Anda di halaman 1dari 25

MK.

EKOLOGI LAUT

Pertemuan ke-4 : Aliran Energi dan Siklus Nutrien


Jaring Makanan

Supriadi Mashoreng
Email : smashoreng@gmail.com
Departemen Ilmu Kelautan FIKP Universitas Hasanuddin, Makassar
2020
Aliran Energi pada Ekosistem Mangrove
• Aliran energi di mangrove dimulai dari biomassa mangrove
sebagai hasil dari produksi karbohidrat melalui proses
fotosintesis. Laju produksi dikenal sebagai produktivitas
mangrove
• Mangrove mempunyai produktivitas hayati yang tinggi, bisa
mencapai 500 gram karbon per meter persegi per tahun
(gC/m2/th).
• Nilai produktivitas ini bergantung pada toleransi jenis tumbuhan
terhadap variasi faktor lingkungan, yaitu :
1. Faktor pasang surut (terkait dengan transpor oksigen,
pertukaran air tanah, pembuangan bahan kimia beracun,
penurunan salinitas dan pertukaran hara), dan
2. Faktor kimia air (terkait dengan pengaturan tekanan osmotik
tumbuhan oleh salinitas, dan pengaturan kesuburan).
• Nilai dari produktivitas mangrove diperkirakan 20 kali lebih
tinggi dari produktivitas laut bebas dan sekitar 5 kali lkbh tinggi
dari produktivitas perairan pantai.
• Kontribusi mangrove sebagai sumber karbon dalam rantai
makanan tergantung pada jumlah daun dan ranting yang
rontok ke lumpur, yang disebut serasah
• Walaupun produktivitas mangrove tinggi, namun dari total
produksi daun hanya sekitar 5% yang dikonsumsi langsung oleh
hewan-hewan teresterial pemakannya, sedangkan sisanya 95%
masuk ke lingkungan perairan sebagai debris dari serasah atau
guguran daun.
• Tingginya produksi mangrove yg masuk ke lingkungan
menyebabkan lingkungan mangrove mempunyai kandungan
bahan organik yang tinggi, sehingga sering dimanfaatkan oleh
petani tambak untuk budidaya perikanan
• Taksiran produksi serasah di hutan mangrove Indonesia
didapatkan dari beberapa hasil penelitian. Dari hasil beberapa
penelitian tersebut didapatkan bahwa produksi serasah
mangrove berkisar 1,04-4,05 g/m2/hari, dengan rata-rata
sebesar 2,76 gram/m2/hari atau setara dengan 10,08
ton/ha/tahun.
Produksi serasah mangrove pada beberapa lokasi di Indonesia
• Aliran energi pada mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor
fisik seperti sungai-sungai, pasang surut, aliran laut dan faktor-
faktor biologi seperti produksi serasah dari tumbuhan yang
jatuh dan dekomposisi, serta semua mekanisme yang
mengatur kecepatan pemasukan, pengeluaran dan
penyimpanan material organik dan anorganik.
• Faktor fisik ini membawa nutrien dan mineral-mineral ke dalam
lingkungan mangrove yang secara aktif diabsorbsi oleh akar-
akar dekat permukaan substrat dan juga oleh mikroflora dan
mikrofauna.
• Pergerakan dan perpindahan materi dan energi dalam
ekosistem mangrove yaitu mangrove menggunakan materi
anorganik yang masuk ke lingkungan mangrove dan
mengeluarkan material organik dalam bentuk serasah
tumbuhan (daun, bunga, ranting, dan lain-lain) yang dapat
menyokong rantai makanan dekat pantai.
• Secara singkat, aliran energi utama di ekosistem mangrove
mengikuti alur sebagai berikut :
Sumber : http://www.fao.org/3/t0019e/T0019E03.htm
• Ketika gugur ke permukaan substrat, daun-daun (serasah)
yang banyak mengandung unsur hara tersebut tidak langsung
mengalami pelapukan atau pembusukan oleh
mikroorganisme, tetapi memerlukan bantuan hewan-hewan
yang disebut makrobentos.
• Makrobentos berperan dengan cara mencacah-cacah daun
menjadi bagian-bagian kecil, yang kemudian akan dilanjutkan
oleh organisme yang lebih kecil, yakni mikroorganisme
(bakteri, fungi, protozoa, dan lainnya). Pada umumnya,
keberadaan makrobentos mempercepat proses dekomposisi.
• Komponen pengurai di wilayah peslsir didominasi oleh jenis
bakteri. Bakteri yang ditemukan hidup di mangrove terdiri
atas bakteri autotrof dan heterotrof.
• Tingkat kepadatan bakteri dalam sedimen tergantung pada
kandungan bahan organik. Organisme pemakan detritus
memperoleh energi dengan cara mencerna bakteri, protozoa,
dan jasad renik yang berasosiasi dengan detritus.
• Lama proses dekomposisi daun mangrove tergantung dari
jenisnya. Dekomposisi serasah Avicennia sp. memerlukan waktu
sekitar 20 hari, sedangkan Rhizophora sp. memerlukan waktu
lebih lama yaitu sekitar 40 hari.
• Faktor eksternal yang mempengaruhi kecepatan dekomposisi
serasah antara lain adalah kandungan oksigen pada substrat,
tipe substrat dan komposisi organisme renik. Oksigen
diperlukan oleh pengurai untuk mendekomposisi serasah
mangrove. Sementara substrat yang lebih halus mempunyai
kemampuan menyimpan oksigen yang lebih redah dibanding
substrat kasar.
• Perombakan partikel daun/ranting akan terus berlanjut sampai
menjadi partikel-partikel yang berukuran sangat kecil (detritus)
dan akhirnya dimakan oleh hewan-hewan pemakan detritus
(detritivora), seperti moluska dan krustase kecil.
• Selama perombakan ini substansi organik terlarut yang berasal
dari reruntuhan mangrove sebagian dilepaskan dan berguna
bagi fitoplankton dan sebagian lagi diabsorbsi oleh partikel
sedimen yg menyokong rantai makanan
• Selain berperan dalam proses dekomposisi, bakteri dalam
perairan mangrove berperan juga dalam rantai makanan.
Dilaporkan bahwa daun jenis bakau yang mulai membusuk
mengandung 3,1% protein, dan setelah 12 bulan kandungan ini
meningkat sampai 21%. Dengan demikian, pemakan partikel
seperti zooplankton, beberapa jenis ikan, kerang dan udang
dapat memperoleh makanan berprotein tinggi.
Gambar 1
Sumbangan
material mangrove
terhadap rantai
makanan di estuaria
Siklus Nutrien pada Ekosistem Mangrove

• Perairan laut dan sungai membawa nutrien ke pantai


• Nutrien kemudian diserap oleh tumbuhan yang ada di
ekosistem mangrove seperti mangrove, alga dan lamun
• Nutrien kemudian dipindahkan ke konsumer seperti
kepiting, ikan dan udang yang ada di ekosistem
mangrove dan sekitarnya
• Selanjtunya ditransfer ke manusia , burung dan ikan-ikan
yang lebih besar.
• Organisme yang mati (baik tumbuhan maupun hewan)
akan didekomposisi oleh mikroorganisme di sedimen.
• Nutrien kemudian dilepaskan ke substrat dan peraitan
laut
 Siklus Nitrogen
• Nitrogen organik berasal dari jaringan organisme yang sudah
mati, kotoran zat sisa, dan sisa pakan yang ditransformasi
menjadi ammonia melalui proses dekomposisi/mineralisasi
oleh bakteri pengurai proteolitik. Nitrogen memiliki beberapa
bentuk yaitu ammonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat (NO3-), amina
(NH2), amonium (NH4+), dan nitrogen diatomik (N2) (Jamieson,
1995).
• Nitrogen organik berasal dari jaringan organisme yang sudah
mati, kotoran zat sisa, dan sisa pakan yang ditransformasi
menjadi ammonia melalui proses dekomposisi/ mineralisasi
oleh bakteri pengurai proteolitik. Nitrogen memiliki beberapa
bentuk yaitu ammonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat(NO3-),
amina(NH2), amonium(NH4+), dan nitrogen diatomik (N2)
(Jamieson, 1995).
• Sumber utama nitrogen (N2) adalah udara, sedangkan
organisme hidup memperoleh nitrogen dalam bentuk garam
nitrat kemudian diasimilasikan pada sitoplasma dalam bentuk
protein sebagai cadangan panganSumber utama nitrogen (N2)
adalah udara, sedangkan organisme hidup memperoleh
nitrogen dalam bentuk garam nitrat kemudian diasimilasikan
pada sitoplasma dalam bentuk protein sebagai cadangan
pangan.
• Di perairan laut, Nitrogen yang terbanyak dalam bentuk N-
molekuler (N2) yang berlipat ganda jumlahnya daripada nitrit
(NO2) atau nitrat (NO3), tetapi tidak dalam bentuk yang berguna
bagi jasad hidup
Jalur potensial untuk siklus N di hutan mangrove . Panah hitam menunjukkan jalur N.
Panah biru menunjukkan arah di mana peningkatan faktor lingkungan (salinitas, sumber
C, sumber N) dapat mempengaruhi jalur N (Shiau & Chiu, 2020)
• Secara singkat, siklus Nitrogen meliputi : (1) remineralisasi, (2)
amonifikasi, (3) nitrifikasi, (4) denitrifikasi , (5) fiksasi nitrogen,
(6) reduksi nitrogen, dan (7) asimilasi nitrogen organik terlarut
• Remineralisasi mengacu kepada tahap awal dekomposisi
nitrogen organik partikulat (particulate organic nitrogen, PON),
dimana nitrogen padat diubah menjadi nitrogen organik
terlarut (dissolve organic nitrogen, DON). DON kemudian
diuraikan oleh bankteri heterotrofik. Penguraian berlangsung
cepat.
• Pemecahan dari iktan tersebut melepaskan amonia yang
cenderung bereaksi dgn H+ atau H2O dan membentuk
amonium (NH4). Proses ini dinamakan amonifikasi utk
biomolekul yg menmgandung nitrogen paling dominan adalah
protein.
• Dalam air dgn oksigen yg cukup, amonium teroksidasi menjadi
nitrit dgn bantuan bakteri Nitrosomonos dan kemudian
menjadi nitrat dengan bantuan Nitrobacter. Proses ini disebut
nitrifikasi.
• Dalam kondisi air laut yg tdk jenuh dgn oksigen, beberapa jenis
bakteri heterotrofik merespirasi bahan organik dengan
menggunakan nitrat sebagai penerima elektron. Sebagian nitrit
direduksi berturut-turut menjadi nitrit dan kemudian N2,
dengan demikian tdk menjadi bagian dari biomassa bakteri.
Karena nitrogen terikat hilang dalam proses ini maka proses
tersebut dinamakan denitrifikasi.
• Nitrogen masuk ke perairan melalui aliran sungai, hujan, difusi
dari sedimen dan fiksasi N2. Karena pemecahan ikatan N2
memerlukan banyak energi, maka hanya ada beberapa
organisme yg memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen, baik
bakteri heterotrof maupun bakteri ototrof.
 Siklus Fosfor

• Fosfor alami masuk ke perairan laut baik sebagai fase terlarut


atau partikulat sebagai hasil pelapukan batuan melalui aliran
sungai yg dibawa.
• Fosfor juga bisa berasal dari pupuk dan kegiatan manusia
lainnya seperti limbah, erosi, ternak dan pabrik kertas masuk ke
sungai dan diteruskan ke laut sehingga menyebabkan
bertambahnya jumlah fosfor antropogenik di laut.
• Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama dalam siklus
fosfor di peraiarn laut.
TUGAS (untuk Peserta Ekologi Laut Kelas B) :
• Setiap mahasiswa tergabung ke dalam kelompok yg terdiri atas
5 orang
• Setiap kelompok menerjemahkan dan membaca referensi yg
berjudul “Nutrient cycling in Mangrove ecosystem: A Brief
Overview”
• Setelah diterjemahkan, dibuat rangkuman sebagai point-point
penting dari artikel tersebut.
• Rangkuman dibuat menggunakan kalimat sendiri yang diketik
pada kertas A4 dengan dengan pias (margin) kiri, kanan, atas
dan bawah masing-masing 3 cm.
• File tugas yg telah diketik kemudian dikonversi ke dalam ektensi
PDF dan dikirim melalui WAG dgn link :
https://chat.whatsapp.com/E6hfifiOjDmHppm4fSJIq0
• Batas akhir penyetoran tugas adalah hari Rabu, tanggal 30
September 2020 jam 09.00 WITA.
• Kelompok 1 : Muh. Mahdar, Besse D, M. Wildan, Dea A, Athila Z
• Kelompok 2 : Sherly S, Batrisyia, Agung, Rifqi, Rafa
• Kelompok 3 : Imanuel, Kurnia A, Sherin, Muh. Alif, Muh. Firdaus
• Kelompok 4 : Muh. Hadi, Ade Ayu, Muh. Lutfi, Fitrah, Sarah
• Kelompok 5 : Anella, Ardi, Muh. Azhar, Eben, Jasmianti
• Kelompok 6 : Nadila, Ahmad, Asril, Ericha, Miftah
• Kelompok 7 : Yogandi, Vicha, Lala, Asman, Ibnu Malik
• Kelompok 8 : Rilandra, Sherly G, Tomy, A. Muh. Rafly, Sri yuliana
• Kelompok 9 : Rania, Tias, Salmah, Liana, Nurul Muafiah
Jaring Makanan pada Ekosistem Mangrove
• Jaring makanan merupakan gabungan dari beberapa rantai
makanan yang membuat suatu siklus yang saling
mempengaruhi.
• Cakupan dari rantai makanan lebih luas karena organisme pada
siklus makanan dapat memakan beberapa jenis makanan,
sementara pada rantai makanan , organismenya hanya
memakan satu jenis saja.
• Rantai makanan dari ekosistem mangrove sangat tergantung
pada daur ulang detritus, yg terjadi karena guguran daun.
• Peran ini terutama dilakukan oleh organisme yg lebih kecil
seperti kepiting yg meliang dan udang.
• Tingkatan trofik tertinggi dari rantai makanan yang ada di
ekosistem mangrove adalah burung
• Terdapat dua jalur rantai makanan pada ekosistem
mangrove, yaitu :
(1) Rantai makanan langsung (herbivora) → rantai
makanan yang melalui jalur herbivora, dimana bagian-
bagian dari tumbuhan yang ada di ekosistem
mangrove dimakan oleh herbivora, selanjutnya
dimakan oleh tingkatan trofik yg lebih tinggi.
(2) Rantai makanan detritus → rantai makanan yang
dimulai dari serasah yang ada di ekosistem mangrove.
serasah tersebut kemudian dimakan oleh detritivora.

Anda mungkin juga menyukai