BAHAN AJAR
LAJU REAKSI
Oleh:
Anisa Nurhuda Utami, S.Pd
Laju reaksi sama dengan kecepatan reaksi. Langit di malam hari, saat perayaan tahun baru
atau hari-hari istimewa lainnya, menjadi lebih indah ketika nyala kembang api mulai
kelihatan di angkasa. Tampak nyalanya gemerlapan menambah terang sinar rembulan.
Sekejap kemudian, langit nampak redup kembali, cahaya gemerlap dari nyala kembang api
tidak lagi kelihatan. Begitu cepatnya nyala itu hilang, berbeda tatkala kita menyalakan
kayu bakar pada api unggun, membutuhkan waktu cukup lama. Cepat dan lambatnya nyala
api ini menunjukkan cepat atau lambatnya reaksi kimia dalam kembang api maupun dalam
kayu bakar. Cepat dan lambatnya proses reaksi kimia yang berlangsung dinyatakan dengan
laju reaksi. Lantas, apakah pengertian laju reaksi itu? Bagaimana cara mengukurnya? Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Apa manfaat mempelajarinya bagi kehidupan
kita? Kalian akan memperoleh jawabannya setelah mempelajari bab ini.
Cepatnya reaksi kimia dari kembang api dapat kita amati dari menyalanya kembang api
hingga matinya. Begitu pula dengan beberapa reaksi kimia yang kita laksanakan di
laboratorium. Selesainya sebuah reaksi ditandai dengan terbentuknya produk yang
sebagian besar dapat kita amati. Nah, untuk mengetahui berapa kecepatan reaksi kimia
yang kita lakukan, kita bisa mengetahui dari konsentrasi pereaksinya atau hasil reaksinya.
Konsentrasi ini biasa dinyatakan dengan satuan molaritas.
Ada beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada laju reaksi kimia. Faktor-faktor
tersebut adalah konsentrasi, luas permukaan, suhu, dan katalis. Bagaimana masing-masing
faktor mempengaruhi laju suatu reaksi, dan bagaimana cara kita menganalisis faktor
tersebut akan kita pelajari pula dalam bab ini. Selain hal-hal di atas, kita juga akan
mempelajari tentang persamaan laju reaksi, waktu reaksi, dan orde reaksinya.
Kemolaran
Kemolaran adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat
terlarut dalam 1 liter larutan
Kemolaran (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi volume (v) larutan
Kemolaran (Molaritas) dinyatakan dengan lambang M, adalah jumlah mol zat terlarut
dalam setiap liter larutan.
M = gr/mr x 1000/mL
M = n/V
M = gram/mr x L M= ( % x p x 10 ) x 1/M
Pengenceran larutan
Larutan pekat (mempunyai kemolaran besar) dapat diencerkan dengan menambah volum
pelarut, sehingga akan diperoleh larutan yang lebih encer (kemolarannya kecil).
pada pengenceran berlaku rumus :
dimana:
V1M1 : volume dan konsentrasi larutan asal
V2 M2 : volume dan konsentrasi hasil pengenceran
Molaritas menyatakan jumlah mol zat dalam 1 L larutan, sehingga molaritas yang
dinotasikan dengan M, dan dirumuskan sebagai berikut.
M = n/V
Keterangan :
Pembuatan suatu larutan dapat juga dilakukan dengan mengencerkan larutan yang sudah
ada, dengan catatan molaritas larutan yang akan dibuat lebih rendah dari molaritas larutan
yang sudah ada. Misalnya di laboratorium hanya ada larutan HCl 1 M, sedangkan kita
memerlukan larutan HCl 0,5 M sebanyak 100 mL, bagaimana kita mendapatkannya?
Gambar 1. Pengenceran.
Pada gambar 1 (a) :
sebelum pengenceran
V = V1
M = M1
n = n1
sebelum pengenceran
V = V2
M = M2
n = n2
Dalam pengenceran, jumlah zat terlarut tidak berubah sehingga jumlah molnya tetap.
Jadi, n1 = n2 atau M1 x V1 = M2 x V2. Rumus ini biasa disebut sebagai rumus pengenceran.
Dari gambaran cara tcrsebut, maka larutan HC1 0,5 M sebanyak 100 mL dapat dibuat
dengan mengencerkan larutan HC1 1M. Volume HC1 1 M yang dibutuhkan dicari melalui
rumus pengenceran.
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 1 = 100 x 0,5
V1 = 50 mL
Jadi, kita bisa mclakukannya dengan mengambil 50 mL HC1 1M, kemudian kin masukkan
ke dalam labu ukur 100 mL lalu ditambahi air hingga tanda batas, dan 100 ml Larutan HCl
0,5 M telah selesai dibuat.
Untuk menghitung molaritas larutan H2SO4 dengan kadar 97% dan massa jenis 1,8 kg/L,
kita tinggal memasukkan data ke dalam rumus hingga diperoleh molaritas asam sulfat
tersebut sebesar 17,82 M seperti pada perhitungan berikut.
Laju reaksi kimia bukan hanya sebuah teori, namun dapat dirumuskan secara matematis
untuk memudahkan pembelajaran. Pada reaksi kimia: A → B, maka laju berubahnya zat A
menjadi zat B ditentukan dari jumlah zat A yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk
per satuan waktu. Pada saat pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah.
Perhatikan diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram perubahan konsentrasi pereaksi dan hasil reaksi.
Berdasarkan gambar tersebut, maka rumusan laju reaksi dapat kita definisikan sebagai:
adalah :
Dalam perbandingan tersebut, tanda + atau – tidak perlu dituliskan karena hanya
menunjukkan sifat perubahan konsentrasi. Oleh karena harga dt masing-masing sama,
maka perbandingan laju reaksi sesuai dengan perbandingan konsentrasi. Di sisi lain,
konsentrasi berbanding lurus dengan mol serta berbanding lurus pula dengan koefisien
reaksi, sehingga perbandingan laju reaksi sesuai dengan perbandingan koefisien reaksi.
Perbandingan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.
rA : rB : rC = p : q : r
Laju reaksi suatu reaksi kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsentrasi
pereaksi, luas permukaan zat yang bereaksi, suhu pada saat reaksi kimia terjadi, dan ada
tidaknya katalis. Sehubungan dengan proses reaksi kimia, maka ada satu hal penting yang
harus dipelajari untuk menentukan berjalan tidaknya sebuah reaksi kimia, yakni tumbukan.
Suatu reaksi kimia dapat terjadi bila ada tumbukan antara molekul zat-zat yang bereaksi.
Apakah setiap tumbukan pasti menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia? Akan kita
ketahui jawabannya dengan mempelajari teori tumbukan dahulu sebelum melangkah pada
pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Gambar 4. Konsentrasi reaktan sangat berpengaruh pada laju reaksi seng dengan asam
sulfat. Laju reaksi lambat dalam larutan berkonsentrasi rendah (kiri) dan cepat dalam
larutan berkonsentrasi tinggi.
AB + AB → A2 + B2
Tumbukan yang efektif terjadi bila keadaan molekul sedemikian rupa sehingga antara A
dan B saling bertabrakan (Gambar 5(a)). Jika yang bertabrakan adalah atom yang sama,
yaitu antara A dan A (Gambar 5(b)) atau atom A dan B namun hanya bersenggolan saja
(Gambar 5(c)), maka tumbukan tersebut merupakan tumbukan yang tidak efektif.
Gambar 5. (a) tumbukan yang efektif karena posisi tumbukan tepat, (b) tumbukan tidak
efektif karena molekul yang bertabrakan sama (c) tumbukan tidak efektif karena posisinya
tidak tepat.
Selanjutnya apa yang dimaksud energi tumbukan harus cukup? Jika kalian melemparkan
batu pada kaca dan kacanya tidak pecah, berarti energi kinetik batu tidak cukup untuk
memecahkan kaca. Demikian juga tumbukan antarmolekul pereaksi, meskipun sudah
terjadi tumbukan dengan posisi tepat, namun apabila energinya kurang, maka reaksi tidak
akan terjadi. Dalam hal ini diperlukan energi minimum tertentu yang harus dipunyai
molekul-molekul pereaksi untuk dapat menghasilkan reaksi.
Perhatikan Gambar 6. tentang tumbukan dengan energi yang cukup dan tidak cukup.
Gambar 6. (a) energi cukup menghasilkan reaksi dan (b) energi tidak cukup tidak
menghasilkan reaksi.
Bila gerakan molekul AB dan C lambat, maka tidak akan terjadi ikatan antara B dan C saat
bertumbukan. Akibatnya, keduanya terpental tanpa ada perubahan (Gambar 6(a)). Dengan
mempercepat gerakan molekul, maka akan membuat tumpang tindih B dan C serta
membuat ikatan, dan akhirnya terjadi ikatan kimia (Gambar 6(b)).
Dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu keadaan awal (pereaksi), keadaan transisi,
dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan transisi disebut juga komplek teraktivasi. Pada
keadaan ini ikatan baru sudah terbentuk namun ikatan lama belum putus. Keadaan tersebut
hanya berlangsung sesaat dan tidak stabil. Keadaan transisi ini selalu mempunyai energi
lebih tinggi daripada keadaan awal dan akhir, sedangkan energi keadaan awal dapat lebih
tinggi atau lebih rendah daripada energi keadaan akhir.
Bila keadaan awal lebih tinggi energinya, reaksi mcnghasilkan kalor atau dinamakan
reaksi eksoterm, dan bila yang terjadi adalah sebaliknya, dinamakan reaksi endoterm.
Perhatikan Gambar 7. yang menggambarkan tentang energi aktivasi pada reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm.
Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel
semakin banyak sehingga partikel-partikel tersebut akan tersusun lebih rapat dibandingkan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah. Susunan partikel yang lebih rapat
memungkinkan terjadinya tumbukan semakin banyak dan kemungkinan terjadi reaksi lebih
besar. Makin besar konsentrasi zat, makin cepat laju reaksinya. Perhatikan Gambar 8.
tentang pengaruh konsentrasi berikut.
Gambar 8. (a) tumbukan yang terjadi pada konsentrasi kecil, (b) tumbukan yang terjadi
pada konsentrasi besar.
Apabila dibuat sebuah grafik yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi dengan laju
reaksi, maka dihasilkan grafik seperti pada Gambar 9. Grafik menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi, semakin cepat pula laju reaksinya.
Gambar 10. Tumbukan antar partikel pada (a) permukaan kecil dan (b) permukaan besar.
Semakin luas permukaan bidang sentuh zat, semakin besar laju reaksinya, seperti yang
ditunjukkan oleh grafik hubungan luas permukaan dengan laju reaksi pada Gambar 11.
Partikel-partikel dalam zat selalu bergerak. Jika suhu zat dinaikkan, maka energi kinetik
partikel-partikel akan bertambah sehingga tumbukan antar partikel akan mempunyai energi
yang cukup untuk melampaui energi pengaktifan. Hal ini akan menyebabkan lebih banyak
terjadi tumbukan yang efektif dan menghasilkan reaksi (Gambar 12).
Gambar 12. (a) tumbukan antarpartikel pada suhu rendah, (b) tumbukan antarpartikel pada
suhu tinggi.
Pada umumnya, setiap kenaikan suhu sebesar 10 oC, reaksi akan berlangsung dua kali
lebih cepat. Dengan demikian, apabila laju reaksi awalnya diketahui, kita dapat
memperkirakan besarnya laju reaksi berdasarkan kenaikan suhunya. Lebih mudahnya, lihat
perumusan berikut.
Karena besarnya laju berbanding terbalik dengan waktu yang ditempuh, maka perumusan
di atas dapat dituliskan sebagai berikut.
Keterangan :
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberi zat lain tanpa
menambah konsentrasi atau suhu reaksi. Zat tersebut disebut katalis. Katalis dapat
mempercepat laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia secara permanen
sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali.
Fungsi katalis dalam reaksi adalah menurunkan energi aktivasi sehingga jumlah molekul
yang dapat melampaui energi aktivasi menjadi lebih besar.
Contoh katalis : MnO2, logam Pt, Ni, Pd, V
1. Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai wujud sama dengan pereaksi. Katalis
ini dapat berada dalam dua wujud:
a. dalam wujud gas, contoh:
NO(g)
2CO(g) + O2(g) → 2CO2(g)
H+
C12H22O11(aq) + H2O(l) → C6H12O6(aq) + C6H12O6(aq)
Fe(s)
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Ni(s)
C2H4(g) + H2(g) → C6H6(g)
Beberapa faktor yang memengaruhi laju reaksi telah usai kalian pelajari.
Laju reaksi dalam suatu reaksi sangat bergantung pada konsentrasi pereaksi. Besarnya laju
reaksi akan berkurang karena konsentrasi pereaksi makin kecil. Hubungan antara
konsentrasi pereaksi dan laju reaksi tersebut dinyatakan dalam persamaan reaksi.
Bagaimana kita menuliskan persamaan laju reaksi? Pelajari persamaan laju reaksi dan orde
reaksi berikut.
3.1. Persamaan Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi hanya dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi. Untuk reaksi secara
umum:
pA + qB → rC + sD
r = k [A]m [B]n
Dalam rumusan tersebut, r merupakan laju reaksi dengan satuan mol/Ls atau M/s, k adalah
konstanta laju reaksi, lambang [A] dan [B] merupakan konsentrasi molar zat A dan B,
sedangkan pangkat m dan n merupakan angka-angka bilangan bulat ( 0, 1, 2,...) dan
disebut sebagai orde reaksi atau tingkat reaksi. m merupakan orde reaksi terhadap A, n
orde reaksi terhadap B, dan m + n merupakan orde reaksi total. Besarnya m dan n tersebut
tidak berhubungan dengan koefisien reaksi. Jika ternyata besarnya sama, maka itu suatu
kebetulan saja karena orde reaksi hanya dapat ditentukan dan data percobaan.
Pada Tabel 1. terlihat bahwa tingkat (orde) reaksi tidak berhubungan dengan koefisien
pereaksi. Adapun langkah-langkah dalam penulisan persamaan laju reaksi dan pencntuan
orde reaksinya adalah sebagai berikut.
Langkah pertama, menuliskan persamaan laju reaksi secara umum, disesuaikan dengan
jumlah pereaksinya.
Tentukanlah:
Jawaban :
Penulisan persamaan laju reaksinya: r = k[SO2]m [H2]n
Untuk menentukan m dan n dapat dilakukan beberapa cara, yaitu:
Cara 1 :
Pada data tersebut, jika [SO2] dinaikkan 2 kali ternyata laju reaksi juga naik 2 kali. Jadi
laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A, ditulis r = k [A]. Konsentrasi A
berpangkat satu atau orde reaksi terhadap A adalah 1. Jika dibuat grafik fungsi laju reaksi
terhadap [A], maka grafiknya berupa garis lurus, seperti terlihat pada Gambar 18.
Cara 2 :
Cara yang kedua ini dilakukan dengan membandingkan persamaan reaksi pada data satu
dengan data lainnya. Berikut penyelesaiannya.
a. Menentukan orde reaksi terhadap SO2 pada data [H2] yang konstan, yaitu data 2 dan 1.
b. Menentukan orde reaksi terhadap H2 pada data [SO2] yang konstan, yaitu data 3 dan 2.
Jadi, orde reaksi terhadap hidrogen adalah 2.
Untuk menentukan harga k dapat digunakan salah satu data, kemudian dimasukkan dalam
persamaan laju reaksi yang sudah dituliskan tersebut. Misalnya kita ambil data 1.
r1 = k [SO2] [H2]2
1 x 10–2 M/s = k (0,03 M) (0,12 M)2
1 x 10–2 M/s = 4,32 x l0–4 k M–3
k =
k = 23,15 M-2/s
Kalian pernah melarutkan gula dalam air bukan? Mungkin sewaktu kalian membuat teh
manis, kopi, atau minuman lainnya. Bagaimana kira-kira larutnya gula dalam air jika yang
dilarutkan bongkahan gula batu atau serbuk? Tentulah lebih cepat larut yang dalam bentuk
serbuk. Itulah pengaruh luas permukaan pada laju reaksi yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam bidang industri, reaksi-reaksi yang terjadi selalu diusahakan
berlangsung lebih cepat. Faktor laju reaksi yang sering digunakan adalah katalis. Seperti
yang telah kalian pelajari tentang uraian katalis di depan, katalis merupakan zat yang
mempercepat laju reaksi tetapi pada akhir reaksi didapatkan kembali seperti semula.
Contoh industri yang menggunakan katalis adalah pembuatan amonia (NH 3) dan asam
sulfat (H2SO4).
Amonia merupakan bahan untuk membuat asam nitrat, pupuk, dan bahan peledak. Proses
pembuatan amonia dikenal dengan nama Proses Haber-Bosch sesuai dengan nama
penemunya, yaitu Fritz Haber dan Karl Bosch. Reaksi pembuatan amonia dari gas nitrogen
dan gas hidrogen sebagai berikut:
Ternyata reaksi tersebut sangat lambat pada suhu kamar, sehingga perlu dilakukan usaha-
usaha untuk mempercepat laju reaksinya. Usaha itu harus dilakukan agar segera
didapatkan hasil sebanyak-banyaknya dalam waktu sesingkat-singkatnya, sesuai prinsip
ekonomi. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan menambahkan katalis besi. Pada
proses pembuatan asam sulfat yang sering dikenal dengan nama proses kontak, juga
diperlukan katalis yaitu Vanadium pentoksida, V2O5.
SUMBER PUSTAKA
http://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-laju-reaksi-kimia-rumus-soal-
orde.html
http://kimia-sawitri.blogspot.co.id/2012/10/laju-reaksi.html