama yang bersifat kemitraan harus
telah ditetapkan bersama. saling menguntungkan pihak yang berkemitraan
karena pemerintah berfungsi sebagai
Sesuai pendapat Selsky dan Parker serta hasil pembimbing, pembina dan sebagai motivator.
survei Gazley dan Brudney (2007) kemitraan Pemerintah lebih menjalankan fungsi regulator
penting dikembangkan karena alasan: Pertama, dan fasilitator yang mengarahkan proses dan
penyelenggaraan pelayanan publik tujuan pembangunan. Dalam pandangan David
membutuhkan biaya yang semakin besar yang Osborn dan Ted Gaebler (1992), pemerintah
tidak mungkin dipenuhi hanya dengan harus lebih menggunakan cara ”steering”
mengandalkan sumberdaya yang ada di (mengarahkan) daripada ”rowing” (mengayuh).
pemerintah semata. Kebutuhan masyarakat yang Dengan cara ”steering”, pemerintah tidak
semakin kompleks sejalan dengan semakin langsung bekerja memberikan pelayanan publik,
meningkatnya kesejahteraan sosial ekonomi melainkan sedapat mungkin menyerahkan ke
mereka menuntut adanya kualitas dan kuantitas masyarakat. Peran negara lebih sebagai
pelayanan publik yang semakin tinggi, fasilitator atau supervisor penyelenggaraan
sementara kapasitas pemerintah untuk urusan publik. Sebab model birokrasi yang
menyelenggarakan pelayanan relatif semakin hirarkisformalistis menjadi tidak lagi relevan
terbatas. Kemitraan memungkinkan adanya untuk menjawab persoalan-persoalan publik
pelibatan sumber daya non pemerintah untuk yang semakin kompleks.
penyelenggaraan layanan publik sehingga
cakupan pelayanan menjadi semakin besar. Bentuk kerjasama pemerintah dengan
swasta/masyarakat bisa berupa kontrak kerja,
Kedua, menguatnya demokratisasi telah tender penyediaan barang atau jasa atau bisa
menguatkan kelompok-kelompok masyarakat juga berupa Business Process Outsourcing
sipil di daerah dengan spektrum kegiatan yang (OECD, 2001). Model kemitraan yang dapat
cukup luas. Partisipasi mereka dalam diadopsi antara lain:
penyelesaian masalah publik sangat besar.
Menguatnya sektor korporasi dan masyarakat
sipil belakangan ini telah menjadikan mereka Unit Bisnis Pemerintah Unit Kerja
Pemerintah Penyedia
alternatif produsen pelayanan publik yang Layanan
potensial. Ketiga, krisis kepercayaan yang
dialami baik institusi pemerintah ataupun swasta
selama ini sebagai akibat dari kegagalan mereka Layanan
dalam merepon kebutuhan dan kepentingan Publik
Kemitraan Kemitraan
publik dapat menjadi justifikasi perlunya
mengembangkan kemitraan antara pemerintah
dan swasta. Kegagalan mereka merespon Non Pemerintah:
masalah dan kepentingan publik ketika mereka Swasta dan Sektor
Ketiga
bekerja sendirian dapat dihindari ketika mereka
berkemitraan. Ketika kemitraan antara
pemerintah dan swasta mampu memperbaiki
kinerja pelayanan publik maka kredibilitas dari Gambar 2. Pola Kemitraan Pemerintahan-Swasta
institusi pemerintah dan swasta yang terkait Sumber: (Mahmudi, 2007)
dengan sendirinya akan semakin meningkat.
Kemitraan dapat menghasilkan penghematan
biaya penyelenggaraan layanan publik,
mengurangi kompetisi memperebutkan
sumberdaya dan meningkatkan akses terhadap
relawan dan sumber daya lainnya.

92
3. Public-Private Partnerships (Kemitraan yang baik antara ketiga sektor, yaitu sektor
Pemerintah-Swasta) sebagai Perwujudan pemerintahan, swasta dan masyarakat.
Good Governance dalam Pelayanan
Publik) Ketiga domain dalam Governance tersebut
Sistem kemitraan di Indonesia bisa dikatakan berada dalam kehidupan berbangsa, bernegara
pelaksanaannya masih baru dan masih menjadi dan bermasyarakat. Sektor pemerintahan lebih
pertanyaan dikalangan para perumus kebijakan banyak memainkan peranan sebagai pembuat
di daerah. Namun, sebagian besar daerah yang kebijakan, pengendalian dan pengawasan.
telah menerapkan sistem kemitraan merupakan Sektor swasta lebih banyak berkecipung dan
terobosan bagi penciptaan mekanisme menjadi penggerak aktifitas di bidang ekonomi.
pelaksanaan yang lebih berkualitas serta Sedangkan sektor masyarakat merupakan objek
reformasi birokrasi publik di Indonesia. sekaligus subjek dari sektor pemerintahan
Kemitraan dalam pelayanan publik jelas sangat maupun swasta. Karena di dalam masyarakatlah
sesuai dengan gagasan tata pemerintahan yang terjadi interaksi di bidang politik, ekonomi,
baik, sebab prinsip dasar dari governance adalah maupun sosial budaya (Wasistiono, 2009).
keterlibatan tiga pihak dalam proses pelayanan,
yaitu pemerintah daerah, unsur-unsur swasta, Hal ini sesuai dengan pendapat Mohiddin (1998)
dan unsur-unsur masyarakat sebagai pengguna yang mengatakan bahwa, kemitraan adalah “the
jasa pelayanan (Fatmawati, 2011). highest stage of working relationship between
different people brought together by commitment
Menurut World Bank (2014) menyebut good to common objectives, bonded by long
governance adalah suatu konsep dalam experience of working together, and sustained
penyelenggaraan manajemen pembangunan by subscription to common vision”, artinya
yang solid dan bertanggung jawab sejalan kemitraan adalah tingkatan hubungan kerja yang
dengan demokrasi dan pasar yang efisien, paling tinggi antar orang yang membawa
penghindaran salah alokasi dan investasi yang bersama-sama komitmen menuju tujuan
langka dan pencegahan korupsi baik secara bersama, diikat oleh pengalaman yang lama
politik maupun administrative, menjalankan dalam bekerja sama dan diberlanjutkan dengan
disiplin anggaran serta penciptaan legal adanya visi yang sama. Sedangkan Fowler
framework bagi tumbuhnya aktivitas (2000) menerangkan bahwa, kemitraan memiliki
kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga karakteristik antara lain: jangka panjang,
mensinonimkan good governance sebagai tanggung jawab bersama, kewajiban bersama,
hubungan sinergis dan konsturktif diantara kesetaraan, saling menguntungkan, dan
Negara, sektor swasta dan masyarakat. seimbang dalam kekuasaan. Istilah
“partnerships” mengisyaratkan equality, respect,
Konteks good governance menempatkan reciprocity dan ownership (Gutierrez, 2008).
pemerintah sebagai fasilitator atau katalisator.
Fungsi pemerintah dalam kemitraan adalah Program kemitraan pembangunan antara
untuk memberikan fasilitas dan mengawasi pemerintah, swasta dan masyarakat mampu
jalannya layanan publik yang diberikan. meningkatkan pelaksanaan pembangunan.
Sementara yang berfungsi dalam mengawali Kartasasmita (1996) telah menuliskan peran
proses pelaksanaan pembangunan layanan kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat
publik terletak pada semua komponen negara, dan pihak swasta. Dia menjelaskan bahwa pada
termasuk sektor swasta dan masyarakat. saat itu pembangunan Indonesia mmbutuhkan
Sehingga peran pemerintah yang awalnya dana 815 trilliun rupiah dimana 500 trilliun
mengatur seluruh pelaksanaan, terbantu dengan diperuntukkan bagi pembangunan layanan
adanya kemitraan yang terjalin diantara ketiga publik seperti infrastruktur. Oleh karena itu
sektor tersebut. Berdasarkan hal tersebut, untuk pembangunan saat itu diletakkan atas dasar
mewujudkan good governance dapat dilakukan kerangka kemitraan antara pemerintah,
dengan membangun kemitraan dan komunikasi masyarakat dan sektor swasta.

93
Daftar Pustaka
Konsep kemitraan penting untuk dirancang lebih Arikunto, S. (2002). Metode Penelitian. Jakarta:
lanjut untuk menciptakan sebuah pelayanan Rineka Cipta.
publik yang berkualitas. Layanan publik Badjuri, D. (2013). Analisis Kualitas Pelayanan
dilaksanakan hanya oleh kalangan pemerintahan Publik Perangkat Desa Pagandon
sehingga hasilnya tidak maksimal. Selain itu, Kecamatan Kadipaten Kabupaten
kompetensi dari para pemangku kebijakan dan Majalengka. Jurnal Ilmu Administrasi
pelaksanaan layanan publik masih rendah. Cendekia, 6(1).
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh Baker, S., Eckerberg, K. (2014). The Role of the
pemerintah juga terbatas untuk memenuhi State in the Governance of Sustainable
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Development: Sub-National Practices in
Peran kemitraan pemerintah-swasta memiliki European States, Chapter 7. In: Duit, A.
fungsi vital dalam meningkatkan kualitas (Ed.), Mapping the Politics of Ecology:
pelayanan publik. Comparative Perspectives on
Environmental Politics and Policy. MIT
D. Kesimpulan Press, Cambridge, Mass/London, Pp. 230-
Penyelenggaraan public-private partnerships 263.
(PPPs) merupakan langkah bagi beberapa sektor Bell, S., Park, A. (2006). The Problematic
yaitu sektor pemerintahan, swasta dan Metagovernance of Networks: Water
masyarakat untuk bekerjasama dalam mencapai Reform in New South Wales. Int. Public
tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas Policy, 26 (No. 1), 63-83.
pelayanan publik bagi semua elemen Bjärstig, T., & Sandström, C. (2017). Public-
masyarakat. Kemitraan ini akan memunculkan Private Partnerships in a Swedish Rural
sebuah inovasi dalam membangun pelayanan Context-a Policy Tool for the Authorities
publik dikarenakan tidak hanya berpaku pada to Achieve Sustainable Rural
pemerintahan saja. Tetapi, jika hanya terdapat Development. Journal of Rural Studies,
dominansi pemerintah akan menciptakan 49, 58-68.
ketergantungan dan meminimalkan adanya CNN Indonesia. (2017). Pemahaman Standar
inovasi dalam pelayanan publik. Jika peran Layanan dan pelibatan Masyarakat.
pemerintah dan sektor swasta efektif dalam Diakses di
pelaksanaan pembangunan, hubungan saling https://www.cnnindonesia.com/nasional/2
menguntungkan yang sangat penting bisa terjadi, 0151103142600-32-89161/survei-
dimana pemerintah menjalankan perannya kepuasan publik-terhadap-kinerja-
dengan mengeluarkan regulasi yang tepat, aturan pemerintahan-merosot pada tanggal 16
hukum, institusi, investasi publik dan keamanan, Juni 2018.
sedangkan sektor swasta dengan perannya untuk Cooper dan Taylor dalam Mohammad Imam
mengembangkan inovasi pelayanan publik. Farisi. (2010). Pengembangan Asesmen
Untuk itu, kemitraan antara pemerintah, sektor Diri Siswa (Student Self-Assessment)
swasta dan masyarakat perlu dikembangkan sebagai Model Penilaian dan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik Pengembangan Karakter. Artikel
khususnya di pemerintahan desa. disampaikan pada Konferensi Ilmiah
Nasional “Asesmen dan Pembangunan
Public-Private Partnership merupakan solusi Karakter Bangsa” HEPI UNESA 2012.
untuk menjembatani perbedaan kepentingan dan Dwipayana, AAGN. (2003). Membangun Good
membangun sinergi antar stakeholder dalam Governance di Desa. Yogyakarta: IRE
pemerintahan desa sebagai bentuk upaya dalam Press.
meningkatkan pelayanan publik yang efektif Dwiyanto, Agus. (2015). Manajemen Pelayan
bagi masyarakat desa. Publik: Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.

94
Edwards, B., Goodwin, M., Pemberton, S., Development Institute (URDI). Jakarta,
Woods, M. (2001). Partnerships, Power, 23 September 1996.
and Scale in Rural Governance. Environ. Klijn, E. H., & Teisman, G. R. (2003).
Plan. C Gov. Policy, 19, 298-310. Institutional and Strategic Barriers to
Farnham, David and Horton, Sylvia. (1993). Public-Private Partnership: An Analysis
Managing the New Public Service. of Dutch Cases. Public Money and
London: xiv. Management, 23(3), 137-146.
Fatmawati, F. (2011). Kemitraan dalam Lee, S. (2006). Public-Private Partnerships for
Pelayanan Publik: Sebuah Penjelajahan Development: A Handbook for Business.
Teoritik. Otoritas: Jurnal Ilmu US Agency for International
Pemerintahan, 1(2). Development.
Fowler, A. (2000). Introduction Beyond Linder, Stephen. (1999). Coming to Terms with
Partnership: Getting Real About NGO the Public-Private Partnership: A
Relationships in the Aid System. IDS Grammar of Multiple Meanings.
Bulletin, 31(3), 1-13. American Behavioral Scientist, 43(1): 35-
Furmankiewicz, M., Thompson, N., Zielinska, 51.
M.. (2010). Area-Based Partnerships in Louis O. Katsoff dalam Yuni Irawati. (2013).
Rural Poland: The Post-Accession Metode Pendidikan Karakter Islami
Experience. J. Rural Stud. 26 (1), 52-62. Terhadap Anak Menurut Abdullah Nasih
Gaspersz, V.E. (1994). Tekhnik Analisis dalam Ulwan dalam Buku Pendidikan Anak
Penelitian Percobaan. Bandung: Tarsito. dalam Islam dan Relevansinya dengan
Gazley, B., & Brudney, J. L. (2007). The Tujuan Pendidikan Nasional. Artikel
Purpose (and Perils) of Government- Ilmiah. UIN Sunan Kalijaga.
Nonprofit Partnership. Nonprofit and Maduratna, E. S. (2016). Analisis Survei
Voluntary Sector Quarterly, 36(3), 389- Kepuasan Masyarakat terhadap Pelayanan
415. Publik di RSUD Kabupaten Sampang
Glasbergen, P., (2011b). Mechanisms of Private (Studi Deskriptif di RSUD Kabupaten
Meta-Governance: an Analysis of Global Sampang). Dia: Jurnal Ilmu Administrasi,
Private Governance for sustainable 14(2).
development. Int. J. Strategic Bus. Mahmudi. 2007. Kemitraan Pemerintah Daerah
Alliances, 2(3), 189-206. dan Efektivitas Pelayanan Publik. Jurnal
Gutierrez, D. (2008). Beyond Disappointment: Sinergi Kajian Bisnis dan Manajemen
Transforming Ideology and Practice in Vol. 9 No. 1, hal. 53–67.
North-South Research Partnerships. Mohiddin, A. M. (1998). Partnership: A New
NORRAG News, 41, 19-22. Buzz-Word or Realistic Relationship
Haque, M. S. (1999). Relationship Between Development, 41(4), 5-16.
Citizenship and Public Administration: A Nana, Syaodih. (2009). Metode Penelitian
Reconfiguration. International Review of Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Administrative Sciences, 65(3), 309-325. Rosdakarya.
Hasan, Iqbal. (2002). Teori Pengambilan Nurbaity, N. (2016). Public Organization Private
Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Partnership: studi Tentang Kemitraan
Hodge, G. A., & Greve, C. (2007). Public– Dalam Pemenuhan Sarana Prasarana
private partnerships: an international Pendidikan di SMA Negeri Kabupaten
performance review. Public Purworejo (Doctoral dissertation, Doktor
administration review, 67(3), 545-558. Studi Pembangunan Program
Kartasasmita, Ginandjar. (1996). Kemitraan Pascasarjana UKSW).
dalam Pembangunan Nasional dengan OECD-Organisation for Economic Co-
Tinjauan Khusus dalam Pembangunan operation. (2001). Ageing and Transport:
Perkotaan. Orasi Ilmiah pada Seminar Mobility Needs and Safety Issues.
Nasional Urban and Regional Organization For Economic.

95
Osborne, David dan Ted Gaebler. (1992). Masyarakat dalam Pelayanan Dasar
Mewirausahakan Birokrasi: Reinventing Kesehatan di Kota Surabaya. Disertasi
Government (terj.). Jakarta: PT. Pustaka Program Doktor Ilmu Administrasi
Binaman Pressindo. Fakultas Ilmu Administrasi, Malang,
Osborne, Stephen. (2001). Public-Private Universitas Brawijaya.
Partnerships:Theory and Practice in Widodo, Joko. (2001). Good Governance
International Perspective. New York: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas,
Routledge. Kontrol Birokrasi pada Era
Prasojo, Maksum, Kurniawan. (2009). Desentralisasi dan Otonomi Daerah.
Reformasi Kedua: Melanjutkan Estafet Surabaya: Insan Cendekia.
Reformasi. Jakarta: Penerbit Salemba. World Bank, Asian Development Bank and
Savas, E. S. (2000). Privatization and Public– Inter-American Development Bank.
Private Partnerships. New York: (2014). Public-Private Partnership
Chatham House. Reference Guide Version 2.0.
Selsky, W John , & Parker, Barbara. (2005). Washington: The World Bank
Cross-Sector Partnership to Address Publications.
Social Issues : Chalanges to Theory and Zhao, S. (2017). What Is “Rural Governance”?.
Practice. Journal of Management, 31:849. In The Politics of Peasants. Singapore:
Shucksmith, M. (2010). Disintegrated Rural Springer.
Development Neo-endogenous Rural Zhihong, Z. E. N. G., Abdulrahman, A. S., &
Development, Planning and Place- Xiaoying, Z. E. N. G. (2014). Rural
Shaping in Diffused Power Contexts. Governance Development in the Context
Sociol. Rural. 50 (1), 1-14. of the New-Type Urbanization in
Sundari, M. (2017). Pelaksanaan Pelayanan Tanzania: A Comparison With China.
Publik (Studi Kasus Pelayanan Canadian Social Science, 10(4), 47.
Administratif di Kantor Desa Kotabaru
Seberida Kecamatan Keritang Kabupaten
Indragiri Hilir). Jurnal Online Mahasiswa
(JOM) Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, 5(1), 1-10.
Teisman, Geert, and Erik-Hans Klijn. (2002).
Partnership Arrangements: Governmental
Rhetoricor Governance Scheme. Public
Administration Review, 62 (2): 197–205.
Thoha, M. (1999). Perspektif Perilaku Birokrasi.
Jakarta: Penerbit Rajawali.
Vaillancourt Rosenau, Pauline. (2000). Public-
Private Policy Partnerships. Cambridge:
MA MIT Press.
Wasistiono, Sadu. (2009). Kapita Selekta
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Bandung: Fokus Media.
Wibawa, H. (2010). Pengawasan Ombudsman
terhadap Penyelenggara Negara dan
Pemerintahan (Studi Perbandingan
dengan Pengawasan Peratun). Doctoral
dissertation, Universitas Diponegoro.
Widiyarta, A. (2012). Pelayanan Kesehatan dari
Perspektif Participatory Governance
(Studi Kasus Tentang Partisipasi

96
Inovasi Pelayanan Pencatatan Akta Kematian Di Dinas
Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta
(Studi Kasus : Program Bela Sungkawa Kirim Akta Kematian)

Ratna Widyawati dan Retno Suryawati


Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
ratnawidya38@gmail.com, retnosuryawati@gmail.com

Abstrak
Kota Surakarta sebagai salah satu Kota dengan pelayanan administrasi kependudukan terbaik di Indonesia
(Menpan, 2014), masih memiliki permasalahan terkait cakupan kepemilikan akta kematian. Secara
statistik, di tiap tahunnya masih ada penerbitan akta kematian terlambat. Masih adanya penerbitan akta
kematian terlambat dikarenakan keluarga/ahli waris baru mencatatkan kematian setelah sekian lamanya.
Penyebab masyarakat baru mencatatkan kematian tersebut dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat
dalam mengurus akta kematian, dan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai pentingnya
kepemilikan akta kematian. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan, faktor-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan serta bentuk (tipologi) inovasi pelayanan pencatatan akta
kematian di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan teori
faktor-faktor yang mempengaruhi inovasi pelayanan publik menurut Suwarno (2008) dan tipologi dari
Mulgan & Albury (dalam Muluk, 2008). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan wawancara, dan dokumentasi. Teknik penentuan informan menggunakan purposive
sampling dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dan dokumentasi. Validitas data
menggunakan teknik triangulasi metode dan teknik analisis data menggunakan analisis interaktif Miles
dan Huberman. Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan ditemukan bahwa
pelaksanaan inovasi pencatatan akta kematian “Besuk Kiamat” tersebut berjalan cukup baik. Namun
demikian masih ada hambatan dalam pelaksanaan inovasi ini dikarenakan faktor terbatasnya Sumber
Daya Manusia dalam memberikan pelayanan dan terkait jaringan internet yang kadang terganggu atau
error. Karena dalam pelaksanaan inovasi ini ada penyederhanaan prosedur dalam proses kerja maka
inovasi ini tergolong dalam tipologi inovasi proses pelayanan.
Kata kunci: Inovasi Pelayanan Publik, Akta Kematian, Besuk Kiamat

Abstract
The city Surakarta as one of the city with the services of the administration of the population of the best
in Indonesia (Menpan, 2014) still have problems related to the scope of possession of death certificates.
Statistically, in every year there is still publishing death certificates too late. Still the issuance of death
certificate late due to family/heirs of the new registering the death after such a long time. The cause of the
new society recorded a death due to lacck of awarness of the community in taking care of death
certificates and the lack o public understanding about the importance of a death certificate. Therefore, this
study aims to determine the implementation, factors affecting implementation as well as the form (the
typology of) the innovation service of registration of the deed of death in the department of population
and civil registration of the city of Surakarta. this study uses the theory of factors affecting innovation of
public services according to Suwarno (2008), and typology of Mulgan & Albury (in Muluk, 2008). The
method used in this research is descriptive qualitative with interview and documentation. Techniques of
determining informants using Purposive sampling. Data was obtained through interviews and
documentations. To achieve the validity of the data then do the triangulation method and data analysis

97
technique using interactive analysis of Miles and Huberman. Based on the research and discussion that
has been done found that the implementation of the service innovation certificate registration of death
“Besuk Kiamat” is a pretty good run. However there are still obstacles in the implementation of this
innovation due to the limited human resources in providing services and realted internet network is
smometimes interrupted or error. Because in the implementation of this innovation there is the
simplification of prosedures in the work process then the innovation is classified in the typology of
innovation process services.
Keywords: Innovation of public services, Death Certificate, Besuk Kiamat

A. Pendahuluan tahun 2017, mengarahkan perhatiannya terhadap


Pemerintah selaku penyelenggara pelayanan salah satu bidang yaitu bidang Administrasi
publik berkewajiban untuk memberikan Kependudukan. Ini tertuang dalam Rencana
pelayanan publik yang baik dan berkualitas bagi Pembangunan Jangka Menengah Daerah
warga negaranya sebagaimana yang telah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2016-2021.
diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 25 Sebelumnya Kota Surakarta telah memiliki
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Akan beberapa prestasi di bidang Administrasi
tetapi sampai saat ini masih banyak ditemui Kependudukan, diantaranya Kota Surakarta
permasalahan dalam penyelenggaraan pelayanan
menjadi salah satu kota dengan pelayanan
publik. Adanya anggapan masyarakat mengenai
administrasi kependudukan yang terbaik di
buruknya pelayanan publik di Indonesia,
Indonesia (Menpan, 2014). Selain itu Kota
menjadikan semakin buruknya citra pelayanan
publik yang ada. Sejak tahun 2013, Ombudsman Surakarta juga telah melakukan modernisasi
Republik Indonesia melaksanakan penilaian dan administrasi kependudukan sejak tahun 2008.
pemeriksaan tingkat kepatuhan di semua Modernisasi administrasi kependudukan ini
Kementerian, lembaga dan pemerintah daerah merupakan inovasi di bidang administrasi
terhadap standar pelayanan publik. Penilaian kependudukan yang diikutsertakan dalam
tersebut bertujuan untuk mengingatkan penghargaan pelayanan publik oleh PBB, atau
penyelenggara negara agar memberikan yang dikenal dengan United National Public
pelayanan terbaik kepada masyarakat (Ariefana Service Award (UNPSA) tahun 2014, bersama
& Rosmala, 2018). Hasil penilaian yang 18 unit pelayanan publik terpilih, dan berhasil
dilakukan Ombudsman Republik Indonesia masuk ke putaran kedua, bersama dengan
tahun 2017, ditemukan enam daerah di Jawa delapan unit pelayanan publik lainnya (Menpan,
Tengah tidak mampu memenuhi standar 2014).
pelayanan publik. Daerah tersebut adalah
Kabupaten Batang, Banyumas, Kudus,
Meski demikian, Kota Surakarta masih
Temanggung, Kota Salatiga dan Kota Surakarta.
mempunyai permasalahan dalam peningkatan
Seluruh pemerintah daerah di Jawa Tengah
cakupan kepemilikan akta kematian. Berikut
masuk ke dalam zona kuning. Kabupaten
Batang, Kudus dan Temanggung menurun adalah data Jumlah Kematian dan Jumlah
tingkat kepatuhannya. Sementara Kabupaten Penerbitan Akta Kematian di Kota Surakarta
Banyumas, Kota Surakarta dan Kota Salatiga Tahun 2014-2017.
mengalami peningkatan nilai, meskipun masih
dalam zona kuning (Permana, 2017).

Dari hasil penilaian tersebut, Kota Surakarta


mengalami peningkatan yang paling tinggi yaitu
sebesar 13,11 %, Kabupaten Banyumas 11,14 %
dan Kota Salatiga 3,74 % (Ombudman RI,
2017). Kota Surakarta sebagai daerah yang
mengalami peningkatan dalam penilaian
kepatuhan terhadap standar pelayanan publik

98
Tabel Peneliti menggunakan acuan penelitian
Jumlah Kematian dan Penerbitan Akta terdahulu sebagai bahan rujukan dan sebagai
Kematian dasar pembeda dari penelitian sebelumnya.
Dalam penelitian Maria Ian Vickers et. al (2017)
Penerbitan Akta Total berfokus pada implikasi dari bentuk inovasi di
Jumlah
Ta- Kematian Penerbitan dalam pelayanan publik dan pencabangan
No Kema-
hun Kemati- Kematian Akta organisasi secara lebih luas pada perusahaan
tian
an Baru Terlambat Kematian
sosial penyedia kesehatan dan kesejahteraan.
1 2014 2.521 969 882 1.851 Selanjutnya, dalam penelitan Abdullah et.al
2.659 (2016) dalam penelitiannya berfokus pada
2 2015 2.091 1.374 1.285
pengembangan program inovasi pemerintah
3 2016 2.479 1.710 555 2.265
daerah dalam urusan pendidikan dengan
4 2017 3.287 2.608 1.027 4.220 menggunakan teori tipologi inovasi menurut
Mulgan & Albury dalam (Muluk, 2008).
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Surakarta, 2017 data diolah
Berdasarkan paparan diatas diketahui bahwa
penelitian ini memliki keterkaitan dengan
Masih adanya penerbitan akta kematian penelitian sebelumnya yang membahas
terlambat dikarenakan keluarga atau ahli waris mengenai inovasi pelayanan dari segi tipologi
baru menguruskan akta kematian setelah sekian inovasi. Sehingga penelitian ini berfokus pada
lama. Ada beberapa faktor yang menjadi inovasi pelayanan pencatatan akta kematian di
penyebab masyarakat selaku keluarga atau ahli Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
waris baru menguruskan akta kematian tersebut Surakarta. Menurut Mulgan & Albury (dalam
diantaranya masih kurangnya kesadaran Muluk, 2008) tipologi inovasi terdiri dari
masyarakat dalam mengurus akta kematian membagi inovasi sector publik ke dalam
(Nindya Alvina K & Dyah Lituhayu, 2017; beberapa tipe yang mempunyai karakteristik dan
Anggraini, 2017). Faktor lainnya adalah tipologi masing-masing sebagai berikut:
kurangnya pemahaman masyarakat mengenai a. Inovasi Produk Layanan berasal dari
pentingnya kepemilikan akta kematian. Padahal
perubahan bentuk dan desain produk atau
kepemilikan akta kematian sangat penting baik
layanan. Kriteria penentuan:
bagi individu maupun Negara (Nindya Alvina K
1) Inovasi ini dipakai atau dinikmati secara
& Dyah Lituhayu, 2017; Achidat & Yaya
Mulyana, 2017). langsung oleh pelanggan.
2) Organisasi terlibat secara langsung,
Berdasarkan uraian tersebut, adanya inovasi aktif, dan penuh melalui proses
merupakan hal yang penting untuk internalnya untuk menghasilkan
meningkatkan kualitas pelayanan publik. keluaran yang dinikmati pelanggan
Begitupula Inovasi pelayanan pencatatan akta tersebut.
kematian di Dinas Kependudukan dan 3) Inovasi produk disebut sukses apabila:
Pencatatan Sipil Kota Surakarta diperlukan produk yang dihasilkan semakin
untuk “Meningkatkan cakupan kepemilikan akta bermutu dan meningkat kualitasnya;
kematian di Kota Surakarta”. Berdasarkan atau produk yang diciptakan merupakan
paparan permasalahan diatas, maka rumusan produk baru yang tidak ada
masalahnya adalah “Bagaimana pelaksanaan presedennya.
inovasi pencatatan akta kematian di
b. Inovasi Proses Layanan adalah inovasi yang
Dispendukcapil Kota Surakarta, faktor-faktor
berasal dari gerakan pembaruan kualitas yang
apa saja yang mempengaruhi pelaksanaan
berkelanjutan dan mengacu pada kombinasi
inovasi tersebut, serta apa bentuk (tipologi)
inovasi tersebut?”. perubahan organisasi, prosedur, dan
kebijakan yang dibutuhkan untuk berinovasi.
Kriteria penentuan:

99
1) Inovasi ini dilangsungkan pada level tata pemerintahan (changes in government).
laksana rutin. Kriteria penentuan:
2) Inovasi disebut sukses apabila proses 1) Inovasi sistem dilakukan ketika
kerja yang dilakukan menjadi semakin organisasi merasa bahwa cara dan
cepat, mudah, dan efektif. mekanisme yang dilakukannya untuk
3) Dalam tata laksana rutin, pihak yang berhubungan dengan stakeholders
berwenang menjadi semakin sedikit dan selama ini tidak efektif dan
duplikasi atau tumpang tindih tahapan menguntungkan.
menjadi hilang. 2) Indikator keberhasilan dari inovasi ini
4) Bagi organisasi yang melakukan adalah apabila stakeholders merasa lebih
pelayanan kepada masyarakat secara mudah, nyaman, dan cepat dalam
langsung,indikator kesuksesan adalah berhubungan dengan organisasi.
peningkatan kepuasan terhadap 3) Inovasi sistem biasanya akan membuat
pelayanan yang diberikan. sumber daya dan kemampuan yang
c. Inovasi Metode Layanan adalah perubahan dikerahkan dari SDM internal organisasi
baru dalam hal berinteraksi dengan berkurang.
pelanggan atau cara baru dalam memberikan
pelayanan. Kriteria penentuan: Inovasi tidak terjadi secara mulus atau tanpa
1) Bentuk dari inovasi ini adalah kebijakan resistensi. Banyak dari kasus inovasi diantaranya
organisasi yang menggariskan cara baru justru terkendala oleh berbagai faktor. Menurut
dalam melakukan proses kerja Suwarno (2008), beberapa faktor yang
organisasi. mempengaruhi inovasi pelayanan, dapat
2) Inovasi ini dilakukan ketika cara atau dianalisis menjadi dua yaitu, lingkungan internal
metode lama yang digunakan organisasi dan lingkungan eksternal (dalam Mayangsari,
dirasa tidak lagi efektif dan 250: 2012)
menguntungkan. a. Lingkungan internal adalah lingkungan
3) Mengingat inovasi ini bersifat makro dan di dalam organisasi yang berpengaruh
dapat diterapkan untuk bidang yang terhadap kinerja, meliputi visi, misi,
luas. sarana dan prasarana, sumber daya
d. Inovasi Kebijakan adalah mengacu pada manusia, organisasi, manajemen,
visi, misi, tujuan, dan strategi baru beserta keuangan dan pemasaran.
alasannya yang berangkat dari realitas yang b. Lingkungan eksternal meliputi lingkungan
ada. Kriteria penentuan: makro dan lingkungan mikro. Lingkungan
1) Inovasi ini lahir dari perubahan cara makro meliputi demografi, sosio ekonomi,
pandang atas suatu masalah yang teknologi, politik, dan sosial budaya, serta
kemudian diwujudkan dalam kebijakan. lingkungan mikro meliputi pelanggan dan
2) Penilaian atas kesuksesan ini dapat pesaing.
dilihat dengan membandingkannya
dengan kebijakan sebelumnya yang B. Metode Penelitian
dilandasi oleh cara pandang lama. Jenis Penelitian yang digunakan adalah
3) Biasanya, perubahan cara pandang ini deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada di
dilakukan dengan melihat suatu isu Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
dengan perspektif yang lebih positif atau Surakarta dikarenakan Dispendukcapil Kota
dengan melakukan pembaruan Surakarta memiliki pelayanan administrasi
paradigma. kependudukan yang terbaik di Indonesia
e. Inovasi Sistem adalah mencakup cara baru (Menpan, 2014). Selain itu juga telah melakukan
yang diperbarui dalam berinteraksi dengan modernisasi administrasi kependudukan sejak
actor-aktor lain atau dengan kata lain tahun 2008. Modernisasi administrasi
adanya perubahan dalam tata kelola kependudukan ini merupakan inovasi di bidang
administrasi kependudukan yang diikutsertakan

100
dalam penghargaan pelayanan publik oleh PBB, Perwali Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2018
atau yang dikenal dengan United National Tentang Program Bela Sungkawa Kirim Akta
Public Service Award (UNPSA) tahun 2014, Kematian.
bersama 18 unit pelayanan publik terpilih, dan
berhasil masuk ke putaran kedua, bersama Inovasi pelayanan pencatatan akta kematian
dengan delapan unit pelayanan publik lainnya Besuk Kiamat ini memiliki waktu operasional
(Menpan, 2014). Teknik pengumpulan data setiap hari. Keberadaan Inovasi pelayanan
berupa wawancara dan dokumentasi. Teknik pencatatan akta kematian Besuk Kiamat
bertujuan untuk meningkatkan kepemilikan akta
pengambilan sampel dilakukan secara purposive
kematian di Kota Surakarta. Pada pelaksanaan
sampling Validitas data menggunakan teknik
ini terdapat penyederhanaan prosedur dalam
triangulasi metode yang dilakukan dengan cara
proses kerja, dimana dengan satu pelayanan
mengecek keabsahan data yang diperoleh dari masyarakat mendapatkan tiga dokumen
beberapa metode yakni wawancara dan kependudukan sekaligus. Pelayanan ini disebut
dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data dengan pelayanan 3 in 1. Dalam pelaksanaan
menggunakan model analisis interaktif dari inovasi tidak selalu berjalan mulus, pasti ada
Miles & Huberman dalam (H.B. Sutopo, 2006: faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
91) yang terdiri dari reduksi data, sajian data, inovasi tersebut. Faktor-faktor yang
dan penarikan kesimpulan. mempengaruhi pelaksanaan inovasi pelayanan
ini diantaranya:
C. Pembahasan 1. Visi dan Misi
Dalam artikel ini, peneliti akan menguraikan Visi misi menjadi pendukung karena inovasi
data pembahasan dari inovasi pelayanan bisa berjalan dengan adanya tujuan yang ingin
pencatataan akta kematian di Dinas dicapai secara bersama sama dari perbedaan
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota yang terdapat pada masing-masing bidang dan
Surakarta sebagai berikut yang dijabarkan seksi. Dengan adanya penyamaan persepsi pada
menggunakan teori Suwarno (2008) mengenai bidang dan seksi, inovasi ini dapat dijalankan.
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Dan terlaksananya inovasi yang berhasil tidak
inovasi dan teori Mulgan & Albury (dalam serta merta terjadi, dikarenakan Dispendukcapil
Muluk, 2008) mengenai tipologi inovasi, yang Kota Surakarta terdiri dari terobosan-terobosan
dijabarkan sebagai berikut: hasil pemikiran beberapa individu yang
a. Pelaksanaan inovasi pelayanan kemudian disamakan persepsinya.
pencatatan akta kematian “Besuk 2. Sarana dan prasarana
Kiamat” di Dinas Kependudukan dan Sarana prasarana menjadi faktor pendukung bila
Pencatatan Sipil Kota Surakarta. tidak didukung peralatan yang memadai juga
Inovasi Pelayanan pencatatan akta kematian tidak akan terlaksana.
Bela Sungkawa Kirim Akta Kematian 3. Sumber Daya Manusia
merupakan inovasi pelayanan pencatatan akta Sumber daya manusia dari segi kualitas tidak
kematian di Dinas Kependudukan dan ada masalah karena sumber daya manusia yang
Pencatatan Sipil Kota Surakarta yang pertama ada sudah kompeten untuk melaksanakan
kali diujicobakan pada tahun 2017 bulan inovasi yang ada, serta adanya dukungan Bimtek
Agustus di lima kelurahan yaitu Kelurahan diawal pengenalan inovasi dan evaluasi ditiap
Pajang (Kecamatan Laweyan), Kelurahan dua bulan sekali. Sedangkan dari segi kuantitas,
Serengan (Kecamatan Serengan), Kelurahan masih kurang, dikarenakan masih ada petugas
Semanggi (Kecamatan Pasar Kliwon),
dinas yang selain melaksanakan tugas di Kantor
Kelurahan Jebres (Kecamatan Jebres), dan
juga melaksanakan tugas pengiriman Besuk
Kelurahan Kadipiro (Kecamatan Banjarsari).
Kiamat, serta bertugas lagi ketika pelayanan di
Dan baru diawal tahun 2018, tepatnya pada
tanggal 2 Januari 2018 inovasi pelayanan Besuk luar jam kerja dinas.
Kiamat resmi diterapkan di 51 kelurahan yang 4. Keuangan
ada di Kota Surakarta dengan disahkan dengan

101
Keuangan yang dimaksud terkait dengan bersangkutan dengan perubahan status menjadi
anggaran menjadi faktor berpengaruh yang cerai mati. Adanya penggabungan tiga SOP
mendukung pelaksanakan program inovasi menjadi satu, membuat proses pelayanan
pelayanan. Inovasi-inovasi yang dilaksanakan menjadi semakin efekti dan sederhana, maka
Dispendukcapil tidak serta merta bisa dengan adanya penyederhanaan tersebut inovasi
dilaksanakan saat itu juga. Dengan adanya ini dapat digolongan dalam tipologi inovasi
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja proses pelayanan.
Daerah), Dispendukcapil melakukan koordinasi
dengan DPPKAD (Dinas Pendapatan D. Penutup
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah) Dari uraian pembahasan diatas diketahui bahwa
mengusulkan DPA (Daftar Perencanaan pelaksanaan inovasi pelayanan pencatatan akta
Anggaran) untuk bisa disetujui dan dapat kematian di Dinas Kependudukan dan
digunakan untuk mendukung terlaksananya Pencatatan Sipil Kota Surakarta berjalan cukup
inovasi pelayanan pencatatan akta kematian baik. Meski demikian, masih ada hambtan dalam
“Besuk Kiamat”. pelaksanaan inovasi tersebut yaitu terbatasnya
5. Demografi Sumber Daya Manusia dalam memberikan
pelayanan pencatatan akta kematian dan
Demografi terkait dengan kondisi georgrafis
jaringan internet yang kadang terganggu atau
menjadi faktor yang mendukung, dengan kondisi
eror. Inovasi ini tergolong ke tipologi inovasi
geografis Kota Surakarta yang relatif datar dan
proses pelayanan, dikarenakan adanya
tidak terlalu luas, sehingga membawa penyederhanaan prosedur dalam proses kerja
kemudahan akses bagi petugas Dinas maupun berupa penggabungan tiga prosedur menjadi
masyarakat. satu prosedur. Dengan maksud, dengan satu
6. Teknologi ppelayanan masyarakat mendapatkan tiga
Teknologi yang dimaksud terkait dengan dokumen kependudukan sekaligus. Saran yang
jaringan internet menjadi faktor penghambat dapat diberikan antara lain:
dalam pelaksanaan inovasi Besuk Kiamat, 1. Terkait jumlah SDM yang terbatas,
kondisi jaringan internet yang terkadang error sebaiknya Dispendukcapil Kota Surakarta
atau bermasalah seringkali menganggu proses membuat jadwal atau mengatur jadwal
kerja. Namun, disisi lain teknologi menjadi pergantian pegawai dalam mengantarkan
faktor pendukung, karena dengan adanya dokumen Besuk Kiamat, sehingga tidak
teknologi proses pelayanan menjadi lebih menganggu proses pelayanan di Dinas.
efisien. 2. Perlunya meningkatkan sosialisasi yang
7. Politik lebih luas melalui peningkatan keikutsertaan
Politik yang dimaksud terkait dengan masukan lembaga-lembaga strategis seperti
dan dukungan dari DPRD menjadi pendorong kelompok-kelompok masyarakat dalam
Dispendukcapil, seperti dengan adanya rangka meningkatkan pemahaman
dukungan pengadaan fasilitas sarana dan masyarakat mengenai Program Besuk
prasarana penunjang. Kiamat, melihat masih banyak masyrakat
8. Kesadaran masyarakat yang belum tahu dan paham mengenai
Kesadaran masyarakat untuk mencatatkan program tersebut.
kematian dan mengurus akta kematian masih
rendah, namun saat ini masyarakat didorong Daftar Pustaka
untuk mengurus akta kematian. Abdullah, M., Supriyono, B., Muluk, M. K., &
Tjahjanulin. (2016). Innovation Typology
Dengan adanya penyederhanaan prosedur dalam of the Local Government in Educational
proses kerja pada pelaksanaan inovasi ini, Affairs. International Journal of
dimana masyarakat mendapatkan tiga dokumen Administrative Science & Organization,
sekaligus dalam satu proses pelayanan. May 2016 Volume 23, NUmber 2, 70-76.
Dokumen tersebut yaitu Akta Kematian, KK Achidat, & Mulyana, Y. (2017). Model
baru dan KTP-el bagi suami/istri yang Kebijakan Peningkatan Laporan Kematian

102
Administrasi Kependudukan dan Catatan
Sipil di Kabupaten Bandung. Jurnal
Sosihumaniora Vol. 19 no. 2 Juli 2017,
140-148.
Alvina, N. K., & Lituhayu, D. (2017).
Implementasi Program Pencatatan Akta
Kematian di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil. Indonesian Journal of
Public Policy and Management, 2.
Anggraini, R. (2017). KESADARAN
MASYARAKAT DALAM
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
(Studi pengurusan Akta Kelahiran dan
Akta Kematian di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang
Tahun 2015). Jurnal Elektronik TAM.
HB.Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta
Mayangsari, P. I., Soeaidy, M., & Prasetyo, W.
Y. (2013). Inovasi PT. Pos Indonesia
dalam Menjaga Eksistensi dan Daya
Saing Pelayanan Publik (Studi pada
PT.Pos Indonesia Sidoarjo 62100). Jurnal
Administrasi Publik (JAP) Vol. 1 No. 2
April 2013, 248-256.
Menpan. (2014, 02 26). Modernisasi Adminduk
Surakarta Masuk Putaran Kedua UNPSA
2014. Dipetik 01 26, 2018, dari
Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi:
https://www.menpan.go.id/site/cerita-
sukses-rb/modernisasi-adminduk-
surakarta-masuk-putaran-kedua-unpsa-
2014
Miles, M., & Huberman, A. (2015). Analisis
Data Kualitatif Buku sumber tentang
Metode-Metode Baru. Dalam I. Gunawan,
metode Penelitian Kualitatif Teori &
Praktik (hal. 211-212). Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Muluk, K. (2008). Knowledge Managemen:
Kunci Sukses Inovasi Pemerintah Daerah.
Malang: Banyumedia Publishing.
Suwarno, Y. (2008). Inovasi di Sektor Publik.
Jakarta: STIA-LAN Press..
Viekers, I., Lyon, F., Sepulveda, L., &
McMullin, C. (2017). Public Service
Innovation and Multiple

103
Analisis Diskriminan Kepuasan Pengguna Layanan Jasa
Pengiriman Pos Komersial PT Pos Indonesia (Persero) di Kantor
Pos Solo

Irma Pratiwi, Sudarto


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
irmaprtw@gmail.com

Abstrak
PT Pos Indonesia (Persero) merupakan perusahaan BUMN yang bersifat profit motive dan public service
yang bergerak di bidang jasa pengiriman. Seiring berkembangnya waktu, mulai marak bermunculan
perusahaan swasta sejenis. Sehingga menjadi penting untuk diperhatikan mengenai kepuasan para
pengguna layanannya agar PT Pos Indonesia dapat bersaing. Penelitian ini berfokus untuk mengetahui
faktor-faktor mana saja yang mampu membedakan antara pengguna layanan jasa pengiriman pos
komersial PT Pos Indonesia (Persero) yang Puas dan yang Tidak Puas di Kantor Pos Solo. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pengguna layanan pengiriman surat dan/atau paket yang termasuk
dalam Layanan Pos Komersial (LPK) milik PT Pos Indonesia di Kantor Pos Solo. Sehingga digunakan
pendekatan kuantitatif deskriptif dengan teknik pengambilan sampel secara insidental sebanyak 96
responden dengan karakteristik yang telah ditentukan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan
model statistik Analisis Diskriminan. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa terdapat empat faktor
yang paling membedakan yaitu 1) kepastian waktu layanan; 2) penanganan pengaduan, saran, dan
masukan; 3) sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; serta 4) produk layanan. Ketepatan hasil analisa dari
model diskriminan tersebut mencapai 96,9%.
Kata kunci : Analisis Diskriminan, Kepuasan Pengguna Layanan, PT Pos Indonesia.

Abstract
PT Pos Indonesia (Persero) is a State-Owned company that is the profit motive and public service in the
areas of delivery service. Over time, starting the development of vibrant private companies popping up.
So it becomes important to noticed about the satisfaction of the users of its services so that PT Pos
Indonesia can compete. This research focus to find out which factors capable of differentiating among
users of commercial postal service services PT Pos Indonesia (Persero) of satisfied and dissatisfied at the
post office. The population in this research is all users of the mail and/or packages derlivery service that
are included in the commercial postal service owned PT Pos Indonesia at the post office. So a descriptive
quantitative approach used by the technique of sampling as much incidental 96 respondents with specified
characteristics. The data obtained are then processed with statistical analysis of Discriminant models. The
results of the processing of the data shows that there are four factors that most differentiate, such as 1)
certainty of time service; 2) complaints, suggestions, and input handling; 3) the means, infrastructure,
and/or facilities; as well as 4) product service. The accuracy of the results of the analysis of the
discriminant models reach 96.9%.
Keywords : Discriminant Analysis, Satisfaction of Service User, PT Pos Indonesia.

A. Pendahuluan Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa


Sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 33 cabang-cabang produksi yang penting bagi
Ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik negara dan yang menguasai hajat hidup orang

104
banyak dikuasai oleh negara. Salah satu indek merek terbaik atau Top Brand Index
pelayanan publik yang diberikan oleh Negara (TBI), menunjukkan bahwa posisi Pos Indonesia
adalah pelayanan dalam jasa pengiriman. Jasa dapat dikatakan masih kurang baik dalam
pengiriman didefinisikan oleh Swari (2016: 4) kategori service atau layanan jasa kurir. Di
sebagai upaya yang diselenggarakan secara bawah ini merupakan tabel TBI kategori layanan
sendiri maupun bersama dalam suatu organisasi jasa kurir.
untuk memberikan pelayanan secara efektif dan
efisien berupa pengiriman barang, baik antar Tabel 1
kota, antar pulau, dan antar negara. Top Brand Index Kategori Layanan Jasa
Kurir
Namun ternyata saat ini, berdasarkan hasil TBI (%)
No. Merek
survei yang dilakukan oleh World Bank (2016), 2015 2016 2017
angka Logistics Performance Index (LPI)
Indonesia mengalami penurunan dari peringkat 1 JNE 43,5
7,6 9,4
53 dengan skor 3,08 pada tahun 2014 menjadi
peringkat 63 dengan skor 2,98 pada tahun 2016. 2 Tiki 36,2
Kondisi ini mengindikasikan bahwa masih 5,7 4,7

rendahnya kualitas layanan dari institusi


3 Pos Indonesia 6,7
pendukung logistik dan perdagangan di ,6 ,4
Indonesia (Kementerian Perdagangan, 2017).
4 DHL 2,1
,3 ,3
Padahal di satu sisi, Indonesia sedang
menghadapi keadaan bonus demografi dimana Sumber: data diolah dari www.topbrand-award.com
proporsi usia muda lebih banyak dibandingkan
usia lainnya. Ditambah dengan semakin Terlihat bahwa posisi PT Pos Indonesia selalu
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan menduduki peringkat ketiga selama tiga tahun
komunikasi serta perubahan gaya hidup, berturut-turut. Dan oleh karena nilai TBI yang
membuat dunia bisnis semakin berkembang belum mencapai nilai minimum yaitu 10%,
terlihat dari maraknya situs belanja online (e- maka PT Pos Indonesia tidak layak menyandang
commerce). Tingginya transaksi yang terjadi predikat Top Brand Award. Hal ini
disana, membuat para pelaku bisnis mengindikasikan bahwa posisi PT Pos Indonesia
membutuhkan jasa pengiriman yang kompeten masih tertinggal dibandingkan pesaing-
dan berkualitas sebagai pihak ketiga. pesaingnya.

Salah satu perusahaan di Indonesia yang Untuk melaksanakan tugas pelayanan, PT Pos
bergerak di bidang jasa pengiriman barang, yang Indonesia mendirikan Kantor Pos hampir di
sudah berdiri sejak 271 tahun silam, adalah PT 24.000 titik di wilayah nusantara, termasuk salah
Pos Indonesia (Persero). PT Pos Indonesia satunya di Kota Surakarta. Kantor Pos Pusat
merupakan perusahaan berstatus Badan Usaha yang berada di lingkup Surakarta bernama
Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang Kantor Pos Solo 57100. Sebagai salah satu kota
layanan pos. Berdasarkan Undang-Undang besar, tidak menutup kemungkinan Surakarta
Nomor 38 Tahun 2009, Pos didefinisikan mengalami perkembangan yang pesat di sektor
sebagai layanan komunikasi tertulis dan/atau jasa ekspedisi atau pengiriman barang. Berbagai
surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, kompetitor penyedia jasa ekspedisi milik swasta
layanan transaksi keuangan, dan layanan mulai marak bermunculan di Surakarta.
keagenan pos untuk kepentingan umum.
Meningkatnya persaingan membawa dampak
Hasil survei yang dilakukan oleh Majalah positif bagi konsumen yakni mereka dapat
Marketing (Frontier Consulting Group) untuk memilih perusahaan jasa pengiriman sesuai
mengetahui nilai suatu merek dengan melihat dengan kebutuhan dan faktor penunjang lainnya.

105
Maka fenomena ini akan menuntut PT Pos kompetitor pun juga menggunakan jenis layanan
Indonesia untuk selalu memperhatikan pos komersial, karena lebih bervariasi, dan
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta mampu memenuhi kebutuhan para pengguna
berusaha memenuhi harapan mereka dengan jasa pengiriman. Dalam menyelenggarakan
cara memberikan pelayanan yang berkualitas. Layanan Pos Komersial, terdapat standar
Kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh para
tanggapan emosional pada evaluasi terhadap penyelenggara pos termasuk Kantor Pos Solo.
pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa Menurut PP No. 15 Tahun 2013, standar
(Tjiptono, 2007: 349). Dengan kata lain, jika pelayanan ialah tolak ukur yang dipergunakan
harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
diterima para pengguna layanan atau terdapat dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai
gap diantaranya, maka pengguna tersebut akan kewajiban dan janji penyelenggara kepada
cenderung merasa tidak puas dan akan masyarakat dalam rangka pelayanan yang
berpindah ke perusahaan lainnya. berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan
terukur.
Untuk menjadi perusahaan pemimpin pasar
(market leader) dalam jasa pos, PT Pos Berdasarkan PP No. 15 Tahun 2013 Pasal 10
Indonesia memiliki dua macam layanan yang Ayat 2, standar pelayanan untuk Layanan Pos
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor Komersial harus memperhatikan beberapa aspek
15 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU Nomor yaitu kepastian waktu layanan; kepastian biaya
38 Tahun 2009 tentang Pos. Layanan tersebut layanan; kejelasan prosedur layanan; produk
adalah Layanan Pos Universal (LPU) dan layanan; kompetensi sumber daya manusia;
Layanan Pos Komersial (LPK). keamanan dan kerahasiaan; penanganan
pengaduan, saran, dan masukan; jaminan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pemberian ganti rugi atas keterlambatan,
Ibu Esti (12/17), Manajer Dukungan Umum kehilangan, ketidaksesuaian layanan dan
Kantor Pos Solo, LPU merupakan layanan baku kerusakan yang terbukti sebagai akibat kelalaian
yang mengikuti aturan resmi dari perhimpunan dan kesalahan Penyelenggara Pos paling tinggi
pos sedunia atau yang lebih dikenal dengan 10 (sepuluh) kali biaya pengiriman, kecuali
Universal Postal Union (UPU). Berdasarkan kiriman yang diasuransikan.
Rancangan Peraturan Menteri (RPM)
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Adanya standar pelayanan ini diharapkan
Tahun 2015, Layanan Pos Universal hanya mampu mewujudkan pelayanan yang prima.
sebatas pada produk-produk seperti yang Karena berdasarkan hasil penelitian Nugroho
disebutkan pada Pasal 2. (2005), penerapan standar pelayanan mampu
“Layanan Pos Universal mencakup a.) mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan.
surat, kartu pos, barang cetakan, dan Semakin baik suatu perusahaan menerapkan
bungkusan kecil sampai dengan dua standar pelayanan yang telah ditetapkan, maka
kilogram; b.) sekogram sampai dengan seorang pengguna layanan akan semakin puas
tujuh kilogram; c.) barang cetakan yang terhadap perusahaan tersebut. Serupa dengan
dikirim dalam kantong khusus yang hasil penelitian Nisa dan Subianto (2012) bahwa
ditujukan untuk penerima dengan alamat kepuasan pelanggan PT Pos Indonesia turut
yang sama dengan berat sampai dengan tiga dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, lokasi, dan
puluh kilogram; d.) paket pos dengan berat harga serta penelitian yang dilakukan Birajdar
sampai dengan dua puluh kilogram.” dan Joshi (2016) bahwa keandalan,
responsivitas, efisiensi pelayanan, kompetensi
Sedangkan LPK merupakan pengembangan sumber daya manusia, kemudahan penggunaan
produk jasa pos yang mengikuti perkembangan layanan, keamanan dalam transaksi, penanganan
zaman. Sehingga produk LPK lebih banyak pengaduan, dan tata letak kantor pos juga
digunakan oleh pelanggan pos. Selain itu, para

106
mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan jasa dapat terlihat dari masih banyaknya keluhan-
pos. keluhan yang diterima bagian customer service.
Berikut disajikan data jenis pengaduan terhadap
Akan tetapi kenyataannya, pelayanan pada pelayanan jasa pengiriman paket di Kantor Pos
Kantor Pos Solo utamanya dalam jasa Solo.
pengiriman belum bisa dikatakan baik. Hal ini

Tabel 2
Pengaduan terhadap Pelayanan Jasa Pengiriman Kantor Pos Solo Tahun 2017

No Bulan Hilang Terlambat Rusak Salah salur

1. Januari 0 7 1 2

2. Februari 1 5 3

3. Maret 0 4 3

4. April 0 5 2

5. Mei 2 3 1

6. Juni 0 2 4

7. Juli 1 3 2

8. Agustus 2 4 0

9. September 2 3 0

10. Oktober 0 2 0

11. November 0 1 0

Sumber : Bagian Customer Service Kantor Pos Solo

Berbagai keluhan ini dapat mengindikasikan Rangkuti (2003), Andreassen dan Lindested
bahwa masih terdapat pengguna layanan yang (1997), dan Tumpal (2012). Semuel dan Wijaya
merasa tidak puas terhadap performa perusahaan (2008: 44) mengartikan bahwa citra perusahaan
tersebut. Pengguna layanan yang merasa tidak adalah hasil dari sebuah proses dimana
puas ini disebabkan karena berbagai alasan konsumen telah membandingkan berbagai
mulai dari pengiriman hilang di tengah atribut yang dimiliki perusahaan. Dengan kata
perjalanan, paket yang terlambat tiba di tangan lain, citra perusahaan adalah anggapan dan
penerima, paket diterima dalam keadaan rusak, kesan yang diberikan oleh seorang konsumen
maupun paket yang salah dikirimkan ke alamat terhadap suatu perusahaan berdasarkan
lain. informasi dan pengalaman yang mereka punya.

Sebagai perusahaan yang telah berdiri lama, PT Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan yang
Pos Indonesia sudah lebih dulu berusaha telah dipaparkan, maka penulis tertarik untuk
membangun citra yang baik kepada masyarakat. mengetahui faktor-faktor mana saja yang
Citra perusahaan (corporate image) ini ternyata mampu membedakan pengguna layanan jasa
juga mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan pengiriman yang termasuk LPK pada Kantor
jasa, sesuai dengan kajian empiris milik Pos Solo yang merasa puas dan yang merasa
Kaniganat dan Chaipoopirutana (2014), tidak puas melalui analisis diskriminan.

107
Sehingga, Kantor Pos Solo dapat terus tiba di lokasi pelanggan sesuai dengan waktu
mempertahankan dan meningkatkan kepuasan yang dijanjikan. Timeliness juga mengacu pada
para pengguna layanan dengan berusaha waktu yang dibutuhkan antara penempatan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna pesanan dan penerimaan oleh pelanggan, b.)
layanan yang nantinya akan meningkatkan Accuracy of Order; mengacu pada seberapa
intensitas pemakaian jasa ekspedisi milik PT Pos dekat pengiriman sesuai dengan pesanan
Indonesia. Hingga akhirnya PT Pos Indonesia pelanggan. Ini termasuk ketepatan jenis barang
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan dalam pesanan serta ketepatan jumlah barang,
yang sejenis. c.) Quality of Information; mengacu pada
presepsi pelanggan terhadap informasi yang
B. Landasan Teori disediakan oleh perusahaan mengenai produk
1. Kepuasan Pelanggan yang dapat dipilih oleh pelanggan, d.) Quality of
Menurut Richard L. Oliver (2006) kemudian Contact Personnel; mengacu pada orientasi
mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai pelanggan terhadap contact people dari bagian
perasaan senang atau kecewa yang didapatkan logistik perusahaan. Secara spesifik, pelanggan
seseorang dari membandingkan antara kinerja melihat tentang apakah staff layanan pelanggan
(atau hasil) produk yang dipersepsikan dan berpengetahuan, bersimpati terhadap situasi
ekspektasinya. Seorang pelanggan akan pelanggan, dan membantu pelanggan
merasakan salah satu dari tiga tingkat kepuasan menyelesaikan masalah pelanggan.
secara umum, jika kinerja gagal memenuhi
ekspektasi, maka pelanggan akan merasa Disamping itu, menurut Lupiyoadi (2001: 58-
kecewa atau tidak puas, namun jika kinerja 64) terdapat beberapa faktor yang
sesuai dengan ekspektasi, maka pelanggan akan mempengaruhi kepuasan pelanggan berkaitan
merasa puas, dan jika kinerja melebihi dengan pemasaran antara lain produk, harga,
ekspektasi, maka pelanggan akan merasa sangat promosi, lokasi, sumber daya manusia, proses,
puas atau senang (Kotler dan Keller, 2009: 139). dan layanan pelanggan. Sedangkan menurut
Pelanggan yang dimaksud dalam penelitian ini Dutka dalam Cahyono (2008:11), terdapat tiga
adalah seseorang yang menggunakan layanan dimensi dalam mengukur kepuasan pelanggan
atau dapat dikatakan sebagai pengguna layanan secara universal diantaranya attributes related to
jasa pengiriman pos komersial milik PT Pos product, attributes related to service, dan
Indonesia yang ada di Kantor Pos Solo. Salah attributes related to purchase.
satu indikator kepuasan pelanggan dapat dilihat
dari tingginya intensitas penggunaan (Tjiptono, Namun dalam mengukur kepuasan pelanggan,
2007 dan Hanif et al., 2010). Pelanggan yang penelitian ini mencoba menyesuaikan teori-teori
puas, cenderung akan menggunakan jasa atau yang dikemukakan oleh Ho et al., Lupiyoadi,
produk yang sama yang telah ia gunakan. dan Dutka dengan keadaan yang ada di
Disamping itu, pengukuran kepuasan pelanggan lapangan. Sehingga pada akhirnya penulis
juga dapat diketahui dengan menggunakan mengacu pada standar pelayanan yang terdapat
indikator overall satisfaction (Hallowell, 1996: dalam peraturan perundang-undangan. Adapun
30 dan Yi, 1990: 71). yang menjadi pertimbangan tersebut adalah
aspek-aspek yang terdapat dalam standar
2. Atribut Kepuasan Pelanggan pelayanan telah cukup merepresentasikan teori-
Penentuan atribut menjadi penting mengingat teori yang telah dikemukakan sebelumnya.
hal ini menyangkut tentang penilaian seseorang Selain itu juga karena PT Pos Indonesia
terhadap karakteristik yang melekat pada suatu (Persero) merupakan sebuah perusahaan
produk baik berupa barang maupun jasa. penyedia jasa dimana yang lebih mudah untuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ho dinilai adalah pelayanan yang kantor pos
et al. (2012), pengukuran dari Logistic Service berikan. Seperti yang disebutkan Kasmir (2017:
Quality terbagi ke dalam 4 dimensi yaitu: a.) 11) bahwa pelayanan prima/terbaik adalah
Timeliness; membahas tentang apakah pesanan pelayanan yang diberikan memenuhi standar

108
pelayanan, sehingga mampu memuaskan pihak- Produk layanan disini diartikan sebagai nama
pihak yang terlibat dengan perusahaan, baik atas layanan pengiriman yang
langsung maupun tidak langsung. diselenggarakan oleh PT Pos Indonesia. Rafiq
dan Ahmed (1995) menyatakan bahwa
Sehingga untuk mengidentifikasi faktor-faktor variabel produk adalah pilihan jasa
yang dapat membedakan antara pengguna pengiriman yang disediakan oleh perusahaan
layanan PT Pos Indonesia (Persero) yang Puas jasa pengiriman. Berdasarkan RPM Kominfo
dengan pengguna layanan yang Tidak Puas tentang Standar Pelayanan untuk LPK,
maka dapat dinilai melalui standar pelayanan produk layanan yang diberikan harus
yang diberikan oleh Kantor Pos Solo sebagai dinyatakan pada consignment note (bukti/resi
perusahaan penyedia jasa. Standar pelayanan pengiriman).
yang dimaksud mengacu pada Rancangan e. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 2013,
(RPM Kominfo) tentang Standar Pelayanan kompetensi SDM adalah kemampuan (skill
untuk Layanan Pos Komersial (LPK), standar dan knowledge) seseorang yang dapat
pelayanan tersebut antara lain : membawa pada kinerja yang lebih baik serta
a. Kepastian Waktu Layanan memiliki keahlian di bidang pos. Tiga
Kepastian waktu diartikan sebagai komponen utama pembentuk kompetensi
pelaksanaan pelayanan publik dapat adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
diselesaikan dalam kurun waktu yang kerja (Hutapea dan Thoha, 2008: 28).
ditentukan (Keputusan Menteri f. Keamanan Dan Kerahasiaan
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Berdasarkan PP Nomor 15 Tahun 2013, yang
Tahun 2003). Mengacu pada RPM Kominfo dimaksud dengan keamanan dan kerahasiaan
tentang Standar Pelayanan untuk LPK, adalah keutuhan kiriman sampai di tangan
kepastian waktu layanan mencakup layanan penerima dalam kondisi baik. Disamping itu,
bagian pelanggan (customer service) dan dalam Keputusan Menpan Nomor 25 Tahun
waktu tempuh kiriman yang sesuai dengan 2004, disebutkan bahwa keamanan pelayanan
standar waktu penyerahan. yaitu terjaminnya tingkat keamanan
b. Kepastian Biaya Layanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan.
Berdasarkan RPM Kominfo pasal 5, tiap g. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan
penyelenggara pos harus membuat daftar tarif Di dalam PP Nomor 15 Tahun 2013,
layanan dan dalam hal terdapat biaya lain di penanganan pengaduan, saran, dan masukan
luar tarif, penyelenggara harus adalah pengelolaan pengaduan untuk
menginformasikannya kepada pengguna memberikan solusi atas pertanyaan,
layanan. Disamping itu, variabel harga/biaya permintaan informasi, dan keluhan jika terjadi
sangat erat kaitannya dengan fasilitas yang penyimpangan pelayanan. Di dalam RPM
didapatkan (Rafiq dan Ahmed, 1995) Kominfo pasal 10 ayat (2) dan (3), disebutkan
c. Kejelasan Prosedur Layanan bahwa penanganan pengaduan yang baik
Dalam Kemenpan No. 25 Tahun 2004 seharusnya dilengkapi dengan beberapa
dikatakan bahwa prosedur pelayanan adalah fasilitas yang mudah diakses oleh masyarakat
kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan seperti loket pelayanan pengaduan, pusat
kepada masyarakat. Dan pada RPM Kominfo pelayanan kontak pelanggan, dan situs
pasal 6 disebutkan bahwa kantor pos wajib perusahaan serta email.
menetapkan dan menginformasikan Standar h. Sarana, Prasarana, dan/atau Fasilitas
Operasional Prosedur (SOP). Indikator lain Kelengkapan sarana prasarana yang baik
yang dikembangkan oleh Janto (2014: 147) merupakan hal yang sangat penting dalam
yaitu kejelasan prosedur pemrosesan dan menciptakan kepuasan pelanggan (Ristiani,
kejelasan prosedur komplain dari konsumen. 2017: 157). Dalam RPM Kominfo pasal 11
d. Produk Layanan ayat (2) disebutkan bahwa sarana, prasarana,
dan/atau fasilitas yang ada harus terdiri paling

109
sedikit berupa kantor; gudang; timbangan; image of the organization itself rather than of
sarana transportasi; perangkat keras dan the products or service” (citra perusahaan lebih
lunak; serta sarana komunikasi dan informasi. merujuk pada citra dari suatu organisasi secara
i. Jaminan Pemberian Ganti Rugi. keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas
Menurut Tjiptono (2007: 108) jaminan adalah produk dan pelayanannya).
janji yang merupakan kewajiban produsen
kepada konsumen, dimana para konsumen C. Metode Penelitian
akan diberi ganti rugi bila produk ternyata Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
tidak bisa berfungsi sebagaimana yang kuantitatif deskriptif. Penelitian mengambil
diharapkan atau dijanjikan. tempat di Kantor Pos Solo 57100 yang berlokasi
di Jl. Jenderal Sudirman No. 8, Surakarta.
Disamping itu, menurut Rangkuti (2003) Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
terdapat beberapa faktor lain yang berpengaruh pengguna layanan pengiriman surat dan/atau
terhadap persepsi pelanggan atas suatu jasa yaitu paket yang termasuk dalam produk LPK PT Pos
citra perusahaan (corporate image), cara Indonesia di Kantor Pos Solo yaitu Surat
penyampaian jasa (service encounters), bukti Standar, Paket Biasa, Pos Kilat Khusus, Pos
pelayanan (evidence of service), harga (price). Express, EMS (Express Mail Service), Surat R
Berdasarkan pendapat Rangkuti (2003) tersebut, LN, Pos Jumbo, dan Pos Kargo. Sedangkan
peneliti ingin menambahkan citra perusahaan teknik pengambilan sampel menggunakan
(corporation image) sebagai atribut yang incidental sampling dengan jumlah sampel
membedakan kepuasan seorang pelanggan jasa. sebanyak 96 orang mengacu pada rumus yang
Hal ini senada dengan teori Dutka dalam dikemukakan oleh Slamet (2006: 58) untuk
Cahyono (2008) yang menyebutkan bahwa jumlah populasi yang tidak diketahui. Data
reputasi perusahaan merupakan salah satu atribut diperoleh dengan menggunakan kuesioner
yang mampu mempengaruhi rasa puas dengan skala penilaian 0 sampai 100, observasi
pelanggan. Serupa dengan hasil penelitian yang langsung, dan dokumentasi. Uji validitas dengan
dilakukan oleh Atmaja (2016), Pontoh et al. teknik korelasi Bivariate Pearson sedangkan
(2014), serta Ene dan Ozkaya (2014) bahwa reliabilitas dengan Alpha Cronbach
citra perusahaan jasa mampu mempengaruhi menggunakan aplikasi SPSS v.20 dengan jumlah
kepuasan seorang pelanggan. Frank Jefkins responden sebanyak 30 orang, taraf signifikansi
(1995: 10) mendefinisikan citra perusahaan atau 5%, dan jumlah instrumen sebanyak 38
corporate images sebagai “Here we have the pertanyaan.

Tabel 3
Operasional Variabel
No. Atribut Indikator Sumber

Kepastian waktu 1. Kepastian waktu layanan pada Mengacu pada RPM Kominfo
. layanan bagian layanan pelanggan pasal 4 ayat (1)
(customer service)

2. Kepastian waktu tiba kiriman Dikembangkan oleh Yuniar et al.


(sesuai dengan Standar Waktu (2014: 104)
Pengiriman)
Kepastian biaya 1. Adanya rincian biaya atau daftar Dikembangkan oleh Yunevy dan
. layanan tarif layanan Haksama (2013: 17)

2. Kesesuaian antara biaya Dikembangkan oleh Rafiq dan


pengiriman dengan fasilitas Ahmed (1995)

3. Informasi biaya lain diluar tarif Mengacu pada RPM Kominfo


layanan pasal 5 ayat (4)

110
Kejelasan 1. Ketersediaan SOP (Standar Mengacu pada RPM Kominfo pasal
. prosedur layanan Operasional Prosedur) 6

2. Kejelasan proses pemberian ganti Mengacu pada RPM Kominfo


rugi pasal 12 ayat (1)

3. Kejelasan proses pengaduan Dikembangkan oleh Janto (2014:


147)

4. Kemudahan proses pemberian Dikembangkan oleh peneliti


ganti rugi
Produk layanan 1. Variasi/keragaman pilihan produk Dikembangkan oleh Ong dan
. Pambudi (2014: 4)

2. Lini/ketersebaran layanan Dikembangkan oleh Yuniar et al.


(2014: 147)

3. Pemberian bukti/resi pengiriman RPM Kominfo pasal 4

Kompetensi 1. Pengetahuan petugas terkait Dikembangkan oleh Pongtinamba


. SDM prosedur pengiriman et al. (2016: 244)

2. Pengetahuan petugas terkait biaya Dikembangkan oleh Pongtinamba


untuk setiap produk layanan yang et al. (2016: 244)
tersedia
3. Keterampilan petugas loket dalam Dikembangkan oleh peneliti
melakukan pekerjaan pengolahan
kiriman
4. Keterampilan kurir dalam Dikembangkan oleh peneliti
mengirim kiriman ke tempat
tujuan
5. Keterampilan mengoperasikan alat Dikembangkan oleh Callista
bantu (2016: 49)

6. Keterampilan dalam mengatasi Dikembangkan oleh Yuniar et al.


keluhan atau complaint (2014: 104)

7. Keramahan dan kesopanan petugas Dikembangkan oleh Donoriyanto


loket saat memberikan pelayanan (2012) dan Pongtinamba et al.
(2016: 244)

8. Keramahan dan kesopanan Dikembangkan oleh Pongtinamba


customer service saat menangani et al. (2016: 244)
keluhan
Keamanan dan 1. Terjaminnya tingkat keamanan Dikembangkan oleh Donoriyanto
. kerahasiaan lingkungan unit penyelenggara (2012)
pelayanan
2. Keamanan kiriman Dikembangkan oleh Handajani dan
Janto (2015: 26) serta mengacu
pada RPM Kominfo pasal 9 ayat (1)

3. Keadaan kiriman Mengacu pada PP No. 15 Tahun


2013

Penanganan 1. Tindakan cepat dan tanggap atas Dikembangkan oleh Donoriyanto


. pengaduan, keluhan (2012)

111
saran, dan 2. Kenyamanan loket pengaduan Mengacu pada RPM Kominfo
masukan pasal 10 ayat (2)

3. Kemudahan mengakses situs Mengacu pada RPM Kominfo


perusahaan untuk menyampaikan pasal 10 ayat (3)
keluhan
4. Ketersediaan kotak kritik dan Dikembangkan oleh Yuniar et al.
saran (2014: 104) dan Pongtinamba et al.
(2016: 244)

Sarana, 1. Keakuratan timbangan yang Dikembangkan oleh Donoriyanto


. prasarana, digunakan (2012), Yuniar et al. (2014: 104),
dan/atau fasilitas dan Pongtinamba (2016: 244)

2. Ketersediaan teknologi penunjang Dikembangkan oleh peneliti


mengacu pada Mayangsari et al.
(2013)

3. Kenyamanan ruang tunggu Dikembangkan oleh Pongtinamba


et al. (2016: 244)

4. Ketersediaan peralatan yang Dikembangkan oleh Pongtinamba


dibutuhkan konsumen (ada di et al. (2016: 244)
packing corner atau sudut
pengemasan)
5. Ketersediaan fasilitas fisik Dikembangkan oleh Yuniar et al.
pendukung (2014: 104) dan Pongtinamba et al.
(2016: 244)

6. Kemudahan akses fasilitas Dikembangkan oleh Donoriyanto


melacak keberadaan kiriman (2012)
(tracking)
Jaminan 1. Adanya pemberian ganti rugi jika Dikembangkan oleh Yuniar et al.
. pemberian ganti terjadi kesalahan (2014: 104), Zeithaml et al. (2002)
rugi dan Pongtinamba et al. (2016: 244)

2. Kecepatan dalam menanggapi Dikembangkan oleh Ghoniyah


urusan klaim (2012: 5)

Citra perusahaan 1. Terkenal Dikembangkan oleh Kusuma


0. (2009) dan Nguyen & Leblanc
(2001)

2. Reputasi perusahaan dibandingkan Dikembangkan oleh Brunner


pesaingnya (2008: 1103)

3. Terpercaya Dikembangkan oleh Kusuma


(2009) dan Tumpal (2012: 4)

Sumber: dikembangkan oleh peneliti

D. Hasil dan Pembahasan koefisien korelasi tabel (r tabel) pada taraf


Berdasarkan hasil uji kuesioner, diperoleh hasil signifikan 5% yaitu sebesar 0,361. Selain itu,
bahwa seluruh item pernyataan yang ada pada ditemukan pula bahwa seluruh item pernyataan
penelitian terbukti signifikan karena nilai di atas memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang
signifikansi sebesar 0,000. Seluruh pernyataan lebih besar dari 0,60 sehingga dapat disimpulkan
pada penelitian juga dapat dikatakan valid dan bahwa pernyataan-pernyataan tersebut adalah
reliabel. Valid karena nilai koefisien korelasi reliabel.
hitung (r hitung) lebih besar daripada nilai
112
Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui
besarnya frekuensi tingkat kepuasan pelanggan
pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4
Tingkat Kepuasan Pengguna Layanan
Kepuasan Pengguna Jumlah
No. Prosentase (%)
Layanan (Orang)

1. Puas 60 62,5

2. Tidak Puas 36 37,5

Jumlah 96 100

Sumber: diolah dari data hasil penelitian

Dari hasil pengelompokkan responden tersebut, metode stepwise discriminant analysis. Atribut
selanjutnya dilakukan analisis sesuai dengan yang masuk dalam model diskriminan dapat
kebutuhan penelitian yaitu menggunakan dilihat pada tabel 5.

113
Tabel 5
Variables Entered/Removed
Step Entered Removed Min. D Squared
Statistic Between Exact F
Groups Statistic df1 df2 Sig.
Waktu_tiba
1 4,957 0 dan 1 111,533 1 94,000 1,188E-017
_kiriman
Biaya_tamb 0 dan 1
2 7,166 79,760 2 93,000 6,725E-021
ahan
Kemudahan 0 dan 1
3 8,418 61,792 3 92,000 5,690E-022
_akses_situs
4 Variasi 9,665 0 dan 1 52,628 4 91,000 6,973E-023
Teknologi_ 0 dan 1
5 10,724 46,203 5 90,000 2,054E-023
penunjang
Biaya_tamb 0 dan 1
6 10,317 56,183 4 91,000 8,730E-024
ahan
Sumber: diolah dari data hasil penelitian

Dengan demikian berarti “Puas” atau “Tidak Kemudian untuk menentukan atribut yang
Puas” pengguna layanan Kantor Pos Solo memberikan kekuatan diskriminasi tinggi dapat
dipengaruhi oleh sikap mereka terhadap dilihat dari tabel structure matrix. Dari tabel
Ketepatan waktu tiba kiriman, Kemudahan diatas terlihat bahwa variabel ketepatan waktu
mengakses situs perusahaan untuk tiba kiriman adalah variabel yang paling
menyampaikan keluhan, Variasi produk layanan, membedakan, dalam arti bahwa ketepatan waktu
dan Ketersediaan teknologi penunjang. tiba kiriman yang sesuai dengan standar waktu
Sedangkan untuk atribut Kejelasan Biaya yang telah ditetapkan merupakan faktor yang
Tambahan dihapus dalam model diskriminan. paling membedakan pengguna layanan yang
“Puas” dengan pengguna layanan yang “Tidak
Puas”.

Tabel 6
Nilai Koefisien Korelasi Variabel yang Masuk
dalam Model Diskriminan
Variabel Besar
Koef.

Ketepatan waktu tiba kiriman 0,693

Kemudahan mengakses situs


perusahaan untuk menyampaikan 0,637
keluhan

Ketersediaan teknologi penunjang 0,590

Variasi produk layanan


0,564
pengiriman

Sumber: diolah dari data hasil penelitian

Variabel pembeda kedua adalah kemudahan ketersediaan teknologi penunjang, sedangkan


mengakses situs perusahaan untuk yang terakhir adalah variasi produk layanan
menyampaikan keluhan, kemudian ialah

114
pengiriman sebagai faktor pembeda yang Untuk menunjukkan ketepatan prediksi model
terkecil (discriminate the last). diskriminan ini adalah dengan mengacu pada
tabel 7 dibawah ini.

Tabel 7
Classification Results
Predicted Total
Group
Kepuasan Membership
Puas Tidak
Puas
Puas 58 2 60
Count Tidak
1 35 36
Puas
Original
Puas 96,7 3,3 100,0
% Tidak
2,8 97,2 100,0
Puas
Puas 58 2 60
Count Tidak
Cross- 1 35 36
Puas
validate
db Puas 96,7 3,3 100,0
% Tidak
2,8 97,2 100,0
Puas
a. 96,9% of original grouped cases correctly classified.
b. Cross validation is done only for those cases in the
analysis. In cross validation, each case is classified by the
functions derived from all cases other than that case.
c. 96,9% of cross-validated grouped cases correctly
classified.
Sumber: diolah dari data hasil penelitian

Ketepatan prediksi model ini adalah (58 + 35) ÷ diperoleh atribut yang paling membedakan
96 = 0,96875 atau 96,9%. Oleh karena angka antara kelompok pengguna layanan yang “Puas”
ketepatannya tinggi (96,9%), maka model dan yang “Tidak Puas”. Atribut tersebut yaitu
diskriminan di atas dapat digunakan untuk atribut ketepatan waktu tiba kiriman, kemudahan
analisis diskriminan. Maka hasil yang diperoleh mengakses situs perusahaan untuk
valid untuk digunakan. Namun untuk lebih menyampaikan keluhan, ketersediaan teknologi
meyakinkan, hasil klasifikasi tersebut harus penunjang, serta variasi produk layanan
digunakan juga metode Leave-one-out cross pengiriman yang ada di Kantor Pos Solo.
validation untuk mengurangi bias yang mungkin Sedangkan 34 atribut lainnya tidak mampu
terjadi pada proses klarifikasi di atas, didapat membedakan secara signifikan antara kelompok
hasil yaitu 96,9% yang masih dikategorikan pengguna layanan jasa pengiriman pos
ketepatan klarifikasi cukup tinggi. komersial di Kantor Pos Solo yang “Puas” dan
yang “Tidak Puas”. Terakhir adalah model
E. Penutup diskriminan memiliki tingkat ketepatan analisis
Kesimpulan dari penelitian ini yang pertama sebesar 96,9% dan dapat digunakan untuk
adalah terdapat perbedaan yang nyata antara mengetahui tingkat kepuasan pengguna layanan
pengguna layanan jasa pengiriman pos jasa pengiriman pos komersial PT Pos Indonesia
komersial di Kantor Pos Solo yang “Puas” dan (Persero).
yang “Tidak Puas”. Kedua adalah dari
serangkaian analisa data yang telah dilakukan,
115
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil Customers”. European Journal of
penelitian ini adalah untuk atribut ketepatan Marketing, Vol. 42 (9) : 1095 – 1105.
waktu tiba kiriman, diharapkan Kantor Pos Solo Cahyono, Melinda. 2008. “Pengaruh Kualitas
Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan
dapat menambahkan armada pengiriman baik
Brown Salon di Tunjungan Plaza
berupa motor maupun mobil pengangkut Surabaya (Studi Kasus 100 Konsumen)”.
kiriman disertai dengan penambahan jumlah Skripsi. Universitas Kristen Petra
personil/tenaga kerja lepas untuk mengirim Surabaya.
kiriman. Kemudian, untuk atribut kemudahan http://repository.petra.ac.id/737/ diakses
mengakses situs perusahaan, PT Pos Indonesia pada 3 Maret 2018 jam 08:34.
dapat menyederhanakan kembali data-data yang Callista, Natasha. 2016. “Pengaruh Kompetensi
SDM terhadap Kinerja Karyawan pada PT
harus diinput oleh pemohon pengaduan dan
Tresnamuda Sejati Cabang Surabaya”.
membuat aplikasi berbasis teknologi khusu Jurnal Agora, Vol. 4 (2) : 45 – 50.
untuk menyampaikan keluhan, saran, dan Donoriyanto, Dwi Sukma. 2012. Analisis
masukan. Selanjutnya adalah atribut Kualitas Pelayanan Jasa Pengiriman
ketersediaan teknologi penunjang. Kedepannya, Barang dengan Metode Servqual dan
Kantor Pos Solo dapat menambahkan fasilitas QFD di PT Apas. Jurnal Ilmiah Teknik
mesin pencetak nomor antrian agar lebih tertib dan Manajemen Produksi UPN Veteran
Jatim.
dan modern. Terakhir adalah atribut variasi
Ene, Selda dan Betul Ozkaya. 2014. “A Study
produk layanan. PT Pos Indonesia perlu on Corporate Image, Customer
mempertimbangkan untuk menambah produk Satisfaction and Brand Loyalty in the
layanan lainnya yang belum ada seperti Context of Retail Stores”. Journal Asian
Diplomat dan Super Speed (SS) milik JNE agar Social Science, Vol. 10 (14) : 52 – 66.
pelanggan semakin merasa puas dan dapat Frontier Consulting Group. 2015. Top Brand
Index 2015 Fase 2. http://www.topbrand-
memilih produk layanan pengiriman yang lebih
award.com/top-brand-survey/survey-
banyak sesuai dengan kebutuhan masing- result/top_brand_index_2015_fase_2
masing. diakses pada 29 November 2017 jam
15:30.
Daftar Pustaka Frontier Consulting Group. 2016. Top Brand
Andreassen, T.W. dan Bodil Lindestad. 1997. Index 2016 Fase 2. http://www.topbrand-
“The Impact of Coorporate Image on award.com/top-brand-survey/survey-
Quality, Customer Satisfaction and result/top_brand_index_2016_fase_2
Loyalty for Customers with Varying diakses pada 29 November 2017 jam
Degrees of Service Expertise”. 15:33.
International Journal of Service Industry Frontier Consulting Group. 2017. Top Brand
Management, Vol. 9 (1) : 7 – 23. Index 2017 Fase 2. http://www.topbrand-
Atmaja, Ni Putu C.D. 2016. “Pengaruh award.com/top-brand-survey/survey-
Kewajaran Harga, Citra Perusahaan result/top_brand_index_2017_fase_2
terhadap Kepuasan dan Loyalitas diakses pada 29 November 2017 jam
Pengguna Jasa Penerbangan Domestik 15:35.
Garuda Indonesia di Denpasar”. Ghoniyah, Nunung. 2012. “Perilaku Komplain
Prosiding, Sep 2016 : 197 – 209. dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan dan
http://ojs.stimihandayani.ac.id/index.php/ Loyalitas Pelanggan Jasa”. Jurnal
PROSIDING/article/view/220 diakses Dharma Ekonomi STIE Dharmaputra
pada 24 Maret 2018 jam 15:50. Semarang, No. 35.
Birajdar, Charusheela dan Akshata Joshi. 2016. Hallowell, R. 1996. “The Relationships of
“A Review of Customer Satisfaction for Customer Satisfaction, Customer Loyalty,
Indian Postal Services”. International and Profitability: An Empirical Study”.
Journal of Marketing and Human International Journal of Service Industry
Resource Management, Sep-Dec, Vol. 7 Management, Vol. 7 (4) : 27 – 42.
Issue 3 : 49 – 59. Handajani, Mudjiastuti dan Yoeli Janto. 2015.
Brunner, T.A., Markus Stocklin, dan Klaus “Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap
Opwis. 2008. “Satisfaction, Image, and Pelayanan Bongkar-Muat Barang pada
Loyalty: New Versus Experienced

116
Terminal Peti Kemas Semarang. Jurnal Kusuma, Adhi Rah. 2009. Pengaruh Kualitas
Transportasi, Vol. 15 (1) : 21-30. Pelayanan, Kompetensi Tenaga
Hanif, M., S. Hafeez, dan A. Riaz. 2010. Penjualan, dan Citra Perusahaan terhadap
“Factors Affecting Customer Minat Beli Ulang (Studi Pada PT Ratna
Satisfaction”. International Research Intan Kusuma di Semarang. Tesis
Journal of Finance and Economics, Issue Universitas Diponegoro.
60: 44 – 52. http://eprints.undip.ac.id/24201/1/Adhi_R
Ho, J.S.H., Derek O.L.T., Felicia T., Loong ah_Kusuma.pdf diakses pada 28 April
F.K., dan Tat Yang. 2012. “Logistic 2018 jam 12:03.
Service Quality Among Courier Service Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen
in Malaysia”. International Conference on Pemasaran Jasa: Teori dan Praktek.
Economics Business Innovation IPEDR, Jakarta: Salemba Empat.
Vol. 38 : 113 – 117. Mayangsari, Putri I., M. Saleh Soeaidy, dan
Hutapea, Parulia dan Nurianna Thoha. 2008. Wima Yudho Prasetyo. 2013. “Inovasi PT
Kompetensi Plus: Teori, Desain, Kasus, Pos Indonesia dalam Menjaga Eksistensi
dan Penerapan untuk HR dan Organisasi dan Daya Saing Pelayanan Publik: Studi
Dinamis. Jakarta: Gramedia Pustaka. pada PT Pos Indonesia Sidoarjo 62100”.
Janto, Y. 2014. “Analisis Tingkat Kepuasan Jurnal Administrasi Publik, Vol 1 (2) :
Konsumen terhadap Pelayanan Bongkar- 248 – 256.
Muat Barang pada Terminal Peti Kemas Nguyen, Nha dan Gaston Leblanc. 2001.
Semarang”. Jurnal Magister Tenik Sipil. “Corporate Image and Corporate
Universitas Diponegoro Semarang. Reputation in Customers’ Retention
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mkt Decisions in Services”. Journal of
s/article/download/9256/7464 diakses Retailing and Consumer Services, Vol. 8 :
pada 3 Maret 2018 jam 08:10. 227 – 236.
Jefkins, Frank. 1995. Public Relations. Edisi Nisa, Khoirun dan Subianto. 2012. “Pengaruh
Keempat. Jakarta: Erlangga. Kepuasan Pelayanan, Lokasi, dan Harga
Kaniganat, Tanyaporn dan Sirion terhadap Kepuasan Pelanggan PT Pos
Chaipoopirutana. 2014. “A Study of Indonesia (Persero) Sidoarjo”. Jurnal
Factors Influencing Customer Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas
Satisfaction: An Implementation on Thai Brawijaya, Vol. 1 (2) : 1 – 14.
Postal Service, Bangkok Area”. Nugroho, Catur. 2005. “Analisis Pengaruh
International Conference on Business, Penerapan Standar Pelayanan terhadap
Law and Corporate Social Responsibilty, Kepuasan Nasabah pada PT. BPR Cita
Oct 1-2 : 60 – 64. Dewi Karanganyar”. Skripsi. Universitas
Kasmir. 2017. Customer Services Excellent Muhammadiyah Surakarta.
Teori dan Praktik. Jakarta: Rajawali http://eprints.ums.ac.id/11048/ diakses
Press. pada 24 Oktober 2017 jam 21:28.
Kementerian Perdagangan. 2017. Kinerja Oliver, R.L. 2006. The Handbook of Marketing
Logistik Indonesia 2016. Research: Uses, Misues, and Future
http://bppp.kemendag.go.id/media_conten Advances. California: Sage Publications.
t/2017/08/Leaflet- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2013
Kinerja_Logistik_Indonsia.pdf diakses tentang Pelaksanaan Undang–Undang
pada 29 Oktober 2017 jam 15:42. Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Pongtinamba, Jeanet A., Abu Bakar, dan Dwi
Negara Nomor 25 Tahun 2004 tentang Novirani. 2016. “Usulan Peningkatan
Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kualitas Layanan PT “X” Menggunakan
Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Metode Importance Performance Matrix
Instansi Pemerintah. dan Kano Model”. Jurnal Teknik Industri
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Itenas, Vol. 4 (1) : 240 – 251.
Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pontoh, M.B., Lotje Kawet, Willem A.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Tumbuan. 2014. “Kualitas Layanan, Citra
Pelayanan Publik. Perusahaan dan Kepercayaan
Kotler, Philip dan Kevin L. Keller. 2009. Pengaruhnya terhadap Kepuasan Nasabah
Manajemen Pemasaran. Edisi Ketiga Bank BRI Cabang Manado”. Jurnal Riset
Belas. Jakarta: Erlangga. Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan
Akuntansi, Sep, Vol. 2 (3) : 285 – 297.

117
Rafiq, M. dan Pervaiz K. Ahmed. 1995. “Using 1 diakses pada 20 Oktober 2017 jam
the 7Ps as a Generic Marketing Mix: An 20:12.
Exploratory Survey of UK and European Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran.
Marketing Academics”. Marketing Edisi Kedua. Yogyakarta: Andi.
Intelligence & Planning, Vol. 13 Issue 9 : Tumpal, Handro. 2012. “Pengaruh Citra
4 – 15. Perusahaan dan Kualitas Pelayanan
Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan terhadap Kepuasan Konsumen”.
Informatika Republik Indonesia Tahun Management Analysis Journal, Vol. 1 (1).
2015 tentang Standar Pelayanan untuk Undang–Undang Dasar Negara Republik
Layanan Pos Universal. Indonesia 1945.
Rancangan Peraturan Menteri Komunikasi dan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 38
Informatika Republik Indonesia tentang Tahun 2009 tentang Pos.
Standar Pelayanan untuk Layanan Pos World Bank. 2016. LPI Global Rankings 2016.
Komersial. https://lpi.worldbank.org/international/glo
Rangkuti, Freddy. 2003. Measuring Customer bal diakses pada 28 Oktober 2017 jam
Satisfaction. Second Edition. Jakarta: 19:16.
Gramedia Pustaka Utama. Yi, Y. 1990. A Critical Review of Customer
Ristiani, Ida Yunari. 2017. “Pengaruh Sarana Satisfaction. American Marketing
Prasarana dan Kualitas Pelayanan Association. Chicago: IL.
terhadap Kepuasan Pasien”. Jurnal Yunevy, Eka F.T. dan Setya Haksama. 2013.
Coopetition, Vol. 8 (2) : 155 – 166. “Analisis Kepuasan Berdasarkan Persepsi
Semuel, H. dan Elianto Wijaya. 2008. dan Harapan Pasien di Puskesmas
“Corporate Social Responsibility, Medokan Ayu Surabaya”. Jurnal
Purchase Intention, dan Corporate Image Administrasi Kesehatan Indonesia, Vol. 1
pada Restoran di Surabaya dari Perspektif (1) : 9 – 20.
Pelanggan”. Jurnal Manajemen Yuniar, Sri S., Sugih Arijanto, dan Gita Permata
Pemasaran, Vol. 3 : 35 – 54. Liansari. 2014. “Usulan Perbaikan
Slamet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Kualitas Pelayanan Jasa Pengiriman Paket
Surakarta: Sebelas Maret University Berdasarkan Hasil Pengukuran
Press. Menggunakan Metode Service Quality
Swari, ND. 2016. “Otomatisasi Penentuan Harga (Servqual) di PT X”. Jurusan Teknik
Berdasarkan Berat dan Volume Barang Industri Itenas, Vol. 2 (2) : 98 – 109.\
pada Jasa Pengiriman (Bagian II)”. Zeithaml, Valarie A., Mary Jo Bitner. 2002.
Laporan Akhir D3. Universitas Airlangga. Service Marketing. New York: McGraw
Surabaya. Hill Inc.
http://repository.unair.ac.id/id/eprint/5517

118
ORGANISASI PUBLIK

119
Bureaucratic Polity Di Indonesia:
Rejeki Penguasa Atau Penolong Demokrasi

Jacika Pifi Nugraheni, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni


Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret
jacika.cikapiff94@student.uns.ac.id, ismidwiastuti@staff.uns.ac.id

Abstrak
Pencampuran birokrasi dan politik sebagai satu kesatuan menimbulkan perdebatan. Masing-masing
membawa implikasi yang berbeda, namun tidak dapat dihindari. Fenomena birokrasi-politik memberikan
penjelasan bahwa dalam situasi apapun birokrasi akan selalu bersinggungan dengan kepentingan politik.
Penelitian terdahulu menemukan bahwa kekaburan hubungan birokrasi dan politik dalam suatu negara
menyebabkan berbagai patologi birokrasi seperti ketidaknetralan birokrat, dan secara tidak langsung akan
berpengaruh pada kinerja birokrasi. Birokrasi-politik di satu sisi diyakini berfungsi untuk memberikan
jalan terlaksananya demokrasi dalam pembuatan kebijakan. Namun di sisi yang lain hubungan birokrasi
politik akan selalu didominasi oleh kepentingan politik. Hal ini didukung oleh analisis Rent Seeking
Bureaucratic dan Power Seeking Politicians serta preposisi bahwa struktur akuntabilitas di negara
berkembang masih sangat rendah. Tulisan ini berfokus pada kondisi yang diperlukan birokrasi untuk
menolong demokrasi dan mengatasi patologi yang terjadi pada hubungan birokrasi politik di Indonesia.
Hasil kajian menunjukan bahwa di negara berkembang seperti halnya Indonesia, birokrasi-politik lebih
banyak mengakibatkan patologi. Kewenangan yang dimiliki birokrasi merupakan saluran strategis untuk
melakukan praktik-praktik kepentingan politik dan membuat birokrasi tidak professional. Di bagian akhir
dijelaskan bahwa reformasi budaya organisasi yang tepat akan membuat birokrasi bekerja tanpa
intervensi kepentingan politik dan berperan sebagai penolong demokrasi.
Kata kunci : Birokrasi Politik, Demokrasi, Rejeki Penguasa , Reformasi Budaya, Organisasi.

Abstract
The mixing of bureaucracy and politics as a whole creates a debate. Each carries different implications,
but can not be avoided. The bureaucratic-political phenomenon provides an explanation that in any
situation the bureaucracy will always intersect with political interests. Past research has found that the
bleakness of bureaucratic and political relations within a country leads to various bureaucratic pathologies
such as bureaucratic impartiality, and indirectly affects bureaucratic performance. Political bureaucracy on
the one hand is believed to serve to provide the way for democratic implementation in policy making. But
on the other hand the relationship of political bureaucracy will always be dominated by political interests.
This is supported by the analysis of Rent Seeking Bureaucratic and Power Seeking Politicians and the
preposition that accountability structure in developing countries is still very low. This paper focuses on
the conditions necessary for the bureaucracy to help democracy and overcome the pathology that occurs in
the relationship of political bureaucracy in Indonesia. The study results show that in developing countries
like Indonesia, political bureaucracy causes more pathology. The bureaucratic authority is a strategic
channel for engaging in political interests and making bureaucracy unprofessional. At the end it is
explained that proper organizational culture reform will make the bureaucracy work without intervention
of political interests and act as a helper of democracy.
Keywords : Bureaucratic Polity, Democracy, Sustance Ruler, Organizational, Culture Reform.

120
A. Pendahuluan birokrasi penuh dengan patologi (penyakit),
Bureaucratic polity merupakan hubungan seperti halnya organisasi tambun, boros, tidak
birokrasi dan politik, yang mengandung efisien dan tidak efektif, korup, dan lain-lain.
pertanyaan esensial yakni manakah yang lebih Dalam hal ini birokrasi dianggap sebagai alat
dominan, politik mempengaruhi kinerja penguasa untuk menindas rakyatnya, yang
birokrasi atau birokrasi yang mempengaruhi berarti harus selalu tunduk dan patuh pada
politik (Daniarsyah, 2005; Afegbua, 2016). Hal politik dan tidak perlu memperhatikan
ini menjadi dasar perdebatan yang sering terjadi rakyatnya. Preposisi ini sesuai dengan pendapat
mengenai sifat dan keterkaitan antara politik dan Max dan Hegel (Martini, 2010).
birokrasi (Daniarsyah, 2005; Tahmasebi &
Musavi, 2011; Afegbua, 2016). Hubungan Di pihak positif, hubungan politik birokrasi
antara birokrasi dan politik disatu sisi diyakini diyakini dapat memfasilitasi demokratisasi
mampu berkontribusi terhadap demokratisasi politik sebuah negara berkembang yang
politik terutama di negara-negara berkembang notabene demokratisasi belum sepenuhnya dapat
(Tahmasebi & Musavi, 2011; Tobin, 2017). terlaksana. Birokrasi memainkan peran sebagai
Namun dilain sisi dapat menimbulkan berbagai penggerak positif ekonomi, politik, dan sosial
patologi birokrasi (Daniarsyah, 2005; Rayadi & demokrasi. Hal ini karena pembagian kerja
Erman, 2011; Ratna, 2012; Santhitiwanich & antara politisi dan birokrat diyakini bersih.
Bowornwathana, 2014; Afegbua, 2016 ). Politik menangani perumusan kebijakan,
sementara peran birokrat terbatas untuk
Fenomena birokrasi-politik memberikan implementasi. Kondisi netral birokrasi dari
penjelasan bahwa dalam situasi dan kondisi politik akan menimbulkan dampak yakni
apapun birokrasi akan selalu bersinggungan kekuatan birokrasi yang meluas hingga disebut
dengan politik (Tahmasebi & Musavi, 2011). "negara administrative”. Pada tatarannya dapat
Birokrasi-Politik di Indonesa tidak terlepas dari mendukung kebebasan individu karena sistem
konteks perkembangan paradigma politik dan terstruktur menciptakan peluang untuk membuat
administrasi yang pada tataran rill pilihan, belajar, dan mencapai tujuan pelayanan
dimanifestasikan pada sejarah pemerintahan publik (Tahmasebi & Musavi, 2011; Tobin,
(Martini, 2010; Tahmasebi & Musavi, 2011) . 2017).
Mulai dari birokrasi digunakan sebagai alat oleh
Raja untuk memperkaya dirinya, berkembang Berbeda dengan pemikiran sebelumnya yang
menjadi hubungan yang disebut patron-client menganggap politik birokrasi yang terjadi
yang memunculkan tipe birokrasi patrimonial dikarenakan birokrasi menjadi instrumen bagi
pada orde baru, hingga upaya mewujudkan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan dari
birokrasi rasional (Dwiyanto, 2006; Martini, hasil produk politik, pandangan mengenai
2010). birokrasi yang penuh patologi mengkhawatirkan
hilangnya profesionalitas dan etika birokrasi
Hubungan politik dan birokrasi tersebut dalam menjalankan tugasnya (Daniarsyah, 2005:
memunculkan dua makna yang bertolakbelakang Tahmasebi & Musavi, 2011; Santhitiwanich &
mengenai birokrasi, yakni makna positif dan Bowornwathana, 2014). Birokrasi merupakan
makna negatif (Martini, 2010; Tobin, 2017). watak dan perilaku yang memiliki hasrat atau
Makna positif birokrasi yakni ketika birokrasi rasional dan irrasional untuk memegang
dikatakan sebagai organisasi legal-rasional yang kekuasaan dalam memainkan perannya
bekerja secara efisien dan efektif, sehingga melakukan tugas jabatan. Keadaan semacam ini
birokrasi merupakan organisasi yang membantu menimbulkan celah negosiasi pimpinan birokrat
masyarakat dalam mencapai tujuan-tujuannya dan politisi eksekutif (Daniarsyah, 2005:
secara efektif dan efisien (Martini, 2010; Bres, Santhitiwanich & Bowornwathana, 2014;
et al., 2017). Preposisi ini sesuai dengan Ongolo, 2015). Kewenangan birokrasi yang
pendapat Weber dan Laski (Martini, 2010). merupakan hasil dari reformasi, telah
Sedangkan makna negatif birokrasi yakni ketika menguntungkan politisi eksekutif dan pimpinan

121
birokrat (Santhitiwanich & Bowornwathana, birokrasi politik lebih memberikan kemanfaatan
2014). daripada rejeki penguasa semata.

Di Indonesia terlihat kondisi hubungan B. Metode Penelitian


birokrasi-politik yang saat ini terjadi yakni Analisis pada artikel ini didasarkan atas literatur
dominasi politik yang besar kepada birokrasi, review. Adapun literatur yang diambil berasal
sehingga menimbulkan berbagai patologi dari buku, artikel dalam jurnal internasional
(Daniarsyah, 2005; Afegbua, 2016). Hal ini juga maupun jurnal nasional.
berpengaruh pada pelayanan publik yang
diberikan pada masyarakat dan kinerja dari C. Hasil dan Pembahasan
birokrasi (Daniarsyah, 2005: Martini, 2010; 1. Birokrasi-Politik Rejeki Penguasa
Tahmasebi & Musavi, 2011 ). Beberapa hal Birokrasi sebagai rejeki penguasa memiliki arti
akibat dari dominasi politik terhadap birokrasi bahwa birokrasi digunakan sebagai alat untuk
yakni : (1) munculnya intervensi politik dalam melanggengkan kekuasaan, baik pimpinan
penempatan jabatan-jabatan birokrasi; (2) birokrasi maupun pimpinan politik (Eiliott,
adanya penyalahgunaan wewenang atas sumber- 1983; Daniarsyah, 2005; Ongolo, 2015). Dalam
sumber keuangan dan fasilitas publik yang praktiknya politik-birokrasi mencirikan peran
digunakan oleh birokrat untuk mendukung legislatif yang kuat yang terpolarisasi
afiliasi politiknya dengan kata lain mempolitisir kepentingan pragmatis dan bukan polarisasi
fasilitas negara; (3) memobilisasi pegawai ideologis, seperti juga para aktor legislator yang
negeri pada saat pemilu dan pilkada, yakni dibatasi oleh otoritas yang ada, tentu saja harus
berkaitan dengan netralitas birokrasi; (4) mencari cara untuk mempertahankan dan
terjadinya pemihakan-pemihakan kepada mengembangkannya. Kekuatan itu dibangun
kelompok tertentu, yaitu kelompok-kelompok melalui hubungan kerjasama dengan birokrasi,
yang sealiran politik dengan para birokrat itu karena birokrasi merupakan lembaga yang
(Daniarsyah, 2005; Ratna, 2012; Martini, 2010). memiliki kewenangan untuk menerapkan
Hal ini, tidak lepas dari fakta bahwa birokrasi itu kebijakan publik atau memiliki aspek politik
memiliki otoritas dalam mengalokasikan dan birokrasi (Eiliott, 1983; Daniarsyah, 2005;
mendistribusikan sumber-sumber yang Santhitiwanich & Bowornwathana, 2014).
dimilikinya. Apabila hal ini terjadi, bisa
mereduksi posisi birokrasi sebagai lembaga Secara lebih lanjut, birokrasi sebagai rejeki
publik menjadi lembaga yang lebih penguasa dijelaskan dalam dua analisis yakni
menguntungkan sebagian kelompok masyarakat Rent Seeking Bureaucratic dan Power Seeking
(Daniarsyah, 2005; Ongolo, 2015). Politicians, sebagai berikut :
a. Rent Seeking Bureaucratic
Dari perdebatan mengenai hubungan politik- Analisis rent seeking bureaucratic memberikan
birokrasi di atas, tulisan ini memberikan penjelasan bahwa birokrat adalah manusia yang
kontribusi yang berbeda dari tulisan-tulisan memiliki emosi dan tata nilai serta mempunyai
sebelumnya yang hanya berfokus pada satu seperangkat tujuan pribadi yang tidak selamanya
perspektif dalam memandang birokrasi-politik. sesuai dengan tujuan birokrasi atau organisasi.
Tulisan ini menganalisis lebih jauh mengenai Ini memberikan dampak bahwa campur tangan
kondisi patologi yang terjadi pada hubungan pemerintah tidak selamanya didorong untuk
birokrasi politik di Indonesia dilihat dari melayani kepentingan publik, namun dapat
perspekstif Rent Seeking Bureaucratic dan diartikan bahwa tujuan ini diarahkan untuk
Power Seeking Politicians dan menganalisis kepentingan individu, perusahaan atau golongan
reformasi budaya organisasi untuk memperbaiki tertentu (Deliarnov, 2006: 68; Ongolo, 2015).
kondisi yang diperlukan birokrasi sebagai Dengan demikian, menurut perspektif ini,
penolong demokrasi di negara berkembang birokrat memiliki motivasi menjadi free rider
khususnya Indonesia, sehingga hubungan untuk memburu keuntungan. Dampak dari
adanya pemburu keuntungan dalam birokrasi

122
yakni pemborosan sumberdaya, korupsi, dan sering mengabaikan aspirasi masyarakat,
pertukaran patron-klien (Khan & Sundaran, pengaruh budaya paternalistik yang kuat, dan
2001; Caleb, 2017). pelayanan publik yang tidak merata (Hutahaean,
2005; Kasim, 2013; Wenadianto et al., 2014).
Birokrasi merupakan saluran strategis untuk
melakukan praktik-praktik politik, di mana Dari perspektif birokrasi-politik ini, birokrasi
birokrasi melaksanakan kebijakan publik atau dianggap sebagai “rule by officials” yang artinya
dengan makna lain memiliki aspek politik birokrasi sebagai sebuah sistem yang
birokrasi. Posisi birokrasi kuat karena memiliki “mengatur” di mana kewenangan mengatur
sumber-sumber kekuasaan yang lengkap. Ada tersebut begitu lengkap di tangan pimpinan
empat sumber kekuasaan penting yang dimiliki birokrasi. Kekuasaannya dalam birokrasi ini
birokrasi yaitu (1) personifikasi negara, (2) dianggap membahayakan kebebasan warga
penguasaan informasi dan keahlian, (3) decesion negara (Tobin, 2017). Pada akhirnya, pimpinan
making, (4) dukungan politik, (5) status sosial birokrasi dianggap sebagai pemegang kantor
yang tinggi dan (6) kelembagaan permanen dan yang menjalankan kekuasaan.
stabil (Daniarsyah, 2005).
c. Manifestasi Rent Seeking Bureaucratic dan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui Power Seeking Politicians dalam hubungan
bahwa secara substansial birokrasi memiliki Birokrasi-Politik di Indonesia
kekuasaan, tetapi hal tersebut terbatas karena Birokrasi yang mengejar keuntungan dan para
kebutuhan untuk beroperasi di dalam sistem politikus yang mengutamakan untuk
yang kompleks dari kepentingan yang mempertahankan kekuasaannya menjadi sebuah
berkontestasi dan bertentangan. Kekuasaan ini celah untuk saling bertemu dan menjadi rezeki
sering tidak digunakan dengan semestinya, mereka. Celah ini juga disebabkan karena
penggunaannya lebih digunakan untuk struktur akuntabilitas di negara berkembang
mempertahankan kekuasaan dan mendapat masih sangat rendah (Olum, 2014). Hal ini
imbalan (Eiliott, 1983). terjadi di Indonesia, manifestasi patologi dalam
hubungan birokrasi-politik di Indonesia yang
b. Power Seeking Politicians dapat sangat terlihat yakni kasus mobilisasi
Politikus memiliki sifat rasional yang pegawai negeri sipil di pemerintah daerah pada
memperhitungkan rugi laba dalam setiap saat menjelang pilkada, antara lain: (i)
keputusan atau kebijakan yang diambilnya. Mobilisasi pegawai negeri sipil di pemerintah
Kepentingan utama para politikus pada daerah Kabupaten Siak tahun 2011, terjadi
umumnya adalah untuk mempertahankan, dan dalam bentuk kepala birokrasi dan ASN lainnya
meningkatkan kekuasaan yang dimiliki. Untuk yang melakukan tindakan politik untuk
memperoleh kekuasaan, biasanya menggunakan kepentingan pasangan Syamsuar-Alfedri.
sumber daya yang dimiliki pemerintah untuk Pasangan ini mendapat dukungan penuh oleh
dihadiahkan kepada pendukungnya dan bisa saja Kepala Daerah Kabupaten Siak H. Arwin AS, di
memanipulasi kekuasaan untuk menyingkirkan mana kepala daerah yang memerintah pada saat
resistensi atau perlawanan dari pihak lain itu memiliki kekuatan politik alamiah yaitu hak
(Deliarnov, 2006). prerogatif untuk memutasi jabatan PNS yang
dibawahinya; (ii) Kasus mengenai carut marut
Ketika politikus dalam mempertahankan kenaikan pangkat dan jabatan staf Pemerintah
kekuasaannya masuk dalam lingkungan Provinsi Riau yang terhambat karena adanya
birokrasi, apa yang dilakukan birokrasi adalah pergantian pejabat BKD di Pemprov Riau.
sebuah manipulasi kekuasaan karena Terjadi mutasi dan promosi pegawai yang
menempatkan kepentingan elit politik sebagai bermasalah karena tidak sesuai prosedur dan
variabel dominan dalam pelayanan publik. Hal berbau politis diantaranya mutasi pejabat dari
ini berdampak pada terjadinya korupsi, Pemkot/Pemkab yang diangkat menjadi Pejabat
diskriminasi pelayanan, pelayanan publik yang di Pemprov Riau setelah berlangsungnya

123
Pilkada di daerah asalnya; (iii) Adanya dua kubu untuk mencapai suatu tujuan. Birokrasi modern
di lingkungan Pemprov Riau, dampaknya 60% dengan otoritas hukum mengharuskan
pejabat SKPD adalah hasil dari jaringan, baik demokrasi pemerintah. Rasionalisasi masyarakat
jaringan keluarga maupun jaringan pertemanan juga sangat terkait dengan demokratisasi (Tobin,
yang dapat melemahkan profesionalisme dan 2017; Haugaard, 2017).
merugikan pelayanan publik; (iv) Keterlibatan
PNS sebagai tim sukses, dan mobilisasi Adapun prinsip birokrasi modern yakni prinsip
kalangan PNS di Lingkungan Pemprov Riau yurisdiksi resmi atau birokrasi diperintahkan
secara besar-besaran untuk mendukung salah oleh aturan, undang-undang atau peraturan
satu calon Walikota pada saat pemilihan administratif. Birokrasi menjadi sebuah
Walikota Pekanbaru, dibuktikan dengan organisasi dengan atribut fungsional tertentu: (i)
hubungan Ketua KPU dan komisioner di Kota ukuran besar; (ii) hierarki bertingkat; (iii)
Pekanbaru yang diberhentikan secara tiba-tiba administrasi formal berbasis aturan; (iv) standar
karena komisioner menganggap terjadi prosedur; (v) ketergantungan pada dokumentasi
kecurangan dalam proses Pilkada (Rayadi & tertulis; dan (vi) pembagian kerja yang jelas.
Erman, 2011; Ratna, 2012). Birokrasi dapat memiliki sifat-sifat positif yakni,
persatuan dan koordinasi, ketepatan dan
d. Birokrasi-politik penolong demokrasi kecepatan, prediktabilitas, kepatuhan, kesetiaan,
Banyak penelitian yang mengajukan pertanyaan ketidakberpihakan, dan kontinuitas di seluruh
tentang peran pemerintah dalam pengembangan perubahan dalam pemerintahan (Tonin, 2017).
ekonomi suatu negara, tetapi hanya sedikit yang
meneliti hubungan antara birokrasi dan Demokrasi didasari oleh adanya kekuatan
demokratisasi (Aisyah, 2003; Tobin, 2017 ). rakyat. Di sini, istilah demokrasi merujuk pada
Diawali dengan pendapat teori birokrasi Weber, politik demokrasi. Dalam konsepsi ini, orang
bahwa bentuk birokrasi hanya dapat muncul harus menjadi penguasa nasib mereka dan dapat
ketika otoritas hukum dilembagakan. Otoritas menentukan urusan mereka sesuai kehendak
dikategorikan ke dalam tiga jenis, yakni mereka. Manifestasi dari demokrasi di sini
karismatik, tradisional, dan hukum. Birokrasi adalah masyarakat dapat memproyeksikan diri
primitif yang berasal dari otoritas karismatik mereka dengan mengamankan posisi mereka
atau otoritas tradisional sangat berbeda dari melalui pemilihan bebas di mana seluruh
birokrasi modern yang menganut otoritas masyarakat dapat berpartisipasi. Demokrasi
hukum. Sampai ke abad 18, birokrasi telah berjalan di mana pemimpin bersaing dalam
berkembang menjadi tahapan birokrasi modern, pemilihan untuk memenangkan kekuasaan.
namun masih ada unsur primitif. Sebagai Dengan demikian, dalam pengertian ini berarti
dampaknya birokrasi berjalan dengan orang memiliki kesempatan untuk menerima
mengelompokkan masyarakat berdasarkan atau menolak individu yang seharusnya
kelompok keluarga (Tobin, 2017; Haugaard, mengatur mereka dan dengan adanya pemilihan
2017). maka terbukti bahwa pemerintah tidak otoriter
(Tobin, 2017).
Namun, adanya perubahan pemisahan bisnis dari
rumah tangga yang dimulai dengan pergeseran Birokrasi sebagai penolong demokrasi diyakini
dari pertanian ekonomi mandiri ke industri yang sebagai otoritas yang menempatkan kebijakan
mengubah susunan kelas juga mempengaruhi yang telah dibuat oleh cabang pemerintahan
perubahan dalam bentuk organisasi birokrasi. yang dipilih secara demokratis, dan
Hal ini terjadi pada pertengahan abad mengandalkan prinsip hukum.
kesembilan belas, di mana bentuk organisasi
birokrasi modern adalah terpisah dengan otoritas 2. Reformasi Budaya Organisasi
karismatik. Ini menjadi dasar adanya struktur Reformasi mengandung makna perubahan
birokrasi yang dikemukakan Weber. Birokrasi organisasi ke arah yang lebih baik dari
dianggap sebagai cara efisien mengatur manusia sebelumnya dengan tujuan untuk meningkatkan

124
kinerja organisasi (Farazmand, 2002; Buchanan, teknik dalam bekerja. Ada dua hal yang
2015; Shahzad et al., 2017). Organisasi yang di mendasari reformasi budaya organisasi yakni
maksud di sini adalah birokrasi. Keadaan di faktor tuntutan dari masyarakat yang dilihat
mana posisi birokrasi yang sudah berada di melalui evaluasi kualitas pengalaman
bawah kontrol politik kekuasaan dalam rangka masyarakat ketika dilayani oleh organisasi dan
mendapatkan sumber legitimasi politik melalui faktor tuntutan dari regulasi di atasnya atau
sarana birokrasi ini mengharuskan adanya keadaan yang memaksa misalkan beradaptasi
reformasi budaya birokrasi (Aisyah, 2003). dengan keadaan persaingan ekonomi baru,
Reformasi organisasi umumnya lebih banyak harapan sosial, teknologi dan pemahaman
diindikasikan dengan aplikasi desain yang budaya yang semakin berkembang (Buchanan,
berfokus pada sikap, keterampilan, metode, dan 2015; Shahzad et al., 2017).

Gambar 1 Kerangka Berfikir


Model Reformasi Budaya Organisasi

Anteseden :
(1) Orientasi eksternal
Rent Seeking
Bureaucratic Patologi Birokrasi: (2) Iklim organisasi
Bureaucratic Polity Reformasi Budaya
(3) Fleksibilitas/ Organisasi
dukungan perubahan
Power Politic
Politicians (4) Pemberdayaan
karyawan Kepemimpinan

(Sumber: Hasil Analisis) (5) Kerja tim

“democracy aid” (Penolong


demokrasi)

Reformasi budaya organisasi dilakukan untuk diinginkan sangatlah mutlak (Fatmasari et al.,
mempengaruhi organisasi, tidak hanya 2013).
pemikiran dan perilaku individu (Buchanan,
2015). Dengan demikian, dapat diketahui D. Penutup
bahwa faktor anteseden reformasi budaya Hubungan birokrasi-politik lebih banyak
organisasi, yakni (1) orientasi eksternal; (2) mengakibatkan patologi. Hal ini dikarenakan
iklim organisasi (iklim organisasi yang positif adanya rent seeking behavior (pemburu rente)
dan optimis); (3) fleksibilitas atau dukungan pimpinan birokrasi dan politikus. Mereka
perubahan; (4) pemberdayaan karyawan memanipulasi kekuasaan dengan
(melalui pembelajaran karyawan); (5) kerja tim menempatkan kepentingan elit politik dan
(Shahzad et al., 2017). Selain itu untuk birokrasi sebagai variabel dominan dalam
menunjang keberhasilan reformasi budaya melaksanakan kebijakan. Kewenangan yang
organisasi hal yang penting yaitu faktor dimiliki birokrasi merupakan saluran strategis
kepemimpinan, peran pemimpin untuk untuk melakukan praktik-praktik kepentingan
menginternalisasi nilai-nilai budaya organisasi politik dan membuat kinerja birokrasi menjadi
sesuai dengan design perubahan yang tidak professional. Di sisi lain memang
hubungan birokrasi-politik tidak dapat

125
dipisahkan, karena birokrasi memiliki aspek Eiliott, J. (1983). Politics, Power, and Tourism
politik dalam menjalankan kewenangannya. in Thailand. Annals of Tourism
Namun demikian, yang utama adalah Research. 1(10), Pp. 377-393.
mendesign kembali hubungan birokrasi-politik Farazmand, Ali. (2002). Administrative Reform
yang positif sehingga birokrasi dapat bekerja In Developing Nations. USA: Praeger.
secara professional, begitu juga dengan Haugaard, M. 2017. What is authority?.
politikus yang mempertahankan kekuasaan Journal of Classical Sociology. 1(1), Pp.
dengan bijaksana. Hal tersebut dapat dilakukan 1-29.
dengan reformasi budaya organisasi yang Hutahaean, M. (2005) .Bureucratic
dapat dilakukan dengan memulai menciptakan Reformation in Governance dan Public
organisasi yang berorientasi pada demand Service as Effort Equity and Civil
eksternal, menciptakan iklim organisasi yang Society: Indonesia in the
positif dalam menghadapi tantangan, Decentralization Era. Beijing:
menciptakan organisasi yang fleksibel NAPSOPAG Annual Conference.
sehingga mampu beradaptasi, melakukan Kasim, A. (2013). Bureaucratic Reform and
pemberdayaan karyawan, dan kerja tim (sama- Dynamic Governance for Combating
sama kerja), didukung dengan kepemimpinan Corruption: The Challenge for
yang visioner. Indoneisa. International Journal of
Administrative Science & Organization.
Daftar Pustaka 20(1), Pp. 18-22.
Afegbua, Salami Issa. (2016). Politics Khan, M.H & Sundaran, JomoK. (2001). Rent,
Administration Interface and the Rent-Seeking and Economic
Sustenance of Public Service Ethos in Development: Theory and Evidence in
South-West Nigeria. Africa’s Public Asia. Journal of Asian economics. 12(1),
Service Delivery & Performance Pp.603-605.
Review : Nigeria. Martini, R. (2010). Politisasi Birokrasi di
Aisyah, D. 2003. Hubungan Birokrasi dengan Indonesia. Politika Jurnal Ilmu Politik.
Demokrasi. Sumatera Utara: USU 1(1), Pp 67-74.
digital library. Olum, Y. (2014). Decentralization in
Buchanan, R. (2015). World in the Making: Developing Countries : Preconditions
Design, Management, and theReform of for Succesful Implementation.
Organizational Culture. The Journal Of Commonwealth Journal of Local
Design, Economics, and Innovation. Governance. 15(2). Pp. 23-38.
1(1), Pp. 5-21. Ongolo, S. (2015). On the Banality of forest
Caleb, A.C. (2017). Rent-Seeking and Governance Fragmentation: Exploring
Competitive Preferences. Journal of “gecko politics” as a Bureaucrativ
Economic Psychology. 1(16), Pp. 1-36. Behavior inLimitedStatehood. Forest
Daniarsyah, D. (2005). Bureaucratic Political Policy and Economis.1(52),Pp. 12-20.
and Neutrality of Bureaucracy in Ratna, I. (2012). Reformasi Birokrasi
Indonesia.. Jurnal Ilmu Politik dan Terhadap Penataan Pola Hubungan
Komunikasi. 5(2), Pp. 85-94. Jabatan Politik Dan Karir Dalam
Deliarnov. (2006). Ekonomi Politik. Jakarta: Birokrasi di Lingkungan Pemerintah
Erlangga. Provinsi Riau. Jurnal Sosial Budaya.
Dwiyanto, Agus et al., (2006). Reformasi 9(1), Pp. 14-40.
Birokrasi Publik di Indonesia. Rayadi, R.M & Erman. (2011). Politisasi
Yogyakarta: Gajahmada University Birokrasi Pada Pemilihan Umum
Press. Kepala Daerah (Studi Mobilisasi
Pegawai Negeri Sipil Di Pemerintah

126
Daerah Kabupaten Siak Tahun 2011). Public Service: A Study On Electronic
Pekanbaru: Kampus Bina Widya. Identfication Card (E-KTP) Service in
Santhitiwanich, A & Bowornwathana, B. East Kutai Regency, East Kalimantan
(2014). Political Strategy of Senior Province. Asian Journal of Management
Bureaucrats in Structural Expansion in Sciences & Education. 3(3),Pp. 42-48.
Thailand. International Journal of
Humanities and Social Science. 4(5), Pp.
182-289.
Shahzad, F et al. (2017). Organizational
culture and Innovation Performance in
Pakistan’s Software Industry.
Technology in Society. 1(51), Pp. 66-73.
Tahmasebi, R & Musavi, S.M. (2011).
Politics-Administration Dichotomy: A
Century Debate. Administraţie Şi
Management Public. 17(1), Pp. 130-143.
Tobin, I. (2017). Revisiting Bureaucratic
Dysfunction: The Role of Bureaucracy
in Democratization. The Korean Journal
of Policy Studies. 32(1), Pp. 127-147.
Wenadianto et al., (2014). Reformation of
Local Government Administration and

127
Efektivitas Media Informasi Sistem Penanggulangan
Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT) Kota Surakarta

Mahardhika Mulya Adi Pamungkas, Rutiana Dwi Wahyunengseh


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
mahardhikamap@student.uns.ac.id, rutianawidya@staff.uns.ac.id

Abstrak
Sistem Penanggulangan Gawat Daruratan Terpadu (SPGDT) merupakan upaya pemerintah guna
menyediakan layanan kegawatdaruratan yang diperlukan bagi masyarakat, bentuk nyata dari upaya
tersebut ialah dengan munculnya program layanan yang dinamakan Public Safety Center (PSC) di
berbagai daerah Indonesia. Public Safety Center (PSC) Kota Surakarta merupakan salah satu dari
sembilan Public Safety Center di Jawa Tengah yang telah menggunakan media informasi berbasis website
didalam mendukung pelayanan kegawatdaruratan. Penulisan artikel ini memiliki tujuan untuk melihat
sejauh mana efektivitas website Public Safety Center Kota Surakarta dengan domain alamat
spgdt.surakarta.go.id sebagai media informasi dalam mendukung layanan kegawatdaruratan medis.
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan artikel ini adalah metode kualitatif deskripstif
dengan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui teknik observasi dan studi literatur. Alat
analisis yang digunakan dalam mengukur efektivitas website sebagai media informasi terdiri dari dimensi
kemunculan website, kualitas informasi, dan aksesbilitas website. berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, website yang dimiliki oleh Public Safety Center Kota Surakarta dinilai efektif sebagai media
informasi. Keberadaan website yang efektif sebagai media informasi PSC akan memberikan dampak pada
ketersediaan layanan dukungan publik bagi masyarakat didalam memperoleh informasi dukungan ketika
membutuhkan layanan kegawatdaruratan yang dibutuhkan melalui PSC Kota Surakarta.
Kata kunci: Layanan Kegawatdaruratan, Website, Efektivitas, Media Informasi.

Abstract
Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT) is a government effort to provide
emergency services needed for the public, the real form of the effort is the emergence of a service
program called Public Safety Center (PSC) in some areas of Indonesia. Public Safety Center (PSC)
Surakarta is one of the nine Public Safety Centers in Central Java that has used website-based information
media in support of emergency services. This article made to see how far the effectiveness of website of
Public Safety Center of Surakarta City with domain address spgdt.surakarta.go.id as information media
in support of medical emergency service. The research method used in the compilation of this article is
the descriptive qualitative method with data collection methods conducted by observation techniques and
literature studies. The analytical tool used in measuring the effectiveness of the website as a information
media consists of the dimensions of the emergence of the website, the quality of information, and
accessibility of the website. based on the results of this article, the website owned by the Public Safety
Center of Surakarta City is considered effective as a information media, the existence of an effective
website as a media information PSC will give impact on the availability of public support services for the
public in obtaining support information when requiring emergency services needed through PSC Kota
Surakarta.
Keywords: Emergency Services, Website, Effectiveness, Media Information.

128
A. Pendahuluan Publc Safety Center (PSC) yang juga merupakan
Indonesia merupakan salah satu negara negara tindak lanjut dari Intruksi Presiden Nomor 4
yang terus memperbaiki kualitas pelayanan Tahun 2013 Tentang Program Dekade Aksi
kesehatan bagi masyarakatnya, Angka Harapan Keselamatan Jalan.
Hidup (AHH) di Indonesia dinilai masih rendah Hingga tahun 2016 menurut Menteri Kesehatan,
dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya, Nila Djuwita F. Moeloek baru ada 49 dari 5.338
tahun 2010-2015 AHH di Indonesia menempati kabupaten/kota yang menerapkan program
urutan ke-6 dari 8 negara ASEAN yang di survei layanan ini (Kemenkes RI, 2016). Penerapan
oleh United Nations (UN) dengan angka harapan PSC sebagai layanan kegawatdaruratan terpadu
70,1, meskipun mengalami peningkatan dari juga telah diterapakan di Kota Surakarta, PSC di
tahun sebelumnya sebesar 69,1 (Badan Pusat Kota Surakarta resmi diluncurkan sejak 1 juli
Statistik, 2014). Kaitan dengan Kecelakaan, 2016 (Humas DPRD Surakarta, 2016).
jumlah korban yang meninggal diakibatkan Meskipun tahun 2015 kota Surakarta telah
karena kecelakaan di Indonesia masih tinggi, memiliki SPGDT yang berlandaskan pada
Berdasarkan Global status survey on road safety Peraturan Walikota Surakarta Nomor 16c Tahun
2013. Indonesia menduduki peringkat 4 jumlah 2015 Tentang Penanggulangan Gawat Darurat
korban kematian terbanyak di Asia Tenggara Terpadu yang dulunya belum terintegrasi
setelah Thailand, Timor Leste, dan India (World dengan jaringan komunikasi Internet namun
Health Organization Regional Office For South pembentukan dari PSC yang ada sekarang
East Asia, 2013). berbeda, dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.19 Tahun 2016 daerah Kabupaten/Kota
Dalam rangka peningkatan kualitas kesehatan hanya memiliki wewenang untuk melaksanakan
dibutuhkan koordinasi berbagai pihak seperti kegiatan sedangkan kewajiban dalam pembuatan
perencana dan pembuat kebijakan untuk dasar hukum tata laksana dilakukan oleh daerah
mencipatakan sebuah lingkungan dan kualitas provinsi yang dalam hal ini adalah Pemerinta
hidup yang sehat (Deniz, 2015). Provinsi Jawa Tengah, PSC bekerja berdasarkan
panggilan darurat bebas biaya dari masyarakat
Berdasarkan data yang disadur dari Korlantas melalui call center 119, selain itu PSC Kota
POLRI tahun 2016 triwulan ke-3 yaitu tanggal 1 Surakarta juga memberikan layanan keterbukaan
okotober sampai 31 Desember 3016 terdapat informasi mengenai ketersedian stok darah yang
kecelakaan lalu lintas sebanyak 25.434 kejadian, ada di PMI Kota Surakarta, ketersedian jumlah
dengan daerah terbanyak berada di Jawa Timur dokter dan kamar rawat inap rumah sakit yang
sebanyak 5.808 kejadian disusul Jawa Tengah bekerjasama dengan PSC Kota Surakarta di
dengan 4.876 kejadian dan urutan terbanyak http://spgdt.surakarta.go.id, informasi yang
ketiga yaitu Sulawesi Selatan dengan 1.942 diberikan mengalami pembaruan setiap waktu
kejadian (KORLANTAS POLRI, 2016). Dari sehingga masyarakat mendapatkan informasi
data tersebut memberikan gambaran bahwa terbaru yang dibutuhkan.
jumlah kecelakaan yang ada di 3 (tiga) daerah
tersebut masih tinggi termasuk Provinsi Jawa Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa
Tengah. Sehingga perlu peran pemerintah utnuk Tengah yang telah menerapkan PSC dengan
memberikan sebuah upaya penangan korban dari sistem informasi berbasis website, Didalam
kecelakaan yang ada. website resmi SPGDT Jawa Tengah, sampai
pada Tahun 2017 hanya ada 9 daerah dan 1
Pemerintah Indonesia melakukan sebuah rumah sakit daerah provinsi di Jawa Tengah
tindakan melalui Peraturan Menteri Kesehatan yang memiliki SPGDT berbasis website yaitu
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016 Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Tegal.
tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Kabupaten Boyolali, Kabupaten Pemalang,
Terpadu, pemerintah meluncurkan sebuah Kabupaten Jepara, Kabupaten Batang,
program layanan kegawatdaruratan berbasis Kabupaten Kudus, Kabupaten Purworejo dan
dalam jaringan (daring) yang dinamakan dengan RSUD Prof. Dr. Margono.

129
website sebagai media informasi dalam
Konsep yang diterapkan di Kota Surakarta menunjang pelayanan kegawatdaruratan medis
merupakan salah satu konsep pemerintahan Public Safety Center Kota Surakarta.
berbasis elektronik yang sering dikenal dengan
electronic government. Menurut Broadley, E- B. Tinjauan Pustaka
gov memiliki definisi sebuah langkah 1. Sistem Informasi Public Safety Center
keberlanjutan dari pemerintah didalam Kota Surakarta
melakukan optimalisasi permintaam pelayanan, PSC adalah sebuah sistem penanggulangan
partisipasi konstituen, pemerintahan dengan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur,
mengtransformasikan hubungan internal dan pelayanan pra Rumah Sakit, pelayanan di
eksternal melalui teknologi, internet dan media Rumah Sakit dan antar Rumah Sakit. Pelayanan
baru (new media) (Barrenechea & Jenkins, berpedoman pada respon cepat yang
2014). Melalui sistem e-gov pemerintahan dapat menekankan time saving is life and limb saving,
menggunakan teknologi informasi guna yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat
membantu dalam melakukan layanan awam umum dan khusus, petugas medis,
masyarakat secara lebih efisien (Hoga Sarigih, pelayanan ambulans gawat darurat dan sistem
2013). Berbagai bidang kehidupan yang komunikasi, hadirnya teknologi dalam
diselenggarakan oleh pemerintah telah pelayanan merupakan usaha positif berpengaruh
ditransformasikan menjadi pelayanan berkonsep pada kontribusi sosial perubahan pada
e-gov. paradigma sistem kesehatan (A. BOTTI, 2015).

Tujuan penggunaan Website oleh Public Safety Sistem informasi dalam suatu pemahaman yang
Center Kota Surakarta adalah memberikan sederhana dapat didefinisikan sebagai satu
layanan dukungan informasi yang dibutuhkan sistem berbasis computer yang menyediakan
dalam penyelenggaraan kegawatdaruratan informasi bagi beberapa pemakai dengan
terpadu oleh PSC. Sehngga dengan adanya kebutuhan yang serupa (Sutopo, 2007). Dalam
media website masyarakat akan memiliki menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai
rujukan informasi terpercaya yang dibutuhkan penyedia layanan kegawatdaruratan di Kota
pada saat pelayanan gawat darurat oleh PSC. Surakarta, PSC menggunakan sistem informasi
otomasi internet melalui sebuah website.
Penggunaan teknologi informasi disinyalir Menurut (Yuhefizar, et al., 2009) website adalah
memberikan sebuah dampak yang baik bagi keseluruhan halaman-halaman web yang
pemerintah, tujuan utama penggunaan dalam terdapat dalam sebuah domain yang
pelayanan public adalah untuk meningkatkan mengandung informasi, website yang dimiliki
layanan elektronik, dimana memudahkan oleh PSC merupakan website statis, yaitu
masyarakat dalam mengakses informasi, website yang tidak mengalami perubahan dan
layanan, dan lain-lain (Nurudin, 2008). Selain dalam hal ini website yang ada digunakan
itu Penggunaan teknologi informasi dalam sebatas media informasi yang bersifat satu arah
bidang kesehatan mempunyai kemampuan untuk dari penyelenggara layanan kepada pengguna
penghematan pembiayaan, meningkatkan layanan. (Yuhefizar, et al., 2009).
efisiensi, peningkatan pelayanan pasien
(Barrenechea & Jenkins, 2014). Namun di sisi 2. Efektivitas Website Sebagai Media
lain, Penggunaan website dalam pemerintah Informasi.
ternyata hanya memberikan efektivitas di dalam Sistem kerja website menampilkan informasi
penyampaian informasi namun tidak hasil dari penyatuan data (bridging) Sistem
memberikan keefektivaan dalam memberikan Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
pelayanan (Aprilia, et al., 2014). mitra dan lembaga kesehatan lainnya dengan
Sistem Informasi PSC yang terus melakukan
Berdasarkan permasalah tersebut, artikel ini pembaruan secara real time.
bertujuan untuk menilai sejauh mana efektivitas

130
Efektivitas suatu organisasi adalah sejauh mana
sebuah organisasi telah memenuhi sasarannya a. Kemunculan Website
dan tujuan dan seberapa baik dilakukan dalam Menurut (United Nations Department of
proses (Khan, et al., 2012). Dalam konteks Economic and Social Affairs, 2010) sebuah
penelitian ini, Public Safety Center Kota website yang menjadi alat peningkatan
Surakarta menciptakan sistem informasi berbasis pelayanan dalam lembaga pemerintah, melalui
website yang memiliki tujuan sebagai media beberapa tahap perkembangan.
penyajian informasi dukungan pelayanan
kegawatdaruratan yang dibutuhkan masyarakat
ketika melakukan akses terhadap pelayanan
yang ada. Oleh karena itu dalam penelitian ini
penilaian efektivitas tujuan organisasi dilihat
melalui sejauh mana efektvitas website sebagai
media penyampaian informasi layanan yang
dimiliki organisasi PSC.

Deloan dan Mclean (2013) dalam (Sitoresmi,


2013), Sebuah sistem infomasi dikatakan
efektive apabila memenuhi enam (6) dimensi
yaitu: Kualitas Sistem, Kualitas Informasi,
Kualitas Pelayanan, Penggunaan, Kepuasan Gambar 2. Model Kemunculan Website
Pengguna, dan Keuntungan Profit. Namun Menurut UNDP
dalam artikel penggunaan teori tersebut kurang Sumber: (United Nations Department of
relevan dikarenakan artikel ini hanya terbatas Economic and Social Affairs, 2010)
pada studi literature dan observasi media selian
itu perspektif instusi PSC penyedia layanan Tahapan dalam sebuah website menurut UNDP
informasi lebih ditekankan sehingga pelibatan terbagi ke dalam beberapa tahapan yaitu tahapan
masyarakat sebagai salah satu informan tidak emerging, tahapan enhanced, tahapan
dimungkinkan. transactional, dan tahapan conneceted. Setiap
Untuk melakukan penilaian efektivitas website, tahapan memiliki karakteristik tersendiri dengan
peneliti mengembangkan sebuah model tujuan akhirnya sebuah website yang dimiliki
efektivitas website dengan memperhatikan 3 sebagai alat yang digunakan pemerintah dalam
dimensi yaitu kemunculan website, memberikan pelayanan kepada masyarakat.
aksesbilitas informasi serta kualitas
informasi. b. Aksesbilitas Informasi.
Aksesibilitas informasi publik berarti bahwa
publik dapat memahami isi informasi melalui
saluran atau metode yang disediakan (Gerring &
Thacker, 2004). Oleh karena itu, keterbukaan
informasi tidak aka nada gunanya ketika
masyarakat tidak cukup melek informasi.
Menurut Heeks (2002) dalam dalam (Rutiana, et
al., 2012) ada tiga (3) sumber daya yang harus
dimiliki oleh warga masyarakat agar dapat
mengakses informasi publik yang diperlukan,
antara lain: Waktu dan sumber daya finansial,
Warga hanya akan dapat mengakses informasi
Gambar 1. Model efektivitas website yang
publik apabila mereka mengetahui bahwa
dikembangkan oleh penulis
memang informasi itu tersedia bagi mereka.
Sumber: Data olahan penulis

131
Aspek motivasi warga untuk memperoleh surat kabar yang berkaitan dengan lingkup
informasi publik. penelitian.

c. Kualitas Informasi D. Hasil dan Pembahasan


Informasi merupakan tujuan utama pembuatan 1. Efektvitas Website Sebagai Media
website PSC, dengan adanya informasi yang Informasi Public Safety Center Kota
ada, pemeritah berharap masyarakat merasa Surakarta.
terbantu dengan kebutuhan informasi fasilitas Website yang dimiliki oleh Public Safety Center
kesehatan ketika mengalami situasi kegawat merupakan sebuah media informasi dari
daruaratan. pemerintah dengan masyarakat. Apabila sebuah
website telah memenuhi setiap indikator dalam
Model Webqual4 oleh (Barnes & Vidgen, 2003) dimensi yang ada dapat disimpulkan bahwa
menjelaskan bahwa sebuah website mempunyai website tersebut telah efektif sebagai media
sebuah kualitas informasi yang baik apabila penyampaian informasi. Berikut ini
memenuhi beberapa syarat, yaitu: Menyediakan pemabahasan dari setiap dimensi:
Informasi yang cukup jelas. Menyediakan a. Perkembangan Website
Informasi yang dapat dipercaya. Menyediakan 1) Emerging/ Kemunculan
informasi yang up to date. Menyediakan Website yang dimiliki oleh PSC didasrkan pada
Informasi yang relevan. Menyediakan informasi keputusan pemerintah kota Surakarta melalui
yang mudah dibaca dan dipahami. Menyediakan Perwalkot Surakarta Nomor 16.c Tahun 2015,
informasi yang cukup detail. dalam pasal 18 ayat 2 menyebutkan kewajiban
bagi setiap fasilitas kesehatan tingkat lanjut
C. Metodologi Penelitian yaitu rumah sakit untuk melakukan pelaporan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terhadap berbagai fasilitas pendukung yang
adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif sudah ditentukan oleh pemerintah yaitu, alamat
merupakan metode-metode untuk dan nomor penting rumah sakit, ketersediaan
mengeksplorasi dan memahami makna yang tempat tidur, ICU, PICU, dan NICU yang juga
oleh sejumlah individua tau sekelompok orang tersedia infomasi menegai jumlah stok darah
dianggap berasal dari masalah sosial atau PMI serta jumlah panggilan darurat yang sudah
kemanusiaan (Ahmad, 2015). Tipe yang akan terjadi, hal tersebut kemudian dilakukan sebuah
digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah bridging (penyatuan) data dan diolah menjadi
deskriptif. Tujuan tipe ini menurut Lincoln dan kesatuan informasi yang ditujukan bagi
Guba dalam (Aprilia, et al., 2014) untuk masyarakat melalui sebuah website.
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan
akurat tentang fakta-fakta dari objek yang telah 2) Enhanced/ Peningkatan
diteliti. Berdasarkan hal tersebut, hal yang akan Pada tahap ini sebuah website sudah dilihat
dibahas dalam penelian ini adalah memiliki peningkatan fungsi untuk memberikan
pendeskripsian, interpretasi, serta uraian informasi yang lebih jauh. Website yang
mengenai efektivitas penggunaan website dimiliki oleh PSC belum memberikan informasi
sebagai media dalam menunjang pelayanan oleh yang lebih jauh mengenai informasi yang
Public Safety Center Kota Surakarta. dibutuhkan oleh pengguna website, selain
keterkaitan akses dengan fasilitas kesehatan
Metode Pengumpulan data yang digunakan mitra juga belum dimiliki oleh website ini,
dalam penelitian ini observasi, menganilisis sehingga jika pengguna informasi ingin
website PSC secara langsung dan mencari melakukan akses informasi melalui website
informasi yang dibutuhkan akan dilakukan resmi milik fasilitas kesehatan yang ada,
dalam penelitian ini, untuk mempertajam analisa pengguna layanan informasi harus melakukan
metode studi pustaka juga dilakukan dengan akses tersendiri diluar website PSC.
pencarian informasi melalui buku, jurnal, artikel,

132
3) Transacsional/ Transaksional terpercaya, hal tersebut didasarkan pada setiap
Tahapan ini menuntut sebuah website dapat rumah sakit maupun PMI telah mencantumkan
melakukan interaksi secara langsung dengan nomor telepon yang dapat dihubungi, apabila
klien/peng guna layanan, website PSC belum pengguna untuk melakukan konfirmasi secara
bersifat dua arah, pengguna layanan informasi langsung mengenai kebenaran informasi.
hanya bersifat menggunkan informasi belum
dapat melakukan interaksi kepada PSC, 3) Menyediakan informasi yang up to date
memastikan informasi yang ada didalam website Keseluruhan informasi yang ada dalam website
juga harus dilakukan tersendiri kepada fasilitas merupakan informasi yang mengalami
kesehatan terkait. pembaruan setiap saat atau real time¸sehingga
pengguna informasi akan selalu mendapatkan
4) Connected/ Keterhubungan informasi terbaru yang bisa digunakan dalam
Tahap terkahir ini, sebuah website sudah acuan penggunaan layanan kegawatdaruratan
berubah menjadi badan yang terhubung dan medis.
menanggapi setiap masukan dari pengguna
layanan. Website PSC belum berubah menjadi 4) Menyediakan Informasi yang relevan
sebuah badan yang bisa secara langsung Informasi yang disediakan melalui website PSC
membangun hubungan dengan pengguna merupakan informasi yang dibutuhkan oleh
layanan informasi, untuk menerima segala setiap pengguna layanan kegawatdaruratan,
bentuk pertanyaan, kritik, saran dan masukan alamat keberadaan dan nomor telepon fasilitas
lainnya dalam rangka perbaikan layanan, kesehatan, kebutuhan akan jumlah kamar,
pengguna layanan hanya dapat melakukan kebutuhan akan dokter baik umum maupun
tindakan masukan melalui call center yang telah spesialis, serta kebutuhan stok darah tersedia
ditentukan bukan melalui website yang ada. dan selalu diperbaharui informasinya, dengan
demikian informasi yang disediakan oleh PSC
Dari penjelasan diatas disimpulkan website melalui website merupakan informasi yang
yang dimiliki oleh Public Safety Center Kota relevan bagi setiap pengguna layanan.
Surakarta masih dalam tahapan satu (1)
Emerging, hal tersebut juga sesuai dengan 5) Menyediakan informasi yang mudah
peruntukan website yang hanya digunakan dibaca dan dipahami
sebagai media informasi dukungan dalam Penggunaan bahasa dalam setiap informasi yang
pelayanan kegawatdaruratan medis. ditampilkan di website menjadi penting bagi
setiap orang yang akan memahami informasi
b. Kualitas Informasi Website website, bahasa yang singkat, dan padat
1) Menyediakan Informasi yang cukup jelas membuat makna dalam setiap infomasi dapat
Website yang dimiliki oleh PSC Kota Surakarta diserap secara jelas, selain itu tampilan yang
dinilai mempunyai informasi yang cukup jelas, sederhana dengan hanya penyajian satu halaman
ketersedian informasi mengenai jumlah kamar dan pembagian setiap kolom informasi yang
inap, ICU, NICU, PICU, Dokter Umum, Dokter jelas menjadikan setiap informasi yang
Jaga, Spesialis, serta stok darah yang tersedia di dibutuhkan oleh pengguna infomasi mudah
PMI jelas terinformasi dengan baik. Nomor untuk dibaca dan dipahami setiap informasi
telepon Intansi dan alamat dari setiap Rumah yang ditampilkan dalam website PSC.
Sakit dan PMI juga tersedia Penggunaan bahasa
yang sederhana menambah kejelasan informasi 6) Menyediakan informasi yang cukup
website. detail
Informasi yang ditampilkan dalam website PSC
2) Menyediakan Informasi yang dapat dapat dikatakan sebagai informasi yang detail,
dipercaya menampilkan informasi identitas dan setiap
Informasi yang ditampilkan pada laman website fasilitas pendukung fasilitas kesehatan bahkan
dapat dikatakan sebagai informasi yang letak fasilitas kesehatan dalam koordinat peta

133
tersedia melalui fasilitas peta elektronik Sumber daya ini memberikan pengertian bahwa
membuat informasi yang ada secara terperinci informasi itu boleh dibuka dan diakses,
tersedia, pengguna infomasi juga dapat mengetahui bagaimana informasi itu bisa
melakukan pencarian informasi lebih detail diakses, dan mengetahui bagaimana informasi
dengan menghubungi nomor fasilitas kesehatan itu dapat diperoleh. Website yang dimiliki oleh
yang sudah tersedia dalam website, PSC bersifat open acces dengan artian segala
informasi yang dimiliki boleh diakses oleh
7) Menyajikan informasi dalam format siapapun dan dimanapun, masyarakat
yang sesuai diperkenankan untuk mengakses melalui
Sajian informasi yang jelas, penggunaan bahasa perangkat yang sudah terhubung ke internet.
yang mudah dipahami tampilan yang sederhana Dari website yang tersedia masyarakat dapat
menjadi segala informasi yang ada dalam melakukan pemenuhan kebutuhan informasi
website mudah diterima oleh siapapun bahkan mulai dari ketersedian kamar baik kelas 1, 2, dan
dengan orang awam sekalipun, dengan 3. Unit VK, ICU, ICCU, PICU, NICU,
memperhatikan hal tersebut, informasi yang Ventilator, ketersedian ambulan siaga,
tertera dalam website PSC disimpulkan sebagai ketersedian dokter, alamat dan nomor telepon
informasi yang dikemasi kedalam format yang rumah sakit, serta stok darah PMI dan
sesuai bagi pengguna informasi dengan tingkat keseluruhan informasi tersebut merupakan
pemahaman informasi seperti apapun. informasi dukungan yang tersedia bagi
masyarakat ketika berada dalam kondisi gawat
Dari tujuh (7) indikator yang telah dijelaskan darurat. Informasi untuk melakukan akses pada
diatas, informasi yang termuat dalam website website ditunjukan oleh petugas kepada
PSC dapat dikatakan sebagai informasi yang masyarakat ketika masyarakat melalukan
berkualitas atau memenuhi standar kualitas panggilan kegawatdaruratan pada call center,
informasi yang telah ditentukan. namun apabila masyarakat tidak berkenan
melakukan akses secara mandiri maka petugas
c. Aksesbilitas yang disediakan PSC kepada akan memberikan rekomendasi rumat sakit
masyarakat untuk mengakses website terdekat/informasi stok darah yang berasal dari
1) Waktu dan sumber daya finansial tampilan informasi website.
Sumber daya ini berbicara mengenai bagaimana
informasi publik dapat diperoleh dengan metode 3) Aspek motivasi warga untuk memperoleh
yang sesederhana mungkin dan biaya serendah informasi publik
mungkin oleh warga. Penggunaan media internet Menurut fill More II, San Ford dalam (Indrajet,
melalui website dalam penyebaran informasi 2009) Motivasi berasal dari kata motive yang
mengenai fasilitas pendukung layanan diartikan sebagai suatu kondisi yang
kegawatdaruratan oleh PSC Kota Surakarta menggerakan suatu mahkluk yang
merupakan salah satu upaya untuk memudahkan mengarahkannya kepada suatu tujuan atau
masyarakat dalam melakukan akses informasi beberapa tujuan dari tingkat tertentu. Dari
dalam segi efisiensi waktu dan biaya. pengertian tersebut dapat ditarik gambaran
Keunggulan penggunaan internet yang dalam bahwa masyarakat dalam melakukan akses
hal ini sebagai media akses website adalah biaya informasi digerakan berdasarkan tujuan yang
yang murah dan pencari informasi bisa dalam hal ini adalah mengetahui informasi
melakukan akses informasi dimanapun berada pendukung layanan kegawatdaruratan.
sehingga bisa meningkatkan efisiensi waktu Ketersedian informasi yang lengkap mulai dari
yang diperlukan untuk mengakses informasi. jumlah kamar hingga stok darah menjadi
gambaran bagaimana informasi yang disajikan
2) Warga hanya akan dapat mengakses melalui website menjadi dorongan dan rujukan
informasi publik apabila mereka bagi masyarakat untuk memperoleh informasi
mengetahui bahwa memang informasi itu yang ada di website tersebut, dengan kata lain
tersedia bagi mereka website PSC telah menjadi sarana motivasi bagi

134
masyarakat didalam memperoleh informasi Deniz, D. 2015. Improving Perceived Safety For
dukungan ketika membutuhkan layanan Public Health Through Sustainable
kegawatdaruratan. Development. S.L., Procedia, Pp. 632-
642.
E. Penutup Ella, S. 2010. "Pemanfaatan E-Government
Website yang dimiliki oleh Public Safety Center Dalam Menjawab Tantangan Undang-
Kota Surakarta merupakan sebuah media yang Undang No.14 Tahun 2008 Tentang
digunakan sebagai dukungan informasi layanan Keterbukaan Informasi Publik". Jurnal
kegawatdaruratan medis. Dari tiga (3) dimensi Wacana Kinerja Vol.13 No.2 , Pp. 187-
yang telah ditentukan website PSC telah 197.
memenuhi semua dimensi yang ditentukan yaitu Hoga Sarigih, B. W. Y. 2013. "Sistem Informasi
kemunculan website, kualitas informasi, dan Lembaga Pemerintahan Di Indonesia
aksesbilitas informasi. Melalui Electronic Government (E-
Government) Dengan Open Source
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Software". Jurnal Teknik Dan Ilmu
website yang dimiliki oleh PSC dinilai efektive Komputer, Pp. 210-221.
untuk sebagai media informasi yang ditujukan Humas Dprd Surakarta. 2016. Anggota Bp2d
bagi masyarakat dalam penyedian layanan Kunjungi Spgdt Gajahan. [Online]
informasi dukungan kegawatdaruratan di Kota Tersedia di:
Surakarta. Http://Dprd.Surakarta.Go.Id/Anggota-
Bp2d-Kunjungi-Spgdt-Gajahan/ [Diakses
Daftar Pustaka pada 7 Mei 2017].
Ahmad, J. 2015. Metode Penelitian Administrasi Indrajet, A. 2009. MotivasiMasyarakat
Publik Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: Mengikuti Pengajian Di Majelis Ta'alim
Gava Media. Pondok Pesantren Metal Rejoso
Aprilia, S. N., Wijaya, A. F. & Suryadi. 2014. Pasuruan, Malang: Universitas Islam
"Efektivitas Website Sebagai Media E- Negeri.
Government Dalam Meningkatkan Kemenkes RI. 2016. Sistem Penanggulangan
Pelayanan Elektronik Pemerintah Daerah Gawat Darurat Terpadu (Spgdt)
(Studi Pada Website Pemerintah Daerah Menggurangi Tingkat Kematian Dan
Kabupaten Jombang)". Wacana– Vol.17, Kecacatan. [Online] Tersedia di:
No. 3, Pp. 126-135. Http://Www.Yankes.Kemkes.Go.Id/Read-
Badan Pusat Statistik. 2014. Angka Harapan Sistem-Penanggulangan-Gawat-Darurat-
Hidup Penduduk Beberapa Negara Terpadu-Spgdt-Menggurangi-Tingkat-
(1995-2015). [Online] Tersedia di: Kematian-Dan-Kecacatan-713.Html
https://Www.Bps.Go.Id/Linktabelstatis/Vi [Diakses pada 6 Mei 2017].
ew/Id/1517 [Diakses pada 6 Mei 2017]. Khan, M. T., Khan, N. A., Ahmed, S. & Ali, M.
Barnes & Vidgen. 2003. Measuring Website 2012. "Connotation Of Organizational
Quality Improvement: A Case Study Of Effectiveness And Factors Affecting It".
The Forum On Strategic Management International Journal Of Business
Knowledge Exchange. New York: And Behavioral Sciences, Pp. 21-30.
Industrial Management And Data System. Korlantas Polri. 2016. Laporan Kecelakaan
Barrenechea, M. J. & Jenkins, T. 2014. E- Berdasarkan Polda. [Online] Tersedia di:
Government Or Out Of Government. Http://Www.Korlantas-
Canada: Open Text Corporation. Irsms.Info/Graph/Accidenttypetable
Botti, A., Cosimato, Torre & Troisi. 2015. [Diakses pada 5 Mei 2017].
Citizens’ Participation In Healthcare Nurudin. 2008. Hubungan Media: Konsep
Services Re-Design. How Public Health Dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Providers Perceive Their Contribution.. Grafindo Persada.
Naples, S.N.

135
Rutiana, D., Hastjarjo, S. & Hartanto, R. 2012.
Public Governance: Pemerintah Dan
Masyarakat Saling Menguatkan Dalam
Kepedulian Dan Sinergitas.
Surakarta: Uns Press.
Sitoresmi, S. 2013. Efektivitas Sistem Informasi
Layanan Dan Pengaduan OnlineRakyat
(Lapor) Pada Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawas Dan Pelaporan Kerja (Ukp4),
Jakarta: Universitas Indonesia.
Sutopo, A. H. 2007. Pemrogaman Flash Deng
Ohp Dan Mysql. Yogyakarta: Graha Ilmu.
United Nations Department Of Economic And
Social Affairs. 2010. United Nations E-
Government Survey 2010 Leveraging E-
Government At A Time Financial And
Economic Crisis, New York: United
Nations.
World Health Organization Regional Office For
South East Asia. 2013. Status
Keselamatan Jalan Di Who Regional Asia
Tenggara Tahun 2013. India : Who.
Yuhefizar, Mudoota, H. & Hidayat, R. 2009.
Cara Mudah Membangun Website
Interaktif Menggunakan Content
Management System Joomla (CMS).
Revisi Ed. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

136
Model E-Readiness Pemerintah Kota Magelang dalam Menerapkan
Pelayanan Publik Berbasis Smart Government

Joko Tri Nugraha dan Retno Dewi Pramodia Ahsani


Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tidar
jokotri.nugraha@gmail.com, pramodiaahsani@gmail.com

Abstrak
Pemerintahan yang bersih, transparan dan mampu menjawab perubahan telah menjadi tujuan yang
diupayakan oleh berbagai kalangan. Masalah utama yang dihadapi dalam otonomi daerah ialah
terbatasnya sarana dan prasarana komunikasi informasi untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan
pemerintah kepada masyarakat, agar proses penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan
masyarakat dapat menjadi lebih efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Meski pada tahun 2014
Pemerintah Kota Magelang telah menyusun grand design pengembangan telematika pemerintah kota,
namun sebagian besar tahap pengembangan aplikasi e-government yang ada pada saat ini masih berfokus
pada penyediaan website dan layanan informasi saja, belum mencapai hubungan yang interaktif antara
pemerintah sebagai pelayan dan masyarakat sebagai pihak yang dilayani. Secara umum, tujuan penelitian
ini adalah: (1) Menganalisis tingkat kesiapan Pemerintah Kota Magelang dalam menerapkan e-
government; (2) Menganalisis faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan pelayanan
publik berbasis e-government di Kota Magelang dan; (3) Merumuskan rekomendasi kebijakan agar
pelayanan publik berbasis e-government di Kota Magelang dapat berjalan dengan baik. Pendekatan yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik flow model analysis. Lokasi penelitian di Kota
Magelang. Teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dokumentasi serta observasi.
Penelitian ini mempunyai arti yang sangat penting karena mempunyai kontribusi bagi penemuan akar
masalah belum siapnya implementasi pelayanan publik berbasis smart-government di Indonesia.
Kata kunci : E-readiness, E-government, Pelayanan Publik

Abstract
A clean, transparent and accountable government of change has become a goal pursued by all walks of
life. The main problem faced in regional autonomy is the limited information communication
infrastructure and facilities to socialize various government policies to the community, so that the process
of governance and community empowerment can be more effective, efficient, transparent and
accountable. Although in 2014 the Government of Magelang Municipality has developed a grand design
of urban development of urban government, but most of the current stage of e-government application
development still focuses on providing websites and information services only, has not achieved an
interactive relationship between the government as a servant and community as party served. In general,
the objectives of this study are: (1) Analyzing the readiness of the Magelang Municipality in
implementing e-government; (2) Analyzing the factors that hamper the development of e-government-
based public services in Kota Magelang and; (3) To formulate policy recommendation for public service
based on e-government in Magelang city to run well. The approach used is descriptive qualitative with
flow model analysis technique. Research location in Magelang city. Data collection techniques through
in-depth interviews, documentation and observation. This research has a very important meaning because
it has contributed to the discovery of the root of the problem of not yet ready implementation of smart-
government-based public services in Indonesia.
Keywords : E-readiness, E-government, Public Service

A. Pendahuluan merupakan upaya untuk menjawab tuntutan


Pemerintahan yang bersih, transparan dan masyarakat yaitu tuntutan akan pelayanan publik
mampu menjawab perubahan secara efektif telah yang lebih baik dan keinginan agar aspirasi
menjadi tujuan yang diupayakan yang terus masyarakat didengar terutama dalam perumusan
menerus oleh berbagai kalangan. Perubahan ini kebijakan publik. Model pemerintahan yang

137
seperti inilah yang disebut dengan e- pemerintahan mendorong terwujudnya e-
government. government, yang diharapkan dapat membawa
manfaat dalam memberdayakan masyarakat
Perkembangan teknologi informasi dan melalui peningkatan akses informasi,
komunikasi (TIK) yang begitu pesat juga telah meningkatkan layanan pemerintah kepada
merambah ke berbagai sektor termasuk ke sektor masyarakatnya, mempercepat interaksi kalangan
pemerintah. Pemanfaatan TIK oleh lembaga bisnis dengan pemerintah dalam industri terkait,
pemerintah (e-government) mulai bergulir di memperbaiki pengelolaan pemerintahan yang
bawah payung hukum, yaitu Instruksi Presiden lebih efisien dan transparan.
Nomor 3 yang dikeluarkan pada tahun 2003
tentang kebijakan dan strategi nasional Untuk lebih meningkatkan penggunaan
pengembangan e-government. teknologi informasi di Indonesia, pemerintah
telah mengeluarkan Keppres No. 50/2000
Dengan dikeluarkannya instruksi presiden tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia
tersebut, artinya pemerintah telah menyadari yang selanjutnya dikuatkan dengan Inpres No.
potensi dan peluang pendayagunaan TIK bagi 6/2001 tentang Acuan dan Landasan
kemajuan bangsa dan negara khususnya dalam Pengembangan Telematika di Indonesia.
penyelenggaraan pemerintahan serta Meskipun perangkat ini tidak secara spesifik
meningkatkan layanan publik yang efektif dan mengatur tentang e-government, namun
efisien. Pengembangan e-government diyakini diharapkan bisa menjadi landasan yang kuat
dapat menjadi salah satu solusi bangsa untuk bagi pengembangan teknologi informasi ke
menjawab permasalahan yang muncul akibat depan.
tuntutan perubahan sehingga optimalisasi
pemanfaatan kemajuan TIK menjadi sangat Transformasi sebuah pemerintahan kabupaten
penting. atau kotamadya menuju e-government
merupakan suatu proses yang bertahap, seperti
Masalah utama yang dihadapi dalam juga yang terjadi di Kota Magelang. Untuk
implementasi otonomi daerah terbatasnya sarana mencapai setiap tahapan yang ditentukan maka
dan prasarana komunikasi informasi untuk diperlukan kesiapan yang meliputi kesiapan dari
mensosialisasikan berbagai kebijakan sisi pemerintah maupun kesiapan dari sisi
pemerintah pusat dan pemerintah daerah kepada masyarakat pengguna, baik dari individu
masyarakat, agar proses penyelenggaraan maupun kalangan bisnis.
pemerintahan, pengelolaan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat dapat menjadi lebih Kesiapan pemerintah perlu diukur karena
efektif, efisien, transparan dan akuntabel. pemerintah merupakan aktor utama dalam
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pengembangan e-government. Kesiapan
pemerintahan menuju good governance serta masyarakat pengguna perlu diukur mengingat
dalam rangka mengakselerasi penyelenggaraan masyarakat merupakan pasar utama dari e-
otonomi daerah, maka pengembangan dan government. Penelitian ini bermaksud untuk
implementasi e-government merupakan menganalisis kesiapan Pemerintah Kota
alternatif yang strategis dalam rangka Magelang dalam pengembangan e-government
mengkomunikasikan informasi secara dua arah dalam mewujudkan good governance pada era
antara pemerintah dengan masyarakat dan dunia otonomi daerah.
usaha dan antar pemerintah itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut,
Perkembangan pesat teknologi informasi, yang permasalahan dalam penelitian ini adalah
dipercepat dengan kehadiran internet, telah bagaimana tingkat kesiapan (e-readiness)
mendorong berbagai kehidupan untuk Pemerintah Kota Magelang dalam menerapkan
memanfaatkan teknologi ini seoptimal mungkin. e-government? Strategi dan rekomendasi
Pemanfaatan internet dalam aspek-aspek kebijakan apa yang dapat dilakukan oleh

138
Pemerintah Kota Magelang agar pelayanan communication technology) sebagai alat untuk
publik berbasis e-government dapat berjalan memberikan kemudahan proses komunikasi dan
dengan baik? transaksi kepada warga masyarakat, organisasi
bisnis dan antara lembaga pemerintah serta
Beragam makna telah dikemukakan baik oleh stafnya. Sehingga dapat dicapai efisiensi,
institusi non pemerintah atau institusi efektivitas, transparansi dan
pemerintah terhadap konsep e-government. pertanggungjawaban pemerintah kepada
United Nation Development Programme masyarakatnya (Slamet. et al., 2007; Sarabi dan
(UNDP) dalam suatu kesempatan Khanfar, 2010).
mendefinisikan secara lebih sederhana, yaitu:
“E-Government is the application of E-government mengacu pada penggunaan
Information and Communication Technology teknologi informasi oleh instansi pemerintah
(ICT) by government agencies” (Indrajit, 2002). yang memiliki kemampuan untuk mengubah
Terminologi e-government juga dapat diartikan hubungan warga negara, bisnis dan unit-unit lain
sebagai kumpulan konsep untuk semua tindakan dari pemerintah. Teknologi yang digunakan
dalam sektor publik (baik di tingkat pemerintah dapat melayani sebuah keragaman yang berbeda,
pusat maupun pemerintah daerah yang yaitu pemberian pelayanan pada warga negara
melibatkan teknologi informasi dan komunikasi yang lebih baik, meningkatkan interaksi dengan
dalam rangka mengoptimalisasi proses dunia bisnis dan industri, pemberdayaan
pelayanan publik yang efisien, transparan dan masyarakat melalui akses terhadap informasi
efektif (Kurniawan, 2006; Nugraha, 2015). atau manajemen pemerintah yang lebih efisien
(Gronlund, 2008). Hasil yang didapat yaitu
The World Bank Group (2001) mendefinisikan korupsi yang berkurang, transparansi yang
e-government sebagai penggunaan teknologi meningkat, kenyamanan yang lebih besar,
informasi oleh instansi pemerintah (seperti Wide peningkatan penerimaan negara, atau
Area Networks (WAN), internet, Mobile pengurangan biaya. E-government adalah garda
computing) yang dapat digunakan untuk terdepan dari upaya pemerintah dalam
membangun hubungan dengan masyarakat, menyediakan informasi dan pelayanan
dunia usaha, dan instansi pemerintah lainnya. masyarakat, kelompok bisnis, pegawai
Electronic government merupakan proses pemerintah dan organisasi pemerintah (Yong,
transaksi bisnis antara masyarakat dan 2003).
pemerintah melalui pengunaan sistem yang Secara teoritis manfaat yang diharapkan dengan
otomatis dan jaringan internet, yang secara lebih penerapan e-government menurut OECD
umum berkaitan dengan the World Wide Web. (Darmawan, 2011), antara lain:
Berryman (2004) mendefinisikan e-government
dihubungkan dengan proses pelayanan yang 1. E-government meningkatkan efisiensi.
bersifat on-line, e-service, e-administrasi dan e- Teknologi informasi dan komunikasi
demokrasi. E-government dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dalam pemrosesan tugas
memberikan kemudahan komunikasi dan dan operasi administrasi publik dalam jumlah
transaksi antara pemerintah dengan warga besar. Aplikasi berbasis internet bisa
negara-nya (G2C), pemerintah dengan menyimpan koleksi dan transmisi data, provisi
organisasi bisnis (G2B) dan antar lembaga informasi dan komunikasi dengan customer.
pemerintah (G2G serta pemerintah dengan Efisiensi di masa yang akan datang lebih
stafnya (G2E) (Keng & Yuan 2005; Javidian dan signifikan melalui pembagian data yang lebih
Mollayaaghobi, 2011). besar dengan dan antar pemerintahan.

Apabila ketiga konsep ini disimpulkan, maka e- 2. E-government meningkatkan pelayanan.


government merupakan suatu proses sistem Jika pemerintah ingin fokus pada pengguna
pemerintahan dengan menggunakan teknologi mengimplikasikan bahwa seorang pengguna
komunikasi dan informasi (information and tidak seharusnya mengerti struktur dan

139
hubungan pemerintahan yang kompleks dengan pemerintahan yang baik. Teknologi informasi
tujuan berinteraksi dengan pemerintah. Internet dan komunikasi membantu membangun
bisa membantu untuk mencapai tujuan ini kepercayaan dengan memudahkan pelibatan
dengan memudahkan pemerintah untuk muncul warga negara dalam proses kebijakan,
sebagai organisasi yang bersatu dan mempromosikan pemerintahan yang terbuka dan
menyediakan pelayanan online. Pelayanan e- akuntabel dan membantu mencegah korupsi.
government harus dibangun dalam kaitan dengan Lebih lanjut, jika keterbatasan dan tantangan
permintaan dan nilai untuk user, sebagai bagian dapat diatasi, e-government bisa membantu
dari strategi pelayanan yang melibatkan banyak suara seorang individu dapat didengarkan dalam
saluran. sebuah perdebatan yang lebih luas.

3. E-government membantu mencapai Pemerintah Republik Indonesia maupun


keluaran kebijakan tertentu. beberapa organisasi internasional telah
Internet bisa membantu pemangku kepentingan merumuskan pengertian mengenai e-
(stakeholder) membagi informasi dan ide dan government. Berdasarkan Inpres No. 3 tahun
maka itu akan membantu terhadap keluaran 2003, e-government dipahami sebagai upaya
kebijakan tertentu. Sebagai contoh, informasi terstruktur untuk mengembangkan pelayanan
online bisa menyebarluaskan penggunaan publik berbasis teknologi informasi dan
sebuah program pendidikan atau pelatihan, komunikasi yang efektif dan efisien. E-
pembagian informasi pada sektor kesehatan bisa government dapat pula dipahami sebagai
meningkatkan penggunaan sumber daya dan pemanfaatan teknologi informasi dan
perhatian terhadap pasien dan pembagian komunikasi serta aplikasinya oleh pemerintah
informasi antara pemerintahan pusat dan sub sehingga terjadi proses manajemen
nasional bisa memfasilitasi kebijakan nasional. kepemerintahan yang efisien.
Tujuan e-government adalah menyediakan
4. E-government bisa berkontribusi untuk informasi kepada warga, pelayanan yang lebih
tujuan kebijakan ekonomi. baik dan pemberdayaan masyarakat melalui
E-government membantu mengurangi korupsi, ketersediaan akses terhadap ICT dan partisipasi
menambah keterbukaan dan kepercayaan dalam dalam proses pengambilan keputusan kebijakan
pemerintahan dan berkontribusi untuk tujuan publik (UN, 2005). Hal penting yang harus
kebijakan ekonomi. Dampak khusus mencakup ditegaskan ialah bahwa e-government terkait erat
pengeluaran pemerintahan yang berkurang dengan efisiensi dan efektivitas layanan publik
melalui program yang lebih efektif dan efisiensi oleh pemerintah.
serta peningkatan dalam produktivitas bisnis
melalui teknologi komunikasi dan informasi Perlunya transformasi pemerintahan menuju e-
yang memudahkan penyederhanaan administrasi government merupakan akibat dari kehadiran
dan meningkatkan informasi pemerintahan. teknologi informasi dan komunikasi. Kehadiran
ini menyebabkan munculnya peluang dan
5. E-government bisa menjadi pengkontribusi tatanan baru secara global. Tatanan baru ini
utama untuk reformasi. dikenal sebagai era informasi di mana
Teknologi informasi dan komunikasi telah keunggulan akan dipengaruhi oleh penguasaan
mendukung banyak reformasi dalam banyak akan informasi. Hal ini menuntut akan
area, sebagai contoh dengan meningkatkan transformasi model kepemerintahan menuju e-
transparansi, memfasilitasi pembagian informasi government yang diharapkan dapat
dan menghiglight ketidakkonsistenan internal. mengantisipasi perkembangan tersebut.

6. E-government bisa membantu kepercayaan Transformasi menuju e-government memerlukan


antara pemerintah dan masyarakat. pre-condition yang mendukung terwujudnya
Membangun kepercayaan antara pemerintah dan capaian e-government. Pre-condition diperlukan
warga negara adalah hal yang mendasar untuk agar transformasi dapat berjalan dengan baik

140
atau kondisi yang diharapkan dapat tercapai. dengan kecenderungan dunia menuju era
Kondisi yang diharapkan dapat diukur reformasi.
berdasarkan tahap pengembangan e-government
yang ditetapkan oleh berbagai lembaga dunia Proses transformasi menuju e-government
seperti PBB, World Bank maupun menurut dipahami oleh berbagai pihak bersifat evolutif.
Inpres No. 3 Tahun 2003. Maka muncul berbagai standar tahapan e-
government yang dikeluarkan oleh World Bank,
Pre-condition yang diperlukan untuk mencapai PBB maupun yang dikeluarkan oleh Pemerintah
tujuan e-government dapat diartikan sebagai Indonesia (Inpres No. 3 Tahun 2003).
readiness atau kesiapan. E-readiness didekati
sebagai sebuah kesiapan terkait dengan Mengingat bahwa pemerintah Indonesia sudah
penerapan teknologi informasi dalam sebuah mengeluarkan aturan mengenai pengembangan
masyarakat. E-readiness diperlukan agar e-government salah satunya adalah tahapan
transformasi menuju masyarakat sadar informasi mengenai pengembangan e-government, maka
atau dikenal sebagai masyarakat sadar informasi seyogyanya standar tersebut yang digunakan
dapat berjalan dengan baik. sebagai acuan untuk saat ini.
Tahapan pengembangan e-government menurut
Berbagai definisi mengenai e-readiness Inpres No. 3 Tahun 2003 adalah sebagai berikut:
merumuskan aspek-aspek yang hampir sama, 1. Tingkat pertama persiapan yang meliputi:
yang mempengaruhi e-readiness antara lain e- a. Pembuatan situs informasi di setiap
leadership, ICT infrastruktur, lingkungan bisnis, lembaga
SDM dan masyarakat, budaya lokal, security b. Penyiapan SDM
informasi (e-government e-readiness report, UN c. Penyiapan sarana akses yang mudah
2005; Inpres No. 3 Tahun 2003; McConnell misalnya menyediakan sarana
International, Accelerating e-government e- Multipurpose Community Center, Warnet,
readiness at work). SME-center dan lain-lain.
d. Sosialisasi situs informasi baik untuk
Walaupun tidak semua definisi tidak internal maupun untuk publik.
menggunakan semua aspek seperti di atas. 2. Tingkat kedua pematangan yang meliputi:
Perbedaan yang muncul disebabkan konteks a. Pembuatan situs informasi publik
pendekatan yang digunakan berbeda-beda. UN interaktif.
merumuskan e-readiness terkait dengan b. Pembuatan antar muka hubungan dengan
bagaimana pemerintah memanfaatkan ICT untuk lembaga lain.
menyediakan akses dan inclusion bagi warga 3. Tingkat ketiga pemantapan yang meliputi:
negaranya (UN, Global E-Government a. Pembuatan situs transaksi pelayanan
Readiness, 2005). publik.
b. Pembuatan interoperabilitas aplikasi
Beberapa organisasi internasional merumuskan maupun data dengan lembaga lain.
e-readiness terkait dengan kapasitas untuk 4. Tingkat keempat pemanfaatan yang meliputi:
berpartisipasi dan memanfaatkan peluang dari Pembuatan aplikasi untuk pelayanan yang
ekonomi digital (seperti McConell International, bersifat G2G, G2B, dan G2C yang
Accelerating E-Government E-Readiness at terintegrasi.
Work). Dalam Inpres No. 3 Tahun 2003 dapat
ditemukan bahwa readiness merupakan bagian Berdasarkan tahapan pengembangan e-
dari aspek-aspek yang perlu potret pada saat ini government di atas, maka kerangka berpikir
untuk mengukur kondisi saat ini yang telah yang digunakan dalam mengembangkan model
tercapai terkait dengan pengembangan e- e-readiness adalah sebagai berikut:
government. Hampir semua rumusan 1. E-readiness merupakan sebuah kondisi yang
pemahaman mengenai e-readiness terkait terkait dengan keberhasilan pengembangan
e-government.

141
2. Terdapat stakeholder yang terkait erat dengan
penerapan e-government yaitu pemerintah, Masalah-masalah yang terkait dengan kurangnya
masyarakat yang terdiri atas individu dan kesiapan dalam mengadopsi dan memanfaatkan
organisasi profit dan non profit. TIK dalam rangka penerapan e-government
3. E-readiness merupakan kesiapan stakeholder disebut dengan istilah e-readiness. E-readiness
tersebut. Pendekatan pengukuran dilakukan dapat berarti hal yang berbeda untuk orang yang
dengan mengukur kemauan dan kemampuan berbeda, dalam konteks yang berbeda dan untuk
stakeholder tersebut dalam hal kemauan dan tujuan yang berbeda (Jukic, 2009; Seliger, 2000;
kemampuan menerapkan e-government Oreku, 2012; Bagui, 2012; Ramaswamy, 2009;
tersebut. Averweg, 2009).
4. E-readiness mempengaruhi capaian dalam
tahapan e-government. Keberhasilan United Nations University (Nento, Nugroho dan
pemerintah untuk mencapai tahap e- Selo, 2017) menyatakan bahwa e-readiness
government pada tingkat tertentu dipengaruhi mengukur seberapa baik kesiapan masyarakat
oleh e-readiness, baik pemerintah maupun dalam memanfaatkan peluang yang disediakan
masyarakat pengguna. oleh TIK, modal manusia, regulasi, kebijakan
dan penetrasi internet adalah semua komponen
B. Metode Penelitian yang penting dari e-readiness.
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif Transformasi pemerintahan sebuah kabupaten
(Miles dan Huberman, 1992). Lokasi penelitian atau kotamadya menuju e-government
di Kota Magelang. Informan dalam penelitian ini merupakan sebuah proses yang bertahap. Untuk
adalah warga masyarakat sebagai pengguna mencapai setiap tahapan yang ditentukan
layanan dan pegawai Pemerintah Kota Magelang diperlukan kesiapan yang meliputi kesiapan dari
yang membidangi IT serta para stakeholder yang sisi pemerintah maupun kesiapan dari sisi
berkaitan dengan permasalahan penelitian. Uji masyarakat pengguna, baik individu maupun
keabsahan data dalam penelitian ini dari kalangan bisnis. Kesiapan pemerintah perlu
menggunakan triangulasi data. Metode diukur karena pemerintah merupakan aktor
pengumpulan data menggunakan wawancara utama dalam pengembangan e-government.
mendalam, observasi dan dokumentasi. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian 1. Persiapan
ini menggunakan teknik flow model analysis Pada tahap awal kemunculan (emerging)
dari Miles dan Huberman (1992), yaitu dengan komitmen Pemerintah Kota Magelang terhadap
data reduction, data display dan conclusion pengembangan layanan berbasis elektronik
drawing serta verification. dibuktikan dengan diawali penyusunan blue
print atau grand design pengembangan
C. Hasil Dan Pembahasan telematika pemerintah kota pada tahun 2014.
Kesiapan Pemerintah Kota Magelang dalam Pada tahap ini website Pemerintah Kota
Menerapkan E-government Magelang hanya menyajikan berbagai informasi,
Di negara-negara maju, hasil dari pemanfaatan yaitu informasi mengenai pemerintah maupun
teknologi digital (electronic digital services) informasi umum lainnya. Pada tahap ini
telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme interaksi sudah ada meskipun dilakukan satu
birokrasi pemerintahan yang baru, yang mereka arah oleh pemerintah kota.
istilahkan sebagai electronic government.
Berbagai definisi mengenai e-government, Bahasan mengenai visi e-government Kota
memperlihatkan sebuah keinginan yang sama, Magelang tidak dapat dilepaskan dari strategi,
yaitu bertranformasinya bentuk-bentuk interaksi rencana dan kebijakan terkait sebagai bentuk
antara pemerintah dengan masyarakatnya yang turunan dari visi tersebut. Meskipun belum
terlampau birokratis, menjadi mekanisme bersifat komprehensif, visi pengembangan e-
hubungan interaksi yang jauh lebih bersahabat. government oleh Pemerintah Kota Magelang

142
sebenarnya mulai nampak pada saat pelaksanaan atau keberdayaan dari pemerintah setempat
tahap ke 2 RPJP Kota Magelang atau saat dalam mewujudkan impian e-government terkait
pelaksanaan RPJM Kota Magelang tahun 2011- menjadi kenyataan. Ada beberapa hal yang harus
2015. Pada kebijakan umum dan program dimiliki oleh Pemerintah kota Magelang
pembangunan disebutkan bahwa misi 1 adalah sehubungan dengan faktor kapasitas SDM ini,
menciptakan pemerintahan yang bersih dan antar lain: Pertama, ketersediaan sumber daya
profesional dengan peningkatan kapasitas dan yang cukup untuk melaksanakan berbagai
responsifitas aparatur yang didasarkan pada inisiatif e-government, terutama yang berkaitan
nilai-nilai kebenaran dan berkeadilan, dengan dengan sumber daya finansial. Kedua,
salah satu program pengembangan komunikasi, ketersediaan sumber daya manusia yang
informasi dan media massa. Penerapan e- memiliki kompetensi dan keahlian yang
government menjadi salah satu indikator kinerja, dibutuhkan agar penerapan e-government dapat
dengan cara penerapan sistem informasi, sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.
pembuatan situs SKPD, pembangunan WAN Hasil kajian kami di Kota Magelang
dan penggunaan perangkat lunak legal di setiap menunjukkan: (1) SDM yang memiliki
SKPD. Selain itu, pemerintah juga menargetkan kemampuan menggunakan komputer rata-rata
penerapan e-procurement untuk seluruh proses masih setingkat operator; (2) Belum adanya
pengadaan barang dan jasa. pakar analis dan desain sistem serta; (3)
Kurangnya tenaga analisa di setiap satuan kerja.
Pemerintah Kota Magelang dalam mengelola
websitenya sudah berupaya maksimal seperti 2. Pematangan
mengatur isi website, tampilan website, serta Penerapan e-government merupakan pekerjaan
memberikan informasi dan berita. Dari isi atau mega proyek yang membutuhkan waktu tidak
konten website Pemerintah Kota Magelang singkat, bersifat lintas sektor dan multi aktor
sudah cukup baik, tetapi perlu diperbaiki dari sehingga dibutuhkan kemampuan kepemimpinan
manajemen isi. Misalnya fitur layanan dan organisasi yang efektif. Maka pekerjaan e-
pengaduan monggo lapor yang dikembangkan government selayaknya dipimpin oleh lembaga
Pemerintah Kota Magelang berbasis website yang memiliki kapasitas serta wewenang untuk
yang terkoneksi dengan facebook, dan melakukan koordinasi dan fasilitasi seluruh
pengaduan masyarakat yang terkoneksi dengan proyek yang berkaitan dengan pencapaian visi
tweeter sehingga memudahkan masyarakat. dan misi e-government yang telah dicanangkan.
Secara konten, kajian yang kami lakukan
menunjukkan konten website Pemerintah Kota Tidak hanya terkait dengan kemauan dan
Magelang sudah cukup baik dengan banyak kapasitas SKPD terkait, faktor terpenting yang
menu yang mudah diakses oleh masyarakat, menghambat penerapan e-government di Kota
hanya yang perlu ditingkatkan adalah tingkat Magelang adalah belum adanya visi, strategi dan
respon admin pengelola website. kebijakan yang bersifat komprehensif, yang
mampu menjelasakan tujuan e-government di
Konten e-government yang terdapat dalam Kota Magelang, beserta instrumen-instrumen
sebuah website menggambarkan image dari yang harus dikembangkan untuk penerapannya,
sebuah instansi yang ditampilkan, hal yang perlu termasuk pendelegasian tugas dan tanggung
mendapat perhatian Pemerintah Kota Magelang jawab pada masing-masing SKPD terkait.
adalah desain yang menarik tidaklah cukup agar Pengembangan e-government bukanlah
suatu website yang dibangun dapat menjadi permasalahan teknis semata, justru melibatkan
website yang besar dan banyak dikunjungi oleh banyak aspek non-teknis sebagai generator atau
pengunjung. Namun perlu didukung dengan penggeraknya. sehingga diperlukan visi yang
konten yang jelas, akurat, orisinil dan sesuai dinyatakan secara jelas dan berkekuatan legal
dengan harapan target pengunjung. untuk ‘memaksa’ penerapannya sehingga
Selanjutnya terkait dengan kapasitas SDM yang didukung oleh seluruh pemangku kepentingan
dalam hal ini adalah adanya unsur kemampuan terkait.

143
Masterplan Smart City pada tahun 2016, yang
Pada tahapan ini website Pemerintah Kota seharusnya menjadikan e-government sebagai
Magelang belum memberikan informasi lebih salah satu bagian di dalamnya. Hal ini juga
jauh tentang tentang kebijakan publik dan diharapkan memperkuat posisi Kota Magelang
pemerintahan. Pemerintah Kota Magelang sebagai salah satu Kota Cerdas di Indonesia.
belum memberikan link informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat seperti penyediaan link 3. Pemantapan
pada informasi terkait. Di menu publikasi, kita Tahap pemantapan adalah proses interaktif yaitu
bisa mendapatkan banyak informasi mengenai interaksi yang dilakukan dua arah dan
segala berita tentang Kota Magelang. Baik mendapatkan informasi. Infrastruktur jaringan
mengenai politik, entertaint, wisata, kuliner dan menjadi salah satu infrastruktur pokok yang
berbagai event yang akan dilaksanakan di Kota harus dipenuhi dalam pengembangan e-
Magelang. government. Berdasarkan data capaian kinerja
penerapan e-government Kota Magelang, dapat
Untuk sub bab sudah cukup lengkap, hanya saja dikatakan bahwa proses koordinasi serta
perlu adanya semacam synopsis yang sebaiknya fasilitasi e-government belum efektif
di tampilkan di halaman ini, sehingga menarik dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan,
minat pengunjung web untuk membuka dan Komunikasi dan Informatika Kota Magelang.
membaca berita tersebut. Untuk ke tahap Hingga akhir tahun 2015, target pembangunan
interaksi website Pemerintah kota Magelang WAN dan kepemilikan situs serta penggunaan
perlu dilakukan pengembangan. Sementara software legal/OSS di setiap SKPD tidak
untuk keterhubungan dengan lembaga atau tercapai. Hanya indikator penerapan e-
organisasi perangkat daerah yang lain website procurement dan penggunaan sistem informasi
Pemerintah Kota Magelang sudah memadai. di setiap SKPD yang dapat dipenuhi. Ini menjadi
indikasi bahwa belum semua instansi
Meskipun belum memiliki visi dan strategi yang memberikan dukungan nyata atau komitmen
jelas dalam penerapan e-government namun penerapan e-government.
keseriusan Pemerintah Kota Magelang untuk
penerapan e-government pada tahun-tahun
mendatang terlihat dari rencana penyusunan

144
Tabel 1
Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Daerah Urusan Wajib Komunikasi dan
Informatika Kota Magelang
Program Indikator Target RPJM Capaian
Kinerja
Pengembangan komunikasi, Penerapan e-procurement 100 % 100 %
informasi dan media mssa Penerapan e-government
a. Jumlah SKPD yang menggunakan 46 SKPD 46
sistem informasi
b. SKPD yang memiliki website 46 SKPD 22
c. WAN setiap area SKPD 60 % 46 %
d. Jumlah jaringan komunikasi 8 8
operator dengan kondisi baik
e. Jumlah jaringan penyedia 13 13
informasi melalui media informasi
f. Jumlah kelompok informasi
masyarakat (KIM) 14 13
g. Rasio wartel/warnet terhadap
penduduk 0,07 0,45

Fasilitasi peningkatan SDM Penggunaan software ilegal/OSS di 100 % 25


bidang komunikasi dan informasi setiap SKPD
Sumber: Data Primer Diolah, 2018

Adanya program dan kegiatan penerapan e- telah terbiasa meggunakan internet. Terkait
government bisa menjadi justifikasi bahwa dengan perangkat keras atau komputer, saat ini
sesungguhnya Pemerintah Kota Magelang baru terdapat 25 orang yang memiliki
memiliki komitmen namun belum digambarkan kemampuan pemeliharaan komputer.
bagaimana bentuk penerapan e-government yang Jelas dari gambaran di atas bahwa kapasitas dan
dikehendaki dan jangka waktu kuantitas SDM yang ada saat ini masih belum
pembangunannya, bagaimana pemerintah akan mencukupi untuk penerapan e-Government.
membangun kesepahaman dan komitmen Baru sekitar separuh dari pegawai terbiasa
seluruh jajaran birokrasi, bagaimana pemerintah menggunakan internet padahal idealnya semua
memastikan dukungan alokasi sumber daya yang personel harus melek internet agar dapat
dibutuhkan. Pemerintah juga belum memiliki memahami alur pelaksanaan pekerjaan sekaligus
program untuk sosialisasi penerapan e- mampu mengenali kewenangan dan tanggung
government secara massif. jawab mereka sehingga tidak mengalami
Dari sisi alokasi sumber daya manusia, hasil kesulitan untuk melaksanakan tugas mereka.
survey Dishubkominfo Kota Magelang Lebih dari itu, setiap SKPD selayaknya memiliki
memperlihatkan bahwa dari jumlah pegawai personil dengan kemampuan pemeliharaan
sebanyak 1.872 orang, sebanyak 33 orang dapat komputer dan jaringan serta kemampuan
menggunakan komputer dengan sistem operasi pemograman. Penguasaan teknologi informasi di
linux, sebanyak 1.240 orang (66 %) mampu beberapa unit kerja masih sebatas pada operator,
mengoperasikan windows dengan penguasaan belum pada level analis sistem/programmer,
aplikasi office sebanyak 980 personil (52 %) dan sehingga masih perlu ada peningkatan kualitas
185 orang lainnya menguasai aplikasi access. SDM. Untuk mengatasi hal tersebut pada tahun
Namun sayangnya baru 990 orang (53 %) yang

145
2016 Dishubkominfo mengalokasikan anggaran sehingga belum menampakkan manfaat yang
untuk pelatihan TI. nyata bagi masyarakat maupun swasta. Dari
awalnya 59 aplikasi atau sisem informasi yang
4. Pemanfataan ada kemuadian bertambah 103 pada tahun 2018,
Pada tahap ini melalui website Pemerintah Kota tidak lebih dari 50 % yang merupakan
Magelang belum terjadi interaksi dua arah antara merupakan bentuk relasi G2C sedangkan lainnya
masyarakat dan pemerintah. Demikian pula pada adalah G2G. Untuk aplikasi yang bersifat G2C,
tahap integrasi (seamless). Pada tahap ini beberapa di antaranya sudah mewadahi transaksi
website Pemerintah Kota Magelang belum informasi antara pemerintah dengan masyarakat,
mengubah diri menjadi sebuah badan yang seperti misalnya yang dikembangkan di Dinas
terhubung untuk menanggapi kebutuhan dan Kependudukan dan Pencatatan Sipil untuk
keluhan warga dengan mengembangkan kantor pelayanan pendaftaran akta kelahiran online,
infrastruktur terpadu. namun beberapa masih sebatas sarana
penyebarluasan informasi.
Seperti halnya di dalam dunia aplikasi e-
commerce yang kerap diklasifikasikan menjadi Meskipun telah berkembang inisiatif sistem
dua jenis yaitu tipe B to B dan B to C, di dalam informasi namun belum ada manajemen
konsep e-government dikenal pula empat jenis integrasi sistem informasi antar SKPD. Hal ini
klasifikasi yaitu G2C, G2B, G2G dan G2E. terkadang membuat keberadaan sistem tersebut
justru menambah beban kinerja pemerintah
Tipe G2C ini merupakan aplikasi e-government karena data yang sama harus dimasukkan ke
yang paling umum, yaitu di mana pemerintah dalam beberapa sistem untuk memenuhi
membangun dan menerapkan berbagai kebutuhan masing-masing SKPD. Selain itu
portofolio teknologi informasi dengan tujuan pertukaran data antar instansi juga sulit
utama untuk memperbaiki hubungan interaksi dilakukan karena platform yang berbeda.
dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain,
tujuan utama dibangunnya aplikasi e- Strategi dan Rekomendasi Kebijakan
government bertipe G2C adalah untuk Terkait dengan upaya peningkatan pelayanan
mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya publik berbasis e-government di Kota Magelang,
melalui kanal-kanal akses yang beragam agar maka ada beberapa rekomendasi kebijakan yang
masyarakat dengan mudah menjangkau dapat dilakukan oleh pemerintah kota, antara
pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai lain:
pelayanan sehari-hari. Beberapa menu sosial 1. Penyusunan payung hukum khusus yang
media yang bisa diakses oleh masyarakat sudah jelas sebagai wujud komitmen pemimpin
dikembangkan oleh Pemerintah Kota Magelang terkait pengembangan e-government di Kota
dalam memberikan pengaduan oleh masyarakat Magelang sehingga dapat terintegrasi di
antara lain lewat email setiap OPD.
monggolapor@gmail.com, whatsApp dengan 2. Penyusunan strategi yang berkaitan dengan
nomor: 082222202010, faceboook, twitter penyediaan jaringan infrastruktur internet dan
dengan alamat: @Laporwalikotamg, serta aplikasi e-government bagi setiap OPD.
instagram dapat diakses dengan nama “Monggo 3. Pemerintah Kota Magelang perlu
Lapor”. Selain kanal akses tersebut, Pemerintah mengalokasikan sejumlah sumber khususnya
Kota Magelang juga sudah mengembangkan 59 manusia, finansial, tenaga, dan waktu untuk
aplikasi sistem informasi. membangun e-government dalam rangka
reformasi birokrasi dengan semangat lintas
Dari beberapa contoh di atas, model bisnis e- sektoral.
government sebenarnya telah dikembangkan
oleh Pemerintah Kota Magelang namun D. Penutup
mayoritas merupakan berbentuk G2G untuk E-government dapat dipahami sebagai upaya
pengelolaan data dan informasi internal SKPD untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi

146
pelayanan publik dengan memanfaatkan Government in Emerging Economies:
teknologi komunikasi dan informasi. Adoption, E-Participation, and Legal
Implementasi e-government Pemerintah Kota Frameworks, pg. 37–70.
Magelang sebagai salah satu cara memberikan Indrajit, Richardus E. 2002. Electronic
pelayanan publik sudah efektif, meski belum Government, Penerbit Andi, Yogyakarta,
efisien di beberapa hal perlu ditingkatkan ke Information Technology & Applications
tahap interaksi. Faktor penghambat (ICITA 2002), Bathurst, Australia, 28
pengembangan e-government di Kota Magelang November 2002
antara lain SDM yang berkualifikasi IT sangat Indrajit, Richardus Eko. 2002. Electronic
terbatas hanya 17 orang serta ketersediaan Government, Strategi Pembangunan dan
tenaga arsiparis yang belum memadai. Kedepan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik
Pemerintah Kota Magelang perlu Berbasis Teknologi Digital, Andi Offset,
mengalokasikan sejumlah sumber khususnya Yogyakarta.
sumber daya manusia untuk mendukung Javidian, Zahra Dan Mollayaaghobi , Sina
keberhasilan implementasi e-government. Soltani Evaluating & Improving
Electronic Trust Factors In E-Government
Daftar Pustaka (Case Study: Mashhad Electronic City),
Berryman, Jennifer. 2004. E-government: issues Interdisciplinary Journal Of
and implicationsfor public libraries. Contemporary Research In Business, Vol
Manuscript. July 2004. 3, No 4.
http://www.alia.org.au /publishing/alj/ Keng, Siau & Yuan, Long. 2005. Synthesizing
53.4/full.text/ berryman.html. Diakses e-government stage models–a meta-
pada tanggal 25 November 2016, jam synthesis based on meta-ethnography
09.10 WIB. approach. Journal Industrial Management
B. Seliger. 2010. “E-Government in a Federal & Data Systems. 105(4): 443-458.
State: The Case of the Introduction of E- Kurniawan, Teguh. 2006. Hambatan dan
Government in Germany in the Early Tantangan dalam Mewujudkan Good
2000s,” in E-Government Readiness for Governance di Indonesia
Information and Service Exchange: (http://publications-tk.blogspot.com).
Utilizing Progressive Information L. Bagui and A. Bytheway. 2012. “Listening to
Communication Technologies, pg. 381– the Ground: Key Indicators of e-
394. Participation in Government for Africa,”
Brown, Mary M. 2007. Understanding E- in E-Government in Emerging
government Benefits: An Examination of Economies: Adoption, E-Participation,
Leading-Edge Local, The American and Legal Frameworks, pg. 474–495.
Review of Public Administration, Sage Miles, Matthew, B. And A. Michael Huberman.
Publication, Vol 37 p. 195. 1992. Qualitative Data Analysis, Sage
Darmawan, Ikhsan. 2011. “E-government: Studi Publications, Inc.
Pendahuluan di Kabupaten Sragen”, M. Ramaswamy. 2009. “E-Government
Prosiding Simposium Nasional Otonomi Implementation in Transition Countries,”
Daerah 2011 ISBN: 978-602-96848-2-7, in ICT-Enabled Transformational
Lab ANE FISIP UNTIRTA Banten. Government: A Global Perspective, pg.
Gronlund, Ake. 2007. “Electronic Government” 441–451.
pada: Antirroiko, Ari Veiko and Matti Nento, Firto, Lukito Edi Nugroho dan Selo.
Makia (eds), Enclycopedia of Digital 2017. Model E-Readiness Untuk
Government, Volume I, Hershey: Idea Pengukuran Kesiapan Pemerintah
Group Reference. Daerah Dalam Penerapan Smart
G. S. Oreku and F. J. Mtenzi. 2012. “A Review Government Studi Kasus Pemerintah
of e-Government Initiatives in Tanzania: Gorontalo, Seminar Nasional dan Inovasi
Challenges and Opportunities,” in E- Teknologi di Industri 2017, ITN Malang.

147
Nugraha, Joko Tri. 2015. Mewujudkan Good Management Association, South Africa,
Governance Melalui Pelayanan Publik pg. 1310–1317.
Berbasis E-Government di Kabupaten Yong, James. SL. 2003. Enabling Public Service
Sleman, Jurnal POPULIKA, Vol. V No. 1, InnovationIn the 21st Century: E-
Januari 2015 hal. 75-90. Government in Asia, Time Edition,
Sarabi, Alaa. H.Ali Dan Khanfar, Salim. M. Singapore.
2010. Electronic Government Services World Bank. 2002. The e-government handbook
And Benefits In The Private And Public for developing countries. A project of
Context: Saudi Arabia Case Study, infodev and the center for democracy and
Interdisciplinary Journal Of technology. http://www.infodev.org/files/
Contemporary Research In Business, Vol 841_file_eGovernment_Handbook.pdf
2, No 7. [12-04-2006].
Slamet, Hamdan., Abdul Rozak dan Deraman,
Aziz. 2007. Restrukturisasi Dan
Reorientasi Menuju Percepatan Target E-
government Di Indonesia, Konferensi
Nasional Sistem Informasi 2007, di
Bandung 14-15 Februari.
T. Jukic, M. Kunstelj, M. Decman, and M.
Vintar. 2009. “E-Government in Slovene
Municipalities: Analysing Supply,
Demand and its Effects,” in Strategies for
Local E-Government Adoption and
Implementation, pg. 163–184.
U. R. Averweg. 2009. “E-Government and
Digital Divide in Developing Countries,”
Encyclopedia of Information Science and
Technology. Information Resources

148
Penerimaan Aplikasi Solo Destination
oleh Masyarakat Surakarta

Nabila Nur Meity Elviandry, Herwan Parwiyanto


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
nabilaelviandry@student.uns.ac.id , herwan.herwan@yahoo.co.id

Abstrak
Pemkot Surakarta berinovasi dengan dikembangkannya Solo Destination sebagai wujud dari
terselenggaranya e-government. dimana e-pajak menjadi salah satu fitur di dalamnya. E-pajak yang
dalam bahasan ini difokuskan pada pajak bumi dan bangunan (PBB) dikembangkan dengan tujuan untuk
memberikan kemudahan wajib pajak dalam menerima informasi tagihan ataupun kemudahan dalam
transaksi PBB, diharapkan dampak dari adanya kemudahan transaksi dan tranparansi dapat dirasakan
masyarakat. Namun, kesuksesan e-government tidak terlepas dari penerimaan masyarakat terhadap
inovasi tersebut. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Solo Destination dilihat dari penerimaan
masyarakat menggunakan TAM dengan persepsi kebermanfaatan (perceived usefulness) dan persepsi
kemudahan dalam menggunakan (perceived ease of use). Metode yang digunakan dalam artikel ini ialah
studi literatur, literatur yang digunakan yang terkait dengan penerimaan e-Government oleh masyarakat
maupun terkait dengan Technology Acceptance Model (TAM). E-pajak bermanfaat dalam memberikan
kemudahan dalam transaksi perpajakan khususnya PBB dan pada persepsi kemudahan penggunaan ketika
melakukan pengecekan transaksi PBB menggunakan aplikasi Solo Destination wajib pajak hanya diminta
memasukan nomor objek pajak (NOP) saja informasi mengenai PBB sudah dapat dilihat melalui
smartphone-nya. Namun, aplikasi Solo Destination masih perlu disosialisasikan secara konsisten serta
dilakukan pengembangan secara berkesinambungan agar dampak positifnya dapat dirasakan oleh seluruh
masyarakat Surakarta.
Kata kunci: E-government, E-pajak, Penerimaan Masyarakat, Solo Destination, TAM.

Abstract
Surakarta City Government make an inovation with the development of Solo Destination as a
manifestation of the implementation of e-government, where e-tax became one of the features in it. Our
main discussion in the e-taxes here is the land and building tax, that developed with the aim of giving
the taxpayers an easy ways in receiving billing information or land and building tax transactions,
hopefully the impact of the easy ways to transactions and transparency can be felt by the public.
However, the success of e-government can not be separated from the acceptance of society to innovation.
This article examines how Solo Destination is viewed from the acceptance of the community using TAM
with perceived usefulness and perceived ease of use as a construct. The method used in this article is the
literature study, the literature used in connection with the acceptance of e-Government by the public as
well as associated with the Technology Acceptance Model (TAM). E-tax is useful in providing easiness
in tax transactions, especially the land and building taxes on the perception of ease of use when checking
the land and building taxes transaction using the application Solo Destination, taxpayeronly asked to enter
the number of tax objects only, then the information about the land and building taxes can be seen
through their smartphone. However, Solo Destination applications still need to be socialized consistently
and continuous development is done so that the positive impact can be felt by the entire community of
Surakarta.
Keywords: E-government, E-pajak, Citizen Acceptance, Solo Destination, TAM

149
A. Pendahuluan city pertama di Indonesia ini diharapkan dapat
Dewasa ini, pemanfaatan teknologi memang menunjang perkembangan e-Government
menjadi suatu hal yang tidak dapat terelakan Pemerintah Kota Surakarta yang semakin maju,
termasuk dalam pelayanan publik. Penerapan berkualitas, dan transparan.
teknologi oleh pemerintah ditandai dengan
dikembangkannya e-Government yang pada Aplikasi yang digarap oleh Dinas Perhubungan
hakekatnya digunakan sebagai alat untuk Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo)
membantu jalannya pemerintahan dan pelayanan Kota Surakarta ini memiliki berbagai fitur
publik yang lebih efektif dan efisien (Sosiawan, layanan publik seperti Besuk Kiamat (bela
2008). Di Indonesia, e-Government awalnya sungkawa kirim akte kematian), e-kelurahan, e-
ditetapkan dalam Instruksi Presiden No. 3 tahun retribusi pasar, e-retirbusi kebersihan sampah,
2003 tentang Kebijakan dan Strategi e-pajak, moovit, Radio Anak Konata dan ULAS
Komunikasi Nasional Pengembangan e- Mobile. (Surakarta.go.id diakses pada tanggal 7
Government, dikatakan bahwa setiap Gubernur Maret 2018). Aplikasi ini diharapkan mampu
dan Bupati/Walikota untuk mengambil langkah- menghindari terjadinya pungli sehingga mampu
langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas, meningkatkan perolehan Pendapatan Asli
fungsi dan kewenangannya masing-masing guna Daerah (PAD).
terlaksananya pengembangan e-Government
secara nasional. Salah satu fitur dalam aplikasi Solo Destination
yakni e-pajak. Saat ini baru Pajak Bumi dan
Dalam menanggapi regulasi tersebut, Bangunan (PBB) dan pajak daerah saja yang
Pemerintah Kota Surakarta berinovasi melalui bisa diakses melalui aplikasi Solo Destination.
teknologi berbasis aplikasi android yang diberi Pembayaran PBB menjadi prioritas utama dalam
nama Solo Destination. Ini juga menjadi salah program e-pajak sebab PBB memiliki potensi
satu langkah pemerintah Kota Surakarta menuju paling besar untuk meningkatkan PAD, pasalnya
kota cerdas (Smart City) dengan salah satu hampir setiap warga Solo yang memiliki tanah
syaratnya ialah menerapkan e-Government di dan bangunan merupakan objek pajak.
segala lini. Kontribusi PBB terhadap penerimaan asli daerah
(PAD) pun mencapai 13,71 persen pada tahun
Jogiyanto (2004) mendefinisikan aplikasi 2017. (http://surakarta.go.id) Perlu digaris
sebagai sistem yang disusun dan dirancang bawahi e-pajak tidak semata-mata untuk
sedemikian rupa untuk menghasilkan informasi meningkatkan pendapatan, namun lebih kepada
yang terpadu dengan menggunakan sarana menumbuhkan kepercayaan masyarakat
komputer sebagai sarana penunjangnya. Shelly terhadap pemerintah melalui transparansi.
et al. (2009) berpendapat bahwa aplikasi adalah
seperangkat instruksi khusus dalam komputer Succi dan Walter dalam T. Pikkarainen, K.
yang dirancang agar pengguna menyelesaikan Pikkarainen, Karjaluoto, dan Pahnilla (2004),
tugas-tugas tertentu. Dapat ditarik kesimpulan mendefinisikan penerimaan pengguna terhadap
bahwa aplikasi Solo Destination adalah program sistem teknologi dan informasi sebagai kemauan
atau perangkat lunak (software) yang dirancang yang nampak dalam kelompok pengguna untuk
sedemikian rupa agar dapat dipergunakan menerapkan sistem teknologi informasi tersebut
pengguna untuk menyelesaikan pekerjaannya di dalam pekerjaannya. Semakin menerima,
yang juga diperuntukkan sebagai alat untuk maka semakin besar pula kemauan pengguna
efisiensi dan efektifitas pelayanan publik yang untuk mempraktikan secara nyata sistem
berkualitas dan transparan dengan menggunakan teknologi informasi yang baru. Dalam mengukur
komputer atau smartphone sebagai sarana kesuksesan sistem teknologi informasi pada
penunjang. Aplikasi Solo Destination sendiri penelitian ini digunakan ukuran kepuasan dan
sudah diluncurkan pada tahun 2014. Aplikasi penggunaan sistem teknologi informasi seperti
Solo Destination yang tercatat dalam rekor yang dilakukan oleh Santoso (2012) yang juga
MURI pada tahun 2014 sebagai aplikasi mobile mengadopsi dari penelitian Hartwick dan Barki

150
(1994) sebab penggunaan atau pemanfaatan pengguna sangatlah penting untuk diperhatikan
sistem teknologi dan informasi yang dalam hal dalam penerapan sistem baru, sebab tingkat
ini ialah aplikasi Solo Destination menunjukkan kesiapan pengguna untuk menerima sistem baru
keputusan individu ingin menggunakan atau memiliki pengaruh sangat besar dalam
tidak menggunakan sistem teknologi informasi menentukan kesuksesan sistem tersebut.
tersebut untuk menyelesaikan serangkaian
tugasnya (Goodue dan Thomson, 1995). Berdasarkan uraian diatas, fokus dalam
penelitian ini ialah ingin mengetahui penerimaan
Namun pada kenyataannya teknologi tidak aplikasi Solo Destination oleh masyarakat
selalu dapat diterima dan dimanfaatkan dengan Surakarta yang dapat diketahui dengan
baik oleh masyarakat (Yeow & Hong, 2009). Technoloy Acceptance Model (TAM). Menurut
Penerapannya tidak luput dari kendala yang Morris dan Dillon (1997), TAM adalah sebuah
dihadapi, seperti pada awal diluncurkannya model untuk memprediksikan bukan
aplikasi Solo Destination ini di tahun 2014 lalu, mendeskripsikan, yang digunakan untuk
ditargetkan jumlah downloader sebanyak 10,000 memprediksikan penerimaan dari sistem oleh
akan tetapi sampai tanggal 1 Maret 2015 aplikasi user. Lebih jelasnya dalam model ini terdapat
ini baru di download 5000 lebih melalui Google sejumlah faktor yang memengaruhi keputusan
Play Store. Berdasarkan hasil penelitian yang pengguna mengenai bagaimana dan kapan
dilakukan oleh Martisa Seri Kusuma (2016) menggunakan teknologi tersebut. Kang (1998)
mengenai Strategi Pemerintah Kota Surakarta menambahkan, menurut teori TAM, terdapat dua
dalam Mengembangkan e-Government (studi faktor yang memengaruhi penerimaan pengguna
kasus aplikasi Solo Destination) menjelaskan terhadap teknologi, yaitu persepsi mengenai
bahwa inovasi e-Gov’t Pemkot Surakarta yang kemudahan dalam menggunakan teknologi
berupa aplikasi smartphone Solo Destination (perceived ease of use) dimana Davis et al.
dinilai kurang efektif. Ini disebabkan oleh (1989) mendefinisikan persepsi kemudahan
kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh penggunaan sebagai tingkat dimana seseorang
tenaga penyuluh yang dimiliki instansi terkait yakin bahwa penggunaan sistem teknologi
dan sikap apatis masyarakat dalam merespon informasi merupakan hal yang mudah dan tidak
informasi yang sebenarnya dilakukan. Hingga memerlukan usaha keras dari penggunanya.
saat ini pun masyarakat Surakarta masih banyak Konsep ini mencakup kejelasan tujuan
yang belum mengetahui kegunaan dan manfaat penggunaan sistem teknologi informasi yang
yang dapat diperoleh di dalam aplikasi Solo sesuai dengan keinginan penggunanya. Indikator
Destination. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa dalam kemudahan penggunaan sistem teknologi
masyarakat Surakarta belum seluruhnya informasi diantaranya kemudahkan
berpartisipasi atau mengadopsi aplikasi ini. pengoperasian, kemudahan mempelajari,
Sedangkan menurut Budi Santoso (2012) dalam meningkatkan keterampilanm mengerjakan
jurnal Akuntansi Indonesia yang berjudul dengan mudah apa yang diinginkan pengguna.
Pengaruh Perceived Usefulness, Perceived Ease Dan persepsi akan manfaat dari teknologi
Of Use, dan Perceived Enjoyment terhadap tersebut (perceived usefulness) yaitu menurut
Penerimaan Teknologi Informasi (Studi Empiris Wibowo (2006) dimensi kemanfaatan
Di Kabupaten Sragen) ini menggunakan metode menjadikan pekerjaan lebih mudah, bermanfaat,
Technology Acceptance Model dengan variabel serta menambah produktivitas. Sedangkan,
Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, Persepsi kemanfaatan menurut Davis et al.
Perceived Enjoyment Attitude, dan Acceptance (1989) ialah tingkat keyakinan individu bahwa
of IT sebagai dasar teori analisis, yang menjadi penggunaan teknologi informasi tertentu akan
populasinya ialah seluruh pengguna Sistem meningkatkan kinerjanya. Konsep ini
teknologi Informasi Kabupaten Sragen yang menggambarkan manfaat sistem teknologi
terdiri daro 56 SKPD dan sample yang diambil informasi bagi penggunanya yang memiliki
adalah dua orang dari setiap SKPD. Dalam kaitan dengan efektivitas, kinerja, produktivitas,
penelitiannya Budi menyatakan bahwa faktor pentingnya suatu tugas, dan kebermanfaatan

151
secara keseluruhan. Kedua konstruk ini memiliki pengguna yang dalam hal ini adalah aplikasi
relevancy pusat untuk memprediksikan sikap Solo Destination.
penerimaan pengguna terhadap teknologi.
Faktor-faktor ini nantinya akan menjadi faktor C. Hasil dan Pembahasan
utama yang memengaruhi kemauan pengguna 1. E-pajak dalam Solo Destination
untuk memanfaatkan teknologi. Seiring perkembangan teknologi yang semakin
maju, pemerintah perlu melakukan inovasi
TAM memiliki tujuan utama yaitu untuk dalam mewujudkan e-government, demikian
memberikan dasar penelusuran pengaruh faktor pula dengan Surakarta. Salah satu inovasi yang
eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan dikembangkan oleh Pemkot Surakarta yaitu e-
tujuan pengguna. Selain itu tujuan dasar dari pajak. Kaitannya dengan perwujudan e-
TAM adalah untuk memberikan penjelasan government, e-pajak bertujuan untuk
tentang faktor apa saja yang menentukan memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk
penerimaan teknologi yang mampu menjelaskan mengakses layanan pajak daerah. Saat ini yang
perilaku penggunanya. Sederhana namun dapat dapat diakses melalui Solo Destination dalam
memprediksi penerimaan maupun penggunaan fitur e-pajak yaitu Pajak Bumi dan Bangunan
teknologi merupakan ciri dari model TAM (PBB) dan Pajak Daerah. Namun, PBB untuk
(Davis, 1989). TAM diformulasikan untuk saat ini menjadi prioritas Pemkot Surakarta
mencapai tujuan tersebut dengan dalam hal perpajakan karena PBB dinilai
mengidentifikasi sejumlah kecil variabel pokok memiliki potensi paling besar dalam
dan faktor penentu dari penerimaan teknologi. meningkatkan pendapatan daerah. alasannya
semua warga Surakara yang memiliki bangunan
Model TAM banyak digunakan dan dan tanah merupakan objek pajak. Dalam e-
dikembangkan oleh para peneliti lainnya. Oleh pajak disediakan fitur pencarian Nomor Objek
sebab itu, dalam perkembangannya TAM telah Pajak (NOP) PBB yang akan dibayarkan
mengalami modifikasi, seperti penelitian yang sehingga pengguna akan lebih mudah membayar
dilakukan oleh Venkatesh dan Davis (1996) PBB dimanapun. E-pajak ini menggunakan
dimana TAM dimodifikasi dengan multichannel dimana pembayarannya bisa
mengeliminasi variabel sikap terhadap dilakukan melalui m-banking, internet banking,
penggunaan (attitude toward using) (Chuttur, dan sms banking, selain itu layanan ini juga
2009). Dengan demikian, model ini cocok terkoneksi secara langsung dengan BPPKAD
digunakan sebagai teori untuk melihat Surakarta sehingga wajib pajak dapat melakukan
penerimaan aplikasi Solo Destination oleh pengecekan secara riil melalui aplikasi Solo
masyarakat Surakarta. Destination (http://solo.tribunnews.com).

B. Metode Penelitian 2. Dampak Bagi Masyarakat


Penulisan artikel ini menggunakan metode Pemanfaatan e-government muncul karena
penelitian studi literatur. Menurut Nazir (2003) adanya perubahan dari sistem pemerintahan
yang dimaksud dengan studi literatur atau studi yang otoriter dan sentralistik menjadi sistem
kepustakaan ialah teknik pengumpulan data pemerintahan yang demokratis serta menerapkan
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap perimbangan wewenang pusat dan daerah
buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, otonom. Perubahan ini menuntut terciptanya
dan laporan-laporan yang ada hubungannya pemerintahan yang transparan, bersih, dan
dengan masalah yang dipecahkan. Dalam hal ini efektif. Selain itu e-government diterapkan
yaitu literatur atau jurnal yang terkait dengan karena adanya tuntutan dari masyarakat yang
penerimaan e-Government oleh masyarakat berbeda-beda namun berkaitan erat, seperti
maupun terkait dengan Technology Acceptance tuntutan pelayanan publik untuk memenuhi
Model (TAM), dimana TAM digunakan untuk kepentingan masyarakat yang dapat diandalkan,
memprediksikan penerimaan teknologi oleh terpercaya, dan interktif (Sosiawan, 2008). Oleh
sebab itu, dampak e-Government bagi

152
masyarakat terletak pada bagaimana masyarakat Santoso (2012) yang menambahkan variabel
dapat berpartisipasi secara lansung, mengingat Perceived Enjoyment, dimana variabel ini untuk
e-Government ialah wadah interaksi antara memprediksikan tingkat kenyamanan yang
pemerintah dan stakeholders, maka sudah dirasakan oleh pengguna selama menggunakan
seharusnya e-Government dapat diandalkan dan sistem teknologi informasi. Variabel Perceived
dipercaya oleh masyarakat. Enjoyment dianggap memiliki pengaruh
terhadap pemanfaatan teknologi melalui sikap
Dampak yang dirasakan masyarakat dengan (attitude) dan perilaku (behavior). Sedangkan,
adanya e-pajak di Surakarta melalui aplikasi Vankatesh dan Davis (1996) dalam Fatmawati
Solo Destination ini ialah kemudahan transaksi (2015) melakukan modifikasi konstruk TAM
dan transparansi, para wajib pajak disuguhkan dengan menggabungkan variabel sikap terhadap
fitur yang dapat digunakan untuk memudahkan penggunaan (attitude toward using) ke dalam
masyarakat untuk mengakses PBB, hanya behavioral intention to use seperti pada
dengan memasukan Nomor Objek Pajak (NOP) penelitian lain yang menyatakan bahwa faktor
atau nama pemilik rumah dan alamat wajib sikap (attitude) sebagai salah satu aspek yang
pajak dapat mengecek transaksi melalui aplikasi memengaruhi perilaku seseorang.
Solo Destination. Adanya e-pajak ini diharapkan
kesadaran masyarakat membayar pajak akan Menurut Fatmawati (2015), untuk menganalisis
meningkat. Dengan transparansi dan kemudahan lebih jauh mengenai penerimaan maka
yang diberikan oleh Pemkot Surakarta, akan digunakan variabel Perceived Usefulness
berdampak pula pada kepercayaan masyarakat (persepsi kebermanfaatan), Perceived Ease Of
kepada pemerintah. Namun yang masih menjadi Use (persepsi kemudahan dalam menggunakan),
kendala penerimaan e-Government oleh Behavioral Intention To Use (Intensitas perilaku
masyarakat ialah kurangnya sosialisasi yang untuk tetap menggunakan), Attitude Toward
dilakukan pemerintah Surakarta (Kusuma, Using (sikap terhadap penggunaan), Actual
2016). Sehingga dampak positif dari adanya System Usage (penggunaan sistem secara
Solo Destination ini masih belum dirasakan aktual), dan Acceptance (penerimaan). Disini
secara menyeluruh oleh masyarakat. Fatmawati menggunakan seluruh konstruk
dalam TAM dengan mengadopsi pendapat
3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Gahtani (2001) yang menambahkan konstruk
Penerimaan Acceptance (penerimaan).
Terdapat beberapa faktor yang dapat
memengaruhi pikiran ataupun sikap seseorang Peneliti disini sependapat dengan penelitian
dalam memutuskan menggunakan aplikasi e- yang dilakukan oleh Gahtani (2001) dimana ia
government, salah satunya ialah penelitian yang menggunakan konstruk Perceived Usefulness,
mengadopsi Technoloy Acceptance Model Perceived Ease Of Use,dan menggabungkan
(TAM) telah memverifikasi bahwa Perceived Behavioral Intention To Use, Actual System
Usefulness dan Perceived Ease Of Use memiliki Usage menjadi konstruk penerimaan
pengaruh yang signifikan terhadap niat (Acceptance).
pengguna dalam menggunakan e-government
(Dimitrova dan Chen, 2006; Wangpipatwong, Perceived
2008; Bisma dan Susanto, 2014). Menurut Usefulnes Behavioral Actual
Budiman dan Arza (2013) berpendapat apabila s Intention System
informasi yang dihasilkan dari software yang To Use Usage
Perceived
digunakan semakin akurat, tepat waktu, dan Ease Of
memiliki reliabilitas yang baik, maka sikap Use Acceptance
peneriman pengguna sistem tersebut akan
meningkat. TAM dalam perkembangannya Gambar 1 Modifikasi Model Penerimaan
banyak dimodifikasi oleh peneliti lain, seperti Teknologi
Sumber: Gahtani (2001)
Santoso (2012); Gahtani dan King (1999) dalam

153
PBB jika ditelaah adanya e-pajak ini dapat
Menurut peneliti, modifikasi Gahtani lebih menghemat waktu bila dibandingkan dengan
mudah dipahami, bahwa intensitas penggunaan prosedur manual yang cenderung lama.
akan tinggi atau sering digunakan oleh pengguna
e-government karena kemudahan dalam b. Solo Destination kaitannya dengan e-
menggunakannya, hal ini juga berarti e- pajak pada persepsi kemudahan dalam
government tersebut bermanfaat bagi pengguna. penggunaan (perceived ease of use)
Sehingga hasilnya secara aktual sistem tersebut Alfiyah (2016) berpendapat bahwa dalam
diterima oleh pengguna apabila dua faktor utama usaha meningkatkan penerimaan negara dari
yaitu kemudahan dan kebermanfaatan telah sektor pajak daerah salah satunya ialah
terpenuhi. melalui penyederhanaan proses administrasi
pemungutan dan penyempurnaan sistem
4. Penerimaan Masyarakat dilihat dari pembayaran pajak. Memang pada dasarnya,
Technology Acceptance Model (TAM) sistem pajak online (e-pajak) ini
Kaitannya dengan penerimaan teknologi oleh diperuntukan untuk memberikan kemudahan
masyarakat, Gahtani (2001) menggambarkan kepada masyarakat dalam hal ini wajib pajak
bahwa faktor utama TAM yaitu persepsi dalam melakukan transaksi dan pemantauan
kebermanfaatan (perceived uselfulness) dan pajak itu sendiri. Dengan adanya e-pajak ini
persepsi kemudahan dalam penggunaan tentu membuat transaksi dan pengecekan
(perceived ease of use) dapat memengaruhi pajak khususnya Pajak Bumi dan Bangunan
intensitas perilaku penggunaan dan sistem (PBB) menjadi lebih efektif daripada harus
aktualisasi penggunaan yang berimplikasi pada datang langsung ke kantor pembayaran
penerimaan teknologi itu sendiri. Dalam bahasan pajak. Pada persepsi kemudahan dalam
ini, peneliti hanya akan membahas penerimaan menggunakan Solo Destination terkait e-
masyarakat dilihat dari TAM dengan pajak dalam melakukan pengecekan
menggunakan dua faktor utama yaitu persepsi transaksi PBB, wajib pajak disuguhkan
kebermanfaatan (perceived uselfulness) dan dengan kemudahan saat ingin melakukan
persepsi kemudahan dalam penggunaan pengecekan PBB yang akan atau telah
(perceived ease of use) dikarenakan keterbatasan dibayarkan dengan hanya diminta
waktu penelitian. memasukan nomor objek pajak pada kolom
a. Solo Destination kaitannya dengan e- yang sudah disediakan, apabila wajib pajak
pajak pada persepsi kebermanfaatan lupa NOP-nya dapat pula memasukan nama
(perceived usefulness) dan kecamatan atau kelurahan tempat
Nugroho (2017) menyatakan bahwa tinggal yang ingin pajak bumi dan
pelayanan yang berkualitas merupakan salah bangunannya diakses. Setelah itu wajib
satu tujuan meningkatkan kesadaran pajak dapat membayarkan PBB melalui m-
masyarakat dalam melaksanakan tanggung banking, sms banking, ATM, Teller Bank,
jawabnya dalam pembayaran pajak. E-pajak internet banking, dan lain sebagainya. E-
dengan fitur yang disuguhkan ke masyarakat pajak ini telah terhubung langsung dengan
disinyalir mampu memangkas prosedur BPPKAD Surakarta sehingga wajib pajak
pembayaran atau pengecekan PBB. dapat melakukan pengecekan terkait dengan
Pemangkasan prosedur pembayaran transaksi pajak bumi dan bangunan
menandakan adanya efektifitas dan efisiensi dimanapun dan kapanpun. Namun, dalam e-
yang dihasilkan dari e-pajak itu sendiri. pajak ini tidak disediakan fitur untuk wajib
wajib pajak tidak harus datang ke kantor pajak menyalurkan aspirasi atau aduannya
pajak karena e-pajak dalam Solo Destination mengenai masalah yang dihadapi terkait
sudah terkoneksi langsung dengan BPPKAD dengan PBB, misalnya ketika seorang wajib
sehingga dalam persepsi kebermanfaatan e- pajak yang baru pensiun merasa keberatan
pajak berguna dalam memberikan dengan PBB yang ditanggungnya, wajib
kemudahan transaksi perpajakan khususnya pajak tersebut harus mengurus langsung ke

154
BPPKAD Kota Surakarta karena dalam e- konsisten. Oleh karena itu, diharapkan
pajak hanya mencakup informasi mengenai Pemerintah Kota Surakarta melakukan
tagihan PBB yang kemudian pembayarannya sosialisasi kepada seluruh masyarakat Surakarta
melalui Bank (m-banking, sms banking, secara konsisten dan berkesinambungan serta
internet banking) yang telah bekerjasama diikuti dengan ketersediaan akses internet secara
dengan Pemkot Surakarta seperti Bank BNI. gratis yang akan membantu dan mendorong
masyarakat Surakarta dalam memanfaatkan
D. Penutup internet sehingga sosialisasi dapat dilakukan
Penerimaan terhadap aplikasi Solo Destination secara lebih luas dan tidak terbatas pada
terutama dalam penerimaan e-pajak jika kalangan tertentu saja supaya penerimaan
diprediksi menggunakan Technology Acceptance masyarakat terhadap aplikasi Solo Destination
Model (TAM) dengan konstruk persepsi tinggi dan berimplikasi positif pada keberhasilan
kebermanfaatan (perceived usefulness) e-pajak implementasi e-government tersebut.
dapat dikatakan bermanfaat dengan memberikan Pengembangan secara berkesinambungan juga
kemudahan dalam transaksi perpajakan masih sangat diperlukan untuk aplikasi Solo
khususnya PBB, adanya e-pajak dapat Destination yang lebih baik dengan
menghemat waktu bila dibandingkan dengan menambahkan fitur-fitur yang memudahkan
prosedur manual yang cenderung lama. masyarakat.
Sedangkan dalam persepsi kemudahan dalam
penggunaan e-pajak dalam melakukan 2. Bagi Akademik
pengecekan transaksi PBB, wajib pajak Dengan adanya penelitian ini, kiranya dapat
disuguhkan dengan kemudahan saat ingin memberikan suatu masukan untuk penelitian
melakukan pengecekan PBB yang akan atau selanjutnya yang bisa dikembangkan dengan
telah dibayarkan dengan hanya diminta penelitian langsung ke lapangan.
memasukan nomor objek pajak pada kolom
yang sudah disediakan, apabila wajib pajak lupa Daftar Pustaka
NOP-nya dapat pula memasukan nama dan Alfiyah, L. D. (2016). Efektivitas Sistem
kecamatan atau kelurahan tempat tinggal yang Pembayaran Pajak Daerah Online dalam
ingin PBB-nya diakses. Namun e-pajak dalam Peningkatan Pendapatan Daerah Kota
aplikasi Solo Destination ini belum dilengkapi Cirebon. Jurnal Al-Mustashfa, 4(2).
dengan fitur untuk menampung aspirasi Bisma, R., dan Tony D. S. (2008). Faktor
mengenai keluhan, pengaduan, ataupun tuntutan Adopsi Layanan E-Government Jenis
lainnya yang terkait dengan perpajakan Layanan Komunikasi. Jurnal Sistem
khususnya PBB. Hanya saja kendala dalam Informasi, 5(2), 102–112.
penerimaan aplikasi ini masih seputar kurangnya Budiman, F,. & Arza, Fefri. (2013). Pendekatan
sosialisasi yang dilakukan pemerintah Surakarta, Technology Acceptance Model Dalam
sehingga dampak positif dari adanya Solo Kesuksesan Implementasi Sistem
Destination ini masih belum dirasakan secara Informasi Manajamen Daerah. Jurnal
menyeluruh oleh masyarakat. WRA, 1(1), 87–110.
Chuttur, Mohammad Y. (2009). Overview of the
Saran yang bisa diberikan oleh peneliti adalah Technology Acceptance Model: Origins,
sebagai berikut: Developments and Future Directions.
1. Bagi Pemerintah Kota Surakarta Indiana University, USA . Sprouts:
Sosialisasi dirasa penting oleh peneliti agar Working Papers on Information Systems,
program yang dicanangkan oleh Pemkot 9(37).
Surakarta ini dapat tersampaikan dan diterima Davis, F.D. (1989). Perceived Usefulness,
oleh masyarakat Surakarta. Pasalnya saat ini Perceived Ease of Use dan Acceptance of
tidak semua masyarakat Surakarta mengetahui Information System Technology. MIS
adanya aplikasi Solo Destination. Hal ini Quartery, 13(3), 319–339.
dikarenakan sosialisasi tidak dilakukan secara Dimitrova, D. V., & Chen, Y.C. (2006).

155
Profiling the Adopters of E-Government Pahnila. (2004). Consumer acceptance of
Information and Services: The Influence of online banking: an extension of the
Psychological Characteristics, Civic technology acceptance model, Internet
Mindness, and Information Channels. Research, 14(3), 224–235.
Social Science Computer Review, 24. Santoso, Budi. (2012). Pengaruh Perceived
Fatmawati, Endang. (2015). Technology Usefulness, Perceived Ease Of Use, dan
Acceptance Model (TAM) Untuk Perceived Enjoyment Terhadap
Menganalisis Penerimaan Terhadap Sistem Penerimaan Teknologi Informasi (Studi
Informasi Perpustakaan. Jurnal Iqra’, 9(1). Empiris Di Kabupaten Sragen). Jurnal
Gahtani, S.A. (2001). The Applicability of TAM studi Akuntansi Indonesia, 1–15.
Outside North America: an Empirical Test Saputro, Imam. (2017). Pertama di Indonesia,
in United Kingdom. Information Resource Kota Solo Luncurkan e-Pajak Multi
Management Journal, 37–46. Channel, Ini Kelebihannya.
Goodhue, D.I dan Thompson. R. L. (1995). Task http://solo.tribunnews.com/2017/05/26/pert
–Technology and Individual Performance. ama-di-indonesia-kota-solo-luncurkan-e-
Mis Quarterly, 213–236. pajak-multi-channel-ini-kelebihannya
Hartwick, J., dan H. Barki. (1994). Explaining (diakses pada tanggal 10 Mei 2018).
The Role of User Participation in Shelly, C, dkk. 2009. Discovering Computers
Information System Use. Management “Menjelajah Dunia Komputer”, edisi
Science, 40(4), 440–465. ketiga. Jakarta: Salemba Infotek
https://surakarta.go.id Sosiawan, E. A. (2008). Tantangan Dan
Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003 tentang Hambatan Dalam Implementasi E-
Kebijakan dan Strategi Komunikasi Government Di Indonesia. Seminar
Nasional Pengembangan e-Government. Nasional Informatika, 2008(semnasIF),
Jogiyanto. (2004). Teori dan Aplikasi Komputer. 99–108.
Yogyakarta: Andi Offset. Wangpipatwong, S., Chutimaskul, W., &
Kang, Sungmin. (1998). Information Papastarorn, B. (2008). Understandin
Technology Acceptance : Evolving with Citizen's Continuance Intention to Use e-
the Changes in the Network Environment Government Website: a Composite View
Center for information system management of Technology Acceptance Model and
department of management science and Computer Self-Efficacy. The Electronic
information system graduate school of Journal of E-Government, vol. 6.
business. The University of Texas at Wibowo, Arief. (2006). Kajian Tentang
Austin, IEEE. Perilaku Pengguna Sistem Informasi
Kusuma, Martisa Seri. (2016). Strategi Mahasiswa dan Akademik Berbasis Web
Pemerintah Kota Surakarta dalam (SIMA Web) dengan Pendekatan
Mengembangkan e-Government (Studi Technology Acceptance Model (TAM).
Kasus aplikasi Solo Destination). Jakarta: Skripsi Universitas Budi Luhur.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Yeow, P. H., & Hong, L. W. (2009). User
Morris, G. Michael., dan Andrew Dillon. (1997). acceptance of Malaysan Government
How User Perceptions Influence Software Multipurpose Smartcard Applications.
Use. IEEE. Government Information Quarterly, 358–
Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: 367.
Ghalia Indonesia.
Nugroho, Rino Ardhian, C. D. (2017).
Implementasi Strategi KPP Pratama
Surakarta dalam Meningkatkan Pengguna
E-Filling di Kota Surakarta. Spirit Publik,
12(2), 1–13.
Pikkarainen, T., Pikkarainen, K., Karjaluoto, &

156
Perempuan Dalam Politik Wujudkan Prinsip Partisipasi dan
Kesetaraan dalam Good Governance

Paulina Deby Putri Indrawati, Herwan Parwiyanto


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
paulinadeby@student.uns.ac.id, herwan.parwiyanto@gmail.com

Abstrak
Partisipasi dan kesetaraan merupakan prinsip yang terdapat dalam Good Governance. Fenomena penting
mengenai partisipasi dan kesetaraan, salah satunya adalah peluang yang sama dan adil baik bagi laki laki
maupun perempuan untuk turut serta menyuarakan aspirasinya atau turut dalam proses pengambilan
keputusan melalui kursi legislatif. Namun, keterlibatan perempuan dalam pemerintahan maupun dunia
politik masih sangat rendah. Hasil studi literatur ini menunjukkan aksesibilitas perempuan menuju kursi
legislasi telah didukung oleh regulasi yang mengatur affirmative action melalui partai politik. Sedangkan
hambatan yang muncul meliputi kurangnya kepercayaan partai terhadap perempuan, pendidikan politik
yang tidak dipahami sepenuhnya dan dana kampanye yang besar sehingga membuat perempuan berpikir
ulang ketika ingin mengikuti pemilihan. Padahal, dengan menduduki kursi legislatif, partisipasi
perempuan dalam pembuatan kebijakan dapat diwujudkan dengan (1) menyuarakan kehendak dan
kebutuhan perempuan dengan diskusi maupun debat publik di parlemen, (2) ikut serta memeriksa proyek
proyek mengenai penghapusan semua jenis diskriminasi, termasuk diskriminasi berdasarkan gender, dan
perbaikan kondisi wanita di masyarakat melalui komisi terkait di badan legislatif.
Kata kunci : Affirmative Action, Partisipasi Politik Perempuan, Legislatif

Abstract
Participation and equality are the principles contained in Good Governance. The important phenomenon
about participation and equality, one of them is same and fair opportunity for both men and women to
show their aspirations or participate in some decision-making process in legislative seats. However,
women's involvement in government and politics is still very low. The results of this literature study show
the women's accessibility to legislative seats has been supported by regulations that control affirmative
action through political parties. While, the problems that appear like lack of party’s trust in women,
political education--that isn’t fully understood and big campaign funds that makes women re-think when
they want to following the election. Whereas, by occupying the legislative seat, women's participation in
policy-making can be realized by (1) expressing their will and needs with public discussion and debate in
parliament, (2) participating in projects elimination of all types of discrimination, including
discrimination on the basis of gender , and improving the condition of women in the community through
related commissions.
Keywords: Affirmative Action, Women's Political Participation, Legislative

A. Pendahuluan mampu membentuk pemerintahan yang bersih


Good Governance secara singkat diartikan dan demokratis. Terdapat tiga aspek yang
sebagai pemerintahan yang baik dengan ditekankan oleh United Nation Development
melibatkan pemerintah, pihak swasta maupun Program (UNDP), aspek tersebut meliputi:
masyarakat dengan mengacu pada proses ekonomi; politik dan administratif. Menurut
pencapaian keputusan dan pelaksanaan yang UNDP terdapat beberapa prinsip yang
dapat dipertanggungjawabkan bersama dikembangkan dalam penerapan Good
(Arisman, 2014). Good Governance digadang Governance, dua diantaranya adalah prinsip

157
partisipasi (participation) dan kesetaraan atau Gender Dalam Pembangunan Nasional
equity (Sukmadilaga, Pratama, & Mulyani, menegaskan bahwa kesetaraan gender
2015). Partisipasi merupakan keterlibatan mental merupakan kondisi dimana laki laki dan
dan emosional orang dalam situasi kelompok perempuan memperoleh kesempatan dan hak
(Davis & Newstrom, 2004). Dengan kata lain, haknya sebagai manusia agar dapat berperan dan
partisipasi menekankan pada sejauh apa berpartisipasi dalam bidang politik, sosial
seseorang terlibat dalam sebuah organisasi atau budaya, ekonomi serta pertahanan dan
kelompok dan memberi kontribusi dalam keamanan nasional. Namun, keterlibatan
pencapaian tujuan organisasi atau kelompok perempuan dalam pemerintahan maupun dunia
tersebut. Selain partisipasi, prinsip kesetaraan politik masih sangat rendah.
juga mendapat perhatian Good Governance,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, setara Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukamara
diartikan dengan seimbang, sepadan dan sama pada periode Tahun 2014 hingga 2016
tingkatnya. menunjukkan hanya terdapat 2 perempuan
dalam kursi DPRD dari 20 anggota (BPS, 2014).
Partisipasi dan kesetaraan dalam penerapan Rendahnya keterlibatan perempuan juga terjadi
Good Governance seringkali luput dari di Kota Surakarta dan Semarang. Di Kota
kacamata penelitian yang lebih memfokuskan Surakarta, dari 41 anggota DPRD hanya ada 9
penelitian pada akuntabilitas, supremasi hukum perempuan yang menduduki kursi DPRD. Di
maupun transparansi sebagai produk utama tolak Semarang, dari 49 anggota DPRD hanya
ukur keberhasilan Good Governance. Padahal, terdapat 11 anggota DPRD perempuan. Selain di
masih terdapat fenomena penting mengenai tingkat kota dan kabupaten, partisipasi
partisipasi dan kesetaraan, salah satunya adalah perempuan di tingkat provinsipun masih
peluang yang sama dan adil baik bagi laki laki terbilang rendah. Badan Pusat Statistik mencatat
maupun perempuan untuk turut serta terdapat 55 anggota DPRD di Provinsi Bali
menyuarakan aspirasinya atau turut dalam dengan jumlah anggota perempuan hanya 5
proses pengambilan keputusan. Menteri orang atau 10% dari jumlah anggota seluruhnya.
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Rendahnya keterlibatan perempuan dalam
Anak mengungkapkan suatu tata pemerintah legislatif tidak hanya terjadi di tingkat daerah.
yang baik atau yang biasa disebut Good Dalam tingkat nasional, keterlibatan perempuan
Governance berbanding lurus dengan dalam kursi DPR di Indonesia pada Tahun 2014
dipahaminya pengarusutamaan gender dengan menurun menjadi 17,32% setelah sebelumnya
memberi peluang perempuan dalam mencapai 17,86% (Trihendrawan, 2017). Data
pengambilan keputusan (Humas Kemenpppa, Badan Pusat Statistik pada Tahun 2015
2016). Instruksi Presiden Republik Indonesia menunjukkan angka partisipasi perempuan di
Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan DPR tidak pernah mencapai angka 20%.

Tabel 1
Data Anggota DPR Tahun 1997-2014
Tahun Laki laki Perempuan Laki laki + Perempuan
Pemilu Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1997 442 88,40 58 11,60 500 100,00
1999 456 91,20 44 8,80 500 100,00
2004 485 88,18 65 11,82 550 100,00
2009 460 82,14 100 17,86 560 100,00
2014 463 82,68 97 17,32 560 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik (2015)

158
Di setiap tahun pemilu, jumlah perempuan di affirmative action Penelitian yang dilakukan
kursi legislatif tidak pernah melebihi angka 100 Wang (2013) dan Yoon (2013) menegaskan
dari 500-560 kursi yang tersedia, sisanya bahwa partai politik merupakan akses utama
didominasi laki laki. Menteri Dalam Negeri perempuan menduduki kursi legislasi, hal ini
menegaskan keterwakilan perempuan paling karena syarat utama menjadi peserta pemilu
tidak harus mencapai 30%, dengan demikian adalah terdaftar dalam partai yang telah
tatanan pemerintah akan seimbang (Humas memenuhi syarat pemilu. Beberapa negara
Kemendagri, 2017). Namun, fenomena baik di seperti Thailand, Filipina, Australia, Kanada
daerah maupun di tingkat nasional menunjukkan juga telah mengadopsi sistem kuota perempuan
adanya hambatan seorang perempuan dapat dalam pencalonan anggota parlemen oleh partai.
berpartisipasi di dunia politik. Menurut Purwanti Di Australia adanya Affirmative Action Act yang
(2015) sulitnya perempuan ikut berpartisipasi di disahkan oleh parlemen federal terbukti
dunia politik, salah satunya disebabkan oleh meningkatkan jumlah perempuan dalam
faktor budaya yang tidak mendukung. Penelitian parlemen dan diharapkan mampu meningkatkan
yang dilakukan Artina (2016) turut menegaskan partisipasi perempuan di parlemen hingga 50%
faktor kultural atau budaya sulit dilawan bila pada tahun 2025 (Hillman, 2017). Dengan
tidak adanya dukungan struktural bagi adanya affirmative action yang telah
perempuan. Penelitian ini ingin melihat dilaksanakan di berbagai negara, jumlah
bagaimana aksesibilitas perempuan untuk dapat perempuan yang berpartisipasi dalam pemilihan
menduduki kursi parlemen dan bagaimana suara umum terbukti meningkat. Penelitian yang
perempuan diakomodasi dalam proses dilakukan oleh Purwanti (2015) menunjukkan
pembuatan kebijakan. peningkatan jumlah perempuan yang dapat
menduduki kursi DPRD, terhitung dari 38
B. Metode Penelitian kabupaten/ kota yang ada di Jawa Timur
Penelitian ini merupakan studi literatur dengan terdapat 4 kabupaten/ kota yang telah memenuhi
mencari dan mengumpulkan dokumen berupa persentase jumlah keterwakilan perempuan di
jurnal maupun penelitian penelitian yang relevan DPRD sesuai dengan harapan undang undang.
dengan topik penelitian yaitu partisipasi
perempuan dalam politik, dimana penelitian Setiap partai politik selalu memiliki kriteria
yang dilakukan mencari kesamaan (compare) memilih anggota yang akan dicalonkan dalam
dan melakukan penarikan kesimpulan dari pemilu. Tidak hanya kriteria, tarik ulur
beberapa literatur. pemikiran dalam partai politik turut
mempengaruhi bagaimana perempuan dapat
C. Hasil dan Pembahasan dicalonkan dalam pemilu. Penelitian yang
1. Aksesibilitas Perempuan Menuju Kursi dilakukan Joshi dan Och (2014) menyatakan
Legislatif bahwa lulusan universitas dan pemegang gelar
Aksesibilitas merupakan suatu ukuran potensial yang tinggi lebih dilirik oleh partai politik untuk
atau kemudahan orang untuk mencapai tujuan dicalonkan. Sayangnya, perempuan seringkali
dalam suatu perjalanan (Susantono, 2004). terhenti di tingkat strata satu. Budaya patriaki
Perempuan yang ingin menduduki kursi yang sangat kental membentuk pemikiran bahwa
legislatif harus pula memilki akses dan peluang kesuksesan perempuan dapat dilihat dari
yang sama dengan laki laki. Undang Undang kemampuan dalam mengurus rumah tangga
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 membuat tingkat pendidikan perempuan
Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan seringkali tertinggal dari laki laki. Penelitian
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah Syafputri (2014) tentang keterwakilan
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan perempuan di parlemen Indonesia dan Korea
Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Selatan menunjukkan bahwa pandangan budaya
Pemilihan Umum yang menetapkan keterlibatan menilai perempuan sukses terbatas dalam
perempuan di partai politik sebesar 30% agar lingkup keluarga tanpa melihat kemampuan
dapat mengikuti pemilu dan menekankan perempuan di bidang lainnya, termasuk dalam

159
politik. Pada akhirnya, partai politik harus tetap
memenuhi persyaratan untuk maju dalam pemilu Bersaing dalam pemilu tidak hanya
sehingga beberapa perempuan hanya dijadikan membutuhkan skill maupun tenaga, modal dana
pelengkap untuk memenuhi syarat tersebut. Hal menjadi salah satu pendukungnya. Hilman
ini sejalan dengan penelitian Hendrawati (2014) (2017) menegaskan, kampanye di daerah daerah
dan Hillman (2017) bahwa perempuan masih membutuhkan dana yang tidak sedikit baik
dijadikan sebagai pelengkap administrasi ke untuk operasional atau administrasinya.
KPU sekalipun dari kemampuan dan Besarnya dana tersebut seringkali membuat
pendidikannya dianggap kurang. perempuan berpikir ulang ketika ingin
mencalonkan diri sebagai anggota legislatif.
1. Hambatan Politisi Perempuan Menduduki Terlepas dari sulitnya perempuan menembus
Kursi Legislatif kepercayaan partai maupun mempersiapkan
Meskipun memiliki akses untuk maju dalam modal dana yang cukup untuk maju ke kursi
pemilu, beberapa hambatan masih ditemui legislasi, penelitian yang dilakukan Grillos
perempuan untuk dapat dipilih menjadi anggota (2018) dan Sundstrom, Paxton, Wang, &
legislatif. Hambatan tersebut meliputi hambatan Lindberg (2017) membuktikan bahwa minat,
politik, hambatan kelembagaan dan struktural, hasrat maupun animo perempuan dalam ikut
hambatan pendidikan politik, hambatan ekonomi bersaing di ranah legislasi masih rendah
dan hambatan pribadi (Fahri, 2015). Laki laki dibuktikan dengan (1) keikutsertaan perempuan
dan perempuan seringkali diprioritaskan hanya dalam bentuk fisik, (2) hanya sedikit
berbeda. Joshi & Och (2014) dan Bleck & perempuan yang menyampaikan pendapat ketika
Michelitch (2018) menemukan terdapat gap atau berdiskusi dan (3) beberapa perempuan lebih
kesenjangan besar dalam menilai kemampuan menikmati kebebasan dan tidak menaruh minat
yang dimiliki laki laki dan perempuan. Sejalan dalam tatanan politik formal padahal untuk
dengan pernyataan tersebut, Yirmibesoglu dapat terlibat aktif dalam suatu keputusan,
(2008) menegaskan dalam wilayah yang sama perempuan harus menempati posisi dalam
perempuan sering tidak mendapat otoritas yang tatanan formal.
sama dengan laki laki. Partai politik berpikir laki
laki lebih tangguh untuk berjuang daripada 2. Partisipasi Perempuan dalam Proses
perempuan serta memiliki kedisiplinan yang Pembuatan Kebijakan
tinggi sehingga dapat memuluskan jalan partai Perempuan dapat lebih mudah berpartisipasi
meraih banyak kursi di legislatif. Hal ini dalam proses pembuatan kebijakan ketika
menyebabkan perempuan tidak mendapatkan mereka menduduki kursi legislasi. Partisipasi
posisi yang strategis dalam kelembagaan, partai perempuan dalam proses pembuatan kebijakan
politik belum menunjukkan komitmen yang kuat dapat berupa menyuarakan kehendak dan
untuk membuat perempuan mampu menghadapi kebutuhan perempuan dengan diskusi maupun
persaingan dalam pemilu debat publik di parlemen mengenai isu isu
(Fahri:2015,Hillman:2017). Selain itu, untuk perempuan dengan salah satu outputnya adalah
dapat bersaing mendapatkan kursi legislatif terbentuknya anggaran responsif gender
diperlukan pula pendidikan politik. Penelitian (Ardi:2014, Darhour & Dahlerup:2013).
yang dilakukan Bleck & Michelitch (2018) Keterlibatan perempuan dalam proses
menegaskan bahwa untuk memiliki kemampuan pembuatan kebijakan lebih mudah ketika
berpolitik diperlukan pemahaman terhadap terdapat ruang bagi perempuan menyampaikan
politik maupun aspek aspek yang terdapat di pemikirannya. Kesempatan yang telah terbuka
dalam organisasi tersebut. Namun, hal ini bagi perempuan harusnya dapat diimbangi
menjadi sulit ketika perempuan tidak dengan komitmen kuat perempuan untuk
ditempatkan pada poisisi dimana mereka bisa menunjukkan partipasinya.
belajar dan memahami politik maupun aspek
aspek dalam organisasi. Hambatan lain yang Penelitian yang dilakukan oleh Garboni (2015)
muncul adalah ekonomi. yang menyatakan inisiatif dalam legislatif dapat

160
dibagi menjadi dua badan khusus, yaitu (1) gagasan baru dalam mendukung tata
komite dengan kesempatan yang sama antara pemerintahan yang baik dan secara manfaat ide/
laki laki dan perempuan di dewan perwakilan, gagasan tersebut dapat diterima oleh seluruh
(2) komite dengan kesempatan yang sama antara masyarakat.
laki laki dan perempuan dalam pemeriksaan
proyek proyek mengenai penghapusan semua Daftar Pustaka
jenis diskriminasi, termasuk diskriminasi Ardi, A. M. 2014. Perempuan di Legislatif :
berdasarkan gender, dan perbaikan kondisi Advokasi Perempuan Legislatif Bagi
wanita di masyarakat. Bleck & Michelitch Kepentingan Dapil di Dewan Perwakilan
(2018) menegaskan partisipasi perempuan dapat Rakyat Daerah Jawa Timur. Jurnal Politik
membangun pengetahuan politik dan opini Muda , 3, 303-318.
politik sehingga dapat mematahkan pemikiran Arisman. 2014. Good Governance dan
dimana perempuan diposisikan dibawah laki Birokrasi. Dipetik April 21, 2018, dari
laki. Dengan adanya keterlibatan perempuan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
dalam kursi legislasi dapat memunculkan Manusia Republik Indonesia:
kebijakan yang mampu diterima manfaatnya https://jakarta.kemenkumham.go.id/downl
pula oleh perempuan sehingga baik di pusat oad/karya-ilmiah/birokrasi/62-good-
maupun daerah, perhatian terhadap kebutuhan governance-dan-birokrasi/file
spesifik dan strategis perempuan dapat Artina, D. 2016. Keterwakilan Politik
meningkat dan terpenuhi. Perempuan dalam Pemilu Legislatif
Provinsi Riau Periode 2014-2019. Jurnal
D. Kesimpulan Hukum IUS QUIA IUSTUM , 23, 123-
Perempuan telah memiliki akses menuju kursi 141.
legislasi dengan adanya regulasi yang mengatur Bleck, J., & Michelitch, K. 2018. Is Women's
affirmative action melalui partai politik. Namun, Empowerment Associated With Political
masih ada beberapa hambatan yang muncul Knowledge and Opinions? Word
seperti kurangnya kepercayaan partai terhadap Development , 299-323.
perempuan, pendidikan politik yang tidak BPS. 2015. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
dipahami sepenuhnya dan dana kampanye yang Tahun 1997-2014. Retrieved April 21,
besar sehingga membuat perempuan berpikir 2018, from Badan Pusat Statistik:
ulang ketika ingin mengikuti pemilihan. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/
Padahal, dengan menduduki kursi legislatif, 12/1172/anggota-dewan-perwakilan-
perempuan dapat berpartisipasi dalam rakyat--dpr--menurut-jenis-kelamin--
pembuatan kebijakan diwujudkan dengan (1) 1955-2014.html
menyuarakan kehendak dan kebutuhan Budiarjo, M. 2007. Dasar Dasar Ilmu Politik.
perempuan dengan diskusi maupun debat publik Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
di parlemen, (2) ikut serta memeriksa proyek Darhour, H., & Dahlerup, D. 2013. Sustainable
proyek mengenai penghapusan semua jenis Representation of Women Through
diskriminasi, termasuk diskriminasi berdasarkan Gender Quotas : A Decade's Experience .
gender, dan perbaikan kondisi wanita di Women's Studies International Forum ,
masyarakat melalui komisi terkait di badan 132-142.
legislatif. Davis, K., & Newstrom, J. 2004. Perilaku
Dalam Organisasi (ketujuh ed.). Jakarta:
Bila nantinya ranah politik menjadi sesuatu yang Erlangga.
menjanjikan, maka perempuan harus memiliki Fahri. 2015. Perjuangan Politik Perempuan
kualitas baik dari segi kemampuan, kedisiplinan, Meraih Kursi Dewan Perwakilan Rakyat
ketegasan dan kemauan yang kuat sebagai Daerah di Kabupaten Indragiri Hilir Pada
modal terjun ke dunia politik. Sehingga, ketika Periode 2014-2019. JOM FISIP , 1-15.
perempuan sudah menduduki kursi strategis di Garboni, E. S. 2015. The Impact of Descriptive
DPR atau DPRD, dapat memunculkan gagasan on Substantive Representation of Women

161
at European and National Parliamentary Sugarda, Ed.) Jakarta: Australia Indonesia
Level : Case Study Romania. Procedia- Partnership for Decentralisation.
Social and Behavioral Sciences , 85-92. Oakley. 1972. Sex, Gender and Society .
Grillos, T. 2018. Women's Participation in London: Gower.
Environmental Decision Making : Quasi Purwanti, A. 2015. Partisipasi Perempuan Pada
Experimental Evidence From Northen Lembaga Legislatif Tahun 2014-2019 di
Kenya. Elsevier- World Development , Provinsi Jawa Timur. Masalah Masalah
115-130. Hukum , 2, 189-199.
Hendrawati. 2014. Rekrutmen Perempuan Sekretariat DPRD Semarang. 2015. Anggota
Menjadi Politisi (Legislatif). Jurnal Dewan Kota Semarang. Dipetik Mei 16,
Penelitian Pers dan Komunikasi 2018, dari DPRD Kota Semarang:
Pembangunan , 131-148. http://dprd.semarangkota.go.id/anggota-
Hillman, B. 2017. Increasing Women’s dewan
Parliamentary Representation in Asia and Sekretariat DPRD Surakarta. 2015. Hasil Pemilu
The Pacific: The Indonesian Experience. Legislatif Tahun 2014. Dipetik Mei 16,
Asia and the Pacific Policy Studies , 38- 2018, dari Dewan Perwakilan Rakyat
49. Daerah Kota Surakarta :
Humas Kemendagri. 2017. Mendagri : Pileg http://dprd.surakarta.go.id/fraksi/
2019, Keterwakilan Perempuan 30 Persen Sukmadilaga, C., Pratama, A., & Mulyani, S.
Harus Terpenuhi. Retrieved April 23, 2015. Good Governance Implemetation In
2018, from Kementerian Dalam Negeri: Public Sector : Exploratory Analysis of
http://www.kemendagri.go.id/news/2017/ Government Financial Statements
08/29/mendagri-pileg-2019-keterwakilan- Disclosures Across ASEAN Countries.
perempuan-30-persen-harus-terpenuhi Procedia Social and Behavioral Science ,
Humas Kemenpppa. 2016. Press Release 513-518.
Pengarusutamaan Gender Mendorong Sundstrom, A., Paxton, P., Wang, Y.-T., &
Peningkatan Aparatur Negara Yang Lindberg, S. I. 2017. Women's Political
Kompeten dan Profesional. Retrieved Empowerment: A New Global Index,
April 21, 2018, from Kementerian 1900-2012. Elsevier-World Development ,
Pemberdayaan Perempuan dan 94, 321-335.
Perlindungan Anak: Susantono, B. 2004. Langkah Kecil Yang Kita
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/ Lakukan Menuju Transportasi Yang
page/read/29/229/press-release-pug- Berkelanjutan . Jakarta: Masyarakat
mendorong-aparatur-negara-yang- Transportasi Indonesia.
kompeten-dan-profesional Syafputri, E. 2014. Keterwakilan Perempuan di
Joshi, D., & Och, M. 2014. Talking About My Parlemen : Komparasi Indonesia dan
Generation and Class? Unpacking The Korea Selatan. Indonesian Journal of
Descriptive Representation of Women in International Studies , 165-172.
Asian Parliaments. Women's Studies Trihendrawan, N. 2017. Menteri Yohana
International Forum , 168-179. Dorong 30% Tingkat Keterwakilan
Kemenpppa. 2018. Pentingnya Keterwakilan Perempuan di Politik. Dipetik April 21,
Perempuan. Dipetik Mei 30, 2018, dari 2018, dari SindoNews.com:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan https://nasional.sindonews.com/read/1267
dan Perlindungan Anak: 161/12/menteri-yohana-dorong-30-
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/ tingkat-keterwakilan-perempuan-di-
page/view/20 politik-1513694708
Nurhaeni, I. D. 2012. Pedoman Teknis UNDP. 2007. Retrieved April 21, 2018, from
Penyusunan Gender Analysis Pathway United Nations Development Programme:
dan Gender Budget Statement. (C. www.undp.or.id

162
Wang, V. 2013. Women Changing Policy
Outcomes : Learning From Pro-
Women Legislation in Ugandan
Parliament. Women's Studies
Internasional Forum , 113-121.
Yirmibesoglu, G. 2008. Constraint on Women
Politicians in Northen Cyprus. Equal
Opportunities Internasional Emerald
Insight , 692-708.
Yoon, M. Y. 2013. Special Seats For Women in
Parliament and Democratization: The
Case of Tanzania. Women's Studies
International Forum , 143-149.
Yulyana, E. 2017. Keterlibatan Politik
Perempuan dalam Proses Legislasi DPRD
Kabupaten Karawang Periode 2009-2014.
Jurnal Politikom Indonesia, 105-113.

163
Dilema Pengangkatan Tenaga Honorer

Ayudya Fitri Basuki, Kristina Setyowati


Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
ayudyafitribasuki@student.uns.ac.id, kristina@staff.uns.ac.id

Abstrak
Nawacita kedua pemerintahan presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa Pemerintah tidak absen
membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan
memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik (reformasi birokrasi). Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara hadir dalam rangka mecapai cita kedua tersebut
dengan jaminan sistem merit yang menjadi landasan bagi profesionalisme ASN. Paper ini disusun untuk
memberikan pandangan terkait menimbang arah revisi Undang-Undang Nomor 5 tahun tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara menuju penguatan sistem merit bukan sebaliknya. Pandangan yang
diberikan berdasarkan metode kajian pustaka. Tinjauan pustaka dilakukan berdasarkan buku, jurnal dan
laporan. Peneliti melihat masih ada indikasi pertentangan antara legislatif dengan eksekutif untuk
membangun wacana publik mengenai arah pembaharuan birokrasi publik melalui Undang-Undang
Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu penulis menyarankan bahwa
pemerintah tidak hanya harus melakukan reformasi secara struktural, namun juga reformasi secara
kultural.
Kata kunci: Sistem Meritokratik, Aparatur Sipil Negara, Reformasi Birokrasi

Abstract
The second “Nawacita” president Joko Widodo state that the Government is not absent from building
clean, effective, democratic and reliable governance by giving priority to restoring public trust
(bureaucracy reform). Law No. 5 of 2014 on the State Civil Apparatus comes in the framework of
achieving this second goal with the assurance of a merit system that becomes the foundation for ASN
professionalism. This paper is structured to provide a related view considering the revision of Law No. 5
of 2014 on State Civil Apparatus towards strengthening the merit system not vice versa. Views given by
literature review method. The literature review is based on books, journals and reports. Researchers see
there is still an indication of the conflict between the legislature and the executive to build a public
discourse about the direction of public bureaucracy renewal through Law No. 5 of 2014 on State Civil
Apparatus. The authors therefore suggest that the government not only reforms
structurally, but also reforms culturally.
Keywords: Meritocratic System, State Civil Apparatus, Bureaucracy Reform

A. Pendahuluan terhadap birokrasi disebabkan karena selama ini


Secara riil, kinerja birokrasi di Indonesia masih birokrasi tidak mampu merespon keinginan
mengecewakan. Dalam survey yang dilakukan masyarakatnya. Mauk, Thomas (1999)
oleh Dwiyanto, dkk (2002) terlihat bahwa nilai mengemukakan bahwa the old models and
capaian kinerja birokrasi dalam hal structures of government do not serve the public
produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, well as new demands are being made, the result
responsibilitas dan akuntabilitas birokrasi masih is our traditional institutions and approaches
sangat rendah. Dalam dimensi global, terjadinya becoming increasingly irrelevant to the needs
kesan negatif dan krisis kepercayaan and priorities of our citizen and communities.

164
Sebagaimana diungkapkan Bagehot (dikutip reformasi birokrasi di Indonesia sesungguhnya
dalam Bidgman & Davis, 2000:141), sudah berjalan sejak zaman orde Baru dengan
kebobrokan birokrasi juga disebabkan oleh pola mengenalkan berbagai macam model mulai dari
pendidikan dan pelatihan birokrat yang keliru, scientific management yang mendominasi dari
serta adanya lingkungan kerja yang memberi awal kemerdekaan hingga pertengahan dekade
mereka kesempatan/ setidaknya membiarkan 1980-an, policy analysis selama akhir dekade
terjadinya kebobrokan itu. Bagehot (1876:195) 1980an, reinventing government dan new publik
mengatakan bahwa it is an inevitable defect, that management yang mulai diperkenalkan di awal
bureaucrats will care more routines than 1990an hingga model e-government, modern
results: or as Burke put it, ‘that they will think government dan good governance yang mulai
the substance of the business not to be much masuk awal abad 21.
more important that the forms of it’. Their whole
education and all the habit of their lives makes Sejarah pemerintahan di Indonesia membuktikan
them to do so. bahwa sudah sekian lama reformasi birokrasi
dilakukan melalui sejumlah penetapan
Oleh karenanya, usaha untuk mereformasi pada kebijakan, namun dalam implementasinya
saat sekarang adalah suatu hal yang tidak reformasi tersebut masih menemui
terelakkan. Terjadinya gerakan reformasi permasalahan. Potret buram reformasi birokrasi
menghendaki birokrasi sat ini memiliki netralitas di Indonesia penulis paparkan melalui kasus
terhadap politik, transparan, responsif, dilema pengangkatan tenaga honorer kategori II
bertanggungjawab dan bersih. Pemakaian sistem (THK2) pada revisi Undang-Undang Nomor 5
dan paradigma lama dalam birokrasi publik tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
hanya akan mengulang kesalahan yang sama. (ASN). UU ASN ini merupakan instrumen
Nilai-nilai yang disuarakan oleh gerakan hukum yang penting dalam upaya mewujudkan
reformasi birokrasi hendaknya dapat merasuk agenda reformasi birokrasi dalam nawacita
dalam pembentukan “birokrasi baru” Indonesia kedua dan revolusi mental pemerintahan
dengan standar dan kualifikasi yang lebih jelas, presiden Jokowi. Peraturan dalam undang-
bersih dan modern. Birokrasi tidak boleh lagi undang tersebut memberikan pengaruh yang
menjadi alat politik dan kekuasaan, tetapi besar terhadap profesionalitas kinerja ASN.
menjadi pembantu masyarakat dalam mencapai Sejak perekrutan hingga pemberhentian ASN
tujuan bersama sebagai sebuah bangsa. diatur secara jelas serta terdapat pola dinamisasi
yang efektif dan efisien, bahkan dalam
Reformasi birokrasi menurut Michael Dugget memberikan reward dan punishment secara
yang dikutip Rewansyah (2010:123) adalah proporsional.
proses yang dilakukan secara terus menerus
untuk mendesain ulang birokrasi yang berada di B. Metode Penelitian
lingkungan pemerintah dan partai politik Pendekatan utama dalam penelitian ini adalah
sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna tinjauan literatur sistematis yang mana
baik ditinjau dari segi hukum maupun politik. menyediakan peta dan menilai wilayah
Reformasi birokrasi terintegrasi secara kompleks intelektual yang ada (Tranfield, Denyer and
meliputi struktur, sistem dan watak. Ketiga hal Smart, 2003: 207-222). Data dalam makalah ini
tersebut diharapkan terlaksana secara beriringan sendiri sebagian besar dikumpulkan dari bukti
karena satu sama lain saling berkaitan seperti berita.
siklus.
Di dalam teori administrasi publik, reformasi
birokrasi tidak dapat berjalan secara alamiah.
Dia adalah bagian dari sebuah perubahan
terencana dengan strategi khusus yang penuh
lika-liku politik dan administratif. Reformasi
administrasi publik yang menjadi payung dalam

165
Tabel 1 meningkatkan profesionalisme aparatur negara
Pengumpulan Data dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
Pertanyaan Sumber baik di pusat maupun di daerah. Sebagaimana
Lokus
Penelitian Data publik memahami, manajemen ASN dengan
Bagaimana Tenaga Berita unsur utamanya adalah ASN merupakan
reformasi Honorer lokomotif bergeraknya reformasi birokrasi. Oleh
birokrasi dilihat Kategori 2 karena itu pembenahan mendasar dimulai
dari kasus (THK2) dengan penerbitan UU ASN.
pengangkatan
THK2 pada revisi Roh utama UU ASN adalah pembentukan sistem
UU ASN? kepegawaian sipil yang berbasiskan pada sistem
Sumber: Petticrew, M. and Roberts, H. 2006. merit. Dalam pasal 1 UU ASN disebutkan
Systematic Reviews in the Social Sciences, United bahwa sistem merit adalah kebijakan dan
States, United Kingdom & Australia: Blackwell manajemen ASN yang berdasarkan pada
Publishing Ltd. kualifikasi, kompetensi dan kinerja secara adil
dan wajar tanpa membedakan latar belakang
Tabel 1 menunjukkan bahwa data akan politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis
menjawab pertanyaan tentang bagaimana kelamin, status pernikahan, umur atau kondisi
reformasi birokrasi dilihat dari kasus dilema kecacatan. Harapannya, kinerja ASN kedepan
pengangkatan THK2 pada revisi UU ASN. lebih baik sehingga mampu memberikan
Secara khusus, penelitian ini akan melakukan dukungan terhadap reformasi birokrasi.
bukti data yang menggambarkan keduanya Setidaknya UU ASN cukup memberi landasan
konsisten dengan bukti tersebut dan memberikan hukum kuat untuk melaksanakan reformasi
wawasan tambahan tentang bagaimana proses aparatur negara yang lebih luas dari reformasi
semacam itu berpotongan seiring waktu (Irwin, birokrasi yang dilaksanakan pada RPJMN
2013: 295-306). (Effendi, Soffian: 2014). Bentuk implementasi
dari sistem ini ada dalam proses rekrutmen dan
Analisis data dilakukan dengan cara: (i) seleksi pegawai maupun jabatan berdasarkan
mendeskripsikan isu-isu yang ditemukan, (ii) prinsip kompetensi, kualifikasi, profesiona-
mengkaji dan memberikan penjelasan dari lisme, bebas kepentingan politik dan integritas.
perspektif teori reformasi birokrasi, (iii) Sistem ini secara tegas memagari terbentuknya
menyusun preposisi untuk menjelaskan birokrasi dengan karakteristik organisasi adaptif,
fenomena THK-2 pada revisi UU ASN. harmonis, netral dan berorientasi pada pelayanan
publik.
Penelitian ini memiliki dua keterbatasan, yang
terdiri dari metode dan aspek data. Keterbatasan UU ASN mendobrak sistem lama dan
pertama adalah kecenderungan penulis untuk menciptakan terobosan baru melalui penciptaan
menggunakan tinjauan literatur yang kondisi ASN dari zona nyaman ke zona
menciptakan dominasi wilayah metodologis kompetitif melalui sistem merit. UU ASN
tertentu (Dixon-Wood et. al., 2006: 27-44). memberi perubahan besar dalam manajemen
Kedua, data dapat menjadi bias karena nilai-nilai ASN. Dalam perjalanan tahun keempat
pribadi dari hasil penelitian sebelumnya implementasinya, UU ASN menghadapi
(Hammersley, 2001: 543-554). hambatan dan tantangan. Yang paling nyata
adalah desakan untuk merevisi UU ASN, terkait
C. Hasil dan Pembahasan dengan beberapa substansi UU, salah satunya
1. Sistem Meritokratik UU ASN adalah keinginan dari Dewan Perwakilan Rakyat
Arah kebijakan pembangunan bidang aparatur Republik Indonesia (DPR-RI) agar pemerintah
negara dalam Rencana Pembangunan Jangka mengangkat THK2 menjadi Calon Pegawai
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Negeri Sipil (CPNS) tanpa seleksi. Mereka
dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meminta Kementerian PANRB mengangkat

166
439.956 THK2 menjadi CPNS langsung tanpa
seleksi. Tuntutan untuk mengangkat THK2
menjadi CPNS tanpa seleksi jelas merupakan
langkah mundur dari upaya reformasi birokrasi.

2. Kontra Produktif Usulan Revisi UU ASN


Inisiasi DPR-RI
Reformasi birokrasi adalah politically dan Sumber: Panselnas, 2013
culturally bounded. Tidak sedikit pengangkatan
pegawai honorer tidak dilandasi oleh kebutuhan Artinya kualitas THK2 memang kurang baik
pemerintah. Dalam tataran daerah, hal ini untuk mengisi jabatan ASN. Pemerintah hanya
terutama terjadi sarat kepentingan politik kepala akan mengeluarkan dana besar untuk membiayai
daerah. Misalnya, pengangkatan mantan tim tenaga administrasi. Selain soal latar belakang
sukses saat pilkada serta kerabat atau teman pendidikan, persoalan anggaran juga menjadi
dekat kepala daerah. Tentu saja hal ini dapat salah satu isu krusial yang harus
berdampak buruk pada pemerintahan. Tuntutan dipertimbangkan. Menurut Kementerian
publik agar pemerintahan lebih berkualitas PANRB apabila THK2 diangkat menjadi CPNS
menjadi hanya sebatas mimpi. Pengangkatan total anggaran dianggarkan setiap tahunnya
THK2 menjadi CPNS tanpa seleksi bertentangan adalah Rp. 23,879 T (belum termasuk anggaran
dengan UU ASN. Selain itu, tidak mudah untuk seleksi, prajabatan dan pensiun).
memenuhi permintaan DPR-RI tersebut, karena
latar belakang pendidikan pegawai honorer Tabel 3
mayoritas adalah lulusan SMA kebawah. Jika Simulasi Perhitungan Biaya Gaji dan
mereka diangkat tanpa diseleksi, tuntutan publik Tunjangannya
agar pemerintahan lebih berkualitas akan sulit
terwujud. Pemerintah menjadi sulit mengatasi
ketertinggalan dari negara lain jika sumberdaya
manusia dalam birokrasi tidak mendukung.

Berdasarkan data dari Kementerian


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (PANRB), dari total 439.956 THK2,
pendidikan THK-2 yang tidak lulus didominasi
oleh SD, SMP, SMA dan DIII sebesar 89,6
persen. Jenis jabatan THK-2 yang tidak lulus
mayoritas pada Jabatan Administrasi sebesar Sumber: Kementerian PANRB, 2016
274.487 atau sebesar 62,4 persen.
Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk
Tabel 2 Transparansi Anggaran (Seknas Fitra: 2017),
Profil Tenaga Honorer K2 yang Tidak Lulus melansir data tren anggaran belanja pegawai
Tes pada tahun 2013 terus naik dari tahun ke tahun, dari sekitar Rp
127 triliun menjadi sekitar Rp 281 triliun dalam
periode 2009 hingga 2015. Dari sekitar 260
kabupaten/ kota, belanja terbesar adalah belanja
birokrasi yaitu sekitar 50-75%. Pengangkatan
tenaga honorer yang notabene didominasi oleh
tenaga administrasi berpendidikan rendah
berpotensi menjadi beban anggaran negara dan
menghambat upaya reformasi birokrasi. Hal ini
menjadi kontra terhadap sistem meritokratik

167
yang ingin ditegakkan dalam UU ASN. Oleh berubah dengan cepat (Mongkol, Kulachet:
karena itu, usulan revisi terhadap UU tersebut 2011). Namun, reformasi birokrasi yang
menurut hemat penulis perlu dipertimbangkan. ditumpangi atau bahkan didominasi muatan-
muatan politis oleh penguasa negara menjadikan
3. Reformasi Birokrasi Indonesia vis a vis tujuan reformasi melenceng dari arah yang
Politisasi Birokrasi semula dikehendaki. Usul DPR-RI terkait
Birokrasi merupakan bagian penting dalam dengan pengangkatan THK-2 tanpa melalui
struktur organisasi yang disebut negara. seleksi jelas sebuah langkah mundur, khususnya,
Reformasi birokrasi menjadi salah satu agenda dalam upaya negara meningkatkan kualitas ASN
yang tengah dijalankan pemerintahan saat ini. secara keseluruhan. Dengan pengangkatan ASN
Kementerian PANRB menyebutkan area melalui proses seleksi panjang dengan syarat
perubahan tersebut antara lain: organisasi, tata yang ketat saja pemerintah belum mampu
laksana, peraturan perundang-undangan, sumber menghadirkan kinerja dan kompetensi
daya manusia (SDM) aparatur, pengawasan, profesionalisme ASN yang sesuai dengan
akuntabilitas, pelayanan publik, pola pikir dan dinamika tuntutan publik, pembangunan dan
budaya kerja aparatur. Salah satu area yang pemerintahan, apalagi jika ASN yang diangkat
berperan dalam kehidupan birokrasi di Indonesia pemerintah tanpa melalui seleksi standar.
adalah SDM aparatur karena merupakan aktor
yang melaksanakan birokrasi itu sendiri. Pengangkatan ASN di berbagai negara semakin
Birokrasi tidak berjalan tanpa adanya SDM ketat dengan sistem dan model seleksi yang
aparatur. Kualitas ASN adalah salah satu kunci update sesuai dengan dinamika tuntutan publik
keberhasilan reformasi birokrasi, selaras dengan dan perkembangan lingkungan strategis di
penelitian Steve Davis yang mengatakan bahwa bidang pemerintahan, pembangunan dan layanan
tenaga kerja baru menjadi dasar bagi ekspansi publik. Di negara maju seperti Jepang, misalnya,
besar dalam penggunaan sektor sukarela dalam pegawai pemerintah diseleksi sangat ketat.
penyediaan layanan publik sebagai bagian dari Setidaknya ada lima tahapan seleksi yang harus
program reformasi layanan publik (Davies, dilalui, antara lain tes kompetensi intelektual,
Steve: 2011). kompetensi sosial, tes kompetensi daya inovasi,
integritas dan profesionalitas (Macpherson,
Sayangnya, di Indonesia masih terjadi Wayne Gordon et all: 2017). Karena itu, revisi
kecenderungan intervensi politis terhadap UU ASN seharusnya semakin memperketat
kebijakan reformasi birokrasi. Indikasi tersebut seleksi CPNS agar upaya negara melakukan
nampak dalam keputuasan DPR mengesahkan pembinaan, pendidikan, dan pengawasan lebih
usulan revisi UU Nomor 5/ 2014 tentang ASN ketat dan terukur sesuai tujuan, visi dan misi
menjadi inisiatif DPR dalam sidang paripurna. nawacita pemerintahan Jokowi tidak sekadar
Salah satu poin revisi yaitu tuntutan THK2 yang basa-basi. Upaya menerima THK2 tanpa seleksi
meminta diangkat menjadi CPNS. Artinya, tidak hanya beraroma politis, tetapi lebih banyak
secara perlahan DPR akan melumpuhkan mudaratnya. Kerugian tidak hanya terkait
pengawasan atas pelaksanaan sistem merit dengan terkurasnya anggaran negara di tengah
dalam manajemen SDM ASN yang menjadi roh krisis, tetapi juga mengenai upaya alamiah dan
utama UU ASN. Padahal setelah UU ASN rasional perkembangan grafis ASN itu sendiri.
diberlakukan, titik awal dimulainya sistem
meritokrasi yang diharapkan dapat memperbaiki Berbeda dengan Indonesia, Singapura menjadi
kualitas ASN sudah di depan mata. negara yang telah menerapkan meritokrasi sejak
proses seleksi masuk pegawai pemerintah.
Semua sepakat bahwa reformasi birokrasi Pemerintah Singapura memberi beasiswa kepada
bertujuan baik, karena dianggap secara luas para pegawai berprestasi, kemudian bekerja
bahwa model administrasi publik tradisional sama dengan swasta mendidik calon-calon
tidak bekerja dan tidak dapat memenuhi atau pejabat dan pegawai dengan kompetensi yang
mengantisipasi tuntutan layanan publik yang sesuai kebutuhan pemerintah (Quah, Jon S.T. :

168
2013). Pemerintahan Singapura memberikan Daftar Pustaka
perhatian yang besar terhadap birokrasi. Bridgman, P & Davis, G. 2000. The Australian
Perkembangan reformasi birokrasinya bertahap Policy Handbook, 2nd edition. New South
melalui tiga tahap. Pertama, regulation driven Wales: Allen & Unwin
birokrasi, birokrasi didorong hanya oleh regulasi Davies, Steve. 2011. Outsourcing, public sector
atau birokrasi juklak dan juknis. Kedua, high reform and the changed character of the
performance birokrasi, birokrasi yang kinerjanya UK statevoluntary sector relationship.
tinggi. Ketiga, yang paling top sudah dicapai International Journal of Public Sector
Singapura adalah dynamic birokrasi atau Management, Vol. 24 Issue: 7, pp.641-
birokrasi yang dinamis bisa menghadapi 649, doi: 10.1108/09513551111172468
tantangan apa pun (Ho, Chiew Siang Bryan: Dixon-Woods, M., Bonas, S., Booth, A., Jones,
2015). Singapura membutuhkan waktu 30 tahun D. R., Miller, T., Sutton, A. J., Shaw, R.
untuk mencapai tahap tersebut, sehingga saat ini L.,Smith, J. A., and Young, B. 2006. How
Singapura tercatat sebagai birokrasi terbaik can systematic reviews incorporate
dunia (World Bank: 2017). Dengan program anti qualitative research? A critical
korupsi yang ketat dan peningkatan perspective. Qualitative Research, 6(1),
kesejahteraan yang bersaing dengan swasta, 27-44.
Indonesia baru memulai perubahan melalui UU Dwiyanto, A, dkk. 2002. Reformasi Birokrasi
ASN, dari level regulation driven birokrasi Publik di Indonesia. Yogyakarta: PSKK
menjadi high performance birokrasi. Sehingga UGM
reformasi birokrasi dengan sistem meritokrasi Effendi, Sofian. 2014. Menyiapkan Aparatur
sangat dibutuhkan Indonesia. Negara untuk Mendukung Demokratisasi
Politik dan Ekonomi Terbuka.
D. Penutup Yogyakarta: Gadjah Mada University
Secara struktural pemerintah sudah membuat Press
grand desain dan road map yang cukup bagus Hammersley, M. 2001) On ‘Systematic’
dalam melakukan reformasi birokrasi, namun Reviews of Research Literatures: a
legislatif terlihat tidak serius mendukung ‘narrative’ response to Evans &
eksekutif dalam pelaksaaan reformasi birokrasi. Benefield, British Educational Research
Indikasinya adalah adanya pertentangan antara Journal, 27(5), 543-554
legislatif dengan eksekutif untuk membangun Ho, Chiew Siang Bryan. 2015. Governance,
wacana publik mengenai arah pembaharuan inclusion and trust in Singapore, Hong
birokrasi publik melalui Undang-Undang Nomor Kong and Macao. Asian Education and
5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Development Studies, Vol. 4 Issue: 3,
Reformasi birokrasi masih berjalan penuh lika- pp.250-264, doi: 10.1108/ AEDS-05-
liku politik dengan kecenderungan dari berbagai 2015-0013
pihak menggunakan reformasi birokrasi sebagai Irwin, S. 2013. Qualitative secondary data
icon untuk memperjuangkan kepentingan sempit analysis: Ethics, epistemology and
dan berjangka pendek. Politisasi birokrasi masih context. Progress in Development Studies,
banyak terjadi dari legislatif maupun dari 13(4), October, 295-306
eksekutif. Oleh karena itu penulis menyarankan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
bahwa pemerintah tidak hanya harus melakukan dan Reformasi Birokrasi. 2015. Road Map
reformasi secara struktural, namun juga Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui
reformasi secara kultural. Menghilangkan PERMENPAN No. 11 Tahun 2015
kebijakan politisasi birokrasi ditubuh birokrasi Lampiran Peraturan Prsiden Republik Indonesia
adalah agenda utama yang perlu direalisasikan No 81 tahun 2010 tentang Grand Design
dalam upaya mereformasi tubuh birokrasi. Reformasi Birokrasi 2010-2025, hal 16
Macpherson, Wayne Gordon, James C Lockhart,
(2017) "Understanding the erosion of US
competitiveness: managed education and

169
labor in Japanese “corporate castle
towns”", Journal of Management History,
Vol. 23 Issue: 3, doi: 10.1108/JMH-03-
2017-0012
Mauk, Thomar. 1999. The Death of
Bureaucracy, Public Management Journal
Vol 81, Juli-Agustus.
Mongkol, Kulachet. 2011. Implementing New
Publik Management in the Developing
Country: The case of Thailand.
International Journal of Arts & Sciences;
Cumberland, Vol. 4 Issue 23 pp 87-98
Petticrew, M. and Roberts, H. 2006. Systematic
Reviews in the Social Sciences. United
States, United Kingdom & Australia:
Blackwell Publishing Ltd.
Quah, Jon S.T. 2013.Ensuring good governance
in Singapore: Is this experience
transferable to other Asian countries?.
International Journal of Publik Sector
Management, Vol. 26 Issue: 5, pp.401-
420, doi: 10.1108/IJPSM-05-2013-0069
Rewansyah, Asnawi. 2010. Reformasi Birokrasi
dalam Rangka Good Governance. Jakarta:
Yusaintanas Prima
Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran. 2017. Tren
Belanja Anggaran Pegawai dalam
http://seknasfitra.org/
Tranfield, D., Denyer, D. and Smart, P. 2003.
Towards a Methodology for Developing
Evidence-Informed Management
Knowledge by Means of Systematic
Review. British Journal of Management,
14(3), 207-222.
Vartanian, T. P. 2010. Secondary Data Analysis.
United Kingdom: Oxford University Pres.

170
Aparatur Sipil Negara (Praktik Etika Aparatur Sipil Negara)
Memerangi Maladministrasi Birokrasi Melalui Budaya Organisasi

Fadhilla Artiwi Putri dan Ismi Dwi Astuti Nurhaeni


Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta
fadhillaputri94@yahoo.co.id, ismidwiastuti@staff.uns.ac.id

Abstrak
Salah satu kewajiban yang paling penting dilaksanakan oleh pemerintah adalah melayani setiap warga
negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Diperlukan birokrasi yang bersih dan efisien untuk
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Birokrasi yang masih sangat korup, tidak profesional,
serta bersikap seenaknya, maka jika dilakukan perubahan apapun tidak akan berdampak positif bagi
kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Bentuk patologi birokrasi antara lain yaitu KKN, penyimpangan
prosedur, penyalahgunaan wewenang, melalaikan kewajiban, yang kemudian hal itu semua disebut
maladministrasi. Maladministrasi merupakan suatu pelanggaran etika administrasi publik. Dengan
menggunakan metode literature review, hasil analisis untuk memutus mata rantai penyimpangan-
penyimpangan tersebut dengan penerapan budaya inovasi dalam pelayanan publik. Inovasi ini kaitannya
adalah budaya untuk mau berubah kearah yang lebih baik dari setiap penyelenggara pelayanan publik.
Budaya inovasi yang dilakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan administrator publik akan
membentuk suatu pola pikir dan sadar untuk mau berubah demi memberikan pelayanan yang benar
kepada masyarakat.
Kata kunci: Maladministrasi, Pelayanan Publik, Budaya Organisasi

Abstract
The government's obligation is to serve every citizen to fulfill his basic rights and needs. A clean and
efficient bureaucracy required to provide excellent services to the community. Bureaucracy that is still
very corrupt, unprofessional, and acting casually, then if any changes will not have a positive impact for
service activities to the community. The form of bureaucratic pathology that is KKN, procedural
deviation, abuse of authority, neglect of obligation, which then it all called maladministration.
Maladministration is a violation of the ethics of public administration. By using the literature review
method, the results of the analysis to break the chain of such deviations with the application of innovation
culture in the public service. This innovation is a cultural relation to want to change towards the better in
every public service providers. Culture of innovation is done continuously and become a habit of public
administrators will form a mindset and conscious to want to change in order to provide the right service to
the community.
Keywords: Maladministration, Public Service, Organizational Culture

A. Pendahuluan membentuk pemerintahan yang bersih, ternyata


Salah satu kewajiban yang paling penting dan sampai saat ini masih jauh dari realitas, karena
harus dilaksanakan oleh pemerintah adalah masih saja ditemukan praktik penyimpangan
melayani setiap warga negara untuk memenuhi (Anwar,2015; Wahyudi, et al., 2015). Reformasi
hak dan kebutuhan dasarnya, sebagaimana yang dalam politik yang selama ini lebih diperhatikan
diamanatkan oleh UUD 1945. Harapan dengan tidak diikuti reformasi birokrasi, ternyata
masyarakat bahwa pemerintahan yang tidak banyak menghasilkan perbaikan kinerja
demokratis akan mampu memerangi KKN dan pelayanan publik. Dengan birokrasi yang masih

171
sangat korup dan bersikap sebagai penguasa Timbulnya dugaan adanya tindakan
serta tidak professional, maka perubahan apapun menyimpang diluar peraturan yang berlaku
yang terjadi dalam pemerintahan kita tidak akan disebut maladministrasi pelayanan publik.
membawa dampak yang berarti dalam perbaikan Dalam konteks penyelenggaraan birokrasi
kinerja dan perbaikan pelayanan publik. Indonesia, ada beberapa penyebab terjadinya
Ketidakberhasilan birokrasi dalam perilaku-perilaku negatif para aparatur birokrasi
penyelenggaraan pemerintahan, secara umum seperti: 1) Lemahnya Faktor Moral dari setiap
terjadi akibat adanya patologi birokrasi (Anwar, aparatur birokrasi, 2) Gaji yang rendah, 3)
2015). Andika (2017) menyebutkan bahwa: Lemahnya pengawasan (controlling), 4)
“The bureaucracy that does not open up Rekruitment yang tidak melalui mekanisme
with the development of the surrounding yang benar, 5) Aturan dan mekanisme kerja
environment will make this organization yang belum jelas (Yunas & Huda, 2016).
seen as government organizations that Perilaku maladministrasi birokrasi dapat
will meet his end, as an unhealthy dikatakan sebagai budaya buruk birokrasi yang
bureaucracy became the site of the nest turun temurun, penyebab perilaku
of the disease (pathology) bureaucracy to maladministrasi birokrasi selanjutnya adalah
proliferate”. rusaknya mindset pegawai (Wahyudi, et al,
(Birokrasi yang tidak terbuka dengan 2015). Mindset merupakan kaidah atau ulasan
perkembangan lingkungan sekitarnya yang diyakini oleh seseorang. Mindset erat
akan membuat organisasi ini dilihat hubungannya dengan falsafah hidup seseorang.
sebagai organisasi pemerintah yang akan Perubahan mindset seorang pegawai akan turut
menemui ajalnya, karena birokrasi yang mempengaruhi perubahan dalam berpikir dan
tidak sehat menjadi tempat sarang bertindak. Artinya mustahil akan terjadi
berkembang biaknya penyakit/patologi perubahan perilaku maladministrasi birokrasi
birokrasi). selagi belum terjadi perubahan dalam mindset
pegawai. Anggraeni (2014) menjelaskan
Kondisi tersebut dapat membahayakan bagi mengenai kriteria yang menjadi kategori
pemerintah, bahkan dapat menghilangkan maladministrasi sebagaimana terdapat dalam
tingkat kepercayaan masyarakat. Banyak sekali buku saku Ombudsman, yaitu 1. Perilaku dan
bentuk patologi birokrasi yang ada di Indonesia perbuatan melawan hukum, 2. Perilaku dan
antara lain ialah penanganan berlarut, perbuatan melampaui wewenang, 3.
penyimpangan prosedur, penyalahgunaan Menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari
wewenang, praktek KKN, melalaikan yang menjadi tujuan wewenang tersebut, 4.
kewajiban, pemalsuan, nyata-nyata Kelalaian, 5. Pengabaian kewajiban hukum, 6.
berpihak/politis, bertindak tidak layak, Dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan
intervensi dan inkompetensi yang selanjutnya publik, 7. Dilakukan oleh penyelenggara negara
disebut sebagai Maladministrasi (Anwar, 2015). dan pemerintah, 8. Menimbulkan kerugian
Maladministrasi adalah setiap perilaku yang materik dan atau imateril, 9. Dilakukan bagi
menyebabkan terjadinya penyimpangan, masyarakat dan orang perseorangan.
pelanggaran atau pengabaian kewajiban hukum Maladministrasi yang terjadi pada sistem
serta kepatuhan masyarakat dalam proses birokrasi tersebut perlu dihapuskan, maka dalam
penyelenggaraan pemerintahan, sehingga tidak artikel ini dibahas mengenai penerapan budaya
dapat memenuhi asas umum pemerintahan yang organisasi dalam membangun perilaku
baik (good governance) (Anwar, 2015). Hal-hal organisasi untuk meminimalisir tindakan
maladministrasi ini dapat menimbulkan dampak maladministrasi.
pada pemerintahan yang tidak efisien, buruk dan
tidak memadahi. Selain itu maladministrasi juga B. Metode Penelitian
merupakan pelanggaran etika administrasi Analisis pada penulisan artikel ini didasarkan
publik (Holihah, 2013). atas literature review. Adapun literatur yang

172
digunakan berasal dari buku, serta artikel jurnal dan tidak patut didasarkan seluruhnya atau
ilmiah. sebagian atas ketentuan undang-undang atau
fakta, tidak masuk akal atau berdasarkan
C. Hasil dan Pembahasan tindakan yang tidak baralasan (unreasonable),
1. Maladministrasi tidak adil (unjust), menekan (oppressive), tidak
Konsep maladministrasi tidak dapat dipisahkan patut (improper) dan diskriminatif (Haliq &
dari administrasi publik itu sendiri, administrasi Makawi, 2017). Ombudsman merupakan suatu
publik adalah kerjasama yang dilakukan oleh institusi pemerintah yang berfungsi untuk
sekelompok orang atau lembaga dalam mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dalam serta menerima laporan pengaduan dari
memenuhi kebutuhan publik secara efektif dan masyarakat atas dugaan ketidakpuasan mereka
efisien (Pasolong: 2013). Peranan administrasi dalam menerima pelayanan publik. Dimana
publik pada dasarnya untuk mencapai tujuan salah satu tujuan dari Ombudsman yaitu
secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, setiap membantu menciptakan dan meningkatkan
kegiatan dalam administrasi publik diupayakan upaya untuk pemberantasan dan pencegahan
tercapainya tujuan sesuai dengan yang praktek-praktek maladministrasi, diskriminasi,
direncanakan dan mengandung rasio terbaik kolusi, korupsi serta nepotisme. Didalam pasal 1
antara input dan output. Selama perjalanan angka 3 Undang-Undang No. 37 Tahun 2008
proses kegiatan pencapaian tujuan, perlu tentang Ombudsman Republik Indonesia,
dilakukan dengan benar agar tidak terjadi dijelaskan mengenai pengertian maladministrasi,
penyimpangan sehingga pemenuhan kebutuhan yaitu: ”mal administrasi adalah perilaku atau
masyarakat dapat terlaksana secara efektif dan perbuatan melawan hukum, melampaui
efisien. wewenang, menggunakan wewenang untuk
tujuan lain dari yang menjadi tujuan wewenang
Konsep maladministrasi birokrasi lahir pada tersebut, termasuk kelalaian atau pengabaian
abad ke-10 sebagai istilah yang menunjukkan kewajiban hukum dalam penyelenggaraan
kegagalan birokrasi dalam mengurus urusan pelayanan publik yang dilakukan oleh
rakyat, kurang inisiatif dan kurangnya sifat penyelenggara Negara dan pemerintahan yang
tanggungjawab dari pegawai pemerintahan menimbulkan kerugian meteriil dan/atau
(Wahyudi, et al, 2015). Seseorang yang bekerja immateriil bagi masyarakat dan orang
dalam pemerintahan, harus melaksanakan perseorangan”. Dari uraian diatas dapat
kewajibannya secara profesional yaitu sesuai diketahui bahwa maladministrasi merupakan
dengan aturan yang berlaku serta perbuatan melawan hukum, menyalahgunakan
bertanggungjawab untuk melayani masyarakat wewenang, bertindak seenaknya,
tanpa memiliki kepentingan untuk memberikan memperlakukan dengan tidak adil atau
keuntungan pribadi maupun kelompok. diskriminatif yang dilakukan oleh seorang
Maladministrasi birokrasi digambarkan sebagai aparatur birokrasi dalam memberikan layanan
sikap menyalahi undang-undang, korupsi, kepada masyarakat.
kejahatan, sifat kasar terhadap masyarakat,
ketidakadilan dan tidak mampu bekerja. Bentuk-bentuk maladministrasi dapat berupa
korupsi, kolusi, nepotisme (KKN) dengan
Maladministrasi secara umum adalah perilaku beragam bentuknya seperti adanya tindakan
yang tidak wajar, termasuk penundaan penyuapan, ketidakjujuran, perilaku yang buruk,
pemberian layanan, tidak sopan dan kurang mengabaikan hukum dan lain sebagainya
peduli terhadap masalah yang menimpa (Holihah, 2013). Irfan, Sukirman, & Argubi
seseorang yang disebabkan oleh perbuatan (2017) menjelaskan maladministrasi dapat
penyalahgunaan kekuasaan, penggunaan terjadi karena beberapa faktor antara lain yaitu
kekuasaan secara semena-mena atau kekuasaan faktor kebutuhan keluarga, kesempatan,
yang digunakan untuk perbuatan yang tidak lingkungan kerja, dan lemahnya pengawasan.
wajar, tidak adil, intimidatif atau diskriminatif Jika pada diri seorang pegawai pemerintahan

173
memiliki sikap mental yang tinggi, keimanan kolektif, dan menciptakan komunitas.) Budaya
dan keagamaan yang tinggi maka walaupun ada organisasi adalah seperangkat asumsi atau
tuntutan untuk memehuni kebutuhan keluarga, sistem keyakinan, nilai-nilai dan norma yang
ada kesempatan serta lingkungan yang dikembangkan dalam organisasi yang dijadikan
memungkinkan maka ia tidak akan melakukan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya
tindakan maladministrasi tersebut. Faktor lain untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan
yang mempengaruhi seorang pegawai integrasi internal (Handayani, n.d.). Budaya
pemerintah melakukan tindakan maladministrasi organisasi sangat berpengaruh terhadap perilaku
yaitu lemahnya peraturan, lemahnya lembaga para anggota organisasi karena sistem nilai
kontrol, lingkungan kerja dan lain sebagainya dalam budaya organisasi dapat dijadikan acuan
yang membuka peluang atau kesempatan perilaku anggota-anggota dalam organisasi yang
seseorang untuk melakukan tindakan berorientasi pada pencapaian tujuan atau hasil
maladministrasi. Aturan yang tidak jelas kinerja yang ditetapkan, sehingga jika budaya
memberi peluang seseorang untuk melakukan organisasi baik, maka tidak mengherankan jika
tindakam maladministrasi, selain itu sanksi yang anggota organisasinya merupakan orang-orang
diberikan cenderung lemah maka peluang untuk yang baik dan berkualitas pula. Tujuan
melakukan maladministrasi semakin tinggi. penerapan budaya organisasi ini adalah agar
seluruh individu dalam organisasi dapat
2. Budaya Organisasi mematuhi dan berpedoman pada sistem nilai
Budaya adalah suatu pola keyakinan dan nilai- keyakinan dan norma-norma yang berlaku dalam
nilai yang berkembang dalam organisasi yang organisasi tersebut. Dengan demikian budaya
dipahami, dijiwai dan dipraktekkan oleh pelaku organisasi baik secara langsung maupun tidak
organisasi, sehingga pola tersebut menjadi dasar langsung akan berpengaruh terhadap kinerja
aturan perilaku dalam organisasi (Irfan et al., anggota organisasi (Handayani, n.d.).
2017). Budaya organisasi adalah seperangkat
asumsi atau sistem keyakinan, nilai-nilai dan 3. Budaya Organisasi dalam Penanganan
norma yang dikembangkan dalam organisasi Maladministrasi Pelayanan Publik
yang dijadikan pedoman tingkah laku bagi Pelayanan publik merupakan tanggungjawab
anggota-anggotanya untuk mengatasi masalah pemerintah dan dilaksanakan oleh pemerintah
adaptasi eksternal maupun internal (Handayani, baik di tingkat pusat, daerah maupun Badan
n.d.). Indiyati (2014) menyebutkan budaya Usaha Milik Negara. Definisi pelayanan publik
organisasi merupakan sesuatu hal yang sifatnya menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004
mendasar, yang berisi keyakinan, nilai-nilai inti Dalam Pasolong (2013:129) adalah segala
bersama, sesuatu yang menjadi karakteristik inti, kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
yang diyakini dan dijalankan bersama-sama oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
semua anggota organisasi. Budaya organisasi ini pemenuhan kebutuhan penerima layanan,
mencerminkan suatu persepsi umum yang maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
dilakukan oleh seluruh anggota organisasi dalam peraturan perundang-undangan. Pelayanan
melaksanakan tugasnya. publik menurut UU Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik, menyebutkan bahwa
Okatan & Alankus (2017) pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian
menjelaskan,”organisational culture is the kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
shared beliefs, principles, values, and pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
assumptions that shape behaviour by building undangan bagi setiap warga negara dan
commitment, providing direction, establishing a penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan
collective identity, and creating a community.” administratif yang disediakan oleh
(Budaya organisasi adalah keyakinan, prinsip, penyelenggara pelayanan publik.
nilai, dan asumsi bersama yang membentuk Penyelenggaraan pelayanan publik perlu
perilaku dengan membangun komitmen, dilakukan dengan memberikan pelayanan yang
memberikan arahan, membangun identitas prima kepada masyarakat. Sehingga dapat

174
menjamin pemenuhan kebutuhan masyarakat bahwa dia merupakan pelayan, dan masyarakat
dan memberikan kepuasan kepada masyarakat adalah raja atau sebagai pengguna layanan yang
terhadap layanan yang diberikan oleh harus dipenuhi kebutuhannya, namun dengan
pemerintah. Namun kembali lagi, penyakit budaya di masa lalu yang masih melekat maka
birokrasi yang sering kali terjadi dan menyebar tindakan penyimpangan dalam pelayanan publik
dengan cepat sehingga dapat merusak integritas masih kerap kali terjadi. Budaya yang turun-
setiap penyelenggara negara. Bahkan temurun dilaksanakan pada organisasi pelayanan
penyelenggara yang baru masuk ke dalam publik tersebut tidak jarang justru
organisasi pemerintah seringkali justru larut ikut mempengaruhi pegawai yang baru masuk untuk
terkena penyakit birokrasi, mereka kurang terpengaruh budaya yang tidak sesuai tersebut,
memiliki benteng untuk mencegahnya sehingga mereka justru ikut melakukan tindakan
(Anggraeni, 2014). Dengan pelayanan publik maladministrasi. Holihah (2013) menjelaskan
yang kurang maksimal tadi pemerintah dapat bahwa maladministrasi ini merupakan
menimbulkan kesan negatif dan hilangnya pelanggaran etika administrasi publik. Etika
kepercayaan publik terhadap pemerintah pelayanan yang dilakukan oleh Aparatur Sipil
(Setiawati, 2016). Negara (ASN) selama ini masih sebatas pada
Birokrasi yang selama ini di desain untuk komitmen yang bersifat taken for granted.
bekerja lambat, berhati-hati dan metodologinya Dalam prakteknya kode etik tersebut tidak
tidak diterima oleh orang yang perlu layanan dijadikan pedoman bagi pegawai pemerintah
cepat, efisien, tepat waktu dan sederhana dalam melaksanakan pekerjaan tetapi hanya
(Setiawati, 2016). Secara normatif pegawai sebatas slogan yang tidak dilaksanakan dengan
pemerintah seharusnya menempatkan semestinya (Irawanto, 2015). Dengan budaya
masyarakat sebagai pihak yang mempunyai hak yang tidak tepat yang terus berkembang serta
untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas. tidak dilaksanakannya kode etik semakin
Dengan layanan yang berkualitas maka tingkat membuat praktik maladministrasi tak
kepercayaan masyarakat akan semakin terbendungkan lagi. Saat ini masyarakat
meningkat kepada aparat birokrasinya. Namun memerlukan pelayanan yang bersih dan cepat
karena adanya penyakit birokrasi maka kejadian dari pegawai pemerintah untuk memenuhi
seperti maladministrasi masih ditemui pada kebutuhannya.
proses pelayanan publik. Hal ini dikarenakan
budaya yang kurang tepat dari periode Di era globalisasi seperti sekarang ini pegawai
sebelumnya masih saja dilaksanakan (Wahyudi, pemerintah perlu menyesuaikan diri dengan
2015). Di Indonesia misalnya dominasi budaya perkembangan lingkungan. Budaya birokrasi
kerja pegawai pemerintah yang bekerja sejak menjadi faktor yang penting dalam menjelaskan
masa orde baru terhadap pegawai pemerintah kegagalan birokrasi dalam memberikan
yang bekerja setelah masa reformasi jelas akan pelayanan kepada masyarakatnya (Dwiyanto:
mempengaruhi usaha untuk memperbaiki 2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan publik. Budaya birokrasi kinerja adalah budaya organisasi (Muis,
yang cukup terlihat pada masa orde baru yaitu Jufrizen, & Fahmi, 2018). Oleh karena itu
menganggap bahwa diri mereka adalah sebagai pentingnya organisasi membangun budaya yang
penguasa bukan sebagai pelayan masyarakat. menjadi panutan dalam proses birokrasi. Untuk
Padahal seharusnya pegawai pemerintah merasa dapat meningkatkan kinerja aparatur dalam
bahwa keberadaanya di organisasi pemerintah memberikan pelayanan yang optimal, yaitu
adalah sebagai pelayan masyarakat untuk melalui peran budaya organisasi birokrasi
membantu memudahkan urusan mereka, sekaligus merupakan bagian dari reformasi
menyediakan apa saja yang diperlukan oleh birokrasi. Setiawati (2016) menjelaskan salah
masyarakat dan menyelesaikan dokumen satu unsur budaya organisasi birokrasi adalah
tersebut sesuai dengan waktu yang telah berkembangnya inovasi dalam instansi
ditetapkan oleh undang-undang (Wahyudi, pemerintah. Sebab inovasi merupakan hal sangat
2015). Pegawai pemerintah seharusnya sadar strategis yang memungkinkan birokrasi untuk

175
berfungsi lebih dinamis dan melakukan memungkinkan birokrasi untuk berfungsi lebih
improvement. Sehingga kinerja pelayanan publik dinamis dan melakukan improvement. Dengan
dapat lebih baik. Dengan budaya inovasi ini, demikian mindset pegawai pemerintah
pelayanan publik perlu berkembang sesuai diharapkan bisa berubah sesuai perkembangan
perkembangan jaman, sehingga diharapkan lingkungan serta tuntutan masyarakat. Sehingga
mindset pegawai pemerintah juga dapat berubah kinerja pelayanan publik dapat berjalan lebih
untuk melayani masyarakat dengan maksimal. baik. Rekomendasi bagi organisasi pelayanan
Serta menyadari bahwa kegiatan yang publik yaitu perlunya penerapan budaya inovasi.
dilakukannya semata-mata untuk kepentingan Organisasi perlu memiliki inovasi-inovasi yang
pemenuhan kebutuhan masyarakat, bukan untuk dilakukan untuk meningkatkan pelayanan yang
kepentingan pribadi. baik kepada masyarakat.

D. Penutup Daftar Pustaka


Maladministrasi ini merupakan kegiatan dimana Andhika, L. R. 2017. Pathology Bureaucracy:
terjadi penyalahgunaan wewenang atau Reality of the Indonesian Bureaucracy
kesalahan yang dilakukan oleh anggota atau and Prevention. Jurnal Bina Praja, 9(1),
pegawai organisasi penyelenggara pelayanan 101-114.
publik, sehingga memberikan keuntungan bagi Anggraeni, T D. 2014. Menciptakan Sistem
dirinya dan memberikan kerugian kepada Pelayanan Publik yang baik: Strategi
masyarakat. Dengan adanya maladministrasi Reformasi Birokrasi Dalam
tersebut membuat pelayanan menjadi kurang Pemberantasan Korupsi. Jurnal
efisien dan cenderung menurunkan tingkat Rechtsviding, 3, 417-433.
kepercayaan publik terhadap pemerintah. Selain Anwar, K. 2015. Memerangi Patologi Birokrasi
itu tindakan maladministrasi tersebut merupakan (Maladministrasi): Melalui Sistem E-
suatu tindakan pelanggaran etika yang dilakukan Governance. Media Soerjo, 16(1), 1-11.
oleh pegarai pemerintah dalam melaksanakan Dwiyanto, A; dkk. 2006. Reformasi Birokrasi
tugasnya. Pegawai pemerintah perlu menyadari Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
bahwa dirinya dalam melakukan tugas untuk Mada University Press.
melayani masyarakat, bukan untuk memberinak Haliq, A., & Makawi, U. 2017. Analisis Kasus
keuntungan bagi pribadi maupun kelompok. Mal Administrasi di Ombudsman RI
Tindakan maladministrasi ini dapat terjadi Perwakilan, 2(1), 63-72.
karena mindset serta sistem budaya birokrasi Handayani, A. (n.d.). Peran Budaya Organisasi
yang kurang baik. Budaya yang kurang baik Terhadap Kinerja Karyawan. Prosiding
serta dilaksanakan secara turun temurun semakin Seminar Nasional Peran Budaya
melanggengkan tindakan maladministrasi dan Organisasi Terhadap Efektivitas dan
seolah-olah itu bukan tindakan penyelewengan. Efisiensi Organisasi, 95-106.
Dengan adanya perkembangan jaman organisasi Holihah. 2013. Etika Administrasi Publik.
penyelenggara pelayanan publik perlu Jurnal Review Politik, 03(2), 232-255.
melakukan perubahan untuk mengatur perilaku Indiyati, D. 2014. Pengaruh Budaya Organisasi
anggotanya, sehingga dapat meminimalisir dan Manajemen Pengetahuan Terhadap
perilaku maladministrasi. Diharapkan pegawai Keunggulan Bersaing. Sosiohumaniora,
pemerintah dapat memahami dan menyadari 16(2), 193-200.
tugas atau fungsi kinerja utamanya sebagai Irawanto. 2015. Etika Aparatur Pelayanan
pelayan publik adalah untuk melayani Publik “Tinjauan Atas UU Aparatur Sipil
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Negara”. Reformasi, 5(2), 1-20.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja Irfan, M., Sukirman, A., & Argubi, A. H. 2017.
adalah budaya organisasi. Unsur budaya Strategi Aksi Pencegahan dan
organisasi birokrasi adalah berkembangnya Pemberantasan Korupsi dalam Birokrasi
inovasi dalam instansi pemerintah. Sebab Pemerintahan Kota Bima. GaneC Swara,
inovasi merupakan hal sangat strategis yang 11(1), 39-44.

176
Muis, M. R., Jufizen, J., & Fahmi, M. 2018. Karakter Kepemimpinan dan Optimisme
Pengaruh Budaya Organisasi dan Daerah dalam Reformasi Birokrasi di
Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Indonesia. The POLITICS: Jurnal
Karyawan. Jurnal Ekonomi & Ekonomi Magister Ilmu Politik Universitas
Syariah, 1(1), 9-25. Hasanuddin, 2(2), 290-314.
Okatan, K., & Alankus, O. B. 2017. Effect of
Organizational Culture on Internal
Innovation Capacity. Journal of
Organisational Studies and Innovation,
4(3), 18-50.
Pasolong, H. 2013. Teori Administrasi Publik.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Setiawati, B. 2016. Peran Budaya Organisasi
Publik dalam Meningkatkan Kinerja
Pelayanan Publik. Jurnal Ilmiah
Administrasi Publik, 2(4), 182-185.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik
Undang-Undang No. 37 Tahun 2008 tentang
Ombudsman Republik Indonesia.
Wahyudi, R., Malek, J. A., & Aziz, A. 2015.
Perilaku Malladministrasi Birokrasi dalam
Pelayanan Publik di Kota Pekanbaru,
Provinsi Riau: Faktor Penyebab dan
Solusinya.
Yunas, N. S., & Huda, M. 2016. Membangun

177
Disfungsi Perilaku Pemimpin Organisasi Publik:
Faktor Pendorong dan Reformasi Kepemimpinan

Desti Permitasari
Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta
destipermitasari@gmail.com

Abstrak
Perilaku disfungsional merupakan salah satu bentuk patologi dalam organisasi publik. Sejauh ini berbagai
penelitian menunjukan bahwa pemimpin merupakan penyebab utama terjadinya perilaku disfungsional
dalam organisasi. Tulisan ini bermaksud untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang
mendorong pemimpin organisasi publik melakukan perilaku disfungsional dan pentingnya melakukan
reformasi kepemimpian. Analisis artikel menggunakan metode literature riview. Hasil analisis
menunjukan bahwa psikologi, budaya kerja dan konflik hubungan menjadi faktor yang mendorong
terjadinya disfungsi perilaku pemimpin. Implikasi dari faktor-faktor tersebut diantaranya adalah labeling
sikap, menurunya kepercayaan bawahan dan penyalahgunaan otoritas. Menyikapi hal ini maka resformasi
kepemimpinanan dengan menerapkan gaya kepemimpinan transformasional menjadi solusi yang dapat
ditawarkan.
Kata kunci: Pemimpin, Disfungsional, Faktor Pendorong, Reformasi Kepemimpinan

Abstract
Dysfunctional behavior is one form of pathology in public organizations. So far, various studies have
shown that leaders are the main cause of dysfunctional behavior in organizations. This paper intends to
analyze the factors that encourage leaders of public organizations to engage in dysfunctional behavior and
the importance of conducting leadership reform. Analysis of the article using riview literature method.
The results of the analysis show that psychology, work culture and relationship conflict become factors
that encourage the dysfunction of leader behavior. The implications of such factors include attitudinal
labeling, declining subordinate beliefs and abuse of authority. In response to this, the transformation of
leadership by applying the transformational leadership style becomes a solution that can be offered.
Keywords: Leader, Dysfunctional, Driving Factor, Leadership Reform

A. Pendahuluan maupun tulisan yang telah diperintahkan


Pemimpin adalah seseorang yang kepadanya.
mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang Disisi lain keberadaan pemimpin menjadi sangat
lain serta bertanggung jawab atas pekerjakan penting ketika terjadi suatu konflik atau
tersebut untuk mencapai suatu tujuan (Hasibuan, perselisihan antara orang-orang di dalam
2011). Arahan yang tepat dari seorang pemimpin kelompok. Dampak konflik pada dasarnya dapat
akan berfungsi untuk menyelesaikan berbagai dibedakan menjadi dua yaitu konflik fungsional
permasalah dan juga mendukung keberhasilan dan konflik disfungsional (Robbins, 2002).
dari proses pembangunan. Dengan kekuasaan Konflik disfungsional adalah konflik yang
yang dimilikinya seorang pemimpin memiliki bersifat destruktif dan merusak efektivitas
kendali terhadap semua aktivitas bawahannya. organisasi. Oleh karena itu keberadaan konflik
Hal ini berarti secra otomatis bawahan akan tersebut tidak bermanfaat sehingga organisasi
melaksnakan perintah pemimpin baik lisan harus menghindari dan mencegah terjadinya

178
konflik disfungsional. Melihat situasi tersebut berperilaku baik. Hal ini karena anggota
pemimpin dalam hal ini merupakan kunci dalam organisasi berkeinginan memiliki pemimpin
memegang kendali kontrol agar konflik yang mampu mengantarkan pada kemajuan,
disfungsional tidak terjadi dalam organisasinya. kemakmuran, kebehagiaan dan juga
Namun sering kali keadaan tersebut tidak kesejahteraan. Pemimpin yang berperilaku
berjalan secara ideal karena munculnya disfungsional tentunya akan menghambat
kecenderungan perilaku disfungsional pada pencapaian cita-cita dari organisasi. Maka dari
pemimpin itu sendiri. itu menjadi penting untuk mengetahui faktor
yang mendorong terjadinya perilaku
Perilaku disfungsional pada hakikatnya dapat difungsional bagi pemimpin sehingga organisasi
dilihat dari beberapa sudut pandang baik pada dapat menghindari dan melakukan reformasi
tingkat individu, tingkat organisasi maupun bagi pemimpinnya.
lembaga. Jika dilihat dari sudut pandang
individu pemimpin ternyata memiliki pengaruh B. Metode Penelitian
yang besar terhadap berkembangnya perilaku Artikel yang berjudul “Disfungsi Perilaku
disfungsional pada organisasi. Hal ini dibuktikan Pemimpin Organisasi Publik: Faktor Pendorong
melalui hasil refleksi pada beberapa jurnal yang dan Reformasi Kepemimpinan” dianalisis
mengidentifikasikan keberadaan perilaku dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik
disfungsional yang dipengaruhi oleh keberadaan pengembilan data dilakukan dengan metode
orang-orang yang berkedudukan pada posisi literature review. Hasil analisis artikel
pemimpin seperti manajer dan eksekutif dimaksudkan untuk memberikan gambaran
(Yılmaz, Özer and Günlük, 2014; Yuhertiana et faktual terkait dengan faktor-faktor yang
al., 2015; Jurkiewicz and Giacalone, 2016). mendorong pemimpin organisasi publik dalam
melakukan perilaku disfungsional dan
Pemimpin disfungsional dapat dijelaskan pentingnya melakukan reformasi terhadap
sebagai segala perbuatan menyimpang yang pemimpin yang berperilaku disfungsional.
berhubungan dengan pelanggaran terhadap etika
seperti bertindak sewenang-wenang, konspirasi, C. Hasil dan Pembahasan
diskriminatif, dan tidak disiplin (Sujana et al., Pembahasan tentang pemimpin telah menarik
2012; Rose et al., 2015; Yuhertiana et al, 2015; banyak minat peneliti karena peranannya yang
Jurkiewicz and Giacalone, 2016). Perilaku sangat besar bagi organisasi. Kepemimpinan
disfungsional pada pemimpin dapat memberikan dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
efek jangka pendek dan jangka panjang kepada menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk
bawahannya dan organisasi. Efek jangka pendek mempengaruhi perilaku pengikut melalui
yang diakibatkan seperti meningkatnya tekanan sejumlah cara. Ada berbagai teori yang
psikologis karyawan, sedangkan efek jangka menjelaskan tentang kepemimpinan diantaranya
panjangnya adalah labeling atau meniru perilaku yaitu teori perilaku. Teori perilaku disebut juga
pimpinan serta karyawan yang mengalami dengan teori sosial. Teori ini didasarkan pada
konflik pekerjaan dengan kehidupan (Rose et pemikiran dimana kepemimpinan merupakan
al., 2015). Kepemimpinan yang dipengaruhi perilaku yang muncul dari individu ketika ia
oleh perilaku disfungsional sesungguhnya mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan.
merupakan hal yang buruk karena tidak efisien Pada tataran empiris seorang pemimpin
dalam menerapkan arahan bagi organisasi. berperilaku dipengaruhi oleh adanya latar
Apalagi organisasi akan sangat dipengaruhi oleh belakang pengetahuan, nilai-nilai, dan
efektivitas pemimpin, karena pemimpin yang pengalaman mereka. Karena itu seorang
efektif akan berpengaruh terhadap efektifitas pemimpin akan memberikan ciri berperilaku
dari kinerja bawahannya. tertentu yang kemudian dimanifestasikan
sebagai sebuah gaya kepemimpinan. Gaya
Pada tatanan normatif organisasi sangat kepemimpinan akan tampak dari cara melakukan
mengharapkan dipimpin oleh orang yang pengambilan keputusan, cara memerintah

179
(instruksi), cara memberikan tugas, cara disebabkan oleh gejala depresi yang terjadi
berkomunikasi, cara mendorong semangat kepadanya. Hasil penelitian Kërqeli, Kelpi
bawahan, cara membimbing dan mengarahkan, &Tsigilis (2013) memperkuat analisis
cara menegakkan disiplin, cara memimpin rapat, sebelumnya bahwa pada individu yang depresi
cara menegur dan memberikan sanksi. rentan terhadap kemungkinan melakukan
perilaku disfungsional. Faktor yang
Umumnya setiap organisasi memiliki keinginan mempengaruhi tingkat depresi seorang
untuk dipimpin oleh individu yang memiliki pemimpin berasal dari keadaan suasana hati dan
perilaku yang baik. Stoner (1982) menjelaskan pengalaman kehidupan yang telah dialaminya.
bahwa semakin banyak jumlah sumber Jika seseorang pemimpin memiliki keadaan hati
kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, maka yang kurang baik maka dimungkinkan perilaku
semakin besar potensi kepemimpinan yang dsifungsilah yang akan dimunculkan dalam
efektif. Perilaku yang baik sering kali mampu caranya memimpin organisasi.
menciptakan kondisi kepemimpinan efektif.
Namun besarnya jumlah kekuasaan yang Kondisi psikologis dari pemimpin yang berlatar
dijelaskan oleh Stoner disatu sisi justru menjadi belakang memiliki kecenderungan berperilaku
penyebab terjadinya perilaku disfungsional dari disfungsional akan berpengaruh pada psikologis
seorang pemimpin. Kepemimpinan bawahannya. Pada situasi yang ideal pemimpin
disfungsional didefinisikan sebagai seseorang memiliki kemampuan untuk menjadi teladan
dalam posisi pengaruh yang secara terbuka bagi bawahannya namun kecenderungan
menunjukan perilaku verbal dan nonverbal yang berperilaku pemimpin yang disfungsional akan
menggangu fungsi oprasional individu, tim dan membuat kondisi tersebut berjalan sebaliknya.
organisasi (Rose et al., 2015). Menurut Patel & Rose et al. (2015) berpendapat jika meraka yang
Hamlin, (2017) terdapat beberapa karakteristik bekerja dibawah pemimpin disfungsional akan
yang mencerminkan seorang pemimpin yang cenderung merasakan lelah emosional yang
disfungsional yaitu 1) Mereka kasar, dan kemudian menciptakan perilaku negatif di
berperilaku bullying terhadap para karyawan; 2) lingkungan yang lain. Jika dibiarkan maka
Tindakan mereka diilhami oleh kepentingan implikasi yang dapat diperoleh yaitu hilangnya
pribadi; 3) Suka bertindak otokratis; dan 4) komitmen terhadap organisasi yang bisa berakir
Perilaku mereka memiliki banyak konsekuensi pada tindakan pembalasan dari bawahannya.
negatif seperti mengurangi produktivitas,
mengikis semangat, merusak inisiatif, serta Psikologis seseorang menjadi bagian yang
menciptakan lingkungan ketidakpercayaan; dan menentukan bagimana seseorang akan
5) Cenderung mendukung pembentukan budaya berperilaku. Keberadaan psikologis dalam
organisasi yang disfungsional. Jika hal tersebut kepemimpinan menfokuskan pada cara
dibiarkan tentu organisasi akan beresiko seseorang pemimpin untuk menjadi contoh dari
menghadapi keruntuhan. Maka pada kondisi bawahannya. Salah satu kelebihan pemimpin
inilah perlu dipahami faktor-faktor apa yang adalah secara psikologis ia dapat membuat orang
mendorong terjadinya perilaku disfungsional lain mengikuti perintahnya. Maka jika individu
pemimpin dan peranan reformulasi menghabiskan sebagian besar waktunya di
kepemimpinan dalam tataran tersebut. lokasi kerja dan pemimpinnya menunjukan
1. Faktor pendorong terjadinya perilaku perilaku disfungsional maka ia dapat
disfungsional pada pemimpin organisasi mengadopsi bagaimana pemimpinnya
publik dapat disebabkan oleh faktor berikut: berperilaku (Van Fleet & Griffin, 2006). Hal ini
a. Faktor Psikologis memang memungkinkan karena setiap individu
Studi ahli menjelaskan bahwa kecenderungan pada dasarnya memiliki kemampuan untuk
perilaku disfungsional pemimipin berasal dari labeling terhadap karakter orang lain. Jadi dapat
faktor psikologis (Goldman, 2006; Rose et al., dikatakan bahwa jika pemimpinnya melakukan
2015). Secara psikologis pemimpin dapat perilaku disfungsi tidak menutup kemungkinan
melakukan disfungsi perilaku salah satunya pegawainya akan melakukan perilaku disfungsi

180
pula. Terlebih lagi pada kenyataannya sebagian dimilikinya. Dalam prakteknya kedua hal
besar bawahan cenderung menghasbiskan tersebut wajib dimiliki oleh seorang pemimpin
waktunya untuk berada ditempat kerja, sehingga yaitu kemampuan untuk memberikan pengaruh
meningkatkan situasi tersebut akan dan mengelola pekerjaan suatu organisasi.
meningkatkan jangka waktu untuk seseorang Namun sampai saat ini tentu masih sangat
menampilkan perilaku yang disfungsional. banyak pemimpin yang belum mampu
Paino, Ismail & Smith (2014) berpendapat mengembangkan ketrampilan interpersonalnya
bahwa suatu organisasi dengan orang-orang dengan kuat. Fitria (2014) menjelaskan bahwa
yang menampilkan perilaku disfungsional akan pada dasarnya kepemimpinan berkaitan dengan
lebih mudah untuk berperilaku yang sama sebuah organisasi, kepemimpinan sebagai
terhadap keluarganya. Hal ini dapat terjadi pencerminan suatu kualitas organisasi sebagai
karena adanya stimulant yang dapat sistem yang memiliki karakteristik konsep
memprovokasi individu yang sudah memiliki tersebut menjadi gambaran bahwa maju dan
kecenderungan tinggi terhadap perilaku mundurnya suatu organisasi sangat bergantung
disfungsional. dari pemimpin. Maka kondisi pemimpin yang
secara psikologisnya tidak memiliki kekuatan
b. Faktor Budaya Organisasi interpersonal akan mengakibatkan kemungkinan
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa terjadinya penyalahgunaan otoritas pemimpin
budaya organisasi merupakan salah satu faktor kepada bawahannya.
pendukung terjadinya hubungan yang disfungsi.
Budaya organisasi yang disfungsional Pada situasi ini tidak semua bawahan yang
didefinisikan sebagai budaya yang memberikan berada dibawah pemimpin yang disfungsi dapat
batasan terhadap kemampuan individu dan bertahan. Namun seorang bawahan masih bisa
kelompok serta mendorong kinerja individu dan menentukan pilihan untuk cenderung menerima
kelompok yang biasa-biasa saja (Kaufman, perilaku disfungsi atau menentang dengan
2012). Kaitannya dengan budaya organisasi ini melakukan tindakannya sesuai dengan standar
pemimpin dianggap menjadi penentu professional. Perilaku yang baik di tempat kerja
terbentuknya budaya organisasi yang paling dapat berkontribusi positif untuk menciptakan
kuat. Pemimpin pada hakekatnya merupakan yang lingkungan kerja produktif dan harmonis di
orang-orang yang mengatur nada organisasi, mana para pekerja dapat terinspirasi dan
menentukan nilainya dan norma-norma, dan mencapai potensi mereka secara penuh
menciptakan dan mempertahankan kepribadian (Ogunkuade, 2016). Maka jika bawahan telah
seperti apa organisasi (Van Fleet & Griffin, terpengaruh pada situasi organisasi difungsional
2006; Kaufman, 2012). Maka apabila pemimpin yang disebabkan oleh pemimpinnya,
menanamkan budaya yang disfungsional, produktifitas dapat menurun dan muncullah
budaya tersebutlah yang akan berkembang pada hubungan yang renggang antar individu didalam
organisasinya. organisasi. Yuen et al. (2013) berpendapat
bahwa bekerja di bawah lingkungan disfungsi
Disisi lain Van Fleet & Griffin (2006) dapat menciptakan konflik antara organisasi dan
menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi profesionalitas. Dampaknya yang lebih luas
terjadinya budaya kerja yang disfungsional adalah terjadinya peningkatan jumlah bawahan
adalah terjadinya manajemen yang terdegradasi yang mengundurkan diri karena sebagian
ke peran-peran kecil. Hal ini mengakibatkan diantaranya merasa tidak puas dan memiliki
pemimpin tidak sengaja berkontribusi pada standar etika yang lebih tinggi. Bawahan dengan
pengembangan perilaku yang disfungsional di kecenderungan penerapan etika yang tinggi tentu
dalam organisasinya. Kondisi ini juga memiliki penolakan terhadap perilaku yang
diperburuk oleh rendahnya ketrampilan yang mereka yakini salah. Pada tataran tertentu
dimiliki pemimpin (Fitria, 2014; Patel &Hamlin, produktivitas seorang bawahan juga dapat
2017). Sejatinya keberadaan seorang pemimpin dikatkan pada tingkah laku dan sikapnya.
ditentukan oleh bakat dan kemampuan yang

181
Sebagai bentuk tatanan budaya organisasi yang menghadapi situasi konflik dalam hubungan
disiplin seharusnya berbagai persyaratan yang maka hasil pekerjaan anggota organisasi tentu
telah ditentukan organisasi menjadi mutlak saja tidak maksimal. Implikasi jangka panjang
untuk dipatuhi. Kepatuhan tersebut dapat dari konflik antar hubungan adalah munculnya
dimanifestasikan dengan ketaatan pada sikap pemimpin yang sewenang-wenang.
peraturan perundangan yang berlaku, kehadiran Pemimpin yang bersikap sewenang-wenang
tepat waktu ditempat kerja, kepatuhan kepada akan cenderung bersifat otoriter terhadap
atasan, menjunjung tinggi etos kerja dan tidak bahawannya termasuk ketika ia menilai siapa
berperilaku negatif. Hamirul (2017) menyatakan bawahan yang ia sukai dan tidak disukai. Hasil
bahwa setiap bentuk tindakan dari perilaku penelitian Husna et al (2012) menjelaskan
menyimpang dari hal-hal yang negatif dapat bahwa terdapat hubungan positif antara perilaku
digolongkan dalam bentuk pelanggaran disiplin. disfungsional dengan desmosi. Demosi adalah
Budaya kerja yang telah terkungkum kedalam seseorang yang karena berbagai pertimbangan
suatu disfungsi akan cenderung menempatkan mengalami penurunan pangkat atau jabatan dan
individu-individu didalamnya pada posisi yang penghasilan serta tanggung jawab yang semakin
sama. Hal ini berarti bahwa budaya kerja yang kecil. Umumnya desmosi dikaitkan dengan
difungsional menjadi lambang keberadaan pengenaan suatu sanksi disiplin karena berbagai
pemimpin dan bawahan yang berperilaku alasan seperti penilaian negatif oleh atasan
disfungsional. karena prestasi kerja yang tidak atau kurang
memuaskan. Karena ketidak selarasan antara
c. Faktor Konflik Hubungan hubungan pemimpin dengan bawahan maka
Konflik dalam suatu organisasi merupakan suatu pada situasi tersebut pemimpin akan cenderung
hal yang tidak dapat terhindarkan. Tetapi mengambil keputusan untuk menerapkan demosi
kenyataannya sering kali individu-individu pada bawahannya.
dalam organisasi cenderung menghidari
penyelesaian konflik yang sedang terjadi. 2. Reformasi Kepemimpinan
Kaufman (2012) menjelaskan bahwa Jika mengetahui keberadaan faktor-faktor yang
penghindaran konflik akan menyebabkan dapat mendorong perilaku disfungsi dan
terjadinya hubungan yang difungsi. Hubungan implikasinya tentu setiap organisasi berharap
yang disfungsi lahir dari pemimpin yang tidak agar tidak berada pada situasi tersebut. Maka
dapat membangun hubungan yang selaras dalam hal ini organisasi memerlukan
dengan bawahannya serta tidak dapat pemahaman tentang perilaku di tempat pekerja
menemukan solusi terhadap konflik yang sedang dengan tujuan agar dapat mencapai pemanfaatan
dihadapi. Jika situasi konflik hanya dihindarkan, sumber daya manusia yang maksimum. Selain
baik pemimpin dan bawahan tidak dapat itu organisasi juga harus mampu mewujudkan
melakukan pekerjaan organisasi dengan baik. sasaran dan tujuan organisasi dengan
Hal ini dikarenakan proses pemindahan mengidentifikasi penerapan sebuah aturan dalam
informasi antara pemimpin dengan bawahannya masyarakat dan mempertahankan iklim yag
tidak dapat tersalurkan dengan maksimal. selalu ingin perbaikan atas perilaku negatif dari
anggota organisasi. Melakukan reformasi pada
Disisi lain keberadaan konflik hubungan akan organisasi yang disfungsional dapat dilakukan
berpengaruh pada kondisi organisasi itu sendiri. dengan menerapkan gaya kepemimpian yang
Kondisi organisasi pada hakikatnya merupakan sesuai.
karakteristik yang membedakan antara
organisasi satu dengan organisasi lainnya dan Satriyo (2016) mendefinisikan gaya
berpengaruh pada orang-orang yang ada dalam kepemimpinan sebagai pola tingkah laku yang
organisasi tersebut. Husna et al (2012) dirancang sedemikian rupa untuk mempengaruhi
menjelaskan bahwa kondisi organisasi dapat bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja
dipandang sebagai kepribadian organisasi yang yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja
dicerminkan oleh anggota-anggotanya. Jika organisasi dan tujuan organisasi dapat

182
dimaksimalkan. Salah satu tipe dari gaya pegawai yang dapat ditingkatkan. Hal ini berarti
kepemimpinan yang reformis adalah gaya bahwa pengaruh penerapan gaya kepemimpinan
kepemimpinan transformasional. Jahidi (2014) transformasional dalam jangka panjang akan
mengartikan kepemimpinan transformasional berhubungan positif terhadap perkembangan
sebagai proses di mana para pemimpin dan perilaku kerja bawahan.
bawahan saling menaikkan diri ke tingkat
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi, seperti Bawahan yang mengikuti pemimpin
kemerdekaan, keadilan, dan kemanusiaan, bukan transformasional akan mengalami
didasarkan atas emosi, seperti keserakahan, perkembangan pola berfikir ke arah yang
kecemburuan sosial, atau kebencian. Pada reformis. Satriyo (2016) menjelaskan bahwa
penyataan tersebut kepemimpinan bawahan dari seorang pemimpin
transformasional dapat digambarkan sebagai transformasional merasa memiliki kepercayaan,
sebagai gaya pemimpin yang dapat kekaguman, kesetiaan, dan hormat terhadap
membangkitkan atau memotivasi bawahan, pemimpin tersebut, dan mereka juga cenderung
sehingga dapat berkembang dan mencapai termotivasi untuk melakukan lebih dari pada
kinerja pada tingkat yang tinggi, melebihi apa yang awalnya diharapkan terhadap mereka. Ini
yang mereka pikirkan sebelumnya (Munawaroh, berarti bahwa ketepatan gaya kepemimpinan
2011). Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang ditunjukan oleh atasan akan meningkatkan
transformasional maka kesadaran dari para kinerja bawahannya. Jika melihat dari fokusnya
pengikut tentang persoalan-persoalan akan penerapan gaya kepemimpinan transformasional
berubah. Mereka akan cenderung memandang berpengaruh pada komitmen dan kapasitas
masalah lama dengan cara-cara baru dan mampu anggota organisasi. Raihani (2010) mengatakan
menggairahkan, membangkitkan dan bahwa komitmen dan kapasitas yang semakin
mengilhami para pengikut untuk meningkatkan bertambah dianggap dapat menghasilkan usaha
upayanya agar mampu mencapai tujuan dan dan produktifitas yang lebih besar dan akan
sasaran serta memotivasi kehidupan organisasi. menjadi outcome yang diharapkan sebuah
Untuk mencapai tatanan tersebut maka organisasi.
pemimpin yang disfungsional harus di arahkan
pada cara-cara berfikir yang transformis pada Pada penerapan gaya kepemimpinan
konsep yang dikembangkan oleh kepemimpinan transformasional, pemimpin dapat memengaruhi
tranformasional. dan menggerakkan bawahan untuk mengubah
lingkungan kerja, menjadi memiliki semangat
Pemimpin yang transformis dapat dikatakan dan motivasi, serta memiliki pola dan nilai-nilai
sebagai pemimpin yang memiliki pandangan kerja dalam mencapai tujuan organisasi
maju dan mampu mengajak bawahannya untuk (Suyatminah, 2013). Sesuai dengan hal tersebut
melakukan perubahan yang akan berpengaruh Jahidi (2014) menganggap gaya kepemimpinan
pada kinerja mereka (Helmi & Arisudana, 2009; transformational yang menerapkan servant
Akbar, Noermijati & Troena, 2016; Satriyo, leadership dipandang sesuai dan mampu
2016). Hasil penelitian Helmi dan Arisudana menjawab tantangan globalisasi. Dengan
(2009) menunjukan bahwa kepemimpinan kepemimpinan transformasional terjadi proses
memiliki pengaruh terhadap perilaku organisasi transformasi hubungan kepemimpinan manakala
apabila telah terbentuk hubungan antara atasan pemimpin membangun kesadaran bawahan
dengan bawahan yang kuat. Terjadinya tentang nilai kerja, perluasan dan peningkatan
penerimaan dan penolakan dari bawahan dalam kebutuhan yang melampaui minat pribadi serta
mengikuti pemimpinnya akan menentukan mendorong perubahan tersebut ke arah
besarnya peranan pemimpin dalam suatu kepentingan bersama termasuk kepentingan
organisasi. Disisi lain Akbar, Noermijati & organisasi. Selain itu dengan menerapkan gaya
Troena (2016) menjelaskan bahwa semakin kepemimpinan transformasional, pemimpin dan
besar gaya kepemimpinan transformasional bawahan menjadi lebih siap utuk menghadapi
pemimpin maka semakin tinggi pula kualitas berbagai perubahan yang akan dihadapi

183
organisasi, termasuk perubahan sebagai dampak transformasional akan mengalami
globalisasi. perkembangan pola berfikir ke arah yang
reformis. Hal ini berarti komitmen dan kapasitas
Upaya pemimpin dalam menjalankan bawahan menjadi semakin bertambah dan
kepemimpinan transformasional akan berdampak pada peningkatan produktifitas
bermanfaat untuk memengaruhi dan sebagai bentuk outcome yang diharapkan
menggerakkan bawahan melalui konsiderasi organisasi.
individual. Menurut Jahidi (2014)
kepemimpinan transformasional melalui Daftar Pustaka
konsiderasi individual akan menyebabkan Akbar, R.; Noermijati and Troena, E. A. 2016.
bawahan merasa diperhatikan secara penuh, ‘Stres Kerja terhadap Kinerja Pegawai
dilatih dan dikembangkan secara karier, dengan Dimediasi oleh Kepuasan Kerja
sehingga menunjang dan mampu menjaga (Studi pada KPPN Makassar 1 dan KPPN
komitmen yang sudah terbangun, motivasi yang Makassar 2 )’, Jurnal Aplikasi
stabil dan cenderung meningkat, dan memiliki Manajemen (JAM), 14(3), pp. 537–545.
kapasitas yang memadai untuk melakukan Fitria. 2014. ‘Analisis Pengaruh Faktor-Faktor
perubahan- perubahan ke arah yang lebih kreatif Kepemimpinan Transformasional
dan juga inovatif. terhadap Kinerja Karyawan Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) Barakat Bersama
D. Penutup Kabupaten Banjar’, Journal KINDAI,
Pemimpin merupakan bagian dari organisasi 10(3), pp. 237–247.
yang memiliki peranan penting. Hasil studi Van Fleet, D. and Griffin, R. W. 2006.
menyatakan bahwa perilaku disfungsional yang ‘Dysfunctional Organization Culture’,
disebabkan oleh pemimpin cukup banyak Journal of Managerial Psychology, 21(8),
terjadi. Terdapat tiga faktor pendorong perilaku pp. 698–708. doi:
disfungsional pemimpin yang dianalisis dalam 10.1108/02683940610713244.
artikel ini yaitu faktor psikologis, faktor budaya Goldman, A. 2006. ‘Personality Disorders in
organisasi dan faktor konflik hubungan. Secara Leaders’, Journal of Managerial
psikologis pemimpin dapat melakukan disfungsi Psychology, 21(5), pp. 392–414. doi:
perilaku salah satunya disebabkan oleh gejala 10.1108/02683940610673942.
depresi. Sedangkan pada faktor budaya Hamirul. 2017. ‘Patologi Birokrasi yang
organisasi, aspek adanya budaya disfungsional Dimanifestasikan dalam Perilaku Birokrat
yang dibawa oleh pemimpin, terjadinya yang Bersifat Disfungsional’, Jurnal Imu
manajemen yang terdegradasi ke peran-peran Pemerintahan, 7(1), pp. 14–18.
kecil, dan buruknya ketrampilan pemimpin Helmi, A. F. and Arisudana, I. 2009.
menjadi penyebab terbentuknya budaya ‘Kepemimpinan Transformasional,
organisasi yang disfungsional. Pada faktor Kepercayaan dan Berbagi Pengetahuan
konflik hubungan, disfungsi perilaku pemimpin dalam Organisasi’, Jurnal Psikologi,
disebabkan oleh penghindaran terhadap konflik 36(2), pp. 95–105.
antar anggota organisasi. Pengaruh yang Husna, Dinal; Sahuri, C. and Mayarni, D. 2012.
dihasilkan oleh terjadinya konflik hubungan ‘Prestasi kerja, kondisi organisasi,
adalah perilaku otoriter pemimpin dalam menilai perilaku disfungsional dan demosi pns’,
bawahannya yang berujung pada desmosi. Jurnal Kebijakan Publik, 3(2), pp. 59–
Penerapan gaya kepemimpinan transformasional 141.
dapat digunakan untuk mereformis terjadinya Jahidi, I. M. H. 2014. ‘Transformasional
perilaku disfungsional pada pemimpin. Semakin Leadership dan Servant Leadership:
besar gaya kepemimpinan transformasional yang Tantangan Kepemimpinan dalam
diterapkan pemimpin maka semakin tinggi pula Menghadapi Era Global’, Jurnal Ilmu
kualitas pegawai yang dapat ditingkatkan. Disisi Pemerintahan (Cosmogov), 3(2), pp. 219–
lain bawahan yang mengikuti pemimpin 231.

184
Jurkiewicz, C. L. and Giacalone, R. A. 2016. 10.1007/s10551-015-2909-5.
‘Organizational Determinants of Ethical Robbins SP and Judge. 2002. Perilaku Orgaisasi
Dysfunctionality’, Journal of Business Buku 2. Jakarta: Salemba
Ethics. Springer Netherlands, 136(1), pp. Rose, K. et al. 2015. ‘Skunked: An Integrative
1–12. doi: 10.1007/s10551-014-2344-z. Review Exploring the Consequences of
Kaufman, B. 2012. ‘Anatomy of Dysfunctional the Dysfunctional Leader and
Working Relationships’, Business Implications for Those Employees Who
Strategy Series, 13(2), pp. 102–106. doi: Work for Them’, Human Resource
10.1108/17515631211220887. Development Review, 14(1), pp. 64–90.
Kërqeli, A., Kelpi, M. and Tsigilis, N. 2013. doi: 10.1177/1534484314552437.
‘Dysfunctional Attitudes and Their Effect Stoner. 1982. ‘Management’, J.A.F.
on Depression’, Procedia - Social and Suyatminah. 2013. ‘Peran Kepemimpinan
Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 84, Transformasional dan Kedisiplinan Kerja
pp. 196–204. doi: Terhadap Kinerja Guru TK PNS Se-
10.1016/j.sbspro.2013.06.534. Kecamatan Bantul Role of
Munawaroh. 2011. ‘Pengaruh Kepemimpinan Transformational Leadership and Work
Transformasional dan Transaksional Discipline on the Performance of
Terhadap Kinerja Guru’, Jurnal Ekonomi Teachers in District of Bantul’,
bisnis, 16(2). Psikopedagogia Jurnal Bimbingan dan
Mahardini, Nyoman M.; Sujana, Edy; and Konseling, 2(2), pp. 87–93.
Adiputra, Made P. 2012. ‘Pengaruh Etika Yılmaz, E., Özer, G. and Günlük, M. 2014. ‘Do
Profesi dan Tekanan Anggaran Waktu Organizational Politics and
Terhadap Perilaku Disfungsional Auditor Organizational Commitment Affect
(Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Budgetary Slack Creation in Public
di Provinsi Bali )’, E-journal S1 Ak Organizations?’, Procedia - Social and
Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 150,
pp. 124–130. pp. 241–250. doi:
Ogunkuade, I. M. 2016. ‘The Perspectives of 10.1016/j.sbspro.2014.09.047.
Workplace Behaviour in Nigeria Idowu Yuen, D. C. Y. et al. 2013. ‘Dysfunctional
M. gunkuade Department of Psychology, auditing behaviour: empirical evidence on
Nasarawa State University, Keffi, Nigeria auditors’ behaviour in Macau’,
’, Ife PsychologIA, 24(2), pp. 173–181. International Journal of Accounting &
Paino, H., Ismail, Z. and Smith, M. 2014. Information Management, 21(3), pp. 209–
‘Modelling Dysfunctional Behaviour: 226. doi: 10.1108/IJAIM-12-2012-0075.
Individual Factors and Ethical Financial Yuhertiana et al. 2015. ‘Perilaku Disfungsional
Decision’, Procedia - Social and pada Siklus Penganggaran Pemerintah:
Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 145, Tahap Perencanaan Anggaran’, Jurnal
pp. 116–128. doi: Akuntansi dan Auditing Indonesia, 2(1).
10.1016/j.sbspro.2014.06.018.
Patel, T. and Hamlin, R. G. 2017. ‘Toward a
Unified Framework of Perceived Negatif
Leader Behaviors Insights from French
and British Educational Sectors’, Journal
of Business Ethics. Springer Netherlands,
145(1), pp. 157–182. doi:

185
Berpolitik Menggunakan Isu Etnosentrisme: Dilema Etika dalam
Pengeksklusifan “Putra Daerah” di Pemerintahan Daerah

Yelladys Nuring Alifagusta, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni


Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret
yelladysnuring@student.uns.ac.id, ismidwiastuti@staff.uns.ac.id

Abstrak
Etnosentrisme adalah keyakinan bahwa budaya, ras, etnis, dan agama suatu kelompok lebih baik
dibandingkan dengan kelompok yang lain. Salah satu bentuk etnosentrisme yaitu adanya kebijakan “putra
daerah” di beberapa pemerintahan daerah. Fenomena ini menimbulkan kedilemaan dalam praktik etika
politik karena disatu sisi kebijakan tersebut adalah legal karena adanya otonomi daerah sedangkan disatu
sisi kebijakan tersebut dianggap kurang lazim karena dianggap tidak demokratis. Berdasarkan fenomena
tersebut, artikel ini akan mengkaji tentang apakah pelaksanaan kebijakan putra daerah di Indonesia
sebenarnya menyalahi etika yang ada atau tidak, serta bagaimana seharusnya reformasi birokrasi harus
diimplementasikan guna menciptakan tata kelola pemerintahan secara baik. Artikel ini akan dikaji
menggunakan metode literature review dari berbagai dokumen. Hasil dari analisis artikel menunjukkan
bahwa etnosentrisme yang dipakai sebagai alat berpolitik cenderung menimbulkan diskriminasi antar
kelompok, persaingan yang tidak sehat, dan konflik. Demokratisasi politik yang diabaikan berpengaruh
pada pengkotakan hubungan antar kelompok. Oleh karena itu, reformasi akuntabilitas harus dilakukan
guna mewujudkan demokratisasi politik.
Kata kunci: Etnosentrisme, Etika Politik, Reformasi Akuntabilitas

Abstract
Ethnocentrism is the belief that a group's culture, race, ethnicity and religion are better than the other. One
form of ethnocentrism is the existence of a policy of "sons of the region" in some local governments. This
phenomenon creates dillemas of political ethics practice because on one side of the policy is legal while
on the one hand the policy is considered less prevalent because it is considered undemocratic. Based on
this phenomenon, this article will examine whether the implementation of “sons of the region” policies in
Indonesia is actually violating existing ethics or not, and how bureaucratic reform should be implemented
in order to create good governance. This article will be reviewed using literature review methods from
various documents. The results of the article analysis show that ethnocentrism used as a political tool
tends to lead to discrimination between groups, unhealthy competition, and conflict. The neglected
political democratization influences the grouping of inter-group relations. Therefore, accountability
reform must be done in order to realize political democratization.
Keywords: Ethnocentrism, Political Ethics, Accountability Reform

A. Pendahuluan otonomi daerah hadir, eksistensi “putra daerah”


Dalam dunia birokrasi, istilah “putra daerah” menjadi lebih kuat. Dengan mengambil
secara awam dapat kita dipahami sebagai sebuah momentum otonomi daerah, maka daerah-daerah
bentuk pelabelan terhadap individu ataupun yang pada jaman orde baru mendapatkan
sekelompok orang yang lahir di daerah tertentu diskriminasi kesempatan kerja oleh kelompok
dan kemudian mengabdikan diri untuk bekerja pendatang kini banyak mengalami perubahan
di pemerintahan yang sama dengan kota politik (Leefan, 2012). Perubahan politik
kelahirannya. Isu tentang “putra daerah” kini tersebut salah satunya menurut Leefan (2012)
sangat menarik untuk dikaji karena semenjak era

186
ditunjukkan melalui munculnya gejala lagi apabila fenomena etnosentrisme semakin
Papuanisasi pada sektor birokrasi. menguat dan tidak dicegah maka bisa jadi
promosi daerah pada akhirnya juga ditentukan
Fenomena “putra daerah” dan gejala Papuanisasi oleh faktor agama tertentu. Isu tentang agama
merupakan salah satu bentuk dari penguatan akhir-akhir ini memang sangat gencar
nilai etnosentrisme pada birokrasi kita. diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia.
Etnosentrisme dipahami sebagai suatu Setelah kasus dugaan pelecehan agama yang
kepercayaan atau anggapan bahwa etnisnya dilakukan oleh Ahok tahun 2017, politik dan
lebih baik dibandingkan dengan etnis yang lain agama menjadi hal yang sensitif untuk dibahas.
baik itu dari segi sifat, perilaku, adat dan nilai Pasalnya, perbedaan kepentingan dari beberapa
budaya (Irianto, 2013; Supriyadi, 2015; Susanto, kelompok radikal agama menjadi pemicu
2009). Nilai etnosentrisme yang muncul dalam banyak konflik di pemerintahan.
fenomena ini adalah adanya pengeksklusifan
“putra putri daerah” sebagai calon pimpinan Hadirnya fenomena “putra daerah” apabila
daerah (Kambo, 2015; Irianto, 2013; Akbar, dikaitkan dengan etika, tentu masih
2015; Leefan, 2012). Posisi pimpinan birokrasi menimbulkan sebuah perdebatan yang panjang.
seperti Bupati, Walikota, Camat, dan lain Etika itu sendiri berhubungan dengan isu
sebagainya harus direbut oleh putra asli daerah moralitas karena berbicara tentang penentuan
Papua. Rasionalitas perjenjangan karir standar penilaian “benar” dan “salah” (Molla &
berdasarkan golongan, pendidikan, dan Dastagir, 2013; Pasolong, 2017; Thoha, 2017).
kemampuan kemudian menjadi tidak berlaku Benar atau salahnya pemahaman atas tindakan
karena hanya berfokus pada syarat “putra individu atau kelompok ditentukan oleh adanya
daerah”. konstruksi sosial (Bon et al, 2017; Molla &
Dastagir, 2013). Jadi, dapat dikatakan bahwa
Selain di Papua, fenomena pengekslusifan hukum etika itu ditetapkan dan dilembagakan
“putra daerah” juga terjadi di Sumatra Utara. Isu sendiri oleh kelompok masyarakat didaerah
etnosentrisme yang muncul yakni ketika Djarot tertentu. Oleh karenanya, setiap daerah punya
mencalonkan diri sebagai Calon Gubernur hukum moralitas sendiri-sendiri sehingga
Sumatra Utara. Pada saat itu, Djarot juga didaerah x tindakan dikatakan salah namun
diserang isu tentang putra daerah oleh lawan belum tentu didaerah y tindakan tersebut adalah
politiknya (https://news.okezone.com). Menurut salah. Seberapa kuat pemahaman individu
Djarot selama calon pemimpin dari daerah lain terhadap etika dalam masyarakat tergantung dari
punya kapasitas yang baik, punya track record bagaimana proses penanaman nilai-nilai internal
yang baik, punya solusi untuk berbagai pada mereka (Bon et al, 2017). Ketika
permasalahan dan punya niat untuk mengabdi, penanaman rendah maka ia lebih rentan terhadap
maka isu putra daerah sebenarnya sudah tidak pengaruh tidak etis dan cenderung dipengaruhi
relevan untuk digunakan oleh norma-norma subjektif atau keyakinan
(https://www.cnnindonesia.com). individu terhadap apa yang ia lakukan,
begitupun sebaliknya.
Selain isu “putra daerah” dalam kaitannya
dengan politik calon pemimpin, fenomena Menyikapi masalah etika dalam kasus
“putra daerah lainnya” yang menarik untuk etnosentrisme di Indonesia, ini merupakan suatu
dikaji adalah terkait dengan promosi pegawai tindakan yang tidak bermoralitas. Pasalnya
daerah (Kambo, 2015). Pada kenyataannya, seperti di kasus Djarot, etnosentrisme yang
sistem promosi daerah masih kental dengan dibiarkan secara terus-menerus hanya akan
semangat sukuisme. Seperti misalnya untuk dijadikan sebagai senjata untuk menyerang
mencapai posisi kepegawaian yang strategis dan lawan politik secara tidak sehat. Selain itu untuk
posisi atas, pejabat yang berasal dari suku lain kasus di Papua, etnosentrisme bagi masyarakat
akan kalah dengan pejabat yang berasal dari diluar juga disebut sebagai tindakan yang tidak
suku tempat ia bekerja. Dan yang lebih tragis bermoralitas karena dengan adanya kebijakan

187
pengeksklusifan putra daerah, maka peluang people (Kambo, 2015). Hadirnya putra daerah
untuk kolusi dan nepotisme semakin terbuka dan juga dipercaya mampu mengatasi segala
menjadi hal yang lumrah. Hingga pada akhirnya, permasalahan karena dianggap lebih dekat dan
kasus di Papua ini berdampak pada hasil peka dalam mengidentifikasi potensi masalah
negosiasi terhadap investor asing yang banyak dilapangan. Selain itu, putra daerah lebih sering
mengalami kegagalan sehingga birokrasi dianggap sebagai pelestari identitas budaya lokal
menjadi lamban, tertutup dan etos kerja lemah baik itu dari segi agama atau budaya, sehingga
(Leefan, 2012). Selain itu, menyikapi masalah perannya untuk mengembangkan identitas
kecenderungan berpolitik menggunakan budaya lokal menjadi tinggi.
mayoritas salah satu agama hanya dianggap
sebagai penerus sisa-sisa pemikiran orde baru Karena adanya dilema etika, maka penulis ingin
dimana hal ini sebenarnya sudah relevan karena mengkaji tentang apakah pelaksanaan kebijakan
paradigm baru yang harus dijunjung adalah putra daerah di Indonesia sebenarnya menyalahi
kebersamaan, keterbukaan dan komitmen etika yang ada atau tidak, serta bagaimana
bersama (bbcnews.com). Oleh karena itu, seharusnya reformasi birokrasi harus
fenomena etnosentrisme apabila tidak dikelola diimplementasikan guna menciptakan tata kelola
dengan baik maka hanya akan menjadi alat pemerintahan secara baik.
legitimasi baru untuk mematikan karir pegawai
orang lain B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam artikel ini
Walaupun secara etika mungkin etnosentrisme yakni menggunakan literature review atau studi
tidak dibenarkan karena mengingat kondisi pustaka. Metode pengumpulan datanya
masyarakat Indonesia yang multicultural, namun menggunakan metode dokumentasi, yakni
konsep “putra daerah” telah ada semenjak dengan mengumpulkan dari berbagai literatur.
keluarnya kebijakan Otonomi Daerah melalui Dokumentasi didapatkan dari beberapa sumber
Undang-Undang Nomor 22 dan Nomor 25 yakni jurnal baik internasional atau nasional,
Tahun 1999. Munculnya kebijakan tersebut penelitian terdahulu, buku, media online,
menandakan bahwa daerah boleh mengelola Undang-Undang, dan lain sebagainya
penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan
keputusan daerah masing-masing termasuk C. Pembahasan
dalam pengelolaan kepegawaian. Lagipula di Berbicara tentang politik salah satunya adalah
Indonesia sedang gencar muncul kebijakan berbicara tentang bagaimana membangun
tentang affirmative action sehingga istilah-istilah pengelolaan kekuasaan secara baik dan benar.
tentang putra daerah akan lebih mendapatkan Melalui demokrasi, pengelolaan kekuasaan yang
prioritas. Apabila mengacu pada UU tersebut baik dan benar dapat lebih mudah diwujudkan.
maka pelaksanaan kebijakan “putra daerah” Demokrasi itupun tentunya harus dilaksanakan
tentu lebih condong pada implementasi etika melalui suatu proses demokratisasi yang
secara positif sepanjang masih memenuhi asas “beretika”. Secara awam, etika merupakan
kepatuhan, proporsionalitas, tidak diskriminatif, sebuah pemahaman tentang baik dan buruknya
tidak melanggar peraturan perundang-undangan suatu tindakan sehingga etika dapat digunakan
dan tidak melanggar batas kepentingan nasional sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
(Kambo, 2015). organisasi (Bon et al., 2017; Lewis & Gilman,
2005).
Apalagi dalam konteks otonomi daerah, nilai
etnosentrisme yang dikelola secara baik ternyata Walaupun dapat digunakan sebagai dasar
akan berdampak pada pengelolaan pemerintahan pengambilan keputusan, namun dalam
lokal yang lebih efisien. Hal tersebut bisa terjadi kenyataannya bukan berarti nilai-nilai etika
karena birokratnya berasal dari masyarakat dalam masyarakat dapat digunakan seluruhnya.
setempat sehingga memiliki local knowledge Hal tersebut dikarenakan ada pemahaman nilai
dan komitmen terhadap local area dan local etika yang telah luntur dalam diri individu sebab

188
banyak faktor luar yang mempengaruhi seperti
masuknya ideologi baru. Dijaman yang serba Kajian tentang etnosentrisme dan etika
canggih dan modern, ideologi luar akan dengan seringkali dihubungkan dengan politik karena
mudah masuk dalam suatu daerah bahkan daerah biasanya etnosentrisme digunakan sebagai
dengan tingkat primordialisme yang kuat strategi dan alat utama dalam berpolitik (Faanu
sekalipun. Informasi yang berasal dari luar & Graham, 2017). Strategi tersebut terkait
tersebut lambat laut akan menggerus ideologi dengan bagaimana cara politisi untuk mencari
yang telah ditanamkan secara internal oleh dukungan dari para pemilih. Satu-satunya cara
masyarakat etnosentris. Terlebih individu yang paling cepat dan efektif untuk
tersebut pernah tinggal diluar daerah dimana ia mengumpulkan masa ialah dengan
dilahirkan sehingga pemahaman baru mudah memanfaatkan afiliasi etnis dan agama.
masuk dan memberikan pengaruh. Oleh karena Komunikasi politik seperti ini adalah hal yang
itu, terjadilah pergejolakan norma yang berasal sah dilakukan sepanjang tidak menjurus kepada
dari subjektifitas dan objektifitas. hal-hal yang memuat tindakan diskriminasi dan
ekspolitasi terhadap etnis dan agama tertentu.
Terkait permasalahan etnosentrisme dalam Lagipula dengan para politisi memanfaatkan isu
berpolitik, secara etika hal tersebut adalah etnosentrisme maka kelompok ini juga bisa
tindakan yang kurang pantas karena Indonesia memanfaatkan situasi yang ada untuk
adalah negara dengan masyarakat yang menyelesaikan masalah-masalah kelompok
multikultural. Dengan menganut sistem seperti eksploitasi, marginalisasi dan
multikultural, maka paham etnosentrisme yang diskriminasi atas lemahnya kontrol kelompok
dipahami sebagai keyakinan yang mengira terhadap sumber daya yang dimiliki (Wunti &
bahwa budaya dan lingkungan kelompoknya Moniruzzzaman, 2016; Faanu & Graham, 2017).
lebih baik daripada kelompok lain adalah kurang Akan tetapi pada kenyataannya, kebanyakan
tepat ( Cabrera, 2008; Njoroge & Kirori, 2014). aktivitas politik melakukan eksploitasi dan
Hal tersebut dikarenakan kelompok ini akan penyebaran sentiment etnis sehingga
merasa dirinya lebih superior dibandingkan menimbulkan ancaman bagi pembangunan
dengan kelompok yang lain (Carignan, et al., demokrasi. Politik etnosentris dianggap sebagai
2005). Dampaknya ialah akan berpotensi sebuah penyakit karena menunjukkan sebuah
memicu sebuah perpecahan diantara anggota krisis sikap dalam partisipasi politik.
berbagai ras, etnis, dan kelompok masyarakat Dibandingkan dengan membudayakan
lainnya (Bizumic & Duckitt, 2012; Njoroge & etnosentrisme, maka sikap konsolidasi
Kirori, 2014). demokrasi lebih penting untuk diperkuat dalam
pemerintahan daerah yang multikultural.
Akan tetapi, bagi sebagian orang yang tinggal
dalam daerah dengan sejarah pernah mendapat Di Indonesia, apabila melihat dari banyak kasus
diskriminasi dari era sebelumnya, maka etika yang terjadi mengenai etnosentrisme maka
semacam ini kurang tepat untuk diyakini. perilaku kelompok etnosentrism termasuk dalam
Apalagi semenjak adanya Undang-Undang kategori berlebihan. Kasus Djarot yang ingin
Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah mendaftar sebagai kandidat Gubernur Sumut
Daerah, mereka bisa merasakan kemandirian dimana diserang dengan isu “putra daerah”
dalam mengelola daerah termasuk urusan adalah tindakan yang bertentangan dengan
kepegawaian. Oleh karena itu, dikatakan bahwa ideologi bangsa Indonesia yakni pancasila.
etika disatu tempat belum tentu digunakan dan Dalam sila ketiga jelas jelas telah disebutkan
diterapkan ditempat yang lain. Etnosentrisme bahwa Indonesia harus menjunjung tinggi nilai
bisa menjadi beretika apabila memenuhi asas persatuan Indonesia. Oleh sebab itu, tindakan
kepatuhan, proporsionalitas, tidak diskriminatif, yang sepatutnya dilakukan masyarakat sebagai
tidak melanggar peraturan perundang-undangan warga negara adalah mengamalkan nilai-nilai
dan tidak melanggar batas kepentingan nasional persatuan yang demokratis. Hal tersebut
(Kambo, 2015). dikarenakan etnosentrisme dapat menjadi

189
menyebabkan disintegrasi antar kelompok adanya kecenderungan untuk memanfaatkan
bangsa (Widisuseno, 2014). Etnosentrisme bisa kekuasaan politik, maka tindakan kekerasan dan
memicu konflik-konflik atau bahkan bisa diskriminasi tidak dapat dihindarkan. Jadi dapat
menjadi sumbu untuk konflik menjadi lebih disimpulkan bahwa munculnya kekerasan dalam
meluas (Carbera, 2008). persaingan sumber daya antar etnis disebabkan
oleh tiga faktor kunci yakni identitas etnis,
Dewasa ini, Indonesia sedang mengalami krisis loyalitas dan kepentingan (Aquiline, 2008 dalam
identitas dalam berpolitik. Hal tersebut Njoroge & Kirori)
ditunjukkan dengan rapuhnya penyelenggaraan
demokrasi dalam proses berpolitik. Isu “putra Selain itu, diskriminasi juga terjadi karena
daerah” digunakan agar kandidat dari daerah politisi menggunakan etnosentrisme sebagai
domisili dapat menjadi seorang penguasa manuver politik. Hal tersebut lantas berdampak
daerah. Dengan menjadi penguasa daerah dan pada pengkotak-kotakan hubungan antar
memegang jabatan tinggi maka segala kelompok. Kelompok yang memiliki aliran
kepentingan kelompok akan dilaksanakan secara kepercayaan diluar dari yang diyakini kelompok
mulus. Oleh karena itu kenapa dikatakan bahwa lain dianggap sebagai sesuatu yang haram.
wajah perpolitikan kita selalu diwarnai dengan Etnosentrisme akan menunjukkan sempitnya
pertarungan kepentingan karena memang hanya budaya karena kelompok etnis bersifat kaku
berbicara tentang bagaimana mempertahankan untuk menerima orang-orang diluar dari
kekuasaan semata. kelompok. Apabila tindakan sudah mengarah
kepada rasisme dan diskriminasi, maka
Dalam berperilaku, etnosentrisme memiliki etnosentrisme sudah menunjukkan pada titik
banyak kesamaan dengan prasangka, stereotip, ekstrim. Kondisi inilah yang kemudian dapat
rasisme, diskriminasi, dan lain sebagainya menyebabkan terjadinya perpecahan antar
(Hammond & Axelrod, 2006; Carignan et al., berbagai etnis dalam proses berpolitik.
2005; Njoroge & Kirori, 2014). Seperti misalnya
prasangka yang menghasilkan pandangan buruk Meskipun kelompok etnosentris ini terkadang
atau tidak menyenangkan kepada kelompok lain mengabaikan kelompok lawan, namun dalam
sehingga melahirkan tindakan diskriminasi. suatu kondisi tertentu kedua kelompok ini tidak
Etnosentrisme oleh kelompok dominan dengan menutup kemungkinan untuk menjalin sebuah
kekuatan yang besar pasti memiliki legitimasi hubungan. Walaupun ada hubungan, itu
lebih untuk mendominasi atau meminggirkan merupakan sebuah wujud kompromi politik
hak orang lain (Bizumic & Duckitt, 2012; yang pragmatis dimana terjalinnya hubungan
Hammond & Axelrod, 2006). Dalam hal ini ada hanya karena adanya kepentingan tertentu. Hal
kecenderungan untuk terjadi persaingan antar ini jelas bukan menunjukkan semangat yang
kelompok etnosentris ini untuk menunjukkan dianut oleh pendahulu kita dimana terbentuknya
siapa yang “lemah” dan siapa yang “kuat”. Indonesia adalah hasil demokratisasi dari
Persaingan ini menunjukkan seberapa besar seluruh lapisan masyarakat. Kini, tatanan
kekuasaan yang mampu diraih oleh kelompok demokrasi di Indonesia sedang berjalan dengan
etnosentris agar bisa menjadi penguasa. Calon tidak baik karena semangat semangat
penguasa melalui jalur “putra daerah” ini akan demokratisasi perlahan mulai luntur disetir oleh
mengalokasikan semua sumber daya untuk kelompok-kelompok tertentu yang merasa
mempertahankan pengaruh serta kontrol politik dirinya dominan dan berkuasa. Kelompok
terhadap kelompok etnis agar dapat dominan atau mayoritas ini dengan gampang
memenangkan pemilihan pemimpin. Dengan menggiring opini kelompok dan publik untuk
memperoleh kekuasaan politik mereka akan menciderai demokrasi dengan isu etnosentrisme.
dengan mudahnya mempengaruhi setiap
keputusan politik didaerah tersebut. Semua Dibawah pengaruh politik etnosentrisme,
tindakan dilakukan atas dasar kepentingan dan pemilih tidak memiliki kuasa untuk
loyalitas kelompok. Oleh karena itu, dengan menentukkan pilihannya secara mandiri.

190
Kelompok etnosentris akan merusaha kekuasaan yang otoritarian. Kekuasaan seperti
mempengaruhi hak setiap pribadi anggota untuk ini akan memicu terjadi monopoli kekuasaan
digunakan dalam mengendalikan negara dan lebih parahnya akan memicu monopoli
(Njoroge & Kirori, 2014). Karena mampu kebenaran.
mengendalikan negara, maka dapat dipastikan 1. Reformasi Akuntabilitas dan
mereka akan mengontrol setiap urusan Demokratisasi
pemerintahan baik itu dari sisi kebijakan, aturan, Akuntabilitas dan demokrasi memiliki kaitan
penyelenggaraan pemerintah, dan lain yang sangat erat. Pasalnya meningkatnya
sebagainya. Untuk mencapai tujuannya, demokratisasi menjadi penanda bahwa
kelompok menggunakan paham etnosentrisme akuntabilitas publik diimplementasikan secara
sebagai alat manipulasi bagi kepentingan pribadi baik (Santoso, 2012). Akuntabilitas publik dapat
dengan menggunakan identitas etnis dan agama. digunakan sebagai alat kontrol pelaksanaan
Seperti misalnya kasus Ahok yang pernah akuntabilitas publik. Oleh karena itu, reformasi
menggegerkan dunia perpolitikan di Indonesia akuntabilitas menjadi agenda penting yang harus
karena diserang melalui isu SARA oleh dilaksanakan guna menyikapi masalah lunturnya
kelompok politik tertentu demokrasi pada isu etnosentrisme.
(https://nasional.sindonews.com). Sebenarnya
untuk menyuarakan apa yang menjadi keyakinan Reformasi akuntabilitas memuat
kelompok-kelompok ini tidaklah salah. Akan pertanggungjawaban secara etika dan moral,
tetapi, yang menjadi perdebatan ialah mereka serta pertanggungjawaban adminitratif (Hatch,
menggunakan perspektif salah satu keyakinan 2013). Menurut Hatch (2013)
agama dan etnis untuk memgeneralkan tentang pertanggungjawaban secara moral dipahami
bagaimana seharusnya perpolitikan di Indonesia sebagai kepercayaan bahwa individu dan
dijalankan. Misalnya saja pemimpin di kelompok harus dimintai pertanggungjawaban
Indonesia haruslah dengan baground agama dalam menjalankan dan mempertahankan norma
tertentu dan dilarang keras untuk memilih perilaku dan tujuan yang lebih tinggi (jangka
pemimpin dengan etnis dan agama lain terutama panjang).
yang sama dengan Ahok. Pendapat ini tentu
tidak salah apabila kita mengacu pada keyakinan Untuk menumbuhkembangkan akuntabilitas
kelompok tertentu. Akan tetapi, yang menjadi publik maka diperlukan sebuah sinergitas dari
perdebatan disini adalah Indonesia merupakan para pemangku kepentingan. Hal tersebut
negara multicultural dengan keberagaman bertujuan untuk memperkuat demokrasi dalam
agama dan etnis. Apalagi kelompok politik kehidupan masyarakat. Kunci dalam
etnosentrisme tersebut sudah bertindak diluar menegakkan demokrasi dan akuntabilitas adalah
batas kemanusiaan seperti tidak mau melalui penegakkan hukum (law enforcement)
menyolatkan jenazah yang semasa hidupnya (Santoso, 2012). Oleh karena itu, menurut
mendukung Ahok (https://www.liputan6.com). Santoso (2012) reformasi akuntabilitas yang
Politik semacam ini merupakan politik yang harus laksanakan ialah berkaitan dengan
tidak sehat. Etnosentrisme sebagai alat berpolitik bagaimana menegakkan hukum secara tegas dan
sudah digunakan diluar batas yang semestinya. sifanya represif. Secara prefentif juga bisa
dilakukan yakni dengan melakukan manajemen
Karena sudah melebihi batas penggunaan publik yang efektif.
perilaku etnosentrisme, maka sudah semestinya
semua orang sepakat bahwa hal tersebut adalah Negara harus membuat warning control system
tindakan yang melanggar etika. Dalam sehingga ketika ada pelanggaran pelaku dapat
membangun kekuasaan, nilai dan moral harus segera ditindak tegas sesuai dengan aturan
menjadi pondasi yang kokoh untuk menghargai hukum yang berlaku. Punishment harus
setiap hak warga negara lain. Ketika etika diberikan agar para pelaku SARA dapat jera atas
diabaikan dalam proses politik dan pencarian tindakannya. Dewasa ini, punishment yang
kekuasaan, maka yang terjadi adalah munculnya favorit untuk dilaksanakan dalam reformasi

191
akuntabilitas yakni melalui metode pemberian Berangkat dari permasalahan tadi, reformasi
shock terapy bagi para pelaku. Shock terapy birokrasi tentang akuntabilitas publik mulai
dilakukan dengan mempermalukan pelaku diimplementasikan. Dengan melakukan
secara terbuka di lingkungan masyarakat, dan reformasi pada sisi akuntabilitas maka akan
seluruh media sosial serta masa. Hujatan dan mempengaruhi peningkatan nilai demokratisasi
cacian dari “netizen” media sosial dapat menjadi dalam berpolitik dan bernegara. Wujud
pengontrol bagi calon pelaku-pelaku lain agar reformasi akuntabilitas yang dapat dilakukan
tidak melakukan hal yang sama. Oleh karena itu, yakni melalui peningkatan penegakkan hukum,
selain penegakkan hukum maka reformasi pemberian shock therapy bagi pelaku dengan
akuntabilitas yang juga dapat dilakukan adalah dipermalukan didepan umum, dan dengan
dengan menumbuh kembangkan partisipasi melibatkan masyarakat sebagai kontrol sosial.
masyarakat dalam proses berpolitik dan
bernegara (Hastiyanto, 2017). Partisipasi Daftar Pustaka
masyarakat menjadi contoh perbaikan Akbar, Idil. 2015. ‘Otonomi Daerah di Indonesia
akuntabilitas dalam peningkatan mekanisme (Cerminan Implementasi otonomi dalam
kontrol pada perilaku dan kebijakan birokrasi Konteks Multikulturalisme dan
seperti kontrol politik dan profesionalisme Etnosentrisme)’. Conference Paper
(Iskandar, 2015; Astuti, 2016). September 2015. Dikases dari
https://www.researchgate.net/publication/
D. Penutup 305114749
Dibandingkan dengan memberikan manfaat Astuti, Tri Junno. 2016. ‘Akuntabilitas Diskresi
pada penyelenggaraan pemerintahan daerah, Birokrasi di Era Otonomi Daerah’, Jurnal
kebijakan “putra daerah” di Indonesia nyatanya Universitas Airlangga, ISSN 2086-7050,
hanya dimanfaatkan sebagai alat politik bagi 23(2), Pp. 85-94.
kelompok dominan untuk mencari masa. BBC News. 2017. ‘Ketika Anies-Sandi Menang
Identitas lokal hanya digunakan sebagai tameng dengan Kekuatan Islamis’. Diakses dari
untuk menutupi kepentingan pribadi dari http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-
segelintir penguasa dalam mempertahankan 39644574
kekuasaan politik.Berdasarkan hal tersebut, Bon, et al. 2017. ‘Ethical Decision-Making: The
maka isu putra daerah dipandang menjadi Role of Self-Monitoring, Future
sesuatu yang kontra karena dianggap melanggar Orientation, and Social Networks’.
etika politik. Bentuk pelanggaran etika dapat Brazilian Administration Review, 14(1),
dilihat dari pengabaikan nilai demokratisasi Pp. 2-19
dalam berpolitik. Kelompok etnosentris akan Bizumic & Duckitt. 2012. ‘What Is and Is Not
merasa superior dibandingkan dengan kelompok Ethnocentrism?A Conceptual Analysis
lain dan berujung pada tindakan diskriminasi. and Political Implications’. Journal of
Dengan mengabaikan demokratisasi, maka Political Psychology, 33(6), Pp. 887-909
konflik antar etnis, suku, dan agama dalam Cabrera, Miguel. 2008. ‘A Critique of
pemilihan suatu pemimpin daerah tidak dapat Ethnocentrism and The Crisis of
dihindarkan.Konflik ini memicu adanya Modernity’. History and Theory, 47(4),
persaingan antara kelompok etnis yang Pp. 607-616
berdampak pengkotak-kotakan hubungan antar Carignan, et al. 2005. ‘Racism and
kelompok.Kelompok akan terklasifikasi sebagai Ethnocentrism: Social Representations of
kelompok dominan yang kuat atau kelompok Preservice Teachers in the Context of
minoritas yang lemah. Oleh karena itu, mereka Multi and Intercultural Education’.
akan berpolitik menggunakan segala cara International Journal of Qualitative
termasuk mengabaikan nilai etika yang ada Methods, 4(3), Pp. 1-17
untuk merebut kekuasaan dan memperjuangkan CNN. 2018. ‘Djarot Tak Gentar Hadapi Isu
kepentingan kelompok. Putra Daerah di Pilgub Sumut’. Diakses
dari

192
https://www.cnnindonesia.com/pilkadaser /news/read/2882270/jenazah-nenek-
entak/nasional/20180202215315-32- hindun-ditelantarkan-warga-setelah-pilih-
273519/djarot-tak-gentar-hadapi-isu- ahok
putra-daerah-di-pilgub-sumut Molla & Dastagir. 2013. ‘Faith-Based Ethical
Faanu & Graham. 2017. ‘The Politics of for Social Stability and Sustainable
Ethnocentrism: A Viability Test of Development’. Philosophical Papers and
Ghana’s Democracy?’. Journal of Insight Reviews, 4(1), Pp.1-7.
on Afrika, 9(2), Pp.141-158. Njoroge &Kirori. 2014. ‘Ethnocentrism:
Hammond & Axelrod. 2006. ‘The Evolution of Significance and Effects on Kenyan
Ethnocentrism’. Journal of Conflict Society’. Academic Journal, 9(9). Pp.
Resolution, 50(6), Pp. 1-11 356-367
Hastiyanto, Febrie. 2017. ‘Etika dan Pasolong, Harbani. 2017. Teori Administrasi
Akuntabilitas Sektor Publik’. Jurnal Spirit Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta
Publik, 12(1), Pp.75-82, P-ISSN.1907- Santoso, Riyadi. 2012. ‘Catatan Mengenai
0489. Perkembangan Akuntabilitas Publik pada
Hatch, Thomas. 2013. ‘Beneath the Surface of Era Demokrasi di Indonesia’. Junal AKP,
Accountability: Answerability, 1(1), Pp. 55-66
Responsibility and Capacity-Building in Siregar. 2018. Bukan Putra Daerah, Edy
Recent education Reform in Norway’. Rahmayadi Sindir Djarot Maju di Pilkada
Journal of Educ Change, 14(2), Pp. 113- Sumut. Diakses dari
138. https://news.okezone.com/read/2018/01/0
Irianto, Agus. 2013. ‘Integrasi Nasional sebagai 8/340/1841961/bukan-putra-daerah-edy-
Penangkal Etnosentrisme di Indonesia’. rahmayadi-sindir-djarot-maju-di-pilkada-
Jurnal Ilmiah Kajian Humaniora, 18(2), sumut
Pp. 1-9. Supriyadi, Mohammad. 2015. ‘Politisasi Agama
Iskandar, Dadi J. 2012. ‘Demokrasi, Otonomi di Ruang Publik: Komunikasi SARA
dan Fenomena Politik Diasti pada Pilkada dalam Perdebatan Rational Choice
di Era Reformasi’. Jurnal Ilmu Theory’. Jurnal Keamanan Nasional,
Administrasi, 12(3). Pp. 529-548. 1(3), Pp. 387- 426.
Kambo, Gustiana. 2015. ‘Etnisitas dalam Susanto, Eko. 2009. ‘Etnosentrisme, Pemekaran
Otonomi Daerah’. Jurnal the Politics, Wilayah dan Komunikasi Antar Budaya’.
1(1), Pp. 1-8. Jurnal Dinamika, 2(4), Pp. 15-21.
Koran Sindo. 2018. ‘Politisasi SARA dalam Thoha, Miftah. 2017. Dinamika Ilmu
Pilkada’. Diakses dari Administrasi Publik. Depok: Kencana
https://nasional.sindonews.com/read/1282 Widisuseno, Iriyanto. 2014. ‘Azaz Filosofis
781/18/politisasi-sara-dalam-pilkada- Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar
1518807944 Negara’. Humanika, 20(2), Pp. 62-66,
Lefaan, dkk. 2012. ‘Etnosentrisme dan Politik ISSN 1412-9418.
Represntasi di Era Otonomi Khusus Wunti & Moniruzzaman. 2016. ‘Ethnocentrism
Papua’. Jurnal Majalah Ilmiah and Ethno-Political Conflicts in Northern
Pembelajaran, Edisi Khusus 2012. Nigeria: A Critical Analysis’. Journal of
Diakses dari Political Science and Leadership
https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/art Research, 2(2), Pp. 11-23.
icle/view/2801
Lewis & Gilman. 2005. The Ethics Challenge in
Public Service: A Problem-Solving Guide.
USA: Jossey-Bass
Liputan 6. 2017. Jenazah Nenek Hindun
Ditelantarkan Warga Setelah Pilih Ahok.
Diakses dari https://www.liputan6.com

193
Kapasitas Pemerintahan Berkelanjutan di Hamparan Migas

Idham Ibty
Administrasi Publik FISIPOL UP45
idham.ibty@up45.ac.id, mail.idham.ibty@gmail.com

Abstrak
Kabupaten Bojonegoro menyumbang sekitar 20% dari total produksi minyak dan gas nasional. Secara
sosial ekonomi, desa-desa penghasil minyak dan gas maupun desa di sekitarnya masih miskin. Sementara
ini dinyatakan ada manfaat induksi program maupun yang tidak langsung terkait eksplorasi dan
eksploitasi migas. Pemerintah daerah di kawasan ini telah mengembangkan kebijakan dan program
strategis untuk mengurangi ketimpangan sosial ekonomi yang ada. Ada masalah bagaimana kapasitas
pemerintahan lokal berklenjutan di hamparan migas tersebut? Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi kapasitas tata kelola pemerintahan lokal yang berkelanjutan. Ini adalah studi eksploratori
yang menggunakan observasi, penilaian pendapat melalui kuesioner, dan wawancara mendalam yang
terstruktur. Tujuh puluh tujuh responden dari birokrat pemerintah, tokoh masyarakat dan pihak terkait di
bidang minyak dan gas berpartisipasi dalam penelitian ini. Analisisnya dengan deskriptif kualitatif. Studi
ini telah menemukan faktor-faktor pembentuk kapasitas pemerintahan lokal berkelanjutan di hamparan
migas meliputi: Induksi program, Orientasi keberhakan warga, transparansi, akuntabilitas, partisipasi dan
kemitraan para pihak berkepentingan serta kelestarian lingkungan. Hal tersebut tersebut belum
sepenuhnya terintegrasi untuk mewujudkan kesejahteraan warga di desa-desa hamparan migas. Peraturan
daerah sebagai variabel moderasi berpengaruh untuk mempercepat pencapaian program induksi.
Kata kunci: Berkelanjutan, Lokal, Pemerintahan, Kapasitas, Hamparan Ekplorasi Migas.

Abstract
The District of Bojonegoro contributes approximately 20% of total national oil-and-gas production.
Economically, both the producing-villages and the impacted villages are very poor. Meanwhile, the sales
of oil and gas are expected to result in the induction of multiplier effects. The local government has also
developed strategic policies and programs to reduce the social economic imbalance. There is a problem in
local governance capacity that deserves in-depth analysis. Such this study has not been conducted
previously. This study aims to explore the local sustainable governance capacity. This is an exploratory
study that employs observation, assessment through questionnaires, and in-depth structured interviews.
Eghty seven respondents of governmental bureaucrats and public figures in oil-and-gas fields participated
in the study. The results are descriptive-qualitatively analyzed to report. The study has successfully
constructed the sustainable governance capacity. This concept is intended to engage the local
government, oil-and-gas companies, and civil society in creating conducive induction by the oil-and-gas
companies to transform the national interest to ensure the fulfillment of public basic rights. This study has
found that factors of local governance capacity building for sustainability in oil and gas fields include:
Program induction, Orientation of citizenship, transparency, accountability, participation and partnership
of multi-stakeholders and environmental sustainability. It is not fully integrated to realize the human-
being in the villages of oil and gas fields. Local regulation as a moderating variable has an effect to
accelerate the achievement of the induction program.
Keywords: Sustainable, Local, Governance, Capacity, Oil-And-Gas Fields.

194
A. Pendahuluan dijumpai di pekarangan rumah penduduk. Selain
Ekplorasi dan eksploitasi minyak dan gas di itu banyak pohon jati yang ditanam oleh
hamparan akan dapat memacu aktifitas industri penduduk maupun oleh Perhutani. Ketua
lain maupun usaha perdagangan, jasa serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH)
keuangan perbankan dan lembaga non bank. memberi informasi bahwa lahan Perhutani di
Semakin banyak kegiatan dilakukan terkait hamparan migas tersebut terdapat persil
dengan ekplorasi dan eksploitasi migas mencapai 1000 Ha, yang dapat ditanami petani
menjadikan terjadi dinamisasi suatu wilayah hutan dengan padi atau palawija dan singkong
sehingga dapat meningkatkan pengembangan (EC-UP45, 2013). Sayangnya aktifitas
ekonomi, sosial dan lingkungan kawasan di pengolahan pasca panen yang mampu dijalankan
hamparan. Suatu fenomena terkait masyarakat masih skala usaha mikro dan kecil.
perkembangan di atas terjadi di kabupaten Seperti industri makanan camilan ledre dengan
Bojonegoro, provinsi Jawa Timur. BPS (2015) bahan baku pisang, keripik-krupuk-jajan pasar
melaporkan kabupaten tersebut terbagi dalam 28 dari singkong maupun keripik jagung. Ada
wilayah administrasi kecamatan. Luas pengecualian yaitu Koperasi Karep yang telah
daerahnya sekitar 230.706 Ha. Jumlah menjalankan jasa pengeringan daun tembakau
penduduknya 1.176.386 jiwa. Wilayahnya dengan usianya sekitar 30 tahun, sekarang
terbagi menjadi dua yaitu dataran rendah di memiliki aset lebih dari 10 Milyar. Potensi lain
sepanjang aliran sungai Bengawan Solo dan yang terkait dengan pertanian dan belum
dataran tinggi di sepanjang kawasan Gunung terorganisir adalah kecocokan masyarakat desa
Pandan, Kramat, dan Gajah. Daerah ini juga beternak sapi, kambing dan ayam kampung.
berbatasan dengan daerah yang merupakan Sementara tersedia daya dukung lahan yang
bagian dari salah satu sumber deposit minyak dapat menghasilkan pakan ternak yang harusnya
bumi terbesar di Indonesia. Daerah ini mampu menampung 200.000 ternak sapi namun
menyumbang sekitar 20% pasokan migas baru berkembang hanya 19.800 ekor sapi
Indonesia pada 2017. Di kawasan ini terdapat 5 (Bappeda, 2013). Usaha lainnya yang mulai
hamparan besar eksplorasi dan ekploitasi migas tumbuh adalah kerajinan tas dan pembuatan
seperti Blok Sukowati, Nano, Banyu Urip 1, dan batik. Sedangkan potensi yang tumbuh relatif
2, Blok Cepu, serta terakhir Unitisasi Gas cepat adalah usaha dagang, pertokoan,
Terpadu Jambaran-Tiung Biru dan Cendana. kuliner/katering, serta jasa transportasi, hotel
APBNP 2016 menetapkan target lifting dari dan persewaan rumah/kos, keuangan dan jasa
sumber migas tersebut menjadi 100.000 barel pendukung operasi migas. Lainnya yang sudah
perhari (Suara Banyu Urip, 2016). Kondisi mulai dikembangkan adalah potensi wisata
obyektif desa-desa di tapak sumur dan desa di terpadu Alun-alun – Pasar – Pusat Pemerintahan
hamparan migas menunjukkan banyaknya Kabupaten – Masjid Raya , Kayangan Api,
masyarakat miskin dan infrastruktur desa yang Waduk Pacal dan Hutan Wisata Dander
belum memadai. Banyak persoalan sosial (Bappeda, 2013).
ekonomi lingkungan dan pemerintahan
dinyatakan oleh multi stake holder yang perlu Pemerintah Kabupaten ini telah menerbitkan
dicarikan solusi perbaikannya dengan segera. Perda Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pengembangan Ekonomi melalui
Sisi lainnya, hamparan migas di sana memiliki Optimalisasi Pengelolaan Dampak Multiplier
banyak potensi. Hasil pertanian di hamparan Eksplorasi & Eksploitasi Migas. Tujuan
migas di 4 kecamatan dimana beroperasi kebijakan daerah ini adalah mendorong
beberapa perusahaan migas, terdapat potensi kegiatan ekplorasi dan eksploitasi migas dapat
hasil panen padi sebesar 188.656 ton; jagung memberikan peningkatan yang signifikan
sebesar 49.279 ton; singkong sebesar 16.738 terutama sebagai pengganda bidang industri
ton; kacang hijau 3.226 ton; dan tembakau 161 pendukung di daerah yang dampaknya dapat
ton. Ada juga beberapa jenis buah seperti dirasakan pada peningkatan ekonomi
mangga, jambu, belimbing, asem yang mudah masyarakat seperti bertambahnya lapangan

195
pekerjaan, pembukaan usaha pendukung dan di dalam Klettner, A (2007) yang menjelaskan
peningkatan program pemberdayaan bahwa manajemen publik perlu melibatkan
masyarakat. P elaksanaan kebijakan tersebut empat komponen, yaitu: (1) Perspektif
untuk memberikan peningkatan kesejahteraan keberlanjutan dimasukkan ke dalam proses
masyarakat baik social, ekonomi, lingkungan perencanaan strategis; (2) Tindakan yang
maupun pelayanan publik bagi masyarakat diambil pada keberlanjutan secara langsung
(Todaro, Michael, P., Smith, C., Stephen berhubungan dengan kegiatan utama; (3)
(2003). Meski demikian di hamparan migas Perspektif pemangku kepentingan berorientasi
masih banyak ketimpangan yang berakibat pada isu-isu social, ekonomi dan lingkungan; (4)
terjadi kerawanan sosial, seperti kasus seorang Fokus kegiatan adalah untuk kontribusi manfaat
pencuri meninggal akibat ditangkap massa dan atau tujuan jangka menengah dan jangka
ternyata yang bersangkutan adalah warga desa panjang. Sedangkan paradigma tata kelola
sendiri yang kemungkinan hanya karena pemerintahan berorientasi pada pemenuhan hak-
terpaksa melakukan pencurian. Sementara, hak dasar warga negara atau disebut citizen
pencurian seperti ini tetap saja terjadi lagi. centric governance, yang berkembang untuk
Selain itu masih banyak kerawanan kejahatan pelaksanaan pembangunan, penerapanmya
dalam berbagai bentuk di beberapa desa ring membantu penyelenggaraan layanan publik yang
satu sumur migas seperti Curanmor dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan warga
pemalakan. masyarakat. Sebagai implementasi UU
Pelayanan Publik dan UU Pemerintah daerah,
Ketimpangan sosial dirasakan oleh masyarakat kapasitas pemerintahan daerah dapat berhasil
semakin lebar (EC-UP45, 2013), terlebih jika dan mudah diterima oleh para pihak yang
dihadapkan dengan kehendak tujuan Undang- berkepentingan apabila pimpinan daerah
Undang Dasar RI 1945 untuk menghadirkan melibatkan semua pihak baik pemerintah, swasta
Negara menciptakan keadilan sosial, dan pasal dan masyarakat dengan integritas yang baik,
33 yang mengamanatkan Negara mengelola DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) yang
sumberdaya alam seperti migas untuk sebesar- lancar menyalurkan aspirasi dan
besar kemakmuran rakyat, maka hasil ekplorasi mengagregasikannya untuk pembuatan
dan ekploitasi migas yang telah memberikan kebijakan, pengganggaran, pelaksanaan program
kontribusi kepada APBN dan dinyatakan atau proyek dan pengawasan dengan baik, serta
bermakna bagi pembangunan, meskipun terbukanya akses yang luas bagi warga
perusahaan operator eksplorasi telah fokus masyarakat untuk terlibat dalam prosesi tersebut.
meningkatkan produksi dan mengupayakan Hal ini ditentukan oleh pelaksanaan
realisasi induksi proyeknya dapat berdampak pemerintahan yang baik seperti transparansi,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara akuntabilitas, partisipasi, kemitraan para pihak
programatis, maka kapasitas pemerintahan berkepentingan, dan kelestarian lingkungan.
daerah yang berkemampuan dapat menjalankan Adanya peran tokoh masyarakat dalam
kekebijakannya adalah sangat menentukan. Hal penyelenggaraan pemerintahan pada satu sisi
itu dapat dicermati dari pelayanan publik yang dan perubahan kapasitas pemerintah dalam
dapat memberi manfaat bagi keberdayaan merespon dan memperjuangkan kepentingan
masyarakat dan kemajuan sosial ekonomi dan kolektif masyarakat berdasar institusi yang ada
lingkungan di perdesaan hamparan migas pada sisi yang lain merupakan inti dari proses
(Hidayat dan Gismar, 2010). penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari
patologi birokrasi seperti korupsi, kolusi,
Tata kelola pemerintahan secara berkelanjutan nepotisme, inefisiensi dan lain-lain dengan
dapat dicermati dalam hal keahlian staf, tujuan akhirnya peningkatan kesejahteraan
kebijakan, prosedur dan proses, struktur yatrak secara berkelanjutan (Vigoda-Gadot, A.
organisasi dan teknologi yang ramah lingkungan dan Cohen, A. (2004); Osterle (2012) dan
seperti tahapan manajemen model Visser (2009). Bessette, J.M. (2011);
Selain itu diperkuat oleh Werther dan Chandler

196
Sementara ini belum diperoleh studi tentang spesifikasi tujuan yang dikehendaki, penilaian
hubungan kapasitas pemerintahan local validitas, reliabilitas dan ukuran-ukuran terhadap
berkelanjutan yang berpengaruh manfaatnya bagi indikator, serta ukuran kriteria yang bervariasi.
pengatasan ketimpangan sosial dan lemahnya
kepercayaan warga terhadap pelayanan publik. Responden penelitian ditentukan dengan teknik
Adapun permasalahan studi adalah bagaimana pilihan dari narasumber rujukan, dengan
kapasitas pemerintahan local berkelanjutan melalui konfirmasi dan recheck kepada para pihak yang
partisipasi, transparansi, akuntabilitas dan layak terkait dengan tujuan penelitian.
pelestarian lingkungan sebagai hasil pelayanan Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi
publik dan induksi proyek vital negara dan wawancara dengan kuesioner. Untuk
berpengaruh bagi warga masyarakat miskin di membantu studi digunakan alat penilaian dengan
desa-desa di hamparan migas? skala likert dan wawancara mendalam kepada
responden dengan pilihan (convenience sampling)
A. Metode Penelitian yang sudah mendapat manfaat atau telah mengurus
Studi ini bersifat eksploratori bertujuan untuk kepentingannya dari layanan publik maupun
memperoleh konfirmasi dan data mengenai hal- induksi kegiatan/program terkait eksplorasi dan
hal yang belum diketahui. Metode dasar pemberdayaan dari perusahaan Migas.
studi adalah deskriptif analitik, dilaksanakan
mulai dari perumusan rancangan studi, B. Hasil dan Pembahasan
perumusan indikator sustainable governance, Dari hasil studi terlihat kondisi kesejahteraan
kompilasi dan analisis data, perumusan model masyarakat berdasarkan 10 kriteria yang
kapasitas, penilaian validitas dan reliabilitas, didasarkan pada ketetapan BKKBN (2013)
perumusan hasil t e l a a h dan konsistensinya, menunjukkan bahwa dari 17 Desa yang
focus group discussion, pembahasan hasil studi, dijadikan sampel studi 7 Desa (41,16%) dalam
dan pelaporan hasil studi final. Alat yang kategori desa kaya, yang masuk kriteria desa
dipakai studi ini mengadopsi metoda sedang sebanyak 7 desa (41,16%) dan sisanya 3
Organizational Capacity Assessment (OCA), desa atau 17,66% dalam kategori desa miskin.
yang memiliki tahapan proses penilaian diri Dari 3 desa miskin ironisnya 2 desa diantara
terhadap tata kelola yang baik dan benar bagi adalah merupakan desa dimana lokasi lapangan
suatu disain organisasi serta layanan baik dalam migas berada atau desa penghasil. Desa kaya
hal pengembangan dan jejaring multi pihak memiliki kerentanan terhadap kejahatan dan
bisnis maupun pengarusutamaan kepentingan daya lentur warganya relatif rendah akibat
perbaikan kebijakan dan program (DAI, 2009). kekayaan yang dimiliki hasil dari penjualan
OCA juga sekaligus dapat digunakan sebagai tanah yang telah dibelanjakan secara konsumtif,
perangkat untuk memantau dampak penerapan sehingga dikawatirkan sebagian besar warga
strategi pengembangan kapasitas suatu tersebut dapat menjadi miskin lagi.
organisasi. Sehingga dapat pula menjadi
perangkat untuk memperbaiki kinerja suatu 1) Kegiatan Perusahaan K3S di Hamparan.
organisasi secara programatis. Perangkat yang Kegiatan operasional perusahaan maupun
disusun berisi kapasitas utama, indikator dari kegiatan CSR di hamparan merupakan WKP
kapasitas utama yang ditemukan dari perumusan Migas yang mencakup tiga wilayah kabupaten
model hasil observasi dan survei awal, serta dengan alas Joint Operating Agreement untuk
rumusan pertanyaan-pertanyaan diskusi terfokus Blok lain yang mencakup 3 komponen proyek
untuk konfirmasi data dan menyamakan di dua hamparan besar migas dan salah satunya
pemahaman untuk menemukan akar masalah dan harus menggunakan pola unitisasi karena ada
isu strategis, serta formulasi daftar alternatif pelamparan area ekplorasi. JOA ditandatangani
pengatasan masalah atau alternatif solusi oleh Share holders dari tiga perusahaan
kebijakan maupun rekomendasinya (Godpaster, multinasional pada kuartal ketiga tahun 2005,
2009). Kriteria evaluasi keberhasilan tool ini di masing-masing sebesar 45%: 45% dan 10%
antaranya adanya keterlibatan multi stake holder, untuk BUMD. Sesuai dengan misi perusahaan

197
untuk memenuhi target negara untuk OR/Pemuda; Perempuan dan anak; Jaring
meningkatkan produksi migas nasional, Pengaman Sosial; dan Penguatan
khususnya di satu Blok, maka Perusahaan kelestarian lingkungan.
dengan Mitra terkait mendorong pencapaian 2. Dari penjualan produk gas ke PLN,
target penyelesaian proyek pembangunannya teridentifikasi pasokan pada kebutuhan
pada akhir tahun 2014, dan terjadi peningkatan PLN untuk meningkatkan kapasitas daya
produksi dari 20.000 BOPD menjadi lebih dari listrik yang dijual kepada masyarakat dan
27.000 BOPD. Dari pengembangan di tiga industri; Adanya kontribusi riil pada
lapangan diharapkan dapat memberikan manfaat peningkatan ketahanan energi listrik
secara nasional, regional, maupun bagi nasional; dan meningkatkan efisiensi
masyarakat dan pemerintah daerah setempat. operasi PLN dengan penggunaan gas
Proyek Unitisasi JTBC dengan investasi senilai dibandingkan bahan lain; dan adanya
US$6 miliar, eksplorasinya pada tahun 2016 kontribusi penghematan subsidi listrik
sudah mencapai 250 MMSCFD. Total cadangan akibat penghematan dengan pemakaian gas.
gas mencapai 1,1 triliun cubic feet (tcf), 30 Adanya Ketersediaan daya listrik yang
persen di antaranya merupakan karbondioksida bertambah untuk memenuhi peningkatan
(CO2) dan gas sulfur. Pembuangan CO2 ke permintaan. Ketahanan energi nasional
udara tidak bermasalah karena dilakukan sesuai terjaga. Hal tersebut berdampak
peraturan pelepasan langsung ke udara (venting) mendukung upaya peningkatan efisiensi
sesuai kadar minimal ambang batas yang biaya produksi listrik. Menjaga agar TDL
ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup. (Tarif Dasar Listrik) pada tingkat yang
dapat dipenuhi bagi masyarakat. Adanya
Studi EC-UP45 (2013) melaporkan bahwa kontribusi pada pembangunan nasional
eksplorasi migas memiliki pengaruh dari sebuah dengan pengurangan subsidi listrik. Dari
proses kegiatan di hulu yang terjadi atau kelompok ini dapat berdampak turunan
terwujud akibat dari sebuah proses induksi, terhadap sektor Rumah Tangga (RT),
stimulasi, maupun iterasi terkait, meliputi: Industri, Bisnis, Sosial, Pemerintah, dan
1. Dari operasi produksi dan penjualan gas, PJU (Penerangan Jalan Umum). Bentuk
terjadi perubahan sekitar hamparan pengaruh di sektor ini a.l.: Ketersediaan
produksi gas baik dari segi ekonomi, sosial, pasokan daya listrik untuk kehidupan
budaya, infrastruktur, peluang kerja, rumah tangga, industri, bisnis, sosial,
peluang usaha, dan lingkungan maupun pemerintah, dan penerangan jalan umum
pemerintahan; Kegiatan ekonomi (PJU); Mendukung upaya peningkatan
masyarakat meningkat seiring adanya produktivitas masyarakat, industri, dan
kegiatan produksi. Hal ini berdampak pada bisnis; Meningkatkan layanan publik dan
kondisi sosial ekonomi yang berubah keberlanjutan program pembangunan;
terpengaruh kegiatan produksi maupun Mendukung upaya peningkatan ketahanan
pekerja yang berasal dari luar daerah. energi daerah dan nasional.
Induksi dari luar mempengaruhi budaya 3. Penjualan produk gas ke Pabrik Pupuk,
setempat menuju kultur produktif. dilihat dari pasokan pada kebutuhan pabrik
Infrastruktur cenderung menjadi lebih baik. pupuk nasional untuk meningkatkan
Dari operasi perusahaan tersebut terdapat kapasitas produksi; Menjamin ketersediaan
kewajiban pelaksanaan CSR. Dampak pupuk nasional, menekan impor,
turunannya adalah terbangunnya meningkatkan produksi dan ketahanan
infrastruktur, bergeraknya Ekonomi pangan nasional. Hal tersebut berdampak
masyarakat; dinamisnya sosial Ketersediaan pasokan gas sebagai salah
kemasyarakatan; berjalannya peningkatan satu bahan baku utama produksi pupuk
kapasitas SDM Organisasi Masyarakat urea. Mengurangi impor gas dan
Basis, Pemerintah Daerah, Kecamatan dan meningkatkan kemandirian pemenuhan
Desa; Pendidikan & Kesehatan; kebutuhan domestik. Dari kelompok ini

198
berdampak turunan terhadap penjualan sebagai operasi eksplorasi sekaligus berdampak
pupuk oleh pabrik. Dampaknya dirasakan positip bagi peningkatan kesejahteraan
oleh Distributor, Pengecer, Petani, masyarakat. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan-
Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. kebijakan maupun aturan yang diberlakukan
Adapun dampaknya adalah Ketersediaan oleh Pemerintah Daerah. Kegiatan induksi yang
pupuk untuk menjamin pemenuhan berhasil dengan baik adalah pembangunan
kebutuhan petani maupun industri infrakstruktur yang meliputi pembangunan jalan,
pertanian, perkebunan, dan kehutanan sarana ibadah, rehabilitasi gedung sekolah,
melalui kelancaran jalur penjualan bantuan hari besar keagamaan, pelatihan
distributor dan pengecer pupuk termasuk ketrampilan, serta bantuan obat-obatan.
KUD (Koperasi Unit Desa) atau toko Manfaat induksi program CSR yang mengarah
eceran lainnya; Mendukung upaya kepada kapasitas organisasi dari pemberdayaan
peningkatan ketahanan pangan daerah dan masyarakat terlihat belum berhasil. Sedangkan
nasional. Dampak turunan yang terlihat Induksi di bidang infrakstruktur dapat
adalah Perbaikan kondisi kehidupan memberikan dampak pada peningkatan
masyarakat meliputi infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat karena dengan adanya
pemberdayaan masyarakat. Peningkatan infrakstruktur yang memadai menjadikan sarana
kualitas hidup masyarakat di bidang dan fasilitas-fasilitas umum yang mendukung
ekonomi dan sosial. Pemantapan kegiatan perekonomian menjadi mudah
fundamental kemandirian dan keberlanjutan dijangkau, menghemat biaya transportasi, serta
kehidupan masyarakat dalam proses dapat memunculkan berbagai peluang usaha di
pembangunan kapasitas diri dan daerah. masyarakat. Selain manfaat yang bisa
Hal itu mendukung upaya pencapaian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, induksi
peningkatan kesejahteraan masyarakat pembangunan infrastruktur juga bisa berdampak
secara kontinyu. negatif terhadap masyarakat seperti jalan yang
bagus membuat anak muda kebut-kebutan, dan
2) Induksi dan Kegiatan Corporate Social sebagainya. Untuk meminimalkan dampak
Responsibility (CSR) negatif akibat induksi dibutuhkan peran berbagai
Perusahaan K3S melaksanakan induksi dan pihak dari tokoh masyarakat, pemerintah desa
mempunyai kewajiban pelaksanaan Corporate sampai pemerintah tingkat kabupaten dengan
social responsibility (CSR). Pelaksanaan berbagai aturan dan kebijakan yang tepat.
berbagai kegiatan proyek dimaksudkan pula

199
Tabel 1
Induksi dan Hasilnya
No Induksi yang diberikan Tingkat
Hal yang perlu diperhatikan
Keberhasilan
1 Perbaikan infrastruktur Berhasil Program dilaksanakan oleh masyarakat dan subkon
local; Perlu peningkatan partiispasi MSH
2 Penyerapan tenaga kerja Kurang berhasil Kualitas SDM yang kurang memadai; Pentingnya
lokal pelatihan dan ketrampilan untuk meningkatkan
kwalitas SDM
3 Pemberdayaan Belum dilakukan Kesadaran masyarakat untuk mengelola hasil panen
masyarakat dengan dengan baik, kesadaran masyarakat untuk
pengadaan lumbung desa, berkembang, kreatif serta jiwa produktifnya masih
pelatihan kewirausahaan, rendah; Peningkatan sosialisasi dan pembentukan
pelatihan ketrampilan, dll lumbung desa perlu dilakukan agar bisa
mempertahanklan harga jual panenan, setelah
pelatihan diadakan pendampingan yang selalu siap
untuk mengawal keberhasilan program ini.
4 Pengembangan industri Belum dilakukan Ketersediaan peralatan dan modal; Perlu tambahan
pertanian dan kehutanan fasilitas peralatan dan bantuan permodalan melalui
bantuan dana bergulir
5 Bantuan permodalan dan Belum dilakukan Mental masyarakat cenderung mengandalkan
dana bergulir pemberian bantuan; Pentingnya pemberdayaan
masyarakat dan pelatihan ditekankan untuk
mendorong masyarakat merubah sikap dan perilaku
konsumtif menjadi produktif
6 Bantuan tenaga medis/ Belum dilakukan Kurangnya koordinasi dengan Dinas terkait;
para medis Perlu pemaduan pencanaan program kesehatan
masyarakat berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
dan para pihak terkait
7 Pelatihan kesehatan Belum di lakukan Kurangnya koordinasi dengan Dinas terkait; Perlu
masyarakat, seperti keterlibatan MSH pada perencanaan program
kesiapsiagaan KIA kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan
8 Sanitasi dan air bersih Kurang Berhasil Tidak ada koordinasi antara K3S dengan perangkat
desa; Dalam mengadakan program sejenis perlu
koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan dinas terkait
lainnya
9 Pelatihan PKDB Kurang berhasil Pelatihan baru dilakukan pada tingkat aparat desa;
Pentingnya pelatihan terpadu Penanggulangan Darurat
Bencana dan Kesehatan Lingkungan dari industri
migas
Sumber: Data primer diolah (2013).

200
Induksi penyerapan tenaga kerja lokal akan sehinga hal ini belum bisa memotivasi usaha
memberikan dampak positif di masyarakat masyarakat.
berupa meningkatnya pendapatan tenaga kerja,
untuk selanjutnya akan mengakibatkan Induksi bantuan dana bergulir atau penguatan
peningkatan daya beli masyarakat. Induksi ini modal dapat memberikan manfaat peningkatan
juga bisa memberikan dampak negatif oleh kesejahteraan masyarakat apabila masyarakat
karena dengan meningkatnya daya beli mempunyai sikap mental produktif dan
masyarakat membuat mereka semakin konsumtif memahami bahwa bantuan tersebut tujuannya
dan cenderung meniru gaya hidup boros dan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi
tidak produktif. Hal ini bisa diminimalkan rumah tangga. Hal ini terlaksana karena peran
apabila pemerintah daerah bersama-sama tokoh masyarakat, dan aparat pemerintah daerah
dengan masyarakat dan Perusahaan melakukan untuk membantu menyadarkan pentingnya hal
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan tersebut ke masyarakat. Di lapangan banyak
masyarakat (human development) secara dijumpai bantuan penguatan modal sering kali
berkesinambungan. Sesuai dengan pendapat dianggap oleh masyarakat sebagai pemberian
masayarakat bahwa penyerapan tenaga kerja atau hak mereka karena ada anggapan modal
lokal belum maksimal, kebanyakan tenaga kerja tersebut berasal dari uang negara untuk
yang diambil adalah tenaga proyek yang segera masyarakat. Menurut pendapat masyarakat di
berakhir setelah pembangunan proyek fisik hamparan bahwa sikap mental masyarakat dalam
selesai. Dalam hal rekruitmen tenaga kerja lokal menerima bantuan dana bergulir berbeda dengan
masyarakat mengharapkan ada koordinasi antara masyarakat di hamparan yang lebih dulu
Perusahaan dengan warga melalui koordinasi eksplorasinya. Masyarakat di wilayah hamparan
dengan aparat desa. ini menyatakan kebanyakan mempunyai rasa
Induksi pemberdayaan masyarakat melalui tanggung jawab dan rasa malu jika ada bantuan
pengadaan lumbung padi dapat berhasil jika dana bergulir untuk penguatan ekonomi
secara rutin diadakan sosialisasi ke masyarakat masyarakat yang tidak dikembalikan. Hal ini
sehingga masyarakat bisa memahami pentingnya merupakan modal positip jika diadakan kegiatan
keberadaan lumbung padi. Pada saat panen bantuan dana bergulir di wilayah tersebut.
sesuai hukum permintaan harga jual gabah Masyarakat mengharapkan ada petunjuk tehnis
rendah, sementara untuk biaya produksi tidak (juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) yang
mengalami penurunan akibatnya petani yang menjadi pedoman pelaksanaan pemberian
dirugikan. Dengan adanya lumbung padi maka bantuan pemberdayaan masyarakat.
kestabilan harga hasil panen bisa dikendalikan
sehingga masyarakat khususnya para petani Induksi di bidang kesehatan baik berupa sarana
dapat sejahtera. Sedang dari pelatihan fisik POLINDES maupun tenaga medis
ketrampilan, pelatihan kewirausahaan akan memberikan dampak positip terhadap pola hidup
memberikan dampak positip munculnya usaha- sehat di masyarakat. Menurut masayarakat di
usaha baru sesuai dengan ketrampilan hamparan ini untuk sarana sanitasi kesehatan
masyarakat. masih banyak dibutuhkan adalah tambahan
perangkat sanitasi jambanisasi. Masyarakat
Hal ini bisa berhasil jika masyarakat diberikan memahami pentingnya kondisi kehidupan yang
pelatihan untuk memotivasi implentasinya juga sehat untuk membuat aktifitas dan pola pikir
diberikan pendampingan, sehingga dibutuhkan positip, sehingga diharapkan dapat
selain peran Perusahaan juga pemerintah meningkatkan kesejahteraannya.
setempat. Menurut pendapat masyarakat pada
umumnya pelatihan dan pendampingan saja 3) Kebijakan Pemerintah dan Pendapat
yang biasanya diberikan oleh Perusahaan terhadap Program dan Pelayanan
melalui LSM atau Perguruan tinggi. Sementara publik.
cara atau solusi untuk pemasarannya tidak ada, Pelaksanaan kebijakan terkait dengan kapasitas
pemerintahan yang berpengaruh terhadap

201
tingkat keberhasilan Perusahaan Eksplorasi serta pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam
pendapat para pihak terhadap implementasinya yang ada di wilayahnya. Kebijakan yang terkait
diuraikan sebagai berikut : dengan Pengembangan Kapasitas Daerah
1. Kebijakan Pemerintah tentang Alokasi dan termuat dalam Perpres RI Nomor 59 Tahun
Pemanfaatan Gas Bumi 2012 tentang Kerangka Nasional Pengembangan
Kebijakan ini mengatur agar pemanfaatan Kapasitas Pemerintahan Daerah. Adapun upaya
produksi migas diperuntukkan bagi kegiatan pelaksanaan pengembangan kapasitas daerah
industri yang dapat memberikan kesejahteraan, antara lain dituangkan dalam Perda No. 13
peningkatan fasilitas dan pelayanan bagi Tahun 2008 tentang Visi dan Misi Kabupaten
masyarakat. Kebijakan tersebut dituangkan Tahun 2009-2013.
dalam Permen ESDM No. 3 Tahun 2010
tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi 4. Kebijakan Pemerintah Daerah tentang
Pasal 6, yang memprioritaskan Pemanfaatan Gas Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Bumi untuk: Kebijakan Pemerintah Daerah untuk
a. peningkatan produksi Minyak dan Gas melaksanakan Percepatan Pertumbuhan
Bumi Nasional; Ekonomi Daerah dapat berpengaruh terhadap
b. industri pupuk; keberhasilan pengelolaan Dampak multiplier
c. penyediaan tenaga listrik; turunan. Di Kabupaten kebijakan tersebut
d. industri lainnya. dituangkan dalam Perda Nomor 23 Tahun 2011
Prioritas Pemanfaatan Migas sebagaimana tentang Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
dimaksud pada pasal tersebut diharapkan dapat Daerah dalam Pelaksanaan Eksplorasi dan
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan Eksploitasi serta Pengolahan Minyak dan Gas
kebutuhan Gas Bumi di wilayah setempat. Bumi di Kabupaten dan Perbup No. 48 Tahun
Kebijakan yang terkait dengan alokasi dan 2011 tentang Optimalisasi Kandungan Lokal
pemanfaatan gas bumi juga termuat dalam dalam Kegiatan Industri Migas di Kabupaten .
Inpres Nomor 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi
Industri Pupuk yang menyatakan bahwa Menteri Kegiatan produksi migas diwajibkan untuk
ESDM diwajibkan untuk memprioritaskan memaksimalkan penggunaan tenaga lokal,
alokasi pemenuhan kebutuhan gas bumi untuk sehingga dapat memberikan dampak multiplier
bahan baku dan energi industri pupuk. secara masksimal. Kebijakan Pemerintah tentang
hal tersebut antara lain tertuang dalam kebijakan
2. Pelaksanaan Kegiatan CSR pemerintah daerah. Di Kabupaten kebijakan
Pemerintah mewajibkan Perseroan yang tersebut di buat dalam bentuk Keputusan Bupati
menjalankan kegiatan usahanya di bidang Nomor 188/278/KEP/ 412.11/2011 tentang Tim
dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam Optimalisasi Kandungan Lokal.
untuk melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. Kebijakan tersebut tercantum Implementasi dari beberapa kebijakan yang
dalam Undang-Undang tentang Tanggungjawab terkait dengan pengaturan pengelolaan
Sosial Perusahaan dan PP RI No. 47 Tahun 2012 sumberdaya alam, pengembangan wilayah serta
tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan penggunaan tenaga lokal seperti tersebut di atas
Perseroan, khususnya pasal 74. dalam pelaksanaannya ada yang dapat
dilaksanakan secara konsisten dan ada juga yang
3. Pengembangan Kapasitas Pemerintah tidak konsisten, bahkan ada kebijakan yang
Daerah saling kontradiktif dengan peraturan yang lain.
Pelaksanaan Pengembangan Kapasitas Daerah Demikian juga dengan tingkat kepuasan atau
berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan tingkat penerimaan masyarakat terhadap
multiplier, karena kebijakan-kebijakan kebijakan-kebijakan tersebut. Salah satu
pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi kebijakan yang tidak konsisten adalah kebijakan
kepemerintahannya dapat menentukan tentang pengutamaan pemanfaatan barang dan
jasa dalam negeri dalam kegiatan produksi

202
minyak bumi dan gas yang tertuang dalam UU a. Ketepatan pilihan keterwakilan tokoh
RI Nomor 22 Tahun 2010. Dalam dalam pelibatan masyarakat yang masih
pelaksanaannya ternyata masih banyak rendah, sehingga belum dapat menjadi alat
menggunakan barang dan jasa dari luar negeri. kendali.
b. Proses administrasi perijinan berbelit dan
Demikian juga pada kebijakan pemerintah di akses masyarakat ke perijinan terkendala
tingkat kabupaten, ternyata juga ada pasal-pasal karena keterbatasan sumber daya
yang tidak dilaksanakan secara konsisten, (kemampuan, biaya, dan relasi).
misalnya dalam Perda No. 23 Tahun 2011 c. Perencanaan, pelaksanaan, dan
tentang Percepatan Pertumbuhan Ekonomi pengendalian CSR belum tersosialisasi
Daerah dalam Pelaksanaan Eksplorasi dan dengan jelas.
Eksploitasi serta Pengolahan Minyak dan Gas d. Keterbukaan informasi tentang layanan
Bumi di Kabupaten (tertanggal 10 November publik perijinan terkait ketentuan syarat,
2011), Pasal 9 tentang pemberdayaan tenaga prosedur, waktu, serta biaya dan
kerja lokal, dalam pelaksanaannya juga belum keterjangkauan layanan pada tingkat
konsisten oleh karena prosedur rekruitment masyarakat di sekitar hamparan yang dapat
belum melalui sistem seleksi yang selektif, tetapi memanfaatkan peluang kerja dan kegiatan
menggunakan model “jatah” bagi desa-desa di usaha adalah keluarga para pamong atau
sekitar lapangan akibatnya dapat menimbulkan yang memiliki otoritas (formal/informal)
ketidakadilan dan iri hati. Ketidakkonsistenan dan yang mempunyai cukup pendanaan.
pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah 2. Akuntabilitas
dapat menjadi pelemah tingkat penerimaan dan Dalam hal akuntabilitas terdapat penilaian
kepuasan masyarakat terhadap kebijakan 41,86% yang masih perlu ditingkatkan.
tersebut. Untuk itu diperlukan “political will” Pernyataan bahwa pelaksana proyek mitra
dari pejabat-pejabat terkait untuk dapat perusahaan adalah BUMDES/Koperasi maupun
menyusun dan melaksanakan kebijakan tersebut LSM kurang kompeten. Sebesar 40,77%
secara konsisten. Konsistensi dan tingkat menyatakan tidak setuju bahwa pelaksanaan
kepuasan masyarakat terhadap adanya CSR oleh perusahaan telah sesuai dengan
kebijakan-kebijakan tersebut dapat dilihat dari kebutuhan masyarakat. Sebesar 52,33%
tabel di bawah ini. pendapat meyebutkan bahwa akuntabilitas
Pendapat Para Pihak di rangkum seperti pada perusahaan migas belum diperuntukkan bagi
table 2 dapat dicermati dengan penjelasan Program Pemberdayaan Masyarakat.
sebagai berikut. Dari analisis yang dilakukan, penyebab dari
1. Transparansi kurangnya akuntabilitas pemerintah maupun
Secara umum penilaian Transparansi cukup perusahaan migas tersebut adalah:
baik. Transparansi Prosedur Perijinan, a. Keuntungan pelaksanaan kegiatan yang
dinyatakan cukup transparan, namun masih kurang dapat dirasakan oleh masyarakat.
cukup banyak (32,56%) yang berpendapat b. Kekhawatiran keberpihakan LSM/Badan
bahwa prosedur perijinan kurang transparan. lain sebagai subkon yang berorientasi
Bahkan 25,58% menyatakan tidak transparan. kepentingan ‘proyek’ atau keuntungan
Dalam hal Informasi tentang kegiatan CSR, semata.
(52,36%) responden juga berpendapat bahwa c. CSR dianggap hak hibah bagi masyarakat,
pelaksanaan program CSR, mulai dari bukan ‘pemberdayaan berkesinambungan.’
perencanaan, pelaksanaan, penganggaran, d. Partisipasi dan transparansi kurang
maupun kendali atau evaluasi masih perlu memadai.
dibuka lebih luas. Demikian juga dalam hal 3. Partisipasi
Alokasi Dana Desa (ADD), 50% responden Partisipasi dinyatakan cukup baik. 60,46%
berpendapat kurang transparan dan 27,91% pendapat menyatakan adanya keterlibatan
menyatakan perlu ditingkatkan transparansinya. masyarakat dalam pembuatan kebijakan. 39,54%
Permasalahan yang dinyatakan penting yaitu: warga masyarakat menilai cukup rendah, dan

203
keterwakilan warga masyarakat di dalam memberikan informasi kenyataan adanya
pembentukan kebijakan layanan publik kekurangmampuan mengelola sumberdaya yang
dirasakan belum cukup memadai. Dalam hal ada sebagai akibat dari peralihan fungsi lahan
kebijakan mementingkan kebutuhan masyarakat, tersebut tanpa adanya program yang terpadu
sebagian pendapat (34,88%) menyatakan memberdayakan mereka. Namun, dalam hal
kebijakan telah bertujuan berpihak kepada kesiapan untuk membuka hutan rakyat, hanya
masyarakat miskin. Hal ini diperkuat dengan 36,04% menyatakan setuju. Sebagian besar
pernyataan sebagian kecil responden (8,14%) responden (29 orang) merupakan warga
yang menyatakan persetujuan mereka bahwa masyarakat yang memiliki harapan untuk
program pengembangan sumberdaya manusia memanfaatkannya bagi usaha peningkatan
yang dilaksanakan oleh pemerintah telah kesejahteraan sekaligus kelestarian lingkungan
berkesesuaian dengan kebutuhan perusahaan karena semakin panasnya lingkungan mereka.
migas. Penyebab dari kurang yakinnya masyarakat
terhadap adanya kelestarian lingkungan, adalah:
Hasil analisis melalui kelompok diskusi a. Berkurangnya sumber daya air dan
terfokus, terumuskan beberapa penyebab kurang keterbatasan upaya pengkayaan
adanya partisipasi masyarakat di antaranya sumberdaya biomassa
adalah: b. Belum adanya penggantian lahan produktif
a. Perencanaan kegiatan belum melibatkan milik rakyat
masyarakat c. Belum adanya pengetahuan tentang
b. Perancangan kebijakan pemberdayaan Keselamatan Kesehatan Kerja bagi
belum memihak rakyat miskin. komunitas
c. Analisis kebutuhan ketenagakerjaan kurang d. Kearifan lokal dan budaya asli Jonegaran
responsif/kurang sesuai dengan kebutuhan belum menjadi pegangan semua pihak
riil perusahaan. (Masyarakat, LSM, Perusahaan, Pemda).
d. Pelaksanaan Perda Kabupaten Nomor 23 5. Kerjasama Multipihak
Tahun 2011 tentang konten lokal terkendala Kerjasama Multipihak (pemerintah, perusahaan,
beberapa hal sebagai berikut: Universitas/LSM dan masyarakat) dinyatakan
• Ketidaksiapan SDM masyarakat belum baik. Diharapkan akan semakin tinggi
• Ketidaksiapan prasyarat Badan Usaha jika Pengembangan Migas Terpadu sudah
dan sertifikasi berjalan, namun masyarakat ternyata
• Ketidaksiapan integritas: percaloan, berpendapat bahwa peningkatan itu tidak atau
penghadangan Subkon Perusahaan, kurang dapat terjadi.
perbanyakan pemilikan Badan Usaha. Kerjasama multi pihak belum dapat diperkirakan
4. Kelestarian Lingkungan oleh masyarakat, komunikasi dan pengaturan
Dalam hal kelestarian lingkungan sebagian besar sulit dibangun karena masalah kapasitas SDM
responden (48,83%) bersikap netral atas dan kelembagaan organisasi masyarakat, serta
pernyataan pupuk anorgonik mudah terjangkau kepercayaan para mitra dari berbagai pihak
setelah adanya kegiatan Pengembangan Gas terkait seperti dari Pemerintah daerah dan
Terpadu beroperasi. Hal tersebut dinyatakan DPRD, Perusahaan migas serta LSM, perguruan
responden baik dari unsur aparat pemerintah (11 tinggi maupun pers dan universitas, serta
orang), tokoh masyarakat (12 orang) dan warga kapasitas warga masyarakat yang menjadi
masyarakat (19 orang) karena belum mengetahui subyek perubahan terkait dengan pelaksanaan
bahwa gas dapat menjadi bahan baku industri proyek pengembangan masyarakat melalui CSR.
pupuk. Sedangkan dalam hal adanya program Hasil diskusi terfokus memperlihatkan bahwa
peralihan fungsi lahan produktif sebagian besar indikasi penting adanya rancangan
responden (46,51 %) menyatakan tidak setuju. pengembangan kapasitas SDM dan kelembagaan
Hanya 5 orang warga masyarakat yang setuju para pihak terkait dengan pemberdayaan
peralihan fungsi lahan produktif. Menyatakan masyarakat, khususnya dengan adanya
yang menyatakan netral dan tidak setuju keterwakilan pemuda terpilih atau tokoh dari

204
masyarakat sebagai agen kemitraan untuk b. Pembentukan kebijakan daerah dapat
pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan. mendorong kondusifitas induksi Perusahaan
Beberapa hal yang menyebabkan belum dalam usaha pencapaian kesejahteraan
efektifnya kerjasama multipihak adalah: rakyat di hamparan apabila indikator-
a. Pemda belum memberikan perhatian secara indikator performa utama pada
khusus dalam memfasilitasi adanya Forum pemerintahan berkelanjutan seperti
Kemitraan MSH. transparansi, akuntabilitas, partisipasi, serta
b. Belum ada dukungan kebijakan/program keselarasan lingkungan dan pengaturan
dan pendanaan terhadap Forum Kemitraan relasi para pihak yang berkepentingan secara
Multipihak. kualitatif dapat dijalankan sehingga
c. Keterwakilan masyarakat belum tepat, dan berpengaruh positif.
belum adanya praktek fit and proper untuk c. Kemitraan Multi Pihak belum dijalankan
menentukan LSM/Mitra Subkon terintegrasi dalam praktek pelaksanaan
Perusahaan. kebijakan Pemerintah Kabupaten dalam
d. Kekayaan kearifan lokal dan budaya asli mendorong Perusahaan melaksanakan
Jonegaran belum terarusutamakan oleh induksinya bagi kesejahteraan masyarakat.
MSH. Kurangnya pemahaman para pihak
berkepentingan tentang pentingnya tata
4) Kapasitas Pemerintahan Lokal pemerintahan berkelanjutan untuk
Berkelanjutan di Hamparan Migas pembangunan daerah telah diidentifikasi
Telaah terhadap kapasitas pemerintahan lokal pada tingkat praksis pembentukan kebijakan
berkelanjutan di hamparan migas dapat di daerah dan pelaksanaan program CSR
dipaparkan berikut ini. Perusahaan. Studi menunjukkan bahwa
a. Paradigma pemerintahan berkelanjutan penciptaan kemitraan dan dialog antara
berjalan di dalam pergerakan fungsi-fungsi masyarakat –dengan keterwakilan tokoh
dinamik dari berlangsungnya kondusifitas yang tepat—baik Perusahaan dan
produksi, distribusi dan konsumsi dari Pemerintah Kabupaten yang telah berjalan
tingkatan pertama dampak produk gas. Di di kabupaten tersebut sangat penting bagi
situ arus utama pemerintahan berkelanjutan masukan fakta baru, alternative solusi
dipastikan menentukan dinamika produk permasalahan, dan alternatif konflik dalam
turunan pada tingkatan berikutnya. pelaksanaan pembangunan hamparan. Hal
Demikian halnya pada putaran tingkat kedua tersebut dapat meningkatkan inisiatif dan
yang dapat berfungsi secara baik aktifitas intensi keberdayaan masyarakat. Perubahan
produksi, distribusi, dan konsumsi dari masyarakat memiliki kapasitas mandiri dan
semua rantai nilai keekonomian maupun kelembagaan yang baik membutuhkan
sosiokulural dan berdampak multiplier transparansi informasi, keterlibatan
secara optimal. Seterusnya hal itu terjadi masyarakat dalam pengambilan keputusan
pada tingkatan ketiga. Di situ peran yang mempromosikan partisipasi berbagai
organsasi masyarakat sipil sangat pemangku kepentingan.
menentukan keberhasilan investasi dan d. Penerapan prinsip transparansi,
induksi Perusahaan. Sehingga dapat dinilai akuntabilitas, dan partisipasi pada
seberapa tinggi atau rendah derajat Induksi Perusahaan, sebagaimana temuan
kemampuan para pihak dalam di atas, ditemukenali pada layanan perijinan,
menggerakkan berbagai aktifitasnya dalam baik untuk usaha skala besar maupun kecil
berusaha mencapai rencana bersama, maka seperti industri rumah tangga yang dapat
dapat dinilai pula seberapa tinggi atau berjalan dengan baik. Kebutuhan barang
rendah tingkat kepuasan warga masyarakat maupun jasa sebagai penopang pertumbuhan
dan para pihak yang berkepentingan sebagai dan pembangunan daerah masih perlu
penerima manfaat. direspon secara tepat sehingga bisa menjadi

205
penyangga keberlangsungan proses dicapai dengan berbagai cara, namun dari
pembangunan di kawasan tersebut. persepsi tentang pentingnya kegiatan induksi
Penerapan prinsip transparansi anggaran dan CSR menunjukkan bahwa masyarakat
pemerintah kabupaten maupun desa bisa belum merasakan manfaatnya secara langsung.
dilihat dari persepsi terhadap ADD, DD dan Belanja proyek induksi yang digunakan untuk
CSR. Keterlibatan warga pada pengawasan investasi seperti infrastruktur, dinyatakan belum
dapat menjadi salah satu alat untuk dilakukan pada bidang pendidikan dan
menegakkan akuntabilitas. Yang kesehatan, serta baru sedikit untuk peningkatan
diperlukan agar monitoring menjadi efektif sumber penghidupan masyarakat di hamparan.
adalah apabila masyarakat mengetahui Sedangkan penyediaan layanan publik tersebut
segala sesuatu yang menjadi obyek dan di tingkat komunitas berhubungan dengan
parameter pengawasannya. Terkait dengan masalah penguasaan pemahaman, kapasitas
hal ini, dinyatakan belum ada hubungan mandiri dalam kelembagaan dan kemitraan,
langsung dengan keterpaduannya dengan adanya keterbukaan informasi dan akuntabilitas
program induksi dari Perusahaan migas. kinerja pengelolaannya. Hal ini seperti
dikemukakan Dwiyanto, A. (2004), sementara
Pelaksanaan proyek-proyek induksi, termasuk Werther dan Chandler di dalam Klettner, A
dari pelaksanaan CSR dapat berdampak terhadap (2007) menyebutkan pentingnya perspektif
penurunan tingkat kemiskinan, pelaksanaannya keberlanjutan dimasukkan ke dalam proses
berupa aktivitas usaha dan ekonomi, perencanaan strategis; Tindakan yang diambil
peningkatan lapangan kerja dan perbaikan pada keberlanjutan secara langsung
lingkungan. Induksi dapat bermakna produktif berhubungan dengan kegiatan utama; Perspektif
karena adanya belanja modal seperti pemangku kepentingan berorientasi pada isu-isu
infrastruktur, maupun jasa pengembangan SDM sosial, ekonomi dan lingkungan; dan adanya
dan lainnya. Hal ini sejalan dengan salah satu fokus kegiatan untuk kontribusi manfaat sebagai
tujuan pembangunan daerah yaitu peningkatan tujuan jangka menengah dan jangka panjang.
standar hidup yang layak untuk peningkatan Sementara peningkatkan pengetahuan,
pendapatan, penambahan lapangan kerja, kecakapan ketrampilan, kesehatan dan
perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan peningkatan pendapatan warga masyarakat di
perhatian terhadap lingkungan dan nilai-nilai hamparan dapat meningkatkan produktivitas dan
kultural dan kemanusiaan. Pembukaan lapangan keberdayaan masyarakat. Dengan kondisi
kerja dapat mengurangi tingkat pengangguran. tersebut, untuk meningkatkan produktitifitas
Aktivitas pemberdayaan ekonomi berkaitan lebih tinggi dan dapat meningkatkan pendapatan
dengan pertumbuhan usaha rumah tangga dan warga dan daya beli masyarakat, maka aktifitas
mengurangi pengangguran. Hal ini dimaklumi induksi yang dapat menciptakan lapangan kerja
karena aktivitas ekonomi tinggi, maka produksi di hamparan eksplorasi migas perlu sejalan
dapat bertambah dan kebutuhan barang dan jasa dengan perbaikan pelayanan publik tersebut.
juga bertambah. Hal itu sejalan dengan Osterle
(2012) dan Bessette, J.M. (2011); Gadot V. D. Kesimpulan
Cohen, A. (2004), De Tocqueville (2001). Oleh Studi ini dapat mengkonstrusikan faktor-faktor
karena itu kewargaan sebagai orientasi yang penting bagi pembentukan kapasitas
pemerintahan local berkelanjutan menjadi pemerintaan lokal berkelanjutan di hamparan
penting dalam proses pencapaian pemberdayaan migas dengan simpulan sebagai berikut.
masyarakat. 1) Pemerintah Kabupaten, Perusahaan K3S dan
Induksi sektor produktif tersebut seharusnya elemen organisasi masyarakat sipil
mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan. merupakan pilar utama yang mendukung
Berbagai kegiatan yang target sasarannya kapasitas pemerintahan lokal berkelanjutan
masyarakat berpenghasilan rendah telah bagi keberhasilan eksplorasi dan eksploitasi
dijalankan oleh masyarakat. Penurunan tingkat migas. Kapasitas pemerintahan daerah
kemiskinan melalui alokasi proyek induksi bisa berkemampuan membangun kondusifitas

206
induksi Perusahaan K3S Migas dalam usaha tentang pentingnya tata pemerintahan
pencapaian kesejahteraan warga masyarakat berkelanjutan telah diidentifikasi pada
di hamparan Migas. Pelaksanaan aktifitas pembentukan peraturan daerah dan
transparansi, akuntabilitas, partisipasi, serta pelaksanaan program CSR Perusahaan.
keselarasan lingkungan dan pengaturan Dialog antara masyarakat –dengan
relasi para pihak yang berkepentingan dapat keterwakilan tokoh yang tepat— dengan
dikelola dengan cukup baik di hamparan Perusahaan K3S dan Pemerintah Kabupaten
migas. sangat berkontribusi bagi manfaat
2) Pelaksanaan transparansi yang menjadi pengelolaan dampak eksplorasi.
perhatian pada layanan perizinan, CSR dan Kepemimpinan Bupati yang pro aktip
anggaran proyek maupun Dana Desa dan mendorong inisiatif intensi keberdayaan
Alokasi Dana Desa. Akuntabilitas pada masyarakat dan kelancaran pelaksanaan
pelaksanaan proyek bukan langsung proyek induksi dan CSR sangat menentukan
dilaksanakan oleh organisasi masyarakat, adanya akses dan kontrol masyarakat
CSR yang belum berorientasi kebutuhan terhadap kapasitas pemerintahan
dasar warga masyarakat dan kurangnya berkelanjutan.
program pemberdayaan masyarakat secara
langsung. Partistipasi terlihat dari keaktifan Hal-hal penting yang perlu diperhatikan antara
warga pada pembentukan kebijakan, lain:
keterwakilan tokoh secara baik dan tepat, 1) Kapasitas pemerintahan lokal dengan
serta pemberdayaan SDM warga dan kelembagaan yang baik dan lebih terbuka
kapasitas organisasi warga. Keselarasan baik menyangkut informasi dan
lingkungan ditunjukkan pada orientasi akuntabilitasnya sangat diperlukan dengan
terhadap pilihan produk turunan gas sebagai kemitraan program Perusahaan maupun
unggulan daerah seperti pupuk, peralihan Pemerintah dengan komunikasi efektif yang
lahan hutan untuk pembukaan lapangan mempromosikan partisipasi masyarakat
usaha dan peningkatan kesejahteraan warga. dalam Forum kemitraan pemangku
Adapun kemitraan multi pihak pada kepentingan di kawasan hamparan migas
kepercayaan perusahaan migas pada 2) Kemudahan layanan perijinan baik untuk
organisasi warga, PSDM pemuda lokal, dan usaha skala besar maupun kecil termasuk
komunikasi dengan media yang mudah industri rumah tangga maupun untuk
dipahami warga masyarakat. Hal itu semua pengadaan belanja publik dari proyek migas,
menjadikan kapasitas pemerintahan daerah CSR dan proyek pembangunan daerah
belum kuat dirasakan manfaatnya bagi sehingga pelakon industri maupun jasa
peningkatan kesejahteraan masyarakat. ikutserta aktif sebagai penopang
3) Investasi Perusahaan dengan dukungan implementasi investasi dan pelaksanaan
Pemerintah daerah di berbagai bidang proyek dengan dana penunjang operasi
melalui induksi operasi eksplorasi dan Perusahaan Migas, maupun pelaksanaan
kegiatan proyek CSR di tingkat pedesaan proyek pembangunan daerah sangat
telah mendorong kemampuan masyarakat di dipengaruhi oleh kebijakan daerah. Adanya
pedesaan ikutserta dalam berbagai kegiatan Perda No 23 tahun 2011 dapat mendorong
sosial ekonomi dan lingkungan. Induksi pengadaan barang dan jasa atau kemitraan
Perusahaan ditentukan oleh kemampuan usaha di antara Para Pihak dengan badan
mentransformasikan kepentingan Negara usaha warga masyarakat yang masih perlu
dalam operasional ekplorasi/ekploitasi peningkatan transparansi, akuntabilitas,
Migas maupun CSR untuk memenuhi hak- partisipasi dan kemitraan multi pihak.
hak dasar masyarakat, menyerap tenaga Dalam kaitan itu peningkatan kapasitas
kerja dan membuka lapangan usaha serta pemerintahan bekelanjutan dapat
kegiatan yang ramah lingkungan. memprioritaskan kegiatan pemberdayaan
Pemahaman para pihak berkepentingan kapasitas organisasi warga masyarakat desa

207
di hamparan, dengan aksi pendampingan Pihak bagi Pemberdayaan Masyarakat;
untuk pelaksanaan aktifitas kegiatan sosial Makalah pada Diskusi Ahli Studi
ekonomi dan ketestarian lingkungan. Downstream Multiplier Effect Eksplorasi
Eksploitasi Migas di Bojonegoro.
Penghargaan Fukuyama, F.; (1999). Social Capital And Civil
Saya memberikan penghargaan kepada Tim Society. The Institute Of Public Policy
Studi Energi Center UP45 yang telah George Mason University. October 1,
memberikan fasilitasi dan dukungan Studi ini. 1999. Prepared For Delivery At The IMF
Conference On Second Generation
Kepustakaan Reforms. Diunduh dari James S.
Buku dan Jurnal Coleman. Social Capital In The Creation
Bessette, J.M. 2011. American Government and Of Human Capital. The America Journal
Politics, Deliberation, Democracy and Of Sociology, Vol. 94. Suplement:
Citizenship. Boston: Suzanne Jeans. Organization And Institutions:
Covey, Stephen R. (1995), “Competitive Sociological And Economic Approaches
Adventage.” ExecutiveExcellence, Septem To The Analysis Of Social Structure.
ber, h. 3-4. ÖSTERLE, O. 2002; Evaluating Equity in
Creswell, John W. 2010. Research Design; Social Policy; A Framework for
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Comparative Analysis; Vienna University
Mixed. Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh of Economics and Business
Achmad Fawaid. Pustaka Pelajar. Administration, Austria - SAGE
Yogyakarta. Publications (London, Thousand Oaks
Dwiyanto, A. (2004); Mewujudkan Good and New Delhi)
Governance melalui Pelayanan Publik; Sunartiningsih (Ed). (2004). Strategi Penguatan
Yogyakarta Institusi Lokal Pedesaan. Pemberdayaan
DAI (2009); Organizational Capacity Masyarakat Desa Melalui Institusi Lokal.
Assessment Report. Aditya Media Yogyakarta.
Godpaster (2009), Regulatory Mapping and Tarigan, R. (2002), Perencanaan Pembangunan
Regulatory Impact Assessment; Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan
Document published for Workshop on Ruang. Direktorat Jenderal Pendidikan
Regulatory Mapping organized by Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Bappenas RI in Yogyakarta; June 2011. Medan.
Henry, N., (1975); Paradigm of Public Tim UP45, EC. (2013), “Laporan Studi Dampak
Administration; Source: Public Multiplier Eksplorasi di Lapangan Migas
Adminstration Review,Vol 35, No.4 X, Y dan Z”. Yogyakarta.
(July – Augt, 1975) pp 378-386. Todaro, P Michael, Smith C, Stephen, 2003.,
Published by: Blackwell Publishing on “Pembangunan Ekonomi di Dunia
behalf of American Society for Public Ketiga” Penerbit Erlangga
Administration; Vigoda-Gadot, A. dan Cohen, A. (2004).
http://www.jstor.org/stable/974540 . Citizenship and Management in Public
Hidayat, S., & Gismar, A.M. (2010), “Good Administration. Cheltenham UK: Edward
Governance Vs Shadow State dalam Elgar
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.”
Jurnal Penelitian Politik, LIPI Volume 7, Dokumen Publik
No.1 UUD 1945
Ibty, I.; 2013; Sustainable Governance: UU RI No. 22 Tahun 2010 tentang Minyak dan
Tranparansi dan Akuntabilitas Layanan Gas Bumi
Publik; Partisipasi dalam Kebijakan UU RI No. 23 Tahun 2009 tentang Keterbukaan
Publik Pembangunan Berkelanjutan di Informasi Publik
Daerah; dan Manajemen Hubungan Multi UU RI No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

208
Publik http://bojonegorokab.go.id
Perbup Kabupaten Bojonegoro No. 48 Tahun
2011 tentang Optimalisasi Kandungan
Lokal dalam Kegiatan Industri Migas di
Kabupaten
Permen ESDM No. 3 Tahun 2010 tentang
Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi
Perda Kabupaten Bojonegoro Nomor 23 Tahun
2011 tentang Percepatan Pertumbuhan
Ekonomi dalam Mengelola Dampak
Eksplorasi Eksploitasi Migas di
Bojonegoro
Perpres RI No. 59 Tahun 2012 tentang
Kerangka Nasional Pengembangan
Kapasitas Daerah
Permen ESDM No. 3 Tahun 2010 tentang
Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi
PP RI No. 47 Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro
Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi dalam
Mengelola Dampak Eksplorasi
Eksploitasi Migas di Bojonegoro.
Peraturan Daerah Kabupaten Bojonegoro
Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Kecamatan Gayam di
Kabupaten Bojonegoro, Lembaran
Daerah Kabupaten Bojonegoro Tahun
2012 Nomor 3, 28 Maret 2012.
Keputusan Bupati No.
188/278/KEP/412.11/2011 tentang Tim
Optimalisasi Kandungan Lokal (20
September 2011).
Keputusan Bupati No.
188/278/KEP/412.11/2011 tentang Tim
Optimalisasi Kandungan Lokal (20
September 2011).
http://bappenas.go.id/Bappenas/Rencana-
Pembangunan-Nasional-Jangka-Panjang-
2010-2025

209
Penggunaan Teknologi Informasi pada Kinerja Pegawai Dilihat
dari Motivasi
(Isu pada Kecamatan Tembalang Kota Semarang)

Yuanindra Istighfarin
Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
nindrafarin@student.uns.ac.id

Abstrak
Semakin lama manusia tidak bisa lepas dari teknologi. Teknologi informasi berkembang sangat pesat,
menyesuaikan kebutuhan manusia. Berbagai produk dari teknologi informasi memudahkan dalam proses
pelaporan data sehingga dapat menghemat waktu. Kinerja aparatur pemerintahan merupakan suatu hal
yang sangat penting, karena pada dasarnya mereka adalah orang yang diberikan amanat oleh warga untuk
melayani, mensejahterakan dan memajukan warga masyarakat, salah satunya adalah Kantor Kecamatan
Tembalang Kota Semarang. Paper ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja pegawai Kantor
Kecamatan Tembalang Kota Semarang dari implementasi teknologi informasi (TI) dilihat dari segi
motivasi. Metode penelitian dilakukan dengan berbagai literatur meliputi buku, penelitian terdahulu
ataupun bahan lainnya. Berdasarkan hasil temuan dapat diketahui bahwa kinerja pegawai masih rendah
dikarenakan keterbatasan pengetahuan karyawan pada TI masih terbatas. Hal ini membuat motivasi
pegawai menurun sehingga seharusnya ada evaluasi bagaimana penerapan standarisasi TI untuk dipelajari
pegawai sehingga dapat meningkatkan kinerja pegawai di Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Kata kunci: Teknologi Informasi, Kinerja, Motivasi

Abstract
The longer the human can not escape from technology. Information technology is growing very rapidly,
adjusting human needs. Various products from information technology make it easy in data reporting
process so that it can save time. The performance of the government apparatus is a very important thing,
because basically they are people who are given the mandate by the citizens to serve, prosper and
promote the people, one of them is Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang. This paper aims to
find out how the performance employees of Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang from the
implementation of information technology (IT) in terms of motivation. Research method is done with
various literatures covering book, previous research or other material. Based on the findings can be seen
that the performance of employees is still low due to limited employee knowledge of IT is still limited.
This makes employee motivation decline so that there should be an evaluation of how the application of
IT standardization for employees to be studied so as to improve the performance employees of Kantor
Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Keywords: Information Technology, Performance, Motivation

A. Pendahuluan yang harus dilaksanakan pemerintah untuk


Salah satu tujuan diterapkannya kebijakan mewujudkan kesejahteraan, sebagai tolak ukur
otonomi daerah adalah untuk memperbaiki terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang
kualitas pelayanan publik dari penyelenggara baik (good governance). Pintu masuknya bagi
pelayanan publik atau organisasi penyedia percepatan reformasi administrasi di daerah
layanan kepada masyarakat setempat. adalah mewujudkan tata kelola pemerintahan
(Akhmaddian, 2012). Penyelenggaraan daerah yang baik (good local governance) yang
pelayanan kepada masyarakat merupakan fungsi terfokus pada peningkatan kualitas

210
penyelenggaraan pelayanan publik (Nugroho
dkk, 2016). Manajemen kinerja karyawan merupakan
pendekatan untuk mengelola sumber daya
Kualitas penyelenggaraan pelayanan umum manusia, yang dapat meningkatkan probabilitas
(publik) di daerah harus untuk ditingkat kearah keberhasilan organisasi melalui penyelarasan
yang lebih baik. Perubahan atau reformasi kinerja individu dengan hasil organisasi yang
Administrasi pelayanan publik diarahkan pada diinginkan. Hal ini menyoroti pentingnya
optimalisasi penyelenggaraan pelayanan pada membangun pemahaman bersama tentang
tingkat pelayanan yang paling dekat kepada harapan kinerja mengenai tugas yang harus
masyarakat. Dengan terbitnya Peraturan diselesaikan, perilaku yang diperlukan untuk
pemerintah Nomor 19 tentang Kecamatan, menjalankan tugas ini secara efektif, dan
Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2009 penyelarasan dengan hasil yang organisasi
Tentang Pelayanan Publik dan Undang – diinginkan (Blackman et al, 2017). Ada
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang beberapa faktor yang mempengaruhi naik
Pemerintahan Daerah, peran kecamatan sebagai turunnya kinerja perusahaan yaitu faktor internal
Satuan Perangkat Kerja Daerah yang dekat dan eksternal. Faktor internal yang diduga kuat
secara administratif, geografis maupun filosofis memberikan pengaruh terhadap kinerja
kepada masyarakat, memiliki peran yang perusahaan saat ini salah satunya diantaranya
semakin meningkat. karena sistem informasi teknologi yang juga
berpengaruh terhadap Kinerja. Hal ini bisa
Ada tiga faktor yang menentukan kinerja disebabkan sarana sistem informasi teknologi
organisasi yaitu struktur organisasi, sumber daya yang kurang mendukung. Padahal di beberapa
manusia dan teknologi. Sumber daya manusia perusahaan, pemanfaatan Sistem Informasi
(SDM) merupakan faktor yang paling penting Teknologi mampu meningkatkan kinerja dan
karena manusialah yang akan melaksanakan daya saing ketika kebutuhan akan informasi
semua proses organisasi dan manusia yang akan yang cepat tepat dan ketersediaan data untuk
melaksanakan fungsi-fungsi dan aktifitas proses pengambilan keputusan dibutuhkan
organisasi yang bersangkutan. Manusia dengan (Rusjiana, 2016, Nugroho, 2016).
berbagai macam karakteristik dan
kepribadiannya, seperti kemampuan, Motivasi dalam organisasi publik berkaitan
ketrampilan dan sikapnya di tempat kerja dengan kinerja individu. Motivasi adalah
menyebabkan sumber daya manusia menjadi kekuatan yang tidak teramati yang
faktor yang paling sulit dikelola, tidak seperti mengarahkan, memberi energi, dan
faktor struktur organisasi dan teknologi mempertahankan perilaku. Motivasi
(Arisuniarti, 2016). berhubungan dengan kinerja dengan
mempengaruhi arah, intensitas, dan ketekunan
Pemimpin harus bisa menangani masalah usaha. Secara khusus, motivasi tercermin dalam
karyawan karena perubahan yang diakibatkan pilihan pegawai mengenai apakah pegawai akan
oleh Teknologi Informasi yang memerlukan mengeluarkan usaha, seberapa tingkat usaha
kategori karyawan baru. Karyawan harus lebih yang mereka keluarkan, dan seberapa besar
terlatih dibandingkan dengan karyawan dulu mereka bertahan dalam tingkat usaha tersebut.
karena proses pengerjaan sekarang berpindah Selanjutnya, pilihan ini bisa bertahan, seperti
dari administrasi manual kemudian individu yang umumnya bekerja dengan usaha
menggunakan sistem. Mereka membutuhkan keras, atau situasi yang spesifik, seperti pekerja
keterampilan dan kemampuan untuk bekerja di yang mencurahkan usaha untuk melakukan tugas
lingkungan elektronik, kemampuan untuk tertentu atau dalam konteks tertentu (Alonso dan
memahami dan bertindak atas informasi baru, Lewis, 2001; Iddekinge et al, 2017; Pramudyo,
serta kemampuan dan kemauan untuk 2010).
mempelajari perangkat lunak dan prosedur alur
kerja yang baru (Pynes, 2009).

211
Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang kemanusiaan yang berada di belakang
adalah salah satu kecamatan yang terdapat di pemanfaatan sistem informasi dan teknologi
Kota Semarang. Kecamatan Tembalang informasi (Lindawati dan Salamah, 2012). Paper
membawahi 12 kelurahan di antaranya ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
kelurahan keramas, bulusan, meteseh, rowosari, kinerja pegawai Kantor Kecamatan Tembalang
sendangmulyo, kedungmundu, sambiroto, Kota Semarang pada implementasi teknologi
mangunharjo, tandang, sendanguwo, dan jangli. informasi (TI) dilihat dari motivasi.
Dari 12 kelurahan yang dinaungi, Kantor
Kecamatan Tembalang memiliki sekitar 50 B. Metode Penelitian
karyawan. Jumlah tersebut tidak sebanding Artikel ini menggunakan survey, berbagai
dengan tugas mereka yang harus memberi literatur dari penelitian terdahulu dan buku
pelayanan kepada masyarakat yang berjumlah tertentu mengenai Teknologi Informasi, Kinerja
sekitar lebih dari 150 ribu. Pegawai dan Motivasi. Referensi literatur dari
penelitian terdahulu dan buku tertentu
Hal ini menarik perhatian penulis untuk dibahas memudahkan penulis untuk memahami
karena kemampuan para pegawai dalam bagaimana perkembangan Teknologi Informasi,
memberikan pelayanan dan secara operasional Kinerja Pegawai, dan Motivasi.
belum bisa memenuhi keinginan masyarakat
serta belum memenuhi visi Kantor Kecamatan C. Hasil dan Pembahasan
Tembalang Kota Semarang yaitu “terwujudnya Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah
Kecamatan Tembalang yang berkualitas, meningkatkan kinerja melalui berbagai cara
profesional, dan berbudaya menuju peningkatan dengan tujuan efektif, efisien dan akuntabilitas.
pelayanan publik”. Hal ini ditunjukkan dari hasil Menurut Sedarmayanti visi dari reformasi
survey di lapangan ada beberapa pegawai yang birokrasi adalah terwujudnya pemerintahan yang
masih belum bisa mengoperasikan komputer amanah atau terwujudnya tata kepemerintahan
dengan baik sehingga ketepatan waktu dalam yang baik (Sedarmayanti, 2009). Reformasi
laporan dan tugas-tugas yang diemban masih birokrasi pada hakikatnya bertujuan untuk
tertunda, selain itu adanya rasa jenuh yang melakukan perubahan secara mendasar terhadap
dirasakan pegawai yang sudah bekerja selama sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
bertahun-tahun sehingga motivasi untuk bekerja menyangkut aspek-aspek kelembagaan,
menjadi turun. Dengan kondisi seperti ini, perlu ketatalaksanaan dan sumber daya manusia
adanya peningkatan kerja pada Kantor aparatur. Dengan adanya reformasi birokrasi
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. tersebut diharapkan agar masyarakat
mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Tujuan
Pesatnya perkembangan sistem informasi dan reformasi birokrasi secara umum (dalam
teknologi informasi menjadikannya senjata Sedarmayanti 2009: 75) yaitu mewujudkan
dalam bersaing (competitive weapon) yang wajib kepemerintahan yang baik, didukung oleh
dimiliki oleh perusahaan dalam memenangkan penyelenggara negara yang profesional, bebas
persaingan. Penerapan sistem informasi dan korupsi, kolusi dan nepotisme dan meningkatkan
teknologi informasi dapat dikatakan berhasil jika pelayanan kepada masyarakat sehingga tercapai
dapat meningkatkan kinerja pegawai, yang pada pelayanan prima.
akhirnya mampu meningkatkan kinerja
organisasi. Dengan adanya penerapan sistem Teknologi sistem informasi (TI) menggunakan
informasi dan teknologi informasi tersebut perangkat keras, perangkat lunak, penyimpanan,
perusahaan perlu mempersiapkan sumber daya dan teknologi komputer. Perangkat keras
manusia (SDM). Hal ini dinyatakan juga dari komputer adalah peralatan fisik yang digunakan
penelitian sebelumnya, dimana penggunaan untuk kegiatan input, pengolahan, dan keluaran
sistem informasi dan teknologi informasi dalam dalam sistem informasi. Agar dapat
menyelesaikan tugas-tugas operasional menggunakan sistem informasi, manajer harus
perusahaan dapat dijelaskan dari elemen memahami dimensi organisasi, manajemen, dan

212
teknologi dari sistem dan bagaimana mereka fungsinya sesuai dengan visi dan misi sehingga
dapat digunakan untuk memberikan informasi tujuan organisasi akan tercapai. Pada penelitian
yang mengarah pada solusi yang efektif. Sistem Jabbouri et al (2016) menunjukkan bahwa
informasi berbasis komputer mengandalkan penggunaan TI relevan dalam meningkatkan
teknologi perangkat keras dan perangkat lunak inovasi kinerja. Interaksi antara kemampuan
komputer untuk memproses dan menyebarkan teknologi informasi dan sumber daya manusia
informasi. Komputer hanyalah bagian dari dapat mempengaruhi kemampuan TI untuk
sistem informasi (Pynes, 2009; Marsha dan secara efektif meningkatkan inovasi kinerja.
Akman, 2010).
Sumber daya manusia merupakan faktor yang
Teknologi Informasi juga dinilai lebih efisien, mempunyai proporsi terbesar dalam menerapkan
handal, dan akurat serta digunakan tingkatan variasi dari kerja dibandingkan dengan strategi
tertinggi dalam prosesnya (Tiwari et al, 2008). dan faktor-faktor lainnya. Disamping itu, agar
Pada setiap organisasi apapun dan bergerak di suatu sistem teknologi informasi dapat
bidang apa saja, maka kehadiran teknologi memberikan dampak yang positif terhadap
informasi mutlak diperlukan. Teknologi kinerja maka teknologi tersebut harus
informasi yang efektif dan efisien mempunyai dimanfaatkan dengan tepat dan harus
arti yang sangat penting bagi manajemen dalam mempunyai kecocokan dengan tugas yang
melaksanakan fungsinya untuk merencanakan, didukungnya. Kinerja yang lebih baik akan
mengorganisir, melaksanakan, mengarahkan dan tercapai jika individu dapat memenuhi
mengawasi semua kinerja organisasi kebutuhan individual dalam melaksanakan dan
(Rakhmansyah dkk, 2014). Karena teknologi menyelesaikan tugas (Lindawati dan Salamah,
informasi menghasilkan suatu sistem informasi 2012).
maka pegawai memegang peranan penting
dalam pengoperasian teknologi informasi baik Hasil dari penelitian terdahulu dan survey
secara langsung maupun tidak langsung mengatakan bahwa kinerja para pegawai
(Nugroho, 2016). Dari hasil penelitian terdahulu berbeda-beda selain karena faktor usia pegawai
dan survey, ketersediaan teknologi penunjang juga tidak didukung dengan latar belakang
yang terdiri dari fasilitas – fasilitas seperti pendidikan yang sesuai dengan pekerjaannya
komputer, printer, mesin antrian, wifi, kemudian disebabkan juga adanya pergantian
fingerprint dan mesin IDC dapat dikatakan Camat di Kantor Kecamatan Tembalang Kota
sudah lengkap dan ruang pelayanan di Kantor Semarang sehingga ada penyesuaian sistem
Kecamatan Tembalang Kota Semarang sudah kerja. Kemudian faktor lainnya adalah ternyata
memadai dan nyaman. para pegawai masih belum mengikuti diklat. Hal
tersebut mengakibatkan kualitas pekerjaan
Mangkunegara (2004:9) mendefinisikan kinerja administrasi dan pelayanan yang dihasilkan di
sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang
yang dicapai karyawan dalam melaksanakan kurang optimal. Selain itu tidak tercapainya
tugas sesuai tanggung jawabnya. Sedangkan kinerja juga disebabkan oleh kurangnya saran
As’ad (2004:47) mengartikan kinerja sebagai dan prasarana serta kurangnya kemampuan
hasil pencapaian seseorang menurut ukuran yang pegawai dalam menggunakan teknologi untuk
berlaku untuk suatu pekerjaan. Sedangkan menyelesaikan pekerjaan sehingga pekerjaan
kinerja menurut Robbins (1996:21) adalah yang dilakukan harus diselesaikan secara manual
tingkat pencapaian tujuan. Dalam konteks yang memakan waktu lebih lama.
penelitian yang akan dilakukan maka pengertian
kinerja merupakan proses pengumpulan Supriyadi dan Guno (2006) menyebutkan bahwa
informasi tentang bagaimana tingkat semakin tinggi motivasi karyawan dalam bekerja
implementasi teknologi informasi dalam maka kinerja pegawai semakin lebih baik.
pencapaian hasil kerja yang dilakukan oleh Motivasi dapat dipandang sebagai bagian
pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan integral dari administrasi kepegawaian dalam

213
rangka proses pembinaan, pengembangan dan untuk pegawai di pemerintahan juga diperlukan
pengarahan tenaga kerja dalam suatu organisasi. agar memiliki keterampilan yang dibutuhkan
Motivasi dianggap sangat penting dalam (Purba dkk, 2018). Hal ini senada dengan
meningkatkan kinerja para karyawan atau pernyataan Darmawan (2011), bahwa faktor
pegawai itu sendiri. pendukung keberhasilan pemerintahan yang
berbasis Teknologi Informasi, yaitu
Dari hasil survey yang dilakukan terhadap kepemimpinan politik yang kuat dengan visi
beberapa pegawai di Kantor Kecamatan yang jelas, melibatkan semua pihak, penyiapan
Tembalang Kota Semarang, diketahui adanya sumber daya manusia, implementasi secara
gap berkaitan dengan motivasi kerja, sebanyak 7 bertahap, membangun kemitraan, dan
orang sikap pegawai yang aktif terlibat dalam melakukan evaluasi secara rutin.
keikutsertaan pada tugas pekerjaan yang bersifat
pelayanan masyarakat, 5 orang pegawai yang D. Penutup
bersikap pasif dan 3 orang yang bersikap Pintu masuknya bagi percepatan reformasi
setengah-setengah terkadang membantu administrasi di daerah adalah mewujudkan tata
kadangkala pasif. Hal ini disebabkan di kelola pemerintahan daerah yang baik (good
antaranya merasa tidak bisa beradaptasi terhadap local governance) yang terfokus pada
penggunaan teknologi informasi pada Kantor peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang sehingga publik. Penggunaan teknologi informasi sangat
mereka menjadi mengeluh tiap waktu yang mempengaruhi keberhasilan, kualitas, dan
secara psikologis cenderung mengalami kuantitas kinerja karyawan dalam suatu
penurunan motivasi secara perlahan untuk organisasi. Kinerja aparatur pemerintahan
bekerja dan dampaknya bisa mempengaruhi merupakan suatu hal yang sangat penting,
motivasi pegawai lainnya. Hal ini dikarenakan karena pada dasarnya mereka adalah orang yang
latar belakang yang tidak berasal dari diberikan amanat oleh warga untuk melayani,
pemerintahan, idealnya seharusnya berasal dari mensejahterakan dan memajukan warga
pemerintahan. masyarakat, salah satunya adalah Kantor
Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
Fasilitas pada Kantor Kecamatan Tembalang
Kota Semarang sudah memenuhi standar Dari hasil penelitian terdahulu dan survey,
fasilitasnya. Hal ini dibuktikan adanya ketersediaan teknologi penunjang yang terdiri
komputer, printer, wifi, mesin antrian, dari fasilitas – fasilitas seperti komputer, printer,
fingerprint, dan mesin IDC guna mempermudah mesin antrian, wifi, fingerprint dan mesin IDC
administrasi dan pelayanan pada Kantor dapat dikatakan sudah lengkap dan ruang
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Akan pelayanan di Kantor Kecamatan Tembalang
tetapi pada sumber daya manusianya terdapat Kota Semarang sudah memadai dan nyaman.
kendala dalam memenuhi kinerjanya. Beberapa Kemudian kinerja para pegawai berbeda-beda
pegawai tidak bisa memanfaatkan teknologi karena berbagai macam faktor sehingga ada
informasi dengan baik serta motivasi kerja penyesuaian sistem kerja. Selain itu, diketahui
pegawai karena berbagai faktor yang dapat adanya gap berkaitan dengan motivasi kerja
memenuhi kinerja pegawai yang berdampak yang antaranya merasa tidak bisa beradaptasi
juga pada kinerja Kantor Kecamatan Tembalang terhadap penggunaan teknologi informasi pada
Kota Semarang. Kantor Kecamatan Tembalang Kota Semarang
Oleh karena itu, keberhasilan pemanfaatan sehingga cenderung mengalami penurunan
Teknologi Informasi harus didukung dengan motivasi secara perlahan untuk bekerja. Hal ini
infrastruktur yang baik dan sumber daya dikarenakan latar belakang yang tidak berasal
manusia yang profesional. Diperlukan dukungan dari pemerintahan, idealnya seharusnya berasal
dari pemerintahan pusat dalam hal penyediaan dari pemerintahan. Oleh karena itu,
teknologi seperti PC dan sarana internet yang Keberhasilan pemanfaatan Teknologi Informasi
baik. Selain itu, pengembangan keterampilan

214
harus didukung dengan infrastruktur yang baik 2, pp. 118-127, DOI:
dan sumber daya manusia yang profesional. 10.1080/15228835.2012.695564.
Iddekinge, et al. 2017. A Meta-Analysis of
Daftar Pustaka Interactive, Additive, and Relative Effects
Akhmaddhian, Suwari. 2012. Pengaruh of Cognitive Ability and Motivation on
Reformasi Birokrasi Terhadap Perizinan Performance. Journal of Management,
Penanaman Modal Di Daerah. Jurnal Vol. XX, No. X, pp. 1-31.
Administrasi Publik, Vol. 12, No. 3, Hal: Lindawati dan Salamah, Irma. 2012.
464-474. Pemanfaatan Sistem Informasi dan Teknologi
Alonso, Pablo dan Lewis, Gregory. 2001. Public Informasi Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Service Motivation and Job Performance: Individual Karyawan. Jurnal Akuntansi dan
Evidence from the Federal Sector. The Keuangan, Vol. 14 No. 1, pp. 56-68.
American Review of Public Mangkunegara, A.A. Anwar. 2004. Manajemen
Administration, Vol. 31, No. 4, pp 363- Sumber Daya Manusia Perusahaan.
380. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arisuniarti, Desak Made. 2016. Pengaruh Mishra, Alok dan Akman, Ibrahim. 2010.
Teknologi Informasi dan Sistem Informasi Information Technology in Human Resource
Manajemen Terpadu Terhadap Kinerja Management: An Empirical Assessment.
Karyawan di Lingkungan Universitas Public Personnel Management, Vol. 39 No.
Warmadewa. Jurnal Public Inspiration, 3, pp. 271-290, DOI:
pp. 50-64. 10.1177/009102601003900306.
As’ad, M. 2004. Seri Ilmu Sumber Daya Nugroho, Novemy. 2016. Pengaruh Penggunaan
Manusia Psikologi Industri. Edisi Teknologi Informasi Terhadap Kinerja
Keempat. Cetakan Kesembilan. Karyawan (Studi Kasus Karyawan STMIK
Jogjakarta: Liberty. Duta Bangsa). Duta.com, Vol. 11 No. 1, pp.
Behera, Ajay Kumar; Nayak, Narayan C.; dan 12-22.
Das, Harish C. 2016. Performance of Nugroho, Sulistiyo; Kismartini; Purwaneni,
Indian Service Industries Due to IT Hartuti. 2016. Reformasi Administrasi
Adoption. Global Business Review, Vol. Pelayanan Publik (Studi Pelayanan
17 No. 5, pp. 1073-1093, DOI: Administrasi Terpadu Kecamatan Jawa
10.1177/0972150916656657. Tengah). Gema Publica Jurnal Manajemen
Blackman, et al. 2017. Managing Expectations dan Kebijakan Publik, Vol. 2, No. 1, pp. 13-
to Create High Performance Government. 27.
Review of Public Personnel Purba, Harja; Sukmawati, Ati; Adini,
Administration, DOI: Muhammad; Sari, Delsika. Pemanfaatan
10.1177/0734371X17701544, pp 1-24. Teknologi Informasi dan Komunikasi pada
Darmawan. 2011. E-Government: Studi Lingkungan Pemerintahan Desa di
Pendahuluan di Kabupaten Sragen. Kecamatan Sungai Pandan. Jurnal Bisnis dan
Universitas Indonesia: Jakarta. Pembangunan, Vol. 7, No. 1, ISSN 2541-
Jabbouri et al. 2016. Impact of Information 187X.
Technology Infrastructure on Innovation Pramudyo, Anung. 2010. Analisis Faktor-Faktor
Performance: An Empirical Study on Yang Mempengaruhi Kinerja Dosen
Private Universities In Iraq. Procedia Negeri Pada Kopertis Wilayah
Economics and Finance, Vol. 39, pp. 861- Yogyakarta. Jurnal Bisinis Teori dan
869. Implementasi, Vol. 1, No. 1, pp. 1-11.
Jaskyte, Kristina. 2012. Exploring Potential for Pynes, Joan E. 2009. Human Resources
Information Techonolgy Innovation in Management for Public and Nonprofit
Nonprofit Organizations. Journal of Organizations: A Strategic Approach. United
Technology in Human Services, Vol, 30 No. States of America: Jossey Bass.

215
Rakhmansyah, Agil; Musadieq; Susilo, Heru. Academy of Applied Psychology, Vol. 34
2014. Pengaruh Penggunaan Teknologi No. 2, pp. 241-249.
Informasi Terhadap Kinerja (Studi pada
Karyawan PT. PLN Area Madiun). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 14, No. 1,
pp. 1-9.
Rivai, V. (2009). Manajemen Sumber Daya
Manusia untuk Perusahaan: dari Teori ke
Praktik. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rusjiana, Jimmy. 2016. Pengaruh Sistem
Informasi SDM Terhadap Kinerja Karyawan
di PT. Rabbani Bandung. Jurnal Computech
& Bisnis, ISSN: 2442-4943, Vol. 10 No. 1,
pp. 21-29.
Robbins, Stephen. P. 1996. Perilaku Organisasi:
Edisi Bahasa Indonesia Jilid I dan II.
Jakarta: Prinhalindo.
Sedarmayanti. 2009. Reformasi Administrasi
Publik, Reformasi Birokrasi, dan
Kepemimpinan Masa Depan:
Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik. Bandung:
Refika Aditama.
Supriyadi, Gering dan Guno, Tri. 2006. Budaya
Kerja Organisasi Pemerintah. Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.
Tiwari et al. 2008. Information Technology-
Induced Stress and Human Performance:
A Critical Review. Journal of the Indian

216
Etika Birokrasi Pemerintahan dalam Mewujudkan Good
Governance

Budiarjo
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
budiarjo.uns@hotmail.com

Abstrak
Etika Birokrasi pemerintahan dan good governance merupakan dua istilah yang berhubungan dan
memiliki hubungan yang sangat dekat. Etika merupakan konsep yang lebih umum dari good governance,
tetapi melindasi terciptanya good governanace. Tanpa etika, birokrasi pemerintahan good governance
tidak bakal terwujud karena penerapan sebuah konsep sangat tergantung pada komitment moral para
pelaksananya. Etika Pemerintahan disamping bersumber pada norma sosial , juga bersumber pada norma
hukum, Perbedaannya pada penerapan dan dasar pengenaan sanksi. Sanksi pelanggaran terhadap etika
dan norma sosial lebih bersifat moral, (rasa malu), sedangkan pelanggaran hukum dengan sanksi fisik
(penjara).
Kata kunci: Etika Birokrasi, Good Governance, Sanksi Moral, Sanksi Fisik

Abstract
The ethics of government bureaucracy and good governance are two related terms and have a very close
relationship. Ethics is a more general concept of good governance, but it underlies the creation of good
governance. Without ethics, the bureaucracy of governance good governance can not be realized because
the implementation of a concept depends very much on the moral commitment of its executors.
Government ethics aside derived from social norms, also from legal norms, The difference is in the
application and the basis of imposition of sanctions. Violations of social ethics and norms are more
sentenced morally, (humiliate), while violations of law will be sentenced with physical sanctions
(imprisonment).
Keywords: Bureaucratic Ethics, Good Governance, Moral Sanction, Physical Sanction

A. Pendahuluan (Kumorotomo, 1992:7). Dengan demikian etika


Etika Birokrasi Pemerintahan dan Good dan moral sesungguhnya tidak dapat dipisahkan,
Governance (GG) merupakan dua istilah yang karena sama-sama mengacu pada bimbingan
berkaitan dan mempunyai hubungan yang sangat tingkah laku ke arah yang baik. Good
dekat. Etika merupakan konsep yang lebih Governance adalah konsep baru dalam etika
umum daripada Good Governance, tetapi yang secara spesifik diarahkan pada penataan
melandasi terciptanya Good Governance. Tanpa kehidupan pemerintahan yang lebih baik sesuai
Etika Birokrasi Pemerintahan Good Governance dengan kaidah-kaidah moral paling aktual pada
tidak mungkin terwujud, karena penerapan masyarakat modern.
sebuah konsep, apalagi konsep baru, sangat
bergantung pada komitmen moral para Etika juga tidak bisa dipisahkan dengan hukum.
pelaksananya. Dalam konteks birokrasi Etika dan hukum merupakan satu kesatuan
pemerintahan keberhasilan mewujudkan Good norma yang menuntut untuk dipatuhi
Governance sangat bergantung pada etika para masyarakat, termasuk aparat pemerintahan
penyelenggara pemerintahan. “Etika merupakan (birokrasi). Penerapan etika yang secara khusus
penentuan tindakan (action guide) untuk segala dikenakan bagi aparat pemerintah disebut etika
pola tingkah laku yang disebut moral” birokrasi (Ngadisah, 2009:39). Etika
217
pemerintahan di samping bersumber pada norma
sosial juga bersumber dari norma hukum, Semangat etis adalah kemauan keras untuk
perbedaannya pada penerapan sanksi dan dasar menjadi pejabat pemerintah yang baik. Dalam
pengenaan sanksi. Pelanggaran terhadap etika norma umum etika, orang yang baik adalah
dan norma sosial lebih bersifat sanksi moral orang yang menjalankan kewajiban-
(rasa malu), sedangkan pelanggaran norma kewajibannya secara benar. Setiap orang
hukum dikaitkan dengan sanksi fisik (di mempunyai kewajiban dalam kehidupan
penjara). sosialnya, baik yang bersifat formal maupun
informal.
Dasar pengenaan sanksi pada etika dan norma
sosial adalah penilaian baik dan buruk, sedang Kewajiban-kewajiban formal persoalan etika
sanksi norma hukum dilandasi penilaian benar tidak hanya dianggap sebagai soal “kepatutan”,
dan salah. Nilai yang mengacu pada kebaikan tetapi lebih dalam dari itu, yakni sebagai
dan kebenaran tujuannya sama, yaitu untuk kewajiban moral.
memenuhi tuntutan kemanusiaan.
Oleh karena kewajiban merupakan ukuran utama
Dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan, etika pemerintahan, maka untuk menjadi pejabat
pejabat pemerintah (birokrat) wajib penyelenggara pemerintahan yang baik syarat
melaksanakan kedua norma di atas, yakni etika utamanya adalah meunaikan tugas yang sudah
dan hukum, karena secara sosiologis, diamanatkan dalam peraturan perundang-
pemerintahan justru mendapat legitimasi kalau undangan. Ironisnya, di dalam dunia birokrasi
ia diakui dan dianggap ada oleh masyarakat. pemerintahan, makin banyak aturan yang
Salah satu indikator atas pengakuan dikeluarkan makin sulit pelaksanaannya dan
keberadaannya adalah apabila aturan-aturan makin banyak biaya dikeluarkan oleh
yang dibuat dan perintah/kebijakan- masyarakat. Hal ini disebabkan karena
kebijakannya dipatuhi masyarakat. Masyarakat implementasi peraturan perundang-undangan
atau warga negara akan patuh apabila ada tersebut tidak ada nilai-nilai etis yang menjadi
keyakinan bahwa pemerintah itu bertujuan baik motivasi penggerak dalam upaya untuk
dan mengatur dengan cara yang baik pula. mewujudkan tujuan negara yang hakiki yaitu
Secara umum pemerintahan yang baik adalah mensejahterakan rakyat/kesejahteraan seluruh
adanya komitmen untuk memperjuangkan rakyat. Ukuran ini tentu berlaku juga pada setiap
kepentingan rakyat. Dari sudut pandang tingkatan pemerintahan (Provinsi,
sosiologi pemerintahan, pemerintahan yang baik Kabupaten/Kota) sesuai dengan tugas dan
(etis) adalah yang mampu mewujudkan tanggung jawab masing-masing.
kesejahteraan umum.
b. Good Governance (GG)
B. Hasil dan Pembahasan Good Governance adalah bentuk baru
1. Hubungan Etika Pemerintahan dengan paradigma pemerintahan yang sekarang ini
Good Governance dianggap paling ideal dalam mengatur
a. Etika Pemerintahan negara/penyelenggaraan pemerintahan. Etika
Etika pemerintahan adalah aplikasi etika umum adalah sebuah konsep universal sehingga dalam
yang mengatur perilaku pemerintah sebagai penerapannya bisa diberi muatan-muatan yang
organisasi yang di dalamnya duduk para pejabat spesifik sepertika etika birokrasi, bisnis,
pemerintah. Oleh karena itu penilaian etis kedokteran, politik, dan lain-lain. Etika dapat
berlaku bagi orang-orang yang duduk di dalam pula diberi penafsiran baru sesuai dengan
organisasi pemerintahan (para pejabat tuntutan masyarakat, atau nilai-nilai ideal pada
pemerintah). Dengan demikian baik buruknya kurun waktu tertentu. Masyarakat modern yang
pemerintahan tergantung semangat etis para mengalami berbagai krisis sejak awal tahun
pejabat dalam praktek pemerintahan sehari-hari. 1980-an, menelaah situasi dengan mencari

218
sebab-sebab timbulnya krisis. Salah satu 6) Efektif dan efisien
anggapan dasar yang dipakai acuan bahwa 7) Bertanggung jawab
timbulnya krisis, terutama di negara-negara 8) Visi strategis
sedang berkembang, adalah karena terlalu
dominannya peran pemerintah dalam mengatur Konsep-konsep yang masih terkait erat dengan
masyarakat. Pemerintahan yang terlalu banyak Good Governance adalah clean government,
mengatur, memerintah, mengarahkan, demokratisasi, desentralisasi dan empowerment.
membimbing, membina dan lain-lain bentuk Dengan munculnya Good Governance sebagai
aksi yang intinya menyebabkan masyarakat pendekatan baru, maka dalam penyelenggaraan
makin tergantung kepada pemerintah, karena pemerintahan untuk perilaku para pejabat
pendekatan yang dipakai adalah rule (birokrat) pemerintah dipandu oleh nilai-nilai
government. dan semangat baru yang lebih manusiawi dan
lebih konkrit pada tampilan Good Governance.
Pada era Orde Baru muncul konsep bahwa Oleh karena itu di sini Good Governance
pegawai negeri (birokrat) adalah perencana, merupakan pelengkap, penyempurna sekaligus
pelaksana dan pengawas pembangunan. Pendek konkritisasi dari etika pemerintahan.
kata pemerintah lebih disibukkan dengan
urusan-urusan internal daripada urusan-urusan C. Penutup
eksternal yang langsung diarahkan pada Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian di
pemberdayaan masyarakat. atas, bahwa etika birokrasi pemerintahan secara
teori merupakan penerapan etika umum ke
Seiring dengan perkembangan cara berpikir dalam baidang pemerintahan. Etika
masyarakat yang dipengaruhi oleh teknologi pemerintahan adalah pedoman perilaku bagi
informasi, komunikasi dan globalisasi konsep- pejabat/penyelenggara pemerintahan yang harus
konsep pemerintahan pun berubah. Paradigma selalu berorientasi pada pencapaian tujuan
lama, pemerintah (birokrat) sebagai pemain dan negara, yakni terciptanya masyarakat yang
pengatur tunggal mulai digeser ke arah kontrol sejahtera.
dan kerjasama yang lebih seimbang dengan
kekuatan-kekuatan sosial di luar pemerintah Etika pemerintahan dan Good Governance
yakni pengusaha dan lembaga swadaya adalah sejalan, bahkan merupakan satu kesatuan.
masyarakat. Tugas pemerintah adalah Dengan kehadiran Good Governance, etika
membangun kemitraan dengan sektor swasta dan pemerintahan justru menjadi semakin kaya dan
LMS untuk terwujudnya civil society. Konsep semakin konkrit tolok ukurnya. Namun
dasarnya adalah membangun pemerintahan demikian, konsep yang baik belum tentu
modern (modern governance) dengan pola menghasilkan sesuatu yang baik pula, karena
interaksi baru antara pemerintah dan dalam praktek masih ada faktor manusia yang
masyarakat. Dalam hubungan kemitraan itu, menjadi implementator. Oleh karena itu untuk
pemerintah berperan sebagai fasilitator, memperlancar pelaksanaan, faktor manusialah
mendorong masyarakat berperan aktif sebagai yang harus menjadi sasaran utama untuk
pelaku ekonomi dan menciptakan lingkungan diperbaiki. Dalam hubungan inilah etika
politik dan hukum yang kondusif. memberi peran besar dalam pendidikan moral
penyelenggara negara (birokrat).
Kriteria tata pemerintahan yang baik menurut
konsep Good Governance (GG) adalah : Daftar Pustaka
1) Supremasi hukum Braam, P.A. Geert. 2001. Sosiologi
2) Transparansi Pemerintahan. Terjemahan JRG. Djopari.
3) Responsif Jakarta: IIP.
4) Membangun konsensus Joko Widodo. 2001. Good Governance.
5) Kesetaraan Surabaya: Insan Cendekia.

219
Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika
Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali.
Locke, John. 2002. Kuasa itu Milik Rakyat.
Terjemahan Widyamartaya, Kanisius.
Ngadisah. 2009. Birokrasi Indonesia. Jakarta:
UT.
Nurhadiantomo. 1986. Birokrasi Kepemimpinan
dan Perubahan Sosial di Indonesia.
Surakarta: Hapsara.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Pegawai Negeri Sipil yang Menjadi
Anggota Partai Politik.
Santoso, Budi Priyo. 1995. Birokrasi Pemerintah
Orde Baru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian.

220
Analisa Indikator Standar Pelayanan Minimum Perguruan Tinggi
Islam Negri Keagamaan (PTKIN) Islam terhadap Peraturan
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Nomor 74 Tahun
2016
1
Hastanti Agustin Rahayu, 2Hanafi Adi Putranto
1
Program Studi Akuntansi dan 2Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
hastanti_ar@yahoo.com, hanafiadiputranto@uinsby.ac.id

Abstrak
Pendidikan Tinggi merupakan instrumen penting dalam pembangunan negara yang telah diatur dalam
pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945 dan Nawacita ke 8. PTKIN merupakan perguruan tinggi yang
secara teknis akademik dan pembinaan dibawah Kemenristekdikti, sedangkan secara fungsional
dilakukan oleh Kementrian Agama. Berdasarkan PMK No. 119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan
Administratif Penetapan PK BLU telah ditetapkan UIN sebagai Badan Layanan Umum (BLU). Salah satu
persyaratan administrasi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (PK-BLU) adalah adanya
Penetapan Standar Pelayanan Minimal melalui Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia. Peraturan
Menteri Ristek dan Dikti tentang Standar Pelayanan Minimum PTN BLU mengacu kepada
Permenristekdikti No. 74 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimum bagi
PTN BLU. Jenis penelitian yang dilakukan metode analisis deskriptif secara kualitatif dengan metode
komparasi antara SPM PTKIN dengan Permenristek Dikti No. 74 Tahun 2016. Implementasi standar
pelayanan minimal pada 4 (empat) PTKIN telah mencakup beberapa jenis layanan pendidikan, penelitian,
pengabdian masyarakat dan layanan administrasi dalam Permenristekdikti No. 74 Tahun 2016. Pencirian
PTKIN terdapat dalam standar pelayanan jumlah jumlah pengasuh Ma'had dan Sarana belajar bahasa
Arab, pencapaian mahasiswa hafal al-Qur'an minimal 10 juz serta diskusi mengenai kajian sains dan
Islam oleh Lembaga Kajian Al-Qur'an dan Sains. Sehingga Kementerian Agama sebaiknya membuat
acuan penyusunan SPM untuk PTKIN dalam menentukan indikator standar pelayanan dan satuannya.
Kata kunci: Standar Pelayanan Minimum, Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Indikator Standar
Pelayanan

A. Pendahuluan objektivitas, keabsahan dan akurasi data16.


Dalam rangka merespon tuntutan masyarakat Informasi akuntabilitas yang baik dapat dicapai
menuju good governance, pemerintah dengan menerapkan sistem pengumpulan dan
menerapkan prinsip akuntabilitas dengan pengolahan data kinerja. Indikator kinerja yang
mempertanggungjawabkan amanah yang baik akan mengurangi subyektivitas dalam
dibebankan. Namun demikian, pada praktiknya menilai keberhasilan dan dapat diperbandingkan
tidak banyak instansi pemerintah yang dengan instansi yang memiliki proses pelayanan
menghasilkan laporan akuntabilitas yang baik. publik yang sejenis. Indikator kinerja tidak
Instansi pemerintah lebih banyak melaporkan hanya digunakan pada saat menyusun laporan
kegiatan dan bukan berfokus pada kinerja atas pertanggungjawaban, akan tetapi yang penting
kegiatan pelayanan publik. Hal ini dikarenakan
informasi yang dihasilkan terbentur pada
16
Modul Indikator Kinerja Referensi untuk
Menentukan Indikator Kinerja Instansi Pemerintah,
Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
2006

221
adalah pada saat merencanakan tujuan pelayanan dipertanggungjawabkan dan berkinerja tinggi.17
publik. Pelayanan tersebut berupa penyediaan barang
dan/atau jasa tanpa mencari keuntungan dan
Pendidikan merupakan instrumen dan agenda dalam melakukan kegiatannya menerapkan
penting dalam pembangunan di negara prinsip efisiensi dan produktivitas berdasarkan
Indonesia. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM).
pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam
Nawa Cita ke 8 terkait melakukan revolusi SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan
karakter bangsa melalui meningkatnya lulusan- mutu pelayanan dasar yang diberikan oleh
lulusan perguruan tinggi yang berkualitas, perguruan tinggi negeri kepada masyarakat
menguasai teknologi, dan berketerampilan dengan mempertimbangkan kualitas layanan,
sehingga lebih cepat masuk ke pasar kerja. pemerataan, kesetaraan layanan, biaya, serta
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun kemudahan untuk mendapatkan layanan.
2012 Pasal 1 ayat 9 Tridharma Perguruan Tinggi Penyusunan dokumen Standar Pelayanan
adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk Minimum (SPM) mengacu kepada visi dan misi
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan yang diemban universitas dan sebagai sarana
pengabdian masyarakat. untuk menjamin akses dan mutu pelayanan
kepada masyarakat secara merata dan
Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri berkeadilan. Penyusunan SPM telah
(PTKIN) merupakan perguruan tinggi di mempertimbangkan peningkatan kualitas
Indonesia yang pengelolaannya berada dibawah layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan,
Kementrian Agama. Secara teknis akademik, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan
pembinaan PTKIN dilakukan oleh Kementrian layanan. Selain itu, standar pelayanan tersebut
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dimaksudkan sebagai perangkat untuk
Republik Indonesia (Kemenristekdikti), mendorong terwujudnya transparansi dan
sedangkan secara fungsional dilakukan oleh akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan
Kementrian Agama. PTKIN terdiri dari tiga pendidikan. SPM ini kedepannya bisa dijadikan
jenis antara lain Universitas Islam Negeri (UIN), sebagai acuan universitas dalam memberikan
Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) dan pelayanan kepada semua stakeholder sekaligus
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). sebagai tolok ukur pencapaian kinerja
Berdasarkan data Direktorat Pendidikan Tinggi universitas selama batas waktu yang ditetapkan.
Keagamaan Islam, Kementrian Agama membina
57 PTKIN, terdiri dari 17 Universitas Islam Penyusunan SPM mengacu kepada Undang-
Negri (UIN), 26 Institut Agama Islam Negeri Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
(IAIN), dan 14 Sekolah Tinggi Agama Islam Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Negeri (STAIN). Berdasarkan PMK No. Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
119/PMK.05/2007 tentang Persyaratan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Administratif Penetapan PK BLU telah Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah
ditetapkan UIN sebagai Badan Layanan Umum Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
(BLU). Salah satu persyaratan administrasi Keuangan Badan Layanan Umum, Peraturan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang
(PK-BLU) adalah adanya Penetapan Standar Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal melalui Keputusan Menteri Pelayanan Minimal, Keputusan Presiden Nomor
Agama Republik Indonesia. Hal ini menjadi 49 Tahun 2002 tentang Kedudukan, Tugas,
penting dalam memberikan pelayanan yang Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja
bermutu serta akuntabel, bisa Instansi Vertikal Departemen Agama

17
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum

222
sebagaimana telah diubah terakhir dalam standar pelayanan perspektif proses pendidikan
Keputusan Presiden Nomor 85 Tahun 2002, dan pengembangan (teaching and learning
Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 2006 proces), standar pelayanan perspektif etos dan
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen budaya kerja (ethos and culture).
Agama. Selain itu mempertimbangkan Undang- Pada tabel 1 Standar pelayanan perspektif
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun pemangku kepentingan (stakeholders) pada
2012 tentang Pendidikan Tinggi, Peraturan empat PTKIN telah memenuhi sebagian
Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan indikator kinerja komponen pendidikan,
Menteri Ristek dan Dikti tentang Standar penelitian, pengabdian masyarakat dan layanan
Pelayanan Minimum PTN BLU mengacu administrasi dalam Permenristekdikti nomor 74
kepada Permenristekdikti No. 74 Tahun 2016 tahun 2016. Terdapat pencirian standar
tentang Pedoman Penyusunan Standar pelayanan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Pelayanan Minimum bagi PTN BLU. Negeri di UIN Malang yaitu jumlah daya
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di tamping mahasiswa dan mahasiswi di Ma’had
atas, maka rumusan permasalahan dalam putra dan Ma’had putri.
penelitian ini adalah Bagaimana implementasi
standar pelayanan minimal Perguruan Tinggi
Negeri Keagamaan Islam terhadap
Permenristekdikti No. 74 Tahun 2016.

B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan metode analisis
deskriptif secara kualitatif dengan metode
komparasi. Pengambilan sampel pada penelitian
ini dilakukan secara purposive sampling
berdasarkan ketetapan Standar Pelayanan
Minimum PTKIN yang disahkan melalui
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan
model Miles dan Huberman, dimana analisis
data dilakukan dengan cara reduksi data,
penyajian data dan menarik kesimpulan18.

C. Hasil dan Pembahasan


Ketetapan Standar Pelayanan Minimal yang
telah dipublikasi dari 17 (tujuh belas) PTKIN
terdapat 4 (empat) PTKIN yang memenuhi dan
telah ditetapkan oleh Kementerian Menteri
Agama Republik Indonesia. Empat PTKIN yang
memenuhi persyaratan tersebut antara lain
Universitas Islam Negeri Malang, UIN Jakarta,
UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan IAIN
Banjarmasin. Dalam SPM ada empat standar
antara lain standar pelayanan perspektif
pemangku kepentingan (stakeholders), standar
pelayanan perspektif manajemen administrasi
dan keuangan (administration and finance),

18
Sugiyono 2014, Metode Penelitian Manajemen,
Penerbit Alfabeta, Bandung

223
Tabel 1
Standar Pelayanan Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
UIN Malang UIN Syarif UIN Sunan Gunung IAIN Antasari
Hidayatullah Jakarta Djati Bandung Banjarmasin
Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Akseptasi % Jumlah % Peningkatan Orang Jumlah Orang
pasar mahasiswa jumlah mahasiswa
terhadap yang mahasiswa baru yang
lulusan diterima yang diterima
diterima
Tingkat % Persentase % Peningkatan % Prosentase %
kehadiran lulusan yang jumlah jumlah
dosen siap/dapat lulusan lulusan
mengajar bekerja atau
berusaha
Mahasiswa Orang Persetase % Peningkatan % Prosentase %
yang lulusan yang lulusan yang lulusan yang
tertampung bekerja siap/dapat dapat
di Ma'had sesuai bekerja atau bekerja dan
putra dengan berusaha berusaha
spesialisasin
ya
Mahasiswi Orang Persentase % Peningkatan % Prosentase %
yang pertumbuhan lulusan yang lulusan yang
tertampung instansi yang bekerja bekerja
di Ma'had menggunaka sesuai sesuai
putri n lulusan dengan dengan
UIN Syarif spesialisasin spesialisasin
Hidayatullah ya ya
Jakarta
Layanan Hari Prosentase % Peningkatan % Prosentase %
pengambilan hasil pertumbuhan lulusan yang
Kartu Tanda penelitian instansi yang digunakan
Mahasiswa individu dan menggunaka oleh instansi
(KTM) bagi kolektif n lulusan pemerintah
mahasiswa yang dapat UIN Sunan
baru dipublikasik Gunung
an Djati
Bandung
Layanan Hari Prosentase % Peningkatan % prosentase %
pengambilan hasil hasil hasil
Kartu penelitian penelitian penelitian
Rencana individu dan individu dan individu dan
Studi (KRS) kompetitif kolektif yang kolektif
dan Kartu yang dapat dapat yang dapat
Program diselesaikan dipublikasik dipublikasik
Studi (KPS) tepat waktu an an
bagi
mahasiswa

224
Layanan Hari Persentase % Peningkatan % Prosentase %
pengambilan hasil hasil hasil
Kartu Hasil penelitian penelitian penelitian
Studi (KHS) sosial individu, individu,
bagi keagamaan kolektif dan kolektif, dan
mahasiswa dan kompetitif kompetitif
baru kemasyaraka yang dapat yang dapat
tan lintas diselesaikan diselesaikan
budaya, tepat waktu tepat waktu
agama yang
multikultultu
risme dan
kesetaraan
gender
Layanan Hari Persentase % Peningkatan % Prosentase %
pengambilan tingkat hasil hasil
ijasah/transk sarana dan penelitian penelitian
rip nilai prasarana ilmu-ilmu ilmu-ilmu
peribadatan murni dan murni oleh
pada desa terapan oleh dosen
tertinggal dosen
yang
menjadi
binaan
Indeks Skala Persentase % Peningkatan % Prosentase %
kepuasan 1-4 rekruitmen hasil hasil hasil
mahasiswa mahasiswa penelitian penelitian
terhadap FKIK UIN ilmu-ilmu ilmu-ilmu
pelayanan Syarif murni dan terapan oleh
administrasi Hidayatullah terapan oleh dosen
akademik Jakarta dari mahasiswa
daerah
terpencil
mendapatka
n fasilitas
bantuan
dana
perkuliahan
Indeks Skala Peningkatan Unit Prosentase %
kepuasan 1-4 pembinaan hasil hasil
mahasiswa madrasah/ penelitian
terhadap desa binaan ilmu-ilmu
pembelajara murni dan
n Bahasa terapan oleh
Arab mahasiswa
Intensif
Indeks Skala Peningkatan % Pembinaan Unit
kepuasan 1-4 rekruitmen madrasah/
mahasiswa calon desa binaan
terhadap mahasiswa

225
pembelajara yang
n Bahasa Berprestasi
Inggris dari daerah
Intensif tertinggal
Indeks Skala Peningkatan % Prosentase %
kepuasan 1-4 pemberian pemberian
mahasiswa beasiswa beasiswa
terhadap terhadap terhadap
pembelajara mahasiswa mahasiswa
n di jurusan miskin dan miskin dan
Berprestasi berprestasi
Indeks Skala Peningkatan % Prosentase %
kepuasan 1-4 kualitas penyelesaian
mahasiswa kerjasama program
terhadap dengan penanggulan
pelayanan pihak ketiga gan masalah
perpustakaan sosial
Persentase % Prosentase %
aplikasi rektrutmen
sistem calon
komputerisa mahasiswa
si akademik yang
berprestasi
di semua
prodi
Prosentase %
kualitas
kerjasama
dengan
pihak ketiga
Sumber : KMA RI No.122 Th. 2007, KMA RI No. 116 Tahun 2007, KMA RI No. 52 Tahun 2008 dan KMA
RI No. 360 Tahun 2015

Pada tabel 2 Standar pelayanan perspektif Permenristekdikti Nomor 74 Tahun 2016. Pada
manajemen administrasi dan keuangan perspektif ini terdapat standar pelayanan
(administration and finance) pada empat PTKIN pencirian Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
telah memenuhi sebagian indikator kinerja Negeri yaitu jumlah pengasuh Ma'had dan
komponen pendidikan, penelitian, pengabdian Sarana belajar bahasa Arab pada UIN Malang.
masyarakat dan layanan administrasi dalam

226
Tabel 2
Standar Pelayanan Perspektif Manajemen Administrasi dan Keuangan
(administration and finance)
UIN Malang UIN Syarif UIN Sunan Gunung IAIN Antasari
Hidayatullah Jakarta Djati Bandung Banjarmasin
Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Persentase %
dosen tetap kualitas kualitas kualitas
sistem sistem sistem
informasi informasi informasi
keuangan keuangan keuangan
UIN Syarif UIN Sunan
Hidayatullah Guung Djati
Jakarta Bandung
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Nilai tingkat Nilai
tenaga reliabilitas reliabilitas kinerja
administrasi dalam dalam pelayanan
pengelolaan pengelolaan
dan dan
penyusunan penyusunan
laporan laporan
keuangan keuangan
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Economic Rp Juta
pustakawan kualitas kualitas value added
SDM yang SDM di dari unit
mengikuti bidang usaha
pelatihan di pemeriksaan
bidang laporan
pemeriksaan keuangan
laporan
keuangan
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Unit cost Rp Juta
pengasuh peningkatan pelaksanaan pendidikan
Ma'had program dan dan per
pedoma pengawasan mahasiswa
pengawasan program
yang yang telah
ditetapkan diterapkan
Penyediaan % Persentase % Peningkatan % Prosentase %
peralatan kontribusi unit-unit pembiayaan
kuliah/labora pendanaan usaha dalam sumber
torium unit-unit memberikan APBN
usaha dalam kontribusi (rupiah
proses pendanaan murni)
pengembang terhadap
an pembanguna
universitas n mutu
akademik

Penyediaan % persentase % Peningkatan % Prosentase %


ruangan tingkat pembiayaan pembiayaan
kuliah/labora kontribusi APBN sumber
torium pendanaan murni PNBP

227
dari terhadap (pendapatan
organisasi mutu fisik akademik)
publik dan dan non fisik
organisasi UIN Sunan
non profit Gunung
luar negri Djati
Bandung
Sarana Unit Persentase % Peningkatan % Prosentase %
belajar pembiayaan kontribusi pembiayaan
bahasa Arab pemerintah pendanaan sumber
terhadap dari bantuan PNBP dari
total luar unit-unit
anggaran negri/IDB usaha
UIN Syarif (pendapatan
Hidayatullah non
Jakarta akademik)
Sarana Unit Persentase % Peningkatan % Prosentase %
belajar pembiayaan pembiayaan kontribusi
bahasa dari dana dari PNBP pendanaan
Inggris masyarakat dan usaha dari bantuan
terhadap lain terhadap luar
total pengembang negri/IDB
anggaran an mutu
UIN Syarif akademik
Hidayatullah UIN Sunan
Jakarta Gunung
Djati
Bandung
Ketersediaan % Persentase % Prosentase %
anggaran pembiayaan pelaksanaan
penyediaan dari program dan
sarana dan mahasiswa pedoman
prasarana terhadap pengawasan
terhadap total yang telah
total anggaran ditetapkan
anggaran UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Ketersediaan % Persentase % Prosentase %
anggaran pembiayaan implementas
pengembang dari unit-unit i kontrol
an sumber usaha internal
daya terhadap
manusia total
total anggaran
anggaran UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Pengelolaan Buah Prosentase %
kerjasama akses
penelitian informasi
dan seputar
pengembang kegiatan
an dengan kampus

228
pihak lain dalam
rangka
efektifitas
kinerja
jumlah Buah Rasio Rasio
kerjasama jumlah
dengan pegawai atau
institusi lain staf
struktural
dan atau
administrasi
per
mahasiswa
Prosentase %
aplikasi
informasi
manajemen
dan
administrasi
akademik
Prosentase %
pegawai
yang
mengikuti
diklat
administrasi
Indeks Indeks
kepuasan
pegawai atas
pelayanan
administrasi
dan
keuangan
Sumber : KMA RI No.122 Th. 2007, KMA RI No. 116 Tahun 2007, KMA RI No. 52 Tahun 2008 dan
KMA RI No. 360 Tahun 2015

Pada Tabel 3 Standar pelayanan perspektif peningkatan kompetensi dosen dan lulusan.
proses pendidikan dan pengembangan (teaching Selain itu pengelolaan pembelajaran sudah
and learning proces) pada empat PTKIN telah menuju world class university, hal ini
memenuhi sebagian indikator kinerja komponen ditunjukkan dengan standar jumlah prodi dalam
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat pembukaan kelas international untuk bidang
dan layanan administrasi dalam Eksakta/ Agama/ Sosial pada UIN Syarif
Permenristekdikti Nomor 74 Tahun 2016. Pada Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung
perspektif ini, standar layanan telah menuju Djati Bandung.

229
Tabel 3
Standar Pelayanan Perspektif Proses Pendidikan dan Pengembangan
(Teaching and Learning Proces)
UIN Malang UIN Syarif UIN Sunan Gunung IAIN Antasari
Hidayatullah Jakarta Djati Bandung Banjarmasin
Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Persentase % Persentase % Relevansi % Prosentase %
dosen tetap jumlah dan Inovasi relevansi
dengan kurikulum kurikulum dan Inovasi
jenjang yang sesuai kurikulum
pendidikan disempurnak dengan sesuai
S-3/Doktor an sesuai perkembang dengan
dengan an perkembang
perkembang masyarakat an
an masyarakat
masyarakat
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Prosentase %
dosen jumlah daya daya serap daya serap
penerima serap kurikulum kurikulum
beasiswa kurikulum yang sesuai yang sesuai
jenjang yang sesuai dengan dengan
pendidikan dengan perkembang perkembang
S-3 perkembang an an
an kebutuhan kebutuhan
kebutuhan akademik akademik
akademik
Jumlah Orang Persentase % Peningkatan % Prosentase %
dosen penambahan penambahan dosen yang
penerima koleksi buku koleksi buku mengajar
beasiswa yang yang sesuai
jenjang tersedia tersedia di dengan
pendidikan diperpustaka perpustakaan keahlian
S-2 an atau latar
belakang
pendidikan
Pemberian Orang Jumlah Prodi Penambahan Prodi Penambahan Prodi
beasiswa program jumlah jumlah
kepada studi baru program program
mahasiswa yang dibuka studi baru studi baru
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Masa studi Semest Jumlah Prodi Program Prodi Rasio Rasio
program S- er Program Pendidikan komposisi
1 Pendidikan Gelar Ganda dosen per
Gelar Ganda (Double mahasiswa
(Double Degree)
Degree)

230
Masa studi Semest Jumlah Prodi Pembukaan Prodi Prosentase %
program S- er pembukaan kelas dosen yang
2 kelas international mendapatka
(Magister) international untuk bidang n predikat
untuk bidang Eksakta/ baik dari
eksakta dan Agama/ hasil
sosial Sosial evaluasi
mengajar
Masa studi Semest Persentase % Jumlah % Prosentase %
program S- er jumlah mahasiswa mahasiswa
3 (Doktor) mahasiswa yang lulus yang lulus
yang lulus dengan rata- dengan rata-
dengan rata- rata masa rata masa
rata masa pendidikan 4 pendidikan 4
pendidikan 4 tahun tahun
tahun
Persentase % Persentase % Jumlah % Prosentase %
IPK jumlah sarjana yang sarjana yang
lulusan sarjana yang lulus dengan lulus dengan
3,00 - 3,50 lulus dengan IPK ≥ 3,00 IPK ≥ 3,00
IPK ≥ 3,00
Frekuensi Kali Persentase % Peningkatan % Prosentase %
ujian jumlah jumlah dosen yang
skripsi per pascasarjana pascasarjana mengikuti
semester yang lulus yang lulus studi lanjut
dengan rata- dengan rata- per jumlah
rata masa rata masa dosen
pendidikan 3 pendidikan 3
tahun tahun
Jumlah Buah Persentase % Peningkatan % Prosentase %
kegiatan alokasi alokasi dosen
pengabdia waktu waktu berpendidika
n layanan data layanan data n S3 per
masyarakat dan dan jumlah
oleh informasi informasi seluruh
Lembaga kampus kampus dosen
Pengabdia yang yang
n diberikan diberikan
Masyaraka kepada kepada
t (LPM) mahasiswa mahasiswa
Jumlah Buah Persentase % Peningkatan % Prosentase %
kegiatan aplikasi aplikasi peningkatan
penelitian informasi informasi pusat lab
dan manajemen manajemen teknologi
pengemba dan dan informasi
ngan administrasi administrasi pengelolaan
ilmiah akademik akademik data
melalui
Lembaga
Penelitian

231
dan
Pengemba
ngan
(Lemlitban
g)
Hasil Buah Persentase % Peningkatan % Prosentase %
penelitian akses akses alokasi dana
dan informasi informasi pemeliharaa
pengemba seputar seputar n untuk
ngan kegiatan kegiatan mengaktifka
ilmiah kampus kampus n jaringan
yang tidak dalam dalam kampus
dipublikasi rangka rangka
efektivitas efektivitas
kerja kerja
Hasil Judul Persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
penelitian tersedianya tersedianya indeks
dan buku- pusat pusat kepuasan
buku teks laboratorium laboratorium kinerja
yang teknologi teknologi pelayanan
dipublikasi informasi informasi akademik
kan dari untuk untuk
dosen pegelolaan pengolahan
data data
Persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
pemeliharaa pemeliharaa indeks
n untuk n untuk kepuasan
mengaktifka mengaktifka kinerja
n jaringan n jaringan pelayanan
kampus kampus non
akademik
Rata-rata Indeks Rata - rata Indeks Prosentase %
indeks indeks alokasi dana
kepuasan kepuasan penyediaan
kinerja kinerja sarana dan
pelayanan layanan prasarana
akademik akademik
Rata-rata Indeks Rata - rata Indeks
Prosentase %
indeks indeks alokasi
kepuasan kepuasan waktu
kinerja kinerja pelayanan
pelayanan layanan non data dan
non akademik informasi
akademik kampus
yang
diberikan
kepada
mahasiswa
Sumber : KMA RI No.122 Th. 2007, KMA RI No. 116 Tahun 2007, KMA RI No. 52 Tahun 2008 dan
KMA RI No. 360 Tahun 2015

232
Pada tabel 4 Standar pelayanan Dalam perspektif ini, UIN Malang mempunyai
perspektif etos dan budaya kerja (ethos and standar pelayanan yang menjadikan pencirian
culture) pada empat PTKIN telah memenuhi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
sebagian indikator kinerja komponen yaitu pencapaian mahasiswa hafal al-Qur'an
pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat minimal 10 juz serta diskusi mengenai kajian
dan layanan administrasi dalam sains dan Islam oleh Lembaga Kajian Al-
Permenristekdikti Nomor 74 Tahun 2016. Qur'an dan Sains.

Tabel 4
Standar Pelayanan Perspektif Etos dan Budaya Kerja (Ethos and Culture)
UIN Malang UIN Syarif UIN Sunan Gunung IAIN Antasari
Hidayatullah Jakarta Djati Bandung Banjarmasin
Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan Standar Satuan
Pelayanan Pelayanan Pelayanan Pelayanan
Kunjungan Orang Persentase % Peningkatan % Prosentase %
rata-rata rata-rata kehadiran kehadiran
dosen per kehadiran dosen tetap dosen tetap
hari ke dosen tetap rata-rata rata-rata
perpustaka pada jam pada jam pada jam
an kerja per kerja per kerja per
universitas semester semester semester
Kehadiara % Persentase % Peningkatan % Persentase %
n rata-rata kehadiran kehadiran
mahasiswa kehadiran dosen tidak dosen tidak
dalam dosen tidak tetap/ dosen tetap rata-
kegiatan tetap/dosen luar biasa rata pada
perkuliaha luar biasa pada jam jam kerja per
n pada jam kerja semester
kerja per semester
semester
Kunjungan Orang Persentase % Peningkatan % Persentase %
rata-rata rata-rata kehadiran kehadiran
mahasiswa kehadiran tenaga tenaga
per hari ke tenaga penunjang penunjang
perpustaka penunjang pada hari pada hari
an pada jam kerja per kerja per
universitas kerja per semester semester
semester
Kehadiara % persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
n evaluasi kepuasan indeks
mahasiswa kepuasan pegawai kepuasan
dalam pegawai mahasiswa
kegiatan terhadap
keagamaan seluruh
di Ma'had pelayanan
akademik
Kunjangan Orang Persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
rata-rata jumlah jumlah indeks
dosen per dosen yang dosen yang kepuasan
hari ke unit mengajar mengajar mahasiswa
Self Acces sesuai sesuai terhadap

233
Center dengan dengan seluruh
(SAC) keahlian keahlian pelayanan
atau latar atau latar non
belakang belakang akademik
pendidikann pendidikann
ya ya
Kunjangan Orang persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
rata-rata komposisi dosen indeks
mahasiswa dosen berpendidik kepuasan
per hari ke berpendidik an S3 per alumni
unit Self an S3 jumlah dan/atau
Acces perjumlah seluruh masyarakat
Center seluruh dosen terhadap
(SAC) dosen seluruh
pelayanan
non
akademik
Pencapaian Orang Rasio Rasio Rasio Rasio Prosentase %
mahasiswa komposisi komposisi fakultas
hafal al- dosen per dosen per yang dapat
Qur'an mahasiswa mahasiswa menerapkan
minimal 10 bidang ilmu bidang ilmu metode
juz sosial sosial belajar
sesuai
dengan
manual
penjaminan
mutu
pendidikan
Diskusi Per Rasio Rasio Rasio Rasio Prosentase %
mengenai bulan komposisi komposisi jumlah
kajian dosen per dosen per pegawai
sains dan mahasiswa mahasiswa dalam
Islam oleh bidang bidang melaksanaka
Lembaga eksakta eksakta n tugas
Kajian Al- sesuai
Qur'an dan keahliannya
Sains
(LKQS)
Rasio Rasio Rasio Rasio Persentase %
jumlah jumlah pagawai
pegawai pegawai yang
struktural struktural berkinerja
administrasi administrasi baik
per per
mahasiswa mahasiswa
Persentase % Peningkatan % Prosentase %
jumlah jumlah pegawai/staf
dosen yang dosen yang yang
mengikuti mengikuti berpredikat

234
studi lanjut studi lanjut baik dari
per jumlah per jumlah hasil
dosen dosen pengukuran
kinerja
individual
Persentase % Peningkatan % Prosentase %
pegawai/staf pegawai/staf dosen yang
struktural struktural melaksanaka
dan dan n tugas
administrasi administrasi sesuai
yang yang SAP/SOP
menjabat menjabat
Persentase % Persentase % Prosentase %
jumlah jumlah pejabat
pegawai/staf pegawai/staf struktural
struktural struktural yang
dan dan berrkinerja
administrasi administrasi baik dari
melaksanaka melaksanaka hasil
n tugas n tugas pengukuran
sesuai sesuai kinerja
dengan dengan individual
keahliannya keahliannya
Persentase % pegawai % Prosentase %
pegawai yang pengetahuan
yang mengikuti pegawai
mengikuti diklat terhadap
pelatihan administrasi penggunaan
petugas dan akses
struktural teknologi
informasi
Persentase % Persentase % Prosentase %
pagawai pegawai ketersediaan
yang yang sarana
berkinerja berkinerja teknologi
baik baik dan
informasi
bagi
pegawai
Persentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
dosen dosen yang indeks
mendapatka melaksanaka kepuasan
n predikat n tugas pegawai atas
baik dari sesuai pelayanan
hasil dengan SAP kepegawaian
evaluasi
mengajar
Pesentase % Peningkatan % Rata-rata Indeks
pejabat pejabat indeks
struktural struktural kepuasan

235
yang yang pegawai atas
berkinerja berrkinerja pelayanan
baik dari baik dari informasi
hasil hasil dan data
pengukuran pengukuran elektronik
kinerja kinerja
individual individual
Pesentase % Peningkatan %
pegawai/staf pegawai/staf
yang yang
berpredikat berpredikat
baik dari baik hasil
hasil pengukuran
pengukuran kinerja
kinerja individual
individual
Persentase % Peningkatan %
pengetahuan pengetahuan
pegawai pegawai
terhadap terhadap
kegunaan penggunaan
dan akses dan akses
teknologi teknologi
informasi informasi
Persentase % Peningkatan %
ketersediaan sarana
dan teknologi
penggunaan dan
sarana informasi
teknologi bagi
dan pegawai
informasi
bagi
pegawai
Indeks Indeks Kepuasan Indeks
kepuasan atas
atas pelayanan
pelayanan administrasi
keuangan
Indeks Indeks
kepuasan
pegawai atas
pelayanan
pegawai
indeks Indeks
kepuasan
pegawai atas
layanan
informasi

236
Indeks Indeks
kepuasan
pegawai atas
pelayanan
informasi
dan data
elektronik
Sumber : KMA RI No.122 Th. 2007, KMA RI No. 116 Tahun 2007, KMA RI No. 52 Tahun 2008 dan
KMA RI No. 360 Tahun 2015

D. Penutup memperhatikan input, proses, output dan


Implementasi standar pelayanan minimal pada 4 outcome dalam meningkatkan komptensi
(empat) PTKIN telah mencakup beberapa jenis lulusan. Pencirian Standar pelayanan ini sesuai
layanan pendidikan, penelitian, pengabdian Renstra Kemenag dalam peningkatan dan
masyarakat dan layanan administrasi dalam pemerataan akses dan mutu pendidikan agama.
Permenristekdikti No. 74 Tahun 2016. Standar Pencirian dalam pengembangan ilmu-ilmu
pelayanan perspektif proses pendidikan dan keislaman seharusnya menjadi main mandate
pengembangan (teaching and learning proces) dan core business dalam PTKIN dengan kriteria
berdasarkan peningkatan kompetensi dosen dan dan indikator mutu yang spesifik19.
lulusan serta world class university, hal ini
ditunjukkan dengan standar jumlah prodi dalam SPM merupakan ketentuan tentang jenis dan
pembukaan kelas international untuk bidang mutu pelayanan dasar yang diberikan oleh
Eksakta/ Agama/ Sosial pada UIN Syarif perguruan tinggi negeri kepada civitas
Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Gunung akademika dan masyarakat pada umumnya
Djati Bandung. Standar layanan ini dalam dengan mempertimbangkan kualitas, layanan,
Permenristekdikti diatur pada komponen pemerataan, kesetaraan layanan, biaya serta
kompetensi lulusan dengan jenis layanan sistem kemudahan untuk mendapatkan layanan20.
penerimaan dengan indikator ada atau tidak Sehingga untuk dapat menyelenggarakan
adanya kesempatan bagi calon mahasiswa asing. tridharma perguruan tinggi dalam pencirian
keagamaan islam, Kementerian Agama
Pencirian Perguruan Tinggi Keagamaan Islam sebaiknya membuat acuan penyusunan SPM
terdapat pada SPM di UIN Malang. Dimana untuk PTKIN. Sehingga akan ada keseragaman
SPM pada perspektif pemangku kepentingan dalam menentukan indikator standar pelayanan
(stakeholders) mempunyai standar pelayanan dan satuannya, dimana implementasinya di
jumlah daya tampung mahasiswa dan mahasiswi PTKIN sesuai dengan kemampuan universitas
di Ma’had putra dan Ma’had putri. Sedangkan dalam merencanakan dan
perspektif manajemen administrasi dan menyelenggarakannya.
keuangan (administration and finance)
mempunyai standar pelayanan jumlah pengasuh
Ma'had dan Sarana belajar bahasa Arab. SPM 19
perspektif etos dan budaya kerja (ethos and Mastuki, World Class-University : Obsesi atau
Mimpi?, [Internet] Terdapat pada
culture) pada UIN Malang mempunyai standar http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.php?berita=d
pelayanan pencapaian mahasiswa hafal al- etil&jenis=artikel&jd=498 (diakses 30 Juni 2018)
20
Qur'an minimal 10 juz serta diskusi mengenai Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 74 Tahun 2016 tentang
kajian sains dan Islam oleh Lembaga Kajian Al-
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimum
Qur'an dan Sains. Standar pelayanan ini telah Bagi Perguruan Tinggi Negeri Yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

237
Daftar Pustaka Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Mastuki, World Class-University : Obsesi atau No. 116 Tahun 2007 tentang Penetapan
Mimpi?, [Internet] Terdapat pada Standar Pelayanan Minimum Pada
http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index.ph Universitas Islam Negeri Syarif
p?berita=detil&jenis=artikel&jd=498 Hidayatullah Jakarta
(diakses 30 Juni 2018) Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Kementrian Negara Pendayagunaan Aparatur No. 52 Tahun 2008 tentang Penetapan
Negara, 2006 Modul Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimum Pada
Referensi untuk Menentukan Indikator Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Kinerja Instansi Pemerintah Djati Bandung
Sugiyono 2014, Metode Penelitian Manajemen, Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
Penerbit Alfabeta, Bandung No. 360 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Standar Pelayanan Minimum Pada Institut
Nomor 23 Tahun 2005 tentang Agama Islam Negeri Antasari
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Banjarmasin .
Umum
PMK No. 119/PMK.05/2007 tentang
Persyaratan Administratif Penetapan PK
BLU
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Nomor 74 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyusunan Standar
Pelayanan Minimum Bagi Perguruan
Tinggi Negeri Yang Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum
Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia
No.122 Th. 2007 tentang Penetapan
Standar Pelayanan Minimum Pada
Universitas Islam Negeri Malang

238
Apakah Orwellian Terjadi di Indonesia ?

Imam Bagus Sasami, Ismi Dwi Astuti Nurhaeni


Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret
Surakarta
imambagussasami@gmail.com, ismidwiastuti@staff.uns.ac.id

Abstrak
Penerapan good governance dalam pemerintahan Indonesia maka pemerintah menjalankan prinsip-prinsip
menurut peraturan pemerintah No. 101 Tahun 2000 yaitu demokrasi, akuntabilitas, transparansi, efisiensi,
efektifitas, profesionalitas dan mendapat dukungan dari masyarakat. Dalam terminologi ilmu politik,
setidaknya dikenal empat model birokrasi yang umumnya ditemui dalam praktik pembangunan di
beberapa negara di dunia. Keempat model tersebut meliputi model birokrasi Weberian, Parkinsonian,
Jacksonian, dan Orwellian. Keempat model ini masuk dalam patologi birokrasi karena tidak sesuai
dengan prinsip – prinsip good governance. Orwellian menurut Drabble (2000) terjadi di Indonesia yaitu
saat Pemerintahan Soeharto pertama Dwifungsi ABRI yakni menjaga keamanan serta ketertiban negara
dan memegang kekuasaan serta (berhak) mengatur negara sebagai dinamisator sekaligus stabilisator
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kedua kasus pembredelan pers 1970 hingga 1998 karena
alasan yang tidak jelas dan adanya kunjungan pejabat militer ke kantor redaksi media cetak untuk
memberikan informasi penting dan ketentuan tak tertulis yang boleh dan tidak boleh ditulis oleh
wartawan, ketiga Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) pemerintah orde baru yang mulai 1982 hingga
berakhir pada 1985 dan memakan korban dengan jumlah 781 orang tewas. Hal ini termasuk dalam gejala
birokrasi Orwellian dimana adanya unperson atau seseorang yang dihapuskan dari catatan dan ingatan
publik publik melalui tindakan represif yaitu Petrus (Penembak Misterius).
Kata kunci : Birokrasi, Patologi Birokrasi, Orwellian

Abstract
Implementation of good governance in the government of Indonesia then the government runs the
principles according to government regulation no. 101 Year 2000 is democracy, accountability,
transparency, efficiency, effectiveness, professionalism and get support from the community. In the
terminology of political science, at least four known bureaucratic models are commonly encountered in
the practice of development in several countries in the world. The four models include Weberian,
Parkinsonian, Jacksonian, and Orwellian bureaucratic models. These four models are included in
bureaucratic pathology because they are not in accordance with the principles of good governance.
Orwellian according to Drabble (2000) occurred in Indonesia when the first Soeharto Government
Dwifungsi ABRI is to maintain the security and order of the state and holds the power and (entitled) to
regulate the state as a dynamicator as well as stabilizers in the life of nation and state, both cases press
bans 1970 to 1998 for reasons which was unclear and the visit of military officials to the editorial office
of the print media to provide important information and unwritten provisions that may and should not be
written by journalists, the three New Order Government Order Operation Eradication (OPK) which began
in 1982 until it ended in 1985 and took casualties with a total of 781 people killed. This is included in the
Orwellian bureaucratic phenomenon in which the unperson or someone is omitted from public records
and memories through repressive action that is Petrus (Mysterious Shooter).
Keywords: Bureaucratic, Bureaucratic Pathology, Orwellian

239
A. Pendahuluan berurusan dengan birokrasi, masyarakat umum
Indonesia menerapkan prinsip good governance langsung terpikir tentang berbagai asumsi buruk
sejak terbitnya peraturan pemerintah No. 101 mengenai birokrasi seperti berbelit-belit, urusan
Tahun 2000 akibat rasa tidak percaya yang sering kurang dan diulang, dan memiliki
masyarakat terhadap pemerintahan yang ada. berbagai prosedur formal yang kaku.
Banyak praktik penyalahgunakan kekuasaan, Masyarakat memandang birokrasi sebagai
korupsi dan sebagainya, Hal inilah yang sebuah sistem dan alat manajemen pemerintahan
mengakibatkan munculnya kesadaran yang amat buruk. Hal ini terjadi karena
masyarakat untuk mengganti sistem atau masyarakat sering mengalami suatu hambatan-
paradigma baru untuk mengawasi jalannya hambatan yang diakibatkan oleh birokrasi atau
pemerintahan agar tidak menyimpang dari melihat praktek-praktek aparat birokrat yang
tujuan negara. Penerapan good governance melenceng dari proses penyelenggaraan tugas
dalam pemerintahan Indonesia maka pemerintah pokok dan fungsinya. Masyarakat pun
menjalankan prinsip-prinsip menurut peraturan memandang birokrasi dengan sesuatu yang
pemerintah No. 101 Tahun 2000 yaitu menjengkelkan karena selalu berhubungan
demokrasi, akuntabilitas, transparansi, efisiensi, dengan pengisian formulir-formulir, proses
efektifitas, profesionalitas dan mendapat perolehan izin yang melalui banyak tahap,
dukungan dari masyarakat. Hal ini juga menjadi aturan-aturan yang ketat yang mengharuskan
awal diterapkannya reformasi birokrasi di masyarakat melewati banyak dinding-dinding
Indonesia. sekat formalitas. Menurut Sigian (1994), dilihat
dari sudut pandang reformasi birokrasi keadaan
Penerapan prinsip good governance mencakup ini disebut sebagai patologi birokrasi,
seluruh lini birokrasi. Birokrasi selalu melekat – dikarenakan hubungan antar variabel pada
erat pada masyarakat dalam kehidupan struktur birokrasi yang terlalu berlebihan, seperti
berbangsa dan bernegara, mulai dari lahir hingga rantai hierarki panjang, spesialisasi, formalisasi
meninggal dunia. Namun dewasa ini ada dan kinerja birokrasi yang tidak linear.
kecenderungan birokrasi menjadi tatanan yang
kurang baik. Dalam survey efektifitas Menurut Setiawan (2014) birokrasi adalah
pemerintah tahun 2012 yang di selenggarakan merupakan organ utama dalam sistem dan
oleh World Bank dalam worldwide goverment kegiatan pemerintahan yang dapat berbuat atas
indicators mencakup indiktaor kualitas nama negara. Oleh karenanya, birokrasi sangat
pelayanan publik, kualitas pelayanan aparatur, kuat secara politis dan akibatnya cenderung
tingkat kemandirian dari tekanan politik, menjadi the single authoritarian institution
kualitas rumusan kebijakan dan (satu-satunya institusi yang mempunyai
implementasinya dan kredibilitas komitmen kewenangan). Alasan mengapa birokrasi sangat
pemerintah, Indonesia mendapat skor 44, lebih kuat secara politis, selain karena kepemilikannya
rendah dari Filipina, India, Thailand, Brunei, atas sumber-sumber kekuasaan, kedua adalah
dan Malaysia dengan skor 58, 47, 61, 75, dan karena peran dan fungsi birokrasi yang sangat
80. Begitu pula dalam survey yang dilakukan spesifik Peran dan fungsi ini tidak dapat
kompas tahun 2012, sebanyak 80.7 % responden diperankan oleh lembaga atau kelompok sosial
menyatakan pemerintah Indonesia belum lainnya, sehingga praktis birokrasi menjadi
berhasil meningkatkan kualitas pelayanan institusi yang paling berkuasa (the most
publik. Survey yang dilakukan oleh tempo pada powerfull institution) secara riil dalam sistem
2012 juga menunjukkan sebanyak 62 % politik dibanding partai yang berkuasa (the
responden menyatakan birokrasi Indonesia ruling party) sekalipun. Peran birokrasi
memiliki kinerja yang buruk meski telah pemerintah telah menjadi objek penalaran yang
menerapkan reformasi birokrasi. Kondisi ini menarik sejak lama. Sebagian berpendapat
diperkuat dengan berkembangnya opini bahwa campur tangan birokrasi pemerintah
masyarakat terkait dengan birokrasi. Ketika sebagai sesuatu yang menghambat dan

240
mengganggu bekerjanya kekuatan-kekuatan tinggi; 4) bersifat tidak pribadi (impersonal); 5)
objektif dari pasar yang disebut sebagai pengambilan keputusan mengenai penempatan
mekanisme pasar. Campur tangan birokrasi pegawai yang didasarkan atas kemampuan; 6)
pemerintah hanya akan menghambat kebebasan jejak karir bagi para pegawai; dan 7) kehidupan
individu (individual freedom) yang merupakan organisasi yang dipisahkan dengan jelas dari
dasar dari sistem demokrasi. Campur tangan kehidupan pribadi.21
birokrasi pemerintah dalam arti berfungsinya
birokrasi melahirkan regulasi, proteksi dan Birokrasi Parkinsonian merupakan model
subsidi import yang merugikan para konsumen. birokrasi dengan memperbesar sosok kuantitatif
Tiga hal yang terakhir ini dianggap kelompok birokrasi. Parkinsonian dilakukan dengan
neoklasik sebagai perilaku tidak baik yang harus mengembangkan jumlah anggota birokrasi untuk
dihindarkan. Berbeda pendapat tersebut yang meningkatkan kapabilitasnya sebagai alat
melihat peran birokrasi pemerintah sebagai pembangunan. Di satu sisi, Parkinsonian
suatu keniscayaan. Tanpa campur tangan dibutuhkan untuk mengakomodasikan
birokrasi pemerintah, akan terjadi persaingan perkembangan masyarakat yang semakin maju,
bebas yang merugikan kelompok masyarakat di sisi lain Parkinsonian dibutuhkan untuk
bawah. Sehingga yang terjadi bukan kebebasan mengatasi persolan-persoalan pembangunan
pasar tetapi monopoli yang dikuasai msyarakat yang makin bertumpuk.22
ekonomi kuat. Karena itu perlu adanya peran
birokrasi pemerintah, antara lain dalam bentuk Birokrasi Jacksonian merupakan model birokrasi
kebijakan untuk mengatur sendi-sendi yang menjadikan birokrasi sebagai akumulasi
kehidupan masyarakat. kekuasaan negara dan menyingkirkan
masyarakat di luar birokrasi dari ruang politik
Menurut Setiawan (2014) birokrasi berkembang dan pemerintahan. Jacksonian, sebenarnya
sejalan dengan perkembangan politik maupun diambil dari nama seorang jenderal militer yang
ekonomi suatu masyarakat. Semakin modern tangguh dan seorang negarawan yang terkenal
suatu masyarakat, dalam arti semakin sebagai mantan Presiden Amerika Serikat yang
demokratis dan semakin makmur ekonomi ke-7 (1824-1932) – menjabat dua kali – yaitu
mereka, akan semakin banyak tuntutan baru. Andrew Jackson.23
Berkembangnya jaringan birokrasi
(bureaucratization) adalah upaya memenuhi Birokrasi model Orwellian ini merupakan model
tuntutan baru tersebut. Dalam terminologi ilmu yang menempatkan birokrasi sebagai alat
politik, setidaknya dikenal empat model perpanjangan tangan negara dalam menjalankan
birokrasi yang umumnya ditemui dalam praktik kontrol terhadap masyarakat. Ruang gerak
pembangunan di beberapa negara di dunia. masyarakat menjadi terbatas, sepertinya
Keempat model tersebut meliputi model bernafas saja dikontrol oleh birokrasi. Hal itu
birokrasi Weberian, Parkinsonian, Jacksonian, dikarenakan dalam berbagai hal terkait dengan
dan Orwellian. kehidupan masyarakat harus meminta ijin
kepada birokrasi. Orwell menggambarkan
Model birokrasi Weberian digagas oleh Max birokrasi semacam itu di Amerika Serikat. Pada
Weber, seprang tokoh penting yang menjelaskan waktu Ronald Reagen menjabat presiden
konsep birokrasi modern. Weberian menunjuk (1981).24 Keempat model ini masuk dalam
pada model birokrasi yang memfungsikan
birokrasi sehingga memenuhi kriteria-kriteria 21
Robbins, Stephen P,Teori Organisasi: Struktur,
ideal birokrasi Weber. Setidaknya ada 7 (tujuh) Desain dan Aplikasi. Alih Bahasa: Jusuf Udaya.
kriteria-kriteria ideal birokrasi yang Jakarta: Arcan. 1994: 338
22
Eep Saefulloh Fatah. (1998). Catatan Atas
digambarkan Max Weber, yaitu: 1) adanya Gagalnya Politik Orde Baru,.Yogyakarta, Pustaka
pembagian kerja yang jelas; 2) hierarki Pelajar.1998: 192.
23
kewenangan yang jelas; 3) formalisasi yang 24
Eep Saefulloh Fatah, 1998: 194.
Eep Saefulloh Fatah, 1998: 195
241
patologi birokrasi karena tidak sesuai dengan Tanah Air. Dari hasil survei itu, diketahui media
prinsip good governance yang mengedepankan sosial menjadi sumber utama peredaran hoax.
prinsip demokrasi, akuntabilitas, transparansi, Maraknya berita bohong (hoax) maupun ujaran
efisiensi, efektifitas, profesionalitas dan kebencian merupakan indikasi adanya salah satu
mendapat dukungan dari masyarakat. gejala model birokrasi Orwellian menurut
Drabble (2000). Berdasarkan latar belakang
Dewasa ini muncul berbagai macam isu diatas maka penulis mengambil rumusan
mengenai berita bohong (hoax) dan ujaran masalah, apakah Orwellian terjadi di Indonesia ?
kebencian (hate speech) yang berkembang di
masyarakat. Isu ini dipandang pemerintah B. Metode Penelitian
sebagai hal yang serius sehingga keluarlah Penelitian ini dengan cara studi literatur yaitu
Perpres nomor 53 tahun 2017 sebagai dasar menghimpun data-data atau sumber-sumber
hukum atas dibentuknya Badan Siber dan Sandi yang berhubungan dengan topik yang diangkat
Negara (BSSN) yang bertugas melaksanakan dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa
keamanan siber secara efektif dan efisien dengan didapat dari berbagai sumber, jurnal, buku
memanfaatkan, mengembangkan, dan dokumentasi, internet dan pustaka. Jenis data
mengonsolidasikan semua unsur yang terkait yang digunakan penulis dalam penelitian ini
dengan keamanan siber. Selanjutnya BSSN adalah data primer dengan melakukan obervasi
punya delapan fungsi yaitu terkait dengan dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
identifikasi, deteksi, proteksi dan jurnal, buku dokumentasi, dan internet. Data-
penanggulangan e-commerce, persandian, data yang sudah diperoleh kemudian dianalisis
diplomasi siber, pusat manajemen krisis siber, dengan metode analisis deskriptif. Metode
pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden analisis deskriptif dilakukan dengan cara
dan/atau serangan siber. mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
dianalisis.
Menurut Drabble (2000) ada gejala – gejala
munculnya birokrasi Orwellian yaitu pertama C. Hasil dan Pembahasan
adanya pembatasan kesejahteraan masyarakat 1. Orwellian dan Berita Bohong
termasuk kebebasan mengemukakan pendapat, George Orwell adalah nama samaran dari
kedua sikap dan kebijakan brutal sebagai kontrol seorang pengarang Inggris yang bernama Eric
sosial masyarakat melalui propaganda, Blair. Dia dilahirkan pada tahun 1903 dan
pengawasan, informasi yang salah / berita meninggal pada tahun 1950. Karyanya 1984
bohong, penolakan kebenaran (pikirganda), dan ditulis pada tahun 1948 dengan pernyataan
manipulasi data, ketiga adanya unperson atau perang adalah damai, kebebasan adalah
seseorang yang dihapuskan dari catatan dan perbudakan, kebodohan adalah kekuatan.
ingatan publik publik melalui tindakan represif. Orwellian adalah keadaan dimana adanya
pembatasan kesejahteraan masyarakat termasuk
Pada tahun 2016 Kementerian Komunikasi dan kebebasan mengemukakan pendapat, kedua
Informatika menyebut ada sebanyak 800 ribu sikap dan kebijakan brutal sebagai kontrol sosial
situs di Indonesia yang terindikasi sebagai masyarakat melalui propaganda, pengawasan,
penyebar berita bohong dan ujaran kebencian informasi yang salah / berita bohong, penolakan
(hate speech). Kata-kata serta kalimat yang kebenaran (pikirganda), dan manipulasi data,
digunakan dalam media sosial pun beberapa ada ketiga adanya unperson atau seseorang yang
yang kasar, provokatif, mengandung fitnah, dan dihapuskan dari catatan dan ingatan publik
tak jarang terdengar seperti ujaran kebencian publik melalui tindakan represif.. Seringkali, ini
yang sebenarnya bukan bagian dari kebudayaan termasuk keadaan yang digambarkan dalam
Indonesia. Masyarakat Telematika Indonesia
(Mastel) pada tahun 2017 merilis survei tentang
berita bohong (hoax) yang tengah marak di

242
novelnya, terutama Nineteen Eighty-Four.25 Hal Barat. Idrus dan Markonah pun bertemu dengan
ini juga dibenarkan oleh Polimpung (2014) Sukarno, dengan jamuan bak tamu terhormat.
bahwa Orwellian berupa menanamkan Namun kedok keduanya terbongkar saat mereka
kebenaran absolut versi penguasa, untuk jalan-jalan di sebuah pasar di Jakarta. Seorang
memelintir dan menciptakan fakta alternatif, tukang becak mengenali keduanya karena Idrus
untuk merayu loyalitas dan kesetiaan massanya, merupakan rekan satu profesinya. Sedangkan
dan bahkan untuk menyingkirkan lawan. Markonah seorang pelacur. Kejadian ini
merupakan kasus penipuan pertama yang
Survei tahun 2017 oleh Masyarakat Telematika memakan korban sampai tingkat presiden.
(MASTEL) yang dilakukan secara online dan
melibatkan 1,116 menyatakan sebanyak 91,8 Era Presiden Soeharto, pada 1970-an, ramai
persen responden mengatakan berita mengenai berita bayi di dalam kandungan Cut Zahara
Sosial-Politik, baik terkait Pemilihan Kepala Fona, asal Aceh, bisa berbicara dan mengaji.
Daerah atau pemerintah, adalah jenis hoax yang Informasi itu menggegerkan masyarakat dan
paling sering ditemui, dengan persentase di masuk surat kabar, bahkan sampai ke telinga
media sosial sebanyak 92,40 persen. Adam Malik dan Tien Soeharto, Ibu Negara.
Keduanya pun memanggil Cut ke Istana
Dalam gejala Orwellian, gejala berita bohong Presiden. Saat pertemuan, Adam dan Tien
bukan yang sedang beredar luas seperti sekarang mendengarkan suara janin membaca Al-Quran.
ini, tapi berupa menanamkan kebenaran absolut Kabar itu pun menjadi besar. Namun seorang
versi penguasa, untuk memelintir dan dokter bernama Herman tak percaya karena
menciptakan fakta alternatif, untuk merayu menurut dia, janin belum bisa bernapas dan
loyalitas dan kesetiaan massanya, dan bahkan mengeluarkan suara. Akibat pendapat itu,
untuk menyingkirkan lawan. Sebanyak 92,40 Herman diancam akan dibunuh orang yang
persen berita bohong yang beredar melalui percaya Cut. Belakangan, kedok Cut terkuak.
media sosial, hal ini menunjukkan bahwa Rupanya dia memasang sebuah tape recorder di
sebagian besar berita bohong yang beredar perutnya.
bukanlah fakta alternatif versi pemerintah
(kebohongan pemerintah) karena media sosial Era Presiden Megawati Sukarnoputri, pada
bukan sumber media yang terpercaya. 2002, Menteri Agama Said Agil Al Munawar
mengaku mendengar informasi ada harta karun
Akan tetapi, pemerintah juga pernah melakukan milik Prabu Siliwangi yang terpendam di Batu
penyebaran berita bohong yang termasuk dalam Tulis, Bogor. Informasi itu diteruskan ke
hal fakta alternatif yang diperkuat oleh beberapa Megawati. Megawati pun menunjuk Said Agil
bukti. Dikutip Koran Tempo edisi Senin, 23 sebagai pemimpin untuk menggali harta karun
Januari 2017 beberapa kebohongan yaitu era yang disebut bisa melunasi utang Indonesia.
Presiden Sukarno Suami-istri, Idrus dan Belakangan, Said menghentikan penggalian dan
Markonah, mengaku sebagai Raja dan Ratu harta karun tidak ditemukan.
Kubu, Suku Anak Dalam, Sumatera, pada 1950-
an. Mereka melakukan perjalanan ke daerah- Era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kabar
daerah dalam rangka pembebasan Irian Barat air menjadi bensin (blue energy) pada 2008
yang saat itu masih di tangan Belanda. Cerita itu sempat ramai di pemberitaan. Penemunya, Joko
terdengar ke Istana. Mereka pun diundang Suprapto, mempresentasikannya di depan SBY
seorang pejabat negara untuk bertemu dengan yang kemudian memberikan bantuan Rp 10
Presiden Sukarno yang sedang membutuhkan miliar dan mendirikan pabrik blue energy di
dukungan masyarakat untuk pembebasan Irian Cikeas. Temuan itu mendapat kecaman,
terutama dari Universitas Gadjah Mada, karena
25
Drabble, Margaret (2000). The Oxford Companion dianggap bohong. Belakangan, Joko meminta
to English Literature. Oxford and New York: Oxford maaf karena tidak bisa mengubah air jadi bensin
University Press. hlm. 726. ISBN 0-19-861453-5.
243
dan menjadi tersangka di Polda DI Yogyakarta. stabilisator dalam kehidupan berbangsa dan
Muncul juga kabar tentang temuan Padi bernegara.
Supertoy HL2 pada 2008. Padi hasil program
staf khusus SBY, Heru Lelono itu, disebut bisa Menurut Sjamsuddin (1991) Soeharto sering
membuat hasil panen meningkat dari 3-4 ton per mempropagandakan Dwifungsi ABRI selama
hektare menjadi 15 ton. Namun petani di Desa periode kekuasaannya. Soeharto juga
Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, memprotes mengatakan bahwa sejalan dengan pelaksanaan
karena hasilnya buruk. Partai Demokrat pun tugasnya sebagai alat pertahanan dan keamanan,
menganggap Supertoy HL2 mempermalukan maka ABRI harus dapat dengan tepat
SBY. melaksanakan peranannya sebagai kekuatan
sosial dan politik sehingga ada tokoh militer
Era Presiden Joko Widodo, kabar tentang 10 juta aktif yang menjabat menteri, gubernur, hingga
pekerja asal Cina telah masuk ke Indonesia tak bupati/walikota. Soeharto tak jarang menunjuk
hanya menyebar di media sosial, melainkan di sosok militer mendampinginya sebagai wakil
banyak pemberitaan online menjelang tutup presiden, yakni Umar Wirahadikusumah (1983-
tahun 2016. Pemerintah mengklarifikasi kabar 1988), Soedharmono (1988-1993), dan Try
itu dengan mengungkapkan jumlah pekerja Sutrisno (1993-1998). Tak hanya di sektor
asing asal Cina hanya 21 ribu orang dari total 74 politik dan pemerintahan, militer berkecimpung
ribu tenaga kerja asing di Indonesia. di partai politik. Kaum serdadu selama Orde
Baru bertebaran di mana-mana, di setiap sendi
2. Dwifungsi ABRI dan Pembredelan Pers dan lini kehidupan masyarakat, sebutlah di
Gejala Orwellian lain juga pernah terjadi di lembaga atau perusahaan milik negara,
Indonesia terjadi sebelum reformasi 1998, yaitu peradilan, bahkan di ranah bisnis sebagai tentara
saat adanya Dwifungsi ABRI. Menurut Wanandi merangkap pengusaha.
(2003) meyakini militer mulai berperan
signifikan dalam perpolitikan Indonesia sejak Menurut majalah Tempo : Edisi Khusus
berlaku Undang-undang Keadaan Darurat Soeharto, pada tahun 1983 ada penemuan
Perang (Martial Law) atau Staat van Oorlog en mayat-mayat bertato dengan dada atau kepala
Beleg (SOB) pada tahun 1957. Rezim Orde Baru berlubang ditembus peluru. Dalam sehari, di
di bawah komando Soeharto memantapkan berbagai kota, hampir dapat dipastikan ada
Dwifungsi ABRI dengan landasan hukum dari mayat-mayat dalam keadaan tangan terikat atau
Ketetapan MPRS No. II Tahun 1969 hingga dimasukan ke dalam karung yang digeletakkan
Ketetapan MPR No. IV Tahun 1978, juga begitu saja di emperan toko, bantaran kali, dan
Undang-undang No. 82 Tahun 1982. di semak-semak dikenal sebagai peristiwa Petrus
Selanjutnya Departemen Pertahanan dan (Penembak Misterius). Kala itu, warga Jakarta
Keamanan dalam Dwifungsi dan Kekaryaan sama sekali tak mengetahui siapa pembunuhnya.
ABRI (1978) mengklaim Dwifungsi ABRI Pemerintah Soeharto pada awalnya enggan
punya dasar hukum yang kuat karena didukung menjelaskan penemuan mayat-mayat itu. Aparat
UUD 1945 serta aturan-aturan dasar yang tidak keamanan pun menepis keterlibatan mereka.
tertulis dan terwujud dalam praktik Panglima ABRI saat itu, Jenderal L.B.
penyelenggaraan negara sejak 1945. Menurut Moerdani, misalnya, hanya menyatakan bahwa
Tambunan (1984) atas nama Dwifungsi ABRI pembunuhan terjadi akibat perkelahian
dengan dukungan dasar hukum yang kuat itu, antargeng. Namun, dalam buku biografi Ucapan,
militer Indonesia mengemban dua tugas utama. Pikiran, dan Tindakan Saya, Soeharto justru
pertama, menjaga keamanan serta ketertiban mengesahkan adanya petrus itu. Ia menyatakan,
negara, dan kedua, memegang kekuasaan serta penembakan misterius itu sengaja dilakukan
(berhak) mengatur negara. Selain itu, ABRI sebagai terapi kejut untuk meredam
berperan ganda sebagai dinamisator sekaligus kejahatan.Soeharto menyatakan bahwa kejadian
itu didahului ketakutan oleh rakyat akan orang-

244
orang jahat yang sudah bertindak melebihi peristiwa kerusuhan kampanye pemilu di
batas-batas perikemanusiaan untuk itulah Lapangan Banteng. Koran Jurnal Ekuin dilarang
pemerintah melakukan treatment atau tindakan terbit pada Maret 1983 oleh Kopkamtib akibat
yang tegas. Pemerintah Orde Baru menyebutnya menyiarkan berita penurunan patokan harga
Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) yang ekspor minyak Indonesia yang merupakan
mulai 1982 hingga berakhir pada 1985. informasi off the record. Korban berikutnya
Berdasarkan data Komisi untuk Orang Hilang adalah majalah Expo (Januari 1984) setelah
dan Tindak Kekerasan (Kontras), puncak memuat serial tulisan mengenai Seratus
tertinggi korban petrus terjadi pada 1983 dengan Milyader Indonesia. Tulisan tersebut dinilai
jumlah 781 orang tewas. Hal ini termasuk dalam telah melakukan penyimpangan terhadap
gejala birokrasi Orwellian dimana adanya ketentuan perundangan yang mengatur
unperson atau seseorang yang dihapuskan dari manajemen penerbitan pers. Dua bulan
catatan dan ingatan publik publik melalui kemudian, giliran majalah Topik akibat menulis
tindakan represif yaitu Petrus (Penembak editorial Mencari Golongan Miskin (Topik, 14
Misterius). Februari 1984) dan menurunkan wawancara
imajiner dengan Presiden Soeharto berjudul
Pada 1974, sebanyak 12 penerbitan pers dibredel Eben menemui Pak Harto. Bulan Mei 1984,
melalui pencabutan Surat Izin Terbit (SIT).14 majalah Fokus dilarang terbit dan dicabut SIT-
Pers dituduh telah menjurus ke arah usaha-usaha nya setelah menurunkan tulisan yang dianggap
melemahkan sendi-sendi kehidupan nasional, dapat mempertajam prasangka sosial.
dengan mengobarkan isu-isu seperti modal Berikutnya, pada 9 Oktober 1986, Sinar
asing, korupsi, dwi fungsi, kebobrokan aparat Harapandilarang terbit.
pemerintah, pertarungan tingkat tinggi, merusak
kepercayaan masyarakat pada kepemimpinan Pers Indonesia periode akhir 1970-an hingga
nasional, menghasut rakyat untuk bergerak 1998 semata-mata menjadi corong pemerintah,
mengganggu ketertiban dan keamanan negara, kehilangan independensi dan fungsi kontrolnya.
dan menciptakan peluang untuk mematangkan Berbagai pembatasan yang dibuat rezim
situasi yang menjurus pada perbuatan makar. Soeharto membuat wartawan tidak bebas
Pencabutan SIT ini dipertegas dengan menulis. Pada era inilah muncul hal yang
pencabutan Surat Ijin Cetak (SIC) yang disebut secara sinis sebagai budaya telepon.
dikeluarkan oleh Laksus Kopkamtib Jaya. Peringatan melalui telepon ini bisa dilakukan
oleh siapa saja di kalangan aparat pemerintah
Pemberangusan terhadap pers menurut Junaedhi untuk mencegah media menulis laporan tertentu
(1991) kembali terjadi pada 1978 berkaitan yang tidak disukai pemerintah. Selain itu, pada
dengan maraknya aksi mahasiswa menentang pertengahan 1980-an juga mulai lazim kebiasaan
pencalonan Soeharto sebagai presiden. pejabat militer dan pemerintah berkunjung ke
Sebanyak tujuh surat kabar di Jakarta (Kompas, kantor redaksi media cetak untuk memberikan
Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian informasi penting dan ketentuan tak tertulis yang
Times, Sinar Pagi dan Pos Sore) dibekukan boleh dan tidak boleh ditulis.
penerbitannya untuk sementara waktu hanya
melalui telepon dan diizinkan terbit kembali 3. Analisis
setelah masing-masing pemilik koran tersebut Dari analisis diatas, menurut Drabble (2000) ada
meminta maaf kepada pemimpin nasional gejala – gejala munculnya birokrasi Orwellian
(Soeharto). yaitu pertama adanya pembatasan kesejahteraan
masyarakat termasuk kebebasan mengemukakan
Menurut Lubis (1981) kisah pembredelan di era pendapat yang terwujud di Indonesia saat
Soeharto terus berlanjut. Era 1980-an meminta Dwifungsi ABRI yaitu pertama, menjaga
korban, antara lain; pada 1982 majalah Tempo keamanan serta ketertiban negara, dan kedua,
ditutup untuk sementara waktu, ketika menulis memegang kekuasaan serta (berhak) mengatur

245
negara. ABRI berperan ganda sebagai negara sebagai dinamisator sekaligus stabilisator
dinamisator sekaligus stabilisator dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
kehidupan berbangsa dan bernegara. kedua kasus pembredelan pers 1970 hingga
1998 karena alasan yang tidak jelas dan adanya
Kedua sikap dan kebijakan brutal sebagai kunjungan pejabat militer ke kantor redaksi
kontrol sosial masyarakat melalui propaganda, media cetak untuk memberikan informasi
pengawasan, informasi yang salah / berita penting dan ketentuan tak tertulis yang boleh
bohong, penolakan kebenaran (pikirganda), dan dan tidak boleh ditulis oleh wartawan, ketiga
manipulasi data yang terwujud dalam kasus Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK)
pembredelan pers 1970 hingga 1998 karena pemerintah orde baru yang mulai 1982 hingga
alasan yang tidak jelas dan adanya kunjungan berakhir pada 1985 dan memakan korban
pejabat militer ke kantor redaksi media cetak dengan jumlah 781 orang tewas. Hal ini
untuk memberikan informasi penting dan termasuk dalam gejala birokrasi Orwellian
ketentuan tak tertulis yang boleh dan tidak boleh dimana adanya unperson atau seseorang yang
ditulis oleh wartawan. dihapuskan dari catatan dan ingatan publik
publik melalui tindakan represif yaitu Petrus
Ketiga adanya unperson atau seseorang yang (Penembak Misterius).
dihapuskan dari catatan dan ingatan publik
publik melalui tindakan represif yang terwujud Daftar Pustaka
dalam Operasi Pemberantasan Kejahatan (OPK) Drabble, Margaret. 2000. The Oxford
pemerintah orde baru yang mulai 1982 hingga Companion to English Literature. Oxford
berakhir pada 1985 dan memakan korban and New York : Oxford University Press.
dengan jumlah 781 orang tewas. Hal ini hlm. 726. ISBN 0-19-861453-5.
termasuk dalam gejala birokrasi Orwellian Fatah, Eep Saefulloh. 1998. Catatan Atas
dimana adanya unperson atau seseorang yang Gagalnya Politik Orde Baru. Yogyakarta
dihapuskan dari catatan dan ingatan publik : Pustaka Pelajar
publik melalui tindakan represif yaitu Petrus Junaedhi, Kurniawan. 1991. Ensiklopedi Pers
(Penembak Misterius). Indonesia. Jakarta : Gramedia, hal. 145-
146.
D. Penutup Lubis, Mulya. 1981. Langit Masih Mendung:
Dalam gejala Orwellian, gejala berita bohong Laporan Keadaan Hak-Hak Asasi
bukan yang sedang beredar luas seperti sekarang Manusia di Indonesia. Jakarta : LBH dan
ini, tapi berupa menanamkan kebenaran absolut Pustaka Sinar Harapan
versi penguasa, untuk memelintir dan Polimpung, Hizkia Yosie. 2014. Asal-usul
menciptakan fakta alternatif, untuk merayu Kedaulatan : Telusur Psikogenealogis
loyalitas dan kesetiaan massanya, dan bahkan Atas Hasrat Mikrofasis Bernegara. Depok
untuk menyingkirkan lawan. Sebanyak 92,40 : Penerbit Kepik. ISBN 9786021426128.
persen berita bohong yang beredar melalui Setiawan, Irfan. 2014. Rekonstruksi Birokrasi
media sosial, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintahan Daerah. Jakarta : IPDN
sebagian besar berita bohong yang beredar Press
bukanlah fakta alternatif versi pemerintah Sjamsuddin, Nazaruddin. 1991. Jejak Langkah
(kebohongan pemerintah) karena media sosial Pak Harto. Jakarta : Citra Lamtoro Gung
bukan sumber media yang terpercaya. Persada. hal. 129
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi :
Orwellian menurut Drabble (2000) terjadi di Struktur, Desain dan Aplikasi. Alih
Indonesia yaitu saat Pemerintahan Soeharto Bahasa : Jusuf Udaya. Jakarta : Arcan
pertama Dwifungsi ABRI yakni menjaga Tambunan, Arifin. dkk. 1984. Pejuang dan
keamanan serta ketertiban negara dan Prajurit: Konsepsi dan Implementasi
memegang kekuasaan serta (berhak) mengatur

246
Dwifungsi ABRI. Yogyakarta : UGM
Press
Wanandi, J. 2003. Theory and practice of
security sector reform: The case of
Indonesia. Geneva : Pemaparan Dalam
Seminar Reformasi Sektor Keamanan
UNOG dan DCAP.
Majalah TEMPO Edisi Khusus Soeharto. 2008.
Setelah dia pergi. Jakarta : TEMPO Inti
Media.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000.
Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2017.

247
248
ADMINISTRASI
PEMERINTAH

249
Implementasi Kebijakan Pendidikan dalam Menanggulangi
Kemiskinan
(Implementasi Kebijakan Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota
Surakarta (BPMKS)
Apriliani Rosa, Kristina Setyowati
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
aprilianirosasarahiswati@student.uns.ac.id

Abstrak
Setiap orang berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama dan gender. Namun pada
nyatanya saat ini masih ada beberapa anak yang tidak bisa melanjutkan sekolah atau pendidikannya hanya
karena ketidakmampuan biaya. Oleh karena itu Kota Surakarta sebagai salah satu kota yang mendukung
program pemerintah pusat mengenai Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maka Pemerintah Kota
Surakarta membuat kebijakan tentang program BPMKS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
ialah deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
ada beberapa tahap dalam implementasi program BPMKS dan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
implementasi program tersebut.
Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta.

A. Pendahuluan vicious circle (lingkaran setan), dimana tidak


Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas hanya satu faktor yang menjadi sebab
ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan kemiskinan tetapi banyak diantaranya ialah
pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan masalah pengangguran, rendahnya kesejahteraan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok masyarakat dan juga dikarenakan tingkat
orang, laki-laki dan perempuan dalam menjalani pendidikan yang rendah. Salah satu cara
kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yaitu
terdiri dari hak-hak yang dipahami masyarakat pada bidang pendidikan. Setiap warga negara
miskin sebagai hak yang diakui dalam peraturan Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang
perundang-undangan. Hak-hak dasar yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang
diakui secara umum antara lain meliputi dimilikinya tanpa memandang status sosial,
terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender.
pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, Pendidikan untuk semuanya tak terkecuali
pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan kepada peserta didik yang memiliki hambatan
hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman fisik ataupun mental, hambatan ekonomi dan
tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi sosial ataupun kendala geografis. Maka dari itu,
dalam kehidupan sosial politik, baik bagi pemerintah harus menyediakan layanan
perempuan maupun laki-laki. Hak-hak dasar pendidikan untuk menjangkau mereka yang
tidak berdiri sendiri tetapi saling mempengaruhi tidak terjangkau.
satu sama lain sehingga tidak terpenuhinya satu
hak dapat mempengaruhi pemenuhan hak Pendidikan merupakan fondasi utama untuk
lainnya (Bappenas, 2004). membangun peradaban bangsa. Tanpa adanya
pendidikan maka suatu negara akan semakin
Sekarang ini pemerintah pusat dan pemerintah tertinggal oleh maraknya perkembangan zaman
daerah masih dibuat pusing dengan kemiskinan yang tidak bisa dihindari lagi. Pendidikan juga
yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. merupakan hak anak dan pemerintah
Dapat dikatakan bahwa kemiskinan merupakan mempunyai kewajiban untuk mengatur

250
penyelenggaraan dan fasilitas pendidikan kemiskinan, beberapa program Pemerintah Pusat
sebagai hak dasar bagi setiap warga negara yang dilaksanakan antara lain : Jaminan
secara nasional untuk meningkatkan kualitas Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Bantuan
anak bangsa sebagaimana yang sudah diatur Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Langsung
secara tegas dalam pasal 31 ayat 1 sampai 3 Tunai (BLT), Beras untuk Masyarakat Miskin
Undang Undang Dasar 1945. (Raskin), Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri-Perkotaan (PNPM Mandiri
Pendidikan adalah kebutuhan dasar yang Perkotaan), Program Pemberdayaan Fakir
harusnya dapat dijangkau oleh semua Miskin Melalui Bantuan Langsung
masyarakat tanpa mengenal strata sosial dalam Pemberdayaan Sosial (PPFM-BLPS) atau
masyarakat tapi pada kenyataannya, sekarang ini dikenal dengan Kelompok Usaha Bersama
masih banyak masyarakat Indonesia yang belum Ekonomi (KUBE), dan Padat Karya Produktif
bisa mengenyam pendidikan hanya karena serta Kredit Usaha Rakyat (KUR).
ketidakmampuan biaya. Untuk menanggulangi

Tabel 1
Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah di Kota Surakarta pada Tahun 2011

Sumber : Basis Data


Terpadu Usia 7-12 Usia 13-15 Usia 16-18 TOTAL untuk
Kecamatan
Program
P L P L P L
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Laweyan 57 53 34 31 220 228 623
Serengan 14 17 33 33 172 168 437
Pasar Kliwon 40 52 81 104 303 400 980
Jebres 48 66 83 109 438 487 1.231
Banjarsari 88 113 101 139 515 584 1.540
Kota Surakarta 247 301 332 416 1.648 1.867 4.811

Perlindungan Sosial (PPLS) BPS, 2014.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa masih pemahaman orang atas suatu bidang
banyak anak yang mengalami putus sekolah di pembelajaran. Memang sangat riskan,
Kota Surakarta. Maka dari itu sesuai amanat menginginkan proses belajar-mengajar berjalan
undang-undang tentang besaran anggaran dengan baik namun tidak ditunjang oleh sarana
pendidikan 20 persen dari postur APBD dan infrastruktur yang baik pula. Penyaluran BOS
APBN yang tertuang di UUD 1945 pasal 31 ayat yang pengaturannya diserahkan kepada masing-
4 dan UU Sistem Pendidikan Nasional nomor masing daerah diupayakan agar lebih mengena.
20 tahun 2003 pasal 49 ayat 1. Pemerintah pusat Untuk mengawasi penyaluran BOS, mulai
membuat kebijakan tentang pemberian Bantuan pendataan hingga penyalurannya, telah
Operasional Sekolah (BOS) untuk masing- disiapkan beberapa tim pengawas agar benar-
masing daerah di Indonesia. Program BOS oleh benar mengena dan efisien.
pemerintah pusat ditunjukan untuk
meningkatkan fasilitas pendidikan. Misalnya, Menindaklanjuti pelaksanaan kebijakan dan
pembangunan gedung sekolah dan beberapa program penanggulangan kemiskinan yang telah
sarana penunjang lainnya. Fasilitas pendidikan, ditetapkan oleh pemerintah pusat dan dalam
diakui atau tidak adalah merupakan sarana rangka desentralisasi dan otonomi daerah saat
penting untuk menunjang kualitas pendidikan. ini, pemerintah daerah berperan besar untuk
Sarana infrastruktur pendidikan yang baik akan menanggulangi kemiskinan salah satunya adalah
memudahkan peningkatan pengetahuan dan Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan

251
salah satu kota yang mendukung program program BPMKS sudah berjalan lancar dan
pemerintah pusat dalam melaksanakan kebijakan masih ada beberapa faktor yang menghambat
pendidikan gratis dengan adanya program pelaksanaan program tersebut. Dalam penelitian
Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif
(BPMKS) yang sesuai dengan instruksi kualitatif dengan studi literatur dan memilih
Walikota Surakarta yang termuat dalam Kota Surakarta sebagai lokasi penelitian.
Keputusan Walikota Surakarta Nomor: 420/13-
J/1/2010 yang kemudian diperbarui dengan B. Hasil dan Pembahasan
Perwali Surakarta Nomor 11-A Tahun 2012 Dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11-
Tentang Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota A tahun 2012 tentang Bantuan Pendidikan
Surakarta (BPMKS), maka diputuskan untuk Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) yang
memberikan Bantuan Pendidikan pada siswa merupakan salah satu bentuk kebijakan
warga Kota Surakarta dalam tiga jenis kartu Pemerintah Kota Surakarta dalam bidang
bantuan, yaitu silver, gold, dan platinum, yang pendidikan yang berguna untuk pemerataan
peruntukannya dan besaran jumlahnya berbeda pendidikan bagi seluruh masyarakat Kota
untuk tiap-tiap sekolah negeri dan swasta serta Surakarta untuk wajib belajar sembilan tahun
tiap-tiap jenjang pendidikan setara SD hingga menuju wajib belajar dua belas tahun. Sasaran
setara SMA. Penyaluran program Bantuan dari Program Bantuan Pendidikan Masyarakat
Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta ke Kota Surakarta (BPMKS) yaitu ditujukan bagi
masing-masing sekolah baik itu dari jenjang SD- penduduk Kota Surakarta yang bersekolah di
SMA pastilah berbeda-beda maka dari itu disini Kota Surakarta. Tujuan program BPMKS ini
peneliti ingin mengetahui bagaimana ialah agar penduduk usia sekolah dan peserta
implementasi program BPMKS dan faktor apa didik dapat terlayani dan mengakses pendidikan
saja yang mempengaruhi dalam baik dalam tingkat dasar maupun menengah baik
pengimplementasian program tersebut, dalam itu di sekolah negeri atau swasta untuk
implementasi kebijakan publik ada beberapa mensukseskan program wajib belajar sembilan
teori untuk mengetahui faktor-faktor apa saja tahun menuju dua belas tahun serta
yang mempengaruhi keberhasilan maupun meningkatkan layanan dan mutu pendidikan dan
kegagalan suatu kebijakan diantaranya ialah untuk memenuhi hak dasar masyarakat miskin
teori menurut Van Meter dan Van Horn, teori dalm bidang pendidikan. Pengelolaan dana
George Edward, teori Mazmanian dan Sabatier, BPMKS ini sepenuhnya dilakukan oleh sekolah
teori Grindle, teori Richard Elmore dan juga dan tidak boleh dilimpahkan ke pihak lain.
teori milik Smith, tapi dalam artikel ini penulis
menggunakan teori George Edward untuk Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2017
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi telah mengeluarkan dana sebesar Rp. 40,38
kebijakan. miliar untuk program bantuan pendidikan
masyarakat kota surakarta (BPMKS). Anggaran
Terkait dengan penelitian ini, sebenarnya sudah tersebut telah didistribusikan ke SD swasta,
ada penelitian terdahulu yang meneliti tentang SMP negeri dan swasta, SMA negeri dan swasta
program BPMKS ini di antaranya ialah serta sekolah luar biasa (SLB). Pelaksanaan
penelitian oleh Hadi Mahmud Suparwi, 2014 program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota
dengan judul Analisis Kebijakan Walikota Surakarta (BPMKS) terdapat 3 tahapan yaitu
Dalam Program Bantuan Pendidikan Masyarakat sosialisasi, pelaksanaan dan evaluasi.
Kota Surakarta (BPMKS) di Kota Surakarta
yang hasilnya adalah bahwa pelaksanaa program 1. Tahap Sosialisasi
BPMKS terdiri dari beberapa tahap yang Sosialisasi merupakan penyampaian informasi
dimulai dari penetapan penerima bantuan kepada kelompok sasaran dengan tujuan agar
sampai monitoring penggunaan dana berjalan mereka mengerti kebijakan seperti apa yang
dengan baik sesuai Peraturan Walikota. akan diimplementasikan sehingga kelompok
Selanjutnya penelitian oleh Setiyawan, Saleh, sasaran tidak hanya sebagai penerima tetapi juga
dan Hayat pada tahun 2013 dengan judul dapat berpartisipasi aktif dalam mewujudkan
Implementasi Bantuan Pendidikan Masyarakat tujuan dari kebijakan tersebut. Program BPMKS
Kota Surakarta dengan hasil bahwa pelaksanaan dibuat oleh pemerintah kota Surakarta dan

252
kemudian memberikan wewenang kepada Dinas implementor. Aturan/ petunjuk pelakasanaan
Pendidikan Pemuda dan Olah raga (Disdikpora) harus jelas agar tidak terjadi penyimpangan
Kota Surakarta sebagai tangan kanan dalam tujuan kebijakan/ program. Di sini komunikasi
mengimplementasikan program tersebut, dari penting untuk koordinasi dan sosialisasi ke
sini pihak Disdikpora kemudian mengadakan kelompok sasaran.
sosialisasi kepada sekolah dan masyarakat Kota
Surakarta. Sosisalisai yang dilakukan oleh Dalam pelaksanaan program BPMKS ini
Disdikpora melalui dua cara yaitu sosialisasi komunikasi terjadi diantara para stakeholder
secara langsung dan sosialisasi secara tidak yang terlibat dan juga kepada penerima bantuan
langsung. Sosialisasi secara langsung yaitu BPMKS. Komunikasi dan koordinasi dilakukan
dilakukan secara tatap muka antara Disdikpora oleh pemerintah kota Surakarta selaku pembuat
dengan sekolah terkait dan kemudian sekolah kebijakan kepada Dinas pendidikan dan
meneruskan kepada wali murid atau siswa-siswi, olahraga kota Surakarta yang berperan sebagai
sedangkan sosialisasi secara tidak langsung implementator yang kemudian Disdikpora
yaitu dilakukan melaui media cetak dan media memberikan sosialisai kepada sekolah-sekolah
elektronik. di kota Surakarta tentang BPMKS dan tujuan
dari program tersebut. Di sini komunikasi yang
2. Tahap Pelaksanaan/ Implementasi. terjadi di antara stakeholder belum berjalan
Setelah sosialisasi dilaksanakan maka lanjut ke dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya
tahap implementasi, di mana tahap implementasi salah tangkap persepsi dimana yang sebenarnya
ini dimulai dari pengumpulan data dan verifikasi program BPMKS ini tidak hanya untuk
data yang akan diusulkan. Semua tata cara masyarakat kurang mampu tetapi juga bisa
pelaksanaannya tercatat dalam peraturan untuk masyarakat mampu sesuai dengan
walikota yang dimulai dari cara permohonan penggolongan kartu BPMKS tapi pada nyatanya
sampai pelaporan pertanggungjawaban. Masa pihak sekolah meminta semua siswa yang akan
berlaku BPMKS yaitu selama siswa yang mendaftar menjadi calon penerima bantuan
menerima kartu tersebut masih bersekolah diharuskan meminta Surat Keterangan Tidak
sesuai jenjang pendidikannya di Kota Surakarta Mampu (SKTM).
dan berstatus penduduk Kota Surakarta.
Pencairan dana BPMKS dilakukan secara 2. Sumber Daya
triwulan dalam satu tahun anggaran namun Sumber daya terdiri dari beberapa di antaranya
dalam prakteknya pencairan dana BPMKS tidak ialah sumber daya manusia, sumber daya
sesuai dengan jadwal triwulan yang telah diatur. finansial, informasi, wewenang dan fasilitas.
Dalam pelaksanaan program BPMKS ini
3. Tahap Evaluasi melibatkan sumber daya manusia dan juga
Disini evaluasi dan monitoring dilakukan oleh sumber daya finansial. Sumber daya manusia
Dinas Pendidikan dan Olahraga yang diserahkan sangatlah mempengaruhi berhasil tidaknya suatu
kepada masing-masing sekolah penerima program. Dilihat dari segi kuantitasnya sumber
bantuan dan sekolah harus secara transparan daya manusia dalam Dinas Pendidikan dan
dalam mengelola dana tersebut, sedangkan Olahraga Kota Surakarta tidak mengalami
evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah kekurangan dan dirasa sudah cukup sedangkan
masih ada masalah-masalah yang dihadapi pada dari sisi kualitasnya sumber daya manusia yang
saat program BPMKS ini diimplementasikan. terlibat sudah sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Selain di Dikpora, sumber daya manusia
Hasil kajian dengan teori model kebijakan di masing-masing sekolah juga sangat berperan
publik milik George Edward faktor yang penting dalam pelakasanaan program ini karena
berpengaruh terhadap implementasi BPMKS pada dasarnya semua laporan
yaitu : pertanggungjawaban tentang dana yang
1. Komunikasi diberikan kepada penerima bantuan yang
Dalam komunikasi ada tiga hal yang terpenting membuat adalah pihak sekolah yang kemudian
yaitu transmisi, konsistensi dan kejelasan. di serahkan kepada Dikpora. Sedangkan sumber
Komunikasi haruslah akurat dan cermat agar daya finansial diperoleh dari Anggaran
tujuan dan sasaran kebijakan dipahami Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan dana

253
hibah, pemerintah Kota Surakarta pada tahun C. Penutup
2017 ini mengeluarkan sekitar 40,38 milyar Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta
untuk dana BPMKS dan untuk proses pencairan (BPMKS) yang merupakan salah satu bentuk
dana sedikit mengalami perubahan karena kebijakan Pemerintah Kota Surakarta dalam
sekarang dikelola oleh Pemerintah Provinsi bidang pendidikan berguna untuk pemerataan
Jawa Tengah dimana untuk sekolah-sekolah pendidikan bagi seluruh masyarakat Kota
negeri harus melalui pengajuan proposal Surakarta dalam mendukung wajib belajar
Bantuan Sosial (Bansos) dari sekolah kepada sembilan tahun menuju wajib belajar dua belas
pemerintah kota dan untuk sekolah swasta tahun. Sasaran dari Program Bantuan
diperoleh dari dana hibah. Sudah banyak siswa- Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (
siswi kota Surakarta yang merasakan manfaat BPMKS ) yaitu ditujukan bagi penduduk Kota
dari program bantuan BPMKS ini, dana yang Surakarta yang bersekolah di Kota Surakarta.
diberikan memang cukup besar tapi dirasa tetap Dalam BPMKS ini terdapat 3 Jenis Kartu yaitu
masih kurang untuk membiayai pendidikan di Silver, Gold dan Platinum yang masing-masing
Kota Surakarta. memiliki besaran dana yang berbeda-beda.

3. Disposisi Tujuan program BPMKS ini ialah agar


Disposisi yang dimaksud di sini adalah watak penduduk usia sekolah dan peserta didik dapat
dan karakteristik implementor (komitmen, terlayani dan mengakses pendidikan baik dalam
kejujuran, ketaatan dan kepatuhan). Dalam tingkat dasar maupun menengah baik itu di
pelaksanaan program BPMKS ini sikap sekolah negeri atau swasta untuk mensukseskan
stakeholder yang terlibat sudah sesuai dengan prgram wajib belajar sembilan tahun menuju dua
juklak yang tertulis dalam Perwali tentang belas tahun serta meningkatkan layanan dan
BPMKS ini mulai dari kepatuhan pihak Dikpora mutu pendidikan dan untuk memenuhi hak dasar
yang menjalankan tugasnya mulai dari masyarakat miskin dalam bidang pendidikan.
sosialisasi kepada sekolah-sekolah di Kota Pengelolaan dana BPMKS ini sepenuhnya
Surakarta sampai pada melakukan evaluasi dan dilakukan oleh sekolah dan tidak boleh
laporan pertanggungjawaban kepada pemerintah dilimpahkan ke pihak lain.
Kota Surakarta. Komitmen dan kejujuran para
stakeholder juga dinilai baik. Proses implementasi program BPMKS ini terdiri
dari 3 tahapan yaitu sosialisasi dimana
4. Struktur Birokrasi sosialisasi dilakukan secara langsung maupun
Struktur birokrasi juga mempengaruhi berhasil tidak langsung oleh Disdikpora, yang kedua
tidaknya suatu kebijakan, seperti halnya struktur tahap pelaksanaan program yang dimulai dari
birokrasi yang berbelit-belit atau tidak. Dalam pengumpulan berkas oleh orang tua murid
kebijakan program BPMKS ini struktur sampai verifikasi data dan diterbitkannya kartu
birokrasi yang terlihat tidaklah rumit, sebelum BPMKS dan yang terakhir adalah evaluasi yang
diambil alih pengelolaannya oleh Pemerintah dilakukan oleh masing-masing sekolah dalam
Provinsi Jawa Tengah birokrasi penyaluran bentuk laporan pertanggungjawaban kepada
BPMKS dimulai dari keputusan Pemerintah pihak dinas pendidikan. Serta adanya beberapa
Kota Surakarta yang kemudian diserahkan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan
kepada Dinas Pendidikan dan Olahraga yang program/kebijakan yang dilihat dari beberapa
selanjutnya disosialisasikan kepada sekolah- aspek menurut G. Edward yaitu komunikasi,
sekolah, semua ketentuan maupun aturan terkait sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi.
BPMKS sudah jelas-jelas tertera dalam Perwali Komunikasi yang terjadi antar stakeholder
Surakarta Nomor 11-A Tahun 2012 Tentang berjalan kurang baik karena masih adanya salah
Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta pemberian informasi kepada penerima bantuan
(BPMKS). Sedangkan ketika pengelolaan sudah dan sumber daya yang terlibat ada sumber daya
diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Jawa manusia dan finansial yang tentunya saling
Tengah hanya terjadi perbedaan dalam hal berkaitan dan tidak terjadi masalah, disposisi
pencairan dana. dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan
program BPMKS juga sudah sesuai dengan apa
yang ada di dalam Perwali Surakarta No.11-A

254
Tahun 2012, meskipun ada pemindahan Jurnal Serambi Hukum Vol. 08, No 02,
pengelola kepada pemerintah provinsi Jawa Agustus 2014 - Januari 2015. ( Hal 223)
Tengah. Undang-undang No 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Daftar Pustaka http://dinaspendidikan.surakarta.go.id/bpmks/
Bappenas, 2004. Rencana Strategik www.edunews.id
Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia, Jakarta.
BPS. (Maret 2012). Basis Data Terpadu
untuk Program Perlindungan Sosial
(PPLS 2011).
Matland, Richard E. 1995. Syntesing the
Implementation Literature: The A Model
of Policy Implementation. Journal of
Public Administration Research, No 2.
Peraturan Walikota Surakarta Nomor 11A
Tahun 2012 Tentang Bantuan Pendidikan
Masyarakat Kota Surakarta. Surakarta,
Pemerintah Kota Surakarta.
Setiyawan, Saleh, Hayat. 2013. Implementasi
Kebijakan Bantuan Pendidikan (Studi
tentang Kebijakan Bantuan Pendidikan
Masyarakat Kota dalam Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 11A Tahun
2012). Jurnal Administrasi Publik (JAP),
Vol. 2, No. 1, (Hal 122-128)
Suparwi, Hadi Mahmud. 2014. Analisis
Kebijakan Walikota Dalam Program
Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota
Surakarta (BPMKS) Di Kota Surakarta.

255
Implementasi Strategi Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga dalam Mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Klaten
Lianggi Agustina, Kristina Setyowati
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret
lianggiagustina@student.uns.ac.id, kristina@staff.uns.ac.id

Abstrak
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor penyumbang pendapatan asli daerah. Namun pada
tahun 2017, secara statistik kunjungan wisatawan di Kabupaten Klaten terdapat laju penurunan
wisatawan yang berdampak pada tidak tercapainya target PAD. Berbagai permasalahan yang
menjadi penyebab adalah kurangnya promosi dan masih buruknya pemeliharaan obyek wisata.
Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi strategi Dinas Pariwisata
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga dalam Mengembangkan Pariwisata di Kabupaten Klaten.
Peneliti menggunakan 3 indikator yang terkandung dalam teori Hunger dan Wheelen yakni
program, anggaran dan prosedur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik penentuan informan
menggunakan purposive sampling dengan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara,
observasi dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan teknik
analisis data menggunakan analisis interaktif Miles dan Huberman. Berdasarkan dari penelitian
dan pembahasan yang telah dilakukan ditemukan bahwa ke 3 indikator implementasi strategi tersebut
berjalan cukup baik. Hal ini dilihat dari berbagai kegiatan di program pengembangan obyek wisata dan
program pengembangan pemasaran pariwisata berjalan sesuai program, anggaran yang ada dan prosedur
yang dipatuhi. Meskipun begitu masih terdapat kendala yakni kurangnya pengawasan dalam hal
pemeliharaan obyek wisata serta minimnya dana dalam pemeliharaan obyek wisata.
Kata kunci: Implementasi Strategi, Pengembangan, Pariwisata.

Abstract
Tourism sector is one of the contributing sectors of Local Revenue (PAD). But by the year 2017,
statistically tourist visits in Klaten there is a decrease rate of visitors that impact on not achieving the
target PAD. Various problems that cause is lack of promotion and still bad maintenance of tourism object.
Therefore, this study aims to determine the implementation of the Strategy Department of Cultural
Tourism Youth and Sports in Developing Tourism in Klaten District. Researchers use 3 indicators
contained in Hunger and Wheelen's theory of programs, budgets and procedures. The method used in this
research is descriptive qualitative with interview, observation and documentation. Techniques of
determining informants using Purposive sampling. Data was obtained through interviews, observations
and documentations. To achieve the validity of the data then do the triangulation method and data
analysis technique using interactive analysis of Miles and Huberman. Based on the research and
discussion that has been done found that the 3 indicators of strategy implementation is running quite well.
This is seen from the various activities in tourism development programs and tourism marketing
programs running according to the program, the existing budget and the procedures are obeyed.
Nevertheless, there are still obstacles in the absence of monitoring and supervision in terms of
maintenance of tourism and lack of funds in the maintenance of tourism.
Keywords: Implementation strategy, Development, Tourism.

256
A. Pendahuluan di Kabupaten Klaten terjadi laju penurunan
Di era sekarang, pariwisata merupakan salah sebesar +- 50.000 wisatawan yakni hanya
satu sektor yang diandalkan dalam sebesar 321.203. Rendahnya jumlah kunjungan
pembangunan nasional. Sektor pariwisata dapat di obyek wisata di Kabupaten Klaten berdampak
dijadikan sebagai sumber devisa Negara pada tidak tercapainya target Pendapatan Asli
terkhusus bagi Negara-negara berkembang Daerah (PAD). Target PAD yang ditetapkan
(Andrades, et al: 2017). Menurut Muhani, dkk oleh Kabupaten pada tahun 2017 sebesar 1.5
(2012: 114), peran perkembangan sektor milyar namun hanya tercapai 1.250.673.000
pariwisata bagi sisi ekonomi berdampak atau 88% saja.
langsung pada meningkatnya PAD dan
memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat Penyebab rendahnya kunjungan wisatawan di
Kabupaten Klaten ditandai dengan minimnya
Menurut Setkab.go.id (2017), perkembangan pengetahuan masyarakat tentang pariwisata di
pariwisata Indonesia melalui program Visit Kabupaten Klaten serta buruknya pemeliharaan
Indonesia yang dicanangkan sejak tahun 2008 obyek wisata. Hal tersebut menyebabkan
dan dilanjutkan hingga sekarang telah membawa rendahnya jumlah wisatawan serta juga tidak
tren positif ditandai dengan meningkatnya tercapainya target PAD (Pendapatan Asli
wisatawan di Indonesia. Daerah).

Provinsi Jawa Tengah juga mengalami Pentingnya pengembangan dan pengelolaan


perkembangan wisatawan nusantara maupun yang baik di bidang pariwisata menjadi hal yang
mancanegara. Pengembangan pariwisata harus diperhatikan Pemerintah Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah tersebut diatur dalam Klaten. Dalam hal ini pihak Dinas Pariwisata
Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2027. Dalam Klaten berwenang dan bertanggungjawab dalam
upaya mengembangkan potensi pariwisatanya, hal penyelenggaraan kepariwisataan yang
Provinsi Jawa Tengah juga membagi wilayah memiliki berbagai strategi untuk
potensi pariwisatanya menjadi 3 kewilayahan mengembangkan pariwisata di Kabupaten
yakni DPP (Destinasi Pariwisata Provinsi), Klaten. Strategi yang tertera pada renstra tahun
KSPP (Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi), 2016-2021 yakni Meningkatkan dan
dan KPPP (Kawasan Pengembangan Pariwisata mengembangkan potensi pariwisata berbasis
Provinsi). Kabupaten Klaten ditetapkan masuk kelestarian lingkungan hidup dengan kerja sama
dalam Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi lintas sektor dan daerah guna meningkatkan
(KSPP) yakni kawasan yang memiliki fungsi pendapatan asli daerah.
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata Provinsi Jawa Berdasarkan paparan permasalahan diatas, maka
Tengah. rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
implementasi strategi Dinas Pariwisata
Kabupaten Klaten memiliki obyek wisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kabupaten
dengan potensi unggulan baik dari wisata alam, Klaten dalam mengembangkan pariwisata di
wisata budaya maupun wisata buatan. Kabupaten Klaten?”.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas
Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Peneliti menggunakan acuan penelitian
menunjukkan bahwa jumlah kunjungan wisata terdahulu sebagai bahan rujukan dan sebagai
Klaten memiliki jumlah yang fluktuatif. Pada dasar pembeda dari penelitian sebelumnya.
tahun 2010 jumlah wisatawan sebanyak Dalam penelitian Maria Misankova, et. al (2014)
347.565, lalu turun signifikan dari tahun 2011 berfokus pada pentingnya sebuah implemetasi
hingga 2013 menjadi 216.154 wisatawan. Pada strategi dalam sebuah organisasi untuk mencapai
tahun 2014 hingga tahun 2016, wisatawan di keunggulan kompetitif. Selanjutnya, dalam
obyek wisata Kabupaten Klaten menunjukkan penelitan Eva Rusdianingtyas, dkk (2015) dalam
laju peningkatan.Wisatawan terbanyak terjadi penelitiannya berfokus pada implementasi
pada tahun 2016 yakni sebesar 377.781 strategi berdasarkan aspek efektivitas
wisatawan. Namun, pada tahun 2017 wisatawan keberhasilan implementasi strategi menurut teori

257
Van Meter dan Van Horn yakni standar dan dinyatakan dalam bentuk satuan uang, setiap
sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi program akan dinyatakan secara rinci dalam
antar organisasi dan penguatan aktivitas, biaya, yang dapat digunakan oleh manajemen
karakteristik agen pelaksana, kondisi sosial, untuk merencanakan dan mengendalikan.
ekonomi dan politik dan disposisi implementor. 3. Prosedur
Selanjutnya, pada penelitian yang dilakukan Hunger dan Wheelen (2003:18) mendefiniskan
oleh Nazemi, Shamsedin. et.al ( 2015) prosedur Prosedur sebagai Standart Operating
menjelaskan bahwa pada proses implementasi Prosedure (SOP).
strategi terdapat hambatan yang dihadapi
organisasi yakni sumber daya manusia, finansial, B. Metode Penelitian
kinerja pegawai yang buruk dll. Jenis Penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian berada
Berdasarkan paparan diatas diketahui bahwa Kabupaten Klaten dikarenakan Kabupaten
penelitian ini memliki keterkaitan dengan Klaten masuk dalam KSPP (Kawasan Strategi
penelitian sebelumnya yang membahas Pariwisata Provinsi). Teknik pengumpulan data
mengenai impementasi strategi dari sisi berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi.
efektivitas implementasi strategi maupun dari Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
hambatan implementasi strategi. Sehingga purposive sampling Validitas data menggunakan
penelitian ini berfokus pada implementasi teknik triangulasi metode yang dilakukan
strategi dalam mengembangkan pariwisata di dengan cara mengecek keabsahan data yang
Kabupaten Klaten. Menurut Fred R David diperoleh dari beberapa metode yakni
(2009:6-7), proses manajemen strategis terdiri wawancara, dokumentasi dan observasi,
atas tiga tahap: perumusan strategi, penerapan Sedangkan teknik analisis data menggunakan
strategi dan penilaian strategi. Pada model model analisis interaktif dari Miles & Huberman
implementasi strategi menurut David biasanya dalam (H.B. Sutopo, 2006: 91) yang terdiri dari
digunakan pada organisasi profit. reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Sedangkan dalam penelitian ini menganalisis
implementasi strategi non profit. Oleh karena itu C. Hasil dan Pembahasan
peneliti menggunakan teori Menurut Hunger and Implementasi strategi dalam manajemen strategi
Wheelen (2003:12) yang menyebutkan dalam merupakan bagian vital yang menentukan
implementasi strategi terdapat 3 aspek keberhasilan suatu strategi tersebut diterapkan.
didalamnya yakni program, anggaran dan Dalam melihat strategi yang dilaksanakan oleh
prosedur. Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan
Olahraga, peneliti menggunakan acuan rencana
Penggunaan teori ini secara garis besar mampu strategi (renstra) 2016-2021. Strategi yang
menggambarkan bagaimana implementasi diterapkan adalah strategi meningkatkan dan
strategi tersebut dijalankan. Secara sederhana mengembangkan potensi pariwisata yang
teori Hunger dan Wheelen digambarkan sebagai berbasis kelestarian lingkungan hidup dengan
program yang disusun tidak dapat berjalan tanpa kerjasama lintas sektoral dan daerah guna
adanya anggaran dan sebagai kontrol dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
implementasi strategi diperlukan prosedur
sebagai petunjuk pelaksana. Penjabaran aspek Dinas pariwisata kebudayaan pemuda dan
implementasi strategi menurut Hunger dan olahraga Kabupaten Klaten dalam
Wheelen (2003: 17-18) sebagai berikut: mengembangkan pariwisata di Kabupaten
1. Program Klaten menjalankan 2 program yakni Program
Definisi program menurut Hunger dan Wheelen pengembangan obyek wisata dan Program
(2003:17) adalah pernyataan aktivitas-aktivitas pengembangan pemasaran pariwisata. Diketahui
atau langkah langkah yang diperlukan untuk dari kedua program tersebut dibagi lagi menjadi
menyelesaikan perencanaaan sekali pakai. kegiatan. Program pengembangan obyek wisata
2. Anggaran didalamnya terdapat kegiatan pemeliharaan
Menurut Hunger dan Wheelen (2013:18) obyek wisata. Selanjutnya, program
mendefiniskan anggaran sebagai program yang pengembangan pemasaran pariwisata

258
didalamnya terdapat kegiatan pembinaan dan penuh corat coret karena kenakalan
kelompok sadar wisata, kegiatan wisatawan.
penyelenggaraan event pariwisata, kegiatan
promosi pariwisata Soloraya, dan kegiatan c. Program Pengembangan Pemasaran
pemilihan mas dan mbak Klaten. Pariwisata
Pemasaran merupakan kegiatan penting dalam
Dalam artikel ini, peneliti akan menguraikan melakukan pariwisata, artinya bahwa pemasaran
data pembahasan dari implementasi strategi diperlukan agar masyarakat luas terutama
Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan masyarakat Kabupaten Klaten agar mengetahui
Olahraga Kabupaten Klaten dalam obyek wisata apa saja yang terdapat di
mengembangkan pariwisata di Kabupaten kabupaten Klaten. Kegiatan-kegiatan dari
Klaten sebagai berikut yang dijabarkan program pengembangan pemasaran pariwisata
menggunakan teori Hunger dan Wheelen yang tersebut antara lain :
mengandung 3 aspek yakni program, anggaran,
dan prosedur. d. Kegiatan Pembinaan Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis)
1. Program Kegiatan pembinaan kelompok sadar wisata ini
a. Program Pengembangan Obyek Wisata penting, mengingat kelompok kelompok inilah
Program pengembangan obyek wisata yang menjadi penggerak dalam memajukan
merupakan salah satu program yang ditelurkan suatu desa wisata maupun obyek wisata.
dari rencana strategi tahun 2016-2021. Program Kelompok sadar wisata ini juga merupakan
ini bertujuan untuk memperbaiki atau motor penggerak masyarakat untuk memajukan
memperbaharui obyek wisata agar memiliki nilai pariwisata melalui pengembangan potensi wisata
jual dan dapat menarik wisatawan. Program maupun mengembangkan umkm di sekitar
pengembangan obyek wisata merupakan respon obyek wisata. Kegiatan pembinaan kelompok
dari pihak dinas pariwisata selaku penyelenggara sadar wisata itu berisi diskusi saja, namun juga
pariwisata dalam upaya membuat obyek wisata dengan kegiatan follow up atau berkelanjutan
agar lebih layak dan representatif. berupa study banding di desa wisata atau obyek
wisata lain yang sudah maju. Kegiatan
b. Kegiatan Pemeliharaan Obyek Wisata pembinaan ini berlangsung setiap 3 bulan sekali
Pemeliharaan obyek wisata menjadi kegiatan dengan mendatangkan pembicara dari berbagai
utama dalam upaya menarik minat wisatawan sektor bidang seperti dari pihak PHRI, ASITA
untuk mendatangi obyek wisata. Hal ini dilatar dan OPD lain yang bersangkutan.
belakangi oleh keberadaan obyek wisata yang
saat ini masih belum optimal sehingga perlu e. Kegiatan Penyelenggaraan event
langkah yang tepat dalam meningkatkan layanan Pariwisata
wisatawan yang mendatangi obyek wisata. Secara garis besar, event di Kabupaten Klaten
Kegiatan pemeliharaan obyek wisata ini itu banyak sekitar 40 event. Namun hanya
merupakan agenda rutin Dinas Pariwisata setiap terdapat 2 event yakni gebyar padusan yang
tahun. Selama tahun 2016 dan 2017 terdapat dilakukan setiap sebelum momen Ramadhan di
beberapa obyek yang mendapatkan Obyek Mata Air Cokro dan event syawalan yang
pemeliharaan antara lain pada tahun 2016 pihak diadakan setiap setelah bulan ramadhan yang
Dinas melakukan perbaikan di Obyek Wisata diprakarsai oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan
Makam Pandanaran yakni dengan memperbaiki Pemuda dan Olahraga. Penyelenggaraan event
kios dagang. Selanjutnya pada tahun 2017, pihak tersebut dilaksanakan dengan melibatkan dari
Dinas melakukan perbaikan di 3 lokasi antara berbagai sektor bidang seperti Dinas
lain pendirian ruang ganti di Obyek Wisata Perhubungan, Satpol PP, Kepolisisan dan
Pemandian Jolotundo, Perbaikan gapura dan elemen masyarakat.
loket di Obyek wisata Jombor Permai, dan
perbaikan bangunan di makam Rongowarsito. f. Kegiatan Promosi Pariwisata Soloraya
Namun, karena kurangnya pengawasan oleh Bentuk dari kegiatan promosi pariwisata
pihak Dinas, ada obyek wisata yang dipelihara 1 soloraya adalah road show dan travel dialog.
obyek wisata Jombor Permai yang tidak terawat

259
Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk memperhatikan tingkat kerusakan pada masing-
promosi wisata langsung ke kebupaten/kota masing obyek wisata.
tertentu dengan mengundang guru-guru dan
kepala sekolah. Selain mengadakan kegiatan b. Program Pengembangan Pemasaran
road show dan travel dialog, forum yang juga Pariwisata
dinamakan Subosukowonosraten ini juga 1) Kegiatan Pembinaan Kelompok
mengadakan diskusi dengan pihak ASITA Sadar Wisata
maupun PHRI dalam upaya mendiskusikan Sumber dana yang digunakan Dinas Pariwisata
permasalahan pariwisata dari masing-masing Kebudayaan Pemuda dan Olahraga untuk
daerah. Kegiatan ini dilaksanakan oleh bersama mengimplementasikan kegiatan ini berasal dari
semua kabupaten se-solo raya (Sragen, Klaten, APBD. Kegiatan pembinaan kelompok sadar
Boyolali, Wonogiri, Surakarta, Sukoharjo, wisata ini dianggarkan sejumlah 45 juta tiap
Karanganyar) secara periodik setiap 3 bulan, tahun.Dana ini digunakan 1 kali setiap 3 bulan.
sedangkan kegiatan road show dan travel dialog Proses pencairan dana ini per triwulan yakni
dilakukan setiap satu tahun sekali. triwulan 1 penarikan sebesar 1.380.000, triwulan
kedua 25.425.000, triwulan ketiga 2.695.000,
g. Kegiatan Pemilihan mas dan mbak Klaten triwulan keempat 15.500.000. Namun, anggaran
Pemilihan duta pariwisata dimaksudkan untuk tersebut kurang mencukupi karena jumlah
menjalin kerjasama dengan duta wisata terpilih kelompok sadar wisata di Kabupaten Klaten
untuk mempromosikan Klaten sebagai destinasi kian bertambah dan pihak Dinas menghendaki
pariwisata favorit. Kegiatan pemilihan Mas dan follow up yang berkelanjutan. Walaupun dana
Mbak Klaten merupakan agenda rutin tahunan tersebut masih kurang mencukupi, pihak dinas
dimana perwakilan mas dan mbak terpilih akan berusaha mensiasati dengan mengadakan diskusi
dikompetisikan ke tingkat berikutnya hingga online via whatsapp, agar para kelompok sadar
tingkat Nasional. Pemilihan mas dan mbak wisata bisa saling berkomunikasi satu sama lain
Klaten ini melibatkan Adwindo (Asosiasi Duta dan bisa berdiskusi. Selain itu, pihak Dinas
Wisata Klaten) sebagai pengendali acara dari Pariwisata juga melakukan sinkronisasi kegiatan
tahap seleksi administrasi hingga grand final. dengan OPD lain, artinya bahwa pihak Dinas
Peserta yang terpilih nantinya akan diikutkan merekomendasikan para kelompok sadar wisata
dalam kegiatan protokoler Kabupaten Klaten. untuk diikutkan dengan kegiatan yang
diselenggarakan OPD lain, misalnya kegiatan
2. Anggaran pelatihan umkm dan pelatihan promosi yang
Setiap program yang telah dibuat tentunya diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan
memutuhkan anggaran untuk menjalankan UMKM.
program tersebut, tanpa dana maka program
yang dibuat akan sulit direalisasikan. Dalam 2) Kegiatan Penyelenggaraan Event
upaya mengembangkan pariwisata di Kabupaten Pariwisata
Klaten, Dinas Pariwisata membutuhkan angaran Sumber dana yang digunakan Dinas Pariwisata
untuk dapat merealisasikan di programnya Kebudayaan Pemuda dan Olahraga untuk
sebagai berikut: mengimplementasikan program ini berasal dari
a. Program Pengembangan Obyek Wisata APBD. Anggaran ini disusun oleh. Jumlah dana
1) Kegiatan Pemeliharaan Obyek Wisata yang dalam kegiatan ini adalah sebanyak 100
Sumber dana yang digunakan dalam juta. Proses pencairan ini per triwulan namun
mengimplementasikan kegiatan pemeliharaan paling banyak turun pada triwulan kedua yakni
obyek dan sarana pariwisata berasal dari APBD 93.612.750 mengingat kegiatan tersebut jatuh
Kabupaten. Diketahui anggaran yang ada hanya pada triwulan kedua. Terkait dengan realisasi
sebesar 150 juta. Jumlah tersebut tentu tentu anggaran, maka sejauh ini pihak Dinas tidak ada
tidak cukup untuk memelihara semua obyek kendala.
wisata di seluruh kabupaten Klaten sejumlah 8
obyek. Dengan demikian perbaikan obyek 3) Kegiatan Promosi Pariwisata Soloraya
wisata hanya dilakukan berdasarkan prioritas Terkait dengan realisasi anggaran, diketahui
obyek yang akan dipelihara dengan bahwa dana yang disediakan untuk kegiatan

260
promosi pariwisata solo raya sebanyak 25 juta
dan biaya bahan promosi sebanyak 113.100.000 b. Program Pengembangan Pemasaran
sudah terealisasi dengan baik. Anggaran tersebut Pariwisata
digunakan untuk iuran keanggotaan forum Solo 1) Kegiatan Pembinaan Kelompok
Raya dan mencetak bahan dokumentasi berupa Sadar Wisata (Pokdarwis)
goodie bag, leaflet, pamflet, booklet, baliho Prosedur dalam mengimplementasikan kegiatan
maupun brosur. pembinaan kelompok dasar wisata pada
4) Kegiatan Pemilihan Mas dan Mbak prinsipnya tidak memiliki prosedur yang baku.
Klaten Prosedur dalam melaksanakan pembinaan
Sumber dana yang digunakan Dinas Pariwisata kelompok sadar wisata ini yang pertama adalah
Kebudayaan Pemuda dan Olahraga untuk melakukan persiapan, baik persiapan materi,
mengimplementasikan program ini berasal dari narasumber, peserta, waktu, tempat dan lain lain.
APBD. Terkait realisasi anggaran, sebanyak Kemudian dari pihak Dinas mengundang para
anggaran 100 juta yang dianggarkan sudah narasumber yang berasal dari ASITA, PHRI
terealisasi dengan baik. ataupun pihak dinas lainnya. Kegiatan ini berupa
3. Prosedur diskusi dua arah antara pihak pembicara dan
Proses penyusunan program/kegiatan, akan pihak kelompok sadar wisata.
mengarahkan organisasi untuk mengembangkan
prosedur. Prosedur dilaksanakan dalam 2) Kegiatan Penyelenggaraan Event
melakukan sebuah program, prosedur tersebut Pariwisata
dapat berwujud SOP (Standart Operating Prosedur dalam mengimplementasikan kegiatan
Procedure). Prosedur tersebut digunakan untuk penyelenggaraan event pariwisata pada
mengarahkan pada implementasi kegiatan yang prinsipnya tidak memiliki prosedur yang baku
didalamnya terdapat langkah-langkah tertentu dan bersifat umum. Kedua kegiatan gebyar
untuk memberi pedoman. Begitupun dengan padusan dan syawalan hanya dilakukan sesuai
Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan dengan timeline dengan mengadakan rapat
Olahraga Kabupaten Klaten, dalam internal pihak Dinas, melakukan koordinasi
mengimplementasikan suatu kegiatan memiliki dengan pihak kelurahan dan kecamatan,
prosedur yang dijalankan sebagai berikut: mengundang pihak Dinas Perhubungan, Polres,
a. Program Pengembangan Obyek Wisata Satpol PP untuk keperluan keamanan, dan
1) Kegiatan Pemeliharaan Obyek wisata tenaga medis untuk penanganan kesehatan.
Prosedur mengenai pemeliharaan obyek wisata Selanjutnya, sosialisasi kepada masyarakat
bersifat umum dimulai dengan melakukan untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan
survey langsung ke semua obyek wisata di tersebut.
seluruh Kabupaten Klaten.Hal itu guna
mengetahui obyek mana saja yang mengalami 3) Kegiatan Promosi Pariwisata
kerusakan dan harus segera Soloraya
diperbaiki.Kemudian pihak Dinas Pariwisata Kegiatan promosi di bidang pariwisata se Solo
membuat daftar prioritas obyek mana yang perlu Raya ini tidak memiliki petunjuk pelaksanaan
didahulukan untuk dipelihara. Lebih lanjut lagi, ataupun petunjuk teknis.Hal ini disebabkan
SOP atau aturan yang bersifat dari pemerintah pelaksana dari kegiatan ini adalah OPD di
pusat itu hanya terkait proses penunjukkan masing-masing daerah. Prosedur yang
langsung karena anggaran yang disediakan oleh digunakan sebagai pedoman dalam
pemerintah berjumlah kurang dari 200 juta. melaksanakan kegiatan adalah kesepakatan dan
Proses penunjukkan langsung dilakukan dengan perencanaan yang dibuat pada awal tahun.
mengundang satu pihak penyedia jasa yang Prosedur hanya berupa penyusunan rangkaian
memliki track record unggul dalam kegiatan atau agenda dalam melaksanakan
melaksanakan pekerjaan dengan baik. Namun, promosi se Kabupaten Kota Soloraya, membuat
dalam proses penunjukkan tersebut pihak Dinas timeline kegiatan forum diskusi, road show dan
Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga travel dialog dan mempersiapkan bahan promosi
juga menyediakan 3 mitra kerja pembanding untuk kegiatan road show dan travel dialog
untuk diseleksi mana yang harga dan seperti goodie bag, leaflet dan brosur.
pelaksanaan secara teknisnya sesuai.

261
https://www.sciencedirect.com/science/art
4) Kegiatan Pemilihan Mas dan Mbak icle/pii/S0261517717301085
Klaten David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis
Pemilihan mas dan mbak itu merupakan Konsep, Edisi 12. Jakarta: Salemba.
kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Empat.
Dinas Pariwisata. Adapun pelaksanaaan kegiatan Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran
tersebut dibantu oleh pihak ketiga yakni Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda
Adwindo (Asosiasi Duta Wisata Klaten) yang dan Olahraga Tahun 2017
bertindak sebagai EO (Event Organizer). Eva Rusdiananingtyas, Heru Ribawanto, Wima
Kegiatan pemilihan mas dan mbak Klaten Prasetyo. 2015. Implementasi Strategi
merupakan ajang pemilihan duta wisata yang Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan
diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata. Pariwisata Berbasis Budaya Terkemuka
(Studi pada Dinas Pariwisata Provinsi
D. Penutup Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal
Dari uraian pembahasan diatasdiketahui bahwa Administrasi Publik. Vol. 3, No. 11, Hal.
semua kegiatan dalam program yang dijalankan 1898-1904 diakses pada 114 November
oleh Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan 2017 pada pukul 23.25 melalui,
Olahraga Kabupaten Klaten sudah dijalankan https://media.neliti.com/media/publication
cukup baik sesuai dengan renstra yang telah s/82795-ID-implementasi-strategi-
disusun sebelumnya. Ketiga aspek menurut teori pemerintah-daerah.pdf
Hunger dan Wheelen yakni program, anggaran HB.Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian
dan prosedur sudah terpenuhi. Dari sisi program Kualitatif. Universitas Sebelas Maret:
semua kegiatan sudah berjalan dengan baik. Dari Surakarta
sisi anggaran, kegiatan pemeliharaan obyek Humas. 2017. Tahun 2017, Kita Genjot
wisata dan kegiatan pembinaan kelompok sadar Pariwisata. Diakses pada 10 Oktober
wisata masih kurang. Dari segi prosedur, 2017, melalui http://setkab.go.id/tahun-
tahapan pada kegiatan pemeliharaan obyek 2017-kita-genjot-sektor-pariwisata
wisata hanya sampai pada pelaksanaan Hunger, J. David dan Wheelen, Thomas L.
pemeliharaan obyek tersebut saja tidak sampai 2003. Manajemen Strategis.
pada tahap pengawasan secara rutin. Andi.Yogyakarta.
Laporan akhir Tahun Kemenpar 2017.
Saran yang diberikan dari hasil penelitian ini Misankova, Maria. 2014. Strategic
yakni; dikarenakan anggaran yang disediakan Implementation as a Part of Strategic
oleh pemerintah kurang mencukupi untuk Managemet. Journal Social and Behavior
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan obyek Science.Vol 110 ( 2014 ). Page 861 – 870.
wisata dan kegiatan pembinaan kelompok sadar Diaksespada 14 Oktober 2017 padapukul
wisata, maka sebaiknya melakukan kerja sama 22.00, melalui https://ac.els-
dengan pihak swasta melalui CSR (Corporate cdn.com/S1877042813055717/1-s2.0-
Social Responsibility). Prosedur yang dijalankan S1877042813055717-
dijalankan Dinas dalam menjalankan kegiatan main.pdf?_tid=280157ae-a7f2-4846-
sudah baik, namun tetap diperlukan pengawasan 8d66-
agar menghasilkan output yang dikehendaki 594d6ec577bf&acdnat=1520948846_709
secara konsisten. 189d23546e2e8e42736adfbedad3b
Muhani, Ammar, dan Nurlinda. 2012. Peranan
Sektor Pariwisata dalam Meningkatkan
Daftar Pustaka Pendapatan Asli Daerah Kota Palopo.Vol
Andrades, Lidia & Dimanche, Frederic. 2017. 2, No 1. Hal 113-121. Diperoleh pada 14
Destination Competitiveness and Tourism November 2017 pada pukul 22.30,
Development in Russia: Issues and melalui
Challenges.Journal Tourism Management. http://journal.stiem.ac.id/index.php/jureq/
Vol 62, page 360-376. Diakses pada 17 article/view/71/62u
Oktober 2017, pada pukul 12.00, melalui Nazemi, Shamsedin, et. al. 2015.Barriers to
Strategic Planning Implementation: Case

262
of Mashhad Electricity Company. Journal
Social and Behaviour Science.Vol 207 (
2015 ) page 2 – 9 Diaksespada 14 Oktober
2017 padapukul 23.00, melalui
https://ac.els-
cdn.com/S1877042815052751/1-s2.0-
S1877042815052751-
main.pdf?_tid=a5be563a-08ce-4bf2-8a7e-
8e02a64e7366&acdnat=1520948944_fa9c
10190b6d9961b242ed0b29af9e28
Rencana Pembangunan Kepariwisataan Jawa
Tengah 2012-2027
Rencana Strategis Dinas Pariwisata Kebudayaan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klaten
2016-2021

263
Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam Pilkada Serentak
Kabupaten Bantul Tahun 2015
Widuri Wulandari
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
widuri.marbun@yahoo.com

Abstrak
ASN harus bersikap netral dari pengaruh semua golongan, serta partai politik dan tidak diskriminatif
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada tahun 2015, Kabupaten Bantul ikut serta dalam
merayakan pesta demokrasi, yaitu pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara serentak pada
tanggal 9 Desember 2015. Panwaslu Kabupaten Bantul menemukan dan mendapatkan laporan ada 15
ASN yang tidak netral dalam Pilkada Serentak 2015. Pelanggaran ASN terjadi sebelum masa kampanye,
dan selama masa kampanye. Jumlah ASN yang tidak netral yaitu 15 orang yang sebagian adalah kepala
SKPD. Selain hadir dalam deklarasi pencalonan calon incumbent¸ ASN juga hadir pada acara syukuran
SP3 Drs.HM. Idham Samawi di kantor DPC PDIP, hadir pada acara wayangan di Pleret dan Assek III
menyampaikan latar belakang salah satu kandidat pilkada, acara panen raya yang dihadiri calon
incumbent dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul yang melakukan acara
ceremonial potong padi. Jadi ASN di Kabupaten Bantul terlibatan dan berpihak dikarenakan adanya
calon incumbent.
Kata kunci: Netralitas ASN, Keterlibatan dan Keberpihakan ASN, Calon Incumbent, Hukuman
Displin ASN

Abstract
ASN must be neutral from the influence of all classes, as well as political parties and not discriminatory
in providing services to the public. In 2015, Bantul District participated in celebrating the democratic
party, namely the election of regional heads and vice regional heads simultaneously on December 9,
2015. The Bantul District Supervisory Committee found and obtained reports of 15 non-neutral ASNs in
the Sergeant Election 2015. ASN violations occur prior to the campaign period, and during the campaign
period. The number of non-neutral ASNs is 15 people who are partly head of SKPD. In addition to being
present in the nomination declaration of incumbent candidates ASN also present at the event of SP3
Drs.HM. Idham Samawi at DPC PDIP office attended the puppet show in Pleret and Assek III presented
the background of one of the candidates for the election, a harvest event attended by incumbent
candidates and Head of Bantul Regency Agriculture and Forestry Office who conducted ceremonial
pieces of rice. So ASN in Bantul District was involved and sided due to the incumbent candidate.
Keywords: ASN Neutrality, ASN Involvement, and Alignment, Incumbent Candidate, ASN Dispute
Penalty

A. Pendahuluan siapapun. Menurut (Yamin, 2013) Netralitas


Keterlibatan ASN dalam politik tentunya bukan dapat juga diartikan dengan bersikap tidak
pertama kali terjadi dalam pesta demokrasi. memihak terhadap sesuatu apapun.
Beberapa kasus yang sering terjadi terkait
keterlibatan ASN seringnya terjadi dalam Sedangkan netralitas menurut (Amin, 2013)
pemilihan kepala daerah. Aparatur Sipil Negara adalah perilaku tidak memihak, atau tidak
memiliki posisi yang cukup strategis. Asas terlibat yang ditunjukan birokrasi pemerintahan
netralitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 dalam masa kampanye kandidat kepala daerah di
Tahun 2014 adalah bahwa setiap ASN tidak ajang pemilukada baik secara diam-diam
berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun maupun terang-terangan. Netralitas menurut
dan tidak memihak kepada kepentingan Azhari dalam (Patria, 2015), merupakan kondisi

264
terlepasnya birokrasi spoil system yang berarti WIB). Ada sebanyak 15 ASN atau PNS di
borokrasi bekerja berdasarkan profesionalisme Bantul yang dianggap tidak netral dalam Pilkada
dan kemampuan teknis yang dibutuhkan. 2015 ini (www.metrotvnews.com. Diakses 20
Menurut Thoha dalam (Patria, 2015) netralitas September 2016, Jam 14:25 WIB).
birokrasi pada hakikatnya adalah suatu sistem
dimana birokrasi tidak akan berubah dalam Kehadiran calon incumbent di Kabupaten Bantul
memberikan pelayanan kepada masternya (dari tahun 2015 ini mempermudah si pencalon dalam
parpol yang memerintah), biarpun masternya kampanye dan adanya peluang untuk menang
berganti dengan master (parpol) lain. dalam pilkada. Kampanye bisa dengan mudah
dilakukan di lingkungan organisasi, yang
Namun pada tahun 2015, ketika pesta demokrasi akibatnya netralitas para ASN terganggu. Posisi
diselenggarakan, Kabupaten Bantul merupakan kepala daerah sangat dekat dengan birokrasi.
salah satu daerah yang menjadi sorotan. Media
massa memuat bahwa terjadi kasus Bentuk ketidaknetralan ASN di Kabupaten
ketidaknetralan ASN pada Pilkada Serentak Bantul tentu melanggar UU No. 5 Tahun 2015
2015, yang hingga melibatkan 15 ASN tidak Tentang Aparatur Sipil Negara dan juga
netral. melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Displin Pegawai Negeri
Periode 2010-2015 Bupati Bantul diduduki oleh Sipil, dimana seharusnya ASN harus netral dan
Sri Surya Widati yang merupakan istri dari tetap profesional dalam pilkada serentak. ASN
Bupati sebelumnya yaitu Idham Samawi. Dan yang tidak netral seharusnya diberikan sanksi
pada akhir tahun 2015, tepat pada tahun sesuai peraturan yang ada.
dikeluarkannya peraturan perundang-undangan
tentang pemilihan kepala daerah, Sri Surya Ketidaknetralan ASN dalam pilkada akan
Widati mencalonkan diri lagi (incumbent) pada menguntungkan si pencalon khususnya calon
pilkada serentak ini yang dipasangkan dengan incumbent, yang posisinya sangat dekat dengan
Misbakhul Munir. para birokrat, dengan demikian calon incumbent
bisa saja mendapatkan perolehan suara yang
Masyarakat memberikan pengaduan kepada lebih dibanding lawannya dalam pilkada
Ombudsman RI Perwakilan DIY terkait dengan serentak ini, ada kesempatan sebelum waktunya
netralitas ASN. Menurut aduan dari masyarakat, kampanye, si pencalon incumbent telah dulu
ada ASN yang turut hadir pada saat deklarasi melakukan kampanye di lingkungan sekitar
pencalonan pasangan calon bupati dan wakil bekerja. Adanya calon incumbent, bisa
bupati, Sri Surya Widati dan Misbakhul Munir mengakibatkan terganggunya netralitas dari
pada hari Minggu, 14 Juni 2015 di Lapangan ASN.
Desa Trirenggo, dan hal ini pun dibenarkan
adanya oleh pihak Panwaslu Bantul. B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Ketua Panitia Pengawasan Pemilu (Panwaslu) Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif
Bantul, telah menemukan bukti adanya belasan kualitatif. Dengan menggunakan penelitian
pejabat pemerintahan di Kabupaten Bantul yang kualitatif penulis bertujuan untuk memahami
diduga tidak netral di Pilkada Serentak 2015. fenomena yang ada dan mendalami fenomena
Mereka menempati posisi beragam, dan pihak yang ada secara rinci, sistematis dan sesuai
Panwaslu Bantul memiliki bukti kesaksian dan dengan fakta yang ada. Melalui penelitian
foto ASN yang tidak netral. Sejumlah ASN kualitatif maka dapat tergali informasi
Bantul yang kedapatan tidak netral oleh mendalam tentang netralitas ASN dalam Pilkada
Panwaslu telah dilaporkan kepada Bawaslu dan Serentak Kabupaten Bantul Tahun 2015.
berkoordinasi dengan Ombudsmand RI DIY
yang kemudian nantinya laporan tersebut 2. Unit Analisis (Informan Penelitian)
diberikan kepada Menteri Penyagunaan Sesuai dengan permasalahan yang ada pada
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pembahasan penelitian ini, maka unit analisis
(www.tempo.co. Diakses 4 Mei 2016, Jam 13:20 dari penelitian ini adalah Panitia Pengawas

265
Pemilu (Panwaslu) Pilkada Serentak 2015 dan jumlah ASN yang tidak netral
Kabupaten Bantul, dan Badan Kepegawaian sebanyak 15 orang yang terbukti namun
Bantul. sebenarnya lebih dari situ tetapi kami
kekurangan bukti. (Wawancara dengan
3. Teknik Pengumpulan Data Ketua Panwaslu Pilkada Kabupaten
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan Bantul Tahun 2015, Bapak Supardi.
data dengan cara wawancara dan dokumentasi. Tanggal 25 Oktober 2016, Jam 16:30
Wawancara dengan memberikan pertanyaan- WIB, Tempat kediaman informan).
pertanyaan yang sesuai dengan indikator
penelitian kepada narasumber. Sedangkan, Namun berbeda dengan pendapat dari Kepala
dokumentasi yaitu sebagai data pelengkap untuk Bidang Pengadaan dan Pengembangaan, Ibu
melakukan analisis penelitian seperti dokumen Wati mengatakan bahwa :
laporan pelanggaran ASN dari Panwaslu Pilkada Kami pihak BKD awalnya tidak
Serentak 2015, buku dan jurnal yang berkaitan mengetahui dan tidak mendapatkan
dengan netralitas. laporan dari Panwaslu mengenai ASN
yang tidak netral. Namun yang
4. Teknik Analisis Data memberitahu kami adalah Pj.Bupati saat
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data itu. Dan itu diberitahu kepada kami pihak
yaitu dengan cara: pengumpulan data, reduksi BKD karena akan diadakannya pertemuan
data, penyajian data (display data), dan sampai dengan pihak wartawan membahas soal
kepada tahap menarik kesimpulan dan verifikasi. ASN yang tidak netral atau acara
audience. Menurut saya sebenarnya ASN
C. Hasil dan Pembahasan yang terlibat itu bukan tidak netral karena
1. Keterlibatan dan Keberpihakkan Aparatur mereka hadir hanya di acara deklarasi dan
Sipil Negara (ASN) dalam Pilkada Serentak belum masuk masa kampanye. Mereka
2015 di Kabupaten Bantul tidak mengetahui bahwa acara itu
Semenjak diberlakukannya UU ASN No. 5 merupakan acara dekalarasi pencalonan.
Tahun 2015 harapan pemerintah salah satunya Dan sepengetahuan saya tidak ada ASN
adalah terciptanya ASN yang bersikap netral yang ikut serta dalam acara kampanye
tidak berpihak kepada golong atau kepada salah atau menjadi peserta kampanye salah satu
satu partai politik, mempertegas posisi ASN kandidat, mereka hanya menghadiri acara
sebagai pemberi pelayanan publik yang harus itu saja. (Wawancara dengan Kepala
bersikap adil dan profesional. Namun yang Bidang Pengadaan dan Pengembangaan
terjadi di Kabupaten Bantul ada sebagian ASN BKD, Ibu Setyawati. Tanggal Tanggal 24
yang dianggap Panwaslu Pilkada Serentak 2015 Oktober 2016, Jam 11:45 WIB, Tempat
berpihak kepada salah satu kandidat pilkada, kantor BKD Bantul).
yaitu calon incumbent.
Adanya ASN yang tidak netral dalam Pilkada
Panwaslu Kabupaten Bantul mendapatkan Kabupaten Bantul Tahun 2015 dibenarkan oleh
temuan dan laporan di lapangan bahwa adanya panitia pengawas pemilu Kabupaten Bantul
ASN yang tidak netral pada pilkada tahun 2015. Tahun 2015. Karena merekalah yang melakukan
Posisi ASN yang seharusnya tetap netral pengawasan. Selain melakukan pengawasan,
walaupun adanya calon incumbent ternyata tidak Panwaslu juga menghimbau kepada masyarakat
terjadi pada ASN di Kabupaten Bantul. Seperti untuk memantau dan melaporkan segala sesuatu
yang telah diungkapkan Ketua Panwaslu yang melanggar aturan pemilu ataupun
Kabupaten Bantul dalam pilkada 2015 pelanggaran aturan ASN. Untuk itu, ASN yang
mengatakan bahwa : ada di Kabupaten Bantul telah melanggar
Posisi ASN dalam pilkada tahun 2015 undang-undang ASN, dan juga peraturan
khususnya di Kabupaten Bantul sangat pemerintah tentang displin PNS. Keterlibatan
memprihatikan, melihat keadaan yang ASN yang dianggap Panwaslu merupakan
terjadi di lapangan bahwa sebagian dari beberapa dari kepala SKPD memang sangat
kepala SKPD banyak yang tidak netral memprihatikan. Seharusnya kepala SKPD

266
memberikan contoh yang baik kepada
bawahannya ternyata tidak pada kepala SKPD di
Kabupaten Bantul.

Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa


dari pihak BKD yang tidak mengetahui lebih
jelas persoalan yang terjadi terhadap netralitas
ini. Walaupun kasus ini dilimpahkan kepada
pihak Bupati Bantul langsung yaitu Pj. Bupati
saat itu, seharusnya ada koordinasi dengan pihak
BKD. Karena BKD memiliki visi yaitu
“pengelolaan manajemen kepegawaian yang
profeional dan handal”. Mewujudkan
manajemen kepegawaian yang lebih berorientasi
kepada profesionalisme SDM ASN yang
bertugas memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan
dan pembangunan, tidak partisan dan netral
keluar dari pengaruh semua golongan dan partai
politik dan tidak diskriminatif dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Melalui BKD, 15 orang ASN yang tidak netral
ini bisa diberikan pendidikan atau pelatihan
tentang netralitas ASN.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan


BKD dapat diketahui belum memahami
sepenuhnya Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Displin PNS. Memang
benar, bahwa ASN yang ada di Kabupaten
Bantul melakukan pelanggaran ASN sebelum
masa kampanye, namun ada juga beberapa ASN
yang melanggar pada masa kampanye. Sesuai
perundang-undangan di atas telah jelas
dikatakan bahwa maupun sebelum, selama
bahkan sesudah masa kampanye, ASN atau PNS
dilarang ikut serta atau menghadiri acara
kampanye. Apabila telah memahami undang-
undang tersebut, tentu pihak BKD tidak
mengatakan bahwa tidak ada ASN yang tidak
netral.

267
Tabel 1.1
Bentuk Pelanggaran ASN Kabupaten Bantul dalam Pilkada Serentak 2015
Waktu Tempat
No Kegiatan Acara ASN yang tidak Netral
Peristiwa Peristiwa
1. Drs. Riyantono, M.Si
(Sekretaris Daerah)
2. Drs. Masharun, MM
(Kepala Dinas Pendidikan
Menengah dan Non
Formal)
3. Drs. Fatoni
(Camat Sanden )
4. Ir. Edy Machmud
(Kepala Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten
Bantul)
5. Sigit Widodo
(Kabag Organisasi
Kabupaten Bantul)
6. Drs. Danang Erwanto
(Kabag Tapem Kabupaten
Bantul)
7. Drs. Supriyanto MM,
(Kepala BKD Kabupaten
14 Juni Bantul)
2015 Deklarasi Dukungan PDI Perjuangan yang 8. Sunarto, SH, MM
Lapangan
Jam Menggusung Hj.Sri Surya Widati dan (Asisten Administrasi
1. Trirenggo
14.00- Misbakhul Munir Sebagai Calon Bupati dan Umum)
Bantul
17.00 Wakil Bupati Kabupaten Bantul 9. Partogi Dame Pakpahan,
WIB BE, SE,M.Si.
(Kepala Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten
Bantul)
10. Drs. Supriyanto Widodo,
MT (Kepala Kantor
Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Bantul)
11. Slamet Santoso, S.IP
(Kepala Kantor
Pengelolaan Pasar)
12. Drs. Totok Sudarto, M.Pd
(Kepala Dinas Pendidikan
Dasar)
13. R. Jati Bayubroto, SH,
M.Hum
(Camat Bangutapan)
14. Dr. I Wayan Sudana,
M.Kes
(Kepala RSUD
Panembahan Senopati)
1. Drs. Supriyanto, MM
4 Agustus
Kantor DPC (Kepala Badan
2015
PDI Perjuangan Acara Syukuran SP3 Drs.HM. Idham Kepegawaian Daerah)
2. Jam
Kabupaten Samawi 2. Bambang Purwadi
20.00-
Bantul Nugroho
21.30 Wib
(Kepala Inspektorat)
Acara Merti Wayangan (Kebudayaan).
28 Dusun 1. Sunarto, SH., MM
Memberikan sambutan oleh Assek III, yang
3. Agustus Tambalan (Assek III Kabupaten
menyampaikan latar belakang calon wakil
2015 Pleret Bantul)
bupati.

268
4. 3 Bulak Balakan Acara Panen Raya, dihadiri oleh calon 1. Partogi Dame Pakpahan
September bupati Hj. Sri Surya Widati, kelompok tani, (Kepala Dinas Pertanian
2015 dan Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan dan Kehutanan)
Bantul yang melakukan acara ceremonial
potong padi.
Sumber : Data Penanganan Pelanggaran Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Bantul Tahun 2015
Panwaslu Kabupaten Bantul

Berdasarkan dari tabel di atas dan juga hasil pencalonan salah satu kandidat. Dimana
wawancara dengan ketua Panwaslu, Bapak berdasarkan hasil temuan panwaslu, kepala
Supardi bahwa berdasarkan laporan dan BKD juga terlibat pada kasus ini, yang tidak
sepengetahuan mereka tidak ada ASN yang netral pada pilkada 2015.
menjadi tim sukses salah satu kandidiat pilkada.
Namun, yang terjadi adalah adanya ASN yang ASN yang terlibat pada acara deklarasi
turut hadir dalam acara deklarasi pemenangan pencalonan sebelum masa kampanye sebenarnya
yang juga dihadiri para tim sukses. Namun telah mengetahui bahwasanya undangan resmi
panwaslu sebagai panitia pengawas yang juga yang diberikan kepada 15 ASN yang tidak netral
mendapatkan laporan ini, tidak bisa tersebut merupakan undangan dari partai politik
menindaklanjutin kasus ini, hanya saja masih karena jelas pada perihal yang terlampir dari
berupa dugaan pelanggaran yang tidak memiliki undang tersebut yaitu deklarasi pencalonan salah
bukti. Kepala BKD yang hadir pada acara satu kandidat, namun dengan alasan adanya
deklarasi pemenangan yang merupakan kegiatan undangan mereka berpendapat bahwa hal
dari tim sukses calon incumbent telah masuk tersebut tidak menganggu asas netralitas karena
masa kampanye. Sesuai aturan memang jelas menurut mereka acara deklarasi pencalonan
kepala BKD Kabupaten Bantul telah melanggar tersebut adalah sebelum masa kampanye. Dan
aturan yang berlaku dan seharusnya ASN yang terlibat pada acara deklarasi
mendapatkan hukuman displin sesuai Peraturan pemenang dari tim sukses yang telah masuk
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010. masa kampanye juga merupakan adanya
undangan namun tidak dapat diklarifikasi oleh
Kehadiran sebagian Kepala SKPD dalam acara- panwaslu karena tidak ada bukti foto atau
acara yang dihadiri oleh incumbent, mereka rekaman.
tidak menggunakan atribut partai maupun atribut
ASN, karena saat acara deklarasi ataupun acara Faktor kedekatan ASN kepada calon incumbent
syukuran di DPC PDIP merupakan hari libur, juga merupakan alasan dari ketidaknetralan.
dengan arti ASN tidak mungkin menggunakan Seperti yang dilakukan oleh kepala BKD. Beliau
atribut ASN di hari libur. Tetapi hadirnya ASN beberapa kali terlibat dalam bentuk pelanggaran
dalam acara yang bersifat berpolitik jelas ASN. Beberapa payung hukum yang telah
melanggar aturan yang telah ada, dan seharusnya menjelaskan tentang netralitas ASN dan
mendapatkan sanksi displin. ditambah dengan Surat Edaran yang dikeluarkan
Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa baik dari pusat maupun daerah tentu seharusnya
ASN yang terlibat dikarenakan adanya undangan ASN sudah jelas mengetahui dan memahami apa
resmi dari partai politik. Bukan karena adanya yang dimaksud dengan netralitas ASN.
ajakan atau arahaan dari ASN yang lain.
Undangan resmi memang ditujukan untuk D. Penutup
kepala SKPD dan perangkat desa seperti camat. 1. Kesimpulan
Kepala Bidang Pengadaan dan Pengembangan ASN yang tidak netral di Kabupaten Bantul
BKD Kabupaten Bantul, membenarkan dan belum memahami bahwa asas netralitas harus
mengetahui bahwasanya ASN yang terlibat atau tetap terjaga meskipun belum masuk pada masa
tidak netral memang mendapatkan undangan. kampanye. Sesuai aturan bahwa ASN harus
Namun dari hasil wawancara tersebut bisa tetap netral baik sebelum masa kampanye,
terlihat bahwa tidak adanya arahan dari atasan, selama, maupun sesudah masa kampanye.
yaitu Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk
menghadiri acara kampanye ataupun deklarasi Temuan dari Panwaslu Kabupaten Bantul
adanya 15 ASN yang tidak netral terjadi baik

269
sebelum masuk masa kampanye dan selama Apriyadi, Anas. 2016. Netralitas PNS Pilkada
masa kampanye. Bentuk pelanggaran yang Bantul, BKN Rekomendasikan Sanksi.
dilakukan 15 ASN tersebut adalah menghadiri Bantul: Tribunjogja.com (Diakses
deklarasi dukungan PDIP yang menggusung Tanggal 25 Oktober, Jam 21:00 WIB)
Hj.Sri Surya Widati dan Misbakhul Munir Ardinal, B. N. 2005. Pedoman Penulisan Karya
sebagai calon bupati dan wakil bupati di Ilmiah. Jakarta: Kencana.
lapangan Trirenggo; acara syukuran SP3 Beetham, D. 1990. Birokrasi. Jakarta: Bumi
Drs.HM. Idham Samawi di kantor DPC PDIP; Aksara.
Assek III yang menghadiri acara wayang di Dwiyanto, A. 2002. Reformasi Birokrasi Publik
Pleret dan menyampaikan latar belakang calon di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi
wakil bupati; acara panen raya yang menghadiri Kependudukan dan Kebijakan Universitas
calon incumbent Hj.Sri Surya Widati dan Kepala Gadjah Mada.
Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul Editorial. 2015. ASN Wajib Netral pada Pilkada
melakukan acara ceremonial potong padi di 2015. Jurnal Etika & Pemilu, 3.
Bulak Balakan. H.Purba, L. A. 2010. Netralitas Pegawai Negeri
Sipil dalam Pemilihan Kepala Daerah
2. Saran secara Langsung. Jakarta: Universitas
Setelah melakukan penelitian dan analisis Indonesia.
terhadap hasil penelitian serta memberikan Hartini, S. 2009. Penegakan Hukum Netralitas
kesimpulan, maka berikut saran-saran yang bisa Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dinamika
peneliti rekomendasikan: Hukum, 264.
a. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kepala Idhom, A, M. 2015. Panwaslu Temukan Pejabat
Daerah harus lebih intens dalam melakukan dan Perangkat Desa Dukung Inkumben.
pengawasan kepada Aparatur Sipil Negara Yogyakarta : Tempo.co (Diakses Tanggal
(ASN) di Kabupaten Bantul. 4 Mei 2016, Jam 13:20 WIB)
b. Pemerintah Kabupaten Bantul yaitu Bupati Kurnia, L. 2013. Penyelesaian Ketidaknetralan
Bantul harus memberikan sanksi yang tegas Pegawai Negeri Sipil dalam Pemilihan
Umum Kepala Daerah oleh Badan
sesuai aturan yang ada kepada ASN yang
Kepegawaian Daerah Kota Surakarta.
tidak netral agar tidak melakukan hal yang
Suralarta: Fakultas Hukum Universitas
sama lagi. Sebelas Maret Surakarta.
c. ASN di Kabupaten Bantul harus lebih Martini, R. 2010. Politisasi Birokrasi di
memahami undang-undang ASN, pemilu dan Indonesia. Jurnal Ilmu Politik, 11.
Displin PNS. Mat Zudi, d. 2012. Netralitas Pegawai Negeri
d. Kepala BKD dan Kepala Inspektorat Sipil dalam Pemilihan Kepala Daerah.
seharusnya lebih menjaga netralitas dan tidak Diponegoro Law Review, 2.
terpengaruh oleh politik. Mulyono, A. 2015. Pengembangan Kapasitas
Aparatur Sipil Negara di Daerah. JKMP
Daftar Pustaka (ISSN. 2338-445X), 19.
Albrow, M. 2007. Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Musyaqim, A. 2016. Pemkab Bantul Diminta
Wacana. Awasi 15 ASN tak Netral. Yogyakarta :
Ali Sya, B. 2005. Teknik Analisis Data Metrotvnews.com (Diakses Tanggal 20
Penelitian (Aplikasi program SPSS dan September 2016 Jam 14:25 WIB)
Teknik Menghitungnya. Jakarta Timur: Noname. 2019. Hanya Dua Pelanggaran
Universitas Muhammadiyah Kampanye Bisa Disidangkan. Bantul:
Prof.Dr.Hamka (UHAMKA). Kompas.com (Diakses Tanggal 26
Amin, L. O. 2013. Netralitas Birokrat Oktober 2016, Jam 23:30 WIB)
Pemerintahan pada Dinas Pendidikan Patria, A. 2015. Intervensi Politik dan Netralitas
Kota Makassar dalam PEMILUKADA di Aparatur Sipil Negara dalam Pemilihan
Kota Masakar (Pemilihan Walikota Umum Kepala Daerah Provinsi Lampung
Makassar Tahun 2008). Makassar: Tahun 2014. Bandar Lampung: Faklutas
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Universitas Hasanuddin. Lampung.

270
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang
Tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Pokok-Pokok Kepegawaian
menjadi Anggota Partai Politik Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Pokok-Pokok Kepegawaian
tentang Pemilihan, Pengesahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015 Tentang
Pengangkatan, dan Pemberhentian Aparatur Sipil Negara
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Watunglawar, M. N. 2015. Perwujudan Asas
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Netralitas Birokrasi dalam Undang-
Tentang Disiplin PNS. Undangn Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Rusliwa, G. S. 2005. Memahami Metode Aparatur Sipil Negara. Jember: Program
Kualitatif. Jurnal Makara Sosial Pacasarjana Universitas Jember.
Humaniora, 64. Yamin, M. H. 2013. Netralitas Pegawai Negeri
RI, Bawaslu. 2015. Memerangi Politisasi Sipil dalam Pemilihan Umum Kepala
Birokrasi. In B. RI, Buletin Bawaslu (Dari Daerah di Kabupaten Takalar. Makasar:
Bawaslu Kita Selamatkan Pemilu Bagian Hukum Tata Negara Fakultas
Indonesia) (p. 3). Jakarta: Bawaslu RI. Hukum .
(Diakses Tanggal 3 November 2016, Jam www.bawaslu.go.id (Diakses Tanggal 25
10:30 WIB) Oktober, Jam 14:17 WIB)
Suryani Bhekti. 2015. Jago Kalah, Kasus 14 www.bkd.bantul.go.id (Diakses Tanggal 29
Pejabat PNS Bantul Jalan Terus. Bantul : September 2016, Jam 12:34 WIB)
Harianjogja.com (Diakses Tanggal 14 www.dprd.bantulkab.go.id (Diakses Tanggal 26
Mei 2016, Jam:26 WIB) Oktober, Jam 18:30 WIB)
__________. 2015. Tak Netral, Lima PNS www.kpu.go.id (Berita KPU,diakses Tanggal 25
Bantul Dapat Surat Peringatan. Bantul : September 2016, Pukul 12:49 WIB)
Harianjogja.com (Diakses Tanggal 25 www.kpud-bantulkab.go.id (Diakses Tanggal 27
Oktober 2016, Jam 21:00 WIB) Oktober 2016, Jam 07:30 WIB)
Sinambela, L. P. 2014. Metode Penelitian www.panwaslu-bantul.blogspot.com (Diakses
Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Tanggal 25 Oktober 2016 Jam 13:00
Singarimbun, M. 1992. Metode Penelitian WIB.
Survey. Jakarta: LP3S.
Thoha, M. 2012. Birokrasi & Politik di
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota

271
Pemberdayaan Masyarakat dalam
Penanggulangan Kemiskinan
Yunita Mega Kristiani, Rutiana Dwi Wahyunengseh
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
yunitamegak@student.uns.ac.id, rutianadwi@staff.uns.ac.id

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Isu ini
urgen dibahas sebagai lokus kajian implementasi kebijakan sosial yang inklusif. Terlebih dalam
Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan no poverty sebagai poin pertama prioritas.
Hal ini membuktikan bahwa kemiskinan menjadi isu yang krusial. Salah satu bentuk
penanggulangan kemiskinan ditempuh melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Benarkah
pemberdayaan masyarakat efektif untuk penanggulangan kemiskinan? Teknik penggalian data
menggunakan metode literature review jurnal nasional dan internasional terakreditasi yang
memuat konten mengenai pemberdayaan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan
dengan teknik analisis konten.. . Teori yang digunaan adalah teori kemiskinan dari perspektif
ekonomi. Kajian ini menemukan temuan bahwa pemberdayaan masyarakat memiliki implikasi
terhadap penanggulangan kemiskinan yang ditinjau melalui ukuran ekonomi, meskipun ada beberapa
persoalan yang bersifat paradoks. yaitu semakin banyak program kemiskinan semakin tinggi
ketergantungan masyarakat, dan semakin kurang produktif. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut
didasarkan pada hambatan dalam implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat terkait dengan
pemerintah yang bertindak sebagai fasilitator untuk melihat sejauh mana hambatan tersebut
mempengaruhi implementasi kebijakan pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan
Kata kunci: Kemiskinan, Masyarakat Miskin, Pemberdayaan Masyarakat, Penanggulangan
Kemiskinan

A. Pendahuluan
Isu kemiskinan menjadi sebuah hal yang Bagi Negara Indonesia, kemiskinan masih
semakin krusial. Tidak bisa dipungkiri merupakan persoalan yang menjadi beban berat,
permasalahan kemiskinan telah menjadi masalah terutama dikaitkan dengan isu kesenjangan yang
internasional. Publikasi yang dirilis Bank Dunia semakin melebar antara si kaya dan si miskin.
dalam laporan Poverty and Shared Prosperity Kemiskinan dipandang sebagai
akhir tahun 2016 menunjukkan 10,7% dari ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
populasi global berada dalam jurang memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
kemiskinan. Tercatat 767 juta orang hidup di makanan yang diukur dari sisi pengeluaran
bawah garis internasional kemiskinan (BPS, 2018). Data yang dihimpun dari Badan
(Laucereno, 2017). Dengan pertimbangan bahwa Pusat Statistik (BPS) pada bulan September
kemiskinan masih menjadi problem di berbagai 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
negara di dunia ini, maka agenda pembangunan dengan pengeluaran per kapita per bulan di
berkelanjutan atau disebut dengan Sustainable bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia
Development Goals (SDGs) menyatakan no mencapai 27,76 juta orang (10,70 persen),
poverty (tanpa kemiskinan) sebagai poin berkurang sebesar 0,25 juta orang dibandingkan
pertama prioritas. Hal ini berarti dunia dengan kondisi Maret 2016 yang sebesar 28,01
bersepakat untuk meniadakan kemiskinan dalam juta orang (10,86 persen). Namun pada Maret
bentuk apapun di seluruh penjuru dunia, tidak 2017 jumlah penduduk miskin (penduduk
terkecuali Indonesia. dengan pengeluaran per kapita per bulan di

272
bawah Garis Kemiskinan) bertambah sebanyak proses pembangunan. Baik potensi internal
10.000 orang hingga mencapai 27,77 juta orang maupun eksternal dari kapasitas individu
(10,64 persen). Akan tetapi di bulan September masyarakat dan dukungan pemerintah lokal
2017 mengalami penurunan kembali sebanyak dapat meminimalkan kelemahan struktur
1,19 juta orang sehingga jumlah penduduk kelembagaan, dan peluang ekonomi terbatas,
miskin (penduduk dengan pengeluaran per terutama dalam menghadapi daya saing global.
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Indonesia adalah 26,58 juta orang (10,12 Konsep pemberdayaan masyarakat dalam
persen). Kondisi naik turunnya jumlah penduduk penanggulangan kemiskinan adalah bagaimana
miskin di Indonesia perlu mendapatkan membuat masyarakat mampu menyadari hak
perhatian khusus oleh Pemerintah. dan kewajibannya untuk memperbaiki kualitas
kehidupannya, sehingga terangkat dari
Pada dasarnya sudah banyak program yang kemiskinan. Mayrakat harus mau dan mampu
dijalankan pemerintah sebagai upaya menggunakan tenaga, pikiran dan bantuan
penanggulangan kemiskinan hingga ke daerah fasilitasi yang diterimanya untuk berproduksi,
pedesaan, namun program tersebut hanya tidak hanya mengharapkan pemberian. Oleh
menempatkan masyarakat sebagai obyek dan karena itu, sebuah bentuk pemberdayaan
bukan sebagai subyek, akibatnya masyarakat menjadi strategi prioritas dan strategi yang
kurang berpartisipasi secara aktif dalam diikuti dalam penanggulangan kemiskinan.
menggali potensi dirinya dan lingkungannya
untuk segera ke luar dari kemiskinan. Sampai Studi sebelumnya berfokus pada implementasi
saat ini efektifitas program-program model strategi pemberdayaan masyarakat
pengentasan kemiskinan yang telah diuji melalui berbagai macam program di daerah ,
cobakan pemerintah baik yang bersifat top-down serta bagaimana bentuk partisipasi masyarakat
maupun bottom-up dinilai masih belum dapat dalam pelaksanaan program pemberdayaan
berjalan dengan baik. Hal ini ditandai dengan masyarakat. Ditemukan bahwa pemberdayaan
rendahnya tingkat keberhasilan program- penting dan secara instrumental berharga untuk
program yang bersifat top-down karena keluar dari kemiskinan. Sehingga dalam hal ini
masyarakat sasaran program tidak dilibatkan pemberdayaan dapat mengoptimalkan kualitas
dalam penentuan program dan aktivitas hidup orang dalam menghadapi masalah sosial
monitoring dan evaluasi sehingga masyarakat melalui peningkatan kualitas hidup yang selaras
seperti mendapatkan hibah dari pemerintah dan dengan kebijakan pemerintah yang terkait
tidak perlu mengembalikan lagi. Program- dengan ketentuan dasar kesejahteraan
program yang bersifat bottom up juga demikian (Maisaroh & Sukhemi, 2011; Trommlerova, et
meski tingkat kegagalannya lebih rendah al., 2015; Diatmika, et al., 2017; Zain, et al.,
dibanding dengan program topdown. Dengan 2017).
demikian, dapat dikatakan bahwa program-
program pengentasan kemiskinan yang telah Studi ini akan melengkapi temuan sebelumnya
dilaksanakan belum secara signifikan mampu dengan menjelaskan bahwa pemberdayaan
menurunkan jumlah penduduk miskin. Oleh masyarakat memiliki implikasi terhadap
karena itu, diperlukan pengkajian kembali penanggulangan kemiskinan yang ditinjau
proses penentuan program-program kemiskinan melalui ukuran ekonomi. Teori yang digunakan
sebagai evaluasi efektivitas program adalah teori kemiskinan dari perspektif ekonomi
pengentasan kemiskinan yang dinilai masih (Sharp, et.al dalam (Kuncoro, 1997).
belum dapat berjalan dengan baik (Sutikno, dkk,
2010). Penyebab kemiskinan dipandang dari sisi
ekonomi, secara khusus secara mikro,
Berangkat dari kegagalan program disebabkan oleh (i) faktor kesenjangan
penanggulangan kemiskinan sebelumnya, maka kepemilian modal; (2) kesenjangan daya saing
diperlukan model strategi atau pembentukan kualitas sumberdaya manusia; (iii) kesenjangan
model program penanggulangan kemiskinan akses untuk memiliki suberdaya ekonomi
baru yang pada prinsipnya lebih menjadikan (Kuncoro, 1997; Prasetyo & Maisaroh, 2009;
masyarakat miskin sebagai subyek utama dalam Adenansi, dkk, 2015). Dari ketiga penyebab

273
tersebut masyarakatlah yang menjadi kunci masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan
penyebab kemiskinan. yang diukur berdasarkan ukuran ekonomi yaitu
menambah pendapatan, mengurangi
Teori kemiskinan menjelaskan bahwa pengeluaran, dan menambah saving atau
penanggulangan kemiskinan bergantung pada pembentukan modal bagi masyarakat miskin
teori yang digunakan. Penelitian ini mengarah yang diberdayakan.
pada teori kemiskinan individu yang
menjelaskan bahwa kompetensi individu yang B. Metode Penelitian
tidak memadai adalah karena keterbatasan fisik, Penelitian ini menggunakan metode literature
kompetensi terbatas, dan akses terbatas. Ini review yaitu menguraikan tentang teori, temuan
menyebabkan hibah sosial menjadi kurang dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari
bermanfaat dalam mengurangi kemiskinan. bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
Strategi penanggulangan kemiskinan penelitian. Serta menggunakan teknik analisis
membutuhkan penghargaan dan hukuman yang konten yang merupakan suatu teknik penelitian
mendorong pertumbuhan keinginan dan untuk menarik kesimpulan dengan
kemampuan individu untuk menjadi produktif mengidentifikasikan karakteristik-karakteristik
(Wahyunengseh, dkk, 2017). khusus suatu pesan secara subjektif dan
sistematik (Holsti dalam (Nana, 2009)).
Sedangkan pemberdayaan masyarakat yang Literature yang menjadi sumber data untuk
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah lebih dianalisis adalah jurnal nasional dan
menekankan pada proses memperoleh dan internasional terakreditasi yang memuat konten
memberikan daya kekuatan atau kemampuan mengenai pemberdayaan masyarakat dalam
dan kemandirian (empowering) kepada warga upaya penanggulangan kemiskinan.
masyarakat miskin setempat agar mampu Preposisi yang digunakan sebagai kerangka
mengenali seluruh potensi diri yang dimiliki, dasar analisis dalam penelitian ini dibangun dari
untuk menentukan kebutuhannya dan memilih asumsi teori kemiskinan. Mengacu pada teori,
alternatif pemecahan masalah terbaik yang preposisi yang digunakan sebagai kerangka
dihadapinya secara mandiri dan berkelanjutan. analisis dirumuskan sebagai berikut :(i)
(Maisaroh & Sukhemi, 2011). Tujuan dari Pemberdayaan mayarakatberdampak pada
pemberdayaan adalah untuk membentuk bertambahnya pendapatan masyarakat miskin;
masyarakat yang mandiri. Mandiri disini (ii) Pemberdayaan masyarakat mengupayakan
maksudnya adalah kemandirian dalam berpikir masyarakat miskin mampu mengurangi
lalu bertindak dan mampu mengendalikan apa pengeluaran; (iii) Pemberdayaan masyarakat
yang dilakukan. Masyarakat diberdayakan agar mampu menambah saving atau pembentukan
sadar dengan apa yang dialaminya tidak hanya modal bagi masyarakat miskin; (iv) Ada jebakan
untuk individu dari tiap masyarakat tetapi strategi pemberdayaan masyaakat semu (pseudo
masyarakat diberdayakan agar terbentuk empowerement) jika pemilihan kelompok yang
masyarakat yang aktif dan tidak apatis lagi diberdayakan didominasi kelompok aktivis
dengan kondisi sekitar. Terbentuknya warga tertentu.
masyarakat yang bertransformasi dari pasif
menjadi aktif serta kritis akan menciptakan C. Hasil Dan Pembahasan
masyarakat yang mandiri, dengan kemandirian Kemiskinan dipandang sebagai
tersebut masyarakat nantinya tidak perlu lagi ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
berpangku tangan atau mengandalkan lagi memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
bantuan pemerintah dalam mengatasi makanan yang diukur dari sisi pengeluaran
permasalahan di lingkungannya. Masyarakat (BPS, 2018). Pendekatan pembangunan yang
akan terbiasa untuk bergerak inisiatif ketika berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai
terjadi permasalahan di lingkungannya. paradigma kebijakan desentralisasi dalam
Pemerintah juga menjadi tidak terlalu terbebani penanganan masalah sosial termasuk masalah
lagi oleh permasalahan yang terjadi di kemiskinan. Pendekatan pemberdayaan
masyarakat (Adenansi, dkk, 2015). Meringkas masyarakat menyadari tentang betapa
hal tersebut dalam penelitian ini ingin pentingnya kapasitas masyarakat untuk
mengetahui bagaimana pemberdayaan meningkatkan kemandirian dan kekuatan

274
internal melalui kesanggupan untuk melakukan dari jurang kemiskinan. Hal tersebut ditempuh
kontrol internal atas sumber daya material dan dengan upaya menciptakan suatu wadah khusus
nonmaterial. sebagai tempat untuk mengembangkan usaha
sesuai potensi individu atau kelompok masing-
Sebagai upaya untuk menanggulangi masing baik berupa usaha barang atau jasa yang
kemiskinan, pemberdayaan masyarakat dapat digunakan sebagai subtitusi kebutuhan
diarahkan pada kelompok masyarakat miskin. hidup. Sehingga harapan pemerintah melalui
Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan melalui pemberdayaan dapat menekan pengeluaran dari
harmonisasi dan pengembangan sistem serta masyarakat karena telah disediakan barang atau
mekanisme dan prosedur program, penyediaan jasa subtitusi untuk pemenuhan kebutuhan
pendampingan dan pendanaan stimulan untuk mereka. Selain itu melalui potensi
mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat pemberdayaan ekonomi produktif dan ekonomi
dalam upaya menambah pendapatan untuk kreatif yang berbasis pada potensi diri dan
penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan sumber daya lokal yang mereka milikidapat
(Adenansi, dkk, 2015). Dengan praktik-praktik mengurangi beban pengeluaran masyarakat
inovatif dan pendekatan holistik dapat (Prasetyo & Maisaroh, 2009). Ini menunjukkan
membawa perubahan positif di daerah-daerah realisasi “pemberdayaan masyarakat
yang dirundung kemiskinan yang menjadi tuan mengupayakan masyarakat miskin mampu
rumah kelompok-kelompok rentan yang mengurangi pengeluaran”.
mengalami kesulitan karena kondisi sumber
daya alam dan standar hidup yang buruk. Lebih Setelah masyarakat merasa sanggup untuk
lagi kombinasi optimal teknologi informasi mencukupi kebutuhannya melalui perolehan
berusaha digunakan, melalui metode partisipatif, pendapatan dan mengurangi pengeluaran maka
untuk memberdayakan masyarakat miskin dalam tahap selanjutnya melalui pemberdayaan
mewujudkan peluang mata pencaharian yang diharapkan masyarakat mampu menyimpan
lebih baik. Dengan penggunaan teknologi pendapatan dan atau membentuk modal usaha.
mutakhir telah memberikan masukan yang Hal ini terbukti, melalui pemberdayaan
diperlukan dalam pemberdayaan masyarakat masyarakat menunjukkan hasil yang memuaskan
yang menghasilkan pelaksanaan usaha yang yaitu masyarakat yang dibina kebutuhan
sukses. (Diwakar, et al., 2008). Program- pokoknya dapat terpenuhi semakin sejahtera
program pemberdayaa fokus pada pemrograman serta memiliki harapan ke depan. Bahkan
tingkat individu dan kelompok, tetapi dengan mereka masih bisa menabung untuk keperluan
tujuan mengajarkan 'keterampilan hidup' untuk pendidikan dan kesehatan (Suyanto & Pudjianto,
membantu mengatasi berbagai pengalaman 2015). Manfaat lain yang telah dirasakan
relasional kemiskinan daripada semata-mata melalui pemberdayaan masyarakat di antaranya
melalui langkah-langkah ekonomi. Dengan kata meringankan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
lain, pemberdayaan menangani realitas material dan menambah modal usaha (Sutikno, dkk,
yang dihadapi masyarakat berpenghasilan 2010).
rendah melalui program anti-kemiskinan yang
membayangkan solusi jangka panjang (Gordon, Jaringan ekonomi strategis yang terbentuk
2013). Ini menunjukkan manifestasi dari dalam pemberdayaan masyarakat berfungsi
preposisi “pemberdayaan mayarakat berdampak untuk mengembangkan kerjasama dalam
pada bertambahnya pendapatan masyarakat mengatasi keterbatasan-keterbatasan yang
miskin”. dimiliki kelompok ekonomi satu dengan lainnya
baik dalam bidang produksi, pemasaran,
Pemberdayaan mengajarkan dan membentuk teknologi dan menambah permodalan (Wijaya,
masyarakat untuk bisa mandiri dan bertanggung 2010). Ini merupakan bentuk dari preposisi
jawab dalam kondisi yang terjadi di masyarakat Pemberdayaan masyarakat mampu menambah
serta diajak untuk berpartisipasi aktif dalam saving atau pembentukan modal bagi
proses penanggulangan kemiskinan (Ahmadi, masyarakat miskin.
2012). Masyarakat miskin juga diajarkan
bagaimana mereka mengupayakan agar Secara keseluruhan berdasarkan ketiga preposisi
kehidupan mereka semakin sejahtera dan keluar tersebut dapat dikatakan bahwa pemberdayaan

275
masyarakat mampu meningkatkan kesejahteraan Keinginan pemerintah untuk memenuhi target
masyarakat miskin yang diberdayakan. Namun indikator banyaknya kelompok pemberdayaan
dalam penelitian lain menunjukkan bahwa masyarakat menghasilkan jebakan pseudo
pemberdayaan masyarakat sebagai strategi empowerment, yaitu pemberdayaan masyarakat
penanggulangan kemiskinan belum efektif semu. Artinya , secara organisasional ada
meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat. bentuk kelompok pemberdayaannya, namun
Hasil pengamatan selama ini menujukkan secara riil isinya adalah aktivis masyarakakat
kurang berhasilnya Pemerintah membantu yang "tidak berubah", artinya sekelompok orang
masyarakat miskin meningkatkan pendapatan bisa masuk dalam berbagai kelompok yang
melalui usaha bersama, disebabkan kurangnya diklaim sebagai "kelompok masyarakat
pembinaan, bimbingan dan pengawasan (Nasila, berdaya". Pada gilirannya ini menimbulkan
2013). kelompok elit di masyarakat yang cenderung
senantiasa menjadi kelompok penerima bantuan
Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah untuk mensukseskan program pemerintah. Hal
memegang peranan penting dalam proses ini senada dnegan temuan Wahyunengseh dkk
pemberdayaan masyarakat. Sehingga dalam (2017) tentang paradoks kebijakan
pemberdayaan masyarakat terjadi pergeseran penanggulanan kemiskinan. Semakin banyak
peran pemerintah dari peran sebagai program kemiskinan semakin tinggi
penyelenggara pelayanan sosial menjadi ketergantungan masyarakat, dan semakin kurang
fasilitator, mediator, koordinator, pendidik, produktif.
mobilisator, sistem pendukung, dan peran-peran D. Penutup
lainnya yang lebih mengarah pada pelayanan Penelitian ini menemukan beberapa preposisi.
tidak langsung. Adapun peran organisasi lokal, Pertama, pemberdayaan mayarakat berdampak
organisasi sosial, LSM dan kelompok pada bertambahnya pendapatan masyarakat
masyarakat lainnya lebih dipacu sebagai agen miskin. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan
pelaksana perubahan dan pelaksana pelayanan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem
sosial kepada kelompok rentan atau masyarakat serta mekanisme dan prosedur program,
pada umumnya. Dalam posisi demikian, penyediaan pendampingan dan pendanaan
permasalahan sosial ditangani oleh masyarakat stimulan untuk mendorong prakarsa dan inovasi
atas fasilitasi pemerintah (Maisaroh & Sukhemi, masyarakat dalam upaya menambah pendapatan
2011). untuk penanggulangan kemiskinan yang
berkelanjutan. Kedua, pemberdayaan
Namun dalam implementasi kebijakan masyarakat mengupayakan masyarakat miskin
pemberdayaan masyarakat skala nasional yang mampu mengurangi pengeluaran. Potensi
direplikasi daerah masih dijumpai buruknya pemberdayaan ekonomi produktif dan ekonomi
kinerja fasilitator. Buruknya kinerja fasilitator kreatif yang berbasis pada potensi diri dan
terlihat dari ketidaksediaan melaksanakan sumber daya lokal yang mereka miliki dapat
program sesuai prosedur yang telah digariskan, mengurangi beban pengeluaran masyarakat.
bekerja secara pragmatis dengan Ketiga, pemberdayaan masyarakat mampu
mengedepankan hasil dari pada proses, dan tidak menambah saving atau pembentukan modal bagi
menjalankan peran, tugas, dan fungsinya dengan masyarakat miskin. Melalui pemberdayaan
baik sebagai pendamping masyarakat, baik masyarakat menunjukkan hasil yang memuaskan
dalam merencanakan, melaksanakan, maupun yaitu masyarakat yang dibina kebutuhan
mengevaluasi program (Muslim, 2017). Selain pokoknya dapat terpenuhi semakin sejahtera
itu dukungan pemerintah yang masih rendah, serta memiliki harapan ke depan. Bahkan
serta koordinasi antar pengelola program mereka masih bisa menabung untuk keperluan
pemberdayaan masyarakat di masing-masing pendidikan dan kesehatan. Keempat, ada
daerah belum terjalin maksimal. Sehingga hal jebakan strategi pemberdayaan masyaakat semu
tersebut menghambat dalam implementasi (pseudo empowerement)
kebijakan pemberdayaan masyarakat
(Murdiansyah, 2014). Saran bagi praktisi implementasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan berbasis
pemberdayaan masyarakat adalah

276
memanfaatkan data kesenjangan wilayah dan Gordon, E., 2013. Under-served and un-
data kemiskinan terpadu untuk menghindari deserving : Youth empowerment
pemberdayaan semu. Dengan data kemiskinan programs, poverty discourses and subject
terpadu dapat dipetakan kemajuan kelompok formation. Geoforum, Vol 50, pp. 107-
miskin dari kluster bantuan ke klaster 116.
pemberdayaan dengan lebih terintegrasi. Kuncoro, M., 1997. Ekonomi Pembangunan,
Indikator keberhasilan pemberdayaan Teori Masalah dan Kebijakan.
masyarakat perlu dikonstruksi ulang sehingga Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
lebih berorientasi pada impak ketimbang Laucereno, S. F., 2017. Berapa Banyak Orang
orientasi proses atau sekedar output formal Miskin di Muka Bumi Ini?. [Online]
organisasi. Available at:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut bisnis/d-3707627/berapa-banyak-orang-
adalah diperlukan meta analisis penelitian miskin-di-muka-bumi-ini
tentang penyimpangan atau permasalahan yang [Diakses 10 Mei 2018].
ditemuai dalam program penanggulangan Maisaroh, S. & Sukhemi., 2011. Pemberdayaan
kemiskinan berbasis pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan
masyaraakat, ditinjau dari aspek gender, Budaya Kewirausahaan Untuk
kelompok usia, dan kwilayah desa-kota. Mengurangi Pengangguran dan
Kemiskinan. JEJAK, Vol 4, Issue 1, pp.
Daftar Pustaka 23-33.
Adenansi, D., Zainuddin, M., & Rusyidi, B., Murdiansyah, I., 2014. Evaluasi Program
2015. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengentasan Kemiskinan Berbasis
Program Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus
PNPM Mandiri. PROSIDING KS : RISET Pada Program Gerdu-Taskin di
& PKM , Vol 2, Issue 3, pp. 301-444. Kabupaten Malang). Jurnal WIGA , Vol 4,
Ahmadi, R., 2012. Pemberdayaan Masyarakat Issue 1, pp. 71-92.
Miskin: Pendekatan Modal Manusia Muslim, A., 2017. Analisis Kegagalan Program
(Studi Layanan Publik tentang Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat Miskin yang dalam Membangun Kemandirian
Diselenggarakan oleh BPM-KB dan Masyarakat Miskin (Studi Kasus di
Posko 100 di Kota Surabaya). Jurnal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Administrasi Publik , Vol 10, Issue 2, pp. Jawa Tengah, dan Jawa Timur). Jurnal
16-31. Penyuluhan , Vol 13, Issue 1, pp. 79-87.
BPS, 2018. Kemiskinan dan Ketimpangan. Nana, I. S., 2009. Penelitian dan Penilaian
[Online] Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Available at: Algensindo.
https://www.bps.go.id/subject/23/kemiski Nasila, J. W., 2013. Efektivitas Program Daerah
nan-dan- Pemberdayaan Masyarakat (PDPM)),
ketimpangan.html#subjekViewTab1 Studi Tentang Penanggulangan
[Diakses 2018 Mei 11]. Kemiskinan di Kelurahan Mamboro
Diatmika, I.G.N.D., Setiawina, D., Budhi Kecamatan Palu Utara Kota Palu. Jurnal
M.K.S., Djayastra, I.K., & Suidarma, Akadmeica Fisip Untad ,Vol 05, Issue 02,
I.M., 2017. Strategy of poverty alleviation pp. 1253-1264.
in Klungkung regency : Evidence from Prasetyo, P. E. & Maisaroh, S., 2009. Model
Bali province. International Journal of Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Economic Perspectives , Vol 11, Issue 1, sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan.
pp. 442-452. Trikonomika , Vol 8, Issue 2, pp. 103-116.
Diwakar, P.G.,Ranganath, B.K., Gowrinsankar, Sutikno, E. S. S., Rumiati, A.T., & Trisunarno,
D., & Jayaraman, V., 2008. Empowering L., 2010. Pemilihan Program Pengentasan
the rural poor through EO products and Kemiskinan Melalui Pengembangan
services - An impact assessment. Acta Model Pemberdayaan Masyarakat Dengan
Astronautica, Vol 63, pp. 551-559. Pendekatan Sistem. Jurnal Ekonomi

277
Pembangunan , Vol 11, Issue 1, pp. 135-
147.
Suyanto & Pudjianto, B., 2015. Pemberdayaan
Masyarakat Menuju Desa Sejahtera (Studi
Kasus di Kabupaten Sragen). SOSIO
KONSEPSIA , Vol 5, Issue 01, pp. 340-
354.
Trommlerova, S. K., Klasen, S., & Lesmann, O.,
2015. Determinants of Empowerment in a
Capability - Based Poverty Approach :
Evidance from The Gambia. World
Development , Vol 66, pp. 1-15.
Wahyunengseh, R. D., Budiarjo., & Ansoriyah,
F., 2017. Social Accountability Pathology
in Local Poverty Coping Policy. Advances
in Social Science, Education and
Humanities Research, Vol 167, pp. 208-
212.
Wijaya, M., 2010. Kemiskinan dan
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Journal
of Rural and Development , Vol 1, Issue 1,
pp. 1-9.
Zain, I.M., Utami, W.S., & Setyawan, K.G.,
2017. Regional action plan handling of
social welfare problem in nganjuk
regency. The 2nd International Joint
Conference on Science and Technology
(IJCST), pp. 1-6.

278
Strategi Redistribusi Aparatur Sipil Negara dalam Jabatan
Fungsional Guru dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Sumba
Barat Daya
Wisber Wiryanto
Lembaga Administrasi Negara
wisberwiryanto@yahoo.com

Abstrak
Masalah yang menjadi beban pembangunan nasional Indonesia adalah distribusi Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang tidak merata. Mereka terakumulasi di Barat; sedangkan di wilayah Tengah atau Timur terjadi
kekurangan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian di daerah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) pada
semester pertama tahun 2018, dengan rumusan masalah bagaimana distribusi ASN dalam jabatan
fungsional guru dan tenaga kesehatan di daerah? Tujuan kajian untuk merumuskan strategi redistribusi
ASN di daerah. Kajian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui
studi pustaka dan metode wawancara. Hasil analisis data menunjukkan distribusi ASN dalam jabatan
fungsional guru dan tenaga kesehatan di daerah kajian dikategorikan kurang. Oleh karena itu, daerah
tersebut perlu mengembangkan strategi redistribusi ASN dari daerah lain yang berlebih, dan
mengembangkan perencanaan ASN dengan pendekatan pertumbuhan positif.
Kata kunci: Distribusi Pegawai, Strategi Redistribusi, Aparatur Sipil Negara.

Abstract
The problem that becomes the burden of Indonesia's national development is the unequal distribution of
civil state apparatus (ASN). They accumulate in the West; while in the Central or Eastern regions there is
a shortage. Therefore, the study conducted in Southwest Sumba Regency (SBD) in the first semester of
2018, with the formulation of the problem of how the distribution of ASN in the functional position of
teachers and health personnel in the region? The purpose of the study was to formulate the ASN
redistribution strategy in the regions. This study used qualitative descriptive method. Data collection was
done by library study and interview method. The result of data analysis shows the distribution of ASN in
functional position of teacher and health worker in categorized area of deficiency. Therefore, regions
need to develop ASN redistribution strategies from other areas of excess, and develop ASN planning with
positive growth approach.
Keywords: Distribution, Redistribution Strategy, Civil State Apparatus.

A. Pendahuluan
Masalah lama yang senantiasa menjadi beban Permasalahan penyebaran SDM aparatur yang
dari pembangunan nasional Indonesia adalah tidak merata ditandai dengan tingginya belanja
masalah penyebaran Sumberdaya Manusia pegawai dan ketimpangan distribusi pegawai.
(SDM) aparatur yang tidak merata karena Pertama, tingginya anggaran belanja pegawai.
menumpuk di satu pulau atau terkonsentrasi di Pertumbuhan belanja pegawai di Indonesia terus
wilayah Barat Indonesia; sedangkan di pulau semakin meningkat dari tahun ke tahun. Belanja
lainnya atau di wilayah Tengah atau Timur pegawai tersebut diperlukan untuk membiayai
Indonesia terjadi kekurangan jumlah SDM pegawai. Dalam hal ini ada ketimpangan antara
aparatur. Oleh karena itu pemerintah perlu belanja pegawai dengan belanja publik dimana
mengambil kebijakan memindahkan SDM pelanja pegawai lebih banyak dari belanja
aparatur yang jumlahnya lebih ke daerah yang publik. Ketimpangan ini terjadi di banyak
kurang melalui strategi redistribusi pegawai. daerah. Ada sebanyak 58 daerah kabupaten/kota

279
yang belanja pegawainya di atas 60 persen pegawai yang ada pada setiap instansi
(MenpanRB, 2016). Hal ini menunjukkan pemerintah (Sedarmayanti, 2009: 95).
adanya ketimpangan rasio antara belanja Sehubungan dengan hal tersebut dipandang
pegawai dengan belanja publik. Kedua, perlu melakukan kajian strategi redistribusi ASN
ketimpangan distribusi pegawai menimbulkan dalam jabatan fungsional dan tenaga kesehatan
dampak belum optimalnya kinerja PNS. di kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Ruang
Prosentase ASN saat ini 78,96 persen berada di lingkup kajian dibatasi pada distribusi pegawai
daerah, sedangkan sisanya 21,04 persen berada dalam jabatan fungsional guru dan tenaga
di pusat (Mohammad, 2016). kesehatan yang merupakan SDM aparatur yang
bertugas memberikan pelayanan dasar di daerah.
Permasalahan SDM aparatur di daerah tertinggal Daerah kajian yang dipilih adalah daerah
membutuhkan perhatian khusus dalam rangka kabupaten SBD, dengan alasan daerah tersebut
pembangunan daerah. Alasannya, daerah salah satu daerah kabupaten tertinggal.
tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah
serta masyarakatnya kurang berkembang Kajian dilakukan dengan rumusan masalah,
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala meliputi: (1) bagaimana distribusi pegawai di
nasional. Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah kabupaten SBD? dan (2) bagaimana
Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria antara strategi redistribusi pegawai di Kabupaten SBD?
lain perekonomian masyarakat, SDM, sarana Kajian dilakukan dengan tujuan untuk
dan prasarana, kemampuan keuangan daerah, mengetahui distribusi pegawai di daerah
aksesibiltas dan karakteristik daerah. Ada 122 kabupaten SBD sehingga dapat dirumuskan
daerah kabupaten yang masuk dalam daftar strategi redistribusi ASN sesuai dengan
daerah tertinggal (Perpres No. 131/2015). kebutuhan dan kondisi lingkungan daerah
kabupaten SBD.
Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan
belanja pegawai dan distribusi pegawai di B. Kerangka Teori
daerah, maka perlu dilakukan upaya pemecahan Permasalahan SDM aparatur saat ini, antara lain:
masalah. Upaya pemecahan masalah dilakukan (1) ketimpangan rasio antara belanja pegawai
dengan melakukan penataan melalui strategi dengan belanja publik, jumlah pegawai dengan
redistribusi pegawai dalam rangka pencapaian jumlah penduduk serta jumlah pegawai dengan
tujuan organisasi secara efisien dan efektif. luas wilayah. (2) ketimpangan antara kualitas
Thoha (2014: 291) menyatakan kelebihan (kompetensi) PNS dengan kebutuhan jabatan
pegawai di daerah disebabkan oleh tidak dalam organisasi atau karakteristik daerah;
diterapkannya prinsip-prinsip rightsizing, maka distribusi pegawai antar daerah yang tidak
hendaknya segera dilakukan distribusi pegawai proporsional terutama yang berkualitas; dan (3)
ke tempat-tempat yang masih membutuhkan, kurang idealnya komposisi pegawai antara
tenaga teknis dengan tenaga administrasi (TU),
sementara itu tidak ada lagi kebijakan
antara jabatan struktural dengan jabatan
penerimaan pegawai.
fungsional tertentu dan umum, serta antar
jenjang pendidikan (KemenpanRB, 2013 dalam
Strategi redistribusi pegawai menjadi penting Hayati, 2014).
dilakukan. Alasannya, SDM aparatur merupakan
unsur yang utama dalam pencapai tujuan Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang
organisasi, di samping elemen lainnya seperti Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN),
keuangan, metode, dan mesin. SDM aparatur ditegaskan bahwa setiap instansi pemerintah
memiliki kemampuan, akal pikiran serta wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
perasaan yang tidak dimiliki elemen lainnya, jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. analisis beban kerja (Pasal 56). Selanjutnya,
Strategi redistribusi pegawai berhubungan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang
dengan jumlah, komposisi dan distribusi Manajemen PNS, ditegaskan bahwa manajemen
pengembangan karier PNS, dilakukan melalui
mutasi dan/atau promosi (Pasal 177). Oleh

280
karena itu, strategi redistribusi pegawai perlu belanja pegawai di Indonesia terus semakin
mempertimbangkan kebutuhan jumlah dan jenis meningkat dari Rp 351,08 triliun tahun 2010,
jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan menjadi Rp 732,90 triliun tahun 2016. Belanja
analisis beban kerja; dan dilakukan melalui pegawai tersebut untuk membiayai ASN dengan
mutasi pegawai dan/atau promosi. prosentase saat ini 78,96 persen berada di
daerah, sedangkan sisanya 21,04 persen berada
Sektor SDM aparatur di Indonesia menghadapi di pusat (Mohammad, 2016).
permasalahan antara lain peningkatan belanja
pegawai yang semakin membengkak.
Peningkatan Belanja Pegawai: Pertumbuhan

a. Ketimpangan Belanja Pegawai.

Tabel 1.
Daerah Kabupaten/Kota dengan Belanja Pegawai di atas 60%
Kabupaten Kota
1. Bireun 11. Solok 21. Majalengka 31. Ponorogo 41. Gianyar 49. Pematang
S.
2. Karo 12. P. Pariaman 22. Pemalang 32. Pacitan 42. Bangli 50. Bukittinggi
3. Langkat 13. Tanah Datar 23. Purworejo 33. Minahasa 43. Tabanan 51. Bengkulu
4. Dairi 14. Bengkulu 24. Kebumen 34. Bitung 44. Lombok 52.Tasikmalaya
Slt. Tgh.
5. Tapanuli 15. Lampung 25. Klaten 35. Poso 45. Bima 53. Surakarta
Utara Tgh.
6. Asahan 16. Lampung 26. Sragen 36. Palu 46. Dompu 54. Palopo
Utr.
7. Serdang 17. Sumedang 27. Sukoharjo 37.Wajo 47. Maluku 55. Kendari
Bdgai. Tgh.
8. P. Sidempuan 18. Tasikmalaya 28.Karanganyar 38. Takalar 48. Polewali 56. Bima
M.
9. Agam 19, Ciamis 29. Wonogiri 39. Soppeng 57. Kupang
10. Limapuluh K. 20. Kuningan 30. Ngawi 40. Buton Tgh 58. Ambon
Sumber: MenpanRB (2016).

Ketimpangan yang terjadi adalah belanja Dengan demikian, kabupaten SBD tidak
pegawai lebih banyak dari belanja publik, mengalami ketimpangan belanja pegawai karena
permasalahan ini terjadi di sejumlah daerah. Ada belanja pegawainya lebih sedikit dari belanja
sebanyak 58 daerah yang belanja pegawainya di publik atau di bawah 40%.
atas 60 persen (tabel 1). Ketimpangan belanja
pegawai mempunyai hubungan dengan adanya b. Ketimpangan Distribusi Pegawai.
ketimpangan distribusi pegawai di daerah. Prosentase ASN saat ini 78,96 persen berada di
Apabila diperhatikan tabel 1, diketahui bahwa daerah, sedangkan sisanya 21,04 persen berada
kabupaten SBD tidak termasuk kelompok daerah di pusat (Mohammad, 2016). Untuk mengatasi
yang belanja pegawainya di atas 60%. Selain itu, pertumbuhan belanja pegawai yang semakin
data menunjukkan bahwa jumlah total realisasi meningkat, dan distribusi pegawai yang
pengeluaran pemerintah kabupaten SBD tahun timpang, maka perlu diatasi dengan melakukan
2014 sebesar Rp. 630.363.596.000. pengeluaran penataan pegawai melalui strategi redistribusi
tersebut mencakup belanja pegawai (belanja pegawai di daerah yang memiliki pegawai
tidak langsung) sebesar Rp 203.768.353.000; berlebih.
dan belanja pegawai (belanja langsung) sebesar Penataan PNS adalah suatu proses yang
Rp 41.573.392.000 (BPS-NTT, 2017), jadi sistematis dan berkelanjutan untuk memperoleh
proporsi belanja pegawai mencapai 39%. kuantitas, kualitas, komposisi dan distribusi

281
pegawai yang tepat sesuai dengan kebutuhan atau lebih (L); dan (3) tindaklanjut terhadap
organisasi, sehingga dapat mewujudkan visi dan hasil penentuan kategori jumlah pegawai,
misi organisasi menjadi kinerja nyata. Penataan dengan menerapkan cara (metode/strategi)
PNS dilaksanakan dengan cara menghitung terhadap instansi menurut hasil pengukuran
kebutuhan pegawai berdasarkan peraturan jumlah pegawainya dikategorikan kurang, sesuai
perundang-undangan; menganalisis kesenjangan atau lebih.
antara profil PNS dengan syarat jabatan; dan
Selain itu. analisis Markov (Alwi, 2001 dalam
menentukan kategori jumlah pegawai pada suatu
Meldona, 2009: 109) dapat digunakan. Analisis
instansi (K/L/D) dengan cara membandingkan
ini menggunakan teknik matematis dengan
antara hasil penghitungan kebutuhan pegawai
matrik yang menunjukkan kemungkinan
setiap jabatan dengan jumlah pegawai yang ada, terjadinya perpindahan pegawai dari satu jabatan
untuk mengetahui jumlah pegawai instansi yang ke jabatan lainnya. Analisa ini digunakan untuk
bersangkutan masuk kedalam kategori kurang, melihat distribusi pegawai pada masing-masing
sesuai, atau lebih. Kemudian melakukan langkah jabatan, dan darimana sumber kebutuhan
tindak lanjut berdasarkan kategori jumlah pegawai untuk suatu jabatan tertentu dapat
pegawai yang diperoleh (Perka BKN No. dipenuhi. Selanjutnya, dari hasil analisis
37/2011). Jadi, penataan pegawai terkait dengan tersebut, maka dilakukan strategi redistribusi
perhitungan jumlah kebutuhan pegawai, pegawai untuk mengatasi kendala SDM aparatur
penentuan kategori jumlah pegawai yang ada di daerah kajian. Apabila daerah kajian
(kurang, sesuai, atau lebih), dan tindaklanjut kabupaten SBD masuk dalam kategori daerah
terhadap hasil penentuan kategori jumlah yang jumlah pegawainya kurang, maka perlu
pegawai. melakukan strategi redistribusi sesuai kebutuhan
dan kemampuan daerah. Kajian dilakukan
dengan memilih salah satu daerah tertinggal
C. Metode Penelitian
yaitu kabupaten SBD yang termasuk dalam
Kajian dilakukan menggunakan metode
kategori kabupaten tertinggal, pada semester
deskriptif. Pengumpulan data sekunder dan data
pertama tahun 2018.
primer dilakukan melalui wawancara di daerah
penelitian. Data yang dikumpulkan berupa
distribusi pegawai kabupaten SBD. Selanjutnya,
D. Hasil dan Pembahasan
dilakukan analisis data menggunakan metode
1. Distribusi Pegawai Kabupaten Sumba Barat
analisis belanja pegawai, dan analisis kategori
jumlah pegawai, serta saran tindak lanjut sesuai Daya
kategori yang diperoleh. Pegawai kabupaten SBD pada tahun 2015
berjumlah 3.665 orang. Jumlah PNS menurut
Analisis perhitungan kebutuhan pegawai tingkat pendidikan disajikan dalam tabel 2.
dilakukan berdasarkan Peraturan Menpan dan Proporsi ini menunjukkan dominasi jumlah PNS
RB No. 26/2011 tentang Pedoman Perhitungan yang berpendidikan strata 1 mencapai sepertiga
Jumlah Kebutuhan PNS untuk Daerah; dan dari total pegawai. Artinya, tersedia cukup
Peraturan Kepala BKN No. 19/2011 tentang banyak pegawai untuk melaksanakan tugas yang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan PNS. membutuhkan keahlian. Demikian pula, jumlah
Metode analisis yang digunakan terdiri dari 3 PNS yang berpendidikan SLTA hampir
(tiga) tahapan, meliputi: (1) menghitung mencapai sepertiga dari total pegawai. Mereka
kebutuhan pegawai berdasarkan peraturan diberikan tugas teknis.
perundang-undangan dan melakukan analisis
beban kerja; (2) penentuan kategori jumlah
pegawai yang ada dengan cara membandingkan
hasil penghitungan kebutuhan pegawai dengan
jumlah pegawai yang ada untuk mengetahui
kategori jumlah pegawai kurang (K), sesuai (S)

282
Tabel 2.
Jumlah PNS menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016
Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin Total Persentase
Laki-laki Perempuan (%)
SD 31 0 31 0,97
SLTP 26 2 28 0,88
SLTA 497 532 1.029 32,23
Diploma I, II, III 335 555 890 27,87
Strata 1 628 561 1.189 37,24
Strata 2 14 12 26 0,01
Strata 3 0 0 0 0
tal 1.531 1.662 3.193 100,00
Sumber: Data diolah kembali dari Provinsi NTT dalam Angka (2017).

Tabel 3.
Jumlah PNS menurut Golongan Kepangkatan
di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2016
Golongan Jenis Kelamin Total Persentase
Kepangkatan Laki-laki Perempuan (%)
Golongan I 46 2 48 1,50
Golongan II 410 571 981 30,82
Golongan III 776 881 1.657 51,90
Golongan IV 299 208 507 15,88
Total 1.531 1.662 3.193 100,0
Sumber: Data diolah kembali dari Provinsi NTT Dalam Angka (2017).

Jumlah PNS kabupaten SBD menurut Selain itu, jumlah PNS menurut
golongan kepangkatannya, sebagaimana dinas/instansi pemerintah di kabupaten SBD
disajikan dalam tabel 3 tersebut tetapi belum termasuk PNS dalam jabatan
menunjukkan separuh dari total pegawai fungsional guru dan tenaga kesehatan,
berada pada golongan III. Artinya, sebagian disajikan dalam tabel 4. Dari data tersebut
besar menduduki golongan kepangkatan diketahui bahwa jumlah PNS paling banyak
sebagai penata yang diharapkan mampu ditempatkan pada kantor Dinas, Badan dan
melaksanakan tugas penataan yang Kecamatan, yang merupakan ujung tombak
membutuhkan keahlian. Selanjutnya, pelayanan di daerah kabupaten SBD.
pegawai golongan II ada sebanyak 30%.

Tabel 4.
Jumlah PNS menurut Dinas/Instansi Pemerintah
di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015
Dinas/Instansi Pemerintah Total
1. Dinas (15 Dinas) 517
2. Kantor (3 Kantor) 21
3. Inspektorat (1 Inspektorat) 20
4. Badan (9 Badan) 223
5. Sekretariat Daerah 78
6. Sekretariat DPRD 16
7. Sekretariat KPUD 2
8. Sekretariat Korpri 1
9. Kecamatan (11 Kecamatan) 139
10. Kelurahan (2 Kelurahan) 18
Total 1035
Sumber: Data diolah dari BKD Kabupaten SBD, dalam Kabupaten SBD Dalam Angka (2016).

283
Jumlah PNS menurut jabatan/eselonering di struktural tersebut, menunjukkan proporsi
kabupaten SBD, proporsinya, lihat tabel 5. jumlah pejabat struktural dan jumlah PNS
Berdasarkan distribusi PNS di Kabupaten SBD adalah 14,81%.
secara umum dan distribusi PNS dalam jabatan

Tabel 5: Jumlah PNS menurut Jabatan


di Kabupaten Sumba Barat Daya, Juni 2016
Eselon Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
Eselon IIa 1 - 1
Eselon IIb 30 4 34
Eselon IIIa 63 5 68
Eselon IIIb 50 24 74
Eselon IVa 169 93 262
Eselon IVb 23 11 34
Total 336 137 473
Sumber: Data diolah dari BKD Kabupaten SBD (2016) dalam Profil SBD Dalam Angka (2016).

Gambaran umum dari jumlah ASN di kabupaten fungsional guru, berdasarkan Peraturan Menpan
SBD menggambarkan jumlah pegawai secara dan RB No. 26/2011; dan Peraturan Kepala
keseluruhan dengan analisis yang lebih BKN No. 19/2011.
dititikberatkan pada data angka daripada hasil
wawancara. Namun, karena berbagai Berdasarkan peraturan tersebut, maka perlu
keterbatasan maka hasil wawancara tidak dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan tenaga
disajikan dalam artikel ini. Selanjutnya, secara Guru pada sekolah yang diselenggarakan
khusus disajikan distribusi PNS dalam jabatan Pemerintah, sehingga diketahui kepastian tenaga
fungsional guru dan tenaga kesehatan. guru yang tersedia dikategorikan kurang, sesuai
atau lebih. Contoh perhitungan tersebut, sebagai
2. Distribusi Pegawai di Bidang Pelayanan berikut: (1) Guru TK Negeri: Guru TK Negeri
Pendidikan dihitung dengan 1 orang dikalikan dengan
Distribusi pegawai di bidang pelayanan jumlah rombongan belajar yang ada di seluruh
pendidikan dapat dilihat dalam tabel 6 Sekolah TK Negeri pada Provinsi/Kab/Kota (1 x
menyajikan jumlah sekolah, murid, guru dan Jumlah rombongan belajar). (2) Guru SD
rasio murid guru di kabupaten SBD. Distribusi Negeri/SLB Negeri, meliputi: (a) Guru kelas
guru disajikan berdasarkan kelompok guru yang dihitung dengan 1 orang dikalikan dengan
mengajar pada jenjang pendidikan SD, SLTP jumlah rombongan belajar yang ada di seluruh
dan SLTA. Namun, tidak dibedakan SD Negeri/SLB Negeri pada Provinsi/ Kab/Kota
berdasarkan kelompok guru PNS, guru honorer (1 x Jumlah rombongan belajar); (b) Guru
dan swasta. Jadi, tidak diketahui berapa jumlah Penjaskes, Guru Agama dan Kepala Sekolah
guru PNS. Selain itu, yang perlu mendapat dihitung jumlah sekolah dikalikan 3 (tiga); (3)
perhatian adalah tidak adanya sekolah madrasah Guru SMP/SMU/SMK Negeri, meliputi: (a)
negeri pada setiap jenjang pendidikan baik Guru bidang studi dihitung dengan mengalikan
madrasah ibtidaiyah(MI), tsanawiyah (MTs), jumlah jam wajib mengajar dikalikan jumlah
maupun aliyah (MA). Hal ini mengakibatkan rombongan belajar dibagi 24 jam; (b) Guru
pelayanan pendidikan Islam tidak dapat Bimbingan Penyuluhan/ Konseling dihitung
diselenggarakan dengan baik. Untuk mengatasi dengan jumlah seluruh siswa dibagi 150 (jumlah
distribusi pegawai dalam jabatan fungsional siswa dibagi 150); dan (c) Kepala Sekolah
guru dan fasilitas pendidikan yang minim dihitung dengan 1 dikalikan jumlah sekolah (1x
sebagaimana telah diuraikan, maka ditawarkan jumlah sekolah).
strategi redistribusi pegawai dalam jabatan

284
Tabel 6.
Jumlah Sekolah, Murid, Guru dan Rasio Murid-Guru
di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015
Jenjang Pendidikan Rasio
Sekolah Murid Guru
Murid-Guru
1. SLTA
- SMA Negeri 6 3.984 219 18,19
- SMA Swasta 12 3.629 144 25,20
- SMK Negeri 9 3.161 216 14,63
- SMK Swasta 21 4.528 185 24,48
- MA Negeri - - - -
- MA Swasta 2 103 25 4,12
2. SLTP
- SMP Negeri 52 15.950 794 20,09
- SMP Swasta 39 7.889 381 20,71
- MTs Negeri - - - -
- MTs Swasta 2 201 24 8,38
3. SD/Sederajat
- MI Negeri - - - -
- MI Swasta 1 304 15 20,27
- SD Negeri 126 39.800 1.397 28,49
- SD Swasta 110 36.313 1.301 27,91
Sumber: Dinas Pendidikan Daerah Kabupaten SBD (2016) dalam Profil SBD Dalam Angka (2016).

3. Distribusi Pegawai di Bidang Pelayanan dalam jabatan fungsional guru, berdasarkan


Kesehatan Peraturan Menpan dan RB No. 26/2011; dan
Distribusi pegawai di bidang pelayanan Peraturan Kepala BKN No.19/2011.
kesehatan dapat dilihat dalam tabel 7,
menyajikan jumlah tenaga medis di kabupaten Berdasarkan peraturan tersebut, maka perlu
SBD. Distribusi tenaga pelayanan kesehatan dilakukan perhitungan jumlah kebutuhan
disajikan berdasarkan kelompok dokter, tenaga kesehatan pada Puskesmas dan Rumah
perawat, bidan, farmasi dan ahli gizi. Namun, Sakit Umum Daerah yang diselenggarakan
tidak dibedakan berdasarkan kelompok tenaga oleh pemerintah daerah, sehingga diketahui
kesehatan PNS, honorer dan swasta. Jadi, apakah tenaga kesehatan yang tersedia
tidak diketahui berapa jumlah tenaga dikategorikan kurang, sesuai atau lebih.
kesehatan yang PNS. Berdasarkan data yang Contoh perhitungan tersebut, sebagai berikut:
disajikan diketahui bahwa jumlah tenaga (1) RSUD Tipe D: jumlah pegawai yang
dokter, tenaga farmasi dan ahli gizi di dibutuhkan sebanyak 54 orang meliputi tenaga
kabupaten SBD sangat kurang. Hal ini kesehatan 26 orang dan tenaga non kesehatan
mengakibatkan pelayanan kesehatan tidak 28 orang. (2) Puskesmas di daerah
dapat diselenggarakan dengan baik. Untuk terpencil/tertinggal/perbatasan: jumlah
mengatasi masalah distribusi pegawai dalam pegawai yang dibutuhkan sebanyak 17 orang
jabatan fungsional tenaga kesehatan tersebut, meliputi tenaga kesehatan 12 orang dan
maka ditawarkan strategi redistribusi pegawai tenaga non kesehatan sebanyak 5 orang.

285
Tabel 7.
Jumlah Tenaga Kesehatan menurut Kecamatan
di Kabupaten Sumba Barat Daya, 2015
Tenaga Medis
Kecamatan
Dokter Perawat Bidan Farmasi Ahli Gizi
Kodi Bangedo 1 23 8 1 -
Kodi Balaghar 1 22 7 2 1
Kodi 1 27 9 2 1
Kodi Utara 1 18 8 2 -
Wewewa Selatan 1 37 11 1 2
Wewewa Barat 1 38 13 1 1
Wewewa Timur 2 27 10 0 -
Wewewa Tengah 1 27 11 2 -
Wewewa Utara 1 24 4 2 1
Loura 1 30 15 2 1
Kota Tambolaka 1 30 15 2 1
Sumba Barat Daya 12 303 111 17 8
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Barat Daya (2016) dalam Kabupaten SBD Dalam Angka (2016).

4. Strategi Redistribusi Pegawai melalui diklat dan pengayaan tugas; (4)


Kabupaten SBD merupakan daerah dengan menyusun perencanaan pengembangan pegawai;
belanja pegawai di bawah 50%. Oleh karena itu, dan (5) menyusun perencanaan pegawai untuk 5
kabupaten SBD dapat dikategorikan sebagai tahun ke depan dengan pendekatan positive
daerah yang jumlah pegawainya dapat growth.
dikategorikan tidak lebih. Dengan kata lain,
jumlah pegawainya dapat dikategorikan kurang. E. Penutup
Kabupaten SBD tidak masuk dalam daftar 1. Distribusi ASN dalam jabatan guru dan
daerah yang belanja pegawainya melebihi 60% tenaga kesehatan kabupaten SBD masuk
dari total anggaran belanja daerahnya, lihat data dalam kategori jumlah pegawainya kurang.
tabel 1. Data belanja pegawai tahun 2014 2. Untuk mengatasi jumlah pegawai yang
menunjukkan belanja pegawai di bawah 40% kurang maka pilihan strategi yang diambil
dari total anggaran belanja daerahnya, adalah melakukan penambahan jumlah PNS
sebagaimana telah disebutkan. dalam jabatan fungsional guru dan tenaga
kesehatan dalam jumlah yang sesuai dengan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas,
kebutuhan dan kemampuan daerah,
diketahui bahwa jumlah PNS dalam jabatan
sehingga pelayanan di bidang pendidikan
fungsional guru dan tenaga kesehatan di
kabupaten SBD dikategorikan kurang. Oleh dan kesehatan dapat dilaksanakan secara
karena itu, perlu dilakukan strategi redistribusi lebih baik.
pegawai berupa penambahan jumlah PNS dalam 3. Disarankan pemda kabupaten SBD perlu
jabatan fungsional guru dan tenaga kesehatan mempersiapkan strategi redistribusi
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan pegawai dengan alternatif cara: (1)
kemampuan daerah, sehingga pelayanan di redistribusi pegawai dari unit yang lebih ke
bidang pendidikan dan kesehatan dapat yang kurang; (2) penarikan pegawai yang
dilaksanakan secara lebih baik. Strategi dipekerjakan atau diperbantukan pada
redistribusi pegawai dalam jabatan fungsional instansi lain sesuai syarat jabatan; (3)
guru dan tenaga kesehatan di daerah kabupaten memberdayakan melalui diklat dan
SBD, perlu dilakukan dengan menerapkan cara pengayaan tugas; (4) menyusun
(metode/strategi) sebagai berikut: (1) distribusi perencanaan pengembangan pegawai; dan
pegawai dari unit yang lebih ke yang kurang
(5) menyusun perencanaan pegawai untuk 5
(redistribusi); (2) penarikan pegawai yang
tahun ke depan dengan pendekatan
dipekerjakan atau diperbantukan pada instansi
pertumbuhan yang positif.
lain sesuai syarat jabatan; (3) memberdayakan

286
Daftar Pustaka Thoha, M. 2014. Manajemen Kepegawaian Sipil
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumba Barat di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia
Daya. 2016. Kabupaten Sumba Barat Group.
Daya Dalam Angka 2016. Tambolaka. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
________. 2016. Profil Sumba Barat Daya Aparatur Sipil Negara.
Dalam Angka 2016. Tambolaka.
Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
Timur. 2017. Provinsi Nusa Tenggara
Timur Dalam Angka 2017. Kupang.
Hayati, DI. 2014. Perencanaan Sumber Daya
Aparatur: Studi Deskriptif tentang Sistem
Perencanaan SDM Pegawai Negeri Sipil
di Kabupaten Kediri. Jurnal Kebijakan
dan Manajemen Publik, [online] Volume
2 (1). http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-kmp32eaf91ef6full.pdf)
[Diunduh 20 Mei 2018].
KemenpanRB. 2016. Pemerintah Redistribusi
PNS di 58 Daerah Zona Merah.
https://www.menpan.go.id/site/berita-
terkini/pemerintah-redistribusi-58-daerah-
kelebihan-pns [Diunduh 20 Mei 2018].
Meldona. 2009. Manajamen Sumber Daya
Manusia: Perspektif Integratif. Malang:
UIN Malang Press.
Mohammad, Y. 2016. Wilayah Zona Merah
dengan belanja pegawai berlebih.
https://beritagar.id/artikel/berita/wilayah-
zona-merah-dengan-belanja-pegawai-
berlebih\ [Diunduh 20 Mei 2018].
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil.
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015
Tentang Penetapan Daerah Tertinggal
Tahun 2015-2019.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur dan
Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun
2011 tentang Pedoman Perhitungan
Jumlah Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil
untuk Daerah.
Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 37 Tahun 2011 tentang Pedoman
Penataan Pegawai Negeri Sipil.
_______ Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan
Pegawai Negeri.
Sedarmayanti. 2013. Reformasi Administrasi
Publik, Reformasi Birokrasi dan
Kepemimpinan Masa Depan:
Mewujudkan Pelayanan Prima dan
Kepemerintahan yang Baik. Bandung:
Refika Aditama.

287
Problematika Implementasi Kebijakan Penanggulangan
Kemiskinan
Subekhan, Rutiana Dwi Wahyunengseh
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret
subekhan@student.uns.ac.id, rutianadwi@staff.uns.ac.id

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang kemiskinan dilihat dari sisi implementasi kebijakan penanggulangannya.
Isu ini urgen dibahas sebagai lokus kajian implementasi kebijakan sosial yang inklusif. Dinamika
implementasi kebijakan penanggulangan kemiskinan ini dikaji dari teori Van Meter dan Van Horn untuk
mengetahui unsur yang memicu munculnya masalah pada variabel pelaksana dalam implementasi
kebijakan penanggulangan kemiskinan. Teknik penggalian data dilakukan melalui pendekatan studi
literatur, data yang dikumpulkan diperoleh dari hasil review jurnal ilmiah. Analisis data dilakukan dengan
cara mendeskripsikan bahasan yang dikaji dari jurnal terdahulu, kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kerangka teori dan model yang dibangun. Setelah diketahui variabel-variabel yang muncul, penulis
memilahnya dengan hanya memfokuskan pada variabel pelaksananya saja. Kajian ini menemukan bahwa
ragam persoalan yang timbul dari variabel pelaksanapaling banyakdatang dari unsur kompetensi dan
kapasitas sumberdaya pelaksana. Selain itu permasalahan terkait pelaksana juga muncul dari rendahnya
peran lembaga pengawasan, lemahnya dukungan dari pengelola program dan kurangnyakoordinasi.Saran
bagi penelitian selanjutnya penulis menganjurkan untuk mengkaji fenomena kemiskinan dari aktivitas
komunikasi antar jaringan, strategi penguatan kapasitas kelembagaan dan kompetensi sumberdaya
pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang semuanya bisa
dikaji melalui pendekatan kualitatif dengan cara turun ke lapangan.
Kata kunci: Implementor, Kebijakan Publik, Penanggulangan Kemiskinan

A. Pendahuluan Akankah target tersebut tercapai ?. Pasalnya rilis


Kemiskinan menjadi isu utama negara-bangsa di terbaru World Bank (Bank Dunia) menyebut
dunia dan setiap negara mencoba untuk mencari bahwa estimasi kemiskinan dunia mencapai
solusi dan solusi itu melahirkan berbagai 10,7% dari populasi global atau sekitar 767 juta
kebijakan (Suharto, 2013; Nurhasim, Rahman, orang hidup di bawah garis kemiskinan
Cahyono, & Wiratama, 2014). Dokumen internasional (www.worldbank.org). Sementara
Transforming Our World: The 2030 Agenda for BPS (Badan Pusat Statistik) mempublikasi data
Sustainable Development menempatkan isu bahwa pada semester akhir Tahun 2017
kemiskinan (poverty) sebagai target pertama persentase kemiskinan nasional berada di angka
dalam pembangunan berkelanjutan yang berarti 10,12%, yang artinya 26,58 juta jiwa penduduk
bahwa pada tahun tersebut dunia berkomitmen Indoneisa hidup dibawah garis kemiskian. BPS
untuk mengakhiri segala bentuk kemiskinan pada mengukurnya dari sisi kemampuan pemenuhan
tataran global. Pemerintah juga tengah kebutuhan dasar (basic needs
mengupayakan agar angka kemiskinan nasional approach)(www.bps.go.id).
terus menurun hingga mencapai single digit di
kisaran 7,0-8,0 persen pada akhir tahun 2019 Tidak mudah untuk mendefinisikan konsep
sebagaimana tertuang dalam lembaran Rencana kemiskinan karena masalah kemiskinan bersifat
Pembangunan Jangka Menengah Nasional multidimensi. Tiap disiplin ilmu memperlajari
(RPJMN) 2015-2019. kemiskinan dari sudut pandnag yang berbeda.
Sebagai contoh, ilmu ekonomi melihat
kemiskinan sebagai fenomena gap

288
antarkelompok untuk memenuhi kebutuhan Berbagai model implementasi kebijakan
dasarnya. Sementara ilmu sosiologi melihat dikemukakan oleh para ahli. Pendekatan top
kemiskinan dari dampak relasi sosia yang down digawangi oleh Nakamura & Smallwood ,
mengakibatkan adanya kelomok yang Edward III, Grindle, Mazmanian & Sabatier
terpinggirkan, sehingga mendapatkan akses menyatakan beberapa preposisi terkait
kesejahteraan yang berbeda. Pandangan lain dari implementasi kebijakan. Impementasi dipahami
ilmu politik bahwa kemiskinan sebagai akibat sebagai proses adinistrasi untuk mencapai tujuan
sistem poitik yang menciptakan yang ditetapkan. Pencapaian tujuan kebijakan
ketidakseimbangan akses pada kekuasaan ditentukan oleh kejelasan perintah atasan kepada
sehingga terjadi gap antar kelompok untuk bawahan dan bagaimana cara atasan mengawasi
memasukkan kepentingannya untuk diperhatikan para bawahan atau staf pelaksana. Oleh karena
dalam pembuatan kebijakan politik yang itu implementasi kebijakan direkomendasikan
mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. memprhatikan model yang paling sesuai untuk
(Swistantoro, 2014; Wahyunengseh dkk, 2017; mencapai sasaran kebijakan yang ditetapkan
Zhoua, et all, 2018; Muktiali, 2018). (Smith &Larimer, 2009; Winarno, 2014; Riska
dan Rostyaningsih, 2018)
Pertanyaannya, apa kaitan antara kemiskinan
dengan disiplin ilmu administrasi negara dan di Penulisan ini menggunakan model Van Meter
mana letak kontribusinya ? Ilmu administrasi dan Van Horn sebagai landasan teorinya. Van
negara memandang fenomena kemiskinan dari Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2014)
tata kelola governance, dimana salah satunya menyebutkan bahwa salah satu variabel yang
adalah dimensi proses dan implikasi kebijakan memengaruhi aktivitas implementasi adalah
publik. Kebijakan publik merupakan instrumen Characteristics of The Implementing
bagi administrator negara untuk berkolaborasi Agencies.Terkait variabel tersebut dikemukakan
dengan publik memecahkan persoalan publik pula beberapa unsur yang memengaruhinya
(public problems) untuk kepentingan publik dalam mengimplementasikan suatu kebijakan
(public interest) dengan mengutamakan nilai- yang terdiri dari: 1). Kompetensi dan kapasitas
nilai kepublikan (publicness value) (Thoha, 1984; sumber daya aparatur suatu badan, 2). Tingkat
Keban, 2004; Wahyunengseh dkk, 2012) pengawasan terhadap sub-unit dalam badan-
badan pelaksana, 3). Dukungan politik dari
Ranah kebijakan inilah yang menjadi ruang bagi lembaga legislatif maupun eksekutif, 4). Vitalitas
perspektif administrasi negara untuk turut ambil suatu badan/ lembaga/organisasi, 5). Tingkat
bagian dalam menyikapi persoalan kemiskinan. komunikasi “terbuka” yang dalam hal ini
Dilatar belakangi hal tersebut, penulis tertarik diartikan sebagai jaringan kerja komunikasi baik
untuk mengkaji kemiskinan dari sisi secara horisontal maupun vertikal secara bebas
kebijakannya. dan; 6). Kaitan formal dan informal antar badan
“pembuat keputusan” dan “pelaksana keputusan”.
Proses kebijakan publik meliputi tahapan agenda
setting, formulasi kebijakan, pengambilan B.Metode Penelitian
keputusan kebijakan, monitoring kebijakan dan Artikel ini menggunakan pendekatan studi
evaluasi kebijakan. Dalam pendekatan rasional, literatur, data yang penulis kumpulkan diperoleh
keseluruhan proses tersebut merupakan kesatuan dari (i) studi pustaka tentang implementasi
yang berkelanjutan. Namun demikian dalam kebijakan, (ii) hasil review beberapa jurnal ilmiah
praktik kebijkan, tidak dapat dilepaskan dari tentang kajian implementasi kebijakan
kultur birokrasi dan kultur masyarakat dimana penanggulangan kemiskinan. Review dilakukan
kebijakan tersebut diimplementasikan (Dunn, untuk (i) mengelompokkan variabel-variabel
2003; Kusumanegara, 2010, Nugroho, 2015, yang digunakan dalam kajian, (iii) dialog
Wahyunengseh dkk, 2017). Dampak dari argumen para peneliti, (iii) temuan preposisi yang
paradigma dikotomi politik -administrasi, dibangun atau dibuktikan dari kajian-kajian
menempatkan tahapan proses implementasi terdahulu.
kebijakan mendominasi kajian administrasi
negara. Analisis data dilakukan dengan cara
mendeskripsikan bahasan yang dikaji dari jurnal

289
terdahulu, kemudian diklasifikasikan berdasarkan
kerangka teori dan model yang dibangun. etelah Rahim dan Suryaningsih (2016) mengkaji tentang
diketahui variabel-variabel yang muncul, penulis efektifitas pelaksanaan kebijakan
memilahnya dengan hanya memfokuskan pada penanggulangan kemiskinan yang dinilai sudah
variabel pelaksananya yang kemudian dianalsis egektif. Efektifitas ini terlihat dari penyampaian
unsur yang memengaruhinya. Kesimpulan informasidan komunikasi yang cukup baik antara
didapat dari data yang telah diolah dalam bentuk pemerintah dengan kelompok sasaran. Namun
narasi dengan model Van Meter dan Van Horn demikianpermasalahannya kuota penerima
sebagai pisau analisisnya. manfaat sangat terbatas. Sedangkan Sinulinga
(2014) mengevaluasi implementasi program
C. Hasil dan Pembahasan dengan menggunakan teori Alkin yang
Kemiskinan merupakan problem kemanusiaan melihatnya dari indikator masukan (input), proses
yang menghambat kesejahteraan umat, sehingga (process), keluaran (output), indikator dampak
kemiskinan harus ditanggulangi. Berdasarkan (outcome). Problem yang dihadapi meliputi: 1).
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor Besaran dana bantuan dirasa kurang, karena
166 Tahun 2014 Tentang Program Percepatan belum mampu meningkatkan akses masyarakat
Penanggulangan Kemiskinan disebutkan bahwa miskin. 2). Akuntabilitas, transparansi dan peran
yang dimaksud dengan penanggulangan lembaga pengawasan pelaksanaan program masih
kemiskinan adalah kebijakan dan program sangat rendah.
pemerintah dan pemerintah daerah yang
dilakukan secara sistematis, terencana, dan Penelitian lainnya (Rahmawati, Sulistyowati &
bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat Herawati, 2016; Rista dan Rostyaningsih 2018;
untuk mengurangi jumlah penduduk miskin Setyaji 2016) mengkaji kebijakan
dalam rangka meningkatkan derajat penanggulangan kemiskinan dengan melihat
kesejahteraan rakyat. variabel memengaruhi proses implementasi
ditinjau dari teori Van Meter dan Van Horn.
Sejauh ini program pengentasan kemiskinan dari Akumulasi masalah yang dijumpai antara lain:
pemerintah umumnya berupa kebijakan jangka Ketegasan agen pelaksana masih terbilang belum
panjang (Gopal, 2015). Kebijakan ini nantinya maksimal, tercermin dari agen pelaksana yang
akan diimplentasikan oleh pihak yang tidak memiliki inisiatif untuk mencari informasi
berwenang. Berhasil atau tidaknya suatu program yang belum diketahui. Di samping itu, agen
di implementasikan tergantung dari unsur pelaksana juga kurang fokus dalam pelaksanaan
pelaksanaannya (Sinulingga, 2014). Penulis telah program akibat adanya tumpang tindih tupoksi.
mengumpulkan beberapa kajian terdahulu terkait Selain itu komunikasi antar pelaksana dinilai
studi implementasi kebijakan penanggulangan masih kurang sehingga koordinasi tidak berjalan
kemiskinan. Para peneliti memotretnya dari dengan baik. Masalah tersebut ditambah dengan
berbagai sisi. pendataan yang tidak valid dan besaran dana
bantuan yang dianggap terlalu kecil juga.
Wahyunengseh (2017) memadukan teori
akuntabilitas sosial dan teori agency untuk Berangkat dari teori yang berbeda dari penelitian
menjelaskan resiko patologi yang timbul dalam di atasnya (Cahyono, Hidayat, 2016; Widodo,
hal akuntabilitas sosial kebijakan Suwitri& Purnaweni, 2016) menyoroti hal yang
penanggulangan kemiskinan daerah. Temuannya sama dengan bertumpu pada model George C.
antara lain: 1). Ketidaktepatan kelompok sasaran Edwards III untuk mengetahui variabel yang
yang diakibatkan oleh opportunisme birokrasi saling berpengaruh dalam aktivitas implementasi.
(bureaucratic opportunism), 2). Penggeseran Widodo, Suwitri & Purnaweni (2016) menjumpai
pertanggungjawaban kepada publik menjadi permasalahan tidak-konsistenan terhadap
pertanggungjawaban menjalankan tugas formal, bentuk/format laporan, kurangnya jumlah
3). Adanya kecenderungan masyarakat yang personil pelaksana dan intensitas koordinasi antar
memiskinan dirinya demi mendapatkan bantuan lembaga yang dirasa masih kurang. Hidayat
kemiskinan dan; 4). Keberlangsungan (2016) melihat adanya kualitas sumber daya
program/kegiatan yang hanya bersifat temporer manusia yang rendah serta kurangnya pegetahuan
dan artifisial. petugas/aparatur seputar program. Sedangkan

290
Cahyono, menemukan hambatan berupa Tabel 1. Problematika Implementator
kurangnya komunikasi yang terjalin, kurangnya Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
dukungan dari pengelola program dan
implementor program kurang bijaksana. No. Unsur Ragam Permasalahan
1. Kompetensi dan a. Ketidaktepatan dalam
Implementasi teknologi informasi dalam kapasitas menentukan kelompok
kebijakan diakui meningkatkan efektivitas sumber daya sasaran
pencapaian hasil. Namun demikian dalam aparatur suatu b. Kurangnya inisiatif
konteks kebijakan penanggulangan kemiskinan badan untuk mencari informasi
ditemukan beberapa paradoks. Hal ini ditemukan yang belum diketahui
dari kajian Wahyunengseh (2017) yaitu (i) c. Kurang fokus dalam
Penerapan ICT tidak serta merta menghasilkan pelaksanaan program
dalam pelayanan kelompok miskin yang d. Kurangnya jumlah
demokratis, ketika dominasi kultur patriarkhi personil
birokrasi masih dominan; (ii) kooptasi birokrasi e. kultur orientasi formal
dan public untrust memicu lahirnya pseudo e- prosedural
f. Kurangnya pengetahuan
governance. Tata nilai transparansi dan dapat
petugas/aparatur seputar
dipercaya merupakan fondasi prioritas untuk
program.
relasi pemerintah dan warga berbasis ICT. Faktor
2. Tingkat Rendahnya peran lembaga
kultural dan struktural berperan penting dalam
pengawasan pengawasan
efektivitas pemanfaatan data dan informasi terhadap sub-
kemiskinan berbasis teknologi informasi alokasi unit pelaksana
bantuan sosial kemiskinan supaya tidak 3. Dukungan Kurangnya dukungan dari
berpeluang menguatkan hubungan "patron- politik dari pengelola program
client". Kajian lanjut ynag direkomendasikan lembaga
adalah dampak penerimaan program legislatif
penanggulangan kemiskinan pada kelompok maupun
yang memiliki relasi dekat dengan kader partai eksekutif
politik. Rekomendasi lainnya mengembangkan
sinkretisasi media tradional, forum warga, dan 4. Vitalitas suatu Jebakan akuntabilitas
badan/lembaga/ formal dalam
aplikasi ICT untuk mereduksi bias patologisnya.
organisasi mengimplementasikan
kebijakan (Patologi
Pemaparan di atas menunjukan fakta bahwa akuntabilitas)
implementasi kebijakan penanggulangan (Wahyuningsih dkk, 2017)
kemiskinan masih dihadapkan pada beberapa 5. Tingkat Koordinasi antar lembaga
masalah yang datang dari berbagai ranah. komunikasi yang masih kurang
Namun, setelah penulis memilahnya dengan atau jaringan
hanya memfokuskan pada variabel pelaksananya kerja
saja didapatilah data kompilasi yang komunikasi
menampilkan unsur-unsur yang memicu 6. Kaitan formal Jebakan akuntabilitas
dan informal formal dalam
munculnya problematika pada variabel pelaksana
antar badan mengimplementasikan
sebagaimana dipaparkan pada tabel 1 di bawah
“pembuat kebijakan (Patologi
ini. keputusan” dan Akuntabilitas Sosial)
“pelaksana Wahyuningsih dkk, 2017)
keputusan”
Sumber: Analisis Peneliti, 2018

D. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa dalam implementasi kebijakan
penanggulangan kemiskinan ragam persoalan
yang timbul dari variabel pelaksana paling
banyak datang dari unsur kompetensi dan

291
kapasitas sumberdaya pelaksana. Selain itu Daftar Pustaka
permasalahan terkait pelaksana juga muncul dari Badan Pusat Statistik.(2018, Januari 3). Badan
rendahnya peran lembaga pengawasan, Pusat Statistik. Dipetik Juni 10, 2018, dari
kurangnya dukungan dari pengelola program dan www.bps.go.id :
koordinasi antar lembaga, pengaruh kultur https://www.bps.go.id/statictable/2014/01/
prosedural dan formaliusme birokrasi, hingga 30/1494/jumlah-penduduk-miskin-
resiko patologi akuntabilitas sosial. persentase-penduduk-miskin-dan-garis-
kemiskinan-1970-2017.html.
Preposisi yang dibangun dari kajian ini sebagai
Badan Perencanaan Pembangunan Nasioal
berikut:
Republik Indonesia. 2015. Buku I Agenda
1. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh
Pembangunan Nasional Rencana
faktor teknis dan faktor kultural yang dimiliki
Pembangunan Jangka Menengah Nasional
oleh aparatur dari organisasi pelaksana; 2015-2019.
2. Implementasi kebijakan penanggulangan Departement of Economics and Social Affairs of
kemiskinan dipengaruhi oleh kemampuan United Nations. (2015, Oktober 21).
aparatur, lingkungan sosial, budaya, dan Departement of Economics and Social
kebijakan politik lokal; Affairs of United Nations. Dipetik Mei, 06,
3. Implementasi kebijakan dipengaruhi oleh 2018, dari sustainabledevelopment.un.org :
aktivasi mekanisme akuntabilitas di https://sustainabledevelopment.un.org/post
lingkungan kebijakan, baik akuntabilitas 2015/transformingourworld.
formal maupun akuntabilitas sosial. Dunn, W. 2003. Analisis Kebijakan Publik.
4. Implementasi kebijakan penanggulangan Yogyakarta: Gadjah Mada University
kemiskinan dalam bentuk bantuan kemiskinan Press.
memberikan insentif untuk memperkuat Gopal, P. S., & Malek, N. M. 2015. Breaking
Away from the Cycle of Poverty: The Case
kemiskinan jika tidak diimbangi oleh
of Malaysian Poor. The Social Science
mekanisme sangsi atau tuntutan
Journal, Vol. 52, h. 34–39.
pertanggungjawaban.
Keban, Y. T. 2014. Enam Dimensi Strategis
5. Implementasi kebijakan penanggulangan Administrasi Publik: Konsep, Teori dan
kemiskinan menghasilkan beberapa peluang Isu. Yogyakarta: Gava Media.
patologi akuntabilitas sosial. Kusumanegara, S. 2010. Model dan Aktor dalam
Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Saran praktis yang dapat penulis sampaikan yaatu Penerbit Gava Media.
agar kiranya dilakukan penguatan kapasitas Muktiali, M. 2018. Policy Analysis of Poverty
(capacity building)guna meningkatkan Alleviation in Semarang City Using
kompetensi para implementor kebijakan. Adapun Spatial and Sectoral Approach. IOP Conf.
cara yang bisa ditempuh diantaranya dengan Series: Earth and Environmental Science.
menambah jumlah personil jika dirasa kurang Vol. 123, h. 1-12.
dan memberikan pembekalan materi yang lebih Nugroho, R. 2015. Kebijakan Publik di Negara-
mendalam. Harapannya bisa melahirkan Negara Berkembang. Yogyakarta: Pustaka
implementor yang bukan sekadar mau tetapi juga Pelajar.
mampu mengimplementasikan Nurhasim, M., Rahman, A. R., Cahyono, H., &
kebijakan/program/kegiatan sebsgaimana yang Wiratama, R. T. (2014). Model Kebijakan
dimaksudkan oleh para policy maker. yang Memihak Kelompok/ Orang Miskin
Berbasis Good Governance. Jakarta: LIPI
Sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya, Press.
penulis menganjurkan untuk mengkaji fenomena Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
kemiskinan dari strategi penguatan kapasitas 166 Tahun 2014 Tentang Program
kelembagaan, kompetensi sumberdaya pelaksana, Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.
serta komunikasi antar jaringan, dalam Rahim, A. A., & Suryaningsih, M. 2016.
implementasi kebijakan penanggulangan Implementasi Kebijakan Kartu Jakarta
kemiskinan. Pintar di SMP Negeri 144 Jakarta. Journal

292
of Public Policy and Management Review, Penanggulangan Kemiskinan Daerah.
Vol. 5, No. 4, h. 1-14. Spirit Publik Vol. 12, No. 2, h 32-4.
Rahmawati., Sulistiyowati., & Herawati, R. N. Wahyunengseh, R.D., Mulyono, A. 2016. ICT
2016. Implementasi Kebijakan Beasiswa and Pseudo E-Governance Trap — A Case
Bidikmisi Tahun 2010 – 2014 (Studi Study of “SMS Pandan” and “ULAS” in
Penelitian di Universitas Diponegoro dan Surakarta City. In ICoSaPS Conference
Universitas Negeri Semarang). Journal of Proceedings The 3rd International
Politic and Government Studies, Vol. 5, Conference on Social and Political Science
No. 4, h. 1-17. “The Impact of Information Technology,
Sinulingga, R. 2014. Implementasi Program Volume 2017. KnE Social Sciences,
Bantuan Siswa Miskin Bagi Siswa SMA indexing by Web of Science.
Negeri di Kota Binjai. Perspektif, Vol. 7, Winarno, B. 2014. Kebijakan Publik.
No. 1, h. 254-270. Yogyakarta: Center of Academic
Smith, K.B., Larimer, C.W. 2009. The Public Publishing Services.
Policy Theory Primer. USA: Westview World Bank. (2018, April 11). World Bank.
Press. Dipetik Juni 10, 2018,
Suharto, E. 2013. Kemiskinan dan Perlindungan dariwww.worldbank.org:
Sosial di Indonesia. Bandung: Alfabeta. http://www.worldbank.org/en/topic/povert
Swistantoro. 2014. Pembasmian Kemiskinan: y/overview.
Perspektif Sosiologi - Antropologi. Zhoua, Y., Guoa, Y., Liua, Y., Wua, W., & Lia,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Y. 2018. Targeted Poverty Alleviation and
Thoha, M. 1984. Dimensi-Dimensi Prima Ilmu Land Policy Innovation: Some Practice
Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali. and Policy Implications from China. Land
Wahyunengseh, R. D., Budiarjo. & Ansoriyah, F. Use Policy, Vol. 74, h. 53–65.
2017. Social Accountability Pathology in
Local Poverty Coping Policy. In Advances
in Social Science, Education and
Humanities Research, Volume 167, pp.
208-212.
Wahyunengseh, R.D., Hartanto, R.V.P.,
Hastjarjo, S. 2012. Public Governance.
UNS Press.
Wahyunengseh, R.D., Julianingrum, M.,
Hastjarjo, S., & Mulyanto. 2017. Patologi
Akuntabilitas Sosial dalam Kebijakan

293
Piil Pesenggiri Sebagai Nilai bagi Reformasi Birokrasi
Yulianto, Nana Mulyana dan Simon S.Hutagalung
Departemen Administrasi Publik, Universitas Lampung
yulianto@fisip.unila.ac.id, nana.mulyana@fisip.unila.ac.id, simon.sumanjoyo@fisip.unila.ac.id

Abstrak
Reformasi di negara-negara berkembang dilakukan dengan mendorong perubahan struktural, sedangkan
perubahan budaya adalah elemen yang mengikat dan menguatkan. perubahan. Perubahan budaya dapat
mengadopsi nilai-nilai lokal yang telah terintegrasi sebagai norma kehidupan masyarakat. Studi kualitatif
ini menguji kemampuan nilai-nilai lokal di Provinsi Lampung, yaitu Piil Pesenggiri untuk menghadapi
reformasi budaya yang masih merupakan isu utama. Penelitian dilakukan melalui studi longitudinal dan
mencakup provinsi Lampung dengan memilih informan dari para pemimpin birokrasi pemerintah daerah
dan pemimpin adat. Data dikumpulkan melalui wawancara, dokumentasi, observasi dan diskusi kelompok
fokus, setelah itu analisis dilakukan dengan menggunakan model analisis data interaktif. Selain itu,
analisis statistik sampel berpasangan digunakan untuk menguji model reformasi budaya.
Analisis penerapan model reformasi birokrasi berdasarkan kearifan budaya lokal di Biro Organisasi
Provinsi Lampung dilakukan melalui komponen-komponen model reformasi birokrasi dengan dua jenis
kelompok responden, yaitu: 1) Responden kunci/ kepala bidang institusi, dan (2) responden dari aparatur.
Dari hasil pengujian pada kedua jenis responden menggunakan statistik berpasangan sampel diketahui
jika komponen dan strategi model reformasi birokrasi berbasis lokal dapat meningkatkan efektifitas
pelaksanaan model reformasi birokrasi.
Kata kunci: Reformasi Budaya, Nilai Lokal, Kearifan Lokal.

Abstract
Reform in developing countries is done by encouraging structural change, while cultural change is a
binding and reinforcing element. change. Cultural change can adopt local values that have been integrated
as the norms of community life. This qualitative study examines the ability of local values in Lampung
Province, namely Piil Pesenggiri to face cultural reform which is still the main issue. The study was
conducted through a longitudinal study and included Lampung province by selecting informants from
local government bureaucratic leaders and adat leaders. Data were collected through interviews,
documentation, observation and focus group discussions, after which the analysis was performed using an
interactive data analysis model. In addition, paired sample statistical analyzes were used to test cultural
reform models.
The analysis of the application of bureaucratic reform model based on local cultural wisdom in Lampung
Province Organizational Bureau is done through the components of the bureaucratic reform model with
two types of respondent groups, namely: 1) Respondent key / head of institution, and (2) respondents from
the apparatus. From the test results on both types of respondents using paired paired statistics known if the
components and strategies of local-based bureaucratic reform model can improve the effectiveness of the
implementation of bureaucratic reform model.
Keywords: Cultural Reform, Local Value, Local Wisdom.

A. Pendahuluan kondisi geografis dalam arti luas. Kearifan lokal


Dalam disiplin ilmu sosial yang dikenal sebagai adalah produk budaya masa lalu yang harus
genius lokal yang menurut Gobyah (2003) selalu digunakan sebagai pegangan kehidupan.
adalah kebenaran yang telah mentradisi atau
mantap di suatu daerah. Kearifan lokal adalah Meskipun nilai lokal tetapi nilai yang
perpaduan nilai-nilai suci dari firman Allah dan terkandung di dalamnya dianggap sangat
berbagai nilai. Kearifan lokal terbentuk sebagai universal. Menurut Caroline Nyamai-Kisia
keunggulan budaya masyarakat lokal dan (2010) dalam Gulfa (2016), kearifan lokal

294
adalah sumber pengetahuan yang terorganisir menutup kemungkinan asimilasi dan akulturasi
secara dinamis, dikembangkan dan dilanjutkan antara birokrasi dengan budaya masyarakat.
oleh populasi tertentu yang terintegrasi dengan
pemahaman mereka tentang alam dan budaya Dalam posisi seperti itu, budaya yang
sekitarnya. Dalam kearifan lokal, juga terkandung dalam masyarakat merupakan energi
mengandung kearifan budaya lokal. Kearifan potensial yang dapat mendorong pencapaian
budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal reformasi birokrasi. Mengenai hubungan antara
yang telah begitu menyatu dengan sistem budaya dan reformasi birokrasi dijelaskan oleh
kepercayaan, norma, dan budaya dan Bowornwathana (2007), sebagai berikut; Ada
diekspresikan dalam tradisi yang telah lama tiga peran utama yang dapat dimainkan oleh
dipegang. Norma dan nilai-nilai yang faktor budaya. Pertama, budaya pemerintahan
terkandung dalam masyarakat-masyarakat ini bertindak sebagai variabel intervening. Banyak
menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem upaya reformasi di seluruh dunia gagal karena
birokrasi yang terus bertumbuh pada kesatuan budaya pemerintah menghambat keberhasilan
komunitas. Budaya dengan isi kearifan lokal reformasi dengan menghasilkan hibrida
menjadi bagian dari hidup bersama dengan reformasi yang buruk atau buruk. Ketika
sistem nilai lainnya. pembaruan inovasi dipilih, faktor budaya tidak
dipertimbangkan secara serius. Kedua, budaya
Moendardjito (dalam Ayatrohaedi, 1986: 40-41) pemerintah dapat menjadi variabel dependen.
menyatakan bahwa potensi unsur budaya daerah Tujuan mendasar dari pembaruan tata
sebagai genius lokal karena sudah teruji pemerintahan adalah untuk akhirnya mengubah
kemampuannya bertahan hingga sekarang. budaya pemerintah masyarakat. Oleh karena
Karakteristiknya adalah; (1). Mampu bertahan itu, reformasi tidak dapat berhasil sampai
melawan budaya luar, (2). Miliki kemampuan prakarsa reformasi akhirnya mengubah ciri-ciri
untuk mengakomodasi unsur-unsur budaya budaya dasar pemerintah. Sejak perubahan
eksternal, (3). Memiliki kemampuan untuk budaya pemerintah membutuhkan waktu yang
mengintegrasikan unsur budaya eksternal ke lama, ada perasaan putus asa dalam melakukan
dalam budaya pribumi, (4). Memiliki reformasi. Semakin banyak reformasi
kemampuan untuk mengendalikan, dan (5). diperkenalkan, semakin banyak hal yang tetap
Mampu memberi arahan pada perkembangan sama. Ketiga, budaya pemerintah melakukan
budaya. peran variabel independen yang mempengaruhi
proses dan hasil reformasi tata pemerintahan.
Budaya birokrasi yang berkembang di suatu
wilayah tertentu tidak dapat dipisahkan dari Tiga peran utama ditekankan pada urgensi
budaya dan lingkungan sosial yang reformasi birokrasi yang mempertimbangkan
mengelilinginya. Lingkungan sosial masyarakat aspek budaya. Perubahan budaya birokrasi akan
memiliki sistem norma, sistem nilai, sistem membentuk hubungan pengaruh timbal balik
kepercayaan, kebiasaan, dan bahkan pandangan yang mempengaruhi budaya hidup di
dunia yang telah dipahami oleh anggota masyarakat. Dalam posisi, budaya yang hidup
masyarakat sebagai sesuatu yang baik dan benar. dalam masyarakat dalam bentuk beberapa
Sistem norma dan nilai diakui sebagai panduan bentuk kearifan lokal juga dapat mendorong
atau referensi dalam berperilaku dan berperilaku reformasi birokrasi yang lebih efektif. Oleh
untuk warga negara. Karena itu, budaya karena itu tulisan ini akan membahas tentang
masyarakat dan budaya birokrasi adalah dua hal adopsi kearifan lokal dalam upaya reformasi
yang selalu mewarnai kehidupan para birokrasi. Kearifan lokal yang dimaksud adalah
anggotanya, hanya aplikasinya yang berbeda. nilai budaya masyarakat adat suku Lampung
Birokrasi dan sistem yang dikembangkan di yang telah diturunkan menjadi acuan perilaku
alam akan berinteraksi dengan lingkungan sosial dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
budaya masyarakat di mana birokrasi Adopsi kearifan lokal telah menghasilkan model
beroperasi. Birokrasi bukanlah organisasi yang reformasi birokrasi dan pada tahap-tahap
beroperasi dalam ruang hampa, tetapi selalu dan selanjutnya diuji ke beberapa kelompok sasaran
terus menerus ada proses penarik agar tidak mode. Dengan demikian masalah yang akan
ditinjau adalah; (1). Apakah model dapat secara

295
efektif menerima dan mendorong reformasi dan tindak lanjut untuk mengetahui
birokrasi ?, (2). Apakah strategi implementasi perkembangan wawasan yang diberikan. Pada
model dapat diterima oleh kelompok sasaran?, topik penerimaan strategi penerapan reformasi
(3). Apa implikasi potensial penerapan model birokrasi diukur dengan menggunakan metode
terhadap reformasi birokrasi kepada pemerintah wawancara dimana hasilnya berupa kata-kata
daerah? dan kalimat dan tidak dapat dilecehkan
B. Metode Penelitian mengingat sifat subyektifnya.
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kombinasi pendekatan Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner,
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini juga wawancara dan diskusi terfokus. Informan yang
merupakan penelitian dengan menggunakan terlibat terdiri dari tiga level organisasi
metode eksperimen, yaitu metode penelitian pemerintah. Ada dua metode analisis data yang
yang dilakukan dengan memberikan manipulasi digunakan dalam penelitian ini adalah t-test dan
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh analisis deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan
manipulasi terhadap perilaku yang diamati dengan menggunakan uji beda t-sample
(Latipun, 2004: 15). Sebagai sampel, ditentukan berpasangan. Uji sampel berpasangan
secara purposive instansi pemerintahan yang terdiferensiasi digunakan untuk menguji dua
representatif untuk penelitian ini, yaitu 3 sampel berpasangan, apakah mereka memiliki
instansi; Badan Kepegawaian Daerah dan arti yang berbeda secara signifikan atau tidak
Balitbangda serta Kecamatan Buay Bahuga (Winarsunu, 2002).
Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Dari
ketiga instansi itu diundang 6 hingga 7 informan C. Hasil dan Pembahasan
yang merupakan aparatur utusan instansinya. 1. Model Reformasi Birokrasi Berdasarkan
Penelitian ini menggunakan desain quasi Kearifan Lokal
eksperimental, desain eksperimental di mana
pengacakan tidak diterapkan dalam meneliti Dalam model adopsi nilai-nilai lokal reformasi
hubungan kausal. Dalam penelitian ini, satu birokrasi pemerintah daerah dipilih pendekatan
kelompok desain jenis pre test dan post test yang bersifat mendamaikan sebagai strategi
digunakan. Desain satu kelompok pre test dan implementasinya. Pendekatan ini dipilih karena
post test design adalah desain eksperimental memberikan perubahan arah untuk efektivitas
yang hanya menggunakan satu kelompok yang lebih baik (Cloutier, et al., 2015), serta
subyek (satu kasus) dan melakukan pengukuran pola-pola hukum formal yang diadopsi secara
sebelum dan sesudah perawatan subjek, tetapi damai untuk meminimalkan konflik yang dapat
sampel ditentukan oleh non-acak (Latipun, menggagalkan perubahan dalam budaya dan
2004: 82). Desain eksperimen dapat kebiasaan birokrasi (Paffarini, 2016) . Dalam
digambarkan sebagai berikut: rangka memberikan tingkat keberhasilan yang
lebih besar maka semua tahapan perubahan
Non R O1 → (X) → O2 budaya Bates dapat diterapkan (Goebel, 2016).
Penjelasan: Ketika dipahami sebagai seperangkat nilai-nilai
O1 : Pretest (Konsep Reformasi Birokrasi yang bertujuan untuk mereformasi birokrasi
Berdasarkan Kearifan Lokal) budaya, maka dapat disusun model adopsi nilai-
X : Perlakuan (Diskus) nilai lokal bagi reformasi birokrasi sebagai
O2 : Postest (Konsep Birokrasi) Reformasi berikut:
Berdasarkan Kearifan Lokal)

Pada tes Pra semua subjek diminta untuk


mengisi kuesioner dan diberikan pertanyaan
melalui teknik wawancara. Setelah kuesioner
dan wawancara telah selesai, subjek penelitian
diperlakukan melalui diskusi. Setelah
serangkaian diskusi diberikan maka akan
dilakukan data kedua (post test) baik tentang
reformasi birokrasi dan adopsi kearifan lokal

296
Piil Pesenggiri Adoption Description Peace Way Approach
Performance (conciliative
Work hard approach)

Nemui Nyimah Achievement collaborative


Local
Sense of belonging formulation
Values
(Lampung) Together
Nengah Nyappur Courtesy / Behavior
Win-Win
Job Knowledge &
approach
Sakai Sambaian Expertise
integrative
Responsible and
accountable

Communication and

Directions
Application:
Bureaucracy Culture
Reform Draft Work Ethic

Draft Guidelines for

Gambar 1. Model reformasi birokrasi Berdasarkan Kearifan lokal di Provinsi Lampung

Model tersebut mengindentifikasi prinsip-prinsip benturan antara budaya lokal dan tuntutan
pokok yang dapat dioperasionalkan kedalam perubahan. Selanjutnya, nilai-nilai budaya lokal
kinerja organisasi dan pegawai. Dari merupakan sumber utama bagi kebijaksanaan
indentifikasi itu, kemudian dibuat suatu lokal sebagai pedoman moral dalam pemecahan
mekanisme adopsi dan aplikasinya dengan masalah ketika budaya menghadapi pertumbuhan
pendekatan jalan damai guna meminimalkan antagonis dari kepentingan kelompok. Sebagai
terjadinya potensi konflik dan memudahkan contoh pada kehidupan masyarakat lokal, proses
terserapnya prinsip nilai tersebut. Wujud konkret kompromi budaya selalu memperhitungkan
dari penciptaan desain prinsip nilai dan elemen budaya lokal ketika dihadapkan dengan
mekanisme adopsi tersebut diarahkan kedalam budaya baru. Unsur-unsur dipertimbangkan,
bentuk rancangan etika kerja dan rancangan disortir dan dipilih yang relevan dan mana yang
pedoman kinerja. Rancangan etika kerja pada kontradiktif. Hasilnya selalu menunjukkan
dasarnya mengatur tentang aspek personal dan kompromi yang elegan, setiap elemen
hubungan sosial antar pegawai dalam suatu mendapatkan tempatnya dan muncul dalam
organisasi. Adopsi etika kerja ini membutuhkan bentuk barunya sebagai kesatuan yang harmonis.
konsistensi dan keteladanan guna mencapai
keberhasilan yang optimal. Sementara rancangan Tentu saja implementasi dari model tersebut
pedoman kinerja dapat diintegrasikan kedalam yang harmonis tidak lepas dari kompromi yang
mekanisme penghargaan dan hukuman yang menyentuh kepentingan berbagai pihak.
diberlakukan kepada pegawai maupun Kepentingan-kepentingan ini sangat luas
organisasi, sehingga pencapaian keberhasilannya cakupannya, tetapi secara garis besar mencakup
akan lebih terkendali. Namun demikian, berbagai masalah yang berkaitan dengan
penerapan pedoman kinerja ini memerlukan kelangsungan hidup manusia, terutama yang
konsistensi dan pengendalian yang jelas, utama dan praktis. Pembuat kebijakan harus
sehingga dapat terjaga daya adopsi prinsip nilai dapat memilah dan memilih proses kompromi
yang dikehendaki. yang menguntungkan semua pihak, kemudian
menangani, mengatur, menindaklanjuti arah
Dalam proses kompromi budaya, kearifan lokal perubahan kepentingan untuk tetap dalam prinsip
tidak hanya berfungsi sebagai filter ketika ada keberlanjutan.

297
2. Hasil Pemeriksaan Pelaksanaan Model dari skala yang memiliki aspek: pengetahuan,
a. Hasil pra tes dan subyek pasca tes penerimaan, dan penghargaan. Sedangkan
dalam organisasi daerah analisis penerimaan strategi implementasi model
Deskripsi data yang diperoleh dari pengukuran diperoleh dari wawancara yang mencakup aspek
skala konsep reformasi birokrasi berdasarkan positif dari diri internal, aspek positif dari diri
kearifan lokal dan wawancara untuk masing- eksternal, dan rencana masa depan untuk
masing mata pelajaran, yaitu pada saat pre-test, pengembangan diri. Berikut ini adalah data dari
post test, dan mengikuti. Pretest dilakukan organisasi regional terpilih:
sebelum diskusi, post test dilakukan setelah 1) Badan Kepegawaian Daerah Provinsi
diskusi, dan pengukuran tindak lanjut dilakukan Lampung
satu bulan setelah post test untuk mengetahui Berdasarkan perhitungan skala konsep reformasi
seberapa kuat dampak positif diskusi yang birokrasi berdasarkan kearifan lokal diperoleh
melekat pada subjek penelitian. Analisis skala skor total masing-masing subjek pada saat
konsep reformasi birokrasi berdasarkan kearifan pretest dan posttest sebagai berikut:
lokal didasarkan pada skor total yang diperoleh

Tabel 1.
Pra Tes dan Pasca Tes Konsep Reformasi Birokrasi Berdasarkan Kearifan Lokal di Badan
Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Lampung

Nama Subyek Pretest Uji Pos

Total Skor Kategori Total Kategori


AA 103 Sangat Tinggi 114 Sangat Tinggi
AF 83 Tengah 109 Sangat Tinggi
FUR 77 Tengah 98 Tengah
ARS 109 Sangat Tinggi 110 Sangat Tinggi
SR 67 Tengah 104 Sangat Tinggi
SP 90 Tinggi 100 Tinggi

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa semua Untuk mengetahui efektifitas model dalam
subjek mengalami peningkatan selama tes pos, pretest, posttest, dan tindak lanjut pada
jika dibandingkan dengan hasil pretest. Jadi kelompok subjek BKD Provinsi Lampung
dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan digunakan uji statistik non parametrik. Hasil tes
konsep reformasi birokrasi berdasarkan kearifan pretest dan post test di BKD Provinsi Lampung
lokal pada kelompok subjek BKD Provinsi diperoleh skor Z -2,207 dengan taraf signifikan
Lampung. Selanjutnya, untuk mengetahui 0,027 yang berarti tingkat signifikansi kurang
dari 0,05 sehingga dikatakan signifikan (H0
seberapa efektif diskusi yang diberikan, uji
diterima) yang berarti ada perbedaan antara
statistik non parametrik dilakukan dua sampel
pretest dan post test hasil dalam subjek grup.
uji terkait. Jadi data yang dihasilkan sebagai
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat
berikut: disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil
Tabel 2. pre-test dan post test pada kelompok diskusi
Perbedaan Skor Pra Tes dan Post Test BKD BKD Provinsi Lampung. Ini juga berarti bahwa
dari Provinsi Lampung model adopsi kearifan lokal efektif dalam
Uji Statistikb meningkatkan konsep reformasi birokrasi di
posttest - BKD Provinsi Lampung.
pretest
Z -2,207sebuah
Asy mp. Sig. (2-tailed) 0,027
a. Berdasarkan peringkat negatif.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

298
2) Badan Penelitian dan Pengembangan pretest dan post test untuk kelompok mata
Daerah Provinsi Lampung pelajaran Badan Penelitian dan
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh Pengembangan Provinsi Lampung sebagai
skor total masing-masing subjek pada saat berikut:

Tabel 3.
Pre test dan Post test Konsep Reformasi Birokrasi Berbasis Kearifan Lokal pada Subjek Kelompok
Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Lampung

Nama Pretest Post Test


Subyek
Total Kategori Total Kategori
Score Score
WR 80 Tengah 111 Sangat Tinggi
RIN 74 Tengah 101 Tinggi
AZ 87 Tinggi 106 Sangat Tinggi
RS 91 Tinggi 107 Sangat Tinggi
FQ 88 Tinggi 102 Tinggi
NAR 91 Tinggi 104 Sangat Tinggi

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semua subyek signifikan 0,028 yang berarti tingkat signifikansi
telah meningkatkan skor konsep reformasi lebih rendah dari 0,05 sehingga dikatakan
birokrasi berdasarkan kearifan lokal sehingga signifikan (H1 diterima) bahwa ada perbedaan
dapat dikatakan bahwa ada peningkatan skor yang signifikan antara pretest dan post hasil tes
konsep reformasi birokrasi berdasarkan kearifan di Balitbangda dan BKD Provinsi Lampung.
lokal setelah paparan dan diskusi. Selanjutnya, Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat
untuk mengetahui seberapa efektif diskusi yang disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil
diberikan, uji statistik non parametrik dilakukan pre-test dan post test pada kelompok subjek
dua sampel uji terkait. Maka data berikut ini Balitbangda dan BKD Provinsi Lampung. Ini
dihasilkan: juga berarti bahwa model reformasi birokrasi
diterapkan secara efektif pada subjek dengan
Tabel 4. latar belakang Balitbangda dan BKD Provinsi
Perbedaan Skor Pretest dan Post Test Mata Lampung.
Pelajaran Kelompok Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Lampung 3) Kabupaten Buay Bahuga, Kabupaten
Statistik Ujib Way Kanan
posttest - Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor
pretest total masing-masing mata pelajaran pada saat
Z -2,201sebuah pretest dan posttest untuk kelompok subyek
Asy mp. Sig. (2-tailed) 0,028
Buay Bahuga adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan peringkat negatif.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Hasil tes pretest antara pretest dan post test


group diperoleh skor Z -2,301 dengan taraf

299
Tabel 5.
Pre test dan Post test Konsep reformasi berbasis birokrasi Kearifan lokal di Kelurahan Kelompok
Buay Bahuga

Nama Subyek Pretest Post Test

Total Skor Kategori Total Kategori


Skor
RK 81 Tengah 89 Tinggi
KY 84 Tengah 96 Tinggi
SM 88 Tinggi 88 Tinggi
BG 82 Tengah 89 Tinggi
SUF 83 Tengah 100 Tinggi
ZN 86 Tinggi 95 Tinggi

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semua subyek efektif pada subjek dengan latar belakang
telah meningkatkan skor konsep reformasi kecamatan Buay Bahuga.
birokrasi berdasarkan kearifan lokal sehingga
dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan b. Analisis Subyek Secara Keseluruhan
skor konsep reformasi birokrasi berdasarkan posttest
kearifan lokal setelah paparan dan diskusi. Untuk mengetahui efektifitas Pembahasan soal
Selanjutnya, untuk mengetahui seberapa efektif pretest,, dan tindak lanjut pada kelompok mata
diskusi yang diberikan, uji statistik non pelajaran menggunakan uji statistik non
parametrik dilakukan dua sampel uji terkait. Jadi parametrik diperoleh hasil sebagai berikut:
data berikut ini dihasilkan:
Tabel 7.
Perbedaan Nilai Tes Pretest dan Post Test
Tabel 6.
Perbedaan Nilai Tes Pretest dan Post Test Semua Tes Subjek
dari Kelompok Kecamatan dari Buay Statistikb
Bahuga posttest -
Statistik Testb pretest
posttest - Z -4.410a
pretest Asy mp. Sig. (2- .000
Z -2.023a tailed)
Asy mp. Sig. (2- .043negate a. Berdasarkan peringkat negatif.
tailed) b. Wilcoxon Signed Ranks Test
a. Berdasarkan iv e ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test Hasil tes antara pretest dan post test adalah Z
score -4,410 dengan tingkat signifikansi 0,000
Hasil tes pretest antara kelompok pretest dan yang berarti tingkat signifikansi kurang dari 0,05
posttest memperoleh skor Z -2,023 dengan taraf sehingga dikatakan signifikan (H1 diterima)
signifikan 0,043 yang berarti tingkat signifikansi bahwa ada perbedaan yang signifikan antara
lebih rendah dari 0,05 sehingga dikatakan pretest dan post test hasil konsep reformasi
signifikan (H1 diterima) yang berarti ada birokrasi berdasarkan kearifan lokal dalam
perbedaan antara pretest dan post test hasil di kelompok subyek yang diberikan paparan dan
sub-subjek kelompok Buay Bahuga. diskusi. Berdasarkan hasil pengujian di atas,
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara hasil hasil pre-test dan post test pada kelompok
pre-test dan post test pada sub kelompok subjek yang diberi konsep reformasi birokrasi
kecamatan Buay Bahuga. Ini juga berarti bahwa berdasarkan kearifan lokal. Ini juga berarti
model reformasi birokrasi diterapkan secara bahwa model tersebut efektif diterapkan pada
subjek.

300
3. Penerima Strategi Adopsi untuk memiliki kemampuan dan keahlian menjadi
Reformasi Birokrasi Berdasarkan lebih penting.
Kearifan Lokal posttest
Hasil analisis data padamenemukan perubahan Tetapi pada saat post test subyek mulai
signifikan dalam mata pelajaran. Berdasarkan memahami aspek penting yang
hasil wawancara dan diskusi selama pre-test menyebabkannya terjadi maka perlu melakukan
dapat dilihat bahwa hampir semua subjek upaya untuk mengatasinya. Subyek mencoba
merasa belum akrab dengan perubahan birokrasi melihat masalah yang terjadi sebagai peluang
yang telah melaksanakan berbagai program untuk menciptakan kesuksesan di lingkungan
reformasi birokrasi selama ini. Pada saat pre-test lokal, tidak perlu mengambil pelajaran dan
ada subyek yang merasa bahwa tidak ada menjadi pelajaran berharga di masa depan.
perubahan dalam aparatur negara sipil, bahkan Subyek merasa bahwa masih ada harapan untuk
jika ada perubahan hanya pada beberapa hal reformasi birokrasi yang sukses, terutama
seperti perekrutan terbuka dan tes berbasis
diarahkan untuk meningkatkan budaya birokrasi.
keterampilan, penggunaan anggaran yang lebih
Perhatian mereka sangat membantu dalam
ketat, dan perubahan dalam akuntabilitas
proses mengadopsi model reformasi birokrasi,
pekerjaan yang lebih ketat. Sementara
perubahan dalam aspek nilai diri atau semangat sehingga mereka menerima intervensi model
kerja aparatur tidak mengalami banyak secara damai, tanpa paksaan dan mulai bersama
perubahan drastis. Efek yang terjadi hanya untuk mencari sisi positif dari model reformasi
mereka yang menjadi lebih sibuk karena beban birokrasi berdasarkan kearifan lokal. Hasil di
kerja dan peralatan yang lebih tinggi yang atas dapat diringkas dalam tabel berikut:

Tabel 8.
Ringkasan Interviews dan Diskusi
Indikator Pra-Test Post-Test

Peran Aparatur • Merasa tidak memiliki • Mampu menemukan hal-hal positif, termasuk sikap,
dalam Reformasi kemampuan atau peran positif minat, bakat, atau kemampuan,
Birokrasi dalam diri • Mampu memahami bahwa setiap aparatur harus
• Tertutup dan hanya ikuti aturan memiliki kelebihan dan kelemahan dalam
menerima aturan reformasi birokrasi,
• Menjadi lebih percaya diri dan percaya diri tentang
kontribusi Anda sendiri terhadap birokrasi upaya
reformasi
Kepentingan • Merasa sebagai aparat yang tidak • Memahami masalah birokrasi yang memahami
Terhadap memiliki kekuatan untuk pentingnya memfokuskan masa depan,
Reformasi mempengaruhi kebijakan. • Dapat memahami bahwa reformasi birokrasi adalah
Birokrasi • Merasa tidak memiliki minat yang penting, karena melibatkan mereka sendiri,
kuat dalam reformasi birokrasi. • Memahami pentingnya adopsi kearifan lokal dalam
model reformasi birokrasi, mengingat nilai-nilai
yang dimilikinya tidak baru sama sekali tetapi
tertanam dalam kehidupan mereka.
Komitmen • Beberapa memiliki cita-cita masa • Mampu menekankan cita-cita masa depan
terhadap depan tetapi masih abstrak, berdasarkan model reformasi birokrasi yang mereka
Implementasi sementara beberapa lainnya sama anggap realistis dan tidak berbahaya,
Model Reformasi sekali tidak tahu cita-cita reformasi • Mampu mempersiapkan dan siap melaksanakan
Birokrasi birokrasi dan bahkan cenderung rencana dan langkah untuk mewujudkan tujuan
pesimistis. tersebut,
• Mampu menyatakan perubahan perilaku yang siap
• Tidak memiliki rencana bagaimana
sebagai suatu bentuk model reformasi birokrasi yang
bergerak untuk membuat perubahan
dapat membuat institusi dan lingkungan kerja
dari reformasi birokrasi berdasarkan
menjadi lebih baik.
kearifan lokal.
Sumber: Analisis Peneliti, 2018.

301
4. Penerapan Model Reformasi Birokrasi reformasi budaya belum dipersiapkan
Berdasarkan Kearifan Budaya Lokal dengan baik;
Dari analisis data dengan pihak-pihak terkait
diketahui beberapa kemungkinan implikasi dari D. Kesimpulan
model ini. Dengan memperhatikan peningkatan Berdasarkan hasil deskripsi data dan analisis
kualitas dan makna reformasi birokrasi, maka data, dapat dilihat: pertama, nilai perubahan
akan mendorong kecenderungan sikap dan signifikan diperoleh dari hasil tes pada semua
perilaku aparatur terhadap penerapan karakter mata pelajaran antara pre test - post test, pre-test
dalam kehidupan sehari-hari. Memang agak sulit - follow up, dan post test. - mengikuti. Hasil tes
untuk mengukur hasil reformasi birokrasi aparat antara pretest dan post test adalah Z score -4,410
karena membutuhkan waktu yang lama, juga dengan tingkat signifikansi 0,000 yang berarti
sering kita merasa terkecoh dengan sikap dan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 sehingga
perilaku aparatur selama lembaga yang sering dikatakan signifikan (H1 diterima) yang berarti
menampilkan kepura-puraan, tetapi ada perbedaan antara pretest dan post test hasil
kecenderungan indikator positif terhadap dalam kelompok subjek yang ikuti diskusi. Hasil
penerapan karakter aparat dapat dilihat selama ini menunjukkan bahwa diskusi yang efektif
proses kinerja. untuk meningkatkan konsep reformasi birokrasi
berdasarkan kearifan lokal dari kelompok
Implementasi model reformasi birokrasi ini juga sasaran. Hasil dari tes ini diketahui jika model
dapat memperkuat dan mengembangkan nilai- tersebut mampu secara efektif menerima dan
nilai lokal budaya masyarakat Lampung. Perkuat mendorong reformasi birokrasi. Begitu pula
tradisi karena diteruskan ke generasi berikutnya strategi implementasi model yang dapat diterima
melalui proses rutin dengan pendekatan yang oleh kelompok sasaran.
lebih sistematis. Kemudian kembangkan tradisi
karena dengan diimplementasikannya sebagai Implikasi penerapan model-model ini terhadap
pedoman kerja di institusi akan dikembangkan reformasi birokrasi di pemerintah daerah dapat
sesuai dengan tuntutan zaman. memperkuat dan mengembangkan nilai-nilai
lokal budaya lokal masyarakat Lampung.
Model ini merupakan jawaban terhadap faktor- Perkuat tradisi karena diteruskan ke generasi
faktor kurangnya keberhasilan reformasi berikutnya melalui proses rutin dengan
birokrasi di lembaga-lembaga sejauh ini yang pendekatan yang lebih sistematis. Kemudian
menunjukkan hal-hal berikut. kembangkan tradisi karena dengan
a. Upaya reformasi diiplementasi hanya diimplementasikannya sebagai pedoman kerja di
melalui satu sistem yang berdiri sendiri atau institusi akan dikembangkan sesuai dengan
diintegrasikan ke berbagai program lain tuntutan zaman.
dengan kekuatan implementasi terbatas;
b. Perangkat dan peralatan tidak disiapkan Daftar Pustaka
secara profesional; Ayatrohaedi. 1986. Kepribadian Budaya Bangsa
c. Posisi program reformasi budaya dianggap (the nations cultural personality). Pustaka
tidak penting karena tidak menentukan Jaya. Jakarta
Bowornwathana, B. 2007. Chapter 11
kinerja;
Governance Reform Outcomes through
d. Berfungsi sebagian, karena pembelajaran
Cultural Lens: Thailand. In Cultural
reformasi budaya di lembaga hanya terjadi aspects of public management reform (pp.
pada diskusi dan wacana, dan terlepas dari 275-298). Emerald Group Publishing
praktik kegiatan kelembagaan secara Limited.
keseluruhan; Cloutier, C., Denis, J.-L., Langley, A. &
e. Tanggung jawab reformasi budaya hanya Lamothe, L. 2015. Agency at the
diberlakukan pada satu aparat saja dan Managerial Interface: Public Sector
aparat lainnya tidak merasa bertanggung Reform as Institutional Work. Journal of
jawab atas reformasi budaya birokrasi Public Administration Research and
f. Pendekatan, metode, media, dan bahan Theory, 26(2), pp. 259-276.

302
Gobyah, I. K. 2003. Berpijak pada Kearifan Cambodian Arbitration Council.
Lokal. dalam http://www. balipos. co. id, Comparative Law Reform, 7(1), pp. 1-26.
didownload, 17(9), 03. Winarsunu, T. 2002. Statistik dalam penelitian
Goebel, C. 2016. Taiwan’s Fight Against psikologi dan pendidikan. Penerbitan
Corruption. Journal of Democracy, 27(1), Universitas Muhammadiyah Malang.
pp. 124-138.
Gulfa, R. P. 2016. Kajian Desa Swasembada
Pangan Berbasis Kearifan Budaya Lokal
(Doctoral dissertation, Fakultas Teknik
(UNISBA).
Latipun. 2004. Psikologi eksperimen (Edisi 2).
Malang: UMM Press Lazarus.
Paffarini, J. 2016. Justice Reforms and
Migration Of ADR Models Through The
“New” International Conditionality. The

303
Aksesibilitas Bangunan Rumah Ibadah
(Studi Pada Masjid Agung Surakarta, Gereja Santo Antonius
Purbayan, dan Gereja Kristen Jawa Manahan)
Dimas Sigit Prabowo, Rina Herlina Haryanti
Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
dimsss@student.uns.ac.id, rina.uns.haryanti@gmail

Abstrak
Pemenuhan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas merupakan bagian dari memperjuangkan keadilan
bagi penyandang disabilitas untuk menjalani hidupnya. Maka untuk mengetahui sejauh apa rumah ibadah
di kota Surakarta dalam memberikan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas yang ingin beribadah
dilakukan lah penelitian ini. Untuk mengetahui aksesibilitas tersebut peneliti menggunakan peraturan
negara yaitu Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas
Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. Penilaian aksesibilitas tersebut akan
berpedoman pada 16 point penting indikator aksesibilitas di bangunan gedung dan lingkungannya.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan studi lapangan. Hasil yang ditemukan
adalah rumah ibadah di kota Surakarta belum aksesibel memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas
yang ingin melaksanakan ibadah.
Kata Kunci : aksesibilitas, penyandang disabilitas, rumah ibadah, keadilan

Abstract
Accessibility for persons with disabilities is part of advocating justice for them to live their lives. The aim
of this research is to find out how far the worship house in the city of Surakarta in providing accessibility
for people with disabilities who want to worship their own religion. To find out the accessibility can be
known by using state regulation that is Regulation of Minister of Public Works No. 30 of 2006 on
Technical Guidance of Facilities and Accessibility on building and Environment. The accessibility
assessment will be guided by 16 important points of accessibility indicators in the building and its
environment. This research uses qualitative descriptive method with field study. The results of this
research is house of worship in Surakarta not accessible yet to fulfill the needs of people with disabilities
who want to worship their own religion.
Keywords : accessibility, people with disabilities, house of worship, justice

A. Pendahuluan (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang


Di Indonesia permasalahan disabilitas menjadi Disabilitas).
suatu hal yang menarik untuk diteliti mengingat
jumlah penyandang disabilitas tergolong sangat Penyandang disabilitas di Indonesia kerap kali
tinggi. Menurut data yang dikeluarkan oleh menerima stigma ketidaksempurnaan yang
Economic and Social Commision for Asia and menyebabkan adanya marginalisasi terhadap
The Pasific (ESCAP), pada saat ini di Indonesia penyandang disabilitas (Prakosa, 2005). Tidak
terdapat 6.008.641 penduduk yang merupakan sedikit pula penyandang disabilitas yang
penyandang disabilitas dimana 2.911.189 jiwa menerima diskriminasi terhadap pemenuhan
merupakan laki-laki, dan 3.097.452 jiwa adalah hak-haknya baik pendidikan, pekerjaan,
perempuan (Effendi & Yunianto, 2017). Untuk kedudukan dihadapan hukum dan fasilitas
memberikan pedoman tentang segala sesuatu publik seperti transportasi, tempat ibadah, dan
yang mengatur penyandang disabilitas tempat hiburan. Salah satu hak bagi penyandang
pemerintah telah meratifikasi Convention On disabilitas menurut Undang-Undang No. 8 tahun
The Rights Of Persons With Disabilties 2016 tentang Penyandang Disabilitas adalah hak

304
aksesibilitas yang juga berkaitan dengan hak Di Kota Surakarta terdapat total 900 rumah
keagamaan dalam memperoleh kemudahan ibadah. Dengan rincian 670 Masjid, 201 Gereja
akses bangunan gedung yang diperuntukkan Kristen, 18 Gereja Katolik ataupun kapel, 3 pura
bagi kegiatan keagamaan. atau kuil, dan 8 vihara atau klenteng (Bappeda
Kota Surakarta, 2017). Dilihat dari jumlahnya,
Namun kenyataannya di beberapa daerah masjid merupakan yang terbanyak mengingat
banyak terdapat rumah ibadah yang memiliki Islam merupakan agama mayoritas di kota
bangunan sangat indah, tetapi tidak layak bagi Surakarta. Kemudian terdapat gereja yang
penyandang. Sebagai contoh yaitu yang terbagi kedalam gereja untuk umat Kristen
diketahui dari kunjungan komunitas difabel Dria Protestan dan Katholik, serta pura dan vihara
Manunggal di kota Yogyakarta setidaknya yang masing-masing tidak lebih dari 10 rumah
terdapat 5 rumah ibadah dari perwakilan 5 ibadah. Dalam penelitian ini, penulis memilih
agama yang mayoritas tempat ibadah belum tempat ibadah masjid dan gereja baik untuk
aksesibel bagi para penyandang disabilitas yang beragama Kristen Protestan dan Katolik
(Rimba, 2016). Tak hanya sarana dan fasilitas dengan pertimbangan jumlahnya yang banyak
seperti akses jalan bagi kaum difabel berkursi dan adanya umat dengan penyandang disabilitas.
roda, namun juga penceramah bagi penyandang
tuna rungu, ketersediaan buku-buku agama Maka dalam penelitian ini penulis berfokus pada
berhuruf braile bagi tuna netra dan lainnya Masjid Agung Surakarta, Gereja Kristen
(Rimba, 2016). Rumah ibadah tersebut adalah Manahan, dan Gereja Katolik St. Antonius
Masjid Baitul Makmur Sidorejo, Gereja Kristen Purbayan sebagai lokasi penelitian dalam
Jawa (GKJ) Wirobrajan, Gereja Katolik melihat ketersediaan fasilitas serta sudah sejauh
Kemetiran, Vihara Karangjati, dan Pura apa aksesibilitas dari fasilitas tersebut bagi
Jagatnata di Bantul. penyandang disabilitas di ketiga tempat ibadah
bagi penyandang disabilitas .
Kota Surakarta sendiri menjadi kota yang
dikenal sebagai kota ramah difabel. Jumlah Menurut peraturan daerah No. 2 tahun 2008
penduduk penyandang disabilitas menurut Dinas tentang kesetaraan difabel, difabel atau
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota penyandang cacat adalah setiap orang yang
Surakarta pada tahun 2016 adalah sebesar 1.250 mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, yang
jiwa dari 570.876 keseluruhan penduduk di kota dapat mengganggu atau merupakan rintangan
Surakarta (Dispendukcapil Kota Surakarta, dan hambatan baginya untuk melakukan secara
2017) Jumlah ini tergolong sedikit dengan selayaknya yang terdiri dari penyandang cacat
persentase hanya 0.22%. Namun dengan fisik, penyandang cacat mental, dan penyandang
sedikitnya jumlah penyandang disabilitas di kota cacat fisik dan mental.
Surakarta, bukan berarti mereka tidak
diperjuangkan hak-haknya termasuk untuk Di dalam penelitian ini, penyandang disabilitas
beribadah dan mendapat aksesibilitas dalam yang menjadi pembahasan utama adalah
menggunakan rumah ibadah. penyandang disabilitas fisik dan sensorik yang
memiliki persamaan ketidakmampuan para
Dan untuk mewujudkan hal tersebut,pemerintah penyandang disabilitas dalam melaksanakan
kota telah memiliki regulasi yang jelas tentang aktivitas akibat fisik yang tidak sempurna.
bagaimana penyandang disabilitas dapat
memperoleh hidup layak terutama aksesibilitas Aksebilitas merupakan potensi interaksi atau
penyandang disabilitas dalam memanfaatkan peluang untuk mendapatkan baran, jasa,
fasilitas publik yang telah disediakan. Regulasi kegiatan, dan tujuan secara bersama-sama secara
tersebut diatur didalam diatur peraturan daerah mudah (Aljanzouri et al., 2014). Aksesibilitas
Kota Surakarta No.2 Tahun 2008 tentang menurut Undang-undang No. 8 tahun 2016
Kesetaraan Difabel yang berpedoman pada tentang Penyandang Disabilitas merupakan
Peraturan Walikota Surakarta No. 9 Tahun 2013 suatu kemudahan yang disediakan untuk
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah penyandang disabilitas guna mewujudkan
Kota Surakarta No. 2 Tahun 2008. kesamaan kesempatan. Dalam pelaksanaannya

305
hak aksesibilitas bagi penyandang disabilitas menggunakan instrumen penilaian Peraturan
meliputi 2 hal, yaitu : Menteri Pekerjaan Umum No. 30 tahun 2006
a. Mendapatkan aksesibilitas untuk untuk mengetahui apakah fasilitas publik
memanfaatkan fasilitas publik tersebut telah ramah terhadap aksesibilitas
b. Mendapatkan akomodasi yang layak sebagai penyandang disabilitas. Untuk mengetahui
bentuk aksesibilitas bagi individu. validitas data yang diperoleh dari hasil
penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi
Menurut peraturan daerah No. 2 tahun 2008 metode. Teknik analisis data yang digunakam
Tentang Kesetaraan Difabel, aksesibilitas fisik didalam penelitian ini adalah reduksi data, sajian
merupakan salah satu pelayanan yang diberikan data, dan penarikan kesimpulan. Ruang lingkup
oleh pemerintah terkait dengan perencanaan dan fasilitas publik pada penelitian ini difokuskan
peruntukkan pembangunan kawasan kota serta pada Masjid Agung Surakarta, Gereja Kristen
fasilitas publik. Pelayanan yang diberikan Manahan, dan Gereja Katolik St. Antonius
tersebut memiliki pedoman pada penetapan Purbayan.
standarisasi Aksesibilitas Fisik sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang C. Pembahasan
berlaku. Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28E
ayat 1, dikatakan bahwa setiap orang bebas
Dalam melakukan penyediaan fasilitas publik memeluk agama dan beribadat menurut
yang memenuhi unsur aksesibilitas bagi agamanya. Maka dengan adanya peraturan ini
penyandang disabilitas, pemerintah melalui setiap orang tidak terkecuali bagi penyandang
Kementerian Pekerjaan Umum telah disabilitas dapat memiliki kesempatan yang
menetapkan suatu peraturan yaitu Peraturan sama untuk menjalankan kepercayaan
Menteri Pekerjaan Umum No. 30 Tahun 2006 agamanya. Keberadaan agama yang dianut oleh
tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan setiap individu bukan semata-mata hanya
Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan sebagai pedoman moral dan kebenaran di dalam
Lingkungan. Sesuai dengan pasal 4, aksesibilitas menjalankan kehidupan sehari-hari. Tetapi lebih
pada bangunan gedung dan lingkungan dari itu agama memberikan ketenangan batin
disekitarnya meliputi 16 point, yaitu: bagi siapapun yang sedang mengalami kesulitan.
1. Ukuran dasar ruang Oleh karena itu agama tidak dapat dipisahkan
2. Jalur pedestrian dari manusia sebagai bagian dari kebutuhan
3. Jalur pemandu rohaninya.
4. Area parkir
Kebutuhan rohani seseorang tidak terlepas dari
5. Pintu
rumah ibadah sebagai tempat dilaksanakannya
6. Ram
ibadah. Maka keberadaan rumah ibadah yang
7. Tangga
dapat mengakomodasi kebutuhan umat
8. Lift tangga (stairway lift) beragama juga menjadi hal yang perlu
9. Lift diperhatikan. Hal ini mengingat selain desain
10. Pancuran indah yang dimiliki oleh bangunan rumah
11. Wastafel ibadah, tetapi juga harus aksesibel bagi umat
12. Telepon yang termasuk penyandang disabilitas.
13. Perlengkapan Fenomena yang sering ditemukan adalah
14. Perabot banyaknya fasilitas rumah ibadah seperti tempat
15. Rambu dan makna duduk umat, tangga, dan toilet yang belum
dikatakan aksesibel bagi penyandang disabilitas.
B. Metode Penelitian Kondisi seperti ini sering kali menimbulkan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kesulitan tersendiri bagi penyandang disabilitas
kualitatif dengan sifat deskriptif. Pengumpulan yang ingin melaksanakan ibadah. Selain itu
data menggunakan metode studi lapangan. kondisi disekitar rumah ibadah seperti jalur
Peneliti nantinya akan turun lapangan untuk pedestrian, jalur pemandu, dan lokasi parkir
melakukan wawancara, observasi, serta kendaraan juga menjadi perhatian penting
dokumentasi terhadap fasilitas publik karena kondisi yang tidak aksesibel akan

306
mempersulit dan cenderung membahayakan bagi disabilitas dikarenakan tidak terdapat parkir
penyandang disabilitas untuk masuk kedalam khusus difabel dan jaraknya yang lebih dari 60
rumah ibadah. meter dari bangunan masjid.

1. Masjid Agung Surakarta


Masjid Agung Surakarta atau Masjid Ageng
Keraton Hadiningrat pertama kali dibangun pada
masa Pakubuwono III tahun 1749. Masjid ini
terletak dibagian sisi barat alun-alun Utara
Keraton Surakarta (Agung, 2016). Pemilihan
lokasi masjid yang dekat dengan keraton
terinspirasi dari Masjid Agung Demak yang
juga dibangun di dekat keraton dan alun-alun
keraton.
Gambar 1. Area parkir kendaraan
Di sekitar bangunan utama masjid ini terdapat
beberapa kolam yang digunakan untuk Masjid Agung Surakarta memiliki 3 buah pintu
membasuh kaki umat yang ingin melaksanakan dengan masing-masing memiliki 2 daun pintu.
sholat. Filosofi dari kolam ini adalah sebelum Pada bagian didepan pintu terdapat perbedaan
umat melakukan sholat maka harus disucikan ketinggian yang dapat membuat pengguna
terlebih dahulu dengan membasuh kaki. tongkat dan kursi roda kesulitan. Bangunan
Lokasinya yang dekat dengan keraton dan utama masjid ini memiliki perbedaan ketinggian
Pasar Klewer membuat masjid ini selalu ramai yang cukup jauh dari tanah terlebih lagi tidak
dikunjungi umat yang ingin melaksanakan adanya ram yang membuat pengguna kursi roda
sholat. tidak dapat naik ke bangunan utama tanpa
dibantu. Untuk menuju bangunan utama terdapat
Dalam pemenuhan aksesibilitas terhadap 3 buah tangga yang sudah dilengkapi dengan
penyandang disabilitas ukuran dasar handrail. Tangga ini dilengkapi dengan ubin
ruang/ruang lantai bebas di masjid ini sudah yang berbentuk seperti guilding block agar
tersedia dan cukup aksesibel. Hal ini terlihat kondisi lantai tidak licin setelah umat
dari luasnya serambi dibangunan utama dan membersihkan kaki mereka di kolam.
jalan kecil disekitar bangunan utama yang
memiliki lebar lebih dari 150 cm dan cukup
untuk digunakan penyandang disabilitas yang
menggunakan alat bantu jalan dan kursi roda.

Jalur pedestrian yang terdapat di luar kawasan


Masjid Agung Surakarta memiliki kondisi
yang tidak aman bagi penyandang disabilitas.
Hal ini dikarenakan jalur pedestrian yang
tersedia dipenuhi oleh pedagang kaki lima
yang berjualan sehingga jalur ini tidak
aksesibel bagi penyandang disabilitas. Di
bagian barat bangunan utama masjid ini Gambar 2. Guilding block
terdapat guilding block yang terpasang menuju
pintu masuk/keluar didepan Pasar Klewer.
Namun guilding block yang seharusnya
tersambung hingga pintu masuk/keluar justru
terputus di tengah jalan sehingga
penggunaannya tidak dapat optimal. Area
parkir kendaraan berada di sisi kiri kanan
halaman depan gerbang masjid, tetapi area
parkir ini tidak aksesibel bagi penyandang

307
Stiphout, SJ menjadi pastur paroki pertama.
Gereja St. Antonius Purbayan merupakan gereja
katolik pertama yang ada di kota Surakarta.
Lokasi gereja ini terbilang cukup strategis
karena gereja ini terletak persis disebelah
Balaikota Sola. Tidak jauh dari situ juga
terdapat Pasar Gede Hardjonagoro, Pusat Grosir
Solo, dan Benteng Vastenburg. Gereja menaungi
umat Katolik yang terbagi kedalam 17 wilayah
dengan total 55 lingkungan (Santo Antonius
Gambar 3. Pintu Masjid Purbayan, 2011).

Pemenuhan aksesibilitas bangunan gedung


gereja pada bagian ukuran dasar ruang/ruang
lantai bebas dilihat dari 5 jalan yang
memisahkan tempat duduk umat. Salah satu
jalan yang berada di tengah gereja memiliki
lebar lebih dari 120 cm sehigga cukup aksesibel
bagi pengguna alat bantu jalan dan kursi roda.
Namun untuk 4 akses jalan pada bagian kiri dan
kanan gereja hanya memiliki lebar 90 cm
sehingga cukup sempit untuk dilewati
penyandang disabilitas. Jalur pedestrian yang
Gambar 4. Tangga masjid berada diluar area gereja memiliki kondisi yang
tidak aman bagi penyandang disabilitas. Ini
Seluruh bangunan di kawasan Masjid Agung ini disebabkan oleh jalur pedestrian yang justru
tidak memiliki liftt dan juga stairway liftt. digunakan untuk tempat parkir motor dan juga
Bagian toilet masjid ini dapat dikatakan tidak becak. Dijalur ini juga terdapat tiang serta mobil
aksesibel dan tidak ramah bagi penyandang terparkir yang menghalangi pada saat ibadah
disabilitas. Hal ini dikarenakan didalam toilet dilaksanakan.
baik perempuan dan laki-laki juga terdapat
kolam kecil yang dapat membayakan
penyandang disabilitas yang menggunakan alat
bantu jalan dan kursi roda. Kondisi ini
diperparah dengan ruangan di toilet yang sangat
kecil dan tidak memiliki wastafel. Fasilitas kran
wudhu juga belum menyediakan handrail dan
tempat duduk khusus pengguna kursi roda. Di
masjid ini juga tidak memiliki telepon umum,
perlengkapan dan peralatan kontrol yang ada
hanya terdiri dari stop kontak yang
penempatannya sudah cukup sesuai dengan
aturan. Sedangkan di masjid ini tidak terdapat Gambar 5. Tiang di pedestrian
perabotan seperti tempat duduk, meja, ataupun
tempat tidur. Pada saat khotbah berlangsung Di pedestrian dan di dalam area gereja tidak
tidak ada fasilitas bahasa isyarat khusus tuna dapat ditemukan adanya guilding block yang
rungu. Rambu dan marka yang terdapat diarea dapat menyebabkan kebingungan bagi
masjid ini yaitu berupa rambu toilet, tempat penyandang disabilitas tuna netra. Parkir
wudhu, dan tempat parkir. kendaraan motor ditempatkan disamping
ruangan aula gereja dan untuk parkir mobil
2. Gereja Santo Antonius Purbayan menggunakan halaman gereja yang luas. Area
Gereja Katolik St. Antonius Purbayan berdiri parkir di gereja ini tidak ramah bagi penyandang
pada bulan November 1916 dengan Pastur C. disabilitas karena baik untuk parkir kendaraan

308
motor dan mobil tidak terdapat tempat khusus
bagi penyandang disabilitas. Selain itu area
parkir ini tidak memiliki cukup ruang sebagai
tempat naik dan turunnya kursi roda. Di gereja
ini terdapat 4 pintu gereja dengan masing-
masing pintu menggunakan dua daun pintu.
Untuk melewati pintu-pintu ini umat harus
menaiki tangga yang sudah dilengkapi dengan
handrail. Disalah satu pintu terdapat ram yang
juga dilengkapi dengan handrail. Ram ini cukup
aksesibel bagi pengguna kursi roda karena
memiliki kemiringan tidak lebih dari 70. Gambar 7. Tempat air suci

Gereja ini tidak memiliki lift dan stairway liftt. 3. Gereja Kristen Jawa (GKJ) Manahan
Toilet gereja terletak di bagian belakang gereja. GKJ Manahan diresmikan pada Kabaktian Natal
Walaupun terdapat wastafel yang memiliki 25 Desember 1931 oleh konsulen Ds. Van Eyk.
tinggi sesuai dengan aturan namun kondisi toilet Pendeta pertama yang memulai pelayanan
ini tidak aksesibel bagi penyandang disabilitas digereja ini adalah Ds. Atmowidjono pada tahun
karena ruangan toilet sangatlah kecil dan tidak 1936. Pada tahun 1942 saat penjajahan Jepang
terdapat WC duduk sehingga akan sangat merupakan masa-masa yang krisis bagi agama
menyulitkan bagi penyandang disabilitas yang Kristen, karena pada kala itu agama Kristen
menggunakan kursi roda. Di gereja ini tidak ada merupakan agama yang dibawa oleh orang
fasilitas telepon umum, namun pihak gereja barat. Akibatnya gereja ini sempat ditutup dan
dapat meminjamkan telepon milik gereja yang disegel oleh pihak Jepang. Walau demikian
ada dibagian sekretariatan. Gereja ini tidak pelaksanaan ibadah tetap berlangsung dengan
menyediakan stop kontak bagi umat, sedangkan cara sembunyi-sembunyi. GKJ Manahan
perabotan yang ada hanya tempat duduk dan berlokasi didekat Patung Kuda Manahan dan
tempat air suci yang penempatan ketinggiannya disisi barat gereja adalah SD Kristen Manahan.
cukup mudah digapai oleh penyandang Dalam pemenuhan aksesibilitas ukuran dasar
disabilitas. Pada saat khotbah berlangsung tidak ruang gereja ini berupa jalan yang memisahkan
ada fasilitas bahasa isyarat khusus tuna rungu. tempat duduk memiliki lebar lebih dari 150cm
Rambu dan marka yang terdapat diarea gereja dan hal ini sangat menunjang bagi penyandang
ini yaitu berupa rambu toilet, tempat parkir, teks disabilitas yang menggunakan alat bantu jalan
misa, dan proyektor dan kursi roda. Namun kondisi pedestrian yang
berada didepan gereja tidak terawat dengan
banyaknya lapisan semen yang terkelupas.
Selain itu pedestrian juga sering kali digunakan
sebagai lokasi parkir mobil.

Gambar 6. Ruangan toilet yang kecil

Gambar 8. Jalan yang memisahkan tempat duduk

309
Baik didalam dan diluar area gereja tidak Dengan melihat hasil ini, diperoleh fakta bahwa
ditemukan adanya guilding block untuk mayoritas desain rumah ibadah belum sesuai
memandu tuna netra. Area parkir kendaraan dengan Permen PU No. 30 Tahun 2006 Tentang
mobil terletak di halaman SD Kristen Manahan Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas
serta ditempatkan disekitar jalur lambat dan Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
menjorok ke pedestrian. Sedangkan untuk parkir Permasalahan ini diawali karena pada awal
kendaraan motor berada di sekitar gedung pembangunan rumah ibadah sudah tidak
serbaguna gereja ini. Area parkir ini tidak dilengkapi dengan fasilitas yang aksesibel bagi
aksesibel bagi penyandang disabilitas yang penyandang disabilitas. Permasalahan lain
membawa kendaraan pribadinya. Untuk pintu timbul pada saat proses merubah desain
gereja tersebar di bagian sisi kiri, kanan dan bangunan rumah ibadah agar aksesibel yang
depan gereja yang semuanya memiliki sulit karena membutuhkan perombakan pada
perbedaan ketinggian dan harus melewati tangga desain bangunan serta cenderung membutuhkan
terlebih dahulu dan setiap pintu merupakan pintu biaya lebih banyak (Darmawan et al., 2014).
dua daun yang memiliki lebar cukup untuk kursi
roda. Disetiap tangga telah dilengkapi dengan Dilihat dari sisi pemerintahan, regulasi tentang
handrail yang memiliki ketinggian sesuai penyediaan aksesibilitas bagi penyandang
aturan. Namun sayangnya gereja ini tidak disabilitas sebenarnya telah ada namun jika
memiliki ram sehingga dapat menyulitkan dilihat dari fakta dilapangan implementasinya
pengguna kursi roda. masih belum optimal. Maka pemerintah sebagai
aktor yang memiliki tanggung jawab dalam
memberikan fungsi pelayan kepada seluruh
warga negara perlu mengkaji ulang tentang
kebijakan yang mengatur aksesibilitas bagi
penyandang disabilitas. Diperlukan pendekatan
yang bersifat bottom up agar aspirasi warga
penyandang disabilitas dapat diketahui oleh
policy maker. Oleh karena itu pengetahuan dan
pemahaman policy maker serta pengurus
institusi menjadi sangat penting (Nuraviva,
Gambar 9. Pintu dan tangga dengan handrail 2017) agar kebijakan pemenuhan hak
aksesibilitas dirumah ibadah ini dapat berjalan
Gereja ini tidak memiliki fasilitas lift dan sesuai dengan tujuannya sehingga para
stairway liftt. Telepon umum bagi penyandang penyandang disabilitas dapat terlepas dari
disabilitas juga tidak tersedia di area gereja ini. adanya diskriminasi terhadap pemenuhan hak
GKJ Manahan memiliki toilet yang terletak aksesibilitas publik.
dibagian belakang gedung utama. Toilet di
gereja ini memiliki wastafel yang D. Penutup
penempatannya sudah sesuai, selain itu terdapat Berdasarkan hasil studi lapangan yang dilakukan
dua ruangan dimana gereja menyediakan untuk melihat aksesibilitas bangunan rumah
ruangan untuk WC duduk dan WC jongkok. ibadah di kota Surakarta, penulis menarik
Kedua ruangan ini memiliki ruang bebas bagi kesimpulan bahwa rumah – rumah ibadah di
penyandang disabilitas yang menggunakan alat kota Surakarta belum dapat memenuhi standar
bantu jalan dan kursi roda. Walapun demikian kriteria aksesibilitas gedung untuk penyandang
toilet ini tidak menyediakan fasilitas pancuran. disabilitas berdasarkan Permen PU No. 30
Gereja ini tidak menyediakan stop kontak bagi Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas
umat, sedangkan perabotan yang ada hanya dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
tempat duduk umat. Pada saat khotbah Lingkungan. Hal ini bisa dikarenakan karena
berlangsung tidak ada fasilitas bahasa isyarat belum pahamnya pelaksana pembangunan
khusus tuna rungu. Rambu dan marka yang ataupun policy maker terhadap pentingnya
terdapat diarea gereja ini yaitu berupa rambu kepentingan beragama tidak terkecuali bagi
toilet dan rambu tempat parkir. penyandang disabilitas. Selain itu,
ketidakmampuan rumah ibadah dalam

310
memberikan aksesibilitas yang ramah bagi Procedia - Social and Behavioral Sciences,
penyandang disabilitas akibat pada awal 1(35), pp.36-40.
pembangunannya rumah ibadah ini belum Dispendukcapil Kota Surakarta, 2017. Jumlah
memiliki acuan dalam menentukan strandar Penduduk Penyandang Disabilitas Kota
kriteria yang baik bagi setiap warga negara. Surakarta Tahun 2013-2016. [Online]
Available at: HYPERLINK
Oleh karena itu untuk kedepannya diperlukan "http://siaksara.dispendukcapil.surakarta.go
partisipasi langsung dari seluruh masyarakat .id/jcacat.html"
terutama penyandang disabilitas dalam http://siaksara.dispendukcapil.surakarta.go.i
menyalurkan aspirasi mereka didalam d/jcacat.html [Accessed 24 April 2018].
mendapatkan pelayanan fasilitas publik berupa Effendi, A.B. & Yunianto, R., 2017.
rumah ibadah melalui kotak saran dan aduan Implementasi Diversity Program Bagi
kepada pengurus rumah ibadah. Pemerintah juga Tenaga Kerja Penyandang Disablitas pada
perlu dilibatkan lebih jauh dalam mengawal PT. Wangta Agung Kota Surabaya.
pemberian izin mendirikan bangunan dengan Indonesian Journal of Disability Studies
memberikan syarat untuk berpedoman pada (IJDS), 4(2), pp.96-103.
peraturan sejenis dengan Permen PU No. 30 Nuraviva, L., 2017. Aksesbilitas Penyandang
Tahun 2006 untuk memberikan rasa aman dan Disabilitas Terhadap Fasilitas Publik Di
nyaman tidak hanya bagi masyarakat yang hidup Kota Surakarta. Jurnal Ilmu Pemerintahan,
normal tetapi juga masyarakat yang merupakan 1(7), pp.1-28.
penyandang disabilitas. Pemerintah juga perlu Prakosa, P.W.B., 2005. Dimensi Sosial
mengawasi proses pembangunan fasilitas publik Disabilitas Mental Di Komunitas Semin
agar dapat memenuhi hak aksesibilitas Yogyakarta. Jurnal Psikologi Fakultas
penyandang disabilitas mengingat tidak semua Psikologi Universitas Gajah Mada , 32(2),
paham tentang standar kriteria aksesibilitas itu pp.61-73.
sendiri. Rimba, 2016. Difabel di Yogyakarta Kunjungi
Sejumlah Tempat Ibadah. [Online]
Daftar Pustaka Available at: HYPERLINK
Agung, 2016. Masjid Agung Surakarta, Pusat "https://www.merdeka.com/peristiwa/difab
Kebudayaan Islam di Solo. [Online] el-di-yogyakarta-kunjungi-sejumlah-
Available at: HYPERLINK tempat-ibadah.html"
"https://www.indonesiakaya.com/jelajah- https://www.merdeka.com/peristiwa/difabel
indonesia/detail/masjid-agung-surakarta- -di-yogyakarta-kunjungi-sejumlah-tempat-
pusat-kebudayaan-islam-di-solo" ibadah.html [Accessed 25 Mei 2018].
https://www.indonesiakaya.com/jelajah- Santo Antonius Purbayan, 2011. Wilayah Paroki
indonesia/detail/masjid-agung-surakarta- Purbayan. [Online] Available at:
pusat-kebudayaan-islam-di-solo [Accessed HYPERLINK
26 Juni 2018]. "http://antoniuspurbayan.org/wilayah-
Aljanzouri, A.M.R., Anwar, R. & Zaika, Y., paroki-purbayan/"
2014. Enhanced Accesbility to Transport http://antoniuspurbayan.org/wilayah-
Infrastructure for People with Disabilities paroki-purbayan/ [Accessed 26 Juni 2018].
Living in Urban Areas in Benghazi Libya.
Journal of Mechanical and Civil
Engineering, 11(1), pp.1-6.
Bappeda Kota Surakarta, 2017. Sistem Informasi
Pembangunan Daerah Kota Surakarta
Tahun 2016. Surakarta: Bappeda Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Surakarta.
Darmawan, E., Woromurtini, T. & Sari, S.R.,
2014. Public Facility for Disable and
Elderly Problem in Semarang-Indonesia.

311
Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (Paten) Di Kantor Kecamatan Srumbung
Kabupaten Magelang
Rina Agustinah, Catur Wulandari
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Tidar
rinaagustina1608@gmail.com caturwulandari@untidar.ac.id

Abstrak
Otonomi daerah memiliki tujuan untuk mendekatkan masyarakat dengan pemerintah. Selanjutnya prinsip
otonomi daerah yaitu untuk mewujudkan pelayanan publik yang berkualitas. Tujuan tersebut mengikuti
perubahan paradigma pengelolaan pemerintah dari sentralistik ke desentralistik. Perubahan tersebut
menjadi momentum karena format pelayanan publik yang efektif dan efesien untuk dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap public goods (barang publik) secara cepat, murah, dan berkeadilan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi kebijakan pemerintah dalam pelayanan
administrasi terpadu kecamatan (PATEN) di Kantor Kecamatan Srumbung Kabupaten Magelang.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan adalah implementasi
kebijakan menurut George C. Edward yaitu komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan-kecenderungan
dan struktur birokrasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan pelayanan
administrasi terpadu kecamatan (PATEN) di Kantor Kecamatan Srumbung dari empat faktor atau
variabel kebijakan menurut George C. Edward yaitu (1) Komunikasi, yang disampaikan kepada
masyarakat berjalan dengan lancar, hanya saja masyarakat masih kebingungan dalam pengurusan
dokumen pribadi. (2) Sumber-sumber, untuk kantor kecamatan srumbung sangat minim sumber daya,
baik SDM maupun fasilitas (3) Kecenderungan-kecenderungan, tingkat kepatuhan sangat baik dan tidak
ada insentif tambahan. (4) Struktur organisasi, sudah sesuai dengan SOP.
Kata kunci : Otonomi daerah, Implementasi Kebijakan, Kantor Kecamatan Srumbung, PATEN.

Abstract
Regional autonomy has a purpose to make the society and government close. After that, the next principle
of regional autonomy is to create a good quality of public service. The purpose follows the change of
paradigm of the management of the government from centralistic to the decentralist. Those change
become a momentum because the format of the public service which is effective and efficient that can
fulfill the society need toward public goods quickly, low cost, and fairly. The purposes of this research
are to analysis the implementation of government policy in administration integrated service sub-district
(PATEN) in sub-district office of Srumbung Magelang regency. This research is qualitative approach,
using descriptive method. Techniques of collecting data are observation, interview, and documentation.
The theory that used in this research is policy implementation by George C. Edward, they are
communication, sources, inclinations, and bureaucracy structure. The results of this research shown that
the implementation of government policy in administration service sub-district (PATEN) in sub-district
office of Srumbung from four factors or variables policy based on George C. Edward they are (1)
communication, which was delivered to the society running smoothly, but the society was confused with
the management of personal document. (2). Sources, for Srumbung sub-district has minimum resources,
both human resources and facilities. (3) inclinations, the level of compliance was very good and there was
no an additional incentive. (4) structure of organization, it was already accordance with standard
operational procedure.
Keywords : regional autonomy, implementation of policy, sub-district office of Srumbung, PATEN.

312
A. Pendahuluan dan Kota yang ada di Indonesia, sebanyak 288
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang daerah telah menerapkanPATEN (dalam
Pemerintah Daerah, menjelaskan bahwa www.kemendagri.go.id/2018)
pemerintah daerah menjadi tolak dasar
berlangsungnya era baru otonomi daerah di Kabupaten yang telah melaksanakan Pelayanan
Indonesia. Otonomi daerah memiliki tujuan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)
untuk mendekatkan masyarakat dengan adalah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
pemerintah. Selanjutnya prinsip otonomi daerah Peluncuran Pelayanan Administrasi Terpadu
yaitu untuk mewujudkan pelayanan publik yang Kecamatan (PATEN) di Kabupaten Magelang
berkualitas. Tujuan tersebut mengikuti ditetapkan pada tanggal 26 Juni 2015 di
perubahan paradigma pengelolaan pemerintah Pendopo Kantor Kecamatan Muntilan
dari sentralistik ke desentralistik. Perubahan Kabupaten Magelang. (dalam
tersebut menjadi momentum karena format jateng.antaranews.com/2015)
pelayanan publik yang efektif dan efesien untuk
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap Bentuk layanan yang diberikan meliputi
public goods (barang publik) secara cepat, pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
murah, dan berkeadilan. Penduduk Sementara, Kartu Keluarga, dan
fasilitas pelayanan pemerintah yang lain. Akan
Kecamatan memiliki tugas yang besar untuk tetapi pada pelaksanaannya (implementasi)
melayani masyarakat. Sudah selayaknya dilapangan, belum sesuai dengan yang
kecamatan dijadikan sebagai Pusat Pelayanan diharapkan. Terdapat berbagai permasalahan
Masyarakat (Pusyanmas) untuk jenis-jenis yang dihadapi oleh Kantor Kecamatan
Srumbung dalam mengimplementasikan
pelayanan yang sederhana, cepat, dan murah kebijakan PATEN tersebut.
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki Kantor Kecamatan Srumbung dipilih oleh
akses yang lebih dekat terhadap pelayanan dasar, peneliti dikarenakan. Pertama, peneliti
tidak mengharuskan ke Kabupaten (dinas). menganggap bahwa sebagai sub-sistem
Menyadari pentingnya peran Kecamatan dalam pemerintahan di Indonesia, Kecamatan
pemberian pelayanan public, Pemerintah melalui mempunyai kedudukan yang cukup strategis dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 memainkan peran fungsional dalam praktek
Tahun 2010 meluncurkan sebuah program yang pelayanan dan administrasi pemerintahan,
disebut Pelayanan Administrasi Terpadu pembangunan serta kemasyarakatan. Kedua,
Kecamatan atau disingkat PATEN. Pelayanan sistem Pelayanan Administrasi Terpadu
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Kecamatan (PATEN) yang saat ini sudah
merupakan kebijakan tentang penyelenggaraan diterapkan di seluruh kantor Kecamatan di
pelayanan publik pada tingkat Kecamatan. Kabupeten Magelang khususnya kantor
Pelayanan yang diberikan meliputi bidang Kecamatan Srumbung. Ketiga, kantor
perizinan dan bidang nonperizinan. Pelayanan Kecamatan Srumbung masuk dalam evaluasi
publik tersebut terdiri dari tahap permohonan bidang pemerintahan kabupaten magelang
sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu dikarenakan kantor Kecamatan Srumbung
tempat. berada di kawasan rawan bencana (KRB) yang
menghambat pelayanan publik.
Pemerintah menetapkan bahwa seluruh
kecamatan harus telah menerapkan Pelayanan Penerapan PATEN pada Kecamatan Srumbung
Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) menarik untuk diteliti, maka peneliti merasa
selambat-lambatnya pada tahun 2015. Data penting untuk mengkaji dan meneliti lebih
resmi Direktorat Jenderal Bina Administrasi dalam dengan melakukan penelitian yang
Wilayah atau Ditjen Adwil, Kementerian Dalam berjudul “Implementasi Kebijakan Pelayanan
Negeri Republik Indonesia yang disampaikan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di
oleh Direktur Jenderal Bina Adwil Eko Kantor Kecamatan Srumbung Kabupaten
Subowo, menyatakan bahwa dari 514 Kabupatan Magelang”.

313
B. Metode Penelitian implementasi kebijakan. Faktor yang sangat
Metode penelitian yang digunakan dalam penting dan berpengaruh dalam terciptanya
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan suatu efisiensi kerja adalah terjalinnya suatu
analisis kualitatif. Lokasi penelitian bertempat di komunikasi yang baik dan lancar diantara
Kantor Kecamatan Srumbung Kabupaten pelaksana kebijakan pelayanan administrasi
Magelang, Jalan Joyoningrat Km 4, Srumbung, terpadu kecamatan di Kantor Kecamatan
Kabupaten Magelang. Responden penelitian ini Srumbung. Transmisi dan kejelasan komunikasi
pada implementasi kebijakan pelayanan terpadu
adalah Camat Srumbung, Kasubag Administrasi
kecamatan diawali dengan seringnya camat
Umum dan Staff Pelayanan Administrasi
melakukan rapat dengan pegawai kecamatan dan
Terpadu Kecamatan (PATEN), Tata
kepala desa yang ada di Srumbung. Dengan
Pemerintahan Kabupaten Magelang dan adanya rapat dapat mengetahui sejauh mana
Masyarakat. Model Implementasi Kebijakan pelayanan terpadu yang telah dilaksanakan
menggunakan teori Edward III (Winarno, dikantor Kecamatan Srumbung (memonitor).
2014:177) memakai 4 variabel atau faktor yang
dalam implementasi kebijakan yaitu Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu
Komunikasi, Sumber-sumber, Kecenderungan- Kecamatan (PATEN) di Kantor Kecamatan
kecenderungan dan Struktur birokrasi. Jenis data Srumbung, dikoordinasikan oleh Sub Bagian
yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah Administrasi Umum dan secara substansi
data primer dan sekunder, dengan teknik banyak berhubungan dengan Seksi Tata
pengumpulan data melalui observasi, wawancara Pemerintahan. Oleh karena itu perlu komunikasi
dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis data dan koordinasi yang baik di antara keduanya
yang digunakan adalah dengan cara maupun dengan petugas pelayanan. Staff
meeting menjadi salah satu media komunikasi
pengumpulan data, mereduksi data, menyajikan
yang baik sehingga antara pimpinan dengan
data, dan menarik kesimpulan.
petugas dapat saling curah pendapat dan
memberi informasi terkait pelayanan kepada
C. Hasil dan Pembahasan masyarakat, hambatan apa yang dihadapi, cara
1. Implementasi Kebijakan Pelayanan mengatasi masalah dan sebagainya. Staff
Administrasi Terpadu Kecamatan meeting ini dilakukan secara periodik dan
(PATEN) di Kantor Kecamatan insidentil.
Srumbung.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari Dengan adanya pelayanan PATEN di Kantor
observasi, wawancara dan dokumentasi, dapat Kecamatan Srumbung mempermudah
dijelaskan bahwa Implementasi Kebijakan masyarakat dalam mengurus dokumen, dan tidak
Pelayanan Administrasi Kecamatan (PATEN) di harus ke Dinas terkait di Kabupaten Magelang
Kantor Kecamatan Srumbung meliputi karena jaraknya jauh dari Kantor Kecamatan
komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan- Srumbung. Dan komunikasi antara Kantor
kecenderungan, dan struktur birokrasi. Kecamatan Srumbung dan Tata Pemerintahan
a. Komunikasi Kabupaten Magelang sangat berjalan dengan
George C. Edward III (dalam Effendi, 2016:187- baik, dengan dibuktikan setiap tahun Kantor
188) komunikasi akan sangat menentukan Kecamatan Srumbung melaporkan data hasil
keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksana PATEN.

314
Tabel 1
Data Hasil Pelaksana PATEN
Tahun 2017
No Jenis Pelayanan Jumlah Keterangan
1. Penerbitan IMB 1
2. Pemberian Tanda Bukti Pendaftaran SPPL -
3. Penerbitan Izin Gangguan (HO) 7
4. Penerbitan Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) 7
5. Fasilitas Penerbitan KK 3.041
6. Fasilitas Penerbitan KTP Elektronik 1.029
7. Fasilitas Surat Pindah Penduduk 310
8. Fasilitas Legalisasi Surat Pengantar 1.773
9. Fasilitas Pengajuan Proposal Hibah/Bansos 125
10. Penerbitan Rekomendasi Permohonan Legalitas -
ORMAS dan LSM
11. Fasilitas Legalitas Pengantar Pendirian -
Kelompok Usaha, Koperasi dan Badan Hukum
Lainnya
12. Penerbitan Rekomendasi Permohonan Bantuan 55
13. Pemberian Cuti Kepala Desa selain untuk -
keperluan ke Luar Negeri
Sumber : Tata Pemerintahan Kabupaten Magelang,2018

Sangat jelas bahwa transmisi dan daya manusia maupun sumber daya finansial
kejelasan komunikasi merupakan salah (Fasilitas). Sumber-sumber adalah faktor penting
satu faktor utama dalam implementasi untuk implementasi kebijakan agar dapat
kebijakan, faktor komunikasi menjadi alur berjalan dengan efektif, tanpa sumber daya dan
utama bagi pelaksanaan setiap kebijakan fasilitas maka kebijakan hanya menjadi
ketika akan diimplementasikan. Dari hasil dokumen saja.
penelitian Kantor Kecamatan Srumbung a. Sumber daya manusia (SDM)
telah melakukan penyampaian informasi Sumber yang paling penting dalam
dan memberi pemahaman mengenai melaksanakan kebijakan adalah staf atau
PATEN. pegawai. Sumber daya manusia yang ada di
Kantor Kecamatan Srumbung sangat minim
Penyampaian informasi dan memberi dikarenakan ada yang sudah pensiun dan
pemahaman mengenai PATEN dilakukan beberapa pegawai harus merangkap kerjaan
melalui sosialisasi kepada Kepala Desa dan untuk menyelesaikan tugas pelayanan kepada
brosur. masyarakat.

b. Sumber-sumber
Menurut Edward (dalam Widodo, 2014:184-
185) setiap kebijakan harus didukung oleh
sumber-sumber yang memadai, baik sumber

315
Tabel 2
Daftar Pegawai Kantor Kecamatan Srumbung
No Nama/NIP Jabatan Pendidikan
1 Muhammad Taufiq H.Y, S.STP., Camat S2
M.Si.
19800730 199810 1 001
2 Drs. Moch A Chusen Sekretaris Camat S1
19611018 198903 1 004
3 R. Andie Wibowo, S.STP., M.Si. Kasubbag Program dan S2
19761028 199602 1 002 Keuangan
4 Muh Juli Kasubbag Administrasi Umum SMA
19620702 198703 1 009
5 Wawan Hari Winanto Kasi Tata Pemerintahan SMA
19641129 199103 1 007
6 Ir. Muchibin Kasi Pemberdayaan Masyarakat S1
19640309 199103 1 013
7 Priyo Cahyono, S.Sos. Kasi Kesejahteraan Rakyat S1
19760716 199803 1 005
8 Drs. Didik Suswanto, EP Kasi Ketentraman dan S1
19670528 199702 1 002 Ketertiban Umum
9 Winarto, S.Si Pengelola Kemanan dan S1
19690201 199603 1 007 Ketertiban
10 Sujadi Pengadministrasi Perencanaan SMA
19601006 198607 1 002 dan Program
11 M Yosepha Sulistyawati T, A.Md Verivikator Keuangan D3
19750507 201001 2 2016
12 Haryanto Pengadministrasi Perizinan SMA
19680606 200906 1 003
Jumlah 12
Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Kendala di Kantor Kecamatan Srumbung, 1) Fasilitas


mengenai sumber daya/staf di Kantor Fasilitas fisik merupakan sumber-sumber yang
Kecamatan Srubung masih banyak kekurangan penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa
dalam hal kuantitas yaitu kurangnya tenaga fasilitas fisik maka implementasi kebijakan tidak
pelayanan, sedangkan secara kualitas masih akan terlaksana dengan baik. Berdasarkan
perlunya diberikan diklat atau bimtek pelayanan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan,
publik. Sedangkan Kantor Kecamatan Srumbung di Kantor Kecamatan Srumbung dalam hal
setiap harinya melayani masyarakat yang fasilitas kantor sudah memadai seperti :
mengurus dokumen pribadi. i. 6 unit komputer PC
ii. 3 laptop
Di sisi lain kemampuan dan ketrampilan seorang iii. 1 unit LCD proyektor dan layar
pegawai juga akan mempengaruhi proses iv. 1 unit kamera digital
pelaksanaan kebijakan sehingga dapat berjalan v. 1 unit mesin ketik
dengan efektif. Sumber daya manusia vi. 1 set sound system
merupakan faktor yang sangat penting dalam
vii. 1 unit telepon dan faksimil
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
viii. 1 unit genzet
kebijakan. Hal ini dikarenakan manusia adalah
ix. 1 unit pesawat HT
unsur penggerak dan pelaksanaan dari kebijakan
itu sendiri. x. Meja dan kursi kerja
xi. Televisi dan antena parabola
316
pekerjaan. Jadi tingkat kepatuhan di Kantor
Kondisi beberapa fasilitas Kantor Kecamatan Kecamatan Srumbung sangat tinggi dan baik.
Srumbung kurang representatif atau kurang 2. Insentif
memadai dalam memberikan pelayanan kepada Sangat jelas bahwa untuk insentif memang
masyarakat antara lain: menjadi kecenderungan tersendiri, tetapi
1) Kantor Kecamatan Srumbung perlu hasil wawancara dari Bapak Camat
dilakukan rehabilitasi sedang/ berat. Srumbung untuk Kecamatan Srumbung tidak
Kecamatan Srumbung merupakan salah satu ada insentif karena semua digaji oleh negara
kecamatan yang rawan bencana Gunung Merapi. dan bekerja untuk negara.
Kantor Kecamatan Srumbung seharusnya
memiliki posko penanganan bencana Gunung d. Struktur Birokrasi
Merapi. Pembangunan kantor Kecamatan Edward (dalam Widodo, 2014:205-206)
Srumbung yang lebih representatif merupakan birokrasi merupakan salah satu badan yang
kebutuhan guna dapat memberikan pelayanan paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi
SKPD termasuk dalam penanganan bencana pelaksana kebijakan. Faktor yang mempengaruhi
sesuai kewenangan. implementasi suatu kebijakan adalah struktur
i. Alat perekam E-KTP birokrasi. Jika, dalam pelaksanaan kebijakan
Alat perekam E-KTP serentak yang komunikasi, sumber-sumber dan
dilakukan ketika tahun 2013/2014 sudah kecenderungan-kecenderungan sudah berjalan
rusak dan tidak bisa terpakai lagi, dan perlu dengan baik. Tetapi struktur birokrasi tidak
perawatan lagi. berjalan dengan baik, maka dalam pelaksanaan
ii. Ruang kerja PATEN akan mengalami kendala dalam melayani
Seharusnya ruang kerja PATEN masyarakat.
disendirikan dengan ruang kerja pegawai
yang lain agar lebih nyaman bagi Dengan menggunakan Standard Operating
masyarakat. Tetapi di Kantor Kecamatan Procedur (SOP) para pelaksana dapat
Srumbung ruang kerja PATEN menjadi satu memanfaatkan waktu yang tersedia. Selain itu
dengan ruang kerja pegawai hanya diberi SOP menyeragamkan tindakan-tindakan dari
skat persegi untuk membedakan. Dengan para pejabat dalam organisasi-organisasi yang
adanya fasilitas fisik maka pekerjaan kompleks dan tersebar luas.
pelayanan akan mudah dilakukan dan tidak 1. Standard Operating Procedur (SOP)
membuang waktu ketika mengurus Struktur birokrasi sebagai pelaksana
dokumen. Fasilitas fisik penunjang kebijakan memiliki peranan penting dalam
implementasi kebijakan dalam PATEN. implementasi kebijakan pelayanan
administrasi terpadu kecamatan (PATEN),
c. Kecenderungan- kecenderungan salah satu aspek yang penting adalah
Edward (dalam Widodo, 2014:197-198) Standard Operating Procedur (SOP). SOP
kecenderungan dari para pelaksana kebijakan adalah suatu standart atau pedoman yang
merupakan faktor ketiga yang mempunyai tertulis yang digunakan untuk mendorong
konsekuensi-konsekuensi penting bagi Kantor Kecamatan Srumbung untuk
implementasi kebijakan yang efektif. mencapai tujuan. Dasar dari SOP PATEN
1. Tingkat kepatuhan pelaksana kebijakan telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam
Ketika perintah dijelaskan oleh camat maka Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang
sebagai staf yang bertanggung jawab Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu
langsung menjalankan perkerjaan tersebut. Kecamatan sedangkan untuk di Kabupaten
Camat memberikan perintah kepada Kasubag Magelang diatur oleh Peraturan Bupati
administrasi umum setelah itu diteruskan ke Nomor 20 Tahun 2015 tentang
staf pelayanan untuk melakukan perintah dari Pendelegasian Sebagian Wewenang Bupati
Camat dalam hal pelayanan. Setelah selesai Kepada Camat, Peraturan Bupati Nomor 21
pekerjaan, melaporkan kepada kasubag Tahun 2015 tentang Uraian Tugas
administrasi umum untuk menjadi periksa Pelaksana PATEN di Lingkungan
Kabupaten, Peraturan Bupati Magelang
Nomor 22 Tahun 2015 tentang Standar

317
Pelayanan Administrasi Terpadu dalam implementasinya terdapat hambatan-
Kecamatan (PATEN) di lingkungan hambatan.
Kabupaten Magelang. SOP Kantor
Kecamatan Srumbung sendiri berpedoman Berikut faktor Pendorong implementasi
pada Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun kebijakan pelayanan administrasi terpadu
2016 tentang Pembentukan dan Susunan kecamatan menurut teori menurut G. Shabbir
Perangkat Daerah Kabupaten Magelang Cheema dan Dennis A. Rondinelli (Subarsono,
yang termuat dalam Rencana Strategis 2005:101) ditinjau dari beberapa aspek:
tahun 2014-2019 yang terdiri dari 1) Kondisi Lingkungan
pernyataan visi dan misi, tujuan dan sasaran Menurut Mazmanian dan Sabatier
strategis Kantor Kecamatan Srumbung. (Subarsono, 2005:98) kondisi lingkungan
SOP di Kantor Kecamatan Srumbung masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik
bertujuan untuk mempertimbangkan akan relatif mudah menerima program-
sumberdaya dan kemampuan yang dimiliki. program pembaruan dibanding dengan
masyarakat yang masih tertutup dan
tradisional. Demikian juga, kemajuan
Berdasarkan uraian diatas SOP merupakan teknologi akan membantu dalam proses
pedoman yang digunakan untuk mendorong keberhasilan implementasi kebijakan.
Kantor Kecamatan Srumbung dalam Kondisi Kecamatan Srumbung yang jauh
meningkatkan pelayanan secara prima dan dari Disdukcapil maupun dinas lain
terpadu. Kantor Kecamatan Srumbung mendorong pemerintah daerah untuk
mempunyai struktur birokrasi yang lengkap senantiasa berinovasi dalam rangka
terdiri dari Camat, Sekretarias Camat, Kasubag memberikan pelayanan publik yang
Administrasi Umum, dan lainnya. Karena dalam semakin berkualitas dan memuaskan bagi
pelaksanaannya telah terdapat Standar Prosedur masyarakat. Manandakan bahwa sangat
Operasional (SOP). Dimana secara keseluruhan tepat apabila kebijakan pelayanan
pelayanan yang diberikan berpedoman pada administarsi terpadu kecamatan (PATEN)
SOP yang ada. Dalam SOP tersebut jelas di terapkan di Kantor Kecamatan Srumbung
terdapat syarat-syarat untuk mendapatkan mendekatkan pemerintah dengan
pelayanan, waktu dalam pemprosesan masyarakatnya.
pelayanan, biaya pelayanan, alur pelayanan
hingga hasil dari pelayanan yang didapat. 2) Respon masyarakat
Dengan adanya SOP PATEN menandakan Respon masyarakat sangat penting agar
bahwa PATEN telah berjalan dengan baik di mengetahui sejauh mana implementasi
Kabupaten Magelang khusunya Kantor kebijakan pelayanan administrasi terpadu
Kecamatan Srumbung. kecamatan (PATEN) di terapkan di Kantor
Kecamatan Srumbung. Masyarakat tentu
e. Faktor Pendorong dan Penghambat menyambut gembira dengan adanya
Implementasi Kebijakan Pelayanan kebijakan PATEN ini karena jelas
Administrasi Terpadu Kecamatan pelayanan menjadi lebih dekat dan murah
(PATEN) di Kantor Kecamatan bagi masyarakat. Layanan yang sebelumnya
Srumbung Kabupaten Magelang. diberikan di Kota Mungkid yang jauhnya
1. Faktor Pendorong lebih dari 20 km, sekarang menjadi lebih
Bedasarkan observasi dan wawancara yang dekat dan tentu lebih murah operasionalnya
peneliti lakukan, menunjukkan bahwa karena jarak kecamatan dan desa-desa yang
implementasi kebijakan pelayanan administrasi relatif dekat. Adanya PATEN bisa lebih
terpadu kecamatan (PATEN) di Kantor mudah mengurus dan menjadi kenal dengan
Kecamatan Srumbung sudah sesuai dengan teori pegawai kecamatan.
implementasi kebijakan dari Edward dengan
melihat aspek-aspek yang mempengaruhi 2. Faktor penghambat
implementasi kebijakan PATEN meskipun 1) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia menjadi faktor
penghambat di Kantor Kecamatan

318
Srumbung di dalam implementasi kebijakan 4. Struktur birokrasi
PATEN. Faktor yang menghambat SOP sudah dilaksanakan dengan baik, karena
implementasi PATEN terutama dalam hal dengan adanya SOP maka pekerjaan melayani
kuantitas dan kualitas adalah SDM yang bisa berjalan dengan mudah dan murah.
masih terbatas. Jumlah petugas teknis 5. Faktor pendorong
PATEN di Kecamatan Srumbung sangat Kondisi lingkungan untuk Kecamatan Srumbung
minim karena pensiun dan belum memang sangat tepat deterapkan PATEN karena
mendapatkan gantinya. mendekatkan pelayanan untuk masyarakat.
2) Fasilitas Ditambah respon positif dari masyarakat dnegan
Disamping sumber daya manusia (SDM) adanya PATEN tersebut.
yang menjadi pengahambat implementasi 6. Faktor penghambat
kebijakan pelayanan administrasi terpadu Sumber daya manusia dan fasilitas menjadi
kecamatan (PATEN) yaitu fasilitas juga salah satu faktor yang menghambat perkerjaan
sangat berpengaruh dalam implementasi pelayanan karena di Kantor Kecamatan
kebijakan PATEN. Bukan hanya tempat Srumbung ada yang sudah pensiun dan beberapa
kerja tetapi sarana dan prasarana yang lain pegawai merangkap pekerjaan untuk melayani
perlu ditambah untuk meningkatkan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan uraian
kenyamanan masyarakat. diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor
eksternal yang menghambat implementasi
D. Penutup kebijakan PATEN di kantor Kecamatan
Implementasi kebijakan Pelayanan Administrasi Srumbung adalah sumber daya manusia dan
Terpadu Kecamatan (PATEN) berdasarkan fasilitas yang menunjang terlaksananya
Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang pekerjaan pelayanan dan memudahkan
Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu masyarakat mengetahui tentang persyaratan
Kecamatan. Dilaksanakan di seluruh kabupaten pengurusan dokumen.
se-Indonesia melalui Kecamatan-kecamatan.
Telah diimplementasikan sesuai dengan teori Saran yang dihasilkan adalah perlunya
Edward III dengan menggunakan empat menambah fasilitas untuk mempermudah
variabel, keempat variabel tersebut meliputi masyarakat dalam mengurus dokumen antara
komunikasi, sumber-sumber, kecenderungan- lain mesin antrian, lay out ruang tunggu,
kecenderungan, dan struktur birokrasi. Meski dibuatkan banner PATEN dan persyaratannya
dalam pelaksanaan ada ada beberapa hambatan agar masyarakat mengetahui sepenuhnya, jadi
dalam pelaksanaannya, maka disimpulkan tidak simpang siur dalam mengurus dokumen
dengan hal-hal berikut : pribadi dan lain sebagainya.
1. Komunikasi
Komunikasi yang dilakukan oleh Kantor Daftar Pustaka
Kecamatan Srumbung dalam menyampaikan Antara News, 2015. Magelang Luncurkan
informasi PATEN terhadap masyarakat sudah Pelayanan Administrasi Terpadu
berjalan baik karena melalui kepala desa Kecamatan.
masing-masing. https://jateng.antaranews.cim/detail
2. Sumber-sumber diakses pada tanggal 14 Mei 2018 pukul
Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) 23:36 WIB
yang ada saat ini masih kurang untuk Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami
pelaksanaan pelayanan administrasi terpadu Penelitian Kualitatif. Jakarta, Rineka.
kecamatan (PATEN), apalagi dengan Effendi, Leond Irawansah. 2016. Implementasi
fasilitasnya. Kebijakan Pelayanan Administrasi
3. Kecenderungan-kecenderungan Terpadu Kecamatan (PATEN) di
Tingkat kepatuhan pelaksana tugas sudah Kecamatan Palu Barat Kota Palu. eJurnal
berjalan dengan baik karena adanya koordinasi Katagonis, Vol. 4, No. 11, November
atar kasubag dengan staf dan antara kasubag 2016, hal. 184-193.
dengan camat. Tetapi untuk insentif memang Kemendagri, 2018. 288 Kabupaten/Kota Telah
dari hasil wawncara tidak adanya insentif Menerapkan Pelayanan Administrasi
pekerjaan karena sudah digaji oleh negara. Terpadu Kecamatan.

319
http://www.kemendagri.go.id/news/2018/
05/25 diakses pada tanggal 14 Februari
2018 pukul 23:31 WIB
Rencana Strategis Kantor Kecamatan Srumbung
2014-2019
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik:
Konsep, Teori dan Aplikasi.Yogyakarta,
Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen.
Bandung, Alfabeta.
Widodo, Joko. 2014. Analisis Kebijakan Publik:
Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang, Bayumedi
Publishing.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik (Teori
Proses dan Studi Kasus). Yogyakarta,
CAPS (Centerof Academic Publishing
Service).
Dokumen-dokumen :
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4
Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN).
Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2015 tentang
Pendelegasian Sebagian Wewenang
Bupati Kepada Camat.
Peraturan Bupati Nomor 21 Tahun 2015 tentang
Uraian Tugas Pelaksana PATEN di
Lingkungan Kabupaten.
Peraturan Bupati Magelang Nomor 22 Tahun
2015 tentang Standar Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) di lingkungan Kabupaten
Magelang.

320
Gratifikasi Dalam Perspektif Etika Dan Tindak Pidana

Muhammad Abdul Khaliq Wahid


Magister Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,
Universitas Sebelas Maret
maskhaliq@students.uns.ac.id

Abstrak
Gratifikasi seringkali menimbulkan persoalan bagi para pegawai negeri (penyelenggara negara).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami keterkaitan gratifikasi dilihat dari perspektif etika dan tindak
pidana. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kepustakaan. Tindakan
memberi gratifikasi (hadiah) kepada pejabat publik merupakan pelanggaran etika yang sangat tidak patut
untuk terus dibiarkan, sebab publik ingin adanya pemerintahan yang akuntabel dan transparan. Gratifikasi
juga dapat dikenakan regulasi tindak pidana korupsi. Regulasi mengenai gratifikasi di Indonesia diatur
dalam UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Gratifikasi sebagai tindak
pidana korupsi sangat jelas merugikan negara.
Kata kunci: gratifikasi, etika, tindak pidana

Abstrak
Gratuities often cause problems for civil servants (state officials). This study aims to understand the
relevance of gratification seen from the perspective of ethics and criminal acts. The research used
qualitative approach with literature study method. The act of granting gifts (gifts) to public officials is a
very inappropriate violation of ethics to continue to be allowed, because the public wants an accountable
and transparent government. Gratuities can also be subject to corruption criminal regulations. The
regulation on gratification in Indonesia is regulated in UU No. 20 Tahun 2001 on the Eradication of
Corruption. Gratification as a criminal act of corruption is very clearly detrimental to the state.
Keywords: gratification, ethics, criminal

A. Pendahuluan
Fenomena korupsi kini semakin marak terjadi budaya untuk tanda terima kasih. Bagi para
dan banyak orang menganggapnya sebagai pelaku dan penerima yang tertangkap,
kultur yang tidak dapat dipisahkan dari penegakan hukumnya pun masih terbilang
kehidupan bermasyarakat. Salah satu bentuk lemah. Gratifikasi terjadi karena adanya
korupsi diantaranya adalah gratifikasi. Banyak keinginan dan dorongan untuk mencari
orang yang menganggap pemberian hadiah keuntungan dengan melibatkan orang lain.
berupa gratifikasi adalah sebuah kebiasaan dan Terjadinya gratifikasi ini karena baik pemberi
kepatutan, terutama jika si Penerima telah maupun penerima, dengan alasan tertentu bisa
melakukan sesuatu yang dianggap membantu menjalin hubungan berdasarkan kepentingan
kepentingan si Pemberi. Gratifikasi tersebut tertentu. Kepentingan ini meliputi agar penerima
terjadi karena adanya keinginan dan dorongan gratifikasi mau melakukan sesuatu atau tidak
untuk mencari keuntungan. Ditambah lagi melakukan sesuatu, sehingga dalam hal ini
dengan kebiasaan masyarakat memberi tip (uang keuntungan berpihak pada pemberi gratifikasi,
tambahan) kepada petugas dan pegawai negeri karena dengan adanya pemberian hadiah
(penyelenggara negara) semakin menyuburkan tersebut setidaknya penerima gratifikasi akan
tindakan gratifikasi tersebut. terpengaruh baik itu dalam mengambil
keputusan maupun menentukan suatu kebijakan
Di Indonesia, gratifikasi bukan hal yang baru (Santoso, 2013; Maulidar, Din 2017; Rinaldi,
dan masih cukup dianggap hal lumrah sebagai 2017).

321
Komisi Pemberantasan Korupsi (2010) sistem birokrasi, praktik positif tersebut berubah
memberikan beberapa contoh kasus yang menjadi kendala di dalam upaya membangun
seringkali terjadi dan dapat dikategorikan tata kelola pemerintahan yang baik. Pemberian
sebagai gratifikasi, antara lain: (1) Pemberian yang diberikan kepada pejabat publik cenderung
hadiah atau parsel kepada pejabat pada hari raya memiliki pamrih dan dalam jangka panjang
keagamaan oleh rekanan atau bawahannya; (2) dapat berpotensi mempengaruhi kinerja pejabat
Hadiah atau sumbangan pada saat perkawinan publik, menciptakan ekonomi biaya tinggi dan
anak dari pejabat oleh rekanan kantor pejabat dapat mempengaruhi kualitas dan keadilan
tersebut; (3) Pemberian tiket perjalanan kepada layanan yang diberikan pada masyarakat.
pejabat atau keluarganya untuk keperluan
pribadi secara cuma-cuma; (4) Pemberian Gratifikasi (pemberian hadiah) yang diterima
potongan harga khusus bagi pejabat untuk oleh penyelenggara negara adalah salah satu
pembelian barang dari rekanan; (5) Pemberian sumber penyebab timbulnya konflik
biaya atau ongkos naik haji dari rekanan kepada kepentingan. Konflik kepentingan yang tidak
pejabat; (6) Pemberian hadiah ulang tahun atau ditangani dengan baik dapat berpotensi
pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan; mendorong terjadinya tindak pidana korupsi.
(7) Pemberian hadiah atau souvenir kepada Situasi yang menyebabkan seseorang
pejabat pada saat kunjungan kerja; (8) penyelenggara negara menerima gratifikasi atau
Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan pemberian/penerimaan hadiah atas suatu
terima kasih karena telah dibantu, dan lain-lain. keputusan/jabatan merupakan salah satu
kejadian yang sering dihadapi oleh
Gratifikasi atau dalam bahasa inggris disebut penyelenggara negara yang dapat menimbulkan
gratuities menurut penjelasan Pasal 12B UU No. konflik kepentingan. Penerimaan gratifikasi oleh
20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak penyelenggara negara atau pegawai negeri dan
Pidana Korupsi ialah pemberian dalam arti luas, keluarganya dalam suatu acara pribadi, atau
yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat menerima pemberian suatu fasilitas tertentu
(discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket yang tidak wajar, semakin lama akan menjadi
perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan kebiasaan yang cepat atau lambat akan
wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas mempengaruhi penyelenggara negara atau
lainnya. Gratifikasi seringkali dijadikan sebagai pegawai negeri yang bersangkutan. Banyak yang
salah satu alat ‘suap’ kepada pejabat berpendapat bahwa pemberian tersebut sekedar
pemerintahan dalam rangka melancarkan tanda terima kasih dan sah-sah saja, tetapi
aktivitas politik yang menguntungkan diri pemberian tersebut patut diwaspadai sebagai
sendiri maupun kelompok. Pasal gratifikasi yang pemberian yang berpotensi menimbulkan
dianggap suap kemudian dirumuskan sebagai konflik kepentingan karena terkait dengan
respon atas perilaku pegawai publik yang kerap jabatan yang dipangku oleh penerima serta
menerima hadiah atas pelayanan yang kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan
dilakukannya. Yang perlu diwaspadai dari dari pemberi, dan pada saatnya pejabat penerima
bentuk-bentuk pemberian seperti ini adalah akan berbuat sesuatu untuk kepentingan pemberi
upaya tanam budi yang dapat ditagih di sebagai balas jasa.
kemudian hari. Gratifikasi yang dianggap suap, Penyelenggara negara atau pegawai negeri yang
sebagaimana korupsi pada umumnya, dapat menerima gratifikasi dari pihak yang memiliki
diartikan sebagai perilaku menyimpang dari para hubungan afiliasi (misalnya: pemberi kerja -
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang penerima kerja, atasan - bawahan dan kedinasan)
bertentangan dengan norma-norma yang hidup dapat terpengaruh dengan pemberian tersebut
di masyarakat, dan bertujuan untuk memperoleh yang semula tidak memiliki kepentingan pribadi
keuntungan pribadi. terhadap kewenangan dan jabatan yang
dimilikinya menjadi memiliki kepentingan
Jika dilihat dari kebiasaan, tradisi saling pribadi dikarenakan adanya gratifikasi.
memberi-menerima tumbuh subur dalam Pemberian tersebut dapat dikatakan berpotensi
kebiasaan masyarakat. Hal ini sebenarnya positif untuk menimbulkan konflik kepentingan pada
sebagai bentuk solidaritas, gotong royong dan pejabat yang bersangkutan. Untuk menghindari
sebagainya. Namun jika praktik diadopsi oleh terjadinya konflik kepentingan yang timbul

322
karena gratifikasi tersebut, penyelenggara negara C. Pembahasan
atau pegawai negeri harus membuat suatu Menurut Transparecy International (2017),
declaration of interest untuk memutus persepsi korupsi Indonesia pada tahun 2017
kepentingan pribadi yang timbul dalam hal tidak mengalami kemajuan atau jalan di tempat.
penerimaan gratifikasi. Oleh karena itu, Ini tercermin indeks persepsi korupsi Indonesia
penyelenggara negara atau pegawai negeri harus yang dirilis Transparency International (TI)
melaporkan gratifikasi yang diterimanya untuk pada 2017 sama seperti tahun sebelumnya di
kemudian ditetapkan status kepemilikan level 37 dari skala 0-100. Di mana skor 0
gratifikasi oleh KPK. mengindikasikan paling korup sementara 100
menunjukkan paling bersih. Dengan skor
Permasalahan yang akan diteliti yaitu bagaimana tersebut peringkat persepsi korupsi Indonesia
gratifikasi ditinjau dari perspektif etika dan berada di peringkat 96 dari 180 negara. Di
pidana. Terkadang pada situasi tertentu, para peringkat ini Indonesia sama dengan enam
penyelenggara negara sulit menolak pemberian negara lainnya, yakni Brasil, Kolombia, Panama,
gratifikasi. Padahal hal tersebut melanggar kode Peru, Thailand, dan Zambia. Berdasarkan
etik serta dapat dikenakan pasal gratifikasi peringkat, capaian Indonesia tahun lalu justru
berkaitan dengan tindak pidana. Oleh karena itu, turun 6 level dari sebelumnya di peringkat 90.
penelitian ini juga bertujuan para pembaca dapat Selandia Baru berada di peringkat pertama
memahami keterkaitan gratifikasi baik ditinjau dengan skor tertinggi sebesar 89, ini
dari perspektif etika maupun tindak pidana. mengindikasikan negara tersebut paling bersih
dari korupsi. Sementara peringkat paling bawah
B. Metode Penelitian ditempati Somalia dengan nilai 9, artinya negara
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif tersebut merupakan paling korup dibanding
dengan menggunakan metode studi kepustakaan. negara lainnya.
Menurut Miles dan Huberman penelitian Gambar 1.
kualitatif merupakan penelitian yang Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun
mendeskripsikan penjelasan, alur peristiwa 2012-2017
secara kronologis, dan sebab akibat dari obyek (www.transparency.org)
yang diteliti (Miles dan Huberman, 1992).
Sementara studi kepustakaan merupakan
penelitian dengan menggunakan data sekunder
yang dapat diperoleh dari literatur, arsip media
massa maupun dokumen-dokumen (Moleong,
2002).

1. Gratifikasi dalam perspektif etika disebabkan oleh kebutuhan untuk mewujudkan


Secara sederhana etika (ethics) dapat dipahami birokrasi yang (berkinerja) baik. Birokrasi yang
sebagai seperangkat sistem nilai terhadap dilingkupi situasi tidak etis cenderung
sesuatu yang dianggap baik, seharusnya dan menunjukkan perilaku yang patologis seperti
dengan demikian menjadi pedoman perilaku menutup diri, kaku, angkuh, jauh dari warga,
dalam masyarakat. Rohr (dalam Holbrook dan lamban, boros dan tidak efektif. Merton (dalam
Meier, 1993) mendefinisikan etika birokrasi Makmur, 2003) menyebutnya dsyfunction,
sebagai perilaku yang mencerminkan keadilan, sementara Crozier (dalam Makmur, 2003)
kejujuran dan kesempatan yang sama dalam menyebutnya sebagai Malady of Bereaucrazy,
kehidupan. Masih menurut Rohr, perilaku etis sedangkan Wibawa (2011) menyebutnya sebagai
juga bersifat situasional bergantung pada kondisi “ketidakbertanggungjawaban yang terorganisir”.
dan tempat (lingkungan) seseorang berinteraksi.
Kebutuhan etis dalam birokrasi setidaknya

323
Titus (dalam Makmur, 2003) menyebutkan tahun 2015 yaitu setelah ada kebijakan tentang
argumentasi bahwa etika perlu menjadi spirirt gratifikasi. Jumlahnya berbeda-beda antara
code of conduct bagi birokrasi karena: (1) etika Rp25.000,00 sampai Rp200.000,00. Meski
diperlukan sebagai metode untuk menemukan setiap bertugas sebagai penghulu di luar jam
cara yang benar dalam pelaksanaan kehidupan kerja dan di luar kantor dia selalu memberi
berbangsa; (2) etika diperlukan sebagai kode pengertian kepada warga agar tidak perlu
moral dalam masyarakat meliputi prosedur, memberi uang tambahan, karena uang
prinsip dan aturan perilaku; (3) etika dapat Rp600.000 yang dibayarkan warga sudah
mendorong manusia menuju kesejatian termasuk biaya transportasi dan jasa profesi.
hidupnya, yakni perilaku yang didasarkan pada Meskipun demikian, tetap saja ada warga yang
nilai-nilai kebaikan universal; (4) sistem etika memberikan uang tambahan tersebut.
juga tetap perlu dikritik secara wajar, agar nilai-
nilai etis dapat berkembang kompatibel (selaras) Berbeda kasus di negara lain, yaitu 2 kasus dari
menyesuaikan perkembangan zaman. Australia dan 1 kasus dari Inggris memiliki
permasalahan serupa yakni polisi diberikan
Etika merupakan pedoman penting dalam perlakuan istimewa dan tanda terima kasih
birokrasi, karena sebagai alat untuk dalam bentuk makanan, keramahan dan
mengupayakan agar proses dalam organisasi tunjangan lainnya sebagai bentuk gratifikasi. Hal
berjalan dengan baik dan dapat memuaskan tersebut tentu menyalahi kode etik profesi
banyak pihak. Dengan adanya landasan etika mereka. Pelanggaran etika dapat menyebabkan
tersebut maka terbentuklah pemerintahan yang berkurangnya rasa hormat dan kepercayaan
akuntabel dan transparan, serta tidak melakukan publik serta menunjukkan kegagalan polisi itu
gratifikasi dengan cara menolak pemberian sendiri. Tanpa tindakan tegas gratifikasi akan
hadiah (gratifikasi) yang cenderung terus menjadi masalah yang dapat merusak citra
menimbulkan potensi konflik kepentingan. polisi. (Prenzler, Beckley, Bronitt: 2013)

Salah satu bentuk kasus gratifikasi di Indonesia 2. Gratifikasi dalam perspektif tindak
yang seringkali menimbulkan dilema antara lain pidana
berkaitan dengan profesi penghulu KUA. Tindak pidana diartikan sebagai suatu tindakan
Menurut Rohadian (2014), selama ini para yang menurut rumusan Undang-Undang telah
penghulu dianggap sebagai pihak yang sering dinyatakan sebagai tindakan yang dapat
disorot dengan dugaan gratifikasi. Sudah dihukum, artinya perbuatan yang oleh aturan
menjadi hal lumrah jika setelah menghadiri hukum dilarang dan diancam dengan pidana, di
pernikahan mereka mendapat “tanda terima mana pengertian perbuatan di sini selain
kasih” dari pihak pengantin. Inilah yang disorot perbuatan yang bersifat aktif yaitu melakukan
oleh inspektorat jenderal Kementerian Agama sesuatu perbuatan yang sebenarnya dilarang oleh
RI bahkan oleh KPK, sehingga kemudian hukum, juga perbuatan yang bersifat pasif yaitu
menjadi salah satu motif diterbitkannya PP No. tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya dilarang
48 tahun 2014. Jika gratifikasi tersebut diterima oleh hukum (Maulidar, Din, Rinaldi: 2017).
oleh penghulu KUA, tentu sudah melanggar
kode etik mereka sebagai penyelenggara negara Untuk mengetahui kapan gratifikasi menjadi
yang memberikan pelayanan kepada publik. kejahatan korupsi, perlu dilihat rumusan Pasal
Kejujuran dan komitmen mencegah korupsi bisa 12B Ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun
diteladankan siapa saja, termasuk yang diberikan 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun
seorang penghulu di Kantor Urusan Agama 2001. Pasal tersebut telah melarang praktik
(KUA) di Klaten, Jawa Tengah bernama gratifikasi atau pemberian hadiah di Indonesia,
Abdurrahman Muhammad Bakri tetapi perlu diperhatikan adanya sebuah rambu
(www.republika.com). Ia adalah aparatur sipil tambahan yaitu larangan bagi pegawai negeri
negara (ASN) yang aktif melaporkan atau penyelenggara negara untuk menerima
penerimaan gratifikasi yang telah melaporkan gratifikasi yang dapat dianggap suap. Sehingga
penerimaan gratifikasi sebanyak 59 kali ke bisa diartikan bahwa suatu gratifikasi atau
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Aksi pemberian hadiah berubah menjadi suatu yang
melaporkan gratifikasi ke KPK itu dimulai sejak perbuatan pidana suap khususnya pada seorang

324
pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap diklasifikasikan sebagai salah satu
adalah pada saat pegawai negeri atau jenis tindak pidana korupsi.
penyelenggara negara tersebut melakukan
tindakan menerima suatu gratifikasi atau Ada beberapa faktor yang menyebabkan
pemberian hadiah dari pihak manapun sepanjang mengapa gratifikasi tersebut bisa terjadi kepada
pemberian tersebut diberikan berhubungan pejabat publik. Diantarannya ialah pemberian
dengan jabatan ataupun pekerjaannya. hadiah karena alasan pribadi (belum tentu
tindakan kriminal), pemberian hadiah karena
Salah satu kebiasaan yang berlaku umum di sesuatu yang diharapkan terjadi di masa
masyarakat adalah pemberian tanda terima kasih mendatang (hampir serupa dengan penyuapan),
atas jasa yang telah diberikan oleh petugas, baik pemberian hadiah karena sesuatu yang telah
dalam bentuk barang atau bahkan uang. Hal ini terjadi di masa lalu (tanda terima kasih),
dapat menjadi suatu kebiasaan yang bersifat pemberian hadiah karena posisi tertentu pejabat
negatif dan dapat mengarah menjadi potensi publik tersebut, (Welling: 2013).
perbuatan korupsi di kemudian hari. Potensi
korupsi inilah yang berusaha dicegah oleh Dasar hukum yang dijadikan acuan untuk
peraturan undang-undang. Oleh karena itu, menindak gratifikasi di beberapa negara masih
berapapun nilai gratifikasi yang diterima seorang sangat rancu dan rawan akan terjadinya
pegawai negeri atau penyelenggara negara, bila penyelewengan. Hal ini terjadi karena gratifikasi
pemberian itu patut diduga berkaitan dengan itu sendiri tidak memiliki batasan, yang dapat
jabatana atau kewenangan yang dimiliki, maka membedakan antara gratifikasi dan suap. Seperti
sebaiknya pegawai negeri atau penyelenggara hukum yang ada di negara Rusia, dimana
negara tersebut segera melaporkannya pada terdapat konflik antara ketentuan KUHP
KPK untuk dianalisis lebih lanjut. Federasi Rusia dimana jumlah minimum suap
tidak ditentukan, dan ketentuan Undang-undang
Salah satu terpidana kasus gratifikasi di Federal “Tentang Layanan Sipil Negara Federasi
Indonesia terkait pajak yaitu Gayus Halomoan Rusia”, yang pada satu sisi berisi larangan
Partahanan Tambunan. Ia didakwa dalam mutlak terhadap pegawai negeri sipil yang
sejumlah perkara korupsi, pencucian uang dan menerima hadiah dan segala bentuk jenis
satu tindak pidana umum. Terkait dengan remunerasi, sementara disisi lain, Hukum
penerapan pasal gratifikasi, jaksa mendakwa Perdata Federasi Rusia mengakui kemungkinan
Gayus telah menerima gratifikasi. Ia sebegai pegawai negeri sipil untuk menerima hadiah
penerima gratifikasi juga tidak pernah dengan jumlah tidak melebihi 3.000 ruble (setara
melaporkan penerimaan tersebut kepada Rp690.000,00) dalam pelaksanaan tugas dinas
Direktorat Gratifikasi KPK sejak tahun 2004 yang sedang dilakukan oleh pejabat publik
sampai dakwaan diajukan ke Pengadilan Tindak (Zimneva: 2015).
Pidana Korupsi.
C. Kesimpulan
Ketentuan tentang gratifikasi mempunya dua Kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat
dimensi sekaligus, yaitu pencegahan dan adalah pemberian tanda terima kasih atas jasa
penindakan. Dari aspek pencegahan, yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam
berdasarkan Pasal 16 UU No. 30 Tahun 2002 bentuk barang atau bahkan uang dapat
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana dikategorikan sebagai gratifikasi. Hal ini dapat
Korupsi dan Pasal 12C UU No. 20 Tahun 2001 menjadi suatu kebiasaan yang bersifat negatif
tentang Perubahan UU No. 31 Tahun 1999 dan dapat mengarah menjadi potensi perbuatan
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi korupsi di kemudian hari.
diatur bahwa pegawai negeri atau penyelenggara
negara wajib melaporkan setiap penerimaan Gratifikasi (pemberian hadiah) perlu dilihat
gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari dalam perspektif etika. Etika merupakan
kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut pedoman penting dalam birokrasi, karena
diterima pada KPK. Sedangkan dari aspek sebagai alat untuk mengupayakan agar proses
penindakan penerimaan gratifikasi yang dalam organisasi berjalan dengan baik dan dapat
memuaskan banyak pihak. Dengan adanya

325
landasan etika tersebut maka terbentuklah Pozo, Brandon Del 2005, One Dogma of Police
pemerintahan yang akuntabel dan transparan. Ethics: Gratuities and the "Democratic
Tindakan memberi gratifikasi (hadiah) kepada Etiios" of Policing, Criminal Justice
pejabat publik, baik dalam jumlah kecil maupun Ethics; Summer/Fall2005, Vol. 24 Issue
jumlah besar sama-sama merupakan 2.
pelanggaran etika yang sangat tidak patut untuk Prenzler, Tim , Beckley, Alan and Bronitt,
terus dibiarkan. Oleh karena itu perlu adanya Simon 2013, Police Gifts and Benefit
pembenahan sistem dan ketegasan serta Scandals: Addresing Deficit in Policy,
kepatuhan dalam menjalankan kode etik Leadership and Enforcement,
pegawai pada masing-masing lembaga publik. International Journal of Policy Science
and Management, Winter, Vol. 15 Issue 4.
Gratifikasi (pemberian hadiah) juga perlu dilihat Rohadian, Asep 2014, Makalah Islam
dalam perspektif tindak pidana. Ketentuan Paradigma Baru Pelayanan KUA Bidang
mengenai gratifikasi di Indonesia diatur dalam Perkawinan, Kementerian Agama RI.
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Santoso, Topo 2013, Menguak Relevansi
Tindak Pidana Korupsi yaitu Pasal 5, Pasal 12B, Ketentuan Gratifikasi di Indonesia, Jurnal
dan Pasal 12C. Gratifikasi sebagai tindak pidana Dinamika Hukum, Vo. 13 No. 3.
korupsi sangat jelas merugikan negara dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
merusak sendi-sendi kepribadian bangsa. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Gratifikasi dapat merusak citra suatu instansi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
dan menurunkan tingkat kepercayaan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
masyarakat terhadap pejabat publik. Secara Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
umum akibat dari perbuatan ini disadari atau Komini Pemberantasan Tindak Pidana
tidak, dapat membentuk masyarakat yang tidak Korupsi.
harmonis dan kesenjangan sosial, bahkan Welling, Sarah N 2013, Reviving The Federal
hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap Crime Of Gratuities, Arizona Law Review,
pemerintah. Vol. 55 Issue 2.
Wibawa, Samodra 2011, Dari Birokratis
Daftar Pustaka Menjadi “Biro Jasa”: Contoh Kota
Holbrook, Thomas M & Kenneth J. Meier 1993, Jerman, Proceeding Simposium Nasional
Politics, Bureaucracy and Political Otonomi Daerah 2011 FISIP Untirta
Corruption: A Comparative State Analysis Banten.
in Ethics and Public Administration, www.transparency.org/news/feature/corruption_
Sharpe, New York. perceptions_index_2017 (diakses pada 3
Komisi Pemberantasan Korupsi 2010, Buku saku Juli pukul 12.05 WIB).
memahami gratifikasi, Jakarta. www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-
Makmur, M 2003, Dasar-dasar Administrasi nusantara/18/04/03/p6lcxf313-
Publik dan Manajemen Publik, FIA UB, keteladanan-cegah-korupsi-dari-sang-
Malang. penghulu (diakses pada 3 Juli pukul 12.10
Mauliddar, M, Din & Rinaldi, Y 2017, WIB)
Gratifikasi sebagai Tindak Pidana Korupsi Zimneva, Svetlana & Chumakova, A 2015.
Terkait Adanya Laporan Penerima Legal Regulation of Civil Servants in
Gratifikasi, Jurnal Ilmu Hukum; Vol. 19, Rusia and Germany Receiving Gifts,
No. 1. Russian Law Jurnal, Vol III, Issue 3.
Miles, B. Mathew & Huberman, Michael 1992,
Analisis Data Kualitatif Buku Sumber
Tentang Metode-metode Baru, UIP,
Jakarta.
Moleong, Lexy 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

326
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sungai dalam
Perspektif Human Governance

Dhea Afridha, Rina Herlina Haryanti


Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Afridhadhea@student.uns.ac.id rina.uns.haryanti@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai
berdasarkan pada esensi partisipasi dalam Human Governance. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori tingkat partisipasi masyarakat oleh Arnstein untuk menganalisis tingkat partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sungai di berbagai wilayah di dunia. Penelitian ini termasuk kedalam jenis
penelitian kualitatif dengan metode studi literatur. Terdapat sembilan jurnal yang digunakan penulis
sebagai sumber data. Teknik analisis yang digunakan penulis adalah (1) synthesize yaitu mengumpulkan
data dan menceritakan fenomena-fenomena partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan sungai yang
berasal dari jurnal dan sumber literature lainnya, (2) summary yaitu meringkas atau menyimpulkan data-
data yang sudah diperoleh, dan (3) criticize yaitu memberikan pendapat terhadap data-data yang telah
diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai
bergantung dari keadaan pemerintahan, dan kesadaran masyarakat itu sendiri. Dan berdasarkan jurnal
yang telah dianalisis penulis, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat masih cenderung pada
tingkat non-partisipatif dan belum sepenuhnya memenuhi esensi partisipasi dalam human governance.
Kata kunci : tingkat partisipasi, masyarakat, pengelolaan sungai, human governance

Abstract
This research aims to analyse the level participation of society in the river management according to the
essence of participation in Human Governance. In the current research, the writer uses theory of
participation of society which is purposed by Arnstein to analyse level of society participation in the river
management in any regions all over the world. The type of this research uses qualitative research and the
method of this research uses literature study. There are nine journals which the writer used as data source.
The writer uses three analysis techniques, there are (1) synthesize, which means to collect data and
describe phenomenon happened during society participations in the effort of river management that is
obtained from other journals and other literature sources. (2) summary, which means to conclude the
obtained data in brief. Lastly, (3) criticize, which means give own opinions towards the obtained data.
The result of this research shows that the society participation in the river management depends on the
situations of the government, the policy and the awareness of each individu. According to the journals
that have been analysed by the writer show that the participation of society tends to be in the level of non-
participation or tokenism so that the result has not fulfilled the essence of participation in human
governance yet.
Keywords: participation level, society, river management, human governance.

A. Pendahuluan
Problema mengenai lingkungan hidup nampaknya digenjot oleh manusia dapat memperparah
tak pernah habis menjadi pembahasan hangat di kerusakan terhadap lingkungan. Disamping itu
seluruh dunia. Bahkan kini pemberitaan mengenai semakin menurunya kesadaran manusia akan
kerusakan lingkungan telah menjadi hal yang biasa pentingnya menjaga lingkungan juga semakin
didengar di telinga masyarakat. Semakin menambah deretan penyebab utama kerusakan
menjamurnya kegiatan industri dunia ditambah terhadap lingkungan.
dengan upaya pembangunan yang terus menerus

327
Bagi sebuah negaram pembangunan tak berbeda
halnya dengan pisau bermata dua. Di sisi lain Namun jika kita amati kembali dengan banyaknya
meningkatnya pembanunan menunjukkan manfaat sungai bagi manusia tetapi tidak diimbangi
kemajuan bagi sebuah negara, namun di sisi lain dengan perilaku manusia yang menjaga sungai
pula pembangunan yang semakin berkembang akan lambat laun akan mengurangi fungsi ekologis
meningkatkan dampak terhadap lingkungan. sungai. Perilaku lingkungan seseorang dipengaruhi
Pembangunan pada hakekatnya menimbulkan oleh keadaan lingkungan sekitar dan kepribadian
keragaman dan diversifikasi dalam kegiatan manusia itu sendiri (Laurens, 2012). Berbagai
ekonomi (Salim, 1979). Semakin beragam kegiatan aktivitas manusia dalam memenuhi kehidupannya
ekonnomi negara, semakin besar pula kemampuan yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,
ekonomi negara tersebut. Nanun, juga perlu diingat dan pertanian akan menghasilkan limbah yang
bahwa meningkatnya upaya pembangunan akan memberikan sumbangan pada penurunan kualitas
menyebabkan semakin meningkatnya dampak air sungai (Suriawiria, 2003).
teradap lingkungan (Cristie, Sina, Erawaty, 2013).
Sungai merupakan salah satu unsur lingkungan Jika pencemaran sungai terus menerus dibiarkan
alam yang terkena dampak dari kemajuan akan berimbas pada manusia itu sendiri.
pembangunan, industri, dan perilaku manusia. Terancamnya mata pencaharian masyarakat,
Padahal hingga kini, keberadaan sungai masih terhambatnya mobilitas manusia, ditambah dengan
menjadi kebutuhan vital bagi masyarakat di dunia. ancaman kesehatan masyarakat menjadi momok
Sebagai contoh keberadaan sungai Mekong dimana utama akibat dari pencemaran sungai. Ancaman-
lebih dari 80 juta orang atau 90% dari populasi ancaman tersebut lambat laun akan merembet pada
negara riparian yang dilewati sungai mekong sektor-sektor lainya, seperti turunnya pendapatan
bergantung pada sungai ini sebagai sumberdaya, Negara, meningkatnya rasio angka kematian
mulai dari kebutuhan akan air minum, ikan, penduduk, terhambatnya pendistribusian bahan
transportasi, hingga irigasi ke lahan dan daerah makanan, dan masih banyak dampak lainnya. Maka
hutan yang subur (Goh,2004: 1). Contoh lainnya dari itu upaya penanggulangan pencemaran sungai
ialah keberadaan sungai di Provinsi Venice Italia bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah
juga memiliki peran penting sebagai salah satu daya saja melainkan tanggungjawab masyarakat secara
tarik pariwisata kota Venice, yang berkontribusi luas. Beragam upaya penanggulangan pencemaran
besar terhadap pendapatan Negara. dilakukan oleh pemerintah di beberapa negara,
seperti di Indonesia Adanya Program Kali Bersih
Tidak jauh berbeda halnya dengan Indonesia, bagi (Prokasih) dan dibentuknya UU Nomor 82 Tahun
sebagian besar masyarakat peranan sungai juga 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
masih menjadi hal vital di kehidupan mereka. pengendalian pencemaran air. Di Eropa, beberapa
Masih banyak masyarakat di Indonesia yang negara di Eropa membentuk Water Framework
menggantungkan hidup mereka dari sungai. Seperti Directive (WFD) yang bertugas mencapai kualitas
masyarakat di Kalimantan Selatan yang dikenal dan kuantitas yang baik untuk sumber-sumber air
dengan kota seribu sungai, memanfaatkan sungai termasuk sungai.
sebagai jalur transportasi untuk mengangkut anak-
anak sekolah, maupun mengangkut barang-barang Sekeras apapun upaya pemerintah dalam
hasil bumi, disamping itu masih banyak pula mengurangi pencemaran sungai, jika tidak
masyarakat di Kalimantan yang memanfaatkan diimbangi dengan kesadaran masyarakat untuk ikut
sungai sebagai sarana dagang atau yang biasa kita serta dalam upaya tersebut maka hasilnya tidak akan
kenal dengan pasar terapung (Rochgiyanti, 2011). maksimal. Sehingga keterlibatan masyarakat untuk
Di kota-kota besar seperti Jakarta peranan sungai mengelola lingkungan bersama dengan pemerintah
juga sangat penting bagi warga yang tinggal di itulah yang disebut konsep partisipasi. Menjadi
bantaran sungai, seperti untuk mandi, cuci, dan penting untuk mengkaji partisipasi masyarakat
kakus. Di beberapa daerah lain khususnya khususnya dalam konteks human governance
masyarakat di kota-kota kecil masih banyak yang karena dalam setiap upaya pengelolaan sungai
memanfaatkan sungai sebagai sumber mata dibutuhkan keikutsertaan masyarakat secara aktif di
pencaharian mereka seperti budidaya perikanan, dalamnya, karena masyarakat memiliki peran
saluran irigasi sawah dan kebun, pariwisata dan penting dalam keberhasilan pengelolaan sungai.
masih banyak lagi. Semakin aktif partisipasi masyarakat di dalamnya

328
maka akan mempermudah keberhasilan upaya digunakan dalam penelitian ini adalah (1) synthesize
pengelolaan sungai dan membentuk kesadaran yaitu mengumpulkan data dan menceritakan
masyarakat akan pentingnya melestarikan sungai. fenomena-fenomena partisipasi masyarakat dalam
Maka dari itu muncul sebuah pertanyaan “apa saja upaya pengelolaan sungai yang berasal dari jurnal
tingkat-tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya dan sumber literature lainnya, (2) summary yaitu
pengelolaan sungai dilihat dalam perspektif human meringkas atau menyimpulkan data-data yang
governance?” sudah diperoleh, dan (3) criticize yaitu memberikan
pendapat terhadap data-data yang telah diperoleh.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan C. Pembahasan
menggunakan sumber data primer berupa literature, 1. Partisipasi dalam Human Governance
sehingga masuk dalam kontek kajian studi literatur. Partisipasi merupakan salah satu syarat penting bagi
Studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang terwujudnya Human Governance. Prinsip
berkenaan dengan metode pengumpulan data partisipasi ini dipahami sebagai forum kesempatan
pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bagi administrasi Negara dan warga masyarakat
bahan penelitian (Zed, 2008). Sumber data dalam untuk bertukar informasi dan dialog diluar
penelitian ini adalah literatur, yaitu: 1) Involusi keterlibatan swasta yang biasanya mereka lakukan
Program Kali Bersih Di Kota Yogyakarta (Jati, di dalam proses kegiatan administrasi pemerintahan
2013); 2) Pengelolaan Sungai Berbasis Masyarakat (Thoha, 2008).
Lokal Di Daerah Lereng Selatan Gunung Merapi
(Darmanto & Sudarmadji, 2013); 3) Pemberdayaan Istilah partisipasi berasal dari Bahasa Inggris
Masyarakat Dalam Pengelolaan DAS Mikro : “participation” yang artinya pengambilan bagian
Konsep Dan Implementasi (Indrawati, 2016); 4) atau pengikutsertaan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Pelestarian Daerah Aliran Sungai Berbasis Kearifan Indonesia (KBBI), definisi partisipasi berkaitan
Lokal Lubuk Larangan Desa Desa Lubuk Beringin dengan peran serta dalam suatu kegiatan atau turut
Kecamatan Bathin III Ulu (Norsidi, 2016); 5) serta dalam kegiatan. Sedangkan pengertian Human
Potensi Kelembagaan Lokal Dalam Pengelolaan governance Menurut Baccini (dalam Thoha, 2008)
Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Desa adalah “budaya baru untuk administrasi publik atau
Cemplang, sub Das Ciaten Hulu Timur DAS dapat pula disebut sebagai upaya memanusiakan
Cisadane) (Salampessy & Lidiawaty, 2017); 6) Administrasi Publik”. Human governance bertujuan
Stakeholder And Public Participation In River agar proses administrasi Negara menghargai
Basin Management : An Introduction (Carr, 2015); individu manusia sebagai subjek yang bisa
7) Public Participation in Water Planning in the memainkan berbagai peran dalam mewujudkan
Ebro River Basin (Spain) and Tucson Basin (U.S., keberhasilan suatu pemerintahan. Esensi partisipasi
Arizona): Impact on Water Policy and Adaptive dalam konteks human governance berkaitan dengan
Capacity Building (Ballester & Lacroix, 2016); 8) peran serta masyarakat dalam pemerintahan.
Evaluating Participation in WFD River Basin Artinya, masyarakat diberi kewenangan untuk
Management In England and Wales: Processes, berperan serta di dalam setiap proses kegiatan
Communities, Outputs, and Outcomes (Benson, administrasi publik. Partisipasi merupakan bentuk
Fritsch, Cook, & Schmid, 2014); 9) Linking The aktualisasi dari demokrasi. Dengan kata lain adanya
Restoration Of Rivers And Riparian prinsip partisipasi bertujuan untuk terwujudnya
Zones/Wetlands in Europe: Sharing Knowledge sebuah sistem pemerintahan yang demokratis dan
Through Case Studies (Gumeiro, Mant, Hein, Elso, menjunjung tinggi hak-hak manusia. Beragam teori
& Boz, 13). dikemukaan oleh para ahli terkait tingkat partisipasi
masyarakat. salah satunya teori dari Arnstein.
Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini Arnstein (dalam Chambers, 2005) membagi jenjang
adalah validitas sumber. Teknik analisis yang partisipasi ke dalam delapan tingkat :

329
Gambar 1
Sumber : Chambers (2005)

Sherry R Arnstein menjelaskan pembagian tingkat diberdayakan untuk mempengaruhi hasil.


partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi Informasi dapat berupa hak, tanggungjawab dan
dalam delapan tingkat, yaitu : berbagai pilihan tetapi tidak ada umpan balik
a. Citizen control, artinya masyarakat dapat atau kekuatan untuk negosiasi dari masyarakat.
berpartisipasi dalam mengendalikan seluruh g. Therapy, pemegang kekuasaan memberikan alas
proses pengambilan keputusan. Pada tingkat ini an proposal dengan berpura-pura melibatkan
masyarakat memiliki kekuatan untuk mengatur masyarakat. Meskipun terlibat dalam kegiatan,
program atau kelembagaan yang berkaitan tujuannya lebih pada mengubah pola pikir
dengan kepentingannya. masyarakat daripada mendapatkan masukan dari
b. Delegated power, dalam tingkat ini masyarakat masyarakat itu sendiri.
diberi limpahan kewenangan untuk membuat h. Manipulation, merupakan tingkat partisipasi
keputusan pada rencana tertentu. Untuk yang paling rendah, dimana masyarakat hanya
menyelesaikan permasalahan, pemerintah harus dipakai namanya saja. Kegiatan untuk
mengadakan negosiasi dengan masyarakat, melakukan manipulasi informasi untuk
dimungkinkan masyarakat mempunyai tingkat memperoleh dukungan publik dengan
kendali atas keputusan pemerintah. menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun
c. Partnership, masyarakat berhak berunding tidak pernah terjadi.
dengan pemerintah, atas kesepakatan bersama
kekuasaan dibagi antara masyarajat dengan Arnstein membagi ke delapan tingkat tersebut
pemerintah. saling membagi tanggungjawab kedalam tiga kelompok besar, yaitu :
dalam perencanaan, pengendalian keputusan, a. Non participation merupakan kelompok
penyusunan kebijakan serta pemecahan masalah partisipasi terendah dimana masyarakat hanya
yang dihadapi. menjadi objek saja.
d. Placation, pemerintah perlu menunjuk sejumlah b. Tokenism artinya sekedar formalitas dimana
orang dari masyarakat untuk menjadi anggota masyarakat memiliki hak untuk memberi suara
suatu badan public, dimana mereka mempunyai tetapi tidak diberi jaminan pendapat mereka
akses tertentu pada proses pengambilan akan menjadi bahan pertimbangan
keputusan. c. Citizen power artinya terjadi pembagian hak,
e. Consultation, masyarakat tidak hanya diberitahu tanggungjawab, dan wewenang antara
tetapi juga diundang untuk berbagi pendapat, masyarakat dan pemerintah dalam pengambilan
meskipun tidak ada jaminan pendapat keputusan.
masyarakat akan dipertimbangkan.
f. Informing, pemegang kekuadaan hanya Kaitannya dengan konteks partisipasi dalam Human
memberikan informasi kepada msyarakat terkait Governance, dimana partisipasi diartikan sebagai
proposal kegiatan, masyarakat tidak forum kesempatan bagi administrasi Negara dan

330
warga masyarakat untuk bertukar informasi dan gunung merapi lebih banyak berperan dalam
dialog diluar keterlibatan swasta yang biasanya pengelolaan sungai-sungai kecil di daerah lereng
mereka lakukan di dalam proses kegiatan merapi, sedangkan untuk pengelolaan sungai-sungai
administrasi pemerintahan (Thoha, 2008). Maka besar lebih banyak dilakukan oleh pemerintah.
dari ketiga kelompok besar tingkat partisipasi Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sungai-
masyarakat menurut Arnstein, maka yang dianggap sungai kecil di lereng merapi dilakukan sesuai
sesuai dengan esensi partisipasi didalam Human kemampuan dan keinginan masyarakat setempat.
Governance adalah kelompok “citizen power” Seperti, penanaman pohon, pembangunan
dimana rakyat ikut serta, diberi hak, dan tanggul/talud yang mana seluruhnya dilakukan
tanggungjawab dalam proses pengambilan masyarakat secara mandiri dan sesuai dengan
kaputusan dan setiap tindakan pemerintah. kemampuan masyarakat. Masyarakat di daerah ini
berpartisipasi secara menyeluruh dalam pengelolaan
2. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam sungai-sungai kecil, baik dalam pengambilan
Pengelolaan Sungai keputusan hingga mengatur program-program
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan dalam pengelolaan sungai. Pengelolaan sungai
sungai menjadi hal penting yang harus diwujudkan. berbasis masyarakat lokal juga terjadi di wilayah
Berbagai negara di belahan dunia tengah gencar Jambi, dalam jurnal yang berjudul “Pelestarian
mengupayakan peningkatan partisipasi masyarakat Daerah Aliran Sungai Berbasis Kearifan Lokal
dalam pengelolaan sungai sebagai upaya Lubuk Larangan Desa Lubuk Beringin Kecamatan
mengembalikan fungsi ekologis sungai yang mulai Bathin III Ulu” (Norsidi, 2016), di desa Lubuk
hilang akibat globalisasi. Di Indonesia bentuk Beringin proses pengelolaan sungai seluruhnya di
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai lakukan oleh masyarakat dari mulai pembuatan
beragam jenisnya. Setiap daerah memiliki cara aturan hingga pelaksanaannya murni seluruhnya
masing-masing dalam memberdayakan dilakukan masyarakat setempat. Pemerintah adat
masyarakatnya untuk ikut serta dalam pelestarian desa Lubuk Beringin membentuk sebuah daerah
sungai. Seperti pada jurnal yang berjudul “Involusi yang disebut Lubuk Larangan. Berlaku aturan
Program Kali Bersih Di Yogyakarta” (Jati, 2013), dimana masyarakat dilarang menangkap ikan dan
masyarakat di wilayah sekitaran kali code menebang pohon di wilayah yang menjadi bagian
membentuk sebuah komunitas yang bernama wilayah lubuk larangan. Melihat pada kedua jurnal
Pamerti Code. Pembentukan komunitas Pamerti diatas upaya partisipasi masyarakat dalam
Code disebabkan karena ketidakpuasan masyarakat pengelolaan sungai yang berbasis kearifan lokal
akibat ketidakseriusan pemerintah dalam merupakan hal yang tepat dalam mendorong
melaksanakan Prokasih. Komunitas inilah yang peningkatan partisipasi masyarakat. Berdasarkan
justru berperan penting dalam keberhasilan Prokasih kedua studi kasus diatas menunjukkan bahwa
di Kali Code dengan melakukan kegiatan secara tingkat partisipasi masyarakat telah masuk dalam
mandiri. Adanya kemampuan masyarakat tingkat citizen control dan masuk kategori citizen
mengambil alih pelaksanaan kebijakan power dimana masyarakat memiliki kewenangan
menunjukkan masyarakat memiliki power untuk dan kekuatan sendiri dalam pengelolaan sungai di
mengatur program sesuai dengan kepentingannya, daerahnya, dimulai dari pembuatan keputusan
hal tersebut menunjukkan partisipasi masyarakat hingga pelaksanaanya dilakukan sendiri oleh
telah berada dalam tingkat citizen control dan masyarakat. Pengelolaan sungai berbasis
masuk kategori citizen power. Masyarakat masyarakat juga menunjukkan terwujudnya
mengontrol pelaksanaan prokasih di kali code dan pemerintahan demokratis yaitu adanya partisipasi
melihat adanya ketidakonsistenan pemerintah dan keterlibatan masyaarkat dalam kegiatan
sehingga muncul inisiatif masyarakat untuk pemerintahan didalamnya. Sehingga partisipasi
melaksanakan prokasih tersebut secara mandiri. dalam kedua studi kasus diatas telah menunjukkan
adanya esensi partisipasi dalam konteks Human
Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai di Governance.
Indonesia juga dilakukan melalui kearifan lokal
setiap daerah. Seperti dalam jurnal yang berjudul Namun upaya pengelolaan sungai berbasis
“Pengelolaan Sungai Berbasis Masyarakat Lokal Di masyarakat tidak selalu mampu mewujudkan
Daerah Lereng Selatan Gunung Merapi” (Darmanto partisipasi masyarakat secara penuh. Seperti dalam
dan Sudarmadji, 2013), masyarakat di lereng jurnal yang berjudul “Potensi Kelembagaan Lokal

331
Dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Studi Management : An Introduction” (Carr, 2015),
Kasus Desa Cemplang, sub DAS Ciaten Hulu menceritakan partisipasi masyarakat di DAS
Timur DAS Cisadane)” (Salampessy dan Lawrence Amerika Utara dan aliran sungai di
Lidiawaty, 2013), partisipasi masyarakat Desa wilayah perkotaan Inggris. Di Amerika Utara
Cemplang hanya sebatas menjalankan apa yang partisipasi masyarakat hanya sebatas menerima
menjadi kebijakan pemerintah dengan membentuk informasi dari pemegang kekuasaan terkait upaya-
kelompok kerja atau kelompok tani. Masyarakat upaya yang dilakukan dalam pengelolaan sungai.
hanya dijadikan sebagai objek dari kebijakan yang Masyarakat tidak dilibatkan dan tidak memiliki
sudah dibuat penguasa tanpa ikutserta dalam proses kewenangan untuk ikut serta dalam proses
perumusan rencana. Selain itu dalam jurnal yang pengambilan keputusan, tetapi para pemegang
berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Dalam kekuasaaan mengklaim bahwa perencanaan yang
Pengelolaan DAS Mikro: Konsep dan mereka buat telah sesuai dan diterima oleh seluruh
Implementasi” (Indrawaty, 2016) pelaksanaan kelompok kepentingan yang bersangkutan.
pengelolaan sungai di DAS Kaduang dalam Partisipasi masyarakat di sekitaran Sungai
beberapa kegiatan sudah menunjukkan partisipasi Lawrance masih tergolong dalam tingkat Informing
masyarakat yang bersifat mandiri tetapi dalam dan masuk kategori Tokenism, karena masyarakat
otonomi pengambilan keputusan belum terlihat. hanya menjadi objek dalam peraturan yang dibuat
Partisipasi masyarakat juga masih cenderung dalam penguasa tanpa keterlibatan langsung dalam proses
partisipasi konsultasi dimana masyarakat hanya pembuatan kebijakan. Sehingga belum dapat
dilibatkan dalam proses penjaringan masalah dikatakan sesuai dengan esensi partisipasi dalam
sedangkan analisis masalah dan penyusunan Human Governance. Namun, hal berbeda di
rencana dilakukan oleh pemerintah. Keadaan tunjukkan dalam pengelolaan sungai di wilayah
partisipasi masyarakat juga masih tergolong dalam perkotaan Inggris. Partisipasi masyarakat dalam
partisipasi yang dimobilisasi oleh bantuan dari pengelolaan sungai di wilayah perkotaan Inggris
pemerintah, sehingga tidak menjadikan masyarakat telah menunjukkan tingkat yang lebih tinggi
mandiri tapi justru bergantung pada bantuan dibanding Amerika Utara. Pendekatan kolaboratif
pemerintah. dipilih oleh pemerintah setempat untuk
merencanakan upaya pengelolaan sungai.
Studi kasus pada kedua jurnal tersebut pendekatan kolaboratif ini melibatkan beberapa
menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kelompok kepentingan, seperti masyarakat dan ahli
pengelolaan sungai masih tergolong dalam tingkat teknik. Dalam pertemuan, para stakeholder diminta
Non-partisipatif. Masyarakat tidak turut andil dalam untuk mengindentifikasi bagaimana lingkungan
proses pembuatan aturan atau kegiatan. Masyarakat sungai perkotaan yang ideal menurut mereka
hanya dijadikan objek dari kebijakan penguasa guna sehingga dapat terwujud perencanaan yang sesuai
mendukung keberhasilan program. Disamping itu dengan keinginan para stakeholders. Bentuk
adanya pemberian bantuan kepada masyarakat partisipasi seperti ini telah masuk kedalam tingkat
daerah tersebut tidak mampu menciptakan citizen power, dimana masyarakat diberi hak untuk
kemandirian didalam diri masyarakat, yang ada berunding bersama pemangku kepentingan dalam
masyarakat justru ketergantungan terhadap bantuan pengambilan keputusan.
dari pemerintah. Maka dari itu dapat disimpulkan
partisipasi masyarakat di kedua daerah tersebut Pengelolaan sumgai dengan melibatkan masyarakat
belum dapat dikatakan maksimal dan belum juga berlaku di Wales negara bagian dari Inggris.
memenuhi esensi partisipasi dari Human Dalam jurnal yang berjudul “Evaluating
Governance, dikarenakan masyarakat tidak ikut Participation in WFD River Basin Management In
serta dalam proses tetapi hanya dijadikan objek dari England and Wales: Processes, Communities,
kebijakan yang telah dibuat. Outputs, and Outcomes” (Benson, Fritsch dll,
2016)., partisipasi public dalam pengelolaan sungai
Keikutsertaan masyarakat dalam upaya pengelolaan di Wales dilakukan berdasarkan ketentuan dari
sungai tidak hanya terjadi di Indonesia. Di beberapa Water Framework Directive (WFD), yang meliputi
negara di belahan dunia juga turut mengupayakan (1) akses informasi; (2) komentar publik; (3)
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sungai. keterlibatan aktif. Dari segi akses informasi, negara
Seperti dalam jurnal yang berjudul “Stakeholder Wales telah memenuhi persyaratan pasal 14 (1)
and Public Participation in River Basin WFD, dimana Wales secara terbuka menyediakan

332
informasi kepada publik terkait perencanaan AS, keterlibatan dalam proses hanya menajngkau
pengelolaan sungai. Dari aspek komentar publik hingga pemangku kepentingan ahli. Tujuan
partisipasi masyarakat tergolong rendah karena keterlibatan masyarakat hanya sebatas untuk
kebanyakan tanggapan justru datang dari para mendapatkan persetujuan dari pihak yang
kelompok kepentingan yang telah terorganisir. Dan bersangkutan. Maka, mendasar pada jurnal tersebut
dilihat dari keterlibatan aktif, Pemerintah Wales dapat dikatakan bahwa partisipasi masyarakat
mengadakan sebuah pertemuan atau diskusi panel berada pada tingkatan non-participation. Meskipun
yang diikuti oleh seluruh wakil-wakil dari seluruh dari segi keterbukaan informasi kepada masyarakat
kelompok kepentingan. Dari penjelasan tersebut, sudah dikatakan baik, namun dalam proses
pengelolaan sungai di negara Wales hampir pengambilan keputusan belum sepenuhnya
memenuhi esensi partisipasi dalam Human melibatkan masyarakat. justru pelibatan tersebut
Governance meskipun belum seratus persen. hanya menjangkau hingga pemangku kepentingan
Pemerintah negara Wales telah mengajak tertentu. Sehingga belum memenuhi esensi
masyarakat dan seluruh kelompok kepentingan partisipasi dari Human Governance.
untuk berunding secara bersama merumuskan
perencanaan untuk pengelolaan sungai, meskipun Dalam jurnal yang berjudul “Linking The
dalam realitasnya masih terdapat banyak tumpang Restoration Of Rivers And Riparian
tindih kepentingan dan dominasi oleh kelompok Zones/Wetlands in Europe: Sharing Knowledge
kepentingan tertentu. Namun karena adanya upaya Through Case Studies” (Gumiero, Mant dll, 2013),
pemerintah untuk memberdayakan masyarakat dijelaskan bahwa pengelolaan sungai Danube
dalam pembuatan keputusan, tingkat partisipasi menggunakan pendekatan bottom-up. Komisi
masyarakat sudah dapat digolongkan dalam citizen internasioanl sungai Danube (ICPDR) bertanggung
power. jawab menyeimbangkan seluruh keinginan
pemangku kepentingan termasuk masyarakat dalam
Jurnal yang berjudul “Public Participation in Water pengelolaan sungai Danube. Kegiatan partisipasi
Planning in the Ebro River Basin (Spanyol) and masyarakat meliputi keterbukaan informasi terkait
Tucson Basin (U.S Arizona): Impact on Water rencana pengelolaan sungai, adanya konsultasi
Policy and Adaptive Capacity Building” (Ballester berupa lokakarya para pemangku kepentingan,
dan Lacroix, 2016) menjelaskan mengenai penyuluhan, peningkatan keasadaran masyarakat,
partisipasi public dalam pengelolaan sungai di dan pendidikan lingkungan. Sejauh ini partisipasi
Spanyol dan Arizona, AS. Dalam pengelolaan masyarakat dalam pengelolaan sungai Danube
sungai Ebro di Spanyol, pemerintah setempat secara masih dalam tingkat tokenism, meskipun sudah ada
terbuka memberikan informasi terkait perencanaan upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dan isinya. Bahkan indeks keterbukaan informasi namun jika dilihat peran pemerintah masih lebih
mencapai 80% ditahun 2011, namum turun menjadi dominan. Masyarakat hanya menjalankan kegiatan-
60% ditahun 2015. Presentase tersebut sesuai kegiatan yang telah ditentukan pemerintah tanpa
dengan tingkat partisipasi yang tinggi tahun 2011, adanya keikutsertaan masyarakat dalam
dan rendah tahun 2015. Untuk mengupayakan perancangan program tersebut. Maka pengelolaan
partisipasi lebih dari publik, pemerintah setempat sungai Danube belum memenuhi esensi partisipasi
juga melakukan konsultasi dengan pemangku masyarakat dalam Human Governance.
kepentingan melalui pertemuan antar perwakilan
kelompok kepentingan, namun dari total dari Melihat pada beberapa jurnal diatas, pada dasarnya
seluruh peserta hanya 10% saja yang aktif masyarakat di tiap wilayah memiliki cara masing-
berpartisipasi. Namun hasil dari pertemuan itu masing dalam keiukutsertaanya didalam
dianggap telah mewakili seluruh kepentingan pengelolaan sungai. Tingkat partisipasi masyarakat
stakeholder. Selain itu karena keterbatasan waktu pun juga sangat bergantung pada keadaan
tidak ada pertukaran pendapat dan keterlibatan pemerintahan dan kebijakan yang diterapkan oleh
public secara umum. Dan faktanya hingga saat ini pemerintah di tiap-tiap wilayah.
dalam proses hanya menjangkau keterlibatan
pemangku kepentingan ahli, sedangkan keterlibatan D. Penutup
masyarakat hampir tidak ada, dan sosialisai aktif Melihat pada kondisi partisipasi masyarakat dalam
kepada mereka pun juga tidak ada. Tak berbeda mengelola sungai di Indonesia dan beberapa negara
halnya dengan partisipasi masyarakat di Arizona di dunia yang telah dianalisis oleh penulis, penulis

333
menyimpulkan bahwa, Partisipasi masyarakat Carr, G., 2015. Stakeholder And Public
dalam pengelolaan sungai masih cenderung dalam Participation In River Basin Management:
tingkat non-partisipatif dan belum memenuhi esensi An Introduction. WIREs Water, 2(4),
partisipsi dari human governance. Partisipasi pp.393-405.
masyarakat dalam pengelolaan sungai dipengaruhi Chambers, R., 2005. Memahami Desa Secara
oleh kebijakan pemerintah atau keadaan Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius.
pemerintahan yang ada dan kesadaran masyarakat. Christie, Y.A., Sina, L. & Erawaty, R., 2013.
Ketika masyarakat memiliki power, kewenangan, Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat
dan kontrol untuk ikut serta dalam proses Aktifitas Pembangunan Perumahan (Studi
pengelolaan sungai yang dimulai dari perumusan Kasus di Perumahan Palaran City Oleh
program hingga pelaksanaannya, maka dapat PT. Kusuma Hady Property). Jurnal
dikatakan partisipasi masyarakat tinggi dan telah Beraja Nitti, 2(1), pp.1-21.
memenuhi asas partisipasi dalam human Darmanto, D. & Sudarmadji, 2013. Pengelolaan
governance. Namun sebaliknya, jika masyarakat Sungai Berbasis Masyarakat Lokal Di
tidak memiliki power, kewenangan, dan control atas Daerah Lereng Selatan Gunung Merapi.
segala bentuk kebijakan atau program dalam proses Jurnal Manusia Dan Lingkungan, 20(2),
pengelolaan sungai, maka dapat dikatakan pp.229-39.
partisipasi masyarakat rendah dan lemah. Goh, Evelyn. 2004. “China in the Mekong River
Basin: The Regional Security
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyarankan Implications of Resources Development on
agar dalam setiap upaya pengelolaan sungai perlu the Lancang Jiang”, dalam The Working
adanya keterlibatan masyarakat. Karena, kita Paper No.69. Singapore: Singapore
melihat bahwa masyarakat juga menjadi salah satu Institute of Defence and Strategic Study.
penyebab dari kerusakan dan pencemaran sungai, Gumeiro, B. et al., 13. Linking The Restoration
maka akan menjadi lebih baik jika dalam setiap Of Rivers And Riparian Zones/Wetlands
proses dan upaya pengelolaan sungai yang in Europe: Sharing Knowledge Through
dilakukan, pemerintah turut melibatkan masyarakat Case Studies. Ecological Engineering, 56,
didalamnya. Dengan adanya partisipasi masyarakat pp.36-50.
yang maksimal, peluang keberhasilan suatu Indrawati, D.R., 2016. Pemberdayaan
program dan kebijakan pengelolaan sungai akan Masyarakat Dalam Pengelolaan DAS
menjadi lebih besar karena adanya dukungan dari Mikro: Konsep Dan Implementasi.
masyarakat itu sendiri. Selain mendukung Kawistara, 6(2), pp.175-87.
keberhasilan kebijakan, adanya partisipasi Jati, W.R., 2013. Involusi Program Kali Bersih
maasyakat juga dapat menumbuhkan kesadaran dari (Prokasih) di Kota Yogyakarta. Jurnal
diri masyarakat akan pentingnya menjaga sungai. Universitas Airlangga, 26(4), pp.217-26.
Maka dapat dikatakan. partisipasi masyarakat Laurens, J.M., 2012. “Changing Behavior and
menjadi unsur yang penting dalam upaya Environment in a Community-Based
pengelolaan sungai. Program of the Riverside Community”.
Procedia-Social and Behavioral Sciences,
Daftar Pustaka 36:372-382.
Ballester, A. & Lacroix, K.E.M., 2016. Public Norsidi, 2016. Pelestarian Daerah Aliran Sungai
Participation in Water Planning in the Berbasis Kearifan Lokal Lubuk Larangan
Ebro River Basin (Spain) and Tucson Desa Desa Lubuk Beringin Kecamatan
Basin (U.S., Arizona): Impact on Water Bathin III Ulu. Jurnal Pendidikan Sosial,
Policy and Adaptive Capacity Building. 3 (2), pp.274-85.
Water Journal, 8(273), pp.1-20. Rochgiyanti, 2011. Fungsi Sungai Bagi
Benson, D., Fritsch, O., Cook, H. & Schmid, M., Masyarakat Di Tepian Sungai Kuin Kota
2014. Evaluating Participation in WFD Banjarmasin. Jurnal Komunitas, 5(2),
River Basin Management In England and pp.229-37.
Wales: Processes, Communities, Outputs, Salampessy, M.L. & Lidiawaty, I., 2017. Potensi
and Outcomes. Land Use Policy, 38(1), Kelembagaan Lokal Dalam Pengelolaan
pp.213-22. Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus Desa
Cemplang, sub Das Ciaten Hulu Timur

334
DAS Cisadane). Jurnal Hutan Tropis,
5(2), pp.113-19.
Salim, E., 1979. Lingkungan Hidup dan
Pembangunan. 2nd ed. Jakarta: Mutiara.
Suriawiria, U., 2003. Air Dalam Kehidupan dan
Lingkungan Yang Sehat. Bandung:
Alumni.
Thoha, M., 2008. Ilmu Administrasi Publik
Kontemporer. Jakarta: Kencana.
Zed, M., 2008. Metode Penelitian Kepustakaan.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

335
Mewujudkan Aparatur Sipil Negara yang Efektif dan Efisien

Henri Supriyanto
Magister Administrasi Publik FISIP UNS
ayanaon23@gmail.com

Abstrak
Reformasi birokrasi terus digelorakan oleh Pemerintah seiring dengan agenda reformasi yang dicetuskan
sejak tahun 2009. Salah satu bagian reformasi birokrasi adalah reformasi sumber daya manusia,
khususnya PNS (Pegawai Negeri Sipil) atau ASN (Aparatur Sipil Negara). Besarnya jumlah pegawai
negeri menyebabkan beban anggaran belanja pegawai pemerintah sangat besar. Besarnya jumlah pegawai
ini menyebabkan ketidakefektifan dan ketidak efisienan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
masing-masing pegawai. Beberapa hal yang menjadi penyebab ketidakefektifan dan ketidak efisienan
pelaksanaan tugas PNS antara lain adalah penyebaran pegawai yang tidak merata, moratorium PNS dan
penerimaan pegawai yang tidak bersistem merit.
Kata Kunci : Penyebaran Pegawai, Moratorium PNS, Penerimaan Pegawai.

Abstract
Bureaucracy reform continues to be inflated by the Government in line with the reformation agenda
initiated since 2009. One part of bureaucratic reform is reformation of human resource, especifically civil
servant (PNS) or ASN (civil state apparatus). The large number of civil servants causes the burden of
government personnel's budget is very large. The large number of employees is causing ineffectiveness
and inefficiency in the implementation of basic tasks and functions of each employee. Some of the
causes of the ineffective and inefficient of civil servant duties are among others unequal distribution of
employees, civil servant moratorium and unauthorized employee recruitment.
Keywords: Employee distribution, Civil Servant Moratorium, Recruitment of the employee.

A. Pendahuluan tersebut, program utama yang dilakukan


Reformasi birokrasi telah berjalan seiring pemerintah adalah membangun aparatur negara
dengan berjalannya reformasi di bidang politik, melalui penerapan reformasi birokrasi.
hukum, dan ekonomi. Reformasi birokrasi yang
sedang dijalankan bertujuan untuk menciptakan Reformasi birokrasi berkaitan dengan beberapa
birokrasi pemerintah yang professional dengan area perubahan antara lain organisasi,
karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tatalaksana, peraturan perundang-undangan,
tinggi, bersih dan bebas KKN, mampu melayani sumber daya manusia (SDM), pengawasan,
publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan akuntabilitas, pelayanan publik, pola pikir (mind
memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik set) dan budaya kerja (culture set) aparatur.
aparatur negara. Seluruh area perubahan tersebut diharapkan
dapat dilaksanakan dalam reformasi birokrasi.
Dalam perkembangannya, pelaksanaan refomasi Salah satu area perubahan yang sangat
di bidang birokrasi mengalami ketertinggalan berpengaruh dalam kehidupan birokrasi di
dibanding reformasi di bidang politik, ekonomi, Indonesia adalah SDM aparatur. SDM aparatur
dan hukum. Oleh karena itu, pada tahun 2009, sangat berperan dalam birokrasi karena
pemerintah telah menegaskan kembali akan merupakan aktor yang melaksanakan birokrasi
pentingnya penerapan prinsip-prinsip clean itu sendiri. Birokrasi tidak akan berjalan tanpa
government dan good governance yang secara adanya SDM aparatur, (PP No 81 Tahun 2010).
universal diyakini menjadi prinsip yang
diperlukan untuk memberikan pelayanan prima Pegawai Negeri Sipil (PNS) berperan sebagai
kepada masyarakat. Berkaitan dengan hal perencana, pelaksana, dan pengawas

336
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan berasal dari daerah pengabdiannya. Hal ini
pembangunan nasional melalui pelaksanaan mengakibatkan banyaknya permintaan pindah
kebijakan dan pelayanan publik yang dari PNS yang bekerja didaerah perantauan pada
profesional, bebas dari intervensi politik, serta jangka waktu tertentu untuk dapat bekerja di
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan daerah asalnya. Hal ini akan memberikan
nepotisme. tekanan bagi daerah-daerah yang menjadi tujuan
kepindahan pegawai. Perpindahan PNS ini bisa
Besarnya jumlah PNS yang tingkat dibuktikan dengan begitu banyaknya pegawai
pertumbuhannya semakin tinggi dari tahun ke pada instansi-instansi pemerintah yang ada di
tahun, rendahnya kualitas PNS, kesalahan Pulau Jawa, sementara di daerah luar Jawa
penempatan, ketidakjelasan karir, dan masih kekurangan pegawai.
ketidaksesuaikan kompetensi yang dimiliki
dengan jabatan yang diemban akibat dari Tata kelola pemerintahan yang buruk ditandai
penempatan aparatur dalam jabatan melalui adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)
keputusan-keputusan pengangkatan yang lebih di dalam proses perekrutan PNS, sudah menjadi
mengedepankan faktor like and dislike, loyality rahasia umum bahwa rekrutmen PNS menjadi
and disloyality dan lebih bernuansa kepentingan salah satu tempat praktek korupsi seperti adanya
politik pribadi dan golongan. Sehingga akan penjualan kursi dalam penerimaan pegawai di
sulit mewujudkan right man in the right place instansi sehingga penerimaan pegawai tidak
untuk tujuan pembangunan birokrasi yang dilakukan berdasarkan kompetensi pegawai. Hal
profesional. Jika seorang aparatur yang tidak ini mengakibatkan terjadi mismatch antara
memiliki kemampuan, kompetensi, pendidikan, kompetensi PNS dengan persyaratan yang
keterampilan dan pengalaman kemudian dibutuhkan dan kedepannya akan mempengaruhi
dipaksakan diangkat atau ditempatkan pada kinerja atau output yang dihasilkan oleh PNS itu
jabatan tertentu, maka hal tersebut akan sendiri, (Nugroho dan Widiastuti, 2017). Untuk
menciderai dan merusak tatanan birokrasi, itu diperlukan metode rekruitmen pegawai yang
mengganggu fungsi-fungsi organisasi dan akan lebih sesuai untuk mengatasi permasalahan ini.
memunculkan perilaku yang tidak profesional, Selain permasalahan rekruitmen banyak faktor
serta menjadi persoalan baru dan beban lain yang mempengaruhi keefektifan dan
birokrasi, (Yuliani, 2004). keefisienan kinerja PNS. Makalah ini akan
mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi
PNS sebagai aparatur negara, dimana sebagai keefektifan dan keefisienan kinerja PNS.
abdi masyarakat keberadaannya sangat penting
untuk melaksanakan program-program B. Metodologi
pemerintah. Pengadaannya sangat diperlukan Makalah ini menggunakan metode diskriptif
untuk meregenerasi pegawai yang telah pensiun, kualitatif dengan menggunakan literature review
pada beberapa tahun ini pengadaan PNS dari berbagai sumber, baik itu artikel ilmiah dan
mengalami zero growth artinya formasi pegawai laporan-laporan pelaksanaan kegiatan. Beberapa
yang diterima tidak melebihi jumlah formasi permasalahan mengambil studi kasus pada
pegawai yang ditinggalkan karena pensiun atau Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi
meninggal. Hal ini terpaksa dilakukan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
pemerintah untuk efisiensi anggaran belanja
(KLHK), dimana beberapa Unit Pelaksana
pegawai.
Teknisnya.
Proses rekrutmen dan penempatan pegawai
sangat mempengaruhi tercapainya tujuan C. Pembahasan
pengadaan pegawai bagi pemerintah. Belajar Dalam rangka menunjang kelancaran
dari kenyataan yang ada, bahwa pengadaan pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan
pegawai yang selama ini dilaksanakan oleh dibidang Sumber Daya Manusia (SDM)
BKN Pusat, sehingga belum mengakomodir aparatur, diperlukan PNS yang profesional.
calon-calon pelamar PNS yang berasal dari Profesionalisme PNS terkait dengan kompetensi
daerah. Dampak dari pelaksanaan tes pegawai yang didalamnya meliputi penguasaan
seperti ini adalah banyaknya PNS yang tidak pengetahuan, keterampilan, dan perilaku dalam

337
melaksanakan tugas pekerjaan. Upaya ketidaksesuaikan kompetensi yang dimiliki
peningkatkan profesionalisme PNS memerlukan dengan jabatan yang diemban. Hal ini akibat
waktu dan proses yang panjang mulai dari dari penempatan aparatur dalam jabatan melalui
rekrutmen, penempatan, dan pengembangan. keputusan-keputusan pengangkatan yang lebih
mengedepankan faktor like and dislike, loyality
Bersamaan dengan reformasi dari sistem politik and disloyality dan lebih bernuansa kepentingan
ke arah yang lebih demokratis, berkembang pula politik pribadi dan golongan, akan sulit
pemikiran tentang good governance, mewujudkan right man in the right place untuk
kepemerintahan (pengurusan pemerintah) yang tujuan pembangunan birokrasi yang profesional.
baik. Pengertian good governance masih Jika seorang aparatur yang tidak memiliki
simpang siur, secara umumnya kemampuan, kompetensi, pendidikan,
mengartikan good governance dengan keterampilan dan pengalaman kemudian
pemerintahan yang bersih, atau clean dipaksakan diangkat atau ditempatkan pada
government. Seringkali juga mengarah pada jabatan tertentu, maka akan menciderai dan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. merusak tatanan birokrasi, mengganggu fungsi-
Dalam makalah ini diajukan suatu pemikiran fungsi organisasi dan akan memunculkan
awal, tentang good governance sebagai perilaku yang tidak profesional, menimbulkan
paradigma baru manajemen pembangunan. persoalan baru dan menjadi beban birokrasi.

Good Governance adalah suatu bentuk Di Indonesia sistem kepegawaian PNS dibagi
manajemen pembangunan, yang disebut dalam dua kelompok bersar, yaitu pegawai pusat
administrasi pembangunan. Administrasi dan pegawai daerah, setelah terjadi peristiwa
pembangunan atau manajemen pembangunan reformasi dengan ditandai berakhirnya periode
menempatkan peran sentral pemerintah pemerintahan orde baru, salah satu bagian
menjadi agent of change dari suatu masyarakat reformasi adalah reformasi dibidang sumber
dalam negara berkembang. Agent of daya manusia, setelah otonomi daerah semua
change (agen perubahan), dan karena perubahan pegawai negeri pusat yang masih memiliki
yang dikehendaki, planned change, maka juga jenjang pangkat golongan dua, otomatis
disebut agent of development. Pemerintah diserahkan kepada pemerintah daerah. Dengan
menjadi pendorong proses pembangunan dan adanya kebijakan ini menyebabkan perpindahan
perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah pegawai secara besar-besaran, sebagian besar
mendorong melalui kebijakan-kebijakan dan pegawai mengajukan pindah kerja kepada
program-program, proyek-proyek, bahkan instansi pemerintahan yang ada didaerah
industri-industri, dan peran perencanaan kelahirannya masing-masing. Hal ini
dan budgeting. Perencanaan menyebabkan penumpukan pegawai pada
dan budget pemerintah harus menstimulasi daerah-daerah tertentu, sehingga menyebabkan
investasi sektor swasta, (Dharmaningtias, 2011). ketidakefisienan dalam pembagian tugas
Upaya mewujudkan aparatur sipil menuju good pekerjaan.
governance, masih menjumpai banyak
permasalahan yang menyebabkan Selain itu sistem penempatan pegawai juga
ketidakefisienan dan ketidakefektif PNS/ASN. mempunyai kelemahan, yaitu penempatan tidak
Beberapa hal yang menyebabkan permasalahn berdasarkan tempat lahir akan mengakibatkan
tersebut adalah : tingginya permintaan pindah tempat kerja bagi
1. Penyebaran Pegawai Tidak Merata PNS yang bekerja diluar daerah asalnya. Dari
Menurut Yuliani (2004) kondisi PNS saat ini hasil penelaahan dan pengamatan data-data
jumlah tingkat pertumbuhannya semakin tinggi komposisi pegawai yang ada pada masing-
dari tahun ke tahun, kualitas PNS rendah, masing satuan kerja dapat dilihat pada tabel
kesalahan penempatan, ketidakjelasan karir, dan dibawah ini:

338
Tabel 1. Jumlah PNS Fungsional Peneliti Pada Satker Badan Litbang dan Inovasi

JENJANG FUNGSIONAL
Jumlah Calon Juml
N Pen. Pen. Pen. Pen. Peneliti Peneliti
INSTANSI ah
O Utama Madya Muda Pertama
P+C
L P L P L P L P L P L P
SATKER YANG BERADA DI PULAU JAWA
PUSLITBANG
1 6 11 14 13 6 14 1 6 27 44 1 1 71
HUTAN
PUSLITBANG
2 8 7 10 4 1 3 1 4 20 18 1 3 38
HASIL HUTAN
3 P3KLL 0 0 0 0 2 1 0 0 2 1 3 2 3
4 PUSSOSEKJAKPI 3 2 6 3 5 12 4 1 18 18 0 6 36
B2P2BPTH
5 1 0 16 8 3 6 1 6 21 20 0 0 41
YOGYAKARTA
BP2T
6 AGROFORESTRY 0 0 8 3 6 6 2 1 16 10 1 0 26
CIAMIS
7 BP2PDAS SOLO 2 0 9 4 4 7 3 0 18 11 2 1 29
8 BP2TPTH BOGOR 3 3 2 5 0 5 0 3 5 16 0 1 21
12 13
JUMLAH : 23 23 65 40 27 54 12 21 8 14 265
7 8
SATKER YANG BERADA DI LUAR PULAU JAWA
B2P2EK
1 0 0 4 3 4 4 2 6 10 13 0 1 23
DITEROKARPA
BP2LHK AEK
2 1 0 2 0 2 3 2 0 7 3 0 0 10
NAULI
BP2LHK
3 1 0 8 3 6 5 2 0 17 8 1 0 25
PALEMBANG
BP2LHK
4 1 0 1 1 6 4 3 2 11 7 0 0 18
BANJARBARU
BP2LHK
5 1 1 5 3 3 7 4 1 13 12 1 1 25
MAKASSAR
BP2LHK
6 0 0 1 1 5 2 1 3 7 6 0 2 13
MANADO
BP2T HHBK
7 1 0 2 1 2 0 4 7 9 8 0 0 17
MATARAM
8 BP2LHK KUPANG 0 0 2 0 6 0 4 5 12 5 0 2 17
BP2LHK
9 0 0 1 1 7 2 7 0 15 3 1 1 18
MANOKWARI
BP2T
10 KONSERVASI 0 0 2 0 5 2 4 3 11 5 0 1 16
SDA SAMBOJA
BP2T SERAT
11 TANAMAN 0 0 2 0 3 3 0 1 5 4 3 1 9
HUTAN KUOK
11
JUMLAH : 5 1 30 13 49 32 33 28 74 6 9 191
7
Sumber : Laporan Tahunan Badan Litbang dan Inovasi Tahun 2017

339
Perbandingan Jumlah pegawai ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1. Perbandingan Jumlah Fungsional Pegawai Badan Litbang Inovasi Tahun 2017

Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa : 1). anggaran belanja pegawai yang telah ada perlu
Satuan kerja yang berada di luar Jawa dilakukan penataan organisasi dan penataan
mempunyai jumlah pegawai yang lebih sedikit. PNS (rightsizing). Selanjutnya dalam
2). Penyebaran pegawai tidak merata, pada melaksanakan penataan organisasi dan penataan
satuan kerja di Jawa dibandingkan dengan PNS perlu dilakukan penundaan sementara
satuan kerja yang berada diluar Jawa. penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri
Sistem penerimaan pegawai selama ini, Sipil). Oleh karena itu, salah satu kebijakan
menyebabkan personil diterima menjadi PNS yang dilakukan pemerintah adalah penerapan
sebagian besar berasal bukan dari daerah dimana moratorium (penundaan sementara) rekruitmen
satuan kerja itu berada. Yang diterima menjadi PNS. Adapun kebijakan moratorium PNS
PNS itu sebagian berasal dari Jawa, Sumatera tersebut ditetapkan dengan Peraturan Bersama
dan Sulawesi Selatan. Hal ini akan tentang Penundaan Sementara Penerimaan
menyebabkan besarnya mutasi pegawai dari Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang
satuan kerja penempatan pertama kali menjadi ditandatangani oleh 3 (tiga) Menteri yaitu
PNS ke satuan kerja dimana yang bersangkutan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
itu berasal, sehingga penyebaran pegawai negeri Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB),
tidak merata, dengan kenyataan seperti ini Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan
terjadi penumpukan pegawai pada satuan kerja pada tanggal 24 Agustus 2011. Penandatanganan
dimana yang bersangkutan berasal, dan ini diharapkan mampu membuat gambaran
kekurangan pegawai pada satuan kerja yang jumlah pegawai yang tepat dan berkualitas
berada diluar pulau Jawa dan Sumatera. karena reformasi birokrasi jika berhasil akan
mampu menghemat belanja pegawai
Merit Sistem sebagai salah satu pendekatan yang (Dharmaningtias, 2011).
digunakan dalam pengelolaan sumber daya
manusia yang berdasarkan pada prestasi yang Adanya kebijakan moratorium yang ditetapkan
dilakukan oleh seorang pegawai yang mencakup oleh pemerintah pusat, diharapkan mampu
semua aspek penunjang sebagai karakter yang mendorong percepatan pelaksanaan reformasi
menjadi pegangan untuk mengemban tugas dan birokrasi yang berjalan di Indonesia. Reformasi
tanggung jawab yang diberikan serta kesesuaian birokrasi tersebut terkait dengan SDM aparatur.
dengan peraturan yang berlaku. (Baharuddin dan Moratorium dianggap sebagai salah satu
kebijakan untuk mengelola sistem kepegawaian,
Djabbar, 2014).
oleh karena itu moratorium sebaiknya mampu
dijalankan dengan baik dan dipergunakan untuk
2. Moratorium dalam Pengangkatan Pegawai
menata ulang dan memperbaiki organisasi serta
Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi sistem kepegawaian dalam birokrasi di
dan mengoptimalkan kinerja SDM serta efisiensi Indonesia (Dharmaningtias, 2011).

340
dimiliki, jumlah PNS pada 2003 sekitar 3,7 juta,
Rasionalisasi penempatan PNS yang mengarah naik cukup signifikan menjadi 4,7 juta pada
pada peningkatan kompetensi dan prestasi kerja, 2011 dengan perincian jumlah PNS di pusat
memerlukan adanya penataan PNS yang jelas sebesar 916.493 pegawai dan daerah 3.791.837
dalam setiap instansi pemerintah. Proses ini pegawai atau 1,98% dari total penduduk
merupakan siklus dari manajemen PNS yang Indonesia, (Dharmaningtias, 2011).
menjadi perhatian pemerintah, mengingat maju
tidaknya PNS serta berhasil tidaknya instansi Kebijakan moratorium penerimaan PNS yang
pemerintah sangat tergantung pada kompetensi dimulai pada tahun 2011 memiliki dampak
PNS yang didukung dengan menyelenggarakan positif bagi reformasi di bidang sumber daya
manajemen PNS secara profesional. Disisi lain manusia, yaitu : 1) mengurangi jumlah pegawai
perubahan lingkungan yang terjadi scara yang sebelum dilakukan moratorium
dinamis baik dari dalam maupun luar organisasi mempunyai jumlah yang sangat besar, sehingga
mensyaratkan adanya reformasi dalam praktek tidak efektif, 2) mengurangi beban belanja
manajemen SDM PNS (Nurhaeni dan Dwi, pegawai pemerintah, sehingga alokasi anggaran
2012). yang tersedia bisa digunakan untuk membiayai
kegiatan pembangunan, 3) menempatkan
Pengelolaan PNS yang profesional berbasis pegawai berdasarkan kebutuhan organisasi,
merit diperlukan untuk menunjang kelancaran sehingga tidak ada lagi kelebihan pegawai untuk
pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. posisi atau jabatan yang sama.
Rasionalisasi penempatan PNS yang mengarah 3. Penerimanaan Pegawai
pada peningkatan kompetensi dan prestasi kerja Penerimaan CPNS dapat diartikan sebagai
memerlukan adanya penataan pada jumlah, pengadaan CPNS. Pengadaan (procurement)
kualifikasi, komposisi, dan distribusi. Kebijakan adalah fungsi operasional pertama manajemen
moratorium merupakan penundaan sementara sumber daya manusia. Pengadaan adalah proses
penerimaan PNS untuk menciptakan kebutuhan penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan
riil dari sisi kuantitas maupun kualitas. induksi untuk mendapatkan karyawan (pegawai)
Moraturium PNS masih relevan dilanjutkan
yang efektif dan efisien membantu tercapainya
karena dilihat dari aspek bezetting pegawai
tujuan perusahaan (instansi birokrasi).
secara kuantitas banyak tetapi secara kualitas
sedikit, rightsizing kelembagaan belum
menyeluruh khususnya pada pemerintah daerah Endah Setyowati, 2016, menyatakan masalah
dengan tatalaksana yang masih kurang dalam rekrutmen dan pemilihan CPNS terkait
sempurna, budgeting pemerintah belum ideal untuk transparansi, persaingan, obyektivitas, dan
antara belanja pegawai dengan belanja aspek kompetensi. Proses rekrutmen dan seleksi
pembangunan yang komposisinya lebih besar tidak didasarkan pada prinsip-prinsip prestasi;
pada belanja pegawai, (Rahmawanto A, 2016). yang dicirikan oleh penyerahan formasi yang
tidak didasarkan pada kebutuhan, indikasi
Adapun Kementerian Pendayagunaan Aparatur korupsi, kolusi, dan nepotisme, dan pelamar
Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi (RB) tidak dianalisis berdasarkan nilai kelulusan
memastikan penerapan moratorium mereka. Berdasarkan analisis makro, kondisi
(penghentian sementara) rekrutmen PNS mulai tersebut disebabkan oleh kerangka kebijakan
berlaku pada 1 September 2011 sampai dengan sebagai dasar untuk pelaksanaan rekrutmen dan
31 Desember 2012. Terkait hal tersebut,
seleksi yang tidak secara eksplisit dan jelas
pihaknya sedang melakukan pengkajian dan
menjelaskan tentang sistem merit. Sedangkan,
pemetaan terhadap daerah-daerah yang
analisis messo menemukan hal tersebut
kelebihan pegawai, termasuk harmonisasi
terhadap Undang-Undang Nomor 32 Tahun disebabkan oleh otoritas tumpang tindih antara
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang- Kementerian Administrasi dan Reformasi
Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok- Birokrasi dan Badan Kepegawaian Negara
Pokok Kepegawaian, dan revisi terhadap PP sebagai institusi manajemen personalia.
Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi Selanjutnya, Analisis mikro menemukan tiga
perangkat daerah. Berdasarkan data yang hambatan pada rekrutmen dan pemilihan CPNS

341
yang tidak dilaksanakan berdasarkan prinsip- daerah-daerah tertentu. 3). Pada akhirnya akan
prinsip merit, yaitu administratif, politik dan mengurangi beban anggaran pemerintah dalam
hambatan budaya, dan teknis. penempatan pegawai, dikarenakan pegawai yang
diterima adalah yang berasal dari daerah
Hambatan administratif terkait kurangnya tersebut.
harmonisasi antara kebijakan yang menjadi
dasar untuk melakukan rekrutmen dengan D. Kesimpulan
seleksi CPNS. Hambatan politik dan budaya, Sejak dilaksanakannya kebijakan otonomi
menunjukkan adanya indikasi korupsi dalam daerah, dimana sebagai kewenangan pemerintah
proses rekrutmen dan pemilihan CPNS. Hal ini pusat menjadi kewenangan pemerintah daerah,
juga menunjukkan bahwa praktik transaksi terjadi perpindahan pegawai secara besar-
antara pelamar dan panitia masih terjadi. besaran sehingga menyebabkan penyebaran
Hambatan teknis terkait dengan kemampuan pegawai tidak merata, pada daerah-daerah
sumber daya personel yang terbatas dalam tertentu (khususnya Pulau Jawa) mempunyai
melaksanakan tanggung jawab dan kurangnya jumlah pegawai yang sangat banyak, sementara
infrastruktur dalam proses rekrutmen dan seleksi itu di daerah lain terjadi kekurangan pegawai.
CPNS. Hal ini akan menyebabkan pelaksanaan tugas
Selama ini proses penerimaan pegawai (test pokok dan fungsi pegawai tidak dapat dijalankan
cpns) dilakukan secara terpusat, sehingga secara efektif dan efisien. Diperlukan upaya
pesertanya merupakan lulusan universitas dari yang tegas dan konsisten dari pemerintah untuk
seluruh Indonesia. Test seperti ini mempunyai mengatasi permasalahan ini.
kelemahan, yaitu : tidak dapat bersaingnya Moratorium pegawai yang dilakukan secara
lulusan universitas di luar Jawa dengan lulusan efektif diharapkan dapat mewujudkan zero
universitas di Jawa, hal ini ditandai dengan growth atau menggantikan jumlah PNS yang
jumlah peserta yang lulus test berasal dari pensiun. Moratorium dilakukan sebagai bagian
universitas di Pulau Jawa. Dengan kenyataan dari upaya mengatasi permasalahan
seperti ini menunjukan bahwa ada gap kepegawaian sebagai dampak dari berbagai
pendidikan antara universitas di Pulau Jawa kebijakan sebelumnya. Dengan adanya
dengan universitas di luar Pulau Jawa. Dapat kebijakan moratorium penerimaan CPNS yang
dicontohkan pada satuan kerja Balai Penelitian telah ditetapkan dengan Peraturan Bersama
dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan tersebut, diharapkan pemerintah dapat menata
Kehutanan Manado, dari jumlah seluruh ulang organisasi dan sistem kepegawaian
pegawai yang berjumlah 44 orang, hanya 3 Indonesia serta dapat melakukan penghematan
orang saja yang berasal dari Sulawesi Utara, anggaran belanja pegawai yang semakin
(Laporan Triwulan Balitbang LHK Manado, meningkat. Jika kebijakan moratorium tersebut
2017). berhasil dilaksanakan dan membawa dampak
positif bagi birokrasi, maka kebijakan tersebut
Oleh sebab itu diperlukan tindakan affirmative dapat mendorong reformasi birokrasi ke tujuan
action dalam proses penerimaan pegawai yang diharapkan.
dengan memperhatikan atau memberikan kuota
pada masing-masing provinsi, banyak Dengan banyaknya jabatan yang kosong setelah
keuntungan dengan kita melaksanakan hal diadakannya moratorium, sangat mendesak
tersebut antara lain : 1). Memberikan untuk segera melakukan penerimaan pegawai
kesempatan kerja bagi alumni Universitas yang kembali, dengan menggunakan merit system
berada di provinsi masing-masing sehingga yang disesuaikan dengan job description serta
dapat menyerap tenaga kerja di daerah. 2). persyaratannya untuk memangku jabatan
Menekan besarnya perpindahan pegawai apabila tersebut, sehingga tidak terjadi lagi kesalahan
sudah diterima menjadi pegawai, sehingga penempatan pegawai pada jabatan tertentu.
pemerataan pegawai dapat tercapai, dan
mengurangi penumpukan jumlah pegawai pada

342
Penerimaan PNS merupakan langkah awal Rahmawanto A., 2016. Kebijakan Moratorium
proses rekruitmen pegawai, selama ini test PNS : Analisis Bezetting Pegawai,
silakukan secara umum dan terpusat tidak Rightsizing Kelembagaan, dan Budgeting
menggunakan affirmative action (kuota) Penyelenggaraan Pemerintahan. Jurnal
berdasarkan provinsi, hal ini mengakibatkan Borneo Administrator, Volume 12 Nomor
tidak terakodirnya lulusan universitas di luar 1 Tahun 2016.
Pulau Jawa, dan pada akhirnya menyebabkan Baharuddin dan Djabbar I., 2014. Mengurai
penyebaran pegawai yang tidak merata, dimana Merit Sistem Dalam Penempatan Jabatan
pada suatu tempat pegawainya menumpuk Struktural. Jurnal “Administrasi Publik”
berlebihan sedangkan pada tempat lain Volume X Nomor 1 Juni 2014.
mengalami kekurangan jumlah pegawai. Dengan Dharmaningtias D.S., 2011. Implikasi
ketimpangan tersebut tujuan pemerintah Moratorium Penerimaan CPNS Terhadap
menjadikan PNS sebagai pelaku dalam Optimalimalisasi Reformasi Birokrasi.
Politica Vol. 2, No. 2, November 2011.
mewujudkan pemerintahan yang good
Setyowati E., 2016. Merit System in Recruitment
governance tidak akan tercipta.
and Selection Process of Civil Servant
Candidate in Malang Indonesia
Daftar Pustaka (Implementation of Recruitment and
Anonimous, 2017. Laporan Kepegawaian Selection of Civil Servant Candidate in
Triwulan III Balai Penelitian dan 2010). Journal of Administrative Sciences
Pengembangan Tanaman Serat Kuok. and Policy Studies June 2016, Vol. 4, No.
Anonimous, 2017. Laporan Kepegawaian 1, pp. 83-95, ISSN: 2372-5109 (Print),
Triwulan III Balai Penelitian dan 2372-5117 (Online).
Pengembangan Lingkungan Hidup dan Nurhaeni, Ismi dan Dwi H. (2012), “Reformasi
Kehutanan Palembang. Kebijakan Sumberdaya Manusia Adil
Anonimous, 2017. Laporan Kepegawaian Gender: Harapan Regulasi Affirmative
Triwulan III Balai Penelitian dan Action”, Civil Service Jurnal Kebijakan
Pengembangan Lingkungan Hidup dan dan Manajemen PNS, Vol 6 Nomor 2
Kehutanan Manado. November 2012, Jakarta: Litbang BKN.
Yuliani, S., 2004. Pengantar Ilmu Administrasi
Anonimous, 2017. Laporan Kepegawaian
Negara. UNS, Solo.
Triwulan III Balai Penelitian dan
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 81
Pengembangan Teknologi Pengelolaan
Tahun 2010 tentang Grand Design
DAS Solo. Reformasi Birokrasi 2010 -2025.
Anonimous, 2017. Laporan Kepegawaian Tahun
2017 Badan Litbang dan Inovasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan.
Nugroho A.H. dan Widiastuti N., 2017.
Dampak Kebijakan Moratorium Pegawai
Negeri Sipil Terhadap Penempatan
Pegawai di Pemerintah Daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Riset
Manajemen Priyastiwi Vol. 4, No. 1,
Januari 2017, 143 – 157.

343
Merancang Program Inovasi Berkelanjutan di Propinsi Lampung
Simon Sumanjoyo Hutagalung, Dedy Hermawan
Jurusan Administrasi Publik, Universitas Lampung
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
simon.sumanjoyo@fisip.unila.ac.id, dedy.hermawan@fisip.unila.ac.id

Abstrak
Studi ini berusaha untuk menggambarkan upaya pemerintah daerah otonom baru dalam membangun
kapasitas layanan publik di daerah otonom baru, mengidentifikasi dinamika pembangunan kapasitas
layanan publik yang berkelanjutan di daerah otonom baru dan merancang model pembangunan kapasitas
layanan publik yang berkelanjutan untuk memperkuat wilayah otonomi. Model ini mencoba untuk
mencapai aspek pembangunan antargenerasi dari pembangunan, yang bukan jangka pendek. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang menggabungkan data
sekunder dan data primer. Data dikumpulkan dari beberapa pemerintah daerah dengan praktik terbaik
dalam manajemen kapasitas layanan publik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model
interaktif. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa penguatan program-program inovatif di sektor
pelayanan publik perlu mengadopsi model peran inisiatif inovasi sektor publik. Model tersebut
menekankan pentingnya identifikasi peran inovasi yang dirancang dalam suatu program terhadap
masalah-masalah nyata yang dihadapi, sehingga nantinya akan tercapai kepercayaan publik tentang
urgensi inovasi.
Kata Kunci: Inovasi Program, Keberlanjutan, Penguatan Peran

Abstract
This study seeks to illustrate the efforts of new autonomous local governments in building public service
capacity in new autonomous regions, identifying the dynamics of sustainable public service capacity
building in new autonomous regions and designing a model of sustainable public service capacity
building to strengthen the autonomous region. This model tries to achieve the intergenerational
development aspect of development, which is not short term. The research method used in this study is a
qualitative approach that combines secondary data and primary data. Data were collected from several
local governments with best practices in public service capacity management. Data analysis was done by
using interactive model. From the research conducted it is known that the strengthening of innovative
programs in the public service sector needs to adopt the role model of public sector innovation initiative.
The model emphasizes the importance of identifying the role of innovation that is designed in a program
to the real problems faced, so that later will be achieved public confidence about the urgency of
innovation.
Keywords: Program Innovation, Sustainability, Strengthening Roles

A. Pendahuluan secara umum kinerja layanan publik di daerah


Meningkatkan kapasitas layanan publik melalui otonom baru masih di bawah wilayah induk,
pendekatan teritorial merupakan argumen yang meskipun kesenjangannya relatif. Permasalahan
berhasil mewujudkan daerah otonom baru di yang dihadapi dalam pelayanan publik adalah;
Indonesia. Ini dibuktikan dengan peningkatan (Sebuah). Penggunaan dana yang tidak efektif,
drastis jumlah daerah otonom baru. Namun, terkait dengan kebutuhan pendanaan yang tidak
argumen korelatif antara pembentukan daerah seimbang dengan luas dan populasi yang relatif
baru dan peningkatan layanan publik juga sama, (b). Ketersediaan personel layanan kepada
mengalami kondisi yang berlawanan. masyarakat karena terbatasnya pembangunan
Studi evaluasi Bappenas dan UNDP melalui ekonomi dan fasilitas, dan (c). Penggunaan
Building and Re-Decentralized Governance layanan publik yang terbatas masih terbatas.
Project (2007), yang menyimpulkan bahwa Sedangkan Brata (2007) menyimpulkan bahwa

344
pemerintah daerah yang baru masih belum dapat layanan publik yang sangat baik?, (2). Apa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat model pengembangan kapasitas layanan publik
menjadi lebih baik dari daerah induknya. Jika yang berkelanjutan dalam konteks penguatan
indikator kesejahteraan dianggap mencerminkan otonomi daerah di pemerintah daerah ?. Dua
kualitas layanan publik, maka kesimpulan pertanyaan kemudian akan dibahas di bagian
bahwa daerah baru umumnya belum mampu diskusi.
memberikan layanan publik yang lebih baik
daripada daerah induknya (Kemen PP- B. Metode Penelitian
Bappenas, 2007). Ini memberikan indikasi awal Penelitian ini menggunakan pendekatan
bahwa memang ada masalah dalam pemekaran kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan
daerah karena kesejahteraan masyarakat dan gejala dan tren dalam fenomena yang muncul.
layanan publik belum berubah menjadi lebih Pendekatan ini digunakan untuk menguji objek
baik setelah berpisah dari daerah induk. dalam kondisi alam, dimana peneliti adalah
instrumen kunci dengan teknik pengumpulan
Daerah otonom sebagai hasil dari kebijakan data yang dilakukan dalam triangulasi, analisis
otonomi daerah pada prinsipnya memiliki fungsi data induktif dan hasil penelitian yang
yang sama kepada masyarakat (Haris, S. 2005). menekankan makna generalisasi (Sugiyono,
Pemerintah daerah otonom dalam konteks ini 2006). Lokasi penelitian mencakup pemerintah
masih memiliki kewajiban untuk melaksanakan daerah di Provinsi Lampung yang kemudian
kegiatan pelayanan publik yang sangat baik bagi secara purposive dipilih 3 daerah yang
masyarakat di wilayahnya, meskipun diketahui representatif; Kota Bandar Lampung, Kabupaten
bahwa daerah otonom baru umumnya tidak Lampung Utara dan Kabupaten Pesawaran. Dari
memiliki kapasitas infrastruktur dan sumber ketiga daerah tersebut ditentukan masing-masing
daya yang mampu memberikan kontribusi satu program unggulan yang disepakati oleh
optimal untuk pengiriman layanan publik pihak pemerintah daerahnya. Pengumpulan data
(Hutagalung, SS, & Hadna, A. H, 2010). lapangan untuk penelitian ini akan dilakukan
Masalah administrasi seperti gedung kantor, dengan teknik yang dikembangkan dalam
pengadaan karyawan, masalah batas, alokasi dan pendekatan kualitatif yaitu: (1). Wawancara
penyediaan sumber daya keuangan dan aspek dengan informan kunci menggunakan panduan
administrasi lainnya masih merupakan tantangan wawancara, (2). Observasi langsung ke lokasi
utama bagi pemerintah daerah di daerah otonom penelitian, dan (3). Ulasan dokumentasi. Data
(Wismono, FH, & Ramdhani, L. E, 2015). yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif
dengan menggunakan model interaktif analisis
Memperhatikan perkembangan daerah yang Miles dan Huberman (1992). Data dianalisis
secara khusus diimplementasikan di daerah baru dengan metode deskriptif kualitatif. Tahap ini
adalah penting karena daerah ini perlu dikelola melalui beberapa tahapan yaitu: (1) reduksi data.
secara terencana sejak dini untuk menghindari (2) penyajian data, dan (3) menarik kesimpulan.
kesalahan manajemen yang akan menyebabkan Pada fase ini para peneliti melakukan inferensi
kualitas masyarakat yang stagnan di daerah berdasarkan interpretasi dari temuan lapangan.
tersebut. Konteks pembangunan daerah yang
berkelanjutan menjadi relevan. Masalah C. Hasil dan Pembahasan
kapasitas layanan publik menjadi fokus yang 1. Analisis Program Inovasi Pelayanan
harus disiapkan untuk mengimplementasikan Publik di Pemerintah Daerah di
ekonomi daerah (Hutagalung, S.S, 2012). Lampung
Mengingat kapasitas layanan publik yang baik Dalam program pelayanan kesehatan gratis
akan menghasilkan dampak positif jangka (P2KM) di Kota Bandarlampung sudah efektif.
panjang, bahkan menjangkau lintas generasi. Hal ini diamati dari beberapa indikator yaitu
ketepatan sasaran program pelayanan kesehatan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka gratis (P2KM) masyarakat Kota Bandarlampung
dihasilkan pertanyaan penelitian sebagai berikut; yang telah dicapai, sosialisasi program yang
(1). Bagaimana upaya pemerintah daerah untuk telah dilakukan secara langsung dan tidak
membangun kapasitas layanan publik kepada langsung dengan menggunakan media cetak
pemerintah daerah diwujudkan melalui program

345
seperti baliho dan spanduk, tercapainya tujuan menyiapkan persyaratan untuk kelancaran
program pelayanan kesehatan gratis P2KM) di pelayanan pasien.
kota Bandarlampung yang telah dicapai dan
pemantauan serta pengawasan terkait pelayanan Sementara itu, program internet gratis di
kesehatan gratis (P2KM) di Kota Lampung Utara dapat dikatakan tidak optimal
Bandarlampung yang telah dilakukan oleh karena Kantor Komunikasi dan Informatika
penyelenggara. Lampung Utara tidak memiliki panduan
Program ini berlaku sejak 1 Januari 2015 yang program, tidak ada SOP yang harus
dijamin oleh Pemerintah Kota Bandarlampung dilaksanakan untuk menjalankan program.
dalam Peraturan Walikota No.24 tahun 2014 dan Kantor Komunikasi dan Teknologi Informasi
diperlihatkan kepada seluruh masyarakat Kota menjalankan program ini berdasarkan kebijakan
Bandarlampung agar masyarakat menjadi pemerintah dan berdasarkan visi dan misi
nyaman, sehingga tidak ada alasan jika sakit Kantor Komunikasi dan Informatika Lampung
tidak ada biaya, karena ditanggung oleh Utara. Dalam melaksanakan program ini, Kantor
Pemerintah Kota Bandarlampung. Pemerintah Komunikasi dan Informatika Lampung Utara
Kota Bandarlampung, Dinas Kesehatan Kota tidak memiliki panduan program, tidak ada SOP.
Bandarlampung dan UPT terkait puskesmas Program internet gratis ini diimplementasikan
telah menjalankan tujuan program dengan tanpa prosedur terstruktur. Berdasarkan hasil
memberikan pelayanan medis gratis kepada analisis, peneliti melihat bahwa orang yang
masyarakat Kota Bandarlampung. Ini dibuktikan mengaku belum puas dengan program internet
dengan jumlah orang yang tidak memiliki hanya berada di 4 titik lokasi. Beberapa item
perawatan asuransi kesehatan lainnya dengan yang menjadi patokan kepuasan dari pengguna
menggunakan KK dan KTP kota akses internet adalah: kurangnya sarana dan
Bandarlampung. Pelayanan kesehatan penyakit prasarana yang disediakan oleh pemerintah
juga bukan hanya penyakit umum, tetapi untuk setempat, dan akses internet yang tidak lancar.
penyakit yang harus dirawat oleh rumah sakit Ke-4 titik tersebut adalah Saprodi Abung
juga, selain untuk pasien rawat inap juga sudah Selatan, Koramil Kotabumi, Pasar Buah
ditanggung oleh Pemerintah Kota Ramayana Kotabumi, dan Pasar Bukit
Bandarlampung. Selain itu, kerja sama antara Kemuning. Peneliti menemukan fakta di
Dinas Kesehatan Kota Bandarlampung dengan lapangan bahwa di salah satu situs internet gratis
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dan yaitu Pasar Buah Ramayana Kotabumi, akses
Rumah Sakit, sangat membatu dalam pelayanan internet tidak berjalan lancar dan terkadang
kesehatan gratis prosudur adalah untuk akses internet tidak dapat digunakan atau mati,
memberikan kemudahan kepada penyedia bahkan saat ini akses wifi di lokasi Pasar Buah
layanan dan penerima layanan. Ramayana, Kotabumi tidak bisa digunakan.
Artinya, layanan yang diberikan kepada
Adapun faktor pendukung program perawatan komunitas kurang maksimal.
kesehatan gratis (P2KM) di Kota
Bandarlampung, antara lain Peraturan Walikota Menurut peneliti, lokasi instalasi wifi gratis di
Kota Bandarlampung No.24 tahun 2014 tentang Kabupaten Lampung Utara tidak efektif karena
pengobatan gratis, serta hubungan kerja sama lokasinya yang tidak strategis, seperti di lokasi
antar instansi pemerintah. Sedangkan faktor pasar buah Ramayana yang ditempatkan di titik
penghambat program perawatan kesehatan ini lokasi Kantor Pelayanan Pengaduan Polisi
adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk Militer menggunakan Akses wifi hanya
membawa persyaratan atau ketidaksesuaian data pengguna perkantoran saja, kemudian di
antara KK dan KTP dan warga yang belum Simpang lokasi Saprodi, Abung Selatan,
mengurus kewarganegaraan kota ditempatkan di titik lokasi fotokopi di mana
Bandarlampung. Hal ini membuat layanan fasilitas dan infrastruktur tidak disediakan,
terhambat karena ketidakcocokan data, atau kemudian di lokasi Kotabumi Koramil Square,
warga sendiri yang tidak membawa kartu asli ditempatkan di titik lokasi di Kantor Koramil,
dan persyaratan kartu identitas dan fotokopi. Kotabumi. Program ini sangat membantu
Seharusnya warga yang ingin berobat sudah masyarakat Kabupaten Lampung Utara,
masyarakat sangat membantu dan merasa puas

346
dengan program ini. Tetapi program ini kurang ditambahkan dengan perawatan. Untuk petugas
upaya dari Dinas Komunikasi dan Informatika Home Care sendiri sebenarnya dapat juga
Lampung Utara dalam meningkatkan kualitas untuk mengobati pasien yang dilayani tetapi
sumber daya manusia masyarakat Lampung harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan
Utara, pihak dinas terkait tidak melakukan dokter di pusat kesehatan dimana bertugas
pelatihan tentang ICT sehingga masih banyak karena mereka hanya diperbolehkan untuk
masyarakat Lampung Utara yang masih gagap mengobati hanya P3K saja dan obat mereka
teknologi atau kurang bisa mengakses internet, juga merupakan obat standar bukan resep
internet tidak digunakan dengan cara yang dokter. Dan untuk dokter keluarga mereka
positif. dapat memberikan pengobatan secara langsung
dan hanya berkomplot dengan keluarga pasien
Berdasarkan hasil penelitian, dapat tanpa gangguan dari luar.
disimpulkan bahwa tujuan program internet
gratis di Kabupaten Lampung Utara dalam Analisis Program Home Care menghasilkan
mendukung literasi publik belum tercapai kesimpulan bahwa implementasi di daerah
dengan baik. Hal ini dapat dilihat hanya satu Pesawaran masih kurang berhasil dalam
yang dicapai dari kedua tujuan, pada poin pelaksanaannya. Hal ini dapat dilihat dari 6
pertama yaitu Membantu masyarakat umum indikator menurut Wirawan (2012: 19-21)
dalam hal memfasilitasi akses informasi evaluasi proses terdiri dari faktor-faktor yang
dengan cepat dan akurat informasi yang dinilai yaitu: (1). Program Layanan. Bentuk
diinginkan, telah tercapai dilihat melalui program Home Care yaitu asuhan keperawatan
kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat dari rumah ke rumah dengan individu, keluarga,
Utara Kabupaten Lampung, masyarakat atau kelompok dengan tugas utama sebagai
dibantu oleh sementara tujuan kedua untuk pencegahan (Preventif) dan notifikasi (promotif)
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di dengan tujuan masyarakat untuk membuat gaya
Kabupaten Lampung Utara tidak tercapai hidup bersih dan sehat, juga pendamping saat
karena sebagian besar pengguna akses internet sedang dirawat dengan dokter. (2). Implementasi
di Lampung Utara menggunakannya untuk layanan Implementasi program Home Care
bermain game online, dan masih ada orang belum efektif pelaksanaannya. Petugas Home
yang tidak menguasai cara menggunakan Care belum memaksimalkan tugasnya dengan
internet. memberikan pemahaman tentang kesehatan
masyarakat, pelaksanaan dari awal program
Kabupaten Pesawaran memiliki Program tidak up to date sebagaimana seharusnya
Perawatan Rumah sebagai program meskipun sistem pelaporan bulanan serta
andalannya. Home Care Program adalah pengawasan berbagai pihak. (3). Stakeholder
program kesehatan home to door dengan (pemangku kepentingan) yang dilayani.
melakukan asuhan keperawatan secara Masyarakat sebagai pihak yang dilayani merasa
individu, keluarga, atau kelompok untuk peduli dengan kesehatan dan menjaga
meningkatkan pola hidup masyarakat yang kesehatannya serta merasa difasilitasi untuk
bersih dan sehat secara terus menerus dan menerima pelayanan kesehatan dengan hanya
komprehensif dimana harapan masyarakat menunggu untuk dikunjungi oleh rumahnya atau
mandiri dan sadar. Mempermudah orang yang dengan bergabung dengan kegiatan seperti
tidak mampu mendapatkan layanan kesehatan posyandu dan posbindu. (4). Sumber yang
hanya menunggu di rumah dan menunggu digunakan. Sumber-sumber seperti anggaran
petugas Home Care memeriksa kesehatan tidak mencukupi dalam melakukan kegiatan
mereka secara teratur dan menyeluruh. kesehatan karena mereka masih harus
Program Home Care dan dokter keluarga mengambil dan meminta dana dari Bantuan
hampir memiliki tugas dan peran yang sama Operasional Kesehatan (BOK) dan Jaminan
dalam melakukan pelayanan kesehatan di Kesehatan Nasional (JKN), jumlah petugas tidak
rumah, hanya bedanya jika Home Care cukup sehingga petugas kewalahan melayani,
berfungsi sebagai layanan dan pemberitahuan dan fasilitas terakhir mereka mendapatkan
kesehatan preventif (promotif) sementara untuk kendaraan, peralatan medis, dan obat-obatan.
dokter keluarga memiliki keduanya dan (5). Implementasi program dibandingkan dengan

347
yang diharapkan dalam rencana. Banyak Pendekatan segitiga strategis yang disampaikan
penerapan yang tidak tepat seperti jumlah ideal oleh Moore (1995) dapat dipinjam untuk
seorang petugas desa akan tetapi pada menguji kelayakan ide-ide inovasi. Ada tiga
kenyataannya dua atau lebih desa, masyarakat elemen yang harus bekerja secara bersamaan
belum sepenuhnya sadar akan pentingnya Gaya sehingga ide strategis dan inovasi besar dapat
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan baik diimplementasikan untuk mewujudkan
masyarakat maupun perwira tidak tahu. peran perubahan strategis dalam organisasi, yaitu misi
mereka dengan baik. dan tujuan yang jelas, dukungan dan legitimasi,
serta organisasi dan operasi. Selain itu, ada tiga
Hasil pelaksanaannya belum berjalan dengan tes yang perlu dilakukan untuk menilai ide
baik karena masih banyak yang belum tercapai inovasi atau perubahan dapat dilanjutkan, yaitu
dalam tujuan utama Home Care adalah ide tersebut secara substantif berharga, potensi
mendorong masyarakat untuk hidup sehat dan keberlanjutan baik secara sah dan berkelanjutan
juga tidak semua orang mendapatkan layanan secara politik, serta layak operasional dan
Home Care. Masyarakat merupakan faktor administratif secara teknis (secara operasional
penghambat karena mereka masih belum dan administratif layak). ) (Moore, 1995: 71).
mengubah gagasan bahwa jika ada faktor risiko
penyakit harus melapor ke petugas Home Care Kapasitas pelaksanaan program tampaknya
untuk mengetahui apakah di desa mereka ada terjadi berbeda di setiap program, tampak bahwa
kasus penyakit faktor risiko yang dapat dicegah beberapa aspek terbentuk dalam kondisi optimal
dan diarahkan untuk mendapatkan pelayanan dan dalam program lain ada kondisi yang tidak
kesehatan. optimal. Hasil identifikasi dapat dilihat dari
tabel 1 di bawah ini:
2. Analisis Kapasitas Pelaksanaan dan
Keberlanjutan Program Inovasi
Hasil analisis setiap program inovatif dari
daerah tersebut kemudian dibandingkan dengan
menggunakan pendekatan segitiga strategis.

Tabel 1. Analisis Kapasitas Pelaksanaan Program


No Element Program Pelayanan Internet Gratis Program Homecare
Kesehatan Gratis
1 misi dan tujuan Misi dan tujuan jelas, Misi dan tujuan jelas, karena Misi dan tujuan sudah
karena merupakan mereka adalah bagian dari jelas karena ini adalah
bagian dari program program unggulan pemerintah. program unggulan
unggulan pemerintah Bukan bagian dari misi dan pemerintah daerah.
daerah. tujuan utama program
pemerintah lokal, itu terlihat
seperti program uji coba.
2 dukungan dan sangat kuat, dari Dukungan hanya ada di tingkat Dukungan kuat dan
legitimasi legislatif dan eksekutif program. legitimasi, pemerintah
Dukungan yang masyarakat. lokal dan masyarakat
mendukung program ini.
3 organisasi dan Organisasi pelaksana Organisasi pelaksana cukup . Organisasi pelaksana
operasionalisasi melibatkan beberapa sederhana yang hanya melibatkan satu layanan
pihak dengan melibatkan agen, mitra, dan spesifik, beban kerja
pembagian kerja teknisi. Operasinya menghadapi menjadi salah satu
tersusun, sehingga kendala teknis dan sumber daya kendala selain dari
dalam operasinya tidak kendala sumber daya
banyak kendala. anggaran dan fasilitas
layanan.
Kesimpulan Program ini memiliki Program ini tidak memiliki Program ini memiliki
kapasitas yang baik kapasitas yang cukup kapasitas yang cukup
meskipun ada kendala.
Sumber: Analisis Peneliti, 2018

348
Dari tabel 1, dapat diamati jika Program P2KM yang tidak memiliki kapasitas yang memadai di
di Kota Bandar Lampung menjadi program yang mana masih banyak kelemahan. Analisis lebih
sudah memiliki kapasitas implementasi yang lanjut dari kekuatan keberlanjutan dari tiga
baik, sedangkan Program Perawatan Rumah program dianalisis dan dapat diamati pada tabel
menjadi program yang baik tetapi perlu 2 sebagai berikut:
pembenahan dan Program Internet gratis di
Kabupaten Lampung Utara menjadi program

Tabel 2. Analisis Aspek Sustanability Program Inovasi

No Indikator Program Pelayanan Internet Gratis Program Homecare


Kesehatan Gratis
1 Memiliki nilai Secara substantif Substantif tidak terlalu Secara substantif terkait dengan
substantif (secara terkait dengan menjadi kebutuhan kebutuhan penting masyarakat,
substantif kebutuhan penting mendesak masyarakat. meskipun hanya pada aspek
berharga) masyarakat Meskipun tujuan program pemberian layanan.
yang luas belum dapat
dinikmati hanya beberapa
kelompok
2 Berkesinambung Program ini memiliki Program ini tampaknya Program ini dimandatkan, yang
an dan legitimasi yang kuat merupakan proyek yang berarti dilaksanakan di tingkat
berkelanjutan karena diatur oleh memiliki legitimasi di resmi / OPD sementara
secara politik Peraturan Walikota, tingkat resmi / OPD saja, legitimasinya kuat sebagai
secara politik juga sementara dalam kasus program unggulan Bupati,
memiliki kekuatan dukungan politik juga dalam dukungan politik dari
sebagai program bukan masalah utama. program ini menjadi bagian dari
populer di isu utama, meskipun banyak
masyarakat. catatan / kritik.
3 Secara teknis Secara teknis Secara teknis operasional Secara teknis operasional
operasional dan operasional program menemukan kesalahan dan program didukung oleh sumber
secara didukung oleh kondisi sumber daya daya yang tersedia, tetapi dalam
administratif sumber daya yang kurang optimal, secara aspek dukungan anggaran dan
layak (secara memadai, secara administratif program ini fasilitas yang dihadapi tidak
operasional dan administratif juga dilaksanakan berdasarkan optimal, secara administratif
administratif) memiliki mekanisme perencanaan proyek. program tersebut dicatat oleh
kinerja yang jelas dan Dinas.
legal.
4 Kesimpulan Program dia paling . Program ini tidak Program ini membutuhkan
layak untuk memenuhi syarat untuk rekondisi jika perlu dilanjutkan.
dilanjutkan secara dilanjutkan. Jika itu harus Aspek yang perlu ditingkatkan
berkelanjutan dilanjutkan maka perlu termasuk sumber daya
direvisi dalam hal target, anggaran, fasilitas dan
sumber daya dan mekanisme operasional.
mekanisme operasional.
Sumber: Analisis Peneliti, 2018
tidak berdaya untuk menjadi program yang
Tabel 2 menunjukkan jika Program P2KM di sedang berjalan. Program ini harus didesain
Kota Bandar Lampung memiliki kekuatan untuk
terus berlanjut, sedangkan Program Perawatan ulang dengan desain yang lebih siap kapasitas.
Rumah di Kabupaten Pesawaran memiliki Dari kedua tabel dapat diamati jika kapasitas
kekuatan untuk melanjutkan tetapi dengan program dirancang secara optimal itu akan
meningkatkan pada beberapa aspek. Program menghasilkan kemampuan keberlanjutan
internet gratis menjadi program yang paling program yang baik juga, sebaliknya jika
kapasitas program mengalami banyak kendala
dan hambatan itu akan menghasilkan

349
kemampuan keberlanjutan yang buruk. Pada saat inovasi dapat memiliki dampak dramatis dalam
yang sama ini menjadi dasar bahwa suatu model mengatasi tantangan masyarakat. Jika setiap
perlu dirancang terlebih dahulu dalam pelaku dalam ekosistem memahami perannya
perancangan program-program inovatif yang yang tepat dan terlibat dalam strategi yang tepat
menjadi kebijakan pemerintah daerah, dan tidak untuk memenuhi peran ini, seluruh ekosistem
hanya mereplikasi daerah lain atau meniru dapat berfungsi lebih efektif. Pemahaman yang
program pemerintah pusat. jelas tentang peran yang tepat juga dapat
menjadi titik awal yang berharga bagi organisasi
3. Model Pengembangan Kapasitas yang dapat meluncurkan inisiatif inovasi baru,
Program Inovasi Pemerintah Daerah membantu mereka menggunakan sumber daya
Model pengembangan kapasitas dari program seefisien mungkin dan berinteraksi secara
inovasi pemerintah daerah dapat dibangun komplementer dengan aktor lain. Pendekatan
dengan mengadopsi lima peran inovasi program, berbasis ekosistem untuk inovasi dapat
yaitu Problem Solver, Enabler, Motivator, membantu organisasi membangun kapasitas
Convener, dan Integrator. Identifikasi peran mereka untuk menerapkan peran yang
sangat penting untuk membuat inovasi menjadi dibutuhkan secara lebih efektif, menciptakan
sukses, dan setiap peran melibatkan penerapan infrastruktur untuk kesuksesan inovasi yang
serangkaian strategi dan pendekatan khusus. berkelanjutan. Berikut ini adalah ilustrasi model:
Menggunakan pendekatan ekosistem berbasis

Formulation of Regional Identification of


Ecosystem
Innovation Program Program Roles:
(Grand Design) Testing Local
Problem
Innovation
Solver,
Program:
Enabler,
• Policy,
Motivator,
Convener,
• Socio-
Economic,
• Politics.
Evaluation and Program Preparation and
Improvement of Regional Implementation and Strengthening of Program
Innovation Program Control Implementation Capacity

Gambar 1. Model Pengembangan Kapasitas Layanan Publik Berkelanjutan Melalui Program Inovasi
Lokal

Model ini dimulai dengan adanya rancangan bentuk dan mekanisme program yang berbeda
besar program inovasi lokal yang pula. Oleh karena itu, tidak semua masalah di
memprioritaskan peningkatan kualitas layanan suatu daerah dapat dipecahkan dengan program
publik. Adanya grand design merupakan fondasi yang sama. Tahap selanjutnya adalah menguji
strategis bagi organisasi aparatur daerah untuk bentuk program ke dalam ekosistem program,
menerjemahkannya ke berbagai kegiatan dalam hal ini terkait dengan kelompok sasaran
internal lembaga atau kegiatan yang melibatkan dan penerima manfaat program nantinya.
jaringan lembaga. Bagian ini membentuk dasar Ekosistem yang berbeda akan membutuhkan
untuk visi dan tujuan keberadaan program. Pada berbagai bentuk program juga. Dalam hal ini
tahap selanjutnya, identifikasi arah dan ekosistem program mencakup legitimasi
pentingnya program inovasi. Arah dan kebijakan, kondisi sosial ekonomi masyarakat
kepentingan yang berbeda akan membutuhkan dan kondisi politik. Tahap berikutnya adalah

350
menyiapkan serangkaian kapasitas pemerintah kapasitas program dirancang secara optimal itu
daerah untuk melaksanakan program, kondisi akan menghasilkan kemampuan keberlanjutan
kapasitas akan menentukan tingkat keberhasilan program yang baik juga, sebaliknya jika
program inovasi nanti. Program inovasi yang kapasitas program menghadapi banyak kendala
dirancang dengan baik akan berpotensi gagal dan rintangan itu akan menghasilkan
jika tidak didukung oleh seperangkat kapasitas kemampuan keberlanjutan yang buruk.
pemerintah daerah yang memadai. Oleh karena
itu, sebaiknya sebelum pelaksanaan program Model pengembangan kapasitas dari program
yang baik dibandingkan dengan kelayakan inovasi pemerintah lokal dapat dibangun dengan
kapasitas dan jika dianggap tidak mampu mengadopsi lima peran inovasi program, yaitu
mendukung program maka perlu untuk Problem Solver, Enabler, Motivator, Convener,
memperkuat kapasitas terlebih dahulu. dan Integrator. Beberapa peran seringkali
penting untuk membuat inovasi menjadi sukses,
Tahap selanjutnya adalah implementasi dan dan setiap peran melibatkan penerapan
pengendalian program. Pengendalian menjadi serangkaian strategi dan pendekatan khusus.
bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan Mengambil pendekatan berbasis ekosistem
implementasi yang dimaksudkan untuk untuk inovasi dapat memiliki dampak yang
menciptakan konsistensi dalam mencapai tujuan dramatis dalam mengatasi tantangan
dan sasaran program. Seringkali menemukan masyarakat. Jika setiap pelaku dalam ekosistem
program inovasi yang baik tetapi gagal memahami perannya yang tepat dan terlibat
mencapai tingkat optimal karena kurangnya dalam strategi yang tepat untuk memenuhi peran
pelaksana komitmen tercermin dalam ini, seluruh ekosistem dapat berfungsi lebih
konsistensi pelaksanaan program. Tahap terakhir efektif.
adalah evaluasi dan peningkatan program
inovasi regional. Tahapan ini adalah tahap yang Daftar Pustaka
menilai keberhasilan atau kegagalan program. Bappenas. & UNDP., 2007. Studi Evaluasi
Jika ditemukan kendala yang menyebabkan Pemekaran Daerah. Membangun dan
kegagalan program dapat diperbaiki desain Menciptakan kembali Proyek Tata
program dan kemudian menjadi bahan untuk Pemerintahan Terdesentralisasi. Badan
penyusunan program inovasi selanjutnya dengan Perencanaan Pembangunan Nasional
mengacu pada grand design area program Bekerjasama dengan United Nations
inovasi. Jadi dapat disimpulkan akan terjadi Development Programme. Juli, 4 Versi.
siklus program inovasi daerah. Jakarta. Tersedia di:
http://bappenas.go.id/files/6013/8785/469
D. Kesimpulan 5/Studi_Evaluasi_Pemekaran_Wilayah-
Program P2KM di Kota Bandar Lampung 2007.PDF
menjadi program yang sudah memiliki kapasitas Brata, AG (2007). Konsolidasi daerah dan
pelaksanaan yang baik, sedangkan Program pelayanan publik. Lembaga Pustaka
Perawatan Rumah adalah program yang baik Persemaian Cinta Kemanusiaan (Percik)
tetapi perlu pembenahan dan Program Internet .Yogyakarta.
gratis di Kabupaten Lampung Utara untuk Haris, S. (2005). Desentralisasi dan otonomi
menjadi program yang tidak memiliki kapasitas daerah: desentralisasi, demokratisasi &
yang memadai di mana ada masih banyak akuntabilitas pemerintahan daerah.
kelemahan. Program P2KM di Kota Bandar Yayasan Obor Indonesia. Yogyakarta.
Lampung memiliki kekuatan untuk terus Huberman, M., & Miles, MB (1992). Analisis
berlanjut, sedangkan Program Perawatan Rumah data kualitatif. Jakarta. Penerbit
di Kabupaten Pesawaran memiliki kekuatan Universitas Indonesia.
untuk melanjutkan tetapi dengan meningkatkan Hutagalung, SS, & Hadna, AH (2010). Jaminan
pada beberapa aspek. Program internet gratis kualitas pelayanan publik di daerah
menjadi program yang paling tidak berdaya otonomi baru :: Studi tentang kinerja
untuk menjadi program yang sedang berjalan. penyampaian pelayanan kesehatan pada
Program ini harus didesain ulang dengan desain kecamatan di wilayah pesawaran
yang lebih siap kapasitas. Akhirnya, jika

2
351
Lampung tahun 2005-2009 (Disertasi
doktor, Universitas Gadjah Mada).
Hutagalung, SS (2012). Penyampaian Pelayanan
Publik (Pelayanan Publik) Pada Daerah
Otonom Baru. Publica, 2(1).
Kementrian Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional. (2007). Evaluasi pemekaran
daerah. Bappenas: UNDP. Jakarta.
Sugiyono, DR (2000). Metode Penelitian.
Bandung: CV Alvabeta.
Wirawan, (2012). Evaluasi Kinerja Sumber
Daya Manusia,
Teori, Aplikasi, dan Penelitian, Jakarta:
Salemba Empat.
Wismono, FH, & Ramdhani, LE (2015).
Penataan Kelembagaan pada Daerah
Otonom Baru (Dob) (Studi Kasus di
Provinsi Kalimantan Utara) (Pengaturan
Kelembagaan di Daerah Otonom Baru
(Studi Kasus Di Provinsi Kalimantan
Utara)). Jurnal Borneo Administrator,
11(3), 362-381.
Moore, MH (1995). Menciptakan nilai publik:
Manajemen strategis dalam pemerintahan.
Harvard university press.

352
3
Manajemen Aparatur Sipil Negara Strategik
di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia

Nike Mutiara Fauziah1 , Andri Wahyu Prasetyo2 , Fadlurrahman1


1
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Tidar
2
Balai Litbangkes Kelas 1 Banjarnegara
nikemutiarafa@gmail.com, andrie_prasetyo10@yahoo.com, fadlurrahman@untidar.ac.id

Abstrak
Penelitian ini fokus pada Manajemen Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil Negara dalam paradigma
Strategic Human Resource Management (SHRM) di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (KemenPAN-RB). Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya
kebijakan SHRM yang belum diimplementasikan dengan maksimal, dan berbagai masalah dalam aspek
manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) di KemenPAN-RB. Penelitian ini menggunakan pendekatan
postpositivis dengan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan manajemen ASN di KemenPAN-
RB dalam Manajemen ASNnya masih parsial, terbukti 20 % pegawai KemenPAN-RB belum sesuai
antara kualifikasi jabatan dan jabatannya dan kompetensi SDM di KemenPAN-RB tidak sesuai dengan
karakteristik KemenPAN-RB. Kebijakan SHRM belum dapat diimplementasikan karena berbagai faktor
pengaruh. Faktor-faktor yang mempengaruhi menurut hasil analisis penulis berdasarkan hasil wawancara
adalah faktor Mindset, Organisasional, Kepemimpinan, Sharing Knowledge, Infrastruktur, dan
Kompetensi ASN.
Kata Kunci : Aparatur Sipil Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Reformasi
Birokrasi

Abstract
This research focuses on Strategic Civil Servant Management in the Ministry of Administrative and
Bureaucratic Reform of the Republic of Indonesia (KemenPAN-RB). Considering on policy Strategic
Civil Servant Management which could not be implemented, and various issues related to human resource
management in KemenPAN-RB. This study uses a qualitative method with postpositivis approach. The
results show the civil servant management in KemenPAN-RB Partial Human Resource Management in
managing human resources, proved that 20% of KemenPAN-RB employees are not fit between job
qualification and job position and human resource competence in KemenPAN-RB is not in accordance
with the characteristics of KemenPAN-RB. SHRM could not be implemented due to various influence
factors. There are some factors influenced implementing of SHRM according to the result of author
analysis taken from various interviews has been conducted those are Mindset factor, Organizational,
Leadership, Sharing Knowledge, Infrastructure and HR Competency.
Key Words: Civil Servant, Strategic Human Resource Management, Bureaucratic Reform

A. Pendahuluan hal pengelolaan pemerintah yang efisien masih


Data The Most World’s Efficient Governments tertinggal jauh dibandingkan dengan negara
2018 menunjukan Indonesia menempati lainnya.
peringkat ke-36 (World Economic Forum, 2017-
2018), peringkat ini jauh dari peringkat negara Berbagai upaya perbaikan dilakukan
tetangga seperti Singapura yang berada di pemerintahan Indonesia, tidak terlepas dari
peringkat ke-3. Hal ini membuktikan Indonesia Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai Agent of
sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dalam Change dalam mendukung pembangunan suatu

354
negara. ASN dituntut untuk profesional dan 1. Pengisian Jabatan sudah menerapkan
berdaya saing tinggi agar mampu bersaing pengisian jabatan sesuai standar kompetensi
dalam era disruptif ini. Daya saing tinggi dan jabatan baru tercapai 56.95 % dari target 100
berkelanjutan pada sektor publik tergantung %
pada kualitas ASN. ”Fakta empiris sudah lama 2. Pengembangan Kompetensi Minimal 12 hari
membuktikan bahwa kesalahan kebijakan terkait
kerja dalam satu tahun baru tercapai 38,51
aparatur negara akan berakibat serius terhadap
% dari target 100 %
eksistensi bangsa yang menyebabkan suatu
negara tertinggal dari negara lainnya”. 3. Menerapkan Pengisian Jabatan Pimpinan
(Kumorotomo and Widaningrum, 2010). Tinggi (JPT) secara Terbuka baru tercapai
73,46 % dari target 100 %
Dengan mengikuti logika bahwa manajemen 4. Sistem penilaian kinerja individu “baik”
ASN adalah soal “investing in people, in tercapai 70 % dari target 200 %
organization and in network” (Kumorotomo and (Sumber: LAKIP KemenPAN-RB, 2016)
Widaningrum, 2010) maka berbagai langkah
perbaikan terkait manajemen ASN menjadi Untuk dapat mewujudkan ASN KemenPAN-RB
sangat strategis dan relevan bagi arah yang Kompeten dan Kompetitif maka masih
pemerintah Indonesia dalam membuat memerlukan upaya lebih dalam mencapai target
kebijakan. Pemerintah Indonesia melakukan indikator kinerjannya. Sebelum menjalankan
continious improvement dalam mengelola
fungsi eksternal lembaganya KemenPAN-RB
pegawai negerinya dengan berbagai langkah
seharusnya mampu untuk mereformasi internal
reformasi. Undang-Undang Nomor 5 Tahun
lembaganya terlebih dahulu. Salah satu bentuk
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN)
sebagai salah satu langkah reformasi dalam reformasi internal dalam manajemen ASN di
bidang pegawai negeri. UU ASN ini lebih internal KemenPAN-RB dari manajemen ASN
menekankan pada Sistem Merit dalam yang parsial menggunakan Aplikasi Sistem
pengelolaan pegawai negeri atau dalam Undang- Informasi Kepegawaian (ASIK) menjadi
Undang ini disebut Aparatur Sipil Negara Integrated Human Resource Management
(ASN). System (IHRMS). Kebijakan IHRMS di
KemenPAN- dipahami sebagai paradigma
Salah satu formulator kebijakan dalam Strategic Human Resource Management
manajemen ASN di Indonesia adalah (SHRM),
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB). Strategic Human Resource Management
KemenPAN-RB memiliki kebijakan reformasi (SHRM) dipahami sebagai bertambahnya nilai
birokrasi sebagai agenda nasional jangka terhadap efektifitas organisasi dengan
panjang yang ditindaklanjuti dengan Peraturan mengintegrasikan people, strategy, values, and
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan performance (Caldwell et al., 2011). Dengan
Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 menghubungkan strategi organisasi secara
tentang Roadmap Reformasi Birokrasi yang keseluruhan dengan sistem Manajemen ASN
diturunkan dalam 8 Program Area Perubahan menjadi sesuatu yang penting dalam
dan Sasaran Reformasi Birokrasi. Area memaksimalkan kinerja organisasi dengan
Perubahan Sumber Daya Manusia Aparatur Sipil meningkatkan inisiatif, kreativitas dan komitmen
Negara (SDM ASN) adalah salah satu dari 8 pegawai untuk sukses (Covey, 2004; Senge,
Program Area Perubahan dan Sasaran Reformasi 2006; dalam Caldwell, Truong, Linh, Tuan,
Birokrasi. 2011). Kesuksesan SHRM tergantung pada
Area Perubahan ASN dengan tujuan kemampuan organisasi untuk secara mendalam
terwujudnya ASN yang Kompeten dan mendesain dan implementasi secara konsisten
Kompetitif belum dapat terealisasi sesuai target seperangkat kebijakan dan praktek kerja internal
pencapaian kinerja, diantaranya: yang memastikan bahwa pengetahuan kolektif
pegawai, keterampilan, dan kemampuannya

355
dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan menghadapi masalah yang mirip dengan sektor
organisasi (Huselid, Jackson and Schuler, 1997). swasta (Llewellyn and Tappin, 2003).
Manajemen sumber daya manusia strategis
(SHRM) membahas seputar sistem sumber daya Sebagaimana Manning (2010), strategi dalam
manusia yang disesuaikan dengan tuntutan mengelola kepegawaian negara dilakukan dalam
strategi organisasi untuk perencanaan menanggapi berbagai persaingan yang berasal
manajemen sumber daya manusia. Kegiatan bukan dari pasar tapi dari struktur politik yang
dimaksudkan untuk memungkinkan organisasi kompleks, ekonomi, hukum dan organisasi,
dalam mencapai tujuan. proses, dan hubungan antar lembaga (Manning,
2010). Walaupun memiliki karakteristik yang
Manajemen sumber daya manusia strategis berbeda antara sektor swasta dan sektor publik,
(SHRM) adalah sebuah konsep yang konsep SHRM juga dapat menjanjikan bagi
mengintegrasikan kegiatan manajemen sumber sektor publik untuk meningkatkan kinerja
daya manusia tradisional dengan perencanaan pemerintahan (Tompkins, 2002). Untuk
dan pelaksanaan strategis secara keseluruhan. menerapkan SHRM sebagai pendekatan yang
Mengintegrasikan pertimbangan sumber daya mengintegrasikan tujuan strategis organisasi,
manusia dengan aspek lainnya seperti keuangan,
tujuan strategis SDM dan manajemen SDM itu
dan teknologi sumber daya dalam pengaturan
sendiri tentu bukanlah hal yang mudah. Ketika
tujuan dan memecahkan masalah organisasi
yang kompleks. SHRM juga menekankan kita bertanya seberapa baik organisasi dapat
pelaksanaan serangkaian kebijakan dan praktik menangani rencana suksesi sebagai bagian dari
yang akan membangun talent pool yang berisi SHRM untuk level eksekutif pimpinan, 66 %
keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan menjawab sangat buruk (Joan E. Pynes, 2009).
yang relevan dengan tujuan organisasi. Dengan Berdasarkan beberapa contoh, beberapa
demikian berbagai solusi untuk memecahkan organisasi pemerintahan mengerti tentang
masalah organisasi dalam mencapai tujuan kebutuhan adanya rencana SHRM, tetapi
organisasi akan meningkat (Mello, 2015). kebanyak dari organisasi pemerintahan tersebut
tidak memiliki waktu, sumber daya dan
Terjadi perubahan manajemen yang mirip antara dukungan untuk mengimplementasikan hal ini.
kedua organisasi baik sektor publik maupun
sektor swasta yang dibeberapa sektor memiliki Manajemen sumber daya manusia strategis
sistem operasi yang sama contohnya kesehatan, (SHRM) membahas seputar sistem sumber daya
pendidikan, transportasi, dll. (Andreescu (2004) manusia yang disesuaikan dengan tuntutan
and Manning (2010) dalam (Aruan, 2016) strategi organisasiyang direncanakan. SHRM
mengindikasi bahwa masih terbatasnya studi mengintegrasikan kegiatan manajemen sumber
terkait SHRM di sektor publik. Hal ini mungkin daya manusia tradisional dengan perencanaan
disebabkan oleh kondisi (natures of business) dan pelaksanaan strategis secara keseluruhan.
yang berbeda antara sektor swasta dan sektor Berikut Model SHRM menurut ahli
publik. Padahal kepegawaian negara masih

356
Gambar 1 . A Model of Strategic Human Resource Management
Sumber: Diadaptasi dari A Model of Human Resource Strategic Management, Jeffrey A Mello. 2015

Manajemen sumber daya manusia dan 2. Succession planning is not seen as a


manajemen sumber daya manusia strategis priority
memiliki definisi yang berbeda. Manajemen 3. Funding is not sufficient
sumber daya manusia strategis yang disesuaikan 4. Recruitment and retention particularly in
dengan tuntutan strategi organisasi dimaksudkan critical management areas,
untuk memungkinkan organisasi mencapai 5. is perceived to be sufficient to meet
tujuan. Meskipun perbedaan antara kedua organizational needs
tampaknya tidak terlalu signifikan, tetapi
6. Resistance from middle managers who
implikasi dari perbedaannya cukup besar.
already feel overburdened with other
Dimana dalam definisi pertama manajemen
“initiatives” not central to their job
sumber daya manusia adalah bidang manajemen
'reaktif' di mana manajemen sumber daya responsibilities
manusia menjadi alat untuk menerapkan strategi, 7. Employee suspicion toward unsure
sedangkan dalam definisi manajemen sumber program goals, poor communication
daya manusia strategis memiliki fungsi and organization is too small to sustain a
“proaktif” di mana kegiatan sumber daya full - scale program (Flynn and Way,
manusia benar-benar membuat dan membentuk 2013).
strategi organisasi. The Government
Accountability Office mengidentifikasi faktor- Penyebab lainnya adalah kurangnya pegawai
faktor yang mempengaruhi dalam SHRM yang profesional yang bertanggungjawab dalam
seringkali gagal: SDM sehingga organisasi pemerintah
kekurangan kemampuan dan keterampilan yang
1. Lack of support and interest from diperlukan untuk lebih proaktif dalam HRM.
leadership Selain itu ASN belum menjadi mitra strategis
organisasi, karena untuk menjadi mitra strategis

357
organisasi departemen SDM harus memiliki 9 Januari 2017) berdasarkan Road Map
profesionalitas dan pemahaman proses bisnis Reformasi Birokrasi KemenPAN-RB Tahun
internal yang tinggi. 2015-2019 diantaranya adalah Penerapan
Integrated Human Resources Management
Karya Tulis Ilmiah ini berawal dari preposisi System/IHRMS dan Penerapan e-
apakah kebijakan IHRMS KemenPAN-RB performance.” (Wawancara dengan Drs. Dwi
dalam manajemen ASNnya dapat Wahyu Atmaji, M.P.A, Sekretaris KemenPAN-
diimplementasikan secara tepat berdasarkan RB pada tanggal 9 Januari 2017). Berdasarkan
roadmapnya atau tidak, sehingga penulis tertarik temuan tersebut dalam manajemen ASN
untuk menulis karya tulis ilmiah dengan judul KemenPAN-RB sudah terjadi perubahan ke arah
“Manajemen Aparatur Sipil Negara Strategik
Strategic Human Resource Management
di Kementerian Pendayagunaan Aparatur
(SHRM), namun dalam kondisi sebenarnya
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Integrated Human Resources Management
Indonesia “.
System (IHRMS)/SHRM di KemenPAN-RB
B. Metode Penelitian belum diimplementasikan.
Penelitian ini menggunakan paradigma
penelitian postpositivis (Creswell, 2010), karena Berbagai kendala internal maupun eksternal
tujuan utama dari penelitian ini tidak hanya dalam mengimplementasikan IHRMS
menggambarkan fokus penelitian tentang berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Strategic Human Resource Management dan Bagian SDM KemenPAN-RB (30 November
mengungkapkan sumber-sumber dan faktor- 2016), bahwa KemenPAN-RB masih terus
faktor penyebab yang mempengaruhi berupaya melakukan maping sumber daya
keefektifan Strategic Human Resource sehingga belum mengimplementasikan IHRMS.
Management yang dilakukan oleh KemenPAN- Selain masalah maping sumber daya, sumber
RB. Metode penelitian yang digunakan adalah daya pegawai untuk mengoperasikan sistem ini
metode penelitian kualitatif. Objek penelitian masih membutuhkan bantuan pelatihan oleh
dalam karya tulis ilmiah ini adalah Kementerian pihak ke-3. Perubahan Struktur Organisasi dan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Tata Kerja (SOTK) (Kementerian
Birokrasi (KemenPAN-RB) Republik Indonesia
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
sebagai unit analisis. Hal ini juga berlaku pada
Birokrasi Republik Indonesia, 2013) juga
informan penelitian yang dijadikan sebagai
narasumber. Teknik pengumpulan data yang menyebabkan perubahan standarisasi
dilakukan dalam penelitian ini adalah Studi kompetensi, indikator kinerja utama,
Kepustakaan (library study) dan Studi lapangan nomenklatur struktur organisasi, penyelarasan
(field study). Adapun teknik analisis data yang database, dan penilaian ulang kemampuan
dalam penelitian ini dilakukan dengan organisasi sehingga untuk
triangulasi sumber. mengimplementasikan IHRMS masih
memerlukan penyempurnaan yang disesuaikan
C. Pembahasan dengan SOTK.
1. Manajemen Aparatur Sipil Negara di
KemenPAN-RB Selain itu kesiapan dari berbagai aspek
Penelitian berdasarkan hasil analisis lapangan manajemen ASN dan organisasi. Untuk
melalui observasi, wawancara, dan studi mendukung terwujudnya ASN KemenPAN-RB
dokumen yang menggambarkan fokus penelitian yang profesional dan berkinerja tinggi, dibuatlah
yaitu Manajemen Aparatur Sipil Negara Roadmap ASN dalam bentuk Human Capital
Strategik di Kementerian Pendayagunaan Development Plan 2011-2017 (HCDP)
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
(KemenPAN-RB) Republik Indonesia. Dalam dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia,
bidang ASN beberapa capaian penting oleh 2013) yang telah berlaku secara resmi sejak
KemenPAN-RB berdasarkan hasil wawancara tahun 2013 di KemenPAN-RB. Dokumen ini
dengan Sekretaris KemenPAN-RB (pada tanggal berisi rencana mengenai program dan kegiatan

358
yang dirancang untuk mendukung tujuan, namun mencerminkan karakteristik peran dan fungsi
sampai saat ini belum dilakukan sosialisasi setiap jabatan di KemenPAN-RB sejalan
kepada pegawai secara optimal. dengan arah strategisnya.
c. Dalam Aspek Rekrutmen Dan Seleksi
Selain itu beberapa pekerjaan dalam tahapan masih belum ada ketentuan metode tes untuk
IHRMS belum dilakukan seperti Uraian tes kompetensi bidang. Padahal tujuan dari
Pekerjaan atas hasil Analisa Jabatan belum rekrutmen dan seleksi ini bukan hanya usaha
mencantumkan Syarat Jabatan, Peta Jabatan dan organisasi untuk mengisi jabatan atau formasi
Formasi Jabatan. Hal ini menjadi bukti bahwa saja tetapi kandidat yang mengisi formasi
Manajemen ASN KemenPAN-RB belum tersebut harus dapat dipastikan memiliki
memiliki kompetensi yang sesuai dan kualifikasi dan kompetensi yang tepat sesuai
profesional sesuai keahliannya. Masih banyak dengan kebutuhan, arah strategis dan
aspek-aspek dalam Manajemen ASN karakteristik KemenPAN-RB.
KemenPAN-RB yang belum dimiliki untuk d. Dalam aspek Sistem Pengembangan ASN
mendukung tercapainya tujuan strategis kebijakan pengembangan ASN masih
KemenPAN-RB, hal ini berdasakan temuan dari mengacu pada pengembangan PNS,
hasil Audit Manajemen ASN KemenPAN-RB KemenPAN-RB belum memiliki dasar untuk
sebagai berikut: pengembangan ASN sesuai kebutuhan
a. Dalam aspek perencanaan ASN, belum pegawai secara individu dan belum memiliki
adanya nomenklatur jabatan untuk SOTK pola diklat khusus yang sesuai dengan
baru. Hal ini menimbulkan kegelisahan dari karakteristik KemenPAN-RB.
jajaran pegawai karena merasa pegawai tidak e. Dalam aspek manajemen kinerja yang
memiliki pekerjaan yang jelas. Kemudian sudah cukup baik, namun dalam
dalam penempatan pegawai masih belum impelementasinya masih mengalami berbagai
mengacu pada prinsip the right man on the permasalahan. Ketentuan yang mengatur
right place, masih cenderung adanya faktor tentang Manajemen Kinerja PNS (ASN) pada
like and dislike masih sangat besar. Terbukti dasarnya sudah lengkap, namun belum dapat
dari hasil analisis data kepegawaian dilaksanakan sepenuhnya. Hal lain
(Kementerian Pendayagunaan Aparatur menunjukan keadaan sebaliknya bahwa
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik manajemen kinerja pegawai di KemenPAN-
Indonesia, 2015), dari 356 pegawai RB hanya diukur berdasarkan presensi saja.
KemenPAN-RB masih terdapat 20 % atau Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
71 pegawai KemenPAN-RB yang belum dengan Kepala Bagian Perencanaan dan
sesuai antara kualifikasi jabatan dan Penganggaran (5 Desember 2016). Sasaran
jabatannya. Kinerja PNS (SKP) telah disosialisasikan dan
b. Dalam aspek Manajemen Kompetensi diujicobakan, namun belum semua unit
bahwa standar kompetensi, kamus menyusun (efektif per tahun 2014).
kompetensi baik soft maupun hard Penurunan kinerja organisasi yang
competency masih generik PNS sehingga dipedomani dari Akuntabilitas Kinerja
masih parsial dan belum menggambarkan Instansi Pemerintah menjadi kinerja individu
karakteristik KemenPAN-RB sebagai PNS belum secara penuh dipahami sehingga
formulator kebijakan dalam manajemen cascading Kinerja organisasi ke individu
aparatur sipil negara dan reformasi birokrasi. belum sepenuhnya mencerminkan potret
hal ini juga membuat implementasi kinerja sesungguhnya.
kompetensi di KemenPAN-RB belum efektif, f. Aspek manajemen karir sudah tersedia
karena prasyarat yang perlu ada dalam dan masih perlu dikembangkan Jalur
mengimplementasikan Manajemen ASN karir/pola karir secara khusus untuk internal,
yang sejalan dengan tujuan strategis siklus karir, critical development experience,
organisasi adalah adanya Model, Profil talent pool, keterkaitan antara pola karir, pola
beserta Kamus kompetensi yang assessment dan pola pengembangan ASN,

359
dan rencana karir individu. Adapun beberapa Kompetensi ASN. Untuk itu dibutuhkan suatu
persoalan yang dihadapi dalam aspek model implementasi SHRM di KemenPAN-RB
manajemen karir ASN KemenPAN-RB yaitu yang dapat membantu KemenPAN-RB dalam
belum membuat kriteria perjalanan karir dan mengimplementaskan sistem tersebut sesuai
persyaratannya untuk setiap jabatan, paling dengan karakteristik organisasi dan faktor-faktor
tidak belum transparan dalam hal kompetensi pengaruhnya.
dan prestasi kinerjanya sistem merit), masih
dijumpai persepsi bahwa dalam promosi 2. Model Implementasi Integrated Human
jabatan dipengaruhi oleh faktor like-dislike, Resource Management System di
selain itu belum ada keterpaduan antara pola KemenPAN-RB
karir dan pola diklat. Untuk membuat model terlebih dahulu harus
g. Dalam aspek sistem remunerasi dideteksi kebutuhan dan akar permasalahan
sebenarnya sudah cukup lengkap; namun organisasi. Selain itu juga terkait dengan rentang
perlu disempurnakan dalam hal waktu dalam memprioritaskan kegiatan yang
Peraturan/Kebijakan, Ketentuan Pemberian akan dilakukan, hal ini sejalan dengan hasil
Gaji & Tunjangan sampai dengan wawancara dengan Dosen Ilmu Administrasi
Komponennya dan Mekanisme pemberian dan Pengembangan ASN, FIA, UI Akademisi
tunjangan. Implementasi remunerasi belum yang dianggap memiliki kualifikasi dalam hal
efektif mengungkit kinerja pegawai, karena Strategic Human Resource Management (10
penilaian masih pada tataran Organisasi Januari 2017). Berdasarkan hasil temuan di
dalam konteks Reformasi Birokrasi, lapangan melalui proses wawancara dengan
sedangkan Indikator pengukuran kinerja berbagai stakeholder di KemenPAN-RB maupun
individual pegawai masih terbatas pada dengan praktisi dan akademisi yang dianggap
kedisiplinan. memiliki kapasitas tentang SHRM, maka model
h. Dalam aspek Sistem Informasi implementasi SHRM di KemenPAN-RB di
Manajemen ASN, kebijakan manajemen gambar 2.
informasi belum optimal mendukung Bagian
SDM sebagai mitra strategik KemenPAN- Model Implementasi Strategic Human Resource
RB. Aplikasi masih belum terintegrasi secara Management di KemenPAN-RB terdiri dari 3
fungsi serta perlu adaptasi. Database yang Determinan, diantaranya: Determinan Strategic
digunakan dalam aplikasi masih belum Direction, Determinan Enabling Factor, dan
sepenuhnya terintegrasi sehingga ada risiko Determinan Building Factor. Determinan Arah
duplikasi data. Strategis (Strategic Direction) merupakan aspek
yang menjadi dasar dalam menentukan Building
Manajemen ASN yang terintegrasi atau SHRM Factor yang terdiri dari Visi dan Misi Nasional
yaitu suatu konsep manajemen ASN yang dan Strategy Map pencapaian Visi dan Misi
menghubungkan strategi organisasi secara KemenPAN-RB. Visi dan Misi Nasional
keseluruhan dengan sistem Manajemen ASN merupakan arah kebijakan nasional yang dibuat
menjadi sesuatu yang penting untuk oleh Presiden sebagai kepala negara dan kepala
memaksimalkan kinerja organisasi dengan pemerintahan. Hal ini sejalan dengan hasil
meningkatkan inisiatif, kreativitas dan komitmen wawancara dengan Kepala Bagian Perencanaan
pegawai untuk sukses (Covey, 2004; Senge, Kinerja dan Penganggaran KemenPAN-RB (5
2006; dalam (Caldwell et al., 2011). Desember 2016) bahwa Bappenas menurunkan
program prioritasnya sesuai Nawacitra Presiden
Menurut hasil analisis penulis dari berbagai hasil dalam bentuk Rencana Strategis (Renstra) yang
wawancara tentang faktor-faktor yang dijadikan dasar oleh Kementerian/Lembaga
mempengaruhi dalam menerapkan manajemen mengikuti program prioritas, kemudian setiap
ASN kearah SHRM di KemenPAN-RB adalah tahun akan dilakukan pembahasan kembali
faktor Mindset, Organisasional, Kepemimpinan, antara Kementerian/Lembaga, Bappenas dan
Knowledge Sharing, Infrastruktur, dan

360
Kementerian Keuangan untuk menentukan Pagu aparatur negara dalam rangka mewujudkan tata
Anggaran. pemerintahan yang baik, bersih, efektif,
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan hasil demokratis dan terpercaya. Kemudian
wawancara dengan Sekretaris KemenPAN-RB berdasarkan kebijakan tersebut, KemenPAN-
(9 Januari 2017) tentang kebijakan strategis RB merumuskan Renstra dan program kerja
KemenPAN-RB sejalan dengan visi dan misi KemenPAN-RB untuk merealisasikan tujuan
nasional yaitu dengan terlebih dahulu melihat nasional yaitu mewujudkan aparatur negara
kebijakan nasional mana yang dapat didukung yang profesional, bersih dan efektif. Dengan
oleh KemenPAN-RB mengacunya pada begitu kebijakan strategis KemenPAN-RB dapat
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang dipastikan sejalan dan sesuai koridor RPJP dan
RPJP 2005-2025 dan Nawacita Jokowi-JK yang RPJMN. Manajemen ASN KemenPAN-RB saat
secara tegas tertuang dalam Perpres Nomor 2 ini masih parsial dalam mengelola ASNnya,
Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019. Baik karena aspek manajemen ASN masih belum
RPJP, RPJMN, dan Nawacita sama-sama terintegrasi satu sama lain yang menyebabkan
menekankan pentingnya pelaksanaan reformasi berbagai permasalahan di setiap aspek.
birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme

Gambar 2 . Model Implementasi Integrated Human Resource Management System KemenPAN-RB


Sumber: Diolah oleh Penulis

361
Adapun yang berkaitan langsung dengan SHRM di KemenPAN-RB. Karena setiap
manajemen ASN strategis KemenPAN-RB gagasan-gagasan perubahan tidak mudah
adalah reformasi menajemen ASN yang diinternalisasikan maka organisasi harus
terintegrasi yaitu dengan digagasnya IHRMS. memiliki manajemen sesuai karakteristik
Untuk itu determinan Building Factor yang organisasinya untuk dapat mengelola perubahan,
sudah dibangun oleh KemenPAN-RB dalam sehingga setiap anggota organisasi dapat ikut
reformasi manajemen ASNnya adalah dengan merasakan kebutuhan untuk berubah.
digagasnya Integrated Human Resource
Management System (IHRMS) atau Sistem Pekerjaan pemimpin yang paling utama adalah
Informasi Manajemen SDM Terpadu Berbasis memastikan perubahan dalam organisasinya
Kompetensi (Si MSDM-TBK). Dalam rangka untuk merespon tantangan, peluang dan
menjalankan misi dan mewujudkan visi serta perubahan lingkungan, oleh karena itu
tujuan strategis tersebut, KemenPAN-RB telah pemimpin harus membantu pegawai dalam
melakukan berbagai langkah perubahan. Untuk organisasinya melihat kebutuhan untuk berubah
dan melakukan cara-cara baru yang lebih baik
dapat menjalankan sistem ini sesuai dengan
dalam mengerjakan pekerjaannya. Hal ini
tujuan dan ruang lingkup sistem yang telah
menyebabkan faktor kepemimpinan berpengaruh
digagas oleh KemenPAN-RB sesuai dengan signifikan terhadap penerapan reformasi
rencana pengembangan IHRMS yang sudah manajemen ASN kearah SHRM di KemenPAN-
dibuat, KemenPAN-RB seharusnya dapat RB. Selain itu faktor pengetahuan sangat
menjalankan manajemen ASN sesuai dengan signifikan, pengetahuan tentang apa tujuan
Pedoman IHRMS. Yang terdiri dari Manajemen sistem yang digagas, bagaimana cara kerjanya
Kompetensi, Manajemen Rekrutmen dan Seleksi, dan siapa yang bertanggungjawab untuk
Pengembangan ASN, Manajemen Remunerasi, menjalankan sistem tersebut sangat dibutuhkan.
Perencanaan Karir, dan Penilaian Kinerja yang untuk itu knowledge sharing merupakan faktor
disesuaikan dengan rencana strategis yang penting dalam menerapkan perubahan
KemenPAN-RB serta menyempurnakan hasil manajemen ASN KemenPAN-RB. Faktor lain
Audit SDM yang telah dilakukan. yang juga berpengaruh signifikan dalam
mengimplementasian reformasi manajemen
Kemudian Determinan Enabling Factor sebagai ASN ke arah SHRM adalah adanya infrastruktur
yang memadai, karena sistem ini menggunakan
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
IT base, maka infrastruktur IT yang mendukung
IHRSM adalah Faktor Mindset, Faktor
sistem ini juga harus dapat mendukung. Faktor
Organisasional, Faktor Kepemimpinan, Faktor
yang menggerakan strategi organisasi itu pun
Sharing Knowledge, Faktor Infrastruktur dan penting, sehingga organisasi harus memiliki
Faktor Kompetensi ASN. Berdasarkan hasil ASN yang kompeten, karena dengan begitu
elaborasi teori yang digunakan dan hasil ASN dapat mengeksekusi berbagai inovasi
penelitian faktor-faktor tersebutlah yang dalam setiap aspek terutama aspek manajemen
mempengaruhi implementasi IHRMS dapat SDM.
berjalan secara efektif. Faktor Mindset pegawai
yang sudah merasa ada di zona nyaman bekerja, Berdasarkan hasil elaborasi teori yang
faktor mindset terhadap aturan yanag digunakan dan hasil penelitian, faktor-faktor
menyebabkan sulit berinovasi dan faktor tersebutlah yang mempengaruhi implementasi
mindset masyarakat bahwa menjadi PNS IHRMS dapat berjalan secara efektif. Dengan
dianggap untuk mendapatkan job security model implementasi IHRMS tersebut
menjadi salah satu faktor yang menyebabkan diharapkan dapat membantu KemenPAN-RB
IHRMS di KemenPAN-RB belum untuk mengimplementasikan IHRMS sesuai
diimplemtasikan dengan efektif. Faktor dengan roadmapnya. Dengan begitu visi, misi
organisasional terutama dalam mengelola dan strategi KemenPAN-RB untuk menjadikan
perubahan sangat berpengaruh dalam aparatur negara yang bersih, kompeten dan
menerapkan reformasi manajemen ASN kearah melayani dapat tercapai dimulai dari internal

362
lembaganya sehingga dapat menjadi Role Model
bagi Kementerian/Lembaga/Pemerintah daerah Baik PP nomor 11 Tahun 2017 maupun Building
lainnya. Factor dalam IHRMS terlihat berbeda, namun
sesungguhnya memiliki esensi yang sama.
Apabila implementasi IHRMS dapat berhasil Building factor maupun (area) manajemen PNS
tentunya disesuaikan dengan karakteristik memiliki tujuan pengelolaan manajemen ASN
organisasinya maka akan mendukung agar tercipta ASN yang memiliki kualifikasi,
kompetensi dan profesional serta menjunjung
terwujudnya tata pemerintahan yang baik
tinggi nilai-nilai dasar profesi ASN. Namun
dengan birokrasi pemerintahan yang profesional,
yang menjadi titik perhatian disini adalah
berintegritas tinggi, menjadi pelayan masyarakat perbedannya, yaitu manajemen ASN dalam PP
dan abdi negara sesuai Grand Design Reformasi Nomor 11 Tahun 2017 masih belum memiliki
Birokrasi di Indonesia dengan begitu visi misi konsep dasar dalam mengintegrasikan empat
nasional pun dapat tercapai. belas area manajemen PNS dalam sebuah
sistem. Sedangkan Building Factor dalam
3. Implikasi IHRMS terhadap PP 11 Tahun IHRMS telah memiliki konsep atau model yang
2017 terintegrasi.
Kemunculan Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Manajemen pengelolaan ASN yang terintegrasi
Sipil (PNS) seharusnya bisa semakin merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
memperkuat konsep IHRMS sebagai sebuah reformasi birokrasi bidang Sumber Daya
inovasi atau improvisasi dari reformasi birokrasi Manusia. Pengelolaan manajemen ASN tidak
agar lebih efektif, efisien dan terintegrasi dapat dilakukan secara parsial dan
melalui sebuah sistem yang baik khususnya pada membutuhkan sinergitas baik internal lembaga
Determinan Building Faktor. Dalam Peraturan maupun dengan lembaga lain seperti Badan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Kepegawaian Negara (BKN) selaku lembaga
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, definisi yang memiliki kewenangan melakukan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan teknis manajemen ASN dan
pengelolaan pegawai negeri sipil untuk Lembaga Administrasi Negara (LAN) selaku
menghasilkan pegawai negeri sipil yang lembaga yang memiliki kewenangan melakukan
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, pengkajian kebijakan, serta pendidikan dan
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik pelatihan ASN.
korupsi, kolusi, dan nepotisme. (Kementerian
Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2017) D. Penutup
Reformasi dalam bidang SDM di KemenPAN-
Determinan Building Factor dari Model RB adalah kebijakan Strategic Human Resource
Implementasi Integrated Human Resource Management (SHRM) melalui Integrated
Management System (IHRMS) atau Sistem Human Resource Management System
Informasi Manajemen SDM Terpadu Berbasis (IHRMS), namun pada kenyataannya
Kompetensi (Si MSDM -TBK) terdiri dari manajemen ASN di KemenPAN-RB ini masih
Manajemen Kompetensi, Manajemen parsial dalam mengelola SDM-nya. Hal ini
Rekrutmen dan Seleksi, Pengembangan ASN,
disebabkan oleh Faktor-faktor yang
Manajemen Remunerasi, Perencanaan Karir, dan
mempengaruhi dalam Reformasi Manajemen
Penilaian Kinerja yang terintegrasi satu sama
ASN di KemenPAN-RB diantaranya faktor
lain. Sedangkan Manajemen PNS terdiri dari: a.
Penyusunan dan penetapan Kebutuhan; b. Mindset, Faktor Organisasional, Faktor
pengadaan; c. pangkat dan jabatan; d. Kepemimpinan, Faktor Sharing Knowledge,
pengembangan karier; e. pola karier; f. promosi; Faktor Infrastruktur, dan Faktor Kompetensi
g. mutasi; h. penilaian kinerja; i. penggajian dan ASN. Untuk dapat mengimplementasikan
tunjangan; j. penghargaan; k. disiplin; l. dengan efektif dibutuhkan suatu strategi dan aksi
pemberhentian; m. jaminan pensiun dan jaminan yang digambarkan melalui model implementasi
hari tua dan; n. perlindungan. (Kementerian yang dapat membantu KemenPAN-RB mulai
Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2017) mengimplementasikan sistem tersebut sesuai

363
dengan karakteristik organisasi dan faktor-faktor Stewardship. Journal of Business Ethics,
pengaruhnya. 98(1), pp. 171–182.
Creswell, J. W. (2010). Research Design :
KemenPAN-RB seharusnya mampu membuat Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan
dan melakukan agenda-agenda manajemen Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, p.
perubahan (Change Management Agenda) yang 358.
tepat mulai dari mitigasi dan rencana aksinya Flynn, F. J. and Way, K. (2013) . How Much is it
Worth To You? Subjective Evaluations of
(Planning Action) secara konkret disesuaikan
Help in Organizations. JAI Press, 95, p.
dengan visi dan misi organisasinya. Termasuk
410.
salah satunya untuk merubah Pola Pikir Huselid, M. A., Jackson, S. E. and Schuler, R. S.
(Mindset) sebagai faktor penting apabila ingin (1997). Technical and strategic human
mengimplementasikan SHRM dengan efektif, resources management effectiveness and
selain peran pimpinan yang memiliki komitmen determinants of firm performance.
kuat, sumber daya manusia yang memiliki Academy of Management Journal, 40(1),
kapasitas sesuai kualifikasi pekerjaannya dan pp. 171–188.
infrastruktur dalam melakukan pekerjaan yang Joan E. Pynes (2009). Human resources
memadai. KemenPAN-RB melalui Bagian SDM management for public and nonprofit
yang memiliki tanggungjawab dalam organizations: a strategic approach,
manajemen ASN di KemenPAN-RB seharusnya Management. HB Printing. USA
dapat membangun pola bagaimana pegawai Kementerian Hukum dan Ham Republik
KemenPAN-RB seluruhnya paham mengenai Indonesia (2017). Peraturan Pemerintah
perubahan manajemen ASN ini. Model No 11 Tentang 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, Lembaran Negara.
Implementasi SHRM di KemenPAN-RB
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan juga
dan Reformasi Birokrasi Republik
dapat menjadi bahan masukan bagi KemenPAN-
Indonesia (2013) Human Capital Plan
RB terkait aspek-aspek utama yang berperan Development.
penting untuk membantu organisasi dalam Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
mencapai visi dan misinya melalui paradigma dan Reformasi Birokrasi Republik
Strategic Human Resource Management. Indonesia (2013) Struktur Organisasi dan
Tata Kerja.
Perbaikan kebijakan manajemen ASN pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
KemenPAN-RB secara nasional lebih didukung dan Reformasi Birokrasi Republik
dengan diterbitkannya PP Nomor 11 Tahun Indonesia (2015). Data Kepegawaian
2017 tentang Manajemen PNS, namun peraturan KemenPAN-RB.
tersebut belum memiliki konsep dasar dalam Kumorotomo, W. and Widaningrum, A. (2010)
mengintegrasikan empat belas area manajemen Reformasi Aparatur Negara Ditinjau
PNS dalam sebuah sistem. Sehingga dengan Kembali. Yogyakarta: Gava Media.
Llewellyn, S. and Tappin, E. (2003). Strategy in
demikian, IHRMS yang digagas oleh
the public sector: Management in the
KemenPAN-RB seharusnya dapat melengkapi
wilderness. The Journal of Management
kekosongan esensi yang ada pada PP Nomor 11
Studies, 40(4), p. 955.
Tahun 2017 melalui pendekatan pengelolaan Manning, K. (2010). Strategic human resource
manajemen ASN secara integratif. management and the Australian public
sector’, Transylvanian Review of
Daftar Pustaka Administrative Sciences, (30), pp. 150–
Aruan, C. D. (2016). Human Resource 161.
Management Reform In The Indonesian Mello, J. A. (2015). Strategic Human Resource
Civil Service : Towards Strategic Fit ?. Management. 4th edn. USA: Stamford,
University of Canberra. Australia CT, USA : Cengage Learning, [2015.
Caldwell, C. et al. (2011). Strategic Human Tompkins, J. (2002). Strategic Human
Resource Management as Ethical Resources Management in Government:

364
Unresolved Issues. Public Personnel
Management. SAGE Publications Inc,
31(1), pp. 95–110.
World Economic Forum (2017-2018) The
Global Competitiveness Report

365
Responsivitas Dinas Lingkungan Hidup dalam Pemeliharaan Jalur
Hijau Jalan di Kota Surakarta
Mahdaniyah Kiranadien dan Sudaryanti
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
mahdanadien@student.uns.ac.id , sudaryanti@staff.uns.ac.id

Abstrak
Masih banyak masyarakat yang mengeluhkan jalur hijau jalan di Kota Surakarta kurang terpelihara
dengan baik seperti aduan masyarakat terkait meningkatnya jumlah pohon tumbang sehingga
menimbulkan kerugian materil bagi korban, kondisi pohon-pohon yang tidak terawat, dan adanya pohon-
pohon yang ditebang sembarangan oleh oknum tertentu. Berbagai permasalahan tersebut sudah sangat
mendesak dan perlu segera ditangani karena menyangkut keselamatan dan kenyamanan publik. Maka dari
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui responsivitas yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan
Hidup dalam memelihara jalur hijau jalan di Kota Surakarta dengan menggunakan teori responsivitas
yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto. Jika dilihat dari tujuannya, penelitian ini bersifat deskriptif.
Adapun teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi. Sedangkan untuk
penentuan informan, peneliti menggunakan purposive sampling dan validitas data menggunakan teknik
triangulasi sumber. Selanjutnya untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan model
analisis interaktif dari HB Sutopo. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Responsivitas Dinas
Lingkungan Hidup dalam pemeliharaan jalur hijau jalan di Kota Surakarta sudah cukup baik, dilihat dari
beberapa keluhan dari masyarakat yang telah disikapi, ditindak dan telah dijadikan referensi perbaikan,
namun ada pula beberapa keluhan yang kurang direspon.
Kata kunci: Responsivitas, Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan, Pohon Tumbang

Abstract
Number of people complain roadside greenbelt which is not maintain well in Surakarta City such as the
increasing number of fallen trees that caused material losses, roadside greenbelt trees is not taking care
well, and the tree that cut down by certain people badly. Therefore this problem is urgent and shove
because public needs of safety and comfort. This research aimed to determine the responsiveness of the
Surakarta Environtment Department in case to maintain roadside greenbelt well in Surakarta City. This
research is qualitative descriptive research. Techniques of collecting data used in this research were
interview, documentation, and observation. Meanwhile, to select informant, the author employed
purposive sampling, and data validation was carried out using data triangulation. Furthermore to analyze
the data obtained, the author employed an interactive model of analysis from HB Sutopo. Research results
can be concluded that the Surakarta Environtment Department Responsiveness in the maintenance of the
roadside greenbelt in the city of Surakarta is already pretty good, judging from the few complaints from
the citizen that has been addressed, dealt with and have become reference improvement, but there are also
a few complaints that less responded.
Keywords: Responsiveness, the maintenance of the roadside greenbelt , fallen trees

A. Pendahuluan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Di Indonesia, konsep dasar hukum lingkungan Daerah maka urusan pengendalian lingkungan
hidup, tertuang di dalam Pasal 28H Undang- hidup merupakan urusan wajib daerah. Maka
Undang Dasar Negara Republik Indonesia dari itu, Pemerintah Kota Surakarta terus
Tahun 1945, bahwa lingkungan hidup yang baik berupaya memperhatikan keseimbangan
dan sehat merupakan hak asasi setiap warga lingkungan wilayahnya melalui penyediaan
negara Indonesia. Sejak diundangkannya UU Ruang Terbuka Hjau dan menetapkan suatu

366
peraturan daerah yaitu Perda No. 10 tahun 2015 mengakibatkan rawan tumbangnya sebuah
tentang Perlindungan dan Pengelolaan pohon. Ini terbukti dari data rekap laporan
Lingkungan Hidup. Dengan ditetapkanya perda pohon tumbang oleh Badan Penanggulangan
tersebut diharapkan agar menciptakan kesadaran Bencana Daerah Kota Surakarta tahun 2016
yang tinggi dalam pengelolaan lingkungan hidup telah terjadi 19 kasus dan terjadi peningkatan
dan komitmen penanganan dari seluruh pihak, pada tahun 2017 lebih dari 50 kasus.
baik dari pemerintah, dunia usaha, industri, dan Kasus pohon tumbang selalu terjadi di daerah
masyarakat di daerah, guna mewujudkan perumahan, tempat umum dan jalan utama
kualitas lingkungan hidup yang meningkat seperti jalan raya, jalan protokol, dan jalan
sehingga mampu memberi manfaat bagi setapak (Lazim, 2016). Kejadian pohon tumbang
kelangsungan hidup dan peningkatan kualitas di Kota Surakarta ini membawa banyak dampak
hidup. buruk, tidak hanya mengakibatkan kemacetan
karena pohon yang tumbang menghalangi badan
Saat ini, Pemerintah Kota Surakarta mempunyai jalan, tetapi juga dapat merusak aset publik,
cita-cita menjadikan Kota Surakarta menjadi bangunan warga, kendaraan yang lewat, bahkan
kota dalam hutan pada tahun 2020. Sehingga bisa melukai masyarakat di sekitarnya.
tidak heran Kota Surakarta meraih penghargaan
kualitas udara bersih dalam Evaluasi Kualitas Pemerintah dapat dikatakan bertanggungjawab
Udara Perkotaan (EKUP) untuk kategori kota jika mereka dinilai mempunyai responsivitas
besar tahun 2016 pada program langit biru oleh (daya tanggap) yang tinggi terhadap apa yang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. menjadi permasalahan, kebutuhan, keluhan, dan
Program penghijauan dan mengejar target aspirasi masyarakat yang diwakilinya (Widodo,
penyediaan Ruang Terbuka Hijau saat ini 2001:152). Selama ini Dinas Lingkungan Hidup
semakin digalakkan Pemerintah Kota Surakarta. Kota Surakarta terlihat kurang responsif dalam
mengatasi permasalahan pada jalur hijau jalan
Jalur hijau jalan merupakan salah satu cara terbukti masih banyaknya keluhan yang
untuk memenuhi kebutuhan Ruang Terbuka disampaikan oleh masyarakat.
Hijau di wilayah perkotaan. Di kota Surakarta,
jalur hijau jalan dikembangkan secara bertahap Beberapa keluhan pun disampaikan oleh
dengan luas pengembangan sekitar 214,55 ha. masyarakat baik secara langsung maupun tidak
Keberadaan pohon dalam suatu jalur hijau jalan langsung mengenai masalah pada jalur hijau
memiliki pengaruh yang paling besar dalam jalan seperti melalui Unit Layanan Aduan
memperbaiki kualitas lingkungan kota. Menurut Surakarta (UlAS) di
Jennifer (2015), pohon pingir jalan sangat efektif www.pengaduanmasyarakat.surakarta.go.id.
dalam mengurangi kebisingan, menangkap Dari keluhan-keluhan tersebut, dapat
polutan udara dan dapat mengurangi suhu panas disimpulkan bahwa masyarakat banyak yang
pada siang hari. Selain mampu memperbaiki mengadukan terkait kondisi pohon yang tidak
iklim mikro suatu lingkungan, keberadaan terawat sehingga rawan tumbang, kondisi pohon
pohon juga mampu menghadirkan kesejahteraan yang menutupi sarana prasarana disekitarnya,
manusia dengan menciptakan suasana damai dan adanya pohon-pohon yang ditebang oeh
dari lingkungan yang menyenangkan secara masyarakat tanpa izin.
estetika. Manfaat-manfaat tersebut dapat
dihadirkan ketika suatu tanaman atau pohon Berbagai permasalahan pada jalur hijau jalan di
berada pada kondisi fisik yang baik. Kota Surakarta tersebut sudah sangat mendesak
(urgent) dan perlu segera ditangani karena
Pada kenyataannya di Kota Surakarta, kondisi menyangkut keselamatan dan kenyamanan
kekuatan fisik pohon-pohon besar pada jalur publik. Selanjutnya, apabila pohon-pohon pada
hijau jalan ini masih banyak yang jalur hijau jalan ini tumbang dan menyebabkan
mengkhawatirkan sehingga mengancam kecelakaan ataupun kerugian materil maka dinas
keselamatan masyarakat. Pohon-pohon pada terkait atau pemerintah setempat akan langsung
jalur hijau jalan yang seharusnya mendukung dipersalahkan dan dimintai ganti rugi oleh
kenyamanan lingkungan, tetapi karena masyarakat (korban) atas insiden tersebut.
kurangnya pemeliharaan sehingga Sehingga dibutuhkan respon yang cepat dan

367
tepat dari Dinas Lingkungan Hidup Kota sumber yang dilakukan dengan cara mengecek
Surakarta dalam memelihara jalur hijau jalan. data sejenis yang diperoleh dari berbagai
narasumber. Sedangkan teknik analisis data
Untuk itu peneliti bermaksud mengadakan menggunakan model analisis interaktif dari
penelitian dengan rumusan masalah yaitu Miles & Huberman dalam (H.B. Sutopo, 2002:
“Bagaimana responsivitas Dinas Lingkungan 91) yang terdiri dari reduksi data, sajian data,
Hidup dalam pemeliharaan jalur hijau jalan di dan penarikan kesimpulan.
Kota Surakarta?”. Peneliti disini menggunakan
teori responsivitas dari Agus Dwiyanto (2012: C. Pembahasan
63), yang mengemukakan bahwa indikator Menurut UNDP (dalam Maryam, 2016) salah
responsivitas dapat dinilai dari 5 aspek, yaitu satu prinsip penting dari good governance
terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa adalah responsiveness, yang artinya tata
selama satu tahun terakhir, sikap aparat birokrasi pemerintahan yang cepat tanggap, maksudnya
dalam merespon keluhan dari pengguna jasa, aparat pemerintah harus cepat tanggap terhadap
penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai perubahan situasi/kondisi, mengakomodasi
referensi bagi perbaikan penyelenggaraan pada aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa
masa mendatang, berbagai tindakan aparat untuk mengatasi berbagai masalah yang
birokrasi untuk memberikan kepuasan pelayanan dihadapi masyarakat. Dengan kata lain,
kepada pengguna jasa, dan penempatan responsivitas merupakan kemampuan daya
pengguna jasa oleh aparat birokrasi dalam tanggap birokrat atau aparat lembaga publik
sistem pelayanan yang berlaku. Selain itu dalam untuk mengetahui kebutuhan masyarakat dan
penelitian ini juga akan membahas mengenai memberikan solusi yang mampu untuk
hambatan yang ditemui Dinas Lingkungan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.
Hidup (DLH) dalam penyelenggaraan Responsivitas secara langsung menggambarkan
pemeliharaan jalur hijau jalan di Kota Surakarta kemampuan organisasi publik dalam
menjalankan misi dan tujuannya, terutama
B. Metode Penelitian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hasil
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian mengenai responsivitas DLH Kota
deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data Surakarta dalam pemeliharaan jalur hijau jalan
berupa wawancara, dokumentasi, dan observasi. dapat dijelaskan sebagai berikut :
Teknik wawancara yang digunakan peneliti
yaitu wawancara secara mendalam (indept 1. Keluhan dari Masyarakat
interview). Studi dokumentasi dilakukan untuk Segala bentuk pemeliharaan jalur hijau jalan
mengumpulkan data-data yang bersumber dari tidak akan terlepas dari adanya kekurangan
laporan tertulis, arsip dan dokumen yang dalam penyelenggaraannya yang dapat
terdapat pada lokasi penelitian yang relevan menimbulkan keluhan dari masyarakat. Tidak
dengan permasalahan dan tujuan penelitian. terkecuali dalam penyelenggaraan praktik
Lalu, observasi dilakukan pada perilaku atau pemeliharaan jalur hijau jalan termasuk
aktivitas aparat Dinas Lingkungan Hidup Kota pelayanan perempelan pohon ataupun pelayanan
Surakarta dalam pemeliharaan jalur hijau jalan. penebangan pohon pada jalur hijau jalan pun
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara juga tidak lepas dari adanya keluhan dari
purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan masyarakat pengguna layanan. Beberapa
informan mengetahui data yang dibutuhkan. keluhan tersebut sebagai berikut:
Adapun dalam hal ini yang dipilih sebagai (1) Banyaknya paku yang menancap di pohon
informan yaitu Dinas Lingkungan Hidup, Staff sepanjang jalur hijau jalan.
Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Kota (2) Meningkatnya jumlah pohon tumbang pada
Surakarta, beberapa anggota Tim Pengkaji jalur hijau jalan, sehingga menimbulkan
Pohon Kota Surakarta, dan beberapa masyarakat kerugian materil bagi korban pohon
yang menyampaikan aduan terkait jalur hijau tumbang.
jalan yang meliputi warga korban pohon (3) Adanya penebangan pohon tanpa izin di
tumbang jalur hijau jalan dan masyarakat yang
jalur hijau jalan oleh masyarakat.
mengadukan di website ULAS tahun 2017.
Validitas data menggunakan teknik triangulasi

368
(4) Tidak adanya pelayanan yang diberikan melakukan perempelan atau pemangkasan
terhadap aduan beberapa masyarakat terkait dahan-dahan pohon di beberapa jalan utama
jalur hijau jalan yang mereka sampaikan di yang sibuk. Kegiatan ini bertujuan untuk
web pengaduan ULAS. memberikan rasa aman kepada pengendara
(5) Adanya Miss Komunikasi dalam pelayanan. ditepi jalur hijau jalan saat terjadi kemacetan
Disini terjadi miss komunikasi antara DLH dan hujan deras disertai angin kencang.
dengan DPUPR mengenai tidak diambilnya Untuk kerugian materil yang diderita korban
pohon tumbang, sikap DLH kurang tanggap.
sisa hasil pemangkasan pohon, sehingga
Saat ini DLH Kota Surakarta belum
tertinggal di lokasi rumah warga.
mempunyai dana untuk ganti rugi ke korban
pohon tumbang. Ini dikarenakan DLH Kota
2. Sikap aparat DLH dalam merespon Surakarta belum mengasuransikan pohon-
keluhan dari masyarakat pohon milik Pemkot Surakarta.
Dalam merespon keluhan dari masyarakat,
DLH menindaklanjuti sesuai dengan keluhan (3) Adanya penebangan pohon tanpa izin di
yang disampaikan. Sikap yang diambil oleh jalur hijau jalan oleh masyarakat
DLH dalam menanggapi keluhan adalah
Penebangan pohon tanpa izin di jalur hijau jalan
sebagai berikut:
oleh masyarakat biasanya terjadi karena pohon
(1) Banyaknya paku yang menancap di tersebut menghalangi tempat usaha warga. Hal
pohon sepanjang jalur hijau jalan ini langsung disikapi dengan cepat dan tepat
Sikap cepat tanggap dilakukan aparat DLH oleh aparat DLH, yaitu dengan memberikan
terhadap pelaku yang ketahuan memaku pohon teguran dan sanksi penggantian pohon, sesuai
yaitu dengan memfoto dan menguploadnya di dengan Perda Kota Surakarta No. 10 tahun
media sosial. Selain menegur pelaku, cara 2015. Selain adanya penebangan pohon tanpa
memfoto dan mengupload di media sosial dapat izin, pemangkasan pohon pun ada yang
memberikan pelajaran kepada masyarakat dilakukan sendiri oleh masyarakat tanpa
lainnya bahwa tindakan merusak seperti diketahui oleh aparat DLH. Tindakan ini tentu
memaku pohon tidak diperbolehkan. Selain itu, tidak diperbolehkan, karena pohon milik
DLH juga mengadakan kegiatan cabut paku pemerintah tidak boleh dieksekusi oleh
yang dibantu oleh LSM dan pemerhati masyarakat sendiri. Jika ada masyarakat yang
lingkungan lainnya. DLH terus melakukan ketauan memangkas atau menebang pohon
sosialisasi ke masyarakat tentang adanya sendiri akan langsung dihentikan oleh aparat
peraturan daerah yang melarang merusak DLH.
tanaman atau pohon di jalur hijau jalan seperti
memaku pamflet atau poster di pohon. DLH Untuk tiga keluhan masyarakat yang telah
menyelipkan sosialisasi di setiap acara yang ditindaklanjuti ini, dapat dikatakan DLH
mereka lakukan seperti di kelurahan, responsif karena sikap yang diberikan aparat
kecamatan, sekolah-sekolah atau tempat dapat dengan cepat, tepat, dan tegas dalam
lainnya. menangani permasalahan sehingga masalah
teratasi. Sementara untuk 2 keluhan lainnya,
(2) Meningkatnya jumlah pohon tumbang pada dirasa masih kurang responsif karena keluhan
jalur hijau jalan masyarakat belum teratasi, yaitu:
Terjadinya pohon tumbang tidak lepas dari (4) Tidak adanya pelayanan yang diberikan
faktor penyebab. Peningkatan pohon tumbang terhadap aduan beberapa masyarakat terkait
yang terjadi di tahun 2017 ini lebih disebabkan jalur hijau jalan yang mereka sampaikan di
karena curah hujan yang tinggi yang disertai web pengaduan ULAS
angin kencang pada bulan Maret dan November Dari bulan Januari sampai September 2017
2017. Akan tetapi aparat DLH sendiri juga telah
terdapat 7 aduan yang masuk perihal jalur hijau
mengambil sikap tanggap bencana saat
jalan. Dari 7 aduan tersebut, setelah dilakukan
terjadinya cuaca ekstrim tersebut dengan cara
wawancara, 3 diantaranya menjelaskan bahwa
melakukan sejumlah langkah antisipasi agar telah diberi pelayanan oleh aparat DLH, 1
tidak semakin bertambah jumlah pohon diantaranya telah diberi pelayanan akan tetapi
tumbang di jalur hijau jalan, yaitu dengan cara

369
pelayanan tersebut kurang memuaskan, sikap DLH kurang siggap seperti kurangnya
sementara 3 diantaranya merasa tidak terlayani. koordinasi antara DLH dengan DPUPR
Untuk ketiga aduan yang terlayani, sikap DLH sehingga tidak satupun aparat DLH yang datang
dalam merespon aduan masyarakat di ULAS ke lokasi pemangkasan pohon.
dengan cara yaitu memberikan pesan balasan
kepada pengadu di ULAS, lalu melakukan 3. Penggunaan keluhan dari masyarakat
pemantauan di lapangan, setelah itu melakukan sebagai referensi bagi perbaikan
tindakan. Sementara untuk 3 aduan masyarakat penyelenggaraan pada masa mendatang
yang merasa tidak terlayani, diketahui bahwa, Untuk menciptakan pemeliharaan jalur hijau
dalam kondisi tertentu DLH memang jalan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat,
mengalami keterlambatan dalam menyikapi pemerintah dalam hal ini DLH terus melakukan
aduan masyarakat karena beberapa hal sebagai perbaikan, sebagai berikut:
berikut: 1. Perlunya data base time series pada setiap
a) Banyaknya jumlah permintaan atau aduan pohon di jalur hijau jalan.
yang masuk sehingga aparat DLH juga Pada tahun 2017, DLH telah membuat database
harus urut melayani permintaan masyarakat kondisi pohon pada beberapa jalur hijau jalan
dan juga memprioritaskan aduan yang lebih yaitu Jl. Slamet Riyadi, Jl. Jenderal Sudirman,
mendesak dan Jl. Urip Sumohardjo. Tujuan data base ini
b) Adanya event-event atau perintah-perintah adalah teridentifikasinya pohon-pohon mana
langsung dari atasan (pemerintah) yang yang rawan tumbang dari segi kualitas kesehatan
mengharuskan aparat seksi pertamanan pohon maupun dari segi teknis pohon. Setelah
menunda jadwal pelayanannya untuk diketahui data pohon-pohon mana saja yang
mendahulukan yang lebih penting. sehat, rawan tumbang ringan, sedang, sampai
c) Apabila tim pengkaji pohon kebetulan berat, selanjutnya database ini dapat digunakan
sedang sibuk sehingga pengkajian seksi pertamanan DLH untuk terus mengawasi
pohon-pohon yang butuh perhatian khusus.
penebangan pohon menjadi tertunda
Pembuatan database ini rencananya akan
ataupun karena Walikota sedang ada acara
dilakukan di jalur hijau jalan lainnya.
lain (pergi) sehingga perizinan penebangan 2. Perlunya pembuatan KTP Pohon.
pohon menjadi terhambat. Di tahun 2017, DLH telah membuat KTP Pohon
di jalur hijau jalan Slamet Riyadi. KTP Pohon
(5) Adanya Miss Komunikasi dalam pelayanan adalah istilah untuk identifikasi tiap-tiap pohon.
Salah satu masyarakat yang mengadu di ULAS, Pembuatan KTP Pohon dilakukan untuk
mengeluhkan bahwa terjadi miss memberikan label atau identitas pada setiap
communicatioan antara DLH dengan Dinas pohon yang akan diinventarisasi. Pengembangan
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang system informasi pohon ini juga digunakan
(DPUPR). Kasus yang terjadi adalah DLH telah untuk memperkuat database pepohonan di Kota
memberikan wewenang kepada DPUPR untuk Surakarta sekaligus untuk melakukan
memangkas atau merapikan pohon yang pemantauan dan mencegah penebangan tanpa
menghalangi lampu jalan seperti yang diadukan pertimbangan rasional. Penandaan lokasi pohon
pengadu di ULAS dan sudah dilaksanakan juga dilakukan menggunakan sistem global
sesuai tugas kewenangan DPUPR, akan tetapi positioning system (GPS) dan menggunakan
tugas dalam hal membawa sampah pohon barcode yang bisa dilihat menggunakan aplikasi.
merupakan kewenangan dari DLH. Maka dari KTP Pohon yang memiliki barcode adalah
itu disini DPUPR setelah melakukan tindakan kelanjutan dari pembuatan database pohon. Jadi,
pemangkasan pohon, memberikan informasi informasi databese masing-masing pohon
kepada pengadu bahwa DLH lah yang akan tersebut akan ada di barcode yang berada di
mengambil sampah hasil pemangkasan pohon KTP Pohon. Barcode tersebut dapat dilihat dan
tersebut. Akan tetapi disini tidak ada satupun dicek menggunakan aplikasi yang dimiliki DLH.
aparat DLH yang datang untuk mengambil sisa Akan tetapi, pembuatan KTP Pohon pada tahun
pohon tersebut sehingga masyarakatlah yang 2017 yang memiliki barcode hanya 300 dari
pada akhirnya membuang limbah pohon
tersebut. Dari kasus tersebut terlihat bahwa

370
5000 pohon yang telah di buat KTP Pohonnya, permintaan ke bagian Perencanaan DLH terkait
ini dikarenakan anggaran yang tidak mencukupi. kebutuhan sekian orang untuk Seksi Pertamanan
3. Perlunya mengajak masyarakat untuk DLH.
memelihara jalur hijau jalan di depannya 2. Optimalisasi kinerja SDM yang ada
Walaupun dengan terbatasnya waktu dan Optimalisasi kinerja SDM yang ada dilakukan
anggaran, DLH tetap terus mengingatkan ke agar kinerja dalam pemeliharaan jalur hijau jalan
masyarakat dengan cara menyelipkan sosialisasi tetap baik dengan cara melakukan kegiatan
pada saat kunjungan atau kegiatan-kegiatan yang pembinaan dan pengawasan oleh atasan baik itu
dilakukan oleh DLH seperti saat kegiatan Kepala Bidang, Kepala Seksi, maupun Mandor.
prokasih dan pembangunan kampung iklim. Pengawasan oleh Kepala Bidang dilakukan
Selain itu, DLH juga pernah melakukan setiap minggu kepada seksi pertamanan yaitu
sosialisasi melalui radio karena dapat didengar dengan cara mengecek catatan yang aparat seksi
oleh masyarakat banyak. DLH terus mengajak pertamanan buat mulai dari catatan pekerjaan
masyarakat untuk bersama-sama memelihara apa yang akan mereka lakukan besok, sampai
jalur hijau jalan di Kota Surakarta. apa saja pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Sementara itu, pelaporan kinerja setiap tenaga
Pada aspek ini terlihat DLH sudah responsif lapangan di seksi pertamanan akan dilaporkan
karena dalam merespon keluhan yang setiap harinya kepada Kepala Seksi Pertamanan.
disampaikan masyarakat terkait jalur hijau jalan 3. Melakukan antisipasi pohon tumbang
ditangggapi secara baik. Hal tersebut dapat berupa perempelan dan penyulaman pohon
dilihat dari respon DLH yang menampung dan Tindakan antisipasi agar pohon pada jalur hijau
merealisasikan perbaikan dari keluhan jalan tidak tumbang, terus dilakukan DLH.
masyarakat, sehingga tidak hanya sekedar Selain melakukan pemangkasan atau
wacana. perempelan pohon, aparat DLH juga melakukan
penyulaman terhadap pohon-pohon yang rusak
4. Berbagai tindakan aparat DLH untuk atau terkena penyakit, agar meminimalisir resiko
memberikan kepuasan pelayanan pohon tumbang di kemudian hari.
kepada masyarakat
Dalam hal merespon permasalahan pada jalur Pada aspek ini terlihat DLH sudah responsif
hijau jalan, tindakan DLH merupakan cermin karena tindakan yang diberikan DLH dapat
dari bagaimana mereka berperan aktif meningkatkan kinerja pelayanan di masa
memahami apa yang dikhawatirkan masyarakat mendatang dan terpeliharanya jalur hijau jalan
dan menanggapi keluhan-keluhan masyarakat yang prima di Kota Surakarta sehingga dapat
sehingga dapat membuat solusi atau tindakan memberikan kepuasan kepada masyarakat.
untuk memberikan kepuasan pelayanan kepada Selain itu, disini terlihat DLH adalah pihak yang
masyarakat. Beberapa tindakan yang dilakukan aktif mengenali kebutuhan masyarakat dan
oleh DLH, yaitu sebagai berikut: memahami apa yang dikhawatirkan warganya
1. Melakukan perencanaan SDM untuk jalur sehingga DLH tanggap dan membuat solusi
hijau jalan yang dirasa mampu untuk mengatasi kebutuhan
DLH merasa petugas lapangan untuk mengcover tersebut.
tupoksi seluruh jalur hijau jalan di Kota
Surakarta belum tercukupi. Maka dari itu Kepala 5. Penempatan masyarakat oleh aparat
Bidang Pengendalian dan Pengelolaan DLH dalam sistem pelayanan yang
Lingkungan Hidup DLH Kota Surakarta berlaku.
melakukan perencanaan sumber daya manusia Penempatan masyarakat dalam sistem pelayanan
dengan cara melakukan ujicoba di jalur hijau DLH adalah bagaimana aparat DLH
jalan Ir. Sutami, ini diperlukan untuk menempatkan masyarakat untuk membantu
mengetahui jumlah tenaga yang ideal yang harus dalam memelihara jalur hijau jalan sehingga
dimiliki untuk dapat memelihara seluruh jalur dapat mencegah pohon tumbang.Untuk
hijau jalan yang dimiliki Pemkot Surakarta. Saat meningkatkan peran aktif masyarakat sebagai
ini, Bidang Pengendalian dan Pengelolaan mitra dalam pemeliharaan jalur hijau jalan, DLH
Lingkungan Hidup DLH telah mengajukan melakukan hal berikut:

371
1. Mengajak masyarakat dalam kegiatan Pada aspek ini terlihat DLH sudah responsif
mencabut paku di pohon karena berupaya melibatkan masyarakat dalam
Tim dari DLH sering kali melakukan kegiatan memelihara jalur hijau jalan.
pencabutan paku di pepohonan. DLH juga
mengajak beberapa komunitas pecinta 6. Hambatan Dinas Lingkungan Hidup
lingkungan seperti Perkumpulan Ahli dalam Pemeliharaan Jalur Hijau Jalan di
Lingkungan Hidup Indonesia (PERALHI) Kota Surakarta
cabang Solo, Sekolah Sungai Solo, dan Forum Ditemukan adanya hambatan dalam
Solo Hijau. Kegiatan mencabut paku di pohon penyelenggaraan pemeliharaan jalur hijau jalan
sepanjang jalur hijau jalan diharapkan mampu yang prima di Kota Surakarta yang meliputi
memberikan edukasi kepada masyarakat untuk hambatan dari aspek pemerintah dan hambatan
sadar dan peduli akan lingkungan sekitar dari aspek masyarakat. Hambatan dari aspek
terutama pohon di sepanjang jalan. Dengan pemerintah antara lain kurangnya armada truk
melakukan kegiatan ini, masyarakat menjadi operasional yang menunjang pemeliharaan jalur
lebih paham untuk tidak memaku pamflet atau hijau jalan, kurangnya anggaran sehingga
spanduk di badan pohon. pembuatan database pohon rawan tumbang,
2. Penyampaian Informasi dan Pelaporan dari pembuatan KTP Pohon, permohonan
masyarakat penambahan SDM, dan permohonan armada
Penyampaian informasi dan pelaporan dari baru menjadi terhambat, serta kurangnya SDM
masyarakat sangat membantu DLH dalam membuat kurang maksimalnya pemeliharaan
memelihara pohon pada jalur hijau jalan, karena untuk mengcover seluruh jalur hijau jalan di
tidak mungkin 24 jam aparat DLH berada di Kota Surakarta. Kemudian yang menjadi
jalur hijau jalan, sehingga informasi dan hambatan dari masyarakat adalah kesadaran
pelaporan dari masyarakat mengenai kondisi masyarakat yang masih rendah dalam menjaga
pohon di jalur hijau jalan sangat diperlukan, jalur hijau jalan seperti ada yang bakar sampah
khususnya disaat terjadi hujan lebat atau angin di dekat pohon, PKL yang berjualan di jalur
kencang. Dengan memberikan informasi terkait hijau jalan sehingga tanaman sering rusak,
kondisi pohon sangat membantu DLH dalam beberapa masyarakat masih membuang sampah
menangani pohon rawan tumbang pada jalur di jalur hijau jalan, membakar sampah didekat
hijau jalan di Kota Surakata. DLH sendiri pohon, dan masih ada yang memaku pohon.
terbuka untuk menerima masukan dan pelaporan
dari masyarakat, baik melalui telefon, sms, D. Kesimpulan
whatsapp, ULAS, ataupun datang langsung. Responsivitas Dinas Lingkungan Hidup dalam
3. Mengikutsertakan tim pengkaji pohon pemeliharaan jalur hijau jalan sudah cukup
dalam hal perbaikan baik, hanya saja ada sedikit kekurangan yang
Tim Pengkaji Pohon (tanaman) ini perlu diatasi terutama pada aspek sikap aparat
beranggotakan dari DLH, anggota DPRD DLH dalam merespon keluhan dari masyarakat,
pemerhati lingkungan hidup, dan gabungan sebagai berikut,
masyarakat pemerhati lingkungan di Kota 1. Untuk keluhan mengenai dampak
Surakarta, seperti Pemrakarsa Forum Solo Hijau meningkatnya pohon tumbang seperti
dan Akademisi. Tim Pengkaji Pohon ini adanya kerugian materil yang diderita
memang dibentuk untuk memberikan korban pohon tumbang.
pertimbangan kepada Walikota terkait layak atau DLH belum mempunyai rencana melakukan
tidaknya dilakukan penebangan pohon. Selain pengasuransian pohon milik pemkot sehingga
tugas utama tersebut, DLH juga menerima kritik DLH tidak mempunyai dana ganti rugi untuk
dan saran dari tokoh masyarakat dalam hal ini korban pohon tumbang. DLH hanya bisa
Tim Pengkaji Pohon terkait perbaikan menenangkan korban bahwa terjadinya pohon
pemeliharaan jalur hijau jalan agar semakin tumbang adalah musibah yang tidak kita semua
prima kedepannya. inginkan.
2. Tidak adanya pelayanan yang diberikan
terhadap aduan beberapa masyarakat yang
mereka sampaikan di ULAS.

372
Disini DLH kurang responsif karena terlihat Daftar Pustaka
DLH tidak memberikan informasi kepada Dwiyanto, Agus. 2012. Reformasi Birokrasi
pengadu di ULAS mengenai alasan tidak Publik di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah
ditindaknya aduan mereka atau alasan Mada Press.
terjadinya keterlambatan pelayanan, sehingga Jennifer M. 2015. “A Review of Benefits and
beberapa masyarakat merasa aduan mereka Challanges in Growing Street Trees in
tidak direspon atau dilayani. Paved Urban Environment”. Landscap
3. Adanya miss komunikasi dalam pelayanan. and Urban Planning Journal. Vol.134
Kurangnya koordinasi antara DLH dengan pp.157-166.
DPUPR, sehingga sisa pohon yang telah Lazim RM & Misni A. 2016. “Public
dipangkas oleh DPUPR di lokasi tidak diambil Perceptions toward Tree Risk
oleh DLH. Hal ini membuat masyarakat merasa Management in Subang Jaya
DLH tidak cepat tanggap dalam pelayanan Municipality, Malaysia”.International
pemangkasan tersebut. Journal ofProcedia-Social and
Behavioral Science 222, pp.881-889.
Berkaitan dengan temuan tersebut, disarankan Maryam, NS. 2016. “Mewujudkan Good
beberapa hal, yakni: Governance Melalui Pelayanan Publik”.
1. Perlunya pengansuransian pohon-pohon Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi,
yang rawan tumbang milik pemkot. Dengan Vol.6 No.1.
adanya asuransi pohon yang rawan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 10
tumbang maka DLH mempunyai dana Tahun 2015 tentang Perlindungan dan
untuk ganti rugi ke korban pohon tumbang. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Apabila asuransi pohon yang rawan Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Surakara: UNS Press.
tumbang belum dapat dilakukan, aparat
Widodo, Djoko. 2001. Akuntanbilitas dan
DLH sebaiknya memberikan informasi
Kontrol Birokrasi. Surabaya: Insan
kepada korban pohon tumbang yang datang Cendekia.
ke DLH terkait adanya dana yang bisa
didapatkan masyarakat yaitu melalui dana
bantuan sosial yang difasilitasi oleh BPBD,
sehingga masyarakat korban pohon
tumbang khususnya yang kurang mampu
menjadi terbantu.
3. Berkaitan dengan aduan masyarakat di
ULAS yang merasa belum terlayani
diharapakan DLH perlu memberikan
penjelasan kepada pengadu melalui media
ULAS mengenai alasan mengapa terjadi
keterlambatan pelayanan atau alasan tidak
ditindaknya aduan, sehingga masyarakat
mendapat kejelasan mengenai kapan aduan
mereka akan ditindak dan kepastian
mengenai dapat atau tidaknya aduan
mereka untuk ditindak.
4. Meningkatkan koordinasi antara DLH
dengan instansi yang juga berwenang dalam
membantu pemangkasan pohon milik
pemkot seperti PLN, DPUPR, dan BPBD
demi kelancaran pelayanan pemeliharaan
pohon pada jalur hijau jalan.

373
Kinerja Dinas Sosial dalam Penanganan Pengemis, Gelandangan
dan Orang Terlantar (PGOT) di Kota Surakarta
Susi Noviana dan Priyanto Susiloadi
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
Susinoviana17@student.uns.ac.id

Abstrak
Kemiskinan merupakan permasalahan yang masih saja terjadi di Indonesia. Terbatasnya lapangan
pekerjaan yang tersedia, serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan atau pendidikan menyebabkan
mereka banyak yang mencari nafkah sebagai pengemis untuk mempartahankan hidup. Tak jarang
pengemis-pengemis tersebut kemudian hidup sebagai gelandangan karena tidak mempunyai tempat
tinggal. Hal tersebut menciptakan banyaknya Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT) yang
tersebar di Kota Surakarta. Karena masih banyaknya PGOT yang mudah ditemui di berbagai sudut Kota
Surakarta maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Sosial Kota Surakarta
dalam menangani PGOT. Paper ini merupakan paper studi literatur dengan pengumpulan data sekunder
yaitu penelusuran dan penelaahan literatur yang berupa buku, artikel, serta penelitian terdahulu yang
terkait dengan pembahasan dalam paper ini. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan disajikan
serta dilakukan penarikan kesimpulan. Kinerja Dinas Sosial Kota Surakarta dalam menangani PGOT
telah sesuai dengan tugas wewenangnya namun masih kurang berjalan secara efektif karena belum
tersedianya panti rehabilitasi sosial yang dapat menampung semua PGOT yang terjaring razia.
Kata kunci: Kinerja, PGOT (pengemis, gelandangan dan orang terlantar), Dinas Sosial Kota
Surakarta.

Abstract
Poverty is a problem that still happens in Indonesia. Limited job opportunities available, as well as skills
and knowledge or education for those who make a living as beggars to sustain life. Not infrequently the
beggars are then living as homeless because they have no place to live. This creates the number of
Beggars, Homeless, and Displaced Persons (PGOT) scattered in the city of Surakarta. Because there are
still many PGOT easily found in various corner of Surakarta City hence this research aim to know how
performance of Surakarta Social Department in handling PGOT. This paper is a literature study with
secondary data collection that is the search and review of literature in the form of books, article, and
previous research related to the discussion in this paper. The collected data is then processed and
presented and the conclusions are drawn. The performance of the Social Department in handling the
PGOT case has been in accordance with its duties and authorities but is still less effective due to the
unavailability of the rehabilitation center that can accommodate all the PGOTs that were caught by the
raid.
Keywords: Performance, PGOT (beggars, homeless and displaced persons), Surakarta Social
Department.

A. Pendahuluan pengangguran. Kebutuhan ekonomi yang


Kemiskinan merupakan masalah sosial yang semakin mendesak membuat banyak penduduk
selalu muncul di tengah masyarakat khususnya terpaksa untuk menjadi pengemis. Tak jarang
di negara-negara berkembang. Indonesia kemudian mereka hidup sebagai gelandangan
merupakan salah satu negara berkembang yang karena tidak mempunyai tempat tinggal.
mempunyai masalah serius dengan kemiskinan. Penyebab banyaknya PGOT di kota-kota besar,
Terbatasnya lapangan perkerjaan serta bukan hanya karena sebagai korban dari tidak
kurangnya ketrampilan dan pengetahuan adanya lapangan pekerjaan, tetapi juga dari
menyebabkan banyak masyarakat yang menjadi faktor tidak adanya keinginan dari individu
374
sendiri untuk berusaha maju (Anggriana & pengangguran dan memutuskan untuk menjadi
Dewi, 2016). pengemis bahkan menggelandang di kota ini.
Dilansir dalam kebumenekspres.com jumlah
Keberadaan Pengemis, Gelandangan dan Orang pengemis di Surakarta pada tahun 2017 berkisar
Terlantar (PGOT) tidak hanya membawa 700 orang. Dari data tersebut, 70 persen
permasalahan tentang keamanan, ketertiban dan pengemis berasal dari luar kota, sedangkan
keindahan kota saja. Lebih dari itu PGOT sisanya adalah masyarakat miskin di Surakarta.
merupakan persoalan yang sistemik, yaitu Berkembangnya PGOT di Kota Surakarta akan
persoalan tentang keadilan, pemerataan, hak memberi peluang munculnya gangguan
asasi manusia serta persoalan kemanusiaan keamanan dan ketertiban yang pada akhirnya
lainnya. Ahmad (2010) mengemukakan bahwa akan mengganggu keindahan kota dan
studi historis fenomena gelandangan dan mengganggu masyarakat lain. Masalah PGOT
pengemis di berbagai kota, hampir disepakati perlu mendapat penanganan segera mungkin
bahwa fenomena gelandangan dan pengemis secara konsepsional dan terstruktur agar tidak
muncul bersamaan dengan gerakan modernisasi membawa dampak negatif lainnya yang lebih
dan industrialisasi. Hal ini dapat dilihat bahwa rumit serta dapat mengganggu stabilitas di
industrialisasi di berbagai kota besar di bidang politik, ekonomi, social, budaya,
Indonesia telah membawa dampak keamanan dan ketertiban (Siregar, 2003).
meningkatnya arus urbanisasi. Terjadinya
urbanisasi di samping modernisasi dan Pemerintah resah melihat realita sosial yang
industrialisasi, didorong juga oleh minimnya terjadi ditengah masyarakat tersebut, sebab
kesempatan kerja, standar upah rendah, serta fenomena PGOT mencerminkan kegagalan
sirkulasi perekonomian pedesaan yang tidak Negara dalam mengurusi permasalahan
berjalan dengan semestinya. Pemerintah yang kependudukan (Nasution & Thamrin, 2016).
hanya mementingkan unit produksi, fasilitas Pemerintah khususnya Dinas Sosial Kota
layanan publik dan pembangunan berbasis Surakarta bidang rehabilitasi sosial mempunyai
perkotaan juga ikut memicu gelombang migrasi tanggung jawab dalam penanganan PGOT yang
penduduk desa ke kota. berada di Kota Surakarta. Dalam menangani
PGOT tersebut Dinas Sosial Kota Surakarta
Dilansir dalam tribunnews.com, jumlah telah membentuk tim yang terdiri dari Satpol PP,
Pengemis, Gelandangan, dan Orang Terlantar Polresta, RSJD Surakarta, RSUD Dr. Moewardi
(PGOT) di Jawa Tengah terbanyak di Indonesia. Surakarta, LK3 (Lembaga Konsultan
Menurut Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Kesejahteraan Sosial), TKSK (Tenaga
Tengah Budi Wibowo, jumlah penyandang Kesejahteraan Sosial Kecamatan), dan Griya
masalah kesejahteraan sosial di Provinsi Jawa PMI. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
Tengah pada tahun 2011 mencapai 6.090.369 menekan jumlah gelandangan dan pengemis di
jiwa. Jumlah tersebut merupakan 18 persen dari Kota Surakarta yaitu melakukan razia terpadu,
total jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun pendekatan persuasif, pembinaan sosial, serta
2011 yakni sebesar 32.643.612 jiwa (sumber: pemberian keterampilan, tetapi hal ini belum
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, juga menekan jumlah pengemis dan
2017). Dari data tersebut menunjukkan bahwa gelandangan. Maka dari itu paper ini akan
masih banyaknya masyarakat miskin hingga membahas tentang bagaimana kinerja Dinas
menjadi PGOT di jalanan. Sosial Kota Surakarta dalam melaksanakan
Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang tugas dan wewenangnya untuk menanggulangi
terletak di Jawa Tengah dan menjadi pusat PGOT yang berada di kota ini.
aktivitas ekonomi, sosial serta budaya. Kota
Surakarta menghadapi fenomena perkembangan Paper ini merupakan paper studi literatur dengan
yang pesat. Perkembangan yang sangat pesat pengumpulan data sekunder yaitu penelusuran
tersebut mendorong para urban untuk mengadu dan penelaahan literatur yang berupa buku,
nasib di kota ini. Tidak semua urban yang paper, serta penelitian terdahulu yang terkait
menetap di kota ini memiliki kemampuan, dengan pembahasan dalam paper ini. Data yang
pengalaman serta ketrampilan untuk bekerja, telah terkumpul kemudian diolah dan disajikan
sehingga banyak diantaranya yang menjadi serta dilakukan penarikan kesimpulan.

375
Kemiskinan adalah suatu kondisi untuk menetapkan kualifikasi gelandangan
ketidakmampuan ekonomi seseorang untuk untuk menentukan langkah selanjutnya, yang
memenuhi kebutuhan primernya, yaitu sandang, terdiri dari dilepaskan dengan syarat,
pangan dan papan. Kemiskinan merupakan suatu dimasukkan ke panti rehabilitasi sosial,
kondisi sosial ekonomi seseorang atau dikembalikan kepada orang
sekelompok orang yang tidak terpenuhinya hak- tua/wali/keluarga/kampung halaman, diserahkan
hak dasarnya untuk mempertahankan dan ke proses hukum di pengadilan, diberikan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. pelayanan kesehatan. (c) Upaya rehabilitatif;
Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah RI No. meliputi penyantunan, pemberian diklat,
31 Tahun 1980 tentang Penanggulangan pemulihan kemampuan untuk bekerja dan
Gelandangan dan Pengemis, yang dimaksud penyaluran kembali ke daerah transmigran atau
dengan gelandangan dan pengemis tersebut ke tengah masyarakat dalam rangka pembinaan
adalah sebagai berikut: gelandangan adalah lebih lanjut agar mereka mempunyai
orang-orang yang hidup dalam keadaan tidak kemampuan untuk hidup secara layak.
sesuai dengan norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat, serta tidak Dalam paper ini akan mengupas bagaimana
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang kinerja yang dilakukan oleh pemerintah
tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara khususnya Dinas Sosial Kota Surakarta dalam
di tempat umum, sedangkan pengemis adalah menangani PGOT. Dwiyanto (2008)
orang-orang yang mendapatkan penghasilan mengemukakan beberapa indikator yang dapat
dengan meminta-minta dimuka umum dengan digunakan dalam mengukur kinerja birokrasi
berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan publik, yaitu :
belas kasihan orang lain. Orang terlantar
diklasifikasikan menjadi dua yaitu anak terlantar 1. Produktivitas
dan lansia terlantar. Anak terlantar adalah anak Konsep produktivitas tidak hanya mengukur
yang tidak mendapatkan asuhan secara tingkat efisiensi, tetapi juga efektivitas
maksimal dari orang tuanya sebab kondisi pelayanan. Produktivitas pada umumnya
keluarganya baik ekonomi, sosial, kesehatan dipahami sebagai rasio antara input dengan
jasmani maupun psikisnya tidak layak. output. Pada tataran ini, konsep produktivitas
Sementara lansia terlantar adalah seorang yang dirasa terlalu sempit sehingga General
berusia 60 tahun atau lebih yang tidak dapat Accounting Office (GAO) mencoba
memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara mengembangkan satu ukuran produktivitas yang
jasmani, rohani maupun sosialnya. Lansia lebih luas dengan memasukkan seberapa besar
terlantar adalah mereka yang tidak memiliki pelayanan publik itu memiliki hasil yang
sanak saudara ataupun punya sanak saudara diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja
namun tidak mau mengurusnya. yang penting.

Dalam penanganan gelandangan dan pengemis 2. Kualitas Layanan.


Dinas Sosial Kota Surakarta mempunyai Isu mengenai kualitas layanan cenderung
landasan hukum Peraturan Pemerintah No. 31 menjadi semakin penting dalam menjelaskan
Tahun 1980 tentang Penanggulangan kinerja organisasi publik. Banyak pandangan
Gelandangan dan Pengemis (Febriken, negative mengenai organisasi publik muncul
Rochaeti, & Astuti, 2016). Upaya karena ketidakpuasan masyarakat terhadap
penanggulangann PGOT berdasar peraturan kualitas layanan yang diterima dari organisasi
pemerintah tersebut terdiri dari: (a) Upaya publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat
preventif; merupakan usaha terorganisir yang terhadap layanan dapat dijadikan indikator
meliputi penyuluhan, bimbingan, pemberian kinerja organisasi publik, sebab akses untuk
bantuan, pengawasan, serta pembinaan lanjutan. mendapatkan informasi mengenai kualitas
(b) Upaya represif; dimaksudkan untuk layanan relative sangat mudah dan murah.
menghilangkan gelandangan dan pengemis, serta 3. Responsivitas.
meluasnya keberadaan mereka di masyarakat. Responsivitas adalah kemampuan organisasi
Upayanya seperti razia, penampungan sementara untuk mengenali kebutuhan masyarakat,
untuk diseleksi dan pelimpahan. Seleksi tersebut menyusun agenda dan prioritas pelayanan serta

376
mengembangkan program-program pelayanan B. Pembahasan
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi Kinerja Dinas Sosial Kota Surakarta dalam
masyarakat. Dalam konteks ini, responsivitas penanganan PGOT di Kota Surakarta perlu
mengacu pada keselarasan antara program dan dikaji karena masih banyaknya PGOT yang
kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan berada di Kota Surakarta. Karena hal tersebut
aspirasi masyarakat. Responsivitas dimasukkan maka dalam paper ini akan dibahas bagaimana
sebagai salah satu indikator kinerja karena kinerja Dinas Sosial dalam menangani PGOT di
responsivitas secara langsung menggambarkan Kota Surakarta dengan menggunakan indicator
kemampuan organisasi publik dalam kinerja menuru Dwiyanto (2008).
menjalankan misi dan tujuannya, terutama 1. Produktivitas
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Produktivitas disini berkaitan erat dengan efektif
Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan dan efisiensinya pelayanan publik. Produktivitas
ketidak selarasan antara pelayanan dengan lebih luas diartikan seberapa besar pelayanan
kebutuhan masyarakat yang secara otomatis publik tersebut memiliki hasil yang diharapkan.
kinerja organisasi tersebut jelek. Hal tersebut Produktivitas Dinas Sosial Kota Surakarta dapat
jelas menunjukkan kegagalan organisasi dalam dilihat dari pelaksanaan razia terhadap PGOT.
mewujudkan misi dan tujuan organisasi. PGOT merupakan orang yang dipandang
sebagai perusak keindahan kota dan ketertiban
4. Responsibilitas. umum, sumber criminal dan pelanggar norma-
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan norma yang belaku, walaupun demikian mereka
kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai juga merupakan penduduk Indonesia yang
dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar mempunyai nilai juang untuk mempertahankan
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik hidupnya serta memiliki hak untuk mendapat
yang eksplisit maupun implisit. Oleh sebab itu, perlindungan Negara. Dinas Sosial Kota
responsibilitas bisa saja pada suatu ketika Surakarta melakukan razia terhadap PGOT.
berbenturan dengan responsivitas. Kemudian PGOT yang terkena razia akan
dikumpulkan dan diidentifikasi satu persatu
5. Akuntabilitas. guna untuk mengetahui dari mana asal mereka.
Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa Setelah diketahui identitasnya PGOT akan
besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik dikembalikan ke rumah dan keluarga masing-
tunduk pada para pejabat politik yang dipilih masing. Sementara yang tidak terlacak identitas
oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para diri dan alamatnya akan dimasukkan ke
pejabat politik tersebut dipilih oleh rakyat, penampungan sementara (Griya PMI). Kriteria
sehingga dengan sendirinya akan selalu yang mendapatkan penampungan jika
merepresentasikan kepentingan rakyat. Dalam gelandangan atau pengemis tersebut mempunyai
konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat KTP di Kota Surakarta atau tidak mempunyai
digunakan untuk melihat seberapa besar KTP Surakarta tapi ditemukan di Surakarta.
kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu Gelandangan atau pengemis yang memiliki
konsisten dengan kehendak masyarakat gangguan jiwa akan dimasukkan ke Rumah
banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya Sakit Jiwa Kentingan Surakarta.
bisa dilihat dari ukuran internal yang
dikembangkan oleh organisasi publik atau 2. Kualitas Pelayanan
pemerintah, seperti pencapaian target, akan Kualitas pelayanan merupakan kepuasan
tetapi kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang oleh penyedia layanan (Tobing, 2017). Dalam
berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan hal ini pelayanan yang diberikan oleh Dinas
organisasi publik memiliki akuntabilitas yang Sosial Kota Surakarta berupa pelayanan
tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan kesehatan yang diberikan untuk PGOT yang
sesuai dengan nilai dan norma yang berkembang sedang sakit secara gratis. Kemudian Dinas
dalam masyarakat. Sosial juga menyediakan transportasi untuk
mengantar PGOT yang ditemukan ke daerah
asal PGOT tersebut (luar atau dalam kota).
Namun untuk menindaklanjuti razia, Dinas

377
Sosial sendiri belum memliki tempat atau panti dapat disalurkan melalui saluran telepon
rehabilitasi sosial atau penampungan untuk para langsung melalui nomor yang juga tertdapat
gelandangan dalam kategori dewasa. Sehingga pada laman tersebut, Melalui TKPKD maka
mau tidak mau para gelandangan dan pengemis informasi dari masyarakat semakin mudah untuk
hanya di data oleh Dinas Sosial Kota Surakarta disalurkan kepada instansi terkait yaitu Dinas
dan dipulangkan ke daerah mereka berasal. Para Sosial untuk segera menangani suatu
gelandangan dan pengemis dalam kategori permasalahan tersebut.
dewasa yang terjaring razia hanya diberi
bimbingan mental dan rohani secara singkat. 4. Responsibilitas
Mereka yang telah dikembalikan ketempat asal Dalam indikator responsibilitas diukur dengan
mempunyai kemungkinan akan mengulangi organisasi harus mematuhi peraturan perundang-
perbuatannya dan kembali ke Kota Solo karena undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terdesak oleh kebutuhan ekonomi. terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam
Sedangkan untuk kategori anak-anak, dapat jangka panjang, serta individu
ditampung di Panti UPTD Panti Pamardi Yoga bertanggungjawab atas segala tindakannya
dan kategori lansia ditampung di UPTD Panti sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan.
Wredha. Panti Wredha merupakan penanganan
terakhir dari Dinas Sosial dalam penanganan Responsibilitas yang terdapat di dalam Dinas
PGOT. Jadi, Dinas sosial pertanggungjawab Sosial Kota Surakarta sudah berjalan baik.
penuh terhadap gelandangan dan pengemis Dalam melakukan penanganan terhadap
sampai mereka meninggal. Untuk gelandangan dan pengemis menggunakan
pemakamannya pun juga disediakan oleh Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1980
pemerintah atau Dinas Sosial. tentang Penanggulangan Gelandangan dan
Pengemis sebagai pedoman dan acuan dalam
3. Responsivitas setiap melakukan tugas–tugasnya. Berbagai
Responsivitas merupakan kemampuan upaya telah dilakukan dalam menekan jumlah
organisasi untuk mengenali kebutuhan PGOT di Kota Surakarta. Dinas Sosial telah
masyarakat, menyusun agenda dan pelayanan membentuk tim yang terdiri dari Satpol PP,
dan mengembanagkan program-program Polresta, RSJD Surakarta, RSUD Dr. Moewardi
pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan Surakarta, LK3 (Lembaga Konsultan
aspirasi (Tobing, 2017). Responsivitas Kesejahteraan Sosial), TKSK (Tenaga
menunjuk pada keselarasan antara program dan Kesejahteraan Sosial Kecamatan), dan Griya
kegiatan pelayanan dan kebutuhan aspirasi PMI untuk melakukan razia terpadu, pendekatan
masyrakat. Tingkat responsivitas Dinas Sosial persuasif, pembinaan sosial, serta pemberian
dapat dilihat dari tersalurnya aspirasi masyarakat keterampilan, tetapi hal ini tidak juga menekan
yang berupa keluhan maupun kritik atau saran jumlah pengemis dan gelandangan. Karena
yang membangun dalam rangka penanganan setelah selesai melakukan razia, PGOT
PGOT. Aspirasi dapat disalurkan dengan dikumpulkan dan diidentifikasi satu persatu
melalui surat elektronik dengan cara mengakses guna untuk mengetahui dari mana asal mereka.
laman https://e-sik.surakarta.go.id/kontak, Setelah diketahui identitasnya gelandangan dan
website ini merupakan laman TKPKD (Tim pengemis akan dikembalikan ke rumah dan
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan keluarga masing-masing. Sementara yang tidak
Daerah) Kota Surakarta yang merupakan terlacak alamatnya akan dimasukkan ke dalam
lembaga yang dibentuk sebagai wadah panti rehabilitasi sosial sesuai dengan kategori
koordinasi litas sektor dan lintas para pemangku usia. Anak-anak ditempatkan di Panti Asuhan
kepentingan di tingkat provinsi, kabupaten dan Permadi Yoga dan untuk lansia ditempatkan di
kota untuk melakukan percepatan Panti Wreda. Sedangkan untuk kategori dewasa
penaggulangan kemiskiknan di masing-masing tidak ada panti rehabilitasi sosial sehingga hanya
daerah yang bersangkutan. Dengan adanya didata dan diberi bimbingan mental dan rohani
website tersebut masyarakat semakin mudah secara singkat. Hal ini menyebabkan tidak
untuk menyampaikan keluhannya terkait PGOT adanya penekanan jumlah PGOT yang ada di
di sekitar lingkungannya. Selain itu aspirasi juga Kota Surakarta.

378
Daftar Pustaka
5. Akuntabilitas Ahmad, M. 2010. Strategi Kelangsungan Hidup
Indikator akuntabilitas diukur dari bagaimana Gelandangan Pengemis (Gepeng). Jurnal
para pengambil keputusan (Decision Maker) Penelitian. Vol. 7 No. 2 hh. 1-15.
dalam organisasi sektor pelayanan dan warga Anggriana, T. M. & Dewi, N. K. 2016.
Negara memiliki pertanggungjawaban Identifikasi Permasalahan Gelandangan
(akuntabilitas) kepada public sebagaimana dan Pengemis di UPT Rehabilitasi Sosial
halnya kepada para pemilik (stakeholder). Gelandangan dan Pengemis, Inquiry
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol. 7 No. 1, hh.
Rodiyah (2017) akuntabiltas dapat dilihat dari 30-40.
laporan pertanggungjawaban pihak staff panti Dwiyanto, Agus. 2008, Reformasi Birokrasi
rehabilitasi sosial dengan membuat laporan Publik di Indonesia. Yogyakarta: PSKK
setiap bulan dan akhir tahun terkait dengan UGM.
penanganan, pelayanan dan pemberdayaan yang Febriken, A. T. Rochaeti, N. & Astuti, E. S.
diberikan kepada kepala panti setiap bulannya. 2016. Kebijakan Hukum Pidana
Selanjutnya kepala panti Penanggulangan Gelandangan dan
mempertanggungjawabkan semua kegiatan Pengemis di Kota Semarang. Diponegoro
terkait PGOT setiap satu semester dalam bentuk Law Journal. Vol. 5 No. 4, hh. 1-17.
laporan kapada Dinas Sosial. Sehingga Dinas Nasution, C. & Thamrin, H. 2016. Implementasi
Sosial dapat memusyawarahkan tindak lanjut Kebijakan Program Pembinaan Dinas
penanganan PGOT serta mengevaluasi bersama. Sosial Dan Tenaga Kerja Terhadap
Gelandangan dan Pengemis di Kota
C. Penutup Medan. Jurnal Ilmu Administrasi Publik.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut kinerja Vol. 4 No. 2, hh. 105-119.
Dinas Sosial dalam menangani PGOT telah Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.
sesuai dengan tugas dan wewenangnya namun 2017. Penduduk Jawa Tengah Menurut
masih kurang berjalan secara efektif karena Kabupaten/Kota dan Kelompok Umur
beberapa kekurangan yaitu belum adanya panti Tahun 2013-2014. Diakses pada tanggal
rehabilitasi sosial untuk kategori dewasa, 23 April 2018 pada laman
sehingga tidak ada tindak lanjut dari razia dan https://jateng.bps.go.id/statictable/
hanya didata dan diberi bimbingan mental dan 2017/10/31/1650/penduduk-jawa-tengah-
rohani secara singkat. Panti rehabilitasi lansia menurut-kabupaten-kota-dan-kelompok-
dan anak-anak pun masih terbatas kuotanya umur-tahun-2013-2014.html
untuk menampung PGOT. Peraturan Pemerintah RI No. 31 Tahun 1980
tentang Penanggulangan Gelandangan dan
Berdasarkan hasil uraian tersebut maka untuk Pengemis.
meningkatkan kinerja Dinas Sosial Kota Radar Solo. 2017. Pemkot Solo Belum Punya
Surakarta dalam menangani PGOT dimasa yang Regulasi Jelas Penanganan PGOT.
akan datang, peneliti menyarankan hal-hal Diakses pada tanggal 17 Mei 2018 pada
sebagai berikut: (1) Mengadakan razia secara laman
rutin untuk mengurangi jumlah gepeng di Kota http://www.kebumenekspres.com/2017/06
Surakarta secara signifikan (2) Pembinaan yang /pemkot-solo-belum-punya-regulasi-
dilakukan sebaiknya berkelanjutan tidak hanya jelas.html
sebatas mendata saja (3) Menyediakan fasilitas Rodiyah. Y. M. 2017. Akuntabilitas Program
yang memadai seperti panti rehabilitasi sosial Jaminan Sosial Bagi Gelandangan dan
untuk semua kategori umur, agar pembinaan Pengemis di Kota Surakarta. Skripsi.
dapat berjalan dengan baik sehingga Kota Surakarta: Program Sarjana Universitas
Surakarta bersih dari PGOT (4) Memberikan Sebelas Maret Surakarta.
lapangan pekerjaan agar PGOT mendapat Siregar, N. 2003. Analisis Sosial Ekonomi
penghasilan yang tetap dan tidak kembali turun Gelandangan dan Pengemis di Kota
ke jalan. Medan dalam Pelaksanaan Otonomi
Daerah. Tesis. Medan: Program

379
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Medan.
Tobing, E. M. 2017. Kinerja Dinas Sosial dan
Pemakaman Kota Pekanbaru dalam
Menangani Gelandangan dan Pengemis di
Kota Pekanbaru. JOM FISIP. Vol. 4 No.
1, hh. 1-11.
Tribun News. 2012. Jumlah Gepeng di Jawa
Tengah Terbanyak di Indonesia. Diakses
pada tanggal 23 April 2018 pada laman
http://www.tribunnews.com/regional/2012
/12/28/jumlah-gepeng-di-jawa-tengah-
terbanyak-di-indonesia

380
Responsivitas Tim Pecegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kabupaten Sukoharjo dalam
Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Erna Kusuma Astuti dan Is Hadri Utomo
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret
ernakusuma6@student.uns.ac.id, ishadri@yahoo.co.id

Abstrak
Penyalahgunaan narkoba merupakan masalah penting yang harus dihadapi berbagai negara di dunia.
Bukan hanya orang dewasa yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba, namun kaum remaja (pelajar/
mahasiswa) juga bisa menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Di Kabupaten Sukoharjo, kasus
penyalahgunaan narkoba mengalami meningkatan sejak tahun 2012 sampai sekarang. Berdasarkan
kelompok usia, ditemukan kelompok usia remaja (pelajar/ mahasiswa) yang telah menyalahgunakan
narkoba. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui responsivitas Tim Pencegahan
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kabupaten Sukoharjo dalam
mengatasi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Indikator dalam penelitian ini menggunakan teori
dari Agus Dwiyanto (2012: 62), yaitu: 1) Kemampuan birokrasi mengenali kebutuhan masyarakat, 2)
Kemampuan birokrasi menyusun agenda dan prioritas pelayanan, 3) Kemampuan untuk mengembangkan
program-program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik
pengambilan informan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Validitas data
menggunakan triangulasi sumber. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dengan 3
indikator responsivitas, diketahui bahwa responsivitas Tim P4GN cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari
Tim P4GN yang sudah mengerti dengan baik kebutuhan, agenda & prioritas pelayanan, serta program-
program dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
Kata Kunci: Responsivitas, Penyalahgunaan Narkoba, Remaja

Abstract
Drug abuse is an important issue that must be faced by various countries in the world. Not only adults
who become victims of drug abuse, but the youth (students) can also become victims of drug abuse. In
Sukoharjo District, cases of drug abuse have been increased since 2012 until now. Based on age group,
there are teenagers (student) who have abused drugs. Therefore, this study aims to determine the
Responsiveness Of Tim Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
(P4GN) of Sukoharjo Regency in Overcoming Drug Abuse Among Adolescents. For the indicators, this
research uses the theory of Agus Dwiyanto (2012: 62), namely: 1) The ability of bureaucracy to recognize
the needs of the community, 2) The ability of bureaucracy to set the agenda and priorities of service, 3)
The ability to develop service programs in accordance with the needs and aspirations of the community.
This research uses qualitative descriptive method with interview, observation, and documentation. This
research uses purposive sampling technique and snowball sampling for the technique of taking informant.
This research uses source triangulation for the data validity. Based on the analysis and discussion that has
been done with 3 indicators of responsiveness, it is known that the responsiveness of P4GN Team is quite
good. This can be known from the P4GN Team who already understand the needs, agenda & priorities of
services, and programs in overcoming drug abuse among adolescents.
Keywords: Responsiveness, Drug Abuse, Adolescent.

381
A. Pendahuluan Kabupaten Sukoharjo (BNK) dilakukan dengan
Penyalahgunaan narkoba yang semakin Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor 300/478
berkembang menjadi masalah serius yang harus Tahun 2004. Dan pada tahun 2011, BNK
dihadapi oleh berbagai negara di dunia, Sukoharjo telah berubah nama menjadi Tim
termasuk juga di Indonesia. Korban Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
penyalahgunaan narkoba tidak terbatas, berbagai Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) berdasarkan
lapisan masyarakat menjadi sasaran peredaran Keputusan Bupati Sukoharjo Nomor
narkoba tanpa terkecuali. Narkoba merupakan 440.05/344/2012 tentang pembentukan Tim
singkatan dari Narkotika dan Obat/ Bahan Koordinasi Pencegahan dan Sekretariat
Berbahaya, selain “narkoba” istilah lain yang Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran
diperkenalkan oleh Kementerian Kesehatan Gelap Narkoba Kabupaten Sukoharjo.
Republik Indonesia adalah NAPZA yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Di Kabupaten Sukoharjo sudah banyak
Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (Infodatin. ditemukan kasus penyalahgunaan narkoba.
2017). Sedangkan menurut UU Narkotika Seperti yang dikutip dalam artikel
Nomor 35 Tahun 2009, penyalahgunaan narkoba www.krjogja.com yang berjudul “Tinggi, Kasus
merupakan penggunaaan narkoba yang tanpa Narkoba di Sukoharjo” pada tanggal 2 Januari
izin dan tidak memiliki hak menggunakan 2017, bahwa kasus penggunaan narkoba yang
narkoba. Demi memberantas penyalahgunaan ditangani Polres Sukoharjo pada tahun 2016
narkoba, maka pemerintah mengeluarkan meningkat 30 kasus dibanding tahun 2015 yang
beberapa dasar hukum yang mengatur tindak hanya 19 kasus. Dari pernyataan tersebut dapat
penyalahgunaan narkoba, diantaranya: diketahui bahwa kasus penyalahgunaan narkoba
1. UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang di Sukoharjo mengalami peningkatan dari tahun
Narkotika 2015 ke tahun 2016. Banyak faktor yang
2. UU RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang mempengaruhi tingginya kasus penyalahgunaan
Psikotropika narkoba di Kabupaten Sukoharjo, diantaranya
3. Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun yaitu Sukoharjo merupakan kabupaten yang
1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian mengalami kemajuan pesat sehingga muncul
pusat-pusat hiburan seperti di kawasan Solo
Minuman Beralkohol
Baru yang memudahkan peredaran narkoba
4. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dilakukan. Selain itu, Kabupaten Sukoharjo
(KUHP) merupakan daerah yang dikenal sebagai daerah
penghasil alkohol atau yang lebih populer
Bagi yang terbukti menyalahgunakan narkoba disebut ciu sehingga memungkinkan adanya
maka akan dikenai hukuman pidana maupun produk ilegal minuman keras. Berdasarkan data
denda. Namun apabila korban penyalahgunaan ungkap kasus narkoba yang bersumber dari data
narkoba melapor pada pihak yang berwajib, Kepolisian Resor Kabupaten Sukoharjo, kasus
maka korban tersebut akan dikenai hukuman penyalahgunaan narkoba diketahui mengalami
rehabilitasi bukan hukuman pidana. peningkatan, tampak pada tabel dibawah ini.
Perhatian pemerintah terhadap tingginya kasus
penyalahgunaan narkoba dituangkan dalam
Keputusan Presiden No. 17 Tahun 2002 yang
kemudian diganti dengan Peraturan Presiden
Nomor 83 tahun 2007 dengan dibentuknya
Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai
Lembaga Pemerintah Non-Kementrian. Dan
agar meningkatkan kinerjanya, maka BNN
dibantu oleh Badan Narkotika Provinsi (BNP),
dan Badan Narkotika Kota/ Kabupaten (BNK),
yang mana BNP dan BNK merupakan mitra
kerja dan tidak memiliki hubungan struktural
vertikal dengan BNN. Di Kabupaten Sukoharjo,
Jawa Tengah, pembentukan Badan Narkotika

382
Tabel 1.1 tahun 2015 tidak ada tersangka kasus
Data Ungkap Kasus Narkoba di Kabupaten penyalahgunaan narkoba oleh remaja. Namun
Sukoharjo pada tahun selanjutnya, yaitu tahun 2016 sampai
Tahun Jumlah Jumlah Tersangka 2017 mengalami peningkatan yang signifikan
Kasus Narkoba dengan jumlah 3 tersangka pada tahun 2016 dan
Narkoba 4 tersangka pada tahun 2017.
2012 15 Kasus 16 Tersangka Remaja mudah sekali menjadi korban
2013 20 Kasus 24 Tersangka penyalahgunaan narkoba, karena dalam diri
2014 21 Kasus 26 Tersangka
remaja selain mempunyai sifat dinamis dan
2015 21 Kasus 32 Tersangka
selalu ingin tahu, juga mempunyai sifat yang
2016 33 Kasus 44 Tersangka
mudah putus asa dengan emosi yang belum
2017 24 Kasus 47 Tersangka
(Sampai
stabil dan mudah dipengaruhi.menurut Sri
Bulan Rejeki (2014: 26) dalam penelitiannya dampak
September) dari penyalahgunaan narkoba pada remaja yaitu:
Jumlah 134 Kasus 189 Tersangka 1. Bagi diri sendiri/ yang bersifat pribadi.
Sumber: Kepolisian Negara Republik Indonesia Terganggunya fungsi otak dan
Daerah Jawa Tengah Resor Sukoharjo perkembangan normal remaja (daya ingat
mudah lupa, perhatian sulit konsentrasi, dan
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa lain-lainnya), intoksikasi (keracunan),
jumlah kasus narkoba di Kabupaten Sukoharjo overdosis, gangguan perilaku/mental-sosial,
mengalami peningkatan dari tahun 2012 sampai
gangguan kesehatan, masalah keuangan dan
tahun 2016, dan pada tahun 2016 hingga tahun
berhadapan dengan hukum, dan kendornya
2017 sampai bulan September mengalami
nila-nilai agama-sosial dan budaya.
penurunan. Kasus penyalahgunaan narkoba yang
paling banyak terjadi pada tahun 2016 yaitu 2. Bagi keluarga. Kenyamanan dan
sebanyak 33 kasus. Sedangkan dalam data ketenteraman keluarga terganggu, orang tua
jumlah tersangka penyalahgunaan narkoba merasa malu, sedih, marah dan juga merasa
diketahui tiap tahunnya mengalami peningkatan. bersalah.
Dan jumlah tersangka penyalahgunaan narkoba 3. Bagi sekolah. Narkoba merusak disiplin dan
yang paling banyak terjadi pada tahun 2017. motivasi yang sangat dibutuhkan dalam
Selanjutnya, data ungkap kasus narkoba proses belajar, prestasi belajar turun drastis,
berdasarkan kelompok usia di Kabupaten beberapa diantara mereka menjadi pengedar,
Sukoharjo dapat dilihat pada tabel dibawah ini. mencuri barang milik teman atau karyawan
sekolah, membolos, meningkatnya
Tabel 1.2 perkelahian/ tawuran.
Data Ungkap Tersangka Kasus Narkoba
4. Bagi masyarakat, bangsa dan Negara.
Berdasarkan Kelompok Usia di Kabupaten
Sukoharjo Rusaknya pewaris bangsa yang seyogyanya
Usia Tahun menerima estafet kepemimpinan bangsa.
2015 2016 2017
11-15 - - - Maka dari itu, Tim P4GN Kabupaten Sukoharjo
16-20 - 3 4 harus responsif dalam mengatasi permasalahan
21-25 3 2 9 narkoba di kalangan remaja. Karena mengingat
26-30 7 10 13 semakin banyaknya kasus penyalahgunaan
31-35 11 8 9 narkoba oleh remaja di Kabupaten Sukoharjo
36-40 6 14 4 dapat berdampak pada rusaknya moral serta
41 tahun ke atas 5 7 8
kesehatan generasi muda atau remaja, yang akan
Jumlah 32 44 47
dapat berakibat pada meningkatnya kriminalitas
Sumber: Kepolisian Negara Republik Indonesia
di daerah.Pemerintah harus responsif untuk
mengambil tindakan penanggulangan serta
Daerah Jawa Tengah Resor Sukoharjo
penanganan yang tepat sehingga kedepannya
Data tersebut menunjukkan terdapat tersangka
jumlah penyalahgunaan narkoba di kalangan
penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh
remaja dapat ditekan agar tidak mengalami
remaja pada usia 11-20 tahun. Kecuali pada

383
peningkatan. Responsivitas merupakan salah birokrasi untuk mengenali kebutuhan
satu karakteristik Good Governance atau masyarakat, menyusun agenda dan prioritas
pemerintahan yang baik. Hal ini sesuai dengan pelayanan, serta mengembangkan program-
pernyataan Dwiyanto (2008: 50) bahwa program pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan
responsivitas adalah kemampuan organisasi aspirasi masyarakat”. Pendapat lain menurut
untuk mengenali kebutuhan masyarakat, Lovelock dalam Hardiyansyah (2011: 47)
menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan menyebutkan bahwa “Responsivitas adalah rasa
mengembangkan program-program pelayanan tanggung jawab terhadap mutu pelayanan”.
publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi Responsivitas dikatakan baik apabila birokrasi
masyarakat. publik dapat memahami serta memenuhi apa
yang menjadi tuntutan atau kebutuhan publik.
Penulis mengambil obyek penelitian di Serta dapat melaksanakan misi dan tujuan
Kabupaten Sukoharjo karena Kabupaten organisasi dalam memberikan pelayanan publik
Sukoharjo mengalami peningkatan tersangka kepada masyarakat.
kasus penyalahgunaan narkoba dari tahun 2012
khususnya peningkatan jumlah korban Seperti pendapat Burstein (2003) dalam
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Bekkers, V., & Dekker, R (2015: 497):
Selain itu juga melihat bahwa penelitian tentang “Responsiveness is then defined as the practice
Tim P4GN masih sangat sedikit, apalagi yang of taking into account the (variety) of changing
menyangkut tentang responsivitasnya. Dengan needs, wishes and claims of citizens and societal
demikian, peneliti melakukan penelitian ini groups, which is very often expressed through
untuk mengetahui responsivitas Tim Pencegahan issue saliences”. Artinya, “Responsivitas
Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran didefinisikan sebagai praktik untuk
Gelap Narkoba (P4GN) Sukoharjo dalam mempertimbangkan (variasi) perubahan
mengatasi penyalahgunaan narkoba di kalangan kebutuhan, keinginan, dan tuntutan warga
remaja yang ada di Kabupaten Sukoharjo. negara dan kelompok masyarakat yang sering
kali ditekankan melalui isu-isu yang menonjol”.
B. Metode Penelitian Hal ini menunjukkan bahwa responsivitas
Jenis penelitian yang digunakan adalah menuntut pemerintah untuk mempertimbangkan
deskriptif dengan data yang bersifat kualitatif. kebutuhan, keinginan, dan tuntutan warga
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo negara dan kelompok masyarakat agar
dengan pertimbangan bahwa kasus terpenuhi.
penyalahgunaan narkoba di Kabupaten
Sukoharjo mengalami peningkatan tiap Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai
tahunnya, tanpa terkecuali termasuk juga pada hasil analisis dan pembahasan tentang
kalangan remaja.Teknik pengambilan informan responsivitas Tim Pencegahan Pemberantasan
menggunakan teknik purposive sampling dan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba
snowball sampling. Teknik pengumpulan data (P4GN) Kabupaten Sukoharjo dalam mengatasi
berupa wawancara, dokumentasi, observasi. penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja
Untuk menguji keabsahan data yang telah yang mencakup tiga hal, yaitu:
dikumpulkan, maka dalam penelitian ini 1. Kemampuan Birokrasi Mengenali
digunakan teknik triangulasi sumber. Sedangkan Kebutuhan Remaja Maupun Mengenali
teknik analisis data yang digunakan dalam Kebutuhan Remaja Korban
penelitian ini adalah model analisis interaktif, Penyalahgunaan Narkoba
yakni model analisis yang memerlukan tiga a. Mengenali Kebutuhan Remaja
komponen berupa reduksi data, sajian data, serta Daya tanggap atau respon Tim P4GN Sukoharjo
penarikan kesimpulan/ verifikasi. dalam mengatasi penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja ini sangatlah penting,
C. Pembahasan mengingat remaja merupakan harapan bangsa
Responsivitas sangat dibutuhkan pemerintah untuk kedepannya. Dalam mengenali kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan, tuntutan, serta remaja agar terhindar dari narkoba, Tim P4GN
aspirasi dari masyarakat. Menurut Dwiyanto, A sudah memiliki kemampuan akan hal tersebut.
(2012: 62) “Responsivitas adalah kemampuan Kebutuhan yang dibutuhkan remaja agar

384
terhindar dari narkoba menurut Tim P4GN 1) Kebutuhan Pemulihan Psikis
yaitu: Remaja korban penyalahgunaan narkoba
1) Kebutuhan Psikologis membutuhkan pemulihan psikis agar
Kebutuhan psikologis adalah kebutuhan sembuh dari ketergantungan narkoba.
mental yang di bangun dalam diri remaja Karena pengaruh yang ditimbulkan narkoba
itu sendiri, seperti keyakinan kuat untuk dapat menyebabkan perubahan perilaku si
tidak menggunakan narkoba serta bekal pemakai serta akan merusak fungsi kerja
agama yang kuat dalam diri remaja. otak, yang berdampak pada psikologi
Pemenuhan kebutuhan ini dapat diperoleh remaja korban penyalahgunaan narkoba.
melalui didikan orang tua yang baik dan Pemulihan psikis dapat berupa konsultasi
benar, bekal pengetahuan keagamaan yang serta dilanjutkan pada tahap rehabilitasi.
diajarkan disekolah, serta dapat diperoleh Dalam hal ini kenyamanan diperlukan agar
melalui penyuluhan atau sosialisasi dari remaja korban penyalahgunaan narkoba
Tim P4GN. dapat melakukan konsultasi. Kenyamanan
2) Kebutuhan Sosial yang dimaksud disini adalah remaja korban
Kebutuhan sosial ini merupakan suatu penyalahgunaan narkoba bisa merasakan
kondisi lingkungan yang baik dan kondusif aman untuk mengutarakan permasalahan
yang harus didapatkan remaja agar yang ada dalam dirinya terkait dengan
terhindar dari narkoba. Di Kabupaten permasalahan narkoba. Karena biasanya
Sukoharjo, banyak remaja yang tergabung remaja yang telah menyalahgunakan
dalam beberapa komunitas-komunitas narkoba akan merasa takut apabila ketahuan
pemuda. Dengan banyaknya komunitas mengkonsumsi narkoba, sehingga mereka
yang ada, Tim P4GN berinisiatif untuk enggan untuk berkonsultasi mengenai
menggandeng komunitas pemuda tersebut permasalahannya. Selanjutnya pemulihan
untuk menjadi mitra Tim P4GN. psikis melalui rehabilitasi bagi korban
Bergabungnya komunitas pemuda dengan penyalahgunaan narkoba ini dijelaskan
Tim P4GN adalah bertujuan agar komunitas dalam UU No. 35 Tahun 2009 disebutkan
tersebut berkegiatan positif dan berkegiatan dalam pasal 54 menyatakan bahwa
yang jelas. Dengan demikian kebutuhan “Pecandu narkotika dan korban
sosial merupakan kebutuhan yang penyalahgunaaan narkotika wajib menjalani
berpengaruh pada kehidupan remaja. rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial”.
Pertemanan atau pergaulan yang sehat akan Itu artinya dalam UU ini menjamin
membawa remaja pada kegiatan yang hukuman bagi pecandu/ korban
positif. Sehingga akan menghindarkan penyalahgunaan narkoba berupa hukuman
remaja pada perbuatan yang buruk seperti rehabilitasi.
penyalahgunaan narkoba. 2) Bekal Pendidikan Ketrampilan
3) Kebutuhan Pengetahuan Kebutuhan pendidikan atau ketrampilan
Kebutuhan pengetahuan ini sangat penting bagi remaja korban penyalahgunaan
agar remaja mengetahui apa saja bahaya narkoba sangat dibutuhkan setelah sembuh
yang ditimbulkan dari penyalahgunaan dari ketergantungan. Pendidikan
narkoba. Karena diketahui, ada berbagai ketrampilan ini berguna bagi korban
dampak negatif yang disebabkan apabila penyalahguna narkoba, serta dapat menjadi
remaja menyalahgunakan narkoba. bekal bagi mereka apabila telah selesai
menjalani masa rehabilitasi.
b. Mengenali Kebutuhan Remaja Korban 3) Lingkungan yang Aman
Penyalahgunaan Narkoba Lingkungan yang aman artinya korban
Untuk kebutuhan remaja korban penyalahgunaan narkoba harus diberikan
penyalahgunaan narkoba, Tim P4GN Kabupaten lingkungan yang aman setelah pulih dari
Sukoharjo juga sudah mengetahui dengan baik. rehabilitasi, terhindar dari pemicu yang
Selanjutnya, kebutuhan remaja korban menyebabkan mereka menyalahgunakan
penyalahgunaan narkoba agar sembuh dari narkoba agar mereka tidak terjerumus lagi
ketergantungan ada 3 (tiga), yaitu: dalam penyalahgunaan narkoba. Sebab
ketika ada pemicu, maka korban

385
penyalahgunaan narkoba akan dengan b. Menyusun Agenda dan Prioritas
mudah kembali lagi menyalahgunakan Pelayanan untuk Remaja Korban
narkoba. Untuk mewujudkan lingkungan Penyalahgunaan Narkoba
yang aman, maka dibutuhkan pengawasan Agenda dan prioritas pelayanan untuk remaja
dari berbagai pihak khususnya orang tua. korban penyalahgunaan narkoba juga sudah
dipenuhi oleh Tim P4GN. Beberapa agenda &
2. Kemampuan Birokrasi Menyusun prioritas pelayanan untuk korban
Agenda dan Prioritas Pelayanan penyalahgunaan narkoba berdasarkan kebutuhan
untuk Remaja Maupun Menyusun dari remaja korban penyalahgunaan narkoba
Agenda dan Prioritas Pelayanan akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini:
untuk Remaja Korban
Penyalahgunaan Narkoba Tabel 1.4
a. Menyusun Agenda dan Prioritas Kebutuhan dan Agenda & Prioritas
Pelayanan untuk Remaja Pelayanan untuk Remaja Korban
Tim P4GN sudah memiliki agenda dan prioritas Penyalahgunaan Narkoba
pelayanan yang dilakukan untuk mengatasi
No Kebutuhan Agenda & prioritas
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.
Berikut agenda dan prioritas pelayanan yang 1. Kebutuhan pemulihan Fasilitas soft rehab
dilakukan Tim P4GN agar remaja terhindar dari psikis melalui konsultasi dan
rehabilitasi.
narkoba, meliputi:
2. Bekal pendidikan Fasilitas after care.
ketrampilan
Tabel 1.3 3. Lingkungan yang aman Pengawasan dari Tim
Kebutuhan dan Agenda & Prioritas P4GN, Yayasan
Rehabilitasi, serta
Pelayanan untuk Remaja keluarga.

No. Kebutuhan Agenda & prioritas


Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa
1. Kebutuhan Melalui agenda penyuluhan ke agenda & prioritas pelayanan untuk remaja
psikologis sekolah, kampus, maupun desa korban penyalahgunaan narkoba sudah terpenuhi
kepada remaja serta orang tua dengan baik. Beberapa agenda dan prioritas
sehingga mengerti kebutuhan
psikologis remaja agar pelayanan tersebut yaitu: kebutuhan pemulihan
menjauhi narkoba. psikis melalui fasilitas soft rehab melalui
2. Kebutuhan Melalui kegiatan positif konsultasi dan rehabilitasi, bekal pendidikan
sosial komunitas pemuda yang
tergabung dalam mitra Tim ketrampilan melalui fasilitas after care, dan
P4GN. lingkungan yang aman melalui pengawasan dari
3. Kebutuan Melalui kegiatan penyuluhan Tim P4GN, Yayasan Rehabilitasi, serta
pengetahuan yang rutin dilakukan Tim
P4GN.
keluarga.

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 3. Kemampuan untuk Mengembangkan


kebutuhan remaja agar terhindar dari narkoba Program-Program Pelayanan dalam
sudah terpenuhi melalui agenda & prioritas Mengatasi Penyalahgunaan Narkoba di
pelayanan yang dilakukan tim P4GN. Agenda Kalangan Remaja.
dan prioritas pelayanan yang dilakukan Tim Program Tim P4GN dalam mengatasi
P4GN meliputi agenda penyuluhan ke sekolah, penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja
kampus, maupun desa kepada remaja serta orang sudah baik dan sesuai dengan satuan tugas
tua untuk memenuhi kebutuhan psikologis yang dijalankannya. Program-program yang
remaja agar terhindar dari narkoba. Selanjutnya dijalankan Tim P4GN yaitu:
yaitu, kegiatan positif komunitas pemuda yang
tergabung dalam mitra Tim P4GN untuk a. Preventif (Pencegahan)
memenuhi kebutuhan sosial remaja. Dan yang 1) Program Penyuluhan 1000 Kampung
terakhir yaitu kegiatan penyuluhan yang rutin Program ini merupakan program unggulan
dilakukan Tim P4GN untuk memenuhi yang dilakukan Tim P4GN Sukoharjo yang
kebutuhan pengetahuan remaja. masih dilakukan sampai sekarang. Manfaat

386
dari program penyuluhan 1000 kampung ini Tujuan program ini yaitu untuk
antara lain untuk mesosialisasikan bahaya menyebarluaskan informasi mengenai
narkoba yang tepat sasaran pada bahaya narkoba melalui radio yang dapat
masyarakat, memberikan penjelasan akan diakses masyarakat dengan mudah.
bahaya narkoba, serta dapat menciptakan 7) Program Branding: Membantu Media
lingkungan kampung yang sehat jauh dari Kampanye Anti Narkoba
narkoba. Dari penyuluhan 1000 kampung Branding bertujuan untuk menyampaikan
tersebut, akan menghasilkan deklarasi pesan bahaya narkoba melalui media cetak
kampung anti narkoba sebagai keseriusan yang dapat berupa buku, stiker, leaflet, dan
masyarakat untuk turut memerangi baliho. Selain media cetak tersebut, Tim
penyalahgunaan narkoba. Kegiatan ini P4GN juga melakukan branding warung
memanfaatkan agenda rutin yang ada di yaitu pembuatan nama warung dengan
kampung seperti rapat Bapak-Bapak, ditambahkan pesan anti narkoba. Branding
kegiatan Ibu-Ibu PKK, pengajian serta rapat warung ini juga bekerjasama dengan pihak
pemuda (karang taruna). swasta melalui program Corporate Sosial
2) Program Goes to SchoolandGoes to Responsibility (CSR).
Campus Dalam program preventif ini, Tim P4GN
Program ini bertujuan untuk mencegah mempunyai sedikit kendala yaitu
penyalahgunaan narkoba di kalangan kurangnya jumlah penyuluh yang ada di
pelajar maupun mahasiswa. Hal ini Tim P4GN. Penyuluh tetap yang ada di Tim
didasarkan pada fakta bahwa usia remaja P4GN hanya ada 1 penyuluh, akibatnya
(pelajar/ mahasiswa) sangat berisiko tinggi Tim P4GN kurang maksimal dalam
menjadi korban penyalahgunaan narkoba, menjalankan program kegiatan preventif
karena mereka mempunyai sifat yang labil karena kurangnya jumlah jaringan
dan tertarik untuk mencoba-coba hal yang penyuluh. Walaupun kekurangan jaringan
baru. penyuluh, diketahui bahwa kualitas Tim
3) Program Aksi Bulanan P4GN sudah sangat baik. Hal ini dapat
Program aksi bulanan merupakan program dibuktikan dengan banyaknya penghargaan
rutin yang dilakukan Tim P4GN yaitu yang didapatkan Tim P4GN. Beberapa
minimal satu kali dalam sebulan. Kegiatan penghargaan tersebut yaitu Penghargaan
aksi bulanan ini biasa dilakukan di jalanan Madya Pratama Nasional dari BNN kepada
seperti di perempatan lampu merah atau Tim P4GN Sukoharjo pada tahun 2009,
tempat strategis lainnya. Sedangkan aksi Nominator Liputan 6 SCTV awards
bulanan yang sering dilakukan Tim P4GN pengabdi masyarakat terbaik nasional
adalah kegiatan mobil dongeng yang kepada Full Timer Tim P4GN pada tahun
dilaksanakan setiap minggu di CFD (Car 2012, serta Penghargaan Nasional dari
Free Day) Sukoharjo maupun keliling ke Presiden kepada Full Timer Tim P4GN
sekolah-sekolah di Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo sebagai penggiat anti narkoba
4) Program Kopdar Komunitas dan Sambang terbaik tingkat nasional tahun 2014.
Komunitas
Kegiatan sosialisasi bahaya narkoba juga b. Represif (Penegakan Hukum)
dilakukan Tim P4GN dengan cara 1) Kolaborasi dengan Polres dan Satpol PP
menggandeng komunitas-komunitas Dalam program represif atau penegakan hukum,
pemuda yang ada di Sukoharjo dengan Tim P4GN belum mempunyai wewenang untuk
tujuan agar komunitas-komunitas tersebut melakukan tindakan hukum. Oleh karena itu
berkegiatan positif. dalam penegakan hukun ini dilakukan kolaborasi
5) Program Diklat Penyuluhan bersama Polres Sukoharjo maupun Satpol PP
Program diklat penyuluhan yang dilakukan untuk melakukan razia.
Tim P4GN Sukoharjo bertujuan untuk
membentuk calon-calon penyuluh yang
profesional.
6) Program Tim P4GN on Radio

387
c. Treatment dan Rehabilitasi (Penanganan/ serta dapat dikerahkan untuk membantu
cara memperlakukan dan rehabilitasi tugas Tim P4GN.
terhadap korban) b. Terkait dengan rendahnya kesadaran korban
1) Program Soft Rehabilitasi penyalahgunaan narkoba untuk wajib lapor,
Rehabilitasi yang dilakukan Tim P4GN adalah maka Tim P4GN perlu meningkatkan
bukan menyembuhkan korban penyalahgunaan kerjasama dengan instansi lain, khususnya
narkoba, melainkan memberikan solusi bagi dengan Polres Sukoharjo dan pusat yayasan
pecandu yang ingin sembuh. Solusi yang rehabilitasi untuk mendapatkan laporan dari
diberikan Tim P4GN yaitu berupa solusi internal para korban. Sehingga korban tersebut
dan solusi eksternal. Solusi internal merupakan terhindar dari tindak pidana dan
rehabilitasi yang dilakukan Tim P4GN terhadap mendapatkan penanganan berupa
pecandu ringan seperti rokok, minuman keras,
rehabilitasi medis maupun rehabilitasi
dan zat adiktif lainnya yang dapat sembuh hanya
sosial.
dengan berkonsultasi. Sedangkan solusi
eksternal merupakan rekomendasi yang
diberikan Tim P4GN kepada korban Daftar Pustaka
Bekkers, V., & Dekker, R. 2015. “The
penyalahgunaan narkoba untuk disalurkan ke
Contingency of Governments'
pusat-pusat rehabilitasi, karena Tim P4GN
Responsiveness to the Virtual Public
sendiri belum punya termpat untuk
Sphere: A Systematic Literature Review
merehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba.
and Meta-synthesis”. Journal of
Kegiatan yang dilakukan dalam program
Government Information Quarterly. Vol
rehabilitasi ini meliputi:
32. Pg: 496-505.
a) Pelayanan konsultasi melalui konselor Tim
Dwiyanto, Agus (Ed.). 2008. Mewujudkan Good
P4GN
Governance Melalui Pelayanan
b) Solusi internal: Soft Rehab
Publik.Yogyakarta: Gajah Mada
c) Solusi eksternal: membentuk jaringan panti University Press.
rehabilitasi Dwiyanto, Agus, dkk. 2012. Reformasi
d) Berkoordinasi dengan yayasan rehabilitasi Birokrasi Publik di Indonesia.
sinai (rujukan rehab), atau pusat-pusat Yogyakarta: Gadjah Mada University
rehabilitasi lainnya. Press.
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan
D. Penutup Publik: Konsep, Dimensi, Indikator, dan
Dari analisis dan pembahasan diatas dapat Implementasinya. Yogyakarta: Gava
disimpulkan bahwa responsivitas Tim Media.
Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Infodatin. 2017. Pusat Data dan Informasi
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) Kabupaten Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
Sukoharjo dalam mengatasi penyalahgunaan Sudjatmiko, T. 2017. Tinggi, Kasus Narkoba di
narkoba di kalangan remaja sudah cukup baik. Sukoharjo. Diperoleh dari
Hal ini berdasarkan tiga aspek pengukuran http://krjogja.com/web/news/read/20460/h
menurut Agus Dwiyanto yang sudah terpenuhi ome3.html, pada tanggal 7 September
yaitu Tim P4GN sudah mengeti baik 1) 2017.
kebutuhan, 2) agenda & prioritas pelayanan, Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009
serta 3) program-program dalam mengatasi tentang Narkotika.
penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Rejeki, S. 2014. “Penanggulangan Narkoba di
Saran yang dapat diberikan antara lain: Kalangan Remaja”. Majalah Ilmiah
a. Berkaitan dengan kurangnya jumlah Pawiyatan. Vol. 21. No. 1. Hal: 22-31.
penyuluh (sumber daya manusia) di Tim
P4GN yang hanya ada satu penyuluh tetap,
dapat disiasati dengan memanfaatkan
keberadaan relawan Tim P4GN. Relawan
tersebut dapat dilatih menjadi penyuluh

388
Penanggulangan Kekerasan Terhadap Anak Di Sekolah Sebagai
Upaya Mewujudkan Sekolah Ramah Anak
Manda Oktavia Candra Kusumaningtyas, Sri Yuliani
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
mandaoktavia18@gmail.com

Abstrak
Pendidikan anak dan kekerasan terhadap anak di sekolah seolah menjadi isu yang tidak pernah habis.
Kasus kekerasan terhadap anak di sekolah atau bullying terus meningkat dan jumlah korban terus
bertambah setiap tahunnya. Kedua hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat sehingga
pemerintah menerbitkan kebijakan Sekolah Ramah Anak sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah
dalam menangani kasus kekerasan anak di sekolah. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, pihak
sekolah serta orang tua untuk menanggulangi kekerasan terhadap anak di sekolah sehingga salah satu
tujuan Sekolah Ramah Anak tercapai yaitu zero kekerasan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kekerasan terhadap anak di sekolah sebagai
upaya mewujudkan Sekolah Ramah Anak.
Kata kunci :Kekerasan terhadap Anak, Bullying, Sekolah Ramah Anak

Abstract
The education of the child and violence against children in school seems to be the issue that never runs
out. Cases of violence against children in school or bullying continues to increase and the number of
victims continues to grow each year. Both of these things cause the government issued a policy of child-
friendly schools as a form of responsibility of the government in dealing with cases of violance of
children in school. The necessary cooperation between the government, school authorities and parents to
tackle violence against children in school so that one of the objectives of the child friendly school
achieved is zero violence. This study aims to identify the various efforts that can be done to tackle
violence against children in schools as efforts to achieve child friendly schools.
Keywords : Violence against Children, Bullying¸Child Friendly Schools.

A. Pendahuluan Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, anak


Konvensi Hak-hak Anak tahun 1989 dan adalah seseorang yang belum berusia delapan
Konvensi Internasional mengenai Hak-hak Asasi belas tahun, termasuk anak yang masih dalam
Manusia telah memproklamasikan dan kandungan. Anak juga memiliki hak asasi
menyetujui bahwa setiap orang berhak atas manusia yang harus diakui dan dihargai oleh
semua hak dan kebebasan, tanpa membedakan masyarakat. Dalam masa pertumbuhan, secara
ras, warna kulit, jenis kelamin, agama, fisik dan mental anak membutuhkan perawatan,
pandangan politik, status sosial atau identitas perlindungan yang khusus, serta perlindungan
lainnya. Hak-hak Asasi Manusia juga hukum baik sebelum maupun sesudah lahir.
menyangkut terpenuhinya hak atau kebebasan
anak dalam masyarakat. Salah satu hal yang menjadi hak anak adalah
pendidikan. Pendidikan yang diberikan kepada
Anak termasuk kelompok manusia yang harus anak-anak haruslah diselenggarakan secara
diakui, dijunjung tinggi dan dilindungi hak- demokratis dan berkeadilan serta tidak
haknya. Anak merupakan salah satu anggota diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
komunitas dalam masyarakat yang memiliki asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural
posisi paling lemah dan rentan. Menurut dan kemajemukan bangsa. Dengan pendidikan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 diharapkan anak-anak akan memiliki bekal

389
untuk masa depannya dalam membentuk negara (79%), Nepal (79%), Kamboja (73%) dan
yang lebih baik. Pakistan (43%) (www.republika.co.id)
Selanjutnya KPAI merilis data seperti yang
Selain pendidikan, anak juga berhak untuk dilansir keterangan tertulis Kementrian
memperoleh perlindungan yang baik. Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Perlindungan yang dimaksud adalah segala sebagai berikut:
bentuk perlindungan dari tindak kekerasan dan
diskriminasi. Namun dari waktu ke waktu tindak Tabel 1.1 Jumlah Kasus Kekerasan di
kekerasan dengan korban anak-anak dalam Sekolah Tahun 2011 - 2015
masyarakat semakin meningkat. Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat
sebanyak 21.689.797 kasus kekerasan telah
menimpa anak-anak Indonesia dalam kurun
waktu empat tahun (2013-2017) yang terjadi di
34 provinsi dan 179 kabupaten/kota. Pada tahun
2011 kasus kekerasan anak sebanyak 261 kasus
dan pada tahun 2012 mengalami kenaikan
menjadi 426 kasus. Sedangkan pada tahun 2013
kasus kekerasan terhadap anak mengalami
kenaikan tajam sebanyak 1620 kasus dengan
Sumber: data KPAI
rincian kekerasan fisik dengan 490 kasus (30%),
psikis 313 kasus (19%), dan paling banyak
kekerasan seksual sebanyak 817 kasus (51%) Berdasarkan data tersebut, sejak 2011 hingga
yang artina setiap bulannya 70-80 anak 2015 terdapat 1.880 kasus kekerasan yang
menerima kekerasan seksual. Kekerasan fisik terjadi di lingkungan pendidikan. Pada 2011
tersebut diantaranya dipukul sebanyak 162 tercatat sebanyak 276 kasus kekerasan, jumlah
kasus, ditampar 12 kasus, disundut 4 kasus, tersebut meningkat di tahun 2012 menjadi 552
dijewer 5 kasus, menggunakan senjata tajam 103 kasus. Namun di tahun berikutnya jumlah kasus
kasus dan lain-lain 245 kasus. Dampak dari kekerasan di sekolah menurun menjadi 371
kekerasan fisik tersebut diketahui menimbulkan kasus. Pada 2014 kembali terjadi peningkatan
luka ringan 97 kasus, luka berat 141 kasus, tindak kekerasan anak di sekolah dengan 461
meninggal dunia 181 kasus dan lain-lain 71 kasus. Hingga Juli 2015 tercatat 220 kasus
kasus. Sedangkan sejak Januari hingga April kekerasan anak yang terjadi di sekolah.
2017 KPAI menerima laporan kasus kekerasan
anak sebanyak 622 laporan, dengan rincian Banyaknya anak yang mengalami kekerasan di
kekerasan fisik sebanyak 94 kasus, kekerasan sekolah menimbulkan keprihatinan dan
psikis sebanyak 12 kasus dan kekerasan seksual kekhawatiran berbagai pihak seperti orang tua,
sebanyak 459 kasus. (www.kpai.go.id) policy maker hingga media massa.
Kekhawatiran masyarakat yang muncul
Di Indonesia, pendidikan dan kekerasan anak menuntut pemerintah untuk segera merespon
seolah menjadi isu yang tidak pernah habis. masalah ini. Hal ini dikarenakan pemerintah
merupakan salah satu pihak yang bertanggung
Sekolah sebagai salah satu tempat dimana
seorang anak banyak menghabiskan waktunya jawab terhadap pendidikan dan perlindungan
untuk tumbuh, berkembang, belajar dan anak dari kekerasan. Pemerintah selaku policy
berinteraksi sosial serta membentuk karakter dan maker telah menetapkan berbagai aturan untuk
pola pikirnya adalah tempat yang justru banyak menjamin hak-hak anak dalam segala hal
terjadi kasus kekerasan. Menurut data KPAI termasuk pendidikan dan perlindungan.
mengenai tingkat kekerasan terhadap anak
menurut survei International Center for Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah
Research on Women (ICRW), sebanyak 84% adalah dengan menetapkan atau membuat suatu
anak Indonesia mengalami kekerasan di sekolah. kebijakan publik yang disebut Sekolah Ramah
Bahkan angka kekerasan anak Indonesia di Anak (SRA). Konsep Sekolah Ramah Anak
sekolah ini tertinggi dibandingkan Vietnam (SRA) ini mulai diterapkan di berbagai daerah

390
sebagai upaya mencapai Kota Layak Anak tindakan kekerasan yang dilakukan orang lain,
(KLA). Untuk memperoleh predikat Kota Layak 2) Kekerasan seksual, meliputi eksploitasi
Anak (KLA) seharusnya kabupaten atau kota seksual dalam prostitusi atau pornografi,
akan selalu menjamin hak-hak anak dalam suatu perabaan, memaksa anak untuk memegang
negara termasuk pendidikan dan hak kemaluan orang lain, hubungan seksual,
perlindungan. Konsep Sekolah Ramah Anak perkosaan, hubungan seksual yang dilakukan
(SRA) ini penting untuk dilaksanakan karena oleh orang yang mempunyai hubungan darah
dianggap mampu untuk memenuhi hak-hak anak (incest) dan sodomi, 3) Kekerasan Emosional,
selama di sekolah. Oleh karena itu artikel ini yang mengakibatkan gangguan kesehatan atau
hendak membahas penanggulangan kekerasan perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan
terhadap anak di sekolah sebagai upaya sosial. Contohnya seperti pembatasan gerak,
mewujudkan sekolah ramah anak. sikap tindakan yang meremehkan anak,
mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi,
B. Metode Penelitian mengejek atau menertawakan, atau perlakuan
Artikel ini ditulis dengan metode penelitian studi lain yang kasar atau penolakan, 4) Penelantaran
literatur, yaitu menghimpun data-data atau anak, merupakan bentuk ketidakpedulian orang
sumber-sumber yang berhubungan dengan topik tua atau orang yang bertanggung jawab atas
penelitian. Studi literatur dilakukan pada anak pada kebutuhan mereka, 5) Eksploitasi
peraturan-peraturan pemerintah yang membahas anak, merupakan penggunaan anak dalam
mengenai perlindungan anak, jurnal, berita dan pekerjaan atau aktivitas lain untuk keuntungan
penelitian yang berkaitan dengan orang lain termasuk pekerja anak dan prostitusi.
penanggulangan kekerasan, perlindungan anak Kegiatan ini merusak atau merugikan kesehatan
dan sekolah ramah anak. fisik dan mental, perkembangan pendidikan,
spiritual, moral dan sosial-emosional anak
C. Hasil Dan Pembahasan (dalam Suryaningtyas, 2016).
1. Kekerasan Terhadap Anak di Sekolah
Kekerasan pada umumnya dialami oleh Bentuk-bentuk kekerasan dapat dialami oleh
kelompok rentan atau yang dianggap lemah. anak-anak kapan saja dan dimana saja. Mereka
Anak merupakan salah satu kelompok yang seolah-olah dibayangi atau diikuti oleh tindakan
rentan mendapatkan perilaku kekerasan. kekerasan atau kejahatan dimanapun mereka
Kekerasan terhadap anak adalah tindak berasa baik pada saat dirumah, ditempat bermain
kekerasan terhadap anak usia di bawah 18 tahun. bahkan disekolah. Kekerasan terhadap anak di
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik sekolah adalah segala bentuk perilaku yang
atau kekuasaan secara sengaja, berupa ancaman mengakibatkan ketidaknyamanan fisik dan non
atau tindakan nyata, terhadap seseorang maupun fisik pada peserta didik atau pendidik.
kelompok atau komunitas yang menyebabkan Kekerasan di sekolah atau lebih dikenal dengan
luka, kematian, gangguan psikis, ataupun bullying merupakan fenomena yang sangat
gangguan tumbuhkembang (WHO, 2016). sering terjadi di zaman dulu sampai sekarang.
Kata bullying sulit dicari padanan katanya dalam
Menurut WHO (dalam Tjahjorini, 2015) Bahasa Indonesia, menurut Tim Semai Jiwa
kekerasan pada anak adalah suatu tindakan Amini (2008:2) “bullying” merupakan istilah
penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dari bahasa Inggris dari kata bull yang berarti
dalam bentuk menyakiti fisik, emosional, ‘banteng’ yang suka menanduk. Namun makna
seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi bullyng sebenarnya adalah penekanan dari
untuk kepentingan komersial yang secara nyata seseorang atau sekelompok orang yang lebih
atau pun tidak dapat membahayakan kesehatan, kuat terhadap seseorang atau sekelompok orang
kelangsungan hidup, martabat atau yang lebih lemah.
perkembangannya.
Bullying adalah masalah penting yang dapat
Ada beberapa bentuk kekerasan yang sering terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi
dialami anak meliputi: 1) Kekerasan fisik, yang hubungan sosial yang akrab oleh sekolah
mengakibatkan cidera fisik nyata ataupun terhadap komunitasnya”. (Poni Retno Astuti.
potensial terhadap anak sebagai akibat dari 2008:4). Ejekan, cemoohan, olok-olokan

391
mungkin terkesan sepele dan terlihat wajar. Di sekolah, siswa memiliki hak untuk
Namun pada kenyataannya hal-hal tersebut mendapatkan pendidikan dalam lingkungan
dapat menjadi senjata tak kenal ampun yang yang aman dan bebas dari rasa takut. Hal ini
secara berlahan tapi pasti dapat menghancurkan sesuai dengan pasal 54 Undang-Undang Nomor
seorang anak. Bentuk-bentuk bullying yang 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak yang
menyebabkan ketidaknyamanan fisik seperti menyatakan bahwa anak di dalam dan di
memukul, menampar, menendang, melempar lingkungan sekolah wajib dilindungi dari
barang ke tubuh korban, menginjak dan melukai tindakan kekerasan yang dilakukakan oleh guru,
dengan tangan kosong atau menggunakan suatu pengelola sekolah atau teman-temannya di
benda. Sedangkan bentuk kekerasan yang dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
menyebabkan ketidaknyamanan non fisik atau pendidikan lainnya. Selain itu dalam Pasal 72
mental antara lain berteriak, menghina, mengatakan masyarakat dan lembaga
mengancam, merendahkan, mengatur, menguntit pendidikan untuk berperan dalam perlindungan
dan memata-matai, serta tindakan-tindakan lain anak, termasuk di dalamnya melakukan upaya
yang menimbulkan rasa takut, cemas dan was pencegahan kekerasan terhadap anak di
was. Kekerasan di sekolah merupakan perilaku lingkungannya. Dari kedua pasal tersebut sangat
yang memuat pemaksaan, kekuasaan dan jelas bahwa anak dilindungi dari kekerasan yang
pelanggaran aturan yang terjadi dalam lembaga dilakukan oleh pihak-pihak yang berada di
pendidikan formal. Bentuk-bentuk bullying dalam sekolah, dan dalam hal ini yang
dapat dikelompokkan sebagai berikut (dalam melindungi anak dari perbuatan kekerasan di
Suryaningtyas, 2016; Rimawati, 2015): sekolah adalah lembaga pendidikan itu sendiri,
1) Kekerasan Fisik akan tetapi pada kenyataannya di masyarakat
Kekerasan anak secara fisik adalah kekerasan dan di lembaga pendidikan masih banyak anak
yang dilakukan seseorang berupa melukai yang mengalami kekerasan fisik maupun psikis.
bagian tubuh anak seperti penyiksaan,
pemukulan dan penganiayaan terhadap anak, Setiap sekolah pun mempunyai aturan yang
dengan atau tanpa menggunakan benda-benda bertujuan untuk menjaga ketertiban dan
tertentu yang menimbulkan luka-luka fisik atau keamanan di sekolah. Hal ini dilakukan karena
kematian pada anak. tindak kekerasan baik oleh guru maupun antar
2) Kekerasan Psikis siswa sendiri tidak dilegalkan. Sehingga
Kekerasan anak secara psikis meliputi kekerasan pengelola sekolah dan pihak lain yang
secara verbal seperti penghinaan, penyampaian bertanggung jawab dalam pendidikan
kata-kata kasar dan kotor, tindakan mental mempunyai tugas untuk melindungi siswa dari
abuse, menyalahkan, melabeli dan sebagainya. intimidasi, penyerangan, kekerasan maupun
Dampak psikologis dapat berupa rasa takut, rasa gangguan dari pihak lain. Namun dalam
tidak aman, gelisah, dendam, menurunnya prakteknya, dengan atau tanpa disadari tindakan
semangat belajar, hilangnya konsentrasi, bullying bisa dilakukan oleh siapa saja di
menjadi pendiam, serta mental anak menjadi lingkungan sekolah. Jika sudah demikian maka
lemah, menurunnya rasa percaya diri bahkan sekolah bukan lagi menjadi tempat yang
depresi sampai bunuh diri. menyenangkan lagi bagi sebagian siswa.

3) Kekerasan Seksual 2. Sekolah Ramah Anak (SRA)


Kekerasan secara seksual berupa pemaksaan Pemerintah selaku policy maker terus mencari
hubungan seksual, perlakuan prakontak seksual solusi efektif guna mengatasi masalah kekerasan
antara anak dengan orang yang lebih dewasa. pada anak. Baik itu yang bersifat fisik maupun
Siswa yang mengalami kekerasan seksual seperti psikis. Salah satunya dengan membuat kebijakan
perkosaan bisa saja akan menimbulkan dampak Sekolah Ramah Anak (SRA). Sekolah Ramah
dalam jangka panjang seperti kehamilan yang Anak (SRA) adalah satuan pendidikan formal,
tidak diinginkan, infeksi menular seksual nonformal dan informal yang aman, bersih dan
termasuk HIV/AIDS dan gangguan atau sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup,
kerusakan organ reproduksi. mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-
hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan,
diskriminasi dan perlakuan salah lainnya serta

392
mendukung partisipasi anak terutama dalam antisipasi anak dan partisipasi orang tua/wali,
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, lembaga masyarakat, dan pemangku
pengawasan dan mekanisme pengaduan terkait kepentingan lainnya. Dalam pelaksanaan
pemenuhan hak dan perlindungan anak di Sekolah Ramah Anak (SRA), orang tua
pendidikan (www.kla.id). Prinsip utamanya memiliki tanggung jawab bersama dengan
adalah non diskriminasi, hak hidup serta sekolah untuk menjaga anak berproses dalam
penghargaan terhadap anak. Menurut pasal 1 UU dunia pendidikan. Selain itu, menjunjung
Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014, prinsip-prinsip tanpa kekerasan dan
perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk diskriminasi, mengedepankan kepentingan
menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya terbaik bagi anak, memperhatikan kelangsungan
agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan hidup dan tumbuh kembang anak dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan memberikan pengahargaan terhasap pendapat
harkat dan martabat kemanusiaan, serta dan partisipasi anak.Saat ini konsep SRA sudah
mendapat perlindungan dari kekerasan dan banyak diterapkan di setiap sekolah-sekolah.
diskriminasi. Namun yang sudah banyak diterapkan adalah
Salah satu fokus UU Perlindungan Anak Nomor sekolah ramah anak bersih dan sekolah ramah
35 Tahun 2014 adalah pencegahan kekerasan anak adiwiyata yang berbasis lingkungan.
dan perlindungan anak berbasis sekolah. Sedangkan sekolah ramah anak berbasis bebas
Sekolah Ramah anak menjadi upaya kekerasan masih jarang diterapkan.
penyelesaian penghapusan kekerasan berbasis
sekolah. Sekolah Raman Anak (SRA) Menurut Netty Heryawan Ketua Pusat
merupakan upaya mewujudkan pemenuhan hak Pelayanan Terpadu Pembedayaan Perempuan
dan perlindungan anak selama 8 jam anak dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat dalam
berada di sekolah, melalui upaya sekolah untuk Workshop Training of Trainers (TOT) di
menjadikan sekolah Bersih Aman Ramah Indah Lembang 20 April 2018 lalu (www.tribunews.
Sehat Asri Nyaman. Tujuan pengembangan com), guru atau wali kelas dan pihak sekolah
SRA adalah (1) Mencegah kekerasan terhadap memegang peranan penting dalam mewujudkan
anak dan warga sekolah lainnya, (2) Mencegah sekolah ramah anak berbasis bebas kekerasan.
anak mendapatkan kesakitan karena keracunan Sebagai guru atau wali kelas sudah seharusnya
makanan dan lingkungan yang tidak sehat, (3) tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap
Mencegah kecelakaan di sekolah yang anak didik, tidak memberikan stigma negatif,
disebabkan prasarana maupun bencana alam, (4) peka terhadap perubahan kondisi anak didik,
Mencegah anak menjadi perokok dan pengguna mendengarkan setiap informasi yang diberikan
napza, (5) Menciptakan hubungan antar warga dan tidak membeda-bedakan informasi yang
sekolah yang lebih baik, akrab dan berkualitas, diberikan anak didik. Berikut ini merupakan
(6) Memudahkan pemantauan kondisi anak upaya yang dapat dilakukan oleh pihak guru atau
selama berada di sekolah, (7) Memudahkan wali kelas dan pihak sekolah dalam
mencapai tujuan pendidikan, (8) Membiasakan menanggulangi kekerasan terhadap anak di
anak berperilaku positif (Panduan Sekolah sekolah :
ramah Anak, 2015) 1) Menerapkan pendidikan tanpa kekerasan di
Dalam buku panduan Sekolah Ramah Anak sekolah.
yang diterbitkan oleh Kementerian 2) Mensosialisasikan tindakan-tindakan yang
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan tergolong sebagai kekerasan terhadap anak
Anak (2015), penerapan Sekolah Ramah Anak beserta peraturan-peraturannya.
(SRA) memerlukan keterlibatan partisipasi 3) Mensosialisasikan pada anak bahaya
semua pihak dalam mewujudkan suasana belajar kekerasan yang mengancam mereka
dan proses Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
sehingga anak dapat menghindari bahaya
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) untuk
kekerasan.
anak, guru dan warga sekolah lainnya.
4) Memberi dorongan kepada anak untuk
Komponen dalam pemenuhan SRA yaitu adanya
komitmen dengan kebijakan, pelaksanaan proses melaporkan kekerasan yang di alami. Beri
pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan pemahaman kepada anak bahwa
terlatih hak anak, sarana dan prasarana SRA, melaporkan tindak kekerasan di sekolah

393
akan mencegah akibat yang lebih buruk. Ramah Anak (SRA) merupakan model sekolah
Pencantuman nomor telepon guru atau yang memastikan setiap anak secara inklusif
kepala sekolah di sudut sekolah berada dalam lingkungan yang aman, nyaman
memudahkan siswa untuk melaporkan secara fisik, sosial, psikis dan dapat hidup
tindak kekerasan. Lindungi dan berikan tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
penghargaan bagi anak yang melaporkan wajar sesuai fase perkembangannya serta
tindak kekerasan. mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi. Dalam SRA, orang tua memiliki
5) Membentuk atau menjalin kerjasama antara
tanggung jawab bersama dengan sekolah untuk
kepala sekolah, guru dan orang tua anak.
menjaga anak berproses dalam dunia
Kerjasama yang lebih dalam berbagai pendidikan. Selain itu, menjunjung prinsip-
program yang intens antara guru, kepala prinsip tanpa kekerasan dan diskriminasi,
sekolah dan orang tua harus ditingkatkan. mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak,
6) Menjalin komunikasi yang efektif antara memperhatikan kelangsungan hidup dan tumbuh
orang tua dan guru. Komunikasi antara guru kembang anak dan memberikan pengahargaan
atau kepala sekolah tidak hanya sebatas terhadap pendapat dan partisipasi anak. Dengan
masalah akademik atau keuangan saja tetapi demikian orang tua dan pihak sekolah
yang lebih dalam menyangkut aktivitas memegang peranan penting dalam mencegah
anak di sekolah. Aktivitas siswa baik kekerasan terhadap anak dan warga sekolah.
kegiatan intrakurikuler ataupun Dengan zero kekerasan di sekolah berarti salah
ekstrakurikuler dapat dijadikan topik dalam satu tujuan pengembangan Sekolah Ramah Anak
menjalin komunikasi dengan orang tua. (SRA) telah tercapai.
7) Orang tua menerapkan pola asuh yang Dalam menanggulangi kekerasan terhadap anak
di sekolah dan sebagai upaya mewujudkan
menekankan dukungan daripada hukuman.
Sekolah Ramah Anak (SRA) perlu adanya
Hukuman tidak selamanya efektif
peningkatan kerjasama dan koordinasi secara
membangun karakter anak. Tidak sedikit
terus menerus agar program yang ada tetap bisa
hukuman yang menimbulkan gangguan berjalan dan kebutuhan semua pihak
psikologis bagi anak. Menyadarkan orang terakomodir dengan baik. Hal itu bisa dilakukan
tua dan pendidik tentang pentingnya melalui konsisensi pelaksanaan pertemuan rutin
pendekatan yang memotivasi anak untuk yang membahas mengenai kendala, kondisi
berubah adalah hal yang sangat penting. terkini dan kebutuhan yang diperlukan tertutama
8) Penegak hukum harus lebih serius dalam bagi guru sebagai pihak yang bernteraksi
menindak lanjuti laporan-laporan kekerasan langsung dengan siswa. Selain itu, harus ada
terhadap anak hingga tuntas. pengawasan secara berkala terhadap kegiatan
yang dilakukan secara berkala oleh guru di
Upaya tersebut dapat dilakukan untuk mencegah kelas.
kekerasan terhadap anak dan warga sekolah
lainnya sebagai salah satu tujuan dari Daftar Pustaka
pengembangan Sekolah Ramah Anak (SRA) Astuti, Pony Retno. 2008. Meredam Bullying 3
yaitu zero kekerasan. Cara Efektif Meredam K.P.A (Kekerasan
Pada Anak). Jakarta: Grasindo
D. Penutup Deputi Tumbuh Kembang Anak. 2015. Panduan
Pendidikan anak dan kekerasan terhadap anak di Sekolah Ramah Anak. Jakarta:
sekolah seolah menjadi isu yang tidak pernah Kementerian Pemberdayaan Perempuan
habis. Kasus kekerasan terhadap anak di sekolah dan Perlindungan Anak Republik
atau bullying terus meningkat dan jumlah korban Indonesia
terus bertambah setiap tahunnya. Kedua hal Indonesia Peringkat Tertinggi Kasus Kekerasan
tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi di Sekolah. 2017.
masyarakat sehingga pemerintah menerbitkan https://www.republika.co.id/berita/nasion
kebijakan Sekolah Ramah Anak sebagai bentuk al/umum/17/02/22/olqnn2383-indonesia-
tanggung jawab pemerintah dalam menangani peringkat-tertinggi-kasus-kekerasan-di-
kasus kekerasan anak di sekolah. Sekolah sekolah

394
Penting, Komitmen Tenaga Pendidik Untuk
Wujudkan Sekolah Ramah. 2018. Anak.
Diakses dari
http://www.tribunnews.com/regional/2018
/04/21/penting-komitmen-tenaga-
pendidik-untuk-wujudkan-sekolah-ramah-
anak
Rimawati, D. 2015. Tinjauan Pustaka,
Kekerasan Terhadap Anak. Diunduh dari
http://eprints.undip.
ac.id/46181/3/DEBY_PRISCIKA_PUTRI
_22010111110152_LapKTI_BAB2.pdf
Tjahjorini, Sri. 2015. Kekerasan Sexual Pada
Anak. Diakses dari
http://puspensos.kemsos.go.id/home/br/10
0
Suryaningtyas, Ardita Devi. 2016. Skripsi
Implementasi Strategi Sekolah Dasar Al-
Firdaus Surakarta dalam Mewujudkan
Sekolah Ramah Anak. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak
World Health Organization. 2016. Seven
Strategies for Ending Violence Against
Children.
www.kla.id
www.kpai.go.id
Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA). 2008.
Mengatasi Kekerasan dari Sekolah dan
Lingkungan Anak. Jakarta: Grasindo.

395
Akuntabilitas dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
Tesalonika Daniasari
Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
tesalonikadania@student.uns.ac.id

Abstrak
Artikel ini menjelaskan tentang akuntabilitas organisasi publik, secara khusus tentang akuntabilitas di
bidang pengelolaan keuangan daerah. Dinamika bidang akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dikaji
dari teori constitutional perspective. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah survei literatur
dibidang kajian akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. Dalam artikerl ini didapatkan bahwa (1)
Masyarakat maupun pihak-pihak yang terkait dengan pemerintah daerah belum memiliki akses yang luas
terhadap keterbukaan informasi mengenai pengelolaan keuangan daerah, (2)Masyarakat belum dapat
berpartisipasi dalam proses perencanaan, perumusan dan implementasi anggaran (3)Masyarakat belum
memiliki kontrol yang kuat dan sanksi yang tegas terhadap penyelewengan tindakan pemerintah daerah.
Kata Kunci : Akuntabilitas, Pengelolaan Keuangan Daerah, Constitutional Perspektive

A. Pendahuluan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini


Akuntabilitas merupakan salah satu hal yang tidak sejalan dengan harapan masyarakat atas
penting dalam praktek penyelenggaraan kondisi ideal pemerintah sebagai penyelenggara
organisasi publik, hal ini dikarenakan semakin negara yang mampu memberikan manfaat yang
meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat
penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan (Afriyanti, Sabanu, dan Noor, 2015).
bersih (good and clean governance).
Akuntabilitas dipandang sebagai alat bagi Menurut International Transparency, indeks
masyarakat untuk memaksa pemerintah persepsi korupsi Indonesia pada tahun 2016
mengatakan kebenaran yang ada. Masyarakat menunjukkan pada peringkat ke-90 (dari 176
semakin memiliki perhatian yang besar terhadap negara), dengan skor 37 (0 sangat korup, 100
kebijakan-kebijakan, program, dan pelayanan sangat bersih). Pada tahun 2016 terjadi
yang dilakukan oleh organisasi publik. Menurut peningkatan terhadap skor korupsi Indonesia
Aucoin and Heinzman (2000), akuntabilitas dari tahun-tahun sebelumnya yaitu skor 36 pada
publik penting untuk dilakukan karena pekerjaan tahun 2015 (peringkat ke-88), skor 34 pada
akuntabilitas publik penting untuk menyediakan tahun 2014 (peringkat ke- 107), skor 32 pada
sarana demokrasi untuk memantau dan tahun 2013 (peringkat ke-114). Dengan skor
mengendalikan perilaku pemerintah, rata-rata indeks persepsi korupsi Indonesia di
akuntabilitas harus membantu mencegah Asia Pasifik di angka 44 dan di tingkat global
pelanggaran eksekutif, akuntabilitas harus 43, kondisi Indonesia masih darurat korupsi di
meningkatkan kapasitas pengetahuan dan tingkat regional maupun ditingkat global.
efektivitas dari eksekutif dan stakeholders dalam
pemerintahan. Dengan mengacu pada skor diatas menunjukkan
tingkat akuntabilitas di Indonesia masih lemah
Namun akuntabilitas sampai sekarang ini hanya sehingga perlu dilakukan suatu upaya perbaikan.
dipahami sebatas penyusunan laporan keuangan Salah satu upaya perbaikan yang dapat
bahkan lebih sempit lagi yaitu hanya mencakup dilakukan oleh pemerintah yaitu memberikan
pertanggungjawaban anggaran. Akibatnya penghargaan terhadap organisasi publik atas
organisasi publik menganggap bahwa akuntabilitas entitas. Penghargaan ini diberikan
kewajibanmempertanggungjawabkan kegiatan oleh masing-masing institusi yang berwenang
secara memadai hanya sebatas melaporkan dalam atas akuntabilitas tersebut (Afriyanti,
penggunaan dananya, tanpa mengevaluasi Sabanu, dan Noor, 2015).
manfaat dari kegiatan tersebut terhadap

396
Akuntabilitas merupakan sebuah konsep yang Koppel dalam Aman, Al-Shbail, dan
memfokuskan pada kapasitas organisasi sektor Mohammed (2013), menjelaskan bahwa
publik untuk memberikan jawaban terhadap akuntabilitas memiliki sejumlah dimensi antara
pihak-pihak yang berkepentingan dengan lain : Transparansi, merujuk pada kemudahan
organisasi tersebut. Dalam pengertian yang lebih akses untuk mendapat informasi terkait dengan
spesifik, akuntabilitas merupakan kemampuan fungsi dan kinerja organisasi.
organisasi publik dalam memberikan penjelasan Pertanggungjawaban, merujuk pada praktek
atas tindakan tindakan yang dilakukannya untuk memastikan individu atau organisasi
terutama terhadap pihak-pihak yang dalam bertanggungjawab atas tindakan dan
sistem politik telah diberikan kewenangan untuk aktivitasnya, memberikan hukuman pada
melakukan penilaian dan evaluasi terhadap tindakan yang salah dan memberikan
organisasi publik tersebut (Starling, 2008). Hal penghargaan pada kinerja yang baik.
diatas senada dengan yang dikemukakan Pengendalian, situasi dimana organisasi
Bovens, Schillemans, Hart (2008) bahwa melakukan secara tepat apa yang menjadi
akuntabilitas juga didefinisikan sebagai perintah utamanya. Tanggung jawab, merujuk
hubungan antar seorang aktor dan forum, pada organisasi yang hendaknya dibatasi oleh
dimana aktor (pemerintah) memiliki kewajiban aturan hukum yang berlaku. Responsivitas,
untuk menjelaskan dan membenarkan tingkah organisasi menaruh minat dan berupaya untuk
lakunya, forum (masyarakat) juga dapat memenuhi harapan substantif para pemangku
mengajukan pertanyaan dan memberikan kepentingan yang bentuknya berupa artikulasi
penilaian dan segala konsesuensinya dihadapi permintaan dan kebutuhan.
oleh aktor tersebut.
Menurut Bovens, Schillemans, Hart (2008), ada
Menurut Chema dalam Prasojo (2009), beberapa instrumen untuk menilai praktek
akuntabilitas dapat dibedakan menjadi beberapa akuntabilitas organisasi publik antara lain:
kategori, antara lain : Akuntabilitas Politik, democratic perspective, perencanaan
mengacu pada kesediaan metode-metode yang akuntabilitas harus secara efektif
digunakan secara rutin dan terbuka untuk menghubungkan tindakan pemerintah dengan
memberikan hukuman atau penghargaan kepada ‘rantai demokrasi dari delegasi’. Constitutional
setiap orang atau institusi yang memegang perspective, perencanaan akuntabilitas
jabatan publik, melalui sebuah sistem check and mencegah atau mengungkap pelanggaran
balances antara eksekutif, legislatif dan otoritas publik. Learning perspektive,
yudikatif. Akuntabilitas finansial, kewajiban dari akuntabilitas adalah alat untuk membuat
setiap orang atau institusi untuk pemerintah bertindak efektif dalam memenuhi
mempertanggungjawabkan dan melaporkan janji terhadap masyarakat.
penggunaan sumber daya publik dalam
pelaksanaan kewenangan publik yang mereka Pengelolaan keuangan adalah proses
pegang. Akuntabilitas administratif, kewajiban pengurusan, penyelenggaraan, penyediaan dan
semua orang atau institusi yang melaksanakan penggunaan uang dalam setiap usaha kerjasama
kewenangan publik untuk menciptakan sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan.
pengawasan internal dalam melaksanakan Proses ini tersusun dari pelaksanaan fungsi-
kebijakan yang telah ditetapkan. Akuntabilitas fungsi penganggaran pembukuan dan
legal, mencerminkan ketepatan tindakan dan pemeriksaan. Apabila dikaitkan dengan daerah,
keputusan yang diambil sesuai dengan maka pengelolaan keuangan daerah adalah
kewenangannya. Akuntabilitas profesional, pelaksanaan meliputi penyusunan, penetapan,
orang atau institusi harus melakukan fungsinya pelaksanaan, pengawasan dan perhitungan
sesuai prinsip profesionalisme. Hanya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kompetensi pengetahuan dan ketrampilan yang (Tjahjanulin dalam Latief, Mutiarin, 2016).
cukup seseorang atau institusi dapat melakukan
fungsinya. Akuntabilitas moral, kewajiban Dalam artikel ini akan membahas mengenai
semua orang atau institusi untuk secara moral akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang
bertanggungjawab atas segala tindakan dan dinilai dari constitutional perspective.
keputusan politik yang diambil. Akuntabilitas menjadi hal yang sangat penting

397
dalam teori constitutional perspective, karena tentang kesesuaian hukum kepada eksekutif, (3)
diharapkan dengan adanya akuntabilitas dapat Forum akuntabilitas dan sanksi untuk
mencegah korupsi dan penyalahgunaan menghukum dan mencegah perilaku yang salah
kekuasaan (Bovens, Schillemans, Hart, 2008). dari eksekutif.

Table 1 : Assessing accountability:


a constitutional perspective 1. Akses Informasi Forum Akuntabilitas
Constitutional perspective: accountability and Pengelolaan keuangan daerah yang baik tentu
equilibrium of power harus sejalan dengan visi dan misi pemerintah
Central idea : daerah, rencana pembangunan jangka
Accountability is essential in order to withstand the menengah, dan rencana kerja pemerintah daerah.
ever-present tendency toward power concentration Pengelolaan keuangan daerah yang baik
and abuse of powers in the executive branch. menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki
Central evaluation criterion : komitmen yang kuat untuk menjadi daerah yang
The extent to which an accountability arrangement lebih baik dan maju lagi.
curtails the abuse of executive power and privilege.
Concrete evaluation questions :
a. Does the accountability forum have enough
Dalam mewujudkan hal tersebut maka
investigative powers and information- dibutuhkan sebuah transparansi dari pemerintah
processing capacity to credibly evaluate daerah. Untuk itu sudah menjadi tugas semua
executive behaviour, particularly regarding pihak untuk melaksanakan perbaikan kualitas
conformity of executive action with laws, penyusunan dan penyajian laporan keuangan
regulations and norms? pemerintah daerah. Transparansi dikaitkan
b. Does the accountability forum have incentives dengan kemudahan akses untuk mendapat
to engage executive actors in relevant informasi terkait dengan fungsi dan kinerja dari
questioning and debate and is their interaction organisasi. Untuk mewujudkan transparansi
focused on conformity of actions with laws and dalam pengelolaan keuangan daerah maka sudah
norms? menjadi kewajiban pemerintah daerah
c. Does the accountability forum possess credible mempublikasikan di situs web dengan menu
sanctions to punish and deter executive khusus “Transparansi Pengeloaan Anggaran
misbehaviour? Daerah” hal ini didasarkan pada Kemendagri
Sumber : Bovens, Schillemans, Hart (2008) No. 188.52/1797 Tahun 2012 tentang
Peningkatan Transparansi Pengelolaan
B. Metodelogi Anggaran Daerah.
Metode yang digunakan untuk menyusun artikel
ini adalah dengan menggunakan pendekatan Namun dalam kenyataannya masyarakat masih
kualitatif. Tehnik yang dilakukan oleh peneliti belum memiliki akses yang luas mengenai
adalah survei literatur dibidang Administrasi pengelolaan keuangan daerah. Hal ini senada
Publik dengan tujuan untuk memperoleh konsep dengan penelitian dari Wahyuningsih dan
dan teori yang relevan dengan kajian mengenai Hastjarjo (2013) di Kabupaten Karanganyar
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah. yang mengidentifikasikan bahwa walaupun
masyarakat memiliki keinginan untuk memiliki
C. Pembahasan pemahaman mengenai APBD, akses untuk
Untuk mengetahui akuntabilitas pengelolaan mendapatkan informasi mengenai APBD sangat
keuangan daerah, maka artikel ini akan terbatas. Untuk mewujudkan transparansi dalam
menggunakan teori constitutional perspective kasus diatas dapat dilakukan dengan
yang dikemukakan oleh Bovens, Schillemans, menggunakan Teknologi Informasi Komunikasi
Hart (2008) yang mengatakan bahwa dengan (TIK) dalam meningkatkan literasi informasi
adanya akuntabilitas di organisasi publik dapat anggaran publik dan digunakan sebagai forum
mencegah korupsi dan penyalahgunaan akuntabilitas, akan tetapi dalam merealisasikan
kekuasaan. Secara teoritis instrument yang hal tersebut masih menemui banyak kendala.
digunakan dalam penelitian ini antara lain : (1)
Akses informasi forum akuntabilitas, (2) Dalam penelitian Pradana (2014) di Kota
Peluang forum akuntabilitas dalam berdiskusi Kupang mengidentifikasikan bahwa tingkat

398
publikasi informasi pengelolaan APBD di kota dan proyek-proyek yang dibiayai APBD terjadi
Kupang melalui media online masih tergolong saat pembahasan di panitia anggaran yang
rendah dan tingginya tingkat kerahasian tertutup pada publik. Disinilah terdapat ‘zona
informasi dikalangan pemerintah daerah. Hal ini gelap’ yang memang nyaman untuk melakukan
dikarenakan tidak adanya peraturan daerah korupsi legal dibalik prosedur dan tata tertib
mengenai keterbukaan informasi kepada publik, (Karyana, 2004).
sosialisasi yang tidak efektif, dan adanya
persepsi dari pemerintah daerah Kupang bahwa Studi Governance and Decentralization Survey
dokumen anggaran adalah dokumen rahasia (GDS) tahun 2002 yang dilakukan oleh PSKK
sehingga tidak dapat diakses oleh publik. UGM menyatakan bahwa fenomena
ketertutupan dalam pembahasan RAPBD
Dengan melihat hasil dari penelitian terdahulu, ditemukan diberbagai daerah. Persoalan yang
dapat disimpulkan bahwa masyarakat maupun menyangkut rincian alokasi dana APBD pada
pihak-pihak yang terkait dengan pemerintah setiap sektor dan program tidak pernah secara
daerah belum memiliki akses yang luas terhadap terbuka dipublikasikan secara luas kepada
keterbukaan informasi mengenai pengelolaan masyarakat. Disamping itu tidak ditemukan
anggaran daerah tersebut, bahkan sebagian mekanisme atau kegiatan yang memberikan
pemerintah daerah beranggapan bahwa dokumen kesempatan kepada masyarakat daerah setempat
anggaran merupakan dokumen rahasia yang untuk ikut serta, mencermati, mengkritisi dan
tidak boleh dipublikasikan. mengevalusi rincian alokasi penggunaan dana
dalam APBD. Penentuan alokasi dan distribusi
2. Peluang Forum Akuntabilitas dalam untuk setiap kegiatan mutlak hanya ditentukan
Berdiskusi Tentang Kesesuaian Hukum oleh DPRD dan eksekutif secara tertutup
Kepada Eksekutif (Dwiyanto, 2002).
Dalam menjalankan pemerintahan yang baik
(good governance) mensyaratkan bahwa Melihat kasus-kasus tentang tertutupnya
pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan pengelolaan keuangan daerah dari partisipasi
secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa
dari masyarakat yang terkena dampaknya. tertutupnya proses perencanaan, perumusan dan
Partisipasi dapat dipahami sebagai keikutsertaan implementasi anggaran yang jauh dari partisipasi
masyarakat dalam proses manajemen publik masyarakat bukan hanya menimbulkan
yang mencakup : perencanaan, pengambilan ketidakefisienan pengelolaan keuangan daerah,
keputusan, pelaksanaan, pemantauan, dan tetapi juga dapat menimbulkan korupsi-korupsi
evaluasi. terselubung yang mengakibatkan manfaat dari
anggaran daerah tidak lagi sepenuhnya untuk
Namun seperti yang kita ketahui, apakah benar rakyat melainkan untuk mereka yang memiliki
selama ini masyarakat dilibatkan langsung akses terhadap anggaran daerah.
dalam proses pengelolaan keuangan daerah.
Persepsi bahwa dokumen anggaran merupakan 3. Forum Akuntabilitas dan Sanksi untuk
dokumen rahasia sepertinya masih sangat Menghukum dan Mencegah Perilaku
melekat pada pemerintah daerah di Indonesia yang Salah dari Eksekutif
sehingga antara pemerintah daerah, dan Dengan tertutupnya akses informasi dan
masyarakat memiliki pemahaman yang berbeda partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
tentang partisipasi dalam pengelolaan keuangan keuangan daerah yang menimbulkan inefisiensi
daerah. Bagi pemerintah daerah dan DPRD anggaran dan korupsi dikalangan pemerintah
dengan digelarnya sidang pleno penetapan daerah, tidak lantas masyarakat memiliki
APBD yang terbuka untuk media masa sudah kekuatan untuk memberikan sanksi dan kontrol
menunjukkan keterbukaan. Padahal dalam terhadap pemerintah daerah.
mekanisme pengambilan keputusan sidang pleno
DPRD tidak lebih sebagai forum legitimasi atas Upaya pengembangan sistem kontrol anggaran
kesepakatan-kesepakatan strategis yang telah oleh masyarakat harus diikuti oleh penguatan
dibahas pada tingkat komisi. Titik krusial jaringan. Sebab, bagaimanapun kekuatan kontrol
pembahasan tentang pembiayaan sektor-sektor masyarakat terletak pada kapasitas seluruh

399
komponen masyarakat dalam mengembangkan diharapkan dapat membantu masyarakat dalam
kemampuan analisanya dalam bidang memberikan kontrol pengelolaan keuangan
pengelolaan keuangan daerah. Hal tersebut dapat daerah, (4) Lembaga peradilan diharapkan dapat
dilakukan melalui BPK yang harus secara rutin memberikan sanksi yang tegas kepada aparatur
melaporkan hasil keuangan daerah secara daerah yang melakukan penyelewengan
transparan kepada publik, mendorong lahirnya anggaran.
LSM-LSM yang melek informasi anggaran. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah
mengukur akuntabilitas pengelolaan keuangan
Masyarakat berharap ada sanksi yang tegas bagi daerah menggunakan teori democratic
aparatur pemerintah daerah yang melakukan perspective dan learning perspective. Agar hasil
penyelewengan anggaran dalam penegakan yang ditemukan dapat menjadi bahan
hukum yang konsisten oleh lembaga peradilan. perbandingan dengan constitutional perspektif.
Konsistensi tidak hanya berdasar pada prosedur Daftar Pustaka
yang berlaku atau sudah sesuai dengan tata tertib Afriyanti, D., Sabanu, H. G., Noor, F. (2015).
yang dibuat dari kospirasi kolusif, tetapi lebih Accountability index assessment of
pada keadilan dan kepatutan yang berorientasi government agencies. Jurnal Tata Kelola
pada kepentingan rakyat. dan Akuntabilitas Keuangan Negara, 1,
D. Penutup 21-42
Artikel ini membahas mengenai akuntabilitas Aman, A., Al-Shbail,T. A., Mohammed, Z.
pengelolaan keuangan daerah menggunakan (2013). Enhancing public organization
teori constitutional perspective yang accountability through e-government
dikemukakan oleh Bovens, Schillemans & Hart system. International Journal of
(2008), yaitu : (1)Masyarakat maupun pihak- Conceptions on Management and Social
pihak yang terkait dengan pemerintah daerah Science, 1, 15-21
belum memiliki akses yang luas terhadap Aucoin, P., Heintzman, R . (2000) . The
keterbukaan informasi mengenai pengelolaan dialectics of accountability for
anggaran daerah tersebut, bahkan sebagian performance in public management
pemerintah daerah beranggapan bahwa dokumen reform . International Review of
anggaran merupakan dokumen rahasia yang Administrative Sciences , 66 , 45 - 55 .
tidak boleh dipublikasikan. (2)Masyarakat Bovens, M., Schillmans, T., Hart, P.T., (2008).
belum dapat berpartisipasi dalam proses Does public accountability work ? an
perencanaan, perumusan dan implementasi assessment tool. Journal Compilation
anggaran sehingga dapat menimbulkan Blackwell Publising, 86, 225-242
ketidakefisienan pengelolaan keuangan daerah, Dwiyanto., Agus. (2003). Reformasi tata
dan menimbulkan korupsi-korupsi terselubung. pemerintahan dan otonomi daerah.
(3)Masyarakat belum memiliki kontrol yang Yogyakarta : PSKK-UGM
kuat dan sanksi yang tegas terhadap pemerintah Latief, F., Mutiarin, D. (2016). Transparansi
daerah. Dengan demikian dapat disimpulkan pengelolaan anggaran daerah di satuan
bahwa akuntabilitas organisasi publik dalam kerja perangkat daerah (SKPD)
pengelolaan keuangan daerah masih tergolong Kabupaten Bulukumba tahun 2014.
rendah dan perlu adanya perbaikan-perbaikan Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Kebijakan
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan Publik, 3, 245-262
masyarakat kepada pemerintah daerah. Karyana, Y., (2004). Korupsi APBD : ekses
negatif otonomi daerah (pentingnya
Berdasarkan hasil pembahasan dari artikel ini kebijakan transparansi pengelolaan
dapat disarankan bahwa : (1) Pemerintah daerah anggaran dalam APBD). Jurnal
harus lebih membuka akses informasi mengenai Kebijakan dan Administrasi Publik UGM,
pengelolaan keuangan daerah baik melalui 8, 63-76
media online maupun offline, (2) Pemerintah Prasojo, E. (2009). Buku panduan tentang
daerah diharapkan lebih melibatkan masyarakat transparansi dan akuntabilitas parlemen,
dalam proses pengelolaan keuangan daerah Jakarta : DPR RI – UNDP
sehingga anggaran dapat tersalurkan sesuai Republik Indonesia. (2012) Kementrian Dalam
kebutuhan masyarakat, (3) BPK, LSM Negeri No. 188.52/1797 Tahun 2012

400
tentang Peningkatan Transparansi
Pengelolaan Anggaran Daerah
Starling, G. (2008). Managing the public sector
8th edition. Bostom : Thompsom
Wadsworth
Wahyuningsih, R. D., Rastjarjo, S. (2013).
Challenges in implementation of ICT for
budget accountability and development of
budget information literacy. International
Journal of Administrative Science &
Organization, 20, 51-56

401
Program Studi
Ilmu Administrasi Negara
FISIP UNS

Anda mungkin juga menyukai