Denpasar
NIM : P07131018029
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah suatu keadaan kekurangan makanan dalam waktu yang
lama sehingga menyebabkan indeks massa tubuhnya di bawah normal yaitu kurang dari 18,5
untuk orang dewasa (Sandjaja, 2009). KEK pada ibu hamil adalah keadaan dimana ibu
mengalami kekurangan makanan menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu. Ibu hamil diketahui menderita KEK dapat dilihat dari pengukuran lingkar
lengan atas (LILA), adapun batas LILA ibu hamil dengan risiko KEK adalah kurang dari 23,5
cm (Depkes RI, 2007). Di Indonesia banyak terjadi kasus kekurangan energi kronik terutama
kemungkinan disebabkan karena adanya ketidakseimbangan asupan gizi, sehingga zat gizi
yang dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Ibu hamil dengan KEK akan meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian bayi karena rentan terhadap infeksi saluran pernafasan bagian bawah,
gangguan belajar, serta masalah perilaku. Seorang ibu hamil juga memerlukan tambahan zat
gizi besi rata-rata 20 mg perhari, sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada kondisi
normal rata-rata 26 mg perhari (Lubis, 2003). Ibu Hamil yang mengalami KEK mempunyai
risiko melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 5 kali lebih besar
dibandingkan ibu hamil yang tidak KEK (Hidayanti,2004). Ibu yang menderita Kekurangan
Gizi berisiko munculnya penyakit antara lain: Anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak
bertambah secara normal dan terkena penyakit infeksi. Sehingga akan meningkatkan kematian
ibu (Zulhaida, 2008). 2 World Health Organization (WHO) tahun 2012, mencatat 40%
kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan Anemia dan Kekurangan Energi Kronik
(KEK) dengan pravelensi dan ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi Kronik (KEK)
sebesar 676 0rang (4,47%).
3. Untuk Mengetahui Asupan Makan pada ibu hamil yang berisiko KEK.
4. Untuk Mengetahui Tingkat Status Sosial Ekonomi berdasarkan pendapatan pada Ibu Hamil yang
berisiko KEK.
4. Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu
Tingkat Sosial
Ekonomi
5. Kepustakaan yang sudah/sedang/akan dibaca yang sebagai sumber pendukung masalah yang
diteliti
1. _
2. _
3. _
1. _
2. _
3. _
Pilihlah satu satu bidang kajian yang paling menarik minat saudara untuk dikaji
sebagai suatu masalah penelitian. Bila topik yang akan saudara kaji, belum tercantum
dianatara salah satu bidang kajian, maka konsultasikan dengan dosen pengampu mata
kuliah Metodologi Penelitian untuk mendapatkan konfirmasi, bidang kajian yang cocok
dipilih yang paling sesuai dengan topik yang saudara ajukan.
1. imulai dari suatu landasan ideal (kondisi yang dicita – citakan) yang relevan dengan
masalah yang akan dikaji. Khususnya untuk penelitian bidang gizi, landasan ideal dapat
dipetik dari rencana pembangunan jangka panjang dan menengah (pengembangan SDM),
sistem kesehatan nasional (upaya perbaikan gizi), atau rencana aksi pangan dan gizi yang
biasanya dirumuskan secara periodik oleh Kementerian Kesehatan atau instansi terkait
lainnya.
2. Selanjutnya diikuti dengan paparan kondisi factual yang menggambarkan bahwa landasan
ideal yang dirumuskan pada point (1) memang harus diakui belum tercapai secara
maksimal. Kondisi factual dapat dipetik dari Hasil survey yang dilaksanakan secara
nasional (misalnya Riskesdas); Hasil survey yang bersifat khusus (misalnya pemantauan
status gizi). Atau dapat pula dipetik dari laporan dinas – dinas terkait yang sudah
dipublikasikan.
3. Agar masalah yang dikaji menjadi lebih menarik, di bagian latar belakang juga perlu
diuraikan mengenai keterkaitan antara masalah yang akan dikaji dengan bebrapa faktor
yang diduga memicu terjadinya masalah tersebut (existing condition). Paparan existing
condition dapat bersumber dari jurnal – jurnal ilmiah yang sudah dipublikasikan baik di
tingkat internasional, nasional, maupun regional; hasil – hasil penelitian terdahulu yang
relevan dengan masalah yang akan dikaji; argumentasi dari para pakar di bidangnya yang
dikemukakan pada suatu pertemuan ilmiah (lokakarya, seminar, atau sejenisnya).
4. Bila memungkinkan di dalam penulisan latar belakang juga sebaiknya sudah
menggambarkan keadaan secara umum tempat – tempat yang akan dijadikan lokasi
penelitian. Penggambaran lokasi penelitian pada latar belakang bertujuan untuk
memastikan ketersediaan sampel dan data yang akan dikumpulkan pada saat penelitian
berjalan.
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan suatu pernyataan yang disusun untuk menggali
informasi (data) yang relevan dengan masalah yang akan dikaji dalam suatu kegiatan
penelitian. Di dalam rumusan tujuan penelitian setidak – tidaknya harus mencakup 3 unsur
yang ingin diketahui yaitu: 1) deskripsi tentang karakteristik populasi (sampel); 2) deskripsi
tentang variabel – variabel penelitian; serta 3) hubungan antar variabel yang akan dikaji.
Suatu penelitian seyogyanya hanya memiliki satu tujuan umum yang kemudian dirinci lagi
menjadi beberapa tujuan khusus. Didalam merumuskannya tujuan haruslah merupakan tujuan
yang bersifat konkrit yang dapat diamati dan diukur.
Tujuan umum merupakan pernyataan yang bersifat general mencakup secara luas tentang apa
yang diharapkan akan diperoleh dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Itulah
sebabnya tujuan umum masih bersifat abstrak dan tidak bisa diukur (immeasurable). Kata
kunci yang biasa digunakan untuk merumuskan tujuan umum diantaranya adalah:
mengetahui; memahami; memperoleh gambaran; mengevaluasi. Sedangkan tujuan khusus
merupakan pernyataan operasional yang menunjukkan secara spesifik tentang akan yang
ingin diperoleh dari kegiatan penelitian. Kata kunci dari tujuan khusus diantaranya adalah:
mengidentifikasi, mengukur, menentukan, menginterpretasi. Tujuan khusus harus dapat
dijadikan sebagai dasar untuk menyusun secara rinci metode penelitian yang akan
dilaksanakan. Dari rumusan tujuan khusus inilah, peneliti dituntut untuk membuat kuesioner,
pedoman observasi, keterlibatan fihak lain dalam penelitian, rancangan sampel, dan
seterusnya.
Dalam kajian metodologi penelitian, memang masih terdapat kontroversi tentang istilah
kerangka teori dan kerangka konsep. Sebagian pakar metodologi menganggap kedua istilah
tersebut mengandung pengertian yang sama, tapi ada juga sebagian pakar yang menganggap
bahwa kerangka teori berbeda dengan kerangka konsep. Sebagai panduan, usulan penulisan
karyatulis ilmiah di Prodi D3 Gizi Poltekkes Denpasar menggunakan istilah kerangka konsep,
dengan pengertian setelah memaparkan berbagai aspek secara detail dan rinci dalam tinjauan
pustaka (ini yang digambarkan sebagai kerangka teori), maka langkah selanjutnya dibuat
rangkuman sebagai dasar untuk membuat kerangka konsep. Dalam usulan penulisan,
kerangka konsep digambarkan sebagai suatu skema atau bagan yang menggambarkan
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (variabel independen)
adalah variabel yang apabila ia mengalami perubahan akan mengakibatkan perubahan pada
variabel lain. Oleh karena itu, untuk lebih mudah memahaminya, variabel independen
merupakan penggambaran dari berbagai faktor yang memicu timbulnya suatu masalah.
Sedangkan variabel terikat (variabel dependen) adalah variabel yang nilainya akan berubah
sebagai akibat perubahan yang terjadi pada variabel bebas. Dengan demikian, variabel terikat
tidak lain merupakan penggambaran dari masalah itu sendiri. Di dalam membuat kerangka
konsep yang digambarkan dalam bagan cukup hanya variabel bebas dan terikat saja.
Namun pada prakteknya dapat juga ditambahkan, namun pada prakteknya dapat juga
ditambahkan dengan variabel perancu. Seperti contoh berikut:
Pencantuman variabel perancu pada kerangka konsep penelitian terutama ditujukan untuk
mencapai maksimasi hasil penelitian. Atau dengan kata lain, variabel perancu yang
ditampilkan pada kerangka konsep akan dijadikan sebagai penetapan kriteria inklusi sampel.
Sebagai contoh pada hubungan antar variabel di atas, agar kesimpulan yang akan diperoleh
menjadi lebih valid, maka di dalam memilih sampel, peneliti harus menetapkan syarat hanya
pada kelompok orang yang tidak punya kebiasaan minum kopi.
Tinjauan pustaka memegang peranan penting dalam kegiatan penelitian, apabila kita telah
menetapkan topik penelitian yang akan dikaji maka tahap berikutnya adalah melakukan
tinjauan pustaka secara lebih banyak dan mendalam. Peran pokok dari tinjauan pustaka
adalah untuk menyusun landasan teoritis yang bertujuan untuk memberikan jawaban
sementara atas masalah yang akan dikaji. Tinjauan pustaka juga merupakan pengantar untuk
dapat menyusun kerangka konsep penelitian. Secara lebih rinci, manfaat tinjauan pustaka
dalam kegiatan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Menggali teori dasar dan konsep yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu
2. Mengikuti perkembangan mutakhir dari teori yang relevan dengan masalah yang dikaji
3. Memperoleh wawasan atau orientasi yang lebih luas dari topik yang akan dikaji
4. Memanfaatkan data sekunder
5. Menghindari duplikasi (kegandaan) tentang topik masalah yang akan dikaji
6. Mempelajari tentang bagaimana mengungkapkan buah fikiran secara sistematis, obyektif,
dan kritis
Dalam tinjauan pustaka akan diulas berbagai publikasi resmi yang relevan dengan topik yang
akan dikaji, mencakup antara lain: aspek masalah yang diteliti, pendekatan pemecahan
masalah yang digunakan, kerangka konsep yang akan dikembangkan, serta kemungkinan
hasil yang akan diperoleh sebagaimana dipaparkan pada hasil – hasil penelitian terdahulu.
Pada tinjauan pustaka juga harus diulas berbagai metode pengambilan data untuk variabel
yang bersifat khusus, kelebihan dan kekurangannya, serta kendala yang bakal dihadapi untuk
mengungkap keterbatasan penelitian. Ulasan tinjauan pustaka dapat dilakukan bila minimal
akan diulas (sebagai suatu perkiraan minimal untuk penelitian level prodi DIII) 3 buku utama
(textbook), 3 artikel dari jurnal (publikasi ilmiah) terkait dengan topik penelitian, serta 3 hasil
penelitian yang tidak dipublikasikan (KTI, skripsi, Tesis, atau Disertasi) yang terbit dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir.