Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

"KORUPSI DAN PELAYANAN PUBLIK"

DOSEN PENGAMPU : Dr. MUHAMMAD NURJAYA, S.Sos., M.Si.

Disusun Oleh:

Husnul Khatimah (2161201202)

Muhammad Asnawi (2161201203)

KELAS : 5A3
PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

2023/2024

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan
kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "KORUPSI DAN
PELAYANAN PUBLIK" tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan proposal ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.
MUHAMMAD NURJAYA, S.Sos., M.Si. selaku dosen atas bimbingan, pengarahan,
dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan

makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.
Kamis, 09 November

2023

Penulis

DAFTAR ISI

Sampul.............................................................................................................i

Kata Pengantar................................................................................................ii

Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar
Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................1

1.3 Tujuan
Penulisan......................................................................................1

1.4 Manfaat
Penulisan....................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................3

2.1 Orgensi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pelayanan Publik


Indonesia......3

2.2 Latar Belakang Praktik Praktik Korupsi dalam Pelayanan


Publik.............4

2.3 Menimbang Vonis Hukuman Korupsi pada Pelayanan


Publik..................6

2.4 Strategi Mencegah Tindak Pidana Korupsi pada Pelayanan


Publik.........8

BAB III PENUTUP...........................................................................................10

3.1
Kesimpulan.............................................................................................10

3.2
Saran......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik merupakan salah satu unsur penting terwujudnya good


governance, karena visi utama dalam penyelenggaraan pemerintah adalah
memberikan pelayanan yang baik kepada publik, untuk itu pemerintah sangat
penting dalam melakukan perbaikan atas pelayanan publik selama iniPraktik
pelayanan publik selama ini, dinilai masih bersifat prosedural, berbelit-belit,
dan lamban dalam penyelesaiannya. Dalam rangka perbaikan pelayanan
publik, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004
tentang Otonomi Daerah, yang bertujuan untuk mendorong birokrasi
pemerintahan daerah dapat berjalan secara efisien dan responsif terhadap
aspirasi dan kepentingan masyarakat daerahNamun dalam implementasinya
belum mampu mendorong perbaikan pelayanan publik, karena
kecenderungan birokrasi publik lebih berorientasi pada pelayanan
kepentingan penguasa dibandingkan dengan kepentingan masyarakat,
akibatnya birokrasi menjadi semakin jauh dari misinya sebagai pelayan
masyarakat.

Banyaknya keluhan masyarakat ketika melakukan pengurusan pelayanan


publik, ini menunjukkan masih rendahnya responsivitas aparat birokrasi
terhadap tuntutan masyarakatPelayanan publik yang masih terkesan sulit
dapat mengakibatkan maraknya praktik korupsi, hal ini terjadi karena
masyarakat sebagai pengguna jasa mencari alternatif jalan pintas untuk
memudahkan pengurusan pelayanannya. Di dalam makalah ini akan
dijelaskan mengapa faktor korupsi menjadi hal yang tidak dapat terlepas dari
dominasi peran aparat birokrasi sebagai penentu kebijakan, sehingga
masyarakat dapat menjadi obyek yang dimanfaatkan untuk kepentingan-
kepentingan pribadiserta menjelaskan bagaimana urgensi Pendidikan Anti
Korupsi dalam Pelayanan Publik di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, berikut ditulis rumusan
masalah makalah:
1.Apa urgensi Pendidikan Anti Korupsi dalam pelayanan publik di
Indonesia?
2. Apa latar belakang terjadinya praktik-praktik korupsi dalam
pelayananpublik?
3. Bagaimana menimbang vonis hukuman korupsi pada pelayanan
publik?
4.Bagaimana strategi untuk mencegah tindak pidana korupsi pada
pelayanan publik?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, berikut ditulis tujuan
penulisan makalah:
1.Menjelaskan apa yang menjadi urgensi dari Pendidikan Anti Korupsi
dalam Pelayanan Publik di Indonesia.
2. Mengambarkan motif atau latar belakang terjadinya praktik-praktik
korupsi dalam pelayanan publik.
3. Menjelaskan bagaimana dalam menimbang vonis hukuman korupsi
pada pelayanan publik di Indonesia.
4. Menguraikan bagaimana strategi untuk mencegah tindak pidana
korupsi pada pelayanan publik di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan, berikut ditulis manfaat
penulisan makalah:
1.Dapat meningkatkan pengetahuan pembaca dalam memahami urgensi
dari Pendidikan Anti Korupsi dalam Pelayanan Publik di Indonesia.
2.Dapat mendorong pembaca agar lebih peka terhadap motif-motif atau
latar belakang terjadinya praktik-praktik korupsi di lingkungan
sekitarterutama dalam pelayanan publik di Indonesia
3.Dapat melatih kemampuan para pembaca untuk berpikir kritis dengan
menganalisa bagaimana menimbang vonis hukuman korupsi pada
pelayanan publik di Indonesia.
4.Dapat meningkatkan pengetahuan pembaca untuk mengetahui dan
memahami bagaimana strategi untuk mencegah tindak pidana korupsi di
lingkungan sekitarterutama pada pelayanan publik di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pelayanan Publik Indonesia

Upaya untuk melawan atau memberantas korupsi tidak cukup dengan


menangkap dan menjebloskan koruptor ke penjara, karena praktiknya hukum
dan penjara tidak membuat jera bagi para pelakuDi sini dibutuhkan
penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam pelayanan publik di IndonesiaDalam
konteks reformasi birokrasisalah satu hal yang harus direformasi di bidang
pelayanan publik adalah kualitas manusia yang harus dibina dan
dikembangkan agar menjadi aparatur pemerintah yang profesional dan
bertanggung jawabPendidikan bagi mahasiswa sebagai salah satu calon-
calon Aparatur Sipil Negara nantinya merupakan upaya dalam menanamkan
perubahan dari sikap membiarkan dan menerima korupsi ke sikap tegas
menolak korupsiPendidikan pada dasarnya harus dilakukan
berkesinambunganbaik pada tingkat sekolah dasar hingga ketika individu
tersebut berkontribusi bagi masyarakat. Dalam konteks reformasi
birokrasisalah satu hal yang harus direformasi di bidang pelayanan publik
adalah kualitas manusia yang harus dibina dan dikembangkan agar menjadi
aparatur pemerintah yang profesional dan bertanggung jawab.

Upaya Pendidikan Anti Korupsi merupakan upaya penting yang dilakukan


oleh negara untuk menuju kepada pemerintahan yang bersih dan mengarah
pada pemerintahan yang baik (good governance)Pelatihan dan pendidikan
bagi mahasiswa perlu dilakukan secara seksama, sehingga nilai-nilai anti
korupsi tidak hanya menjadi teori tetapi tertanam ke dalam hati dan sanubari.
Pelatihan yang dilakukan menggunakan modul yang sangat baik dan tepat
sehingga dapat memberikan nilai-nilai anti korupsi yang mendalam yang
nantinya dapat di implementasikan oleh mahasiswa.

Terdapat beberapa upaya Pendidikan Anti Korupsi yang dapat dilakukan


dalam lingkup sektor pelayanan publik, antara lain (Mahekadalam
Handoyo2013):

1.Memperbaiki peraturan perundangan yang berlaku untuk mengantisipasi


perkembangan korupsi dan menutup celah hukum atau pasal-pasal karet
yang sering digunakan koruptor melepaskan diri dari jerat hukum
2. Memperbaiki cara kerja pemerintahan (birokrasi) menjadi sederhana simpel
dan efisien
3. Memisahkan secara tegas kepemilikan negara dan kepemilikan pribadi
serta memberikan aturan yang jelas tentang penggunaan fasilitas negara
untuk kepentingan umum dan penggunaannya untuk kepentingan pribadi.
4.Menegakkan etika profesi dan tata tertib lembaga dengan pemberian sanksi
secara tegas.
5. Penerapan prinsip-prinsip good governance.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi dan memperkecil terjadinya
human error.

Dampak korupsi yaitu merusak kepercayaan masyarakat terhadap negara


dan sistem politikserta institusi dan kepemimpinannyaAlhasilsetiap
pembangunan dan proyek pemerintah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan, dan pada gilirannya akan merugikan bangsa pada umumnya
karena hanya melayani kepentingan segelintir individu. Pada penerapannya,
Pendidikan Anti Korupsi kemudian memastikan bahwa masyarakat dilayani
dengan dibantu secara bertanggung jawab oleh lembaga dan pejabat
pemerintah terkaitHal ini dikarenakan Pendidikan Anti Korupsi menjadi
strategi dalam memperlakukan masyarakat yang merupakan bagian dari
tanggung jawabnyaSelain itu, pendidikan yang dibangun memberikan
peluang kesetaraan sosial, kesejahteraan, dan penyediaan barang public
yang adil bagi semua penduduk.

2.2 Latar Belakang Praktik-Praktik Korupsi dalam Pelayanan Publik

Sektor pelayanan publik memang sudah menjadi rahasia umum telah


menjadi lahan basah bagi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab
dengan memanfaatkan posisi dan kekuasaan yang dimiliki. Bagi pejabat
publik, posisi menciptakan ketidakadilan dan ketimpangan-ketimpangan yang
dilakukan oleh birokrasi di dalam memberikan pelayanan publik, atau ketika
birokrasi terlibat dalam alokasi dan distribusi sumber-sumber yang ada di
negara atau daerah (Kacung Marijan 2010)Menurut Philp (2002)korupsi
dalam institusi (birokrasi) terjadi ketika birokrat (pejabat publik) menerima
manfaat atau keuntungan melalui proses politik yang diperoleh dari posisinya
sebagai politisi atau pejabat dalam birokrasi tersebut.

Korupsi dalam pelayanan publik, terjadi disebabkan karena proses


pengurusan pelayanan yang sulit, berbelit-belit, prosedural dan membutuhkan
waktu yang relatif lama. Mekanisme pelayanan demikian, mendorong
masyarakat pengguna jasa untuk mencari jalan pintas untuk memperoleh
alternatif yang memungkinkan mendapatkan kemudahan dalam proses
penyelesaian pelayanan publikSebagian besar masyarakat masih menilai
kesulitan dalam pengurusan pelayanan publik terkait dengan
prosedurpersyaratan, kelengkapan, ketidakjelasan, petugas, dan waktu
penyelesaian pelayanan dengan waktu relative lamaSalah satu alternatif
masyarakat untuk mencari kemudahan dalam pelayanan publik berusaha
mencari konektifitas dengan pejabat birokrasi yang dimungkinkan dapat
membantu mempercepat pengurusannya. Kondisi inilah sebagai awal
terjadinya korupsi karena masyarakat dalam proses pengurusannya harus
mengeluarkan biaya diluar biaya pelayanan, demikian pula biaya sebagai
ucapan terima kasih kepada pejabat yang telah membantunyaPraktik korupsi
diatas, bukan bersifat koersif atau paksaan karena kedua belah pihak telah
menyadari kebiasaan kalau meminta bantuan kepada pejabat birokrasi, atau
dikenal dengan istilah "Tahu Sama Tahu".

Dalam pandangan Dwiyanto (2002)pemberian uang atau suap kepada


aparat birokrasi pelayanan, bagi sebagian masyarakat pengguna jasa justru
dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap dominasi kekuasaan atau
jabatan yang dimiliki oleh pejabat birokrasiPemberian uang atau barang
kepada aparat birokrasi tidak dilihat sebagai bentuk uang ucapan terima kasih
atau adanya unsur keterpaksaan atau beban, tetapi justru lebih dimaknai
sebagai sebuah cara untuk menunjukkan bahwa posisi dan derajat pengguna
jasa lebih tinggi dari pada aparat birokrasi. Kondisi tersebut, masing-masing
pihak juga menyadari bahwa apa yang dilakukan itu sangat penyimpang
aturan yang berlakuPetugas pelayanan melakukan hal itu semata-mata hanya
ingin membantu masyarakat untuk kemudahan dalam penyelesaian urusan
pelayanan publik karena sangat mendesak harus segera dilakukanNamun
demikian sebagian besar petugas pelayanan juga menyadari bahwa apa yang
dilakukan itu tidaklah benar karena menyimpang etika sebagai aparatur
negara, penyimpang dari aturan yang berlaku, dan bahkan menyadari sangat
melukai rasa keadilan bagi masyarakat. Demikian pula, dengan pendapat
sebagian besar masyarakat yang meminta bantuan kepada petugas
pelayanan, dirasakan adanya kebutuhan yang sangat mendesak yang harus
segera diselesaikan pengurusan pelayanan itu, walaupun apa yang dilakukan
itu tidaklah benar karena melukai rasa keadilan masyarakat yang lainnya.
Bagi seseorang yang memiliki kedudukan atau jabatan akan mendapatkan
perlakuan yang istimewa dari petugas pelayanan, demikian pula apabila
masyarakat pengguna jasa sebagai kolega atau keluarga akan mendapatkan
kemudahan dalam pelayanan publikKondisi inilah juga mendorong
masyarakat pengguna jasa untuk menggunakan jasa dari pejabat birokrasi
agar dapat dimudahkan dalam pelayanan publik, sehingga masyarakat
pengguna jasa harus memberikan tali asih sebagai bentuk ucapan
terimakasih.

2.3 Menimbang Vonis Hukuman Korupsi pada Pelayanan Publik

Perkara korupsi yang melilit lembaga trias politik merupakan bentuk


betapa tidak sterilnya lembaga pemerintahan dari perilaku korupsiTerjeratnya
lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam pusaran korupsi merupakan
bukti terjadi pembusukan dalam lembaga trias politika. Kendatipun demikian
dalam pemberian vonis hukuman kepada perilaku korupsi ternyata sangat
bervariasiUntuk lebih jelasnya lihat tabel 1 yang menunjukkan bahwa vonis
yang dijatuhkan pengadilan kepada para koruptor sangat beragamSecara
keseluruhan jumlah koruptor yang dijatuhkan hukuman pengadilan tipikor
selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada tahun 2013 jumlah
yang ditujuhkan vonis 115 orang, kemudian meningkat menjadi 260 pada
tahun 2014Jumlah ini menurun pada tahun 2015 yakni 230, lalu naik lagi
pada tahun pertengahan 2016 yakni 384.
Bila kita rinci vonis terberat sebanyak 10 tahun lebihpaling banyak di tahun
2016 yakni 7 orang sedangkan yang paling kurang pada tahun 2013 yakni 1
orang. Bila dilihat dari vonis hukuman 1 sampai 4 tahun paling banyak pada
tahun 2016 sebesar 275 orang bila dibandingkan tahun 2013, 2014 dan 2015.
Sedangkan vonis bebas yang paling banyak pada tahun 2016 ketimbang
2013, 2014, dan 2015. Kesimpulan yang bisa ditarik dari data di atas adalah
hukuman vonis justru banyak terjadi pada era pemerintahan Joko Widodo,
bila dibandingkan era pemerintahan SBYItu artinya, masa pemerintahan
Jokowi jauh lebih serius dalam mengungkap dan memberikan vonis kepada
pelaku koruptor.

Tabel 1. Jumlah terdakwa menurut putusan tipikor 2013-2016


Bila kita rinci vonis terberat sebanyak 10 tahun lebih, paling banyak ditahun
2016 yakni 7 orang sedangkan yang paling kurang pada tahun 2013 yakni 1
orang. Bila dilihat dari vonis hukuman 1 sampai 4 tahun palingbanyak pada
tahun 2016 sebesar 275 orang bila dibandingkan tahun 2013,
2014, dan 2015. Sedangkan vonis bebas yang paling banyak pada tahun
2016 ketimbang 2013 2014, dan 2015Kesimpulan yang bisa ditarik dari data
di atas adalah hukuman vonis justru banyak terjadi pada era pemerintahan
Joko Widodo, bila dibandingkan era pemerintahan SBYItu artinyamasa
pemerintahan Jokowi jauh lebih serius dalam mengungkap dan memberikan
vonis kepada pelaku koruptor.

Sekalipun pengadilan memberikan vonis berat hingga lebih 10 tahun


kepada koruptornamun fakta empirik menunjukkan para pelaku koruptor tidak
pernah berkurangKoruptor sedang beregenerasiKoruptor justru memakin
banyak. Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa vonis berat pun belum
memberikan efek jera kepada pejabat untuk menghindar dari perilaku
koruptifPenjelasan ini terkonfirmasi melalui Jajak Pendapat Kompas. Dalam
Jajak Pendapat tersebut ditanyakan apakah vonis hukum yang diberikan
kepada koruptor selama ini memberikan efek jera? Jawaban atas pertanyaan
tersebut tergambar pada tabel 2.

Tabel 2 Vonis hukum koruptor belum memberikan efek jera

Pada tabel 2 sebagian besar responden mengatakan bahwa hukuman yang


selama diberikan kepada para koruptor belum memiliki efek jera. Sebanyak
92,2 persen suara responden mengatakan demikiandan hanya 6,5 persen
yang mengatakan hukum vonis bisa membuat jera para pelaku koruptor.
Selanjutnyatable 3 menceritakan hukuman apa yang paling tepat diberikan
kepada koruptor uang negara kelas kakap? Lihat tabel 3 berikut ini
Tabel 3. Jenis hukum para koruptor

Jawaban responden mengatakan bahwa hukum yang tepat untuk para


koruptor adalah dendapenjara, kerja sosial, dan pemiskinan yakni 71,0
persenDenda, penjara, kerja sosialdan pemiskinan akan ditakuti bagi pelaku
koruptor. Memiskinkan koruptor merupakan hukuman yang paling ditakuti
oleh para koruptorKarena itu, para koruptor sangat takut untuk diadili oleh
Hakim Agung Artidjo AlkostarBahkan para koruptor pun jadi enggan atau
malah membatalkan niat untuk kasasi kalau mereka tahu perkaranya akan
ditangani Artidjo.

Sebagai tambahan perlu pula disampaaikan bahwa selama


pemberantasan korupsi dilakukan terdapat sejumlah uang negara bisa
diselematkan. Data yang dipublikasikan KPK sebagaimana dikutip Jupri
bernilai besar 14. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Penyelamatan Kerugian Negara oleh KPK 2005 - 2013

2.4 Strategi Mencegah Tindak Pidana Korupsi pada Pelayanan Publik

Melihat fenomena korupsi di sektor pelayanan publik sampai hal-hal yang


berskala kecil, dibutuhkan strategi yang komprehensif untuk dapat
meminimalisir celah atau potensi terjadinya korupsiFakta di atas menunjukkan
bahwa korupsi dilakukan karena rentang birokrasi yang panjang. Oleh karena
itu, di bawah ini diuraikan beberapa strategi sebagai solusi untuk mencegah
perilaku korupsi.

Pertama, memperkuat kapasitas kelembagaan birokrasi pelayanan


publikPenguatan kapasitas kelembagaan birokrasi sangat penting dalam
rangka menerapkan birokrasi ala Weberianyaitu Birokrasi legal-
rationalBirokrasi ini ditandai dengan birokrasi yang memuat aturan-aturan
yang ketat dan pelaksanaanya dikontrol oleh atasan secara ketat, dan tenaga
pelayanan birokrasi harus ditopang oleh orang-orang yang memiliki
kompetensi memadai. Harus diakui bahwa lahirnya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) di Indonesia patut mendapatkan apresiasiKPK memberikan
harapan bahwa dengan penguatan institusi anti korupsi, potensi atau jumlah
orang yang melakukan korupsi dapat ditindak dan diminimalisir dengan baik.
Namun demikianinstitusi KPK belum mampu menjangkau problem korupsi
sampai pada masalah-masalah kecil sebagaimana terjadi di institusi
pelayanan publik. Kasus-kasus seperti korupsi di kantor kelurahan, kantor
polisidan sejenisnya yang melibatkan masyarakat selama ini luput dari
perhatian. Hal ini karena fokus KPK memang pada kasus-kasus besarOleh
karena itupenguatan kelembagaan birokrasi dapat menjadi strategi untuk
mencegah dan memberantas korupsi dari dalam. Menurut Hart (2001),
penguatan kelembagaan birokrasi (organisasi) dapat mendorong adanya
disiplin internal sebagaimana diinginkan dalam model birokrasi legal rasional
ala WeberianPenguatan kelembagaan ini dapat diwujudkan melalui reformasi
internal birokrasi dengan menerapkan mekanisme Pengawasan Internal
(pemberian sanksi dan penghargaanpenerapan kode etik, audit internal, dan
lain-lain) (Hart2001)Dalam konteks pemberian sanksi dan penghargaan
misalnyabirokrasi perlu menerapkan aturan reward and punishment bagi
pegawaiPegawai bukan hanya dituntut untuk bekerja secara maksimalakan
tetapi prestasi hasil kinerja para pegawai juga harus mendapatkan apresiasi
dari pimpinan.

Kedua, penguatan kapasitas sumber daya manusia. SDM menjadi salah


satu faktor determinan sukses tidaknya sebuah organisasi birokrasiOleh
karena itu, birokrasi yang profesional harus diisi oleh orang-orang yang
profesional, yakni orang-orang yang bekerja dengan kompetensi yang
memadai. Disamping itu, penguatan kapasitas sumber daya dibutuhkan untuk
membekali para pegawai agar memiliki tanggung jawab, disiplin dan patuh
terhadap aturan yang berlaku. Mewujudkan birokrasi yang profesional dapat
dilakukan melalui program training peningkatan kompetensi dan training
tentang pendidikan karakter (character building)Peningkatan kompetensi
diperlukan agar para birokrat cakap dan efektif dalam bekerjaPara pegawai
diharapkan memiliki peningkatan pengetahuan dan skills yang dibutuhkan
untuk menunjang kerja birokrasiSedangkan training pendidikan karakter
menjadi bagian integral mewujudkan birokrasi yang clean
governanceIntegritas dapat menjadi jaminan roda birokrasi dapat berjalan
sesuai arah yang akan dituju. Pendidikan karakter ini dapat dilakukan melalui
training yang berisi tentang penanaman nilai tentang kerja sama, kejujuran,
disiplin, dan membiasakan budaya maluMelalui profesional development
program untuk peningkatan kompetensi pegawai dan menggalakkan program
character building diharapkan dapat menjadi solusi untuk menimimalisir
potensi korupsi dalam pelayanan publik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu unsur terpenting dalam mewujudkan good governance yaitu


dengan peningkatan pelayanan public dalam penyelenggaraan pemerintah
dengan pelayanan yang baik dan prima. Namunpada saat sekarang ini
konsep dan cita-cita tersebut masih belum terealisasi dengan
sepenuhnyaDimulai dari masih banyaknya procedural berbelit-belit dan
lamban dalam penyelesaiannya. Sehingga dengan adanya reformasi birokrasi
pada penyelenggaraan pemerintah merupakan Langkah awal yang baik,
walaupun belum terealisasi dengan sempurna. Masyarakat yang sejahtera
dimulai dari pelayanan public yang efektif dan efisien dalam memenuhi
kepentingannyaKetika pelayanan public yang diberikan tidak produktif dan
rendah responsive terhadap yang menjadi tuntutan masyarakat, maka
kesejahteraan masyarakat akan sulit dicapai. Sehingga banyak masyarakat
dalam memenuhi kepentingannya menggunakan jalan pintas alternatif lain
yaitu penyogokan dengan berpadu bersama nafsu Hasrat duniawi dari
pejabat birokrasi tadi. Hal tersebut merupakan tindakan korupsi yang masih
belum teratasi sepenuhnya dalam pelayanan publicTidak kita pungkiribahwa
yang melakukan hal tersebut bukanlah orang-orang dengan Pendidikan
rendah tetapi, masyarakat yang telah mengenyam Pendidikan di akademisi
atau perguruan tinggi.

Pencegahan dan penanggulangan hal tersebut telah dilakukan dengan


berbagai macam tindakan. Hadirnya lembaga negara, KPKsebagai lembaga
resmi penangan korupsi bukan malah menjadikan korupsi ini dapat diatasi
melainkan mengalami peningakatan tahun per tahunnyaIstilah korupsi telah
mandarah daging, memang tidak dapat kita tepis, tetapi bukan juga dengan
terus terpaku pada premis demikianHarus dilakukan pergerakan konkrityang
dapat dimulai dari pelayanan public yaitu memperkuat kapasitas
kelembagaan birokrasi pelayanan publik dalam rangka menerapkan birokrasi
ala Weberian (Birokrasi legal-rational) dan penguatan kapasitas sumber daya
manusia yang menjadi salah satu faktor determinan sukses tidaknya sebuah
organisasi birokrasi, dengan program training character building dalam
professional development program yang terus digalakkan.

3.2 Saran

Setelah menulis makalah ini, saya sebagai penulis makalah dengan judul
"Korupsi dan Pelayanan Publik" ingin memberikan saran dan ajakan kepada
pembaca makalah ini untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai pemahaman
materi Korupsi terhadap Pelayanan Publik di Indonesia tentunya dalam ruang
lingkup Administrasi Publik. Akhir kata, kami Kelompok VI sebagai penulis
sadar bahwa makalah yang saya tulis masih memiliki banyak kesalahan dan
kekurangan, serta jauh dari kata sempurna Untuk itu, kami kelompok VI
mengharapkan kritikan, masukan dan saran dari pembaca sehingga saya
bisa menulis makalah lain yang lebih baik kedepannya dengan mengacu
kepada sumber-sumber yang lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA

AnggraeniT. D(2014)Menciptakan Sistem Pelayanan Publik Yang Baik:


Strategi Reformasi Birokrasi Dalam Pemberantasan KorupsiJurnal
Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional3(3)417-433.

Baru, BM, & Sripeni, R. (2019September)Potensi Korupsi Birokrasi Publik


Dalam Penyelenggaraan Pelayanan PublikIn Seminar
Nasional Sistem Informasi (SENASIF) (Vol3pp1865-1877)
FatkhuriF(2018)Korupsi Dalam Birokrasi Dan Strategi Pencegahannya
Jurnal Ilmiah Manajemen Publik dan Kebijakan Sosial1(2)

KhairunnisaL, & Permana, H. (2022)Urgensi Pendidikan Anti Korupsi Dalam


Pelayanan Publik Di IndonesiaJurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) 4(4),
4718-4732.

RozuliAI(2017)BirokrasiKorupsiDan KekuasaanJurnal Transformative3(1), 1-


14.

Anda mungkin juga menyukai